tingkat resiliensi mangrove ... -...
TRANSCRIPT
1
TINGKAT RESILIENSI MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT BUNGA DAN
BUAH STUDI KASUS Rhizophora Stylosa DI DESA DOMPAK, TANGJUNGPINANG
– KEPULAUAN RIAU
Ahlil Mutthaqin
Mahasiswa Ilmu Kelautan dan Perikanan, FIKP UMRAH, [email protected]
Arief Pratomo
Dosen Ilmu Kelautan dan Perikanan, FIKP UMRAH, [email protected]
Bustami Ibrahim
Dosen Ilmu Kelautan dan Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 di kawasan pembangunan
jembatan III Desa Dompak Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui tinggkat pemulihan mangrove berdasarkan jumlah buah, bunga dan
semai dari Rhizophora Stylosa yang di lakukan langsung di lapangan berdasarkan referensi
musim pertumbuhan buah dan bunga. Pengukuran di ambil pada 3 (tiga) stasiun. Setiap
stasiun terdiri dari 9 (sembilan) plot yang masing – masing plot berukuran 10 x 10 m2 telah di
buat untuk mengidientifikasi jumlah buah dan bunga mangrove. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah rata – rata pohon mangrove Rhizophora Stylosa ialah 5000
pohon per hektar.
Kata kunci: Mangrove, tingkat resiliensi, jembatan III Desa Dompak.
2
THE LEVEL OF MANGROVE RESILIENCE BASED ON THE LEVEL OF
FLOWERS AND FRUITS A CASE STUDY OF Rhizophora Stylosa IN THE DOMPAK
VILLAGE TANJUNGPINANG – RIAU ISLAND PROVINCE
Ahlil Mutthaqin
Students of Marine Sciences and Fisheries, FIKP-UMRAH, [email protected]
Arief Pratomo
Lecturer of Marine Science and Fisheries, FIKP-UMRAH, [email protected]
Bustami Ibrahim
Lecturer of Marine Science and Fisheries, FIKP-UMRAH, [email protected]
ABSTRACT
The research was conducted in august 2014 in the area of bridge construction of
Dompak village, Tanjungpinang Riau Islands Province. The purpose of this research is to
know the level of mangrove restoration based on the fruits, flowers and seedling of
Rhizophora stylosa which is done directly in the field by the reference of the fruit and flowers
growing season. The measurement was taken on the three stations. Each station consist of
nine plots. The size of each plot is 10 x 10 m2 wide. It is made to identify the amount fruits
and flowers. The result of the research indicates that the average amount of the mangrove
Rhizophora stylosa is about 5000 trees per hectare.
Keyword : Mangrove, level of resilience, Village III bridge Dompak
3
I. PENDAHULUAN
Mangrove merupakan formasi
karakteristik tumbuhan di daerah pesisir
wilayah tropik yang terlindungi dibelakang
garis pantai. Mangrove dikenal dengan
beberapa istilah, diantaranya sebagai ‘hutan
pantai’, ‘hutan pasang-surut’,’hutan payau’
atau ‘hutan bakau’. Istilah bakau sebenarnya
adalah nama dari salah satu jenis tumbuhan
yang menyusun hutan mangrove, yaitu jenis
Rhizophora spp. Akan tetapi, beberapa ahli
juga menggunakan istilah mangrove untuk
ekosistem dan sumberdaya yang ada
diekosistem tersebut. Hutan mangrove
biasanya terdiri dari bermacam-macam famili
tumbuhan. Perbedaan masing-masing species
tergantung habitat daerah pesisir dimana
kondisi habitat yang sesuai akan membentuk
hutan mangrove yang luas dan produktif.
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang
lebih spesifik jika dibandingkan dengan
ekositem lainnya karena mempunyai vegetasi
yang agak beragam, serta mempunyai tajuk
yang rata, tidak mempunyai lapisan tajuk
dengan bentukan yang khas dan selalu hijau
(Anwar, et al., 1984).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Mangrove
Hutan bakau atau mangal adalah
sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu varietas komunitas
pantai tropik yang didominasi oleh beberapa
spesies pohon-pohon yang khas atau semak-
semak yang mempunyai kemampuan
beradaptasi dalam perairan asin.“Bakau”
adalah tumbuhan daratan berbunga yang
mengisi kembali pinggir laut.Sebutan bakau
ditujukan untuk semua individu tumbuhan,
sedangkan mangal ditujukan bagi seluruh
komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh
tumbuhan ini (Nybakken, 1992).
B. SiklusHidup Mangrove
Menurut Bengen (1999), jenis mangrove
tertentu, seperti Bakau (Rhizophora sp) dan
Tancang (Bruguiera sp) memiliki daur hidup
yang khusus, diawali dari benih yang ketika
masih pada tumbuhan induk berkecambah dan
mulai tumbuh di dalam semaian tanpa
istirahat. Selama waktu itu, semaian
memanjang dan distribusi beratnya berubah,
sehingga menjadi lebih berat pada bagian
terluar dan akhirnya lepas. Selanjutnya
semaian ini jatuh dari pohon induk, masuk ke
perairan dan mengapung di permukaan air.
Semaian kemudian terbawa oleh aliran air ke
perairan pantai yang cukup dangkal, dimana
ujung akarnya dapat mencapai dasar
perairan.Untuk selanjutnya akarnya
dipancangkan dan secara bertahap tumbuh
menjadi pohon.
C. KondisiUmumEkosistem Mangrove
Mangrove adalah khas daerah tropis
yang hidupnya hanya berkembang baik pada
temperatur dari 190
C sampai 400
C dengan
Toleransi Fluktuasi tidak lebih dari
100
C.Berbagai jenis mangrove yang tumbuh di
bibir pantai dan merambah tumbuh menjorok
ke Zona berair laut, merupakan suatu
ekosistem yang khas. Khas karena bertahan
hidup di dua zona transisi antara daratan dan
lautan, sementara tanaman lain tidak mampu
bertahan. Kumpulan berbagai jenis pohon
yang seolah menjadi depan garis pantai yang
secara kolektif disebut hutan mangrove. Hutan
mangrove memberikan perlindungan kepada
berbagai organisme, baik hewan darat maupun
hewan air untuk bermukim dan
berkembangbiak (Irwanto, 2006).
D. Fungsi Dan Manfaat Dari Ekosistem
Mangrove
MenurutBengen (1999), hutan
mangrove
mempunyaifungsidanmanfaatsebagaiberikut :
1. Sebagaiperedamgelombangdananginbadai,
pelindungdariabrasi,
penahanlumpurdanperangkapsedimen.
2. Penghasilsejumlahbesar detritus
daridaundandahanpohon mangrove.
3. Daerah asuhan (nursery grounds),
daerahmencarimakan (feeding grounds),
dandaerahpemijahan (spawning grounds)
4. Penghasilkayuuntukbahankonstruksi,
kayubakar, bahanbakuarang,
danbahanbakukertas (pulp).
5. Pemasok larva ikan, udang, dan biota
lautlainnya.
6. Sebagaitempatwisata.
4
H. Sistem Reproduksi Mangrove
Secara umum pembungaan pada spesies
mangrove dimulai pada umur 3-4 tahun.
Pembungaan terjadi dipengaruhi oleh alam dan
bukan ukuran. Proses penyerbukan (polinasi)
terjadi atas bantuan angin, serangga dan
burung. Hasil polinasi yang berupa buah atau
propagul hanya sekitar 0-7,2% dari bunga
yang dihasilkan.
Sebagian besar mangrove memproduksi
propagul dengan bentuk silinderatau bulat dan
penyebarannya melalui air.
I. MusimPembungaan Mangrove
Berdasarkan penelitian (Enni Kamal,
Fenologi Mangrove “Rhizophora apiculata,
R.mucronata dan R.stylosa”, 2009) Analisis
statistik menunjukkan bahwa produksi bunga,
bunga jatuh, buah dan buah jatuh setiap bulan
adalah berbeda, seperti produksi bunga
tertinggi pada spesies R.apiculata adalah pada
bulan Maret dan juni, terendah pada bulan
Oktober. Untuk R.mucronata jumlah produksi
bunga tertinggi adalah pada bulan April, dan
terendah pada bulan November dan R.stylosa
produksi jumlah bunga terbanyak adalah pada
bulan July dan terendah pada bulan Oktober.
J. Resiliensi Mangrove
Resiliensi mangrove atau tingkat
pemulihan hutan mangrove sangat
berhubungan terhadap sistem reproduksi dari
ekositem mangrove tersebut, menurut
Kongsangchai dan Havanond (1985)
menyatakan bahwa lamanya
“reproductivecycle” pada R.stylosa,
R.apiculata dan R.mucronata adalah 18 dan 17
bulan. (Gilldan Tomlinson, 1971) menyatakan
bahwa lamanya waktu mulainya berbunga
tumbuhan bakau pada family Rhizophoraceae
adalah mulai berumur 3 hingga 4 tahun, dan
ini juga hampir sama dengan penelitian Chan
et al. (1987) yang menyatakan bahwa pada
tumbuhan bakau baru mulai berbunga pada
umur 3 tahun setelah pohon bakau ditanam
(afterplanting).
K. Kerangka Penelitian
Perkembangan pulau Dompak mejadi
pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau
membawa pengaruh besar terhadap lingkungan
termasuk lingkungan pesisir yang didominasi
oleh ekosistem mangrove. Hal ini dipengaruhi
oleh pembangunan-pembangunan jalan raya
maupun jembatan-jembatan penghubung
pulau. Tingkat kerusakan hutan mangrove di
pulau dompak saat ini sudah sangat
menghawatirkan, dengan adanya studi
pengamatan tingkat relisiensi mangrove ini
maka dapat menjadi acuan tingkat restorasi
kerusakan ekosistem mangrove disekitar pulau
Dompak.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni
2014 dikawasan pembangunan jembatan III
Desa Dompak Tanjungpinang, Provinsi
Kepulauan Riau. Pengamatan buah dan bunga
mangrove dan transek Semai Rhizophora
Stylosa dilakukan langsung dilapangan
berdasarkan referensi musim pertumbuhan
buah dan bunga.
Lokasi penelitian Desa Dompak
B. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini
adalah :
1. GPS atau Global Positioning System, yaitu
alat yang berguna untuk menentukan
kordinat lokas ipenelitian.
2. Tali untuk mengukur panjang dan lebar plot
transek dan untuk member tanda pada
ranting pohon yang akan dihitung jumlah
buah dan bunganya.
3. Meteran untuk mengukur panjang dan lebar
lokasit ranseki mangrove.
4. Refraktometer, alat yang digunakan untuk
mengukur salilinitas perairan.
5. Termometer, alat yang digunakan untuk
mengukur suhu (temperatur)
6. Kamera, untuk dokumentas ipenelitian.
5
7. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan
A. ProsedurKerja
1. PenentuanLokasiPenelitian
Daerah mangrove area jembatan III
Pulau Dompak merupakan salah satu area
yang ekosistem mangrove yang rusak karna
proyek pembangunan jalan dan jembatan
Provinsi Kepulauan Riau dan area ini juga
merupakan area pemukiman dan pelabuhan
warga Dompak yang mayoritas penduduknya
merupakan nelayan. Maka dibutuhkan
informasi tingkat pemulihan atau resiliensi
untuk mangrove disekitar area jembatan III
pulau Dompak yang sekarang ini hampir
punah.
2. Teknik Pengukuran Parameter Perairan
1. Pengukuran Suhu
Termometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur suhu (temperatur),
ataupun perubahan suhu dengan prinsip kerja
termometer ada bermacam-macam, yang
paling umum digunakan adalah termometer air
raksa dengan menggunakan skala derajat
celsius (0C). pengukuran suhu perairan
dilakukan di setiap titik sampling dengan
mencelupkan batang termometer kedalam
perairan 0,5 m selama ± 5 menit, dimana
waktu yang diberikan cukup untuk
mendapatkan suhu perairan yang
sesungguhnya, kemudian termometer diangkat
dan dibaca. Pengukuran suhu juga dilakukan
sebanyak 2 kali sehingga dapat
meminimalisasi kesalahan dan didapat data
yang akurat.
2. PengukuranSalinitas
Untuk pengukuran salinitas atau kadar
garam digunakan alat refraktometer, Prinsip
kerja dari refractometer sesuai dengan
namanya adalah dengan memanfaatkan
refraksi cahaya. Adapun prinsip kerja dari
refractometer dapat digambarkan sebagai
berikut :
- Terdapat 3 bagian yaitu : Sample, Prisma
dan Papan Skala. Refractive index prisma jauh
lebih besar dibandingkan dengan sample.
- Jika sample merupakan larutan dengan
konsentrasi rendah, maka sudut refraksi akan
lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari
prisma dan sample besar. Maka pada papan
skala sinar “a” akan jatuh pada skala rendah.
- Jika sample merupakan larutan pekat /
konsentrasi tinggi, maka sudut refraksi akan
kecil karena perbedaan refraksi prisma dan
sample kecil.
3. ProsedurPengamatan Mangrove
1. BuahdanBunga
Pengamatan buah dan bunga dilalukan
dengan memilih tiga pohon dominan ( tinggi ≥
2m ) secara acak didalam petak 10x10. Dar
isetiap pohon dipilih tiga ranting yang
memenuhi kriteria.
Pemilihan ranting:
- Pilih tiga ranting yang berbunga dan
berbuah serta terlihat lebat
- Apabila terdapat lebih dari tiga ranting
yang memenuhi syarat maka tentukan
secara acak
- Ranting terpilih diberikan tanda ikatan tali,
untuk dilakukan perhitunga njumlahbua
hdan bunga.
2. Pohon
Untuk mengukur jumlah rata-rata pohon
metode yang dilakukan adalah transek dengan
mengunakan 10x10m2 per petak. Pohon yang
di analisis adalah pohon yang dominan (tinggi
≥2m dan diameter ≥10cm) dalam 1 petak
sehingga ada 9 pohon sampling dalam satu
stasiun untuk keperluan pengamatan buah dan
bunga.
B. Pengolahan Data
Keseluruhan data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini dilakukan langsung di
lokasi penelitian atau in-situ. Data yang
didapat kemudian dikelompokan dalam
variable-variabel yang sudah di tentukan, dan
selanjutnya akan dianalisis.
C. Analisis Data
1. Analisis Rata-rata Pohon / m2
6
Jumlah pohon yang dianalisis adalah
pohon dominan(≥2m) pada setiap petak
transek per stasiun. Untuk menghitung rata-
rata pohon per stasiun menggunakan rumus
dibawah ini:
- Luas 1 petak = 10x10 = 100m2
- 1 Stasiun = 9 petak
- Luas total = 9 x 100 = 900m2
𝑅𝑡 =𝐽𝑝
𝐿𝑡
Ket:
Rt = Rata-rata pohon / m2
Jp = Jumlah total pohon sampling per
stasiun
Lt = Luas Total petak sampling per
stasiun ( 900m2)
2. AnalisJumlahBuah
Jumlah buah yang di analisis adalah
jumlah buah dari tiga ranting sampling yang
dipilih secara acak dalam satu pohon, dimana
dalam satu petak diambil satu pohon yang
dominan (≥ 2m) untuk dihitung jumlah rata-
rata buahnya.
𝑅𝑏 = 𝐽𝑏
𝑅𝑠𝑥𝐽𝑟
Ket :
Rb = Rata-rata buah per pohon
Jb = Jumlah buah sampling total
Rs = Jumlah ranting sampling ( tiga
ranting )
Jr = Jumlah ranting per pohon
3. AnalisJumlahBunga
Jumlah bunga yang di analisis adalah
jumlah bunga dari tiga ranting sampling yang
dipilih secara acak dalam satu pohon, dimana
dalam satu petak diambil satu pohon yang
dominan (≥ 2m) untuk dihitung jumlah rata-
rata bunganya.
𝑅𝑦 = 𝐽𝑦
𝑅𝑦𝑥𝐽𝑥
Ket :
Ry = Rata-rata Bunga per pohon
Jy = Jumlah Bunga sampling total
Ry = Jumlah ranting sampling ( tiga
ranting )
Jx = Jumlah ranting per pohon
4. AnalisisPotensiPemulihan
Hasil perhitungan di gunakan untuk
Mendeskipsikan secara kualitatif tingkat
pemulihan mangrove Rhizophora mucronata.
Sehingga diperoleh data :
- jumlahpohon / m2
- jumlahsemai / m2
- jumlahbuah / m2
- jumlahbunga / m2
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel.1 Parameter lingkungan di perairan
jembatan Desa Dompak
Param
eter
St.1 St.2 St.3 Keterangan
P S P S P S Salinitas
(‰)
2
7
2
5
2
8
2
7
2
9
2
7
10-30 ‰
(baku mutu)
Suhu
(°C)
2
8
2
7
2
9
2
7
3
0
2
8
26°-28°
(Tumbuh optimal)
1. Salinitas
Salinitas suatu perairan berubah dari
waktu kewaktu yang disebabkan oleh beberapa
factor seperti curah hujan, penguapan, banyak
Sungai yang bermuara kelaut dan pengaruh
musim. Hasil pengukuran salinitas perairan di
jembatan Desa Dompak dengan salinitas
terendah berada di stasiun I dan tertinggi
berada pada stasiun II dan III hal ini
dipengaruhi oleh cuaca dan lokas istasiun I
lebih kearah darat sehingga salinitas stasiun I
lebih rendah dari stasiun II dan III.
2. Suhu
Suhu air dipengaruhi oleh komposisi
substrat, kekeruhan, suhu air tanah, serta
7
pertukaran panas antara udara atau permukaan
air. Suhu juga menjadi faktor pembatas bagi
beberapa fungsi biologis hewan air seperti
migrasi, pemijahan, efisiensi makanan,
kecepatan renang, perkembangan embrio, dan
kecepatan. Suhu yang optimal ikan di daerah
tropis berkisar 25 °C- 30°C.
Hasil pengukuran suhu Perairan
didapat Suhunya antara 27 °C sampai 29°C.
suhu ini tergolong normal untuk
pertumbuhan organisme. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Nontji (2007), bahwa
suhu air permukaan diperairan nusantara
umumnya anatara 28- 31°C. Suhu ini
memungkinkan badan air untuk mengikat
oksigen bebas dari udara secara optimal
Suhu merupakan salah satu faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi
perkembangan tumbuhan mangrove. Faktor
utama yang mempengaruhi suhu adalah
radiasi matahari dan penguapan. Suhu
perairan jembatan Desa Dompak pada saat
pengukuran mempunyai kisaran 27-29◦C,
dengan suhu terendah berada di stasiun I dan
II tertinggi berada pada stasiun III hal ini
dipengaruhi oleh cuaca ketika dilakukannya
proses pengukuran. Kondisi ini menunjukkan
perairan di jembatan Desa Dompak memiliki
suhu perairan yang normal dan tergolong
suhu optimal untuk perkembangan mangrove
yaitu 26-28 ◦C.
A. Bunga Dan Buah Per Pohon
Berdasarkan hasil perhitungan
mangrove yang dilakukan di perairan jembatan
Desa Dompak, pada tiga stasiun perhitungan
yang diambil sebagai sample melalui
perhitungan pada masing – masing plot dengan
ukuran 10 x 10 meter. Diketahui bahwa
perairan di jembatan Desa Dompak ditumbuhi
beberapa jenis mangrove dimana jenis
Rhizophora lebih mendominasi di tiga stasiun
perhitungan, dan untuk hasil perhitungan
jumlah rata – rata bunga dan buah per pohon
tersaji pada Tabel di bawah:
Sta
siu
n
Transek Bunga /
pohon
Buah /
pohon
1 1 505 102 2 465 213 3 193 64
2 1 476 135
2 217 42 3 360 63
3 1 598 134 2 593 73 3 209 56
B. Jumlah rata – rata bunga dan buah
mangrove pada stasiun 2 diperoleh dengan
total terendah dibandingkan stasiun 1 dan
3 hal ini dikarenakan lokasi stasiun 2 lebih
di dominasi oleh Rhizophora apiculata,
jumlah rata – rata bunga pada stasiun 3
merupakan yang tertinggi jumlahnya dan
rata – rata jumalah buah tertinggi terdapat
pada stasiun 1.
C. Hasil jumlah rata – rata bunga dan buah
mangrove ini diperkirakan sudah optimal
dikarenakan waktu perhitungan jumlah
bunga dan buah di hitung berdasarkan
penelitian (Enni Kamal, Fenologi
Mangrove “Rhizophora apiculata, R.
mucronata dan R.stylosa”, 2009) Analisis
statistik menunjukkan bahwa produksi
bunga, bunga jatuh, buah dan buah jatuh
setiap bulan adalah berbeda, seperti
produksi bunga tertinggi pada spesies
R.apiculata adalah pada bulan Maret dan
juni, terendah pada bulan Oktober. Untuk
R. mucronata jumlah produksi bunga
tertinggi adalah pada bulan April, dan terendah pada bulan November dan R. stylosa produksi jumlah bunga terbanyak adalah pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Desember.
D. AnalisisPotensiPemulihan
Analisis potensi pemulihan dalam hal
ini adalah menghitung jumlah luas m2 dari
pohon, bunga dan buah dan persentasi tingkat
kemungkinan bunga menjadi buah, hasil dari
perhitungan luas pohon, bunga dan buah
dalam hitungan m2 dan konversi bunga
menjadi buah tersaji dalam Tabel di bawah ini:
Stasiun Pohon
/ m2
Bunga
/ m2
Buah /
m2 %
1 0,05 m2
19.24 m2
6.33. m2
32.89 %
2 0,04 m2
14.6 m2 3.21 m2
22.86 %
8
3 0,05 m2
23.25 m2
4.4 m2 18.84
%
Rata – rata total 0,05 m2 19.03
m2 4.64 m2 24.38 %
( %)Adalah persentasi konversi Bunga yang
menjadi Buah.
Jumlah rata – rata pohon/m2, Bunga/m2
dan Buah/m2 pada stasiun 2 merupakan yang
terendah hal ini dikarenakan pada saat
perhitungan didapati spesies Rhizopora
mucronata lebih mendominasi di stasiun 2,
Rhizophora stylosa dan mucrona dapat tumbuh
di zonasi yang sama, seperti yang ditulis oleh
(Pramudji dan Purnomo, 2003) Zona garis
pantai, yaitu kawasan yang berhadapan
langsung dengan laut. Lebar zona ini sekitar
10-75 meter dari garis pantai dan biasanya
ditemukan jenis Rhizophora stylosa, R.
mucronata, Avicennia marina dan Sonneratia
alba.
E. Pembahasan
Perairan Desa Dompak dapat
dikategorikan sebagai ekosistem estuaria yang
memiliki parameter perairan yang baik bagi
kehidupan biota estuaria. Wilayah estuaria
merupakan wilayah yang sangat dinamis
karena selalu terjadi proses dan perubahan
baik lingkungan fisik maupun biologis.
Bercampurnya masa air laut dan air tawar
menjadikan wilayah estuari memiliki keunikan
tersendiri. Sistem reproduksi mangrove juga
membutuhkan pasokan air tawar untuk
mentolerir tingginya salinitas yang dapat
berdampak buruk terhadap pertumbuhan
ekosistem mangrove.
Secara umum, pembungaan pada
spesies mangrove di mulai pada umur 3 tahun
seperti yang di jelaskan Tomlinson, (1971)
menyatakan bahwa masa berbunga tumbuhan
bakau family Rhizophoraceae dimulai pada
umur 3 hingga 4 tahun. Kongsangcai dan
Havanond, ( 1985 ) menyatakan bahwa lama
‘reproductivecycle’ pada R.stylosa, R
apiculata dan R.mucronata adalah 18 dan 17
bulan. Kitamura et al. (1983), menyatakan
bahwa waktu Rhizophora apiculata berbunga
di Bali dan Lombok adalah sepanjang tahun,
dan lama bunga berkembang menjadi buah
matang ( propagul ) adalah 5 – 6 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian di kawasan
Desa Dompak persentasi rata- rata buah
menjadi bunga yaitu 24.83%, Saenger et al.
(1983), bahwa jumlah bunga yang berkembang
menjadi buah adalah sangat rendah karena
disebabkan oleh jamur, serangga dan juga
faktor genetik tumbuhan itu sendiri. Buah
yang telah matang ( propagul ) akan menjadi
semai melalui 3 pola sebaran yaitu : pola
tertancap, pola tersangkut dan pola terdampar
hal ini dipengaruhi oleh arus, pasang surut dan
gelombang. Persentasi keberhasilan
pertumbuhan propagul yang sudah menancap
kedalam sedimen lumpur atau pasir meniliki
persenan antara 40 – 60 %, pertumbuhan
propagul ini tergantung dari jenis propagul
yang mempunyai akar dan tidak tidak
mempunyai akar, N. Calvin Sumberi, (2013).
Persen Hidup Jenis Bakau ( Rhizophora
Mucronata ) di Tahiti Park Kab.Bantuni,
sedangkan tingkat keberhasilan semai
mangrove menjadi pohon antara 50 – 100%
(M. Risky, 2012. Laju Pertumbuhan Semai
Rhizophora Di Kawasan Pesisir Sumatra
Barat), Perkembangan pertumbuhan propagul
mangrove khususnya tingkat semai (seedling)
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti ; salinitas, temperatur perairan, arus
pasut, tinggi pasut, substrat, ombak/gelombang
pasang, kekeruhan air, penyinaran matahari,
kelandaian lokasi, dan sebagainya (Nontji,
1986 dan Nybakken, 1992).
Dari data dan referensi yang diperoleh
maka diketahui hasil jumlah rata – rata pohon
per hektar :
- 0,05 pohon / M2 x 10.000 = 500
pohon/ Ha
- Bunga menjadi buah = 25 %
- Buah menjadi semai = 50%
- Semai menjadi pohon = 20% *
Peneliti mempunyai opini berdasarkan
penilaian beberapa aspek dan referensi jika
rata – rata semai menjadi pohon adalah 20%,
maka didapati hasil sebagai berikut :
- 5 buah / m2 ÷ 50% = 2,5
semai/m2
- 2,5 semai / m2 ÷ 20% = 0,5
pohon/m2
9
- 0,5 pohon / m2 x 10.000 =
5000 pohon/ Ha
Berdasarkan hasil penelitian tingkat
resiliensi mangrove Rhizopora Stylosa di Desa
Dompak dapat disimpulkan bahwa tingkat
resiliensi mangrove saat ini masih dalam
kondisi baik dan masih berpotensi untuk
melakukan pemulihan secara alami.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
- Kondisi mangrove di Desa Dompak
saat ini masih produktif dan
berpotensi untuk melakukan
pemulihan secara alami.
- Kerapatan Rhizophora stylosa di
Desa Dompak masih dalam katagori
sedang karna memiliki kerapan 500
pohon / HA
1.2. Saran
- diperlukan penelitian lanjutan untuk
membahas lebih jauh tentang
tingkat pertumbuhan semai menjadi
pohon dan pola penyebaran buah
mangrove
- Perlu adanya peran serta masyarakat
setempat dalam menjaga
kelestarianhutan mangrove guna
dapat terus dimanfaatkan secara
berkelanjutan (Sustainable)
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam menyelesaikan
skripsi ini, yaitu:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Abu
Bakar dan Ibu Mariana dan saudara –
saudara saya Albar Palaguna, Alkaf
Sandra Bonga, Rosiana yang telah
memberikan segala bantuan semangat
dan doa untuk saya menyelesaikan
Skripsi ini.
2. Bapak Arif Pratomo, ST, M.Si selaku
dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Ir.
Bustami Ibrahim M.Sc selaku dosen
pembimbing II, yang telah banyak
memberikan petunjuk, arahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Chandra Joei Koenawan, S.Pi,
M.Si, Bapak Andi Zulfikar, S.Pi, MP
selaku dosen penguji yang telah
banyak memberikan petunjuk, arahan,
dan perbaikan kepada penulis.
4. ini, khususnya untuk sabahat – sahabat
di organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nurul, H. 2008. Strategi Kebijakan
Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan
Di Wilayah Pesisir Tanjung Jabung
Timur Jambi. Universitas
Diponegono. Semarang.
Fairus, M. 2000. Pertumbuhan Tegakan
Dan Teknik Pengusahaan Hutan
Mangrove Berkelanjutan.Pengamatan
Dan penelitian Hutan Mangrove.
Tarsoen, w. 2008.Konsepsi Manajemen
Kerusakan Hutan Mangrove. Jakarta.
Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis
Pengenalan dan Pengelolaan
Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan –
Institut Pertanian Bogor. Bogor,
Indonesia.
Nybakken, J.W. 1992.Biologi Laut Suatu
Pendekatan Ekologis. Alih bahasa
oleh M. Eidman., Koesoebiono., D.G.
Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta,
Indonesia.
Dahuri, Rohmin. 2003. Keanekaragaman
Hayati Laut. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
10
Elly, J. 2008. Pertumbuhan Rhizophora di
Kawasan Berlantung. Artikel ilmial
PEMKO Tanjungpinang. 2009. Laporan
Identifikasi Kawasan Lindung dan
Kawasan Hutan Kota di Kota
Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan
Riau.
Saiful. Z. 2010. Wordpress. Laporan
produktifitas perairan, Fakultas Ilmu
Perikanan dan kelautan, UNHAS.