tinjauan hukum islam terhadap praktik...

97
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGELOLAAN DANA IURAN ASURANSI BPJS KESEHATAN Study Kasus Kantor BPJS Cabang Kota Salatiga Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: ISTIQOMAH NIM : 214-12-002 JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: dotu

Post on 12-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK

PENGELOLAAN DANA IURAN ASURANSI

BPJS KESEHATAN

Study Kasus Kantor BPJS Cabang Kota Salatiga

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

ISTIQOMAH

NIM : 214-12-002

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

ii

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

iii

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

iv

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

v

MOTTO HIDUP

ا ت اىجبار ف ا قس اهم # رض ى اا م ىا ي

Aku ridho dengan apa yang diberikan Dzat

yang maha perkasa. Ia beri kami ilmu dan

kepada musuh harta yang berlimpah.

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

vi

HalamanPersembahan

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

1. Allah SWT yang selalu memberikan petunjuk dan kemudahan dalam pembuatan skripsi ini.

2. Bapak dan ibu tercinta yang telah menghabiskan waktunya untuk berdoa dan berkerja keras untukku.

3. Kakak-kakakku tercinta yang selalu memberikan dukungan. 4. Romo Kyai H. Abda’ Abdul Malik beserta ahli baitnya yang

telah mengajarkan kepadaku tentang kehidupan sebenarnya. 5. Teman-teman kampus dan teman-teman santri PPHM yang

telah banyak membantu. 6. Sahabat terbaikku “si Tembok” yang selalu memberikan

semangat perjuangan. 7. Khubbiy “Muhammad Alwi Saifur Rohman” trimakasih sudah

bersedia menunggu sampai tugas akhir ini selesai. 8. Ukhtiy Susi Marlina yang bertahun-tahun tak bosan menjadi

sahabat yang baik untukku.

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

vii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat- Nya Skripsi ini penulis selesaikan sebagaimana yang diharapkan.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan keharibaan junjungan ummat

Islam dunia Nabiyullah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya dan

semoga kita semua tergolong sebagai ummatnya yang kelak mendapat syafaatmin

yaumina hadza ilaa yaumil qiyamah, amien.

Ribuan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah

membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Syariah, Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

3. Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah, Ibu Evi Ariyani, MH.

4. Romo Kyai H. Abda‟ Abdul Malik selaku Murobbi Ruuhiy. Semoga

keberkahan senantiasa terlimpah kepada beliau beserta keluarga.

5. Dosen Pembimbing Skripsi bapak H.M Yusuf Khummaini, S.HI,.M.H

yang selalu memberikan saran, pengarahan, dan masukan guna skripsi

ini dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

6. Bapak dan ibuku tercinta yang telah menyayangi lahir batin tanpa

mengenal lelah.

7. Kakanda Dwi Purwanto, yang telah memberikan dukungan penuh untuk

pendidikanku.

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

viii

8. Pimpinan kantor BPJS cabang Kota Salatiga bapak Hafidh Nugroho yang

telah berkenan meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan tugasnya.

9. Teman-teman seperjuangan di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-„ien.

Special buat rekan imarotul ma‟had yang selalu bisa membuatku kuat

dalam keadaan tersulit sekalipun

10. Teman-teman HES ‟12 yang telah menjadi keluarga selama kurang lebih

4 tahun. Semoga kita semua bisa mencapai kesuksesan bersama.

11. Muhammad Alwi Saifur Rohman, trimakasih sudah menjadi alasan

tersendiri dalam penyelesaian tugas akhir ini.

12. Kak Dita Septikawati, Momot, Ipay, Nyil yang sangat aku sayangi.

13. Adik ku Hendry Gunawan, trimakasih sudah menemani perjuangan yang

kadang penuh kegetiran ini. Mendampingi dalam suka dan duka.

14. Orang-orang berarti dalam hidupku yang tak bisa kusebut satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan

pahala yang berlipat ganda serta senantiasa diberkahi segala urusan dunia

ahiratnya, memperoleh perlindungan sertadilingkupi rahmat dan cinta- Nya.

Amien.Akhirnya penulis ucapakan “Selamat membaca dan mengambil intisari

dari apa yang telah kami Tulis” terimakasih.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Salatiga, 14 September 2016

Penulis

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

ix

ABSTRAK

Istiqomah, 2016. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pengelolaan Dana

Iuran Asuransi BPJS Kesehatan (Study Kasus Kantor BPJS Cabang Kota

Salatiga). Skripsi. Jurusan Syari‟ah. Progam Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: H.M. Yusuf Khumaini, S.HI.,

M.H.

Masa depan asuransi syariah di Indonesia terbilang cukup cerah

bersamaan dengan semakin berkembangnya minat masyarakat terhadap produk-

produk perbankan syariah. Asuransi merupakan suatu metode untuk mengurangi

resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan

adanya kerugian keuangan.

BPJS merupakan salah satu produk asuransi yang saat ini sedang hangat

diperbincangkan di tengah masyarakat. Tujuan BPJS itu sendiri adalah untuk

kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebagai umat Islam, kita memiliki acuan

tersendiri tentang bermuamalah. Dalam bermuamalah, Islam melarang adanya

unsur-unsur yang terlarang seperti gharar, riba, maisir dan lain sebagainya.

Prosedur pengelolaan dana iuran BPJS dapat dibilang belum memenuhi

kriteria pengelolaan dengan prinsip syariah. Hal ini dikarenakan dalam

pengelolaan dana iuran asuransi BPJS masih mengandung unsur gharar dan riba.

Skripsi ini akan mengajak kita untuk memahami bagaimana asuransi

dalam hukum Islam dan bagaimana Islam memandang pengelolaan dana iuran

BPJS yang merupakan program wajib dari pemerintah dan setiap warga negara

Indonesia diharuskan turut serta menjadi peserta.

Penulis

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

MOTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 6

E. Penegasan Istilah..................................................................................... 7

F. Tinjauan Pustaka.................................................................................... 9

G. Metode Penelitian.................................................................................. 11

H. Sistematika Penulisan........................................................................... 16

BAB II : ASURANSI DALAM HUKUM ISLAM

A. Definisi Asuransi Dalam Hukum Islam.............................................. 17

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

xi

B. Prinsip-prinsip Asuransi Dalam Islam............................................... 20

C. Dasar Hukum Asuransi Dalam Islam................................................. 27

BAB III : BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

A. Definisi BPJS......................................................................................... 38

B. Dasar Hukum BPJS.............................................................................. 43

C. Prinsip-Prinsip BPJS Kesehatan......................................................... 44

D. Dana BPJS............................................................................................. 46

E. BPJS Di Kota Salatiga.......................................................................... 49

BAB IV : ANALISIS

A. Analisis Pengelolaan Dana Iuran BPJS Di Kota Salatiga................. 64

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap pengelolaan Dana BPJS di Kota

Salatiga....................................................................................................65

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................ 72

B. Saran...................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN- LAMPIRAN

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia perbankan di Indonesia ternyata sangat

berpengaruh terhadap pola fikir masyarakat luas. Hal ini dibuktikan

dengan semakin berkembangnya ragam transaksi perbankan yang

bermunculan dengan sistem yang sama akan tetetapi memiliki inovasi

yang lebih menarik.

Mereka mengemas produk perbankan yang mereka tawarkan

sedemikian rupa untuk bisa menarik minat masyarakat.Salah satu yang

saat ini sedang berkembang dimasyarakat ialah transaksi asuransi yang

juga mendapat sorotan sebagai produk perbankan yang berkembang pesat.

Dalam pandangan ekonomi, asuransi merupakan suatu metode untuk

mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan

ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (financial). Jadi,

berdasarkan konsep ekonomi, asuransi berkenaan dengan pemindahan dan

mengkombinasikan resiko(Herman : 2001: 02 ).

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

2

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang

Perasuransian disebutkan bahwa :

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau

lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

tertanggung,dan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian

kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak

ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang

tertanggung”.

Menurut fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang

Pedoman Umum Asuransi Syariah dalam ketentuan umum disebut bahwa

asuransi syariah(ta‟min, takaful atau tadhamun) adalah usaha saling

melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui

investasi dalam bentuk asset dan/atau tabarru‟ yang memberikan pola

pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan)

yang sesuai dengan syariah(Abdul : 2007 : 35 ).

Dalam hukum Islam suatu akad dianggap sah jika dalam berakad

kedua belah pihak dalam keadaan rela sama rela dalam hal ini adalah

penanggung dan tertanggung, di mana diantara kedua belah pihak tidak

ada yang merasa terpaksa atau dirugikan dengan akad tersebut.

Islam melarang adanya transaksi-transaksi yang di dalamnya

mengandung unsur gharar, maisir, riba, bathil, dan risywah karena secara

faktualakan cenderung hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan

pihak lain. Namun Islam pun tidak mengabaikan akan arti pentingnya

lembaga keuangan yang memang mendatangkan manfaat bagi umat

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

3

manusia dalam menjalani kehidupanya di muka bumi ini, termasuk di

dalamnya perbolehan untuk melaksanakan kegiatan dibidang

perasuransian.

Dengan menghilangkan unsur-unsur yang dilarang dalam Islam,

kemudian menggantinya dengan akad-akad tradisional Islam maka dapat

melahirkan produk asuransi yang diperbolehkan. Akad-akad tradisional ini

lazimnya disebut dengan akad berdasarkan prinsip syariah, yakni setiap

akad yang di dasarkan pada aturan hukum Islam dengan menghindari

unsur gharar, maisir, riba, bathil, dan risywah yang dapat merugikan

salah satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain.

Asuransi syariah merupakan tuntutan masa depan, karena asuransi

mengandung manfaat-manfaat sebagai berikut:

1. Membuat masyarakat atau perusahaan menjadi lebih aman dari

resiko kerugian yang mungkin timbul.

2. Menciptakan efisiensi perusahaan (bussines effisiency).

3. Sebagai alat penabung (saving) yang aman dari gejolak ekonomi.

4. Sebagai sumber pendapatan (earning power), yang didasarkan pada

financing the bussines(sumitro :2004 : 188 ).

Salah satu dari bentuk asuransi yang saat ini sedang hangat

diperbincangkan adalah BPJS.BPJS merupakan lembaga yang dibentuk

untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24

Tahun 2011. Dalam pasal 14 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

disebutkan bahwa “ Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

4

sudah berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi

anggota BPJS”.

BPJS merupakan salah satu program pemerintah dengan sistem iuran

wajib.Iuran masyarakat yang diwajibkan oleh pemerintah Indonesia ini

menuai berbagai komentar. Masyarakat dituntut untuk membayar

pengalihan resiko yang belum pasti terjadi dengan mengatasnamakan

kesejahteraan. Dan apabila tidak terjadi resiko apapun di masa yang akan

datang uang iuran ini dianggap sumbangan kepada negara tanpa adanya

imbal balik.

Berbeda dengan prinsip akad dalam Islam. Dalam asuransi BPJS,

peserta atau masyarakat dituntut dan diwajibkan untuk turut serta menjadi

peserta asuransi BPJS yang bahkan banyak sekali kalangan yang tidak

memahami tentang bagaimana dana iuran mereka dikelola dan bahkan

banyak sekali dari mereka yang tidak begitu memahami tentang manfaat

apa saja yang akan mereka peroleh setelah menjadi peserta BPJS. Hal ini

tentu bertentangan dengan prinsip akadAn-Taraadlindalam Islam. Dalam

pelaksanaan asuransibisa dikatakan BPJS terjadi wanprestasi di mana

pemerintah selaku pemegang kekuasaan memilihkan segalanya bagi

masyarakat Indonesia dalam hal ini terkait asuransi BPJS.

Sehingga mau tidak mau mereka tetap ikut serta menjalankan

kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, meskipun sebagian dari

mereka merasa bahwa kebijakan tersebut dianggap bertentangan dengan

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

5

apa yang mereka yakini, karena selama ini asuransi yang kita kenal

kebanyakan menggunakan sistem asuransi konvensional, di mana

didalamnya mengandung unsur riba, gharar, maysir dan sejenisnya yang

sudah jelas dilarang oleh Islam.

Sehubungan dengan tidak ditemukannya implementasi prinsip An-

Taraadlin dalam asuransi BPJS khususnya di Kota Salatiga, maka perlu

adanya kajian khusus terkait dengan status hukum asuransi BPJS.Selain itu

belum banyak ditemukan karya ilmiah yang membahas masalah ini secara

rinci untuk bisa dijadikan pedoman atau rujukan dalam pemecahan

masalah yang berhubungan dengan asuransi BPJS.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pengelolaam dana iuran asuransi BPJS kesehatan

di Kota Salatiga?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik pengelolaan

dana iuran asuransi BPJS kesehatan di Kota Salatiga?

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

6

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana praktik pengelolaan dana iuran

asuransi BPJS kesehatan di Kota Salatiga.

2. Untuk mengetahui status hukum pengelolaan dana iuran Asuransi

BPJS kesehatan dalam tinjauan hukum Islam.

D. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini,

antara lain adalah:

1. Bagi Penulis

Bagi penulis sendiri penelitian ini bermanfaat secara akademik,

yakni menambah khazanah pengetahuan penulis guna pengembangan

ilmu ekonomi Islam, yang salah satunya terkait tentang asuransi yang

dijalankan di Indonesia.

2. Bagi Lembaga BPJS

Untuk mengetahui sejauh mana peranan BPJS terhadap

kesejahteraan masyarakat, juga sebagai wujud sosialisasi terhadap

manyarakat yang belum mengenal BPJS untuk bisa meningkatkan

produktifitas. Penelitian ini juga bisa dijadikan bahan acuan atau

pedoman dalam pengelolaan dana asuransi BPJS agar tidak

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

7

bertentangan dengan hukum Islam.Karena, masyarakat Indonesiayang

dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh

masyarakat beragama Islam.

3. Bagi Lembaga IAIN Salatiga

Memberikan masukan dan informasi terkait Asuransi BPJS yang

disampaikan dalam bentuk laporan serta dapat dijadikan sebagai

referensi penelitian lebih lanjut dengan judul dan tema yang hampir

sama bagi perpustakaan IAIN Salatiga.

4. Bagi Masyarakat Umum

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

masyarakat luas dan dapat memberikan pemahaman tersendiri tentang

asuransi dalam hukum Islam. Dengan adanya tulisan ini, masyarakat

diharapkan dapat mengenal lebih dekat BPJS dan sistem yang

dijalankan, serta memahami tentang bagaimana Islam memandang

BPJS yang merupakan program jaminan kesehatan yang bersifat

wajib.

E. Penegasan Istilah

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)

menurut wikipedia merupakan Badan Usaha Milik Negara yang

ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan

pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

8

Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran,

Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya

ataupun rakyat bisaa (lihat Peraturan BPJS No. 1/ 2014, Pasal 1).

Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Asuransi di Indonesia

memaknai asuransi sebagai “suatu persetujuan pihak yang menjamin dan

berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi

sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang

dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas”(Wirjono :

1987 : 1 ).

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246

dijelaskan bahwa yang dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah

“suatu perjanjian (timbal balik) , dengan mana seorang penanggung

mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu

premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,

kerusakan atau kehilangan yang diharapkan, yang mungkin akan

dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu”.

Dalam hukum Islam asuransi dikenal sebagai takaful(تكافم) yang berarti

menolong, mengasuh, memelihara, memberi nafkah, dan mengambil alih

perkara seseorang. Takaful dimaksud, yang akar katanya berasal dari

kafala-yakfulu kafaalatan, mempunyai pengertian menanggung.

Takaful dalam pengertian fiqh mu‟amalah adalah saling memikul

resiko di antara sesama muslim sehingga antara satu dengan yang lainnya

menjadi penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pukul resiko

dimaksud, dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

9

cara, setiap orang mengeluarkan dana kebajikan (baca; tabarru‟) yang

ditujukan untuk menanggung risiko tersebut( Zainuddin : 2008 :6-7 ).

F. Tinjauan Pustaka

BPJS bisa dikatakan program baru dalam tatanan pemerintahan

Indonesia, sehingga belum banyak karya tulis yang membahas tentang

pengelolaan dana BPJS itu sendiri. Berdasarkan penelusuran penulis,

terdapat beberapa skripsi/penelitian yang membahas mengenai investasi.

Akan tetetapi penulis belum pernah menemukan skripsi/penelitian yang

secara khusus membahas tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Praktik Pengelolaan Dana Asuransi BPJS kesehatan”.

Adapun beberapa artikel atau petian tentang jaminan kesehatan yang

diberikan pemerintah kepada masyarakat yang pernah ada sebelumnya

yaitu:

1. Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Bagi

Pekerja Setelah Transformasi Kelembagaan Jamsostek Menjadi

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)”, karya Suryani

Risqi Amaliyah pada tahun 2014. Permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan jaminan

kesehatan bagi pekerja setelah transformasi JAMSOSTEK menjadi

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

10

pelaksanaan BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan

Kesehatan).

2. Jurnal dengan judul “Analisis Akuntansi Pendapatan Asuransi

Sosial (Studi Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan Tanjung pinang)” karya Dwi Haryati pada tahun

2014. Permasalahan yang dibahas dalam jurnal ini adalah

menganalisis pendefinisian, pengakuan, pengukuran,

pengungkapan pendapatan berdasarkan PSAK (Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan) No. 23 pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang

Tanjungpinang.

3. Skripsi dengan judul “Jaminan Sosial Kesehatan Sebagai hak

Masyarakat Dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2004 (Kajian

Hukum Islam)” karya Aris Setiawan pada tahun 2011.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang hak

masyarakat sebagai wujud kesejahteraan yang diperoleh dari

pemerintah selaku pemimpin dan bagaimana Islam

menanggapinya.

Dari pemaparan ketiga penelitian di atas, belum ada penelitian yang

membahas secara khusus mengenai pengelolaan dana pada asuransi BPJS

Kesehatan dari perspektif hukum Islam. Sehingga, penelitian tersebut

berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Oleh karena

itu, penulis ingin meneliti lebih lanjut dengan judul Tinjauan Hukum

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

11

IslamTerhadap Praktik Pengelolaan Dana Asuransi

BPJSKesehatan(Study Kasus di Kantor BPJS CabangKota Salatiga).

Studi seperti ini penting untuk dihadirkan kepada para peminat studi

hukum Islam dan pemerintah sebagai pengelola secara umum dan seluruh

lapisan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam khususnya,

agar mereka mengetahui dan memahami bagaimana pengelolaan dana

asuransi yang sesuai dengan hukum Islam. Sehingga, kita semua tidak

jatuh pada hal-hal yang dilarang oleh agama. Dengan harapan nantinya

dapat diperoleh perspektif baru bagi hukum Islam dalam rangka

melaksanakan tugas dan kewajibannya yakni menjawab problematika

yang ada sekarang ini.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu

dengan pendekatan normatif sosiologis. Peneliti akan ikut serta

dalam beberapa kegiatan yang ada di kantor cabang BPJS Kota

Salatigaseperti sosialisasi, rekruitment peserta juga dalam

pelayanan terhadap masyarakat di kantor cabang BPJS

KotaSalatiga.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

12

2. Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini penulis hadir dan ikut serta dalam

kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh BPJS Salatiga. Penulis juga

akan mewawancarai beberapa peserta BPJS untuk mengetahui

sejauh mana pengelolaan dana asuransi BPJS yang berlaku pada

mereka selama menjadi peserta BPJS.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kantor cabang BPJS

KotaSalatigaJl. Veteran No. 4 KotaSalatiga Jawa Tengah 50717.

Penulis memilih kantor BPJS cabang Kota Salatiga karena penulis

menganggap tempat ini adalah yang paling tepat. Selain karena

lokasi yang mudah dijangkau, di kantor BPJS cabang Kota Salatiga

ini hanya memiliki 2 karyawan tetap, padahal masyarakat yang

harus dilayani cukup banyak. Permasalahan ini juga yang

kemungkinan menjadi penyebab berganti-gantinya karyawan

(karyawan kontrak) sehingga pelayanan yang diberikan terutama

pelayanan komplain kurang maksimal.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

13

4. Sumber Data

a. Sumber Data Primer :

1) Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar

penelitian.Dalam penelitian ini yang menjadi

informan adalahstaff karyawan, direksi, dan peserta

asuransi BPJS.

2) Dokumen

Dalam hal penelitian ini dokumen yang digunakan

adalah Undang-Undang sebagai peraturan yang

memuat aturan tentang BPJS, surat surat penting yang

digunakan oleh kantor BPJS dalam pelayanan peserta,

juga beberapa polis yang dimiliki peserta BPJS.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah buku-buku atau hasil

penelitian yang terkait dengan asuransi dalam hokum

Islamdan BPJS.

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

14

5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan secara langsung dari sumbernya di

tempat penelitian. Pada pengumpulan data secara primer, penulis

menggunakan beberapa tehnik guna memperoleh data antara lain :

a) Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara

langsung pada objek yang diteliti yakni bagaimana sistem

pengelolaan dana iuran peserta setelah berada dalam

pengelolahan pihak BPJS serta penelitian tentang

pelaksanaan akad asuransi dalam BPJS. Dalam penelitian

ini penulis akan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh BPJSSalatiga, baik kegiatan yang berada

didalam kantor maupun diluar kantor sepertisosialisasi,

pelayanan dan penanggapan keluhan peserta BPJS dan

rutinitas kerja lainnya yang berkaitan dengan kinerja

BPJS.

b) Indepth Interview(wawancara mendalam) karena

penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,

maka pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dianggap paling tepat untuk menghasilkan data

dan menjawab setiap pertanyaan yang ada. Dengan

dilakukan wawancara, akan lebih memungkinkan untuk

memperoleh informasi secara detail dari objek yang

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

15

diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara langsung

terhadap informan yakni pimpinan kantor BPJS cabang

Kota Salatiga beserta beberapa karyawannya dan juga

beberapa peserta BPJS yang berpedoman pada daftar

pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti sebelumnya.

6. Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis akan mencari titik temu

antara kaidah-kaidah Ushul Fiqh juga prinsip bermuamalah dalam

hukum Islam dengan data yang penulis peroleh baik dari pihak

BPJS, peserta BPJS, dan pihak-pihak lain terkait dengan praktik

pelaksanaan asuransi BPJS dilapangan.

7. Tahap-Tahap Penelitian

Setelah menentukan tema yang akan diteliti, penulis

melakukan penelitian pendahuluan ke kantor cabang BPJSSalatiga

dengan melakukan pengamatan terhadap kinerja BPJS dan

melakukan wawancara kepada pimpinan kantor BPJS, staff

karyawan, beberapa peserta BPJS. Dilanjutkan ke tahap pembuatan

proposal penelitian kemudian setelah selesai membuat proposal

penelitian langkah selanjutnya ialah melakukan penelitian dan

menyusun hasil penelitian tersebut.

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

16

H. Sistematika Penulisan

Bab I :PENDAHULUAN, bab ini berisi Latar Belakang

Masalah,Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

Bab II : LANDASAN TEORI: merupakan bab yang membahas

secara umum mengenai landasan teori tetang pengertian asuransi dalam

persepektif hukum Islam.

Bab III : PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN meliputi :

Gambaran umum tentang aturan atau konsep pengelolaan dana asuransi

BPJS yang dibuat serta pelaksanaannya dikantor BPJS cabang Kota

Salatiga.

Bab IV : PEMBAHASAN, meliputi: Analisis hukum Islam

mengenai pengelolaan dana asuransi BPJS kesehatan di kantor cabang

Kota Salatiga.

Bab V : PENUTUP ; Kesimpulan dan Saran.

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

17

BAB II

ASURANSI DALAM HUKUMISLAM

A. Definisi Asuransi Dalam Hukum Islam

Maraknya penerapan prinsip syariah dalam lembaga keuangan Bank

dipenghujung abad XX yang dimulai dengan didirikannya Bank Muamalat

Indonesia (BMI), juga berdampak bagi lembaga keuangan bukan Bank,

termasuk didalamnya asuransi. Kebutuhan mengenai asuransi yang

mendasarkan pengelolaannya pada prinsip syariah dirasa semakin

meningkat, karena dalam kehidupan sekarang ini asuransi memiliki

kemanfaatan bagi setiap orang yang tertimpa musibah, sehingga dapat

mengurangi beban penderitaan yang dialaminya. Disamping itu

keberadaan asuransi memang sangat terkait erat dengan perbankan itu

sendiri, misalnya dicantumkannya klausul perjanjian antara Bank dengan

nasabah berupa keharusan bagi nasabah untuk mengasuransikan barang

yang menjadi jaminan kredit atau pembiayaan.

Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta

menghibahkan sebagian atau seluruh premi yang mereka bayar untuk

digunakan membayar klaim atas musibah yang dialami oleh sebagian

peserta yang lain.

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

18

Asuransi syariah mempunyai beberapa padanan dalam bahasa Arab,

di antaranya yaitu (1) takaful(2)ta‟min dan (3)tadhamun. At-Ta‟min dalam

Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa transaksi perjanjian antara

dua pihak, pihak yang satu berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya

kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama

sesuai dengan perjanjian yang dibuat(Zainudin;2008 : 03).

Takaful dalam pengertian fiqh muamalah adalah saling memikul

resiko di antarasesama muslim sehingga antara satu dengan yang lainnya

menjadi penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko

dimaksud, dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan.

At-Tadhamun berarti saling menanggung. Hal dimaksud, bertujuan

untuk menutupi keruguian atas suatu peristiwa dan musibah yang dialami

oleh seseorang. Hal ini dilakukan oleh seseorang yang menanggung untuk

memberikan sesuatu kepada orang yang ditanggung berupa pengganti

(sejumlah uang atau barang) karena adanya musibah yang menimpa

tertanggung. Oleh karena itu, makna dari kata tadhamun adalah saling

menolong saudaranya yang sedang ditimpa oleh musibah.

Berdasarkan pengertian di atas, Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia (selanjutnya disebut DSN-MUI) memberikan pengertian

asuransi syariah adalah sebagai berikut.

Asuransi syariah(ta‟min, takaful atau tadhamun) adalah usaha saling

melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui

dana investasi dalam bentuk asset atau tabarru‟ yang memberikan pola

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

19

pengembalian untuk mengahdapi resiko tertentu melalui akad (perikatan)

yang sesuai dengan syariah.

Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksudkan adalah akad

yang tidak mengandung gharar, maisir(perjudian)riba,

dzalim(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan

maksiat(Zainuddin;2008 : 17).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa asuransi

syariah dilaksanakan oleh seseorang atau lebih untuk memperkuat ikatan

solidaritas dan tanggung jawab sosial bagi kaum muslimin melalui

mekanisme saling menolong untuk menciptakan keharmonisan dan

stabilitas dalam kehidupan sosial masyarakat. Mekanisme itu dibenarkan,

bahkan dianjurkan oleh ahli hukum Islam berdasarkan teori maslahah

mursalah-nya yang besar bagi kesejahteraan umat manusia.

Maslahah mursalah menurut bahasa adalah mencari kemaslahatan

(yang mutlak).Sedangkan menurut Ahli Ushul Fiqh adalah suatu

kemaslahatan di manasyar‟i tidak mensyariatkan suatu hukum untuk

merealisir kemaslahatan itu. Selain itu, tidak ada dalil yang menunjukkan

atas pengakuannya atau pembatalannya atau menetapkan hukum suatu

masalah yang tidak ada nash-nya atau tidak ada ijma‟nya dengan berdasar

pada kemaslahatan semata (yang oleh syara‟ tidak dijelaskan dibolehkan

atau dilarang) atau bisa juga dikatakan memberikan hukum syara‟ kepada

suatu kasus yang tidak ada dalam nash atau ijma‟ atas dasar memelihara

kemaslahatan atau kebaikan bersama.

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

20

Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional di antaranya

adalah:

a. Dalam asuransi syariah dikenal adanya DPS (Dewan Pengawas

Syariah) yang tidak ditemukan dalam asuransi konvensional.

b. Prinsip akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah takaful

(tolong-menolong). Yakni, nasabah satu menolong nasabah yang

lain yang tengah mengalami kesulitan. Sedangkan asuransi

konvensional bersifat tabaddul(jual beli antara nasabah dan

perusahaan).

c. Dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul diinvestasikan

berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudhArabah).

Sedangkan dalam konvensional diinvestasikan pada sembarang

sektor dengan sistem bunga.

B. Prinsip-prinsip Asuransi Dalam Islam

Islam melarang adanya transaksi-transaksi yang didalamnya

mengandung unsur gharar, maisir, riba, bathil, dan risywah karena secara

faktual akan cenderung hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan

pihak yang lain. AgamaIslam sendiri tidak mengabaikan akan arti

pentingnya lembaga keuangan yang memang mendatangkan manfaat bagi

umat manusia dalam menjalani kehidupannya dimuka bumi ini, termasuk

didalamnya kebolehan untuk melaksanakan kegiatan dibidang

perasuransian.

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

21

Prinsip-prinsip perjanjian Islam sebagai suatu perjanjian yang bebas

dari unsur gharar, maisir, dan riba dapat diimplementasikan dalam

kegiatan usaha suatu perusahaan asuransi atau perusahaan

reasuransi.Adapun ketentuan mengenai akad dalam asuransi

syariahmenurut Fatwa Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman

Umum Asuransi Syariahadalah sebagai berikut:

1. Akad dalam asuransi

a. Akad yang dilakukan antara perusahaan asuransi dengan

peserta asuransiterdiri atas akad tijarah dan/atau akad

tabarru‟.

b. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah

mudharabah, sedangkan akad tabarru‟ adalah hibah.

c. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan:

1) Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan;

2) Cara dan waktu pembayaran premi;

3) Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru‟ serta syarat-

syarat yang disepakati sesuai dengan jenis asuransi yang

diakadkan.

2. Kedudukan para pihak dalam akad tijarah dan tabarru‟. Adalah

sebagai berikut:

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

22

a. Dalam akad tijarah(mudharabah) perusahaan bertindak

sebagai mudharib(pengelola) dan peserta bertindak sebagai

shahibul maal(pemegang polis).

b. Dalam akad tabarru‟, peserta memberikan hibah yang akad

digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena

musibah, sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola

danahibah.

Dalam hal ini prinsip dasar asuransi syariah ada beberapa macam,

yaitu;tauhid, keadilan, tolong menolong, kerja sama, amanah, kerelaan,

larangan riba, larangan judi, dan larangan gharar.

1. Tauhid

Prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan

yang ada dalam syariat Islam. Setiap bangunan dan aktivitas

kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhid.

Artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta bangunan

hukum harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan.

Dalam berasuranssi yang harus diperhatikan adalah bagaimana

seharusnya menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang

tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan. Paling tidak dalam

melakukan aktivitas berasuransi ada semacam keyakinan dalam

hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak langkah

kita dan selalu berada bersama kita.Kalau pemahaman semacam

ini terbentuk dalam setiap pemain yang terlibat dalam perusahaan

asuransi maka pada tahap awal masalah yang sangat urgensi telah

terlalui dan dalpat melangsungkan perjalanan bermuamalah.

2. Keadilan (justice)

Prinsip kedua dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai

keadilan (justice) antara pihak pihak yang terikat dengan akad

asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam

menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah (anggota) dan

perusahaan asuransi.

Pertama, nasabah asuransi harus memposisikan pada kondisi

yang mewajibkannya untuk selalu membayar iuran uang

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

23

santunan (premi) dalam jumlah tertentu kepada perusahaan

asuransi dan mempunyai hak untuk mendapatkan sejumlah dana

santunan jika terjadi peristiwa kerugian.

Kedua, perusahaan asuransi yang berfungsi sebagai lembaga

pengelola dana mempunyai kewajiban membayar klaim (dana

santunan) kepada nasabah. Disisi lain, keuntungan yang

dihasilkan oleh perusahaan asuransi dari hasil investasi dana

nasabah harus dibagi sesuai dengan akad yang disepakati sejak

awal. Jika nasabah yang disepakati antara kedua belah pihak

40:60, maka realita pembagian keuntungan juga harus mengacu

pada ketentuan tersebut.

3. Tolong menolong (ta‟awun)

Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi

harus didasari dengan semangat tolong menolong (ta‟awun)

antara anggota (nasabah). Seseorang yang masuk asuransi, sejak

awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan

meringankan beban temannya yang pada suatu ketika

mendapatkan musibah atau kerugian.

4. Kerja sama (cooperation)

Prinsip kerja sama(cooperation) merupakan prinsip universal

yang selalu ada dalam literature ekonomi Islami. Manusia

sebagai makhluk yang mendapat mandat dari kholiknya untuk

mewujudkan perdamaian dan kemakmuran dimuka bumi

mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan satu sama

lainnya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk

sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan dapat hidup sendiri

tanpa adanya bantuan dari yang lain. Sebagi apresiasi dari posisi

dirinya sebagai makhluk sosial, nilai kerja sama adalah suatu

norma yang tidak dapat ditawar lagi. Hanya dengan mewujudkan

kerja sama antara sesama, manusia baru dapat merealisasikan

kedudukannya sebagai makhluk sosial.

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua orang atau

lebih yang mengharuskan pemilik modal (dalam hal ini nasabah

asuransi) menyerahkan sejumlah dana (premi) kepada

perusahaan asuransi (mudharib) untuk dikelola. Dana yang

terkumpul oleh perusahaan asuransi diinvestasikan agar

memperoleh keuntungan (profit) yang nantinya akan dibagi

antara perusahaan dan nasabah asuransi. Jika akadnya

menyebutkan pembagian nasabah keuntungan antara kedua belah

pihak 70:30, yaitu 70% untuk nasabah dan 30% untuk

perusahaan, maka pembagian profit dari investasi yang dilakukan

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

24

oleh perusahaan juga harus mengacu pada ketentuan akad

tersebut.

5. Amanah (trustworthy / al-amanah)

Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud

dalam nilai-nilai akuntabilitas (pertanggung jawaban) perusahaan

melalui penyajian laporan keuangan tiap periode. Dalam hal ini

perusahaan asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi

nasabah untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan

keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi harus

mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam

bermuamalah dan melalui auditor publik.

Prinsip amanah juga harus berlaku pada diri nasabah asuransi.

Seseorang yang menjadi nasabah asuransi berkewajiban

menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan

pembayaran dana iuran dan tidak memanipulasi kerugian yang

menimpa dirinya. Jika seorang nasabah asuransi tidak

memberikan informasi yang benar dan memanipulasi data

kerugian yang menimpa dirinya, berarti nasabah tersebut telah

menyalahi prinsip amanah dan dapat dituntut secara hukum.

6. Kerelaan (al-ridha)

Prinsip kerelaan (al-ridha) dalam ekonomi Islami berdasar pada

firman

Allah SWT dalam QS an-Nisa‟ [4]: 29.

تن باىباطو ال أ ن ب اىن ا أ ل تأمي أ ا اىذ ا أ

ا رح بن هللا ما ا فسن ا أ ل تقتي ن تزاض تجارة

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka

di antara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu,

sesungguhnya Allah adalah dzat yang maha penyayang. (Qs.

An-Nisa : 29)

Ayat ini menjelaskan tentang keharusan untuk bersikap rela dan

ridha dalam setiap melakukan akad (transaksi) dan tidak ada

paksaan antara pihak-pihak yang terkait oleh perjanjian akad,

sehingga kedua belah pihak bertransaksi atas dasar kerelaan

bukan paksaan.

Dalam bisnis asuransi, kerelaan (al-ridha) dapat diterapkan pada

setiap anggota (nasabah) asuransi agar mempunyai motivasi dari

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

25

awal untuk merelakan sejumlah dana(premi) yang disetorkan ke

perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial

(tabarru‟). Dana sosial (tabarru‟) memang betul-betul

digunakan untuk tujuan membantu anggota (nasabah) asuransi

yang lain jika mengalami bencana kerugian.

7. Larangan riba

Riba secara bahasa bermakna ziyadah(tambahan).Sedangkan

secara istilah riba berarti pengambilantambahan dalam transaksi

bisnis tanpa adanya iwadh (padanan) yang dibenarkan syariah

atas penambahan tersebut.Ada beberapa pendapat dalam

menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah

yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan,

baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara

bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.

Terdapat beberapa jenis riba yang dikenal. Wahbah Zuhaili

dalam bukunya al-fiqh Islami wa „adillatuhu membagi menjadi

empat, yaitu riba qardh, riba jahiliah, riba fadhl, dan riba

nasi‟ah.

Riba qardh ikenal dengan istilah riba duyun, yaitu tambahan

terhadap utang. Riba ini terjadi dalam utang-piutang (qardh)

atau pun dalam transaksi non tunai selain qardh, misalnya

transaksi jual-beli kredit (bai‟ muajjal). Perbedaan antara utang

yang muncul karena qardh dengan utang yang muncul karena

jual-beli terletak pada asal kedua akad tersebut. Utang qardh

muncul karena akad utang-piutang, yaitu meminjam harta orang

lain lalu diganti pada waktu yang lain. Sedangkan utang dalam

jual-beli muncul karena harga yang belum diserahkan pada saat

transaksi, baik sebagian atau keseluruhan.

Pengertian riba jahiliyah yaitu riba karena adanya utang yang

dibayar lebih dari pokoknya karena peminjam tidak mampu

melunasi hutangnya setelah jatuh tempo. Ketidakmampuan

mengembalikan utang ini kemudian dimanfaatkan oleh kreditur

untuk mengambil keuntungan. Dalam perbankansyariahcara

seperti ini dilarang karena merupakan bagian dari riba.

Pengertian riba fadhl adalah riba yang timbul akibat pertukaran

barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria secara : kualitas,

kuantitas dan penyerahan yang tidak dilakukan secara tunai.

Pertukaran jenis ini mengandung ketidakjelasan bagi kedua belah

pihak terhadap barang yang ditukar (dipertukarkan).Dalam

lembaga keuangan perbankan, riba fadhl dapat ditemui pada

transaksi jual beli valuta asing yang tidak dilakukan secara tunai.

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

26

Pengertian riba nasiah ialah riba yang timbul karena adanya

hutang piutang yang tidak memenuhi kriteria untuk muncul

bersama risiko dan hasil usaha yang muncul bersama biaya.

Dengan demikian keuntungan muncul tanpa adanya risiko atau

hasil usaha yang diperoleh tanpa adanya biaya modal akan

mengakibatkan riba. Dalam perbankan konvensional, riba nasiah

dapat ditemui dalam pembayaran bunga kredit dan pembayaran

bunga deposito, tabungan dan lain sebagainya.

Razi dalam kitabnya Tafsir Kabir mengajukan beberapa alasan

mengenai pengharaman riba:

a. Riba tak lain adalah mengambil harta orang lain tanpa ada

nilai imbalan apapun. Padahal menurut sabda Nabi SAW,

harta seseorang adalah seharam darahnya bagi orang lain;

b. Riba dilarang karena menghalangi manusia untuk terlibat

dalam usaha yang aktif. Orang kaya, jika ia mendapat

penghasilan dari riba, maka ia akan cenderung bergantung

pada cara yang gampang ini dan membuang pikiran untuk

giat berusaha;

c. Kontrak riba adalah media yang digunakan oleh orang kaya

untuk mengambil kelebihan dari modal. Perbuatan ini

haram dan bertentangan dengan keadilan dan persamaan;

d. Kontrak riba memunculkan hubungan yang tegang di antara

sesama manusia;

e. Keharaman riba dibuktikan dengan ayat Al-Qur‟an, dan kita

tidak perlu mengetahui alasan pengharamannya. Kita

harus membuangnya karena haram, meskipun kita tidak

tahu alasannya.

8. Larangan judi (maisir)

Syafi‟i Antonio mengatakan bahwa unsur judi artinya adanya

salah satu pihak yang untung namun dilain pihak justru

mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang

polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya

sebelum masa reversing period, bisaanya tahun ketiga maka yang

bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah

dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Juga adanya unsur

keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, di

mana untung rugi terjadi sebagai hasil dari ketetapan.

9. Larangan gharar(ketidakpastian)

Gharar dalam pengertian bahas adalah al-khida‟(penipuan), yaitu

suatu tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur

kerelaan.Wahbah Zuhaili memberi pengertian tentang gharar

sebagai al-khatar dan al-taghrir, yang artinya penampilan yang

menimbulkan kerusakan (harta) atau sesuatu yang tampaknya

menyenangkan tetetapi hakikatnya menimbulkan kebencian.

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

27

Secara syariah dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang

harus dibayarkan dan berapa yang harus diterima. Keadaan ini

akan menjadi rancau (gharar) karena kita tahu berapa yang akan

kita terima (sejumlah uang pertanggungan), tetetapi tidak tahu

berapa yang akan dibayarkan (jumlah seluruh premi) karena

hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal.

(Ali:2004: 136)

C. Dasar Hukum Asuransi Dalam Islam

Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan

hukum praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah

dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada

nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam, yaitu al-Qur‟an dan sunnah Rasul,

maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan

metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli hukum Islam.

Pada kesempatan kali ini, landasan yang digunakan dalam memberi

nilai legalisasi dalam praktik bisnis asuransi adalah: Al-Qur‟an, sunnah

Nabi, piagam madinah, praktik sahabat, ijma‟, qiyas, syar‟u man qoblana,

dan istihsan.

1. Al-Qur‟an

Al_Qur‟an tidak menyebutkan secara tegas ayat yang

menjelaskan tentang praktik asuransi seperti yang ada pada saat

ini. Hal ini terindikasi dengan tidak munculnya istilah asuransi

atau at-ta‟min secara nyata dalam al_Qur‟an. Walaupun begitu

al-Qur‟an masih mengakodomir ayat-ayat yang mempunyai

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

28

muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, seperti

nilai dasar tolong menolong, kerja sama, atau semangat untuk

melakukan proteksi terhadap peristiwa kerugian (peril) dimasa

mendatang.

Di antara ayat-ayat al-Qur‟an yang mepunyai muatan nilai-

nilai yang ada dalam praktik asuransi adalah:

a. Surah al-Maidah (5): 2

ا اىع ي اإلث ل تعا اىتق ا ي اىبز تعا

اىعقاب هللا ش ا هللا إ اتق .

Artinya:“…Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjaka)

kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam

berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu

kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-

Nya”.(QS. Al-Maidah [5]: 2)

Ayat ini memuat perintah (amr) tolong menolong antar

sesama manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat

dalam praktik kerelaan anggota (nasabah) perusahaan

asuransi untuk menyisihkan dananya agar digunakan

sebagai dana sosial (tabarru‟). Dana sosial ini berbentuk

rekening tabarru‟ pada perusahaan asuransi dan

difungsikan untuk menolong salah satu anggota (nasabah)

yang sedang mengalami musibah (peril).

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

29

b. Surah al-Baqarah [2]: 185

اىعسز بن ل ز اىسز هللا بن .ز

Artinya: “… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan

tidak menghendaki kesukaran bagimu…”(QS. al-Baqarah

[2]:185)

Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa kemudahan

adalah sesuatu yang dikehendaki oleh-Nya, dan sebaliknya

kesukaran adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh-Nya.

Maka dari itu, manusia dituntun oleh Allah SWT agar

dalam setiap langkah kehidupannya selalu dalam bingkai

kemudahan dan tidak mempersulit diri sendiri. Dalam

konteks bisnis asuransi, ayat tersebut dapat dipahami bahwa

dengan adanya lembaga asuransi, seseorang dapat

memudahkan untuk menyiapkan dan merencanakan

kehidupannya dimasa yang akan datang dan dapat

melindungi kepentingan ekonominya dari sebuah kerugian

yang tidak disengaja.

c. Surah an-Nisaa [4]: 9

ا ي ت ضعافا خاف ذر خيف ا تزم ى اىخش اىذ

ا ل س ا ق ى ىق ا هللا فيتق

Artinya: “ dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang

yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-

anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

30

bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka

mengucapkan perkataan yang benar.(QS. an-Nisaa‟ [4]: 9)

Ayat ini menggambarkan kepada manusia yang berfikir

tentang pentingnyaperencanaan yang matang dalam

mempersiapkan diri untuk menghadapi segala

kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

d. Surah al-Taghaabun [64]: 11

هللا بت إل بئذ ص ا أصاب

Artinya: “ Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa

seseorang kecuali dengan izin Allah…”(QS. al-Taghaabun

[64]: 11)

Allah SWT telah memberi penegasan dalam ayat di atas

bahwa segala musibah atau peristiwa kerugian (peril) yang

akan terjadi dimasa mendatang tidaklah dapat diketahui

kepastiannya oleh manusia. Nilai implisit dari ayat di atas

adalah dorongan bagi manusia untuk selalu menghindari

kerugian dan berusaha meminimalisir kerugian. Salah satu

metodenya adalah dengan memperbanyak doa kepada Allah

SWT sebagai pengatur kehidupan di alam agar terhindarkan

dari bencana serta kerugian ekonomi.

Dalam bisnis asuransi, hal semacam ini dipelajari dalam

bentuk manajemen resiko, yaitu bagaimana caranya

mengelola resiko tersebut agar dapat terhindar dari

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

31

kerugian atau paling tidak resiko kerugian tersebut dapat

diminimalisasi.

2. Sunnah Nabi

Kalangan Ahli agama di dalam memberikan pengertian

sunnah berbeda-beda, sebab para ulama memandang sunnah dari

segi yang berbeda-beda pula dan membicarakannya dari segi

yang berlainan. Ulama hadits memberikan pengertian sunnah

sebagai berikut:

ز تقز فعو أ ه أ ق سي صي هللا ي اىب ا قو

ز ذىل . أ

Artinya: “ segala yang dinukilkan dari Nabi SAW baik

berupa perkataan, perbuatan, taqrirnya atau selain itu. ”

Jadi menurut pengertian ini, sunnah meliputi biografi Nabi,

sifat-sifat Nabi baik yang berupa fisik, misal; mengenai

tubuhnya, rambutnya, dan sebagainya, maupun yang mengenai

psikis dan akhlak Nabi dalam keadaan sehari-hari sebelum atau

sesudah bi‟tsah(diangkat) menjadi Rasul.

a. Hadits tentang anjuran menghilangkan kesulitan seseorang

سي صي هللا ي اىب هللا زة رض ز أب

: قاه مزب ا فس هللا مزب اى ؤ فس

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

32

األخزة ا ف اى عسز سز هللا ي ز ي س ت اىقا

را سي

Artinya: “ diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi

Muhammad SAW bersabda: barang siapa yang menghilangkan

kesulitan duniawinya seorang mu‟min, maka Allah SWT akan

menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa

yang mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah SWT

akan mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat. ” (HR.

Muslim)

b. Hadits tentang anjuran meninggalkan Ahli waris yang kaya

ه هللا صي هللا قاص قاه قاه رس أب سع اب زاب ا

اىت تتزم زم ى ك أ اا خ تزمت سي إ ي

اىاا را اىبخار. تنفف

Artinya: “diriwayatkan dari Amir bin Sa‟ad bin Abi Waqasy,

telah bersabda Rasulullah SAW: “Lebih baik jika engkau

meninggalkan anak-anak kamu (Ahli waris) dalam keadaan

kaya raya, daripada meninggalkan mereka dalam keadaan

miskin (kelaparan) yang meminta-minta kepada manusia

lainnya. ”(HR. Bukhari)

3. Piagam Madinah

Rasulullah SAW mengundangkan sebuah peraturan yang

terdapat dalam Piagam Madinah yaitu sebuah konstitusi pertama

yang mmerhatikan keselamatan hidup para tawanan yang tinggal

dinegara tersebut.Seseorang yang menjadi tawanan perang

musuh, maka aqilah dari tawanan tersebut akan menyumbangkan

tebusan dalam bentuk pembayaran (diyat) kepada musuh, sebagai

pesanan yang memungkinkan terbebaskan tawanan tersebut (Ali :

2004 : 120)

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

33

Dalam konstitusi ini dijelaskan tentang peraturan bersama

antara orang Quraisy yang berhijrah dengan suku-suku yang

tinggal di Madinah untuk saling melindungi dan hidup bersama

dalam suasana kerja sama saling tolong menolong. Pasal 11

Piagam Madinah memuat ketentuan bahwa kaum mukminin

tidak boleh membiarkan sesama mukmin berada dalam kesulitan

memenuhi kewajiban membayar diyat atau tebusan tawanan

seperti disebutkan dalam pasal-pasal terdahulu.Ketentuan ini

menekankan solidaritas sesama mukmin dalam mengatasi

kesulitan.

4. Praktik Sahabat

Praktik sahabat berkenaan dengan pembayaran hukuman

(ganti rugi) pernah dilakukan oleh khalifah kedua, Umar bin

Khattab. Pada suatu ketika khalifah Umar bin Khattab berkata

“Orang yang namanya tercantum dalam diwan tersebut berhak

menerima bantuan dari satu sama lain dan harus menyumbang

untuk pembayaran hukuman (ganti rugi) atas pembunuhan (tidak

disengaja) yang dilakukan oleh salah seorang anggota

masyarakat mereka” (Ghofur :2007 : 33)

Khalifah Umarlah orang yang pertama kali mengeluarkan

perintah untuk menyiapkan daftar secara professional

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

34

perwilayah, dan orang-orang yang terdaftar diwajibkan saling

menanggung beban.

5. Ijma‟

Para sahabat telah melakukan ittifaq(kesepakatan) dalam hal

ini (aqilah). Terbukti dengan tidak adanya penentangan oleh

sahabat lain terhadap apa yang dilakukan oleh khalifah Umar bin

Khattab, sehingga dapat disimpulkan bahwa mereka sepakat

mengenai persoalan ini.

Sebagai dalil dari kebolehannya memakai ijma‟ dalam

menetapkan hukum adalah:

م هللا حس حسا ف سي ا رأ اى

Artinya: “segala sesuatu yang menurut mayoritas kaum

muslimin itu baik maka dalam pandangan Allah SWT juga baik”.

Rahasia praktik aqilah adalah mengangkat perselisihan dan

percekcokan antar suku Arab.Dengan adanya aqilah berarti telah

membangun suatu nilai kehidupan yang positif (al-hasan)di

antara para suku Arab.Adanya aspek kebaikan dan nilai positif

dalam praktik aqilah mendorong para ulama untuk bermufakat

(ijma‟) bahwa perbuatan semacam aqilah tidak bertentangan

dengan nilai-nilai yang terkandung dalam syariahIslam.

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

35

6. Qiyas

Yang dimaksud dengan qiyas adalah metode ijtihad dengan

jalan menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat

ketentuannya dalam al-Qur‟an dan Sunnah dengan hal lain yang

hukumnya disebut dalam al-Qur‟an dan Sunnah karena

persamaan illat(penyebab atau alasannya).

Dengan datangnya Islam system aqilah diterima Rasulullah

SAW menjadi bagian dari hukum Islam. Ide pokok dari aqilah

adalah suku Arab zaman dahulu harus siap untuk melakukan

kontribusi finansial atas nama pembunuh untuk membayar ahli

waris korban. Kesiapan untuk membayar kontribusi keuangan

ini sama dengan pembayaran premi pada praktik asuransi syariah

saat ini. Jadi, jika dibandingkan permasalah asuransi syariah

yang ada pada saat ini dapat disamakan hukumnya (qiyas)

dengan system aqilah yang telah diterima di masa Rasulullah.

7. Syar‟u Man Qoblana(syar‟iat orang-orang sebelum kita)

Syar‟u man qoblana adalah salah satu dalil hukum yang

dapat dijadikan pedoman (sumber) dalam melakukan penetapan

hukum (istinbath al-hukm) dengan mengacu pada cerita dalam

al-Qur‟an atau sunnah Nabi yang berkaitan dengan hukum syar‟i

umat terdahulu tanpa adanya pertentangan dengan ketetapan

yang ada dalam al-Qur‟an maupun sunnah Nabi.

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

36

Orang Arab kuno memiliki kebisaaan asli.Di mana seluruh

anggota suku diwajibkan membayar ganti rugi. Kata A. Rahim

“prinsip hukuman bagi semua kejahatan terhadap orang adalah

pembalasan (dendam) yang dapat di ubah menjadi pembayaran

uang darah atau ganti rugi untuk luka-luka. Jika luka-lukanya

mengakibatkan kematian, maka kerugian yang disebabkannya

dianggap sebagai kerugian bagi suku atau keluarga almarhum,

dan adalah hak mereka untuk menuntut penyelesaian yang

memuaskan dari suku atau keluarga di pelanggar (Ali : 2004 :

123).

8. Istihsan

Istihsan dalam pandangan AhliUshul adalah memandang

sesuatu itu baik. Kebaikan dari kebisaaan aqilah dikalangan

suku Arab kuno terletak pada kenyataan bahwa ia dapat

menggantikan balas dendam berdarah.

Muslehudindalam bukunya, melihat manfaat yang

signifikansi dari praktik aqilah, di antaranya adalah:

a. Mempertahankan keseimbangan kesukuan dan demikian,

kekuatan pembalasan dendam darisetiap suku dapat

menghalangi kekejaman suku lain;

b. Menambah sebagian besar jaminan sosial, karena

mengingat tanggung jawab kolektif untuk membayar

ganti rugi, suku harus menjaga seluruh kegiatan

anggotanya dengan seksama;

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

37

c. Mengurangi beban anggota perorangan jika ia diharuskan

membayar ganti rugi;

d. Menghindarkan dendam darah yang jika tidak dicegah

mengakibatkan kehancuran total suku-suku yang terlibat;

dan

e. Mempertahankan sepenuhnya kesatuan dan kerja sama

para anggota dari setiap suku, yang tak lain merupakan

mutualitas ( Muslehuddin : 1999 : 31 ).

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

38

BAB III

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

A. Definisi BPJS

Dalam pasal 1 Ketentuan Umum Undang-undang Nomor 40 Tahun

2011 disebutkan definisi Badan penyelenggara kesehatan Nasional

(selanjutnya disebut BPJS) adalah badan hukum yangdibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial. Jaminan Sosial adalah salah

satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar

dapatmemenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS

Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan

program jaminan kesehatan. Sedangkan yang dimaksud dengan BPJS

Ketenagakerjaan ialah merupakan program publik yang memberikan

perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi

tertentu.

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan

kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh

pemerintah.

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

39

Setiap warga yang menjadi peserta BPJS memiliki hak dan

kewajiban. Adapun kewajiban setiap peserta BPJS antara lain:

1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang

besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan,

perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah

fasilitas kesehatan tingkat I;

3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau

dimanfaatkan oleh orang yang tidak berhak; dan

4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

Selain kewajiban yang harus dipenuhi, setiap peserta BPJS memiliki

hak yang wajib diberikan oleh pemerintah selaku pengelola dana atau

penanggung. Di antara hak-hak tersebut antara lain:

1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh

pelayanan kesehatan;

2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban

serta prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku;

3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan; dan

4. Menyampaikan keluhan atau pengaduan, kritik dan saran secara

lisan atau tertulis ke Kantor BPJS Kesehatan.

Pemberi Kerja/Badan Usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta

anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melampirkan:

1. Formulir registrasi Badan Usaha/Badan Hukum lainnya

2. Data karyawan dan anggota keluarganya sesuai format yang

ditentukan oleh BPJS Kesehatan

3. Anggota keluarga meliputi istri/suami sah, anak kandung/anak

tiri, anak angkat sebanyak banyaknya 3 orang dengan kriteria

belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun bagi yang

masih melanjutkan pendidikan formal dan belum pernah menikah

serta belum memiliki penghasilan sendiri.

4. Untuk mengikutsertakan anggota keluarga lain (anak ke 4 dan

seterusnya, ayah, ibu, dan mertua ) maka pekerja memberikan

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

40

surat kuasa kepada pemberi kerja/Badan Usaha untuk

menambahkan iuranya kepada BPJS Kesehatan

5. Jika pekerja menginginkan hal lain, pekerja dapat mendaftarkan

langsung anggota keluarga tersebut ke BPJS Kesehatan dengan

mengisi formulir Daftar Isian Tambahan Anggota Keluarga dan

menunjukkan kartu identitas/KTP/Kartu Keluarga/Surat

Nikah/Akta Kelahiran.

6. Tambahan kerabat (adik,kakak,asisten rumah tangga,sopir dan

lain-lain) didaftarkan secara perorangan dikantor BPJS

Kesehatan terdekat (tidak melalui Perusahaan/Badan Usaha) dan

akan diterbitkan Virtual Account perorangan, dengan cara

mengisi formulir Daftar Isian Peserta Pekerja Bukan Penerima

Upah dan Bukan Pekerja serta menunjukkan kartu

identitas/KTP/Kartu Keluarga/Surat Nikah/Akta Kelahiran.

7. Pemberi Kerja/Badan Usaha menerima nomor Virtual Account

(VA) Badan Usaha dari petugas BPJS Kesehatan, untuk

dilakukan pembayaran iuran ke Bank yang telah kerjasama.

8. Bukti iuran diserahkan ke petuga BPJS Kesehatan untuk

dicetakkan Kartu Peserta.

9. Pemberi Kerja/Badan Usaha menerima Kartu Peserta untuk

didistribusikan kepada karyawan.

Ada 2 (dua) manfaat jaminan kesehatan, yakni berupa pelayanan

kesehatan dan Manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulance.

Ambulance hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan

dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Paket manfaat yang diterima dalam program JKN ini adalah sesuai

kebutuhan medis.Dengan demikian pelayanan yang diberikan bersifat

paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) tidak dipengaruhi

oleh besarnya biaya premi bagi peserta.Promotif dan preventif yang

diberikan dalam konteks upaya kesehatan perorangan (personal care).

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

41

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian

pelayanan:

1. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit

penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan

perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin(BCG), Difteri

Pertusis Tetanus dan HepatitisB(DPTHB), Polio, dan Campak.

3. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar,

vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang

membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar

dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau

Pemerintah Daerah.

4. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan

untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan

dari risiko penyakit tertentu.

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif

namun masih ada yang dibatasi, yaitu kaca mata, alat bantu dengar, alat

bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda dan korset).Sedangkan

beberapa fasilitas yang tidak dijamin dalam BPJS menurut PMK No 28

Tahun 2014meliputi:

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur

sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;

2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang

tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam

keadaan darurat;

3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan

kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cidera akibat kecelakaan

kerja atau hubungan kerja;

4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan

kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang

ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas;

5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;

6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;

8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

42

9. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau

akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;

10. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk

akupunktur non medis, shin she, chiropractic, yang belum

dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan

(health technology assessment);

11. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai

percobaan (experimen);

12. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;

13. Perbekalan kesehatan rumah tangga;

14. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat,

kejadian luar biasa/wabah;

15. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang

dapat dicegah (preventable adverse events);. Yang dimaksudkan

preventable adverse events adalah cidera yang berhubungan

dengan kesalahan atau kelalaian penatalaksanaan medis termasuk

kesalahan terapi dan diagnosis, ketidaklayakan alat dan lain-lain

kecuali komplikasi penyakit terkait;

16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan

manfaat jaminan kesehatan yang diberikan.

BPJS Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan

yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak

dokumen klaim diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada fasilitas

kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan

Asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada

standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.Dalam hal tidak ada

kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan

besaran pembayaran atas program JKN yang diberikan. Asosiasi fasilitas

kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan. Manfaat

tambahan tersebut merupakan manfaat yang bersifat non medis yang

berupa akomodasi. Misalnya, peserta yang menginginkan kelas perawatan

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

43

yang lebih tinggi daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan

mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih

antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang harus

dibayar akibat peningkatan kelas perawatan. Ketentuan tersebut tidak

berlaku bagi peserta PBI (penerima bantuan iuran).

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya,

BPJS Kesehatan wajib menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk

laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan (periode 1

Januari sampai dengan 31 Desember).Laporan yang telah diaudit oleh

akuntan publik dikirimkan kepada Presiden dengan tembusan kepada

DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya. Laporan tersebut

dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa

elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang

memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli

tahun berikutnya.

B. Dasar Hukum BPJS

Adapun dasar hukum pelaksanaan BPJS antara lain adalah:

1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004

Tentang Sistem Jaminan Sosial Kesehatan;

2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011

Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun

2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan;

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

44

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013

Tentang Jaminan Kesehatan.

5. Peraturan Menteri Kesehatan No 28 Tahun 2014 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.

6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

424/KMK.06/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan

Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

7. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No:

21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum asuransi

Syariah.

8. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No:

53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Tabarru‟ pada Asuransi

Syariah.

C. Prinsip-prinsip BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan menyelenggarakan jaminan kesehatan berdasarkan

asas-asas sebagai berikut:

1. Asas Kemanusiaan

Asas kemanusiaan adalah asas yang terkait dengan penghargaan

terhadap martabat manusia.

2. Asas Manfaat

Asas manfaat adalah asas yang bersifat operasional

menggambarkan pengelolaan yang efektif dan efisien.

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

45

3. Asas Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah asas

yang bersifat adil bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Tujuan diadakannya BPJS itu sendiri adalah mewujudkan

terselenggaranya pemberian jaminan kesehatan yang layak bagi setiap

peserta dan/atau anggota keluarganya sebagai pemenuhan kebutuhan dasar

hidup penduduk Indonesia.(UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 3).

Prinsip-prinsip penyelenggaraan BPJS Kesehatan sesuai UU No. 24

Tahun 2011 pasal 4 yaitu:

1. Kegotongroyongan

Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), prinsip gotong

royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang

kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini

terwujud karena kepesertaannya bersifat wajib untuk seluruh

penduduk.

2. Nirlaba

Dana yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan

SosialKesehatan (BPJS Kesehatan) adalah dana amanah yang

dikumpulkan dari masyarakat secara nirlaba bukan untuk

mencari laba (for profit oriented). Tujuan utamanya adalah untuk

memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.

3. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan

efektivitas.Prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan

pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil

pengembangannya.

4. Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk

memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta

sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi

peserta sehingga dapat terlindungi.Meskipun kepesertaan bersifat

wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan

dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah, serta

kelayakan penyelenggaraan program.

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

46

6. Dana Amanah

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan

kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya

dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan

peserta.

7. Hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya

untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar

kepentingan peserta.

D. Dana BPJS

Sumber pendanaan dalam penyelenggaraan JKN berasal dari iuran

peserta PBI (dibayar oleh pemerintah) dan bukan PBI (Pekerja Penerima

Upah dibayar oleh Pekerja dan Pemberi Kerja sedangkan Pekerja Bukan

Penerima Upah dan Bukan Pekerja dibayar oleh peserta yang

bersangkutan).

1. Mekanisme pembayaran

Mekanisme pembayaran iuran peserta kepada BPJS Kesehatan

disesuaikan dengan kepesertaan yang terdaftar di BPJS

Kesehatan.

a. Iuran bagi peserta PBI dibayarkan oleh Pemerintah Pusat

melalui Kementerian Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

b. Iuran bagi peserta yang didaftarkan oleh Pemerintah

Daerah dibayarkan oleh Pemerintah Daerah dengan besaran

iuran minimum sama dengan besar iuran untuk peserta PBI.

c. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima

Upah dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja dengan

ketentuan sebagai berikut:

1) Pemberi kerja memungut iuran dari pekerja dan

membayar iuran yang menjadi tanggung jawab pemberi

kerja kemudian iuran disetorkan ke BPJS Kesehatan.

2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai

pemberi kerja menyetorkan iuran kepada BPJS

Kesehatan melalui rekening kas negara dengan tata cara

pengaturan penyetoran dari kas negara kepada BPJS

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

47

Kesehatan sebagaimana diatur oleh Kementerian

Keuangan.

d. Iuran bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan

Peserta Bukan Pekerja dibayarkan oleh peserta sendiri

kepada BPJS Kesehatan sesuai dengan kelas perawatannya.

e. Iuran bagi penerima pensiun, veteran, dan perintis

kemerdekaan dibayar oleh pemerintah kepada BPJS

Kesehatan.

2. Besaran Iuran Peserta

a. Pekerja Penerima Upah (PNS,TNI,POLRI,Pejabat

Negara,Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri)

1) Iuran jaminan kesehatan sebesar 5% dari gaji/upah

perbulan, di mana 3% dibayar oleh pemberi kerja dan

2% dibayar oleh pekerja.

2) Gaji atau Upah yang dipakai sebagai dasar perhitungan

iuran bagi PNS, TNI/POLRI dan Pejabat Negara adalah

gaji pokok dan tunjangan keluarga.

3) Gaji dan upah yang dipakai sebagai dasar perhitungan

iuran untuk pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri

adalah penghasilan tetap dengan batas paling tinggi

sebagai dasar perhitungan 2 kali Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP) Status Kawin anak 1.

b. Pekerja Penerima Upah selain peserta di atas

1) Iuran Jaminan Kesehatan sebesar 4,5% dari gaji atau

upah yang diterima setiap bulan, di mana 4% dibayar

oleh pemberi kerja dan 0,5% dibayar oleh pekerja.

2) Iuran jaminan kesehatan yang dibayarkan mulai 1 juli

2015 sebesar 5% dari gaji/upah yang diterima setiap

bulan, di mana 4% dibayar oleh pemberi kerja dan 1%

dibayar oleh pekerja.

3) Gaji atau upah yang digunakan sebagai dasar

perhitungan iuran jaminan kesehatan terdiri dari gaji

pokok dan tunjangan tetap. Batas paling bawah gaji

atau upah perbulan yang digunakan sebagai dasar

perhitungan iuran adalah upah minimum kabupaten

Kota yang berlaku.

Batas paling tinggi gaji atau upah per bulan yang

digunakan sebagai dasar perhitungan iuran adalah 2 kali

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dengan status

kawin anak 1.

4) Untuk keluarga lainnya, yaitu terdiri dari anka keempat

dan seterusnya, orang tua dan mertua besaran iuran

sebesar 1% per orang dari gaji/upah sesuai ketentuan.

5) Untuk tambahan kerabat, seperti kakak, adik,

keponakan, asisten rumah tangga, sopir dan sebagainya,

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

48

besaran iuran adalah nominal sesuai dengan pilihan

ruang kelas perawatan.

c. Untuk peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), iuran

dibayarkan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian

Kesehatan kepada BPJS Kesehatan besarannya sesuai kelas

perawatan.

d. Untuk peserta umum membayar secara mandiri baik

melalui pembayaran tunai melalui instansi pembayaran

yang telah berkerja sama atau auto debet melalui Bank

tertentu.

e. Besaran iuran sesuai kelas perawatan yang dipilih adalah

sebagai berikut:

1) Kelas 1 = besar iuran yang harus dibayar adalah Rp.

80.000,-/orang/bulan.

2) Kelas II = besar iuran yang harus dibayar adalah Rp.

51.000,-/orang/bulan.

3) Kelas III = besar iuran yang harus dibayar adalah Rp.

25.500,-/orang/bulan.

3. Ketentuan Hak Ruang Kelas Perawatan Peserta

a. Untuk peserta umum ruang kelas perawatan sesuai dengan

kelas perawatan yang dipilih.

b. Untuk PNS, TNI/POLRI dan Penerima Pensiun beserta

keluarganyya hak kelas perawatannya adalah:

1) Kelas I = PNS dan Penerima Pensiun Golongan Ruang

III dan IV serta TNI/POLRI dan penerima Pensiun serta

PNS Golongan ruang III dan IV.

2) Kelas II = PNS dan Penerima Pensiun Golongan ruang I

dan II serta TNI/POLRI dan Penerima Pensiun serta

PNS Golongan ruang I dan II.

c. Kelas I = Pekerja Penerima Upah dan Pegawai Pemerintah

Non Pegawai Negeri dengan gaji atau upah di atas 1,5 kali

dengan status kawin anak 1, beserta anggota keluarganya.

d. Kelas II = Pekerja Penerima Upah dan Pegawai Pemerintah

Non Pegawai Negeri dengan gaji atau upah sampai dengan

1,5 kali PTKP dengan status kawin anak 1, beserta anggota

keluarganya.

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

49

E. BPJS di Kota Salatiga

1. Sejarah singkat Kota Salatiga

Cikal bakal lahirnya Salatiga tertulis dalam batu besar

berjenis andesit berukuran panjang 170cm, lebar 160cm dengan

garis lingkar 5 meter yang selanjutnya disebut prasasti

Plumpungan.

Berdasarkan Prasasti yang berada di Dukuh Plumpungan,

Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo itu, maka Salatiga

sudah ada sejak tahun 750 Masehi, yang ada pada saat itu

merupakan wilayah Perdikan. Sejarahwan yang sekaligus Ahli

Epigraf Dr. J. G. de Casparis mengalihkan tulisan tersebut secara

lengkap yang selanjutnya disempurnakan oleh Prof. Dr. R. Ng

Poerbatjaraka.

Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum tentang status

tanah perdikan atau swatantra bagi suatu daerah yang ketika itu

bernama Hampra, yang kini bernama Salatiga. Pemberian perdikan

tersebut merupakan hal yang istimewa pada masa itu oleh seorang

raja dan tidak setiap daerah kekuasaan bisa dijadikan daerah

Perdikan.

Perdikan berarti suatu daerah dalam kerajaan tertentu yang

dibebaskan dari segala kewajiban pembayaran pajak atau upeti

karena memiliki kekhususan tertentu. Dasar pemberian daerah

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

50

perdikan itu diberikan kepada desa atau daerah yang benar-benar

berjasa kepada seorang raja.

Prasasti yang diperkirakan dibuat pada Jumat, 24 Juli tahun

750 Masehi itu, ditulis oleh seorang Citraleka, yang sekarang

dikenal dengan sebutan penulis atau pujangga, dibantu oleh

sejumlah pendeta atau resi dan ditulis dalam bahasa jawa kuno:

"Srir Astu Swasti Prajabyah" yang berarti "Semoga Bahagia,

Selamatlah Rakyat Sekalian".

Sejarahwan memperkirakan, bahwa masyarakat Hampra telah

berjasa kepada Raja Bhanu yang merupakan seorang raja besar dan

sangat memperhatikan rakyatnya, yang memiliki daerah kekuasaan

meliputi sekitar Salatiga, Kabupaten Semarang, Ambarawa, dan

Kabupaten Boyolali.

Penetapan di dalam prasasti itu merupakan titik tolak

berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah Perdikan

dan dicatat dalam prasasti Plumpungan. Atas dasar catatan prasasti

itulah dan dikuatkan dengan Perda No. 15 tahun 1995 maka

ditetapkan Hari Jadi Kota Salatiga jatuh pada tanggal 24 Juli.

2. Gambaran Umum BPJS Kota Salatiga

Untuk Kota Salatiga sendiri merupakan Kota yang kecil

dengan penduduk rata-rata pendatang yang sebagian sudah pindah

domisili menjadi warga Kota Salatiga. Kantor cabang BPJS Kota

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

51

Salatiga beralamat di Jl. Veteran No. 4 Kota Salatiga Jawa Tengah

50717.

BPJS di Kota Salatiga masih belum banyak dikenal secara

rinci oleh masyarakat. Sebagian masyarakat mengenal istilah

BPJS tetapi mereka tidak memahami apa itu BPJS. Kebanyakan

dari mereka mengetahui BPJS hanyasebatas biaya berobat gratis

dengan kewajiban membayar iuran setiap bulannya. Hal ini

kemungkinan disebabkan kurang optimalnya sosialisasi dan pihak

BPJS perlu meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat sehingga

masyarakat dapat mengenal lebih dekat BPJS.

Faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya rasa

ingin tahu dari masyarakat tentang program yang direncanakan

oleh pemerintah. Selain itu, banyak pula masyarakat yang tidak

mau turut serta menjadi peserta BPJS karena mereka merasa tidak

membutuhkan.

Kurang lebih 30% kalangan masyarakat menganggap bahwa

BPJS tidak penting. Anggapan ini dikarena mereka merasa apa

yang mereka punya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan

kesehatan mereka. Kalangan ini merupakan kalangan menengah

keatas yang notabenenya kebanyakan pegawai negeri yang sudah

memiliki tunjangan tersendiri.

Sebagian masyarakat lain merasa tidak mau untuk turut

menjadi peserta BPJS karena mereka merasa dana iuran yang

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

52

mereka bayarkan akan hangus atau hilang tanpa ada manfaat yang

mereka peroleh dari pemerintah jika tidak terjadi resiko di masa

yang akan datang. Dengan alasan inilah mereka merasa dirugikan

secara materi. Kalangan ini di dominasi oleh kalangan ekonomi

menengah kebawah yang menjadi peserta mandiri.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja BPJS Kota Salatiga

Sejauh ini pihak BPJS mengakui ada banyak faktor

pendukung kinerja BPJS di Kota Salatiga.Salah satu faktor yang

sangat mendukung kinerja BPJS ialah dukungan yang diberikan

dari pemerintah Kota Salatiga juga antusias masyarakat Kota

Salatiga.

Dukungan dari pemerintah ini terbukti dengan ikut sertanya

instansi pemerintah dalam sosialisasi program JKN ini kepada

masyarakat khususnya Kota Salatiga.Beberapa waktu lalu, BPJS

dengan didampingi oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga melakukan

sosialisasi program JKN ke beberapa kelurahan yang masuk

wilayah kecamatan yang ada di Kota Salatiga.

Sosialisasi ini diharapkan akan menimbulkan rasa kepedulian

masyarakat terhadap keselamatan jiwa mereka dengan cara

memperoleh pelayanan kesehatan yang praktis dan mudah, apalagi

sosialisasi yang dilakukan oleh BPJS kali ini didampingi oleh

Dinas Kesehatan Kota Salatiga, hal ini tentu akan sangat

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

53

mendukung proses untuk mengajak masyarakat Kota Salatiga sadar

akan pentingnya kesehatan.

Untuk Kota Salatiga sendiri, kepesertaan masyarakat dan

antusias terhadap program BPJS bisa dibilang cukup baik. Hal ini

dibuktikan dengan pencapaian BPJS untuk mengikutsertakan

masyarakat Kota Salatiga sebagai peserta BPJS per bulan maret

2016 telah mencapai 77% dan presentase ini diharapkan akan terus

meningkat.

BPJS Kota Salatiga mengakui, sejauh ini tidak ada faktor

penghambat yang sangat berat, hanya saja kantor BPJS Kota

Salatiga ini hanya memiliki 2 orang pegawai/staff tetap, selebihnya

merupakan karyawan dengan sistem kerja kontrak yang setiap

tahunnya dilakukan penggantian karyawan.

Penggantian karyawan di setiap tahunnya ini sebenarnya

tidak terlalu mempengaruhi kinerja BPJS tetapi paling tidak setiap

tahun juga BPJS harus mengulang training untuk setiap karyawan

baru.Ketika diwawancara terkait hal ini, pimpinan BPJS Kota

Salatiga Bapak Hafidh Nugroho menyampaikan bahwa hal ini

bukanlah suatu penghambat bagi BPJS untuk melaksanakan

tugasnya.

Kedepan, BPJS sangat berharap kepada masyarakat

khususnya yang ada di Kota Salatiga untuk bisa mendukung

berjalannya program JKN ini dengan mengikut sertakan diri

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

54

sebagai peserta BPJS juga mengubah pola fikir mereka yang

selama ini menganggap BPJS tidak penting menjadi BPJS itu

kebutuhan, dengan demikian ada keseimbangan antara target yang

ingin dicapai oleh BPJS dengan pelaksanaannya.

Berkaitan dengan mencuatnya isu-isu yang sedang hangat

diperbincangkan masyarakat saat ini yang berkaitan dengan halal

atau haramnya BPJS, pihak BPJS khususnya cabang Kota Salatiga

menentang hal ini. Pimpinan BPJS Kota Salatiga menjelaskan

bahwa secara garis besar dana iuran peserta BPJS dikelola sesuai

dengan aturan yang ada.

Dana iuran BPJS itu dialirkan sebagai dana sosial bagi para

peserta BPJS dan BPJS tidak mengambil keuntungan atau profit

demi kepentingan pribadi dari dana iuran tersebut.

Ketika ditanya tentang bagaimana BPJS mampu membayar

gaji karyawan dan bagaimana BPJS mampu menjalankan kegiatan

operasional jika BPJS tidak meraup keuntungan dari dana iuran

tersebut, pihak BPJS dengan sangat tegas menjawab bahwa segala

bentuk pengeluaran BPJS baik yang berkaitan dengan gaji

karyawan maupun kegiatan operasional lainnya BPJS sudah

memiliki dana anggaran sendiri dari pusat. Secara garis besar

antara dana iuran peserta dan operasional intern BPJS tidak

dicampur aduk, kedua dana tersebut memiliki alur sendiri-sendiri.

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

55

4. Stuktur Organisasi

Mengingat bahwa BPJS Kota Salatiga saat ini hanya

memiliki 2 karyawan tetap maka struktur kepegawaian BPJS Kota

Salatiga dapat dilihat pada bagan dibawah ini.

KEPALA LAYANAN OPERASIONAL

KOTA/KABUPATEN

STAF PEMASARAN,

KEPESERTAAN, DAN UPMP4

STAF PENAGIHAN

STAF MPK

STAF VERIFIKATOR

5. Jasa yang dilayani

Sebagaimana kita ketahui bahwa BPJS merupakan badan

hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

sosial dengan bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh

rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Jika kita mengutip visi dari lembaga BPJS paling lambat per

tanggal 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki

jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

56

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS

Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

Target yang dibuat pemerintah tentang kepesertaan

masyarakat dalam jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh

BPJS ini menimbulkan banyak konflik, salah satu yang menjadi

konflik paling dominan ialah permasalahan iuran setiap bulannya.

Apalagi per tanggal 1 april 2016 kemarin kenaikan biaya iuran

wajib perbulan bagi peserta BPJS telah diberlakukan.

Untuk BPJS Kota Salatiga sendiri kepesertaan masyarakatnya

telah mencapai 77% dari jumlah masyarakat yang ada di Kota

Salatiga.BPJS Kota Salatiga ini juga sering melaksanakan program

sosialisasi ke beberapa kecamatan. Setiap masyarakat yang ingin

menjadi peserta BPJS bisa dilayani di kantor cabang yang ada di

Kota Salatiga dengan melampirkan berkas persyaratan berupa:

1. Foto copy KTP

2. Foto copy Kartu Keluarga

3. Foto berwarna ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar

4. Mengisi formulir pendaftaran

Setelah berkas persyaratan terpenuhi, BPJS Kesehatan akan

memberikan nomor account (Virtual Account) untuk dibayar

iurannya melalui kantor Bank terdekat yang bekerjasama dengan

BPJS Kesehatan (Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank BNI).

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

57

Kemudian setelah membayar iuran dari Bank, calon peserta ini

kembali ke kantor BPJS Kesehatan untuk menyerahkan bukti

pembayaran iuran dari Bank dan mendapatkan kartu peserta dan

telah sah menjadi peserta BPJS yang memiliki hak dan kewajiban

sebagai peserta BPJS.

Bagi masyarakat yang kurang mampu, mereka bisa

memperoleh pengobatan gratis dengan kartu BPJS. Untuk

mendapatkan kartu berobat gratis itu masyarakat yang kurang

mampu tersebut harus memperoleh rekomendasi dari pemerintahan

desa. Pemerintahan desa menyerahkan data masyarakat kurang

mampu ke Dinas Sosial yang nantinya akan diurus prosesnya

sampai Kementrian Kesehatan sehingga masyarakat tersebut bisa

memperoleh kartu sehat secara gratis tanpa dipungut biaya karena

biaya pengobatan sudah ditanggung oleh pemerintah atau dalam

hal ini olehKementrian Kesehatan.

Adapun hak dan kewajiban peserta BPJS adalah:

a. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

b. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan

kewajiban serta prosedur pelayanan kesehatan BPJS

sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Mendapat pelayanan kesehatan di fasilitas yang bekerja

sama dengan BPJS kesehatan dalam waktu 24 jam.

d. Menyampaikan keluhan atau pengaduan, kritik dan saran

secara lisan atau tertulis ke kantor BPJS kesehatan

sebagai penyelenggara resmi JKN.

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

58

Setelah mengetahui hak-hak sebagai peserta BPJS Kesehatan,

ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi sebagai peserta BPJS

Kesehatan, adapun kewajiban tersebut antara lain:

a. Setelah mendaftar sebagai peserta BPJS, maka peserta

wajib membayar iuran yang besarannya sesuai dengan

pilihan kelas yang dipilih dan sesuai dengan ketentuan

yang diberlakukan oleh pihak BPJS.

b. Melakukan pelaporan jika terdapat perubahan data

peserta baik disebabkan pernikahan, kematian, kelahiran,

pindah alamat, atau pindah fasilitas kesehatan tingkat 1.

c. Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang, atau

dimanfaatkan orang lain yang tidak berhak mendapatkan

fasilitas kesehatan dari BPJS.

d. Menaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan

kesehatan mulai dari pendaftaran, alur pelayanan dan

pembayaran iuran.

6. Kepesertaan

Sejauh ini kepesertaan masyarakat Kota Salatiga pada

program BPJS telah mencapai 77%. Masyarakat Kota Salatiga

mengakui bahwa program BPJS sangat membantu mereka

terutama mereka yang memiliki penghasilan ekonomi menengah

kebawah.

Kaitannya dengan kepesertaan sebagian dari mereka

mengakui bahwa mereka ikut menjadi peserta secara suka rela atau

atas kehendak mereka masing-masing namun ada juga di antara

mereka yang menjadi peserta BPJS karena merasa dituntut oleh

aturan pemerintah yang mewajibkan mereka untuk ikut menjadi

peserta BPJS.

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

59

Tuntutan dari pemerintah yang bersifat wajib ini menuai

berbagai respon dari masyarakat.Hampir 45% dari mereka

mengeluhkan tentang jumlah premi yang harus dibayar setiap

bulannya. Ada sekitar 30% dari masyarakat yang mengeluhkan

program BPJS karena ketidakfahaman mereka tentang apa itu

BPJS. Mereka ini merupakan kalangan yang bisa dikatakan non

akademisi atau dalam istilah lain merupakan masyarakat awam.

Berkaitan dengan kinerja BPJS, ada sekita 10% Masyarakat

yang notabenenya merupakan masyarakat beragama Islam yang

kental dan sebagian dari mereka merupakan masyarakat yang

akademisi juga mengkritisi BPJS senada dengan Majelis Ulama

Indonesia. Kritik ini berkenaan dengan sistem dan tata pengelolaan

dana BPJS. Mereka berharap, program BPJS hendaknya

disesuaikan dengan asuransi yang menggunakan prinsip syariah.

Dengan demikian, masyarakat Indonesia yang mayoritas

merupkan umat Islam merasa nyaman dalam bertransaksi. Hal ini

seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah.Selain

karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah Islam, ini juga bisa

dinyatakan sebagai demokrasi negara.

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

60

Berhubungan dengan kepesertaan, hampir 90% dari mereka

dan rata rata merupakan masyarakat non akademisi mengakui

bahwa mereka tidak tahu banyak mengenai pengelolaan dana iuran

BPJS yang mereka bayarkan setiap bulan. Bahkan di antara mereka

ada yang mengira bahwa iuran BPJS itu merupakan tabungan yang

suatu saat bisa mereka ambil.

Kebanyakan masyarakat ( didominasi masyarakat dengan

ekonomi menengah kebawah) sebelum adanya perubahan

peraturan baru mereka mengeluhkan tentang sistem kelas

rawat.Sistem kelas rawat ini bagi mereka cenderung membeda-

bedakan yang berujung kecemburuan sosial.

Berkenaan dengan dana iuran yang mereka bayarkan setiap

bulan, hampir 85% dari masyarakat Kota Salatiga tidak

mengetahui kemana dana mereka akan diputar. Bahkan, mereka

yang beragama Islam pun sepertinya kurang memperdulikan akan

akad yang mereka lakukan apakah telah sesuai syariat atau belum.

Mereka bahkan tidak peduli mengenai riba, gharar dan lain

sebagainya. Mereka hanya mengetahui sebatas menaati peraturan

yang telah dibuat juga sebagai jembatan untuk sedikit meringankan

beban mereka jika sewaktu-waktu terjadi resiko yang tidak

diinginkan.

Permasalahn ini kemungkinan besar disebabkan karena

kurangnya pengetahuan mereka tentang muamalah Islam. Faktor

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

61

lain yang menjadi penyebabnya adalah, kurangnya kepercayaan

masyarakat terhadap produk-produk syariah yang saat ini sedang

berkembang. Kurangnya kepercayaan ini disebabkan oleh

ketidakjelasan pelaksanaan akad syariah tersebut.Bahkan, tidak

sedikit produk syariah yang hanya menjadikan syariah sebagai

lebel atau formalitas semata.

7. Pengelolaan Dana Iuran Peserta BPJS

Asuransi pada umumnya, melakukan pengelolaan dana iuran

dengan dua cara yakni pengelolaan dana iuran murni dan dana

investasi. Pengelolaan dana iuran pada asuransi BPJS hanya

menerima satu pengelolaan dana saja yakni, dana iuran bantuan

murni non saving. Artinya, BPJS tidak menerima investasi dari

para pesertanya dan hal ini berarti dana iuran yang telah

dibayarkan tidak dapat diambil kembali kecuali jika terjadi resiko

pada diri peserta.

Semua perusahaan asuransi diberi amanah untuk mengelola

premi dengan cara yang halal dan memberikan santunan kepada

pihak yang mengalami musibah sesuai dengan akad yang telah

dibuat (Nopriansyah: 2016: 74).

Secara garis besar penulis akan memberikan gambaran

bagaimana dana iuran BPJS di kelola. Penjelasan tersebut dapat

dilihat pada bagan dibawah ini :

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

62

PESERTA PREMI BANK BPJS

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

63

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa, setelah peserta

melakukan pembayaran pertama peserta akan memperoleh kartu

kesehatan BPJS. Bagi setiap peserta yang telah melakukan

pembayaran, mereka memiliki hak untuk mendapatkan pengobatan

gratis apabila terjadi resiko pada diri mereka.

Dana dari peserta tersebut masuk ke rekening BPJS melalui

Bank Nasional (BRI,Mandiri dan BNI). Setelah dana iuran

dibayarkan pada rekening BPJSmaka, dana itu berada di Bank

konvensional dan setiap bulannya akan memperoleh tambahan atau

bunga. Jika sewaktu waktu terjadi resiko pada diri peserta maka

peserta dapat mengajukan klaim melalui BPJS untuk mendapat

pengobatan gratis sesuai dengan kelas masing-masing.

Pencairan dana klaim ini sudah pasti tidak lepas pula dari

tambahan (suku bunga) yang diperoleh dari Bank terkait. Dengan

demikian, secara tidak langsung kita selaku peserta dibiayai oleh

pemerintah dengan dana iuran yang telah tercampur dengan bunga

Bank yang diperoleh setiap bulan.

Mengenai hal ini, pihak BPJS Kota Salatiga mengelak untuk

menanggapi. Menurut mereka, hal ini diluar wewenang BPJS

karena,pihak BPJS hanya melaksanakan tugas yang diamanahkan

oleh Kementrian Kesehatanuntuk menjadi sarana dan fasilitas bagi

RESIKO PESERTA KLAIM KARTU PESERTA

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

64

masyarakat agar masyarakat bisa mendapatkan kemudahan serta

keringanan untuk menghadapi resiko kesehatan yang terjadi.

Pihak BPJS menyampaikan bahwa, mereka tidak memiliki

wewenang untuk menentukan Bank atau lembaga mana yang akan

mereka jadikan jembatan masuknya dana iuran tersebut. Pihaknya

juga menanggapi bahwa, tidak ada pilihan Bank lain yang bisa

mereka jadikan jembatan penyaluran dana iuran karena, di

Indonesia sendiri belum ada Bank Nasional yang menerapkan

prinsip syariah dan bisa dijangkau oleh seluruh masyarakat.

Mengenai polemik tersebut, penulis menganggap wajar saja

jika dana iuran ini masuk melalui Bank yang didalamnya

menerapkan sistem konvensional. Sejauh ini, di Indonesia belum

ada BankSyariah yang secara totalitas menjalankan kegiatannya

dengan prinsip syariah yang bisa dijangkau oleh masyarakat

Indonesia disegala nusantara. Hal ini tentu saja menjadi faktor

penghambat jika kita menginginkan program BPJS menerapkan

proses pembayaran yang berbasis syariah.

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

65

BAB IV

ANALISIS

A. Analisis Pengelolaan Dana Iuran BPJS di Kota Salatiga

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa dana

yang masuk dan dikelola oleh BPJS merupakan dana yang berasal dari

iuran peserta setiap bulannya. Dana iuran ini masuk melalui Bank nasional

sebagaimana dijelaskan pada pemaparan sebelumnya. Dana iuran ini

setiap bulannya akan mendapat ziyadah atau tambahan yang dalam dunia

perbankan disebut bunga atau riba. Bertambahnya dana ini merupakan

dana yang haram menurut syariat Islam karena Islam melarang adanya riba

dalam suatu muamalah.

Berkaitan dengan pengelolaan dana iuran ini, BPJS berperan sebagai

perantara. Maksudnya, BPJS tidak memiliki wewenang secara langsung

untuk menentukan kemana dan bagaimana dana iuran tersebut akan

dikelola. Keadaan ini disebabkan oleh faktor kedudukan BPJS yang

membawahi Kementrian Kesehatan dalam menjalankan progran JKN ini.

BPJS sendiri mengakui bahwa pihaknya hanya menjalankan apa

yang menjadi tugas mereka tanpa memiliki wewenang untuk membuat

aturan sendiri, termasuk didalamnya berkenaan dengan prosedur

pembayaran iuran peserta setiap bulannya. Pihak BPJS memberi

penjelasan bahwa, dana yang telah masuk dari setiap peserta setiap

bulannya itu tidak selalu dalam keadaan diam. Maksudnya, setiap haridana

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

66

itu diputar karenasetiap hari pasti terjadi klaim peserta dari berbagai

wilayah dan daerah yang berbeda-beda.

Setiap peserta yang mengalami resiko, dapat mengajukan klaim

untuk mendapatkan dana berobat gratis. Pengobatan ini dilakukan di

Fasilitas Kesehatan tingkat I (puskesmas atau dokter yang telah berkerja

sama dengan BPJS), apabila fasilitas kesehatan tingkat I tidak mampu

untuk memberikann pelayanan maka peserta dapat meminta surat rujukan

dari Faskes I untuk mendapat perawatan lebih intensif di rumah sakit di

wilayahnya masing-masing.

Perlu diingat kembali bahwasanya BPJS ini merupakan sistem

asuransi non saving, artinya peserta BPJS tidak akan mendapatkan

kembali dana iuran yang telah disetorkan kecuali adanya resiko yang

terjadi.

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pengelolaan Dana BPJS di Kota

Salatiga

Dalam Fatwa DSN No: 53/DSN-MUI/III/2006 tentang akad tabarru‟

dijelaskan bahwa pengelolaan dana asuransi hanya boleh dilakukan oleh

suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah. Ini berarti

bahwa yang boleh mengelola dana iuran peserta BPJS itu adalah pihak

BPJS yang dalam hal ini di atasi oleh Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia.

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

67

Hukum Islam telah memberikan aturan tersendiri tentang muamalah

yang didalamnya juga tercantum tentang pengelolaan dana asuransi.

Hukum Islam melarang keras adanya unsur-unsur yang bersifat merugikan

satu pihak dan pihak lain meraup keuntungan pribadi.

Dalam ushul fiqh terdapat kaidah yang berbunyi :

نيم عهى تحريمه األصم في األشياء اإلباحة حتى يدل اند

Hukum asal setiap perkara adalah mubah (boleh) sampai ada dalil

yang mengharamkannya.

Maksud dari kaidah di atas adalah, hukum asal setiap perkara itu

diperbolehkan sebelum kita mengetahui terdapat dalil atau hukum yang

melarangnya. Akan tetetapi kita tidak boleh asal memperbolehkan setiap

perkara yang kita temui sebelum kita tahu jelas tentang hukumnya. Misal,

jika kita menemukan perkara yang membuat kita ragu antara halal atau

haram, maka sebaiknya kita menjauhi perkara tersebut karena Islam

mengajarkan kita untuk menjauhi perkara yang syubhat.

Dalam kaitanya dengan pengelolaan dana iuran BPJS, penulis

menganggap bahwa prosedur pengelolaan dana iuran asuransi BPJS belum

memenuhi syarat asuransi dengan prinsip syariah. Hal ini dapat di nilai

dari proses pengelolaan dana yang ada di BPJS yang menurut penulis

mengandung unsur gharar dan riba.

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

68

Dikatakan gharar karena masyarakat dituntut untuk wajib mengikuti

program pemerintah tanpa ada pengecualian dengan membayarkan iuran

setiap bulannya dan masyarakat tidak mengetahui apakah mereka akan

mengalami resiko atau tidak. Jika peserta BPJS ini mengalami resiko

sudah jelas adanya hubungan timbal balik antara BPJS dan peserta. Akan

tetetapi jika tidak terjadi resiko, maka masyarakat akan merasa dirugikan

karena uang yang telah mereka bayarkan setiap bulannya tidak dapat

diambil kembali dan dianggap masuk dalam kas negara yang digunakan

untuk kepentingan bersama.

Selain karena hal di atas, kenyataan yang ada dalam pelaksanaan

BPJS pun dirasa kurang sesuai dengan tujuannya. Salah satu tujuan adanya

program BPJS adalah demi kesejahteraan bersama.

Kaidah ushul fiqh yang lain berbunyi :

ب وم فاىخ أ ف اىتع ا تزط ف

Sesuatu yang didalamnya disyaratkan ta‟yin, maka jika salah

menentukannya akan membatalkan.

Kaidah ini menjelaskan tentang keharusan kita untuk menjelaskan

dengan rinci tentang hal-hal yang berkenaan dengan muamalah antar

sesama manusia. Jika dikaitkan dengan asuransi kesehatan BPJS, ini

berarti bahwa dalam pelaksanaannya BPJS harus menjelaskan secara rinci

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

69

tentang apa itu BPJS dan bagaimana pelaksanaan programnya kepada para

calon peserta yang akan mendaftarkan diri.

Pimpinan kantor cabang BPJS Kota Salatiga menolak jika pihaknya

dianggap tidak memberikan penjelasan secara rinci kepada masyarakat

sebelum mereka menjadi peserta. Setelah diteliti lebih jauh, pada

kenyataannya banyak sekali masyarakat yang turut menjadi peserta BPJS

tetapi tidak mengerti dengan jelas tentang pelaksanaan program tersebut.

Hampir 90% dari informan yang penulis temui menyampaikan

keluhan mereka. Di antara keluhan tersebut, mereka menyatakan jika

pemerintah menginginkan kesejahteraan atas diri mereka selaku

masyarakat, maka tidak perlu ada sistem kelas perawatan sebagaimana

yang ada di BPJS. Bagi mereka, sistem kelas yang diberlakukan BPJS

menimbulkan cemburu sosial yang bisa berakibat pada membeda-bedakan

suku, kaya dan miskin, pegawai dan non pegawai.

BPJS dianggap mengandung unsur riba karena prosedur pembayaran

dana iuran BPJS ini dilakukan melalui Bank Nasional Konvensional yang

dalam pelaksanaan pada umumnya BankBank ini menerapkan sistem riba

atau tambahan. Tambahan yang diperoleh setiap bulan direkening iuran

BPJS ini sudah jelas keharamannya dan tidak menutup kemungkinan uang

tambahan ini digunakan untuk membayar klaim jika terjadi risiko pada diri

peserta BPJS.

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

70

Dilihat dari hal di atas sudah cukup jelas mengenai status hukum

pengelolaan dana iuran BPJS menurut hukum Islam. Tetapi kita semua

tidak boleh menutup mata atau memandang sebelah mata. Kembali lagi

pada suatu keadaan di mana kita hidup bukan di Negara Islam. Diakui atau

tidak sejauh ini negara Republik Indonesia yang memiliki penduduk

muslim terbesar ini tidak bisa menerapkan hukum Islam 100%.

Dalam ushul fiqh terdapat sebuah kaidah yang bebunyi:

ا ا ضزرا بارتناب أخف أ ظ ر فس تا إذا تعارض

Jika terdapat dua perkara yang merusak berlawanan, maka dijaga

yang lebih besar kemudlorotannya dengan melaksanakan yang lebih

ringan.

Dipandang dari sisi pengelolaan dananya BPJS memang

mengandung unsur riba, tetapi jika kita memandang dari sisi

kemanfaatannya, maka kita akan menemukan banyak sekali masyarakat

kecil yang merasa terbantu dengan adanya program JKN ini. Masyarakat

kebanyakan merasa diringankan bebannya dalam bidang penanganan

kesehatan. Dengan demikian sisi mana yang akan kita ambil sebagai jalan

tengah itu bergantung pada diri kita masing-masing.

Kita semua mengetahui bahwa, Indonesia ini sendiri belum memiliki

lembaga keuangan syariah(yang menerapkan prinsip syariah secara

totalitas) yang dapat dijangkau oleh seluruh rakyat Indonesia yang bisa

menjadi fasilitas untuk bertransaksi terutama mengenai pembayaran premi

BPJS. Hal ini tentu sangat mempengaruhi pola fikir para pembuat

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

71

ketentuan untuk memutuskan lembaga mana yang akan mereka pilih

sebagai jalur untuk menjalankan programnya.

Begitu juga dengan pihak BPJS, mereka memiliki program jaminan

kesehatan yang diharapkan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat

Indonesia. Seiring dengan adanya programini, bagaimana bisa mereka

menyesuaikan prosedur pembayaran dengan prinsip syariah sedangkan

saat ini mereka tidak memiliki pilihan lembaga keuangan yang

menerapkan prinsip syariah secara totalitas.

Permasalahan diataslah yang menjadi alasan bagi mereka untuk

akhirnya memilih lembaga keuangan konvensional meskipun tidak sesuai

dengan harapan dari banyak kalangan terutama mereka yang menganut

agama Islam.

Melihat keadaan masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim yang

sebagian besar dari mereka merasa ragu dengan asuransi BPJS sebab akad

dan pengelolaan dananya, seharusnya pemerintah bisa memberi solusi

terhadap keraguan ini. Pemerintah diharapkan bisa memberikan penjelasan

dan jalan keluar dari persoalan yang berkecamuk dalam diri masing-

masing masyarakat dengan tujuan agar tercapainya kesejahteraan bersama

sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar 1945.

Salah satu solusi yang sangat dinantikan oleh banyak kalangan

terutama masyarakat Indonesia yang beragama Islam adalah pemerintah

menyesuaikan tata pelaksanaan dan pengelolaan dana iuran asuransi BPJS

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

72

ini dengan aturan hukum Islam dan pemerintah diharapkan dapat menjadi

pelopor terciptanya lembaga keuangan syariah yang secara totalitas

menjalankan kegiatannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah hal ini

tentu saja membutuhkan bantuan dan dorongan dari masyarakat sebagai

pelaku muamalah. Sehingga, tidak terjadi kesenjangan antara tuntutan

pemerintah yang mewajibkan seluruh lapisan masyarakat untuk turut serta

menjadi peserta BPJS dengan syariat agama Islam yang mereka anut.

Penulis berharap pihak BPJS akan menciptakan suatu lembaga

khusus untuk mengelola dana iuran tersebut. Lembaga khusus ini

diharapkan dapat tersebar diseluruh wilayah sehingga paling tidak dana

iuran peserta tidak masuk melalui rekening konvensional. Jika sudah ada

lembaga khusus untuk pengelolaan dana iuran ini maka diharapkan dana

iuran BPJS akan terhindar dari menyalahi aturan hukum Islam. Sehingga

hal ini akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat untuk ikut serta

menjadi peserta BPJS secara suka rela tanpa merasa terpaksa.

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa:

1. Asuransi dalam hukum Islam adalah suatu pengaturan

pengelolaan risiko yang memenuhi ketentuan syariah, tolong

menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator.

Dalam bahasa Arab asuransi disebut at-ta‟min, at-takaful dan

tadamun. At-ta‟min berari perlindungan, ketenangan, rasa aman

dan bebas dari rasa takut. At-takaful secara etimologis berarti

menjamin atau saling menanggung atau secara muamalah adalah

saling memikul resiko di antara sesama manusia sehingga antara

satu dengan yang lain menjadi penanggung atas risiko yang

terjadi terhadap orang yang lainnya. Tadamun juga berarti saling

menanggung yang bertujuan untuk menutup kerugian atas suatu

peristiwa dan musibah yang dialami seseorang dengan tujuan

saling menolong bukan untuk meraih keuntungan secara pribadi.

Kaitannya dengan asuransi, hukum Islam telah mengatur tentang

bagaimana asuransi itu dilaksanakan. Akad dalam asuransi harus

dilakukan dalam keadaan pihak yang rela sama rela tanpa adanya

Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

74

paksaan dari pihak lain. Sebelum melaksanakan akad, kedua

belah pihak harus mengetahui secara rinci tentang perjanjian

yang akan mereka lakukan jangan sampai ada pihak yang

dirugikan dan pihak lain yang meraup keuntungan pribadi.

Perjanjian tersebut tidak boleh mengandung unsur gharar, riba,

maisir serta unsur lain yang terlarang dalam hukum Islam. Dalam

perjanjian tersebut, pihak yang melakukan akad harus memahami

apa saja hak dan kewajiban kedua belah pihak setelah mencapai

kesepakatan.

2. Pengelolaan dana asuransi BPJS telahdiketahui mengandung

unsur riba. Dikatakan mengandung unsur riba karena setiap bulan

dana iuran yang masuk pada rekening BPJS sudah barang tentu

mendapatkan ziyadah atau tambahan sebagaimana Bank

konvensional pada umumnya. Selain itu, dana tambahan yang

diterima setiap bulan dikelola bersamaan dengan dana iuran

peserta dan disalurkan kepada setiap peserta yang mengajukan

klaim. Secara tidak langsung, peserta yang mangalami resiko dan

mengajukan klaim itu mendapatkan pembayaran berobat dari

dana iuran dan dana tambahan dari bank atau bisaa disebut

bunga.

3. Dalam hukum Islam perkara yang halal itu jelas dan yang haram

itu juga jelas. Hukum bunga dalam Islam juga sangat jelas

keharamanya dan sangat terlarang untuk ada dalam suatu

Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

75

muamalah. Dengan demikian, jelaslah status hukum dari

pengelolaan dana iuran asuransi BPJS Kesehatan ini, dengan

adanya riba dalam pengelolaan dananya maka hukum dari

pengelolaan dana iuran tersebut haram dan terlarang dalam

Islam.

Jika kita memandang dengan konsep ta‟awun dalam Islam, BPJS

memang sangat berperan dalam hal ini. Masyarakat banyak yang

merasa diringankan bebannya dengan hadirnya program JKN.

Namun, sangat disayangkan jika dalam program yang bersifat

ta‟awun ini didalamnya mengandung unsur terlarang meskipun

adanya unsur ini dikarenakan tidak adanya pilihan lain yang bisa

dijadikan solusi.

HukumIslam sejatinya memiliki banyak solusi dari berbagai

permasalahan yang ada, termasuk permasalahan yang berkaitan

dengan pengelolaan dana iuran asuransi BPJS.Hubungannya

dengan dlarurat, Islam tetap memberi batasan untuk

diperbolehkannya sesuatu yang terlarang karena adanya udzur.

Sebagaimana dalam sebuah kaidah Ushul Fiqh:

رورة يقدر بقدرها ما جاز نهض

“ Apa yang diperbolehkan karena darurat harus diukur dengan

kadar kedaruratannya “

Dari kaidah ini sudah cukup jelas, bahwa darurat dalam Islam

juga memiliki batasan juga kadar. Kembali pada pangelolaan

Page 87: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

76

dana iuran asuransi BPJS, semestinya para pembuat kebijakan

bisa menghilangkan kedaruratan ini dengan mewujudkan adanya

lembaga keuangan syariah yang benar-benar menerapkan prinsip

syariahyang diawasi dengan baik sehingga tidak terjadi

pelanggaran dalam pelaksanaannya. Lembaga ini hanya akan

terwujud jika antara pembuat kebijakan, pelaku usaha, dan

masyarakat mampu berkerja sama dengan baik.

Dengan adanya lembaga keuangan berbasis syariah yang mampu

dijangkau oleh seluruh masyarakat, diharapkan akan benar-benar

menjadi solusi dari pertentangan antara riba dan ta‟awun dalam

BPJS.

B. Saran

Dalam skripsi ini, penulis ingin memberikan saran kepada beberapa

pihak yang bersangkutan dengan pokok pembahasan yakni pengelolaan

dana iuran BPJS. Semoga saran ini bersifat membangun dan dapat

bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

1. Kepada seluruh jajaran pemerintah mulai dari Presiden,

Kementrian Kesehatan, Pihak BPJS dan seluruh lapisan yang

merupakan pelopor adanya program BPJS, penulis sangat

berharap dalam membuat suatu ketentuan atau aturan hendaknya

mempertimbangkan dengan teliti tentang akibat dari adanya

peraturan tersebut. Penulis juga berharap para pembuat kebijakan

hendaknya sudah lebih dulu mempersiapkan solusi jika terjadi

Page 88: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

77

suatu masalah yang terjadi setelah ketentuan itu dibuat.

Sehingga, ketika terjadi pro kontra antara pemerintah selaku

pembuat aturan dan masyarakat sebagai objek aturan, tidak

menjadi polemik yang berkepanjangan dan dapat diselesaikan

secepat mungkin.

2. Kepada para pelaku usaha dibidang lembaga keuangan

khususnya lembaga keuangan syariah. Penulis sangat berharap

agar lebel syariah tidak hanya dijadikan sebagai formalitas untuk

mencuri perhatian nasabah dan dijadikan ladang untuk meraup

keuntungan. Lebel syariah hendaknya menjadi payung untuk kita

berlindung dari segala tingkah laku yang menyalahi aturan dan

prinsip muamalah syariah. Sehingga dengan demikian

kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan khususnya

lembaga keuangan syariahakan terbangun dan tidak lagi

menimbulkan perselisihan juga kecurigaan.

Pengelolaan dana iuran BPJS perlu dilakukan revisi mengingat

mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam agar tidak lagi

terjadi polemik antara peraturan pemerintah dan keyakinan

masyarakat terhadap agamanya. Untuk itu, kedepan diharapkan

akan ada perbaikan sistem dari pihak pelaksana program.

Perbaikan ini juga perlu dilakukan pada bagian awal pelaksanaan

akad sampai pencairan dana bantuan untuk penerima resiko agar

lebih berhati-hati dalam pengelolaan dana. Adanya lembaga

Page 89: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

78

keuangan syariah yang menjalankan prinsip syariah secara

totalitas dan dapat dijangkau oleh masyarakat diseluruh nusantara

tentunya akan sangat membantu terciptanya muamalah yang

sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini tentunya menjadi PR bagi

kita semua terutama para pelaku usaha keuangan yang berlebel

syariah juga dewan pengawas syariah untuk mendorong dan

membantu pemerintah mewujudkan harapan tersebut.

3. Kepada seluruh lapisan masyarakat selaku objek dari adanya

program BPJS, penulis berharap masyarakat dapat membantu

pemerintah dalam menjalankan program yang telah dirancang

sedemikian rupa dan hendaknya masyarakat turut menjadi

pengawas pelaku usaha yang menyalahi aturan hukum dan

prinsip muamalah Islam agar di Indonesia lekas terwujud

lembaga keuangan syariah dan lembaga lembaga lain yang

bergerak dibidang muamalah yang benar-benar menerapkan

prinsip syariah.

4. Kepada Civitas Akademika IAIN Salatiga, penulis berharap

tulisan ini tidak hanya dijadikan semata-mata syarat kelulusan.

Penulis sangat berharap tulisan ini juga tulisan-tulisan rekan

kami yang lain dapat menjadi acuan dan referensi pustaka bagi

mahasiswa IAIN Salatiga khususnya dan masyarakat lain pada

umumnya. Agar apa yang telah kami tulis tidaklah hanya sebatas

coretan yang tiada bermanfaat.

Page 90: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

79

Page 91: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

80

Page 92: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

81

Page 93: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

82

Page 94: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

83

Page 95: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

84

Page 96: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

85

Page 97: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1045/1/Istiqomah.21412002.pdf · dituntut untuk ikut serta menjadi peserta BPJS di dominasi oleh masyarakat

86