thr

45
BAB I LAPORAN KASUS Nama mahasiswa : Noor Ain bt Mohd Hariri NIM : 030.08.290 Dokter Pembimbing : Dr.David Indrial,Sp OT I.IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. W Umur : 18 tahun Alamat : Duren Sawit Jenis kelamin : Laki-laki Status Perkahwinan : Belum menikah Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : Pelajar Agama : Islam Suku : Jawa Tanggal masuk RS : 18 Februari 2013 II.ANAMNESIS 1

Upload: ain-hariri

Post on 13-Aug-2015

51 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

total hip replacemet

TRANSCRIPT

Page 1: Thr

BAB I

LAPORAN KASUS

Nama mahasiswa : Noor Ain bt Mohd Hariri

NIM : 030.08.290

Dokter Pembimbing : Dr.David Indrial,Sp OT

I.IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. W

Umur : 18 tahun

Alamat : Duren Sawit

Jenis kelamin : Laki-laki

Status Perkahwinan : Belum menikah

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tanggal masuk RS : 18 Februari 2013

II.ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ayah pasien pada tanggal 25 Februari

2013 pukul 09.00 WIB di ruang 609 Lantai 6 Barat,RSUD Budhi Asih.

Keluhan Utama

1

Page 2: Thr

Sulit untuk berjalan sejak 6 tahun yang lalu

Keluhan tambahan

Paha kanan bengkak,tungkai kanan kesemutan,kadang-kadang tidak berasa dan nyeri saat

berjalan.

Riwayat Penyakit Sekarang

± 6 tahun yang lalu,paha kanan pasien tiba-tiba bengkak setelah bisul di paha kanan

pasien pecah.Untuk menyembuhkan bengkak,pasien ke pengobatan alternatif untuk dipijat . Usai

dipijat keadaan pasien tidak berubah.Semakin lama keadaan pasien semakin buruk.Kaki

dirasakan lebih bengkak,kadang-kadang kesemutan dirasakan dari paha sampai ke kaki

kiri.Sedikit demi sedikit kaki kanan terasa nyeri terutama jika digerakkan saat mau

berjalan,sehingga memaksa pasien menggunakan topang.Sejak 2 tahun yang lalu,Pinggul kanan

dirasakan kaku setiap pagi terutama setelah bangun tidur.Sebulan sebelum masuk rumah

sakit,kesemutan dirasakan semakin berat dan kadang-kadang pasien tidak dapat merasakan

tungkainya.Pasien berobat ke puskesmas.Dari puskesmas pasien akhirnya dirujuk ke RSUD

Budhi Asih.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien pernah kecelakaan sepeda motor 3 tahun yang lalu.

- 9 bulan yang lalu pasien kecelakaan sepeda motor.

- Riwayat operasi sebelumnya disangkal

- Riwayat penyakit hipertensi,diabetes mellitus dan penyakit paru disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama.Ayah pasien menderita hipertensi.

Riwayat Kebiasaan.

Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol.Pasien sangat jarang berolah raga dan sering

istirehat karena sulit untuk berjalan.

2

Page 3: Thr

Riwayat Pengobatan

Pasien tidak alergi pada makanan dan obat-obatan.

III.PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

Kesadaran : compos mentis

Kesan sakit : Sakit sedang

Kesan gizi :Cukup

Tanda Vital

Tek. Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Pernapasan : 22x/menit

Suhu : 37 º C ( axiller )

Status generalis

Kepala : normocephali

Mata : conjungtiva anemis

Sclera tidak ikterik

Pupil bulat, letak central , kanan-kiri isokhor

Reflex cahaya langsung dan tidak langsung positif.

Gerakan bola mata dapat ke segala arah

Leher : tidak ada pembesaran, tidak ada deviasi trachea, tidak ada perlukaan

THT : tidak ada pembesaran, tidak ada perlukaan, tidak ada perdarahan

Thorax

Cor

3

Page 4: Thr

Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo :

Inspeksi : pergerakan paru kanan-kiri simetris

Palpasi : vocal fremitus kanan- kiri sama

Perkusi : sonor di seluruh lapang pandang paru

Auskultasi : vasikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen

Inspeksi : permukaan datar,

Palpasi : supel,tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak teraba pembesaran

Perkusi : timpani di empat kuadran

Auskultasi : bising usus 2x/menit

IV. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI UMUM

Status lokalis

Regio cruris dekstra

- Inspeksi:Tungkai kanan dibalut dengan verband dari lipat paha sampai lutut

- Palpasi :

suhu kulit hangat (sama dengan bagian tubuh yang lain), denyut nadi arteri dorsalis pedis

teraba

terdapat pembengkakan, terdapat nyeri tekan disekitar daerah paha, tidak ada spasme

otot, tidak ada atropi otot.

- pergerakan :Gerakan aktif dan pasif terbatas karena nyeri dan dipasang verband

4

Page 5: Thr

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Tanggal : 22 Februari 2013

Leukosit 13.7ribu/Ul (meningkat) Hemoglobin 8.5g/Dl (menurun) Hematokrit 25% (menurun) Trombosit 236ribu/uL

Tanggal : 21 Februari 2013

Leukosit 12.9ribu/Ul (meningkat) Hemoglobin 9.3 g/Dl (menurun) Hematokrit 28% (menurun) Trombosit 199ribu/uL

Tanggal : 20 Februari 2013

Leukosit 13.0ribu/Ul (meningkat) Hemoglobin 9.7 g/Dl (menurun) Hematokrit 29% (menurun) Trombosit 208ribu/uL

Tanggal : 19 Februari 2013

Leukosit 14.6 ribu/Ul (meningkat) Hemoglobin 11.3 g/Dl (menurun) Hematokrit 33 % (menurun) Trombosit 246 ribu/uL

Tanggal : 16 Februari 2013

Leukosit 10.1 ribu/Ul Hemoglobin 15.4 g/Dl Hematokrit 46 % Trombosit 280 ribu/uL Waktu perdarahan 2.30 menit Waktu pembekuan 12.00 menit

5

Page 6: Thr

Glukosa darah cito 106 mg/dl

Foto rontgen Pelvis AP

VI.RESUME

Pasien laki-laki 18 tahun datang ke Poliklinik Bedah Ortopedi RSUD Budhi Asih pada

tanggal 18 Februari 2013 dengan keluhan kesulitan berjalan karena kaki kanan terasa

nyeri.kesemutan dan kadang-kadang tidak berasa.± 6 tahun yang lalu,paha kanan pasien tiba-tiba

bengkak setelah bisul di paha kanan pasien pecah.Untuk menyembuhkan bengkak,pasien ke

pengobatan alternatif untuk dipijat . Usai dipijat keadaan pasien tidak berubah.Semakin lama

keadaan pasien semakin buruk.Kaki dirasakan lebih bengkak,kadang-kadang kesemutan

6

Page 7: Thr

dirasakan dari paha sampai ke kaki kiri.Sedikit demi sedikit kaki kanan terasa nyeri terutama jika

digerakkan saat mau berjalan,sehingga memaksa pasien menggunakan topang.3 tahun yang

lalu,pasien pernah kecelakaan sepeda motor.Sejak 2 tahun yang lalu,Pinggul kanan dirasakan

kaku setiap pagi terutama setelah bangun tidur.9 bulan yang lalu,pasien kecelakaan sekali lagi

dengan sepeda motor.Sebulan sebelum masuk rumah sakit,kesemutan dirasakan semakin berat

dan kadang-kadang pasien tidak dapat merasakan tungkainya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis,tampak sakit sedang,tanda vital dan

status generalis dalam batas normal.Didapatkan status lokalis region cruris dextra -

Inspeksi:Tungkai kanan dibalut dengan verband dari lipat paha sampai lutut.Ppalpasi :suhu kulit

hangat (sama dengan bagian tubuh yang lain), denyut nadi arteri dorsalis pedis teraba ,terdapat

pembengkakan, terdapat nyeri tekan disekitar daerah paha, tidak ada spasme otot, tidak ada

atropi otot.Pergerakan aktif dan pasif terbatas karena nyeri dan dipasang verband.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 13.7ribu/Ul (meningkat),hemoglobin

8.5g/Dl (menurun),hematokrit 25% (menurun) dan trombosit 236ribu/uL.Pada pemeriksaan

rontgen foto pelvis AP didapatkan dislokasi pada panggul kanan.

VII.DIAGNOSIS KERJA : Dislokasi panggul kanan

VIII.DIAGNOSIS BANDING : Dislokasi panggul kanan

Fraktur femur proksimal kiri

Osteoartritis panggul kanan

IX.PENATALAKSANAAN

Preoperasi

- Rawat inap

- IVFD RL 20 tetes/menit

- Persiapan operasi total hip replacement

- Persiapan darah PRC 500 cc

7

Page 8: Thr

Post operasi

- Awasi tanda vital

- Abduksi paha (meletakkan bantal antara dua paha)

- Medika mentosa:Ceftriaxon 2x1gr dan ketopain 1x1 untuk 3 hari

- Foto rontgen pelvis AP:

- Fisioterapi

X. PROGNOSIS

ad vitam : ad bonam

ad functionam : dubia ad bonam

ad sanationam : dubia ad bonam

8

Page 9: Thr

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Anatomi panggul:

Tulang pelvis adalah penghubung antara badan dan anggota bawah yaitu tulang sakrum

dan koksigeus bersendi antara satu dengan yang lainnya.

Pada simfisis pubis pelvis terbagi atas 2 bagian :

1. Pelvis mayor atau rongga panggul besar.

2. Pelvis minor atau rongga panggul kecil

Di antara ke 2 rongga tersebut dibatasi oleh garis tepi atau linea terminalis.

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih.

Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium

terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak di

bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial.

Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari

pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian

pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan

tulang femur.

9

Page 10: Thr

Ujung anterior Krista adalah pada spina iliaka anterior superior dan ujung posteriornya

pada spina iliaka posterior superior. Spina ini menjadi tempat perlekatan otot dan ligament.Spina

iliaka anterior inferior adalah suatu tonjolan besar dibawah spina iliaka anterior superior.

Sedangkan yang tepat berada di bawah spina iliaka posterior superior adalah spina iliaka

posterior inferior. Tuberositas iskial adalah tonjolan besar tulang iskium yang menyokong tubuh

dalam posisi duduk. Tulang ini berfungsi sebagai tempat perlekatan otot paha posterior.

Sendi panggul atau artikulasio koksa adalah sebuah sendi synovial yang dibentuk oleh

tulangfemur pada bagian kaput femur dan tulang pelvis pada asetabulum dan mempunyai

konfigurasiball and socket. Konfigurasi sendi yang demikian ini memungkinkan sendi tersebut

mempunyaikelebihan dalam stabilitas weight bearing sekaligus kebebasan pergerakan. Dalam

keadaannormal sendi ini dapat bergerak kea rah abduksi (0-45°), aduksi(0-30°), fleksi (0-140°),

ekstensi(0-10°), eksorotasi (0-50°) dan endorotasi (0-40°).

Sendi ini diliputi otot dan ligamen. Otot-otot bagian anterior meliputi otot-otot pada

lapisan superficial yaitu m. psoas mayor, m. pektineus dan m. iliakus dan otot pada lapisan

profunda yaitu m. rektus femoris, m. iliopsoas, m. obturator eksterna dan ligamentum

ileofemoral. Otot bagian posterior meliputi otot pada lapisan superficial yaitu m. gluteus,

m.obturator internus, m.kuadratus femoris dan m. piriformis dan otot pada lapisan profunda yaitu

m.gemelli, m.obturator eksterna, m.obturator internus dan ligamentum iskiofemoralis.

Ligamentum anterior lebih kuat daripada ligamentum posterior. Pada bagian anterior

terdapat dua buah ligamentum yaitu ligamentum iliofemoralis dan ligamentum pubofemoralis,

sedangkan bagian posterior terdapat sebuah ligamentum yaitu iskiofemoralis.

10

Page 11: Thr

Gerakan

Sendi panggul mempunyai gerakan yang luas, tetapi lebih terbatas daripada articulation

humeri. Kekuatan sendi sebagian besar bergantung pada bentuk tulang-tulang yang ikut dalam

persendian dan kekuatan ligamentum. Bila lutut difleksikan, fleksi dibatasi oleh permukaan

anterior tungkai atas yang berkontak dengan dinding anterior abdomen. Bila lutut diluruskan

(ekstensi), fleksi dibatasi oleh ketegangan otot-otot hamstring. Ekstensi, yaitu gerakan tungkai

atas yang difleksikan ke belakang kembali ke posisi anatomi, dibatasi oleh tegangan ligamentum

iliofemorale, ligamentum pubofemorale, dan ligamentum ischiofemorale. Gerakan abduksi

dibatasi oleh tegangan ligamentum pubofemorale, dan adduksi dibatasi oleh kontak dengan

tungkai sisi yang lain dan oleh tegangnya ligamentum teres femoris. Rotasi lateral dibatasi oleh

tegangan ligamentum iliofemorale dan ligamentum pubofemorale, dan rotasi medial dibatasi

oleh ligamentum ischiofemorale. Gerakan-gerakan berikut ini dapat terjadi:

- Fleksi dilakukan oleh m. iliopsoas, m. rctus femoris, m. Sartorius, dan juga mm.

adductores.

- Ekstensi ( gerakan ke belakang oleh tungkai atas yang sedang fleksi) dilakukan oleh m.

gluteus maksimus dan otot-otot hamstring.

- Abduksi dilakukan oleh m. gluteus medius dan minimus, dan dibantu oleh m. Sartorius,

m. tensor fasciae latae, dan m. piriformis.

- Adduksi dilakukan oleh m. adductor longus dan m. adductor brevis serta serabut-serabut

adductor dari m. adductor magnus. Otot-otot ini dibantu oleh m. pectineus dan m. gracilis.

11

Page 12: Thr

- Rotasi lateral dilakukan oleh m. piriformis, m. obturatorius internus dan eksternus, m.

gemellus superior dan m. gemellus inferior dan m. quadrates femoris, dibantu oleh m. gluteus

maksimus.

- Rotasi medial dilakukan oleh serabut-serabut anterior dari m. gluteus medius dan m.

gluteus minimus dan m. tensor fasciae latae.

- Circumduksi merupakan kombinasi dari gerakan-gerakan di atas.

Kelompok otot-otot ekstensor lebih kuat daripada kelompok otot-otot fleksor, dan lateral lebih

kuat daripada rotator medial.

12

Page 13: Thr

Persarafan

Semua saraf ke tungkai bawah lewat dekat sendi pinggul. Saraf skiatik yang paling

menjadi perhatian karena paling berisiko. saraf ini berjalan posterior pada sendi, muncul dari

notch iskiadika yang dalam ke piriformis dan yang superfisial ke obturator internus dan otot

gemelli. Dengan terjadinya dislokasi posterior, saraf dapat teregang atau langsung tertekan. Saraf

obturator melewati foramen obturatorius superolateral dengan arteri obturatorius. saraf femoralis

terletak medial dari otot psoas dalam selubung yang sama dan dapat cedera dengan terjadinya

dislokasi anterior.

Pendarahan panggul

13

Page 14: Thr

2.2 Definisi dislokasi

Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi

berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Atau dislokasi adalah suatu keadaan

keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan

yang membutuhkan pertolongan segera. Bila terjadi patah tulang di dekat sendi atau mengenai

sendi disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi

jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang

bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk

sendi).

2.3 Penyebab dislokasi

Dislokasi disebabkan oleh :

a.Trauma: jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi;Benturan keras pada sendi

saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

b.Kongenital : Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal paha. Pada

keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal paha secara klinik tungkai yang satu

lebih pendek dibanding tungkai yang lainnya dan pantat bagian kiri serta kanan tidak simetris.

c. Patologis : Akibatnya destruksi tulang, misalnya tuberkolosis tulang belakang. Dimana

patologis: terjadinya ‘tear ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital

penghubung tulang.

2.4. Patofisiologi

14

Page 15: Thr

Dislokasi biasanya disebabkan karena faktor fisik yang memaksa sendi untuk bergerak lebih dari

jangkauan normalnya, yang menyebabkan kegagalan tekanan, baik pada komponen tulang sendi,

ligamen dan kapsula fibrous, atau pada tulang maupun jaringan lunak. Struktur-struktur tersebut

lebih mudah terkena bila yang mengontrol sendi tersebut kurang kuat. (3)

2.5 Klasifikasi

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Dislokasi kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi, misalnya

tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatik : Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan

tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf,

dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi:

1.Dislokasi Akut : Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan

pembengkakan di sekitar sendi.

2.Dislokasi Kronik

3.Dislokasi Berulang : Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang

berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder

joint dan patello femoral joint. (2,3)

Dislokasi Regio Panggul (Hip Dislocation)

Dislokasi panggul lebih jarang dijumpai daripada dislokasi bahu atau siku. Mekanisme

terjadinya dislokasi yaitu saat kaput yang terletak di belakang asetabulum, kemudian segera

berpindah ke dorsum illium. Biasanya juga mengalami cedera serius misalnya trauma benturan

depan mobil akibat tabrakan mobil frontal. Penderita mungkin mengalami syok berat dan tidak

dapat berdiri. Tungkainya terletak dalam posisi tinggi yang sesuai dengan paha difleksikan, dan

dirotasikan ke interna. Tungkai pada sisi yang cedera lebih pendek daripada sisi yang normal.

15

Page 16: Thr

Lututnya bersandar pada paha yang berlawanan dan trokantor mayor dan pantat menonjol secara

abnormal.

Dislokasi hip joint adalah suatu kejadian/peristiwa menyakitkan di mana komponen

peluru/bola/caput humeri tulang paha keluar dari tempatnya/acetabulum. Sehingga penderita

mengalami rasa nyeri, karena caput humeri bergerak/bekerja bukan pada tempatnya lagi.

Epidemiologi:

Ras bukan merupakan faktor risiko untuk dislokasi hip. Dislokasi Hip lebih sering terjadi

pada laki-laki muda dari pada orang yang karena cedera yang berhubungan dengan perilaku

berisiko. Hip dislokasi akibat cedera traumatik lebih umum pada mereka yang lebih muda dari

35 tahun dibandingkan orang tua. Hip dislokasi akibat jatuh lebih umum pada mereka dari 65

tahun lebih tua.

Pemeriksaan fisik:

Seperti halnya korban trauma besar, penilaian jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi

sangat penting primer. Selama survei sekunder, pemeriksaan dari korset panggul dan pinggul

adalah wajib. Pemeriksaan harus terdiri dari inspeksi, palpasi, aktif / pasif rentang gerak, dan

pemeriksaan neurovaskular.

16

Page 17: Thr

- Inspeksi: Dalam prakteknya, ini penampilan dapat diubah dengan adanya dislokasi atau

fraktur-kelainan tulang lainnya

Posterior: hip adalah tertekuk, terputar ke dalam , dan adduksi.

Anterior: hip tertekuk minimal, terputar ke luar dan abduksi

- Palpasi: Meraba panggul dan ekstremitas bawah untuk cacat tulang-langkah kotor atau off.

Dalam sebuah dislokasi hip anterior, kadang-kadang pada femoralis teraba hematoma. Hal

ini menunjukkan cedera vaskular.

- Range of motion: Pasien dengan dislokasi hip memiliki jangkauan sangat terbatas gerak.

Mengevaluasi apa pasien dapat dilakukan dengan nyaman. Jangan paksa melakukan berbagai

gerakan pada pasien yang tidak bisa mentolerir manipulasi normal,. Rentang nyeri gerak

hampir tidak termasuk dislokasi hip.

Pemeriksaan Neurovaskular: Tanda-tanda cedera nervus ischiadicus meliputi:

Hilangnya sensasi di kaki belakang dan kaki

Kehilangan dorsiflexion (cabang peroneal) atau fleksi plantar (cabang tibial)

Kehilangan refleks tendon dalam di pergelangan kaki

Tanda-tanda cedera saraf femoralis adalah sebagai berikut:

Hilangnya sensasi atas paha

Kelemahan dari paha depan

Tanda-tanda klinis terjadinya dislokasi panggul:

1. Dislokasi Posterior

Penderita biasanya datang setelah suatu trauma yang hebat disertai nyeri dan deformitas pada

daerah sendi panggul. Sendi panggul teraba menonjol ke belakang dalam posisi adduksi, fleksi

dan rotasi interna. Terdapat pemendekan anggota gerak bawah. Rasa nyeri diakibatkan spasme

otot disekitar panggul

2. Dislokasi Anterior

17

Page 18: Thr

Tungkai bawah dalam keadaan rotasi eksterna, abduksi dan sedikit fleksi. Tungkai tidak

mengalami pemendekan karena perlekatan otot rektus femur mencegah kaput femurbergeser ke

proksimal. Terdapat benjolan di depan daerah inguinal, dimana kaput femur dapat diraba dengan

mudah. Sendi panggul sulit digerakkan.

3. Dislokasi sentral

Terdapat pembengkakan di daerah tungkai bagian proksimal tetapi posisi tetap normal, nyeri

tekan pada daerah trokanter, gerakan sendi panggul sangat terbatas.

Dislokasi panggul ada 3 macam, yaitu dislokasi panggul posterior, dislokasi panggul

anterior, dan dislokasi panggul central.

a.Dislokasi panggul posterior

Dislokasi posterior hip joint biasa disebabkan oleh trauma. Ini terjadi pada axis

longitudinal pada femur saat femur dala keadaan fleksi 90o dan sedikit adduksi.

Pemeriksaan pada penderita dislokasi posterior hip joint akan menunjukkan tanda yang

abnormal. Paha (pada bagian yang mengalami dislokasi) diposisikan sedikit fleksi, internal rotasi

dan adduksi.

Gejala klinis

Pemeriksaan pada penderita dislokasi panggul posterior akan menunjukkan tanda yang

abnormal. Paha (pada bagian yang mengalami dislokasi) diposisikan sedikit fleksi, internal rotasi

dan adduksi. Ini merupakan posisi menyilang karena kaput femur terkunci pada bagian posterior

asetabulum.

Trauma biasanya tejadi karena kecelakaan lalu lintas dimana lutut penumpang dalam

keadaan fleksi dan menabrak dengan keras yang berada di bagian depan lutut. Kelainan ini juga

dapat juga terjadi sewaktu mengendarai motor. 50% persen dislokasi disertai fraktur pada pinggir

asetabulum dengan fragmen kecil atau besar.

Terdapat klasifikasi menurut Thompson Epstein (1973) yang penting untuk rencana pengobatan:

Tipe I : dislokasi tanpa fraktur atau dengan fragmen tulang yang kecil.

Tipe II : dislokasi dengan fragmen tulang yang besar pada bagian posterior asetabulum.

18

Page 19: Thr

Tipe III : dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif.

Tipe IV : dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum.

Tipe V : dislokasi dengan fraktur kaput femur.

Pada kasus yang jelas, diagnosis mudah dilakukan : kaki pendek, adduksi, rotasi internal

dan sedikit fleksi. Klasifikasi Steward dan Milford didasarkan pada stabilitas fungsi panggul,

yaitu:

Type 1 No fracture or insignificant fracture

Type 2 Associated with a single or comminuted posterior wall fragment, but the hip

remains stable through a functional range of motion

Type 3 Associated with gross instability of the hip joint secondary to loss of structural

support

Type 4 Associated with femoral head fracture

Pemeriksaan

Salah satu bagian pemeriksaan adalah memeriksa kemampuan sensorik dan motorik

extremitas bawah dari bagian bawah hingga ke panggul yang mengalami dislokasi, karena

kurangnya kepekaan saraf pada panggul merupakan suatu komplikasi masalah yang tidak lazim

19

Page 20: Thr

pada kasus dislokasi panggul. Pemeriksaan penunjang dengan pembuatan X – ray foto,

umumnya dengan proyeksi AP.

Gambar 16. X – ray foto dislokasi panggul posterior

Penatalaksanaan

Terapi untuk mengembalikan keadaan ini ada dua cara :

. Harus dilakukan reposisi secepatnya dalam 6 jam, bila tidak akan menimbulkan kesulitan dan

komplikasi berupa nekrosis avaskular dikemudian hari.

1. Penanganan dislokasi panggul tipe posterior

Reduksi dilakukan menurut beberapa cara:

a. Metode Allis

Penderita dalam posisi tidur terlentang, asisten menahan panggul dan menekannya. Operator

melakukan fleksi pada lutut sebesar 900 dan tungkai di adduksi ringan dan dirotasi medial.

Lengan bawah ditempatkan di bawah lutut dan dilakukan traksi vertical dan kaput femur

diangkat dari bagian posterior asetabulum. Panggul dan lutut di ekstensikan secara hati-hati.

20

Page 21: Thr

b. Metode Bigelow

Penderita diletakkan dalam posisi tidur terlentang, asisten melakukan traksi berlawanan dan

tahanan pada daerah spina iliaka anterior superior dan ilium. Operator memegang tungkai yang

terkena padda daerah pergelangan kaki dengan satu tangan, serta tangan lain di belakang lutut.

Tungkai difleksi 900 atau lebih pada

daerah abdomen dan dilakukan traksi longitudinal. Dengan cara ini ligament Y akan mengalami

relaksasi dan kaput femur berada di bagian posterior asetabulum. Kaput femur dibebaskan dari

muskulus rotator dengan melakukan rotasi dan menggerakkan tungkai ke depan dank e belakang

(rocking). Selanjutnya dalam keadaan traksi, kaput femur digerakkan ke dalam asetabulum

dengan manipulasi abduksi, rotasi eksterna serta ekstensi pada panggul.

c. Metode Stimson

21

Page 22: Thr

Penderita dalam keadaan tidur tengkurap dan tungkai bawah yang mengalami trauma dibiarkan

tergantung pada pinggir meja. Panggul diimobilisasi oleh asisten dengan carra menekan sacrum.

Dengan tangan kiri operator memegang pergelangan kaki dan melakukan fleksi pada lutut sebesar

900 dengan tangan kanan menekan ke bawah pada daerah tungkai bawah di bawah lutut. Dengan

gerakan rocking dan rotasi pada tungkai serta tekanan langsung pada daerah kaput femur dapat

dilakukan reposisi.

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi dislokasi panggul posterior, yaitu

Lesi n. Ischiadicus

Nekrosis avaskuler terjadi 1 -2 tahun pasca trauma

Artrosis degeneratif

Komplikasi dapat berupa komplikasi dini yaitu kerusakan nervus skiatik, kerusakan pada

kaput femur, kerusakan pada pembuluh darah, dan fraktur diafisis femur. Komplikasi lanjut

dapat berupa nekrosis avaskuler, miositis osifikans, osteoartritis.

.

b.Dislokasi panggul anterior

Pada cedera ini pederita biasanya terjatuh dari suatu tempat tinggi dan menggeserkan

kaput femur di depan asetabulum. Penderita tidak dapat bergerak fleksi secara aktif ketika

dalam keadaan dislokasi.

Gejala klinis dan Pemeriksaan

22

Page 23: Thr

Pemeriksaan dislokasi panggul anterior, kaki dibaringkan eksorotasi dan seringkali agak

fleksi. Dalam posisi adduksi tapi tidak dalam posisi menyilang. Penderita tidak dapat bergerak

fleksi secara aktif ketika dalam keadaan dislokasi.

Penatalaksanaan

Reposisi dislokasi anterior dianjurkan dengan mempergunakan metode Allis.Sekiranya

tidak berhasil,dilakukan reposisi terbuka

.

c. Dislokasi panggul central / obturator

Dislokasi obturator ini sangat jarang ditemukan. Dislokasi obturator disebabkan karena

gerakan abduksi yang berlebih (hiper-abduksi) dari panggul yang normal yang disebabkan

karena trokantor mayor bergerak berlawanan dengan pelvis untuk mengungkit kaput femur

keluar dari asetabulum.

Gejala Klinis dan pemeriksaan

Panggul akan sangat terlihat dalam posisi abduksi dan tidak dapat dibawa ke posisi

normal tanpa penyesuaian dari pelvis. Kelainan saraf sangat jarang terlihat pada kasus seperti ini.(3,7)

Penatalaksanaan

Reduksi dislokasi sentral memerlukan skeletal traksi untuk beberapa minggu karena

dislokasi sentral disertai fraktur pada asetabulum. (3,7)

d.Dislokasi Hip bawaan

Beberapa anak lahir dengan masalah yang disebut dislokasi pinggul bawaan pinggul

(displasia). Kondisi ini biasanya didiagnosis segera setelah bayi lahir. Sebagian besar waktu, hal

itu mempengaruhi hip kiri dalam kelahiran anak pertama, perempuan, dan bayi yang lahir dalam

posisi sungsang. (3,6)

23

Page 24: Thr

Gejala

Pada dislokasi bawaan, tanda awal mungkin "mengklik" suara saat kaki bayi yang baru

lahir didorong terpisah. Jika kondisi itu terus terdeteksi pada tahap bayi, akhirnya kaki yang

terkena akan tampak lebih pendek dari yang lain, kulit di lipatan paha akan muncul tidak merata,

dan anak akan memiliki fleksibilitas lebih pada sisi yang terkena. Ketika ia mulai berjalan, ia

mungkin akan lemas, berjalan kaki, atau "goyangan" seperti bebek. (3,6)

Penatalaksanaan

Pengobatan dislokasi tergantung pada usia anak. Dalam atau sangat muda bayi baru lahir,

misalnya, perangkat lunak disebut posisi memanfaatkan Pavlik akan menjaga tulang pinggul

dalam soket dan merangsang pengembangan pinggul normal. Jika metode tidak bekerja, tulang

pinggul sering dapat mendorong kembali ke tempatnya pada anak berumur 6 bulan sampai 2

tahun. Prosedur, disebut reduksi tertutup, dilakukan di bawah anestesi. Jika reduksi tertutup

gagal untuk memperbaiki masalah, operasi terbuka untuk reposisi hip mungkin diperlukan.

Setelah anak adalah lebih dari 2 tahun, ditutup.

Keadaan-keadaan yang memerlukan reposisi terbuka yaitu jika:

1. Kaput femur menembus m. iliopsoas atau m. rektus femoris dan terjepit didalamnya (interposisi soft tissue)

24

Page 25: Thr

2. Kaput femur merobek kapsul sendi bagian anterior dan menyebabkan keadaan button hole

3. Terdapat fraktur femur atau asetabulum

4. Untuk mengambil fragmen tulang pada persendian

5. Reposisi tertutup tidak berhasil

6. Cedera nervus skiatik

7. Terdapat fragmen yang inkarserata

Komplikasi dislokasi

1. Komplikasi awal

a. Kerusakan nervus skiatik

Nervus skiatik kadang-kadang mengalami cedera tetapi biasanya membaik lagi. Jika setelah

mereduksi dislokasi, lesi nervus skiatik dan fraktur asetabulum yang tak tereduksi terdiagnosis, maka

nervus harus dieksplorasi dan fragmennya dikoreksi ke tempat asalnya. Penyembuhan sering

membutuhkan waktu beberapa bulan dan sementara itu tungkai harus dihindarkan dari cedera dan

pergelangan kaki harus dibebat untuk menghindari kaki “foot drop”.

b. Cedera pembuluh darah

Kadang-kadang arteri gluteal superior terobek dan mungkin terdapat banyak perdarahan. Kalau

keadaan ini dicurigai, harus dilakukan arteriogram. Pembuluh darah yang robek mungkin perlu

diligasi.

c. Fraktur femur

Sering ditemukan fraktur femur disertai dislokasi panggul. Kecurigaan akan adnya dislokasi

panggul, bilamana pada suatu fraktur femur ditemukan posisi femur proksimal dalam keadaan

adduksi. Pemeriksaan radiologis sebaiknya dilakukan pada sendi diatas dan dibawah daerah

fraktur

2. Komplikasi lanjut

25

Page 26: Thr

a. Nekrosis avaskuler

Peresediaan darah pada kaput femur sangat terganggu sekurang-kurangnya pada 10% dislokasi

panggul traumatik; kalau reduksi ditunda lebih dari beberapa jam, angkanya meningkat menjadi

40%. Nekrosis avaskuler terlihat pada pemeriksaan sinar X sebagai peningkatan kepadatan kaput

femur; tetapi perubahan ini tidak ditemukan sekurang-kurangnya selama 6 minggu dan kadang-

kadang jauh lebih lama (sampai 2 tahun), tergantung pada kecepatan perbaikan tulang. Pada pasien

yang lebih muda, pilihannya adalah antara penggantian kaput femur dengan prosthesis bipolar atau

artrodesis pinggang. Pada pasien berusia diatas 50 tahun penggantian panggul keseluruhan adalah

lebih baik.

b. Dislokasi yang tak direduksi

Setelah beberapa minggu dislokasi yang tak diterapi jarang dapat direduksi dengan manipulasi

tertutup dan diperlukan reduksi terbuka. Insidensi kekakuan atau nekrosis avaskuler sangat

meningkat dan di kemudian hari pasien dapat memerlukan pembedahan rekonstruktif.

c. Osteoartritis

Osteoartritis sekunder sering terjadi dan diakibatkan oleh 1. Kerusakan kartilago pada saat

dislokasi, 2. Adanya fragmen yang tertahan dalam sendi atau 3. Nekrosis iskemik pada kapurt

femur.

26

Page 27: Thr

2.6 Osteoartritis

Osteoartritis ( OA ) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis, disertai kerusakan tulang

rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti dengan pertambahan

pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi, yang disebut osteofit, diikuti dengan

fibrosis pada kapsul sendi .Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal pada proses

penuaan , trauma atau akibat kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi.

Keadaan ini tidak berkaitan dengan faktor sitemik ataupun infeksi.

Dalam beberapa kasus osteoarthritis yang parah, dibutuhkan operasi (artroplasti)

rekonstruksi atau mengganti sendi yang sakit, dan diharapkan dapat membantu mengembalikan

gerakan dan fungsi sendi.

Klasifikasi Osteoartritis

1. Osteoartritis Primer

Penyebab tidak diketahui dengan pasti, mengenai satu atau banyak sendi,bersifat progresif. 

Biasanya mengenai sendi lutut dan panggul. 

2. Osteoartritis Sekunder

Disebabkan penyakit yang menyebabkan kerusakan pada synovial sehingga menimbulkan 

osteoarthritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoarthritis

sekunder,adalah trauma,faktor genetik atau perkembangan, adanya kelainan genetic dan

perkembangan

Gejala-gejala klinis yang ditemukan

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter. Nyeri

biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri pada OA

daoat bersifat penjalaran atau akibat radikulopati misalnya pada OA servikal dan lumbal.

2. Kekakuan

Nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk lama atau setelah bangun

tidur pagi.

27

Page 28: Thr

3. Pembengkakan

Terutama pada lutut dan siku yang dapat disebabkan oleh cairan dalam sendi ( waktu stadium

akut ) atau karena pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit. Dapat juga oleh karena

pembengkakan dan penebalan pada sinovia yang berupa kista.

4. Gangguan Pergerakan

Disebabkan oleh adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan sendi. Dapat

ditemukan adanya crepitasi.

5. Deformitas

Akibat kontraktur kapsul serta instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.

6. Nodus Heberden dan Bouchard

Nodus Heberden itemukan pada bagian dorsal sendi interfalang distal, sedangkan nodus

Bouchard pada interfalang proksimal tangan, terutama pada wanita dengan osteoarthritis primer.

Nodus Heberden kadang tanpa disertai rasa nyeri tapi sering disertai perestesia dan kekakuan

sendi jari-jari tangan ( pada stadium lanjut ) disertai deviasi jari ke lateral.

Seseorang pasien secara klinis disebut positif menderita osteoarthritis bila memenuhi 3

dari 6 kriteria menurut American college of Rheumatology:

1) Usia > 50 tahun.

2) Kekakuan pada pagi hari< 30 menit.

3) Krepitasi

4) Nyeri tekan pada tulang.

5) Pembesaran tulang.

6) Pada palpasi sekitar sendi tidak teraba hangat.

28

Page 29: Thr

2.7 Penggantian Panggul Total (total hip replacement)

Definisi

Penggantian panggul atau artroplasti, adalah prosedur pembedahan bagian panggul yang

nyeri kemudian diganti dengan material buatan). Tujuan dari operasi penggantian pinggul adalah

untuk meningkatkan mobilitas dengan menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki fungsi dari

sendi pinggul.

Pasien yang dianjurkan untuk melakukan tindakan operasi adalah pasien dengan umur

lebih dari 20 tahun, bukan untuk anak-anak ataupun orang yang berumur kurang dari 20 tahun,

hal ini disebabkan karena pada anak-anak, walaupun terjadi patah tulang tidak perlu melakukan

tindakan operasi. Tulang pada anak-anak akan tumbuh, dan akan kembali normal dengan

sendirinya. Sedangkan pada orang dewasa harus dilakukan total hip replacement karena orang

yang sudah berumur 20 tahun ke atas,pertumbuhan tulangnya sudah terhenti, sedangkan orang

yang sudah tua sudah mengalami osteoporosis,dan pembuluh darahnya mudah mati, hingga tidak

dapat memperbaiki kondisinya sendiri dan harus dilakukan tindakan operasi.

Penggantian panggul total dilakukan paling umum karena semakin memburuknya

arthritis parah di sendi panggul. Jenis yang paling umum dari arthritis yang mengarah ke

penggantian pinggul total adalah arthritis degeneratif (osteoarthritis) dari sendi pinggul. Jenis

arthritis umumnya terlihat dengan penuaan, kelainan bawaan dari sendi pinggul, atau trauma

sebelum sendi panggul. Kondisi lain yang menyebabkan penggantian panggul total termasuk

patah tulang dari pinggul arthritis, arthritis sendi, dan kematian (nekrosis aseptik, atau nekrosis

avaskular) dari tulang pinggul. Nekrosis tulang pinggul dapat disebabkan oleh fraktur obat

29

Page 30: Thr

pinggul, (seperti prednisone dan prednisolone), alkoholisme, dan penyakit sistemik (seperti

systemic lupus erythematosus).

Indikasi

Nyeri kronis hebat yang progresif disertai dengan buruknya fungsi harian yang termasuk

berjalan, menaiki tangga-tangga, dan bahkan bangun dari posisi duduk, akhirnya menjadi sebab

untuk mempertimbangkan penggantian total pinggul. Karena sendi-sendi pinggul yang diganti

dapat gagal seiring dengan waktu, apakah dan kapan untuk melakukan penggantian total pinggul

adalah keputusan-keputusan yang tidak mudah, terutama pada pasien-pasien yang lebih muda.

Penggantian umumnya dipertimbangkan setelah nyeri menjadi begitu parah sehingga ia

menghalangi fungsi yang normal meskipun dengan penggunaan obat-obat anti peradangan

dan/atau nyeri. Penggantian total sendi pinggul adalah prosedur memilih, yang berarti bahwa ia

adalah pilihan yang dipilih di antara alternatif-alternatif lain. Penggantian panggul total adalah

keputusan yang dibuat berdasarkan pemahaman resiko dan manfaat-manfaat yang

menguntungkan. Mangetahui keduanya adalah hal penting sebelum mengambil

keputusan.Penggantian panggul total akan lebih bermanfaat apabila dilakukan atau pasien yang

mengalami hal sebagai berikut :

a) Panggul sakit terus sambil istirahat, baik siang atau malam hari.

b) Kekakuan dalam panggul membatasi kemampuan untuk memindahkan atau mengangkat

kaki.

c) Telah menggunakan pereda nyeri sedikit dari obat anti-inflamasi atau glukosamin sulfat.

30

Page 31: Thr

d) Perawatan lainnya seperti terapi fisik atau menggunakan alat bantu seperti tongkat tidak

menghilangkan rasa sakit pinggul.

e) Sendi panggul sudah aus dan robek akibat proses penuaan alami, trauma atau penyakit

rematik.

f) Fraktur atau nekrosis iskemik

g) Pascaoperasi prosedur operasi sebelumnya, misalnya: rekonstruksi bersama (osteotomy),

arthrodesis, segmental atau total penggantian pinggul (THR).

Komplikasi

Komplikasi penggantian panggul total termasuk yang diakibatkan oleh imobilitas,

osifikasi heterotropik dan nekrosis avaskuler. Metoda memperbaiki fiksasi semen, prostesis

tumbuh ke dalam, dan graft tulang ditujukan untuk mengurangi kemungkinan longgarnya

prostesis.

1) Dislokasi Prostesis Panggul. Dislokasi dapat terjadi karena pengubahan posisi yang

melebihi prostesis. Dislokasi prostesis harus segera diketahui dan direduksi secepatnya sehingga

tidak sampai terjadi kerusakan peredaran darah dan saraf. Indikasi dislokasi adalah pemendekan

tungkai, ketidakmampuan menggerakkannya, ketidaksegarisan, rotasi abnormal, dan

ketidaknyamanan bertambah. Pasien diajari untuk mengubah posisi perlindungan: Tetap abduksi,

menghindari rotasi interna dan eksterna, hiperekstensi, dan fleksi tajam. Pasien harus

menggunakan bantal di antara kedua tungkai bila berbaring dalam posisi telentang atau berbaring

miring dan ketika membalik. Pasien diinstruksikan untuk tidak tidur dengan pinggul yang

dioperasi di bawah, sampai diperbolehkan oleh ahli bedah. Pasien sangat tidak boleh

menyilangkan tungkai. Fleksi tajam harus dihindari. Bila prostesis mengalami dislokasi, ahli

bedah harus diberitahu agar panggul dapat direduksi dan distabilisasi. Ketika otot dan kapsul

sendi mulai sembuh, kemungkinan dislokasi akan menurun. Stres terhadap sendi panggul yang

baru harus sangat minimal selama 3 samapi 6 bulan pertama.

31

Page 32: Thr

2) Trombosis Vena Profunda. Risiko terjadinya tromboembolisme biasanya sangat tinggi

setelah pembedahan rekonstruksi panggul. Upaya untuk memperbaiki peredaran darah

dan mengurangi statis vena merupakan prioritas bagi pasien yang menjalani rekonstruksi

pinggul. Heparin dosis rendah atau enoksaparin, suatu heparin dengan berat molekul

rendah yang tidak memerlukan pwmantauan waktu pembekuan rutin, dapat diberikan

sebagai profilaksis untuk trombosis vena profunda setelah bedah penggantian pinggul.

3) Infeksi. Infeksi merupakan komplikasi serius setelah penggantian panggul total karena

bila terdapat infeksi dalam, maka implan harus diangkat. Pasien yang menderita diabetes,

lansia, kegemukan, atau nutrisi buruk, yang menderita artritis reumatoid,atau yang

menderita infeksi lain (mis. Infeksi saluran kemih, abses gigi) atau mengalami hematoma

yang besar mempunyai risiko tinggi mengalami infeksi. Potensial sumber infeksi harus

benar-benar dihindari. Harus diberikan antibiotik profilaksis. Bila menggunakan kateter

indwelling atau menggunakan alat penghisap portabel, harus dilepas sesegera mungkin

untuk menghindari infeksi. Antibiotik profilaksis dapat diberikan bila pasien memerlukan

instrumentasi bedah selanjutkan, seperti pencabutan gigi atau pemeriksaan sistoskopi.

32

Page 33: Thr

BAB III

KESIMPULAN

Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi

berhubungan secara anatomis.Diagnosa dislokasi dapat ditegakkan melalui anamnesa,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis.

Dalam menghadapi kasus dislokasi, kita harus mengetahui macam dislokasi, komplikasi,

dan penanganannya.Ada beberapa macam terapi untuk menangani kasus dislokasi, hal ini

disesuaikan dengan indikasi dari terapinya.

Salah satu terapinya adalah penggantian panggul.Penggantian panggul atau artroplasti,

adalah prosedur pembedahan bagian pinggang yang sakit kemudian diganti dengan yang baru

(material buatan). Antara komplikasi penggantian panggul meliputi dislokasi prostesis

panggul,drainase luka dan trombosis vena profunda. Fungsi utama sendi pinggul adalah

mendukung berat tubuh ketika saat berdiri atau saat berjalan. Panggul artroplasti dapat

dilakukan ketika kerusakan yang terjadi pada sendi tidak dapat dipulihkan, kerusakan ini sering

menyebabkan rasa sakit, disfungsi dan mengurangi kualitas hidup.

Sebagai tenaga medis, kita harus bisa memahami kasus dislokasi karena hal ini bisa

terjadi. Pemahaman yang dimaksud mulai dari macam dislokasi, cara mendiagnosa dislokasi,

komplikasi, serta terapi yang ada.

33

Page 34: Thr

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

1. Mansjoer, A. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta

2. Wim de Jong, Syamsuhidajat, R. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi dua. Penerbit Buku

Kedoktern EGC. Jakarta.

3. William C. Shiel Jr., Jerry R. Balentine. Total Hip Replacement. http://www. Medicine

net.com/total_hip_replacement/article.htm accessed on 1 March 2013

4. Jonathan Cluett. Hip Replacement Dislocation Complications of hip replacement surgery

http://orthopedics.about.com/od/replacementcomplications/a/hipdislocation.htm.accessed on 2

March 2013.

5. Hip Dislocation. American Academy of Orthopedic Surgeons. http://orthoinfo.aaos.org/

topic.cfm?topic=A00352 accessed on 1 March 2013.

6. Hip Osteoarthritis (Degenerative Arthritis of the Hip). http://www.webmd.com/

osteoarthritis/guide/hip-osteoarthritis-degenerative-arthritis-hip accessed on 1 March 2013.

7. Paul Tornetta III Hip Dislocations and Fractures of the Femoral Head.Chapter

43.ebook Rockwood & Green’s Fractures in Adults 6th Edition.Lippincott Williams

& Wilkins,2006.

34