tindak pidana (criminal conduct) baru
TRANSCRIPT
TINDAK PIDANA“CRIMINAL CONDUCT”
OLEH :
Abraham Srijaya – 1406509662
Agung Setiadi – 1406509725
Brigita P. Manohara - 1406509901
TINDAK PIDANAAda dua unsur dalam pendekatan suatu Tindak
Pidana, Yaitu:
• Actus Reus
“Unsur actus reus adalah esensi dari kejahatan itu
sendiri atau perbuatan yang dilakukan”
• Mens rea
“mens rea adalah unsur kesalahan (fault element)
atau unsur mental (mental element)”
Hukum Pidana Jerman telah lama
mengadopsi perbedaan antara tiga
konsep yakni;
kesalahan,
ketiadaan pembenaran,
kelalaian.
PERBUATAN TANPA
SUKARELAAUTOMATISM (OTOMATISME)
Otomatisme meliputi perbuatan yang dilakukan
tanpa sadar karena pengaruh dari kekuatan,
kejang, Pergerakan fisik yang dipaksa.
Tindakan tanpa sadar yang dipicu karena
gangguan kejiwaan (kegilaan) tidak termasuk
kedalam Konsep Otomatisme ini, begitu juga
dengan otomatisme yang didapati karena
pengaruh intoksinasi, jika intoksinasi merupakan
prior fault (kesalahan permulaan) pelaku.
KEWENANGAN NEGARA DAN KEPEMILIKAN
Pertanggungjawaban Situasional
Dalam pertanggungjawaban ini terdakwa tetap dikenakanpertanggungjawaban. Terdakwa dapat ditemukanbertanggung jawab bahkan jika mereka tidak sengaja atausecara sukarela melakukan tindak pidana, Hal iniberhubungan dengan suatu Kewenangan Negara.
Pelanggaran kepemilikan
Hukum yang berlaku di Inggris terdiri dari beberapapelanggaran terkait kepemilikan, terutama masalahkepemilikan senjata yang kemungkinan digunakan untukperampokan, pencurian, dan penipuan serta pengendalianobat terlarang.
KELALAIAN
Kelalaian biasanya disebut juga dengan
kesalahan, kurang hati-hati, atau kealpaan.
Berdasar sejumlah kasus kelalaian yang terjadi,
ada sejumlah kasus yang jelas merupakan
kelalaian meski sebagian lainnya merupakan
kasus yang ambigu dimana kelalaian seharusnya
tidak digunakan sebagai jubah untuk menghindari
isu moral.
KEPRIBADIAN (PERSONALITY)
a. Kepribadian Alami dan Kepribadian
Korporasi
Hukum pidana awalnya hanya berfokus pada
personalitas individu dalam sebagai pelaku
pelanggaran, kejahatan dan kelaiaian. Ini disebut
sebagai Personalitas Natural.
Dewasa ini hukum pidana telah membuat
perkembangan terobosan ke dalam aktivitas
perusahaan selama beberapa tahun terakhir
dimana pengadilan mengembangkan doktrin
kewajiban pengganti dan perusahaan serta
pengenalan parlemen kepada pelanggaran baru
yang lebih spesifik terhadap aktivitas perusahaan
di bidang keuangan dan perdagangan yang
disebut Personalitas Korporasi.
b. Tanggung Jawab Pidana Korporasi
• Kemungkinan dari mewakilkan kewajiban
Berkaitan dengan prinsip delegasi yakni dimana ada
kesepakatan yang memungkinkan kewajiban
pemilik, pemegang lisensi, atau penjaga, pengadilan
bisa membuat orang yang mewakili memiliki
kewajiban terhadap perbuatan siapapun yang
merupakan manajemen dan telah menerima
pendelegasian.
• Prinsip identifikasi
Pertanggungjawaban ini dengan cara
mengindentifikasi keterlibatan otak perusahaan
yakni, Direktur Senior dan Manajer untuk
menghindari ketidakadilan.
c. Individualisme dan Korporatisme
Pertanggungjawaban ini memisahkan antara
pertanggungjawaban individu pekerja suatu
perusahaan dan korporasi atau perusahaan
yang dipandang sebagai satu individu
tersendiri, yang terpenting adalah
perusahaan memiliki kemungkinan terbuka
baik untuk dipidana maupun kewajiban sosial
sejak mereka membentuk struktur dalam
kontek untuk perwakilan pekerja
perusahaan.
d. Perubahan basis kewajiban korporasi
Perubahan ini didasari terhadap kasus dimana suatu
perusahaan bertanggungjawab atas kasus
pembunuhan didasari “kegagalan manajemen”
sebagai berikut :
Korporasi dinyatakan bersalah telah membunuh
perusahaan jika:
1. Manajemen korporasi gagal karena telah
menyebabkan seseorang meninggal dunia; dan
2. Tindakan salah melawan hukum ini dijatuhkan atas
kegagalan yang merupakan perilaku dibawah
perkiraan yang dimungkinkan terjadi dalam
perusahaan.
Kausalitas (sebab-akibat)
Kausalitas merupakan satu dari syarat utamakewajiban pidana, dimana untuk setiapperbuatan yang dilakukan dengan sukarela(automatism) memiliki konsekuensi tersendiri.
Sebelum melihat lebih jauh mengenaipendekatan common law, ada duakemungkinan yang mesti dijelaskan.
• Pertama, ada keinginan yang digunakanuntuk melakukan pendekatan mengenaipenyebab dimana tindakan pelakusepenuhnya salah.
• Kedua, ada pendekatan yang lebih sempitterhadap kasus khusus dimana penyebabdidasarkan pada otonomi.
Intervensi antara perbuatan/ tindakan
dan hasil perbuatan
Ada tiga kondisi yang
mengindikasikan adanya intervensi
berkaitan dengan perbuatan dan
hasil perbuatan pidana yang
dikecualikan, yaitu :
1. “ketidaksengajaan’ tindakan dari
pihak ketiga
2. Perbuatan dokter
3. Perbuatan yang dilakukan korban
Kausalitas dan KelalaianAda pernyataan yang menyebutkan
adanya korelasi kelalaian terhadap suatu
hasil dari perbuatan.
Seperti misalnya orang tua yang tidak
hadir untuk menyelamatkan anaknya
ketika tenggelam bisa dikatakan
menyebabkan anaknya meninggal, hal ini
bisa mengindikasikan adanya kelalaian
dari orang tua.
Menyebabkan perbuatan orang
lain (penyertaan)
ada bagian yang tidak konsisten dari
prinsip umum otonomi individu, dimana
ketika tanggung jawab atas sebuah
perbuatan bisa dialihkan atau dilimpahkan
kepada orang lain yang dengan sukarela
melakukan perbuatan tersebut.
Banyak penulis sekarang mengetahui
bahwa unsur sebab-akibat dimungkinkan
hadir dari “membantu dan bersekongkol”.
Perilaku yang Dibenarkan
1. Pertahanan diri
Individu yang diserang dengan
kekerasan fisik yang serius mesti
diberi kebebasan melakukan
perlawanan sebagai wujud hak
dasarnya untuk melindungi diri sendiri.
Hukum pidana tidak bisa menghormati
atau memaklumi kebebasan individu
jika tidak dapat dibuktikan ia dalam
situasi yang mengerikan.
Kisaran pembenaran
Ada enam hal pembenaran yang terkandung dalam draftCriminal Code :
1. Untuk mencegah atau menghentikan kejahatan atauuntuk mempengaruhi atau membantu dalampenangkapan yang sah dari pelaku atau diduga pelakuatau seseorang secara melawan hukum pada umumnya
2. Untuk mencegah atau menghentikan pelanggaranperdamaian
3. Untuk melindungi dirinya sendiri atau orang lain daritindakan melawan hukum atau pelaku yang didugamelawan hukum
4. Untuk mencegah atau menghentikan penahanan yangtidak sah dari dirinya atau yang lain
5. Untuk melindungi property miliknya dari upaya tindakanmelawan hukum(pencurian, perampokan), perusakanatau kerusakan
6. Untuk mencegah atau menghentikan pelanggarankepada orang atau hartanya.
Aspek kebutuhan yang disyaratkan
Nilai kebutuhan dalam suatu tindakkekerasan mesti dinilai berdasar: tujuan yangsah. Sejumlah hal yang merupakan nilai“kebutuhan” antara lain:
1. Kesegeraan
2. Kewajiban untuk menghindari konflik
3. Upaya melindungi rumah
4. Kebebasan untuk bergerak
5. Serangan pre-emptive
6. Kebutuhan, proporsional, danpelaksanaan hukum
Hukuman (siksa) Terhadap
AnakSistem common law berpendapat bahwa
orang tua dilarang karena alasan apapun
menggunakan kekerasan terutama untuk
mendisiplinkan anak. Negara memiliki
kekuatan untuk memberikan hukuman
kepada orang tua yang melangar aturan
ini, karena ada pembatasan mengenai
izin untuk mendidik anak mereka dari
Negara, terutama kaitannya dalam
pengembangan pribadi anak.
Pembenaran Terhadap Kebutuhan dan
Pilihan Kejahatan
Kebutuhan yang dibenarkanHukum di Negara Inggris memberikan pembatasan
terhadap pembelaan diri, ini berlaku hanya bagi seseorang
yang dinyatakan terancam atau takut terhadap bahaya
yang serius. Perbuatan yang dilakukan di bawah paksaan
atau karena kebutuhan merupakan suatu tidakan yang
dilakukan tidak sukarela (terpaksa).
Kebutuhan di dunia medisAda sejumlah tindakan di dunia medis yang meski secara
hukum melanggar namun perlu dilakukan dalam dunia
medis. Jika pelanggaran ini dilakukan dengan alasan yang
kuat dan dengan kebutuhan yang mendesak, maka
kesalahan medis oleh tenaga medis seperti dokter , yang
terjadi bisa dibenarkan. Salah satunya adalah aborsi pada
ibu yang harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa
sang ibu
c. Perkembangan putusan terhadap
pembenaranAda anggapan dari komisi hukum bahwa kodifikasi
terhadap seluruh pelanggaran wajib dituliskan tidak
harus dilakukan dengan lengkap dan jelas, hal ini
dilakukan untuk memberi kelonggaran, terutama
dalam kaitannya dengan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi terpaksa atau dibawah ancaman
Kesimpulan
Dalam menentukan pertanggungjawabanpidana terdapat disparitas terhadap dua isuyakni mengenai perbuatan sukarela(voluntary act) dan perbuaatan tidak sukarela (involuntary act). Dilihat dari perbuatan-perbuatan itu, maka pertanggungjawabanerat dengan hal mens rea (niat), sehinggadapat diklasifikasikan bahwa suatu perbuatanitu merupakan perbuatan yang diinginkan, kelalaian dan otomatisme (diluar kontrol) . Dalam perkembangannya disebutkan pula adanya pertanggungjawaban oleh korporasi, korporasi dianggap sebagai individu yang memiliki pertanggungjawaban terhadapkegiatannya. . Selain itu, pokok bahasan inijuga mengenai dalam kondisi darurat adaalasan pembenaran seseorang melakukantindak pidana.
Analisis
Otomatisme
Meskipun perbuatan yang dilakukan seseorang yang kehilangan akal (kesadaran) karena suatu penyakitmental (kegilaan) disebutkan sebagai perbuatan yang dilakukan tanpa sukarela, tetapi hal ini tidak bisadikatakan masuk kedalam doktrin otomatisme, Si pelaku harus tetap dilakukan penahanan berupadimasukan kedalam rumah sakit kejiwaan karenadikhawatirkan dia akan mengulangi perbuatannya danmenimbulkan efek bahaya bagi orang lain maupundirinya sendiri. Tetapi beda dengan penyakit kejiwaanyang terjadi di waktu-waktu tertentu (tidak setiap saatseperti "gila") contoh penyakit epilepsi, yang terjadi bilafaktor-faktor epilepsi terjadi. Disini penyakit epilepsi bisamasuk kedalam doktrin atau ajaran otomatisme karenakeadaan kehilangan akalnya tidak terjadi setiap saat. Jadi penyakit kejiwaan yang permanen lah yang tidakdapat dimasukan kedalam konsep doktrin otomatisme.
• Konsep Kelalaian sebagai penyebab
Konsep antara kelalaian dan sebab akibat ini
pun kadang sangat sulit untuk dikaitkan. Sebagai
contohnya Orang tua yang lalai tidak berusaha
menyelamatkan anaknya yang hampir
tenggelam bisa diambil kesimpulan bahwa anak
itu akan meninggal. Tetapi ternyata walaupun
tanpa adanya pertolongan, Si anak tetap dapat
hidup. Ternyata dapat ditarik kesimpulan dengan
atau tanpa adanya orang tua di situ si anak tidak
tenggelam. Kelalaian orang tua itu tidak dapat
dikatakan sebagai penyebab si anak akan
tenggelam, karena tanpa tindakan pertolongan
dari orang tuanya pun si anak tetap akan
selamat.
• Choice of Evils dalam dunia medis
Choice of evil dalam dunia medis sampai
sekarang masih sering diperdebatkan terutama
mengenai aborsi terhadap anak. Jika calon anak
itu tidak segera dilakukan aborsi maka akan
membahayakan nyawa ibunya. Tetapi yang
menjadi perdebatan disini adalah si calon anak
tersebut sudah dianggap sebagai manusia dan
untuk itu dia memilki hak-hak asasi manusia
terutama hak untuk hidup.
•Pembelaan diri yang dilakukan sesuai aspekkebutuhan
Pembelaan diri ini harus diperhatikan juga aspekkebutuhannya. Apakah kebutuhan dalam upayapembelaan diri itu diperlukan dalam suatupembelaan diri. Hakim harus mempertimbangkanapakah perbuatan pembelaan diri yang mengakibatkan si penyerang meninggal itu perlu. Apakah sebenarnya seseorang dalam pembelaandiri tidak harus menyebabkan pelaku meninggal, contoh A menyerang B dengan tangan kosong ditengah malam, B yang kebetulan membawa senjataapi menembakan senjatanya ke B danmengakibatkan B meninggal. Hakim mempertimbangkan bahwa tidak ada relevansikebutuhan antara B membela diri denganmenggunakan pistol. Secara akal sehat, penyerangan tangan kosong dapat dilakukanpembelaan diri dengan tangan kosong juga. Tetapihal pengukuran sesuai kebutuhan ini sulit dilakukan , karena manusia cenderung bertindak overreacted
Implementasi di Indonesia
Dasar peniadaan pidana di luar KUHP danmerupakan hukum tertulis menurut Van Bemmelenialah :
Hak mendidik orang tua dan wali terhadap anaknya, hak mendidik guru, dosen terhadap siswanya
Hak jabatan atau pekerjaan dokter, apoteker, bidan, peneliti ilmu alam
Izin mereka yang kepentingannya dilanggar kepadaorang yang melanggar kepentingan itu, yang perbuatannya merupakan delikseandainya tak ada izintersebut
Zaakwarnerming menurut pasal 1354 – 1358 KUHP
Tidak ada sifat melwanb hukumnya yang material
Tidak ada kesalahan
Selain itu, Bemmelen juga menjelaskan
peraturan hukum lain yang
mengandung dasar pembenar dan
pemaaf, misalnya :
Hak dukun kampung mengobati atau
menyunat orang atau melakukan
pekerjaan bidan
Ketentuan adat sepanjang tidak
bertentangan dengan PAncasila
Peniadaan Pidana
Di Indonesia, ada dua dasar yang lazim, yakni :
Dasar pemaaf , unsure delik sudah terbukti, namun unsure kesalahan tidak ada padapembuat. Maka terdakwa dilepaskan darisegala tuntutan hukum. Dalam hal inimisalnya :
Adanya ketidakmampuan bertanggung jawabsi pembuat (pasal 44 ayat 1)
Adanya daya ppaksa mutlak danpelampauan keadaan darurat (pasal 48)
Adanya pembelaan terpaksa yang melampaui batas (pasal 49 ayat 2)
Karena menjalankan perintah jabatan yang tidak sah dengan itikad baik (pasal 51 ayat 2)
Dasar pembenar, sifat melawan hukumperbuatan hapus atau tidak terbukti , maka perbuatan terdakwa dianggappatut dan benar sehingga terdakwaharus dibebaskan oleh hakim, misalnya :
Adanya daya paksa relative dankeadaan darurat (pasal 48)
Adanya pembelaan terpaksa (pasal 49 ayat 1)
Sebab menjalankan undang-undang(pasal 50)
Melaksanakan perintah jabatan yang sah(pasal 51 ayat )
Sementara itu, terkait tindak pidana
yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan dalam dua
hal, jika menilik pasal 44 KUHP, yaitu ;
Jiwanya cacat dalam pertumbuhan
Terganggu karena penyakit jiwa.
Daya Paksa
Dalam pasal 48 KUHP dinyatakan bahwa‘barangsiapa yang melakukan perbuatan karenapengaruh daya paksa tidak dapat dipidana”.
Daya paksa ini oleh Jonkers, dibagi kedala 3 bagian, yaitu
Daya paksa mutlak : pelaku tidak dapat berbuatyang lainya, seperti dihipnotis
Daya paksa relative : terjadi akibat adanyapaksaan fisik atau psikis, contohnya padaperampokan bank, banker ditodong pistol untukmenyerahkan uang.
Keadaan darurat : bila seseorang terancambahaya, dimana ada tiga doktrin yang bekerjapada keadaan darurat, yaitu dalam hal terjadidua kepentingan hukum
Pembelaan paksa
Dirumuskan dalam pasal 49 ayat (1)
KUHP
Pembelan paksa melampaui batas
Dirumuskan dalam pasal 49 ayat (2)
KUHP
Menjalankan ketentuan undang-
undang
Terdeskripsi dalam pasal 50 KUHP
Menjalankan perintah jabatan
Dijelaskan dalam pasal 51 ayat (1)
KUHP
Sebab-akibat
KUHP hanya menentukan dalam
beberapa pasalnya bahwa untuk delik
tertentu diperlukan suatu akibat
tertentu untuk menjatuhkan pidana
terhadap pelaku
Terjadinya delik atau actus reus
hanya ada pada delik yang
mensyaratkan adanya akibat
tertentu, yaitu :
Delik materiil , misalnya pembunuhan,
penipuan
Delik culpa , misalnya kelalaian yang
mengakibatkan kematian seseorang (pasal
359 KUHP)
Ada pula syarat yang memperberat pidana
dengan terjadinya akibat tertentu pada
suatu delik
ada delik formal yang tidak mensyaratkan
adanya akibat