tokoh integritas : prof dr dahnial khumarga
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 Tokoh Integritas : Prof Dr Dahnial Khumarga
1/5
75INTEGRITAS - Juni 2013
PROFESOR
Prof Dr Dahnial Khumarga
”Perkiraan Kawan-kawan Benar,Saya Peringkat Pertama”
75INTEGRITAS - Juni 2013
-
8/16/2019 Tokoh Integritas : Prof Dr Dahnial Khumarga
2/5
76 INTEGRITAS - Juni 2013
PROFESOR
KHUMARGA memang identikdengan Untar. Menyebut namaKhumarga orang ingat Untar.Sebaliknya, menyebut nama Untarorang pun teringat Khumarga.
Ditemui di rumah kediamannya dikawasan Menteng, Jakarta Pusat,13 April lalu, Khumarga sangatantusias bicara soal pemberantasanpraktik mafia hukum di Indonesia,yang menjadi laporan utama majalahINTEGRITAS edisi kali ini.
Selama memimpin Untar, banyakhal lain yang menarik (danpenting) dalam perjalanan hidupKhumarga. Termasuk, pemikiran dan
perenungannya tentang kebangsaan.
Misalnya, soal jabatan presiden. Diabercerita tentang seorang insinyur,yang katanya kebetulan orang Jawa,antek Belanda, dan setelah penyerahankedaulatan bahkan melarikan diri keBelanda.
”Seandainya anak-anaknya pulangke sini, mereka bisa saja jadi presidendi Indonesia. Sedangkan saya,
yang kebetulan nonpri tidak bisa.Padahal, sekalipun sedikit, ayahandamempunyai saham dalam perjuangankemerdekaan,” kata Khumargaberseloroh. ”Jelas, ini suatu ironiyang perlu direnungkan bersama.”
Khumarga ambisius? Cerita berikutbisa menjelaskan dengan gamblang.Menjelang Pemilihan Umum 2004terjadi kemelut di tubuh UniversitasBung Karno (UBK), Jakarta.
Khumarga, yang selaku Wakil KetuaDewan Penyantun UBK merasasudah tidak dibutuhkan lagi didesakmengambil alih jabatan rektor yangketika itu masih dijabat resmi olehMuchyar Yara, SH, MH. Ia langsungmenolaknya, tanpa basa-basi atau sokberdiplomasi.
”Setelah mendengar sikap saya
yang tegas dan terkesan final, baikBapak Sri Mulyono maupun BapakTS Lingga pun mulai melancarkandesakannya secara bertubi-tubi,” kataKhumarga.
Yang dimaksud Khumarga adalahMarsekal Sri Mulyono Herlambang(antara lain pernah menjadi KepalaStaf Angkatan Udara).
Sekalipun begitu, ia bergemingsehingga rapat pun buntu aliasdeadlock . Karena sejumlah pihakyang hadir mencoba mengetuk hatiKhumarga dengan menyebutkanbahwa kurang lebih seribu wisudawanakan terbengkalai penandatangan
ijazahnya maka didorong oleh rasaempati kepada para wisudawan,ia pun menyatakan bahwa untuksekedar menandatangani ijazah iatidak keberatan. Akan tetapi, diamengajukan syarat: hanya satubulan menjadi rektor. Sri MulyonoHerlambang segera menimpalisambil mengarahkan pandangan ke IrRistiyanto (Sekretaris Umum YayasanPendidikan Soekarno), ”Yang batas waktu satu bulan itu tidak usah
dicantumkan!” Khumarga langsungmerespons dengan sikap penolakan. Akhirnya, rapat pada hari itu berakhirdengan air muka hadirin yang tidakterlalu muram lagi.
Tak sampai satu minggu sesudah ituSekum YPS Ristiyanto ke rumahKhumarga membawa SK dari YPS.Isinya, pengangkatan Khumargasebagai Rektor UBK untuk masa jabatan 2006-2010.
‘Lho, saya kan sudah minta hanya satubulan saja masa pengangkatan saya,yaitu hanya untuk menandatanganiijazah saja,” kata Khumarga spontan.
”Prof, tidak ada pengangkatan rektoryang masa kerjanya untuk satu bulansaja,” Ristiyanto menimpali.
Orang lebih
mengenalnya
sebagai mantan
Rektor Universitas
Tarumanegara, Jakarta. Wajar
saja, karena Prof Dr
Dahnial Khumarga
menduduki kursi
rektor universitas
tersebut selama 12
tahun (tiga periode).
Di Untar, Khumarga
memulai karier
sebagai sekretaris
fakultas hukum
(1965).
-
8/16/2019 Tokoh Integritas : Prof Dr Dahnial Khumarga
3/5
77INTEGRITAS - Juni 2013
”Ya sudah, begitu selesaimenandatangani ijazah saya akanmengajukan pengunduran diri.”
Tidak lama sesudah itu Ristiyantopamit meninggalkan rumahKhumarga. ”Mohon direnungkankata-kata Pak Sri Mulyono
Herlambang ketika kita rapat, Prof,”kata Ristiyanto.
Maksud Ristiyanto tentu kata-kataSri Mulyono yang berpesan agarpengangkatan Khumarga tidak diberibatas waktu.
Ketika pada suatu hari, masih dalamkurun waktu satu bulan setelahmenerima pengangkatan, Khumargaberkunjung ke kampus dan bertemudengan para fungsionaris UBK.Hampir semuanya mengimbaunyaagar bersedia menjabat rektor selamamungkin. Di antara mereka adayang berucap dengan ekspresi wajahsangat berharap, “Bapak, kami sudahberikrar untuk mengusahakan agarBapak kerasan, betah, di UBK ini.”
Setelah direnungkan masak-masak,apakah akan memilih sikap semula,
yaitu tetap tidak menerima desakandan imbauan atau rayuan berbagaipihak atau akan melunakkan diri,maka akhirnya Khumarga bagaimendapat bisikan suara batin,”Mengapa tidak dicoba dulu dalamkurun waktu satu tahun saja?” Perangbatin pun terus berkecamuk karena
dari pihak keluarga sama sekali tidakada dukungan untuk menerimatantangan itu.
Cerita Khumarga soal penataran P4 juga sangat menarik. Pada masa OrdeBaru, penataran Pedoman Penghayatandan Pengamalan Pancasila adalah hal wajib bagi para pemimpin organisasikemasyarakatan, organisasi sosialpolitik, dan sebagainya. Sebagaipemimpin perguruan tinggi swasta
alias Rektor Untar, Khumarga yang juga berkiprah di pemerintahan wajib mengikuti penataran P4.Penyelenggaranya adalah BP7 Pusat,yang berkantor di Jalan Pejambon, Jakarta Pusat.
Pada penutupan penataran, seluruhpeserta dinilai dan dipililh 10 terbaik.Banyak kawan seangkatan Khumarga
yang memperkirakan Khumarga-lahlulusan terbaik.
”Sebaliknya, saya sendiri merasabanyak kawan yang kualifikasinyalebih baik dari saya. Ketika dilakukanpengumuman, dimulai dengan yangmendapatranking ketiga, pembacaaan
mulai diperlambat sehingga sampaidisebutkannya nama peringkat keduamenuju peringkat pertama. Ternyataperkiraan kawan-kawan benar juga.Saya disebut terakhir, berarti sayalahranking pertama,” tutur Khumarga,mengenang.
Masih segar dalam ingatannya,peringkat kedua adalah LetnanKolonel Saleh Djasid, yang dikemudian hari menjabat Gubernur
Riau dengan pangkat mayor jenderalTNI dan setelah pensiun menjadianggota DPR dari Fraksi Golkar.
Menolak Bayar Kursi DPR
Cerita menarik lainnya adalah soal”calon jadi”. Khumarga mendengarkabar akan dicalonkan menjadi
-
8/16/2019 Tokoh Integritas : Prof Dr Dahnial Khumarga
4/5
78 INTEGRITAS - Juni 2013
PROFESOR
anggota DPR oleh Golongan Karya.Ketika mendengar bahwa daftar”calon jadi” anggota DPR telahdisetujui oleh Pak Harto selakuKetua Dewan Pembina Golkar, diamenyempatkan diri melihat dengan
mata kepala sendiri pengumumanresminya yang ditempelkan di KomisiPemilihan Umum (KPU) di JalanImam Bonjol, Jakarta Pusat. Ternyatamemang benar namanya tercantumdi dalam daftar ”calon jadi”.
”Patut dicatat, karena yangmemutuskan Ketua Dewan Pembinayang dijabat oleh Presiden RepublikIndonesia maka yang sudahtercantum di dalam daftar ‘calon jadi’
dapat dikatakan tinggal siap-siap sajamenunggu pelantikan,” tuturnya.
Sekalipun begitu, menyadari iklimperpolitikan Indonesia, Khumargatetap tidak yakin, apalagi hakulyakin.”Saya rajin bertanya ke kiri-ke kanan,ke barat-ke timur, apakah memangkalau sudah diumumkan seperti ituberarti sudah 100 persen terjamindiangkat sebagai anggota DPR. Padaumumnya memang jawabannya
demikian.”
Dia masih ingat betul, salah seorangyang dia tanyai adalah MayjenTNI Sugeng Widjaya yang pernahmenjabat Kepala Staf Satgas MassMedia Kopkamtib, yang kuranglebih tiga tahun menjadi rekan kerja/atasannya. Di DPP Golkar, Sugengadalah ketua.
”Yaah, sudah pasti, lha wong yang
memutuskan kan Pak Harto selakuKetua Dewan Pembina Golkar.Pokoknya siap-siap sajalah untukdilantik, nanti saya akan hadir,” kataSugeng ketika keduanya menghadiripemakaman seorang perwiratinggi di Taman Makam PahlawanKalibata, Jakarta Selatan. Orang-orang lain yang ditanyai Khumarga juga sekaliber Sugeng Widjaya dan
menjawab hampir sama.
Sementara menunggu prosespelantikan menjadi anggota DPR,dia tetap menjalankan tugas sebagaianggota DPP Golkar juga selakuRektor Untar. Suatu hari dia diteleponseorang (perempuan) yang cukupaktif di DPP Golkar serta sebagaidosen di Untar. Katanya, ada pesankhusus yang perlu disampaikan dari
seorang yang berkdudukan sangatsenior di lingkungan Golkar dalamkaitan pengangkatan Khumargasebagai calon anggota DPR. Ketikahari H-nya telah ditetapkan, sangpenghubung menemui Khumargadi rumah kediamannya. Intinya,Khumarga diminta menyediakandana sangat besar.
”Apakah itu syarat mutlak?”
”Ya, memang demikian,” jawab sangpenghubung. ”Sebagian besar dari‘calon jadi’ bahkan telah menyetorkan jumlah uang yang diminta.”
”Beri saya waktu untuk pikir-pikir.”
Sang penghubung pamit. ”Baik, nantidua-tiga hari saya menghubungiBapak lagi.”
Selang dua hari setelah itu sangpenghubung menelepon danmemberitahu bahwa jumlah uang bisa dikurangi 50 persen.
”Ya, saya pikir-pikir dulu,” kataKhumarga.
Tibalah saat pengumuman daftaranggota DPR yang akan dilantik, danmemang namanya tidak ada di situ.”Saya juga tidak pernah dihubungilagi oleh sang penghubung. Sayatidak menyesal dan tetap membantuGolkar seperti biasa, tapi daribeberapa teman, saya tahu jatahkursi yang dialokasikan untuk sayadiberikan kepada aktivis ICMI.”
ICMI atau Ikatan CendekiawanMuslim se-Indonesia merupakanorganisasi yang lahir di zaman OrdeBaru dengan tokohnya BJ Habibie.
Terjemahan Bermasalah
Khumarga yang karena tugasnya diDinas Penerangan Humas Kopkamtibpernah berhubungan erat dengantokoh pers nasional, juga punyapengalaman tak terlupakan: ditegurPangkopkamtib Jenderal Sumitro
-
8/16/2019 Tokoh Integritas : Prof Dr Dahnial Khumarga
5/5
79INTEGRITAS - Juni 2013
karena masalah pengindonesiaan kataimpose (Inggris) ke bahasa Indonesia.
Pada 1973, menjelang Rapim ABRI,Khumarga diminta Jenderal AugustMarpaung (atasannya langsung)
menyusun pidato pengarahanPangkopkamtib. Ketika menyusunpidato itu ia kesulitan menemukanpadanan kata impose dalam kalimatberbahasa Inggris dalam konteks”diberi sanksi”. Merasa menggunakankata dikenakan sebagai padanan kata to impose kurang pas, Khumargaakhirnya menggabungkan kata daribahasa Indonesia dan bahasa Inggrismenjadi ‘diimposekan’ (tanda petiksatu dari penulis, Red). Singkat cerita,
naskah pidato diserahkan kepadasekretaris Pak Mitro.
Pagi hari sebelum Rapim ABRIdimulai, Pak Mitro menelepon Jenderal August Marpaung danmempersoalkan naskah pidato hasilkerja Khumarga. August lalu memintaKhumarga segera melapor ke PakMitro, dans Khumarga bergegasmenuju ruang kerja Pak Mitro. Diacemas.
Setelah dipersilakan duduk,Khumarga ditanya Pak Mitro tentangkata ‘diimposekan’ yang ternyatadiketik serangkai dan bukan ‘di-impose-kan’.
Setelah mendengar penjelasanKhumarga, Pak Mitro akhirnyamaklum. Ternyata, Pak Mitroorangnya simpatik, kata Khumargadalam hati.
”Seandainya ketika itu sudah adakomputer untuk mengetiknya,tentu kata impose -nya diketik italic.Namun, karena diketik dengan mesinketik maka sulit dibedakan bahwakata kerja yang diapit oleh awalan di dan akhiran kan sebetulnya kata kerjabahasa Inggris.”
Maksud Khumarga, kalau sekarang diatentu mengindonesiakan terjemahanmenjadi ‘di-impose -kan’.
Yang juga tak kalah menarik adalahcerita Khumarga tentang asal-muasal
rumah Soeharto di Jalan Cendana No8, Menteng, Jakarta Pusat. Ketikabertugas di lingkungan KomandoOperasi Tertinggi (KOTI), Khumargadiajak bicara oleh (ketika itu masih)Brigjen Sudharmono.
”Kalau tidak salah you kenal cukupbaik dengan Profesor Mister TingSwan Tiong,” kata Sudharmono.
”Iya, beliau guru besar saya ketika
kuliah di Fakultas Hukum UI.Sesudah itu saya pernah magang dikantor advokat dan pengacara beliaudi Jalan Kramat Raya kurang lebihtiga bulan. Apa yang bisa saya bantu,Pak?”
Sudharmono, SH, yang ketika ituseingat Khumarga sudah diangkatmenjadi sekretaris pribadi (sespri)Presiden Soeharto menjelaskanbahwa keluarga Pak Harto berminat
membeli rumah/persil yang terletakdi Jalan Cendana No 8, yang letaknyabersebelahan dengan rumah keluargaSoeharto.
Khumarga kemudian mengontakProf Mr Ting. Maka, Khumargapun tahulah bahwa persil dimaksudmilik NV Prapatan Oost, perusahaankepunyaan seorang warga negaraIndonesia yang bermukim di NegeriBelanda dan Prof Mr Ting dipercaya
menjaganya.
Setelah bicara dengan Prof Mr TingKhumarga menghadap Sudharmono(yang jabatan terakhirnya adalah Wakil Presiden RI) dan melaporkanpembicaraannya dengan Prof MrTing sembari memberi alamat kantor,nomor telepon, dan sebagainya. Dikemudian hari, Khumarga mendengar
kabar bahwa Soeharto jadi membelirumah di Jalan Cendana No 8.
Di dalam bukunya, Untuk Negara, Masyarakat, dan Keluarga (2012),dengan sangat bagus Khumarga
menggambarkan kepribadian MayjenIg Djoko Mulyono, atasannyasemasa bertugas di Satgas MassMedia Kopkamtib. Setelah pensiundari Angkat Darat Djoko Mulyonomenjabat Dirjen BimbinganMasyarakat Katolik Departemen Agama.
Sosok Djoko Mulyono selaku atasanmemang tidak tergolong komandanyang karismatik atau menonjol
kewibawaannya. Namun, oleh rekandan bawahannya Djoko dikenalsebagai seorang yang menonjol sifatkebapakannya.
Masih segar dalam ingatan Khumargapetuahnya dalam bahasa Belanda,”Laten ze ons nader kennen.” Artinya ,”Biarlah mereka akhirnya mengenalkita lebih jauh.” Maksudnya, kalausikap kita dipermasalahkan secaratidak positif oleh kawan-kawan
sekerja, kita tidak usah bereaksilalu mengikuti sikap mereka yangmengkritik kita. Sebaliknya, biarlahkita menunjukkan sikap kita yangsebenarnya, demikian rupa, sampaiakhirnya merkea merasa tidaksepatutnya menilai kita sebagaimanasebelumnya.
Ungkapan dalam bahasa Belanda itumenancap hati Khumarga, dalamsekali. ”Hingga sekarang saya sering
menjadikannya sebagai peganganhidup maupun untuk menasihatikawan-kawan, bawahan yangmengeluhkan sikap kawannya yangtidak positif.”
HENDRIK/ANDREAS/VICTOR