tinjauan fiqih jinayah terhadap pemasungan …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/winaholisah...

125
1 TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI DESA AIR ITAM KECAMATAN PENUKAL KABUPATEN PALI SKRIPSI Ditulis Sebagai Salah Satu syarat Untuk Mengikuti Gelar Keserjanaan Pada Jurusan Hukum Pidana Islam (S.H) Fakultas Syari‟ah dan Hukum Jenjang Pendidikan Strata 1 Oleh : Winaholisah NIM: 14160110 PROGRAM STUDI JINAYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG 2018

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

1

TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN

PENDERITA GANGGUAN JIWA DI DESA AIR ITAM

KECAMATAN PENUKAL KABUPATEN PALI

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Salah Satu syarat Untuk Mengikuti Gelar

Keserjanaan Pada Jurusan Hukum Pidana Islam (S.H)

Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Jenjang Pendidikan Strata 1

Oleh :

Winaholisah

NIM: 14160110

PROGRAM STUDI JINAYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH

PALEMBANG

2018

Page 2: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

2

Page 3: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

3

Page 4: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

4

Page 5: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

5

Page 6: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

6

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Kurangkai kata, kucari makna, kususun dalam sebuah

alenia, kurangkai dalam lima bab jadilah sebuah maha

karya. Gelar sarjana didepan mata orang tua dan keluarga

ikut bahagia.

Jangan merasa sombong dengan apa yang didapat, karena

apa yang didapat sekarang masih kecil dari apa yang di

berika Allah SWT, ingat langkah masih panjang perjalanan

masih jauh, tetap rendah hati terhadap apa yang didapat.

Kupersembahkan Skripsi ini kepada:

1. Ayahanda Edi Suparman dan Ibu tercinta Hernayati yang

selalu membimbing, menasehati, mendukung, mendo’akan

yang terbaik untukku dimanapun, kapanpun dan disaat

seperti apapun.

2. Saudara-Saudaraku tersayang Ayukku Winda puspita, dan

Kakakku Haidir Ali, adekku Aldina saputra, saudara

sepupuku Hoirunisa, Seliyani, dan Reza, serta saudara

seperjuanganku Munawarroh, yang selalu memberikan

bantuan moril, motivasi, semangat, nasihat, dan do’anya.

3. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan nasihat-

nasihat berharga kepadaku.

4. Kepada dosen Pembimbing yang dengan tulus dan sabar

membimbingku dan memberikan ilmu-ilmu yang yang

bermanfaat bagiku dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5. Kepada dosen pengujiku yang telah mendidik dan

mengajariku sehingga bisa menyelesaikan Skripsi ini,

6. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum khususnya

Dosen Jinayah yang tak pernah lelah mengajari dan

membimbing kami untuk jadi lebih baik lagi.

Page 7: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

7

7. Sahabat-sahabat seperjuangan ku Jinayah angkatan 2014,

teman-teman seperjuangan Fatimah, dan aisyah,

Mustikaria, Linda Mayani, Aan Saputra, Lidia Caroline,

Dan Eka Saputri terimah kasih atas dukungan dan motivasi

kalian semua.

8. Almamaterku UIN Raden Fatah Palembang yamg selalu

menjadi kebanggaan ku.

Page 8: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

8

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan pertolongan-Nya sehingga kami

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :Tinjauan Fiqih Jinayah

terhadap pemasungan penderita gangguan jiwa di Desa Air itam

Kecamatan Penukal Kabupaten PALI. Sholawat serta salam semoga

dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat dan pengikutnya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh

gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

Dalam penyusunan skripsi penulis menyadari bahwa

menemukan kesulitan-kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Sirozi, selaku Rektor UIN Raden Fatah

Palembang.

2. Bapak Dr. M. Marsaid M.A, selaku Dekan fakultas Syari‟ah

dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang.

3. Bapak Abdul Hadi, M.Ag selaku ketua Jurusan Jinayah

Siyasah, dan sekaligus Dosen Penasehat Akademik.

4. Bapak Dr.Paisol Burlian, M.Hum selaku pembimbing

pertama yang telah banyak membantu dan memberikan

dorongan kapada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi

ini.

5. Ibu Romziatussa‟adah, M. Hum selaku pembimbing kedua

yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan

kapada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini

6. Kedua orangtuaku yang tercinta, ayah (Edi suparman), ibu

(Hernayati), yang telah berjuang baik doa maupun biaya,

untuk mendorong penulis agar selalu semangat, memotivasi

dan memberikan dorongan kepada penulis.

7. Saudara-saudaraku yang tercinta, ayuk tercinta (Winda

Puspita, S.pd), kakak tercinta (Haidir Ali, Amd.Kep) dan

Page 9: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

9

adikku sayang (Aldina Saputra) yang selalu memotivasi dan

memberikan dorongan keapada penulis.

8. Semua sahabat-sahabat, Hoirunisa, Seliyani, Mustika Ria,

Linda Maryani, Deli Julita, Reza Utama yang selalu

memberi semangat dan masukan.

9. Teman-teman seperjuangan Munawaroh, Siti Fatimah,

Aisyah, dan Rismayana.

10. Bapak Irzan Efendi selaku kepala Desa Air itam dan

Informan yang telah membantu dalam menyelesaikan

penalitian ini.

Dengan iringan doa semoga semua pihak yang terlibat dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini, akan diberi pahala yang setimpal

disis Allah SWT. Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun untuk penyempurnaan dimasa yang akan

datang, semoga berhasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua

amin.

Palembang, ………...,2018

Penulis

Winaholisah

NIM. 14160110

Page 10: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

10

ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Tinjauan Fiqih Jinayah Terhadap Pemasungan

Penderita Gangguan Jiwa Di Desa Air Itam Kecamatan Penukal Kabupaten

PALI.” Islam sangat melarang melakukan kekerasan terhadap orang yang

menderita gangguan jiwa, apalagi sampai memasung penderita gangguan jiwa

tersebut sebab memasung orang yang menderita gangguan jiwa merupakan

pelanggaran hak azazi manusia, karena hak seseorang untuk hidup bebas dan

merampas kemerdekaan seseorang.

Skripsi ini memfokuskan pada Faktor-faktor apa saja yang

menyebabkan terjadinya pemasungan pada penderita gangguan jiwa? Dan

Bagaimana tinjauan Fiqih Jinayah terhadap kasus pemasungan penderita

gangguan jiwa? Jenis penelitian ini adalah penilitian lapangan (field reseach),

dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang

digunakan untuk mendapatkan gambaran yang objektif bertanya kepada satu

orang dan diarahka pada orang lain sampai diperoleh informasi yang lengkap

tentang masalah yang diteliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor peyebab terjadiya

pemasungan oleh pihak keluarga di Desa Air Itam Kecamatan Penukal

Kabupaten PALI adalah: Permasalahan ekonomi, Jauhnya akses pelayanan

kesehatan, Mencegah melakukan tindak kekerasan yang dianggap

membahayakan, Gangguan jiwa atau gila itu memalukan dan merupakan aib

bagi keluarga. Islam tidak membenarkan apapun alasan yang digunakan

bilamana seorang melukai orang dengan cara memasungnya. Karena dampak

negatif yang ditimbulkan sangat besar yaitu cacatnya anggota tubuh seseorang

yang dipasung dan bahkan bisa menyebabkan kematian pada orang lain, akan

tetapi di sisi lain keamanan warga di sekitar lebih diutamakan lagi, dan dalam

hukum Islam pun kepentingan masyarakat lebih diutamakan di atas

perorangan. Tindakan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di Desa Air

Itam Kecamatan Penukal Kabupaten PALI dengan melakukan pemasungan

terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa di dalam hukum pidana Islam

merupakan tindakan penganiayaan karena tindakan pemasungan tersebut

dapat menghilangkan manfaat anggota badan namun jenisnya masih utuh.

Simpulan dari penelitian ini adalah Tindakan yang dilakukan oleh

sebagian masyarakat di desa Air Itam Kecamatan Penukal Kabupaten PALI

dengan melakukan pemasungan terhadap orang yang mengalami gangguan

jiwa di dalam hukum pidana Islam merupakan tindakan penganiayaan karena

tindakan pemasungan tersebut dapat menghilangkan manfaat anggota

badan namun jenisnya masih utuh, dan termasuk kedalam unsur moral,

dalam Fiqih Jinayah pelaku dapat dikenakan hukuman Ta‟zir.

Kata Kunci :Fiqih Jinayah, Pemasungan, Dan GangguanJiwa

Page 11: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

11

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Terdapat beberapa versi pola transliterasi pada dasarnya mempunyai

pola yang cukup banyak, berikut ini disajikan pola transliterasi arab

latin berdasarkan keputusan bersama antara Menteri Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. No. 158 Tahun 1987 dan No.

0543b/U/1987.

Konsonan

Huruf Nama Penulisan

Alif „A ا

Ba B ب

Ta T خ

Tsa S ث

Jim J ج

Ha H ح

Kha Kh خ

Dal D د

Zal Z ذ

Ra R ز

Zai Z ش

Sin S ض

Syin Sy ش

Sad Sh ص

Dlod Dl ض

Tho Th ط

Zho Zh ظ

' Ain' ع

Gain Gh غ

Fa F ف

Qaf Q ق

Kaf K ك

Lam L ه

Mim M

Nun N ن

Waw W و

Page 12: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

12

Ha H ي

„ Hamzah ء

Ya Y ي

Ta (Marbutoh) T ج

Vokal

Vokal BahasaArab seperti halnya dalam bahasa Indonesia terdiri atas

vokal tunggal dan vokal rangkap (diftong)

Vokal Tunggal

Vokal tunggal dalam bahasaArab :

Fathah

Kasroh

Dhommah

Contoh :

Kataba = متة

Zukira (Pola I) atau zukira (Pola II) dan seterusnya = ذمس

Vokal Rangkap

Lambang yang digunakan untuk vocal rangkap adalah gabungan antara

harakat dan huruf, dengan tranliterasi berupa gabungan huruf.

Tanda Huruf Tanda Baca Huruf

Fathah dan ya Ai a dan i ي

Fathah dan waw Au a dan u و

Contoh :

kaifa: ميف

alā' : عيي

Page 13: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

13

haula : حىه

amana : امه

aiatau ay : أي

Mad

Mad atau panjang dilambangkan dengan harakat atau huruf, dengan

transliterasi berupa huruf atau benda.

Contoh:

Harakat dan huruf Tanda baca Keterangan

Fathah dan alif atau ya Ā a dan garis panjang di atas اي

Kasroh dan ya Ī i dan garis di atas اي

Dlomman dan waw Ū U dan garis di atas او

qālasubhānaka : قاه ظثحىل

shāmaramadlāna : صا زمضان

ramā : زمي

fihamanāfi'u : فيهامىا فع

yaktubūnamāyamkurūna : وينتثىن مايمنسو

تيلااذ قاه يىظف : izqālayūsufuliabīhi

Ta' Marbutah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua macam:

1. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasroh dan

dlammah, maka transliterasinya adalah /t/.

2. Ta Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka

transliterasinya adalah /h/.

3. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti dengan

kata yang memakai al serta bacaan keduanya terpisah, maka

tamarbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.

Page 14: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

14

4. Pola penulisan tetap 2 macam.

Contoh :

طفاهلازوضحا Raudlatulathfāl

al-Madīnah al-munawwarah اىمديىح اىمىىزج

Syaddad (Tasydid)

Syaddah atau tasydid dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda, yaitu tanda syaddah atau tasydid. Dalam transliterasi ini

tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang diberitanda

syaddah tersebut.

Nazzala =وصه Robbanā=زتىا

Kata Sandang

Diikuti oleh Huruf Syamsiah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasi kan

bunyinya dengan huruf /I/ diganti dengan huruf yang langsung

mengikutinya. Pola yang dipaka iada dua seperti berikut.

Contoh :

Pola Penulisan

Al-tawwābu At-tawwābu اىتىاب

Al-syamsu Asy-syamsu اىشمط

Diikutihuruf Qomariyah

Kata sandang yang diikuti huruf qomariyah ditransliterasi sesuai

dengan di atas dan dengan bunyinya.

Page 15: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

15

Contoh:

PolaPenulisan

Al-badi 'u Al-badīu اىثد يع

Al-qomaru Al-qomaru اىقمس

Catatan: Baik diikuti huruf syamsiah maupun qomariyah, kata sandang

ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan diberi tanda (-).

Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan opostrof. Namun hal ini hanya

berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Apabila

terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam

tulisannya ia berupa alif.

Contoh :

umirtu=أومسخ Ta'khuzūna = تأخرون

Fa'tībihā =فأتي تها Asy-syuhadā'u = اىشهداء

Penulisan Huruf

Pada dasarnya setiap kata, baik fi'il, isim maupun huruf ditulis terpisah.

Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah

lazim dirangkaikan dengan kata-kata lain yang mengikutinya. Penulisan

dapat menggunakan salah satu dari dua pola sebagai berikut:

Contoh Pola Penulisan

Wainnalahālahuwakhair al-rāziqīn وإن ىهاىهى خيس اىساش قيه

Faaufū al-kailawa al-mīzāna فأوفىااىنيو و اىميصان

Page 16: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... ii

PENGESAHAN DEKAN .............................................................. iii

PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................ v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................... ix

ABSTRAK ...................................................................................... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................... xiii

DAFTAR ISI .................................................................................. xix

DAFTAR TABEL .......................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Rumusan Masalh ................................................................. 14

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 14

D. Kegunaan Penelitian ............................................................ 14

E. Penelitian Terdahulu ............................................................ 15

F. Metodelogi Penelitian .......................................................... 18

G. Sistematika Penulisan .......................................................... 24

BAB II TINJAUAN UMUM ......................................................... 27

A. Pengertian Hukum pidana .................................................... 27

1. Pengertiann Hukum Pidana Dan Jenis- Jenis

Tindak Pidana .......................................................... 27

2. Pengertian Hukum Pidana Islam (Jinayah) ............ 28

B. Tujuan Hukum pidana (Positif) dan Hukum Pidana Islam

(Jinayah) .............................................................................. 31

1. Tujuan Hukum pidana (Positif) ............................... 31

2. Hukum Pidana Islam (Jinayah) ............................... 32

C. Tindakan Pemasungan Terhadap Penderita Gangguan Jiwa 34

1. Jenis- jenis pemasungan .......................................... 36

2. Dampak dari pemasungan ........................................ 37

D. Pengertian Kesehatan Jiwa Dan GangguanJiwa ............... 38

1. Pengertian kesehatan jiwa ..................................... 38

2. Pengertian gangguan jiwa ..................................... 39

3. Penyebab gangguan jiwa ....................................... 40

4. Jenis-jenis gangguan jiwa ...................................... 42

Page 17: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

17

E. Perampasan Kemerdekaan Dan Hak Asasi Manusia ........... 46

1. Pengertian perampasan kemerdekaan .................... 46

2. Pengertian hak asasi mansia .................................. 48

F. Pandangan Para Ahli Terhadap Kasus Pemasungan

Penderita Gangguan Jiwa .................................................... 51

G. Pengertian Pemasungan Dalam Islam ................................. 54

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.......... 57

A. Sejarah Desa Air Itam ..................................................... 57

B. Letak Geografis Desa Air Itam ....................................... 58

C. Keadaan Dan Jumlah Penduduk Desa Air Itam .............. 59

D. Kondisi Pendidikan Dan Ekonomi Masyarakat

Desa Air Itam .................................................................. 60

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................. 65

A. Faktor Penyebab Terjadinya Pemasungan Pada

Penderita Gangguan Jiwa Di Desa Air Itam ................... 65

B. Tinjauan Fiqih Jinayah Terhadap Pemasungan

Penderita Gangguan Jiwa ................................................ 74

BAB V PENUTUP ......................................................................... 91

A. Kesimpulan ....................................................................... 91

B. Saran ................................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 93

RIWAYAT HIDUP ....................................................................... 97

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. 99

Page 18: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

18

DAFTAR TABEL

Tabel1.Jumlah Penderita Ganggan Jiwa Yang Di Pasung ................. 13

Tabel 2.Jumlah Penduduk Desa Air Itam ........................................... 59

Tabel 3.Jenis Pendidikan Di Desa Air Itam ....................................... 60

Tabel 4.Pendidikan Masyarakat Desa Air Itam .................................. 61

Tabel 5. Mata Pencarian Masyarakat Desa Air Itam .......................... 63

Page 19: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang paling mulia dan sekaligus

paling unik bila dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. Karena

keunikannya inilah manusia selalu menarikuntuk diteliti dan

dibicarakan. Sebagai manusia setiap orang harus berinteraksi dengan

sesamanya sebab ia adalah makhluk sosial. Seorang dapat bahagia jika

ia dapat bersikap dan berinteraksi dengan sesamanya dengan Syari‟at

Islam, berkorban dengan harta untuk kebaikan dan tidak menyakiti

orang lain1.

Hal ini sesuai dengan Syariat Islam mewajibkan pemeluknya

untuk berakhlak, karena orang yang berakhlak, akan mengurangi nafsu

melakukan jarimah sebab ia tahu Allah melihat setiap gerak geriknya.

Setiap manusia, tanpa perbedaan, berhak untuk

mendapatkanpenghormatan dan hak-hak asasi dan kebebasan untuk

hidup tanpa harus hidup terpasung baik manusia normal maupun orang

yang mengalami gangguan jiwa.

1Azhim,Syaikh Abdul. Meraih Kebahagiaan Hakiki, Jakarta: Najla Press,

2006

Page 20: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

20

Pemasungan terhadap orang yang mengidap gangguan jiwa

merupakan tindakan yang bertentangan dengan HAM. Tindakan

pemasungan merupakan gejala yang umum di temukan di negara

berkembang, termasuk di Indonesia, rendahnya tingkat pendidikan,

keterbatasan pemahaman terhadap gejala gangguan kejiwaan, serta

keterbatasan ekonomi merupakan faktor yang mendominasi munculnya

kejadian pasung2. Pemasungan merupakan suatu tindakan memasang

sebuah balok kayu pada tangan dan atau kaki seseorang, diikat atau

dirantai, diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah

ataupun di hutan3.

Pemasungan pada penderita gangguan jiwa dapat berdampak

tidak baik secara fisik maupun psikis. Dampak fisiknya bisa terjadi

atropi pada anggota tubuh yang dipasung. Dampak psikisnya yaitu

penderita mengalami trauma, dendam kepada keluarga, merasa

dibuang, rendah diri, dan putus asa. Lama-kelamaan muncul depresi

dan gejala niat bunuh diri4.

2Bekti Suharto, “Budaya pasung dan dampak yuridis sosiologis: Indonesian

journal on Medical Science, Volume 1 No 2 ( Juli 2014): 1 3Suharto, “Budaya pasung dan dampak yuridis sosiologis,” 1.

4Puji lestari, Zumrotul Choiriyyah dan Mathafi, “ kecenderungan atau sikap

keluarga penderita gangguan jiwa terhadap tindakan pasung: Jurnal keperawatan

jiwa, Volume 2, no. 1 ( Mei 2014): 14

Page 21: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

21

Gangguan jiwa adalah kondisi dimana proses mentalnya kurang

berfungsi dengan baik sehingga menggangunya dalam fungsi sehari-

hari, Gangguan ini sering juga disebut sebagai gangguan psikiatri atau

ganguan mental dan dalam masyarakat umum kadang disebut sebagai

gangguan saraf. Ganggua jiwa yang dialami oleh seseorang bisa

memiliki bermacam-macam gejala, baik yang berdampak jelas maupun

yang hanya terdapat dalam pikirannya. Mulai dari perilaku menghindar

dari lingkungan, tidak mau berhubungan atau berbicara dengan orang

lain dan tidak mau makan hingga mengamuk tanpa sebab yang jelas,

mulai dari yang diam saja hingga yang berbicara dengan tidak jelas.

Dan adapula yang dapat diajak bicara sehingga yang tidak perhatian

sama sekali dengan lingkungannya5.

Gangguan jiwa bukanlah suatu keadaan yang mudah untuk

ditentukan penyebabnya. Banyak faktor yang saling berkaitan yang

dapat menimbulkan gangguan jiwa pada seseorang. Faktor kejiwaan

(kepribadian), pola pikir dan kemampuan untuk mengatasi masalah,

adanya kodisi salah asuh, tidak diterima dimasyarakat, serta adanya

5Lesta, Choiriyyah, Mathafi, “Kecenderungan atau sikap penderita gangguan

jiwa terhadap tindakan pasung,” 15

Page 22: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

22

masalah dan kegagalan dalam kehidupan mungkin menjadi faktor-

faktor dapat menimbulkan adanya ganguan jiwa6.

Ditinjau dari aspek Hak Azazi Manusia, pemasungan termasuk

bentuk pelanggaran terhadap martabat manusia karena membatasi

kebebasan dan kemerdekaannya. Juga tertuang dalam UUD Negara

Indonesia pasal 28G ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut:

“setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang

merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka

politik dari negara lain”

Ketentuan pasal 28G ayat 2 di atas menyatakan pemasungan

merupakan salah satu bentuk penyiksaan karena orang yang dipasung

dirampas kebebasannya dan merasakan sakit baik fisik maupun psikis.

Selain itu, Pasal 28 I ayat 1 juga menyatakan bahwa:

“hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, dan kemerdekaan pikiran

dan hati nurani, hak beragama, hal untuk hidup tidak diperbudak, hak

untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum dan hak untuk tidak di

tuntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak azazi manusia

yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”7.

Ketentuan pasal 28 I tersebut lebih jelas lagi menguraikan tentang

hak orang agar tidak disiksa dan tidak dirampas kemerdekaan pikiran

6Ibid hal 18

7Kusuma dewi, kristanto, dan Sumarni,” Bebas pasung, Ditinjau Dari aspek

Bioetika: Jurnal psikiatri Indonesia, Vol.1 (2016), 22

Page 23: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

23

dan hati nuraninya, dalam hal ini orang yang dipasung tentu saja

merasa tersiksa dan terampas kemerdekaan pikiran dan hati nuraninya.

Jelaslah bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 melindungi hak semua orang termasuk orang dengan

gangguan jiwa.

Kemudian pengaturan dalam pasal 42 Undang-undang nomor 39

tahun 1999 tentang Hak Azazi Manusia menyatakan:

“setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik, dan atau cacat

mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan

bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang

layak sesuai dengan martabat kemanusiaanya, meningkatkan rasa

percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan

bermasyrakat, berbangsa dan bernegara8.”

Mengenai ketentuan pidana bagi orang yang melakukan

pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa, Rancangan Undang-

Undang tentang Kesehatan jiwa tidak mengatur secara rinci tetapi

mendelegasikan ketentuan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 86

Rancangan Undang-Undang tentang Kesehatan jiwa yaitu sebagai

berikut:

8Laily Fitriani, “Pemasungan terhadap orang dengan masalah kejiwaan dan

gangguan jiwa bertentangan dengan peraturan perundang-undangan: Media pembina

hukum nasional,”Jurnal RechtsVinding Online, (september 2017) : 20

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id= NW.201407200002.

Page 24: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

24

“Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan pemasungan,

penelantaran, kekerasan dan/atau menyuruh orang lain untuk

melakukan pemasungan, penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap

OMDK dan ODGJ, dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan”.

Berdasarkan Pasal 86tersebut di atas ,ketentuan peraturan

perundang-undanganyang terkait dengan sanksi pidana bagi orang yang

melakukan pemasungan terdapat dalam Pasal 333 Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana yang menyatakan:

1. Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum merampas

kemerdekaanseseorang, atau meneruskan perampasan

kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana penjara

paling lama delapan tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka yang

bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan

tahun.

3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling

lama dua belas tahun.

4. Pidana yang ditentukan dalam pasal ini diterapkan juga bagi

orang yang dengan sengaja dan melawan hukum memberi tempat

untuk perampasan kemerdekaan.

Memasung berarti merampas kemerdekaan seseorang. Dengan

telah jelasnya pengaturan sanksi terhadap pihak yang memasung dalam

Page 25: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

25

Pasal 333 KUHP ini maka seharusnya Pemerintah lebih tegas menindak

pelaku pemasungan sehingga diharapkan tidak adanya lagi pemasungan

terhadap orang dengan masalah kejiwaan dan orang dengan gangguan

jiwa9.

Di dalam pandangan Islam, kesehatan mental merupakan suatu

kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik ( biologic),

intelektual (rasio/cognitive), emosional (affective) dan spiritual

(agama) yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan

selaras dengan keadaan orang lain10

.

Makna kesehatan mental mempunyai sifat-sifat yang harmonis

(serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia

dalam hubungannyadengan Tuhan dan sesama manusia dan lingkungan

alam11

.

Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah

kepada manusia melalui Nabi Muhamad Saw sangat sarat nilai dan

9Fitriani, “Pemasungan Terhadap Orang Dengan Masalah Kejiwaan Dan

Gangguan Jiwa Bertentangan Dengan Peraturan Perundang-Undangan, 12. 10

Suryani, Luh Ketut, Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Gangguan

Jiwa,http://www.balipost.co.id / BaliPostcetak 2005 / K4. html, akses 25 september

2017 11

Suhaimi, “Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Kesehatan Mental

Islam,Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 4, (Desember 2015): 202

Page 26: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

26

bukan hanya mengenai satu segi, namun mengenai berbagai segi dari

kehidupan manusia12..

Quraish Shihab menyebutkan bahwa Islam mempunyai aturan-

aturan atau syariat yang melindungi agama, jiwa, keturunan, akal,

jasmani dan harta benda. Tiga dari keenam hal tersebut yakni jiwa,

jasmani dan akal sangat berkaitan erat dengan kesehatan, oleh karena

itu ajaran Islam sangat sarat dengan tuntutan bagaimana memelihara

kesehatan13.

Dalam konsep kesehatan mental Islam, pandangan mengenai

gangguan jiwa tidak jauh berbeda dengan pandangan para ahli

kesehatan mental pada umumnya. Namun, yang ditekankan di dalam

konsep kesehatan mental Islam di sini adalah mengenai stigma

gangguan jiwa yang timbul oleh asumsi bahwa gangguan jiwa

disebabkan oleh pengaruh kekuatan supranatural dan hal-hal gaib.

Mengenai hal ini, faktor-faktor yang berasal dari luar tubuh manusia

seperti pengaruh supranatural dan hal-hal gaib adalah faktor eksternal

yang bisa menyebabkan gangguan jiwa, namun apabila kondisi

seseorang secara psikologis dan spiritual stabil dan seimbang, maka ia

12

Suhaimi, “Gangguan jiwa dalam perspektif Kesehatan mental islam,Jurnal

Risalah, Vol. 26, No. 4, (Desember 2015): 204 13

Suhaimi, “Gangguan jiwa dalam perspektif Kesehatan mental islam,Jurnal

Risalah, Vol. 26, No. 4, (Desember 2015): 205

Page 27: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

27

akan terhindar dari pengaruh tersebut. Jadi, pengaruh supranatural dan

hal-hal gaib bukan faktor utama yang menyebabkan seseorang

mengalami gangguan jiwa14

.

Islam juga memandang gangguan jiwa yaitu apabila mereka

bertemu penderitaan pada jalan Allah, dianggapnyalah fitnah manusia

sebagai azab Allah juga. Pendeknya, orang seperti ini tidak pernah mau

menyelidiki dimana kekurangan dan kelemahan dirinya, tidak mau tahu

bahwa hidup didunia ini mesti bertemu kekusahan dan kesenangan,

tidak ada yang senang aja. Orang gila dapat dikatakan cacat mental. Ini

karena berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, cacat berarti

kekurangan yg menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau

kurang sempurna (yang terdapat pada badan, benda, batin, atau akhlak),

sedangkan mental adalah bersangkutan dengan batin dan watak

manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga. Kemudian jika kita

melihat arti dari “gila”, yaitu sakit ingatan (kurang beres ingatannya),

dan (sarafnya terganggu atau pikirannya tidak normal). Ini berarti

Page 28: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

28

“gila” dapat berarti cacat mental karena adanya kekurangan pada batin

atau jiwanya (yang berhubungan dengan pikiran)15.

Dalam hal ini Islam juga sangat melarang melakukan kekerasan

terhadap orang yang menderita gangguan jiwa, apalagi sampai

memasung penderita gangguan jiwa tersebut sebab memasung orang

yang menderita gangguan jiwa merupakan pelanggaran hak seseorang

untuk hidup bebas dan merampas kemerdekaan seseorang, yang

dimaksud dengan merampas kemerdekaan adalah meniadakan atau

membatasi kebebasan seseorang bergerak, meninggalkan suatu tempat

untuk pergi ke tempat lainnya yang dia inginkan16

.

Perampasan kemerdekaan itu dapat terjadi dengan mengurung

seseorang di suatu ruangan tertutup, dengan mengikat kaki atau

anggota tubuh lainnya dari seseorang sehingga tidak dapat

memindahkan diri, menempatkan seseorang di suatu tempat di mana ia

tidak mungkin pergi dari tempat itu, dan mungkin jugadengan cara

15

Eni Suryani, Faktor-faktor PenyebabTimbulnya GangguanJiwa,

http://www.balipost.co.id/ BaliPostcetak / 2005 /8 /3 / K4. html, akses 15 september

2017 16

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=makalah%20agama%20dan%2

0hak%20asasi%20manusia&source=web&cd=1&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%

2F%2Fmagicalred.files.wordpress.com

Page 29: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

29

psychis (hipotis) sehingga ia kehilangan kemampuan untuk pergi dari

suatu tempat dan lain-lain17

.

Islam adalah agama yang paling pertama dan utama dalam

mendeklarasikan HAM ini baik dari segi historis, kualitas, dan keluasan

cakupannya.HAM menurut konsep Islam telah ada sejak kelahiran

Islam itu sendiri. Dalam Alquran banyak ayat-ayat yang menjelaskan

pentingnya penegakan HAM, terutama hak untuk hidup bebas tanpa

harus di pasung, dan hak untuk mempunyai kedudukan yang sama dan

kesetaraan tanpa harus membeda-bedakan.Sebagaimana firman Allah

Surah Al-Hujurat ayat 13 yaitu :

ان ا کرمکم عندا اللہ اتقکم ان اللہ الپم خبپر

Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di hadapan Allah

adalah orang yang paling taqwa diantara kamu.”

Ayat diatas menjelaskan bahwa dalam pandangan Islam, tidak

ada perbedaan antara pejabat tinggi dan rakyat rendah, antara pimpinan

dan bawahan, antara konglomerat dengan orang yang melarat, antara

yang kaya dengan yang miskin. Semua sama dalam pandangan Allah

Swt. Nilai tertinggi dalam Islam bukan terletak pada pangkat, jabatan,

17

http://rumahpkn.wordpress.com/2011/01/21/hak-asasi-manusia/di akses

pada tanggal 25 september 2017

Page 30: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

30

dan harta kekayaan, namun ukur ketinggian derajat hanyalah diukur

dengan kesalehan amal dan ketakwaannya.

Berdasarkan observasi awal penulis menemukan fakta yang

terjadi di lapangan masihada pihak keluarga melakukan tindakan

pemasungan terhadap salahseorang anggota keluarganya yang

menderita gangguan jiwa dengan carayang bermacam-macam seperti

dikurung dalam sebuah kamar yang gelapdan sempit, kemudian ada

juga dengan mengikat kedua tangandan kakinya dengan rantai18

.

Selain melakukan observasi penulis juga mewawancari salah

satukeluarga yang melakukan tindakan pemasungan ini yang bernama

Paulina kakak dari yang menderita gangguan jiwa mengatakan bahwa :

Adik saya yang bernama Askutu mengalami gangguan jiwa

karena dilarang pergi merantauke Batam oleh ayah, sehingga

hari-harinya dia termenung dan tatapannya sangat kosong.

Melihat kondisi jiwanya terganggu akhirnya pihak keluarga

melakukan pemasungan dengan cara kakinya ikat pakai tali,

dikurung di dalam kamar dan berlangsung lebih kurang 7 Tahun

lamanya.19

Kemudian penulis juga mewawancarai Ridwan paman dari yang

dipasung mengatakan bahwa :

18

Observasi awal, pada tanggal 27 Juni 2017 19

Hasil wawancara dengan ibu Paulina, selaku kakak dari salah satu

penderita gangguan jiwa, senin, pukul :09.13 wib

Page 31: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

31

Pemasungan terhadap keponakan saya yang bernama Alpianto ini

sudah lama lebih kurang 10 Tahun ketika masih berumur 28

tahun sampai sekarang sudah umur 38 tahun. Penyebab

keponakan saya mengalami gangguan jiwa dikarenakan dia

bercerai dengan istrinya, sehingga batinnya terguncang akibatnya

dia sering teriak-teriak sendiri.20

Dari hasil observasi dan wawancara tersebut dapat diketahui

bahwa Di desa Air itam memang masih ada beberapa warga yang

mengalami gangguan jiwa yang masih hidup terpasung, untuk lebih

jelasnya bisa liat tabel dibawah ini.

Tabel. 1 Jumlah Penderita Ganggan Jiwa Di Desa Air Itam Yang

Dipasung

NO NAMA BENTUK

PEMASUNGAN

LAMA

PEMASUNGAN

1. Muhammad

Askutuk

Dirantai kakinya, dan

di kurung didalam

kamar

7 tahun

2. Alpianto Di kurung didalam

kamar

10 tahun

Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka akan dilakukan

penelitian yang berjudul ”Tinjauan Fiqih Jinayah Terhadap

20

Hasil wawancara dengan bapak Ridwan, selaku paman dari salah satu

penderita gangguan jiwa, senin, pukul :13.45 wib

Page 32: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

32

Pemasungan Penderita Gangguan Jiwa Di Desa Air Itam Kecamatan

Penukal Kabupaten PALI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pemasungan

pada penderita gangguan jiwa?

2. Bagaimana tinjauan Fiqih Jinayah terhadap pemasungan pada

penderita gangguan jiwa?

C. TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ini untuk mengetahui:

1. Faktor penyebab terjadinya pemasungan pada penderita gangguan

jiwa.

2. Tinjauan Fiqh Jinayah terhadap pemasungan pada penderita

gangguan jiwa.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau

kegunaan, baik secara teoritis maupun praktis, antara lain sebagai

berikut :

Page 33: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

33

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran sebuah karya tulis ilmiahyang berguna

dalampengembangan ilmu hukum untuk di telaah dan dipelajari

lebih lanjut,Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan

bahan referensi dikalangan akademisi maupun kepustakaan.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran atau informasi yang dapat disumbangkan pada

masyarakat luas sehingga masyarakat mengetahui dan menyadari

bahwa penderita gangguan jiwa itu memiliki hak yang sama

seperti manusia normal lainnya dan penderita gangguan jiwa harus

di jauhkan dari tindakan pemasungan dan pelaku tindakan

pemasungan dapat dikenakan sanksi.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang memfokuskan pada analisi tentang Pemasungan

sebenarnya sudah dilakukan oleh beberapa peneliti Indonesia, sejauh

yang penulis temukan diantara penelitian tersebut adalah:

Page 34: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

34

Lestari21

(2014) yang berjudul “stigma dan penanganan penderita

gangguan jiwa berat yang dipasung (stigma and management on people

with severe mental Disorder with “Pasung” (physical restraint).

Metode penelitian yang digunakan yaitu penggalian data dilakukan

dengan cara mengumpulkan berita-berita, hasil-hasil penelitian dan

kajian terkait dengan stigma dan penangan terhadap penderita

gangguan jiwa berat. Hasil penelitian menunjukan penderita yang

diduga menderita gangguan jiwa yang dipasung lebih banyak dilakukan

oleh keluarga sebagai alternatif terakhir untuk penanganan gangguan

jiwa setelah segala upaya pengobatan medis dilakukan keluarga, namun

ketidaktahuan keluarga dan masyrakat sekitar atas deteksi dini dan

penangan paksa pengobatan di rumah sakit jiwa menyebabkan

penderita tidak tertangani dengan baik. Selain itu penderita gangguan

jiwa seringkali mendapat stigma dari lingkungan sekitarnya.

Stigmakarena menderita gangguan jiwa melekat pada penderita sendiri

maupun keluarganya. Stigma menimbulkan konsekuensi kesehatan dan

sosial-budaya pada penderita gangguan jiwa, seperti dropout dari

pengobatan, pemasungan dan pemahaman yang berbeda terkait

penderita gangguan jiwa.

21

Lestari, “Stigma Dan Penanganan Penderita Gangguan Jiwa Berat Yang

Dipasung”, skripsi FakultasBahasa dan SeniUniversitas Negeri Yogyakarta, 2014

Page 35: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

35

Bekti22

(2014) yang berjudul ”Budaya pasung dan Dampak

Yuridis Sosiologis (Studi Tentang Pelepasan Pasung dan Pencegahan

tindakan Pasing di kabupaten Wonogiri)”. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui kondisi klien pasung berkaitan dengan aspek sosiologis dan

yuridis serta tindakan atau ini menggunakan data intervensi semu untuk

mengetahui faktor penyebab dan karakteristik korban pasung.

Penelitian ini juga mengukur tingkat kemandirian perawatan diri pada

klien yang sudah lepas pasung dan yang masih dipasung di kabupaten

Wonogiri hasil penelitian karakteristik keluarga klien dengan pasung

adalah sebagai berikut: rata-rata usia keluarga klien pasung 50 tahun,

sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan agama yang anut

keluarga adalah Islam, pendidikan keluarga rat-rata SD, mayoritas

keluarga bekerja sebagai petani, sedangkan untuk hubungan dengan

klien didapatkan dengan terbanyak adalah orang tua. Berdasarkan

karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas keluarga

klien adalah berusia lanjut dengan pendidikan dan penghasilan rendah.

Karakteristik klien dengan pasung adalah sebagai berikut: rata-rata usia

klien pasung 35 tahun, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dengan

lama rata-rata menderita gangguan jiwa 11 tahun, agama yang dianut

22Bekti, “Budaya pasung dan Dampak Yuridis Sosiologis :Studi Tentang

Pelepasan Pasung dan Pencegahan tindakan Pasing di kabupaten Wonogiri, skripsi

Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2014

Page 36: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

36

klien adalah islam. Pendidikan klien rata-rata SMA, sebagian besar

klien rutin berobat dengan jumlah kekambuhan 4 kali, sebanyak 3orang

klien masih dalam kondisi terpasung dan rata-rata lama klien dipasung

8 tahun. Empat aspek sosiologis berhubungan dengan usia, aktivitas

pasung, lima aspek yuridis berhubungan dengan usia, aktivitas pasung,

rutinitas berobat, lama pemasungan, serta pendidikan.

Berdasarkan kajian terdahulu sebagaimana diuraikan di atas, beda

antara peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan saya lakukan

adalah pada aspek Tinjauan hukum Islam terhadap pemasungan

penderita gangguan jiwa di Desa Air itam Kec. Penukal Kab. Penukal

Abab Lematang Ilir (PALI). Untuk itu penelitian ini dianggap penting

dan perlu dilakukan.

F. Metodelogi Penelitian

Metode Penelitian adalah suatu suatu kerangka landasan

penelitianyang pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengantujuan dan kegunaan tertentu. Adapun

metode yang akandigunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

Page 37: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

37

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk

mendapatkan gambaran yang objektif bertanya kepada satu orang dan

diarahkan pada orang lain lagi,sampai diperoleh informasi yang

lengkap tentang masalah yang diteliti.23

Melalui pendekatan yuridis

sosiologis empiris yaitu,suatu penelitian yang menggunakan bahan

kepustakaan atau data datasekunder sebagai data awalnya kemudian

dilanjutkan dengan data primeratau data lapangan24

.Data

dikumpulkanmengenai tinjauan Fiqih Jinayah terhadap pemasungan

penderita gangguan jiwa di desa Air itam.

2. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, untuk mendeskripsikan

tindakan pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa (gila) oleh

keluarga ditinjau dari hukum Islam, maka peneliti membatasi pemilihan

lokasi atau cakupan penelitian ini dikarenakan masyarakat di desa Air

23

Safuddin Azwar, Metode Penelitian , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999),

hlm. 21 24

Jaya,Sumadi Surya. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Wali,

1991, hal 28

Page 38: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

38

itam terbukti dua keluarga yang melakukan tindakan pemasungan

terhadap anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber

data tersebut, yaitu orang yang merespon atau yang menjawab

pertanyaan peneliti.25

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah;

a. Sumber primer

Sumber primer merupakan bahan penelitian yang berupa fakta-

fakta empiris sebagai perilaku maupun hasil perilaku manusia.Baik

dalam bentuk perilaku verbal perilaku nyata, maupun perilaku yang

terdorong dalambarbagai hasil perilaku atau catatan-catatan dan arsip.26

Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Keluarga tertentu yang pernah atau masih melakukan pemasungan

2. terhadap salah seorang anggota keluarganya

3. Tokoh- tokoh Masyarakat

a) Kades desa Air itam

b) Kadus desa Air itam

c) Tokoh agama

25

Tatang M. Amrin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada, 2004), Cet III, hlm. 133. 26

Ibid hal 134

Page 39: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

39

4. Masyarakat umum yang bertetangga dengan keluarga yang

memasung orang dengan gangguan kejiwaan.

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder merupakan bahan hukum dalam penelitian

yang diambil dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder dan bahan non hukum27

. Data skunder

dalam penelitian ini adalah data yang penulis peroleh dari buku buku

yang bersangkutan dengan masalah ini, seperti buku ensiklopedi hukum

Islam,fikih sunnah, fikih jinayah, hukum Islam, Kitab Undang- Undang

Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008

tentang pemasungan. Karangan-karangan yang berkenaan dengan

tindakan pemasungan dan arsip serta dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan penelitian yang penulis dan dapat membantu

penulis dalam melakukan penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, maka

penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang akan dilakukan

langkah sebagai berikut :

27

Ibid

Page 40: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

40

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai fenomena-fenomena sosial dan gejala-gejala psikis

kemudian dilakukan pencatatan28

.Di sini penulis akan melakukan

observasi terhadap sikap dan alasan pihak keluarga melakukan

pemasungan terhadap orang dengan gangguan kejiwaan dan

dampaknya terhadap penderita yang dipasung.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung oleh si pewawancara kepada responden,

danjawaban-jawaban responden dicatat atau direkam29

. Wawancara

bertujuan untuk mendapatkan keterangan atau pendirian dari seseorang

secara lisan dengan cara bercakap-cakap sesuatu yang dialami atau

diketahui30

. Adapun informan dalam penelitian ini adalah :

1) Keluarga tertentu yang pernah atau masih melakukan

pemasungan terhadap salah seorang anggota keluarganya.

2) Tokoh-tokoh Masyarakat.

a) kepala desa Air itam

b) kepala dusun Air itam

3) Tokoh Agama

28

Cholid Narbuko, Metodologi Riset, (Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, 1986), hlm. 48. 29

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 317. 30

Ibid

Page 41: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

41

4) Masyarakat umum yang bertetangga dengan keluarga yang

memasung orang dengan gangguan kejiwaan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari

record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang

penyidik31

.Dokumentsi dalam penelitian ini penulis lakukan dengan

melihat dan mengumpulkan bukti-bukti dan keterangan dari objek

penelitian.Seperti foto-foto yang bersangkutan dengan pembahasan

yang sedang diteliti oleh penulis.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

a. Teknik pengelolaan

Setelah data yang diperoleh melalaui observasi dan wawancara

diolah menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu

cara pengolahaan data yang dirumuskan dalam bentuk kata- kata atau

kalimat, tidak berbentuk angka dana tabel, yaitu menggambarkan apa

yang terjadi atau peristiwa yang sebenarnya di lapangan dan

menganalisa sesuai dengan peristiwa.32

b. Analisis data

31

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2013), hlm. 175. 32

Robert Bohdan dan Steven J. Taylor, Pengantar Metodologi Penelitian

Kualitatif: Suatu Pendekatan Fenomologis Terhadap Ilmu-Ilmu sosial, (Surabaya:

Usaha Offset Printing, 1992), hlm. 22.

Page 42: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

42

Bahan hukum yang telah diperoleh akan dianalisis secara

kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan

merangkai data yang telah dikumpulkan dan disusun secara sistematis

yang berasal dari norma-norma hukum, norma adat dan norma agama

dan nantinya akan ditarik kesimpulan.33

G. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini akan diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah,

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Kerangka Konsep, Metode Penelitian, dan Sistematika

Pembahasan.

Bab II: Tinjauan Umum

Bab ini akan memuat studi pustaka yang meliputi tinjauan

tentang Pemasungan, tinjauan tentang pemasungan dalam

pandangan HAM, tinjauan tentang perlindungan hukum korban

Pemasungan, dan tinjauan tentang Pemasungan yang terjadi di

desa Air-Itam Kec.Penukal Kab.PALI

Bab III: Gambaran Umum

33

Sudarwan Danin, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka Setia,

2002), hlm. 41.

Page 43: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

43

Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum dan tata letak

geografis desa Air itam Kec. Penukal Kab. Pali.

Bab IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab ini menjawab apa yang menjadi pokok permasalah yang

dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai pemasungan

terhadap penderita gangguan jiwa, pemenuhan aspek keadilan

dan perlindungan korban dan bentuk perlindungan hukum

terhadap pemenuhan hak-hak korban pemasungan.

Bab V : Penutup

Bab ini berisikan Simpulan dan Saran.

Page 44: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

44

BAB II

TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA PEMASUNGAN

PENDERITA GANGGUAN JIWA

A. PENGERTIAN HUKUM PIDANA

1. Pengertian Hukum Pidana (positif) dan Jenis-jenis Tindak pidana

Secara tradisional, defenisi hukum pidana adalah “hukum yang

memuat peraturan-peraturan yang mengandung keharusan dan larangan

terhadap pelanggar yang diancam dengan hukuman berupa siksaan

badan.”Menurut Samidjo hukum pidana adalah peraturan hukum

mengenai pidana.Kata “pidana” berarti hal yang dipidanakan, yaitu hal

yang dilimpahkan oleh instansi yang berkuasa kepada seorang oknum

sebagai hal yang tidak enak dirasakan dan juga hal yang tidak

dilimpahkan.

Sedangkan, menurut Sudarsono pada prinsipnya Hukum Pidana

adalah yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap

kepentingan umum dan perbuatan tersebut diancam dengan pidana

yang merupakan suatu penderitaan.

Tindak pidana adalah suatu kejadian yang mengandung unsur-

unsur perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, sehingga siapa

yang menimbulkan peristiwa itu dapat dikenai sanksi pidana

Page 45: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

45

(hukuman).Menurut E. Utrecht menyatakan tindak pidana ialah dengan

istilah peristiwa pidana yang sering juga ia sebut delik, karena peristiwa

itu merupakan suatu perbuatan atau sesuatu yang melalaikan maupun

akibatnya (keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan melalaikan itu,

Sementara itu, menurut Moeljatno, perbuatan tindak pidana ialah

perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, terhadap siapa

saja yang melanggar larangan tersebut. Perbuatan tersebut harus juga

dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu hambatan tata pergaulan yang

dicita-citakan oleh masyarakat34

. Adapun jenis-jenis dari tindak pidana,

ialah sebagai berikut 35

:

a. Kejahatan dan pelanggaran

b. Kesengajaan dan kealpaan

c. Perbuatan yang melanggar Undang-undang

d. Delik formil (menitik beratkan pada perbuatan)

e. Delik tunggal (hanya dilakukan sekali dalam perbuatan)

f. Delik biasa (penuntutan bisa dilakukan tanpa adanya aduan).

2. Pengertian Hukum Pidana Islam (Jinayah)

Kata Jinayat adalah bentuk jamak dari kata jinayah, yang

berarti perbuatan dosa, kejahatan atau pelanggaran. Al-jinayah dalam

fiqih Islam membicarakan bermacam-macam perbuatan pidana

34 Yulies Tiena Masriani, “Pengantar Hukum Indonesia”, Sinar Grafika,

Jakarta 2014, hal.62 35

Ibid, hal.63

Page 46: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

46

(jarimah) dan hukumnya. Hukum had adalah hukuman yang telah

dipastikan ketentuannya dalam nash al-Qur‟an atau Sunnah Rasul.

Sedangkan hukum ta‟zir adalah hukuman yang tidak dipastikan

ketentuannya dalam al-Qur‟an dan Sunnah Rasul. Hukum ta‟zir

menjadi wewenang penguasa untuk menentukannya. Hukum Pidana

Islam sering disebut dalam fiqih dengan istilah jinayat atau jarimah36

.

Jinayat dalam istilah Hukum Islam sering disebut dengan delik

atau tindak pidana. Jinayah merupakan bentuk verbal noun (mashdar)

dari kata jana. Secara etimologi jana berarti berbuat dosa atau salah,

sedangkan jinayah diartikan perbuatandosa atau perbuatan salah. Secara

terminologi kata jinayat mempunyai beberapa pengertian, seperti yang

diungkapkan oleh Abd al Qodir Awdah bahwa jinayat adalah perbuatan

yang dilarang oleh syara‟ baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta

benda,atau lainnya37

.Yang dimaksud dengan jinayat meliputi beberapa

hukum, yaitu membunuhorang, melukai, memotong anggota tubuh, dan

meghilangkan manfaat badan,misalnya menghilangkan salah satu panca

indera.

36

Ahmad Wardi Muslich, “Hukum Pidana Islam”, (Jakarta: Sinar Grafika,

2005), hlm.260 37

Ibid,hal 263

Page 47: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

47

Menurut A. Djazuli, pada dasarnya pengertian dari istilah

Jinayah mengacu kepada hasil perbuatan seseorang. Biasanya

pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang.Di kalangan

fuqoha‟, perkataan Jinayat berarti perbuatan perbuatan yang dilarang

oleh syara‟.Meskipun demikian, pada umunya fuqoha‟menggunakan

istilah tersebut hanya untuk perbuatan perbuatan yang terlarang

menurut syara‟.Meskipun demikian, pada umumnya fuqoha‟

menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan perbuatan yang

mengancam keselamatan jiwa, seperti pemukulan, pembunuhan dan

sebagainya38

.

Selain itu, terdapat fuqoha‟ yang membatasi istilah Jinayat

kepada perbuatan perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan

qishash, tidak temasuk perbuatan yang diancam dengan ta‟zir.Istilah

lain yang sepadan dengan istilah jinayat adalah jarimah, yaitu larangan

larangan syara‟ yang diancam Allah SWT dengan hukuman had atau

ta‟zir.Secara umum, pengertian Jinayat sama dengan hukum Pidana

pada hukum positif, yaitu hukum yang mengatur perbuatan yang yang

38

H.A. Djazuli, “Fiqh Jinayah” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),

hlm.158-159

Page 48: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

48

berkaitan dengan jiwa atau anggota badan, seperti membunuh, melukai

dan lain sebagainya39

.

B. TUJUAN HUKUM PIDANA (POSITIF) DAN HUKUM

PIDANA ISLAM

1. Tujuan Hukum Pidana (Positif)

Aturan-aturan hukum pidana yang ada di dalam masyarakat,

tentu saja untuk mewujudkan tujuan hukum. Keberadaan hukum

tentunya sangat diharapkan dapat menertibkan dan mengatur kehidupan

masyarakat.Seperti yang dikemukakan oleh Wirjono Prodikroro bahwa

tujuan hukum adalah “untuk mengadakan keselamatan, kebahagiaan,

dan tata tertib dalam masyarakat”.

Sedangkan menurut Andi Hamzah, tujuan hukum pidana adalah

“untuk memenuhi rasa keadilan, untuk melindungi masyarakat,

melindungi kepentingan-kepentingan orang perseorangan dan atau hak-

hak asasi manusia (HAM) dan melindungi kepentingan masyarakat

maupun negara”40

.

Paradigma hukum pidana memberikan arahan bahwa ketentuan

pidana ditujukan dan berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan tata

39

Ibid hal 160 40

Andi Hamzah, “Hukum Acara Pidana Indonesia”, Sinar Grafika, Jakarta,

2005, hlm.22.

Page 49: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

49

tertib hukum dalam masyarakat, disamping menjamin ditegakkan nya

rasa keadilan masyarakat atas perbuatan orang atau perorangan atau

sekelompok orang. Kebijakan sosial pada dasarnya merupakan

kebijakan atau upaya-upaya yang rasional dengan hukum pidana pada

hakikatnya juga merupakan bagian usaha dari penegakan hukum

(khususnya penegakan hukum pidana). Oleh karena itu, sering pula

dikatakan bahwa kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari

kebijakan hukum41

.

2. Tujuan Hukum Pidana Islam (Jinayah)

Tujuan hukum pada umumnya adalah menegakkan keadilan

berdasarkan kemauan pencipta manusia sehingga terwujud ketertiban

dan ketentraman masyarakat. Namun bila tujuan Hukum Islam dilihat

dari ketetapan hukum yang dibuat oleh Allah SWT dan Nabi

Muhammad, baik yang termuat di dalam AlQur‟an maupun Al-Hadits,

yaitu untuk kebahagiaan hidup manusia didunia dan akhirat kelak,

dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah serta

menolak segala yang tidak berguna kepada kehidupan manusia.

Dengan kata lain tujuan Hukum Islam adalah kemaslahatan

hidup manusia baik jasmani maupun rohani individu dan masyarakat.

41

Ibid hal 23-24

Page 50: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

50

Kemaslahatan dimaksud, dirumuskan oleh AbuIshak Asy-Syathibi dan

disepakati oleh ahli Hukum Islam lainnya seperti yang telah dikutip

oleh H. Hakam Haq, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan,

dan harta.Salah satu hal yang membedakan Hukum Pidana Islam dan

hukum pidana positif adalah adanya dimensi-dimensi ukhrawi dalam

berbagai konsepnya.

Dalam konsep tujuan pemidanaan misalnya, penjatuhan

hukuman tidak hanya bertujuan sebagai pembalasan, perbaikan,

pencegahan, dan restorasi, tetapi juga meliputi sebagai penebusan dosa.

Adapun yang menjadi alasan masyarakat melakukan

pemasungan adalah sebagai berikut:

a) Ketidak tahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga,

penyakit yang tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya

pengobatan.

b) Mencegah klien melakukan tindak kekerasan yang dianggap

membahayakan terhadap dirinya atau orang lain.

c) Mencegah klien meninggalkan rumah dan mengganggu orang

lain.

d) Mencegah klien menyakiti diri seperti bunuh diri.

e) Ketidak tahuan serta ketidak mampuan keluarga menangani

klien apabila sedang kambuh.

Page 51: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

51

f) Faktor kemiskinan dan rendahnya pendidikan keluarga

merupakan salah satu penyebab pasien gangguan jiwa berat

hidup terpasung.

C. TINDAKAN PEMASUNGAN TERHADAP PENDERITA

GANGGUAN JIWA

a) Pemasungan Sebagai Upaya Pembatasan Ruang Gerak

Pemasungan telah terjadi sejak jaman dahulu dengan berbagai

tujuan yakni salah satu metode untuk mengamankan orang yang

menderita gangguan jiwa agar tidak meresahkan masyarakat

dan sebagai salah satu jenis hukuman terhadap orang yang

melakukan perbuatan tercela.Definisi pemasungan menurut

Prof. Dradjat Prawiro ( Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan

RI). yakni: “Pemasungan adalah suatu tindakan yang berupa

pengikatan, pemblokan, penyekapan, dan pengurungan terhadap

seseorang yang menunjukan penyimpangan tingkah lakunya

dengan maksud membatasi anggota gerak dan kebebasannya

secara paksa dengan dalih untuk mengamankan diri orang itu

dan lingkungannya, sehingga timbul kerusakan anggota tubuh

yang sementara atau menetap”.

Page 52: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

52

b) Tindakan pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa

merupakan salah satu tindakan kekerasan. Kekerasan adalah

kegiatan yang menunjukan suatu kekuatan tertentu yang

sifatnya keras dan mengandung paksaan atau kekejaman, baik

secara fisk maupun mental baik langsung maupun tidak

langsung.Dapat pula dikatakan bahwa kekerasan adalah

penggunaan kekuatan atau tenaga, sehingga orang tidak berdaya

atau pingsan.

Kekerasan secara langsung adalah tindakan yang tidak sesuai

dengan hak asasi manusia yang mengakibatkan kerugian fisik, mental,

sosial, dan kerugian tidak mendapatkan jaminan hak-hak seperti :

a. Hak mendapatkan pendidikan

b. Hak atas informasi

c. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Sebagai contoh kekerasan secara langsung yaitu : memukul,

menendang, mengikat, dan termasuk didalamnya memasung.

Sedangkan kekerasan tidak langsung adalah suatu bentuk kekerasan

yang dilakukan seseorang terhadap orang lain melalui sarana. Bentuk

kekerasan ini cenderung ada pada tindakan-tindakan seperti

Page 53: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

53

mengengkang, meniadakan atau mengurangi hak-hak seseorang,

mengintimidasi, dan memfitnah.

Pemasungan dapat dikategorikan sebagai kekerasan secara

langsung karena bisa dilakukan dengan cara mengikat dan juga dapat

dikategorikan sebagai kekerasan secara langsung karena bisa dilakukan

dengan cara mengikat dan juga dapat dikategorikan sebagai kekerasan

tidak langsung. Karena efek dari pemasungan yakni mengurangi hak-

hak seseorang seperti hak mendapatkan pelayanan kesehatan dan hak

mendapatkan pendidikan.

2. Jenis-jenis Pemasungan

Setidaknya, terdapat tiga jenis pemasungan yang sering kita

temui,antara lain :

a. Dirantai

Penderita gangguan jiwa akan dipasangi rantai disalah satu

anggota tubuhnya seperti tangan, kaki atau bahkan tangan dan

kakinya. Pemasungan rantai ini mengakibatkan si korban tidak

akan bisa leluasa menggerakan anggota tubuhnya tersebut

dengan tujuan agar korban tidak meresahkan masyarakat

sekitar.

b. Pengandangan atau pengurungan

Page 54: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

54

Penderita gangguan jiwa akan ditempatkan di suatu tempat

dengan luas 2 atau 3 kali ukuran badan korban. Tujuannya

yakni untuk membatasi ruang gerak penderita gangguan jiwa

tersebut.

c. Diblok

Memasang sebuah balok pada satu atau kedua kaki atau tangan

penderita. Cara ini merupakan suatu cara pasung yang lebih

kejam. Penderita tidak dapat menggerakan anggota badannya

itu dengan bebas, sehingga terjadi desure atrofi yaitu pengecilan

terhadap anggota tubuh yang disebabkan karena tidak

digunakannya anggota tubuh tersebut dalam jangka waktu yang

lama dan mengakibatkan korban pemasungan tidak dapat

menggerakan sebagian tubuhnya seperti orang normal.

3. Dampak Dari Pemasungan

Adapun dampak dari pemasungan adalah sebagai berikut:

A. Secara tidak sadar keluarga telah memasung fisik dan hak asasi

penderita hingga menambah beban mental dan penderitaannya.

B. Tindakan tersebut mengakibatkan orang yang terpasung tidak

dapat menggerakkan anggota badannya dengan bebas sehingga

terjadi atrofi. Tindakan ini sering dilakukan pada seseorang

Page 55: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

55

dengan gangguan jiwa bila orang tersebut dianggap berbahaya

bagi lingkungannya atau dirinya sendiri.

C. Selain dampak secara fisik, pemasungan pun memperburuk

kondisi kejiwaan bagi korban pemasungan. Pemasungan bagi

penderita gangguan jiwa dapat membuat kondisi korban

memburuk dalam jangka waktu yang panjang, meskipun pada

saat dipasung korban terlihat lebih tenang dan terkendali. Namun

hal itu dapat mengakumulasi segala alam bawah sadarnya ke arah

yang leboh negatif, tindakan pemasungan ini dapat memicu

penyakit lain, karena si korbannya secara tidak sadar tidak dapat

melampiaskan aktifitasnya dan semakin memperburuk kondisi

kejiwaannya.

D. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA DAN GANGGUAN JIWA

1. Pengertian kesehatan jiwa

Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis,

dan social yang terlibat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,

perilaku yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan

emosional, psikologis, dan social yang terlibat dari hubungan

interpersonal yang memuaskan, perilaku yang efektif, konsep diri yang

positif, dan kestabilan emosional. kesehatan jiwa didefinisikan sebagai

Page 56: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

56

suatu keberhasilan pencapaian fungsi mental, mampu untuk beraktifitas

secara produktif menikmati hubungan dengan orang lain dan menerima

perubahan atau mampu mengatasi hal yang tidak menyenangkan

dimana individu dengan mental yang sehat memiliki kapasitas

berpikirrasional, ketrampilan berkomunikasi, belajar, pertumbuhan

emosional, kemampuan bertahan,dan harga diri42

.

2. Pengertian Gangguan jiwa

Gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau

polapsikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi

pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distess dan disabilitas atau

disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri,

disabilitas atau kehilangan kebebasan. Gangguan jiwa merupakan

gejala yang dimanifestasikan melalui perubahan karakteristik utama

dari kerusakan fungsi perilaku ataupsikologis yang secara umum diukur

dari beberapa konsep norma dihubungkan dengan distress atau

penyakit, tidak hanya dari respon yang diharapkan pada kejadian

tertentu atau keterbatasan hubungan antara individu dan lingkungan

sekitarnya43

.

42

http://www.antaranews.com/berita/359636/18000-penderita-gangguan-

jiwa-diindonesiaDipasung, diakses 21 novembr 2017 43

Nuriyah Halida, Erti Ikhtiarini Dewi, HannyRasni, “Pengalaman Keluarga

dalam PemenuhanKebutuhan PerawatanDiri pada Orang Dengan Gangguan

Page 57: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

57

Gangguan mental atau penyakit mental adalah pola psikologis

atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan

mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal

manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif,

perilaku, komponen kognitif atau persepsi, yang berhubungan dengan

fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan

fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi

kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan

perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang

definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar

telah digunakan secara luas44

.

3. Penyebab gangguan jiwa

Ada beberapa faktor yang menyebabkan gangguan jiwa yaitu

sebagai berikut:

a) Faktor Organobiologi seperti faktor keturunan (genetik), adanya

ketidak seimbangan zat-zat neurokimia di dalam otak. Faktor

Organobiologi terdiri dari :

Jiwa(ODGJ) dengan Pasung di KecamatanAmbuluKabupaten Jember”, e-Jurnal

Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.1), Januari, 2016, hal 79 44

ibid

Page 58: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

58

Nerokimia (misal : gangguan pada kromosom no 21

yang menyebabkan munculnya gangguan perkembangan

Sindrom Down).

Nerofisiologi

Neroanatomi

Tingkat kematangan dan perkembangan organik.

Faktor-faktor prenatal dan perinatal.

b) Faktor Psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas

berlebihan, gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca

indera kita (halusinasi). Faktor psikologis terdiri dari:

Interaksi ibu-anak.

Interaksi ayah-anak : peranan ayah.

Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan

masyarakat.

Kehilangan :Lossing of love object.

Konsep diri : pengertian identitas diri dan peran diri

yang tidak menentu.

Tingkat perkembangan emosi.

Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap

bahaya :Mekanisme pertahanan diri yang tidak efektif.

Ketidak matangan atau terjadinya fiksasi atau regresi

pada tahap perkembangannya.

Pola Asuh Patogenik (sumber gangguan penyesuaian

diri pada anak) :

Page 59: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

59

Melindungi anak secara berlebihan karena

memanjakannya

Melindungi anak secara berlebihan karena sikap

“berkuasa” dan “harus tunduk saja”.

Penolakan (rejected child)

Menentukan norma-norma etika dan moral yang

terlalu tinggi.

Disiplin yang terlalu keras.

Disiplin yang tidak teratur atau yang

c) Faktor Lingkungan (Sosial) baik itu dilingkungan terdekat kita

(keluarga)maupun yang ada di luar lingkungan keluarga seperti

lingkungan kerja, sekolah, dll.Faktor Lingkungan (Sosial) yang

terdiri dari :

Tingkat ekonomi

Lingkungan tempat tinggal : Perkotaan dan Pedesaan.

Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka,

fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang

tidak memadai.

Pengaruh rasial dan keagamaan.

Nilai-nilai.

4. jenis-jenis gangguan jiwa

Ada beberapa jenis-jenis gangguan jiwa yaitu sebagai berikut:

a) Skizofrenia

Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling

berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang

Page 60: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

60

terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk

psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu

kala.Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak

dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya

abnormal.

b) Depresi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi

manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang

sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada

pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,

kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan

bunuh diri.Depresi juga dapat diartikan sebagai salah

satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan

yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan,

ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus

asa dan lain sebagainya. Depresi adalah gangguan

patologis terhadap mood mempunyai karakteristik

berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan

kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri,

pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah,

Page 61: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

61

bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya

yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang

merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat

dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang

dicintai. Sebagai ganti rasa ketidak tahuan akan

kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan

menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi.

c) Kecemasan

Kecemasan adalah Suatu keadaan seseorang merasa

khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman

yang tidak spesifik. Penyebab maupun sumbernya biasa

tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan

dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat

berat.

d) Gangguan kepribadian

Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid,

kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid,

kepribadian axplosif, kepribadian anankastik

atauobsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian

Page 62: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

62

astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif

agresif, kepribadian inadequate.

e) Gangguan Mental Organik

Gangguan mental organic merupakan gangguan jiwa

yang psikotik ataunon-psikotik yang disebabkan oleh

gangguan fungsi jaringan otak. Bila bagian otak yang

terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai

fungsimental sama saja, tidak tergantung pada penyakit

yang menyebabkannya bilahanya bagian otak dengan

fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah

yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit

yang menyebabkannya.

f) Gangguan Psikosomatik

Gangguan psikosomatik merupakan komponen

psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah.

g) Retardasi Mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan

jiwa yang terhentiatau tidak lengkap, yang terutama

ditandai oleh terjadinya rendahnya dayaketerampilan

selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada

Page 63: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

63

tingkatkecerdasan secara menyeluruh, misalnya

kemampuan kognitif, bahasa,motorik dan social.

h) Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja

Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan

kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan

perilaku mungkin berasal dari anak ataumungkin dari

lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini

saling mempengaruhi.

E. PERAMPASAN KEMERDEKAAN DAN HAK ASASI

MANUSIA

a) Pengertian perampasan kemerdekaan

Perampasan kemerdekaan adalah meniadakan atau membatasi

kebebasan seseorang bergerak meninggalkan suatu tempat untuk pergi

ke tempat lainnya yang diinginkan.45

Perampasan kemerdekaan dapat

terjadi dengan mengurung seseorang disuatu ruangan tertutup, dengan

mengikat kaki atau anggota tubuh lainnya dari seseorang sehingga yang

bersangkutan tidak dapat memindahkan diri, menempatkan seseorang

di suatu tempat di mana ia tidak mungkin pergi dari tempat itu.

45

Sianturi S.R, Tindak Pidana KUHP Berikut Uraiannya, Alumnni AHM-

PTHN, Jakarta, 1983, hlm.547.

Page 64: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

64

Menurut pengertian Perampasan Kemerdekaan di atas, maka

perampasan kemerdekaan termasuk ke dalam tindak pidana yang di

atur pada pasal 333 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

yang berbunyi :

1) Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum

merampas kemerdekaanseseorang, atau meneruskan perampasan

kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana penjara

paling lama delapan tahun.

2) Bila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka yang

bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan

tahun.

3) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah

diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Pidana yang ditentukan dalam pasal ini dijatuhkan juga kepada

orang yang dengan sengaja dan dengan melawan hukum memberi

tempat untuk perampasan kemerdekaan.46

Adapun perbuatan yang di larang dalam Pasal 333 KUHP adalah

perbuatan yang melawan hukum, Perbuatan tersebut merupakan :

a. Perbuatan melawan hukum formil. Yaitu perbuatan yang sudah

diatur dan atau sudah dicantumkan dalam Undang-undang.

46

http://pustakaspritual.blogspot.co.id/2013/01/kejahatan-terhadap-

kemerdekaan-seseorang.html

Page 65: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

65

b. Perbuatan melawan hukum materil. Yaitu terdapat perbuatan

yang melawan hukum walaupun belum di atur di dalam

Undang-undang.

b) Pengertian Hak Asasi Manusia

Secara definitif “hak” merupakan unsur normatif yang berfungsi

sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta

menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan

martabatnya. Hak sendiri mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

1. Pemilik hak;

2. Ruang lingkup penerapan hak;

3. Pihak yang bersedia dalam penerapan hak.

Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar tentang

hak. Dengan demikian hak merupakan unsur normatif yang melekat

pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang

lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan

interaksinya antara individu atau dengan instansi.

Hak dapat diartikan sebagai kekuasaan dalam melakukan sesuatu

atau kepunyaan, sedangkan Asasi adalah hal yang utama,

dasar.Sehingga hak asasi manusia atau sering disebut sebagai HAM

dapat diartikan sebagai kepunyaan atau milik yang bersifat pokok dan

melekat padasetiap insan sebagai anugerah yang telah diberikan oleh

Page 66: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

66

Allah swt. Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang sudah dipunyai

oleh seseorang sejak ia masih dalam kandungan. Hak Asasi Manusia

dapat secara universal.

Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Dalam kaitannya

dengan pemerolehan hak ada dua teori yaitu teori McCloskey dan teori

Joel Feinberg. Menurut teori McCloskey dinyatakan bahwa pemberian

hak adalah untuk dilakukan, dimiliki, atau sudah dilakukan. Sedangkan

dalam teori Joel Feinberg dinyatakan bahwa pemberian hak penuh

merupakan kesatuan dari klaim yang absah (keuntungan yang didapat

dari pelaksanaan hak yang disertai pelaksanaan kewajiban). Dengan

demikian keuntungan dapat diperoleh dari pelaksanaan hak bila disertai

dengan pelaksnaan kewajiban. Hal itu berarti antara hak dan kewajiban

merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam perwujudannya.

Karena itu ketika seseorang menuntut hak juga harus melakukan

kewajiban.

John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak

yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak

yang kodrati. Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia

yang dapat mencabutnya. Hak inisifatnya sangat mendasar

Page 67: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

67

(fundamental) bagi hidup dan kehidupan manusia dan merupakan hak

kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam kehidupan manusia.

Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia Pasal 1 disebutkan bahwa :

“Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat

pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang

Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,

dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan

setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat

manusia.

Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM tersebut,

diperoleh suatu kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat

pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu

anugerah Tuhan yang harusdihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap

individu, masyarakat atau negara. Dengan demikian hakikat

penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga

keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan

yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan

antara kepentingan perseorangan dan kepentingan umum.47

47

Davies, Peter. Hak-Hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

1994, hal 76

Page 68: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

68

Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM,

menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu,

pemerintah, bahkan negara. Jadi dalam memenuhi dan menuntut hak

tidak terlepas dari pemenuhan kewajiban yang harus

dilaksanakan.Begitu juga dalam memenuhi kepentingan perseorangan

tidak boleh merusak kepentingan orang banyak (kepentingan

umum).Karena itu pemenuhan, perlindungan dan penghormatan

terhadap HAM harus diikuti dengan kewajiban asas manusia dan

tanggung jawab asasi manusia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, dan bernegara.48

F. PANDANGAN PARA AHLI TERRHADAP KASUS

PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA

Pemasungan terhadap orang yang mengidap gangguan jiwa

merupakan tindakan yang bertentangan dengan HAM. Tindakan

pemasungan merupakan gejala yang umum di temukan di negara

berkembang, termasuk di Indonesia, rendahnya tingkat pendidikan,

keterbatasan pemahaman terhadap gejala gangguan kejiwaan, serta

48

Ibid, hal 77

Page 69: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

69

keterbatasan ekonomi merupakan faktor yang mendominasi munculnya

kejadian pasung49

.

Menurut menteri sosial Khofifah Indar Parawangsa

mengatakan, melalui Bhakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos),

Saat ini terdapat 800 ribu, ODGJ di seluruh Indonesia. Karena

itulah kata dia, ODGJ tetap harus dipetakan dan tidak boleh ada

upaya untuk ditutup-tutupi.Yang terjadi keluarga biasanya

malu.Maka sekarang sudah harus mulai diinformasikan bahwa

pemerintah sudah menyiapkan KIS. Seharusnya keluarga atau

anggota masyarakat setempat juga bisa membangun akses

supaya obat ini bisa terealisasi.Dan jangan sampai akses

kesehatan menjadi alasan melakukan pemasungan50

.

Pengamat Hukum pidana Universitas Islam Indonesia (UII)

Yogyakarta, Mudzakirr mengatakan :

Pihak setuju dengan aturan bahwa pelaku pemasungan itu di

beri sanksi pidana seperti yang diatur dalam UU KUHP yang

menjelaskan bahwa pemasungan dapat diartikan sebagai

perampasan kemerdekaan seseorang, disatu sisi lanjutnya

pemasungan adalah cara tradisional dalam mengatasi orang

dengan gangguan jiwa yang keberadaanya sudah mengancam

lingkungan sekitarnya. Hal ini tentunya menimbulkan persepsi

49

Bekti Suharto, “Budaya pasung dan dampak yuridis sosiologis: Indonesian

journal on Medical Science, Volume 1 No 2 ( Juli 2014): 1 50

http://googleweblight//m.republika.co.id/berita/nasional/ diakses 20 maret

2018

Page 70: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

70

yang berbeda di masyarakat bahwa orang yang mengalami

gangguuan jiwa itu harus di pasung. Padahal hal itu kesalahan

tidak sepenuhnya berada pada pelaku, akan tetapi dari

pemerintah. Sehingga tegasnya para pelaku pemasungan

terrsebuut jangan langsung diberi hukuman pidana.Melainkan,

harus diberi pemahaman, pembinaan terkait orang dengan

gangguan jiwa, pemberian fasilitas-fasilitas kesehatan seperti

rumah sakit jiwa (RSJ) disetiap wilayah dan tidak dipungut

biaya.Kalau fasilitasnya tidak ada atau sulit di jangkau oleh

masyarakat, maka pidana itu tidak bermanfaat dan pemerintah

tidak tamggung jawab terhadap penderitanya.51

Sedangkan, Direktur Bina Upaya Kesehatan Jiwa (Kemenkes),

dr. Eva Viora, SpKJ mengatakan bahwa:

Masalah sanksi pidana terhadap pelaku pemasungan tidak perlu

diperdebatkan.Sebab di dalam UU Keswa sudah dijelaskan

bahwa pelaku pemasungan dipidana sesuai dengan ketentuan

UU yang sudah ada dalam nya hal ini adalah UU

KUHP.Seharusnya orang dengan gangguan jiwa ini

memerlukan fasilitas kesehatan berupa RSJ, Puskesmas, klinik

disetiap wilayah sampai pelosok-pelosok agar mudah dijangkau

oleh masyarakat. Sebab hak dan kewajiban setiap manusia itu

sama tidak boleh dibeda-bedakan.52

51

www.harianterbit.com, http://www diakses 20 maret 2018 52

http://upload.wikipedia.Dinaskesehatan provinsi jawa tengah 2014diakses

20 maret 2018

Page 71: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

71

G. PENGERTIAN PEMASUNGAN DALAM ISLAM

Dalam Islam pemasungan merupakan suatu bentuk penganiayaan

tidak di sengaja, menurut Abdul al-Qodir Audah, penganiayaan tidak

disengaja adalah pelaku sengaja melakukan perbuatan tersebut tetapi

tidak berniat melawan hukum.53

Seseorang tersebut memang sengaja

melakukan tindak pidana penganiayaan, tetapi si pelaku tidak berniat

melukai korban, sama seperti halnya pada kasus pemasungan penderita

gangguan jiwa di desa Air itam pelaku memang berniat melakukan

pemasungan tetapi tidak berniat untuk menyakiti ataupun

menganiayanya. Namun pada hakikatnya terdapat korban akibat

perbuatannya itu.

Para ulama ahli fiqih membagi tindak pidana penganiayaan

menjadi lima bagian, baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja

yang mana pembagian ini merupakan kesimpulan dari berbagai

pendapat mengenai perbuatan pidana yaitu sebagai berikut:

a) Penganiayaan pada anggota badan dan sejenisnya, menurut

fuqaha‟ meliputi tangan dan kaki. Namun pengertian tersebut

juga dimaksudkan pada anggota badan lain.

53

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan ,1967),

Hal 179

Page 72: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

72

b) Menghilangkan manfaat anggota badan namun jenisnya masih

utuh. Penganiayaan ini merupakan pengrusakan anggota badan

namun objeknya masih ada, seperti menghilangkan fungsi

pendengaran tetapi telinganya masih ada, dan membuat

kelumpuhan tetapi kakinya masih ada.

c) Al-syajjaj. Menurut Imam Abu Hanifah, al-Syajjaj merupakan

pelukaan khusus pada wajah dan kepala, namun khusus pada

bagian tulangnya seperti dahi. Sedangkan pipi yang mengandung

banyak daging tidak termasuk pada al-Syajjaj. Namun ulama lain

berpendapat bahwa al-Syajjaj mutlak pelukaan pada wajah.

Dalam kasus penganiayaan tidak sengaja sanksi yang setimpal

untuk kasus ini adalah diat, diat adalah hukman pokok untuk tindak

pidana pembunuhan dan penganiayaan menyerupai sengaja dan tidak

sengaja, ketentuan ini berdasarkan Firman Allah Swt dalam surat An-

Nisa ayat 92:

وماکان لموءمن ان يقتل مءمنا الا خطعا ومن قتل معمنا خطعا

فتحر رقبۃمعمنۃ ود يۃمسلمۃالں اھلہالاان يصد قوا

Artinya: Dan tidak layak bagi seseorang membunuh seorang mukmin

(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan

barang siapa membunuh seseorang mukmin karena tersalah

(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang

Page 73: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

73

beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada

keluarganya (si terbunuh) itu, kecuali jika mereka bersedekah.

Adapun hukuman diyat yang pada kasus pemasungan ini adalah

diyat pada jinayah yang menimbulkan hilangnya suatu maanfaat dari

anggota badan minsalnya pada korban yang di pasung akan

menimbulkan kelumpuhan bagi korban karna terlalu lama dipasung.

Hal ini sebagaimana keputusan umar bin khatthab

radhiallahu‟anhu ketika beliau mengadili seseorang yang telah

memukul kawannya dan mengakibatkan lumpuhnya si korban dan ia

masih hidup. Oleh Umar radhiallahu‟anhu orang itu di beri sanksi 100

ekor unta.

Page 74: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

74

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. SEJARAH DESA AIR ITAM

Desa Air Itam terbagi menjadi dua bagian yaitu Air Itam Barat

dan Air Itam timur, sehingga Nama Desa Air Itam ini yang konon

katanya karena sumber mata air yang keluar dari perut bumi dan

mengalir pada batangharinya berwana hitam. Sumber air anak sungai

Musi ini bertepatan di hulunya salah satu anak sungai Musi ,atau lebih

tepatnya di Desa Air Itam Kecamatan Penukal Kabupaten PALI

Provinsi Sumatera Selatan, yang saat ini baru seumur jagung terjadi

pemekaran kabupaten Muara Enim dengan melahirkan kabupaten baru

yaitu kabupaten PALI, yang mana Desa Air Itam kini berinduk kepada

Kabupaten PALI54

.

Selain menunjukan sebuah ciri Khas Air yang secara nyata

memiliki perbedaan pada warna Air dengan warna pada tiap-

tiap air anak sungai Musi lainnya, sehingga memiliki keunikan sejarah

sebuah Nama yang terbuat atas dasar fakta alam.

54

Wawancara Dengan Mayusin Sebagai Sesepuh Dan Mantan Kepala Desa

Air Itam, 14 Desember 2017

Page 75: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

75

B. LETAK GEOGRAFIS DESA AIR ITAM

Desa Air Itam terletak di sebuah plosok terpencil, yang mana

jarak antar desa ini ke desa lainnya harus melewati sebuah hutan

perkebunan para penduduk setempat yang secara skala mayoritasnya

bermata pencaharian petani penyadap karet.

Desa Air Itam adalah salah satu desa di Kecamatan Penukal

Kabupaten Pali, Kabupaten Pali sendiri merupakan Kabupaten

pemekeran dari Kabupaten Muara Enim yang di resmikan pada 24

Desember 2012, melalui SK nomor 508/KPTS/III/2007 Bupati Muara

Enim Kalamuddin Djinab menyetujui pembentukan Kabupaten Pali

tersebut.Kabupaten Pali terdiri dari 5 Kecamatan yaitu, Kecamatan

Talang Ubi, Kec. Penukal, Kec. Penukal Utara, Kec. Abab dan

Kecamatan Tanah Abang, dan 72 jumlah desa, dengan jumlah

Penduduk 170.143 jiwa. Rata-rata masyarakat Desa Air itam bekerja

sebagai petani karet, dan sarana transportasi yang ada sebagai

penghubung ke kota adalah jalur darat yang ditempur dengan sepeda

Motor dan mobil.

Desa Air itam mempunyai luas wilayah 2765 Ha. Dengan

Batasan wilayah sebagai berikut55

:

55

Dokumentasi Kantor Desa Air Itam, Pada 20 November 2017

Page 76: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

76

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tempirai Kecamatan

Penukal UtaraKabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Betung Kecamatan Penukal

Abab Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Gunung Menang Kecamatan

Penukal Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

4. Sebelah timur bebatasan dengan Desa Karang Agung Kecamatan

Penukal Abab Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

C. KEADAAN DAN JUMLAH PENDUDUK DESA AIR ITAM

Desa Air Itam ini terdiri dari 550 Kartu Keluarga (KK), dengan

rincian ada 730 Laki-laki dan 780 perempuan. Dengan Jumlah

Penduduk 1500 Jiwa, untuk lebih jelasnya bisa lihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel1. Jumlah Penduduk Desa Air Itam Dilihat Dari Tingkat

Umur

NO TINGKAT UMUR JUMLAH

1 03-06 tahun 470 Orang

2 07-12 tahun 350 Orang

3 12-17 tahun 690 Orang

4 20-26 tahun 500 Orang

5 27-40 tahun 330 Orang

Sumber: Monografi Desa Air Itam tahun 2017

Page 77: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

77

Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk desa Air Itam tahun

2017 adalah berjumlah 1500 jiwa, sedangkan sensus panduduk pada

tahun 2016 secara keseluruhan belum dapat dipastikan jumlahnya, dari

jumlah tersebut diatas dibagi beberapa golongan usia, pekerjaan, dan

pendidikan seperti yang tertera pada tabel di atas.

D. KONDISI PENDIDIKAN DAN EKONOMI MASYARAKAT

DESA AIR ITAM

Pendidikan bagi masyarakat desa Air Itam kecamatan Penukal

Kabupaten Pali tidaklah mengalami hambatan dan rintangan untuk

melanjutkan pendidikan karena di desa Air Itam sudah tersedia TK,

SD, SMP, dan juga SMA. Lembaga pendidikan di Desa Air Itam dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Jenis Pendidikan

No. Jenis lembaga pendidikan Jumlah

1 TKA/TPA 2 buah

2 SD 3 buah

3 SMP 1 buah

4 SMA 1 buah

Jumlah 7 buah

Sumber: Dokumentasi Kantor Desa Air itam, 30 januari 2018

Pada tabel diatas menunjukan bahwa sarana pendidikan yang ada

di Desa Air itam sudah sangat memadai, setelah menyelesaikan

Page 78: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

78

pendidikan Sma banyak yang melanjutkan studinya ke jenjang kuliah

merantau ke Palembang. Walaupun banyak yang melanjutkan untuk ke

jenjang kuliah namun masih ada juga masyarakat yang menganggap

pendidikan itu tidak terlalu penting, mereka beranggapan tidak perlu

sekolah asalkan sudah bisa mencari uang sendiri itu sudah cukup,

padahal zaman sekarang ini pendidikan sangatlah penting.

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan penting

dalam meningkatkan kwalitas hidup manusia dalam mencapai

kehidupan yang sempurna baik kehidupan di dunia maupun di akhirat,

serta bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Pendidikan sangat

berpengaruh terhadap kehidupan Desa Air itam untuk kemajuan dan

kesejahteraan masyarakat Desa Air itam itu sendiri. Untuk lebih

jelasnya mengenai pendidikan masyarakat yang ada di Desa Air itam

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Pendidikan masyarakat Desa Air itam

Belum

Sekolah

SD SMP SMA Sarjana

220 Orang 450 Orang 420 Orang 315 Orang 60

Orang

Sumber: Monografi Desa Air itam tahun 2017

Page 79: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

79

Kondisi pendidikan di Desa Air itam sudah lumayan baik, karena

mereka menyadari betapa pentingnya pendidikan tersebut. Kesadaran

masyarakat Desa Air itam akan pentingnya pendidikan di apresiasi oleh

pemerintahan di Kabupaten Pali dengan memberikan beasiswa bagi

anak yang kurang mampu untuk biaya pendidikan dan perlengkapan

sekolah, tujuannya supaya masyarakat Desa Air itam terutama anak

yang kurang mampu dapat melangsungkan pendidikannya kejenjang

yang lebih tinggi56

.

Keadaan ekonomi masyarakat Desa Air itam sudah lumayan

mencukupi. Luas tanah untuk dijadikan lahan perkebunan cukup

mendukung mata pencaharian masyarakat Desa Air itam. Bukan hanya

luas tanah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Air itam, akan

tetapijuga sungai lematang yang membentang luas dari aliran sungai

musi juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai mata pencaharian

yaitu jenis usaha perikanan. Tetapi tidak seluruhnya masyarakat Desa

Air itam mata pencaharian sebagai petani dan nelayan, ada juga sebagai

pedagang, PNS, buruh, swasta, TNI/POLRI, wiraswasta, dan para

medis. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini57

.

56

Wawancara Dengan Pak Edi Suswanto S.Pd Selaku Kepala Sekolah Di

Smp N 1 Penukal Pada 17 Desembe 2017 57

Wawancara Dengan Irzan Effendi Selaku Kepala Desa Air Itam Pada 17

Desember 2017

Page 80: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

80

Tabel. 4 Mata pencarian masyarakat Desa Air itam

NO Mata pencaharian Jumlah

1 Petani 250 Orang

2 Nelayan 120 Orang

3 Pedagang 150 Orang

4 Pegawai Negeri Sipil 40 Orang

5 Buruh 98 Orang

6 Swasta 60 Orang

7 TNI/POLRI 5 Orang

8 Para Medis 40 Orang

Sumber: Monografi Desa Air itam tahun 2017

Page 81: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

81

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Terjadinya Pemasungan Pada Penderita

Gangguan Jiwa di desa Air Itam.

Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan

masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa (biasanya yang berat)

dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan kedalam balok kayu

dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Pasung

merupakan salah satu perlakuan yang merampas kebebasan dan

kesempatan mereka untuk mendapat perawatan yang memadai dan

sekaligus juga mengabaikan martabat mereka sebagai manusia58

.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis di desa Air

itam fakta yang terjadi di lapangan bermacam yang menjadi faktor

penyebab keluarga melakukan tindakan pemasungan terhadap salah

seorang anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa seperti

yang terjadi dikeluarga ibu Paulina yang terpaksa memasung Askutuk

sebab mengalami stress karena dilarang pergi merantau ke Batam oleh

ayahnya, sehingga hari-harinya bermenung dan tatapannya sangat

58

Masih Ada Perlakuan Salah terhadap Penderita Gangguan Jiwa

http://www.kompas.com, akses 18 Januari 2018

Page 82: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

82

kosong.59

Kemudian pemasungan yang dilakukan oleh keluarga

Ridwan terhadap Alpianto disebabkan stres setelah bercerai dari

istrinya.60

Berdasarkan observasi di atas bapak Anshori selaku tokoh agama

di desa Air itam mengatakan:

Sejatinya seseorang mangalami gangguan kejiwaan karena

terlalu cintanya kepada dunia daripada beramal untuk

kehidupan akhirat. Sehingga manusia mudah lupa dan banyak

melalaikan akan ajaran agama Islam dan sang pencipta.

Dikarenakan lebih cintanya manusia pada kehidupan dunia,

manusia tidak sadar terhadap kebutuhan pokok jiwa lan ruhnya

sendiri. Jadi jiwa dan ruh manusia kemudian dapat

menimbulkan sifat-sifat tercela, berdosa dan keluar dari hakikat

kemanusiaan itu sendiri.61

Penulis melakukan wawancara secara mendalam terkait faktor

penyebab keluarga melakukan pemasungan terhadap orang dengan

gangguan jiwa. Adapun hasil wawancara dengan pihak keluarga yang

melakukan pemasungan adalah sebagai berikut:

1. Ekonomi

59

Hasil wawancara dengan ibu Paulina, selaku kakak dari salah satu

penderita gangguan jiwa, senin, pukul :09.13 wib 60

Hasil wawancara dengan bapak Riduwan, selaku paman dari salah satu

penderita gangguan jiwa, senin, pukul :13.45 wib 61

Hasil wawancara dengan bapak Anshori, selaku tokoh agama di desa Air

itam sabtu, 12 Januari 2018pukul :09.13 wib

Page 83: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

83

Status ekonomi rendah sangat mempengaruhi kehidupan

seseorang. Perawa tan khusus bagi penderita gangguan jiwa

dikatakan mahal karena gangguannya bersifat jangka panjang. Biaya

berobat yang harus ditanggung pasien tidak hanya meliputi biaya yang

langsung berkaitan dengan pelayanan medis seperti harga obat, jasa

konsultasi tetapi juga biaya spesifik lainnyaseperti biaya transportasi ke

rumah sakit dan biaya akomodasi lainnya.Hal inilah yang menyebabkan

pihak keluarga di desa Air itam melakukan pemasungan terhadap salah

satu anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa.

Wawancara penulis dengan ibu Siti Aminah selaku ibu dari

korban yang bernama Askutu,yang melakukan pemasungan

mengatakan62

:

kami kurung di dalam kamar dengan cara kakinya di ikat rantai,

dan menurut kami cara ini lebih baik karena faktor ekonomi

yang tidak mendukung, kalau dibawa berobat ke rumah

sakitbiayanya sangat mahal dan perjalanan kerumah sakitpun

sangat jauh kami secara pribadi tidak sanggup untuk melakukan

pengobatan.

Hal ini senada juga diungkapkan oleh ibu Susanti selaku pihak

keluarga Alpianto yang melakukan pemasungan mengatakan63

:

62

Hasil Wawancara Dengan Ibu Siti Aminah, Selaku Ibu Dari Salah Satu

Korban Pemasungan Minggu, 13 Januari 2018 Pukul :11.13 Wib

Page 84: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

84

Kami selaku pihak keluarga melakukan pemasungan dengan di

kurung di dalam kamar untuk membawa berobat ke rumah sakit

jiwa sangat mahal dan proses penyembuhannya juga sangat

lama.

Pernyataan lain juga diungkapkan oleh bapak Irzan Efendi

selaku kepala desa

Air itam mengatakan:64

Kondisi masyarakat kita di desa Air itam ini keadaan ekonomi

rata-ratamenengah ke bawah pada umumnya mereka memenuhi

dengancara bertani atau berkebun, saya merasa kasihan dengan

adanya pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa, tapi

mau gimana lagi keadaan ekonomi yang memaksa mereka

untuk memasung anggota keluarganya yang mengalami

gangguan jiwa.

Dari pernyataan dari informan di atas, dapat penulis ambil

kesimpulan bahwa yang membuat pihak keluarga di desa Air itam

Kecamatan Penukal, Kabupaten Pali, yang memasung salah satu

anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dikarenakan

keterbatasan biaya, biaya pengobatan yang sangat mahal, membuat

mereka terpaksa melakukan pemasungan.

63

Hasil Wawancara Dengan Ibu Susanti, Selaku keluarga Korban

Pemasungan, Senin, 13 Januari 2018 Pukul :09.13 Wib 64

Hasil Wawancara Dengan bapak Irzan Efendi Selaku kepala Air itam 17

Desember 2017 Pukul :09.13 Wib

Page 85: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

85

2. Mencegah Melakukan Tindak Kekerasan Yang Dianggap

Membahayakan Orang Lain.

Masyarakat mungkin saja akan mengalami kekerasan yang

dilakukan orang yang mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa

ialah orang yang sudah tidak mampu lagi mengendalikan dirinya,

tidak punya tujuan hidup lagi, tidakbisa mengurus dirinya sendiri, dan

tidak menyadari apa yang dia lakukan serta apa yang dibicarakannya.

Faktor ini yang membuat pihak keluarga didesa Air itam

Kecamatan Penukal, Kabupaten Pali, melakukan pemasungan terhadap

salah satu anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa

dikarenakan takut akan mengganggu orang lain. Wawancara penulis

dengan bapak Kasmin selaku pihak keluarga, yang melakukan

pemasungan mengatakan:65

Anak saya suka mengamuk, jika sakitnya

mulai kambuh, pergi tanpa tujuan yang jelas, mengganggu orang lain,

dan juga akan memukul dan melempar orang lain, makanya saya

pasung supaya tidak lagi mengganggu orang lain.

Sebagaimana wawancara penulis dengan bapak Azwar Lubis

tetangga sekitar rumah korban mengatakan bahwa:66

65

Hasil Wawancara Dengan bapak Kasmni, Selaku keluarga Korban

Pemasungan, Senin, 13 Januari 2018 Pukul :09.13 Wib 66

Hasil Wawancara Dengan bapak Azwar Lubis, Selaku tetangga korban

yang bernama Askutuk, Senin 13 Januari 2018

Page 86: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

86

Saya sedikit resah karenadia sering mengamuk tidak jelas dan

pernah melempar kaca rumah saya dan sering saya melihat dia

kerap memukul masyarakat yang lewat disekitar sini.

Terkadang juga mengambil barang yang ada disekitarnya.

Pernyataan ini diperkuat Zainul selaku tetangga Alpianto yang

dipasung.

Dia mengatakan bahwa:67

Alpianto ini terkadang kerap meresahkan masyarakat di sini,

memukul, merusakrumah warga bahkan mengambil barang-barang

yang ada disekitar kita.Oleh karena itu demi kenyamanan masyarakat

pihak keluarga melakukan pemasungan agar tidak menganggu

masyarakat.

Dari pernyataan dari informan di atas, dapat penulis

ambilkesimpulan bahwa yang menjadi salah satu faktor pihak keluarga

di desa Air itam Kecamata Penukal Kabupatean Pali, memasung salah

satu anggotakeluarganya yang mengalami gangguan jiwa dikarenakan

untuk menghindari dan mencegah melakukan tindak kekerasan yang

dianggap membahayakanorang lain.

3. Jauhnya akses pelayanan kesehatan

Alasan yang membuat pihak keluarga di desa Air itam

Kecamata Penukal Kabupatean Pali melakukan pemasungan terhadap

67

Hasil Wawancara Dengan bapak Zainul, Selaku tetangga korban yang

bernama Alpianto, Selasa14 Januari 2018

Page 87: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

87

salah satu anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa

dikarenakan jauhnya akses pelayanan kesehatan.

Wawancara penulis dengan ibu Siti Aminah selaku pihak

keluarga yang melakukan pemasungan mengatakan :68

Kami terpaksa

melakukan pemasungan terhadap Askutuk dengan merantai kakinya,

selain faktor ekonomi keluarga kami dan juga karena akses pelayanan

untuk berobat yang jauh.

Pernyataan ini diperkuat oleh ibu Susanti selaku pihak keluarga

Alpianto yang melakukan pemasungan mengatakan: Di daerah ini

belum ada rumah sakit yang khusus untuk menangani masalah

gangguan jiwa. Hanya yang ada di Palembang dan tempat itu jauh kami

harus bolak balik pergi ke sana.

Dari pernyataan beberapa anggota keluarga yang memasung di

atas, diketahui bahwa mereka mengeluhkan akses pelayanan yang jauh

dan untuk membawa berobat keluarga mereka yang mengalami

gangguan jiwa. Mereka harus ke Palembang dan bagi mereka

perjalanan yang sangat jauh serta membutuhkan biaya yang tidak

sedikit.

68

Hasil Wawancara Dengan Ibu Siti Aminah, Selaku Ibu Dari Salah Satu

Korban Pemasungan Minggu, 13 Januari 2018 Pukul :11.13 Wib

Page 88: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

88

Dari pernyataan beberapa informan di atas, dapat penulis ambil

kesimpulan bahwa yang membuat pihak keluarga didesa Air itam

Kecamata Penukal Kabupatean Pali, memasung salah satu anggota

keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dikarenakan akses

pelayanan kesehatan yang jauh dari tempat tinggal mereka.

4. Gangguan Jiwa Itu Memalukan Dan Merupakan Aib Bagi

Keluarga

Adanya persepsi masyarakat bahwa orang gila ataupun

menerima aib. Orang gila dan keluarganya sering dicemooh bahkan

dikucilkan oleh masyarakat. Hal ini terjadi di desa Air itam.Salah satu

penyebab pihak keluarga melakukan pemasungan yaitu merupakan aib

bagi keluarganya.

Wawancara penulis dengan bapak Ridwan selaku pihak

keluarga Alpianto yang melakukan pemasungan mengatakan:69

Saya

malu pada tetangga, karena kelakuan Alpianto terkadang keliling

kampung tanpa busana dan buang air besar sembarangan, hal ini yang

membuat masyarakat disini agak menjauh dari keluarga kami.

69

Hasil wawancara dengan bapak Ridwan, selaku paman dari salah satu

penderita gangguan jiwa, senin, pukul :13.45 wib

Page 89: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

89

Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Kasmin selaku pihak

keluarga Askutuk yang melakukan pemasungan:70

Saya merasa malu

atas anak saya yang mengalami gangguan jiwa. Bahkan ada tekanan

batin yang dialami oleh keluarga kami karena cemoohan dan

pengucilan yang dilakukan oleh masyarakat.

Dari pernyataan beberapa informan di atas, dapat penulis ambil

kesimpulan bahwa yang membuat pihak keluarga didesa Air itam

Kecamata Penukal Kabupatean Pali,memasung salah satu anggota

keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dikarenakan pihak

keluarga menganggap bahwa gangguan jiwa yang dialami oleh anggota

keluarganyamerupakan aib bagi mereka.

Dari penjelasan informan di atas, dapat penulis ambil

kesimpulan bahwa faktor penyebab terjadinya pemasungan oleh pihak

keluarga di desa Air itam Kecamata Penukal Kabupatean Paliadalah:

1. Permasalahan ekonomi.

2. Jauhnya akses pelayanan kesehatan.

3. Mencegah melakukan tindak kekerasan yang dianggap

membahayakan

4. Gangguan jiwa atau gila itu memalukan dan merupakan aib

bagikeluarga.

70

Hasil Wawancara Dengan bapak Kasmni, Selaku keluarga Korban

Pemasungan, Senin, 13 Januari 2018 Pukul :09.13 Wib

Page 90: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

90

B. Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Pemasungan Pada Penderita

Gangguan Jiwa

Dari hasil observasi dan wawancara di atas, apa yang dilakukan

oleh sebagian masyarakat di desa Air itam Kecamata Penukal

Kabupaten Pali dengan melakukan pemasungan terhadap orang yang

mengalami gangguanjiwa tersebut sama saja dengan memberikan

hukuman secara langsungterhadap orang yang menderita gangguan

jiwa tersebut dalam bentuk penganiayaan. Mereka dengan sengaja

merampas hak si penderita dari kebebasannya di mata umum, namun

dalam hukum Islam kepentingan masyarakat lebih diutamakan di atas

perorangan, dan karenanya kepentingan masyarakat didahulukan bukan

sebaliknya.

Islam adalah agama yang mengharamkan segala bentuk tindakan

menyakiti, mencederai, melukai orang lain, baik secara verbal atupun

tindakan nyata terhadap salah satu anggota tubuh. Secara konseptual,

misi utama kenabian Muhammad SAW adalah untuk kerahmatan bagi

seluruhalam. Sebagaimana firman Allah di dalam surah al-Anbiya ayat

10 :

Page 91: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

91

اوما آر سلنک الارحمۃ للعنلمينArtinya:

Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam.

Telah hilangnya rasa kasih sayang dan sifat kelembutan dalam

diri seseorang menyebabkan lahirnya tindakan kekerasan dan

penganiayaan serta melakukan perbuatan-perbuatan yang merusak serta

menimbulkan kerugian serta penderitaan kepada orang lain, padahal

Islam telah, mensyari‟atkan perlunya manusia itu bersifat lemah lembut

kepada sesama dan saling berkasih sayang. Allah subhanahu wa ta‟ala

berfirman dalan surahAli Imran ayat 159 :

فبما رحمۃ من اللہ لنت لھم ولو کنت فظا غليظ القلب لا نفضوا من حولگ فا عف عنھم واستغفر لھم وشاورھمفں الا

پحب المتوکلينعر فاذا عزمت فتو کل علں اللہ ان اللہ Artinya :

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu Berlaku lemah lembut

terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu

maafkanlah mereka,mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan merekadalam urusan itu. Kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada

Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orangyang bertawakkal

kepada-Nya (Departemen Agama RI 2005, 268).

Page 92: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

92

Tindakan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat didesa Air

itam Kecamata Penukal Kabupaten Pali dengan melakukan

pemasungan terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa di dalam

hukum pidana Islam merupakan tindakan penganiayaan karena

tindakan pemasungan tersebut dapat menghilangkan manfaat anggota

badan namun jenisnya masih utuh. Sebagaimana yang telah

dikemukakan dalam banyak Hadits diantaranya:

قال رسول اللہ صلں اللہ علپہ وسلمالمسلم من سلم المسلمون من لسا نہ وپدہ والمھاجر من ھجر من حجرما نھی

اللہ عنہ

Artinya :

Orang muslim adalah orang yang tidak mengganggu orang muslim

lain baik dengan lidah maupun tangannya, dan orang yang hijrah itu

adalah orang yang hijrah meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh

Allah.

Kemudian dijelaskan dalam Hadits bahwa Rasulullah SAW

bersabda :

ان اللہ انرل الزل الداء والدواء وجعل لکل داء دواء فتداووا ولا تداوواجحرام

Page 93: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

93

Artinya:

Sesungguhnya Allah subhanahu wata‟ala telah menurunkan penyakit

dan menurunkan obat, serta menyediakan obat bagi setiap penyakit,

maka berobatlah dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram

(Muhammad2007, 12).

Hadits di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa semua

penyakit yang menimpa manusia maka Allah turunkan obatnya.

Kadang ada orang yang menemukan obatnya, ada juga orang yang

belum bisa menemukannya.Oleh karenanya seseorang harus bersabar

untuk selalu berobat dan terus berusaha untuk mencari obat ketika sakit

sedang menimpanya (Muhammad 2007, 13).

Pelukaan terhadap orang dengan gangguan kejiwaan adalah

pelukan yang menyebabkan hilangnya fungsi anggota badan, yakni

anggota badan yang bersangkutan masih tetap ada namun tidak dapat

berfungsi normal. Seperti kasus yang terjadi di desa Air itam yang

memasung orang dengan gangguan kejiwaan dapat menyebabkan

korban menjadi lumpuh dan meninggal. Islam adalah agama yang

sangat melindungi hak dan martabat individu. Hak-hak tersebut di

antaranya adalah hak asasi. Hak ini merupakan hak yang memberi

keleluasaan bergerak di berbagai jagad luas, guna mencapai

Page 94: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

94

kesempurnaan dan kesuksesan dalam bidang, maddiyah maupun,

manawiyah.

Karena itulah setiap penghapusan atau pengurangan dengan

melakukan tindakan pemasungan yang dilakukan oleh keluarga di desa

Air itam terhadap salah satu anggota keluarganya yang mengalami

gangguan jiwa atas hak manusia dianggap sebagai tindak kriminal

(Sabiq 2005, 39).

Dijelaskan dalam Hadits dari Abu Hurairah radhiallahu „anhu,

bahwa Rasulullah SAW bersabda :

لا آقول لکم آنہ عجنو ن، ولکن دعونا نقول آنہ کان

موشاب، وھذا ھوعجرد عجنون الناس الذپن پن پعطون

الاولوپہ للغا لم المقبل۔

Artinya :

Jangan kamu katakan dia majnun, tetapi katakanlah dia itu mushab

(orang yang terkena musibah). Orang gila itu hanyalah orang yang

mengutamakan dunia di atas akhirat.

Dari keterangan hadits-hadits diatas dapat kita pahami bahwa

Allah menurunkan obat bagi setiap penyakit, oleh karena itu setiap

orangyang sakit dianjurkan untuk berobat, akan tetapi pada

kenyataanya karena masalah ekonomi dan keterbasan sarana dan

prasarana kesehatan di desa Air itam menjadikan pasung sebagai

Page 95: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

95

pilihan terakhir masyarakat desa Air itam dalam mengatasi masalah

gangguan jiwa

Sehingga Islam tidak membenarkan apapun alasan yang

digunakan bila mana seorang melukai orang dengan cara

memasungnya. Karena dampak negatif yang ditimbulkan sangat besar

yaitu cacatnya anggota tubuh seseorang yang dipasung dan bahkan bisa

menyebabkan kematian pada orang lain, akan tetapi di sisi lain

keamanan warga di sekitar lebih di utamakan lagi, dan dalam hukum

Islampun kepentingan masyarakat lebih diutamakan di atas perorangan.

Hal ini senada juga yang diungkapkan oleh bapak Anshori selaku

tokoh agama di desa Air itam mengatakan:71

Bahwa memang benar dalam Islam melarang segala bentuk

kekerasan, termasuk pemasungan akan tetapi disisi lain

kepentingan dan keamanan masyarakat juga harus dipikirkan lagi,

kalau menurut saya pemasungan itu boleh dilakukan akan tetapi

cara atau bentuk pemasngan tersebut harus diperhatikan lagi,

jangan sampai menimbulkan kekerasan, penyiksaan, seperti

memberikan makanannya harus tepat waktu, jangan sampai dia

kelaparan.

Hal ini juga di ungkapkan oleh bapak Irzan Effendi selaku kepala

desa Air itam beliau mengatakan:72

71

Wawancara dengan bapak Anshori selaku tokoh agama di desa Air itam,

rabu 14 januari 2018

Page 96: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

96

Memang kasus pemasungan di desa kita ini masih

memprihatinkan, tidak ada cara lain selain di pasung, sedangkan

fasilitas kesehatan di desa kita ini masih belum memadai, ini

seperti buah simalakama jika mereka ini tidak di pasung maka

akan mengganggu ketenangan warga, sedangakan jika di pasung

akan merenggut haknya, jadi pilihan terbaik adalah dengan

memasung tetapi cara memasungnya jangan sampai

menimbulkan penyikksaan.

Penulis juga mewawancarai bapak Aliudin selaku kepala dusun 4

dimana tempat tinggal salah satu warga yang mengalami gangguan jiwa

mengatakan:73

Dengan memasung Askutu ini warga sekitar agak lebih tenang

sebab jika dia tidak di pasung warga sekitar akan merasa was-was

dan waspada sebab dia sering mengamuk dan bahkan memukuli

warga, jadi menurut saya boleh melakukan pemasungan demi

keamanan warga sekitar.

72

Hasil Wawancara Dengan bapak Irzan Efendi Selaku kepala Air itam 17

Desember 2017 Pukul :09.13 Wib 73

Hasil Wawancara Dengan bapak Aliudi Selaku kepala dusun 4, 15 feb

2017 Pukul :09.13 Wib

Page 97: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

97

Tabel. 5 Tanggapan masyarakat desa Air itam tentang kasus

pemasungan

No Nama Tanggapan Alasan

1

2.

3.

4.

Irzan Effendi

(kades Air

itam)

Anshori

(tokoh agama)

Azwar Lubis

(tetangga)

Kasmin

(keluarga

korban)

Setuju

Setuju

Setuju

Setuju

Karna, alasan keamanan

jika tidak dipasung maka

dia akan mengganggu

masyarakat, akan tetapi cara

pemasungan terhadap

korban jangan sampai

menimbulkan kekerasan.

Karna, dalam hukum

Islampun kepentingan

masyarakatlebih

diutamakan di atas

perorangan. Sebab dari

itulah jalan satu-satunya

agar tidak menimbulkan

keresahan dalam

masyarakat. Tetapi cara

memasungnya jangan

sampai menimbulkan

penganiayaan terhadapnya.

Karna, kalau dia tidak di

pasung maka warga sekitar

terutama kami tetangganya

yang sering kali menjadi

korbanya pemukulan.

Karna, selain keamanan

bagi masyarakat, dia

dipasung juga untuk

keamanan bagi si penderita

sendiri, karna kalau tidak

Page 98: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

98

dipasung dia seringkali

manyakiti dirinya sendiri

Sumber:Wawancara beberapa masyarakat desa Air itam.

Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa masyarakat desa

Air itam rata-rata setuju dengan kasus pemasungan tersebut, namun

dengan syarat bahwa cara pemasungan dan pengurungannya jangan

sampai membuat si penderita mengalami kekersan dan penganiayaan,

dan rata-rata alasanya yaitu alasan keamanan bagi masyarakat sekitar.

Tinjauan Fiqih Jinayah

Dalam fikih jinayah bentuk perbuatan yang dilarang oleh

Syara‟dikenal dengan istilah jarimah, sedangkan untuk hukumannya

fuqaha menyebutnya dengan uqubah. Jarimah jika dilihat dari segi

berat ringannya hukuman dapat dibagi menjadi tiga macam,

Page 99: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

99

diantaranya yaitu jarimah hudud,jarimah qishash-diyat, dan jarimah

ta‟zir.

Sebagaimana diketahui bahwa suatu pebuatan dapat digolongkan

sebagai suatu jarimah apabila memenuhi unsur-unsur jarimah. Dalam

hukum pidana Islam dikenal dua unsur jarimah yaitu jarimah umum

dam jarimah khusus. Yang dimaksud dengan jarimah umum yaitu

unsur-unsur yang terdapat pada setiap jarimah, sedangkan unsur khusus

adalah unsur yang hanya pada jenis jarimah tertentu dan tidak terdapat

pada jenis jarimah yang lain.

Adapun yang termasuk unsur umum jarimah adalah sebagai berikut:74

1. Unsur formal, yaitu adanya nashatau ketentuan yang menunjukan

sebagai jarimah, unsur ini sesuai dengan prinsip yang

menyatakan bahwa jarimah tidak terjadi sebelum dinyatakan

dalam nash.

2. Unsur material, yaitu adanya perbuatan yang melawan hukum

yang pernah dilakukan.

Unsur moral, yaitu adanya niat pelaku untuk berbuat. Dengan

kata lain, unsur ini berhubungan dengan tanggung jawab pidana yang

74

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika,2005

hal 125

Page 100: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

100

hanya dibebankan atas orang mukallaf dalam keadaan bebas dari unsur

keterpaksaan atau ketidaksadaran penuh.

Para ulama ahli fiqih membagi tindak pidana

penganiayaanmenjadi lima bagian, baik yang sengaja maupun yang

tidak sengaja yang mana pembagian ini merupakan kesimpulan dari

berbagai pendapat mengenai perbuatan pidana yaitu sebagai berikut:

a) Penganiayaan pada anggota badan dan sejenisnya, menurut

fuqaha‟ meliputi tangan dan kaki. Namun pengertian tersebut

juga dimaksudkan pada anggota badan lain.

b) Menghilangkan manfaat anggota badan namun jenisnya masih

utuh. Penganiayaan ini merupakan pengrusakan anggota badan

namun objeknya masih ada, seperti menghilangkan fungsi

pendengaran tetapi telinganya masih ada, dan membuat

kelumpuhan tetapi kakinya masih ada.

c) Al-syajjaj. Menurut Imam Abu Hanifah, al-Syajjaj merupakan

pelukaan khusus pada wajah dan kepala, namun khusus pada

bagian tulangnya seperti dahi. Sedangkan pipi yang mengandung

banyak daging tidak termasuk pada al-Syajjaj. Namun ulama lain

berpendapat bahwa al-Syajjaj mutlak pelukaan pada wajah.

Page 101: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

101

Akan tetapi pada kenyataanya kasus pemasungan yang terjadi di

desa Air itam adalah termasuk penganiayaan tidak sengaja, tetapi

tindakan pelanggaran atau menyakitkan tidak sampai merusak anggota

tubuh atau menghilangkan manfaatnya, sebab pemasungan yang terjadi

di desa Air itam itu hanya bentuk pengurungan di dalam kamar, tidak

sampai terjadi penyiksaan ataupun penganiayaan.

Dalam kasus yang seperti ini imam Abu Hanafiyah

menyimpulkan bahwa hukuman yang pas dan setara untuk kasus ini

adalah Ta‟zir, sebab kasus yang seperti sangat ringan apalagi pelaku

tidak sengaja dan terpaksa dalam melakukan perbuatanya.

Ta‟zir secara bahasa artinya adalah al-ma‟u (mencegah,

menghalangi), karena pihak yang menolong dan menghalangi pihak

musuh dari menyakiti orang yang ditolongnya.Kemudian ta‟zir lebih

populer digunakan untuk menunjukan arti memberi pelajaran dan

sanksi hukuman selain hukuman hadd.Karena hukuman ta‟zir

mencegah pelaku kejahatan dari mengulangi kembali kejahatannya.

Dengan demikian ciri khas dari jarimah ta‟zir adalah sebagai

berikut:

Page 102: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

102

1. Hukumannya tidak tertentu dan tidak terbatas. Artinya hukuman

tersebut belum ditentukan oleh syara‟ dan ada batas minimal dan

ada batas maksimal.

2. Penentuan hukuman tersebut adalah hak penguasa. Tujuan

diberikannya hak penentuan jarimah-jarimah ta‟zir dan

hukumannya kepada penguasa adalah agar mereka dapat

mengatur masyarakat dan memelihara kentingan-kepentingannya,

serta bisa menghadapi dengan sebaik-baiknya setiap keadaan

yang bersifat mendadak.

Bagi jarimah ta‟zir tidak diperlukan asas legalitas secara khusus,

seperti pada jarimah hudud dan qishash diyat.Artinya setiap jarimah

ta‟zir tidak memerlukan ketentuan khusus, satu per satu. Menentukan

secara baku jenis-jenis jarimah ta‟zir tidaklah efektif sebab suatu saat

akan berubah. Itulah sebabnya azaz legalitas jarimah ini sangat longgar,

tidak seperti jarimah-jarimah yang termasuk dalam kelompok hudud

(termasuk qishash diyat) yang azaz legalitasnya sangat ketat, yaitu satu

hukuman untuk satu jarimah atau setidak-tidaknya ditentukan

hukumannya.

Adapun dasar hukum disyariatkannya ta‟zir terdapat dalam Al-

quran surah an-Nahl ayat 90 yaitu sebagai berikut:

Page 103: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

103

اناللہيامربال والاحسن وايتای والمنکروالبغی يغظکم لعلکم تذ

کمون

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan

permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

dapat mengambil pelajaran”(QS.an-Nahl 90).

Selanjutnya Allah SWT juga menjelaskan melalui firmannya

dalam surat al Baqarah ayat 195 :

وآحسنوا ان اللہ يحپ آلمحسنين

Artinya: “Dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang berbuat baik.”(QS.al-Baqarah 195).

Selain ayat di atas terdapat juga Hadits Rasulullah SAW tentang

berbuat kebaikan kepada seluruh makhluknya :

رسول اللہ عن آبي يعلی شداد بن آوس رضي اللہ عنہ عن

صلی اللہ عليہ وسلم قال: ان اللہ کتپ الا حسان علی کل شي

ع ۔ ۔ ۔ ۔ ۔ ۔ ۔

Artinya :“Dari Abu Ya‟la Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu, dari

Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, beliau bersabda,

sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik terhadap

segala sesuatu” (HR Muslim) (al-Utsaimin,2004: 209).

Page 104: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

104

Dari penjelasan Ayat dan Hadits di atas, Allah SWT dan

Rasulullah SAW menganjurkan kepada umat manusia untuk berbuat

kebaikan kepada siapa saja, tanpa membedakan latar belakang suku,

agama, ras, atau status sosial dan melarang perbuatan menganiaya dan

pemasungan kepada sesama manusia. Karena tindakan penganiayaan

terhadap manusia merupakan maksiat yang paling besar setelah kufur.

Dari al-Quran dan hadist di atas melihat kasus yang terjadi di

desa Air itam terhadap pemasungan penderita gangguan jiwa sanksi

bagi pelaku ialah dikenakan hukuman ta‟zir, yaitu hukuman yang

ditentukan oleh penguasa. Dasar hukum ta‟zir adalah pertimbangan

kemaslahatan dengan mengacu kepada pinsip keadilan. Pelaksanaanya

pun bisa berbeda, tergantung pada setiap keadaan. Karena sifatnya yang

mendidik, maka dapat dikenakan anak kecil. Hukuman ta‟zir

disesuaikan dengan ukuan kejahatan yang dilakukan dan kadar

tingkatan pelakunya sesuai dengan hasil ijtihad hakim, ada kalanya

Page 105: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

105

dalam bentuk teguran dan bentakan, dipenjara, atau sampai dihukum

dibunuh seperti dalam kasus kejahatan sodomi.75

Adapun dasar hukumnya di dalam al-Qur'an surat al- Isra' ayat

(15):

ما يضل ما يهتدى لنفسهۦ ومن ضل فإن ن ٱهتدى فإن م

بين حتى ا معذ عليها ول تزر وازرة وزر أخرى وما كن

نبعث رسول

Artinya:

Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka

sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri, dan

barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi

(kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat

memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum

Kami mengutus seorang Rasul.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang cakap tidak

dapat dikatakan sebagai perbuatan yang dilarang, selama belum ada

nash (ketentuan) yang melarangnya dan ia mempunyai kebebasan

untuk melakukan perbuatan itu atau meninggalkannya. Sedangkan

menurut Fiqih Jinayah tindak pidana perampasan kemerdekaan orang

75

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT.Bulan

bintang,1990 hal 56

Page 106: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

106

lain atas dasar diskriminasi ras dan etnis digolongkan ke dalam jarimah

ta'zir. Dimana dalam jarimah ta'zir yang jenis jarimah-nya itu

ditetapkan dengan ketentuan nash (al-Qur'an dan Hadist), akan tetapi

qadhi diperkenankan untuk mempertimbangkan baik bentuk hukuman

yang akan dikenakan maupun kadarnya.

Page 107: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

107

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis yang telah di kemukakan pada

bab-bab terdahulu, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Alasan keluarga melakukan pemasungan terhadap orang dengan

gangguan kejiwaan adalah, permasalahan ekonomi, jauhnya

akses pelayanan kesehatan, mencegah melakukan tindak

kekerasan yang dianggap membahayakan orang lain, mencegah

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa menyakiti

diri sendiri, pemasungan yang dilakukan oleh pihak keluarga

disebabkan oleh gangguan jiwa atau gila itu memalukan dan

merupakan aib bagi keluarga, dan kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang penyakit tersebut.

2. Tindakan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di desa Air

itam kecamatan penukal kabupaten pali dengan melakukan

pemasungan terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa di

dalam hukum pidana Islam merupakan tindakan penganiayaan

karena tindakan pemasungan tersebut dapat menghilangkan

Page 108: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

108

manfaat anggota badan namun jenisnya masih utuh, dan

termasuk kedalam unsur moral, dalam Fiqih Jinayah pelaku

dapat dikenakan hukuman ta‟zir.

B. Saran

1. Kepada pemerintah lebih memperhatikan masalah kesehatan

jiwa sehingga dalam pelayanan kesehatan lebih murah dan

terjangkau, lebih merata sehingga partisipan ditempat yang

jauhpun bisa mencapainya untuk mengurangi kejadian

kekambuhan. Upaya ini merupakan salah satu cara yang perlu

dilakukan untuk mengurangi kasus pemasungan pada penderita

gangguan jiwa berat.

2. Kepada pihak keluarga dalam memberikan perawatan kepada

pasien diharapkan untuk tidak melakukan tindakan pemasungan

dan memberikan perawatan yang baik sehingga mampu

mengurangi terjadinya kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.

Page 109: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

109

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah, “Hukum Acara Pidana Indonesia”, Sinar Grafika,

Jakarta, 2005,

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT.Bulan

Bintang,1990

Hal 56

Ahmad Jazuli, Fiqh Jinayat, Upaya Menaggulangi Kejahatan Dalam

Hukum Islam

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), Hlm. 26-27.

Ahmad Wardi Muslich, “Hukum Pidana Islam”, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2005),

Hlm.26

Azhim, Syaikh Abdul. Meraih Kebahagiaan Hakiki, Jakarta: Najla

Press, 2006,

Hlm 14

Bekti Suharto, “Budaya Pasung Dan Dampak Yuridis Sosiologis:

Indonesian Journal On Medical Science, Volume 1 No 2 ( Juli

2014):

Cholid Narbuko, Metodologi Riset, (Semarang :Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo

Semarang, 1986), Hlm. 48.

Davies, Peter. Hak-Hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1994,

Page 110: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

110

Hal 76 Eni Suryani, Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya

Gangguan jiwa, Http://Www.Balipost.Co.Id/ Balipost cetak /

2005 /8 /3 / K4. Html, Akses15 September 2017

Fitriani, “Pemasungan Terhadap Orang Dengan Masalah Kejiwaan

Dan Gangguan Jiwa Bertentangan Dengan Peraturan

Perundang-Undangan, 12.

H.A. Djazuli, “Fiqh Jinayah” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,

(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), Hlm. 175

Jaya, Sumadi Surya. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Wali, 1991,

Hal 28

Kusuma Dewi, Kristanto, Dan Sumarni,” Bebas Pasung, Ditinjau Dari

Aspek Bioetika: Jurnal Psikiatri Indonesia, Vol.1 (2016),

LailyFitriani, “Pemasungan Terhadap Orang Dengan Masalah

Kejiwaan Dan Gangguan Jiwa Bertentangan Dengan Peraturan

Perundang-Undangan: Media Pembina Hukum

Nasional,”Jurnal Rechtsvinding Online, (September2017):20

Lesta,Choiriyyah, Mathafi, “Kecenderungan Atau Sikap Penderita

Gangguan Jiwa TerhadapTindakan Pasung

Lestari, “Stigma Dan Penanganan Penderita Gangguan Jiwa Berat

Yang Dipasung”, Skripsi Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas

Negeri Yogyakarta, 2014

Masih Ada Perlakuan Salah Terhadap Penderita Gangguan Jiwa

Http://Www.Kompas.Com, Akses 18 Januari2018

Page 111: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

111

Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Pidana

Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2004

Nuriyah Halida, Erti Ikhtiarini Dewi, Hanny Rasni, “Pengalaman

Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Diri Pada

Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Dengan Pasung Di

Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember”, E-Jurnal Pustaka

Kesehatan, Vol.4 (No.1), Januari, 2016, Hal 79

Puji Lestari, Zumrotul Choiriyyah Dan Mathafi, “ Kecenderungan Atau

Sikap Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Terhadap Tindakan

Pasung: Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 2, No. 1( Mei

2014): 14

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung: CV Pustaka Setia,

2012 Hal:35

Robert Bohdan Dan Steven J. Taylor, Pengantar Metodologi

Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatan Fenomologis Terhadap

Ilmu-Ilmu Sosial, (Surabaya: Usaha Offset Printing, 1992),

Hlm. 22.

Sudarwan Danin, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka

Setia, 2002), Hlm

Safuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1999), Hlm.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R &D, (Bandung: Alfabeta, 2012), Hlm. 317.

Page 112: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

112

Suhaimi, “Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Kesehatan Mental Islam,

Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 4, (Desember2015): 202

SamidjoJamiludin, “Pengantar Hukum Pidana Indonesia”, Sinar

Grafika, Jakarta 2014, Hal.23

Sianturi S.R, Tindak Pidana KUHP Berikut Uraiannya, Alumnni

AHM-PTHN, Jakarta, 1983, Hlm.547

Suryani, Luh Ketut, Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Gangguan

Jiwa,Http://Www.Balipost.Co.Id / Balipostcetak 2005 / K4.

Html, Akses25 September 2017

Tatang M. Amrin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada, 2004), Cet III, Hlm. 133

Yulies Tiena Masriani, “Pengantar Hukum Indonesia”, Sinar Grafika,

Jakarta 2014, Hal.62

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=makalah%20agama%20da

n%20hak%20asasi%20manusia&source=web&cd=1&ved=0CCAQFjA

A&url=http%3A%2F%2Fmagicalred.files.wordpress.com

http://rumahpkn.wordpress.com/2011/01/21/hak-asasi-manusia/di akses

pada tanggal 25 september 2017

http://www.antaranews.com/berita/359636/18000-penderita-gangguan-

jiwadiindonesiaDipasung, diakses 21 novembr 2017 1http://pustakaspritual.blogspot.co.id/2013/01/kejahatan-terhadap-

kemerdekaan-seseorang.html

http://googleweblight//m.republika.co.id/berita/nasional/diakses 20

maret 2018

www.harianterbit.com, http://www diakses 20 maret 2018

Http://Www.Depkes.Go.Id/Index.Php?Vw=2&Id= NW.20140720000

Page 113: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

113

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Winaholisah

Tempat/Tanggal lahir : Air Itam, 05 Desember 1996

Agama : Islam

Umur : 21 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuaan

Kebangsaan : WNI

Pendidikan Terakhir : Sarjana Hukum Pidana Islam (S1)

Alamat : Jl. Tanjung Rawo No.12 Rt.55 Rw.16

Kelurahan Bukit

lama Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang

No. Handpnone : 085279606904

RIWAYAT PENDIDIKAN

JENJANG SEKOLAH/INSTITUSI BIDANGILMU TAHUN

LULUS

SD SD NEGERI 4 PENUKAL - 2008

SMP SMP NEGERI 1 PENUKAL - 2011

SMA SMA NEGERI 1 PENUKAL IPA 2014

S1 UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

HukumPidana

Islam

2018

Page 114: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

114

PENGALAMAN ORGANISASI

NAMA ORGANISASI JABATAN WAKTU

DEMAF ANGGOTA 2015

HIMAPALI ANGGOTA 2016

PERMAPALI ANGGOTA 2016

Page 115: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

115

Page 116: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

116

Page 117: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

117

Page 118: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

118

Page 119: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

119

Page 120: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

120

Page 121: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

121

Page 122: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

122

Page 123: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

123

Page 124: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

124

Page 125: TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN …repository.radenfatah.ac.id/3447/1/WINAHOLISAH (14160110).pdf · TINJAUAN FIQIH JINAYAH TERHADAP PEMASUNGAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DI

125