the new cfo · belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja...
TRANSCRIPT
24 | SWA 17 | XXXV | 5 - 18 SEPTEMBER 2019
SAJIAN UTAMA
"Now is the time for CFOs to wield the power of digi-tal”. Itulah kesimpulan utama survei bertajuk “CFO Reimagined” yang
dilakukan Accenture terhadap kalangan CFO dan eksekutif senior keuangan peru-sahaan-perusahaan terkemuka, termasuk dari Indonesia.
Dalam penjelasan kesimpulan itu, dise-butkan bahwa CFO kini merupakan pemain yang makin strategis karena dapat berperan sebagai inovator dan disruptor bisnis. Den-gan memanfaatkan data, hasil analitis, dan insight, para CFO ini dapat memengaruhi jajaran eksekutif level-C lainnya dan meng-arahkan unit bisnis untuk menciptakan nilai-nilai bisnis baru. Untuk itu, atribut yang perlu ada pada seorang CFO modern ini, di antaranya, mampu memberikan arah-an kepada keseluruhan organisasi, bukan hanya bidang keuangan.
Chief financial officer memegang posisi penting untuk keberhasilan sebuah perusahaan. Di samping harus piawai sebagai finance leader, para CFO perlu amunisi lain dan harus siap mereposisi perannya agar bisa sukses di era yang amat dinamis dan penuh disrupsi teknologi ini.
Joko SugiarsonoREPORTER: SRI NIKEN HANDAYANI, NISRINA SALMA, VINA ANGGITA,
JEIHAN KAHFI BARLIAN, ANASTASIA AS
RRISET: HENDI PRADIKA
terutama dari sisi kemam-puan profitabilitasnya, yang sering diistilahkan “bottom-line”. Memang, belakangan
muncul juga sejumlah ukuran lain bahwa sukses sebuah bisnis itu harus
komprehensif, misalnya adanya konsep Balanced Scorecard (selain ukuran finan-sial, juga perlu memperhatikan ukuran keberhasilan di bidang pelanggan, proses bisnis, serta learning & growth) ataupun konsep Triple-P (selain aspek Profit, juga mesti memperhatikan keberhasilan dalam hal People dan Planet).
Kendati begitu, tetap saja, keberhasilan aspek lainnya hanya bisa “dihargai” dan terlaksana bila perusahaan lebih dulu sukses dengan kinerja finansial atau bottom-line-nya. Apalagi, bila perusahaan tersebut sudah go public atau menawarkan saham-nya kepada khalayak investor.
Yang lebih dulu tahu kondisi kesehatan dan kinerja finansial suatu perusahaan tak lain sang CFO. Karena itu, bila CEO diibaratkan sebagai nakhoda atau kapten kapal, sang CFO merupakan juru mudinya. Kedua eksekutif puncak inilah yang teru-tama menentukan ke mana perusahaan akan bergerak, dan keputusan mereka menentukan apakah perusahaan akan sukses atau gagal.
Lewat logika bisnis sederhana, kita bisa memahami bahwa keberhasilan suatu peru-sahaan tak lain karena mampu menangkap dan menggarap peluang bisnis dengan baik. Keberhasilan ini juga karena perusahaan cermat berinvestasi di bisnis-bisnis yang menguntungkan. Keberhasilan juga bisa disebabkan karena perusahaan mampu beroperasi secara efisien dibandingkan
Peran yang makin strategis seperti ini diakui Ang Andri Pribadi, CFO PT Selamat Sempurna Tbk., yang baru saja menduduki peringkat pertama ajang Indonesia Best CFO 2019. “Kesannya CFO itu ‘serakah’, padahal ini maksudnya serakah dalam pengertian positif,” kata Ang pada acara sharing session.
Sesungguhnya, strategisnya posisi CFO itu sudah disadari sebagian pelaku bisnis. Siapa sih anggota board of directors atau eksekutif level-C yang paling memahami bagaimana sesungguhnya kinerja suatu perusahaan? Secara simpel kita bisa mene-bak bahwa selain CEO, orang itu adalah CFO. Hanya saja, dengan situasi bisnis yang amat tidak menentu dan dipenuhi disrupsi teknologi, orang makin berharap kepada para CFO untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang lebih besar.
Secara tradisional, capaian kinerja dan keberhasilan suatu bisnis dilihat dari ukuran-ukuran finansial (keuangan),
JALAN MENJADI THE NEW CFO SUKSES
SWA 17 | XXXV | 5 - 18 SEPTEMBER 2019 | 25
para pesaingnya. Tak sedikit pula keber-hasilan bisnis ini dicapai karena perusahaan mampu mencari sumber pendanaan yang relatif murah alias punya cost of capital rendah, sehingga mampu mencatat mar-gin laba optimal. Keberhasilan juga bisa tercapai karena perusahaan mempunyai kredibilitas bagus, sehingga mendapatkan trust yang tinggi dari para investornya. Dan sebagainya.
Kalau kita perhatikan, banyak upaya pencapaian keberhasilan seperti diuraikan di atas yang terkait dengan peran CFO. Sudah banyak contoh perusahaan, termasuk di Tanah Air, yang memiliki CFO berkualifi-kasi hebat mampu mencapai kinerja bisnis yang bagus.
Namun, dunia juga menyaksikan tak sedikit kegagalan suatu perusahaan karena mismanajemen atau kesalahan yang dilaku-kan oleh sang CFO --yang biasanya juga terkait dengan buruknya kepemimpinan sang CEO. Mismanajemen ini bisa karena petinggi utama perusahaan ini (terutama CEO dan CFO) gagal membaca perubahan zaman, sehingga perusahaan menjadi tidak relevan, seperti dialami Kodak, Toys R Us, Blackberry, ataupun Nokia. Namun, bisa juga karena para eksekutif puncaknya melakukan langkah-langkah manajemen yang tidak etis dan tidak mengikuti kaidah Good Corporate Governance (perilaku yang menimbulkan moral hazard), seperti pada kasus Enron dan Worldcom.
Kita tengok sejenak kasus Enron dan Worldcom, yang ketika meledak ke publik merupakan kasus kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis dunia. Dalam buku Financial Intelligence (2006) yang ditulis Karen Berman, Joe Knight, dan John Case, dua perusahaan ini menjadi bermasalah karena tidak menjalankan aturan dasar akuntansi, yakni prinsip kesesuaian --di mana penjualan dan biaya-biaya yang ter-kait harus dicatatkan secara bersamaan.
Penjelasan mengapa terjadi kehancuran pada dua perusahaan ternama di zamannya ini tentu tidak sesederhana itu. Hanya saja, bila diringkas, keduanya mengalami kehan-curan karena keserakahan dan ketidakhati-hatian dalam berinvestasi dan berekspansi. Di sisi lain, mereka gagal mengantisipasi dinamika pasar. Akibatnya, kinerja finan-sial berantakan. Sayangnya, kerusakan finansial ini diperparah dengan langkah tak etis dengan bersikap tidak transparan (menutup-nutupi), bahkan memanipulasi laporan keuangan selama beberapa tahun.
imbasnya, ekspektasi orang terhadap peran fungsi (divisi) keuangan pun ikut berubah.
Survei “CFO Reimagined” menemukan kebanyakan CFO setuju betapa menant-angnya bekerja di bagian keuangan di era sekarang. Setidaknya ada tiga peran yang diharapkan dari seorang CFO. Dua peran sudah lama disadari kalangan CFO. Per-tama, sebagai Finance Leader yang harus memimpin fungsi/divisi keuangan secara efisien dan efektif. Kedua, sebagai Business Partner, yang mesti mendatangkan value signifikan bagi perusahaan.
Peran ketiga merupakan peran baru, yakni sebagai Digital Steward, yang bertugas menciptakan new value bagi perusahaan di era digital. Sebagai digital steward, seorang CFO diharapkan dapat mengarahkan kepu-tusan berskala korporat, termasuk dalam hal investasi teknologi baru. Di sini, CFO juga diharapkan dapat membantu koleg-anya dari fungsi bisnis agar bisa memahami aspek ekonomi dari investasi teknologi tersebut.
Dari survei ke kalangan CFO, termasuk di Indonesia, saat ini baru sekitar seper-tiga tugas di bidang finance dikerjakan oleh teknologi. Namun, Accenture percaya bahwa nantinya 60-80% aktivitas akunt-ing dan tugas-tugas semacamnya itu bisa diotomasi. Kabar baiknya, lebih dari 70% CFO yang disurvei di Indonesia pun su-dah menyatakan tengah mengeksplorasi bagaimana penggunaan teknologi disruptif (seperti Robotic, Big Data Analytics, Artificial Intelligence, Blockchain, ataupun Augmented Reality) bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi perusahaan.
Jadi, agar sukses sebagai “the new CFO”, sudah pasti para CFO itu harus piawai se-bagai finance leader. Agar tak terperosok, mereka pun harus taat aturan dan etis dalam berbisnis. Yang tak kalah penting, mereka harus punya mentalitas adaptif dan siap mereposisi peran lamanya dalam merespons dinamika perubahan, termasuk paham dengan perkembangan dan tren teknologi. Istilah gaulnya, harus punya “paket komplet”.
Patut disadari, tantangan di era seka-rang --ketidakmenentuan dan disrupsi teknologi-- bisa menjadi pedang bermata dua: menenggelamkan atau melesatkan sang CFO. Kita berharap para CFO bisa memanfaatkan kesempatan mengambil peran yang lebih besar itu dengan dukungan teknologi. Inilah saatnya.§
Sudah begitu, kantor akuntan publik yang bertugas menjadi auditor independennya pun terkesan ikut menutupi kebohongan ini.
Nah, pada kasus-kasus kesalahan in-vestasi yang kemudian diikuti manipulasi laporan keuangan seperti ini, peran seorang CFO cukup signifikan. Di Enron, sang CFO-nyalah yang punya banyak inisiatif bisnis baru, yang akhirnya menciptakan gunungan utang bagi Enron. Begitu pula dengan lang-kah amat ekspansif yang dilakukan World-com yang mengakuisisi banyak perusahaan besar, tetapi kemudian rontok karena dot-com bubble. Mengenai manipulasi laporan keuangan menyusul kehancuran kinerja finansial, tak mungkinlah bila para CFO-nya itu tak mengetahuinya.
Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya.
Dengan demikian, tak mengherankan pula, bila suatu perusahaan dinilai suk-ses, selain kepada CEO perusahaan yang bersangkutan, pujian juga biasanya di-arahkan kepada CFO-nya. Bahkan, kepada para CFO yang dinilai berprestasi, karpet merah seakan tergelar untuk perjalanan karier profesionalnya. Entah dipromosikan menjadi bos keuangan di perusahaan yang lebih besar dan prestisius, atau bahkan dipromosikan sebagai CEO perusahaan.
Di Tanah Air pun, sudah cukup banyak CFO berprestasi yang “naik pangkat”. Sebagian di antaranya, Tumiyana yang se-belumnya CFO PP (Persero), dipromosikan sebagai CEO PP (Persero) dan selanjutnya hingga kini menjadi CEO Wika. Kenaikan karier semacam itu juga dialami Gidion Hasan, yang sebelumnya merupakan CFO United Tractors (UT), lalu diangkat sebagai CEO UT, dan kini menjadi Direktur Astra International, perusahaan induk UT.
Contoh lainnya, Honesty Basyir, kini menjabat sebagai CEO Kimia Farma setelah sebelumnya menjadi CFO Telkom. Ada pula Arief Budiman yang sebelumnya CFO Pertamina (Persero) lalu dipercaya sebagai CEO Danareksa.
Namun, meskipun posisi CFO menawar-kan peran strategis dan peluang karier yang besar, tantangan di era sekarang relatif lebih berat. Yang paling jelas adalah kondisi keti-dakmenentuan (diistilahkan VUCA) yang kini sudah dianggap jamak (the new nor-mal). Juga, adanya perkembangan teknologi yang mendisrupsi pola kerja lama. Sebagai
26 | SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019
SAJIAN UTAMA
Teknologi digital telah mendisrupsi banyak hal, mulai dari cara kita memesan makanan, memesan jasa transportasi, hingga cara kita berbisnis. Perubahan tidak pernah terjadi secepat
sekarang. Apa yang kita lihat adalah ketidakpastian dan volatility. Dampaknya pun sampai ke ranah keuangan. Begitu kata Yin Sern Lim, Direktur Pengelola Chief Financial Officer (CFO) & Enterprise Value Accenture di ASEAN. Ekspektasi terhadap keuangan, menurut Lim, perlu didefinisikan ulang.
Peran CFOyang Makin Kayadi Era DigitalDigitalisasi di ranah keuangan memunculkan peran-peran baru bagi komandan keuangan perusahaan. Karena itu, para CFO dituntut untuk mendefinisikan ulang peran mereka. Survei The CFO Reimagined yang diselenggarakan Accenture dan majalah SWA mengungkap apa saja peran baru tersebut dan bagaimana menyiapkan SDM keuangan.
Kusnan M. DjawahirRepORTASe: AnASTASiA AnggORO SuKSMOnOwATi,
ARie LiLiyAh, ChAnDRA MAuLAnA, heRning
BAniReSTu, JeihAn KAhFi BARLiAn, niSRinA SALMA,
SRi niKen hAnDAyAni, VinA AnggiTA DAn yOSA
MAuLAnA
RiSeT: ARMiAD MuRDiAnSAh
Selain itu, digital juga mendisrupsi model tradisional dan menciptakan hal baru.
Arief Budiman, mantan CFO PT Pertamina (persero) yang kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Danareksa (Persero), pun mengakui, berbagai teknologi baru atau tren baru itu minimal mengubah operasi bisnis, termasuk operasi di fungsi keuang
an. Menurut Arief, yang namanya VUCA (volatile, uncertainty, complexity, dan
ambiguity) dari dulu juga sudah ada karena tidak ada
manusia yang bisa memprediksi
masa depan. Namun, memang tingkat k e c e p a t a n p e r u b a h a n saat ini sangat tinggi.
SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019 | 27
membuat perusahaan lebih efisien, melalui adopsi teknologi digital pada seluruh sektor bisnis. Hasil lainnya, 73% CFO Indonesia dan 77% CFO global fokus pada pencarian tentang bagaimana teknologi baru ar-tificial intelligence (AI), block-chain, dll. dapat memberikan manfaat kepada perusahaan secara keseluruhan.
Para CFO saat ini, Prihadiyanto melanjutkan, harus berperan aktif semenjak awal investasi untuk implementasi digital di perusahaannya. Misalnya, mereka melakukan business case/feasibility study dari sebuah investasi. Dari business case tersebut, mereka juga perlu mengevaluasi/memprioritaskan investasinya, lalu menyiapkan agenda/timeline untuk implementasinya. Sementara itu, pada saat jalan, mereka juga perlu memastikan implementasi itu bisa berjalan sesuai dengan timeline.
Panji Irawan, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, mengungkapkan, CFO tidak lagi hanya fokus pada proses penyusunan laporan keuangan, melainkan telah memainkan peran penting dalam menentukan strategi perusahaan dan terlibat aktif dalam proses transformasi bisnis, serta menjadi mitra strategis bagi perusahaan yang dipimpinnya. CFO berkesempatan m e n j a d i c h i e f value officer (CVO) dengan fokus pada penciptaan value bagi perusahaan. CFO juga berperan sebagai enablers yang membiayai investasi/ekspansi bisnis perusahaan dalam hal digital ataupun nondigital. CFO dalam hal ini berpe
keuang an perusahaan lewat transformasi digital. Ketiga, (bagaimana mereka) membangun talent keuangan masa depan,” Lim menjelaskan.
Hasilnya, tingkat adopsi mereka terhadap teknologi, baik survei global maupun survei di Indonesia, masih 34%. Mengapa baru 34%? Menurut Prihadiyanto, Direktur Pengelola Accenture Indonesia, itu karena butuh waktu dan persiapan. “Jadi, mereka perlu menghitung dulu prosesproses mana yang bisa diotomasi dan investasinya berapa, serta bagaimana support dari partner mereka,” katanya. Walaupun demikian, dari hasil survei tersebut, mereka melihat bahwa dalam 23 tahun ke depan, bisa sampai 59% proses keuangan secara keseluruhan sudah memanfaatkan teknologi digital. Sementara secara global hanya 45%. “Accenture percaya bahwa 6080% pekerjaan akuntansi pada data historis akan bisa diotomasikan,” kata Lim.
Tajamnya peningkatan adopsi teknologi di bidang keuangan pada perusahaanperusahaan di Indonesia dalam tiga tahun ke depan tersebut, Prihadiyanto menjelaskan, karena di negara berkembang para CFO mendapat tekanan lebih besar lantaran pasarnya dinamis, ada perubahan cepat, dan growth-nya tinggi. “Untuk menunjang bisnis di market yang dinamis, membuat sesuatu yang berbeda dari sisi efisiensi, transparansi, dan ketepatan informasi, maka mereka merasa perlu menggunakan teknologi untuk mengimprove proses di departemennya,” katanya.
Riset ini juga menemukan fakta, 44% CFO Indonesia dan 47% CFO Global mengatakan bahwa fungsi keuangan itu proaktif dan terkoneksi pada fungsi bisnis lain. Lalu, sebanyak 90% CFO Indonesia dan 77% CFO global setuju bahwa fokus pada leading effort bisa
SeKarang peran CFO berubah Dari FOKuS paDa bottom line MenjaDi paDa front line. Yin Sern LimDirektur pengelola CFO & enterprise Value Accenture di ASeAn
Di ranah keuangan, Arief menambahkan, sebetulnya banyak hal yang terpengaruh, mulai dari yang sifatnya transaksional sampai contracting. Di bisnis sendiri, juga banyak yang model bisnisnya berubah. Maka, yang paling optimal bagi CFO adalah melihat dampak teknologi, skill yang dibutuhkan untuk masa depan, dan model bisnis baru, sehingga mereka mampu melihat bagaimana bisa menciptakan nilai dari operasi perusahaan. Jadi, CFO harus senantiasa melihat tren, teknologi, dan skill, juga melengkapi dirinya karena perubahannya sangat cepat. “Tidak bisa semuanya dipelajari sendiri, tapi bisa memperkuat tim dan divisi, memperluas jaringan, dan sebagainya,” ia menegaskan.
Tren tersebut tentu menarik ditelaah lebih dalam lagi. Untuk itu, Accenture menyelenggarakan survei yang diberi label The CFO Reimagined Survey. Secara global, survei dilakukan dengan melibatkan 700 lebih CFO dan sekitar 200 CFO junior (next generation CFO). Menurut Lim, ini merupakan studi terbesar yang pernah dilakukan Accenture. Survei yang sama pun dilakukan di Indonesia, bekerjasama dengan majalah SWA, yang melibatkan 73 responden, yang terdiri dari 46 CFO dan 27 manajer senior di departemen keuangan atau yang setara. “Melalui riset ini, kami ingin mengeksplorasi prioritas CFO dan ambisinya pada iklim digital saat ini,” katanya.
Dalam survei ini, juga dilakukan serangkaian wawancara untuk mengetahui secara detail bagaimana CFO bisa menciptakan nilai untuk bisnisnya, mendrive efisiensi baru, dan menggerakkan organisasi ke masa depan berbasis digital. “Yang kami gali, pertama, bagaimana CFO mendigitalisasi keuangan dan memanfaatkan data. Lalu, bagaimana mereka memimpin departemen
28 | SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019
SaJian Utama
Di indonesia 44% eksekutif keuangan mengatakan bahwa fungsi keuangan bersifat proaktif dan terhubung dengan fungsi bisnis lain, sedangkan pada survei di tingkat global 47% mengatakan demikian.
indonesia Global
hampir seluruh eksekutif keuangan (90%) di indonesia berfokus pada upaya menjadikan perusahaan/organisasi lebih efisien, melalui adopsi teknologi digital di semua lintas bisnis, sedangkan survei global hanya menunjukkan 77%.
CFo reimaGined SUrVeY2019
44% 47%
indonesia Global
90% 77%
Berperan sebagai mitra bisnis
Berperan sebagai Digital Stewards
Proporsi Tugas Keuangan Dilakukan Oleh Teknologi
3 dari 4 eksekutif keuangan di indonesia dan global berfokus pada eksplorasi bagaimana dampak dari teknologi baru (seperti Big Data, Artificial Intelligence, Blokchain,dll) bisa bermanfaat bagi perusahan
secara keseluruhan.
indonesia
73%Global
77%
Eksplorasi teknologi baru
eksekutif keuangan di indonesia dan global berpendapat bahwa 34% dari tugas keuangan saat ini dapat dilakukan oleh teknologi. namun untuk
3 tahun ke depan, eksekutif keuangan di indonesia merasa bahwa 59% dari tugas keuangan dapat dilakukan oleh teknologi.
SAAt ini 3 tAHun MendAtAnG
indonesia indonesia
34% 59%
34% 45%Global Global
Peran BarU YanG mUnCUL dan menGGantiKan Peran YanG ada diKarenaKan era diGitaL Saat ini
KETERAMPILAN BARU UNTUK CARA KERJA BARU
innovation & Creativity
experience design
Critical thinking & Learning agility
Customer advocacy
insight-Savvy, intellectually honest
StrateGiC inteLLiGenCe eXeCUtion
Value architecture
Profit Stewardship
insight interpretation
Problem Solving & analytic acumen
Business domain expertise
Collaborative
agile operation
Functional expertise
efficiency Creation
optimization expertise
Collaborative/Service oriented
Continuous improvement
1. teknologi seluler
2. Fungsionalitas berbasis aplikasi
3. Software-as a Service (SaaS)
1. Predictive analytics
2. in-memory Computing
3. Security threat intelligence Platform
4. robotics Process automation
5. artificial intelligence
6. Blockchain
7. augmented reality
Teknologi yang Saat Ini Digunakan oleh Beberapa Staf Keuangan di Indonesia
Belum banyak diterapkandan beberapa dalam tahap pilot project
SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019 | 29
indonesia
indonesia
global
global
Karakteristik - karakteristik unggulan/teratas yang harus dimiliki CFO menurut responden di indonesia yaitu : cara kerja yang agile dan responsif;
berorientasi risiko strategis. Sedangkan menurut responden global, berorientasi strategis dan berwawasan teknologi baru harus dimiliki oleh CFO.
Di indonesia, kemampuan yang paling dibutuhkan dalam perekrutan eksekutif junior adalah pengetahuan keuangan dan akuntansi
tradisional, analitik dan data science. Sementara, di tingkat global, kemampuan yang harus dimiliki calon eksekutif junior adalah analitik,
data science, dan kemampuan berinovasi.
Karakteristik - Karakteristik Teratas CFO
Diperkirakan di masa depan 80% kegiatan dari peran akuntan saat ini dapat dilakukan oleh teknologi/robot, sedangkan 20% sisanya hanya sebagai RpA (Robotic Proccess automation) Manager
Data scientists akan menjadi peran yang penting untuk melakukan analisa keuangan di masa yang akan datang
PERGESERAN TENAGA KERJA KEUANGAN
ENTERPRISE CAPITAL OPTIMIZERS
PERAN SAAT INI
MANUSIA TEKNOLOGI (AI/Robots)
ACCOUNTANTS
BUDGET ANALYSTS
FINANCIAL ANALYSTS
TAX EXAMINERS & PREPARERS
AUDITORS
Adaptive Workforce
TREASURERS
Fixed Workforce
80%
80%
30%
60%
80%
20%
20%
70%
40%
20%
40% 60%
RPA MANAGERS
SCENARIO MODELLERS
DATA SCIENTISTS TAX ANALYTICS ADVISORS ECONOMIC GUARDIANS
KEAHLIAN MASA DEPAN
Technology
Keahlian yang Sangat Penting untuk Perekrutan Eksekutif Keuangan Junior
Cara kerja yang
agile dan responsif
Keuangan dan
akuntansi tradisional
Berwa-wasan
teknologi baru
Kemam-puan
berino-vasi
ran melakukan assessment awal, cost/capital allocation, dan restrospective monitoring. Dalam membiayai inisiatifinisiatif strategi tersebut, CFO juga harus mampu memproyeksikan cash flow perusahaan dan mencari sumber pendanaan baru.
Panji menambahkan, perubahan perilaku nasabah ke arah digital channel menyebabkan berubahnya tuntutan terhadap kenyamanan bertransaksi. Maka, dalam beberapa tahun ini Bank Mandiri fokus meningkatkan investasi di sisi teknologi informasi (TI). “Kami tidak ragu dalam berinvestasi menggunakan capex (capital expenditure) demi pengembangan IT Bank Mandiri. Kami juga memahami data dalam mengambil keputusan yang tepat. Bank Mandiri saat ini sudah memiliki Digital Banking Roadmap; salah satu inisiatif yang dikembangkan adalah Digital Channel Sales, Onboarding & Servicing (SOS),” ia menerangkan.
Begitu pun di PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (Antam). Dimas Wikan Pramudhito, Direktur Keuangan BUMN ini, mengatakan bahwa teknologi melekat di direktorat keuangan, yang artinya tupoksi (tugas, pokok, dan fungsi) TI menjadi role direktur keuangan. Beberapa inovasi dan migrasi sistem memang berada di bawah direktorat keuangan, sehingga involvementnya sangat kuat dan dekat.
Stephen Then, CFO Grup Sintesa, mengungkapkan bahwa CFO, kalau diibaratkan di pesawat, seperti wing man, artinya menjadi tangan kanan CEO. Dia harus memberikan arahan atau pandangan lain kepada CEO: di mana target perusahaan, kita sudah sampai di mana, tantangan ke depan seperti apa. Wing man harus memberikan pandangan yang clear kepada CEO. Dia harus memberikan nilai tambah, bagaimana perusahaan bisa mendapatkan
LiMA PendOrOnG trAnSFOrMASidAn eVOLuSi PerAn cFO
Yin Sern Lim,Direktur pengelola CFO & enterprise Value Accenture di ASeAn
target dan objektifnya sesuai dengan yang direncanakan, serta menyampaikan hambatanhambatannya.
Demikian juga dalam proses digitalisasi dan digitisasi, lanjut Stephen, CFO memberikan arah an kalau pasar bergerak ke arah sini. Kalau tidak mengikuti, objektif perusahaan tidak akan teraih secepat yang diharapkan. Mendukung proses bisnis makin signifikan dengan digitalisasi. “Wing man tidak menyetir perusahaan, tapi memberikan
StrategisBerorientasi
risiko
analitikdata Science
Meningkatnya ekspektasi jajaran direksi, CeO, dan perusahaan terhadap CFO.
Meningkatnya ekspektasi kontrol dan kepatuhan yang didorong oleh regulasi dan ekspektasi pelanggan.
Adanya tekanan untuk tumbuh dan meningkatnya profit.
Kekuatan data; ada ledakan volume data yang (untuk menanganinya) memerlukan fokus dan kapabilitas baru.
1
Cepatnya perubahan.2
3
4
5
30 | SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019
SAJIAN UTAMAbusi dalam keputusan investasi tentang teknologi baru perusahaan. Kedua, membantu bisnis memahami model ekonomi yang melandasi investasi. Dan, ketiga, mengevaluasi teknologi perusahaan.
Sebenarnya, di era teknologi digital ini, kata Prihadiyanto, peran CFO adalah untuk membantu jajaran direksi dalam menggunakan teknologi di area mereka, apakah akan punya dampak yang besar terhadap kinerja perusahaan. Juga, untuk melihat apakah inisiatif digital dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi atau memberikan insight dalam prose pengambilan keputusan di perusahaan.
CFO saat ini harus bisa menggunakan data untuk mendorong nilai, meningkatkan efisiensi, dan menghasilkan strategi. Dengan peningkatan pertumbuhan data, data storytelling akan menjadi fitur penting untuk profesional di bidang keuangan. Dan, data tersebut bisa mencakup data pasar, data media sosial, data pemasaran, data risiko dan kepatuhan, data makroekonomi, data finansial, serta data operasional. “Data tersebut akan bisa memprediksi perilaku konsumen, dan menghasilkan rekomendasi untuk perusahaan,” ungkap Lim.
Lim menegaskan, teknologi dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas keuangan untuk menghasilkan insight dan membuatnya jadi solusi menangmenang bagi people dan organisasi. Bagi people, teknologi dapat menggantikan pekerjaan transaksional, menghasilkan skill baru yang meningkatkan nilai profesionalitas mereka, juga people bisa memiliki waktu lebih banyak untuk pengembangan pribadi. Sementara bagi organisasi, teknologi mampu membantu menyediakan data secara cepat dan akurat, sehingga dapat meningkatkan fungsi finance senbagai business partner.
dang data analisis dan skenario modeling, terutama yang menggunakan teknologi.
Menurut Lim, dari segi ta-lent, akan muncul peranperan baru dan peran yang sudah ada akan berubah karena era digital. Soft skill akan menjadi sama pentingnya dengan hard skill untuk eksekutif keuangan. “Sudah saatnya CFO mendapatkan kekuatan dari digital. Buktinya jelas, CFO kini adalah strategic player pada posisi tinggi yang berperan sebagai inovator dan disruptor, memanfaatkan data analitics, dan insight untuk memengaruhi C-suite (direksi) dan mengarahkan unit bisnis untuk memunculkan nilai baru,” katanya.
Tak pelak lagi, seperti kata Harry M. Zen, CFO Telkom, CFO harus aware dan mempunyai willingness untuk membawa per usahaan ke arah digital. Tanpa itu, meskipun perusahaannya memimpin pasar atau memiliki aset besar, akan percuma. Lalu, sifatnya harus top-down. CFO bisa saja mempush CEO di level manajemen tertinggi untuk mengambil keputusan. Di lapangan, CFO harus memahami penentuan strategi digitalisasi yang tepat, baik dari segi teknologi, tim-ing, maupun sasaran. CFO harus bisa melihat bahwa proses digitalisasi, baik internal dan eksternal, merupakan sesuatu yang long-term, karena value enhancement terkadang tidak tercipta hanya dalam 12 tahun.
Arief menambahkan, selain skill fungsional yang sederhana, tentunya perlu memiliki skill adaptability juga. Bagaimana belajar dengan lebih cepat, memperluas jaringan, berpikiran terbuka, yang sifatnya lebih ke arah softskill. “Memang itu yang dibutuhkan saat ini karena pengetahuan kita 510 tahun lalu sudah berubah sehingga perlu direfresh kembali untuk kebutuhan 510 tahun ke depan,” katanya.§
Atribut Kunci cFO MOdern, AntArA LAin:
Yin Sern Lim,Direktur pengelola CFO & enterprise Value Accenture di ASeAn
arahan dan pandangan, apa yang harus dilakukan,” Stephen menegaskan.
Menurut Lim, sekarang peran CFO berubah dari fokus pada bottom line menjadi pada front line. Mereka memiliki tiga peran, yaitu sebagai pemimpin keuangan (memimpin efektivitas dan efisiensi fungsi keuangan), mitra bisnis (mendorong nilai perusahaan), dan pelayan nilai digital (membuat nilai baru dalam dunia digital).
Dengan peran sebagai pelayan digital, lanjutnya, CFO mengendalikan keputusan besar perusahaan, termasuk investasi teknologi. Caranya, pertama, dengan berkontri
para CFO Saat ini haruS berperan aKtiF SeMenjaK awal inveStaSi untuK iMpleMentaSi Digital Di peruSahaannya. PrihadiYantoDirektur pengelola Accenture indonesia
Lim memprediksi, di masa depan, cara kerja bisnis akan sangat bergantung pada teknologi. Tahun 2020, 30% chief in-formation officer (CIO) akan memasukkan artificial intelli-gence (AI) dalam top 5 prioritas investasinya. Tahun 2020, 25% organisasi yang menggunakan RPA akan memiliki lebih dari dua tool. Tahun 2021, 80% layanan pelanggan akan dikerjakan oleh agen AI, dan satu dari tiga pekerja akan digantikan oleh robot pada tahun 2025.
Maka, tantangan CFO sekarang adalah bagaimana menyiapkan SDM untuk menghadapi era digitalisasi. Prihadiyanto bercerita, dari beberapa diskusi dengan CFO, terdapat skillset baru yang dibutuhkan oleh next leader di bidang keuangan. Skillset baru itu terutama di bi
Memiliki pengaruh luas pada hasil dan arah dari organisasi keseluruhan, bukan hanya di bidang keuangan.
Mengubah fokus menjadi lebih proaktif, melihat ke depan, serta inklusif terhadap data lama dan baru.
Fokus pada penyampaian nilai perusahaan.
Memastikan digital skill semakin tinggi dan diletakkan pada semua fungsi di perusahaan.
1
2
3
4
PrihadiYanto, Direktur pengelola Accenture indonesia
SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019 | 31
Para komandan keuangan menyadari bahwa disrupsi teknologi digital telah membuat peran mereka berubah. Mereka pun sudah memanfaatkan teknologi digital untuk menunjang tugastugas mereka dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Inilah kata mereka tentang digitalisasi di bidang manajemen keuangan.
C hief financial officer (CFO) tidak lagi hanya fokus pada proses penyusunan laporan keuang
an, melainkan telah memainkan peran penting dalam menentukan strategi perusahaan, terlibat aktif dalam proses transformasi bisnis,
Panji IrawanDirektur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri
dan menjadi mitra strategis bagi perusahaan. CFO berkesempatan menjadi chief value officer (CVO) dengan fokus pada penciptaan value bagi perusahaan. CFO juga berperan sebagai enabler yang membiayai investasi/ekspansi bisnis perusahaan, baik dalam hal digital maupun nondigital. CFO dalam hal ini berperan melakukan assessment awal, cost/capital allocation, dan restrospective monitoring. Dalam membiayai berbagai inisiatif strategis tersebut, CFO pun harus mampu memproyeksikan cash flow perusahaan dan mencari sumber pendanaan baru.
Bagusnya, orang keuangan itu netral. Dia tidak terikat secara emosional dalam pemutusan kredit, pengambilan keputusan investasi di bidang teknologi informasi (TI), serta penambahan/pengurangan tenaga kerja. Jadi, kami akan bisa memberikan advice yang sangat netral. Tentunya, kami ingin adanya value creation. CFO harus belajar TI, harus mengerti digital, environment, sosial, dan governance, jadi sangat compli-cated sekarang.
Dalam kacamata CFO, investasi adalah biaya. Dan, kami melihatnya bisa lima tahun atau tiga tahun umurnya, tergantung pada munculnya sistem yang nantinya menggantikan. Jadi, di mana peran CFO? Dalam hal ini, sebetulnya resource al-location dalam bentuk capital expenditure (capex). CFO akan melihat, kalau ini berujung
pada percepatan, akan menambah produktivitas. Dan, ini akan membuat penambahan kemampuan di Bank Mandiri dalam memproses limit kredit untuk konsumen. Berarti ada penciptaan nilai baru. Itu kami yang approve. Kalau kami tidak lakukan ini, akan ketinggalan zaman.
Jadi, CFO harus memiliki technical skills yang terkait dengan bidang yang mencakup management control, cash flow management, serta financial & corporate planning. Mereka harus beradaptasi dengan perubah an, juga memiliki kompetensi digital dan kemampuan data analytics yang bisa melihat insight dari sebuah kumpulan data.
Selanjutnya, CFO juga harus punya kemampuan forward looking dalam merumuskan strategi perusahaan dengan baik serta mampu mengomunikasikan strategi tersebut ke seluruh lapisan organisasi dan external stakeholders, punya kemampuan melakukan terobosan strategis keuangan yang inovatif sekaligus tetap menjaga kondisi keuangan tetap sehat, punya kemampuan membuat transformasi proses bisnis dan menopang pengembangan strategi yang tepat dalam pengelolaan kinerja keuangan, serta fokus pada penciptaan value bagi perusahaan. Dalam menetapkan arah strategi perusahaan, CFO harus memiliki pola pikir “value added creation” dan “become a chief value officer”.§
Apa Kata CFOtentang Digitalisasidi Ranah Keuangan?
32 | SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019
SAJIAN UTAMA
C FO bersama chiel executive officer (CEO) harus bisa membawa organisasi ke
depan dan tumbuh. Maka, tentu saja, untuk basic accounting dan finance tetap perlu. Namun, ke depan, commercial skills penting, begitu juga dengan memahami return dan manajemen risiko. Yang paling penting adalah kemauan belajar. Dengan hadirnya dunia digital, kemampuan analisis data sangat penting.
Skill yang perlu diasah dan dimiliki oleh generasi muda untuk menjadi CFO yang andal yaitu kemampuan memberikan insights dan forward looking analysis, mengantisipasi, dan menavigasi. Di departemen keuangan, kami banyak membuat dan memakai modeling, forecast, analisis skenario, dan sebagainya. Dengan demikian, kemampuan profesional keuang an untuk mengolah dan menganalisis data, bekerja dengan model, dan membuat model, termasuk secara digital, menjadi penting.
Tidak hanya kemampuan untuk bekerja dengan angka
dan model, judgement yang kuat beserta pengetahuan dan commercial capabilities membantu seseorang mengidentifikasi problem secara tepat serta mencari solusi yang tepat pula. Selain itu, communication skills juga penting. Eksekutif keuangan perlu bisa mengartikulasikan suatu permasalahan dan solusi dengan baik, juga dalam hal mengengage stakeholders.
Untuk mengembangkan keahlian seperti itu, baik basic financial skills maupun digital, kami berikan exposure dan kesempatan bagi anakanak untuk melakukannya. Jadi, yang mengerjakan reporting tidak selalu di situ, tetapi dia tahu basicnya untuk kemudian masuk ke business finance. Untuk digital skills, kami berikan exposure dan training di bidang digital untuk data analytics. Ke depan, akan ke predictive ana-lytics, dan untuk bank sendiri, nasabah kami semakin banyak yang sudah digital, begitu pun pesaing, sehingga kami harus beradaptasi ke arah situ.§
Hanna TaniCFO Bank BTPN
D alam pemanfaatan teknologi di PT PP Properti Tbk., kami sebagai CFO berperan
dalam approval anggarannya. PP Properti punya tim TI, yang mencari dan merekomendasikan halhal apa yang baru buat kemajuan kami, baik itu untuk internal organisasi maupun untuk eksternal, untuk konsumen kami, dan sebagainya.
Dalam approval anggaran tersebut, yang kami lihat, pertama, benefitnya bagi perusahaan, sehingga masalah mahal atau murah itu menjadi relatif. Sebab, jika benefitnya banyak buat perusahaan dan bisnis kami, investasi kecil atau besar menjadi tidak terlihat lagi. Dan, kini PP Properti punya prinsip “One step ahead’. Jadi, inovasi, inovasi, dan inovasi.
Peran CFO memang berubah. Pertama, dulu CFO dalam membaca report butuh waktu relatif lama. Sekarang, kecepatan membaca laporan hingga membuat keputusan itu dibutuhkan. Caranya, ya dengan melek teknologi. Ini akan sangat membantu bagi seorang CFO. Kedua, CFO sekarang juga harus
mengenal sejumlah sumber pendanaan. Dulu kan cuma ada perbankan, sedangkan sekarang ada banyak pilihan sumber pendanaan, misalnya obligasi dan medium term notes. Kemudian, membuka komunikasi yang luas dengan semua divisi, yang kini juga semakin mudah karena teknologi tidak harus ketemu, cukup lewat chat.
Sekarang pun, laporan keuangan diperbarui setiap hari, karena mengumpulkan laporan dari semua proyek kami di seluruh Indonesia saat ini jadi lebih mudah dengan internet, dalam sehari sudah jadi. Sekarang, kalau rapat cash flow untuk seluruh proyek kami, saya tidak perlu lagi mengundang mereka ke Jakarta. Kami cukup lakukan melalui video conferen-ce, dan rapat sudah bisa jalan. Itulah salah satu teknologi yang kami gunakan.§
IndaryantoCFO PT PP Properti Tbk.
SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019 | 33
B anyaknya perubahan di teknologi atau hal baru membuat seorang CFO
harus lebih bisa catch up dengan hal itu. Biasanya tiap orang fokus pada areanya, tetapi CFO orang pertama yang melihat, apakah suatu hal cocok untuk diimplementasikan, apakah cocok untuk dieksplorasi. Pekerjaannya meningkat karena CFO yang harus mengikuti perkembangannya.
Karena itu, kualifikasi yang perlu dimiliki CFO, pertama, harus mengerti bisnis. Tidak boleh hanya membatasi diri dalam tanggung jawab pelaporan keuangan. Dia harus menjadi salah satu driver di tim senior untuk mendrive bisnis. Dalam hal ini, dia harus kuat dalam pemahaman model bisnis. Apakah disrupsi yang ada betulbetul mendisrupsi model bisnis yang existing atau tidak. Jadi, dia harus bisa mendefinisikan, mengklarifikasi.
Kedua, dia juga harus kuat dari segi strategi. Setiap ada perubahan model bisnis atau lanskap di industri, dia harus bisa mendrive dan menfasilitasi tim senior untuk menyusun strategi baru, dan memastikan organisasi bisa bereaksi terhadap perubahan yang ada. Jadi, dia harus pastikan dulu ada perubahan model bisnis atau tidak, lalu ketika itu berubah, dia bisa memfasilitasi diskusi.
Ketiga, setelah strategi diputuskan, seorang CFO juga harus bisa memastikan eksekusinya dilaksanakan. Reporting itu tradisional, begitu juga internal control dan financing. Namun, aktivitas rutin tersebut juga tidak boleh ditinggalkan. Jangan sampai ketika kita mengejar masa depan, yang sekarang dilupakan sehingga ada kebocoran dan segala macam.§
Sony MayuviCFO Grup Blue Bird
Haru KoesmahargyoCFO Bank Rakyat Indonesia
S aat ini kami sudah melakukan adopsi teknologi, yang kami sesuaikan dengan ke
butuhan masyarakat. Teknologi yang kami adopsi bukan hanya memangkas biaya, tetapi juga menciptakan peluang bisnis. Saat ini, kami telah mememiliki BRISpot untuk cutting turn-around time. Petugas di unit sudah paperless. Mereka sekarang menggunakan ponsel, sehingga proses kredit yang sebelumnya dua minggu, sekarang bisa dua hari. Selain itu, lewat aplikasi BRI Mobile, kami juga bisa memasarkan produk kami, misalnya deposito dan asuransi.
Fungsi keuangan adalah melayani semua pihak. Finance masuk ke dalam strategi korporat. Tahun depan kami ingin membuat corporate plan, yang punya fungsi ekonomis di sana. Kami akan menggunakan sumber resmi dari pemerintah dan para ekonom untuk membuat simulasi ke mana arah suku bunga, ke mana arah bisnis, dan mau tumbuh ke mana dengan menggunakan teknologi. Kami juga akan memanfaatkan data dan informasi untuk dianalisis.
Saat ini kami bekerjasama dengan Investree. Mereka cepat mendapatkan prospective bor-
rower untuk dibawa ke kami. Nah, kami sebagai orang finance akan pilih mereka. Namun, perlu diingat, bank merupakan lembaga yang highly structured dan highly regulated, sehingga kami harus berhatihati. Nah, selain mendapatkan data dan informasi tersebut, kami juga memiliki scoring sendiri. Jadi, kerjasama tersebut hanya menambah dan memperkaya analisis.
Divisi keuangan menyuplai informasi kepada departemen lain agar mereka dapat mengambil keputusan dengan benar dan akurat. Departemen bisnis akan menilai, jika di posisi A kirakira bunganya berapa, karena semakin besar perusahaan, demanding-nya tinggi. Boleh tidak jika kredit bunganya diturunkan, apakah profitable jika berbisnis dengan A? Kemudian, departemen ini juga harus mencari bisnis apa saja yang si A lakukan, berapa fee yang diterima, berapa pendapatan bunga yang diterima. Dengan teknologi yang digunakan, semua transaksi yang dilakukan oleh A dikumpulkan, sehingga kita dapat memberikan profil nasabah A. Dengan demikian, divisi bisnis bisa melakukan pricing yang tepat, bukan karena perasaan. Itu adalah fungsi divisi keuangan yang harus dibantu teknologi.§
34 | SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019
SAJIAN UTAMA
D igitalisasi ada dua aspek. Pertama, digitalisasi internal perusahaan. Kami
harus mendigitize diri sendiri dengan baik. Contohnya, kami telah lama menggunakan ERP (Enterprise Resources Planning). Kedua, digitilize terhadap konsumen melalui berbagai produk dan layanan kami.
Aspek digitalisasi internal kami lakukan secara gradual dan sejalan dengan transformasi bisnis di Telkom. Contohnya, IndiHome sebagai bisnis yang relatif baru yang diluncurkan pada 2015, sejak tahun lalu bersama bisnisbisnis lain melakukan digitalisasi, baik internal maupun untuk konsumen. Pada akhir 2017 atau awal 2018, kami sudah bisa memperoleh insights secara digital, misalnya potensi demand, penyebaran alat produksi, dan utilisasi alat yang telah diinstal. Kemudian, ada sistem digital yang dapat memantau kinerja teknisi.
Dalam hal digitalisasi eksternal di kurun waktu yang sama, kami juga mulai mengukur cus-tomer experience melalui setiap tahapan aktivitas pelanggan
atau customer journey terhadap IndiHome. Pengukuran telah dilakukan secara digital yang didukung dengan aplikasi myIndiHome.
Peran saya dalam digitalisasi, yang tentunya relatif tidak murah, pertama adalah budgeting. Saat penyusunan anggaran, kami yang kawal. Artinya, suatu proses digitalisasi perlu dilihat, antara lain, memakan waktu berapa lama, dampak terhadap profit & loss seperti apa, apakah sifatnya capex (capital expend-inture) atau opex (operating expenditure), semua hal itu kami perhitungkan. Intinya, kami dari keuangan melihat proses transformasi digital terhadap profit & loss, sebab hal ini bukan sesuatu yang murah serta belum tentu dampaknya akan dirasakan secara instan.
Transformasi sebagai bagian dari keseharian perusahaan membuat peran kami tidak terlihat perubahannya. Dari segi desain dan implementasi digital, CFO atau bagian keuangan bukan duduk di driver seat, tetapi bisa diibaratkan sebagai kondektur yang membantu sopir dalam mengendalikan kendaraan, mulai dari kebijakan finansial, disiplin budgeting, hingga dampak ke
profit & loss. Hal ini ujungnya akan terlihat pada value enhancement suatu bisnis perusahaan.
I d e a l n y a , seorang CFO atau eksekutif keuangan harus memahami proses bisnis di perusahaannya, termasuk nature bisnisnya dan competi-tiveness di pasar. Sehingga, diharapkan CFO bisa meningkatkan peran keuangan dan membantu m e n g e n d a l i k a n arah perusahaan. §
Harry M. ZenCFO PT Telkom (Persero) Tbk.
D i PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (Antam), teknologi bukan lagi suatu keperluan,
melainkan menjadi kebutuhan untuk menopang kinerja perusahaan. Saat ini kami memiliki aset Rp 32 triliun. Di masa lalu, kekuatan terbesar adalah aset. Kemajuan internet dengan big data, Internet of Things (IoT), telah menjadi suatu kebutuhan dan dapat menyinergikan aset tersebut menjadi suatu kekuatan baru, serta dapat menjembatani ekosistem baru dalam perusahaan.
Asetaset tersebut bisa dimonetasi dengan adanya big data. Platform ini memungkinkan adanya koordinasi di antara asetaset Antam dengan lebih smooth. Kami dapat dengan cepat mengidentifikasi mana saja aset yang produktif dan mana saja yang membebani. Aset yang tidak produktif, depresiasinya besar, dan belum optimal bisa kita pantau melalui teknologi.
Di Antam, teknologi itu melekat di direktorat keuangan; tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
Dimas Wikan PramudhitoDirektur Keuangan Antam
TI menjadi role direktur keuangan. Beberapa inovasi dan migrasi sistem memang berada di bawah direktorat keuangan. Sehingga, involvementnya sangat kuat dan dekat. Teknologi menjadi tantangan tersendiri untuk kami, maka menggarap bisnis ritel menjadi satu peluang baru yang bisa ditingkatkan oleh Antam.
Proses digitalisasi dan data ana-lytics ke depan akan membuat kami ber
semangat dan colorful. Dulu, barometer kekuatan adalah fixed assets, human capital, tetapi sekarang informasi, database, big data, dan artificial intel-ligence. Mereka yang mampu beradaptasi dengan pergerakan zaman, khususnya teknologi, akan survive dan berkembang.
Di Antam, teknologi sangat menjadi prioritas. Dengan data yang banyak, kami dapat menarik data secara efisien dan akurat. Misalnya, kami ingin melihat produksi, penjualan. Kami sudah dapat melihat, misalnya, apakah penjualan ini sudah tepat, atau apakah perlu ada penambahan/pengurangan biaya. Di samping itu, juga dapat memprediksi dan melihat apakah Antam sudah kompetitif di antara perusahaan lain di industri yang sama. Jadi, teknologi berperan sekali bagi Antam dalam melihat masa depan.§
Swanetwork Business Event
Supported by
PARA CFO JEMPOLAN
Jakarta, 28 Agustus. Rabu malam di Ballroom C, Hotel
ShangriLa, Jakarta, Majalah SWA dan Accenture
Indonesia menyelenggarakan pemilihan CFO-CFO
terbaik 2019. Pemilihan para pengelola keuangan
terbaik ini dilakukan melalui panel penjurian yang
melibatkan dewan juri, dimana dari sejumlah CFO tersebut
berhasil dipilih 10 terbaik. Mereka adalah : Ang Andri Pribadi
(CFO PT Selamat Sempurna Tbk), Aditya Dewabroto (CFO PT
Elnusa Petrofin), Ervina Waty (CFO Ismaya Group), Wahyu
Avianto (CFO BNI Syariah), Meylindawati (CFO
PT Asuransi Allianz Life Indonesia), Stephen
Ten (CFO Sintesa Group), Leonardus Wahyu
Wasono (CFO PT Telkom International/Telin),
Eddy Indradi Tirtokusumo (CFO PT Chandra
Sakti Utama Leasing), Daniel Setiawan (CFO
PT Sorini Agro Asia Corp Tbk), dan Sjafitri Sari
Dewi (CFO PT Indo Tenaga Hijau). Mereka yang
menerima penghargaan Indonesia Best CFO
Award 2019.
Acara CFO Forum dan Indonesia Best CEO
Award 2019 dimulai dengan pemaparan hasil
riset dari Accenture tentang Reposisi Peran
CFO yang bernama The CFO Reimagined
yang akan dipresentasikan oleh Yin Sern Lim,
Managing Director, CFO & Enterprise Value,
Accenture in ASEAN.
The CFO Reimagined ini diterbitkan oleh
Accenture di tahun 2018 untuk mengkaji
peran CFO dan transformasi fungsi finance
di era digitalisasi dengan melakukan survei
dan wawancara terhadap CFO dan para
eksekutif keuangan di berbagai macam
perusahaan yang bergerak di lintas industri
di 10 negara. Dengan menggunakan metode
dan pendekatan yang sama, Accenture di
Indonesia juga telah melakukan studi terhadap
CFO dan finance executives di Indonesia dan
membandingkan hasil risetnya dengan hasil
riset global untuk mengetahui kesamaan serta
perbedaan atas peran dan ekspektasi CFO di
era digitalisasi. “Jika kita bandingkan dengan
hasil dari global, hasil survei di Indonesia
menunjukkan bahwa para CFO lebih antusias
untuk mejalankan perannya sebagai digital
value steward. Untuk mencapai hal tersebut
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh para CFO kedepannya, yaitu implikasi dari
implementasi teknologi, termasuk didalamnya
terdapat unsur SDM dan perubahan proses
policy. Para CFO juga yakin bahwa 60% dari
proporsi pekerjaan finance dapat digantikan
oleh teknologi terutama untuk pekerjaan yang
bersifat transaksional, “ katanya.
Sebelum acara penghargaan para CFO
terbaik, acara diawali dengan Sharing
Knowledge atau diskusi, dengan nara sumber:
Ang Andri Pribadi, Aditya Dewabroto, Ervina
Waty dan Leonardus Wahyu Wasono serta
moderator L.N. (Nugi) Tjiptohadikusumo,
Managing Director, Technology Consulting
Lead, Accenture in Indonesia.
Selamat kepada para pemenang dan terima
kasih kepada para partisipan pendukung acara
ini : PT Sorini Agro Asia Corporation Tbk, PT
Telkom International, PT Elnusa Petrofin, PT
Bank BNI Syariah.
Swanetwork Business Event
Supported by
PARA CFO JEMPOLAN
Jakarta, 28 Agustus. Rabu malam di Ballroom C, Hotel
ShangriLa, Jakarta, Majalah SWA dan Accenture
Indonesia menyelenggarakan pemilihan CFO-CFO
terbaik 2019. Pemilihan para pengelola keuangan
terbaik ini dilakukan melalui panel penjurian yang
melibatkan dewan juri, dimana dari sejumlah CFO tersebut
berhasil dipilih 10 terbaik. Mereka adalah : Ang Andri Pribadi
(CFO PT Selamat Sempurna Tbk), Aditya Dewabroto (CFO PT
Elnusa Petrofin), Ervina Waty (CFO Ismaya Group), Wahyu
Avianto (CFO BNI Syariah), Meylindawati (CFO
PT Asuransi Allianz Life Indonesia), Stephen
Ten (CFO Sintesa Group), Leonardus Wahyu
Wasono (CFO PT Telkom International/Telin),
Eddy Indradi Tirtokusumo (CFO PT Chandra
Sakti Utama Leasing), Daniel Setiawan (CFO
PT Sorini Agro Asia Corp Tbk), dan Sjafitri Sari
Dewi (CFO PT Indo Tenaga Hijau). Mereka yang
menerima penghargaan Indonesia Best CFO
Award 2019.
Acara CFO Forum dan Indonesia Best CEO
Award 2019 dimulai dengan pemaparan hasil
riset dari Accenture tentang Reposisi Peran
CFO yang bernama The CFO Reimagined
yang akan dipresentasikan oleh Yin Sern Lim,
Managing Director, CFO & Enterprise Value,
Accenture in ASEAN.
The CFO Reimagined ini diterbitkan oleh
Accenture di tahun 2018 untuk mengkaji
peran CFO dan transformasi fungsi finance
di era digitalisasi dengan melakukan survei
dan wawancara terhadap CFO dan para
eksekutif keuangan di berbagai macam
perusahaan yang bergerak di lintas industri
di 10 negara. Dengan menggunakan metode
dan pendekatan yang sama, Accenture di
Indonesia juga telah melakukan studi terhadap
CFO dan finance executives di Indonesia dan
membandingkan hasil risetnya dengan hasil
riset global untuk mengetahui kesamaan serta
perbedaan atas peran dan ekspektasi CFO di
era digitalisasi. “Jika kita bandingkan dengan
hasil dari global, hasil survei di Indonesia
menunjukkan bahwa para CFO lebih antusias
untuk mejalankan perannya sebagai digital
value steward. Untuk mencapai hal tersebut
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh para CFO kedepannya, yaitu implikasi dari
implementasi teknologi, termasuk didalamnya
terdapat unsur SDM dan perubahan proses
policy. Para CFO juga yakin bahwa 60% dari
proporsi pekerjaan finance dapat digantikan
oleh teknologi terutama untuk pekerjaan yang
bersifat transaksional, “ katanya.
Sebelum acara penghargaan para CFO
terbaik, acara diawali dengan Sharing
Knowledge atau diskusi, dengan nara sumber:
Ang Andri Pribadi, Aditya Dewabroto, Ervina
Waty dan Leonardus Wahyu Wasono serta
moderator L.N. (Nugi) Tjiptohadikusumo,
Managing Director, Technology Consulting
Lead, Accenture in Indonesia.
Selamat kepada para pemenang dan terima
kasih kepada para partisipan pendukung acara
ini : PT Sorini Agro Asia Corporation Tbk, PT
Telkom International, PT Elnusa Petrofin, PT
Bank BNI Syariah.
SWA 17 | XXXV | 5 - 18 SePteMber 2019 | 5
D engan semakin meningkatnya tantangan akibat perkembangan teknologi, para CFO mulai menyadari dampak perkembangan
teknologi terhadap peran mereka. Oleh karena itu para CFO menanyakan apakah pesatnya kemajuan teknologi akan perlahan lahan berpengaruh terhadap peran CFO dan sampai akhirnya menghilangkan peran CFO? Hal inilah yang memicu Accenture untuk mengadakan riset yang dinamakan CFO-Reimagined secara global termasuk Indonesia.
Di luar dugaan, hampir semua CFO (baik global maupun Indonesia) yang kami wawancarai menyatakan bahwa sekarang adalah masa yang paling tepat untuk berevolusi terhadap perubahan teknologi. Evolusi ini sebetulnya sudah dimulai sejak lama secara bertahap, tapi kemudian meningkat pesat pada era digitalisasi. Pada tahun 1950an – 1980an, peran utama CFO dalam suatu perusahaan adalah sebagai akuntan. Seseorang yang menjadi penjaga gawang dari sisi keuangan. Peran ini mulai berubah di era 1990 – 2010an, di mana CFO dituntut untuk menjadi mitra dari bisnis, yaitu berfungsi mendukung pengambilan keputusan bisnis dengan memberikan data dan wawasan bisnis. Dan di era tahun 2020, peran CFO dengan cepat berevolusi menjadi “strategic enabler”, bukan hanya sekedar pendukung yang berperan pasif melainkan menjadi seorang pemimpin yang berperan aktif dan proaktif.
Satu pertanyaan yang sempat terlontar adalah apakah ini berarti fungsi CFO sebagai pendukung dan controller sudah harus ditinggalkan ataupun dikurangi?
Berdasarkan hasil riset dan analisa kami, secara umum, terdapat tiga peran utama CFO:
1. FINANCE LEADER: memimpin fungsi keuangan yang lebih efisien dan efektif
2. BUSINESS PARTNER: mendorong inisiatif untuk meningkatkan nilai dari perusahaan
3. DIGITAL VALUE STEWARD: ini peran baru di mana CFO dituntut untuk men-ciptakan nilai nilai baru dengan menda-yagunakan digital
Jadi bisa disimpulkan bahwa evolusi peran ini tidak mengurangi atau menghilangkan konsep dasar dari keuangan sebagai controller.
Hal ini tergambar dari hasil riset di bawah ini:
Dengan penambahan peran sebagai “Digital Steward” , CFO dituntut untuk mendorong keputusan keputusan strategis perusahaan tidak terkecuali keputusan investasi teknologi. Keterlibatan CFO ini dilakukan dengan cara:
- Keterlibatan langsung sejak saat awal pengambilan keputusan terhadap in-vestasi teknologi
- Memberi pemahaman terhadap bisnis mengenai model ekonomi yang men-dasari investasi
- Mengevaluasi dan melakukan prioritisa-si terhadap opsi opsi investasi
- Menentukan agenda untuk implementa-si teknologi secara menyeluruh
Apakah yang menyebabkan atau mendorong evolusi dari peran CFO ini? Ada 5 penyebab utama yaitu:
1. Meningkatknya ekspektasi dari Direktur Utama, BOD dan seluruh perusahaan
2. Perubahan yang sangat cepat terjadi, terutama di bidang digital harus diantisi-pasi dengan cepat pula.
3. Makin meningkatnya ekspektasi dari sisi kontrol dan kepatuhan yang diaki-batkan oleh regulasi dan ekspektasi masyarakat
4. Tekanan yang semakin tinggi terhadap peningkatan pertumbuhan dan laba perusahaan
5. Semakin meningkatnya peran dari data, dan semakin diperlukannya analisis (data analytic) terhadap data untuk mendapatkan pandangan dan kesempat an-kesempatan untuk per-baikan (misal: penciptaan nilai, penghe-matan biaya). Ini juga yang mendorong munculnya kapabilitas baru untuk meng-analisis data. Hal ini biasa disebut data driven analytics.
Jadi apa yang perlu dilakukan oleh CFO? Ada 3 kata kunci, visioner, kecepatan dan kolaborasi. Definisikanlah kembali visi yang lebih baru dan berani dan ambillah tindakan tindakan yang bisa mendukung visi itu, bukan hanya lebih cepat tapi sangat cepat. Dan jangan melupakan kolaborasi, karena kolaborasi adalah kunci untuk mendukung dan memastikan visi bisa tercapai. •
PERAN CFODI ERA DIGITALISASI
Menyatakan bahwa fokus utama mereka adalah meningkatkan efisiensi proses organisasi secara keseluruhan melalui adopsi teknologi digital
Mengatakan bahwa fungsi Finance sekarang sudah proaktif dan terkoneksi dengan fungsi bisnis lainnya.
44%47%
90%
77%
Fuad Sahid LaleanManaging Director, Accenture in Indonesia
Berdasarkan hasil survei terhadap kurang lebih 100 CFO dan akuntan senior di Indonesia, 70% dari CFO dan akuntan senior yakin bahwa 60% pekerjaan akuntansi yang bersifat rutin di fungsi keuangan dapat didigitalkan atau diotomisasi dalam beberapa
cara. Inisiatif digitalisasi dan otomisasi pada umumnya dapat membantu fungsi keuangan meningkatkan fokusnya pada kegiatan analisis yang memberikan nilai tambah terhadap keputusan strategis bisnis. Hal ini didukung oleh hasil survei yang menyatakan bahwa 82% dari responden setuju bahwa fungsi keuangan harus memiliki kemampuan menganalisis data yang nantinya akan dipergunakan untuk pengambilan keputusan yang bersifat strategis. Salah satu responden kami juga berpendapat bahwa memiliki peran sebagai analis dan ilmuwan data, eksekutif keuangan saat ini juga diharapkan dapat menganalisis data, mengidentifikasi tren, dan membuat data modelling untuk memberikan informasi prediksi ke depan dan memberikan masukan pada bisnis.
Dengan adanya perubahan peran ini, maka para CFO harus mulai mempersiapkan tim fungsi keuangan mereka untuk mempunyai kompetensi yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang lebih bersifat analytical. Tim ini diharapkan dapat mengimbangi perubahan pada jenis pekerjaan dan tuntutan fungsi keuangan di masa depan.
Fungsi keuangan harus mengembangkan diri mereka, mengubah kriteria recruitment, dan mengubah cara pengembangan sumberdaya di fungsi keuangan, sehingga generasi pemimpin keuangan kedepannya dapat berkembang dengan cepat dalam peran keuangan yang telah diperluas ini. Untuk itu fungsi keuangan akan membutuhkan profil talenta yang baru seperti intelegensi keuangan dengan wawasan bisnis yang luas seperti yang diilustrasikan di bawah ini:
Dengan adanya era digitalisasi terutama di bidang otomisasi dimana teknologi akan banyak terlibat, maka porsi tim fungsi keuangan akan berubah dimasa yang akan datang, dimana teknologi akan banyak menggantikan peran keuangan saat ini:
Perubahan ini membuat kompetensi fungsional ditambah dengan kompetensi perilaku menjadi suatu hal yang penting di masa yang akan datang dan dapat membantu mereka menjalankan perannya sebagai business partner yang efektif. Berikut adalah jabaran dari kompetensi fungsional dan kompetensi perilaku para profesional di fungsi keuangan kedepannya:
Hasil survei kami juga menunjukan bahwa kurang lebih 90% dari responden setuju bahwa tenaga kerja fungsi keuangan di masa depan akan beralih dari fungsi utama keuangan menjadi aspek-aspek digital, statistik, operasional dan fungsi yang bersifat kolaboratif dan manajemen talent yang lebih maju. Sedangkan kemampuan yang sangat penting dalam merekrut eksekutif junior dalam tiga tahun mendatang, responden menyatakan hal sebagai berikut secara berurutan:• Kemampuan analisis data (contoh eksplorasi data);• Ilmu data (contoh keahlian dalam algoritma tingkat lanjut dan rekayasa data);• Kemampuan akuntansi dan keuangan tradisional;• Financialmodelling (contoh perencanaan);• Visualisasi data tingkat lanjut;• Pemahaman tentang bisnis;• Keahlian untuk berinovasi;• Kemampuan komunikasi / keahlian untuk mempengaruhi; dan• Kemampuan manajemen umum;
Bagaimana dengan profil tim fungsi keuangan Anda? Sebagai langkah awal transformasi, ada baiknya Anda melakukan penilaian terhadap kompetensi tim fungsi keuangan dan mengembangkan inisiatif – inisiatif mulai dari recruitment sampai dengan pelatihan untuk memastikan fungsi keuangan Anda siap untuk menghadapi perubahan dan tuntuntan bisnis di era digitalisasi ini. l
Debby AlishintaManaging Director, Accenture in Indonesia
Kompetensi Fungsional Kompetensi Perilaku1. Mengerti bisnis dan internal klien 1. Beradaptasi dan tangguh2. Mengimbangi biaya dengan nilai tambah 2. Berkolaborasi3. Memberikan dampak pada bisnis 3. Membangun hubungan baik
4. Bekomunikasi dengan baik5. Data storytelling6. Berpikir strategis
Kebutuhan KeahlianFUNGSI KEUANGAN Di Era Digitalisasi
Tidak bisa dipungkiri lagi saat ini teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari hari. Perkembangan teknologi yang sangat pesat memengaruhi segala aspek termasuk dunia bisnis. Menurut Gartner, di tahun 2020, 30% dari CIO sudah mulai
memasukkan penggunaan teknologi AI (Artificial Intelligence) ke dalam rencana investasi mereka. Untuk beberapa tahun ke depan, bisnis model yang tradisional akan berevolusi akibat dampak dari munculnya teknologi baru atau evolusi dari teknologi yang ada sekarang.
Area finance juga tidak terlepas dari imbas kemajuan teknologi ini. Hal-hal yang biasa dilakukan secara manual sudah mulai diotomasi dengan teknologi. Bahkan hal-hal yang tadinya tidak pernah terpikirkan menjadi mungkin dengan munculnya teknologi baru yang bisa meniru cara kerja dan berpikir manusia seperti RPA (Robotic Process Automation) dan AI. Hal ini terjadi karena tuntutan perkembangan bisnis sehingga perusahaan mempunyai ekspektasi lebih dari tim finance untuk mempunyai peran yang lebih besar, yaitu menjadi mitra dari bisnis, bukan hanya sebagai tim pendukung. Teknologi membantu melepaskan sebagian kapasitas dari tim finance sehingga mereka bisa melakukan lebih banyak analisis dan memberikan informasi yang berguna kepada bisnis. Dengan bantuan aplikasi analytics dan AI untuk mengolah dan menganalisis data, informasi yang diberikan ke bisnis menjadi lebih berguna dan berorientasi ke masa depan.
Implementasi teknologi di bidang finance bergantung pada kesiapan organisasi dalam menerima perubahan tersebut, seperti yang tergambar dalam maturity model di bawah ini:
Pada awalnya penggunaan teknologi lebih berfokus pada integrasi proses bisnis yang juga mempunyai dampak di area finance (contohnya implementasi sistem ERP). Semakin berkembang suatu organisasi, teknologi yang diperlukan bukan hanya integrasi dan otomasi proses bisnis tapi mulai bergerak ke arah nilai yang dihasilkan. Pemilihan teknologi berfokus pada nilai-nilai apa yang bisa dihasilkan oleh teknologi tersebut, seperti:
• CFO Business Analytic tools yang memungkinkan tim finance melakukan analisis dan simulasi data dengan lebih akurat
• Robotics (RPA) Cloud Technology untuk penyimpanan data yang lebih efisien
• In-memory Technology yang akan mempercepat penyajian laporan dan memungkinkan penyajian data secara real time
Penggunaan beberapa teknologi ini akan membantu mengangkat peran finance dari Process Oriented Finance menjadi Value Oriented Finance yang dapat memberikan nilai tambah kepada perusahaan.
Bagaimana dengan Indonesia? Berdasarkan riset yang dilakukan Accenture terhadap para CFO dan eksekutif keuangan, proses-proses finance yang saat ini sudah diotomasi hanya berkisar 34% saja dibandingkan di negara-negara lain yaitu sekitar 60-80%.
Tetapi menariknya, untuk teknologi-teknologi baru, kurang lebih 73% responden di Indonesia mengatakan bahwa mereka tertarik dengan hal baru walau masih dalam tahap eksplorasi. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan respon dari 77% responden di CFO di negara-negara maju seperti Amerika, Cina, Jepang, Singapura dan lain-lain. Penggunaan teknologi baru tersebut rata-rata masih di dalam fase percobaan. Beberapa kekhawatiran yang dirasakan oleh mereka dalam implementasi teknologi tersebut adalah:
• Standarisasidata• Keamananinformasi• Kesalahanteknisdanbugs pada sistemDi luar semua tantangan atau kekhawatiran tersebut, hasil survei
menunjukkan bahwa CFO dan eksekutif keuangan di Indonesia tetap optimis terhadap perkembangan digital untuk 3 tahun ke depan dibandingkan negara-negara lain.
Kalau begitu, apa yang harus dilakukan oleh CFO dan eksekutifkeuangan untuk mempersiapkan diri? Mereka harus mulai dengan melakukan upskillingterhadaptimfinanceuntukmenganalisisdatadanjugakefasihan terhadap teknologi. Teknologi bukan lagi menjadi kemampuan yang hanya dimiliki oleh tim IT tetapi juga oleh tim finance. Bukan berarti harus mempunyai kapabilitas yang sama dengan tim IT tetapi setidaknya mempunyai pemahaman terhadap teknologi sehingga dapat membantu dalam melakukan perannya sebagai mitra bisnis yang efektif. Perlu diingat bahwa teknologi itu hanya digunakan sebagai media pendukung, namun kemampuan analisis dan mengantisipasi perubahan akan tetap menjadi prioritas yang harus dipertimbangkan oleh fungsi finance. l
Leonard Nugroho T.Managing Director, Accenture in Indonesia
Perkembangan TEKNOLOGI FINANCE di Era Digital