tinjauan penyelesaian kredit macet karena …/tinjauan... · dalam ilmu hukum pada fakultas hukum...

93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DI KANTOR PT. BIMA MULTI FINANCE CABANG SURAKARTA Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Ayu Soraya NIM. E0008119 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: lamhanh

Post on 07-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA DEBITUR

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

DI KANTOR PT. BIMA MULTI FINANCE

CABANG SURAKARTA

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh

Ayu Soraya

NIM. E0008119

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah : 6)

“Dan, barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan kemudahan

dalam urusannya” (Q.S. Ath-Thalaq : 4)

Sesungguhnya hidup di dunia ini tidak perlu merasakan kegagalan, karena jika tidak ada kegagalan tidak

mungkin kita menemukan kata “kesuksesan”, maka dalam menjalani hidup harus selalu bersabar dan

bersyukur kepada Sang Pencipta.

Penulisan Hukum ini Kupersembahkan kepada :

1. Allah SWT is my Lord....

2. Prophet Muhammad is my role model....

3. Bapakku Zainudin, Ibuku Anik Krisnani S., adikku Riza Romdhani dan

segenap keluarga tercinta......

4. My love Dika Yudanto....

5. Almamater tercinta di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 6: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Ayu Soraya, E0008119, TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET

KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

PEMBIAYAAN KONSUMEN DI KANTOR PT. BIMA MULTI FINANCE

CABANG SURAKARTA. Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini berkaitan dengan semakin berkembangnya lembaga

pembiayaan di Indonesia salah satunya adalah perusahaan pembiayaan konsumen.

Hal ini ditandai adanya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat akan

barang bergerak yang berupa motor dan mobil. Bima Finance cabang Surakarta

merupakan salah satu perusahaan pembiayaan konsumen yang dapat melakukan

pembelian motor dan mobil secara kredit. Dalam transaksi pembiayaan konsumen

terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat yaitu pihak perusahaan pembiayaan konsumen

yaitu Bima Finance cabang Surakarta (kreditur), pihak konsumen (debitur) dan

pihak pemasok (supplier). Mekanisme yang digunakan adalah mekanisme

perjanjian pembiayaan konsumen antara perusahaan pembiayaan konsumen

dengan debitur. Pelaksanaan perjanjian tersebut kadang tidak berjalan lancar

sehingga menimbulkan kredit macet yang dilakukan oleh debitur karena

wanprestasi. Penelitian ini akan membahas mengenai kredit macet di perusahaan

pembiayaan konsumen dan upaya penyelesaiannya serta hambatan-hambatannya

dengan menggunakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif dan

pendekatan penelitian kualitatif. Data tersebut dikumpulkan oleh penulis, dengan

menggunakan teknik wawancara terstruktur, studi literatur pada data primer dan

sekunder, dan analisis isi untuk sumber data sekunder.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Bima Finance cabang

Surakarta menunjukkan bahwa upaya penyelesaian kredit macet menurut Bima

Finance cabang Surakarta meliputi upaya non litigasi dan litigasi. Upaya non

litigasi antaralain upaya preventif untuk mengantisipasi kredit macet, surat

peringatan (somasi), dan upaya untuk melakukan negosiasi yaitu penarikan dan

juga pelelangan terhadap objek pembiayaan. Hambatan-hambatan yang terjadi

dalam upaya penarikan terhadap objek pembiayaan antaralain hambatan normatif,

hambatan internal, dan hambatan eksternal. Upaya penyelesaian kredit macet

paling ideal yang dilakukan setelah adanya hambatan-hambatan tersebut adalah

upaya dengan jalan litigasi, yaitu dengan mengajukan gugatan perdata terhadap

kreditur pada hambatan normatif ke pengadilan perdata dengan berdasar Pasal

1365 KUHPerdata mengenai perbuatan melawan hukum dengan tuntutan ganti

rugi. Pada hambatan eksternal, debitur dikenai Pasal 1243 KUHPerdata berupa

gugatan wanprestasi. Hambatan internal dengan diberikan teguran dan sanksi

peraturan dari perusahaan pembiayaan konsumen yang berlaku bagi pihak yang

melanggar peraturan tersebut.

Kata kunci: perusahaan pembiayaan konsumen, debitur, kredit macet

Page 7: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Ayu Soraya, E0008119, A REPORT OF THE COMPLETION OF NON

PERFORMING LOAN DUE TO DEFAULT OF DEBITUR IN CONSUMER

FINANCE AGREEMENT AT PT. BIMA MULTI FINANCE SURAKARTA

BRANCH OFFICE. Law Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta.

This research is related to the increase of leasing financial institution in

Indonesia one of them is consumer finance companies. This phenomena could be

seen from the society needed of car and motorcycle which increasing time to time.

Bima Solo branch is one of the consumer finance companies which give the

service of giving loan in car and motorcycle buying. In the consumer financial

transaction there are three part involved, which is Bima Finance Solo branch as

kreditur, the customer as debitur, and the supplier. The mechanism which use is

the mechanism of consumer financial agreement between consumer finance

companies and the debitur. The realization of the agreement sometimes are not

run well and caused non performing loan which is done by the debitur because of

default. This research will discuss about non performing loan in consumer finance

companies and its completion and also the using empiric law research with

deskriptif and quantity research approach. Those data collect by the writer using

the structured interview technique, literature studies on primer and secunder

data, and also content analysis for secunder data source.

From the research result which is done by the writer in Bima Finance Solo

branch, shows that the effort of the completion of non performing loan according

to Bima Finance Solo branch include litigation and non litigation. The non

litigation effort are preventif effort to anticipate non performing loan, giving letter

of warning (somatie), and also negotiation which are the retake of object and also

fiduciary of the leasing object. The obstacles which happens on the effort of

retaking on financial object are normative obstacles, internal obstacles, and

external obstacles. The most ideal effort to finished the non performing loan after

those obstacles are by litigating, which is the effort of giving a civil action to the

creditur on normative obstacles to the private court based on article 1365 statute-

books of civil law about againts the law with demand for compensation claims.

On external obstacles, debitur subject to article 1243 statute-books of civil law a

lawsuit in default. Internal obstacles by giving a warning and rules punishment

from the consumer finance companies that use for the part which obey those

agreement.

Key word: consumer finance companies, debitur, non performing loan

Page 8: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan kasih dan penyertaan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan hukum (Skripsi) yang berjudul: “TINJAUAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA DEBITUR WANPRESTASI

DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DI KANTOR WOM

FINANCE CABANG WONGIRI”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk

melengkapi tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Semakin berkembangnya lembaga pembiayaan di Indonesia salah satunya

adalah perusahaan pembiayaan konsumen. Hal ini ditandai adanya kebutuhan

masyarakat yang semakin meningkat akan barang bergerak yang berupa motor

dan mobil. Bima Finance cabang Surakarta merupakan salah satu perusahaan

pembiayaan konsumen yang dapat melakukan pembelian motor dan mobil secara

kredit. Dalam transaksi pembiayaan konsumen terdapat 3 (tiga) pihak yang

terlibat yaitu pihak perusahaan pembiayaan konsumen yaitu Bima Finance cabang

Surakarta (kreditur), pihak konsumen (debitur) dan pihak pemasok (supplier).

Mekanisme yang digunakan adalah mekanisme perjanjian pembiayaan konsumen

antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan debitur.

Pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen tersebut kadang tidak

berjalan lancar sehingga menimbulkan kredit macet yang dilakukan oleh debitur

karena wanprestasi. Penelitian ini akan membahas mengenai kredit macet di

perusahaan pembiayaan konsumen khususnya PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta dan upaya penyelesaian kredit macet karena debitur wanprestasi, serta

hambatan-hambatan yang terjadi pada saat upaya penyelesaian kredit macet

tersebut. Adanya berbagai hambatan tersebut tentunya terdapat penyelesaian yang

paling ideal yang dilakukan untuk menangani kredit macet karena debitur

wanprestasi.

Penulisan hukum ini dalam pembuatannya melibatkan banyak pihak yang

telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan dari

Page 9: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

awal hingga akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan memperoleh

gelar sarjana dalam ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Untuk itu penulis megucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Sugeng Praptono, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademis yang

telah memberikan dorongan kepada penulis dari awal masa perkuliahan

sampai dengan berakhirnya masa studi penulis.

4. Ibu Djuwityastuti S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata yang

telah membantu dalam penunjukan dosen pembimbing skripsi.

5. Bapak M. Najib I., S.H., M.H., Ph.D, selaku Pembimbing I Skripsi yang

telah dengan teliti dan sabar memberikan bimbingan kepada penulis dari

awal hingga akhir proses penulisan hukum ini.

6. Ibu Ambar B. Sulistyowati, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing II Skripsi

yang telah dengan teliti dan sabar memberikan bimbingan kepada penulis

dari awal hingga akhir proses penulisan hukum ini.

7. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Hukum UNS. Terimakasih telah

memberikan ilmu dan membimbing Penulis selama menempuh pendidikan

di Fakultas Hukum UNS.

8. Bapak Joned Indarto S.E., selaku Branch Manager PT. Bima Multi Finance

cabang Surakarta yang telah mengijinkan serta membantu penulis dengan

memberikan data dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Bapak Bayu Firdaus, selaku Supervisor Marketing PT. Bima Multi Finance

cabang Surakarta yang telah membantu penulis memberikan data dalam

menyelesaikan penelitian ini.

10. Terimakasih untuk keluarga tercinta : Bapak, Ibu, Adik, Mbah Putri, seluruh

keluarga yang telah memberikan doa dan motivasi dari awal sampai akhir

penulis kuliah serta dalam penyusunan skripsi ini.

Page 10: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

11. Special for Dika Yudanto yang selalu mendorong, memberi semangat tanpa

henti-henti, mengingatkan disaat lengah dalam mengerjakan penulisan

hukum ini agar segera diselesaikan dan selalu ada di setiap waktu sehingga

penulisan hukum ini selesai penulis kerjakan, Thank for always Love me.

12. Segenap keluarga Dika Yudanto terimakasih Bp. Kol. Chk. Dr. Djodi

Suranto, S.H, M.H., Ibu. Inira Dani S.H, M.Si, dan Mbak Tera Kumalasari

S.H, M.Kn yang selalu memberikan do’a, semangat dan dukungan yang

tulus.

13. Sahabat-sahabatku Olvita, Ria, Donat (Whinie), Korek (Qory), Niken,

Arinda, Narwasti, Helga, Lysa, Nandhina, Erik, Adut, Haki yang senantiasa

memberi dukungan dan Doa sehingga membuat penulis terdorong untuk

segera menyelesaikan penulisan hukum ini dan terimakasih selama ini mau

menerima aku sebagai sahabat, semoga persahabatan kita abadi selamanya

(bersyukur memiliki kalian) dan semoga kita semua selalu diberi kelancaran

di dunia maupun akhirat, amin...

14. Untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang

telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini terdapat banyak

kekurangan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran

yang membangun, sehingga dapat memperkaya penulisan hukum ini.

Semoga karya tulis ini mampu memberikan manfaat bagi penulis maupun

para pembaca.

Surakarta, 10 Juli 2012

Penulis

Page 11: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................... v

ABSTRAK .................................................................................................. vi

ABSTRACT .................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN, TABEL ...................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 7

E. Metode Penelitian .................................................................. 8

1. Jenis Penelitian ........................................................... 8

2. Sifat Penelitian ........................................................... 9

3. Pendekatan Penelitian ..................................................... 9

4. Lokasi Penelitian ........................................................... 10

5. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian .......................... 10

6. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 11

7. Teknik Analisis Data ...................................................... 11

F. Sistematika Penulisan Hukum ............................................... 13

Page 12: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 15

A. Kerangka Teori ...................................................................... 15

1. Tinjauan umum tentang Perjanjian .................................. 15

a. Pengertian Perjanjian ................................................. 15

b. Asas-asas Perjanjian .......................... ……………… 16

c. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian................................... 18

d. Akibat Perjanjian yang Sah ........................................ 19

2. Tinjauan umum tentang Wanprestasi .............................. 20

a. Pengertian Wanprestasi .............................................. 20

b. Wujud Wanprestasi .................................................... 20

3. Tinjauan umum tentang Kredit Macet ............................. 21

a. Pengertian Kredit. ...................................................... 21

b. Pengertian Kredit Bermasalah ................................... 21

c. Kriteria Kredit Macet ................................................. 23

4. Tinjauan umum tentang Upaya Penyelesaian Sengketa .. 25

5. Tinjauan umum tentang Pembiayaan Konsumen............. 30

a. Pengertian Pembiayaan Konsumen............................ 30

b. Dasar Hukum Pembiayaan Konsumen....................... 31

c. Pihak dalam Pembiayaan Konsumen......................... 32

d. Jaminan-jaminan dalam Pembiayaan Konsumen...... 33

e. Bentuk Perjanjian Pembiayaan Konsumen................ 34

B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 36

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 39

A. Hasil Penelitian ...................................................................... 39

1. Gambaran Umum tentang Lokasi Penelitian (PT. Bima

Multi Finance ................................................................... 39

2. Hubungan Hukum Para Pihak Pembiayaan Konsumen ... 41

3. Mekanisme Pengajuan Permohonan Perjanjian .............. 44

4. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Wanprestasi dan

Kriteria Kredit Macet....................................................... 47

Page 13: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

5. Upaya Penyelesaian Kredit Macet dan Hambatan-

hambatannya.................................................................... 51

B. Pembahasan ............................................................................ 60

1. Hubungan Hukum Para Pihak Pembiayaan Konsumen .. 60

2. Hak dan Kewajiaban Para Pihak Pembiayaan

Konsumen ....................................................................... 62

3. Upaya Penyelesaian Kredit Macet dan Hambatan-

hambatannya................................................................... 66

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 75

A. Kesimpulan ............................................................................ 75

B. Saran ....................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 79

LAMPIRAN ............................................................................................... 81

Page 14: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Model Analisis Interaktif ...................................................... 12

Bagan 2. Kerangka Pemikiran .............................................................. 36

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Kredit Macet Kendaraan Bermotor Roda Empat di

PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta Tahun 2009,

2010, dan 2011 (sumber data PT. Bima Multi Finance

cabang Surakarta) .................................................................. 48

Tabel 2. Jumlah Prosentase Faktor-faktor Penyebab Wanprestasi

yang dilakukan Debitur di PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta (sumber data PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta) .................................................................................. 49

Tabel 3. Jumlah Jenis-jenis Wanprestasi di PT. Bima Multi Finance

cabang Surakarta yang dilakukan debitur (sumber data oleh

Marketing Departemen PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta) ................................................................................ 50

Page 15: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Aplikasi Kredit PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta

Lampiran II Surat Pernyataan dari Debitur

Lampiran III Surat Pernyataan Jual Beli

Lampiran IV Surat Pernyataan Bersama

Lampiran V Surat Kuasa Fiducia

Lampiran VI Surat Kuasa

Lampiran VII Surat Pernyataan Jaminan

Lampiran VIII Berita Acara Serah Terima Dari PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta

Lampiran IX Perjanjian Pembiayaan Konsumen dan Penyerahan Hak Milik

Secara Fiducia

Lampiran X Check List Kendaraan Bermotor

Lampiran XI Surat Pernyataan Asuransi Mobil

Lampiran XII Kartu Piutang Debitur

Lampiran XIII Surat Tugas Penarikan

Lampiran XIV Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran XV Surat Keterangan Penelitian dari PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta

Page 16: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran lembaga pembiayaan konsumen ini sebenarnya secara

informal sudah tumbuh sejak lama sebagai bagian dari aktivitas trading.

Namun secara normal baru diakui sejak tahun 1988 melalui Surat

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 yang secara

formal mengangkat kegiatan usaha pembayaran ke permukaan, sebagai

bagian resmi sektor jasa keuangan (Richard Burton Simatupang, 2003 :

117). Kelebihan maupun manfaat pembiayaan konsumen yaitu

memberikan barang pembiayaan untuk masyarakat yang tidak mempunyai

daya beli sehingga memudahkan masyarakat untuk mendapatkan

kebutuhan yang mereka inginkan. Persesuaian keinginan diantara

masyarakat yang saling membutuhkan tercipta perjanjian antara para pihak

untuk melakukan sesuatu dalam memenuhi kebutuhan dana melalui

lembaga pembiayaan (Heri Erlangga, 2008 : 254).

Pembiayaan konsumen sebagai suatu bentuk usaha di bidang

pembiayaan, dianggap penting peranannya dalam meningkatkan

pembangunan Nasional khususnya sektor perekonomian. Begitu

pentingnya keberadaan pembiayaan konsumen dewasa ini membuat

tumbuh berkembangnya perusahaan pembiayaan yang bergerak dalam

bidang usaha pembiayaan konsumen. Perilaku konsumtif masyarakat dapat

teratasi oleh keberadaan perusahaan pembiyaan konsumen ini. Faktor

komersial dimana bisnis pembiayaan konsumen menjanjikan untung yang

besar membuat perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan

konsumen sangat tumbuh dengan pesatnya.

Dalam bisnis pembiayaan konsumen besarnya biaya yang

diberikan per konsumen relatif kecil, mengingat barang yang dibidik untuk

dibiayai secara pembiayaan konsumen adalah barang-barang keperluan

Page 17: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

konsumen yang akan dipakai oleh konsumen untuk keperluan hidupnya.

Misalnya, barang-barang keperluan rumah tangga seperti televisi, lemari

es, mobil, motor dan sebagainya. Karena itu risiko dari bisnis pembiayaan

konsumen ini juga menyebar, berhubung akan terlibat banyak konsumen

dengan pemberian biaya yang relatif kecil. Ini lebih aman bagi pihak

pemberi biaya. Ibarat menempatkan telur tidak dalam satu keranjang

(Munir Fuady, 2002 : 161).

Banyaknya transaksi usaha pembiayaan konsumen yang dilakukan

oleh perusahaan pembiayaan konsumen dengan pihak debitur (konsumen)

kadang mengakibatkan hubungan transaksi tersebut menjadi hambatan

dalam proses pengadaan pembiayaan. Hubungan transaksi tersebut kadang

tidak berjalan mulus dan baik seperti yang diharapkan berdasarkan dengan

perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

Dalam masalah perkreditan, suatu saat perusahaan pembiayaan konsumen

mengalami kesulitan untuk meminta angsuran dari pihak debitur karena

sesuatu hal. Seandainya terjadi hal yang demikian maka pihak perusahaan

pembiayaan konsumen (kreditur) tidak boleh begitu saja memaksakan

pada debitur untuk segera melunasi angsurannya. Bagaimanapun juga

pihak debitur berkewajiban untuk melunasi angsurannya dengan bunga

sesuai yang tercantum dalam perjanjian. Apabila kewajiban ini tidak

dipenuhi oleh pihak debitur dalam hal tidak membayar angsuran tepat

waktu secara berulang-ulang maka dapat mengakibatkan kredit macet

dikarenakan pihak debitur telah wanprestasi.

Kredit macet berbeda dengan menunggak atau pun menunda dalam

pembayaran. Di dalam kredit macet ada unsur tidak mempunyai itikad

baik dari pihak debitur dan kehilangan kemampuan membayar angsuran

serta adanya suatu keterpaksaan sehingga mengakibatkan kredit macet.

Karena ada rasa ketidakadilan pada pihak debitur dan adanya persoalan

yang tidak menemukan jalan keluar (win-win solution) maka masalah

kredit macet memerlukan penyelesaian yang bijaksana dimana para pihak

Page 18: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tidak merasa dirugikan, yaitu dapat dengan cara litigasi maupun non

litigasi.

Kredit macet di perusahaan pembiayaan konsumen tidak hanya

dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro seperti naiknya harga BBM,

tingginya harga bahan pokok, sehingga menurunnya daya bayar

konsumen, tetapi juga dipengaruhi oleh antara lain (http://giraw-

amirachman.blogspot.com/2011/03/leasing.html, diakses pada Senin, 12

Maret 2012, 17:58) :

1. Masyarakat (konsumen) belum memahami transaksi pembiayaan

konsumen dengan benar.

2. Lemahnya penerapan prinsip mengenal nasabah.

Ketidakpahaman masyarakat dalam transaksi pembiayaan

konsumen, sering kali menyebabkan perusahaan pembiayaan terjebak oleh

kredit macet. Pada transaksi pembiayaan konsumen kendaraan bermotor

(motor, mobil) melibatkan tiga pihak, yaitu pihak perusahaan (kreditur) si

berpiutang selaku badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan

barang untuk kebutuhan konsumen (motor, mobil) dengan sistem

pembayaran angsuran atau berkala. Konsumen (debitur) si berutang selaku

orang yang menerima fasilitas pembiayaan dari kreditur guna pembelian

kendaraan bermotor. Dealer (showroom) adalah perusahaan yang

menyediakan barang kebutuhan konsumen (motor, mobil) dalam rangka

pembiayaan konsumen.

Pihak perusahaan pembiayaan konsumen dapat memperoleh

nasabah dengan dua cara yaitu cara tidak langsung dan cara langsung.

Cara tidak langsung adalah perusahaan pembiayaan memperoleh nasabah

dari pihak dealer. Ini biasanya, karena konsumen yang berkeinginan

membeli kendaraan secara kredit tidak langsung mengajukan

permohonannya kepada pihak perusahaan, melainkan melalui media

dealer. Sedangkan cara langsung adalah pihak perusahaan memperoleh

nasabahnya tanpa media dealer. Oleh karena itu, perusahaan pembiayaan

mengadakan kerja sama dengan pihak dealer. Sedangkan perusahaan

Page 19: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

memperoleh langsung nasabah tanpa media dealer jumlahnya sangatlah

relatif kecil. Biasanya konsumen yang mengajukan langsung kepada pihak

perusahaan, sudah menjadi nasabah sebelumnya. Dalam istilah di

lingkungan perusahaan pembiayaan konsumen disebutnya RO (repeat

order). Cara tidak langsung inilah yang biasanya dimanfaatkan oleh dealer

"nakal" untuk melakukan penipuan terhadap konsumen yang imbasnya

kredit macet bagi perusahaan pembiayaan konsumen.

Selain itu pihak konsumen kurang memahami bahwa hubungan

antara dirinya dengan pihak dealer hanyalah hubungan jual beli bersyarat,

yaitu pihak dealer selaku penjual yang menjual barangnya kepada pihak

konsumen selaku pembeli, dengan syarat bahwa harga akan dibayar oleh

pihak ketiga yaitu pihak perusahaan pembiayaan konsumen.

Sedangkan hubungan pihak konsumen dengan pihak perusahaan

pembiayaan terjadi dikarenakan adanya Undang-Undang yang dibuat oleh

pihak perusahaan dan pihak konsumen yang dituangkan dalam surat

perjanjian utang-piutang, yakni perjanjian pembiayaan konsumen dengan

cara penyerahan hak milik secara fiducia. Sementara hubungan antara

pihak perusahaan pembiayaan dan dealer, tidak memiliki hubungan hukum

yang khusus, kecuali pihak perusahaan pembiayaan konsumen hanya

sebagai pihak ketiga yang diisyaratkan untuk menyediakan dana untuk

digunakan dalam perjanjian jual beli antara pihak dealer dan pihak

konsumen.

Pada perusahaan pembiayaan konsumen tidak dilakukan metode

analisis yang komprehensif dalam pemberian kredit merupakan penyebab

kredit macet di perusahaan pembiayaan. Standar yang digunakan oleh

perusahaan pembiayaan konsumen dalam mengenal calon debiturnya,

tidak semendetail bank, kalaupun digunakan hanyalah metode analisis 5 C

yakni character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy.

Kredit macet di perusahaan pembiayaan konsumen juga dapat

terjadi karena adanya kecurangan orang dalam (insider fraud), yaitu

berkolusi dengan pihak dealer "nakal". Surveyor (account officer) yang

Page 20: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

curang, tidak bekerja sesuai standar operasional prosedur (SOP), antara

lain: tidak melakukan kunjungan ke tempat calon konsumen (plant visit),

memanipulasi data calon konsumen, tidak memastikan keberadaan debitur

dengan baik, menirukan tanda tangan konsumen di akta perjanjiaan.

Bahkan kecurangan yang dilakukan oleh surveyor bisa

mengakibatkan perjanjian kredit antara pihak perusahaan dan konsumen

menjadi tidak sah, yang merugikan pihak perusahaan pembiayaan jika

dikemudian hari timbul suatu masalah (sengketa), karena hakim akan

membatalkan atau menyatakan perjanjian itu batal yang berakibat kredit

macet.

Terkait dengan adanya kasus kredit macet yang menyebabkan

debitur wanprestasi, perusahaan pembiayaan konsumen bertindak

mengirimkan surat peringatan (somasi) beberapa kali pada pihak debitur.

Namun apabila surat peringatan tersebut dihiraukan oleh debitur, maka

perusahaan pembiayaan akan mengambil atau menyita barang tersebut

dengan bantuan Debt Collector. Berdasarkan kontrak perjanjian, secara

sepihak memang debt collector dari suatu perusahaan boleh saja

mengambil barang yang diperjanjikan tanpa persetujuan dari pemilik, itu

biasanya tertera dalam pasal-pasal kontraknya

(http://medan.tribunnews.com/2011/09/29/dalam-bertugas-debt-collector-

harus-taat-norma, diakses pada hari Senin, 2 April 2012, 08:23).

Penggunaan debt collector pada perusahaan pembiayaan konsumen

tidak dilarang asal dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan

dan tidak melanggar norma serta aturan yg ada. Tetapi pada prakteknya,

para debt collector sering tidak beretika ketika menarik kendaraan yang

menunggak. Karena tugas mereka hanyalah menagih hutang bukan untuk

menakuti, menyiksa apalagi berbuat yg sampai menghilangkan nyawa

orang lain (http://da-riza.blogspot.com/, diakses pada hari senin, 2 april

2012, 08:01). Oleh karena itu, masyarakat agar mematuhi kontrak yang

sudah dibuat kepada satu perusahaan pembiayaan konsumen dan pada debt

Page 21: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

collector agar tidak bertindak melanggar hukum dalam melaksanakan

tugas-tugasnya.

Salah satu contoh perusahaan pembiayaan konsumen yang banyak

menangani kasus kredit macet karena pihak debitur wanprestasi adalah

Bima Finance cabang Surakarta. Penulis memilih lokasi tersebut karena

tingkat krusial permasalahan maupun kasus wanprestasi khususnya di

Surakarta masih banyak terjadi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka

penulis merumuskan masalah untuk dikaji secara lebih rinci. Adapun

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana upaya yang dilakukan Bima Finance cabang Surakarta

dalam menyelesaikan kredit macet karena debitur wanprestasi ?

2. Apa saja yang menjadi hambatan Bima Finance cabang Surakarta

dalam upaya menangani kredit macet oleh debitur wanprestasi ?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini pada hakekatnya mengungkapkan apa yang

hendak dicapai oleh peneliti, yang mana tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Bima Finance

cabang Surakarta dalam menyelesaikan kredit macet karena

debitur wanprestasi .

b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan Bima Finance cabang

Surakarta dalam upaya menangani kredit macet oleh debitur

wanprestasi.

Page 22: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan penulis

mengenai penyelesaian kredit macet karena debitur wanprestasi

di kantor Bima Finance cabang Surakarta.

b. Untuk menerapkan konsep-konsep ataupun teori-teori hukum

yang diperoleh penulis dalam mendukung penulisan hukum ini.

c. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh derajat

sarjana dalam bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan, sebab besar

kecilnya manfaat penelitian akan menentukan nilai-nilai dari penelitian

tersebut. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memberi sumbangan pikiran dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum

perdata pada khususnya serta dapat dipakai sebagai acuan

terhadap penulisan maupun penelitian sejenis untuk tahap

berikutnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu tambahan

referensi, masukan data ataupun literatur bagi penulisan hukum

selanjutnya yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

c. Hasil penelitian diharapkan dapat menyumbangkan pemecahan

atas permasalahan yang diteliti.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan suatu gambaran dan informasi tentang penelitian

yang sejenis dan pengetahuan bagi masyarakat luas tentang

Page 23: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

penyelesaian kredit macet karena debitur wanprestasi di kantor

Bima Finance cabang Surakarta.

b. Memberikan pendalaman, pengetahuan, dan pengalaman baru

kepada penulis mengenai permasalahan hukum yang dikaji, yang

dapat berguna bagi penulis di kemudian hari.

E.Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan

dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis,

sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode

atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistim,

sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan

dalam suatu kerangka tertentu (Soerjono Soekanto, 2006 : 42).

Metode penelitian hukum adalah cara untuk mencari jawaban

yang benar mengenai sesuatu problema tentang hukum. Secara lebih

lanjut Soerjono Soekato menerangka bahwa “Penelitian hukum

merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode,

sistematika dan pemikiran tertetu, yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan

menganalisanya” (Soerjono Soekanto, 2006: 43).

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum

empiris. Pada penelitian hukum empiris yang diteliti pada awalnya

adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan penelitian

terhadap data primer di lapangan atau terhadap masyarakat (Soerjono

Soekanto, 2006 : 52).

Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasikan hukum,

dalam hal ini peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

lembaga pembiayaan, dan melihat pelaksanaannya dalam

Page 24: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

masyarakat, yaitu dalam hal ini adalah tinjauan penyelesaian kredit

macet karena debitur wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan

konsumen di kantor Bima Finance cabang Surakarta.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang

memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan,

atau gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif adalah

untuk mempertegas hipotesis-hipotesis, agar dapat membantu di

dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka

menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2006 : 10).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

bersifat kualitatif, yaitu pendekatan yang menggunakan data yang

dinyatakan secara verbal yang dimaksudkan untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek. Penelitian seperti:

perilaku, tindakan, persepsi dan lain-lain secara holistik dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan naratif dalam konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

(Soerjono Soekanto, 2006 : 18).

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan dengan tujuan agar lingkup

permasalahan yang diteliti lebih sempit dan terfokus, sehingga

penelitian yang dilakukan lebih terarah. Penulis memilih lokasi

penelitian di kantor Bima Finance cabang Surakarta untuk meneliti

penyelesaian kredit macet oleh debitur wanprestasi.

5. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian

a. Jenis Data Penelitian

1) Data Primer

Data primer merupakan sejumlah keterangan atau fakta

yang dapat memberikan informasi secara langsung mengenai

segala sesuatu yang berkaitan dengan objek penelitian. Data

Page 25: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

primer dalam penelitian ini dilakukan di Kantor Bima Finance

cabang Surakarta berupa wawancara secara langsung dari

lapangan berdasarkan keterangan narasumber.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang menunjang dan

mendukung data primer. Data sekunder antara lain mencakup

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang

berwujud laporan, buku harian dan seterusnya yang berkaitan

dengan penelitian ini (Soerjono Soekanto, 2006 : 12).

b. Sumber Data

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah yaitu sejumlah keterangan

atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui bahan-bahan

tertulis atau bahan pustaka sebagai pelengkapan data primer

yang berkaitan dengan penelitian ini (Soerjono Soekanto,

2010:12). Data primer dalam penulisan hukum ini diperoleh

melalui wawancara secara langsung di lokasi penelitian dari

pihak yang berwenang dalam memberikan keterangan secara

langsung mengenai permasalahan yang akan diteliti. Sumber

data primer dalam penelitian ini adalah Branch Manager dan

Supervisor Marketing PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang secara

tidak langsung memberikan keterangan yang bersifat

mendukung sumber data primer yang diperoleh melalui bahan

hukum primer yaitu Peraturan Perundang-undangan dan bahan

hukum sekunder yaitu dari jurnal, karya ilmiah, dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang

diteliti.

Page 26: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk

mengumpulkan data dari salah satu atau beberapa sumber data yang

ditentukan. Untuk memperoleh data-data yang lengkap dan relevan,

maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

Data diperoleh dari lapangan melalui penelitian di

lapangan dalam hal ini melalui wawancara langsung dengan

narasumber. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan

komunikasi secara langsung dan bertatap muka antara

pewawancara dengan narasumber yang diwawancarai.

Wawancara ini dapat menggunakan panduan daftar pertanyaan

atau tanya jawab dilakukan secara bebas, yang penting peneliti

mendapatkan data yang dibutuhkan (Mukti Fajar & Yulianto

Achmad, 2010 : 161). Dalam hal ini narasumbernya terdiri dari :

1) Bp. Joned Indarto S.E selaku Branch Manager (Kepala

Cabang);

2) Bp. Bayu Firdaus selaku Supervisor Marketing;

3) Gunawan Aribowo selaku debitur; dan

4) Darmawan Sutriyono selaku debitur wanprestasi.

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Untuk mendapatkan data sekunder, penulis

melakukannya dengan studi kepustakaan yang merupakan

pendukung dan pelengkap dari sumber data primer. Dalam hal

ini penulis menggunakan data sekunder dari peraturan

perundang-undangan, buku-buku, internet, dan dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu uraian tentang cara-cara

analisis, yaitu dengan kegiatan mengumpulkan data kemudian

Page 27: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

diadakan pengeditan terlebih dahulu, untuk selanjutnya

dimanfaatkan sebagai bahan analisis yang sifatnya kualitatif.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah

mempergunakan model analisis interaktif (interactive model of

analysis). Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga

komponen pokok, yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan

simpulan dengan verifikasinya (Heribertus Sutopo, 2006 : 113-116).

Model Analisis Interaktif tersebut digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Model Analisis Interaktif

Adapun penjelasan dari tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transportasi data kasar yang

muncul dari catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data

berupa menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang

yang tidak perlu dan mengorganisasi data sehingga kesimpulan

finalnya dapat ditarik.

b. Penyajian Data

Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

Penyajian Data

Penarikan

Kesimpulan/Verifikasi

Reduksi Data

Pengumpulan Data

Page 28: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tindakan. Sajian data juga dapat berupa matriks, gambar, skema

juga tabel.

c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan ini dilakukan setelah memahami

arti dari berbagai hal yang meliputi berbagai hal yang ditemui

dengan melakukan pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-

pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab

akibat.

Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak diantara ketiga

komponen dengan komponen pengumpulan data, selama proses

pengumpulan data berlangsung. Sesudah pengumpulan data,

kemudian bergerak diantara reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan, dengan menggunakan waktu yang masih

tersisa bagi penelitiannya.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang

sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan penulisan

hukum, maka penulis menggunakan sistematika penulisan hukum yang

terdiri dari empat bab, dimana tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian

yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap

keseluruhan penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memberikan gambaran penulisan hukum

tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab kedua ini memuat dua sub bab, yaitu kerangka teori

dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori penulis akan

Page 29: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

menguraikan pengertian dan teori-teori hukum yang mendukung judul

penulisan hukum ini sehingga akan memudahkan pembaca untuk

memahami paparan penulis dalam penulisan hukum ini. Dimulai dari

tinjauan umum tentang perjanjian, wanprestasi, kredit macet, upaya

penyelesaian sengketa, dan tinjauan umum tentang pembiayaan

konsumen. Kerangka pemikiran akan menguraikan gambaran alur

berpikir penulis dalam melakukan penulisan hukum.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab hasil penelitian dan pembahasan adalah bab inti dalam

penulisan hukum ini. Dalam bab ini penulis akan menguraikan hasil

penelitian yang kemudian dengan analisis, menghasilkan pembahasan

atas pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu

mengenai upaya yang dilakukan Bima Finance cabang Surakarta dalam

menyelesaikan kredit macet karena debitur wanprestasi dan mengenai

hal-hal yang menjadi hambatan Bima Finance cabang Surakarta dalam

upaya menangani kredit macet oleh debitur wanprestasi.

BAB IV : PENUTUP

Merupakan penutup yang menguraikan secara singkat tentang

kesimpulan akhir dari pembahasan dan jawaban atas rumusan

permasalahan, dan diakhiri dengan saran-saran yang didasarkan atas

hasil keseluruhan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 30: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

Perjanjian dirumuskan dalam Pasal 1313 KUHPerdata, yaitu

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya. Ketentuan pasal ini

kurang tepat, karena ada beberapa kelemahan yang perlu dikoreksi.

Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut (Abdulkadir

Muhammad, 2000 : 224) :

1) Hanya menyangkut sepihak saja;

2) Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus;

3) Pengertian perjanjian terlalu luas; dan

4) Tanpa menyebut tujuan.

Berdasarkan alasan-alasan di atas ini maka perjanjian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

“Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau

lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal

mengenai harta kekayaan.” (Abdulkadir Muhammad, 2000 : 225)

Apabila diperinci, maka perjanjian itu mengandung unsur-

unsur sebagai berikut:

1) Ada pihak-pihak, sedikit-dikitnya dua orang (subjek);

2) Ada persetujuan antara pihak-pihak itu (konsensus);

3) Ada objek yang berupa benda;

4) Ada tujuan bersifat kebendaan (mengenai harta kekayaan);

5) Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan.

Page 31: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b. Asas-asas Perjanjian

Hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting, yang

merupakan dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan.

Beberapa asas tersebut adalah sebagai berikut :

1) Asas Kebebasan Berkontrak.

Setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik

yang sudah diatur atau belum diatur dalam undang-undang.

Tetapi kebebasan tersebut dibatasi oleh tiga hal yaitu tidak

dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan

ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan.

(Abdulkadir Muhammad, 2000 : 225)

Asas pacta sunt servanda tercemin dalam Pasal 1338

KUHPerdata:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Pasal tersebut membawa konsekuensi bahwa para pihak

yang telah berjanji terikat untuk melaksanakan isi perjanjian

yang telah mereka buat. Pengingkaran terhadap isi dari

perjanjian tersebut dikatakan sebagai tindakan wanprestasi dan

terhadap hal tersebut pihak yang dirugikan dapat mengajukan

gugatan disertai dengan permohonan untuk mendapatkan ganti

rugi (Christine Susanti, 2010 : 545).

Kebebasan berkontrak berhubungan dengan isi

perjanjian, yaitu kebebasan menentukan “apa” dan dengan

“siapa” perjanjian itu diadakan. Selanjutnya Johanes Gunawan,

menjelaskan lebih lanjut tentang asas kebebasan berkontrak ini

yang meliputi (Djaja S. Meliala, 2007 : 97) :

a) Kebebasan setiap orang untuk memutuskan apakah ia

membuat perjanjian atau tidak membuat perjanjian.

b) Kebebasan setiap orang untuk memilih dengan siapa ia akan

membuat suatu perjanjian.

Page 32: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

c) Kebebasan para pihak untuk menentukan bentuk perjanjian.

d) Kebebasan para pihak untuk menentukan isi perjanjian.

e) Kebebasan para pihak untuk menentukan cara pembuatan

perjanjian.

2) Asas Keseimbangan.

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki

kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian.

Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan

jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui

kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula kewajiban

untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Asas

keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah.

3) Asas Proporsionalitas.

Asas proporsionalitas bermakna sebagai asas yang

melandasi atau mendasari pertukaran hak dan kewajiban para

pihak sesuai proporsi atau bagiannya. Asas proporsionalitas

membagi hak dan kewajiban yang diwujudkan dalam seluruh

proses hubungan kontraktual, baik pada fase pra-kontraktual,

pembentukan kontrak, maupun pelaksanaan kontrak. Asas

proporsionalitas sangat berorientasi pada konteks hubungan

dan kepentingan para pihak.

4) Asas Obligator.

Asas ini mengandung arti bahwa perjanjian yang

dibuat oleh pihak-pihak itu baru dalam taraf menimbulkan hak

dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik. Hak milik

baru berpindah apabila dilakukan dengan perjanjian yang

bersifat kebendaan (zakelijke overeenkomst), yaitu melalui

penyerahan (levering).

Page 33: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

5) Asas Kepribadian.

Asas kepribadian diatur dalam Pasal 1315 jo Pasal 1340

KUHPerdata, yang menetapkan bahwa seseorang hanya dapat

mengikatkan dirinya pada sebuah perjanjian, oleh karena itu

pada dasarnya suatu perjanjian hanya berlaku bagi para pihak

yang mengadakan perjanjian itu sendiri, dalam hal ini pihak

kreditur dan pihak debitur. Para pihak tidak dapat mengadakan

perjanjian yang mengikat pihak ketiga, kecuali dalam Derden

beding (janji untuk seorang pihak ketiga, Pasal 1317

KUHPerdata) (Djaja S. Meliala, 2007 : 96).

c. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian

Perjanjian yang sah adalah perjanjian yang memenuhi syarat-

syarat yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Perjanjian yang sah

diakui dan diberi akibat hukum (legally concluded contract).

Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, suatu perjanjian adalah sah,

apabila memenuhi empat syarat sebagai berikut (Djaja S. Meliala,

2007 : 91-95) :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

Dengan sepakat dimaksudkan bahwa para pihak yang

mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju mengenai hal-

hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang

dikehendaki oleh pihak yang satu, juga dikehendaki pihak lain.

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

Menurut Pasal 1329 KUHPerdata: “tiap orang berwenang

untuk membuat perikatan, kecuali jika ia dinyatakan tidak cakap

untuk hal itu”. Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, yang tidak

cakap untuk membuat perjanjian ada tiga golongan, yaitu :

a) anak yang belum dewasa;

b) orang yang berada di bawah pengampuan; dan

c) perempuan bersuami.

Page 34: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Sekarang ini, setelah dikeluarkannya Surat Edaran

Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963 dan setelah berlakunya

Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, tinggal dua

golongan yang tidak cakap membuat perikatan, yaitu anak yang

belum dewasa dan orang yang berada di bawah pengampuan

(curatele).

3) Suatu hal tertentu.

Mengenai suatu hal tertentu maksudnya ialah bahwa

objek perjanjian harus tertentu, setidak-tidaknya harus dapat

ditentukan (Pasal 1333 KUHPerdata). Dan, barang-barang yang

baru akan dikemudian hari pun dapat menjadi objek suatu

perjanjian (Pasal 1334 KUHPerdata).

4) Suatu sebab yang halal.

Maksudnya ialah bukan hal yang menyebabkan

perjanjian, tetapi isi perjanjian itu sendiri. Isi perjanjian tidak

boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, maupun

ketertiban umum (Pasal 1337 KUHPerdata).

d. Akibat Perjanjian yang Sah

Bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad

baik (Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata). Demikian pula suatu

perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas

dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang

menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau

undang-undang (Pasal 1339 KUHPerdata).

Meskipun demikian, setiap kreditur dapat membatalkan

segala tindakan yang dilakukan oleh pihak debitur yang bertujuan

merugikan kepentingan pihak kreditur (Pasal 1341 KUHPerdata).

Page 35: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2. Tinjauan Umum Tentang Wanprestasi

a. Pengertian Wanprestasi

Prestasi adalah suatu yang wajib harus dipenuhi oleh debitur

dalam setiap perikatan. Prestasi merupakan isi daripada perikatan.

Apabila debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah

ditentukan dalam perjanjian maka ia dikatakan “wanprestasi”

(kelalaian) (Riduan Syahrani, 2000 : 228).

Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban sebagaimana

ditetapkan dalam perikatan atau perjanjian tidak dipenuhinya

kewajiban dalam suatu perjanjian, dapat disebabkan dua hal, yaitu

(Djaja S. Meliala, 2007 : 99) :

1) Karena kesalahan debitur baik sengaja maupun karena kelalaian.

2) Karena keadaan memaksa (overmacht/force majeure).

b. Wujud Wanprestasi

Wujud Wanprestasi bisa (J. Satrio, 1999:122) :

1) Debitur sama sekali tidak berprestasi

Dalam hal ini, debitur sama sekali tidak memberikan

prestasi. Hal itu bisa disebabkan, karena debitur memang

tidak mau berprestasi atau bisa juga disebabkan, karena

memang kreditur objektif tidak mungkin berprestasi lagi atau

secara subjektif tidak ada gunanya lagi untuk berprestasi.

2) Debitur keliru berprestasi

Debitur memang dalam pikirannya telah memberikan

prestasinya, tetapi dalam kenyataan, yang diterima kreditur

lain daripada yang diperjanjikan.

3) Debitur terlambat berprestasi

Debitur berprestasi, objek prestasinya betul, tetapi tidak

sebagaimana yang diperjanjikan. Sebagaimana sudah

disebutkan di atas debitur tidak digolongkan dalam kelompok

“terlambat berprestasi” kalau objek prestasinya masih berguna

Page 36: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

bagi kreditur. Orang yang terlambat dalam berprestasi

dikatakan dalam keadaan lalai.

3. Tinjauan Umum Tentang Kredit Macet

a. Pengertian Kredit

Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan memberikan definisi tentang kredit :

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga”.

Dari pengertian di atas terlihat dengan jelas adanya

beberapa unsur kredit. Tentang hal ini, Suyatno mengemukakan

bahwa unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut (Thomas

Suyatno, et al, 2003 : 14) :

1) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa

prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang

atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka

waktu tertentu dimasa yang akan datang;

2) Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara

pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan

diterimanya pada masa yang akan datang;

3) Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai

akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara

pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima

dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan berarti

semakin tinggi pula tingkat resikonya; dan

4) Prestasi atau objek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk

uang tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa. Namun karena

kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada

Page 37: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

uang, maka transaksi-transaksi kredit dalam bentuk uanglah

yang lazim dalam praktek perkreditan.

b. Pengertian Kredit Bermasalah

Naturally, some loans issued will be repaid late or will not

be repaid at all. These loans are considered non-performing

(Thomas P. Ferguson, 2008 : 4). (Tentu saja, beberapa pinjaman

yang dikeluarkan akan dibayar terlambat atau tidak akan dibayar

sama sekali. Pinjaman ini dianggap bermasalah). Dalam hal ini,

seorang debitur dalam melaksanakan kredit kadang tidak berjalan

dengan lancar. Ada kalanya suatu saat tidak membayar angsuran

atau terlambat dalam pembayaran utangnya, sehingga dapat

dikatakan dengan kredit bermasalah.

Ada beberapa pengertian kredit bermasalah yaitu

(http://id.shvoong.com/businessmanagement/investing/2195291-

pengertian-kredit-bermasalah/#ixzz1gbv4SOTP diakses pada Sabtu,

31 Maret 2012, 17:01) :

1) Kredit yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai atau

memenuhi target yang diinginkan oleh pihak kreditur;

2) Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di

kemudian hari bagi kreditur dalam arti luas;

3) Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-

kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali

pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda keterlambatan

serta ongkos-ongkos kreditur yang menjadi beban nasabah yang

bersangkutan;

4) Kredit dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama

apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan

diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali kredit

sehingga belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh

kreditur;

Page 38: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

5) Kredit dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali

sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi

kerugian di perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan

timbulnya resiko di kemudian hari bagi kreditur dalam arti luas;

6) Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-

kewajibannya terhadap kreditur, baik dalambentuk pembayaran

kembali pokoknya, pembayaran bunga, pembayaran ongkos-

ongkos kreditur yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan;

dan

7) Kredit golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan

macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.

Penyebab kredit macet :

a) Error Omission (EO)

Timbulnya kredit macet yang ditimbulkan oleh

adanya unsur kesengajaan untuk melanggar kebijakan dan

prosedur yang telah ditetapkan.

b) Error Commusion (EC)

Timbulnya kredit macet karena memanfaatkan

lemahnya peraturan atau ketentuan yaitu memang belum ada

atau sudah ada, tetapi tidak jelas.

c. Kriteria Kredit Macet

Berdasarkan SE - 09/PJ.42/1999, pengertian kredit yang

digolongkan "Lancar", "Perhatian Khusus", "Kurang Lancar",

"Diragukan", dan "Macet", disesuaikan dengan pengertian yang telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia

(http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=416

diakses pada Sabtu, 31 Maret 2012, 16:39) :

1) Kredit digolongkan sebagai kredit "Lancar", apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut :

a) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu;

Page 39: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b) Memiliki mutasi rekening yang aktif; dan

c) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash

collateral).

2) Kredit digolongkan sebagai kredit dalam "Perhatian Khusus",

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

belum melampaui 90 (sembilan puluh) hari;

b) Kadang-kadang terjadi cerukan;

c) Mutasi rekening relatif aktif;

d) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang

diperjanjikan; dan

e) Didukung oleh pinjaman baru.

3) Kredit digolongkan sebagai kredit "Kurang Lancar", apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampaui 90 (sembilan puluh) hari;

b) Sering terjadi cerukan;

c) Mutasi rekening relatif rendah;

d) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih

dari 90 (sembilan puluh) hari;

e) Terdapat likuidasi masalah keuangan yang dihadapi debitur;

dan

f) Dokumentasi pinjaman lemah.

4) Kredit digolongkan sebagai kredit "Diragukan", apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari;

b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen;

c) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 (seratus delapan puluh)

hari;

d) Terjadi kapitalisasi bunga; dan

Page 40: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

e) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit

maupun peningkatan jaminan.

5) Kredit digolongkan sebagai kredit "Macet", apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut :

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari;

b) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; dan

c) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada nilai wajar.

4. Tinjauan Umum Tentang Upaya Penyelesaian Sengketa

Para pihak yang bersengketa akan berupaya agar sengketa yang

terjadi cepat terselesaikan karena dengan semakin berlarutnya masalah

maka kerugian yang ditimbulkan pun akan semakin besar dan dunia

bisnis mengalami kemandulan. Oleh karena itu, penyelesaian sengketa

di luar pengadilan kini semakin sering digunakan sebagai alternatif

dalam menemukan solusi dari permasalahan yang ada. Hal ini

disebabkan oleh lebih singkatnya waktu yang diperlukan dalam proses

penyelesaian sengketa di luar pengadilan dibandingkan dengan

penyelesaian melalui pengadilan. Kelemahan penyelesaian melalui

pengadilan :

a. Pengadilan menggunakan jasa lawyer sehingga menjadi tidak

terkontrol.

b. Hakim-hakim pengadilan tidak menguasai sengketa-sengketa

dagang yang melibatkan hubungan-hubungan niaga menjadi rumit.

c. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan akan memakan waktu

yang lama dan ongkos yang besar, karena proses pengadilan yang

panjang dari tingkat pertama sampai dengan tingkat Mahkamah

Agung.

Page 41: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

d. Penyelesaian sengketa di pengadilan akan mencari siapa yang salah

dan siapa yang benar, dan hasilnya akan dapat merenggangkan

hubungan dagang diantara pengusaha.

e. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan terbuka sifatnya karena

dilakukan melalui sidang yang terbuka, dapat disiarkan oleh media,

yang mungkin bisa melahirkan penilaian yang tidak baik bagi kedua

belah pihak yang bersengketa.

f. Ganti rugi dalam penyelesaian sengketa terbatas.

Dalam Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999

yang isinya :

“Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga

penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur

yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar

pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,

konsiliasi, atau penilaian ahli.”

Lima cara penyelesaian tersebut dapat diuraikan di bawah ini,

antara lain:

1) Konsultasi

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani berpendapat bahwa

konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat “personal”

antara pihak yang disebut dengan “klien” dengan pihak

“konsultan” yang memberikan pendapatnya kepada klien

tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan klien

tersebut. Klien bebas untuk menentukan sendiri keputusan yang

akan ia ambil untuk kepentingannya sendiri karena tidak ada

keterikatan atau kewajiban untuk mengikuti pendapat yang

disampaikan oleh konsultan. Walau demikian, tidak menutup

kemungkinan bahwa klien akan menggunakan pendapat yang

disampaikan oleh konsultan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

konsultasi peran konsultan tidaklah dominan karena konsultan

hanya memberikan pendapat hukum sedangkan keputusan

mengenai penyelesaian tersebut diambil oleh para pihak yang

bersengketa. (Gunawan widjaja & Ahmad Yani, 2001 : 28-29).

Page 42: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2) Negosiasi

a) Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani berpendapat bahwa

negosiasi merupakan suatu upaya penyelesaian sengketa

yang dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan antara

para pihak yang bersengketa. Pertemuan ini bertujuan untuk

menghilangkan sengketa atau selisih paham yang terjadi

diantara para pihak dengan mengadakan proses penjajakan

kembali akan hak dan kewajiban para pihak dengan konsep

saling menguntungkan atau “win-win”. Masing–masing

pihak akan melepaskan atau memberikan kelonggaran

(concession) atas hak-hak tertentu berdasarkan pada asas

timbal balik. Persetujuan atau kesepakatan yang telah

dicapai tersebut kemudian akan dituangkan secara tertulis

untuk ditandatangani oleh para pihak dan dilaksanakan

sesuai hasil kesepakatan. Kesepakatan tertulis tersebut

bersifat final dan mengikat bagi para pihak (Gunawan

widjaja & Ahmad Yani, 2001 : 31).

b) Priyatna Abdurrasyid berpendapat bahwa negosiasi

merupakan suatu cara dimana individu berkomunikasi satu

sama lain mengatur hubungan mereka dalam bisnis dan

kehidupan sehari-harinya. Didefinisikan sebagai proses yang

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita ketika ada

pihak lain yang menguasai apa yang kita inginkan (Priyatna

Abdurrasyid, 2002 : 21).

3) Mediasi

a) Munir Fuady berpendapat bahwa mediasi merupakan suatu

proses negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak

luar yang tidak memihak dan netral yang ditunjuk oleh para

pihak untuk membantu menemukan solusi dalam

menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan bagi

kedua belah pihak. Pihak ketiga yang membantu

Page 43: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

menyelesaikan sengketa tersebut disebut ”mediator”. Pihak

mediator tidak berwenang untuk memberi putusan terhadap

sengketa tersebut, melainkan hanya berfungsi untuk

membantu dan menemukan solusi terhadap para pihak yang

bersengketa tersebut. Kemampuan dan integritas dari pihak

mediator tersebut diharapkan dapat mengefektifkan proses

negosiasi diantara para pihak yang bersengketa (Munir

Fuady, 2003 : 47).

b) Priyatna Abdurrasyid berpendapat bahwa mediasi adalah

suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak yang

berselisih memanfaatkan bantuan pihak ketiga yang

independen untuk bertindak sebagai mediator (penengah),

akan tetapi tidak diberi wewenang untuk mengambil

keputusan yang mengikat (Priyatna Abdurrasyid, 2002 : 23).

4) Konsiliasi

Munir Fuady berpendapat bahwa konsiliasi merupakan

suatu proses penyelesaian sengketa diantara para pihak dengan

melibatkan pihak ketiga yang netral dan tidak memihak.

Walaupun jika dilihat dari pengertiannya hampir sama, namun

konsiliasi tidaklah sama dengan mediasi. Seperti mediator,

tugas dari konsiliator hanyalah sebagai fasilitator untuk

melakukan komunikasi diantara para pihak sehingga para pihak

dapat menemukan solusi untuk mereka sendiri. Namun

konsiliator tidak mempunyai wewenang untuk menyarankan

jalan keluar atau proposal penyelesaian sengketa seperti

mediator.

5) Arbitrase (Penilaian ahli)

a) Arbitrase adalah suatu proses penyelesaian sengketa

perdata di luar pengadilan berdasarkan perjanjian arbitrase

yang telah dibuat oleh para pihak yang bersengketa dengan

menyerahkan sengketa mereka kepada satu orang atau lebih

Page 44: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

arbiter dengan tujuan memperoleh suatu putusan yang final

dan mengikat.

b) Gatot Sumartono berpendapat bahwa pendapat hukum oleh

lembaga arbitrase adalah para pihak dalam suatu perjanjian

(tanpa adanya sengketa) berhak mengajukan permohonan

suatu pendapat yang mengikat dari lembaga arbitrase atas

hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian. Lembaga

arbitrase dapat menerima permintaan yang diajukan oleh

para pihak tersebut untuk memberikan suatu pendapat yang

mengikat (binding opinion) mengenai suatu persoalan

berkenaan dengan perjanjian tersebut. Dengan diberikannya

pendapat oleh lembaga arbitrase tersebut, kedua belah

pihak terikat padanya dan salah satu pihak yang bertindak

bertentangan dengan pendapat itu akan dianggap melanggar

perjanjian. Terhadap pendapat yang mengikat tersebut tidak

dapat dilakukan perlawanan melalui upaya hukum apapun.

Pilihan alternatif penyelesaian sengketa merupakan salah

satu bentuk keterlibatan manusia dalam pelaksanaan hukum

dengan memperlihatkan hubungan antara budaya dan hukum.

Budaya hukum inilah yang menentukan sikap, ide-ide, nilai-nilai

seseorang terhadap hukum di dalam masyarakat. Tercapainya

kesepakatan dalam penyelesaian suatu sengketa hukum tidak

terlepas dari pola orientasi hukum yang umum dalam masyarakat

yang merupakan pencerminan budaya hukum. Untuk dapat

menyelesaikan sengketa secara cepat, efektif dan efisien, harus

disesuaikan dengan laju perekonomian dan perdagangan di masa

mendatang.

Page 45: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

5. Tinjauan Umum Tentang Pembiayaan Konsumen

a. Pengertian Pembiayaan Konsumen

Pranata hukum “Pembiayaan Konsumen” dipakai sebagai

terjemahan dari istilah “Consumer Credit”. Pembiayaan konsumen

ini tidak lain dari sejenis kredit konsumsi (consumer credit). Hanya

saja, jika pembiayaan konsumen dilakukan oleh perusahaan

pembiayaan, sementara kredit konsumsi diberikan oleh bank (Munir

Fuady, 2002 : 162).

Menurut ketentuan Pasal 1 angka (6) Keppres Nomor 61

Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan :

“Pembiayaan Konsumen adalah pembiayaan pengadaan barang untuk

kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau

berkala.”

Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami dan dirinci

unsur-unsur pengertian Pembiayaan Konsumen sebagai berikut

(Abdulkadir Muhammad & Rilda Murniati, 2000 : 246-247) :

1) Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum

pembiayaan konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen

(kreditur), konsumen (debitur), dan penyedia barang (pemasok,

supplier);

2) Objek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan

dipakai untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga,

misalnya televisi, kulkas, mesin cuci, perabot rumah tangga,

motor dan mobil;

3) Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang

diadakan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan

konsumen, serta jual beli antara pemasok dan konsumen.

Perjanjian tersebut didukung oleh dokumen-dokumen;

4) Hubungan kewajiban dan hak, di mana perusahaan pembiayaan

konsumen wajib membiayai harga pembelian barang keperluan

konsumen dan membayar tunai kepada pemasok untuk

Page 46: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

kepentingan konsumen, sedangkan konsumen wajib membayar

harga barang secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan

konsumen, dan pemasok wajib menyerahkan barang kepada

konsumen; dan

5) Jaminan berupa kepercayaan terhadap konsumen (debitur)

merupakan jaminan utama bahwa konsumen dapat dipercaya

untuk membayar angsurannya sampai selesai. Barang yang

dibiayai oleh perusahaan pembiayaan konsumen merupakan

jaminan pokok secara fidusia, semua dokumen kepemilikan

barang dikuasai oleh perusahaan pembiayaan konsumen sampai

angsuran terakhir dilunasi. Di samping kedua jaminan yang

disebutkan itu, pengakuan utang (promissory notes) merupakan

jaminan tambahan.

b. Dasar Hukum Pembiayaan Konsumen

Yang menjadi dasar hukum dari pembiayaan konsumen ini

dapat dibilah-bilah kepada dasar hukum substantif dan dasar hukum

administratif (Munir Fuady, 2002 : 104-105).

1) Dasar Hukum Substantif

Adapun yang merupakan dasar hukum substantif eksistensi

pembiayaan konsumen adalah perjanjian diantara para pihak

berdasarkan asas “kebebasan berkontrak”. Yaitu perjanjian antara

pihak perusahaan finansial sebagai kreditur dan pihak konsumen

sebagai debitur. Sejauh yang tidak bertentangan dengan prinsip-

prinsip hukum yang berlaku, maka perjanjian seperti itu sah dan

mengikat secara penuh. Hal ini dilandasi pada ketentuan dalam

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya.

Page 47: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

2) Dasar Hukum Administratif

Seperti juga terhadap kegiatan lembaga pembiayaan

lainnya, maka pembiayaan konsumen ini mendapat dasar dan

momentumnya dengan dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988

tentang Lembaga Pembiayaan, yang kemudian ditindaklanjuti

dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan, sebagaimana telah berkali-kali diubah, terakhir

dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No.448/KMK.017/2000

tentang Perusahaan Pembiayaan. Di mana ditentukan bahwa salah

satu kegiatan dari lembaga pembiayaan tersebut adalah

menyalurkan dana dengan sistem yang disebut “Pembiayaan

Konsumen”.

c. Pihak dalam Pembiayaan Konsumen

1) Perusahaan Pembiayaan Konsumen

Perusahaan pembiayaan konsumen adalah badan usaha

berbentuk Perseroan Terbatas atau koperasi, yang melakukan

kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan

kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau

berkala oleh konsumen. Perusahaan tersebut menyediakan jasa

kepada konsumen dalam bentuk pembayaran harga barang secara

tunai kepada pemasok (supplier). Antara perusahaan dan

konsumen harus ada lebih dahulu kontrak pembiayaan konsumen

yang bersifat pemberian kredit. Dalam kontrak tersebut,

perusahaan wajib menyediakan kredit sejumlah uang kepada

konsumen sebagai harga barang yang dibelinya kepada pemasok,

sedangkan pihak konsumen wajib membayar kembali kredit secara

angsuran kepada perusahaan tersebut.

2) Konsumen

Page 48: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Konsumen adalah pihak pembeli barang dari pemasok atas

pembayaran oleh pihak ketiga, yaitu perusahaan pembiayaan

konsumen. Konsumen berstatus perseorangan (individu) dapat

pula perusahaan bukan badan hukum. Pihak konsumen umumnya

masyarakat karyawan.

3) Pemasok (supplier)

Pemasok adalah pihak penjual barang kepada konsumen

atas pembayaran oleh pihak ketiga, yaitu perusahaan pembiayaan

konsumen. Hubungan kontraktual antara pemasok dan konsumen

adalah jual beli bersyarat, dimana pemasok wajib menyerahkan

barang kepada konsumen, dan konsumen wajib membayar harga

barang secara angsuran kepada perusahaan yang telah melunasi

harga barang secara tunai (Abdulkadir Muhammad & Rilda

Murniati, 2000 : 247-249).

d. Jaminan-jaminan dalam Pembiayaan Konsumen

Jaminan yang diberikan dalam transaksi pembiayaan konsumen

ini pada prinsipnya serupa dengan jaminan terhadap perjanjian kredit

biasa, khususnya kredit konsumsi.

1) Jaminan Utama

Sebagai suatu kredit, maka jaminan pokoknya adalah dari

kreditur kepada debitur (konsumen) bahwa pihak konsumen dapat

dipercaya dan sanggup membayar hutang-hutangnya. Jadi di sini,

prinsip-prinsip memberikan kredit berlaku. Misalnya prinsip 5C

(Collateral, Capacity, Character, Capital, Condition of

Economy).

2) Jaminan Pokok

Sebagai jaminan pokok terhadap transaksi pembiayaan

konsumen adalah barang yang dibeli dengan dana tersebut. Jika

dana tersebut diberikan misalnya untuk membeli mobil, maka

mobil yang bersangkutan menjadi jaminan pokoknya. Biasanya

Page 49: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

jaminan tersebut dalam bentuk fiduciary transfer of ownership

(fidusia). Karena adanya fidusia ini, maka biasanya seluruh

dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang

bersangkutan akan dipegang oleh pihak kreditur (pemberian dana)

hingga kredit lunas.

3) Jaminan Tambahan

Sering juga dimintakan jaminan tambahan terhadap

transaksi pembiayaan konsumen ini, walaupun tidak seketat

jaminan untuk memberi kredit bank. Biasanya jaminan tambahan

terhadap transaksi ini berupa pengakuan hutang (Promissory

Notes), atau Acknowlegment of Indebtedness, kuasa menjual

barang, dan Assigment of Proceed (Cessie) dari asuransi. Di

samping itu, sering juga diminta “persetujuan istri atau suami”

untuk konsumen pribadi dan persetujuan komisaris (RUPS) untuk

konsumen perusahaan, sesuai ketentuan anggaran dasarnya.

(Munir Fuady, 2002 : 168)

e. Bentuk Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Perjanjian pembiayaan konsumen dibuat secara tertulis dan

isinya telah ditetapkan secara sepihak oleh perusahaan pembiayaan

yang kemudian dituangkan dalam bentuk formulir-formulir, dibuat

secara massal dan diberlakukan bagi semua konsumen. Dengan

demikian perjanjian pembiayaan konsumen termasuk dalam

perjanjian standar atau perjanjian baku karena konsumen tidak dapat

mengubah, menambah dan mengganti seluruh atau sebagian isi

perjanjian. As soon as the contract is signed, the hirer acquires

possession of the property and therewith the right to use the property

over an agreed period. However, the ownership of the property

remains with the finance company until the hirer pays all installments

(Jas Bahadur Gurung, 2005 : 102). (Segera setelah kontrak

ditandatangani, penyewa memperoleh kepemilikan properti dan

Page 50: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

beserta hak untuk menggunakan properti selama periode yang

disepakati. Namun, kepemilikan properti tetap dengan perusahaan

keuangan sampai penyewa membayar semua angsuran).

Page 51: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Hambatan-

hambatan BIMA

FINANCE

Kredit macet

(wanprestasi)

Upaya-upaya

BIMA FINANCE

BIMA

FINANCE

(kreditur)

Perjanjian

Pembiayaan

Konsumen

Konsumen

(debitur)

Barang Bergerak

yang terdaftar

(Mobil)

Kebutuhan

Terhadap

Konsumen

Hambatan

Empiris

Hambatan

Normatif

1. eksternal

2. internal

Peraturan dan

Perjanjian

Pembiayaan

Konsumen

Penyelesaian

yang ideal

Lancar

Selesai

Tidak

Lancar

Page 52: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Keterangan :

Seiring dengan berkembangnya jaman dan perekonomian

dalam masyarakat, maka berkembang pula kebutuhan masyarakat.

Salah satu perilaku konsumtif masyarakat adalah kebutuhan akan

barang bergerak yang berupa motor dan mobil. Perusahaan

pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan

yang banyak diminati masyarakat untuk dapat mendapatkan barang

kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen. Bima Finance cabang

Surakarta merupakan salah satu perusahaan pembiayaan konsumen

yang dapat melakukan pembelian mobil secara kredit.

Mekanisme yang digunakan adalah mekanisme perjanjian

pembiayaan konsumen antara perusahaan pembiayaan konsumen

(Bima Finance) dengan konsumen (debitur). Dari perjanjian

tersebutlah muncul hubungan hukum berupa perjanjian pembiayaan

konsumen untuk barang bergerak terutama mobil dengan konsumen

(debitur).

Pelaksanaan dari perjanjian tersebut dapat berjalan lancar dan

tidak lancar. Apabila pelaksanaan perjanjian tersebut lancar maka

tidak ada kendala yang terjadi dan akan selesai pada waktunya. Tetapi

apabila tidak lancar maka akan menimbulkan suatu permasalahan,

salah satu masalah yang dapat timbul dalam perjanjian tersebut adalah

kredit macet yang dilakukan oleh debitur. Kredit macet timbul akibat

adanya itikad tidak baik dari debitur misalnya tidak membayar

angsuran secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang sudah

diperjanjikan ataupun tidak mampu membayar tetapi ada suatu unsur

paksaan untuk membayar. Kredit macet atau wanprestasi tersebut

tentu saja merugikan pihak perusahaan pembiayaan konsumen. Untuk

menghadapi dan menyelesaikan permasalahan kredit macet oleh

debitur wanprestasi tersebut, maka perusahaan pembiayaan konsumen

akan menempuh berbagai upaya guna kelangsungan dari perusahaan

pembiayaan itu sendiri. Dalam hal melaksanakan upaya-upaya untuk

Page 53: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

menyelesaikan kredit macet tersebut tidak dapat dipungkiri terdapat

hambatan-hambatan yang mengganggu atau menghambat upaya yang

dilakukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen tersebut. Hambatan

dapat berupa hambatan eksternal, hambatan internal maupun

hambatan dari segi normatif (peraturan pembiayaan konsumen dan isi

perjanjian pembiayaan konsumen). Misalnya hambatan-hambatan

dalam upaya pengembalian barang pembiayaan yaitu barang telah

dijual, digadaikan, penerima fasilitas tidak mampu lagi, penerima

fasilitas atas nama, kurangnya pemahaman penerima fasilitas atas isi

perjanjian, penerima fasilitas pindah alamat (tidak diketahui), dan

identitas barang telah diubah. Dengan adanya berbagai hambatan

tersebut, maka pihak kreditur harus mempunyai penyelesaian yang

paling ideal terhadap kredit macet tersebut.

Page 54: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum tentang Lokasi Penelitian (PT. Bima Multi Finance)

Bima Finance Cabang Surakarta merupakan salah satu dari sekian

banyak perusahaan pembiayaan yaitu badan usaha atau lembaga keuangan

bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk

dalam bidang usaha lembaga pembiayaan khususnya adalah pembiayaan

konsumen.

PT. Bima Multi Finance (Bima Finance) adalah perusahaan

pembiayaan yang berdiri sejak tahun 1990 dengan nama awal PT. Lautan

Berlian Pacific Finance. Setelah mengalami beberapa kali perubahan nama

perseroan, pengurus dan pemegang saham, maka pada tanggal 08 Agustus 2006

perusahaan diambil alih oleh pemegang saham dan manajemen yang sekarang

dan pada tanggal 18 Oktober 2006 perseroan berubah nama menjadi PT Bima

Multi Finance. Bima Finance mendapat persetujuan dan pengesahan dari

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat

Keputusannya No. W7-0263 HT.01.04-TH 2006 tanggal 17 Nopember 2006.

Perusahaan memperoleh izin usaha sebagai pembiayaan dari Menteri Keuangan

Republik Indonesia dalam Surat Keputusan Nomor 956/KMK.013/1990 tanggal

16 Agustus 1990. Perusahaan juga telah memperoleh Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-148/KMK.12/2006 tanggal 1

Desember 2006 tentang Pemberian Izin Usaha Perusahaan sehubungan

penggantian nama menjadi PT. Bima Multi Finance.

Saat ini Bima Finance bergerak dibidang usaha Consumer Finance,

Leasing dan Factoring. Prioritas pembiayaan adalah pada Consumer Finance,

yang dalam hal ini berupa pembiayaan kendaraan bermotor roda empat (mobil)

khususnya mobil second atau bekas yaitu mobil penumpang maupun truk atau

untuk angkut barang. Sebanyak 60% pembiayaan tersalurkan di kredit mobil,

sisanya motor bekas. Pelanggan meliputi perseorangan maupun badan hukum.

Dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan memberikan pelayanan untuk

Page 55: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

mencapai suatu kepuasan bagi pelanggan, maka Bima Finance menerapkan

“service excellent dan one day service” dalam setiap pelayanan yang diberikan,

yaitu servis yang sangat bagus dan servis yang menerapkan prosedur sehari

selesai. Lembaga pembiayaan konsumen Bima Finance ini memiliki beberapa

kantor cabang yang tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia berjumlah

43 unit kantor cabang.

Di bisnis pembiayaan kendaraan bermotor roda empat, Bima Finance

yang telah berpengalaman selama lebih dari 22 tahun di Indonesia semakin

berkembang setiap tahunnya. Hal ini terbukti pada perincian pembukuan dari

awal tahun 1990 sampai tahun 2011 mendapat dukungan yang diterimanya

2100 dari dealer dan showroom dalam kondisi mobil bekas (used car) di

seluruh Indonesia, melayani seluruh merek mobil beserta truk dan pick up yaitu

Suzuki, Hino, BMW, Peugeot, Toyota, Daihatsu, Isuzu, Nissan Diesel, Audi,

Chevrolet, Ford, Honda, KIA, Land Rover, Mitsubishi, Mazda, Nissan, Jaguar,

Opel, Subaru, Sangyong, Volvo, VW dengan total customer mencapai lebih

dari 600.000 customer.

PT. Bima Multi Finance Cabang Surakarta sendiri resmi beroperasi

sejak tahun 2008, awalnya kantor cabang ini berlokasi di Jl. Yos Sudarso No.

323, Surakarta dan sekarang berpindah lokasi di Jl. Moh Yamin No. 177 A,

Surakarta. Memiliki karyawan 160 orang termasuk di dalamnya debt collector

dari perusahaan outsourcing yang diikat dengan perjanjian kerja waktu tertentu

oleh Bima Finance berjumlah sekitar 19 orang.

PT. Bima Multi Finance Cabang Surakarta dipimpin oleh Seorang

Kepala Cabang (Branch Manager), dan memiliki 3 departemen, yaitu

Departemen Operation, yang terbagi menjadi kasir, Customer Service, Admin

Sales, dan Admin Collection. Departemen SPV Marketing yang terbagi atas

beberapa CMO (Credit Marketing Officer) dan yang terakhir Departemen

Problem Account Officer (PAO) / Collection.

Departemen SPV Marketing adalah Departemen yang melakukan

kegiatan pemasaran, yaitu mencari konsumen, hingga melakukan proses

kegiatan penerimaan pengajuan aplikasi pembiayaan dari konsumen

Page 56: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

(pemohon), sampai persetujuan aplikasi pembiayaan itu sendiri. Sedangkan

Departemen Operation adalah departemen yang bertugas untuk mengelola

keuangan perusahaan dari mulai penerimaan pembayaran dari konsumen

(administrasi kredit), melakukan proses awal dalam hal terjadi kredit

bermasalah konsumen, melakukan penjualan lelang kendaraan tarikan, hingga

melakukan pembukuan atas piutang-piutang yang tidak mungkin tertagih lagi.

Akan halnya dengan Departemen Problem Account Officer (PAO) atau

Collection, bertugas melakukan tindakan lebih lanjut berdasarkan laporan dari

Departemen Operation bilamana terjadi piutang (kredit) bermasalah.

Departemen ini melakukan kunjungan-kunjungan terhadap konsumen yang

bermasalah kreditnya guna penyelesaian masalah kreditnya tersebut, hingga

melakukan penarikan barang jaminan.

2. Hubungan Hukum Para Pihak Pembiayaan Konsumen

Dalam suatu transaksi pembiayaan konsumen terdapat 3 (tiga) pihak

yang terlibat antara lain pihak perusahaan pembiayaan yaitu Bima Finance

(selaku kreditur), pihak konsumen (selaku debitur) dan pihak pemasok atau

supplier (showroom). Antara ketiga pihak tersebut terdapat suatu hubungan satu

sama lainnya, yang dapat penulis jelaskan sebagai berikut :

1. Hubungan Pihak Perusahaan Pembiayaan (Bima Finance) dengan Pihak

Konsumen

Hubungan antara Bima Finance dengan konsumen adalah hubungan

kontraktual, dalam hal ini adalah kontrak pembiayaan konsumen. Dalam

hubungan ini pihak pemberi biaya berkedudukan sebagai kreditur yang

berkewajiban utama untuk memberi sejumlah uang untuk pembelian sesuatu

barang konsumsi, sementara pihak konsumen berkewajiban utama

membayar kembali uang tersebut secara cicilan kepada pihak pemberi

biaya, sehingga dalam hal ini konsumen berkedudukan sebagai debitur. Jadi

hubungan kontraktual antara Bima Finance dengan konsumen adalah sejenis

perjanjian kredit, sehingga ketentuan-ketentuan tentang perjanjian kredit

dalam KUHPerdata berlaku.

Page 57: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Menurut penulis, konsekuensi yuridis dari perjanjian kredit antara

pihak kreditur yaitu Bima Finance cabang Surakarta dengan debitur

(konsumen) setelah seluruh perjanjian ditandatangani dan dana pembiayaan

dicairkan, serta kendaraan roda empat sudah diserahkan oleh pihak supplier

kepada konsumen, maka kendaraan roda empat yang bersangkutan menjadi

milik konsumen, walaupun kemudian barang tersebut dijadikan jaminan

hutang lewat perjanjian fidusia. Karena adanya perjanjian fidusia ini maka

seluruh dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan kendaraan yang

bersangkutan akan dipegang oleh Bima Finance cabang Surakarta, dalam

hal ini penyediaan dana hingga kredit lunas.

2. Hubungan Pihak Konsumen dengan Supplier (Showroom)

Antara pihak konsumen dengan pihak supplier (showroom) terdapat

suatu hubungan jual beli, dalam hal ini jual beli bersyarat, dimana pihak

supplier (showroom) selaku penjual menjual barang kepada pihak

konsumen selaku pembeli, dengan syarat bahwa harga akan dibayar oleh

pihak ketiga yaitu pihak perusahaan pembiayaan (Bima Finance). Syarat

tersebut mempunyai arti bahwa apabila karena alasan apapun pihak

perusahaan pembiayaan (Bima Finance) tidak dapat menyediakan dananya,

maka jual beli antara pihak supplier (showroom) dengan pihak konsumen

sebagai pembeli akan batal.

3. Hubungan Perusahaan Pembiayaan (Bima Finance) dengan Supplier

(Showroom)

Antara Bima Finance sebagai penyedia dana dengan supplier

(showroom) tidak mempunyai sesuatu hubungan hukum yang khusus,

kecuali pihak penyedia dana hanyalah pihak ketiga yang disyaratkan, yaitu

disyaratkan untuk menyediakan dana yang digunakan dalam perjanjian

antara pihak supplier (showroom) dengan pihak konsumen. Apabila pihak

penyedia dana wanprestasi dalam menyediakan dananya sementara kontrak

jual beli maupun kontrak pembiayaan konsumen telah selesai dilakukan,

jual beli bersyarat antara pihak supplier dengan konsumen akan batal, dan

konsumen dapat menggugat pihak penyedia dana karena wanprestasi.

Page 58: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Antara perusahaan pembiayaan dan supplier (showroom) memang biasanya

memiliki perjanjian, namun perjanjian tersebut hanya berisikan kesediaan

supplier (showroom) untuk menyediakan kendaraan bermotor roda empat

bagi konsumen dan ketentuan untuk menyerahkan BPKB apabila suatu hari

terjadi hubungan antara konsumen yang membeli mobil di perusahaannya

dan menggunakan lembaga pembiayaan tertentu untuk membiayai

pembelian mobilnya.

Menurut Bapak Bayu Firdaus selaku SPV Marketing di Bima

Finance cabang Surakarta adanya penyerahan BPKB pada awal perjanjian

ini didasarkan antara konsumen dan perusahaan pembiayaan yang

melakukan perjanjian dengan menggunakan jaminan fidusia. Karena adanya

perjanjian fidusia ini maka biasanya seluruh dokumen yang berkenaan

dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan dipegang oleh pihak

kreditur yaitu Bima Finance sebagai jaminan dari pihak debitur (konsumen)

hingga debitur memenuhi semua kewajibannya kepada kreditur, sedangkan

debitur tetap menguasai barang secara fisik sebagai peminjam atau pemakai.

PT. Bima Multi Finance Cabang Surakarta kontrak pembiayaan

konsumen ini diwujudkan dalam sebuah Perjanjian Pembiayaan Dengan

Jaminan Fidusia yang ditandatangani oleh konsumen dengan Bima Finance

Cabang Surakarta. Dalam proses pengambilan keputusan pemberian fasilitas

pembiayaan oleh Bima Finance Cabang Surakarta, terdapat berbagai

persyaratan dan pertimbangan yang mendasari.

Langkah awalnya konsumen (pemohon) ke showroom untuk melihat

kendaraan roda empatnya yang diinginkannya, konsumen ingin mengajukan

pembayaran secara kredit kepada pihak showroom. Pihak showroom

mengajukan aplikasi pembiayaan pada Bima Finance Cabang Surakarta

untuk membantu menyediakan dana guna membayar secara tunai untuk

pembelian kendaraan bermotor roda empatnya, pihak showroom

menyerahkan kendaraan roda empatnya dan konsumen membayar secara

berangsur ke lembaga pembiayaan Bima Finance Cabang Surakarta.

Seringkali juga pemohon adalah konsumen lama yang merasa puas dengan

Page 59: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

sistem pelayanan Bima Finance Cabang Surakarta sehingga pada saat

mereka memutuskan untuk kembali membeli kendaraan roda empat dengan

sistem kredit, mereka menggunakan Bima Finance Cabang Surakarta

sebagai lembaga pembiayaan yang membiayai kredit kendaraan bermotor

roda empatnya. Konsumen yang demikian disebut sebagai RO (Repeat

Order).

3. Mekanisme Pengajuan Permohonan Perjanjian

Persyaratan yang berlaku untuk melakukan pengajukan permohonan

perjanjian antara Bima Finance cabang Surakarta selaku kreditur dengan

konsumen selaku debitur antara lain :

a. Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk) pemohon dari pihak Suami dan

Istri;

b. Fotocopy PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) atau fotocopy Akte Tanah;

c. Fotocopy Kartu Keluarga;

d. Fotocopy Akte Nikah;

e. Fotocopy keterangan perincian gaji;

f. Fotocopy STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan); dan

g. Menyerahkan BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) asli.

Menurut hasil wawancara narasumber Bapak Bayu Firdaus, SPV

Marketing mengatakan bahwa kelengkapan atas persyaratan administrasi yang

dipenuhi sejak awal akan mempengaruhi terselesaikannya proses persetujuan

pembiayaan terhadap pemohon. Proses selanjutnya yaitu dilakukan oleh pihak

Bima Finance cabang Surakarta dengan mensurvey ke tempat tinggal pemohon

dan bagian Surveyor dari lembaga pembiayaan ini, untuk mengetahui kebenaran

data dan kelayakan pemohon ini mendapatkan fasilitas pembiayaan guna

pembelian kendaraan roda empat. Konsumen yang sudah menjadi pelanggan

menunjukkan perilaku kredit baik, biasanya tidak memerlukan survey yang

begitu mendetail seperti yang biasanya diberlakukan pada pemohon yang baru.

Semua dari hasil survey tempat tinggal tersebut sudah memenuhi seluruh

persyaratan administrasi pemohon dipandang layak untuk menerima fasilitas

Page 60: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

pembiayaan maka Bima Finance cabang Surakarta selanjutnya melakukan

proses pembiayaan tersebut.

PT. Bima Multi Finance Cabang Surakarta selanjutnya mengeluarkan

perhitungan angsuran pada pihak supplier (showroom) untuk dimintakan

persetujuan. Dari perhitungan angsuran yang dikeluarkan akan terlihat besarnya

Down Payment (DP) yang harus dibayarkan oleh pemohon pada pihak supplier

(showroom) dan besarnya nilai perhitungan angsuran yang menjadi

kewajibannya pada lembaga pembiayaan.

Pemohon selanjutnya menandatangani sejumlah dokumen guna

pemberian dana oleh Bima Finance Cabang Surakarta. Dokumen-dokumen

yang ditandatangani oleh pemohon meliputi :

1. Perjanjian Pembiayaan dengan Jaminan Fidusia;

2. Surat Pernyataan Bersama;

3. Surat Kuasa Fidusia;

4. Berita Acara Serah Terima;

5. Tanda Terima Pencairan;

6. Surat Kuasa Penarikan Kendaraan; dan

7. Pernyataan Keikutsertaan Asuransi Kendaraan (kecuali untuk kendaraan

Truk dan pengangkut barang).

Adanya penandatanganan dokumen perjanjian tersebut memberikan

kewajiban pada Bima Finance cabang Surakarta untuk memberikan sejumlah

uang pada pihak supplier (showroom), guna pembelian kendaraan bermotor

roda empat yang diinginkan oleh pemohon (konsumen).

Menurut penulis, penandatanganan Perjanjian Pembiayaan dengan

Jaminan Fidusia oleh konsumen merupakan dasar hak pemberian dana dari

pihak Bima Finance cabang Surakarta pada konsumennya. Hal ini dikarenakan

Bima Finance cabang Surakarta tidak akan memberikan atau mengeluarkan

dananya pada konsumen sebelum konsumen menandatangani Perjanjian

Pembiayaan dengan Jaminan Fidusia. Supplier (showroom) juga tidak akan

menyerahkan kendaraannya pada konsumen apabila belum ada pembayaran

masuk ke rekening perusahaannya dari pihak perusahaan pembiayaan meskipun

Page 61: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

konsumen yang bersangkutan telah membayar Down Payment (DP) pembelian

kendaraannya. Setelah penandatanganan Perjanjian Pembiayaan dengan

Jaminan Fidusia maka konsumen wajib memenuhi segala kewajiban yang

tercantum dalam perjanjian.

Perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia di Bima Finance cabang

Surakarta berisi syarat dan ketentuan umum bahwa kreditur akan memberikan

fasilitas pembiayaan pada debitur, dalam bentuk penyediaan dana untuk

pembelian kendaraan bermotor roda empat yang dibutuhkan debitur menurut

spesifikasi yang telah ditentukan, hak dan kewajiban kreditur dan debitur, serta

sanksi-sanksi apabila debitur melanggar perjanjian, termasuk hal-hal seperti

jumlah keseluruhan hutang debitur; jangka waktu; pengembalian hutang; dan

besarnya tiap angsuran tiap bulannya. Sebelum menandatangani perjanjian

pembiayaan dengan jaminan fidusia, debitur diperkenankan untuk membaca

dan memahami seluruh isi yang tercantum dalam perjanjian. Apabila debitur

kurang memahami isi dalam perjanjian, maka pihak Bima Finance cabang

Surakarta menjelaskan apa isi yang tercantum dalam perjanjian tersebut.

Setelah debitur memahami seluruh isi perjanjian pembiayaan konsumen dan

menyetujuinya, maka debitur barulah menandatangani perjanjian pembiayaan

konsumen itu.

Atas dasar perjanjian pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia yang

telah ditandatangani oleh konsumen tersebut kemudian supplier (showroom)

menyerahkan kendaraan bermotor roda empat yang menjadi objek perjanjian

tersebut. Dokumen-dokumen yang telah dikirim oleh Bima Finance cabang

Surakarta setelah ditandatangani dan disetujui oleh supplier (showroom),

selanjutnya pihak supplier (showroom) membuat penagihan sesuai perhitungan

pembayaran angsuran dengan lampiran-lampiran antaralain:

1. Kwitansi Pelunasan Down Payment;

2. Kwitansi Pelunasan;

3. Surat Permohonan Transfer;

4. Surat Pernyataan Penyerahan BPKB; dan

5. Bukti Penyerahan Kendaraan.

Page 62: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Setelah tahap-tahap proses permohonan aplikasi pembiayaan hingga

proses persetujuannya, selanjutnya debitur berkewajiban untuk melakukan

pembayaran angsuran pokok hutang dan bunga sesuai dengan perhitungan

pembayaran, selama jangka waktu yang telah disepakati. Namun, tidak berarti

bahwa bisnis pembiayaan ini lancar-lancar saja dan tidak mempunyai risiko

serta kendala sama sekali dalam proses pembiayaannya. Sebagai salah satu

kendala adalah tidak dilaksanakannya kewajiban oleh debitur (wanprestasi)

yaitu kredit macet dan hambatan-hambatan yang timbul dalam penyelesaian

wanprestasi tersebut.

4. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Wanprestasi dan Kriteria Kredit

Macet

Permasalahan yang timbul di dalam dunia perkreditan itu tidak jauh

dari ketidak disiplinan para konsumen. Seperti lembaga keuangan bank yang

selalu saja ada masalah kredit yang bermasalah, begitu pula lembaga

pembiayaan konsumen juga tidak lepas dari masalah kredit macet. Namun

walau banyaknya tingkat permasalahan kredit, terbukti setiap lembaga

pembiayaan pasti mengalami masalah kredit macet, dan pihak pembiayaan

konsumen berusaha agar kredit macet tersebut tidak terjadi dan dapat

diantisipasi dari awal.

Menurut Joned Indarto S.E, Branch Manager Bima Finance cabang

Surakarta menyatakan bahwa Bima Finance cabang Surakarta sangat

terpercaya terhadap menangani risiko, dengan cara memegang teguh prinsip

mengenal nasabah, yaitu dengan menerapkan prosedur 5C secara baik, yakni

Character, Capital, Capacity, Condition of Economic, dan Collateral, sehingga

tingkat kredit macetnya masih berkisar dilevel aman. Keseluruhan proses ini

sebenarnya merupakan proses kelayakan kredit secara umum yang dilakukan

oleh Bima Finance cabang Surakarta ini sebelum keputusan pemberian fasilitas

pembiayaan diambil. Namun terkadang di tengah jangka waktu yang telah

disepakati, dalam kredit ini konsumen tidak dapat melakukan pembayaran atas

Page 63: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

angsuran dan bunga yang seharusnya sudah menjadi kewajibannya, sehingga

hal tersebutlah yang menyebabkan timbulnya kredit macet.

Tabel 1. Jumlah Kredit Macet Kendaraan Bermotor Roda Empat di PT.

Bima Multi Finance cabang Surakarta Tahun 2009, 2010, dan 2011 :

No. Tahun

Jumlah Debitur yang melakukan kredit

macet

1. 2009 11

2. 2010 13

3. 2011 16

(sumber data PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta)

`

Dari sekian banyaknya pembiayaan yang telah diberikan PT. Bima

Multi Finance cabang Surakarta pada debitur, maka semakin banyak pula

risiko kredit macet yang ditanggung oleh kreditur. Pada tabel 1 di atas

tercantum jumlah kredit macet kendaraan bermotor roda empat tahun 2009,

2010, dan 2011. Dari tahun ke tahun terdapat sedikit peningkatan kasus kredit

macet. Pada tahun 2009 terdapat 11 kasus, 2010 terdapat 13 kasus, dan tahun

2011 terdapat 16 kasus kredit macet di PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta. Kredit macet banyak dilakukan oleh debitur karena debitur merasa

mempunyai hak untuk memiliki kendaraan bermotor roda empat dari perjanjian

pembiayaan konsumen dan melupakan kewajibannya untuk melunasi angsuran

pokok hutang dan bunga yang telah disepakati dalam perjanjian.

Menurut hasil dari wawancara di Bima Finance cabang Surakarta yang

penulis peroleh bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya

wanprestasi antara lain:

a. faktor ekonomi

Page 64: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Faktor paling utama yang dapat menimbulkan persoalan wanprestasi

adalah faktor ekonomi. Bisnis yang dijalankan konsumen kadang

mengalami kesulitan, sehingga menyebabkan pendapatan dari konsumen

menjadi tidak berjalan dengan baik. Kesulitan dari pendapatan ini

menyebabkan konsumen tidak memenuhi kewajibannya membayar

angsuran dan bunga atas pembiyaan kendaraannya tiap bulan.

b. Dana untuk membayar angsuran terpakai untuk hal lain

Faktor ini juga dapat mempengaruhi adanya suatu wanprestasi.

Menurut Bayu Firdaus selaku Supervisor Marketing mengatakan bahwa

masih ada beberapa pihak yang karena adanya suatu keperluan mendesak,

dana yang seharusnya dibayarkan untuk membayar angsuran kendaraanya

digunakan untuk hal lain yang mendesak misalnya dipakai untuk membayar

pengobatan atas sakitnya konsumen atau anggota keluarga lainnya yang

membutuhkan banyak biaya, sehingga uang yang seharusnya digunakan

untuk membayar angsuran dipakai terlebih dahulu untuk membayar biaya

pengobatan. Dari keterangan diatas dapat digambarkan dengan tabel

dibawah ini :

Tabel 2. Jumlah Prosentase Faktor-faktor Penyebab Wanprestasi yang

dilakukan Debitur di PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta :

No. Faktor Penyebab Wanprestasi Jumlah Prosentase

1. Faktor ekonomi 65%

2. Dana untuk membayar angsuran

terpakai untuk hal lain

35%

(sumber data PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta)

Menentukan kapan itu debitur dinyatakan wanprestasi ini tidak seperti

apa yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang ataupun Peraturan lain yang

menyatakan kapan debitur dinyatakan telah melakukan wanprestasi. Debitur

Page 65: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

tidak dapat membayar angsuran dan bunga kepada Bima Finance cabang

Surakarta sesuai dengan isi dari perjanjian dalam jangka waktu yang telah

disepakati, maka dapat dikatakan wanprestasi. Kredit dapat dinyatakan macet

menurut Bima Finance cabang Surakarta ketika debitur tidak mempunyai itikad

baik untuk membayar angsurannya secara 3 (tiga) bulan berturut-turut. Debitur

tidak membayar angsurannya selama satu bulan belum dapat dikatakan kredit

macet. Hal tersebut masih dapat dikatakan keterlambatan dalam pembayaran

angsuran kendaraan roda empatnya.

Wanprestasi terhadap perjanjian pembiayaan konsumen di Bima

Finance cabang Surakarta meliputi:

a. Debitur tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam

perjanjian, tidak melakukan pembayaran angsuran hutang pembiayaan

dengan lewatnya waktu 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal jatuh tempo

angsuran;

b. Debitur tidak memenuhi kewajiban untuk merawat dan menjaga

keutuhan barang jaminan dari segala kemungkinan rusak, hilang atau

musnah;

c. Debitur meminjamkan, menjaminkan atau membebani dengan hak

jaminan, menjual atau melakukan perbuatan-perbuatan lain yang bertujuan

atau berakibat beralihnya barang jaminan tersebut kepada pihak lain

siapapun adanya, dengan bentuk dan cara apapun juga; dan

d. Barang jaminan disita atau terancam oleh suatu tindakan penyitaan pihak

lain siapapun adanya karena sebab apapun juga.

Tabel 3. Jumlah Jenis-jenis Wanprestasi di PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta yang dilakukan debitur :

No. Jenis Wanprestasi Jumlah Debitur Wanprestasi

1. Keterlambatan angsuran 26

2. KTP atas nama 12

Page 66: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3. Barang digadaikan dan dijual 17

4. Barang hilang disengaja 5

(sumber data oleh Marketing Departemen PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta)

Pada tabel 3 di atas menunjukkan beberapa jenis wanprestasi yang

terjadi di Bima Finance cabang Surakarta. Menurut data yang penulis peroleh,

paling banyak wanprestasi yang dilakukan adalah keterlambatan angsuran

pokok hutang dan bunga oleh debitur, dikarenakan debitur telah lupa tanggal

pembayaran angsuran sehingga terlambat dalam melakukan pembayarannya.

Kriteria kredit macet menurut Bima Finance cabang Surakarta antara

lain:

1) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 90

(sembilan puluh) hari;

2) kredit telah jatuh tempo lebih dari 3 (tiga) bulan.

5. Upaya Penyelesaian Kredit Macet dan Hambatan-hambatannya

Menurut hasil wawancara dengan Joned Indarto S.E, selaku kepala

cabang PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta, penyelesaian kredit macet

dalam kontrak pembiayaan konsumen dapat ditempuh dengan dua cara yaitu

dengan cara non litigasi dan litigasi. Upaya-upaya penyelesaian kredit macet

dengan jalan non litigasi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

a. Upaya Preventif

Gambaran umum mengenai tindakan untuk mengantisipasi

munculnya kredit macet yang dilakukan oleh Bima Finance cabang Surakarta

kepada konsumennya adalah dari semua persyaratan-persyaratan administrasi

aplikasi pembiayaan dan tindakan survey yang dilakukan oleh Credit

Marketing Officer (CMO) dan bagian surveyor, seharusnya akan terlihat

tingkat kemampuan keuangan pemohon, namun selain dari tindakan itu Bima

Finance cabang Surakarta juga melakukan foto terlebih dahulu terhadap

Page 67: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

kendaraan bermotor roda empat yang akan dibiayai, cek terhadap Bukti

Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) juga dilakukan di Polisi Daerah

(Polda) khususnya untuk kendaraan bekas untuk mengetahui apakah BPKB

tersebut benar atau tidak.

b. Early Warning

Upaya awal yang dilakukan Bima Finance cabang Surakarta dalam

menangani kredit macet yang dilakukan oleh debitur wanprestasi adalah

memberikan surat peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 1

(satu) bulan dengan tujuan meminta tanggung jawab dan itikad baik

menyelesaikan kewajiban pembayaran pokok angsuran dan/atau bunga.

Perincian pemberian Surat Peringatan (Somasi) meliputi:

1) Kirimkan SOMASI I dengan disertai undangan untuk datang ke kantor.

Pertama Operation Departemen memberitahukan kepada Collection

Departement untuk melakukan penagihan angsuran ke rumah debitur

dengan diberi surat peringatan (somasi) dan form survey ulang guna

memastikan apakah kesalahan tersebut terjadi karena faktor intern (tidak

dilakukan survey atau data dimanipulasi) atau memang kesalahan debitur

yang bersangkutan. Hasil survey ulang dilaporkan kepada Marketing

Departemen. Apabila kesalahan karena faktor intern maka diteruskan

kepada Operation Departemen untuk diberikan sanksi yang sesuai dengan

peraturan perusahaan. Apabila kesalahan merupakan kesalahan dari

debitur maka ditindaklanjuti oleh bagian Collection.

2) Apabila tidak ada respon baik maka kirimkan SOMASI II dengan

disertai undangan untuk datang ke kantor. Dalam hal ini, Operation

Departemen harus menganalisa penyebab keterlambatan pembayaran

angsuran, termasuk posisi mobil dan keberadaan debitur apakah masih

berada di tempat tinggalnya.

3) Apabila tidak ada respon maka kirimkan SOMASI III dengan disertai

undangan untuk datang ke kantor. Hal ini merupakan peringatan bagi

team Collection harus melakukan kunjungan yang lebih intensif untuk

Page 68: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

mengecek lebih lanjut keberadaan debitur dan posisi mobil. Operation

Departemen harus mengecek secara jelas siapa yang menerima surat

peringatan tersebut.

c. Upaya untuk melakukan negosiasi

Apabila Surat Peringatan satu (1) sampai terakhir sudah sampai

ditangan debitur, tetapi dalam jangka waktu lebih dari tiga (3) bulan tidak ada

respon dari debitur untuk membayar angsuran pokok hutang dan bunga serta

kendaraan bermotor roda empat masih berada ditangan debitur, maka

operation departemen mengeluarkan Surat Tugas Penarikan (STP) untuk

kendaraan bermotor roda empat sebagai dasar collector melakukan

penarikan. Hal ini dilakukan oleh Bima Finance sebagai pengamanan aset

(penitipan unit) selama dua (2) minggu. Proses penarikan dilakukan dengan

pendekatan yang baik terhadap debitur, apabila tidak dapat dilakukan

pendekatan kepada debitur maka dilakukan negosiasi secara kekeluargaan

dan bila perlu melibatkan RT atau RW atau Kepala Desa. Selanjutnya,

apabila debitur dalam jangka waktu dua (2) minggu tidak segera membayar

angsuran pokok hutang dan bunga yang sudah jatuh tempo tersebut maka

akan dilakukan proses pelelangan disertai dengan surat pemberitahuan lelang

terhadap debitur.

Dalam hal melaksanakan upaya-upaya untuk menyelesaikan kredit

macet tersebut tidak dapat dipungkiri terdapat hambatan-hambatan yang

mengganggu atau menghambat upaya yang dilakukan oleh perusahaan

pembiayaan konsumen yaitu Bima Finance cabang Surakarta. Hambatan-

hambatan tersebut meliputi hambatan normatif, hambatan internal maupun

hambatan eksternal.

Hambatan normatif merupakan hambatan yang timbul dari peraturan

mengenai lembaga pembiayaan dan perjanjian pembiayaan konsumen yang

berlaku. Peraturan mengenai lembaga pembiayaan tersebut dikaitkan dengan

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Page 69: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ini

berlaku apabila perusahaan pembiayaan konsumen melanggar kewajiban dan

larangan peraturan perundang-undangan secara perdata yang dapat

merugikan konsumen. Pada Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan terdapat 8 negatif

list klausula baku yang dilarang bagi pelaku usaha untuk diterapkan pada

konsumen di antaranya yaitu :

a) Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen;

c) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

d) Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan

sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara

angsuran;

e) Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli konsumen;

f) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa;

g) Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan

baru, tambahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam

masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; dan

h) Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk

pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang

yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Menurut hasil penelitian yang penulis peroleh bahwa pada perjanjian

pembiayaan konsumen yang dibuat oleh pihak kreditur dan debitur tersebut

tidak terdapat pelanggaran-pelanggaran negatif list yang tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal

ini terlihat dari itikad baik dari Bima Finance cabang Surakarta dalam

Page 70: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen. Bima Finance cabang

Surakarta telah mematuhi Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen bahwa pihak perusahaan pembiayaan

sebelum mengadakan kontrak perjanjian tersebut telah menjelaskan isi dari

perjanjian pembiayaan konsumen apabila debitur berkehendak ingin

dibacakan perjanjian tersebut sehingga debitur yang akan mengadakan

aplikasi kredit memahami isi yang tercantum dalam perjanjian.

Ditinjau dari asas kebebasan berkontrak bahwa perjanjian

pembiayaan konsumen tersebut sudah sesuai dengan batasan-batasan yang

ada di dalam asas kebebasan berkontrak yaitu tidak bertentangan dengan

Undang-Undang, ketertiban umum dan kesusilaan sehingga pelaksanaan

perjanjian pembiayaan konsumen tersebut sesuai dengan asas kebebasan

berkontrak yang bertanggungjawab. Hal ini dapat dilihat dari fase pra

kontraktual bahwa Bima Finance cabang Surakarta setelah menjelaskan isi

dari perjanjian baku tersebut telah menawarkan kepada konsumen apakah

konsumen bersedia menandatangani perjanjian pembiayaan konsumen

tersebut atau tidak. Apabila konsumen tidak bersedia menandatangani

kontrak pembiayaan dan tidak menyetujui isi kontrak pembiayaan tersebut

maka Bima Finance tidak memaksa debitur untuk menandatanginya dan

debitur bebas untuk menggunakan hak nya tersebut sehingga tidak melanggar

hak-hak yang terdapat dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen.

Selain itu, ditinjau dari asas keseimbangan dan asas proporsionalitas

bahwa dalam melaksanakan perjanjian harus ada keseimbangan hak dan

kewajiban dari masing-masing pihak sesuai dengan yang diperjanjikan. Asas

keseimbangan menghendaki kedua pihak untuk memenuhi dan melaksanakan

perjanjian pembiayaan konsumen tersebut. Kreditur mempunyai kekuatan

untuk menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, selain itu

kreditur memikul beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad

baik. Dapat dilihat bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan

kewajibannya untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur

Page 71: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

dan debitur seimbang. Asas proporsionalitas sangat berorientasi pada konteks

hubungan dan kepentingan para pihak, yaitu antara hak dan kewajiban para

pihak harus sesuai dengan proporsi atau bagiannya.

Apabila dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen yang

ditinjau dari asas kebebasan berkontrak, asas keseimbangan, dan asas

proporsionalitas masih ada penyimpangan dan bertentangan dengan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka

perjanjian pembiayaan konsumen tersebut akan batal demi hukum dan tidak

mempunyai kekuatan mengikat secara hukum, dan kreditur dapat dikenai

Pasal 1365 KUHPerdata karena merupakan perbuatan melawan hukum.

Namun dari hasil penelitian yang penulis peroleh bahwa perjanjian

pembiayaan konsumen yang dibuat oleh pihak Bima Finance cabang

Surakarta dan telah disetujui serta ditandatangani debitur tidak demikian

adanya. Bahwa perjanjian yang disepakati kedua belah pihak sudah mengacu

pada asas kebebasan berkontrak, asas keseimbangan, dan asas

proporsionalitas serta tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Ditinjau dari Peraturan mengenai lembaga pembiayaan konsumen

yang dikaitkan dengan Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang

Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia, bahwa Peraturan Kapolri Nomor 8

Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia tersebut sudah

sesuai dengan peraturan mengenai lembaga pembiayaan. Secara hukum

administrasi Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan

Eksekusi Jaminan Fidusia tersebut telah memberikan perlindungan hukum

yang kuat bagi kreditur dalam hal proses eksekusi dan memperlancar proses

eksekusi sesuai dengan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia. Selain itu, di dalam Pasal 1238 KUHPerdata

mengenai adanya Surat Peringatan yang diberikan oleh debitur sudah

memberikan dasar hukum yang kuat bagi Peraturan Kapolri tersebut.

Menurut hasil interview terhadap Bapak Joned Indarto S.E, selaku

Branch Manager PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta mengatakan

Page 72: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

bahwa terdapat hambatan internal dan hambatan eksternal dalam upaya

penarikan terhadap kendaraan bermotor roda empat. Hambatan internal

timbul dari permasalahan dalam perusahaan pembiayaan itu sendiri yang

meliputi sistem kinerja yang kurang bagus dari perusahaan pembiayaan

dalam hal ini Bima Finance cabang Surakarta, hambatan-hambatan tersebut

antaralain:

1) debt collector malas dalam melakukan penagihan hutang terhadap

debitur;

2) pihak surveyor kurang mendetail dalam melakukan wawancara

(interview) terhadap debitur sebelum pengajuan aplikasi pembiayaan

disetujui oleh pihak perusahaan pembiayaan; dan

3) kemampuan menghitung yang kurang teliti dari bagian departemen

operation dalam hal pembayaran angsuran pokok hutang dan bunga

debitur yang telah wanprestasi.

Selain itu terdapat pula hambatan-hambatan eksternal yang dapat

menghambat upaya penagihan dan penarikan kendaraan bermotor roda empat

tersebut. Hambatan eksternal terjadi dari debitur itu sendiri, yaitu adanya

perbuatan melawan hukum terhadap kontrak pembiayaan konsumen yang

telah disepakati oleh pihak Bima Finance cabang Surakarta dengan debitur.

Hambatan-hambatan eksternal tersebut meliputi :

1) kendaraan bermotor roda empat sudah berpindah tangan kepada pihak

ketiga yaitu telah dijual;

2) penerima fasilitas pindah alamat (tidak diketahui) dan identitas barang

telah diubah;

3) debitur susah untuk ditemui;

4) kendaraan bermotor roda empat telah digadaikan; dan

5) kendaraan bermotor hilang karena disengaja maupun tidak disengaja.

Apabila kendaraan bermotor roda empat hilang tidak disengaja oleh

debitur misalnya hilang karena dimaling ataupun overmacht, maka hal

tersebut tidak dikatakan sebagai wanprestasi. Langkah penyelesaiannya

adalah PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta akan diganti kerugian oleh

Page 73: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

pihak asuransi karena objek dalam perjanjian telah diasuransikan, sehingga

pihak asuransi yang akan bertanggung jawab dan berkewajiban memberikan

ganti rugi atas objek perjanjian. Namun apabila kendaraan bermotor roda

empat hilang karena disengaja oleh debitur misalnya kendaraan roda empat

hilang karena disewakan pada orang lain, maka tetap dilakukan penagihan

kepada debitur bahwa debitur wajib membayar angsuran pokok hutang dan

bunga sampai lunas, dan Head Collector Bima Finance cabang Surakarta ikut

terjun langsung bekerjasama dengan Debt Collector dan aparat yang berwajib

dalam pencarian kendaraan bermotor roda empat, serta bekerja sama dengan

juru parkir untuk membuat daftar plat nomor kendaraan roda empat yang

telah hilang tersebut. Selanjutnya pihak perusahaan membuat surat

pemblokiran STNK atau BPKB ke Kantor Kepolisian Daerah.

Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka terdapat

penyelesaian kredit macet yang paling ideal yaitu apabila di Bima Finance

cabang Surakarta terjadi hambatan normatif maka pihak perusahaan

pembiayaan (kreditur) dapat dikenai Pasal 1365 KUHPerdata yang

menyatakan bahwa “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa

kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya

menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Penggantian

kerugian tersebut berdasarkan pada adequate theorie yaitu semua sebab yang

menimbulkan akibat harus dihukum. Namun menurut hasil penelitian yang

penulis peroleh bahwa di Bima Finance cabang Surakarta tidak terdapat

hambatan normatif tersebut dan sudah sesuai dengan Undang-Undang yang

berlaku.

Penyelesaian hambatan internal terhadap kredit macet yang timbul

dari PT. Bima Multi Finance adalah pihak-pihak dari dalam perusahaan

pembiayaan konsumen sendiri yang melakukan kesalahan internal, sehingga

pihak yang melakukan kesalahan tersebut mendapat teguran dan sanksi atas

peraturan yang berlaku pada PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta.

Selain itu, mengenai hambatan eksternal yang timbul dari debitur

terhadap penyelesaian kredit macet, maka PT. Bima Multi Finance cabang

Page 74: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Surakarta mempunyai penyelesaian yang paling ideal yaitu dengan cara

penugasan terhadap collector untuk melakukan penekanan kepada debitur

untuk harus tetap membayar angsuran pokok hutang dan bunganya. Apabila

debitur tetap tidak membayar angsuran maka collection departemen segera

melakukan tindakan secara hukum atau jalan litigasi yaitu mengajukan

gugatan perdata terhadap debitur ke pengadilan perdata yang berupa gugatan

wanprestasi berdasarkan Pasal 1243 KUHPerdata dengan tuntutan ganti rugi.

Hubungan kausal antara perbuatan yang dilakukan dengan kerugian

yang terjadi, merupakan syarat dari suatu perbuatan melawan hukum. Untuk

hubungan sebab akibat ada 2 macam teori, yaitu :

1) Condition Sine Qua Non theorie adalah hubungan semua unsur dari

semua akibat adalah sebab. Menurut teori ini orang yang melakukan

perbuatan melawan hukum selalu bertanggung jawab jika perbuatannya

Condition Sine Qua Non menimbulkan kerugian (yang dianggap sebagai

sebab dari pada suatu perubahan adalah semua syarat-syarat yang harus

ada untuk timbulnya akibat).

2) Adequate Veroorzaking adalah semua sebab yang menimbulkan akibat

harus di hukum. Pada teori Adequate Veroorzaking bahwa suatu peristiwa

dianggap sebagai akibat dari suatu peristiwa yang lain, apabila peristiwa

yang pertama secara langsung diakibatkan oleh peristiwa yang kedua dan

menurut pengalaman dalam masyarakat dapat diduga akan terjadi.

Pembatasan mengenai penggantian kerugian wanprestasi menurut

Adequate theorie termuat dalam Pasal 1247 KUHPerdata yang

menentukan: “Siberutang hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi, dan

bunga yang telah, atau sedianya harus dapat diduga sewaktu perikatan

dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan

karena sesuatu tipu daya yang dilakukan olehnya”. Pembatasan

selanjutnya pada Pasal 1248 KUHPerdata: “Bahkan jika hal tidak

dipenuhinya perikatan itu disebabkan karena tipu daya siberhutang,

penggantian biaya, rugi dan bunga sekedar mengenai kerugian yang

diderita oleh siberpiutang dan keuntungan yang terhilang baginya,

Page 75: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tak

dipenuhinya perikatan”. Pasal 1250 KUHPerdata membebankan

pembayaran bunga atas penggantian biaya, rugi, dan bunga dalam hal

terjadinya keterlambatan pembayaran sejumlah uang sedangkan yang

dialami dalam perbuatan melawan hukum tidak mungkin disebabkan

karena tidak dilakukannya pembayaran sejumlah uang yang tidak tepat

pada waktunya.

B. Pembahasan

1. Hubungan Hukum Para Pihak Pembiayaan Konsumen

Dalam suatu transaksi pembiayaan konsumen terdapat 3 (tiga) pihak

yang terlibat antaralain pihak perusahaan pembiayaan yaitu Bima Finance

cabang Surakarta (selaku kreditur), pihak konsumen (selaku debitur) dan pihak

pemasok atau supplier (showroom). Antara ketiga pihak tersebut terdapat suatu

hubungan satu sama lainnya, yang dapat penulis jelaskan sebagai berikut :

1. Hubungan Pihak Perusahaan Pembiayaan (Bima Finance cabang Surakarta)

dengan Pihak Konsumen.

Hubungan antara Bima Finance cabang Surakarta dengan konsumen

adalah hubungan kontraktual dalam hal ini adalah kontrak pembiayaan

konsumen. Dalam hubungan ini pihak pemberi biaya berkedudukan sebagai

kreditur yang berkewajiban utama untuk memberi sejumlah uang untuk

pembelian sesuatu barang konsumsi, sementara pihak konsumen

berkewajiban utama membayar kembali uang tersebut secara cicilan kepada

pihak pemberi biaya, sehingga dalam hal ini konsumen berkedudukan

sebagai debitur. Jadi hubungan kontraktual antara Bima Finance cabang

Surakarta dengan konsumen adalah sejenis perjanjian kredit, sehingga

ketentuan-ketentuan tentang perjanjian kredit dalam KUHPerdata berlaku.

Menurut penulis, konsekuensi yuridis dari perjanjian kredit antara

pihak kreditur yaitu Bima Finance cabang Surakarta dengan debitur

(konsumen) setelah seluruh perjanjian ditandatangani dan dana pembiayaan

Page 76: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

dicairkan, serta kendaraan roda empat sudah diserahkan oleh pihak supplier

kepada konsumen, maka kendaraan roda empat yang bersangkutan menjadi

milik konsumen, walaupun kemudian barang tersebut dijadikan jaminan

hutang lewat perjanjian fidusia. Karena adanya perjanjian fidusia ini maka

seluruh dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan kendaraan yang

bersangkutan akan dipegang oleh Bima Finance cabang Surakarta, dalam

hal ini penyediaan dana hingga kredit lunas.

2. Hubungan Pihak Konsumen dengan Supplier (Showroom)

Antara pihak konsumen dengan pihak supplier (showroom) terdapat

suatu hubungan jual beli, dalam hal ini jual beli bersyarat, dimana pihak

supplier (showroom) selaku penjual menjual barang kepada pihak

konsumen selaku pembeli, dengan syarat bahwa harga akan dibayar oleh

pihak ketiga yaitu pihak perusahaan pembiayaan (Bima Finance cabang

Surakarta). Syarat tersebut mempunyai arti bahwa apabila karena alasan

apapun pihak perusahaan pembiayaan tidak dapat menyediakan dananya,

maka jual beli antara pihak supplier (showroom) dengan pihak konsumen

sebagai pembeli akan batal.

3. Hubungan Perusahaan Pembiayaan (Bima Finance cabang Surakarta)

dengan Supplier (Showroom)

Antara Bima Finance cabang Surakarta sebagai penyedia dana

dengan supplier (showroom) tidak mempunyai sesuatu hubungan hukum

yang khusus, kecuali pihak penyedia dana hanyalah pihak ketiga yang

disyaratkan, yaitu disyaratkan untuk menyediakan dana yang digunakan

dalam perjanjian antara pihak supplier (showroom) dengan pihak

konsumen. Apabila pihak penyedia dana wanprestasi dalam menyediakan

dananya sementara kontrak jual beli maupun kontrak pembiayaan

konsumen telah selesai dilakukan, jual beli bersyarat antara pihak supplier

dengan konsumen akan batal, dan konsumen dapat menggugat pihak

penyedia dana karena wanprestasi.

Menurut Bapak Bayu Firdaus selaku Supervisor Merketing PT.

Bima Multi Finance cabang Surakarta, antara perusahaan pembiayaan dan

Page 77: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

supplier (showroom) memang biasanya memiliki perjanjian, namun

perjanjian tersebut hanya berisikan kesediaan supplier (showroom) untuk

menyediakan kendaraan bermotor roda empat bagi konsumen dan

ketentuan untuk menyerahkan Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor

(BPKB).

2. Hak dan Kewajiban Para Pihak Pembiayaan Konsumen

Apabila kedua belah pihak antara debitur dengan pihak Bima Finance

cabang surakarta telah terjadi kesepakatan, maka dari kesepakatan tersebut akan

menimbulkan suatu hak dan kewajiban diantara para pihaknya. Kewajiban dan

hak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Hak dan kewajiban Bima Finance cabang Surakarta

Kewajiban Bima Finance cabang Surakarta adalah memberikan

fasilitas dana yang dibutuhkan kosumen untuk pembelian kendaraan

bermotor roda empat yang diinginkan melalui supplier (showroom), dan

melakukan pembayaran secara lunas pada supplier (showroom). Sedangkan

hak-hak Bima Finance cabang Surakarta meliputi:

1) Hak Bima Finance cabang Surakarta untuk mendapatkan kembali uang

yang telah dikeluarkannya untuk debitur dan mendapatkan bunga atas

jasanya dari biaya yang telah dikeluarkannya; dan

2) Hak Bima Finance cabang Surakarta apabila debitur tidak dapat

memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran dari barang yang

telah dijadikan objek pembiayaan konsumen, maka kreditur dapat

menuntut kembali barangnya yang belum dibayar oleh debitur dalam

tenggang waktu tiga bulan (90 hari).

b. Hak dan Kewajiban Supplier (Showroom)

Selain hak da kewajiban yang ada pada Bima Finace cabang

Surakarta diatas, supplier (showroom) juga memiliki peran penting dalam

kontrak pembiayaan konsumen, karena supplier (showroom) merupakan

pihak yang menyediakan barang yang dijadikan objek pembiayaan

konsumen. Supplier (showroom) juga mempunyai hak dan kewajiban yang

Page 78: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

sama pentingnya. Hak supplier (showroom) adalah menerima pembayaran

kembali secara tunai atas barang yang dijadikan objek pembiayaan

konsumen dari Bima Finance cabang Surakarta. Kewajiban supplier

(showroom) antara lain :

1) Menyerahkan kendaraan roda empatnya itu kepada debitur; dan

2) Kendaraan roda empat yang harus dibalik nama, mengurus balik nama

kendaraan tersebut yang akan dibeli oleh konsumen.

c. Hak dan Kewajiban Debitur (Konsumen)

Debitur sebagai pihak yang berhubungan dengan Bima Finance

cabang Surakarta (kreditur) dan supplier (showroom) mempunyai hak

mendapatkan kendaraan bermotor roda empat yang diinginkannya dari

supplier (showroom) dan menikmati barang yang di kreditnya tersebut.

Kemudian dari hak yang timbul tersebut, debitur mempunyai kewajiban

antaralain:

1) membayar harga dari objek perjanjian kepada PT. Bima Multi Finance

cabang Surakarta menurut waktu dan tempat yang telah disepakati

dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Hal ini sesuai dengan

ketentuan Pasal 1513 KUHPerdata yang menyatakan kewajiban utama

si pembeli ialah membayar harga pembelian, pada waktu dan tempat

sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian dan bilamana hal itu tidak

ditetapkan dalam perjanjian, maka menurut Pasal 1514 KUHPerdata

yang bunyinya adalah jika pada waktu membuat perjanjian tidak

ditetapkan tentang itu, si pembeli harus membayar ditempat dan waktu

dimana penyerahan harus dilakukan, dalam hal tidak ada ketentuan

mengenai penyerahan, maka penyerahan dilakukan ditempat dimana

barang berada pada saat perjanjian beli sewa dibuat, dalam hal lainnya

pembayaran dilakukan ditempatkan dimana perjanjian dibuat.

2) Debitur mempunyai kewajiban untuk merawat objek perjanjian

pembiayaan konsumen dengan biaya sendiri. Pada akhir masa angsuran

debitur mempunyai hak untuk mendapatkan hak kepemilikan atas

barang yaitu penyerahan Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB)

Page 79: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

oleh Bima Finance cabang Surakarta atas kendaraan bermotor roda

empatnya.

Dalam melaksanakan bisnis pembiayaan konsumen oleh Bima Finance

cabang Surakarta ini, tidak berarti bahwa bisnis pembiayaan ini lancar-lancar

saja dan tidak mempunyai risiko serta kendala sama sekali dalam proses

pembiayaannya. Sebagai salah satu kendala adalah tidak melaksanakan

kewajiban oleh konsumen (wanprestasi) yaitu kredit macet yang masih sering

terjadi di setiap lembaga pembiayaan konsumen, terutama Bima Finance

cabang Surakarta. Untuk meminimalisir adanya kasus wanprestasi oleh

konsumen di Bima Finance cabang Surakarta, maka dalam setiap perjanjian

pembiayaan konsumen harus dicantumkan adanya suatu jaminan yang

ditanggungkan kepada debitur.

Jaminan-jaminan yang dapat diberikan dalam transaksi pembiayaan

konsumen ini pada dasarnya sama dengan jaminan terhadap perjanjian kredit

bank biasa, khususnya kredit konsumsi, walaupun hanya beberapa saja di

antaranya yang lazim dipraktekkan untuk pembiayaan konsumen. Menurut

Bayu Firdaus, SPV Marketing PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta

mengatakan bahwa jaminan-jaminan hutang untuk pembiayaan konsumen yang

seringkali dipraktekkan dapat dibagi antaralain:

a. Jaminan Utama

Pada PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta sebagai jaminan

utama yang diberikan oleh debitur (konsumen) adalah kepercayaan dari

kreditur pada debitur (konsumen), bahwa pihak konsumen dapat dipercaya

dan sanggup membayar angsuran pokok hutang dan bunga yang telah

disepakati dalam perjanjian. Jadi disini prinsip-prinsip pemberian kredit

berlaku, yaitu prinsip 5C (Collateral, Capacity, Character, Capital, dan

Condition of Economic) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Character (Karakter)

Adalah adanya keyakinan dari PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta bahwa debitur mempunyai moral, watak ataupun sifat yang

dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang debitur, baik yang

Page 80: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti

cara hidup atau gaya hidup yang dianut dalam keluarga. Oleh karena itu

pihak surveyor PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta mengadakan

penyelidikan secara mendalam dengan jalan mencari informasi dari

orang-orang yang berada dalam lingkungan pergaulannya dan hal tersebut

akan sangat berpengaruh pada pelunasan hutangnya.

2) Capital (Modal)

Yaitu semua harta benda yang dimiliki debitur, dapat dilihat dari

Pajak Bumi Bangunan, rekening listrik, rekening tabungan suami beserta

istri, rekening telepon, sehingga debitur mampu pembayaran

kewajibannya.

3) Capacity (kemampuan)

Yaitu dipergunakan secara analisa debitur untuk membayar

angsuran tiap bulan, antara lain dengan menganalisa dari hasil

penghasilan debitur, artinya pendapatan yang di peroleh debitur tersebut

dapat membayar angsuran setiap bulannya sampai berakhirnya masa

perjanjian yang telah disepakati.

4) Condition of Economic (Kondisi Ekonomi)

Yaitu di pergunakan untuk menganalisa dan mengetahui keadaan

jangka panjang ekonomi debitur, apakah mampu menyelesaikan

pembayaran angsuran sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.

5) Collateral (Jaminan)

Yaitu dipergunakan untuk analisa dalam menjaga debitur yang

memiliki karakter yang baik tetapi secara kemampuan finansial kurang

maka perlu dimintakan tambahan jaminan berupa jaminan sebanding

dengan pembiayaan.

b. Jaminan Pokok

Sebagai jaminan pokok yang diberikan pihak Bima Finance cabang

Surakarta kepada debitur adalah barang yang dibeli dengan dana tersebut.

Jika dana tersebut diberikan misalnya untuk membeli mobil, maka mobil

yang bersangkutan menjadi jaminan pokoknya. Jaminan tersebut dibuat

Page 81: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

dalam bentuk fidusia. Karena adanya fidusia ini maka biasanya seluruh

dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan

akan dipegang oleh pihak kreditur yaitu Bima Finance cabang Surakarta

hingga kredit lunas.

c. Jaminan Tambahan

Selain jaminan utama dan jaminan pokok yang diberikan PT. Bima

Multi Finance cabang Surakarta kepada debitur, ada juga jaminan tambahan

terhadap transaksi pembiayaan konsumen ini. Jaminan tambahan berupa

pengakuan hutang (Promissory Notes) dan kuasa menjual barang. Disamping

itu, sering juga dimintakan persetujuan istri atau suami untuk konsumen

pribadi.

3. Upaya Penyelesaian Kredit Macet dan Hambatan-hambatannya

Menurut hasil wawancara dengan Joned Indarto S.E, selaku kepala

cabang PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta, penyelesaian kredit macet

dalam kontrak pembiayaan konsumen dapat ditempuh dengan dua cara yaitu

dengan cara non litigasi dan litigasi. Upaya-upaya penyelesaian kredit macet

dengan jalan non litigasi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

a. Upaya Preventif

Gambaran umum mengenai tindakan untuk mengantisipasi

munculnya kredit macet yang dilakukan oleh Bima Finance cabang

Surakarta kepada konsumennya adalah dari semua persyaratan-persyaratan

administrasi aplikasi pembiayaan dan tindakan survey yang dilakukan oleh

Credit Marketing Officer (CMO) dan bagian surveyor, seharusnya akan

terlihat tingkat kemampuan keuangan pemohon, namun selain dari

tindakan itu Bima Finance cabang Surakarta juga melakukan foto terlebih

dahulu terhadap kendaraan bermotor roda empat yang akan dibiayai, cek

terhadap Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) juga dilakukan di

Polisi Daerah (Polda) khususnya untuk kendaraan bekas untuk mengetahui

apakah BPKB tersebut benar atau tidak.

b. Early Warning

Page 82: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Upaya awal yang dilakukan Bima Finance cabang Surakarta dalam

menangani kredit macet yang dilakukan oleh debitur wanprestasi adalah

memberikan surat peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 1

(satu) bulan dengan tujuan meminta tanggung jawab dan itikad baik

menyelesaikan kewajiban pembayaran pokok angsuran dan/atau bunga.

Perincian pemberian Surat Peringatan (Somasi) meliputi:

1) Kirimkan SOMASI I dengan disertai undangan untuk datang ke

kantor. Pertama Operation Departemen memberitahukan kepada

Collection Departement untuk melakukan penagihan angsuran ke

rumah debitur dengan diberi surat peringatan (somasi) dan form survey

ulang guna memastikan apakah kesalahan tersebut terjadi karena faktor

intern (tidak dilakukan survey atau data dimanipulasi) atau memang

kesalahan debitur yang bersangkutan. Hasil survey ulang dilaporkan

kepada Marketing Departemen. Apabila kesalahan karena faktor intern

maka diteruskan kepada Operation Departemen untuk diberikan sanksi

yang sesuai dengan peraturan perusahaan. Apabila kesalahan

merupakan kesalahan dari debitur maka ditindak lanjuti oleh bagian

Collection.

2) Apabila tidak ada respon baik maka kirimkan SOMASI II dengan

disertai undangan untuk datang ke kantor. Dalam hal ini, Operation

Departemen harus menganalisa penyebab keterlambatan pembayaran

angsuran, termasuk posisi mobil dan keberadaan debitur apakah masih

berada di tempat tinggalnya.

3) Apabila tidak ada respon maka kirimkan SOMASI III dengan disertai

undangan untuk datang ke kantor. Hal ini merupakan peringatan bagi

team Collection harus melakukan kunjungan yang lebih intensif untuk

mengecek lebih lanjut keberadaan debitur dan posisi mobil. Operation

Departemen harus mengecek secara jelas siapa yang menerima surat

peringatan tersebut.

c. Upaya untuk melakukan negosiasi

Page 83: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Apabila Surat Peringatan satu (1) sampai terakhir sudah sampai

ditangan debitur, tetapi dalam jangka waktu lebih dari tiga (3) bulan tidak

ada respon dari debitur untuk membayar angsuran pokok hutang dan bunga

serta kendaraan bermotor roda empat masih berada ditangan debitur, maka

operation departemen mengeluarkan Surat Tugas Penarikan (STP) untuk

kendaraan bermotor roda empat sebagai dasar collector melakukan

penarikan. Hal ini dilakukan oleh Bima Finance cabang Surakarta sebagai

pengamanan aset (penitipan unit) selama dua (2) minggu. Proses penarikan

dilakukan dengan pendekatan yang baik terhadap debitur, apabila tidak

dapat dilakukan pendekatan kepada debitur maka dilakukan negoisasi

secara kekeluargaan dan bila perlu melibatkan RT atau RW atau Kepala

Desa. Selanjutnya, apabila debitur dalam jangka waktu dua (2) minggu

tidak segera membayar angsuran pokok hutang dan bunga yang sudah

jatuh tempo tersebut maka akan dilakukan proses pelelangan disertai

dengan surat pemberitahuan lelang terhadap debitur.

Dalam hal melaksanakan upaya-upaya untuk menyelesaikan kredit

macet tersebut tidak dapat dipungkiri terdapat hambatan-hambatan yang

mengganggu atau menghambat upaya yang dilakukan oleh perusahaan

pembiayaan konsumen yaitu Bima Finance cabang Surakarta. Hambatan-

hambatan tersebut meliputi hambatan normatif, hambatan internal maupun

hambatan eksternal.

Hambatan normatif merupakan hambatan yang timbul dari peraturan

mengenai lembaga pembiayaan dan perjanjian pembiayaan konsumen yang

berlaku. Peraturan mengenai lembaga pembiayaan tersebut dikaitkan dengan

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ini

berlaku apabila perusahaan pembiayaan konsumen melanggar kewajiban dan

larangan peraturan perundang-undangan secara perdata yang dapat merugikan

konsumen. Pada Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan terdapat 8 negatif list klausula

Page 84: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

baku yang dilarang bagi pelaku usaha untuk diterapkan pada konsumen di

antaranya yaitu :

a) Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen;

c) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

d) Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan

sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara

angsuran;

e) Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli konsumen;

f) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa;

g) Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan

baru, tambahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam

masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; dan

h) Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk

pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang

yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Menurut hasil penelitian yang penulis peroleh bahwa pada perjanjian

pembiayaan konsumen yang dibuat oleh pihak kreditur dan debitur tersebut

tidak terdapat pelanggaran-pelanggaran negatif list yang tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal

ini terlihat dari itikad baik dari Bima Finance cabang Surakarta dalam

pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen. Bima Finance cabang Surakarta

telah mematuhi Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen bahwa pihak perusahaan pembiayaan sebelum

mengadakan kontrak perjanjian tersebut telah menjelaskan isi dari perjanjian

pembiayaan konsumen apabila debitur berkehendak ingin dibacakan perjanjian

Page 85: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

tersebut sehingga debitur yang akan mengadakan aplikasi kredit memahami isi

yang tercantum dalam perjanjian.

Ditinjau dari asas kebebasan berkontrak bahwa perjanjian pembiayaan

konsumen tersebut sudah sesuai dengan batasan-batasan yang ada di dalam

asas kebebasan berkontrak yaitu tidak bertentangan dengan Undang-Undang,

ketertiban umum dan kesusilaan sehingga pelaksanaan perjanjian pembiayaan

konsumen tersebut sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang

bertanggungjawab. Hal ini dapat dilihat dari fase pra kontraktual bahwa Bima

Finance cabang Surakarta setelah menjelaskan isi dari perjanjian baku tersebut

telah menawarkan kepada konsumen apakah konsumen bersedia

menandatangani perjanjian pembiayaan konsumen tersebut atau tidak. Apabila

konsumen tidak bersedia menandatangani kontrak pembiayaan dan tidak

menyetujui isi kontrak pembiayaan tersebut maka Bima Finance tidak

memaksa debitur untuk menandatanginya dan debitur bebas untuk

menggunakan hak nya tersebut sehingga tidak melanggar hak-hak yang

terdapat dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

Selain itu, ditinjau dari asas keseimbangan dan asas proporsionalitas

bahwa dalam melaksanakan perjanjian harus ada keseimbangan hak dan

kewajiban dari masing-masing pihak sesuai dengan yang diperjanjikan. Asas

keseimbangan menghendaki kedua pihak untuk memenuhi dan melaksanakan

perjanjian pembiayaan konsumen tersebut. Kreditur mempunyai kekuatan

untuk menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, selain itu kreditur

memikul beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dapat

dilihat bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya

untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur

seimbang. Asas proporsionalitas sangat berorientasi pada konteks hubungan

dan kepentingan para pihak, yaitu antara hak dan kewajiban para pihak harus

sesuai dengan proporsi atau bagiannya.

Apabila dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen yang

ditinjau dari asas kebebasan berkontrak, asas keseimbangan, dan asas

Page 86: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

proporsionalitas masih ada penyimpangan dan bertentangan dengan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka

perjanjian pembiayaan konsumen tersebut akan batal demi hukum dan tidak

mempunyai kekuatan mengikat secara hukum, dan kreditur dapat dikenai Pasal

1365 KUHPerdata karena merupakan perbuatan melawan hukum. Namun dari

hasil penelitian yang penulis peroleh bahwa perjanjian pembiayaan konsumen

yang dibuat oleh pihak Bima Finance cabang Surakarta dan telah disetujui serta

ditandatangani debitur tidak demikian adanya. Bahwa perjanjian yang

disepakati kedua belah pihak sudah mengacu pada asas kebebasan berkontrak,

asas keseimbangan, dan asas proporsionalitas serta tidak bertentangan dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Ditinjau dari Peraturan mengenai lembaga pembiayaan konsumen yang

dikaitkan dengan Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan

Eksekusi Jaminan Fidusia, bahwa Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011

tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia tersebut sudah sesuai dengan

peraturan mengenai lembaga pembiayaan. Secara hukum administrasi

Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi

Jaminan Fidusia tersebut telah memberikan perlindungan hukum yang kuat

bagi kreditur dalam hal proses eksekusi dan memperlancar proses eksekusi

sesuai dengan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

Jaminan Fidusia. Selain itu, di dalam Pasal 1238 KUHPerdata mengenai

adanya Surat Peringatan yang diberikan oleh debitur sudah memberikan dasar

hukum yang kuat bagi Peraturan Kapolri tersebut.

Menurut hasil interview terhadap Bapak Joned Indarto S.E, selaku

Branch Manager PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta mengatakan

bahwa terdapat hambatan internal dan hambatan eksternal dalam upaya

penarikan terhadap kendaraan bermotor roda empat. Hambatan internal timbul

dari permasalahan dalam perusahaan pembiayaan itu sendiri yang meliputi

sistem kinerja yang kurang bagus dari perusahaan pembiayaan dalam hal ini

Bima Finance cabang Surakarta, hambatan-hambatan tersebut antaralain :

1) debt collector malas dalam melakukan penagihan hutang terhadap debitur;

Page 87: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

2) pihak surveyor kurang mendetail dalam melakukan wawancara (interview)

terhadap debitur sebelum pengajuan aplikasi pembiayaan disetujui oleh

pihak perusahaan pembiayaan; dan

3) kemampuan menghitung yang kurang teliti dari bagian departemen

operation dalam hal pembayaran angsuran pokok hutang dan bunga debitur

yang telah wanprestasi.

Selain itu terdapat pula hambatan-hambatan eksternal yang dapat

menghambat upaya penagihan dan penarikan kendaraan bermotor roda empat

tersebut. Hambatan eksternal terjadi dari debitur itu sendiri, yaitu adanya

perbuatan melawan hukum terhadap kontrak pembiayaan konsumen yang telah

disepakati oleh pihak Bima Finance cabang Surakarta dengan debitur.

Hambatan-hambatan eksternal tersebut meliputi :

1) kendaraan bermotor roda empat sudah berpindah tangan kepada pihak

ketiga yaitu telah dijual;

2) penerima fasilitas pindah alamat (tidak diketahui) dan identitas barang telah

diubah;

3) debitur susah untuk ditemui;

4) kendaraan bermotor roda empat telah digadaikan; dan

5) kendaraan bermotor hilang karena disengaja maupun tidak disengaja.

Apabila kendaraan bermotor roda empat hilang tidak disengaja oleh

debitur misalnya hilang karena dimaling ataupun overmacht, maka hal tersebut

tidak dikatakan sebagai wanprestasi. Langkah penyelesaiannya adalah PT.

Bima Multi Finance cabang Surakarta akan diganti kerugian oleh pihak

asuransi karena objek dalam perjanjian telah diasuransikan, sehingga pihak

asuransi yang akan bertanggung jawab dan berkewajiban memberikan ganti

rugi atas objek perjanjian. Namun apabila kendaraan bermotor roda empat

hilang karena disengaja oleh debitur misalnya kendaraan roda empat hilang

karena disewakan pada orang lain, maka tetap dilakukan penagihan kepada

debitur bahwa debitur wajib membayar angsuran pokok hutang dan bunga

sampai lunas, dan Head Collector Bima Finance cabang Surakarta ikut terjun

langsung bekerjasama dengan Debt Collector dan aparat yang berwajib dalam

Page 88: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

pencarian kendaraan bermotor roda empat, serta bekerja sama dengan juru

parkir untuk membuat daftar plat nomor kendaraan roda empat yang telah

hilang tersebut. Selanjutnya pihak perusahaan membuat surat pemblokiran

STNK atau BPKB ke Kantor Kepolisian Daerah.

Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka terdapat penyelesaian

kredit macet yang paling ideal yaitu apabila di Bima Finance cabang Surakarta

terjadi hambatan normatif maka pihak perusahaan pembiayaan (kreditur) dapat

dikenai Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Tiap perbuatan

melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan

orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian

tersebut”. Penggantian kerugian tersebut berdasarkan pada adequate theorie

yaitu semua sebab yang menimbulkan akibat harus dihukum. Namun menurut

hasil penelitian yang penulis peroleh bahwa di Bima Finance cabang Surakarta

tidak terdapat hambatan normatif tersebut dan sudah sesuai dengan Undang-

Undang yang berlaku.

Penyelesaian hambatan internal terhadap kredit macet yang timbul dari

PT. Bima Multi Finance adalah pihak-pihak dari dalam perusahaan

pembiayaan konsumen sendiri yang melakukan kesalahan internal, sehingga

pihak yang melakukan kesalahan tersebut mendapat teguran dan sanksi atas

peraturan yang berlaku pada PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta.

Selain itu, mengenai hambatan eksternal yang timbul dari debitur

terhadap penyelesaian kredit macet, maka PT. Bima Multi Finance cabang

Surakarta mempunyai penyelesaian yang paling ideal yaitu dengan cara

penugasan terhadap collector untuk melakukan penekanan kepada debitur

untuk harus tetap membayar angsuran pokok hutang dan bunganya. Apabila

debitur tetap tidak membayar angsuran maka collection departemen segera

melakukan tindakan secara hukum atau jalan litigasi yaitu mengajukan gugatan

perdata terhadap debitur ke pengadilan perdata yang berupa gugatan

wanprestasi berdasarkan Pasal 1243 KUHPerdata dengan tuntutan ganti rugi.

Page 89: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Hubungan kausal antara perbuatan yang dilakukan dengan kerugian

yang terjadi, merupakan syarat dari suatu perbuatan melawan hukum. Untuk

hubungan sebab akibat ada 2 macam teori, yaitu :

1) Condition Sine Qua Non theorie adalah hubungan semua unsur dari

semua akibat adalah sebab. Menurut teori ini orang yang melakukan

perbuatan melawan hukum selalu bertanggung jawab jika perbuatannya

Condition Sine Qua Non menimbulkan kerugian (yang dianggap sebagai

sebab dari pada suatu perubahan adalah semua syarat-syarat yang harus

ada untuk timbulnya akibat).

2) Adequate Veroorzaking adalah semua sebab yang menimbulkan akibat

harus di hukum. Pada teori Adequate Veroorzaking bahwa suatu peristiwa

dianggap sebagai akibat dari suatu peristiwa yang lain, apabila peristiwa

yang pertama secara langsung diakibatkan oleh peristiwa yang kedua dan

menurut pengalaman dalam masyarakat dapat diduga akan terjadi.

Pembatasan mengenai penggantian kerugian wanprestasi menurut

Adequate theorie termuat dalam Pasal 1247 KUHPerdata yang

menentukan: “Siberutang hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi, dan

bunga yang telah, atau sedianya harus dapat diduga sewaktu perikatan

dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan

karena sesuatu tipu daya yang dilakukan olehnya”. Pembatasan

selanjutnya pada Pasal 1248 KUHPerdata: “Bahkan jika hal tidak

dipenuhinya perikatan itu disebabkan karena tipu daya siberhutang,

penggantian biaya, rugi dan bunga sekedar mengenai kerugian yang

diderita oleh siberpiutang dan keuntungan yang terhilang baginya,

hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tak

dipenuhinya perikatan”. Pasal 1250 KUHPerdata membebankan

pembayaran bunga atas penggantian biaya, rugi, dan bunga dalam hal

terjadinya keterlambatan pembayaran sejumlah uang sedangkan yang

dialami dalam perbuatan melawan hukum tidak mungkin disebabkan

karena tidak dilakukannya pembayaran sejumlah uang yang tidak tepat

pada waktunya.

Page 90: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Upaya penyelesaian kredit macet dalam kontrak pembiayaan konsumen

dapat ditempuh dengan dua cara yaitu dengan cara non litigasi dan litigasi.

Upaya-upaya penyelesaian kredit macet dengan jalan non litigasi dapat

dilakukan dengan cara antara lain upaya preventif yaitu tindakan untuk

mengantisipasi munculnya kredit macet yang dilakukan oleh Bima Finance

cabang Surakarta kepada konsumennya melalui tindakan survey yang

dilakukan oleh Credit Marketing Officer (CMO) dan bagian surveyor, cek

terhadap Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) juga dilakukan di

Polisi Daerah. Upaya penyelesaian yang kedua adalah melalui upaya early

warning merupakan upaya awal yang dilakukan Bima Finance cabang

Surakarta dalam menangani kredit macet adalah memberikan surat peringatan

(somasi) sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 1 (satu) bulan dengan

tujuan meminta tanggung jawab dan itikad baik menyelesaikan kewajiban

pembayaran pokok angsuran dan/atau bunga. Upaya lainnya adalah upaya

untuk melakukan negosiasi yaitu operation departemen mengeluarkan Surat

Tugas Penarikan (STP) untuk kendaraan bermotor roda empat sebagai dasar

collector melakukan penarikan. Hal ini dilakukan oleh Bima Finance sebagai

pengamanan aset selama 2 (dua) minggu. Proses penarikan dilakukan dengan

pendekatan yang baik terhadap debitur, apabila tidak dapat dilakukan

pendekatan kepada debitur maka dilakukan negosiasi secara kekeluargaan dan

melibatkan RT atau RW atau Kepala Desa. Apabila debitur dalam jangka

waktu 2 (dua) minggu tidak membayar angsuran yang sudah jatuh tempo

Page 91: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

tersebut maka akan dilakukan proses pelelangan disertai dengan surat

pemberitahuan lelang terhadap debitur.

2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam upaya menangani kredit macet

karena debitur wanprestasi meliputi hambatan normatif, hambatan internal

maupun hambatan eksternal. Hambatan normatif adalah hambatan yang

bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku, yaitu Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan belum sesuai

terhadap asas kebebasan berkontrak, asas keseimbangan dan asas

proporsionalitas. Apabila dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen

yang ditinjau dari asas kebebasan berkontrak, asas keseimbangan, dan asas

proporsionalitas masih ada penyimpangan dan bertentangan dengan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka

perjanjian pembiayaan konsumen tersebut akan batal demi hukum dan tidak

mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Namun dari hasil penelitian

yang penulis peroleh bahwa perjanjian pembiayaan konsumen yang dibuat oleh

pihak Bima Finance cabang Surakarta dan telah disetujui serta ditandatangani

debitur tidak demikian adanya. Bahwa perjanjian yang disepakati kedua belah

pihak sudah mengacu pada asas kebebasan berkontrak, asas keseimbangan, dan

asas proporsionalitas serta tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Hambatan internal timbul dari permasalahan dalam Bima Finance cabang

Surakarta itu sendiri, hambatan-hambatan tersebut antaralain: debt collector

malas dalam melakukan penagihan hutang terhadap debitur; pihak surveyor

kurang mendetail dalam melakukan wawancara terhadap debitur sebelum

pengajuan aplikasi pembiayaan disetujui oleh pihak perusahaan pembiayaan;

dan kemampuan menghitung yang kurang teliti dari bagian departemen

operation dalam pembayaran angsuran pokok hutang dan bunga debitur.

Selain itu, terdapat pula hambatan-hambatan eksternal yaitu hambatan

yang terjadi dari debitur. Hambatan-hambatan eksternal tersebut meliputi:

kendaraan bermotor roda empat sudah berpindah tangan kepada pihak ketiga

yaitu telah dijual; penerima fasilitas pindah alamat dan identitas barang telah

Page 92: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

diubah; debitur susah untuk ditemui; kendaraan bermotor roda empat telah

digadaikan; dan kendaraan bermotor hilang karena disengaja maupun tidak

disengaja.

Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka terdapat penyelesaian

kredit macet yang paling ideal yaitu apabila di Bima Finance cabang Surakarta

terjadi hambatan normatif maka pihak perusahaan pembiayaan (kreditur) dapat

dikenai Pasal 1365 KUHPerdata karena termasuk perbuatan melawan hukum.

Namun menurut hasil penelitian yang penulis peroleh bahwa di Bima Finance

cabang Surakarta tidak terdapat hambatan normatif tersebut dan sudah sesuai

dengan Undang-Undang yang berlaku. Penyelesaian hambatan internal

terhadap kredit macet yang timbul dari Bima Finance cabang Surakarta adalah

pihak-pihak dari dalam perusahaan pembiayaan konsumen yang melakukan

kesalahan intern, mendapat teguran dan sanksi atas peraturan yang berlaku

pada Bima Finance cabang Surakarta. Hambatan eksternal yang timbul dari

debitur, maka penyelesaian yang paling ideal oleh Bima Finance cabang

Surakarta adalah dengan penugasan terhadap collector untuk melakukan

penekanan kepada debitur untuk harus membayar angsuran. Apabila debitur

tetap tidak membayar angsuran maka collection departemen segera melakukan

tindakan secara hukum yaitu mengajukan gugatan perdata terhadap debitur ke

pengadilan perdata yang berupa gugatan wanprestasi berdasarkan Pasal 1243

KUHPerdata dengan tuntutan ganti rugi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis dapat mengemukakan

saran-saran sebagai berikut :

Upaya penyelesaian kredit macet supaya mendapatkan hasil yang win-win

solution adalah bagi debitur agar mengembalikan objek pembiayaan apabila tidak

dapat melunasi angsuran pokok hutang dan bunganya, karena hal itu sudah

menjadi kewajiban dari debitur yang tercantum dalam perjanjian pembiayaan

konsumen. Namun apabila debitur tetap ingin memiliki objek pembiayaan

tersebut, maka debitur harus tetap membayar angsuran pokok hutang beserta

Page 93: TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET KARENA …/Tinjauan... · Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh ... KARENA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

bunga sesuai yang tercantum dalam perjanjian pembiayaan konsumen yang dibuat

kedua belah pihak dengan permintaan permohonan pengurangan bunga. Sehingga

dapat dihasilkan upaya penyelesaian kredit macet yang win-win solution.

Bagi kreditur yaitu PT. Bima Multi Finance cabang Surakarta harus lebih

hati-hati dalam melakukan aplikasi pembiayaan dengan memperhatikan sistem

kinerja masing-masing bagian di perusahaannya terutama pada bagian surveyor

harus lebih mendetail dalam melakukan wawancara kepada konsumen yang akan

mengajukan aplikasi kredit dan sebelum melakukan aplikasi pembiayaan harus

lebih diperhatikan lagi mengenai prinsip 5C (Character, Capital, Capacity,

Condition of Economic dan Collateral) sehingga tidak terjadi kredit macet karena

debitur wanprestasi.