tinjauan pustaka korupsi

35
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Korupsi Menurut Tansparency International, World Bank, dan International Monetary Fund, korupsi di sektor publik umumnya didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi. United States Agency for International Development (USAID) (1999) menjelaskan bahwa korupsi adalah penyalahgunaan unilateral oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme, serta pelanggaran yang menghubungkan aktor publik dan privat seperti penyuapan, pemerasan, pengaruh penjajakan, dan penipuan. Dalam korupsi politik, Gibbons (1999) menyebutkan ada sembilan bentuk korupsi: patronase politik atau menggunakan sumberdaya publik sebagai pendukung dalam pemilihan; mempekerjakan pegawai pemerintah yang mendukung pandangan politik penguasa atau kontrak alokasi pegawai berdasarkan kriteria partisan; membeli suara (money politic); pork-barreling atau menjanjikan pekerjaan umum kepada pemilih tetapi calon tahu bahwa pemilih tersebut tidak mampu menjalankan pekerjaan; penyuapan atau warga negara yang membayar pejabat untuk mendukung kepentingan mereka; graft atau sogok-menyogok, ketika seorang pejabat menunjukkan bahwa dia harus dihargai agar sesuai dengan tindakan publik; nepotisme atau menyewa atau mengalokasikan kontrak berdasarkan kekerabatan atau persahabatan; mendorong pejabat publik lain atau perantara untuk melakukan tindakan korupsi; dan kampanye uang atau menerima dana dari kelompok yang berkompromi dalam pemilihan. Chetwynd et al (2003) beberapa teori ekonomi yang mendukung gagasan bahwa korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi melalui beberapa cara berikut : 1. Korupsi menghambat investasi asing dan domestik: mengambil biaya sewa yang tinggi dan menciptakan ketidakpastian, mengurangi insentif untuk investor asing dan domestik.

Upload: farhat-abbas

Post on 29-Nov-2015

92 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka Korupsi

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korupsi

Menurut Tansparency International, World Bank, dan International Monetary

Fund, korupsi di sektor publik umumnya didefinisikan sebagai penyalahgunaan

jabatan publik untuk keuntungan pribadi. United States Agency for International

Development (USAID) (1999) menjelaskan bahwa korupsi adalah penyalahgunaan

unilateral oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme, serta

pelanggaran yang menghubungkan aktor publik dan privat seperti penyuapan,

pemerasan, pengaruh penjajakan, dan penipuan.

Dalam korupsi politik, Gibbons (1999) menyebutkan ada sembilan bentuk

korupsi: patronase politik atau menggunakan sumberdaya publik sebagai pendukung

dalam pemilihan; mempekerjakan pegawai pemerintah yang mendukung pandangan

politik penguasa atau kontrak alokasi pegawai berdasarkan kriteria partisan; membeli

suara (money politic); pork-barreling atau menjanjikan pekerjaan umum kepada

pemilih tetapi calon tahu bahwa pemilih tersebut tidak mampu menjalankan

pekerjaan; penyuapan atau warga negara yang membayar pejabat untuk mendukung

kepentingan mereka; graft atau sogok-menyogok, ketika seorang pejabat

menunjukkan bahwa dia harus dihargai agar sesuai dengan tindakan publik;

nepotisme atau menyewa atau mengalokasikan kontrak berdasarkan kekerabatan atau

persahabatan; mendorong pejabat publik lain atau perantara untuk melakukan

tindakan korupsi; dan kampanye uang atau menerima dana dari kelompok yang

berkompromi dalam pemilihan.

Chetwynd et al (2003) beberapa teori ekonomi yang mendukung gagasan

bahwa korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi melalui beberapa cara berikut :

1. Korupsi menghambat investasi asing dan domestik: mengambil biaya sewa yang

tinggi dan menciptakan ketidakpastian, mengurangi insentif untuk investor asing

dan domestik.

Page 2: Tinjauan Pustaka Korupsi

9

2. Korupsi pajak kewirausahaan: pengusaha dan inovator memerlukan lisensi dan

izin dan membayar suap untuk pemotongan biaya ke margin keuntungan.

3. Korupsi menurunkan kualitas infrastruktur publik: sumberdaya publik dialihkan ke

penggunaan pribadi, standar dihapuskan; dana untuk operasi dan pemeliharaan

dialihkan untuk aktivitas pencarian keuntungan.

4. Korupsi mengurangi penerimaan pajak: perusahaan dan kegiatan didorong ke

informal atau sektor abu-abu dengan pengambilan sewa dan pajak yang berlebihan

dikurangi dengan imbalan hadiah kepada pejabat pajak. Peningkatan korupsi dapat

mengurangi kapasistas pemerintahan dalam memerangi kemiskinan dan dapat

meningkatkan kesenjangan pendapatan.

5. Korupsi mengalihkan bakat menjadi rente: pejabat yang lain akan terlibat dalam

kegiatan produktif menjadi pra-sibuk dengan mengambil keuntungan, di mana

meningkatnya kembali dan mendorong lebih banyak keuntungan.

6. Korupsi mendistorsi komposisi pengeluaran publik: pencari keuntungan akan

mengejar proyek yang paling mudah dan terselubung, mengalihkan dana yang

seharusnya digunakan untuk sektor pendidikan dan kesehatan ke yang lainnya.

Ada dua pemikiran tentang korupsi di negara Asia. Pertama, Gunnar Myrdal,

pemenang Nobel Ekonomi tahun 1968 dalam Damanhuri (2010) berpendapat dalam

bukunya yang berjudul Asian Drama, bahwa korupsi di Asia Selatan dan Asia

Tenggara berasal dari penyakit neo-patrimonalisme, yakni warisan budaya feudal

kerajaan-kerajaan lama yang terbiasa dengan hubungan patron-client. Dalam konteks

tersebut, rakyat biasa atau bawahan memberikan “upeti” (berkembang menjadi sogok,

komisi, amplop, dst). Lebih lanjut, karena dalam perspektif kerajaan-kerajaan lama,

kekuasaan bersifat kongkret/mutlak dan harus diwujudkan secara kekayaan/materi

serta dukungan penduduk. Kemudian kedua, Syed Hussein Alatas, pakar sosiologi

korupsi dalam Damanhuri (2010), melihat korupsi di Asia berkaitan dengan warisan

dari kondisi historis-struktural yang telah berjalan selama berabad-abad akibat represi

yang dilakukan oleh penjajah. Dengan demikian secara terus-menerus bangsa Asia

khususnya Asia Tenggara dan Asia Selatan terbiasa melakukan penyimpangan dari

Page 3: Tinjauan Pustaka Korupsi

10

norma. Menurut Alatas dalam Damanhuri (2010), meski terdapat berbagai kebijakan

anti-korupsi, namun akhirnya korupsi tersebut diterima sebagai praktik tak

terhindarkan karena sudah terlalu mengakar dan sulit diberantas

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang timbulnya praktik korupsi.

Teori-teori tersebut antara lain dibahas di bawah ini :

1. Teori Vroom

Teori Vroom menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kinerja seseorang

dengan kemampuan dan motivasi yang dimiliki. Teori Vroom tertulis dalam fungsi

berikut:

P = f (A , M)……………………… (2.1)

Keterangan :

P = Performance

A = Ability

M = Motivation

Berdasarkan Teori Vroom tersebut, kinerja (performance) seseorang

merupakan fungsi dari kemampuannya (ability) dan motivasi (motivation).

Kemampuan seseorang ditunjukkan dengan tingkat keahlian (skill) dan tingkat

pendidikan (knowledge) yang dimilikinya. Jadi, dengan tingkat motivasi yang sama,

seseorang dengan skill dan knowledge yang lebih tinggi akan menghasilkan kinerja

yang lebih baik. Hal tersebut terjadi dengan asumsi variabel M (Motivasi) adalah

tetap. Tetapi Vroom juga membuat fungsi tentang motivasi sebagai berikut:

M = f (E , V)………………………… (2.2)

Keterangan

M = Motivation

E = Expectation

V = Valance/Value

Motivasi seseorang akan dipengaruhi oleh harapan (expectation) orang yang

bersangkutan dan nilai (value) yang terkandung dalam setiap pribadi seseorang. Jika

harapan seseorang adalah ingin kaya, maka ada dua kemungkinan yang akan dia

Page 4: Tinjauan Pustaka Korupsi

11

lakukan. Jika motivasi nilai yang dimiliki positif maka seseorang akan cenderung

melakukan hal-hal yang tidak melanggar hukum agar bisa menjadi kaya. Namun jika

memiliki nilai negatif, maka akan cenderung berusaha mencari segala cara untuk

menjadi kaya salah satunya dengan melakukan tindakan kejahatan korupsi.

2. Teori Kebutuhan Maslow

Maslow menggambarkan hierarki kebutuhan manusia sebagai bentuk

piramida. Pada tingkat dasar adalah kebutuhan yang paling mendasar. Semakin tinggi

hierarki, kebutuhan tersebut semakin kecil keharusan untuk dipenuhi. Hierarki

tersebut terlihat dalam piramida berikut ini:

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow

Teori Kebutuhan Maslow tersebut menggambarkan hierarki kebutuhan dari

paling mendasar (bawah) yaitu hingga naik paling tinggi adalah aktualisasi diri.

Kebutuhan paling mendasar dari seorang manusia adalah sandang dan pangan

(physical needs). Selanjutnya kebutuhan keamanan adalah perumahan atau tempat

tinggal, kebutuhan sosial adalah berkelompok, bermasyarakat, berbangsa. Ketiga

kebutuhan paling bawah adalah kebutuhan utama (prime needs) setiap orang. Setelah

kebutuhan utama terpenuhi, kebutuhan seseorang akan meningkat kepada kebutuhan

penghargaan diri yaitu keinginan untuk dihargai, berperilaku terpuji, demokratis dan

lainya. Kebutuhan paling tinggi adalah kebutuhan pengakuan atas kemampuan

Page 5: Tinjauan Pustaka Korupsi

12

seseorang, misalnya kebutuhan untuk diakui sebagai kepala bagian, direktur maupun

walikota yang dipatuhi oleh bawahannya. Jika seseorang menganggap bahwa

kebutuhan tingkat tertingginya adalah kebutuhan mendasarnya, maka seseorang akan

melakukan segala cara untuk mencapainya, termasuk dengan melakukan tindak

pidana korupsi.

3. Teori Klitgaard

Klitgaard memformulasikan terjadinya korupsi dengan persamaan sebagai

berikut:

C = M + D – A…………………. (2.3)

C = Corruption

M= Monopoly of Power

D= Discretion of official

A= Accountability

Menurut Robert Klitgaard, monopoli kekuatan oleh pimpinan (monopoly of

power) ditambah dengan tingginya kekuasaan yang dimiliki seseorang (discretion of

official) tanpa adanya pengawasan yang memadai dari aparat pengawas (minus

accountability), menyebabkan dorongan melakukan tindak pidana korupsi.

4. Teori Ramirez Torres

Menurut Torres suatu tindakan korupsi akan terjadi jika memenuhi persamaan

berikut:

Rc > Pty x Prob…………………... (2.4)

Keterangan

Rc = Reward

Pty = Penalty

Prob = Probability

Page 6: Tinjauan Pustaka Korupsi

13

Dari syarat tersebut terlihat bahwa korupsi adalah kejahatan kalkulasi atau

perhitungan (crime of calculation) bukan hanya sekedar keinginan (passion).

Seseorang akan melakukan korupsi jika hasil (Rc=Reward) yang didapat dari korupsi

lebih tinggi dari hukuman (Pty=Penalty) yang didapat dengan kemungkinan

(Prob=Probability) tertangkapnya yang kecil.

5. Teori Jack Bologne (GONE)

Menurut Jack Bologne akar penyebab korupsi ada empat, yaitu:

G = Greedy

O = Opportunity

N = Needs

E = Expose

Greedy, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor

adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Opportuniy, sistem yang

memberi peluang untuk melakukan korupsi. Needs, sikap mental yang tidak pernah

merasa cukup, selalu sarat dengan kebutuhan yang tidak pernah usai. Exposes,

hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku korupsi yang tidak memberi efek jera

pelaku maupun orang lain.

2.1.1 Korupsi dan Pembangunan Manusia

Ada sejumlah alasan berdasarkan tinjauan literatur terkait dengan korupsi dan

pembangunan manusia. Korupsi secara tidak langsung dapat memengaruhi

pembangunan manusia melalu cara penurunan pertumbuhan ekonomi dan insentif

untuk investasi. Berbagai studi empiris menunjukkan bahwa korupsi memengaruhi

sumberdaya yang dibelanjakan untuk pendidikan dan kesehatan.

Mauro (1995) menemukan bahwa korupsi mengurangi pengeluaran

pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan. Mauro mengklaim bahwa pejabat publik

tidak ingin menghabiskan lebih banyak sumberdaya untuk pembelanjaan pada

program pendidikan dan kesehatan karena kurang menawarkan kesempatan untuk

pencarian keuntungan (rent seeking behaviour). Demikian pula pendapat Gupta,

Page 7: Tinjauan Pustaka Korupsi

14

Davoodi, dan Alonso - Terme (1998) menunjukkan bahwa korupsi mengurangi

tingkat pengeluaran untuk program sosial, menciptakan ketimpangan pendidikan,

menurunkan partisipasi sekolah tingkat menengah, dan menyebabkan ketimpangan

distribusi lahan. Selain itu, mereka menemukan bahwa korupsi merupakan biaya

ekonomi yang dapat mereduksi pertumbuhan ekonomi dan berimplikasi pada

peningkatkan ketimpangan pendapatan.

Rose-Ackerman (1997) berpendapat, "Korupsi juga cenderung mendistorsi

alokasi manfaat ekonomi, lebih menguntungkan orang kaya dan kurang mengarah ke

orang miskin dan ketidakadilan distribusi pendapatan. Sebagian dari kekayaan negara

terdistribusikan kepada orang-orang yang korup, sehingga berkontribusi terhadap

peningkatan ketimpangan pendapatan dan ketidaksetaraan dalam kekayaan.

Sumber : Akçay, 2006

Gambar 2.2 Korupsi dan Pembangunan Manusia

2.1.2 Korupsi dan Tingkat Investasi

Proposisi-proposisi teoritis yang didukung oleh sejumlah studi menunjukkan

bahwa tingginya tingkat korupsi terkait dengan rendahnya tingkat investasi dan

rendahnya tingkat agregat pertumbuhan ekonomi. Beberapa hasil survei Bank Dunia

tentang korupsi menggambarkan hubungan terbalik atau trade off antara korupsi dan

pertumbuhan ekonomi melalui komponen investasi (Chetwynd et al, 2003).

1. Korupsi menghambat investasi domestik. Di Bulgaria, sekitar satu dari empat

pelaku bisnis yang dijadikan responden menyatakan telah merencanakan untuk

memperluas usaha (kebanyakan melalui memperoleh peralatan baru) tapi gagal

GDP per kapita

rendah Korupsi

Pembangunan

Manusia

rendah

Harapan hidup

rendah

Akumulasi SDM

rendah

Pertumbuhan Ekonomi

rendah

Belanja kesehatan

rendah

Belanja pendidikan

rendah

GDP per kapita

rendah Standar hidup

rendah

Page 8: Tinjauan Pustaka Korupsi

15

untuk melakukannya, dan korupsi merupakan faktor penting dalam perubahan

rencana mereka.

2. Korupsi merugikan enterpreneur terutama di kalangan usaha kecil. Beberapa studi

melaporkan bahwa usaha kecil cenderung untuk membayar suap (terutama di

Bosnia, Ghana, dan Slovakia). Di Polandia, bisnis besar harus berurusan dengan

sejumlah kegiatan ekonomi yang dilisensikan, sehingga membuat mereka lebih

rentan terhadap pemerasan.

3. Korupsi menurunkan pendapatan dari pajak dan biaya. Di Bangladesh, lebih dari

30 persen dari responden rumah tangga di perkotaan mengurangi tagihan listrik

dan / atau air dengan menyuap petugas pembaca meter. Di beberapa penelitian,

responden sangat frustrasi bahwa mereka menunjukkan kesediaan untuk

membayar pajak lebih banyak jika korupsi dapat dikendalikan (Kamboja,

Indonesia, Rumania).

2.2 Kegagalan Pemerintah

Teori Ekonomi Klasik menjelaskan bahwa fungsi pemerintah hanya sebatas

memelihara keamanan negara, menyelenggarakan peradilan, dan menyediakan

barang-barang yang tidak disediakan oleh swasta seperti jalan, dam-dam, dan lain-

lain. Namun lebih dari sekedar hal tersebut, Pemerintah dipilih oleh publik dengan

demokratis dan memegang jabatan publik untuk melayani aspirasi masyarakat guna

mencapai alokasi perekonomian secara efisien dan merata. Mekanisme pasar melalui

invisible hand dinilai tidak mampu secara efisien dan efektif menjalankan fungsinya

dengan baik sehingga menurut Weimer, David dan Vining (1992) adalah merupakan

kegagalan pasar tradisional. Barton dalam Sasana (2004) juga menjelaskan bahwa

ekonomi pasar yang bebas dikendalikan oleh pemerintah yang dipilih secara

demokratis, hanya ada dua alasan bagi pemerintah untuk masuk ke dalam aktivitas

masyarakat yaitu social equity dan kegagalan pasar dalam menyediakan barang

publik.

Public policy digunakan oleh pemerintah untuk mengkoreksi kegagalan pasar

dalam memperbaiki efisiensi produksi dan alokasi sumberdaya dan barang, serta

Page 9: Tinjauan Pustaka Korupsi

16

merealokasi oportunitas dan barang untuk mencapai nilai-nilai distribusional dan

nilai-nilai lainnya (Weimer, David dan Vining, 1992). Barton dalam Sasana (2000)

menyebutkan bahwa beberapa peran utama pemerintah adalah peran dalam ekonomi

makro dan peran dalam kesejahteraan sosial. Peran dalam ekonomi makro seperti

merencanakan kebijakan-kebijakan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang

stabil dan investasi, full employment, inflasi yang rendah dan stabilitas neraca

pembayaran. Sedangkan peran dalam kesejahteraan sosial adalah kebijakan-kebijakan

yang mendukung pemerataan sosial guna mencapai social walfare yang

direpresentasikan dengan kemerataan pendapatan, pengurangan kemiskinan, akses

pendidikan dan kesehatan.

Dalam menjalankan peran-perannya, pemerintah tidak selalu berhasil.

Pemerintah dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang bersifat internal.

Ketidakmampuan pemerintah dalam mengatur suatu negara merupakan kegagalan

pemerintah (government failure). Kegagalan perencanaan pemerintah lebih banyak

dialami oleh negara berkembang akibat kualitas institusi yang rendah (Todaro dan

Smith, 2006). Kualitas institusi yang rendah berdampak pada perilaku pemerintah

yang menyimpang dalam menjalankan pelayanan publik. Campur tangan pemerintah

dalam mengatasi kegagalan pasar terkadang menimbulkan dampak yang tidak dapat

diperkirakan dan bahkan merugikan masyarakat. Pemerintah justru menyalahgunakan

jabatan publik untuk mengejar keuntungan pribadi (korupsi) atau rent seeking

behavior. Sehingga tidak selamanya campur tangan pemerintah dapat meningkatkan

kesejahteraan sosial bahkan dapat menimbulkan kemiskinan dan ketimpangan sosial.

Menurut Mangkusoebroto (1999) kegagalan pemerintah disebabkan oleh

empat hal, yaitu : (1) informasi yang terbatas, (2) pengawasan yang terbatas atas

reaksi pihak swasta, (3) pengawasan yang terbatas atas perilaku birokrat, (4)

hambatan dalam proses politik.

1. Informasi yang terbatas, diungkapkan bahwa banyak kebijakan pemerintah yang

tidak dapat dilihat dampaknya karena sangat rumit dan sulit untuk diperhitungkan

sebelumnya. Misalnya, kebijakan pemerintah untuk menghapuskan subsidi pupuk

Page 10: Tinjauan Pustaka Korupsi

17

bagi petani sangat sulit untuk diperhitungkan secara akurat dampaknya bagi

seluruh masyarakat.

2. Pengawasan yang terbatas atas reaksi swasta juga merupakan penyebab kegagalan

pemerintah. Suatu kebijakan pemerintah akan menimbulkan reaksi pihak swasta

dan sering sekali pemerintah tidak dapat menghambat reaksi tersebut. Misalnya,

apabila pemerintah menurunkan subsidi BBM khususnya untuk bensin. Hal ini

akan menyebabkan pemilik mobil beralih ke kendaraan yang menggunakan solar

sehingga permintaan akan solar menjadi meningkat dan harganya naik dengan

asumsi mekanisme pasar berjalan dengan baik . Dalam hal ini karena

pertimbangan untuk memiliki mobil sepenuhnya berada pada swasta/masyarakat

maka pemerintah tidak dapat melarang seseorang untuk menjual mobil yang

menggunakan bensin ke mobil yang menggunakan solar.

3. Kegagalan pemerintah juga disebabkan oleh pengawasan yang terbatas atas

perilaku birokrat. Pemerintah tidak dapat mengawasi secara ketat perilaku para

birokrat, sedangkan pelaksanaan kebijakan pemerintah umumnya didelegasikan

pada berbagai tingkatan birokrat yang mempunyai persepsi dan kepentingan yang

berbeda-beda, sehingga kebijakan pemerintah mungkin menimbulkan hasil yang

berbeda dengan apa yang dinginkan.

4. Selain itu, kegagalan pemerintah juga bisa di sebabkan oleh adanya hambatan

dalam proses politik. Dalam suatu negara demokratis terdapat pemisahan

wewenang antara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif. Sering terjadi

kebijakan yang akan dilaksanakan oleh eksekutif terhambat oleh proses

pengambilan keputusan karena harus disetujui dahulu oleh pihak legislatif.

Dalam kaitannya dengan politisi, Jackson (2000) mengungkapkan bahwa para

politisi yang hendak memaksimumkan suara, akan lebih menyukai defisit anggaran

daripada menerapkan pajak dan akan melakukan penyesuaian terhadap variabel-

variabel ekonomi makro mengikuti siklus bisnis politik. Hal ini tentu saja berkaitan

dengan kualitas dari para politisi atau pemerintahan yang menurut Casseli dan

Page 11: Tinjauan Pustaka Korupsi

18

morelly dalam Sasana (2000) dapat dilihat dari dimensi kompetensi dan dimensi

kejujuran.

2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Menurut United Nation Development Program (UNDP) tahun 2008 Human

Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks

komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam

tiga hal mendasar pembangunan manusia yaitu : dimensi kesehatan lama hidup, yang

diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; dimensi pendidikan yang diukur

berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk; dan standar

hidup yang diukur dengan pegeluaran per kapita yang telah disesuaikan menjadi

paritas daya beli. Nilai Indeks Pembangunan Manusia berkisar antara 0-100 untuk

setiap dimensi. IPM adalah penciptaan data statistik tunggal yang berfungsi sebagai

kerangka acuan untuk pembangunan baik sosial maupun ekonomi. IPM menetapkan

nilai maksimum dan minimum untuk masing-masing dimensi dan dinyatakan dalam

skala nilai antara 0 dan 1.

Usia Hidup (longevity) diukur dengan angka harapan hidup berdasarkan

variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Komponen

pengetahuan (knowledge) diukur dengan jumlah rata-rata tahun pendidikan yang

diterima oleh usia 25 tahun atau lebih tua, dikonversi dari tingkat pencapaian

pendidikan menggunakan jangka waktu lama sekolah setiap tingkat serta tingkat

pendaftaran anak masuk sekolah, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Komponen standar hidup layak (decent living) diukur dengan indikator PNB per

kapita atau konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dengan Paritas Daya Beli

(PDB) dalam mata uang internasional Dollar Amerika.

Page 12: Tinjauan Pustaka Korupsi

19

Sumber : UNDP, 2012

Gambar 2.3 Komposisi Baru Indeks Pembangunan Manusia tahun 2010

Konsep pembangunan manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia dalam

skala 0 sampai 1 dengan kategori sebagai berikut: tingkat pembangunan manusia

sangat tinggi (lebih dari 0,8), tingkat pembangunan manusia tinggi (antara 0,66 –

0,79), tingkat pembangunan manusia menengah antara (0,5-0,659), dan tingkat

pembanguan manusia rendah (kurang dari 0,5). Untuk memudahkan membaca

indeks, skala hasil nilai antara 0 – 1 diubah menjadi skala 0-100.

2.3.1 Dimensi dan Komponen IPM

a. Kesehatan

Pembangunan manusia harus lebih mengupuayakan agar penduduk suatu

negara mencapai “usia hidup” yang lebih panjang dan sehat. Indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan yaitu komponen angka harapan hidup

waktu lahir (life expextancy at birth) yang biasa dinotasikan dengan eo. Angka

Page 13: Tinjauan Pustaka Korupsi

20

kematian bayi tidak digunakan untuk keperluan indikator dikarenakan indikator

angka kematian bayi dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju.

b. Pendidikan

Selain kesehatan, pendidikan juga merupakan unsur penting dalam

pembangunan manusia. Pendidikan diukur dengan dua komponen yaitu rata-rata lama

sekolah (mean of year schooling) dan harapan lama sekolah (expected of years

schooling). Harapan lama sekolah merupakan komponen baru yang lebih spesifik

dalam penghitungan indeks pembangunan manusia. Tahun 2010 Laporan

Pembangunan Manusia memperkenalkan beberapa perubahan signifikan dalam IPM.

Rumus rata-rata tahun sekolah untuk orang dewasa (mean of years schooling)

ditambah tahun diharapkan dari sekolah (expected of years schooling) untuk anak

sekarang membentuk dimensi pendidikan. Sebelumnya dalam penghitungan dimensi

pendidikan menggunakan komponen Adullt Literacy Rate atau angka melek huruf

dan komponen Gross Enrollment Ratio atau rasio partisipasi pendidikan bruto.

c. Standar Hidup Layak

Selain kesehatan dan pendidikan, dimensi standar hidup diukur dari

Pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita. Pendapatan Agregat ekonomi yang

dihasilkan oleh produksi dan kepemilikan faktor produksi, dikurangi dengan

pendapatan yang dibayarkan untuk penggunaan faktor-faktor produksi dimiliki oleh

seluruh dunia, dikonversi ke dolar internasional menggunakan paritas daya beli (PPP)

tingkat, dibagi dengan populasi tengah tahun.

2.3.2 Metode Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia

Dalam menghitung indeks pembangunan manusia (IPM) dibutuhkan tiga

komponen, yaitu angka harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks pendapatan.

Metode ini berdasarkan konsepsi rumus yang dipakai oleh UNDP dalam menghitung

indeks pembangunan manusia.

Pada tahap pertama, menghitung masing-masing komponen atau indeks

dengan rumus sebagai berikut :

Page 14: Tinjauan Pustaka Korupsi

21

1. Indeks Harapan Hidup (Health)

Hh = (le-lemin)/(lemax-lemin)………………….. … (2.5)

2. Indeks Pendidikan (Education)

He = (1/3)*((ger-germin)/(germax-germin))+(2/3)*((lit-litmin)/(litmax-litmin))….. (2.6)

3. Indeks Standar Kehidupan (Living Standart)

Hls = (ln(gdp)-ln(gdpmin))/(ln(gdpmax)-ln(gdpmin))…………… (2.7)

Keterangan :

le : living expectancy atau angka harapan hidup

ger : gross enrollment ratio atau rasio partisipasi pendidikan bruto

lit : literacy atau angka melek huruf

gdp : GDP per capita atau GDP per kapita berdasarkan PPP

Tahap kedua perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah

menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks dengan rumusan sebagai

berikut :

HDI / IPM =

=

……………….. (2.8)

Laporan Pembangunan Manusia tahun 2010 dari UNDP memperkenalkan

beberapa perubahan signifikan dalam IPM.. Indeks Harapan Hidup (le) tetap menjadi

indikator untuk dimensi kesehatan, sementara Pendapatan Kotor Nasional (GNI)

menggantikan GDP, dan rata-rata tahun sekolah untuk orang dewasa (mean of years

schooling) ditambah tahun yang diharapkan dari sekolah (expected of years

schooling) untuk anak sekarang yang kemudian membentuk dimensi pendidikan.

Rumus perhitungan masing-masing komponen untuk pembentukan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2010 adalah sebagai berikut :

1. Indeks Kesehatan (Health)

H h = (le-le min ) / (le max -le min )……………………… (2.9)

2. Indeks Pendidikan (Education)

He = [((Mys Mys- min)/(Mys max Mys- min ))*((eys eys- min )/(eys Max -eys min ))] ½(2.10)

Page 15: Tinjauan Pustaka Korupsi

22

3. Indeks Standar Kehidupan (Living Standart)

Hls = (ln (gni)-ln (gni min )) / (ln (gni max )-ln (gni min ))……… (2.11)

Keterangan :

le : living expectancy atau angka harapan hidup

eys : expexted of years schooling atau tahun diharapkan dari sekolah

mys : mean of years schooling atau rata-rata lama sekolah

gni : gross national income per capita atau GNI per kapita berdasarkan PPP

Pendekatan tersebut diperkenalkan pada tahun 2010 dan tetap memiliki

struktur dimensi yang sama dengan bobot yang sama, dengan perubahan beberapa

kunci. Formula ini menggantikan indikator pendapatan dan pendidikan, UNDP

mengubah metode agregasi dari rata-rata aritmatika dengan rata-rata geometrik, dan

mengubah bagian atas dan batas bawah digunakan untuk menormalkan indeks,

menghilangkan praktik pembatasan variabel yang melampaui batas atas. Rumus baru

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai berikut :

HDI / IPM = (HKesehatan*H Pendidikan*Hstandar hidup)1/3

………….. (2.12)

2.3.3 Manfaat Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mempunyai manfaat untuk beberapa hal

sebagai berikut :

1. Untuk memberikan fokus perhatian para pengambil keputusan, media, dan

organisasi non-pemerintah dari penggunaan statistik ekonomi biasa, agar lebih

menekankan pada pencapaian pembangunan manusia. IPM diwujudkan untuk

menegaskan bahwa manusia dan segenap kemampuannya seharusnya menjadi

kriteria utama dalam menilai pembangunan sebuah negara bukan hanya

pertumbuhan ekonomi.

2. Untuk membandingkan pilihan-pilihan kebijakan suatu negara dan sekaligus

memberikan penjelasan seperti dua negara yang tingkat pendapatan per kapitanya

sama dapat memiliki kondisi nilai IPM yang berbeda.

Page 16: Tinjauan Pustaka Korupsi

23

3. Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, provinsi-provinsi (atau

negara bagian), diantara gender, kesukuan, dan kelompok sosial-ekonomi lainnya.

Dengan memperlihatkan disparitas atau kesenjangan di antara kelompok-

kelompok tersebut, maka akan muncul berbagai debat dan diskusi di berbagai

begara untuk mencari sumber masalah dan solusinya.

2.4 Investasi

Pembentukan modal bruto atau investasi domestik bruto merupakan ukuran

investasi yang digunakan dalam formula GDP. Investasi Domestik Bruto (IDB)

menjelaskan indikator kapasitas produktif masa depan untuk GDP. Investasi

Domestik Bruto termasuk pembelian penggantian dan penambahan aktiva modal

ditambah investasi dalam persediaan. Biasanya besaran investasi sekitar 10 sampai 20

persen dari GDP. Bahkan Rostow mengemukakan investasi merupakan salah satu kondisi

penting yang harus dipenuhi dalam memasuki tahap proses tinggal landas (Jhingan, 1988).

Menurut Mankiw (2003) pengeluaran investasi ada tiga jenis. Pertama,

Investasi tetap pada bisnis (business fixed investment) mencakup peralatan dan

struktur yang dibeli perusahaan untuk proses produksi. Investasi residensial

(residential investment) mencakup rumah baru yang orang beli untuk tempat tinggal

dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan. Investasi persediaan (inventory

investment) mencakup barang-barang yang disimpan perusahaan di gudang, termasuk

bahan-bahan dan persediaan, barang dan proses, dan barang jadi.

2.4.1 Pengeluaran Investasi

2.4.1.1 Investasi Tetap Bisnis

Bagian terbesar dari pengeluaran investasi, yaitu kira-kira tiga perempat dari

totalnya, adalah investasi tetap bisnis. Istilah “Bisnis” berarti barang-barang investasi

dibeli oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi masa depan. Istilah “tetap”

berarti bahwa pengeluaran ini adalah untuk modal yang akan menetap untuk

sementara. Mankiw (2003) Investasi tetap bisnis mencakup mesin-mesin pendukung

produksi seperti mesin faks sampai pabrik.

Page 17: Tinjauan Pustaka Korupsi

24

Model standar investasi tetap bisnis disebut juga model investasi neoklasik

(neoclassical model of investment). Model neoklasik mengkaji manfaat dan biaya

bagi perusahaan untuk memiliki barang-barang modal. Model tersebut menunjukan

bagaimana tingkat investasi (tambahan persediaan modal) dikaitkan dengan produk

marjinal modal, tingkat bunga, dan aturan perpajakan yang mempengaruhi

perusahaan (Mankiw, 2003).

Keputusan perusahaan penyewaan untuk meningkatkan atau menurunkan

persediaan modalnya dapat menjadi determinan investasi. Untuk setiap unit modal,

perusahaan menghasilkan penerimaan riil R/P dan menanggung biaya riil (PK/P)(r+δ).

Rumus dari laba riil unit modal adalah :

Tingkat laba = Penerimaan – Biaya

………… (2.13)

Karena harga sewa riil dalam ekuilibrium sama dengan produk marjinal modalnya,

maka tingkat laba dapat ditulis sebagai berikut :

Tingkat laba = MPK ……..….. (2.14)

Perubahan dalam persediaan modal disebut investasi neto (net investment),

bergantung pada perbedaan antara produk marginal modal dan biaya modal. Jika

produk marjinal melebihi biaya modal, perusahaan menganggap akan

menguntungkan jika menambah persediaan modal. Jika produk marjinal kurang dari

biaya modal, maka akan membiarkan persediaan modal mengecil. Rumus dapat

ditulis sebagai berikut :

………………………....... (2.15)

di mana In adalah fungsi yang menunjukan berapa banyak investasi neto merespon

insentif untuk investasi. Pengeluaran total atas investasi tetap bisnis adalah jumlah

investasi neto dan penggantian dari modal yang disusutkan. Persamaan 2.11

disubstitusikan ke persamaan (2.12) untuk membentuk fungsi investasi di bawah ini :

……………… (2.16)

Investasi tetap bisnis bergantung pada produk marjinal modal, biaya modal, dan

jumlah penyusutan atau depresiasi.

Page 18: Tinjauan Pustaka Korupsi

25

2.4.1.2 Investasi Residensial

Investasi residensial meliputi pembelian rumah baru yang akan ditinggali

pembelinya dan yang akan disewakan oleh tuan tanah kepada orang lain. Model

investasi residensial serupa dengan teori q investasi tetap bisnis. Menurut teori q,

business fixed investment bergantung pada harga pasar atas modal terpasang relatif

terhadap biaya penggantinya; harga relatif ini bergantung pada laba yang diharapkan

oleh modal terpasang. Menurut model pasar rumah, investasi residensial bergantung

pada harga relatif rumah. Harga relatif rumah akan bergantung pada permintaan

terhadap rumah, yang bergantung pada harga sewa yang orang harapkan apabila

orang lain menyewakan rumahnya. Jadi harga relatif rumah memainkan peran yang

sama untuk investai residensial sebagaimana teori q Tobin untuk investasi tetap

bisnis.

2.4.1.3 Investasi Persediaan

Investasi persediaan merupakan salah satu komponen pengeluaran terkecil,

rata-rata sekitar 1 persen dari GDP. Investasi persediaan seperti barang-barang yang

disimpan perusahaan pada saat yang sama tidak bernilai apa-apa dan bisa memiliki

signifikansi yang besar. Mankiw (2003) beberapa motif perusahaan menyimpan

persediaan :

1. Motif pemerataan produksi (production smoothing) atau meratakan tingkat

produksi sepanjang waktu. Ketika penjualan rendah, perusahaan memproduksi leih

banyak dari yang dijual dan menyimpan kelebihan barang itu sebagai persediaan.

Ketika pennjualan tinggi, perusahaan memproduksi lebih sedikit dari yang dijual

dan menjual persediaannya.

2. Persediaan sebagai faktor produksi (inventory as a factor of production) yakni

menyimpan persediaan agar perusahaan dapat beroperasi secara efisien. Semakin

besar persediaan yang disimpan maka semakin besar output yang diproduksi.

3. Pencegahan kehabisan barang (stock-out avoidance) yakni menghindari kehabisan

barang ketika penjualan tiba-tiba melonjak.

Page 19: Tinjauan Pustaka Korupsi

26

4. Barang dalam proses (work in process) yakni persediaan dijelaskan dalam proses

produksi. Beberapa barang mungkin membutuhkan beberapa tahap dalam produksi

dan membutuhkan waktu.

Formula investasi persediaan I adalah perubahan dalam persediaan

perekonomian karena itu,

………………………...…… (2.17)

Model percepatan tersebut memprediksi bahwa investasi persediaan adalah

proporsional terhadap perubahan output. Ketika output naik, perusahaan ingin

menyimpan lebih banyak persediaan sehingga investasi persediaan tinggi. Ketika

output turun, perusahaan ingin menyimpan lebih sedikit persediaan, sehingga

membiarkan persediaan turun dan investasi persediaan negatif.

2.4.2 Investasi dan Tingkat Suku Bunga

Jumlah barang-barang modal yang diminta untuk investasi bergantung pada

tingkat bunga yang mengukur biaya dari dana investasi. Agar investasi

menguntungkan, penerimaan dari kenaikan produksi dan jasa masa depan harus

melebihi biayanya (pembayaran untuk pinjaman). Jika suku bunga meningkat, lebih

sedikit investasi yang menguntungkan, dan jumlah barang-barang investasi yang

diminta akan turun.

Dalam perekonomian, tingkat bunga dibagi menjadi dua yakni tingkat bunga

nominal dan tingkat bunga riil (Mankiw, 2003). Tingkat bunga nominal (nominal

interest rate) adalah tingkat bunga yang biasa dilaporkan; itulah tingkat bunga yang

dibayar investor untuk meminjam uang. Tingkat bunga rii (real interest rate) adalah

tingkat bunga nominal yang dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Tingkat

bunga riil mengukur biaya pinjaman yang sebenarnya dan dengan demikian

menentukan jumlah investasi. Persamaan yang mengaitkan antara investasi I pada

tingkat bunga riil :

……………………………………… (2.18)

Fungsi investasi berbentuk miring kebawah menurun ke kanan, ketika tingkat bunga

naik, jumlah investasi yang diminta turun.

Page 20: Tinjauan Pustaka Korupsi

27

2.4.3 Investasi dan Tingkat Tabungan

Mankiw (2003) tabungan adalah penawaran dari dana pinjaman. Rumah

tangga meminjamkan tabungannya kepada investor atau menabungnya di bank yang

kemudian meminjamkan dana itu kepada pihak lain. Investor meminjam dari publik

secara langsung dengan menjual obligasi atau secara tidak langsung dengan

meminjam bank. Karena investasi bergantung pada tingkat bunga, jumlah dana

pinjaman juga bergantung pada tingkat bunga.

Perubahan investasi (ΔI) akan meningkatkan pendapatan (ΔY) sebesar

koefisien pengganda (multiplier, k = 1/s, s = hasrat untuk menabung) dikali

perubahan investasi tersebut. Sedangkan berapa besar tambahan modal (I = ΔK = Kt-

Kt-1) bergantung pada besarnya rasio tambahan modal terhadap tambahan output (w

= ICOR), atau dapat dinyatakan, ΔK = wVY. Semakin tinggi ICOR semakin kecil

tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dan semakin tidak efisien

penggunaan kapital. Dalam hal ini tabungan sebagai akumulasi dari kapital dapat

memengaruhi besaran investasi.

2.5 Definisi Economic Freedom dan Political Freedom

2.5.1 Kebebasan Ekonomi (Economic Freedom)

Dalam komunitas kebebasan ekonomi, kekuatan dari keputusan ekonomi

bersifat menyebar secara luas dan merata (tidak terpusat), dan alokasi sumberdaya

yang berguna bagi konsumsi dan produksi didasarkan pada kompetisi bebas dan

terbuka sehingga setiap individu atau perusahaan mendapatkan peluang yang adil

tanpa diskriminasi miskin, kaya, maupun latarbelakang geografis (Miller dan Kim,

2010).

Tujuan dari economic freedom adalah bukan hanya meminimalkan kekuasaan

dan batasan-batasan Negara, tetapi juga penciptaan kreasi dan pemeliharaan jiwa

kebebasan ekonomi serta memiliki tanggung jawab untuk menghormati hak-hak

kebebasan ekonomi orang lain. Pemerintah memberikan perlindungan terhadap hak-

hak kepemilikan individu dari kerusakan atau pelanggaran yang diciptakan oleh

individu lainnya.

Page 21: Tinjauan Pustaka Korupsi

28

Definisi komperhensif economic freedom merupakan suatu konsep yang dapat

mengintegrasikan seluruh kebebasan fundamental dan hak-hak individu untuk

melakukan kegiatan ekonomi seperti produksi, konsumsi, dan distribusi barang dan

jasa. Economic freedom seharusnya juga dapat menjamin hak-hak dari kepemilikan

dan pengakuan yang menyeluruh terhadap kebebasan mobilitas tenaga kerja, modal,

dan output yang selaras dengan aturan hukum tertentu di suatu negara.

Index of Economic Freedom melihat kebebasan ekonomi dari 10 sudut

pandang yang berbeda. Beberapa aspek penilaian bersifat eksternal, yakni mengukur

derajat keterbukaan ekonomi terhadap investasi dan perdagangan global. Indikator

kebebasan ekonomi juga bersifat internal yakni mengukur kebebasan individu-

individi di suatu negara untuk menjalankan aktivitas perekonomian secara agregat

dan merata serta mempunyai arti penting dalam pembuatan kebijakan.

2.5.1.1 Kebebasan Berbisnis (Business Freedom) atau Regulation

Business freedom adalah hak individu untuk mendirikan dan menjalankan

perusahaan tanpa ada intervensi negara yang cenderung menghambat kebebasan

berbisnis. Pada dasarnya intervensi negara tetap perlu dilakukan dalam bentuk

regulasi-regulasi yang mendukung proses transaksi ekonomi berjalan adil. Peraturan

yang menghambat dan merugikan adalah hambatan yang paling utama yang

menghalangi kebebasan aktivitas usaha. Secara umum, Business freedom merupakan

pengukuran kuantitatif dalam mengukur kemampuan memulai, menjalankan, dan

menutup suatu bisnis yang merepresentasikan keseluruhan hambatan regulasi atau

juga sampai sejauh mana efisiensi pemerintahan dalam proses pengaturan. Business

freedom bernilai antara 0-100, semakin tinggi nilainya maka semakin tinggi pula

derajat kebebasan lingkungan bisnis. Penilaiannya berdasarkan pada 10 faktor yang

tertimbang rata, faktor tersebut adalah :

a. Memulai bisnis – prosedur (jumlah)

b. Memulai bisnis – waktu (hari)

c. Memulai bisnis – biaya (persen dari income percapita)

d. Memulai bisnis – minimal modal (persen dari income percapita)

Page 22: Tinjauan Pustaka Korupsi

29

e. Mendapat izin – prosedur (jumlah)

f. Mendapat izin – waktu (hari)

g. Mendapatkan izin – biaya (persen dari income percapita)

h. Menutup bisnis – biaya (persen of estate)

i. Menutup bisnis – recovery rate (cent dalam dollar)

Factor Scorei = 50 x (factoraverage /factori)………………. (2.19)

Setiap faktor dikonversi menjadi indeks angka 0 – 100. Hasilnya merepresentasikan

business freedom score. Setiap faktor dikonversi sesuai dengan rumus di atas.

2.5.1.2 Kebebasan Perdagangan (Trade Freedom)

Trade Freedom merupakan indeks komposit yang mengukur derajat hambatan

tariff dan non tariff yang dapat berimbas pada neraca perdagangan. Kebebasan dalam

perdagangan merefleksikan keterbukaan perekonomian untuk mengimpor dan

mengekspor barang dan jasa serta kemampuan negara dalam berinteraksi dengan

pasar internasional. Angka indeks Trade Freedom didasarkan pada dua input yakni

rataan nilai tariff perdagangan dan hambatan non 29ariff. Rata-rata tariff kalkulasinya

didasarkan pada formula berikut :

….. (2.20)

dimana menggambarkan kebebasan perdagangan di Negara I,

tarifmax dan tarifmin menggambarkan batas atas dan batas bawah untuk tariff (persen)

dan tarifi merepresentasikan nilai rata-rata tariff di negara i. Minimum tariff di set 0

persen dan batas atas di set 50 persen. NTB adalah semacam pinalti karena negara

tersebut menerapkan hambatan non tariff.

2.5.1.3 Kebebasan Moneter (Monetary Freedom)

Pengukuran monetary freedom mengkombinasikan antara kestabilan harga

dan penilaian terhadap kontrol harga. Inflasi dan kontrol harga mempunyai dampak

pada distorsi dalam pasar. Skor monetary freedom didasarkan pada dua faktor yakni

kontrol harga dan rata-rata tertimbang pada tiga tahun terakhir.

Page 23: Tinjauan Pustaka Korupsi

30

Rata-rata tertimbang tingkat inflasi tiga tahun terakhir merupakan input utama

pada persamaan yang membentuk skor dasar bagi monetary freedom. Faktor kontrol

harga dapat memberikan pinalti hingga 20 poin yang akan mengurangi skor dasar

tersebut. Dua persamaan yang digunakan untuk mengonversi tingkat inflasi menjadi

skro monetary freedom adalah sebagai berikut :

…………… (2.21)

………… (2.22)

hingga merepresentasikan tiga angka yang secara agregat berjumlah 1

dan secara eksponensial bentuknya semakin mengecil ( secara berurutan nilainya

adalah 0.665, 0.245, dan 0.090); Inflationit dan lagnya menunjukkan nilai absolut

inflasi tahunan negara I pada waktu tertentu yang diukur melalui Consumer Price

Index (CPI); α menunjukkan koefisien stabilisator varians skor persamaan di atas; dan

Price Control (PC) penalty adalah sebuah skala antara skala 0-20 poin yang

menunjukkan seberapa jauh harga mengalami kontrol dan tergantung dari keberadaan

kontrol harga yang terjadi di negara tersebut.

2.5.1.4 Kebebasan Fiskal (Fiscal Freedom)

Komponen fiscal freedom terdiri dari tingkat pajak atas pendapatan individu

dan perusahaan, serta total pendapatan pajak atas persentase GDP. Pada proses

pembuatan skor, komponen fiscal freedom ditimbang secara merata sebagai sepertiga

faktor. Fiscal freedom dihitung dengan fungsi biaya kuadratik untuk merefleksikan

pengembalian yang semakin menurun dari tingkat pajak yang sangat tinggi.

Persamaan adalah sebagai berikut :

…………...... (2.23)

Fiscal Freedomij merepresentasikan indeks fiscal freedom di Negara i untuk

faktor j, faktorij merepresentasikan nilai 0-100 para negara i untuk faktor j, dan α

adalah koefisien yang di set sebesar 0.03.

Page 24: Tinjauan Pustaka Korupsi

31

2.5.1.5 Kebebasan Finansial (Financial Freedom)

Kebebasan finansial adalah indeks pengukuran terhadap ketahanan perbankan

dan pengukuran tentang keterkaitannya terhadap intervensi pemerintah. Indeks

tersebut dipakai untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya regulasi pemerintah

terhadap penyediaan jasa layanan keuangan, intervensi negara pada bank dan

lembaga keuangan lainnya, tingkat kesulitan dalam membuka dan menjalankan usaha

jasa keuangan, dan intervesi pada alokasi kredit.

Nilai indeks financial freedom berkisar antara 0 – 100 melalui perbandingan :

nilai 0 adalah adanya peraturan pemerintah yang melarang keberadaan institusi

keuangan swasta, dan angka 100 dimana levelnya meningkat 10 basis point secara

gradual menunjukkan bahwa bank sentral menerapkan pengawasan dan regulasi yang

mendorong pengawasan yang bersifat kontraktual terhadap kewajiban dan

pencegahan terhadap kepanikan sebagai akibat adanya resiko-resiko yang diakibatkan

oleh berbagai hal, serta semua alokasi keuangan berdasarkan sistem pasar. Dari angka

0-100 mempunyai sifat tersendiri dan semakin bebas sistem finansial maka skor

negara tersebut semakin meningkat 10 basis point.

2.5.1.6 Pembelanjaan Pemerintah (Government Spending)

Indeks ini terkait dengan kebijakan fiskal yang terkait dengan sisi penerimaan

dan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah selain digunakan untuk

investasi di bidang infrastruktur dan pengembangan sumberdaya manusia juga dapat

digunakan untuk keperluan pembangunan barang-barang publik seperti fasilitas

kesehatan dan pendidikan. Dalam penyusunan indikator ini, tidak ada kesepakatan

untuk mengidentifikasi suatu level yang ideal bagi pengeluaran pemerintah.

Pengeluaran pemerintah antara negara bervariasi, hal ini bergantung dari faktor-faktor

seperti geografis, kebudayaan, hingga tahapan pembangunan. Pemerintah yang hanya

mampu menyediakan sedikit barang publik akan memiliki skor yang rendah yaitu

property rights dan financial freedom.

Perhitungan government spending ini tidak linier dan tetap menggunakan

skala 0 – 100, berikut cara perhitungan indeksnya :

Page 25: Tinjauan Pustaka Korupsi

32

…………………. (2.24)

GEi mewakili skor pengeluaran pemerintah negara I; Expenditurei mewakili jumlah

total pengeluaran pemerintah negara I pada semua level pemerintahan sebagai bagian

porsi dari GDP ( persen dari GDP), dan α ditetapkan sebesar 0.03 pada kebanyakan

kasus, pengeluaran pemerintah secara umum merupakan penggabungan dari

pemerintahan pada tataran local, state, dan federal. Pada kasus keterbatasan data, data

yang digunakan adalah pemerintah pusat.

2.5.1.7 Kebebasan Investasi (Investment Freedom)

Indeks investment freedom menjelaskan ada atau tidaknya hambatan pada

aliran modal. Pada negara penganut perekonomian bebas, tidak akan ada restriksi

pada aliran investasi dan modal. Nilai indeks berkisar antara 0 hingga 100. Angka

100 merupakan angka yang ideal bagi kebebasan berinvestasi dan angka bervariasi

pada tiap negara. Indeks kebebasan investasi dimulai dari angka 100 dan semakin

menurun melalui pinalti jika terdeteksi adanya restriksi-restriksi yang memengaruhi

iklim investasi di negara tersebut.

2.5.1.8 Kebebasan dari Korupsi (Freedom From Corruption)

Indeks freedom from corruption merupakan indeks kebebasan dari korupsi

yang dikaitkan dengan penyalahgunaan jabatan publik untuk mengambil keuntungan

secara pribadi. Skor indeks korupsi diturunkan dari data indek persepsi korupsi yang

dikeluarkan oleh Transparency International dengan skor 0 – 10, dan data harus

dikonversi ke skala 0 – 100 untuk mendapatkan indeks freedom from corruption.

Semakin tinggi indeks kebebasan dari korupsi, maka negara tersebut memiliki tingkat

kejahatan korupsi yang rendah.

2.5.1.9 Kebebasan Hak Kepemilikan Pribadi (Property Rights Freedom)

Indeks property rights mengukur derajat tentang sejauh mana hukum atau

regulasi suatu negara dapat melindungi hak kepemilikan pribadi dan usaha

pemerintah dalam mengawasi hukum tersebut. Indeks ini juga mengukur

Page 26: Tinjauan Pustaka Korupsi

33

kecenderungan dalam penyalahgunaan kepemilikan pribadi untuk menganalisis

independensi pengadilan, korupsi dalam pengadilan, dan kemampuan individu dan

perusahaan untuk mengawasi kontrak tersebut. Semakin tinggi skor property rights

suatu negara maka semakin tinggi pula perlindungan hukum atas kepemilikan

pribadi.

2.5.2 Kebebasan Politik (Political Freedom)

Political Freedom adalah suatu pengukuran pada masing-masing negara

dengan menggunanan data yang dipublikasikan oleh The Freedom House melalui

data laporan tahunan Freedom In The World. Data ini melaporkan indeks kebebasan

berpolitik dalam dua indikator yaitu political liberties dan Civil rights. Masing-

masing indeks menggunakan skala ordinal dari 1-7, dimana 1 merepresentasikan level

yang paling tinggi untuk political liberties atau civil rights dan 7 merepresentasikan

yang paling rendah ( 1 adalah paling bebas dan 7 adalah paling otoriter ).

Menurut Gwartney et al (1996) Political liberty adalah suatu keadaan dimana

penduduk dapat bebas berpartisipasi dalam proses politik (voting, lobi, dan memilih

wakilnya), pemilihan berlangsung adil dan kompetitif, dan partai alternatif dapat

berpartisipasi secara bebas atau demokrasi. Civil rights adalah keadaan yang dapat

meningkatkan kebebasan pers dan hak-hak individual untuk membuat dan mengikuti

pandangan agama alternatif, mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum serta

dapat bebas berekspresi tanpa rasa takut terhadap kekerasan fisik.

2.6 Metode Panel Data

Panel data adalah bentuk data yang merupakan gabungan dari data time series

dan cross section. Dalam teori ekonometrika, bentuk panel data dapat mengatasi

masalah pengestimasian yang kurang baik akibat sedikitnya jumlah observasi jika

hanya dengan menggunakan data time series atau cross section saja. Adapun

beberapa keuntungan dalam menggunakan panel data (Baltagi, 2005) adalah :

a. Panel data mampu mengontrol heterogenitas individu.

Page 27: Tinjauan Pustaka Korupsi

34

b. Panel data dapat memberikan informasi data yang lebih banyak, lebih bervariasi,

mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan degree of freedom, dan

lebih efisien.

c. Jika menggunakan data cross section, walaupun terlihat stabil namun sebenarnya

dalam data tersebut tersimpan banyak perubahan, seperti data pengangguran,

perpindahan pekerjaan, atau perubahan kebijakan pemerintah. Dengan

menggunakan panel data maka penyesuaian-penyesuaian yang dinamis tersebut

dapat dengan lebih mudah dipelajari.

d. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat

diperoleh dari data cross section murni atau data time series murni.

e. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.

Dalam pengolahan data panel dikenal tiga macam metode, yaitu metode

pooled least square, metode efek tetap (fixed effect), dan metode efek acak (random

effect). Ketiga metode ini dapat diterapkan dengan pembobotan (cross section

weights) atau tanpa pembobotan (no weighting).

2.6.1 Metode Pooled Least Square

Dalam metode ini data panel yang mengkombinasikan semua data cross

section dan time series akan digabungkan menjadi pooled data. Dengan

menggunakan metode ini tentunya akan menghasilkan pendugaan regresi yang lebih

akurat jika dibandingkan dengan regresi biasa, karena dalam panel berarti

menggabungkan data cross section dan time series bersama-sama sehingga memiliki

jumlah observasi data yang lebih banyak. Kelemahan dalam metode ini adalah tidak

terlihatnya perbedaan baik antar individu karena data yang digabungkan secara

keseluruhan. Metode ini diduga dengan menggunakan Ordinary Least Square, yaitu :

Yit = α + Xit βj + wit ................................................... (2.25)

dimana :

Yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i

α = intersep yang konstan antar individu cross section i

Xit = variabel bebas di waktu t untuk unit cross section i

Page 28: Tinjauan Pustaka Korupsi

35

βj = parameter untuk variabel bebas

wit = komponen error gabungan di waktu t untuk unit cross section i

2.6.2 Metode Efek Tetap (Fixed Effect)

Metode pooled least square memiliki kekurangan, yaitu tidak terlihatnya

perbedaan baik antar individu, sehingga asumsi intersep dan slope dari persamaan

regresi yang dianggap konstan. Sedangkan untuk generalisai secara umum, dapat

dilakukan dengan memasukkan variabel dummy untuk menghasilkan nilai parameter

yang berbeda-beda pada setiap unit cross section. Metode dengan memasukkan

variabel dummy disebut dengan metode Fixed Effect atau Least Square Dummy

Variable.

Metode fixed effect akan menghasilkan intersep yang berbeda-beda antar unit

cross section. Kelemahan pada metode ini adalah semakin berkurangnya degree of

freedom akibat adanya penambahan variabel dummy pada persamaan, dan tentunya

akan memengaruhi keefisienan parameter yang diduga. Pendugaan metode ini

dinyatakan dalam persamaan (2.22).

Yit = αi + βj xjit + μit ..................................... (2.26)

dimana :

yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i

αi = intersep yang akan berbeda antar individu cross section i

xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i

βj = parameter untuk variabel ke j

μit = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

2.6.3 Metode Efek Acak (Random Effect)

Pada metode efek acak (random effect) karakteristik antar individu terlihat

pada komponen error yang ada pada model. Hal ini tidak akan mengurangi derajat

bebas (degree of freedom) akibat penambahan variabel, sehingga efisiensi dalam

pendugaan parameter juga tidak berkurang. Bentuk model efek acak ini adalah :

Page 29: Tinjauan Pustaka Korupsi

36

Yit = α + βj xjit + wit ................................................... (2.27)

dimana :

yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i

α1i = α1 + μit , dengan nilai intersep yang akan berbeda antar individu cross section i

akibat random error (μit) antar individu tersebut μ

xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i

βj = parameter untuk variabel ke j

wit = μit + τi , yaitu μit : error dan τi : individual effect

2.7 Elastisitas

Konsep elastisitas dijelaskan dalam teori mikroekonomi (Nicholson, 1995)

bahwa bagaimana perubahan dalam salah satu variabel dapat memengaruhi variabel

lain. Masalah sering muncul ketika para ekonom ingin mencoba mengukur perubahan

tersebut tetapi tidak menggunakan satuan unit yang sama. Oleh karena itu untuk

menyelesaikan masalah ini dikembangkanlah konsep elastisitas yang menggunakan

satuan persentase.

Asumsi yang digunakan adalah satu variabel tertentu B bergantung pada

variabel A, dimana B kemungkinan juga bergantung pada variabel-variabel lainnya.

Sehingga ketergantungan ini dapat dinyatakan dengan :

B = f (A...) ........................................................... (2.28)

Dari persamaan (2.24) tanda titik-titik merupakan variabel lain selain A yang juga

akan memengaruhi variabel B. Elastisitas B dalam kaitannya dengan A (yang

dinyatakan dengan eB.A) dituliskan dalam persamaan (2.25)

…......... (2.29)

Persamaan (2.25) memperlihatkan bagaimana variabel B berubah ketika A berubah.

Dengan kata lain hal ini menunjukkan bagaimana variabel B menanggapi, cateris

paribus, perubahan sebesar 1 persen dalam variabel A.

Page 30: Tinjauan Pustaka Korupsi

37

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Danny García Callejas (2010) dari

Universidad De Antioquia dalam studi yang terkait dengan analisis relasi korupsi,

indeks kebebasan ekonomi, dan kebebasan politik 10 Negara di Amerika Selatan.

Metode yang digunakan untuk menaksir penyebab korupsi adalah metode panel data.

Variabel untuk menganalisis penyebab korupsi mengacu pada literatur yang

digunakan oleh penelitian Mauro (1995,1997,1998). Mauro dalam Callejas

menjelaskan bahwa dalam ekonomi ortodoks, rendahnya kebebasan ekonomi,

termasuk hambatan perdagangan, mobilitas modal atau persyaratan yang berlebihan

untuk memulai suatu bisnis, seharusnya memberikan kontribusi terhadap perilaku

korupsi serta secara tidak langsung mempengaruhi perlambatan pertumbuhan

ekonomi dan kurangnya kebebasan lain secara umum. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa korupsi jauh lebih dari masalah ekonomi. Selain itu, ketika menganalisis 10

negara Amerika Selatan pada periode 1995-2008, penelitian ini memberikan bukti

yang menantang pendapat bahwa liberalisasi perdagangan, liberalisasi modal dan

pemerintah kecil adalah solusi untuk korupsi. Bahkan, data menunjukkan bahwa ada

saluran lain yang harus ditangani dalam rangka memahami korupsi dan

mengembangkan solusi kebijakan yang memadai. Penelitian lebih lanjut diperlukan

untuk mengidentifikasi saluran tersebut.

Seldadyo (2006) meneliti tentang determinasi dari korupsi menggunakan 70

faktor ekonomi dan non-ekonomi dengan 193 observasi tahun 2000. Metode yang

digunakan adalah tehnik Explanatory Factor Analysis (EFA) dan Extrem Bound

Analysis. Economic Freedom. GDP per capita termasuk dalam beberapa faktor

ekonomi yang dianalisis, sedangkan faktor non-ekonomi seperti faktor politik salah

satunya menggunakan ukuran Political Freedom. Ukuran non-ekonomi lainnya untuk

faktor birokrasi dan regulasi menggunakan ukuran Government Indicator yang

dikeluarkan oleh World Bank. Tehnik EFA dapat mereduksi 27 variabel dan

mendapatkan lima variable baru yakni kapasitas regulasi, federalism, inequality,

trade, dan political liberties. Penelitian yang dilakukan juga ingin menguji model

penentu korupsi dari lima indeks baru menggunakan Analisis Extreme Bound .

Page 31: Tinjauan Pustaka Korupsi

38

Peneliti menemukan bahwa kapasitas regulasi, merupakan variabel yang paling kuat

dalam menjelaskan korupsi. Sedangkan political freedom dan economic freedom

tidak signifikan.

Ali dan Crain (2002) dalam Callejas meneliti menggunakan studi kasus 119

negara dengan tahun 1975-1989, mereka menemukan bahwa kebebasan ekonomi

berjalan bersamaan seiring dengan kualitas kelembagaan dalam hal ini termasuk

peran hukum dan perilaku korupsi. Kebebasan ekonomi yang lebih baik berimplikasi

pada kualitas institusi yang baik dan tingkat korupsi yang rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa korupsi menjadi perhatian yang lebih ketika terjadi ingin

melakukan liberasisasi ekonomi. Untuk mendapatkan hasil ini, Ali dan Crain

menggunakan Indeks Kebebasan Ekonomi yang dikembangkan oleh Gwartney,

Lawson dan Blok. Penelitian Ali dan Crane diterbitkan oleh Institut Cato dan

Freedom House tentang hak-hak sipil dan politik.

Penelitian yang dilakukan Gupta, Davoodi dan Tiongson (2000) dalam Ackay

(2006) tentang korelasi antara korupsi dan penyediaan layanan kesehatan dan

pendidikan dengan menggunakan analisis regresi seluruh sampel negara untuk

menilai ukuran agregat dari hasil pendidikan dan status kesehatan dalam suatu model

yang mencakup beberapa indeks korupsi, pendapatan per kapita, pengeluaran publik

untuk perawatan kesehatan dan pendidikan, dan rata-rata masa pendidikan selesai.

Hasil didukung dalil bahwa perawatan kesehatan yang lebih baik dan hasil

pencapaian pendidikan berkorelasi positif dengan tingkat korupsi yang rendah. Secara

khusus, korupsi secara konsisten berkorelasi positif dengan tingkat tingginya putus

sekolah. Korupsi juga secara signifikan berkorelasi dengan tingkat kematian bayi

yang lebih tinggi dan bobot bayi balita.

Akçay (2006) melakukan penelitian untuk mengeksplorasi hubungan antara

korupsi dan pembangunan manusia dengan studi kasus 63 negara tahun 1998. Untuk

menguji dampak korupsi pada pembangunan manusia, Akcay menggunakan tiga

indeks korupsi yang berbeda. Metode analisis yang digunakan adalah metode panel

data. Hasil tes statistik mengungkapkan bahwa ada hubungan signifikan negatif

antara indeks korupsi dan pembangunan manusia. Bukti empiris dari studi ini

Page 32: Tinjauan Pustaka Korupsi

39

menunjukkan bahwa negara yang lebih banyak korup cenderung memiliki tingkat

pembangunan manusia yang rendah. Secara singkat, penelitian ini memperluas daftar

konsekuensi negatif dari korupsi dan berpendapat bahwa korupsi dalam segala

aspeknya dapat menghambat pembangunan manusia.

Mutaşcu dan Dănuleţiu (2010) dalam penelitiannya tentang kaitan korupsi

dan kesejahteraan sosial yang diproksimasikan dengan pembangunan manusia,

mengambil studi kasus di 27 negara Eropa tahun 1996-2008. Penelitian ini

menggunakan metode panel data (Pooled Data). Dari hasil analisis trend antara

korupsi dengan indeks pembangunan manusia di 27 negara Eropa membuktikan

bahwa korupsi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan

manusia. Korupsi memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesejahteraan

manusia (diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia, yang menggabungkan aspek

ekonomi dengan beberapa yang indikator sosial yang paling penting : kesehatan dan

pendidikan). Ini adalah hasil dari konsekuensi langsung dari korupsi seperti

pertumbuhan yang lebih rendah, memengaruhi alokasi sumberdaya dari anggaran

publik, memperbesar ketidaksetaraan. Hasil utama menunjukkan bahwa korupsi

adalah "pertanyaan kunci" terutama dalam mengembangkan ekonomi dan transisi

ekonomi. Tetapi faktor gangguan konstan tidak teramati mengurangi fenomena dan

mengkompensasi faktor negatif berkala yang teramati.

Penelitian yang dilakukan oleh Kwabena Gyimah dan Brempong (2002) dari

University of South Florida, USA. Penelitian ini berfokus pada analisis hubungan

antara korupsi, pertumbuhan ekonomi dalam komponen investasi, dan ketimpangan

pendapatan di 21 negara Afrika tahun 1993-1999. Metode yang digunakan untuk

analsis adalah metode panel dinamis. Peneliti menemukan bahwa korupsi dapat

menurunkan pertumbuhan ekonomi secara langsung dan tidak langsung melalui

penurunan investasi pada modal fisik. Dengan kata lain, korupsi dapat menurunkan

tingkat investasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa korupsi meningkat

berkorelasi positif dengan ketimpangan pendapatan. Efek gabungan dari pertumbuhan

pendapatan menurun dan peningkatan ketidaksetaraan menunjukkan bahwa korupsi

lebih merugikan rakyat miskin daripada orang kaya di Negara Afrika.

Page 33: Tinjauan Pustaka Korupsi

40

Nielsen dan Haugaard (2000) dari University of Aarhus Denmark melakukan

penelitian mengenai demokrasi, korupsi, dan pembangunan manusia 94 negara di

dunia tahun 2000. Metode yang digunakan adalah kombinasi analisis kualitatif dan

kuantitatif (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi GDP per

kapita, kebebasan ekonomi (sektor publik dan intervensi pemerintah rendah), dan

tingkat gabungan demokrasi di suatu negara maka tingkat korupsi semakin rendah.

Demikian juga hasil analisis lanjutan menjelaskan bahwa korupsi secara signifikan

menghalangi pembangunan manusia.

2.9 Kerangka Pemikiran

Kegagalan pemerintah terutama dari rendahnya kualitas institusi dalam

melayani sektor publik dapat memicu terjadinya kejahatan korupsi di suatu negara.

Kualitas institusi yang rendah mengakibatkan kontrol terhadap korupsi yang rendah

pula. Rendahnya kebebasan ekonomi dan kebebasan politik kemungkinkan dapat

menjadi beberapa determinan timbulnya perilaku korupsi pada sektor publik.

Untuk studi ini, peneliti akan menganalisa penyebab korupsi dilihat dari sisi

ekonomi dan politik dan pengaruh korupsi terhadap pembangunan manusia dan

investasi di delapan negara ASEAN. Dari sisi faktor ekonomi, determinan yang

dianalisis adalah sembilan komponen kebebasan ekonomi. Sedangkan dari indikator

makroekonomi menggunakan pendekatan GDP per kapita. Dari sisi faktor politik dan

pemerintahan, determinan yang dianalisis adalah komponen kualitas pemerintahan

dan demokrasi yang diproksimasi oleh variabel kebebasan politik. Beberapa

penelitian juga membuktikan bahwa korupsi juga dapat memengaruhi pertumbuhan

ekonomi melalui jalur investasi dan pembangunan manusia di suatu negara. Hasil dari

analisis penelitian ini akan diambil kesimpulan dan rekomendasi kebijakan untuk

menangani masalah korupsi yang terjadi di delapan negara kawasan ASEAN.

Page 34: Tinjauan Pustaka Korupsi

41

: Bagian yang dianalisis

: Alur analisis

Gambar 2.4 Alur Kerangka Pemikiran Penelitian

Kegagalan Perencanaan

Pemerintahan Negara

Berkembang

Kualitas Institusi & Pemerintahan Negara Rendah

Pembangunan Manusia

Terjadinya Persepsi Korupsi (Freedom from

Corruption)

Investasi

1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyebab dari Tindakan Korupsi di Sektor Publik.

2. Dampak Korupsi terhadap Pembangunan Manusia dan Investasi di 8 Negara Kawasan ASEAN.

Pengolahan Data dengan Metode Analisis Data

Panel Eviews 6.1

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kebijakan

Pendidikan Kesehatan Pendapatan per

kapita

Pembentukan

Modal (Kapital) Bruto

Faktor Ekonomi dan Demokrasi (Politik)

Page 35: Tinjauan Pustaka Korupsi

42

2.10 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini berupa dugaan tanda koefisien

variabel-variabel yang memengaruhi korupsi dan pengaruhnya terhadap

pembangunan manusia dan investasi. Berikut adalah hipotesis penelitian yang

digunakan :

1. Beberapa variabel kebebasan ekonomi, dan kebebasan politik diharapkan

berpengaruh positif terhadap tingkat bebas/bersih dari perilaku korupsi.

2. Kegagalan pemerintah yang diproksimasi menggunakan enam indikator

kualitas pemerintahan dan pendapatan per kapita dengan mengukur standar

hidup diharapkan berpengaruh negatif terhadap korupsi. Semakin rendah

tingkat kualitas pemerintahan serta semakin rendah pendapatan per kapita,

maka tingkat korupsi semakin tinggi. Dummy jajahan Inggris berpengaruh

positif terhadap bebas dari perilaku korupsi.

3. Populasi penduduk diharapkan berpengaruh positif terhadap investasi dan

pembangunan manusia di delapan negara ASEAN.

4. Tingkat suku bunga riil diharapkan bepengaruh negatif terhadap tingkat

investasi dan tingkat tabungan diharapkan berpengaruh positif terhadap

investasi sebagai akumulasi dari kapital.

5. Pengeluaran pemerintah diharapkan berpengaruh positif terhadap

pembangunan manusia.

6. Tingkat bebas dari perilaku Korupsi diharapkan berpengaruh positif terhadap

pembangunan manusia dan tingkat investasi.