tinpus meningoencephalitis

7
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA I. MENINGOENCEPHALITIS 1. Pengertian Meningoencephalitis adalah proses peradangan yang terjadi pada selaput dan jaringan otak. Selaput otak terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu durameter, arakhnoid, dan piameter. Durameter adalah membran putih tebal yang kasar dan menutupi seluruh otak dan medulla spinalis. Arakhnoid merupakan membran lembut yang bersatu di tempatnya dengan piameter, diantaranya terdapat ruang subarakhnoid dimana terdapat pembuluh arteri dan vena serebral. Piameter merupakan membran halus yang kaya akan pembuluh darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Selain itu piameter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh medulla spinalis (Doenges, 1999). 2. Etiologi Meningoencephalitis disebabkan oleh berbagai macam organisme tetapi kebanyakan dengan penyakit tersebut mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Berikut ini adalah penyebab dari penyakit meningoencephalitis: a. Bakteri Bakteri yang paling sering menjadi penyebab diantaranya adalah Haemofilus influenza, Eschericia colli, Klebsiela, dan Pseudomonas. Tubuh akan merespon terhadap bakteri sebagai benda asing. Tubuh memberi respon dengan terjadinya peradangan yang menunjukan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan leukosit akan terbentuk di ruangan subarakhnoid dan akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga menyebabkan

Upload: kurnia-maratus-solichah

Post on 30-Jan-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kritis pasien

TRANSCRIPT

Page 1: TINPUS MENINGOENCEPHALITIS

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

I. MENINGOENCEPHALITIS

1. Pengertian

Meningoencephalitis adalah proses peradangan yang terjadi pada selaput dan

jaringan otak. Selaput otak terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu durameter,

arakhnoid, dan piameter. Durameter adalah membran putih tebal yang kasar dan

menutupi seluruh otak dan medulla spinalis. Arakhnoid merupakan membran lembut

yang bersatu di tempatnya dengan piameter, diantaranya terdapat ruang subarakhnoid

dimana terdapat pembuluh arteri dan vena serebral. Piameter merupakan membran

halus yang kaya akan pembuluh darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Selain itu

piameter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh

medulla spinalis (Doenges, 1999).

2. Etiologi

Meningoencephalitis disebabkan oleh berbagai macam organisme tetapi

kebanyakan dengan penyakit tersebut mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur

tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Berikut ini adalah

penyebab dari penyakit meningoencephalitis:

a. Bakteri

Bakteri yang paling sering menjadi penyebab diantaranya adalah Haemofilus

influenza, Eschericia colli, Klebsiela, dan Pseudomonas. Tubuh akan merespon

terhadap bakteri sebagai benda asing. Tubuh memberi respon dengan terjadinya

peradangan yang menunjukan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan

eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan leukosit akan terbentuk di ruangan

subarakhnoid dan akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga menyebabkan

lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Pengumpulan cairan di dalam otak ini

dapat menyebabkan jaringan otak mengalami infark.

b. Virus

Meningoencephalitis yang penyebabnya karena virus, dapat masuk ke dalam

tubuh melalui berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus seperti

gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Pada penyakit jenis ini yang

disebabkan oleh virus, tidak ditemukan cairan eksudat yang menumpuk di dalam

otak. Peradangan yang terjadi pada seluruh konteks cerebri dan lapisan otak

disebabkan karena respon dari jaringan otak terhadap berbagai virus yang

masuk (Brunner, 2000)

Page 2: TINPUS MENINGOENCEPHALITIS

3. Patofisiologi

Otak dilapisi oleh tiga lapisan yaitu durameter, arachnoid dan piameter. Cairan

otak yang dihasilkan bergerak mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler

otak dan sumsum tulang belakang. Organisame baik virus atau bakteri yang

menyebabkan meningoencephalitis memasuki cairan otak lewat aliran darah di dalam

pembuluh darah otak. Cairan hidung atau telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang

tengkorak dapat menyebabkan meningoencephalitis karena terdapat hubungan

langsung antara cairan otak dengan lingkungan luar. Mikroorganisme yang masuk

dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan sub arachnoid. Adanya mikroorganisme

yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piameter, arachnoid, cairan dan

jaringan otak (Ngastiyah, 2005).

4. Kebutuhan Zat Gizi

II. SEPSIS

1. Pengertian

Sepsis adalah suatu keadaan yang dihasilkan dari sebuah respon bahaya atau

terjadinya serangan infeksi. Banyak komponen dari respon imun bawaan (innate

immune respone) yang secara normal berhubungan dengan pertahanan host melawan

infeksi. Pada beberapa keadaan, proses tersebut menyebabkan kerusakan sel dan

jaringan. Sepsis berat adalah sebuah sindrom yang memiliki ciri-ciri dengan inflamasi

sistemik dan disfungsi organ akut dalam respon melawan infeksi (Hillenbrand, 2012).

2. Etiologi

Penyebab dari sepsis antara lain organisme seperti bakteri, parasit malaria,

jamur, dan organisme yang mengandung endotoksin dan mikroba lain. Organisme –

organisme tersebut berproliferasi dan menghasilkan bakteremia dan atau melepas

racun yang menstimulasi sistem innate immune, sel endothelial dan sel-sel lainnya

(Undurti, 2003).

3. Patofisiologi

Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh berbagai macam organisme dapat

mengaktifasi beragam mekanismeuntuk menyebabkan kerusakan jaringan dan gagal

organ. Selain itu, infeksi yang terjadi mampu memproduksi sitokin seperti TNF-α, IL-6

dan IL-1 yang akan menginisiasi respon peradangan. Pelepasan sitokin-sitokin tersebut

mampu menghasilkan perubahan fisiologi pada individu yang mengalami seperti

demam, takikardi, takipnea, hipotensi dan gangguan mikrosirkulasi (Wong, 2005).

Page 3: TINPUS MENINGOENCEPHALITIS

4. Kebutuhan Zat Gizi

III. PENDARAHAN SALURAN CERNA ATAS

1. Pengertian

Perdarahan saluran cerna disebabkan adalah kehilangan darah yang terjadi

pada saluran pencernaan. Mekanisme kehilangan darah dapat berupan perdarahan

tersamar intermitten sampai perdarahan masif. Perdarahan yang tersamar sering tidak

tampak jelas dimana hanya dapat dideteksi dengan adanya darah samar pada feses

atau adanya anemia defisiensi besi. Berat ringannya perdarahan dapat dinilai dari

manifestasi klinik yang ada seperti turunnya kadar hemoglobin serta yang paling penting

adalah ada tidaknya manifestasi gangguan hemodinamik (Djojoningrat, 2011).

Perdarahan akut dalam jumlah besar yaitu melebihi 20% volume intravaskular

akan mengakibatkan kondisi hemodinamik tidak stabil. Tanda-tanda yang mungkin

terjadi pada perdarahan akut yaitu:

a. Hipotensi dimana tekanan darah < 90/60 mmHg dengan frekuensi nadi >

100x/menit

b. Tekanan diastolik ortostatik turun > 10 mmHg atau sistolik turun > 20 mmHg

c. Frekuensi nadi ortostatik meningkat > 15x/menit

d. Kesadaran menurun

e. Anuria atau oliguria (produksi urine < 30ml/jam) (Adi, 2010)

2. Etiologi

Terdapat berbagai penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) di

Indonesia jika dibandingkan dengan penyebab yang sering terjadi di luar negeri.

Penyebab terbanyak terjadinya SCBA di Indonesia adalah perdarahan varises karena

sirosis hati (65%), sedangkan di negara Eropa dan Amerika adalah perdarahan non

variceal karena ulkus peptikum (60%) (Purnomo, 2005).

3. Patofisiologi

Lumen lambung memiliki pH yang asam. Kondisi ini berkontribusi dalam proses

pencernaan tetapi juga berpotensi merusak mukosa lambung. Beberapa mekanisme

telah terlibat untuk melindungi mukosa lambung. Musin yang disekresi sel-sel foveola

gastricia membentuk suatu lapisan tipis yang mencegah partikel makanan besar

menempel secara langsung pada lapisan epitel. Lapisan mukosa juga mendasari

pembentukan lapisan musin stabil pada permukaan epitel yang melindungi mukosa dari

paparan langsung asam lambung. Selain itu lapisan mukosa memilikipH netral sebagai

hasil sekresi ion bikarbonat sel-sel epitel permukaan. Suplai vaskular ke mukosa

Page 4: TINPUS MENINGOENCEPHALITIS

lambung selain mengantarkan oksigen, bikarbonat, dan zat gizi juga berfungsi untuk

mengalirkan asam yang berdifusi ke lamina propia. Gastritis akut atau kronik yang dapat

berlanjut menjadi ulkus peptikum dapat terjadi dengan adanya dekstruksi mekanisme-

mekanisme protektif tersebut (Turner, 2010).

4. Kebutuhan Zat Gizi

DAFTAR PUSTAKA

Adi P. 2010. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Jakarta: Pusat Penerbit

Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Djojoningrat D. 2011. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (hematemesis melena).

Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Brunner Suddarth. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Hillenbrand, Andreas, Manfred Weiss, Uwe Knippschild, Anna Maria Wolf, Markus Huber-

Lang. 2012. Sepsis – Induced Adipokine Change With Regard to Insulin

Resistance. International Journal of Inflamation.

Indah P, Elizabeth. 1998. Asuhan Keperawatan: Meningitis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama

Mahan, Kathleen, Sylvia Escott-Stump. 2004. Krause’s Food, Nutrition and Diet Therapy

11th Edition. United States of America:Elsevier

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Purnomo HD. 2005. Endoscopic and Clinical Features of Upper Gastrointestinal Bleeding in

Dr Kariadi Hospital Semarang. Prosiding Symposium: Indonesia Young Clinician

Program for World Congres of Gastroenterology, Canada.

Page 5: TINPUS MENINGOENCEPHALITIS

Turner JR. 2010. The Gastrointestinal Tract. Philadelphia: Elsevier Saunders Inc; 2010: 763-

70

Undurti N Das. 2003. Insulin in Sepsis and Septic Shock. JAPI 2003; 51:695-700

Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wong, F, M Bernardi, R Balk, B Christman, R Moreau, G Garcia-Tsao, et al. 2005. Sepsis in

Cirrhosis. Report on the 7th meeting of the International Acites Club. Available from:

www.gut.bml.com