tingkat ii yogyakarta peraturan daerah … · pengairan. 4. undang-undang nomor ... yang melakukan...
TRANSCRIPT
LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta ) Nomor: 14 Tahun 1991 Seri: C ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 5 TAHUN 1988 (5/1988) TENTANG IJIN MEMBANGUN BANGUN-BANGUNAN DAN IJIN PENGGUNAAN BANGUN-BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa pelaksanaan Pola Pembangunan Nasional,
yang telah digariskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara mendorong perkembangan pembangunan di daerah.
b. bahwa laju perkembangan daerah di Kotamadya
Daerah Tingkat II Yogyakarta yang meliputi bangun-bangunan perlu ditingkatkan penertibannya dan pengaturannya searah dengan Rencana Induk Kota.
c. bahwa Peraturan Daerah Kotapraja Yogyakarta
Nomor 1 Tahun 1960 tentang Peraturan Sempadan, pembuatan dan pembongkaran bangunan, sudah tidak sesuai dengan keadaan.
d. bahwa atas dasar hal tersebut di atas, serta
agar pelaksanaan pembangunan dapat lebih menjamin ketertiban dan keselamatan umum maka dipandang perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang ijin Membangun Bangun-Bangunan dan Ijin Penggunaan Bangun-Bangunan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar dalam lingkungan Propinsi jawa Timur, jawa Tengah, jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan. 4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang
jalan.
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang
Perindustrian. 7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan. 8. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang
Rumah Susun jo. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988.
9. Algemene Voorwaarden Voor do Uitvoorin Bij
Aannowing Van Openbaro Workon (Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan bangunan umum yang dilelang). Statsblad 1941.
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1985
tentang Jalan. 11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 1986
tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan. 12. Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 1987
tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pekerjaan Umum kepada Daerah.
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun
1980 ten tang Pedoman Penyusunan Rencana Kota. 14. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
02/KPTS/1985 tentang Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.
15. Surat Keputusan Dewan Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 3/D.Pem.D/U.P./ Tahun 1951 tentang Penyerahan Kekuasaan Beberapa Urusan Kepada Kota Besar Yogyakarta.
16. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Yogyakarta Nomor 7 Tahun 1986 tentang Rencana Induk Kota Yogyakarta Tahun 1985-2005.
Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II
YOGYAKARTA TENTANG IJIN MEMBANGUN BANGUN-BANGUNAN
DAN IJIN PENGGUNAAN BANGUN-BANGUNAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: a. Kotamadya adalah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta. b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat
II Yogyakarta. c. Kepala Daerah ialah Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II
Yogyakarta. d. Dinas Tata Kota adalah Dinas Tata Kota Kotamadya Daerah
Tingkat II Yogyakarta. e. Bangun-Bangunan adalah setiap hasil pekerjaan manusia yang
tersusun, terletak pada tanah atau tertumpu pada batu-batu landasan secara langsung atau tidak langsung.
f. Mendirikan bangun-bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangun-bangunan seluruhnya atau sebagian, termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangun-bangunan itu.
g. Mengubah bangun-bangunan adalah pekerjaan mengganti atau nenambah bagian bangun-bangunan yang ada termasuk pekerjaan membongkar yang berhubungan dengan pekerjaan mengganti bagian bangun-bangunan tersebut.
h. Memperbaiki bangun-bangunan adalah pekerjaan memperbaiki sebagian bangun-bangunan dengan bahan bangunan yang sarana atau sejenis sehingga tidak terdapat perubahan struktur maupun konstruksi.
i. Membongkar bangun-bangunan adalah pekerjaan pembongkaran bangun-bangunan sebagian atau seluruhnya, untuk dibangun kembali dengan fungsi yang lain atau sama.
j. Ijin membangun bangun-bangunan yang selanjutnya disebut IMBB, adalah ijin untuk mendirikan, mengubah, memperbaiki dan atau membongkar bangun-bangunan.
k. Ijin penggunaan bangun-bangunan yang selanjutnya disebut IPBB ialah ijin untuk memulai menggunakan bangun-bangunan.
l. Perencanaan bangun-bangunan ialah perorangan at au badan hukum yang melakukan pekerjaan bidang perencanaan (design) bangun-bangunan.
m. Pelaksana bangun-bangunan iaiah perorangan atau badan hukum yang melakukan pekerjaan bidang pelaksanaan bangun-bangunan.
n. Pengawas bangun-bangunan ialah perorangan atau badan hukum yang melakukan tugas bidang pekerjaan pengawasan pelaksanaan pembangunan bangun-bangunan.
BAB II IJIN MEMBANGUN BANGUN-BANGUNAN BAGIAN PERTAMA UMUM Pasal 2
(1) Orang, Badan/Lembaga sebelum membangun bangun-bangunan di
wilayah Kotamadya Yogyakarta harus terlebih dahulu memiliki IMBB dari Kepala Daerah.
(2) Orang, Badan/Lembaga sebelum menggunakan bangun-bangunan
harus terlebih dahulu memiliki IPBB dari Kepala Daerah. Pasal 3 Mendirikan, mengubah memperbaiki atau membongkar bangun-bangunan tertentu harus: a. Direncanaoleh perencana bangun-bangunan. b. Dilaksanakan oleh pelaksana bangun-bangunan. c. Diawasi oleh pengawas bangun-bangunan. Pasal 4 perencanaan bangun-bangunan terdiri atas: a. Rencana arsitektur. b. Rencana konstruksi. c. Rencana instalasi dan sanitasi. Pasal 5 (1) Orang, Badan/Lembaga sebelum merencanakan untuk mendirikan
bangun-bangunan harus memiliki lebih dahulu Ijin Lokasi sesuai Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Orang, Badan/Lembaga yang akan mengajukan permohonan IMBB
dapat minta petunjuk tentang rencana membangun bangun-bangunan kepada Dinas Tata Kota.
Pasal 6 (1) IMBB hanya berlaku bagi orang, badan/lembaga yang namanya
tercantum dalam IMBB. (2) Bila karena sesuatu hal orang, Badan/Lembaga pemilik IMBB
tidak lagi menjadi pihak yang memiliki bangun-bangunan dalam IMBB tersebut, IMBB itu harus dimohonkan balik nama kepada Kepala Daerah melalui Dinas Tata Kota.
(3) Syarat-syarat permohonan balik nama IMBB ditentukan oleh
Kepala Daerah. Pasal 7 (1) IMBB yang ditetapkan setelah meninggalnya orang atau
bubarnya Badan/Lembaga pemohon, dinyatakan batal demi hukum. (2) IMBB bagi bangun-bangunan sementara dapat diberikan dengan
mencantumkan syarat dalam IMBB tersebut, bahwa bangun-bangunan yang bersangkutan akan dibongkar setelah
lewat jangka waktu yang ditetapkan dalam IMBB. (3) Pemohon wajib membayar retribusi IMBB, sebelum penyerahan
IMBB dan akan diatur dengan Peraturan Daerah tersendiri. Pasal 8 (1) Sesuatu pekerjaan tersebut Pasa1 2 ayat (1) da1am Peraturan
Daerah ini tidak boleh dimulai sebelum pemohon menerima surat ijin yang selanjutnya berkewajiban untuk menjaga supaya surat ijin itu selalu berada di tempat pekerjaan.
(2) Pekerjaan mendirikan bangun-bangunan dalam IMBB, baru dapat
mulai dikerjakan setelah Dinas Tata Kota menetapkan garis sempadan serta ketinggian permukaan tanah pada persil tempat bangun-bangunan bersangkutan yang akan didirikan.
(3) Dinas Tata Kota dengan disaksikan oleh pemilik IMBB wajib
menetapkan garis sepadan dan ketinggian permukaan pada tanah persil sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah IMBB diserahkan kepada pemohon.
(4) Pekerjaan mendirikan bangun-bangunan harus dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang ditetapkan dalam IMBB. Pasal 9 (1) Selama pekerjaan mendirikan bangun-bangunan dilaksanakan,
pemilik IMBB diwajibkan memagar keliling tanah tempat mendirikan bangun-bangunan tersebut.
(2) Setiap pemegang IMBB wajib memasang papan petunjuk yang
sekurang-kurangnya memuat keterangan tentang: a. Nomor dan tanggal IMBB. b. Nama pemilik IMBB. (3) Ketentuan lebih lanjut tentang pemasangan papan petunjuk
dalam ayat (2) akan diatur dengan Surat Keputusan Kepala Daerah.
(4) Pelaksanaan pemindahan/pengamanan bangunan sarana kota yang
terkena rencana pembangunan harus dikerjakan oleh pihak yang berwenang dan atas biaya pemilik IMBB.
(5) Pelaksana bangun-bangunan yang melaksanakan perintah
pelaksanaan pekerjaan bertanggung jawab kepada Perencana bangun-bangunan dan pemilik IMBB.
(6) Perencana bangun-bangunan yang me1aksanakan perintah
pekerjaan perencanaan bertanggung jawab kepada pemi1ik IMBB dan pemi1ik IMBB bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.
Pasal 10
(1) Petugas Dinas Tata Kota berwenang: a. Memasuki dan memeriksa tempat pe1aksanaan pekerjaan
mendirikan bangun-bangunan setiap saat pada jam kerja. b. Memeriksa bahan bangun-bangunan yang digunakan, apakah
sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat/ketentuan yang berlaku.
c. Memerintahkan untuk menyingkirkan bahan bangun-bangunan yang tidak memenuhi syarat teknik dan alat-alat yang dianggap berbahaya serta mengganggu kesehatan/keselamatan umum.
d. Melarang menggunakan pekerja yang dianggap tidak ahli untuk bidang pekerjaan tersebut.
(2) Pengawasan pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangun-bangunan
di1aksanakan berdasarkan rencana yang ditetapkan dalam IMBB. Pasal 11 (1) Membongkar bangun-bangunan di1aksanakan berdasarkan: a. Perintah Kepa1a Daerah. b. Ijin membongkar bangun-bangunan. (2) Dengan memperhatikan Monumenten Ordonantio (S.1931-238),
Kepa1a Daerah memerintahkan kepada pemilik bangun-bangunan untuk membongkar bangun-bangunan yang dinyatakan:
a. Rapuh (bouwvalig) b. Tidak sesuai dengan rencana kota dan ketentuan yang
berlaku. BAGIAN KEDUA TATA CARA Pasal 12 Permohonan IMBB harus diajukan Secara tertulis kepada Kepala Daerah oleh orang, Badan/ Lembaga dengan mengisi blangko permohonan yang disediakan oleh Dinas Tata Kota dan diketahui oleh Lurah dan Camat tempat bangunan tersebut terletak. Pasal 13 (1) Dinas Tata Kota memeriksa Permohonan IMBB yang diajukan,
antara lain mengenai syarat-syarat administrasi, teknik dan lingkungan, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dinas Tata Kota dapat memanggil secara tertulis pemohon 1MB
untuk menyempurnakan permohonan IMBB. (3) Perubahan rencana yang telah disyahkan dalam IMBB harus
mendapat Ijin terlebih dahulu dari Kepala Daerah. Pasal 14
(1) Kepala Daerah memberikan Keputusan terhadap Permohonan IMBB selambat-lambatnya 42 (empat puluh dua) hari terhitung dari hari diterimanya Permohonan IMBB oleh Dinas Tata Kota.
(2) Penyerahan IMBB dilakukan apabila semua persyaratan
permohonan IMBB dipenuhi dan pemohon telah membayar retribusi IMBB.
(3) Permoh6nan IMBB dapat dikabulkan/ditolak untuk seluruh atau
sebagian rencana bangun-bangunan yang diajukan. Pasal 15 (1) Keputusan atas permohonan IMBB dapat ditunda jika persyaratan
permohonan belum lengkap. (2) Penundaan Keputusan sebagaimana tersebut ayat (1)
diberitahukan secara tertulis oleh Kepala Daerah dengan menyebutkan alasan penundaannya.
(3) Penundaan Keputusan sebagaimana tersebut ayat (I), hanyadapat
dilakukan sekali dan untuk jangka waktu tidak lebih dari tiga bulan terhitung dari hari diterimanya permohonan IMBB.
Pasal 16 (1) Permohonan IMBB ditolak apabila bangun-bangunan yang diajukan
antara lain bertentangan dengan: a. Rencana Kota b. Kepentingan umum c. Keamanan dan ketertiban umum. d. Kelestarian, keserasian, keseimbangan dan kesehatan
lingkungan. e. Hak dan kepentingan pihak ketiga. f. Peraturan Perundang-Undangan lainnya yang berlaku. (2) Penolakan Permohonan IMBB diberitahukan dengan surat Kepala
Daerah disertai alasan penolakannya. Pasal 17 (1) Pemilik IMBB wajib memberitahukan secara tertulis kepada
Dinas Tata Kota tentang: a. Saat akan dimulainya pekerjaan mendirikan bangun-
bangunan tersebut dalam IMBB sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum pekerjaan itu dimulai
b. Saat akan dimulainya bagian-bagian pekerjaan mendirikan bangun-bangunan, sepanjang hal itu dipersyaratkan dalam IMBB, sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum bagian pekerjaan itu dimulai.
c. Saat penyelesaian bagian pekerjaan mendirikan bangun-bangunan, sepanjang itu dipersyaratkan dalam IMBB, dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam sebelum bagian pekerjaan itu selesai.
d. Pekerjaan membongkar bangun-bangunan baru dapat dimulai sekurang-kurangnya satu minggu setelah yang bersangkutan menyampaikan Ijin Membongkar Bangun-Bangunan kepada tetangga yang berbatasan dengan bangun-bangunan yang dibogkar.
(2) Selambat-lambatnya 48 (empat puluh delapan) jam setelah
diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud pasal 28, Dinas Tata Kota mengadakan pemeriksaan ketempat, dan apabila pelaksanaannya sesuai dengan IMBB, pekerjaan berikutnya dapat diijinkan.
(3) Pekerjaan membongkar bangun-bangunan tertentu harus
dilaksanakan oleh pelaksana bangun-bangunan sesuai dengan ketentuan dalam ijin.
(4) Pelaksana pembongkaran bangun-bangunan yang melaksanakan
perintah pelaksanaan pekerjaan bertanggung jawab kepada perencanaan pembongkaran bangun-bangunan dan kepada pemilik IMBB.
(5) Perencana pembongkaran bangun-bangunan yang melaksanakan
perintah perencanaan, bertanggung jawab kepada pemilik IMBB dan selanjutnya pemilik IMBB bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.
Pasal 18 Dinas Tata Kota atas nama Kepala Daerah dapat memerintahkan pembongkaran atau menghentikan bagian pekerjaan sebagaimana dimaksud Pasal 11 ayat (1) apabila pelaksanaannya tidak sesuai dengan IMBB. Pasal 19 (1) Setiap bangun-bangunan yang didirikan atau diubah,
diperbaiki, dibongkar tidak sesuai dengan IMBB Kepala Daerah dapat memerintahkan kepada pemiliknya untuk membongkar bangun-bangunan tersebut sebagian atau seluruhnya atas beban resiko pemilik.
(2) Kepala Daerah dapat memerintahkan membongkar sebagian atau
seluruhnya atas biaya dan resiko pemilik bangun-bangunan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sesudah peringatan terakhir tidak melaksanakan pembongkaran tersebut.
Pasal 20 Keputusan atas permohonan IMBB sebagaimana Pasal 15 dengan pertimbangan tertentu dapat dicabut oleh Kepala Daerah. Pasal 21 (1) Dinas Tata Kota berwenang memerintahkan, menghentikan
pekerjaan mendirikan, mengubah, memperbaiki atau membongkar bangun-bangunan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah.
(2) Perintah penghentian tersebut ayat (1) pasal ini bersifat
sementara. Pasal 22 (1) Apabila dalam tempo 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya IMBB
pekerjaannya belum dimulai, maka IMBB tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Batasan waktu tersebut ayat (1) Pasal ini dapat diperpanjang
oleh Kepala Daerah apabila alasan-alasan yang menyebabkan kelambatan dimulainya pekerjaan dapat diterima.
(3) IMBB dapat dicabut apabila ternyata dalam melaksanakan
pekerjaan menyimpang dari ketentuan IMBB atau menyalahi syarat-syarat teknis yang ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau bertentangan dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan Dinas Tata Kota.
(4) Dalam keadaan seperti tersebut ayat (1) dan (3) Pasal ini
apabila yang berkepentingan ingin melanjutkan rencana pembangunan bangun-bangunan tersebut harus mengajukan ijin yang baru.
Pasal 23 (1) Selama pekerjaan mendirikan bangun-bangunan dilaksanakan,
pemilik IMBB harus menyiapkan salinan IMBB beserta lampirannya di tempat pekerja.
(2) Apabila dipandang perlu petugas Dinas Tata Kota dapat minta
agar IMBB beserta lampirannya diperlihatkan. (3) Pengawasan pelaksanaan IMBB dilakukan di bawah tanggung jawab
Kepala Dinas Tata Kota yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Petugas yang memiliki tanda bukti berupa:
a. Surat tugas b. Kartu tanda pengenal. Pasal 24 Pemilik IMBB wajib membantu kelancaran pemeriksaan pekerjaan mendirikan bangun-bangunan oleh petugas Dinas Tata Kota dengan memberikan keterangan dan menunjukkan segala sesuatu yang diminta oleh petugas tersebut. Pasal 25 (1) Pemilik IMBB wajib memberitahukan kepada Dinas Tata Kota saat
telah selesainya seluruh pekerjaan mendirikan bangun-bangunan
tersebut dalam IMBB, selambat-lambatnya 48 (empat puluh delapan) jam setelah pekerjaan mendirikan bangun-bangunan itu selesai.
(2) Selambat-lambatnya 14 (empat bel as) hari setelah diterimanya
pemberitahuan tentang selesainya seluruh pekerjaan mendirikan bangun-bangunan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, Dinas Tata Kota memeriksa pekerjaan tersebut apakah telah selesai dan sesuai dengan rencana yang ditetapkan dalam IMBB.
(3) Dinas Tata Kota dapat memberi surat keterangan tentang
selesainya pekerjaan mendirikan bangun-bangunan kepada pemilik IMBB, bila hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini telah sesuai dengan IMBB.
BAGIAN KETIGA PENGECUALIAN Pasal 26 IMBB tidak diperlukan untuk pekerjaan tersebut di bawah ini: a. Bangunan penunjang yang bersifat sementara b. Pekerjaan pemeliharaan bangun-bangunan c. Bangunan pengairan dan irigasi d. Pekerjaan bangunan jalan Propinsi dan Nasional. BAB III IJIN PENGGUNAAN BANGUN-BANGUNAN BAGIAN PERTAMA UMUM Pasal 27 (1) Berdasarkan Surat Keterangan tentang selesainya pekerjaan
mendirikan bangun-bangunan atau mengubah/memperbaiki bangun-bangunan sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (3) Peraturan Daerah ini, kepada pemegang IMBB diberikan ijin penggunaan bangun-bangunan (IPBB).
(2) Dalam hal terjadi perubahan penggunaan bangun-bangunan yang
telah ditetapkan dalam IMBB, pemilik IMBB diwajibkan mengajukan permohonan IPBB yang baru kepada Kepala Daerah.
Pasal 28 Pemberian IPBB oleh Kepala Daerah, peruntukkannya sesuai dengan yang ditetapkan dalam IMBB. Pasal 29 (1) IPBB hanya berlaku bagi orang, Badan/Lembaga pemilik IPBB
yang namanya tercantum dalam IPBB. (2) Bila karena sesuatu hal orang, Badan/Lembaga pemilik IPBB
tidak lagi menjadi pemilik bangun-bangunan dalam IPBB tersebut IPBB itu harus dimohonkan balik nama kepada Kepala Daerah melalui Dinas Tata Kota.
(3) Permohonan balik nama IPBB diajukan secara tertulis dengan
mengisi blangko yang disediakan oleh Dinas Tata Kota. Pasal 30 IPBB yang ditetapkan setelah meninggalnya orang atau bubarnya Badan/Lembaga pemohon, tidak berlaku lagi. Pasal 31 Pemohon IPBB wajib membayar retribusi IPBB sebelum penyerahan IPBB sebagaimana tersebut Pasal 23 ayat (1) Peraturan Daerah ini yang diatur dengan peraturan Daerah tersendiri. Pasal 32 Dengan alasan apapun pemilik IPBB tidak diperkenankan melanggar isi ketentuan yang tercantum dalam IPBB. BAGIAN KEDUA TATA CARA Pasal 33 Permohonan IPBB harus diajukan secara tertulis kepada Kepala Daerah oleh orang, Badan/Lembaga dengan mengisi blangko permohonan yang disediakan oleh Dinas Tata Kota. Pasal 34 (1) Dinas Tata Kota memeriksa permohonan IPBB yang diajukan
antara lain mengenai syarat-syarat administrasi, teknik dan lingkungan, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dinas Tata Kota dapat memanggil secara tertulis kepada
pemohon IPBB untuk menyempurnakan permohonan IPBB. (3) Perubahan penggunaan yang telah disyahkan dalam IPBB harus
mendapat ijin terlebih dahulu dari Kepala Daerah. Pasal 35 (1) Kepala Daerah memberikan keputusan terhadap permohonan IPBB
selambat-lambatnya 42 (em pat puluh dua) hari terhitung dari hari diterimanya permohonan IPBB oleh Dinas Tata Kota.
(2) Penyerahan IPBB dilakukan apabila semua persyaratan
permohonan IPBB dipenuhi dan pemohon telah membayar retribusi IPBB.
(3) Permohonan IPBB dapat dikabulkan/ditolak untuk seluruh atau sebagian penggunaan bangun-bangunan yang diajukan.
Pasal 36 (1) Keputusan atas permohonan IPBB dapat ditunda jika persyaratan
permohonan belum lengkap. (2) Penundaan keputusan sebagaimana tersebut ayat (1)
diberitahukan secara tertulis oleh Kepala Daerah dengan menyebutkan alasan penundaannya.
(3) Penundaan keputusan sebagaimana tersebut ayat (1), hanya
dapat dilakukan sekali dan untuk jangka waktu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan terhitung dari hari diterbitkannya surat keputusan IPBB.
Pasal 37 (1) Permohonan IPBB ditolak apabila penggunaan bangun-bangunan
yang diajukan antara lain bertentangan dengan: a. Rencana kota b. Kepentingan umum c. Keamanan dan ketertiban umum , d. Kelestarian, keserasian, keseimbangan dan kesehatan
lingkungan e. Hak dan kepentingan pihak ketiga f. Peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku. (2) Penolakan permohonan IPBB diberitahukan dengan surat Kepala
Daerah disertai alasan penolakannya. Pasal 38 (1) Pemilik IPBB wajib memberitahukan secara tertulis kepada
Dinas Tata Kota saat akan dimulainya penggunaan bangun-bangunan tersebut dalam IPBB sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum penggunaan itu dimulai.
(2) Selambat-lambatnya 48 (empat puluh delapan) jam setelah
penggunaan bangun-bangunan, Dinas Tata Kota mengadakan pemeriksaan kembali ditempat dan apabila penggunaannya sesuai dengan IPBB penggunaan selanjutnya dapat diijinkan.
Pasal 39 Dinas Tata Kota atas nama Kepala Daerah dapat memerintahkan penghentian penggunaan bangun-bangunan apabila penggunaannya tidak sesuai dengan IPBB. Pasal 40 Apabila dipandang perlu petugas Dinas Tata Kota dapat minta agar IPBB beserta Lampirannya diperlihatkan.
Pasal 41 Pemilik IPBB wajib membantu kelancaran pemeriksaan penggunaan bangun-bangunan oleh petugas Dinas Tata Kota dengan memberikan keterangan dan menunjukkan segala sesuatu yang diminta oleh petugas tersebut. Pasal 42 (1) Pemilik IPBB wajib memberitahukan kepada Dinas Tata Kota saat
telah menggunakan bangun-bangunan tersebut dalam IPBB selambat-lambatnya 48 (empat puluh delapan) Jam.
(2) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah diterimanya
pemberitahuan penggunaan bangun-bangunan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, Dinas Tata Kota memeriksa kembali penggunaan tersebut apakah telah sesuai dengan penggunaan yang ditetapkan dalam IPBB.
Pasal 43 (1) Apabila dalam tempo 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya IPBB,
bangun-bangunan belum digunakan sebagaimana tercantum dalam IMBB maka IPBB tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Batas waktu tersebut ayat (1) Pasal ini dapat diperpanjang
oleh Kepala Daerah apabila alasan-alasan yang menyebabkan kelambatan dimulainya penggunaan dapat diterima.
(3) IPBB dapat dicabut apabila ternyata dalam penggunaannya
menyimpang dari ketentuan IPBB atau menyalahi syarat-syarat teknis yang ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku at au bertentangan dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan Dinas Tata Kota.
(4) Dalam keadaan seperti tersebut ayat (1) Pasal ini apabila
yang berkepentingan ingin melanjutkan rencana penggunaan bangun-bangunan tersebut harus mengajukan ijin yang baru.
BAGIAN KETIGA PENGECUALIAN Pasal 44 IPBB tidak diperlukan untuk pekerjaan tersebut di bawah ini: a. Bangunan penunjang yang bersifat sementara. b. Pekerjaan pemeliharaan bangun-bangunan c. Bangunan pengairan dan irigasi d. Pekerjaan bangunan dalam Propinsi dan Nasional. BAB IV PENINJAUAN KEMBALI KEPUTUSAN DAN PERINTAH
PENGHENTIAN Pasal 45 Keputusan Kepala Daerah tentang penolakan permohonan atau pencabutan IMBB dapat dimintakan peninjauan kembali secara tertulis dalam waktu seiambat-lambatnya 14 (em pat belas) hari setelah diterimanya surat perintah terse but. Pasal 46 Perintah penghentian pekerjaan mendirikan, mengubah, memperbaiki ataumembongkar bangun-bangunan serta perintah-perintah lain dari Dinas Tata Kota dapat dimohonkan peninjauan kembali dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah diterimanya sur at perintah tersebut. Pasal 47 Dalam hal terjadi perselisihan teknis tersebut Pasal 40 dan Pasal 41 at as persetujuan Kepala Daerah dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB V KETENTUAN PIDANA Pasal 48 (1) Barang siapa melanggar Pasal 2 ayat (I), Pasal 19 ayat (2)
dan Pasal 27 ayat (2) Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000,00 "(lima puluh ribu rupiah).
(2) Perbuatan pidana sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini
adalah pelanggaran. BAB VI PENYIDIKAN Pasal 49 Selain oleh Pejabat Penyidik POLRI, penyidikan at as tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta yang pengangkatannya ditetapkan berdasarkan peraturan per un dang-un dang an yang berlaku. Pasal 50 Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 Peraturan Daerah ini berwenang: a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana. b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian
dan melakukan pemeriksaan. c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka. d. Melakukan penyitaan benda atau surat. e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi. g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara. h. Menghentikan penyidikan' setelah mendapat petunjuk dari
Penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya.
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 51 (1) Bangun-bangunan yang telah didirikan/diubah/diperbaiki dan
dibongkar dengan ijin berdasarkan Peraturan Daerah yang berlaku sebelumnya Peraturan Daerah ini dianggap telah mendapat ijin berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Pemilik bangun-bangunan yang pada saar berlakunya Peraturan
Daerah ini telah mendirikan/merubah/memperbaiki bangun-bangunan tanpa ijin, harus mengajukan permohonan ijin berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(3) Bangun-bangunan yang pada saar mulai berlakunya Peraturan
Daerah ini sedang diproses permohonan ijinnya atau sedang didirikan berdasarkan ijin menurut Peraturan Daerah lama, tetap diterapkan Peraturan Daerah tersebut.
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 52 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotapraja Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1960 dinyatakan tidak berlaku
lagi. Pasal 53 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini,
sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur kemudian oleh Kepala Daerah.
(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Yogyakarta, 17 Desember 1988 Dewan Perwakilan Rakyat Walikotamadya Kepala Daerah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Tingkat II Yogyakarta Ketua (RUSMADI) (DJATMIKANTO D.) Diundangkan dalam Lembaran Disahkan oleh Gubernur Daerah Kotamadya Daerah Kepala Daerah Istimewa Tingkat II Yogyakarta Nomor Yogyakarta dengan Seri C pada tanggal 1 Surat Keputusan Nomor Maret 1991 399/KPTS/1990 tanggal 26 Desember 1990 Sekretaris Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta (Drs. H. MUNAWIR ) (Pembina Tingkat I.IV /b) NIP 490009988 PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 1988 TENTANG IJIN MEMBANGUN BANGUN-BANGUNAN DAN IJIN PENGGUNAAN BANGUN-BANGUNAN PENJELASAN UMUM Sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini di Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta telah ada Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1960 tentang Peraturan Sempadan, Pembuatan dan Pembongkaran Bangunan. Pengertian "Bangunan" daiam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1960
sarna dengan pengertian "bangun-bangunan" dalam Peraturan Daerah yang baru ini, dan istilah bangun-bangunan ini adalah istilah yang dibakukan/dipakai menurut Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia sesuai dengan Peraturan Bangunan Nasional. Kenyataan Peraturan Daerah Kotapraja Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1960 tentang Peraturan Sempadan, Pembuatan dan Pembongkaran Bangunan dalam mengatur tentang: - Perencana bangun-bangunan - Pelaksana bangun-bangunan - Pengawas pelaksanaan bangun-bangunan - Prosedur memperoleh ijin bangun-bangunan (disempurnakan - Ijin penggunaan bangun-banguqan - Ijin lokasi - Ijin bekerja. Hal-hal terse but pada saat ini sang at diperlukan agar pelaksanaan pembangunan/pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan bangun-bangunan dapat lebih menjamin keselamatan umum kesehatan dan keserasian/kerapian ligkungan. Oleh karena itu peraturanDaerah Nomorl Tahun 1960 perlu diubah dan diganti. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s.d. 2 : Cukup jelas Pasal 3 : Yang dimaksud dengan bangun-bangunan
tertentu adalah bangun-bangunan yang konstruksinya harus diperhitungkan secara teknis.
Pasal4 : Yang dimaksud dengan: a. rencana arsitektur meliputi: - situasi dan tata letak
bangun-bangunan - denah bangun-bangunan - tampak bangun-bangunan - potongan bangun-bangunan - detail arsitektur - tata ruang luar - maket (bilamana perlu) b. rencana konstruksi meliputi: - rencana umum sipil - rencana khusus sipil - rencana detail konstruksi c. rencana instalasi dan sanitasi meliputi: - jaringan air bersih - jaringan pembuangan air hujan - jaringan pembuangan kotoran, dan air limbah - sistim pembuangan gas/uap kotor - sistim penerangan, akustik dan
sirkulasi udara. - jaringan dan peralatan mekanika - jaringan dan peralatan elektrikal - jaringan pemadam kebakaran untuk bangunan khusus. Pasal 5 ayat 1 : Yang dimaksud derlgan ijin lokasi adalah
keterangan yang memuat penjelasan tentang guna tanah lokasi yang bersangkutan sesuai rencana kota.
ayat 2 : Yang dimaksud petunjuk tentang rencana mendirikan bangun-bangunan meliputi:
a. jenis dan peruntukan bangun- bangunan
b. luas lantai bangunan di atas/di bawah tanah
c. jumlah lantai/lapis bangunan di atas/di bawah permukaan tanah
d. garis sempadan yang ditetapkan e. luas ruangan terbuka f. koefisien lantai bangunan (KLB) g. koefisien dasa,r bangunan (KDB) h. ketinggian bangun-bangunan i. jarak bebas bangun-bangunan j. spesifikasi perwujudan
bangun-bangunan (arsitektural, struktural, mekanikal elektrikal dll.)
k. persyaratan perencanaan, pelaksanaan dan pengawas bangun-bangunan.
l. rencana induk/rencana bagian wilayah/rencana terinci kota dan tata letak persil.
Pasal 6 ayat 1 : a. IMBB sekurang-kurangnya berisi
keterangan: - nama pemilik IMBB - alamat pemtlik IMBB - jenis bangun-bangunan yang diijinkan - batas waktu mendirikan bangun-bangunan yang diijinkan - retribusi ijin bangun-bangunan yang ditetapkan. b. IMBB disertai lampiran yang berisi keterangan: - rencana kerja dan syarat-
syarat (bila diperlukan) - gambar situasi dan tata letak bangun-bangunan dengan skala
1:200/1:500/1: 1000 - gambar perencanaan bangun- bangunan dengan skala 1:50/1:100/1:200 - - perhitungan konstruksi dan
instalasi yang ditetapkan bagi bangun-bangunan tertentu.
ayat 2 : Karena sesuatu hal seseorang, menjadi
pihak yang memiliki ngunan dapat terjadi karena:
a. jual beli b. pewarisan c. penghibahan d. disita oleh negara dan kemudian di
lelang (karena peraturan perunuang-undangan yang berlaku)
Pasal 6 afar 3 : Cukup jelas Pasal 7 s.d. 11 : Cukup jelas Pasal 12 : a. blangko permohonan IMBB
sekurang-kurangnya berisi keterangan tentang:
- nama pemohon IMBB - alamat pemohon IMBB di
Kotamadya - jenis bangun-bangunan yang
direncanakan - letak persil tempat
bangun-bangunan yang direncanakan.
b. Keterangan dalam blangko IMBB
dilampiri: - salinan Surat Bukti hak atas
tanah/sertifikat tanah - rencana kerja dan
syarat-syarat (bila bila diperlukan)
- gambar situasi dan tata letak bangun-bangunan dengan skala 1:50/1:100/1:200
- perhitungan konstruksi dan perhltungan instalasi yang ditetapkan bagi bangun-bangunan tertentu
- salinan ijin bekerja perencana, pelaksana dan pengawas bangun-bangunan (bila diperlukan)
- salinan ijin lokasi - persetujuan tetangga terdekat
dalam hal ini pemilik atau
penghuni (bila diperlukan) - hasil penyelidikan tanah (bila
diperlukan) - pernyataan bahwa tanah/
bangun-bangunan tidak dalam persengketaan
- surat persetujuan pemilik tanah/bangun-bangunan apabila tanah/bangun-bangunan bukan milik sendiri
- foto capy KTP - amplop dan prangko yang cukup - materai. Pasal 13 s.d. 14 : Cukup jelas Pasal 15 ayat (1) : Cukup jelas. ayat (2) : Alasan penundaan keputusan yang dimaksud
adalah: a. pemerintah daerah masih memerlukan
tambahan waktu untuk penilaian, khususnya persyaratan bangun-bangunan serta pertimbangan nilai lingkungan yang direncanakan.
b. pemerintah daerah nyata-nyata
sedang merencanakan rencana bagian wilayah kota/rencana terinci kota.
ayat (3) : Cukup jelas. Pasal 16 ayat (1) : Penggunaan, bangun-bangunan yang
bertentangan dengan hal-hal tersebut a-f disimpulkan setelah Dinas Tata Kota meninjau dilokasi bangun-bangunan tersebut.
ayat (2) : Cukup jelas. Pasal 17 : Cukup jelas. Pagel 18 : Kepala Dinas Tata Kota setelah meninjau
di lokasi bangun-bangunan memperingatkan secara tertulis pihak pemegang IMBB apabila pihak pemegang IMBB tidak menjalankan pekerjaan pembangunan sesuai dengan IMBB.
Peringatan tersebut setelah berlangsung sampai dengan 3 ka1i ternyata tidak diindahkan, Dinas Tata Kota atas nama Kepala Daerah dapat memerintahkan pembongkaran.
Apabila hal ini juga tidak diindahkan Kepala Daerah dapat memerintahkan Dinas Pekerjaan Umum untuk memboiigkar atas
beban biaya pemilik IMBB. Pasal 19 : Sesuai dengan penjelasan 'Pasal 18 dan
Pasal 39 Peraturan Daerah ini. Pasal 20 : Pencabutan IMBB dapat dilakukan jika: a. persyaratan yang menjadi dasar
diberikannya ijin mengubah/ memperbaiki bangun-bangunan terbukti tidak benar.
b. 6 (enam) bulan setelah diberikannya ijin, pekerjaan belum dimulai.
c. pekerjaan berhenti selama 6 (enam) bulan.
d. pekerjaan menyimpang dari rencana yang disahkan dalam ijin.
Pasal 21 s.d. 22 : Cukup jelas. Pasal 23 s.d. 25 : Cukup jelas. Pasal 26 : Untuk hal-hal tersebut a-d tidak
diperlukan adanya IMBB akan tetapi harus diberitahukan secara tertulis kepada Kepala Daerah cq. Dinas Tata Kota.
Pasal 27 ayat (1) : Surat IPBB diberikan ibersamaan dengan
surat selesainya pekerjaan. ayat (2) : Cukup jelas. Pasal 28 : Cukup jelas. Pasal 29 ayat (1) : Cukup jelas. ayat (2) : Sesuai dengan Pasal 6 ayat (2) Peraturan
Daerah ini. ayat (3) : Cukup jelas. Pasal 30 s.d. 32 : Cukup jelas. Pasal 33 : Sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Daerah
ini. Pasal 34 s.d. 35 : Cukup jelas. Pasal 36 ayat (1) : Cukup jelas. ayat (2) : Sesuai dengan penjelasan Pasal 15
Peraturan Daerah ini. Pasal 37 ayat (1) : Sesuai dengan penjelasan Pasal 16
Petaturan Daerah ini.
ayat (2) : Cukup jelas. Pasal 38 : Cukup jelas. Pasal39 : Sesuai dengan penjelasan Pasal 18
Peraturan Daerah ini. Pasal 40 s.d. 43 : Cukup jelas. Pasal 44 : Sesuai dengan penjelasan Pasal 26
Peraturan Daerah ini. Pasal 45 s.d. 46 : Cukup jelas. Pasal 47 : Yang dirnaksud dengan penyelesaian sesuai
dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dalarn pasal ini adalah agar tidak semata-mata terbatas hanya pada Dewan Arbitrase saja, tetapi dimungkinkan adanya Lembaga Pernerintah atau Lembaga lainnya yang rnernberikan petunjuk penyelesaian.
Pasal 48 s.d. 53 : Cukup jelas.