tinjauan fiqih jinayah terhadap pemasungan …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/winaholisah...
TRANSCRIPT
1
TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN
PENDERITA GANGGUAN JIWA DI DESA AIR ITAM
KECAMATAN PENUKAL KABUPATEN PALI
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Salah Satu syarat Untuk Mengikuti Gelar
Keserjanaan Pada Jurusan Hukum Pidana Islam (S.H)
Fakultas Syari‟ah dan Hukum
Jenjang Pendidikan Strata 1
Oleh :
Winaholisah
NIM: 14160110
PROGRAM STUDI JINAYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
2
3
4
5
6
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Kurangkai kata, kucari makna, kususun dalam sebuah
alenia, kurangkai dalam lima bab jadilah sebuah maha
karya. Gelar sarjana didepan mata orang tua dan keluarga
ikut bahagia.
Jangan merasa sombong dengan apa yang didapat, karena
apa yang didapat sekarang masih kecil dari apa yang di
berika Allah SWT, ingat langkah masih panjang perjalanan
masih jauh, tetap rendah hati terhadap apa yang didapat.
Kupersembahkan Skripsi ini kepada:
1. Ayahanda Edi Suparman dan Ibu tercinta Hernayati yang
selalu membimbing, menasehati, mendukung, mendo’akan
yang terbaik untukku dimanapun, kapanpun dan disaat
seperti apapun.
2. Saudara-Saudaraku tersayang Ayukku Winda puspita, dan
Kakakku Haidir Ali, adekku Aldina saputra, saudara
sepupuku Hoirunisa, Seliyani, dan Reza, serta saudara
seperjuanganku Munawarroh, yang selalu memberikan
bantuan moril, motivasi, semangat, nasihat, dan do’anya.
3. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan nasihat-
nasihat berharga kepadaku.
4. Kepada dosen Pembimbing yang dengan tulus dan sabar
membimbingku dan memberikan ilmu-ilmu yang yang
bermanfaat bagiku dalam menyelesaikan Skripsi ini.
5. Kepada dosen pengujiku yang telah mendidik dan
mengajariku sehingga bisa menyelesaikan Skripsi ini,
6. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum khususnya
Dosen Jinayah yang tak pernah lelah mengajari dan
membimbing kami untuk jadi lebih baik lagi.
7
7. Sahabat-sahabat seperjuangan ku Jinayah angkatan 2014,
teman-teman seperjuangan Fatimah, dan aisyah,
Mustikaria, Linda Mayani, Aan Saputra, Lidia Caroline,
Dan Eka Saputri terimah kasih atas dukungan dan motivasi
kalian semua.
8. Almamaterku UIN Raden Fatah Palembang yamg selalu
menjadi kebanggaan ku.
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan pertolongan-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :Tinjauan Fiqih Jinayah
terhadap pemasungan penderita gangguan jiwa di Desa Air itam
Kecamatan Penukal Kabupaten PALI. Sholawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan pengikutnya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh
gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
Dalam penyusunan skripsi penulis menyadari bahwa
menemukan kesulitan-kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Sirozi, selaku Rektor UIN Raden Fatah
Palembang.
2. Bapak Dr. M. Marsaid M.A, selaku Dekan fakultas Syari‟ah
dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang.
3. Bapak Abdul Hadi, M.Ag selaku ketua Jurusan Jinayah
Siyasah, dan sekaligus Dosen Penasehat Akademik.
4. Bapak Dr.Paisol Burlian, M.Hum selaku pembimbing
pertama yang telah banyak membantu dan memberikan
dorongan kapada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi
ini.
5. Ibu Romziatussa‟adah, M. Hum selaku pembimbing kedua
yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan
kapada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini
6. Kedua orangtuaku yang tercinta, ayah (Edi suparman), ibu
(Hernayati), yang telah berjuang baik doa maupun biaya,
untuk mendorong penulis agar selalu semangat, memotivasi
dan memberikan dorongan kepada penulis.
7. Saudara-saudaraku yang tercinta, ayuk tercinta (Winda
Puspita, S.pd), kakak tercinta (Haidir Ali, Amd.Kep) dan
9
adikku sayang (Aldina Saputra) yang selalu memotivasi dan
memberikan dorongan keapada penulis.
8. Semua sahabat-sahabat, Hoirunisa, Seliyani, Mustika Ria,
Linda Maryani, Deli Julita, Reza Utama yang selalu
memberi semangat dan masukan.
9. Teman-teman seperjuangan Munawaroh, Siti Fatimah,
Aisyah, dan Rismayana.
10. Bapak Irzan Efendi selaku kepala Desa Air itam dan
Informan yang telah membantu dalam menyelesaikan
penalitian ini.
Dengan iringan doa semoga semua pihak yang terlibat dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini, akan diberi pahala yang setimpal
disis Allah SWT. Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun untuk penyempurnaan dimasa yang akan
datang, semoga berhasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua
amin.
Palembang, ………...,2018
Penulis
Winaholisah
NIM. 14160110
10
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “Tinjauan Fiqih Jinayah Terhadap Pemasungan
Penderita Gangguan Jiwa Di Desa Air Itam Kecamatan Penukal Kabupaten
PALI.” Islam sangat melarang melakukan kekerasan terhadap orang yang
menderita gangguan jiwa, apalagi sampai memasung penderita gangguan jiwa
tersebut sebab memasung orang yang menderita gangguan jiwa merupakan
pelanggaran hak azazi manusia, karena hak seseorang untuk hidup bebas dan
merampas kemerdekaan seseorang.
Skripsi ini memfokuskan pada Faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya pemasungan pada penderita gangguan jiwa? Dan
Bagaimana tinjauan Fiqih Jinayah terhadap kasus pemasungan penderita
gangguan jiwa? Jenis penelitian ini adalah penilitian lapangan (field reseach),
dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang
digunakan untuk mendapatkan gambaran yang objektif bertanya kepada satu
orang dan diarahka pada orang lain sampai diperoleh informasi yang lengkap
tentang masalah yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor peyebab terjadiya
pemasungan oleh pihak keluarga di Desa Air Itam Kecamatan Penukal
Kabupaten PALI adalah: Permasalahan ekonomi, Jauhnya akses pelayanan
kesehatan, Mencegah melakukan tindak kekerasan yang dianggap
membahayakan, Gangguan jiwa atau gila itu memalukan dan merupakan aib
bagi keluarga. Islam tidak membenarkan apapun alasan yang digunakan
bilamana seorang melukai orang dengan cara memasungnya. Karena dampak
negatif yang ditimbulkan sangat besar yaitu cacatnya anggota tubuh seseorang
yang dipasung dan bahkan bisa menyebabkan kematian pada orang lain, akan
tetapi di sisi lain keamanan warga di sekitar lebih diutamakan lagi, dan dalam
hukum Islam pun kepentingan masyarakat lebih diutamakan di atas
perorangan. Tindakan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di Desa Air
Itam Kecamatan Penukal Kabupaten PALI dengan melakukan pemasungan
terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa di dalam hukum pidana Islam
merupakan tindakan penganiayaan karena tindakan pemasungan tersebut
dapat menghilangkan manfaat anggota badan namun jenisnya masih utuh.
Simpulan dari penelitian ini adalah Tindakan yang dilakukan oleh
sebagian masyarakat di desa Air Itam Kecamatan Penukal Kabupaten PALI
dengan melakukan pemasungan terhadap orang yang mengalami gangguan
jiwa di dalam hukum pidana Islam merupakan tindakan penganiayaan karena
tindakan pemasungan tersebut dapat menghilangkan manfaat anggota
badan namun jenisnya masih utuh, dan termasuk kedalam unsur moral,
dalam Fiqih Jinayah pelaku dapat dikenakan hukuman Ta‟zir.
Kata Kunci :Fiqih Jinayah, Pemasungan, Dan GangguanJiwa
11
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Terdapat beberapa versi pola transliterasi pada dasarnya mempunyai
pola yang cukup banyak, berikut ini disajikan pola transliterasi arab
latin berdasarkan keputusan bersama antara Menteri Agama dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. No. 158 Tahun 1987 dan No.
0543b/U/1987.
Konsonan
Huruf Nama Penulisan
Alif „A ا
Ba B ب
Ta T خ
Tsa S ث
Jim J ج
Ha H ح
Kha Kh خ
Dal D د
Zal Z ذ
Ra R ز
Zai Z ش
Sin S ض
Syin Sy ش
Sad Sh ص
Dlod Dl ض
Tho Th ط
Zho Zh ظ
' Ain' ع
Gain Gh غ
Fa F ف
Qaf Q ق
Kaf K ك
Lam L ه
Mim M
Nun N ن
Waw W و
12
Ha H ي
„ Hamzah ء
Ya Y ي
Ta (Marbutoh) T ج
Vokal
Vokal BahasaArab seperti halnya dalam bahasa Indonesia terdiri atas
vokal tunggal dan vokal rangkap (diftong)
Vokal Tunggal
Vokal tunggal dalam bahasaArab :
Fathah
Kasroh
Dhommah
Contoh :
Kataba = متة
Zukira (Pola I) atau zukira (Pola II) dan seterusnya = ذمس
Vokal Rangkap
Lambang yang digunakan untuk vocal rangkap adalah gabungan antara
harakat dan huruf, dengan tranliterasi berupa gabungan huruf.
Tanda Huruf Tanda Baca Huruf
Fathah dan ya Ai a dan i ي
Fathah dan waw Au a dan u و
Contoh :
kaifa: ميف
alā' : عيي
13
haula : حىه
amana : امه
aiatau ay : أي
Mad
Mad atau panjang dilambangkan dengan harakat atau huruf, dengan
transliterasi berupa huruf atau benda.
Contoh:
Harakat dan huruf Tanda baca Keterangan
Fathah dan alif atau ya Ā a dan garis panjang di atas اي
Kasroh dan ya Ī i dan garis di atas اي
Dlomman dan waw Ū U dan garis di atas او
qālasubhānaka : قاه ظثحىل
shāmaramadlāna : صا زمضان
ramā : زمي
fihamanāfi'u : فيهامىا فع
yaktubūnamāyamkurūna : وينتثىن مايمنسو
تيلااذ قاه يىظف : izqālayūsufuliabīhi
Ta' Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua macam:
1. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasroh dan
dlammah, maka transliterasinya adalah /t/.
2. Ta Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah /h/.
3. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti dengan
kata yang memakai al serta bacaan keduanya terpisah, maka
tamarbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.
14
4. Pola penulisan tetap 2 macam.
Contoh :
طفاهلازوضحا Raudlatulathfāl
al-Madīnah al-munawwarah اىمديىح اىمىىزج
Syaddad (Tasydid)
Syaddah atau tasydid dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda, yaitu tanda syaddah atau tasydid. Dalam transliterasi ini
tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang diberitanda
syaddah tersebut.
Nazzala =وصه Robbanā=زتىا
Kata Sandang
Diikuti oleh Huruf Syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasi kan
bunyinya dengan huruf /I/ diganti dengan huruf yang langsung
mengikutinya. Pola yang dipaka iada dua seperti berikut.
Contoh :
Pola Penulisan
Al-tawwābu At-tawwābu اىتىاب
Al-syamsu Asy-syamsu اىشمط
Diikutihuruf Qomariyah
Kata sandang yang diikuti huruf qomariyah ditransliterasi sesuai
dengan di atas dan dengan bunyinya.
15
Contoh:
PolaPenulisan
Al-badi 'u Al-badīu اىثد يع
Al-qomaru Al-qomaru اىقمس
Catatan: Baik diikuti huruf syamsiah maupun qomariyah, kata sandang
ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan diberi tanda (-).
Hamzah
Hamzah ditransliterasikan dengan opostrof. Namun hal ini hanya
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Apabila
terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam
tulisannya ia berupa alif.
Contoh :
umirtu=أومسخ Ta'khuzūna = تأخرون
Fa'tībihā =فأتي تها Asy-syuhadā'u = اىشهداء
Penulisan Huruf
Pada dasarnya setiap kata, baik fi'il, isim maupun huruf ditulis terpisah.
Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah
lazim dirangkaikan dengan kata-kata lain yang mengikutinya. Penulisan
dapat menggunakan salah satu dari dua pola sebagai berikut:
Contoh Pola Penulisan
Wainnalahālahuwakhair al-rāziqīn وإن ىهاىهى خيس اىساش قيه
Faaufū al-kailawa al-mīzāna فأوفىااىنيو و اىميصان
16
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... ii
PENGESAHAN DEKAN .............................................................. iii
PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................... xiii
DAFTAR ISI .................................................................................. xix
DAFTAR TABEL .......................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalh ................................................................. 14
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 14
D. Kegunaan Penelitian ............................................................ 14
E. Penelitian Terdahulu ............................................................ 15
F. Metodelogi Penelitian .......................................................... 18
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 24
BAB II TINJAUAN UMUM ......................................................... 27
A. Pengertian Hukum pidana .................................................... 27
1. Pengertiann Hukum Pidana Dan Jenis- Jenis
Tindak Pidana .......................................................... 27
2. Pengertian Hukum Pidana Islam (Jinayah) ............ 28
B. Tujuan Hukum pidana (Positif) dan Hukum Pidana Islam
(Jinayah) .............................................................................. 31
1. Tujuan Hukum pidana (Positif) ............................... 31
2. Hukum Pidana Islam (Jinayah) ............................... 32
C. Tindakan Pemasungan Terhadap Penderita Gangguan Jiwa 34
1. Jenis- jenis pemasungan .......................................... 36
2. Dampak dari pemasungan ........................................ 37
D. Pengertian Kesehatan Jiwa Dan GangguanJiwa ............... 38
1. Pengertian kesehatan jiwa ..................................... 38
2. Pengertian gangguan jiwa ..................................... 39
3. Penyebab gangguan jiwa ....................................... 40
4. Jenis-jenis gangguan jiwa ...................................... 42
17
E. Perampasan Kemerdekaan Dan Hak Asasi Manusia ........... 46
1. Pengertian perampasan kemerdekaan .................... 46
2. Pengertian hak asasi mansia .................................. 48
F. Pandangan Para Ahli Terhadap Kasus Pemasungan
Penderita Gangguan Jiwa .................................................... 51
G. Pengertian Pemasungan Dalam Islam ................................. 54
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.......... 57
A. Sejarah Desa Air Itam ..................................................... 57
B. Letak Geografis Desa Air Itam ....................................... 58
C. Keadaan Dan Jumlah Penduduk Desa Air Itam .............. 59
D. Kondisi Pendidikan Dan Ekonomi Masyarakat
Desa Air Itam .................................................................. 60
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................. 65
A. Faktor Penyebab Terjadinya Pemasungan Pada
Penderita Gangguan Jiwa Di Desa Air Itam ................... 65
B. Tinjauan Fiqih Jinayah Terhadap Pemasungan
Penderita Gangguan Jiwa ................................................ 74
BAB V PENUTUP ......................................................................... 91
A. Kesimpulan ....................................................................... 91
B. Saran ................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 93
RIWAYAT HIDUP ....................................................................... 97
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. 99
18
DAFTAR TABEL
Tabel1.Jumlah Penderita Ganggan Jiwa Yang Di Pasung ................. 13
Tabel 2.Jumlah Penduduk Desa Air Itam ........................................... 59
Tabel 3.Jenis Pendidikan Di Desa Air Itam ....................................... 60
Tabel 4.Pendidikan Masyarakat Desa Air Itam .................................. 61
Tabel 5. Mata Pencarian Masyarakat Desa Air Itam .......................... 63
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang paling mulia dan sekaligus
paling unik bila dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. Karena
keunikannya inilah manusia selalu menarikuntuk diteliti dan
dibicarakan. Sebagai manusia setiap orang harus berinteraksi dengan
sesamanya sebab ia adalah makhluk sosial. Seorang dapat bahagia jika
ia dapat bersikap dan berinteraksi dengan sesamanya dengan Syari‟at
Islam, berkorban dengan harta untuk kebaikan dan tidak menyakiti
orang lain1.
Hal ini sesuai dengan Syariat Islam mewajibkan pemeluknya
untuk berakhlak, karena orang yang berakhlak, akan mengurangi nafsu
melakukan jarimah sebab ia tahu Allah melihat setiap gerak geriknya.
Setiap manusia, tanpa perbedaan, berhak untuk
mendapatkanpenghormatan dan hak-hak asasi dan kebebasan untuk
hidup tanpa harus hidup terpasung baik manusia normal maupun orang
yang mengalami gangguan jiwa.
1Azhim,Syaikh Abdul. Meraih Kebahagiaan Hakiki, Jakarta: Najla Press,
2006
20
Pemasungan terhadap orang yang mengidap gangguan jiwa
merupakan tindakan yang bertentangan dengan HAM. Tindakan
pemasungan merupakan gejala yang umum di temukan di negara
berkembang, termasuk di Indonesia, rendahnya tingkat pendidikan,
keterbatasan pemahaman terhadap gejala gangguan kejiwaan, serta
keterbatasan ekonomi merupakan faktor yang mendominasi munculnya
kejadian pasung2. Pemasungan merupakan suatu tindakan memasang
sebuah balok kayu pada tangan dan atau kaki seseorang, diikat atau
dirantai, diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah
ataupun di hutan3.
Pemasungan pada penderita gangguan jiwa dapat berdampak
tidak baik secara fisik maupun psikis. Dampak fisiknya bisa terjadi
atropi pada anggota tubuh yang dipasung. Dampak psikisnya yaitu
penderita mengalami trauma, dendam kepada keluarga, merasa
dibuang, rendah diri, dan putus asa. Lama-kelamaan muncul depresi
dan gejala niat bunuh diri4.
2Bekti Suharto, “Budaya pasung dan dampak yuridis sosiologis: Indonesian
journal on Medical Science, Volume 1 No 2 ( Juli 2014): 1 3Suharto, “Budaya pasung dan dampak yuridis sosiologis,” 1.
4Puji lestari, Zumrotul Choiriyyah dan Mathafi, “ kecenderungan atau sikap
keluarga penderita gangguan jiwa terhadap tindakan pasung: Jurnal keperawatan
jiwa, Volume 2, no. 1 ( Mei 2014): 14
21
Gangguan jiwa adalah kondisi dimana proses mentalnya kurang
berfungsi dengan baik sehingga menggangunya dalam fungsi sehari-
hari, Gangguan ini sering juga disebut sebagai gangguan psikiatri atau
ganguan mental dan dalam masyarakat umum kadang disebut sebagai
gangguan saraf. Ganggua jiwa yang dialami oleh seseorang bisa
memiliki bermacam-macam gejala, baik yang berdampak jelas maupun
yang hanya terdapat dalam pikirannya. Mulai dari perilaku menghindar
dari lingkungan, tidak mau berhubungan atau berbicara dengan orang
lain dan tidak mau makan hingga mengamuk tanpa sebab yang jelas,
mulai dari yang diam saja hingga yang berbicara dengan tidak jelas.
Dan adapula yang dapat diajak bicara sehingga yang tidak perhatian
sama sekali dengan lingkungannya5.
Gangguan jiwa bukanlah suatu keadaan yang mudah untuk
ditentukan penyebabnya. Banyak faktor yang saling berkaitan yang
dapat menimbulkan gangguan jiwa pada seseorang. Faktor kejiwaan
(kepribadian), pola pikir dan kemampuan untuk mengatasi masalah,
adanya kodisi salah asuh, tidak diterima dimasyarakat, serta adanya
5Lesta, Choiriyyah, Mathafi, “Kecenderungan atau sikap penderita gangguan
jiwa terhadap tindakan pasung,” 15
22
masalah dan kegagalan dalam kehidupan mungkin menjadi faktor-
faktor dapat menimbulkan adanya ganguan jiwa6.
Ditinjau dari aspek Hak Azazi Manusia, pemasungan termasuk
bentuk pelanggaran terhadap martabat manusia karena membatasi
kebebasan dan kemerdekaannya. Juga tertuang dalam UUD Negara
Indonesia pasal 28G ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut:
“setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain”
Ketentuan pasal 28G ayat 2 di atas menyatakan pemasungan
merupakan salah satu bentuk penyiksaan karena orang yang dipasung
dirampas kebebasannya dan merasakan sakit baik fisik maupun psikis.
Selain itu, Pasal 28 I ayat 1 juga menyatakan bahwa:
“hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, dan kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hal untuk hidup tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum dan hak untuk tidak di
tuntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak azazi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”7.
Ketentuan pasal 28 I tersebut lebih jelas lagi menguraikan tentang
hak orang agar tidak disiksa dan tidak dirampas kemerdekaan pikiran
6Ibid hal 18
7Kusuma dewi, kristanto, dan Sumarni,” Bebas pasung, Ditinjau Dari aspek
Bioetika: Jurnal psikiatri Indonesia, Vol.1 (2016), 22
23
dan hati nuraninya, dalam hal ini orang yang dipasung tentu saja
merasa tersiksa dan terampas kemerdekaan pikiran dan hati nuraninya.
Jelaslah bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 melindungi hak semua orang termasuk orang dengan
gangguan jiwa.
Kemudian pengaturan dalam pasal 42 Undang-undang nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Azazi Manusia menyatakan:
“setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik, dan atau cacat
mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan
bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang
layak sesuai dengan martabat kemanusiaanya, meningkatkan rasa
percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyrakat, berbangsa dan bernegara8.”
Mengenai ketentuan pidana bagi orang yang melakukan
pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa, Rancangan Undang-
Undang tentang Kesehatan jiwa tidak mengatur secara rinci tetapi
mendelegasikan ketentuan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 86
Rancangan Undang-Undang tentang Kesehatan jiwa yaitu sebagai
berikut:
8Laily Fitriani, “Pemasungan terhadap orang dengan masalah kejiwaan dan
gangguan jiwa bertentangan dengan peraturan perundang-undangan: Media pembina
hukum nasional,”Jurnal RechtsVinding Online, (september 2017) : 20
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id= NW.201407200002.
24
“Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan pemasungan,
penelantaran, kekerasan dan/atau menyuruh orang lain untuk
melakukan pemasungan, penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap
OMDK dan ODGJ, dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”.
Berdasarkan Pasal 86tersebut di atas ,ketentuan peraturan
perundang-undanganyang terkait dengan sanksi pidana bagi orang yang
melakukan pemasungan terdapat dalam Pasal 333 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana yang menyatakan:
1. Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum merampas
kemerdekaanseseorang, atau meneruskan perampasan
kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana penjara
paling lama delapan tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
4. Pidana yang ditentukan dalam pasal ini diterapkan juga bagi
orang yang dengan sengaja dan melawan hukum memberi tempat
untuk perampasan kemerdekaan.
Memasung berarti merampas kemerdekaan seseorang. Dengan
telah jelasnya pengaturan sanksi terhadap pihak yang memasung dalam
25
Pasal 333 KUHP ini maka seharusnya Pemerintah lebih tegas menindak
pelaku pemasungan sehingga diharapkan tidak adanya lagi pemasungan
terhadap orang dengan masalah kejiwaan dan orang dengan gangguan
jiwa9.
Di dalam pandangan Islam, kesehatan mental merupakan suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik ( biologic),
intelektual (rasio/cognitive), emosional (affective) dan spiritual
(agama) yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan orang lain10
.
Makna kesehatan mental mempunyai sifat-sifat yang harmonis
(serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia
dalam hubungannyadengan Tuhan dan sesama manusia dan lingkungan
alam11
.
Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah
kepada manusia melalui Nabi Muhamad Saw sangat sarat nilai dan
9Fitriani, “Pemasungan Terhadap Orang Dengan Masalah Kejiwaan Dan
Gangguan Jiwa Bertentangan Dengan Peraturan Perundang-Undangan, 12. 10
Suryani, Luh Ketut, Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Gangguan
Jiwa,http://www.balipost.co.id / BaliPostcetak 2005 / K4. html, akses 25 september
2017 11
Suhaimi, “Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Kesehatan Mental
Islam,Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 4, (Desember 2015): 202
26
bukan hanya mengenai satu segi, namun mengenai berbagai segi dari
kehidupan manusia12..
Quraish Shihab menyebutkan bahwa Islam mempunyai aturan-
aturan atau syariat yang melindungi agama, jiwa, keturunan, akal,
jasmani dan harta benda. Tiga dari keenam hal tersebut yakni jiwa,
jasmani dan akal sangat berkaitan erat dengan kesehatan, oleh karena
itu ajaran Islam sangat sarat dengan tuntutan bagaimana memelihara
kesehatan13.
Dalam konsep kesehatan mental Islam, pandangan mengenai
gangguan jiwa tidak jauh berbeda dengan pandangan para ahli
kesehatan mental pada umumnya. Namun, yang ditekankan di dalam
konsep kesehatan mental Islam di sini adalah mengenai stigma
gangguan jiwa yang timbul oleh asumsi bahwa gangguan jiwa
disebabkan oleh pengaruh kekuatan supranatural dan hal-hal gaib.
Mengenai hal ini, faktor-faktor yang berasal dari luar tubuh manusia
seperti pengaruh supranatural dan hal-hal gaib adalah faktor eksternal
yang bisa menyebabkan gangguan jiwa, namun apabila kondisi
seseorang secara psikologis dan spiritual stabil dan seimbang, maka ia
12
Suhaimi, “Gangguan jiwa dalam perspektif Kesehatan mental islam,Jurnal
Risalah, Vol. 26, No. 4, (Desember 2015): 204 13
Suhaimi, “Gangguan jiwa dalam perspektif Kesehatan mental islam,Jurnal
Risalah, Vol. 26, No. 4, (Desember 2015): 205
27
akan terhindar dari pengaruh tersebut. Jadi, pengaruh supranatural dan
hal-hal gaib bukan faktor utama yang menyebabkan seseorang
mengalami gangguan jiwa14
.
Islam juga memandang gangguan jiwa yaitu apabila mereka
bertemu penderitaan pada jalan Allah, dianggapnyalah fitnah manusia
sebagai azab Allah juga. Pendeknya, orang seperti ini tidak pernah mau
menyelidiki dimana kekurangan dan kelemahan dirinya, tidak mau tahu
bahwa hidup didunia ini mesti bertemu kekusahan dan kesenangan,
tidak ada yang senang aja. Orang gila dapat dikatakan cacat mental. Ini
karena berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, cacat berarti
kekurangan yg menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau
kurang sempurna (yang terdapat pada badan, benda, batin, atau akhlak),
sedangkan mental adalah bersangkutan dengan batin dan watak
manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga. Kemudian jika kita
melihat arti dari “gila”, yaitu sakit ingatan (kurang beres ingatannya),
dan (sarafnya terganggu atau pikirannya tidak normal). Ini berarti
28
“gila” dapat berarti cacat mental karena adanya kekurangan pada batin
atau jiwanya (yang berhubungan dengan pikiran)15.
Dalam hal ini Islam juga sangat melarang melakukan kekerasan
terhadap orang yang menderita gangguan jiwa, apalagi sampai
memasung penderita gangguan jiwa tersebut sebab memasung orang
yang menderita gangguan jiwa merupakan pelanggaran hak seseorang
untuk hidup bebas dan merampas kemerdekaan seseorang, yang
dimaksud dengan merampas kemerdekaan adalah meniadakan atau
membatasi kebebasan seseorang bergerak, meninggalkan suatu tempat
untuk pergi ke tempat lainnya yang dia inginkan16
.
Perampasan kemerdekaan itu dapat terjadi dengan mengurung
seseorang di suatu ruangan tertutup, dengan mengikat kaki atau
anggota tubuh lainnya dari seseorang sehingga tidak dapat
memindahkan diri, menempatkan seseorang di suatu tempat di mana ia
tidak mungkin pergi dari tempat itu, dan mungkin jugadengan cara
15
Eni Suryani, Faktor-faktor PenyebabTimbulnya GangguanJiwa,
http://www.balipost.co.id/ BaliPostcetak / 2005 /8 /3 / K4. html, akses 15 september
2017 16
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=makalah%20agama%20dan%2
0hak%20asasi%20manusia&source=web&cd=1&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%
2F%2Fmagicalred.files.wordpress.com
29
psychis (hipotis) sehingga ia kehilangan kemampuan untuk pergi dari
suatu tempat dan lain-lain17
.
Islam adalah agama yang paling pertama dan utama dalam
mendeklarasikan HAM ini baik dari segi historis, kualitas, dan keluasan
cakupannya.HAM menurut konsep Islam telah ada sejak kelahiran
Islam itu sendiri. Dalam Alquran banyak ayat-ayat yang menjelaskan
pentingnya penegakan HAM, terutama hak untuk hidup bebas tanpa
harus di pasung, dan hak untuk mempunyai kedudukan yang sama dan
kesetaraan tanpa harus membeda-bedakan.Sebagaimana firman Allah
Surah Al-Hujurat ayat 13 yaitu :
ان ا کرمکم عندا اللہ اتقکم ان اللہ الپم خبپر
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di hadapan Allah
adalah orang yang paling taqwa diantara kamu.”
Ayat diatas menjelaskan bahwa dalam pandangan Islam, tidak
ada perbedaan antara pejabat tinggi dan rakyat rendah, antara pimpinan
dan bawahan, antara konglomerat dengan orang yang melarat, antara
yang kaya dengan yang miskin. Semua sama dalam pandangan Allah
Swt. Nilai tertinggi dalam Islam bukan terletak pada pangkat, jabatan,
17
http://rumahpkn.wordpress.com/2011/01/21/hak-asasi-manusia/di akses
pada tanggal 25 september 2017
30
dan harta kekayaan, namun ukur ketinggian derajat hanyalah diukur
dengan kesalehan amal dan ketakwaannya.
Berdasarkan observasi awal penulis menemukan fakta yang
terjadi di lapangan masihada pihak keluarga melakukan tindakan
pemasungan terhadap salahseorang anggota keluarganya yang
menderita gangguan jiwa dengan carayang bermacam-macam seperti
dikurung dalam sebuah kamar yang gelapdan sempit, kemudian ada
juga dengan mengikat kedua tangandan kakinya dengan rantai18
.
Selain melakukan observasi penulis juga mewawancari salah
satukeluarga yang melakukan tindakan pemasungan ini yang bernama
Paulina kakak dari yang menderita gangguan jiwa mengatakan bahwa :
Adik saya yang bernama Askutu mengalami gangguan jiwa
karena dilarang pergi merantauke Batam oleh ayah, sehingga
hari-harinya dia termenung dan tatapannya sangat kosong.
Melihat kondisi jiwanya terganggu akhirnya pihak keluarga
melakukan pemasungan dengan cara kakinya ikat pakai tali,
dikurung di dalam kamar dan berlangsung lebih kurang 7 Tahun
lamanya.19
Kemudian penulis juga mewawancarai Ridwan paman dari yang
dipasung mengatakan bahwa :
18
Observasi awal, pada tanggal 27 Juni 2017 19
Hasil wawancara dengan ibu Paulina, selaku kakak dari salah satu
penderita gangguan jiwa, senin, pukul :09.13 wib
31
Pemasungan terhadap keponakan saya yang bernama Alpianto ini
sudah lama lebih kurang 10 Tahun ketika masih berumur 28
tahun sampai sekarang sudah umur 38 tahun. Penyebab
keponakan saya mengalami gangguan jiwa dikarenakan dia
bercerai dengan istrinya, sehingga batinnya terguncang akibatnya
dia sering teriak-teriak sendiri.20
Dari hasil observasi dan wawancara tersebut dapat diketahui
bahwa Di desa Air itam memang masih ada beberapa warga yang
mengalami gangguan jiwa yang masih hidup terpasung, untuk lebih
jelasnya bisa liat tabel dibawah ini.
Tabel. 1 Jumlah Penderita Ganggan Jiwa Di Desa Air Itam Yang
Dipasung
NO NAMA BENTUK
PEMASUNGAN
LAMA
PEMASUNGAN
1. Muhammad
Askutuk
Dirantai kakinya, dan
di kurung didalam
kamar
7 tahun
2. Alpianto Di kurung didalam
kamar
10 tahun
Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka akan dilakukan
penelitian yang berjudul ”Tinjauan Fiqih Jinayah Terhadap
20
Hasil wawancara dengan bapak Ridwan, selaku paman dari salah satu
penderita gangguan jiwa, senin, pukul :13.45 wib
32
Pemasungan Penderita Gangguan Jiwa Di Desa Air Itam Kecamatan
Penukal Kabupaten PALI”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pemasungan
pada penderita gangguan jiwa?
2. Bagaimana tinjauan Fiqih Jinayah terhadap pemasungan pada
penderita gangguan jiwa?
C. TujuanPenelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini untuk mengetahui:
1. Faktor penyebab terjadinya pemasungan pada penderita gangguan
jiwa.
2. Tinjauan Fiqh Jinayah terhadap pemasungan pada penderita
gangguan jiwa.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau
kegunaan, baik secara teoritis maupun praktis, antara lain sebagai
berikut :
33
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran sebuah karya tulis ilmiahyang berguna
dalampengembangan ilmu hukum untuk di telaah dan dipelajari
lebih lanjut,Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan
bahan referensi dikalangan akademisi maupun kepustakaan.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran atau informasi yang dapat disumbangkan pada
masyarakat luas sehingga masyarakat mengetahui dan menyadari
bahwa penderita gangguan jiwa itu memiliki hak yang sama
seperti manusia normal lainnya dan penderita gangguan jiwa harus
di jauhkan dari tindakan pemasungan dan pelaku tindakan
pemasungan dapat dikenakan sanksi.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang memfokuskan pada analisi tentang Pemasungan
sebenarnya sudah dilakukan oleh beberapa peneliti Indonesia, sejauh
yang penulis temukan diantara penelitian tersebut adalah:
34
Lestari21
(2014) yang berjudul “stigma dan penanganan penderita
gangguan jiwa berat yang dipasung (stigma and management on people
with severe mental Disorder with “Pasung” (physical restraint).
Metode penelitian yang digunakan yaitu penggalian data dilakukan
dengan cara mengumpulkan berita-berita, hasil-hasil penelitian dan
kajian terkait dengan stigma dan penangan terhadap penderita
gangguan jiwa berat. Hasil penelitian menunjukan penderita yang
diduga menderita gangguan jiwa yang dipasung lebih banyak dilakukan
oleh keluarga sebagai alternatif terakhir untuk penanganan gangguan
jiwa setelah segala upaya pengobatan medis dilakukan keluarga, namun
ketidaktahuan keluarga dan masyrakat sekitar atas deteksi dini dan
penangan paksa pengobatan di rumah sakit jiwa menyebabkan
penderita tidak tertangani dengan baik. Selain itu penderita gangguan
jiwa seringkali mendapat stigma dari lingkungan sekitarnya.
Stigmakarena menderita gangguan jiwa melekat pada penderita sendiri
maupun keluarganya. Stigma menimbulkan konsekuensi kesehatan dan
sosial-budaya pada penderita gangguan jiwa, seperti dropout dari
pengobatan, pemasungan dan pemahaman yang berbeda terkait
penderita gangguan jiwa.
21
Lestari, “Stigma Dan Penanganan Penderita Gangguan Jiwa Berat Yang
Dipasung”, skripsi FakultasBahasa dan SeniUniversitas Negeri Yogyakarta, 2014
35
Bekti22
(2014) yang berjudul ”Budaya pasung dan Dampak
Yuridis Sosiologis (Studi Tentang Pelepasan Pasung dan Pencegahan
tindakan Pasing di kabupaten Wonogiri)”. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui kondisi klien pasung berkaitan dengan aspek sosiologis dan
yuridis serta tindakan atau ini menggunakan data intervensi semu untuk
mengetahui faktor penyebab dan karakteristik korban pasung.
Penelitian ini juga mengukur tingkat kemandirian perawatan diri pada
klien yang sudah lepas pasung dan yang masih dipasung di kabupaten
Wonogiri hasil penelitian karakteristik keluarga klien dengan pasung
adalah sebagai berikut: rata-rata usia keluarga klien pasung 50 tahun,
sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan agama yang anut
keluarga adalah Islam, pendidikan keluarga rat-rata SD, mayoritas
keluarga bekerja sebagai petani, sedangkan untuk hubungan dengan
klien didapatkan dengan terbanyak adalah orang tua. Berdasarkan
karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas keluarga
klien adalah berusia lanjut dengan pendidikan dan penghasilan rendah.
Karakteristik klien dengan pasung adalah sebagai berikut: rata-rata usia
klien pasung 35 tahun, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dengan
lama rata-rata menderita gangguan jiwa 11 tahun, agama yang dianut
22Bekti, “Budaya pasung dan Dampak Yuridis Sosiologis :Studi Tentang
Pelepasan Pasung dan Pencegahan tindakan Pasing di kabupaten Wonogiri, skripsi
Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2014
36
klien adalah islam. Pendidikan klien rata-rata SMA, sebagian besar
klien rutin berobat dengan jumlah kekambuhan 4 kali, sebanyak 3orang
klien masih dalam kondisi terpasung dan rata-rata lama klien dipasung
8 tahun. Empat aspek sosiologis berhubungan dengan usia, aktivitas
pasung, lima aspek yuridis berhubungan dengan usia, aktivitas pasung,
rutinitas berobat, lama pemasungan, serta pendidikan.
Berdasarkan kajian terdahulu sebagaimana diuraikan di atas, beda
antara peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan saya lakukan
adalah pada aspek Tinjauan hukum Islam terhadap pemasungan
penderita gangguan jiwa di Desa Air itam Kec. Penukal Kab. Penukal
Abab Lematang Ilir (PALI). Untuk itu penelitian ini dianggap penting
dan perlu dilakukan.
F. Metodelogi Penelitian
Metode Penelitian adalah suatu suatu kerangka landasan
penelitianyang pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengantujuan dan kegunaan tertentu. Adapun
metode yang akandigunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
37
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang objektif bertanya kepada satu orang dan
diarahkan pada orang lain lagi,sampai diperoleh informasi yang
lengkap tentang masalah yang diteliti.23
Melalui pendekatan yuridis
sosiologis empiris yaitu,suatu penelitian yang menggunakan bahan
kepustakaan atau data datasekunder sebagai data awalnya kemudian
dilanjutkan dengan data primeratau data lapangan24
.Data
dikumpulkanmengenai tinjauan Fiqih Jinayah terhadap pemasungan
penderita gangguan jiwa di desa Air itam.
2. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, untuk mendeskripsikan
tindakan pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa (gila) oleh
keluarga ditinjau dari hukum Islam, maka peneliti membatasi pemilihan
lokasi atau cakupan penelitian ini dikarenakan masyarakat di desa Air
23
Safuddin Azwar, Metode Penelitian , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999),
hlm. 21 24
Jaya,Sumadi Surya. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Wali,
1991, hal 28
38
itam terbukti dua keluarga yang melakukan tindakan pemasungan
terhadap anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber
data tersebut, yaitu orang yang merespon atau yang menjawab
pertanyaan peneliti.25
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah;
a. Sumber primer
Sumber primer merupakan bahan penelitian yang berupa fakta-
fakta empiris sebagai perilaku maupun hasil perilaku manusia.Baik
dalam bentuk perilaku verbal perilaku nyata, maupun perilaku yang
terdorong dalambarbagai hasil perilaku atau catatan-catatan dan arsip.26
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Keluarga tertentu yang pernah atau masih melakukan pemasungan
2. terhadap salah seorang anggota keluarganya
3. Tokoh- tokoh Masyarakat
a) Kades desa Air itam
b) Kadus desa Air itam
c) Tokoh agama
25
Tatang M. Amrin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet III, hlm. 133. 26
Ibid hal 134
39
4. Masyarakat umum yang bertetangga dengan keluarga yang
memasung orang dengan gangguan kejiwaan.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder merupakan bahan hukum dalam penelitian
yang diambil dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan non hukum27
. Data skunder
dalam penelitian ini adalah data yang penulis peroleh dari buku buku
yang bersangkutan dengan masalah ini, seperti buku ensiklopedi hukum
Islam,fikih sunnah, fikih jinayah, hukum Islam, Kitab Undang- Undang
Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008
tentang pemasungan. Karangan-karangan yang berkenaan dengan
tindakan pemasungan dan arsip serta dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan penelitian yang penulis dan dapat membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, maka
penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang akan dilakukan
langkah sebagai berikut :
27
Ibid
40
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena-fenomena sosial dan gejala-gejala psikis
kemudian dilakukan pencatatan28
.Di sini penulis akan melakukan
observasi terhadap sikap dan alasan pihak keluarga melakukan
pemasungan terhadap orang dengan gangguan kejiwaan dan
dampaknya terhadap penderita yang dipasung.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh si pewawancara kepada responden,
danjawaban-jawaban responden dicatat atau direkam29
. Wawancara
bertujuan untuk mendapatkan keterangan atau pendirian dari seseorang
secara lisan dengan cara bercakap-cakap sesuatu yang dialami atau
diketahui30
. Adapun informan dalam penelitian ini adalah :
1) Keluarga tertentu yang pernah atau masih melakukan
pemasungan terhadap salah seorang anggota keluarganya.
2) Tokoh-tokoh Masyarakat.
a) kepala desa Air itam
b) kepala dusun Air itam
3) Tokoh Agama
28
Cholid Narbuko, Metodologi Riset, (Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, 1986), hlm. 48. 29
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 317. 30
Ibid
41
4) Masyarakat umum yang bertetangga dengan keluarga yang
memasung orang dengan gangguan kejiwaan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari
record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang
penyidik31
.Dokumentsi dalam penelitian ini penulis lakukan dengan
melihat dan mengumpulkan bukti-bukti dan keterangan dari objek
penelitian.Seperti foto-foto yang bersangkutan dengan pembahasan
yang sedang diteliti oleh penulis.
5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
a. Teknik pengelolaan
Setelah data yang diperoleh melalaui observasi dan wawancara
diolah menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu
cara pengolahaan data yang dirumuskan dalam bentuk kata- kata atau
kalimat, tidak berbentuk angka dana tabel, yaitu menggambarkan apa
yang terjadi atau peristiwa yang sebenarnya di lapangan dan
menganalisa sesuai dengan peristiwa.32
b. Analisis data
31
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2013), hlm. 175. 32
Robert Bohdan dan Steven J. Taylor, Pengantar Metodologi Penelitian
Kualitatif: Suatu Pendekatan Fenomologis Terhadap Ilmu-Ilmu sosial, (Surabaya:
Usaha Offset Printing, 1992), hlm. 22.
42
Bahan hukum yang telah diperoleh akan dianalisis secara
kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan
merangkai data yang telah dikumpulkan dan disusun secara sistematis
yang berasal dari norma-norma hukum, norma adat dan norma agama
dan nantinya akan ditarik kesimpulan.33
G. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini akan diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Kerangka Konsep, Metode Penelitian, dan Sistematika
Pembahasan.
Bab II: Tinjauan Umum
Bab ini akan memuat studi pustaka yang meliputi tinjauan
tentang Pemasungan, tinjauan tentang pemasungan dalam
pandangan HAM, tinjauan tentang perlindungan hukum korban
Pemasungan, dan tinjauan tentang Pemasungan yang terjadi di
desa Air-Itam Kec.Penukal Kab.PALI
Bab III: Gambaran Umum
33
Sudarwan Danin, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2002), hlm. 41.
43
Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum dan tata letak
geografis desa Air itam Kec. Penukal Kab. Pali.
Bab IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Bab ini menjawab apa yang menjadi pokok permasalah yang
dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai pemasungan
terhadap penderita gangguan jiwa, pemenuhan aspek keadilan
dan perlindungan korban dan bentuk perlindungan hukum
terhadap pemenuhan hak-hak korban pemasungan.
Bab V : Penutup
Bab ini berisikan Simpulan dan Saran.
44
BAB II
TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA PEMASUNGAN
PENDERITA GANGGUAN JIWA
A. PENGERTIAN HUKUM PIDANA
1. Pengertian Hukum Pidana (positif) dan Jenis-jenis Tindak pidana
Secara tradisional, defenisi hukum pidana adalah “hukum yang
memuat peraturan-peraturan yang mengandung keharusan dan larangan
terhadap pelanggar yang diancam dengan hukuman berupa siksaan
badan.”Menurut Samidjo hukum pidana adalah peraturan hukum
mengenai pidana.Kata “pidana” berarti hal yang dipidanakan, yaitu hal
yang dilimpahkan oleh instansi yang berkuasa kepada seorang oknum
sebagai hal yang tidak enak dirasakan dan juga hal yang tidak
dilimpahkan.
Sedangkan, menurut Sudarsono pada prinsipnya Hukum Pidana
adalah yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap
kepentingan umum dan perbuatan tersebut diancam dengan pidana
yang merupakan suatu penderitaan.
Tindak pidana adalah suatu kejadian yang mengandung unsur-
unsur perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, sehingga siapa
yang menimbulkan peristiwa itu dapat dikenai sanksi pidana
45
(hukuman).Menurut E. Utrecht menyatakan tindak pidana ialah dengan
istilah peristiwa pidana yang sering juga ia sebut delik, karena peristiwa
itu merupakan suatu perbuatan atau sesuatu yang melalaikan maupun
akibatnya (keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan melalaikan itu,
Sementara itu, menurut Moeljatno, perbuatan tindak pidana ialah
perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, terhadap siapa
saja yang melanggar larangan tersebut. Perbuatan tersebut harus juga
dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu hambatan tata pergaulan yang
dicita-citakan oleh masyarakat34
. Adapun jenis-jenis dari tindak pidana,
ialah sebagai berikut 35
:
a. Kejahatan dan pelanggaran
b. Kesengajaan dan kealpaan
c. Perbuatan yang melanggar Undang-undang
d. Delik formil (menitik beratkan pada perbuatan)
e. Delik tunggal (hanya dilakukan sekali dalam perbuatan)
f. Delik biasa (penuntutan bisa dilakukan tanpa adanya aduan).
2. Pengertian Hukum Pidana Islam (Jinayah)
Kata Jinayat adalah bentuk jamak dari kata jinayah, yang
berarti perbuatan dosa, kejahatan atau pelanggaran. Al-jinayah dalam
fiqih Islam membicarakan bermacam-macam perbuatan pidana
34 Yulies Tiena Masriani, “Pengantar Hukum Indonesia”, Sinar Grafika,
Jakarta 2014, hal.62 35
Ibid, hal.63
46
(jarimah) dan hukumnya. Hukum had adalah hukuman yang telah
dipastikan ketentuannya dalam nash al-Qur‟an atau Sunnah Rasul.
Sedangkan hukum ta‟zir adalah hukuman yang tidak dipastikan
ketentuannya dalam al-Qur‟an dan Sunnah Rasul. Hukum ta‟zir
menjadi wewenang penguasa untuk menentukannya. Hukum Pidana
Islam sering disebut dalam fiqih dengan istilah jinayat atau jarimah36
.
Jinayat dalam istilah Hukum Islam sering disebut dengan delik
atau tindak pidana. Jinayah merupakan bentuk verbal noun (mashdar)
dari kata jana. Secara etimologi jana berarti berbuat dosa atau salah,
sedangkan jinayah diartikan perbuatandosa atau perbuatan salah. Secara
terminologi kata jinayat mempunyai beberapa pengertian, seperti yang
diungkapkan oleh Abd al Qodir Awdah bahwa jinayat adalah perbuatan
yang dilarang oleh syara‟ baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta
benda,atau lainnya37
.Yang dimaksud dengan jinayat meliputi beberapa
hukum, yaitu membunuhorang, melukai, memotong anggota tubuh, dan
meghilangkan manfaat badan,misalnya menghilangkan salah satu panca
indera.
36
Ahmad Wardi Muslich, “Hukum Pidana Islam”, (Jakarta: Sinar Grafika,
2005), hlm.260 37
Ibid,hal 263
47
Menurut A. Djazuli, pada dasarnya pengertian dari istilah
Jinayah mengacu kepada hasil perbuatan seseorang. Biasanya
pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang.Di kalangan
fuqoha‟, perkataan Jinayat berarti perbuatan perbuatan yang dilarang
oleh syara‟.Meskipun demikian, pada umunya fuqoha‟menggunakan
istilah tersebut hanya untuk perbuatan perbuatan yang terlarang
menurut syara‟.Meskipun demikian, pada umumnya fuqoha‟
menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan perbuatan yang
mengancam keselamatan jiwa, seperti pemukulan, pembunuhan dan
sebagainya38
.
Selain itu, terdapat fuqoha‟ yang membatasi istilah Jinayat
kepada perbuatan perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan
qishash, tidak temasuk perbuatan yang diancam dengan ta‟zir.Istilah
lain yang sepadan dengan istilah jinayat adalah jarimah, yaitu larangan
larangan syara‟ yang diancam Allah SWT dengan hukuman had atau
ta‟zir.Secara umum, pengertian Jinayat sama dengan hukum Pidana
pada hukum positif, yaitu hukum yang mengatur perbuatan yang yang
38
H.A. Djazuli, “Fiqh Jinayah” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
hlm.158-159
48
berkaitan dengan jiwa atau anggota badan, seperti membunuh, melukai
dan lain sebagainya39
.
B. TUJUAN HUKUM PIDANA (POSITIF) DAN HUKUM
PIDANA ISLAM
1. Tujuan Hukum Pidana (Positif)
Aturan-aturan hukum pidana yang ada di dalam masyarakat,
tentu saja untuk mewujudkan tujuan hukum. Keberadaan hukum
tentunya sangat diharapkan dapat menertibkan dan mengatur kehidupan
masyarakat.Seperti yang dikemukakan oleh Wirjono Prodikroro bahwa
tujuan hukum adalah “untuk mengadakan keselamatan, kebahagiaan,
dan tata tertib dalam masyarakat”.
Sedangkan menurut Andi Hamzah, tujuan hukum pidana adalah
“untuk memenuhi rasa keadilan, untuk melindungi masyarakat,
melindungi kepentingan-kepentingan orang perseorangan dan atau hak-
hak asasi manusia (HAM) dan melindungi kepentingan masyarakat
maupun negara”40
.
Paradigma hukum pidana memberikan arahan bahwa ketentuan
pidana ditujukan dan berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan tata
39
Ibid hal 160 40
Andi Hamzah, “Hukum Acara Pidana Indonesia”, Sinar Grafika, Jakarta,
2005, hlm.22.
49
tertib hukum dalam masyarakat, disamping menjamin ditegakkan nya
rasa keadilan masyarakat atas perbuatan orang atau perorangan atau
sekelompok orang. Kebijakan sosial pada dasarnya merupakan
kebijakan atau upaya-upaya yang rasional dengan hukum pidana pada
hakikatnya juga merupakan bagian usaha dari penegakan hukum
(khususnya penegakan hukum pidana). Oleh karena itu, sering pula
dikatakan bahwa kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari
kebijakan hukum41
.
2. Tujuan Hukum Pidana Islam (Jinayah)
Tujuan hukum pada umumnya adalah menegakkan keadilan
berdasarkan kemauan pencipta manusia sehingga terwujud ketertiban
dan ketentraman masyarakat. Namun bila tujuan Hukum Islam dilihat
dari ketetapan hukum yang dibuat oleh Allah SWT dan Nabi
Muhammad, baik yang termuat di dalam AlQur‟an maupun Al-Hadits,
yaitu untuk kebahagiaan hidup manusia didunia dan akhirat kelak,
dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah serta
menolak segala yang tidak berguna kepada kehidupan manusia.
Dengan kata lain tujuan Hukum Islam adalah kemaslahatan
hidup manusia baik jasmani maupun rohani individu dan masyarakat.
41
Ibid hal 23-24
50
Kemaslahatan dimaksud, dirumuskan oleh AbuIshak Asy-Syathibi dan
disepakati oleh ahli Hukum Islam lainnya seperti yang telah dikutip
oleh H. Hakam Haq, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan,
dan harta.Salah satu hal yang membedakan Hukum Pidana Islam dan
hukum pidana positif adalah adanya dimensi-dimensi ukhrawi dalam
berbagai konsepnya.
Dalam konsep tujuan pemidanaan misalnya, penjatuhan
hukuman tidak hanya bertujuan sebagai pembalasan, perbaikan,
pencegahan, dan restorasi, tetapi juga meliputi sebagai penebusan dosa.
Adapun yang menjadi alasan masyarakat melakukan
pemasungan adalah sebagai berikut:
a) Ketidak tahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga,
penyakit yang tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya
pengobatan.
b) Mencegah klien melakukan tindak kekerasan yang dianggap
membahayakan terhadap dirinya atau orang lain.
c) Mencegah klien meninggalkan rumah dan mengganggu orang
lain.
d) Mencegah klien menyakiti diri seperti bunuh diri.
e) Ketidak tahuan serta ketidak mampuan keluarga menangani
klien apabila sedang kambuh.
51
f) Faktor kemiskinan dan rendahnya pendidikan keluarga
merupakan salah satu penyebab pasien gangguan jiwa berat
hidup terpasung.
C. TINDAKAN PEMASUNGAN TERHADAP PENDERITA
GANGGUAN JIWA
a) Pemasungan Sebagai Upaya Pembatasan Ruang Gerak
Pemasungan telah terjadi sejak jaman dahulu dengan berbagai
tujuan yakni salah satu metode untuk mengamankan orang yang
menderita gangguan jiwa agar tidak meresahkan masyarakat
dan sebagai salah satu jenis hukuman terhadap orang yang
melakukan perbuatan tercela.Definisi pemasungan menurut
Prof. Dradjat Prawiro ( Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan
RI). yakni: “Pemasungan adalah suatu tindakan yang berupa
pengikatan, pemblokan, penyekapan, dan pengurungan terhadap
seseorang yang menunjukan penyimpangan tingkah lakunya
dengan maksud membatasi anggota gerak dan kebebasannya
secara paksa dengan dalih untuk mengamankan diri orang itu
dan lingkungannya, sehingga timbul kerusakan anggota tubuh
yang sementara atau menetap”.
52
b) Tindakan pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa
merupakan salah satu tindakan kekerasan. Kekerasan adalah
kegiatan yang menunjukan suatu kekuatan tertentu yang
sifatnya keras dan mengandung paksaan atau kekejaman, baik
secara fisk maupun mental baik langsung maupun tidak
langsung.Dapat pula dikatakan bahwa kekerasan adalah
penggunaan kekuatan atau tenaga, sehingga orang tidak berdaya
atau pingsan.
Kekerasan secara langsung adalah tindakan yang tidak sesuai
dengan hak asasi manusia yang mengakibatkan kerugian fisik, mental,
sosial, dan kerugian tidak mendapatkan jaminan hak-hak seperti :
a. Hak mendapatkan pendidikan
b. Hak atas informasi
c. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Sebagai contoh kekerasan secara langsung yaitu : memukul,
menendang, mengikat, dan termasuk didalamnya memasung.
Sedangkan kekerasan tidak langsung adalah suatu bentuk kekerasan
yang dilakukan seseorang terhadap orang lain melalui sarana. Bentuk
kekerasan ini cenderung ada pada tindakan-tindakan seperti
53
mengengkang, meniadakan atau mengurangi hak-hak seseorang,
mengintimidasi, dan memfitnah.
Pemasungan dapat dikategorikan sebagai kekerasan secara
langsung karena bisa dilakukan dengan cara mengikat dan juga dapat
dikategorikan sebagai kekerasan secara langsung karena bisa dilakukan
dengan cara mengikat dan juga dapat dikategorikan sebagai kekerasan
tidak langsung. Karena efek dari pemasungan yakni mengurangi hak-
hak seseorang seperti hak mendapatkan pelayanan kesehatan dan hak
mendapatkan pendidikan.
2. Jenis-jenis Pemasungan
Setidaknya, terdapat tiga jenis pemasungan yang sering kita
temui,antara lain :
a. Dirantai
Penderita gangguan jiwa akan dipasangi rantai disalah satu
anggota tubuhnya seperti tangan, kaki atau bahkan tangan dan
kakinya. Pemasungan rantai ini mengakibatkan si korban tidak
akan bisa leluasa menggerakan anggota tubuhnya tersebut
dengan tujuan agar korban tidak meresahkan masyarakat
sekitar.
b. Pengandangan atau pengurungan
54
Penderita gangguan jiwa akan ditempatkan di suatu tempat
dengan luas 2 atau 3 kali ukuran badan korban. Tujuannya
yakni untuk membatasi ruang gerak penderita gangguan jiwa
tersebut.
c. Diblok
Memasang sebuah balok pada satu atau kedua kaki atau tangan
penderita. Cara ini merupakan suatu cara pasung yang lebih
kejam. Penderita tidak dapat menggerakan anggota badannya
itu dengan bebas, sehingga terjadi desure atrofi yaitu pengecilan
terhadap anggota tubuh yang disebabkan karena tidak
digunakannya anggota tubuh tersebut dalam jangka waktu yang
lama dan mengakibatkan korban pemasungan tidak dapat
menggerakan sebagian tubuhnya seperti orang normal.
3. Dampak Dari Pemasungan
Adapun dampak dari pemasungan adalah sebagai berikut:
A. Secara tidak sadar keluarga telah memasung fisik dan hak asasi
penderita hingga menambah beban mental dan penderitaannya.
B. Tindakan tersebut mengakibatkan orang yang terpasung tidak
dapat menggerakkan anggota badannya dengan bebas sehingga
terjadi atrofi. Tindakan ini sering dilakukan pada seseorang
55
dengan gangguan jiwa bila orang tersebut dianggap berbahaya
bagi lingkungannya atau dirinya sendiri.
C. Selain dampak secara fisik, pemasungan pun memperburuk
kondisi kejiwaan bagi korban pemasungan. Pemasungan bagi
penderita gangguan jiwa dapat membuat kondisi korban
memburuk dalam jangka waktu yang panjang, meskipun pada
saat dipasung korban terlihat lebih tenang dan terkendali. Namun
hal itu dapat mengakumulasi segala alam bawah sadarnya ke arah
yang leboh negatif, tindakan pemasungan ini dapat memicu
penyakit lain, karena si korbannya secara tidak sadar tidak dapat
melampiaskan aktifitasnya dan semakin memperburuk kondisi
kejiwaannya.
D. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA DAN GANGGUAN JIWA
1. Pengertian kesehatan jiwa
Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis,
dan social yang terlibat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,
perilaku yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan
emosional, psikologis, dan social yang terlibat dari hubungan
interpersonal yang memuaskan, perilaku yang efektif, konsep diri yang
positif, dan kestabilan emosional. kesehatan jiwa didefinisikan sebagai
56
suatu keberhasilan pencapaian fungsi mental, mampu untuk beraktifitas
secara produktif menikmati hubungan dengan orang lain dan menerima
perubahan atau mampu mengatasi hal yang tidak menyenangkan
dimana individu dengan mental yang sehat memiliki kapasitas
berpikirrasional, ketrampilan berkomunikasi, belajar, pertumbuhan
emosional, kemampuan bertahan,dan harga diri42
.
2. Pengertian Gangguan jiwa
Gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau
polapsikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi
pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distess dan disabilitas atau
disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri,
disabilitas atau kehilangan kebebasan. Gangguan jiwa merupakan
gejala yang dimanifestasikan melalui perubahan karakteristik utama
dari kerusakan fungsi perilaku ataupsikologis yang secara umum diukur
dari beberapa konsep norma dihubungkan dengan distress atau
penyakit, tidak hanya dari respon yang diharapkan pada kejadian
tertentu atau keterbatasan hubungan antara individu dan lingkungan
sekitarnya43
.
42
http://www.antaranews.com/berita/359636/18000-penderita-gangguan-
jiwa-diindonesiaDipasung, diakses 21 novembr 2017 43
Nuriyah Halida, Erti Ikhtiarini Dewi, HannyRasni, “Pengalaman Keluarga
dalam PemenuhanKebutuhan PerawatanDiri pada Orang Dengan Gangguan
57
Gangguan mental atau penyakit mental adalah pola psikologis
atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan
mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal
manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif,
perilaku, komponen kognitif atau persepsi, yang berhubungan dengan
fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan
fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi
kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan
perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang
definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar
telah digunakan secara luas44
.
3. Penyebab gangguan jiwa
Ada beberapa faktor yang menyebabkan gangguan jiwa yaitu
sebagai berikut:
a) Faktor Organobiologi seperti faktor keturunan (genetik), adanya
ketidak seimbangan zat-zat neurokimia di dalam otak. Faktor
Organobiologi terdiri dari :
Jiwa(ODGJ) dengan Pasung di KecamatanAmbuluKabupaten Jember”, e-Jurnal
Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.1), Januari, 2016, hal 79 44
ibid
58
Nerokimia (misal : gangguan pada kromosom no 21
yang menyebabkan munculnya gangguan perkembangan
Sindrom Down).
Nerofisiologi
Neroanatomi
Tingkat kematangan dan perkembangan organik.
Faktor-faktor prenatal dan perinatal.
b) Faktor Psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas
berlebihan, gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca
indera kita (halusinasi). Faktor psikologis terdiri dari:
Interaksi ibu-anak.
Interaksi ayah-anak : peranan ayah.
Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan
masyarakat.
Kehilangan :Lossing of love object.
Konsep diri : pengertian identitas diri dan peran diri
yang tidak menentu.
Tingkat perkembangan emosi.
Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap
bahaya :Mekanisme pertahanan diri yang tidak efektif.
Ketidak matangan atau terjadinya fiksasi atau regresi
pada tahap perkembangannya.
Pola Asuh Patogenik (sumber gangguan penyesuaian
diri pada anak) :
59
Melindungi anak secara berlebihan karena
memanjakannya
Melindungi anak secara berlebihan karena sikap
“berkuasa” dan “harus tunduk saja”.
Penolakan (rejected child)
Menentukan norma-norma etika dan moral yang
terlalu tinggi.
Disiplin yang terlalu keras.
Disiplin yang tidak teratur atau yang
c) Faktor Lingkungan (Sosial) baik itu dilingkungan terdekat kita
(keluarga)maupun yang ada di luar lingkungan keluarga seperti
lingkungan kerja, sekolah, dll.Faktor Lingkungan (Sosial) yang
terdiri dari :
Tingkat ekonomi
Lingkungan tempat tinggal : Perkotaan dan Pedesaan.
Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka,
fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang
tidak memadai.
Pengaruh rasial dan keagamaan.
Nilai-nilai.
4. jenis-jenis gangguan jiwa
Ada beberapa jenis-jenis gangguan jiwa yaitu sebagai berikut:
a) Skizofrenia
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling
berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang
60
terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk
psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu
kala.Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak
dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya
abnormal.
b) Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang
sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.Depresi juga dapat diartikan sebagai salah
satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan,
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus
asa dan lain sebagainya. Depresi adalah gangguan
patologis terhadap mood mempunyai karakteristik
berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan
kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri,
pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah,
61
bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya
yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang
merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat
dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang
dicintai. Sebagai ganti rasa ketidak tahuan akan
kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan
menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi.
c) Kecemasan
Kecemasan adalah Suatu keadaan seseorang merasa
khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman
yang tidak spesifik. Penyebab maupun sumbernya biasa
tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan
dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat
berat.
d) Gangguan kepribadian
Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid,
kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid,
kepribadian axplosif, kepribadian anankastik
atauobsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian
62
astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif
agresif, kepribadian inadequate.
e) Gangguan Mental Organik
Gangguan mental organic merupakan gangguan jiwa
yang psikotik ataunon-psikotik yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jaringan otak. Bila bagian otak yang
terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai
fungsimental sama saja, tidak tergantung pada penyakit
yang menyebabkannya bilahanya bagian otak dengan
fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah
yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit
yang menyebabkannya.
f) Gangguan Psikosomatik
Gangguan psikosomatik merupakan komponen
psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah.
g) Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan
jiwa yang terhentiatau tidak lengkap, yang terutama
ditandai oleh terjadinya rendahnya dayaketerampilan
selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
63
tingkatkecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa,motorik dan social.
h) Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja
Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan
kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan
perilaku mungkin berasal dari anak ataumungkin dari
lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini
saling mempengaruhi.
E. PERAMPASAN KEMERDEKAAN DAN HAK ASASI
MANUSIA
a) Pengertian perampasan kemerdekaan
Perampasan kemerdekaan adalah meniadakan atau membatasi
kebebasan seseorang bergerak meninggalkan suatu tempat untuk pergi
ke tempat lainnya yang diinginkan.45
Perampasan kemerdekaan dapat
terjadi dengan mengurung seseorang disuatu ruangan tertutup, dengan
mengikat kaki atau anggota tubuh lainnya dari seseorang sehingga yang
bersangkutan tidak dapat memindahkan diri, menempatkan seseorang
di suatu tempat di mana ia tidak mungkin pergi dari tempat itu.
45
Sianturi S.R, Tindak Pidana KUHP Berikut Uraiannya, Alumnni AHM-
PTHN, Jakarta, 1983, hlm.547.
64
Menurut pengertian Perampasan Kemerdekaan di atas, maka
perampasan kemerdekaan termasuk ke dalam tindak pidana yang di
atur pada pasal 333 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
yang berbunyi :
1) Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum
merampas kemerdekaanseseorang, atau meneruskan perampasan
kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana penjara
paling lama delapan tahun.
2) Bila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.
3) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pidana yang ditentukan dalam pasal ini dijatuhkan juga kepada
orang yang dengan sengaja dan dengan melawan hukum memberi
tempat untuk perampasan kemerdekaan.46
Adapun perbuatan yang di larang dalam Pasal 333 KUHP adalah
perbuatan yang melawan hukum, Perbuatan tersebut merupakan :
a. Perbuatan melawan hukum formil. Yaitu perbuatan yang sudah
diatur dan atau sudah dicantumkan dalam Undang-undang.
46
http://pustakaspritual.blogspot.co.id/2013/01/kejahatan-terhadap-
kemerdekaan-seseorang.html
65
b. Perbuatan melawan hukum materil. Yaitu terdapat perbuatan
yang melawan hukum walaupun belum di atur di dalam
Undang-undang.
b) Pengertian Hak Asasi Manusia
Secara definitif “hak” merupakan unsur normatif yang berfungsi
sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta
menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan
martabatnya. Hak sendiri mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
1. Pemilik hak;
2. Ruang lingkup penerapan hak;
3. Pihak yang bersedia dalam penerapan hak.
Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar tentang
hak. Dengan demikian hak merupakan unsur normatif yang melekat
pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang
lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan
interaksinya antara individu atau dengan instansi.
Hak dapat diartikan sebagai kekuasaan dalam melakukan sesuatu
atau kepunyaan, sedangkan Asasi adalah hal yang utama,
dasar.Sehingga hak asasi manusia atau sering disebut sebagai HAM
dapat diartikan sebagai kepunyaan atau milik yang bersifat pokok dan
melekat padasetiap insan sebagai anugerah yang telah diberikan oleh
66
Allah swt. Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang sudah dipunyai
oleh seseorang sejak ia masih dalam kandungan. Hak Asasi Manusia
dapat secara universal.
Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Dalam kaitannya
dengan pemerolehan hak ada dua teori yaitu teori McCloskey dan teori
Joel Feinberg. Menurut teori McCloskey dinyatakan bahwa pemberian
hak adalah untuk dilakukan, dimiliki, atau sudah dilakukan. Sedangkan
dalam teori Joel Feinberg dinyatakan bahwa pemberian hak penuh
merupakan kesatuan dari klaim yang absah (keuntungan yang didapat
dari pelaksanaan hak yang disertai pelaksanaan kewajiban). Dengan
demikian keuntungan dapat diperoleh dari pelaksanaan hak bila disertai
dengan pelaksnaan kewajiban. Hal itu berarti antara hak dan kewajiban
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam perwujudannya.
Karena itu ketika seseorang menuntut hak juga harus melakukan
kewajiban.
John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak
yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak
yang kodrati. Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia
yang dapat mencabutnya. Hak inisifatnya sangat mendasar
67
(fundamental) bagi hidup dan kehidupan manusia dan merupakan hak
kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam kehidupan manusia.
Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia Pasal 1 disebutkan bahwa :
“Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM tersebut,
diperoleh suatu kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat
pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu
anugerah Tuhan yang harusdihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap
individu, masyarakat atau negara. Dengan demikian hakikat
penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan
yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan
antara kepentingan perseorangan dan kepentingan umum.47
47
Davies, Peter. Hak-Hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1994, hal 76
68
Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM,
menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu,
pemerintah, bahkan negara. Jadi dalam memenuhi dan menuntut hak
tidak terlepas dari pemenuhan kewajiban yang harus
dilaksanakan.Begitu juga dalam memenuhi kepentingan perseorangan
tidak boleh merusak kepentingan orang banyak (kepentingan
umum).Karena itu pemenuhan, perlindungan dan penghormatan
terhadap HAM harus diikuti dengan kewajiban asas manusia dan
tanggung jawab asasi manusia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, dan bernegara.48
F. PANDANGAN PARA AHLI TERRHADAP KASUS
PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA
Pemasungan terhadap orang yang mengidap gangguan jiwa
merupakan tindakan yang bertentangan dengan HAM. Tindakan
pemasungan merupakan gejala yang umum di temukan di negara
berkembang, termasuk di Indonesia, rendahnya tingkat pendidikan,
keterbatasan pemahaman terhadap gejala gangguan kejiwaan, serta
48
Ibid, hal 77
69
keterbatasan ekonomi merupakan faktor yang mendominasi munculnya
kejadian pasung49
.
Menurut menteri sosial Khofifah Indar Parawangsa
mengatakan, melalui Bhakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos),
Saat ini terdapat 800 ribu, ODGJ di seluruh Indonesia. Karena
itulah kata dia, ODGJ tetap harus dipetakan dan tidak boleh ada
upaya untuk ditutup-tutupi.Yang terjadi keluarga biasanya
malu.Maka sekarang sudah harus mulai diinformasikan bahwa
pemerintah sudah menyiapkan KIS. Seharusnya keluarga atau
anggota masyarakat setempat juga bisa membangun akses
supaya obat ini bisa terealisasi.Dan jangan sampai akses
kesehatan menjadi alasan melakukan pemasungan50
.
Pengamat Hukum pidana Universitas Islam Indonesia (UII)
Yogyakarta, Mudzakirr mengatakan :
Pihak setuju dengan aturan bahwa pelaku pemasungan itu di
beri sanksi pidana seperti yang diatur dalam UU KUHP yang
menjelaskan bahwa pemasungan dapat diartikan sebagai
perampasan kemerdekaan seseorang, disatu sisi lanjutnya
pemasungan adalah cara tradisional dalam mengatasi orang
dengan gangguan jiwa yang keberadaanya sudah mengancam
lingkungan sekitarnya. Hal ini tentunya menimbulkan persepsi
49
Bekti Suharto, “Budaya pasung dan dampak yuridis sosiologis: Indonesian
journal on Medical Science, Volume 1 No 2 ( Juli 2014): 1 50
http://googleweblight//m.republika.co.id/berita/nasional/ diakses 20 maret
2018
70
yang berbeda di masyarakat bahwa orang yang mengalami
gangguuan jiwa itu harus di pasung. Padahal hal itu kesalahan
tidak sepenuhnya berada pada pelaku, akan tetapi dari
pemerintah. Sehingga tegasnya para pelaku pemasungan
terrsebuut jangan langsung diberi hukuman pidana.Melainkan,
harus diberi pemahaman, pembinaan terkait orang dengan
gangguan jiwa, pemberian fasilitas-fasilitas kesehatan seperti
rumah sakit jiwa (RSJ) disetiap wilayah dan tidak dipungut
biaya.Kalau fasilitasnya tidak ada atau sulit di jangkau oleh
masyarakat, maka pidana itu tidak bermanfaat dan pemerintah
tidak tamggung jawab terhadap penderitanya.51
Sedangkan, Direktur Bina Upaya Kesehatan Jiwa (Kemenkes),
dr. Eva Viora, SpKJ mengatakan bahwa:
Masalah sanksi pidana terhadap pelaku pemasungan tidak perlu
diperdebatkan.Sebab di dalam UU Keswa sudah dijelaskan
bahwa pelaku pemasungan dipidana sesuai dengan ketentuan
UU yang sudah ada dalam nya hal ini adalah UU
KUHP.Seharusnya orang dengan gangguan jiwa ini
memerlukan fasilitas kesehatan berupa RSJ, Puskesmas, klinik
disetiap wilayah sampai pelosok-pelosok agar mudah dijangkau
oleh masyarakat. Sebab hak dan kewajiban setiap manusia itu
sama tidak boleh dibeda-bedakan.52
51
www.harianterbit.com, http://www diakses 20 maret 2018 52
http://upload.wikipedia.Dinaskesehatan provinsi jawa tengah 2014diakses
20 maret 2018
71
G. PENGERTIAN PEMASUNGAN DALAM ISLAM
Dalam Islam pemasungan merupakan suatu bentuk penganiayaan
tidak di sengaja, menurut Abdul al-Qodir Audah, penganiayaan tidak
disengaja adalah pelaku sengaja melakukan perbuatan tersebut tetapi
tidak berniat melawan hukum.53
Seseorang tersebut memang sengaja
melakukan tindak pidana penganiayaan, tetapi si pelaku tidak berniat
melukai korban, sama seperti halnya pada kasus pemasungan penderita
gangguan jiwa di desa Air itam pelaku memang berniat melakukan
pemasungan tetapi tidak berniat untuk menyakiti ataupun
menganiayanya. Namun pada hakikatnya terdapat korban akibat
perbuatannya itu.
Para ulama ahli fiqih membagi tindak pidana penganiayaan
menjadi lima bagian, baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja
yang mana pembagian ini merupakan kesimpulan dari berbagai
pendapat mengenai perbuatan pidana yaitu sebagai berikut:
a) Penganiayaan pada anggota badan dan sejenisnya, menurut
fuqaha‟ meliputi tangan dan kaki. Namun pengertian tersebut
juga dimaksudkan pada anggota badan lain.
53
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan ,1967),
Hal 179
72
b) Menghilangkan manfaat anggota badan namun jenisnya masih
utuh. Penganiayaan ini merupakan pengrusakan anggota badan
namun objeknya masih ada, seperti menghilangkan fungsi
pendengaran tetapi telinganya masih ada, dan membuat
kelumpuhan tetapi kakinya masih ada.
c) Al-syajjaj. Menurut Imam Abu Hanifah, al-Syajjaj merupakan
pelukaan khusus pada wajah dan kepala, namun khusus pada
bagian tulangnya seperti dahi. Sedangkan pipi yang mengandung
banyak daging tidak termasuk pada al-Syajjaj. Namun ulama lain
berpendapat bahwa al-Syajjaj mutlak pelukaan pada wajah.
Dalam kasus penganiayaan tidak sengaja sanksi yang setimpal
untuk kasus ini adalah diat, diat adalah hukman pokok untuk tindak
pidana pembunuhan dan penganiayaan menyerupai sengaja dan tidak
sengaja, ketentuan ini berdasarkan Firman Allah Swt dalam surat An-
Nisa ayat 92:
وماکان لموءمن ان يقتل مءمنا الا خطعا ومن قتل معمنا خطعا
فتحر رقبۃمعمنۃ ود يۃمسلمۃالں اھلہالاان يصد قوا
Artinya: Dan tidak layak bagi seseorang membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan
barang siapa membunuh seseorang mukmin karena tersalah
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang
73
beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh) itu, kecuali jika mereka bersedekah.
Adapun hukuman diyat yang pada kasus pemasungan ini adalah
diyat pada jinayah yang menimbulkan hilangnya suatu maanfaat dari
anggota badan minsalnya pada korban yang di pasung akan
menimbulkan kelumpuhan bagi korban karna terlalu lama dipasung.
Hal ini sebagaimana keputusan umar bin khatthab
radhiallahu‟anhu ketika beliau mengadili seseorang yang telah
memukul kawannya dan mengakibatkan lumpuhnya si korban dan ia
masih hidup. Oleh Umar radhiallahu‟anhu orang itu di beri sanksi 100
ekor unta.
74
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. SEJARAH DESA AIR ITAM
Desa Air Itam terbagi menjadi dua bagian yaitu Air Itam Barat
dan Air Itam timur, sehingga Nama Desa Air Itam ini yang konon
katanya karena sumber mata air yang keluar dari perut bumi dan
mengalir pada batangharinya berwana hitam. Sumber air anak sungai
Musi ini bertepatan di hulunya salah satu anak sungai Musi ,atau lebih
tepatnya di Desa Air Itam Kecamatan Penukal Kabupaten PALI
Provinsi Sumatera Selatan, yang saat ini baru seumur jagung terjadi
pemekaran kabupaten Muara Enim dengan melahirkan kabupaten baru
yaitu kabupaten PALI, yang mana Desa Air Itam kini berinduk kepada
Kabupaten PALI54
.
Selain menunjukan sebuah ciri Khas Air yang secara nyata
memiliki perbedaan pada warna Air dengan warna pada tiap-
tiap air anak sungai Musi lainnya, sehingga memiliki keunikan sejarah
sebuah Nama yang terbuat atas dasar fakta alam.
54
Wawancara Dengan Mayusin Sebagai Sesepuh Dan Mantan Kepala Desa
Air Itam, 14 Desember 2017
75
B. LETAK GEOGRAFIS DESA AIR ITAM
Desa Air Itam terletak di sebuah plosok terpencil, yang mana
jarak antar desa ini ke desa lainnya harus melewati sebuah hutan
perkebunan para penduduk setempat yang secara skala mayoritasnya
bermata pencaharian petani penyadap karet.
Desa Air Itam adalah salah satu desa di Kecamatan Penukal
Kabupaten Pali, Kabupaten Pali sendiri merupakan Kabupaten
pemekeran dari Kabupaten Muara Enim yang di resmikan pada 24
Desember 2012, melalui SK nomor 508/KPTS/III/2007 Bupati Muara
Enim Kalamuddin Djinab menyetujui pembentukan Kabupaten Pali
tersebut.Kabupaten Pali terdiri dari 5 Kecamatan yaitu, Kecamatan
Talang Ubi, Kec. Penukal, Kec. Penukal Utara, Kec. Abab dan
Kecamatan Tanah Abang, dan 72 jumlah desa, dengan jumlah
Penduduk 170.143 jiwa. Rata-rata masyarakat Desa Air itam bekerja
sebagai petani karet, dan sarana transportasi yang ada sebagai
penghubung ke kota adalah jalur darat yang ditempur dengan sepeda
Motor dan mobil.
Desa Air itam mempunyai luas wilayah 2765 Ha. Dengan
Batasan wilayah sebagai berikut55
:
55
Dokumentasi Kantor Desa Air Itam, Pada 20 November 2017
76
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tempirai Kecamatan
Penukal UtaraKabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Betung Kecamatan Penukal
Abab Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.
3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Gunung Menang Kecamatan
Penukal Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.
4. Sebelah timur bebatasan dengan Desa Karang Agung Kecamatan
Penukal Abab Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir
C. KEADAAN DAN JUMLAH PENDUDUK DESA AIR ITAM
Desa Air Itam ini terdiri dari 550 Kartu Keluarga (KK), dengan
rincian ada 730 Laki-laki dan 780 perempuan. Dengan Jumlah
Penduduk 1500 Jiwa, untuk lebih jelasnya bisa lihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel1. Jumlah Penduduk Desa Air Itam Dilihat Dari Tingkat
Umur
NO TINGKAT UMUR JUMLAH
1 03-06 tahun 470 Orang
2 07-12 tahun 350 Orang
3 12-17 tahun 690 Orang
4 20-26 tahun 500 Orang
5 27-40 tahun 330 Orang
Sumber: Monografi Desa Air Itam tahun 2017
77
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk desa Air Itam tahun
2017 adalah berjumlah 1500 jiwa, sedangkan sensus panduduk pada
tahun 2016 secara keseluruhan belum dapat dipastikan jumlahnya, dari
jumlah tersebut diatas dibagi beberapa golongan usia, pekerjaan, dan
pendidikan seperti yang tertera pada tabel di atas.
D. KONDISI PENDIDIKAN DAN EKONOMI MASYARAKAT
DESA AIR ITAM
Pendidikan bagi masyarakat desa Air Itam kecamatan Penukal
Kabupaten Pali tidaklah mengalami hambatan dan rintangan untuk
melanjutkan pendidikan karena di desa Air Itam sudah tersedia TK,
SD, SMP, dan juga SMA. Lembaga pendidikan di Desa Air Itam dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Jenis Pendidikan
No. Jenis lembaga pendidikan Jumlah
1 TKA/TPA 2 buah
2 SD 3 buah
3 SMP 1 buah
4 SMA 1 buah
Jumlah 7 buah
Sumber: Dokumentasi Kantor Desa Air itam, 30 januari 2018
Pada tabel diatas menunjukan bahwa sarana pendidikan yang ada
di Desa Air itam sudah sangat memadai, setelah menyelesaikan
78
pendidikan Sma banyak yang melanjutkan studinya ke jenjang kuliah
merantau ke Palembang. Walaupun banyak yang melanjutkan untuk ke
jenjang kuliah namun masih ada juga masyarakat yang menganggap
pendidikan itu tidak terlalu penting, mereka beranggapan tidak perlu
sekolah asalkan sudah bisa mencari uang sendiri itu sudah cukup,
padahal zaman sekarang ini pendidikan sangatlah penting.
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan penting
dalam meningkatkan kwalitas hidup manusia dalam mencapai
kehidupan yang sempurna baik kehidupan di dunia maupun di akhirat,
serta bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Pendidikan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan Desa Air itam untuk kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat Desa Air itam itu sendiri. Untuk lebih
jelasnya mengenai pendidikan masyarakat yang ada di Desa Air itam
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Pendidikan masyarakat Desa Air itam
Belum
Sekolah
SD SMP SMA Sarjana
220 Orang 450 Orang 420 Orang 315 Orang 60
Orang
Sumber: Monografi Desa Air itam tahun 2017
79
Kondisi pendidikan di Desa Air itam sudah lumayan baik, karena
mereka menyadari betapa pentingnya pendidikan tersebut. Kesadaran
masyarakat Desa Air itam akan pentingnya pendidikan di apresiasi oleh
pemerintahan di Kabupaten Pali dengan memberikan beasiswa bagi
anak yang kurang mampu untuk biaya pendidikan dan perlengkapan
sekolah, tujuannya supaya masyarakat Desa Air itam terutama anak
yang kurang mampu dapat melangsungkan pendidikannya kejenjang
yang lebih tinggi56
.
Keadaan ekonomi masyarakat Desa Air itam sudah lumayan
mencukupi. Luas tanah untuk dijadikan lahan perkebunan cukup
mendukung mata pencaharian masyarakat Desa Air itam. Bukan hanya
luas tanah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Air itam, akan
tetapijuga sungai lematang yang membentang luas dari aliran sungai
musi juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai mata pencaharian
yaitu jenis usaha perikanan. Tetapi tidak seluruhnya masyarakat Desa
Air itam mata pencaharian sebagai petani dan nelayan, ada juga sebagai
pedagang, PNS, buruh, swasta, TNI/POLRI, wiraswasta, dan para
medis. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini57
.
56
Wawancara Dengan Pak Edi Suswanto S.Pd Selaku Kepala Sekolah Di
Smp N 1 Penukal Pada 17 Desembe 2017 57
Wawancara Dengan Irzan Effendi Selaku Kepala Desa Air Itam Pada 17
Desember 2017
80
Tabel. 4 Mata pencarian masyarakat Desa Air itam
NO Mata pencaharian Jumlah
1 Petani 250 Orang
2 Nelayan 120 Orang
3 Pedagang 150 Orang
4 Pegawai Negeri Sipil 40 Orang
5 Buruh 98 Orang
6 Swasta 60 Orang
7 TNI/POLRI 5 Orang
8 Para Medis 40 Orang
Sumber: Monografi Desa Air itam tahun 2017
81
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Faktor Penyebab Terjadinya Pemasungan Pada Penderita
Gangguan Jiwa di desa Air Itam.
Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan
masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa (biasanya yang berat)
dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan kedalam balok kayu
dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Pasung
merupakan salah satu perlakuan yang merampas kebebasan dan
kesempatan mereka untuk mendapat perawatan yang memadai dan
sekaligus juga mengabaikan martabat mereka sebagai manusia58
.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis di desa Air
itam fakta yang terjadi di lapangan bermacam yang menjadi faktor
penyebab keluarga melakukan tindakan pemasungan terhadap salah
seorang anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa seperti
yang terjadi dikeluarga ibu Paulina yang terpaksa memasung Askutuk
sebab mengalami stress karena dilarang pergi merantau ke Batam oleh
ayahnya, sehingga hari-harinya bermenung dan tatapannya sangat
58
Masih Ada Perlakuan Salah terhadap Penderita Gangguan Jiwa
http://www.kompas.com, akses 18 Januari 2018
82
kosong.59
Kemudian pemasungan yang dilakukan oleh keluarga
Ridwan terhadap Alpianto disebabkan stres setelah bercerai dari
istrinya.60
Berdasarkan observasi di atas bapak Anshori selaku tokoh agama
di desa Air itam mengatakan:
Sejatinya seseorang mangalami gangguan kejiwaan karena
terlalu cintanya kepada dunia daripada beramal untuk
kehidupan akhirat. Sehingga manusia mudah lupa dan banyak
melalaikan akan ajaran agama Islam dan sang pencipta.
Dikarenakan lebih cintanya manusia pada kehidupan dunia,
manusia tidak sadar terhadap kebutuhan pokok jiwa lan ruhnya
sendiri. Jadi jiwa dan ruh manusia kemudian dapat
menimbulkan sifat-sifat tercela, berdosa dan keluar dari hakikat
kemanusiaan itu sendiri.61
Penulis melakukan wawancara secara mendalam terkait faktor
penyebab keluarga melakukan pemasungan terhadap orang dengan
gangguan jiwa. Adapun hasil wawancara dengan pihak keluarga yang
melakukan pemasungan adalah sebagai berikut:
1. Ekonomi
59
Hasil wawancara dengan ibu Paulina, selaku kakak dari salah satu
penderita gangguan jiwa, senin, pukul :09.13 wib 60
Hasil wawancara dengan bapak Riduwan, selaku paman dari salah satu
penderita gangguan jiwa, senin, pukul :13.45 wib 61
Hasil wawancara dengan bapak Anshori, selaku tokoh agama di desa Air
itam sabtu, 12 Januari 2018pukul :09.13 wib
83
Status ekonomi rendah sangat mempengaruhi kehidupan
seseorang. Perawa tan khusus bagi penderita gangguan jiwa
dikatakan mahal karena gangguannya bersifat jangka panjang. Biaya
berobat yang harus ditanggung pasien tidak hanya meliputi biaya yang
langsung berkaitan dengan pelayanan medis seperti harga obat, jasa
konsultasi tetapi juga biaya spesifik lainnyaseperti biaya transportasi ke
rumah sakit dan biaya akomodasi lainnya.Hal inilah yang menyebabkan
pihak keluarga di desa Air itam melakukan pemasungan terhadap salah
satu anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa.
Wawancara penulis dengan ibu Siti Aminah selaku ibu dari
korban yang bernama Askutu,yang melakukan pemasungan
mengatakan62
:
kami kurung di dalam kamar dengan cara kakinya di ikat rantai,
dan menurut kami cara ini lebih baik karena faktor ekonomi
yang tidak mendukung, kalau dibawa berobat ke rumah
sakitbiayanya sangat mahal dan perjalanan kerumah sakitpun
sangat jauh kami secara pribadi tidak sanggup untuk melakukan
pengobatan.
Hal ini senada juga diungkapkan oleh ibu Susanti selaku pihak
keluarga Alpianto yang melakukan pemasungan mengatakan63
:
62
Hasil Wawancara Dengan Ibu Siti Aminah, Selaku Ibu Dari Salah Satu
Korban Pemasungan Minggu, 13 Januari 2018 Pukul :11.13 Wib
84
Kami selaku pihak keluarga melakukan pemasungan dengan di
kurung di dalam kamar untuk membawa berobat ke rumah sakit
jiwa sangat mahal dan proses penyembuhannya juga sangat
lama.
Pernyataan lain juga diungkapkan oleh bapak Irzan Efendi
selaku kepala desa
Air itam mengatakan:64
Kondisi masyarakat kita di desa Air itam ini keadaan ekonomi
rata-ratamenengah ke bawah pada umumnya mereka memenuhi
dengancara bertani atau berkebun, saya merasa kasihan dengan
adanya pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa, tapi
mau gimana lagi keadaan ekonomi yang memaksa mereka
untuk memasung anggota keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa.
Dari pernyataan dari informan di atas, dapat penulis ambil
kesimpulan bahwa yang membuat pihak keluarga di desa Air itam
Kecamatan Penukal, Kabupaten Pali, yang memasung salah satu
anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dikarenakan
keterbatasan biaya, biaya pengobatan yang sangat mahal, membuat
mereka terpaksa melakukan pemasungan.
63
Hasil Wawancara Dengan Ibu Susanti, Selaku keluarga Korban
Pemasungan, Senin, 13 Januari 2018 Pukul :09.13 Wib 64
Hasil Wawancara Dengan bapak Irzan Efendi Selaku kepala Air itam 17
Desember 2017 Pukul :09.13 Wib
85
2. Mencegah Melakukan Tindak Kekerasan Yang Dianggap
Membahayakan Orang Lain.
Masyarakat mungkin saja akan mengalami kekerasan yang
dilakukan orang yang mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa
ialah orang yang sudah tidak mampu lagi mengendalikan dirinya,
tidak punya tujuan hidup lagi, tidakbisa mengurus dirinya sendiri, dan
tidak menyadari apa yang dia lakukan serta apa yang dibicarakannya.
Faktor ini yang membuat pihak keluarga didesa Air itam
Kecamatan Penukal, Kabupaten Pali, melakukan pemasungan terhadap
salah satu anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa
dikarenakan takut akan mengganggu orang lain. Wawancara penulis
dengan bapak Kasmin selaku pihak keluarga, yang melakukan
pemasungan mengatakan:65
Anak saya suka mengamuk, jika sakitnya
mulai kambuh, pergi tanpa tujuan yang jelas, mengganggu orang lain,
dan juga akan memukul dan melempar orang lain, makanya saya
pasung supaya tidak lagi mengganggu orang lain.
Sebagaimana wawancara penulis dengan bapak Azwar Lubis
tetangga sekitar rumah korban mengatakan bahwa:66
65
Hasil Wawancara Dengan bapak Kasmni, Selaku keluarga Korban
Pemasungan, Senin, 13 Januari 2018 Pukul :09.13 Wib 66
Hasil Wawancara Dengan bapak Azwar Lubis, Selaku tetangga korban
yang bernama Askutuk, Senin 13 Januari 2018
86
Saya sedikit resah karenadia sering mengamuk tidak jelas dan
pernah melempar kaca rumah saya dan sering saya melihat dia
kerap memukul masyarakat yang lewat disekitar sini.
Terkadang juga mengambil barang yang ada disekitarnya.
Pernyataan ini diperkuat Zainul selaku tetangga Alpianto yang
dipasung.
Dia mengatakan bahwa:67
Alpianto ini terkadang kerap meresahkan masyarakat di sini,
memukul, merusakrumah warga bahkan mengambil barang-barang
yang ada disekitar kita.Oleh karena itu demi kenyamanan masyarakat
pihak keluarga melakukan pemasungan agar tidak menganggu
masyarakat.
Dari pernyataan dari informan di atas, dapat penulis
ambilkesimpulan bahwa yang menjadi salah satu faktor pihak keluarga
di desa Air itam Kecamata Penukal Kabupatean Pali, memasung salah
satu anggotakeluarganya yang mengalami gangguan jiwa dikarenakan
untuk menghindari dan mencegah melakukan tindak kekerasan yang
dianggap membahayakanorang lain.
3. Jauhnya akses pelayanan kesehatan
Alasan yang membuat pihak keluarga di desa Air itam
Kecamata Penukal Kabupatean Pali melakukan pemasungan terhadap
67
Hasil Wawancara Dengan bapak Zainul, Selaku tetangga korban yang
bernama Alpianto, Selasa14 Januari 2018
87
salah satu anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa
dikarenakan jauhnya akses pelayanan kesehatan.
Wawancara penulis dengan ibu Siti Aminah selaku pihak
keluarga yang melakukan pemasungan mengatakan :68
Kami terpaksa
melakukan pemasungan terhadap Askutuk dengan merantai kakinya,
selain faktor ekonomi keluarga kami dan juga karena akses pelayanan
untuk berobat yang jauh.
Pernyataan ini diperkuat oleh ibu Susanti selaku pihak keluarga
Alpianto yang melakukan pemasungan mengatakan: Di daerah ini
belum ada rumah sakit yang khusus untuk menangani masalah
gangguan jiwa. Hanya yang ada di Palembang dan tempat itu jauh kami
harus bolak balik pergi ke sana.
Dari pernyataan beberapa anggota keluarga yang memasung di
atas, diketahui bahwa mereka mengeluhkan akses pelayanan yang jauh
dan untuk membawa berobat keluarga mereka yang mengalami
gangguan jiwa. Mereka harus ke Palembang dan bagi mereka
perjalanan yang sangat jauh serta membutuhkan biaya yang tidak
sedikit.
68
Hasil Wawancara Dengan Ibu Siti Aminah, Selaku Ibu Dari Salah Satu
Korban Pemasungan Minggu, 13 Januari 2018 Pukul :11.13 Wib
88
Dari pernyataan beberapa informan di atas, dapat penulis ambil
kesimpulan bahwa yang membuat pihak keluarga didesa Air itam
Kecamata Penukal Kabupatean Pali, memasung salah satu anggota
keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dikarenakan akses
pelayanan kesehatan yang jauh dari tempat tinggal mereka.
4. Gangguan Jiwa Itu Memalukan Dan Merupakan Aib Bagi
Keluarga
Adanya persepsi masyarakat bahwa orang gila ataupun
menerima aib. Orang gila dan keluarganya sering dicemooh bahkan
dikucilkan oleh masyarakat. Hal ini terjadi di desa Air itam.Salah satu
penyebab pihak keluarga melakukan pemasungan yaitu merupakan aib
bagi keluarganya.
Wawancara penulis dengan bapak Ridwan selaku pihak
keluarga Alpianto yang melakukan pemasungan mengatakan:69
Saya
malu pada tetangga, karena kelakuan Alpianto terkadang keliling
kampung tanpa busana dan buang air besar sembarangan, hal ini yang
membuat masyarakat disini agak menjauh dari keluarga kami.
69
Hasil wawancara dengan bapak Ridwan, selaku paman dari salah satu
penderita gangguan jiwa, senin, pukul :13.45 wib
89
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Kasmin selaku pihak
keluarga Askutuk yang melakukan pemasungan:70
Saya merasa malu
atas anak saya yang mengalami gangguan jiwa. Bahkan ada tekanan
batin yang dialami oleh keluarga kami karena cemoohan dan
pengucilan yang dilakukan oleh masyarakat.
Dari pernyataan beberapa informan di atas, dapat penulis ambil
kesimpulan bahwa yang membuat pihak keluarga didesa Air itam
Kecamata Penukal Kabupatean Pali,memasung salah satu anggota
keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dikarenakan pihak
keluarga menganggap bahwa gangguan jiwa yang dialami oleh anggota
keluarganyamerupakan aib bagi mereka.
Dari penjelasan informan di atas, dapat penulis ambil
kesimpulan bahwa faktor penyebab terjadinya pemasungan oleh pihak
keluarga di desa Air itam Kecamata Penukal Kabupatean Paliadalah:
1. Permasalahan ekonomi.
2. Jauhnya akses pelayanan kesehatan.
3. Mencegah melakukan tindak kekerasan yang dianggap
membahayakan
4. Gangguan jiwa atau gila itu memalukan dan merupakan aib
bagikeluarga.
70
Hasil Wawancara Dengan bapak Kasmni, Selaku keluarga Korban
Pemasungan, Senin, 13 Januari 2018 Pukul :09.13 Wib
90
B. Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Pemasungan Pada Penderita
Gangguan Jiwa
Dari hasil observasi dan wawancara di atas, apa yang dilakukan
oleh sebagian masyarakat di desa Air itam Kecamata Penukal
Kabupaten Pali dengan melakukan pemasungan terhadap orang yang
mengalami gangguanjiwa tersebut sama saja dengan memberikan
hukuman secara langsungterhadap orang yang menderita gangguan
jiwa tersebut dalam bentuk penganiayaan. Mereka dengan sengaja
merampas hak si penderita dari kebebasannya di mata umum, namun
dalam hukum Islam kepentingan masyarakat lebih diutamakan di atas
perorangan, dan karenanya kepentingan masyarakat didahulukan bukan
sebaliknya.
Islam adalah agama yang mengharamkan segala bentuk tindakan
menyakiti, mencederai, melukai orang lain, baik secara verbal atupun
tindakan nyata terhadap salah satu anggota tubuh. Secara konseptual,
misi utama kenabian Muhammad SAW adalah untuk kerahmatan bagi
seluruhalam. Sebagaimana firman Allah di dalam surah al-Anbiya ayat
10 :
91
اوما آر سلنک الارحمۃ للعنلمينArtinya:
Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.
Telah hilangnya rasa kasih sayang dan sifat kelembutan dalam
diri seseorang menyebabkan lahirnya tindakan kekerasan dan
penganiayaan serta melakukan perbuatan-perbuatan yang merusak serta
menimbulkan kerugian serta penderitaan kepada orang lain, padahal
Islam telah, mensyari‟atkan perlunya manusia itu bersifat lemah lembut
kepada sesama dan saling berkasih sayang. Allah subhanahu wa ta‟ala
berfirman dalan surahAli Imran ayat 159 :
فبما رحمۃ من اللہ لنت لھم ولو کنت فظا غليظ القلب لا نفضوا من حولگ فا عف عنھم واستغفر لھم وشاورھمفں الا
پحب المتوکلينعر فاذا عزمت فتو کل علں اللہ ان اللہ Artinya :
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu
maafkanlah mereka,mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan merekadalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orangyang bertawakkal
kepada-Nya (Departemen Agama RI 2005, 268).
92
Tindakan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat didesa Air
itam Kecamata Penukal Kabupaten Pali dengan melakukan
pemasungan terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa di dalam
hukum pidana Islam merupakan tindakan penganiayaan karena
tindakan pemasungan tersebut dapat menghilangkan manfaat anggota
badan namun jenisnya masih utuh. Sebagaimana yang telah
dikemukakan dalam banyak Hadits diantaranya:
قال رسول اللہ صلں اللہ علپہ وسلمالمسلم من سلم المسلمون من لسا نہ وپدہ والمھاجر من ھجر من حجرما نھی
اللہ عنہ
Artinya :
Orang muslim adalah orang yang tidak mengganggu orang muslim
lain baik dengan lidah maupun tangannya, dan orang yang hijrah itu
adalah orang yang hijrah meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh
Allah.
Kemudian dijelaskan dalam Hadits bahwa Rasulullah SAW
bersabda :
ان اللہ انرل الزل الداء والدواء وجعل لکل داء دواء فتداووا ولا تداوواجحرام
93
Artinya:
Sesungguhnya Allah subhanahu wata‟ala telah menurunkan penyakit
dan menurunkan obat, serta menyediakan obat bagi setiap penyakit,
maka berobatlah dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram
(Muhammad2007, 12).
Hadits di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa semua
penyakit yang menimpa manusia maka Allah turunkan obatnya.
Kadang ada orang yang menemukan obatnya, ada juga orang yang
belum bisa menemukannya.Oleh karenanya seseorang harus bersabar
untuk selalu berobat dan terus berusaha untuk mencari obat ketika sakit
sedang menimpanya (Muhammad 2007, 13).
Pelukaan terhadap orang dengan gangguan kejiwaan adalah
pelukan yang menyebabkan hilangnya fungsi anggota badan, yakni
anggota badan yang bersangkutan masih tetap ada namun tidak dapat
berfungsi normal. Seperti kasus yang terjadi di desa Air itam yang
memasung orang dengan gangguan kejiwaan dapat menyebabkan
korban menjadi lumpuh dan meninggal. Islam adalah agama yang
sangat melindungi hak dan martabat individu. Hak-hak tersebut di
antaranya adalah hak asasi. Hak ini merupakan hak yang memberi
keleluasaan bergerak di berbagai jagad luas, guna mencapai
94
kesempurnaan dan kesuksesan dalam bidang, maddiyah maupun,
manawiyah.
Karena itulah setiap penghapusan atau pengurangan dengan
melakukan tindakan pemasungan yang dilakukan oleh keluarga di desa
Air itam terhadap salah satu anggota keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa atas hak manusia dianggap sebagai tindak kriminal
(Sabiq 2005, 39).
Dijelaskan dalam Hadits dari Abu Hurairah radhiallahu „anhu,
bahwa Rasulullah SAW bersabda :
لا آقول لکم آنہ عجنو ن، ولکن دعونا نقول آنہ کان
موشاب، وھذا ھوعجرد عجنون الناس الذپن پن پعطون
الاولوپہ للغا لم المقبل۔
Artinya :
Jangan kamu katakan dia majnun, tetapi katakanlah dia itu mushab
(orang yang terkena musibah). Orang gila itu hanyalah orang yang
mengutamakan dunia di atas akhirat.
Dari keterangan hadits-hadits diatas dapat kita pahami bahwa
Allah menurunkan obat bagi setiap penyakit, oleh karena itu setiap
orangyang sakit dianjurkan untuk berobat, akan tetapi pada
kenyataanya karena masalah ekonomi dan keterbasan sarana dan
prasarana kesehatan di desa Air itam menjadikan pasung sebagai
95
pilihan terakhir masyarakat desa Air itam dalam mengatasi masalah
gangguan jiwa
Sehingga Islam tidak membenarkan apapun alasan yang
digunakan bila mana seorang melukai orang dengan cara
memasungnya. Karena dampak negatif yang ditimbulkan sangat besar
yaitu cacatnya anggota tubuh seseorang yang dipasung dan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada orang lain, akan tetapi di sisi lain
keamanan warga di sekitar lebih di utamakan lagi, dan dalam hukum
Islampun kepentingan masyarakat lebih diutamakan di atas perorangan.
Hal ini senada juga yang diungkapkan oleh bapak Anshori selaku
tokoh agama di desa Air itam mengatakan:71
Bahwa memang benar dalam Islam melarang segala bentuk
kekerasan, termasuk pemasungan akan tetapi disisi lain
kepentingan dan keamanan masyarakat juga harus dipikirkan lagi,
kalau menurut saya pemasungan itu boleh dilakukan akan tetapi
cara atau bentuk pemasngan tersebut harus diperhatikan lagi,
jangan sampai menimbulkan kekerasan, penyiksaan, seperti
memberikan makanannya harus tepat waktu, jangan sampai dia
kelaparan.
Hal ini juga di ungkapkan oleh bapak Irzan Effendi selaku kepala
desa Air itam beliau mengatakan:72
71
Wawancara dengan bapak Anshori selaku tokoh agama di desa Air itam,
rabu 14 januari 2018
96
Memang kasus pemasungan di desa kita ini masih
memprihatinkan, tidak ada cara lain selain di pasung, sedangkan
fasilitas kesehatan di desa kita ini masih belum memadai, ini
seperti buah simalakama jika mereka ini tidak di pasung maka
akan mengganggu ketenangan warga, sedangakan jika di pasung
akan merenggut haknya, jadi pilihan terbaik adalah dengan
memasung tetapi cara memasungnya jangan sampai
menimbulkan penyikksaan.
Penulis juga mewawancarai bapak Aliudin selaku kepala dusun 4
dimana tempat tinggal salah satu warga yang mengalami gangguan jiwa
mengatakan:73
Dengan memasung Askutu ini warga sekitar agak lebih tenang
sebab jika dia tidak di pasung warga sekitar akan merasa was-was
dan waspada sebab dia sering mengamuk dan bahkan memukuli
warga, jadi menurut saya boleh melakukan pemasungan demi
keamanan warga sekitar.
72
Hasil Wawancara Dengan bapak Irzan Efendi Selaku kepala Air itam 17
Desember 2017 Pukul :09.13 Wib 73
Hasil Wawancara Dengan bapak Aliudi Selaku kepala dusun 4, 15 feb
2017 Pukul :09.13 Wib
97
Tabel. 5 Tanggapan masyarakat desa Air itam tentang kasus
pemasungan
No Nama Tanggapan Alasan
1
2.
3.
4.
Irzan Effendi
(kades Air
itam)
Anshori
(tokoh agama)
Azwar Lubis
(tetangga)
Kasmin
(keluarga
korban)
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Karna, alasan keamanan
jika tidak dipasung maka
dia akan mengganggu
masyarakat, akan tetapi cara
pemasungan terhadap
korban jangan sampai
menimbulkan kekerasan.
Karna, dalam hukum
Islampun kepentingan
masyarakatlebih
diutamakan di atas
perorangan. Sebab dari
itulah jalan satu-satunya
agar tidak menimbulkan
keresahan dalam
masyarakat. Tetapi cara
memasungnya jangan
sampai menimbulkan
penganiayaan terhadapnya.
Karna, kalau dia tidak di
pasung maka warga sekitar
terutama kami tetangganya
yang sering kali menjadi
korbanya pemukulan.
Karna, selain keamanan
bagi masyarakat, dia
dipasung juga untuk
keamanan bagi si penderita
sendiri, karna kalau tidak
98
dipasung dia seringkali
manyakiti dirinya sendiri
Sumber:Wawancara beberapa masyarakat desa Air itam.
Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa masyarakat desa
Air itam rata-rata setuju dengan kasus pemasungan tersebut, namun
dengan syarat bahwa cara pemasungan dan pengurungannya jangan
sampai membuat si penderita mengalami kekersan dan penganiayaan,
dan rata-rata alasanya yaitu alasan keamanan bagi masyarakat sekitar.
Tinjauan Fiqih Jinayah
Dalam fikih jinayah bentuk perbuatan yang dilarang oleh
Syara‟dikenal dengan istilah jarimah, sedangkan untuk hukumannya
fuqaha menyebutnya dengan uqubah. Jarimah jika dilihat dari segi
berat ringannya hukuman dapat dibagi menjadi tiga macam,
99
diantaranya yaitu jarimah hudud,jarimah qishash-diyat, dan jarimah
ta‟zir.
Sebagaimana diketahui bahwa suatu pebuatan dapat digolongkan
sebagai suatu jarimah apabila memenuhi unsur-unsur jarimah. Dalam
hukum pidana Islam dikenal dua unsur jarimah yaitu jarimah umum
dam jarimah khusus. Yang dimaksud dengan jarimah umum yaitu
unsur-unsur yang terdapat pada setiap jarimah, sedangkan unsur khusus
adalah unsur yang hanya pada jenis jarimah tertentu dan tidak terdapat
pada jenis jarimah yang lain.
Adapun yang termasuk unsur umum jarimah adalah sebagai berikut:74
1. Unsur formal, yaitu adanya nashatau ketentuan yang menunjukan
sebagai jarimah, unsur ini sesuai dengan prinsip yang
menyatakan bahwa jarimah tidak terjadi sebelum dinyatakan
dalam nash.
2. Unsur material, yaitu adanya perbuatan yang melawan hukum
yang pernah dilakukan.
Unsur moral, yaitu adanya niat pelaku untuk berbuat. Dengan
kata lain, unsur ini berhubungan dengan tanggung jawab pidana yang
74
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika,2005
hal 125
100
hanya dibebankan atas orang mukallaf dalam keadaan bebas dari unsur
keterpaksaan atau ketidaksadaran penuh.
Para ulama ahli fiqih membagi tindak pidana
penganiayaanmenjadi lima bagian, baik yang sengaja maupun yang
tidak sengaja yang mana pembagian ini merupakan kesimpulan dari
berbagai pendapat mengenai perbuatan pidana yaitu sebagai berikut:
a) Penganiayaan pada anggota badan dan sejenisnya, menurut
fuqaha‟ meliputi tangan dan kaki. Namun pengertian tersebut
juga dimaksudkan pada anggota badan lain.
b) Menghilangkan manfaat anggota badan namun jenisnya masih
utuh. Penganiayaan ini merupakan pengrusakan anggota badan
namun objeknya masih ada, seperti menghilangkan fungsi
pendengaran tetapi telinganya masih ada, dan membuat
kelumpuhan tetapi kakinya masih ada.
c) Al-syajjaj. Menurut Imam Abu Hanifah, al-Syajjaj merupakan
pelukaan khusus pada wajah dan kepala, namun khusus pada
bagian tulangnya seperti dahi. Sedangkan pipi yang mengandung
banyak daging tidak termasuk pada al-Syajjaj. Namun ulama lain
berpendapat bahwa al-Syajjaj mutlak pelukaan pada wajah.
101
Akan tetapi pada kenyataanya kasus pemasungan yang terjadi di
desa Air itam adalah termasuk penganiayaan tidak sengaja, tetapi
tindakan pelanggaran atau menyakitkan tidak sampai merusak anggota
tubuh atau menghilangkan manfaatnya, sebab pemasungan yang terjadi
di desa Air itam itu hanya bentuk pengurungan di dalam kamar, tidak
sampai terjadi penyiksaan ataupun penganiayaan.
Dalam kasus yang seperti ini imam Abu Hanafiyah
menyimpulkan bahwa hukuman yang pas dan setara untuk kasus ini
adalah Ta‟zir, sebab kasus yang seperti sangat ringan apalagi pelaku
tidak sengaja dan terpaksa dalam melakukan perbuatanya.
Ta‟zir secara bahasa artinya adalah al-ma‟u (mencegah,
menghalangi), karena pihak yang menolong dan menghalangi pihak
musuh dari menyakiti orang yang ditolongnya.Kemudian ta‟zir lebih
populer digunakan untuk menunjukan arti memberi pelajaran dan
sanksi hukuman selain hukuman hadd.Karena hukuman ta‟zir
mencegah pelaku kejahatan dari mengulangi kembali kejahatannya.
Dengan demikian ciri khas dari jarimah ta‟zir adalah sebagai
berikut:
102
1. Hukumannya tidak tertentu dan tidak terbatas. Artinya hukuman
tersebut belum ditentukan oleh syara‟ dan ada batas minimal dan
ada batas maksimal.
2. Penentuan hukuman tersebut adalah hak penguasa. Tujuan
diberikannya hak penentuan jarimah-jarimah ta‟zir dan
hukumannya kepada penguasa adalah agar mereka dapat
mengatur masyarakat dan memelihara kentingan-kepentingannya,
serta bisa menghadapi dengan sebaik-baiknya setiap keadaan
yang bersifat mendadak.
Bagi jarimah ta‟zir tidak diperlukan asas legalitas secara khusus,
seperti pada jarimah hudud dan qishash diyat.Artinya setiap jarimah
ta‟zir tidak memerlukan ketentuan khusus, satu per satu. Menentukan
secara baku jenis-jenis jarimah ta‟zir tidaklah efektif sebab suatu saat
akan berubah. Itulah sebabnya azaz legalitas jarimah ini sangat longgar,
tidak seperti jarimah-jarimah yang termasuk dalam kelompok hudud
(termasuk qishash diyat) yang azaz legalitasnya sangat ketat, yaitu satu
hukuman untuk satu jarimah atau setidak-tidaknya ditentukan
hukumannya.
Adapun dasar hukum disyariatkannya ta‟zir terdapat dalam Al-
quran surah an-Nahl ayat 90 yaitu sebagai berikut:
103
اناللہيامربال والاحسن وايتای والمنکروالبغی يغظکم لعلکم تذ
کمون
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”(QS.an-Nahl 90).
Selanjutnya Allah SWT juga menjelaskan melalui firmannya
dalam surat al Baqarah ayat 195 :
وآحسنوا ان اللہ يحپ آلمحسنين
Artinya: “Dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.”(QS.al-Baqarah 195).
Selain ayat di atas terdapat juga Hadits Rasulullah SAW tentang
berbuat kebaikan kepada seluruh makhluknya :
رسول اللہ عن آبي يعلی شداد بن آوس رضي اللہ عنہ عن
صلی اللہ عليہ وسلم قال: ان اللہ کتپ الا حسان علی کل شي
ع ۔ ۔ ۔ ۔ ۔ ۔ ۔
Artinya :“Dari Abu Ya‟la Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu, dari
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, beliau bersabda,
sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik terhadap
segala sesuatu” (HR Muslim) (al-Utsaimin,2004: 209).
104
Dari penjelasan Ayat dan Hadits di atas, Allah SWT dan
Rasulullah SAW menganjurkan kepada umat manusia untuk berbuat
kebaikan kepada siapa saja, tanpa membedakan latar belakang suku,
agama, ras, atau status sosial dan melarang perbuatan menganiaya dan
pemasungan kepada sesama manusia. Karena tindakan penganiayaan
terhadap manusia merupakan maksiat yang paling besar setelah kufur.
Dari al-Quran dan hadist di atas melihat kasus yang terjadi di
desa Air itam terhadap pemasungan penderita gangguan jiwa sanksi
bagi pelaku ialah dikenakan hukuman ta‟zir, yaitu hukuman yang
ditentukan oleh penguasa. Dasar hukum ta‟zir adalah pertimbangan
kemaslahatan dengan mengacu kepada pinsip keadilan. Pelaksanaanya
pun bisa berbeda, tergantung pada setiap keadaan. Karena sifatnya yang
mendidik, maka dapat dikenakan anak kecil. Hukuman ta‟zir
disesuaikan dengan ukuan kejahatan yang dilakukan dan kadar
tingkatan pelakunya sesuai dengan hasil ijtihad hakim, ada kalanya
105
dalam bentuk teguran dan bentakan, dipenjara, atau sampai dihukum
dibunuh seperti dalam kasus kejahatan sodomi.75
Adapun dasar hukumnya di dalam al-Qur'an surat al- Isra' ayat
(15):
ما يضل ما يهتدى لنفسهۦ ومن ضل فإن ن ٱهتدى فإن م
بين حتى ا معذ عليها ول تزر وازرة وزر أخرى وما كن
نبعث رسول
Artinya:
Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri, dan
barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi
(kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum
Kami mengutus seorang Rasul.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang cakap tidak
dapat dikatakan sebagai perbuatan yang dilarang, selama belum ada
nash (ketentuan) yang melarangnya dan ia mempunyai kebebasan
untuk melakukan perbuatan itu atau meninggalkannya. Sedangkan
menurut Fiqih Jinayah tindak pidana perampasan kemerdekaan orang
75
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT.Bulan
bintang,1990 hal 56
106
lain atas dasar diskriminasi ras dan etnis digolongkan ke dalam jarimah
ta'zir. Dimana dalam jarimah ta'zir yang jenis jarimah-nya itu
ditetapkan dengan ketentuan nash (al-Qur'an dan Hadist), akan tetapi
qadhi diperkenankan untuk mempertimbangkan baik bentuk hukuman
yang akan dikenakan maupun kadarnya.
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah di kemukakan pada
bab-bab terdahulu, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Alasan keluarga melakukan pemasungan terhadap orang dengan
gangguan kejiwaan adalah, permasalahan ekonomi, jauhnya
akses pelayanan kesehatan, mencegah melakukan tindak
kekerasan yang dianggap membahayakan orang lain, mencegah
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa menyakiti
diri sendiri, pemasungan yang dilakukan oleh pihak keluarga
disebabkan oleh gangguan jiwa atau gila itu memalukan dan
merupakan aib bagi keluarga, dan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit tersebut.
2. Tindakan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di desa Air
itam kecamatan penukal kabupaten pali dengan melakukan
pemasungan terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa di
dalam hukum pidana Islam merupakan tindakan penganiayaan
karena tindakan pemasungan tersebut dapat menghilangkan
108
manfaat anggota badan namun jenisnya masih utuh, dan
termasuk kedalam unsur moral, dalam Fiqih Jinayah pelaku
dapat dikenakan hukuman ta‟zir.
B. Saran
1. Kepada pemerintah lebih memperhatikan masalah kesehatan
jiwa sehingga dalam pelayanan kesehatan lebih murah dan
terjangkau, lebih merata sehingga partisipan ditempat yang
jauhpun bisa mencapainya untuk mengurangi kejadian
kekambuhan. Upaya ini merupakan salah satu cara yang perlu
dilakukan untuk mengurangi kasus pemasungan pada penderita
gangguan jiwa berat.
2. Kepada pihak keluarga dalam memberikan perawatan kepada
pasien diharapkan untuk tidak melakukan tindakan pemasungan
dan memberikan perawatan yang baik sehingga mampu
mengurangi terjadinya kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
109
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah, “Hukum Acara Pidana Indonesia”, Sinar Grafika,
Jakarta, 2005,
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT.Bulan
Bintang,1990
Hal 56
Ahmad Jazuli, Fiqh Jinayat, Upaya Menaggulangi Kejahatan Dalam
Hukum Islam
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), Hlm. 26-27.
Ahmad Wardi Muslich, “Hukum Pidana Islam”, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2005),
Hlm.26
Azhim, Syaikh Abdul. Meraih Kebahagiaan Hakiki, Jakarta: Najla
Press, 2006,
Hlm 14
Bekti Suharto, “Budaya Pasung Dan Dampak Yuridis Sosiologis:
Indonesian Journal On Medical Science, Volume 1 No 2 ( Juli
2014):
Cholid Narbuko, Metodologi Riset, (Semarang :Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo
Semarang, 1986), Hlm. 48.
Davies, Peter. Hak-Hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1994,
110
Hal 76 Eni Suryani, Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya
Gangguan jiwa, Http://Www.Balipost.Co.Id/ Balipost cetak /
2005 /8 /3 / K4. Html, Akses15 September 2017
Fitriani, “Pemasungan Terhadap Orang Dengan Masalah Kejiwaan
Dan Gangguan Jiwa Bertentangan Dengan Peraturan
Perundang-Undangan, 12.
H.A. Djazuli, “Fiqh Jinayah” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), Hlm. 175
Jaya, Sumadi Surya. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Wali, 1991,
Hal 28
Kusuma Dewi, Kristanto, Dan Sumarni,” Bebas Pasung, Ditinjau Dari
Aspek Bioetika: Jurnal Psikiatri Indonesia, Vol.1 (2016),
LailyFitriani, “Pemasungan Terhadap Orang Dengan Masalah
Kejiwaan Dan Gangguan Jiwa Bertentangan Dengan Peraturan
Perundang-Undangan: Media Pembina Hukum
Nasional,”Jurnal Rechtsvinding Online, (September2017):20
Lesta,Choiriyyah, Mathafi, “Kecenderungan Atau Sikap Penderita
Gangguan Jiwa TerhadapTindakan Pasung
Lestari, “Stigma Dan Penanganan Penderita Gangguan Jiwa Berat
Yang Dipasung”, Skripsi Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas
Negeri Yogyakarta, 2014
Masih Ada Perlakuan Salah Terhadap Penderita Gangguan Jiwa
Http://Www.Kompas.Com, Akses 18 Januari2018
111
Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Pidana
Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2004
Nuriyah Halida, Erti Ikhtiarini Dewi, Hanny Rasni, “Pengalaman
Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Diri Pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Dengan Pasung Di
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember”, E-Jurnal Pustaka
Kesehatan, Vol.4 (No.1), Januari, 2016, Hal 79
Puji Lestari, Zumrotul Choiriyyah Dan Mathafi, “ Kecenderungan Atau
Sikap Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Terhadap Tindakan
Pasung: Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 2, No. 1( Mei
2014): 14
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung: CV Pustaka Setia,
2012 Hal:35
Robert Bohdan Dan Steven J. Taylor, Pengantar Metodologi
Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatan Fenomologis Terhadap
Ilmu-Ilmu Sosial, (Surabaya: Usaha Offset Printing, 1992),
Hlm. 22.
Sudarwan Danin, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2002), Hlm
Safuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999), Hlm.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R &D, (Bandung: Alfabeta, 2012), Hlm. 317.
112
Suhaimi, “Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Kesehatan Mental Islam,
Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 4, (Desember2015): 202
SamidjoJamiludin, “Pengantar Hukum Pidana Indonesia”, Sinar
Grafika, Jakarta 2014, Hal.23
Sianturi S.R, Tindak Pidana KUHP Berikut Uraiannya, Alumnni
AHM-PTHN, Jakarta, 1983, Hlm.547
Suryani, Luh Ketut, Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Gangguan
Jiwa,Http://Www.Balipost.Co.Id / Balipostcetak 2005 / K4.
Html, Akses25 September 2017
Tatang M. Amrin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet III, Hlm. 133
Yulies Tiena Masriani, “Pengantar Hukum Indonesia”, Sinar Grafika,
Jakarta 2014, Hal.62
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=makalah%20agama%20da
n%20hak%20asasi%20manusia&source=web&cd=1&ved=0CCAQFjA
A&url=http%3A%2F%2Fmagicalred.files.wordpress.com
http://rumahpkn.wordpress.com/2011/01/21/hak-asasi-manusia/di akses
pada tanggal 25 september 2017
http://www.antaranews.com/berita/359636/18000-penderita-gangguan-
jiwadiindonesiaDipasung, diakses 21 novembr 2017 1http://pustakaspritual.blogspot.co.id/2013/01/kejahatan-terhadap-
kemerdekaan-seseorang.html
http://googleweblight//m.republika.co.id/berita/nasional/diakses 20
maret 2018
www.harianterbit.com, http://www diakses 20 maret 2018
Http://Www.Depkes.Go.Id/Index.Php?Vw=2&Id= NW.20140720000
113
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Winaholisah
Tempat/Tanggal lahir : Air Itam, 05 Desember 1996
Agama : Islam
Umur : 21 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuaan
Kebangsaan : WNI
Pendidikan Terakhir : Sarjana Hukum Pidana Islam (S1)
Alamat : Jl. Tanjung Rawo No.12 Rt.55 Rw.16
Kelurahan Bukit
lama Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang
No. Handpnone : 085279606904
RIWAYAT PENDIDIKAN
JENJANG SEKOLAH/INSTITUSI BIDANGILMU TAHUN
LULUS
SD SD NEGERI 4 PENUKAL - 2008
SMP SMP NEGERI 1 PENUKAL - 2011
SMA SMA NEGERI 1 PENUKAL IPA 2014
S1 UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
HukumPidana
Islam
2018
114
PENGALAMAN ORGANISASI
NAMA ORGANISASI JABATAN WAKTU
DEMAF ANGGOTA 2015
HIMAPALI ANGGOTA 2016
PERMAPALI ANGGOTA 2016
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125