tinjauan hukum islam terhadap sistem penggajian …digilib.uin-suka.ac.id/10803/1/bab i, v, daftar...
TRANSCRIPT
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGGAJIAN
DI G’BOL COFFEE CAFÉ YOGYAKARTA
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM ISLAM
Oleh:
06380035 BAYU AJI SANTOSO
PEMBIMBING: ABDUL MUJIB, S.Ag, M.Ag,
ZUSIANA ELLY TRIANTINI, S.HI., M.SI,
MUAMALAT FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013
ii
ABSTRAK
Salah satu tugas yang sangat berat dan sulit bagi bagian personalia adalah menentukan upah yang dapat diterima oleh seluruh pihak, dalam hal ini adalah antara karyawan dan perusahaan. Hal ini terjadi karena di dalam upah atau gaji melekat dua kepentingan yang dapat saling bertentangan. Bagi karyawan, upah adalah sumber penghasilan, sedangkan bagi perusahaan upah atau gaji merupakan salah satu komponen biaya yang berpengaruh terhadap profit. Oleh karena itu, ada kecenderungan bagi manajemen untuk menekan upah atau gaji karyawan agar profit dapat ditingkatkan. Padahal apabila manajemen mampu menetapkan upah atau gaji karyawan dengan adil dan layak, selain dapat mengurangi konflik juga dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kinerja karyawan.
Pelaksanaan sistem penggajian di Cafe G’bol Coffee kurang lebih sama dengan sistem-sistem penggajian di perusahaan-perusahaan swasta lainnya, yaitu dengan bentuk upah berupa uang cash, tunjangan makan, minum, dan tempat tinggal. Namun ada sedikit permasalahan yang penyusun lihat cukup menarik untuk dikaji ulang, sepintas dalam hal jumlah insentif terjadi ketidak adilan antara karyawan, dimana ada sebagian karyawan yang tidak mendapatkan salah satu atau beberapa fasilitas yang diberikan manajemen sebagai insentif. Kemudian dalam hal durasi jam kerja juga terlihat kurang imbang, yaitu dimana jam kerja malam lebih banyak daripada jam pagi, dan setelah dilakukan survey, volume kerjalah yang menjadi sebab perbedaan durasi jam kerja ini.
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif dengan menggunakan metode normatif filosofis. Selanjutnya juga disesuaikan dengan aturan-aturan yang ada dalam hukum Islam, kemudian dimasukkan pula sedikit prinsip keadilan, dengan pembahasannya adalah Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Penggajian di G’bol Coffee Cafe.
Selanjutnya setelah dilakukan penelitian dan analisis, sistem penggajian di G’bol Coffee Café kurang sesuai dengan nilai hukum Islam yaitu mengenai penerapan prinsip-prinsip keadilan yang masih kurang tepat terkait dengan perbedaan fasilitas yang diperoleh oleh karyawan yang mendapatkan tempat tinggal. Dimana terdapat sebagian karyawan yang berlatar belakang sebagai mahasiswa dan punya kost-kostan sendiri, dan tidak mendapatkan fasilitas tempat tinggal tersebut, terjadi ketimpangan dengan karyawan yang berdomisili di warung. Dan apabila perbedaan fasilitas ini dinominalkan, maka akan terjadi ketidakadilan dalam jumlah yang diterima oleh karyawan. Dalam hal waktu kerja juga terdapat perbedaan antara shift pagi dan shift malam, dimana shift pagi durasinya lebih banyak dari shift malam.
vii
MOTTO
“Sebaik-Baik Manusia Diantara Kamu Sekalian Adalah Yang Bermanfa’at Bagi Manusia Yang Lainnya”
(Hadist Nabi Muhammad S.A.W)
“Makna dari Kesuksesan dan Keberhasilan adalah Sebuah Proses, Oleh karena itu Jalanilah Proses Tersebut dengan Maksimal, Total, Ikhlas, dan
Ikhtiar
Pada akhirnya, Jalani Proses tersebut, Berusahalah Semaksimal mungkin, dan Berdo’a selalu kepada Allah SWT”
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ayahanda H. Iswanto Ariefuddin Lathief & Ibunda Hj. Wahidah Hajar
yang do’a dan kasih sayangnya, support dan bimbingannya, dan cintanya
yang sungguh tak terhingga sampai kapanpun juga.
Untuk kakakku tercinta Budiatin Ika Rahmawati dan Yuwan Tenang
Prayogi, terima kasih dukungannya, dan adikku Fikri Alim Mu’taman, dan
tidak lupa pula keponakanku tersayang Tsaqifa Nasywa Az Zahra.
Karin Maulidya Hartadi, terima kasih untuk semuanya, kamulah
semangatku, kamulah inspirasiku, dan kamulah motivasiku.
Seluruh Maha Guru yang telah membimbingku dalam pencarian ilmu.
Almamater tercinta, Jurusan Muamalat Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan
0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
- Alīf tidak dilambangkan ا
Bā’ b Be ب
Tā’ t Te ت
’sṠā ث0Bs s (dengan titik di atas)
Jīm J Je ج
Ḥā’ ḥ حha (dengan titik di
bawah)
Khā’ kh ka dan ha خ
Dāl d De د
Żāl ż z (dengan titik di atas) ذ
Rā’ r Er ر
Zāl z Zet ز
Sīn s Es س
x
Syīn sy es dan ye ش
Ṣād ṣ صes (dengan titik di
bawah)
Ḍād ḍ ضde (dengan titik di
bawah)
Ṭā’ ṭ طte (dengan titik di
bawah)
Ẓā’ ẓ ظzet (dengan titik di
bawah)
Aīn ‘ koma terbalik ke atas‘ ع
Gaīn g Ge غ
Fā’ f Ef ف
Qāf q Qi ق
Kāf k Ka ك
Lām l ‘el ل
Mīm m ‘em م
Nūn n ‘en ن
Wāwū w W و
Hā’ h Ha ه
Hamzah ‘ Apostrof ء
xi
Yā’ y Ye ي
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
Ditulis Muta‘addidah متعددة
Ditulis ‘iddah عدة
C. Ta’ Marbūt}ah di akhir kata
1. Bila ta’ marbūtah dibaca mati ditulis dengan h, kecuali untuk kata-kata
Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat
dan sebagainya.
Ditulis Ḥikmah حكمة
Ditulis Jizyah جزية
2. Bila ta’ marbūt}ah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua
itu terpisah, maka ditulis dengan h
’ditulis Karāmah al-auliyā كرامة األولياء
3. Bila ta’ marbūt}ah hidup atau dengan harakat, fatḥah, kasrah dan
dammah ditulis t
xii
ditulis zakāh al-fiṭr زكاة الفطر
D. Vokal Pendek
-------- Fathah ditulis A
-------- kasrah ditulis I
-------- Dammah ditulis U
E. Vokal Panjang
1. Fathah + alif ditulis Ā
ditulis jāhiliyyah جاهلية
2. Fathah + ya’ mati ditulis Ā
ditulis Tansā تنـسى
3. kasrah + ya’ mati ditulis Ī
ditulis Karīm كر يم
4. Dammah + wawu mati ditulis Ū
ditulis furūḍ فروض
xiii
F. Vokal Rangkap
1. Fathah + ya’ mati ditulis Ai
ditulis bainakum بينكم
2. Fathah + wawu mati ditulis Au
ditulis Qaul قول
G. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata
Penulisan vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
tanda apostrof (’).
Ditulis A’antum أأنتم
Ditulis La’in syakartum لئن شكر تم
H. Kata Sandang Alīf + Lām
1. Bila kata sandang alīf + lām diikuti huruf Qamariyyah ditulis dengan al.
ditulis Al-Qur’ān القرآن
ditulis Al-Qiyās القياس
2. Bila kata sandang alīf + lām diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan
menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta dihilangkan
huruf l (el)-nya.
xiv
’ditulis al-Samā السماء
ditulis al-Syams الشمس
I. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).
J. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau
pengucapannya.
ى الفروض ditulis Żawi al-furūḍ ذو
ditulis Ahl al-Sunnah أهل السنة
xv
KATA PENGANTAR
الرحيمبسم اهللا الرحمن
هللا الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أشهد الحمدأن الاله االاهللا وحده الشريك له. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل
بعد أماوسلم على سيد نا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين
Pada kesempatan ini penyusun ingin menghaturkan puji syukur kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun dalam mengarungi proses
pembelajaran akademik di Jurusan Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa dari alam kegelapan
menuju alam yang terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, yang berjudul “TINJAUAN
HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGGAJIAN DI G’BOL
COFFEE CAFÉ YOGYAKARTA sebagai salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Strata I dalam Hukum Islam, pada Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tentunya tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,
hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan segala kekurangannya.
Karenanya, patutlah penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada mereka yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung, terutama kepada:
xvi
1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’arie selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Noorhaidi Hasan, MA., M.Phil., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syari’ah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
3. Bapak Abdul Mujib, S.Ag., M.Ag. dan Bapak Abdul Mughits, S.Ag.,
M.Ag. selaku ketua dan sekretaris Jurusan Muamalat Fakultas Syari’ah
dan Hukum.
4. Bapak Abdul Mujib, S.Ag., M.Ag. dan Ibu Zusiana Elly Triantini S.HI,
M.SI., selaku pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ibnu Muhdir M.Ag., selaku Pembimbing Akademik (PA) yang
selalu mengarahkan dan memberi saran selama masa perkulihan di
Fakultas.
6. Bapak Lutfi selaku staf TU Jurusan Muamalat, terimakasih banyak atas
bantuannya selama ini.
7. Seluruh dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-satu
yang telah memberikan ilmunya untuk kami.
8. Bapak dan Ibu karyawan Fakultas Syari’ah yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran administrasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Ayahanda tersayang H. Iswanto Ariefuddin Lathief dan Ibundaku tercinta
Hj. Wahidah Hajar, terima kasih atas kucuran keringat dan do’a-do’a yang
xvii
tidak pernah lupa engkau panjatkan serta tidak lelah-lelahnya mensupport
kami dalam menuntut ilmu.
10. Kakakku Budiatin Ika Rahmawati, Yuwan Tenang adikku Fikri Alim
Mu’taman, dan tidak lupa pula keponakan tercintaku Tsaqifa Nasywa Az
Zahra yang selalu memberi warna dan motivasi dalam hidupku.
11. Karin Maulidya Hartadi yang selalu memberi motivasi terhadap penyusun,
dan setia menemani setiap langkah penyusun dalam menyelesaikan skripsi
ini.
12. Kepada teman-teman, yang selalu mensupport dalam penyusunan
skripsiku, Vitarus, Galek, Tokek, Abid, TJ, Butek, Zaenal, Rahman,
Wisnu, dan lain-lain, ayo ngopi bro.
13. Untuk orang yang pernah dekat denganku dan sekarang meninggalkanku,
aku akan buktikan kalau aku bisa dan mampu berjuang tanpa kamu.
hidupku akan lebih berarti tanpa kamu.
14. Teman-teman Muamalat khususnya angkatan 2006, atas pelajaran dan
nasihat yang diberikan sehingga penyusun dapat banyak bersyukur dalam
proses penulisan skripsi ini.
15. Seluruh Crew dan Staff manajemen G’bol Coffee Cafe, terima kasih atas
bantuannya, dan thanks for all.
16. Semua pihak yang terlibat langsung ataupun yang tidak secara langsung
yang telah ikut berpartisipasi dan memberikan dukungan pada penyusun.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, karena kami hanya
seorang yang dhaif dan tidak mungkin seperti ini bila tidak Engkau kehendaki
xviii
baik dalam pemilihan bahasa, teknik penulisan dan analisis adalah menjadi
tanggung jawab penyusun pribadi. Kritik dan saran dari para pembaca sangat
diharapkan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan karya ilmiah ini.
Penyusun berharap skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para
pembaca pada umumnya serta dapat menjadi khasanah serta sebagai wujud
pengabdian penyusun kepada masyarakat, ilmu pengetahuan khususnya ilmu
hukum Islam. Atas semua bantuan yang diberikan kepada penyusun, semoga
Allah SWT memberikan balasan yang layak. Amin.
Yogyakarta, 1 Sya’ban 1434 H 10 Juni 2013 M
Penyusun Bayu Aji Santoso NIM : 06380035
xix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii
HALAMAN TRANSLITERASI ................................................................... ix
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. xv
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pokok Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 6
D. Telaah Pustaka ......................................................................... 7
E. Kerangka Teoretik .................................................................... 9
F. Metode Penelitian..................................................................... 13
G. Sistematika Pembahasan .......................................................... 16
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG UPAH DALAM ISLAM ..... 18
A. Pengertian dan Dasar Hukum Upah ......................................... 18
B. Kedudukan Upah dalam Akad Ijarah ....................................... 21
C. Bentuk Dan Syarat Upah .......................................................... 23
xx
D. Sistem Penetapan Upah ............................................................ 24
E. Konsep Keadilan Dalam Upah ................................................. 28
F. Upah Dalam Prespektif Hukum Positif Indonesia ................... 32
BAB III GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN SISTEM
PENGGAJIAN KARYAWAN DI G’BOL COFFEE CAFE,
JLN. SOROWAJAN BARU NO. 16, YOGYAKARTA ........... 42
A. Gambaran Umum Lokasi ......................................................... 42
B. Praktik Pelaksanaan Sistem Penggajian Karyawan di G’bol
Coffee Cafe Jln. Sorowajan Baru No. 16, Yogyakarta ............ 49
C. Masalah dan Kendala Dalam Sistem Penggajian .................... 52
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN SISTEM PENGGAJIAN KARYAWAN
DI G’BOL COFFEE CAFE, JLN. SOROWAJAN BARU
NO. 16, YOGYAKARTA ............................................................ 55
A. Sistem Penggajian .................................................................... 55
B. Konsep Keadilan Dan Kelayakan ............................................ 60
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 68
A. Kesimpulan .............................................................................. 68
B. Saran-saran ............................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Terjemahan ............................................................................... ii
B. Biografi Ulama Dan Sarjana .................................................... v
xxi
C. Lampiran Permenakertrans Nomor: PER. 17/MEN/VIII/2005
Tentang KHL .......................................................................... viii
D. Pedoman Wawancara ............................................................... xiii
E. Curriculum Vitae ...................................................................... xv
F. Surat Keterangan ...................................................................... xvi
G. Surat Pernyataan....................................................................... xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang secara otomatis hidup
bermasyarakat, oleh karena itu tidak dapat dipungkiri lagi akan adanya interaksi-
interaksi sosial apapun bentuknya yang tentu akan saling berhubungan satu sama
lainnya. Dalam konteksnya, bentuk dari interaksi-interaksi sosial tersebut dapat
berupa saling tolong-menolong, bantu-membantu, dan saling bekerja sama. Pada
akhirnya, dari interaksi sosial tersebut mulailah tampak hak-hak dan kewajiban,
yang kemudian muncul kaidah yang disebut dengan hukum mu’amalah, yaitu
kaidah hukum yang mengatur hubungan hak dan kewajiban dalam kehidupan
bermasyarakat,1 guna menghindari terjadinya benturan antar kepentingan.
Di antara sekian banyak bentuk interaksi dan tolong-menolong adalah
sistem kerja sama hubungan industrial yang di dalamnya juga termasuk sistem
pengupahan atau penggajian, yang di sini terdapat dua pihak yaitu di satu pihak
sebagai penyedia jasa manfaat atau tenaga yang lazim disebut sebagai buruh,
karyawan, atau pekerja dengan pihak lain yang menyediakan pekerjaan yang
lazim pula disebut majikan atau bos. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha
kerjasama yang bersifat saling menguntungkan dalam rangka upaya meningkatkan
taraf hidup bersama baik bagi pengusaha maupun bagi pekerja. Kemudian dalam
rangka saling memenuhi kebutuhannya pihak buruh mendapatkan kompensasi
1 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Mu’amalah (Hukum Perdata), cet. ke-2
(Yogyakarta: FH UII, 2004), hlm. 11.
2
berupa upah. Kerja sama seperti ini dalam literatur fiqih sering disebut dengan
istilah Ija>rah al-‘ama>l, yaitu sewa menyewa tenaga atau jasa manusia dengan upah
atau imbalan.
Upah dalam Islam disebut juga dengan Ujra>h. Seperti yang telah disebut di
atas, upah atau gaji adalah bentuk kompensasi atas jasa yang telah diberikan oleh
tenaga kerja. Untuk mengetahui definisi upah versi Islam secara menyeluruh, ada
baiknya jika kita lihat dahulu beberapa kutipan ayat di bawah ini:
≅%ρ #θ=ϑã# “¡ù !# /3=Ηå …&!θ™‘ρ βθΖΒσϑ9#ρ ( χρŠI™ρ ’<) Ο=≈ã
=‹ó9# ο‰≈κ¶9#ρ /3∞ m7⊥‹ù $ϑ/ Λ⎢Ζ. βθ=ϑè? .2
Kemudian:
⎯Β ≅ϑã $s=≈¹ ⎯ iΒ 2Œ ρ& ©\Ρ& θδρ ⎯ΒσΒ …μΖ‹sΖ=ù οθ‹m π6hŠÛ (
ΟγΨƒ“fΖ9ρ Νδ_& ⎯¡m'/ $Β #θΡ$2 βθ=ϑèƒ .3
Quraish Shiha>b dalam bukunya “Tafsir al-Misba>h”4 menjelaskan jika kita
bekerja demi karena Allah dengan amal shaleh yang bermanfaat baik untuk diri
kita dan masyarakat umum, maka akan ada ganjaran dan balasan untuk hal itu.
Ganjaran dan balasan yang dimaksud di sini adalah upah, atau gaji, atau
kompensasi. Dari kutipan ayat di atas juga nampak bahwa upah atau gaji dalam
konsep Islam memiliki dua aspek, yaitu dunia dan akhirat. Seperti yang termaktub
dalam Surat al-Kahfi : 30:
2 At-Taubah (09): 105. 3 An-Nahl (16): 97. 4 Quraish Shiha>b, Tafsir Al-Misba>h, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) hlm. 342.
3
β) ⎥⎪%!# #θΖΒ#™ #θ=ϑãρ M≈s=≈Á9# $Ρ) ω ì‹ÒΡ _& ⎯Β ⎯¡m& ξϑã .5
Dari sedikit uraian di atas juga dapat disimpulkan bahwa proses penentuan
upah yang Islami itu berasal dari dua faktor, yaitu obyektif dan subyektif. Dari sisi
obyektif adalah upah ditentukan melalui pertimbangan tingkat upah di pasar
tenaga kerja, sedangkan sisi subyektifnya adalah upah ditentukan melalui
pertimbangan-pertimbangan sosial, dan maksud dari pertimbangan sosial tersebut
adalah terkait nilai-nilai kemanusiaan. Di antara nilai-nilai kemanusiaan di sini,
konsep keadilan terlihat sangat dominan dalam setiap praktek pelaksanaan
pengupahan atau penggajian yang tentunya juga harus sesuai dengan peraturan
yang ada.
Secara universal, praktek pengupahan atau penggajian ini hendaknya
memenuhi konsep keadilan dan tidak merugikan salah satu pihak, baik itu buruh
ataupun majikan. Kemudian bentuk dari keadilan tersebut juga sangat banyak,
keadilan dalam hal jam kerja, keadilan dalam hal jumlah upah atau gaji, keadilan
dalam hal porsi kerja, dan keadilan dalam hal jaminan kesejahteraan lainnya.
Namun praktisnya di lapangan, dewasa ini banyak sekali praktek sistem
penggajian atau pengupahan yang kurang tepat ataupun kurang sesuai dengan
aturan sehingga muncullah berbagai permasalahan yang terkadang menimbulkan
rasa ketidak adilan bagi para buruh atau karyawan.
Yogyakarta adalah salah satu dari berbagai contoh kota besar yang ada di
Indonesia, dimana tentunya banyak sekali kegiatan atau proses hubungan yang
bersifat industrial. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan,
5 Al-Kahfi (18): 30.
4
toko-toko, dan ruang-ruang usaha lainnya yang tentunya akan ada interaksi-
interaksi industrial di dalamnya, salah satunya adalah terkait sistem penggajian
atau pengupahan.
G’bol Coffee adalah salah satu dari sekian banyak bentuk aplikasi contoh
kegiatan industrial yang ada di Yogyakarta, yang terletak di Jalan Sorowajan Baru
No. 16, Bantulan, Yogyakarta. G’bol Coffee adalah sejenis Cafe atau warkop
(warung kopi) yang bergerak di bidang kuliner. Hal ini dibuktikan dengan sajian
menu-menunya yang berisikan pada seputar aneka minuman dan makanan. Oleh
karena image yang didapat dari sebuah warkop (warung kopi), maka di G’bol
Coffee top item atau menu andalan yang diandalkan adalah kopi.
Cafe G’bol Coffee seperti halnya bentuk hubungan industrial lainnya yang
di dalamnya terdapat pihak pekerja dan pihak pemilik juga mempunyai sistem
dalam penggajian atau pengupahan karyawan. Beberapa bentuk pelaksanaan
penggajian atau bentuk intensif dan fasilitas yang diperoleh karyawan di Cafe
G’bol Coffee:
1. Gaji bersih yang berjumlah: Rp. 450.000,00
2. Makan free,
3. Minum free,
4. Tempat untuk menginap.
Jadi seluruh karyawan di Cafe G’bol Coffee mendapatkan intensif berupa
uang sebesar Rp. 450.000 bersih, yaitu dalam bentuk cash, kemudian beberapa
fasilitas lainnya yang oleh manajemen dan pengurus Cafe dibuat dalam bentuk
selain uang cash, yaitu makan selama 3x dalam satu hari beserta minum, lalu oleh
5
sebab mayoritas dari karyawan dari G’bol Coffee adalah perokok, maka
disediakan pula fasilitas rokok gratis, kemudian disediakan pula fasilitas berupa
tempat untuk menginap bagi karyawan. Manajemen dan pengurus Cafe G’bol
Coffee juga mengatur masalah jam kerja bagi karyawan, dengan membagi jam
kerja dalam satu hari menjadi 2 waktu dari 20 jam durasi kerja, yaitu mulai dari
jam 07.00 pagi – 02.00 dini hari. Shift pertama mulai dari jam 07.00-18.00 WIB,
dan shift kedua dari jam 18.00-02.00 WIB.
Karyawan yang ada di Cafe G’bol Coffee berasal dari latar belakang yang
berbeda-beda, ada yang lulusan SMA, dan ada juga yang masih menempuh studi
sebagai mahasiswa dan “nyambi” kerja. Dalam hal tempat tinggal juga ada yang
tinggal di Cafe dan ada juga karyawan yang tinggal di kos, kendati telah
disediakannya tempat penginapan, jadi pada prakteknya ada sebagian karyawan
yang tidak mendapatkan intensif berupa tempat penginapan.
Fakta yang lain adalah dalam hal jam kerja, yang secara kasat mata
kebijakan dari manajemen Cafe G’bol Coffee juga terlihat kurang adil dengan
adanya perbedaan durasi jam kerja dimana shift pagi lebih banyak daripada shift
malam. Kebijakan dari manajemen dalam hal ini setelah ditelusuri lewat
wawancara dan survey langsung ke lokasi adalah dikarenakan volume kerja yang
mendasari perbedaan akan hal jam kerja tersebut, dimana jam kerja malam
dominan lebih aktif dan padat dibandingkan jam kerja yang pagi.
Beranjak dari berbagai macam uraian permasalahan di atas penyusun ingin
mengkaji lebih dalam lagi mengenai bagaimanakah Tinjauan Hukum Islam
6
Terhadap Sistem Penggajian Karyawan yang terjadi di Cafe G’bol Coffee di Jalan
Sorowajan Baru No. 16, Yogyakarta.
B. Pokok Masalah
1. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap sistem Penggajian karyawan di
Cafe G’bol Coffee Jln. Sorowajan Baru No. 16, Yogyakarta?
2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap konsep keadilan dalam sistem
kerja di Cafe G’bol Coffee Jln. Sorowajan Baru No. 16, Yogyakarta?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan praktek pelaksanaan sistem penggajian karyawan di
Cafe G’bol Coffee.
b. Untuk menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap sistem
penggajian karyawan di Cafe G’bol Coffee.
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan gambaran tentang
perkembangan Hukum Ketenagakerjaan atau hubungan industrial di
Indonesia yaitu mengenai salah satu variasi pelaksanaan sistem
penggajian atau pengupahan yang ditinjau dari segi Hukum Islam.
b. Sebagai sumbangsih terhadap wacana ilmu pengetahuan khususnya
dalam ilmu hukum muamalah Islam.
7
c. Sebagai sedikit masukan terhadap para pelaku usaha dalam hal sistem
penggajian atau pengupahan di Indonesia umumnya, dan di Cafe G’bol
Coffee khususnya.
D. Telaah Pustaka
Penelitian dan Kajian tentang sistem upah atau gaji sudah banyak sekali
diangkat oleh para peneliti-peneliti terdahulu, antara lain adalah penelitian yang
dilakukan oleh Asrori tentang sistem upah buruh di pabrik rokok PT. Gudang
Garam Kediri dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap
Upah Pekerja Borongan di PT. Gudang Garam Kediri”,6 yang mana penelitian ini
menitikberatkan pada sistem pengupahan terhadap pekerja borongan bagi buruh,
yang dikaitkan juga dengan ketentuan Upah Minimum Regional (UMR)
Kabupaten Kediri Tahun 1997.
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Upah bagi
Pengrajin Tas Anyaman di Desa Sukoreno Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon
Progo”7 yang merupakan skripsi karya Muhammad Lathief Fakhruddin ini yang
berangkat dari adanya kecacatan dan kurang jelasnya akad perjanjian yang
mengakibatkan pada wan prestasi. Kemudian Agus Tri Hendra Jatmika dengan
kajian dalam skripsinya yang berjudul, “Sistem Pemberian Upah Pegawai PT.
6 Asrori, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Upah Pekerja Borongan di PT. Gudang Garam
Kediri6”, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta, Fak. Syari’ah, IAIN Sunan Kalijaga, 1997. 7 Muhammad Lathief Fakhruddin, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan
Pembayaran Upah bagi Pengrajin Tas Anyaman di Desa Sukoreno Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo”, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga, 1998.
8
Asuransi Jiwa Bringin Sejahtera “Bringin Life” dalam Tinjauan Hukum Islam”.8
yang penelitiannya berdasarkan pada prosentase perolehan nasabah.
Muhammad Nadzier yang mengangkat tentang sistem pemberian upah
terhadap pekerja borongan di sebuah koperasi batik di daerah pekalongan dalam
skripsinya yang berjudul “Prinsip Keadilan Islam Terhadap Sistem Upah di Desa
Pekajang Kabupaten Pekalongan”,9 Nadzier dalam penelitiannya ini lebih
menekankan terhadap bagaimana seharusnya keadilan dalam Islam dapat terwujud
dalam sebuah sistem pengupahan, yang disinkronkan pula dengan aturan-aturan
Undang-Undang tentang Upah Minimum Regional (UMR) di daerah Pekalongan.
Utihatli Furosatun juga telah mengkaji tentang beberapa konsep upah
dalam Islam dan konvensional, mengenai persamaan dan perbedaan antara kedua
konsep tersebut dalam skripsinya yang berjudul “Studi Komparatif antara Upah
menurut Sistem Ekonomi Islam dan Konvensional”.10
Berdasarkan pada beberapa rujukan penelitian-penelitian di atas, penyusun
menemukan ada beberapa permasalahan yang berbeda yang terjadi pada sistem
pengupahan karyawan di Cafe G’bol Coffee Jln. Sorowajan Baru No. 16,
Yogyakarta baik itu dari segi obyek maupun dari segi subyeknya.
8 Agus Tri Hendra Jatmika, “Sistem Pemberian Upah Pegawai PT. Asuransi Jiwa Bringin
Sejahtera “Bringin Life” dalam Tinjauan Hukum Islam”, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta, Fak. Syari’ah, IAIN Sunan Kalijaga, 1998.
9 Muhammad Nadzier, “Prinsip Keadilan Islam Terhadap Sistem Upah di Desa Pekajang Kabupaten Pekalongan”, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta, Fak. Syari’ah, IAIN Sunan Kalijaga, 2000.
10 Utihatli Furosatun, “Studi Komparatif antara Upah menurut Sistem Ekonomi Islam dan Konvensional”, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta, Fak. Syari’ah, UIN Sunan Kalijaga, 2006.
9
E. Kerangka Teoretik
Bagaimanapun persoalan upah buruh masih menjadi topik yang penting
untuk dibahas karena upah merupakan masalah yang sensitif bagi buruh, jadi upah
merupakan komponen utama yang merupakan penopang kehidupan sehari-hari
bagi buruh/karyawan. Para Ulama Fiqh membahas masalah upah11 atau
pengupahan atau penggajian dalam istilah perjanjian sewa-menyewa yang disebut
dengan ija>rah yang di dalamnya memuat pengertian yaitu suatu jasa yang
diberikan sebagai imbalan manfaat (upah/gaji). Oleh karena itu, ada beberapa hal
yang perlu digarisbawahi di sini, yaitu mengenai jenis pekerjaan, waktu
pekerjaan, dan upah kerja, agar tidak kabur, karena transaksi ija>rah yang kabur itu
hukumnya fa>sid (rusak).
Al-Sayyi>d Sabiq dalam Kitab Fiqh al-Sunnah,12 mengatakan bahwa al-
ija>rah berasal dari kata al-ajru> yang berarti al-‘iwa>d (ganti). Oleh sebab itulah al-
sawa>b (pahala) dinamakan ajru> menurut pengertian syara>’, sehingga al-ija>rah
adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
Afzalurrahman juga menyebutkan bahwa upah adalah harga yang
dibayarkan kepada pekerja atas jasanya dalam produksi kekayaan, seperti faktor
produksi lainnya. Tenaga kerja diberikan imbalan jasa berupa upah. Dengan kata
lain upah adalah harga diri yang dibayar atas jasanya dalam produksi kekayaan.13
11 Upah yang dalam bahasa Arabnya disebut Ju’lu> yang berarti gaji, lihat Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir; Arab-Indonesia Cet. XI, (Yogyakarta: Proyek Pengadaan Buku-buku Ilmiah Pon-Pes al-Munawwir Krapyak, 1984), hlm. 211.
12 Al-sayyi>d Sa>biq, Fiqh al-Sunnah, alih bahasa Kamaludin dan A. Marzuki (Bandung: Al-Ma’arif, 1993), XIII: 15.
13 Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, alih bahasa Dewi Nurjulianti et.al., (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumi, 1997), hlm. 295
10
Berdasarkan terhadap dalil-dalil dari al-Qur’an ataupun al-Sunah tentang
upah/gaji, maka dapat disimpulkan bahwasanya upah atau gaji dalam Islam
bersifat lebih dalam dan kerohanian, yaitu ganjaran (imbalan) yang diterima
seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk materi di dunia (yang mencakup adil
dan layak), dan dalam bentuk pahala di akhirat. Di sini terlihat bahwasanya
keadilan dan kelayakan dalam pemberian upah atau gaji terhadap buruh atau
karyawan merupakan hal yang sangat esensial agar tercapainya pahala di akhirat
kelak.
Akan tetapi, baik di dalam al-Qur’an maupun al-Sunah belum dijelaskan
aturan-aturan baku secara mendetail tentang bagaimanakah sistem penetapan gaji,
mekanisme pemberiannya, dan bentuk kongkrit tentang upah atau gaji. Hal
tersebut karena upah atau gaji merupakan salah satu kegiatan dalam muamalah
yang senantiasa terus berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat dan zaman.
Pemberian upah atau gaji sebagai imbalan yang telah dilaksanakan sering
menjadi persoalan yang masih perlu untuk dikaji dan dicari solusinya, hal ini
disebabkan karena adanya tuntutan masing-masing pihak yang berbenturan. Oleh
karena itu, dalam gaji/upah harus memenuhi tiga prinsip sebagaimana yang
dijelaskan dalam hukum muamalat, yaitu:
1. Muamalat harus dilaksanakan dengan dasar ridho dan suka rela, tanpa
mengandung unsur paksaan.
2. Muamalat dilaksanakan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat
dan menghindarkan mudharah dalam kehidupan masyarakat.
11
3. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai-nilai keadilan dan
menghindari dari unsur-unsur penganiayaan.14
Upah harus diberikan secara adil dan tidak merugikan salah satu pihak.
Adil secara bahasa mengandung dua arti yaitu tidak berat sebelah dan sepatutnya,
kemudian tidak sewenang-wenang.15 Jadi dalam pola masyarakat Islam, upah atau
gaji bukan hanya sekedar merupakan suatu konsesi saja, tetapi merupakan hak
asasi bagi pekerja atau karyawan yang dalam penetapannya harus memenuhi 3
asas, yaitu keadilan, kelayakan, dan kebajikan.16
Menurut al-Sayid Qutub dalam bukunya yang berjudul “Keadilan Sosial
dalam Islam”, keadilan itu berdasarkan pada 3 asas, yaitu:
1. Kebebasan jiwa yang mutlak.
2. Persamaan kemanusiaan yang sempurna.
3. Jaminan sosial yang kuat.17
Asas keadilan menuntut agar upah/gaji buruh dibayar secara seimbang atas
jasa yang telah diberikan. Selanjutnya ada dua aspek keadilan dalam standarisasi
penetapan upah/gaji, yaitu:
1. Keadilan Distributif, menuntut agar para buruh yang melaksanakan
pekerjaan sama dengan kemampuan dan kadar kerja yang sama,
memperoleh upah yang sama tanpa memperhatikan kebutuhan individu
14 Ibid., hlm. 10. 15 TPW.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. ke-6, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1976), hlm. 16. 16 Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman, cet. ke-4, (Bandung: Mizan,
1996), hlm. 191 17 Sayid Qutub, Keadilan Sosial dalam Islam, alih bahasa Afif Muhammad, cet. ke-2,
(Bandung: Pustaka Pelajar, 1415 H/1994 M), hlm. 43
12
yang berkenaan dengan kondisi keluarganya. Sebagaimana Firman Allah
SWT:
β) !# Β'ƒ Α‰è9$/ ⎯≈¡m}#ρ ›$Gƒ)ρ “Œ †1)9# ‘SΖƒρ ⎯ã
™$±s9# 6Ψϑ9#ρ ©ö79#ρ 4 Ν3àèƒ Ν6=è9 χρ.‹? .18
2. Keadilan Harga Kerja, menuntut agar para pekerja diberikan upah yang
seimbang dengan jasa yang telah diberikan, tanpa dipengaruhi hal apapun
yang hanya menguntungkan para pemilik pekerjaan saja.
Di sini terlihat jelas sekali bahwa arti kata adil memang tidak baku, artinya
di situ terdapat banyak sekali makna, selanjutnya tergantung pada obyek dan
subyeknya saja untuk mendefinisikan kata adil itu sendiri.
Afzalurrahman berpandangan bahwa upah itu tidak boleh bersifat
eksploitatif.19 Sedangkan dalam pandangan Eggi Sudjana, upah harus diletakkan
dalam kerangka kekhalifahan manusia, karena bekerja adalah merupakan bagian
dari ibadah, maka selayaknya upah harus diberikan secara adil dan sebagai
penghormatan antar sesama manusia.20
Upah atau gaji dalam Islam termasuk dalam kategori ija>rah. Yang mana
kemudian ija>rah ini juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu ija>rah al-
a’ma>l (bersifat pekerjaan), dan ija>rah al-a’ya>n (bersifat manfaat). Menurut
Taqiyuddin al-Nabhani, pengertian dari ija>rah al-a’ma>l sendiri adalah pemilikan
jasa dari seorang a>jir (orang yang dikontrak tenaganya) oleh pihak musta’ji>r
18 An-Nahl (16): 90. 19 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, hlm. 363. 20 Eggi Sudjana, “Upah dalam Pandangan Islam”, Republika, 1 Mei 2002, hlm. 6
13
(orang yang mengontrak tenaga kerja), dengan kata lain ija>rah merupakan
transaksi terhadap jasa tertentu dengan disertai konvensasi berupa imbalan.21
Sedangkan ija>rah al-a’ya>n lebih kepada benda. Ija>rah al-a’ma>l atau upah-
mengupah berlaku untuk setiap kegiatan yang mengandung unsur jual beli jasa,
seperti tukang jahit, tukang bangunan, karyawan toko, pramusaji, dan lain-
lainnya, yang dalam hal ini adalah tentang pekerjaan dimana penyewa pekerja
memberikan imbalan/upah/gaji kepada pekerja yang disewa tenaganya.
Sudarso dalam hal ija>rah juga membaginya menjadi dua jenis, yaitu ija>rah
al-a’ya>n dimana yang menjadi obyek di sini adalah manfaat dari benda yang
disewanya, dan ija>rah al-a’ma>l yang obyeknya adalah dari pekerjaan manusia.22
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian
Menurut jenisnya, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian
lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun
langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data-data yang diperlukan.23
Secara sifat, penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara menggambarkan secara obyektif terhadap masalah yang
ada dalam penelitian dan bertujuan untuk mendeskripsikan kebenaran serta
pelaksanaan pengupahan atau penggajian karyawan di G’bol Coffee Cafe di Jln.
21 Taqyudin Al-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, hlm. 83 22 Sudarso, Pokok-Pokok Hukum Islam, cet. ke-1, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 426 23 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, cet. ke-13 (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
hlm. 10
14
Sorowajan Baru No. 16, Yogyakarta, selanjutnya dilakukan peninjauan dalam
hukum Islam (Fiqh) untuk mendapatkan kejelasan hukum di dalam masyarakat.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penyusun dalam
penelitian ini adalah dengan pengambilan sampel melalui observasi, interview,
dan dokumentasi.
a. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis tentang fenomena-fenomena yang terjadi
secara alamiah di tempat yang sedang diteliti.24 Dalam observasi ini,
penyusun melakukan keterlibatan aktif, hal ini dimaksudkan untuk melihat
dan menggambarkan selengkap mungkin mengenai hal-hal atau gejala-
gejala yang berhubungan dengan persoalan dalam judul skripsi ini.
b. Interview
Interview (wawancara) adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan
jalan mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung terhadap
responden.25 Dalam teknik ini penulis bertanya langsung kepada responden
yang meliputi individu yang terlibat dalam pelaksanaan Sistem Penggajian
di Cafe G’bol Coffee, yaitu meliputi para karyawan, pimpinan manajemen,
dan owner dari G’bol Coffee tersebut. Selanjutnya untuk teknik wawancara
menggunakan teknik wawancara semi terstruktur (semi structured
24 Ibid, hlm. 19 25 Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES,
1985), hlm. 145
15
interview), yaitu pertanyaan yang diajukan sesuai daftar yang fleksibel atau
sebuah pedoman dan tidak dari angket yang formal.26
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pencarian data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, surat kabar, agenda, majalah, dan
sejenisnya.27 Metode ini digunakan oleh penyusun sebagai pelengkap atas
data-data yang tidak diperoleh dari metode sebelumnya.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
normatif filosofis, yaitu dengan cara melihat pelaksanaan penggajian atau
pengupahan terhadap karyawan yang terjadi di G’bol Coffee Cafe dan
memasukkan unsur keadilan di dalamnya, tentunya dalam perspektif hukum
Islam.
4. Analisis Data
Dari data yang diperoleh melalui hasil penelitian di lapangan dan dari data
sumber lainnya, selanjutnya penyusun berusaha untuk mengklasifikasikan data
tersebut agar dapat dianalisa supaya tercapainya kesimpulan yang valid dari
26 Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan,
(Jakarta: Yayasan Obor Yogyakarta 2001), hlm. 127 27 Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian, cet. ke-10 (Jakarta: Rineka Cipta, 1996),
hlm. 234
16
sebuah penelitian. Dalam analisis data ini, penyusun menggunakan metode
analisis kualitatif, dengan teknik deduktif.28
G. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini terbagi ke dalam lima bab, yang mana
antara satu bab dengan bab lainnya saling berkaitan sebagai satu kesatuan,
selanjutnya dalam setiap bab terdiri dari sub bab. Guna mempermudah
pemahaman, maka susunannya dapat dijelaskan di bawah ini.
Bab pertama adalah pendahuluan, yaitu berfungsi menghantarkan skripsi
secara keseluruhan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pokok masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoretik, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, berisi tentang ketentuan dan tinjauan Hukum Islam terhadap
upah, oleh karenanya dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian upah, dasar
hukum, syarat-syarat upah, bentuk upah, penetapan upah, dan konsep keadilan
dalam upah atau gaji.
Bab ketiga, berisi tentang pelaksanaan pengupahan atau penggajian yang
terjadi di Cafe G’bol Coffee Jln. Sorowajan Baru No. 16 Yogyakarta. Pada bab
ketiga ini juga akan dipaparkan tentang gambaran umum kondisi tempat
penelitian, sejarah berdirinya, dan lain-lain seputar lokasi penelitian.
28 Deduktif merupakan langkah analisis dari hal-hal yang bersifat umum kedalam hal-hal
yang bersifat khusus. Lihat Saifudin Azwar, Metode Penelitian, cet. ke-5 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 41
17
Bab keempat, berisi analisis tentang pelaksanaan sistem penggajian atau
pengupahan di G’bol Coffee Cafe.
Bab kelima, adalah bab penutup untuk mengakhiri pembahasan. Bab
kelima ini memuat kesimpulan, yang selanjutnya diberikan saran atau masukan.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan oleh penyusun,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam hal Sistem Penggajian, meskipun akad yang digunakan dalam
kesepakatan awal adalah lisan, namun semua rukun dan syarat
terbentuknya akad dan syarat sahnya perjanjian telah terpenuhi. Dalam
akad tersebut telah jelas mengenai sistem kerja, jangka waktu, besar upah
yang akan diterima pekerja dan tata cara pembayaranya.
2. Dalam penetapan gaji, secara garis besar telah tercermin prinsip keadilan
yang bermakna proporsional yaitu keadilan distributif dan keadilan harga
kerja, prinsip kebajikan dan asas equal pay for equal job. Dalam
pemenuhan kebutuhan hidup layak, telah tercermin prinsip kelayakan,
yaitu layak bermakna cukup pangan, sandang, dan papan serta layak sesui
pasaran.
3. Dalam hal sistem kerja, pihak manajemen dari G’bol Coffee masih kurang
menerapkan prinsip keadilan, hal ini tercermin dari perbedaan penerimaan
fasilitas tempat tinggal, dan perbedaan durasi waktu kerja antar karyawan,
yang jika dinominalkan, maka akan terlihat perbedaan hasil akhir dari
jumlah intensif yang diterima.
69
B. Saran-Saran
1. Agar sistem penggajian mempunyai kekuatan hukum yang kuat, benar dan
sebagai langkah preventif agar tidak timbul perselisihan, maka hendaknya
bagi perusahaan-perusahaan, dan pengusaha membuat perjanjian tersebut
secara tertulis sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
menurut regional masing-masing daerah, yang dalam hal ini adalah
Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 370 Tahun 2012
tentang Upah Minimum Kabupaten. Dan tentunya perjanjian tersebut
memuat data pribadi dan segala hal tentang hak-hak dan kewajiban
karyawan secara lengkap dan rinci.
2. Hendaknya ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah diatur dalam
perundang-undangan tentang Ketenagakerjaan terkait penggajian wajib
dipatuhi dan di revisi lagi, antara lain mengenai perjanjian kerja, upah
minimum, upah kerja lembur, dan waktu kerja.
3. Hubungan dan komunikasi antar pekerja dan majikan hendaknya agar
lebih diperhatikan agar tercapainya suasana kerja yang kondusif, dan agar
tercapainya formula simbiosis mutualisme yang baik dalam bermuamalah
tanpa ada salah satu pihak pun yang dirugikan.
4. Para pekerja dan majikan mempunyai kebutuhan yang sama yaitu pangan,
papan, dan sandang, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam
standar penentuan upah minimum bagi karyawan.
5. Seorang pegawai tidak boleh dibebani dengan tugas yang terlalu berat,
yaitu tugas yang melampaui kemampuan.
70
6. Terkait dengan konsep keadilan dan kelayakan gaji dan fasilitas,
hendaknya bagi pihak manajemen untuk lebih mempertimbangkan prinsip-
prinsip keadilan agar tidak terjadi kecemburuan diantara para karyawan.
70
DAFTAR PUSTAKA
1) Al-Qur’an/Tafsir Al-Qur’an/Ulumul Qur’an
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Serajaya Santra, 1987.
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, 2002. Katsir Ad-Dimasyqi, Al Imam Abul Fida Isma’il Ibnu, Tafsir Ibnu Kasir, alih
bahasa Bahrun Abu Bakar dan Anwar Abu Bakar, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2000.
Katsir Al-Dimaysqi, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azim, Maktabah al-Nur al-
‘ilmiyyah: Dar Al-Andalas, 1991.
2) Hadis/Syarah Hadis/Ulumul Hadis
Sajastani, Abu> Dawud Sulaima>n Ibn al-asy’as as-, Sunan Abi Dawud, Beirut: Dar al Fikr, 1981.
3) Fiqh/Ushul al- Fiqh
Al-nabhani, Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Prespektif
Hukum Islam, alih bahasa Moh. Maghfur Wachid dan Munawwar Isma’il, Surabaya: Risalah Gusti, 2009.
Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010. Basyir, Ahmad Azhar, Asas-Asas Hukum Mu’amalah (Hukum Perdata), cet.
ke-2, Yogyakarta : FH UII, 2004. Basyir, Ahmad Azhar, Refleksi atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat,
Hukum, Politik dan Ekonomi, cet. Ke- 4, Bandung: Mizan, 1996. Furosatun, Utihatli, “Studi Komparatif antara Upah menurut Sistem Ekonomi
Islam dan Konvensional”, dalam skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.
Hendra Jatmika, Agus Tri, “Sistem Pemberian Upah Pegawai PT. Asuransi
Jiwa Bringin Sejahtera “Bringin Life” dalam Tinjauan Hukum Islam”,
71
dalam skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1998.
Husni, Lalu, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006. Pasaribu, Chairuman dan Lubis, Suhrawardi K, Hukum Perjanjian Dalam
Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1996. Al-Qarda>wi, Yu>suf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, alih bahasa Zainal
Arifin & Dahlia Husain, Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,
1995. Rahman, Afzalur, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Yogyakarta:
Yayasan Swarna Bhumi, 1997. Sa>biq, Al-sayyid, Fiqh as-Sunnah, alih bahasa Kamaludin dan A. Marzuki,
Bandung: Al-Ma’arif, 1993. Sudarso, Pokok-Pokok Hukum Islam, cet. ke-1, Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Sudjana, Eggi, “Upah dalam Pandangan Islam”, Republika, 1 Mei 2002. Syarbasi, Ahmad asy, Mu’ja>m al-Iqtisa>d al-Isla>mi, Beirut: Dar al-Fikr, t.t. Wijayanti, Asri, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar
Grafika, 2009. Zuhdi, Masjfuk, Masa>il Fiqhiya>h, Jakarta: CV Haji Masagung, 1994. Zuhaili Wahbah Az, Kitab Al-Fiqhul Isla>mi wa Adillatuhu> jilid IV.
4) Buku-Buku Lainnya
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, cet. ke-13, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Asrori, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Upah Pekerja Borongan di PT.
Gudang Garam Kediri”, dalam skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1997.
Azwar, Saifudin, Metode Penelitian, cet. ke-5, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004.
72
Badudu, J.S. Badudu dan Zain, Sutan Mahmud, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Husnam, Suad, Managemen Personalia, Yogyakarta: BPFE, 1983. Lathief Fakhruddin, Muhammad, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pelaksanaan Pembayaran Upah bagi Pengrajin Tas Anyaman di Desa Sukoreno Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo”, dalam skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1998.
Makram, Abi al-Fadl Jamal ad-Din Muhammad bin Mansur, Lisan al-‘Arab,
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992. Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta:
LP3ES, 1985. Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya
Pemberdayaan, Jakarta: Yayasan Obor Yogyakarta 2001. Nadzier, Muhammad, “Prinsip Keadilan Islam Terhadap Sistem Upah di Desa
Pekajang Kabupaten Pekalongan”, dalam skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2000.
Qutub, Sayyid, Keadilan Sosial dalam Islam, alih bahasa Afif Muhammad,
cet. ke-2, Bandung: Pustaka Pelajar, 1415 H/1994 M. Ruky, Ahmad S, Manajemen Penggajian dan Pengupahan Karyawan
Perusahaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001. Surat Edaran Menakertrans No. SE.60/Men/SJ-HK/II/2006 Tentang Panduan
Kesempatan Dan Perlakuan Yang Sama Dalam Pekerjaan Di Indonesia (Equal Employment Opportunity).
TPW.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. ke-6,
Jakarta: Balai Pustaka, 1976. Warson Munawir, Ahmad, Kamus al-Munawwir; Arab-Indonesia Cet. XI,
Yogyakarta: Proyek Pengadaan Buku-buku Ilmiah Pon-Pes al-Munawwir Krapyak, 1984.
I
I
LAMPIRAN-LAMPIRAN
II
II
TERJEMAHAN
No Hlm Foot Note
Terjemahan
BAB I
1 2 2 Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan
RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata,
lalu diberikanNya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.
2 2 3 Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-
laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.
3 3 5 Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shaleh
tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-
orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik.
4 12 18 Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.
III
III
BAB II 5 20 9 Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang
telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi
mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang
mereka tiada dirugikan.
6 20 10 Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu
untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu),
dengan baik.
7 29 23 Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar.
8 29 24 Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.
9 30 27 Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang
telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi
mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang
mereka tiada dirugikan.
10 30 28 Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit
pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang
telah kamu kerjakan.
11 32 30 Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya
dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan
membuat kerusakan.
IV
IV
BAB IV
12 55 1 Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya.
V
V
BIOGRAFI ULAMA DAN SARJANA
Afzalurrahman
Beliau adalah seorang cendekiawan muslim, pemikir Islam dan pakar
ekonomi yang terkemuka di dunia yang berasal dari Pakistan. Jabatan beliau yang
pernah diemban selama hidup diantaranya menjabat sebagai Deputy Secretary
General dari The Muskim School Trust London. Di samping itu beliau juga
seorang sarjana, belajar dengan tenaga sendiri, otodidak dan beliau adalah staf
pengajar pada Islamic College Lahore, selama kekuasaan Abdullah Yusuf Ali
beliau mempunyai kedudukan penting. Afzalurrahman dilahirkan pada tahun
1918, kemudian bermukim di dalam Negara kerajaan Inggris dan menyusun
berbagai macam kamus tentang Al- Qur‟an (QuranicbDictionaries) dan wafat
pada tahun 1998.
Abd. Wahhab Khallaf
Adalah ahli hukum Islam kontemporer, ia dilahirkan pada tahun 1888 M
dan wafat pada tahun 1956 M. Khallaf pernah mengenyam pendidikan tinggi di
al-Azhar. Kemudian ia bergabung dengan Lembaga Peradilan Agama dan Lulus
sekaligus diangkat sebagai dosen. Pada tahun 1924, ia diangkat sebagai Qadi di
Mahkamah Syari‟iyyah. Pada tahun 1924 ia diangkat sebagai dosen pada fakultas
hokum Universitas Kairo dalam bidang studi keislaman tahun 1934 1956 M. Ia
berhenti menyampaikan kuliah karena sakit. Abd. Wahhab Khalaf sangat
produktif dalam menulis, dianta karya-karyanya adalah “Ilm Ushul al-Fiqh, al-
Waqf wa al-Mawaris, Masa dir at-Tasyri’al-Islami.”
Wahbah al-Zuhaily
Nama lengkapnya adalah Wahbah Mustafa al-Zuhaily. Beliau dilahirkan
di kota Dayr A<tiyah bagian Damaskus pada tahun 1932. Ia belajar di fakultas
Sya>ri‟ah di Universitas al-Azhar Kairo Mesir dengan memperoleh ijazah tertinggi
pada peringkat pertama tahun 1956. Sedangkan gelar Lc beliau peroleh dari
Universitas Ain Syam dengan predikat Jayyid (baik) tahun 1957, adapun gelar
VI
VI
Diploma diperoleh pada Ma‟had Sya>ri‟ah (MA) tahun 1959 dari fakultas Hukum
Universitas al-Qa>hirah. Kemudian gelar Doktor dalam bidang Hukum Islam (al-
Syari’ah al- Islamiyah) ia peroleh pada tahun 1963 di Fakultas yang sama. Pada
tahun 1963 beliau dinobatkan sebagai dosen (Mudarris) spesifikasi keilmuan di
bidang Figh dan Ushul al-Fiqh di Universitas Damaskus. Adapun karyanya yang
terkenal di penjuru tanah air adalah: al-Fiqh al Islami.
Ahmad Azhar Basyir, MA
Beliau dilahirkan di Yogyakarta, 21 November 1928. Ia adalah alumnus
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Yogyakarta (1956). Memperoleh gelar
magister dalam Islamic Studies dari University Kairo tahun 1965. Sejak tahun
1953 ia aktif menulis buku antara lain: Terjemah Matan Taqrib, Terjemah
Jawahirul Kalamiyah (Aqaid), Manusia, Kebenaran Agama dan Toleransi,
Pendidikan Agama Islam, Asas-asas Muamalah, Negara dan Pemerintahan dalam
Islam, dan masih banyak lagi. Ia menjadi dosen Universitas Gajah Mada
Yogyakarta sejak tahun 1968 sampai wafat tahun1994, menjadi dosen luar biasa
Universiyas Islam Indonesia Yogyakarta sejak tahun 1968, ketua PP
Muhammadiyah periode 1990-1995.
Ibnu Ma>jah
Beliau adalah seorang Ahli hadis terkenal yang dijuluki “ Al-Hafiz al-
Kbir‟ nama lengkapnya adalah Muhammad Ibn Yazid Ibn Abdillah Ibn Majah
Al- Qazwaini, ia lahir pada tahun 209 H dan wafat pada tahun 273 H. Semenjak
kecil beliau telah dikenal sebagai seorang yang sangat mencintai ilmu
pengetahuan, terutama ilmu hadis.ia melakukan perjalananuntuk memperdalam
hadis dan ilmuilmu yang berkaitan dengan agama. Kota-kota yang dituju antara
lain, Irak, Hijaz, Syiria, dan Mesir. Karyanya yang terkenal adalah as-Sunnah atau
yang lebih popular dengan sebutan Sunah Ibn Majah
Yu>suf al-Qarda>wi
Dr. Yu>suf al-Qarda>wi lahir di Mesir pada tahun 1926, ketika usia beliau
genap 10 tahun,beliau telah dapat menghafal al-Qur’an.setelah menyelesaikan
VII
VII
pendidikan di Ma’had Thanta dan Ma’had Tsanawi, beliau meneruskan pendidikan
ke Fakultas Ushuludin Uninersitas al-Azhar Kairo sampai dengan progam
doktornya di tahun 1973, pada tahun 1975 beliau juga memasuki Institut
pembahasan dan pengkajian Bahasa Arab Tinggi dengan meraih gelar Diploma
Tinggi Bahasa dan Sastra Arab. Karya-karyanya antara lain adalah: Hadyu al-
Islam Fatawi Mu’asirah, Awanilu al-Saahwa al-Mar’unah fi al-sari’ah al-
Islamiyya>h dan lain-lain.
VIII
VIII
PERATURAN MENTERI NO. 17 TH 2005 PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: PER-17/MEN/VIII/2005
TENTANG
KOMPONEN DAN PELAKSANAAN
TAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK
INDONESIA
Menimbang : Bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 89 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
perlu diatur mengenai komponen dan pelaksanaan tahapan
pencapaian kebutuhan hidup layak dengan peraturan
menteri;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4279);
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
IX
IX
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi
Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3952);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 107
Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M
Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu;
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 01 Tahun 1999
jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor KEP. 226/MEN/2000 tentang Upah Minimum;
Memperhatikan : Hasil Pertemuan Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional
tanggal 24 Agustus 2005
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TENTANG
KOMPONEN DAN PELAKSANAAN TAHAPAN
PENCAPAIAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Kebutuhan Hidup Layak yang selanjutnya disingkat KHL adalah standar
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat
X
X
hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu)
bulan.
2. Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kota adalah suatu lembaga non
struktural yang bersifat tripartit, dibentuk oleh Gubernur/Bupati/Walikota dan
bertugas memberikan saran serta pertimbangan kepada Gubernur/Bupati/
Walikota dalam penetapan upah minimum.
Pasal 2
1) KHL sebagai dasar dalam penetapan upah minimum merupakan peningkatan
dari kebutuhan hidup minimum.
2) KHL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari komponen sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
1) Nilai KHL diperoleh melalui survei harga.
2) Survei harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim yang
terdiri dari unsur tripartit yang dibentuk oleh Ketua Dewan Pengupahan
Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota.
3) Dalam hal di Kabupaten/Kota belum terbentuk Dewan Pengupahan, maka
survei harga dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Bupati/Walikota setempat.
4) Unsur Tripartit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang mewakili
Pemerintah harus mengikutsertakan Badan Pusat Statistik setempat.
5) Survei harga KHL dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagaimana
pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
XI
XI
1) Berdasarkan hasil survei harga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5)
Dewan Pengupahan atau Bupati/Walikota setempat menetapkan nilai KHL.
2) Nilai KHL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam penetapan upah minimum.
3) Penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku bagi
pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun.
4) Upah bagi pekerja/buruh dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih
dirundingkan secara bipartit antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
buruh dengan pengusaha di perusahaan yang bersangkutan
5) Dalam hal Gubernur menetapkan upah minimum Provinsi, maka penetapan
upah minimum didasarkan pada nilai KHL Kabupaten/Kota terendah di
Provinsi yang bersangkutan dengan mempertimbangkan produktivitas,
pertumbuhan ekonomi dan usaha yang paling tidak mampu (marginal).
6) Produktivitas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan hasil
perbandingan antara jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan
jumlah tenaga kerja pada periode yang sama.
7) Pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan
pertumbuhan nilai PDRB.
Pasal 5
1) Pencapaian KHL dalam penetapan upah minimum dilaksanakan secara
bertahap.
2) Tahapan pencapaian KHL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Gubernur.
XII
XII
3) Dalam menetapkan tahapan pencapaian KHL sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) Gubernur memperhatikan kondisi pasar kerja, usaha yang paling tidak
mampu (marginal) di Provinsi/Kabupaten/Kota/serta saran dan pertimbangan
dari Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kota.
Pasal 6
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Tenaga
Kerja \ Nomor KEP. 81/MEN/1995 tentang Penetapan Komponen Kebutuhan
Hidup Minimum \ dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 7
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 2005
MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
Salinan sesuai dengan aslinya:
Kepala Biro Hukum, Myra M. Hanartani NIP. 160025858
FAHMI IDRIS
Lampiran : Komponen Kebutuhan Hidup Layak untuk Pekerja Lajang dalam sebulan dengan 3.000 K Kalori per hari.
XIII
XIII
PEDOMAN WAWANCARA
A. Owner
1. Bagaimana gambaran umum G’bol Coffee Café?
2. Bagaimana sejarah berdirinya?
3. Ada berapa macam pekerjaan?
4. Apa saja hak dan kewajiban karyawan?
5. Bagaimana sistem pola kerja karyawan?
6. Bagaimana dalam hal pembagian jam kerja?
7. Berapakah jumlah gaji yang diterima oleh karyawan tiap bulannya?
8. Adakah tunjangan-tunjangan lain atau bonus?
9. Fasilitas apa saja yang diperoleh karyawan?
10. Bagaimana sistem dalam perekrutan karyawan?
11. Bagaimana sistem penggajiannya?
12. Kendala apa saja yang didapati ketika sistem penggajian?
B. Karyawan
1. Apa pendidikan terakhir anda?
2. Sudah berapa lama anda bekerja?
3. Bagaimana sistem pola kerja yang ditrerapkan?
4. Berapa jam anda kerja dalam satu hari?
5. Apakah ada tunjangan yang anda terima?
6. Fasilitas apa saja yang anda peroleh?
XIV
XIV
7. Berapakah jumlah gaji yang anda peroleh?
8. Kapan anda menerima gaji?
9. Cukupkah gaji yang anda terima untuk biaya kehidupan anda?
10. Layakkah gaji yang anda terima?
11. Apakah kendala anda selama bekerja di G’bol Coffee Café?
12. Apakah anda betah kerja di G’bol Coffee Café?
XV
XV
CURRICULUM VITAE
Nama : Bayu Aji Santoso
NIM : 06380035
Tempat, Tanggal Lahir : Banjarnegara, 19 Desember 1988
Alamat Asal : Banjarnegara, Banjarmangu, RT 03 RW 01, Jawa
Tengah
Alamat Yogyakarta : Jln. S. Parman No. 68, Yogyakarta
Fakultas/Prodi : Syari’ah dan Hukum/Muamalat
Riwayat Pendidikan :
MI Muhammadiyyah Banjarmangu, tamat tahun 2000
MTs Mu’allimmin Muhammadiyyah Yogyakarta,
tamat tahun 2003
MA Mu’allimmin Muhammadiyyah Yogyakarta,
tamat tahun 2006
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, masuk tahun 2006