thousands

14
Thousands (Imagine part Liam Payne) Semua ini seperti mimpi. Impiaan Lyra akhirnya terwujud. Dia baru saja tiba d kota yang sangat diidamkannya sejak kecil-. Ditambah lagi, beberapa tahun yang lalu asal Inggris yang sangat ia kagumi setengah mati, One Direction. al itu membuatnya ingin pergi ke Inggris, tepatnya London. Ia belajar mati-matian, agar dia diikutser studi banding yang dapat membawanya ke London secara gratis. Dan hal yang membuatny semakin kegirangan adalah ia mendapat hadiah tiket konser One Direction di London d yang diikutinya. !aginya, ini lebih dari pribahasa "sambil tenggelam minum air#. "Lyra, kau sekamar denganku kan$# %anya Sassy –sahabat Lyra- ketika mereka sa penginapan. "Sepertinya begitu. &amar '() kan$# Lyra melihat nomor yang tertera di kunci. "*ep+ yo ke kamar, aku sangat lelah.# Sassy berjalan sambil menyeret koper da menenteng tasnya. Lyra mengikuti langkah Sassy. "Sekarangkitaboleh bermalas-malasan. %api nantimalam, aku harus jalan-jalan menikmati indahnya London. Oh, kau tak lupa kan Sassy$ Ini adalah impianku+# ata L berbinar, ia senyum-senyum sendiri. Sassy tiba-tiba berhenti dan memutar badannya melihat ke arah sahabatnya. "Oh teruslah tersenyum seperti itu. ku yakin, semutpun akan terpana padamu.# Sassy ter "%entu saja aku tak lupa, hampir setiap hari kau mengatakan impianmu itu. Dan sudah suatu hari nanti hal itu akan menjadi nyata. !ahkan aku sangat tersanjung, aku bisa

Upload: ana

Post on 06-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cerpen

TRANSCRIPT

Thousands (Imagine part Liam Payne)Semua ini seperti mimpi. Impiaan Lyra akhirnya terwujud. Dia baru saja tiba di London kota yang sangat diidamkannya sejak kecil-. Ditambah lagi, beberapa tahun yang lalu ada band asal Inggris yang sangat ia kagumi setengah mati, One Direction. Hal itu membuatnya semakin ingin pergi ke Inggris, tepatnya London. Ia belajar mati-matian, agar dia diikutsertakan dalam studi banding yang dapat membawanya ke London secara gratis. Dan hal yang membuatnya semakin kegirangan adalah ia mendapat hadiah tiket konser One Direction di London dari kuis yang diikutinya. Baginya, ini lebih dari pribahasa sambil tenggelam minum air. Lyra, kau sekamar denganku kan? Tanya Sassy sahabat Lyra- ketika mereka sampai di penginapan.Sepertinya begitu. Kamar 306 kan? Lyra melihat nomor yang tertera di kunci. Yep! Ayo ke kamar, aku sangat lelah. Sassy berjalan sambil menyeret koper dan menenteng tasnya. Lyra mengikuti langkah Sassy.Sekarang kita boleh bermalas-malasan. Tapi nanti malam, aku harus jalan-jalan menikmati indahnya London. Oh, kau tak lupa kan Sassy? Ini adalah impianku! Mata Lyra berbinar, ia senyum-senyum sendiri. Sassy tiba-tiba berhenti dan memutar badannya melihat ke arah sahabatnya. Oh Lyra, teruslah tersenyum seperti itu. Aku yakin, semutpun akan terpana padamu. Sassy terkekeh. Tentu saja aku tak lupa, hampir setiap hari kau mengatakan impianmu itu. Dan sudah kubilang, suatu hari nanti hal itu akan menjadi nyata. Bahkan aku sangat tersanjung, aku bisa menemanimu mewujudkan mimpimu. Berbeda dengan Lyra yang mengandalkan gratisan, Sassy membayar segalanya dengan uangnya. Ayahnya seorang Jendral, sangat kaya raya. Dan apapun permintaan Sassy akan dikabulkan.*****Ini hari ketiga Sassy dan Lyra di London. Selama di sini, mereka selalu memakai bahasa Inggris. Tentu saja mereka sudah mengunjungi beberapa tempat di London, termasuk Big Ben. Mereka sangat menikmati studi banding kali ini. Mengikuti pelajaran layaknya mahasiswa London sungguhan. Sepertinya waktu satu bulan di sini akan berlalu begitu cepat.Akhirnya, besok weekend. Dan itu tandanya kita libur. Celoteh Lyra riang. Mereka sedang duduk di salah satu bangku taman universitas. Kau tak lupa sesuatu kan? Tanya Sassy serius. Ia menatap tajam ke arah sahabatnya. Menyipitkan matanya. Emmm. Ah iya! Besok nonton konser One Direction. OMG! I CANT BELIEVE IT! Lyra berteriak kegirangan. Beberapa bule yang ada di sekitar mereka memandang ke arah Lyra dengan tatapan bingung. Ada makhluk dari antah berantah yang berteriak-teriak seperti orang gila. Ditambah postur tubuh mungil dan wajah Asia Lyra yang berbeda dengan para bule di sana pada umumnya. Sassy segera berdiri dan menutup mulut sahabatnya itu. Wajahnya memerah, menahan malu atas perilaku Lyra barusan.Bisakah kau tenang dan tidak membuatku malu, Lyra? Ini Negara orang, tau! Sassy mendudukkan Lyra kembali. Sassy melirik Lyra, berjaga-jaga bila sahabatnya akan melakukan hal gila lagi. Ternyata, sahabatnya sedang senyum-senyum sendiri, tenggelam dalam dunia lamunannya sendiri. Sassy mulai tenang dan bersandar. Ia memejamkan mata. Menikmati udara London. Dia berharap, semoga besok menjadi hari yang paling membahagiakan bagi sahabat tercintanya. Ia tahu persis setiap detail harapan Lyra, dan ia yakin impian sahabatnya bisa terwujud. Bertemu lima pangeran tampan. Baginya, kebahagiaan Lyra adalah kebahagiannya juga, ia akan membantu sahabatnya untuk mewujudkan impiannya. Kini mereka sama-sama tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. *****INI HARI ISTIMEWA! BOYS, THEYRE COMING FOR YA!Lyra dan Sassy sudah berada di depan stadium tempat One Direction akan mengadakan konser. Stadium itu didesain serba One Direction. Melihat keramaian dan kemeriahan di luar stadion saja sudah membuat jantung Lyra berdebar-debar. Ia tak sabar menyaksikan penampilan idolanya dengan mata kepalanya sendiri. Tubuhnya seakan mengeluarkan zat yang terus membuatnya tersenyum bahagia. Ia tak berhenti mengagumi kemewahan stadion ini. Bahkan hingga ia sudah berada di depan panggung di antara ribuan penonton. Ia beruntung, karena mendapatkan tempat tepat di depan panggung. Ia berharap, ia tak akan pingsan ketika para idolanya itu beraksi tepat di depannya.Kau tahu Sas? Aku sungguh bahagia! Ini semua seperti mimpi! Kata Lyra setengah berteriak pada Sassy. Keramaian di dalam stadion itu membuat semua orang harus berteriak ketika ingin berbicara dengan orang lain. Mata Lyra berbinar. Ia memandangi sekeliling stadium itu. Spektakuler! Katanya dalam hati.Tentu saja! Semua orang bisa melihatnya hanya dari senyummu yang tak henti kau sunggingkan sejak tadi. Jawab Sassy dengan berteriak pula. Sassy berbisik pada Lyra Asal kau tahu! Banyak bule yang melihatmu kagum tanpa berkedip, itu semua karena tersihir dengan senyuman mautmu. Sassy terkekeh. Wajah Lyra berubah datar selama beberapa detik, otaknya memproses bisikan sahabatnya barusan. Dan kemudian ia terkekeh sendiri.LIAAAAAAAAAAM!!! Pekik seorang gadis di sebelahnya. Semua orang langsung melihat ke arah panggung. Begitu pula Lyra dan sahabatnya. Kemudian Lyra berteriak-teriak seperti orang yang kehilangan kendali. Mata gelapnya melebar, ia bertepuk tangan. Meneriakkan kata cinta pada kelima idolanya. Semua mata seolah terhipnotis dengan penampilan One Direction. Lyra pun tak berkedip sama sekali, seolah-olah ia takut tiba-tiba idolanya akan hilang bila ia terkedip. Selama the boys menyanyi, ia selalu mengikuti menyanyi juga. Sesekali ia mengangkat tangannya. Kemudian tertawa lepas ketika ada beberapa adegan lucu personil One Direction di atas panggung. Tiba saatnya the boys akan menyanyiakn lagu terakhir.You guys, are AMAZING! Teriak Harry pada penonton dengan aksen khasnya. Lyra dan seluruh penonton kembali bersorak. We are so proud of you. Youre incredible fans in the world! Niall menambahkan. Kini teriakan penonton semakin keras.Thanks for being our fans! We always do the best for ya! Suara Zayn diikuti teriakan para penggemarnya.Thank you, a massive thank you for your coming! I love you, guys! kata cinta Louis diikuti teriakan histeris ribuan gadis yang menggilainya setengah mati.We have surprise for ya! semua penonton hening dan antusias mendengarkan Liam. Kami akan menunjuk salah seorang di antara kalian untuk menyanyi bersama kami di atas panggung ini! kini teriakan ribuan penonton kembali pecah. Lyra begitu berdebar, berkali-kali ia berkomat-kamit semoga ia adalah the lucky fans itu. Tapi ia juga sadar, bahwa tubuh mungilnya pasti tak akan terlihat dari atas panggung yang megah itu. Hai, kau yang berbaju merah! Suara Liam memanggil seorang gadis yang berbaju merah, Liam memperjelasnya dengan jari telunjuknya.Aa.aku? Lyra menunjuk ke arah wajahnya sendiri. Tubuhnya bergemetar. Ia merasakan jantungnya akan terlepas. Wajahnya merah padam. Ya, kau! Liam menegaskan, menghilangkan keraguan yang ada di hati Lyra. Kemudian Liam mendekat ke samping panggung. Membantu Lyra untuk naik ke atas panggung. Ternyata di salah satu bagian panggung terdapat tangga. Dan Lyra tak menyadari, karena ia tadi terhalang oleh pagar besi dan beberapa bodyguard yang berada di sekeliling panggung. Ia merasa tangannya mulai dingin dan mengeluarkan keringat. Ia gugup. Lalu melihat ke arah sahabatnya yang ia tinggal sendirian di bawah. Ia bisa melihat sahabatnya yang melambai-lambaikan tangan ke arahnya dan tersenyum sumringah. *****Liam melihat dua orang gadis berwajah Asia yang sangat berbeda dengan semua penonton yang ada. Ia tertarik pada seorang gadis berbaju merah. Wajah cantik Asia, rambut hitamnya yang lurus bergelombang, mata gelapnya yang lebar, dan terlebih lagi senyumnya yang sangat memukau. Ia yakin, bukan hanya dirinya yang terhipnotis dengan senyuman manis itu, tapi semua orang. Wajah gadis itu yang manis, membuatnya tak ingin memalingkan pandangan dari wajah gadis itu.Liam membantu Lyra untuk naik ke atas panggung. Ia bisa merasakan nervous pada gadis itu. Tangan mungilnya sedingin es. Ia tersenyum ketika gadis itu sudah berada di hadapannya.Hai, selamat kepada lucky fans kami! Niall berkata sambil berjalan mendekat ke arah Liam dan Lyra. Jadi, siapa namamu? Niall mengarahkan mic ke arah Lyra.Lyra. Gadis itu menjawab, kemudian menyunggingkan senyuman termanis yang pernah Liam lihat.I love your smile! Kurasa kau bukan orang Eropa. Darimana asalmu? Zayn mendekat ke arah mereka. Personil lainpun juga mendekat.Aku dari Indonesia. Dan suatu kehormatan bagiku bisa berada di panggung ini. Terima kasih banyak! I love you guys. Lyra tak henti-hentinya tersenyum, dan mata Liam melihat gadis itu tanpa berkedip. Tiba-tiba hatinya berdesir. Ada yang tak beres dengan jantungnya ketika berada di dekat gadis asal Indonesia itu.Mereka menyanyikan lagu What Makes You Beautiful. Ketika lagu berakhir, semua personil memeluk Lyra dan diikuti teriakan iri para penonton-. Yang terakhir berkesempatan memeluk gadis itu adalah Liam. Kemudian ia berbisik pada Lyra, Ikut kami ke belakang panggung. Dan Liam menggandeng gadis itu bersamanya. Ia bisa melihat, gadis itu berbicara tanpa suara, ia sedang berkomunikasi dengan seseorang yang ada di antara penonton.*****Ceritakan padaku! Apa yang terjadi di belakang panggung? Jangan-jangan. Kau mendapat ciuman dari mereka. Oooh! Betapa beruntungnya kau. Lyra hanya senyum-senyum sendiri, tak menanggapi celoteh sahabatnya. Lyra, aku baru sadar. Mereka sangat tampan! Apalagi Liaaaaam Lyra langsung membelalak kemudian tertawa. Asal kau tahu, aku dan Liam mengobrol segala hal di belakang panggung. Dan kami bertukar nomor ponsel. Kau jangan cemburu ya. Kata Lyra genit, kemudian ia terkekeh.Serius kau? Wow! Akhirnya, impianmu terwujud, honey. Apa aku bilang. Kedua tangan Sassy memegang pipi Lyra. Tentu saja tidak. Aku lebih tertarik dengan orang Indonesia. Dan berlanjutlah obrolan mereka dengan curhatan ala gadis yang sedang jatuh cinta.*****Hampir setiap hari Liam berkomunikasi dengan Lyra melalui ponsel. Ia tak tahu, mengapa ia begitu yakin dengan gadis Indonesia itu. Mungkin ia sudah tersihir dengan senyuman gadis itu. Dan ia percaya, bahwa Lyra bukan tipe gadis yang akan mempublikasikan seluruh percakapan dengannya. Ia bisa melihat ketulusan dari mata hitam gadis itu. Ia gadis yang jujur, asyik, dan tidak membosankan untuk terus dipandang. Seminggu setelah acara konser yang mempertemukan mereka itu, mereka bertemu lagi. Sehari penuh mereka habiskan untuk jalan-jalan mengelilingi indahnya kota London dan mengobrol untuk saling mengenal lebih dekat. Dan beberapa kali Liam juga mampir ke tempat penginapan Lyra. Hanya untuk melihat senyum Lyra. Sepertinya ia kecanduan. Liam baru saja melangkahkan kaki, memasuki sebuah kafe. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sosok gadis Asia yang sedang berada di meja dekat kaca jendela besar. Ia tersenyum dan menghampiri gadis itu.Sendirian saja, Miss Lyra? Liam menyapa gadis itu. Kemudian gadis itu mendongak menatap Liam. Beberapa saat kemudian, gadis itu tersenyum dan seperti biasa, Liam tak berkedip ketika Lyra tersenyum.Oh, hei. Aku sangat terkejut bisa bertemu denganmu di sini. Aku sendirian, sahabatku sedang ada tugas di kampus.Boleh aku duduk di sini? Kebetulan, aku juga sedang sendirian. Liam bertanya pada Lyra. Kemudian gadis itu mengangguk. Liam duduk berhadapan dengan Lyra. Ia merasa, jantungnya berdebar. Ia memesan minum kepada pelayan yang datang ke meja mereka, dan beberapa saat kemudian pelayan itu sudah kembali membawa pesanannya. Kafe ini memang benar super kilat dalam pelayanan.Setelah beberapa saat hening, Lyra membuka suara. Kau tahu Liam? Aku benar-benar tak percaya bahwa semua ini nyata! Aku bisa menginjakkan kakiku di London, melihat konser One Direction untuk pertama kalinya, dan aku bahkan tak menyangka bisa berkenalan dengan kelima idolaku. Liam hanya menatap gadis itu dengan tersenyum, menunggu gadis itu melanjutkan celotehnya. Ia sangat suka memperhatikan bagaimana gadis itu bercerita dengan begitu riang dan menarik. Kalian begitu baik padaku. Dan kau kau yang paling baik menurutku. Karena setiap hari kau menghubungiku, bahkan kau menyempatkan diri mengunjungiku. Terkadang aku bingung, aku yang sebagai penggemarmu atau kau yang menjadi penggemarku. Lyra terkekeh.Sepertinya keadaan berbalik saat ini. Liam akhirnya berkomentar. Ia bisa melihat, tiba-tiba wajah Lyra berubah menjadi datar dan tak mengerti. Sepertinya, kau telah menyihirku hingga aku kini menjadi penggemarmu. Mata Liam menatap mata Lyra lekat-lekat. Liam melihat wajah gadis itu bersemu merah. Dan ia tampak malu-malu sambil tersenyum. Suasana menjadi canggung dan hening sejenak. Lalu kapan kau akan pulang ke negaramu? Liam bertanya, memecah keheningan di antara mereka.Kalau semuanya sesuai jadwal, aku akan pulang lusa. Gadis itu menjawab sambil menatap luar jendela. Hmmaku memang rindu dengan kampung halamanku. Tapi aku berat sekali meninggalkan Negara ini. Terdengar nada kecewa dalam suaranya.Liam tak bisa membayangkan. Bagaimana nasibnya nanti bila dia tak melihat gadis itu di sisinya lagi. Bagaimana bila ia tak bisa melihat senyum indah itu lagi. Apakah semuanya akan kembali normal? Apakah rasa cinta yang mulai tumbuh di hatinya akan kandas begitu saja? Kini mereka berdua tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Menerawang masa depan mereka melalui kaca jendela yang ada di saming mereka.*****Lyra sudah kembali ke Indonesia satu bulan yang lalu. Saat ia akan pulang, sayang sekali Liam tak dapat mengantarnya karena Liam ada konser di luar negeri. Hal itu membuatnya sedikit kecewa, karena untuk terakhir kalinya ia tak dapat melihat Liam. Dengan berat hati ia meninggalkan London dan segala isinya, termasuk Liam. Dan hal yang paling buruk adalah, ia kehilangan ponselnya. Ia baru menyadari ponselnya hilang ketika sudah berada di Indonesia. Ia juga tidak bisa mengurus nomornya itu, karena itu sim-card khusus untuk Negara Inggris. Semua kontak yang dimilikinya hilang. Padahal, ia berencana akan menghubungi seluruh kenalan barunya yang ada di Inggris dengan nomornya yang aktif di Indonesia. Untung saja, Sassy juga menyimpan kontak teman baru mereka yang ada di Inggris, dan ia dengan mudah memintanya pada Sassy. Tapi celakanya, Sassy tak tahu menahu tentang nomor Liam. Hanya ia yang tahu. Dan sekarang semuanya seperti semula. Ia seperti terbangun dari mimpinya. Seolah-olah waktu yang ia lalui bersama Liam hanya mimpi belaka. Sudahlah, Lyra. Kau harus bangkit. Masa dari London lemes gitu? Sassy berusaha mengiburnya. Aku yakin, Liam tak akan melupakanmu.Bagaimana mungkin ia akan terus mengingatku? Aku hanya satu dari milyaran fansnya. Dan ia pasti sudah lupa namaku bila kami sama sekali tak ada komunikasi. Lyra menggerutu sendiri.Kau sendiri yang bilang, bahwa mereka sangat menghargai setiap fansnya. Aku yakin, mereka tak akan melupakanmu. Kalaupun mereka tak mengingat namamu, mereka pasti masih mengingat pada senyummu. Sassy menyenggol lengan Lyra.Ada benarnya juga apa yang dikatakan Sassy. Liam pernah bilang padanya, bahwa lelaki itu menyukai senyumnya. Lyra berusaha menghibur dirinya sendiri. Mensyukuri kebahagiaan yang telah ia dapat, walaupun itu hanya berlangsung sekejap. Setidaknya, ia memiliki keyakinan bahwa Liam tak akan melupakan senyumnya, itu sudah membuatnya bahagia. Walaupun cintanya yang mulai tumbuh harus terpaksa mati perlahan-lahan karena tak ada komunikasi. Tapi, yang ia tahu, ia tetap akan mencintai One Direction setulus hati. Sama seperti Lyra sebelum menginjakkan kaki di London. Ia tetap menjadi directioner. Yeah.*****Liam tak menyangka, ia akan jatuh cinta pada penggemarnya sendiri. Bahkan ia malah merasa, ia adalah penggemar Lyra bukan idola Lyra. Berkali-kali ia berusaha menghubungi nomor ponsel Lyra, tetapi tak pernah tersambung. Ia sempat berpikir, bahwa pesawat gadis itu kecelakaan, tetapi untunglah tidak. Karena tak ada berita yang menayangkan kecelakaan pesawat. Hal itu membuatnya sedikit lega. Tetapi mengapa gadis itu tak bisa dihubungi, dan mengapa gadis itu tak pernah sekalipun menghubunginya. Ia benar-benar rindu. Oh my God, Liam. Kau terlihat sangat kacau. Kata Louis sambil mengamati wajah Liam.Kau seperti orang sakau yang kecanduan obat. Niall menggeleng-gelengkan kepala.Dan sepertinya aku tahu apa yang membuatmu seperti ini. Zayn ikut menimpali.Pasti gadis asal Indonesia yang memiliki senyuman langka itu? kini giliran Harry yang berkomentar. Kurasa, semua orang yang pernah melihatnya tersenyum akan merindukan senyuman itu. Liam hanya diam, tak berkomentar.Baiklah, apa yang bisa kami lakukan untukmu? Zayn bertanya padanya. Tetapi ia tak menjawab.Liam terus terbayang-bayang wajah gadis itu, dan ingatannya tak pernah terlepas dari senyum khas Lyra. Sepertinya sahabat-sahabatnya benar, ia sekarang sedang sakau. Ia menjadi pecandu senyuman Lyra. Ia tak menyangka kisah cintanya akan kandas begitu saja. Bagaimana mungkin ia bisa bertemu gadis itu lagi. Melihat Lyra tersenyum untuknya. Ia hanya berharap, suatu keajaiban bisa terjadi padanya. *****Lyra telah berhasil melalui masa galau. Baginya itu adalah masa-masa tersulitnya. Ia kembali lagi ke rutinitas normal. Menjadi mahasiswa biasa, tanpa ada Liam di sisinya. Ia sudah bisa menerima kenyataan.Seperti hari-hari biasa, pagi ini ia bersiap untuk berangkat kuliah. Sarapan bersama keluarganya, berpamitan kepada ayah dan ibunya, serta mencium kening adek semata wayangnya. Ia membuka pintu rumahnya, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat sosok lelaki yang sedang berdiri di samping sebuah mobil berwarna putih. Matanya melebar, terkejut. Ia tak bisa lagi menyembunyikan senyumnya.Liaaaam! Lyra berteriak memanggil nama lelaki itu. Ia berlari mendekat ke arah Liam. Ia berharap, ini bukan imajinasinya belaka. Liam menoleh ke arahnya. Halo Miss Lyra. Liam balas menyapanya. Kemudian ia merentangkan tangannya. Kau tak ingin memelukku? Kupikir kau juga merindukanku? Aku telah menempuh jarak ribuan kilometer hanya untukmu. Dan kau tak memelukku? Ohhh. Liam merajuk.Muka Lyra memerah. Ia benar-banar tak percaya dengan apa yang sedang dilihat dan didengarnya. Tentu saja aku lebih merindukanmu. Lyra maju mendekat ke arah Liam. Dalam sekejap, tubuh mungilnya sudah berada dalam pelukan Liam. Ia merasa hangat dan nyaman. Kemudian ia merasa, Liam melepas pelukannya. Dan mereka sekang sudah berdiri berhadapan tanpa berpelukan. Rasanya aneh sekali. Dulu aku yang harus menempuh jarak ribuan kilometer untuk menemuimu. Aku tak pernah menyangka, kini giliran kau yang menempuh jarak itu untukku.Kedua tangan Liam memegang pipi Lyra. Aku tak tahu, berapa banyak zat nikotin yang terdapat dalam senyummu, hingga membuatku candu. Dan tak pernah berhenti merindukanmu sepanjang waktu. Lyra tampak gugup dengan tatapan Liam yang begitu dalam kepadanya. Masuklah ke dalam mobil, aku akan mengantarkanmu kemanapun engkau mau. Liam membuka pintu belakang tempat penumpang. Lyra ragu sejenak. Kau bisa menyetir?Tentu saja bukan. Aku tak akan se-nekad itu. Liam terkekeh. Mereka sudah berada di dalam mobil. Tetapi, Lyra melihat kursi pegemudi kosong. Dimana sopirmu? Ia melihat ke arah Liam. Tetapi, lelaki itu tak menjawab, Liam mengarahkan tubuh Lyra agar berhadapan dengan lelaki itu. Lyra, dengarkan aku. Liam menatap mata Lyra lekat-lekat. Hanya ada mereka yang ada di dalam mobil. Kau tahu, aku benar-benar takut kehilanganmu. Aku takut bila tak dapat bertemu denganmu lagi. Aku seperti orang yang sedang sakau karena menjadi pecandu senyummu. Aku sangat kacau selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Bisa melihatmu tersenyum langsung di hadapanku, membuatku jauh lebih baik. Aku merindukanmu. Liam mengeluarkan cincin dari sakunya, kemudian meraih jemari tangan Lyra. I love you, Lyra. Aku ingin kau selalu ada disisiku. Menjadi obatku, selalu tersenyum untukku. Lyra, will you be my girlfriend?Lyra benar-benar terkejut dan bahagia melihat kata-kata yang diucapkan oleh Liam. Hatinya berdebar. Jantungnya seakan ingin terlepas. Ia menganggukkan kepala, matanya berkaca-kaca. Liam memasangkan cincin di jari manisnya. Kemudian mencium tangannya dengan lembut. Liam menghapus air mata yang membasahi pipi Lyra. Dan lelaki itu mencondongkan tubuh untuk memeluknya. Kau tahu, aku tak ingin jauh darimu. Bahkan, aku rela harus pindah ke negaramu ini, asalkan kau tetap berada di sisiku.Oh, kau tak perlu melakukan itu Liam, kau bisa mengunjungiku ke Indonesia kapanpun kau mau. Lagipula kau harus bekerja. Lyra melepaskan pelukannya. Ia mengamati cincin yang berada di jari manisnya. Alisnya terangkat sebelah. Lily?Yes, Lily for us. Liam and Lyra. Kemudian Liam mencium kening Lyra. Pada akhirnya, ribuan kilometer jarak di antara mereka berhasil menghasilkan ribuan cinta pula. Cinta yang secantik bunga lily akan kembali juga pada pemiliknya. Liam and Lyra.**END**