tinitus

33
REFERAT TINITUS Disusun oleh : Gusti Wahyu A 030.09.104 Andri Changat 030.09.018 Febriani Muldiati 030.09.085 Sherley Meiske P 030.09.233 Puteri Rahmia 030.09.187 Fenni Cokro 030.09.086 Fhiserra Kusuma P 030.09.087 Neneng Maya 030.09.169 Meutia Mafira R 030.09.152 Dokter Pembimbing : Dr. Yuswandi Affandi, Sp.THT Dr. M. Ivan Djajalanga, M. Kes, Sp.THT.KL 1

Upload: febriani-muldiati

Post on 22-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

REFERAT

TINITUS

Disusun oleh :

Gusti Wahyu A 030.09.104

Andri Changat 030.09.018

Febriani Muldiati 030.09.085

Sherley Meiske P 030.09.233

Puteri Rahmia 030.09.187

Fenni Cokro 030.09.086

Fhiserra Kusuma P 030.09.087

Neneng Maya 030.09.169

Meutia Mafira R 030.09.152

Dokter Pembimbing :

Dr. Yuswandi Affandi, Sp.THT

Dr. M. Ivan Djajalanga, M. Kes, Sp.THT.KL

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS KEDOKTERAN

RSUD KARAWANG

DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

Periode 9 Desember 2013 – 12 Januari 2014

1

BAB I

PENDAHULUAN

Tinitus berasal dari bahasa latin yang artinya nada. Tinitus adalah persepsi

suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitu nyata

dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar kasus,

gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin sering dan

berat maka akan menganggu juga.

Tinitus dapat bersifat subjektif dan objektif. Tetapi hampir sebagian besar

kasus, tinitus bersifat subjektif. Tinitus yang bersifat subjektif maksudnya hanya

penderita yang dapat mendengarkan suara tinitusnya. Sedangkan yang dimaksud

dengan tinitus objektif adalah bila suara tersebut juga dapat didengar oleh pemeriksa

atau dengan auskultasi di sekitar telinga.

Tinitus bukanlah suatu diagnosis penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu

penyakit. Tinitus mungkin dapat timbul dari penurunan fungsi pendengaran yang

dikaitkan dengan usia dan proses degenerasi, trauma telinga ataupun akibat dari

penyakit vaskular.

Tinitus cukup banyak didapati dalam praktek sehari-hari. Jutaan orang di

dunia menderita tinitus dengan derajat ringan sampai berat. Dari hasi penelitian,

didapatkan satu dari lima orang di antara usia 55 dan 65 tahun dilaporkan mengalami

tinitus. Hal ini menandakan bahwa tinitus adalah keluhan yang sangat umum yang

diterima di kalangan usia lanjut.

Bunyi yang diterima sangat bervariasi. Keluhan tinitus dapat berupa bunyi

mendenging, menderu, mendesis atau berbagai macam bunyi lannya. Biasanya

keluhan tinitus selalu disertai dengan gangguan pendengaran.

Penyebab tinitus sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti,

sebagian besar kasus tidak diketahui penyebabnya. Penatalaksanaan tinitus bersifat

empiris dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan.

2

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Anatomi telinga

Telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga

dalam (gambar 2.1).

Gambar 2.1

Pembagian Anatomi Telinga

A. Telinga Luar

Telinga luar terdiri atas daun telinga (gambar 2.2) dan liang telinga

sampai membran timpani.

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga

berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,

sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya

kira-kira 2 ½ - 3 cm.6

Gambar 2.2

3

Aurikula

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar

serumen (keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit

liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit ditemui kelenjar

serumen.6

B. Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

Batas luar : Membran timpani

Batas depan : Tuba Eustachius

Batas bawah : Vena Jugularis (bulbus Jugularis)

Batas belakang: Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

Batas atas : Tegmen timpani (meningen/otak)

Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis

horizontal, kanalis fasialis, oval window, round window dan

promontorium

Membran timpani (gambar 2.3) berbentuk bundar dan cekung bisa dilihat

dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu telinga, kemiringan

membran timpani sebanyak 55 derajat dibandingkan dengan sumbu lantai.

Ketebalan membrane timpani hanyalah 0,1 mm, namun sangat kuat dan terdiri

atas 3 lapisan.

Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian

bawah pars tensa (membran propria). Pars Flaksida hanya berlapis dua, yaitu

bagian lluar ialah lanjutan dari epitel kulit liang telinga dan bagian dalam

dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa

mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat

kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan

sirkuler pada bagian dalam

4

.

Gambar 2.3

Anatomi Membrana Timpani

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani

disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflex cahaya (cone of light)

kea rah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5

untuk membran timpani kanan. Refleks cahaya ialah cahaya dari luar yang

dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat dua macam

serabuut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebbakan timbulnya

reflex cahaya yang berbentuk kerucut itu. Secara klinis reflex cahaya ini

dinilai, misalnya bila letak reflex cahaya mendayat, berate terdapat gangguan

pada tuba Eustachius.6

Ukuran membrana timpani 15 kali lebih besar dibandingkan dengan oval

window, menyebabkan amplifikasi sebesar 15 kali. Membran timpani dibagi

dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dnegan prosesus longus malus

dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian

atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, serta bawah belakang, untuk

menyatakan letak perforasi membran timpani.

Bila melakukan miringotomi atau parasentsis, dibuat insisi di bagian

bawha-belakang membran timpani. Di daerah ini tidak terdapat tulang-tulang

pendengaran. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran

yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus (hammer), inkus (anvil), stapes

(stirrup).

5

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus

longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus,

dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang

berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran

merupakan persendian.

Pada pars flaksida terdapt daerah yang diebut atik. Di tempat ini terdapat

aditus ad antrum yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah frngan

antrum mastoid.

Tuba Eustachius termasuk dalam telinga tengan yang menghubungakn

telinga tengah dengan daerah nasofaring. Fungsi tuba ini adalah untuk

ventilasi,drainase secret dan menghalangi masuknya secret dari nasofaring ke

telinga tengah. Tuba Eustachius terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga ke

adarh nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang. Pada anak, tuba lebiih

pendek, datar dan horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang

dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah 9 bulan adalah 17.5 mm. Tuba

biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan

mmasuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap.

C. Telinga Dalam

Telinga dalam teridiri dari kolea (rumah siput) yang berupa dua

setengah lingkaran dan verstibular yang terditi dati 3 buah kanalis

semiriskularis. Ujung atau puncah kolea disebut helikotremia,

menghubungkan oerilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

Gambar 2.4

Telinga Dalam

6

Gambar 2.5

Koklea

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

mendan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang

koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani berisi perilimfa,

sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di

perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran.

Dasar skala vestibule disebut sebagai membran vestibule (membran Reissner)

sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini

terletak organ corti.

Gambar 2.6

Skala Media Koklea

7

Pada skala media terdapat bagain yang berbentuk lidah yang disebub

membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel remabut luar dan

kanalis corti yang membentuk organ corti.6

II.2 Fisiologi

Proses mendengar diawali dengan ditapnya energi bunyi oleh daun telinga

dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran

tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui

rangkaian tulang yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang

pendengaran dan perkalian perbandingan lluas membran timpani dan tingkap lonjong.

Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang

menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.

Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa,

sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basillaris danmembran

tektoria. Proses ini yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,

sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listik dari badan sel.

Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehiingga melepaskan

neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf

auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (39-

40) di lobus temporalis.6

II.3 Definisi

Tinitus adalah persepsi suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar.

Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala.

Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila

terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu juga.1

II. 4 Etiologi

1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang

a. Trauma kepala dan Leher

8

Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan

mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah

tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur

tengkorak, Whisplash injury.

b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)

Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika berasal dari

artritis sendi temporomandibular. Biasanya orang dengan artritis TMJ akan

mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi

yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara pasti hubungan antara

artritis TMJ dengan terjadinya tinitus.

2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis

Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang

menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat pendengaran.

Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari n.

Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII, tumor yang mengenai

n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan

vestibular paroxysmal. MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi

dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.

3. Tinitus karena kelainan vascular

Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar bunyi

yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular yang dapat

menyebabkan tinitus diantaranya:

a. Atherosklerosis

Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit

lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian

elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan kadang-

kadang mengalami turbulensi sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi

iramanya.

b. Hipertensi

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada

pembuluh darah koklea terminal.

c. Malformasi kapiler

9

Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi

arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus.

d. Tumor pembuluh darah

Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat

menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare

dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa adanya

gangguan pendengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor glomus

jugulare.

4. Tinitus karena kelainan metabolic

Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan hipertiroid

dan anemia (keadaan dimana viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan

aliran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi

irama, atau yang kita kenal dengan tinitus pulsatil.

Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi

vitamin B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hiperlipidemia.

5. Tinitus akibat kelainan neurologis

Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple sclerosis

adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf

pusat. Multiple sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya

kelemahan otot, indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan

koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan keseimbangan dan nyeri,

dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.

6. Tinitus akibat kelainan psikogenik

Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat sementara.

Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress

adalah keadaan psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul.

7. Tinitus akibat obat-obatan

Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan yang

bersifat ototoksik. Diantaranya :

a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya

10

b. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol, tetrasiklin,

minosiklin.

c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin, Mechlorethamine,

methotrexate,vinkristin

d. Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide

e. lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah

8. Tinitus akibat gangguan mekanik

Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada tuba

eustachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan membran

timpani dan menjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus

stapedius serta otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.

9. Tinitus akibat gangguan konduksi

Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan oedem), serumen

impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus.

Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada rendah.

10. Tinitus akibat sebab lainnya

a. Tuli akibat bising

Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang

cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi

pada kedua telinga. Terutama bila intensitas bising melebihi 85db, dapat

mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran korti di telinga dalam. Yang

sering mengalami kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang

berfrekuensi 3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti

untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.

b. Presbikusis

Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris

kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih.

Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan

faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising,

gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan

11

kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki-laki

disbanding perempuan.

c. Sindrom Meniere

Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural. Etiologi

dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan volume

endolimfa, karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada

membrane labirin

Gambar 2.7

Etiologi tinitus

II.5 Jenis Tinitus

Secara garis besar tinitus dibagi dalam dua bagian besar yaitu tinitus subjektif

dan objektif. Tinitus subjektif biasanya terjadi karena kelainan telinga. Penyebab

tersering termasuk presbiausis, tuli sensorineural, sumbatan serumen, infeksi teling

atengah, perforasi membran timpani, NIHL (Noice Induced Hearing Loss),

otosclerosis, penyakit meniere, schanoma vestibuler, dan obat ototoksik.

Tinitus objektif biasanya terjadi karena persepsi suara yang muncul dari muara

yang berdekatan, misalnya kontraksi otot atau bunyi pembuluh darah. Kelainan ini

biasanya muncul pada AVM, anemia, tirotoksikosis, hipertensi intrakranial, stenosis

12

sebagian dari pembuluhd arah leher, dan kontraksi otot (myoclonus palatal) seperti

kontraksi tensor veli palatini ata tensor timpani.2

Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat

dibagi menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.

a. Tinitus Pulsatil

Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut

jantung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-hari. Tinitus pulsatil

dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular.

Kelaianan vaskular digambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron

dengan denyut nadi atau denyut jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular

digambarkan sebagai bising klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam

telinga. Pada kedua tipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya

menggunakan stetoskop.

b. Tinitus Nonpulsatil

Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang dapat

didengar oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering, berdenging,

berdengung, berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising

bergemuruh di dalam telinganya.

Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan biasanya

paling menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama siang hari efek

penutup kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan

pasien tidak menyadari suara tersebut.

II .6 Patofisiologi

Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang menimbulkan

perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal

yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam

tubuh pasien sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan

telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah

seperti bergemuruh atau nada tinggi seperti berdenging. Tinitus dapat terus menerus

atau hilang timbul. (buku ijo hal 111-112)

13

Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi

karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi,

biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi

dengung ini terasa berdenyut (tinitus pulsatil). (buku ijo hal 111-112)

Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada

sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media,

otosklerosis dan lain-lainnya. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa

gangguan pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus

jugulare. 1

Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama

dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis

dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga

ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus. 1

Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot

palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan vaskuler di telinga

tengah, seperti tumor karotis (carotid body tumor), maka suara aliran darah akan

mengakibatkan tinitus juga. 1

Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin, dehidro-streptomisin,

garamisin, digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atupun

hilang timbul. Pada hipertensi endolimfatik, seperti penyakit meniere dapat terjadi

tinitus pada nada rendah atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung.

Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli sensorineural.1

Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang stres akibat

gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme

atau saat hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan tersebut akan hilang bila

keadaannya sudah normal kembali

II.7 Diagnosis

Untuk mendiagnosis pasien dengan tinitus, diperlukan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang baik.

a. Anamnesis

14

Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis

tinitus. Dalam anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya:

- Kualitas dan kuantitas tinitus

- Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga

- Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu,

ataupun mendesis dan bunyi lainnya

- Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari

- Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran

serta gangguan neurologik lainnya.

- Lama serangan tinitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit

dan setelah itu hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi

jika tinitus berlangsung selama 5 menit, serangan ini bias dianggap patologik.

- Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan

sifat ototoksik

- Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi

- Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik

- Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga

Tinnitus and Significant Medical History

History Detail

Onset Gangguan pendengaran yang progresif dan umur lanjut mengarah

ke presbiakusis. Onset bisa berhubungan dengan pemaran bising

yang lama atau trauma kepala.

Lokasi Tinitus unilateral dapat disebabkan karena sumbatan serumen, otitis

externa, dan otitis media. Tinitus dengan tuli sensorineural unilateral

merupakan tanda dari neuroma akustik.

Frekuensi Tinitus yang berkelanjutan sering bersamaan dengan gangguan

pendengaran. Tinitus episodeik berhubungan dengan penyakit

meniere. Tinitus yang pulsatile berkatian dengan pembuluh darah.

Characteristics (i.e., pitch,

complexity)

Tinitus nada rendah mengarah ke penyakit meniere, tinitus nada

tinggi mengarah ke tuli sensorineural.

Adanya vertigo, aura, dan gangguan

pendegaran sensorineural

Meniere's disease

Adanya obat ototoksik/ faaktor lain Noise-induced or medication-induced hearing loss

15

History Detail

Hyperlipidemia, kelainan tiroid,

defisiensi vitamin B12, anemia

Can be potential contributing causes.

Lain-lain Significance to the patient. Management depends on how the tinnitus

affects the patient's quality of life.

Tabel 2.8 Anamnesis tinitus3

b. Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik, diharapkan sesuai dengan diagram

berikut:

ear exam-->(audible sounds)-+-->sync w/respiration-->patent

eustachian

| | tube

| |

| |

| |

| +-->sync w/pulse-->aneurysm, vascular

tumor,

v | vascular malformation,

(no audible sounds) | venous hum

| |

| |

| |

| +-->continuous-->venous hum, acoustic

| emissions

|

|

v

neurological exam-->(normal)-->audiogram

| |

| |

| +-->normal-->idiopathic tinnitus

| |

| |

| +-->conductive hearing loss

v | |

(brain stem signs) | v

| | impacted cerumen, chronic

| | otitis, otosclerosis

16

| |

v |

multiple sclerosis, +-->sensorineural hearing loss

tumor, ischemic |

infarction v

BAER Test

|

v

+---------+--------------+

| |

| |

v v

abnormal (neural) normal

cochlear

| |

| |

| |

v v

acoustic neuroma noise damage

other tumors ototoxic

drugs

vascular compression labyrinthitis

Meniere's

Disease

perilymph

fistula

presbycusis

Diagram 2. 1 Pemeriksaan fisik dan penunjang tinitus5

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi

dengan menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk menentukan apakah tinitus yang didengar pasien bersifat subjektif atau

objektif. Jika suara tinitus juga dapat didengar oleh pemeriksa, artinya bersifat

subjektif, maka harus ditentukan sifat dari suara tersebut. jika suara yang didengar

serasi dengan pernapasan, maka kemungkinan besar tinitus terjadi karena tuba

eustachius yang paten. Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut nadi dan detak

jantung, maka kemungkinan besar tinitus timbul karena aneurisma, tumor vaskular,

vascular malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua,

17

maka kemungkinan tinitus terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang

terganggu.

Pada tinitus subjektif, yang mana suara tinitus tidak dapat didengar oleh pemeriksa

saat auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri. Hasilnya

dapat beragam, di antaranya:

- Normal, tinitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.

- Tuli konduktif, tinitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun

otitis kronik.

- Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem

Evoked Respons Audiometri).

Hasil tes BERA, bisa normal ataupun abnormal. Jika normal, maka tinitus

mungkin disebabkan karena terpajan bising, intoksikasi obat ototoksik, labirinitis,

meniere, fistula perilimfe atau presbikusis. Jika hasil tes BERA abnormal, maka

tinitus disebabkan karena neuroma akustik, tumor atau kompresi vaskular.

Diagram 2.2 Pendekatan diagnosis tinitus

Pada tinitus objektif, perlu dilakukan pemeriksaan berupa CT scan, MRI,

ataupun MRA (Megnetic Resonance Angiography). Dengan pemeriksaan tersebut,

pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan vaskular (Diagram 2), kelainan

kontraksi otot stapedius (Diagram 2),kelainan pada saraf pusat (Diagram 1) .

Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis, infark dan tumor.

II. 8 Penatalaksanaan

Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan

18

fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab

tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Misalnya serumen impaksi

cukup hanya dengan ekstraksi serumen. Tetapi masalah yang sering di hadapi

pemeriksa adalah penyebab tinitus yang terkadang sukar diketahui.5

Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :

1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan

intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu

dengar atau tinitus masker.

2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan

pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan

relaksasi setiap hari.

3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas

diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer,

antidepresan, sedatif, neurotonik, vitamin, dan mineral.

4. Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh

akustik neuroma.

Pada keadaan yang berat, dimana tinitus sangat keras terdengar dapat

dilakukan Cochlear nerve section. Keberhasilan tindakan ini sekitar 50%.

Cochlear nerve section merupakan tindakan yang paling terakhir yang dapat

dilakukan.

Pasien tinitus sering sekali tidak diketahui penyebabnya, jika tidak tahu

penyebabnya, pemberian antidepresan dan antiansietas sangat membantu mengurangi

tinitus. Obat-obatan yang biasa dipakai diantaranya Lorazepam atau Klonazepam

yang dipakai dalam dosis rendah, obat ini merupakan obat golongan Benzodiazepine

yang biasanya digunakan sebagai pengobatan gangguan kecemasan. Obat lainnya

adalah Amitriptyline atau Nortriptyline yang digunakan dalam dosis rendah juga, obat

ini adalah golongan antidepresan trisiklik.

Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik,

sehingga rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat

tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu

19

oleh tinitus itu. Kepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan

dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut.

Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar pada model

neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan

medikamentosa bila diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining

Therapy. Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi habituasi dan

persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu. Habituasi diperoleh

sebagai hasil modifikasi hubungan sistem auditorik ke sistem limbik dan sistem saraf

otonom. TRT walau tidak dapat menghilangkan tinitus dengan sempurna, tetapi dapat

memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan toleransi terhadap suara.

TRT adalah suatu cara dimana pasien diberikan suara lain sehingga keluhan

telinga berdenging tidak dirasakan lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan mendengar

suara radio FM yang sedang tidak  siaran, terutama pada saat tidur.

TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan

keluhan pasien. Menentukan pengaruh tinitus dan penurunan toleransi terhadap suara

sekitarnya, mengevakuasi kondisi emosional pasien, mendapatkan informasi untuk

memberikan konseling yang tepat dan membuat data dasar yang akan digunakan

untuk evaluasi terapi.

Terapi edukasi yang dapat diberikan kepada pasien, antara lain :

- Hindari suara keras yang dapat memperberat tinitus

- Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan

tekanan darah yang merupakan salah satu penyebab tinitus

- Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinitus seperti kafein, nikotin

dan alkohol.

- Tetap berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari kelelahan.1,2

20

BAB III

KESIMPULAN

Tinitus adalah persepsi suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar.

Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau

kepala.Tinitus bukanlah suatu diagnosis penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu

penyakit. Tinitus mungkin dapat timbul dari penurunan fungsi pendengaran yang

dikaitkan dengan usia dan proses degenerasi, trauma telinga ataupun akibat dari

penyakit vascular. Tinitus dapat bersifat subjektif dan objektif. Tetapi hampir

21

sebagian besar kasus, tinitus bersifat subjektif. Penyebab tinnitus antara lain, Tinitus

karena kelainan somatik daerah leher dan rahang, Tinitus akibat kerusakan n.

Vestibulokoklearis, Tinitus karena kelainan vascular, Tinitus karena kelainan

metabolic, Tinitus akibat kelainan neurologis, Tinitus akibat kelainan psikogenik,

Tinitus akibat obat-obatan, Tinitus akibat gangguan mekanik, Tinitus akibat gangguan

konduksi, Tinitus akibat sebab lainnya. Penegakan diagnosis seseorang bergejala

tinnitus dapat ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan

fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab

tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Bashiruddin J, Sosialisman. Tinitus. In: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin

J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorokan Kepala & Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.

P111-3.

2. Jenis tinittus. Available at:

22

http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/364/basics/aetiology.htm

l

3. Anamnesis tinnitus. Availabe at http://www.aafp.org/afp/2004/0101/p120.html

4. Pemeriksaan fisik dan penunjang tinnitus. Available at:

http://www.bixby.org/faq/tinnitus/diagnose.htm

5 . Hain TC. Tinnitus. Available at:

http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/hearing/tinnitus.htm.

Accsessed on December 21, 2013.

6. Anatomi fisiologi telinga. Available from : http://arispurnomo.com/anatomi-

fisiologi-telinga

23