tinjauan pustaka - sinta.unud.ac.id 2.pdf · semua dana dipergunakan untuk menghasilkan laba pada...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Proyek
Menurut Iman Soeharto (1995), proyek dapat diartikan sebagai satu
kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi
sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya
telah digariskan dengan jelas. Tugas tersebut berupa membangun pabrik, membuat
produk baru atau melakukan penelitian dan pembangunan. Dalam proses mencapai
hasil akhir kegiatan proyek tersebut telah ditentukan batasan – batasan yaitu besar
biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga
batasan tersebut dikenal dengan istilah tiga kendala (triple constrain). Jadi proyek
harus dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan dengan biaya yang
tidak melebihi anggaran serta mutu yang telah ditentukan. Agar suatu proyek dapat
berhasil perlu diperhatikan faktor-faktor spesifik yang penting yang disebut sebagai
ciri-ciri umum manajemen proyek, sebagai berikut:
1. Tujuan, sasaran, harapan-harapan, dan strategi proyek hendaknya
dinyatakan secara jelas dan terperinci sedemikian rupa sehingga dapat
dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan satuan
organisasi yang telibat.
2. Diperlukan rencana kerja, jadwal, dan anggaran belanja yang realistis.
3. Diperlukan peran dan tanggung jawab di antara semua satuan organisasi dan
individu yang terlibat didalamnya.
4. Diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengendalikan,
mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
pada berbagai strata organisasi.
5. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan
umpan balik bagi manajemen, yang digunakan sebagai pelajaran dan
dipakai sebagai pedoman di dalam peningkatan produktivitas proyek.
6. Sesuai dengan sifat dinamisnya suatu proyek, apabila diperlukan Tim
Proyek atau satuan organisasi proyek dapat dimungkinkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang harus bergerak di luar kerangka organisasi
5
tradisional atau rutin, akan tetapi dengan tetap berorientasi pada tercapainya
produktifitas.
7. Diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tatacara dan dasar-dasar
peraturan birokrasi, dan pengetahuan tentang cara-cara mengatasi kendala
birokrasi.
2.2 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana anggaran biaya adalah besarnya biaya yang diperkirakan dalam
pekerjaan proyek yang disusun berdasarkan volume dari setiap item pekerjaan pada
gambar atau bestek. Pada dasarnya rancangan anggaran biaya merupakan bagian
terpenting dalam menyelenggarakan pembuatan bangunan. RAB diajukan oleh
kontraktor untuk mengajukan penawaran. Biaya ini disamping tergantung pada
volume, juga sangat tergantung pada upah tenaga kerja, dan karyawan, harga
material yang dibutuhkan dan jasa kontraktor serta pajak.
Maksud dan tujuan penyusunan RAB bangunan adalah untuk menghitung
biaya - biaya yang diperlukan dari suatu bangunan dan dengan biaya ini bangunan
tersebut dapat terwujud sesuai dengan yang direncanakan. Ada tiga faktor penting
yang berpengaruh dalam penyusunan RAB, yaitu :
1. Ketentuan – ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan pembuatan bangunan serta gambar–gambar konstruksi
bangunan.
2. Harga bahan–bahan dan upah tenaga kerja.
3. Koefisien–koefisien yang telah ada.
Dalam RAB itu disusun banyaknya tiap bagian dari pekerjaan itu
sebagaimana disebutkan dalam bestek, secara berurutan dari setiap item bagian
pekerjaan. Misal, jumlah satuan sudah dapat, kemudian jumlah ini dikalikan dengan
harga satuan dari setiap macam pekerjaan itu. Selanjutnya jumlah semua bagian–
bagian itu adalah rencana anggaran biaya bangunan itu (Ervianto, 2007).
2.3 Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)
Rencana Anggaran Pelaksanaa (RAP) adalah salah satu dokumen sebagai
kelengkapan yang dibutuhkan dalam suatu operasional pelaksanaan proyek, sebagai
6
acuan/pedoman operasional pelaksanaan proyek. Khususnya dalam pengelolahan
yang berhubungan dengan hasil usaha proyek yaitu sebagai pedoman dalam
mencapai pendapatan proyek dan mengendalikan biaya proyek, sehingga target
minimal yang direncanakan dapat tercapai dan diperlukan sebagai acuan untuk
menyusun rencana cash flow proyek.
RAP disusun untuk memenuhi kebutuhan internal kontraktor berdasarkan
volume real dan harga pasar yang mekanisme penyusunannya sama seperti
penyusunan RAB. RAP proyek yang dibuat meliputi seluruh biaya yang dipelukan
untuk merealisasikan konstruksi yang direncanakan, disusun dengan
memperhitungakan beberapa hal, yaitu :
a. Pengalaman atau referensi dari realisasi pengelolaan proyek–proyek yang
lalu.
b. Hasil observasi ulang atas data sumber daya yang diperlukan (bahan, alat,
dan tenaga kerja), biaya trnsportasi dan lokasi/ median kerja proyek.
c. Kebijaksanaan perusahaan.
d. Kesepakatan atau komitmen manajer proyek dengan direksi perusahaan
Sebagai contoh dibawah ini Rencana Anggaran Pelaksanaan sederhana :
Tabel 2.1 Rencana Anggaran Pelaksanaan Sederhana
No. Jenis
Pek
Volume
(a)
Harga
Sat
Bahan
(b)
Harga
Sat
Upah
(c)
Jumlah
Bahan
(d)
Jumlah
Upah
(e)
Total
Harga
(f)
1
2 (a x b) (a x c) (d + e)
3
4
5
Jumlah total Rp …………
7
2.4 Time Schedule dan Kurva “S”
Alat kendali waktu yang digunakan pelaksanaan proyek yaitu Bar Chart
method dan kurva S. Bar Chart merupakan suatu bentuk bagan rencana kerja yang
dibuat oleh seseorang yang bernama Henry Grant. Oleh karena itu disebut sebagai
Grant Chart. Bar Chart merupakan bagan yang memuat suatu daftar kegiatan–
kegiatan yang akan dilaksanakan, yang disusun secara berbaris ke bawah dimana
masing–masing kegiatan memilki waktu pelaksanaan yang diperlukan (durasi)
yang ditunjukkan dalam bentuk garis berskala waktu (umumnya garis dipertebal
sehingga menyerupai balok). Panjang setiap garis/ balok menunjukan lamanya
waktu yang diperlukan untuk masing – masing kegiatan serta saat untuk memulai
dan mengakhiri kegiatan tersebut. Sedangkan satuan waktu dapat berupa hari,
minggu, bulan atau interval waktu tertentu.
Dalam hal perhitungan melalui bobot masing–masing jenis kegiatan maka
Bar Chart dapat dilengkapi dengan suatu kurva yang dikenal sebagai kurva “S”,
yang merupakan fungsi waktu dan presentasi bobot pekerjaan.
Untuk memperhitungkan presentase bobot masing – masing jenis kegiatan
haruslah diketahui baik biaya masing – masing kegiatan maupun jumlah biaya
keseluruhan pekerjaan. Perhitungan presentase bobot masing– masing jenis
kegiatan adalah sebagai berikut (Soeharto, 1997) :
Bobot kegiatan = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 100% (2.1)
2.5 Modal Kerja
Modal kerja merupakan unsur yang sangat menetukan kelancaran suatu
usaha atau perusahaaan, karena dengan adanya modal kerja yang cukup maka
perusahaan akan mampu membiayai segala pengeluaran dalam menjalankan
operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja menghubungkan antara pengeluaran
untuk memperoleh barang atau jasa dengan saat penerimaan hasil penjualan.
Modal kerja digunakan untuk membiayai semua kegiatan perusahaan,
misalnya untuk membayar gaji pegawai, pembelian tanah lokasi proyek, pembelian
material dan biaya operasi lainnya. Menurut Munawir S (1979) ada tiga konsep
yang menguraikan tentang pengertian modal kerja yaitu:
8
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kuantum perusahaan yang diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat
rutin, atau menunjukan jumlah dana yang tersedia untuk operasi jangka
pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah aktiva
lancar (Gross Working Capital).
2. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kwalitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan modal kerja terhadap hutang jangka
pendek (Net Working Capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari
pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan. Definisi ini
bersifat kualitatif karena menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih
besar dari pada hutang lancarnya ( hutang jangka pendek) dan menunjukan
pula margin of protectionnya atau tingkat keamanan bagi para kreditor jangka
pendek, serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan
kemampuan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek
dengan jaminan aktiva lancarnya.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari sana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya
dana - dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan
untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak
semua dana dipergunakan untuk menghasilkan laba pada periode ini (current
income) ada sebagian dana yang dipergunakan untuk memperoleh atau
menghasilkan laba dimasa yang akan datang.
Berdasarkan dari pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya modal kerja adalah seluruh harta lancar yang
terdiri dari kas, piutang, dan persediaan yang dapat digerakkan dalam satu periode
tertentu untuk menunjang operasi perusahaan selama perusahaan masih
memerlukannya.
9
2.5.1. Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja erat kaitannya dengan operasi perusahaan sehari-hari.
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung
pada type atau sifat aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, efek, piutang, dan
persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam artian harus mampu
membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Manfaat
dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah:
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari
aktiva lancar.
2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-
kewajiban finansial atau hutang tepat pada waktunya.
3. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya
atau kesulitan keuangan persahaan yang terjadi.
4. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberi syarat kredit yang lebih
menguntungkan bagi pelanggan.
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien,
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa.
Modal kerja yang diperlukan dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
1. Besar kecilnya kegiatan usaha perusahaan, dimana semakin besar kegiatan
perusahaan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.
2. Kebijaksanaan yang ditetapkan oleh perusahaan, misalnya pembelian bahan
tunai kredit, penjualan barang atau jasa tunai atau kredit.
3. Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan perusahaan.
4. Tingkat suku bunga yang berlaku.
5. Persediaan barang-barang di pasar.
2.5.2. Sumber Modal Kerja
Pada dasarnya modal kerja bersifat fleksibel, berarti bahwa modal kerja
dapat dengan mudah diperbesar atau diperkecil, sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Tetapi besar kecilnya modal kerja juga tergantung dari sumber modal
10
kerja itu sendiri. Menurut Farid Djahidin (1985) modal kerja perusahaan dapat
bersumber dari:
1. Hasil kegiatan/Usaha Pokok.
Yang dimaksudkan disini adalah laba bersih yang diperoleh dari usaha atau
operasi perusahaan sehari-hari ditambah dengan penyusutan atau amortisasi,
sepanjang laba bersih dan penyusutan ini tidak diambil oleh pemilik.
Penyusutan atau amortisasi ini dimaksudkan sebagai sumber modal kerja
karena penyusutan dibebankan pada perhitungan rugi laba bersih, tapi tidak
ada pengeluaran kas (penggunaan modal kerja)
2. Penjualan Aktiva Lancar.
Salah satu komponen aktiva lancar yang dapat dijual atau dijadikan uang kas
adalah surat-surat berharga (investasi jangka pendek) dengan penjualan surat
berharga ini berarti akan terjadi pergeseran/perubahan modal kerja dari surat
menjadi uang kas. Penjualan surst berharga ini mempunyai tiga
kemungkinan yang akan menyebabkan perubahan dari modal kerja yaitu:
- Kalau penjualan itu mendatangkan keuntungan berarti akan menambah
modal kerja.
- Kalau penjualan itu mendatangkan kerugian berarti akan mengurangi
modal kerja.
- Kalau penjualan itu tidak untung atau tidak rugi berarti modal kerja tidak
mengalami perubahan.
3. Penjualan Aktiva Tak Lancar.
Walaupun aktiva dan investasi jangka panjang bukan merupakan kompenen
modal kerja, tetapi kalau terhadap aktiva-aktiva tetap dan investasi jangka
panjang yang tak terpakai lagi dijual berarti akan menambah modal kerja.
4. Emisi Saham dan Penerbitan Obligasi.
5. Uang Muka yang Diterima dari Pelanggan.
Pemesanan barang atau pembelian barang dari supplier secara kredit juga
merupakan modal kerja jangka pendek.
6. Apabila suatu waktu perusahaan memerlukan penambahan modal kerja,
perusahaan dapat mengeluarkan/menjual saham baru atau obligasi (hutang)
jangka panjang. Sedangkan berkurangnya modal kerja disebabkan oleh
11
penggunaan modal kerja itu untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari
misalnya:
a. Pembayaran biaya-biaya dalam menjalankan operasi perusahaan baik
biaya penjualan ataupun biaya umum dan administrasi.
b. Pembayaran utang jangka panjang.
c. Kerugian-kerugian yang diderita perusahaan dalam kegiatan rutin atau
insidentil.
d. Pembelian aktiva tetap baik karena pelunasan usaha atau pelunasan aktiva
tetap.
e. Adanya pembentukan dana yang menyebabkan perubahan posisi aktiva
lancar menjadi aktiva tak lancar.
f. Pembelian kembali saham-saham yang telah dikeluarkan
2.5.3. Besar Kecilnya Modal Kerja
Untuk melaksanakan suatu proyek sampai dengan selesai, pasti
memerlukan modal kerja. Besanya modal kerja yang diperlukan dalam suatu proyek
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :
1. Persyaratan pembayaran yang diatur dalam kontrak ( surat perjanjian)
Semakin banyak frekuensi pembayaran maka modal kerja yang diperlukan
semakin kecil, begitu juga sebaliknya jika frekuensi pembayaran sedikit
maka akan memerlukan modal kerja yang besar. Misalnya, sistem
pembayaran dalam Turn Key ( dibayar hanya sekali pada saat proyek sudah
serah terima ) memerlukan modal kerja sebesar 100% dari total biaya.
2. Kebijakan Operasional
Kebijakan operasional yang tidak berorientasi pada penyediaan modal kerja,
cenderung memerlukan modal kerja yang lebih besar. Kebijakan operasional
disini menyangkut dua aspek, yaitu aspek penerimaan dan aspek
pembiayaan. Kebijakan pelaksanaan yang tidak memikirkan aspek
penerimaan dan pembiayaan yang terjadwal dengan baik (efisien) akan
memerlukan modal kerja yang besar.
Dengan demikian pengendalian modal kerja yang terjadi pada dua tahap,
yaitu butir (1) diatas pada penyusunan kontrak dan butir (2) pada tahap
12
pelaksanaan. Kontrak (surat perjanjian) yang telah ditandatangani, pada telah
tertutup kemungkinan untuk melakukan pengendalian modal kerja, kecuali
terbuka peluang baru untuk melakukan negosiasi dalam memperbaiki cara
pembayaran. Pada tahap pelaksanaan proyek, masih terbuka kesempatan
untuk melakukan pengendalian modal kerja proyek. Oleh karena itu para
pelaksana proyek (terutama kepala proyek) harus memperhatikan hal ini
untuk membantu tercapainya sasaran proyek, khususnya dalam melakukan
pengendalian biaya dan waktu. Dari hal–hal yang mempengaruhi besar
kecilnya modal kerja seperti diuraikan diatas, berarti upaya – upaya
pengendalian modal kerja berkaitan dengan dua hal pokok, yaitu penerimaan
dan pembiayaan.
2.6 Aliran Kas (Cash Flow)
Salah satu elemen penting dalam proyek adalah aliran kas proyek (cash
flow). Cash flow digambarkan sebagai aliran masuk (inflow) dan aliran keluar (out
flow) dari uang. Selanjutnya data tentang uang masuk dan uang keluar yang
dihitung untuk setiap periode waktu tertentu disebut dengan cash flow (aliran kas).
Aliran kas terbentuk dari perkiraan biaya pertama, modal kerja, biaya operasi, biaya
produksi dan revenue (Soeharto,1999). Aliran kas terdiri dari :
1. Aliran Kas Permulaan (Initial Cash Flow)
Adalah pengeluaran untuk merealisasikan gagasan sampai menjadi kenyataan
fisik, termasuk didalamnya adalah biaya pembebasan lahan, penyiapan lahan,
pembuatan bangunan sipil dan perlengkapannya, pembayaran mesin-mesin,
dan termasuk penyediaan modal kerja.
2. Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow)
Pada aliran kas operasional, aliran kas yang masuk diperhitungkan dari
penjualan produk, sedangkan aliran kas keluar terdiri dari biaya produksi,
pemeliharaan, dan pajak. Untuk mengurangi pendapatan kena pajak (tax
deductible), depresiasi dikurangkan dari angka pendapatan sebelum pajak,
kemudian ditambahkan kembali untuk menghitung jumlah total aliran kas
periode operasi.
13
3. Aliran Kas Akhir (Terminal Cash Flow)
Aliran kas akhir menunjukkan aliran kas padaakhir umur ekonomi proyek.
Aliran kas ini berasal dari pengembalian modal kerja dan penjualan aktiva tetap
yang sudah habis umur ekonomisnya. Bila terjadi penjualan barang sisa, harus
pula diperhitungkan pajak penjualannya. Aliran kas ini akan digabung dengan
aliran kas operasional sebagai aliran kas masuk dalam rangka penentuan
kelayakan investasi.
2.6.1 Jadwal Penerimaan
Unsur utama dari cash flow adalah penerimaan, karena dari penerimaan
atau rencana penerimaan yang ada, maka terjadilah kegiatan pengeluaran. Untuk
proyek konstruksi, realisasi penerimaan sangat ditentukan oleh sistem pembayaran
yang telah ditetapkan pada surat perjanjian atau kontrak konstruksi. Cara
pembayaran proyek konstruksi ada bermacam-macam, yaitu antara lain:
a. Pembayaran dengan uang muka atau tanpa uang muka
b. Pembayaran bulanan (monthly payment)
c. Pembayaran termin (progress payment)
d. Pembayaran sekali diakhir (turn key payment)
Jadwal penerimaan harus dapat disusun secara tepat dan akurat, artinya
jumlah penerimaannya benar dan waktu cairnya tepat. Rencana jumlah penerimaan
umumnya berkaitan dengan besarnya prestasi pekerjaan, oleh karena itu prestasi
pekerjaan pada waktu tertentu, misalnya tiap akhir bulan, harus diperkirakan secara
cermat.
Grafik penerimaan berbentuk sebagai garis bertangga, yang bergerak dari
nol (belum ada penerimaan) sampai dengan total penerimaan. Grafik tangga disini
bentuknya sangat dipengaruhi oleh syarat pembayaran dari kontrak dan proses
pelaksanaan (progress pekerjaan dan proses pencairan tagihan). Grafik penerimaan
dapat digambarkan seperti gambar 2.1 (Asiyanto, 2005) :
14
Gambar 2.1 Contoh Grafik Jadwal Penerimaan Proyek. Sumber : Asiyanto (2005)
2.6.2 Jadwal Pengeluaran
Pedoman dasar dari pengeluaran adalah rencana kegiatan kerja. Sebagai
contoh, bila kegiatan membesar maka pengeluaran juga membesar, namun
hubungan tidak linear tergantung kebijakan pembiayaannya (cash atau credit). Bisa
saja kegiatan membesar, tetapi pengeluarannya bertambah tidak terlalu besar
(banyak credit) atau sebaliknya kegiatan bertambah tidak terlalu besar, tetapi
pengeluarannya bertambah cukup besar (banyak cash).
Untuk perhitungan cash flow proyek, biasanya pengeluaran biaya tidak
langsung seperti pajak-pajak, investasi dan deviden tidak termasuk, tetapi hanya
pengeluaran untuk biaya langsung saja. Pengeluaran untuk pembiayaan proyek
polanya atau sistemnya tergantung dengan kebijakan operasional proyek yang
diterapkan, yaitu pembayaran secara tunai (cash) dan pembayaran dengan jangka
waktu tertentu (credit).
Untuk pembayaran tunai yang umumnya didukung dengan pinjaman dari
bank, kelebihannya adalah harga beli relatif murah, tetapi kelemahannya harus
membayar bunga pinjaman. Sebaliknya untuk pembayaran kredit, kelebihannya
tidak memerlukan pinjaman yang konsekuensinya bunga tetapi kelemahannya
harga beli barang/ jasa relatif tinggi. Porsi kedua cara pembayaran masing-masing
diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak tambahan biaya yang
terkecil.
15
Grafik biaya terjadi sebagai akibat kebijakan pelaksanaan proyek yang
dilakukan di lapangan. Grafik ini berbentuk “C” sehingga dapat disebut kurva “C”.
Grafik ini diperoleh dengan cara menghubungkan titik-titik biaya yang terjadi pada
tiap bulan secara komulatif. Oleh karena itu bentuknya tergantung biaya yang
terjadi pada tiap bulan pelaksanaan contohnya pengadaan tenaga kerja pada tahap
awal atau sebelum proyek dimulai, pengadaan peralatan kerja dan pengadaan
material proyek.
Grafik ini ada hubungannya dengan grafik prestasi, karena atas
pembiayaan yang terjadi akan menghasilkan prestasi pekerjaan. Tetapi hubungan
kedua grafik ini tidak dapat disimpulkan secara jelas (Asiyanto, 2005). Hal tersebut
disebabkan karena adanya beberapa kemungkinan, yaitu:
1. Pembiayaan yang seluruhnya menyebabkan prestasi pekerjaan.
2. Pembiayaan yang tidak menyebabkan prestasi pekerjaan
3. Pembiayaan yang sebagian menyebabkan prestasi pekerjaan
Tanpa melihat tiga macam kejadian pembiayaan tersebut di atas, grafik
biaya dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Contoh Grafik Jadwal Pengeluaran Proyek Sumber : Asiyanto (2005)
16
2.6.3 Cash In (Uang Masuk)
Merupakan aliran dana pada aktiva berdasarkan laporan keuangan.
Sumber – sumber dana umumnya berasal dari penjualan produk atau manfaat
terukur, pengurangan biaya operasi, nilai sisa dari aktiva, penerimaan dari pinjaman
uang pokok dan sebagainya.
2.6.4 Cash Out (Uang Keluar)
Merupakan komulatif dari biaya – biaya yang dikeluarkan. Adapun obyek
dari analisa biaya yang dikeluarkan antara lain :
1. Biaya Proyek
Menurut Soeharto (1995), biaya adalah segala usaha dan pengeluaran yang
dilakukan dalam mengembangkan, memproduksi dan aplikasi produk.
Penghasilan produk selalu memikirkan akibat dari adanya biaya terhadap
kualitas, reabilitas dan maintainability karena ini akan berpengaruh terhadap
biaya bagi pemakai. Biaya ini terdiri dari :
A. Biaya Langsung (Direct Cost)
Adalah biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi/bangunan.
Biaya proyek terdiri dari :
a. Bahan/Material
Yang mempengaruhi biaya langsung mengenai bahan/material ada
beberapa hal yaitu bahan sisa/yang terbuang dan harga terbaik yang
masih memenuhi syarat bestek.
b. Upah Buruh / Man Power
Untuk upah buruh dibedakan menjadi upah harian, borongan per unit
volume, atau borong keseluruhan untuk daerah – daerah tertentu. Selain
upah perlu diperhatikan faktor – faktor kemampuan dan kapasitas
kerjanya. Perlu diketahui apakah buruh atau mandor dapat diperoleh dari
daerah di sekitar lokasi proyek atau tidak. Kalau tidak, berarti harus
didatangkan buruh dari daerah lain. Ini menyangkut ongkos transportasi,
penginapan, gaji ekstra dan lain sebagainya. Undang-undang perburuhan
yang berlaku juga perlu diperhatikan.
c. Biaya Peralatan/Equipments
17
Untuk peralatan yang disewa perlu diperhatikan ongkos keluar masuk
garasi, ongkos buruh untuk menjalankan alat, bahan baku dan biaya
reparasi kecil. Untuk alat yang disewa perlu diperhatikan bunga
investasi, depresiasi, reparasi besar, pemeliharaan dan ongkos mobilisasi.
B. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)
Adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi,
tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Sutjipto R,
dkk, 1985). Yang termasuk dalam biaya tak langsung adalah:
a. Overhead
Biaya overhead dapat digolongkan menjadi 2 jenis biaya, yaitu biaya
overhead proyek di lapangan dan biaya overhead proyek di kantor. Biaya
overhead proyek di lapangan terdiri dari biaya personil lapangan, fasilitas
sementara di proyek (gudang, kantor, penerangan, pagar, komunikasi,
transportasi), peralatan kecil – kecil yang umumnya habis terbuang
setelah proyek selesai, kontrol kwalitas (tes kubus beton, baja, sondir
dsb), rapat – rapat lapangan, dan lain lain. Sedangkan biaya overhead
kantor adalah biaya untuk menjalankan suatu usaha. Termasuk di
dalamnya adalah biaya sewa kantor, dan fasilitasnya, honor pegawai
kantor, ijin-ijin usaha, prakualifikasi, referensi bank, anggota asosiasi-
asosiasi, dan sebagainya.
b. Biaya tak terduga/Contigencies
Biaya Tak Terduga (Contigencies) adalah salah satu dari biaya tak
langsung.Contigencies adalah biaya untuk kejadian-kejadian yang
mungkin biasa terjadi, ataupun tidak. Misalnya naiknya muka tanah,
banjir, longsornya tanah dan sebagainya. Pada umumnya biaya ini
diperkirakan antara ½ sampai 5% dari biaya total. Yang termasuk dalam
Contigencies adalah :
- Kesalahan, kealpaan pemborong dalam memasukkan beberapa
pos pekerjaan, gambar yang kurang lengkap
- Ketidakpastian yang subyektif, timbul karena interprestasi
subyektif terhadap bestek, dan fluktuasi harga material dan upah
buruh yang tidak tepat diperkirakan
18
- Ketidakpastian yang obyektif, yaitu ketidakpastian tentang perlu
tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana
ketidakpastian itu ditentukan oleh obyek diluar kemampuan
manusia, misalnya: perlu tidaknya memasang Sheet pile untuk
pembuatan pondasi.
- Variasi efisiensi (Chance Variation), adalah variasi efisiensi dari
sumber-sumber daya, yaitu efisiensi dari buruh, peralatan, dan
material.
c. Keuntungan/Profit
Untuk inilah seseorang mau mengambil resiko menjadi
rekanan/kontraktor. Keuntungan tidak sama dengan gaji. Keuntungan
adalah hasil jerih payah dari keahlian, ditambah hasil dari faktor resiko.
2. Bunga Bank
Bunga (interest) adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan akibat
pemakaian uang yang dipinjam sebelumnya. Penarikan bunga pada dasarnya
merupakan kompensasi dari penurunan nilai uang selama waktu peminjam
sehingga besarnya bunga relatif sama besarnya dengan penurunan nilai uang
tersebut. Besarnya bunga adalah selisih antara jumlah uang dengan utang
semula (Giatman, 2005).
1. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga (rate of interest) merupakan rasio antara bunga yang
dibebankan per periode waktu dengan jumlah uang yang dipinjam awal
periode dikalikan 100% atau:
𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 = 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 × 100% (2.2)
2. Bunga Sederhana
Sistem bunga sederhana (simple interest), yaitu sistem perhitungan bunga
yang didasarkan atas besarnya pinjaman semula, dan bunga periode
sebelumnya yang belum dibayar tidak termasuk faktor pengali bunga.
Secara formula sistem bunga sederhana dapat dihitung sebagai berikut:
19
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 = 𝑖𝑥𝑃𝑥𝑛 (2 .3 )
Dimana: i = suku bunga
P = pinjaman semula
n = jumlah periode pinjaman
3. Bunga Majemuk
Sistem bunga majemuk (compound interest), yaitu sistem perhitungan
bunga di mana bunga tidak hanya dihitung terhadap pinjaman awal, tetapi
perhitungan didasarkan atas besarnya utang awal periode yang
bersangkutan, dengan kata lain bunga berbunga (Giatman, 2006).
3. Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapat jasa imbalan yang langsung dapat digunakan untuk
membayar keperluan umum. Dalam analisis finansial pajak merupakan biaya
dalam proyek yang dibayarkan (Mardiasmo, 2002).
2.7 Aktiva
Aktiva adalah sumber – sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan
yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang. Jenis sumber – sumber ekonomi atau
biasa disebut kekayaan perusahaan bisa bermacam – macam. Ada kekayaan berupa
barang berwujud seperti tanah, gedung, dan mesin. Ada pula yang berupa tagiha
atau piutang dagang, atau ada pula yang berbentuk pembayaran di muka (uang
muka) atas jasa – jasa tertentu yang baru diterima dimasa yang akan datang
misalnya uang asuransi (Warsika, 2005).
Aktiva lancar didefinisikan sebagai aktiva yang secara normal berubah
menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang. Manajemen modal kerja biasanya
menyangkut pengelolaan aktiva – aktiva ini dan pengelolaan kewajiban lancar.
Sedangkan pengelolaan aktiva tetap, yaitu aktiva yang berubah menjadi kas
memerlukan waktu lebih dari 1 tahun (Husnan , 1997). Aktiva tetap sering disebut
juga sebagai aktiva kurang lancar.
20
Yang termasuk ke dalam aktiva lancar adalah kas, piutang dagang, deposito
jangka pendek, persediaan, dll. Kas merupakan salah satu aktiva lancar yang paling
tinggi likuiditasnya. Semakin besar aktiva likuid yang disediakan, semakin besar
jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan yang termasuk
dalam aktiva tetap adalah tanah, gedung, mesin, dan sebagainya.
2.8 Hutang
Hutang adalah kewajiban – kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan
dengan uang atau jasa pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang (Warsika,
2005). Hutang yang yang rentang waktu pelunasannya tidak lebih dari satu tahun
terhitung sejak tanggal neraca digolongkan sebagai hutang lancar. Hutang lancar
biasa disebut dengan hutang jangka pendek. Hutang pada umumnya dibayar dengan
kas (uang atau cek) namun ada juga hutang yang dibayar dengan jasa. Hutang lancar
biasanya dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar (misalnya kas) atau dengan
menciptakan utang lancar lainnya. Contoh hutang lancar yaitu, hutang dagang,
hutang biaya, pendapatan diterima dimuka, hutang pajak, dll. Sedangkan hutang
tidak lancar atau hutang jangka panjang adalah hutang yang rentang waktu
pelunasannya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca. Contoh hutang jangka
panjang yaitu huttang hipotik dan hutang obligasi yang biasanya harus dibayar
seluruhnya dalam beberapa tahun di masa yang akan datang.
2.9 Sistem Akuntansi
Akuntansi merupakan alat yang efektif untuk membantu pimpinan
perusahaan untuk menjalankan tugas sehari–hari. Untuk memimpin suatu
perusahaan dengan baik manager pada masing–masing tingkat membutuhkan
informasi yang dapat dipercaya, berdasarkan mana mereka harus membuat
keputusan–keputusan. Salah satu sumber yang paling penting untuk mendapatkan
informasi tersebut adalah laporan–laporan dan data–data yang disediakan oleh
petugas akuntansi. Akuntansi memberikan informasi tentang data–data yang dapat
dinyatakan dalam satuan uang.
Salah satu fungsi akuntansi adalah menyajikan laporan–laporan keuangan
secara periodik untuk manajemen ,pemilik dan pihak–pihak diluar perusahaan.
21
Adapun laporan keuangan tersebut antara lain jurnal, buku besar, neraca saldo,
laporan rugi laba, laporan perubaan modal, dan neraca akhir. Laporan keuangan
utama yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah neraca dan laporan rugi laba.
Selain itu fungsi dari laporan keuangan adalah :
a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
b. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap–tiap bagian, proses atau
produksi untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan yang bersangkutan.
c. Untuk menentukan perlu atau tidaknya digunakan kebijakan baru untuk
mencapai hasil yang lebih baik.
2.9.1 Jurnal
Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan
secara kronologis (berdasarkan urutan waktu terjadinya) dengan menujukkan
rekening yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masing-masing.
Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan, sebelum dibukukan ke buku besar,
harus dicatat dahulu dalam jurnal.
Jurnal ini terdiri dari empat kolom yang mana pada kolom pertama
terdapat tanggal transaksi yang terjadi, kolom kedua terdapat keterangan tempat
perkiraan yang akan didebet dan diperkiraan yang akan dikredit, kolom ketiga
terdapat post reference atau nomor perkiraan, kolom keempat terdapat tempat
penjumlahan debet serta kolom kelima tempat penjumlahan kredit. Diakhir jurnal
pada kolom debet dan kredit sama–sama dijumlahkan dan hasil dari keduanya harus
sama, ini menunjukkan tidak adanya kesalahan dalam mencatat transaksi yang
terjadi.
22
Tabel 2.2 Contoh Jurnal `Tanggal Perkiraan Ref Jumlah
Debet Kredit
2010
April
1 Kas
Piutang Usaha
Perlengkapan
Mesin cetak
Gedung
Modal, Budi
1
10
50
220
230
600
290,000.00
65,000.00
1,125,000.00
3,000,000.00
9,000,000.00
13,480,000.00
Sumber : Jusup (2011)
2.9.2 Buku Besar
Buku besar merupakan tahapan kedua dari persamaan akuntansi. Buku
besar ini berfungsi untuk mengumpulkan transaksi–transaksi yang bersifat sama.
Dalam pembahasan ini buku besar dibagi menjadi : Kas dengan no rek. 101,
Material dengan no rek. 102, Hutang Bank dengan no rek. 201, Modal dengan no
rek. 301, Pendapatan perusahaan dengan no rek. 401, Upah dengan no rek. 501,
Biaya bunga dengan no rek. 502, Overhead dengan no rek. 503, Pengembalian uang
muka dengan no rek. 504, Pengembalian Retensi dengn no rek. 505.
Pemindahan dari jurnal ke buku besar dilakukan dengan tidak mengubah
bagian yang masuk ke debet dan kredit. Untuk kolom ref berfungsi untuk
menunjukan halaman pada jurnal.
23
Tabel 2.3 Contoh Buku Besar Kas
KAS No. rek : 1
Tgl. Keterangan Ref. Jumlah Tgl. Keterangan Ref. Jumlah
2010 2010
Apr.
1
290,000,000.00 Apr. 2 60,000.00
2 2,000,000.00 6 15,000.00
3 90,000.00 10 100,000.00
4 50,000.00 10 120,000.00
16 900,000.00 17 120,000.00
26 850,000.00 20 350,000.00
30 200,000.00
Sumber : Jusup (2011)
2.9.3 Neraca Saldo
Setelah semua ayat jurnal yang dibuat selama periode diposting ke buku
besar, maka pada akhir periode perlu disusun neraca saldo. Tujuan utama dari
penyusunan nercaca saldo adalah untuk menguji apakah ada kesalahan dalam
posting buku besar dan kesalahan penjumlahan, setelah semua posting dilakukan,
jumlah debet harus sama dengan jumlah kredit. Apabila jumlah debet dan jumlah
kredit tidak sama, bisa dipastikan telah terjadi kesalahan, mungkin dalam
penjurnalan atau bisa juga dalam posting buku besar.
24
Tabel 2.4 Contoh Neraca Saldo
Perusahaan Percetakan “Rapih”
Neraca Saldo
30 April 2010
Debet Kredit
Kas 2,145,000.00
Piutang Usaha
Perlengkapan
Asuransi dibayar di muka
Mesin cetak
Gedung
Utang usaha
Utang wesel
Pendapatan sewa diterima
dimuka
Modal, Budi
Prive, Budi
Pendapatan percetakan
Beban advertensi
Gaji & upah pegawai
Beban macam- macam
515,000.00
1,475,000.00
60,000.00
4,800,000.00
9,000,000.00
-
-
-
-
50,000.00
-
15,000.00
710,000.00
300,000.00
1,700,000.00
2,000,000.00
90,000.00
13,480,000.00
-
2,250,000.00
-
-
-
19,520,000.00 19,520,000.00
Sumber : Jusup (2011)
2.9.4 Laporan Rugi Laba
Laporan rugi laba merupakan bagian pertama dari laporan keuangan.
Laporan rugi laba ini menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu
tertentu, yang terdiri dari pendapatan, biaya, laba atau rugi. Penghasilan adalah
aliran penerimaan kas atau aset lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil
penjualan barang atau pemberian jasa. Penghasilan meliputi pendapatan dan
keuntungan. Biaya adalah beban perolehan aktiva yang dikonsumsi atau jas yang
digunakan dalam proses memperoleh penghasilan. Laba atau rugi merupakan
selisih lebih atau kurang antara penghasilan dan biaya. Fungsi dari laporan rugi laba
ini adalah sebagai tolak ukur keberhasilan perusahaan untuk menilai tingkat
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
25
Tabel 2.5 Contoh Laporan Laba Rugi
Percetakan Rapih
Laporan Laba Rugi
April 2010
Pendapatan :
Pendapatan Percetakan 2,400,000.00
Pendapatan Sewa
Jumlah pendapatan
15,000.00
2,415,000.00
Beban Usaha
:
Beban advertensi 15,000.00
Gaji & Upah 810,000.00
Beban asuransi 20,000.00
Beban pemakaian perlengkapan 325,000.00
Beban depresiasi mesin
Beban depresiasi gedung
Beban bunga
Beban macam- macam
100,000.00
150,000.00
20,000.00
300,000.00
Jumlah beban 1,740,000.00
Laba bersih (persediaan bahan) 675,000.00
Sumber : Jusup (2011)
2.9.5 Laporan Perubahan Modal
Hasil operasi perusahaan yang berupa laba atau rugi akan berpengaruh
terhadap modal pemilik atau disebut juga ekuitas pemilik. Setelah meyusun laporan
laba rugi maka keuntungan atau kerugian yang didapatkan oleh perusahaan akan
dipindahkan kedalam laporan perubahan modal, sehingga akan terlihat apakah
modal perusahaan tersebut bertambah atau bekurang. Laporan perubahan modal
sering disebut sebagai “jembatan” antara laporan laba rugi dengan neraca. Laporan
ini memudahkan perusahaan dalam merencanakan peminjaman uang karena dari
sini dapat dilihat seberapa besar modal yang dimiliki perusahaan tersebut.
26
Tabel 2.6 Contoh Laporan Perubahan Modal
Percetakan Rapih
Laporan Perubahan Modal
April 2010
Modal , 1 April
2010
Ditambah : Investasi awal 13,480,000.00
Laba Bersih 675,000.00
14,155,000.00
Dikurangi : Pengambilan prive 500,000.00
Modal 30 April
2010 13,655,000.00 Sumber : Jusup (2011)
2.9.6 Neraca Akhir
Neraca akhir atau sering disebut dengan laporan posisi keuangan adalah
suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta, kekayaan), hutang, dan modal
yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Judul suatu neraca terdiri
atas nama entitas atau perusahaan, nama laporan (dalam hal ini neraca) dan tangga
neraca. Badan atau isi laporan terdiri atas tiga bagian yaitu, aktiva, hutang, dan
modal. Sisi sebelah kiri merupakan jumlah aktiva sedangkan sisi sebelah kiri terdiri
atas utang dan modal. Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam laporan
ini adalah jumlah aktiva selalu sama dengan jumlah hutang ditambah modal.
Keseimbangan ini biasanya digambarkan sebagai suatu persamaan
akuntansi, yaitu suatu persamaan yang menunjukkan bahwa jumlah semua aktiva
atau sumber – sumber yang tercantum pada sisi sebelah kiri adalah berasal dari
kreditur dan sumber – sumber yang tercantum pada sisi sebelah kanan berasal dari
pemilik. Fungsi dari neraca saldo ini adalah untuk mengetahui apakah jumlah debet
(aktiva) dan jumlah kredit (hutang, modal) sudah sama atau seimbang. Selain itu
untuk mengetahui apakah ada kesalahan dalam posting dan penjumlahan. Dalam
tabel di bawah ini digambarkan neraca Perusahaan Percetakan Rapih (sebuah
perusahaan perseorangan) yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan tersebut
pada tanggal 31 April 2010.
27
Tabel 2.7 Neraca Akhir Neraca Akhir
Mei-10
Aktiva Pasiva
Kas
174.688.780,00 Hutang 0,00
Persediaan bahan
40.451.780,00 Modal
Perusahaan
215.140.560,00
Total 215.140.560,00 Total 215.140.560,00
Sumber : Jusup (2011)
2.10 Cash Flow Statements (Laporan Sumber dan Penggunaan Kas)
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur
aktiva lancar yang paling tinggi likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang
dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya.
Suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas
dalam jumlah yang besar mencerminkan over investments dalam kas, dan berarti
pula bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif
kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang
diperoleh akan lebih besar. Suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan
tanpa memperhatikan likuiditas, mengakibatkan perusahaan kurang mampu
membayar kewajibannya sewaktu – waktu. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
dinyatakan bahwa kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan
perusahaan. Oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi, baik
penerimaannya (sumber – sumbernya) maupun penggunaannya (pengeluarannya).
Perencanaan dan pengawasan kas bisa dilakukan dengan menganalisis Laporan
sumber dan penggunaan kas (Wiagustini, 2010).
Laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan perubahan kas (cash flow
statement) disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan
dengan menunjukkan darimana sumber – sumber kas dan penggunaannya. Laporan
sumber dan penggunaan kas dapat digunakan sebagai dasar dalam menaksir
kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber – sumber yang ada,
28
atau dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau
cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan, bagi kreditur atau bank, cash flow
statement akan dapat menilai atau menganalisis kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.
Menurut Wiagustini (2010), Penyusunan laporan dan sumber penggunaan
kas, diperlukan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Membandingkan dua neraca untuk menyusun perubahan pada masing –
masing elemen neraca.
2. Mengelompokkan perubahan – perubahan neraca tersebut dalam kelompok
perubahan yang memperbesar kas dan kelompok yang memperkecil kas.
Mengelompokkan elemen – elemen dalam laporan laba/rugi atau laporan
laba ditahan ke dalam kelompok yang memperbesar kas dan kelompok yang
memperkecil kas.
3. Mengadakan konsolidasi dari semua informasi tersebut ke dalam laporan
sumber dan penggunaan kas.
Elemen – elemen yang harus selalu diperhatikan berdasarkan penggolongan adalah
sebagai berikut :
1. Elemen – elemen aktiva lancar selain kas
2. Elemen – elemen aktiva tetap
3. Elemen – elemen dari modal baik dari modal sendiri maupun modal asing
4. Keuntungan perusahaan yang berasal dari operasi.
Ilustrasi penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilihat pada
tabel 2.8, tabel 2.9, tabel 2.10 dan tabel 2.11.
29
Tabel 2.8 Contoh Neraca PT Permana pada akhir tahun 2008 dan 2009 (dalam
jutaan rupiah)
Pos pos 2008 2009
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas 32.000,00 30.000,00
Surat - surat berharga 75.000,00 70.000,00
Piutang 250.000,00 200.000,00
Persediaan 650.000,00 400.000,00
Jumlah Aktiva Lancar 1.007.000,00 700.000,00
Aktiva Tetap
Pabrik dan Perlengkapannya 2.000.000,00 2.300.000,00
Akumulasi penyusutan (400.000,00) (500.000,00)
Jumlah Aktiva Tetap 1.600.000,00 1.800.000,00
TOTAL AKTIVA 2.607.000,00 2.500.000,00
PASIVA
Hutang dagang 87.000,00 40.000,00
Hutang wesel 210.000,00 150.000,00
Hutang bank 400.000,00 425.000,00
Hutang lainnya 25.000,00 25.000,00
Hutang pajak 125.000,00 120.000,00
Jumlah Hutang Lancar 847.000,00 760.000,00
Hutang Jangka Panjang 600.000,00 540.000,00
Saham Biasa 700.000,00 700.000,00
Laba yang ditahan 460.000,00 500.000,00
TOTAL PASIVA 2.607.000,00 2.500.000,00 (Sumber : Wiagustini, 2010)
Tabel 2.9 Contoh Laporan Rugi Laba PT Permana pada akhir tahun 2008 dan
2009 (dalam jutaan rupiah)
(Sumber : Wiagustini, 2010)
2008 2009
Penjualan 3.500.000,00 3.600.000,00
Harga pokok penjualan 2.600.000,00 2.700.000,00
Laba kotor 900.000,00 900.000,00
Biaya operasi 180.000,00 200.000,00
Laba sebelum bunga dan pajak 720.000,00 700.000,00
Bunga 160.000,00 150.000,00
Laba sebelum pajak 560.000,00 550.000,00
Pajak (40%) 224.000,00 220.000,00
Laba bersih setelah pajak 336.000,00 330.000,00
Pos pos
30
Tabel 2.10 Contoh Laporan Perubahan Neraca PT Permana pada akhir tahun 2008
dan 2009 (dalam jutaan rupiah)
(Sumber : Wiagustini, 2010)
Tabel 2.11 Contoh laporan sumber dan penggunaan kas PT Permana pada akhir
tahun 2008 dan 2009 (dalam jutaan rupiah)
(Sumber : Wiagustini, 2010)
2008 2009 Sumber Penggunaan
Kas 32.000,00 30.000,00 2.000,00
Surat - surat berharga 75.000,00 70.000,00 5.000,00
Piutang 250.000,00 200.000,00 50.000,00
Persediaan 650.000,00 400.000,00 250.000,00
Ativa tetap 2.000.000,00 2.300.000,00 300.000,00
Akumulasi penyusutan (400.000,00) (500.000,00) 100.000,00
TOTAL AKTIVA 2.607.000,00 2.500.000,00
Hutang dagang 87.000,00 40.000,00 47.000,00
Hutang wesel 210.000,00 150.000,00 60.000,00
Hutang bank 400.000,00 425.000,00 25.000,00
Hutang lainnya 25.000,00 25.000,00
Hutang pajak 125.000,00 120.000,00 5.000,00
Hutang Jangka Panjang 600.000,00 540.000,00 60.000,00
Saham Biasa 700.000,00 700.000,00
Laba yang ditahan 460.000,00 500.000,00 40.000,00
TOTAL PASIVA 2.607.000,00 2.500.000,00
Jumlah 472.000,00 472.000,00
Pos - Pos
Dana yang diperoleh dari operasi
Laba bersih 330.000,00 Deviden 290.000,00
Penyusutan 110.000,00 Tambahan aktiva tetap 300.000,00
Berkurangnya surat berharga 5.000,00 Berkurangnya hutang dagang 47.000,00
Berkurangnya piutang 50.000,00 Berkurangnya hutang wesel 60.000,00
Berkurangnya persediaan 50.000,00 Berkurangnya hutang pajak 5.000,00
Kenaikan hutang bank 25.000,00 Berkurangnya hutang jangka panjang 60.000,00
Penurunan Kas 2.000,00
Jumlah 762.000,00 Jumlah 762.000,00
Sumber Penggunaan
31
2.10.1 Sumber Kas
Perubahan dari masing – masing elemen tersebut yang mempunyai efek
memperbesar kas disebut sebagai sumber kas. Dengan demikian adanya sumber kas
ditandai dengan :
1. Berkurangnya aktiva lancar selain kas
Berkurangnya aktiva lancar selain kas adalah merupakan sumbet dana
yang menambah kas. Misalnya berkurangnya piutang karena adanya
pelunasan, akan masuk ke dalam kas. Begitu juga dengan berkurangnya
surat – surat berharga dari hasil penjualan tersebut akan menambah kas.
Berkurangnya persediaan bearti terjualnya persediaan dan hasil penjualan
mengakibatkan bertambahnya kas
b. Berkurangnya aktiva tetap
Berkurangnya aktiva tetap dapat terjadi karena adnaya transaksi penjualan
aktiva tetap dan hasil dari penjualannya akan menambah kas. Di samping
itu, berkurangnya aktiva tetap karena depresiasi, merupakan sumber dana
yang dapat menambah kas.
c. Bertambahnya hutang – hutang
Bertambahnya hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang
merupakan sumber dana yang menambah kas.
d. Bertambahnya modal
Penambahan modal ke dalam perusahaan oleh pemiliknya, misalnya
melalui penjualan saham baru akan menambah kas dan merupakan sumber
dana atau sumber kas.
e. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan
Adanya laba yang ditahan, akan menjadi sumber dana yang menambah
kas. Laba ditahan merupakan bagian laba yang tidak dibagi kepada
pemiliknya (deviden), yang dipegang perusahaan dalam bentuk tunai.
Laba ditahan menjadi alternatif sumber dana yang berasal dari internal
perusahaan.
32
2.10.2 Penggunaan Kas
Sebaliknya, perubahan yang efeknya memperkecil kas merupakan
penggunaan kas yang ditandai dengan adanya perubahan – perubahan dalam kas
sebagai berikut :
1. Bertambahnya aktiva lancar selain kas
Bertambahnya aktiva lancar ini dapat disebabkan karena adanya pembelian,
yang merupakan aliran kas keluar perusahaan. Adanya pembelian jelas
membutuhkan dana sehingga mengurangi kas yang dimiliki perusahaan.
2. Bertambahnya aktiva tetap
Bertambahknya aktiva tetap dapat terjadi karena adanya pembelian, ini
berarti telah terjadi penggunaan dana untuk pembelian tersebut.
3. Berkurangnya hutang
Berkurangnya berarti telah terjadi pembayaran sehingga kas berkurang.
4. Berkurangnya modal
Hal ini dapat terjadi karena perusahaan mengambil kembali saham – saham
yang tertanam dan ini berarti berkurangnya dana yang artinya terjadi
penggunaan dana.
5. Pembayaran deviden tunai
Deviden tunai dibayarkan dari laba netto setelah pajak yang termasuk
penggunaan dana.
6. Adanya kerugian
Terjadinya kerugian berarti perusahaan tersebut harus menutup kerugian
dengan mengurangi dana atau kas yang ada.