tingkat pengetahuan

12
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DETEKSI DINI KANKER SERVIK DENGAN METODE IVA DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG Arianti Wachidatul Nisa 1) , Surjani 2) , Kartika Sari 3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email : up2m@akbidngudiwaluyo ABSTRAK Kanker Serviks, sering disebut juga kanker mulut rahim atau kanker leher rahim, adalah kanker yang berasal dari mulut rahim, merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 90% nya di temukan dalam kondisi stadium lanjut. Hal ini karena masih rendahnya pelaksanaan skrining. Namun lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut sehingga banyak pasien meninggal karena terlambat ditemukan dan diobati. Hal ini karena kurangnya pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks. Jumlah penderita kanker serviks di Desa Sidomukti sebanyak 8 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Desain penelitian analisa bivariat dengan pendekatan cross sectional dan pengambilan data menggunakan data primer. Populasi seluruh wanita usia subur di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang sebanyak 875 wanita. Sampel menggunakan teknik sampling Quota Sampling didapatkan responden sebanyak 90 responden. Hasil Penelitian dapat diketahui bahwa ada hubungan antara tingkat umur dengan tindakan pengetahuan kanker serviks dengan nilai p value 0,008. Ada hubungan antara pendidikan dengan tindakan pengetahuan kanker serviks dengan nilai p value 0,001. Diharapkan tokoh masyarakat mampu memberikan informasi terutama menambah pengetahuan tentang kanker serviks. Kata Kunci : Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Umur Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan tentang Deteksi Dini Kanker Servik dengan Metode IVA di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang 1

Upload: indra-hizkia-perangin-angin

Post on 15-Sep-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pengetahuan

TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DETEKSI DINI KANKER SERVIK DENGAN METODE IVA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DETEKSI DINI KANKER SERVIK DENGAN METODE IVADI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN

KABUPATEN SEMARANGArianti Wachidatul Nisa1), Surjani2), Kartika Sari3)

Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo

Email : up2m@akbidngudiwaluyoABSTRAK

Kanker Serviks, sering disebut juga kanker mulut rahim atau kanker leher rahim, adalah kanker yang berasal dari mulut rahim, merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 90% nya di temukan dalam kondisi stadium lanjut. Hal ini karena masih rendahnya pelaksanaan skrining. Namun lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut sehingga banyak pasien meninggal karena terlambat ditemukan dan diobati. Hal ini karena kurangnya pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks. Jumlah penderita kanker serviks di Desa Sidomukti sebanyak 8 kasus.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

Desain penelitian analisa bivariat dengan pendekatan cross sectional dan pengambilan data menggunakan data primer. Populasi seluruh wanita usia subur di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang sebanyak 875 wanita. Sampel menggunakan teknik sampling Quota Sampling didapatkan responden sebanyak 90 responden.

Hasil Penelitian dapat diketahui bahwa ada hubungan antara tingkat umur dengan tindakan pengetahuan kanker serviks dengan nilai p value 0,008. Ada hubungan antara pendidikan dengan tindakan pengetahuan kanker serviks dengan nilai p value 0,001.

Diharapkan tokoh masyarakat mampu memberikan informasi terutama menambah pengetahuan tentang kanker serviks.

Kata Kunci : Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Umur

ABSTRACT

Cervical Cancer, often referred as uterine cancer, is cancer that originates from uterine cancer is the second biggest cancer after breast cancer. In Indonesia, almost 90% of cervical cancer were found in advanced stages .This is because the low rate of implementation of screening. However more than 70% patients come for check up on advanced stages so many patients died because it is late to be found and got treatment.. This is due to lack of knowledge about the early detection of cervical cancer. At Sidomukti village there are 8 cases of cervical cancer.

The purpose of this research is to know factors associated with knowledge level of fertile age woman about cervical cancer early detection with IVA Sidomukti village Bandungan Semarang regency.

The study design was bivariate analysis with cross sectional approach and data retrieval used primary data. The population were all fertile age women at Sidomukti Village Bandungan Semarang Regency as many as 875 people. Sample used quota sampling technique were found 90 repondents.

The result there is correlation between level of age and the level of knowledge about cervical cancer with the p value 0,008.There is correlation between level of education and the level of knowledge about cervical cancer with p value 0,001.

Community leaders are expected to provide information primarily to increase knowledge about cervical cancer.

Keywords : Education, knowlegde level,agePENDAHULUANLatar Belakang Secara umum penyakit kanker merupakan penyakit berbahaya, karena penyakit ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian. Kenyataan menunjukkan, hampir semua penderita kanker teridentifikasi pada stadium yang tinggi, karena pada stadium rendah cenderung tidak menimbulkan gejala pada tubuh manusia. Sehingga rata-rata penderita kanker yang ada diketahui setelah stadium tinggi, yang cenderung sulit diatasi (Diananda, 2009). Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang sanggama (vagina) (Diananda, 2009).

Hampir 90% kejadian kanker serviks terjadi di negara sedang berkembang. Angka kejadian kanker serviks tertinggi di Afrika yaitu lebih dari 45 per 100.000 orang per tahun disusul Asia Tenggara 30 40 per 100.000 perempuan tiap tahun (Siswanto, 2010).

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Indonesia merupakan negara kedua setelah China, yang memiliki pengidap kanker serviks terbanyak, yaitu dengan angka kejadian penyakit baru 15.000 kasus kanker serviks, yang kurang lebih merenggut 8000 kematian di Indonesia setiap tahunnya (YKI, 2010).

Setiap wanita beresiko terkena kanker serviks. Diperkirakan 80% wanita akan terinfeksi oleh Human Papiloma Virus (HPV) selama masa hidupnya. Sebanyak 50% diantaranya akan terinfeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks. Adapun perkembangan setelah infeksi HPV menjadi kanker serviks biasanya terjadi setelah 10 20 tahun, walaupun jarang terjadi sebagian lesi prakanker dapat menjadi kanker dalam waktu satu atau dua tahun. Kanker serviks ini dapat muncul pada perempuan usia 35 55 tahun. Beberapa data yang lain menyebutkan kanker serviks ternyata dapat tumbuh pada wanita yang usianya lebih muda dari 35 tahun, terutama wanita yang aktif secara hubungan seksual sebelum umur 17 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko terserang kanker leher rahim 3 kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Kanker serviks juga berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Semakin banyak jumlah pasangan seksual yang dimiliki, maka semakin meningkat pula risiko terjadinya kanker serviks. Jumlah pasangan seksual, jumlah kehamilan yang pernah dialami juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Indonesia diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus baru kanker serviks parahnya setiap harinya meninggal dunia karena kanker serviks tersebut (Diananda, 2009).

Melihat tingginya angka penderita, maka tidak mengherankan bila penyakit ini merupakan momok yang menakutkan bagi perempuan. Padahal kanker serviks termasuk jenis kanker yang mudah dideteksi secara dini dan dapat dicegah atau diobati sebelum berkembang ke stadium lanjut, namun lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut sehingga banyak pasien meninggal karena terlambat ditemukan dan diobati (Aziz, 2009).

Pada tahap awal, penyakit kanker serviks ini tidak menimbulkan gejala yang mudah diamati. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut, yaitu munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim (contact bleeding), keputihan yang berlebihan dan tidak abnormal, perdarahan di luar siklus menstruasi, serta penurunan berat badan dratis. Kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung, hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal, itu sebabnya, perempuan yang sudah aktif secara seksual amat dianjurkan untuk melakukan deteksi dini untuk mengetahui kanker serviks stadium dini. Salah satu cara yaitu dengan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Cara lain untuk mendeteksi dini kanker serviks yaitu dengan metode pap smear, kolposkopi, schillen test, kolpomikroskopi, pap-net. IVA merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker serviks sedini mungkin. Alat ini begitu sederhana yang lebih praktis, murah dan saat pemeriksaanya tidak perlu ke laboratorium (Diananda, 2009).

Pemeriksaan metode IVA sendiri mulai dicanangkan di Indonesia oleh Departemen Kesehatan Jawa Tengah sejak pertengahan tahun 2009. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di puskesmas atau di tempat bidan praktek bidan swasta, karena selain praktis dan murah, metode ini juga mempunyai akurasi yang tinggi sehingga banyak wanita tertarik mengikuti pemeriksaan IVA. Syarat pemeriksaan dengan metode ini adalah wanita yang sudah pernah menikah, dan dianjurkan untuk wanita yang berusia 30 50 tahun, karena pada usia tersebut wanita lebih rentan terkena kanker serviks. (Sahrial, 2009).

Pencegahan kanker serviks dengan metode IVA ini sangat sederhana hanya dengan mengoleskan asam cuka pada leher rahim lalu melihat reaksi perubahannya dalam waktu kurang lebih satu menit, maka kondisi prakanker dapat dideteksi. Hasil dari pemeriksaan IVA normal, IVA dapat diulang setiap tiga atau lima tahun. Hasil IVA didapatkan bercak putih maka kemungkinan besar itu adalah kanker serviks. Walaupun tidak tertutup kemungkinan penyakit seksual lainnya, namun yang jika ada bercak putih maka tandanya rahim sedang dalam keadaan tidak normal (Sukaca, 2009). Kendala di negara yang sedang berkembang dengan cara IVA adalah kurangnya pengorganisasian secara rapi dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks. Pengetahuan sangat penting untuk memahami apa dan bagaimana penyakit kanker tersebut, sebab pengenalan dan pemahaman sejak dini akan mampu mendeteksi setiap gejala penyakit, sehingga penyakit kanker ini bisa ditangani, karena jika sudah terdeteksi, penanganannya pun akan efektif dan efisien, sehingga tidak terlalu membahayakan dan bahkan bisa ditangani secara tuntas (Diananda, 2009). Pengetahuan juga dipengaruhi oleh umur dan pendidikan, karena dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan juga dipengaruhi oleh umur, karena dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya (Notoatmodjo, 2003).Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandang atau masyarakat yang pendidikannya tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau penyuluhan yang diberikan dan lebih cepat merubah sikapnya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nursalam (2003), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah pula menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pemberian informasi tentang kebiasaan hidup sehat dan cara pencegahan penyakit diharapkan akan terjadi peningkatan pengetahuan sikap dan perilaku kesehatan dalam diri individu/kelompok sasaran yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan. Semua orang hidup dalam kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lambang, khususnya bahasa (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan Studi Pendahuluan di RSUD Ambarawa didapatkan jumlah penderita kanker serviks yang rawat jalan di RSUD Ambarawa pada bulan Januari September tahun 2012 sebanyak 21 kasus, dengan kasus baru sebanyak 4 orang, kasus lama sebanyak 17 kasus. Penderita kanker serviks terbanyak di daerah Sidomukti sebanyak 8 orang, daerah Duren sebanyak 4 orang, daerah Ambarawa 5 orang dan daerah Bergas sebanyak 4 orang. Penderita kanker serviks yang rawat inap pada bulan Januari September sebanyak 9 orang. Serta data yang didapatkan dari bidan desa di Sidomukti, pada tahun 2010 lalu pernah dilakukan deteksi dini kanker servik dengan metode IVA, tetapi masih banyak masyarakat yang tidak mengerti tentang pentingnya metode tersebut. Pemeriksaan dengan metode IVA ini biayanya sangat rendah dan terjangkau. Berdasarkan data sumber daerah terbanyak yang menderita kanker serviks adalah daerah Sidomukti maka peneliti tertarik untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain korelasi tentang adanya hubungan antara tingkat umur dengan tingkat pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker servik dengan metode IVA, serta adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker servik dengan metode IVA. Penelitian sudah dilaksanakan pada bulan Januari 2013 dengan jumlah populasi berjumlah 875 WUS yang tinggal di Desa Sidomukti. Sample dalam penelitian ini sejumlah 90 WUS yang berumur 20-35 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan sifat samplenya tersebut dapat mewakili semua populasi. Penelitian ini menggunakan teknik Quota Sampling di desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang secara door to door.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah WUS yang bisa membaca dan menulis serta sudah menikah maupun belum yang tinggaal di desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur dan pendidikan, serta variabel terikatnya adalah tingkat pengetahuan

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan 24 item mengenai pengetahuan WUS yang meliputi tentang pengertian kanker servik, penyebab kanker servik, tanda dan gejala kanker servik, pengertian metode IVA, tempat pemeriksaan IVA, alasan melakukan pemeriksaan IVA, petugas pemeriksa IVA, waktu pemeriksaan IVA, hasil pemeriksaan IVA, alat yang digunakan dalam pemeriksaan IVA, kelebihan dalam pemeriksaan IVA.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner. Sebelum melakukan pengisian kuesioner, responden mengisi lembar informed consent terlebih dahulu.

Analisis data penelitian ini menggunakan uji statistik Chi Kuadrat untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat umur dengan tingkat pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker servik dengan metode IVA dan mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker servik dengan metode IVA.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan tingkat umur WUS di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.UmurFrekuensiPresentase (%)

20 - 253741,1

25 - 303033,3

30 - 352325,6

Total90100,0

Dari hasil penelitian ini didapatkan tingkat umur WUS sebagian besar berumur 20 25 tahun dengan jumlah rsponden sebanyak 37 responden (41,1%).Tabel 2.Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan WUS di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.PendidikanFrekuensiPresentase (%)

Dasar5864,4

Menengah3033,3

Tinggi22,2

Total90100,0

Dari hasil penelitian ini didapatkan tingkat pendidikan WUS sebagian besar pada kategori dasar dengan jumlah responden sebanyak 58 responden (64,4%).Tabel 3.Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan WUS di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.PengetahuanFrekuensiPresentase (%)

Kurang3943,3

Sedang3033,3

Baik2123,3

Total90100,0

Dari hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan WUS sebagian besar berpengetahuan kurang dengan jumlah responden sebanyak 39 responden (43,3%)Tabel 4.Hubungan antara tingkat umur dengan tingkat pengetahuan WUS di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten SemarangUmurTingkat PengetahuanTotal

Ku rang%Sedang%Baik %%

20 252259.5718.98 21,621.6%37

25 301446.71136.75 16,716.7%30

30 35313.01252.28 34,834.8%23

Total3943.33033.321 23,323.3%90

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi Kuadrat, diperoleh p sebesar 0,008. Nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau ada hubungan yang sifnifikan antara tingkat umur dengan tingkat pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker servik dengan metode IVA di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

Tabel 4.Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan WUS di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten SemarangPendidikanTingkat Pengetahuan

Kurang%Sedang%Baik %Total

Dasar3153,42136,26 10,358

Menengah826,7930,013 43,330

Tinggi00,000,02 100,02

Total3943.33033.321 23,390

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi Kuadrat, diperoleh p sebesar 0,001. Nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau ada hubungan yang sifnifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker servik dengan metode IVA di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.Pembahasan

Berdasarkan tabel diatas ini menunjukkan bahwa tingkat umur responden yang banyak pada kategori 20 25 tahun sebanyak 37 responden (41,1%). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. Pada tingkat pendidikan responden yang terbanyak pada kategori dasar sebanyak 58 responden (64,4%). Pendidikan responden pada penelitian ini kebanyakan pada kategori dasar yaitu berpendidikan SD dan SMP. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan pada penelitian ini juga ada yang rendah dan tinggi sehingga bervariasi. Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang yang mendasari sikap dan perilaku seseorang terutama dalam pemeliharaan kesehatan. Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandang atau masyarakat yang pendidikannya tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau penyuluhan yang diberikan dan lebih cepat merubah sikapnya dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan WUS sebagian besar berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 39 responden (43,3%), berpengetahuan sedang sebanyak 30 responden (33,3%), berpengetahuan baik sebanyak 21 responden (23,3%). Pengetahuan responden tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA pada penelitian ini sebagian kurang cukup disebabkan WUS belum banyak memperoleh informasi tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA. Pengetahuan responden tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA masih ada pada kategori kurang. Pengetahuan kurang dapat disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan responden tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA. Pengetahuan yang kurang juga dapat disebabkan salahnya informasi yang didapatkan tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA. Hubungan antara tingkat umur dengan tingkat pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker servik dengan metode IVA dari tabulasi silang didapatkan responden yang berumur 20 25 tahun kurang dalam tingkat pengetahuan dibandingkan responden yang berumur 25 30 tahun dan 30 35 tahun, dapat dilihat dari beberapa pertanyaan yang dijawab oleh responden yang berumur 20 25 kebanyakan tidak bisa menjawab pada soal tentang pengertian kanker servik, pengertian metode IVA, kelebihan pemeriksaan IVA, dan tempat pemeriksaan IVA. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa nilai p value < 0.05 (0.008) yang artinya Ha diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat umur WUS dengan tingkat pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker servik dengan metode IVA dari tabulasi silang didapatkan responden yang berpendidikan dasar kurang dalam tingkat pengetahuan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan menengah dan tinggi, hal ini disebabkan seseorang dengan pendidikan tinggi memiliki kemampuan untuk menyerap informasi lebih banyak dan lebih mengutamakan kesehatan daripada responden yang berpendidikan rendah, dapat dilihat dari beberapa pertanyaan yang dijawab oleh responden yang berpendidikan dasar kebanyakan tidak bisa menjawab pada soal tentang pengertian kanker servik, pengertian metode IVA, kelebihan pemeriksaan IVA, waktu pemeriksaan IVA, alat yang digunakan dalam pemeriksaan IVA dan tempat pemeriksaan IVA. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa nilai p value