tinjauan pustak2
DESCRIPTION
pblTRANSCRIPT
Tinjauan Pustaka
Nyeri pada Pinggang Kanan yang disebabkan Batu Ginjal
Mikhail Halim (A4)
102013162
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida, jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510, Indonesia
Alamat Korespondensi : [email protected]
Abstrak
Sistem Kemih merupakan suatu sistem yang dengan sangat kompleks, yang memiliki
peran utama yakni menjaga keseimbangan cairan internal tubuh, dengan terus memproduksi
dan meneksresi urine. Mengingat fungsinya yang sangat penting itu, ginjal sering kali dilalui
oleh zat-zat sisa yang sudah tidak di perlukan, maupun zat-zat yang masih sangat dibutuhkan,
yang senantiasa terus menerus di saring dan diserap kembali di ginjal.1 Mengingat itu, ginjal
dan saluran kemih merupakan tempat yang baik untuk terbentuknya endapan-endapan
mineral dan ion-ion yang lama kelamaan menjadi batu, disalurkan kemih, dan akhirnya akan
mengganggu aktivitas ginjal, sehingga menimbulkan gejala. Tinjauan pustaka kali ini akan
membahas mengenai batu ginjal atau nephrolhitiasis, mulai dari bagaimana menegakan
diagnosa untuk batu saluran kemih, pembahasan lebih lengkap mengenai apa itu batu ginjal,
diagnosis banding, serta gejala klinis, etiopatofisiologi, epidemiologi, serta penatalaksanaan,
komplikasi, prognosis dan pencegahan.
Kata kunci: Nephrolithiasis, ginjal.
Abstract
The Urinary system is a complex system , which has a major role, maintain the
internal fluid balance of the body, by continuing to produce the urine. With very important
function, the kidneys often traversed by residual substances that are not in need, as well as
substances that are still very much needed, which is always continuously filtered and
reabsorbed at kidneys.1 The kidneys and the urinary tracts is a good place for the deposits of
minerals and ions that gradually become stones, and eventually will disrupt the activity of the
kidneys, causing symptoms. This literature review will discuss about kidney stones or
nephrolhitiasis, ranging from how to enforce the diagnosis of urinary stones, a fuller
discussion on what the kidney stone, diagnosis, and clinical symptoms, etiopatofisiologi,
epidemiology, and management, complications, prognosis and prevention.
Key Word: Nephrolhitiasis, kidney.
PendahuluanSeorang laki-laki berusia 50 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan utama nyeri
pinggang kanan dan buang air kecil(BAK) kemerahan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri awalnya
dirasakan ringan, namun sejak 5 hari yang lalu nyeri dirasakan semakin memberat.
Sebelumnya tidak ada konsumsi obat ataupun trauma. Batu saluran kemih pada umumnya
terbagi menjadi 2 yakni batu ginjal dan batu saluran kemih, dimana tinjauan pustaka kali ini
akan lebih banyak membahas mengenai batu ginjal, letak batu ginjal dijumpai khas di kaliks
atau pada pelvis, dan jika hendak keluar, sesuai aliranya biasanya akan tersangkut di ureter.
Batu ginjal sendiri terbentuk dari endapat mineral dan ion-ion yang senantiasa di proses di
ginjal, dan yang tersering adalah kalsium baik kalsium oksalat maupun kalsium fosfat. Batu
ginjal juga merupakan kelainan terbanyak di saluran kemih.2 Berikut ini akan lebih di bahas
mengenai batu ginjal, mulai dari cara diagnosis, Working Diagnosis, Differential Diagnosis,
gejala klinis, etiopatofisiologi, epidemiologi, penatalaksanaan, prognosis, komplikasi, dan
pencegahan.
AnamnesisDalam anamnesis, yang pertama kita tanya adalah identitas seperti nama, usia,
alamat, pekerjaan, status perkawinan, yang mana semua yang tersebut tadi dapat menjadi
faktor resiko dari penyakit yang diderita. Dari anamnesis dapat pula diketahui keluhan yang
dirasakan oleh pasien, sehingga dapat membantu kita dalam menegakkan diagnosis
penyakitnya. Selain itu, dapat pula kita tanyakan riwayat penyakit dahulunya, riwayat
penyakit keluarganya, keadaan dan kebiasaan pasien. Dikatakan 80% dari penyakit pasien
dapat diketahui dari hanya anamnesis, dan harus ditegakan dengan pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.3 Dari anamnesis terhadap sang pasien, di dapati sang pasien datang
dengan keluhan nyeri pada pinggang kanan, serta buang air kecil kemerahan sejak 1 bulan
yang lalu, diketahui juga kalau tidak ada riwayat trauma maupun konsumsi obat, akan tetapi
di dapatkan keluhan penyerta yakni sang pasien merasakan keluhan nausesa dan vomitus..
Akan tetapi pada kasus ini anamnesis yang dilakukan kurang lengkap. Tidak ada faktor resiko
yang mengarah ke sebuah penyakit. Selain itu riwayat penyakit sekarang dan penyakit
keluarga tidak tergali dengan baik, setelah di lakukan anamnesis, selanjutnya untuk
menegakan diagnosis, harus di lakukan pemeriksaan fisik serta penunjang.
Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-
temuan dalam anamnesis, serta dapat digunakan juga untuk membuang diagnosis banding.
Sebenarnya secara umum, pemeriksaan fisik terbagi menjadi inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Sangat perlu juga di lakukan pemeriksaan keadaan umum pasien dan tanda-tanda
vital,4 dari hasil pemeriksaan di dapatkan kalau tanda-tanda vital sang pasien seluruhnya
berada dalam batas normal. Kemudian pada pemeriksaan fisik di daoatkan nyeri ketok CVA
kanan positif, serta adanya nyeri pinggang kanan (Flank Pain) yang menandakan atau
memastikan kalau kelainan berada pada daerah ginjal, bukan ureter, memperkuat diagnosis
kasus menjadi nephrolhitiasis.5
Pemeriksaan PenunjangUntuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan beberapa pemeriksaan untuk
menegakan diagnosis, seperti dapat di lakuka foto polos abdomen, sangat baik untuk
menentukan letak batu, besar dan ukuran batu, jenis batu sekalipun, apabila batu yang terlihat
opak (densitas tinggi), maka jenis batu adalah batu kalsium oksalat, dan kalsium fosfat,
apabila batu yang terlihat non opak (densitas tidak tinggi), maka batunya adalah batu struvite,
sistin, atau bahkan campuran keduanya.2,6 Dalam kasus kali ini pemeriksaan foto polos
abdomen menunjukan hasil yakni ditemukan adanya batu opak pada ginjal kanan, dengan
begitu sudah dapat ditegakan diagnosis kerjanya, yakni nephrolithiasis dextra karena batu
kalsium (penyebab tersering).
Pielografi Intra Vena, pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan
fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak
yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan
sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah
pemeriksaan pielografi retrograd.6
Pemeriksaan lain yang dapat di lakukan adalah pemeriksaan ultrasonografi (USG),
akan tetapi kekurangannya adalah tidak bisa membedakan materi substansi pembentuk batu.
Hanya dapat diketahui kalau ada batu saluran kemih. Kemudian CT-SCAN helikal dan
kontras juga dapat digunakan. Analisa urine juga dapat di lakukan, pemeriksaan PH (karena
ada batu yang terbentuk dalam keadaan urine asam dan keadaan urine basa), berat jenis air
kemih, sendimen air kemih, melihat apakah ada hematuri atau tidak, leukositria, dan
kristaluria. Sangat penting di lakukan, di lakukan juga kultur urine apabila ada infeksi
sekunder.2
Differential DiagnosisDD dari kasus ini adlah batu ureter atau yang dikenal sebagai ureterolhitiasis, yang
sebenarnya sama, merupakan batuan mineral yang terbentuk di kaliks ginjal, akan tetapi
terdorong kearah ureter, dan tersangkut di ureter. Sebenarnya batuan yang terbentuk sama,
merupakan batu kalsium fostat atau oksalan, batu asam urat, atau batu struvite dan sistin,
akan tetapi letaknya saja yang berbeda, manifestasi klinik yang dirasakan juga nyeri, sesuai
letak terdapanya batu, nyeri bisa berupa kolik atau tidak kolik, nyeri kolik disebabkan karena
adanya dorongan peristaltik ototo kalises, yang hendak mendorong urine, tapi karena ada
obstruksi, menyebakan nyeri yang sangat hebat, pada daerah yang bersangkutan, nyeri tidak
pada daerah Flank, karena daerah flank khas untuk gangguan pada ginjal, bukan ureter.2,5
Working DiagnosisBatu ginjal atau nefrolitiasis adalah massa padat yang terbentuk di dalam ginjal
yang terbuat dari gabungan kristal-kristal garam dan mineral, mengingat fungsi ginjal sebagai
satuan organ penyaring darah dan memproduksi zat sisa urine. Satu atau lebih batu dapat
berada dalam ginjal atau ureter pada saat yang sama. Nefrolitiasis atau batu ginjal merupakan
keadaan tidak normal dalam ginjal dan mengandung komponen kristal serta matriks organik.
Lokasi batu ginjal dijumpai khas di pelvis atau kaliks dan bila akan keluar dapat berhenti di
ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalsium. Batu
oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat secara dapat dijumpai sampai 65-85% dari
jumlah keseluruhan batu ginjal. Dalam kasus juga dikatakan bahwa hasil pemeriksaan foto
polos abdomen di temukan batu opak pada ginjal dekstra, batu opak merupakan pertanda
bahwa batu yang terbentuk di ginjal adalah batu kalsium.2
Gejala KlinisGejala – Gejala Batu Saluran Kemih Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran
kemih bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran
urine, terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik
dan distensi ginjal serta ureter proksimal jika ada nfeksi biasanya disertai gejala demam,
menggigil, dan dysuria. Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu, rasa nyeri yang hebat,
lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari
lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area
kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang
mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa,
akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih,
namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka
pasien tersebut mengalami kolik ureter.
Demam bisa terjadi apabila adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai jantung
berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit, karena jika ada
obstruksi saluran kemih, sering kali terjadi infeksi sekunder yang memperberat keadaan. Dan
salah satu ciri khas telah terjadi infeksi adalah adanya demam. Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang
berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih.
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan mual dan
muntah juga.7
EpidemiologiBerdasarkan pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara
dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu saluran
kemih bagian bawah terutama terdapat di kalangan anak. Di negara yang sedang berkembang
insidensi batu saluran kemih relatif rendah baik dari batu saluran kemih bagian bawah
maupun batu saluran kemih bagian atas. Di negara yang maju terdapat banyak batu saluran
kemih bagian atas terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu penyakit
batu saluran kemih sangat jarang misalnya suku bangsa Bantu di Afrika Selatan. Satu dari 20
orang menderita batu ginjal. Pria: Wanita = 3:1. Puncak kejadian di usia 30-60 tahun atau 20-
49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12% untuk pria dan 7% untuk wanita. Batu struvite lebih
sering ditemukan pada wanita daripada pria. Selain itu, di negara maju lebih banyak
ditemukan kasus batu saluran kemih bagian atas, sedangkan di negara berkembang, batu lebih
sering ditemukan di vesica urinaria.2,8
Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubunganngya dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap. Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal
dari lingkungan di sekitarnya. Faktor intrinsik itu antara lain adalah: Heraditas (keturunan),
penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. Umur, penyakit ini paling sering
didapatkan pada usia 30 – 50 tahun. Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih
banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Serta beberapa faktor ekstrinsik diantaranya
adalah, Geografi, pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk
batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran
kemih. Iklim dan temperature juga dapat menjadi salah satu faktor resiko. Asupan air,
kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih. Diet, diet banyak purin, oksalat, dan kalsium
mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih. Pekerjaan, penyakit ini sering
dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary
life.6
Patofisiologi
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan proses supersaturasi dalam
pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu sebenarnya ditemukan dalam urine yang
normal, kekurangan faktor inhibitor inilah yang mencetuskan juga terbentuknya batu pada
saluran kemih, misalnya batu kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein, apabila
terjadi keadaan hipositraturia akan menyebabkan meningginya kemungkinan terjadinya batu
kalsium oksalat. Beberapa rekatan juga akan memacu pembentukan batu seperti asam urat,
memacu pembentukan batu kalsium oksalat. Akan tetapi efek dan aksi dari rekatan inhibitor
ini belum diketahui sepenuhnya. Ada dugaan bahwa kedua nya berperan dalam pembentukan
kristal awal. Misalnya penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregrasi
kristal dalam saluran kemih. Pembentukan batu ginjal dapat berlangsung apabila ada
beberapa faktor pembentuk kristal kalsiumdan menimbulkan agregrasi pembentukan batu.
Subyek yang normal bisa saja mengeksresikan kristal-kristal kecil. Sejauh ini proses
pembentukan batu ginjal belum sejelas proses pembuangan kristal lewat saluran kemih,
diperkirakan bahwa agregasi kristal menjadi cukup besar, sehingga tidak bisa keluar, dan
tertinggal di duktus kolektifus terakhir, kemudian karena proses penimbunan tersebut
agregasi akan semakin membesar, pengendapan ini diperkirakan timbul pada baguan epitel
yang mengalami lesi, kelainanya mungkin karena batu itu sendiri, 80% batu yang terbentuk
adalah batu kalsium oksalat, sedangkan 20% sisanya adalah batu batu lain seperti, kalsium
fosfat, asam urat, struvite, sistin.2 Berikut beberapa faktor yang diduga juga dapat
menyebabkan proses terbentuknya batu kalsium.
1. Hiperkalsiuria: yaitu keadaan kalsium dalam urine yang terlalu besar lebih besar dadri 250-
300mg/24 jam. Penyebabnya antara lain:
a. Hiperkalsiuri absorptif: karena meningkatnya penyerapan kalsium pada lumen usus.
b. Hiperkalsiuri renal: karena terjadi gangguan reabsorbsi ginjal terhadap kalsium.
c. Hiperkalsiuri resorptif: adalah meningkatnya kalsium karena meningkatnya resorpsi
atau penghancuran tulang, misal pada hiperparatiroidisme atau tumor paratiroid.6
2. Hiperoksaluri: adalah ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram per hari. Keadaan ini
banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani
pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan oksalat,
diantaranya adalah: teh, kopi instan, minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan
sayuran berwarna hijau terutama bayam.
3. Hiperurikosuria: adalah kadar asam urat di dalam urine yang melebihi 850 mg/24 jam. Asam
urat yang berlebihan dalam urin. Seperti yang kita ketahui asam urat merupakan salah satu
faktor pembentukan batu. Asam urat dapat meningkat apabila kita mengkonsumsi makanan
dengan purin yang tinggi.
4. Hipositraturia: Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat,
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal ini dimungkinkan
karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut daripada kalsium oksalat. Oleh karena itu sitrat
dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hipositraturi menyebabkan
kurangnya faktor inhibitor itu sehingga pembentukan batu meningkat, dan dapat terjadi pada:
penyakit asidosis tubuli ginjal atau renal tubular acidosis, sindrom malabsobsi, atau
pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesuria, seperti halnya pada sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat
timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi
magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan oksalat. Penyebab tersering
hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus (inflamatory bowel disease) yang diikuti
dengan gangguan malabsorbsi.6
Batu struvite
Dikenal juga sebagai batu infeksi, dikarenakan batu ini terbentuk pada saat keadaan infeksi
bakteri pemecah urea, yang dapat menghasilkan enzim urease, dan menyebakan urine
menjadi basa, oleh karena pemecahan urea menjadi amoniak NH3 sehingga batu struvite
adalah batu yang terbentuk dalam keadaan urine basa. Suasana basa ini memudahkan untuk
garam-garam magnesium, fosfat, karbonat, dan amonium sendiri untuk membentuk batu
magnesium amonium fosfat dan karbonat apatit. Bakteri-bakteri tersebut antara lain : Proteus
spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. Meskipun E coli.6
Batu asam urat
Dikatakan 5-10% kasus batu ginjal adalah karena batu asam urat, mengingat konsumsi rakyat
di Indonesia sendiri yang kaya akan purin, akan meningkatkan keadaan terbentuknya kristal
asam urat pada saluran kemih, yang nantinya akan menjadu batu. Dianjurkan untuk
mengurangi asupan daging, ikan, dan unggas karena makanan tersebut menyebabkan
meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih. Untuk mengurangi pembentukan asam
urat dapat diberikan allupurinol. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih
bertambah karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa) dapat
diberikan kalium sitrat. Dan sangat dianjurkan untuk banyak minum air putih. Faktor yang
menyebabkan terbentuknya batu asam urat antara lain adalah, Urin yang terlalu asam (pH
urin <6), Volume urin yang jumlahnya sedikit (< 2 liter/hari) atau dehidrasi, Hiperurikosuri.6
Batu-batu jenis lain
Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang dijumpai. Batu sistin
didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan dalam absorbsi sistin di
mukosa usus. Demikian batu xanthin terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi
enzim xanthin oksidase yang mengkatalisis perubahan hipoxanthin menjadi xanthin dan
xanthin menjadi asam urat. Pemakaian antasida yang mengandung silikat (magnesium silikat
atau aluminometilsalisilat) yang berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan timbulnya batu silikat.6
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum(diuretik seperti
tiazid), dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih. ESWL
(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama
kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal,
atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang
pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan
menyebabkan hematuria. Sedangkan endourologi Tindakan endourologi adalah tindakan
invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Proses pemecahanan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan enersi laser. Beberapa tindakan
endourologi itu adalah:
1. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy): yaitu mengeluarkan batu yang berada di dalam
saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada
kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu mencadi fragmen-fragmen
kecil.
2. Litotripsi: yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator
Ellik.
3. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi: yaitu memasukkan alat ureteroskopi peruretram guna
melihat keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu
yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi / ureterorenoskopi ini.
4. Ekstraksi Dormia: yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia
Bedah Laparoskopi Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
Bedah terbuka Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih
dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah:
pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi
atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah
(pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran
kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.6
Pencegahan
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terbentuknya batu ginjal antara
lain, menurunkan konsentrasi rekatan seperti kalsium dan oksalat, serta asam urat. Dan
sebaliknya kita harus meningkatkan faktor penghambat pembentukan batu seperti halnya
sitrat, dan magnesium. Pengaturan diet berupa meningkatkan asupan cairan terutama pada
malam hari untuk meningkatkan curah atau produksi urine, hindari meminum softdrink
terlalu banyak, kurangi pemasukan protein, karena sangat berbanding lurus dengan produksi
asam urat. Selain itu, protein hewani ternyata juga dapat mengasamkan urine, sehingga
meningkatkan faktor resiko terbentuknya kristal asam urat. Membatasi pemasukan kalsium
dan Natrium.2
Komplikasi
Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat penanganan batu
dilakukan. Infeksi termasuk didalamnya adalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi
melalui pembedahan terbuka maupun noninvasif seperti ESWL. Cidera pada organ-organ
terdekat seperti lien, hepar, kolon, dan paru serta perforasi pelvis renalis juga dapat terjadi
saat dilakukan PNL. Visualisasi yang adekuat, penanganan yang hati-hati, irigasi, serta
drainase yang cukup dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi ini.
Prognosis
Sangat tergantung dengan letak batu, besar batu, apakah ada infeksi serta obstruksi
merupakan parameter baik buruknya sebuah prognosis dari batu ginjal, letak batu yang
menyebabkan obstruksi akan mudah menyebabkan infeksi, serta menurunkan fungsi ginjal.
Kesimpulan
Apa yang diterita laki-laki dalam kasus adalah batu ginjal atau yang di kenal sebagai
nefrolitiasis, dikarenakan gejala klinis, serta pemeriksaan penunjang yang sesuai, serta di
temukan batu opak (kalsium) pada ginjal kanan pada foto polos abdomen, batu ginjal dapat
dicegah dengan menjaga pola hidup sehat, dan menghindari faktor resiko yang bisa dihindari
seperti diet yang sesuai, penatalaksanaan untuk kasus ini adalah dengan medikamentosa
apabila batunya kecil, serta untuk batu yang besar membutuhkan intervensi seperti ESWL,
atau bahkan bedah terbuka, atau bedah laparoskopi, komplikasi yang sering terjadi adalah
infeksi, yang kemudian berujung pada gagal ginjal, prognosis ditentukan oleh letak, jenis,
serta besar kecilnya batu.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2014.
2. Sja’bani M. Batu saluran kemih. Dalam: Buku ajar penyakit dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna publishing; 2014: 2121.
3. Supartondo, Setiyohadi B. Anamnesis. Dalam: Buku ajar penyakit dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna publishing; 2014:125.
4. Setiyohadi B, Subekti I. Pemeriksaan fisis umum dan kulit. Dalam: Buku ajar penyakit dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna publishing; 2014:129.
5. Bickley, Lynn S. , Szilagyi, Peter G. Bates’ guide to physical examination and history taking. 10th Edition. Lippincot Williams and Wilkins ; 2009.
6. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Edisi kedua. Sagung seto: Jakarta; 2007.7. Nugroho, Ditto. Batu Ginjal. 2009. Diunduh pada tanggal 15 Agustus 2014 dari:
http://viryacarvalho.com/index.php?view=article&catid=16:penyakit&id=247:batu-ginjal&format=pdf
8. Tinjauan pustaka. Batu saluran kemih. Diunduh pada tanggal 21 Oktober 2015. Dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30750/4/Chapter%20II.pdf.