tindak tutur dalam khotbah bahasa …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii...

167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO SURAKARTA TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Deskriptif Oleh LIANA SII0809010 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI LINGUISTIK DESKRIPTIF UNIVERSITAS SURAKARTA SEBELAS MARET 2012

Upload: vokien

Post on 08-Mar-2019

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA

DI GEREJA HKBP SOLO SURAKARTA

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Linguistik Deskriptif

Oleh

LIANA

SII0809010

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI LINGUISTIK DESKRIPTIF

UNIVERSITAS SURAKARTA SEBELAS MARET

2012

Page 2: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA

DI GEREJA HKBP SOLO

Disusun oleh:

Liana

SII0809010

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Pada tanggal:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Drs. M.R.Nababan, M.Ed.,M.A.,Ph.D. Dr. Tri Wiratno, M.A.

NIP. 196303281992011001 NIP.196109141987031001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Linguistik,

Prof. Drs. M.R.Nababan, M.Ed.,M.A.,Ph.D.

NIP. 196303281992011001

Page 3: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA

DI GEREJA HKBP SOLO

Disusun oleh:

Liana

S110809010

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Tesis

Pada tanggal:

Ketua : Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana ________________ Sekretaris : Drs. Riyadi Santoso, M.Ed., Ph.D ________________ Anggota : 1. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D ________________ 2. Dr. Tri Wiratno, M.A _______________

Surakarta

Mengetahui, Mengetahui, Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Linguistik Universitas Sebelas Maret Universitas Sebelas Maret Prof. Dr.Ir. Ahmad Yunus, M.S. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D NIP. 196107171986011001 NIP. 196303281992011001

Page 4: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya

Nama : Liana

Nim : SII0809010

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul “TINDAK TUTUR DALAM

KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO” adalah benar-benar karya

saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang

saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Februari 2012

Yang membuat pernyataan,

Liana

Page 5: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PERSEMBAHAN

Tesis ini saya persembahkan untuk:

· Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat, pelindung, pembela, penghibur, dan penuntun

langkah kakiku

· Bapak dan Ibu yang selalu menjadi sumber inspirasi dan teladan

· Penulis persembahkan untuk perpustakaan pascasarjana

· Penulis persembahkan untuk mahasiswa pascasarja S2 khususnya linguistik dalam

bidang prgmatik.

Page 6: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan Kepada Yesus atas kasih, penyertaan, kekuatan dan

pemeliharaaNya, serta rencana yang indah bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini,

segala kemuliaan hanya bagiNya. Dalam proses penulisan tesis ini penulis mendapat banyak

bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterima kasih kepada:

1. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas maret Surakarta yang telah memberi

kesempatan penulis untuk belajar di program pascasarjana Universitas Sebelas Maret,

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan penulis untuk menimba ilmu dan

mewujudkan cita-cita di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,

3. Prof. Drs. M.R.Nababan, M.Ed.,M.A.,Ph.D., selaku dosen pembimbing utama yang

dengan penuh kesabaran selalu memberikan bimbingan kepada penulis selama proses

konsultasi,

4. Dr. Tri Wiratno, M.A., selaku dosen pembimbing pendamping yang selalu memberi

kesempatan, semangat serta masukan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini,

5. Ibu dan Bapak, yang tanpa henti mendoakan, memberikan dorongan dan semangat, serta

memberikan kasih sayang yang luar biasa kepada penulis,

6. Keluarga besar penulis yang dengan begitu bangga memotivasi dan mendoakan penulis

agar sukses di masa depan,

7. Kakakku, Abang iparku, dan keluarga serta adikku, Priska, Marudut Roito, Holmes,

Candra, Juni Wati yang senang tiasa memberikan dukungan dan doa selama proses

penulisan tesis,

Page 7: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

8. Keluarga besar Ito Ryan dan Ito Mathiuw yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu,

terima kasih untuk semuanya,

9. Teman-teman di Pascasarjana yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih

untuk semuanya,

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna. Dengan demikian, penulis

sangat menghargai segala masukan serta kritik membangun mengenai tesis ini.

Surakarta, Februari 2012

Penulis

Page 8: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

PERNYATAAN .............................................................................................. iv

PERSEMBAHAN ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

ABSTRAK ....................................................................................................... xii

ABSTRACT ..................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6 B. Kajian Hasil Penelitian ........................................................................ 7 C. Landasan Teori .................................................................................... 9

1. Pragmatik ....................................................................................... 9 a). Pengertian Pragmatik ................................................................ 9 b). Ruang Lingkup Pragmatik ........................................................ 10

2. Tindak Tutur .................................................................................. 11 a). Pengertian Tindak Tutur ........................................................... 11 b). Bentuk-bentuk Tindak Tutur .................................................... 13

3. Komponen tutur ............................................................................. 17 4. Konteks Situasi Tutur .................................................................... 19 5. Masyarakat Tutur ........................................................................... 21 6. Prinsip Kerjasama ......................................................................... 23 7. Prinsip Sopan Santun .................................................................... 25 8. Tipe kalimat ................................................................................... 30 9. Klasifikasi Variasi Bahasa ............................................................. 33 10. Situasi Tutur Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo ............... 39 11. Khotbah di Dalam Gereja HKBP Solo ......................................... 42

Page 9: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

12. Pelaksanaan Khotbah Bahasa Batak Toba .................................... 46 D. Kerangka Berpikir ............................................................................... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................. 48 B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 49 C. Sampel Penelitian ................................................................................ 49 D. Data dan Sumber Data ......................................................................... 49 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 50 F. Validitas Data ...................................................................................... 51 G. Teknik Analisis .................................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Tindak Tutur dalam Khotbah Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo ........................................................................... 55 1. Tindak Tutur Fatis ........................................................................ 56

a. Menghormati ...................................................................... 56 b. Mengucapkan Salam .......................................................... 57 c. Menyapa ............................................................................. 58

2. Tindak Tutur Performatif ............................................................... 59 a. Menyatakan ....................................................................... 59 b. Memutuskan ...................................................................... 61 c. Mengabulkan .................................................................... 62

3. Tindak Tutur Komisif .................................................................... 63 a. Menawarkan ....................................................................... 64 b. Berjanji ............................................................................... 65 c. Bertanya ............................................................................. 66 d. Bersumpah ......................................................................... 67 e. Mengklaim ......................................................................... 68 f. Menyetujui ......................................................................... 69

4. Tindakan Tutur Ekspresif .............................................................. 71 a. Bersimpati .......................................................................... 71 b. Mengakui ........................................................................... 72 c. Memuji ............................................................................... 74 d. Bersyukur ........................................................................... 75 e. Meminta Maaf .................................................................... 76 f. Menolak ............................................................................. 77 g. Merestui ............................................................................. 78

5. Tindak Tutur Verdiktif ................................................................... 79 a. Mengucapkan Selamat Datang .......................................... 80 b. Memberi Semangat ........................................................... 81 c. Mendukung ........................................................................ 82 d. Berterima Kasih ................................................................. 83 e. Memberi Kesanggupan ..................................................... 84

Page 10: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

f. Menyangkal ....................................................................... 85 g. Berpasrah .......................................................................... 86 h. Mengkritik ........................................................................ 88 i. Mengharap ......................................................................... 90 j. Membela .......................................................................... 91

6. Tindak Tutur Asertif ...................................................................... 92 a. Memberitahukan ................................................................ 93 b. Mengatakan ....................................................................... 94 c. Menyakinkan ..................................................................... 95 d. Mengibaratkan ................................................................... 96 e. Memastikan ....................................................................... 98 f. Menyangsingkan ................................................................ 99 g. Membenarkan .................................................................... 101 h. Menyebutkan ..................................................................... 102 i. Melaporkan ........................................................................ 103 j. Menunjukkan ..................................................................... 104 k. Menjelaskan ....................................................................... 106 l. Mengumumkan ................................................................. 107 m. Memamerkan .................................................................... 108 n. Menyampaikan ................................................................... 109 o. Menegaskan ....................................................................... 111

7. Tindak Tutur Direktif ..................................................................... 111 a. Melarang ............................................................................ 112 b. Menasihati .......................................................................... 113 c. Memarahi ........................................................................... 114 d. Memohon ........................................................................... 115 e. Meminta ............................................................................. 116 f. Mengarahkan ..................................................................... 118 g. Mempersilahkan ................................................................. 118 h. Merayu ............................................................................... 119 i. Membujuk .......................................................................... 120 j. Menyarankan ..................................................................... 121 k. Menegur ............................................................................. 122 l. Mengharuskan .................................................................... 123 m. Menyuruh ........................................................................... 124 n. Mengajak ........................................................................... 125 o. Menginstruksikan ............................................................... 126 p. Mengingatkan .................................................................... 127 q. Menganjurkan. ................................................................... 129

B. Karakteristik Pemakaian Tindak Tutur dalam Khotbah Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo ...................................................... 130

C. Jenis-Jenis Tindak Tutur yang Dominan Dalam Khotbah Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo ...................................................... 136

D. Mengapa Tindak Tutur Asertif dan Direktif Lebih Dominan Digunakan dalam khotbah bahasa Batak Toba di gereja HKBP Solo ................... 139

E. Pembahasan ......................................................................................... 143

Page 11: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN ......................................................................................... 150 B. SARAN ............................................................................................... 152

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 153

LAMPIRAN ................................................................................................... 148

Page 12: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Liana, SII0809010. 2012. Tindak Tutur Dalam Khotbah Bahasa Batak Toba Di Gereja HKBP Solo. Pembimbing pertama: Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. Pembimbing kedua: Dr. Tri Wiratno, M.A. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur (2) menjelaskan karakteristik pemakaian tindak tutur (3) menjelaskan jenis tindak tutur yang dominan (4) Alasan Yang Mendasari Mengapa Tindak Tutur Direktif Lebih Dominan Digunakan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

Bentuk penelitian ini adalah kualitatif, dengan studi kasus yang mengambil lokasi di dalam Gereja HKBP Solo. Sampel penelitian ini ditetapkan secara purposive sampling. Sebagai sampelnya adalah Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Data penelitian ini berwujud data lisan dan data tertulis. Data lisan diperoleh dari khotbah bahasa Batak Toba yang disampaikan oleh pendeta yang sudah direkam. Data tersebut kemudian ditranskrip ke dalam data tertulis. Data tertulis juga diperoleh dari tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Pengumpul data dilakukan dengan teknik Observasi Langsung, Teknik Rekam, Teknik Simak dan Catat. Analisis datanya menggunakan teknik padan dan banding.

Setelah dilakukan analisis diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo terdapat tujuh jenis tindak tutur, yaitu: Fatis, performatif, komisif, ekspresif, verdiktif, asertif dan direktif. Pada tindak tutur fatis hanya terdiri atas tiga subtindak tutur, yakni; ‘menghormati’, ‘mengucapkan salam’ dan ‘menyapa’. Tindak tutur performatif terdiri atas tiga subtindak tutur, yakni; ‘menyatakan’, ‘memutuskan’, dan ‘mangabulkan’. Tindak tutur komisif terdiri atas enam subtindak tutur, yakni; ‘menawarkan’, ‘berjanji’, ‘bertanya’, ‘bersumpah’, ‘mengklaim’, dan ‘menyetujui’. Tindak tutur ekspresif terdiri atas tujuh subtindak tutur, yakni; ‘bersimpati’, ‘mengakui’, ‘memuji’, ‘bersyukur’, meminta maaf’, dan ‘menolak’. Tindak tutur verdiktif terdiri atas sepuluh subtindak tutur, yakni; ‘mengucapkan selamat datang’, ‘memberi semangat’, ‘mendukung’, ‘berterima kasih’, ‘memberi kesanggupan’, ‘menyangkal’, ‘berpasrah’, mengkritik’, ‘mengharap’, dan ‘membela’. Tindak tutur asertif terdiri atas lima belas subtindak tutur yakni; ‘memberitahu’, ‘mengatakan’, ‘meyakinkan’, ‘mengibaratkan’, ‘memastikan’, ‘menyangsikan’, ‘membenarkan’, ‘menyebutkan’, ‘melaporkan’, ‘menunjukkan’, menjelaskan’, ‘mengumumkan’, ‘memamerkan’, menyampaikan’, dan ‘menegaskan’. Tindak tutur direktif terdiri atas tujuh belas subtindak tutur, yakni; ‘melarang’, ‘menasehati’, ‘memarahi’, ‘memohon’, ‘meminta’, ‘mengarahkan’, ‘mempersilahkan’, ‘merayu’, ‘membujuk’, ‘menyarankan’, ‘menegur’, ‘mengharuskan’, ‘menyuruh’, ‘mengajak’, ‘menginstruksikan’, ‘mengingatkan’, dan ‘menganjurkan’.

Tindak tutur yang dominan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo adalah tindak tutur direktif terdiri atas tujuh belas subtindak tutur. Subtindak tutur ‘meminta’ yang paling dominan dalam tindak tutur direktif. Adapun karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba yaitu; karakteristik pemakaian pada khotbah dan warta jemaat, para pendeta di Gereja HKBP Solo. Khotbah yang disampaikan oleh pendeta kepada jemaat yang tertulis di dalam Alkitab. Warta jemaat yang dimaksud di sini adalah tertib acara yang diberikan kepada jemaat sebelum beribadah berlangsung atau sebagai panduan untuk

Page 13: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

jemaat saat beribadah di Gereja HKBP Solo. Implikasi masyarakat Batak Toba di gereja HKBP Solo di temukan tindak tutur yang dominan adalah tindak tutur direktif, penelitian ini membahas tentang karakteristik masyarakat Batak Toba dan bisa diikuti deengan tindak tutur yang lain.

Page 14: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT Liana. S110809010. Speech Acts of Batak Toba Language Preaching in HKBP Church Solo. Principal Supervisor : Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. Second Supervisor: Dr. Tri Wiratno, M.A. Master Degree Thesis. The Graduate Program in Linguistics. Sebelas Maret University, Surakarta. 2012

This research aims to (1) describe types of speech acts (2) explain the dominant types of speech acts (3) explain the characteristics of speech acts use of Batak Toba language preaching in HKBP Church Solo (4) explain the basic reason why directive speech act is more dominant used in Batak Toba language preaching in HKBP Church Solo.

The research is qualitative research with a case study taking place in HKBP Church Solo. It uses purposive sampling technique with Batak Toba language preaching in HKBP Chruch Solo as the sample. The data of this research are the oral data and the written data. The oral data were recorded from Batak Toba language preaching delivered by the priest. The data were changed into the written data. The written data were taken from the speech acts of Batak Toba language preaching in HKBP Church Solo. The techniques of data collection are direct observation, recording technique, and note-taking. The data analyses used are equal and compare techniques.

After analyzing the data, the researcher drew some conclusions. There are seven types of speech acts of Batak Toba language preaching in HKBP Church Solo: phatic, performative, commissive, expressive, verdictive, assertive and directive. Phatic speech act consists of three sub speech acts: respecting, greeting, and accosting. Performative speech act consists of three sub speech acts: declaring, deciding, and granting. Commisive speech act consists of six sub speech acts: offering, promising, asking, swearing, claiming, and approving. Expressive speech act consists of seven sub speech acts: giving sympathy, confessing, flattering, thanking, giving apologize, denying, and blessing. Verdictive speech act consists of ten speech acts: welcoming, giving motivation, supporting, thanking, giving capability, denying, sincere, criticizing, wishing, and assisting. Assertive speech act consists of fifteen sub speech acts: giving notice, saying, convincing, supposing, assuring, questioning, justifying, mentioning, reporting, indicating, explaining, announcing, establishing, conveying, and asserting. Directive speech act consists of seventeen speech acts: banning, giving advices, scolding, begging, requiring, pointing, inviting, flattering, persuading, suggesting, admonishing, compelling, commanding, asking, giving instruction, reminding, and proposing.

The dominant speech act is directive. It has seventeen sub speech acts. Ordering is the most dominant sub speech act in directive. The characteristics of speech acts use of Batak Toba language preaching in HKBP Church Solo are: the characteristic of the use of speech act in the preaching and brochure; the preachers of Batak Toba language in HKBP Church Solo become the characteristic of the use of the speech acts. The characteristic of the use of the speech acts is the characteristics of the use of speech acts priests. The preaching delivered by the priests is written in the Bible. The priest and the congregations read the brochure in turns to deliver the text written in the Bible. The brochure meant here is brochure given to the congregations before the prayers as the handbook for the congregations during the prayers. The dominant speech act for Batak Toba society is directive speech act. This research

Page 15: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

discusses about the characteristics for Batak Toba society and can be followed up by other speech acts.

Page 16: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia hidup baik secara individu maupun kelompok. Dalam bekerjasama

dan berinteraksi antara individu yang satu dengan individu yang lain diperlukan

bahasa. Dengan demikian, bahasa merupakan alat yang amat penting dalam

kehidupan manusia. Seseorang tidak mungkin hidup sendiri tanpa kehadiran orang

lain. Dia berkomunikasi untuk menyatakan pendapatnya, mengungkapkan

kepentingannya dan mempengaruhi orang lain.

Bahasa digunakan untuk mencapai berbagai tujuan. Seorang penutur memakai

bahasa untuk menyanpaikan sesuatu yang dia ketahui atau yang dia pikir dia ketahui

kepada mitra tutur. Dengan bahasa dia dapat mengekspresikan perasaannya,

menanyakan sesuatu, memohon, memprotes, mengkritik, meminta maaf, berjanji,

mengucapkan terima kasih, menyampaikan salam dan sebagainya. Dia dapat

menggunakan berbagai bentuk kalimat. Jika dia ingin menyatakan sesuatu, dia akan

menggunakan kalimat deklaratif. Jika dia ingin menanyakan sesuatu, dia akan

menggunakan kalimat interogatif. Jika dia ingin mitra tutur melakukan sesuatu, dia

akan menggunakan kalimat imperatif.

Namun demikian, sebuah tuturan tertentu memiliki berbagai fungsi yang

kadang-kadang menyimpang dari bentuknya. Dalam kehidupan masyarakat Batak

Toba, jika seseorang mengetahui tetangganya lewat, dia akan menuturkan sebuah

tuturan ‘lao tudia hamu amang?’ (‘akan pergi ke mana pak?’). Berdasarkan

bentuknya, kalimat tersebut adalah kalimat interogatif. Seorang penutur akan

Page 17: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

menuturkan tuturan di atas tidak semata-mata karena dia ingin mengetahui ke mana

tetangganya akan pergi. Penutur lebih menekankan pada dimensi keakraban di antara

mereka daripada jawaban atas pertanyaan itu.

Selain itu, seorang penutur tidak memakai kalimat perintah dalam

memerintahkan mitra tutur untuk melakukan sesuatu yang penutur inginkan. Tuturan

‘Panas sekali ruangan ini’, misalnya, tidak berfungsi untuk memberitahukan kepada

mitra tutur tentang keadaan ruangan itu. Dengan kalimat deklaratif itu penutur secara

tidak langsung menginginkan mitra tuturnya untuk melakukan suatu perbuatan

misalnya, membuka jendela, menghidupkan kipas angin, menghidupkan AC, atau

penutur merasa tidak betah berada di ruangan itu dan mitra pindah ke ruangan yang

lain. Jika keinginannya itu diungkapkan secara langsung sesuai dengan yang dia

maksudkan, kalimat yang dia hasilkan akan berbunyi: ‘Buka jendela itu!,’ atau

‘Hidupkan kipas angin!’, atau ‘Hidupkan AC!’, atau ‘Mari kita pindah ke ruang yang

lain!’.

Situasi tutur yang sedang berlangsung juga menentukan pemakaian bahasa.

Ketika sekelompok siswa sedang berdiskusi, misalnya, mereka cenderung memakai

ragam baku. Ketika mereka bercakap-cakap di perpustakaan atau kantin, mereka

cenderung menggunakan ragam akrab. Pendeta di Gereja Huria Kristen Batak

Protestan (HKBP) lebih cenderung menggunakan ragam baku pada saat

menyampaikan khotbah bahasa Batak Toba. Ketika dia berbincang-bincang dengan

jemaatnya, pendeta tersebut akan mengunakan ragam akrab dengan tetap

mempertimbangkan tata krama dan kesopanan yang berlaku dalam masyarakat Batak

Toba.

Page 18: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Menurut Suwito (1986: 2), dari sudut pandang linguistik, bahasa secara

empiris dapat dikaji dalam kedudukannya dan hubungannya dengan pemakainya di

dalam masyarakat. Dengan demikian, bahasa tidak hanya dikaji dari dalam bahasa itu

sendiri secara linguis tetapi juga harus dikaji dari luar linguistik. Dengan kata lain,

bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik saja

tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik, yaitu faktor-faktor sosial (Suwito,1985:

3). Faktor-faktor situasional juga berpengaruh, yaitu siapa berbicara dengan bahasa

apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.

Sejauh pengamatan penulis, ada beberapa penelitian pragmatik yang sudah

dilakukan. Diantaranya adalah penelitian Purwani (1992), Mujiono (1996), Gunarwan

(1996), Abdul Syukur Ibrahim (1996), Delli Nirmala (1998), Sri Haryanti (2001) dan

Edi Subroto (2001). Objek kajian dari masing-masing dari penelitian tersebut berbeda

satu sama lain dan demikian pula dengan jenis kelamin, usia dan ranah percakapan

serta bahasa yang dilibatkan. Tidak satupun dari ketujuh penelitian itu yang mengkaji

tindak tutur yang terjadi pada ranah khotbah di gereja dan juga tidak ada di antaranya

yang meneliti tindak tutur bahasa Batak Toba. Di samping itu, masing-masing dari

penelitian tersebut lebih terfokus pada tindak tutur dan implikatur percapakan

tertentu.

Fenomena penggunaan bahasa dan adanya celah penelitian yang dijelaskan di

atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang tindak tutur dalam

khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo.

Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah tuturan pendeta di Gereja HKBP Solo

dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pragmatik.

Page 19: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini membahas masalah tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak

Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo dengan menggunakan

kajian pragmatik. Berdasarkan lingkup permasalahan sebagaimana dikemukakan di

atas, penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana jenis tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja

HKBP Solo?

2. Bagaimana karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak

Toba di Gereja HKBP Solo?

3. Jenis tindak tutur apa yang menjadi dominan dalam khotbah bahasa Batak

Toba di Gereja HKBP Solo?

4. Mengapa tindak tutur tertentu lebih dominan dibandingkan dengan tindak

tutur lainnya dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah sebagaimana

dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di

Gereja HKBP Solo.

2. Menjelaskan karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak

Toba di Gereja HKBP Solo.

3. Menjelaskan jenis tindak tutur yang dominan dalam khotbah bahasa Batak

Toba di Gereja HKBP Solo.

Page 20: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

4. Mendeskripsikan mengapa tindak tutur tertentu lebih dominan dibandingkan

dengan tindak tutur lainnya dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja

HKBP Solo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat

praktis. Manfaat teoretis penelitian ini diwujudkan dalam bentuk khasanah teori

linguistik (pragmatik), khususnya teori pemakaian bahasa dalam khotbah bahasa

Batak Toba Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo. Manfaat praktis dari

temuan-temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai substansi dasar penelitian

tentang tindak tutur pada ranah khotbah dan pengembangan serta pembinaan dalam

bahasa Batak Toba. Temuan-temuan penelitian ini juga dapat dimanfaatkan oleh

peneliti selanjutnya dalam bidang linguistik (pragmatik). Di samping itu, hasil

penelitian ini dapat pula dimanfaatkan oleh pendeta untuk meningkatkan pengetahuan

tentang tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak

Protestan (HKBP) Solo.

Page 21: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Penutur dituntut dapat mengetahui bahasa secara komprehensif, bagaimana

dan kapan harus mengutarakan suatu ucapan (Bell, 1995: 35). Jika dia berkehendak

menjadi seorang penutur yang baik, dia diharapkan mampu menerapkan pengetahuan

yang dimilikinya dalam komunikasi. Pengetahuan di sini mengacu pada apa yang

diketahui penutur tentang bahasa dan aspek lain dari penggunaan bahasa itu. Aspek

yang harus dikuasai seorang penutur telah dikenal oleh para ahli bahasa dengan istilah

kemampuan komunikasi atau kompetensi komunikatif.

Komunikasi berkaitan dengan empat tingkah laku bahasa. Empat tingkah laku

itu adalah berbicara, menulis, mendengar dan membaca. Berbicara dan menulis

merupakan produksi bahasa; mendengarkan dan membaca merupakan pemahaman

bahasa. Ditinjau dari tingkah laku bahasa, berbicara dan mendengarkan merupakan

tingkah laku lisan; menulis dan membaca merupakan tingkah laku tulis. Di samping

itu konsep suatu komunikasi selalu mempersyaratkan kehendak untuk berkomunikasi

(Hamid, 1987).

Soeseno Kartomihardjo (1989) mengemukakan ciri-ciri bahasa lisan dalam

komunikasi sebagai berikut: (1) struktur yang tidak lengkap, (2) penggunaan kata

penghubung yang terbatas misalnya lalu, tetapi, dan, (3) cenderung menggunakan

satu kata sifat atau keterangan bagi subjek atau bagian kalimat, (4) dipergunakan

kosakata yang sederhana dan umum, (7) penggunaan struktur yang sama, (8)

penggunaan kata-kata pengisi seperti anu, ah, em, (9) penggunaan bentuk pasif

Page 22: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

(Soeseno Kartomihardjo, 1989: 5). Dalam penelitian ini, penulis memusatkan

perhatiannya pada tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria

Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo secara langsung yang menggunakan bahasa

lisan dan bahasa tulis.

B. Kajian Hasil Penelitian

Penelitian-penelitian pragmatik belum banyak dibukukan orang. Mey (1994:

35) menjelaskan bahwa pragmatik merupakan paradigma atau program baru dalam

penelitian. Beberapa hasil penelitian mengenai pragmatik diuraikan secara ringkas di

bawah ini.

Purwani (1992 dalam Mujiyono, 1996: 28) mengkaji hakikat tindak tutur

wanita para anggota Dharma Wanita IKIP Malang. Tindak tutur wanita itu

dideskripsikan berdasarkan komponen-komponen latar, partisipan, interaksi, kuna,

saluran, pesan, topik, dan norma.

Mujiyono (1996) mengkaji implikatur percakapan anak usia sekolah dasar.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa implikatur percakapan anak usia sekolah

dasar sudah bervariasi dan kompleks, berupa kalimat tunggal, kalimat majemuk,

kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.

Gunarwan (1996) meneliti tindak tutur mengkritik dengan barometer umur di

kalangan penutur jati bahasa Jawa serta implementasinya pada usaha pembinaan.

Dalam kajian ini dibedakan antara penutur yang usianya 20 tahun, antara usia 21

tahun sampai 30 tahun, antara 31 tahun sampai 40 tahun, dan orang yang berumur 41

tahun sampai 50 tahun. Penelitian ini terfokus pada kepatuhan strategi tindak tutur

dengan variabel, kekuasaan, solidaritas, dan keresmian.

Page 23: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Abdul Syukur Ibrahim (1996) mengkaji bentuk direktif bahasa Indonesia.

Kajian etnografi komunikasi ini difokuskan pada tindak tutur antara camat dengan

kepala desa di kabupaten Malang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindak

tutur antara camat dengan kepala desa menggunakan sepuluh pola tutur kinerja, yaitu

1) tuturan dengan modus imperatif, 2) tuturan dengan modus performatif eksplisit, 3)

tuturan dengan performatif berpagar, 4) tuturan dengan preposisi keharusan, 5)

tuturan dengan menunjukkan kesangsian, 6) tuturan dengan mengandaikan bersyarat,

7) tuturan dengan preposisi menggunakan persona, 8) tuturan dengan menyatakan

alasan, 9) tuturan dengan sindiran, dan 10) tuturan dengan kelakar.

Penelitian Delli Nirmala (1998) membahas koherensi pragmatik antar-ujaran

pada wacana percakapan dalam bahasa Indonesia pada ranah keluarga dan kerja.

Objek kajiannya terfokus pada bentuk dan jenis tindak tutur yang direalisasikan oleh

ujaran dalam percakapan dan maksud kerjasama dan kesopanan yang diterapkan

dalam percakapan.

Kajian Sri Haryanti (2001) mengenai Implikatur Percakapan dalam Fisik

Bahasa Inggris, Suatu Kajian Pragmatik. Hasil penelitiannya menegani tindak tutur

yang bermuatan iplikatur.

Edi Subroto (2001) mengkaji tindak tutur tidak langsung dalam bahasa Jawa.

Penelitian ini berupaya memahami meta pesan. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa: 1) gejala tindak tutur tidak langsung ditandai adanya pemenggalan informasi,

2) gejala tindak tutur tidak langsung merupakan salah satu cara manusia

mengkomunikasikan informasi, sekaligus keberadaan sosialnya, dan 3) produktif

tindak tutur tidak langsung menandai bahwa bahasa Jawa merupakan bahasa Ibu yang

tetap diperlukan perannya.

Page 24: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

C. Landasan Teori

1. Pragmatik

a) Pengertian Pragmatik

Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu kajian bahasa yang mempelajari

struktur bahasa secara eksternal yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di

dalam komunikasi. Leech (1993: 8) mengatakan bahwa pragmatik memerlukan

makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga segi (tridiad), what did you mean

by x? “apa maksudmu dengan X?”

Sementara itu, Parker (1986: 11) mengatakan bahwa pragmatik merupakan

cabang linguistik yang mengkaji struktur bahasa secara eksternal, maksudnya

bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya.

Parker membedakan pragmatik dari studi tata bahasa yang dianggapnya sebagai studi

seluk-beluk bahasa secara internal. Studi tata bahasa tidak perlu dikaitkan dengan

konteks sedangkan studi pragmatik harus dikaitkan dengan konteks (Parker, 1986:

11). Pragmatik berbeda dari tata bahasa, yang merupakan kajian struktur bahasa

secara internal. Pragmatik adalah studi tentang pemakaian bahasa dalam komunikasi.

Dari batasan yang dikemukakan oleh Parker tersebut dapat dikatakan bahwa

studi tata bahasa dianggap sebagai studi yang bebas konteks (context independent).

Sebaliknya, studi pemakaian tata bahasa dalam komunikasi yang sebenarnya harus

dikaitkan dengan konteks yang melatarbelakangi dan mewadahinya. Studi yang

demikian dapat disebut sebagai studi yang terikat konteks (context dependent)

(Bambang Kaswanti Purwo, 1990: 16).

Page 25: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Pragmatik mengkaji maksud penutur dalam menuturkan sebuah satuan lingual

tertentu pada sebuah bahasa. Hal ini ditegaskan oleh Edi Subroto (1999: 1) yang

menyatakan bahwa pragmatik adalah semantik maksud. Dalam banyak hal pragmatik

sejajar dengan semantik, karena keduanya mengkaji makna. Perbedaanya adalah

pragmatik mengkaji makna satuan lingual secara eksternal sedangkan semantik

mengkaji makna satuan lingual secara internal. Hal ini ditegaskan oleh Wijana (1996:

2) yang menyatakan bahwa semantik dan pragmatik merupakan cabang-cabang ilmu

bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual, hanya saja semantik mempelajari

makna secara internal, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal.

Pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga segi

(tridiadic), what did you mean by X? “Apa maksudmu dengan X?”.

Menurut Levinson (1997: 7), pragmatik merupakan telaah mengenai hubungan

antara bahasa dan konteks yang diatur dalam struktur suatu bahasa. Batasan yang

diberikan oleh Levinson tersebut digunakan sebagai pedoman dalam mengkaji tindak

tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan

(HKBP) Solo.

b) Ruang Lingkup Pragmatik

Kaswanti Purwo (1994: 17) mengemukakan empat aspek fenomena

pragmatik, yakni deiksis, praanggapan, tindak ujaran, dan implikatur percakapan.

Suyono (1990, dalam Mujiyono, 1996: 24), setelah mengemukakan pandangan dari

para ahli, menyimpulkan bahwa kajian pragmatik meliputi variasi bahasa, deiksis,

tindak berbahasa, implikatur percakapan praanggapan, dan struktur percakapan.

Page 26: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Deiksis terdiri dari deiksis persona, deiksis kala, deiksis tempat (Henry Guntur

Taringan, 1993: 34). Dalam tesis ini tidak dibicarakan deiksis, karena kajian tesis ini

tidak berhubungan secara langsung dengan deiksis.

2. Tindak Tutur

a) Pengertian Tindak Tutur

Pemakaian makna dan daya tuturan hanya dapat dijelaskan dalam hubungan

aktivitas, atau permainan bahasa yang di dalamnya tuturan-tuturan memainkan suatu

peran. Dengan demikian, tindak tutur merupakan bahasa yang diperlihatkan sebagai

suatu bentuk perbuatan.

Beberapa ahli dengan hasil karyanya mempunyai pendapat yang sama tentang

tindak tutur bahwa secara pragmatik ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan

oleh seorang penutur sebagai berikut:

(1) Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk mengatakan sesuatu. Tindak lokusi

sebagai tindak tutur dasar, atau menghasilkan pertanyaan-pertanyaan linguistik yang

bermakna. Sebagai contoh adalah: “Ikan paus adalah binatang menyusui” dan “Jari

tangan jumlahnya lima”. Dua kalimat tersebut diutarakan oleh penuturnya semata-

mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu,

apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya.

(2) Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi merupakan komponen-komponen interpersonal dan tekstual

yang berkonsepsi lebih bersifat pragmatis. Proposisi referensial dalam tindak ilokusi

Page 27: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

masih harus dilihat dari segi situasi pemakaiannya. Apa yang ingin dilakukan oleh

penutur atau penulis dengan proposisinya? Apa tujuan yang ingin dituju, menyatakan,

menanyakan “semesteran sudah dekat”, seorang guru ingin memperingati murid-

muridnya untuk mempersiapkan diri, dan bila diucapkan oleh seorang ayah kepada

anaknya, kalimat tersebut mungkin dimaksudkan untuk menasehati agar anaknya

tidak hanya berpergian menghabiskan waktu secara sia-sia.

Daya ilokusi dapat dinyatakan dengan modus kalimat (1), dibuat eksplisit (2),

dan diklasifikasikan(3).

Modus Eksplisit Klasifikasi Dia pergi. Mengapa dia pergi? Pergi!

Saya mengatakan bahwa dia pergi Saya menanyakan mengapa dia pergi Saya memerintahkan kamu agar pergi

Pernyataan Pertanyaan Perintah

Daya ilokusi pernyataan penutur memberikan informasi kepada pendengarnya,

pertanyaan mendapatkan informasi dari pendengarnya, dan perintah mendorong atau

meminta pendengarnya untuk berbuat. Secara teknis, pertanyaan “saya mengatakan,

saya menanyakan, saya memerintahkan” disebut performatif. Dengan demikian, daya

ilokusi merupakan rencana komunikasi verbal di belakang tuturan penutur, dan tindak

ilokusi merupakan pencapaian tujuan komunikasi yang bersangkutan.

(3) Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi sebagai urutan kejadian yang dilakukan dari kondisi awal

sampai tercapainya tujuan berbicara. Tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur

yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur. Sebagai contoh,

kalimat “Dia kuliah lagi” apabila diutarakan oleh seorang guru kepada kepala sekolah,

maka ilokusinya adalah secara tidak langsung menginformasikan bahwa guru yang

Page 28: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dibicarakan tidak dapat terlalu aktif di sekolah. Adapun efek perlokusi yang mungkin

diharapkan agar kepala sekolah tidak terlalu banyak memberikan tugas kepadanya.

Ketiga unsur tindak tutur tersebut saling berkaitan. Suatu tuturan berupa

informasi tentang sesuatu, dapat juga berisi suatu ajakan untuk melakukan sesuatu,

dan sekaligus mengharapkan pengaruh dari melakukan sesuatu tersebut.

b) Bentuk-Bentuk Tindak Tutur

Yang dibicarakan pada bagian ini adalah bentuk-bentuk tindak tutur

berdasarkan daya ilokusi sebab seperti telah disebutkan pada bagian sebelumnya

bahwa tindak ilokusi merupakan sentral dalam kajian tindak tutur. Komunikasi ini

dikemukakan oleh Searle dalam Leech (1993: 164-165) yang mengatakan bahwa

ilokusi terdiri atas lima kategori yaitu: asertif (assertives), direktif (directives),

komisif (commissives), ekspresif (expressive), dan deklaratif (declaratives). Kreidler

(1998: 183-184) mengemukakan tujuh bentuk tindak tutur, yaitu Fatis (phatic),

performatif (performative), komisif (commissive), ekspresif (expressive), verdiktif

(verdictive), asertif (assertive) dan direktif (directive).

Penelitian ini mengadopsi bentuk tindak tutur yang dikemukakan oleh

Kreidler (1998) karena bentuk-bentuk tindak tutur yang disodorkannya lebih

representatif dan lebih mampu mengakomodasi data penelitian ini. Bentuk-bentuk

tindak tutur yang dikemukakan oleh Kreidler adalah sebagai berikut.

a) Fatis (Phatic Utterances)

Tindak tutur fatis bertujuan untuk menciptakan hubungan antara penutur dan

mitra tutur. Tindak tutur fatis memiliki fungsi yang kurang jelas jika dibandingkan

Page 29: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dengan enam jenis tindak tutur sebelumnya, namun bukan berarti bahwa tindak tutur

fatis ini tidak penting.

Tuturan-tuturan fatis ini termasuk ucapan salam, ucapan salam berpisah, cara-

cara yang sopan seperti terimakasih, sampai ketemu, sampai ketemu juga yang tidak

berfungsi verdiktif atau ekspresif.

b) Performatif (Performative Utterances)

Tindak tutur performatif merupakan tindakan tutur yang menyebabkan

resminya apa yang dinamakan. Tuturan performatif menjadi sah jika dinyatakan oleh

seseorang yang berwenang dan dapat diterima. Verba performatif antara lain bertaruh,

mendeklarasikan, membabtis, menamakan, menominasikan, menjatuhkan hukuman,

menyatakan, mengumumkan.

Biasanya ada pembatasan-pembatasan terhadap tindak tutur performatif.

Pertama, subjek kalimat harus saya atau kami. Kedua, verbanya harus dalam bentuk

kala kini. Dan yang paling penting penutur harus diketahui memiliki otoritas untuk

membuat pernyataan dan situasinya harus cocok. Tindak tutur performatif terjadi pada

situasi formal dan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan resmi.

c) Komisif (Commisive Utterances)

Tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang menyebabkan penutur

melakukan serangkaian kegiatan. Hal ini termasuk berjanji, bersumpah, mengklaim.

Verba tindak tutur komisif antara lain menawarkan, berjanji, bertanya,

bersumpah,mengklaim dan menyetujui.

Verba-verba tersebut bersifat prospektif dan berkaitan dengan komitmen

penutur terhadap perbuatan di masa akan datang. Predikat komisif adalah predikat

Page 30: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

yang dapat digunakan untuk menjalankan seseorang (atau menolak menjalankan

seseorang) terhadap perbuatan masa akan datang. Subjek kalimat sebagian besar

adalah saya dan kami. Lebih lanjut verbanya harus dalam bentuk kala kini dan mitra

tutur.

d) Ekspresif (Expressive Utterances)

Tindak tutur ekspresif merupakan tindak pertuturan bermula dari kegiatan

sebelumnya atau kegagalan penutur, atau mungkin akibat yang ditimbulkan atau

kegagalannya. Maka dari itu tindak tutur ekspresif bersifat retrospektif dan

melibatkan penutur. Verba-verba tindak tutur ekspresif antara lain mengakui,

bersimpati, memanfaatkan, dan sebagainya.

e) Verdiktif (Verdictive Utterances)

Tindak tutur verdiktif merupakan tindak tutur di mana penutur membuat

penilaian atas tindakan orang lain, biasanya mitra tutur. Penilaian-penilaian ini

termasuk merangking, menilai, memuji, dan memafaatkan. Yang termasuk verba

verdiktif adalah menuduh, bertanggung jawab, dan berterima kasih. Verba-verba ini

berada pada kerangka ‘Saya…Anda atas…’ karena tindak tutur ini menampilkan

penampilan penilaian penutur atas perbuatan penutur sebelumnya, maka tindak tutur

ini bersifat retrospektif.

f) Asertif (Assertive Utterances)

Kreidler (1998:183) menyatakan bahwa pada tindak tutur asertif para penutur

dan penulis memakai bahasa untuk menyatakan bahwa mereka mengetahui atau

mempercayai sesuatu. Bahasa asertif berkaitan dengan fakta. Tujuannya adalah

memberi informasi. Tindak tutur ini berkaitan dengan pengetahuan, data, apa yang

Page 31: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

ada atau diadakan, atau telah menjadi atau tidak terjadi. Dengan demikian, tindak

tutur asertif bisa benar bisa salah dan biasanya dapat diversifikasikan atau disalahkan.

Tindak tutur asertif dibagi menjadi dua, yaitu tindak tutur asertif langsung dan

tak langsung. Tindak tutur asertif langsung diawali dengan kata saya atau kami dan

diikuti dengan verba asertif. Sebaliknya, tindak tutur asertif tak langsung juga diikuti

dengan verba asertif yang merupakan tuturan yang dituturkan kembali oleh penutur.

Yang termasuk verba asertif antara lain mengatakan, mengumumkan, menjelaskan,

menunjukkan, menyebutkan, melaporkan, dan sebagainya.

g) Direktif (Directive Utterances)

Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur dimana penutur berusaha

meminta tutur untuk melakukan perbuatan atau tindak melakukan perbuatan. Jadi,

tindak tutur direktif menggunakan pronominal kamu sebagai pelaku baik hadir secara

eksplisit maupun tidak.

Tindak tutur direktif bersifat prospektif, artinya seseorang tidak bisa menyuruh

orang lain suatu perbuatan pada masa lampau. Seperti tindak tutur yang lain, tindak

tutur direktif mempresuposisikan suatu kondisi tertentu kepada mitra tutur sesuai

dengan konteks. Ada tiga macam tindak tutur direktif perintah, permohonan dan

anjuran. Dalam penelitian ini penulis akan mengacu tindak tutur menurut Kreidler,

yaitu: Fatis (phatic), performatif (performative), komisif (commissive), ekspresif

(expressive), verdiktif (verdictive), asertif (assertive) dan direktif (directive). Data

diambil dari khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan

(HKBP) Solo. Dengan demikian, data-data tersebut diharapkan dapat dianalisis

dengan menggunakan tindak tutur yang disampaikan Kreidler.

Page 32: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

3. Komponen tutur

Komponen tutur adalah butir-butir penentu bentuk linguistik

(Poedjosoedarmo, 1978: 1). Pengertian lain menyebutkan bahwa komponen tutur

adalah komponen-komponen yang berpengaruh terhadap terjelmanya bentuk tutur

(Edi Subroto, 1992: 20). Komponen tutur tidak lain adalah butir yang dapat

menetukan bentuk ujaran seorang penutur. Teori komponen tutur yang dikemukakan

Poedjosoedarmo merupakan penjabaran kembali apa yang telah dikemukakan oleh

Hymes dengan penyesuaian di sana-sini sesuai dengan penilaian yang dilakukannya.

Ahli ini hanya menyebut adanya delapan komponen tutur, sedangkan Poedjosoedarmo

menyebutkan ada 13 komponen tutur yang merupakan faktor-faktor penentu bentuk

kebahasaan. Pada saat seseorang hendak berbicara, pertama kali terbentuklah suatu

pesan itu lalu dilontarkan menjadi ujaran yang kemudian didengar oleh lawannya.

Terjadinya pelontaran ujaran atau pengkodean itu dipengaruhi oleh banyak hal.

Akibatnya wujud penjabaran pesan itu dalam bentuk kebahasaanya menjadi

bermacam-macam bergantung kepada macam atau kualitas butir-butir yang

mempengaruhinya. Hal ini disebabkan butir-butir itu adalah sebagai penentu bentuk

kebahasaan, yaitu ujaran yang dilontarkan oleh seorang penutur.

Kejelasan tentang komponen tutur sangat diperlukan dalam analisis

kebahasaan. Dengan melihat komponen tutur secara teliti, maka akan diketahui bahwa

ternyata kemampuan seseorang tidak hanya semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor

yang sifatnya linguistik, tetapi juga oleh pemilihan yang sesuai dengan fungsi dan

situasinya.

Pembenahan komponen tutur ini berguna pula untuk mencari kejelasan

tentang berbagai variasi bahasa, ragam bahasa, dan pemakaian bahasa di dalam

Page 33: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

masyarakat dwibahasa. Dalam analisis tindak tutur atau bahkan untuk memahami

makna sesuatu kalimat pun kita perlu memperhitungkan pengaruh-pengaruh

komponen tutur ini diperlukan dalam analisis kebahasaan.

Dalam memberikan ikwal peristiwa tutur, Hymes (dalam Subroto,1992: 20)

mengidentifikasikan 16 komponen tutur sebagai berikut.

1. Setting, yaitu situasi pemakaian bahasa yang teramati seperti waktu, tempat,

dan lingkungan fisik yang ada.

2. Scene, yaitu penafsiran terhadap situasi sebagai situasi.

3. Pembicara atau orang pertama (01).

4. Pendengar atau orang kedua (02).

5. Orang ketiga atau yang dibicarakan.

6. Sumber, yaitu sumber budaya yang mewarnai ujaran atau tuturan seseorang.

Bila seseorang bertutur maka akan tampak pula warna budayanya.

7. Fungsi dari peristiwa tutur, misalnya tuturan untuk upacara ritual atau rapat-

rapat.

8. Tujuan yang hendak dicapai oleh peserta tutur.

9. Bentuk tutur

10. Isi atau pokok pembicara. Jika isi adalah mengenai topik atau pokok

pembicaraan, maka bentuk adalah wujud bahasa di mana isi itu diwujudkan.

11. Warna tutur, yaitu apakah suatu tuturan berwarna sinisme atau sarkasme.

12. Variasi bahasa

13. Saluran, yaitu apakah berwujud bahasa lisan atau tulisan surat, atau telegram,

nyayian atau perbincangan.

14. Norma interaksi, yaitu norma-norma yang harus dipatuhi untuk berinteraksi.

15. Norma untuk membuat penafsiran tuturan.

Page 34: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

16. Genre, yaitu apakah berwujud puisi, atau khotbah, atau dialog dalam

persidangan pengadilan, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan komponen tutur sebagai landasan

untuk menganalisis tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria

Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo.

4. Konteks Situasi Tutur

Pragmatik adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada

konteks (Bambang Kaswanti, 1990: 14). Konteks yang dimaksud adalah segala latar

belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang

menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan. Dengan mendasarkan pada gagasan

Leech (1983: 13-14), Wijana (1996) menyatakan bahwa konteks yang semacam itu

dapat disebut dengan konteks situasi tutur. Konteks situasi tutur menurutnya

mencakup aspek-aspek, yaitu; (1) penutur dan lawan tutur, (2) konteks tuturan, (3)

tujuan tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktifitas, (5) tuturan sebagai

produk tindak verbal (Wijana, 1996: 10-11).

Secara singkat masing-masing aspek situasi tutur itu dapat diuraikan sebagai

berikut. Penutur dan lawan tutur di dalam beberapa literatur, khususnya dalam Searle

(1983), lazimnya dilambangkan dengan S yang berarti pembicara atau penutur dan H

yang dapat diartikan pendengar atau mitra tutur. Konteks diartikan sebagai semua

latar belakang pengetahuan yang di asumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra

tutur serta yang mendukung interprestasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan

penutur itu di dalam proses bertutur. Tujuan tutur berkaitan erat dengan bentuk

tindakan atau aktifitas merupakan bidang yang ditangani pragmatik. Tuturan sebagai

Page 35: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

bentuk tindakan atau aktifitas merupakan bidang yang ditangani pragmatik. Tuturan

dapat dipandang sebagai sebuah produk tindak verbal.

Melalui pemahaman terhadap konteks situasi tersebut akan dikenali maksud

suatu tuturan, lalu dapat diidentifikasi kosakata atau istilah khusus sebagai penanda

tindak tutur.

Halliday dan Ruqaiya Hasan dalam buku yang berjudul Bahasa, Konteks, dan

Teks (1994: 4) memberi batasan bahwa teks adalah bahasa yang berfungsi, yaitu

bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Teks dapat

berwujud tuturan atau tulisan-tulisan yang mempunyai kesatuan makna. Makna-

makna itu dikodekan ke dalam kata-kata atau kalimat untuk dikomunikasikan.

Sebagai sesuatu yang mandiri, teks itu pada dasarnya adalah satuan makna. Teks

bukan sesuatu yang dapat diberi batasan seperti sejenis kalimat, melainkan lebih

besar.

Teks adalah suatu bentuk pertukaran makna yang bersifat sosial. Teks adalah

suatu bentuk pertukaran, dan bentuk teks paling dasar adalah percakapan, suatu

interaksi antara pembicaraan dan pendengar. Percakapan merupakan jenis teks tempat

orang menggali secara optimal sumber-sumber bahasa yang mereka miliki, tempat

mereka memunculkan hal-hal baru, dan tempat terjadinya perubahan-perubahan

sistem. Perubahan dan perkembangan dalam bahasa dapat ditemukan dalam teks-teks

percakapan yang alami. Konteks percakapan sebagai salah satu jenis teks, merupakan

suatu proses pertukaran makna antar manusia (Halliday dan Raquiya Hasan, 1994: 14-

15).

Untuk memahami konteks situasi, para pemakai bahasa harus mampu saling

memperkirakan secara tepat makna yang akan muncul dalam sebuah pemakaian

Page 36: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

bahasa. Kemampuan memperkirakan itu sangat penting. Tanpa kemampuan itu,

proses seluruhnya menjadi sangat lambat. Seluruh isi pembicaraan mungkin terlepas

jika pendengar tidak menyertakan perkiraan-perkiraan yang tepat yang bersumber dari

konteks situasi. Konteks itu adalah teks sebelumnya. Kata-kata dalam sebuah

pembicara sering diterangkan oleh konteksnya, maka interprestasi terhadap tuturan

atau pembicaraan di dalam sebuah teks diterangkan oleh tuturan sebelumnya (Hasan

Lubis,1991: 94).

Konteks situasi hanyalah merupakan lingkungan yang langsung. Masih ada

latar belakang lebih luas yang harus diacu dalam menafsirkan teks yaitu konteks

budaya. Orang melakukan hal tertentu pada kesempatan tertentu dan memberinya

makna dan nilai. Inilah yang dimaksud kebudayaan (Halliday dan Raqaiya Hasan,

1994: 63). Oleh karena itu, warga masyarakat dari kebudayaan tentu akan membentuk

konsep-konsep dan menemukan kecocokan dengan situasi atau kewajiban tertentu

(Ohoiwutun,1997: 83).

Dengan demikian, teks itu sendiri merupakan objek dan juga merupakan

contoh makna sosial dalam konteks situasi tertentu. Teks adalah hasil lingkungannya,

hasil suatu proses pemilihan makna yang terus-menerus, yang membentuk suatu

sistem kebahasaan. Oleh karena itu, konteks situasi merupakan suatu hubungan yang

sistematis antara lingkungan sosial di satu pihak, dengan organisasi bahasa yang

berfungsi di lain pihak (Halliday dan Raqaiya Hasan, 1994: 15-16).

5. Masyarakat Tutur

Chomsky mengatakan bahwa bahasa merupakan kompeten dan performan,

maka secara implisit Dell Hymes (dalam Suwito,1982: 17) membedakan bahasa

sebagai sistem, sedangkan tutur sebagai keterampilan. Kedua hal ini secara eksplisit

Page 37: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dinyatakan sebagai kemampuan komunikatif, yaitu kemampuan berbahasa sesuai

dengan norma, situasi, dan fungsinya yang dimiliki oleh penutur (Suwito, 1982: 17).

Ini berarti bahwa kemampuan komunikatif disamping berkaitan dengan kemampuan

struktural, penutur mampu membedakan struktur yang gramatikal dan nongramatikal,

juga berkenaan dengan situasinya. Kemampuan komunikatif verbal repertoire

mungkin dimiliki oleh individu atau masyarakat tertentu.

Masyarakat bahasa atau masyarakat tutur merujuk pada suatu masyarakat yang

mempunyai verbal repertoire yang relatif sama dan memiliki penilaian yang terhadap

norma-norma pemakaian bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat (Fishman,

1972: 22). Dengan demikian, masyarakat tutur bukan sekedar kelompok orang yang

mempergunakan bentuk bahasa yang sama, melainkan kelompok orang yang juga

memiliki norma yang sama dalam memakai bentuk bahasa (Suwito,1982: 18). Itulah

sebabnya, Laboy (1972: 293) menarik esensi bahwa sikap-sikap sosial terhadap

bahasa sangat beragam dalam masyarakat bahasa.

Masyarakat bahasa pada hakikatnya terbentuk karena adanya saling pengertian

(mutual-intelligibility), terutama adanya kebersamaan dalam kode-kode linguistik

yang mencakup sistem bunyi, morfologi, sintaksis, dan semantik (Alwasilah,1988:

43). Masyarakat bahasa muncul oleh karena rapatnya komunikasi atau karena

integrasi simbolik dengan tetap menghormati kemampuan berkomunikasi penuturnya

tanpa mengingat jumlah bahasa atau variasi bahasa yang dipergunakan (Gumperz

dalam Suwito, 1982: 20). Dalam masyarakat modern, masyarakat bahasa cenderung

lebih terbuka dan memiliki variasi yang cukup banyak dalam bahasa yang sama.

Sebaliknya, masyarakat tradisional lebih tertutup dan cenderung memakai variasi dari

beberapa bahasa yang berlainan (Fishman,1972: 33).

Page 38: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

6. Prinsip Kerjasama

Kegiatan bertutur akan berlangsung dengan baik apabila para peserta tutur

semuanya terlibat aktif di dalam proses bertutur tersebut, maka para peserta tutur

harus dapat saling bekerja sama. Kerja sama itu pun harus disertai perilaku sopan

kepada pihak lain.

Menurut Kaelan (1974) maksim-maksim dalam prinsip kerja sama tidak

merupakan suatu kesemestaan bahasa karena pada beberapa masyarakat bahasa tidak

semua maksim dapat diterapkan. Hal itu oleh Leech (1993: 121) ditanggapi bahwa

ada ilmu khusus, yakni sosio-pragmatik yang bertujuan menjelaskan bagaimana

masyarakat yang berbeda menggunakan maksim-maksim. Misalnya, ada masyarakat

yang dalam situasi tertentu lebih mementingkan prinsip sopan santun yang satu

daripada prinsip kerjasama, atau lebih mendahulukan maksim prinsip sopan santun

yang satu daripada yang lain.

Selain itu, ada empat maksim yang menopang prinsip di atas, seperti yang

dikemukakan oleh Grice (dalam Levinson, 1995: 105: 101; Van Dijk, 1997: 39; lihat

juga Rahardi, 2000: 50; Marcellino, 1993: 62; Wijana, 1996: 45) yang mencakup

empat maksim sebagai berikut:

a) Maksim kualitas

Maksim ini mewajibkan setiap peserta tutur mengatakan hal yang sebenarnya.

Kontribusi peserta didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Contohnya:

(1) Unang didokkon manang aha molo dang adong buktina. ‘Jangan mengatakan sesuatu yang tidak ada buktinya’.

Page 39: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b) Maksim kualitas

Di dalam maksim ini seseorang penutur diharapkan dapat memberikan

informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Contohnya:

(2) Unang lean hatorangan na lobi godang sian na diporluhon. ‘Jangan memberi keterangan yang lebih banyak dari yang diperlukan’.

c) Maksim relevansi

Maksim ini mengharuskan setiap peserta tutur memberikan kontribusi yang

relevan tentang sesuatu yang dipertuturkan. Berbicara dengan tidak memberikan

kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerjasama.

Contohnya:

(3) Pn : Juni, coba karejohon soal on tu papan tulis! ‘Juni, coba kerjakan soal ini di papan tulis!’

Mt : Olo, pak. ‘Ya, pak.’

(4) Pn : Candra, coba karejohon soal on tu papan tulis! ‘Candra, coba kerjakan soal ini di papan tulis!’

Mt : Loceng ngamakkuling, pak. ‘Bel berbunyi, pak.’

Tuturan 3) merupakan tuturan yang benar-benar merupakan tanggapan

seorang murid (mitra tutur) ketika diperintahkan gurunya (penutur). Ada relevansi

antara jawaban murid terhadap pertanyaan guru sehingga dikatakan memenuhi prinsip

kerjasama. Pada tuturan 4) jawaban Candra (mitra tutur) tidak ada hubungannya

dengan apa yang diperintahkan guru (penutur). Tuturan (4) ini juga merupakan bahwa

maksim relevansi dalam prinsip kerjasama tidak selalu harus dipatuhi dalam

pertuturan sesungguhnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan maksud-

maksud tertentu yang khusus sifatnya.

Page 40: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

d) Maksim cara/ pelaksanaan

Maksim ini menghendaki para peserta tutur berbicara langsung, jelas, dan

tidak kabur.

Contohnya:

(5) Padao sian naso mangantusi ‘Hindari ketidakjelasan’

(6) Mangkatai ma denggan ‘Bicaralah dengan sopan’

7. Prinsip Sopan Santun

Leech (1993:80) berpendapat bahwa prinsip kerja sama dibutuhkan untuk

memudahkan penjelasan antara makna dan daya. Penjelasan demikian sangat

memadai, khususnya untuk memecahkan masalah yang timbul di dalam semantik

yang menggunakan pendekatan yang berdasarkan kebenaran. Akan tetapi, prinsip

kerja sama itu sendiri tidak mampu menjelaskan mengapa orang sering menggunakan

cara yang tidak langsung di dalam menyampaikan maksud. Prinsip kerja sama juga

tidak bisa menjelaskan hubungan antara makna dan daya dalam kalimat nondeklaratif.

Untuk mengatasi kelemahan itu, Leech mengajukan prinsip lain di luar prinsip kerja

sama, yang dikenal sebagai prinsip sopan santun.

Prinsip sopan santun memiliki sejumlah maksim, yakni 1) maksim

kebijaksanaan, 2) maksim kemurahan, 3) maksim penerimaan, 4) maksim kerendahan

hati, 5) maksim kecocokan dan maksim kesimpatian (Leech, 1993: 132; Mey,1993:

67; Wijana, 1996: 55). Wijana (1996: 55) menjelaskan bahwa di dalam

mengungkapkan maksim-maksim dalam prinsip sopan santun diperlukan bentuk

ujaran yang meliputi:

Page 41: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

1. Ujaran komisif yaitu ujaran yang berfungsi untuk menyatakan janji atau

tawaran

2. Ujaran impositif yaitu ujaran yang digunakan untuk menyatakan perintah atau

suruhan

3. Ujaran ekspresif yaitu ujaran yang dingunakan untuk menyatakan sikap

psikologis pembicara terhadap suatu keadaan

4. Ujaran asertif yaitu ujaran yang digunakan untuk menyatakan kebenaran

proposisi yang diungkapkan.

Di dalam percakapan, penutur harus menyusun tuturannya sedemikian rupa

agar mitra tuturnya sebagai individu merasa diperlakukan secara santun. Dalam hal

ini, prinsip sopan santun dapat dipakai sebagai tuntunan cara bertutur secara santun.

Maksim-maksim dalam prinsip sopan santun satu persatu akan dideskripsikan

sebagai berikut.

a). Maksim Kebijaksanaan

Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip sopan santun adalah

bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu

mengurangi keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain.

Orang yang bertutur berpengang dan melaksanakan maksim kebiasaan akan dapat

dikatakan sebagai orang santun. Untuk lebih memperjelas pernyataan ini dapat dilihat

pada contoh tuturan berikut ini:

(7) Pn : Beta hita allang indahan goreng on ‘Ayo dimakan nasi gorengnya’

Mn : Ago tabonai poang. Ise do mambaen indahan goreng on, oma? ‘ Wah enak sekali. Siapa yang membuat nasi goreng ini, Bu?’

Page 42: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Di dalam tuturan (7) tampak jelas bahwa tuan rumah (penutur) sungguh

memaksimalkan keuntungan bagi tamu (mitra tutur) dengan menawarkan nasi goreng.

Demikian sebaliknya, tamu ingin memaksimalkan keuntungan bagi tuan rumah

dengan memuji rasa nasi goreng yang enak dan menanyakan siapa yang membuat nasi

goreng itu. Dengan demikian, kedua penutur dan mitra tutur tersebut saling berusaha

lebih mementingkan orang lain.

Contah tuturan lain dapat dilihat di bawah ini. Tuturan ini dituturkan oleh

seorang suami kepada istrinya yang mengenakan gaun barunya. Di dalam tuturan (8)

ini tampak jelas bagaimana mereka saling memaksimalkan keuntungan bagi mitra

tuturnya.

(8) Pn : Ago! Gatteng hian doho mamakke baju i. Lomo rohakku mangidai. ‘Aduh! Tampan banget kamu pakai baju itu. Aku suka melihatnya.’

Mt : Bah, oma, anakkon nise doi? ‘Ah, mama. Anak siapa sih?’

b) Maksim Kemurahan / kedermawanan

Dengan maksim kemurahan atau kedermawanan, para peserta pertuturan

diharapkan dapat menghormati orang lain. penghormatan terhadap orang lain akan

terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya dan memaksimalkan

keuntungan bagi pihak lain. Kunjana Rahardi (2000: 59) menjelaskan maksim ini

dengan memberikan contoh tuturan berikut ini:

(9) Pn : Mari saya cucikan baju kotormu. Pakaianku tidak banyak kok yang kotor.

Mt : Tidak usah, kak. Nanti siang saya akan mencuci juga kok.

Dari tuturan (9) yang disampaikan si penutur di atas, dapat dilihat dengan jelas

bahwa dia berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara

Page 43: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

menambahkan beban bagi dirinya sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara menawarkan

bantuan untuk mencucikan pakaian kotornya mitra tutur.

c). Maksim Penerimaan

Taringan (dalam Kunjana Rahardi, 2000: 57) menerjemahkan approbation

maxim, yang pada subbab ini disebut maksim penerimaan, dan maksim penghargaan.

Dengan maksim penghargaan, orang akan dapat dianggap santun apabila dalam

bertutur selalu memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini

diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling mengejek peserta tutur lain yang

di dalam kegiatan bertutur akan dikatakan sebagai orang yang tidak sopan, karena

mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang lain. Untuk lebih menjelaskan

maksim ini, tuturan berikut ini akan memberikan gambaran.

(10) Pn : Oma, ahu nakkaning nungnga manapu lantai.

‘Bu, aku tadi sudah menyapu lantai.’

Mt :Bah, denggan nai. Ido ikkon songoni do molo anak naringgas.

‘Wah, bagus sekali. Ya begitu dong jadi anak rajin.’

Di dalam tuturan (10) di atas tampak jelas bagaimana seorang ibu (mitra tutur)

memberikan penghargaan kepada anaknya (penutur) yang menyapu lantai.

d). Maksim Kerendahan hati

Kunjana Rahardi (2000:62) menggunakan istilah maksim kesederhanaan

untuk modesty maxim. Dalam maksim ini peserta tutur diharapkan dapat bersikap

rendah hati dengan mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Orang akan dikatakan

sombong bila di dalam kegiatan bertutur selalu memuji diri mengunggulkan diri

sendiri. Untuk memperjelas maksim ini perhatikan tuturan berikut ini.

Page 44: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

(11) Pn : Annon ho da na gabe manuntun upacara.

‘Nanti kamu ya yang jadi Pembina upacara.’

Mt : Ah masa ahu boi

‘Ah masa aku bisa.’

(12) Pn : Annon ho da na gabe manuntun upacara

‘Nanti kamu ya yang jadi Pembina upacara.’

Mt : Olo, ai ringgas do au mandok hata da. Ikkon denggan dapotna

‘Ya, Aku sering berpidato kok. Pasti baik hasilnya.’

Pada tuturan (11) tampak jelas bagaimana mitra tutur merendahkan dirinya

demi kesopanan. Bandingkan jika tuturan (11) di atas diubah menjadi tuturan (12)

e). Maksim Kecocokan

Untuk maksim ini Kunjana Rahardi (2000: 63) menggunakan istilah maksim

permufakatan. Di dalam maksim ini ditekankan agar para peserta tutur dapat saling

membina kecocokan atau kemufakatan antara penutur dan mitra tutur dalam kegiatan

bertutur. Dengan demikian mereka dapat dikatakan santun. Untuk lebih jelasnya dapat

diperhatikan tuturan (13) dan (14) berikut ini.

(13) Pn : Ruas sadarion godang ate.

“ Jemaat hari ini banyak juga.

Mt : Ido, tohodoi godang sadarion.

“Ya, betul. banyak hari ini.

(14) Pn : Ruas sadarion godang ate.

“ Jemaat hari ini banyak juga.

Mt : Ido, tohodoi apala sadarion.

“Ya, betul. Memang satu hari ini.

Tuturan mitra tutur pada (13) lebih sopan daripada mitra tutur pada (14)

karena dalam (14), mitra tutur memaksimalkan ketidakcocokannya dengan peryataan

Page 45: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

penutur. Hal ini bukan berarti bahwa orang harus setuju dengan sebuah pernyataan

yang dikatakan oleh mitra tuturnya. Bila tidak setuju, mitra tutur dapat membuat

pernyataan ketidaksetujuan atau ketidakcocokan parsdial (Wijana, 1996: 60).

f). Maksim Kesimpatian

Maksim Kesimpatian ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk

memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati kepada mitra tuturnya.

Jika mitra tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib

memberikan ucapan selamat. Bila sebaliknya, mitra tutur mendapatkan kesusahan

atau musibah, penutur layak untuk turut berduka. Untuk memperjelas maksim

kesimpatian ini dapat dilihat contoh tuturan berikut ini.

(15) Pn : Au di jalo jadi CPNS.

‘Aku diterima CPNS.’

Mt : Bah ido! Salamat, da! Andigan pestana?

‘Oh,ya! Selamat, Ya! Kapan syukurannya?’

(16) Pn : Boasa ho murhing. Naboha ho?

‘Kamu kok kelihatan sedih. Ada apa?’

Mt : Dompethu mago.

‘Dompetku hilang.’

Pn :Age amang, alai, nungga bei unang pola pikkiri bei. Ingot ho marsogot ujian semesteran.

‘Ya ampun. Tapi, sudahlah jangan dipikirkan dulu. Ingat kamu besok ujian semesteran.

8. Tipe Kalimat

Sebuah kalimat dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan dilihat dari

jenis penggolongannya. Secara tradisional kalimat dapat digolongkan ke dalam empat

Page 46: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

macam, yaitu menurut (1) tujuan/tipe, (2) sintaksis/jumlah klausa, (3) bentuk, dan (4)

kelengkapan (Moore, 1968: 9).

a) Tipe Kalimat Berdasarkan Tujuan

Kalimat dapat digolongkan menurut tujuan yaitu (1) kalimat imperaktif, (2)

kalimat deklaratif, (3) kalimat interogatif, dan (4) kalimat seru (interjektif). Kalimat

imperatif berupa perintah atau permintaan (Moore, 1968: 9). Perintah atau

permintaan biasanya mempunyai subjek you yang sudah diketahui. Orang-orang

menamakan subjek ini sebagai subjek tersembunyi. Kalimat imperatif diikuti oleh

tanda titik (.), atau jika kita ingin memberi tekanan pada kalimat imperatif kita dapat

mengakhiri kalimat imperatif dengan tanda seru (!).

Kalimat deklaratif berupa pernyataan (Moore, 1968: 9). Kita biasanya

membuat pernyataan-pernyataan yang menyatakan sesuatu, oleh karena itu sebagian

besar kalimat yang kita buat adalah deklaratif. Semua kalimat deklaratif diakhiri

dengan sebuah titik (.). dalam kalimat deklaratif subjek dan predikat mempunyai

urutan biasa, dan kalimat itu diakhiri dengan tanda titik dalam penulisan dan nada

turun dalam pengucapan.

Kalimat interogatif menanyakan sebuah pertanyaan. Menanyai berarti

bertanya (Moore, 1968: 9). Menurut Frank (1972: 221) dalam kalimat Tanya subjek

dan auxiliary sering dibalik, subjek diletakkan setelah auxiliary. Kalimat Tanya

diikuti oleh tanda Tanya (?) dalam penulisan.

Kalimat seru mengekpresikan perasaan yang kuat dan selalu diikuti oleh tanda

seru (!) (Moore, 1968: 9). Frank (1972: 221) mengatakan bahwa dalam penulisan

kalimat seru berakhir dengan tanda seru, kadang-kadang sebuah titik digunakan untuk

Page 47: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

mengurangi tekanan. Dalam pengucapan kata yang paling penting dalam frasa seru

mendapat tekanan paling keras disertai nada naik.

b) Tipe Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa

Kalimat dapat digolongkan menurut jumlah klausa, yaitu kalimat tunggal,

kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk setara-

majemuk bertingkat.

Kalimat majemuk bertingkat yaitu kalimat yang terdiri dari klausa dapat

didefinisikan sama dengan kalimat, yaitu prediksi penuh yang terdiri dari satu subjek

dan satu predikat dengan satu verba (Frank, 1972: 222). Kalimat tunggal adalah

kalimat yang hanya terdiri dari satu pasang subjek dan predikat. Kalimat tunggal

hanya mempunyai satu predikasi utuh dalam bentuk sebuah klausa bebas Frank, 1972:

223).

Kalimat majemuk setara terdiri dari paling sedikit dua klausa bebas. Kata

penghubung antara klausa yang satu dengan klausa yang lain adalah and, but, or, dan

so. Kalimat majemuk setara-majemuk bertingkat terdiri dari paling sedikit dua klausa

bebas dan satu klausa terikat atau lebih.

c) Tipe Kalimat Berdasarkan Bentuk

Kalimat dapat dikategorikan berdasarkan bentuknya kedalam kalimat periodik

dan kalimat lepas. Kalimat periodik adalah kalimat yang ide utamanya tidak lengkap

sebelum kalimat itu berakhir. Kalimat lepas adalah kalimat yang bukan periodik.

Page 48: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

d) Tipe Kalimat Berdasarkan Kelengkapan

Berdasarkan kelengkapannya kalimat digolongkan ke dalam kalimat lengkap

dan kalimat tidak lengkap (Moore, 1968:13). Kalimat lengkap adalah kalimat yang

secara gramatikal lengkap, tetapi dari subjek dan predikat yang eksplisit, tidak

diketahui oleh kata hubung, dan menyatakan pikiran yang lengkap. Kalimat tidak

lengkap adalah kalimat yang secara gramatikal tidak lengkap, tetapi dalam konteks

sudah mengkomunikasikan ide yang jelas.

Dalam penelitian ini tipe atau bentuk kalimat akan dianalisis dilihat dari

tujuan, klausa, bentuk, dan kelengkapan.

9. Klasifikasi Variasi Bahasa

Variasi bahasa dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa kriteria. Berikut ini

akan diuraikan pembagiannya berdasarkan kriteria pembagian yang dikemukakan

oleh Chaer dan Agustinus (1995:80).

a). Variasi bahasa dilihat dari segi penutur

Variasi bahasa berdasarkan penutur dapat dibedakan atas idiolek, dialek (ada

dialek areal, dialek reginal/dialek geografi), kronolek (dialek temporal), sosiolek

(dialek sosial) yang mencakup : akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon,

argon, ken, dan prokem.

Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Idiolek seseorang

akan berbeda dengan yang lain atau dengan kata lain setiap orang mempunyai idiolek

sendiri-sendiri. Idiolek berkaitan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa,

susunan kalimat dan sebagainya. Sebagai contoh idiolek pendeta Aruan lain dengan

idiolek pendeta Panjaitan. Jenis yang kedua adalah dialek atau logat, yaitu variasi

Page 49: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu

tempat, wilayah, atau area tertentu.

Dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka

dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. Ragam ini

diwarnai oleh lafal dan intonasi bahasa-bahasa setempat atau bahasa-bahasa

kelompok etnik tertentu. Negara Indonesia yang terdiri dari beratus-ratus suku bangsa

memiliki pula beratus-ratus bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu atau bahasa

pertama suku bangsa atau etnik tersebut. Dengan demikian, bahasa Indonesia bagi

kebanyakan orang Indonesia merupakan bahasa kedua yang diperoleh setelah mereka

memasuki sekolah formal. Dalam keadaan kebahasaan yang demikian, maka dapat

dipahami jika orang Indonesia berbahasa Indonesia lisan maka bahasanya diwarnai

oleh lafal dan intonasi bahasa daerah atau bahasa ibunya. Itulah terjadinya keragaman

atau variasi bahasa Indonesia dalam bentuk logat-logat. Misalnya, bahasa Indonesia

logat Medan atau Batak Toba, Bahasa Indonesia logat Sunda, Bahasa Indonesia logat

Manado, Bahasa Indonesia logat Betawi, Bahasa Indonesia Jawa, dan sebagainya.

Logat itu antara lain tampak juga pada aksen yang berbeda-beda. Variasi selanjutnya

adalah kronolek atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang dingunakan oleh

kelompok sosial pada masa tertentu. Bahasa Indonesia yang digunakan pada tahun

empat puluhan dengan Bahasa Indonesia pada tahun enam puluhan, serta bahasa

Indonesia tahun sembilan puluhan akan berbeda baik dari segi lafal, morfologi,

maupun sintaksisnya. Yang paling tampak adalah dari segi leksikon, karena bidang ini

mudah sekali berubah karena faktor sosial budaya maupun iptek.

Berdasarkan penutur ini terdapat pula apa yang disebut sosiolek atau dialek

sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial

para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya variasi inilah yang paling banyak

Page 50: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dibicarakan dan paling banyak menyita waktu karena variasi ini menyangkut semua

masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat

kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Dari segi usia misalnya,

dapat dibedakan bahwa variasi bahasa yang dipakai oleh kanak-kanak, remaja, atau

orang dewasa pastilah akan berbeda. Perbedaan itu bukanlah berupa isi pembicaraan,

melainkan perbedaan dalam bidang morfologi, sintaksis, dan juga leksikonnya.

Variasi bahasa yang digunakan oleh orang yang latar belakang pendidikannya berbeda

juga akan tampak perbedaannya baik dalam pelafalan, kata-kata yang dipakai, atau

kalimat-kalimatnya. Ragam bahasa yang digunakan oleh seorang wanita akan lain

pula dengan variasi bahasa yang digunakan oleh seorang pria. Orang yang berlatar

belakang buruh akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang berlatar belakang

pekerjaannya di kantor, dan sebagainya. Berdasarkan tingkat, golongan, status, dan

kelas sosial para penuturnya dapat dijabarkan lagi ragam bahasa itu seperti akrolek,

basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argon, dan ken.

Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi

daripada variasi sosial lainnya. Misalnya bahasa Batak Toba yang dipergunakan para

raja Batak Toba.

Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan

dipandang rendah. Contoh, bahasa batak “orang desa”. Variasi sosial yang lain adalah

vulgar, yaitu variasi sosial yang ciri-cirinya tampak dari pemakaian bahasa oleh

orang-orang yang kurang terpelajar.

Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia, yang biasanya

digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak diketahui oleh

kalangan di luar kelompok itu. Slang lebih banyak berkaitan dengan bidang kosa kata

Page 51: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

daripada bidang fonologi atau gramatika karena kosa kata yang digunakan dalam

ragam ini sering berubah-ubah. Ada pula yang menyebutkan ragam ini dengan istilah

bahasa prokem.

Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Kolokial merupakan bahasa percakapan, bukan bahasa tulis. Dalam bahasa Indonesia

terdapat pula bentuk-bentuk kolokial seperti ndak, nggak, kok dan sebagainya.

Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-

kelompok sosial tertentu. Orang yang bukan kelompoknya akan kesulitan mengetahui

maksud pembicaraan yang tengah berlangsung, namun sifatnya tidak rahasia seperti

dalam slang. Contohnya ada bahasa kelompok montir, bahasa kelompok tukang,

bahasa kelompok pedagang akan memiliki kosa kata- kosa kata yang hanya dikenal

oleh kelompok tersebut.

Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi

tertentu dan bersifat rahasia. Letak kekhususan argot adalah pada kosa kata. Misalnya

dalam dunia kejahatan dikenal kata barang yang artinya “mangsa”, kacamata artinya

“polisi”, daun artinya “uang” dan sebagainya.

Ken (cant) adalah variasi sosial tertentu yang bernada memelas, dibuat

merengek-rengek, penuh dengan kepura-puraan. Biasanya digunakan di kalangan

pengemis.

b). Variasi bahasa dilihat dari segi pemakaian atau fungsinya

Variasi bahasa dilihat dari segi pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek,

ragam, atau register. Ragam ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan,

gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan.

Page 52: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Variasi berdasarkan bidang pemakaian ini misalnya bidang militer, sastra,

jurnalistik, pendidikan dan sebagainya. Masing-masing bidang tersebut menampakkan

ciri pemakaian kosa kata yang berbeda-beda. Bidang sastra misalnya akan memiliki

leksikon-leksikon yang estetis. Selain itu, tampak pula perbedaan itu dari tataran

morfologi dan sintaksis.

Variasi bahasa yang disebabkan karena sifat-sifat khas kebutuhan

pemakaiannya lazim disebut register. Register sering dikaitkan dengan dialek. Kalau

dialek dikaitkan dengan penggunaan bahasa oleh siapa saja, di mana, dan kapan,

maka register berkenaan dengan bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa. Lebih jauh

dapat dijelaskan bahwa seseorang mungkin saja akan hidup dengan satu dialek saja,

tetapi dia pastilah tidak akan hidup dengan satu register saja karena bidang kegiatan

yang harus dilakukan tidak hanya satu saja. Kajian terhadap tindak tutur dalam

khotbah Bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo

akan menunjukkan ciri-ciri leksikon, ciri morfologi, dan ciri pelafalan yang khas.

Pelanggaran kaidah morfologi dan pelafalan dimungkinkan juga banyak mewarnai

register percakapan dalam wacana ini.

c). Variasi bahasa dilihat dari segi keformalan

Berdasarkan segi keformalannya variasi bahasa itu mencakup lima macam

(style), yaitu ragam beku, ragam resmi atau formal, ragam usaha atau konsultatif,

ragam santai atau kasual, ragam akrab atau intim.

Ragam beku adalah ragam bahasa yang paling formal dan dipakai dalam

suasana yang sangat resmi atau digunakan dalam situasi-situasi hikmat. Disebut

ragam beku karena ragam itu tidak boleh diubah sedikit pun wujud pemakaiannya

termasuk titik dalam komanya, urutan kata-katanya serta susunan kalimatnya. Ragam

Page 53: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

ini terutama dalam pemakaian resmi dalam bentuk tertulis yang mengandung nilai-

nilai historis. Misalnya pemakaian bahasa dalam upacara-upacara, kitab undang-

undang, akte notaris, surat keputusan dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam beku

sudah ditetapkan secara mantap, tidak berubah-ubah.

Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi

yang bersifat resmi, baik lisan maupun tulis. Misalnya dalam surat-surat dinas, rapat

dinas, pidato kenegaraan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Ragam ini dapat

disamakan dengan ragam baku atau standar. Ragam ini dikatakan sebagai ragam yang

berwibawa atau bahkan paling berwibawa.

Ragam usaha atau konsultatif adalah variasi bahasa yang lebih menekankan

pada berhasilnya proses komunikasi. Yang diutamakan adalah bagaimana agar pesan-

pesan dalam berkomunikasi itu dapat ditangkap dan dipahami secara maksimum oleh

komunikan atau penerima. Ragam ini lazim digunakan dalam pembicaraan di sekolah,

rapat-rapat, memberi ceramah, dan sebagainya.

Ragam santai atau kasual dipakai dalam situasi yang tidak resmi atau santai.

Sebagai contoh pembicaraan di warung-warung, di tempat-tempat olah raga, di antara

teman karib, dan sebaginya. Ragam ini banyak menggunakan bentuk allegro, yakni

bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan atau disingkat. Kosa katanya banyak

dipenuhi unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah, misalnya kok, lu, gue, lha,

dan sebagainya. Ragam ini sering meninggalkan norma morfologi maupun sintaksis.

Ragam intim atau akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur

yang biasanya sudah akrab terutama dalam kalangan keluarga, suami istri, antara

teman yang sudah akrab, dan sebagainya.

Page 54: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Kelima ragam itu dalam kehidupan sehari-hari sering secara bergantian

digunakan. Hal itu tergantung dari tingkat keformalan peristiwa tutur yang dilakukan.

d). Variasi bahasa dilihat dari segi sarana

Variasi bahasa berdasarkan sarananya mencakup ragam lisan dan ragam tulis.

Ragam bahasa disebut ragam lisan manakala sarananya berwujud bahasa lisan atau

ujaran, dan sebuah ragam termasuk tulis manakala sarananya berupa bahasa tulis.

Terdapat perbedaan penting antara kedua ragam ini. Dalam menggunakan ragam lisan

dapat dipastikan bahwa mitra tutur hadir di hadapan penutur. Penutur harus

menggunakan intonasi, penekanan kata, atau unsur-unsur suprasegmental, dan

sebagainya. Hal tersebut tidak akan kita temui dalam ragam tulis karena dalam ragam

tulis pemakai bahasa harus menata pikirannya sedemikian rupa sehingga jelas

dipahami. Untuk itu, pemakaian tanda baca sangat penting dalam ragam tulis karena

bisa memperjelas maksud penulis.

10. Situasi Tutur Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo

Leech (1993: 19-20) mengemukakan bahwa pragmatik mengkaji makna dalam

hubungannya dengan situasi tutur. Sehubungan dengan bermacam-macamnya maksud

yang mungkin dikomunikasikan dalam tuturan, Leech mengemukakan sejumlah aspek

yang harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek itu adalah

penutur dan mitra tutur, konteks tutur, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan

atau aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal.

a) Penutur dan Mitra Tutur

Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur ini adalah usia,

latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan sebagainya. Hal

Page 55: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

demikian harus menjadi pertimbangan dalam memahami tuturan pendeta dalam

menyampaikan isi dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak

Protestan (HKBP) Solo dengan secara langsung.

b) Konteks Tuturan

Konteks tuturan penelitian linguistik atau semantik adalah konteks dalam

semua aspek fisik yang bisa dilihat dari tuturan yang bersangkutan dengan konteks

intern bahasa sedangkan konteks yang dimaksud di sini adalah semua latar belakang

pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur.

Di dalam memahami makna tuturan pendeta dalam khotbah bahasa Batak

Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo harus diperhatikan

konteks tuturan yang dipakai oleh pendeta. Dengan demikian, diharapkan diperoleh

hasil yang lebih baik dalam memahami makna tuturan di dalam setiap peristiwa

kebahasaan yang ada dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen

Batak Protestan (HKBP) Solo.

c) Tujuan Tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang disampaikan oleh seorang penutur dilatar

belakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini satu maksud dapat

dinyatakan dengan berbagai macam bentuk. Atau sebaliknya, berbagai macam

maksud dapat dinyatakan dengan tuturan yang sama. Misalnya, bentuk-bentuk

selamat siang saudara-saudaraku, siang saudara-saudaraku dan met siang saudara-

saudaraku dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama, yaitu menyapa

mitra tutur yang dijumpai pada siang hari.

d) Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas

Page 56: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Yang dimaksud di sini adalah sebuah tuturan tidak hanya merupakan suatu

bentuk yang terdiri atas unsur-unsur kebahasaan seperti misalnya kalimat dalam

sintaksis, proporsi dalam studi semantik. Namun, dalam pertuturan terkandung suatu

tindakan verbal yang terjadi dalam situasi tertentu karena dalam hal ini tuturan lebih

bersifat konkrit, yaitu jelas penuturnya dan mitra tuturnya serta waktu dan tempat

pertuturan itu terjadi. Demikian juga yang terjadi dalam khotbah bahasa Batak Toba

di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo penuturnya jelas dan mitra

tuturnya juga jelas, yaitu pendeta yang ada di gereja HKBP Solo.

e) Tuturan Sebagai Tindak Verbal

Tuturan yang digunakan dalam rangka pragmatik pada huruf d di atas

merupakan bentuk tindak tutur. Oleh karena itu, tuturan yang dihasilkannya

merupakan bentuk tindak verbal. Misalnya, ada sebuah tuturan berikut ini ‘apakah

pendeta yang ada di gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo tetap tinggal

di Solo?

Kalimat di atas dapat ditafsirkan sebagai satu perintah atau pertanyaan.

Pertanyaan atau perintah sangat tergantung pada konteks yang ada pada waktu tuturan

itu terjadi. Misalnya, seorang pendeta dalam menyampaiakan khotbah bahasa Batak

Toba di Gereja HKBP Solo menginginkan jemaat (ruas) yang ada di Gereja HKBP

semakin diberkati dan dilindungi oleh Tuhan. Jika situasinya demikian maka kalimat

di atas diartikan sebagai suatu perintah untuk takut akan Tuhan, kalimat tersebut dapat

ditafsirkan sebagai suatu pertanyaan.

Page 57: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

11. Khotbah di Dalam Gereja HKBP Solo

Kata “gereja berasal dari kata portugis igreya, yang jika mengingat akan cara

pemakaiannya sekarang ini, adalah terjemahan dari kata yunani kyrdiake, yang berarti

yang menjadi milik Tuhan. Adapun yang dimaksud dengan milik Tuhan adalah orang-

orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru selamatnya. Jadi yang

dimaksud dengan gereja adalah persekutuan para orang beriman.

Kata kyrdiake sebagai sebutan bagi persekutuan para orang yang menjadi

milik Tuhan. Jadi jemaat atau gereja adalah lanjutan umat Allah atau jemaah Tuhan.

Jikalau kita memperhatikan kata jemaah Tuhan, kita akan tahu, bahwa kata itu

senantiasa menyatakan hubungan Tuhan Allah dengan Israel, yang diatur di dalam

perjanjian kasih karunia.

Di dalam pengakuan iman rasuli disebutkan, bahwa Gereja adalah kudus dan

am, persekutuan orang kudus. Di bawah ini diuraikan sifat-sifat Gereja.

a) Gereja adalah kudus

Perjanjian baru jelas menunjukkan, bahwa Gereja adalah kudus. “Korintus 1:1,

efesus 1:1, kolose 1:2 misalnya, menyebutkan tentang orang-orang kudus,

yang di efesus dan kolose, sedangkan 1 korintus 1:2 dan filipi 1:1

menyebutkan, bahwa jemaat adalah mereka yang dikuduskan di dalam kristus.

b) Gereja adalah am

Pengakuan iman rasuli menyebutkan, bahwa gereja yang kudus adalah Gereja

yang am. Kata yang diterjemahkan dengan “am” adalah katholikos, yang

artinya: umum. Di dalam Alkitab kata ini tidak pernah dihubungkan dengan

Gereja. Di luar Alkitab kata ini berarti: umum, sebagai lawan dari yang

Page 58: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

tersendiri, setempat, dan sebagian. Dalam kata katholikos ini mengandung

suatu gagasan tentang keluasan tertentu dan ruang.

c) Gereja adalah persekutuan orang kudus

Kata yang diterjemahkan dengan “persekutuan orang kudus” adalah

communion sanctorum. Kata sanctorum dapat berasal dari kata sancta yaitu

barang-barang kudus (sakramen), atau dari kata sanctus, yaitu orang-orang

kudus.

d) Gereja adalah satu

Sekalipun pengakuan iman rasuli sebenarnya tidak menyebutkan sifat Gereja

ini, akan tetapi oleh karena terjemahan dalam bahasa Indonesia sering

menterjemahkannya dengan tambahan istilah “satu” itu, maka di sini kita akan

membicarakan hal kesatuan Gereja.

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) terkenal sangat menjunjung

hukum Tuhan yang ketujuh: Jangan berzinah. Pelanggaran hukum ketujuh secara

spesifik menikah di luar ketentuan gereja atau hamil di luar pernikahan yang sah

dihukum seberat-beratnya dengan pengucilan atau ekskomunikasi. Bahasa Bataknya:

dipabali sian huria (dikeluarkan dari keanggotaan gereja). Alasannya untuk memberi

efek jera. Lantas banyak warga jemaat gereja terutama orang tua sangat takut anaknya

menikah tanpa sepengetahuan gereja apalagi hamil di luar nikah.

Sejalan dengan di atas, untuk mencegah penyimpangan seksual di dalam

gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) sampai pertengahan tahun delapan

puluhan masih dilakukan segregasi atau pemisahan ruang laki-laki dan perempuan.

Walaupun tak sampai dibatasi tabir, namun tempat duduk laki-laki dan perempuan

terpisah. Sampai sekarang kaum wanita dan kaum lelaki yang sudah menikah pun

memiliki perkumpulan yang berbeda dan jarang sekali mengadakan kegiatan bersama.

Page 59: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Khotbah merupakan kegiatan berorasi untuk menyampaikan pengetahuan

tentang suatu hal yang menyangkut kepercayaan yang dianut. Komunikasi yang

demikian menurut Bannet (1976: 5) dimaksudkan untuk memberitahukan sesuatu

kepada pendengar atau menyuruhnya melakukan sesuatu. Situasi yang melingkupi

khotbah tersebut biasanya berada dalam situasi yang formal. Khotbah dapat

digolongkan dalam suatu bentuk komunikasi verbal yang menggunakan bahasa lisan

karena disampaikan secara lisan. Oleh karena itu materi khotbah dapat digolongkan

ke dalam sebuah bentuk wacana lisan.

Setiap pengkhotbah akan memiliki ciri-ciri atau gaya tersendiri dalam

berkhotbah pada saat menyampaikan Firman Tuhan Kepada Jemaat. Khotbah yang

disampaikan agar dapat diterima, dinikmati, dicermati, tidak monoton atau

membosankan, maka pendeta perlu memperhatikan aspek kebahasaan yang digunakan

dalam menyampaikan khotbah. Di dalam menyampaikan khotbah perlu diperhatikan

gaya bahasa, atau tekanan suara, turun naik nada sekali-kali dapat pula diselipkan

cerita, kisah-kisah, atau humor untuk lebih menekankan minat dan perhatian

pendengar atau jemaat yang ada di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Solo.

Khotbah ialah ajaran agama dalam penyampaian firman Tuhan baik dalam

bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Dari dulu sampai

sekarang seringkali disoroti sikap kekudusan pernikahan dan seksualitas ini tentunya

tidak lupa menganggap perempuan sebagai biang keladi kemorosotan moral. Di

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo memang lebih mementingkan

pengakuan iman terhadap Trinitas dan pemahaman atas Firman Tuhan, dengan

mengandalkan khotbah bukan penekanan ritus ibadah. Ciri utama Huria Kristen Batak

Protestan (HKBP) adalah tuturan bahasa batak toba dan kebatakannya, sementara

Page 60: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

dengan tetap menjadi Batak tak mungkin lepas dari adat istdiadat dan kebudayaan

warisan leluhur (ompu sijolo-jolo tubu).

Pendeta juga dituntut menjadi bapak umat yang berwibawa, berkharisma, yang

meneduhkan bagi siapa saja, bahkan terhadap mereka yang menentang kebijakannya,

Kendati bukan wakil Tuhan dan bukan pula asisten Kristus, sikap, perilaku dan

perbuatannya harus menjadi acuan dan panutan pendeta, majelis, aktivitas gereja dan

jemaat.

Pendeta bukanlah profesi biasa namun suatu jabatan gerejawi atau dalam

bahasa Batak disebut tohonan. Iman kristiani mengatakan jabatan gerejawi itu

diterima dari Tuhan sebab itu dipandang sangat mulia dan berharga. Lebih jauh umat

kristiani percaya kepada Tuhan, dan Tuhan sendirilah yang memanggil dan

menetapkan orang-orang tertentu sebagai hamba-hamba dan pelayan-pelayan di

gerejaNya untuk melakukan tugas-tugas yang kudus dan mulia.

Penghayatan akan betapa berharga dan mulianya jabatan gerejawi antara lain

pendeta itu membuat yang bersangkutan sangat berhati-hati dan menjaga dirinya agar

tidak jatuh ke dalam dosa juga dibidang seksual. Sebaliknya jabatan gerejawi itu tidak

lagi dipandang berharga namun hanya sekadar alat cari nafkah dan lebih buruk

pelarian, maka yang bersangkutan akan bertindak semberono atau semena-mena.

Pendeta atau penatua tidak lagi merasa wajib menjaga tutur katanya, sikap hidup dan

perilakunya sehari-hari dan interaksinya dengan orang banyak. Alih-alih menjadi

gembala yang menjaga domba-domba yang dipercayakan kepadanya maka bisa saja si

pelayan gereja diam-diam atau terang-terangan menjadi serigala pemangsa.

Tantangan terbesar bagi gereja-gereja termasuk Huria Kristen Batak Protestan

(HKBP) adalah mengembalikan makna jabatan gerejawi ini sebagai tugas suruhan,

Page 61: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

amanat yang dipercayakan oleh Tuhan yang mesti dijunjung dan dijaga sebaik-

baiknya bukan hanya saat ibadah berlangsung melainkan juga sesudahnya atau dalam

kehidupan sehari-hari. Pendeta harus terus-menerus menyegarkan komitmennya

bahwa pendeta dipanggil Tuhan menjadi gembala, pelayan, dan pemimpin. Sungguh

suatu dosa besar jika dia malah menjadi perusak bagi orang-orang yang dipercayakan

kepadanya. Sungguh suatu kejahatan yang keji dan mengundang kemurkaan Tuhan

jika dia mengkhianati kepercayaan yang begitu tinggi yang diberikan jemaat, apalagi

anak-anak dan remaja percaya kepadanya.

12. Pelaksanaan Khotbah Bahasa Batak Toba

Khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo dilakukan kebaktian kedua

atau jam 09.30 WIB sedangkan pada kebaktian pertama digunakan bahasa Indonesia

dan kadang-kadang bahasa Batak Toba. Penulis mengambil data dari kebaktian kedua,

karena kebaktian kedua yang datang atau beribadah sebagian besar adalah ibu-ibu dan

bapak-bapak dan sebagian anak remaja. Kebaktiannya selalu menggunakan bahasa

Batak Toba. Sebelum masuk kedalam Gereja atau belum beribadah biasanya kaum

ibu selalu bertanya dan berbincang-bincang antara ibu yang satu dengan ibu yang lain

dengan menggunakan bahasa Batak Toba. Ada juga sebagian ibu-ibu menggunakan

bahasa batak toba ada juga sebagdian menggunakan bahasa Jawa dan ada juga yang

menggunakan bahasa Indonesia. Peneliti mengambil data dari yang menggunakan

bahasa Batak Toba. Khotbah di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo

diselenggarakan dalam bahasa Batak Toba dan yang mendengarkannya adalah umat

kristiani atau jemaat Batak Toba.

Pelaksanaan Khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo dilakukan

pada hari minggu. Kebaktian bahasa Batak Toba dilaksanakan kebaktian kedua

Page 62: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

dengan tujuan untuk memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada jemaat yang

rindu akan bahasa Batak Toba untuk menggunakan dan mendengarkan bahasa ibunya.

D. Kerangka Pikir

Pendeta diobservasi dalam menyampaikan khotbah bahasa Batak Toba di

Gereja HKBP Solo. Hasil observasi tersebut adalah bentuk-bentuk tindak tutur bahasa

Batak toba. Bermacam-macam bentuk tindak tutur tersebut dipengaruhi oleh penanda

lingual. Dengan pengaruh penanda lingual tersebut akan menghasilkan istilah khas.

Istilah khas tersebut akan menghasilkan karakteristik pemakaian tidak tutur bahasa

Batak Toba.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui skema berikut

ini:

Kegiatan

berkhotbah Tujuan

Pendeta

Karakteristik Pamakaian tindak

tutur

Bentuk-bentuk tindak tutur

Istilah Khas

Penanda lingual

Page 63: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab metodologi penelitian ini dijelaskan secara singkat, yaitu (a)

bentuk dan strategi penelitian, (b) lokasi penelitian, (c) sampel penelitian, (d) data dan

sumber data, (e) teknik pengumpulan data, (f) validitas data, dan (g) teknik analisis.

A. Bentuk dan Strategi Penelitian

Sesuai dengan tujuan dan jenis permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini,

yang menekankan kepada masalah karakteristik tindak tutur dalam khotbah bahasa

Batak Toba di Gereja HKBP Solo, penelitian ini menggunakan bentuk penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil. Peranan

proses akan lebih jelas diteliti melalui hubungan bagian-bagiannya. Hal ini berkaitan

erat dengan metode kajian distribusional (Sutopo,2002: 102).

Fatimah Djajasudarman (1993:16) menyatakan bahwa metode kualitatif

dengan syarat deskriptif data yang dikumpulkan akan diukur tentang kualitatif dan

prosesnya bukan jumlah dan frekuensinya. Menurut Sutopo (2002: 103) bahwa

penelitian kualitatif deskriptif akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif

dengan deskripsi yang teliti dan penuh makna dan lebih berharga dari pada sekedar

pernyataan jumlah atau frekuensi dalam bentuk angka.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Pengertian

studi kasus adalah suatu laporan kejadian, situasi atau perkembangan yang lengkap

dan teperinci. Penelitian yang menggunakan strategi penelitian kasus ini dapat disebut

studi kasus terpancang sebab permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan

dalam proposal sebelum peneliti terjun ke lapangan (Sutopo,2002: 183). Penelitian ini

Page 64: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

memusatkan studi pada jenis-jenis tindak tutur, jenis tindak tutur yang dominan,

penanda lingual, istilah khas, dan karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah

bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

Data penelitian ini diperoleh dari setting alamiah, yaitu dari khotbah di gereja

HKBP Solo dan dikumpulkan melalui perekaman, pengamatan langsung dan

wawancara. Dengan demikian, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

penelitian etnografik.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Gereja HKBP Solo.

C. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian

langsung (Edi Subroto, 1992:32). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

purposive sampling. Data diambil dari sampel tindak tutur dalam khotbah bahasa

Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

D. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini berwujud data lisan dan data tertulis. Data lisan

diambil dari khotbah bahasa Batak Toba yang disampaikan oleh pendeta yang telah

direkam. Rekaman tersebut ditranskripkan ke dalam data tertulis. Data tertulis juga

diperoleh dari tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo

dan data tertulis diperoleh dari pendeta yang ada di Gereja HKBP. Data atau

informasi paling penting tersebut merupakan data kualitatif untuk dikumpulkan dalam

penelitian ini. Informasi tersebut digali dari bermacam-macam sumber data berikut

ini:

Page 65: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

1. Informan, yang terdiri dari pendeta yang berkhotbah di Gereja HKBP Solo.

2. Tempat dan peristiwa atau aktivitas yang terdiri atas kegiatan khotbah dengan

pemakaian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP

Solo.

3. Dokumen atau arsip yang terkait mengenai pemakaian tindak tutur dalam

khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti sendiri adalah instrumen utama yang digunakan dan dikembangkan di

dalam penelitian ini (Sutopo,1996:36). Dalam hal ini penelitian harus bertindak

fleksibel, yakni pada waktu yang bersamaan, penelitian bertindak sebagai instrumen

dan sekaligus berfungsi sebagai pengumpul data. Prinsip di dalam penelitian kualitatif

lebih menekankan pada proses daripada sekedar hasil akhir penelitian. Instrumen

yang terstruktur dan dipolakan sebelumnya memudahkan penelitian terhadap kasus

penelitian yang sedang diteliti (Miles & Huberman,1992:59).

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data, maka

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi Langsung

Observasi dilakukan langsung terhadap objek, yakni peristiwa atau aktivitas

dan tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Peneliti

mengamati peristiwa atau aktivitas tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di

Gereja HKBP Solo.

Page 66: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

2. Teknik Rekam

Teknik rekam digunakan untuk merekam khotbah pendeta dengan

menggunakan para tuturan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

Dalam perekaman, peneliti dibantu oleh juru rekam tim khotbah dengan maksud agar

diperoleh rekaman yang baik.

3. Teknik Simak dan Catat

Teknik ini digunakan untuk menyimak dan mencatat tuturan-tuturan pendeta

dalam berkhotbah yang ada dalam tindak tutur bahasa Batak Toba di Gereja HKBP

Solo.

F. Validitas Data

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini, teknik pengembangan validitas data yang biasa digunakan dalam

penelitian kualitatif, yakni teknik trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat

macam trianggulasi, yaitu; trianggulasi teori, trianggulasi peneliti, trianggulasi sumber

data, dan trianggulasi metode (Patton dalam Sutopo, 1989: 43). Penelitian ini

menggunakan dua teknik trianggulasi, yaitu; (1) trianggulasi sumber data, dan (2)

trianggulasi metode.

1. Trianggulasi Sumber Data

Dengan trianggulasi sumber data, penulis mengumpulkan data sejenis dari

beberapa sumber data yang berbeda. Sumber-sumber data yang dimaksud

adalah khotbah para pendeta dalam bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

Page 67: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

2. Trianggulasi Metode

Dengan trianggulasi metode ini, penulis mengumpulkan data dengan beberapa

metode, yakni dengan menerapkan taknik observasi langsung, rekam, simak,

dan catat.

G. Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (Miles & Huberman dan

Sutopo, 2002) yang berupa siklus pengumpulan data bersifat induktif, mencakup

reduksi data, sajian data, varifikasi dan simpulan. Penelitian tetap bergerak mengikuti

siklus ini selama proses pengumpulan data masih berlangsung. Sebagaimana ciri dari

penelitian kualitatif, penelitian ini bersifat terbuka dan menyesuaikan diri dengan

keadaan yang ditemui di lokasi penelitian.

Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif digambarkan dengan skema

sebagai berikut:

Data dalam penelitian ini berwujud data lisan dan data tertulis. Data lisan

diambil dari khotbah bahasa Batak Toba yang disampaikan oleh pendeta yang telah

direkam. Rekaman tersebut ditranskripkan ke dalam data tertulis. Data tertulis juga

diperoleh dari pendeta dengan menggunakan tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Simpulan / Verifikasi

Page 68: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Toba di Gereja HKBP Solo. Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis

sumber data, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut: (1) Observasi Langsung terhadap objek dalam khotbah bahasa Batak

Toba di Gereja HKBP Solo. (2) Teknik Rekam digunakan untuk merekam khotbah

pendeta dengan menggunakan para tuturan dalam khotbah bahasa Batak Toba di

Gereja HKBP Solo. (3) Teknik Simak dan Catat. Teknik ini digunakan untuk

menyimak dan mencatat tuturan-tuturan pendeta dalam berkhotbah yang ada dalam

tindak tutur bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif, yakni teknik

trianggulasi. Penelitian ini menggunakan dua teknik trianggulasi, yaitu; (1)

trianggulasi sumber data khotbah pendeta, dan (2) trianggulasi metode yakni dengan

menerapkan taknik observasi langsung, rekam, simak, dan catat. Penelitian ini

menggunakan model analisis interaktif yang berupa siklus pengumpulan data bersifat

induktif, mencakup reduksi data, sajian data, varifikasi dan simpulan.

Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan metode tekstual untuk

menganalisis data. Adapun yang dimaksud dengan metode tekstual adalah cara

analisis yang diterapkan pada data dengan menggunakan teknik padan dan teknik

banding. Teknik padan adalah teknik yang digunakan untuk menyamakan tuturan

yang satu dengan tuturan yang lain. Teknik banding adalah teknik yang dipakai untuk

membandingkan tuturan yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini, tuturan tersebut

adalah tuturan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak

Protestan (HKBP) Solo. Untuk lebih jelasnya dapat diamati tuturan-tuturan pada

Khotbah bahasa Batak Toba sebagai berikut:

Page 69: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

(17) Acara Ibadah & Warta Jemaat Minggu Kantate, 02 Mei 2010 Topik Minggu: MANGHANGOLUHON HAPORSEAON “Na porsea do ahu, umbahen na huhatahon”; hami pe, na porsea do, umbahen na dohot hami mangkatahon. Dalam bahasa Indonesia “Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.” ( 2 korintus 4:13).

(18) Adong deba halak na buas manaburhon, hape lam ganda do, adong huhut deba mangkolit hamoraonna, hape lam marpogopogos do. (Poda 11:24). Dalam bahasa Indonesia “ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan” (Amsal 11: 24).

(19) Hangoluan do dipangido sian ho, dilehon Ho do tu ibana, diudut Ho do ariarina ro di salenglelengna. (Psalm 21:5). Dalam bahasa Indonesia “hidup dimintanya dari pada-Mu; Engkau memberikannya kepadannya, dan umur panjang untuk seterusnya dan selama-lamanya” (Mazmur 21:5).

Ketiga tuturan tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik padan. Tuturan

tersebut termasuk subtindak tutur ‘mengatakan’ dan ‘meminta’ sebagai penanda

lingualnya adalah kata ‘pilih’.

Apabila tuturan tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik banding, maka

setiap tuturan akan menjadi karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah

bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Tuturan no. 17 merupakan karakteristik

pamakaian tindak tutur bagi Jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo. tuturan no. 18

merupakan saatnya untuk jemaat agar ada yang menyebar harta, biar bertambah kaya,

kalau pendeta dan Jemaat maupun semua manusia yang ada didunia ini

melaksanakannya maka kehidupan kita akan aman sejahtera lahir dan batin.’

sedangkan tuturan no. 19 merupakan karakteristik tindak tutur hidup seseorang

dimintanya kejujuran, tegas dan beribawa maka kita menerima umur panjang untuk

seterusnya dan selama-lamanya.

Page 70: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV ini merupakan bentuk

pembahasan dan interprestasi atas temuan data objektif di lapangan terkait dengan

tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Deskripsi,

analisis dan interpretasi secara rinci akan difokuskan pada : (a) Jenis-jenis tindak tutur

dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo, (b) karakteristik pemakaian

tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. (c) Jenis-jenis

tindak tutur yang dominan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo,

dan (d) Mengapa tindak tutur tertentu lebih dominan dibandingkan dengan tindak

tutur lainnya dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo?

Pembahasan ini mengarah pembagian tindak tutur yang dikemukakan oleh

Kreidler, yaitu: fatis, performatif, komisif, ekspresif, verdiktif, asertif dan direktif.

Pembagian tindak tutur tersebut disertakan dengan penanda lingualnya. Bentuk-

bentuk tindak tutur yang dideskripsikan adalah tindak tutur dalam khotbah bahasa

Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

A. Jenis-Jenis Tindak Tutur dalam Khotbah Bahasa Batak Toba di Gereja

HKBP Solo

Pada bagian ini dideskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur yang didasarkan

pada daya pragmatik yang ditimbulkannya yang terdiri atas fatis, performatif, komisif,

ekspresif, verdiktif, asertif dan direktif.

Page 71: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

1. Tindak Tutur Fatis

Tindak tutur fatis adalah tutur yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur

dengan tujuan untuk memperoleh hubungan dengan mitra tuturnya. Fungsi tuturan

fatis kurang begitu jelas, tetapi bukan berarti tidak penting. Jelasnya, penutur ingin

mempererat hubungan dalam bertutur dengan mitra tuturnya. Pada penelitian tindak

tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo ditemukan tindak tutur

fatis yaitu; (a) menghormati, (b) mengucapkan salam, (c) menyapa.

a. Menghormati

Memberi hormat berarti menyampaikan rasa hormat kepada orang lain. Jadi

subtindak tutur ‘memberi hormat’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh

penutur untuk menyampaikan rasa hormat kepada mitra tutur. Untuk lebih jelasnya

dapat diperhatikan pada data-data berikut.

(20) Pakkorhonna ditanda amang tahe amatta on tung songoni do amang on mengharmati halak na lain, alai na lao berengotta kita tidak akan pernah diragukan ala boi amatta on menghormati orang lain na gabe kesimpulanna bagaimana kita menghormati orang lain, bagi siapapun yang mau membatu dan menolong dan menghormati orang lain maka orang tersebut akan mendapat berkat yang berlipat kali ganda dari Tuhan.

Tuturan (20) Pakkorhonna dikenal bapa ya bapak ini apa seperti ini bapa ini

menghormati orang lain, tetapi yang mau kita lihat kita tidak akan pernah diragukan

karena bisa bapa ini menghormati orang lain yang bisa di simpulkan bagaimana kita

menghormati orang lain, bagi siapapun yang mau membatu dan menolong dan

menghormati orang lain maka orang tersebut akan mendapat berkat yang berlipat kali

ganda dari Tuhan. Pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur agar

jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo bisa menghormati orang yang lebih tua dari

kita, pertuturan yang disampaikan penutur merupakan penanda lingual subtindak tutur

Page 72: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

‘memberi hormat’. Penutur mengucapkan frasa tersebut dengan maksud untuk

menghormati orang lain baik yang mudah maupun orang yang lebih tua dari kita.

b. Mengucapkan Salam

Mengucapkan salam berarti menyampaikan salam kepada orang lain. Jadi

subtindak tutur ‘mengucapkan salam’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan oleh

penutur untuk menyampaikan salam kepada mitra tutur. Tuturan yang berkaitan

tentang subtindak tutur ‘mengucapkan salam’ dapat diamati pada contoh-contoh

berikut.

(21) Shalom Horas ma di hita saluhutna na gabe jamita di hita sadarion ima minggu jamitalate marolopolop tu Debata.

(22) Molo sai tapaingot-ingot Amang dohot Dainang angka na masa na terjadi di ngolutta mamukka ma hita apalagi sadarion, Hu sungkun majolo hita apakah kita cukup mengucapkan banyak terimaksih Atau mengucap syukur, mamuliatehon, manang na hurang, molo ta ingot sude basani Tuhan i tu hita.

Pada tuturan (21) dan (22) Selamat kepada kita semuanya yang menjadi

khotbah firman Tuhan pada hari ini yaitu minggu jamitalate marolopolop kepada

Tuhan. Dan tuturan (22) Kalau selalu kita mengingat-ingat Bapa dan Ibu apa yang

terjadi dalam kehidupan kita mulai dari hari ini, kalau aku bertanya sama saudara-

saudara apakah kita cukup mengucapkan banyak terimaksih atau mengucap syukur,

berterimakasih, atau ada yang kurang, kalau kita ingat semua berkat yang diberikan

Tuhan kepada kita. Pertuturan yang dilakukan oleh penutur untuk menyampaikan

salam kepada mitra tutur penutur memberi salam kepada mitra tutur saat berkhotbah

bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo dengan mengatakan Selamat kepada kita

semuanya dan selalu mengingat Bapa dan Ibu apa yang telah terjadi dalam kehidupan

kita, kalau penutur bertanya sama jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo apakah kita

cukup mengucapkan banyak terimaksih atau mengucap syukur, berterimakasih, atau

Page 73: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

ada yang kurang, kalau kita ingat semua berkat yang diberikan Tuhan kepada kita.

Penutur bermaksud untuk mendoakan keselamatan kepada mitra tutur yang beragama

Kristen. Salam tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘mengucapkan

salam’.

c. Menyapa

Menyapa berarti memberi sapaan kepada orang lain. jadi subtindak tutur

‘menyapa’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur untuk memberi

sapaan kepada mitra tutur. Untuk mengetahui subtindak tutur jenis ini dapat dilihat

data-data berikut.

(23) Huria ni Tuhantta na di haholongan di bagasan goarna Tuhan Yesus Kristus, adong piga-piga hal nanaing botootta marhitehite turpuk taon. Ima angka parsiajaran pelajaran-pelajaran, keteladanan-keteladanan yang bisa kita lihat, melalui pengalaman-pengalaman naeha di bolus Tuhan Yesus.

(24) Shalom. Selamat paskah ma dihita sasudenang (selamat paska), molo hu dokkon Nunga hehe Kristus, taalusima jolo songon na hobbas. Tamulaima Nunga hehe Kristus i, Puji ma Tuhanta Haleluya (Mauliate)

Penutur pada tuturan (23) dan (24) penutur menyapa kepada mitra tutur

dengan mengatakan Jemaat gereja Tuhan yang dikasihi di dalam nama Tuhan Yesus

Kristus, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui melalui pelajaran sesuatu yang

diperlukan untuk belajar pelajaran-pelajaran, keteladanan-keteladanan yang bisa kita

lihat melalui pengalaman-pengalaman yang pernah dilewati Tuhan Yesus. Shalom.

sedangkan tuturan (24) menyapa kepada mitra tutur Selamat paskah kepada kita

semuanya (selamat paska), kalau aku katakan sudah bangkit Kristus, Puji Tuhan

Haleluya (terimakasih). Kata sapaan kepada jemaat yang di kasihi dan selamat paskah

kepada kita semuanya, yang telah disampaikan penutur merupakan penanda lingual

subtindak tutur ‘menyapa’. Maksud klausa yang disampaikan penutur tersebut untuk

Page 74: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

mempererat hubungan dengan penutur. Klausa tersebut diucapkan penutur ketika

penutur memberi sambutan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

Dalam hal ini penutur pendeta berkedudukan sebagai imam atau sebagai pengkhotbah

bagi umat Kristen di Gereja HKBP Solo dan mitra tutur adalah jemaat. Keduanya

bersaudara dalam satu keluarga yaitu keluarga anak-anak Tuhan. Penutur sangat

bangga dan mencintai mitra tutur yang telah mensukseskan ibadah pada minggu ini di

Geraja HKBP Solo, sehingga penutur menjadi imam bagi jemaat yang ada di Gereja

HKBP Solo.

2. Tindak Tutur Performatif

Tindak tutur performatif adalah tindak tutur yang dilakukan penutur yang

menjadikan resminya sesuatu yang dinamakan atau yang sedang dihadapi. Tuturan

performatif menjadi sah jika dinyatakan oleh seseorang yang berwenang dan dapat

diterima. Orang tersebut harus diketahui memiliki otoritas untuk membuat pernyataan

dengan kegiatan-kegiatan resmi. Pada penelitian tindak tutur dalam khotbah bahasa

Batak Toba di Gereja HKBP Solo ditemukan tiga macam subtindak tutur yang dapat

digolongkan ke dalam tindak tutur performatif, yaitu; (a) menyatakan, (b)

memutuskan, dan (c) mengabulkan.

a. Menyatakan

Menyatakan berarti menetapkan sesuatu atau memberi kewenangan kepada

orang lain. jadi subtindak tutur ‘menyatakan’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan

penutur untuk menetapkan sesuatu atau memberi kewenangan kepada mitra tutur

untuk melakukan suatu hal. Contoh-contoh berikut akan menjadikan lebih jelas

tentang subtindak tutur ‘menyatakan’.

Page 75: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

(25) Pn : Sahali Debata mandokhon padanna dohot janji na ingkon di ulahon do i

Mn : Amen amen ima di alusni jemaat gereja HKBP Solo.

Pada tuturan (25) Tuhan Yesus menyatakan Sekali Tuhan mengatakan

janjinya dan janjinya itu harus di laksanakannya amin amin itulah di jawab jemaat

yang ada di Gereja HKBP Solo. Pertuturan yang dilakukan penutur untuk menetapkan

sesuatu atau memberi kewenangan kepada mitra tutur untuk melakukan suatu hal

Tuhan Yesus harus menyampaikan bagian dari firman yang telah tertulis dalam

Alkitab. Pendeta hanya bisa melaksanakan atau menyampaikan amanat yang telah di

sampaikan oleh Tuhan Yesus kepada Pendeta maupun murid-murid Tuhan. Bagi

Jemaat yang mendengar mujizat dan janjinya Allah itu nyata di dalam diri kita harus

melaksanakan dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari pribadi lepas pribadi.

Dalam hal ini, penutur harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah-

masalah yang ada di setiap jemaat dan setiap orang yang mempercayai dan menyakini

Tuhan Yesus. Kata ‘menyatakan’ pada klausa Tuhan Yesus menyatakan Sekali Tuhan

mengatakan janjinya dan janjinya itu harus di laksanakannya, kalau diri kita bersih

dihadapan Tuhan Allah bagi jemaat yang telah mempercayai Tuhan Yesus merupakan

penanda lingual subtindak tutur ‘menyatakan’.

Faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘menyatakan’ Tuhan

Yesus menyatakan mujizat sekali Tuhan mengatakan janjinya dan janjinya itu harus

di laksanakannya amin amin itulah jawab jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo.

Selain itu, kewenangan Tuhan Yesus menjadi faktor penentu terjadinya subtindak

tutur ‘menyatakan’.

Page 76: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

b. Memutuskan

Memutuskan berarti memberikan suatu kepastian terhadap sesuatu hal. Jadi

subtindak tutur ‘memutuskan’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur untuk

memberikan suatu kepastian terhadap sesuatu hal. Untuk memahami subtindak tutur

jenis ini, dapat diamati pada data berikut.

(26) Tauji majolo Amang dohot hamu Inang mulai na sogotan mulai tarsunggul ma hita sian podoman, piga jom manaing saonari, molo tarsunggul hita jam lima nakkaning saonari jam sebelas kurang tabilagi majolo waktu-waktu kita mulai hita tarsunggul sian podoman sudah berapa kali kita mengeluh, holsohan, marsak, piga hali manang piga-piga hali ma hita dibagasan na samenitton piga jom on hita muruk.

Tuturan (26) Kita uji dulu Bapa dan Ibu mulai kita terbangun dari tempat tidur

berapa jam yang lalu atau sampai hari ini kalau kita terbangun jam lima tadi sekarang

jam sebelas kurang kita hitung dulu waktu-waktu kita mulai kita tarbangun dari

tempat tidur sudah berapa kali kita mengeluh, gusar, sedih atau kemurungan hati,

berapa kali atau berapa-berapa kali kita di dalam semenit ini berapa jam ini kita

marah. Pertuturan yang dilakukan penutur untuk memberikan suatu kepastian

terhadap sesuatu hal Maksud tuturan yang disampaikan penutur tersebut adalah

penutur sebagai seorang yang berwenang membuat aturan sudah berapa kali kita

mengeluh, gusar, sedih atau kemurungan hati, berapa kali atau berapa-berapa kali kita

di dalam semenit ini berapa jam ini kita marah. Sebagai penanda lingual subtindak

tutur ‘memutuskan’ adalah kata ‘putus’.

Faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘memutuskan’ adalah

kesungguhan hati penutur yang tidak melakukan pelanggaran aturan sudah berapa kali

kita mengeluh, gusar, sedih atau kemurungan hati, berapa kali atau berapa-berapa kali

kita di dalam semenit ini berapa jam ini kita marah. Hal ini dijelaskan oleh penutur

kepada mitra tutur maksud kata-kata ‘beban’ adalah permasalahan yang berkaitan

Page 77: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

dengan pelanggaran penutur membuktikan hal tersebut dengan mengatakan

‘perjuangan’. Kata ‘perjuangan’ mengandung makna usaha untuk melakukan hal yang

baik.

c. Mengabulkan

Mengabulkan berarti memberikan sesuatu berupa barang dan jasa yang

diminta oleh orang lain. jadi subtindak tutur ‘mengabulkan’ adalah tindak pertuturan

yang dilakukan penutur untuk memberikan sesuatu baik berupa barang maupun jasa

yang menjadi permintaan orang lain. untuk mengetahui subtindak tutur jenis ini, dapat

dilihat pada data berikut.

(27) Huria ni Tuhantta na di haholongan di bagasan goarna Tuhan Yesus Kristus, adong piga-piga hal nanaing botootta marhite-hite turpuk taon ima angka parsiajaran pelajaran-pelajaran, keteladanan-keteladanan yang bisa kita lihat melalui pengalaman-pengalaman naeha di bolus Tuhan Yesus.

(28) Mauliate ma dohonon nami tu ho Tuhan, ala di patolhasho sude hatami ima na marsiajar hami sian tonga-tonga bangsom marhitehite tradisi naeha dihatahon ho di tonga-tonga bangsomi homa tongtong na patulushon angka nalam tamama asa boi dirajumi hami.

Klausa pada tuturan (27) dan (28) Jemaat gereja Tuhan yang dikasihi di dalam

nama Tuhan Yesus Kristus, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui melalui

pelajaran sesuatu yang diperlukan untuk belajar pelajaran-pelajaran, keteladanan-

keteladanan yang bisa kita lihat melalui pengalaman-pengalaman yang pernah

dilewati Tuhan Yesus. Dan terima kasih kami ucapkan kepada kamu Tuhan, karena

sudah menyampaikan semua perkataanmu untuk itu kami belajar dari tengah-tengah

bangsamu, sebab tradisi yang pernah kamu katakan di tengah-tengah bangsamu,

hanya engkau yang selalu mengabulkan yang lebih baik agar bisa kami menghitung.

Pertuturan yang dilakukan penutur untuk memberikan sesuatu yang baik kepada

jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo berupa pelajaran, keteladanan, pengalaman

Page 78: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

dan mengucapkan terimakasih kepada Tuhan karena sudah menyampaikan semua

perkataan atau firmanya di tengah-tengah kehidupan kita masing-masing. Pada

umumnya seseorang yang di minta sesuatu oleh orang lain, maka orang tersebut

hanya mempunyai dua pilihan, yakni menolak permintaan atau mengabulkan. Dalam

hal ini, penutur mengabulkan permintaan anak-anak Tuhan yang percaya kepada

Yesus Kristus. Klausa ‘yang bisa kita lihat’ yang disampaikan penutur tersebut

mengandung makna mengabulkan permintaan hamba-hamba Tuhan, penutur tidak

hanya mengabulkan permintaan hamba-hamba Tuhan tetapi juga memberitahukan

bahwa Tuhan selalu memberikan berkat berlipatkali ganda. Hal ini terlihat pada

klausa tersebut menunjukkan bahwa penutur berstatus yang paling tinggi diantara

jemaat. Sebagai faktor penentu terjadinya subtindak tutur ‘mengabulkan’ adalah

permintaan tentang sesuatu yang sangat dibutuhkan menghidupi banyak orang, selain

itu penutur sebagai Pendeta yang mensejahtrerakan jemaat yang ada di Gereja HKBP

Solo juga menjadi penanda lingual terjadinya subtindak ‘mengabulkan’.

3. Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang menyebabkan penutur

melakukan serangkaian kegiatan. Verba-verba pada tindak tutur tersebut bersifat

prospektif dan berkaitan dengan komitmen penutur terhadap perbuatan di masa yang

akan datang. Verba-verba tersebut dapat digunakan untuk menjalankan seseorang atau

menolak menjalankan seseorang terhadap perbuatan masa yang akan datang. Pada

penelitian tindak tutur bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo ditemukan enam

macam subtindak tutur yang masuk ke dalam tindak tutur komisif, yaitu; (a)

menawarkan, (b) berjanji, (c) bertanya, (d) bersumpah, (e) mengklaim, (f) menyetujui.

Page 79: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

a. Menawarkan

Menawarkan berarti memberikan sesuatu alternatif kepada orang lain. jadi

yang dimaksud dengan subtindak tutur ‘menawarkan’ adalah tindak pertuturan yang

dilakukan oleh penutur untuk memberikan alternatif atau pilihan kepada mitra

tuturnya. Untuk memahami subtindak tutur jenis ini dapat diperhatikan contoh

berikut.

(29) Molo lao hita tu Mol manang tu pasar ai tung godang do menawarkan barangna tu hita, alai molo songonon ndang adong be tawar menawar. Molo lao hita tutarutung godang do menawarkan jasa tu hita, alai jotjot dope hita mauas, molo mauas hita diportibion ndang boi hita mambahen hita alana sudenang i ai parsatongkinon doi.

Pada tuturan (29) Kalau kita pergi ke Mol atau kepasar begitu banyak

menawarkan barangnya, tetapi kalau seperti ini tidak ada lagi tawar menawar. Kalau

kita pergi ke tarutung begitu banyak yang menawarkan jasa kepada kita, tetapi sering

kali kita haus, kalau haus kita di dunia ini tidak bisa kita buat soalnya itu semua hanya

sementara. Pertuturan yang dilakukan oleh penutur untuk memberikan alternatif atau

pilihan kepada mitra tuturnya penutur juga sebagai anak-anak Tuhan berusaha untuk

menyakinkan mitra tutur usaha tersebut dapat diamati dari subtindak tutur

‘menawarkan’ yang disampaikan oleh penutur lewat tuturan yang telah disampaikan

Tuhan Yesus tidak pernah tawar menawar tentang keselamatan manusia karena Tuhan

selalu membukakan pintu bagi setiap orang lain’. Klausa tersebut merupakan penanda

lingual subtindak tutur ‘menawarkan’ yaitu menawarkan kepada jemaat untuk

mempercayai dan menyembah Tuhan sekarang dan untuk selama-lamanya, usaha

tersebut dilakukan untuk memikat hati mitra tutur. Penutur dalam hal ini mempunyai

maksud agar mitra tutur mau memilih Tuhan, alasan yang disampaikan oleh penutur

melalui tuturan ‘menawarkan’ dapat dinilai cukup logis, karena pendeta dan jemaat

membutuhkan berkat dari Tuhan.

Page 80: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Kedudukan mitra tutur dalam hal ini adalah Pendeta atau penjual dan jemaat

atau pembeli yang mengiginkan barangnya terjual semua kalau sudah terjual sudah

bisa mencukupi kehidupan sekarang dan selama-lamanya begitu juga Tuhan Yesus

tidak pernah tawar menawar tentang keselamatan manusia karena Tuhan selalu

membukakan pintu bagi setiap orang lain. Mitra tutur akan mudah mendapat barang

sesuai dengan keinginannya jika barangnya sudah ada, penjual dan pembeli banyak

mendapat barang. Dengan demikian status sosial mitra tutur yaitu pencarian berang

menjadi faktor penentu subtindak tutur ‘menawarkan’.

b. Berjanji

Berjanji berarti menyatakan bersedia dan sanggup untuk melakukan sesuatu.

Jadi subtindak tutur ‘berjanji’ adalah suatu tindak pertuturan yang dilakukan penutur

untuk menyatakan bersedia dan sanggup untuk melakukan sesuatu kepada mitra

tuturnya. Tuturan-tuturan berikut akan menjadikan lebih jelas tentang subtindak tutur

‘berjanji’.

(30) Suang songoni nang dongan nami yang berjanji dengan janji iman lehonma tanbatanba tu nasida alai pos situtu do rohanami sai homa namangajari nasida asa poroha nasida tungpe borat angka ekonomi dohot narikkot dibagasan ngolu na alai na holan ho do na mandongani nasida Tuhan boi ibana gabe dalan laho mangurupi.

Pada tuturan (30) Begitu juga kepada teman kami yang berjanji dengan janji

iman berikanlah semakin bertamba-tamba kepada mereka tetapi kami nyakin hanya

engkau yang mengajari mereka walaupun berat perekonomian mereka yang penting

dalam kehidupannya semakin bertambah, hanya engkaulah yang menemani mereka

Tuhan bisa dia menjadi jalan untuk mengurupi. Pertuturan yang dilakukan penutur

untuk menyatakan bersedia dan sanggup untuk melakukan sesuatu kepada mitra tutur

maupun kepada Tuhan. Penutur dalam hal ini sebagai anak-anak Tuhan yang berjanji

Page 81: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

dengan janji iman di Gereja HKBP Solo berarti harus melaksanakan sesuai dengan

janji iman juga yang sedang dijalankan kepada mitra tutur. Kedudukan mitra tutur

adalah jemaat atau anak-anak Tuhan yang ada di Gereja HKBP Solo dalam hal ini

sebagai pemilih. Janji penutur adalah berikanlah semakin bertamba-tamba kepada

kami, walaupun berat perekonomian yang penting dalam kehidupan semakin

bertambah, hanya engkaulah yang menemani Tuhan dan bisa menjadi jalan untuk

mengurupi, dan untuk memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan umatnya. Klausa

tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘berjanji’.

Sebagai faktor penentu terjadinya subtindak tutur ‘berjanji’ terletak pada

keinginan mitra tutur untuk mengetahui sejauhmana keinginan penutur menjadi anak-

anak Tuhan, mitra tutur ingin hidup sejahtera dan keadilan dapat ditegakkan oleh

setiap anak-anak Tuhan.

c. Bertanya

Bertanya berarti meminta keterangan kepada orang lain. jadi subtindak tutur

‘bertanya’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur untuk meminta

keterangan kepada mitra tutur. Untuk memahami subtindak tutur jenis ini dapat

diamati pada data-data berikut.

(31) Alai na laho ma Ahu nueng manopot na marsuru Ahu, jala ndang adong manang ise hamu manungkun Ahu: Na laho tudia do Ho?

Pada tuturan (31) tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus

Aku dan tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepadaku: ke mana Engkau

pergi. Pertuturan yang disampaikan penutur untuk meminta keterangan kepada mitra

tutur dan bertanya ke mana engkau pergi. Untuk itu penutur dan mitra tutur percaya

Page 82: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

bahwa Tuhan menepati janji dan Tuhan membuktikan dengan mengutus Aku dan

tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepadaku: ke mana Engkau pergi.

Penutur bertanya dengan mengatakan sekarang Aku pergi kepada Dia yang

telah mengutus Aku dan tidak seorangpun di antara kamu yang bertanya kepadaku: ke

mana Engkau pergi, merenung dan bertanya di dalam hatinya bukanya Tuhan pernah

mengatakan Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku yang disampaikan

penutur Tuhan Yesus sebagai respon dari mitra tutur. Dalam hal ini, penutur dan mitra

tutur mempercayai dan menyakini Tuhan sekarang dan selama-lamanya.

d. Bersumpah

Bersumpah berarti mengucapkan suatu janji yang harus ditepati dan sebagai

saksinya adalah Tuhan. Jadi subtindak tutur ‘bersumpah’ adalah tindak pertuturan

yang dilakukan penutur untuk mengucapkan janji yang ditujukan kepada mitra tutur

atau yang lain dan sebagai saksikanya adalah Tuhan. Tuturan yang berkaitan dengan

subtindak tutur jenis ini dapat diperhatikan pada contoh berikut.

(32) Berpenganglah pada perintah, yakni ketetapan dan peraturan yang

kusampaikan kepadamu pada hari ini untuk dilakukan, dan akan terjadi,

karena kamu mendengarkan peraturan-peraturan itu serta melakukanya

dengan setia, maka terhadap engkau Tuhan Allahmu akan memengang

perjanjian dan kasih setianya yang diikrarkanya dengan sumpah kepada

nenek moyangmu.

Dalam tuturan (32) Berpenganglah pada perintah, yakni ketetapan dan

peraturan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini untuk dilakukan, dan akan

terjadi, karena kamu mendengarkan peraturan-peraturan itu serta melakukanya

dengan setia, maka terhadap engkau Tuhan Allahmu akan memengang perjanjian dan

kasih setianya yang diikrarkanya dengan sumpah kepada nenek moyangmu. Tuturan

Page 83: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

yang di sampaikan penutur kepada mitra tutur dengan mengucapkan suatu janji dalam

hidupnya dan Tuhan bisa mengijinkan dan bisa juga Tuhan memberkati kita

dimanapun kita berada, dan kita harus bisa membedakan yang baik dan tidak baik

agar kita tidak salah memuji dan berbicara kepada keluarga dan lingkungan

masyarakat kita sebagai saksinya adalah Tuhan. Mitra tutur menyelenggarakan

kewajiban sebagai anak-anak Allah di Gereja HKBP Solo maka penutur tersebut

bermaksud akan menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak terpengaruh apapun

yang bertentangan dengan peraturan yang telah disampaikan Tuhan kepada jemaat.

Faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘bersumpah’ adalah tugas

yang sangat penting yaitu mengucapkan suatu janji dalam hidup harus ditepati dan

sebagai saksinya adalah Tuhan dan memperlancar pelaksanaan janji dalam hidup

kepada jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo maupun dihadapan Tuhan. Selain itu,

kedisiplinan dan keteguhan penutur dalam menjalankan tugas janji iman juga

merupakan faktor penentu subtindak tutur ‘bersumpah’. Seandainya penutur seorang

pemalas, ada kemungkinan tidak akan terjadi tuturan bersumpah.

e. Mengklaim

Mengklaim berarti mengakui terhadap keberadaan sesuatu yang belum pasti

kebenarannya. Jadi subtindak tutur ‘mengklaim’ adalah tindak pertuturan yang

disampaikan penutur untuk mengakui terhadap keberadaan sesuatu yang belum pasti

kebenarannya. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur jenis ini dapat diamati

pada data-data berikut.

(33) Tung manang aha na dijama ittor na sega manang jumahojor, denggan do kursi nadi gereja i, alai tong do disegai ibana. Alai ido di hamu angka dongan tipe-tipe si songgon on ikkon balokkononta do angka na so hasea di hita.

Page 84: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Dalam tuturan (33) apapun yang di pegang langsung rusak, bagus kursi yang

ada di gereja itu akan tetapi tetap juga rusak dibuatnya. Tetapi itulah teman tipe-tipe

seperti ini langsung kita buang yang tidak baik untuk kita. Pertuturan yang

disampaikan penutur untuk mengakui terhadap keberadaan sesuatu yang belum pasti

kebenarannya, penutur mengklaim apapun yang di pegang langsung rusak, bagus

kursi yang di gereja ini akan tetapi tetap juga rusak dibuatnya, tingkah laku yang

seperti itu harus kita buang dari kehidupan kita, klausa yang disampaikan oleh

penutur tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘mengklaim’. Penutur

sudah mengakui bahwa apapun yang di pegang langsung rusak, bagus kursi yang di

gereja ini akan tetapi tetap juga rusak dibuatnya, kalau terjadi seperti ini langsung kita

buang yang tidak baik untuk kita. Apa yang dilakukan oleh penutur untuk memberi

semangat kepada mitra tutur atau jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo selain itu,

penutur bertujuan untuk memberi dorongan kepada mitra tutur untuk mewujudkan

keinginan penutur atau masyarakat yang ada di sekitar kita masing-masing agar kita

menjadi contoh bagi jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo.

f. Menyetujui

Menyetujui berarti menyatakan setuju dengan pendapat, gagasan, atau ide

orang lain. jadi subtindak tutur ‘menyetujui’ adalah tindak pertuturan yang

disampaikan penutur untuk menyatakan setuju tentang pendapat, gagasan, atau ide

mitra tutur. Tuturan-tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur ‘menyetujui’ dapat

dilihat pada data-data berikut.

(34) Debata do hatai, jala hatai Debata lapatanna hatai sama dengan Debata. Berarti molo hatai gabe daging dos lapatanna Debata gabe jolma gabe daging, asa jadi boi di patandahon Debata hajolmaon naung dao sian hajolmaon di tonpa Debata angka jolmai.

Page 85: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

(35) Holong ni roha ni Debata Yesus Kristus boi do hita marsihaholongan laos hita mian jala sian hata naumbalga sian hata na asing dohot tabege di ende, di tagiang, jamita huhut hita boi marsihaholongan.

Tuturan (34) Allah adalah firman, dan firman itu adalah Allah artinya kata itu

sama dengan firman. Berarti kata itu menjadi daging sama dengan artinya Allah

menjadi manusia menjadi daging, agar bisa diperkenalkan Allah manusia yang sudah

jauh dari kemanusiaan yang di ciptakan Allah semua manusia. Pertuturan yang

disampaikan penutur untuk menyatakan setuju tentang pendapat, gagasan, atau ide

mitra tutur kata ‘setuju’ yang disampaikan mitra tutur merupakan penanda lingual

subtindak tutur ‘menyetujui’. Mitra tutur menyetujui penjelasan penutur tentang

kriteria kata sama dengan firman. Berarti kalau kita menjadi daging sama artinya

Allah menjadi manusia menjadi daging, tindakan mitra tutur tersebut untuk

menyambut baik atas penjelasan yang disampaikan oleh penutur dan mitra tutur

mempercayai pandangan yang sama dengan penutur bahwa kata sama dengan firman.

Klausa pada tuturan (35) kasih Tuhan Yesus Kristus bisa kita saling mengasihi

dan justru kita diam dan dari kata yang lebih besar dari kata yang lain dan kita

mendengar dari buku Ende atau nyanyian, di doa, khotbah sekaligus kita bisa saling

mengasihi. Pertuturan yang disampaikan penutur untuk menyatakan setuju tentang

pendapat, gagasan, atau ide mitra tutur merupakan faktor penentu subtindak tutur

‘menyetujui’. Penutur meminta persetujuan kepada mitra tutur terhadap penjelasannya

penutur berpikir bahwa penguasa itu adalah Tuhan sedangkan pendeta hanya

menyampaikan firman Tuhan sedangkan jemaat mendengar dan melaksanakan firman

Tuhan, pendeta hanya bisa melakukan dan melaksanakan sesuai dengan keinginan

dan perintah Tuhan. Maksud penutur adalah ingin mensejahterakan jemaatnya maka

maksud penutur tersebut disampaikan baik untuk mitra tutur atau jemaat yang ada di

Page 86: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Gereja HKBP Solo ini dengan mengatakan ‘setuju’ kata tersebut menjadi penanda

lingual subtindak tutur ‘menyetujui’.

4. Tindakan Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang bermula dari kegiatan

sebelumnya atau kegagalan penutur atau mungkin akibat yang ditimbulkan, atau

kegagalannya. Pada penelitian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di

Gereja HKBP Solo ditemukan tujuh macam subtindak tutur yang dapat dikategorikan

ke dalam tindak tutur ekspresif, yaitu; (a) bersimpati, (b) mengakui, (c) memuji, (d)

bersyukur, (e) meminta maaf, (f) menolak, dan (g) merestui.

a. Bersimpati

Bersimpati berarti ikut serta merasakan perasaan orang lain. Jadi subtindak

tutur ‘bersimpati’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan oleh penutur untuk ikut

serta merasakan perasaan mitra tuturnya. Untuk memahami subtindak tutur jujur jenis

ini dapat diperhatikan contoh-contoh berikut.

(36) Suang songoni nang Huriatta on ikkon berenggotta do mujizat, ai ndang naung mujizat i boi tabahen lahan parkir i.

(37) Hape ndang di boto na poso on aha do maksutni amatta on, ibana holan na makail halak jolma na asi rohana mida ibana, boi do ibana magan secara gratis, godang jolma simpati tu ibana ima sibolis na paotootohon angka jolma.

Penutur pada tuturan (36) dan (37) memberitahu kepada mitra tutur tentang

mujizat, Begitu juga jemaat gereja kita harus melihat mujizat, bukanya itu sudah

mujizat bagi kita semua bisa gereja kita ini membuat lahan parkir. Pada tuturan (37)

Padahal yang mudah ini tidak mengetahui maksud bapak ini hanya memancing orang

yang kasihan sama dia, bisa dia makan secara gratis, banyak orang simpati sama dia

itulah iblis yang mau membodohbodohi manusia. Pertuturan yang dilakukan oleh

Page 87: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

penutur untuk ikut serta merasakan perasaan mitra tuturnya. Alasan penutur memakai

kata mujizat karena mujizat sungguh luar biasa dalam hidup kita maupun dalam

gereja kita untuk itu jangan cepat kita berbangakan diri. Biasanya orang yang dapat

berkat pasti berbahagia dan bersyukur karena Tuhan telah memberikan mujizat bagi

kita semua. Mujizat tersebut mengandung makna untuk menyampaikan rasa syukur

kepada Tuhan dan hati kita juga bersuka cita. Demikian juga dengan penutur

menyampampaikan rasa suka citanya sebagai umat Kristen. Penutur juga mengatakan

segala sesuatu datang dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Tuturan tersebut

merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘bersimpati’. Rasa suka yang lain, penutur

mengajak mitra tutur (jemaat) untuk berdoa bersama-sama kepada Tuhan yang maha

kuasa agar dosa dan kesalahan kita diampuni oleh Tuhan dan di terima Tuhan.

Faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘bersimpati’ adalah kabar

bahagia yang diterima oleh penutur karena lahan parkir sudah bisa dibeli dan berjalan

dengan baik sesuai yang diinginkan oleh jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo.

Selain itu, tujuan pertuturan penutur juga menjadi faktor penentu terjadinya subtindak

tutur ‘bersimpati’.

b. Mengakui

Mengakui berarti mengakui akan sesuatu hal yang dilakukannya atau

perbuatan orang lain. jadi subtindak tutur ‘mengakui’ adalah tindakan pertuturan yang

disampaikan oleh penutur untuk mengakui akan suatu hal yang dikerjakannya akan

perbuatan mitra tuturnya, bisa berupa dosa, kesalahan peristiwa, keberhasilan, dan

lain-lain. Contoh berikut akan menjadikan lebih jelas tentang subtindak tutur

‘mengakui’.

Page 88: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

(38) Asa hatop ho mate molo adong kesalahanmu tu sahalak mangaku salah maho, molo adong parsaoranmu naso denggan marsaor maho, disuruh parubat ima ibana asa mulak.

(39) Di ingot Debata ima tu si Abraham, si Isak, si Jakhop, ima na di dokhon Debata mangosogoso ga muruk be antong Tuhan I luar biasa do antong gabe aha ma di dokhon Tuhan ai molo muruk pe ho molo mardosa pe bangso i sekian ribu ai adong dope lima ratus na burju ah lima ratus do di dokhon ho, molo adong lima ratus ga menak be ahu di dokhon Tuhan i.

Tuturan (38) dan (39) penutur dalam menyampaikan khotbah mengakui kalau

kamu mau cepat mati kalau ada kesalahanmu kepada orang lain mengaku salah kamu

kepadanya, kalau ada parsaoranmu yang tidak baik bicaralah kepadanya, disuruh

tukang obat itu dia agar dia pulang. Sedangkan dalam tuturan (39) Tuhan mengingat

kepada si Abraham, si Isak, si Jakhop, itu yang dikatakan Tuhan mangosogoso sudah

marah Tuhan dan luar biasa apa yang dikatakan Tuhan, kalau kamu marah kalau

berdosa bangsa itu sekian ribu masih ada lima ratus yang baik apa kamu katakan

kalau ada lima ratus sudah tenang aku itulah yang di katakan Tuhan. Jadi perbedaan

kalau kamu mau cepat mati akui kesalahanmu kepada orang lain, begitu juga kalau

ada parsaoranmu yang tidak baik bicaralah kepadanya, baru Tuhan mengingat

janjinya dan patiknya kepada si Abraham, si Isak, si Jakhop, kalau berdosa bangsa itu

sekian ribu masih ada lima ratus yang baik apa kamu katakan kalau ada lima ratus

sudah tenang aku itu yang di katakan Tuhan. Pertuturan yang disampaikan oleh

penutur untuk mengakui akan suatu hal yang dikerjakannya akan perbuatan mitra

tuturnya, bisa berupa dosa, kesalahan peristiwa dan keberhasilan. Hal ini dilakukan

penutur agar mitra tutur menaruh simpati kepada seluruh jemaat yang ada di Gereja

HKBP Solo. Dengan demikian, tujuan penutur dikatakan kita harus tekun beribadah

memuji Tuhan sekarang sampai selama-lamanya karena mitra tutur terpengaruh

dengan ucapan penutur dan melaksanakan apa yang diharapkan oleh penutur. Kata

‘mengakui’ pada tuturan tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur

‘mengakui’.

Page 89: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

c. Memuji

Memuji berarti menyatakan penghargaan terhadap sesuatu yang dianggap baik

kepada orang lain. jadi subtindak tutur ‘memuji’ adalah tindak pertuturan yang

dilakukan penutur untuk menyatakan penghargaan terhadap sesuatu yang dianggap

baik kepada mitra tuturnya. Tuturan-tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur

jenis ini dapat diperhatikan kepada contoh-contoh berikut.

(40) Suang songoni angka parhobasion na dipatupa hami di tongga-tongga huriam sai homa Tuhan na mandongani tarnulobi manyan Tuhan apala sadarion marlasni rohanami situtu do hami lao mamuji goarmu alana nunga di patulus ho sakkap ni huriam ima nunga tartuhor hamibe lahan parkir ima na sai di patulus ho do.

(41) Puji hamuma Jahowa, endehon hamuna ende naimbaru jala padenggan hamuna sarune ni halak Kristen marolopolop mamuji dohot mangendehon ende naimbaru ni Tuhan Jahowa

Penutur pada tuturan (40) mengatakan begitu juga parhobasion yang sedang

kami kerjakan atau kami jalankan di tengah-tengah jemaat gerejamu, hanya engkau

Tuhan yang memberkati kami apalagi hari ini kami lagi bahagia dan kami memuji

namamu karena sudah mengabulkan permintaan jemaat gereja yaitu kami sudah bisa

membeli lahan parkir hanya engkaulah yang bisa memberikan jalan yang terbaik

untuk kami Tuhan. Dalam hal ini, penutur mengiginkan jemaat untuk memuji dan

memuliakan nama Allah dengan senang tiasa, pujian tersebut ditujukan kepada mitra

tutur. Maksud penutur agar mitra tutur tertarik untuk memuji dan memuliakan

namanya Allah, sehingga mitra tutur mau memilih Tuhan sebagai kepercayaan dan

keyakinannya sekarang dan untuk selama-lamanya.

Tuturan (41) Pujilah Tuhan, nyanyikanlah nyanyian yang baru dan perbaiki

sarune orang Kristen marolopolop memuji dan menyanyikan nyanyian yang baru

kepada Tuhan. Mari kita memuji nama Tuhan dengan nyanyian yang baru dengan

Page 90: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

semangat yang baru kehidupan yang baru, dan semangat yang baru, mari kita berkata-

kata pujilah Tuhan dan jadikan kami Tuhan menjadi anak-anak Tuhan yang dapat

memuliakan namamu sekarang sampai selama-lamanya. Tuhan adalah segalanya

bagiku, karena berkatnya tiada terhitung nilainnya merupakan penanda lingual

‘memuji’ karena penutur mengatakan karakter yang baik kepada seluruh anak-anak

Tuhan. Maksud tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut agar mitra tutur

mengetahui karakter semua anak-anak Tuhan tanpa terkecuali. Dalam hal ini, mitra

tutur juga berkedudukan sebagai pemilih berhak memilih apa yang telah dipercayai

dan diakui di dunia ini. Mitra tutur berkeinginan agar Tuhan yang dipercayai dan di

akui di dalam hati dan pikirannya adalah Tuhan.

d. Bersyukur

Bersyukur berarti mengucapkan rasa terima kasih kepada Tuhan. Jadi

subtindak ‘bersyukur’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur untuk

mengucapkan rasa terima Kasih Kepada Tuhan atas segala kebaikan yang telah

dikaruniakan oleh-Nya. Untuk lebih jelaskanya dapat diperhatikan contoh-contoh

berikut.

(42) Huria ni Tuhanta las disima taida mangurupi roha mangolu dohot na porsuk tong do mandok mauliate di adopan ni Debata ido rasa syukur na sisongon on akan menurunkan iri hati molo adong leat manang late rasa kesal dohot na adong kebencian.

Penutur pada tuturan (42) Jemaat gereja Tuhan justru disitu kita dapat melihat

menolong dan membantu, hati yang hidup dan kesusahan selalu mengatakan

terimakasih di hadapan Tuhan, rasa syukur yang seperti ini akan menurunkan iri hati

kalau ada bentuk atau rupa atau iri hati rasa kesal dan ada kebencian. Bersyukur

kepada Tuhan kalau Tuhan masih memberikan kita kesempatan menjadi anak-anak

Allah. Kata ‘Bersyukur kepada Tuhan’ merupakan penanda lingual subtindak tutur

Page 91: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

‘bersyukur’. Faktor penentu dari subtindak tutur bersyukur tersebut terletak pada

klausa berikutnya, yaitu banyak hal-hal yang telah bisa diselesaikan. Kata ‘Bersyukur

kepada Tuhan’ merupakan ungkapan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada

Tuhan, karena banyak masalah yang sangat rumit nampaknya mustahil terselesaikan,

tetapi kenyataannya masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan dan Tuhan selalu

menolong kita.

e. Meminta Maaf

Meminta maaf berarti menyatakan maaf untuk orang lain atas sesuatu bisa

kesalahan, dosa atau kekurangannya kepada orang lain. jadi subtindak tutur ‘meminta

maaf’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan oleh penutur atas kesalahan, dosa, atau

kekurangan orang lain. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur jenis ini dapat

diperhatikan pada data berikut.

(43) Dung di bege ibana i roma ho tusimatuami jadi hita sasintongna salah satunya racun yang ada adalah dalam pikiran kita sendiri, hita sendiri do mambahen dibagasan goar ni rohantta, jadi marhite na marsimatua alani kesalahan banung pe nengneng ake, nengneng simatua i alai hita do na mambahen kesalahan jadi didokma alani hita do gabe sisongoni dengan kita mengasihi mereka, kejahatan hari ini laho marsihaholongan ni Debata, alani i tapangoluma Debata dibagas ngolutta asa marlasniroha Debata mardongan dohot hita.

Penutur dalam tuturan (43) setelah didengar dia datanglah dia kepada

mertuanya jadi kita sendiri, sebenarnya salah satunya racun yang ada adalah racun

dalam pikiran kita sendiri, kita sendiri yang membuat di dalam nama yang ada di

dalam hati kita. Jadi karena yang punya mertua karena kesalahan walaupun cepat

marah, cepat marah mertuanya tetapi kita yang membuat kesalahan jadi dikatakanlah

gara-gara kita jadi seperti itu dengan kita mengasihi mereka, kejahatan hari ini untuk

saling mengasihi Tuhan, untuk itu kita hidupkan Tuhan di dalam hidup kita biar

senang Tuhan berteman dengan kita. Pertuturan yang dilakukan oleh penutur atas

Page 92: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

kesalahan, dosa, atau kekurangan orang lain untuk itu penutur dan mitra tutur

meminta maaf kepada saudara, teman dan minta maaf kepada pencipta untuk

menghapuskan dosa-dosa kita yang sengaja maupun tidak sengaja. Subtindak tutur

‘meminta maaf kepada saudara kita terlihat dengan jelas adanya penanda lingual

‘dimaafkan kekurangan kita,kesalahan dan dosa-dosanya’. Dengan mengatakan

‘dimaafkan dosanya’, maka jelas bahwa penutur telah bermaksud untuk memintakan

maaf atas dosa atau kesalahan orang lain. Penutur dan mitra tutur juga memohon

kepada Tuhan Yesus agar menerima apapun yang dilakukan yang sengaja maupun

tidak sengaja.

Faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur 'meminta maaf' terletak

pada keadaan orang yang telah melakukan kesalahan baik yang sengaja maupun yang

tidak sengaja. Penutur dan mitra tutur tidak mungkin dapat minta maaf atas dosa-

dosanya. Selain itu, keadaan penutur dan mitra tutur yang masih melakukan

kesalahan, dan pelangaran juga menjadi faktor penentu terjadinya subtindak tutur

‘meminta maaf’.

f. Menolak

Menolak berarti tidak mau menerima sebuah tawaran atau ajakan orang lain.

jadi subtindak tutur ‘menolak’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur

untuk tidak mau menerima tawaran atau ajakan dari mitra tutur. Tuturan yang

berkaitan dengan subtindak tutur jenis ini dapat diperhatikan pada contoh berikut.

(44) Halak na jogal ima halak naso olo membege hatani halak, manang isepe na mandokhon hata tu ibana ndang di tangihon, hula-hulana pe mandokhon hata ndang olo mambege, dohot natua-tuana pe mandokhon hata ndang di tangihon, ise namandokhon hata ndang olo mambege.

Page 93: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Pada pertuturan (44) Orang yang keras hatinya yaitu orang yang tidak mau

mendengar perkataan orang lain, siapapun yang berbicara kepadanya tidak mau

mendengar, teman semarga juga berbicara tidak mau mendengarkan dan tidak

menghargai, begitu juga orang tuanya berbicara atau mengatakan sesuatu kepadanya

tidak mau mendengarkan, siapapun yang berbicara kepadanya tidak mau

mendengarkan. Pertuturan yang disampaikan penutur untuk tidak mau menerima

tawaran atau ajakan dari mitra tutur atau orang lain, baik teman semarga, orang

tuanya, siapapun yang berbicara atau mengatakan perkataan kepadanya tidak mau

mendengarkan. Klausa tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur

‘menolak’.

Faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘menolak’ adalah tujuan

pertuturan yang di sampaikan oleh penutur. Penutur dalam hal ini bertujuan

melestarikan semua ajaran Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab. Mitra tutur agar

membatalkan rencana yang dilakukan orang yang keras hatinya dan tidak mau

mendengarkan perkataan orang lain baik teman semarga dan orang tuanya sendiri

tidak mau mendengarkan. Untuk itu pertuturan yang disampaikan penutur kepada

mitra tutur untuk tidak melakukan hal seperti itu, siapapun yang berbicara kepada kita

baik teman, sahabat, keluarga, teman semarga, dan orang tua kita harus

mendengarkan perkataan mereka semua biar kita mengetahui mana yang baik dan

mana yang tidak baik untuk kita.

g. Merestui

Merestui berarti memberikan sesuatu yang berhubungan dengan doa atau

keselamatan kepada orang lain. jadi subtindak tutur ‘merestui’ adalah tindak

pertuturan yang dilakukan mitra tutur dengan tujuan memberikan doa atau

Page 94: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

keselamatan kepada penutur. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur jenis ini

dapat diperhatikan pada contoh berikut.

(45) Alai na jelas dihamu angka dongan kita tidak akan miskin kalau kita mengajari orang lain, manang hupakke pe manang aha alai molo ndang lomoni Tuhan i ndang terkabul i, alai molo tapasahat sudenang tu Tuhan kita akan semakin baik

Tuturan (45) kata ‘merestui’ yang disampaikan mitra tutur merupakan

penanda lingual subtindak tutur ‘merestui’. Penutur Biar lebih jelas kepada kamu

teman kita tidak akan miskin kalau kita mengajari orang lain, atau kita pakai apapun

kalau Tuhan tidak berkenan tidak mungkin terkabul, tetapi kalau kita serahkan

semuanya kepada Tuhan kita akan semakin baik. Tutur tersebut memberikan sesuatu

yang berhubungan dengan doa atau keselamatan kepada orang lain dan meminta doa

restu kepada Tuhan agar doa-doanya terkabul. Dalam hal ini, penutur hanya bisa

berdoa dan memohon semoga doa penutur maupun mitra tutur semuanya terkabul dan

merestui usaha dan pekerjaan jemaat, pendidikan, jemaat yang merindukan keturunan,

jemaat yang sakit yang ada di Gereja HKBP Solo.

5. Tindak Tutur Verdiktif

Tindak tutur verdiktif adalah tindak tutur dimana penutur memberikan

penilaian atas apa yang telah dikerjakan mitra tuturnya. Verba-verba pada tuturan

verdiktif berada pada kerangka ‘saya … anda atas….’. tindak tutur tersebut

menampilkan penilaian penutur atas perbuatan mitra tutur sebelumnya, maka tindak

tutur ‘performatif berarti retrospektif. Pada penelitian tindak tutur dalam khotbah

bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo ditemukan sepuluh macam subtindak tutur

yang masuk dalam tindak tutur verdiktif, yaitu; (a) mengucapkan selamat datang, (b)

memberi semangat, (c) mendukung, (d) berterima kasih, (e) memberi kesanggupan,

(f) menyangkal, (g) berpasrah (h) mengkritik, (i) mengharap, (j) membela.

Page 95: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

a. Mengucapkan Selamat Datang

Mengucapkan selamat datang berarti mempersilahkan orang lain untuk

memasuki ruangan yang telah disediakan oleh penutur. Majelis jemaat HKBP Solo

dan pos Pelayanan Sragen menyambut dengan sukacita kehadiran Bapak, Ibu,

Saudara saudari dalam persekutuan ibadah minggu ini. Khususnya bagi Bapak, Ibu,

Saudara saudari yang baru pertama kali bersekutu dengan kami dalam ibadah minggu,

kami mengucapkan “Selamat Datang Selamat Beribadah Tuhan memberkati”. Jadi

subtindak tutur ‘mengucapkan selamat datang’ adalah tindak pertuturan yang

dilakukan penutur untuk mempersilahkan mitra tutur memasuki tutur jenis ini dapat

diperhatikan data berikut.

(46) Selamat datang di Gereja HKBP Solo Selamat Beribadah

Frasa pada tuturan (46) Selamat datang di Gereja HKBP Solo Selamat

Beribadah merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘mengucapkan selamat

datang’. Frasa yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan pertanda bahwa

hubungan antara penutur dan mitra tutur belum akrab atau baru pertama kali datang

bertibadah di Gereja HKBP Solo. Hal ini terbukti pada klausa Pendeta yang

disampaikan penutur mengandung makna untuk menghormati mitra tuturnya yaitu

Pendeta. Maksud penutur mengatakan Majelis jemaat HKBP Solo dan pos Pelayanan

Sragen menyambut dengan sukacita kehadiran Bapak, Ibu, Saudara saudari dalam

persekutuan ibadah minggu ini. Khususnya bagi Bapak, Ibu, Saudara saudari yang

baru pertama kali bersekutu dengan kami dalam ibadah minggu, kami mengucapkan

“Selamat Datang Selamat Beribadah Tuhan memberkati”.

Faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘mengucapkan selamat

datang’ adalah kedatangan Bapak, Ibu, Saudara saudari dalam persekutuan ibadah

Page 96: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

minggu ini. Khususnya bagi Bapak, Ibu, Saudara saudari yang baru pertama kali

bersekutu dengan kami dalam ibadah minggu Tuhan memberkati. Frasa selamat

datang di Gereja HKBP Solo Selamat Beribadah yang diucapkan penutur bermakna

mempersilahkan untuk memasuki ruangan yang disediakan penutur kepada Bapak,

Ibu, Saudara saudari yang baru pertama kali bersekutu dengan kami dalam ibadah

minggu ini.

b. Memberi Semangat

Memberi semangat berarti memberikan sesuatu yang berupa dorongan jiwa

kepada orang lain supaya tetap bersemangat, atau tetap pada pendiriannya. Jadi yang

dimaksut dengan subtindak tutur ‘memberi semangat’ adalah suatu tindakan

pertuturan yang berupa dorongan jiwa yang dituturkan oleh penutur kepada mitra

tutur, agar mitra tutur tetap bersemangat atau tetap pada pendiriannya. Contohnya

berikut akan menjadikan lebih jelas tentang suntindak tutur ‘memberi semangat’.

(47) Ajarima hami asa unang na holan namangido hami alai asa boi hami mangalehon dalan na denggan di ngolu nami on asa marparbue ganup marsada-sada.

Pada tuturan (47) Ajari kami agar kami tidak selalu meminta, tetapi agar kami

bisa memberikan jalan yang terbaik di dalam kehidupan kami ini, dan bisa berbuah

disetiap orang, merupakan tindakan pertuturan yang berupa dorongan jiwa yang

dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur, agar mitra tutur tetap bersemangat atau

tetap pada pendiriannya mitra tutur yang dalam hal ini bersemangat untuk mendapat

berkat dari Tuhan di Gereja HKBP Solo. Berkat tersebut berupa kesehatan jasmani

maupun rohani dan Tuhan memberkati semua aktifitas yang dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari, sebelum mendapat berkat jemaat mendapat godaan atau

tantangan dari semua pihak baik manusia maupun iblis yang selalu mengoda jemaat

Page 97: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

yang mau bertobat dan mengikuti semua perintah Tuhan. Penutur melihat kekawatiran

mitra tutur kemudian mengatakan ‘tantangan berat’. Maksud frasa yang diucapkan

penutur adalah penutur membenarkan bahwa bersemangat mitra tutur memang berat.

Tetapi penutur berusaha untuk membesarkan hati atau memberi semangat kepada

mitra tutur yang sudah kecil hati dengan mengatakan ‘jiwamu kuat pemegang

amanat’. Kedua frasa tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘memberi

semangat’.

Sebagai faktor yang menentukan subtindak tutur ‘memberi semangat’ adalah

situasi yang dialami oleh mitra tutur, yaitu kekhawatiran hati mitra tutur seandainya

yang terpilih jemaat yang tidak takut akan Tuhan. Selain itu, tujuan pertuturan

tersebut juga menentukan terjadinya subtindak tutur ‘memberi semangat’.

c. Mendukung

Mendukung berarti menyatakan dukungan kepada orang lain. Jadi subtindak

tutur ‘mendukung’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur untuk

menyatakan dukungan kepada mitra tutur atas perbuatannya. Tuturan yang berkaitan

dengan subtindak tutur jenis ini dapat diperhatikan contoh-contoh berikut.

(48) Amang Inang mulai tapukka hita marminggu nakkaning ngapigahali hubege marende manang markoor memang ondo hasomalan ni halak Kristen. Jala di huta-huta di parsoburan maksuthu on do lasni rohakku molo ro hamu tu jabu ai godang do namabalu ga namabalu mangaratto muse gellengna di luat na dao manang naung sahat tu Solo on haroa, jadi holan na marende buku ende do jala disi do hu ida haporseahon ni HKBP na di bentuk dari buku ende.

Penutur pada penuturan (48) Bapa, Ibu mulai kita beribadah mulai tadi sudah

berapa kali aku mendengar nyanyi atau koor memang ini kebiasaan orang Kristen.

Kalau di kampung-kampung di parsoburan maksudku inilah membuat senang hatiku,

kalau saudara datang ke rumah begitu banyak yang tidak punya suami, sudah tidak

Page 98: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

punya suami merantau juga anaknya di daerah lain atau sudah sampai di solo ini, jadi

hanya bernyanyi buku nyanyian saja disitulah saya melihat kepercayaan orang HKBP

yang di bentuk dari buku nyanyian. Pertuturan yang disampaikan penutur untuk

menyatakan dukungan kepada mitra tutur atas perbuatannya baik melalui bernyanyi

maupun mendengarkan firman Tuhan. Kata ‘dukung’ pada klausa tersebut merupakan

penanda lingual subtindak tutur ‘mendukung’. Penutur melakukan hal tersebut karena

faktor status sosial antara pendeta dengan jemaat penutur layak mendukung Jemaat

yang mau bertobat baik melalui nyanyian maupun mendengar firman Tuhan yang

telah disapaikan oleh pendeta dan penutur berusaha untuk memenangkan hati dan

pikiran dan seluruh jiwa dan raganya diserahkan kepada Tuhan dengan demikian,

faktor sosial antara pendeta dengan jemaat menjadi faktor penentu terjadinya

subtindak tutur ‘mendukung’.

d. Berterima Kasih

Berterima kasih berarti menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang

lain. jadi subtindak tutur ‘berterima kasih’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan

penutur untuk mengucapkan terima kasih kepada mitra tuturnya. Untuk mengetahui

subtindak tutur jenis ini dapat diamati contoh-contoh berikut.

(49) Mauliate ma dohonon nami tu ho ale Tuhan, alana nunga di sungguli ho hami Tuhan, asa tottong tarida ma jati dirinami songon jorom asa tongtong mian tondimi tu rohanami ikkon di balokkon hami ma angka pangalaho naso denggan na hombar tu lomo ni roham.

Penutur pada tuturan (49) Terimakasih Tuhan kami ucapkan karena Tuhan

masih membimbing kami, agar bisa kelihatan jati diri kami seperti rumahmu Tuhan

dan terus hidup rohmu di dalam hati kami Tuhan, dan kami akan membuang tingkah

laku yang tidak baik sesuai dengan ke inginanmu Tuhan. Pertuturan yang dilakukan

penutur untuk mengucapkan terima kasih kepada mitra tuturnya setelah khotbah

Page 99: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Frasa ‘terima kasih’ yang disampaikan

penutur merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘berterima kasih’. Penutur merasa

senang atas kehadiran mitra tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP

Solo. Dalam hal ini, penutur adalah Pendeta, sedangkan mitra tutur adalah jemaat.

Penutur memberi semangat kepada mitra tutur untuk berjuang untuk memenangkan

firman Tuhan di Gereja HKBP Solo.

Sebagai faktor yang menentukan terjadinya tutur ‘berterima kasih’ adalah tujuan

pertuturan. Penutur dalam hal ini bertujuan menghargai atas kehadiran mitra tutur atau

jemaat dan untuk mengakhiri ibadah yang berlangsung di Gereja HKBP Solo. Hal ini

terbukti pada klausa ‘terima kasih atas kehadiran bagi Bapak, Ibu, Saudara saudari

yang baru pertama kali bersekutu dengan kami dalam ibadah minggu ini di Gereja

HKBP Solo.

e. Memberi Kesanggupan

Memberi berarti memberikan sesuatu kepada orang lain yang berupa

kesanggupan. Jadi subtindak tutur ‘memberi kesanggupan’ adalah tindak pertuturan

yang disampaikan mitra tutur untuk memberikan sesuatu yang berupa kesanggupan

kepada penutur. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur ‘memberi

kesanggupan’ dapat diperhatikan pada data berikut:

(50) Tuhan Yesus menyembuhkan orang-orang lumpuh dan orang-orang yang buta ima na eha tabege, sogo rohana molo mamereng bahkan yang baik itu sering disalah sangka ndang diboto ho mengenai Tuhan Yesus kalau Tuhan sudah berkenan dalam hidup kita maka kita tidak meragukan mujizat-mujizat itu kepada kita, keluarga kita, mapun orang-orang yang kita hormati dan kita sanyangi.

Tuturan (50) Tuhan Yesus menyembuhkan orang-orang lumpuh dan orang

orang yang buta itulah yang pernah kita pakai, tidak senang hatinya kalau melihat

Page 100: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

bahkan yang baik itu sering disalah sangka, tidak di ketahui mengenai Tuhan Yesus

kalau Tuhan sudah berkenan dalam hidup kita maka kita tidak meragukan mujizat-

mujizat itu kepada kita, keluarga kita, maupun orang-orang yang kita hormati dan kita

sanyangi. Pertuturan yang disampaikan mitra tutur untuk memberikan sesuatu yang

berupa kesanggupan kepada penutur dan penutur bertanya kepada mitra tutur tentang

kesanggupan memberikan kemenangan kepada Tuhan yang maha pengasih. Mitra

tutur merespon dengan mengatakan ‘sanggup’. Kata ‘sanggup’ merupakan penanda

lingual subtindak tutur ‘memberi kesanggupan’. Kata tersebut adalah jawaban singkat

dan respon yang lengkap, yaitu kami sanggup memberikan kemenangan kepada

Tuhan yang maha pengasih. Dalam hal ini, penutur berstatus sosial sebagai jemaat di

Gereja HKBP Solo dengan demikian, penutur dan mitra tutur adalah satu keluarga,

yaitu keluarga jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo pada umumnya anggota

keluarga jemaat saling kenal dan mengerti masalah yang dihadapi dalam keluarga

jemaat serta hubungannya akrab.

Sebagai faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘memberi

kesanggupan’ adalah saling pengertian yaitu penutur menginginkan banyak jemaat

memberikan kemenangan kepada Tuhan yang maha pengasih di Gereja HKBP Solo.

Selain itu, keakraban juga menjadi faktor penentu terjadinya subtindak tutur ‘memberi

kesanggupan’.

f. Menyangkal

Menyangkal berarti menyatakan tidak mau menerima sesuatu yang dilakukan

orang lain. jadi subtindak tutur menyangkal adalah suatu tindak pertuturan di mana

penutur tidak menerima tindakan yang dilakukan mitra tutur atau penutur mempunyai

Page 101: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

pendapat lain. Untuk memahami subtindak tutur ‘menyanggah’ dapat dilihat pada

contoh berikut.

(51) Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” Ia datang kepada pemilik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak meneriman-Nya.

Tuturan (51) kata ‘tetapi’ pada klausa ‘orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak

meneriman-Nya’ merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘menyangkal’ dalam hal

ini, penutur dituduh orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak meneriman-Nya. Pada

umumnya orang yang dituduh melakukan sesuatu yang tidak benar, maka orang

tersebut akan menyangkal, sebab hal ini berkaitan dengan hukum, dan orang itu akan

selalu menghindar hukum walaupun kenyataanya melakukan hal seperti yang

dituduhkanya. Demikian juga yang dilakukan penutur dengan menyangkal atas

tuduhan tersebut dan memberikan keterangan dengan mengatakan ‘Pilatus menyuruh

memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: “Yesus, orang Nazaret, Raja

orang Yahudi.” Ia datang kepada pemilik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang

kepunyaan-Nya itu tidak meneriman-Nya’.

Sebagai faktor penentu terjadinya subtindak tutur ‘menyangkal’ terletak pada

klausa ‘orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak meneriman-Nya’ yang dituduhkan

kepada penutur klausa tersebut mengandung makna menuduh. Penutur merasa tidak

orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak meneriman-Nya maka penutur melakukan

subtindak tutur ‘menyangkal’.

g. Berpasrah

Berpasrah berarti menyerahkan segala permasalahan atau urusan kepada

Tuhan atau kepada siapa yang dianggap. Jadi subtindak tutur ‘berpasrah’ adalah

Page 102: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

tindak pertuturan yang dilakukan oleh penutur untuk menyerahkan segala

permasalahan atau urusan kepada Tuhan atau kepada siapa saja yang dianggap

mampu. Contoh berikut akan menjadikan lebih jelas tentang subtindak tutur

‘berpasrah’.

(52) Ale Tuhan Yesus Kristus nami sai tu ho ma dipasahat hami asa marurat di ngolu namion suang songoni dakdanak dohot naposo bulung marsibur magodang, sai homa na mandongani hami dohot mangajari-ajari hami saonari sahat tu marsogot.

Penutur pada tuturan (52) Tuhan Yesus Kristus hanya kepadamu kami

sampaikan biar berakar di dalam kehidupan kami begitu juga anak-anak dan muda

mudi, hanya engkau yang menemani dan mengajari kami sekarang sampai selama-

lamanya. Pertuturan yang dilakukan oleh penutur untuk menyerahkan segala

permasalahan atau urusan kepada Tuhan dalam hal ini manusia harus menjauhkan

sifat-sifat yang tidak baik bagi kita sendiri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan kita

masing-masing. Kita juga wajib berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidup dalam

sehari-hari, dan mendekatkan diri kepada Tuhan, karena Tuhan yang mengatur dalam

kehidupan manusia. Tuhan tidak akan mengubah nasib hambany-Nya kalau hamba

tersebut tidak mengubahnya sendiri, karena Tuhan Yesus Kristus yang melindungi

dan mengajari kita sekarang sampai selama-lamanya. Klausa yang disampaikan

penutur tersebut merupakan subtindak tutur ‘berpasrah’. Frasa ‘berserah diri’ pada

klausa kepada Tuhan Yesus Kristus sajalah hendaknya engkau berserah diri, juga

menjadi penanda lingual subtindak tutur ‘berpasrah’. Penutur menyuruh mitra tutur

untuk berpasrah hanya kepada Tuhan yesus Kristus tentang segala sesuatu yang

dihadapannya, karena tidak ada kekuatan yang menyamai kekuatan Tuhan.

Faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘berpasrah’ adalah

keterbatasan kemampuan manusia dan yang terkuat hanya Tuhan. Tuturan yang

Page 103: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

disampaikan penutur kalau Tuhan Yesus Kristus sudah menolongmu tidak ada orang

bisa mengalahkanmu, tetapi kalau Tuhan Yesus Kristus sudah membuatmu kalah

tidak ada orang yang bisa membantumu dan menolongmu, karena Tuhan Yesus

Kristus merupakan tanda-tanda manusia itu lemah, sekalipun sebagai penentu

subtindak tutur ‘berpasrah’.

h. Mengkritik

Mengkritik berarti memberi kecaman atau tanggapan yang kadang-kadang

disertai uraian dan pertimbangan terhadap baik-buruknya suatu perbuatan, pendapat

dan sebagainya yang telah dilakukan orang lain. jadi subtindak tutur ‘mengkritik’

adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur untuk memberi kecaman atau

tanggapan kepada penutur untuk memberi kecaman atau tanggapan kepada mitra tutur

terhadap perbuatan, pendapat dan sebagainya. Data berikut akan menjadikan lebih

jelas tentang subtindak tutur jenis ini.

(53) Petrus langsung bertindak cepat tetapi Johannes berpikir lebih dalam dan matang, molo di sukun hita saonari dibagian nise mahita saonari adong contohnya si Maria dohot si Marta, ittor hebo do si Marta marhobas tu dapur mungkin dijalang pe ndang dijalang alai ianggo si Maria di dogani do Kristus Ima na didokkon ianggo si Maria dipeot do hatai jala dipahusorhusor rohana.

Penutur dalam tuturan (53) menyatakan pada klausa pertama Petrus langsung

bertindak cepat tetapi Johannes berpikir lebih dalam dan matang, kalau di tanya kita

sekarang dibagian mana kita sekarang ada contohnya si Maria dengan si Marta,

langsung koncar kancir si Marta mempersiapkan atau menyiapkan diri di dapur

mungkin di salam pun tidak di salam tetapi kalau si Maria di temaninya Kristus

menunggu dan mendengar apa yang di katakan untuk itu di katakan kalau si Maria

disimpan perkataan itu jadi dipila-pila di dalam hatinya. Pertuturan yang disampaikan

penutur untuk memberi kecaman atau tanggapan kepada penutur untuk memberi

Page 104: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

kecaman atau tanggapan kepada mitra tutur terhadap perbuatan, pendapat dan

sebagainya Tuturan tersebut bukan untuk tidak mengulang kejadian pelaksanaan

yang telah dilakukan simarta namun lebih ditujukan sebagai subtindak tutur

‘mengkritik’. Tuturan mengkritik juga disampaikan penutur pada klausa terakhir kita

tidak ingin lagi ada suasana di mana si Marta ittor hebodo marhobas tu dapur

mungkin di jalang pe dang di jalang, maksud penutur pada tuturan tersebut bukan

untuk tidak menginginkan lagi jemaat atau simarta melakukan hal seperti itu.

walaupun simarta atau jemaat yang baru bertamu atau baru ketemu sama keluarga jadi

tidak perlu langsung memasak ke dapur alangkah baiknya terlebih dahulu kita

mendengar cerita tamu atau keluarga kita yang baru datang.

Klausa Petrus langsung bertindak cepat tetapi Johannes berpikir lebih dalam

dan matang, kalau di tanya kita sekarang di bagian mana kita sekarang ada contohnya

si Maria dengan si Marta, langsung koncar kancir si Marta mempersiapkan atau

menyiapkan diri di dapur mungkin di salam pun tidak di salam tetapi kalau si Maria di

temaninya Kristus menunggu dan mendengar apa yang di katakan untuk itu di katakan

kalau si Maria disimpan perkataan itu jadi di pila-pila di dalam hatinya. Penutur dan

mitra tutur tidak ingin kembali yang telah dilakukan simarta pada tuturan si Marta

langsung koncar kancir si Marta untuk mempersiapkan diri di dapur mungkin di salam

pun tidak di salam untuk itu kepada jemaat yang ada di gereja HKBP Solo agar tidak

mengulang perbuatan yang sama seperti si Marta, tuturan ini hanya mengandung

makna mengkritik. Klausa tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur

‘mengkritik’. Penutur dalam hal ini telah melanggar prinsip kerjasama (maksim

kualitas) yaitu dengan mengatakan sesuatu yang dianggap tidak benar, tetapi penutur

telah mematuhi prinsip kesantunan yaitu untuk tidak menyakitkan hati mitra tutur.

Page 105: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Sebagai faktor penentu terjadinya subtindak tutur ‘mengkritik’ adalah tujuan

pertuturan yang disampaikan penutur. Penutur memiliki tujuan pertuturan untuk

mengkritik, karena mitra tutur selalu berbuat yang tidak benar. Kalau penutur dan

mitra tutur sudah berbuat baik maka orang lain tidak akan mengkritik lagi.

i. Mengharap

Mengharap berarti menginginkan sesuatu yang belum jelas tetapi dengan

harapan bahwa yang diinginkan itu terlaksana. Mitra tutur, atau pihak ketiga ini di

luar mitra tutur yang diharapkan oleh penutur untuk mengabulkan keinginannya. Jadi

yang dimaksud dengan subtindak tutur ‘mengharap’ adalah suatu tindak dimana

penutur mengharapkan mitra tutur atau yang lain di luar mitra tutur untuk

mengabulkan keinginannya contoh-contoh berikut akan menjadi lebih jelas tentang

subtindak tutur ‘mengharap’.

(54) Siallang na tupama manang ahape na rade sipanganon disi, jadi molo tungpe tuan rumah mengharapkan manang isepe na ro tu pesta i memakan apa adanya, mangallang apa adanya jala ikkon boi do mangihutton manang ahape na lao allanggonna, makana adong uppasa horas hamu mangallang horas muse hami na mamangan.

(55) Asa boi tongtong di tongatonga ni huriam mauliate ma di ho Tuhan pasupasuma hami saluhutna di ragam parukkilon sai homa ale Tuhan na mandongani hami mauliate ma di ho godang dope sipangidoon nami alai pos do rohanami di boto ho do saluhutna na adong di bagasan rohanamibe ale Tuhan hupasahat ma tu tanganmu mauliate ma diho sai sesama na sa dosa nami di bagasan Yesus Kristus terpujima goarmu.

Pada tuturan (54) penutur memberitahukan mitra turur tentang harapannya

dengan mengatakan makanan yang sudah tersedia atau apapun yang tersedia makanan

di situ, jadi kalau datang tuan rumah atau pemilik rumah mengharapkan atau siapapun

yang datang ke pesta itu memakan apa adanya, memakan apa adanya dan harus bisa

mengikuti atau apapun yang mau dimakan, untuk itu ada perumpamaan selamat kamu

makan selamat juga kepada kami yang memakan. Kata-kata tuan rumah

mengharapkan atau siapapun yang datang ke pesta itu harus memakan apa adanya,

Tuan rumah merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘mengharapkan’. Harapan

Page 106: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

penutur adalah semua tamu yang datang ke pesta maupun semua jemaat yang ada di

Gereja HKBP Solo semuanya adalah anak-anak Tuhan. Penutur memohon kepada

Tuhan agar mengabulkan semua keinginan tuan rumah maupun ke inginan jemaat

yang ada di gereja HKBP Solo. Hal ini terbukti pada kata ‘semuanya’ yang diucapkan

penutur. Penutur melakukan hal tersebut karena status penutur sebagai tuan rumah

maupun sebagai jemaat yang layak untuk didoakan atau mengharapkan saudara-

saudari semua yang ada di Gereja HKBP Solo semuanya adalah anak-anak Tuhan.

Penutur pada tuturan (55) Biar bisa senantiasa di tengah-tengah jemaat

gerejamu terimakasih kami ucapkan kepada kamu Tuhan berkati kami semuanya di

ragam kesusahan hanya engkaulah Tuhan yang menemani kami terimakasih banyak

kepadamu Tuhan begitu banyak yang kami minta tetapi kami nyakin hanya engkau

yang lebih mengetahuinya dari pada kami Tuhan dan hapuskanlah segala dosa kami di

dalam Yesus Kristus terpujilah namamu. Penutur melakukan tindakan tersebut, karena

penutur mengharapkan kesehatan, kedamaian, ketentraman dan berkat dari Tuhan.

Hal ini terlihat pada klausa saya ingin kesehatan, kedamaian, ketentraman dan berkat

dari Tuhan. Klausa tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘mengharap’.

Sebagai faktor penentu terjadinya subtindak tutur ‘mengharap’ adalah situasi

penutur yang dalam keadaan perlu pertolongan dari Tuhan. Selain itu, tujuan

pertolongan yang disampaikan penutur juga menjadi penentu terjadinya subtindak

tutur ‘mengharap’.

j. Membela

Membela berarti melakukan tindakan untuk menyelamatkan orang lain yang

sedang memiliki masalah. Jadi subtindak tutur ‘membela’ adalah tindak pertuturan

yang disampaikan penutur dengan tujuan untuk melakukan tindakan penyelamatan

kepada mitra tutur yang sedang mendapat masalah. Tuturan yang berkaitan dengan

subtindak tutur ‘membela’ dapat diamati pada contoh-contoh berikut.

Page 107: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

(56) Dibagasan ngolutta orang kaya dengan memperkaya orang kaya orang lain, orang asing terus berkarya tetapi orang kaya menurut pandang Tuhan orang lain tidak memandang apa terhadap orang lain.

Penutur pada tuturan (56) pertuturan yang disampaikan penutur dengan tujuan

untuk melakukan tindakan penyelamatan kepada mitra tutur yang sedang mendapat

masalah karena di dalam kehidupan kita orang kaya dengan memperkaya orang kaya

orang lain, orang asing terus berkarya tetapi orang kaya menurut pandang Tuhan

orang lain tidak memandang apa terhadap orang lain. Untuk itu penutur memberitahu

kepada mitra tutur tentang kebersamaannya pendeta dan jemaat yang bertujuan baik

agar kita bisa menolong orang yang kurang mampu. Hal ini terlihat pada klausa orang

kaya menurut pandang Tuhan tidak memandang apa terhadap orang lain sama-sama

membela yang benar. Kata ‘membela’ pada klausa tersebut merupakan penanda

lingual subtindak tutur ‘membela’. Dalam hal ini tujuan baik tersebut adalah membela

yang benar. Penutur mengetahui bahwa pendeta dan jemaat di Gereja HKBP Solo

mengajak masyarakat yang lain untuk melaksanakan sesuatu yang benar. Tindakan

salah akan mendapat hukuman dan menyebabkan hidup sengsara sedangkan bagi

orang yang melakukan tindakan yang benar akan terhindar dari hukuman yang

membuat hidupnya semakin tentram.

6. Tindak Tutur Asertif

Dalam penelitian ini ditemukan lima belas macam subtindak tutur yang dapat

digolongkan ke dalam tindak tutur asertif, yaitu; (a) memberitahu, (b) mengatakan, (c)

menyakinkan, (d) mengibaratkan, (e) memastikan, (f) menyangsikan, (g)

membenarkan, (h) menyebutkan, (i) melaporkan, (j) menunjukkan, (k) menjelaskan,

(l) mengumumkan, (m) memamerkan, (n) menyampaikan, (o) menegaskan.

Page 108: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

a. Memberitahukan

Memberitahukan berarti mengatakan kepada orang lain tentang sesuatu yang

sebenarnya. Jadi subtindak tutur ‘memberitahu’ adalah tindak pertuturan yang

disampaikan oleh penutur untuk mengatakan sesuatu yang belum diketahui oleh mitra

tutur. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur ‘memberitahu’ dapat dilihat

pada contoh-contoh berikut.

(57) Pargabus do halak na mandok Allah holong rohana alai diosomi ibana Debata, di dokkon holong do rohana alai alo do rohana toho do hita mangkaholongi halak tung pe ibana bou, tungpe ibana roa, tungpe ibana pogos, tungpe ibana so boi mangan dohot na asing.

(58) Amang dohot Inang mulai na sogotan tarsunggul ma hita sian podoman piga jom manaing saonari molo tarsunggul hita jam lima nakkaning saonari jam sebelas kurang tabilangi majolo waktu-waktu kita mulai hita tarsunggul sian podoman sudah berapa kali kita mengeluh, holsohan, marsak, piga hali manang piga-piga hali ma hita dibagasan na samenitton piga jom on hita muruk.

Penutur pada tuturan (57) memberitahukan kepada mitra tutur tentang orang

pendusta yang mengatakan dia mengasihi Allah tetapi dia membohongi Tuhan. Dia

mengatakan kasihnya tetapi berlawanan dengan pikiranya apakah benar kita

mengasihi orang walaupun dia bau, jelek, miskin dan tidak bisa dia makan bersama-

sama dengan orang lain. Pertuturan yang disampaikan oleh penutur untuk mengatakan

sesuatu orang pendusta yang mengatakan dia mengasihi Allah tetapi dia membohongi

Tuhan dan mengatakan kasihnya tetapi berlawanan dengan pikiranya. Penutur dalam

hal ini telah mengetahui prinsip kerjasama (maksim kualitas), yaitu mengatakan yang

sebenarnya, tidak menambah atau mengurangi.

Faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘memberitahu’ adalah

tujuan penuturan yang disampaikan oleh penutur. Penutur bertujuan untuk

menyampaikan tentang sesuatu yang belum diketahui oleh mitra tutur. Untuk itu

Page 109: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

penutur memberitahukan kepada mitra tutur atau kepada jemaat yang ada di Gereja

HKBP Solo bahwa kita benar-benar mengasihi Tuhan dengan mempercayai Tuhan

dengan segenap hati dan pikiran dan tidak membohongi diri sendiri dan tidak

membohongi Tuhan karena kita sudah menerima berkat dari Tuhan.

Tuturan (58) disampaikan oleh penutur untuk mengatakan sesuatu yang belum

diketahui oleh mitra tutur dalam tuturan ini hanya bisa memberi nasehat kepada

jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo, kalau Bapa dan Ibu atau muda mudi bisa

meluangkan waktu untuk berdoa memuji dan memuliakan namaNya, maka jiwa kita

tidak mengeluh, gusar, tidak ada kesedihan di dalam hati atau kemurungan hati, dan

kita bisa menahan marah.

b. Mengatakan

Mengatakan berarti mengemukakan pikiran atau isi hati kepada orang lain.

Jadi subtindak tutur ‘mengatakan’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur

kepada mitra tutur untuk mengemukakan pikiran atau isi hatinya. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat data-data berikut:

(59) Molo halak na porsea boi dihilala ibana jala boi ibana mandok mauliate di sude pasupasu ni Debata alai molo halak ndang porsea tu Tuhan Yesus ndang boi dihilala ibana jala ndang boi ibana mandokhon mauliate tu Debata.

Dalam tuturan (59) penutur juga sebagai hamba Tuhan mengatakan “Kalau

orang yang percaya bisa merasakan dan bisa juga dia mengatakan atau mengucapkan

terimakasih atas semua berkat dari Tuhan tetapi kalau orang tidak percaya kepada

Tuhan Yesus, dia tidak bisa merasakan dan tidak mengatakan atau mengucapkan

terimakasih kepada Tuhan”. Pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur

untuk mengemukakan hasil kalau orang yang percaya bisa merasakan dan bisa juga

Page 110: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

mengatakan atau mengucapkan terimakasih karena semua berkat datangnya dari

Tuhan, Penutur dan mitra tutur harus mengetahui bahwa berkat Tuhan tidak terhitung

nilainya asalkan kita percaya kepadaNya.

Sebagai penanda lingual subtindak tutur ‘mengatakan’ adalah kata ‘katakan’

kata tersebut untuk mengemukakan sesuatu yang diketahui penutur. Dalam hal ini

penutur mengatakan kepada jemaat tidak perlu kuatir karena Tuhan maha mengetahui,

karena Tuhan tinggal di dalam hati dan pikiran kita masing-masing asalkan kita

percaya dan nyakin. Dengan demikian penutur telah mematuhi prinsip kerjasama

(maksim kualitas), yaitu dengan mengatakan yang sebenarnya, tidak menambah atau

mengurangi.

c. Menyakinkan

Menyakinkan berarti usaha seseorang dengan tujuan agar orang lain

mempercayainya. Jadi subtindak tutur ‘menyakinkan’ adalah tindak pertuturan yang

dilakukan penutur agar mitra tutur mempercayai apa yang dikatakannya. Untuk

memahami subtindak tutur jenis ini dapat diamati tuturan berikut.

(60) Nasa na porsea tu Tuhan Yesus mendirikan dan menjadi karakter ni ngolu na bersuka cita dan bergembira ndang na marsak, ndang na holsoan, supaya hal-hal yang percaya kepada Tuhan selalu bergembira dan bersuka cita.

Klausa pada tuturan (60) Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus

mendirikan dan menjadi karakter hidup yang bersuka cita dan bergembira tidak sedih

hati, tidak lagi mencemaskan, supaya hal-hal yang percaya kepada Tuhan selalu

bergembira dan bersuka cita. Pertuturan yang dilakukan penutur agar mitra tutur

mempercayai apa yang dikatakannya tuturan ini merupakan penanda lingual

subtindak tutur ‘menyakinkan’, penutur menyakinkan kepada mitra tutur bahwa setiap

Page 111: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

orang yang percaya bisa mengatakan terimakasih karena semua berkat datangnya dari

Tuhan. Penutur berharap kepada jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo maupun bagi

orang yang percaya kepada Tuhan bisa mengatakan terimakasih karena semua berkat

datangnya dari Tuhan, tetapi kalau tidak percaya kepada Tuhan Yesus maka orang

tersebut tidak bisa merasakan bahkan tidak bisa dia mengatakan terimakasih kepada

Tuhan itulah perbedaan orang yang percaya dengan orang yang tidak percaya. Intinya

bagi orang yang percaya bisa mengucap syukur dan dapat menyakinkan orang lain

baik teman, sahabat, keluarga, masyarakat kita masing-masing yang penting

mempercayai Tuhan karena Tuhan memberikan jalan yang benar dan bisa

memberikan apa saja yang kita minta kepada Tuhan, untuk itu bersukacitalah dan

bergembiralah tidak perlu gusar supaya hal-hal yang percaya kepada Tuhan selalu

bergembira dan bersuka cita.

d. Mengibaratkan

Mengibaratkan berarti mengatakan sesuatu dengan ibarat, perbandingan atau

perumpamaan. Jadi subtindak tutur ‘mengibaratkan’ adalah tindak pertuturan yang

disampaikan penutur untuk mengatakan sesuatu dengan ibarat, perbandingan atau

perumpamaan. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur jenis ini dapat

diperhatikan pada contoh berikut:

(61) Molo hita halak batak tung massai godang do ende ni halak batak, tangis pe ibana diendehon doi, mekkel pe ibana diendehon doi, ima naninna memahami orang batak bisa di nilai boi dipahami melalui ende na di bahen ibana.

(62) Holan di halak Kristen do adong selamat hari paskah di na lain ndang adong i, molo di na lain holan adong hari hatutubu manang hari kelahiran tetapi kebangkitan tidak di temukan.

Penutur pada tuturan (61) memberitahu kepada mitra tutur tentang orang

Batak begitu banyak nyanyiannya, waktu menangis pun dia selalu ada nyanyiannya,

Page 112: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

ketawa pun dia ada juga nyanyiannya untuk itu dikatakan memahami orang Batak

bisa dinilai bisa dipahami melalui nyanyian yang telah di nyayikan dia itulah orang

Batak. Pertuturan yang disampaikan penutur untuk mengatakan sesuatu dengan

maksud penutur adalah orang yang selalu benyanyi bisa kita mengetahui apa orang

tersebut merasa senang, bahagia, atau lagi sedih. Dengan demikian penutur dan mitra

tutur sama-sama memahami antara yang satu dengan yang lain, seandainya penutur

dan mitra tutur bernyanyi untuk menghilangkan stress atau menyampaikan rindu

kepada seseorang tidak ada salahnya untuk mencoba. Dalam hal ini penutur

mengibaratkan orang tersebut bagaikan orang yang lagi senang, bahagia, atau lagi

sedih. Hal ini terlihat pada nyanyian yang di nyanyikan oleh penutur. Penutur hanya

menyampaikan apa yang ada di dalam hati maupun apa yang ada di dalam pikiran

dengan demikian penutur akan merasa senang dan bahagia kalau sudah di nyanyikan

lagu yang dia inginkan. Tujuan tersebut adalah untuk menyenangkan hati dan pikiran

dengan tujuan yang baik agar penutur dan mitra tutur merasakan kebahagiaan yang

datang dari hati dan pikiran masing-masing dan meminta petunjuk kepada Tuhan

karena kasih Tuhan tidak terhitung nilainya.

Sebagai penanda lingual subtindak tutur ‘mengibaratkan’ adalah memahami

orang Batak bisa kita nilai atau dipahami melalui nyanyian yang dinyanyikan baik

waktu menangis dia selalu bernyanyi, ketawa dia selalu bernyanyi; itulah orang batak.

Oleh karena itu, penutur mengibaratkan perilaku baik seperti bernyanyi walaupun dia

lagi senang, bahagia maupun lagi sedih dia selalu bernyanyi biar hati dan pikiranya

senang dan tidak ada lagi atau berkurang beban di dalam hatinya. Selain itu, nyanyian

merupakan bagian dalam hidupnya karena bisa menuangkan apa yang ada di dalam

hati penutur juga menentukan terjadinya subtindak tutur ‘mengibaratkan’.

Page 113: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Penutur pada tuturan (62) memberitahu kepada mitra tutur tentang hanya

orang Kristen saja ada selamat hari paskah di tempat lain tidak ada, di tempat yang

lain hanya ada kelahiran tetapi kebangkitan tidak di temukan. Pertuturan yang

disampaikan penutur untuk mengatakan sesuatu dengan mengibaratkan tempat

kelahiran kepada minta tutur atau kepada jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo

bahwa di tempat lain hanya ada kelahiran sedangkan kebangkitan tidak ditemukan

untuk itu penutur memberitahukan alangkah bahagianya dan bersuka cita kita karena

Yesus rela mati dan di salipkan untuk menebus dosa-dosa manusia yang ada di dunia

ini dan kuasa Tuhan tidak terhitung nilainya.

e. Memastikan

Memastikan berarti menyakini apa yang diucapkannya benar-benar tidak

meragukan. Jadi subtindak tutur ‘memastikan’ adalah tindak pertuturan yang

dilakukan penutur untuk menyakini tentang apa yang diucapkannya kepada mitra

tutur sama sekali tidak meragukan. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur

‘memastikan’ dapat diamati pada contoh-contoh berikut.

(63) Ai Aut na porsea hamu di si Musa, porsea ma hamu nang di Ahu, ai taringot tu Ahu do disurathon.

(64) Pn : Sitiktik sigompa golanggolang pagarahutna otik sosadia pe na hupatupa hami sai godangma pinasuna.

Mn : Emmada tutu.

Penutur pada tuturan (63) dan (64) menyuruh mitra tutur untuk memastikan

sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku,

sebab ia telah menulis tentang Aku. Begitu juga suatu bahan atau barang yang diikat

dengan suatu gelang pengikat, demikian juga makanan yang kita sediakan sedikit

banyaknya kita berikan kepada tamu atau famili kita sebagai pertanda keakrapan kita

kepada tamu tersebut, semonga makanan yang kita sediakan menjadi berkat untuk kita

Page 114: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

semuanya. Pertuturan yang dilakukan penutur untuk menyakini kepada jemaat yang

ada di Gereja HKBP Solo tentang apa yang diucapkan atau disampaikan pengkhotbah

kepada jemaat atau mitra tutur sama sekali tidak meragukan, percayalah kepadanya

dan mengakui bahwa kita sebagai ciptaanya pernah menerima berkat atau tidak. Kata

‘percayalah’ merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘memastikan’. Klausa

tersebut disampaikan penutur dengan tidak ragu-ragu, karena mitra tutur adalah selalu

berusaha untuk mempercayainya dan mengakuinya. Dengan demikian, dapat

dipastikan bahwa mitra tutur mempercayai dan mengakui bahwa Tuhan bekerja untuk

dia. Faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘memastikan’ terletak pada

keyakinan penutur terhadap mitra tutur.

f. Menyangsikan

Menyangsikan berarti meragukan sesuatu yang belum jelas kebenarannya. Jadi

subtindak tutur ‘menyangsikan’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur

untuk meragukan tentang sesuatu yang belum jelas kebenarannya berupa janji

seseorang, kemampuan seseorang atau situasi yang kurang menentu. Tuturan yang

berkaitan dengan subtindak tutur jenis ini dapat diamati pada contoh-contoh berikut.

(65) Olo do sipata songon na lilu rohatta ala penampakan oppugna na joloi gabe didokkon ma gatarida oppungku hubereng kentayangan, gabe lilu ma hita molo adong kesaksian sisongoni.

(66) Nakkaning sipitu dai hape saonari sidua dai, sidua dai adong rasana sapot-sapotna ima na parjolo tabo na paduahon gatio adong muse sapot-sapotna.

Penutur pada tuturan (65) kadang-kadang hati kita seperti tersesat, karena

penampakan nenek kita yang dulu, jadi di katakan sudah kulihat nenekku

gentanyangan, jadi kita tersesat kalau ada kesaksian seperti itu, tidak bermaksud

untuk mengurangi ucapan syukur kepada Tuhan yang telah disampaikan penutur

kepada mitra tutur, tetapi untuk menyangsikan kapan kita dipanggil Tuhan, Hal ini

Page 115: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

terbukti pada klausa kita tidak mengetahui kapan kita dipanggil Tuhan. Klausa yang

disampaikan penutur tersebut merupakan subtindak tutur ‘menyangsikan’, karena

mitra tutur berjanji kepada penutur sebelum kita dipanggil Tuhan. Frasa-frasa yang

disampaikan mitra tutur tersebut mengandung maksud bahwa mitra tutur siap kapan

dipanggil Tuhan dan memenangkan hati dan pikiran jemaat pada saat beribadah di

Gereja HKBP Solo.

Sebagai faktor penentu terjadinya subtindak tutur ‘menyangsikan’ terletak

pada ucapan mitra tutur yang berbeda dengan kenyataannya. Hal ini terbukti pada

frasa-frasa tidak mengetahui kapan kita dipanggil Tuhan yang disampaikan penutur

kepada mitra tutur atau jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo tersebut untuk

menjanjikan untuk bertobat dan mau menjadi pengikut Tuhan sekarang sampai

selama-lamanya.

Penutur pada tuturan (66) bertanya kepada mitra tutur tentang tujuh rasa

padahal sekarang dua rasa, dua rasa ada rasanya kelat, tajam, asam mengenai cita rasa

itulah yang pertama yang kedua sudah jernih ada juga kelat, tajam, asam mengenai

citarasanya. Pertuturan yang disampaikan penutur untuk meragukan tentang sesuatu

yang belum jelas kebenarannya apa benar tujuh rasa, dua rasa atau hanya satu rasa

saja air tersebut. Klausa yang disampaikan penutur tersebut bermaksud sangsi

terhadap jawaban mitra tutur, klausa tersebut merupakan penanda lingual subtindak

tutur ‘menyangsikan’. Jawaban mitra tutur disangsikan oleh penutur, karena penutur

mengingat kegagalan pada jemaat yang tidak mempercayai dan mengakuinya, bahwa

mitra tutur telah ingkar janji dengan mengatakan berhasil ternyata gagal. Kemudian

pada jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo mitra tutur apa yang telah dipercayai dan

diyakini dalam hidupnya apakah penutur sangsi terhadap mitra tutur tersebut.

Page 116: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

g. Membenarkan

Membenarkan berarti menyatakan sesuatu yang dilihat, didengar atau

diketahuinya adalah benar atau mengakui kebenarannya. Jadi subtindak tutur

‘membenarkan’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur untuk menyatakan

sesuatu yang dilihat, didengar atau diketahui adalah benar atau mengakui

kebenarannya. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur jenis ini dapat diamati

pada contoh berikut.

(67) Manat mardongan tubu elek marboru somba marhulahula.

Tuturan (67) Orang Batak Toba yang mengetahui adat istiadat Batak Toba harus

menghargai hula-hula menyayangi pihak boru dan menghargai teman semarga

pertuturan yang dilakukan penutur untuk mitra tutur atau kepada jemaat yang ada di

Gereja HKBP Solo menyatakan sesuatu yang dilihat, didengar, atau diketahui benar

atau mengakui kebenarannya. Hal ini terbukti pada kata orang Batak, dalam adat

istiadat Batak Toba kita harus menghormati orang yang lebih tua dari kita baik dari

pihak perempuan maupun pihak dari laki-laki jadi yang diucapkan oleh penutur

tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘membenarkan’ atau sesuatu

yang dibenarkan oleh penutur tentang menghargai hula-hula menyayangi pihak boru

dan menghargai teman semarga.

Sebagai faktor penentu terjadinya subtindak tutur ‘membenarkan’ adalah

tuturan mitra tutur yang diulangi oleh penutur. Tuturan tersebut menyatakan sesuatu

yang dilihat, didengar, atau diketahui adalah benar dan mengakui kebenarannya dan

kita harus menghargai hula-hula menyayangi pihak boru menghargai teman semarga

pertuturan yang dilakukan penutur untuk mitra tutur atau kepada jemaat yang ada di

Gereja HKBP Solo agar jemaat yang mendengar dapat memberitahukan kepada orang

Page 117: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

lain bahwa adat istiadat orang Batak Toba juga sungguh luar biasa. Demikian juga

hidup manusia harus saling membantu, saling menghormati hak dan kewajibannya,

saling merasa senasib sepenanggungan. Apabila ini terbina dengan baik, maka

kedamaian dan kesatuan akan terwujud, seperti buah pisang yang sangat enak dan

manis.

h. Menyebutkan

Menyebutkan berarti mengemukakan tentang sesuatu kepada orang lain,

biasanya hal tersebut lebih dari satu. Jadi subtindak tutur ‘menyebutkan’ adalah tindak

pertuturan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan maksud untuk

mengatakan sesuatu yang jumlahnya lebih dari satu. Untuk memperoleh gambaran

tentang subtindak tutur semacam ini, dapat diamati pada contoh-contoh berikut.

(68) Molo adong na mandokhon ndang adong be pejabat na denggan di Negara ta on, ise mandokhon masih banyak molo ndang adong i ga maup hita, alani i boi ma tabereng alani asi ni roha ni Debata do.

Klausa pada tuturan (68) penutur memberitahukan kepada mitra tutur tentang

apa yang terjadi pada diri kita semuanya, kalau ada yang mengatakan tidak ada lagi

pejabat yang baik di Negara kita ini, siapa yang mengatakan seperti itu masih banyak

kalau tidak ada sudah hancur kita, masih banyak yang baik untuk itu kita bisa melihat

kasih Tuhan kepada kita. Pertuturan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra

tutur dengan maksud untuk mengatakan sesuatu yang jumlahnya lebih dari satu dalam

hal ini berkedudukan sebagai anak-anak Tuhan dan menyambut rencana-rencana

Tuhan yang diberikan kepada umat manusia dan Tuhan sudah berjanji bahwa semua

orang-orang yang percaya kepada Dia dosa-dosanya telah kutanggung dikayu salip.

Apapun yang kita inginkan semua bisa karena kasih Tuhan untuk itu manusia harus

bisa menyanyangi antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, kata ‘yakni’

Page 118: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘menyebutkan’. Tujuan penuturan yang

disampaikan oleh penutur, yakni menyebutkan rencana Tuhan kepada umatnya

menjadi faktor yang menentukan subtindak tutur ‘menyebutkan’.

i. Melaporkan

Melaporkan berarti memberitahukan sesuatu kepada orang lain tentang apa

yang dialami atau diamati oleh penutur. Biasanya subtindak tutur ‘melaporkan’

dituturkan oleh penutur yang berstatus sosial lebih rendah dari pada mitra tutur. Jadi

subtindak tutur ‘melaporkan’ adalah suatu tindak di mana penutur memberitahukan

sesuatu kepada mitra tutur tentang apa yang dialami atau diamati oleh penutur. Untuk

memahami subtindak tutur jenis ini dapat diperhatikan pada contoh-contoh berikut

(69) Molo nunga bersuka cita aha be naso mago angka arsak ni roha dohot pikiran niba songgon na di endehon angka parkor mazmur si nakkaning sude do tunduk di hatam segala sesuatu yang di sampaikan oleh firman Tuhan sibolis i pe mabiar.

(70) Dung tokke ibana sai godang do marsigir tu ibana, molo adong jolma marutang tu ibana ndang di igot ibana molo adong marutang molo di bayar mauliate molo ndang di bayar tong mandok mauliate.

Pada tuturan (69) dan (70) kalau sudah bersukacita apa tidak hilang semua

kesedihan hati dan pikiran kita sama seperti yang dinyanyikan koor mazmur yang

tadi, semua tunduk dalam perkataanmu segala sesuatu yang di sampaikan oleh firman

Tuhan iblis aja takut. Begitu juga, setelah juragan dia selalu banyak orang datang

untuk meminta kepadanya, kalau ada orang berutang kepadanya tidak diingat dia

kalau ada berutang kalau di bayar mengucapkan banyak terimakasih kalau tidak di

bayar selalu mengatakan terimakasih. Penutur memberitahukan sesuatu kepada mitra

tutur tentang apa yang dialami atau diamati oleh penutur untuk itu sebagai anak-anak

Tuhan harus selalu mengucap syukur karena Tuhan bisa melakukan apa saja dalam

hidup kita. Klausa tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘melaporkan’.

Page 119: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Laporan tersebut diberi keterangan oleh penutur bahwa Tuhan dapat memperbaiki hati

dan pikiran, keamanan yang ada di dalam keluarga kita masing-masing dan di

lingkungan yang ada di sekitar kita.

Tuturan yang disampaikan penutur merupakan tuturan memberitahukan

tentang kepercayaan jemaat terhadap Tuhan. Apabila tuturan tersebut diamati secara

mendalam maka tuturan tersebut termasuk subtindak tutur ‘melaporkan’. Sebagai

faktor penentu subtindak tutur ‘melaporkan’ adalah status sosial penutur dan mitra

tutur. Kedudukan penutur adalah sebagai pendeta yang memberitahukan kepada

jemaat bahwa Tuhan adalah segala-galanya tidak ada yang bisa menandingi apapun

yang ada di dunia ini.

j. Menunjukkan

Menunjukkan berarti memperlihatkan, memberitahukan, atau menyatakan

sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang dimaksud subtindak tutur ‘menunjukkan’ adalah

tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur untuk memperlihatkan,

memberitahukan, atau menyatakan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan-tuturan

subtindak tutur ‘menunjukkan’ dapat diamati pada data berikut.

(71) Ndang di tanda sisean i Tuhan i rap mangan dohot nasida, jala minggu na lewat nunga di patuduhon jala marjala dekke dohot si Petrus dohot siseannai. Kita sering mengatakan sebelum kita melihat, merasakan, dan banyak hamba-hamba Tuhan tetapi tidak ada yang mengenal dia.

Pada tuturan (71) Tetapi murid Tuhan tidak ada mengenal Dia padahal mereka

bersama-sama makan, padahal minggu yang lalu sudah di tunjukkan melalui

menangkap ikan dengan si Petrus dan murid-murid yang lain. Kita sering mengatakan

sebelum kita melihat, merasakan dan banyak hamba-hamba Tuhan tidak ada yang

mengenal Dia. Pertuturan yang disampaikan oleh penutur untuk memperlihatkan,

Page 120: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

memberitahukan, atau menyatakan sesuatu kepada mitra tutur Dalam hal ini, penutur

memberitahukan kepada mitra tutur tentang murid-murid Tuhan tidak ada yang

mengenal Dia, dan orang-orang yang tinggi hati berarti orang yang sedang melupakan

Allah atau kita sedang tidak mengingat kasih Tuhan kepada kita. Penutur dan mitra

tutur atau kepada jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo akan mengingat hal ini maka

Tuhan akan menunjukkan betapa besar kasihnya dan memberikan apa yang kita

inginkan baik sekarang maupun untuk selama-lamanya.

Sebagai faktor yang menentukan adalah tujuan pertuturan dari penutur, yaitu

ingin memberitahukan sesuatu yang belum diketahui oleh mitra tutur. Hal yang belum

diketahui oleh mitra tutur adalah tentang Tuhan pernah menunjukkan dirinya kepada

murid-murid Yesus tetapi satupun tidak ada yang mengenal Dia, begitu juga bagi

orang yang tinggi hati berarti orang tersebut sedang melupakan Allah atau sedang

tidak mengingat kasih Tuhan kepada dirinya. Penutur dan mitra tutur mengetahui hal

seperti ini berarti kita sebagai anak-anak Tuhan harus menjauhkan yang tidak baik

untuk kita maupun tidak baik untuk Tuhan dengan demikian kita akan memperoleh

apa yang kita inginkan dan Tuhan Yesus inginkan dengan demikian Tuhan akan

menunjukkan kekuasaanya, dan menunjukkan mujizat-mujizat yang paling besar

kepada mitra tutur asalkan kita tidak menyimpang dari jalan Allah.

k. Menjelaskan

Menjelaskan berarti menguraikan sesuatu secara jelas kepada orang lain. jadi,

yang dimaksud subtindak tutur ‘menjelaskan’ adalah suatu tindak pertuturan yang

disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur untuk menguraikan sesuatu yang belum

diketahui oleh mitra tutur dengan tujuan agar sesuatu tersebut menjadi jelas. Contoh-

contoh berikut untuk menjadikan lebih jelas tentang subtindak tutur ‘menjelaskan’.

Page 121: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

(72) Hamu angka dongan ro hita tubagasan joroon ndang na laho patuduhon na populer, sotung adong di hita na pabanggahon diri, ido alani ahu doi? Boi huruia on sotung adong marpikiran si songoni, alai mandok mauliate ma tadokkon tu Tuhan i, molo di pakke Tuhan i hita jadi ulaon na menjadi anak-anak Allah.

Klausa pada tuturan (72) penutur menjelaskan kepada mitra tutur dengan

mengatakan kita datang ke dalam rumah Tuhan ini bukan untuk menunjukkan sesuatu

yang paling populer, tetapi kita datang ke rumah Tuhan untuk mendengar firman

Tuhan dan jangan ada di antara kita yang membangakan diri, itu terjadi karena aku

jangan ada berpikiran seperti itu? Bisa jemaat gereja ini karena aku, jangan ada yang

berpikir seperti itu, akan tetapi kita seharusnya mengatakan mengucap terimakasih

kita katakan kepada Tuhan kalau Tuhan masih memakai kita menjadi pelayan yang

menjadi anak-anak Allah. Pertuturan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra

tutur untuk menguraikan sesuatu yang belum diketahui oleh mitra tutur dengan tujuan

agar sesuatu tersebut menjadi jelas. Kata ‘untuk’ merupakan subtindak tutur

‘menjelaskan’ kita datang ke rumah Tuhan bukan untuk menunjukan ke tenaran jadi

jangan ada kita membagakan diri, tidak ada lagi masalah kalau saling bertanya biar

kasih Tuhan menyinari kita dimanapun kita berada karena penutur berasal dari dua

golongan yaitu pendeta dan jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo. Sebelumnya

pendeta dan jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo tersebut tidak bersatu, tetapi

karena kepercayaan dan keyakinanya sama maka keduanya menjadi anak-anak Tuhan

yaitu pendeta dan jemaat. Dengan demikian, penutur ingin menjelaskan tujuan

pendeta dan jemaat bersatu adalah untuk Tuhan dan kepercayaan dan keyakinan dan

kesalamat kita pribadi lepas pribadi.

l. Mengumumkan

Mengumumkan berarti memberitahukan sesuatu kepada orang lain dengan

tujuan agar memperhatikan apa yang diumumkannya. Jadi yang dimaksud dengan

Page 122: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

subtindak tutur ‘mengumumkan’ adalah suatu tindak pertuturan yang disampaikan

oleh penutur kepada mitra tutur dengan tujuan agar mitra tutur memperhatikan apa

yang diumumkan oleh penutur. Tuturan mengumumkan dapat diamati pada contoh

berikut.

(73) Songgop do tu ahu tondi ni Tuhan i, ai dimiahi do ahu, mamboan barita na uli tu angka na pogos, disuru do ahu, mamaritahon tu angka na tarhurung asa malua, tu angka na mapitung asa marnida, paluahon angka naginosagosa, mamaritahon taon parasinirohaon ni Tuhan i.

Klausa pada tuturan (73) Roh Tuhan hinggap kepadaku roh atau jiwa Tuhan,

karena aku diminyakin, membawa berita yang baik kepada semua orang yang miskin,

untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi

orang-orang buta, untuk membebaskan, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan

telah datang. Pertuturan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan

tujuan agar mitra tutur memperhatikan apa yang diumumkan oleh penutur umumnya

bagi siapapun orangNya bahwa Roh Tuhan ada pada diri sendiri kalau orang tersebut

percaya kepada Tuhan, sebab Tuhan akan mengurapi kita dan menyampaikan kabar

baik kepada orang-orang miskin, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-

orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan, untuk

memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang merupakan penanda lingual subtindak

tutur ‘mengumumkan’. Dalam hal ini, penutur memberitahu kepada mitra tutur bahwa

mujizat dari Tuhan yang sungguh besar, mujizat tersebut dinamakan mijizat dari

Tuhan.

Sebagai faktor yang menentukan adalah tujuan pertuturan dari penutur, yaitu

ingin memberitahukan sesuatu yang belum diketahui oleh mitra tutur agar mitra tutur

memperhatikan pengumuman tersebut. Hal yang belum diketahui oleh mitra tutur

tersebut supaya mitra tutur datang untuk bertobat dan mempercayai bahwa mujizat

Page 123: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

dari Tuhan sungguh nyata dalam kehidupan kita. Mitra tutur merasa senang karena

sudah mengenal Tuhan melalui berkat yang sudah diterima oleh mitra tutur dengan

hati yang gembira, mitra tutur dapat merasakan kuasa dari Tuhan dengan

mempercayai dan menyakini tanpa ada paksaan di dalam hati, pikiran dan jiwa waktu

mendengarkan firman Tuhan melalui khotbah bahasa Batak Toba yang disampaikan

pendeta di Gereja HKBP Solo.

m. Memamerkan

Memamerkan berarti memperlihatkan sesuatu yang telah dikerjakan atau

dimiliki kepada orang lain, dengan tujuan untuk dipuji atau diakui. Jadi subtindak

tutur ‘memamerkan’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur untuk

memperlihatkan sesuatu yang telah dikerjakan atau dimiliki dengan tujuan agar dipuji

atau diakui oleh orang lain. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur

memamerkan dapat diperhatikan pada contoh berikut.

(74) Onma di hamu angka dongan, mari kita memuji nama Tuhan yang baru dengan semangat yang baru kehidupan yang baru, dan semangat yang baru, mari kita berkata-kata pujilah Tuhan dan jadikan kami Tuhan menjadi anak-anak Tuhan yang dapat memuliakan namamu sekarang sampai selama-lamanya.

Penutur pada tuturan (74) mengatakan inilah saudara-saudara mari kita

memuji nama Tuhan hidup yang baru dengan semangat yang baru kehidupan yang

baru, dan semangat yang baru, mari kita berkata-kata pujilah Tuhan dan jadikan kami

Tuhan menjadi anak-anak Tuhan yang dapat memuliakan namamu sekarang sampai

selama-lamanya. Pertuturan yang dilakukan penutur untuk memperlihatkan sesuatu

yang telah dikerjakan atau dimiliki dengan tujuan agar dipuji atau diakui oleh orang

lain dengan maksud untuk memamerkan sesuatu kepada mitra tutur. Klausa yang

disampaikan penutur tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur

Page 124: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

‘memamerkan’ karena pertanyaan yang disampaikan penutur tidak semata-mata

meminta jawaban dari mitra tutur dengan jawaban benar atau tidak, tetapi lebih dari

itu penutur bermaksud untuk memamerkan apa yang telah dilakukannya. Hal ini

terbukti pada klausa inilah saudara-saudara mari kita memuji nama Tuhan, hidup yang

baru dengan semangat yang baru kehidupan yang baru, dan semangat yang baru, mari

kita berkata-kata pujilah Tuhan dan jadikan kami Tuhan menjadi anak-anak Tuhan

yang dapat memuliakan namamu sekarang sampai selama-lamanya. Klausa yang

dituturkan oleh penutur untuk menunjukkan bahwa penutur sudah bekerja dan dapat

memperlihatkan hasil kerjanya kepada mitra tutur. Apa yang dilakukan penutur

tersebut untuk menyakinkan mitra tutur dari ketidak kepercayaan atas

kemampuannya. Sebagai faktor penentu terjadinya subtindak tutur ‘memamerkan’

adalah konteks ketidak percayaan mitra tutur terhadap penutur. Dalam hal ini, mitra

tutur tidak percaya terhadap kemampuan penutur.

n. Menyampaikan

Menyampaikan berarti memberikan sesuatu kepada orang lain. jadi subtindak

tutur ‘menyampaikan’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur untuk

memberikan sesuatu kepada mitra tutur. Untuk memahami subtindak tutur

‘menyampaikan’ dapat diamati pada contoh berikut.

(75) Tuhan Debata nami pardengan basa dipasahat homa tu hami jala sian Debata dohot hatigoranmu gabe marpungu hami sadarion memuji dohot pasangappon goarmu mancai balga situtu do holong mi tu hami Tuhan.

Pada tuturan (75) Tuhan kami yang baik engkau menyampaikan kepada kami

dan itu semua dari Tuhan dan kebenaranmu, kami menjadi berkumpul hari ini karena

memuji dan memuliakan namamu menjadi besar sungguh besar kasih Tuhan kepada

kami pertuturan yang disampaikan penutur untuk memberikan sesuatu kepada mitra

Page 125: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

tutur. Penutur akan menyampaikan beberapa hal kata menyampaikan merupakan

penanda lingual subtindak tutur ‘menyampaikan. Penutur saat itu bertugas sebagai

pendeta hanya menyampaikan kepada jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo dan itu

semua dari Tuhan dan kebenaranmu, kita berkumpul hari ini untuk memuji dan

memuliakan namamu menjadi besar sungguh besar kasih Tuhan kepada kita semua

dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo, maka penutur tersebut

bermaksud menyampaikan kepada mitra tutur.

Tuturan yang dilakukan penutur merupakan tuturan menyampaikan, sebagai

faktor yang menentukan subtindak tutur ‘menyampaikan’ adalah Tuhan kami yang

baik engkau telah menyampaikan kepada kami dan itu semua dari Tuhan dan

kebenaranmu, kami berkumpul hari ini untuk memuji dan memuliakan namamu

menjadi besar sungguh besar kasih Tuhan kepada penutur dan mitra tutur. Dengan

demikian, apa yang dikatakan penutur merupakan jenis subtindak tutur

‘menyampaikan’ karena yang mengatakan adalah seorang yang berstatus penutur

dalam hal ini telah melaksanakan prinsip kerja sama (maksim kualitas), yaitu

mengatakan hal yang sebenarnya.

o. Menegaskan

Menegaskan berarti mengatakan dengan tegas tentang sesuatu. Jadi yang

dimaksud dengan subtindak tutur ‘menegaskan’ adalah suatu tindak pertuturan yang

disampaikan penutur kepada mitra tutur dengan tegas atau tidak ragu-ragu. Untuk

lebih jelasnya dapat diperhatikan pada data-data berikut.

(76) Dungi dipabotohon angka na mapitung dohot na lumpu ma Debatatta di bagasan joro i, jadi dipamalum ma nasida.

Page 126: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Penutur setelah mengetahui bahwa tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak

Toba di Gereja HKBP Solo diikuti oleh banyak umat jemaat. Kemudian para jemaat

memilih satu yaitu Tuhan Yesus. Berdasarkan uraian di atas Pada tuturan (76) penutur

menegaskan bahwa penutur hanya memilih Tuhan Yesus, walaupun penutur

dipengaruhi oleh mitra tutur dengan cara apapun. Hal ini terlihat pada klausa maka

datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah

itu dan mereka disembuhkan-Nya. Hanya Tuhan Yesus yang bisa melakukan mukjizat

itu Kata ‘hanya’ pada klausa tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur

‘menegaskan’ karena kata tersebut mengandung maksud tidak ada yang lain. Faktor

yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘menegaskan’ adalah keteguhan

pendirian penutur. Selain itu, tujuan pertuturan juga menjadi faktor penentu terjadinya

subtindak tutur ‘menegaskan’.

7. Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur dimana penutur berusaha meminta

mitra tutur untuk melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan. Tindak tutur

tersebut bersifat prospektif, artinya seseorang tidak bisa menyuruh orang lain

melakukan perbuatan pada masa lampau. Pada penelitian tindak tutur dalam khotbah

bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo ditemukan tujuh belas subtindak tutur yang

dapat diklasifikasikan kedalam tindak tutur direktif, yaitu; (a) melarang, (b)

menasehati, (c) memarahi, (d) memohon, (e) meminta, (f) mengarahkan, (g)

mempersilahkan, (h) merayu, (i) membujuk, (j) menyarankan, (k) menegur, (l)

mengharuskan, (m) menyuruh, (n) mengajak, (o) menginstruksikan, (p)

mengingatkan, (q) menganjurkan.

Page 127: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

a. Melarang

Melarang berarti memerintah orang lain untuk tidak melakukan sesuatu yang

tidak diinginkan. Jadi yang dimaksud dengan subtindak tutur ‘melarang’ adalah suatu

tindak dimana penutur memerintahkan kepada mitra tutur untuk tidak melakukan

perbuatan yang tidak diiginkan oleh penutur. Untuk memahami subtindak tutur jenis

ini dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.

(77) Hita naro tuson adong do perbedaanna adong na marsuhisuhi bohi na, adong na songonon dohot na songonan, tetapi persatuan dalam Allah itu sendiri bahwa kita adalah makluk y ang dikasihi Tuhan. Jika Allah adalah Esa maka tidak boleh ada orang menghina dan bahkan kita tidak bisa meremehkan orang karena itu adalah milik Allah.

Pada tuturan (77) Siapapun yang datang kemari pasti ada perbedaan ada yang

bersegi-segi atau bersiku-siku wajahnya, ada seperti ini ada juga seperti itu, tetapi

persatuan dalam Allah itu sendiri bahwa kita adalah makluk yang dikasihi Tuhan. Jika

Allah adalah Esa maka tidak boleh ada orang menghina dan bahkan kita tidak bisa

meremehkan orang karena itu adalah milik Allah. Penutur memerintahkan kepada

mitra tutur untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak diiginkan oleh penutur

maupun Tuhan. Dalam hal ini, sebagian penutur telah mengetahui hasil mempercayai

Tuhan jemaat tersebut ingin melaksanakan hak yang dia percayai atau yang di ikuti

dalam hidupnya. Oleh karena itu, penutur melarang mitra tutur dengan mengatakan

Jika Allah adalah Esa maka tidak boleh ada orang menghina dan bahkan kita tidak

bisa meremehkan orang karena itu adalah milik Allah. kata ‘tidak boleh ada orang

menghina’ pada klausa tersebut menjadi penanda lingual subtindak tutur ‘melarang’.

Penutur berpikir bahwa orang yang tidak baik, maka mitra tutur disuruh untuk

mempercayai dan menyakini Tuhan yang maha pengasih dan penyanyang.

Page 128: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

b. Menasihati

Menasihati berarti memberikan suatu petunjuk yang baik kepada orang lain

dengan tujuan suapaya orang lain tersebut mengikuti apa yang dikatakannya. Jadi

subtindak tutur ‘menasihati’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur untuk

memberikan suatu petunjuk yang baik kepada mitra tutur agar mitra tutur mengikuti

apa yang dikatakannya. Untuk mengetahui subtindak tutur jenis ini dapat dilihat pada

contoh-contoh berikut.

(78) On pe, ale Jahowa, Debata ni Israel! Sai pasintong ma tu naposoM si Daud, damang i hata naung pinorbagabagaM hian tu ibana, uju na nidokMu: Ndang jadi hurangan di ho sada baoa di jolongku na hundul di atas habangsa ni harajaon Israel, asal diramoti angka anakmu dalanna, marparange nasida di jolongku songon ho naung marparange di jolongku.

Pada tuturan (78) Maka sekarang ya Tuhan, Allah Israel, peliharalah apa yang

kaujanjikan kepada hambamu Daud, ayahku, dengan berkata: Keturunanmu takkan

terputus di hadapanku dan tetap akan duduk di atas takhta kerajaan Israel, asal anak-

anakmu tetap hidup di hadapanku sama seperti engkau hidup di hadapanku.

Pertuturan yang disampaikan penutur untuk memberikan suatu petunjuk yang baik

kepada mitra tutur agar mitra tutur mengikuti apa yang dikatakannya begitu juga

penutur menasihati mitra tutur untuk takut akan Tuhan dan hormat kepada kedua

orang tua. Nasihat penutur tersebut adalah mitra tutur untuk memasuki gerbang surga

ditempat yang maha tinggi. Jika mitra tutur mempercayai Allah lain maka yang sudah

dijanjikan Tuhan kepada mitra tutur tidak berlaku lagi kecuali mitra tutur bertobat

kembali. Penutur menasihati mitra tutur untuk berhati-hati dalam melakukan apa saja

apalagi yang dilarang oleh Tuhan Yesus Kristus. Biasanya orang yang menasihati

adalah Pendeta, orang tua, pimpinan, atau sebaya yang mengetahui tentang suatu hal

penutur tersebut adalah Jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo.

Page 129: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

c. Memarahi

Memarahi berarti menyatakan perasaan kepada orang lain, karena kesalahan

orang lain tersebut membuat dirinya kesal, jengkel atau sakit hati. Jadi subtindak tutur

‘memarahi’ adalah tidak pertuturan yang disampaikan penutur untuk menyatakan

perasaan marah (kesal, jengkel atau sakit hati) kepada mitra tutur karena kesalahan

mitra tutur. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur jenis ini dapat diamati

pada contoh berikut.

(79) Jotjot do Inang tarilu ilu alani pangaloho ni gellengta ndang boi hamuna muruk sesuai dengan pangalaho naso ture di gelleng muna, alana ndang boi hita gotap hubungan sian gellengta I nappe jotjot di dokkon na tua-tua tung so anakku beho mulai sadarion alani hansit ni rohana, alai dibereng Debata do asa boi muse mulak hubungan antara anak dengan keluarga manang didia pe hita saonari mariganan.

Pada tuturan (79) penutur menegur mitra tutur dengan mengatakan sering Ibu

kita menangis karena tingkahlaku anaknya tidak boleh kita marah sesuai dengan

tingkahlaku yang tidak baik yang dibuat oleh anak kita, soalnya kita tidak bisa

terputus hubungan dari anak kita, walaupun sering dikatakan orang tua tidak anakku

lagi kamu mulai sekarang itu terjadi karena sakit hatinya saja, tetapi Tuhan melihat

bagaimana caranya biar bisa kembali hubungan antara anak dengan keluarga

dimanapun kita sekarang berada. Pertuturan yang disampaikan penutur untuk

menyatakan perasaan marah (kesal, jengkel atau sakit hati) kepada mitra tutur karena

kesalahan mitra tutur karena di buatnya ibunya menangis karena tingkahlaku anaknya

padahal hubungan antara ibu dan anak tidak pernah terpecahkan atau tidak bisa

terputuskan, walaupun sering dikatakan orang tua kepada anaknya tidak anakku lagi

kamu mulai sekarang itu terjadi karena sakit hatinya saja atau bisa dikatakan hanya

sesaat saja, tetapi Tuhan melihat bagaimana caranya biar bisa kembali hubungan

antara anak dengan keluarga dimanapun kita sekarang berada. Penutur menyuruh

Page 130: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

kepada mitra tutur untuk menghormati kedua orang tua baik yang lebih tua maupun

yang mudah harus saling menghormati satu sama yang lain, maksud penutur agar

mitra tutur tidak menyalagunakan kebaikan orang tua, mendengar keterangan tersebut

kemudian melepaskan yang tidak baik dan mengikuti apa yang terbaik bagi Allah.

Kesabaran penutur hilang dan mengakibatkan marah terhadap perilaku mitra tutur.

Kemarahan tersebut terungkap sering ibu kita menangis karena tingkahlaku anaknya

padahal hubungan antara ibu dan anak tidak pernah terpecahkan atau tidak bisa

terputuskan, walaupun sering dikatakan orang tua kepada anaknya tidak anakku lagi

kamu mulai sekarang itu terjadi karena sakit hatinya saja, tetapi Tuhan melihat

bagaimana caranya biar bisa kembali hubungan antara anak dengan keluarga

dimanapun kita sekarang berada. Frasa tersebut merupakan penanda lingual subtindak

tutur ‘memarahi’. Frasa tingkah laku antara anak dan ibu tidak bisa terputuskan,

walaupun sering dikatakan orang tua kepada anaknya tidak anakku lagi kamu mulai

sekarang itu terjadi karena sakit hatinya saja, tetapi Tuhan melihat bagaimana caranya

biar bisa kembali hubungan antara anak dengan keluarga dimanapun kita sekarang

berada’ berarti jangan bertindak seperti orang yang tidak tahu tentang sopan santun.

d. Memohon

Memohon berarti menginginkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan

orang lain tersebut mengabulkannya, dan biasanya dilakukan oleh orang yang status

sosialnya lebih rendah kepada orang yang statusnya lebih tinggi. Jadi subtindak tutur

‘memohon’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra

tutur untuk mengabulkan sesuatu yang diinginkannya. Tuturan-tuturan berikut

berkaitan dengan subtindak tutur ‘memohon’ dapat diperhatikan pada data-data

berikut.

Page 131: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

(80) Didokkon parubat ima tu ibana ido ale ho do mangido mate simatua mi, saonari gaburjube ibana, gamarsipakulingan hami bah ido, sasintongna ndang na racun na hulehon vitamin doi na hulehon i.

Pada tuturan (80) di katakan tukang obat itu kepadanya padahal kamu yang

meminta atau memohon biar mati mertuamu itu, sekarang sudah baik dia, sudah

berbicara kami antara mertua dengan menantu, sebenarnya tidak racun yang aku

berikan itu vitamin yang kuberikan itu. Pertuturan yang disampaikan oleh penutur

kepada mitra tutur untuk mengabulkan sesuatu yang diinginkannya penutur dengan

penuh harapan mengigatkan mitra tuturnya untuk mengabulkan apa yang menjadi

keinginannya. Kata ‘semoga’, dan ‘mudah-mudahan’ merupakan kata semoga

mertuanya tidak jadi meninggal sedangkan kata mudah-mudahan merupakan agar

mertuanya masih bisa diselamatkan dari kejahatan maupun dari obat yang diberikan

menantunya itu kepada mertuanya, untuk itu jangan pernah percaya kepada alam gaib

tetapi percayalah kepada agama dan kepercayaan kita masing-masing, pada klausa

yang diucapkan penutur tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur

‘memohon’. Diperkuat dengan kata ‘amin’ yang menginginkan mitra tutur untuk

mengabulkan permohonannya. Dalam hal ini, penutur berkedudukan sebagai hamba

sedangkan mitra tutur sebagai Tuhan, penutur layak memohon sesuatu kepada Tuhan.

e. Meminta

Meminta berarti melakukan sesuatu agar diberi atau mendapatkan sesuatu dari

orang lain, biasanya dilakukan oleh orang yang berstatus sosialnya lebih tinggi kepada

orang yang berstatus sosialnya lebih rendah. Jadi subtindak tutur ‘meminta’ adalah

tindak pertuturan yang disampaikan penutur untuk melakukan sesuatu supaya diberi

atau mendapatkan sesuatu dari mitra tutur. Data-data berikut untuk menjadikan lebih

jelas tentang subtindak tutur ‘meminta’.

Page 132: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

(81) Manjalo ma hamu binsan di hamuna dope panondang i asa unang di holsoan angka na holom mi hamuna.

(82) Ai jaloon munadoi saluhutna nasa napinagido hamuna, ianggo porsea hamu.

Klausa pada tuturan (81) Kamu akan menerima selagi kamu masih ada cahaya,

jadi jangan kamu mencemaskan yang gelap itu. Pertuturan yang disampaikan penutur

untuk melakukan sesuatu supaya diberi atau mendapatkan sesuatu dari mitra tutur

merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘meminta’. Penutur meminta mitra tutur

untuk melaksanakan kehidupan kita bisa tenang, dan tentram dibawah payung kuasa

Tuhan Yang maha Tinggi.

Pada tuturan (82) Kamu akan menerima semuanya apa yang kamu minta,

kalau kamu percaya. Pertuturan yang disampaikan penutur untuk melakukan sesuatu

supaya diberi atau mendapatkan sesuatu kalau mitra tutur percaya kepada Tuhan

Yesus Kristus dan bersatu untuk menjunjung firman Tuhan. Kedudukan penutur

sebagai Pendeta dan mitra tutur adalah jemaat, maka penutur layak meminta kepada

jemaatnya untuk melakukan sesuatu dengan mengatakan Kamu akan menerima

semuanya apa yang kamu minta, kalau kamu percaya. Klausa tersebut menjadi

penanda lingual subtindak tutur ‘meminta’. Penutur mengetahui bahwa mitra tutur

belum sepenuhnya menjunjung Firman Tuhan sesuai dengan kasih Tuhan dan dapat

kita duduk di sebelah kanan Allah Bapak Yang Maha Kuasa.

f. Mengarahkan

Mengarahkan berarti memberi petunjuk atau bimbingan kepada orang lain.

jadi subtindak tutur ‘mengarahkan’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur

untuk memberi petunjuk bimbingan kepada mitra tutur. Tuturan yang berkaitan

dengan subtindak tutur jenis ini dapat diperlihatkan pada contoh berikut.

Page 133: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

(83) Ahu do dalan ni dohot hasintongan dohot hagoluon ndang adong nasahat tu amai ianggo sian ahu, Dungi di lehon Yesus mangan lima ribu halak.

Pada tuturan (83) Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun

yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku, setelah Yesus memberikan makan

lima ribu orang. Pertuturan yang dilakukan penutur untuk memberi petunjuk

bimbingan kepada mitra tutur penutur mengetahui keinginan mitra tutur untuk

menciptakan kehidupan yang harmonis. Kemudian penutur memberitahu mitra tutur

bahwa keinginannya itu akan diperjuangkan oleh seluruh umat manusia ciptaan

Tuhan. Dengan alasan tersebut, penutur mengarahkan mitra tutur untuk tidak ragu-

ragu memilih Tuhan sebagai gembala dalam diri kita sekarang dan untuk selama-

lamanya. Klausa oleh karena itu, Pendeta mengarahkan kepada Jemaat yang ada di

Gereja HKBP Solo agar tidak ragu-ragu memilih Tuhan sebagai gembala kita

sekarang sampai selama-lamanya’ merupakan tuturan mengarahkan. Kata

‘mengarahkan’ sebagai penanda lingual subtindak tutur ‘mengarahkan’.

g. Mempersilahkan

Mempersilahkan berarti menyuruh orang lain dengan hormat agar melakukan

sesuatu. Jadi subtindak tutur ‘mempersilahkan’ adalah tindak pertuturan yang

disampaikan oleh penutur untuk menyuruh mitra tutur dengan hormat untuk

melakukan suatu perbuatan. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur jenis ini

dapat diamati pada contoh berikut.

(84) Saonari ittor songonna paasingasikkon ibana molo di halak hita batak ikkon hita do parjolo ndang halak na lain parjolo, baru hita ima na di dokkon halak hita di porsea.

Pada tuturan (84) Kalau sekarang dia langsung membedakan kalau orang kita

Batak mengatakan kita yang pertama tidak orang lain pertama, baru kita itulah yang

dikatakan orang kita di porsea. Pertuturan yang disampaikan oleh penutur untuk

Page 134: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

menyuruh mitra tutur dengan hormat kepada orang yang pertama kali tinggal di

tempat itu, tidak mungkin orang lain yang pertama di hormati melainkan orang yang

lama tinggal di tempat tersebut, untuk melakukan suatu perbuatan jemaat sedikit atau

banyak telah menerangkan keadaan dipersilahkan kepada Jemaat yang ada di Gereja

HKBP Solo untuk mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Klausa tersebut mempersilahkan

mitra tutur untuk bisa berkotbah di depan jemaat baik menggunakan bahasa Indonesia

maupun menggunakan bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Penutur mengetahui

bahwa mitra tutur telah berhasil dalam Khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP

Solo. Mitra tutur telah menghentikan beberapa penderita sedikit atau banyak telah

menerangkan keadaan dipersilahkan kepada Jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo

untuk mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Oleh karena itu, mitra tutur diminta dengan

hormat untuk menyelesaikan problema yang masih dirasakan oleh seluruh umat

manusia.

h. Merayu

Merayu berarti menyampaikan keinginan kepada orang lain dengan cara

membujuk, supaya orang lain mau menerima apa yang diinginkannya. Jadi, yang

dimaksud dengan subtindak tutur ‘merayu’ adalah suatu tindak melalui penuturan di

mana penutur membujuk mitra tutur agar menerima apa yang diinginkannya untuk

lebih jelasnya dapat diamati contoh-contoh berikut.

(85) Alani i ajari ma hami Tuhan asa boi hami patuduhon holong nasian ho Tuhan. Tuhan suang songoni nang dongan nami namasihol tu sada dakdanak baoa manang boruboru homa na mamasumasu angka usaha nasida, alani i mangido ma hami Tuhan alai homa namarkuasa Tuhan boi nasida gabe masimbur mangodang nasida hombar tulomo ni roham Tuhan tongihon nasida gabe dalan na hasea laho pasahatton hatami Tuhan.

Klausa pada tuturan (85) Untuk itu ajarilah kami Tuhan biar bisa kami

menunjukkan kasih yang dari kamu Tuhan. Tuhan begitu juga teman kami yang

Page 135: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

merindukan satu anak laki-laki atau perempuan hanya engkau yang memberkati

semua usaha mereka, untuk itu kami meminta Tuhan tetapi engkau yang berkuasa

Tuhan bisa mereka menjadi masimbur mangodang mereka sesuai dengan berkenan di

hatimu Tuhan dengarkan mereka menjadi jalan yang lain terbaik untuk

menyampaikan perkataanmu Tuhan. Pertuturan di mana penutur membujuk mitra

tutur agar menerima apa yang diinginkannya. Tuturan ini merupakan penanda lingual

terjadinya subtindak tutur ‘merayu’. begitu juga kita yang merayu atau meminta

kepada Tuhan agar penutur maupun mitra tutur tercapai apa yang dia inginkan.

Oleh karena itu, salah satu rayuan penutur terhadap mitra tutur dengan

mengatakan apa yang diinginkan seperti hamba Tuhan menginginkan juga anaknya

biar mau makan juga anak akan merayu dan meminta agar terkabul apa yang

diinginkan jemaatnya. Dengan demikian, mitra tutur akan terpikat hatinya terhadap

rayuan penutur, sehingga mitra tutur yang cerdas memilih Tuhan sekarang sampai

selama-lamanya.

Tujuan pertuturan yakni terpikat hati mitra tutur dan melaksanakan keinginan

penutur menjadi faktor penentu subtindak tutur ‘merayu’. Selain itu, terjadinya alih

kecakapan juga merupakan faktor yang menentukan subtindak tutur ‘merayu’.

i. Membujuk

Membujuk berarti mempengaruhi orang lain mau melakukan sesuatu sesuai

dengan kehendak penutur. Jadi, yang dimaksud dengan subtindak tutur ‘membujuk’

adalah suatu tindakan di mana penutur mempengaruhi mitra tutur agar mau

melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak penutur. Membujuk biasanya disertai

dengan iming-iming atau sesuatu yang dapat menarik yang dibujuk. Contoh-contoh

berikut akan menjadikan lebih jelas tentang subtindak tutur membujuk.

Page 136: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

(86) Molo ianggo mardalan hamu di na holom ndang diboto i manang dompak

dia ibana laho, binsan di hamuna dope panondang i porseama hamu disi,

asa gabe anak ni panondang i hamu, ima na dihatahon Yesus dung i

ditadikkon ma nasida laho mangalului harajaon ni Debata.

Pada tuturan (86) Kalau kamu berjalan di tempat yang gelap tidak tahu lagi ke

arah mana dia pergi selagi kamu masih ada cahaya percayalah kamu disitu biar jadi

anak cahaya kamu itulah yang dikatakan Yesus setelah itu ditinggalkanlah mereka

untuk mencari kerajaan Tuhan. Penutur mempengaruhi mitra tutur supaya melakukan

sesuatu sesuai dengan kehendak penutur. Penutur membujuk mitra tutur untuk

memilih Tuhan sebagai gembala sekarang dan untuk selama-lamanya berbagai cara

telah dilakukan penutur agar mitra tutur melaksanakan keinginan penutur. Kata-kata

kalau kamu berjalan di tempat yang gelap tidak tahu lagi ke arah mana dia pergi,

selagi kamu masih ada cahaya percayalah kamu kepadanya supaya jadi anak cahaya

kamu itulah yang dikatakan Yesus setelah itu ditinggalkanlah mereka untuk mencari

kerajaan Tuhan merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘membujuk’. Maksud

penutur mengatakan berjalan di tempat yang gelap adalah apabila mitra tutur ingin

setiap hari dengan berjalan di tempat yang gelap, maka penutur menyuruh mitra tutur

untuk memilih Tuhan sebagai gembala dalam kehidupan sekarang dan untuk selama-

lamanya.

j. Menyarankan

Menyarankan berarti memberitahukan kepada orang lain dengan tujuan supaya

orang lain tersebut mempertimbangkan masak-masak apa yang menjadi saran penutur.

Jadi yang dimaksud dengan subtindak tutur ‘menyarankan’ adalah suatu tindak

dimana penutur memberitahukan sesuatu kepada mitra tutur untuk

Page 137: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

mempertimbangkan masak-masak apa yang menjadi sasaran penutur. Untuk

memahami subtindak tutur jenis ini dapat diperhatikan contoh-contoh berikut.

(87) Alai na lao siberengotta setiap sude gerak gerik sarana yang ada dalam hidup kita sarune molo didokkon dihalah batak kecapi dohot na asing nanaeng pakeotta tapuji dohot pasangapon digoar i Debata artinya bahwa renungan dohot nada dohot sude na adong dibagasan ngolutta ikkon naeng pakkeotta laho pasangaphon Debata.

Pada tuturan (87) penutur memberikan masukan kepada mitra tutur dengan

mengatakan tetapi yang perlu kita lihat setiap semua gerak gerik sarana yang ada

dalam hidup kita sarune kalau dikatakan orang batak kecapi dengan yang lain yang

kita pakai memuji dengan memuliakan nama Tuhan artinya bahwa renungan dengan

nada dan semua yang ada di dalam kehidupan kita harus kita pakai untuk memuliakan

Tuhan. Klausa tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘menyarankan’.

Penutur menyarankan kepada mitra tutur untuk memilih Tuhan sebagai gembala

dalam hidupnya, jadi saran penutur akan di pertimbangkan sesuai dengan saran

penutur dengan memperhatikan nasib dirinya untuk hari depan itu ditentukan oleh

pilihannya. Maka mitra tutur akan menggunakan hak pilihnya atau menerima saran

penutur. Keinginan penutur kepada mitra tutur merupakan faktor penentu subtindak

tutur ‘menyarankan’. Dalam hal ini, penutur menginginkan pendapatnya dapat

dipertimbangkan oleh mitra tutur, dengan demikian maka hidup kita akan makmur

jika kita jujur dan dapat kita hindarkan dan hukumpun mampu ditegakkan oleh anak-

anak Tuhan yang jujur.

k. Menegur

Menegur berarti memberitahukan sesuatu kepada orang lain, bahwa

tindakannya atau ucapanya salah. Jadi subtindak tutur ‘menegur’ adalah tindak

pertuturan yang dilakukan penutur untuk memberitahukan tentang sesuatu yang

Page 138: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

dilakukan atau diucapkan mitra tutur adalah salah. Tuturan yang berkaitan dengan

subtindak tutur ‘menegur’ dapat dilihat pada data berikut.

(88) Jukkat ‘Nakal’ licik na paling sering di pergunakan, licik ima halak naso las rohana mamida na denggan holan na manegai karejona, ala aktif donganna marpungu koor, ittor di dokkon ibana ma tu donggan nai, unang masuk ko tusi ai holan na makkatai dogan na do halaki hape ibana do na makatai tu donganna kan.

Pada tuturan (88) Jukkat ‘Nakal’ licik yang paling sering di pergunakan, licik

itu membuat orang tidak suka atau tidak senang hatinya melihat yang baik hanya

merusak kerjaanya, karena aktif temanya ke perkumpulan koor, langsung dia

berbicara kepada temanya jangan masuk kamu ke situ, orang itu selalu menceritakan

temanya saja padahal dia yang berbicara kepada temanya ia kan. Pertuturan yang

dilakukan penutur untuk memberitahukan tentang sesuatu yang dilakukan atau

diucapkan mitra tutur adalah salah tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur

menegur maksud penutur agar suasana mitra tutur kata ‘jangan kamu masuk ke situ’

merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘menegur’. Dalam teguran tersebut sudah

terdapat unsur marah, karena penutur sudah berkali-kali menyuruh mitra tutur untuk

tidak marah kepada orang lain kalau marah berarti kita ikut serta dalam masalah

tersebut tetapi mitra tutur tidak melaksanakannya, ketidaktahuan tentang kesalahan

yang dilakukan mitra tutur sehingga penutur mengharuskan diri untuk melakukan

subtindak tutur ‘menegur’.

l. Mengharuskan

Mengharuskan berarti mewajibkan atau memandang perlu kepada orang lain

untuk melakukan sesuatu. Jadi subtindak tutur ‘mengharuskan’ adalah tindak

pertuturan yang dilakukan penutur untuk mewajibkan atau memandang perlu kepada

Page 139: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

mitra tutur dengan tujuan agar mitra tutur melakukan sesuatu. Untuk memahami

subtindak tutur jenis ini dapat diperhatikan pada contoh-contoh berikut.

(89) Di bege hami na tarsurat di patik i namian Kristus i rodi saleleng nilelengna, muasa dohononmu Ikkon sipatimbohon do anankni jolma I, ise do anakni jolma i, na di dokmi.

Klausa pada tuturan (89) Kami mendengar apa yang telah tertulis di patik yang

tinggal diam di dalam Kristus sampai selama-lamanya, kenapa kamu katakan harus di

tinggikan anak manusia ini, siapa anak manusia ini. Haruskah kita mewujudkan apa

yang diharapkan Tuhan menjadi penanda lingual subtindak tutur ‘mengharuskan’.

Penutur bertanya apakah dirinya harus mewujudkan harapan Tuhan, namun karena

yang berbicara adalah seorang Pendeta dan yang menjadi mitra tutur adalah

jemaatnya, maka tuturan tersebut mengandung makna ‘mengharuskan’. Dalam hal ini,

mitra tutur memperkuat dengan jawaban ‘ya’. Kata tersebut juga menjadi penanda

lingual subtindak tutur ‘mengharuskan’. Jawaban singkat ‘ya, kamu harus

mewujudkan apa yang diharapkan Tuhan, namun sebagai anak-anak Tuhan harus

tanggap terhadap apa yang dikatakan oleh mitra tutur.

m. Menyuruh

Menyuruh berarti memerintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu

sesuai dengan keinginan yang memerintah. Jadi yang dimaksud dengan subtindak

tutur ‘menyuruh’ adalah suatu tindak di mana penutur memerintah mitra tutur untuk

melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur. Tuturan-tuturan yang berkaitan

dengan subtindak tutur ‘menyuruh’ dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja

HKBP Solo dapat dilihat pada data-data berikut.

(90) Takkas do didokkon bahwa Allah memerintahkan raja na burju Allah berbuat baik onma nalao dohonon tu hamu angka dongan sering do

Page 140: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

jolma molo nungga berhasil jadina ibana gabe sombong attar songoni do hita diportibion.

Pada tuturan (90) Jelas dikatakan bahwa Allah memerintahkan raja yang baik

Allah berbuat baik inilah yang dikatakan kepada kamu saudara-saudara sering orang

kalau sudah berhasil jadinya dia menjadi sombong seperti itulah kita di dunia ini.

Penutur memerintah kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai dengan

keinginan penutur, dan penutur juga telah mengetahui bahwa banyak anak-anak

Tuhan yang mempercayai Allah. Penutur menginginkan anak-anak Tuhan dapat

mempercayai hanya satu saja tidak ada yang lain. Maka penutur menyuruh mitra tutur

untuk memilih Tuhan sebagai gembala sekarang dan untuk selama-lamanya. Kata

‘Takkas do didokkon bahwa Allah memerintahkan raja na burju’ merupakan penanda

lingual subtindak tutur ‘menyuruh’.

n. Mengajak

Mengajak berarti menginginkan orang lain untuk bersama-sama melakukan

sesuatu. Jadi yang dimaksud subtindak tutur ‘mengajak’ adalah suatu tindak dimana

penutur menginginkan mitra tutur untuk bersama-sama melakukan sesuatu. Untuk

memahami subtindak tutur jenis ini dapat diamati pada contoh-contoh berikut.

(91) Ale Jahowa, Debata ni Israel! Ndang adong Debata na tudoshon Ho di banua ginjang dohot di banua tonga on; Ho do tutu pahothon parjanjian dohot asi ni roha tu naposoM, angka na marparange di joloM sian nasa rohana.

Pada tuturan (91) Ya Tuhan, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti engkau di

langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih

setia kepada hamba-hamban-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu.

Penutur mengajak mitra tutur untuk memilih Tuhan Yesus yang benar dan tepat. Kata

‘hodo tutu’ sebagai penanda lingual subtindak tutur ‘mengajak’. Klausa ‘Tuhan

Page 141: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Yesus’ yang diucapkan penutur tersebut ada kata-kata yang dilepaskan, namun

penutur merasa yakin bahwa mitra tutur akan tanggap dengan maknanya. Kata-kata

yang dilepaskan tersebut adalah Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia

kepada hamba-hamban-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu yang

merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘mengajak’. Tujuan penutur untuk

memilih Tuhan Yesus yang benar dan tepat merupakan penentu subtindak tutur

‘mengajak’. Penutur merasa keyakinan penutur bahwa anak-anak Tuhan hanya

memilih satu dan tidak ada Tuhan yang lain untuk di sembah dan dipuji.

o. Menginstruksikan

Menginstruksikan berarti menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu

sesuai keinginan. Jadi subtindak tutur ‘menginstruksikan’ adalah tindak pertuturan

yang dilakukan penutur untuk menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu sesuai dengan

keinginan penutur. Biasanya subtindak tutur ‘menginstruksikan’ dilakukan oleh pihak

yang berstatus sosial lebih tinggi kepada pihak lain yang lebih rendah. Tuturan yang

berkaitan dengan subtindak tutur jenis ini dapat diperhatikan pada data berikut.

(92) Alai sai manatap ma Ho tu tangiang ni naposom dohot tu parharajaonnai, ale Jahowa Debatangku! Sai tangihon ma joujou dohot tangiang na tinangiangkon ni naposom di adopanmon sadarion.

Pada tuturan (92) Maka berpalinglah kepada doa dan permohonan hambamu

ini, ya Tuhan Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hambamu panjatkan di

hadapanmu pada hari ini. Penutur menginginkan mitra tutur untuk bersama-sama

melakukan sesuatu seperti berdoa dan memohon kepada Tuhan Yesus Kristus agar

doanya di kabulkan oleh Tuhan, penutur sebagai pendeta menginstruksikan kepada

mitra tutur atau jemaat yang ada di gereja HKBP Solo dengan mengatakan

dengarkanlah seruan dan doa yang hambamu panjatkan di hadapanmu pada hari ini

Page 142: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Tuhan maupun untuk selama-lamanya. Orang yang memberi instruksi biasanya adalah

orang yang berstatus sosial lebih tinggi seperti pendeta kepada sintua maupun kepada

jemaat yang ada di gereja HKBP Solo, Jadi tidak mungkin orang berstatus sosial lebih

rendah mengistruksikan kepada orang berstatus sosial lebih tinggi.

p. Mengingatkan

Mengingatkan berarti memberitahukan kepada orang lain supaya

mempertimbangkan dengan apa yang akan dilakukannya. Jadi yang dimaksud dengan

subtindak tutur ‘mengingatkan’ adalah suatu tindak di mana penutur memberitahu

kepada mitra tutur untuk mempertimbangkan tentang apa yang dilakukannya. Untuk

mengetahui subtindak tutur jenini ini, dapat diamati pada contoh-contoh berikut.

(93) Alani hamu angka huria ni halak Kristen godang do namasa di pertibion arsak ni roha, apalagi orang itu pernah dekat dengan kita langsung meninggalkan kita mungkin kita akan berduka cita alai tainggot hita ma manang aha namasa di hita tapasahatma tu Tuhatta jala ndang adong na manontong holan hatani Tuhan i do jala Tuhan do namanontong hita sasudenang, asa molo adong marhamuliaan manang di tongga-tongga keluarga mari kita ingat kembali Yesus.

(94) Molo di dokhon oppung na najolo molo taingot ompung tai ima dah pahoppu pasupasu Jahowa do ho molo taingot i ingat betul ndang eha margabus molo halak na porsea ima na eha di dokhon Tuhan ta Jesus Kristus ndang gabe haruar angka namar haporseai ibana Tuhan tidak akan pernah mempermalukan hidupmu sebab Tuhan adalah Allah yang sungguh-sunggu setia.

Frasa pada tuturan (93) Namun demikian bagi orang Kristen begitu banyak

masalah di dunia ini kesedihan hati, apalagi orang itu pernah dekat dengan kita

langsung meninggalkan kita mungkin kita akan berduka cita tetapi perlu kita ingat

apapun yang terjadi dalam hidup kita semuanya kita serahkan kepada Tuhan karena

tidak ada jalan yang lain karena cuman perkataan Tuhan yang bisa menerangi bagi

kehidupan kita, Jadi kalau ada mengucapkan terimakasih di tengah-tengah keluarga

mari kita ingat kembali Yesus. Penutur memberitahu kepada mitra tutur untuk

Page 143: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

mempertimbangkan tentang apa yang dilakukannya yang disampaikan penutur

mengandung maksud mengingatkan kepada mitra tutur, bahwa mitra tutur untuk

memilih Tuhan agar jemaat tidak sengsara dan memberikan waktu untuk memuji dan

memuliakan nama Tuhan sekarang sampai selama-lamanya. Penutur mengharapkan

agar mitra tutur tidak hidup sengsara, dan penutur berkeyakinan bahwa Tuhan akan

mensejahterakan mitra tutur sekarang dan untuk selama-lamanya yang penting jemaat

mempercayai Tuhan Yesus.

Klausa pada tuturan (94) penutur mengingatkan mitra tutur kalau dikatakan

neneknya dulu kalau kita ingat nenek kita perkataanya cucuku di berkati Tuhanlah

kamu kalau kita ingat benar tidak pernah berbohong kalau orang yang percaya pernah

dikatakan Tuhan Yesus Kristus tidak jadi keluar orang yang percaya kepada Tuhan

tidak akan pernah mempermalukan hidupmu sebab Tuhan adalah Allah yang

sungguh-sunggu setia. Penutur mengingatkan kita bahwa waktu itu sangatlah sempit

dan penting bagi kita apa yang terjadi hari ini tidak bisa kita ulangi besok. Apa yang

terjadi hari yang lalu tidak mungkin kita ulagi hari ini sebagai penanda lingual

subtindak tutur ‘mengingatkan’. Klausa tersebut terdapat kata yang dilesapkan yaitu

kata waktu itu sangatlah sempit dan penting bagi kita, namun penutur yakin bahwa

mitra tutur tanggap tentang makna klausa tersebut.

Faktor yang menentukan subtindak tutur ‘mengingatkan’ adalah tujuan

pertuturan, yaitu agar mitra tutur mengingat waktu itu sangatlah sempit dan penting

bagi kita sesuai yang diingatkan oleh penutur. Apabila sebelumnya mitra tutur tidak

mengetahui apa yang dikatakan penutur, maka tuturan tersebut menjadi subtindak

tutur ‘memberitahu’ yaitu penutur memberitahu kepada mitra tutur bahwa pada

tuturan yang sudah diketahui mitra tutur disebut tuturan ‘mengingatkan’.

Page 144: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

q. Menganjurkan

Menganjurkan berarti meminta orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan niat baik penutur. Jadi subtindak tutur ‘menganjurkan’ adalah tindakan

pertuturan yang dilakukan penutur kepada mitra tutur agar mitra tutur melakukan

sesuai dengan niat baik penutur. Tuturan-tuturan yang berkaitan dengan subtindak

tutur jenis ini dapat diperhatikan pada contoh berikut.

(95) Kalau Tuhan sudah berkenan dalam hidup kita maka kita tidak meragukan mujizat-mujizat itu kepada kita, keluarga kita, maupun orang-orang yang kita hormati dan kita sanyangi.

(96) Pujilah Tuhan dan jadikan kami Tuhan menjadi anak-anak Tuhan yang dapat memuliakan namamu sekarang sampai selama-lamanya.

Pada tuturan (95) penutur menganjurkan mitra tutur kalau Tuhan sudah

berkenan dalam hidup kita maka kita tidak meragukan mujizat-mujizat itu kepada

kita, keluarga kita, maupun orang-orang yang kita hormati dan kita sanyangi. Klausa

Tuhan sudah berkenan dalam hidup kita maka kita tidak meragukan mujizat-mujizat

itu kepada kita, keluarga kita, maupun orang-orang yang kita hormati dan kita

sanyangi sebagai penanda lingual subtindak tutur ‘menganjurka’.

Klausa pada tuturan (96) penutur mengetahui apa yang diinginkan mitra tutur

langsung memberi komentar sekaligus memberikan anjuran. Anjuran tersebut

disampaikan dengan mengatakan Pujilah Tuhan dan jadikan kami Tuhan menjadi

anak-anak Tuhan yang dapat memuliakan namamu sekarang sampai selama-lamanya.

Klausa tersebut sebagai penanda lingual subtindak tutur ‘menganjurkan’.

Page 145: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

B. Karakteristik Pemakaian Tindak Tutur dalam Khotbah Bahasa Batak

Toba di Gereja HKBP Solo.

Pembahasan karakteristik tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di

Gereja HKBP Solo pada dasarnya pembahasan karakteristik tindak tutur yang

digunakan oleh Pendeta. Karakteristik-karakteristik pemakaian tindak tutur tersebut

diambil dari khotbah bahasa Batak Toba yang disampaikan oleh pendeta.

1. Khotbah

Khotbah yang disampaikan oleh pendeta kepada jemaat yang ada di Gereja

HKBP Solo. Pendeta menyampaikan khotbahnya karena ada tertulis di dalam Alkitab.

Pendeta dan jemaat sekali-sekali membaca saling bergantian untuk menyampaikan

yang tertulis di dalam Alkitab.

Khotbah yang digunakan pendeta keseringan menggunakan bahasa Batak

Toba di bandingkan bahasa Indonesia. Pendeta menggunakan bahasa Indonesia berarti

tidak mengetahui bahasa Batak Toba atau memperjelaskan kepada jemaat apa yang

dimaksud dalam firman yang telah disampaikan kepada jemaat yang ada di Gereja

HKBP Solo.

Jemaat di Gereja HKBP Solo ada yang tidak mengetahui bahasa Batak Toba

ada juga yang mengetahui bahasa Batak Toba, tetapi kebanyakan jemaat yang ada di

Gereja HKBP Solo mengetahui bahasa Batak Toba. Di Gereja HKBP Solo ada dua

kali kebaktian pagi jam 7.30 wib keseringan menggunakan bahasa Indonesia dari pada

bahasa Batak Toba, karena kebaktian pertama banyak remaja atau mudah mudi yang

beribadah. Sedangkan kebaktian kedua jam 9.30 wib kebanyakan beribadah orang tua,

remaja dan umum maka khotbah yang di sampaikan pendeta menggunakan bahasa

Page 146: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Batak Toba. Untuk memahami karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah

bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo dapat diperhatikan pada bagan berikut.

Tabel 1 Khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo

Pendahuluan Isi Penutup

(97) Dame ni Debata nasumurung sian saluhutna roha ima namagaramoti angka ateate dohot pikiran muna dibagasan Kristus Yesus Tuhanta i.

1. Shalom. Selamat paskah ma dihita sasudenang.

2. Horas ma dihita saluhutna.

3. Huria ni Tuhanta hatani Tuhanta nanaeng parmingguatta na dienet toho di Minggu Kantate namarlapatan. Kantate namarlapatan endehon hamuma sada ende naimbaru di Tuhanta.

4. Selamat hari pentakosta

5. Huria ni Tuhanta dibagasan Yesus Kristus parmingguatta sadarion toho

(98) Penjelasan khotbah bahasa Batak Toba yang akan disampaikan pendeta kepada jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo.

1. Ai ndang dope diantusi nasida hata ni Surat i na mandok: Ingkon hehe Ibana sian na mate.

2. Dung i didok sisean haholongan ni roha ni Jesus i ma tu si Petrus: Tuhan i do i!.

3. Soara ni angka dakdanak dohot posoposo dipature Ho gabe pujipujian? Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?

4. Anggo Ahu, dung dipatimbo Ahu sian tano on taitonHu do saluhut nasida tu Ahu.

5. Molo adong na mauas, tu Ahu ma ibana ro minum!

6. Gabe gok Tondi Parbadia ma nasida saluhutna, jadi mamungka marpangkuling na asing ma nasida, marguru tu

(99) Terima kasih Tuhan karena engkau sudah memberikan berkatmu selama ini kepada hambamu sekarang sampai selama-lamanya.

(100) Tuhan beserta kita.

(101) Mari kita berdoa.

1. Antong Tuhan sai begema tagiang nami on sahat tu homa hupasahat sude elek-elek nami on.

2. Asa boi tontong di tongatonga huriam mauliate ma di ho Tuhan pasupasuma hami saluhutna di ragam parukkilon sai homa ale Tuhan namandongani hami mauliate ma di ho godang dope sipangidoon nami alai pos do rohanami di boto hodo salutna na adong di bagasan rohanami ale Tuhan hupasahatma tu tanganmu mauliate ma diho sai sesama nasa dosa nami di bagasan Yesus Kristus terpujima goarmu.

3. Antong ale Tuhan

Page 147: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

diminggu Trinitatis onma pentakosta naparjolo

6. Huria ni Tuhanta dibagasan Yesus Kristus parmingguatta sadarion toho diminggu Trinitatis

7. Huria ni Tuhanta dibagasan Yesus Kristus parmingguatta sadarion ima minggu Trinitatis na paduahon

8. Hamu angka Ina nami dohot Amang nami nadihaholongan dibagasan goarni Tuhan Yesus Kristus

pangalehon ni Tondi i tu nasida mangkatahonsa.

7. Na badia, na badia, na badia do Jahowa Zebaot, gok hamuliaonna liat portibi on.

8. Debata do haholongon i; jala halak na mian di bagasan haholongon, i do na mian di bagasan Debata jala Debata di bagasan ibana.

9. Ingkon parbadiaanmuna do taon palimapuluhon jala tingtingkononmuna haluaon di tano I tu saluhut halak pangisina; ingkon gabe taon parolopolopon do I di hamu, jala ingkon mulak hamu ganup tu partalianna, mulak huhut ganup tu donganna hian.

10. Marolopolop ma hamu, ale angka partigor, mangasahon Jahowa, talup do marende angka na unjur marroha.

mauliate ma hatami alana lao mulak hami tu bagasan namibe, dohot pasupasu ngolu nami di jabunami be dohot na diulani tangan nami, gabe puji-pujian di goarmu.

4. Mauliate ma diho ale Tuhan saisesama sude angka dosa nami nasegaja manang sosengaja asa boi lehononmu tu hami pasupasum Tuhan.

5. Alai disaluhutna hapushonma sude angka dosa nami dibagasan Yesus Kristus Tuhan nami begema tangiang nami on saluhutna.

6. Habisukon huriam nalao manjalo hapadanon saihoma namangalehon dalan nadengan mauliate ma diho ale Tuhan saisesama sude angka dosa nami nasegaja manang sosengaja asa boi lehononmu tu hami pasupasum Tuhan.

Berdasarkan bagan tentang khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo

bahwa tuturan dalam khotbah terdiri dari tiga bagan, yaitu; pendahuluan, isi, dan

penutup. Tuturan yang berbeda pada bagian khotbah yang disampaikan oleh pendeta

merupakan karakteristik tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja

HKBP Solo. Tetapi ada tuturan-tuturan tersebut terdapat di bagian pendahuluan

berupa salam pembuka dan bagian penutup berbentuk salam penutup.

Page 148: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Pendeta biasanya mengucapkan salam pembuka dan salam penutup pada saat

berkhotbah dalam bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Salam pembuka dipakai

pendeta untuk mengawali khotbahnya misalnya syalom atau selamat hari minggu

saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan. Salam penutup digunakan pendeta

untuk mengakhiri khotbahnya, seperti terima kasih Tuhan karena engkau sudah

memberikan berkatmu selama ini kepada hambamu sekarang sampai selama-lamanya

Tuhan.

Tuturan (97) syalom adalah salam pembuka yang bermakna sosial, yang dapat

menunjukkan identitas agama yang dianut penuturnya. Salam pembuka tersebut

menunjukkan penuturnya beragama kristen. Penutur biasa mengucapkan syalom pada

situasi resmi misalnya pada waktu berkhotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP

Solo, atau lagi rapat parhalado huria dengan sittua atau waktu bertamu kerumah

kerabat atau kerumah orang. Tetapi penutur biasa mengucapkan syalom salam

sejahtera, jika ia bertemu dengan saudara atau teman yang beragama Kristen. Syalom

diucapkan penutur ketika ia bertemu di rumah orang yang beragama Kristen hal ini

dilakukan penutur karena situasinya resmi.

Tuturan Shalom. Horas ma di hita saluhutna, Huriani Tuhanta na

dihaholongan dibagasan Yesus Kristus, apa kabar saudara-saudari yang terkasih di

dalam anak Allah Bapa disampaikan penutur (pendeta) untuk mengawali khotbahnya

di dalam Gereja HKBP Solo. Tuturan tersebut juga menjadi karakteristik pemakaian

tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo untuk para

jemaat. Jemaat yang lain tidak mengucapkan tuturan tersebut ketika pendeta

berkhotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo maksud tuturan yang diucapkan

penutur untuk menunjukkan hubungan akrab dengan mitra tutur.

Page 149: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Tuturan penutur memberi hormat kepada mitra tutur dengan mengatakan ‘Para

jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo yang saya sayangi. Tuturan yang disampaikan

penutur merupakan karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak

Toba, Tuturan tersebut tidak diungkapkan oleh pendeta ketika memberi sambutan

dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

Tuturan ‘saudara-saudari yang saya cintai, saya banggakan’ yang diucapkan

penutur untuk mengungkapkan rasa kasih sayang dan senang kepada mitra tutur.

Tuturan tersebut merupakan karakteristik pemakaian tindak tutur bahasa Batak Toba

di Gereja HKBP Solo. Pendeta tidak memakai tuturan tersebut pada awal khotbahnya.

Tuturan penutur menjelaskan mitra tutur pada bagian pendahuluan khotbahnya

dengan mengatakan ‘kita berkumpul di Gereja HKBP Solo untuk beribadah dan

mendengarkan firman Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab. Tuturan tersebut

merupakan karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di

Gereja HKBP Solo. Tuturan tersebut hanya diucapkan oleh pendeta, maksud tuturan

yang disampaikan penutur agar mitra tutur tersebut mengetahui dengan jelas tujuan

mereka berkumpul dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

Tuturan (98) penutur memberitahukan kepada mitra tutur dalam khotbah

bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Isi khotbah yang disampaikan penutur

adalah inti sesuatu yang berada di dalam Alkitab yang menciptakan jemaat yang

aman, tentram, bersyukur, dan meminta kepada Allah agar makmur tuturan tersebut

merupakan karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di

Gereja HKBP Solo. Pendeta menyampaikan isi khotbahnya sesuai dengan Alkitab dan

pendeta bisa mengembangkan khotbahnya sesuai juga dengan isi khotbahnya dan

pendeta membuat contoh kepada mitra tutur (jemaat atau ruas) sesuai dengan

Page 150: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

kehidupan manusia yang penting tidak jauh dari topik khotbahnya. Menyampaikan

khotbah harus sesuai dengan kehidupan manusia maupun yang ada disekitar jemaat

biar jemaat cepat mengerti apa yang sebenarnya yang terjadi dalam hidupnya apa

selama ini jemaat melakukan dosa, kejahatan, berbohong, dan melakukan yang tidak

terpuji di hadapan Tuhan.

Tuturan (99) terima kasih Tuhan karena engkau sudah memberikan berkatmu

selama ini kepada hambamu sekarang sampai selama-lamanya. Tuturan terima kasih

biasanya diucapkan atau disampaikan oleh pendeta (penutur) pada akhir khotbah.

Dalam hal ini, penutur dan mitra tutur mengucapkan terima kasih kepada Tuhan

karena penutur dan mitra tutur merasakan berkat yang tidak terhitung nilainya, doa-

doanya terkabul, untuk itu rasa syukur yang di dapat dari Tuhan tidak disia-siakan

dalam hidupnya baik sekarang maupun untuk selama-lamanya.

Tuturan (100) penutur memberitahukan kepada mitra tutur dengan

mengatakan ‘Tuhan beserta kita’. Tujuan penutur mengucapkan tuturan tersebut untuk

mendoakan mitra tutur agar Tuhan selalu memberi perlindungan dan keberhasilan apa

yang mereka inginkan. Tuturan tersebut merupakan karakteristik pemakaian tindak

tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

Tuturan (101) ‘mari kita berdoa’. Doa itu inti dari ibadah yang diucapkan

penutur tersebut untuk mengakhiri khotbahnya. Penutur melakukan hal ini untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan agar keinginan jemaat menjadi terkabul, Tuturan

tersebut menjadi karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak

Toba di Gereja HKBP Solo.

Tuturan penutur menutup khotbahnya dengan menyuruh mitra tutur untuk

memilih Tuhan Yesus kristus dalam hidupnya baik sekarang maupun untuk kehidupan

Page 151: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

dikemudian hari. Hal ini terbukti pada tuturan yang disampaikan oleh pendeta setiap

hari minggu jangan lupa beribadah dan berbakti kepada Tuhan Yesus Kristus kerena

seminggu ini Tuhan telah menjaga dan melindungi kita dari para bahaya sekarang

sampai selama-lamanya. Tuturan tersebut menjadi karakteristik pemakaian tindak

tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Pendeta tidak

memakai tuturan tersebut untuk menutup khotbahnya dalam bahasa Batak Toba di

Gereja HKBP Solo.

Tuturan penutur mengajak mitra tuturnya untuk yakin dan percaya memilih

Tuhan sekarang sampai selama-lamanya pada akhir khotbahnya. Hal ini terbukti pada

tuturan ‘Sekali lagi saya akan mengajak saudara-saudari untuk tidak ragu-ragu

memilih Tuhan Yesus sebagai penolong dan penopang bagi hidup kita sekarang

sampai selama-lamanya. Tuturan tersebut menjadi karakteristik pemakaian tindak

tutur bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Tuturan tersebut tidak diucapkan oleh

pendeta saat berkhotbah, tetapi ketika pendeta memberi sambutan dalam khotbah

bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

C. Jenis-Jenis Tindak Tutur yang Dominan Dalam Khotbah Bahasa Batak

Toba di Gereja HKBP Solo

Dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo terdapat tujuh

bentuk tindak tutur, ketujuh bentuk tindak tutur tersebut adalah tindak tutur Fatis

(phatic), performatif (performative), komisif (commissive), ekspresif (expressive),

verdiktif (verdictive), asertif (assertive) dan direktif (directive). Ada 61 subtindak

tutur yang ditemukan dari ketujuh tindak tutur tersebut. Enam puluh satu subtindak

tutur tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Page 152: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

1. Tindak tutur fatis terdiri atas 3 subtindak tutur, yakni; ‘menghormati’,

‘mengucapkan salam’ dan ‘menyapa’.

2. Tndak tutur performatif terdiri atas 3 subtindak tutur, yakni; ‘menyatakan’,

‘memutuskan’, dan ‘mangabulkan’.

3. Tindak tutur komisif terdiri atas 6 subtindak tutur, yakni; ‘menawarkan’,

‘berjanji’, ‘bertanya’, ‘bersumpah’, ‘mengklaim’, dan ‘menyetujui’.

4. Tindak tutur ekspresif terdiri atas 7 subtindak tutur, yakni; ‘bersimpati’,

‘mengakui’, ‘memuji’, ‘bersyukur’, m`eminta maaf’, dan ‘menolak’.

5. Tindak tutur verdiktif terdiri atas 10 subtindak tutur, yakni; ‘mengucapkan

selamat datang’, ‘memberi semangat’, ‘mendukung’, ‘berterima kasih’,

‘memberi kesanggupan’, ‘menyangkal’, ‘berpasrah’, mengkritik’,

‘mengharap’, dan ‘membela’.

6. Tindak tutur asertif terdiri atas 15 subtindak tutur yakni; ‘memberitahu’,

‘mengatakan’, ‘meyakinkan’, ‘mengibaratkan’, ‘memastikan’,

‘menyangsikan’, ‘membenarkan’, ‘menyebutkan’, ‘melaporkan’,

‘menunjukkan’, menjelaskan’, ‘mengumumkan’, ‘memamerkan’,

menyampaikan’, dan ‘menegaskan’.

7. Tindak tutur direktif terdiri atas 17 subtindak tutur, yakni; ‘melarang’,

‘menasehati’, ‘memarahi’, ‘memohon’, ‘meminta’, ‘mengarahkan’,

‘mempersilahkan’, ‘merayu’, ‘membujuk’, ‘menyarankan’, ‘menegur’,

‘mengharuskan’, ‘menyuruh’, ‘mengajak’, ‘menginstruksikan’,

‘mengingatkan’, dan ‘menganjurkan’.

Berdasarkan uraian di atas jenis tindak tutur yang dominan dalam khotbah

Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo adalah tindak tutur direktif terdiri atas 17

subtindak dan tindak tutur asertif terdiri atas 15 subtindak tutur. Ketujuh belas

Page 153: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

subtindak tutur dan kelima belas subtindak tutur tersebut yang paling dominan dalam

Khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo adalah subtindak tutur ‘meminta’

yang paling dominan dalam tindak tutur direktif. Dalam hal ini, penutur

berkedudukan sebagai pendeta untuk menyampaikan firman Tuhan kepada seluruh

umat manusia baik sekarang maupun untuk selama-lamanya khususnya bagi jemaat

yang ada di Gereja HKBP Solo. Pendeta meminta kepada mitra tutur (jemaat) untuk

melakukan sesuatu agar diberi atau mendapatkan sesuatu dari orang lain, biasanya

dilakukan oleh orang yang berstatus sosialnya lebih tinggi kepada orang yang

berstatus sosialnya lebih rendah. Jadi subtindak tutur ‘meminta’ adalah tindak

pertuturan yang disampaikan penutur untuk melakukan sesuatu supaya diberikan atau

mendapatkan sesuatu dari mitra tutur. Data-data berikut untuk menjadikan lebih jelas

tentang subtindak tutur ‘meminta’.

a. Data dari Khotbah (102) Sai burju ma ho rasirasa mate; dung i lehononku ma tu ho tumpal

hangoluan i! “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”

(103) Haburjuhon ma paralohon haporseaon na denggan i; tangkup ma hangoluan salelenglelengna, ai tusi do ho dijou, jala diparhatopot ho do panindangion na denggan di jolo ni torop sitindangi. “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.”

b. Data dari Warta Jemaat (104) Sai pelehononku ma tu Ho pelean hamualateon, jala sai pajoujouanku

ma goar ni Jahowa “Aku akan mempersembahkan syukur kapada-Mu, dan akan menyerahkan nama Tuhan.”

(105) Ganup ma nionjar ni roha, unang ma sian muruk manang sian na so tarjua; ai dihaholongi Debata do nalas roha mangalehon! “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”

Page 154: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

D. Alasan Yang Mendasari Mengapa Tindak Tutur Direktif Lebih Dominan

Digunakan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tindak tutur direktif sangat

dominan digunakan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak

Protestan (HKBP) Solo dan frekuensi penggunaan tindak tutur yang paling rendah

adalah tindak tutur performatif dan tindak tutur fatis.

Berkaitan dengan tindak tutur fatis yang hanya memiliki 3 subtindak tutur

yaitu; memberi hormat, mengucapkan salam, dan menyapa. Tindak tutur fatis muncul

dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Solo karena pendeta menyampaikan khotbah dengan tujuan untuk menciptakan

hubungan yang lebih akrab antara penutur (pendeta) dengan mitra tutur (jemaat).

Tindak tutur performatif yang jumlah subtindak tuturnya sama dengan tindak

tutur fatis. Tindak tutur performatif yang hanya memiliki 3 subtindak tutur yaitu;

menyatakan, memutuskan, dan mengabulkan. Hal ini wajar karena dalam khotbah

bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo tidak

mungkin ditemukan subtindak tutur, misalnya mengancam, karena mengancam tidak

pernah di ajarkan pendeta kepada jemaat. Pendeta hanya memberitahukan,

mengatakan, menasehati, mengingatkan, menghormati dan mengucapkan salam

kepada orang yang lebih tua maupun yang lebih muda. Di dalam khotbah bahasa

Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo tuturan-tuturan

yang terjadi untuk menarik untuk jemaat.

Jumlah subtindak tutur komisif tidak begitu banyak jumlahnya, yaitu di atas

jumlah subtindak tutur pada tindak tutur fatis dan tindak tutur performatif. Hal itu

wajar karena penutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo tidak

Page 155: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

akan menyampaikan tuturan yang pada akhirnya menyusahkan dirinya sendiri. Dalam

hal ini, tindak tutur komisif penutur menyampaikan tuturan yang menyebabkan

penutur sendiri melakukan kegiatan, misalnya, berjanji, menyetujui, mengajukan,

bertanya, dan menawarkan.

Berkaitan dengan tindak tutur ekspresif yang memiliki tujuh subtindak tutur

adalah wajar. Dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo dijumpai

tuturan yang berisi pengakuan atas sesuatu yang telah terjadi sebelumnya, misalnya,

bersimpati, mengakui, memuji, bersyukur, meminta maaf, menolak dan merestui.

Jumlah subtindak tutur pada tindak tutur verdiktif cukup banyak, yaitu di atas

jumlah subtindak tutur pada tindak tutur ekspresif. Hal itu juga wajar karena tindak

tutur verdiktif adalah tindak tutur dimana penutur memberikan penilaian atas apa

yang telah dikerjakan mitra tuturnya. Dalam hal ini, penutur berkedudukan sebagai

pendeta untuk menyampaiakan khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo

yang banyak memberikan penilaian kepada jemaat ketika menyelenggarakan ibadah

dengan tujuan agar mitra tutur yang berkedudukan sebagai jemaat mengetahui dan

tertarik mendengarkan firman Tuhan yang telah disampaikan oleh pendeta. Berkaitan

dengan tindak tutur asertif cukup banyak walaupun jumlahnya masih di bawah jumlah

subtindak tutur pada tindak tutur direktif adalah wajar. Hal itu wajar karena tindak

tutur asertif adalah dimana penutur memakai bahasa untuk menyatakan kebenaran

dengan tujuan memberikan informasi. Dalam hal ini, penutur berstatus sosial sebagai

pendeta yang mempunyai tugas untuk menyampaikan firman Tuhan kepada jemaat

yang takut akan Tuhan. Penutur (pendeta) berusaha memberikan Firman Tuhan

kepada mitra tutur yang berkedudukan sebagai jemaat yang ada di Gereja HKBP

Solo.

Page 156: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Tuturan pada khotbah yang disampaikan pendeta kepada jemaat yang ada di

Gereja HKBP Solo menjadi karakteristik pemakaian tindak tutur bahasa Batak Toba.

Karakteristik pemakaian tindak tutur di Gereja HKBP Solo terdapat satu macam

yaitu; karakteristik pemakaian tindak tutur untuk khotbah bahasa Batak Toba yang

disampaikan pendeta kepada Jemaat. Pendeta menyampaikan khotbahnya bukan

sebagai sarana menghibur jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo, tetapi khotbah itu

sebagai sarana untuk mengajar iman Kristen. Mengajar iman Kristen adalah khotbah

yang berisi sesuatu yang terpenting yang harus dipegang di dalam iman dan

kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, iman Kristen adalah ajaran yang paling

penting yang membentuk iman, karakter dan kehidupan sehari-hari kita sebagai umat-

Nya di dunia ini. Pendeta dan jemaat berani mengaku di depan umum sebagai seorang

Kristen bahkan melayani Tuhan. Meskipun tidak semua jemaat tersebut beriman

beres, gereja tetap perlu mengajar karena Alkitab mengajar hal tersebut 2Timotius.

4:1 Di hadapan Allah dan kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan

yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya

dan demi Kerajaan-Nya. 2Timotius. 4:2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau

tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan

segala kesabaran dan pengajaran. Hal ini pun diajarkan Alkitab 1Timotius. 4:16

Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu,

karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua

orang yang mendengar engkau.

Seorang pengkhotbah dituntut untuk tidak terlalu terpaku pada naskah

khotbah, Karena pengkhotbah adalah seseorang yang menyampaikan berita Firman

kepada jemaat dan secara otomatis pengkhotbah harus banyak berinteraksi dengan

jemaat misalnya dengan sering menatap jemaat yang dia layani. Pengkhotbah juga

Page 157: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

bukan hanya tidak terpaku pada naskah khotbah saja, pengkhotbah juga

menyampaikan isi khotbah yang bermutu. Artinya, ada suatu struktur yang jelas di

dalam khotbahnya, bukan asal-asalan. Bukan hanya itu saja, si pengkhotbah juga

dituntut luas menyampaikan khotbah berarti si pengkhotbah harus memberikan

intonasi suara yang lebih jelas ketika ia menekankan sesuatu yang perlu ditekankan di

dalam khotbahnya. Intonasi suara harus jelas dimaksudkan agar jemaat berkonsentrasi

pada penekanan tertentu dari si pengkhotbah dan juga agar jemaat tidak mengantuk.

Khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Solo dilakukan kebaktian kedua jam 09.30 Wib karena penutur bertujuan untuk

memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada jemaat yang rindu akan bahasa

Batak Toba. Di dalam memahami makna tuturan pendeta dalam bahasa Batak Toba di

Gereja HKBP Solo harus diperhatikan konteks tuturan yang dipakai oleh pendeta.

Dengan demikian diharapkan diperoleh hasil yang lebih baik dalam memahami

makna tuturan di dalam setiap menyampaikan khotbah bahasa Batak Toba di Gereja

HKBP Solo.

Pendeta (penutur) biasa mengucapkan salam pembuka dan salam penutup

pada khotbahnya dalam bahasa Batak Toba. Salam pembuka dipakai pendeta untuk

mengawali khotbahnya misalnya syalom atau selamat hari minggu saudara-saudari

yang terkasih di dalam Tuhan. Salam penutup digunakan pendeta untuk mengakhiri

khotbahnya, seperti terima kasih Tuhan karena engkau telah memberikan berkatmu

selama ini kepada hambamu sekarang sampai selama-lamanya Tuhan.

Page 158: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Pembahasan

Dalam subbab ini akan dibahas hasil-hasil penelitian yang telah dibahas pada

bagian sebelumnya. Dalam penelitian ini mencakup temuan yang berkaitan dengan

penerapan tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen

Batak Protestan (HKBP) Solo seperti: jenis-jenis tindak tutur dalam khotbah bahasa

Batak Toba, karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba,

Jenis tindak tutur apa yang menjadi dominan dalam khotbah bahasa Batak Toba,

Mengapa tindak tutur tertentu lebih dominan dibandingkan dengan tindak tutur

lainnya dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

A. Penerapan Tindak Tutur

Dalam mengklasifikasikan tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo menggunakan klasifikasi tindak

tutur yang dikemukakan oleh Kreidler (1998: 183-184) mengemukakan tujuh bentuk

tindak tutur, yaitu Fatis (phatic), performatif (performative), komisif (commissive),

ekspresif (expressive), verdiktif (verdictive), asertif (assertive) dan direktif (directive).

Peneliti tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo

melakukan hal ini karena menurut peneliti klasifikasi tersebut lebih mencakup yang

lebih luas jika dibandingkan dengan klasifikasi Searle. Dengan demikian, tindak tutur

dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Solo diklasifikasikan ke dalam Fatis (phatic), performatif (performative), komisif

(commissive), ekspresif (expressive), verdiktif (verdictive), asertif (assertive) dan

direktif (directive).

Penelitian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria

Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo pada masing-masing tindak tutur berdasarkan

Page 159: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

daya pragmatiknya terdapat beberapa subtindak tutur yang jumlahnya bervariasi.

Secara berturut-turut dari jumlah yang paling sedikit ke yang paling banyak adalah

tindak tutur fatis hanya terdiri atas 3 subtindak tutur, tindak tutur performatif terdiri

atas 3 subtindak tutur, tindak tutur komisif terdiri atas 6 subtindak tutur, tindak tutur

ekspresif terdiri atas 7 subtindak tutur, tindak tutur verdiktif terdiri atas 10 subtindak

tutur, tindak tutur asertif terdiri atas 15 subtindak tutur dan tindak tutur direktif terdiri

atas 17 subtindak tutur.

Berkaitan dengan tindak tutur fatis yang hanya memiliki 3 subtindak tutur

yaitu; memberi hormat, mengucapkan salam, dan menyapa. Tindak tutur fatis muncul

dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Solo karena juru khotbah menggunakan tindak tutur tersebut untuk mengawali

khotbahnya dengan tujuan untuk menciptakan hubungan yang lebih akrab antara

penutur (juru khotbah) dengan mitra tutur (jemaat). Tuturan-tuturan fatis ini termasuk

ucapan salam, ucapan salam berpisah, cara-cara yang sopan seperti terimakasih,

sampai ketemu, sampai ketemu juga yang tidak berfungsi verdiktif atau ekspresif.

Tindak tutur performatif yang jumlah subtindak tuturnya sama dengan tindak tutur

fatis. Hal ini wajar karena dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo

tidak mungkin pendeta berkhotbah kepada jemaat yang tidak bermutu atau tidak

sesuai dengan apa yang telah tertulis di dalam Alkitab.

Jumlah subtindak tutur komisif tidak begitu banyak, jumlah subtindak tutur

pada tindak tutur fatis dan tindak tutur performatif memang wajar karena penutur

dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo tidak akan menyampaikan

tuturan yang pada akhirnya menyusahkan dirinya sendiri. Dalam hal ini, tindak tutur

komisif penutur menyampaikan tuturan yang menyebabkan penutur sendiri

Page 160: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

melakukan kegiatan, yakni; ‘menawarkan’, ‘berjanji’, ‘bertanya’, ‘bersumpah’,

‘mengklaim’, dan ‘menyetujui’.

Berkaitan dengan tindak tutur ekspresif yang memiliki tujuh subtindak tutur

adalah wajar. Dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo jarang

dijumpai tuturan yang berisi pengakuan atas sesuatu yang telah terjadi sebelumnya,

misalnya, mengakui, meminta maaf, dan bersimpati.

Jumlah subtindak tutur pada tindak tutur verdiktif cukup banyak jumlah

subtindak tutur pada tindak tutur ekspresif memang wajar karena tindak tutur verdiktif

adalah tindak tutur di mana penutur memberikan penilaian atas apa yang telah

dikerjakan mitra tuturnya. Dalam hal ini, penutur berkedudukan sebagai pendeta yang

menyampaikan khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo banyak

memberikan penilaian kepada jemaat ketika menyelenggarakan ibadah dengan tujuan

agar mitra tutur yang berkedudukan sebagai jemaat mengetahui dan tertarik

mendengarkan firman Tuhan yang telah disampaikan oleh pendeta. Berkaitan dengan

tindak tutur asertif cukup banyak di bawah jumlah subtindak tutur pada tindak tutur

direktif adalah wajar karena tindak tutur asertif adalah di mana penutur memakai

bahasa untuk menyatakan kebenaran dengan tujuan memberikan informasi. Dalam hal

ini, penutur berstatus sebagai pendeta yang mempunyai tugas untuk menyampaikan

firman Tuhan kepada jemaat yang takut akan Tuhan. Penutur berusaha memberikan

Firman Tuhan kepada mitra tutur yang berkedudukan sebagai jemaat yang ada di

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo.

Tindak tutur direktif memiliki jumlah subtindak tutur yang paling banyak. Hal

ini wajar karena tuturan yang disampaikan oleh para juru khotbah bahasa Batak Toba

di Gereja HKBP Solo agar jemaat melakukan perbuatan sesuai dengan keinginan

Page 161: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

Tuhan. Keinginan tersebut adalah jemaat yang takut akan Tuhan dan memilih Tuhan

sebagai gembala sekarang sampai selama-lamanya. Maka jemaat akan menerima

berkat yang berlipat kali ganda dari Tuhan kalau jemaat melakukan apa yang

diinginan Tuhan sesuai dengan perintah Tuhan.

B. Karakteristik dalam Khotbah Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo

Tuturan dalam khotbah bahasa Batak Toba yang disampaikan pendeta kepada

jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo menjadi karakteristik pemakaian tindak tutur

bahasa Batak Toba. Karakteristik pemakaian tindak tutur di Gereja HKBP Solo

terdapat satu macam yaitu; karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah bahasa

Batak Toba yang disampaikan pendeta kepada Jemaat. Pendeta menyampaikan

khotbah bukan sebagai sarana menghibur jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo,

tetapi khotbah itu sebagai sarana untuk mengajar iman Kristen. Mengajar iman

Kristen adalah khotbah yang berisi sesuatu yang terpenting yang harus dipegang di

dalam iman dan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, iman Kristen adalah ajaran

yang paling penting yang membentuk iman, karakter, dan kehidupan sehari-hari kita

sebagai umat Tuhan di dunia ini.

Seorang pengkhotbah dituntut untuk tidak terlalu terpaku pada naskah

khotbah, Karena pengkhotbah adalah seseorang yang menyampaikan Firman kepada

jemaat, secara otomatis pengkhotbah harus banyak berinteraksi dengan jemaat.

Khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo dilakukan kebaktian kedua jam

09.30 Wib karena penutur bertujuan untuk memberi kesempatan yang seluas-luasnya

kepada jemaat yang rindu akan bahasa Batak Toba. Di dalam memahami makna

tuturan pendeta dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo harus

diperhatikan konteks tuturan yang dipakai oleh pendeta. Dengan demikian diperoleh

Page 162: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

hasil yang lebih baik dalam memahami makna tuturan di dalam setiap menyampaikan

khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Biasanya pendeta mengucapkan

salam pembuka dan salam penutup pada khotbahnya dalam bahasa Batak Toba. Salam

pembuka dipakai pendeta untuk mengawali khotbah bahasa Batak Toba misalnya

syalom atau selamat hari minggu saudara-saudari yang terkasih di dalam nama Tuhan.

Salam penutup digunakan pendeta untuk mengakhiri khotbah bahasa Batak Toba

misalnya terima kasih Tuhan karena engkau sudah memberikan berkatmu selama ini

kepada hambamu sekarang sampai selama-lamanya Tuhan.

Penelitian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP

Solo memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat

teoretis penelitian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP

Solo ini diwujudkan dalam bentuk khasanah teori linguistik (pragmatik), khususnya

teori pemakaian bahasa Batak Toba. Manfaat praktis dari temuan-temuan penelitian

Purwani (1992), Mujiono (1996), Gunarwan (1996), Abdul Syukur Ibrahim (1996),

Deli Nirmala (1998), Sri Haryanti (2001) dan Edi Subroto (2001). Objek kajian dari

masing-masing dari penelitian tersebut berbeda satu sama lain dan demikian pula

dengan jenis kelamin, usia dan ranah percakapan serta bahasa yang dilibatkan.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai substansi dasar penelitian tentang tindak tutur

dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Temuan-temuan penelitian

ini juga dapat dimanfaatkan oleh peneliti selanjutnya dalam bidang linguistik

(pragmatik). Di samping itu, hasil penelitian ini dapat pula dimanfaatkan oleh peneliti

untuk meningkatkan pengetahuan tentang tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak

Toba di Gereja HKBP Solo.

Page 163: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

C. Jenis Tindak Tutur yang Dominan

Ada 7 tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo,

yaitu; Fatis (phatic), performatif (performative), komisif (commissive), ekspresif

(expressive), verdiktif (verdictive), asertif (assertive) dan direktif (directive). Secara

berturut-turut dari jumlah yang paling sedikit ke yang paling banyak adalah tindak

tutur fatis hanya terdiri atas 3 subtindak tutur, tindak tutur performatif terdiri atas 3

subtindak tutur, tindak tutur komisif terdiri atas 6 subtindak tutur, tindak tutur

ekspresif terdiri atas 7 subtindak tutur, tindak tutur verdiktif terdiri atas 10 subtindak

tutur, tindak tutur asertif terdiri atas 15 subtindak tutur, tindak tutur direktif terdiri

atas 17 subtindak tutur. Tindak tutur yang dominan dalam Khotbah Bahasa Batak

Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Solo adalah tindak tutur

direktif. Tindak tutur direktif terdiri atas tujuh belas subtindak tutur. Subtindak tutur

‘meminta’ yang paling dominan dalam tindak tutur direktif.

D. Alasan Yang Mendasari Mengapa Tindak Tutur Direktif Lebih Dominan

Digunakan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

Peneliti mempunyai alasan yang Mendasari Mengapa Tindak Tutur Direktif

Lebih Dominan Digunakan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.

Karena Tindak Tutur Direktif yang paling banyak di temukan dalam khotbah bahasa

Batak Toba di Gereja HKBP Solo, dengan demikian peneliti tidak ada alasan lagi

bahwa tindak tutur direktif yang paling dominan. Sedangkan tindak Tutur Fatis

(phatic), performatif (performative), komisif (commissive), ekspresif (expressive),

verdiktif (verdictive), dan asertif (assertive) ada juga di temukan dalam tindak tutur

dalam khotbah bahasa Batak ToBa di Gereja HKBP Solo. Tetapi yang paling banyak

di temukan yaitu tindak tutur direktif, di antara tindak tutur direktif yang paling

Page 164: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

menonjol atau yang paling dominan yaitu meminta. Karena di dalam khotbah bahasa

Batak Toba pendeta meminta kepada jemaat supaya mendengar apa yang telah di

sampaikanTuhan melalui perantara pendeta. Pendeta juga meminta kepada jemaat

supaya benar-benar melakukan apa yang telah di ajarkan Tuhan kepada murid-

muridnya. Pendeta tidak pernah lupa meminta kepada jemaat supaya melakukan

kebaikan, saling mengasihi, baik kepada orang tua maupun kepada orang lain.

Page 165: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, serta hasil penelitian dan

pembahasan yang sudah dilakukan, maka dapat dikemukakan tiga simpulan sebagai

berikut.

1. Dalam Khotbah Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo terdapat tujuh

tindak tutur. Ketujuh jenis tindak tutur adalah tindak tutur Fatis (phatic),

performatif (performative), komisif (commissive), ekspresif (expressive),

verdiktif (verdictive), asertif (assertive) dan direktif (directive). Ada enam

puluh satu subtindak tutur yang ditemukan dari ketujuh dari ketujuh jenis

tindak tutur tersebut. Enam puluh satu subtindak tutur tersebut dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

a. Tindak tutur fatis hanya terdiri atas 3 subtindak tutur, yakni;

‘menghormati’, ‘mengucapkan salam’ dan ‘menyapa’.

b. Tindak tutur performatif terdiri atas 3 subtindak tutur, yakni;

‘menyatakan’, ‘memutuskan’, dan ‘mangabulkan’.

c. Tindak tutur komisif terdiri atas 6 subtindak tutur, yakni; ‘menawarkan’,

‘berjanji’, ‘bertanya’, ‘bersumpah’, ‘mengklaim’, dan ‘menyetujui’.

d. Tindak tutur ekspresif terdiri atas 7 subtindak tutur, yakni; ‘bersimpati’,

‘mengakui’, ‘memuji’, ‘bersyukur’, meminta maaf’, dan ‘menolak’.

e. Tindak tutur verdiktif terdiri atas 10 subtindak tutur, yakni; ‘mengucapkan

selamat datang’, ‘memberi semangat’, ‘mendukung’, ‘berterima kasih’,

Page 166: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

‘memberi kesanggupan’, ‘menyangkal’, ‘berpasrah’, mengkritik’,

‘mengharap’, dan ‘membela’.

f. Tindak tutur asertif terdiri atas 15 subtindak tutur yakni; ‘memberitahu’,

‘mengatakan’, ‘meyakinkan’, ‘mengibaratkan’, ‘memastikan’,

‘menyangsikan’, ‘membenarkan’, ‘menyebutkan’, ‘melaporkan’,

‘menunjukkan’, menjelaskan’, ‘mengumumkan’, ‘memamerkan’,

menyampaikan’, dan ‘menegaskan’.

g. Tindak tutur direktif terdiri atas 17 subtindak tutur, yakni; ‘melarang’,

‘menasehati’, ‘memarahi’, ‘memohon’, ‘meminta’, ‘mengarahkan’,

‘mempersilahkan’, ‘merayu’, ‘membujuk’, ‘menyarankan’, ‘menegur’,

‘mengharuskan’, ‘menyuruh’, ‘mengajak’, ‘menginstruksikan’,

‘mengingatkan’, dan ‘menganjurkan’.

2. Karakteristik pemakaian tindak tutur dalam Khotbah Bahasa Batak Toba di

Gereja HKBP Solo, yaitu; karakteristik pemakaian tindak tutur untuk Pendeta

3. Tindak tutur yang dominan dalam Khotbah Bahasa Batak Toba di Gereja

HKBP Solo adalah tindak tutur direktif dan tindak tutur asertif. Tindak tutur

direktif terdiri atas tujuh belas subtindak tutur dan tindak tutur asertif terdiri

atas lima belas subtindak tutur. Subtindak tutur ‘meminta’ dan subtindak tutur

‘mengatakan’ yang paling dominan dalam tindak tutur direktif dan asertif.

4. Dominasi tindak tutur direktif dan asertif atas tindak tutur lainnya terkait

bukan pada sifat atau kultur suku Batak Toba tetapi pada peran pendeta, dan

isi serta tujuan khotbah itu sendiri. Pendeta menggunakan tindak tutur yang

dipandangnya sesuai dengan otoritas dan tugas yang dimilikinya

Page 167: TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii TINDAK TUTUR DALAM KHOTBAH BAHASA BATAK TOBA DI GEREJA HKBP SOLO Disusun oleh: Liana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

B. SARAN

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan simpulan, penulis menyarankan

kepada peneliti lain sebagai berikut:

1. Mengembangkan dan menemukan lebih banyak lagi tindak tutur dalam

Khotbah Bahasa Batak Toba karena penelitian ini berfokus pada karakteristik

bahasa dalam Khotbah Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Penulis

menyadari akan keterbatasan kemampuan, waktu dan dana, maka dapat

dimungkinkan untuk diadakan penelitian lanjutan. Penelitian ini baru

mengkaji dari segi pragmatik, sungguh merupakan kelengkapan apabila ada

yang meneliti dari tinjauan semantik dan psikolinguistik.

2. Penelitian ini baru menginformasikan jenis-jenis tindak tutur, jenis tindak tutur

yang dominan, penanda lingual, istilah-istilah khas, dan karakteristik

pemakaian tindak tutur dalam Khotbah Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP

Solo. Dengan demikian, penelitian ini masih dapat dikembangkan lagi dengan

meneliti gaya bahasa atau memperluas wilayah penelitiannya, sehingga

memungkinkan munculnya fenomena-fenomena baru yang menarik.

3. Para peneliti lanjutan diharap dapat menemukan bermacam-macam jenis

tindak tutur, jenis tindak tutur yang dominan, dan karakteristik pemakaian

tindak tutur. Oleh karena itu, mereka perlu mencari populasi dan sampel yang

lebih banyak agar saran-saran tersebut dapat terwujud.

4. Hasil kajian ini baru menemukan jenis tindak tutur yang dominan adalah

tindak tutur direktif, hal ini memberi peluang bagi penelitian lebih lanjut

relevan tindak tutur direktif dengan karakteristik untuk masyarakat Batak

Toba.