tipologi pendayagunaan kotoran sapi dalam upaya …

8
42 GAMMA, Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49 Moch. Agus Krisno Budiyanto Versi online: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420 TIPOLOGI PENDAYAGUNAAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK DI DESA SUMBERSARI KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG Moch. Agus Krisno Budiyanto Staf Pengajar Jurusan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang Alamat Korespondensi : Jl. Cengger Ayam Dalam I/38 Malang Email: [email protected] ABSTRACT Organic farming is an alternative to the development of eco-friendly farming and sustainable. Organic farming is one attempt to win the competition in the market seized on post-Asean free trade. This research addresses the concept of “Typology Administrative Cow Manure in Organic Farming Support Efforts in the Sumbersari District Poncokusumo Village Malang Regency.” This concept is expected to enrich the lecture material of General Microbiology, Introduction to Microbiology Subject Agriculture and Industry. The research approach used in this study is a qualitative research design with phenomenology research. Research informants are cattle breeders, farmers, and Owners / Investors Cow in the Sumbersari District Poncokusumo Village Malang Regency. Sampling technique used was purposive sampling. Data collection methods used are indepth interviews and questionnaires. The research data were analyzed with qualitative analysis (Content Analysis) with Interactive Models by Milles and Hubermen (1994). Based on research results can be stated that the majority of farmers utilize manure as organic fertilizer (cow dung by piling soil or put holes) and some small farmers dispose of cow manure that pollute the environment just a place to stay, even some farmers who let the dirt at times cow barn became so bad environmental sanitation that can affect the health of cattle. The use of organic manure fertilizer is also increasing with the reason it easier to find, cheap, and better fertilization results Key Word: administrative, cow manure, organic farming, organic fertilizer, fertilization results PENDAHULUAN Pertanian organik merupakan salah satu alternatif menuju pembangunan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Tujuan utama dari sistem pertanian organik adalah untuk menghasilkan produk bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen maupun konsumen dan tidak merusak lingkungan. Pengertian organik menurut FAO adalah ” a holistic production management system which promotes and enhances agroecosistern healyh, including biodiversity, biological cycles, and soil biological activity. Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian berkelanjutan yang diakui oleh Komisi Eropa (European Commission) dan Agricultural Council pada Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1992 (Jolly, 2000). Menurut Winarno dalam Bahar (2008) konsumen dalam dan luar negeri, khususnya di negara maju, seperti Eropa, Jepang, dan Amerika sangat tertarik akan pangan organik dikarenakan motivasi kesehatan, produknya lebih segar, rasanya enak, bagus teksturnya dan memiliki sifat spesifik yang dapat memberikan kepuasan serta kenikmatan tersendiri. Di beberapa negara maju, pertanian organik telah menunjukkan porsi yang cukup baik dalam sistem produksi pangan. Misalnya diAustria, 10% dari pangan berasal dari pertanian organik, di Swiss pangan organik mencapai 7,8%, dan di beberapa negara lainnya seperti Amerika Serikat, Perancis, Jepang dan Singapura, kemajuan dalam pertanian organik mencapai lebih dari 20% setiap tahunnya. Menurut survey tahun 2005, Ceko telah menghabiskan US $ 15,9 juta (Rp 133,878 milyar) untuk membeli produk organik. Nilai tersebut diperkirakan akan mencapai US $ 59 juta (Rp 496,78 milyar) pada tahun 2011. 50% dari nilai tersebut berasal

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TIPOLOGI PENDAYAGUNAAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA …

42 GAMMA, Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49

Moch. Agus Krisno BudiyantoVersi online:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

TIPOLOGI PENDAYAGUNAAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYAMENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK DI DESA SUMBERSARI

KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

Moch. Agus Krisno Budiyanto

Staf Pengajar Jurusan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah MalangAlamat Korespondensi : Jl. Cengger Ayam Dalam I/38 Malang

Email: [email protected]

ABSTRACT

Organic farming is an alternative to the development of eco-friendly farming and sustainable.Organic farming is one attempt to win the competition in the market seized on post-Asean freetrade. This research addresses the concept of “Typology Administrative Cow Manure in OrganicFarming Support Efforts in the Sumbersari District Poncokusumo Village Malang Regency.” Thisconcept is expected to enrich the lecture material of General Microbiology, Introduction toMicrobiology Subject Agriculture and Industry.

The research approach used in this study is a qualitative research design with phenomenologyresearch. Research informants are cattle breeders, farmers, and Owners / Investors Cow in theSumbersari District Poncokusumo Village Malang Regency. Sampling technique used was purposivesampling. Data collection methods used are indepth interviews and questionnaires. The researchdata were analyzed with qualitative analysis (Content Analysis) with Interactive Models by Millesand Hubermen (1994).

Based on research results can be stated that the majority of farmers utilize manure as organicfertilizer (cow dung by piling soil or put holes) and some small farmers dispose of cow manure thatpollute the environment just a place to stay, even some farmers who let the dirt at times cow barnbecame so bad environmental sanitation that can affect the health of cattle. The use of organicmanure fertilizer is also increasing with the reason it easier to find, cheap, and better fertilizationresults

Key Word: administrative, cow manure, organic farming, organic fertilizer, fertilization results

PENDAHULUAN

Pertanian organik merupakan salah satu alternatifmenuju pembangunan pertanian yang ramah lingkungandan berkelanjutan. Tujuan utama dari sistem pertanianorganik adalah untuk menghasilkan produk bahanpangan yang aman bagi kesehatan produsen maupunkonsumen dan tidak merusak lingkungan. Pengertianorganik menurut FAO adalah ” a holistic productionmanagement system which promotes and enhancesagroecosistern healyh, including biodiversity, biologicalcycles, and soil biological activity. Pertanian organikmerupakan suatu sistem pertanian berkelanjutan yangdiakui oleh Komisi Eropa (European Commission)dan Agricultural Council pada KonferensiPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1992 (Jolly,2000). Menurut Winarno dalam Bahar (2008)konsumen dalam dan luar negeri, khususnya di negara

maju, seperti Eropa, Jepang, dan Amerika sangattertarik akan pangan organik dikarenakan motivasikesehatan, produknya lebih segar, rasanya enak, bagusteksturnya dan memiliki sifat spesifik yang dapatmemberikan kepuasan serta kenikmatan tersendiri. Dibeberapa negara maju, pertanian organik telahmenunjukkan porsi yang cukup baik dalam sistemproduksi pangan. Misalnya di Austria, 10% dari panganberasal dari pertanian organik, di Swiss panganorganik mencapai 7,8%, dan di beberapa negaralainnya seperti Amerika Serikat, Perancis, Jepang danSingapura, kemajuan dalam pertanian organikmencapai lebih dari 20% setiap tahunnya.

Menurut survey tahun 2005, Ceko telahmenghabiskan US $ 15,9 juta (Rp 133,878 milyar)untuk membeli produk organik. Nilai tersebutdiperkirakan akan mencapai US $ 59 juta (Rp 496,78milyar) pada tahun 2011. 50% dari nilai tersebut berasal

Page 2: TIPOLOGI PENDAYAGUNAAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA …

43Moch. Agus Krisno Budiyanto, Tipologi Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam Upaya Mendukung PertanianOrganik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

GAMMAVersi online:Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49

Versi online:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

dari masyarakat Ceko yang sama sekali tidakmengenal produk organik dan hanya 3% saja berasaldari konsumen Ceko yang secara teratur membeliproduk berlabel ramah lingkungan. Surveimenyebutkan bahwa umumnya masyarakat Cekocenderung membeli produk organik oleh karenaharganya yang tinggi dan kandungan nilai tradisionalnya(Yusmaini,2009).

Saat ini sekitar 10% – 15% rumah tangga diSwiss membeli produk organik secara teratur. Swissmerupakan pembeli produk organik terbesar di duniadengan menghabiskan SFr 160 (Rp 1,185,600,-) perorang setiap tahunnya untuk produk-produk organiktertentu. Di antara produk-produk tersebut, produkpangan organik menguasai 3% dari penjualan produkorganik. Migros, penjual makanan terbesar di Swiss,mampu menjual produk organik bersertifikasi sebesarSFr 300 juta (Rp 2.223 trilyun) pada tahun 2005.Fenomena ini menjadi tantangan yang cukup berat bagipetani, khususnya bagi petani organik, karena harusbersaing dalam hal mutu produk organik dengansupermarket produkproduk organik yang dijualnyaseperti Aldi (Jerman) dan Carrefour (Perancis).Banyak ahli memprediksikan bahwa tak lama lagipetani organik akan dapat menjual produknya dengandengan harga supermarket yang tinggi jika petanimampu membuktikan rasa produk organiknya lebihenak dan bergizi secara ilmiah (Yusmaini,2009).

Di Kanada, promosi konsumen ternyata dapatberpengaruh pada permintaan pangan organik dipasaran. Pertumbuhan permintaan pangan organik dipasar diprediksikan mencapai 17.41% pada periode2007 – 2011. Padahal permintaan tahun sebelumnyahanyalah sebesar 3% – 4%. Pertumbuhan permintaantersebut menyebabkan total penjualan panganbersertifikat organik sepanjang tahun 2006 mencapaiUS $ 412 juta (Rp 3.72 trilyun) dari total penjualanpangan di Kanada sebesar US $ 46 milyar (Rp 415.01trilyun). Dari total penjualan tahun 2006 tersebut, pasarpangan organik di Kanada mendapatkan keuntungansebesar US $ 1.4 juta atau 12.63 milyar rupaih(Yusmaini,2009).

Media Organik Inggris memberitakan bahwapedagang yang menjual makanan organik di Asiameningkat 20% setiap tahunnya. Angka ini tidaklahmengejutkan mengingat begitu banyaknya tulisantentang krisis keamanan pangan yang menyerangkonsumen setiap harinya, termasuk tentang ikan

terkontaminasi, kandungan listeria di dalam es krimdan residu pestisida yang tinggi pada sayuran.Supermarket Wal-Mart dan Carrefour adalah duapusat perbelanjaan yang mendapatkan keuntungan daripeningkatan permintaan produk organik tersebut.Supermarket Wal-Mart di Beijing menyatakanpenjualan sayur organik meningkat tajam menjadi 88%dalam kurun waktu 12 bulan sejak bulan November2006 dari penjualan terakhir tahun 2005-2006 sebesar13.6% (Yusmaini,2009).

Disisi lain menurut Dinas Pertanian Sumut(2010), pertanian organik merupakan salah satu upayauntuk bisa memenangkan persaingan dalam merebutpasar pada pascaperdagangan bebas Asean.Peningkatan kemampuan penetrasi pasar dan dayasaing produk pertanian organik yang perlu mendapatperhatian yang lebih serius untuk lebih ditingkatkanlagi adalah penetapan produk hortikultura unggulan danwilayah andalan untuk produk hortikultura, produkhortikultura organik, SDM berbudaya industri, teknologi,manajemen, harga yang bersaing, permodalan, promosidan pemasaran, infrastruktur, dan penyediaan pupukorganik. Salah satu bahan potensial untuk pupukorganik adalah kotoran sapi.

Disisi lain potensi jumlah kotoran sapi dapat dilihatdari populasi sapi. Populasi sapi potong di Indonesiasekitar 10,8 juta ekor dan akan bertambah dengankebijakan pembatasan impor daging. Menteri Pertaniantahun 2010 akan memperketat pemberlakuanperaturan tentang pembatasan impor daging walaupunPeraturan Menteri Pertanian Nomor 20 Tahun 2009yang mengizinkan dan mengatur tentang impor dagingmasih berlaku. Pembatasan impor daging tersebutsecara bertahap akan mengarah kepada penutupanijin impor daging. Hal memberi peluang baru tumbuhnyausaha peternakan sapi potong. (Dinas PeternakanProvinsi Jambi, 2010). Sedangkan jumlah sapi perahdi Indonesia hanya 350.000-400.000 ekor, dengan rata-rata kepemilikan tiga ekor per peternak. Satu ekor sapirata-rata setiap hari menghasilkan 7 kilogram kotorankering, sehingga kotoran sapi kering yang dihasilkandi Indonesia sebanyak 78,4 juta kilogram kotorankering/hari. Di Bantul misalnya, dengan populasi sapipotong 49.957 ekor sehingga setiap hari produksikotoran kering sapi mencapai 349,7 ton sudah dapatmencukupi bahan baku pabrik pupuk organikPetroganik dengan kapasitas 7,5 ton per hari. Sapidengan bobot 450 kg menghasilkan limbah berupa

Page 3: TIPOLOGI PENDAYAGUNAAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA …

44 GAMMA, Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49

Moch. Agus Krisno BudiyantoVersi online:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

feses dan urin lebih kurang 25 kg per hari (Prihandarini,2008).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, makapenelitian ini dirancang untuk menjawab masalah(fokus) penelitian bagaimanakah tipologipendayagunaan kotoran sapi dalam upaya mendukungpertanian organik di Desa Sumbersari KecamatanPoncokusumo Kabupaten Malang?

METODELOGI PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desainpenelitian Fenomenologi yaitu suatu penelitian yangingin menjelaskan fenomena yang berupapengalamanpengalaman yang dialami seseorang dalamkehidupan (dalam hal ini adalah pengalaman peternaksapi, petani, dan pemilik/pemodal pengemukan sapitentang pendayagunaan kotoran sapi dalam upayamendukung pertanian organik) Informan penelitiandalam penelitian ini adalah peternak sapi, petani, danpemilik/pemodal pengemukan sapi di Desa SumbersariKecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Tekniksampling yang digunakan adalah purposive sampling.Jumlah subyek penelitian dianggap cukup apabilainformasi telah jenuh (variasi informasi sudah tidakmencolok).

Fokus yang diteliti dalam penelitian ini adalahtipologi pendayagunaan kotoran sapi dalam upayamendukung pertanian organik di Desa SumbersariKecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang, dengansubfokus: 1) keragaman tipe pendayagunaan kotoransapi dalam upaya mendukung pertanian organik diDesa Sumbersari Kecamatan PoncokusumoKabupaten Malang, dan 2) faktor-faktor yangmempegaruhi tipologi pendayagunaan kotoran sapidalam upaya mendukung pertanian organik di DesaSumbersari Kecamatan Poncokusumo KabupatenMalang.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalahwawancara mendalam dan angket terbuka.Wawancara mendalam (Indepth Interview) dilakukankepada peternak sapi (untuk mendapat informasiberbagai cara pembuangan kotoran sapi dalam upayamenjaga kebersihan lingkungan kandang) dan petani(untuk mendapatkan informasi berbagai carapendayagunaan kotoran sapi dalam budidaya pertanianorganik). Angket terbuka diberikan kepada Pemilik/

Pemodal Pengemukan Sapi (untuk mendapatkaninformasi tentang peran serta dalam mendukungpendayagunaan kotoran sapi dalam budidaya pertanianorganik).

Untuk menjamin kepercayaan data yangdiperoleh, maka kriteria yang digunakan untukpengecekan keabsahan data dalam penelitian inimeliputi: 1) derajat kepercayaan (credibility) denganmenggunakan triangulasi metode (metodepengumpulan data) dan triangulasi sumber (informan),2) keteralihan (transferabiliy) dengan menyediakandata deskriptif secukupnya untuk membuat keputusantentang pengalihan, 3) kriteria keberbantungan(dependability), yang dilakukan dengan meninjau danmemperhitungkan semua faktor yang bersangkutandengan data penelitian. Hal ini dilakukan denganmenjaga kehati-hatian, sehingga terhindar darikemungkinan terjadinya kesalahan dalampengumpulan dan penginterpretasian data, dan 4)kepastian (Confirmability), yang dilakukan denganmengadakan kesepakatan atau pengecekan berulangdengan sumber data agar data yang diperoleh bersifatobyektif.

Analisis data yang digunakan dalam penelitianini adalah analisis kualitatif dengan cara analisis isi(content analysis). Analisis isi adalah suatu teknikyang sistematik untuk menganalisis makna pesan dancara mengungkapkan pesan. Langkah yang dilakukanpada analisis isi dalam penelitian ini menggunakaninteractive model dari Miles dan Huberman (Miles& Huberman, 1994). Model ini mengandung 4komponen yang saling berkaitan, yaitu (1) pengumpulandata, (2) penyederhanaan atau reduksi data, (3)penyajian data, (4) penarikan dan pengujian atauverifikasi simpulan.

Gambar 1. Analisis Isi Model Interaktif(Sumber: Miles & Huberman, 1994)

Page 4: TIPOLOGI PENDAYAGUNAAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA …

45Moch. Agus Krisno Budiyanto, Tipologi Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam Upaya Mendukung PertanianOrganik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

GAMMAVersi online:Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49

Versi online:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

HASIL DAN PEMBAHASAN

Observasi di kawasan ternak sapi brahmanmenunjukkan bahwa sebagain besar peternakmendayagunakan kotoran sapi sebagai pupuk organik(dengan cara menumpuk kotoran sapi tersebut ataudimasukkan dalam tanah berlubang), sebagian kecilpeternak membuang kotoran sapi begitu saja sehinggamencemari lingkungan tempat tinggal, bahkan adapeternak yang membiarkan kotoran tersebut di kadangsapi sehingga sanitasi lingkungan kandang menjadijelek yang dapat berdampak kepada kesehatan sapi.Peternak yang belum mendayagunakan kotoran sapipada umumnya mempunyai pendidikan yang relatifrendah, tidak tergabung dalam kelompok peternak, danbelum begitu lama menjadi peternak sapi.

Gambar 2 . Pembuatan pupuk organik darikotoran sapi dengan cara memasukkan

kotoran sapi dalam tanah berlubang

Gambar 3. Sapi agak kotor akibat kotorandibuang begitu saja di lingkungan sekitar

kandang

Berdasarkan observasi di kawasan pertaniandidapatkan bahwa penggunaan pupuk organik kotoransapi cenderung semakin meningkat. Pak Samingunmisalnya, petani sayur yang tinggal di Desa KetintangPoncokusumo ini senantiasa menggunakan pupukorganik kotoran sapi dengan alasan lebih mudahmencarinya, harganya murah, dan hasil pemupukanlebih baik. Dia mengatakan “ menawi wonten pupukkandang saking kotoran lembu meniko luweh saekeranten mes sameniko larang tur ewetpadosanipun, (bhs jawa)”. Sedangkan Pak Senari,peternak dan petani yang tinggal di Desa JambesariPoncokusumo telah lama menggunakan pupuk organikkotoran sapi untuk pertanian padinya. Di areapertanian terbanyak cukup banyak tumpukan pupukorganik kotoran sapi yang berada di tepi jalan dan akandigunakan untuk pemupukan pertanian hortikulturaorganik. Menurut informasi petani, satu truk dieselpupuk organik kotoran sapi dibeli di peternak sehargaRp. 30.000 (tiga puluh ribu rupiah). Harga ini sangatmurah jika dibandingkan dengan harga pupuk sintetis.

Gambar 4. tumpukan pupuk organik kotoransapi banyak ditemukan di jalan, menunjukan

adanya trend penggunaaan pupuk organik

Gambar Aktivitas bongkar muat pupukorganik kotoran sapi

Page 5: TIPOLOGI PENDAYAGUNAAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA …

46 GAMMA, Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49

Moch. Agus Krisno BudiyantoVersi online:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

Gambar 7 Contoh tanaman hortikultura yangmenggunakan pupuk organik kotoran sapi

(lebih subur dan tahan penyakit)

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik/pemodal pengemukan sapi dapat dinyatakan bahwapemilik/ pemodal belum menjadikan kotoran sapisebagai bentuk kapital usahanya, tetapi sudah banyakpemilik/pemodal yang mempunyai wawasan/ wacanamengoptimalkan pemanfaatan kotoran sapi sebagaibahan baku pupuk organik dan biogas sebagai bentukadded value (nilai tambah) ekonomi/penghasilanpeternak binaannya.

Pak Abdul Wahid mengatakan: “Saya belummenjadikan kotoran sapi sebagai bentuk

usaha, tapi saya punya rencana memanfaatankotoran sapi sebagai bahan baku pupuk

organik dan biogas untuk nambah penghasilanpeternak saya”

Kearifan peternak sapi dalam memanfaatkankotoran sapi sebagai bahan pembuatan pupuk organikperlu mendapatkan apresiasi yang baik jika dikaitkandengan cukup banyaknya masalah tidak tercukupinyakebutuhan pupuk sintesis. Menurut Dinas Komunikasidan Informatika Provinsi Jatim (2009) dan Nugroho(2009), alokasi pupuk bersubsidi di Jatim pada tahun2010, meliputi Urea sebanyak 1.325.000 ton, SP 36sebanyak 200.000 ton, ZA sebanyak 421.994 ton,NPK sebanyak 466.667 ton, dan pupuk organiksebanyak 206.267 ton. Jatah alokasi tersebutsebenarnya masih kurang jika dibandingkan dengankebutuhan. Adapun kebutuhan pupuk berdasarkan luasareal di Jawa Timur, meliputi Urea sebanyak 1,524.000ton, SP 36 sebanyak 423.234 ton, ZA sebanyak553.668 ton, NPK sebanyak 793.422 ton. Tahun 2009,jumlah alokasi pupuk bersubsidi yang dialokasikanpemerintah pada tahun 2009 masih kurang dari jumlahkebutuhan. Alokasi Pupuk Urea misalnya, dari1.403.943 ton yang dibutuhkan, yang dipenuhi hanya1.083.419 ton atau kurang 320.524 ton. MenurutAchiyar (2008), secara nasional pada tahun 2008kebutuhan Urea sebesar 1.363.184 ton namunmendapat alokasi 1.171.000 ton, SP 36 kebutuhannya491.004 ton mendapat alokasi 176.000 ton, ZAkebutuhannya 468.864 ton mendapat 369.127 ton, danNPK kebutuhannya 348.207 ton mendapat alokasi304.680 ton. Jika petani memilih untuk bertani secaraorganik, mereka tidak akan tergantung kepada pupukkimiawi (pupuk pabrik). Membuat pupuk sendirimembuat petani lebih mandiri sehingga pemerintahtidak perlu memberi subsidi pembelian pupuk kimiawi.

Disisi lain penggunaan pupuk organik dalamupaya mendukung pertanian organik perludikembangkan untuk mendukung pembangunanpertanian berkelanjutan. Beberapa penelitian telahmembuktikan efektivitas penggunaan pupuk organik.Indriati (2009) dalam penelitiannya yang berjudulPengaruh Penggunaan Pupuk Organik EffectiveMicroorganisms: EM-7 dan EM Komersial terhadapPertumbuhan Tanaman Nilam menyatakan bahwahasil terbaik pertumbuhan tanaman nilam dengan tinggitanaman sebesar 40,93 cm, jumlah daun 206,67 helaidan berat segar daun 54,50 g/tanaman dihasilkan dariperlakuan menggunakan pupuk mineral growmoresebesar 0,5 g/minggu/tanaman dengan penambahanpupuk organik EM-7 dengan pengenceran 75 kali.Analisis jumlah minyak tertinggi yaitu 6,67% dihasilkan

Page 6: TIPOLOGI PENDAYAGUNAAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA …

47Moch. Agus Krisno Budiyanto, Tipologi Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam Upaya Mendukung PertanianOrganik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

GAMMAVersi online:Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49

Versi online:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

dari daun tanaman nilam yang diberi penambahanpupuk organik EM-7 maupun EM-Komersial untukpemberian pupuk mineral growmore sebanyak 0,5 g/minggu/tanaman sedangkan analisis kandungan minyaktanaman kontrol yaitu 5%. Hasil ini tidak terlaluberbeda secara signifikan. Penggunaan pupuk organicEM-7 dan EM-Komersial dengan berbagaipengenceran terbukti berpengaruh terhadappertumbuhan tanaman nilam.

Iqbal (2008) dalam penelitiannya yang berjudulPotensi Kompos dan Pupuk Kandang untuk ProduksiPadi Organik menyatakan bahwa pupuk organik yangberupa kompos jerami dan pupuk kandang dapatmeningkatkan serapan hara N, kandungan klorofil adan klorofil b. Peningkatan takaran pupuk N sampaidengan 50% anjuran dengan pemberian limbah organikdapat meningkatkan komponen fisiologi dan hasiltanaman. Pemberian pupuk organik pada tahap awalsebaiknya diimbangi dengan pupuk N buatan sampaidengan 50% dosis anjuran. Pemberian pupuk organikdan pupuk buatan menghasilkan gabah dengan mutugizi ditunjukkan dengan kandungan protein dan patiyang sama.

Sumanto (2007) dalam penelitiannya yangberjudul Pengaruh Komposisis Media Tumbuh (Tanah:Pupuk Kandang) dan EM4 terhadap Pertumbuhan StekPanili menyatakan bahwa interaksi antara komposisismedia tumbuh (tanah: pupuk kandang) dan EM4berpengaruh terhadap bobot tanaman dan jumlah akar.Kombinasi media tanah: pupuk kandang (1:0,75) daninokulasi EM4 7,4 g/pot dan 2,6 g.pot menghasilkanhasil yang paling baik.

Nurmawati (2007) dalam penelitiannya yangberjudul Studi Perbandingan Penggunaan PupukKotoran Sapi dengan Pupuk Casting terhadapProduksi Tanaman Selada (Lactuca sativa)menyatakan bahwa penggunaan pupuk kotoran sapidengan pupuk casting (cacing tanah) dengan dosisyang berbeda berpengaruh terhadap produksi tanamanselada. Pada penggunaan pupuk kotoran sapi produksiyang tertinggi dicapai pada dosis 700 g/pot, sedangkanpada penggunaan pupuk casting produksi yang optimaldicapai pada dosis 300g/pot.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarikkesimpulan penelitian yaitu sebagain besar peternak

mendayagunakan kotoran sapi sebagai pupuk organik(dengan cara menumpuk kotoran sapi atau dimasukkantanah berlubang) dan sebagian kecil petani membuangkotoran sapi begitu saja sehingga mencemarilingkungan tempat tinggal, bahkan ada peternak yangmembiarkan kotoran tersebut di kadang sapi sehinggasanitasi lingkungan kandang menjadi jelek yang dapatberdampak kepada kesehatan sapi. Penggunaan pupukorganik kotoran sapi juga semakin meningkat denganalasan lebih mudah mencarinya, harganya murah, danhasil pemupukan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, A., N. Suharta, D. Santoso, dan A.B.Siswanto. 2002. Potensi Lahan UntukPertanian Organik Berdasarkan PetaPewilayahan Komoditas Di Indonesia.Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik,Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah danObat.

Achiyar, 2008. Pupuk Langka, PemerintahTingkatkan Pengawasan. Http://www.indonesia.go.id, Diakses 12 Januarui 2010.

Bahar YH, 2008; Pertanian Organik, ataukahPertanian Berkelanjutan, ht tp://www.hortikultura.deptan.go.id, Diakses 14Januari 2010.

Bahar YH, 2009. Penerapan GAP sebagaiTerobosan Peningkatan Daya SaingHortikultura. 2009 ht tp://www.hortikultura.deptan.go.id, Diakses tanggal16 Januari 2010.

Budiyanto MAK. 2002. Metodologi Penelitian.Malang: Universitas Muhammadiyah. Malang.

Departemen Pertanian. 2006. PengembanganBiogas Ternak Bersama Masyarakat(BATAMAS). Jakarta: Direktorat BudidayaTernak Ruminansia.

Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jatim,2009. Atasi Kelangkaan Pupuk,Optimalkan Kelompok Tani. Surabaya:Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim

Page 7: TIPOLOGI PENDAYAGUNAAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA …

48 GAMMA, Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49

Moch. Agus Krisno BudiyantoVersi online:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

Dinas Pertanian Jambi, 2010, Pemkab BungoGalakkan Pertanian Organik. http://www.jambi-independent.co.id/, Diakses 14Januari 2010.

Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010, SumutFokuskan Hortikultura Organik UntukMerebut Pasar. http://waspada.co.id, Diakses14 Januari 2010.

Dinas Peternakan Provinsi Jambi, 2010. SelamatkanSapi Betina Produktif- CegahPemotongannya,

http:/ [email protected], Diaksestanggal 15 Januari 2010.

Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007. BukuPedoman Penerapan Usaha Tani Non KimiaSintefik pada Tanaman Hortikultura.. Hhtp://www.deptan. go.id/ Diakses 26 September2009.

Indriati Y, 2009. Pengaruh Penggunaan PupukOrganik Effective Microorganisms: EM-7 danEMKomersial terhadap Pertumbuhan TanamanNilam Sidikalang (Pogostemon cablinBenth.). Bogor: Progam Studi Sarjana BiologiSITH IPB.

Instalasi Penelitian dan Pengkajian TeknologiPertanian Mataram, 2000. Pupuk KomposSuper. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN)IPPTP Mataram, Mataram: Instalasi Penelitiandan Pengkajian Teknologi Pertanian MataramNTB

Iqbal A, 2008. Potensi Kompos dan PupukKandang untuk Produksi Padi Organik. JurnalAkta Agrosia Vol. 11 No. 1 Januari-Juni 2008.hal 13-18.

Isroi, 2010. Keunggulan Pupuk Organik Pelet(POP). Http:/ Biodecomposer, Diakses 16Januari 2010.

Iwantoro, S. 2004. Peran Pemerintah untukMendorong dan Melindungi PertumbuhanPertanian Organik di Indonesia. Bogor:.Balitro.

Jolly, D. 2000. From Cottage Industry toConglomerates: The Transformation of the USOrganis Food Industry. New York: OriginalPress.

Kaderi H, 2004. Teknik Pengolahan Pupuk Peletdari Gulma sebagai Pupuk Majemuk danPengaruhnya terhadap Tanaman Padi. BuletinTeknik Pertanian Vol. 9 No. 2 tahun 2004, hal47-49.

Nugroho, 2009. Kurangi Kelangkaan, PupukOrganik Digencarkan. http://www.perumperhutani.com, Diakses 12 Januarui2010.

Nurmawati S, Suhardianto A, 2007. StudiPerbandingan Penggunaan Pupuk Kotoran Sapidengan Pupuk Casting terhadap ProduksiTanaman Selada (Lactuca sativa). LaporanPenelitian, Jakarta: FMIPA-UT.

Prihandarini R, 2009. Potensi PengembanganPertanian Organik. Jakarta: DepartemenPertanian, Sekjen Maporina.

Prihandarini, R. Salam. Ghani, Sudiarso,. 2008.Kajian Perpupukan Nasional. Laporan hasilKajian Tim Kantor Menko PerekonomianRepublik Indonesia.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,2007. Petunjuk Teknis. Pembuatan KomposBerbahan Kotoran Sapi. Jakarta: PusatPenelitian dan Pengembangan PeternakanBadan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian.

Setyowati N, Nurjanah U, haryanti D, 2008. GulmaTusuk Konde (Wedelia trilobata) dan Kirinyu(Chlomolaena odorata) sebagai PupukOrganik pada Sawi (Bracissia Chinensis).Jurnal Akta Agrosia Vol. 11 No. 1 Januari-Juni2008. hal 47-56.

Sudirja R, Solihin Ma, dan Rosniawaty S, 2005.Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao danKascing terhadap Perbaikan Beberapa SifatKimia Fluventic Eutrudepts. Bandung:Universitas Padjadjaran

Page 8: TIPOLOGI PENDAYAGUNAAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA …

49Moch. Agus Krisno Budiyanto, Tipologi Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam Upaya Mendukung PertanianOrganik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

GAMMAVersi online:Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49

Versi online:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

Sulaefi, 2000. Peluang, Kendala dan StrategiPengembangan Ekspor Agrobisnis-Agroindustri Hortikultura Indonesia di EraMillenium III. Jurnal Sains dan TeknologiIndonesia Vol.2, No.3, hal. 25-32.

Suleman A, Prihandarini, R dan Sudjais, Z. 2006.Menghantarkan Indonesia MenjadiProdusen Organik Terkemuka. ProceedingMAPORINA

Sumanto, Taryono, Purwani, 2007. PengaruhKomposisis Media Tumbuh (Tanah: PupukKandang) dan EM4 terhadap PertumbuhanStek Panili. Jurnal Penelitian PertanianIndonesia, Volume XX1 No. 1, hal 4.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik:Pemasyarakatan dan Pengembangannya.Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Suwartini S, 2003, Kajian Perilaku Konsumen danPositioning Produk Hortikultura Organik diJawa Timur, Tesis, Bandung: ProgramPascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB.

Yusmaini, 2009. Kesiapan Teknologi MendukungPertanian Organik Tanaman Obat. LaporanPenelitian. Bogor: IPB.