timredaksi - meteoalor.id mali_januari_2019.pdfkami sadar bahwa informasi yang disajikan dalam...
TRANSCRIPT
BULETININFORMASI METEOROLOGI EDISI I
BULAN JANUARI 2019
TIM REDAKSI
Penanggung Jawab :AGUSTINUS BOLILERA
Pemimpin Redaksi :ERWIN ANDREW KARIPUI
Redaktur :
THOMAS Y. BLEGUR, S.TrSAMSUL DAKA, S.Tr
MUHAMMAD FUADZ, S.TrRICARDA R. LILIANA, A.Md
MARGI CANDA W. WICAKSONO, A.Md
Alamat RedaksiSTASIUN METEOROLOGI MALI - ALORJl. Soekarno - Hatta, Bandar Udara Mali - Alor
Telp./Fax : (0386) 2222820Email: [email protected] ;
[email protected] : www.meteoalor.id
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga “Buletin Informasi Meteorologi edisi I Bulan Januari 2019” ini
dapat tersusun.
Buletin Informasi Meteorologi ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang
penyampaian informasi meteorologi dari Stasiun Meteorologi Mali - Alor, baik kepada para
pengguna jasa informasi meteorologi penerbangan dan juga kepada masyarakat umum di
wilayah Kabupaten Alor.
Adapun isi Buletin ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim
sepanjang bulan Januari 2019, dan informasi prakiraan hujan bulan Februari 2019, serta
prakiraan pasang surut dan informasi waktu terbit dan tenggelam matahari masing-
masing untuk bulan Februari dan Maret 2019 di wilayah Kabupaten Alor.
Kami sadar bahwa informasi yang disajikan dalam Buletin ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupaun tampilan, untuk itu kami sangat mengharapkan
adanya masukan, kritik dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan kedepan.
Kalabahi, 04 Februari 2019
KEPALA STASIUN METEOROLOGIMALI - ALOR
AGUSTINUS BOLILERANIP. 19660908 199003 1 001
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii
I. RINGKASAN ..................................................................................................................1
II. PENGERTIAN................................................................................................................2
A. SIFAT HUJAN.........................................................................................................................2
B. NORMAL CURAH HUJAN....................................................................................................2
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH).....................................................................................2
III. ANALISIS CUACA DAN IKLIM ................................................................................3
A. VARIABILITAS CUACA DAN IKLIM...................................................................................3
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN JANUARI 2018...................................................4
C. ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2018 ............................................................................11
D. MONITORING HARI TANPA HUJAN (HTH)...................................................................12
E. ANALISA UNSUR CUACA DI STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR ....................13
1. PENYINARAN MATAHARI ................................................................................... 132. SUHU UDARA ........................................................................................................... 143. TEKANAN UDARA PERMUKAAN....................................................................... 154. ANGIN PERMUKAAN ............................................................................................. 165. PENGUAPAN ............................................................................................................. 176. KELEMBABAN UDARA ......................................................................................... 187. CURAH HUJAN......................................................................................................... 19
IV. PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN FEBRUARI 2019 DI WILAYAHKABUPATEN ALOR...................................................................................................21
V. PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) BULAN FEBRUARI DANMARET 2019 DI WILAYAH KABUPATEN ALOR ...............................................27
VI. INFORMASI WAKTU TERBIT DAN TENGGELAM MATAHARI DIWILAYAH KABUPATEN ALOR ..............................................................................32
VII. PELAYANAN PUBLIK ...............................................................................................38
1. PELAYANAN PENERBANGAN....................................................................................38
2. LAPORAN PRODUK METEOROLOGI PUBLIK ....................................................38
VIII.LAMPIRAN ..................................................................................................................40
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 1
I. RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Mali (Pos Hujan
Mali), Pos Hujan Kalabahi, dan Pos Hujan Mebung yang diasumsikan mewakili daerah-
daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan pada bulan
Januari 2019 adalah sebagai berikut:
- Jumlah curah hujan di Mali sebesar 305,2 mm. Hujan yang terjadi pada bulan ini
untuk wilayah Kalabahi dan sekitarnya memiliki sifat Normal (N).
- Jumlah curah hujan di Kalabahi sebesar 274,6 mm. Hujan yang terjadi pada bulan ini
untuk wilayah Kalabahi dan sekitarnya memiliki sifat Normal (N).
- Jumlah curah hujan di Mebung sebesar 280,0 mm. Hujan yang terjadi pada bulan ini
untuk wilayah Mebung dan sekitarnya memiliki sifat Normal (N).
2. Untuk kondisi atmosfer di bulan Januari 2019 adalah sebagai berikut:
- MJO dengan signal lemah hingga kuat aktif di wilayah Indonesia pada
pertengahan Dasarian II hingga Dasarian III bulan ini.
- Rata-rata nilai OLR pada bulan Januari 2019 di wilayah Indonesia berkisar antara 180 –
230 W/M², sedangkan khusus di wilayah kepulauan Alor bernilai 200 – 210 W/M.
- Suhu muka laut (SML) dan Anomali SML di wilayah perairan sekitar Indonesia
termasuk wilayah perairan Kepulauan Alor menunjukkan kondisi SML tetap hangat.
3. Prakiraan untuk kondisi atmosfer dan sifat hujan bulan Februari 2019:
- Anomali SST Indonesia umumnya diprediksi cenderung menghangat (anomali positif)
di Indonesia bagian barat, sedangkan di wilayah timur cenderung mendingin.
- ENSO diprediksi pada kondisi El Nino lemah.
- Indeks Dipole Mode diprediksi netral.
- Prediksi spasial anomali OLR, di awal dasarian I Februari 2019 wilayah
subsiden/kering mendominasi wilayah Indonesia bagian Barat, sebaliknya wilayah
konvektif/basah masih mendominasi wilayah Indonesia bagian tengah dan timur yang
mendukung pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah tersebut. Pada pertengahan
Dasarian II Februari 2019 wilayah subsiden/kering mulai mendominasi.
- Hasil prakiraan curah hujan tiap dasarian menunjukkan sifat hujan di wilayah Kab.
Alor pada Dasarian I memiliki sifat Atas Normal (AN) dengan kriterian, Dasarian II
bersifat Normal (N) dan dasarian III : Bawah Normal (BN) dengan kriteria curah
hujan sama-sama menengah. Prakiraan sifat hujan Bulanan untuk bulan Februari
2019 adalah Normal (N) dengan kriteria hujan menengah.
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 2
II.PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu
bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal (AN), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal (N), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal (BN), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10
tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun
dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari
1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
Kriteria CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mmLebat 50 - 100 mm 10 - 20 mmSedang 20 - 50 mm 5 - 10 mmRingan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 3
III.ANALISIS CUACA DAN IKLIM
A. VARIABILITAS CUACA DAN IKLIM
Wilayah Kabupaten Alor merupakan bagian dari wilayah Indonesia, yang
dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua samudera dan dua benua.
Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-
Selatan) yang dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) yang
dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim
di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o
Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga
ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Faktor lain yang diperkirakan ikut
berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan
sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari
masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke
tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim.
Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk
beberapa daerah di Indonesia. Tercatat sejak tahun 1844 Indonesia telah mengalami
kejadian kekeringan atau jumlah curah hujan di bawah rata-rata normal tidak kurang dari 43
kali. Dari 43 kali kejadian tersebut hanya 6 kali kejadiannya tidak bersamaan dengan
kejadian fenomena El-Nino, hal ini menunjukkan bahwa keragaman hujan di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh fenomena ini. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola
hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan Ekuatorial dan tidak jelas pada daerah
dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola
hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik dan
Samudera Hindia (ENSO dan IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yg dikenal
sebagai MJO (Madden-Jullian Oscillation) juga mempengaruhi variabilitas hujan di
Indonesia. MJO adalah osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)
dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya
berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di
bagian tengah Pasifik. Menurut Geerts and Wheeler (1998), MJO akan menyebabkan
terjadinya variasi pada pola angin, suhu permukaan laut (SPL), awan dan hujan. Fase
aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan musim hujan (Desember, Januari, dan
Februari) atau angin monsun Barat Laut di wilayah kepulauan Alor dapat
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 4
menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan. Pada umumnya hujan tropis adalah
konvektif, dimana puncak awan konvektif sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi
gelombang panjang), oleh karenanya MJO sangat baik dimonitor dengan
memperhatikan variasi Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang dipantau oleh sensor
infra merah pada satelit.
Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang memiliki daerah
pegunungan, daerah berlembah, serta banyak pantai, merupakan fitur lokal yang
menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang
(wilayah) maupun waktu. Berdasarkan hasil analisa data periode 30 tahun terakhir
(1981-2010), secara klimatologis wilayah Indonesia terdapat 407 pola iklim, dimana
342 pola merupakan Zona Musim (ZOM) yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara
periode musim hujan dan periode musim kemarau (umumnya pola Monsun), sedangkan
65 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non Zom pada umumnya
memiliki ciri mempunyai 2 kali puncak hujan dalam setahun (pola Ekuatorial) dan
daerah sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau rendah. Wilayah Kepulauan Alor
(Pulau Alor dan Pantar) secara klimatologis berada pada pola iklim Zona Musim
(ZOM) 251. Hal ini nampak dengan adanya perbedaan yang jelas antara periode musim
hujan (3 bulan yakni Desember, Januari, dan Februari) dan periode musim kemarau (9
bulan yakni Maret hingga November).
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN JANUARI 2019
1. Monsun
Matahari dalam penjalarannya telah bergerak jauh dari wilayah Equator dan
berada di Belahan Bumi Selatan (BBS) pada bulan Desember. Kini pada bulan Januari,
matahari perlahan telah bergerak kembali menuju Equator dengan pergerakan semu
sejauh kurang lebih 3,0o yakni pada titik 23,0oLS menuju 20,0oLS. Hal ini berdampak
pada peningkatan suhu muka laut di wilayah BBS yang memicu terbentuknya pola-pola
tekanan udara rendah. Selama bulan Januari 2019 teramati terjadi satu gangguan cuaca di
BBU yakni berupa Tropical Storm / TS (badai tropis) Pabuk, serta dua kejadian Siklon
Tropis di BBS yakni Siklon Tropis Penny dan Riley. Dari beberapa kejadian siklon tropis
tersebut, siklon tropis Riley-lah yangcukup berdampak signifikan terhadap kondisi cuaca
erhadap kondisi cuaca di sekitar Kepulauan Alor khususnya terhadap curah hujan dan
kecepatan angin. Kondisi cuaca di sekitar kepulauan Alor pada bulan ini juga sangat
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 5
dipengaruhi oleh kondisi lokal serta fenomena regional lainnya (seperti: monsson Asia
(baratan), daerah tekanan rendah di Australia, dll).
Secara umum rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia
pada bulan Januari 2019 berkisar antara 28,0ºC hingga 30,0ºC. Untuk wilayah perairan
di sekitar Kepulauan Alor, suhu muka laut pada kisaran 29,0ºC. Suhu muka laut yang
hangat ini mengindikasikan kandungan uap air yang terkandung di udara pun cukup
banyak. Kondisi demikian menyebabkan potensi pembentukan awan-awan cukup
signifikan dan kondisi cuaca cenderung berawan di wilayah Kepulauan Alor (jika faktor
pendukung lain seperti pola angin, indeks labilitas udara dan lainnya diabaikan).
Gbr. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Bulan Januari 2019
Gbr. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Januari 2019
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 6
Nilai anomali Suhu Muka Laut (SML) pada bulan ini di wilayah perairan
Indonesia umumnya cenderung normal hingga lebih dingin (anomali negatif), kecuali di
perairan sebelah timur dan barat Sumatera menunjukkan anomali positif (menghangat).
Anomali SML di sekitar perairan kepualauan Alor menunjukkan anomali negatif /
mendingin. Meskipun demikian, suhu muka laut tetap hangat sehingga potensi
pembentukan awan-awan cukup signifikan dan kondisi cuaca cenderung berawan di
wilayah Kepulauan Alor (jika faktor pendukung lain seperti pola angin, indeks labilitas
udara dan lainnya diabaikan).
Gbr. 3. Rata-Rata Tekanan UdaraBulan Januari 2019
Berdasarkan analisa peta rata-rata tekanan udara permukaan laut (Mean Sea
Level Pressure / MSLP) di atas, pada bulan Januari 2019 terlihat wilayah tekanan
udara rendah (1004 hPa) berada di daratan Australia bagian Utara dan wilayah
Indonesia bagian timur hingga Samudera Pasifik sekitar Ekuator didominasi tekanan
udara yang cukup rendah (1008 hPa), sedangkan wilayah BBU dan BBS (sebelah
Barat dan Tenggara Australia) didominasi wilayah terkanan tinggi (High Pressure
Area). Hal ini menyebabkan pola pergerakan massa udara bergerak dari wilayah
daerah bertekanan tinggi (BBU dan BBS sebelah Barat dan Tenggara Australia) ke
wilayah bertekanan rendah tersebut (daratan Australia dan wilayah Indonesia sebelah
Selatan Ekuator), sehingga pola angin pada lapisan 850 mb di sekitar wilayah Indonesia
cenderung berhembus dari arah Timur Laut di wilayah Indonesia sebelah Utara Ekuator,
dan Barat laut hingga Barat Daya di sebelah Selatan Ekuator. Khusus di wilayah
Kepulauan Alor, aliran massa udara dominan berhembus dari arah Barat Daya hingga
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 7
Barat dengan kecepatan angin rata-rata berkisar antara 9 - 12 Knot. Meskipun kecepatan
angin cukup kuat, akan tetapi kondisi topografi (lokal) wilayah Kabupaten Alor yang
didominasi wilayah dataran tinggi (bukit dan gunung) – mengakibatkan aliran massa
udara (pada lapisan lebih rendah) tersendat (terjadi gerak vertikal ke atas) sehingga
menyebabkan kondisi cuaca cenderung berawan hingga hujan yang sebagian besar
dihasilkan dari awan-awan konvektif (Cumulus mediocris dan Cumulunimbus).
Gbr. 4. Rata-rata Angin lapisan 850 mbBulan Januari 2019
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
Indeks ENSO ditunjukkan dalam bentuk SOI (Southern Oscillation Index). SOI
negatif / positif mengindikasikan adanya perkembangan intensitas fenomena El Nino / La
Nina di Samudera Pasifik. Indeks SOI = -10 (negatif) menunjukkan adanya
perkembangan fenomena El Nino yang dapat berdampak cukup signifikan terhadap
kondisi cuaca di wilayah Indonesia. Indeks SOI = +10 (positif) menunjukkan adanya
perkembangan fenomena La Nina yang dapat berdampak cukup signifikan terhadap
kondisi cuaca di wilayah Indonesia.
Dampak ENSO di bumi sangat luas, dikaitkan dengan pergeseran sirkulasi tropis
skala luas seperti sel Walker dan sel Hadley. Beberapa area di daerah tropis secara
langsung dipengaruhi oleh kondisi kekeringan atau banjir bergantung pada kejadian fasa
panas ENSO yaitu El Niño, atau fasa dingin ENSO yaitu La Niña jika anomali temperatur
permukaan laut di daerah Niño 3 dan Niño 4 positif atau negatif. Daerah kunci interaksi
atmosfer – ocean dalam ENSO terletak antara Niño 3 dan Niño 4 yang sering disebut
daerah Niño 3.4 yaitu daerah 180ºE – 120ºW, 5ºN – 10ºS (Trenberth, 1996).
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 8
ENSO menyebabkan variasi iklim tahunan. Ketika tahun ENSO, sirkulasi zonal di
atas Indonesia divergen, sehingga terjadi subsidensi udara atas. Divergensi massa udara
mengakibatkan awan-awan yang terbentuk bergeser ke Pasifik tengah dan timur, sehingga
di atas Indonesia terjadi defisiensi curah hujan bahkan dapat terjadi bencana alam
kekeringan (Tjasyono, B., 2003)
Masing-masing kejadian El Nino adalah unik dalam hal kekuatannya sebagaimana
dampaknya pada pola turunnya hujan maupun panjang durasinya. Menurut Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2009), Berdasarkan intensitasnya El Nino
dikategorikan sebagai berikut:
a. El Nino lemah (Weak El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik
ekuator +0.5º C s/d +1,0º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-
turut.
b. El Nino sedang (Moderate El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di
Pasifik ekuator +1,1º C s/d 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan
berturut-turut.
c. El Nino kuat (Strong El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik
ekuator > 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
Pada bulan Januari 2019, ENSO berada pada kondisi El Nino Lemah (weak El
Nino). Hal ini ditunjukkan dengan indeks anomali SST Nino 3.4 pada minggu awal
bulan sebesar (+0.58) dan akhir bulan sebesar (+0,32), serta nilai SOI pada awal bulan
sebesar (+8,6) dan cenderung turun secara flukutiatif hingga pada akhir bulan sebesar
(-0,6). Rata-rata indeks ENSO (gabungan antara indeks atmosfer – Lautan) sebesar
Gbr.5. Grafik indeks SST Nino 3.4Bulan Juli 2014 s/d. Februari 2019
Sumber: BoM (http://www.bom.gov.au)
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 9
(+0,59). Kondisi demikian cukup berpengaruh signifikan terhadap penambahan atau
pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk wilayah kepulauan Alor.
3. Madden-Jullian Oscillation (MJO)
a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke
luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke
luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan
gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai
OLR akan kecil.
Rata-rata nilai OLR pada bulan Januari 2019 di wilayah Indonesia berkisar antara
Sumber Data: BoM (http://www.bom.gov.au)
Gbr. 6. Grafik indeks ENSO / SOI Bulan Januari 2019
Gbr.7. Rata-rata OLR bulan Januari 2019
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 10
180 – 230 W/M², sedangkan khusus di wilayah kepulauan Alor bernilai 200 – 210 W/M². Hal
ini menunjukan bahwa tutupan awan cukup banyak di wilayah Kepulauan Alor jika
dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
b. Fase MJO (Madden - Jullian Oscillation)
MJO pada bulan Januari 2019 aktif pada semua phase (garis hijau) dengan sifat
kuat (strong). MJO dengan signal lemah hingga kuat aktif di wilayah Indonesia pada
pertengahan Dasarian II hingga Dasarian III bulan ini, sehingga cukup berdampak
terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk wilayah
Kepulauan Alor.
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Indeks IOD (Indian Ocean Dipole) ditunjukkan dalam bentuk DMI (Dipole Mode
Index). DMI negatif mengindikasikan adanya aliran massa udara dari wilayah Samudera
Hindia bagian barat ke Wilayah Samudera Hindia bagian timur, sedangkan IOD positif
menunjukkan kondisi yang berkebalikan. Indeks IOD –0.5 (negatif) mengindikasikan
adanya kontribusi yang cukup signifikan terhadap pembentukan awan di sekitar wilayah
Indonesia.
Pada bulan Januari 2019, DMI pada kondisi Netral, dengan nilai DMI pada
minggu awal dan akhir bulan masing-masing sebesar (+0,13 dan (-0,03) dengan rata-
Sumber : BoM (http://www.bom.gov.au)
Gbr. 8. Fase MJO Bulan Januari 2019
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 11
rata sebulan sebesar (-0,04). Hal ini mengindikasikan aliran massa udara dari wilayah
Samudera Hindia bagian timur ke wilayah Samudera Hindia bagian barat maupun
sebaliknya tidak signifikan, sehingga secara umum IOD tidak berpengaruh terhadap
peluang pertumbuhan awan dan hujan di wilayah Indonesia bagian barat.
C. ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2019
Berdasarkan data curah hujan bulan Januari 2019 yang diperoleh dari Stasiun / pos
hujan yang diasumsikan mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah
curah hujan dan sifat hujan bulan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Analisis Curah Hujan dan Sifat HujanBulan Januari 2019
* Keterangan: Pos Hujan Kalabahi dan Mebung belum memiliki nilai rata-rata (Normal) curah hujan, sehingganilai Normal yang dipakai adalah Normal CH Mali (Stasiun Meteorologi Mali)
Dari tabel di atas tampak bahwa pada bulan Januari 2019, kriteria sifat hujan untuk
wilayah Alor secara umum di Mali, Kalabahi, dan Mebung memiliki variabilitas sifat hujan
Normal (N) terhadap reratanya dengan kriteria “menengah” hingga “Tinggi”.
Evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan tiap dasarian untuk bulan Januari
2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 2 .......
Lokasi Total CH (mm) Rata-Rata (mm) Sifat Hujan \ Kriteria
Mali 305,2 273 Normal \ Tinggi*Kalabahi 274,6 273 Normal \ Menengah*Mebung 280,0 273 Normal \ Menengah
Gbr.9. Grafik IOD Bulan Juni 2014 s.d. Januari 2019
Sumber: BoM (http://www.bom.gov.au)
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 12
Tabel 2. Analisis Curah Hujan dan Sifat HujanTiap Dasarian Januari 2019
* Keterangan: Pos Hujan Kalabahi dan Mebung belum memiliki nilai rata-rata (Normal) curah hujan, sehingganilai Normal yang dipakai adalah Normal CH Mali (Stasiun Meteorologi Mali)
Dari tabel di atas tampak bahwa kriteria dan sifat hujan tiap dasarian untuk bulan
Januari 2019 secara umum yang mewakili wilayah Alor adalah sebagai berikut:
- Wilayah Mali pada Dasarian I memiliki variabilitas sifat hujan Bawah Normal (BN)
dengan kriteria curah hujan rendah; Dasarian II dan III memiliki variabilitas sifat
hujan Atas Normal (AN) dengan kriteria curah hujan menengah hingga tinggi.
- Wilayah Kalabahi pada Dasarian I – III bervariasi yakni pada Dasarian I : Bawah
Normal (BN) dengan kriteria curah hujan rendah; Dasarian II : Atas Normal (AN)
dengan kriteria menengah; dan Dasarian III : Normal (N) dengan kriteria
menengah.
- Wilayah Mebung pada Dasarian I memiliki variabilitas sifat hujan Bawah Normal
(BN) dengan kriteria curah hujan menengah; Dasarian II dan III memiliki variabilitas
sifat hujan Atas Normal (AN) dengan kriteria curah hujan menengah.
D. MONITORING HARI TANPA HUJAN (HTH)
Hari tanpa hujan berturut-turut dihitung dari hari terakhir pengamatan, jika hari
terakhir tidak hujan, maka dihitung sesuai dengan Kriteria. Sedangkan jika hari terakhir
pengamatan ada hujan ( 1 mm) langsung dikategorikan Hari Hujan (HH). Adapun
kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
1 – 5 Sangat Pendek6 – 10 Pendek11 – 20 Menengah21 – 30 Panjang31 – 60 Sangat Panjang> 61 Kekeringan EkstrimHH Masih ada hujan
Lokasi Dasarian Total CH(mm)
Rata-Rata(mm)
Sifat Hujan \ Kriteria
MaliI 46,8 91 Bawah Normal \ RendahII 97,5 61 Atas Normal \ MenengahIII 160,9 121 Atas Normal / Tinggi
*KalabahiI 49,0 91 Bawah Normal \ RendahII 104,4 61 Atas Normal \ MenengahIII 121,2 121 Normal / Menengah
*MebungI 58,7 91 Bawah Normal / MenengahII 76,8 61 Atas Normal / MenengahIII 144,5 121 Atas Normal / Menengah
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 13
Hasil monitoring hari tanpa hujan (HTH) berdasarkan data hasil penakaran curah
hujan dari pos-pos hujan di wilayah kabupaten Alor hingga akhir bulan Januari 2019 sebagai
berikut:
- Wilayah Mali, Kalabahi, dan Mebung (yang diasumsikan mewakili wilayah
Kabupaten Alor) dikelompokkan dalam kriteria masih ada hujan yang berarti hingga
tanggal 31 Januari 2019, masih ada hujan dengan jumlah CH yang ditakar 1 mm
(Jumlah HTH : 0 hari)
E. ANALISA UNSUR CUACA DI STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR
1. PENYINARAN MATAHARI
Penyinaran matahari yang diamati dibagi dalam dua jenis yaitu meliputi
lamanya penyinaran matahari (durasi penyinaran matahari) dan Intensitas radiasi
matahari. Durasi penyinaran matahari selama periode tertentu adalah jumlah pada
periode itu untuk pemancaran radiasi matahari melampaui 120Wm-2 (WMO,2006).
Sedangkan intensitas radiasi matahari adalah besarnya energi yang dipancarkan oleh
matahari persatuan waktu.
Intensitas dan lamanya penyinaran matahari berbanding terbalik terhadap
jumlah tutupan awan dan berbanding lurus terhadap suhu udara dan penguapan,
dimana makin pendek durasi penyinaran matahari, makin besar jumlah tutupan awan
yang menutupi langit maka suhu udara cenderung menurun sehingga makin kecil pula
jumlah penguapan yang terjadi atau sebaliknya.
Penyinaran matahari diukur untuk mengetahui lama / durasi penyinaran
matahari yang terjadi selama 1 (satu) hari (12 jam) yakni jam 06.00 – 18.00 waktu
setempat. Satuan untuk mengukur durasi penyinaran matahari dinyatakan dalam
persen (%) dan Jam. Untuk satuan dalam persen (%) digunakan untuk kepentingan
Klimatologi dan satuan dalam jam digunakan untuk kepentingan Meteorologi. Alat
untuk mengukur durasi penyinaran matahari adalah Campbell Stokes.
Pada bulan Januari 2019, durasi penyinaran matahari berkisar antara 0,0%
(tidak ada penyinaran) hingga 91,7% atau sekitar 0 – 11,0 jam. Hari dengan tidak ada
penyinaran dikarenakan cuaca cenderung berawan sepanjang hari tersebut terjadi
berturut-turut pada tanggal 23, 24, dan 25 Januari 2019; sedangkan durasi penyinaran
terpanjang (terlama) terjadi pada tanggal 15 Januari 2019, dengan rata-rata durasi
penyinaran matahari selama satu bulan sebesar 40,6 % atau ± 4,9 jam per hari. Hal ini
mengindikasikan bahwa tutupan awan di wilayah Kabupaten Alor pada bulan ini lebih
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 14
banyak jika dibandingakan dengan bulan sebelumnya.
Gbr.10. Grafik Penyinaran Matahari Bulan Januari 2019di Mali – Alor
2. SUHU UDARASuhu adalah jumlah fisik yang mencirikan rata-rata gerakan acak dari molekul-
molekul pada benda fisik (WMO, 2006). Suhu udara permukaan yang diukur pada
ketinggian 1.20 – 1,25 m dari permukaan tanah. Suhu udara didefinisikan sebagai
keadaan pada pada suatu benda dan atau luasan pada suatu saat dan waktu. Faktor
utama yang menjadi penyebab adanya suhu udara adalah sinar matahari terhadap
benda/bidang atau luasan tertentu.
Satuan suhu udara permukaan dinyatakan dalam derajat Celcius (oC). Alat ukur
yang digunakan untuk mengukur suhu udara permukaan adalah Thermometer. Suhu
udara permukaan diukur dengan menggunakan alat Thermometer Bola Kering.
Suhu Udara Maximum adalah suhu udara tertinggi yang diamati dan dicatat,
yang terjadi pada hari itu. Suhu udara maximum diamati sekali dalam 1 hari. Untuk
suhu udara maximum diamati pada jam 12:00 UTC (20:00 WITA) pada hari itu juga.
Alat untuk mengukur suhu udara maximum dipergunakan Thermometer Maximum
dan satuannya dinyatakan dalam derajat celcius (oC).
Suhu Udara Minimum adalah suhu udara terendah yang diamati dan dicatat,
yang terjadi pada 1 hari itu. Suhu udara minimum diamati sekali dalam 1 hari yaitu
pada jam 00:00 UTC (08:00 WITA). Alat yang digunakan untuk mengukur suhu udara
minimum adalah Thermometer Minimum dan satuannya dinyatakan dalam derajat
Celcius (oC)
Pada bulan Januari 2019, suhu udara rata-rata harian berkisar antara 26,0°C
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 15
hingga 29,0°C. Suhu udara terendah (minimum absolut) dalam bulan ini sebesar
23,8°C pada tanggal 30 Januari 2019 pagi hari, sedangkan suhu udara tertinggi
(maksimum absolut) sebesar 33,7°C terjadi pada tanggal 08 Januari 2019 siang hari.
Suhu udara rata-rata pada bulan ini tercatat sebesar 27,6°C, rata-rata suhu maksmimum
sebesar 31,0°C dan rata-rata suhu minimum sebesar 24,9°C. Dengan demikian suhu
udara pada bulan ini cenderung lebih rendah jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Gbr.11 Grafik Suhu Udara Bulan Januari 2019 di Mali – Alor
3. TEKANAN UDARA PERMUKAANTekanan udara didefinisikan sebagai gaya persatuan luas yang disebabkan oleh
berat udara diatasnya (BMG, 2006). Satuan tekanan udara dinyatakan dalam satuan
milibar (mb), 1 milibar (mb) = 1 hektopascal (HPa). Alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan udara permukaan adalah Barometer.
Gbr.12 Grafik Rata-Rata Tekanan Udara PermukaanBulan Januari 2019 di Mali – Alor
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 16
Pada bulan Januari 2019, rata-rata tekanan udara permukaan laut harian
berkisar antara 1006,6 hingga 1012,7 mb (hPa). Rata-rata tekanan udara permukaan
laut harian terendah tersebut terjadi pada tanggal 21 Januari 2019, serta tertinggi terjadi
pada tanggal 04 Januari 2019 dengan rata-rata tekanan udara sebulan sebesar 1009,5
mb (hPa).
4. ANGIN PERMUKAANAngin adalah udara yang bergerak horizontal terhadap permukaan bumi
(United Kingdom Civil Aviation Authority, 2001). Arah angin adalah dari mana
datangnya angin bertiup (BMG, 2006). Kecepatan angin adalah jumlah vector tiga
dimensi dalam fluktuasi skala kecil yang acak pada ruang dan waktu yang berpadu
pada aliran skala besar yang teratur (WMO, 2006).
Arah dan Kecepatan angin permukaan diukur pada ketinggian 10 meter dari
permukaan tanah (BMG, 2006). Arah angin diukur dalam satuan derajat yang diukur
searah jarum jam mulai dari titik Utara yang sebenarnya (True North). Kecepatan
angin dinyatakan dalam Knot (KT), 1 Knot = 1,85 km/jam. Alat yang digunakan untuk
mengukur kecepatan angin adalah Anemometer.
Selama periode bulan Januari 2019, angin permukaan (10 meter dari
permukaan) secara umum didominasi berturut-turut dari arah Barat sebanyak 39,38 %
(293 jam kejadian) disusul dari arah Barat Daya sebesar 20,16 % (150 jam kejadian),
dan dari arah Barat Laut sebesar 8,20 % (76 jam kejadian), dari arah Barat Daya
sebesar 10,22% (61 jam kejadian). Arah angin yang dominan pada bulan ini umumnya
Gbr.13. Wind Rose Angin PermukaanBulan Januari 2019 di Mali – Alor
Gbr.14. Distribusi Frek. Angin PermukaanBulan Januari 2019 di Mali – Alor
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 17
dipengaruhi oleh monsun Asia (angin baratan), yang mengindikasikan wilayah
Kabupaten Alor telah memasuki periode puncak musim hujan.
Untuk kategori kecepatan angin, distribusi frekuensi kejadian didominasi oleh
angin dengan kecepatan rata-rata antara 4 – 7 knot (± 7,4 – 12,95 km/jam) sebesar 33,1 %
(246 jam kejadian), disusul kecepatan 1 – 4 knot (± 1,85 – 7,4 km/jam) sebesar 31,6 %
(235 jam kejadian); disusul kategori angin teduh (calm) sebesar 15,3% (114 jam
kejadian), disusul antara 7 – 11 knot (± 12,95 – 20,35 km/jam) dengan distribusi
frekuensi sebesar 15,2 %, (113 jam kejadian). Angin dengan kecepatan signifikan (>11
knot / 20,35 km/jam) sebesar 4,8% (36 jam kejadian).
Arah dan kecepatan angin maksimum (Gust) terekam berhembus dari arah Barat
Daya hingga Barat (240º - 270º) dengan kecepatan sebesar 25,2 knot (± 46,62 km/jam),
terjadi pada tanggal 23 Januari 2019 jam 05:10:02 UTC (jam 13:10:02 WITA) dan pada
tanggal 25 Januari 2019 jam 02:54:48 UTC (jam 10:54:48 WITA).
5. PENGUAPANPenguapan atau evaporasi adalah jumlah air yang menguap dari permukaan air
yang terbuka atau dari tanah (WMO, 2006). Untuk menghitung jumlah penguapan
yang ada maka dapat diperoleh dari jumlah selisih tinggi air hari kemarin dengan hari
ini ditambah curah hujan. Pengukuran jumlah penguapan dilakukan satu kali dalam
satu hari pada jam 00:00 UTC. Satuan penguapan yang digunakan adalah milimeter
(mm). Alat yang digunakan untuk mengukur penguapan adalah panci penguapan
terbuka (Open Pan Evaporimeter).
Gbr.15 Grafik Penguapan Bulan Januari 2019di Mali – Alor
Pada bulan Januari 2019, jumlah penguapan yang terukur berkisar antara 1,6
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 18
mm hingga 9,7 mm. Jumlah penguapan terendah tersebut terjadi pada tanggal 26
Januari 2019 dan tertinggi pada tanggal 15 Januari 2019 dengan total penguapan
sebulan sebesar 154,0 mm dan rata-rata penguapan sebesar 5,0 mm per hari.
6. KELEMBABAN UDARALembab nisbi atau kelembapan relatif adalah perbandingan antara massa uap
air yang ada di dalam satu satuan volume dengan massa uap air yang diperlukan untuk
menjenuhkan satu aatuan volume udara tersebut pada suhu yang sama (BMG, 2006).
Satuan yang digunakan untuk mengukur lembab nisbi dinyatakan dalam Persen (%).
Alat yang digunakan untuk menentukan lembab nisbi adalah Screen Psycrometer /
Psycrometer Sangkar Tetap (Thermometer Bola Kering dan Thermometer Bola Basah)
Kelembapan nisbi atau kelembapan relatif berubah sesuai dengan tempat dan
waktu, dipengaruhi oleh ketinggian tempat, kerapatan udara, tekanan udara dan radiasi
matahari. Jika cuaca normal, menjelang tengah hari kelembapan nisbi berangsur-
angsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar.
Gbr.16. Grafik Rata-Rata Kelembaban Udara Bulan Januari 2019di Mali – Alor
Pada bulan Januari 2019, rata-rata kelembaban udara harian berkisar antara
64% hingga 90%. Kelembaban udara terendah mutlak sebesar 52% terjadi pada
tanggal 05 Januari 2019 jam 05:00 UTC (13:00 WITA), sedangkan kelembaban udara
tertinggi mutlak sebesar 97% terjadi pada tanggal 15 Januari 2019 jam 23:00 UTC
(07:00 WITA). Rata-rata kelembaban udara selama satu bulan sebesar 76%.
Dengan demikian kondisi udara pada bulan ini relatif sama dengan bulan sebelumnya
(Desember 2018).
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 19
7. CURAH HUJANCurah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir (BMKG,
2009). Satuan curah hujan dinyatakan dalam millimeter (mm). Alat yang digunakan
adalah penangkar hujan biasa (Tipe Obs) dan penangkar hujan tipe Helman.
7.1 Curah Hujan Stasiun Meteorologi Mali – Alor (Pos Hujan Mali)
Berdasarkan hasil pengukuran (penakaran) curah hujan di Stasiun Meteorologi
Mali (Pos Hujan Mali), pada bulan Januari 2019 diketahui terdapat 22 hari hujan
Terukur dan 5 (lima) hari hujan Tidak Terukur (TTU). Jumlah curah hujan tertinggi
sebanyak 51,4 mm terjadi pada tanggal 15 Januari 2019 dengan jumlah curah hujan
satu bulan sebanyak 305,2 mm.
Gbr.17. Grafik Curah Hujan Stasiun Meteorologi MaliBulan Januari 2019
7.2 Pos Hujan Kecamatan Teluk Mutiara (Pos Hujan Kalabahi)
Berdasarkan hasil pengukuran (penakaran) curah hujan di Pos Hujan Kalabahi,
pada bulan Januari 2019 diketahui terdapat 23 hari hujan Terukur dan 2 (dua) hari
hujan Tidak Terukur (TTU). Jumlah curah hujan tertinggi sebanyak 35,5 mm terjadi
pada tanggal 23 Januari 2019 dengan jumlah curah hujan satu bulan sebanyak 274,6
mm.
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 20
Gbr.18. Grafik Curah Hujan Pos Hujan KalabahiBulan Januari 2019
7.3 Pos Hujan Kecamatan Alor Tengah Utara (Pos Hujan Mebung)
Berdasarkan hasil pengukuran (penakaran) curah hujan di Pos Hujan Mebung,
pada bulan Januari 2019 diketahui terdapat 24 hari hujan Terukur dan 5 (lima) hari
hujan Tidak Terukur (TTU). Jumlah curah hujan tertinggi sebanyak 48,6 mm terjadi
pada tanggal 24 Januari 2019 dengan jumlah curah hujan satu bulan sebanyak 280,0
mm.
Gbr.19. Grafik Curah Hujan Pos Hujan MebungBulan Januari 2019
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 21
IV. PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN FEBRUARI 2019 DIWILAYAH KABUPATEN ALOR
A. DINAMIKA LAUT & ATMOSFER
1. Suhu Muka Laut
Pada bulan Februari 2019, Anomali SST Indonesia umumnya diprediksi
cenderung menghangat (anomali positif) di bagian barat, sedangkan di bagian
timur cenderung mendingin (anomali negatif). Wilayah Nino 3.4 diprediksi tetap
pada kondisi anomali positif (menghangat), sedangkan Samudera Hindia
diprediksi menghangat di bagian selatan.
Gbr.20. Prediksi Spasial Anomali Suhu Muka LautBulan Februri 2019
Sumber: NCEP-NOAA (http://www.cpc.ncep.noaa.gov)
Gbr.21. Prediksi Anomali Suhu Sub Surface Samudera Pasifik
Sumber: BMKG (http://www.bmkg.go.id)
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 22
Monitoring Suhu bawah Laut Pasifik menunjukkan bahwa pada periode
Juni – September 2018, di wilayah Pasifik bagian barat terindikasi adanya
peluruhan anomali positif namun semakin meluas sampai kedalaman 350 m di
bawah permukaan laut. Pada bulan Oktober dan 2018 pola anomali positif
mendominasi dan sangat kuat di sub surface Pasifik, demikian juga menghangat di
permukaan terutama di wilayah Nino. Peluruhan terjadi mulai awal Desember
2018, dan pada Januari 2019 kondisi sub surface mendekati kondisi netralnya.
Meskipun sampai lapisan 150 mm masih didominasi anomali positif, namun tidak
terlalu signifikan.
2. ENSO (El Nino-Southern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang
mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan
curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Analisa ENSO pada bulan
Januari 2019 teramati dalam kondisi El Nino Lemah, dengan indeks ENSO
bernilai (+0,59).
Gbr.22. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMAdan BMKG periode Februari s/d. Juli 2019
Prediksi ENSO menurut institusi Internasional yaitu BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) dan NCEP/NOAA (National Oceanic
and Atmospheric Administration) menyatakan ENSO akan tetap berada pada
kondisi El Nino Lemah pada bulan Februari hingga Juli 2019, sedangkan
BoM/POAMA (Bureau of Meteorology / Predictive Ocean Atmosphere Model for
Sumber: BMKG (http://www.bmkg.go.id)
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 23
Australia) dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and
Technology) memprediksi ENSO akan berada pada kondisi El Nino Moderat pada
periode bulan Februari hingga Maret 2019, dan pada bulan April hingga Juni 2019
dalam kondisi El Nino Lemah.
Berdasarkan prediksi-prediksi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pada
bulan Februari 2019, ENSO tidak signifikan berpengaruh terhadap pengurangan
jumlah curah hujan di wilayah Indonesia termasuk di wilayah Kepulauan Alor.
3. MJO (Madden-Julian Oscillation)
Analisis tanggal 01 Februari menunjukkan MJO masih aktif di fase 7
(Pasifik Barat) dan diprediksi tetap aktif hingga dasarian III Februari 2019.
Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, di awal dasarian I Februari 2019
wilayah subsiden/kering mendominasi wilayah Indonesia bagian Barat, sebaliknya
wilayah konvektif/basah masih mendominasi wilayah Indonesia bagian tengah
dan timur yang mendukung pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah tersebut.
Kemudian pada pertengahan dasarian II Februari 2019 wilayah subsiden/kering
mulai mendominasi wilayah Indonesia.
Sumber: NCEP-NOAA (http://www.cpc.ncep.noaa.gov)
Gbr. 23. Grafik Fase MJO dan Anomali OLR pada BulanJanuari 2019 dan Prakiraan Bulan Februari 2019
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 24
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang
hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode.
Rata-rata indeks IOD bulan Januari 2019 berada pada kondisi Netral dengan
nilai (-0,04). Ini berarti perpindahan aliran massa uap air dari wilayah Indonesia
bagian barat ke wilayah Samudera Hindia maupun sebaliknya tidak signifikan,
sehingga peluang pembentukkan awan dan hujan di wilayah Indonesia bagian
barat menjadi tidak signifikan pula.
Prediksi Indeks Dipole Mode (IDM) oleh BMKG, NASA dan BoM
menyatakan pada bulan Februari hingga Juli 2019 IDM berada dalam kondisi
Netral hingga Positif Kuat. Pada bulan Februari 2019, IDM pada kisaran Netral
sehingga dapat dikatakan bahwa selama bulan Februari 2019, Dipole Mode tidak
berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan di
wilayah Indonesia, khususnya wilayah Indonesia bagian Barat.
Gbr. 24. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM, NASA,dan BMKG periode Februari s/d. Juli 2019
Sumber: BMKG (http://www.bmkg.go.id)
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 25
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi unsur cuaca bulan Februari di Alor berdasarkan data klimatologis
selama 30 tahun (1981-2010) diketahui sebagai berikut:
Tabel 3. Data Normal Unsur Cuaca Kabupaten AlorBulan Februari Tahun 1981 - 2010
Secara klimatologis, rata-rata curah hujan pada bulan ini menunjukkan bahwa
wilayah Kepulauan Alor masih berada pada periode musim hujan, sehingga
peluang curah hujan lebih banyak.
B. PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN FEBRUARI 2019 DI WILAYAHKABUPATEN ALOR
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi
ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) yang telah divalidasi dan
mempertimbangkan kondisi fisis dinamika atmosfer-lautan sampai dengan akhir
Januari 2019, maka prakiraan curah hujan dan sifat hujan tiap Dasarian untuk
bulan Februari 2019 di wilayah Kabupaten Alor sebagai berikut:
Tabel 4. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan DasarianBulan Januari 2019
Sifat HujanCurah Hujan (mm) /
Kriteria
Dasarian Pertama Atas Normal 100 - 150 / Menengah
Dasarian Kedua Normal 75 - 100 / Menengah
Dasarian Ketiga Bawah Normal 20 - 50 / Rendah
Dasarian Pertama Atas Normal 116.2 mm
Dasarian Kedua Atas Normal 80.2 mm
Dasarian Ketiga Atas Normal 156.8 mm
Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 26
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, maka hasil prakiraan
menunjukkan sifat hujan pada Dasarian I adalah Atas Normal (AN) dengan
kriteria curah hujan menengah (jumlah curah hujan antara 100 – 150 mm), pada
Dasarian II adalah Normal (N) dengan kriteria menengah (jumlah curah hujan
antara 75 – 100 mm), dan Dasarian III adalah Bawah Normal (BN) dengan
kriterua rendah (jumlah curah hujan antara 20 – 50 mm).
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi
ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) yang telah divalidasi dan
mempertimbangkan kondisi fisis dinamika atmosfer-lautan sampai dengan akhir
Januari 2019, maka prakiraan curah hujan dan sifat hujan untuk bulan Februari
2019 di wilayah Kabupaten Alor sebagai berikut:
Tabel 5. Prakiraan Curah Hujan (CH) dan Sifat Hujan BulananBulan Februari 2019
Sesuai dengan kriteria sifat hujan bulanan, maka hasil prakiraan
menunjukkan sifat hujan pada bulan Februaru 2019 adalah Normal (N) dengan
kriteria hujan menengah (jumlah curah hujan: 200 – 300 mm).
*****
WilayahPrediksi CH (mm) /
KriteriaNormal CH
(mm)Sifat Hujan
Mali, Alor 200 - 300 / Menengah 251 Normal
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 27
V. PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) BULAN FEBRUARI DANMARET 2019 DI WILAYAH KABUPATEN ALOR
1. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang
terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang,
seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti
pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun
cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi
dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
2. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun
waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan
terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang
mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai
semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang
dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed
tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang
menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan
waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan
untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat
dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
3. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut
High Water (HW) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut
Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat Kabupaten Kepulauan Alor sebagian besar
wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar
pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar
muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam
buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di wilayah Kepulauan Alor yang
meliputi 2 (dua) lokasi sebagai berikut:
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 28
a. Wilayah Pelabuhan Kalabahi – Alor
Keterangan :Time (waktu) : WITA
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 29
Keterangan :Time (waktu) : WITA
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 30
b. Wilayah Pelabuhan Kabir – Alor
Keterangan :Time (waktu) : WITA
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 31
Keterangan :Time (waktu) : WITA
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 32
VI. INFORMASI WAKTU TERBIT DAN TENGGELAM MATAHARIDI WILAYAH KABUPATEN ALOR
Data waktu terbit dan tenggelam Matahari di wilayah Kabupaten Alor untuk
bulan Februari dan Maret 2019 dengan menggunakan software SunCalculator Version
5.1, sebagai berikut:
1. Stasiun Meteorologi Mali(Koordinat: 8.217 LS & 124.571 BT)
Sunrise Sunset Sunrise SunsetWITA WITA WITA WITA
01 Februari 2019 05:41:20 18:09:03 01 Maret 2019 05:46:11 18:02:0702 Februari 2019 05:41:39 18:09:00 02 Maret 2019 05:46:13 18:01:4103 Februari 2019 05:41:57 18:08:56 03 Maret 2019 05:46:15 18:01:16
04 Februari 2019 05:42:15 18:08:51 04 Maret 2019 05:46:16 18:00:4905 Februari 2019 05:42:32 18:08:45 05 Maret 2019 05:46:16 18:00:2306 Februari 2019 05:42:49 18:08:38 06 Maret 2019 05:46:16 17:59:5507 Februari 2019 05:43:05 18:08:30 07 Maret 2019 05:46:16 17:59:2808 Februari 2019 05:43:20 18:08:21 08 Maret 2019 05:46:16 17:59:0009 Februari 2019 05:43:34 18:08:11 09 Maret 2019 05:46:15 17:58:3110 Februari 2019 05:43:48 18:08:00 10 Maret 2019 05:46:13 17:58:0211 Februari 2019 05:44:01 18:07:49 11 Maret 2019 05:46:12 17:57:3312 Februari 2019 05:44:14 18:07:36 12 Maret 2019 05:46:10 17:57:0413 Februari 2019 05:44:25 18:07:23 13 Maret 2019 05:46:08 17:56:3414 Februari 2019 05:44:37 18:07:09 14 Maret 2019 05:46:05 17:56:0415 Februari 2019 05:44:47 18:06:54 15 Maret 2019 05:46:02 17:55:3316 Februari 2019 05:44:57 18:06:38 16 Maret 2019 05:45:59 17:55:0317 Februari 2019 05:45:06 18:06:21 17 Maret 2019 05:45:56 17:54:3218 Februari 2019 05:45:15 18:06:04 18 Maret 2019 05:45:52 17:54:0119 Februari 2019 05:45:23 18:05:46 19 Maret 2019 05:45:49 17:53:3020 Februari 2019 05:45:30 18:05:27 20 Maret 2019 05:45:45 17:52:5821 Februari 2019 05:45:37 18:05:07 21 Maret 2019 05:45:41 17:52:2722 Februari 2019 05:45:43 18:04:47 22 Maret 2019 05:45:37 17:51:5523 Februari 2019 05:45:49 18:04:26 23 Maret 2019 05:45:32 17:51:2424 Februari 2019 05:45:54 18:04:04 24 Maret 2019 05:45:28 17:50:5225 Februari 2019 05:45:58 18:03:42 25 Maret 2019 05:45:24 17:50:2026 Februari 2019 05:46:02 18:03:19 26 Maret 2019 05:45:19 17:49:4927 Februari 2019 05:46:06 18:02:56 27 Maret 2019 05:45:15 17:49:1728 Februari 2019 05:46:09 18:02:31 28 Maret 2019 05:45:10 17:48:45
29 Maret 2019 05:45:05 17:48:1430 Maret 2019 05:45:01 17:47:4231 Maret 2019 05:44:56 17:47:11
FEBRUARI 2019 MARET 2019
Date Date
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 33
2. Kota Kalabahi(Koordinat: 8.217 LS & 124.518 BT)
Sunrise Sunset Sunrise SunsetWITA WITA WITA WITA
01 Februari 2019 05:41:32 18:09:16 01 Maret 2019 05:46:24 18:02:1902 Februari 2019 05:41:51 18:09:13 02 Maret 2019 05:46:26 18:01:5403 Februari 2019 05:42:10 18:09:09 03 Maret 2019 05:46:27 18:01:28
04 Februari 2019 05:42:28 18:09:03 04 Maret 2019 05:46:28 18:01:0205 Februari 2019 05:42:45 18:08:57 05 Maret 2019 05:46:29 18:00:3506 Februari 2019 05:43:01 18:08:50 06 Maret 2019 05:46:29 18:00:0807 Februari 2019 05:43:17 18:08:42 07 Maret 2019 05:46:29 17:59:4008 Februari 2019 05:43:32 18:08:34 08 Maret 2019 05:46:28 17:59:1209 Februari 2019 05:43:47 18:08:24 09 Maret 2019 05:46:27 17:58:4410 Februari 2019 05:44:01 18:08:13 10 Maret 2019 05:46:26 17:58:1511 Februari 2019 05:44:14 18:08:01 11 Maret 2019 05:46:24 17:57:4612 Februari 2019 05:44:26 18:07:49 12 Maret 2019 05:46:23 17:57:1613 Februari 2019 05:44:38 18:07:36 13 Maret 2019 05:46:20 17:56:4614 Februari 2019 05:44:49 18:07:22 14 Maret 2019 05:46:18 17:56:1615 Februari 2019 05:45:00 18:07:07 15 Maret 2019 05:46:15 17:55:4616 Februari 2019 05:45:10 18:06:51 16 Maret 2019 05:46:12 17:55:1517 Februari 2019 05:45:19 18:06:34 17 Maret 2019 05:46:09 17:54:4518 Februari 2019 05:45:27 18:06:17 18 Maret 2019 05:46:05 17:54:1419 Februari 2019 05:45:35 18:05:59 19 Maret 2019 05:46:01 17:53:4220 Februari 2019 05:45:43 18:05:40 20 Maret 2019 05:45:58 17:53:1121 Februari 2019 05:45:50 18:05:20 21 Maret 2019 05:45:54 17:52:4022 Februari 2019 05:45:56 18:05:00 22 Maret 2019 05:45:49 17:52:0823 Februari 2019 05:46:01 18:04:39 23 Maret 2019 05:45:45 17:51:3624 Februari 2019 05:46:07 18:04:17 24 Maret 2019 05:45:41 17:51:0525 Februari 2019 05:46:11 18:03:55 25 Maret 2019 05:45:36 17:50:3326 Februari 2019 05:46:15 18:03:32 26 Maret 2019 05:45:32 17:50:0127 Februari 2019 05:46:18 18:03:08 27 Maret 2019 05:45:27 17:49:3028 Februari 2019 05:46:21 18:02:44 28 Maret 2019 05:45:23 17:48:58
29 Maret 2019 05:45:18 17:48:2630 Maret 2019 05:45:14 17:47:5531 Maret 2019 05:45:09 17:47:23
FEBRUARI 2019 MARET 2019
Date Date
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 34
3. Alor Kecil(Koordinat: 8.269 LS & 124.408 BT)
Sunrise Sunset Sunrise SunsetWITA WITA WITA WITA
01 Februari 2019 05:41:55 18:09:46 01 Maret 2019 05:46:48 18:02:4802 Februari 2019 05:42:14 18:09:43 02 Maret 2019 05:46:51 18:02:2203 Februari 2019 05:42:32 18:09:39 03 Maret 2019 05:46:52 18:01:56
04 Februari 2019 05:42:50 18:09:34 04 Maret 2019 05:46:53 18:01:3005 Februari 2019 05:43:08 18:09:27 05 Maret 2019 05:46:54 18:01:0306 Februari 2019 05:43:24 18:09:20 06 Maret 2019 05:46:54 18:00:3607 Februari 2019 05:43:40 18:09:12 07 Maret 2019 05:46:54 18:00:0808 Februari 2019 05:43:55 18:09:03 08 Maret 2019 05:46:54 17:59:4009 Februari 2019 05:44:10 18:08:54 09 Maret 2019 05:46:53 17:59:1110 Februari 2019 05:44:24 18:08:43 10 Maret 2019 05:46:52 17:58:4211 Februari 2019 05:44:37 18:08:31 11 Maret 2019 05:46:50 17:58:1312 Februari 2019 05:44:49 18:08:19 12 Maret 2019 05:46:48 17:57:4313 Februari 2019 05:45:01 18:08:05 13 Maret 2019 05:46:46 17:57:1414 Februari 2019 05:45:13 18:07:51 14 Maret 2019 05:46:44 17:56:4315 Februari 2019 05:45:23 18:07:36 15 Maret 2019 05:46:41 17:56:1316 Februari 2019 05:45:33 18:07:20 16 Maret 2019 05:46:38 17:55:4217 Februari 2019 05:45:42 18:07:03 17 Maret 2019 05:46:35 17:55:1118 Februari 2019 05:45:51 18:06:46 18 Maret 2019 05:46:31 17:54:4019 Februari 2019 05:45:59 18:06:28 19 Maret 2019 05:46:28 17:54:0920 Februari 2019 05:46:07 18:06:09 20 Maret 2019 05:46:24 17:53:3821 Februari 2019 05:46:14 18:05:49 21 Maret 2019 05:46:20 17:53:0622 Februari 2019 05:46:20 18:05:29 22 Maret 2019 05:46:16 17:52:3423 Februari 2019 05:46:26 18:05:08 23 Maret 2019 05:46:12 17:52:0324 Februari 2019 05:46:31 18:04:46 24 Maret 2019 05:46:07 17:51:3125 Februari 2019 05:46:35 18:04:23 25 Maret 2019 05:46:03 17:50:5926 Februari 2019 05:46:39 18:04:00 26 Maret 2019 05:45:59 17:50:2727 Februari 2019 05:46:43 18:03:37 27 Maret 2019 05:45:54 17:49:5628 Februari 2019 05:46:46 18:03:12 28 Maret 2019 05:45:50 17:49:24
29 Maret 2019 05:45:45 17:48:5230 Maret 2019 05:45:41 17:48:2031 Maret 2019 05:45:36 17:47:49
FEBRUARI 2019 MARET 2019
Date Date
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 35
4. Kabir(Koordinat: 8.278 LS & 124.197 BT)
Sunrise Sunset Sunrise SunsetWITA WITA WITA WITA
01 Februari 2019 05:42:45 18:10:38 01 Maret 2019 05:47:39 18:03:3902 Februari 2019 05:43:04 18:10:34 02 Maret 2019 05:47:41 18:03:1303 Februari 2019 05:43:22 18:10:30 03 Maret 2019 05:47:42 18:02:47
04 Februari 2019 05:43:40 18:10:25 04 Maret 2019 05:47:44 18:02:2105 Februari 2019 05:43:58 18:10:19 05 Maret 2019 05:47:44 18:01:5406 Februari 2019 05:44:14 18:10:12 06 Maret 2019 05:47:45 18:01:2707 Februari 2019 05:44:30 18:10:04 07 Maret 2019 05:47:45 18:00:5908 Februari 2019 05:44:45 18:09:55 08 Maret 2019 05:47:44 18:00:3109 Februari 2019 05:45:00 18:09:45 09 Maret 2019 05:47:43 18:00:0210 Februari 2019 05:45:14 18:09:34 10 Maret 2019 05:47:42 17:59:3311 Februari 2019 05:45:27 18:09:22 11 Maret 2019 05:47:40 17:59:0412 Februari 2019 05:45:40 18:09:10 12 Maret 2019 05:47:39 17:58:3413 Februari 2019 05:45:51 18:08:56 13 Maret 2019 05:47:36 17:58:0414 Februari 2019 05:46:03 18:08:42 14 Maret 2019 05:47:34 17:57:3415 Februari 2019 05:46:13 18:08:27 15 Maret 2019 05:47:31 17:57:0416 Februari 2019 05:46:23 18:08:11 16 Maret 2019 05:47:28 17:56:3317 Februari 2019 05:46:33 18:07:54 17 Maret 2019 05:47:25 17:56:0218 Februari 2019 05:46:41 18:07:37 18 Maret 2019 05:47:22 17:55:3119 Februari 2019 05:46:49 18:07:19 19 Maret 2019 05:47:18 17:55:0020 Februari 2019 05:46:57 18:07:00 20 Maret 2019 05:47:15 17:54:2821 Februari 2019 05:47:04 18:06:40 21 Maret 2019 05:47:11 17:53:5722 Februari 2019 05:47:10 18:06:20 22 Maret 2019 05:47:07 17:53:2523 Februari 2019 05:47:16 18:05:59 23 Maret 2019 05:47:02 17:52:5324 Februari 2019 05:47:21 18:05:37 24 Maret 2019 05:46:58 17:52:2125 Februari 2019 05:47:26 18:05:14 25 Maret 2019 05:46:54 17:51:5026 Februari 2019 05:47:30 18:04:51 26 Maret 2019 05:46:49 17:51:1827 Februari 2019 05:47:33 18:04:28 27 Maret 2019 05:46:45 17:50:4628 Februari 2019 05:47:36 18:04:03 28 Maret 2019 05:46:41 17:50:14
29 Maret 2019 05:46:36 17:49:4330 Maret 2019 05:46:32 17:49:1131 Maret 2019 05:46:27 17:48:39
FEBRUARI 2019 MARET 2019
Date Date
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 36
5. Baranusa(Koordinat: 8.358 LS & 124.092 BT)
Sunrise Sunset Sunrise SunsetWITA WITA WITA WITA
01 Februari 2019 05:43:04 18:11:09 01 Maret 2019 05:48:01 18:04:0602 Februari 2019 05:43:23 18:11:06 02 Maret 2019 05:48:04 18:03:4103 Februari 2019 05:43:42 18:11:01 03 Maret 2019 05:48:05 18:03:15
04 Februari 2019 05:44:00 18:10:56 04 Maret 2019 05:48:07 18:02:4805 Februari 2019 05:44:17 18:10:50 05 Maret 2019 05:48:07 18:02:2106 Februari 2019 05:44:34 18:10:42 06 Maret 2019 05:48:08 18:01:5407 Februari 2019 05:44:50 18:10:34 07 Maret 2019 05:48:08 18:01:2608 Februari 2019 05:45:05 18:10:25 08 Maret 2019 05:48:08 18:00:5809 Februari 2019 05:45:20 18:10:15 09 Maret 2019 05:48:07 18:00:2910 Februari 2019 05:45:34 18:10:04 10 Maret 2019 05:48:06 18:00:0011 Februari 2019 05:45:47 18:09:52 11 Maret 2019 05:48:04 17:59:3012 Februari 2019 05:46:00 18:09:40 12 Maret 2019 05:48:03 17:59:0113 Februari 2019 05:46:12 18:09:26 13 Maret 2019 05:48:01 17:58:3114 Februari 2019 05:46:23 18:09:12 14 Maret 2019 05:47:58 17:58:0015 Februari 2019 05:46:34 18:08:57 15 Maret 2019 05:47:56 17:57:3016 Februari 2019 05:46:44 18:08:41 16 Maret 2019 05:47:53 17:56:5917 Februari 2019 05:46:54 18:08:24 17 Maret 2019 05:47:50 17:56:2818 Februari 2019 05:47:02 18:08:06 18 Maret 2019 05:47:47 17:55:5619 Februari 2019 05:47:11 18:07:48 19 Maret 2019 05:47:43 17:55:2520 Februari 2019 05:47:18 18:07:29 20 Maret 2019 05:47:40 17:54:5421 Februari 2019 05:47:25 18:07:09 21 Maret 2019 05:47:36 17:54:2222 Februari 2019 05:47:32 18:06:48 22 Maret 2019 05:47:32 17:53:5023 Februari 2019 05:47:38 18:06:27 23 Maret 2019 05:47:28 17:53:1824 Februari 2019 05:47:43 18:06:05 24 Maret 2019 05:47:24 17:52:4625 Februari 2019 05:47:48 18:05:43 25 Maret 2019 05:47:20 17:52:1426 Februari 2019 05:47:52 18:05:20 26 Maret 2019 05:47:15 17:51:4227 Februari 2019 05:47:55 18:04:56 27 Maret 2019 05:47:11 17:51:1028 Februari 2019 05:47:59 18:04:31 28 Maret 2019 05:47:07 17:50:39
29 Maret 2019 05:47:02 17:50:0730 Maret 2019 05:46:58 17:49:3531 Maret 2019 05:46:54 17:49:03
FEBRUARI 2019 MARET 2019
DateDate
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 37
6. Maritaing(Koordinat: 8.286 LS & 125.127 BT)
Sunrise Sunset Sunrise SunsetWITA WITA WITA WITA
01 Februari 2019 05:39:01 18:06:55 01 Maret 2019 05:43:55 17:59:5602 Februari 2019 05:39:20 18:06:52 02 Maret 2019 05:43:57 17:59:3003 Februari 2019 05:39:39 18:06:48 03 Maret 2019 05:43:59 17:59:04
04 Februari 2019 05:39:57 18:06:42 04 Maret 2019 05:44:00 17:58:3805 Februari 2019 05:40:14 18:06:36 05 Maret 2019 05:44:01 17:58:1106 Februari 2019 05:40:30 18:06:29 06 Maret 2019 05:44:01 17:57:4407 Februari 2019 05:40:46 18:06:21 07 Maret 2019 05:44:01 17:57:1608 Februari 2019 05:41:02 18:06:12 08 Maret 2019 05:44:01 17:56:4809 Februari 2019 05:41:16 18:06:02 09 Maret 2019 05:44:00 17:56:1910 Februari 2019 05:41:30 18:05:51 10 Maret 2019 05:43:59 17:55:5011 Februari 2019 05:41:43 18:05:40 11 Maret 2019 05:43:57 17:55:2112 Februari 2019 05:41:56 18:05:27 12 Maret 2019 05:43:55 17:54:5113 Februari 2019 05:42:08 18:05:14 13 Maret 2019 05:43:53 17:54:2114 Februari 2019 05:42:19 18:04:59 14 Maret 2019 05:43:51 17:53:5115 Februari 2019 05:42:30 18:04:44 15 Maret 2019 05:43:48 17:53:2116 Februari 2019 05:42:40 18:04:28 16 Maret 2019 05:43:45 17:52:5017 Februari 2019 05:42:49 18:04:12 17 Maret 2019 05:43:42 17:52:1918 Februari 2019 05:42:58 18:03:54 18 Maret 2019 05:43:39 17:51:4819 Februari 2019 05:43:06 18:03:36 19 Maret 2019 05:43:35 17:51:1720 Februari 2019 05:43:13 18:03:17 20 Maret 2019 05:43:31 17:50:4521 Februari 2019 05:43:20 18:02:57 21 Maret 2019 05:43:27 17:50:1422 Februari 2019 05:43:27 18:02:37 22 Maret 2019 05:43:23 17:49:4223 Februari 2019 05:43:32 18:02:16 23 Maret 2019 05:43:19 17:49:1024 Februari 2019 05:43:37 18:01:54 24 Maret 2019 05:43:15 17:48:3825 Februari 2019 05:43:42 18:01:32 25 Maret 2019 05:43:11 17:48:0626 Februari 2019 05:43:46 18:01:08 26 Maret 2019 05:43:06 17:47:3527 Februari 2019 05:43:50 18:00:45 27 Maret 2019 05:43:02 17:47:0328 Februari 2019 05:43:53 18:00:21 28 Maret 2019 05:42:57 17:46:31
29 Maret 2019 05:42:53 17:45:5930 Maret 2019 05:42:49 17:45:2831 Maret 2019 05:42:44 17:44:56
Date
FEBRUARI 2019 MARET 2019
Date
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 38
VII. PELAYANAN PUBLIK
1. PELAYANAN PENERBANGAN
Berdasarkan hasil data pengamatan cuaca selama bulan Januari 2019, dalam hal
ini banyak hasil observasi cuaca khusus untuk pelayanan penerbangan yang berupa
QAM, SPECI, dan METAR dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 6. Informasi Pelayanan Meteorologi Untuk PenerbanganStasiun Meteorologi Mali – Alor
BULANHASIL PENGAMATAN
QAM SPECIAL METAR SPECI
Januari 2019 108 32 1068 65
Keterangan Tabel:
o QAM : merupakan informasi cuaca yang diberikan untuk kepentingan Take Off
(Lepas Landas) dan Landing (Pendaratan) pesawat terbang.
o SPECI : Merupakan informasi cuaca khusus yang harus dilaporkan setiap terjadi
perubahan cuaca yang signifikan (bermakna) seperti: terjadi thunderstorm
(badai guntur), terjadi hujan, terjadi peruban arah kecepatan angin secara
tiba – tiba dan lain – lain. Informasi ini dilaporkan saat keadaan
cuaca mulai terjadi dan setelah cuaca selesai terjadi
o METAR: Merupakan informasi cuaca rutin untuk kepentingan penerbangan
yang dibuat setiap jam atau ½ jam sekali pada jam penuh atau jam
tengahan.
2. LAPORAN PRODUK METEOROLOGI PUBLIK
Laporan produk meteorologi publik merupakan laporan informasi mengenai
kegiatan publikasi data – data hasil pengamatan yang di gunakan atau dimanfaatkan oleh
BMKG, instansi di luar BMKG dan masyarakat umum yang membutuhkan. Hasil produk
meteorologi publik dapat di lihat dalam tabel di berikut ini.
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 39
Tabel 7. Laporan Produk Meteorologi PublikStasiun Meteorologi Mali – Alor Bulan Januari 2019
No
JenisPublikasi
UnitKerja
INSTANSI PENERIMA PUBLIKASIDI LINGKUNGAN BMKG DI LUAR BMKG
UNIT KERJA JML UNIT KERJA JML1 2 3 4 5 6 71 Data
KlimatologiStamet Mali-
Alor- Deputi Bidang
Meteorologi- Kepala Balai
Besar MKGWil.III
- Koord. BMKGNTT
- Ka. StasiunKlimatologiLasiana Kupang
2 lbr
Sda
Sda
Sda
- -
2 BuletinInformasiMeteorologi
Stamet Mali-Alor
Sestama BMKG
Deputi Bdg.Meteorologi
Deputi BidangKlimatologi
Kepala BiroUmum
Ka. Balai BesarMKG Wil. III
Koord. BMKGNTT
Stamet, Staklim,Stageo se-NTT
1 Exp
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
- Bupati Alor- Ketua DPRD
Kab. Alor- Kepala
BAPEDA kab.Alor- Kepala Dinas
PU kab. Alor- Kepala BPS kab.
Alor- Kepala Dinas
Pertanian &PerkebunanKab. Alor- Kepala Dinas
Perhubungankab. Alor- Kepala Badan
LingkunganHidup Daerahkab. Alor
1 ExpSda
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
3 QAM Stamet Mali-Alor
- - Bandara Mali diAlor
108
4 SPECIAL Stamet Mali-Alor
- - Bandara Mali diAlor
32
4 METAR Stamet Mali-Alor
BMKG via CMSS - - 1068
5 SPECI Stamet Mali-Alor
BMKG via CMSS - - 65
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 40
VIII. LAMPIRAN
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 41
DAFTAR ISTILAH
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari pemanasan
vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan
terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar
memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa
terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada
waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean
Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI (Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas
Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah
kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga
curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai
positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah
hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu
daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik
Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di
sebagian besar wilayah Indonesia berkurang
ENSO (El Nino-Shouthern
Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama
dan wilayah yang luas.
ITCZ (Intertropical : Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 42
Convergence Zone) yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ
berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan
cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara
umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden Jullian Oscillation) : Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan
tinggi- tekanan rendah) di kawasan tropik yang
terkait dengan penambahan gugusan uap air yang
menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih
kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya
berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur
dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik
pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang
lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal
dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun
Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di
Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan
musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun,
menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan
(1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation) : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan
keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan
tutupan awan konvektis yang banyak. Sedangkan nilai
positif menunjukan tutupan awan konvektif yang sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10
tahuN (1971 – 1980, 1976 – 1985, 1996 – 2002, 1995 – 2010,
dsb.)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan
Buletin Informasi Meteorologi Edisi I bulan Januari 2019 Page 43
***
kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El
Nino atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun
berakhiran 1 dan diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990,
1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang
berhubungan dengan fenomena cuaca