thr
DESCRIPTION
total hip replacemetTRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
Nama mahasiswa : Noor Ain bt Mohd Hariri
NIM : 030.08.290
Dokter Pembimbing : Dr.David Indrial,Sp OT
I.IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. W
Umur : 18 tahun
Alamat : Duren Sawit
Jenis kelamin : Laki-laki
Status Perkahwinan : Belum menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal masuk RS : 18 Februari 2013
II.ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ayah pasien pada tanggal 25 Februari
2013 pukul 09.00 WIB di ruang 609 Lantai 6 Barat,RSUD Budhi Asih.
Keluhan Utama
1
Sulit untuk berjalan sejak 6 tahun yang lalu
Keluhan tambahan
Paha kanan bengkak,tungkai kanan kesemutan,kadang-kadang tidak berasa dan nyeri saat
berjalan.
Riwayat Penyakit Sekarang
± 6 tahun yang lalu,paha kanan pasien tiba-tiba bengkak setelah bisul di paha kanan
pasien pecah.Untuk menyembuhkan bengkak,pasien ke pengobatan alternatif untuk dipijat . Usai
dipijat keadaan pasien tidak berubah.Semakin lama keadaan pasien semakin buruk.Kaki
dirasakan lebih bengkak,kadang-kadang kesemutan dirasakan dari paha sampai ke kaki
kiri.Sedikit demi sedikit kaki kanan terasa nyeri terutama jika digerakkan saat mau
berjalan,sehingga memaksa pasien menggunakan topang.Sejak 2 tahun yang lalu,Pinggul kanan
dirasakan kaku setiap pagi terutama setelah bangun tidur.Sebulan sebelum masuk rumah
sakit,kesemutan dirasakan semakin berat dan kadang-kadang pasien tidak dapat merasakan
tungkainya.Pasien berobat ke puskesmas.Dari puskesmas pasien akhirnya dirujuk ke RSUD
Budhi Asih.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien pernah kecelakaan sepeda motor 3 tahun yang lalu.
- 9 bulan yang lalu pasien kecelakaan sepeda motor.
- Riwayat operasi sebelumnya disangkal
- Riwayat penyakit hipertensi,diabetes mellitus dan penyakit paru disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama.Ayah pasien menderita hipertensi.
Riwayat Kebiasaan.
Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol.Pasien sangat jarang berolah raga dan sering
istirehat karena sulit untuk berjalan.
2
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak alergi pada makanan dan obat-obatan.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Kesan sakit : Sakit sedang
Kesan gizi :Cukup
Tanda Vital
Tek. Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 37 º C ( axiller )
Status generalis
Kepala : normocephali
Mata : conjungtiva anemis
Sclera tidak ikterik
Pupil bulat, letak central , kanan-kiri isokhor
Reflex cahaya langsung dan tidak langsung positif.
Gerakan bola mata dapat ke segala arah
Leher : tidak ada pembesaran, tidak ada deviasi trachea, tidak ada perlukaan
THT : tidak ada pembesaran, tidak ada perlukaan, tidak ada perdarahan
Thorax
Cor
3
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
Inspeksi : pergerakan paru kanan-kiri simetris
Palpasi : vocal fremitus kanan- kiri sama
Perkusi : sonor di seluruh lapang pandang paru
Auskultasi : vasikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen
Inspeksi : permukaan datar,
Palpasi : supel,tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak teraba pembesaran
Perkusi : timpani di empat kuadran
Auskultasi : bising usus 2x/menit
IV. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI UMUM
Status lokalis
Regio cruris dekstra
- Inspeksi:Tungkai kanan dibalut dengan verband dari lipat paha sampai lutut
- Palpasi :
suhu kulit hangat (sama dengan bagian tubuh yang lain), denyut nadi arteri dorsalis pedis
teraba
terdapat pembengkakan, terdapat nyeri tekan disekitar daerah paha, tidak ada spasme
otot, tidak ada atropi otot.
- pergerakan :Gerakan aktif dan pasif terbatas karena nyeri dan dipasang verband
4
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tanggal : 22 Februari 2013
Leukosit 13.7ribu/Ul (meningkat) Hemoglobin 8.5g/Dl (menurun) Hematokrit 25% (menurun) Trombosit 236ribu/uL
Tanggal : 21 Februari 2013
Leukosit 12.9ribu/Ul (meningkat) Hemoglobin 9.3 g/Dl (menurun) Hematokrit 28% (menurun) Trombosit 199ribu/uL
Tanggal : 20 Februari 2013
Leukosit 13.0ribu/Ul (meningkat) Hemoglobin 9.7 g/Dl (menurun) Hematokrit 29% (menurun) Trombosit 208ribu/uL
Tanggal : 19 Februari 2013
Leukosit 14.6 ribu/Ul (meningkat) Hemoglobin 11.3 g/Dl (menurun) Hematokrit 33 % (menurun) Trombosit 246 ribu/uL
Tanggal : 16 Februari 2013
Leukosit 10.1 ribu/Ul Hemoglobin 15.4 g/Dl Hematokrit 46 % Trombosit 280 ribu/uL Waktu perdarahan 2.30 menit Waktu pembekuan 12.00 menit
5
Glukosa darah cito 106 mg/dl
Foto rontgen Pelvis AP
VI.RESUME
Pasien laki-laki 18 tahun datang ke Poliklinik Bedah Ortopedi RSUD Budhi Asih pada
tanggal 18 Februari 2013 dengan keluhan kesulitan berjalan karena kaki kanan terasa
nyeri.kesemutan dan kadang-kadang tidak berasa.± 6 tahun yang lalu,paha kanan pasien tiba-tiba
bengkak setelah bisul di paha kanan pasien pecah.Untuk menyembuhkan bengkak,pasien ke
pengobatan alternatif untuk dipijat . Usai dipijat keadaan pasien tidak berubah.Semakin lama
keadaan pasien semakin buruk.Kaki dirasakan lebih bengkak,kadang-kadang kesemutan
6
dirasakan dari paha sampai ke kaki kiri.Sedikit demi sedikit kaki kanan terasa nyeri terutama jika
digerakkan saat mau berjalan,sehingga memaksa pasien menggunakan topang.3 tahun yang
lalu,pasien pernah kecelakaan sepeda motor.Sejak 2 tahun yang lalu,Pinggul kanan dirasakan
kaku setiap pagi terutama setelah bangun tidur.9 bulan yang lalu,pasien kecelakaan sekali lagi
dengan sepeda motor.Sebulan sebelum masuk rumah sakit,kesemutan dirasakan semakin berat
dan kadang-kadang pasien tidak dapat merasakan tungkainya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis,tampak sakit sedang,tanda vital dan
status generalis dalam batas normal.Didapatkan status lokalis region cruris dextra -
Inspeksi:Tungkai kanan dibalut dengan verband dari lipat paha sampai lutut.Ppalpasi :suhu kulit
hangat (sama dengan bagian tubuh yang lain), denyut nadi arteri dorsalis pedis teraba ,terdapat
pembengkakan, terdapat nyeri tekan disekitar daerah paha, tidak ada spasme otot, tidak ada
atropi otot.Pergerakan aktif dan pasif terbatas karena nyeri dan dipasang verband.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 13.7ribu/Ul (meningkat),hemoglobin
8.5g/Dl (menurun),hematokrit 25% (menurun) dan trombosit 236ribu/uL.Pada pemeriksaan
rontgen foto pelvis AP didapatkan dislokasi pada panggul kanan.
VII.DIAGNOSIS KERJA : Dislokasi panggul kanan
VIII.DIAGNOSIS BANDING : Dislokasi panggul kanan
Fraktur femur proksimal kiri
Osteoartritis panggul kanan
IX.PENATALAKSANAAN
Preoperasi
- Rawat inap
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Persiapan operasi total hip replacement
- Persiapan darah PRC 500 cc
7
Post operasi
- Awasi tanda vital
- Abduksi paha (meletakkan bantal antara dua paha)
- Medika mentosa:Ceftriaxon 2x1gr dan ketopain 1x1 untuk 3 hari
- Foto rontgen pelvis AP:
- Fisioterapi
X. PROGNOSIS
ad vitam : ad bonam
ad functionam : dubia ad bonam
ad sanationam : dubia ad bonam
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Anatomi panggul:
Tulang pelvis adalah penghubung antara badan dan anggota bawah yaitu tulang sakrum
dan koksigeus bersendi antara satu dengan yang lainnya.
Pada simfisis pubis pelvis terbagi atas 2 bagian :
1. Pelvis mayor atau rongga panggul besar.
2. Pelvis minor atau rongga panggul kecil
Di antara ke 2 rongga tersebut dibatasi oleh garis tepi atau linea terminalis.
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih.
Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium
terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak di
bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial.
Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari
pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian
pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan
tulang femur.
9
Ujung anterior Krista adalah pada spina iliaka anterior superior dan ujung posteriornya
pada spina iliaka posterior superior. Spina ini menjadi tempat perlekatan otot dan ligament.Spina
iliaka anterior inferior adalah suatu tonjolan besar dibawah spina iliaka anterior superior.
Sedangkan yang tepat berada di bawah spina iliaka posterior superior adalah spina iliaka
posterior inferior. Tuberositas iskial adalah tonjolan besar tulang iskium yang menyokong tubuh
dalam posisi duduk. Tulang ini berfungsi sebagai tempat perlekatan otot paha posterior.
Sendi panggul atau artikulasio koksa adalah sebuah sendi synovial yang dibentuk oleh
tulangfemur pada bagian kaput femur dan tulang pelvis pada asetabulum dan mempunyai
konfigurasiball and socket. Konfigurasi sendi yang demikian ini memungkinkan sendi tersebut
mempunyaikelebihan dalam stabilitas weight bearing sekaligus kebebasan pergerakan. Dalam
keadaannormal sendi ini dapat bergerak kea rah abduksi (0-45°), aduksi(0-30°), fleksi (0-140°),
ekstensi(0-10°), eksorotasi (0-50°) dan endorotasi (0-40°).
Sendi ini diliputi otot dan ligamen. Otot-otot bagian anterior meliputi otot-otot pada
lapisan superficial yaitu m. psoas mayor, m. pektineus dan m. iliakus dan otot pada lapisan
profunda yaitu m. rektus femoris, m. iliopsoas, m. obturator eksterna dan ligamentum
ileofemoral. Otot bagian posterior meliputi otot pada lapisan superficial yaitu m. gluteus,
m.obturator internus, m.kuadratus femoris dan m. piriformis dan otot pada lapisan profunda yaitu
m.gemelli, m.obturator eksterna, m.obturator internus dan ligamentum iskiofemoralis.
Ligamentum anterior lebih kuat daripada ligamentum posterior. Pada bagian anterior
terdapat dua buah ligamentum yaitu ligamentum iliofemoralis dan ligamentum pubofemoralis,
sedangkan bagian posterior terdapat sebuah ligamentum yaitu iskiofemoralis.
10
Gerakan
Sendi panggul mempunyai gerakan yang luas, tetapi lebih terbatas daripada articulation
humeri. Kekuatan sendi sebagian besar bergantung pada bentuk tulang-tulang yang ikut dalam
persendian dan kekuatan ligamentum. Bila lutut difleksikan, fleksi dibatasi oleh permukaan
anterior tungkai atas yang berkontak dengan dinding anterior abdomen. Bila lutut diluruskan
(ekstensi), fleksi dibatasi oleh ketegangan otot-otot hamstring. Ekstensi, yaitu gerakan tungkai
atas yang difleksikan ke belakang kembali ke posisi anatomi, dibatasi oleh tegangan ligamentum
iliofemorale, ligamentum pubofemorale, dan ligamentum ischiofemorale. Gerakan abduksi
dibatasi oleh tegangan ligamentum pubofemorale, dan adduksi dibatasi oleh kontak dengan
tungkai sisi yang lain dan oleh tegangnya ligamentum teres femoris. Rotasi lateral dibatasi oleh
tegangan ligamentum iliofemorale dan ligamentum pubofemorale, dan rotasi medial dibatasi
oleh ligamentum ischiofemorale. Gerakan-gerakan berikut ini dapat terjadi:
- Fleksi dilakukan oleh m. iliopsoas, m. rctus femoris, m. Sartorius, dan juga mm.
adductores.
- Ekstensi ( gerakan ke belakang oleh tungkai atas yang sedang fleksi) dilakukan oleh m.
gluteus maksimus dan otot-otot hamstring.
- Abduksi dilakukan oleh m. gluteus medius dan minimus, dan dibantu oleh m. Sartorius,
m. tensor fasciae latae, dan m. piriformis.
- Adduksi dilakukan oleh m. adductor longus dan m. adductor brevis serta serabut-serabut
adductor dari m. adductor magnus. Otot-otot ini dibantu oleh m. pectineus dan m. gracilis.
11
- Rotasi lateral dilakukan oleh m. piriformis, m. obturatorius internus dan eksternus, m.
gemellus superior dan m. gemellus inferior dan m. quadrates femoris, dibantu oleh m. gluteus
maksimus.
- Rotasi medial dilakukan oleh serabut-serabut anterior dari m. gluteus medius dan m.
gluteus minimus dan m. tensor fasciae latae.
- Circumduksi merupakan kombinasi dari gerakan-gerakan di atas.
Kelompok otot-otot ekstensor lebih kuat daripada kelompok otot-otot fleksor, dan lateral lebih
kuat daripada rotator medial.
12
Persarafan
Semua saraf ke tungkai bawah lewat dekat sendi pinggul. Saraf skiatik yang paling
menjadi perhatian karena paling berisiko. saraf ini berjalan posterior pada sendi, muncul dari
notch iskiadika yang dalam ke piriformis dan yang superfisial ke obturator internus dan otot
gemelli. Dengan terjadinya dislokasi posterior, saraf dapat teregang atau langsung tertekan. Saraf
obturator melewati foramen obturatorius superolateral dengan arteri obturatorius. saraf femoralis
terletak medial dari otot psoas dalam selubung yang sama dan dapat cedera dengan terjadinya
dislokasi anterior.
Pendarahan panggul
13
2.2 Definisi dislokasi
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Atau dislokasi adalah suatu keadaan
keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan
yang membutuhkan pertolongan segera. Bila terjadi patah tulang di dekat sendi atau mengenai
sendi disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi
jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk
sendi).
2.3 Penyebab dislokasi
Dislokasi disebabkan oleh :
a.Trauma: jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi;Benturan keras pada sendi
saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
b.Kongenital : Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal paha. Pada
keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal paha secara klinik tungkai yang satu
lebih pendek dibanding tungkai yang lainnya dan pantat bagian kiri serta kanan tidak simetris.
c. Patologis : Akibatnya destruksi tulang, misalnya tuberkolosis tulang belakang. Dimana
patologis: terjadinya ‘tear ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital
penghubung tulang.
2.4. Patofisiologi
14
Dislokasi biasanya disebabkan karena faktor fisik yang memaksa sendi untuk bergerak lebih dari
jangkauan normalnya, yang menyebabkan kegagalan tekanan, baik pada komponen tulang sendi,
ligamen dan kapsula fibrous, atau pada tulang maupun jaringan lunak. Struktur-struktur tersebut
lebih mudah terkena bila yang mengontrol sendi tersebut kurang kuat. (3)
2.5 Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Dislokasi kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi, misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatik : Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan
tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf,
dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi:
1.Dislokasi Akut : Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2.Dislokasi Kronik
3.Dislokasi Berulang : Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder
joint dan patello femoral joint. (2,3)
Dislokasi Regio Panggul (Hip Dislocation)
Dislokasi panggul lebih jarang dijumpai daripada dislokasi bahu atau siku. Mekanisme
terjadinya dislokasi yaitu saat kaput yang terletak di belakang asetabulum, kemudian segera
berpindah ke dorsum illium. Biasanya juga mengalami cedera serius misalnya trauma benturan
depan mobil akibat tabrakan mobil frontal. Penderita mungkin mengalami syok berat dan tidak
dapat berdiri. Tungkainya terletak dalam posisi tinggi yang sesuai dengan paha difleksikan, dan
dirotasikan ke interna. Tungkai pada sisi yang cedera lebih pendek daripada sisi yang normal.
15
Lututnya bersandar pada paha yang berlawanan dan trokantor mayor dan pantat menonjol secara
abnormal.
Dislokasi hip joint adalah suatu kejadian/peristiwa menyakitkan di mana komponen
peluru/bola/caput humeri tulang paha keluar dari tempatnya/acetabulum. Sehingga penderita
mengalami rasa nyeri, karena caput humeri bergerak/bekerja bukan pada tempatnya lagi.
Epidemiologi:
Ras bukan merupakan faktor risiko untuk dislokasi hip. Dislokasi Hip lebih sering terjadi
pada laki-laki muda dari pada orang yang karena cedera yang berhubungan dengan perilaku
berisiko. Hip dislokasi akibat cedera traumatik lebih umum pada mereka yang lebih muda dari
35 tahun dibandingkan orang tua. Hip dislokasi akibat jatuh lebih umum pada mereka dari 65
tahun lebih tua.
Pemeriksaan fisik:
Seperti halnya korban trauma besar, penilaian jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
sangat penting primer. Selama survei sekunder, pemeriksaan dari korset panggul dan pinggul
adalah wajib. Pemeriksaan harus terdiri dari inspeksi, palpasi, aktif / pasif rentang gerak, dan
pemeriksaan neurovaskular.
16
- Inspeksi: Dalam prakteknya, ini penampilan dapat diubah dengan adanya dislokasi atau
fraktur-kelainan tulang lainnya
Posterior: hip adalah tertekuk, terputar ke dalam , dan adduksi.
Anterior: hip tertekuk minimal, terputar ke luar dan abduksi
- Palpasi: Meraba panggul dan ekstremitas bawah untuk cacat tulang-langkah kotor atau off.
Dalam sebuah dislokasi hip anterior, kadang-kadang pada femoralis teraba hematoma. Hal
ini menunjukkan cedera vaskular.
- Range of motion: Pasien dengan dislokasi hip memiliki jangkauan sangat terbatas gerak.
Mengevaluasi apa pasien dapat dilakukan dengan nyaman. Jangan paksa melakukan berbagai
gerakan pada pasien yang tidak bisa mentolerir manipulasi normal,. Rentang nyeri gerak
hampir tidak termasuk dislokasi hip.
Pemeriksaan Neurovaskular: Tanda-tanda cedera nervus ischiadicus meliputi:
Hilangnya sensasi di kaki belakang dan kaki
Kehilangan dorsiflexion (cabang peroneal) atau fleksi plantar (cabang tibial)
Kehilangan refleks tendon dalam di pergelangan kaki
Tanda-tanda cedera saraf femoralis adalah sebagai berikut:
Hilangnya sensasi atas paha
Kelemahan dari paha depan
Tanda-tanda klinis terjadinya dislokasi panggul:
1. Dislokasi Posterior
Penderita biasanya datang setelah suatu trauma yang hebat disertai nyeri dan deformitas pada
daerah sendi panggul. Sendi panggul teraba menonjol ke belakang dalam posisi adduksi, fleksi
dan rotasi interna. Terdapat pemendekan anggota gerak bawah. Rasa nyeri diakibatkan spasme
otot disekitar panggul
2. Dislokasi Anterior
17
Tungkai bawah dalam keadaan rotasi eksterna, abduksi dan sedikit fleksi. Tungkai tidak
mengalami pemendekan karena perlekatan otot rektus femur mencegah kaput femurbergeser ke
proksimal. Terdapat benjolan di depan daerah inguinal, dimana kaput femur dapat diraba dengan
mudah. Sendi panggul sulit digerakkan.
3. Dislokasi sentral
Terdapat pembengkakan di daerah tungkai bagian proksimal tetapi posisi tetap normal, nyeri
tekan pada daerah trokanter, gerakan sendi panggul sangat terbatas.
Dislokasi panggul ada 3 macam, yaitu dislokasi panggul posterior, dislokasi panggul
anterior, dan dislokasi panggul central.
a.Dislokasi panggul posterior
Dislokasi posterior hip joint biasa disebabkan oleh trauma. Ini terjadi pada axis
longitudinal pada femur saat femur dala keadaan fleksi 90o dan sedikit adduksi.
Pemeriksaan pada penderita dislokasi posterior hip joint akan menunjukkan tanda yang
abnormal. Paha (pada bagian yang mengalami dislokasi) diposisikan sedikit fleksi, internal rotasi
dan adduksi.
Gejala klinis
Pemeriksaan pada penderita dislokasi panggul posterior akan menunjukkan tanda yang
abnormal. Paha (pada bagian yang mengalami dislokasi) diposisikan sedikit fleksi, internal rotasi
dan adduksi. Ini merupakan posisi menyilang karena kaput femur terkunci pada bagian posterior
asetabulum.
Trauma biasanya tejadi karena kecelakaan lalu lintas dimana lutut penumpang dalam
keadaan fleksi dan menabrak dengan keras yang berada di bagian depan lutut. Kelainan ini juga
dapat juga terjadi sewaktu mengendarai motor. 50% persen dislokasi disertai fraktur pada pinggir
asetabulum dengan fragmen kecil atau besar.
Terdapat klasifikasi menurut Thompson Epstein (1973) yang penting untuk rencana pengobatan:
Tipe I : dislokasi tanpa fraktur atau dengan fragmen tulang yang kecil.
Tipe II : dislokasi dengan fragmen tulang yang besar pada bagian posterior asetabulum.
18
Tipe III : dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif.
Tipe IV : dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum.
Tipe V : dislokasi dengan fraktur kaput femur.
Pada kasus yang jelas, diagnosis mudah dilakukan : kaki pendek, adduksi, rotasi internal
dan sedikit fleksi. Klasifikasi Steward dan Milford didasarkan pada stabilitas fungsi panggul,
yaitu:
Type 1 No fracture or insignificant fracture
Type 2 Associated with a single or comminuted posterior wall fragment, but the hip
remains stable through a functional range of motion
Type 3 Associated with gross instability of the hip joint secondary to loss of structural
support
Type 4 Associated with femoral head fracture
Pemeriksaan
Salah satu bagian pemeriksaan adalah memeriksa kemampuan sensorik dan motorik
extremitas bawah dari bagian bawah hingga ke panggul yang mengalami dislokasi, karena
kurangnya kepekaan saraf pada panggul merupakan suatu komplikasi masalah yang tidak lazim
19
pada kasus dislokasi panggul. Pemeriksaan penunjang dengan pembuatan X – ray foto,
umumnya dengan proyeksi AP.
Gambar 16. X – ray foto dislokasi panggul posterior
Penatalaksanaan
Terapi untuk mengembalikan keadaan ini ada dua cara :
. Harus dilakukan reposisi secepatnya dalam 6 jam, bila tidak akan menimbulkan kesulitan dan
komplikasi berupa nekrosis avaskular dikemudian hari.
1. Penanganan dislokasi panggul tipe posterior
Reduksi dilakukan menurut beberapa cara:
a. Metode Allis
Penderita dalam posisi tidur terlentang, asisten menahan panggul dan menekannya. Operator
melakukan fleksi pada lutut sebesar 900 dan tungkai di adduksi ringan dan dirotasi medial.
Lengan bawah ditempatkan di bawah lutut dan dilakukan traksi vertical dan kaput femur
diangkat dari bagian posterior asetabulum. Panggul dan lutut di ekstensikan secara hati-hati.
20
b. Metode Bigelow
Penderita diletakkan dalam posisi tidur terlentang, asisten melakukan traksi berlawanan dan
tahanan pada daerah spina iliaka anterior superior dan ilium. Operator memegang tungkai yang
terkena padda daerah pergelangan kaki dengan satu tangan, serta tangan lain di belakang lutut.
Tungkai difleksi 900 atau lebih pada
daerah abdomen dan dilakukan traksi longitudinal. Dengan cara ini ligament Y akan mengalami
relaksasi dan kaput femur berada di bagian posterior asetabulum. Kaput femur dibebaskan dari
muskulus rotator dengan melakukan rotasi dan menggerakkan tungkai ke depan dank e belakang
(rocking). Selanjutnya dalam keadaan traksi, kaput femur digerakkan ke dalam asetabulum
dengan manipulasi abduksi, rotasi eksterna serta ekstensi pada panggul.
c. Metode Stimson
21
Penderita dalam keadaan tidur tengkurap dan tungkai bawah yang mengalami trauma dibiarkan
tergantung pada pinggir meja. Panggul diimobilisasi oleh asisten dengan carra menekan sacrum.
Dengan tangan kiri operator memegang pergelangan kaki dan melakukan fleksi pada lutut sebesar
900 dengan tangan kanan menekan ke bawah pada daerah tungkai bawah di bawah lutut. Dengan
gerakan rocking dan rotasi pada tungkai serta tekanan langsung pada daerah kaput femur dapat
dilakukan reposisi.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dislokasi panggul posterior, yaitu
Lesi n. Ischiadicus
Nekrosis avaskuler terjadi 1 -2 tahun pasca trauma
Artrosis degeneratif
Komplikasi dapat berupa komplikasi dini yaitu kerusakan nervus skiatik, kerusakan pada
kaput femur, kerusakan pada pembuluh darah, dan fraktur diafisis femur. Komplikasi lanjut
dapat berupa nekrosis avaskuler, miositis osifikans, osteoartritis.
.
b.Dislokasi panggul anterior
Pada cedera ini pederita biasanya terjatuh dari suatu tempat tinggi dan menggeserkan
kaput femur di depan asetabulum. Penderita tidak dapat bergerak fleksi secara aktif ketika
dalam keadaan dislokasi.
Gejala klinis dan Pemeriksaan
22
Pemeriksaan dislokasi panggul anterior, kaki dibaringkan eksorotasi dan seringkali agak
fleksi. Dalam posisi adduksi tapi tidak dalam posisi menyilang. Penderita tidak dapat bergerak
fleksi secara aktif ketika dalam keadaan dislokasi.
Penatalaksanaan
Reposisi dislokasi anterior dianjurkan dengan mempergunakan metode Allis.Sekiranya
tidak berhasil,dilakukan reposisi terbuka
.
c. Dislokasi panggul central / obturator
Dislokasi obturator ini sangat jarang ditemukan. Dislokasi obturator disebabkan karena
gerakan abduksi yang berlebih (hiper-abduksi) dari panggul yang normal yang disebabkan
karena trokantor mayor bergerak berlawanan dengan pelvis untuk mengungkit kaput femur
keluar dari asetabulum.
Gejala Klinis dan pemeriksaan
Panggul akan sangat terlihat dalam posisi abduksi dan tidak dapat dibawa ke posisi
normal tanpa penyesuaian dari pelvis. Kelainan saraf sangat jarang terlihat pada kasus seperti ini.(3,7)
Penatalaksanaan
Reduksi dislokasi sentral memerlukan skeletal traksi untuk beberapa minggu karena
dislokasi sentral disertai fraktur pada asetabulum. (3,7)
d.Dislokasi Hip bawaan
Beberapa anak lahir dengan masalah yang disebut dislokasi pinggul bawaan pinggul
(displasia). Kondisi ini biasanya didiagnosis segera setelah bayi lahir. Sebagian besar waktu, hal
itu mempengaruhi hip kiri dalam kelahiran anak pertama, perempuan, dan bayi yang lahir dalam
posisi sungsang. (3,6)
23
Gejala
Pada dislokasi bawaan, tanda awal mungkin "mengklik" suara saat kaki bayi yang baru
lahir didorong terpisah. Jika kondisi itu terus terdeteksi pada tahap bayi, akhirnya kaki yang
terkena akan tampak lebih pendek dari yang lain, kulit di lipatan paha akan muncul tidak merata,
dan anak akan memiliki fleksibilitas lebih pada sisi yang terkena. Ketika ia mulai berjalan, ia
mungkin akan lemas, berjalan kaki, atau "goyangan" seperti bebek. (3,6)
Penatalaksanaan
Pengobatan dislokasi tergantung pada usia anak. Dalam atau sangat muda bayi baru lahir,
misalnya, perangkat lunak disebut posisi memanfaatkan Pavlik akan menjaga tulang pinggul
dalam soket dan merangsang pengembangan pinggul normal. Jika metode tidak bekerja, tulang
pinggul sering dapat mendorong kembali ke tempatnya pada anak berumur 6 bulan sampai 2
tahun. Prosedur, disebut reduksi tertutup, dilakukan di bawah anestesi. Jika reduksi tertutup
gagal untuk memperbaiki masalah, operasi terbuka untuk reposisi hip mungkin diperlukan.
Setelah anak adalah lebih dari 2 tahun, ditutup.
Keadaan-keadaan yang memerlukan reposisi terbuka yaitu jika:
1. Kaput femur menembus m. iliopsoas atau m. rektus femoris dan terjepit didalamnya (interposisi soft tissue)
24
2. Kaput femur merobek kapsul sendi bagian anterior dan menyebabkan keadaan button hole
3. Terdapat fraktur femur atau asetabulum
4. Untuk mengambil fragmen tulang pada persendian
5. Reposisi tertutup tidak berhasil
6. Cedera nervus skiatik
7. Terdapat fragmen yang inkarserata
Komplikasi dislokasi
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan nervus skiatik
Nervus skiatik kadang-kadang mengalami cedera tetapi biasanya membaik lagi. Jika setelah
mereduksi dislokasi, lesi nervus skiatik dan fraktur asetabulum yang tak tereduksi terdiagnosis, maka
nervus harus dieksplorasi dan fragmennya dikoreksi ke tempat asalnya. Penyembuhan sering
membutuhkan waktu beberapa bulan dan sementara itu tungkai harus dihindarkan dari cedera dan
pergelangan kaki harus dibebat untuk menghindari kaki “foot drop”.
b. Cedera pembuluh darah
Kadang-kadang arteri gluteal superior terobek dan mungkin terdapat banyak perdarahan. Kalau
keadaan ini dicurigai, harus dilakukan arteriogram. Pembuluh darah yang robek mungkin perlu
diligasi.
c. Fraktur femur
Sering ditemukan fraktur femur disertai dislokasi panggul. Kecurigaan akan adnya dislokasi
panggul, bilamana pada suatu fraktur femur ditemukan posisi femur proksimal dalam keadaan
adduksi. Pemeriksaan radiologis sebaiknya dilakukan pada sendi diatas dan dibawah daerah
fraktur
2. Komplikasi lanjut
25
a. Nekrosis avaskuler
Peresediaan darah pada kaput femur sangat terganggu sekurang-kurangnya pada 10% dislokasi
panggul traumatik; kalau reduksi ditunda lebih dari beberapa jam, angkanya meningkat menjadi
40%. Nekrosis avaskuler terlihat pada pemeriksaan sinar X sebagai peningkatan kepadatan kaput
femur; tetapi perubahan ini tidak ditemukan sekurang-kurangnya selama 6 minggu dan kadang-
kadang jauh lebih lama (sampai 2 tahun), tergantung pada kecepatan perbaikan tulang. Pada pasien
yang lebih muda, pilihannya adalah antara penggantian kaput femur dengan prosthesis bipolar atau
artrodesis pinggang. Pada pasien berusia diatas 50 tahun penggantian panggul keseluruhan adalah
lebih baik.
b. Dislokasi yang tak direduksi
Setelah beberapa minggu dislokasi yang tak diterapi jarang dapat direduksi dengan manipulasi
tertutup dan diperlukan reduksi terbuka. Insidensi kekakuan atau nekrosis avaskuler sangat
meningkat dan di kemudian hari pasien dapat memerlukan pembedahan rekonstruktif.
c. Osteoartritis
Osteoartritis sekunder sering terjadi dan diakibatkan oleh 1. Kerusakan kartilago pada saat
dislokasi, 2. Adanya fragmen yang tertahan dalam sendi atau 3. Nekrosis iskemik pada kapurt
femur.
26
2.6 Osteoartritis
Osteoartritis ( OA ) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis, disertai kerusakan tulang
rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti dengan pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi, yang disebut osteofit, diikuti dengan
fibrosis pada kapsul sendi .Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal pada proses
penuaan , trauma atau akibat kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi.
Keadaan ini tidak berkaitan dengan faktor sitemik ataupun infeksi.
Dalam beberapa kasus osteoarthritis yang parah, dibutuhkan operasi (artroplasti)
rekonstruksi atau mengganti sendi yang sakit, dan diharapkan dapat membantu mengembalikan
gerakan dan fungsi sendi.
Klasifikasi Osteoartritis
1. Osteoartritis Primer
Penyebab tidak diketahui dengan pasti, mengenai satu atau banyak sendi,bersifat progresif.
Biasanya mengenai sendi lutut dan panggul.
2. Osteoartritis Sekunder
Disebabkan penyakit yang menyebabkan kerusakan pada synovial sehingga menimbulkan
osteoarthritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoarthritis
sekunder,adalah trauma,faktor genetik atau perkembangan, adanya kelainan genetic dan
perkembangan
Gejala-gejala klinis yang ditemukan
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter. Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri pada OA
daoat bersifat penjalaran atau akibat radikulopati misalnya pada OA servikal dan lumbal.
2. Kekakuan
Nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk lama atau setelah bangun
tidur pagi.
27
3. Pembengkakan
Terutama pada lutut dan siku yang dapat disebabkan oleh cairan dalam sendi ( waktu stadium
akut ) atau karena pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit. Dapat juga oleh karena
pembengkakan dan penebalan pada sinovia yang berupa kista.
4. Gangguan Pergerakan
Disebabkan oleh adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan sendi. Dapat
ditemukan adanya crepitasi.
5. Deformitas
Akibat kontraktur kapsul serta instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.
6. Nodus Heberden dan Bouchard
Nodus Heberden itemukan pada bagian dorsal sendi interfalang distal, sedangkan nodus
Bouchard pada interfalang proksimal tangan, terutama pada wanita dengan osteoarthritis primer.
Nodus Heberden kadang tanpa disertai rasa nyeri tapi sering disertai perestesia dan kekakuan
sendi jari-jari tangan ( pada stadium lanjut ) disertai deviasi jari ke lateral.
Seseorang pasien secara klinis disebut positif menderita osteoarthritis bila memenuhi 3
dari 6 kriteria menurut American college of Rheumatology:
1) Usia > 50 tahun.
2) Kekakuan pada pagi hari< 30 menit.
3) Krepitasi
4) Nyeri tekan pada tulang.
5) Pembesaran tulang.
6) Pada palpasi sekitar sendi tidak teraba hangat.
28
2.7 Penggantian Panggul Total (total hip replacement)
Definisi
Penggantian panggul atau artroplasti, adalah prosedur pembedahan bagian panggul yang
nyeri kemudian diganti dengan material buatan). Tujuan dari operasi penggantian pinggul adalah
untuk meningkatkan mobilitas dengan menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki fungsi dari
sendi pinggul.
Pasien yang dianjurkan untuk melakukan tindakan operasi adalah pasien dengan umur
lebih dari 20 tahun, bukan untuk anak-anak ataupun orang yang berumur kurang dari 20 tahun,
hal ini disebabkan karena pada anak-anak, walaupun terjadi patah tulang tidak perlu melakukan
tindakan operasi. Tulang pada anak-anak akan tumbuh, dan akan kembali normal dengan
sendirinya. Sedangkan pada orang dewasa harus dilakukan total hip replacement karena orang
yang sudah berumur 20 tahun ke atas,pertumbuhan tulangnya sudah terhenti, sedangkan orang
yang sudah tua sudah mengalami osteoporosis,dan pembuluh darahnya mudah mati, hingga tidak
dapat memperbaiki kondisinya sendiri dan harus dilakukan tindakan operasi.
Penggantian panggul total dilakukan paling umum karena semakin memburuknya
arthritis parah di sendi panggul. Jenis yang paling umum dari arthritis yang mengarah ke
penggantian pinggul total adalah arthritis degeneratif (osteoarthritis) dari sendi pinggul. Jenis
arthritis umumnya terlihat dengan penuaan, kelainan bawaan dari sendi pinggul, atau trauma
sebelum sendi panggul. Kondisi lain yang menyebabkan penggantian panggul total termasuk
patah tulang dari pinggul arthritis, arthritis sendi, dan kematian (nekrosis aseptik, atau nekrosis
avaskular) dari tulang pinggul. Nekrosis tulang pinggul dapat disebabkan oleh fraktur obat
29
pinggul, (seperti prednisone dan prednisolone), alkoholisme, dan penyakit sistemik (seperti
systemic lupus erythematosus).
Indikasi
Nyeri kronis hebat yang progresif disertai dengan buruknya fungsi harian yang termasuk
berjalan, menaiki tangga-tangga, dan bahkan bangun dari posisi duduk, akhirnya menjadi sebab
untuk mempertimbangkan penggantian total pinggul. Karena sendi-sendi pinggul yang diganti
dapat gagal seiring dengan waktu, apakah dan kapan untuk melakukan penggantian total pinggul
adalah keputusan-keputusan yang tidak mudah, terutama pada pasien-pasien yang lebih muda.
Penggantian umumnya dipertimbangkan setelah nyeri menjadi begitu parah sehingga ia
menghalangi fungsi yang normal meskipun dengan penggunaan obat-obat anti peradangan
dan/atau nyeri. Penggantian total sendi pinggul adalah prosedur memilih, yang berarti bahwa ia
adalah pilihan yang dipilih di antara alternatif-alternatif lain. Penggantian panggul total adalah
keputusan yang dibuat berdasarkan pemahaman resiko dan manfaat-manfaat yang
menguntungkan. Mangetahui keduanya adalah hal penting sebelum mengambil
keputusan.Penggantian panggul total akan lebih bermanfaat apabila dilakukan atau pasien yang
mengalami hal sebagai berikut :
a) Panggul sakit terus sambil istirahat, baik siang atau malam hari.
b) Kekakuan dalam panggul membatasi kemampuan untuk memindahkan atau mengangkat
kaki.
c) Telah menggunakan pereda nyeri sedikit dari obat anti-inflamasi atau glukosamin sulfat.
30
d) Perawatan lainnya seperti terapi fisik atau menggunakan alat bantu seperti tongkat tidak
menghilangkan rasa sakit pinggul.
e) Sendi panggul sudah aus dan robek akibat proses penuaan alami, trauma atau penyakit
rematik.
f) Fraktur atau nekrosis iskemik
g) Pascaoperasi prosedur operasi sebelumnya, misalnya: rekonstruksi bersama (osteotomy),
arthrodesis, segmental atau total penggantian pinggul (THR).
Komplikasi
Komplikasi penggantian panggul total termasuk yang diakibatkan oleh imobilitas,
osifikasi heterotropik dan nekrosis avaskuler. Metoda memperbaiki fiksasi semen, prostesis
tumbuh ke dalam, dan graft tulang ditujukan untuk mengurangi kemungkinan longgarnya
prostesis.
1) Dislokasi Prostesis Panggul. Dislokasi dapat terjadi karena pengubahan posisi yang
melebihi prostesis. Dislokasi prostesis harus segera diketahui dan direduksi secepatnya sehingga
tidak sampai terjadi kerusakan peredaran darah dan saraf. Indikasi dislokasi adalah pemendekan
tungkai, ketidakmampuan menggerakkannya, ketidaksegarisan, rotasi abnormal, dan
ketidaknyamanan bertambah. Pasien diajari untuk mengubah posisi perlindungan: Tetap abduksi,
menghindari rotasi interna dan eksterna, hiperekstensi, dan fleksi tajam. Pasien harus
menggunakan bantal di antara kedua tungkai bila berbaring dalam posisi telentang atau berbaring
miring dan ketika membalik. Pasien diinstruksikan untuk tidak tidur dengan pinggul yang
dioperasi di bawah, sampai diperbolehkan oleh ahli bedah. Pasien sangat tidak boleh
menyilangkan tungkai. Fleksi tajam harus dihindari. Bila prostesis mengalami dislokasi, ahli
bedah harus diberitahu agar panggul dapat direduksi dan distabilisasi. Ketika otot dan kapsul
sendi mulai sembuh, kemungkinan dislokasi akan menurun. Stres terhadap sendi panggul yang
baru harus sangat minimal selama 3 samapi 6 bulan pertama.
31
2) Trombosis Vena Profunda. Risiko terjadinya tromboembolisme biasanya sangat tinggi
setelah pembedahan rekonstruksi panggul. Upaya untuk memperbaiki peredaran darah
dan mengurangi statis vena merupakan prioritas bagi pasien yang menjalani rekonstruksi
pinggul. Heparin dosis rendah atau enoksaparin, suatu heparin dengan berat molekul
rendah yang tidak memerlukan pwmantauan waktu pembekuan rutin, dapat diberikan
sebagai profilaksis untuk trombosis vena profunda setelah bedah penggantian pinggul.
3) Infeksi. Infeksi merupakan komplikasi serius setelah penggantian panggul total karena
bila terdapat infeksi dalam, maka implan harus diangkat. Pasien yang menderita diabetes,
lansia, kegemukan, atau nutrisi buruk, yang menderita artritis reumatoid,atau yang
menderita infeksi lain (mis. Infeksi saluran kemih, abses gigi) atau mengalami hematoma
yang besar mempunyai risiko tinggi mengalami infeksi. Potensial sumber infeksi harus
benar-benar dihindari. Harus diberikan antibiotik profilaksis. Bila menggunakan kateter
indwelling atau menggunakan alat penghisap portabel, harus dilepas sesegera mungkin
untuk menghindari infeksi. Antibiotik profilaksis dapat diberikan bila pasien memerlukan
instrumentasi bedah selanjutkan, seperti pencabutan gigi atau pemeriksaan sistoskopi.
32
BAB III
KESIMPULAN
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis.Diagnosa dislokasi dapat ditegakkan melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis.
Dalam menghadapi kasus dislokasi, kita harus mengetahui macam dislokasi, komplikasi,
dan penanganannya.Ada beberapa macam terapi untuk menangani kasus dislokasi, hal ini
disesuaikan dengan indikasi dari terapinya.
Salah satu terapinya adalah penggantian panggul.Penggantian panggul atau artroplasti,
adalah prosedur pembedahan bagian pinggang yang sakit kemudian diganti dengan yang baru
(material buatan). Antara komplikasi penggantian panggul meliputi dislokasi prostesis
panggul,drainase luka dan trombosis vena profunda. Fungsi utama sendi pinggul adalah
mendukung berat tubuh ketika saat berdiri atau saat berjalan. Panggul artroplasti dapat
dilakukan ketika kerusakan yang terjadi pada sendi tidak dapat dipulihkan, kerusakan ini sering
menyebabkan rasa sakit, disfungsi dan mengurangi kualitas hidup.
Sebagai tenaga medis, kita harus bisa memahami kasus dislokasi karena hal ini bisa
terjadi. Pemahaman yang dimaksud mulai dari macam dislokasi, cara mendiagnosa dislokasi,
komplikasi, serta terapi yang ada.
33
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mansjoer, A. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta
2. Wim de Jong, Syamsuhidajat, R. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi dua. Penerbit Buku
Kedoktern EGC. Jakarta.
3. William C. Shiel Jr., Jerry R. Balentine. Total Hip Replacement. http://www. Medicine
net.com/total_hip_replacement/article.htm accessed on 1 March 2013
4. Jonathan Cluett. Hip Replacement Dislocation Complications of hip replacement surgery
http://orthopedics.about.com/od/replacementcomplications/a/hipdislocation.htm.accessed on 2
March 2013.
5. Hip Dislocation. American Academy of Orthopedic Surgeons. http://orthoinfo.aaos.org/
topic.cfm?topic=A00352 accessed on 1 March 2013.
6. Hip Osteoarthritis (Degenerative Arthritis of the Hip). http://www.webmd.com/
osteoarthritis/guide/hip-osteoarthritis-degenerative-arthritis-hip accessed on 1 March 2013.
7. Paul Tornetta III Hip Dislocations and Fractures of the Femoral Head.Chapter
43.ebook Rockwood & Green’s Fractures in Adults 6th Edition.Lippincott Williams
& Wilkins,2006.
34