tinjauan perundang-undangan di indonesia dan hukum...
TRANSCRIPT
i
TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP
SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA
(PLN) SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
RUKAYATUN
NIM. 33022150001
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
iii
TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP
SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA
(PLN) SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
RUKAYATUN
NIM. 33022150001
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
iv
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan
dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Rukayatun
NIM : 33022150001
Judul : TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP
SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) PADA PERUSAHAAN LSTRIK NEGARA
(PLN) SALATIGA
dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 21 Mei 2018
Pembimbing
Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., MSi
NIP. 197909302003121001
v
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. TentaraPelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul
TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA DAN HUKUM
ISLAM TERHADAP SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) PADA PERUSAHAAN LSTRIK NEGARA (PLN) SALATIGA
Oleh:
Rukayatun
NIM: 33022150001
telah dipertahankan didepan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari
dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
dalam hukum Islam (SH).
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang : Muh. Hafidz, M.Ag.
Sekertaris Sidang : Dr. Ilyya Muhsin, M. Si.
Penguji I : Drs. Badwan, M.Ag.
Penguji II : Luthfiana Zahriani, S.H., M.H.
Salatiga, 14 Agustus 2018
Dekan Fakultas Syariah
Dr. Siti Zumrotun.M.Ag. NIP. 19670115 199803 2 002
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rukayatun
NIM : 33022150001
Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Syari’ah
Judul Skripsi : TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
DAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN
LISTRIK NEGARA (PLN) SALATIGA
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 21 Mei 2018
Yang menyatakan
Rukayatun
NIM: 33022150001
vii
MOTTO
Tiada doa yang lebih indah selain doa agar skripsi
ini cepat selesai
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak (Giyo), Ibu (Masini). Sebagai
motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan
mendoakanku serta menyayangiku, terimakasih atas semua
pengorbanan, keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.
2. Kakakku tersayang, Siti Zulaikah satu-satunya saudara kandung
yang kupunya beserta suaminya Edi Suwarno, walaupun tidak ada
ucapan yang keluar tetapi aku yakin pasti didalam batinmu selalu
mendoakanku selalu.
3. Satu-satunya keponakanku Amira Hasna Handayani semoga kelak
menjadi orang yang bisa membanggakan keluarga.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai
dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syar’iah IAIN Salatiga.
3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah
dan Dosen Pembimbing Akademik IAIN Salatiga.
4. Ibu Lutfiana Zahriani, S.H., M.H. selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN
Salatiga.
5. Bapak Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan
saya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Keluarga tercinta Ibu, Bapak, dan Saudaraku yang tak henti-hentinya selalu
mendoakan dan memberikan semangat.
7. Pakdhe In’am dan Budhe Inung yang selalu memberikan motivasi dan
semangat dalam hidupku.
x
8. Fransiska Oktavia Handayani temanku dari kecil beserta suaminya Kukuh
Prasetyo terimakasih sudah menjadi teman yang selalu mendengarkan keluh
kesahku.
9. Kepada semua narasumber yang berkenan memberikan informasi.
10. Serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih
banyak untuk pertemanannya selama ini dan sukses selalu untuk kalian semua.
11. Untuk teman-teman S1 Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2013
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
12. Seluruh jajaran Akademis Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas
Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuannya terima kasih banyak telah
banyak membantu penyusunan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis
dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan
maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik dari
segi materi ataupun skripsi. Sehingga saran, dan kritik serta perbaikan yang
xi
membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan hati. Semoga
skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 24 Mei 2018
Penulis
RUKAYATUN
NIM. 33022150001
xii
ABSTRAK
Rukayatun (2018). Tinjauan Perundang-undangan di Indonesia dan
Hukum Islam Terhadap Sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga. Fakultas Syariah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si
Kata Kunci :Corporate Social Responsibility (CSR), Perundang-undangan,
Hukum Islam
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu tindakan atau
konsep yang saat ini bukan lagi sebagai slogan popularitas bagi perusahaan, akan
tetapi merupakan suatu kebijakan tanggung jawab sosial di perusahaan besar,
perusahaan multinasional, perusahaan domestik, serta Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). PLN Salatiga merupakan salah satu perusahaan BUMN yang telah
berkomitmen untuk menerapkan kebijakan CSR untuk mendukung terciptanya
pembangunan berkelanjutan. Dengan komitmen untuk selalu menerapkan
program CSR, maka dari latar belakang tersebut penulis fokus meneliti tentang
1.Apa saja bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Listrik
Negara Salatiga? 2.Bagaimana sistem Corporate Social Responsibility (CSR)
pada Perusahaan Listrik Negara Salatiga? 3. Bagaimana tinjauan perundang-
undangan dan hukum Islam terhadap sistem Corporate Social Responsibility
(CSR) pada Perusahaan Listrik Negara Salatiga?
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipakai penyusun adalah
kualitatif dan pendekatannya menggunakan yuridis empiris adalah pendekatan
yang dilakukan dengan melihat suatu kenyataan hukum yang terjadi di masyarakat
yang berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi perundang-undangan.
Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bentuk program CSR yang
ada di PLN Salatiga memiliki dua bentuk program yaitu program terencana dan
program tidak terencana. Sistem pengelolaan CSR di PLN Salatiga memiliki dua
model yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Dari tinjauan Undang-Undang
Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 dan Undang-Undang Penanaman Modal
No. 25 Tahun 2007, PLN Salatiga telah melaksanakan program CSR yang
diwujudkan dalam bantuan pengadaan sumur bor dalam dan bantuan penyaluran
air bersih. Dari tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan program CSR PLN
Salatiga sudah sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial dengan membantu semua kelompok
masyarakat yang membutuhkan tanpa terkecuali dan juga telah sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam dalam mengimplementasikan program CSR bahwasannya
program CSR yang ada di PLN Salatiga mengambil dari yang disyari’atkan dalam
Islam.
xiii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING .................................................................................. ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
E. Penegasan Istilah ................................................................................ 8
F. Telaah Pustaka ..................................................................................... 9
G. Metode Penelitian................................................................................. 14
H. Sistematika Penulisan........................................................................... 20
BAB II TINJAUAN UMUM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
DAN HUKUM ISLAM TERHADAP CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR)
A. Corporate Social Responsibility (CSR)
1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) ..................... 22
2. Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR) .......................... 24
3. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR) ............. 27
4. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)............... 28
5. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR .......................... 30
xiv
B. Tinjauan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007
tentang Corporate Social Responsibility (CSR) ................................. 31
C. Tinjauan Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007
tentang Corporate Social Responsibility (CSR) .................................. 35
D. Tinjauan Hukum Islam tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
37
BAB III BENTUK DAN SISTEM PENGELOLAAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PLN SALATIGA
A. Gambaran Umum Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga
1. Sejarah Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ....................... 45
2. Visi dan Misi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ............. 46
3. Bidang Usaha dan Wilayah Kerja Perusahaan
Listrik Negara (PLN) Salatiga ....................................................... 47
4. Struktur Organisasi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ... 48
5. Disiplin Kerja Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ........... 49
6. Pemeliharaan Tempat Kerja dan Lingkungan Hidup ..................... 50
B. Bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) Pada
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ......................................... 51
C. Sistem Pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ......................................... 59
BAB IV TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN HUKUM ISLAM
TERHADAP SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) SALATIGA
A. Analisis UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Corporate Social
Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Salatiga ............................................................................................... 66
B. Analisis UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Corporate Social
Responsibility (CSR) Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga....... 70
xv
C. Analisis Hukum Islam tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ......................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 82
B. Saran ..................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan lembaga yang dianggap memberikan banyak
keuntungan bagi masyarakat, seperti: memberikan kesempatan kerja,
membayar pajak kepada negara, menyediakan barang konsumsi, memberi
sumbangan, dan lain-lain. Namun disisi lain keberadaan perusahaan juga
menimbulkan banyak masalah sosial dan lingkungan, antara lain: polusi
udara, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, dan lain-lain (Hadi, 2011).
Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat
sebagai lingkungan eksternalnya. Menyadari bahwa masyarakat sekitar
perusahaan merupakan salah satu stakeholders penting bagi perusahaan, maka
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan lingkungan, perusahaan perlu
berkomitmen untuk berupaya dalam memberikan manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat. Upaya yang dilakukan perusahaan dalam memberikan
manfaat tersebut dapat diwujudkan dengan pemberian kontribusi dan bentuk
kepedulian yang nyata untuk kemakmuran masyarakat serta dapat menjaga
keberlangsungan alam (Simorangkir, 2003:60). Kontribusi bentuk kepedulian
serta tanggung jawab sosial perusahaan baik internal maupun eksternal ini
disebut dengan Corporate Social Responsibility (Yaparto, 2013).
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu tindakan atau
konsep yang saat ini bukan lagi sebagai slogan popularitas bagi perusahaan,
2
akan tetapi merupakan suatu kebijakan tanggung jawab sosial di perusahaan
besar, perusahaan multinasional, perusahaan domestik, serta Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Maka dalam pelaksanaan programnya harus tepat
sesuai sasaran. Jika pelaksanaan CSR tepat sesuai dengan sasaran, maka dapat
menyebabkan terbangunnya image positif perusahaan atau produk yang pada
akhirnya berdampak pada persepsi masyarakat terhadap brand perusahaan.
Indonesia menanggapi adanya penerapan CSR dengan mengeluarkan
Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 pasal 74 Tahun 2007 yang
diberlakukan pada 16 Agustus 2007 tentang tanggung jawab sosial dan
lingkungan yang menyebutkan bahwa:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
3
Terkait dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas, adapun Peraturan
Pemerintah yang membahas mengenai tanggung jawab sosial yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 pasal 2 yang menyatakan bahwa setiap
Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
Dengan adanya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah diatas,
maka baik perusahaan swasta atau BUMN diharuskan melaksanakan kegiatan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam peraturan yang telah dibuat,
menjadi sebuah keharusan sebuah perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan
dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi perseroan sendiri maupun
masyarakat sekitar pada umunya.
Namun, dalam kegiatan pelaksanaan progamnya, perusahaan
terkadang melalaikan tuntutan tanggung jawab sosial seperti yang tercantum
pada UU Perseroan Terbatas No. 40 pasal 74 tahun 2007 dengan alasan
bahwa stakeholders tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan
hidup perusahaan. Hal ini disebabkan karena hubungan perusahaan dengan
lingkungannya bersifat nonreciprocal yaitu transaksi antara keduanya tidak
menimbulkan prestasi timbal balik (Anggraini, 2006).
Dalam Undang-undang Penanaman Modal Nomor 25 tahun 2007
pasal 15 (b) menyatakan bahwa setiap penaman modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan apabila badan
usaha melanggar peraturan tersebut dalam Undang-undang Penanaman Modal
4
Nomor 25 tahun 2007 pasal 34 ayat 1 menyatakan bahwa badan usaha atau
usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai
sanksi administratif berupa:
1. Peringatan tertulis;
2. Pembatasan kegiatan usaha;
3. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
4. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau PT PLN (Persero) sebagai salah
satu perusahaan BUMN yang me ngurusi semua aspek ketenagalistrikan yang
ada di Indonesia memiliki peranan penting dalam kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR). Hal ini menjadikan pertimbangan bagi PT PLN
(Persero) untuk tidak sekedar beroperasi dan menjalankan bisnis tanpa
dukungan dari pihak luar perusahaan seperti masyarakat dan lingkungan
maupun pihak dalam yakni anggota perusahaan. Oleh sebab itu PT PLN
(Persero) pusat menyusun dan melaksanakan program CSR yang melibatkan
dan memberikan nilai tambah bagi konsumen, karyawan, mitra bisnis,
stakeholder, komunitas sekitar, bagi bangsa dan lingkungan hidup.
Secara normatif, CSR telah diregulasi dalam berbagai peraturan
sebagai sebuah kewajiban bagi perusahaan untuk peduli terhadap perbaikan
sosial dan lingkungan. Disisi lain, CSR dalam perspektif Islam merupakan
konsep kedermawanan yang sangat dianjurkan, yaitu sesuai firman Allah
SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 261:
5
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia
kehendaki dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui”.
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa keutamaan menafkahkan
hartanya di jalan Allah memberikan manfaat yang diperoleh dari apa yang
dikeluarkan, dan Allah akan melipatgandakan lebih dari yang dikeluarkan
dengan memberikan pahala yang besar. Dalam hal ini, PT. PLN (Persero)
telah menafkahkan hartanya di jalan Allah yang diaplikasikan dalam berbagai
program Corporate Social Responsibility (CSR).
PLN Salatiga merupakan salah satu perusahaan yang telah
berkomitmen untuk menerapkan kebijakan CSR untuk mendukung
terciptanya pembangunan berkelanjutan. Salah satu pelaksanaan program
CSR yang ada di PLN Salatiga yaitu dengan diadakannya program bina
lingkungan. Program bina lingkungan merupakan program yang dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan pengembangan atau pembangunan masyarakat yang
dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan guna menyejahterakan
masyarakat serta untuk mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas
kehidupan yang lebih baik. Program bina lingkungan yang dilakukan oleh
6
PLN Salatiga merupakan CSR dari PLN Salatiga untuk pemberdayaan
masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar yang
membutuhkan. Salah satunya yaitu bantuan penyaluran air bersih di Pondok
Pesantren Al-Falah pada tahun 2017 lalu. Berkat bantuan yang dilakukan oleh
PLN Salatiga melalui program CSR yang dimilikinya, Pondok Pesantren Al-
Falah bisa menggunakan air tersebut untuk minum dan memasak.
Dengan komitmen untuk selalu menerapkan program CSR, maka
dengan penelitian ini ingin mengetahui bentuk CSR di PLN Salatiga dan
sistem pengelolaan CSR tersebut serta program CSR di PLN Salatiga apakah
sudah sesuai dengan pengaturan perundang-undangan di Indonesia juga dalam
hukum Islam. Maka berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini
berjudul “Tinjauan Perundang-undangan di Indonesia dan Hukum Islam
Terhadap Sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan
Listrik Negara (PLN) Salatiga”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan
Listrik Negara Salatiga?
2. Bagaimana sistem pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR)
pada Perusahaan Listrik Negara Salatiga?
7
3. Bagaimana tinjauan perundang-undangan dan hukum Islam terhadap
sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Listrik
Negara Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) pada
Perusahaan Listrik Negara Salatiga.
2. Untuk mengetahui sistem pengelolaan Corporate Social Responsibility
(CSR) di Perusahaan Listrik Negara Salatiga.
3. Untuk menganalisis sistem Corporate Social Responsibility (CSR) di
Perusahaan Listrik Negara Salatiga dengan tinjauan perundang-undangan
di Indonesia dan Hukum Islam.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat yang
baik bagi berbagai pihak, diantaranya adalah :
1. Bagi Akademis
Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
tambahan ilmu pengetahuan Hukum pada umumnya, dan Hukum Islam
pada khususnya terutama mengenai masalah sistem program Corporate
Social Responsibility (CSR).
8
2. Bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga
Bagi para pelaku usaha yang telah menerapkan kebijakan sistem
Corporate Social Responsibility (CSR) ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan program sesuai dengan sistem yang telah berlaku
dalam manajemen supaya dapat meningkatkan produktifitas perusahaan
dan tanggung jawab sosial.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
tentang Corporate Social Responsibility (CSR) serta dapat dijadikan
referensi dalam penelitian lebih lanjut.
E. Penegasan Istilah
Penegasan dimaksudkan untuk menghindari kurang jelasnya atau
pemahaman yang berbeda-beda antara pembaca dengan peneliti mengenai
istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian. Penegasan istilah merujuk
pada buku-buku atau literatur yang relevan dengan disiplin ilmu di mana
penelitian akan dilakukan. Untuk menghindari kesalahpahaman arti dan
maksud dari penulisan penelitian ini, maka penulis menegaskan istilah-istilah
judul sebagai berikut:
1. Perundang-undangan di Indonesia adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan
oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam peraturan Perundang-undangan, dalam penelitian ini
9
menggunakan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal.
2. Hukum Islam adalah hukum-hukum yang bersifat umum lagi kulli yang
dapat diterapkan dalam perkembangan hukum Islam menurut kondisi dan
situasi masyarakat dan massa (Ash-Shiddieqy, 1988:44).
3. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kewajiban perusahaan
untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan dan melaksanakan
tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat (Tunggal,
2008:161).
4. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan salah satu perusahaan
BUMN yang mengurusi semua aspek ketenagalistrikan yang ada di
Indonesia.
F. Telaah Pustaka
Telaah pustaka memiliki tujuan agar tidak terjadi pengulangan dari
penelitian yang telah dilakukan dan bertujuan menempatkan posisi penelitian
diantara penelitian-penelitian terdahulu. Beberapa penelitian terkait yang
membahas tentang Corporate Social Responsibility (CSR) dalam ruang
lingkup yang berbeda diantaranya adalah:
Pertama,penelitian Sahal (2012 ) yang berjudul Penerapan CSR
(Corporate Social Responsibility) BMT Sumber Usaha Kembang Sari. Skripsi
ini memiliki dua rumusan masalah sebagai berikut:
10
1. Bagaimana format dan konsep penerapan CSR (Corporate Social
Responsibility) BMT Sumber Usaha Tahun 2011?
2. Bagaimanakah dampak program CSR terhadap peningkatan asset di BMT
Sumber Usaha Kembang Sari?
Hasil penelitian diatas adalah sebagai berikut:
1. CSR yang merupakan suatu bentuk kewajiban yang mutlak oleh
perusahaan sebagai suatu bentuk tanggung jawab sosial perusaan berupa
kepedulian dan perhatian pada komunitas sekitarnya. Pandangan
perusahaan terhadap kewajiban tersebut berbeda-beda. Mulai dari
anggapan sekedar basa-basi atau suatu keterpaksaan, hanya untuk
pemenuhan kewajiban, hingga dalam pelaksanaanya berdasarkan asas
kesukarelaan. Bentuk-bentuk CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan
dapat diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan yang penerapannya
harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat penerima CSR. CSR
memberikan manfaat yang sangat besar dalam menyejahterakan
masyarakat dan melestarikan lingkungan sekitarnya, serta bentuk
investasi bagi perusahaan pelakunya. Investasi bagi perusahaan dapat
berupa jaminan keberlanjutan operasi perusahaan dan pembentukan citra
positif perusahaan manfaat ini diperoleh apabila perusahaan menerapkan
CSR atas dasar kesukarelaan, sehingga akan timbul hubungan timbale
balik antara pihak perusahaan dengan masyarakat sekitar. Masyarakat
akan secara sukarela membela keberlanjutan perusahaan tersebut dan
11
memberikan persepsi yang baik pada perusahaan. Dengan begitu citra
positif perusahaan akan terbentuk dengan sendirinya.
2. CSR yang diterapkan oleh BMT Sumber Usaha Kembang Sari belum
mampu meningkatkan asset yang tinggi terhadap perusahaan, hal tersebut
sudah menjadi kewajaran perusahaan, karena asset yang dimiliki masih
tergolong sedikit.
Kedua, penelitian Nursanti(2016) yang berjudul Pengaruh
Implementasi Corporate Social Responsibility Dan Citra Perbankan
Terhadap Loyalitas Nasabah (Studi Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia
Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran). Penelitian tersebut memiliki
tiga pokok permasalahan, yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap
Loyalitas Nasabah pada PT. Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu
Ungaran?
2. Apakah Citra Perbankan berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah pada
PT. Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran?
3. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perbankan
berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah pada PT. Bank BRI Syariah
Kantor Cabang Pembantu Ungaran?
Hasil dari penelitian mengenai Corporate Social Responsibility (CSR)
dan citra perbankan terhadap loyalitas nasabah yaitu sebagai berikut:
1. Menunjukkan bahwa variabel CSR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap loyalitas nasabah. Hal ini berarti semakin tinggi kegiatan
12
Corporate Social Responsibility dilakukan makan akan semakin
meningkat loyalitas nasabah.
2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel citra perbankan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas nasabah. Hal ini
berarti semakin tinggi citra perbankan maka akan semakin meningkat
loyalitas nasabah
3. Implementasi Corporate Social Responsibility dan Citra Perbankan
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
Nasabah.
Ketiga, penelitian Hadiat (2016) yang berjudul Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Corporate Social Responsibility Usaha Perhotelan Di Yogyakarta.
Dalam skripsinya terdapat dua rumusan masalah dalam pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) usaha
perhotelan di Yogyakarta?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap Corporate Social
Responsibility (CSR) usaha perhotelan di Yogyakarta?
Hasil dari penelitian diatas mengenai penerapan CSR dantinjaun
hukum Islam terhadap CSR usaha perhotelan disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) usaha perhotelan di
Yogyakarta secara umum sudah dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang
berlaku diantaranya ketentuan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai
13
peraturan yang memayungi pelaksanaan CSR. Namun masih terdapat
kelemahan dalam pelaksanaannya yaitu kegiatan-kegiatan CSR yang telah
dilaksanakan usaha perhotelan belum secara sempurna memenuhi konsep
triple bottom line yang mencakup keadilan pada tiga unsur utama yaitu
profit, planet, dan people. Hal ini dilihat dari adanya usaha perhotelan
yang mengabaikan aspek lingkungan yang berdampak pada keringnya air
dan terdapat rumah warga yang temboknya mengalami keretakan akibat
pembangunan hotel. Selain itu, pelaksanaan CSR usaha perhotelan belum
membawa perusahan yang berarti bagi masyarakat sekitar. Hal ini
disebabkan karena berbagai program kegiatan yang dilaksanakan hanya
bersifat incidental yaitu kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan
pada waktu-waktu tertentu saja dan tidak bersifat pemberdayaan.
2. Implementasi pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) usaha
perhotelan di Yogyakarta dalam pandangan hukum Islam belum
sepenuhnya mencapai maslahah. Hal ini dikarenakan masih adanya tujuan
hukum Islam (Maqasid Asy-Syari’ah) yang belum terpenuhi, yaitu dalam
hal melindungi harta karena masih banyaknya pengangguran di sekitar
hotel beroperasi. Adapun tujuan syariah (Maqasid Asy-Syari’ah) dalam
hal melindungi jiwa juga belum terpenuhi secara maksimal. Hal ini
dibuktikan dengan terjadinya kekeringan air akibat dari penggunaan sir
oleh pihak hotel yang berlebihan sehingga dampak dari kekeringan air
tanah tersebut menyebabkan warga harus membeli air untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari.
14
Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan
judul dengan judul yang penulis lakukan.Namun penelitian yang penulis
lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti lainnya.
Letak perbedaannya pada permasalahan yaitu pertama, penulis
menitikberatkan pada bentuk CSR, kedua, penulis ingin meneliti sistem
pengelolaan CSR tersebut, ketiga, bagaimana tinjauan perundang-undangan di
Indonesia dan hukum Islam terhadap sistem CSR pada PLN Salatiga.
G. Metode Penelitian
Metode dalam hal ini diartikan sebagai salah satu cara yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu,
sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan
dan menguji suatu pengetahuan, usaha dimana dilakukan menggunakan
metode-metode tertentu.
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, adapun pendekatan yang digunakan
penulis dalam melakukan penelitian berdasarkan pada penelitian hukum
yang dilakukan dengan memakai pendekatan yuridis empiris. yuridis
empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan melihat suatu
kenyataan hukum yang terjadi di masyarakat yang berfungsi untuk
mengidentifikasi dan mengklarifikasi perundang-undangan (Ali, 2009:
105)
15
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaaan atau fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif ini metode yang digunakan
adalah wawancara (observasi), pengamatan dan pemanfaatan dokumen
(Moleong, 2001:6). Penelitian ini berusaha untuk memahami bentuk dari
program CSR, sistem pelaksanaanCSR tersebut serta tinjauan perundang-
undangan dan hukum Islam terhadap sistem CSR. Penelitian ini dipilih
karena dipandang cocok untuk mengekspresikan temuan kasus-kasus
yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis lakukan dengan terjun
langsung ke lapangan yaitu di PLN Salatiga.
2. Kehadiran peneliti
Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data di
lapangan dengan menggunakan alat penelitian aktif dalam mengumpulkan
data di lapangan. Selaian itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan data
berupa dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian
serta alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian ini,
seperti kamera dan alat perekam.
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian itu akan
dilakukan. Penelitian ini berlokasi di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
16
Tengah & D.I. Yogyakarta Unit Layanan Salatiga di jalan Diponegoro
No. 19 Salatiga.
Penelitian juga dilakukan di Pondok Pesantren Al-Falah, di Desa
Jatirunggo Kecamatn Pringapus Kabupaten Semarang, di Desa
Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, di Desa Bantal,
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang, di Desa Wates Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang, di SMP 2 Bawen dan juga Kepala Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Salatiga.
4. Sumber data
Adapun jenis data yang penulis pergunakan dalam penulisan skripsi
ini meliputi:
a. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian yang dilakukan melalui wawancara secara langsung dengan
pihak-pihak yang dipandang mengetahui obyek yang diteliti.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai bacaan atau
hasil penelitian sebelumnya, internet buku-buku, dan arsip-arsip yang
berkaitan dengan topik yang akan diteliti yaitu data dari Perusahaan
Listrik Negeri (PLN) Salatiga tahun 2016-2017. Data sekunder
biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia.
Peneliti menggunakan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Bo. 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal serta hukum Islam sebagai sumber data resmi juga
buku-buku dan artikel yang membahas tentang CSR.
17
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Observasi Langsung
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan secara
langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti yang dilakukan
dalam waktu tertentu. Dengan tujuan untuk menemukan hasil dari
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tanpak pada objek (Suprayogo, 2001). Dalam hal ini, peneliti turun
langsung ke lapangan, membuat catatan lapangan dan menulis secara
singkat terkait dengan pelaksanaan program CSR yang ada di PLN
Salatiga.
Selain di PLN Salatiga, observasi langung juga dilakukan oleh
peneliti yang terkait dengan adanya penerima bantuan program CSR
oleh PLN Salatiga diantaranya di Pondok Pesantren Al-Falah, di
Desa Jatirunggo Kecamatn Pringapus Kabupaten Semarang, di Desa
Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, di Desa
Bantal Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang, di Desa Wates
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, di SMP 2 Bawen dan
juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Salatiga.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan, tanya jawab dengan
informan untuk memperoleh keterangan atau data. Adapun metode
wawancara yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan
18
mengenai masalah-masalah yang ada dengan berpedoman pada
daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Adapun informan yang diwawancarai dalam penelitian
adalah bagian divisi distribusi keuangan di PLN Salatiga.
Wawancara juga dilakukan dengan beberapa informan yang
terkait diantaranya Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah, Kepala
Desa di dua daerah yang berbeda yaitu Desa Jatirunggo dan Desa
Gogodalem, Tokoh Masyarakat di Desa Bantal, Sekretaris Desa
Wates, Kepala Sekolah SMP 2 Bawen dan petugas kebersihan SMP
2 Bawen, juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Salatiga.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
penulis dengan cara mengumpulkan, menyusun, dan mengelola
beberapa informasi tentang data dan fakta yang berhubungan dengan
masalah dan tujuan penelitian. Adapun dokumen yang diperoleh
dalam penelitian ini berupa foto-foto dilapangan terkait dengan
bantuan program CSR yang ada di PLN Salatiga.
6. Analisis data
Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara
sistematis data yang terkumpul untuk meningkatkan pemahaman penulis
tentang kasus yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang
lain. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis
deskriptif yang mendeskripsikan tinjauan perundang-undangan di
19
Indonesia dan hukum Islam tentang Corporate Social Responsibility
(CSR).
7. Pengecekan keabsahan data
Penelitian menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek
keabsahan data. Di mana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong,
2004:330). Pengecekan keabsahan data ini dilakukan dengan cara
membandingkan berbagai dokumen, observasi dan mencari informasi dari
berbagai pihak pelaku CSR. Pengecekan keabsahan data dilakukan karena
dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekeliruan yang terlewati
oleh penulis.
8. Tahap-tahap penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama pra
lapangan, peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang
adanya praktik CSR di PLN. Tahap selanjutnya peneliti terjun langsung
ke lapangan untuk mencari data informasi dari PLN dan melakukan
observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap informan yaitu bagian
divisi distribusi keuangan di PLN Salatiga, Pengasuh Pondok Pesantren
Al-Falah, Kepala Desa di dua daerah yang berbeda yaitu Desa Jatirunggo
dan Desa Gogodalem, Tokoh Masyarakat di Desa Bantal, Sekretaris Desa
Wates, Kepala Sekolah SMP 2 Bawen dan petugas kebersihan SMP 2
Bawen, juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Salatiga. Tahap
20
terakhir yaitu penyusunan laporan atau penelitian dengan cara
menganalisis data/temuan kemudian memaparkannya dengan narasi
deskriptif dengan pendekatan yuridis empiris.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran pembahasan yang jelas dalam penulisan
ini, maka penulisan penelitian ini disusun secara sistematis, yang masing-
masing bab berisi hal-hal pokok yang dapat dijadikan pijakan dalam
memahami pembahasan yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak
dapat dipisahkan antara lain sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini merupakan garis-garis besar
pembahasan isi pokok penelitian yang terdiri atas latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
tinjauan pustaka, metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis
penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap
penelitian serta sistematika penulisan.
Bab dua dimaksudkan sebagai kajian pustaka, terdiri dari tinjauan
umum tentang Corporate Social Responsibility (CSR); Bab ini berisi
pembahasan tentang Corporate Social Responsibility (CSR), konsep
Corporate Social Responsibility (CSR) menurut perundang-undangan di
Indonesia yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
21
Terbatas, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
serta tinjauan hukum Islam tentang Corporate Social Responsibility (CSR).
Bab tiga berisi gambaran umum obyek penelitian yaitu gambaran
umum obyek penelitian yaitu profil PLN Salatiga, bentuk Corporate Social
Responsibility (CSR) pada PLN Salatiga, dan sistem pengelolaan Corporate
Social Responsibility (CSR) yang terdapat di PLN Salatiga.
Bab empat merupakan inti dalam pembahasan skripsi ini, yaitu
analisis yang dilakukan penyusun atas permasalahan yang diangkat dalam
skripsi ini dengan menggunakan teori-teori yang terdapat dalam bab kedua.
Yaitu analisis tinjauan perundang-undangan di Indonesia dan hukum Islam
tentang sistem Corporate Social Responsibility (CSR) di PLN Salatiga.
Bab lima merupakan bab penutup dari serangkaian pembahasan
skripsi ini, yang berisi tentang kesimpulan yang diambil dari keseluruhan
uraian yang ada dalam tulisan, serta beberapa saran untuk kemajuan sistem
program Corporate Social Responsibility (CSR) di PLN Salatiga.
22
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
DAN HUKUM ISLAM TERHADAP CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR)
A. Corporate Social Responsibility (CSR)
1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Wibisono (2007:7) mendefinisikan Corporate Social Responsibilty
(CSR) sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku
kepentingan untuk berlaku etis meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek sosial dan
lingkungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Terkait dengan hal itu, Hadi (2011) menjelaskan bahwa Corporate Social
Responsibilty (CSR) merupakan satu bentuk tindakan yang berangkat dari
pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan
ekonomi, yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup bagi
masyarakat sekitar dan masyarakat lebih luas.
Versi lain definisi mengenai Corporate Social Responsibilty (CSR)
adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya
(profit) bagi kepentingan pembangunan manusia dan lingkungan secara
berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan profesional (Famiola,
2007: 220).
Sejalan dengan itu, Budimanta (2005) mengartikan CSR atau
tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan
23
untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan
para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di sekeliling-nya dan
lingkungan sosial di mana perusahaan tersebut berada, yang dilakukan
terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Corporate Social Responsibilty (CSR) adalah suatu tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut)
untuk berlaku secara etis dengan menyisihkan sebagian keuntungannya
sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar
dimana perusahaan itu berada guna meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif. Contoh bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan,
pemberian dana untuk permodalan usaha, sumbangan untuk desa/fasilitas
masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak,
khususnya masyarakat yang berada disekitar perusahaan tersebut berada.
Selanjutnya, pemahaman CSR didasarkan oleh pemikiran bahwa
bukan hanya dari Pemerintah melalui penetapan kebijakan publik, tetapi
juga perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masalah-masalah
sosial. Tidak ada satu perusahaan pun yang hidup di dalam suatu ruang
hampa dan hidup terisolasi. Kenyataannya adalah bahwa tidak ada
organisasi beroperasi dalam isolasi, tetapi selalu ada interaksi dengan
karyawan, pelanggan, pemasok, dan stakeholder (Mardikanto, 2014:128).
24
2. Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibilty (CSR) merupakan konsep yang
tidak hadir secara instan. CSR adalah buah dari hasil proses yang teramat
panjang dimana konsep dan aplikasi CSR pada saat ini telah mengalami
banyak perkembangan dan perubahan dari konsep-konsep terdahulu. Jika
dilihat dari sejarah awalnya, CSR sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Hal
ini dibuktikan dengan adanya suatu pengaturan tentang sanksi bagi
pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau
menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi
(1700an-SM) yang berisikan 282 pasal disebutkan bahwa hukuman mati
diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan izin penjualan
minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di
bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain (Hendi, 2009).
Di Indonesia sendiri, istilah CSR sebenarnya telah dimulai pada
awal 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan
CSA (Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial perusahaan.
Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya
mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan
“kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.
Kemudian pada tahun 1960-an banyak usaha dilakukan untuk
memberikan formalisasi definisi CSR. Salah satunya akademisi CSR yang
terkenal pada masa itu adalah Keith Davis. Davis dikenal karena berhasil
memberikan pandangan yang mendalam atas hubungan antara CSR
25
dengan kekuatan bisnis. Davis mengutarakan “Iron Law of
Responsibility” yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial
pengusaha sama dengan kedudukan sosial yang mereka miliki (Hendi,
2009). Melalui konsep investasi sosial perusahaan tersebut, sejak tahun
2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif
dalam mengembangkan konsep CSR dalam bentuk kepedulian sosial dan
melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.
Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasanya
kegiatan perusahaan membawa dampak bagi kondisi lingkungan dan
sosial-ekonomi masyarakat, khususnya disekitar perusahaan. Selain itu,
pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya para pemegang saham.
Melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap eksistensi perusahaan.
Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya,
pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga
swadaya masyarakat, media massa dan pemerintah selaku regulator. Jenis
dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara satu perusahaan dengan
lainnya, tergantung pada bisnis perusahaan yang bersangkutan (Supomo,
2004:89).
CSR pada prinsipnya merupakan komitmen perusahaan terhadap
kepentingan para stakeholders dalam arti luas daripada sekedar
kepentingan perusahaan belaka. CSR merujuk pada kontribusi perusahaan
terhadap konsep pembangunan berkelanjutan, yakni pembangunan yang
26
sesuai dengan kebutuhan generasi saat ini dan kebutuhan generasi masa
yang akan datang secara terus menerus. Meskipun secara moral adalah
untuk mengejar keuntungan, bukan berarti perusahaan dibenarkan
mencapai keuntungan tersebut dengan mengorbankan kepentingan-
kepentingan pihak lain yang terkait.
Secara umum, CSR dimaknai sebagai sebuah cara dalam rangka
perusahaan mencapai sebuah keseimbangan antara tujuan-tujuan
ekonomi, lingkungan dan sosial masyarakat, namun tetap merespon
harapan-harapan para pemegang saham (shareholders) dan pemangku
kepentingan (stakeholder). Oleh karena itu, setiap perusahaan harus
bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan usahanya yang berdampak
baik langsung maupun tidak langsung terhadap stakeholders-nya dan
lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitas usahanya (Azheri,
2012:34). Makna yang terkandung secara positif pada perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa tersebut, pada akhirnya
mampu meningkatkan kesejahteraan para stakeholders dengan
memperhatikan kualitas ke arah yang lebih baik.
Perlu diingat, bahwa CSR mencakup dua aspek, yaitu bisnis dan
sosial. Maka, dalam kondisi persaingan global yang semakin ketat, CSR
hanya akan cocok untuk memperbaiki nilai “bottom line”. Untuk itu,
sekali lagi perlu diamati bahwa stakeholders adalah masyarakat yang
memainkan perannya untuk menaikkan keberhasilan bisnis, dan bukannya
ditentukan oleh para eksekutifnya saja. Karena itulah, CSR harus menjadi
27
satu hal yang harus diperhatikan oleh pemangku bisnis. Semakin ketatnya
persaingan global, justru akan semakin menempatkan CSR sebagai bahan
diskusi yang semakin penting (Mardikanto, 2014:126).
3. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada dasarnya CSR bukanlah entitas departemen atau divisi yang
sifatnya parsial atau hanya berfungsi dalam pendongkrakan citra sebagai
bagian dari jurus jitu marketing perusahaan, sehingga nilai perusahaan
dimata stakeholders lain khususnya masyarakat menjadi lebih positif.
Karena pada hakikatnya, CSR adalah nilai atau jiwa yang melandasi
aktivitas perusahaan secara umum, maka CSR menjadi pijakan dalam
aspek ekonomi, sosial, dan kesejahteraan lingkungan.
Perkembangan CSR dalam praktik dunia usaha sangatlah luas
sehingga perlu diberikan batasan dalam membahas ruang lingkup CSR itu
sendiri. Keraf (1998:123) menyampaikan bahwa pembatasan ruang
lingkup CSR dapat dikelompokkan ke 4 (empat) bagian, yaitu:
1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna
bagi kepentingan masyarakat luas. Artinya perusahaan tersebut
disamping melakukan kegiatan bisnis tidak hanya mencari
keuntungan saja, melainkan ikut memikirkan kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan melalui kegiatan CSR.
2. Keuntungan ekonomi yang diperoleh perusahaan. Artinya, kegiatan
CSR yang dilakukan perusahaan pada umumnya akan berpengaruh
terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. Walaupun akan
28
menambah biaya bagi perusahaan, namun pasti akan menimbulkan
citra yang baik bagi perusahaan dimata masyarakat, yang secara tidak
langsung akan menarik masyarakat untuk menggunakan produk
perusahaan, sehingga dapat menimbulkan peningkatan profitabilitas
perusahaan.
3. Memenuhi aturan hukum yag berlaku, baik yang berkaitan dengan
kegiatan dunia usaha maupun kehidupan sosial masyarakat pada
umumnya. Artinya, perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial
perusahaan yang merupakan kepatuhan akan aturan hukum.
4. Menghormati hak dan kepentingan stakeholders atau pihak terkait
yang mempunyai kepentingan langsung maupun tidak langsung atas
aktivitas perusahaan. Artinya, dalam aktivitas bisnis perusahaan
mendapat perhatian khusus dari pemerintah, praktisi, akademisi, dan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk menjalankan tanggung
jawab sosial dan moral bagi kepentingan stakeholders. Tanggung
jawab sosial perusahaan menjadi hal yang begitu konkret demi
terciptanya suatu kehidupan sosial maupun demi keberlanjutan dan
keberhasilan aktivitas perusahaan itu sendiri.
4. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)
Secara etimologi, prinsip diartikan sebagai dasar, permulaan,
aturan dasar (Suryadi, 1980:190). Adapun secara terminologi, prinsip
adalah kebenaran secara umum yang secara alami ada dalam hukum islam
dan menjadi titik tolak pembinaannya. Oleh sebab itu, prinsip dapat
29
disimpulkan sebagai suatu asas atau landasan dasar yang dijadikan
pijakan bagi landasan pelaksanaan suatu pekerjaan.
Sebagai acuan dalam pelaksanaan CSR, dalam penerapannya dapat
merujuk pada prinsip-prinsip dasar CSR sebagaimana dinyatakan oleh
salah seorang pakar CSR dari University of Bath Inggris yaitu Alysin
Warhurst. Dimana pada tahun 1998 beliau menjelaskan bahwa ada enam
belas prinsip yang harus diperhatikan dalam penerapan CSR (Wahyudi
dan Azheri, 2008:57-60), yaitu:
a. Prioritas Perusahaan
b. Manajemen terpadu
c. Proses perbaikan
d. Pendidikan karyawan
e. Pengkajian
f. Produk dan jasa
g. Informasi publik
h. Fasilitas dan operasi
i. Penelitian
j. Prinsip Pencegahan
k. Kontraktor dan pemasok
l. Siaga menghadapi darurat
m. Transfer best practice
n. Memberikan sumbangan
o. Ketebukaan (disclosure)
30
p. Pencapaian dan pelaporan
Melalui prinsip-prinsip CSR tersebut, perusahaan akan
meningkatkan investasi sosialnya dan akan berdampak positif terhadap
kinerja perusahaan. Apabila perusahaan meningkatkan investasi
sosialnya, berbagai keuntungan financial yang diperolehnya juga semakin
tinggi, sebuah prinsip yang dikenal dalam dunia usaha sebagai “doing
well by doing good” (Jalal, 2006:11)
5. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR yang dilakukan perusahaan sebagai suatu bentuk kearifan
moral perusahaan memiliki pengaruh yang lebih luas dari perusahaan
kepada masyarakat untuk keuntungan perusahaan dan masyarakat secara
keseluruhan (Sakiyanti dan Irvan, 2006:27). Tentu dengan diadakannya
CSR oleh perusahaan tersebut memiliki banyak manfaat yang dapat
diperoleh masyarakat sekitar, diantaranya perluasan lapangan kerja,
pelayanan publik yang lebih baik, seperti pelayanan kesehatan,
pendidikan, dan berbagai bidang lainnya tergantung pada bentuk CSR
yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Suhandi M. Putri (Untung,
2008), selain memiliki manfaat untuk masyarakat sekitar perusahaan
tersebut juga mendapat berbagai manfaat dari aktivitas CSR diantaranya,
mempertahankan atau mendongkrak reputasi serta citra merek
perusahaan, mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial,
meredukasi resiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumber daya bagi
operasional perusahaan, membentangkan peluang pasar yang lebih luas,
31
meredukasi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders,
memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan
produktivitas karyawan, memberikan peluang untuk mendapatkan
penghargaan, dan beberapa keuntungan lainnya.
CSR memberikan kontribusi kepada masyarakat berdasarkan
kemampuan internal perusahaan sesuai tujuan dan manfaat pelaksanaan
CSR. CSR akan menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam usaha
penciptaan kesejahteraan oleh perusahaan, yang dalam jangka panjang
dapat meningkatkan dan memperkuat nilai perusahaan di dalam
masyarakat (Kusniadji: 2011).
B. Tinjauan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007
tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
Baik atau buruknya amanat undang-undang perseroan terbatas yang
mewajibkan perseroan menganggarkan dana pada penerapan tanggung jawab
sosial perusahaan dan karyawan didalamnya atau lebih dikenal dengan CSR,
bergantung pada aturan pelaksanaan yang akan disusun pemerintah. Menurut
pasal 1 ayat (1) UU No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang
selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Ketentuan tersebut
dengan tegas menyatakan bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum.
32
Pasal 1329 Kitab UU Hukum Perdata merupakan dasar hukum bahwa
orang pribadi adalah subjek hukum, sedangkan pasal 1654 Kitab UU Hukum
Perdata merupakan dasar hukum apa saja yang merupakan badan hukum.
Subjek hukum adalah sesuatu yang dapat atau cakap melakukan perbuatan
hukum, selain orang dewasa yang dimaksud subjek hukum disini adalah
badan hukum. Karena perseroan terbatas sebagai badan hukum, maka
mempunyai hak dan kewajiban seperti halnya manusia.
Pasal 74 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas tersebut
menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan. Inilah yang dimaksud dengan Corporate Social
Responsibility (CSR).
Ayat (2) yang berbunyi tanggung jawab sosial dan lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Ayat (3) Undang-undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa
perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ayat (4) Undang-undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa
ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
33
Dalam penjelasan Pasal 74 UUPT diatas, yang dimaksud dengan
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam
adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan
sumber daya alam, perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang
berkaitan dengan sumber daya alam adalah perseroan yang tidak mengelola
dan memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak
pada fungsi kemampuan sumber daya alam, sedangkan yang dimaksud
dengan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan adalah sanksi segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan
perundnag-undangan yang terkait. Dengan diaturnya dalam suatu UU, CSR
kini menjadi tanggung jawab legal dan bersifat wajib.
Terkait dengan UUPT Pasal 74 ayat 4 diatas, menyatakan bahwa
ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini telah dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 pasal 2 yang menyatakan bahwa setiap
Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Dengan adanya UUPT dan Peraturan Pemeritah mengenai
tanggung jawab sosial, maka setiap perusahaan yang merupakan subjek
hukum diharuskan untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan .
Apabila tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan
kewajiban perseroan sebagai legal entity seperti diuraikan di atas yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
34
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran
maka harus ada itikad baik dari peseroan. Itikad baik dalam Kitab UU Hukum
Perdata mempergunakan istilah itikad baik dalam dua pengertian, yang
pertama pengertian itikad baik dalam arti subjektif disebut kejujuran, terdapat
dalam Pasal 530 Kitab UU Hukum Perdata dan seterusnya yang mengatur
megenai kedudukan berkuasa (bezit). Itikad baik dalam arti subjektif ini
merupakan sikap batin atau suatu keadaan jiwa (psychische gestelheid). Jadi
dalam hal ini itikad baik (kejujuran) dimaknai sebagai keinginan dalam hati
sanubari pihak yang memegang atau menguasai barang pada waktu ia mulai
menguasai barang tersebut, yang kedua, itikad baik dalam arti objektif disebut
dengan istilah kepatutan, terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) yang berbunyi:
“Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup.
Pembukaan UUD 1945 alinea IV jo. Pasal 33 ayat (3), yang saat ini
disamakan sebagai hak atas lingkungan dan pembangunan berkelanjutan,
khusus untuk hak atas sumber daya ekonomi, sementara UU No. 4 Tahun
1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH)
juga telah mengatur secara tegas dalam Pasal 5 ayat (1) UU No. 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH).
Penjabaran lebih luas dari hak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat adalah diakuinya hak lingkungan hidup untuk dilindungi dan
dilestarikan, namun lingkungan hidup sebagai penyandang hak tidak dapat
mempertahankan haknya tanpa bantuan orang untuk mengajukan perkara
35
pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pengadilan. Untuk itu
diperlukan peran serta setiap orang yang mencakup orang perseorangan
dan/atau kelompok orang dan/atau badan hukum. Sebelum berlakunya
UUPLH organisasi LSM lingkungan sebagai manifestasi kelompok orang
atau badan hukum berdasarkan Pasal 19 UULH telah mendayagunakan
dirinya untuk berperan aktif menyelamatkan lingkungan dengan
mengatasnamakan sebagai wali dari lingkungan hidup.
Hak atas lingkungan hidup sebagai salah satu HAM diatur dalam Pasal
33 ayat (3) dan Pasal 5 ayat (1) UULH yang menyatakan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hak
membela diri terhadap gangguan luar yang merugikan lingkungan terdapat
dalam Pasal 20 ayat (1) UULH. Hak menuntut dilakukannya suatu tindakan
agar lingkungan dapat dilestarikan, dipulihkan atau diperbaiki terdapat dalam
Pasal 20 ayat (3) UULH. Kedua fungsi tersebut kemudian diakomodasikan
dalam Pasal 34 UULH. Dari uraian ini, tampak undang-undang
mengamanatkan untuk perusahaan dapat mengimplementasikan tanggung
jawab sosialnya.
C. Tinjauan Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007
tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
Selain Undang-undang Perseroan Terbatas, peraturan lain yang terkait
dengan kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan adalan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, baik
36
penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Ditegaskan
bahwa setiap penanam modal berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola
perusahaan yang baik, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat. Pada pasal 15 (b)
menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaa. Sedangkan apabila badan usaha melanggar
peraturan tersebut dalam Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 tahun
2007 pasal 34 ayat 1 menyatakan bahwa badan usaha atau usaha perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif
berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Pembatasan kegiatan usaha;
c. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. Pencabutan kegiatan usaha dan /atau fasilitas penanaman modal.
Selanjutnya Pasal 16 huruf (d) UUPM, menyatakan bahwa setiap
penanam modal bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan hidup,
kemudian Pasal 16 huruf (e) UUPM menyatakan bahwa, setiap penanam
modal bertanggung jawab untuk menciptakan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kesejahteraan pekerja. Selanjutnya Pasal 17 UUPM
menentukan bahwa penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam
wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
37
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup yang pelaksanaannya diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sanksi bagi pelanggaran CSR dalam pelestarian lingkungan hidup
secara implisit tidak diatur dalam UUPT maupun UUPM, dikarenakan belum
adanya Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih lanjut, namun ketentuan
Pasal 74 ayat (3) UUPT merujuk langsung pada undang-undang terkait
berdasarkan dampak yang diakibatkannya. Selain itu UUPT tidak
menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar.
Basis CSR adalah Corporate Code of Conduct, maka menjadi suatu
kebutuhan diperlukannya rambu-rambu etika bisnis agar tercipta praktik
bisnis yang beretika. Etika bisnis yang kemudian dituangkan dalam bentuk
tertulis, lahirlah kebijakan berupa undang-undang, keppres, peraturan
pemerintah, dan sebagainya, yang mengatur bagaimana melakukan bisnis
yang benar dan sah secara hukum.
D. Tinjauan Hukum Islam tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
Islam sangat menekankan konsep tanggung jawab sosial yang pada
dasarnya bersifat sukarela tanpa paksaan. Konsep tanggung jawab sosial
perusahaan dalam Islam, terutama terhadap manusia, karena sebagai makhluk
sosial yang tidak mungkin melepaskan interaksinya dengan orang lain guna
memenuhi segala kebutuhan hidupnya (Naqvi, 2003:44).
38
CSR dalam perspektif Islam merupakan konsekuensi inhern dari
ajaran Islam itu sendiri. Tujuan dari syariat Islam (Maqashid al syariah)
adalah maslahah sehingga bisnis adalah upaya untuk menciptakan maslahah,
bukan sekedar mencari keuntungan (Astuti dan Anto, 2008). Sebab Islam
tidak memperbolehkan perilaku mengumpulkan harta benda tanpa
mempedulikan orang lain. Sehingga dalam hal ini Allah SWT
memperingatkan kepada orang tersebut dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah
ayat 195 :
Artinya: “dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,
dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik”.
Selanjutnya dalam firman Allah Q.S. Al-Baqarah ayat 177 yang
memerintahkan untuk berbuat kebajikan:
39
Artinya: “bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan, mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”.
Ayat diatas mengisyaratkan bahwasanya betapa pentingnya untuk
menanamkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan. Menurut Islam, CSR yang
dilakukan harus bertujuan untuk menciptakan kebajikan yang dilakukan
bukan melalui aktivitas yang mengandung unsur riba, melainkan dengan
praktik yang diperintahkan Allah berupa bantuan yang didasarkan pada ajaran
agama Islam. Hal ini dikuatkan lagi dengan firman Allah SWT dalam Q.S.
Al- Isra ayat 26 yang memerintahkan untuk berbuat baik:
Artinya: “dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”.
Basis pelaksanaan CSR jika merujuk ajaran Islam pada intinya ialah
kekayaan tersebut tidak boleh menumpuk pada satu kelompok orang tertentu
40
saja (Huda dan Prastowo, 2011:72-73). Dengan demikian Islam mewajibkan
sirkulasi kekayaan terjadi pada semua anggota masyarakat dan mencegah
terjadinya sirkulasi kekayaan hanya pada segelintir orang (Yusanto dan
Yunus, 2009:165-169). Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hasyr
ayat 7:
Artinya: “supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang
Kaya saja di antara kamu”.
Sebenarnya, dalam pandangan Islam sendiri kewajiban melaksanakan
CSR bukan hanya menyangkut pemenuhan kewajiban secara hukum dan
moral, tetapi juga strategi agar perusahaan dan masyarakat tetap survive
dalam jangka panjang. Jika CSR tidak dilaksanakan maka akan terdapat
lebih banyak biaya yang harus ditanggung perusahaan. Sebaliknya jika
perusahaan melaksanakan CSR dengan baik dan aktif bekerja keras
mengimbangi hak-hak dari semua stakeholders berdasarkan kewajaran,
martabat, dan keadilan, dan memastikan distribusi kekayaan yang adil,
akan benar-benar bermanfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang
(Astuti dan Anto, 2008). Seperti meningkatkan kepuasan, menciptakan
lingkungan kerja yang aktif dan sehat, mengurangi stres karyawan
meningkatkan moral, meningkatkan produktivitas, dan juga meningkatkan
distribusi kekayaan di dalam masyarakat.
Menurut Capra (2000), tujuan keadilan sosioekonomi dan distribusi
pendapatan dan kekayaan yang merata merupakan bagian yang tak
41
terpisahkan dari falsafah moral Islam dan didasarkan pada komitmennya yang
pasti terhadap persaudaraan dan kemanusiaan. Menurut Muhammad Djakfar
(2007:160-163), implementasi CSR dalam Islam secara rinci harus memenuhi
beberapa unsur, antara lain:
1. Al-Adl
Dalam beraktifitas di dunia bisnis, Islam mengharuskan berbuat adil
yang diarahkan kepada hak orang lain, hak lingkungan sosial, dan hak
alam semesta. Jadi, keseimbangan alam dan keseimbangan sosial harus
tetap terjaga bersamaan dengan operasional usaha bisnis. Dalam firman
Allah SWT Q.S. Al-Huud ayat 85:
Artinya: “dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran
dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia
terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di
muka bumi dengan membuat kerusakan”.
Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis atau usaha yang
mengandung kedzaliman atau mewajibkan terpenuhinya keadilan yang
teraplikasikan dalam hubungan usaha dan kontrak-kontrak serta
perjanjian bisnis. Sifat keseimbangan atau keadilan dalam bisnis adalah
ketika perusahaan mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
2. Al-Ihsan
Ihsan adalah kehendak untuk melakukan kebaikan hati sebagai
bentuk ibadah kepada Allah. Implementasi CSR dengan semangat ihsan
42
akan dimiliki ketika individu atau kelompok melakukan kontribusi
dengan semangat ibadah dan berbuat atas dasar mendapat ridho Allah.
Ihsan adalah beauty dan perfection dalam sistem sosial. Bisnis yang
dilandasi unsur ihsan dimaksudkan sebagai proses niat, sikap dan perilaku
yang baik, transaksi yang baik, serta berupaya memberikan keuntungan
lebih pada stakeholders. Dalam firman Allah Q.S. Al- Baqarah ayat 195
disebutkan:
Artinya: “dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,
dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik”.
Kandungan ayat diatas menjelaskan bahwasannya Allah
memerintahkan untuk berbuat kebaikan dengan membantu sesamanya
bagi yang membutuhkan, karena Allah lebih menyukai orang-orang yang
berbuat baik.
3. Manfaat
Konsep ihsan yang telah dijelaskan di atas seharusnya memenuhi
unsur manfaat bagi kesejahteraan masyarakat (internal maupun eksternal).
Konsep manfaat dalam CSR lebih dari aktivitas ekonomi perusahaan,
untuk itu sudah seharusnya memberikan manfaat yang lebih luas dan
tidak statis namun harus dinamis misalnya terkait dalam berbagai aspek
43
sosial seperti pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan
pelestarian lingkungan.
Untuk membangun program CSR yang benar-benar berguna bagi
masyarakat dan memiliki dampak positif, maka pemberian program harus
memiliki manfaat yang sekaligus bisa dikelola dengan melibatkan
masyarakat agar bisa berkesinambungan. Oleh sebab itu, konsep manfaat
dalam CSR ini dapat memberikan manfaat ganda, yaitu penerima dapat
memberikan partisipasinya kepada kegiatan yang dilaksanakan oleh
perusahaan. Sebaliknya bagi perusahaan yang melaksanakan CSR,
memiliki implikasi pada keberlangsungan usaha bagi perusahaan itu
sendiri. Adapun salah satu hadis yang menjelaskan untuk memberikan
manfaat kepada orang lain:
رُ الناسِ أنَفَعُهُم للِنَّاسِ خَي ْArtinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain”. ( HR ath-Thabrani)
4. Amanah Perusahaan yang menerapkan CSR, harus memahami dan menjaga
amanah dari masyarakat misalnya dengan menghindari perbuatan tidak
terpuji dalam setiap aktivitas bisnis. Amanah dalam skala makro dapat
direalisasikan dengan melaksanakan perbaikan sosial dan menjaga
keseimbangan lingkungan. Dalam perspektif Islam, kebijakan perusahaan
yang mengemban CSR terdapat tiga bentuk implementasi yang dominan
yaitu: tanggung jawab sosial terhadap para pelaku dalam perusahaan dan
44
stakeholders, tanggung jawab sosial terhadap lingkungan alam dan
tanggung jawab sosial terhadap kesejahteraan sosial secara umum. Dalam
firman Allah surat An-Nisa’ ayat 58 disebutkan:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat”.
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya perusahaan
harus memelihara amanah yang telah dititipkan kepadanya dalam
penerapan kegiatan CSR yang akan di laksanakan. Karena amanah itu
harus dijalankan sesuai dengan program yang akan direalisasikan, maka
sangatlah penting untuk menjaga amanah. Konsekuensinya sangatlah
besar jika sampai mengkhianatinya, maka perusahaan jangan sampai
mengabaikan amanah terhadap penerapan CSR yang akan
diselenggarakan.
45
BAB III
BENTUK DAN SISTEM PENGELOLAAN CORPORATE SOSIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA
(PLN) SALATIGA
A. Gambaran Umum PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
1. Sejarah PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958
tertanggal 27 Desember 1958 tentang Nasionalisasi semua perusahaan
Belanda dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1958 tentang
Nasionalisasi Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda. Maka, seluruh
Perusahaan Listrik Belanda berada ditangan bangsa Indonesia.
Di Jawa Tengah setelah diambil alih dari kekuasaan Belanda
Perusahaan Listrik yang semula namanya NV ANIEM berubah namanya
menjadi Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sesuai keputusan Direksi PLN
pada tahun 1965 PT PLN Jawa Tengah berubah nama menjadi PLN
Eksploitasi X kemudian PLN Wilayah XIII.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 1972 dari PT PLN berubah nama menjadi
Perusahaan Umum Listrik Negara (PERUM) dan pada tahun 1994 dengan
keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 Tanggal 16 Juni
1994 pengalihan bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara (PERUM)
menjadi PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH.
46
Dengan adanya Restrukturisasi tahun 2000, sesuai Keputusan
General Manager Nomor: 038.K/021/PD.I/2001 tanggal 10 April 2001 PT
PLN (Persero) Area Pelayanan Pelanggan Semarang disingkat PT PLN
(PERSERO) AP Salatiga dan Ranting berubah menjadi Unit Pelayannan
Pelanggan disingkat UP.
Pada tahun 2003, melalui Keputusan General Manager PT. PLN
(PERSERO) Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta Nomor
123.K/021/GM/2003 berubah struktur organisasi menjadi APJ sedangkan
Unitnya menjadi UP/UJ dan UPJ. Akan tetapi pada 2012 diubah kembali
menjadi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga.
PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) Pengatur Kebijakan Tenaga Kelistrikan
Pertambangan dan Usaha lainnya yang terletak di wilayah dan memiliki
kantor di Jl. Diponegoro No. 19 Salatiga, Telp: (0298) 313883, Fax
(0298) 324671, Kode Pos: 50773.
2. Visi dan Misi PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
a. Visi
Visi PT. PLN (Persero) adalah diakui sebagai perusahaan kelas dunia
yang bertumbuh kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu
pada potensi insani.
47
b. Misi
1) Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidan lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
2) Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat.
3) Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4) Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
3. Bidang Usaha dan Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Unit Layanan
Salatiga
Unit Layanan Salatiga merupakan Area yang tergolong kecil dengan
membawahi tiga yaitu Unit Layanan (UL) Salatiga dan dua Service Point
Ambarawa (SPA) dan Service Point Ungaran (SPU). Di dalam
penyelenggaraan dan pelayanan listrik Negara untuk umum dalam negeri,
PT. PLN (PERSERO) UnitLayanan Salatiga memberikan jasa kepada
pelanggan yaitu:
a. Pelayanan pemberian informasi tata cara perhitungan besarnya biaya
listrik.
b. Pelayanan pemberian informasi penyambungan tenaga listrik kepada
calon pelanggan, pelanggan, dan masyarakat.
48
c. Pelayanan permintaan penyambungan baru, perubahan daya,
penyambungan sementara, perubahan tarif, baik nama pelanggan dan
pelayanan lainnya serta pengendalian pelanggan.
d. Pelayanan pembayaran Biaya Penyambungan (BP), Tagihan Susulan
(TS), biaya sementara, biaya perubahan, dan biaya lainnya yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Membuat kuitansi penerimaan pembayaran biaya penyambungan.
f. Membuat perintah kerja yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemasangan, perbaikan, perubahan penambahan atau pembongkaran
sambungan tenaga listrik.
PT. PLN (PERSERO) Unit Layanan Salatiga membawahi beberapa
unit pelayanan yaitu:
1) Unit Layanan Salatiga Kota bertempat di Jl. Diponegoro no.19
Salatiga.
2) Service Point Ambarawa (SPA) Kota bertempat di JL. Pemuda no. 26
Ambarawa.
3) Service Point Ungaran (SPU) Kota bertempat di Jl. Gatot Subroto no.
201 Ungaran
4. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
Dalam menjalankan tugasnya, PT. PLN (Persero) Unit Layanan
Salatiga didukung oleh 1 orang Manajer, 5 orang Asisten Manajer, dan
dibawahnya terdapat 8 orang Supervisor.
49
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
5. Disiplin Kerja PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
Sesuai dengan kegiatan disiplin kerja, maka PT. PLN (Persero) Unit
Layanan Salatiga mewajibkan kepada semua pegawai untuk mentaati
semua peraturan yang berlaku. Adapun disiplin kerja yang dilaksanakan
oleh PT. PLN (Persero). Unit Layanan Salatiga adalah:
a. Waktu Kerja
Senin – Kamis: Pukul 07.00 – 16.00 WIB
Jum’at : Pukul 07.00 – 14.30 WIB
b. Patuh pada perintah atasan.
c. Bekerja dengan dedikasi tinggi dan semangat kerja yang tulus dan
ikhlas.
d. Saling bekerjasama antar pegawai
50
e. Mentaati peraturan yang berlaku.
f. Bersikap jujur dan tidak iri hati
g. Cekatan terhadap masalah yang timbul.
Selain itu juga diadakan pembagian piket selama 24 jam setiap hari
yang memantau dan mambantu dalam mengatasi gangguan yang terjadi
dalam jaringan.
6. Pemeliharaan Tempat Kerja dan Lingkungan Hidup
Dalam usaha pemeliharaan lingkungan atau tempat kerja, PT. PLN
(PERSERO) Unit Layanan Salatiga melaksanakan dan menerapkan
Program 5K. Adapun mengenai program 5K ini adalah sebagai berikut:
a. Kebersihan
Tempat dan Lingkungan kerja selalu dibersihkan oleh petugas
cleaning service dan kesadaran para pegawai akan pentingnya
kebersihan yaitu membuang sampah pada tempatnya.
b. Keindahan
Untuk menjaga keindahan lingkungan dibuat taman yang dihiasi
dengan tanaman yang berwarna-warni untuk memperindah
lingkungan.
c. Keamanan
Keamanan di PT. PLN (PERSERO) UNIT LAYANAN SALATIGA
dilakukan dengan sistem security ( satpam ) berlapis dan pelaporan
terhadap tamu yang datang.
51
d. Ketertiban
Ketertiban di PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga dilaksanakan
dengan cara semua pegawai berpakaian seragam dinas dalam jam
kerja.
e. Kesehatan
Dalam upaya untuk menjaga agar para pegawai di PT. PLN (persero)
Unit Layanan Salatiga dalam kondisi yang sehat, maka setiap jum’at
diadakan jum’at sehat yaitu dengan melakukan senam kebugaran
jasmani dan rohani.
B. Bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) di PLN Salatiga
PLN Salatiga telah berkomitmen dalam upaya menjadikan tenaga
listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan mayarakat,
mengupayakan tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi dan
menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. PLN Salatiga juga
bertekad menyelaraskan pengembangan ketiga aspek dalam penyediaan
listrik, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan.
Untuk itu, PLN Salatiga dalam mengembangkan program CSR
sebagai wujud nyata dari tanggung jawab sosial perusahaan hanya memiliki
satu program per tahun yang wajib dijalankan dan sudah terencana, tetapi
tidak menuntut kemungkinan adapun bantuan program CSR dari PLN
Salatiga kepada masyarakat sekitar jika terjadi hal yang tidak direncanakan.
52
Adapun bentuk program CSR dari PLN Salatiga yaitu lebih
menekankan pada pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
terdiri dari dua program, yaitu: program kemitraan dan program bina
lingkungan. Tetapi pada tahun 2016-2017 terakhir PLN Salatiga hanya
melaksanakan program bina lingkungan. Karena untuk dua tahun terakhir,
terdapat dua daerah yang membutuhkan bantuan pasokan air untuk
melangsungkan kehidupan mereka. Demikian tadi pernyataan dari
Wawancara dengan Ibu Siti Nurhidayah pada tanggal 20 Februari 2018.
Program bina lingkungan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
pengembangan atau pembangunan masyarakat yang dilakukan secara
sistematis, terencana dan diarahkan guna menyejahterakan masyarakat serta
untuk mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih
baik. Adapun bentuk CSR pada program bina lingkungan dibagi menjadi dua,
diantaranya sebagai berikut:
a. Program terencana
Program terencana merupakan bentuk CSR terhadap program bina
lingkungan yang sudah terencana, terarah dan terlaksana secara
sistemastis sesuai dengan tahapan prosedur yang ada dalam pelaksanaan
program CSR yang dilakukan oleh PLN Salatiga. Program ini
dimaksudkan sebagai program untuk pemberdayaan masyarakat guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar yang membutuhkan.
Maka dalam pelaksanaannya, program ini nantinya akan selalu dipantau
oleh pihak dari PLN Salatiga.
53
Untuk dua tahun terakhir 2016-2017, program bina lingkungan
terencana yang diadakan oleh PLN Salatiga yaitu pengadaan bantuan
sumur bor dalam yang dilakukan setiap tahunnya hanya satu kali
program. Adapun yang mendapat bantuan pembuatan sumur bor pada
tahun 2016-2017 yakni terdapat di dua Desa dengan daerah yang berbeda
yaitu di Desa Bantal, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang pada
tahun 2016 dan tahun selajutnya juga satu program pembuatan sumur bor
dalam di Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.
Demikina tadi pernyataan dari wawancara dengan Ibu Siti Nurhidayah
pada taggal 20 Februari 2018.
Gambar 3.2 Sumur Bor Dalam
Program pembuatan sumur bor dalam ini dilakukan seiring
banyaknya daerah Salatiga yang berada dalam kawasan kesulitan air
bersih, maka dalam hal ini PLN Salatiga melalui program CSR
memberikan bantuan pembuatan sumur bor dalam beserta bak
54
penampungan air yang bisa menampung 5000 liter air. Selain itu untuk
menunjang pelaksanaan programnya, PLN Salatiga juga memberikan
pasokan listrik guna keberhasilan kegiatan program tersebut.
Gambar 3.3 Bak Penampungan Air
b. Program tidak terencana
Program tidak terencana merupakan program dadakan yang biasa
dilakukan oleh PLN Salatiga jika terjadi musibah pada daerah-daerah
yang membutuhkan, misalnya jika terjadi bencana alam, kekeringan,
banjir, dan musibah lainnya yang tak terduga. Terkait dengan program
tidak terencana, program CSR PLN Salatiga ini tidak termasuk dalam
anggaran yang telah dikhususkan. Akan tetapi, program tidak terencana
ini diambilkan subsidinya dari masing-masing departemen.
Program CSR tidak terencana di PLN Salatiga yang dilakukan secara
dadakan ini dalam rentang tahun 2016-2017 pelaksanaannya hanya ada
pada tahun 2017 saja, karena pada tahun sebelumnya PLN Salatiga tidak
55
melakukan kegiatan CSR. Karena semula kegiatan tersebut tidak ada
dalam daftar kegiatan program CSR, maka anggaran yang dikeluarkanpun
tidak seperti pada program terencana. Adapun bentuk program tidak
terencana pada tahun 2017 lalu yaitu dengan memberikan bantuan
penyaluran air bersih.
Menurut pemaparan dari Ibu Siti Nurhidayah bahwa pada saat terjadi
kekeringan di beberapa daerah di Salatiga tahun 2017 lalu, pihak PLN
Salatiga sudah mengetahuinya. Kemudian beliau juga menjelaskan bahwa
untuk mendapatkan data-data daerah yang mengalami kekeringan pihak
PLN Salatiga meminta data ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Dengan
adanya data tersebut, PLN Salatiga kemudian melakukan pemetaan ke
beberapa daerah yang memang benar-benar membutuhkan bantuan air
bersih. Karena bantuan air bersih ini termasuk dalam program tidak
terencana, maka untuk mendapatkan anggarannya pun tidak seperti pada
program terencana. Hal ini diperkuat dengan penjelasan dari Kepala
Bidang Kebersihan DLH Salatiga bahwasannya waktu terjadi kekeringan
tahun 2017 lalu, PLN Salatiga memang pernah meminta data kekeringan
di kantornya. Demikian penjelasan dari Ibu Pramusinta pada tanggal 19
Mei 2018.
Penyaluran air bersih ini dilakukan seiring banyaknya wilayah yang
mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau panjang yang terjadi di
sebagian wilayah Kota Salatiga yang mengakibatkan sebagian daerah
mengalami kekeringan. Untuk itu, PLN Salatiga melalui program CSR
56
ikut memberikan bantuan air bersih dalam rangka pengabdian sosial
kemasyarakatan. Berdasarkan penjelasan dari Ibu Siti Nurhidayah,
bantuan pemberian air bersih dilakukan secara bertahap yaitu di 4
Kecamatan di 3 Desa salah satunya di SMP 2 Bawen dan 1 Pondok
Pesantren dengan total 7 tangki sejumlah 1000 liter air per masing-masing
tangki. Pemberian bantuan di masing-masing desa dibedakan sesuai
dengan kebutuhan dari air bersih di desa itu sendiri.
Untuk tahap pertama PLN menyalurkan dua tangki air bersih kepada
Pondok Pesantren Al-Falah Kecamatan Sidomukti Salatiga yang dihuni
sekitar 600 orang santri. Hal ini dibenarkan oleh pengasuh dari Pondok
Pesantren Al-Falah, karena pada saat kondisi terjadi kesulitan air pada
tahun 2017 lalu bantuan air bersih datang dari PLN Salatiga. Bantuan
pemberian air bersih tersebut diberikan secara gratis sebanyak 2 tangki.
Demikian wawancara dengan Ibu Ulfa Mahmudah selaku pengasuh di
Pondok Pesantren Al-Falah pada tanggal 15 Mei 2018.
Gambar 3.4 Bantuan Air Bersih di Pondok Pesantren Al-Falah
57
Tahap selanjutnya bantuan air bersih diberikan di Desa Jatirunggo
Kecamatan Pringapus. PLN Salatiga menyalurkan sebanyak dua tangki
air bersih untuk warga di Desa Jatirunggo. Dalam kegiatan pemberian
bantuan air bersih ini, menurut penuturan dari Bapak Indra Wahyudi
selaku wakil dari warga Desa Jatirunggo sangat berterimakasih sekali
dengan pihak PLN Salatiga. Karena pada saat terjadi kekeringan tahun
lalu sebanyak dua tangki air bersih telah didatangkan dari PLN Salatiga.
Dengan adanya program CSR dari PLN Salatiga ini, sangat membantu
warga masyarakat yang kesulitan air pada saat itu. Bantuan air bersih
pada saat itu hanya dilakukan satu kali saja, tetapi masyarakat sudah
merasa terbantu dengan adanya bantuan tersebut. Karena setidaknya
dengan adanya bantuan air tersebut, warga Desa Jatirunggo bisa memakai
air tersebut untuk minum dan memasak. Demikian wawancara dengan
Bapak Indra Wahyudi Kepala Desa Jatirunggo pada tanggal 17 Mei 2018.
Gambar 3.5 Bantuan Air Bersih di Desa Jatirunggo
58
Dalam hal ini, PLN Salatiga melakukan pemetaan ke beberapa
wilayah yang mengalami krisis air bersih agar bantuan yang diberikan
tepat pada sasaran. Untuk tahap berikutnya PLN Salatiga kembali
menyalurkan dua tangki air bersih di Desa Wates Kecamatan Getasan dan
satu tangki air bersih di SMP 2 Bawen.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada
narasumber yaitu Bapak Budi Santoso sebagai petugas Kelurahan Desa
Wates Kecamatan Getasan membenarkan bahwasannya PLN Salatiga
pernah membantu warga desanya tahun 2017 kemarin pada saat terjadi
kesulitan air. Bantuan air bersih itu datang sekaligus dua tangki. Sehingga
masyarakat pada saat itu banyak yang mengantri untuk mendapatkan air
bersih. (Wawancara dengan Bapak Budi Santoso Sekretaris Desa Wates
pada tanggal 16 Mei 2018).
Adapun informasi lain, terkait dengan pemberian air bersih pada saat
terjadi kekeringan tahun lalu yaitu wawancara yang dilakukan penulis
kepada Bapak Lilik Nurcholis selaku Kepala Sekolah dari SMP 2 Bawen
pada tanggal 16 Mei 2018. Adapun penjelasan dari Bapak Lilik Nurcholis
mengenai pemberian air bersih tersebut dirasakan sangat bermanfaat
sekali. Akibat dari kekeringan yang terjadi pada tahun lalu menyebabkan
SMP 2 Bawen kekurangan air, karena untuk dipakai di kamar mandi saja
itu sudah tidak ada. Dan diperkuat lagi dari pemaparan Bapak Siswoyo
yang merupakan petugas kebersihan SMP 2 Bawen bahwasannya akibat
kekeringan tahun 2017 kemarin membuat sekolahan ini benar-benar
59
kesulitan air. Maka beliau sangat bersyukur dengan adanya bantuan air
bersih dari PLN Salatiga. (Wawancara dengan Bapak Siswoyo pada
tanggal 16 Mei 2018).
C. Sistem Pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) di PLN
Salatiga
Dalam pengelolaan program Corporate Social Responsibility (CSR)
PLN salatiga bergantung dari program atau kegiatan yang sedang diajukan.
Untuk itu, PLN Salatiga membagi dua sistem terhadap pelaksanaan
pengelolaan CSR, yaitu sebagai berikut:
1. Jangka Pendek
Dalam sistem ini, proses perencanaan program CSR dan teknis
pelaksanaan pengelolaan program dipertanggungjawabkan oleh manajer
departemen distribusi. Pengelolaan program CSR pada sistem ini
merupakan pengelolaan program yang dikelola oleh departemen atau
bidang distribusi yang sifatnya mandiri (bukan bagian dari departemen
lain).
Adapun program CSR dalam model ini yang sifatnya ad hock yaitu
dimana secara struktural tidak berada dimana-mana, tetapi program ini
terjadi pada saat dibutuhkan secara tiba-tiba muncul dan menjadi bagian
dari program CSR oleh PLN Salatiga, seperti bantuan air bersih.
Bantuan air bersih dari PLN Salatiga yang diberikan kepada warga
sekitar berjumlah 7 tangki yang masing-masing tangki berisi 1000 liter air
60
dengan biaya pertangki Rp. 500.000. PLN Salatiga hanya memberikan air
bersih ini satu kali saja, yang masing-masing daerah mendapatkan 2
tangki dan 1 tangki untuk di SMP 2 Bawen.
Tabel 3.1 CSR sebagai aktivitas jangka pendek
No Lokasi Penerima Bantuan 1000 liter/ tangki Total Biaya
1 Pondok Pesantren Al-Falah 2000 liter/ 2
tangki
Rp. 1.000.000
2 Desa Jatirunggo, Kecamatan
Pringapus, Kabupaten
Semarang
2000 liter/ 2
tangki
Rp. 1.000.000
3 Desa Wates, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang
2000 liter/ 2
tangki
Rp. 1.000.000
4 SMP 2 Bawen 1000 liter/ 1
tangki
Rp. 500.000
Berkenaan dengan bantuan pemberian air bersih, menurut hasil
wawancara yang dilakukan penulis kepada narasumber yaitu Bapak Budi
Santoso Sekretaris Desa Wates dan Ibu Ulfa Mahmudah pengasuh Pondok
Pesantren Al-Falah bahwa memang benar dua daerah tersebut
mendapatkan bantuan dua tangki air bersih sekaligus. Dan untuk masing-
masing tangki air berisi 1000 liter, tetapi untuk besarnya biaya yang
dikeluarkan oleh PLN Salatiga terhadap pembelian air tersebut beliau
sendiri tidak tahu. Berbeda dengan penjelasan dari Kepala Sekolah SMP 2
61
Bawen yang mengatakan bahwa bantuan air bersih yang diberikan oleh
PLN Salatiga untuk sekolahannya sendiri hanya satu tangki yang berisi
1000 liter, dan untuk biaya dari air tersebut memang benar satu tangkinya
berkisar Rp. 500.000 yang telah dibeli oleh pihak PLN Salatiga untuk
disumbangkan di sekolahnya. (Wawancara dengan Bapak Lilik Nurcholis
pada tanggal 16 Mei 2018). Dan diperkuat lagi pemaparan dari Bapak
Indra Wahyudi Kepala Desa Jatirunggo bahwasannya penyaluran air
bersih dilakukan oleh PLN Salatiga sebanyak dua tangki yang masing-
masing tangki berisi 1000 liter dengan biaya Rp. 500.000 per tangki.
Lebih lanjut beliau menuturkan bahwa pada saat terjadi kekeringan tahun
2017 kemarin, warga Desa Jatirunggo banyak yang menggunakan air
galon yang dipakai untuk mandi. Untuk itu pastinya bantuan air bersih
yang diberikan sangat bermanfaat sekali.
Untuk itu, sistem pengelolaan CSR dalam aktivitas jangka pendek
ini termasuk ke dalam program yang tidak terencana. Sudah dijelaskan
diatas, bahwa program tidak terencana merupakan bantuan yang ada
secara dadakan. Maka dalam pelaksanaan program pengelolaan CSR
sebagai aktivitas jangka pendek ini berlangsung hanya satu kali dan terjadi
pada saat dibutuhkan secara tiba-tiba.
2. Jangka Panjang
Pengelolaan program CSR pada model ini merupakan pengelolaan
program yang dikelola secara sistematis, terencana dan terarah. Secara
struktur pengelolaan CSR ini menunjukkan besarnya komitmen
62
perusahaan terhadap pelaksanaan CSR, dikarenakan CSR ini dilakukan
secara bertahap, yaitu dengan mengajukan proposal, kemudian melakukan
penelitian lapangan terlebih dahulu, setelah itu pemilihan program sampai
terjadinya pelaksanaan program CSR tersebut. Sehingga dalam
pengelolaan programnya dari perencanaan anggaran, perencanaan
program, implementasi, hingga proses pelaksanaan CSR program jangka
panjang ini harus sesuai dengan tahapan perencanaan dan untuk setiap
tahunnya hanya melakukan satu program saja. Demikian pernyataan dari
Ibu Siti Nurhidayah pada tanggal 20 Februari 2018.
Dalam rentang tahun 2016-2017, PLN Salatiga telah mengadakan
program CSR sebagai aktivitas jangka panjang yang dibuktikan dengan
bantuan pembuatan sumur bor dalam. Program ini dimaksudkan untuk
melakukan pengentasan daerah sulit air bersih melalui pengeboran sumur
dalam. Dua daerah berbeda yang mendapatkan bantuan pembuatan sumur
bor yaitu Desa Bantal, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang dan
Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.
Berdasarkan pernyataan Ibu Siti Nurhidayah mengenai anggaran
dana yang diberikan oleh PLN Salatiga pada tahun 2016-2017 untuk
pembuatan sumur bor pada masing-masing daerah memperoleh dana
sebesar Rp. 60.000.000. Itupun sudah termasuk dalam pembuatan bak
penampungan air yang bisa menampung 5000 liter dan juga kebutuhan
akan listrik guna menunjang keberhasilan program tersebut.
63
Menurut hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada dua
narasumber di dua daerah berbeda yang mendapatkan bantuan pembuatan
sumur bor yaitu Bapak Anang Sukoco selaku tokoh masyarakat dan
Bapak Syamsul Bahri Kepala Desa Gogodalem. Dari hasil pernyataan
keduanya menjelaskan bahwa untuk pengajuan pembuatan sumur bor
dalam harus melalui beberapa tahap. Menurut pemaparan Bapak Anang
Sukoco bahwa sebelum dilaksanakan pembuatan sumur bor tersebut harus
mengajukan proposal terlebih dahulu ke PLN Salatiga. Dari PLN Salatiga
nantinya akan melakukan peninjauan pada daerah yang mengajukan
proposal. Setelah itu, PLN Salatiga akan mengajukan proposalnya ke PLN
Pusat, dan dari PLN Pusat nantinya akan memilih satu proposal pada
setiap unit PLN yang telah mengajukan. (Wawancara dengan Ibu Siti
Nurhidayah pada tanggal 20 Februari 2018).
Terkait dengan pemilihan proposal dari PLN Pusat, PLN Salatiga
baru akan memproses pelaksanaan program pembuatan sumur bor yang
telah lolos dalam seleksi pemilihan program. Menurut penjelasan dari
Bapak Syamsul Bahri Kepala Desa Gogodalem mengenai pelaksanaan
program pembuatan sumur bor yang dilakukan oleh PLN Salatiga untuk
dananya sendiri sebesar Rp. 60.000.000. Tetapi dari PLN Salatiga tidak
secara utuh memberikan bantuannya berupa dana. Karena dalam
pelaksanaanya, semua proses kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan
sumur bor secara langsung dilaksanakan oleh pihak PLN Salatiga dan
tentunya sudah berkoordinasi dengan warga Desa Gogodalem. Diperkuat
64
lagi dengan pernyataan Bapak Anang Sukoco bahwasannya pada tahun
2016, PLN Salatiga memang melaksanakan program CSR yang diadakan
dengan pembuatan sumur bor didesanya. Tetapi untuk bantuannya sendiri
tidak berupa dana secara tunai sebesar Rp. 60.000.000. Karena dalam
proses pelaksanaannya, PLN Salatiga telah bekerja sama dengan jasa
pembuat sumur bor dalam. Selain itu PLN Salatiga juga melibatkan
keikutsertaan masyarakat sekitar dalam pembuatan bak penampungan air.
Dalam pembuatan bak penampungan air antara Desa Bantal dan
Desa Gogodalem dibuatkan bak penampungan yang bisa menampung
5000 liter air dan dilengkapi dengan pasokan listrik dengan kapasitas 10
kVa=8kWatt menggunakan pompa selam 3 PK memiliki debit antara 1 s/d
2 liter/detik yang mampu menghasilkan air sebanyak 47 kubik/ 12 jam.
(Wawancara dengan Ibu Siti Nurhidayah pada tanggal 20 Februari 2018)
Dalam pembuatan sumur bor ini, kedalamannya mencapai 100 meter
karena di daerahnya memang sangat sulit sekali untuk mendapat sumber
mata air, maka tidak heran jika pembuatannya hampir menghabiskan
waktu satu bulan. (Wawancara dengan Bapak Syamsul Bahri pada tanggal
17 Mei 2018). Lain halnya dengan pemaparan yang disampaikan dari
Bapak Anang Sukoco, beliau menjelaskan ketika pembuatan sumur bor
tahun 2016 memang dalam karena kedalamannya mencapai 95 meter.
Dari kedalaman 95 meter tersebut menghasilkan air yang sangat jernih
sekali. Dengan adanya bantuan sumur bor tersebut, sampai sekarang
65
warga bisa menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari. (Wawancara
dengan Bapak Anang Sukoco pada tanggal 16 Mei 2018).
Tabel 3.2 CSR sebagai aktivitas jangka panjang
No Lokasi Kedalaman/
meter
Tahun Anggaran Dana
1 Desa Bantal,
Kecamatan Bancak,
Kabupaten Semarang.
95 2016 Rp. 60.000.000
2 Desa Gogodalem,
Kecamatan Beringin,
Kabupaten Semarang
100 2017 Rp. 60.000.000
Sistem pelaksanaan pengelolaan program CSR sebagai aktivitas
jangka panjang ini pelaksanaannya harus berjalan sesuai dengan tahapan
perencanaan agar programnya bisa berjalan dengan baik. Untuk
selanjutnya, apabila program pembuatan sumur bor dalam ini sudah
selesai dalam pembangunan dan sudah dilakukan serah terima dari PLN
untuk warga penerima bantuan, maka itu sudah menjadi tanggung jawab
dari pihak penerima bantuan. Karena ketika PLN sudah
menyerahterimakan bantuan tersebut, itu sudah menjadi hak dan tanggung
jawab atas warga penerima bantuan (Wawancara dengan Ibu Siti
Nurhidayah pada tanggal 15 Maret 2018).
66
BAB IV
TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN HUKUM ISLAM
TERHADAP SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) SALATIGA
A. Analisis Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Corporate Social
Responsibility (CSR) pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga
Dalam penjelasan tentang perseroan terbatas yang diatur dalam pasal 1
ayat (1) UU No. 40 tahun 2007 yang selanjutnya disebut perseroan adalah
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Penjelasan selanjutnya
pasal 74 UU UPT, yang dimaksud dengan perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam adalah perseroan yang
kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam,
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan
sumber daya alam adalah perseroan yang tidak mengelola dan memanfaatkan
sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi
kemampuan sumber daya alam, sedangkan yang dimaksud dengan dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan adalah sanksi
segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundnag-undangan yang
terkait. Dengan diaturnya dalam suatu UU, CSR kini menjadi tanggung jawab
legal dan bersifat wajib.
67
Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan listrik Negara (PLN)
Salatiga yang merupakan Perseroan terbatas yang mempunyai hak dan
kewajiban seperti halnya manusia untuk menjalankan tanggung jawab sosial.
Karena PLN Salatiga merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang mengurusi semua aspek ketenagalistrikan yang memiliki
peranan penting juga membawa dampak pada kemampuan sumber daya alam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan listrik Negara (PLN)
Salatiga merupakan perusahaan yang diwajibkan untuk melakukan kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR).
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) yang direalisasikan di PLN Salatiga diartikan sebagai
komitmen perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat baik bagi PLN Salatiga, maupun masyarakat setempat pada
umumnya. PLN Salatiga mengembangkan program CSR sebagai wujud nyata
dari tanggung jawab sosial perusahaan yang hanya memiliki satu program tiap
tahunnya yang lebih memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PLN Salatiga telah
diwujudkan dalam bentuk program bina lingkungan. Bentuk CSR bina
lingkungan yang dilaksanakan oleh PLN Salatiga sejak tahun 2016-2017
terdapat
dua bentuk program. Pertama, program terencana merupakan bentuk CSR
terhadap program bina lingkungan yang sudah terencana, terarah dan
68
terlaksana secara sistemastis sesuai dengan tahapan prosedur yang ada dalam
pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh PLN Salatiga. Kedua,
program tidak terencana merupakan program dadakan yang biasa dilakukan
oleh PLN Salatiga jika terjadi musibah pada daerah-daerah yang
membutuhkan.
Implementasi yang dilakukan oleh PLN Salatiga ada di berbagai
bidang, tetapi untuk dua tahun terakhir yaitu 2016-2017 program CSR yang
dilakukan yaitu pengadaan bantuan sumur bor. Pengadaan Sumur bor itu
sendiri telah dilakukan di dua daerah yaitu Desa Bantal, Kecamatan Bancak,
Kabupaten Semarang dan tahun selajutnya yaitu tahun 2017 juga satu
program pembuatan sumur bor dalam di Desa Gogodalem, Kecamatan
Bringin, Kabupaten Semarang. Karena untuk dua tahun terakhir tersebut,
terdapat dua daerah yang membutuhkan bantuan pasokan air bersih untuk
melangsungkan kehidupan mereka. Selain itu, PLN Salatiga juga
melaksanakan program CSR secara dadakan yang dilakukan hanya pada tahun
2017 yaitu bantuan penyaluran air bersih. Adapun desa yang mendapat
bantuan penyaluran air bersih yaitu Desa Jatironggo, Kecamatan Pringapus,
Kabupaten Semarang, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang, Pondok Pesantren Al-Falah, dan SMP 2 Bawen.
Pada dasarnya CSR ini memiliki peran yang cukup besar bagi PLN
Salatiga. Manfaat positif selain untuk kepedulian terhadap masyarakat juga
dapat menguntungkan PLN Salatiga dalam membangun suatu opini publik
untuk meningkatkan citra dari PLN Salatiga. Dengan adanya CSR ini
69
mempererat hubungan dari PLN Salatiga dengan masyarakat sekitar dengan
cara memperhatikan dampak di lingkungan sekitar. Karena dengan adanya
program CSR dari PLN Salatiga yang diantaranya bantuan pengadaan
pembuatan sumur bor dalam yang merupakan pengajuan dari masyarakat
yang membutuhkan, maka masyarakat berterimakasih dengan adanya
program yang ada di PLN Salatiga. Selain itu, penyaluran air bersih yang
dilakukan oleh PLN Salatiga juga sangat membantu, karena pada saat terjadi
kekeringan PLN Salatiga menyalurkan air bersih di daerah-daerah yang
sangat membutuhkan bantuan penyaluran air bersih. Dengan adanya bantuan
dari PLN Salatiga, ini juga menjamin kelancaran proses kegiatan yang
dilakukan PLN Salatiga, karena dalam hal ini masyarakat ikut menjaga aset-
aset listrik yang dimiliki oleh PLN Salatiga. CSR yang dilakukan oleh PLN
Salatiga juga membuktikan bahwa adanya kontribusi dari perusahaan
terhadap pembangunan berkelanjutan.
Dari pengaturan undang-undang mengenai perseroan terbatas diatas
maka timbul persoalan mengenai ruang lingkup bagaimana kriteria kegiatan
usaha yang berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam. Karena
UU PT tidak memberikan batasan mengenai kegiatan usaha yang berdampak
pada fungsi kemampuan sumber daya alam. Inilah yang menjadi persoalan
sehingga rumusan pasal yang ada dalam UU PT tersebut menjadi tidak jelas.
Karena dalam pasal ini sendiri PLN Salatiga telah melaksanakan program
CSR sesuai dengan pengajuan program dari masyarakat sekitar yang
membutuhkan.
70
B. Analisis Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Corporate Social
Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga
Berkaitan dengan uraian UU PT diatas, pengaturan CSR juga diatur
dalam pasal 15 huruf b UU No. 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
dimana dalam undang-undang ini berisi bahwa setiap perusahaan diwajibkan
untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial lingkungan atau CSR.
Selanjutnya Pasal 17 UU PM menentukan bahwa penanam modal yang
mengusahakan sumber daya alam wajib mengalokasikan dana secara bertahap
untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup
yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sebagai bentuk kegiatan CSR yang dilakukan oleh PLN Salatiga
terhadap program bina lingkungan yang menyediakan anggaran yang wajar
dan memadai untuk mendukung program-program CSR. Tetapi dalam
pelaksanaan programnya PLN Salatiga hanya melakukan bantuan di awal
program saja dan tidak dilakukan secara bertahap, karena pada dasarnya jika
PLN Salatiga sudah menyerahterimakan bantuan tersebut itu sudah menjadi
hak dan tanggung jawab atas bantuan yang diterima oleh masyarakat.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, CSR pada PLN Salatiga
telah lama dilakukan karena dari pihak PLN sendiri menyadari bahwa
kegiatan ini wajib dilakukan. Seiring dengan diberlakukannya UU PM ini,
untuk tahun 2016-2017 dengan mengeluarkan anggaran dana sebesar Rp.
60.000.000 untuk per tahunnya sebagai wujud bantuan kepada masyarakat
71
dalam bentuk program bina lingkungan terencana diwujudkan dengan bantuan
pengadaan sumur bor. Dan untuk program tidak terencana, PLN Salatiga tidak
menganggarkan dana sebesar dari program terencana. Karena pada program
tidak terencana itu sendiri programnya terjadi secara dadakan, dan PLN
Salatiga telah menganggarkan dana pada program tidak terencana pada tahun
2017 sebesar Rp. 3.500.000. Anggaran dana tersebut digunakan untuk
membantu penyaluran air bersih di desa yang mengalami kekeringan.
Bantuan air bersih dari PLN Salatiga yang diberikan kepada warga
sekitar berjumlah 7 tangki yang masing-masing tangki berisi 1000 liter air
dengan biaya pertangki Rp. 500.000. PLN Salatiga hanya memberikan air
bersih ini satu kali saja, yang masing-masing mendapatkan 2 tangki dan 1
tangki di SMP 2 Bawen. Untuk 2 tangki masing-masing desa yang
mendapatkan bantuan yaitu Desa Jatironggo, Kecamatan Pringapus,
Kabupaten Semarang, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang, dan satu pondok pesantren Al-Falah.
Dalam paparan realisasi UU PM, PLN Salatiga telah melaksanakan
kegiatan tanggung jawab sosial atau CSR yang diwujudkan dalam berbagai
bentuk program dan juga untuk program yang terencana terdapat anggaran
yang telah disediakan.
Sanksi pelanggaran untuk pelaksanaan CSR secara langsung tidak
diatur dalam UUPT maupun UUPM, dikarenakan belum adanya Peraturan
Pemerintah yang mengatur lebih lanjut, karena dalam Peraturan Pemerintah
sendiri hanya menjabarkan bahwa perseroan yang merupakan perseroan
72
selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Tetapi dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga tidak diatur seberapa besar
anggaran dana yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk melaksanakan
kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Namun ketentuan Pasal 74 ayat
(3) UUPT merujuk langsung pada undang-undang terkait berdasarkan dampak
yang diakibatkannya. Selain itu UUPT tidak menyebutkan secara rinci berapa
besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi
yang melanggar. Untuk itu PLN Salatiga telah menganggarkan dana sebanyak
Rp. 60.000.000 untuk pengadaaan sumur bor pada tahun 2016-2017. Juga
pada tahun 2017 PLN Salatiga telah mengeluarkan anggaran dana sebesar Rp.
3.500.000 untuk bantuan penyaluran air bersih karena terjadi kekeringan.
C. Analisis Hukum Islam tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga
Dari pelaksanaan UU No. 40 tahun 2007 dan UU No. 25 tahun 2007
jika ditinjau dari hukum Islam yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial
atau corporate social responsibility (CSR). Dalam pelaksanaan UU No. 40
tahun 2007 CSR pada PLN Salatiga diwujudkan untuk fokus pada
pemberdayaan masyarakat. Adapun bentuk programnya yaitu lebih
memfokuskan pada program bina lingkungan yang dilaksanakan dalam dua
bentuk program yaitu program terencana dan program tidak terencana. Dan
selanjutnya UU No. 25 tahun 2007 yang berkewajiban melaksanakan tanggug
jawab sosial, PLN Salatiga juga telah melaksanakan tanggung jawab sosial
73
tersebut yang diwujudkan dalam bantuan pengadaan sumur bor yang tertuang
dalam program terencana yang dilakukan pada tahun 2016-2017 dan
penyaluran air bersih untuk membantu masyarakat pada saat terjadi
kekeringan di tahun 2017 kemarin.
Berdasarkan firman Allah SWT. Q.S. Al-Baqarah ayat 195:
Artinya: “dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,
dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik”.
Selanjutnya dalam firman Allah Q.S. Al-Baqarah ayat 177 yang
memerintahkan untuk berbuat kebajikan:
Artinya: bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
74
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
Hal ini dikuatkan lagi dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al- Isra
ayat 26 yang memerintahkan untuk berbuat baik:
Artinya: dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat
akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
Dari ayat–ayat diatas dapat disimpulkan bahwa PLN Salatiga telah
melaksanakan kewajiban CSR yang merujuk pada ajaran Islam, karena dalam
hal ini PLN Salatiga telah membantu sekolompok masyarakat yang
membutuhkan. Dengan begitu, kegiatan CSR yang ada di PLN Salatiga tidak
berlawanan dengan firman Allah diatas.
Menurut Huda dan Yusanto didalam buku yang ditulisnya bahwa basis
pelaksanaan CSR jika merujuk ajaran Islam pada intinya ialah kekayaan
tersebut tidak boleh menumpuk pada satu kelompok orang tertentu saja.
Dengan demikian Islam mewajibkan sirkulasi kekayaan terjadi pada semua
anggota masyarakat dan mencegah terjadinya sirkulasi kekayaan hanya pada
segelintir orang. Seperti halnya yang dilakukan oleh PLN Salatiga, yaitu tidak
memberikan bantuan hanya kepada satu kelompok masyarakat saja.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 7:
75
Artinya: “supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang
Kaya saja di antara kamu”.
CSR yang dilaksanakan PLN Salatiga selain sudah memenuhi hukum
Islam yang sudah disebutkan diatas, juga sudah memenuhi prinsip-prinsip
Islam dalam implementasinya yang terdiri dari 4 unsur yaitu:
1. Al- Adl
Prinsip adil dalam Islam adalah tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
Implikasinya dalam aktivitas kegiatan CSR ialah bahwa perusahaan tidak
dibenarkan mengejar keuntungan pribadi, seandainya hal tersebut merusak
atau merugikan orang lain. Sebagaimana dalam firman Allah surat Al-
Huud ayat 85:
Artinya: “dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran
dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan
manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan”.
Dimana dikatakan dalam konteks berbagi adil disini adalah
masyarakat ikut merasakan adanya keadilan di dalam penyaluran program
yang dilakukan oleh PLN Salatiga dalam bentuk kegiatan CSR. Bentuk
kegiatan CSR yang dilakukan oleh PLN Salatiga yang diadakan satu
program per tahun yaitu dengan memberikan bantuan pengadaan sumur
bor kepada masyarakat. Bantuan pengadaan sumur bor dilakukan di dua
76
daerah berbeda yaitu di Desa Bantal Kecamatan Bancak Kabupaten
Semarang dan Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
Berkaitan dengan diadakannya program CSR dalam pembuatan sumur bor
tersebut, hal ini berkenaan dengan pernyataan dari salah satu daerah yang
menerima bantuan bahwasannya PLN Salatiga memang telah
melaksanakan program CSR yang diadakan dengan pembuatan sumur bor
didesanya.
Dengan adanya program CSR tersebut, telah membantu warga karena
kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Hal ini membuat keuntungan yang
sangat besar bagi masyarakat sekitar maupun PLN Salatiga. Masyarakat
untung karena mendapat bantuan pembuatan sumur bor, PLN Salatiga pun
untung karena aset-aset listrik yang ada di jalan dijaga oleh warga
masyarakat.
Dengan adanya keadilan seperti sama-sama mendapatkan keuntungan,
baik PLN Salatiga maupun masyarakat, otomatis perusahaan akan
dipandang baik oleh masyarakat sekitar dan mereka pasti akan
memberikan timbal balik terhadap citra pada PLN Salatiga. Maka bisa
dilihat dari uraian diatas, bahwasannya apabila PLN Salatiga melakukan
suatu kegiatan yang berkaitan dengan program CSR dan
keuntungannyapun bisa dirasakan oleh masyarakat maupun PLN Salatiga
itu sendiri, maka PLN Salatiga sudah menerapkan prinsip keadilan atau al-
adl.
2. Al-Ihsan
77
Implementasi CSR pada PLN Salatiga dilakukan dengan semangat
ihsan, yaitu melaksanakan program CSR dengan semangat ibadah dan
berbuat kebaikan atas dasar mendapat ridho Allah. Dalam firman Allah
Q.S. Al-Baqarah ayat 195 disebutkan:
Artinya: “dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,
dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik”.
Telah dijelaskan diatas, bahwa dalam Islam terdapat prinsip yang
disebut al-ihsan yaitu kebaikan. Melakukan perbuatan baik dianjurkan
dalam Islam yaitu tanpa adanya kewajiban tertentu dan paksaan dari
manapun. Oleh karena itu, PLN Salatiga melaksanakan kegiatan CSR
bukan berdasarkan paksaan, tetapi PLN Salatiga telah menyadari bahwa
kegiatan CSR itu merupakan suatu kebaikan yang harus dilakukan. Oleh
karena itu, adanya prinsip al-Ihsan yang dilakukan oleh PLN Salatiga
dalam melaksanakan kegiatan CSR yaitu dengan memberikan bantuan
pembuatan sumur bor dan penyaluran air bersih.
3. Manfaat
Prinsip manfaat dalam implementasi CSR bermakna bahwa
keberadaan manusia seharusnya bisa menjadi manfaat bagi makhluk Allah
lainnya. Dalam kerangka perusahaan, maka manfaat keberadaan
78
perusahaan seharusnya dapat dirasakan oleh semua pihak baik terlibat
maupun tidak terlibat langsung dalam aktivitas perusahaan.
Dari prinsip manfaat, PLN Salatiga mengimplementasinya dalam
program memberikan bantuan pengadaan sumur bor di dua daerah yang
berbeda, yaitu yaitu di Desa Bantal Kecamatan Bancak Kabupaten
Semarang dan di Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang. Bantuan tersebut diberikan seiring banyaknya daerah Salatiga
yang berada dalam kawasan kesulitan air bersih, untuk itu banyak daerah
yang mengajukan proposal permohonan meminta bantuan pada PLN
Salatiga melalui program CSR. Berdasarkan hasil wawancara terhadap
Bapak Syamsul Bahri Kepala Desa Gogodalem mengenai pelaksanaan
program pembuatan sumur bor yang dilakukan oleh PLN Salatiga sangat
bermanfaat didesanya, karena didesanya memang sangat sulit untuk
mendapatkan air bersih. Adapun salah satu hadis yang menjelaskan
tentang memberi manfaat kepada orang lain:
رُ الناسِ أنَفَعُهُم للِنَّاسِ خَي ْArtinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain”. ( HR ath-Thabrani)
Selain bantuan pembuatan sumur bor, adapun bantuan lain yang
dilakukan oleh PLN Salatiga yaitu bantuan penyaluran air bersih. Salah
satunya yaitu Pondok Pesantren Al-Falah. Ketika terjadi kekeringan air
bersih di pondok tersebut, bantuan penyaluran air bersih didatangkan dari
PLN Salatiga. Dalam hal ini, PLN Salatiga juga melakukan pemetaan ke
79
beberapa tempat saat terjadi kekeringan dengan meminta data kekeringan
ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Salatiga. Daerah lain yang juga
mendapat bantuan penyaluran air bersih yaitu di Desa Jatirunggo
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, Desa Wates Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang, dan SMP 2 Bawen. Adapun penjelasan
mengenai bantuan penyaluran air bersih yang dilakukan oleh peneliti
kepada salah satu penerima bantuan yaitu Bapak Lilik Nurcholis mengenai
pemberian air bersih tersebut dirasakan sangat bermanfaat sekali. Akibat
dari kekeringan yang terjadi pada tahun lalu menyebabkan SMP 2 Bawen
kekurangan air, karena untuk dipakai di kamar mandi saja itu sudah tidak
ada.
Dilihat dari program CSR oleh PLN Salatiga diatas, dalam
implementasinya terhadap masyarakat dalam pemberdayaan sudah dapat
dikatakan memenuhi prinsip manfaat. Selain itu dalam pelaksanaan
programnya juga sudah sesuai dan tepat sasaran, karena dalam
pelaksanaan programnya bantuan pengadaan sumur bor dan penyaluran air
bersih memang sangat dibutuhkan di daerah tersebut.
4. Amanah
Dengan adanya prinsip amanah dalam melakukan implementasi
kegiatan CSR, maka perusahaan memiliki tanggung jawab untuk
mengamalkan kewajibannya. Dalam pelaksanaannya, prinsip amanah yang
dilakukan oleh masyarakat terhadap PLN Salatiga yaitu dengan
80
memberikan kepercayaan bahwasannya kegiatan CSR yang dilakukan oleh
PLN Salatiga dapat berjalan dengan baik. Hal ini telah direalisasikan oleh
PLN Salatiga untuk membantu dalam perbaikan sosial dengan pengajuan
programnya dari masyarakat yaitu dengan adanya pengadaan sumur bor.
Dalam hal ini, proses kegiatan pelaksanan CSR dari PLN Salatiga tidak
secara utuh memberikan dana tersebut kepada masyarakat penerima
bantuan, tetapi dari pihak PLN Salatiga telah melakukan kerjasama kepada
pihak pembuat sumur bor.
Dalam pelaksanaan pembuatan sumur bor, PLN Salatiga juga
melibatkan keikutsertaan masyarakat dalam pembuatan bak penampungan
air. Dalam hal ini, PLN Salatiga telah melaksanakan program CSR sesuai
dengan prinsip amanah sebagaimana telah sesuai juga dalam pengaturan
yang terdapat dalam Undang-Undang. Karena dalam pembuatan sumur bor
untuk dua daerah yang berbeda memang sudah dijalankan sesuai dengan
pengajuan proposal dari warga yang membutuhkan. Hal ini sejalan dengan
Q.S. An-Nisa’ ayat 58 yakni:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
81
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.
Berdasarkan dari tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan program
CSR pada PLN Salatiga sudah sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang
memerintahkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dengan
membantu semua kelompok masyarakat yang membutuhkan tanpa
terkecuali dan juga telah sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dalam
mengimplementasikan program CSR bahwasannya program CSR yang
ada di PLN Salatiga mengambil dari yang disyari’atkan dalam Islam.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Corporate Social Responsibility
(CSR) pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Listrik
Negara Salatiga
Bentuk program CSR yang dilaksanakan PLN Salatiga yaitu dengan
diadakannya program bina lingkungan. Program bina lingkungan yang
ada di PLN Salatiga hanya memiliki satu program per tahun yang wajib
dijalankan dan sudah terencana, tetapi tidak menuntut kemungkinan
adapun bantuan program CSR dari PLN Salatiga kepada masyarakat
sekitar jika terjadi hal yang tidak direncanakan. Untuk dua tahun terakhir
2016-2017, program bina lingkungan terencana yang diadakan oleh PLN
Salatiga yaitu pengadaan bantuan sumur bor dalam. Adapun yang
mendapat bantuan pembuatan sumur bor yakni terdapat di dua Desa
dengan daerah yang berbeda yaitu di Desa Bantal, Kecamatan Bancak,
Kabupaten Semarang dan di Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin,
Kabupaten Semarang. Selain program terencana, adapun bentuk program
tidak terencana yang dilaksanakan oleh PLN Salatiga pada tahun 2017,
yaitu bantuan penyaluran air bersih. Daerah yang mendapat bantuan
penyaluran air bersih pada saat terjadi kekeringan yaitu Pondok Pesantren
83
Al-Falah, Desa Jatirunggo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang,
Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, dan SMP 2
Bawen.
2. Sistem pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada
Perusahaan Listrik Negara Salatiga
Dalam pelaksanaan kegiatan CSR, PLN Salatiga membagi dua sistem
terhadap pelaksanaan pengelolaan programnya meliputi jangka pendek
dan jangka panjang. Jangka pendek yaitu sistem pengelolaan CSR yang
dikelola oleh departemen atau bidang distribusi yang sifatnya mandiri.
Bentuk program CSR PLN Salatiga pada model ini dengan diadakannya
bantuan penyaluran air bersih. Karena sistem pengelolaan program ini
sifatnya ad hock yaitu terjadi pada saat dibutuhkan secara tiba-tiba, maka
anggaran dana yang dikeluarkan oleh PLN Salatiga tidak seperti pada
program terencana. Dalam sistem pengelolaan jangka pendek ini, PLN
Salatiga telah memberikan bantuan penyaluran air bersih yang dilakukan
tahun 2017 lalu dibeberapa daerah yang membutuhkan dengan meminta
data kekeringan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Salatiga. Bantuan
diberikan dengan total 7 tangki yang masing-masing tangki berisi 1000
liter air dengan biaya pertangki Rp. 500.000. Untuk sistem pengelolaan
jangka panjang, pada model ini merupakan pengelolaan program yang
dikelola secara sistematis, terencana dan terarah. Pelaksanaan program
CSR pada PLN Salatiga dalam model ini dilakukan secara bertahap, yaitu
dengan mengajukan proposal, kemudian melakukan penelitian lapangan
84
terlebih dahulu, setelah itu pemilihan program sampai terjadinya
pelaksanaan program CSR tersebut. Sehingga dalam pengelolaan
programnya dari perencanaan anggaran, perencanaan program,
implementasi, hingga proses pelaksanaan CSR program jangka panjang
ini harus sesuai dengan tahapan perencanaan dan untuk setiap tahunnya
hanya melakukan satu program saja. Dalam rentang tahun 2016-2017,
PLN Salatiga telah mengadakan program CSR sebagai aktivitas jangka
panjang yang dibuktikan dengan bantuan pembuatan sumur bor dalam
yang masing-masing per tahun anggaran dana yang dikeluarkan oleh PLN
Salatiga sebesar RP. 60.000.000.
3. Tinjauan perundang-undangan dan hukum Islam terhadap sistem
Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Listrik Negara
Salatiga
Dari tinjauan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 dan
Undang-Undang Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007, PLN Salatiga
telah melaksanakan program CSR yang diwujudkan dalam bantuan
pengadaan sumur bor dalam dan bantuan penyaluran air bersih. Dari
tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan program CSR pada PLN
Salatiga sudah sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial dengan membantu semua kelompok
masyarakat yang membutuhkan tanpa terkecuali dan juga telah sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam dalam mengimplementasikan program CSR
85
bahwasannya program CSR yang ada di PLN Salatiga mengambil dari
yang disyari’atkan dalam Islam.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan kepada Perusahaan Listrik
Negara (PLN) Salatiga maupun masyarakat:
1. Publikasi terhadap kegiatan CSR yang ada pada PLN masih kurang
maksimal, sehingga publik secara luas belum menaruh perhatian yang
tinggi terhadap kegiatan CSR di PLN Salatiga. Karena selama ini, yang
mengetahui hanya daerah yang mendapatkan bantuan. Dan untuk
pelaksanaan programnya, seharusnya PLN Salatiga tidak hanya
memberikan satu program tiap tahunnya. Setidaknya ada dua program
CSR yang wajib dilaksanakan.
2. Dalam pelaksanaan kegiatan CSR di PLN Salatiga, program pembuatan
pengadaan sumur bor dalam seharusnya PLN Salatiga berkoordinasi
dengan pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Karena dalam
kegiatan keberlangsungannya agar PDAM dapat membantu dalam
pemantauan kegiatan CSR tersebut supaya berjalan dengan baik.
3. Untuk masyarakat yang menerima bantuan dari kegiatan CSR, agar lebih
aktif dalam merespon kegiatan CSR yang dilakukan oleh PLN Salatiga.
Harapannya adalah agar usaha yang dilakukan oleh PLN Salatiga akan
lebih berkembang dalam melaksanakan kegiatan CSR-nya.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainudin. 2009. Metode Penelian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Anggraini, Retno, Fr. Reni. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam
Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-
Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasioanal
Akuntansi IX. Padang.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1998. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Astuti, Dwi Retno dan Anto, M.B. Hendrie. 2008. “Persepsi Stakeholder
Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Kasus Pada
Bank Syariah di DIY”. Sinergi: Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol.
10 No. 1, Januari 2008.
Azheri, Busyra. 2012. Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi
Mandatory. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Budimanta. 2005. Memberlanjutkan Pembangunan di Pertokoan melalui
Pembangunan Berkelanjutan dalam Bunga Rampai Pembangunan
Kota Indonesia dalam Abad 21.
Capra, M. Umer. 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani & Tazkia
Cendekia.
Famiola, Melia dan Bambang Rudito. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan. Bandung: Rekayasa Sains.
Hadi, Nur. 2011. Corporate Social Responsibility edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Hadiat, Afifah Fauziah. 2016. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Corporate Social
Responsibility Usaha Perhotelan Di Yogyakarta. Skripsi ini
diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Muamalat UIN Sunan Kalijaga.
Hendi. 2009. CSR: Sekilas Sejarah dan Konsep.
Huda, Miftahul dan Prastowo, Joko. 2011. Corporate Social Responsibility: Kunci
Meraih Kemuliaan Bisnis. Yogyakarta: Samudra Biru.
Jalal. 2006. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Opini, Koran
Tempo.
Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta:
Kanisius.
87
Kusniadji, Suherman. 2011. Mengkomunikasikan Program Corporate Social
Responsibility Untuk Meningkatkan Citra Perusahaan. Jurnal
Komunikasi Universitas Tarumanegara. Tahun III/01/2011.
Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social Responsibility) (Tanggung
Jawab Sosial Korporasi). Bandung: ALFABETA.
Moleong, Lexy J. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moloeng, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Muhammad Djakfar. 2007. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Malang: UIN
Malang Pers.
Nursanti, Septian Diyah. 2016. Pengaruh Implementasi Corporate Social
Responsibility Dan Citra Perbankan Terhadap Loyalitas Nasabah
(Studi Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang
Pembantu Ungaran). Skripsi ini diterbitkan. Salatiga: Jurusan
Perbankan Syariah STAIN Salatiga.
Naqvi, Syed Nawed Haider. 2003. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam. terj. M.
Syaiful Anam, Muhammad Ufuqul Mubin. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003).
Sahal, Ahmad. 2012. Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) BMT
Sumber Usaha Kembang Sari. Skripsi ini diterbitkan. Salatiga:
Jurusan Syariah STAIN Salatiga.
Sakiyanti, Rusfadia dan Irfan, Jahja M. Menilai Tanggung Jawab Televisi.
Jakarta: Primedia.
Supomo, Bambang. 2004. Akutansi Manajemen. Yogyakarta: FE UGM.
Suprayogo. Imam & Tobroni, 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Suryadi. 1980. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional.
Tunggal, Amin Widjaja. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta:
Harvarindo.
Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar
Grafika.
Wahyudi, Isa dan Azheri, Busyra. 2008. Corporate Social Responsibility: Prinsip,
Pengaturan dan Implementasi. Malang: In-Trans Publishing.
88
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho
Publishing.
Yaparto, Marissa. 2013. Pengaruh CSR terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya Vol. 2, No. 1:78-88.
89
BIOGRAFI PENULIS
Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rukayatun
Tempat/ tanggal lahir : Pati/ 3 Mei 1994
Agama : Islam
Alamat : DK. Gowangkong II Rt 03 Rw 04
Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati.
Menerangkan dengan sesungguhnya :
Riwayat Pendidikan
1. Tamat SD Negeri I Ngablak tahun 2006
2. Tamat SMP Negeri 1 Cluwak tahun 2009
3. Tamat SMK Negeri 3 Pati tahun 2012
Demikian biografi ini saya buat dengan sebenarnya
Salatiga, 29 Agustus 2018
Rukayatun
NIM : 33022150001
90
91
92
93
94
95
96
97
98