tinjauan pustaka - sinta.unud.ac.id 2.pdf · semua dana dipergunakan untuk menghasilkan laba pada...

29
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Menurut Iman Soeharto (1995), proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Tugas tersebut berupa membangun pabrik, membuat produk baru atau melakukan penelitian dan pembangunan. Dalam proses mencapai hasil akhir kegiatan proyek tersebut telah ditentukan batasan batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut dikenal dengan istilah tiga kendala (triple constrain). Jadi proyek harus dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran serta mutu yang telah ditentukan. Agar suatu proyek dapat berhasil perlu diperhatikan faktor-faktor spesifik yang penting yang disebut sebagai ciri-ciri umum manajemen proyek, sebagai berikut: 1. Tujuan, sasaran, harapan-harapan, dan strategi proyek hendaknya dinyatakan secara jelas dan terperinci sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan satuan organisasi yang telibat. 2. Diperlukan rencana kerja, jadwal, dan anggaran belanja yang realistis. 3. Diperlukan peran dan tanggung jawab di antara semua satuan organisasi dan individu yang terlibat didalamnya. 4. Diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pada berbagai strata organisasi. 5. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi manajemen, yang digunakan sebagai pelajaran dan dipakai sebagai pedoman di dalam peningkatan produktivitas proyek. 6. Sesuai dengan sifat dinamisnya suatu proyek, apabila diperlukan Tim Proyek atau satuan organisasi proyek dapat dimungkinkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang harus bergerak di luar kerangka organisasi

Upload: hacong

Post on 10-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proyek

Menurut Iman Soeharto (1995), proyek dapat diartikan sebagai satu

kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya

telah digariskan dengan jelas. Tugas tersebut berupa membangun pabrik, membuat

produk baru atau melakukan penelitian dan pembangunan. Dalam proses mencapai

hasil akhir kegiatan proyek tersebut telah ditentukan batasan – batasan yaitu besar

biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga

batasan tersebut dikenal dengan istilah tiga kendala (triple constrain). Jadi proyek

harus dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan dengan biaya yang

tidak melebihi anggaran serta mutu yang telah ditentukan. Agar suatu proyek dapat

berhasil perlu diperhatikan faktor-faktor spesifik yang penting yang disebut sebagai

ciri-ciri umum manajemen proyek, sebagai berikut:

1. Tujuan, sasaran, harapan-harapan, dan strategi proyek hendaknya

dinyatakan secara jelas dan terperinci sedemikian rupa sehingga dapat

dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan satuan

organisasi yang telibat.

2. Diperlukan rencana kerja, jadwal, dan anggaran belanja yang realistis.

3. Diperlukan peran dan tanggung jawab di antara semua satuan organisasi dan

individu yang terlibat didalamnya.

4. Diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengendalikan,

mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

pada berbagai strata organisasi.

5. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan

umpan balik bagi manajemen, yang digunakan sebagai pelajaran dan

dipakai sebagai pedoman di dalam peningkatan produktivitas proyek.

6. Sesuai dengan sifat dinamisnya suatu proyek, apabila diperlukan Tim

Proyek atau satuan organisasi proyek dapat dimungkinkan untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang harus bergerak di luar kerangka organisasi

5

tradisional atau rutin, akan tetapi dengan tetap berorientasi pada tercapainya

produktifitas.

7. Diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tatacara dan dasar-dasar

peraturan birokrasi, dan pengetahuan tentang cara-cara mengatasi kendala

birokrasi.

2.2 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rencana anggaran biaya adalah besarnya biaya yang diperkirakan dalam

pekerjaan proyek yang disusun berdasarkan volume dari setiap item pekerjaan pada

gambar atau bestek. Pada dasarnya rancangan anggaran biaya merupakan bagian

terpenting dalam menyelenggarakan pembuatan bangunan. RAB diajukan oleh

kontraktor untuk mengajukan penawaran. Biaya ini disamping tergantung pada

volume, juga sangat tergantung pada upah tenaga kerja, dan karyawan, harga

material yang dibutuhkan dan jasa kontraktor serta pajak.

Maksud dan tujuan penyusunan RAB bangunan adalah untuk menghitung

biaya - biaya yang diperlukan dari suatu bangunan dan dengan biaya ini bangunan

tersebut dapat terwujud sesuai dengan yang direncanakan. Ada tiga faktor penting

yang berpengaruh dalam penyusunan RAB, yaitu :

1. Ketentuan – ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam

pelaksanaan pembuatan bangunan serta gambar–gambar konstruksi

bangunan.

2. Harga bahan–bahan dan upah tenaga kerja.

3. Koefisien–koefisien yang telah ada.

Dalam RAB itu disusun banyaknya tiap bagian dari pekerjaan itu

sebagaimana disebutkan dalam bestek, secara berurutan dari setiap item bagian

pekerjaan. Misal, jumlah satuan sudah dapat, kemudian jumlah ini dikalikan dengan

harga satuan dari setiap macam pekerjaan itu. Selanjutnya jumlah semua bagian–

bagian itu adalah rencana anggaran biaya bangunan itu (Ervianto, 2007).

2.3 Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)

Rencana Anggaran Pelaksanaa (RAP) adalah salah satu dokumen sebagai

kelengkapan yang dibutuhkan dalam suatu operasional pelaksanaan proyek, sebagai

6

acuan/pedoman operasional pelaksanaan proyek. Khususnya dalam pengelolahan

yang berhubungan dengan hasil usaha proyek yaitu sebagai pedoman dalam

mencapai pendapatan proyek dan mengendalikan biaya proyek, sehingga target

minimal yang direncanakan dapat tercapai dan diperlukan sebagai acuan untuk

menyusun rencana cash flow proyek.

RAP disusun untuk memenuhi kebutuhan internal kontraktor berdasarkan

volume real dan harga pasar yang mekanisme penyusunannya sama seperti

penyusunan RAB. RAP proyek yang dibuat meliputi seluruh biaya yang dipelukan

untuk merealisasikan konstruksi yang direncanakan, disusun dengan

memperhitungakan beberapa hal, yaitu :

a. Pengalaman atau referensi dari realisasi pengelolaan proyek–proyek yang

lalu.

b. Hasil observasi ulang atas data sumber daya yang diperlukan (bahan, alat,

dan tenaga kerja), biaya trnsportasi dan lokasi/ median kerja proyek.

c. Kebijaksanaan perusahaan.

d. Kesepakatan atau komitmen manajer proyek dengan direksi perusahaan

Sebagai contoh dibawah ini Rencana Anggaran Pelaksanaan sederhana :

Tabel 2.1 Rencana Anggaran Pelaksanaan Sederhana

No. Jenis

Pek

Volume

(a)

Harga

Sat

Bahan

(b)

Harga

Sat

Upah

(c)

Jumlah

Bahan

(d)

Jumlah

Upah

(e)

Total

Harga

(f)

1

2 (a x b) (a x c) (d + e)

3

4

5

Jumlah total Rp …………

7

2.4 Time Schedule dan Kurva “S”

Alat kendali waktu yang digunakan pelaksanaan proyek yaitu Bar Chart

method dan kurva S. Bar Chart merupakan suatu bentuk bagan rencana kerja yang

dibuat oleh seseorang yang bernama Henry Grant. Oleh karena itu disebut sebagai

Grant Chart. Bar Chart merupakan bagan yang memuat suatu daftar kegiatan–

kegiatan yang akan dilaksanakan, yang disusun secara berbaris ke bawah dimana

masing–masing kegiatan memilki waktu pelaksanaan yang diperlukan (durasi)

yang ditunjukkan dalam bentuk garis berskala waktu (umumnya garis dipertebal

sehingga menyerupai balok). Panjang setiap garis/ balok menunjukan lamanya

waktu yang diperlukan untuk masing – masing kegiatan serta saat untuk memulai

dan mengakhiri kegiatan tersebut. Sedangkan satuan waktu dapat berupa hari,

minggu, bulan atau interval waktu tertentu.

Dalam hal perhitungan melalui bobot masing–masing jenis kegiatan maka

Bar Chart dapat dilengkapi dengan suatu kurva yang dikenal sebagai kurva “S”,

yang merupakan fungsi waktu dan presentasi bobot pekerjaan.

Untuk memperhitungkan presentase bobot masing – masing jenis kegiatan

haruslah diketahui baik biaya masing – masing kegiatan maupun jumlah biaya

keseluruhan pekerjaan. Perhitungan presentase bobot masing– masing jenis

kegiatan adalah sebagai berikut (Soeharto, 1997) :

Bobot kegiatan = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 100% (2.1)

2.5 Modal Kerja

Modal kerja merupakan unsur yang sangat menetukan kelancaran suatu

usaha atau perusahaaan, karena dengan adanya modal kerja yang cukup maka

perusahaan akan mampu membiayai segala pengeluaran dalam menjalankan

operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja menghubungkan antara pengeluaran

untuk memperoleh barang atau jasa dengan saat penerimaan hasil penjualan.

Modal kerja digunakan untuk membiayai semua kegiatan perusahaan,

misalnya untuk membayar gaji pegawai, pembelian tanah lokasi proyek, pembelian

material dan biaya operasi lainnya. Menurut Munawir S (1979) ada tiga konsep

yang menguraikan tentang pengertian modal kerja yaitu:

8

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kuantum perusahaan yang diperlukan untuk

mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat

rutin, atau menunjukan jumlah dana yang tersedia untuk operasi jangka

pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah aktiva

lancar (Gross Working Capital).

2. Konsep Kualitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kwalitas modal kerja, dalam konsep ini

pengertian modal kerja adalah kelebihan modal kerja terhadap hutang jangka

pendek (Net Working Capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari

pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan. Definisi ini

bersifat kualitatif karena menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih

besar dari pada hutang lancarnya ( hutang jangka pendek) dan menunjukan

pula margin of protectionnya atau tingkat keamanan bagi para kreditor jangka

pendek, serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan

kemampuan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek

dengan jaminan aktiva lancarnya.

3. Konsep Fungsional

Konsep ini menitik beratkan fungsi dari sana yang dimiliki dalam rangka

menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya

dana - dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan

untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak

semua dana dipergunakan untuk menghasilkan laba pada periode ini (current

income) ada sebagian dana yang dipergunakan untuk memperoleh atau

menghasilkan laba dimasa yang akan datang.

Berdasarkan dari pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa pada dasarnya modal kerja adalah seluruh harta lancar yang

terdiri dari kas, piutang, dan persediaan yang dapat digerakkan dalam satu periode

tertentu untuk menunjang operasi perusahaan selama perusahaan masih

memerlukannya.

9

2.5.1. Pentingnya Modal Kerja

Modal kerja erat kaitannya dengan operasi perusahaan sehari-hari.

Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung

pada type atau sifat aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, efek, piutang, dan

persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam artian harus mampu

membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Manfaat

dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah:

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari

aktiva lancar.

2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-

kewajiban finansial atau hutang tepat pada waktunya.

3. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya

atau kesulitan keuangan persahaan yang terjadi.

4. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberi syarat kredit yang lebih

menguntungkan bagi pelanggan.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien,

karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa.

Modal kerja yang diperlukan dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu:

1. Besar kecilnya kegiatan usaha perusahaan, dimana semakin besar kegiatan

perusahaan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.

2. Kebijaksanaan yang ditetapkan oleh perusahaan, misalnya pembelian bahan

tunai kredit, penjualan barang atau jasa tunai atau kredit.

3. Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan perusahaan.

4. Tingkat suku bunga yang berlaku.

5. Persediaan barang-barang di pasar.

2.5.2. Sumber Modal Kerja

Pada dasarnya modal kerja bersifat fleksibel, berarti bahwa modal kerja

dapat dengan mudah diperbesar atau diperkecil, sesuai dengan kebutuhan

perusahaan. Tetapi besar kecilnya modal kerja juga tergantung dari sumber modal

10

kerja itu sendiri. Menurut Farid Djahidin (1985) modal kerja perusahaan dapat

bersumber dari:

1. Hasil kegiatan/Usaha Pokok.

Yang dimaksudkan disini adalah laba bersih yang diperoleh dari usaha atau

operasi perusahaan sehari-hari ditambah dengan penyusutan atau amortisasi,

sepanjang laba bersih dan penyusutan ini tidak diambil oleh pemilik.

Penyusutan atau amortisasi ini dimaksudkan sebagai sumber modal kerja

karena penyusutan dibebankan pada perhitungan rugi laba bersih, tapi tidak

ada pengeluaran kas (penggunaan modal kerja)

2. Penjualan Aktiva Lancar.

Salah satu komponen aktiva lancar yang dapat dijual atau dijadikan uang kas

adalah surat-surat berharga (investasi jangka pendek) dengan penjualan surat

berharga ini berarti akan terjadi pergeseran/perubahan modal kerja dari surat

menjadi uang kas. Penjualan surst berharga ini mempunyai tiga

kemungkinan yang akan menyebabkan perubahan dari modal kerja yaitu:

- Kalau penjualan itu mendatangkan keuntungan berarti akan menambah

modal kerja.

- Kalau penjualan itu mendatangkan kerugian berarti akan mengurangi

modal kerja.

- Kalau penjualan itu tidak untung atau tidak rugi berarti modal kerja tidak

mengalami perubahan.

3. Penjualan Aktiva Tak Lancar.

Walaupun aktiva dan investasi jangka panjang bukan merupakan kompenen

modal kerja, tetapi kalau terhadap aktiva-aktiva tetap dan investasi jangka

panjang yang tak terpakai lagi dijual berarti akan menambah modal kerja.

4. Emisi Saham dan Penerbitan Obligasi.

5. Uang Muka yang Diterima dari Pelanggan.

Pemesanan barang atau pembelian barang dari supplier secara kredit juga

merupakan modal kerja jangka pendek.

6. Apabila suatu waktu perusahaan memerlukan penambahan modal kerja,

perusahaan dapat mengeluarkan/menjual saham baru atau obligasi (hutang)

jangka panjang. Sedangkan berkurangnya modal kerja disebabkan oleh

11

penggunaan modal kerja itu untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari

misalnya:

a. Pembayaran biaya-biaya dalam menjalankan operasi perusahaan baik

biaya penjualan ataupun biaya umum dan administrasi.

b. Pembayaran utang jangka panjang.

c. Kerugian-kerugian yang diderita perusahaan dalam kegiatan rutin atau

insidentil.

d. Pembelian aktiva tetap baik karena pelunasan usaha atau pelunasan aktiva

tetap.

e. Adanya pembentukan dana yang menyebabkan perubahan posisi aktiva

lancar menjadi aktiva tak lancar.

f. Pembelian kembali saham-saham yang telah dikeluarkan

2.5.3. Besar Kecilnya Modal Kerja

Untuk melaksanakan suatu proyek sampai dengan selesai, pasti

memerlukan modal kerja. Besanya modal kerja yang diperlukan dalam suatu proyek

dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :

1. Persyaratan pembayaran yang diatur dalam kontrak ( surat perjanjian)

Semakin banyak frekuensi pembayaran maka modal kerja yang diperlukan

semakin kecil, begitu juga sebaliknya jika frekuensi pembayaran sedikit

maka akan memerlukan modal kerja yang besar. Misalnya, sistem

pembayaran dalam Turn Key ( dibayar hanya sekali pada saat proyek sudah

serah terima ) memerlukan modal kerja sebesar 100% dari total biaya.

2. Kebijakan Operasional

Kebijakan operasional yang tidak berorientasi pada penyediaan modal kerja,

cenderung memerlukan modal kerja yang lebih besar. Kebijakan operasional

disini menyangkut dua aspek, yaitu aspek penerimaan dan aspek

pembiayaan. Kebijakan pelaksanaan yang tidak memikirkan aspek

penerimaan dan pembiayaan yang terjadwal dengan baik (efisien) akan

memerlukan modal kerja yang besar.

Dengan demikian pengendalian modal kerja yang terjadi pada dua tahap,

yaitu butir (1) diatas pada penyusunan kontrak dan butir (2) pada tahap

12

pelaksanaan. Kontrak (surat perjanjian) yang telah ditandatangani, pada telah

tertutup kemungkinan untuk melakukan pengendalian modal kerja, kecuali

terbuka peluang baru untuk melakukan negosiasi dalam memperbaiki cara

pembayaran. Pada tahap pelaksanaan proyek, masih terbuka kesempatan

untuk melakukan pengendalian modal kerja proyek. Oleh karena itu para

pelaksana proyek (terutama kepala proyek) harus memperhatikan hal ini

untuk membantu tercapainya sasaran proyek, khususnya dalam melakukan

pengendalian biaya dan waktu. Dari hal–hal yang mempengaruhi besar

kecilnya modal kerja seperti diuraikan diatas, berarti upaya – upaya

pengendalian modal kerja berkaitan dengan dua hal pokok, yaitu penerimaan

dan pembiayaan.

2.6 Aliran Kas (Cash Flow)

Salah satu elemen penting dalam proyek adalah aliran kas proyek (cash

flow). Cash flow digambarkan sebagai aliran masuk (inflow) dan aliran keluar (out

flow) dari uang. Selanjutnya data tentang uang masuk dan uang keluar yang

dihitung untuk setiap periode waktu tertentu disebut dengan cash flow (aliran kas).

Aliran kas terbentuk dari perkiraan biaya pertama, modal kerja, biaya operasi, biaya

produksi dan revenue (Soeharto,1999). Aliran kas terdiri dari :

1. Aliran Kas Permulaan (Initial Cash Flow)

Adalah pengeluaran untuk merealisasikan gagasan sampai menjadi kenyataan

fisik, termasuk didalamnya adalah biaya pembebasan lahan, penyiapan lahan,

pembuatan bangunan sipil dan perlengkapannya, pembayaran mesin-mesin,

dan termasuk penyediaan modal kerja.

2. Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow)

Pada aliran kas operasional, aliran kas yang masuk diperhitungkan dari

penjualan produk, sedangkan aliran kas keluar terdiri dari biaya produksi,

pemeliharaan, dan pajak. Untuk mengurangi pendapatan kena pajak (tax

deductible), depresiasi dikurangkan dari angka pendapatan sebelum pajak,

kemudian ditambahkan kembali untuk menghitung jumlah total aliran kas

periode operasi.

13

3. Aliran Kas Akhir (Terminal Cash Flow)

Aliran kas akhir menunjukkan aliran kas padaakhir umur ekonomi proyek.

Aliran kas ini berasal dari pengembalian modal kerja dan penjualan aktiva tetap

yang sudah habis umur ekonomisnya. Bila terjadi penjualan barang sisa, harus

pula diperhitungkan pajak penjualannya. Aliran kas ini akan digabung dengan

aliran kas operasional sebagai aliran kas masuk dalam rangka penentuan

kelayakan investasi.

2.6.1 Jadwal Penerimaan

Unsur utama dari cash flow adalah penerimaan, karena dari penerimaan

atau rencana penerimaan yang ada, maka terjadilah kegiatan pengeluaran. Untuk

proyek konstruksi, realisasi penerimaan sangat ditentukan oleh sistem pembayaran

yang telah ditetapkan pada surat perjanjian atau kontrak konstruksi. Cara

pembayaran proyek konstruksi ada bermacam-macam, yaitu antara lain:

a. Pembayaran dengan uang muka atau tanpa uang muka

b. Pembayaran bulanan (monthly payment)

c. Pembayaran termin (progress payment)

d. Pembayaran sekali diakhir (turn key payment)

Jadwal penerimaan harus dapat disusun secara tepat dan akurat, artinya

jumlah penerimaannya benar dan waktu cairnya tepat. Rencana jumlah penerimaan

umumnya berkaitan dengan besarnya prestasi pekerjaan, oleh karena itu prestasi

pekerjaan pada waktu tertentu, misalnya tiap akhir bulan, harus diperkirakan secara

cermat.

Grafik penerimaan berbentuk sebagai garis bertangga, yang bergerak dari

nol (belum ada penerimaan) sampai dengan total penerimaan. Grafik tangga disini

bentuknya sangat dipengaruhi oleh syarat pembayaran dari kontrak dan proses

pelaksanaan (progress pekerjaan dan proses pencairan tagihan). Grafik penerimaan

dapat digambarkan seperti gambar 2.1 (Asiyanto, 2005) :

14

Gambar 2.1 Contoh Grafik Jadwal Penerimaan Proyek. Sumber : Asiyanto (2005)

2.6.2 Jadwal Pengeluaran

Pedoman dasar dari pengeluaran adalah rencana kegiatan kerja. Sebagai

contoh, bila kegiatan membesar maka pengeluaran juga membesar, namun

hubungan tidak linear tergantung kebijakan pembiayaannya (cash atau credit). Bisa

saja kegiatan membesar, tetapi pengeluarannya bertambah tidak terlalu besar

(banyak credit) atau sebaliknya kegiatan bertambah tidak terlalu besar, tetapi

pengeluarannya bertambah cukup besar (banyak cash).

Untuk perhitungan cash flow proyek, biasanya pengeluaran biaya tidak

langsung seperti pajak-pajak, investasi dan deviden tidak termasuk, tetapi hanya

pengeluaran untuk biaya langsung saja. Pengeluaran untuk pembiayaan proyek

polanya atau sistemnya tergantung dengan kebijakan operasional proyek yang

diterapkan, yaitu pembayaran secara tunai (cash) dan pembayaran dengan jangka

waktu tertentu (credit).

Untuk pembayaran tunai yang umumnya didukung dengan pinjaman dari

bank, kelebihannya adalah harga beli relatif murah, tetapi kelemahannya harus

membayar bunga pinjaman. Sebaliknya untuk pembayaran kredit, kelebihannya

tidak memerlukan pinjaman yang konsekuensinya bunga tetapi kelemahannya

harga beli barang/ jasa relatif tinggi. Porsi kedua cara pembayaran masing-masing

diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak tambahan biaya yang

terkecil.

15

Grafik biaya terjadi sebagai akibat kebijakan pelaksanaan proyek yang

dilakukan di lapangan. Grafik ini berbentuk “C” sehingga dapat disebut kurva “C”.

Grafik ini diperoleh dengan cara menghubungkan titik-titik biaya yang terjadi pada

tiap bulan secara komulatif. Oleh karena itu bentuknya tergantung biaya yang

terjadi pada tiap bulan pelaksanaan contohnya pengadaan tenaga kerja pada tahap

awal atau sebelum proyek dimulai, pengadaan peralatan kerja dan pengadaan

material proyek.

Grafik ini ada hubungannya dengan grafik prestasi, karena atas

pembiayaan yang terjadi akan menghasilkan prestasi pekerjaan. Tetapi hubungan

kedua grafik ini tidak dapat disimpulkan secara jelas (Asiyanto, 2005). Hal tersebut

disebabkan karena adanya beberapa kemungkinan, yaitu:

1. Pembiayaan yang seluruhnya menyebabkan prestasi pekerjaan.

2. Pembiayaan yang tidak menyebabkan prestasi pekerjaan

3. Pembiayaan yang sebagian menyebabkan prestasi pekerjaan

Tanpa melihat tiga macam kejadian pembiayaan tersebut di atas, grafik

biaya dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Contoh Grafik Jadwal Pengeluaran Proyek Sumber : Asiyanto (2005)

16

2.6.3 Cash In (Uang Masuk)

Merupakan aliran dana pada aktiva berdasarkan laporan keuangan.

Sumber – sumber dana umumnya berasal dari penjualan produk atau manfaat

terukur, pengurangan biaya operasi, nilai sisa dari aktiva, penerimaan dari pinjaman

uang pokok dan sebagainya.

2.6.4 Cash Out (Uang Keluar)

Merupakan komulatif dari biaya – biaya yang dikeluarkan. Adapun obyek

dari analisa biaya yang dikeluarkan antara lain :

1. Biaya Proyek

Menurut Soeharto (1995), biaya adalah segala usaha dan pengeluaran yang

dilakukan dalam mengembangkan, memproduksi dan aplikasi produk.

Penghasilan produk selalu memikirkan akibat dari adanya biaya terhadap

kualitas, reabilitas dan maintainability karena ini akan berpengaruh terhadap

biaya bagi pemakai. Biaya ini terdiri dari :

A. Biaya Langsung (Direct Cost)

Adalah biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi/bangunan.

Biaya proyek terdiri dari :

a. Bahan/Material

Yang mempengaruhi biaya langsung mengenai bahan/material ada

beberapa hal yaitu bahan sisa/yang terbuang dan harga terbaik yang

masih memenuhi syarat bestek.

b. Upah Buruh / Man Power

Untuk upah buruh dibedakan menjadi upah harian, borongan per unit

volume, atau borong keseluruhan untuk daerah – daerah tertentu. Selain

upah perlu diperhatikan faktor – faktor kemampuan dan kapasitas

kerjanya. Perlu diketahui apakah buruh atau mandor dapat diperoleh dari

daerah di sekitar lokasi proyek atau tidak. Kalau tidak, berarti harus

didatangkan buruh dari daerah lain. Ini menyangkut ongkos transportasi,

penginapan, gaji ekstra dan lain sebagainya. Undang-undang perburuhan

yang berlaku juga perlu diperhatikan.

c. Biaya Peralatan/Equipments

17

Untuk peralatan yang disewa perlu diperhatikan ongkos keluar masuk

garasi, ongkos buruh untuk menjalankan alat, bahan baku dan biaya

reparasi kecil. Untuk alat yang disewa perlu diperhatikan bunga

investasi, depresiasi, reparasi besar, pemeliharaan dan ongkos mobilisasi.

B. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)

Adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi,

tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Sutjipto R,

dkk, 1985). Yang termasuk dalam biaya tak langsung adalah:

a. Overhead

Biaya overhead dapat digolongkan menjadi 2 jenis biaya, yaitu biaya

overhead proyek di lapangan dan biaya overhead proyek di kantor. Biaya

overhead proyek di lapangan terdiri dari biaya personil lapangan, fasilitas

sementara di proyek (gudang, kantor, penerangan, pagar, komunikasi,

transportasi), peralatan kecil – kecil yang umumnya habis terbuang

setelah proyek selesai, kontrol kwalitas (tes kubus beton, baja, sondir

dsb), rapat – rapat lapangan, dan lain lain. Sedangkan biaya overhead

kantor adalah biaya untuk menjalankan suatu usaha. Termasuk di

dalamnya adalah biaya sewa kantor, dan fasilitasnya, honor pegawai

kantor, ijin-ijin usaha, prakualifikasi, referensi bank, anggota asosiasi-

asosiasi, dan sebagainya.

b. Biaya tak terduga/Contigencies

Biaya Tak Terduga (Contigencies) adalah salah satu dari biaya tak

langsung.Contigencies adalah biaya untuk kejadian-kejadian yang

mungkin biasa terjadi, ataupun tidak. Misalnya naiknya muka tanah,

banjir, longsornya tanah dan sebagainya. Pada umumnya biaya ini

diperkirakan antara ½ sampai 5% dari biaya total. Yang termasuk dalam

Contigencies adalah :

- Kesalahan, kealpaan pemborong dalam memasukkan beberapa

pos pekerjaan, gambar yang kurang lengkap

- Ketidakpastian yang subyektif, timbul karena interprestasi

subyektif terhadap bestek, dan fluktuasi harga material dan upah

buruh yang tidak tepat diperkirakan

18

- Ketidakpastian yang obyektif, yaitu ketidakpastian tentang perlu

tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana

ketidakpastian itu ditentukan oleh obyek diluar kemampuan

manusia, misalnya: perlu tidaknya memasang Sheet pile untuk

pembuatan pondasi.

- Variasi efisiensi (Chance Variation), adalah variasi efisiensi dari

sumber-sumber daya, yaitu efisiensi dari buruh, peralatan, dan

material.

c. Keuntungan/Profit

Untuk inilah seseorang mau mengambil resiko menjadi

rekanan/kontraktor. Keuntungan tidak sama dengan gaji. Keuntungan

adalah hasil jerih payah dari keahlian, ditambah hasil dari faktor resiko.

2. Bunga Bank

Bunga (interest) adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan akibat

pemakaian uang yang dipinjam sebelumnya. Penarikan bunga pada dasarnya

merupakan kompensasi dari penurunan nilai uang selama waktu peminjam

sehingga besarnya bunga relatif sama besarnya dengan penurunan nilai uang

tersebut. Besarnya bunga adalah selisih antara jumlah uang dengan utang

semula (Giatman, 2005).

1. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga (rate of interest) merupakan rasio antara bunga yang

dibebankan per periode waktu dengan jumlah uang yang dipinjam awal

periode dikalikan 100% atau:

𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 = 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 × 100% (2.2)

2. Bunga Sederhana

Sistem bunga sederhana (simple interest), yaitu sistem perhitungan bunga

yang didasarkan atas besarnya pinjaman semula, dan bunga periode

sebelumnya yang belum dibayar tidak termasuk faktor pengali bunga.

Secara formula sistem bunga sederhana dapat dihitung sebagai berikut:

19

𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 = 𝑖𝑥𝑃𝑥𝑛 (2 .3 )

Dimana: i = suku bunga

P = pinjaman semula

n = jumlah periode pinjaman

3. Bunga Majemuk

Sistem bunga majemuk (compound interest), yaitu sistem perhitungan

bunga di mana bunga tidak hanya dihitung terhadap pinjaman awal, tetapi

perhitungan didasarkan atas besarnya utang awal periode yang

bersangkutan, dengan kata lain bunga berbunga (Giatman, 2006).

3. Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

dengan tidak mendapat jasa imbalan yang langsung dapat digunakan untuk

membayar keperluan umum. Dalam analisis finansial pajak merupakan biaya

dalam proyek yang dibayarkan (Mardiasmo, 2002).

2.7 Aktiva

Aktiva adalah sumber – sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan

yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang. Jenis sumber – sumber ekonomi atau

biasa disebut kekayaan perusahaan bisa bermacam – macam. Ada kekayaan berupa

barang berwujud seperti tanah, gedung, dan mesin. Ada pula yang berupa tagiha

atau piutang dagang, atau ada pula yang berbentuk pembayaran di muka (uang

muka) atas jasa – jasa tertentu yang baru diterima dimasa yang akan datang

misalnya uang asuransi (Warsika, 2005).

Aktiva lancar didefinisikan sebagai aktiva yang secara normal berubah

menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang. Manajemen modal kerja biasanya

menyangkut pengelolaan aktiva – aktiva ini dan pengelolaan kewajiban lancar.

Sedangkan pengelolaan aktiva tetap, yaitu aktiva yang berubah menjadi kas

memerlukan waktu lebih dari 1 tahun (Husnan , 1997). Aktiva tetap sering disebut

juga sebagai aktiva kurang lancar.

20

Yang termasuk ke dalam aktiva lancar adalah kas, piutang dagang, deposito

jangka pendek, persediaan, dll. Kas merupakan salah satu aktiva lancar yang paling

tinggi likuiditasnya. Semakin besar aktiva likuid yang disediakan, semakin besar

jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan yang termasuk

dalam aktiva tetap adalah tanah, gedung, mesin, dan sebagainya.

2.8 Hutang

Hutang adalah kewajiban – kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan

dengan uang atau jasa pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang (Warsika,

2005). Hutang yang yang rentang waktu pelunasannya tidak lebih dari satu tahun

terhitung sejak tanggal neraca digolongkan sebagai hutang lancar. Hutang lancar

biasa disebut dengan hutang jangka pendek. Hutang pada umumnya dibayar dengan

kas (uang atau cek) namun ada juga hutang yang dibayar dengan jasa. Hutang lancar

biasanya dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar (misalnya kas) atau dengan

menciptakan utang lancar lainnya. Contoh hutang lancar yaitu, hutang dagang,

hutang biaya, pendapatan diterima dimuka, hutang pajak, dll. Sedangkan hutang

tidak lancar atau hutang jangka panjang adalah hutang yang rentang waktu

pelunasannya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca. Contoh hutang jangka

panjang yaitu huttang hipotik dan hutang obligasi yang biasanya harus dibayar

seluruhnya dalam beberapa tahun di masa yang akan datang.

2.9 Sistem Akuntansi

Akuntansi merupakan alat yang efektif untuk membantu pimpinan

perusahaan untuk menjalankan tugas sehari–hari. Untuk memimpin suatu

perusahaan dengan baik manager pada masing–masing tingkat membutuhkan

informasi yang dapat dipercaya, berdasarkan mana mereka harus membuat

keputusan–keputusan. Salah satu sumber yang paling penting untuk mendapatkan

informasi tersebut adalah laporan–laporan dan data–data yang disediakan oleh

petugas akuntansi. Akuntansi memberikan informasi tentang data–data yang dapat

dinyatakan dalam satuan uang.

Salah satu fungsi akuntansi adalah menyajikan laporan–laporan keuangan

secara periodik untuk manajemen ,pemilik dan pihak–pihak diluar perusahaan.

21

Adapun laporan keuangan tersebut antara lain jurnal, buku besar, neraca saldo,

laporan rugi laba, laporan perubaan modal, dan neraca akhir. Laporan keuangan

utama yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah neraca dan laporan rugi laba.

Selain itu fungsi dari laporan keuangan adalah :

a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.

b. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap–tiap bagian, proses atau

produksi untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh

perusahaan yang bersangkutan.

c. Untuk menentukan perlu atau tidaknya digunakan kebijakan baru untuk

mencapai hasil yang lebih baik.

2.9.1 Jurnal

Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan

secara kronologis (berdasarkan urutan waktu terjadinya) dengan menujukkan

rekening yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masing-masing.

Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan, sebelum dibukukan ke buku besar,

harus dicatat dahulu dalam jurnal.

Jurnal ini terdiri dari empat kolom yang mana pada kolom pertama

terdapat tanggal transaksi yang terjadi, kolom kedua terdapat keterangan tempat

perkiraan yang akan didebet dan diperkiraan yang akan dikredit, kolom ketiga

terdapat post reference atau nomor perkiraan, kolom keempat terdapat tempat

penjumlahan debet serta kolom kelima tempat penjumlahan kredit. Diakhir jurnal

pada kolom debet dan kredit sama–sama dijumlahkan dan hasil dari keduanya harus

sama, ini menunjukkan tidak adanya kesalahan dalam mencatat transaksi yang

terjadi.

22

Tabel 2.2 Contoh Jurnal `Tanggal Perkiraan Ref Jumlah

Debet Kredit

2010

April

1 Kas

Piutang Usaha

Perlengkapan

Mesin cetak

Gedung

Modal, Budi

1

10

50

220

230

600

290,000.00

65,000.00

1,125,000.00

3,000,000.00

9,000,000.00

13,480,000.00

Sumber : Jusup (2011)

2.9.2 Buku Besar

Buku besar merupakan tahapan kedua dari persamaan akuntansi. Buku

besar ini berfungsi untuk mengumpulkan transaksi–transaksi yang bersifat sama.

Dalam pembahasan ini buku besar dibagi menjadi : Kas dengan no rek. 101,

Material dengan no rek. 102, Hutang Bank dengan no rek. 201, Modal dengan no

rek. 301, Pendapatan perusahaan dengan no rek. 401, Upah dengan no rek. 501,

Biaya bunga dengan no rek. 502, Overhead dengan no rek. 503, Pengembalian uang

muka dengan no rek. 504, Pengembalian Retensi dengn no rek. 505.

Pemindahan dari jurnal ke buku besar dilakukan dengan tidak mengubah

bagian yang masuk ke debet dan kredit. Untuk kolom ref berfungsi untuk

menunjukan halaman pada jurnal.

23

Tabel 2.3 Contoh Buku Besar Kas

KAS No. rek : 1

Tgl. Keterangan Ref. Jumlah Tgl. Keterangan Ref. Jumlah

2010 2010

Apr.

1

290,000,000.00 Apr. 2 60,000.00

2 2,000,000.00 6 15,000.00

3 90,000.00 10 100,000.00

4 50,000.00 10 120,000.00

16 900,000.00 17 120,000.00

26 850,000.00 20 350,000.00

30 200,000.00

Sumber : Jusup (2011)

2.9.3 Neraca Saldo

Setelah semua ayat jurnal yang dibuat selama periode diposting ke buku

besar, maka pada akhir periode perlu disusun neraca saldo. Tujuan utama dari

penyusunan nercaca saldo adalah untuk menguji apakah ada kesalahan dalam

posting buku besar dan kesalahan penjumlahan, setelah semua posting dilakukan,

jumlah debet harus sama dengan jumlah kredit. Apabila jumlah debet dan jumlah

kredit tidak sama, bisa dipastikan telah terjadi kesalahan, mungkin dalam

penjurnalan atau bisa juga dalam posting buku besar.

24

Tabel 2.4 Contoh Neraca Saldo

Perusahaan Percetakan “Rapih”

Neraca Saldo

30 April 2010

Debet Kredit

Kas 2,145,000.00

Piutang Usaha

Perlengkapan

Asuransi dibayar di muka

Mesin cetak

Gedung

Utang usaha

Utang wesel

Pendapatan sewa diterima

dimuka

Modal, Budi

Prive, Budi

Pendapatan percetakan

Beban advertensi

Gaji & upah pegawai

Beban macam- macam

515,000.00

1,475,000.00

60,000.00

4,800,000.00

9,000,000.00

-

-

-

-

50,000.00

-

15,000.00

710,000.00

300,000.00

1,700,000.00

2,000,000.00

90,000.00

13,480,000.00

-

2,250,000.00

-

-

-

19,520,000.00 19,520,000.00

Sumber : Jusup (2011)

2.9.4 Laporan Rugi Laba

Laporan rugi laba merupakan bagian pertama dari laporan keuangan.

Laporan rugi laba ini menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu

tertentu, yang terdiri dari pendapatan, biaya, laba atau rugi. Penghasilan adalah

aliran penerimaan kas atau aset lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil

penjualan barang atau pemberian jasa. Penghasilan meliputi pendapatan dan

keuntungan. Biaya adalah beban perolehan aktiva yang dikonsumsi atau jas yang

digunakan dalam proses memperoleh penghasilan. Laba atau rugi merupakan

selisih lebih atau kurang antara penghasilan dan biaya. Fungsi dari laporan rugi laba

ini adalah sebagai tolak ukur keberhasilan perusahaan untuk menilai tingkat

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

25

Tabel 2.5 Contoh Laporan Laba Rugi

Percetakan Rapih

Laporan Laba Rugi

April 2010

Pendapatan :

Pendapatan Percetakan 2,400,000.00

Pendapatan Sewa

Jumlah pendapatan

15,000.00

2,415,000.00

Beban Usaha

:

Beban advertensi 15,000.00

Gaji & Upah 810,000.00

Beban asuransi 20,000.00

Beban pemakaian perlengkapan 325,000.00

Beban depresiasi mesin

Beban depresiasi gedung

Beban bunga

Beban macam- macam

100,000.00

150,000.00

20,000.00

300,000.00

Jumlah beban 1,740,000.00

Laba bersih (persediaan bahan) 675,000.00

Sumber : Jusup (2011)

2.9.5 Laporan Perubahan Modal

Hasil operasi perusahaan yang berupa laba atau rugi akan berpengaruh

terhadap modal pemilik atau disebut juga ekuitas pemilik. Setelah meyusun laporan

laba rugi maka keuntungan atau kerugian yang didapatkan oleh perusahaan akan

dipindahkan kedalam laporan perubahan modal, sehingga akan terlihat apakah

modal perusahaan tersebut bertambah atau bekurang. Laporan perubahan modal

sering disebut sebagai “jembatan” antara laporan laba rugi dengan neraca. Laporan

ini memudahkan perusahaan dalam merencanakan peminjaman uang karena dari

sini dapat dilihat seberapa besar modal yang dimiliki perusahaan tersebut.

26

Tabel 2.6 Contoh Laporan Perubahan Modal

Percetakan Rapih

Laporan Perubahan Modal

April 2010

Modal , 1 April

2010

Ditambah : Investasi awal 13,480,000.00

Laba Bersih 675,000.00

14,155,000.00

Dikurangi : Pengambilan prive 500,000.00

Modal 30 April

2010 13,655,000.00 Sumber : Jusup (2011)

2.9.6 Neraca Akhir

Neraca akhir atau sering disebut dengan laporan posisi keuangan adalah

suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta, kekayaan), hutang, dan modal

yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Judul suatu neraca terdiri

atas nama entitas atau perusahaan, nama laporan (dalam hal ini neraca) dan tangga

neraca. Badan atau isi laporan terdiri atas tiga bagian yaitu, aktiva, hutang, dan

modal. Sisi sebelah kiri merupakan jumlah aktiva sedangkan sisi sebelah kiri terdiri

atas utang dan modal. Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam laporan

ini adalah jumlah aktiva selalu sama dengan jumlah hutang ditambah modal.

Keseimbangan ini biasanya digambarkan sebagai suatu persamaan

akuntansi, yaitu suatu persamaan yang menunjukkan bahwa jumlah semua aktiva

atau sumber – sumber yang tercantum pada sisi sebelah kiri adalah berasal dari

kreditur dan sumber – sumber yang tercantum pada sisi sebelah kanan berasal dari

pemilik. Fungsi dari neraca saldo ini adalah untuk mengetahui apakah jumlah debet

(aktiva) dan jumlah kredit (hutang, modal) sudah sama atau seimbang. Selain itu

untuk mengetahui apakah ada kesalahan dalam posting dan penjumlahan. Dalam

tabel di bawah ini digambarkan neraca Perusahaan Percetakan Rapih (sebuah

perusahaan perseorangan) yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan tersebut

pada tanggal 31 April 2010.

27

Tabel 2.7 Neraca Akhir Neraca Akhir

Mei-10

Aktiva Pasiva

Kas

174.688.780,00 Hutang 0,00

Persediaan bahan

40.451.780,00 Modal

Perusahaan

215.140.560,00

Total 215.140.560,00 Total 215.140.560,00

Sumber : Jusup (2011)

2.10 Cash Flow Statements (Laporan Sumber dan Penggunaan Kas)

Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur

aktiva lancar yang paling tinggi likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang

dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya.

Suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas

dalam jumlah yang besar mencerminkan over investments dalam kas, dan berarti

pula bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif

kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang

diperoleh akan lebih besar. Suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan

tanpa memperhatikan likuiditas, mengakibatkan perusahaan kurang mampu

membayar kewajibannya sewaktu – waktu. Berdasarkan uraian tersebut, dapat

dinyatakan bahwa kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan

perusahaan. Oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi, baik

penerimaannya (sumber – sumbernya) maupun penggunaannya (pengeluarannya).

Perencanaan dan pengawasan kas bisa dilakukan dengan menganalisis Laporan

sumber dan penggunaan kas (Wiagustini, 2010).

Laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan perubahan kas (cash flow

statement) disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan

dengan menunjukkan darimana sumber – sumber kas dan penggunaannya. Laporan

sumber dan penggunaan kas dapat digunakan sebagai dasar dalam menaksir

kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber – sumber yang ada,

28

atau dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau

cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan, bagi kreditur atau bank, cash flow

statement akan dapat menilai atau menganalisis kemampuan perusahaan dalam

membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.

Menurut Wiagustini (2010), Penyusunan laporan dan sumber penggunaan

kas, diperlukan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Membandingkan dua neraca untuk menyusun perubahan pada masing –

masing elemen neraca.

2. Mengelompokkan perubahan – perubahan neraca tersebut dalam kelompok

perubahan yang memperbesar kas dan kelompok yang memperkecil kas.

Mengelompokkan elemen – elemen dalam laporan laba/rugi atau laporan

laba ditahan ke dalam kelompok yang memperbesar kas dan kelompok yang

memperkecil kas.

3. Mengadakan konsolidasi dari semua informasi tersebut ke dalam laporan

sumber dan penggunaan kas.

Elemen – elemen yang harus selalu diperhatikan berdasarkan penggolongan adalah

sebagai berikut :

1. Elemen – elemen aktiva lancar selain kas

2. Elemen – elemen aktiva tetap

3. Elemen – elemen dari modal baik dari modal sendiri maupun modal asing

4. Keuntungan perusahaan yang berasal dari operasi.

Ilustrasi penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilihat pada

tabel 2.8, tabel 2.9, tabel 2.10 dan tabel 2.11.

29

Tabel 2.8 Contoh Neraca PT Permana pada akhir tahun 2008 dan 2009 (dalam

jutaan rupiah)

Pos pos 2008 2009

AKTIVA

Aktiva Lancar

Kas 32.000,00 30.000,00

Surat - surat berharga 75.000,00 70.000,00

Piutang 250.000,00 200.000,00

Persediaan 650.000,00 400.000,00

Jumlah Aktiva Lancar 1.007.000,00 700.000,00

Aktiva Tetap

Pabrik dan Perlengkapannya 2.000.000,00 2.300.000,00

Akumulasi penyusutan (400.000,00) (500.000,00)

Jumlah Aktiva Tetap 1.600.000,00 1.800.000,00

TOTAL AKTIVA 2.607.000,00 2.500.000,00

PASIVA

Hutang dagang 87.000,00 40.000,00

Hutang wesel 210.000,00 150.000,00

Hutang bank 400.000,00 425.000,00

Hutang lainnya 25.000,00 25.000,00

Hutang pajak 125.000,00 120.000,00

Jumlah Hutang Lancar 847.000,00 760.000,00

Hutang Jangka Panjang 600.000,00 540.000,00

Saham Biasa 700.000,00 700.000,00

Laba yang ditahan 460.000,00 500.000,00

TOTAL PASIVA 2.607.000,00 2.500.000,00 (Sumber : Wiagustini, 2010)

Tabel 2.9 Contoh Laporan Rugi Laba PT Permana pada akhir tahun 2008 dan

2009 (dalam jutaan rupiah)

(Sumber : Wiagustini, 2010)

2008 2009

Penjualan 3.500.000,00 3.600.000,00

Harga pokok penjualan 2.600.000,00 2.700.000,00

Laba kotor 900.000,00 900.000,00

Biaya operasi 180.000,00 200.000,00

Laba sebelum bunga dan pajak 720.000,00 700.000,00

Bunga 160.000,00 150.000,00

Laba sebelum pajak 560.000,00 550.000,00

Pajak (40%) 224.000,00 220.000,00

Laba bersih setelah pajak 336.000,00 330.000,00

Pos pos

30

Tabel 2.10 Contoh Laporan Perubahan Neraca PT Permana pada akhir tahun 2008

dan 2009 (dalam jutaan rupiah)

(Sumber : Wiagustini, 2010)

Tabel 2.11 Contoh laporan sumber dan penggunaan kas PT Permana pada akhir

tahun 2008 dan 2009 (dalam jutaan rupiah)

(Sumber : Wiagustini, 2010)

2008 2009 Sumber Penggunaan

Kas 32.000,00 30.000,00 2.000,00

Surat - surat berharga 75.000,00 70.000,00 5.000,00

Piutang 250.000,00 200.000,00 50.000,00

Persediaan 650.000,00 400.000,00 250.000,00

Ativa tetap 2.000.000,00 2.300.000,00 300.000,00

Akumulasi penyusutan (400.000,00) (500.000,00) 100.000,00

TOTAL AKTIVA 2.607.000,00 2.500.000,00

Hutang dagang 87.000,00 40.000,00 47.000,00

Hutang wesel 210.000,00 150.000,00 60.000,00

Hutang bank 400.000,00 425.000,00 25.000,00

Hutang lainnya 25.000,00 25.000,00

Hutang pajak 125.000,00 120.000,00 5.000,00

Hutang Jangka Panjang 600.000,00 540.000,00 60.000,00

Saham Biasa 700.000,00 700.000,00

Laba yang ditahan 460.000,00 500.000,00 40.000,00

TOTAL PASIVA 2.607.000,00 2.500.000,00

Jumlah 472.000,00 472.000,00

Pos - Pos

Dana yang diperoleh dari operasi

Laba bersih 330.000,00 Deviden 290.000,00

Penyusutan 110.000,00 Tambahan aktiva tetap 300.000,00

Berkurangnya surat berharga 5.000,00 Berkurangnya hutang dagang 47.000,00

Berkurangnya piutang 50.000,00 Berkurangnya hutang wesel 60.000,00

Berkurangnya persediaan 50.000,00 Berkurangnya hutang pajak 5.000,00

Kenaikan hutang bank 25.000,00 Berkurangnya hutang jangka panjang 60.000,00

Penurunan Kas 2.000,00

Jumlah 762.000,00 Jumlah 762.000,00

Sumber Penggunaan

31

2.10.1 Sumber Kas

Perubahan dari masing – masing elemen tersebut yang mempunyai efek

memperbesar kas disebut sebagai sumber kas. Dengan demikian adanya sumber kas

ditandai dengan :

1. Berkurangnya aktiva lancar selain kas

Berkurangnya aktiva lancar selain kas adalah merupakan sumbet dana

yang menambah kas. Misalnya berkurangnya piutang karena adanya

pelunasan, akan masuk ke dalam kas. Begitu juga dengan berkurangnya

surat – surat berharga dari hasil penjualan tersebut akan menambah kas.

Berkurangnya persediaan bearti terjualnya persediaan dan hasil penjualan

mengakibatkan bertambahnya kas

b. Berkurangnya aktiva tetap

Berkurangnya aktiva tetap dapat terjadi karena adnaya transaksi penjualan

aktiva tetap dan hasil dari penjualannya akan menambah kas. Di samping

itu, berkurangnya aktiva tetap karena depresiasi, merupakan sumber dana

yang dapat menambah kas.

c. Bertambahnya hutang – hutang

Bertambahnya hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang

merupakan sumber dana yang menambah kas.

d. Bertambahnya modal

Penambahan modal ke dalam perusahaan oleh pemiliknya, misalnya

melalui penjualan saham baru akan menambah kas dan merupakan sumber

dana atau sumber kas.

e. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan

Adanya laba yang ditahan, akan menjadi sumber dana yang menambah

kas. Laba ditahan merupakan bagian laba yang tidak dibagi kepada

pemiliknya (deviden), yang dipegang perusahaan dalam bentuk tunai.

Laba ditahan menjadi alternatif sumber dana yang berasal dari internal

perusahaan.

32

2.10.2 Penggunaan Kas

Sebaliknya, perubahan yang efeknya memperkecil kas merupakan

penggunaan kas yang ditandai dengan adanya perubahan – perubahan dalam kas

sebagai berikut :

1. Bertambahnya aktiva lancar selain kas

Bertambahnya aktiva lancar ini dapat disebabkan karena adanya pembelian,

yang merupakan aliran kas keluar perusahaan. Adanya pembelian jelas

membutuhkan dana sehingga mengurangi kas yang dimiliki perusahaan.

2. Bertambahnya aktiva tetap

Bertambahknya aktiva tetap dapat terjadi karena adanya pembelian, ini

berarti telah terjadi penggunaan dana untuk pembelian tersebut.

3. Berkurangnya hutang

Berkurangnya berarti telah terjadi pembayaran sehingga kas berkurang.

4. Berkurangnya modal

Hal ini dapat terjadi karena perusahaan mengambil kembali saham – saham

yang tertanam dan ini berarti berkurangnya dana yang artinya terjadi

penggunaan dana.

5. Pembayaran deviden tunai

Deviden tunai dibayarkan dari laba netto setelah pajak yang termasuk

penggunaan dana.

6. Adanya kerugian

Terjadinya kerugian berarti perusahaan tersebut harus menutup kerugian

dengan mengurangi dana atau kas yang ada.