tingkat resiliensi mangrove ... -...

10
1 TINGKAT RESILIENSI MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT BUNGA DAN BUAH STUDI KASUS Rhizophora Stylosa DI DESA DOMPAK, TANGJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU Ahlil Mutthaqin Mahasiswa Ilmu Kelautan dan Perikanan, FIKP UMRAH, [email protected] Arief Pratomo Dosen Ilmu Kelautan dan Perikanan, FIKP UMRAH, [email protected] Bustami Ibrahim Dosen Ilmu Kelautan dan Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 di kawasan pembangunan jembatan III Desa Dompak Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggkat pemulihan mangrove berdasarkan jumlah buah, bunga dan semai dari Rhizophora Stylosa yang di lakukan langsung di lapangan berdasarkan referensi musim pertumbuhan buah dan bunga. Pengukuran di ambil pada 3 (tiga) stasiun. Setiap stasiun terdiri dari 9 (sembilan) plot yang masing masing plot berukuran 10 x 10 m 2 telah di buat untuk mengidientifikasi jumlah buah dan bunga mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rata rata pohon mangrove Rhizophora Stylosa ialah 5000 pohon per hektar. Kata kunci: Mangrove, tingkat resiliensi, jembatan III Desa Dompak.

Upload: phungliem

Post on 07-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

TINGKAT RESILIENSI MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT BUNGA DAN

BUAH STUDI KASUS Rhizophora Stylosa DI DESA DOMPAK, TANGJUNGPINANG

– KEPULAUAN RIAU

Ahlil Mutthaqin

Mahasiswa Ilmu Kelautan dan Perikanan, FIKP UMRAH, [email protected]

Arief Pratomo

Dosen Ilmu Kelautan dan Perikanan, FIKP UMRAH, [email protected]

Bustami Ibrahim

Dosen Ilmu Kelautan dan Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 di kawasan pembangunan

jembatan III Desa Dompak Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui tinggkat pemulihan mangrove berdasarkan jumlah buah, bunga dan

semai dari Rhizophora Stylosa yang di lakukan langsung di lapangan berdasarkan referensi

musim pertumbuhan buah dan bunga. Pengukuran di ambil pada 3 (tiga) stasiun. Setiap

stasiun terdiri dari 9 (sembilan) plot yang masing – masing plot berukuran 10 x 10 m2 telah di

buat untuk mengidientifikasi jumlah buah dan bunga mangrove. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa jumlah rata – rata pohon mangrove Rhizophora Stylosa ialah 5000

pohon per hektar.

Kata kunci: Mangrove, tingkat resiliensi, jembatan III Desa Dompak.

2

THE LEVEL OF MANGROVE RESILIENCE BASED ON THE LEVEL OF

FLOWERS AND FRUITS A CASE STUDY OF Rhizophora Stylosa IN THE DOMPAK

VILLAGE TANJUNGPINANG – RIAU ISLAND PROVINCE

Ahlil Mutthaqin

Students of Marine Sciences and Fisheries, FIKP-UMRAH, [email protected]

Arief Pratomo

Lecturer of Marine Science and Fisheries, FIKP-UMRAH, [email protected]

Bustami Ibrahim

Lecturer of Marine Science and Fisheries, FIKP-UMRAH, [email protected]

ABSTRACT

The research was conducted in august 2014 in the area of bridge construction of

Dompak village, Tanjungpinang Riau Islands Province. The purpose of this research is to

know the level of mangrove restoration based on the fruits, flowers and seedling of

Rhizophora stylosa which is done directly in the field by the reference of the fruit and flowers

growing season. The measurement was taken on the three stations. Each station consist of

nine plots. The size of each plot is 10 x 10 m2 wide. It is made to identify the amount fruits

and flowers. The result of the research indicates that the average amount of the mangrove

Rhizophora stylosa is about 5000 trees per hectare.

Keyword : Mangrove, level of resilience, Village III bridge Dompak

3

I. PENDAHULUAN

Mangrove merupakan formasi

karakteristik tumbuhan di daerah pesisir

wilayah tropik yang terlindungi dibelakang

garis pantai. Mangrove dikenal dengan

beberapa istilah, diantaranya sebagai ‘hutan

pantai’, ‘hutan pasang-surut’,’hutan payau’

atau ‘hutan bakau’. Istilah bakau sebenarnya

adalah nama dari salah satu jenis tumbuhan

yang menyusun hutan mangrove, yaitu jenis

Rhizophora spp. Akan tetapi, beberapa ahli

juga menggunakan istilah mangrove untuk

ekosistem dan sumberdaya yang ada

diekosistem tersebut. Hutan mangrove

biasanya terdiri dari bermacam-macam famili

tumbuhan. Perbedaan masing-masing species

tergantung habitat daerah pesisir dimana

kondisi habitat yang sesuai akan membentuk

hutan mangrove yang luas dan produktif.

Hutan mangrove merupakan ekosistem yang

lebih spesifik jika dibandingkan dengan

ekositem lainnya karena mempunyai vegetasi

yang agak beragam, serta mempunyai tajuk

yang rata, tidak mempunyai lapisan tajuk

dengan bentukan yang khas dan selalu hijau

(Anwar, et al., 1984).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Mangrove

Hutan bakau atau mangal adalah

sebutan umum yang digunakan untuk

menggambarkan suatu varietas komunitas

pantai tropik yang didominasi oleh beberapa

spesies pohon-pohon yang khas atau semak-

semak yang mempunyai kemampuan

beradaptasi dalam perairan asin.“Bakau”

adalah tumbuhan daratan berbunga yang

mengisi kembali pinggir laut.Sebutan bakau

ditujukan untuk semua individu tumbuhan,

sedangkan mangal ditujukan bagi seluruh

komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh

tumbuhan ini (Nybakken, 1992).

B. SiklusHidup Mangrove

Menurut Bengen (1999), jenis mangrove

tertentu, seperti Bakau (Rhizophora sp) dan

Tancang (Bruguiera sp) memiliki daur hidup

yang khusus, diawali dari benih yang ketika

masih pada tumbuhan induk berkecambah dan

mulai tumbuh di dalam semaian tanpa

istirahat. Selama waktu itu, semaian

memanjang dan distribusi beratnya berubah,

sehingga menjadi lebih berat pada bagian

terluar dan akhirnya lepas. Selanjutnya

semaian ini jatuh dari pohon induk, masuk ke

perairan dan mengapung di permukaan air.

Semaian kemudian terbawa oleh aliran air ke

perairan pantai yang cukup dangkal, dimana

ujung akarnya dapat mencapai dasar

perairan.Untuk selanjutnya akarnya

dipancangkan dan secara bertahap tumbuh

menjadi pohon.

C. KondisiUmumEkosistem Mangrove

Mangrove adalah khas daerah tropis

yang hidupnya hanya berkembang baik pada

temperatur dari 190

C sampai 400

C dengan

Toleransi Fluktuasi tidak lebih dari

100

C.Berbagai jenis mangrove yang tumbuh di

bibir pantai dan merambah tumbuh menjorok

ke Zona berair laut, merupakan suatu

ekosistem yang khas. Khas karena bertahan

hidup di dua zona transisi antara daratan dan

lautan, sementara tanaman lain tidak mampu

bertahan. Kumpulan berbagai jenis pohon

yang seolah menjadi depan garis pantai yang

secara kolektif disebut hutan mangrove. Hutan

mangrove memberikan perlindungan kepada

berbagai organisme, baik hewan darat maupun

hewan air untuk bermukim dan

berkembangbiak (Irwanto, 2006).

D. Fungsi Dan Manfaat Dari Ekosistem

Mangrove

MenurutBengen (1999), hutan

mangrove

mempunyaifungsidanmanfaatsebagaiberikut :

1. Sebagaiperedamgelombangdananginbadai,

pelindungdariabrasi,

penahanlumpurdanperangkapsedimen.

2. Penghasilsejumlahbesar detritus

daridaundandahanpohon mangrove.

3. Daerah asuhan (nursery grounds),

daerahmencarimakan (feeding grounds),

dandaerahpemijahan (spawning grounds)

4. Penghasilkayuuntukbahankonstruksi,

kayubakar, bahanbakuarang,

danbahanbakukertas (pulp).

5. Pemasok larva ikan, udang, dan biota

lautlainnya.

6. Sebagaitempatwisata.

4

H. Sistem Reproduksi Mangrove

Secara umum pembungaan pada spesies

mangrove dimulai pada umur 3-4 tahun.

Pembungaan terjadi dipengaruhi oleh alam dan

bukan ukuran. Proses penyerbukan (polinasi)

terjadi atas bantuan angin, serangga dan

burung. Hasil polinasi yang berupa buah atau

propagul hanya sekitar 0-7,2% dari bunga

yang dihasilkan.

Sebagian besar mangrove memproduksi

propagul dengan bentuk silinderatau bulat dan

penyebarannya melalui air.

I. MusimPembungaan Mangrove

Berdasarkan penelitian (Enni Kamal,

Fenologi Mangrove “Rhizophora apiculata,

R.mucronata dan R.stylosa”, 2009) Analisis

statistik menunjukkan bahwa produksi bunga,

bunga jatuh, buah dan buah jatuh setiap bulan

adalah berbeda, seperti produksi bunga

tertinggi pada spesies R.apiculata adalah pada

bulan Maret dan juni, terendah pada bulan

Oktober. Untuk R.mucronata jumlah produksi

bunga tertinggi adalah pada bulan April, dan

terendah pada bulan November dan R.stylosa

produksi jumlah bunga terbanyak adalah pada

bulan July dan terendah pada bulan Oktober.

J. Resiliensi Mangrove

Resiliensi mangrove atau tingkat

pemulihan hutan mangrove sangat

berhubungan terhadap sistem reproduksi dari

ekositem mangrove tersebut, menurut

Kongsangchai dan Havanond (1985)

menyatakan bahwa lamanya

“reproductivecycle” pada R.stylosa,

R.apiculata dan R.mucronata adalah 18 dan 17

bulan. (Gilldan Tomlinson, 1971) menyatakan

bahwa lamanya waktu mulainya berbunga

tumbuhan bakau pada family Rhizophoraceae

adalah mulai berumur 3 hingga 4 tahun, dan

ini juga hampir sama dengan penelitian Chan

et al. (1987) yang menyatakan bahwa pada

tumbuhan bakau baru mulai berbunga pada

umur 3 tahun setelah pohon bakau ditanam

(afterplanting).

K. Kerangka Penelitian

Perkembangan pulau Dompak mejadi

pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau

membawa pengaruh besar terhadap lingkungan

termasuk lingkungan pesisir yang didominasi

oleh ekosistem mangrove. Hal ini dipengaruhi

oleh pembangunan-pembangunan jalan raya

maupun jembatan-jembatan penghubung

pulau. Tingkat kerusakan hutan mangrove di

pulau dompak saat ini sudah sangat

menghawatirkan, dengan adanya studi

pengamatan tingkat relisiensi mangrove ini

maka dapat menjadi acuan tingkat restorasi

kerusakan ekosistem mangrove disekitar pulau

Dompak.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni

2014 dikawasan pembangunan jembatan III

Desa Dompak Tanjungpinang, Provinsi

Kepulauan Riau. Pengamatan buah dan bunga

mangrove dan transek Semai Rhizophora

Stylosa dilakukan langsung dilapangan

berdasarkan referensi musim pertumbuhan

buah dan bunga.

Lokasi penelitian Desa Dompak

B. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini

adalah :

1. GPS atau Global Positioning System, yaitu

alat yang berguna untuk menentukan

kordinat lokas ipenelitian.

2. Tali untuk mengukur panjang dan lebar plot

transek dan untuk member tanda pada

ranting pohon yang akan dihitung jumlah

buah dan bunganya.

3. Meteran untuk mengukur panjang dan lebar

lokasit ranseki mangrove.

4. Refraktometer, alat yang digunakan untuk

mengukur salilinitas perairan.

5. Termometer, alat yang digunakan untuk

mengukur suhu (temperatur)

6. Kamera, untuk dokumentas ipenelitian.

5

7. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan

A. ProsedurKerja

1. PenentuanLokasiPenelitian

Daerah mangrove area jembatan III

Pulau Dompak merupakan salah satu area

yang ekosistem mangrove yang rusak karna

proyek pembangunan jalan dan jembatan

Provinsi Kepulauan Riau dan area ini juga

merupakan area pemukiman dan pelabuhan

warga Dompak yang mayoritas penduduknya

merupakan nelayan. Maka dibutuhkan

informasi tingkat pemulihan atau resiliensi

untuk mangrove disekitar area jembatan III

pulau Dompak yang sekarang ini hampir

punah.

2. Teknik Pengukuran Parameter Perairan

1. Pengukuran Suhu

Termometer adalah alat yang

digunakan untuk mengukur suhu (temperatur),

ataupun perubahan suhu dengan prinsip kerja

termometer ada bermacam-macam, yang

paling umum digunakan adalah termometer air

raksa dengan menggunakan skala derajat

celsius (0C). pengukuran suhu perairan

dilakukan di setiap titik sampling dengan

mencelupkan batang termometer kedalam

perairan 0,5 m selama ± 5 menit, dimana

waktu yang diberikan cukup untuk

mendapatkan suhu perairan yang

sesungguhnya, kemudian termometer diangkat

dan dibaca. Pengukuran suhu juga dilakukan

sebanyak 2 kali sehingga dapat

meminimalisasi kesalahan dan didapat data

yang akurat.

2. PengukuranSalinitas

Untuk pengukuran salinitas atau kadar

garam digunakan alat refraktometer, Prinsip

kerja dari refractometer sesuai dengan

namanya adalah dengan memanfaatkan

refraksi cahaya. Adapun prinsip kerja dari

refractometer dapat digambarkan sebagai

berikut :

- Terdapat 3 bagian yaitu : Sample, Prisma

dan Papan Skala. Refractive index prisma jauh

lebih besar dibandingkan dengan sample.

- Jika sample merupakan larutan dengan

konsentrasi rendah, maka sudut refraksi akan

lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari

prisma dan sample besar. Maka pada papan

skala sinar “a” akan jatuh pada skala rendah.

- Jika sample merupakan larutan pekat /

konsentrasi tinggi, maka sudut refraksi akan

kecil karena perbedaan refraksi prisma dan

sample kecil.

3. ProsedurPengamatan Mangrove

1. BuahdanBunga

Pengamatan buah dan bunga dilalukan

dengan memilih tiga pohon dominan ( tinggi ≥

2m ) secara acak didalam petak 10x10. Dar

isetiap pohon dipilih tiga ranting yang

memenuhi kriteria.

Pemilihan ranting:

- Pilih tiga ranting yang berbunga dan

berbuah serta terlihat lebat

- Apabila terdapat lebih dari tiga ranting

yang memenuhi syarat maka tentukan

secara acak

- Ranting terpilih diberikan tanda ikatan tali,

untuk dilakukan perhitunga njumlahbua

hdan bunga.

2. Pohon

Untuk mengukur jumlah rata-rata pohon

metode yang dilakukan adalah transek dengan

mengunakan 10x10m2 per petak. Pohon yang

di analisis adalah pohon yang dominan (tinggi

≥2m dan diameter ≥10cm) dalam 1 petak

sehingga ada 9 pohon sampling dalam satu

stasiun untuk keperluan pengamatan buah dan

bunga.

B. Pengolahan Data

Keseluruhan data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini dilakukan langsung di

lokasi penelitian atau in-situ. Data yang

didapat kemudian dikelompokan dalam

variable-variabel yang sudah di tentukan, dan

selanjutnya akan dianalisis.

C. Analisis Data

1. Analisis Rata-rata Pohon / m2

6

Jumlah pohon yang dianalisis adalah

pohon dominan(≥2m) pada setiap petak

transek per stasiun. Untuk menghitung rata-

rata pohon per stasiun menggunakan rumus

dibawah ini:

- Luas 1 petak = 10x10 = 100m2

- 1 Stasiun = 9 petak

- Luas total = 9 x 100 = 900m2

𝑅𝑡 =𝐽𝑝

𝐿𝑡

Ket:

Rt = Rata-rata pohon / m2

Jp = Jumlah total pohon sampling per

stasiun

Lt = Luas Total petak sampling per

stasiun ( 900m2)

2. AnalisJumlahBuah

Jumlah buah yang di analisis adalah

jumlah buah dari tiga ranting sampling yang

dipilih secara acak dalam satu pohon, dimana

dalam satu petak diambil satu pohon yang

dominan (≥ 2m) untuk dihitung jumlah rata-

rata buahnya.

𝑅𝑏 = 𝐽𝑏

𝑅𝑠𝑥𝐽𝑟

Ket :

Rb = Rata-rata buah per pohon

Jb = Jumlah buah sampling total

Rs = Jumlah ranting sampling ( tiga

ranting )

Jr = Jumlah ranting per pohon

3. AnalisJumlahBunga

Jumlah bunga yang di analisis adalah

jumlah bunga dari tiga ranting sampling yang

dipilih secara acak dalam satu pohon, dimana

dalam satu petak diambil satu pohon yang

dominan (≥ 2m) untuk dihitung jumlah rata-

rata bunganya.

𝑅𝑦 = 𝐽𝑦

𝑅𝑦𝑥𝐽𝑥

Ket :

Ry = Rata-rata Bunga per pohon

Jy = Jumlah Bunga sampling total

Ry = Jumlah ranting sampling ( tiga

ranting )

Jx = Jumlah ranting per pohon

4. AnalisisPotensiPemulihan

Hasil perhitungan di gunakan untuk

Mendeskipsikan secara kualitatif tingkat

pemulihan mangrove Rhizophora mucronata.

Sehingga diperoleh data :

- jumlahpohon / m2

- jumlahsemai / m2

- jumlahbuah / m2

- jumlahbunga / m2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel.1 Parameter lingkungan di perairan

jembatan Desa Dompak

Param

eter

St.1 St.2 St.3 Keterangan

P S P S P S Salinitas

(‰)

2

7

2

5

2

8

2

7

2

9

2

7

10-30 ‰

(baku mutu)

Suhu

(°C)

2

8

2

7

2

9

2

7

3

0

2

8

26°-28°

(Tumbuh optimal)

1. Salinitas

Salinitas suatu perairan berubah dari

waktu kewaktu yang disebabkan oleh beberapa

factor seperti curah hujan, penguapan, banyak

Sungai yang bermuara kelaut dan pengaruh

musim. Hasil pengukuran salinitas perairan di

jembatan Desa Dompak dengan salinitas

terendah berada di stasiun I dan tertinggi

berada pada stasiun II dan III hal ini

dipengaruhi oleh cuaca dan lokas istasiun I

lebih kearah darat sehingga salinitas stasiun I

lebih rendah dari stasiun II dan III.

2. Suhu

Suhu air dipengaruhi oleh komposisi

substrat, kekeruhan, suhu air tanah, serta

7

pertukaran panas antara udara atau permukaan

air. Suhu juga menjadi faktor pembatas bagi

beberapa fungsi biologis hewan air seperti

migrasi, pemijahan, efisiensi makanan,

kecepatan renang, perkembangan embrio, dan

kecepatan. Suhu yang optimal ikan di daerah

tropis berkisar 25 °C- 30°C.

Hasil pengukuran suhu Perairan

didapat Suhunya antara 27 °C sampai 29°C.

suhu ini tergolong normal untuk

pertumbuhan organisme. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Nontji (2007), bahwa

suhu air permukaan diperairan nusantara

umumnya anatara 28- 31°C. Suhu ini

memungkinkan badan air untuk mengikat

oksigen bebas dari udara secara optimal

Suhu merupakan salah satu faktor

lingkungan yang dapat mempengaruhi

perkembangan tumbuhan mangrove. Faktor

utama yang mempengaruhi suhu adalah

radiasi matahari dan penguapan. Suhu

perairan jembatan Desa Dompak pada saat

pengukuran mempunyai kisaran 27-29◦C,

dengan suhu terendah berada di stasiun I dan

II tertinggi berada pada stasiun III hal ini

dipengaruhi oleh cuaca ketika dilakukannya

proses pengukuran. Kondisi ini menunjukkan

perairan di jembatan Desa Dompak memiliki

suhu perairan yang normal dan tergolong

suhu optimal untuk perkembangan mangrove

yaitu 26-28 ◦C.

A. Bunga Dan Buah Per Pohon

Berdasarkan hasil perhitungan

mangrove yang dilakukan di perairan jembatan

Desa Dompak, pada tiga stasiun perhitungan

yang diambil sebagai sample melalui

perhitungan pada masing – masing plot dengan

ukuran 10 x 10 meter. Diketahui bahwa

perairan di jembatan Desa Dompak ditumbuhi

beberapa jenis mangrove dimana jenis

Rhizophora lebih mendominasi di tiga stasiun

perhitungan, dan untuk hasil perhitungan

jumlah rata – rata bunga dan buah per pohon

tersaji pada Tabel di bawah:

Sta

siu

n

Transek Bunga /

pohon

Buah /

pohon

1 1 505 102 2 465 213 3 193 64

2 1 476 135

2 217 42 3 360 63

3 1 598 134 2 593 73 3 209 56

B. Jumlah rata – rata bunga dan buah

mangrove pada stasiun 2 diperoleh dengan

total terendah dibandingkan stasiun 1 dan

3 hal ini dikarenakan lokasi stasiun 2 lebih

di dominasi oleh Rhizophora apiculata,

jumlah rata – rata bunga pada stasiun 3

merupakan yang tertinggi jumlahnya dan

rata – rata jumalah buah tertinggi terdapat

pada stasiun 1.

C. Hasil jumlah rata – rata bunga dan buah

mangrove ini diperkirakan sudah optimal

dikarenakan waktu perhitungan jumlah

bunga dan buah di hitung berdasarkan

penelitian (Enni Kamal, Fenologi

Mangrove “Rhizophora apiculata, R.

mucronata dan R.stylosa”, 2009) Analisis

statistik menunjukkan bahwa produksi

bunga, bunga jatuh, buah dan buah jatuh

setiap bulan adalah berbeda, seperti

produksi bunga tertinggi pada spesies

R.apiculata adalah pada bulan Maret dan

juni, terendah pada bulan Oktober. Untuk

R. mucronata jumlah produksi bunga

tertinggi adalah pada bulan April, dan terendah pada bulan November dan R. stylosa produksi jumlah bunga terbanyak adalah pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Desember.

D. AnalisisPotensiPemulihan

Analisis potensi pemulihan dalam hal

ini adalah menghitung jumlah luas m2 dari

pohon, bunga dan buah dan persentasi tingkat

kemungkinan bunga menjadi buah, hasil dari

perhitungan luas pohon, bunga dan buah

dalam hitungan m2 dan konversi bunga

menjadi buah tersaji dalam Tabel di bawah ini:

Stasiun Pohon

/ m2

Bunga

/ m2

Buah /

m2 %

1 0,05 m2

19.24 m2

6.33. m2

32.89 %

2 0,04 m2

14.6 m2 3.21 m2

22.86 %

8

3 0,05 m2

23.25 m2

4.4 m2 18.84

%

Rata – rata total 0,05 m2 19.03

m2 4.64 m2 24.38 %

( %)Adalah persentasi konversi Bunga yang

menjadi Buah.

Jumlah rata – rata pohon/m2, Bunga/m2

dan Buah/m2 pada stasiun 2 merupakan yang

terendah hal ini dikarenakan pada saat

perhitungan didapati spesies Rhizopora

mucronata lebih mendominasi di stasiun 2,

Rhizophora stylosa dan mucrona dapat tumbuh

di zonasi yang sama, seperti yang ditulis oleh

(Pramudji dan Purnomo, 2003) Zona garis

pantai, yaitu kawasan yang berhadapan

langsung dengan laut. Lebar zona ini sekitar

10-75 meter dari garis pantai dan biasanya

ditemukan jenis Rhizophora stylosa, R.

mucronata, Avicennia marina dan Sonneratia

alba.

E. Pembahasan

Perairan Desa Dompak dapat

dikategorikan sebagai ekosistem estuaria yang

memiliki parameter perairan yang baik bagi

kehidupan biota estuaria. Wilayah estuaria

merupakan wilayah yang sangat dinamis

karena selalu terjadi proses dan perubahan

baik lingkungan fisik maupun biologis.

Bercampurnya masa air laut dan air tawar

menjadikan wilayah estuari memiliki keunikan

tersendiri. Sistem reproduksi mangrove juga

membutuhkan pasokan air tawar untuk

mentolerir tingginya salinitas yang dapat

berdampak buruk terhadap pertumbuhan

ekosistem mangrove.

Secara umum, pembungaan pada

spesies mangrove di mulai pada umur 3 tahun

seperti yang di jelaskan Tomlinson, (1971)

menyatakan bahwa masa berbunga tumbuhan

bakau family Rhizophoraceae dimulai pada

umur 3 hingga 4 tahun. Kongsangcai dan

Havanond, ( 1985 ) menyatakan bahwa lama

‘reproductivecycle’ pada R.stylosa, R

apiculata dan R.mucronata adalah 18 dan 17

bulan. Kitamura et al. (1983), menyatakan

bahwa waktu Rhizophora apiculata berbunga

di Bali dan Lombok adalah sepanjang tahun,

dan lama bunga berkembang menjadi buah

matang ( propagul ) adalah 5 – 6 bulan.

Berdasarkan hasil penelitian di kawasan

Desa Dompak persentasi rata- rata buah

menjadi bunga yaitu 24.83%, Saenger et al.

(1983), bahwa jumlah bunga yang berkembang

menjadi buah adalah sangat rendah karena

disebabkan oleh jamur, serangga dan juga

faktor genetik tumbuhan itu sendiri. Buah

yang telah matang ( propagul ) akan menjadi

semai melalui 3 pola sebaran yaitu : pola

tertancap, pola tersangkut dan pola terdampar

hal ini dipengaruhi oleh arus, pasang surut dan

gelombang. Persentasi keberhasilan

pertumbuhan propagul yang sudah menancap

kedalam sedimen lumpur atau pasir meniliki

persenan antara 40 – 60 %, pertumbuhan

propagul ini tergantung dari jenis propagul

yang mempunyai akar dan tidak tidak

mempunyai akar, N. Calvin Sumberi, (2013).

Persen Hidup Jenis Bakau ( Rhizophora

Mucronata ) di Tahiti Park Kab.Bantuni,

sedangkan tingkat keberhasilan semai

mangrove menjadi pohon antara 50 – 100%

(M. Risky, 2012. Laju Pertumbuhan Semai

Rhizophora Di Kawasan Pesisir Sumatra

Barat), Perkembangan pertumbuhan propagul

mangrove khususnya tingkat semai (seedling)

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti ; salinitas, temperatur perairan, arus

pasut, tinggi pasut, substrat, ombak/gelombang

pasang, kekeruhan air, penyinaran matahari,

kelandaian lokasi, dan sebagainya (Nontji,

1986 dan Nybakken, 1992).

Dari data dan referensi yang diperoleh

maka diketahui hasil jumlah rata – rata pohon

per hektar :

- 0,05 pohon / M2 x 10.000 = 500

pohon/ Ha

- Bunga menjadi buah = 25 %

- Buah menjadi semai = 50%

- Semai menjadi pohon = 20% *

Peneliti mempunyai opini berdasarkan

penilaian beberapa aspek dan referensi jika

rata – rata semai menjadi pohon adalah 20%,

maka didapati hasil sebagai berikut :

- 5 buah / m2 ÷ 50% = 2,5

semai/m2

- 2,5 semai / m2 ÷ 20% = 0,5

pohon/m2

9

- 0,5 pohon / m2 x 10.000 =

5000 pohon/ Ha

Berdasarkan hasil penelitian tingkat

resiliensi mangrove Rhizopora Stylosa di Desa

Dompak dapat disimpulkan bahwa tingkat

resiliensi mangrove saat ini masih dalam

kondisi baik dan masih berpotensi untuk

melakukan pemulihan secara alami.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

- Kondisi mangrove di Desa Dompak

saat ini masih produktif dan

berpotensi untuk melakukan

pemulihan secara alami.

- Kerapatan Rhizophora stylosa di

Desa Dompak masih dalam katagori

sedang karna memiliki kerapan 500

pohon / HA

1.2. Saran

- diperlukan penelitian lanjutan untuk

membahas lebih jauh tentang

tingkat pertumbuhan semai menjadi

pohon dan pola penyebaran buah

mangrove

- Perlu adanya peran serta masyarakat

setempat dalam menjaga

kelestarianhutan mangrove guna

dapat terus dimanfaatkan secara

berkelanjutan (Sustainable)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam menyelesaikan

skripsi ini, yaitu:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Abu

Bakar dan Ibu Mariana dan saudara –

saudara saya Albar Palaguna, Alkaf

Sandra Bonga, Rosiana yang telah

memberikan segala bantuan semangat

dan doa untuk saya menyelesaikan

Skripsi ini.

2. Bapak Arif Pratomo, ST, M.Si selaku

dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Ir.

Bustami Ibrahim M.Sc selaku dosen

pembimbing II, yang telah banyak

memberikan petunjuk, arahan dan

bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Chandra Joei Koenawan, S.Pi,

M.Si, Bapak Andi Zulfikar, S.Pi, MP

selaku dosen penguji yang telah

banyak memberikan petunjuk, arahan,

dan perbaikan kepada penulis.

4. ini, khususnya untuk sabahat – sahabat

di organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Nurul, H. 2008. Strategi Kebijakan

Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan

Di Wilayah Pesisir Tanjung Jabung

Timur Jambi. Universitas

Diponegono. Semarang.

Fairus, M. 2000. Pertumbuhan Tegakan

Dan Teknik Pengusahaan Hutan

Mangrove Berkelanjutan.Pengamatan

Dan penelitian Hutan Mangrove.

Tarsoen, w. 2008.Konsepsi Manajemen

Kerusakan Hutan Mangrove. Jakarta.

Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis

Pengenalan dan Pengelolaan

Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan –

Institut Pertanian Bogor. Bogor,

Indonesia.

Nybakken, J.W. 1992.Biologi Laut Suatu

Pendekatan Ekologis. Alih bahasa

oleh M. Eidman., Koesoebiono., D.G.

Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo.

PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta,

Indonesia.

Dahuri, Rohmin. 2003. Keanekaragaman

Hayati Laut. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

10

Elly, J. 2008. Pertumbuhan Rhizophora di

Kawasan Berlantung. Artikel ilmial

PEMKO Tanjungpinang. 2009. Laporan

Identifikasi Kawasan Lindung dan

Kawasan Hutan Kota di Kota

Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan

Riau.

Saiful. Z. 2010. Wordpress. Laporan

produktifitas perairan, Fakultas Ilmu

Perikanan dan kelautan, UNHAS.