tim peneliti - repositori.unud.ac.id fileseperti telah dikemukakan dalam penelitian tahun i, bahasa...

79
LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (TAHUN II) VARIASI KOSAKATA BAHASA BALI DIALEK BALI AGA PADA RANAH LAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT TIM PENELITI Ketua Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S.; NIDN 0006085605 Anggota Prof. Dr. I Made Budiarsa, M.A.: NIDN 007015305 Prof. Dr. I Wayan Simpen,M.Hum.; NIDN 0031126071 Dr. Ni Made Suryati, M.Hum.; NIDN 0008065605 UNIVERSITAS UDAYANA NOVEMBER 2015 1 Bidang Unggulan* : Fungsi Bahasa dalam Komunkasi Pembangunan Kode/Nama Rumpun Ilmu:.500/Ilmu Bahasa

Upload: doandien

Post on 01-Jul-2019

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIRHIBAH KOMPETITIF PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

(TAHUN II)

VARIASI KOSAKATA BAHASA BALI DIALEK BALI AGA

PADA RANAH LAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

TIM PENELITI

KetuaDr. Ni Made Dhanawaty, M.S.; NIDN 0006085605

AnggotaProf. Dr. I Made Budiarsa, M.A.: NIDN 007015305

Prof. Dr. I Wayan Simpen,M.Hum.; NIDN 0031126071Dr. Ni Made Suryati, M.Hum.; NIDN 0008065605

UNIVERSITAS UDAYANANOVEMBER 2015

1

Bidang Unggulan* : Fungsi Bahasa dalam Komunkasi Pembangunan

Kode/Nama Rumpun Ilmu:.500/Ilmu Bahasa

2

BAB I PENDAHULUAN

Seperti telah dikemukakan dalam penelitian Tahun I, bahasa Bali di Bali, secara

garis besar oleh Bawa {1983), dipilah atas (1) bahasa Bali Dialek Bali Dataran (DBD),

yang tersebar di daerah Bali dataran dan (2) bahasa Bali Dialek Bali Aga (DBA) yang

tersebar di daerah-daerah pegunungan pulau Bali, Nusa Penida, dan di Nusa

Lembongan. DBA memiliki struktur gramatikal, karateristik leksikal, dan fonologis

yang berbeda dengan DBD sehingga sulit dipahami oleh penutur bahasa Bali DBD,

apalagi oleh penutur bahasa lain.

Kesulitan pemahaman itu juga banyak dialami oleh para insan yang bergerak di

bidang pelayanan kesehatan sehingga paramedis dan dokter kadang-kadang

mengalami hambatan dalam menjalankan tugas akibat komunikasi kurang lancar.

Pustaka acuan untuk membantu pemahamannya juga sampai saat ini belum ada.

Hambatan kebahasaan dapat mengganggu keefektifan komunikasi, bahkan kadang-

kadang dapat menimbulkan simpang komunikasi (miscommnication), yang dapat

berakibat fatal dalam layanan kesehatan. Salah satu contoh, di dalam bahasa Bali DBA

di Nusa Penida dikenal kosakata bengel yang dalam dalam dialek setempat

bermakna‘sakit kepala’, sementara dalam DBD dan juga dalam Kamus Bahasa Bali –

Indonesia (Panitian Penyusun, 1978), kata bengel bermakna ‘bintik-bintik gatal pada

kulit’. Jika tidak dibantu oleh mereka yang paham dialek itu bisa jadi akan terjadi salah

obat. Karena itu, diperlukan adanya acuan yang dapat memudahkan penutur lain,

terutama bagi mereka yang bergerak di bidang pelayanan masyarakat, terlebih-lebih di

bidang pelayanan kesehatan, memahami DBA agar dapat berkomunikasi secara efektif

dengan masyarakat, khususnya pasien/klien (dan keluarga). Dari Senarai multidialektal

mereka dapat mencari istilah bahasa Bali umum, setelah itu mereka akan terbantu oleh

Kamus Bali – Indonesia. Dengan demikian, mereka dapat melakukan komunikasi

secara efektif dalam pelayanan dan asuhan kesehatan atau komunikasi antara dokter –

pasien/klien (dan keluarga) dan antara paramedis – pasien/klien (dan keluarga).

Seperti yang diketengahkan oleh Ismani (2001) telah terjadi pergeseran fokus

3

asuhan kesehatan atau keperawatan dari peran kuratif menjadi peran preventif dan

promotif yang mandiri tanpa melupakan peran kuratif dan rehabilitatif. Hal ini terkait

dengan kecenderungan perubahan pola penyakit dari penyakit. infeksi menjadi

penyakit degeneratif. Ini berarti, selain pengobatan, perlu dilakukan pembinaan pola

hidup sehat dan promosi-promosi tentang kesehatan bagi masyarakat. Karena itu,

dalam pola asuhan kesehatan yang baru, komunikasi merupakan kata kunci dan

pemakaian bahasa, termasuk di dalamnya etika berbahasa, memegang peranan penting

dalam membangun komunikasi yang efektif. Dalam komunikasi dengan pasien, dokter

dan paramedis perlu berkonvergensi secara linguistik. Soetjiningsih (2008) juga

menekankan bahwa salah satu hal penting dalam bertanya kepada pasien adalah dokter

hendaknya menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh pasien.

Salah satu program Pemerintah Bali dalam pembangunan masyarakat Bali di

bidang kesehatan.adalah upaya peningkatan kesehatan masyarakat yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan melalui

Puskesmas dan jaringannya. Untuk menyukseskan program itu, Pemerintah Bali

membuat program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) yang memungkinkan

pemerataan layanan kesehatan terhadap penduduk kurang mampu. Semua kelompok

masyarakat yang rentan memperoleh pelayanan kesehatan gratis di desa sasaran

(http://www.diskes.baliprov.go.id/informasi/2010/10/program-kerja-dan-kegiatan)

Masyarakat Bali kelompok usia tua, dalam hal ini pasien yang lebih banyak

dengan keluhan penyakit degenertif, masih banyak yang monolingual dan monolektal.

Komunikasi dengan penutur monollingual bahasa Bali DBA mengalami lebih banyak

kesulitan karena bahasa Bali DBA sulit dipahami oleh penutur DBD dan sampai saat

ini belum ada senarai atau kamus tentang dialek tersebut. Karena itu, selain melalui

layanan kesehatan secara gratis, peningkatan pemerataan dan kualitas layanan

kesehatan perlu didukung dengan komunikasi yang efektif, lebih-lebih adanya

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, yang tentu memerlukan

penyuluhan-penyuluhan atau sosialisasi pola hidup sehat. Penyuluhan-penyuluhan

akan menjadi efektif jika menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh pesuluh dari

4

segenap lapisan masyarakat. Karena itu diperlukan dukungan senarai kosakata yang

umum digunakan dalam ranah layanan kesehatan.

Berpautan dengan kenyataan tersebut, maka dipandang perlu dilakukan upaya ke

arah penyusunan senarai (kamus kecil) bahasa Bali DBA. Penelitian ini bertujuan

menginventarisasi variasi kosakata bahasa Bali DBA pada ranah layanan kesehatan

dengan target final tersusunnya sebuah senarai kosakata pada ranah layanan kesehatan

masyarakat yang multilektal dan Bali – Indonesia. Kamus ini diharapkan dapat

mendukung peningkatan layanan kesehatan di Bali, yang berarti mendukung program

pemerintah daerah provinsi Bali dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

Bertolak dari latar belakang di atas secara umum permasalahan yang dibahas

dapat dirumuskan sebagai berikut.

(1) Bagaimanakah variasi kosakata bahasa Bali Dialek Bali Aga dalam ranah

layanan kesehatan masyarakat?

(2) Bagiamanakah perbandingan makna kosakata antarvariasi?

(3) Bagaimanakah hasil pengelompokan variasi secara dialektal leksikal?

(4) Bagaimanakah karakteristik gramatikal dan fonetis kosakata bidang

kesehatan bahasa Bali DBA?

Penelitian Tahun I dibatasi pada permasalahan no. (1) , (2), dan (3). Pada Tahun II

ini permasalahan difokuskan pada masalah (4) yang dapat dirinci sebagai berikut.

1) Bagaimanakah karakteristik fonologis kosakata bahasa Bali DBA dalam

ranah layanan kesehatan?

2) Bagaimanakah karateristik morfologis kosakata bahasa Bali DBA dalam

ranah layanan kesehatan?

3) Bagaimanakah pengelompokan karakteristik fonologis dan morfologis

kosakata bahasa Bali DBA dalam ranah layanan kesehatan antara?

Penelitian ini secara umum dan keseluruhan bertujuan untuk menyusun sebuah

5

senarai (kamus kecil) pada ranah kesehatan guna mendukung upaya peningkatan

layanan kesehatan masyarakat di provinsi Bali. Sesuai dengan permasalahan Tahun II

di atas tujuan khusus penelitian ini untuk Tahun II adalah untuk (1) menelaah variasi

fonologis kosakata untuk melihat adanya kata yang mengalami proses fonologis

tertentu sehingga dari segi pelafalan mirip dengan kosakata lain dalam bahasa Bali

DBD; (2) menelaah variasi morfologis kosakata bahasa Bali DBA dalam ranah

layanan kesehatan; (3) melakukan pengelompokkan berdasarkan karateristik fonologis

dan morfologis kosakata bahasa Bali DBA dalam ranah layanan kesehatan di seluruh

Bali. Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh pada tataran leksikal, maka

selain untuk ketiga tujuan di atas, khusus untuk kosakata DBA dalam ranah layanan

kesehatan di Kabupaten Buleleng dan Tabanan akan dikaji juga berdasarkan variasi

leksikal dan pengelompokan dialektalnya. Penelitian Tahun II ini menyisakan tujuan

akhir penelitian, yakni penyusunan senarai/kamus kosakata DBA pada ranah layanan

kesehatan, yang direncanakan dilakukan pada penelitian Tahun III.

Lokasi penelitian untuk Tahun II ini adalah daerah sebar DBA di Kabupaten

Buleleng dan Tabanan agar diperoleh gambaran karateristik fonologis dan morfologis

kosakata DBA pada ranah layanan kesehatan di seluruh Bali. Selain itu juga agar dapat

digambarkan variasi leksikal dan pengelompokan dialektal kosakata DBA pada kedua

kabupaten tersebut.

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian terhadap bahasa Bali dalam berbagai aspeknya telah banyak dilakukan.

Akan tetapi, penelitian yang bersentuhan dengan bahasa Bali DBA masih terbatas dan

pembahasan variasi bahasa Bali DBA umumnya tercakup dalam penelitian

dialektologi di Bali.

Penelitian bahasa Bali yang merupakan studi dialektologi dirintis oleh Bawa

(1979/1980) dengan penelitian berjudul “Bahasa Bali di daerah Propinsi Bali: Sebuah

Pemerian Geografi Dialek”. Penelitian ini kemudian dikembangkan menjadi “Bahasa

Bali di Propinsi Bali: Sebuah Analisis Geografi Dialek” (1983). Kedua penelitian

tersebut menerapkan metode pupuan lapangan dalam mengumpulkan data. Analisis

fonologisnya menerapkan kajian dialektologi struktural, sedangkan analisis

leksikalnya menerapkan metode dialektometri.

Dilihat berdasarkan realisasi fonem vokal, Bawa mengelompokkan variasi bahasa

Bali menjadi lima, yakni (1) bahasa Bali Baku, (2) bahasa Bali Daerah [a] yang

terdapat di daerah Bali Aga, (3) bahasa Bali Daerah [ə] yang terdapat di daerah di luar

Bali Aga, kecuali Tabanan, dan (4) bahasa Bali Daerah [ɤ] yang terdapat di beberapa

daerah di Kabupaten Tabanan dan (5) bahasa Bali Daerah [ɔ], yang terdapat pada

beberapa desa pada beberapa wilayah di Kabupaten Tabanan. Berdasarkan realisasi

konsonan /t,d,s,n,l,r,k/., bahasa Bali dipilah atas (1) dialek dengan realisasi

[t,d,s,n,l,r,k] dan (2) dialek dengan realisasi [ʈ, ɖ, ʂ , ɳ, ɭ, ɽ, ʔ]. Dilihat berdasarkan

distribusi fonem, bahasa Bali dikelompokkan atas dialek yang mengenal fonem /h/,

baik pada kata-kata serapan maupun kata-kata sehari-hari, pada posisi awal dan posisi

antarvokal; dan kelompok dialek yang mengenal fonem /h/ pada kedua posisi tersebut

hanya terbatas pada sejumlah kata serapan. Dengan melihat variasi fonologis dan

leksikal, Bawa secara garis besar mengelompokkan bahasa Bali menjadi dua, yakni

bahasa Bali Dialek Bali Aga atau Bali Pegunungan dan bahasa Bali Dialek Dataran

7

Sejalan dengan penelitian Bawa, di Bali banyak dilakukan penelitian dialektologi

dengan model yang sama dengan penelitian Bawa (1979/1980 dan 1983). Selain

sebagai bagian penelitian Bawa, telah ada beberapa kajian dialek geografis terhadap

bahasa Bali di Kabupaten Tabanan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dhanawaty

(1984, 1985). Dari kedua penelitian itu dapat diketahui bahwa di daerah Tabanan

terdapat dua kelompok dialek, yakni bahasa Bali dialek Bali Aga yang terdapat di

daerah Sanda dan bahasa Bali dialek Dataran di daerah pengamatan lainnya..

Kajian dialek geografis terhadap bahasa Bali di Kecamatan Nusa Penida telah

dilakukan oleh Madia (1984), yang mengkaji sistem fonologisnya berdasarkan

dialektologi struktural dan oleh Adhiti (1984) yang meneliti variasi kosakatanya. Hasil

penelitian Madia, secara garis besar, mengelompokkan bahasa Bali di Kecamatan

Nusa Penida atas dialek pegunungan, dialek dataran, dan dialek Lembongan.

Kajian dialek geografi terhadap bahasa Bali di Kabupaten Karangasem dilakukan

oleh Sukartha (1980). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bahasa Bali di

Karangasem dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) dialek [a] yang tersebar di

daerah Bali Aga yakni Seraya, Bunutan, dan Tenganan; (2) dialek [O] yang terdapat

di daerah Tangkup dan Antigua; (3) dialek [ə] yang terdapat di titik pengamatan

lainya. Daerah asal transmigran Bali Karangasem di Lampung Tengah tergolong

daerah pakai bahasa Bali dialek [ə].

Penelitian senada telah merambah bahasa Bali pada semua kabupaten di Bali.

Penelitian dialek geografis lainnya yang berobjekkan bahasa Bali, antara lain Bahasa

Bali di Kabupaten Klungkung: Sebuah Analisis Geografi Dialek” (1985) oleh Bawa

dkk. Semua penelitian yang disebutkan di atas dan beberapa penelitian dialektologi

lainnya memusatkan diri pada bahasa Bali secara keseluruhan, dalam artian mencakupi

juga bahasa Bali DBA, namun kosakata yang diteliti bersifat umum dan kosakata yang

menyangkut bidang kesehatan sangat terbatas. Bagaimana pun kajian leksikal

penelitian-penelitian tersebut berkontribusi terhadap penelitian ini.

8

Dhanawaty dkk. (2012) dalam penelitian yang berjudul “Model Akomodasi

dalam Upaya Pengembangan Toleransi Antaretnis Pada Masyarakat Transmigran di

Provinsi Lampung”, menjadikan konvergensi lingusitik dalam komunikasi paramedis

—pasien sebagai bagian pembahasan. Dari penelitian yang dikumpulkan dengan

menerapkan metode simak dan cakap; dan metode analisis padan intra maupun

ekstralingual (Band. Mahsun, 2005) yang didukung teori akomodasi komunikasi dapat

diketahui bahwa konvergensi bahasa berperan penting dalam membangun hubungan

asosiatif atau hubungan sosial yang harmonis, tidak saja hubungan sosial intraetnis,

tetapi juga hubungan sosial antaretnis. Salah satu bagian penting hasil penelitian

tersebut yang relevan dengan penelitian ini adalah bahwa konvergensi linguistik yang

dilakukan oleh paramedis ke arah para pasiennya di Lampung terbukti berhasil

mengefektifkan komunikasi paramedis—pasien/klien.

Dhanawaty dkk (2014) sedang melakukan Tahun I dari penelitian ini. Hasil

penelitian sementara menunjukkan bahwa DBA di tingkat internal bervariasi dan

perbandingannya dengan BBU menunjukkan perbedaan.

9

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini memedukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan

kuantitatif diterapkan dalam melakukan pengelompokan variasi, selebihnya digunakan

pendekatan kualitatif. Tahapan pengumpulan data digunakan metode simak, baik

simak libat cakap maupun simak bebas libat cakap, dan metode cakap semuka (periksa

Sudaryanto, 1988). Metode tersebut didukung oleh teknik catat dan rekam. Pada

tahapan analisis data diterapkan metode metode distribusional untuk kajian

gramtikalnya; metode padan fonetis artikular, untuk kajian fonetis, metode padan

translasional, dan padan referensial untuk kajian leksikalnya (Sudaryanto; dan, 1993)

yang oleh Mahsun (2005) masing-masing dikelompokkan menjadi metode padan

intralingual dan metode padan ekstralingual. Pengelompokan variasi dilakukan dengan

menerapkan metode dialektometri dengan rumus yang dikemukakan oleh Seguy dan

pengelompokan oleh Guiter, dengan rumus sebagai berikut.

periksa Ayatrohaedi (1978) dan Lauder (2003).

Analisis juga bertolak dari Teori Akomodasi Komunikasi.

Hasil analisis disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal.

10

(s x 100)

= d%

N

s = jumlah beda N = jumlah leksikon yang dibandingkan d = jarak kosakata

BAB III VARIASI LEKSIKAL KOSAKATA BAHASA BALI DIAKEK BALI AGA

BIDANG LAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

Pembahasan deskripsi variasi leksikal kosakata bahasa Bali dialek Bali Aga

bidang istilah kesehatan dilakukan dengan mendeskripsikan kosakata yang bervariasi

di dalam lima medan makna. Kelima medan makna tersebut adalah (1) medan makna

nama bagian tubuh; (2) medan makna penyakit dan pengobatannya; (3) medan makna

gerak dan kerja; (4) medan makna kata ganti, sapaan, dan acuan; dan (5) medan makna

sistem kererabatan. Kosakata yang terdapat di daerah pengamatan dibandingkan

dengan kosakata bahasa Bali Umum (BBU). Hal itu dilakukan untuk mengetahui

seberapa jarak kosakata antara BBU dan DBA di desa Pedawa dan Sembiran di

Kabupaten Buleleng yang menjadi objek penelitian sehingga dapat diketahui

perbedaan kosakata BBU dengan kosakata DBA pada ranah kesehatan masyarakat di

dua desa tersebut.

Perlu disampaikan bahwa untuk tiga medan makna, yaitu medan makna bagian

tubuh, medan makna penyakit dan pengobatan, dan medan makna gerak dan kerja

masing-masing variasi leksikalnya disajikan hanya 20 kosakata. Hal itu dilakukan

untuk lebih mengefektifkan hasil penelitian ini. Jumlah variasi leksikal secara utuh

disajikan dalam perhitungan dialektometri untuk menentukan status hubungan antara

BBU dengan DBA di dua desa yang sudah ditentukan.

4.1 Variasi Leksikal Medan Makna Bagian Tubuh

Deskripsi variasi leksikal bagian tubuh dilakukan dengan membandingkan 114

glosa di di dua desa, yakni Desa Pedawa dan Sembiran. Berdasarkan data yang

diperoleh, dapat diuraikan variasi kosakata medan makna bagian tubuh sebagai

berikut.

11

Dari 112 glos yang dibandingkan, yang diuraikan hanya kosakata yang

menunjukkan variasi leksikal di dua desa atau daerah penelitian (DP) yang telah

ditetapkan. Beberapa tersebut diuraikan berikut ini.

Glosa 'anak tekak' pada BBU disebut [cantik kəkɔlɔŋan], di Desa Belantih sama

dengan BBU, di DP Pedawa disebut [kancɪl kolɔŋan] dan di DP Sembiran disebut

[batʊn kuluŋan]

Glosa ‘bibir’ sumbing beriannya di DP Pedawa sama dengan salah satu berian

pada BBU yaitu [cuŋɪh/; di DP Sembiran [cuŋɪk]. Berian pada ketiga DP ini

sesungguhnya hanya berbeda secara fonologis, namun dalam BBU selain [cuŋɪh]

ditemukan juga berian [suwɪŋ].

Glosa ‘bulu kuduk; dalam BBU beriannya [bulʊn cikʊt] atau [bulun kalɔŋ], pada

DP Pedawa sama dengan salah satu berian BBU, yakni [bulʊn kalɔŋ], sementara di

DP Sembiran [bulʊn bətʊt]

Glos ‘kantung kemih’ dalam BBU /siksikan/, pada DP Pedawa [kəmbʊŋan]. Di

DP Sembiran sangat unik, yakni [kantɔŋ butʊh].

Glosa ‘mata kaki’ di DP Pedawa beriannya sama dengan pada BBU, yaitu /matan

batis/, sementara di DP Sembiran diperoleh berian [kəmɔŋ kəmɔŋan].

Glosa ‘kuduk’, pada BBU beriannya [tuəd baɔŋ], pada DP Pedawa disebut

[kalɔŋ], dan pada DP Sembiran disebut [bətʊk]

Glosa ‘tulang rusuk’, pada BBU ditemukan berian /tulaŋ iga iga/, pada DP

Pedawa ditemukan berian [tulaŋ usʊk], dan pada DP Sembiran disebut [tulaŋ kəpət].

Untuk lebih lengkapnya variasi leksikal yang ditemukan dapat dilihat pada Bagan 1

berikut ini.

Bagan 1 Variasi Leksikal Kosakata pada Medan Makna Alat-Alat Tubuh.

12

No. Glosa BBU DP Pedawa DP Sembiran

1anak tekak [cantɪk kəkɔlɔŋan] kancɪl kolɔŋan] batʊn kuluŋan

2 Bibir sumbing [suʷɪŋ], [cuŋɪh] [cuŋɪh] [cungɪk]

3bulu kuduk [bulʊn cikʊt] [bulʊn kalɔŋ] [bulun bəţʊţ

4cambang [capɪŋ], [kalɛs] [kalɛs] [kalɪs]

5 kantung kemih [siksɪkan] [kəmbʊŋan kantɔŋ butʊh

6kepala botak [ləŋar] [baŋlah] [bonglak]

7ibu jari [inan limə [imen ima] Liman meme

8 gigi yang bertumpuk tumbuhnya

[manjak] [giŋsʊl] [ktula]

9jari manis [linjɔŋ] [lɛʔ] [lɛk]

10 jari tengah [lɛk] [lenjɔŋ] [njɔng]

11 kepala [sirah], duʊr. təras [təras] [gundʊl]

12 kerongkonga

n [kɔlɔŋan] [kəkɔlɔŋan [bahʊng]

13

lipatan kaki [ceŋkɔd] [tagəlaŋ batɪs] [səlakapak]

13

14 mata juling [diləŋ], [sero] [sero] [sahʊp]

1

5 mata kaki [matan batɪs] [matan batɪs][kəmong-kəmongan]

1

6 punggung [tundʊn] [tundʊn] [pundʊk]

17 (kuduk) [tuwəd baɔŋ] [kalɔŋ] [bətʊk]

1

8tulang

punggung[tulaŋ giʸɪn] - [tulaŋ pundʊk]

1

9 tulang rusuk [tulaŋ igə igə] [tulaŋ usʊk] [tulaŋ kəpət]

20 tumit [jɛŋgot batɪs] [togɔk] [gɛnjɔt]

21 ubun-ubun [bunbʊnan/pəbaan] [pəmabaan] pələbahan]

4.2 Variasi Kosakata Medan Makna Gerak dan Kerja

Variasi kosa kata medan makna gerak dan kerja dilakukan dengan

membandingkan 111 kosakata. Berdasarkan pengamatan di empat desa ada empat

kata yang tidak ditemukan beriannya. Glosa 'membalut (luka)’, pada DP Sembiran

14

ditemukan berian sama dengan BBU, yakni [mədbəd], sementara pada DP Pedawa

ditemukan berian [mɔntɔt].

Untuk glosa ‘berkelahi’ ditemukan berian [miyəgan/mərəbat] pada BBU, pada

DP Pedawa ditemukan berian [məjaɔran], dan pada DP Sembiran ditemukan berian

[məgəlʊt].

Glosa ‘memeluk’, pada BBU beriannya [ŋəlʊt], pada DP Pedawa ditemukan

berian [məməlʊʔ], sama dengan dalam bahasa Indonesia. Pada DP Sembiran

ditemukan berian [mrɔkɔt]

Glosa ‘memijit’, beriannya sangat bervariasi. Pada BBU ditemukan berian

[ŋusʊg] atau ŋuladaŋ, pada DP Pedawa ditemukan berian [ əljəl],ɲ dan [ŋəludlad],

pada DP Sembiran ditemukan berian [məcək] dan [ŋuhutaŋ]

Glosa ‘bersandar’, pada BBU, beriannya [məsadah] dan [ əl l g],ɲ ɛ ɛ berian pada

DP Pedawa untuk glosa ini adalah [ əl l d].ɲ ɛ ɛ Jadi hanya berb\eda secara fonologis.

Pada DP Sembiran berian untuk glosa ini adalah [məsadahan], hanya berbeda secara

norfologis dengan berian [məsadah] akibat tambahan sufiks {-an}

Glosa ‘menyuruh’, dalam BBU ditemukan berian [nund n],ɛ pada DP Pedawa dan

Sembiran ditemukan berian yang sama, yaitu [ŋəsʊh]. Variasi lebih lengkapnya dapat

dilihat pada Bagan 2 berikut ini.

No. Glosa BBU DP Pedawa DP Sembiran

1. balut (luka)[B [mədbəd] m/bɔntɔt] [mədbəd]

2. buai (meng-) [ŋəlʊs] [usuɪn] kusu-kusu nɪ

3.bujuk (meng-) [ŋələməsɪn] [ŋaj m aj m]ʊ ʊ ape-ape

4. kelahi (ber) miyəgan, mərəbat]

[məja ran]ɔ [məgəl tʊ

5. larang (meg-) [nɔmbaaŋ] [ni a ]/[maa ]ɲ ʔ ʔ [ngara dadi/da]

15

6.Peluk (meng-) [gəlʊt] [məməl ]ʊʔ [mr k t]ɔ ɔ

7.pergi [məgədi] [uwas] [luwas]

8.pijit (meng-) [ŋus g]ʊ [jəljəl]/[məludlad] [məcək/nguh taŋ]ʊ

9. raba (meng-) [ŋadab] [ŋus d]ʊ [ŋadab-ŋadab]

10. rangkul (meng-) [saŋk l] ɔ [mərambaŋ] [mər k t]ɔ ɔ

11.sandar ber-) məsadah] [ əl l d]ɲ ɛ ɛ [məsadahan]

12.suruh (meng-) [nund n] ɛ [s h]/[s haʊ ʊ [ngəs h/suha]ʊ

13.tunjuk (meng-) [nuju aŋ] ʷ [nud ŋan]ɪ [nud ŋ]ɪ

16

Bagan 3 Variasi Leksikal Medan Makna Obat dan Pengobatan

No. Glosa BBU DP Pedawa DP Sembiran

1. bekas luka [tampak tatu] [mətampaɁ tatu] laja ogak

2. berkunang- kunang [məkunaŋniŋan]

[məkunaŋ kunaŋan]

[kuting-

kutingən]

3. borok [bərʊŋ] [ntʊlan]/[k r ŋ]/ɔ ɛ[məbə əhɲ ] -[bə`rʊŋ]

4. burut/hernia [basaŋ məcəl s]ɔ [saŋlɪr] [basang aʊd]

5. campak [ d h] ɛ ɛ [nəmpi] [sampəh]6. epilepsi [ayan] [ayan] [tunggah]7. gigi berlobang [gigi bərək] [cərɔŋrɔʔan] [gigi bɔrɔk]8. gigi tanggal [gigi kəpʊs] [kət sɔ ] [gigi kəpʊh

9. Influenza [paad] [paad]/[pəŋəŋ]/ [ŋəbʊs diŋɪn]

[mappəhah/ pəŋəŋ]

10. kaki gajah [bətəg] [bədasa] [bətəg]

11. keguguran [krur n]ɔ [ŋəlabuhwaŋ] [ŋlabuhaŋ]12. kejang [ŋəjat] [kəjət kəjət] [krəjəŋ]13. letih lesu [ n]ɔɔ [lələh] [ləmət]14. luka [mətatu/sidə [mətatu] [sida]15. mata gelap [pəpətəŋən] [kəpələŋan] [kutiŋ-kutiŋan]16. mata kabur lamʊr [urəm] [lamʊr]

17.mata kemasukan

sesuatu[kəsip] [səpənan] [səppənnən]

18. memar [balan] [irəm] [ləbəŋ]19. mencret [misɪŋ] [parʊs] [mancʊr/lɔlɔs]20. menguap..........................................[məwaban] [muwaban] [muhabban]21. ngilu [ŋilu] [ŋilu] [macəm]22. perut buncit [basaŋ bacl] [basaŋ bəntaŋ] [bad h]ɔ23. perut kembung [basaŋ mbət] [basaŋ bəntaŋ] [basang badɔh]24. pilek [paad] [paad] [pəhad]25. pingsan [ɲ əle ati] [ara iŋət] [tunggah]26. susuban [subsuban] [sIings ngan]ɪ

27. tertusuk duri [tusʊk du i]ʷ [bəlbəlan]/[təbə dui] [təbək duhi]

28. tumbuh gigi [tumbʊh paŋgal [tumbʊh gigi [əmpʊg paŋgal

17

belakang pəŋijəŋ] pəŋijəŋ]

4.3 Variasi Kosakata Medan Makna Gata Ganti, Sapaan, dan Acuan

No. Glosa BBU Pedawa Sembiran

1kami (berdua) [caŋ jak dadwa]

[aku ayaŋku

dadwa]oke jak duwa

2kami (bertiga) [caŋ jak təlu]

[aku ayaŋku

təlu]oke jak telu

3 panggilang untuk anak laki kecil

[nak cənik

muwani]

[kəcicak

muwani]

4 panggilan

untuk gadis

kecil

[kəcicak luwa

luwa]

5 (yang) mana [ane c n/k n]ɛ ɛ [ani kɛn] [əngk n jah]ɛ

BAB IV

VARIASI FONOLOGIS DAN KARAKTERISTIK MORFOLOGIS BAHASA BALI DIALEK BALI AGA

PADA LAYANAN KESEHATAN

4.1 Variasi Fonologis

Variasi bentuk linguistik yang diperoleh dengan membandingkan 377 glos

meliputi; (1) glos yang berian-beriannya bervariasi secara leksikal; (2) glos yang

berian-beriannya bervariasi secara fonologis; dan (3) glos berian-beriannya tidak

bervariasi, baik secara leksikal maupun secara fonologis. Di dalam glos yang

18

beriannya berbeda secara leksikal terdapat juga variasi fonologis yang meliputi variasi

fonem dan suku kata.

Kenyataan menunjukkan bahwa sering sekali sebuah glos memiliki berian

yang berbeda secara leksikaldan fonologis. Jika sebuah glos memiliki berian yang

berbeda secara leksikal juga memilikivariasi secara fonologis, makaberianglositu

dianggap berbeda secara leksikal, karena derajat perbedaan leksikal lebih tinggi dari

padaderajat perbedaan fonologis.Walaupundemikian,

variasifonologisnyajugaakandibahasdalambabini.

Perbedaan segmen bahasa, khususnya BBU dan BBDBA, dapat terjadi secara

teratur dan tidak teratur (sporadis). Perbedaan bunyi bahasa, baik yang terjadi secara

teratur maupun tidak teratur (sporadis) masing-masing berkaitan erat dengan ciri

linguistik dan ciri geografis.

Secara linguistik, perbedaan bunyi bahasa secara teratur dan sporadis terjadi

karena ada tidaknya persyaratan lingkungan linguistik tertentu. Perbedaan bunyi

dikatakan terjadi secara teratur (variasi teratur) apabila ada persyaratan lingkungan

linguistik tertentu, sedangkan dikatakan tidak teratur (variasi sporadis) terjadi apabila

tidak ada persyaratan lingkungan linguistik tertentu. Secara geografis, perbedaan bunyi

dikatakan teratur apabila penyebaran variasinya di titik pengamatan yang sama dan

perbedaan bunyi sporadis apabila penyebarannya tidak di titik pengamatan yang sama.

Dengan demikian, perbedaan bunyi itu terjadi secara teratur apabila ada persyaratan

lingkungan linguistik tertentu dan penyebaran tiap-tiap variasinya di titik pengamatan

yang sama. Begitu juga, perbedaan bunyi dikatakan sporadis, apabila kemunculannya

tidak diperlukan syarat lingkungan linguistik tertentu dan penyebaran tiap-tiap

variasinya tidak sama. Di samping itu, kendati perbedaan bunyi itu terjadi karena

syarat lingkungan linguistik tertentu, tetapi jika wilayah sebarnya tidak sama, maka

perbedaan itu dianggap sporadis.

Berdasarkan uraian di atas dan data yang berhasil dikumpulkan, dalam BB

bidang layanan kesehatan ditemukan perbedaan bunyi yang teratur selanjutnya disebut

variasi teratur dan yang tidakteratur selanjutnya disebut variasi sporadis. Untuk

19

selanjutnya, variasi bunyi secara teratur akan ditandai dengan lambang ≈ dan variasi

bunyi sporadis ditandai dengan lambang ~.

Sesuai dengan temuan jenis bunyi BB bidang layanan kesehatan. bahwa bunyi

bahasa terdiri atas bunyi vokal dan konsonan, serta variasi suku kata; maka ketiga jenis

variasi ini masing-masing memuat variasi vokal, konsonan, dan suku kata. Dengan

demikian, disajikan (1) variasi bunyi teratur yang meliputi variasi bunyi vokal dan

variasil bunyi konsonan; (2) variasi bunyi sporadis yang meliputi variasi bunyi vokal

dan variasi bunyi konsonan; serta (3) variasi suku kata, baik yang teratur .

4.1.1 Variasi Teratur

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan maka dapat dikeahui bahwa

variasi teratur hanya dapat terjadi pada vokal dan konsonan; sedangkan variasi suku

kata tidak ditemukan. Berikut disajikan uraiannya.

4.1.1.1 Variasi Vokal yang Teratur

Variasi vokal teratur berdasarkan data ditemukan 9 buah. Kesembilan buah

variasi itu diuraikan sebagai berikut.

1) Vokal [i-]≈ [ɛ-] / # __ K

Vokal atas, depan, tak bundar [i] berkorespondensi dengan vokal atas, tengah

rendah, tak bundar pada posisi awal. Penyebaran varian [i] terdapat pada BU dan DBA

di Desa Belantih, Ped, Sembiran; sedangkan varian [3] umumnya terdapat di Desa

Klumpu. Hal itu dapat diketahui berdasarkan data berikut

No. Glos Varian [i-] Varian [ɛ---]1. ‘gusi’ [is� t: BU, Belantih, Ped ɛs� t: Seraya, Klumpu2. ‘ibujari’ [inanlimE] : BU,

[inan lima]:Belantih[ɛnan lima]: Serata, Klumpu, ped

3. ‘intip’ [intI p]: BU, Belantih, Seraya Timur, Ped, Sembiran

[ɛntIp]:Klumpu

4. ‘ingat’ [ingE t]: BU, Belantih, Seraya Timur, Ped,

[ɛngOt]:

20

Sembiran Klumpu

2) Vokal [-i-]≈[-ɛ-] /K __ K

Vokal [i] berkorespondensi dengan vokal [3] pada ultima, dimana varian [i]

terdapat pada BU dan di daerah BA di desa Belantih, dan Sembiran, varian [3]

umumnya terdapat di Desa Klumpu; sedangkan Desa Ped dan Seraya T kadag-kadang

menggunakan kedua varian. Berikut disajikan contoh-contohnya.No. Glos Varian [-i-] Varian [-ɛ---]1. ‘gigi paling

belakang’ [paNgalpEN ijEN ]:BU, Seraya T, Belantih,

Ped

[paNgalpENɛjEN ]:Klumpu

2. ‘ibujari’ [inanlimE ]: BU[inan lima]: Belantih]

[ɛnanlɛma]: Seraya T, Ped, Klumpu

3 ‘tahimata’ [sirɪp]; Ped [sɛrɪt]: Klumpu

4. ‘Pergelangantangan’ [pE gE laN anlimE ]: BU

[pE gE laN an lima]: Seraya T, Belantih

[pE gE laN anlɛma]: Ped, Klumpu

5 ‘kepala’ [sirah’: BU, Seraya T, Belantih, Ped

[sɛrah]: Klumpu

6. ‘menyelam’ [nyilE m]: BU, Seraya T, Belantih, Ped,

Sembiran

[nyElE m]: Klumpu]

7. ‘meminum’ [nginE m]: BU, Seraya T, Belantih, Ped,

Sembiran

[ngEnE m]: Klumpu

8. ‘pejamkan mata’ [ngidE mang]: BU, Seraya T, Belantih,

Ped, Sembiran

[ngEdE mang]: Klumpu

3) Vokal [-i-] ≈ [-e-] / K __ K

21

Vokal atas, depan tak bundar [i] berkorespondensi dengan vokal tengah,

depan, tak bundar pada posisi ultima. Untuk penyebaran masing-masing varian dapat

diketahui berdasarkan contoh berikut ini.

No. Glos Varian [-i-] Varian [-e---]1. ‘bibir’ bibɪh]: BU, Belantih,

ST, Klumpu[bebɛh]: Ped

2. ‘tahitelinga’ [tilu]: BU, Seraya T, Belantih

[telu]: Ped

3. ‘rambutkriting’ [bɔkkritɪN ]: BU [bɔɔkkretɛN : Ped4 Tangan’ [limE ]: BU

[lima]: Seraya T, Belantih

[lemo]: Ped,

5 ‘telapaktangan’ [tlapakanlimE ]: BU[tlapakan lima]:Seraya

T, Belantih

[tlapakanlemo]:Ped, Klumpu

4) Vokal [-i-] ≈[-E -] / K __ K

Vokal atas, depan, tak bundar [i] juga dapat berkorespondensi dengan vokal

tengah, pusat, tak bundar [ə] pada posisi ultima. Daerah penyebaran varian [i] pada

BU dan BA di Desa Seraya T dan Ped; sedangkan varian [ə] terdapat di Desa Belantih

dan Klumpu. Berikut disajikan datanya.

No. Glos Varian [-i-] Varian [-E- --]1. ‘matakemaukandebu

’[sipE nan]: Seraya T

[sippE nan]: Ped[sE pE nan]: Belantih,

Klumpu2. ‘picingkan mata’ [ngicIr]: BU [ngicer]: Belantih,

Klumpu3. ‘pikul’ [nikUl]: BU, Ped [nəkUl]: Klumpu

5) Vokal [-u-]≈[-U-] /K __ K

22

Vokal atas, belakang, bundar, tegang [u] berkorespondensi dengan vokal

atas, belakang, bundar, kendur [U] pada posisi ultima. Daerah penyebaran masing-

masing varian dapat disajikan berdasarkan data dalam tabel berikut ini.

No. Glos Varian [-u---] Varian [-U-]1. ‘sakit kuning’ [sakIt kuning]: BU [sakIt kUning]: Seraya

Timur, Ped, Klumpu2. ‘sakit punggung’ [sakIt tundUn]: BU [sakIt tUndUn]: Seraya

Timur

6) Vokal [-u-]≈ [-ɔ-] /K __ K

Vokal atas, belakang, bundar [u] bekorespondensi dengan vokal belakang,

tengah, bundar, kendor [O] pada posisi ultima setelah dan sebelum konsonan. Data

penunjang variasi ini cukup banyak ditemukan. Penyebaran masing-masing varian

disajikan dalam tabel berikut ini.

No. Glos Varian [-u---] Varian [-ɔ-]1. ‘bulu dada’ [bulUntaNkah] bɔlUntaNkah: Ped,

Klumpu2. ‘bulu kemaluan’ [bulUn tE li]: BU,

Seraya, Belantih[bulUntli]: Belantih

[bɔlUn tE li]: Ped, Klumpu

3. ‘bulu ketek’ [bulUnsipah]: BU, Seraya, Belantih

[bɔlUnsipah: Ped, Klumpu

4. ‘bulu mata’ [bulUnmatE]: BU[[bulUnmata]: Belantih

[bɔlUnmata]: Ped. Klumpu

5. ‘bulu hidung’ [bulUncuNUh]: BU, eraya, Belantih

[bɔlUncɔNUh]: Ped, Klumpu

6 Air kencing [paňuh]: Klumpu [paňɔh]: Ped7 ‘hidung’ [cuN uh]:BU, Belantih,

Seraya T, Ped [cɔNɔh]: Klumpu

8. ‘telunjuk’ [tujUh]: BU, Seraya T, Belantih, Ped

[tɔjuh]: Klumpu

9. ‘telinga’ [kupɪN ]: Belantih [kɔpɪN ]: BU, Seraya T, Ped, Klumpu

23

10 ‘tenggorokan’ [kuluN an]: Belantih [kɔlɔN an]: BU, seraya t,

11 ‘kulit’ [kulɪt]: BU, Serayatimur

[kɔlɪt]: Ped, Klumpu

12 ‘lemak’ [mulUk]: BU, Seraya T, Belantih, Ped

[mɔlɔk]: Klumpu

7) Vokal [-E ] ≈ [-a] / K -- #

Vokal tengah, pusat, tak bundar [ə] berkorespondensi dengan vokan bawah,

depan, tak bundar [a] pada penultima setelah konsonan. Variasi ini cukup banyak

ditemukan. Varian [ə] terdapat pada BU; sedangkan varian [a[ terdapat pada wilayah

BA. Data disajikan pada tabel berikut ini.

No. Glos Varian [-E ] Varian [-a]1. ‘bahu’ [palE ]; BU [pala]; Belantih,

Seraya T, Ped, Klumpu

2. ‘bulumata’ [bulunmatE ]: BU [bulunmata]: Belantih, Seraya T, Ped, Klumpu

3. Ibujari [inanlimE ]: BU [inan lima]: Belantih, Seraya T, Ped, Klumpu

4. ‘telapaktangan’ [tlapakanlimE ]; BU [tlapakan lima]: eraya t, Belantih

5 ‘tangan’ [limE ]: BU [lima]: Seraya T, elantih

6. ‘matabuta’ ‘matE butE ]: BU [matabuta]: Seraya T, Belantih, Ped, Klumpu

7. ‘limpa’ [limpE ]: BU [limpa]: Seraya T, Belantih, Ped, Klumpu

8. ‘paha’ [paE ]: BU, Ped [paa]: Seraya T9. ‘pergelangantangan’ [pE gE laN anlimE ]: BU [pE gE laN an lima]:

Seraya T, Belantih, Ped, Klumpu

10. ‘baca’ [bacE ]: BU [baca]: Belantih, Seraya Timur, Ped,

24

Klumpu, sembiran

8) Vokal [-E -] ≈ [-E :-] / K __ K

Vokal tengah, pusat, tak bundar [ə] juga bervariasi dengan vokal yang sama

tetapi diucapkan agak panjang pada posisi ultima setelah dan sebelum konsonan.

Daerah penyebarannya dapat dilihat pada tabel berikt ini.

No. Glos Varian [-E- ] Varian [-E :---]1. ‘tahilalat’ [adEN an]: BU, SerayaTimur adə:N an]: Ped,

Klumpu2 ‘bengkak’ [bE sE h]: BU, Seraya Timur [bəsə:h]: Ped3. ‘bekas luka’ [bikət]: Belantih, Klumpu [bikə:t]: Ped

9) Vokal[-E -]≈ [-@ -] / K __ K

Vokal tengah, pusat, tak bendar [ə] juga berkorespondensi dengan

kekosongan pada posisi ultima setelah dan sebeluk konsonan. Daerah penyebaran

varian kekosongan terdapat di Desa Belantih, sedangkan varian [ə] terdapat di daerah

lainnya seperti yang tertera dalam tabel berikut ini.

No. Glos Varian [-E- --] Varian [-@- ]1. ‘bulukemaluanwanita

’[bulUntE li]: BU, Seraya

T[bɔlUntE li: Ped,

Klumpu

[bulUntli]: Belantih

2. ‘jari’ [jE riji]: BU, Seraya T, Ped, Klumpu

[jriji]: Belantih

3 ‘melahirkan’ [NE lE kadaN ]: Klumpu [N lE kadaN ]: BU, Belantih

4.1.1.2 VariasiKonsonan yang TeraturVariasi konsonan teratur ditemukan hanya empat buah. Keempatnya

diuraikan di bawah ini.

1) Konsonan [-t-] ≈[-@ -] / V __ V

25

Konsona [t] berkorespondensi dengan kekosongan pada posisi ultima setelah

dan sebelum vokal pada posisi ultima. Varian [t] terdapat pada BU dan BA di Desa

Seraya T, Ped, dan Klumpu; sedangkan kekosongan terdapat di Desa Belantih. Hal itu

dapatdiketahui berdasarkan data dalam tabel berikut ini.

No. Glos Varian [-t-] Varian [-@- ]1. ‘tumit’ [jɛN gɔtbatɪs]: BU

[tuN kakbatɪs]: Seraya T[butUhbaɪi]:

Belantih2. ‘pergelangan

kaki’[pE gE laN anbatɪs]: BU, SerayaT, Ped, Klumpu

[pE gE laN anbaɪs]: Belantih

2) Konsonan [-k-] ≈ [-@ -] / V __ V

Konsonan hambat, dorsovelar, tak bersuara [k] berkorespondensi dengan

kekosongan pada posisi ultima sesudah dan sebelum vokal. Daerah penyebaran

masing-masing varian disajikan dalam tabel berikut ini.

No. Glos Varian [-k-] Varian [-@- ]1. ‘kantongkemih’ [siksikan]: BU, Belantih,

Seraya T[sisikan]: Ped,

Klumpu2. ‘injak’ [jE kjE k]: BU, Belantih [jE jE k]: Ped,

Klumpu, Seraya T

3) Konsonan [-l-] ≈[-@- ] /V __ V

Konsonan lateral [l] berkorespondensi dengan kekosongan pada posisi ultima

sesudah dan sebelum vokal. Daerah penyebaran varian [l] adalah pada BU dan BA di

Desa Seraya T, Ped, dan Klumpu; sedangkan varian kekosongan hanya terdapat di

Desa Belantih. Untuk lebih jelasnya, data disajikan pada tabel berikut ini.

No. Glos Varian [l-] Varian [@- ]1. ‘senut-senut’ [klE bE t-klE bE t]: BU, Seraya

Timur[KlE but-klE but]: Ped,

Klumpu

[kE bE t-kE bE t]: Belantih

2. ‘cekutan’ [clE kutan]: BU, Seraya Timur, Klumpu, Ped

[cE kutan]: Belantih

4) Konsonan [-h-] ≈[-@- ] /V __ V

26

Konsonan [h] berkorespondensi dengan kekosongan pada posisi ultima

sesudah dan sebelum vokal. Daerah penyebaran masing-masing varian disajikan pada

tabel berikut ini.

No. Glos Varian -h-] Varian [-@- ]1. ‘paha’ [paha]: Belantih [pEE ]: Klumpu

[paE ]: BU, SerayaT, Ped

2. ‘ubun-ubun’ [pabahan]: Belantih [pabaan]: BU3. ‘junjung’ [nyuhun]: Belantih, Sembiran,

Ped, Klumpu, Seraya T[nyuun]: BU

4. ‘berlari’ [melahib]: Belantih, Sembiran]

[mlaib]: Ped, Klumpu

[melaib]: BU, Seraya T

4.1.2 Variasi SporadisVariasi fonologis yang sproradis ditemukan baik variasi vokal, konsonan,

maupun suku kata. Baik variasi sporadis vokal maupun konsonan banyak ditemukan,

sedangkan variasi sporadis suku kata ditemukan hanya 5 buah. Berikut disajikan

uraiannya.

4.1.2.1 Variasi Vokal1) Vokal [-i] ~ [-ɛ] / K __ #No. Glos Varian [-i] Varian [-ɛ-]1 ‘alatkelaminwanita’ [tE li]; BU, Seraya T,

Ped[tli]: Belantih

[tE lɛ]: Klumpu

2) Vokal [-ɪ-] ~ [-ɛ-] / K __ KNo. Glos Varian [-i-] Varian [-e---]1. ‘bibir’ bibɪh]: BU, Belantih,

ST, Klumpu[bebɛh]: Ped

2. ‘tahimata’ [pE lɪs]: Seraya T [pE lɛk]: BU

3) Vokal [-i]~ [-E ] / K __ KNo. Glos Varian [-i] Varian [-E- ]1. ‘cacar’ [nampi]: Seraya T [nampE ]: BU

27

4) Vokal [u-]~[ɔ-] /# __ K

No. Glos Varian [u---] Varian [ɔ-]1 ‘obat’ [ubad]: BU, Seraya T,

Belantih[ɔbad]: Ped, Klumpu

5) Vokal [-o-]≈ [-ɔ-] / K – K

Vokal [o] tegang berkorespondensi dengan vokal [O] kendur pada posisi

ultima setelah dan sebelum konsonan. Distribusi penyebarannya disajikan dalam tabel

berikut ini.

No. Glos Varian [-ɔ-] Varian [-ɔ---]1. ‘air susu’ yɛhňoňo: BU, Sembiran, Ped,

Kulumpuyɛhňɔňɔ: Klumpu

2. ‘otak’ [polo]: BU, Belantih [pɔlo]: SerayaTimur

5) Vokal [-3-] ~ [-a]

No. Glos Varian [-e-] Varian [-a]1. ‘matajuling’ [jerɛN]: Ped, Klumpu [jɛra]: Belantih]

6) Vokal [-E-] ~ [-u-] / K __ K

No. Glos Varian [-E-] Varian [-u--]1 ‘senut-senut’ [klE bE t-klE bE t]: BU, Seraya

T[klE bUt-klE bUt]:

Ped, Klumpu

7) Vokal [-E -]~ [-ɔ-] K __ K

No. Glos Varian [-E -] Varian [-ɔ-]1. ‘mulut’ [caN kE m]: Belantih [caN kɔm]: Ped

8) Vokal [-u-] ~ [-u:-] / K __ K

28

No. Glos Varian [-u-] Varian [-u:---]1. ‘lutut’ [E ntUd]: BU, Seraya T,

Belantih[E ntU:d]: Ped,

Klumpu

9) Vokal [-E -] ~ [-ɔ:-] / K __ K

No. Glos Varian [-E- ] Varian [-ɔ:--]1. ‘langit-langit’ [tanEN ]: Seraya T

[nanEN ]: Belantih[tanɔ:N] : Klumpu

10) Vokal [--] ~ [-a-] / K __ K

No. Glos Varian [-E -] Varian [-a--]1. ‘bersandar’ [mE sEdoh]: Ped, Klumpu,

Seraya Timur[mE sadah]: BU,

Sembiran

11) Vokal [-ɔ-] ~ [-ɔ:-] / K __ K

No. Glos Varian [-ɔ-] Varian [-ɔ:--]1. ‘rambut’ [bɔk]: BU, Seraya T, Belantih [bɔ:k]: Ped,

klumpu

12) Vokal [-ə-]~ [-zero-] / K __ K

No. Glos Varian [-E -] Varian [-zero--] 1. ‘perut

kembung’[əmbət]: BU, Seraya Timur [mbət]:Klumpu,

Ped

4.1.2.2. Variasi Konsonan11) Konsonan [p-] ~[m-] / # __ V

No. Glos Varian [p-] Varian [m---]1. ‘sembelit’ [pE jE n]: BU, Ped [mE jE n]: Seraya

T, Belantih

2) Konsonan [-p] ~[-t] / V __ #

No. Glos Varian [-p] Varian [-t-]

29

1. ‘tahimata’ [sirɪp]: Ped [sɛrɪt]: Klumpu

3) Konsonan [-b-] ~ [-@ -] / V __ K

No. Glos Varian [-t-] Varian [-@- ]1. ‘susuban’ [subsuban]: BU, Seraya T [susubab]: Belantih

4) Konsonan [t-] ~[c-] / # __ V

No. Glos Varian [t-] Varian [c-]1. ‘kemaluanlaki-

laki’[tE lak]: Belantih] [cE lak]: BU

2. ‘tompel’ [tOmpEl]: BU, Seraya T, Belantih, Klumpu

[cOmpEl]: Ped

5) Konsonan [t-] ~ [n-] ? # __ V

No. Glos Varian [t-] Varian [n-]1. ‘langit-langit’ [tanEN ]: Seraya T [nanEN ]:

Belantih

6) Konsonan [-t] ~ [-ng] / V __ #

No. Glos Varian [t-] Varian [n-]1. ‘kejang’ [kəjang]: Belantih [ngəjat]: BU

[kəjat]: Seraya T, Ped, Klumpu

7) Konsonan [-d-] ~ [-j-] /K __ V

No. Glos Varian [-d-] Varian [-j-]1. ‘mandi’ [mandUs]: BU, Ped, Klumpu,

Belantih[manjuUs]:

Belantih

8) Konsonan [-d-] ~ [-zero-] / V __ K

No. Glos Varian [-d-] Varian [-j-]1. ‘balut luka’ [bədbəd]: BU [bəbəd]: Belantih,

30

ped, Klumpu, Seraya T

9) Konsonan [-k-] ~ [-g-] / K __ V

No. Glos Varian [-k-] Varian [-g-]1. ‘rambutkeriting’ [bɔkiNkE l]: BelantihT [bɔkiN gE l]: BU,

Seraya

10) Konsonan [k-] ~[ng-] / # __ V

No. Glos Varian [k-] Varian [ng-]1. ‘kejang’ [kəjat-kəjat]: Seraya Timur,

Ped, klumpu[ngəjat]: BU

11) Konsonan [-k] ~ [-s]

No. Glos Varian [-k-] Varian [-s-]1. ‘kotoranmata’ [pE lɛk]: BU [pE lɪs]:Seraya T

12) Konsonan [g-]~ [@ -]

No. Glos Varian [-g-] Varian [-@- ]1. ‘gendongan’ [gəndOngan]: BU, Belantih [əndOngan]: Ped

[EndOngan]: Klumpu]

13) Konsonan [-g-] ~ [-@ -]

No. Glos Varian [-g-] Varian [-@- ]1. ‘gigimenonjolkeluar

’[gigitɔN gɔ]: BU [gigitɔNɔs]: Ped,

Klumpu2.

14) Konsonan [--g] ~[-h]

No. Glos Varian [-g] Varian [-h]

31

1. ‘terbit’ [əndag]: BU, Belantih, Seraya

T, Sembiran, Klumpu

[əndah]: Ped

15) Konsonan [-n] ~ [-@ ]

No. Glos Varian [-n] Varian [-@ ]1. ‘pungg

ung’[tundUn]: BU, Seraya T,

Belantih, Ped[tundu]: Klumpu

16) Konsonan[--n-] ~[-h-]

No. Glos Varian [-n-] Varian [-h-]1. ‘ubun-

ubun’[pE banan]: Ped [pE bahan]: Belantih

17) Konsonan [--ng]~[-h]

No. Glos Varian [-ng] Varian [-h]1. ‘berbaring’ [nyələmpang]:B

U[nyələmpah]: Seraya T

18) Konsonan [--ng-] ~[-zero-]

No. Glos Varian [-n-] Varian [-h-]1. ‘duduk’ [nyongkOk]: Klumpu [nyokOk]: Ped

19) Konsonan [-h] ~ [-s]

No. Glos Varian [-h] Varian [-s]1. ‘bibirsumbing’ [bibɪhcuN ih]: BU,

SerayaTimur, Ped, Klumpu[bibɪhcuN is]:

Belantih

20) Konsonan [-h-] ~ [-w-]

No. Glos Varian [-h] Varian [-s]1. ‘urat’ [uhat]: Belantih,

Ped, Klumpu[uwat]: BU,

Seraya t

32

21) Konsonan [l-] ~ [r-]

No. Glos Varian [l-] Varian [r-]1. ‘lumpuh’ [lumpuh]: BU, Belantih,

Serata T, Ped[rumpuh]:

Belantih, Klumpu

22) Konsonan [l-] ~ [@- ]

No. Glos Varian [l-] Varian [@- ] 1. ‘tulangkering’ [tulaN lunas]:BU, Seraya T,

Belantih[tulaN unas]:

Belantih

23) Konsonan [-r-] ~ [-@- ]

No. Glos Varian [r-] Varian [@- ]1. ‘tulangpunggung

’[jrɔjuh]: Ped [jɔjuh]: Klumpu

24) Konsonan [-N ] ~ [-@ ]

No. Glos Varian [-N ] Varian [-@ ]1. ‘matajuling’ [jɛrɛN ]: Ped, Klupu [jɛre]: Belantih]

4.1.2.3 Variasi Sporadis Suku KataVariasi sporadis suku kata ditemukan lima buah. Kelimanya diuraikan berikut

ini.

1) Variasi Suku Kata [jək-]~ [ən-]No. Glos Varian [jək-] Varian ə[n-]1. ‘injak’ [jəkjək]: [ənjək]: Sembiran

2) Variasi Suku Kata [pə-]~ [ə-] [ɵ]No. Glos Varian [pə-] Varian [-ə] Varian zero1. ‘taruh’ [pəjang]: Belantih,

Sembiran[əjang]: BU,Ped

[jang]: Klumpu, Seraya T

33

3) Variasi Suku Kata [əng-] ~ [zero-]No. Glos Varian [eng-] Varian [en-]1. ‘lupa’ [əngsap]: Belantih [sap]: Ped,

Klumpu, Seraya T, Sembiran

2. ‘terbenan’ [əngsəb]: BU [səb]: Ped, Klumpu

4) Variasi Suku Kata [nuN -] ~ [lə-]

No. Glos Varian [nuN -] Varian [lə-]1. ‘nungkayak’ [nuN kayak]: BU, Seraya T [ləkayak]: Ped

5) Variasi Suku Kata [-hu] ~ [zero-]

No. Glos Varian [-hu] Varian [zero-]1. ‘berak’ [mejuhu]: Ped, Klumpu,

Seraya T, Sembiran[meju]: BU

4.2 Variasi Gramatikal

Pembahasan karakteristik gramatikal DBA dalam ranah layanan kesehatan

masyarakat dilakukan secara terintegrasi, dalam artian tidak dilakukan perbandingan

variasi antardaerah pengamatan karena secara gramatikal kosakata bahasa Bali DBA

dalam ranah layanan kesehatan masyarakat tidak terlalu menampakkan perbedaan

atau variasi antar-DP. Kalaupun terdapat perbedaan, lebih diakibatkan oleh faktor

fonologis.

Contoh

Kosakata [uluŋ-aŋ-ə] ‘dijatuhkan’ pada kalimat BBU

“Ubad-e ulung-ang-a.” [ubade uluŋ-aŋ-ə]

obat-DEF jatuh-KAUS-.PAS

‘Obatnya dijatuhkan (tidak sengaja).’

34

bervariasi dengan [uluŋ-aŋ-a] dalam DPdw, DSb, dan DST, dan varian [uluŋ-a -a]ɳ

pada DSd.

Kosakata bapa eɳɳ ‘ayahnya’ pada kalimat BBU bervariasi dengan [bapa a e]ɳ ɳ pada

DSb dan [bapa e] ɳ pada DSd.

Made ng-ateh bapa-n-ne ke dokter.”

Nama AKT-antar ayah-LIG-3SGPOS ke dokter

‘Made mengantar ayahnya ke dokter.’

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kebervariasian pada tataran morfologis lebih

merupakan variasi morfofonemis.

Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan bentuk atau tataran gramatikalnya,

kosakata DBA dalam ranah layanan kesehatan masyarakat dapat diklasifikasi atas

kosakata pada tataran kata dan dan kosa kata pada tataran frasa. Kedua tataran

tersebut diuraikan berikut ini.

4.2.1 Kosakata dalam Bentuk Kata

Seperti bahasa Bali pada umumnya, berdasarkan bentuknya kosakata DBA dalam

ranah layanan kesehatan masyarakat pada semua DP dapat dipilah atas kata dasar dan

kata turunan yang terdri atas kata berafiks, kata berklitik, kata ulang, dan kata

majemuk. Kelima bentuk tersebut diuraikan berikut ini.

4.2.1.1 Kosakata dalam Bentuk Kata Dasar

Kata dasar mendominasi kosakata DBA dalam ranah layanan kesehatan masyarakat.

Berikut ditampilkan beberapa contoh.

Contoh

No. DBD DPdw DSb DSd Makna1. [palə] [pala] [pala] [pala] ‘bahu’

2. [gi at]ɖ [gi at]ɖ [gi at]ɖ [gi at]ɖ ‘dahi’

3. [sirah] [ əras]ʈ [sirah] [gun lɖʊ ‘kepala’

35

]4. [bu ə]ʈ [bu a]ʈ [bu a]ʈ [bu a]ʈ ‘buta’

5. [paə] [paa] [paa] [paha] ‘paha’

6. [ŋu ah]ʈ [ŋu ah]/ʈ[ŋu ah bayar] ʈ

[ŋu ahʈ]

[ŋu ah]ʈ ‘muntah’

7. [paa ]ɖ [paa ]ɖ [paa ]ɖ [pəha ]ɖ ‘pilek’

Contoh di atas kebetulan merupakan kosakata dalam bentuk kata dasar, yang

secara leksikal, tidak berbeda di antara DP satu dengan yang lainnya. Berikut beberapa

contoh kosakata dalam bentuk kata dasar yang menunjukkan variasi leksikal.

No. DBD DPdw DSb DSd makna1. [balan] [irəm] [s b hǝ ʊ

][ləbəŋ] ‘memar’

2. [mis ŋ]ɪ [par sʊ ] [mis ŋ]ɪ [manc r]/ʊ[lol s]ɔ

‘mencret’

3. [pə hɖɪ]

[ŋahŋah]

[ŋaŋah]

[pə h]ɖɪ ‘perih’

4. [rab nʊ]

[bunar] [lam rʊ]

[rab n]ʊ ‘rabun’

5. [ iləŋ]ɖ [sero] [sera] [sahup] ‘juling’

4.2.1.2 Kosakata dalam Bentuk Kata Berafiks

Untuk memudahkan pembahasan berikut ini ditampilkan kalimat yang di dalamnya

terdapat kata berafiks.

(1) Ima-n-ne ma-tatu, to krana bontot -in -a.Tangan-POS AKT-luka, itu sebab balut - APL-PAS

‘Tangannya luka, itu sebabnya dibalut/diperban’

(2) Iyya n-saput godog.

3TG HAS-selimut tebal

Dia berselimut tebal.’

36

(3) Kicak-in ng-amah be-be ati

Kecil-APL AKT-makan daging-R hati

‘Kurangi makan (daging) hati.’

(4) Nyen ng-anget -ang yeh

siapa AKT-hangat-APL air

‘Siapa yang menghangatkan air?.’

Kata [matatu] pada kalimat (1)dibentuk dengan menambahkan prefiks [ma-]

pada kata dasar [tatu] sehingga menjadi [matatu]. Pada DSb prefiks [ma-] memiliki

dua alomorf, yakni {ma-} dan alomorf yang dilambangkan dengan {m-}, yang dapat

direalisasikan dengan berbagai bunyi nasal, sesuai dengan bunyi yang mengikuti.

Misalnya pada kata [ -saput], {ɳ M-} diikuti dengan konsonan alveolar [s] sehingga

direalisasikan dengan retrofleks nasal alveolar [ ].ɳ Lambang {m-} dipilih untuk

alomorf ini karena distribusinya paling luas dapat diikuti oleh konsonan bilabial [p, b],

[l] dan semua jenis vokal.

Contoh lain

No. makna DBD DPdw DSb DSd

1. ‘berparam’ [m b r h]ǝ ɔ ɛ [mabur h]ɛ [mb r h]ɔ ɛ [mab r h]ɔ ɛ2. ‘terkupas’ [m p l ]ǝ ǝ ʊʈ [map l ]ǝ ʊʈ [mp l ]ǝ ʊʈ [map l ]ǝ ʊʈ

3. ‘berobat’ [m(a)uba ]ɖ [mauba ]ɖ [muba ]ɖ [mauba ]ɖ

4. ‘berjalan’ [m jala ]ǝ ɳ [majala ]ɳ [ jala ]ɲ ɳ [majala ]ɳ

5. ‘makan’ [m aar]ǝɖ [ŋamah] [ ahar]ɳɖ [ma aar]ɖ

6. ‘bergendong’ [m ga ŋǝ ɳɖɔ]

[maga ŋɳɖɔ]

[ŋga ŋɳɖɔ]

[maga ŋɳɖɔ]

7. ‘telanjang’ [m lal ŋ]ǝ ʊ [m laluŋ]ǝ [mlaluŋ] [m lal ŋ]ǝ ʊ

37

Kata [b i a] ɔɳʈɔ ɳ dibentuk dari kata dasar [b ]ɔɳʈɔʈ ‘balut’ yang dilekati sufiks [–in]

sehingga menjadi [b i ] ɔɳʈɔʈ ɳ setelah itu dilekati sufiks [–a] sehingga menjadi

[b i a]ɔɳʈɔʈ ɳ . Untuk lebih jelasnya tahap pembentukan kedua kata itu dapat dirumuskan

sebagai berikut

tatu + ma- > matatu ‘luka’

bontot + -in > bontotin + -a > bontotina ‘dibalut (nya)

Hierarki gramatikal kedua kata tersebut dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

matatu bontotina

bontotin

ma- tatu bontot -in -a

Kata [məwaba ]ɳ ‘menguap’ dibentuk dari bentuk dasar uab ditambah konfiks

ma-/-aɳ menjadi [mauaba ]ɳ yang mengalami proses morfofonik menjadi [məwaba ]ɳ

dan [muwaba ]ɳ . Tahapan prosesnya sebagai berikut.

Varian [məwaba ]ɳProses morfologis : {uab} + {ma-/-an}

> [mauwabaɳ]Pelemahan vokal pada pilahan awal konfiks

: [məuwabaɳ]

Segmentalisasi luncuran [məuwabaɳ] pemotongan vokal (vowel truncation)

: [məwabaɳ]

Varian [muwaba ]ɳProses morfologis : {uab} + {ma-/-an}

38

> [mauwabaɳ]Pelemahan vokal pada pilah awal konfiks

: [məuwaba]

Segmentalisasi luncuran : [məuwabaɳ]Pelesapan vokal pada pilah awal konfiks

: [muwabaɳ]

Kata [ŋaŋə aŋ] ʈ dibentuk dari dasar [aŋə ] ʈ ditambah sufiks pemarkah kausatif [–

aŋ] menjadi [aŋə aŋ], ʈ selanjutnya ditambah sufiks pemarkah pasif [ŋ-], maka menjadi

[ŋaŋə aŋ]. ʈ Sufiks [ŋ-] memiliki dua varian, yakni [–aŋ] dan [–a ]ɳ . Kata ŋələkadaŋ]

‘melahirkan’ dibentuk dari kata dasar lekad ditambah sufiks pemarkah Kausatif–aŋ.

menjadi [ləkadaŋ], pada tahap berikutnya ditambah dengan prefiks pemarkah aktif

[ŋ-] sehingga menjadi [ŋələkadaŋ].

Sufiks {–aŋ} memiliki dua buah varian, yakni {–a }ɳ yang terdapat pada DSd dan { –

aŋ} semua DP lainnya. Dengan demikian, selain bentuk [aŋə aŋ],ʈ dan [ləkadaŋ],

ditemukan juga [aŋə a ] ʈ ɳ dan [ləkada ]; ɳ selain [ ŋaŋə aŋ]ʈ dan [ŋələkada ]ɳ dan Hal

ini dapat dilihat pada contoh berikut.

Contoh lain

1. Glosa DBD DPdw DSd DSb1. ‘meludahkan’ [ŋəc haŋ]ʊ [ŋəc haŋ]ʊ [ŋəc ha ]ʊ ɳ [ŋəc haŋ]ʊ2. ‘keguguran’ [krur ]ɔɳ

[ŋəlab haŋ]ʊ[ŋəlab haŋ]ʊ [ŋəlab ha ]ʊ ɳ [ŋəlab haŋ]ʊ

3. ‘membalikkan’ [ma ŋaŋ]ɖɪ [ma ŋaŋ]ɖɪ [ma ŋa ]ɖɪ ɳ [ma ŋaŋ]ɖɪ

4.‘dikompreskan’ [k mpr saŋa]ɔ ɛ [k mpr saŋa]ɔ ɛ [k mpr sa a]ɔ ɛ ɳ [k mpr saŋaɔ ɛ

]5. ‘diberdirikan’ [juj kaŋa]ʊ [juj kaŋa]ʊ [uj ka a]ʊ ɳ [juj kaŋa]ʊ6. ‘didudukkan’ [ əgakaŋa]ʈ [ əgakaŋa]ʈ [ əgaka a]ʈ ɳ [ əgakaŋa]ʈ

ǝɔʊɛɖʈŋɔɲɪɳ

Kata [məwaba ]ɳ ‘menguap’ dibentuk dari bentuk dasar [uwab] ditambah konfiks

[ma-/-a ] ɳ menjadi [mauwaba ]ɳ yang mengalami proses morfofonik menjadi

[məwaba ]ɳ dan [muwaba ]ɳ . Tahapan prosesnya sebagai berikut.

39

Varian [məwaba ]ɳProses morfologis : {uab} + {ma-/-an}

> [mauwabaɳ]Pelemahan vokal pada pilahan awal konfiks

: [məuwabaɳ]

Segmentalisasi luncuran [məuwabaɳ] pemotongan vokal (vowel truncation)

: [məwabaɳ]

Varian [muwaban]Proses morfologis : {uab} + {ma-/-an}

> [mauwabaɳ]Pelemahan vokal pada pilah awal konfiks

: [məuwabaɳ]

Segmentalisasi luncuran : [məuwabaɳ]Pelesapan vokal pada pilah awal konfiks

: [muwabaɳ]

ǝɔʊɛɖʈŋɔɲɪɳ

Jadi pada DSd terdapat kehomoniman sufiks -aɳ, yakni {-a }ɳ hanya yang hanya

merupakan alomorf {-aŋ} dan {-aɳ} sebagai pemarkah komparatif seperti pada

kosakata berikut ini.

Ia suba seger-an jani.

2TG sudah sehat-KOMP sekarang

‘Dia sudah lebih sehat sekarang.’

Panak-me-ne kicak-an anyang panak-ku-ne

anak-2TGPOS-DEF kecil-KOMP dengan anak-1TGPOS-DEF

‘Anakmu lebih kecil daripada anakku.’

4.2.1.2 Kosakata dalam Bentuk Kata Berklitik

Kosakata DBA dalam layanan kesehatan masyarakat dengan bentuk kata atau

frasa berklitik dapat dibedakan atas kosakata dengan klitik pemarkah posesif dan klitik

pemarkah definit. Hal itu dapat dilihat dengan lebih jelas pada uraian berikut ini.

40

1) Kata dengan Klitik Pemarkah Posesif.

Dalam dialek-dialek DBA pada umumnya hanya ditemukan klitik pemarkah

posesif O3, yakni [– e]ɳ , sedangkan dalam DPdw ditemukan, baik klitik pemarkah

posesif O1, O2, maupun O3, masing-masing [–ku], [-me], dan [- e]ɳ , psds DSb

ditemukan juga klitik pemarkah posesif O1.

Kata [ima-ɳ-ɳe] pada kalimat (1) dibentuk dengan menambahkan klitik

pemarkah posesif O3 [– e]ɳ pada kata dasar. Selain klitik pemarkah posesif O3

ditemukan juga klitik pemarkah posesif O1 dan O2 seperti terlihat pada contoh berikut

ini.

(5) Ba kento panak-ane ento ngara gaenanga banten terus mati. sudah begitu anak-POS itu tidak dibuatkan sajen terus

meninggal ‘Lalu anaknya itu tidak dibuatkan sajen terus meninggal.’

(6) Cunguh-me-ne barak. hidung 2Sg (POS)-DEF merah’ ‘Hidungmu merah’

.(7) Ima-n ime-ng -ku -ne beseh

tangan-LIG ibu-LIG-POS-DEF bengkak‘Tangan Ibu saya bengkak.’

Kata [pa aka e]ɳ ɳɳ ‘anaknya’ pada kalimat (2) dibentuk dari kata dasar [pa ak] ɳ ‘anak’

dilekati klitik pemarkah posesif O2 tunggal sehingga menjadi [pa aka e]ɳ ɳɳ . Kata

[cuŋuhme e] ɳ ‘hidungmu’ pada kalimat (3) dibentuk dari kata dasar [cuŋuh] dilekati

klitik pemarkah posesif O2 tunggal [–me] sehingga menjadi [cuŋuhme], kemudian

dilekati klitik pemarkah definit –e sehingga terbentuk kata [cuŋuhme ]eɳ . Jadi ada dua

klitik pada kata ini, yakni klitik pemarkah posesif O2 tunggal [–me] dan klitik

pemarkah definit [–e]. Hierarki gramatikal kata-kata tersebut dapat dilihat pada

diagram berikut ini.

[ paɳɳakaɳe ] [cuŋuhme e]ɳ

41

[ cuŋuhme]

[pa ak] [- e]ɳɳ ɳ

[cuŋuh] [-me] [- e]ɳ

Klitik pemarkah posesif yang ditemukan pada semua DP hanyalah pemarkah

posesif O3, sedangkan klitik pemarkah posesif O1 dan O2 hanya ditemukan pada dialek

Pedawa. Contoh lainnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

No. Glosa DBD Pdw Sb Sd

1.‘ayahnya’ [bapaɳɳ

e

[bapaɳɳe] [bapaɳaɳe] [bapaɳe]

2. ‘ayahku’ - [bapaŋku e]ɳ - -3. ‘ayahmu’ - [bapame e]ɳ - -4. ‘bajunya’ baj eʊɳɳ [baju e]ɳɳ [baju a e]ɳ ɳ [baj e]ʊɳ5. ‘bajuku’ - [bajuŋku e]ɳ - -6. ‘bajumu’ - [bajume e]ɳ - -

Dari data di atas dapat dilihat, selain karena ada dan tidaknya klitik,

kebervariasian juga terjadi karena variasi morfofonemik di antara kata [bapaɳe],

[bapaɳɳe], dan [bapaɳaɳe] ‘ayahnya’. Pada varian [bapaɳe] hanya terjadi proses

morfologis klitisasi, yakni penambahan klitik pemarkah posesif {-ne} pada kata bapa;

pada varian [bapaɳɳe], terjadi proses morfologis klitisasi disertai penambahan

konsonan [ ]ɳ , yang berfungsi sebagai ligatur, di antara kata dasar dan klitik; pada

[bapanane], terjadi proses morfologis, penambahan ligatur [ ],ɳ dan penambahan

vokal pelancaran ucapan [a] di antara ligatur [ ]ɳ dan klitik {–ɳe}. Proses serupa terjadi

pada variasi kata baju e, baju e, baju a e. ɳ ɳɳ ɳ ɳ

Klitik [–ku] pada kata [im ŋku]ɛ dalam kalimat (7) merupakan pemarkah posesif

O2. Contoh lain

No. Glosa DPdw DSd DSb

42

1. ‘cucuku’ [cucuŋku e]ɳ [cucu oke e]ɳ ɳ [cucu kaka e]ɳ ɳ2. ‘ayahku’ [bapaŋku] [bapa oke e]ɳ ɳ [bapa uke e]ɳ ɳ3. ‘ibuku’ [im ŋku]ɛ [m mɛ ɛɳ

oke e]ɳ[m m oke e]ɛ ɛɳ ɳ

4.

5.

6.

‘mataku’

‘perutku’

‘rumahku’

[ma aŋkune]ʈ

[basaŋku]

[umahkune]

[mata oke e]ɳ ɳ

[basaŋuke e]ɳ

[umah oke e]ɳ

[mata oke e]ɳ ɳ

[basang uke e]ɳ

[umah kaka eɳ

Dari contoh di atas dapat dilihat ligature [- -]ɳ ,yang dalam BBU dan DP lain

direalisasikan dengan konsonan nasal alveolar [ɳ], sementara pada DPdw direalisasik-

an dengan [ŋ]. Perbedaan ini terjadi karena [-ɳ-] diikuti konsonan dorsovelar. Dengan

kata lain terjadi asimilasi prsial regresif–n-sebagai akibat asimilasi da

(1) Getih-e ane ng-sambung idup-ne. diikutidarah-DEF yang AKT-sambung hidup-POS‘Darah yang menyambung hidupnya.’

(2) Ima-n ime-ng -ku -ne beseh.tangan-LIG ibu-LIG-POS-DEF bengkak‘Tangan Ibu saya bengkak.’

Klitik –ne pada kalimat (2) dan kalimat (3) di atas merupakan pemarkah definit.

Pada kalimat (2) klitik – eɳ merupakan pemarkah definit pada tataran frasa, yakni

memarkahi frasa ima im ŋkuɳ ɛ ‘tangan ibuku’, sedangkan – eɳ pada kalimat (3)

merupakah pemarkah definit pada tataran kata, yakni memarkahi kata cuŋuhme

‘hidungmu’

4.2.1.3 Kosakata dalam Bentuk Kata Ulang

Kata ulang adalah kata yang dihasilkan dengan melakukan proses perulangan

atau reduplikasi terhadap bentuk dasar , baik secara keseluruhan maupun sebagian.

43

Kosakata dalam DBA pada ranah layanan kesehatan masyarakat, ditemukan cukup

bervariasi, seperti terlihat pada kalimat-kalimat berikut ini.

(1) Ara dadi alu ngamah mi sai-saitidak boleh dulu makan mi sering-R‘Belum boleh dulu sering-sering makan mi.’

(2) Ara baanga ngamah kacang-kacangan. tidak beri-PAS makan kacang-R-an ‘Tidak diberi makan kacang-kacangan.’

(3) Ke-kolongan-ne sakit. Rpar-kerongkongan-POS sakit ‘Kerongkongannya sakit.’

(4) Batis-a-ne sakit kebet-kebet.

Kaki-PU-POS sakit senut-R

‘Kakinya sakit se nut-senut.’

Kata sai-sai ‘sering-sering’ dibentuk dari kata sai ‘sering’ ditambah morfem {R}

Dasar sai

Penambahan morfem {R-} sai-sai

Kata sai-sai tergolong kata ulang murni atau dwilingga. Proses perulangan ini

menyatakan makna ’iteratif’.

Contoh lain

k b t-k b tǝ ǝ ǝ ǝ ’senut-senut’

aŋs g-aŋs gǝ ǝ ’terengah-engah’

kliy s-kliǝ y sǝ ’terasa sebentar-sebentar mules’

Kata kacaŋ-kacaŋan ’aneka kacang’ dibentuk degan proses sebagai berikut.

Dasar kacaŋ

Penambahan morfem {R-} kacaŋ-kacaŋ

Penambahan sufiks {-aɳ} kacaŋ-kacaŋaɳ

44

Sesuai tahapan prosesnya, kata kacaŋ-kacaŋa ɳ tergolong kata ulang berimbuhan

dalam hal ini kata ulang bersufiks. Proses penambahan morfem R, yang dilanjutkan

dengan penambahan sufiks –aɳ, menghadirkan makna ’bermacam-oacam’.

Contoh lain

do -do aɳ ɳ ɳ ’sayur-sayuran’

sayur-sayuraɳbe-beaɳ’daging-dagingan’

Kata kekolongan ’kerongkongan’ dibentuk dengan proses sebagai berikut.

Dasar kol ŋaɔ ɳPenambahan morfem {Rpar-} kokol ŋanɔPelemahan vokal pada #K__ kəkol ŋanɔ

Contoh lain

pəparu ‘paru-paru’

pəpi uʈ ‘tujuh’

pap l ŋanɛ ɛ ‘pelipis’

Proses perulangan ini tidak menghadirkan makna tertentu, tetapi memiliki fungsi

meningkatkan keformalan.

Contoh lain

No. Glosa DBD DPdw DSd DSb1. kerongkongan [kol ŋa ]ɔ ɳ [kəkol ŋa ]ɔ ɳ [kəkol ŋa ]ɔ ɳ [bah ŋ]ʊ2. ‘paru-paru’ [paru paru] [paparu] [paru paru] [paru paru]3. ‘terengah-engah’ [aŋs g aŋs g]ǝ ǝ [gər Ɂ]/[dəkahɛ

gər Ɂ]ɛ[aŋs gǝ aŋs g]ǝ

[aŋs g aŋs g]ǝ ǝ

4. ‘senut-senut’ [kəbə -kəbə ]ʈ ʈ [kəbə ]/ʈ[ŋəbə bə ]ʈ ʈ

[kəbə kəbə ]ʈ ʈ [kəbə kəbət]ʈ

5. ‘kemasukan benda kecil’

[subsʊba ]ɳ [subsuba ]ɳ [subsʊba ]ɳ [s ŋs ŋa ]ɪ ɪ ɳ

6. ‘mulas’ [kliyas kliy s]ǝ [kliyəs] [kliy s kliǝ y s]ǝ [kliy s kli s]ǝ ɳǝ

4.2.1.4 Kosakata dalam Bentuk Kata Majemuk

45

Dalam DBA cukup banyak ditemukan kosakata dalam bentuk kata majemuk,

tetapi tidak menampakkan adanya variasi secara gramatikal. Kalaupun ada variasi

antar-DP lebih bersifat leksikal. Berikut dapat dilihat contoh kosakata dalam bentuk

katamajemuk

No. Glosa DBD DPdw D Sd DSb1. air ketuban [y h m]ɛ ɲɔ [y hɛ

kə ubaʈ ɳ] / [y h m]ɛ ɲɔ

[y h m]ɛ ɲɔ [y h m]ɛ ɲɔ

2. air susu [y h o o]ɛ ɲ ɲ [y h o o]ɛ ɲ ɲ [y h o o]ɛ ɲ ɲ [y h o o]ɛ ɲ ɲ3. anak tekak [ca kɳʈɪ

kək l ŋa ]ɔ ɔ ɳ[kaɳc lɪ kol ŋaɔ ɳ]

[ a ŋ]ʈ ɳǝ [ba kuluŋa ]ʈʊɳ ɳ

4. betis [bə əkanʈ ba s]ʈɪ

[bə əɁanʈ ba s]ɪ

[ ]ɔɔɖ [bə əka ba s]ʈ ɳ ʈɪ

5. dada [ aŋkah]ʈ [ aŋkah]ʈ [ aŋkah]ʈ [ aŋkah]ʈ6. gendang

telinga- - - [kən aŋ kup ŋ]ɖ ɪ

7. gigi paling belakang

[paŋgal pəŋiɉəŋ]

[paŋgal pəŋiɉəŋ]

[paŋgal pəŋiɉəŋ]

[paŋgal pəŋiɉəŋ]

8. ibu jari [i a limə]ɳ ɳ [imeɳ ima] [ina lima]ɳ [lima meme]/ɳ [ uɉ h]/[kac ŋ]ʈ ʊ ɪ

9. lepas tali pusat

[kəp sʊ

puŋsə ]ɖ[kə sʈʊ puŋsə ]ɖ

[kəp sʊ puŋsə ]ɖ

[kəp s puŋsə ]ʊ ɖ

4.2.1 Kosakata dalam Bentuk Frasa

Kosa kata dalam bentuk frasa banyak ditemukan dalam DBA.

Kebervariasian pada tataran frasa juga cenderung diakibatkan oleh proses

fonologis. Kebervariasian secara gramatikal sangat terbatas pada frasa dengan

pewatas numeralia.

Contoh

No

.

Glosa DBD DPdw D Sd DSb

46

1. kami (berdua) [caŋ ɉaʔ uɖ wa]

[aku ayaŋku aɖ ɖwa]

[caŋ ɉaʔ uɖ wa]

[oke ɉak uwa] ɖ

2. kami (bertiga) [caŋ ɉa lu]ʔ ʈǝ [aku ayaŋku əluʈ ]

[caŋ ɉaʔ lu]ʈǝ

[oke ɉak əlu]ʈ

Dari contoh di atas dapat dilihat DPdw memiliki kekhasan struktur frasa. Pada

DBD, DSd, dan DSb struktur frasa untuk glosa ‘kami berdua’ dan ‘kami

bertiga’ adalah sebagai berikut.

Pronomina + Preposisi + Numeraliacaŋ jak uɖ waoke ɉak uwaɖcaŋ jak əluʈoke ɉak əluʈ

sementara pada DPdw, strukturnya sebagai berikut.

Pronomina + Preposisi + Pronomina + Numeraliaaku ayaŋ ku aɖ ɖwaaku ayaŋ ku əluʈ

Jadi ada repetisi pronomina di sini sehingga terbentuk konstruksi berpronomina

ganda, [aku ayaŋku aɖ ɖwa]. Dalam DBD ditemukan juga konstruksi [ɉa ʔ caŋ

uɖ wa] atau [ aɖ ɖwa], tetapi tidak didahului oleh pronomina, kecuali pronomina

yang diawal berfungsi sebagai subjek. Jadi strukturnya hanya

Preposisi + Pronomina + Numeraliaajak caŋ ( a) waɖ ɖ

Kosakata dalam bentuk frasa, yang kebervariasiannya hanya leksikal dan/atau

fonologis dapat dilihat pada contoh berikut.

No. Glosa DPdw DSd DSb1. ‘cucuku’ [cucuŋku e]ɳ [cucu oke e]ɳ ɳ [cucuɳ

kaka e]ɳ

47

2. ‘ayahku’ [bapaŋku] [bapa oke e]ɳ ɳ [bapa uke e]ɳ ɳ3. ‘ibuku’ [im ŋku] ɛ [meme oke e]ɳ ɳ [memeɳ

oke e]ɳ4. ‘mataku’

‘perutku’

[ma aŋku e]ʈ ɳ

[basaŋku]

[mata oke e]ɳ ɳ

[basaŋ uke e]ɳ

[mata oke e]ɳ ɳ

[basaŋ uke e]ɳ5. ‘tertusuk duri, [bəlbəla / əbəkɳ ʈ

dui][ us k u i]ʈ ʊ ɖ ʷ [ əbək uhi]ʈ ɖ

6. ‘sakit punggung’ [sak u ŋ]ɪʈ ʈ ɳɖʊ [ aki aŋ u ]ɲ ʈ ʈ ɳɖʊ [sak tɪ pu k]ɳɖʊ

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan

hal-hal berikut ini.

1. DBA bervariasi secara fonologis, baik dibandingkan dengan DBA maupun

di antara DP yang satu dengan yang lainnya. Variasi fonologis dapat

dibedakan atas variasi teratur dan variasi sporadis..

2. Secara gramatikal DBA tidak terlalu berbeda dengan DBA. Perbedaannya

lebih diakibatkan oleh pengaruh fonologis yang tampak pada proses

morfofonemis.

3. Pengelompokan variasi secara fonologis, khususnya variasi teratur, yang

menonjol adalah (1) realisasi fonem /a/ pada posisi akhir yang memiliki dua

varian, yakni [ɘ] pada DNP dan[a] pada semua DP lainnya; (2) distribusi

fonem /h/ dalam kapasitasnya sebagai onset di tengah kata, yang pada

DPdw dan DSd tidak wujud , dan pada sejumlah DP lainnya wujud.

Pengelompokan secara gramatikal (1) pada tataran morfologis dapat

diklasifikasi atas kata dengan klitik pemarkah posesif O3 dapat dipilah atas

48

klisasi semata (pipine) pada DSd, klitisasi yang disertai penambahan ligatur

[n] (pipinne) pada DPdw dan DST, dan klitisasi yang disertai ligatur [n]

dan pelancar ucapan [a] (pipinnane) pada DSb dan (2) pada tataran

sintaksis dalam hal ini frasa dapat diklsifikasi atas konstruksi frasa

pronominal dengan satu pronomina dan frasa pronominal dengan

pronomina ganda.

49

4.

DAFTAR PUSTAKA

Ayatrohaedi. 1978. “Bahasa Sunda di Daerah Cirebon: Sebuah Kajian Lokabahasa” Disertasi. Unuversitas Indonesia Jakarta.

Bawa, I Wayan. 1979/1980. "Bahasa Bali di daerah Propinsi Bali: Sebuah Pemerian Geografi Dialek". Jakarta: Proyek Penelitian ILDEP melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Bawa, I Wayan. 1983. "Bahasa Bali di Daerah Propinsi Bali: Sebuah Analisis Geografi Dialek'. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia

Dhanawaty, Ni Made. 1981. "Bahasa Bali di Kabupaten Tabanan: Sebuah Telaah Geografi Dialek". Skripsi. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Dhanawaty, Ni Made dkk. 2012. “Model Akomodasi dalam Upaya Pengembangan Toleransi Antaretnis Pada Masyarakat Transmigran di Provinsi Lampung”. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif Strategis Nasional Universitas Udayana.

Ismani, Hj. Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Lauder, Multamia R.M.T. 2002. ”Revaluasi Konsep Pemilah Bahasa dan Dialek untuk Bahasa Nusantara”, dalam Makara: Sosial Humaniora. Volume VI, No. 2. Agustus 2002: 34—42. Jakarta:Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Madia, I Made. 1984. "Variasi Sistem Fonologi Bahasa Bali di Nusa Penida: Sebuah Kajian Dialektologi Struktural" Laporan Penelitian. Singaraja: Balai Penelitian Bahasa, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakrta: PT Raja Grafindo Persada.

50

Lampiran 1

Makalah Senastek

VARIASI PRONOMINA PERSONA BAHASA BALI DALAM LAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

Ni Made Suryati, Ni Made Dhanawaty, I Made Budiarsa, I Wayan Simpen,

Fakultas Sastra dan Budaya Universitas UdayanaJl. Nias 13 Denpasar, Telp 224121

[email protected], [email protected]

AbstrakBahasa Bali dibedakan atas dialek bahasa Bali Dataran (DBD) dan dialek

bahasa Bali Aga (DBA). DBD memiliki variasi secara vertikal, sedangkan DBA tidak kosakata yang dalam DBD tergolong tak-Alus (TA), dalam DBA merupakan varian biasa. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam ranah layanan kesehatan jika petugas kesehatan yang bertugas di daerah DBA berasal dari DBD.

Penelitian ini bertujuan membahas variasi pronomina persona tunggal DBA di desa Sembiran (DS) dan Seraya Timur (DST) dalam komunikasi layanan kesehatan masyarakat. Hasilnya diharapkan dapat bermanfaat bagi para medis yang bertugas di desa tersebut.

Hasil penelitian, dengan menerapkan teori dialektologi dan metode padan ini, menunjukkan bahwa pronomina persona DS dan DST dan DBD bervariasi secara leksikal dan fonologis. Secara leksikal persona I tunggal DBD /(ti)tiyaŋ/, /(i)–caŋ/ dan /yaŋ/ direalisasikan menjadi /oke/ dan /kaka/ pada DS; /(b)–iba/, /uke/, dan /wane/ pada DST. Pronomina II tunggal /ragane/, /cai/,/ ai/, dan /ibə/ pada DBD, pada DSɲ /cai/, / ai/, dan /ŋko/, pada DST /cai/ dan / ai/. Pronomina III tunggal /idə/, /dane/ danɲ ɲ /(i) –yə/ pada DBD, direalisasikan menjadi /ya/ pada DS dan DST. Secara fonologis, fonem /a/ pada distribusi akhir, pada DBD direalisasikan dengan /ə/, pada DS dan DST dengan /a/.

Kata kunci: variasi, pronomina, komunikasi, leksikal, fonologis

DIALECT VARIATION IN BALINESE PERSONAL PRONOUNS APPLIED IN PUBLIC HEALTH SERVICE

AbstractBalinese language is divided into two dialects, namely Bali Dataran(DBD),

and Bali Aga(DBA) dialect. The DBD variation happens vertically, but not in DBA. Some vocabulary in DBD that are classified into low(Tak-Alus/TA) are classified as

51

common variants in DBA, therefore it often create misunderstanding, especially for DBD public health workers when they serve the people in DBA area.

This research aims to explore the Balinese personal pronoun variations in DBA Sembiran(DA), and Seraya Timur(DST). Hopefully, this research can be useful for the DBD public health workers who work in DBA areas.

The results, by applying the dialectology theory and correlation method or metode padan, showed that the personal pronouns of DS and DST varied lexically and phonologically. Lexically, the personal pronoun of first person singular in DBD /(ti)tiyaŋ/(A), /(i)–caŋ/ and /yaŋ/(TA) was realized as /oke/ and /kaka/ in DS also /(b)–iba/, /uke/, and /wane/ in DST. The second person singular /ragane/(A), /cai/ / ai/,ɲ and /ibə/(TA) in DBD, were realized as /cai/, / ai/, and /ŋko/ in DS also /cai/ and / ai/ɲ ɲ in DST; and the third person singular /idə/, /dane/(A) and /(i) –yə/(TA) in DBD, were realized as /ya/, in DS and DST. Meanwhile phonologically, the realization of phoneme /a/ at the end of the word in DBD was realized as /ə/, in DS and DST was /a/.

Keywords: variation, pronoun, communication, lexical, phonological

1. PENDAHULUAN Bahasa Bali (BB) seperti bahasa daerah lainya di Indonesia yaitu bahasa Jawa, Sunda, Madura memiliki variasi baik secara geografis maupun secara stratifikas sosial, Variasi yang dimunculkan oleh kedua pengklasifikasian di atas disebut dengan dialek (Fishman, 1975: 22; Linn (ed.), 1998: 5). Variasi yang didasarkan atas perbedaannya secara geografis disebut dengan istilah geografi dialek atau dialek region-al, sedangkan variasi yang ditimbulkan oleh stratifikasi sosial disebut dengan istilah dialek sosial atau sosiole. Selanjutnya, dialek sosial dapat dibedakan berdasarkan: etnik, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan mata pencaharian (Trungill, 1977).

Secara geografis, berdasarkan hasil penelitian secara garis besar BB dapat dikelompokkan menjadi (1) bahasa Bali Dialek Bali Dataran (DBD) yang tersebar di daerah Bali dataran dan (2) bahasa Bali Dialek Bali Aga (DBA) yang tersebar di daerah-daerah pegunungan pulau Bali, Nusa Penida, Lem-bongan, dan pulau Serangan (Bawa, 1983). DBA memiliki karakter (fonologis, gramatikal, dan leksikal) yang berbeda dengan DBD. Oleh karena itu sulit dipahami oleh penutur DBD. Berdasarkan stratifikasi sosial, secara tradisional variasi BB dipengaruhi oleh adanya sistem wangsa yang dimiliki oleh penutur BB. Secara moderen, variasi BB juga dipengaruhi oleh stratifikai sosial penutur BB berdasarkan jabatan, kedudukan penutur BB di masyarakat. Variasi BB berdasarkan stratifikasi sosial hanya dimiliki masyarakat DBD.

Dengan adanya variasi BB berdasarkan stratifikasi sosial, BB khususnya pada tataran kata dapat dipilah menjadi beberapa macam. Pembagian kata dalam BB dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa, seperti Bagus (1975), Kersten (1957), Naryana (1984), Tinggen (1995). Pembagian yang terakhir dan paling lengkap dikemukakan oleh Suasta (2001) walaupun hanya ditunjukkan melalui kalimat-kalimat. Suryati (2008) menegaskan kembali pembagian kata dalam BB, yang dala tulisan itu ada kekeliruan dalam menempatkan satu kata yaitu kata (krua mider) yang seharusnya bentuk tersendiri dimasukkan bagian dari kruna alus. Untuk selanjutnya istilah kata diganti dengan kruna. Berikut disajikan pembagian kruna BB yang paling lengkap, yaitu 1) Kruna alus, dibedakan menjadi: (1) alus singgih (asi) digunakan untuk menghormati atau memuliakan yang patut dihormati, (2) alus sor (aso) digunakan untuk merendahkan diri, (3) alus madia (ama) merupakan bentuk singkatan dari bentuk alus, dan (4) alus mider (ami) digunakan baik untuk menghormati maupun merendahkan diri karena bentuk ini hanya

52

memiliki satu bentuk halus; 2) kruna mider digunakan untuk semua lapisan masyarakat Bali karena bentuk ini hanya memiliki satu bentuk; (3) Kruna Andap digunakan dalam pergaulan masyarakat pada umumnya, nilai rasanya biasa atau sering disebut kruna kepara/lumrah: (4) Kruna Kasar biasanya digunakan apabila berkomunikasi dengan keluarga kalangan non tri wangsa, dengan kerahabat dekat, dan ada juga bentuk untuk bertengkar.

Memperhatikan situasi kebahasaan seperti diuraikan di atas, satu kata dalam DBD memiliki beberapa bentuk tergantung pemakainya dan dengan siapa berbicara. Oleh karena itu satu kata dalam DBD yang merupakan bentuk kasar, dalam DBA merupakan bentuk biasa (karena DBA tidak mengenal variai stratifikasi sosial) sehingga jika petugas (misalnya) yang bertugas di daerah DBA berasal dari DBD dikhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman. Misalnya kata iba dalam DBD berarti kamu yang memiliki nilai rasa kasar dan biasanya digunakan dalam konteks bertengkar, sedangkan pada DBA yang ada di Seraya Timur kata iba ‘saya. Jika seorang dokter yang berasal dari DBD bertanya pada pasiennya: Kenapa Me? Kenapa Bu? Pasiennya menjawab Iba bengel. Bisa dibayangkan dokter yang tidak mengenal bahasa pasiennya akan berkata: Pih kasar sajan munyin pasiene, buina balikanga. I raga nakonin ia, mabalik I raga orange bengel. Padahal kulit I ragane alus.’Pih kasar sekali perkataan pasien, lagi pula dibalik, saya menanyai dia, terbalik malahan saya dikatakan bintik-bintik, padahal kulit saya halus’. Sebenarnya maksud pasien tidak begitu, makna kalimat sebenarnya adalah ‘Saya pusing’. Oleh karena itulah penelitian ini membahas salah satu aspek yang merupakan bagian dari layanan kesehatan masyarakat, yaitu variasi pronomina persona bahasa Bali dengan membandingkan DBD dengan DBA khusus DBA Sembiran (selanjutnya disingkat DS) dan DBA Seraya Timur (selanjutnya disingkat DST). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskrifsikan variasi pronomina persona tunggal DBD dengan DBA khususnya DS dan DST baik secara leksikal maupun fonologis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bekal bagi para medis yang berasal dari DBD jika bertugas di wilayah DBA agar tidak terjadi kesalahpahaman.

2. BAHAN DAN METODE Sumber data penelitian ini adalah tuturan lisan yang digunakan oleh penutur DBD, penutur DS, dan DST.

Metode yang diterapkan dalam penyediaan data adalah metode pupuan lapangan. Metode ini lebih lanjut dijabarkan menjadi metode simak dan metode cakap (khususnya cakap semuka) (Sudaryanto, 1988: 2—9). Pada tahap penganalisisan data digunakan metode padan dengan teknik dasarnya adalah teknik pilah unsur penentu. Teknik lanjutannya yaitu teknik hubung banding (Sudaryanto, 1993: 13—30; bdk dengan Djajasudarma, 1993: 58). Dalam penerapan metode padan dengan teknik hubung banding menyamakan dan membedakan, masing-masing digunakan untuk memilah unsur-unsur kebahasaan BB, khususnya unsur-unsur yang sama atau unsur yang tidak sama. Dengan meng teori gunakan kedua teknik itu, dapat dipisahkan bentuk-bentuk yang sama dan bentuk-bentuk yang berbeda.

Penelitian ini menerapkan teori dialektologi yang didukung oleh teori tradisional dan struktural (Chambers dan Peter Tradgill, 1980: 37—46 dan Petyt, 1980: 171)

Teori dialektologi tradisional digunakan untuk menganalisis variasi leksikal, sedangkan digunakan untuk menganalisis variasi fonologis. Teori struktural beranggapan bahwa struktural

53

membedakan berbagai tipe perbedaan fonetis sesuai dengan efeknya terhadap struktur fonologis dari dialek-dialek tertentu (Allen dan Linn ed., 1986: 20—24). Yang jelas dialektologi struktural harus memperhatikan relasi struktural dalam setiap dialek dan fungsi unsur-unsur fonetik dalam sistemnya sendiri (Petyt, l980: l21; Kurath, 1972: 30). Menurut Weinreich dalam suatu bahasa dapat disusun suatu sistem yang lebih tinggi tingkatannya, yang mewujudkan baik kemiripan maupun perbedaan di antara sistem-sistem yang lebih rendah. Sistem yang lebih tinggi disebut diasistem atau supersistem; sedangkan sistem yang lebih rendah disebut subsistem. Jadi ada hubungan hiponimi antara diasistem dan subsistem(Allen dan Linn ed., 1986: 22) .

2. HASIL DAN PEM B A H A SANVariasi pronominal persona DBD dengan DBA dikelompokkan menjadi dua,

yaitu variasi leksikal dan variasi fonologis. Keduanya diuraikan berikut ini.

3.1 Variasi LeksikalBerdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, variasi leksikal pronomina

persona tunggal DBD dengan DBA secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) variasi pronomina persona pertama tunggal, (2) variasi pronomina persona kedua tunggal, dan (3) variasi pronomina persona ketiga tunggal. Variasi pronominal prsona dibahas yang tunggal saja karena bentuk jamak baik pada DBD maupun DBA tidak ditemukan istilah bentuk jamaknya. Ketiga pronomina persona tunggal tersebut disajikan berikut ini.

3.1.1 Variasi Leksikal Pronomina Persona Pertama TunggalPronomina persona pertama tunggal pada DBD ditemukan beberapa bentuk.

Hal itu dapat dilihat berdasarkan data berikut ini.(1) Titiang jagi lunga ka Denpasar.

/titiyaN jagi luNE kE denpasar/.‘Saya akan pergi ke Denpasar’.

(2) Tiang lakar mulih./tiyaN lakar mulih/.‘Saya akan pulang’.

(3) (I)-cang/ (I)-yang tusing lakar masuk./(i)-caN / (I)-yang tusiN lakar masuk/.‘Saya tidak akan sekolah’.

(4) Kai sing nyak apa ajak iba./kai siN ňak apE ajak ibE /.‘Saya tidak mau apa sama kamu’.

Kalau diperhatikan kalimat (1—4), subjek-subjek kalimat tersebut adalah titiang ‘saya’ pada kalmia (1); tiang ‘saya’ pada kalimat (2); (i)-cang/(i)-yang ‘saya’ pada kalimat (3); dan kai ‘saya’ pada kalimat (4). Dilihat dari makna keempat kata

54

yang menduduki subjek adalah merupakan pronominal persona pertama tunggal. Perbedaan penggunaan kata-kata tersebut disesuaikan dengan siapa yang mengucapkan kalimat-kalimat tersebut dan dengan siapa kalimat-kalumat itu diucapkan. Di samping itu pemakaian masing-masing kata itu juga disesuaikan dengan kata-kata yang mengikutinya. Prnomina persona pertama tunggal titiang pada kalimat (1) merupakan kruna alus sor, digunakan untuk merendahkan diri jika berbicara dengan orang yang patut dihormati. Secara tradisional, umumnya kata ini dgunakan oleh non-tri wangsa jika berbicara dengan tri wangsa. Dalam perkembangannya, kata ini juga digunakan jika berbicara dengan orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Kalau diperhatikan dalam komunikasi, di kalangam tri wangsa kata ini juga digunakan oleh orang yang umurnya lebih kecil jika berbicara dengan orang yang lebih tua.Misalnya, seorang wangsa brahmana berbicara dengan keluarganya yang lebih tua mengatakan: Aji ring dija niki? Titiang kantun ring kampus, malih jebos titiang jagi merika ‘Bapak di mana ini? Saya masih di kampus, lagi sebentar saya akan ke`sana. Kata-kata yang mengikuti juga termasuk kruna alus dan kruna mider.

Pronomina persona pertama tunggal pada kalimat (2) adalah tiang ‘saya’ termasuk kruna alus madia. Bentuk ini merupakan bentuk tidak alus dan tidak kasar atau bentuk pemenggalan dari bentuk alus. Kata-kata yang mengikuti juga tidak begitu alus bentuk biasa. Pronomina persona pertama tunggal pada kalimat (3) (i)-cang/(i)-yang ‘saya’ merupakan bentuk lumrah/kapara, digunakan dalam komuikasi sehari-hari di kalangan masyarakat non tri wangsa. Bentuk ini boleh dikatakan bentuk kasar, tetapi kasar sopan. Kata-kata yang mengikuti juga termasuk bentuk lumrah/kasar hormat. Pronomina persona pertama tunggal pada kalimat (4) merupakan bentuk paling kasar yang umumnya digunakan pada saat bertengkar. Kata-kata yang mengikuti juga ada bentuk kasar sing ‘tidak’ dan iba ‘kamu’ dan ada bentuk andap nyak ‘mau’).

Pronominal persona DS tidak memiliki variasi sejumlah DBD. Untuk itu berikut disajikan datanya.

(5) Oke glebug uli punyane./oke glEbug uli puňane/.‘Saya jatuh dari pohon’.

(6) Kaka ngetor’/kaka NE tor/.‘Saya menggigil’.

Kalau diperhatikan subjek kalimat (5 dan 6), yaitu oke ‘saya’ pada kalimat (5) dan kaka ‘saya’ pada kalimat (6). Kedua kata yang berfungsi sebagai subjek merupakan pronominal persona pertama tunggal. Pada DS kedua pronominal persona pertama tunggal tersebut digunakan secara bergantian. Keduanya berstatus sama, tidak ada yang lebih kasar atau lebih halus karena pada masyarakat Sembiran tidak dikenal perbedaan stratifikasi sosial.

Untuk mengetahui pronominal persona pertama pada DST, berikut disajikan datanya.

(7) (B)–iba maňuh./biba maňuh/.

55

‘Saya kencing’.(8) Uke kebus.

/uke kEbus/.’Saya panas’.

(9) Wane nyagur cai./wane ňagur cai/’Saya memukul kamu’

Subjek-subjek kalimat (7—9) adalah /(b)–iba/ ’saya’ pada kalimat (7); /uke/ ’saya’ pada kalimat (8); dan /wane/ ’saya’ pada kalimat (9). Dilihat dari maknanya, ketiga subjek tersebut merupakan pronomina persona pertama tunggal. Sama dengan pada DS, DST juga memiliki variasi pronomina persona pertama tunggal dan variasinya juga tidak digunakan karena perbedaan status sosial.

Berdasarkan data yang sudah diuraikan di atas maka variasi leksikal pronomina persona pertama DBD dengan DS dan DST adalah: pada DBD /titiyaŋ/, /tiyaŋ/, /(i)–caŋ/ /(i)-yaŋ/ dan /kai/ direalisasikan menjadi /oke/ dan /kaka/ pada DS; /(b)–iba/, /uke/, dan /wane/ pada DST.

3.1.2 Variasi Leksikal Pronomina Persona Kedua TunggalSama halnya dengan pronominal persona pertama, pronominal persona kedua

DBD juga memiliki variasi berdasarkan stratifikai sosialnya. Hal itu dapat diketahui berdasarkan data yang disajikan berikut ini.

(10) Jerone saking dija? /jE rone sakiN dijE? ‘Kamu dari mana’.

(11) Ragane ten milu luas? /ragane tEn milu luwas?/ ‘Kamu tidak ikut pergi?

(12) Cai nyemak pipis memene? /cai ňEmak pipis memene?/ ‘Kamu (laki-laki)mengambil uang Ibu?’

(13) Nyai ngatehang I Bapa ke rumah sakit nah! /ňai NatEhaN I bapE kE rumah sakit nah!/

‘Kamu (wanita) mengantar bapak ke rumah sakit ya!’(14) Iba ane ngranayang kai merebat ajak timpal.

/ibE ane NranayaN kai mE rEbat ajak timpal/ ‘Kamu yang menyebabkan saya bertengkar dengan teman’.

Subjek-subjek kalimat (10—14) adalah jerone ‘kamu; pada kalimat (10) digunakan apabila komunikasi terjadi dengan orang yang baru dikenal. Kata-kata yang mengikuti juga termasuk kruna ami (saking) dan mider (dija). Subjek pada kalimat (11) ragane ‘kamu’ termasuk bentuk madia; subjek pada kalimat (12) adalah cai ‘kamu’ merupakan bentuk andap dan digunakan untuk laki-laki, kata-kata yang mengikuti

56

juga bentuk andap; subjek pada kalimat (13) nyai ‘kamu’ merupakan bentuk andap yang digunakan untuk perempuan dan kata-kata yang mengikuti juga bentuk andap; dan subjek pada kalimat (14) iba ‘kamu merupakan bentuk kasar yang digunakan dalam konteks bertengkar dan kata-kata yang mengikuti juga bentuk kasar dan andap. Jika diperhatikan, kelima subjek kalimat tersebut bermakna ‘kamu’ (persona kedua tunggal).

Pronomina persona kedua tunggal Desa Sembiran disajikan berdasarkan data berikut ini.

(15) Ngko ngigel. /Nko NigE l/ ‘Kamu menari’.

(16) Cai tegeh /cai tEgEh/ ‘Kamu (Laki-laki) tinggi’.

(17) Nyai dadi guru? /ňai dadi guru?/ ‘Kamu (wanita) menjadi guru?’

Kalau diperhatikan subjek-subjek kalimat (15—17) pada DS, semuanya bermakna kamu sebagai pronominal persona tunggal. Variasi pronomina persona tunggal pada DS digunakan dengan status sama (tidak ada alus kasar). Jika dibandingkan dengan DBD, kedua persona tunggal nyai dan cai termasuk bentuk andap.

Pronomina persona tunggal pada dialek Seraya Timur dapat diketahui berdasarkan data yang disajikan berikut ini.

(18) Cai nebek uke. /cai nEbEk uke/ ‘Kamu (laki-laki) menusuk saya’.

(19) Nyai maang anak ento biu. /ňai maaN anak Ento biyu/ ‘Kamu (wanita) member orang itu pisang’.

Kedua subjek pada kalimat (18 dan 19) yaitu cai dan nyai merupakan pronominal persona kedua tunggal karena maknanya sama adalah ‘kamu’ . Penggunaan kedua kata tersebut juga sama dengan pada DS.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa variasi pronominal persona kedua tunggal BB /jerone/, /ragane/, /cai/,/ ai/, dan ɲ /ibə/ pada DBD, pada DS direalisasikan menjadi /cai/, / ai/,ɲ dan /ŋko/, pada DST direalisasikan juga menjadi /cai/ dan / ai/ɲ .

3.1.3 Variasi Leksikal Pronomina Persona Ketiga TunggalVariasi pronomina persona keiga tunggal DBD ditemukan tiga buah.

Ketiganya digunakan berbeda tergantung pada yang menggunakan. Berikut disajikan datanya.

(20) Ida lunga saking i nuni semeng.

57

/idE luNE sakiN i nuni sEmEN / ’Beliau pergi dari tadi pagi..

(21) Dane sane jagi muput upacara puniki. /dane sane jagi muput upEcarE puniki/ Beliau yang akan menyelenggarakan upacara ini’.

(22) Ia suba tamat SMA jani. /iyE subE tamat SMA jani/

’Ia sudah tamat SMA sekarang’.Pronomina persona ketiga tunggal pada kalimat (20) adalah ida ’beliau’. Bentuk ini biasanya diguakan untuk menyebutkan tri wangsa yang dihormati. Kata-kata yang mengikuti juga termasuk kruna alus. Begitu juga pronomina persona ketiga tunggal pada kalimat (21) adalah dane ’beliau’, digunakan untuk menyebutkan non tri wangsa yang patut dihormati, seperti Jero Mangku, Guru. Pronomina persona ketiga tunggal pada kalimat (22) adalah ia merupkan bentuk andap/ kasar biasanya digunakan di kalangan non tri wangsa.

Untuk DS dan DST, pronomina person tiga tunggal sama hanya memiliki satu buah, yaitu ya ’dia’. Penggunaannya dalam kalimat disajikan berikut ini.

(23) Ya nuturang unduk memenane (DS) /ya nuturaN unduk memenane/’ ’Ia menceritrakan tentang ibunya’.

(24) Ya metaang unduk memennya (DST) /ya mE taaN unduk memenňa/ ’Ia menceritrakan tentang ibunya’.

Pronomina persona ketiga tunggal DS adalah subjeknya yaitu ya ’dia’, begitu juga pada DST pronomina persona ketiga tunggalnya juga terletak pada subjek kalimatnya yaitu ya ’ia.

Dengan demikian, variasi pronomina persona ketiga tunggal BB adalah /idə/, /dane/ dan /(i) –yə/ pada DBD, direalisasikan menjadi /ya/ pada DS dan DST.

3.2 Variasi Fonologis Pronomina Personal Bahasa BaliBerdasarkan uraian variasi leksikal pronomina persona DBD dengan DS dan

DST, maka ditemukan adanya dua variasi fonem. Kedua variasi tersebut adalah sebagai berikut.

1) Fonem /E/ pada DBD direalisasikan menjadi fonem /a/ pada akhir kata pada DS dan DST. Contoh: /iyE / ’ia’ (DBD) menjadi /ya/ pada DS dan DST.

2) Fonem /o/ pada DS direalisasikan menjadi /u/ pada DST pada awal suku kata. Contoh: pronomina persona pertama tunggal /oke/ ’saya’ DS menjadi /uke/ ’saya pada DST.

4. KESIMPULAN

58

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengnai variasi pronomina persona BB.1) Secara leksikal pada DBD ditemukan variasi yang disebabkan oleh stratifikasi

sosial, yaitu untuk pronomina persona pertama digunakan /titiyaŋ/, /tiyaŋ/, /(i)–caŋ/ /(i)-yaŋ/ dan /kai/; pronominal persona kedua tunggal ditemukan bentuk /jerone/, /ragane/, /cai/,/ ai/, dan ɲ /ibə/; variasi pronomina persona ketiga tunggal adalah /idə/, /dane/ dan /(i) –yə/.

2) Secara georfafis, variasi leksikal DBD pada kesimpulan 1) direalisasikan menjadi: variasi pronomina persona pertama tunggal /oke/ dan /kaka/ pada DS dan /(b)–iba/, /uke/, dan /wane/ pada DST; variasi pronomina persona kedua tunggal direalisasikan menjadi: /cai/, / ai/,ɲ dan /ŋko/ pada DS serta /cai/ dan / ai/ɲ pada DST; variasi pronomina persona ketiga tunggal direalisasikan menjadi/ya/ pada DS dan DST.

3) Secara fonologis, variasi pronomina persona antara DBD dengan DS dan DST

ditemukan sebagai berikut. (1) Fonem /E/ pada DBD direalisasikan menjadi fonem /a/ pada akhir kata pada DS dan DST ; (2) Fonem /o/ pada DS direalisasikan menjadi /u/ pada DST pada awal suku kata.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini terlaksana atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dikti, yang telah memberikan bantuan biaya penelitian, Kepala LPPM Universitas Udayana beserta jajarannya yang telah memfasilitasi pemerolehan dana dan pelaksanaan penelitian ini, Dekan Fakultas Sastra dan Budaya dan Ketua Program Studi Sastra Indonesia yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, pejabat dan pemuka masyarakat di Kecamatan Nusa Penida, para petugas kesehatan di wilayah Nusa Penida, utamanya para informan yang merupakan sumber data penelitian, para pembantu peneliti, kepada Raye sekeluarga yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian ini dan telah menjadi keluarga selama penelitian ini berlangsung

DAFTAR PUSTAKAAllen, Harold B. dan Muchael Linn Ed.. 1986. Dialect and Language Variation.

Academic Press, INC: Orlando, San Diego, New York, Austin, London, Montreal, Sydney, Tokyo, Toronto.

Bagus, I Gusti Ngurah. 1975/1976. “Tingkat-Tingkat Bicara dalam Bahasa Bali”. Denpasar: Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pusat Pembinaan dan Pengembngan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Bawa, I Wayan.1983. “Bahasa Bali di Daerah Propinsi Bali: Sebuah Analisis Geografi Dialek”. Disertasi. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

59

Chambers, J. K. dan Peter Trudgill. 1980. Dialectology. Cambridge-London-New York-New Boshola-Melbourne-Sydny: Canbridge University Press.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.

Narayana, Ida Bagus Udara. 1984. “Tingkatan Anggah-Ungguhing Basa bali” dalam Jurnal Widya Pustaka Th. I, Nomor 1. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Petyt, K.M. 1980. The Study of Dialect: An Introduction to Dialectology. London: Andre Deutsch.

Suasta, Ida Bagus Made. 2001. “Rasa Basa Basa Bali”. Prosiding. Kumpulan Makalah Kongres Bahasa Bali V. Denpasar: Fakultas sastra Unud, Program S2, S3 Linguistik dan Kajian Kebudayaan Unud dan IKIP Ngeri Singaraja, 13—16 November 2001.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sudaryanto . l993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan. Yogyakarta; Duta Wacana University Press.

Suryati, Ni Made. 2008. “Masalah Pemakaian Bahasa Bali Mider Alus Mider: Sebuah Studi Kasus” dalam Karaket Antuk Tresna: Sebuah Persembahan Kepada Guru (ed. Suastikan, I Made. Jurusan Sastra Daerah dan Program Doktor (S3) Kajian Budaya, Universitas Udayana.

Trudgill, Peter. 1977. “Sosiolinguistik: Sebuah Pengantar”. Terjemahan Johannis Mongoting. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Weinreich. Uriel. l954. “Is a Stuctural Dialectology Possible?’ dalam Dialect and Language Variation: 20—34.

Allen dan Linn (ed.). Academic Press, INC: Orlando, San Diego, New York, Austin, London, Montreal, Sydney, Tokyo, Toronto.

60

Lampiran 2

Mklsh Transkripsi Data Fonetis

Cerita Rakyat Bali Aga di Desa Pedawa

“I Jaum”

[ada tuturanna satwa, madan men jaum. men jaum ŋəlah piyanaɁ, madan i jaum. men

jaum kalaina ajak sumahne was kə dituwan pasɪh. sumahne was kə dituwan pasɪh ŋayaŋ i

cədar, i griŋsɪŋ wayaŋ. tan kəcrita jani, men jaum ŋayaŋ i cədar, laut men jaum sədəŋ

bəlɪŋ gəde, kalaina naŋ pan jaum luwas, ya ajak cədar. piyanaɁne daan ane jumah. ba

lantas məkəlo-kəlo, ɲakɪt kurənane jumah. men jaum kal ɲakɪt, ŋəlah piyanaɁ, ŋomɔŋ

lantas men jaum təkenaŋ i jaum “jaum jaum maku alɪh dadɔŋ, ne ada kal təpuʔɪn waya

ɲai, wayane təŋawan tuwʊt. ditu umah dadɔŋ ɲaine suk nulʊŋin ime ŋələkadaŋ piyanaɁ,

lah piyanaɁ, naɁ ɲakit. yɛn ɲai kal ka kebot, kal dadɔŋ raksasa təpuʔɪn ɲai, sinah ba ime

kal səŋkalaina” nah me, ketaŋa i jaum. was uraŋa i jaum ŋinəp, imene ɲakɪt dədiyana di

kubʊne. lantas i jaum biŋʊŋ oraŋa ya, ken kadɛn tuwʊtina, əŋsap ya naŋ pəbəsən imɛne.

apa ne kənawan apa ne kə kebot. adi di biŋʊŋ yane to, ne kə kebot, tuwʊtina. lantas

təpuʔɪna umah dadɔŋ raksasane]

[ditu raŋa ya kaʊɁ-kaʊɁ, do:ŋ do:ŋ ɲɛn to, ɲɛn to kento raŋa dadɔŋ raksasa. aku do:ŋ,

aku ɲɛn to mai malu, mai malu, kento raŋa dadɔŋ raksasa. ya uba kento lantas, nəgak

uraŋa ya ditu, di pəək umah dadɔŋ raksasane, di balɛne. ya nəgak uraŋa ya di pepeŋah. oh

ɲai, ɲai, ɲai, ɲai, kento uraŋa dadɔŋ raksasa. aku jaum do:ŋ. kal ŋujaŋ ɲai, kal ŋujaŋ. adʊh

kal ŋidɪh tulʊŋ do:ŋ, anak imɛŋku ɲakɪt, tuluŋɪn malu ya. paŋ ŋelah piyanaɁ, paŋ ya

61

selamət. oh, nah, nah, nah, naɁ dadɔŋ duwəg. naɁ dadɔŋ duwəg. kento oraŋa dadɔŋ

raksasa. jani ya ba keto, jani kene malu, doŋ jani mahku malu ɲai, ɲakan malu dini, ken

dadɔŋ paŋ suud ɲakan malu. dadɔŋ raksasa kal ɲakan]

[ken saaŋe do:ŋ. to to badan saaŋe, badan saaŋe kento oraŋa ya. ya uba uraŋa di badan

saaŋe aliha. eh do:ŋ, ku da ara da saəŋ. adi tulaŋ tulaŋ. apa uraŋ

62

ɲai. oh saaŋ, caŋ ŋalɪh saaŋ doŋ, adi bagʊs-bagʊs gati saaŋ kupɪn dadɔŋe. ditu kajaŋ, ditu

kajaŋ! kento uraŋa ya dadɔŋ raksasa. ŋəndyaŋ api uraŋa ya, di paone. jani, kal ɲuwaŋ

payʊk tanah. ken payʊk dadɔŋe doŋ. kento uraŋa ya. ditu ba dislaloge, ditu di slaloge. adi

kaʊn terasan doŋ. ɛh apa uraŋ ɲai. apa uraŋ ɲai. kento uraŋa ya. oh iya, deja: dadɔŋ məli

payʊk. adi bagʊs-bagʊs. ditu ditu di pəkən. nah ba lantas kento, jani kal ɲakanaŋ. ken doŋ

yɛh dadɔŋe. ditu ba di di ə ə ə ə kəntoge, di kəntoge. mimih do:ŋ, ŋudyaŋ gətɪh doŋ. ɪh apa

uraŋ ɲai? apa uraŋ ɲai? dəja: dadɔŋ ɲuwaŋ yɛh. ditu di tukade, ditu di tukade. dʊh bagʊs

gati yɛh dadɔŋe do:ŋ. ba kento, biyin oraŋa, kɛn baas dadɔŋe do:ŋ. ditu ba di gulʊne juwaŋ.

adʊh do:ŋ, kuda ra ada baas, adi anu raŋ ulədan. apa uraŋ ɲai. adʊh ja: jaŋ dadɔŋ. ditu

kipəkaŋ. kento uraŋa ya. nah jani, doŋ ne naɁ ba ləbəŋ nasine doŋ, dəja: jani jaŋ. nah ditu

ba jaŋ maku jani. alap jani anu, ditu di kintɔne, alap jani əə təbu. bənəh amah ɲai, kutaŋ

ampag ampagne di wajane, paŋ məlah baan dadɔŋ. saja uraŋa mənah i jaum, ŋalap təbu,

ŋalap təbu amaha. ampas ampasne kutaŋa di wayane. nah lantas, tuwʊtina]

[təkəd ka umahne. kuda ɲai makəlo gati jaum. adi ɲai ja: ɲadi adi makəlo gati. aduh me,

kuda umah dadɔŋ raksasane, tepuʔɪn ku me. adʊh adi ane kebot wayane tuwut ɲai. ane

kənawan sap bəsəhin imɛn ɲai adi pəlɪh. adʊh aku biŋʊŋ ba ditu me. sap ba. aku pəlɪh ba

me. awaʔe jani mati ba, mati ba. maku ɲai məŋkəb di puɲan ɲʊhe. təkəpin ime jani dini di

ketuŋane, paŋ ara təpuʔɪna. yɛn dini di waŋan umahe ŋoyɔŋ, təpuʔɪna kal dadɔŋ raksasa.

mati ba kal ime jani. tekal dah məneh dadɔŋ raksasa bin lantasane. iya ba təka dadɔŋ

raksa, kauɁ kauɁle. jaum, jaum, ja: imɛn ɲaine jaum. jani dadɔŋ kal niŋal. eŋgal mai.

kento uraŋa jak dadɔŋ raksasa]

63

[ara uraŋa da masaʊt. ya nah ara da dini, kal dini malu ŋoyɔŋ, di kətuŋane. nəgak uraŋa

dadɔŋ raksasa di kətuŋane, sambilaŋa məkutu. kal sambilaŋ məkutu malu dini. səbilaŋ ya

məkutu, maan kutu amaha dadɔŋ raksasa. ada de mena ulʊŋ kutune bəten kətuŋane. alih-

alihina naŋ dadɔŋ raksasa. təpuʔɪna, imɛn i jaume ditu məŋkəb. nah, ne ɲai dini, jani

dadɔŋ kal ŋimpugaŋ ɲai, ŋimpugaŋ ɲai. ŋəliŋ uraŋa imɛne. doŋ anak ba ilaŋ sakɪtkune

doŋ. nahan ɲai, nah an jani paŋ acəkəg, paŋ acəkəg kento] [ba kento lantas, karogaŋ nəh

basaŋ men jaume. makəjaŋ amaha. jani ŋanti talam. uwas uraŋ ŋamah, kali dadɔŋ raksasa

nota adi ada lawat. ditu, nah ne ɲai jani mapan di ɲuhe. jani, mai tuwun ɲai, mai tuwun.

kento uraŋa ya. aku tara doŋ, nah ɲai jani. kauʔi lɛŋ e naŋ men, da raksasa. celɛŋ celɛŋ mai

jani. ci:tah ci:tah mai jani, celɛŋ. lumbɪh ci ne, lumbɪh cine puɲan ɲuhe, jani paŋ ulʊŋ i

jaum. uraina ya. jani ya ba kento, lumbiha mekəcog makəcog uraŋa bənəh. i jaum ara

ɲidayaŋ]

[uli ditu lantas i jaum ŋauʔin bapane. bapane ayaŋa cədarne i griŋsɪŋ wayaŋ. cəda:r mai

jani ko tuluŋɪn aku dini anuna naŋ dadɔŋ raksasa. au:ŋ. keto paŋ təka cədarne cədar

tuluŋɪn aku nak imɛŋku ba amahan naŋ dadɔŋ raksasa. au:ŋ. təka ba uraŋa. təka ba kento

au:ŋ. nah cədar jani ko griŋsɪŋ wayaŋ mai jani amah totɔnan dadɔŋ raksasa. matiyaŋa

uraŋa dadɔs raksasa ya celɛŋe naŋ i griŋsɪŋ wayaŋ]

[mara mətuwun i yanu, i jaum. ŋəlɪŋ ya sigsigan. ara nəpukin imɛn ya. alɪh alihɪna jani.

ada gətɪh rah, amul pucʊŋe. ditu lantas ya i jaum, ŋambat ŋambat. ih gətɪh dadi ya ko,

ambʊl botole. dadi ya ambʊl botole gətihe to. gətɪh gətɪh dadi ya ko ambʊl guline. dadi ya

ambʊl guline. biin uraŋa ya. gətɪh gətɪh dadi ja ko ambʊl talʊh siyape. dadi ambʊl uraŋa

64

taluh. biin uraŋa ya kento gətɪh gətɪh dadi ja ko ambʊl bale. dadi uraŋa ambʊl bale. gətɪh

gətɪh. dadi ja ko ambʊl juwʊk manise. dadi uraŋa. gətɪh gətɪh dadi ja ko ambʊl ɲuhe

abuŋkʊl. dadi uraŋa bɪ:n uraŋa apasayan dadi gətɪhe ambʊl jələmane. disubane ambʊl

dadi jələma. gətɪh gətɪh dadi ja ko malih ka cara jələma. məbok, məcuŋʊh, məmata,

məkupɪŋ, mabuŋʊt, məbawoŋ, məbasaŋ, məkəjaŋ. paŋ apatʊh cara jələma. dadi uraŋa.

gətɪh gətɪh dadi ja ko cara imɛŋku. dadi cara imɛne. uba lantas kinto. gətɪh gətɪh dadi ja

ko ŋomɔŋ cara jələma. idup. dadi uraŋa cara imɛne. aduh keŋkɛnaŋ ɲai ajak ŋidaŋ masɪh

idʊp. aduh aku ŋidɪh tulʊŋ naŋ widine me, paŋ ime dadi. paŋ gətɪhe ane ɲambʊŋ idupe.

swecan aku jani ɲai, mani puan diŋuwaŋ ɲai, kəja: orin meme, kənawan kebot to məla:aŋ.

apaŋa tara ɲai bimbaŋ di jalan. jani maku tipat akelan ayaŋa talʊh abuŋkʊl bəkəlin to i

griŋsɪŋ wayaŋ, ya kal mulɪh nugtʊg bapan ɲaine. bɛh. nah jani maku griŋsɪŋ wayaŋ

tugtʊg gustin məne alih ne uba bəkəl, ne madan kətipat akelan. amontɔ satwane

65

Tabulasi data Bahasa Bali Umum Sembiran Desa

Seraya

1. ambil.....................[jEmak] jEmak [jEmak]

2. angkat (me)..........[tiŋtIŋ] aňcEt [tintIŋ]

3. asuh (me).............[ŋEmpu] sds [ŋEmpu]

4. ayun.....................[ayUn] sds

[ayUn/ňuňan]

5. baca.....................[mace] sds [maca]

6. balut (luka)...........[mEdbEd] sds [mEbEd]

7. bangun.................[baŋun] sds [baŋUn]

8. berak....................[mEju] sds [mEju]

9. berbaring..............[ňElEmpaŋ] nungkayak [ňE lE m-

pah]

10. berdiri..................[mE jujUk] nyillE g [mEjujUk]

11. berjalan................[mEjalan] sds

[mEjalan,mEtindakan]

12. berjongkok...........[ňɔŋkɔk] nungkuk [ňɔŋkɔk]

bopong [ňaŋkɔl] natat, n1. buai......................[ŋElUs] kusu-kusuin [ŋamud]

2. buang...................[kutaŋ kuttang [kutaŋ]

3. bujuk.....................[ŋElEmEsin] ape-ape [ŋasihin]

66

4. buka.....................[muka/ŋuŋkab] buka

[muka/ŋEmbakaŋ]

5. congak (me).........[imalah] -

6. delik (me).............[nElIk] nyelik [nEŋEŋ]

7. didik (me).............[ŋajain] ngajahhin [ŋajain]

8. duduk...................[nEgak] sds [nEgak]

9. dukung (gendong)[siŋal] sds [mEsuŋgi]

10. gandeng...............[dandan] nandanin [nandan]

11. gantung................[gantUŋ] sds [gantUng]

12. genggam..............[gEmEl] sds [ŋEmEl]

13. henti (ber).............[mErErEn] sds [mErErEn]

14. hirup.....................[ŋadEkIn] sds [ngadEkIn]

15. hitung (dalam hati) [mEtek di

kEnEh] sds-......................[mEkEnEh]

16. igau (meng)..........[ipIt] -sda [ŋEtipIt]

17. ingat.....................[iŋEt] sds [iŋEt]

18. injak......................[jEkjEk] EnjEk [jEjEk]

19. intai.......................[intIp] ngiwasin

[ňEEbIn/ŋintIp]

20. jilat........................[ňElEpIn] leklekin [ňElEpIn]

67

21. jitak (ketuk kepala dengan buku jari) [ňɔntɔk] ngEtok [ňɔntɔk]

22. jongkok.................[ňɔŋkɔk] nungkuk [ňɔŋkɔk]

23. junjung..................[ňuun] nyuhun [ňuun]

24. kaji (me)...............

25. kelahi (ber)...........[miyEgan/mErEbat] mEgElut [mEgujEŋ]

26. kencing.................[nEnçEh] sds [ŋEncEh]

27. kulum....................[ŋEŋkEm] canggEm [ŋEŋkEm]

28. kunyah..................[kiňukaŋ] makpak [macE-

pakan]

29. ladang (ber)..........[tEgal/abiʸan] kamEl/dimEl/tanah

[gaga]

30. larang (me)...........[nɔmbaaŋ] ngara dadi/da

[nɔmbaŋ]

31. lari........................[mElaIb] mElahib [mElaIb]

32. lari-lari kecil.......... sda

33. lepas.....................[ŋElEb] ngElEb [lEb]

34. letakkan................[jaŋ] pEjang [jaŋ]

35. letus (me).............[mElEtUs] sds [mElEtUs]

36. lindur (me) (tidur berjalan )

-

37. lirik........................[ňElEdEt] sErere [ňElEdetIn]

38. lotot (me)..............mElontɔd] nyilEng [nEŋiŋ]

68

39. ludah (me)............[pɔɔs] pEcUh [pEEs]

40. lupa......................[sap] sap [sap]

41. makan..................[mEdaar] ngamah [ŋamah]

42. mandi...................[mandUs] sds [mandUs]

43. mandikan (me).....[mandusaŋ] sds

[manjusaŋ]

44. merangkak...........[mEgaan] mEgahang [mEgaaŋ]

45. mimpi (ber)...........[ŋipi] sds [ŋipi]

46. minum..................[ŋinum] nginEm [ŋinEm]

47. muntah.................[ŋutah] sds [ŋutah]

48. naik.......................[mEnEk] sds [mEnEk]

49. nengkayak............[nuŋkayak] sds [nElEŋEk]

50. nyala (me)............[EndIh] sds [EndIh]

51. obati.....................[ubadIn] sds [ubadIn]

52. nyenyak................[arIs/lElEp] mEdEm/sirEp [kElElEp]

53. panah (me)...........[manah] sds [manah]

54. panggil..................[ŋaukIn] sds [ŋEluʷIn]

55. pejamkan mata....[ŋidEm] sds [ŋidEm]

56. pelupa..................[pikUn] pikUn [Eŋsap

Eŋsapan]

69

57. peluk.....................[gElUt] mrOkOt [gElUt]

58. pergi.....................[mEgEdi] luwas

[luʷas/ňuwinaŋ]

59. picingkan mata.....[ŋicIr] kliyEp2

60. pijit........................[usUg] mEcEk/nguhutang [ŋulad]

61. pikul......................[ňuŋgi] mOndOng [ňaŋkɔŋ]

62. pintal (me) [ŋulUŋ] sds [ŋulUŋ]

63. potong..................[tugEl] kEpOd [ŋEgEs]

64. pukul.....................[ŋEtɔk] nglandig/ngEplak.ngEtOk [ŋEtok]

65. putus....................[pEgat] pEgat [mEgat]

66. raba......................[ŋadab] ngadab-ngadab [ŋErere]

67. rangkul.................[saŋkOl] mErOkOt [ŋElUt]

68. sandar..................[mEsadah] mEsadahan [mEsEdɔh]

69. selam....................[ňilEm] sds [ňilEm]

70. senandung (ber)...[mEgEndIŋ] mEkidUng-kidng

[mEgEndiŋ

71. sentuh..................[ŋusUd] nuhuk/ngusudin [ŋusud]

72. sila (ber)...............[mEsilE] sEllakapak [mEsilE]

70

73. sila sebelah kaki... kEjUr

[mEtimpUh]

74. simpan..................[ňimpEn] nyipEl [ŋEjaŋ]

75. simpuh (ber).........[metimpUh] nyEngklOk [mEtIm-

pUh]

76. suap (me).............[suʷap] sds [ŋEsɔpIn]

77. suntik....................[suntIk] sds [ňuntIk]

78. suruh....................[tundEn] ngEsUh/suha [nundEn]

79. susui (me)............[mEňoňoʷin] sds

[mEňOňOʷin

80. tanam...................[tajUk] mula [tajUk]

81. tangis (me)...........[ElIŋ] ngEling [ŋElIŋ]

82. tari........................[igEl] -sds [ŋigEl]

83. telan.....................[gElEkaŋ] mEglEkan [ŋElEkaŋ]

84. telungkup.............[mEliŋEb] mlingEb [mEliŋEb]

85. tendang................[nEndaŋ] nEndang [nEndaŋ]

86. tenggelam............[kElEm] kElEb [kElEm]

87. terbenam [EŋsEb] ngrOrOkang [lEbai]

88. terbit [Endag] sds [Endag]

71

89. teriak [mEkaIk] mEjEritan [mEkEr-

aikan]

90. terima [nerimE] tampi [nErima]

91. tidurkan (me) [sirEpaŋ] pulEssang [mulEsaŋ]

92. tinju [ňagUr] nyagur [ňagUr]

93. tulis [tulIs] tulis [nulIs]

94. tunjuk [tujuʷaŋ] tuding [nujuʷaŋ]

95. turun [tuʷUn] tOhUn [tuUn]

96. tusuk [tEbEk] nusUk [nEbEk]

97. urut [ŋuwut] nguhutang [ŋamudaŋ]

98. usap. . [usap] ngusudin [ŋusap]

99. tenun tunun

Lampiran 3Bagian Tubuh

1. air kencing [əncəh] ______S______2. air ketuban [y h kətubanɛ ] / [y h m]ɛ ɲɔ S______3. air susu [y h o oɛ ɲ ɲ ] _____ S_____4. alis [al s]ɪ ______S_____5. ari-ari [ari ari] _____S______6. anak tekak [kanc l kol ŋanɪ ɔ ] _____SB_____7. bagian kuku yang putih [ - ]8. bahu [pala] _____S______9. betis [bətəɁan ba s] ɪ _____S______10. bibir [bib h] ɪ _____S______11. bibir sumbing [cuŋ hɪ ] _____S_______12. buku jari [-]13. bulu dada [bul n taŋkahʊ ] _____S______14. bulu kemaluan [bul n təliʊ ] ‘perempuan’

72

[bul n but h] ‘laki-laki’ʊ ʊ _____S______15. bulu ketek [bul n sipahʊ ] _____S______16. bulu mata [bul n mataʊ ] _____S______17. bulu kuduk [bul n kal ŋʊ ʊ ]/[bul n ba ŋ] Sʊ ɔ ____________18. bulu hidung [bul n cuŋ hʊ ʊ ] _____S______19. cambang [kales] _____S______20. dada [taŋkah] _____S______21. dagu [jag t] ʊ _____S______22. dahi [gidat] _____S______23. darah [gətih] _____S______24. dubur [b lɔ ] _____S______25. empedu [ɲali] _____S______26. gendang telinga [-]27. geraham [paŋgal] _____S_______28. gigi seri [gigi] _____S_______29. gigi yang bertumpuk tumbuhnya [giŋs l]ʊ S______________30. gigi yang menonjol keluar [giŋs l]ʊ S______________31. gigi paling belakang [paŋgal pəŋijəŋ] S______________32. gusi [is tɪ ] S______________33. hati [ati] S______________34. hidung [cuŋ hʊ ] S______________35. ibu jari [imen ima] SB_____________36. janggut [jeŋg t]ɔ S______________37. jari [jərij n imaɪ ] BS_____________38. jantung [pəpusuwan] S______________39. jari kelingking [kac ŋɪ ] S______________40. jari manis [l Ɂ]ɛ S______________41. jari tengah [lenj ŋ]ɔ S______________42. kelingking [kac ŋɪ ] S______________43. kaki [bat sɪ ] S______________44. kantung kemih [kəmb ŋanʊ ] B______________45. kemaluan laki-laki [cəlak] S______________46. kemaluan wanita [təli] S______________47. kepala [təras] S______________48. kepala botak [baŋlah] B______________49. keringat [pəl h]ʊ S______________50. kerongkongan [kəkol ŋan]ɔ S______________51. ketiak [sipah] S______________

73

52. kuku [kuku] S______________53. kulit [kul t]ɪ S______________54. kumis [kum s]ɪ S______________55. langit-langit [laŋ t laŋ tɪ ɪ ] S______________56. leher [ba ŋɔ ] S______________57. lemak [mul k]ʊ S______________58. lengan [ləŋən] S______________59. lepas tali pusat [kət s puŋsədʊ ] S______________60. lidah [layah] S______________61. limpa [limpa] S______________62. lipatan kaki [tagəlaŋ bat sɪ ] B______________63. lutut [ənt dʊ ] S______________64. mata buta [mata buta] S______________65. mata juling [sero] S______________66. mata kaki [matan bat sɪ ]/[matan ba s]Sɪ _____________67. mulut [buŋ tʊ ] S______________68. mayat [baŋke] S______________69. ompong [pawah] S______________70. otak [polo] S______________71. paha [paa] S______________72. pantat [jəl t]ɪ B/S____________73. paru-paru [pəparu] S______________74. pelipis [peleŋan] S______________75. pelupuk mata [bib h mata]ɪ S______________76. pergelangan kaki [pəŋəlaŋan bat sɪ ] S______________77. pergelangan tangan [pəgəlaŋan ima] BS_____________78. perut [basaŋ] S______________79. pinggang [baŋkyaŋ] S______________80. pinggul [bok ŋan]ɔ S______________81. pipi [pipi] S______________82. pundak [pala] S______________83. punggung [tund nʊ ] S______________84. pusar [puŋsəd] S______________85. rahang [cad k]ɪ S______________86. rambut [b kɔ ] S______________87. rambut kriting [b k krit ŋɔ ɪ ] S______________88. rambut lurus [b k sos hɔ ɔ ] S______________89. rambut ombak [b k iŋgəlɔ ] S______________

74

90. rambut uban [uban] S______________91. ruas jari [-]92. rusuk [tulaŋ us k]ʊ S______________93. sembelit [pəsu b lɔ ] B______________94. siku [siku] S______________95. telunjuk [tuj hʊ ] S______________96. tahi [tai] S______________97. tahi keras [tai kat sɔ ] S______________98. tahi lalat [andəŋan] S______________99. tahi mata [andəŋan mata] S______________100. tahi telinga [andəŋan kup ŋɪ ] S______________101. tangan [ima] S______________102. telapak kaki [tlapaɁan bat sɪ ] S______________103. telapak tangan [tlapaɁan ima] S______________104. telinga [kup ŋɪ ] S______________105. tembuni [-]106. tengkuk (kuduk) [kal ŋ]ʊ S______________107. tubuh [ukudan] S______________108. tulang kering [-] S109. tulang punggung [-] S110. tumit [tog k]ɔ B______________111. tungkai [-]112. ubun-ubun [pəmabaan] S______________113. urat [wat] S______________

usus [basaŋ]

75

Lampiran 4

76

77

78

Aduh... kal ngidih tulung dong, anak imenku nyakit, tulungin

malu ya!

Inem pile ukuh ngamah iman imengku

79