tinjauan kritis terhadap asas ideologi sosialisme dan kapitalisme

14
1 TINJAUAN KRITIS TERHADAP ASAS IDEOLOGI SOSIALISME DAN KAPITALISME Oleh : Muhammad Shiddiq Al Jawi 1. Pendahuluan Di tengah berbagai gejolak politik dan ekonomi praktis yang terjadi dalam skala lokal dan global, pengkajian kritis terhadap ideologi sosialisme dan kapitalisme tetaplah urgen bagi umat Islam. Terhadap sosialisme, mestilah dinyatakan bahwa keruntuhan Uni Soviet awal dekade 90-an bukan berarti akhir absolut dari sosialisme. Kematian sosialisme bukanlah kematian biologis seperti kematian hewan yang mustahil hidup kembali. Sosialisme hanya mengalami kematian ideologis. Secara demikian sosialisme memiliki daya potensial untuk hidup kembali lagi ke muka bumi, selama masih ada individu atau kelompok yang mengimani sosialisme serta mengupayakan implementasinya dalam praktik kehidupan manusia. Karena itu, studi kritis atas sosialisme bukanlah hal yang tidak kontekstual, melainkan justru urgen untuk memadamkan sisa-sisa api yang kini masih menyala dalam reruntuhan dan puing sosialisme. Terhadap kapitalisme, studi kritis terhadapnya tentu lebih urgen lagi, sebab setelah runtuhnya Uni Soviet, hegemoni ideologi kapitalisme semakin menguat dan merajalela tanpa lawan yang berarti dalam panggung politik internasional. Di sinilah muncul urgensitas studi kritis kapitalisme, sebab kapitalisme telah mewabah dan mendominasi umat manusia di seluruh dunia dengan berbagai implikasi buruknya. Karena itu, hancurnya kapitalisme bukan sekedar tantangan, melainkan telah menjadi keniscayaan sejarah yang bebannya terpikul pada pundak umat Islam dalam rangka menyelamatkan umat manusia dari penindasan kapitalisme. Dan studi kritis kapitalisme tak diragukan lagi merupakan langkah pertama dari sekian upaya untuk menghancurkan ideologi tersebut. Dibandingkan dengan manuver ekonomi, politik, dan militer untuk meruntuhkan sebuah negara penganut ideologi tertentu, studi kritis terhadap suatu ideologi haruslah didahulukan, sebab manuver-manuver tersebut hanyalah langkah cabang dari langkah pangkalnya, yaitu kritik terhadap ideologi yang menjadi basis bagi segala praktik implementasinya dalam segenap aspek kehidupan. Bagi umat Islam umumnya dan aktivis Islam khususnya, studi kritis ideologi- ideologi asing ini menjadi satu sisi mata uang yang tak terpisah dengan sisi lainnya, yaitu penanaman ideologi Islam ke dalam pikiran dan jiwa umat Islam. Sebab upaya penanaman ideologi Islam tidak akan efektif kalau tak disertai dengan upaya pencabutan ideologi-ideologi asing tersebut dari pikiran dan jiwa umat Islam. Penanaman dan pencabutan adalah dua sejoli yang harus berjalan seiring, tak dapat dipisahkan. Makalah ini menjelaskan kritik terhadap ideologi sosialisme dan kapitalisme, ditinjau dari segi asas yang mendasari masing-masing ideologi. Metode yang digunakan adalah analisis komparasi terhadap asas-asas ideologi sosialisme, kapitalisme, dan Islam, disertai kritik terhadap asas ideologi sosialisme dan kapitalisme berdasarkan bukti rasional-faktual (dalil aqli) dan bukti imani (dalil naqli). 2. Pengertian Ideologi Secara umum, ideologi (Arab : mabda`) menurut Muhammad Muhammad. Ismail dalam Al Fikru Al Islami (1958), adalah "al fikru al asasi tubna alaihi afkaar".

Upload: asseifff

Post on 18-Jun-2015

360 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

1

TINJAUAN KRITIS

TERHADAP ASAS IDEOLOGI SOSIALISME DAN KAPITALISME

Oleh : Muhammad Shiddiq Al Jawi

1. Pendahuluan Di tengah berbagai gejolak politik dan ekonomi praktis yang terjadi dalam

skala lokal dan global, pengkajian kritis terhadap ideologi sosialisme dan kapitalisme

tetaplah urgen bagi umat Islam. Terhadap sosialisme, mestilah dinyatakan bahwa

keruntuhan Uni Soviet awal dekade 90-an bukan berarti akhir absolut dari sosialisme.

Kematian sosialisme bukanlah kematian biologis seperti kematian hewan yang

mustahil hidup kembali. Sosialisme hanya mengalami kematian ideologis. Secara

demikian sosialisme memiliki daya potensial untuk hidup kembali lagi ke muka bumi,

selama masih ada individu atau kelompok yang mengimani sosialisme serta

mengupayakan implementasinya dalam praktik kehidupan manusia. Karena itu, studi

kritis atas sosialisme bukanlah hal yang tidak kontekstual, melainkan justru urgen

untuk memadamkan sisa-sisa api yang kini masih menyala dalam reruntuhan dan

puing sosialisme.

Terhadap kapitalisme, studi kritis terhadapnya tentu lebih urgen lagi, sebab

setelah runtuhnya Uni Soviet, hegemoni ideologi kapitalisme semakin menguat dan

merajalela tanpa lawan yang berarti dalam panggung politik internasional. Di sinilah

muncul urgensitas studi kritis kapitalisme, sebab kapitalisme telah mewabah dan

mendominasi umat manusia di seluruh dunia dengan berbagai implikasi buruknya.

Karena itu, hancurnya kapitalisme bukan sekedar tantangan, melainkan telah menjadi

keniscayaan sejarah yang bebannya terpikul pada pundak umat Islam dalam rangka

menyelamatkan umat manusia dari penindasan kapitalisme. Dan studi kritis

kapitalisme tak diragukan lagi merupakan langkah pertama dari sekian upaya untuk

menghancurkan ideologi tersebut. Dibandingkan dengan manuver ekonomi, politik,

dan militer untuk meruntuhkan sebuah negara penganut ideologi tertentu, studi kritis

terhadap suatu ideologi haruslah didahulukan, sebab manuver-manuver tersebut

hanyalah langkah cabang dari langkah pangkalnya, yaitu kritik terhadap ideologi yang

menjadi basis bagi segala praktik implementasinya dalam segenap aspek kehidupan.

Bagi umat Islam umumnya dan aktivis Islam khususnya, studi kritis ideologi-

ideologi asing ini menjadi satu sisi mata uang yang tak terpisah dengan sisi lainnya,

yaitu penanaman ideologi Islam ke dalam pikiran dan jiwa umat Islam. Sebab upaya

penanaman ideologi Islam tidak akan efektif kalau tak disertai dengan upaya

pencabutan ideologi-ideologi asing tersebut dari pikiran dan jiwa umat Islam.

Penanaman dan pencabutan adalah dua sejoli yang harus berjalan seiring, tak dapat

dipisahkan.

Makalah ini menjelaskan kritik terhadap ideologi sosialisme dan kapitalisme,

ditinjau dari segi asas yang mendasari masing-masing ideologi. Metode yang

digunakan adalah analisis komparasi terhadap asas-asas ideologi sosialisme,

kapitalisme, dan Islam, disertai kritik terhadap asas ideologi sosialisme dan

kapitalisme berdasarkan bukti rasional-faktual (dalil aqli) dan bukti imani (dalil

naqli).

2. Pengertian Ideologi Secara umum, ideologi (Arab : mabda`) menurut Muhammad Muhammad.

Ismail dalam Al Fikru Al Islami (1958), adalah "al fikru al asasi tubna alaihi afkaar".

Page 2: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

2

(pemikiran mendasar yang di atasnya dibangun pemikiran-pemikiran lain).

Pemikiran mendasar ini merupakan pemikiran paling asasi pada manusia, dalam arti

tidak ada lagi pemikiran lain yang lebih dalam atau lebih mendasar daripadanya.

Pemikiran mendasar ini dapat disebut sebagai aqidah, yang merupakan pemikiran

menyeluruh tentang manusia, alam semesta, dan kehidupan. Sedang pemikiran-

pemikiran cabang yang dibangun di atas dasar aqidah tadi, merupakan peraturan bagi

kehidupan manusia (nizham) dalam segala aspeknya seperti politik, ekonomi, sosial,

budaya, dan sebagainya. Gambar berikut menjelaskan pengertian ideologi secara

umum.

Gb. 1. Bagan Ideologi Dalam Pengertian Umum

Agar aqidah tersebut dapat melahirkan aneka peraturan hidup, ia haruslah

bersifat aqliah, atau dapat dikaji dan diperoleh berdasarkan suatu proses berpikir.

Bukan diperoleh melalui jalan taklid tanpa melibatkan proses berpikir. Aqidah yang

semacam ini, disebut aqidah aqliah, yang di atasnya dapat dibangun pemikiran-

pemikiran cabang tentang kehidupan.

Karena itu, dengan ungkapan yang lebih spesifik, ideologi dapat didefinisikan

sebagai “aqidah aqliyah yanbatsiqu ‘anha nizham” (aqidah akliyah yang melahirkan

nizham/peraturan kehidupan) (Taqiyyudin An Nabhani, 1953, Nizham Al Islam, hlm.

22).

Gb.2. Bagan Ideologi Dalam Pengertian Spesifik

Definisi ideologi sebagai “aqidah akliyah yang melahirkan nizham” ini

bersifat umum, dalam arti dapat dipakai dan berlaku untuk ideologi-ideologi dunia

seperti kapitalisme dan sosialisme, dan dapat pula berlaku juga untuk Islam. Sebab

Islam mempunyai sebuah aqidah akliyah, yaitu Aqidah Islamiyah, dan mempunyai

PEMIKIRAN

PEMIKIRAN

CABANG

PEMIKIRAN

DASAR

POLITIK

EKONOM

DLL

NIZHAM

AQIDAH AQLIYAH

Page 3: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

3

peraturan hidup (nizham) yang sempuma, yaitu Syariat Islam.

Dari sisi lain, ideologi tersusun dari fikrah (ideas, thoughts) dan thariqah

(method). Ideologi dari sisi ini ditinjau dari segi: Pertama, konsep/pemikiran murni --

yang semata-mata merupakan penjelasan konseptual tanpa disertai bagaimana metode

menerapkan konsep itu dalam kenyataan— dan Kedua, metodologi yang menjelaskan

bagaimana pemikiran/konsep itu diterapkan secara praktis. Tinjauan ideologi sebagai

kesatuan fikrah-thariqah ini dimaksudkan untuk menerangkan bahwa thariqah adalah

suatu keharusan agar fikrah dapat terwujud. Di samping itu, juga untuk menerangkan

bahwa fikrah dan thariqah suatu ideologi adalah unik. Artinya, setiap ada fikrah dalam

sebuah ideologi, pasti ada thariqah yang khas untuk menerapkan fikrah tersebut, yang

berasal dari ideologi itu sendiri, bukan dari ideologi yang lain.

Fikrah merupakan sekumpulan konsep/pemikiran yang terdiri dari aqidah dan

solusi terhadap masalah manusia. Sedang thariqah –yang merupakan metodologi

penerapan ideologi secara operasional-praktis— terdiri dari penjelasan cara solusi

masalah, cara penyebarluasan ideologi, dan cara pemeliharan aqidah. Jadi, ideologi

ditinjau dari sisi ini adalah gabungan dari fikrah dan thariqah, sebagai satu kesatuan.

(Taqiyyudin An Nabhani, 1953, Nizham Al Islam, hlm. 22-23).

Gb. 3. Ideologi Tersusun Dari Fikrah dan Thariqah

3. Pengertian Aqidah

Karena makalah ini meninjau ideologi dari segi asas, maka akan diperdalam

mengenai apa yang dimaksud dengan aqidah yang menjadi asas sebuah ideologi.

Dalam kamus Al Muhith karya Al Fairuz Abadi, seperti dikutip Muhammad

Husain Abdullah (1990) dalam Dirasat fi Al Fikr Al Islami, aqidah secara bahasa

berasal dari fi’il madhi ‘aqada, yang bermakna syadda (menguatkan atau

mengikatkan). Maka dari itu, kata ‘aqada dapat digunakan untuk menunjukkan

berbagai makna yang intinya mengandung makna ikatan atau penguatan, misalnya

‘aqdu al habl (mengikatkan tali), ‘aqdu al bai’ (mengadakan aqad (“ikatan”) jual-

beli), ‘aqd al ‘ahdi (mengadakan aqad (“ikatan”) perjanjian) dan sebagainya

(Muhammad Husain Abdullah, 1990).

Masih secara bahasa, aqidah dapat pula bermakna ma in’aqada ‘alaihi al

qalbu, yaitu sesuatu yang hati itu terikat padanya (Muhammad Husain Abdullah,

1990). Adapun pengertian in’aqada adalah jazama bihi (hati itu memastikannya) atau

shaddaqahu yaqiniyan (hati itu membenarkannya secara yakin/pasti) (Taqiyuddin An

Nabhani, 1994, Syakhshiyyah Al Islamiyah, Juz I, hlm. 191).

NIZHAM

AQIDAH

CARA PEMELIHARAAN AQIDAH

SOLUSI MASALAH

PENJELASAN CARA SOLUSI MASALAH

CARA PENYEBARAN IDEOLOGI THARIQAH

FIKRAH

Page 4: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

4

Dengan demikian, menurut bahasa, apa yang disebut aqidah itu adalah segala

sesuatu pemikiran yang dibenarkan secara pasti oleh hati sedemikian rupa, sehingga

hati itu kemudian terikat kepadanya dan memberi pengaruh nyata pada manusia.

(Taqiyuddin An Nabhani, 1994). Pemikiran yang demikian haruslah berupa pemikiran

yang mendasar, atau pemikiran yang tercabang dari pemikiran mendasar. Pemikiran

seperti inilah yang mempunyai pengaruh nyata pada seorang manusia. Misalnya

pemikiran tentang adanya Hari Kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Pemikiran

seperti ini mempunyai pengaruh nyata dalam kehidupan manusia. Orang yang

beriman pada Hari Kiamat, misalnya, akan berhati-hati dalam hidupnya, tidak hidup

liar dan seenaknya, karena dia yakin bahwa suatu saat kelak semua perbuatannya

harus dipertanggungjawabkan pada Hari Kiamat. Sedangkan pemikiran-pemikiran

yang tidak mendasar, dengan demikian, tidak disebut dengan aqidah, karena

terikatnya hati dengan pemikiran-pemikiran seperti itu tidak memberikan dampak

nyata terhadap manusia. Misalnya pemikiran bahwa bumi itu bulat, atau bahwa

matahari pusat tatasurnya, dan sebagainya, bukanlah aqidah. Karena terikatnya hati

dengan hal-hal tersebut tidak membawa dampak yang nyata terhadap keyakinan atau

perilaku manusia.

Pengertian aqidah secara bahasa ini menjadi dasar perumusan pengertian

aqidah secara istilah. Jika aqidah merupakan pemikiran-pemikiran mendasar yang hati

itu terikat kepadanya (membenarkannya secara pasti), maka pertanyaan yang muncul

adalah, pemikiran apakah yang merupakan pemikiran mendasar itu ?

Dari sinilah muncul definisi aqidah secara istilah, yang dalam perumusannya

terkandung pemikiran-pemikiran paling mendasar yang tidak ada pemikiran lain yang

lebih mendasar lagi. Di atas pemikiran mendasar itulah dibangun pemikiran-

pemikiran cabang yang berkenaan dengan kehidupan secara praktis, seperti sistem

ekonomi, politik, dan sebagainya. Pemikiran-pemikiran ini adalah pemikiran

menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan serta pemikiran-pemikiran

lain yang berhubungan dengannya.

Karena itu, secara istilah, aqidah adalah pemikiran menyeluruh tentang alam

semesta, manusia, dan kehidupan, serta tentang apa yang ada sebelum kehidupan

dunia dan sesudah kehidupan dunia, serta hubungan kehidupan dunia dengan apa

yang ada sebelum kehidupan dunia dan sesudah kehidupan dunia. (Muhammad

Husain Abdullah, 1990). Definisi ini adalah definisi umum yang dapat berlaku untuk

semua pemikiran mendasar atau aqidah. Ia dapat berlaku untuk aqidah ideologi

kapitalisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan, atau aqidah ideologi sosialisme,

yaitu materialisme, dan berlaku pula untuk Aqidah Islamiyah.

Definisi aqidah ini bila diurai secara rinci, mengandung 4 (empat) poin

pemikiran :

Pertama, aqidah membahas tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan. Dasar

pembahasan tiga unsur ini berasal dari kenyataan bahwa manusia itu hidup di alam

semesta (al insan yahya fi al kaun). Karena itu, aqidah harus menjelaskan hakikat

manusia sebagai subjek (pelaku) kehidupan. Aqidah harus pula menjelaskan hakikat

kehidupan, yang dengan adanya kehidupan itu dalam diri manusia, dia dapat

beraktivitas dalam segala macam bentuknya. Yang dimaksud kehidupan di sini adalah

sesuatu yang terdapat pada makhluk hidup dengan berbagai tanda-tanda kehidupan

yang ada padanya, misalnya pertumbuhan, gerak, kebutuhan akan makanan, peka

terhadap rangsang, dan sebagainya. Aqidah harus pula menjelaskan alam semesta,

karena alam semesta merupakan tempat manusia hidup.

Dalam poin pertama ini, aqidah menjelaskan hakikat tiga unsur ini berkaitan

keberadaan ketiganya dalam kehidupan dunia. Apakah tiga unsur itu makhluk

Page 5: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

5

(diciptakan) ataukah azali ? Khusus untuk manusia, poin pertama ini menjawab

pertanyaan untuk apa manusia itu menjalani kehidupan dunia ?

Kedua, aqidah membahas tentang apa yang ada sebelum kehidupan dunia.

Maksudnya, aqidah harus menjelaskan sesuatu yang ada sebelum manusia hadir

dalam kehidupan dunia. Dengan ungkapan lain, poin kedua ini menjawab pertanyaan,

dari mana manusia berasal ? Apakah dia ada dengan sendirinya atau ada yang

menciptakannya ?

Ketiga, aqidah membahas tentang apa yang ada sesudah kehidupan dunia.

Maksudnya, aqidah harus menjelaskan sesuatu yang ada setelah manusia mati atau

meninggalkan kehidupan dunia. Dengan ungkapan lain, poin ketiga ini menjawab

pertanyaan, ke mana manusia menuju setelah kematian ? Apakah akan berakhir begitu

saja ataukah akan ada pertanggung jawaban ?

Keempat, aqidah membahas hubungan yang ada antara kehidupan dunia (yang di

dalamnya ada unsur manusia, alam semesta, dan kehidupan), dengan apa yang ada

sebelum kehidupan dunia dan sesudah kehidupan dunia. Hubungan apakah yang ada

antara apa yang ada sebelum kehidupan dunia dengan kehidupan dunia ? Hubungan

apakah yang ada antara kehidupan dunia sekarang dengan apa yang sesudah

kehidupan dunia ? Pertanyaan–pertanyaan inilah yang dijawab dalam poin keempat

ini. Berikut bagan tentang empat pertanyaan tersebut.

Gb. 4. Pertanyaan Besar Manusia (Al ‘Uqdatul Kubro)

Dengan demikian, dalam definisi aqidah, terdapat penjelasan-penjelasan yang

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mendasar. Pertanyaan-pertanyaan mendasar

ini disebut juga dengan istilah al ‘uqdah al kubro (simpul-simpul besar), yakni

pertanyaan-pertanyaan besar dan mendasar tentang dari mana manusia (juga

kehidupan dan alam semesta) berasal, untuk apa manusia hidup, dan ke mana nanti

manusia setelah mati. (Muhammad Husain Abdullah, 1990).

Jawaban-jawaban terhadap al-Uqdatu al-Kubro ini menurut Muhammad

Husain Abdullah disebut dengan fikrah kulliyah (pemikiran menyeluruh) karena

SEBELUM

KEHIDUPAN DUNIA

KEHIDUPAN DUNIA SESUDAH

KEHIDUPAN DUNIA

• MANUSIA?

• KEHIDUPAN?

• ALAM SMESTA?

ASAL

MANUSIA? HUBUNGAN?

HUBUNGAN? AKHIR

MANUSIA?

MANUSIA

MATI MISI HIDUP

MANUSIA?

MANUSIA

LAHIR

Page 6: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

6

jawabannya mencakup segala sesuatu yang maujud (alam semesta, manusia, dan

kehidupan) di samping mencakup ketiga fase kehidupan yang dilalui manusia, beserta

hubungan-hubungan di antara ketiga fase kehidupan itu. Jawaban itu disebutnya juga

sebagai aqidah (pemikiran yang mendasar) dan qa’idah fikriyah (landasan

pemikiran). Disebut aqidah, karena memang jawaban terhadap al-Uqdatu al-Kubro

merupakan pemikiran yang mendasar. Dan disebut qa’idah fikriyah, karena jawaban

itu merupakan basis pemikiran yang di atasnya dapat dibangun pemikiran-pemikiran

cabang tentang kehidupan.

Berikut adalah bagan yang menjelaskan hubungan aqidah sebagai jawaban

dari Al Uqdatul Kubro.

AQIDAH ����

Gb.5. Aqidah Merupakan Jawaban Al Uqdatul Kubro

4. Aqidah Sosialisme, Kapitalisme, dan Islam Definisi aqidah yang telah diuraikan di atas, dapat digunakan sebagai

kerangka umum untuk menganalisis aqidah dari masing-masing ideologi. Aqidah

sosialisme adalah materialisme, aqidah kapitalisme adalah sekularisme, sedang aqidah

Islam adalah Aqidah Islamiyah. Perhatikan gambar berikut.

Gb. 5. Aqidah (Asas) Tiga Ideologi Dunia

DARI MANA

MANUSIA ADA ?

UNTUK APA

MANUSIA HIDUP ?

KEMANA MANUSIA

SETELAH MATI ?

SEKUMPULAN JAWABAN

TERHADAP AL-UQDATUL KUBRO

PERTANYAAN BESAR

(AL-UQDATUL KUBRO)

SOSIALISME KAPITALISME ISLAM

NIZHAM NIZHAM NIZHAM

MATERIALISME SEKULARISME AQIDAH

ISLAMIYAH

Page 7: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

7

Aqidah sosialisme, termasuk komunisme, adalah materialisme, yaitu

pandangan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan merupakan materi belaka,

dan bahwasanya materi menjadi asal dari segala sesuatu. Dari perkembangan dan

evolusi materi inilah benda-benda lainnya menjadi ada. Tidak ada satu zat pun yang

terwujud sebelum alam materi ini (Taqiyuddin An Nabhani, 1953).

Oleh karena itu, penganut ideologi ini mengingkari kalau alam ini diciptakan

oleh Allah Yang Maha Pencipta. Mereka mengingkari aspek kerohanian dalam segala

sesuatu, dan beranggapan bahwa pengakuan adanya aspek rohani merupakan sesuatu

yang berbahaya bagi kehidupan. Agama dianggap sebagai candu yang meracuni

masyarakat dan menghambat pekerjaan. Bagi mereka tidak ada sesuatu yang

berwujud kecuali hanya materi, bahkan menurutnya, berpikir pun merupakan

cerminan/refleksi dari materi ke dalam otak. Materi adalah pangkal aktivitas berpikir

dan pangkal dari segala sesuatu, yang berproses dan berkembang dengan sendirinya

lalu mewujudkan segala sesuatu. Ini berarti mereka mengingkari adanya Sang

Pencipta dan menganggap materi itu bersifat azali, serta mengingkari adanya sesuatu

sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Yang mereka akui hanya kehidupan dunia ini

saja.

Sedangkan kapitalisme, aqidahnya adalah sekularisme, yaitu pemisahan

antara agama dari kehidupan. Atas dasar aqidah ini, mereka berpendapat bahwa

manusia sendirilah yang berhak membuat peraturan hidupnya. Ideologi ini

menetapkan adanya pemeliharaan kebebasan manusia yang terdiri dari kebebasan

beraqidah, berpendapat, hak milik, dan kebebasan pribadi. Dari kebebasan hak milik

ini dihasilkan sistem ekonomi kapitalisme, yang merupakan hal yang paling menonjol

dalam ideologi ini. Oleh karena itu, ideologi tersebut dinamakan ideologi kapitalisme.

Sebuah nama yang diambil dari aspek yang paling menonjol dalam ideologi itu.

Demokrasi yang dianut oleh ideologi ini, berasal dari pandangannya bahwa

manusia berhak membuat peraturan hidupnya, sebagai konsekuensi logis dari ide

pemisahan agama dari kehidupan. Oleh karena itu, menurut keyakinan mereka, rakyat

adalah sumber kekuasaan. Rakyatlah yang membuat perundang-undangan. Rakyat

pula yang menggaji kepala negara untuk menjalankan undang-undang yang telah

dibuatnya. Rakyat berhak mencabut kembali kekuasaan itu dari kepala negara,

sekaligus menggantinya, termasuk mengubah undang-undang sesuai dengan

kehendaknya. Hal ini karena kekuasaan dalam sistem demokrasi adalah kontrak kerja

antara rakyat dengan kepala negara yang digaji untuk menjalankan pemerintahan

sesuai dengan undang-undang yang telah dibuat oleh rakyat.

Sekularisme yang merupakan aqidah kapitalisme dianggap sebagai kompromi

(jalan tengah) antara pemuka agama yang menghendaki segala sesuatunya harus

tunduk kepada mereka --dengan mengatasnamakan agama-- dengan para filosof dan

cendekiawan yang mengingkari adanya agama dan dominasi para pemuka agama.

Jadi, ide sekulerisme ini sama sekali tidak mengingkari adanya agama, akan tetapi

juga tidak memberikan peran dalam pengaturan kehidupan. Yang mereka lakukan

tidak lain hanya memisahkannya dari kehidupan.

Sekularisme pada hakekatnya merupakan pengakuan secara tidak langsung

akan adanya agama. Mereka mengakui adanya Pencipta alam semesta, manusia, dan

kehidupan, serta mengakui adanya Hari Kebangkitan. Sebab, semua itu adalah dasar

pokok agama, ditinjau dari keberadaan suatu agama.

Dengan pengakuan ini berarti telah diberikan suatu ide tentang alam semesta,

manusia, dan kehidupan, serta apa yang ada sebelum kehidupan dunia dan sesudah

kehidupan dunia, sebab mereka tidak menolak eksistensi agama. Namun tatkala

Page 8: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

8

ditetapkan bahwa agama harus dipisahkan dari kehidupan, maka pengakuan itu

akhirnya hanya sekadar formalitas belaka, karena sekalipun mereka mengakui

eksistensinya, tetapi pada dasarnya mereka menganggap bahwa kehidupan dunia ini

tidak ada hubungannya dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia.

Sedang Islam, tegak atas dasar Aqidah Islamiyah, yaitu iman kepada Allah,

para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Kiamat, serta Qadha dan

Qadar baik dan buruknya dari Allah SWT. Aqidah ini menerangkan bahwa di balik

alam semesta, manusia, dan kehidupan, terdapat Al-Khaliq yang menciptakan segala

sesuatu, yaitu Allah SWT. Asas ideologi ini adalah iman akan adanya Allah SWT.

Iman kepada Allah SWT harus disertai dengan keharusan beriman kepada

kenabian Muhammad SAW, berikut risalahnya; juga bahwasanya Al-Quran itu adalah

kalamullah dan juga harus ada iman terhadap seluruh apa yang ada di dalamnya. Oleh

karena itu, Aqidah Islamiyah menetapkan bahwa sebelum kehidupan ini ada sesuatu

yang wajib diimani keberadaannya, yaitu Allah SWT, dan menetapkan pula bahwa

sesudah kehidupan dunia ada yang harus diimani, yaitu Hari Kiamat. Juga

bahwasanya manusia dalam kehidupan dunia ini terikat dengan perintah-perintah

Allah dan larangan-larangan-Nya, yang merupakan hubungan kehidupan ini dengan

sebelumnya. Manusia terikat pula dengan pertanggungjawaban atas kepatuhannya

memenuhi semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya, yang hal ini

merupakan hubungan kehidupan dunia dengan sesudahnya.

Aqidah dari masing-masing idelogi yang telah diuraikan di atas dapat

dibandingkan secara ringkas dalam bagan berikut.

No Aspek

Pertanyaan

MATERIALISME SEKULARISME AQIDAH

ISLAMIYAH

1 Dari mana manusia

berasal?

-Manusia berasal dari materi

(tidak diciptakan Tuhan)

- Tidak mengakui hubungan

perintah & larangan antara

Allah dan manusia (karena

tidak mengakui eksistensi

Allah)

-Manusia diciptakan Tuhan

(secara formalitas)

-Tidak mengakui hubungan

perintah & larangan antara

Allah dan manusia (kecuali

secara parsial dan

personal)

-Manusia diciptakan

Allah SWT

-Mengakui

hubungan perintah

& larangan (shilatu

al-awamir) antara

Allah dan manusia

2 Untuk apa manusia

hidup?

--Mencari kebahagiaan

jasmaniah yang sebesar-

besarnya (tidak mengakui

eksistensi agama)

-Mencari kebahagiaan

jasmaniah yang sebesar-

besarnya (mengakui

eksistensi agama, tapi tidak

mengakui peran agama

mengatur kehidupan)

-Ibadah kepada

Allah SWT

(menjalani

kehidupan dlm

segala aspeknya

sesuai Islam)

3 Ke mana manusia

setelah mati?

-Manusia akan kembali

menjadi materi

--Tidak mengakui hubungan

perhitungan amal (shilatu al-

muhasabah)

-Kebangkitan pada Hari

Kiamat (secara formalitas)

-Tidak mengakui

hubungan perhitungan

amal (shilatu al-

muhasabah), atau

membuat hubungan itu

tidak jelas

-Kebangkitan pada

Hari Kiamat

-Mengakui

hubungan

perhitungan amal

(shilatu al-

muhasabah)

SOSIALISME KAPITALISME ISLAM

Gb.6. Aqidah Sosialisme, Kapitalisme, dan Islam menjawab Al Uqdatul Kubro

5. Kritik Terhadap Aqidah Sosialisme dan Kapitalisme

Yang menjadi indikasi benar atau salahnya suatu ideologi adalah aqidah

ideologi itu sendiri, apakah aqidah itu benar atau salah. Sebab, kedudukan aqidah ini

adalah sebagai asas bagi setiap pemikiran cabang yang muncul. Aqidah jugalah yang

menentukan pandangan hidup dan yang melahirkan setiap pemecahan problema hidup

Page 9: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

9

serta pelaksanaannya (thariqah). Jika aqidahnya benar, maka ideologi itu benar.

Sebaliknya, jika aqidahnya salah, maka ideologi itu dengan sendirinya sudah salah

dari akarnya (Taqiyuddin An Nabhani, 1953).

Dalam masalah ini Al Qur`an mengisyaratkan bahwa :

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat

yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke

langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.

Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu

ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah

dicabut dari akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak)

sedikitpun.” (TQS Ibrahim : 24-26)

Ayat di atas menerangkan perbandingan kontras antara Islam dan

agama/paham/ideologi kufur yang diumpamakan oleh Allah seperti pohon yang baik

–dengan akarnya yang kokoh-- dan pohon yang buruk, dengan akarnya yang

tercerabut dari tanah. Akar sebuah pohon menjadi penentu tegak tidaknya pohon itu.

Lalu apa tolok kebenaran suatu aqidah ? Aqidah ini apabila sesuai dengan

fitrah manusia dan dibangun berlandaskan akal, maka berarti merupakan aqidah yang

benar. Sebaliknya, jika bertentangan dengan fitrah manusia atau tidak dibangun

berlandaskan akal yang sehat, maka aqidah itu batil adanya. Yang dimaksud aqidah

yang benar itu haruslah sesuai dengan fitrah manusia, adalah pengakuannya terhadap

apa yang ada dalam fitrah manusia, yaitu kelemahan dan kebutuhan dirinya pada

Yang Maha Pencipta. Yang dimaksud aqidah yang benar itu dibangun atas dasar akal

yang sehat, adalah bahwa aqidah itu tidak berlandaskan materi ataupun sikap

mengambil jalan tengah (Taqiyuddin An Nabhani, 1953).

Dari uraian singkat ini, dapat disimpulkan bahwa standar kebenaran ideologi

adalah aqidah ideologi itu sendiri. Sedang standar kebenaran aqidah ideologi adalah:

Pertama, kesesuaian dengah fitrah manusia

Kedua, kesesuaian dengan akal

5.a. Kesesuaian dengan Fitrah Ideologi sosialisme tidak sesuai dengan fitrah manusia. Sebab meskipun

ideologi ini mengingkari adanya Allah dan ruh, akan tetapi ia tetap tidak mampu

memusnahkan naluri beragama (gharizah tadayyun) sebagai fitrah manusia. Ideologi

ini hanya bisa mengalihkan pandangan manusia kepada suatu kekuatan yang lebih

besar dibanding dirinya dan mengalihkan perasaan taqdis (mensucikan/mensakralkan)

kepada kekuatan besar tersebut. Menurut mereka, kekuatan itu berada di dalam

ideologi dan diri para pengikutnya. Mereka membatasi taqdis hanya pada kedua unsur

itu. Berarti, mereka telah mengembalikan manusia ke masa silam, masa animisme;

mengalihkan penyembahan kepada Allah ke penyembahan makhluk-makhluk-Nya;

dari pengagungan terhadap ayat-ayat Allah kepada pengkultusan terhadap doktrin-

doktrin yang diucapkan makhluk-makhluk-Nya. Semua ini menyebabkan kemunduran

manusia ke masa silam. Mereka tidak mampu memusnahkan fitrah beragama,

melainkan hanya mengalihkan fitrah manusia secara keliru kepada kesesatan dengan

mengembalikannya ke masa animisme.

Berdasarkan hal ini, ideologi sosialisme telah gagal ditinjau dari fitrah

manusia. Malah dengan berbagai tipu muslihat, mereka mengajak orang-orang untuk

menerimanya; dengan mendramatisir kebutuhan perut mereka untuk menarik

Page 10: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

10

perhatian orang-orang yang lapar, pengecut, dan sengsara. Ideologi ini dianut oleh

orang-orang yang bermoral bejat, atau orang yang gagal dan benci terhadap

kehidupan, termasuk juga orang-orang sinting yang tidak waras cara berpikirnya yang

merasa bangga dengan ide-ide sosialisme yang menurut mereka itu dapat

memasukkan mereka ke jajaran kaum pemikir. Semua ini akan tampak tatkala mereka

mendiskusikan dengan arogan tentang teori Dialektika Materialisme dan Historis

Materialisme. Padahal kenyataannya, ide-ide ini paling terlihat kerusakan dan

kebatilannya, dan dengan sangat mudah dapat dibuktikan oleh perasaan fitri dan akal

sehat.

Supaya manusia tunduk pada ideologi ini, maka ideologi ini memerlukan

paksaan melalui kekuatan fisik. Maka tekanan, intimidasi, revolusi, menggoyang,

merobohkan, dan mengacaukan masyarakat merupakan sarana-sarana yang penting

untuk mengembangkan ideologi tersebut.

Ideologi kapitalisme juga bertentangan dengan fitrah manusia, yang

terwujud secara menonjol pada naluri beragama. Naluri beragama tampak dalam

aktivitas pen-taqdis-an (pensucian); di samping juga tampak dalam pengaturan

manusia terhadap aktivitas hidupnya. Akan tampak perbedaan dan pertentangan

tatkala pengaturan itu berjalan. Hal ini menunjukkan tanda kelemahan manusia dalam

mengatur aktivitasnya. Oleh karena itu, menjauhkan agama dari kehidupan jelas

bertentangan dengan fitrah manusia. Namun bukan berarti bahwa adanya agama

dalam kehidupan menjadikan seluruh amal perbuatan manusia terbatas hanya pada

aktivitas ibadah saja. Tetapi arti pentingnya agama dalam kehidupan adalah untuk

mengatasi berbagai persoalan hidup manusia sesuai dengan peraturan yang Allah

perintahkan. Peraturan dan sistem ini lahir dari aqidah yang mengakui apa yang

terkandung dalam fitrah manusia, yaitu naluri beragama.

Menjauhkan peraturan Allah dan mengambil peraturan yang lahir dari suatu

aqidah yang tidak sesuai dengan naluri beragama adalah bertentangan dengan fitrah

manusia. Maka dari itu, kapitalisme telah gagal dilihat dari segi fitrah manusia.

Kapitalisme telah menjadikan masalah agama sebagai masalah pribadi (bukan

masalah masyarakat), sekaligus menjauhkan peraturan yang Allah perintahkan dari

problematika hidup manusia dan pemecahannya.

Adapun ideologi Islam, tidak bertentangan dengan fitrah manusia.

Walaupun ia sangat mendalam tetapi gampang dimengerti, cepat membuka akal dan

hati manusia, cepat diterima dan mudah dipahami, untuk mendalami isinya --

sekalipun kompleks-- dengan penuh semangat dan kesungguhan. Karena memang

beragama adalah satu hal yang fitri dalam diri manusia. Setiap manusia menurut

fitrahnya cenderung kepada agama. Tidak ada satu kekuatan manapun yang dapat

mencabut fitrah ini dari manusia, sebab merupakan pembawaan yang kokoh.

Sementara tabi'at manusia merasakan bahwa dirinya serba kurang, selalu merasa

bahwa ada kekuatan yang lebih sempurna dibandingkan dirinya, yang harus

diagungkan. Beragama merupakan kebutuhan terhadap Pencipta Yang Maha

Pengatur, yang muncul dari kelemahan manusia dan bersifat alami sejak manusia

diciptakan. Jadi, beragama merupakan naluri yang bersifat tetap yang selalu

mendorong manusia untuk mengagungkan dan mensucikan-Nya. Oleh karena itu,

dalam setiap masa, manusia senantiasa cenderung untuk beragama dan menyembah

sesuatu. Ada yang menyembah manusia, menyembah bintang-bintang, batu, binatang,

api, dan lain sebagainya. Tatkala Islam muncul di dunia, aqidah yang dibawanya

bertujuan untuk mengalihkan umat manusia dari penyembahan terhadap makhluk-

makhluk kepada penyembahan terhadap Allah yang menciptakan segala sesuatu.

Page 11: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

11

5.b. Kesesuaian dengan Akal Ideologi sosialisme tidak dibangun atas dasar akal, tetapi bersandar pada

materialisme, sekalipun dihasilkan oleh akal, karena ide komunisme menyatakan

bahwa materi itu ada sebelum adanya pemikiran (pengetahuan). Di samping itu

karena ide ini menjadikan segala sesuatu berasal dari materi. Dengan demikian, ide ini

bersifat materialistis. Sedangkan kapitalisme bersandar pada pemecahan jalan tengah

(kompromi) yang dicapai setelah terjadinya pertentangan yang berlangsung hingga

beberapa abad di kalangan para pendeta gereja dan cendekiawan Barat yang

kemudian menghasilkan pemisahan agama dari negara. Sosialisme dan kapitalisme

telah gagal. Sebab, keduanya bertentangan dengan fitrah manusia dan tidak dibangun

berdasarkan akal.

Bukti bahwa ideologi sosialisme dibangun berlandaskan materialisme,

bukan akal, adalah karena ideologi ini menyatakan bahwa materi mendahului

pemikiran (pengetahuan). Jadi tatkala otak merefleksikan materi, akan menghasilkan

pemikiran; kemudian otak akan memikirkan hakikat materi yang direfleksikan ke

dalam otak. Sebelum hal itu terjadi, tentu tidak akan muncul pemikiran. Dengan

demikian, segala sesuatu, menurut komunisme, haruslah berlandaskan pada materi.

Maka dasar aqidah komunisme adalah materi bukan pemikiran. Pendapat di atas

adalah salah ditinjau dari dua segi :

Pertama, sebenarnya tidak ada refleksi/pantulan materi ke dalam otak. Otak

tidak melakukan refleksi dengan materi. Juga, materi tidak berefleksi dengan otak.

Sebab untuk merefleksikan sesuatu dibutuhkan reflektor untuk memantulkan dan

memfokuskan, seperti halnya cermin yang memiliki kemampuan untuk memantulkan.

Tetapi kenyataannya, hal semacam itu tidak ada, baik di otak maupun pada materinya.

Oleh karena itu, tidak ada refleksi materi ke dalam otak secara mutlak. Materi tidak

dipantulkan oleh otak dan gambaran tentang materi pun tidak berpindah ke otak.

Yang beralih ke otak adalah pencerapan tentang materi (kesannya) melalui panca

indera. Hal ini bukan refleksi antara materi dengan otak, dan bukan pula refleksi

antara otak dengan materi, melainkan pencerapan tentang materi (melalui panca

indera). Tidak ada perbedaan dalam proses tersebut antara mata dengan panca indera

yang lainnya. Penginderaan dapat terjadi dengan proses perabaan, penciuman, rasa,

pendengaran sebagaimana halnya penginderaan melalui mata. Dengan demikian yang

terjadi dari suatu materi bukanlah berupa refleksi terhadap otak, melainkan

pencerapan dan penginderaan terhadap sesuatu. Manusialah yang merasakan segala

sesuatu dengan perantaraan panca inderanya, dan materi tidak direfleksikan.

Kedua, sesungguhnya penginderaan saja tidaklah cukup menghasilkan suatu

pemikiran. Sebab kalau hanya sampai di situ, yang terjadi hanyalah penginderaan saja

terhadap fakta (materi). Penginderaan yang diulang-ulang meskipun sampai satu juta

kali, tetap saja hanya menghasilkan penginderaan dan tidak menghasilkan pemikiran

sama sekali. Proses tersebut mengharuskan adanya pengetahuan terdahulu (al

ma’lumat as sabiqah) bagi manusia yang akan digunakan untuk menginterpretasikan

fakta yang diinderanya itu sehingga menghasilkan suatu pengetahuan.

Sebagai contoh kita ambil manusia yang ada sekarang. Manusia, siapapun

orangnya apabila diberikan kepadanya buku berbahasa Cina sementara ia tidak

memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan bahasa Cina, lalu dibiarkan mencerap

tulisan itu baik dengan penglihatan maupun dengan perabaan, diberi kesempatan

menginderanya berkali-kali --meskipun sejuta kali-- maka ia tetap tidak mungkin

mengetahui satu kata pun sampai diberikan kepadanya beberapa pengetahuan tentang

bahasa Cina dan apa saja yang berkaitan dengan bahasa tersebut. Pada saat itulah ia

baru mulai berfikir dengan bahasa tersebut dan mampu memahaminya.

Page 12: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

12

Berdasarkan hal ini, maka akal, fikr (pemikiran), dan idrak (kesadaran),

adalah pemindahan (transfer) fakta melalui panca indera ke dalam otak, disertai

dengan pengetahuan (informasi) yang diperoleh sebelumnya, yang kemudian

digunakan untuk menafsirkan kenyataan tersebut.

Oleh karena itu, ideologi sosialisme jelas-jelas keliru dan rusak; sebab dia

dibangun atas dasar materi, tidak dibangun berdasarkan akal. Sama rusaknya dengan

pengertian mereka tentang pemikiran dan akal.

Ideologi kapitalisme juga tidak dibangun atas dasar akal, tetapi dibangun

berdasarkan jalan tengah antara tokoh-tokoh gereja dengan cendekiawan, setelah

sebelumnya terjadi pergolakan dan perbedaan pendapat yang sengit dan berlangsung

terus-menerus selama beberapa abad di antara mereka. Jalan tengah itu adalah

memisahkan agama dari kehidupan, yakni mengakui keberadaan agama secara tidak

langsung, tetapi dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, ideologi ini tidak

dibangun atas dasar akal, tetapi dibangun atas dasar kompromi kedua belah pihak

sebagai jalan tengah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemikiran/keputusan yang diambil

berdasarkan jalan tengah merupakan hal yang asasi bagi mereka. Mereka

mencampuradukkan antara haq dan bathil, antara keimanan dengan kekufuran,

cahaya dengan kegelapan; dengan menempuh jalan tengah. Padahal sesungguhnya

jalan tengah itu tidak ada faktanya; sebab masalahnya adalah tinggal memilih

tindakan secara jelas dan tegas. Apakah yang haq atau yang bathil, iman ataukah

kufur, cahaya ataukah kegelapan. Pemecahan yang berasal dari jalan kompromi yang

di atasnya dibangun aqidah mereka ini, telah menjauhkannya dari kebenaran,

keimanan, dan cahaya. Oleh karena itu, ideologi kapitalisme adalah rusak, karena

tidak dibangun atas dasar akal.

Ideologi Islam adalah ideologi yang positif. Karena menjadikan akal sebagai

dasar untuk beriman kepada wujud Allah. Ideologi ini mengarahkan perhatian

manusia terhadap alam semesta, manusia, dan kehidupan, sehingga membuat manusia

yakin terhadap adanya Allah yang telah menciptakan makhluk-makhluk-Nya. Di

samping itu ideologi ini menunjukkan kesempurnaan mutlak yang selalu dicari oleh

manusia karena dorongan fitrahnya. Kesempurnaan itu tidak terdapat pada manusia,

alam semesta, dan kehidupan. Ideologi ini memberi petunjuk pada akal agar dapat

sampai pada tingkat keimanan terhadap Al-Khaliq supaya ia mudah menjangkau

keberadaan-Nya dan mengimani-Nya.

Islam dibangun atas dasar akal yang mewajibkan kepada setiap muslim

untuk mengimani adanya Allah, kenabian Muhammad SAW, ke-mukjizatan Al-

Quranul Karim dengan menggunakan akalnya. Juga mewajibkan beriman kepada

yang ghaib dengan syarat harus berasal dari sesuatu dasar yang dapat dibuktikan

keberadaan dan kebenarannya dengan akal seperti Al-Quran dan Hadits Mutawatir.

Dengan demikian, ideologi ini dibangun atas dasar akal.

Ringkasan seluruh uraian di atas dapat dilihat dalam bagan berikut.

No Standar

Kebenaran

Aqidah

SOSIALISME KAPITALISME ISLAM

1 Kesesuaian

dengan fitrah

-Tidak sesuai fitrah, sebab

(berusaha) menafikan

naluri beragama, atau

mengalihkannya pada

objek yang salah

(ideologi, pengikut

ideologi, tokoh, dll)

-Tidak sesuai fitrah, sebab

tidak mengakui

ketidakmampuan manusia

mengatur kehidupan,

sehingga manusia

membuat sendiri aturan

hidupnya

-Sesuai fitrah, mengakui

ketidakmampuan manusia

mengatur kehidupan,

sehingga mengambil

aturan hidup dari Al

Khaliq

2 Kesesuaian -Tidak dibangun atas -Tidak dibangun atas -Dibangun atas dasar

Page 13: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

13

dengan akal dasar akal, tetapi atas

dasar materi, sebab materi

dianggap mendahului

pemikiran. Pemikiran

dianggap refleksi materi

ke dalam otak

dasar akal, tetapi jalan

tengah, antara yang

mengingkari agama secara

mutlak, dengan yang

mengharuskan tunduknya

semua aspek kehidupan

pada agama

akal, sebab dgn akal dapat

dicapai iman kpd Allah,

Al Qur`an, dan kerasulan

Muhammad, yang

kemudian menjadi dasar

penetapan adanya dalil

naqli, untuk mencapai

iman kepada yang gaib

Gb.7. Kritik Terhadap Aqidah Sosialisme dan Kapitalisme Berdasarkan Standar

Kesesuaiannya Dengan Fitrah dan Akal

6. Penutup Berdasarkan semua uraian sebelumnya, hanya asas (aqidah) ideologi

Islamlah satu-satunya yang benar, sedangkan asas ideologi sosialisme dan kapitalisme

adalah rusak. Asas ideologi Islam dibangun berdasarkan akal, amat berbeda dengan

ideologi sosialisme dan kapitalisme yang tidak dibangun berlandaskan akal. Di

samping itu, asas ideologi Islam sesuai dengan fitrah manusia, sehingga mudah

diterima oleh manusia. Sedangkan asas ideologi sosialisme dan kapitalisme

berlawanan dengan fitrah manusia.

Kritik ini adalah kritik yang berdasarkan bukti rasional-faktual (dalil aqli). Di

samping itu, kebatilan asas ideologi sosialisme dan kapitalisme juga dapat juga

didasarkan pada dalil naqli, yakti bahwa keduanya adalah ideologi kufur yang tidak

didasarkan pada apa yang diturunkan Allah. Segala sesuatu pemikiran tentang

kehidupan yang tidak didasarkan pada apa yang diturunkan Allah adalah kufur dan

thaghut yang harus diingkari dan dihancurkan. Allah SWT berfirman :

“Barangsiapa yang tidak memutuskan (perkara) menurut apa yang diturunkan Allah,

maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (TQS Al Maaidah : 44)

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah

beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelum

kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah

untuk mengingkari thaghut itu…”: (TQS An Nisaa` : 60) [ ]

Bahan Bacaan :

‘Abduh, Ghanim, 1963, Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah, tp, Al Quds

Abdullah, Muhammad Husain, 1990, Dirasat fi Al Fikr Al Islami, Darul Bayariq,

Beirut

Abdullah, Muhammad Husain, 1994, Mafahim Islamiyah, Darul Bayariq, Beirut

Al Qashash, Ahmad, 1995, Usus An Nahdhah Ar Rasyidah, Darul Ummah, Beirut

An Nabhani, Taqiyuddin, 1953, Nizhamul Islam, tp, Al Quds

An Nabhani, Taqiyuddin, 1994, Asy Syakhshiyah Al Islamiyah, Juz I, Darul Ummah,

Beirut

Page 14: Tinjauan Kritis Terhadap Asas Ideologi Sosialisme Dan Kapitalisme

14

‘Athiyat, Ahmad, 1996, Ath Thariq, Darul Bayariq, Beirut

Az Zain, Samih Athif, 1983, Thariq Al Iman, Darul Kitab Al Lubnani, Beirut

Ismail, Muhammad Muhammad,. 1958, Al Fikru Al Islami, t.p, Kairo

Shalih, Hafizh, 1988, An Nahdhah, Darun Nahdhah Al Islamiyah, Beirut