tingkat kelulusan ujian osce pada mahasiswa …

27
TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2015 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Gusti Ayu Rahayu Windaswari 1402005037 Dosen Pembimbing : dr. I Gde Haryo Ganesha, S.ked Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2017

Upload: others

Post on 21-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA PROGRAM

STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2015 FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Gusti Ayu Rahayu Windaswari

1402005037

Dosen Pembimbing : dr. I Gde Haryo Ganesha, S.ked

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar

2017

Page 2: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

Kata Pengantar

Om Swastyastu,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan tugas Elective Study Semester V

dengan judul “Tingkat Kelulusan Ujian OSCE pada Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Dokter Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana” tepat pada waktu yang ditentukan. Dalam kesempatan ini,

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

kelancaran penulisan antara lain kepada :

1. Dr.dr.I.W.P.Sutirta Yasa, selaku Ketua Blok Elective Study Semester V

Program studi Pendidikan Dokter FK Unud atas bantuan moral dan material

yang diberikan.

2. dr. Putu Ayu Asri Darmayanti, M.Kes selaku Sekretaris Blok Elective Study

yang telah memberikan petunjuk mengenai penulisan laporan ini.

3. dr. I Gusti Ayu Sri Darmayani, Sp.OG selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan selama penulisan laporan ini.

4. dr. I Gde Haryo Ganesha, S.ked selaku pembimbing II yang juga telah

memberikan dukungan bimbingan selama penulisan laporan ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang

telah memberikan bantuan moral dan material dalam penyusunan laporan

ini.

Laporan akhir ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan Blok

Elective Study Semester V Program studi Pendidikan Dokter FK Unud. Dalam

kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu kelancaran penulisan.

Penulis menyadari bahwa Laporan Akhir ini masih jauh dari sempurna,

kritik dan saran yang membangun untuk membantu penyempurnaan Laporan Akhir

ini sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat

luas.

Om Çantih, Çantih, Çantih Om

Denpasar, Januari 2017

Penulis

Page 3: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................... i

Kata Pengantar ..................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3

1.3 Tujuan .................................................................................. 3

1.4 Manfaat ................................................................................ 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 4

2.1 Pengertian BCS ................................................................... 4

2.2 Pengertian OSCE ................................................................. 6

2.3 Aplikasi Pelatihan BCS dalam Pelaksaan OSCE .................. 8

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kelulusan OSCE Lokal ........... 9

2.5 Pelaksaan OSCE di Fakultas Kedokteran Udayana .............. 11

2.6 OSCE Lokal sebagai Persiapan OSCE Nasional .................. 12

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS..... 15

3.1 Kerangka Berfikir ................................................................. 15

3.2 Kerangka Konsep .................................................................. 17

3.3 Hipotesis .............................................................................. 17

BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................... 18

4.1 Desain Penelitian ................................................................. 18

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 18

4.3 Subjek Penelitian .................................................................. 18

4.4 Identifikasi Variabel ............................................................. 20

4.5 Definisi Operasional ............................................................. 21

4.6 Instrumen Penelitian ............................................................. 22

4.7 Persetujuan Setelah Penjelasan ............................................. 22

4.8 Prosedur Pengambilan Data .................................................. 23

4.9 Cara Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 23

Daftar Pustaka ...................................................................................... 24

Lampiran .............................................................................................. 26

Page 4: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

BAB. I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2006 Konsil Kedokteran Indonesia mengadopsi

pendidikan KBK sebagai dasar untuk sarjana kedokteran yang jelas

menyatakan orientasi kurikulum merujuk ke dokter keluarga. Gagasan

dasarnya menjelaskan bahwa semua mahasiswa kedokteran akan

mempelajari 7 kompetensi yaitu komunikasi yang efektif, keterampilan

klinis, pengetahuan medis, manajemen pasien, manajemen informasi, long-

life learning, dan etika profesionalisme (Claramita et al, 2011).

Menjadi mahasiswa kedokteran merupakan tahap awal untuk

menjadi seorang dokter klinis. Dalam dunia klinis, tidak hanya mempelajari

teori saja, melainkan pelatihan keterampilan klinis membuat seorang dokter

lebih percaya diri dalam bekerja (Aboud, 2013). Clinical Skill menjadi salah

satu pelatihan terpenting pada setiap bagian dari pendidikan dokter.

Kemampuan untuk berpikir klinis dan keterampilan klinis mahasiswa

kedokteran sangat diharapkan. Oleh karena itu "learning by doing",

bertindak dalam hal ini yaitu melatih skill adalah sebagai salah satu cara

efektif untuk belajar. Berlatarbelakang kurikulum berbasis kompetensi ini,

secara tidak langsung menciptakan proses yang berbeda disetiap pelatihan

clinical skill bagi mahasiswa pendidikan dokter di setiap universitas (Bajow

et al, 2015).

Simulasi klinis adalah salah satu prosedur yang dapat digunakan

dalam pendidikan kesehatan, dimana simulasi klinis ini sebisa mungkin

mirip dengan situasi yang sebenarnya di lapangan. Tujuan utama dari

Page 5: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

simulasi klinis ini difokuskan untuk memperoleh keterampilan klinis.

Simulasi klinis ini tidak hanya melibatkan pengetahuan yang dimiliki

mahasiswa kedokteran namun juga pendidikan afektif, seperti pelatihan

komunikasi dengan pasien serta sikap dan prosedur dalam pemeriksaan

(Akaike et al, 2012).

Pelatihan clinical skill didasarkan pada pembelajaran yang aktif dan

teori pembelajaran orang dewasa. Dimana mahasiswa umumnya dapat

mengingat 90% teori dari pembelajaran yang aktif ditambah dengan

pengalaman melalui pelatihan clinical skill yang dilakukan (Akaike et al,

2012).

Untuk melihat kemampuan clinical skill mahasiswa dan juga

melihat efektivitas dari pelatihan clinical skill, maka pihak universitas

biasanya menyelenggarakan ujian keterampilan klinis yang dikenal dengan

Objective Structured Clinical Examination (OSCE). OSCE ini dibagi

menjadi dua kategori yaitu OSCE lokal yang diselenggarakan setiap akhir

semester atau setiap tahun ini diserahkan kepada masing-masing

universitas, dimana universitas memiliki kewenangan untuk menjalankan

sebagaimana mestinya OSCE sesuai sistem yang diterapkan pihak

universitas. Selanjutnya terdapat OSCE Nasional yang diselenggarakan

secara serempak oleh setiap universitas dengan ketentuan yang sama yang

dibuat oleh pusat. OSCE lokal ini akan memberikan gambaran OSCE

Nasional yang wajib diikuti oleh mahasiswa kedokteran untuk mendapatkan

sertifikat kompetensi. Tak terkecuali Fakultas Kedokteran universitas

Udayana juga melakukan penilaian keterampilan klinis ini. Pada tahun 2013

Page 6: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

ini, mulai dilakukan OSCE Nasional sebagai salah satu penilaian

kemampuan klinis mahasiswa kedokteran sebelum menjadi dokter yang

sebenarnya (Risahmawati et al, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Pada penjabaran latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat

diangkat yaitu “Bagaimana tingkat kelulusan ujian OSCE pada mahasiswa

pendidikan dokter angkatan 2015 di Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui tingkat kelulusan ujian

OSCE pada mahasiswa pendidikan dokter angkatan 2015 di Fakultas

Kedokteran universitas Udayana.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Sebagai salah satu motivasi untuk meningkatkan nilai OSCE dan

dapat memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai

OSCE.

1.4.2 Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai salah satu gambaran untuk mengetahui nilai OSCE

mahasiswa pendidikan dokter dan evaluasi dari sistem yang

berkaitan dengan kegiatan OSCE.

Page 7: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

BAB. II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian BCS

Pelatihan keterampilan klinis adalah pelatihan yang bertujuan

menyiapkan mahasiswa kedokteran dalam menghadapi kepaniteraan klinik.

Idealnya, Pelatihan keterampilan klinis dimulai sejak awal semester, karena

akan meningkatkan minat belajar mahasiswa dan memberikan persiapan

yang lebih baik untuk menjalani kepaniteraan klinik (Widyandana et al,

2015).

Peran utama dari pelatihan keterampilan klinis adalah menawarkan

suatu metode pembelajaran inovatif yang efisien untuk mengisi kesenjangan

antara pengetahuan teoritis dan praktek klinis. Pentingnya keterampilan

klinis melihat dari fakta bahwa keterampilan klinis adalah poros dari

pekerjaan sehari-hari dari semua profesional kesehatan (Widyandana et al,

2015).

Dalam setiap universitas yang terdapat program pendidikan dokter,

basic clinical skill yang menjadi salah satu bekal saat menjalankan profesi

tak terdapat standar khusus dalam proses pelatihannya. Dengan kata lain,

tidak ada standar nasional yang pasti untuk proses pelatihan basic clinical

skill bagi mahasiswa kedokteran. Setiap universitas akan memiliki proses

pelatihan ketrampilan klinis berbeda-beda. Namun ini sangat kontras ketika

kita melihat adanya standar yang seragam untuk menilai pengetahuan klinis

mahasiswa yang ditentukan dalam kurikulum (Widyandana et al, 2015).

Page 8: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

Pada tingkat satuan pendidikan, komponen yang paling penting

yang dibutuhkan dalam pendidikan keterampilan klinis yang efektif adalah

(Widyandana et al, 2015) :

Seorang dosen yang terampil dan bersedia membimbing

Mahasiswa yang telah siap dan memiliki motivasi

Seorang pasien yang bisa memberikan informasi dan yang bersedia

Waktu dan kesempatan untuk mengulang keterampilan prakteknya,

termasuk paparan dalam jumlah yang memadai dan beragam kelompok

pasien

Sikap tanggung jawab yang professional terhadap pasien oleh

mahasiswa dan dosen

Waktu dan kesempatan untuk melakukan umpan balik yang efektif

antara mahasiswa dan dosen

Selain hal tersebut diatas, pada SKDI 2012 dijelaskan juga bahwa

output dokter yang diharapkan masyarakat era sekarang dalam kaitannya

dengan keterampilan klinis yaitu lulusan dokter mampu :

1. Melakukan prosedur diagnosis :

- Melakukan dan menginterpretasi hasil auto-, allo- dan hetero-

anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan khusus sesuai dengan

masalah pasien

- Melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang dasar dan

mengusulkan pemeriksaan penunjang lainnya yang rasional

2. Melakukan prosedur penatalaksanaan masalah kesehatan secara

holistik dan komprehensif

Page 9: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

- Melakukan edukasi dan konseling

- Melaksanakan promosi kesehatan

- Melakukan tindakan medis preventif

- Melakukan tindakan medis kuratif

- Melakukan tindakan medis rehabilitatif

- Melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat

membahayakan diri sendiri dan orang lain

- Melakukan tindakan medis pada kedaruratan klinis dengan

menerapkan prinsip keselamatan pasien

- Melakukan tindakan medis dengan pendekatan medikolegal

terhadap masalah kesehatan/kecederaan yang berhubungan dengan

hukum

2.2 Pengertian OSCE

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan

suatu evaluasi atau penilaian terhadap keterampilan klinis yang dimiliki

mahasiswa kedokteran terkait pengetahuan yang dimiliki. Evaluasi dalam

OSCE ini tergantung dari materi yang diberikan, bisa berupa menulis dalam

lembar jawaban ataupun penilaian keterampilan yang terkait dengan proses

pembelajaran sebelumnya. Penilaian yang dilakukan selama OSCE

berlangsung dilakukan oleh para observer yang telah disediakan dimana

perolehan nilai mahasiswa didasarkan atas ketepatan jawaban ataupun

keterampilan yang diperlihatkan dalam menghadapi pasien dengan kategori

yang terdapat pada checklist setiap stase (Krishnamurthy et al, 2015).

Page 10: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

OSCE yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran ini sebagai salah

satu tolak ukur untuk mengevaluasi Clinical Skill yang dimiliki oleh

mahasiswa. Dimana yang dinilai yaitu keterampilan sikap serta perilaku

yang merupakan standar yang digunakan oleh dokter klinik untuk

menghadapi pasien dan juga sebagai tolak ukur penilaian yang valid

terhadap kinerja klinik mahasiswa kedokteran (Gemiyani et al, 2014).

Pada OSCE yang sering dinilai adalah kemampuan klinis

mahasiswa, kompetensi dalam keterampilan seperti komunikasi,

pemeriksaan klinis, prosedur medis, resep, pemeriksaan penunjang dan

intepretasi hasil (Krishnamurthy et al, 2015). Pelaksaan OSCE biasanya

terdiri dari beberapa station pendek (biasanya 5-10 menit meskipun

beberapa menggunakan hingga 15 menit). Dimana setiap station memiliki

materi yang berbeda dan juga observer yang berbeda penda dari pertukaran

station ini yaitu suara bel yang berbunyi setiap 5 menit (Bhowate et al,

2014).

OSCE ini dikembangkan untuk mengurangi bias dalam penilaian

secara kompetensi klinis dimana berbagai aspek kompetensi klinis

dievaluasi secara komprehensif, konsisten, dan terstruktur dengan

memperhatikan objektivitas dari proses yang dijalani (Alaidarous et al,

2016).

Terdapat 10 langkah yang arus dipersiapkan lembaga pendidikan

untuk melakukan OSCE yaitu : memastikan sarana dan prasarana untuk

OSCE, batas waktu yang pasti dalam setiap station, penyusunan blueprint,

mempersiapkan kasus-kasus, pembuatan checklist penilaian, penentuan

Page 11: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

pasien dan pelatihan untuk calon pasien, penentuan penguji, pengaturan sesi

ujian, pelaporan data dan hasil, dan yang terakhir yaitu pengembangan

kepustakaan kasus-kasus (Kurniasih, 2014).

2.3 Aplikasi Pelatihan BCS dalam Pelaksanaan OSCE

Pendidikan kedokteran dibagi atas dua tahap, yaitu tahap pre-klinis

dan fase klinis. Selama mahasiswa masih dalam fase pre-klinis akan

diajarkan keterampilan klinis dasar (BCS). BCS sebagai bagian dari

Kurikulum PBL merupakan salah satu metode yang memberikan

mahasiswa kesempatan untuk mengekspos keterampilan klinis pada tahap

yang sangat awal dalam pendidikan kedokteran. Untuk melihat kemampuan

clinical skill mahasiswa dan juga melihat efektivitas dari pelatihan clinical

skill, maka pihak universitas biasanya menyelenggarakan ujian

keterampilan klinis yang dikenal dengan Objective Structured Clinical

Examination (OSCE) (Risahmawati et al, 2015).

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan

suatu evaluasi atau penilaian terhadap keterampilan klinis yang dimiliki

mahasiswa kedokteran terkait pengetahuan yang dimiliki. Evaluasi dalam

OSCE ini tergantung dari materi yang diberikan, bisa berupa menulis dalam

lembar jawaban ataupun penilaian keterampilan yang terkait dengan proses

pembelajaran sebelumnya. Penilaian yang dilakukan selama OSCE

berlangsung dilakukan oleh para observer yang telah disediakan dimana

perolehan nilai mahasiswa didasarkan atas ketepatan jawaban ataupun

Page 12: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

keterampilan yang diperlihatkan dalam menghadapi pasien dengan kategori

yang terdapat pada checklist setiap stase (Krishnamurthy et all, 2015).

OSCE dilaksanakan biasanya diakhir tahun ataupun diakhir

semester, ini tergantung kebijakan dari masing-masing Fakultas. OSCE

lokal (yang diadakan oleh masing-masing Fakultas Kedokteran) merupakan

penilaian komprehensif untuk mahasiswa sebagai bagian dari modul

penilaian dalam hal penalaran klinis mahasiswa. Selain itu, OSCE ini juga

mempersiapkan mahasiswa untuk menempuh OSCE Nasional yang

dilaksanakan sebagai bagian dari ujian kompetensi nasional untuk semua

lulusan mahasiswa kedokteran sebagai persyaratan untuk mendapatkan

sertifikat kompetensi. Ada delapan bidang yang dinilai dalam OSCE

Nasional yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, prosedur klinis,

penentuan diagnosis, diagnosis banding, pengobatan yang akan diberikan,

komunikasi dan profesionalisme (Risahmawati et al,2015).

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelulusan OSCE Lokal

OSCE lokal dilaksanakan biasanya diakhir tahun ataupun diakhir

semester, ini tergantung kebijakan dari masing-masing Fakultas. OSCE

lokal (yang diadakan oleh masing-masing Fakultas Kedokteran) merupakan

penilaian komprehensif untuk mahasiswa sebagai bagian dari modul

penilaian dalam hal penalaran klinis mahasiswa (Risahmawati et al,2015).

Pada OSCE yang sering dinilai adalah kemampuan klinis

mahasiswa, kompetensi dalam keterampilan seperti komunikasi,

pemeriksaan klinis, prosedur medis, resep, pemeriksaan penunjang dan

Page 13: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

intepretasi hasil. Pelaksaan OSCE biasanya terdiri dari beberapa station

pendek (biasanya 5-10 menit meskipun beberapa menggunakan hingga 15

menit). Dimana setiap station memiliki materi yang berbeda dan juga

observer yang berbeda (Krishnamurthy et al, 2015).

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja mahasiswa pada ujian OSCE

dipengaruhi oleh sifat non-kognitif individu, seperti persepsi mengenai

kecemasan yang dirasakan, rasa percaya diri, dan kesiapan disamping

penguasaan materi dan keterampilan yang dimiliki. Sehingga, observer

perlu memahami berbagai faktor non-kognitif yang mempengaruhi

mahasiswa pada saat OSCE. Secara khusus, beberapa literature

menunjukkan bahwa OSCE merupakan metode penilaian menegangkan

bagi mahasiswa, yang menimbulkan kecemasan daripada ujian-ujian

lainnya. Hal tersebut dikarenakan sebagian fakta bahwa format ujian seperti

ujian OSCE masih asing bagi mahasiswa sehingga menimbulkan

kecemasan (Kim K, 2016).

Kecemasan yang dirasakan oleh mahasiswa yang akan mengikuti

OSCE ini lebih banyak dikarenakan adanya perbedaan antara fasilitas fisik

ketika ujian dilaksanakan dengan ketika proses pembelajaran, pasien,

ekspektasi mengenai dosen yang mengajar dan penguji (Wiyandana et al,

2016).

Selain hal tersebut motivasi untuk belajar dan lulus merupakan salah

satu kunci keberhasilan melewati ujian OSCE. Motivasi belajar dipengaruhi

oleh penghargaan atau keberhasilan dalam hal prestasi yang sebelumnya

pernah diperoleh sehingga membangkitkan semangat untuk belajar lebih

Page 14: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

giat, selain itu faktor yang mempengaruhi motivasi dan semangat belajar

yaitu rasa kebosanan, kecemasan, dan juga nyaman dalam suatu situasi

sehingga tidak ingin untuk berusaha lebih keras lagi (Tjakradidjaja et al,

2016).

Interaksi peserta ujian dengan pasien sewaktu OSCE menjadi salah

satu kunci keberhasilan ujian OSCE. Penelitian menunjukkan sikap dokter

terhadap pasien berhubungan dengan kepuasan pasien. Sehingga dengan

kata lain, keterampilan berbicara dan empati perlu dalam menghadapi

pasien (Kim K, 2016).

2.5 Pelaksanaan OSCE di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Ujian di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana khususnya

program studi Pendidikan Dokter terbagi menjadi dua bagian ujian. Ujian

yang pertama yaitu ujian akhir blok, dimana ujian ini akan diselenggarakan

ketika satu blok telah berakhir. Ujian ini menggunakan sistem pilihan ganda

dengan sistem CBT. Tujuan dari ujian ini yaitu untuk mengukur

pengetahuan mengenai materi yang terkait dengan blok yang bersangkutan

(Saputra, 2014).

Ujian yang kedua yaitu ujian OSCE. Dimana ujian OSCE ini

diadakan di akhir semester. Ujian ini berkaitan dengan basic clinical skill

yang telah diberikan pada setiap blok selama satu semester. Tujuan dari

ujian ini yaitu untuk mengasah kemampuan mahasiswa melalui uji

keterampilan klinis (Wardhana et al, 2016).

Page 15: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

Pada OSCE yang sering dinilai adalah kemampuan klinis

mahasiswa, kompetensi dalam keterampilan seperti komunikasi,

pemeriksaan klinis, prosedur medis, resep, pemeriksaan penunjang dan

intepretasi hasil. Pelaksaan OSCE biasanya terdiri dari beberapa station

pendek (biasanya 5 di setiap station). Dimana setiap station memiliki materi

yang berbeda dan juga observer yang berbeda. Materi disesuaikan dengan

materi per blok yang dapat selamat satu semester. Ujian OSCE di Fakultas

Kedokteran ini hampir sama dengan pelaksanaan OSCE Nasional. Hal

tersebut untuk mempersiapkan mahasiswa untuk menempuh ujian OSCE

Nasional (Saputra, 2014).

2.6 OSCE Lokal sebagai Persiapan Menempuh OSCE Nasional

OSCE dilaksanakan biasanya diakhir tahun ataupun diakhir

semester, ini tergantung kebijakan dari masing-masing Fakultas. OSCE

lokal (yang diadakan oleh masing-masing Fakultas Kedokteran) merupakan

penilaian komprehensif untuk mahasiswa sebagai bagian dari modul

penilaian dalam hal penalaran klinis mahasiswa. Selain itu, OSCE ini juga

mempersiapkan mahasiswa untuk menempuh OSCE Nasional yang

dilaksanakan sebagai bagian dari ujian kompetensi nasional untuk semua

lulusan mahasiswa kedokteran sebagai persyaratan untuk mendapatkan

sertifikat kompetensi. Ada delapan bidang yang dinilai dalam OSCE

Nasional yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, prosedur klinis,

penentuan diagnosis, diagnosis banding, pengobatan yang akan diberikan,

komunikasi dan profesionalisme (Risahmawati et al, 2015).

Page 16: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

OSCE merupakan bagian dari penilaian keterampilan klinis serta

kompetensi yang dimiliki mahasiswa dengan penilaian yang terstruktur dan

objektif. Pada tahun 2013, Ditjen Dikti telah melaksanakan OSCE Nasional

serentak diberbagai universitas sebagai salah satu syarat untuk lulus sebagai

dokter yang berkompeten (Risahmawati et al, 2015). Beberapa

rangkaiannya meliputi Computer Based Test (CBT) yang merupakan suatu

tes untuk menguji pengetahuan mahasiswa dan selanjutnya diikuti oleh

ujian OSCE dimana untuk menguji keterampilan dan profesionalisme

mahasiswa yang akan menjadi dokter. Kompetensi yang diujikan meliputi

anamnesis, pemeriksaan fisik, interpretasi data untuk menunjang diagnosis,

tata laksana, komunikasi dan edukasi, serta perilaku professional. Tes

OSCE yang terdiri dari 12 station ini mempunyai beberapa macam variasi

yaitu pasient based, clinical task, dan written task. Di setiap station test,

para kandidat diberi waktu sekitar 15 menit dengan penanda bel dan di

pertengahan station ada waktu istirahat (Manuputty et al, 2015).

Dengan penjabaran mengenai OSCE Nasional tersebut dapat dilihat

bahwa persiapan untuk menempuh OSCE Nasional dapat dilakukan melalui

OSCE lokal yang diadakan di setiap universitas diakhir semester. Dimana

materi dari OSCE lokal ini sesuai dengan mata kuliah yang diajar pada saat

semester tersebut.

Page 17: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

BAB. III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Jenjang pendidikan kedokteran dibagi atas tahap pre-klinik dan klinik.

Tahapan ini harus dilalui oleh setiap mahasiswa kedokteran untuk menjadi

dokter yang kompeten dibidangnya. Pada tahap pre-klinik mahasiswa

kedokteran diberikan pembelajaran dasar-dasar teori untuk menambah

wawasan mahasiswa sebelum menuju ke tahap klinik. Pada sebagian besar

mahasiswa, proses pembelajaran yang diterapkan yaitu proses pembelajaran

orang dewasa, dimana mahasiswa umumnya dapat mengingat 90% teori

dari pembelajaran yang aktif ditambah dengan pengalaman. Sehingga pada

tahap pre-klinik akan diberikan juga Basic Clinical Skill (BCS) untuk proses

pembelajaran dalam hal pengaplikasian teori-teori dengan kaitannya pada

tahap klinis.

Pelatihan BCS ini juga sebagai persiapan mahasiswa untuk

menghadapi OSCE lokal, yaitu evaluasi atau penilaian keterampilan klinis

mahasiswa diakhir tahun ajaran ataupun bisa diakhir semester. Pelatihan

BCS yang diberikan akan sesuai dengan apa yang akan diujikan pada OSCE

lokal ini. Dimana OSCE lokal ini akan memberikan gambaran OSCE

Nasional yang wajib diikuti oleh mahasiswa kedokteran untuk mendapatkan

setifikat kompetensi. Tak terkecuali Fakultas Kedokteran universitas

Udayana juga melakukan penilaian keterampilan klinis ini. Pada tahun 2013

ini, mulai dilakukan OSCE Nasional sebagai salah satu penilaian

Page 18: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

kemampuan klinis mahasiswa kedokteran sebelum menjadi dokter yang

sebenarnya.

Pada OSCE yang sering dinilai adalah kemampuan klinis mahasiswa,

kompetensi dalam keterampilan seperti komunikasi, pemeriksaan klinis,

prosedur medis, resep, pemeriksaan penunjang dan intepretasi hasil.

Pelaksaan OSCE biasanya terdiri dari beberapa station pendek (biasanya 5

di setiap station). Dimana setiap station memiliki materi yang berbeda dan

juga observer yang berbeda. Materi disesuaikan dengan materi per blok

yang dapat selamat satu semester.

Ujian OSCE merupakan metode penilaian menegangkan bagi

mahasiswa, yang menimbulkan kecemasan daripada ujian-ujian lainnya.

Hal tersebut dikarenakan sebagian fakta bahwa format ujian seperti ujian

OSCE masih asing bagi mahasiswa sehingga menimbulkan kecemasan.

Selain dari rasa kecemasan yang dimiliki, rasa percaya diri, penguasaan

materi, motivasi belajar, konsentrasi, bahkan kehadiran ketika lecture dan

pelatihan BCS sedikit banyaknya berpengaruh pada kelulusan ujian OSCE.

Beberapa hal seperti tutor BCS, keterkaitan materi antara lecture, BCS, dan

OSCE, sarana dan prasarana, serta penilai dari observer juga memiliki

pengaruh yang cukup besar akan angka kelulusan dari ujian OSCE.

Page 19: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

3.2 Kerangka Konsep

3.3 Hipotesis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelulusan OSCE pada mahasiswa

Pendidikan Dokter angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana.

Faktor Internal

- Rasa percaya diri

- Kecemasan

- Penguasaan materi

- Motivasi belajar

- Kehadiran lecture

- Kehadiran BCS

- konsentrasi

Tingkat

Kelulusan Ujian

OSCE Faktor Eksternal

- Lingkungan

belajar

- Tutor BCS

- Keterkaitan

lecture, BCS, dan

materi OSCE

- Keterbatasan

waktu

- Sarana dan

prasarana

- observer

Page 20: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

BAB. IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilanjutkan

dengan desain cross sectional dimana pengukuran diukur satu kali saja

dalam satu waktu, tanpa diikuti dengan follow up. Rancangan penelitian ini

bertujuan untuk dapat melihat tingkat kelulusan ujian OSCE pada

mahasiswa kedokteran.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan kampus Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana pada mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2015.

Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2017-Desember 2017.

4.3 Subjek Penelitian

4.3.1 Populasi

4.3.1.1 Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana Program Studi Pendidikan Dokter.

4.3.1.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana Program Studi Pendidikan Dokter

angkatan 2015.

4.3.2 Sampel

Page 21: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

4.3.2.1 Kriteria Sampel

Kriteria sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Program

Studi Pendidikan Dokter angkatan 2015 yang telah memiliki nilai

OSCE semester 2 dan 3 serta memenuhi kriteria inklusi dan eklusi:

a. Kriteria Inklusi

1.Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2015 yang telah

memiliki nilai OSCE semester 2 dan 3.

2.Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan menyetujui

informed consent.

b. Kriteria Eksklusi

1. Subjek tidak dapat mengikuti proses pengisian kuesioner

sepenuhnya karena hal lain.

4.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian yang telah dietapkan dipilih dengan

menggunakan metode stratified random sampling. Pada cara ini

sampel dipilih secara acak untuk setiap strata, kemudian hasilnya

dapat digabungkan menjadi satu sampel yang terbebas dari variasi

untuk setiap strata.

4.3.2.3 Besar Sampel

Page 22: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

Jumlah sampel minimum yang dihitung dengan rumus besar

sampel untuk proporsi tunggal. Tidak ditemukan penelitian sejenis

yang pernah dilakukan sebelumnya, jadi besar proporsi adalah 50%

(P = 0,5) maka Q = 1 – P = 0,5. Besar ketetapan relatif yang

ditetapkan oleh peneliti yaitu 10% (d = 0,10). Besarnya Z α = 1,96

untuk α = 0,05. Perhitungannya:

𝑛 =(𝑍 ∝)2 𝑥 𝑃 𝑥 𝑄

𝑑2

𝑛 =(1,96)2 𝑥 0,5 𝑥 0,5

(0,10)2

𝑛 = 96

Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan kisaran sampel

96, namun untuk meminimalkan bias yang terjadi sampel bisa

ditambahkan 10%-20% dari perhitungan, sehingga jumlah sampel

yang akan diteliti dibutuhkan 116 orang.

4.4 Identifikasi Variabel

4.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah lingkungan belajar, rasa percaya

diri, kecemasan, penguasaan materi, motivasi belajar, kehadiran lecture dan

BCS, konsentrasi, keterkaitan materi lecture, BCS dan OSCE, keterbatasan

waktu, tutor BCS, sarana dan prasarana, serta observer.

4.4.27 Variabel Tergantung

Page 23: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

Variabel terikat dari penelitian ini adalah nilai kelulusan dari ujian OSCE

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana program studi

Pendidikan Dokter angkatan 2015.

4.5 Definisi Operasional

4.5.1 Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar ini dapat berpengaruh pada kelulusan OSCE,

dimana lingkungan belajar dapat dikategorikan menjadi keadaan disekitar

lingkungan tempat belajar mahasiswa yang dapat mempengaruhi proses dan

motivasi belajar siswa, meliputi

(1) Kondisi gedung kampus

(2) Ruang kelas

(3) Fasilitas belajar

(4) Keadaan cuaca

(5) kebisingan

4.5.2 Motivasi diri untuk belajar

Motivasi belajar mahasiswa merupakan sejumlah proses yang

menyebabkan timbulnya atau terjadinya pembelajaran yang menyebabkan

sikap antusiasme dalam belajar. Motivasi diri untuk lebih giat belajar

menjadi kunci untuk kelulusan ujian OSCE. Indikator motivasi belajar

meliputi :

(1) hasrat keinginan berhasil

(2) dorongan dan kebutuhan dalam belajar

(3) harapan dan cita-cita masa depan

Page 24: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

(4) penghargaan dalam belajar

(5) kegiatan yang menarik dalam belajar

(6) lingkungan belajar yang kondusif

4.5.3 Kecemasan

Rasa cemas yang dirasakan sewaktu akan memulai ujian OSCE

menjadi salah satu penghambat kelancaran ujian. Penilaian kecemasan ini

digunakan suatu skala penilaian yang sudah baku, yaitu Hamilton Rating

Scale fo Anxiety (HRS-A) dimana akan ada 56 pertanyaan dengan

penentuan derajat kecemasannya yaitu :

Skor <14 : tidak ada kecemasan

Skor 14-20 : kecemasan ringan

Skor 21-27 : kecemasan sedang

Skor 28-41 : kecemasan berat

Skor 42-56 : kecemasan berat sekali

4.6 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu dengan kuesioner.

Kuesioner dibuat berdasarkan data yang diperlukan dan yang ingin digali

dari sampel.

4.7 Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) / Informed Consent

Penelitian ini menggunakan subyek manusia dengan tujuan

penelitian yang berdasarkan etika dalam arti melindungi hak responden.

Lembar persetujuan akan dilampirkan pada bagian depan dari kuesioner

Page 25: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

agar responden mengetahui tujuan dan manfaat dari penelitian. Jika

responden bersedia untuk diteliti, mereka harus menandatangani lembar

persetujuan tersebut. Jika tidak, peneliti harus menghormati keputusan

responden.

4.8 Prosedur Pengambilan Data

Adapun langkah-langkah penelitian ini meliputi:

1. Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui data awal

2. Membuat proposal penelitian

3. Melakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner

4. Melakukan pengolahan dan analisa data

4.9 Cara Pengolahan dan Analisis Data

Data dalam penelitian ini merupakan data primer, dimana semua

data yang diperlukan diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada

semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Program Studi

Pendidikan Dokter angkatan 2015 yang telah memiliki nilai OSCE yang

memenuhi kriteria. Data diinput dan melakukan analisi data secara

deskriptif .

Page 26: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

DAFTAR PUSTAKA

Aboud, K. Al. (2013). Medical Students in the Practice : A Perspective, 3(3), 129–

130.

Akaike, M., Fukutomi, M., Nagamune, M., Fujimoto, A., Tsuji, A., Ishida, K., &

Iwata, T. (2012). Simulation-based medical education in clinical skills

laboratory, 59, 28–35.

Alaidarous, S., Awad, T., Masuadi, E., & Wali, S. (2016). Saudi Internal Medicine

Residents ’ Perceptions of the Objective Structured Clinical Examination as a

Formative Assessment Tool. Health Professions Education, 2(2), 121–129.

http://doi.org/10.1016/j.hpe.2016.04.001

Bajow, N., Djalali, A., Ingrassia, P. L., Ageely, H., Bani, I., & Corte, F. Della.

(2015). Disaster medicine curricula in Saudi Arabian medical schools Survey

development, 1–16. Journal of Emergency Medicine, Trauma and Acute Care

2015:8 http://dx.doi.org/10.5339/jemtac.2015.8

Bhowate, R, Panchbhai. A, Vagha. S & Tankhiwale. S, (2014). Introduction of

objective structured clinical examination ( OSCE ) in dental education in India

in the subject of oral medicine and radiology, 4(1).

http://doi.org/10.4103/0974-7761.143169

Claramita, M., Sutomo, A. H., Graber, M. A., & Scherpbier, A. J. J. (2011). Are

patient-centered care values as reflected in teaching scenarios really being

taught when implemented by teaching faculty ? A discourse analysis on an

Indonesian medical school ’ s curriculum, 10:4,

http://www.apfmj.com/content/10/1/4

Francisca A Tjakradidjaja, Yayi Suryo Prabandari, Titi Savitri Prihatiningsih,

Harsono. (2016). The Role of Teacher in Medical Student Self-Directed

Learning Process. Journal of Education and Learning. Vol. 10 (1) pp. 78-84.

Gemiyani. I. N, Asni. E & Hamidy. Y. M, (2014), Hubungan Adversity Quotient

(Aq) Dengan Nilai Osce Pada Mahasiswa Angkatan 2013 Fakultas

Kedokteran Universitas Riau, Vol.1 (2)

Page 27: TINGKAT KELULUSAN UJIAN OSCE PADA MAHASISWA …

Kim, K. (2016). Factors associated with medical student test anxiety in objective

structured clinical examinations : a preliminary study, 424–427.

http://doi.org/10.5116/ijme.5845.caec

Krishnamurthy, K., & Subbarao, K. S. V. K. (2015). Assessment , Evaluation and

Examinations ; Points to Ponder Introduction :, (2), 60–68.

Kurniasih, I. (2014.). Five Essential Keys in OSCE Planning , Vol. 3 (1) 42–51.

Manuputty, J., Yusuf, I., Patellongi, I., & As, S. (2015). Correlations between

Medical Students National Admission Test Score , Preclinical and Clinical

Year Mean Cumulative GPA and UKDI Score, 3(6), 697–701.

http://doi.org/10.12691/education-3-6-5

Risahmawati, Auda, R., Ardini, W., & Marita, F. (2015). National OSCE result as

parameter outcome of basic clinical skills training during preclinical phase,

4(4), 91–97.

Saputra, O. (2014). STUDENT ’ S MOTIVATIONS IN A PEER-ASSISTED,

4(September), 194–201.

Wardhana.C. A, Westa. I. W, (2016), Prevalence Of Anxiety Among Medical

Students That Participate UKMPPD In Faculty Of Medicine, Udayana

University , 1–12.

Widyandana, D., Majoor, G. D., & Scherpbier, A. (2016). Patients ’ Appreciation

of Pre-Clinical Student Performance in Primary Healthcare Centres in

Indonesia, 25(2), 81–86. http://doi.org/10.4103/1357-6283.103452

Widyandana, D., Majoor, G., & Scherpbier, A. (2012). Preclinical students ’

experiences in early clerkships after skills training partly offered in primary

health care centers : a qualitative study from Indonesia. BMC Medical

Education 2012, 12:35 http://www.biomedcentral.com/1472-6920/12/35