tiga kata bukannya tanpa makna - universitas...

12
edisi 11 / Januari 2010 M M inggu pagi, 20 Desember 2009, fakultas kita mendapat giliran menjadi penyelenggara Senam dan Jalan Sehat Pagi untuk Semua Sivitas Akademika Universitas Airlangga bersama keluarganya. Senam dan Jalan Sehat itu diselenggarakan di depan Kampus C. Sebagaimana penyelenggara sebelumnya, fakultas kita menyediakan kaos kepada para pejabat Universitas, Fakultas, dan Lembaga dan Unit-unit, serta seluruh dosen dan tenaga kependidikan fakultas kita.Sengaja fakultas kita memilih kaos warna oranye dengan tulisan di punggungnya terdiri dari tiga kata: Demokratis, Kritis dan Kreatif. Tiga kata itu dipilih bukan tanpa pertimbangan. Tiga kata itu memberi nuansa khas fakultas kita. Sejak berdiri pada 1977, fakultas kita tumbuh dan berkembang dengan mengedepankan sifat demokra- tis, kritis dan kreatif. Salah satu sebabnya, karena ilmu sosial pada dasarnya kritis terhadap masalah yang dipelajarinya. Sebab lainnya, karena para pendiri fakultas kita memang menghendaki fakultas kita demokratis, kritis dan kreatif. Sifat demokratis, kritis dan kreatif itu mudah dipelihara dan dipertahankan dalam komunitas yang relatif kecil, seperti fakultas kita pada ujung tahun 1970-an. Komunitas yang besar biasanya cenderung tidak suka dengan demokrasi, kekritisan dan kreati- vitas, karena ketiga memeliharanya itu bisa membuat jalannya organisasi lamban, melelahkan, bertele-tele dan tidak efisien. Karenanya, bisa dipahami apabila para pendiri fakultas kita dulu membayangkan fakultas kita tetap kecil (dibandingkan fakultas-fakultas lain di Universitas Airlangga), dengan jumlah program studi yang juga tidak banyak. Perkembangan fakultas kita di kemudian hari ternyata tidak seperti yang dibayangkan oleh para pendiri fakultas kita dulu. Justru dengan mengutamakan sifat demokratis, kritis dan kreatif itu fakultas kita bisa memupuk dan mengembangkan kapasitas pribadi para sivitas akademika (dosen, mahasiswa dan almuni) sebagai sarjana-sarjana sosial yang andal dan karenanya dibutuhkan masyarakat luas, baik pada tingkat lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Karena kualitas itu juga, fakultas kita banyak mendapatkan peminat. Pada 1977 hanya dibuka satu program, yaitu S-1 Sosiologi. Kini ada tujuh program S-1, dua program D-3, dan enam program S-2. Banyak di antaranya amat diminati lulusan SMA. Program Studi Ilmu Komunikasi, misalnya, disusul Ilmu Hubungan Internsional menjadi primadona dan merupakan program studi yang paling tinggi angka keketatannya dari seluruh program studi di universitas ini. Angka keketatan program-program studi lainnya di fakultas kita juga terus meningkat. Akibatnya, fakultas kita menjadi salah satu yang terbanyak jumlah mahasiswanya. Persoalan kita, apakah sifat demokratis, kritis dan kreatif itu bisa kita pelihara dan kembangkan dalam fakultas kita sekarang yang jauh lebih besar dibanding fakultas kita 32 tahun lalu? Itulah tantangan kita semua. Walau banyak mahasiswanya, banyak dosennya, banyak program studinya, kita tetap berusaha untuk memelihara dan mengembangkan fakultas kita sesuai kittah-nya yang demokratis, kritis dan kreatif dalam memproduksi wacana-wacana sosial dan politik. Karena hanya dengan kittah itu kita bisa eksis dan berguna di tengah-tengah dinamika masyarakat sekarang ini. Caranya banyak. Misalnya, selain kuliah di kelas atau di lapangan, selenggarakan sebanyak-banyaknya dan sesering-seringnya diskusi, seminar, ceramah umum, bedah buku baik oleh fakultas, departemen, dan mahasiwa, baik pada tingkatan BEM maupun himpunan-himpunan program studi. Misalnya lagi, terbitkan jurnal dan buletin sebanyak-banyaknya, baik di tingkat fakultas, departemen, dan mahasiwa, baik pada tingkatan BEM maupun himpunan-himpunan program studi. Juga, tuliskan artikel atau makalah- makalah ilmiah. Lalu, buat penelitian yang berkualitas. Dengan terus-menerus memproduksi wacana inilah fakultas kita diperhitungkan. Hal ini bisa dibuktikan pada JENDELA mulai edisi awal hingga ke-11 ini! (I Basis Susilo) Tiga Kata Tanpa Makna Bukannya

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

edisi 11 / Januari 2010

MMinggu pagi, 20 Desember 2009, fakultaskita mendapat giliran menjadipenyelenggara Senam dan Jalan Sehat

Pagi untuk Semua Sivitas Akademika UniversitasAirlangga bersama kelu ar ganya. Senam dan Jalan Sehatitu dise leng ga rakan di depan Kampus C. Seba gaimanapenyelenggara sebelum nya, fakultas kita menye diakankaos kepada para pejabat Universitas, Fakultas, danLembaga dan Unit-unit, serta seluruh dosen dan tenagakependidikan fakultas kita.Sengaja fakultas kita memilihkaos warna oranye dengan tulisan di punggungnyaterdiri dari tiga kata: Demokratis, Kritis dan Kreatif.

Tiga kata itu dipilih bukan tanpa pertim bangan.Tiga kata itu memberi nuansa khas fakultas kita. Sejakberdiri pada 1977, fakultas kita tumbuh danberkembang dengan mengede pan kan sifat demokra -tis, kritis dan kreatif. Salah satu sebabnya, karena ilmusosial pada dasarnya kritis terhadap masalah yangdipelajarinya. Sebab lainnya, karena para pendirifakultas kita memang menghendaki fakultas kitademokratis, kritis dan kreatif.

Sifat demokratis, kritis dan kreatif itu mudahdipelihara dan dipertahankan dalam komunitas yangrelatif kecil, seperti fakultas kita pada ujung tahun1970-an. Komunitas yang besar biasanya cenderungtidak suka dengan demokrasi, kekri tisan dan krea ti -vitas, karena ketiga memeliharanya itu bisa membuatjalannya organisasi lamban, melelahkan, bertele-teledan tidak efisien. Karenanya, bisa dipaha mi apabila parapendiri fakultas kita dulu mem bayangkan fakultas kitatetap kecil (diban ding kan fakultas-fakultas lain diUniversitas Airlangga), dengan jumlah program studiyang juga tidak banyak.

Perkembangan fakultas kita di kemudian hariternyata tidak seperti yang dibayangkan oleh parapendiri fakultas kita dulu. Justru dengan menguta ma kansifat demokratis, kritis dan kreatif itu fakultas kita bisamemupuk dan mengem bangkan kapasitas pribadi parasivitas akademika (dosen, mahasiswa dan almuni)sebagai sarjana-sarjana sosial yang andal dan karenanyadibutuhkan masyarakat luas, baik pada tingkat lokal,regional, nasional, bahkan internasional.

Karena kualitas itu juga, fakultas kita banyakmendapatkan peminat. Pada 1977 hanya dibuka satuprogram, yaitu S-1 Sosiologi. Kini ada tujuh programS-1, dua program D-3, dan enam program S-2. Banyakdi antaranya amat diminati lulusan SMA. Program StudiIlmu Komunikasi, misalnya, disusul Ilmu HubunganInternsional menjadi primadona dan merupakanprogram studi yang paling tinggi angka keketatannyadari seluruh program studi di univer sitas ini. Angkakeketatan program-program studi lainnya di fakultaskita juga terus meningkat. Akibat nya, fakultas kitamenjadi salah satu yang terbanyak jumlahmahasiswanya.

Persoalan kita, apakah sifat demokratis, kritis dankreatif itu bisa kita pelihara dan kembangkan dalamfakultas kita sekarang yang jauh lebih besar dibandingfakultas kita 32 tahun lalu? Itulah tantangan kita semua.Walau banyak mahasis wa nya, banyak dosen nya, banyakprogram studinya, kita tetap berusaha untukmemelihara dan me ngembangkan fakultas kita sesuaikittah-nya yang demokratis, kritis dan kreatif dalammem pro duksi wacana-wacana sosial dan politik.Karena hanya dengan kittah itu kita bisa eksis danberguna di tengah-tengah dinamika masyarakatsekarang ini.

Caranya banyak. Misalnya, selain kuliah di kelasatau di lapangan, selenggarakan sebanyak-banyak nyadan sesering-seringnya diskusi, seminar, cera mahumum, bedah buku baik oleh fakultas, departemen, danmahasiwa, baik pada tingkatan BEM maupunhimpunan-himpunan program studi. Misalnya lagi,terbitkan jurnal dan buletin seba nyak-banyaknya, baikdi tingkat fakultas, departemen, dan mahasiwa, baikpada tingkatan BEM maupun himpunan-himpunanprogram studi. Juga, tuliskan artikel atau makalah-makalah ilmiah. Lalu, buat penelitian yang berkualitas.Dengan terus-menerus memproduksi wacana inilahfakultas kita diperhitungkan. Hal ini bisa dibuktikanpada JENDELA mulai edisi awal hingga ke-11 ini!

(I Basis Susilo)

Tiga KataTanpa MaknaBukannya

Page 2: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

02 Jendela edisi 11/Januari 2010

editorial

KeputusanBadan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi

No. 010/BAN-PT/Ak-II/S3/XII/2009Tanggal 4 Desember 2009

Program S3 Ilmu Sosial Unair mendapatkanAkreditasi A dengan nilai 4.6.

Ketentuan ini berlaku hingga 4 Desember 2014

l STOP PRESSl REKAMAN ACARA FISIP

WAKTU ACARA TEMPAT

2 Desember Workshop Documentary Film“Democracy Video Challenge”

Ruang AdiSukadana

9 Desember Seminar “Evaluasi KualitasPelayanan Publik”

Ruang AdiSukadana

10Desember

Seminar Nasional PengembanganMinat Baca dan Perilaku InformasiMasyarakat Urban

Aula gedung Clt. 3

10Desember

Seminar Ilmiah Potensi MICEsebagai Penunjang Pariwisata diSurabaya

Ruang AdiSukadana

15Desember

Pemira FISIP Unair 2009 Kampus FISIP

16Desember

Seminar dan Bedah Buku TantanganMultikulturalisme Indonesia: dariRadikalisme menuju Kebangsaan

Ruang AdiSukadana

17Desember

Dies Natalis Departemen Hubun-gan Internasional ke-27

Kampus FISIP

20Desember

Jalan Sehat HUT ke-32 Fisip Unair Gedung RektoratKampus C

22Desember

Kuliah Tjokroaminoto “Perempuan:Dari Peran Domestik Ke PeranPublik”

Aula gedung Clt. 3

22Desember

Aksi Hari Ibu oleh SKI FISIP Seputar FISIP

23Desember

Syukuran HUTFISIP Unair ke-32 Ruang AdiSukadana

28Desember

Kuliah Tjokroaminoto, RefleksiAkhir Tahun : ProspekKeindonesiaan Kini

Aula gedung Clt. 3

l Bambang Budiono (Antro) - Moderator -Retribusi Surat Ijo Pelanggaran Hak Asasi Manusia diSurabaya? Gerakan Pejuang Penghapusan SurabayaMenuju Sertifikasi Tanah, 12 Desember 2009.

l Priyatmoko (Politik) - Narasumber - Wawasan Kebangsaan dan Sistem Pemerintahan In-donesia” pada anggota DPRD Ponorogo, SekretariatDPRD Kabupaten Ponorogo, 12-13 Desember 2009

l Yayan Sakti Suryandaru (Komunikasi) - Narasum-ber -Suko Widodo (Komunikasi) - Moderator -LPP RRI Peluang dan Tantangan di Era KonvergensiMedia, Studio MPS RRI Surabaya, 22 Desember 2009

l Bambang Budiono (Antro) - Narasumber - HAM dan Pengarusutamaan Gender, Kantor Pember-dayaan Perempuan dan Perlindungan Anak PemkabMalang, 23 Desember 2009.

l Joko Susanto (HI) - Narasumber - Suko Widodo (Komunikasi) - Narasumber - Membangun Semangat Nasionalisme/Kebangsaan diEra Globalisasi, Perpust Proklamator Bung KarnoKota Blitar, 29 Desember 2009

l PENGABDIAN MASYARAKAT

l PENANGGUNG JAWAB: I. Basis Susilo (Dekan FISIP)l PIMPINAN UMUM: V. Dugis (Wakil Dekan III) l PIMPINAN REDAKSI: Yayan Sakti Suryandaru

l JURNALIS: Debrina Tedjawidjaja ; Intan Fitranisa ; Putri Rizky Pramadhani ; Muhammad Zaki Ath.T ; Puspita Adiyani C.l FOTOGRAFER: Yanuar Satria Putra, Prima Kirtti Utomo l LAY-OUT/PRODUKSi: Irfan Wahyudi, S.Sosl Alamat Redaksi: Gedung FISIP Kampus B Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam SurabayaTelp. (031) 5034015, 5047754, 5011744, 5017429. Fax. (031) 5012442. l e-mail: [email protected]

Page 3: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

03edisi 11/Januari 2010 Jendela

dies natalis fisip

BBulan desember lalu, menjadibulan refleksi bagi FISIP.

Bukan hanya karena menjelangtutup tahun, namun karena dibulan Desember ini jugalah FISIPmerayakan hari jadinya. Melang-kah sejauh mana kampus orangeini, dan kemana langkah selanjut-nya yang akan dijalani, adalahtanda tanya yang harus dijawab,bukan hanya bagi dekanat namunseluruh elemen FISIP.

Dies natalis FISIP ke 32 ini di-selenggarakan di Ruang Adi Suka-dana, 28 Desember 2009 lalu,untuk sedikit menjawab perta-nyaan ini. Bersyukur, fakultas initernyata tidak dijalan ditempat.Sejumlah perubahan signifikantelah berhasil dicapai berkat kerjakeras warga FISIP. ”Acara syuku-ran ini menjadi tradisi atas apayang sudah diraih. Kenapa seder-hana? Karena kami mengikuti tra-disi Lustrum lima tahun sekali. Jadiperayaan besar-besaran, limatahun sekali,” jelas I Basis Susilo,selaku dekan.

Memang, perayaan dies nataliskemarin dirayakan dengan cukupsederhana, namun khidmat. Dii-kuti sejumlah dosen dan karya-wan, acara ini dibuka dengansambutan Basis Susilo, selakudekan FISIP. Acara selanjutnya ada-lah mengapresiasi kinerja dosendan karyawan FISIP. Ada beberapapenghargaan yang diberikan, yaitudosen berprestasi dan karyawanteladan. Tak hanya itu, mahasiswa-mahasiswa berprestasi pun turutdiundang untuk diberikan peng-hargaan.

Berkat usaha keras dan pre-stasi mereka-lah, nama FISIP men-jadi lebih harum. ”Bangga sekaliFISIP mempunyai mahasiswa yangprestasinya baik. Dosen-dosenjuga begitu. SDM kita ini tidakkalah. KPS terbaik se-Unair adalahBu Baiq dari HI, kemudian BuMirta dari anthropology menjadiblogger terbaik juga,” bangganya.

Statistik yang dicatat Unair, IPkumulatif lulusan FISIP juga me-ningkat. Masalah pengelolaan

kampus yang dinilai dari pelayana-nannya terhadap mahasiswa,Unair mencatat tingkat kepuasanmahasiswa FISIP berada di tiga ja-jaran teratas. Hanya selisih 0,01poin dari FKM dan FKH yang po-innya sama. Tahun ini, peningkatankesejahteraan dosen dan karya-wan juga mengalami kemajuan,ada sejumlah fasilitas yang didapatuntuk meningkatkan semangatbekerja.

Sesuai dengan temanya diesnatalis kali ini, mewujudkan kam-pus yang demokratis, kritis dankreatif, FISIP juga membeber se-jumlah langkahnya yang tak lepasdari tri darma perguruan tinggi itu.”Ingin menjadi kampus dengan ak-tivitas yang paling banyak, baik itukegiatan akademik, pengajaran,praktikum dan pengabdian padamasyarakat,” ungkap dekan yangberasal dari prodi Hubungan In-ternasional ini.

Program studi yang ditawar-kan di jenjang S2 yang dulu hanyadua program, meningkat lebih darilima program, yaitu media komu-nikasi, hubungan internasional,ilmu politik, ilmu-ilmu sosial, kebi-

jakan publik, dan masih banyaklagi. Untuk fasilitas pembelajaran,FISIP meningkatkan kuantitas dankualitasnya. ”KRS online sudah adadi IIP dan pariwisata, sebentar lagisemua S1. Broadband Wi-fi jugaakan ditambah,” ujarnya.

Untuk pengabdian masyara-kat, selain getol menerapkannyadalam praktek-praktek dan kuliahlapangan, pihak fakultas juga se-cara akademis signifikan mengada-kan kuliah umum Tjokroaminotosetiap bulannya. Kuliah umumuntuk mengembangkan dan me-melihara demokrasi dan ke-bangsaan ini ternyata sangatdiminati masyarakat, dilihat dariacara dan jumlah peserta yangmakin banyak.

Jadi tidak berlebihan, jika acarasyukuran ini diselenggarakan, ka-rena memang, FISIP telah meraihbanyak hal dalam usianya yang ke32 ini. Syukuran ini disambungdengan pembacaan doa demi ke-baikan FISIP ke depannya. Acarapemotongan tumpeng dan ramahtamah selanjutnya berlangsungmeriah. (puz)

Potongan tumpeng Dies Natalis untuk Prof. Soetandyo

Mahasiswa berprestasi FISIP Unair tahun 2009 usai menerima penghargaan

Dies Natalis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair ke-32

Mewujudkan KampusDemokratis, Kritis & Kreatif

Dinda Alita Widiaputri, Ilmu Komunikasi Mawapres FISIP peringkat 1

Osmond Hardy M, Sosiologi Mawapres FISIP peringkat 2

Veronica Prasetyo Mawapres FISIP peringkat 3

Daftar Mahasiswa Berprestasi 2009

Soemini Staf Keuangan

Bambang Soetijo, SH Staf Sarana dan Prasarana

Mustakim Pelaksana Akademik

Daftar Karyawan Berprestasi

Baiq Lekar S. Wahyu Wardhani, Ph.D (Kaprodi HI) KPS Berprestasi tingkat Universitas

Myrtati Dyah Artaria, Ph.D (Dosen Anthropology) Blogger terbaik tingkat Universitas

Daftar Dosen Berprestasi

Page 4: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

04 Jendela edisi 11/Januari 2010

dies natalis HI

TT iap orang memiliki pemahamantersendiri tentang demokrasi.

Tak terkecuali para anak muda diseluruh dunia. Perbedaan letak ge-ografis, latar belakang, kehidupansosial dan budaya secara tidak lang-sung akan mempengaruhi caramereka dalam memaknai sebuahdemokrasi. Pandangan mereka yangberagam tentang demokrasi itulahyang ingin ditunjukkan melaluiDemocracy Video Challenge, sebuahkompetisi pembuatan video pendekdengan tema “Democracy is….”.

Terkait dengan kompetisi terse-but, Rabu (2/12), bertempat di ruangAdi Sukadana Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik (FISIP), KonsulatJendral AS di Surabaya, bekerja samadengan JTV dan Departemen

Komunikasi FISIP Unair, mengadakanWorkshop Documentary Film “Democ-racy Video Challenge”. Pelatihan inimenghadirkan Nanang Purwono(praktisi dari JTV), Andrea De Ar-ment (perwakilan dari Konjen AS),dan Suratriono (praktisi dari TVRI).

Menurut Nanang, pada filmdokumenter, terdapat pakem-pakemtertentu dalam hal penulisan naskahcerita maupun cara pengambilangambar. “Sedangkan dari video-videoyang mengikuti kompetisi tersebut(Democracy Video Challenge-red), ke-banyakan tidak terlalu berpatok padapakem-pakem pembuatan sebuahfilm dokumenter,” ungkap Nanang.Hal itu tampak dari beberapa karyayang tidak dimunculkan dalam for-mat video, tetapi format animasi. Se-

hingga, lanjut Nanang, kompetisi inilebih menekankan pada aspek kebe-basan para pesertanya untuk berek-spresi dan berkreativitas dalammemaknai sebuah demokrasi.

Lantas, seperti apa film doku-menter itu?. Pada dasarnya, menurutNanang, film dokumenter merupa -kan film yang mendokumentasikankenyataan, pikiran, atau apa yang di-rasakan oleh seseorang.Dengan katalain, film dokumenter itu film yangmerepresentasikan kenyataan ataumenampilkan kembali fakta-faktayang terjadi di sekitar kita.

Film dokumenter sendiri dapatdibagi dalam tiga kategori. Pertama,film dokumenter klasik, yaitu filmyang mendokumentasikan kehidupanberdasarkan realita sesungguhnya.

“Berikunya, film dokumenter drama.Pada kategori ini, ada beberapabagian dari film yang sengaja diaturoleh sutradara,“ jelas Nanang. Ter-akhir, film dokumenter modern atauyang lebih kita kenal dengan film re-ality show. Kategori ini sering diang-gap sebagai dokumenter meski tidakjarang mengandung kisah-kisah fiktif.

Nanang mengungkapkan bahwakekuatan sebuah film dokumenterterletak pada ide cerita yang dita-mpilkan. “Sehingga, yang terpentingadalah Anda antusias terhadap topikyang ingin Anda angkat. Dengan be-gitu, Anda dapat menemukan angleyang unik untuk ditampilkan dalamkarya Anda,” tutur Nanang.

Selain mendapat pembekalanmateri tentang film dokumenter,para peserta juga mendapat kesem-patan belajar teknik-teknik dasarpengambilan gambar dengan Suratri-

BBulan Desember lalu adalahbulan istimewa untuk depar -

temen Hubungan Internasional (HI),FISIP Unair. Hari jadinya yang ke-27diperingati dengan sejumlah rangka-ian acara yang sarat isu. Isu yang takpernah habis dibahas dan belumtuntas dicarikan solusi permasa la -han nya, yaitu anak-anak.

Sebagai bagian dari FISIP, yaitukampus yang paling kritis terhadapisu-isu sosial, HI menang kap fenom-ena universal yang terjadi akhir-akhir ini. Yang penting, namunseringkali tidak dihiraukan. Isu ten-tang anak-anak yang merupakan ge-nerasi penerus bangsa, namunbanyak dari mereka yang tersingkir.Dalam dies natalisnya kali ini, HImenye rukan Children for the BrighterFuture.

“Tema ini nggak pernah habis

untuk dibahas. Banyak anak-abakyang tersingkir, seperti para anjal.Padahal, masa depan ada di tanganmereka. Mereka itu bibit, harusnyadipupuk, kalau menginginkan masadepan yang lebih cerah,” ungkapsang ketua panitia, Dyon Hardianto.Mata rantai keterpurukan tidak bisaserta merta diputus dari orang yangsudah dewasa, justru dari bawah,anak-anak. Salah satunya lewat pen-didikan.

Untuk itu, Dies natalis yang di a-dakan tanggal 17 Desember 2009lalu ini, disemarakkan oleh banyakanak-anak. Mereka adalah anak-anak dari TK Anak Ceria (TK yangada dikawasan Unair) dan TK Pintar(TK yang kebanyakan muridnyaadalah anak pemulung), juga darianak-anak jalanan.

Anak-anak TK ini diberi kesem-

patan membaur dan menggambarapa saja. ”Kami ingin apa yang adadijiwa mereka terlukis lewat gam-bar mereka. Anak-anak itu kanpolos. Nantinya kami akan apresiasi.Simboliknya, generasi yang akan da-tang harus disu pport untuk menjadiorang yang inovatif kreatif,” ujarnya.

Tak hanya menggambar, merekajuga unjuk kebolehan lewat seni taridi acara yang dihadiri konjen AS danperwakilan konjen-konjen di Sura-baya ini. Tari tradisional yang merekabawakan jadi terlihat menggemas-kan, apalagi ada juga ikut bernyanyi.Dari mahasiswa HI sendiri, padaperhelatan resmi di siang hari, me-nampilkan fashion show dari berba-gai negara.

Sebelum acara pemotongantumpeng yang dilakukan oleh kepaladepartemen hubungan internasio-nal, dihadapan seluruh hadirin, pani-tia menampilkan sebuah filmpendek. Film yang menampilkan ba-gaimana anak-anak sekarang, den-gan berbagai ketidakadilan. Film inisejenis film dokumenter yang dike-mas sangat menyentuh.

Membandingkan antara merekayang beruntung dan tidak. Sangatkontras sekali apa yang didapat bagimereka yang berada, dan merekayang tidak mampu. Masa depanbangsa ini ada ditangan merekasemua, bukan sekelompok kecilyang berada. ”Inilah inti dari dies na-talis kali ini. Film yang membuat kitamerenung, apa yang harus kita laku-kan untuk masa depan yang lebihcerah bagi anak-anak ini.” imbuhDyon.

Perhelatan resmi yang diadakandi sore hari ini, diakhiri dengantukar plakat dengan TK-TK yangsudah diajak kerja sama. Juga bing-kisan-bingkisan untuk anak-anak ini.Panitia berharap, tidak hanya sampaidi sini saja kerjasamanya.

Barulah setelah break maghrib,diselenggarakan acara full entertai-ment. Para mahasiswa HI unjuk gigidengan bandnya masing-masing, adapula guest star band-band lokal yangikut menyemarakkan malam ulangtahun Departemen Hubungan In-ternasional, FISIP, Universitas Air-langga ini. (puz)

Suasana malam Dies Natalis Departemen Hubungan Internasional FISIP Unair

Dies Natalis Dep. Hubungan Internasional ke-27

Children for theBrighter Future

Makna Demokrasi Lewat Film Dokumenter

Page 5: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

05edisi 11/Januari 2010 Jendela

diskusi & seminar

TTahun 2010 sudah hadir di de -pan mata, membuka pelu ang

dengan segala macam kemung -kinan untuk dijalani. Namun,sebelum langkah kaki melajumenyongsong hari baru itu, adabaiknya jika kita mere flek sikan apayang terjadi di tahun 2009. Bukansekedar refleksi individu sebagaiseorang pribadi, namun mere -fleksikan apa yang terjadi denganjati diri sebagai individu dalamkonteks berbangsa dan bernegara.

Pada tanggal 28 Desember2009, bertempat di aula gedung Clt. 3 FISIP, Kuliah Tjokroaminotountuk kebangsaan dan demokrasikembali digelar untuk refleksi ini.Tema yang diangkat kali ini adalahRefleksi Akhir Tahun : ProspekKeindonesiaan Kini. Pembicara yanghadir untuk memberikan kuliahuntuk publik umum ini adalah DrDaniel M Rosyid (pakar pen di dikan dan dosen ITS), Gus Ludfie(agamawan), Dhiman Abror(Ketua PWI Jatim), dan JokoSusanto MSc yang dimoderatori

oleh Drs Suko Widodo, MA.Sepanjang tahun 2009 ini ba-

nyak sekali fenomena sosial yangterjadi. Kasus-kasus yang menjadiisu nasional dan menghebohkanmasyarakat lewat media sangatmenarik untuk diamati. Semuanyamempunyai benang merah yangsama menurut Joko Susanto..”Bahwasanya tahun 2009 ini ada-lah tahun serangan balik,” ungkap-nya.

Tahun-tahun sebelumnya, danterjadi tahun 2009 ini juga terjadipencurian besar-besaran terhadappublik. Modusnya ada dua, yaituprivatisasi soal-soal publik dan pu-blikasi soal-soal privat. Hal yang di-bolak-balik ini menjadi benangmerah kusut sepanjang tahun2009.

Contohnya saja, Joko mene-rangkan, kasus terorisme yangterjadi sepuluh tahun terakhir iniadalah akibat privatisasi milik pu-blik. Tuhan atau kepercayaan ada-lah milik publik, diintepretasi bebasoleh masing-masing individu,malah diprivatisasi oleh sekelom-pok orang. Kasus Luna Maya den-gan infotaiment, adalah contohkasus publikasi soal-soal privat.Hal-hal yang harusnya pribadi me-menuhi ruang-ruang publik yangharusnya menjadi public sphare.Ruang publik semacam internet,menjadi bukan milik publik lagi,takut terjerat kasus seperti PritaMulyasari.

Begitu juga dengan pengelo-laan negara yang ikut-ikutan salahkaprah. Kasus bank Century danManohara misalnya. Menurutdosen di departemen HubunganInternasional ini, negara melihatbahwa Manohara adalah persoa-lan pribadi, padahal terlepas darimotif apapun dalam keluarganya,ia adalah warga negara. Kapasitasnegara melindungi warga negara-nya, malah dihiraukan tertutupi fe-nomena yang bersifat privat.Sebaliknya, Century yang mati-ma-tian dilindungi atas nama publik,tidak jauh-jauh dari usaha penye-

lamatan aset milik beberapa orangsaja, yang notabenenya milik pri-vat.

”Pemimpin negara kita. Hal-hal publik tidak cepat direaksi,namun hal keluarga sangat cepatdireaksi. Soal publik sering disele-saikan dengan kekeluargaan, tapiapa yang menyangkut keluarga,langsung diselesaikan denganhukum,” sindirnya.

Tahun 2009 ini barangkalimenjadi puncak kejengahan usahaperebutan wilayah publik itu. Pritamendapat dukungan luar biasa,Luna Maya juga banyak mendapatsimpati publik, kasus Century di-sorot habis, terorisme dijungkir,dan masih banyak lagi. ”Ini buktikerinduan publik atas ruang-ruangdan hak yang direbut darinya,” im-buhnya.

Di tahun 2009 ini media jugaperlu waspada terhadap priva ti sasiitu. Ancaman terhadap fungsikontrol masyarakat dan pilar ke-4negara bukan datang dari pihakluar, tapi dari dalam media itusendiri, yaitu pemilik modal.”Konglomerasi media perludiwaspadai. Dengan media, siapasaja bisa cepat berkuasa. Karenaitu wartawan harus kuat dalamikatan-ikatan seperti AJI dan PWI,untuk melanggengkan idealismedan tanggung jawab wartawan,”ujar Dhiman Abror, ketua PWI

Jatim.Perbaikan di bidang pendidi-

kan perlu mendapat perhatianlebih. Rendahnya minat baca,bukan saja berpengaruh terhadapkemiskinan, namun juga jati diribangsa. Begitulah menurut Dr Da-niel. ”Pendidikan kita kering olehrasa,” kritiknya.

Bagaimana kita mengetahuisiapa diri kita kalau kita tidak me-nengok ke belakang, supaya me-langkah ke depan tidak salah. ”Difakultas sejarah itu, harus diisiorang-orang pintar. Karena kon-septor negara yang baik adalahmereka yang mengerti sejarahbangsa ini. Mau dibawa ke manajati diri bangsa ini, dengan citra se-perti apa?” ujar Gus Lutfie.

Semangat kebangsaan yangkeropos adalah ironi bahwasanyakita tidak tahu kebangsaan kita. Se-jarah adalah konsumsi publik, diin-tepretasi dari berbagai sumberuntuk memahami bagaimana jatidiri bangsa ini dibangun. Namunmasa orde baru, dan belum ber-henti hingga sekarang, menjadimilik privat yang diberikan ke pu-blik dalam satu sudut pandangyang sama.

Dan tahun 2010 tidak bisa di-songsong dengan mudah, jika kitamenjalaninya tanpa memperbaikiapa yang sudah direfleksikan.(puz)

Dari kiri ke kanan, Daniel M. Rosyid, Gus Lutfie, Suko Widodo, Dhimam Abror, dan Joko Susanto

Kuliah Tjokroaminoto, Refleksi Akhir Tahun : Prospek Keindonesiaan Kini

2009 sebagai Tahun Serangan Balik

ono, cameraman TVRI yang cukup pro-duktif menghasilkan karya berupa filmdokumenter. Bagi Suratriono, film doku-menter itu identik dengan kebebasan.

(int)

Suasana workshop film doumenter

Page 6: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

06 Jendela edisi 11/Januari 2010

mahasiswa

RRabu, 16 Desember lalu adalahsaatnya pesta demokrasi bagi

seluruh mahasiswa Fisip Unairdalam Pemira. Dalam Pemira akanditentukan siapa pemimpin danwakil mereka di Badan EksekutifMahasiswa (BEM) dan Badan Leg-islatif Mahasiswa (BLM) untuk satutahun ke depan. Komisi PemilihanUmum Mahasiswa (KPUM) yangtelah dibentuk BLM pada akhirNovember lalu berhasil menyaringtiga pasang calon pres-BEM danwapres-BEM serta lima partai poli-tik (parpol) yang nantinya akanduduk di kursi BLM.

Dari verifikasi tanggal 26 dan27 November berhasil lolos limaparpol, diantaranya Partai Puma,Partai Cinta, Partai Cleo, PartaiJiwa Anak Muda (JAM), dan PartaiPersaudaraan (Papers). Partai-par-tai tersebut kemudian akan mem-bentuk dukungan kepada tiapcalon-calon presBEM-wapresBEMyang akan melangkah pada Pemiratahun ini. Diantaranya Chodir-Ayuyang didukung oleh koalisi PartaiPuma, Partai Cinta, dan Partai JAM;kemudian ada pasangan Resi-Fir-man dengan dukungan Partai Cleo;dan yang terakhir pasanganWendy-Vena dari Partai Papers.

Kelima partai beserta calonpresBEM dan wapresBEM kemu-dian saling beradu visi-misi dalamkampanye pada tanggal 7 sampai11 Desember di TamanDemokrasi. Kampanye selalu dihe-lat pada waktu jeda kuliah tersebut

selalu berlangsung atraktif se-hingga mengundang perhatianmassa. Bentuk kampanyenya punberagam, ada yang hanya sekedarberorasi sambil menampilkan per-formance musik, theaterical, hinggabagi-bagi permen loli-pop.

Kampanye pun tidak hanyaberbentuk orasi di TamanDemokrasi setiap hari. Melainkanjuga dengan medium lainnya.Seperti Mading berukuran 2 x 1,5meter, Banner 2 x 3 meter, dan takketinggalan media internet sepertifacebook dan twitter. Kampanyetersebut lalu dilanjutkan denganDebat Akbar pada 14 Desember.Pada debat ini ketiga pasang calonpresBEM dan wapresBEM akanjuga berdialog dengan seluruh ma-hasiswa Fisip Unair tentang visi-misi mereka selama di BEMsetahun ke depan.

Tidak hanya dengan para ma-hasiswa, para kandidat juga berde-bat dengan tiga panelis yangdisediakan KPUM. Ketiga panelistersebut diantaranya adalah NovriSusan, Dosen Departemen Sosi-ologi; Yunus, Dosen DepartemenHubungan Internasional (HI); sertaMohammad Nizen, Ketua KPUMPemira Fisip Unair 2009. Hadirjuga perwakilan dari masing-mas-ing partai yang mendukung ketigakandidat presBEM-wapresBEM.Perwakilan partai tersebutberperan sebagai tim sukses mas-ing-masing kandidat.

Kerja KPUM Fisip Unair

akhirnya berlanjut pada babakutama, yaitu Pemira pada Rabu, 16Desember 2009. Hari pen-coblosan tersebut tiba setelah se-hari sebelumnya, 15 Desemberadalah hari tenang bagi para kan-didat maupun parpol. Pada haritenang seluruh kandidat presBEM-wapresBEM beserta parpolnya di-larang berkampanye melalui mediaapapun.

“Alhamdulillah antusias kawan-kawan di luar perkiraan kami. DuaTPS yang dibuka selalu penuhsesak antrian kawan-kawan untukmenggunakan hak pilihnya.”ungkap Mohammad Nizen, KetuaKPUM Pemira Fisip Unair 2009. Iamenambahkan, “Dari 2630 DaftarPemilih Tetap (DPT), sebanyak sek-itar 1500-an kawan-kawan berpar-tisipasi menggunakan hak suaranyadalam Pemira ini. Padahal tahunlalu hanya berkisar ratusan, tidakpernah lebih di atas 1000 orang.Sungguh di luar ekspektasi.”

Pemungutan suara dimulai daripukul 08.00 hingga tutup padapukul 16.00. Proses perhitunganbaru berlangsung pukul 20.00hingga 05.30 pagi keesokan

harinya. “Setiap tahunnya kami me-mang selalu melakukan perhitun-gan suara di malam hari hinggapagi hari. Hal tersebut dilakukankarena hasil pemungutan harussegera dihitung pada hari pemung-utan suara pula. Jadi KPUM benar-benar menguras tenagahabis-habisan pada satu hari penuhitu.” jelas Nur Faizatul Ummah,Penanggung Jawab KampanyeKPUM Pemira Fisip Unair 2009.

Dari hasil pemungutan danperhitungan suara akhirnya dite-mukan pemenang pada PemiraFisip Unair tahun ini. PasanganChodir-Ayu yang diusung koalisitiga partai Cinta, JAM, dan Pumaberhasil melangkah menjadi pres-BEM-wapresBEM masa jabatan2009-2010. Kemenangan Chodir-Ayu juga bersamaan dengan keme-nangan Partai Cinta dalampemilihan Legislatif untuk kursiBLM.

“Puji sukur AlhamdulillahPemira tahun ini berjalan dengandamai, tertib, dan di luar ekspetasi.Mengingat begitu antusiasnyateman-teman semua yang ikutmencoblos. Semoga tahun depanKPUM 2010 dapat mengulangprestasi KPUM tahun ini.” ungkapNur, mahasiswa Administrasi Ne-gara (AN) 2007 yang akrab disapaNdutty ini. (zaq)

Pesta Demokrasi Pemira Fisip Unair 2009

Lebih dari 1500 Mahasiswa Gunakan Hak Pilih

Suasana pengambilan kartu suara

“ISLAM itu meninggikan derajatibu.” ucap Hani’Atul Mufarida,Ketua Departemen Keputrian SieKerohanian Islam (SKI) Fisip Unairsaat ditemui tim Jendela setelahaksi Hari Ibu 22 Desember lalu.Aksi Hari Ibu yang digerakkan olehDepartemen Keputrian SKI FisipUnair tersebut dilakukan denganmembagi-bagikan setangkai bungamawar kepada setiap ibu-ibu dilingkungan Fisip Unair. Mulai daridosen, karyawan, hingga ibu-ibupenjaga kantin turut serta menda-patkan “tanda cinta” aksi kawan-kawan SKI Fisip Unair.

Aksi yang diadakan rutin setiaptahunnya ini terintegrasi denganUnit Kegiatan Mahasiswa Kerohan-ian Islam (UKMKI) Unair. Dengan

dikordinasi oleh UKMKI Unair, SKItiap-tiap fakultas di Unair men-jalankan aksi tersebut di fakultasmasing-masing dan juga di jalan-jalan sekitar Unair kampus B. “Se-lain menyebar di kampusmasing-masing, kami juga bertemumembagikan bunga kepada ibu-ibuyang ada di sepanjang PasarKarangmenjangan.” tukas Hani

Menurutnya pasar adalah tem-pat dimana banyak ibu-ibuberkumpul. “Oleh karena itu kon-sen kami tertuju pada PasarKarangmenjangan yang juga tidakjauh letaknya dari kampus B Unair.”ungkap mahasiswi Ilmu Informasidan Perpustakaan ini. Selain ituaksi bagi bunga ini juga mendap-atkan tanggapan positif dari berba-

Ibu Sekolah Pertama

Page 7: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

PPerubahan adalah suatu pro-gresi, sesuatu yang tidak bisa

dihindari. Tidak terkecuali pe-rubahan pada aspek sosial danperubahan transisional lainnya.Perubahan tersebut mampumempengaruhi semua aspek ke-hidupan lainnya, dari aspekekonomi hingga moral dan bu-daya. Manusia di dalamnya puntidak luput dari perubahan itu,termasuk kaum perempuan. Pe -ran perempuan yang dulu hanyabergerak di ranah domes tik, kinimulai bergeser menuju ke ranahpublik.

Perubahan peran perempuantersebut menjadi salah satu topikyang dibahas dalam KuliahTjokroaminoto Untuk Ke-bangsaan dan Demokrasi, Rabu(22/12). Bertempat di Gedung CFakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik (FISIP), seminar ini men-gangkat tema Dari Pendidikan

Budi Pekerti Hingga Kepribadian,Mendefinisikan Peran NasionalBaru Perempuan. Hadir sebagaipembicara, Prof. Dr. SoetandyoWignjosoebroto, MPA, Prof. Dr.Anita Lie, dan Dra. Dewi RetnoSuminar, M.Psi. Seminar ini jugadihadiri para guru dari tingkatSekolah Dasar (SD) hingga Seko-lah Menengah Atas (SMA) se-Surabaya.

Menurut Soetandyo, peruba-han peran perempuan dari perandomestik ke peran publik mele-wati tiga tahapan emansipasi.Tahap emansipasi pertama terjadiketika posisi perempuan tidaklagi hanya dilihat sebagai “assetsuku” yang patriarki, hanyaberfungsi reproduktif untukmenghasilkan keturunan. Kini,perempuan telah dilihat sebagaipribadi yang memiliki kebebasandan kesetaraan dengan laki-laki.“Hal ini menyebabkan kaum

perempuan kian terbebas dariaktivitas kerja domestik, yanghanya berkutat di seputar urusananak dan lingkungan anak,” terangpria yang bergelar Guru BesarEmeritus Unair ini. Mulai terbe-basnya kaum perempuan darifungsi domestik inlah, tambahSoetandyo, perempuan dianggaptelah memasuki tahap emansipasiyang kedua.

Karena cukup terbebas darifungsi reproduktif dan fungsi do-mestik, kaum perempuan memi-liki keleluasaan bergerak denganmotif ekonomi, sosial, bahkanpolitik, untuk mengejar keberha -silan dan kepuasaan hidup di ra -nah publik. “Perempuan-perem puan yang sukses di ranahpublik pada akhirnya mampu

mencapai tahapan emansipasiketiga, yaitu terbebas dari keter-gantungan secara ekonomi dansosial pada laki-laki,” ucapSoetandyo.

Sementara itu, peran perem-puan juga berkaitan dengan kon-teks penanaman budi pekerti.Menurut Anita, masyarakat Indo -nesia mulai merindukan figurperempuan yang berani dan tang-guh dalam menghadapi perso -alan-persoalan moral yangmendera negeri ini. “Masalah ko-rupsi atau ketidakadilan hukum,misalnya. Kita bisa lihat bagai -mana masyarakat begitu terkesandengan perjuangan Suciwati atauPrita, sosok-sosok perempuankuat dan tangguh, tampil mem-bela hak-haknya ketika dunia pri-vatnya diobrak-abrik. Figur-figurperempuan seperti itu yang kinidibutuhkan oleh bangsa ini,” jelasAnita.

Namun, perlu diingat kembali,bahwa penanaman budi pekertitidak bisa secara langsung di-lakukan dalam ruang lingkup yangbesar. Sebaliknya, hal tersebutperlu dimulai dari ruang lingkupterkecil dalam kehidupan kita,yaitu keluarga. “Orang tua bisamemulainya dengan menerapkanpengasuhan anak secara bermar -tabat. Artinya, anak-anak dididiksejak dini untuk menyuarakan as-pirasi mereka tanpa menyakitiperasaan orang lain,” ujar Dewi.Dengan pola pengasuhan yangbermartabat, anak-anak diharap-kan tumbuh menjadi sosok indi-vidu yang berkualitas, baik dariaspek kognitif maupun aspekafektifnya. (int)

Ruang Kunto

Kuliah TjokroaminotoPerempuan:Dari Peran Domestikke Peran Publik

07edisi 11/Januari 2010 Jendela

diskusi & seminar

gai pihak, salah satunya RachmaSugihartati, Kepala DepartemenIlmu Informasi dan Perpustakaan.“Wah, terima kasih, ternyatamasih ada yang peduli terhadaphari ini (hari ibu, red)” ungkapRachma bangga.

Aksi yang dijalankan oleh totallimabelas anggota DepartemenKeputrian SKI Fisip tersebutakhirnya dilanjutkan dengan acaratalkshow Hari Ibu di auditoriumFakultas Kesehatan MahasiswaUnair di Mulyorejo. Talkshow yangjuga hasil integrasi dengan UKMKIUnair ini membahas bagaimanapersiapan-persiapan seorangperempuan muda yang belummenikah untuk menjadi ibu.

Hani berpenda pat bahwa Hari

Ibu bukan hanyauntuk para ibusaja. Melain kanjuga untuk paracalon-calon ibu.“ P e r e m p u a n -p e r e m p u a nmuda sepertikami layaknyadipersiapkan se-cara matang se-belum menikahuntuk menjadiibu. Karena ibu adalah sekolahpertama bagi para anak-anaknya.Jadi baik-buruknya seorang anaktergantung pada bagaimana iamendapatkan pendidikan perta-manya, yaitu dari seorang ibu.”jelas mahasiswi semester lima ini.

Tidak ketinggalan pula SKIFisip Unair juga memiliki kajiankeputrian sendiri tiap minggunya.

Di situ banyak sekali masalahislam dan keputrian yang di bahas.Salah satunya adalah tentangbagaimana menjadi ibu yang baikdan juga bagaimana mendidikserta merawat anak. Kajian terse-but diadakan setiap minggunya dimusholla Fisip Unair. (zaq)

Manusia

Bagi-bagi bunga mawar memperingati hari Ibu

Page 8: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

08 Jendela edisi 11/Januari 2010

diskusi & seminar

SSebagai sebuah aktivitas, per-ilaku membaca yang di-

lakukan para remaja urbanbukanlah hal yang tampak seder-hana di mana mereka memilihatau membeli kemudian mem-baca buku, novel, majalah, komik,dan lain-lain. Dari perspektif cul-tural studies, membaca sesung-guhnya adalah hal yang sangatkompleks. Membaca buku, novel,komik, majalah, atau yang laintidak sekedar aktivitas membukadan membaca kata per kata, kali-mat per kalimat, paragraf perparagraf untuk kemudian dapatmemahami keseluruhan tulisanyang tersaji. Lebih dari itu, mem-baca adalah sebuah perilakusosial sekaligus bagian dari gayahidup yang melibatkan berbagairelasi sosial, psikologi, bahasa,simbolik, ekonomi, politik, dankultural.

Demikian pokok persoalanyang disampaikan Dra. RahmaSugiharti, M.SI dalam SeminarNasional Pengembangan MinatBaca dan Perilaku Informasi

Masyarakat Urban, Kamis 10 De-sember 2009. Dalam seminar ini,Ketua Departemen Informasidan Perpustakaan FISIP Unairtersebut membahas tentangmembaca untuk kesenangan(pleasure reading) di kalangan re-maja urban dalam perspektif cul-tural studies.

Selain Rahma, seminar di AulaGedung C FISIP Unair tersebutdihadiri pula oleh pembicaraDrs. Arif Afandi (wakil walikotaSurabaya) untuk topik Informasiuntuk Pengambilan Kebijakandan Kebijakan Perpusatakaan,Putu Laxman Pendit, Ph.D(peneliti dan pengamat bidangperpustakaan dan informasi)untuk topik Perilaku PenelusuranInformasi, Kartono (PembinaTBM Kawan Kami) dan Ima(Yayasan Yaufa Umi Fadillah)untuk sesi sharing.

Menurut Rahma, sebagaibagian dari budaya, aktivitasmembaca tidak hanya melibatkanunsur-unsur budaya fisik sepertibuku, meja, kacamata, kertas, dan

sebagainya, tetapi juga unsur-unsur budaya nonfisik. Yang per-tama adalah selera. Selera initidak saja mencakup selera ter-hadap jenis bacaan yang digemarisecara psikologis, tetapi juga sel-era dalam pengertian sosial yangberkaitan dengan klasifikasi dankelas sosial. Yang kedua adalahmakna, yaitu bagaimana bacaan,tokoh yang ditonjolkan, alurcerita, dan sebagainya mengan-dung makna tertentu bagi sub-jektivitas pembacanya. Yangketiga adalah nilai budaya, yaitubagaimana bacaan dan aktivitasmembaca bermakna secarasosial, kultural, ekonomi, bahkanspiritual.

Berbeda dengan aktivitasmembaca di sekolah yang meru-pakan bagian dari kegiatan bela-jar, kegiatan membaca untukkesenangan (reading for pleasure)di kalangan remaja urban dewasaini cenderung makin populer danmeluas. “Apalagi, buku-buku ba-caan untuk pangsa pasar remajajuga makin atraktif.” kata Rahma.Bahkan, lanjutnya, buku-bukutersebut telah menjadi bagiandari subkultur budaya massa.Produk-poduk budaya semacamitu, dengan demikian, telah ikutdan berperan besar dalam mem-bentuk youth culture sekaligusgaya hidup anak muda.

Meskipun demikian, remajapada dasarnya bukanlah korban-korban budaya yang pasif. Sub-kultur anak muda terlibat dalambentuk-bentuk perlawanan sim-bolik terhadap budaya dominanmaupun budaya orang tua. Untukbuku-buku tertentu yang penuhide-ide liar dan imajinatif, remajadapat menerima dengan mudah.Namun, tidak semua buku dapatdengan cepat diterima oleh re-maja. Mengapa?

Bagi para remaja urban,kegiatan membaca buku bukan-lah sekedar kegiatan membacatulisan dan memanjakan fantasiatau imajinasi mereka. Tetapi, bagi

mereka, kegiatan membacaadalah bagian dari aktivitasbersenang-senang, sekaligus sim-bol status dan gaya hidup. Dikalangan remaja, perbincangantentang buku-buku populer yangmenjadi kegemaran mereka ser-ing menjadi media untuk men-jalin komunikasi yang lebih intensdan personal antara satu denganyang lainnya.

Secara garis besar, ada duahal yang perlu diperhatikan agarupaya menumbuhkan minat danperilaku gemar membaca dikalangan remaja dapat berjalanefektif. Pertama, bagaimanameyakinkan remaja dan siswabahwa membaca bukanlahkegiatan yang membebani,melainkan justru menyenangkankarena banyak nilai lebih yangdapat dipetik dari kegiatan mem-baca. Kedua, bagaimana caramencari pintu masuk agar mem-baca lebih cepat diterima sebagaisebuah kebutuhan oleh remajadan siswa. Satu hal yang perlu di-ingat: faktor utama agar siswatermotivasi untuk menyukai,memiliki, dan membaca bukuadalah rasa senang. (put)Triningsih (kiri) dan Direktur American Corner Perpustakaan Unair

Seminar Nasional Pengembangan Minat Baca dan Perilaku Informasi Masyarakat Urban

Tumbuhkan Perilaku Gemar Membaca pada Remaja

Putu Laxman Pendit, Ph.D

Page 9: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

09edisi 11/Januari 2010 Jendela

diskusi & seminar

SSelama ini, Bali hampir menjadisatu-satunya andalan dunia

kepariwisataan Indonesia. Pada-hal, apabila pemerintah maumenggali dan memoles, Indonesiasebetulnya kaya akan daya tarikwisata. Salah satunya adalahSurabaya. Sebagai kota metropo-lis, Surabaya merupakan salah satukota yang berpotensi tinggi men-jadi kota MICE (Meeting, Incentive,Convention, Exhibition), denganlokasi hotel yang terpusat, luaskota yang tidak terlalu besar, infra-struktur dan bandara yang me-nunjang, dan semakin banyaknyapenerbangan dari berbagai kotamaupun luar negeri ke Surabaya.

Dunia MICE, sementara itu,masih menjadi aspek kepariwisa-taan yang belum banyak terjamahdi Indonesia. Berbeda dengan ne-gara-negara maju yang sudahmulai melirik dunia MICE sebagaibisnis yang menjanjikan. Salahsatu penyebabnya, bisa jadi adalahminimnya pengetahuan tentangdunia MICE.

Bermula dari keprihatinan ini,Program Diploma 3 Ilmu Pari-wisata FISIP Unair menyeleng-garakan seminar ilmiah bertajukPotensi MICE sebagai PenunjangPariwisata di Surabaya. Acarayang diselenggarakan pada Kamis,10 Desember 2009 ini meng-hadirkan Hedy Wahidin Saleh, SH.MBA. MSiPar (Dewan Pariwisata

Indonesia, Depari Jawa Timur) danNovianto Edi S., SST Par., M.Si. se-bagai pembicara. Bertempat diRuang Adi Sukadana FISIP Unair,seminar mengupas tuntasmasalah pengembangan destinasiwisata MICE Jawa Timur dan man-agement MICE.

Menurut Hedy, ciri utama pari-wisata adalah adanya perjalananbaik personal maupun kelompokyang didorong oleh motivasiapapun kecuali tidak untuk mene-tap atau mencari nafkah di tempattujuan. Dulu, konsep pariwisataberkaitan dengan motivasi per-jalanan untuk berlibur dan berse-nang-senang. Namun sekarang,konsep pariwisata lebih dikem-bangkan menjadi perjalanan lintasdaerah/ wilayah/ negara yang di-dorong oleh motivasi apapun se-cara sukarela kecuali tidak untukme netap lebih dari enam bulandan tidak emncari nafkah di tem-pat tujuan. Untuk dapat menarikpe ngunjung, produk pariwisata se-baiknya memiliki tiga komponen,yaitu daya tarik wisata (attrac-tions), sarana dan trans portasi (ac-cessibility), dan fasilitas pelaya nanwisata (amenity).

Salah satu pendorong ber kem -bangnya dunia pariwisata adalahmeningkatnya perilaku hubunganantarinstitusi lintas daerah/wila -yah/negara. “Ini tentu membu-tuhkan wahana komuni kasi yang

terstruktur, terencana, terorgan-isir, dan terpro teksi.” ungkap Hedy.

Agar dapat meng-cover se-muanya, digelarlah conventionyang masuk ke dalam ranah pari-wisata. Ada beberapa segmenmodel wisata konvensi, yaitu inter-national congress, association con-vention, incentive travel program,company & corporate meetingevent, trade fair & exhibition, danmeeting & classically. Untuk meet-ing, ada lima kategori, yaitu nor-mally meeting, seminar, workshop,focus group discussion, dan gath-ering. Untuk conference, ada tigakategori, yaitu grand meeting,congress, dan forum. Sementaraexhibition, dibagi menjadi lima kat-egori, yaitu exhibition, bazaar,expo, fair, dan launching.

Host country, dengandemikian, memegang perananpenting dalam menciptakan danmenjaga potensi pariwisata yangdimiliki. Peranan yang dapat di-jalankan antara lain dengan men-dukung event MICE baik berskalanasional dan internasional yangdiselenggarakan di daerahnyadengan memberikan jaminan kea-manan, kenyamanan, kemudahan,

dan incentive kepada professionalconventions organizer dan seluruhdelegasi. “Untuk Jawa Timur,pengembangan propinsi sebagaidestinasi wisata MICE memer-lukan peran aktif seluruh elemenindustri pariwisata, pemerintah,dan masyarakat luas.” jelas Hedylagi.

Biro konvensi, sementara itumenurut Novianto, turut pulamenjadi faktor penting dalammengembangkan pariwisataMICE. Biro konvensi ini berperansebagai liaison atau perantara an-tara calon peserta konvensi den-gan para suppliers sepertiakomodasi, travel biro, restoran,dan sebagainya. Tugas pokok birokonvensi adalah memberi servicedan advice secara professionalserta netral dan tidak berpihak,melakukan kegiatan profesionaluntuk menarik penyelenggaraankonvensi di daerah tersebut,melaksanakan litbang pasar wisatakonvensi, melaksanakan kegiatan-kegiatan promosi, dan menyeleng-garakan pembinaan kepadaorganisasi penyelenggara konvensibersama dengan instansi terkait.(put)

Novianto Edi Suharno, SST Par., M.Si (kanan)

Hedy Wahidin Saleh, SH. MBA. MSiPar

Seminar Ilmiah Potensi MICE sebagai Penunjang Pariwisata di Surabaya

Kembangkan Surabaya Jadi Kota MICE

Page 10: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

10 Jendela edisi 11/Januari 2010

diskusi & seminar

PP ada tahun 1928, MuhammadHatta merumuskan makna

keindonesiaan sebagai suatu tu-juan politik sehingga setiap orangIndonesia haruslah berusahadengan segenap tenaga untukmewujudkannya. Dengan perny-ataannya tersebut, Hatta men-empatkan keindonesiaan dalamjangkar politik kebangsaan. Padabingkai politik kebangsaan, kein-donesiaan menjadi sebuah imaji-nasi bersama dari tiap-tiap orangyang memiliki komitmen untukmenegakkannya melalui jalurpolitik. Proyek keindonesiaanberjalan sebagai komunitas yangterbayangkan (imagined commu-nity).

Pada masa lalu, imajinasibersama tersebut diperjuangkanoleh komunitas di dalamnyamelalui satu gagasan besar ten-tang persatuan dan kesatuan na-sional. Dalam perjalanan nation-state Indonesia, segenap partiku-laritas berusaha dihimpun men-jadi satu, baik atas nama revolusimaupun pembangunan. Peneka -nan terhadap kohesivitas dan in-tegralitas bangsa memunculkanpolitik penyeragaman denganmenegasikan adanya ruang yangmemungkinkan untuk hidupbersama dalam keberagaman.

Hal tersebut disampaikandalam Seminar dan Bedah Buku

Tantangan Multikulturalisme In-donesia: dari Radikalisme menujuKebangsaan, Rabu 16 Desember2009 bertempat di Ruang AdiSukadana. Buku yang ditulis olehProf. Dr. Nur Syam, M.Si. terse-but mengupas masalah kebangk-itan politik identitas di erademokratisasikritik nalar politikidentitas, politik keragaman, sertapolitik keragaman dalam berba-gai perspektif Islam. Hadir seba-gai pembicara adalah Dr. P.Hardono Hadi selaku wakil daripenulis, Airlangga Pribadi, S.IP.,Naya Sujana (wakil LembagaPembudayaan Pancasila dan Pem-bangunan Jawa Timur), dan mod-erator Drs. Moh. Adib, MA.

“Era demokratisasi danketerbukaan saat ini memu-nculkan berbagai ragam ekspresidari politik identitas.” ungkapHardono Hadi. Namun, alih-alihmenampilkan komunikasi danpenghargaan terhadap keraga-man dari tiap-tiap elemen kewar-gaan Indonesia, berbagai ekspresipolitik identitas yang lahir justrumendestruksi jalannya proses di-alog dan toleransi. Dijelaskanpula, maraknya artikulasi politikidentitas ini justru menampilkanberbagai sikap intoleransi, antikeragaman, dan menguatnyasikap absolutisme serta pengha-lalan kekerasan sebagai penyele-

saian masalah.Dalam bingkai politik keraga-

man, diferensiasi kelompok lebihdimaknai dalam konteks relasiposisi subjek dalam lokalitasnyadi hadapan hierarki struktursosial ketimbang atribut nilai-nilaiesensial yang melekat. Setiapkelompok sosial eksis dalamkonteks relasi struktur sosialyang ditandai oleh adanya hier-arki dan ketimpangan. Proses-proses marjinalisasi, diskriminasi,dan eksploitasi berlangsungdalam lintasan kelas, ras, gender,etnisitas, maupun agama.

Namun demikian, tidak dapatkiranya menempatkan politikidentitas sebagai acuan dalammemahami posisi setiap agensidalam hierarki relasi sosial yangberlangsung. Setaip agensi politikdapat membangun relasi sosialyang kompleks, memahami posisidirinya dan membangun per-spektif berdasarkan pengalamandiri, serta membangun alternatif-alternatif aksi politik untukmembentuk dan mempengaruhikondisi yang dihadapinya.

Dengan menempatkankeagenan subjek dalam konteks

local subject position di hadapanhierarki struktur sosial yang ada,ini memungkinkan kita untuktidak melihat posisi tiap-tiaporang tidak dalam batasan sekat-sekat identitas yang kaku. Pan-dangan akan kompleksitasrelasional yang terbangun dalamkonteks struktur sosial yangdominatif ini memungkinkan ter-ciptanya berbagai cara untukmemperjuangkan pola-pola ko-munikatif demokratik yang be-ragam.

Upaya untuk membangunproses demokrasi komunikatifdapat dilakukan melalui berbegaitahap. Pertama, melalui prosesdialog. Kedua, memetakan berba-gai posisi dari setiap agensi poli-tik yang lain. Ketiga, membacaperspektif historis dari per-jalanan masyarakat yang mem-bentuk formasi sosial saat ini.Keempat, menginterpretasikanbagaimana proses sosial dan re-lasi sosial beroperasi. Kelima,merefleksikan secara utuh pen-galaman-pengalaman spesifikyang telah dialami dengan kon-teks relasi sosial yang terbentuk.(put)

Naya Sudjana (kiri) sedang memberikan materi seminar

Seminar dan Bedah Buku Tantangan Multikulturalisme Indonesia: dari Radikalisme menuju Kebangsaan

Memaknai Keindonesiaan dalam Bingkai Kebhinekaan

DD alam rangka HUT FisipUnair yang ke-32, Minggu,

20 Desember lalu Fisip men-gadakan Jalan Sehat HUT FisipUnair bersama dengan segenapjajaran pimpinan Unair dari Rek-torat dan Dekanat Fisip sertaLembaga rekanan Unair, sepertiAirlangga University Press (AUP),dan Lembaga Penelitian danPengabdian Masyarakat (LPPM).Dimulai pukul 6 pagi, jalan sehattersebut dihadiri oleh sekitar1000 orang peserta dari 1200-an

yang diundang.Acara dibuka dengan

pelepasan balon harapan olehWakil Rektor I, Prof. Dr.Muhamad Zainudin, Apt. dan ke-mudian dilanjutan dengan senamaerobik. Senam aerobik yang di-ikuti oleh sekitar 1000 pesertatersebut diiringi oleh iringandrum dan perkusi musik patrol.“Fisip ini adalah kampus yang kri-tis, kreatif, dan inovatif olehkarena itu kami dari pihak panitiamencoba sesuatu yang beda pada

Musik PatrolMeriahkan Jalan Sehat HUT Fisip ke-32

Page 11: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

11edisi 11/Januari 2010 Jendela

diskusi & seminar

MMasalah birokrasi dalampelayanan publik bangsa ini

nampaknya sudah merupakanmasalah klasik. Pengurusan KTPdi kelurahan dan kecamatan, pen-gurusan administrasi pasien dirumah sakit, hingga pelayananpengaduan jasa publik adalahsedikit contoh pelayanan publikyang sering dikeluhkan masya -rakat. Keluhannya pun beragam,mulai dari birokrasi yang rumit,prosedur yang tidak jelas, waktupelayanan yang tidak efisien,sampai ketrampilan dan sikap in-dividu petugas yang tidak ramahdan santun.

Departemen Ilmu Adminis-trasi Negara bekerja sama denganKomisi Pelayanan Publik (KPP)Jatim mencoba membahas per-masalahan di atas dengan semi-nar “Evaluasi Kualitas Pelaya nanPublik”. Seminar yang diadakan diruang Adisukadana pada tanggal

9 Desember 2009 lalu dihadirioleh pembicara-pembicara yangberkompeten dalam halpelayanan publik. Hadir di-antaranya Arif Affandi, Wakil Wa-likota Surabaya; Choirul Anam,perwakilan KPP Jatim, dan takketinggalan Gitadi Tegas, dosenIlmu Administrasi Negara FisipUnair.

Menurut Arif Affandi, mindset birokrat pemerintahan kinimenjadi faktor utama buruknyapelayanan publik. “Mind setbirokrat yang bekerja hanyaberdasarkan aturan menye-babkan kurang efektifnyapelayanan publik. Dalam kesehar-iannya birokrat bekerja statis,tidak fleksibel, dan cende rungtakut mengambil keputusan. Aki-batnya pelayanan publik kian ber -belit dengan prosedur sesuaiaturan.” ujar Arif.

Ia kemudian memberikan

contoh pada pengurusan KTPyang tidak efektif dan efisien aki-bat tanda tangan basah. Dahu-lunya, tanda tangan camat padaKTP harus ditandatangani lan-sung oleh camat satu persatu se-hingga memakan waktu yanglama. Hingga akhirnya Mendagrimeng usulkan tanda tangan yangdiscan. Dengan begitu setiap KTPyang hendak diurus tidak perluwaktu lama.”Pemanfaatanteknologi pada pembuatan KTPtersebut patut dicontoh sehinggakita tidak terus terpaku pada atu-

ran saja.” ungkapnya tegas. Berbeda dengan Arif, Choirul

Anam dari KPP Jatim memiliki al-ternatif lain dalam memperbaikikinerja pelayanan publik. Pent-ingnya sebuah standarisasiadalah solusi yang ia cobaberikan, baik dari segi standarkualitas maupun pelayanan.“Adanya bermacam standarseperti International OrganizationOf Standardi zation (ISO) danStandar Operasional Prosedur(SOP) adalah perlu. Terlebih stan-dar tersebut disusun bersamamasya rakat.” tegas Choirul.

Senada dengan Choirul, Gi-tadi Tegas, dosen Ilmu AN FisipUnair juga setuju pentingnyasuatu pengukuran melalui stan-darisasi pelayanan publik. Bahkanmenurutnya ada lima kriteria ter-capainya kualitas pelayanan yangbaik, diantaranya pengukuran,kontrol, teknologi, reward, danmindset.

Standarisasi sendiri memangsudah tercantum dalam Perda.Penyusunan standar operasionalsuatu layanan publik bersamastakeholder adalah perlu adanya.“Jika semua daerah di Indonesiasudah sesuai dengan standarmaka pembenahan tinggal di-lakukan mendalam pada per-masalahan individu tiap daerah.”tambah Choirul Anam. (zaq)

Standarisasi untuk Benahi Pelayanan Publik

Suasana seminar di ruang Adi Sukadana

perayaan HUT Fisip tahun ini,yaitu dengan musik patrol.” ujarPunari, S.Sos., M.Si, Ketua Kordi-nator Jalan Sehat HUT ke-32Fisip Unair.

Konsep musik patrol yang di-pakai dalam senam aerobik terse-but juga turut mengiringiperjalanan jalan sehat pesertamengitari kampus B Unair. Tidak

ketinggalan pula puluhan door-prize menanti para peserta jalansehat tiba di finish area. Terdapattotal tujuh puluh lima doorprizedengan hadiah utama tiga buahtelevisi 21 inci, satu buah kulkas,dan satu unit sepeda gunung.

Pasca pembagian doorprize,keseluruhan acara selesai pukul9.00. Acara peringatan HUT Fisip

Unair ke-32 ini nantinya berlanjutpada hari Rabu, 23 Desember diruang Adi Sukadana. Acara pun-cak tersebut berbentuk resepsisyukuran sebagai bentuk syukurFisip terhadap segala yang telahdiraih.

“Saya hanya berharap di ulangtahunnya yang ke-32 ini Fisipdapat terus meningkatkan hibahkompetisinya. Terutama di bidangilmiah.” ungkap Punari. Ia menam-bahkan,” Sangat disayangkankarena di usianya yang ke-32,Fisip sangat berkurang prestasiilmiahnya. Terutama saat PekanIlmiah Mahasiswa Nasional (PIM-NAS) di Brawijaya Malang lalu.Sangat kurang rasanya prestasiilmiahnya.” (zaq)

Musik Patrol turut mengiringi peserta jalan sehat HUT ke-32 FISIP Unair

Page 12: Tiga Kata Bukannya Tanpa Makna - Universitas Airlanggafisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_11_januari_2010.pdfl REKAMAN ACARA FISIP l STOP PRESS WAKTU ACARA TEMPAT 2 Desember

12 Jendela edisi 11/Januari 2010

profil

PPemira tahun 2009 lalu, menem-patkan pasangan Abdul Chodir se-bagai presiden BEM FISIP dan

wakilnya dengan kemenangan cukup jauhdari calon pasangan yang lain. Sejumlahtugas besar menanti pasangan ini untukmembenahi BEM FISIP ke depannya. Bebanberat tentu saja diemban Abdul Chodir se-bagai ujung tombak yang dipilih rakyat FISIPuntuk membawa perubahan.

Euforia kemenangan tidak boleh ter-lalu lama baginya. Meski belum dilantik, se-jumlah ancang-ancang untuk mewujudkanjanji-janjinya semasa kampanye sudah adadibenaknya. ”Visi misiku kemarin kan, men-jalankan peran serta eksekutif mahasiswayang berdaya saing tinggi, integratif, akomo-datif, progresif dan sesuai dengan tridharma perguruan tinggi dan pancasila. Darisitu bisa dikupas satu-satu, apa yang akankukerjakan,” ungkapnya.

Mahasiswa Sosiologi angkatan 2007 inirencananya akan memfokuskan diri dulupada partisipasi mahasiswa FISIP terlebihdahulu. Selama ini, menurutnya, gregetmahasiswa FISIP kurang terasa. Baik itudalam menanggapi isu-isu sosial,pengembangan kegiatan sosial hinggapenyelenggaran sebuah even.

”Padahal FISIP ini harusnya menjadi ba-rometer untuk merespon dinamika sosial

politik. Namun yang terjadi, untuk wacanakampus saja, kita masih lemah,” sesalnya.Sikap acuh tak acuh sebagian warga FISIPinilah yang harus dirangkul dan dirubah,untuk diajak bersama mewujudkan FISIPkritis dan berdaya guna bagi masyarakat.

Bagaimana caranya? Detilnya tentu sajaakan dibicarakan saat program kerja.Namun, Chodir, sapaan akrabnya, inginmembentuk kepercayaan mahasiswa FISIPpada BEM, membentuk pembaharuan even-even di FISIP yang kurang merangkul semuaprodi, dan meningkatkan komunikasi untukmengintegrasikan elemen-elemen di FISIP.

”Kepercayaan itu bisa dibangun dengankomitmen. Nantinya even di FISIP inidiusahakan bermanfaat bagi semua prodi,hingga jangan sampai ada yang antipati.Dengan dekanat, kita berusaha akomodatif,menjalin hubungan baik, tanpa mengurangiindependensi BEM,” jelasnya.

Jika sudah membenahi apa yang ada didalam, Chodir optimis, pengabdian FISIPterhadap masyarakat bisa makin optimal.Selama periode kepemimpinan 2008-2009lalu, Chodir memangku jabatan sebagaikoordinator sosial di departemensospol BEM. Sesuai dengan tridharma perguruan tinggi,pengabdian pada masyarakatitu sangatlah pentingbaginya.

BEM ingin, kedepannya, gerilyamembangun masa depanIndonesia yang lebih”panas” lagi. Berangkatdari permasalahan yangada di masyarakat, kitasebagai mahasiswaharus mampumenjawabnya. ”Jadijangan pintar di bangku

kuliah saja. Jangan hanya kritis saja.Sumbangsih riil apa yang bisa kita perbuat?Itulah penting,” ungkapnya.

Tugas berat yang bertumpuk-tumpukitu, disadarinya bukan hal yang mudahuntuk diwujudkan. Namun, dirinya yakin,dengan dukungan warga FISIP dan rekan-rekan sekerja, semuanya dapat dilaksanakan.”Aku yakin, SDM mula-mula kita cukup.Dukungan cukup untuk jadi mesinperubahan, apalagi jika berhasil merangkulsemuanya untuk ikut berpartisipasi, InsyaAllah bisa,” pungkasnya.

(puz)

Abdul Chodir (Presiden BEM FISIP)

Tingkatkan Partisipasi MahasiswaRespon Dinamika Sosial Politik

Tingkatkan Partisipasi MahasiswaRespon Dinamika Sosial Politik