tinjaun umum (1-3) - bi.go.id filerangka memenuhi ketentuan pasal 58 uu bank indonesia no. 23 tahun...
TRANSCRIPT
BANK INDONESIAUntuk informasi lebih lanjut hubungi:Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Telepon : +62 61 3818163+62 21 3818206 (sirkulasi)
Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id
i
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA
Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah
Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam
rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud
utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan
pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan
(ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat
luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan
kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Boediono Gubernur
Miranda S. Goeltom Deputi Gubernur Senior
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
Siti Ch. Fadjrijah Deputi Gubernur
S. Budi Rochadi Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIWULAN IV-2008
ii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA
iii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA
Strategi Kebijakan Moneter
Prinsip Dasar
Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkarnominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif(forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangkamenengah ke depan.
Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigmadasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhanekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, denganmengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.
Sasaran Inflasi
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHKuntuk tahun 2008, 2009, dan 2010 masing-masing sebesar 5%+1%, 4,5%+1%, dan 4%+1%. Sasaran inflasidimaksud sejalan dengan proses penurunan inflasi secara bertahap (gradual disinflation) mengarah pada sasaraninflasi jangka menengah-panjang yang kompetitif dengan negara lain sekitar 3%.
Instrumen dan Operasi Moneter
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BankIndonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaraninflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.
Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi sukubunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uanguntuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar UangAntar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneterharian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).
Proses Perumusan Kebijakan
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam halterjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDGBulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneterBank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yangtelah ditetapkan.
Transparansi
Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasankepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansidimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraanekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Koordinasi dengan Pemerintah
Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesiatelah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya,Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupunBank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.
Langkah-langkah PenguatanKebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga
(Inflation Targeting Frameworks)
Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten denganInflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policyreference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan(4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitasdan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukungpertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
iv
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA
v
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008Daftar Isi
Daftar Isi
1. Tinjauan Umum ........................................................................... 1
2. Perkembangan Makroekonomi Terkini ..................................... 4
Pertumbuhan Ekonomi .................................................................. 4
Neraca Pembayaran Indonesia ........................................................ 11
3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2008 ...... 13
Inflasi ............................................................................................. 13
Nilai Tukar Rupiah .......................................................................... 15
Kebijakan Moneter ........................................................................ 17
4. Perekonomian Indonesia ke Depan ........................................... 23
Asumsi dan Skenario yang Digunakan............................................ 23
Prospek Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 25
Prakiraan Inflasi ............................................................................. 31
Faktor Risiko .................................................................................. 32
5. Respon Kebijakan Moneter Triwulan IV-2008 ........................... 33
Tabel Statistik .................................................................................. 34
vi
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 Daftar Isi
Tinjauan Umum
1
1. Tinjauan Umum
Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2008 ditandai dengan mulai
terasanya imbas memburuknya perekonomian global pada perekonomian domestik.
Berlanjutnya pelemahan ekonomi global dan turunnya harga-harga komoditi telah
menekan ekspor Indonesia yang pada gilirannya berdampak pada menurunnya
kinerja neraca pembayaran dan nilai tukar. Di pasar keuangan, krisis keuangan
global telah menyebabkan gejolak di pasar uang, pasar valas, dan pasar obligasi.
Namun, di sisi lain, melemahnya harga komoditas dunia, serta melambatnya
permintaan agregat mendorong turunnya tekanan inflasi. Ke depan, pada 2009
dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan terus melambat, tren
inflasi diperkirakan akan terus menurun sehingga diperkirakan mencapai 5-7%.
Dengan mempertimbangkan perkembangan dan prospek perekonomian, pada
Januari 2009, Bank Indonesia menurunkan BI rate sebesar 50bps menjadi 8,75%.
Perekonomian Indonesia tahun 2008 secara umum mencatat perkembangan yang
baik di tengah terjadinya gejolak eksternal. Perekonomian Indonesia diprakirakan
masih mampu tumbuh sebesar 6,1% dengan motor penggerak didominasi oleh
konsumsi dan ekspor. Sampai dengan triwulan III-2008, perekonomian Indonesia
masih tumbuh di atas 6%, sektor keuangan juga masih menunjukkan kinerja yang
baik, tercermin dari nilai tukar yang stabil, meningkatnya IHSG, serta menurunnya
yield SUN.
Namun, sejak triwulan IV-2008, gejolak keuangan global telah menyebabkan
tekanan pada perekonomian Indonesia. Melemahnya ekspor, tekanan pada Neraca
Pembayaran Indonesia, dan gejolak di pasar uang, telah menekan pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Di pasar keuangan, kondisi likuiditas keuangan global ketat
dan pada waktu bersamaan persepsi risiko terhadap negara emerging markets
meningkat. Pada gilirannya hal ini menyebabkan anjloknya IHSG dan harga SUN,
serta melemahnya nilai tukar secara tajam sejak awal triwulan IV 2008. Selama
2008, secara rata-rata Rupiah mencatat pelemahan sebesar 5,4% hingga mencapai
Rp. 9.666 per dollar AS.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat defisit pada tahun 2008. Neraca
transaksi berjalan (current account) mulai mencatat defisit pada triwulan II-2008.
Defisit tersebut lebih disebabkan oleh tingginya kegiatan impor yang didorong
oleh kuatnya permintaan domestik. Sementara itu, neraca transaksi modal dan
finansial, khususnya investasi portofolio, masih mencatat surplus. Neraca transaksi
modal yang surplus tersebut didukung oleh penerbitan global bond serta aliran
masuk modal asing, terutama ke pasar SUN, yang meningkat signifikan pada
triwulan II-2008. Memasuki semester II-2008, kinerja NPI semakin tertekan. Di sisi
transaksi berjalan, ekspor mulai menunjukkan pelemahan akibat penurunan harga
komoditas. Sementara itu, di sisi neraca transaksi modal dan finansial, minat investor
terhadap aset di pasar keuangan domestik telah menurun.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
2
Derasnya aliran keluar modal asing, khususnya di pasar SUN dan SBI, menyebabkan
investasi portofolio mencatat defisit sejak triwulan III-2008, dan semakin meningkat
pada triwulan IV-2008. Defisit baik pada neraca transaksi berjalan, maupun neraca
transaksi modal dan finansial, pada gilirannya menyebabkan lonjakan defisit pada
NPI di triwulan akhir 2008. Secara keseluruhan tahun NPI diprakirakan akan mencatat
defisit sebesar USD2,2 miliar. Sementara itu, cadangan devisa pada akhir Desember
2008 tercatat sebesar USD51,6 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut setara
dengan 4,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Menyikapi berbagai perkembangan yang terjadi, kebijakan moneter pada 2008
diarahkan untuk menurunkan tekanan inflasi yang didorong oleh tingginya
permintaan agregat terutama pada paruh pertama 2008 dan dampak lanjutan
(second round effect) dari kenaikan harga triwulan BBM yang mendorong inflasi
sempat mencapai 12,1%. Tingginya tekanan inflasi yang bersumber dari permintaan
agregat tercermin juga dari defisit transaksi berjalan sejak triwulan II-2008 akibat
melonjaknya impor, serta meningkatnya jumlah uang beredar, terutama M1.
Untuk mengantisipasi berlanjutnya tekanan inflasi, sejak Mei 2008, Bank Indonesia
menaikkan BI rate dari 8% secara bertahap menjadi 9.5% pada Oktober 2008.
Dengan kebijakan moneter tersebut ekspektasi inflasi masyarakat tidak terakselerasi
lebih lanjut dan tekanan neraca pembayaran dapat dikurangi. Selanjutnya, dengan
turunnya harga komoditi dunia serta melambatnya permintaan agregat sebagai
imbas dari krisis keuangan global, Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi
ke depan menurun sehingga BI rate pada bulan Desember 2008 diturunkan sebesar
25 bps. Secara keseluruhan, inflasi IHK pada 2008 mencapai 11,06%, sementara
inflasi inti mencapai 8,29%.
Ke depan, perekonomian Indonesia tahun 2009 akan sangat dipengaruhi oleh
dinamika perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2009 diperkirakan
berada di kisaran 4,0-5,0%, dengan sumber pertumbuhan terutama berasal dari
permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga. Walaupun akan
mengalami perlambatan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih dapat memiliki
daya tahan terutama terkait dengan rencana pemerintah memberikan tambahan
stimulus fiskal pada 2009. Di samping itu, komitmen pemerintah untuk
merealisasikan anggaran lebih awal, kenaikan gaji PNS, faktor Pemilu, dan kenaikan
UMP diperkirakan juga akan menjadi faktor pendorong peningkatan konsumsi
rumah tangga.
Di sisi Neraca Pembayaran Indonesia, Neraca Transaksi Berjalan pada 2009
diperkirakan akan mengalami defisit sekitar 0,11% dari PDB akibat memburuknya
kinerja ekspor, sementara penurunan impor tidak setinggi penurunan ekspor.
Cadangan devisa akhir 2009 diperkirakan menjadi USD 51 miliar atau setara dengan
4,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Di sisi perbankan, industri perbankan dalam negeri diprakirakan akan mengalami
dampak dari krisis keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Tinjauan Umum
3
Namun secara umum, perbankan nasional masih tetap memiliki daya tahan yang
cukup baik, yang tercermin dari indikator utama perbankan CAR dan NPL. Rasio
kecukupan modal (CAR) masih tetap tinggi meskipun sedikit menurun menjadi
14,3%. Sedangkan NPL meskipun cenderung meningkat, diprakirakan masih berada
di sekitar 5%.
Dengan mempertimbangkan berbagai perkembangan tersebut di atas, Dewan
Gubernur Bank Indonesia pada Januari 2009 untuk menurunkan BI Rate sebesar
50 bps menjadi 8,75%. Ke depan, Bank Indonesia akan mengarahkan kebijakan
moneter yang kondusif bagi permintaan domestik dengan tetap berkomitmen untuk
menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka menengah panjang. Secara operasional,
ruang penurunan BI rate masih terbuka jika prospek inflasi tetap mengarah pada
sasaran inflasi jangka menengah. Di bidang perbankan, Bank Indonesia akan terus
berupaya untuk melanjutkan langkah dalam mewujudkan perbankan yang sehat,
kuat dan kompetitif. Disamping itu, upaya meningkatkan kehati-hatian industri
perbankan dalam melewati krisis global senantiasa menjadi perhatian Bank
Indonesia.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
4
2. Perkembangan MakroekonomiTerkini
Dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global terhadap perekonomianDampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global terhadap perekonomianDampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global terhadap perekonomianDampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global terhadap perekonomianDampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global terhadap perekonomian
domestik semakin terasa pada triwulan IV-2008. domestik semakin terasa pada triwulan IV-2008. domestik semakin terasa pada triwulan IV-2008. domestik semakin terasa pada triwulan IV-2008. domestik semakin terasa pada triwulan IV-2008. Meskipun diprakirakan mengalami
perlambatan pada triwulan IV-2008, namun secara keseluruhan tahun pertumbuhan
ekonomi Indonesia diprakirakan masih relatif tinggi. Merosotnya pertumbuhan
ekonomi dunia dan tingginya faktor ketidakpastian di pasar finansial berimbas pada
penurunan kinerja ekspor Indonesia. Di samping itu, memburuknya prospek
perekonomian dunia juga menyebabkan perlambatan pada investasi. Menurunnya
pertumbuhan ekspor dan investasi pada gilirannya berimbas pada penurunan daya
beli masyarakat sehingga memberikan tekanan pada pertumbuhan konsumsi
masyarakat. Pertumbuhan impor pun turut melambat seiring dengan menurunnya
permintaan domestik dan berkurangnya kebutuhan barang impor.
Dari sisi penawaran, meski berangsur tumbuh melambat, kontribusi pertumbuhanDari sisi penawaran, meski berangsur tumbuh melambat, kontribusi pertumbuhanDari sisi penawaran, meski berangsur tumbuh melambat, kontribusi pertumbuhanDari sisi penawaran, meski berangsur tumbuh melambat, kontribusi pertumbuhanDari sisi penawaran, meski berangsur tumbuh melambat, kontribusi pertumbuhan
sektor industri pengolahan, perdagangan dan pengangkutan terhadap totalsektor industri pengolahan, perdagangan dan pengangkutan terhadap totalsektor industri pengolahan, perdagangan dan pengangkutan terhadap totalsektor industri pengolahan, perdagangan dan pengangkutan terhadap totalsektor industri pengolahan, perdagangan dan pengangkutan terhadap total
pertumbuhan ekonomi masih dominan. pertumbuhan ekonomi masih dominan. pertumbuhan ekonomi masih dominan. pertumbuhan ekonomi masih dominan. pertumbuhan ekonomi masih dominan. Pertumbuhan sektor industri pengolahan
pada triwulan IV-2008 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan dengan
periode sebelumnya. Hal itu dipengaruhi oleh permintaan ekspor yang turun cukup
drastis pada triwulan berjalan. Sementara itu, pertumbuhan sektor perdagangan,
hotel, dan restoran juga diperkirakan mengalami perlambatan seiring dengan
penurunan daya beli masyarakat. Di sisi lain, sektor pengangkutan dan komunikasi
pada triwulan IV-2008 diperkirakan masih tumbuh tinggi. Meskipun diperkirakan
sedikit mengalami perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya,
pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi masih berada di atas rata-rata
tahun 2007. Berdasarkan asesmen tersebut, Produk Domestik Bruto (PDB) pada
triwulan IV-2008 diprakirakan akan tumbuh mencapai 5,7% (yoy).
PERTUMBUHAN EKONOMI
Permintaan Agregat
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2008
diprakirakan melambat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya menjadi sebesar 5,7% (yoy) (Grafik 2.1). Perlambatan
tersebut terutama disebabkan oleh turunnya pertumbuhan
ekspor yang selanjutnya berimbas pada lemahnya pertumbuhan
konsumsi masyarakat dan investasi swasta (Tabel 2.1). Meskipun
mencatat perlambatan pada triwulan IV-2008, perekonomian
Indonesia diprakirakan mampu tumbuh mencapai 6,1% (yoy)
untuk keseluruhan tahun 2008.
Dilihat dari distribusinya, pangsa konsumsi swasta dan ekspor
terhadap PDB masih dominan pada tahun 2008. Namun
Grafik 2.1
Pertumbuhan PDB
% y-o-y
2005 2006 2007 2008I II III IV
5,0
6,0
7,5
6,5
5,5
4,5
I II III IV I II III IV I II III IV*I II III IV2004
7,0
4,0
Perkembangan Makroekonomi Terkini
5
demikian, pangsa konsumsi swasta terhadap PDB cenderung menurun dibandingkan
tahun 2007, sedangkan pangsa ekspor cenderung meningkat. Peningkatan pangsa
ekspor terhadap PDB tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan ekspor, sejalan
dengan lonjakan harga komoditi di paro pertama 2008.
Grafik 2.2
Indikator Penuntun Konsumsi
Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh sebesar 5,0% (yoy) pada triwulanKonsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh sebesar 5,0% (yoy) pada triwulanKonsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh sebesar 5,0% (yoy) pada triwulanKonsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh sebesar 5,0% (yoy) pada triwulanKonsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh sebesar 5,0% (yoy) pada triwulan
IV-2008 atau melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. IV-2008 atau melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. IV-2008 atau melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. IV-2008 atau melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. IV-2008 atau melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan
tersebut sejalan dengan perkembangan indikator penuntun konsumsi yang berada
pada siklus kontraksi. Selain itu, beberapa indikator lain turut mengkonfirmasi
penurunan pertumbuhan konsumsi rumah tangga, di antaranya penjualan
kendaraan bermotor dan pertumbuhan impor barang konsumsi yang bergerak
menurun. Di sisi lain, hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (Grafik 2.2)
menunjukkan adanya perbaikan keyakinan konsumen yang mengindikasikan
optimisme masyarakat akan kondisi ke depan. Dengan demikian, meskipun
pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan pada triwulan IV-
2008, namun kondisi tersebut mampu terimbangi oleh tingginya pertumbuhan
konsumsi rumah tangga hingga triwulan III-2008, sehingga
secara keseluruhan tahun pertumbuhan konsumsi rumah tangga
diprakirakan akan tetap meningkat dibandingkan dengan tahun
2007.
Melemahnya permintaan eksternal serta tingginya faktorMelemahnya permintaan eksternal serta tingginya faktorMelemahnya permintaan eksternal serta tingginya faktorMelemahnya permintaan eksternal serta tingginya faktorMelemahnya permintaan eksternal serta tingginya faktor
ketidakpastian perekonomian global menyebabkan investasiketidakpastian perekonomian global menyebabkan investasiketidakpastian perekonomian global menyebabkan investasiketidakpastian perekonomian global menyebabkan investasiketidakpastian perekonomian global menyebabkan investasi
pada triwulan IV-2008 tumbuh melambat. pada triwulan IV-2008 tumbuh melambat. pada triwulan IV-2008 tumbuh melambat. pada triwulan IV-2008 tumbuh melambat. pada triwulan IV-2008 tumbuh melambat. Investasi diprakirakan
tumbuh sebesar 9,9% (yoy) pada triwulan IV-2008, lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
12,2% (yoy). . . . . Selain diindikasikan oleh indikator penuntun
investasi yang berada pada siklus kontraksi (Grafik 2.4),
perlambatan investasi juga dikonfirmasi oleh indikator
pertumbuhan impor barang modal yang mengalami penurunan
sejak memasuki triwulan IV-2008. Namun demikian, untuk
% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
I II III IV I II III IV I II III IV*Komponen
Tabel 2.1
Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan
2007
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
Total Konsumsi 3,8 5,6 2,8 3,5 3,9 4,6 4,6 5,3 5,1 4,9 5,5 5,5 6,7 6,3
Konsumsi Swasta 2,9 3,0 3,0 3,8 3,2 4,7 4,7 5,1 5,6 5,0 5,7 5,5 5,3 5,0
Konsumsi Pemerintah 11,5 28,8 1,7 2,2 9,6 3,7 3,8 6,5 2,0 3,9 3,6 5,5 16,9 14,6
Pembentukan Modal Tetap Bruto 1,4 0,9 0,8 6,8 2,5 7,0 6,9 10,4 12,1 9,2 15,6 13,1 12,0 9,9
Permintaan Domestik 3,2 4,4 2,3 4,3 3,5 5,2 5,2 6,6 6,8 6,0 8,0 7,4 8,1 7,2
Ekspor Barang dan Jasa 11,8 11,4 8,3 6,6 9,4 8,1 9,8 6,9 7,3 8,0 15,5 15,9 14,3 9,4
Impor Barang dan Jasa 4,8 9,3 10,9 9,2 8,6 8,5 6,5 7,0 13,6 8,9 17,8 16,7 11,9 7,1
PDBPDBPDBPDBPDB 5,15,15,15,15,1 5,05,05,05,05,0 5,95,95,95,95,9 6,06,06,06,06,0 5,55,55,55,55,5 6,16,16,16,16,1 6,46,46,46,46,4 6,56,56,56,56,5 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,46,46,46,46,4 6,16,16,16,16,1 5,75,75,75,75,7
200720082006
2006
Impor Barang Konsumsi, M1 Riil, CPI
99
99
99
100
100
100
100
100
101
gPDBKonsRT2 Series97.5
98.0
98.5
99.0
99.5
100.0
100.5
101.0
101.5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
fase kontraksi fase kontraksi fase kontraksi
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
6
keseluruhan tahun 2008, investasi tetap diprakirakan meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2007.
Berdasarkan komponennya, pertumbuhan investasi padaBerdasarkan komponennya, pertumbuhan investasi padaBerdasarkan komponennya, pertumbuhan investasi padaBerdasarkan komponennya, pertumbuhan investasi padaBerdasarkan komponennya, pertumbuhan investasi pada
triwulan IV-2008 diprakirakan masih tetap didukung olehtriwulan IV-2008 diprakirakan masih tetap didukung olehtriwulan IV-2008 diprakirakan masih tetap didukung olehtriwulan IV-2008 diprakirakan masih tetap didukung olehtriwulan IV-2008 diprakirakan masih tetap didukung oleh
pertumbuhan investasi nonbangunan (Grafik 2.6). pertumbuhan investasi nonbangunan (Grafik 2.6). pertumbuhan investasi nonbangunan (Grafik 2.6). pertumbuhan investasi nonbangunan (Grafik 2.6). pertumbuhan investasi nonbangunan (Grafik 2.6). Pertumbuhan
investasi nonbangunan mengalami penurunan sejalan dengan
menurunnya dukungan pembiayaan investasi sebagaimana
tercermin pada pertumbuhan kredit investasi riil yang mulai
melambat. Di sisi lain, minat kegiatan investasi pelaku usaha
mengalami sedikit penurunan. Menurut Survei BPS, Indeks
Tendensi Bisnis menurun karena berkurangnya order barang input
dan order luar negeri yang disertai penurunan harga jual riil.
Penurunan ini sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia yang
mengindikasikan nilai rencana investasi pada semester II-2008
yang menurun dibandingkan semester sebelumnya.
Memburuknya kondisi perekonomian dunia pada triwulan IV-Memburuknya kondisi perekonomian dunia pada triwulan IV-Memburuknya kondisi perekonomian dunia pada triwulan IV-Memburuknya kondisi perekonomian dunia pada triwulan IV-Memburuknya kondisi perekonomian dunia pada triwulan IV-
2008 berdampak signifikan pada penurunan pertumbuhan2008 berdampak signifikan pada penurunan pertumbuhan2008 berdampak signifikan pada penurunan pertumbuhan2008 berdampak signifikan pada penurunan pertumbuhan2008 berdampak signifikan pada penurunan pertumbuhan
ekspor. ekspor. ekspor. ekspor. ekspor. Penurunan harga komoditas di pasar internasional disertai
dengan melemahnya permintaan ekspor dari pasar negara
berkembang seperti China dan India mengakibatkan
pertumbuhan ekspor di triwulan IV-2008 turun signifikan. Indikasi
perlambatan ekspor terlihat dari perkembangan ekspor beberapa
komoditas nonmigas unggulan terutama lemak dan minyak
hewan/nabati serta karet dan barang dari karet yang menurun
dibandingkan bulan sebelumnya (Grafik 2.8). Dengan
perkembangan tersebut, ekspor diprakirakan tumbuh sebesar
9,4% (yoy).
Seiring dengan melambatnya permintaan domestik maupunSeiring dengan melambatnya permintaan domestik maupunSeiring dengan melambatnya permintaan domestik maupunSeiring dengan melambatnya permintaan domestik maupunSeiring dengan melambatnya permintaan domestik maupun
eksternal, impor pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuheksternal, impor pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuheksternal, impor pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuheksternal, impor pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuheksternal, impor pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh
melambat. melambat. melambat. melambat. melambat. Hal tersebut diindikasikan oleh perkembangan
indikator penuntun impor yang masih berada dalam siklus
kontraksi sampai dengan 1 triwulan ke depan (Grafik 2.9).
Turunnya pertumbuhan impor terutama disebabkan oleh
melambatnya pertumbuhan impor bahan baku dan barang
modal. Akibatnya, impor pada triwulan IV-2008 diprakirakan
akan tumbuh lebih rendah mencapai 7,1% (yoy).
Operasi Keuangan Pemerintah
Selama triwulan IV-2008 keuangan Pemerintah mencatat defisitSelama triwulan IV-2008 keuangan Pemerintah mencatat defisitSelama triwulan IV-2008 keuangan Pemerintah mencatat defisitSelama triwulan IV-2008 keuangan Pemerintah mencatat defisitSelama triwulan IV-2008 keuangan Pemerintah mencatat defisit
anggaran sebesar Rp35,3 triliun,anggaran sebesar Rp35,3 triliun,anggaran sebesar Rp35,3 triliun,anggaran sebesar Rp35,3 triliun,anggaran sebesar Rp35,3 triliun, jauh lebih rendah dari defisitjauh lebih rendah dari defisitjauh lebih rendah dari defisitjauh lebih rendah dari defisitjauh lebih rendah dari defisit
triwulan IV-2007 sebesar Rp64,2 triliuntriwulan IV-2007 sebesar Rp64,2 triliuntriwulan IV-2007 sebesar Rp64,2 triliuntriwulan IV-2007 sebesar Rp64,2 triliuntriwulan IV-2007 sebesar Rp64,2 triliun. Dengan demikian, secara
keseluruhan tahun 2008 operasi keuangan Pemerintah mencatat
Grafik 2.4
Indikator Penuntun Investasi
Grafik 2.3
Indeks Keyakinan Konsumen - Survei Konsumen BI
Grafik 2.5
Pertumbuhan Impor Barang Modal
Ekspektasi KonsumenKondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Keyakinan konsumen
Indeks
60
70
80
90
100
110
120
2005 2006 2007 2008
optimis
pesimis
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
IPI, Sales Commercial Car, IPI Machinery and Equipment,Cement Consumption
99
99
100
100
101
101
102
102
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
PMTB2 CLI
II III IV
(%)
-10
-5
0
5
10
15
20
25(%)
gPMTB (yoy)
Imp_brg_modal
-30
-10
10
30
50
70
90
110
2005 2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
Perkembangan Makroekonomi Terkini
7
defisit anggaran sebesar Rp4,2 triliun (0,1% dari PDB), jauh lebih
kontraktif dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007
yang mengalami defisit sebesar Rp48,8 triliun (1,3% dari PDB).
Rendahnya defisit tersebut disebabkan oleh meningkatnya
pencapaian target penerimaan negara dan menurunnya
penyerapan belanja negara seiring dengan kenaikan Pendapatan
Negara dan Hibah yang lebih besar dari kenaikan Belanja Negara.
Peningkatan realisasi penerimaan negara didorong oleh kinerja
di sisi perpajakan maupun nonpajak, sedangkan peningkatan
belanja negara terutama didorong oleh meningkatnya Subsidi
akibat kenaikan harga minyak mentah.
Dari sisi pengeluaran, secara keseluruhan Belanja Negara telahDari sisi pengeluaran, secara keseluruhan Belanja Negara telahDari sisi pengeluaran, secara keseluruhan Belanja Negara telahDari sisi pengeluaran, secara keseluruhan Belanja Negara telahDari sisi pengeluaran, secara keseluruhan Belanja Negara telah
mencapai 99,6% dari APBNP, menurun dari periode yang samamencapai 99,6% dari APBNP, menurun dari periode yang samamencapai 99,6% dari APBNP, menurun dari periode yang samamencapai 99,6% dari APBNP, menurun dari periode yang samamencapai 99,6% dari APBNP, menurun dari periode yang sama
tahun lalu sebesar 100,6% dari APBNP. tahun lalu sebesar 100,6% dari APBNP. tahun lalu sebesar 100,6% dari APBNP. tahun lalu sebesar 100,6% dari APBNP. tahun lalu sebesar 100,6% dari APBNP. Realisasi Belanja
Pemerintah Pusat sampai dengan triwulan IV-2008 hanya
mencapai 99,4% dari APBNP, lebih rendah dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 101,2% dari APBNP. Dari
belanja Kementerian/Lembaga (K/L) selama triwulan IV-2008
tidak terlihat adanya peningkatan realisasi belanja Pegawai,
Barang dan Modal. Perbaikan penyerapan hanya terjadi pada
pos Belanja Lain seiring pemberian BLT dalam jumlah besar1 .
Realisasi Belanja K/L hanya mencapai 91,5% dari target APBNP
selama tahun 2008. Sementara itu, dari belanja Non K/L, subsidi
BBM mulai menurun di triwulan IV-2008 seiring kembali turunnya
harga minyak mulai paro kedua 2008. Namun, realisasi Subsidi
BBM selama Januari-November 2008 telah melampaui target
APBNP akibat lebih tingginya volume konsumsi BBM dan harga
minyak mentah sampai dengan triwulan III-2008. Di sisi
pengeluaran daerah, selama tahun 2008 realisasi Belanja Daerah
mencapai 100,1% dari APBNP relatif sama dengan periode yang
sama tahun lalu sebesar 99,6% dari APBNP.
Di sisi pembiayaan, defisit yang di bawah target menyebabkanDi sisi pembiayaan, defisit yang di bawah target menyebabkanDi sisi pembiayaan, defisit yang di bawah target menyebabkanDi sisi pembiayaan, defisit yang di bawah target menyebabkanDi sisi pembiayaan, defisit yang di bawah target menyebabkan
terjadinya kelebihan pembiayaan. terjadinya kelebihan pembiayaan. terjadinya kelebihan pembiayaan. terjadinya kelebihan pembiayaan. terjadinya kelebihan pembiayaan. Meningkatnya yield SUN secara
signifikan menyebabkan Pemerintah tidak melakukan penerbitan
SUN selama triwulan IV-2008. Pemerintah juga membatalkan
penerbitan sukuk (SBSN) global kepada Islamic Development
Bank di akhir tahun 2008. Sampai dengan akhir Desember jumlah
SBN neto mencapai Rp85,9 triliun atau 72,9% dari target APBNP
2008. Namun dengan defisit yang hanya mencapai 0,1% dari
PDB maka jumlah tersebut telah memenuhi kebutuhan
Grafik 2.7
Sentimen Bisnis - BPS
Grafik 2.8
Pertumbuhan Ekspor Menurut Sektor
Grafik 2.6
Pertumbuhan Investasi Bangunan & Nonbangunan
0
5
10
15
20
25
(%) (%)
gEkspor (yoy) rhs ekspor_pertanian
ekspor industri ekspor_mineral
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III2004 2005 2006 2007 2008
-50
-20
10
40
70
100
130
Nov
(%,yoy)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
(%,yoy)
Bangunan Non Bangunan PMTB (rhs)
2005 2006* 2007** 2008***I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
ITB Harga Jual Riil (Rhs)Order Brg. InputOrder dr LNOrder dr DN
Indeks
2005 2006 2007 2008
80
90
100
110
120
130
140
80
90
100
110
120
130Indeks
2004I* II* III* IV* I* II* III* IV* I* II* III* IV* I* II* III* IV* I* II* III* IV*
1 Dengan daya serap sebesar 98,75% untuk BLT tahap I dan 98,42% untuk BLT tahap II,pembayaran BLT sampai dengan 31 Desember 2008 telah mencapai Rp13,12 triliun (PT PosIndonesia).
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
8
pembiayaan dari SBN. Dengan kondisi defisit dan pembiayaan
tersebut, Pemerintah membukukan kelebihan pembiayaan
(SILPA) sebesar Rp51,3 triliun. SILPA tersebut direncanakan akan
digunakan untuk membiayai defisit APBN 2009 dan memberikan
ekstra stimulus fiskal di tahun 2009.2
Seperti pola tahun-tahun sebelumnya, peningkatan ekspansiSeperti pola tahun-tahun sebelumnya, peningkatan ekspansiSeperti pola tahun-tahun sebelumnya, peningkatan ekspansiSeperti pola tahun-tahun sebelumnya, peningkatan ekspansiSeperti pola tahun-tahun sebelumnya, peningkatan ekspansi
terjadi sepanjang triwulan IV-2008, seiring besarnya ekspansiterjadi sepanjang triwulan IV-2008, seiring besarnya ekspansiterjadi sepanjang triwulan IV-2008, seiring besarnya ekspansiterjadi sepanjang triwulan IV-2008, seiring besarnya ekspansiterjadi sepanjang triwulan IV-2008, seiring besarnya ekspansi
moneter di bulan Desember 2008. moneter di bulan Desember 2008. moneter di bulan Desember 2008. moneter di bulan Desember 2008. moneter di bulan Desember 2008. Selama triwulan IV-2008, sisi
penerimaan ditandai dengan pendapatan pajak yang relatif stabil,
penerimaan nonpajak yang meningkat, dan tidak ada
penerimaan dari penerbitan SUN. Sementara itu, pengeluaran
membesar terutama untuk pembayaran termin proyek, SUN jatuh
tempo dan berbagai subsidi di bulan Desember. Kondisi tersebut
menyebabkan ekspansi rupiah sebesar Rp106,6 triliun di triwulan
IV-2008. Secara keseluruhan tahun operasi keuangan Pemerintah berdampak
ekspansi sebesar Rp128,3 triliun, terutama bersumber dari termin proyek dan subsidi
nonBBM yang lebih besar dari perkiraan. Sementara itu, pada transaksi valas masih
terjadi inflow di bulan triwulan IV-2008 yang ditandai dengan tingginya penerimaan
pinjaman LN dan pembayaran utang LN.
Penawaran Agregat
Perekonomian pada sisi penawaran pada triwulan IV-2008 diprakirakan tumbuhPerekonomian pada sisi penawaran pada triwulan IV-2008 diprakirakan tumbuhPerekonomian pada sisi penawaran pada triwulan IV-2008 diprakirakan tumbuhPerekonomian pada sisi penawaran pada triwulan IV-2008 diprakirakan tumbuhPerekonomian pada sisi penawaran pada triwulan IV-2008 diprakirakan tumbuh
melambat searah dengan perkembangan pada sisi permintaan. melambat searah dengan perkembangan pada sisi permintaan. melambat searah dengan perkembangan pada sisi permintaan. melambat searah dengan perkembangan pada sisi permintaan. melambat searah dengan perkembangan pada sisi permintaan. Seluruh sektor
perekonomian pada triwulan IV-2008 diprakirakan tumbuh lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan III-2008 (Tabel 2.2). Sektor industri, sektor
perdagangan hotel dan restoran, serta sektor pertanian masih menjadi pangsa
terbesar terhadap perekonomian. Sementara itu, dilihat dari kontribusinya,
kontributor terbesar terhadap pertumbuhan terutama berasal dari sektor
perdagangan hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, serta sektor
pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan sektoral yang lebih rendah pada
triwulan IV-2008 dikonfirmasi oleh beberapa indikator seperti utilisasi kapasitas
produksi dan Indeks Tendensi Bisnis BPS. Utilisasi kapasitas produksi menunjukkan
penurunan yang cukup signifikan pada awal triwulan IV-2008. Sementara itu, Indeks
Tendensi Bisnis BPS beserta seluruh faktor pembentuknya mulai mengindikasikan
adanya perlambatan pada triwulan III-2008
Sektor industri pengolahan diprakirakan mengalami perlambatan pada triwulanSektor industri pengolahan diprakirakan mengalami perlambatan pada triwulanSektor industri pengolahan diprakirakan mengalami perlambatan pada triwulanSektor industri pengolahan diprakirakan mengalami perlambatan pada triwulanSektor industri pengolahan diprakirakan mengalami perlambatan pada triwulan
IV-2008, yaitu tumbuh sebesar 3,6% (yoy)IV-2008, yaitu tumbuh sebesar 3,6% (yoy)IV-2008, yaitu tumbuh sebesar 3,6% (yoy)IV-2008, yaitu tumbuh sebesar 3,6% (yoy)IV-2008, yaitu tumbuh sebesar 3,6% (yoy). Melambatnya pertumbuhan sektor
industri pengolahan didukung oleh beberapa indikator seperti utilisasi kapasitas
industri pengolahan dan Indeks Produksi BPS yang hingga awal triwulan IV-2008
mengalami penurunan. Selain itu, Indeks Produksi Survei Produksi Bank Indonesia
juga mengalami penurunan, bahkan penurunan tersebut terjadi di seluruh subsektor
Grafik 2.9
Indikator Penuntun Impor
Industrial Production Index, Volume Listrik Industri, Produksi Kendaraan,IP Industri Pengolahan Japan, IP Kertas dan Produk dari Kertas,IP Pakaian dan Perlengkapannya, PSI Korea, Rp to USD, Rp to JPY,Kredit Kons Riil, M1 Riil
98
99
99
100
100
101
101
102
102pdb_imp
cli_impor
99,2
99,4
99,6
99,8
100,0
100,2
100,4
100,6
100,8
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009
fase kontraksifasekontraksi
2 Siaran Pers Departemen Keuangan, 1 Januari 2009.
Perkembangan Makroekonomi Terkini
9
industri sampai dengan awal triwulan IV-2008. Melemahnya permintaan eksternal
akibat krisis perekonomian global memengaruhi kinerja sektor industri, terutama
subsektor industri yang berorientasi ekspor. Beberapa subsektor industri tersebut
adalah industri logam dasar bukan besi, industri bambu, kayu, dan rotan, serta
industri minyak dan lemak.
Di sisi lain, subsektor industri utama juga diprakirakan akan mengalami perlambatanDi sisi lain, subsektor industri utama juga diprakirakan akan mengalami perlambatanDi sisi lain, subsektor industri utama juga diprakirakan akan mengalami perlambatanDi sisi lain, subsektor industri utama juga diprakirakan akan mengalami perlambatanDi sisi lain, subsektor industri utama juga diprakirakan akan mengalami perlambatan.
Subsektor dengan pangsa terbesar, yaitu subsektor industri alat angkut, mesin,
dan peralatannya serta industri makanan, minuman, dan tembakau, diprakirakan
mengalami peralambatan pertumbuhan pada triwulan IV-2008. Beberapa faktor
yang menyebabkan melambatnya pertumbuhan kelompok alat angkut, mesin dan
peralatannya antara lain adalah menurunnya daya beli masyarakat terutama untuk
barang tahan lama, dan ketatnya likuiditas. Sementara itu, ekspektasi kondisi bisnis
pada triwulan IV-2008 hasil Survei Tendensi Bisnis menunjukkan penurunan pada
triwulan IV-2008, yang bersumber dari penurunan order dari luar negeri serta
order barang input. Dengan perkembangan tersebut, sektor industri pengolahan
untuk keseluruhan tahun 2008 diprakirakan akan melambat dari 4,7% (yoy) pada
tahun 2007 menjadi 4,0% (yoy).
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diprakirakan akan tumbuh melambat padaSektor perdagangan, hotel, dan restoran diprakirakan akan tumbuh melambat padaSektor perdagangan, hotel, dan restoran diprakirakan akan tumbuh melambat padaSektor perdagangan, hotel, dan restoran diprakirakan akan tumbuh melambat padaSektor perdagangan, hotel, dan restoran diprakirakan akan tumbuh melambat pada
triwulan IV-2008 sebesar 7,3% (yoy). triwulan IV-2008 sebesar 7,3% (yoy). triwulan IV-2008 sebesar 7,3% (yoy). triwulan IV-2008 sebesar 7,3% (yoy). triwulan IV-2008 sebesar 7,3% (yoy). Prakiraan melambatnya pertumbuhan sektor
perdagangan terutama dipengaruhi oleh adanya indikasi melambatnya konsumsi
rumah tangga akibat pelemahan daya beli masyarakat pada triwulan IV-2008. Di
samping itu, melambatnya pertumbuhan di sektor perdagangan, hotel dan restoran
dikonfirmasi oleh beberapa indikator dini, , , , , di antaranya indikator bongkar muat
barang pada empat pelabuhan utama (Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan
Ujung Pandang) yang tren pertumbuhannya cenderung melambat. Hal yang sama
juga ditunjukkan oleh indeks penjualan eceran hasil Survei Penjualan Eceran BI
yang turun cukup signifikan pada paro kedua 2008. Sementara itu, indikator
subsektor hotel, yaitu rata-rata tingkat hunian hotel, terutama di Jakarta dan Bali
% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
I II III IV I II III IV I II III IV*I t e m
Tabel 2.2
Pertumbuhan Ekonomi √ Sisi Penawaran
2007
Pertanian 6,6 1,6 2,6 2,6 3,4 -1,7 4,7 7,6 3,1 3,5 5,9 4,9 2,4 2,3
Pertambangan dan Penggalian 2,3 3,6 1,1 0,0 1,7 6,2 3,2 1,0 -2,1 2,0 -1,8 -0,7 1,6 1,4
Industri Pengolahan 3,0 3,6 5,9 5,8 4,6 5,2 5,1 4,5 3,8 4,7 4,2 4,0 4,3 3,6
Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,1 4,5 5,8 7,7 5,8 8,2 10,2 11,3 11,8 10,4 12,6 12,0 10,6 9,4
Bangunan 7,7 8,5 8,5 8,6 8,3 8,4 7,7 8,3 9,9 8,6 8,0 8,1 7,5 7,0
Restoran, Hotel, dan Perdagangan 4,9 5,9 7,9 7,0 6,4 9,2 7,6 7,9 9,1 8,5 7,1 7,7 7,6 7,3
Pengangkutan dan Komunikasi 12,0 13,8 14,5 17,0 14,4 13,0 12,7 14,1 17,4 14,4 20,3 19,6 17,1 16,3
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 5,6 5,2 4,5 6,5 5,5 8,1 7,6 7,6 8,6 8,0 8,2 8,7 8,5 6,9
Jasa-Jasa 5,8 6,0 6,7 6,2 6,2 7,0 7,0 5,2 7,2 6,6 5,6 6,5 6,7 6,0
PDBPDBPDBPDBPDB 5,15,15,15,15,1 5,05,05,05,05,0 5,95,95,95,95,9 6,06,06,06,06,0 5,55,55,55,55,5 6,16,16,16,16,1 6,46,46,46,46,4 6,56,56,56,56,5 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,46,46,46,46,4 6,16,16,16,16,1 5,75,75,75,75,7
200720082006
2006
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
10
juga mengalami penurunan hingga awal triwulan IV-2008. Melihat perkembangan
tersebut, secara keseluruhan tahun sektor perdagangan juga diperkirakan tumbuh
melambat yaitu dari 8,5% (yoy) pada tahun 2007 menjadi 7,4% (yoy) pada tahun
2008.
Pada triwulan IV-2008 sektor pertanian diprakirakan tumbuh sebesar 2,3% (yoy)Pada triwulan IV-2008 sektor pertanian diprakirakan tumbuh sebesar 2,3% (yoy)Pada triwulan IV-2008 sektor pertanian diprakirakan tumbuh sebesar 2,3% (yoy)Pada triwulan IV-2008 sektor pertanian diprakirakan tumbuh sebesar 2,3% (yoy)Pada triwulan IV-2008 sektor pertanian diprakirakan tumbuh sebesar 2,3% (yoy)
sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnyasedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnyasedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnyasedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnyasedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Melambatnya
pertumbuhan sektor pertanian antara lain disebabkan oleh berlalunya musim panen
padi. Selain itu, perlambatan sektor pertanian juga dipengaruhi oleh subsektor
perkebunan yang mengalami perlambatan terkait dengan turunnya permintaan
ekspor dan menurunnya harga komoditas perkebunan. Meskipun mengalami
tumbuh melambat pada triwulan IV, untuk keseluruhan tahun 2008 sektor pertanian
diprakirakan mampu tumbuh sebesar 3,9%, lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 3,5%. Hal tersebut terjadi karena kinerja
pertanian yang lebih baik pada triwulan-triwulan sebelumnya di tahun 2008.
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuhSektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuhSektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuhSektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuhSektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh
sebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnyasebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnyasebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnyasebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnyasebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan
tersebut terutama disebabkan melemahnya permintaan ekspor serta turunnya harga
komoditas seperti ditunjukkan oleh perkembangan ekspor batubara, ekspor bijih,
kerak dan abu logam, serta ekspor alumunium. Selain itu, perlambatan sektor
pertambangan dan penggalian juga terkait dengan menurunnya tingkat produksi
pertambangan migas, terutama di Riau dan NAD akibat sumur-sumur pengeboran
yang sudah tua. Dari sisi pembiayaan, menurunnya kredit yang disalurkan pada
sektor pertambangan sampai dengan pertengahan triwulan IV-2008 memberikan
indikasi kuat akan perlambatan di sektor pertambangan. Melihat perkembangan
itu, sektor pertambangan dan penggalian untuk keseluruhan tahun 2008
diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 0,1%
pada tahun 2008.
Pada triwulan IV-2008 sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuhPada triwulan IV-2008 sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuhPada triwulan IV-2008 sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuhPada triwulan IV-2008 sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuhPada triwulan IV-2008 sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh
sebesar 16,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnyasebesar 16,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnyasebesar 16,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnyasebesar 16,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnyasebesar 16,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Masih tingginya pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi terutama
bersumber dari subsektor komunikasi yang terus menunjukkan tren peningkatan
sebagaimana tercermin pada indikator jumlah pelanggan seluler. Sementara itu,
subsektor pengangkutan tumbuh relatif stabil hingga pertengahan triwulan IV-08.
Dengan perkembangan tersebut, selama tahun 2008, sektor pengangkutan dan
komunikasi tumbuh mencapai 18,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2007
yang mencapai 14,4% (yoy).
Sektor bangunan pada triwulan IV-2008 diprakirakan tumbuh melambatSektor bangunan pada triwulan IV-2008 diprakirakan tumbuh melambatSektor bangunan pada triwulan IV-2008 diprakirakan tumbuh melambatSektor bangunan pada triwulan IV-2008 diprakirakan tumbuh melambatSektor bangunan pada triwulan IV-2008 diprakirakan tumbuh melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,0% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,0% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,0% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,0% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,0% (yoy). Pertumbuhan
sektor bangunan ini dikonfirmasi oleh beberapa indikator seperti pertumbuhan
pembangunan properti komersial Survei Properti Komersial BI. Melambatnya
pertumbuhan juga tercermin dari perkembangan pertumbuhan konsumsi semen
sampai dengan pertengahan triwulan IV-2008 yang mengalami penurunan. Untuk
Perkembangan Makroekonomi Terkini
11
keseluruhan tahun 2008, sektor bangunan diprakirakan tumbuh sebesar 7,7%
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 8,6%.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)
Intensitas krisis global yang kian kuat dan perlambatan ekonomi dunia semakinIntensitas krisis global yang kian kuat dan perlambatan ekonomi dunia semakinIntensitas krisis global yang kian kuat dan perlambatan ekonomi dunia semakinIntensitas krisis global yang kian kuat dan perlambatan ekonomi dunia semakinIntensitas krisis global yang kian kuat dan perlambatan ekonomi dunia semakin
menekan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2008.menekan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2008.menekan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2008.menekan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2008.menekan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2008.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang berdampak pada penurunan harga
komoditas menyebabkan ekspor pada triwulan IV-2008 lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Hal itu menyebabkan transaksi berjalan pada triwulan
laporan mengalami defisit meskipun impor mulai melambat. Sementara itu, transaksi
modal dan finansial masih terus mengalami tekanan akibat adanya penyesuaian
aliran modal asing. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada
akhir triwulan IV-2008 mencapai USD51,6 miliar atau setara dengan 4,0 bulan
impor dan pembayaran Utang Luar Negeri (ULN) Pemerintah.
Transaksi Berjalan
Nerasa transaksi berjalan pada triwulan IV-2008 diprakirakan masih mengalamiNerasa transaksi berjalan pada triwulan IV-2008 diprakirakan masih mengalamiNerasa transaksi berjalan pada triwulan IV-2008 diprakirakan masih mengalamiNerasa transaksi berjalan pada triwulan IV-2008 diprakirakan masih mengalamiNerasa transaksi berjalan pada triwulan IV-2008 diprakirakan masih mengalami
tekanan yang disebabkan oleh semakin melemahnya kinerja ekspor Indonesiatekanan yang disebabkan oleh semakin melemahnya kinerja ekspor Indonesiatekanan yang disebabkan oleh semakin melemahnya kinerja ekspor Indonesiatekanan yang disebabkan oleh semakin melemahnya kinerja ekspor Indonesiatekanan yang disebabkan oleh semakin melemahnya kinerja ekspor Indonesia.
Melemahnya permintaan eksternal dan anjloknya harga komoditas ekspor
menyebabkan kinerja ekspor pada triwulan IV-2008 menurun. Di sisi lain, impor
pada triwulan IV-2008 melambat sejalan dengan menurunnya aktivitas ekonomi
domestik, turunnya harga minyak, dan semakin terbatasnya sumber pembiayaan
valuta asing. Dengan perkembangan tersebut neraca perdagangan barang
diperkirakan masih mencatat surplus sedangkan transaksi di sisi transaksi jasa,
pendapatan dan transfer berjalan mengalami defisit.
Berdasarkan data periode Januari - November 2008, nilai ekspor nonmigas tercatat
sebesar USD100,3 miliar atau tumbuh sebesar 18,5% (yoy). Tingginya pertumbuhan
ekspor didukung oleh pertumbuhan ekspor kelompok barang pertanian dan industri
masing-masing tumbuh 31,7% dan 20,7%. Sementara nilai ekspor komoditas
pertambangan hanya tumbuh 4,9% dari periode yang sama tahun lalu, dipicu
oleh turunnya volume ekspor batubara dan tembaga serta anjloknya harga
komoditas logam di pasar internasional. Di sisi lain, impor nonmigas periode Januari-
November 2008, tercatat sebesar USD93,1 miliar atau tumbuh 41% yoy. Semua
kelompok barang impor seperti kelompok barang konsumsi, bahan baku, dan
barang modal masing-masing tumbuh sebesar 27%; 40,6%; dan 51,2%.
Di sektor migas, surplus neraca perdagangan ditopang oleh tingginya nilai ekspor
gas. Selama Januari-Oktober 2008, nilai ekspor minyak dan gas masing-masing
tercatat sebesar USD14,0 miliar dan USD14,7 miliar atau masing-masing tumbuh
43,7% dan 52,4% dari periode yang sama tahun lalu. Di sisi impor, turunnya volume
impor minyak tertutupi oleh lonjakan harga minyak di delapan bulan pertama 2008,
sehingga nilai impor minyak selama periode Januari-Oktober 2008 masih tumbuh
cukup tinggi mencapai 50,1% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, neraca
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
12
perdagangan minyak Indonesia periode Januari-Oktober 2008 mencatat defisit
USD8,3 miliar. Namun demikian, dukungan dari solidnya ekspor gas menjadikan
sektor migas tetap mencatat surplus USD6,4 miliar.
Neraca Modal dan Finansial
Transaksi modal dan finansial pada triwulan IV-2008 diprakirakan mengalamiTransaksi modal dan finansial pada triwulan IV-2008 diprakirakan mengalamiTransaksi modal dan finansial pada triwulan IV-2008 diprakirakan mengalamiTransaksi modal dan finansial pada triwulan IV-2008 diprakirakan mengalamiTransaksi modal dan finansial pada triwulan IV-2008 diprakirakan mengalami
tekanan. tekanan. tekanan. tekanan. tekanan. Semakin dalam dan meluasnya pengaruh krisis yang berujung pada
kesulitan likuiditas global berdampak pada aliran dana ke Indonesia. Pelepasan
dana asing pada instrumen SBI dan SUN masih terus berlangsung selama triwulan
IV-2008. Di sisi lain, perkembangan positif terjadi pada arus modal investasi langsung
yang diperkirakan mencatat surplus. Surplus tersebut berasal aliran dana asing
menyusul transaksi merger beberapa bank domestik dengan bank luar negeri.
Sementara itu, di pasar saham, instabilitas bursa saham global serta tren penurunan
harga komoditas dunia meningkatkan kedalaman koreksi indeks harga saham
Indonesia yang telah berlangsung sejak pertengahan triwulan III-2008.
Cadangan Devisa
Dengan perkembangan pada transaksi berjalan serta neraca modal dan finansial
tersebut di atas, posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan IV-2008posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan IV-2008posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan IV-2008posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan IV-2008posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan IV-2008
mencapai USD51,6 miliarmencapai USD51,6 miliarmencapai USD51,6 miliarmencapai USD51,6 miliarmencapai USD51,6 miliar atau setara dengan 4,0 bulan impor dan pembayaran
Utang Luar Negeri Pemerintah.
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2008
13
3. Perkembangan dan KebijakanMoneter Triwulan IV-2008
Tekanan inflasi pada triwulan IV-2008 cenderung menurun bila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan
laju inflasi tersebut terutama diakibatkan oleh faktor nonfundamental yang tercermin
pada penurunan inflasi administered prices terkait dengan kebijakan Pemerintah
untuk menurunkan harga BBM bersubsidi. Inflasi volatile food juga menunjukkan
tren menurun seiring dengan penurunan harga pangan global. Dari sisi fundamental,
inflasi inti menurun terkait dengan berkurangnya tekanan dari inflasi impor.
Sementara itu, rata-rata nilai tukar rupiah selama triwulan laporan melemah 15,5%
dari Rp 9.221/USD menjadi Rp 10.914/USD. Meningkatnya intensitas krisis pasar
keuangan global sejak September 2008 yang dipicu oleh bangkrutnya perusahaan
Lehman Brothers menimbulkan tekanan terhadap nilai rupiah. Namun demikian,
kebijakan makroekonomi yang berhati-hati disertai langkah stabilisasi nilai tukar di
pasar secara umum dapat meminimalkan tekanan yang berlebihan akibat
perkembangan eksternal tersebut.
Untuk menjaga stabilitas makroekonomi, Bank Indonesia memutuskan untuk
menurunkan BI Rate sebesar 25 bps hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan IV-
2008. Kebijakan ini didukung oleh serangkaian upaya untuk menjaga stabilitas
rupiah dan berbagai langkah penguatan di sisi operasi pengendalian moneter.
INFLASI
Laju inflasi IHK triwulan IV-2008 menurun dibandingkan dengan triwulanLaju inflasi IHK triwulan IV-2008 menurun dibandingkan dengan triwulanLaju inflasi IHK triwulan IV-2008 menurun dibandingkan dengan triwulanLaju inflasi IHK triwulan IV-2008 menurun dibandingkan dengan triwulanLaju inflasi IHK triwulan IV-2008 menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya.sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya.sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya.sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya.sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi
IHK pada triwulan IV-2008 mencapai 0,54% atau menurun dari triwulan sebelumnya
yang sebesar 2,88% dan periode yang sama tahun sebelumnya
yaitu 2,09%. Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi
tahunan pada akhir triwulan IV-2008 meningkat menjadi 11,06%
(yoy) dari 10,47% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Grafik 3.1).
Berdasarkan kelompok pengeluarannya, penurunan laju inflasi
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok
transportasi (Grafik 3.2). Penurunan tersebut terkait dengan
berakhirnya bulan Ramadhan dan penurunan harga BBM
bersubsidi pada Desember 2008. Sementara itu, peningkatan
inflasi hanya terjadi pada kelompok sandang yang didorong oleh
peningkatan harga emas perhiasan sejalan dengan meningkatnya
harga emas internasional.
Penurunan laju inflasi IHK terutama disebabkan oleh faktorPenurunan laju inflasi IHK terutama disebabkan oleh faktorPenurunan laju inflasi IHK terutama disebabkan oleh faktorPenurunan laju inflasi IHK terutama disebabkan oleh faktorPenurunan laju inflasi IHK terutama disebabkan oleh faktor
nonfundamental berupa menurunnya tekanan inflasinonfundamental berupa menurunnya tekanan inflasinonfundamental berupa menurunnya tekanan inflasinonfundamental berupa menurunnya tekanan inflasinonfundamental berupa menurunnya tekanan inflasi
Grafik 3.1
Perkembangan Inflasi IHK
%, mtm %, yoy
-1
1
2
3
4
5
2006 2007 2008
MtM (SBH 2007)
YoY (RHS)
0
4
8
12
18
20
16
14
10
6
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
14
Grafik 3.4
Nilai Tukar dan Inflasi Negara Mitra Dagang
Grafik 3.3
Ekspektasi Inflasi - Consensus Forecast
administered pricesadministered pricesadministered pricesadministered pricesadministered prices dan dan dan dan dan volatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile food. . . . . Penurunan inflasi pada
kelompok administered price terkait penurunan harga BBM per
1 dan 15 Desember 2008. Sementara itu, inflasi volatile food
juga menunjukkan tren menurun berkaitan dengan menurunnya
harga komoditas pangan internasional. Namun bila dilihat dari
sumbangannya, inflasi inti merupakan penyumbang utama inflasi
pada triwulan IV-2008. Hal tersebut berkaitan dengan masih
tingginya ekspektasi inflasi (Grafik 3.3), sedangkan depresiasi
nilai tukar memberikan dampak relatif terbatas.
Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi volatile food volatile food volatile food volatile food volatile food triwulan IV-2008 mengalami penurunantriwulan IV-2008 mengalami penurunantriwulan IV-2008 mengalami penurunantriwulan IV-2008 mengalami penurunantriwulan IV-2008 mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yang
sama tahun sebelumnya. sama tahun sebelumnya. sama tahun sebelumnya. sama tahun sebelumnya. sama tahun sebelumnya. Penurunan inflasi volatile food tersebut
terkait dengan relatif terjaganya kondisi pasokan dan
menurunnya harga pangan global. Secara triwulanan, inflasi
volatile food pada triwulan IV-2008 tercatat sebesar 0,80% atau
menurun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
sebesar 4,65% dan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 4,39%. Menurunnya inflasi pada triwulan laporan
disebabkan oleh menurunnya harga pangan internasional yang
berdampak pada beberapa komoditas terkait terutama minyak
goreng. Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi tahunan
volatile food triwulan IV-2008 mencapai 16,48% (yoy).
Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi administered prices administered prices administered prices administered prices administered prices triwulan IV-2008 menuruntriwulan IV-2008 menuruntriwulan IV-2008 menuruntriwulan IV-2008 menuruntriwulan IV-2008 menurun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yang
sama tahun sebelumnya. sama tahun sebelumnya. sama tahun sebelumnya. sama tahun sebelumnya. sama tahun sebelumnya. Penurunan inflasi administered prices
tersebut akibat dari kebijakan Pemerintah menurunkan harga
BBM bersubsidi sejalan dengan menurunnya harga minyak
mentah dunia. Secara triwulanan, inflasi administered prices pada
triwulan IV-2008 tercatat mengalami deflasi menjadi 2,36%,
menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 2,89%. Dengan
perkembangan tersebut, laju inflasi tahunan administered prices
triwulan IV-2008 mencapai 15,99%.
Sejalan dengan menurunnya tekanan dari inflasi impor, inflasiSejalan dengan menurunnya tekanan dari inflasi impor, inflasiSejalan dengan menurunnya tekanan dari inflasi impor, inflasiSejalan dengan menurunnya tekanan dari inflasi impor, inflasiSejalan dengan menurunnya tekanan dari inflasi impor, inflasi
inti pada triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkaninti pada triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkaninti pada triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkaninti pada triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkaninti pada triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahundengan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahundengan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahundengan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahundengan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun
sebelumnya. sebelumnya. sebelumnya. sebelumnya. sebelumnya. Inflasi impor yang cenderung menurun diindikasikan
oleh menurunnya inflasi negara mitra dagang dan inflasi IHPB
impor yang merupakan indikator pergerakan harga barang-
barang impor (Grafik 3.4). Secara triwulanan, inflasi inti pada
triwulan IV-2008 mencapai 1,64% atau menurun bila
dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 2,27%
dan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,93%.
Grafik 3.2
Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok
Barang dan Jasa Triwulan IV-2008 (y-o-y)
12,53
10,92
7,96
6,66
7,49
3,49
2,1
2,74
0,53
0,34
0,5
1,36
16,35
7,33
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman,Rokok, dan Tembakau
Perumahan, Listrik, Air, Gas,dan Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi, danOlah Raga
Transportasi, Komunikasi,dan Jasa Keuangan
%
Sumbangan (m-t-m)Inflasi (m-t-m)
%, yoy
5
6
7
8
9
10
11
2007 2008
2008 2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Inflasi Negara Mitra Dagang (skala kanan)
%,yoy
IHK (Skala Kiri)
%,yoy
-12
-7
-2
3
8
13
18
23
0
1
2
3
4
5
2004 2005 2006 2007 2008
Depresiasi/Apresiasi Rp/USD(Skala kiri)
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
16,88
4,07
2,66
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2008
15
Grafik 3.5
Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah
Namun demikian, dampak depresiasi nilai tukar pada triwulan
laporan relatif terbatas menahan laju penurunan inflasi inti. Bila
dilihat dari komponen barangnya, emas perhiasan merupakan
komoditas yang memberikan andil cukup besar terhadap inflasi
triwulan IV-2008 dengan sumbangan sebesar 0,18%.
Berdasarkan perkembangan tersebut, laju inflasi inti triwulan IV-
2008 mencapai 8,29% (yoy).
NILAI TUKAR RUPIAH
Nilai tukar rupiah sepanjang triwulan IV-2008 terus mengalami
tekanan akibat dari meningkatnya intensitas krisis pasar
keuangan global sejak September 2008 yang dipicu oleh
bangkrutnya perusahaan Lehman Brothers. Hal tersebut
menyebabkan selama triwulan IV-2008 rupiah terdepresiasi,
baik secara rata-rata maupun point to point dengan volatilitas
yang meningkat. Rata-rata rupiah triwulan IV-2008 mencapai
Rp 10.914/USD atau melemah 15,5% dibandingkan dengan
rata-rata triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 9.221/USD
(Grafik 3.5), sedangkan secara point to point rupiah mencapai
level Rp 10.900/USD atau melemah 13,9% dibandingkan
dengan akhir triwulan sebelumnya yaitu Rp 9.385/USD.
Pergerakan rupiah yang terdepresiasi mengakibatkan volatilitas
rupiah pada triwulan IV-2008 melonjak tajam dari 1,17%
menjadi 9,78% (Grafik 3.6).
Meningkatnya risiko gejolak pasar keuangan global, eskalasi krisisMeningkatnya risiko gejolak pasar keuangan global, eskalasi krisisMeningkatnya risiko gejolak pasar keuangan global, eskalasi krisisMeningkatnya risiko gejolak pasar keuangan global, eskalasi krisisMeningkatnya risiko gejolak pasar keuangan global, eskalasi krisis
sektor keuangan di AS, serta persepsi terhadap prospek neracasektor keuangan di AS, serta persepsi terhadap prospek neracasektor keuangan di AS, serta persepsi terhadap prospek neracasektor keuangan di AS, serta persepsi terhadap prospek neracasektor keuangan di AS, serta persepsi terhadap prospek neraca
pembayaran memengaruhi perkembangan rupiah selamapembayaran memengaruhi perkembangan rupiah selamapembayaran memengaruhi perkembangan rupiah selamapembayaran memengaruhi perkembangan rupiah selamapembayaran memengaruhi perkembangan rupiah selama
triwulan IV-2008. triwulan IV-2008. triwulan IV-2008. triwulan IV-2008. triwulan IV-2008. Perlambatan ekonomi yang dialami negara
maju (G3) akibat ketatnya likuiditas serta jatuhnya penyaluran
kredit berdampak luas terhadap ekonomi regional. Penurunan
ekspor, seiring dengan melambatnya permintaan ekspor dari
negara maju yang mengalami resesi, mendorong memburuknya
prospek neraca pembayaran Indonesia. Sementara itu,
berlanjutnya krisis di sektor keuangan AS hingga mengenai sektor
otomotif memicu terjadinya capital flight sejalan dengan risk
aversion investor asing. Hal tersebut berdampak pada pembalikan
dana asing dari aset negara regional sehingga menyebabkan
mata uang regional mengalami tekanan depresiasi. Daya tahan
fundamental domestik yang masih kondusif ditambah dengan
stance kebijakan moneter ketat dan stabilisasi di pasar valas oleh
Bank Indonesia mampu menahan tekanan depresiasi rupiah yang
lebih besar.
Grafik 3.6
Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
Grafik 3.7
Yield Spread antara Global Bond RI dan UST-Note
Kurs Harian Rata-rata Triwulanan
2007 2008
Rp/USD
8600
9000
9400
9800
10200
10600
11000
11400
11800
12200
12600
10900
9.103 9.221
10.914
1Jan
29Jan
26Feb
26Mar
23Apr
21Mei
18Jun
16Jul
13Ags
10Sep
8Okt
5Nov
3Des
31Des
28Jan
25Feb
24Mar
21Apr
19Mei
16Jun
14Jul
11Ags
8Sep
6Okt
3Nov
1Des
29Des
Rp/USD %
1/3
9,78
8000
8500
9000
9500
10000
10500
11000
11500
12000
12500
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00Kurs Harian
Volatilitas Harian
Volatilitas Triwulanan
2005 2006 2007 20081/3 1/3 1/3
Rp/USD
IDR/USD Yield Spread
2008
10900
7,16
%
9.000
9.500
10.000
10.500
11.000
11.500
12.000
12.500
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
Mar Apr Jun AgsJan Feb Mei Jul Sep Okt DesNov
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
16
Grafik 3.9
Perbandingan Imbal Hasil Beberapa Negara
Grafik 3.10
Permintaan dan Penawaran Valas
Perkembangan kondisi eksternal yang masih mengalami tekanan
mendorong faktor risiko kembali meningkat. Memburuknya
kondisi ekonomi global menyebabkan kembali maraknya flight
to quality terutama dari kawasan emerging markets. Hal tersebut
tercermin dari peningkatan tajam indikator EMBIG (Emerging
Market Bond Index Global) spread yang merupakan spread antara
yield US Treasury dan komposit dari yield negara-negara
emerging markets. Pesimisnya investor dalam menanamkan
dananya di aset rupiah mengakibatkan indikator yield spread
meningkat tajam dari 411 bps (akhir triwulan III-2008) hingga
mencapai 716 bps pada akhir triwulan IV-2008 (Grafik 3.7).
Sementara itu, ekspektasi depresiasi masih terlihat dari
peningkatan indikator premi swap yang sempat mencapai 20%
(Grafik 3.8).
StanceStanceStanceStanceStance kebijakan Bank Indonesia yang cenderung ketat di kebijakan Bank Indonesia yang cenderung ketat di kebijakan Bank Indonesia yang cenderung ketat di kebijakan Bank Indonesia yang cenderung ketat di kebijakan Bank Indonesia yang cenderung ketat di
tengah kecenderungan penurunan suku bunga globaltengah kecenderungan penurunan suku bunga globaltengah kecenderungan penurunan suku bunga globaltengah kecenderungan penurunan suku bunga globaltengah kecenderungan penurunan suku bunga global
menjadikan menjadikan menjadikan menjadikan menjadikan spreadspreadspreadspreadspread imbal hasil rupiah semakin lebar. imbal hasil rupiah semakin lebar. imbal hasil rupiah semakin lebar. imbal hasil rupiah semakin lebar. imbal hasil rupiah semakin lebar. Imbal hasil
investasi rupiah, yang diindikasikan oleh selisih suku bunga
dalam negeri dengan luar negeri dan selisih yield obligasi
Pemerintah (domestic currency) dengan yield US T-Note, masih
tertinggi dibandingkan dengan negara-negara regional lainnya
(Grafik 3.9). Selisih suku bunga Dalam Negeri - Luar Negeri
(Uncovered Interest Parity) masih menunjukkan peningkatan
dari 7,05% pada akhir triwulan III-2008 menjadi 10,9% pada
akhir triwulan laporan. Apabila imbal hasil tersebut juga
mempertimbangkan faktor risiko1, selisih suku bunga Dalam
Negeri-Luar Negeri (Covered Interest Parity) menjadi 3,78%
pada triwulan laporan.
Gejolak pasar keuangan global yang dipicu krisis pasar kreditGejolak pasar keuangan global yang dipicu krisis pasar kreditGejolak pasar keuangan global yang dipicu krisis pasar kreditGejolak pasar keuangan global yang dipicu krisis pasar kreditGejolak pasar keuangan global yang dipicu krisis pasar kredit
di AS terus menekan dan menimbulkan pesimisme pelaku pasardi AS terus menekan dan menimbulkan pesimisme pelaku pasardi AS terus menekan dan menimbulkan pesimisme pelaku pasardi AS terus menekan dan menimbulkan pesimisme pelaku pasardi AS terus menekan dan menimbulkan pesimisme pelaku pasar
secara global. Kondisi tersebut mendorong investor asingsecara global. Kondisi tersebut mendorong investor asingsecara global. Kondisi tersebut mendorong investor asingsecara global. Kondisi tersebut mendorong investor asingsecara global. Kondisi tersebut mendorong investor asing
menarik dananya dari SBI dan SUN, meskipun pada sahammenarik dananya dari SBI dan SUN, meskipun pada sahammenarik dananya dari SBI dan SUN, meskipun pada sahammenarik dananya dari SBI dan SUN, meskipun pada sahammenarik dananya dari SBI dan SUN, meskipun pada saham
masih menunjukkan peningkatan.masih menunjukkan peningkatan.masih menunjukkan peningkatan.masih menunjukkan peningkatan.masih menunjukkan peningkatan. Pelepasan kepemilikan asing
pada SBI dan SUN sepanjang triwulan laporan masing-masing
mencapai Rp 11,9 triliun (USD 1,2 miliar) dan Rp 16,8 triliun
(USD 1,6 miliar), sehingga posisi kepemilikan asing masing-
masing mencapai Rp 8,5 triliun (USD 752 juta) dan Rp 87,4
triliun (USD7,8 miliar). Sementara itu, penempatan asing di
saham masih meningkat sebesar Rp 11,6 triliun (USD1,06
miliar).
Grafik 3.8
Premi Swap Berbagai Tenor
1 Dalam hal ini indikator risiko yang digunakan adalah yield spread antara obligasi valasPemerintah Indonesia dengan UST-Notes
Sumber : Reuters (diolah)
%
Premi 6 M Premi 12 M
Premi 1 M Premi 3 M
2008
25
20
15
10
5
0Jan Jan Mar Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
bps
Sumber: Bloomberg
50
250
450
650
850
1050
1250
2008
Jul Ags Sep Okt Nov Des
Philippines Thailand Malaysia
Indonesia Vietnam China
Net S(+)/D(-) dari Pelaku DN Net S(+)/D(-) dari Pelaku LNNet S(+)/D(-) Total Pelaku DN+LN Kurs - rhs
US$ Juta IDR/USD
Excess Supply
Excess Demand
-1000
-5000
-3000
1000
3000
5000
8600
9100
9600
10100
10600
11100
11600
2007 2008
Jun Ags OktAprFeb DesJan Mar Mei Jul Sep Nov Jun AgsAprFebJan Mar Mei Jul Sep Okt DesNov
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2008
17
Permintaan valas dalam negeri masih didominasi oleh permintaan valas korporasi.Permintaan valas dalam negeri masih didominasi oleh permintaan valas korporasi.Permintaan valas dalam negeri masih didominasi oleh permintaan valas korporasi.Permintaan valas dalam negeri masih didominasi oleh permintaan valas korporasi.Permintaan valas dalam negeri masih didominasi oleh permintaan valas korporasi.
Hal tersebut sejalan dengan masih tingginya impor dan pembayaran Utang Luar
Negeri. (Grafik 3.10). Secara rata-rata, permintaan valas korporasi pada triwulan
laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari USD354 juta
per hari menjadi sekitar USD253 juta per hari.
KEBIJAKAN MONETER
Strategi Kebijakan
Sepanjang triwulan IV-2008, Bank Indonesia telah menaikkan BI Rate sebesar 25Sepanjang triwulan IV-2008, Bank Indonesia telah menaikkan BI Rate sebesar 25Sepanjang triwulan IV-2008, Bank Indonesia telah menaikkan BI Rate sebesar 25Sepanjang triwulan IV-2008, Bank Indonesia telah menaikkan BI Rate sebesar 25Sepanjang triwulan IV-2008, Bank Indonesia telah menaikkan BI Rate sebesar 25
bps pada awal triwulan sampai akhirnya kembali menurunkannya sebesar 25 bpsbps pada awal triwulan sampai akhirnya kembali menurunkannya sebesar 25 bpsbps pada awal triwulan sampai akhirnya kembali menurunkannya sebesar 25 bpsbps pada awal triwulan sampai akhirnya kembali menurunkannya sebesar 25 bpsbps pada awal triwulan sampai akhirnya kembali menurunkannya sebesar 25 bps
hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan IV-2008 hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan IV-2008 hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan IV-2008 hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan IV-2008 hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan IV-2008 . Kebijakan tersebut dilakukan
guna menjaga dan mengamankan pencapaian sasaran inflasi jangka menengah
dengan mencermati berbagai perkembangan serta mempertimbangkan kondisi
ekonomi makro secara keseluruhan dan stabilitas sistem keuangan. Level BI Rate
tersebut kemudian dicerminkan pada perkembangan suku bunga PUAB O/N.
Sejak digunakannya suku bunga sebagai sasaran operasional kebijakan moneter,
sinyal kebijakan moneter melalui perubahan BI Rate terus ditransmisikan ke sektor
keuangan melalui berbagai jalur. Di pasar uang,Di pasar uang,Di pasar uang,Di pasar uang,Di pasar uang, suku bunga pasar uang berbagai
tenor bergerak mengikuti arah BI Rate dengan variasi antar tenor yang semakin
membaik. Hal tersebut memperkuat transmisi ke suku bunga perbankan khususnya
pada suku bunga deposito, sedangkan suku bunga kredit merespons secara lebih
terbatas. Peningkatan BI Rate mulai berimplikasi pada meningkatkan pertumbuhan
DPK masyarakat di perbankan dan akselerasi pertumbuhan kredit mulai
menunjukkan sedikit penurunan. Di pasar saham, Di pasar saham, Di pasar saham, Di pasar saham, Di pasar saham, IHSG selama periode tahun 2008
mengalami koreksi sebesar 51% dan ditutup pada posisi 1.355 pada akhir tahun.
IHSG bahkan sempat mencapai posisi terendahnya di 1.139 pada Oktober 2008.
Di pasar SUN, Di pasar SUN, Di pasar SUN, Di pasar SUN, Di pasar SUN, kinerja SUN mengalami tekanan dan yield SUN meningkat lebih
tinggi dibandingkan dengan yang terjadi pada tahun 2005. Namun kinerja SUN
menjelang akhir tahun 2008 mulai menunjukkan perbaikan. Di pasar Reksadana,Di pasar Reksadana,Di pasar Reksadana,Di pasar Reksadana,Di pasar Reksadana,
NAB reksadana terus melemah sejalan dengan kinerja underlying asset-nya.
Dari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya
untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Upaya menjaga kestabilan nilai tukar
rupiah dilakukan melalui penerapan kebijakan moneter yang berhati-hati serta upaya
stabilisasi nilai tukar yang ditempuh secara konsisten. Hal tersebut dilakukan untuk
mencegah volatilitas nilai tukar yang berlebihan dengan tetap menjaga kecukupan
cadangan devisa untuk memenuhi kebutuhan fundamental perekonomian. Di
samping itu, penguatan strategi komunikasi serta peningkatan efektivitas peraturan
prudensial dan monitoring lalu lintas devisa terus dilakukan untuk menopang
pengelolaan kebijakan tersebut.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
18
Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr MeiSuku Bunga (%)
BI Rate 8,00 8,00 8,00 8,00 8,25 8,50 8,75 9,00 9,25 9,50 9,50
Penjaminan Deposito 8,25 8,00 8,00 8.00 8,25 8,25 8,25 8,75 8,75 10,00 10,00
Dep 1 bulan (Weighted Average) 7,07 6,95 6,88 6,86 6,98 7,19 7,51 8,04 9,26 10,14 n.a
Dep 1 bulan (Counter Rate) 6,97 6,9 6,84 6,85 6,84 7,01 7,18 7,42 7,74 7,74 8,51
Base Lending Rate 13,14 12,92 12,83 12,75 12,77 12,80 12,95 13,21 13,26 13,26 14,07
Kredit Modal Kerja (KMK) 12,99 12,96 12,88 12,93 12,92 12,99 13,14 13,42 13,93 14,67 n.a
Kredit Investasi (KI) 12,81 12,71 12,59 12,47 12,36 12,51 12,61 12,86 13,32 13,88 n.a
Kredit Konsumsi (KK) 16,04 15,96 15,83 15,74 15,67 15,71 15,73 15,78 15,87 16,05 n.a
Tabel 3.1
Perkembangan Berbagai Suku Bunga
Triwulan I-2008 Triwulan II-2008 Triwulan III-2008
Suku Bunga
Dalam upaya menjaga pencapaian sasaran inflasi dengan tetap memerhatikanDalam upaya menjaga pencapaian sasaran inflasi dengan tetap memerhatikanDalam upaya menjaga pencapaian sasaran inflasi dengan tetap memerhatikanDalam upaya menjaga pencapaian sasaran inflasi dengan tetap memerhatikanDalam upaya menjaga pencapaian sasaran inflasi dengan tetap memerhatikan
momentum pertumbuhan ekonomi, BI Rate selama tahun 2008 naik sebanyak 6momentum pertumbuhan ekonomi, BI Rate selama tahun 2008 naik sebanyak 6momentum pertumbuhan ekonomi, BI Rate selama tahun 2008 naik sebanyak 6momentum pertumbuhan ekonomi, BI Rate selama tahun 2008 naik sebanyak 6momentum pertumbuhan ekonomi, BI Rate selama tahun 2008 naik sebanyak 6
kali (150 bps) dan kemudian turun sebesar 25 bps menjadi 9,25% di akhir tahun.kali (150 bps) dan kemudian turun sebesar 25 bps menjadi 9,25% di akhir tahun.kali (150 bps) dan kemudian turun sebesar 25 bps menjadi 9,25% di akhir tahun.kali (150 bps) dan kemudian turun sebesar 25 bps menjadi 9,25% di akhir tahun.kali (150 bps) dan kemudian turun sebesar 25 bps menjadi 9,25% di akhir tahun.
Dengan kondisi BI Rate tersebut, maka seluruh suku bunga yang pergerakannya
dikaitkan dengan BI Rate secara otomatis bergerak mengikuti pergerakan BI Rate.
Suku bunga PUAB O/N yang bergerak dengan volatilitas tinggi di awal tahun 2008,
semakin membaik semenjak memasuki triwulan kedua. Hal tersebut mencerminkan
keberhasilan kebijakan penyempurnaan operasi moneter untuk menjaga stabilitas
suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) overnight.
Kenaikan BI Rate diikuti dengan peningkatan suku bunga deposito dengan skalaKenaikan BI Rate diikuti dengan peningkatan suku bunga deposito dengan skalaKenaikan BI Rate diikuti dengan peningkatan suku bunga deposito dengan skalaKenaikan BI Rate diikuti dengan peningkatan suku bunga deposito dengan skalaKenaikan BI Rate diikuti dengan peningkatan suku bunga deposito dengan skala
yang lebih besar, seiring upaya perbankan untuk menambah pendanaannyayang lebih besar, seiring upaya perbankan untuk menambah pendanaannyayang lebih besar, seiring upaya perbankan untuk menambah pendanaannyayang lebih besar, seiring upaya perbankan untuk menambah pendanaannyayang lebih besar, seiring upaya perbankan untuk menambah pendanaannya
(((((fundingfundingfundingfundingfunding) dari DPK.) dari DPK.) dari DPK.) dari DPK.) dari DPK. Berdasarkan rata-rata tertimbang, suku bunga deposito 1 bulan
hingga November 2008 meningkat sebesar 44,65% (321 bps), atau lebih besar
dibandingkan dengan peningkatan BI Rate. Peningkatan suku bunga deposito
terutama terjadi pada kelompok Bank Swasta Nasional yang diikuti kelompok Bank
Asing dan Campuran serta Bank Umum Swasta Domestik. Sementara itu, kelompok
BPD masih lambat dalam menyesuaikan suku bunga simpanan berjangkanya. Secara
bulanan, suku bunga deposito tertinggi untuk tenor 1 - 6 bulan terus meningkat
hingga menjadi 14,62 - 15,42%. Namun untuk suku bunga deposito tenor 12 dan
24 bulan menunjukkan penurunan di akhir tahun seiring dengan ekspektasi
penurunan BI Rate.
Kenaikan BI Rate juga ditransmisikan ke suku bunga kredit. Kenaikan BI Rate juga ditransmisikan ke suku bunga kredit. Kenaikan BI Rate juga ditransmisikan ke suku bunga kredit. Kenaikan BI Rate juga ditransmisikan ke suku bunga kredit. Kenaikan BI Rate juga ditransmisikan ke suku bunga kredit. Kenaikan biaya dana
berimbas pada suku bunga kredit, khususnya kredit modal kerja dan kredit investasi.
Per November 2008, rata-rata tertimbang suku bunga kredit modal kerja melonjak
sebesar 197bps, yang terjadi pada kelompok Bank Asing dan Campuran serta Bank
Umum Swasta Nasional. Sementara itu, rata-rata suku bunga kredit investasi juga
terus meningkat mencapai 109bps, yang juga dikontribusi oleh kelompok Bank
Asing dan Campuran serta Bank Umum Swasta Nasional. Sementara itu, kelompok
BPD tetap menjadi kelompok bank yang paling lambat merespons kenaikan BI Rate.
Triwulan IV-2008
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2008
19
Dana, Kredit, dan Uang Beredar
Dana Pihak Ketiga (DPK) mulai menunjukkan peningkatan di akhir tahun seiringDana Pihak Ketiga (DPK) mulai menunjukkan peningkatan di akhir tahun seiringDana Pihak Ketiga (DPK) mulai menunjukkan peningkatan di akhir tahun seiringDana Pihak Ketiga (DPK) mulai menunjukkan peningkatan di akhir tahun seiringDana Pihak Ketiga (DPK) mulai menunjukkan peningkatan di akhir tahun seiring
dengan meningkatnya suku bunga deposito (Grafik 3.11). dengan meningkatnya suku bunga deposito (Grafik 3.11). dengan meningkatnya suku bunga deposito (Grafik 3.11). dengan meningkatnya suku bunga deposito (Grafik 3.11). dengan meningkatnya suku bunga deposito (Grafik 3.11). Pada November 2008,
DPK tumbuh sebesar 19,13% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan di tahun 2007 yang sebesar 17,67% (yoy) (Grafik 3.11). Peningkatan
tersebut dikontribusi terutama oleh deposito yang meningkat sebesar 22,28%,
namun tabungan dan giro tumbuh melambat masing-masing sebesar 18,58% dan
14,25%. Penyumbang utama dari meningkatnya pertumbuhan deposito adalah
kelompok Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Swasta, dan perorangan.
Sementara itu, perlambatan pada komponen tabungan terjadi pada seluruh
kelompok (Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Swasta, Pemerintah
Daerah dan perorangan) kecuali pada kelompok Badan/Lembaga Pemerintah. Hal
tersebut diindikasikan terkait dengan terjadinya peralihan ke deposito seiring dengan
semakin menariknya tingkat suku bunga.
Kenaikan BI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit yangKenaikan BI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit yangKenaikan BI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit yangKenaikan BI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit yangKenaikan BI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit yang
semakin akseleratif. semakin akseleratif. semakin akseleratif. semakin akseleratif. semakin akseleratif. Efek tunda kebijakan moneter masih
berlangsung di pasar kredit, sebagaimana tampak pada
pertumbuhan tahunan kredit pada November 2008 yang
mencapai 37,9%. Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan akhir tahun 2007 yang hanya tumbuh
sebesar 26,5%. Berdasarkan penggunaannya, kenaikan
pertumbuhan tahunan kredit pada bulan laporan terjadi pada
kredit investasi, diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit
konsumsi. Dari sisi debitur, kenaikan pertumbuhan kredit
terutama dinikmati oleh kelompok perusahaan asuransi dan
pembiayaan BUMN, perusahaan pembiayaan BUMS dan BPR.
Likuiditas perekonomian tumbuh melambat dan lebih rendahLikuiditas perekonomian tumbuh melambat dan lebih rendahLikuiditas perekonomian tumbuh melambat dan lebih rendahLikuiditas perekonomian tumbuh melambat dan lebih rendahLikuiditas perekonomian tumbuh melambat dan lebih rendah
daripada historisnya. daripada historisnya. daripada historisnya. daripada historisnya. daripada historisnya. Pada November 2008, M1 dan M2 masing-
masing tumbuh 11,9% dan 18,3%. Secara rata-rata pertumbuhan
M1 dan M2 selama Januari-November masing-masing meningkat
18,9% dan 16,3% atau hampir seluruhnya melambat dari periode
yang sama di tahun 2007 yaitu masing-masing sebesar 22,7%
dan 15,6%. Sementara itu, rata-rata pertumbuhan M1 dan M2
secara riil sepanjang Januari-November 2008 menjadi masing-
masing sebesar 8,4% dan 5,1% (Grafik 3.12), melemah dari
periode yang sama tahun sebelumnya seiring dengan menurunnya
daya beli yang bersumber dari tingginya inflasi dan melemahnya
nilai tukar di tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007.
Pasar Keuangan
Kinerja pasar saham di tahun 2008 mengalami koreksi tajam.Kinerja pasar saham di tahun 2008 mengalami koreksi tajam.Kinerja pasar saham di tahun 2008 mengalami koreksi tajam.Kinerja pasar saham di tahun 2008 mengalami koreksi tajam.Kinerja pasar saham di tahun 2008 mengalami koreksi tajam.
Pada awal perdagangan tahun 2008, IHSG sempat mencapai
Grafik 3.12
Pertumbuhan Riil M1 dan M2
Grafik 3.11
Perkembangan Dana vs Kredit
Suku Bunga Kredit dan Depo (%)(%, y-o-y)
6
9
12
15
18
21
24
33
36
39
6
8
10
12
14
16
18
2005 2006 2007 2008
Total DPK Total Kredit rKredit (rata-rata) rDepo (rata-rata)
30
27
Jul Sep Nov Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei
%, y-o-y
(12)
(9)
(6)
(3)
0
3
69
12
15
18
21
24
27
30
M1 Riil
Currency Riil
M2 Riil
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
20
Grafik 3.13
Perkembangan IHSG tahun 2008
level 2.830 pada (9 Januari 2008) yang merupakan level tertinggi
yang pernah dicapai sejak Bursa Efek Indonesia didirikan. Namun
perkembangan selanjutnya IHSG justru mengalami koreksi tajam
dan bahkan sempat menyentuh level 1.111,39 (28 Oktober 2008)
atau merupakan level yang terendah sejak tahun 2005.
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa IHSG mulai pulih
kembali seiring dengan mulai meredanya gejolak pasar keuangan
global dan ditutup sedikit menguat pada level 1.355 di
penghujung tahun (Grafik 3.13). Searah dengan kondisi tersebut,
kapitalisasi pasar juga terpangkas sebesar 43,89% atau ditutup
pada posisi Rp 1.076,5 triliun.
Koreksi IHSG lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Koreksi IHSG lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Koreksi IHSG lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Koreksi IHSG lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Koreksi IHSG lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Faktor
eksternal tersebut bersumber dari pecahnya bubble pasar
keuangan global yang pada akhirnya memicu keketatan likuiditas
global dan berimbas pada penguatan dolar Amerika secara
signifikan terhadap seluruh mata uang dunia. Proses tersebut akhirnya turut memicu
deleveraging dan resesi global. Dampak dari krisis tersebut menyebabkan institusi
keuangan mengalami kesulitan likuiditas dan bahkan mengalami kebangkrutan
sehingga mendorong investor asing untuk cenderung memindahkan dananya dari
negara emerging markets termasuk Indonesia. Kondisi tersebut berdampak pada
pasar saham secara global yang terkoreksi secara signifikan di tahun 2008. Langkah
the Fed yang terus memangkas Fed Fund Rate hingga mendekati 0% yang diikuti
oleh pemotongan suku bunga secara terkoordinasi oleh negara-negara lainnya,
injeksi likuiditas, bail-out atas beberapa institusi keuangan dan perusahaan di sektor
riil, mampu meningkatkan kepercayaan pasar meskipun koreksi tetap tidak dapat
terhindarkan.
Dari sisi domestik, beberapa risiko turut mewarnai dinamika pergerakan IHSG padaDari sisi domestik, beberapa risiko turut mewarnai dinamika pergerakan IHSG padaDari sisi domestik, beberapa risiko turut mewarnai dinamika pergerakan IHSG padaDari sisi domestik, beberapa risiko turut mewarnai dinamika pergerakan IHSG padaDari sisi domestik, beberapa risiko turut mewarnai dinamika pergerakan IHSG pada
tahun 2008. tahun 2008. tahun 2008. tahun 2008. tahun 2008. Risiko tersebut di antaranya berupa pelemahan nilai tukar yang sempat
menyentuh level Rp 12.700 per USD (24 November 2008) serta melebarnya nilai
tukar rupiah di pasar Non Delivery Forward (NDF) dengan posisi spot. Selain itu, isu
negatif mengenai kondisi likuiditas bank serta kompleksitas permasalahan saham
turut mewarnai perkembangan saham.
Di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang tinggi, investor asing masih mencatatDi tengah ketidakpastian pasar keuangan yang tinggi, investor asing masih mencatatDi tengah ketidakpastian pasar keuangan yang tinggi, investor asing masih mencatatDi tengah ketidakpastian pasar keuangan yang tinggi, investor asing masih mencatatDi tengah ketidakpastian pasar keuangan yang tinggi, investor asing masih mencatat
net beli namun dengan tren kepemilikan yang berjangka pendek. net beli namun dengan tren kepemilikan yang berjangka pendek. net beli namun dengan tren kepemilikan yang berjangka pendek. net beli namun dengan tren kepemilikan yang berjangka pendek. net beli namun dengan tren kepemilikan yang berjangka pendek. Pada tahun 2008,
aktivitas investor asing di pasar saham cenderung bersifat spekulatif yang terlihat
dari aktivitas jual-beli yang berlangsung secara cepat. Kondisi tersebut merupakan
cerminan dari perilaku asing yang cenderung responsif di tengah kondisi
ketidakpastian pasar keuangan global. Pada penghujung tahun 2008, harga saham
yang cenderung undervalued ditambah dengan mulai membaiknya kondisi pasar
keuangan global menyebabkan investor asing mulai membukukan net beli. Namun
aktivitas pembelian asing masih cenderung jangka pendek dengan profit taking
dari aset yang undervalued tersebut. Selama tahun 2008, investor asing masih
2.900
2.700
2.500
2.300
2.100
1.900
1.700
1.500
1.300
1.100Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
IHSG per 30 Desember 2008: 1.355,4
RisikoResesi
AS
AncamanPerlambatan
PerekonomianGlobal (G7)
Minyak NaikUSD 110 per barrel- Unwinding Carry
Trade
Risiko Fiskal Naik,Pasar SUN
Memburuk,Tekanan Inflasi Krisis
KeuanganGSE
Lehman Brothers Bangkrut,Institusi Lain berpotensi
mengalami kebangkrutanKondisi global smkn tidak pasti,spekulasi injeksi likuiditas tidak
akan menahan resesi bursa disuspensiFFR 1%
Capital outflow oleh
Pelemahan NilaiTukar, Spread NDFdan Spot Melebar
Bursa domestik panik,diperparah oleh kasus gagal
FFR 3%
FFR 3,5%
RatingWarren Buffet
malakukan reinsured
FFR 2,25%+ injeksiLikuiditas
FFR 2%
Rilis PDB 6,3%(diatas proyeksi
6,1%)
Pernyataan Fed dan Bank Sentrallain kembali injeksi Likuiditas
Pemilu AS
Kebijakan baru BI danPemerintah serta buyback
8
8
8
8
8,258,5
8,759 9,25
9,5
9,25
2008
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2008
21
Grafik 3.14
Net Beli Asing Saham
Grafik 3.15
Yield SUN Berbagai Tenor
tercatat melakukan net beli sebesar Rp18,7 triliun atau jauh
menurun dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencatat net
beli Rp32,92 triliun (Grafik 3.14). Dinamika aktivitas asing di pasar
saham selama tahun 2008 tersebut yang dibarengi oleh aksi jual
investor domestik justru berdampak pada peningkatan porsi
kepemilikan asing menjadi sebesar 67,8% dari tahun sebelumnya
sebesar 63,6%.
Di pasar SUN, kinerja SUN pada triwulan IV-2008 kembaliDi pasar SUN, kinerja SUN pada triwulan IV-2008 kembaliDi pasar SUN, kinerja SUN pada triwulan IV-2008 kembaliDi pasar SUN, kinerja SUN pada triwulan IV-2008 kembaliDi pasar SUN, kinerja SUN pada triwulan IV-2008 kembali
mengalami tekanan. mengalami tekanan. mengalami tekanan. mengalami tekanan. mengalami tekanan. Pada tahun 2008, yield SUN dengan tenor
benchmark 10 tahun sempat mencapai posisi tertingginya di
20,96% (27 Oktober 2008). Kenaikan yield juga merata untuk
seluruh tenor dan serinya. Kebijakan BI untuk menurunkan BI
Rate dari 9,5% menjadi 9,25% pada Desember 2008,
menurunnya perkiraan inflasi, menguatnya nilai tukar, serta mulai
membaiknya faktor risiko eksternal menyebabkan yield SUN
kembali turun. Secara tahunan, yield SUN naik 270 bps untuk
tenor jangka pendek, sedangkan untuk tenor jangka menengah
dan jangka panjang kenaikan yield SUN masing-masing adalah
231 bps dan 207 bps (Grafik 3.15).
Penurunan kinerja SUN pada tahun 2008 lebih disebabkan olehPenurunan kinerja SUN pada tahun 2008 lebih disebabkan olehPenurunan kinerja SUN pada tahun 2008 lebih disebabkan olehPenurunan kinerja SUN pada tahun 2008 lebih disebabkan olehPenurunan kinerja SUN pada tahun 2008 lebih disebabkan oleh
faktor eksternal. faktor eksternal. faktor eksternal. faktor eksternal. faktor eksternal. Gejolak pasar keuangan global yang mengarah
pada keketatan likuiditas secara global dan proses deleveraging
menyebabkan yield SUN untuk seluruh tenor terus naik. Kondisi
yield SUN juga terus tertekan searah dengan terjadinya
pelemahan nilai tukar. Penurunan kinerja SUN juga sejalan
dengan kenaikan risiko emerging market sebagaimana tercermin
dari berbagai indikator yang terdapat dalam Global Stability
Financial Report (GSFR) IMF Oktober 2008. Bahkan terdapat
kecenderungan bahwa emerging market asset mulai
menunjukkan perilaku seperti toxic asset2 . Searah dengan kondisi
tersebut, EMBIG Indonesia mengalami kenaikan signifikan. Dalam
kondisi tersebut, interest rate differential yang makin melebar
spread-nya terlihat tidak berpengaruh signifikan.
Gejolak yang terjadi di pasar SUN menyebabkan menurunnyaGejolak yang terjadi di pasar SUN menyebabkan menurunnyaGejolak yang terjadi di pasar SUN menyebabkan menurunnyaGejolak yang terjadi di pasar SUN menyebabkan menurunnyaGejolak yang terjadi di pasar SUN menyebabkan menurunnya
keyakinan pelaku pasar. keyakinan pelaku pasar. keyakinan pelaku pasar. keyakinan pelaku pasar. keyakinan pelaku pasar. Kondisi tersebut tercermin dari tipisnya
volume dan frekuensi perdagangan SUN. Hal tersebut merupakan
indikasi bahwa pelaku pasar masih wait and see dalam menyikapi
volatilitas yang terjadi pada pasar keuangan global. Volume total
perdagangan SUN pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp1.246,7
triliun atau turun dari posisi tahun 2007 sebesar Rp1.564 triliun
(Grafik 3.16). Sementara itu, frekuensi rata-rata harian
2 Asset derivatif, Mortgage Backed Securities, Credit Default Swap dan sebagainya.
Grafik 3.16
Rata-Rata Harian Volume Perdagangan SUN
Rp, Triliun
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2007 2008
Akumulasi Net Beli Asing
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Data per 12/31/2008
sumber: Bloomberg
% 100bps
0
4
8
12
16
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Perubahan Bulanan (RHS) Saat Ini Bulan Lalu
1YR 2YR 4YR 5YR 6YR 7YR 8YR 9YR 10YR 15YR 20YR 30YR
Rp, Triliun
0
2
4
6
8
10
RRH-Vol Perdagangan SUN
2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
22
perdagangan SUN relatif stabil pada 266 kali pada tahun 2008
dibandingkan tahun 2007 sebesar 253 kali (Grafik 3.17).
Kinerja reksadana mengalami koreksi di akhir tahun. Kinerja reksadana mengalami koreksi di akhir tahun. Kinerja reksadana mengalami koreksi di akhir tahun. Kinerja reksadana mengalami koreksi di akhir tahun. Kinerja reksadana mengalami koreksi di akhir tahun. NAB
reksadana sempat mencapai nilai tertinggi selama setahun
sebesar Rp 95,92 triliun pada Mei 2008, meskipun terus
mengalami penurunan sejak Juli 2008. Peningkatan NAB yang
signifikan di awal hingga pertengahan tahun ditopang oleh
kinerja pasar sahams dan pasar SUN. Namun demikian, memasuki
semester II-2008 pergerakan reksadana menunjukkan
pembalikan arah hingga mencapai titik terendahnya pada
Oktober 2008 sebesar Rp 73,28 triliun (data per 13-17 Okt 2008,
terkait masalah teknis publikasi data oleh Bapepam-LK) 3 .
Penurunan tersebut tidak lain disebabkan oleh turunnya harga
dari underlying asset reksadana. Namun demikian, penurunan
lebih lanjut tertahan oleh aksi beli investor terkait dengan harga unit reksadana
yang undervalued seiring dengan pergerakan harga saham dan SUN sebagai
underlying asset-nya. Selain itu, usaha edukasi/promosi oleh agen reksadana kepada
nasabah potensial cukup membantu untuk menjaga volume reksadana.
Grafik 3.17
Rata-Rata Harian Frekuensi Perdagangan SUN
3 Data Resmi Bapepam per Oktober 2008. Belum terkininya data NAB reksadana dikarenakan oleh sistem Informasireksadana yang masih mengalami pengembangan.
X, Kali
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 122007 2008
RRH-Frekuensi
Perekonomian Indonesia ke Depan
23
4. Perekonomian Indonesia ke Depan
Perekonomian Indonesia di 2009 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,0-5,0%Perekonomian Indonesia di 2009 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,0-5,0%Perekonomian Indonesia di 2009 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,0-5,0%Perekonomian Indonesia di 2009 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,0-5,0%Perekonomian Indonesia di 2009 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,0-5,0%.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut sangat dipengaruhi oleh dinamika
perekonomian global yang ditandai oleh resesi di negara mitra dagang utama dan
melambatnya perekonomian di negara mitra dagang. Resesi dan perlambatan
ekonomi tersebut, yang kemudian diikuti oleh penurunan harga komoditas produk
ekspor dan terbatasnya trade financing, mengakibatkan pertumbuhan ekspor di
2009 diprakirakan jauh lebih rendah dibandingkan dengan 2008. Menurunnya
pertumbuhan ekspor diprakirakan akan memengaruhi daya beli masyarakat dan
akan berdampak pada turunnya konsumsi rumah tangga. Dari sisi pembiayaan
konsumsi, pertumbuhan kredit konsumsi diprakirakan akan semakin terbatas.
Namun demikian, pertumbuhan konsumsi diprakirakan masih relatif kuat jika
dibandingkan rata-rata historis, terkait dengan beberapa faktor seperti: kenaikan
upah minimum provinsi (UMP), kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS), faktor
pemilihan umum (Pemilu), dan kebijakan pemerintah di bidang perpajakan serta
multiplier effect dari kebijakan pemerintah. Melambatnya pertumbuhan ekspor
dan konsumsi yang diikuti dengan terbatasnya pembiayaan investasi pada gilirannya
akan menurunkan pertumbuhan investasi dan juga impor. Dari sisi sektoral,
perlambatan sektor eksternal diprakirakan berdampak langsung ke sektor tradable
(sektor industri pengolahan, pertanian, dan pertambangan).
Tekanan inflasi pada 2009 diprakirakan cenderung menurun menuju kisaran 6,0%Tekanan inflasi pada 2009 diprakirakan cenderung menurun menuju kisaran 6,0%Tekanan inflasi pada 2009 diprakirakan cenderung menurun menuju kisaran 6,0%Tekanan inflasi pada 2009 diprakirakan cenderung menurun menuju kisaran 6,0%Tekanan inflasi pada 2009 diprakirakan cenderung menurun menuju kisaran 6,0%
± 1%. 1%. 1%. 1%. 1%. Secara fundamental, penurunan tekanan inflasi didukung oleh turunnya
imported inflation sejalan dengan turunnya harga komoditi, pangan dan energi
dunia, serta terkendalinya ekspektasi inflasi. Selain itu, produksi pangan di dalam
negeri yang sangat baik dalam tahun 2008, serta adanya perlambatan permintaan
agregat merupakan faktor penunjang pencapaian inflasi yang rendah pada 2009.
Dari sisi non fundamental, penurunan inflasi tahun 2009 didukung oleh terjaganya
pasokan dan kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok serta minimnya
administered prices.
ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN
Kondisi Perekonomian Internasional
Perekonomian dunia pada 2009 diprakirakan melambat cukup signifikan.
Kontraksi perekonomian negara-negara maju (AS, Euro dan Jepang) yang telah
terjadi sejak paro kedua 2008 diprakirakan berlanjut ke 2009. Imbas perlambatan
ekonomi negara maju akan semakin besar dan meluas ke berbagai negara. Negara-
negara berkembang di Asia secara umum akan tumbuh melambat seiring dengan
melambatnya permintaan dari negara maju. Disamping itu, kondisi permintaan
domestik yang melemah juga menjadi faktor yang mempengaruhi perlambatan
ekonomi di negara berkembang. Untuk menahan pelemahan ekonomi, berbagai
negara melakukan percepatan konsumsi dan investasi dari sektor pemerintah.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
24
Pemerintah China mengeluarkan stimulus fiskal senilai USD586 miliar untuk
memberi stimulus perekonomian melalui pembangunan infrastruktur dan proyek
sosial. Menyusul China, Singapura pada 2009 juga akan melakukan stimulus
fiskal untuk membantu perusahaan dalam mencegah pemutusan hubungan kerja
(PHK). Dengan berbagai perkembangan tersebut, secara keseluruhan
pertumbuhan ekonomi dunia pada 2009 diprakirakan sebesar 2,2%, melambat
dari 2008 (Tabel 4.1).
Sejalan dengan lemahnya permintaan dunia, harga komoditas diprakirakan turun
signifikan pada 2009. Pada awal 2009, harga komoditas global diprakirakan masih
cenderung rendah. Secara rata-rata, harga minyak jenis minas pada triwulan I lebih
rendah dari rata-rata tahunan. Sentimen lemahnya permintaan dunia masih lebih
kuat pengaruhnya dibandingkan dengan faktor sentimen konflik di Timur Tengah,
sehingga harga minas di triwulan I-2009 diprakirakan berkisar USD50 per barel.
Harga logam secara umum diprakirakan akan tetap turun pada triwulan I-2009
dibandingkan triwulan IV-2008. Hal ini disebabkan turunnya permintaan logam
sebagai dampak kontraksi sektor manufaktur di berbagai negara. Searah dengan
harga komoditas internasional, tekanan inflasi 2009 diprakirakan menurun. Tekanan
inflasi di negara maju pada 2009 diprakirakan melambat dipicu jatuhnya harga
komoditas global sebagai dampak melemahnya permintaan, apresiasi dolar AS dan
tingginya ketidakpastian di pasar finansial. Seiring dengan semakin tertekannya
permintaan domestik di negara maju, terdapat potensi terjadinya deflasi terutama
bagi negara-negara yang menempuh kebijakan suku bunga yang mencapai 0%.
Sementara itu, inflasi di negara berkembang pun melambat yang lebih dipengaruhi
oleh jatuhnya harga komoditas global, terutama jatuhnya harga minyak. Tekanan
inflasi dunia yang cenderung menurun menyebabkan
arah kebijakan moneter dunia diprakirakan
cenderung bias longgar.
Skenario Kebijakan Fiskal
Krisis ekonomi global yang masih terus berlangsung
berpotensi meningkatkan defisit APBN 2009. UU
No.41/2008 tanggal 10 November 2008 tentang
APBN 2009 menyebutkan defisit APBN 2009 sebesar
Rp51,28 triliun atau 1% dari PDB. Namun demikian,
krisis keuangan global yang masih terus berlangsung
berpotensi meningkatkan defisit tersebut terutama
karena prakiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih
rendah dari asumsi APBN 2009 sebesar 6%.
Peningkatan defisit diprakirakan dibiayai dari
kelebihan pembiayaan APBNP 2008 (SILPA 2008) dan
penarikan standby loan secara bilateral maupun
multilateral. Defisit diprakirakan menjadi lebih rendah
seiring penurunan harga minyak mentah.
PDB DuniaPDB DuniaPDB DuniaPDB DuniaPDB Dunia 5,15,15,15,15,1 5,05,05,05,05,0 3,73,73,73,73,7 2,22,22,22,22,2
Negara MajuNegara MajuNegara MajuNegara MajuNegara Maju 3,03,03,03,03,0 2,62,62,62,62,6 1,41,41,41,41,4 -0,3-0,3-0,3-0,3-0,3
Amerika Serikat 2,8 2,0 1,4 -0,7
Kawasan Euro 2,8 2,6 1,2 -0,5
Jepang 2,4 2,1 0,5 -0,2
Negara Maju Lainnya 4,5 4,7 2,9 1,5
Negara BerkembangNegara BerkembangNegara BerkembangNegara BerkembangNegara Berkembang 7,97,97,97,97,9 8,08,08,08,08,0 6,66,66,66,66,6 5,15,15,15,15,1
Afrika 6,1 6,1 5,2 4,7
Eropa Timur dan Tengah 6,7 5,7 4,2 2,5
Negara Persemakmuran 8,2 8,6 6,9 3,2
Negara Berkembang Asia 9,8 10,0 8,3 7,1
China 11,6 11,9 9,7 8,5
India 9,8 9,3 7,8 6,3
Negara Timur Tengah 5,7 6,0 6,1 5,3
Amerika Latin 5,5 5,6 4,5 2,5
Tabel 4.1
Proyeksi PDB Dunia
Sumber: IMF, WEO November 2008
2006Proyeksi
20072008 2009
Perekonomian Indonesia ke Depan
25
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Prahara keuangan global diprakirakan akan berimbas ke perekonomian Indonesia
pada tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan mengalami perlambatanPertumbuhan ekonomi diprakirakan mengalami perlambatanPertumbuhan ekonomi diprakirakan mengalami perlambatanPertumbuhan ekonomi diprakirakan mengalami perlambatanPertumbuhan ekonomi diprakirakan mengalami perlambatan
dari 6,1% (2008) menjadi 4,0-5,0% (2009). dari 6,1% (2008) menjadi 4,0-5,0% (2009). dari 6,1% (2008) menjadi 4,0-5,0% (2009). dari 6,1% (2008) menjadi 4,0-5,0% (2009). dari 6,1% (2008) menjadi 4,0-5,0% (2009). Lesunya permintaan dunia dan
merosotnya harga-harga komoditas akan ditransmisikan ke perekonomian domestik
melalui jalur perdagangan internasional. Pertumbuhan ekspor barang dan jasa
diprakirakan akan terpangkas sekitar separo dari pertumbuhan 2008. Di tengah
kondisi eksternal yang kurang kondusif tersebut, permintaan domestik diprakirakan
akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Perlambatan pertumbuhan konsumsi
swasta yang lebih dalam pada 2009, akibat turunnya income effect dari ekspor,
diprakirakan dapat ditahan oleh pengeluaran para kontestan Pemilu, kenaikan UMP
dan gaji PNS, serta kebijakan pemerintah di bidang pendapatan. Sementara itu,
pertumbuhan investasi diprakirakan akan tumbuh melambat akibat melemahnya
permintaan dan ketidakpastian iklim usaha.
Prospek Permintaan Agregat
Konsumsi rumah tangga diprakirakan mengalami perlambatan cukup signifikanKonsumsi rumah tangga diprakirakan mengalami perlambatan cukup signifikanKonsumsi rumah tangga diprakirakan mengalami perlambatan cukup signifikanKonsumsi rumah tangga diprakirakan mengalami perlambatan cukup signifikanKonsumsi rumah tangga diprakirakan mengalami perlambatan cukup signifikan
pada 2009. Setelah tumbuh tinggi pada 2008, konsumsi rumah tangga diprakirakanpada 2009. Setelah tumbuh tinggi pada 2008, konsumsi rumah tangga diprakirakanpada 2009. Setelah tumbuh tinggi pada 2008, konsumsi rumah tangga diprakirakanpada 2009. Setelah tumbuh tinggi pada 2008, konsumsi rumah tangga diprakirakanpada 2009. Setelah tumbuh tinggi pada 2008, konsumsi rumah tangga diprakirakan
hanya tumbuh sekitar 4,3-4,6% pada 2009.hanya tumbuh sekitar 4,3-4,6% pada 2009.hanya tumbuh sekitar 4,3-4,6% pada 2009.hanya tumbuh sekitar 4,3-4,6% pada 2009.hanya tumbuh sekitar 4,3-4,6% pada 2009. Perlambatan konsumsi rumah tangga
yang sudah mulai terlihat sejak triwulan III-2008 diprakirakan akan terus melambat
pada 2009. Perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut disebabkan oleh
menurunnya daya beli masyarakat, khususnya karena imbas dari turunnya kinerja
ekspor (income effect) dan turunnya harga saham/aset keuangan lainnya (wealth
effect). Terpukulnya kinerja ekspor diprakirakan berdampak pada pengurangan
jumlah tenaga kerja, sebagaimana dialami oleh petani kelapa sawit dan buruh
industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Adanya PHK tersebut diprakirakan
mendorong konsumen untuk menunda belanja konsumsinya (precautionary saving).
Melemahnya konsumsi rumah tangga juga disebabkan oleh berkurangnya sumber
pembiayaan konsumsi rumah tangga, khususnya yang berasal dari perbankan. Pada
% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
I II III IV I II III IV*Komponen
Tabel 4.2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
2007
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
Total Konsumsi 4,6 4,6 5,3 5,1 4,9 5,5 5,5 6,7 6,3 6,0 5,0 - 5,2
Konsumsi Swasta 4,7 4,7 5,1 5,6 5,0 5,7 5,5 5,3 5,0 5,4 4,3 - 4,6
Konsumsi Pemerintah 3,7 3,8 6,5 2,0 3,9 3,6 5,5 16,9 14,6 10,7 9,6 - 9,9
Total Investasi 7,0 6,9 10,4 12,1 9,2 15,6 13,1 12,0 9,9 12,5 6,7 - 7,4
Permintaan Domestik 5,2 5,2 6,6 6,8 6,0 8,0 7,4 8,1 7,2 7,7 5,5 - 5,8
Ekspor Barang dan Jasa 8,1 9,8 6,9 7,3 8,0 15,5 15,9 14,3 9,4 13,7 4,3 - 6,1
Impor Barang dan Jasa 8,5 6,5 7,0 13,6 8,9 17,8 16,7 11,9 7,1 13,2 6,1 - 6,5
PDBPDBPDBPDBPDB 6,16,16,16,16,1 6,46,46,46,46,4 6,56,56,56,56,5 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,46,46,46,46,4 6,16,16,16,16,1 5,75,75,75,75,7 6,16,16,16,16,1 4,0 - 5,04,0 - 5,04,0 - 5,04,0 - 5,04,0 - 5,0
20072008
2008* 2009*
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
26
2009, pertumbuhan penyaluran kredit - termasuk kredit konsumsi - diprakirakan
menurun hingga ke kisaran 15-20%. Penurunan ini terkait dengan persepsi
meningkatnya risiko debitur dan kecenderungan perbankan menjaga likuiditas yang
relatif tinggi di tengah ketidakpastian.
Walaupun demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan masihWalaupun demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan masihWalaupun demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan masihWalaupun demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan masihWalaupun demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan masih
dapat berada sedikit di atas rata-rata historisdapat berada sedikit di atas rata-rata historisdapat berada sedikit di atas rata-rata historisdapat berada sedikit di atas rata-rata historisdapat berada sedikit di atas rata-rata historis sepanjang tahun 2001-2008 sebesar
4,2%. Prakiraan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kenaikan UMP
dan gaji PNS, dukungan kebijakan pemerintah di bidang fiskal, dan penyelenggaraan
Pemilu 2009. Laju kenaikan UMP 2009 secara umum melebihi laju inflasi 2009.
Kebijakan pemerintah antara lain berupa kenaikan Pendapatan Tidak Kena Pajak,
penyederhanaan tarif PPh Badan dan PPh Orang Pribadi, insentif PPh bagi
perusahaan yang masuk bursa dan UMKM, pengurangan pajak dividen perusahaan,
serta kenaikan anggaran bantuan sosial. Anggaran tersebut dipergunakan untuk
program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan (PNPM), jaminan
kesehatan masyarakat, dan bantuan tunai bersyarat.
Sementara itu, penyelenggaraan Pemilu 2009 diprakirakan memberikan dorongan
bagi pertumbuhan konsumsi rumah tangga, walau tidak lagi sebesar Pemilu 2004.
Hal itu disebabkan oleh berkurangnya dukungan pembiayaan partai peserta Pemilu
akibat menurunnya pendapatan ekspor dan merosotnya pendapatan dari bursa
saham. Selain itu, pangsa kebutuhan konsumsi rumah tangga yang dibiayai oleh
kredit yang masih rendah, yaitu sekitar 8-9%, menyiratkan belum terlalu besarnya
peran kredit dalam pembiayaan konsumsi rumah tangga. Kenaikan penghasilan
kelompok masyarakat menengah keatas pada tahun 2008 yang secara umum naik
19%-22% dibandingkan tahun 2007, diprakirakan menjadi salah satu sumber
pendukung konsumsi rumah tangga pada 2009.
Kegiatan konsumsi pemerintah pada tahun 2009 diprakirakan tumbuh melambatKegiatan konsumsi pemerintah pada tahun 2009 diprakirakan tumbuh melambatKegiatan konsumsi pemerintah pada tahun 2009 diprakirakan tumbuh melambatKegiatan konsumsi pemerintah pada tahun 2009 diprakirakan tumbuh melambatKegiatan konsumsi pemerintah pada tahun 2009 diprakirakan tumbuh melambat
pada kisaran 9,6-9,9%pada kisaran 9,6-9,9%pada kisaran 9,6-9,9%pada kisaran 9,6-9,9%pada kisaran 9,6-9,9%. Perlambatan ini terutama disebabkan oleh penurunan dana
perimbangan ke daerah sebagai akibat penurunan harga minyak mentah. Sementara
itu, konsumsi pemerintah pusat tetap tumbuh meningkat. Konsumsi pemerintah
antara lain didorong oleh anggaran Pemilu dan kenaikan gaji PNS. Pada semester I-
2009 konsumsi pemerintah diprakirakan tetap tumbuh positif dan berangsur
menurun pada semester II-2009 seiring dengan berakhirnya kegiatan Pemilu.
Pada 2009 kegiatan investasi diprakirakan tumbuh sebesar 6,7-7,4%, melambatPada 2009 kegiatan investasi diprakirakan tumbuh sebesar 6,7-7,4%, melambatPada 2009 kegiatan investasi diprakirakan tumbuh sebesar 6,7-7,4%, melambatPada 2009 kegiatan investasi diprakirakan tumbuh sebesar 6,7-7,4%, melambatPada 2009 kegiatan investasi diprakirakan tumbuh sebesar 6,7-7,4%, melambat
dibandingkan tahun 2008.dibandingkan tahun 2008.dibandingkan tahun 2008.dibandingkan tahun 2008.dibandingkan tahun 2008. Hal itu disebabkan oleh kondisi permintaan yang
melemah dan kemungkinan terbatasnya sumber pendanaan dari perbankan. Pada
2009, perlambatan investasi yang signifikan terutama dialami oleh investasi
nonbangunan. Pergerakan investasi jenis ini sangat tergantung pada kondisi
perekonomian. Dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi, dunia usaha cenderung
menunda ekspansi usahanya. Indikasi penundaan investasi diantaranya terjadi di
sektor industri TPT, industri semen, dan perluasan kebun kelapa sawit. Penundaan
investasi tersebut sebagian besar disebabkan oleh kondisi finansial yang tidak
memungkinkan dan kondisi permintaan yang lemah.
Perekonomian Indonesia ke Depan
27
Sementara itu, investasi bangunan diprakirakan mengalami perlambatan yang tidak
sedalam investasi nonbangunan. Namun, proyek-proyek bangunan terutama
infrastruktur diprakirakan sedikit melambat. Terhambatnya pembangunan
infrastruktur tersebut bersumber dari masalah regulasi, teknis, dan pembiayaan. Di
pihak lain, pendirian bangunan oleh swasta diprakirakan menurun seiring dengan
semakin terbatasnya sumber pembiayaan. Hal tersebut terindikasi dari rencana
penghentian pembangunan proyek-proyek baru oleh pengembang dan kenaikan
uang muka kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi 20-30% dari harga rumah, naik
dari sebelumnya yang berkisar 10%.
Sebagai imbas dari melemahnya ekonomi dunia, pertumbuhan ekspor barang danSebagai imbas dari melemahnya ekonomi dunia, pertumbuhan ekspor barang danSebagai imbas dari melemahnya ekonomi dunia, pertumbuhan ekspor barang danSebagai imbas dari melemahnya ekonomi dunia, pertumbuhan ekspor barang danSebagai imbas dari melemahnya ekonomi dunia, pertumbuhan ekspor barang dan
jasa diprakirakan mengalami perlambatan yang signifikan, untuk tumbuh sebesarjasa diprakirakan mengalami perlambatan yang signifikan, untuk tumbuh sebesarjasa diprakirakan mengalami perlambatan yang signifikan, untuk tumbuh sebesarjasa diprakirakan mengalami perlambatan yang signifikan, untuk tumbuh sebesarjasa diprakirakan mengalami perlambatan yang signifikan, untuk tumbuh sebesar
4,3-6,1%. 4,3-6,1%. 4,3-6,1%. 4,3-6,1%. 4,3-6,1%. Resesi yang berkepanjangan di negara maju, termasuk Amerika Serikat,
Jepang dan Euro-Area, serta perlambatan pertumbuhan di beberapa negara
berkembang yang menjadi tujuan ekspor Indonesia, seperti China dan India, akan
memberikan tekanan pada pertumbuhan ekspor Indonesia. Sementara itu,
keterbatasan trade financing diprakirakan juga menghambat kinerja ekspor ke depan.
Dampak lesunya permintaan eksternal dan pembiayaan tersebut yang mulai berimbas
ke kinerja ekspor sejak triwulan IV-2008 diprakirakan akan terus berlangsung pada
2009. Berdasarkan penelitian Bank Indonesia, ekspor komoditas utama Indonesia
sangat elastis terhadap pendapatan negara partner dagang utama, yaitu Singapura,
AS, dan Jepang. Penurunan pendapatan negara tersebut akan berpengaruh terhadap
ekspor komoditas utama, seperti TPT, logam, kertas, batubara, dan produk kimia.
Selain itu, pengetatan skema pembiayaan ekspor diprakirakan juga memengaruhi
kinerja pembiayaan eksportir. Dari sisi impor, pertumbuhan di 2009 diprakirakanpertumbuhan di 2009 diprakirakanpertumbuhan di 2009 diprakirakanpertumbuhan di 2009 diprakirakanpertumbuhan di 2009 diprakirakan
terpangkas cukup signifikan (tumbuh pada kisaran 6,1-6,5%) dibandingkan tahunterpangkas cukup signifikan (tumbuh pada kisaran 6,1-6,5%) dibandingkan tahunterpangkas cukup signifikan (tumbuh pada kisaran 6,1-6,5%) dibandingkan tahunterpangkas cukup signifikan (tumbuh pada kisaran 6,1-6,5%) dibandingkan tahunterpangkas cukup signifikan (tumbuh pada kisaran 6,1-6,5%) dibandingkan tahun
20082008200820082008. Lemahnya permintaan - baik yang berasal dari kegiatan ekonomi domestik
maupun ekspor - menyebabkan rendahnya permintaan impor
Prospek Penawaran Agregat
Krisis ekonomi global yang masih berlangsung menyebabkan pertumbuhanKrisis ekonomi global yang masih berlangsung menyebabkan pertumbuhanKrisis ekonomi global yang masih berlangsung menyebabkan pertumbuhanKrisis ekonomi global yang masih berlangsung menyebabkan pertumbuhanKrisis ekonomi global yang masih berlangsung menyebabkan pertumbuhan
ekonomi dari sisi sektoral tahun 2009 diprakirakan lebih rendah dibandingkanekonomi dari sisi sektoral tahun 2009 diprakirakan lebih rendah dibandingkanekonomi dari sisi sektoral tahun 2009 diprakirakan lebih rendah dibandingkanekonomi dari sisi sektoral tahun 2009 diprakirakan lebih rendah dibandingkanekonomi dari sisi sektoral tahun 2009 diprakirakan lebih rendah dibandingkan
dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2008. dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2008. dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2008. dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2008. dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2008. Perlambatan pertumbuhan
ini terjadi hampir di semua sektor ekonomi. Krisis ekonomi global tersebut
berdampak pada pada pelemahan daya serap yang lebih dalam terhadap produk-
produk berbagai sektor perekomian. Permintaan yang merosot menyebabkan
penumpukan stok hasil produksi. Kondisi ini diperburuk dengan menurunnya harga-
harga berbagai komoditas yang memaksa pengusaha untuk mengurangi
produksinya, atau bahkan menunda produksinya. Pertumbuhan ekonomi tahunPertumbuhan ekonomi tahunPertumbuhan ekonomi tahunPertumbuhan ekonomi tahunPertumbuhan ekonomi tahun
2009 diprakirakan sebesar 4,0-5,0%, lebih rendah dari prakiraan pertumbuhan2009 diprakirakan sebesar 4,0-5,0%, lebih rendah dari prakiraan pertumbuhan2009 diprakirakan sebesar 4,0-5,0%, lebih rendah dari prakiraan pertumbuhan2009 diprakirakan sebesar 4,0-5,0%, lebih rendah dari prakiraan pertumbuhan2009 diprakirakan sebesar 4,0-5,0%, lebih rendah dari prakiraan pertumbuhan
tahun 2008 sebesar 6,1%.tahun 2008 sebesar 6,1%.tahun 2008 sebesar 6,1%.tahun 2008 sebesar 6,1%.tahun 2008 sebesar 6,1%. Sektor-sektor yang masih mampu tumbuh relatif tinggi
di tengah krisis global ini adalah sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor
tersebut diprakirakan masih mampu tumbuh sebesar 10,5-13,6%, meskipun
dengan tren yang menurun.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
28
Perlambatan ekspor yang dibarengi dengan melemahnya permintaan domestik akan
memukul kinerja sektor industri. Kondisi yang kurang menguntungkan tersebut
menyebabkan pertumbuhan sektor industri tahun 2009 melambat dibandingkan
dengan tahun 2008. Pertumbuhan sektor industri tahun 2009 diprakirakan sebesarPertumbuhan sektor industri tahun 2009 diprakirakan sebesarPertumbuhan sektor industri tahun 2009 diprakirakan sebesarPertumbuhan sektor industri tahun 2009 diprakirakan sebesarPertumbuhan sektor industri tahun 2009 diprakirakan sebesar
2,4-3,2%2,4-3,2%2,4-3,2%2,4-3,2%2,4-3,2%, lebih rendah dari tahun 2008 sekitar 4%. Industri yang akan terpukul
karena krisis ekonomi global terutama industri-industri berorientasi ekspor, antara
lain tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, elektronika, otomotif, kayu dan
kerajinan kayu. Lemahnya permintaan baik domestik maupun eksternal memaksa
perusahaan-perusahaan di sektor industri menghentikan produksinya. Kebijakan
tersebut ditempuh untuk menghindari penumpukan stok. Dampak dari penghentian
produksi antara lain PHK karyawan di industri-industri tersebut.
Selain melemahkan permintaan, krisis keuangan global juga menyebabkan
keketatan likuiditas. Program restrukturisasi mesin industri TPT yang dicanangkan
Departemen Perindustrian terhambat sebagai dampak krisis keuangan global.
Beberapa perusahaan TPT menunda investasi mesin karena kondisi finansial yang
tidak memungkinkan. Faktor lain yang menghambat perkembangan industri dalam
negeri adalah masuknya produk-produk impor dengan harga yang lebih murah.
Produk-produk impor tersebut disinyalir merupakan pengalihan dari pasar Amerika
Serikat yang saat ini sedang menurun daya belinya. Produk-produk tersebut tidak
hanya dalam bentuk produk setengah jadi, tetapi juga dalam bentuk produk siap
konsumsi (produk hilir) yang juga diproduksi di dalam negeri.
Pada tahun 2009 pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakanPada tahun 2009 pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakanPada tahun 2009 pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakanPada tahun 2009 pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakanPada tahun 2009 pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan
melambat menjadi sekitar 5,0-6,4%melambat menjadi sekitar 5,0-6,4%melambat menjadi sekitar 5,0-6,4%melambat menjadi sekitar 5,0-6,4%melambat menjadi sekitar 5,0-6,4% dibandingkan dengan tahun 2008 yang
diprakirakan mencapai 7,4%. Faktor utama yang menyebabkan melemahnya kinerja
sektor ini adalah melemahnya konsumsi swasta yang mencerminkan memburuknya
daya beli masyarakat. Sebagai akibatnya, aktivitas di subsektor perdagangan besar
dan eceran melambat cukup signifikan. Omset sektor ritel mulai dirasakan menurun
sejak Oktober 2008 sebagai dampak krisis keuangan global. Kondisi ini diprakirakan
% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
I II III IV I II III IV*Sektor
Tabel 4.3
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
2007
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
Pertanian -1,7 4,7 7,6 3,1 3,5 5,9 4,9 2,4 2,3 3,9 2,8 - 3,2
Pertambangan & Penggalian 6,2 3,2 1,0 -2,1 2,0 -1,8 -0,7 1,6 1,4 0,1 (-0,6) - (-0,4)
Industri Pengolahan 5,2 5,1 4,5 3,8 4,7 4,2 4,0 4,3 3,6 4,0 2,4 - 3,2
Listrik, Gas & Air Bersih 8,2 10,2 11,3 11,8 10,4 12,6 12,0 10,6 9,4 11,1 7,5 - 9,0
Bangunan 8,4 7,7 8,3 9,9 8,6 8,0 8,1 7,5 7,0 7,7 6,0 - 6,8
Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 7,6 7,9 9,1 8,5 7,1 7,7 7,6 7,3 7,4 5,0 - 6,4
Pengangkutan & Komunikasi 13,0 12,7 14,1 17,4 14,4 20,3 19,6 17,1 16,3 18,2 10,5 - 13,6
Keuangan, Persewaan & Jasa 8,1 7,6 7,6 8,6 8,0 8,2 8,7 8,5 6,9 8,1 5,6 - 6,5
Jasa-jasa 7,0 7,0 5,2 7,2 6,6 5,6 6,5 6,7 6,0 6,2 4,0 - 4,7
PDBPDBPDBPDBPDB 6,16,16,16,16,1 6,46,46,46,46,4 6,56,56,56,56,5 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,46,46,46,46,4 6,16,16,16,16,1 5,75,75,75,75,7 6,16,16,16,16,1 4,0 - 5,04,0 - 5,04,0 - 5,04,0 - 5,04,0 - 5,0
20072008
2008* 2009*
Perekonomian Indonesia ke Depan
29
masih akan berlanjut di tahun 2009. Pasar ritel yang diprakirakan akan terpengaruh
adalah produk otomotif, elektronik, dan sepatu.
Perdagangan otomotif yang sepanjang tahun 2008 secara umum menunjukkan
kinerja yang baik diprakirakan akan melambat pada tahun 2009. Selain daya beli
yang melemah, faktor pembiayaan menjadi faktor penyebabnya. Persyaratan
pembiayaan pembelian otomotif yang lebih ketat, tercermin dari meningkatnya
uang muka pembelian otomotif secara kredit. Persyaratan pembiayaan yang lebih
ketat dan daya beli yang menurun membuat prakiraan penjualan otomotif di tahun
2009 mengalami perlambatan. Namun demikian, masih ada produk lain di subsektor
ritel yang diprakirakan dapat menahan perlambatan lebih jauh lagi. Produk tersebut
adalah makanan dan minuman. Produk makanan dan minuman merupakan produk
yang diprakirakan mampu bertahan di tengah krisis. Omset makanan dan minuman
pada subsektor ritel mendominasi lebih dari 50%. Sektor makanan dan minuman
ini juga diprakirakan akan terdongkrak terkait dengan kegiatan Pemilu 2009.
Pasar domestik kini menjadi andalan sebagai salah satu mesin pendorong
pertumbuhan ekonomi. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan
Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.53/M-DAG/PER/12/2008 pada
tanggal 12 Desember 2008. Peraturan tersebut merupakan petunjuk pelaksanaan
dari Peraturan Presiden (Perpres) No.112 tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. Dengan
peraturan tersebut pemerintah ingin membenahi pasar, terutama pemberdayaan
pasar tradisional agar dapat tumbuh serasi, saling memperkuat dan menguntungkan
dengan pusat-pusat pebelanjaan dan toko modern. Hal-hal yang diatur antara lain
pendirian bangunan pasar, pusat perbelanjaan dan toko modern terkait dengan
tata ruang dan rencana detail tata ruang wilayah. Permendag tersebut juga
diterbitkan untuk mendorong kelancaran distribusi barang serta mengembangkan
industri dan perdagangan dalam negeri.
Krisis ekonomi global diprakirakan juga akan berdampak pada subsektor hotel dan
restoran. Penurunan daya beli akan menyebabkan penurunan volume perjalanan
wisatawan mancanegara ke berbagai negara termasuk Indonesia. Seiring dengan
pelemahan kegiatan ekonomi, maka perjalanan bisnis yang dilakukan pelaku
ekonomi juga akan terbatas. Dengan demikian tingkat hunian hotel rata-rata di
tahun 2009 akan lebih rendah dibanding dengan rata-rata tahun 2008.
Sektor pertanian tahun 2009 diprakirakan tumbuh sebesar 2,8-3,2%Sektor pertanian tahun 2009 diprakirakan tumbuh sebesar 2,8-3,2%Sektor pertanian tahun 2009 diprakirakan tumbuh sebesar 2,8-3,2%Sektor pertanian tahun 2009 diprakirakan tumbuh sebesar 2,8-3,2%Sektor pertanian tahun 2009 diprakirakan tumbuh sebesar 2,8-3,2%, lebih rendah
dari prakiraan tahun 2008. Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian terutama
disebabkan oleh melemahnya kinerja subsektor perkebunan. Produk-produk
subsektor perkebunan pada umumnya diekspor. Permintaan eksternal dan harga
komoditas sektor perkebunan yang merosot tajam memengaruhi kinerja sektor
pertanian pada tahun 2009. Harga CPO dan karet yang tergerus - sementara di sisi
lain stok bertambah karena penyerapan hasil produksi tidak memadai - memukul
kinerja sektor pertanian. Untuk menahan penurunan harga lebih lanjut, maka pelaku
usaha diprakirakan melakukan pengendalian pasokan komoditas pertanian. Untuk
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
30
hasil karet, antara lain, dilakukan peremajaan pohon karet dengan cara menebang
pohon yang tidak produktif. Sementara itu, untuk CPO, pengusaha menunda
ekspansi usahanya selain juga melakukan peremajaan atas tanaman sawit, agar
laju penambahan tandan buah segar (TBS) sawit dapat dikurangi karena stok masih
menumpuk.
Di sisi lain, pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan diprakirakan dapat
menahan perlambatan pertumbuhan lebih lanjut di sektor pertanian. Pada tahun
2009 diprakirakan produksi beras dan jagung pipilan akan melebihi kebutuhan
dalam negeri. Dengan demikian, Indonesia dimungkinkan untuk mengekspor beras
dan jagung pipilan di tahun 2009. Peningkatan produksi tanaman bahan makanan
ini seiring dengan penambahan area tanam dan peningkatan produktivitas.
Pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan juga didukung oleh komitmen
pemerintah dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesinambungan
swasembada pangan.
Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih mampu tumbuh relatifSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih mampu tumbuh relatifSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih mampu tumbuh relatifSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih mampu tumbuh relatifSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih mampu tumbuh relatif
tinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 10,5-13,6%tinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 10,5-13,6%tinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 10,5-13,6%tinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 10,5-13,6%tinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 10,5-13,6% meskipun dengan tren yang
menurun. Sektor pengangkutan dan komunikasi mampu tumbuh relatif tinggi
terutama didorong oleh kinerja subsektor komunikasi. Beberapa pelaku bisnis di
subsektor telekomunikasi masih akan melakukan investasi pada tahun 2009.
Kegiatan investasi tersebut terutama ditujukan untuk menyempurnakan kualitas
jasa layanan dan perluasan jaringan agar dapat bertahan di tengah persaingan
yang semakin ketat. Investasi antara lain ditujukan untuk membangun base
transceiver station (BTC) dan pengembangan teknologi komunikasi yang lain.
Pelanggan industri seluler diprakirakan tumbuh lebih dari 30% pada tahun 2009.
Sementara itu, subsektor pengangkutan diprakirakan tumbuh melambat. Krisis
ekonomi global menyebabkan kegiatan ekspor impor menurun. Hal tersebut
menyebabkan kegiatan transportasi angkutan barang seperti usaha forwarder
terpukul.
Krisis finansial global juga berdampak pada pertumbuhan sektor bangunan. PadaPadaPadaPadaPada
tahun 2009 sektor bangunan diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,0-6,8%tahun 2009 sektor bangunan diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,0-6,8%tahun 2009 sektor bangunan diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,0-6,8%tahun 2009 sektor bangunan diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,0-6,8%tahun 2009 sektor bangunan diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,0-6,8%,
melambat dibandingkan dengan 7,7% pada tahun 2008. Beberapa proyek
infrastruktur pemerintah yang melibatkan pihak swasta di dalamnya mengalami
penundaan, karena pihak swasta yang terlibat mengundurkan diri. Mundurnya
pihak swasta dalam proyek-proyek infrastruktur pemerintah terutama karena faktor
pembiayaan. Di tengah krisis finansial yang tengah berlangsung, dukungan finansial
dari lembaga keuangan terhadap berbagai proyek pembangunan menjadi lemah.
Dana diperoleh dengan biaya yang mahal, sehingga proyek menjadi tidak feasible
bagi pihak swasta. Sementara dari sisi pemerintah, komitmen untuk mempercepat
pembangunan infrastruktur dalam rangka menekan dampak krisis finansial tercermin
dari upaya percepatan penyerapan anggaran infrastruktur. Untuk itu pemerintah
mempercepat proses lelang proyek-proyek infrastruktur untuk tahun 2009. Dengan
percepatan ini diharapkan sektor riil dapat segera bergerak.
Perekonomian Indonesia ke Depan
31
Sebagaimana sektor-sektor lainnya, kinerja sektor keuangan tahun 2009
diprakirakan juga melambat. Sektor keuangan diprakirakan tumbuh sebesar 5,6-Sektor keuangan diprakirakan tumbuh sebesar 5,6-Sektor keuangan diprakirakan tumbuh sebesar 5,6-Sektor keuangan diprakirakan tumbuh sebesar 5,6-Sektor keuangan diprakirakan tumbuh sebesar 5,6-
6,5% pada 20096,5% pada 20096,5% pada 20096,5% pada 20096,5% pada 2009. Kegiatan ekonomi yang lebih rendah diprakirakan akan
menurunkan permintaan akan jasa intermediasi sektor keuangan. Memburuknya
kinerja ekonomi di tahun 2009 diprakirakan akan miningkatkan rasio kredit macet
(Non Performing Loan/NPL). NPL yang memburuk diprakirakan berasal dari sektor
korporasi, terutama di bidang manufaktur yang berorientasi ekspor. Prospek sektor
keuangan yang memburuk juga diindikasi oleh tingginya tingkat bunga yang
dibebankan lembaga keuangan nonbank kepada konsumennya. Pembiayaan
pembelian produk otomotif yang biasa dilakukan oleh lembaga keuangan nonbank
tersebut mulai menurun seiring dengan semakin terbatasnya akses pembiayaan
dan menurunnya daya beli masyarakat.
PRAKIRAAN INFLASI
Dalam beberapa bulan terakhir, tekanan inflasi di dalam negeri terus menurun
sebagai akibat antara lain dari penurunan harga komoditi, pangan dan energi dunia,
produksi pangan di dalam negeri yang sangat baik dalam tahun 2008, serta
perlambatan permintaan agregat. Dalam tahun 2009 ini, laju inflasi diprakirakanDalam tahun 2009 ini, laju inflasi diprakirakanDalam tahun 2009 ini, laju inflasi diprakirakanDalam tahun 2009 ini, laju inflasi diprakirakanDalam tahun 2009 ini, laju inflasi diprakirakan
terus menurun menuju kisaran 6terus menurun menuju kisaran 6terus menurun menuju kisaran 6terus menurun menuju kisaran 6terus menurun menuju kisaran 6±1%1%1%1%1%, yang ditunjang oleh berlanjutnya kondisi
faktor-faktor pendukung tersebut di atas.
Dari sisi komponen pembentuk inflasi, kecenderungan penurunan tekanan inflasi
sejak triwulan terakhir 2008 dan penurunan harga BBM bersubsidi diprakirakan
dapat mengarahkan ekspektasi inflasi ke tingkat yang lebih rendah.
Dari sisi interaksi permintaan dan penawaran, tekanan inflasi pada 2009 diprakirakan
minimal, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Tekanan sisi
permintaan yang minimal dikonfirmasi oleh tingkat utilisasi kapasitas yang
cenderung menurun dan masih berada dibawah 70%. Konsumsi listrik untuk industri
juga diindikasikan telah mengalami penurunan sejak Oktober 2008.
Tekanan inflasi dari sisi eksternal diprakirakan minimal dengan adanya penurunan
harga-harga komoditas internasional yang tercermin dari penurunan inflasi negara
mitra dagang, seperti China dan AS. Selain itu, sejalan dengan menurunnya
pertumbuhan volume perdagangan dunia, biaya angkut barang dengan
menggunakan angkutan laut (freight cost) juga menurun tajam.
Tekanan inflasi dari sisi administered diprakirakan menurun pada 2009. Ke depan,
kelangkaan LPG yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir diprakirakan tidak akan
kembali terjadi. Dampak langsung penurunan BBM bersubsidi di bulan Desember
2008 diprakirakan masih akan terlihat di awal 2009. Selain itu, dampak lanjutan
berupa penurunan tarif angkutan diprakirakan juga akan terjadi di awal 2009.
Penurunan tarif angkutan diprakirakan rata-rata sebesar 5%, baik untuk tarif
angkutan kota maupun antar kota. Sumber tekanan inflasi administered diprakirakan
bersumber dari kelanjutan program konversi minyak tanah ke LPG dan cukai rokok.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
32
Sementara itu, tekanan inflasi dari volatile food diprakirakan minimal dan cenderung
menurun di 2009. Hal tersebut sejalan dengan prakiraan terjaganya pasokan dan
distribusi bahan makanan di 2009. Dari dalam negeri, peningkatan pasokan
terutama didorong oleh meningkatnya produktivitas terkait penggunaan bibit
hibrida, pemberian pupuk bersubsidi, dan perbaikan infrastruktur pertanian seperti
irigasi. Produksi beberapa tanaman bahan makanan, seperti padi dan jagung,
diprakirakan akan mengalami peningkatan di 2009. Produksi padi di 2009
diprakirakan akan meningkat sebesar 5% dibandingkan tahun 2008. Sedangkan
produksi jagung diprakirakan meningkat 13%. Selain itu, pengadaan beras oleh
Bulog diprakirakan akan mencapai 3,8 juta ton, yang merupakan pengadaan beras
tertinggi sepanjang sejarah pengadaan beras oleh Bulog. Di tingkat internasional,
harga komoditas pangan ke depan, seperti gandum, jagung, dan beras, diprakirakan
juga akan mengalami penurunan. Dengan demikian, tekanan inflasi dari bahan
makanan impor diprakirakan minimal.
FAKTOR RISIKO
Dengan mempertimbangkan berbagai risiko, pertumbuhan ekonomi diprakirakanDengan mempertimbangkan berbagai risiko, pertumbuhan ekonomi diprakirakanDengan mempertimbangkan berbagai risiko, pertumbuhan ekonomi diprakirakanDengan mempertimbangkan berbagai risiko, pertumbuhan ekonomi diprakirakanDengan mempertimbangkan berbagai risiko, pertumbuhan ekonomi diprakirakan
berada pada kisaran 4,0-5,0%.berada pada kisaran 4,0-5,0%.berada pada kisaran 4,0-5,0%.berada pada kisaran 4,0-5,0%.berada pada kisaran 4,0-5,0%. Dalam kondisi perekonomian dunia yang lebih buruk
dan stimulus fiskal yang terbatas karena kendala pembiayaan, PDB hanya tumbuh
sekitar 4,0%. Secara sektoral, kondisi ekonomi global secara langsung akan
berdampak ke sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor
industri pengolahan. Sementara dampak stimulus fiskal terhadap konsumsi rumah
tangga akan terefleksi dari kenaikan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan
restoran, sektor industri pengolahan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sementara itu, inflasi dapat mencapai kisaran atas proyeksiSementara itu, inflasi dapat mencapai kisaran atas proyeksiSementara itu, inflasi dapat mencapai kisaran atas proyeksiSementara itu, inflasi dapat mencapai kisaran atas proyeksiSementara itu, inflasi dapat mencapai kisaran atas proyeksi apabila dampak krisis
global ternyata tidak seburuk yang diprakirakan. Dengan demikian, harga-harga
komoditas, termasuk minyak, dapat menjadi lebih tinggi. Selain itu, potensi tekanan
inflasi yang cukup besar juga berasal dari kemungkinan meningkatnya administered
price, terutama harga BBM subsidi yang telah diturunkan sebelumnya. Selain itu,
harga LPG juga masih dimungkinkan untuk mengalami penyesuaian, mengingat
masih cukup besarnya diskrepansi antara harga subsidi dan harga keekonomian.
Respon Kebijakan Moneter Triwulan IV-2008
33
5. Respon Kebijakan MoneterTriwulan IV-2008
Laju inflasi untuk keseluruhan 2008 menunjukkan tren menurun, dan untuk 2009
diprakirakan akan bias di bawah kisaran proyeksi. Menurunnya tekanan inflasi antara
lain terkait dengan adanya indikasi yang semakin kuat akan melambatnya
permintaan domestik, pergerakan harga komoditas, khususnya bahan pangan dan
enerji, yang menurun, dan terjaganya kecukupan pasokan barang kebutuhan pokok
dan enerji. Selain itu, berkurangnya tekanan inflasi juga terkait dengan minimalnya
kebutuhan untuk menaikkan harga barang administered, terutama BBM, seiring
dengan rendahnya harga minyak mentah dunia. Bahkan peluang untuk penurunan
harga BBM lebih lanjut masih terbuka jika harga minyak bertahan pada level yang
rendah.
Sementara itu, indikasi perlambatan laju ekspansi ekonomi global semakin menguat.
Kinerja sektor usaha yang berorientasi ekspor telah menunjukkan penurunan tajam,
terkait dengan berlanjut pelemahan ekonomi global. Saat ini tingkat pemutusan
hubungan kerja di sektor-sektor dimaksud berlangsung dengan intensitas tinggi.
Kondisi tersebut pada gilirannya akan menurunkan daya beli masyarakat secara
signifikan, sehingga akan memengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat. Ekspansi
kredit perbankan yang menurun tajam sejak bulan Oktober 2008 juga
mengkonfirmasi anjloknya pertumbuhan ekonomi ke depan. Dengan kondisi
permintaan domestik di tahun 2009 yang tidak sekuat tahun sebelumnya, tekanan
inflasi yang bersumber dari interaksi permintaan dan penawaran diprakirakan akan
sangat minimal.
Dengan mempertimbangkan perkembangan terkini dan prospek perekonomian
ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Januari 2008
memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps, menjadi 8,75%. Imbangan
risiko pada tahun 2009 menghendaki bahwa stance kebijakan moneter memberikan
perhatian pada upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dengan tetap
mengawal inflasi dan kestabilan sektor keuangan dalam jangka menengah. Ke
depan, Bank Indonesia akan terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah untuk
mencermati perkembangan perekonomian global, regional, dan domestik serta
mengambil langkah yang diperlukan.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
34
Tabel Statistik
Tabel 1
Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit
(Persen per Tahun)
PeriodeSuku BungaPasar UangAntarbank
TingkatDiskonto
SBI
Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit *
1bulan
3bulan
6bulan
12bulan
24bulan
12,70 11,40 11,90 12,90 13,22 14,16 17,98 18,08 17,85
8,95 9,53 10,31 11,55 12,21 12,93 17,95 17,41 17,43
4,89 8,66 7,67 8,58 10,47 11,90 17,27 16,07 16,53
4,65 8,31 6,62 7,14 8,25 10,39 16,13 15,07 15,44
5,87 7,42 5,86 6,11 6,79 8,93 14,49 14,61 15,12
4,24 7,34 6,23 6,31 6,36 7,68 9,31 14,10 14,64
4,13 7,39 6,31 6,61 6,89 7,27 8,94 13,80 14,33
3,76 7,43 6,43 6,71 7,12 7,07 8,12 13,41 14,05
5,95 7,44 6,50 6,93 7,35 8,04 9,42 13,31 13,78
6,95 8,25 6,98 7,19 7,11 7,11 8,05 13,36 13,65
6,92 10,00 9,16 8,51 8,01 8,65 8,82 14,51 14,47
9,44 12,75 11,98 11,75 10,17 10,95 12,39 16,23 15,66
10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90
10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94
8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66
5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10
7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53
5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99
6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45
4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01
8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59
8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51
9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32
9,40 10,83 10,40 10,83 9,97 9,95 9,41 15,13 14,28
ModalKerja
Investasi
2003Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2004Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2005Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2006Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2007Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2008Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV*
* Posisi November 2008
Tabel Statistik
35
Tabel 2
Perkembangan Transaksi di Pasar Uang
(Miliar Rupiah)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)
Periode Transaksi
antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi
2003
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2004
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2005
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2006
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2007
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw.IV
2008
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV*
* Posisi November 20081) Transaksi pagi hari2) Hanya mencakup transaksi antar Bank Indonesia dengan perbankan. Sejak Maret 1994 termasuk SBPU Repo.
104.122 283.754 242.833 119.948
136.517 289.478 285.929 123.496
118.181 350.175 340.437 133.234
125.166 321.710 347.918 107.026
142.003 354.841 321.477 140.390
87.082 283.275 304.891 118.776
165.064 252.542 339.339 31.979
204.336 293.933 252.929 103.825
216.381 369.495 415.784 57.536
237.571 362.770 315.996 101.058
250.610 230.026 289.657 41.427
264.348 183.663 150.534 74.632
310.175 415.638 356.471 133.799
280.836 517.853 483.967 167.685
286.958 599.495 586.715 180.464
329.312 665.673 636.381 209.756
495.786 774.866 740.951 243.671
362.339 846.655 832.325 258.002
413.527 895.562 887.411 266.152
313.544 777.247 795.475 247.926
368.429 858.289 906.767 212.463
246.462 489.529 543.655 165.145
326.315 389.138 437.313 116.969
276.214 253.452 202.645 167.777
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
36
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
* Posisi November 20081) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan
Tabel 3
Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)
(Miliar Rupiah)
1 Bank Pemerintah
- Pertanian
- Pertambangan
- Perindustrian
- Perdagangan
- Jasa-jasa
- Lain-lain
2 Bank Umum Swasta Nasional
- Pertanian
- Pertambangan
- Perindustrian
- Perdagangan
- Jasa-jasa
- Lain-lain
3 Bank Pemerintah Daerah
- Pertanian
- Pertambangan
- Perindustrian
- Perdagangan
- Jasa-jasa
- Lain-lain
4 Bank Asing & Campuran
- Pertanian
- Pertambangan
- Perindustrian
- Perdagangan
- Jasa-jasa
- Lain-lain
5 Sub jumlah (1 s.d. 4)
- Pertanian
- Pertambangan
- Perindustrian
- Perdagangan
- Jasa-jasa
- Lain-lain
223.025223.025223.025223.025223.025 235.274235.274235.274235.274235.274 243.678243.678243.678243.678243.678 250.319250.319250.319250.319250.319 247.331247.331247.331247.331247.331 256.267256.267256.267256.267256.267 264.735264.735264.735264.735264.735 282.784282.784282.784282.784282.784 282.633282.633282.633282.633282.633 301.186301.186301.186301.186301.186 314.427314.427314.427314.427314.427 348.973348.973348.973348.973348.973 350.232350.232350.232350.232350.232 394.065394.065394.065394.065394.065 432.850432.850432.850432.850432.850 459.106459.106459.106459.106459.106
20.340 20.411 20.797 21.908 21.649 22.110 23.012 25.816 24.222 26.805 28.433 30.281 30.711 32.381 35.153 37.492
4.292 4.338 3.932 3.249 3.007 3.428 3.485 4.771 7.414 9.006 6.556 10.647 13.371 14.922 14.778 15.023
60.466 60.985 63.507 65.781 63.402 64.567 64.265 71.165 71.600 69.959 69.450 72.810 72.706 81.038 88.181 99.787
44.881 47.275 48.095 49.809 52.729 57.548 61.031 61.431 63.561 68.172 75.722 85.601 79.209 92.719 98.865 101.385
31.966 35.446 37.647 37.448 36.148 37.094 39.269 43.481 39.477 44.868 47.465 55.587 55.271 64.182 77.295 83.652
61.080 66.819 69.700 72.124 70.396 71.520 73.673 76.120 76.359 82.376 86.801 94.047 98.964 108.823 118.578 121.767
235.224235.224235.224235.224235.224 257.749257.749257.749257.749257.749 284.411284.411284.411284.411284.411 295.013295.013295.013295.013295.013 291.817291.817291.817291.817291.817 302.693302.693302.693302.693302.693 313.651313.651313.651313.651313.651 334.943334.943334.943334.943334.943 335.998335.998335.998335.998335.998 367.168367.168367.168367.168367.168 394.451394.451394.451394.451394.451 432.595432.595432.595432.595432.595 451.967451.967451.967451.967451.967 500.718500.718500.718500.718500.718 534.599534.599534.599534.599534.599 548.653548.653548.653548.653548.653
8.915 9.015 9.625 9.541 9.693 10.248 10.316 11.430 11.312 12.053 12.467 15.533 15.571 18.298 18.169 18.832
2.376 2.694 3.409 3.267 2.935 3.414 3.775 6.460 5.409 7.321 7.076 10.678 9.621 10.137 10.850 9.703
45.627 48.206 53.904 55.185 53.304 57.119 58.125 61.525 59.826 63.319 68.670 73.840 77.952 84.610 90.896 95.020
57.560 63.736 67.300 71.098 70.729 74.997 78.679 85.628 86.783 95.549 100.883 108.726 111.756 123.057 125.908 129.258
56.553 61.358 65.925 68.660 69.006 71.371 74.729 78.963 80.252 90.497 98.503 110.144 115.400 131.115 143.486 149.258
64.193 72.740 84.248 87.262 86.150 85.544 88.027 90.937 92.416 98.429 106.852 113.674 121.667 133.501 145.290 146.582
38.97638.97638.97638.97638.976 42.02442.02442.02442.02442.024 44.51044.51044.51044.51044.510 44.90944.90944.90944.90944.909 47.23547.23547.23547.23547.235 51.14151.14151.14151.14151.141 55.00955.00955.00955.00955.009 55.95955.95955.95955.95955.959 58.85158.85158.85158.85158.851 65.12365.12365.12365.12365.123 70.93770.93770.93770.93770.937 71.92171.92171.92171.92171.921 75.06575.06575.06575.06575.065 85.33985.33985.33985.33985.339 93.99193.99193.99193.99193.991 97.54697.54697.54697.54697.546
1.406 1.514 1.557 1.640 1.729 1.860 1.922 2.030 2.090 2.130 2.248 2.274 2.379 2.710 3.067 3.022
36 41 52 54 57 56 54 58 58 58 55 43 53 182 187 235
439 504 451 421 430 471 476 457 487 520 543 631 710 770 787 817
6.683 7.269 7.546 7.532 7.668 8.058 8.312 8.239 8.386 8.762 9.295 9.617 10.191 11.504 12.042 12.376
5.108 5.260 6.058 5.633 5.851 6.561 7.531 6.915 6.776 7.747 9.850 8.879 8.615 10.831 13.456 14.687
25.304 27.436 28.846 29.629 31.500 34.135 36.714 38.260 41.054 45.906 48.946 50.477 53.117 59.342 64.452 66.409
79.15579.15579.15579.15579.155 87.55587.55587.55587.55587.555 100.643100.643100.643100.643100.643 99.42899.42899.42899.42899.428 95.73095.73095.73095.73095.730 100.003100.003100.003100.003100.003 107.692107.692107.692107.692107.692 113.450113.450113.450113.450113.450 117.232117.232117.232117.232117.232 121.509121.509121.509121.509121.509 127.445127.445127.445127.445127.445 141.622141.622141.622141.622141.622 151.908151.908151.908151.908151.908 161.998161.998161.998161.998161.998 178.061178.061178.061178.061178.061 210.423210.423210.423210.423210.423
2.390 2.531 3.093 3.589 3.409 4.124 4.727 5.727 5.395 5.460 5.933 7.817 7.449 6.425 6.505 7.269
2.205 2.028 2.036 1.303 1.548 2.173 2.369 2.607 2.287 2.540 2.629 3.972 4.591 3.910 4.478 6.106
39.569 43.867 50.268 48.291 45.954 46.847 49.682 49.285 50.219 51.029 51.259 56.527 60.265 65.896 68.739 85.428
4.671 5.061 6.337 5.669 5.357 5.865 6.663 7.098 7.691 9.035 10.379 11.726 11.383 13.022 14.256 16.486
17.920 20.044 22.881 23.202 21.258 21.721 24.726 28.279 30.709 31.540 34.679 37.831 43.878 46.763 56.523 66.670
12.400 14.024 16.028 17.374 18.204 19.273 19.525 20.454 20.931 21.905 22.566 23.749 24.342 25.982 27.560 28.464
576.380576.380576.380576.380576.380 622.602622.602622.602622.602622.602 673.242673.242673.242673.242673.242 689.669689.669689.669689.669689.669 682.113682.113682.113682.113682.113 710.104710.104710.104710.104710.104 741.087741.087741.087741.087741.087 787.136787.136787.136787.136787.136 794.714794.714794.714794.714794.714 854.986854.986854.986854.986854.986 907.260907.260907.260907.260907.260 995.111995.111995.111995.111995.111 1.029.1721.029.1721.029.1721.029.1721.029.172 1.142.1201.142.1201.142.1201.142.1201.142.120 1.239.5011.239.5011.239.5011.239.5011.239.501 1.315.7281.315.7281.315.7281.315.7281.315.728
33.051 33.471 35.072 36.678 36.480 38.342 39.977 45.003 43.019 46.448 49.081 55.905 56.110 59.814 62.894 66.615
8.909 9.101 9.429 7.873 7.547 9.071 9.683 13.896 15.168 18.925 16.316 25.340 27.636 29.151 30.293 31.067
146.101 153.562 168.130 169.678 163.090 169.004 172.548 182.432 182.132 184.827 189.922 203.808 211.633 232.314 248.603 281.052
113.795 123.341 129.278 134.108 136.483 146.468 154.685 162.396 166.421 181.518 196.279 215.670 212.539 240.302 251.071 259.505
111.547 122.108 132.511 134.943 132.263 136.747 146.255 157.638 157.214 174.652 190.497 212.441 223.164 252.891 290.760 314.267
162.977 181.019 198.822 206.389 206.250 210.472 217.939 225.771 230.760 248.616 265.165 281.947 298.090 327.648 355.880 363.222
2005 2006 2007 2008
Tabel Statistik
37
877.776 181.239 72.323 108.916 696.537 249.736 510.307 22.364 377.989 -282.620
894.213 194.537 77.091 117.787 699.335 236.660 506.218 24.436 393.439 -266.540
911.224 207.234 81.118 126.469 703.637 240.781 481.552 24.248 416.534 -251.891
955.692 223.799 94.542 129.257 731.893 271.785 479.013 24.087 442.741 -261.969
935.247 219.086 86.881 132.205 716.161 275.819 443.440 22.803 454.663 -261.518
975.166 233.726 97.574 136.152 741.440 280.070 468.907 27.806 522.161 -323.778
986.806 240.911 99.505 141.406 745.895 258.684 476.451 25.261 551.562 -325.152
1.033.528 253.818 109.265 144.553 779.710 263.647 498.019 26.919 588.885 -343.940
1.020.693 250.492 98.584 151.908 770.201 268.482 456.274 28.257 612.463 -344.783
1.073.746 267.635 106.125 161.510 806.111 256.058 468.004 28.237 659.129 -337.682
1.150.451 273.954 114.998 158.956 876.497 280.369 488.483 29.805 708.018 -356.224
1.203.215 281.905 124.316 157.589 921.310 313.082 498.901 28.059 710.783 -347.610
1.195.067 277.293 112.625 164.668 917.774 347.970 470.048 25.557 705.321 -353.829
1.253.757 313.153 123.761 189.392 940.604 345.457 481.654 29.746 729.609 -332.709
1.291.396 333.905 129.969 203.936 957.491 401.065 481.641 31.858 758.261 -381.429
1.382.074 361.073 151.009 210.064 1.021.001 413.265 506.488 38.946 798.125 -374.750
1.375.947 341.833 129.618 212.215 1.034.114 457.382 447.655 35.032 810.996 -375.118
1.451.974 381.376 146.715 234.661 1.070.598 496.522 430.956 44.185 865.144 -384.833
1.512.756 411.281 160.327 250.954 1.101.475 519.360 439.649 45.496 916.657 -408.406
1.643.203 460.842 183.419 277.423 1.182.361 524.703 497.478 56.152 984.844 -419.974
1.586.795 419.746 164.995 254.751 1.167.049 549.049 375.976 49.644 1.025.856 -413.730
1.699.480 466.708 189.453 277.255 1.232.772 562.636 359.645 57.304 1.131.796 -411.901
1.768.250 491.729 223.166 268.563 1.276.521 525.702 348.387 64.488 1.222.193 -392.520
1.841.163 475.053 195.032 280.021 1.366.110 624.703 323.703 65.254 1.300.835 -473.332
Tabel 4
Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar
AkhirPeriode
Jumlah 1) Jumlah2)
M1
UangKartal
UangGiral
UangKuasi
AktivaLuar
NegeriBersih
TagihanBersih
PemerintahPusat3)
TagihanPada
LembagaPemerintah
BUMN
TagihanPada
PerusahaanSwasta danPerorangan
LainnyaBersih
2003
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2004
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2005
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2006
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2007
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2008
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV*
* Posisi November 20081) M1 ditambah uang kuasi2) Uang Kartal ditambah uang giral3) Termasuk rekening khusus pemerintah
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
38
Tabel 5
Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
184.878 198.427 224.414 239.781 233.878 247.742 257.843 297.080 272.239 289.727 310.265 379.582 325.044 349.649 392.136 344.688
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
116.376 124.427 134.871 144.869 135.005 145.666 153.569 178.572 155.498 173.888 189.221 220.785 198.940 224.342 270.243 264.391
98.584 106.125 114.998 124.316 112.625 123.761 129.969 151.009 129.618 146.715 160.327 183.419 164.995 189.453 223.166 221.143
17.792 18.302 19.873 20.553 22.380 21.905 23.600 27.563 25.880 27.173 28.894 37.366 33.945 34.889 47.077 43.247
67.798 73.446 89.079 94.531 98.544 101.751 104.061 118.417 116.558 115.524 120.740 158.452 125.705 124.811 121.302 79.648
704 554 464 381 329 325 213 91 183 315 304 345 399 496 591 650
173.283 163.760 141.548 173.806 213.530 213.143 255.182 274.694 305.744 330.295 337.523 356.883 351.874 351.561 355.967 338.692
11.595 34.667 82.866 65.975 20.348 34.599 2.661 22.386 -33.505 -40.569 -27.258 22.699 -26.830 -1.912 36.169 5.996
187.988 197.653 210.909 239.148 209.557 218.033 219.538 265.919 200.460 187.081 184.961 249.069 128.907 117.614 123.797 172.012
27.310 27.310 27.307 18.238 18.226 18.226 18.226 18.196 18.186 18.136 18.136 8.847 8.838 8.800 8.800 8.711
12.222 11.987 11.800 11.593 11.372 11.165 11.035 10.832 10.598 10.366 10.206 9.994 9.751 9.353 9.227 9.009
9.116 10.141 10.169 5.408 5.475 5.491 5.494 5.352 5.366 5.389 5.357 3.074 3.089 3.295 3.155 3.814
-130.783 -115.143 -61.917 -121.325 -142.637 -174.258 -189.131 -242.001 -247.525 -264.280 -254.096 -281.164 -219.099 -191.525 -152.563 -233.866
-57.611 -101.134 -41.503 -74.632 -133.798 -167.685 -180.382 -208.763 -239.977 -257.998 -265.034 -247.688 -212.463 -165.145 -116.967 -179.878
-73.172 -21.060 -17.603 -57.212 -16.615 -14.241 -16.829 -41.568 -19.298 -21.615 -4.750 -48.933 -5.737 -4.989 -1.403 -4.223
7.051 10.216 10.519 7.776 7.668 8.080 8.330 11.750 15.333 15.688 15.457 14.356 14.172 15.929 19.569
-94.258 -97.281 -115.402 -87.087 -81.645 -68.704 -62.501 -35.912 -20.590 2.739 8.178 32.879 41.684 50.551 43.752 46.316
2005 2006 2007 2008
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
I.I.I.I.I. Uang PrimerUang PrimerUang PrimerUang PrimerUang Primer
a. Statutory Reserve Shortfall
b. Uang yang diedarkan
- Uang kartal di masyarakat
- Kas bank umum
c. Saldo Giro Positif Bank
d. Giro Sektor Swasta
II.II.II.II.II. Faktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhi
Uang PrimerUang PrimerUang PrimerUang PrimerUang Primer
a. Net International Reserve 1)
b. Net Domestic Assets
- Tagihan Bersih pada Pemerintah
- Bantuan Likuiditas
- Kredit Likuiditas
- Tagihan Lainnya
- Operasi Pasar Terbuka
- SBI (net) 2)
- FASBI
- Lain-Lain 3)
- Net Other Items
1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL (Int'l Reserve and Foreign Currency Liquidity)
2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)
Tabel Statistik
39
Tabel 6
Neraca Pembayaran Indonesia 1)
(Juta $)
2005 2006 2007* 2008**
I II III IV Total I II III IV Total I II III IV Total I II III
I. Transaksi Berjalan
A. Barang bersih (NeracaPerdagangan)1. Ekspor f.o.b2. Impor f.o.b
B. Jasa-jasa (bersih)
C. Pendapatan (bersih)
D. Transfer Berjalan
II. Transaksi Modal dan Finansial
A. Transaksi Modal
B. Transaksi Finansial
1. Investasi Langsunga. Ke Luar Negeri (bersih)b. Di Indonesia/FDI (bersih)
2. Investasi Portfolioa. Aset (bersih)b. Kewajiban (bersih)
3. Investasi Lainnyaa. Aset (bersih)b. Kewajiban (bersih) 2)
III. Jumlah (I + II)
IV. Selisih Perhitungan
V. Neraca Keseluruhan (III + IV)
VI. Lalu Lintas Moneter 3)
a. Perubahan Cadangan Devisa
b. IMF:PenarikanPembayaran
Memorandum:Posisi Cadangan Devisa 4)
Transaksi Berjalan (% PDB)Rasio Pembayaran Utang (%) 5)
a.l. Sektor Terkait Pemerintah danOtoritas Moneter 6)
*) Angka sementara**) Angka sangat sementara1) Format baru sejak publikasi Januari 20042) Tidak termasuk pinjaman IMF3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi.4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep
Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL).5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa.6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.
209209209209209 436436436436436 -1.165-1.165-1.165-1.165-1.165 797797797797797 278278278278278 2.9492.9492.9492.9492.949 1.9591.9591.9591.9591.959 3.7953.7953.7953.7953.795 2.1572.1572.1572.1572.157 10.85910.85910.85910.85910.859 2.5942.5942.5942.5942.594 2.2432.2432.2432.2432.243 2.1272.1272.1272.1272.127 3.3833.3833.3833.3833.383 10.34710.34710.34710.34710.347 2.6012.6012.6012.6012.601 -1.241-1.241-1.241-1.241-1.241 -564-564-564-564-564
3.177 4.057 3.502 6.799 17.534 6.693 6.986 8.596 7.386 29.660 7.712 8.107 7.487 9.448 32.754 7.536 5.443 5.78020.201 21.663 21.996 23.135 86.995 23.262 25.484 27.604 27.178 103.528 26.626 29.202 30.009 32.177 118.014 34.412 37.345 38.080
-17.024 -17.607 -18.495 -16.337 -69.462 -16.569 -18.498 -19.008 -19.792 -73.868 -18.914 -21.095 -22.521 -22.729 -85.260 -26.876 -31.902 -32.299
-1.911 -1.176 -2.305 -3.730 -9.122 -2.290 -2.352 -2.402 -2.829 -9.874 -3.165 -2.994 -2.767 -2.925 -11.850 -3.173 -3.564 -3.573
-2.168 -3.464 -3.568 -3.726 -12.927 -2.658 -3.873 -3.720 -3.539 -13.790 -3.163 -4.024 -3.811 -4.527 -15.525 -3.120 -4.463 -4.157
1.111 1.020 1.207 1.455 4.793 1.205 1.198 1.321 1.139 4.863 1.210 1.153 1.218 1.387 4.968 1.358 1.343 1.385
-772-772-772-772-772 411411411411411 -3.298-3.298-3.298-3.298-3.298 4.0054.0054.0054.0054.005 345345345345345 2.4232.4232.4232.4232.423 339339339339339 -1.039-1.039-1.039-1.039-1.039 1.3031.3031.3031.3031.303 3.0253.0253.0253.0253.025 1.7781.7781.7781.7781.778 1.9851.9851.9851.9851.985 -957-957-957-957-957 660660660660660 3.4663.4663.4663.4663.466 -1.623-1.623-1.623-1.623-1.623 2.5992.5992.5992.5992.599 509509509509509
0 33 100 200 333 72 49 97 132 350 43 127 255 122 546 52 73 200
-772 377 -3.398 3.805 12 2.352 290 -1.136 1.170 2.675 1.736 1.857 -1.212 539 2.920 -1.674 2.526 309
207 3.132 878 1.055 5.271 681 572 -273 1.232 2.211 -246 1.426 764 309 2.253 -633 40 87-651 -615 -879 -920 -3.065 -654 -517 -1.328 -204 -2.703 -1.282 392 -1.427 -2.358 -4.675 -1.729 -1.436 -1.430858 3.747 1.757 1.975 8.336 1.336 1.088 1.055 1.435 4.914 1.037 1.034 2.191 2.667 6.928 1.096 1.476 1.517395 -805 1.738 2.862 4.190 3.712 -1.057 207 1.312 4.174 2.491 3.769 465 -1.200 5.525 1.923 4.308 -58
-339 -63 -462 -216 -1.080 -392 -446 -332 -762 -1.933 -497 -1.939 -1.257 -764 -4.457 -823 68 -75734 -742 2.200 3.078 5.270 4.104 -611 539 2.074 6.107 2.988 5.707 1.722 -437 9.981 2.746 4.240 17
-1.374 -1.949 -6.014 -112 -9.449 -1.959 759 -1.209 -1.382 -3.791 -510 -3.337 -2.441 1.430 -4.858 -2.964 -1.822 280-631 -1.816 -4.648 -1.551 -8.646 -1.349 1.704 -235 -1.707 -1.588 -162 -2.286 -2.383 262 -4.569 -2.512 -1.474 -1.645-743 -134 -1.366 1.439 -803 -610 -945 -974 325 -2.204 -348 -1.051 -59 1.168 -289 -452 -348 1.925
-563-563-563-563-563 847847847847847 -4.463-4.463-4.463-4.463-4.463 4.8024.8024.8024.8024.802 623623623623623 5.3735.3735.3735.3735.373 2.2982.2982.2982.2982.298 2.7562.7562.7562.7562.756 3.4593.4593.4593.4593.459 13.88513.88513.88513.88513.885 4.3724.3724.3724.3724.372 4.2274.2274.2274.2274.227 1.1701.1701.1701.1701.170 4.0434.0434.0434.0434.043 13.81213.81213.81213.81213.812 978978978978978 1.3571.3571.3571.3571.357 -55-55-55-55-55
916916916916916 -2.328-2.328-2.328-2.328-2.328 1.2941.2941.2941.2941.294 -61-61-61-61-61 -179-179-179-179-179 413413413413413 1.0811.0811.0811.0811.081 -118-118-118-118-118 -751-751-751-751-751 625625625625625 77777 -591-591-591-591-591 1010101010 -523-523-523-523-523 -1.097-1.097-1.097-1.097-1.097 53.951753.951753.951753.951753.9517 -32.5702-32.5702-32.5702-32.5702-32.5702 -33.6863-33.6863-33.6863-33.6863-33.6863
352352352352352 -1.480-1.480-1.480-1.480-1.480 -3.169-3.169-3.169-3.169-3.169 4.7424.7424.7424.7424.742 444444444444444 5.7865.7865.7865.7865.786 3.3793.3793.3793.3793.379 2.6372.6372.6372.6372.637 2.7082.7082.7082.7082.708 14.51014.51014.51014.51014.510 4.3794.3794.3794.3794.379 3.6373.6373.6373.6373.637 1.1791.1791.1791.1791.179 3.5203.5203.5203.5203.520 12.71512.71512.71512.71512.715 1.0321.0321.0321.0321.032 1.3241.3241.3241.3241.324 -89-89-89-89-89
-352-352-352-352-352 1.4801.4801.4801.4801.480 3.1693.1693.1693.1693.169 -4.742-4.742-4.742-4.742-4.742 -444-444-444-444-444 -5.786-5.786-5.786-5.786-5.786 -3.379-3.379-3.379-3.379-3.379 -2.637-2.637-2.637-2.637-2.637 -2.708-2.708-2.708-2.708-2.708 -14.510-14.510-14.510-14.510-14.510 -4.379-4.379-4.379-4.379-4.379 -3.637-3.637-3.637-3.637-3.637 -1.179-1.179-1.179-1.179-1.179 -3.520-3.520-3.520-3.520-3.520 -12.715-12.715-12.715-12.715-12.715 -1032.13-1032.13-1032.13-1032.13-1032.13 -1324.34-1324.34-1324.34-1324.34-1324.34 88.914588.914588.914588.914588.9145-49 1.729 3.483 -4.500 663 -5.359 354 -2.189 292 -6.902 -4.379 -3.637 -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89
-303 -249 -313 -241 -1.107 -427 -3.733 -448 -3.001 -7.608 0 0 0 0 0 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-303 -249 -313 -241 -1.107 -427 -3.733 -448 -3.001 -7.608 0 0 0 0 0 0 0 0
36.030 33.865 30.318 34.724 34.724 40.082 40.107 42.353 42.586 42.586 47.221 50.924 52.875 56.920 56.920 58.987 59.453 57.1080,1 2,9 2,4
16,8 21,6 17,3 13,6 17,3 17,4 30,6 17,5 33,2 24,8 19,8 21,4 15,2 21,2 19,4 16,3 17,9 15,3
8,7 5,8 6,7 5,7 6,7 9,8 21,0 7,1 18,6 14,2 5,6 9,4 5,1 9,0 7,3 4,5 7,8 4,7
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
40
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100).
* Mulai 1 Juli 2008, perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100), data triwulan II-2008 adalah data inflasi mtm (month to month) bulan Juni 2008
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 7
Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
(Persen)1)
4,604,604,604,604,60 0,540,540,540,540,54 1,271,271,271,271,27 6,056,056,056,056,05 3,713,713,713,713,71 -1,21-1,21-1,21-1,21-1,21 4,004,004,004,004,00 4,434,434,434,434,43 5,915,915,915,915,91 1,281,281,281,281,28 4,754,754,754,754,75 0,600,600,600,600,60
16,54 -0,58 2,60 8,63 12,16 -6,50 0,69 3,48 2,59 2,11 0,60 0,91-0,03 3,50 5,62 -0,25 -2,93 5,12 9,08 -2,04 4,14 0,29 13,94 -4,641,54 0,29 3,66 1,46 1,37 -2,71 4,65 2,11 5,84 2,01 12,12 2,940,16 2,22 2,72 1,64 0,35 0,39 3,06 0,73 7,87 1,84 8,04 4,32
-2,18 2,48 1,96 2,55 -1,02 4,05 11,46 0,26 6,88 -0,19 8,94 -2,513,77 -2,28 1,00 11,87 -0,30 -1,04 2,17 7,39 2,42 1,68 3,79 6,600,95 0,11 1,73 1,72 3,81 2,61 4,49 7,90 28,51 1,84 5,93 0,423,21 0,16 0,50 4,46 2,21 1,39 2,87 1,79 1,38 0,89 7,30 1,683,23 -1,21 -13,98 24,41 -3,70 -8,06 -0,43 25,17 2,85 -0,07 -10,49 8,28
-0,65 0,38 1,41 3,65 8,63 12,79 7,09 6,71 15,72 1,47 -1,65 -6,81-0,63 0,85 4,36 3,13 1,32 1,50 0,75 -1,47 2,02 1,00 3,57 1,20
2,192,192,192,192,19 1,001,001,001,001,00 0,800,800,800,800,80 2,242,242,242,242,24 1,891,891,891,891,89 1,191,191,191,191,19 1,331,331,331,331,33 1,851,851,851,851,85 4,024,024,024,024,02 1,331,331,331,331,33 2,622,622,622,622,62 2,432,432,432,432,432,13 0,91 0,96 2,25 1,67 1,00 1,35 2,36 5,50 1,63 2,83 2,353,01 0,87 0,31 1,95 1,75 0,20 0,46 -0,20 1,47 1,06 2,15 1,501,93 1,23 0,86 2,59 2,24 2,60 1,85 2,28 1,89 0,73 2,60 3,70
1,621,621,621,621,62 1,051,051,051,051,05 0,780,780,780,780,78 1,301,301,301,301,30 1,811,811,811,811,81 0,750,750,750,750,75 1,271,271,271,271,27 0,970,970,970,970,97 2,792,792,792,792,79 1,141,141,141,141,14 3,583,583,583,583,58 1,001,001,001,001,002,19 1,40 0,98 1,73 2,12 0,83 1,11 1,58 2,22 1,67 2,16 0,730,73 0,58 0,34 0,56 1,69 0,15 1,92 -0,45 4,69 -0,12 8,94 1,660,64 0,72 0,67 0,78 1,20 0,52 0,57 1,05 1,45 0,97 1,66 1,101,87 0,92 0,99 0,99 1,70 1,79 1,61 1,30 2,71 0,86 1,71 1,08
1,611,611,611,611,61 2,662,662,662,662,66 0,570,570,570,570,57 1,841,841,841,841,84 0,720,720,720,720,72 0,390,390,390,390,39 2,342,342,342,342,34 4,784,784,784,784,78 4,304,304,304,304,30 0,490,490,490,490,49 0,770,770,770,770,77 2,582,582,582,582,581,25 0,77 0,80 1,81 0,37 0,29 1,29 1,70 0,81 0,27 3,02 0,350,86 0,69 0,69 1,41 0,10 0,71 0,94 1,45 0,68 0,46 2,15 0,301,18 0,56 1,00 1,35 0,50 0,32 1,34 0,86 0,56 0,64 2,13 0,233,13 8,78 -0,22 2,47 2,09 0,35 5,53 13,60 12,66 0,59 -2,46 7,26
1,861,861,861,861,86 1,421,421,421,421,42 0,700,700,700,700,70 1,761,761,761,761,76 1,391,391,391,391,39 0,710,710,710,710,71 1,031,031,031,031,03 1,121,121,121,121,12 3,003,003,003,003,00 0,830,830,830,830,83 1,641,641,641,641,64 1,101,101,101,101,102,08 1,61 0,94 3,70 1,92 0,45 0,32 0,44 5,12 0,47 1,07 0,691,03 0,93 -0,19 0,18 1,32 0,82 1,08 1,46 1,96 1,31 2,19 1,601,94 1,03 0,84 0,80 1,16 1,85 0,61 0,73 1,15 1,10 2,36 1,612,11 1,43 0,77 0,72 1,46 0,80 1,56 1,52 2,32 0,90 1,76 1,26
0,030,030,030,030,03 0,410,410,410,410,41 7,447,447,447,447,44 0,200,200,200,200,20 0,360,360,360,360,36 0,010,010,010,010,01 7,977,977,977,977,97 0,430,430,430,430,43 0,140,140,140,140,14 0,440,440,440,440,44 3,773,773,773,773,77 0,820,820,820,820,82-0,76 0,02 11,41 0,12 0,46 0,03 12,73 0,36 0,09 0,18 6,76 0,702,40 0,19 2,31 0,23 1,04 0,26 0,87 0,48 0,72 0,45 4,95 0,320,45 1,79 3,61 0,27 0,36 0,36 1,58 0,66 0,30 0,72 1,14 1,111,70 0,82 0,06 0,28 0,13 -0,23 0,01 0,64 0,20 0,92 0,51 1,020,83 0,54 1,19 0,88 0,79 0,36 0,35 2,23 0,47 0,20 0,91 0,49
0,240,240,240,240,24 0,350,350,350,350,35 0,080,080,080,080,08 0,350,350,350,350,35 0,220,220,220,220,22 0,460,460,460,460,46 0,150,150,150,150,15 0,420,420,420,420,42 0,370,370,370,370,37 8,728,728,728,728,72 0,920,920,920,920,92 -2,94-2,94-2,94-2,94-2,940,07 0,37 0,02 0,33 0,24 0,60 0,00 0,49 0,27 12,98 1,03 -4,46
-0,02 0,02 -0,01 -0,01 0,05 0,01 -0,02 0,00 0,01 -0,12 0,02 0,201,89 1,09 1,26 1,56 0,50 0,24 2,43 1,27 1,40 0,84 1,34 1,645,36 0,45 0,05 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 4,90 0,01 3,89 0,00
1,981,981,981,981,98 0,870,870,870,870,87 1,161,161,161,161,16 2,442,442,442,442,44 1,911,911,911,911,91 0,170,170,170,170,17 2,282,282,282,282,28 2,092,092,092,092,09 3,413,413,413,413,41 2,462,462,462,462,46 2,882,882,882,882,88 0,540,540,540,540,54
Kelompok/Sub Kelompok2006 2007 2008
I II III IV I II III IV I II* III IV
I. Bahan MakananA. Padi-padian, umbi-umbian dan
hasil-hasilnyaB. Daging dan hasil-hasilnyaC. Ikan segarD. Ikan diawetkanE. Telur, susu dan hasil-hasilnyaF. Sayur-sayuranG. Kacang-kacanganH. Buah-buahanI. Bumbu-bumbuanJ. Lemak dan minyakK. Bahan makanan lainnya
II. Makanan jadi, Minuman, Rokokdan TembakauA. Makanan jadiB. Minuman yang tidak beralkoholC. Tembakau dan minuman beralkohol
III. PerumahanA. Biaya tempat tinggalB. Bahan bakar, penerangan dan airC. Perlengkapan rumah tanggaD. Penyelenggaraan rumah tangga
IV. SandangA. Sandang laki-lakiB. Sandang wanitaC. Sandang anak-anakD. Barang pribadi dan sandang lainnya
V. KesehatanA. Jasa kesehatan dan obat-obatanB. Obat-obatanC. Jasa perawatan jasmaniD. Perawatan jasmani dan kosmetik
VI. Pendidikan, Rekreasi dan Olah RagaA. Biaya pendidikanB. Kursus dan pelatihanC. Perlengkapan/peralatan pendidikanD. RekreasiE. Olah raga
VII. Transpor dan KomunikasiA. TransporB. Komunikasi dan pengirimanC. Sarana dan penunjang transporD. Jasa Keuangan
U M U M
Tabel Statistik
41
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota
(Persen)1)
4,02 1,49 1,09 4,45 2,16 -2,16 5,34 -1,05 4,84 4,38 2,92 2,971,24 2,54 2,64 2,81 4,61 -1,67 5,85 1,94 3,49 2,75 1,36 1,391,34 0,71 2,74 4,93 1,92 -2,34 3,76 2,51 4,65 2,53 1,27 1,56
-2,17 0,83 1,90 1,07 6,92 -0,29 1,15 2,69 4,63 2,31 3,06 2,22-0,10 0,40 1,68 4,01 2,98 -0,55 3,78 1,97 3,07 2,88 1,37 1,331,41 0,29 0,85 3,31 1,63 -0,51 1,96 3,23 2,19 2,07 1,21 2,261,17 0,71 0,93 5,07 3,68 -1,96 2,06 3,05 4,35 4,09 2,04 2,070,73 0,89 1,21 3,36 3,67 -1,49 1,92 3,31 4,15 2,46 3,17 0,550,66 -0,40 2,30 1,97 1,40 -0,34 2,15 1,56 2,91 2,29 1,72 0,581,38 1,20 1,61 6,14 3,17 -1,22 2,57 2,75 2,16 4,19 1,76 -0,192,43 0,57 0,96 4,27 0,64 0,85 3,23 3,28 3,11 3,41 3,20 -0,290,10 1,32 1,23 3,76 1,36 -0,88 3,10 1,37 4,09 4,14 3,61 0,342,49 0,43 0,69 2,31 0,71 0,12 3,40 2,22 3,29 2,93 4,95 0,743,39 -0,16 2,16 0,93 2,62 -0,98 0,67 0,33 6,53 4,20 4,26 0,13
- - - - - - - - - 3,80 3,04 1,22- - - - - - - - - 2,45 3,33 1,19
2,30 0,33 1,21 2,07 1,95 0,51 1,85 1,61 3,51 1,94 2,54 -1,45 0,99 2,23 3,53 3,73 -0,04 1,65 2,20 2,57 2,54 3,64 -
- - - - - - - - - 2,21 4,50 -- - - - - - - - - 3,04 3,21 0,00- - - - - - - - - 2,11 0,88 1,57- - - - - - - - - 1,15 2,38 0,46- - - - - - - - - 2,80 3,42 1,32- - - - - - - - - 1,24 3,82 0,03- - - - - - - - - 2,45 3,49 0,18
1,53 0,57 1,26 1,87 1,13 -0,26 2,48 1,82 2,81 2,76 2,28 -0,071,48 -0,12 0,63 4,23 3,24 0,15 2,22 2,06 3,52 3,33 4,04 0,192,14 1,36 2,21 2,48 2,22 1,33 2,21 0,26 3,60 2,75 3,53 1,162,43 0,85 0,36 2,41 1,19 -0,34 0,99 1,42 2,74 2,13 1,74 0,132,03 0,87 1,48 1,57 2,37 0,52 1,98 1,72 4,18 2,40 2,83 0,182,15 0,71 1,48 3,19 1,66 1,24 2,84 2,88 2,72 1,82 2,36 0,452,54 2,54 2,52 2,42 1,86 0,18 3,17 2,59 2,85 2,51 3,16 -1,78 1,52 0,70 2,68 1,26 0,78 2,13 2,91 2,73 3,46 2,77 -
- - - - - - - - - 1,62 2,83 1,052,48 1,19 0,80 3,11 2,50 -0,11 1,55 2,76 2,94 2,11 3,10 -0,352,17 1,27 0,60 1,76 1,30 0,13 2,12 2,28 4,06 2,77 2,93 0,38
- - - - - - - - - 1,81 3,85 0,00- - - - - - - - - 4,05 2,27 -0,32
2,15 0,99 0,81 2,61 1,09 0,90 2,02 2,12 3,59 2,00 2,56 0,142,44 0,56 -0,12 1,37 2,19 0,29 1,36 1,95 3,35 1,78 3,14 -1,63 0,61 -0,05 1,93 3,59 1,00 1,14 2,78 3,23 3,21 3,23 -
- - - - - - - - - 4,94 3,16 0,77- - - - - - - - - 2,24 6,66 -2,44
4,81 0,46 0,86 3,32 5,29 -0,39 0,90 2,47 3,33 2,31 0,46 -2,19 0,98 1,72 1,29 2,56 1,14 2,12 2,49 4,21 2,27 3,21 -
- - - - - - - - - 2,94 2,73 0,021,59 3,94 0,30 1,74 0,81 0,39 1,84 4,38 1,60 2,87 1,72 -0,49 3,68 -0,52 3,94 0,62 -0,14 2,38 4,95 4,48 2,22 3,62 -1,31 6,15 0,10 3,14 3,29 -0,66 2,60 2,39 4,12 2,48 2,23 -2,53 1,90 -0,06 1,05 0,81 0,39 4,54 1,40 3,75 2,88 1,84 -1,43 1,87 2,44 0,61 1,72 0,52 4,84 1,85 3,97 3,32 2,96 -
K o t a2006 2007 2008
I II III IV I II III IV I II* III IV
1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2008
42
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100).
* Mulai 1 Juli 2008, perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100) dengan jumlah kota menjadi 66 kota, data triwulan II-2008 adalah data inflasi
mtm (month to month) bulan Juni 2008
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)
(Persen)1)
- - - - - - - - - 2,48 5,54 0,821,52 0,05 2,15 1,29 3,34 -0,43 3,45 3,46 1,04 3,63 3,02 0,172,54 2,92 1,23 1,74 0,60 1,87 1,60 3,84 1,49 2,44 5,01 -0,63
- - - - - - - - - 6,26 3,62 0,272,79 2,01 1,58 0,66 2,28 0,51 3,38 -0,54 4,45 3,39 3,50 -
- - - - - - - - - 2,76 4,21 0,43- - - - - - - - - 3,15 3,50 1,16
1,93 3,12 2,29 2,97 1,94 2,20 0,15 2,94 2,91 6,49 3,30 0,742,56 -0,99 2,34 3,48 -1,24 0,46 3,22 4,51 -0,04 2,59 4,01 0,16
- - - - - - - - - 3,04 5,86 -0,290,96 3,00 -0,47 1,25 1,77 0,51 2,38 1,07 2,92 1,76 5,06 -4,802,54 -0,04 0,82 1,72 2,39 2,06 0,44 5,21 4,71 1,17 4,30 -0,92
- - - - - - - - - 5,78 8,31 0,62- - - - - - - - - 5,72 7,29 -1,86
2,85 2,47 1,57 2,31 4,93 0,15 0,52 4,45 6,49 5,86 2,88 0,31
1,981,981,981,981,98 0,870,870,870,870,87 1,161,161,161,161,16 2,442,442,442,442,44 1,911,911,911,911,91 0,170,170,170,170,17 2,282,282,282,282,28 2,092,092,092,092,09 3,413,413,413,413,41 2,462,462,462,462,46 2,882,882,882,882,88 0,540,540,540,540,54
K o t a2006 2007 2008
I II III IV I II III IV I II* III IV
52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura
NASIONALNASIONALNASIONALNASIONALNASIONAL
Tabel Statistik
43
Keterangan :1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya.
Perhitungan IHPB menggunakan tahun dasar 2000 (2000 = 100).*) Posisi November 2008Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)
Tabel 9
Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar
(Persen) 1)
-1,27 0,68 1,62 3,34 2,92 0,23 10,75 1,75
-0,34 0,59 0,02 -6,04 -8,54 -4,12 -20,17 -3,12
0,62 -3,34 0,12 2,31 3,66 2,57 7,08 1,28
2,54 0,77 1,10 3,01 2,57 0,86 7,72 1,97
1,26 9,77 1,18 3,10 3,91 2,90 6,75 2,35
3,20 1,55 2,34 6,67 7,32 2,26 21,16 4,37
-1,29 0,35 0,60 3,41 4,68 0,89 13,39 1,80
1,84 1,02 0,52 0,34 -1,48 2,42 -9,47 0,18
3,80 3,00 8,04 9,11 10,73 4,61 24,20 8,02
0,00 0,70 1,34 0,69 1,43 0,00 5,13 1,38
2,76 0,70 1,32 6,85 9,15 3,28 20,49 4,08
4,03 13,19 22,22 0,64 -3,87 2,38 -13,77 9,15
3,87 0,61 1,60 -0,64 -1,34 -4,65 3,29 -1,20
4,97 1,83 2,11 5,13 8,84 6,50 13,64 4,85
5,33 2,40 2,58 0,61 0,00 2,29 -3,60 2,31
6,74 3,51 1,51 1,82 -5,00 1,49 -16,18 0,56
6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,68 1,49 3,93
2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 2,84 14,63 4,32
7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 -0,69 6,38 3,63
7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 2,08 24,40 8,50
7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 5,44 6,43 6,45
7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 5,16 28,10 12,55
4,32 3,54 1,40 -9,23 -5,31 2,45 -15,09 -1,92
2,99 -2,76 -0,42 3,27 20,36 -21,67 -0,39
Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor Ekspor Umum
Periode Total Nonmigas Migas
2003
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2004
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2005
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2006
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2007
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2008
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV*