the new cfo · belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja...

17

Upload: others

Post on 18-May-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya
Page 2: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

24 | SWA 17 | XXXV | 5 - 18 SEPTEMBER 2019

SAJIAN UTAMA

"Now is the time for CFOs to wield the power of digi-tal”. Itulah kesimpulan utama survei bertajuk “CFO Reimagined” yang

dilakukan Accenture terhadap kalangan CFO dan eksekutif senior keuangan peru-sahaan-perusahaan terkemuka, termasuk dari Indonesia.

Dalam penjelasan kesimpulan itu, dise-butkan bahwa CFO kini merupakan pemain yang makin strategis karena dapat berperan sebagai inovator dan disruptor bisnis. Den-gan memanfaatkan data, hasil analitis, dan insight, para CFO ini dapat memengaruhi jajaran eksekutif level-C lainnya dan meng-arahkan unit bisnis untuk menciptakan nilai-nilai bisnis baru. Untuk itu, atribut yang perlu ada pada seorang CFO modern ini, di antaranya, mampu memberikan arah-an kepada keseluruhan organisasi, bukan hanya bidang keuangan.

Chief financial officer memegang posisi penting untuk keberhasilan sebuah perusahaan. Di samping harus piawai sebagai finance leader, para CFO perlu amunisi lain dan harus siap mereposisi perannya agar bisa sukses di era yang amat dinamis dan penuh disrupsi teknologi ini.

Joko SugiarsonoREPORTER: SRI NIKEN HANDAYANI, NISRINA SALMA, VINA ANGGITA,

JEIHAN KAHFI BARLIAN, ANASTASIA AS

RRISET: HENDI PRADIKA

terutama dari sisi kemam-puan profitabilitasnya, yang sering diistilahkan “bottom-line”. Memang, belakangan

muncul juga sejumlah ukuran lain bahwa sukses sebuah bisnis itu harus

komprehensif, misalnya adanya konsep Balanced Scorecard (selain ukuran finan-sial, juga perlu memperhatikan ukuran keberhasilan di bidang pelanggan, proses bisnis, serta learning & growth) ataupun konsep Triple-P (selain aspek Profit, juga mesti memperhatikan keberhasilan dalam hal People dan Planet).

Kendati begitu, tetap saja, keberhasilan aspek lainnya hanya bisa “dihargai” dan terlaksana bila perusahaan lebih dulu sukses dengan kinerja finansial atau bottom-line-nya. Apalagi, bila perusahaan tersebut sudah go public atau menawarkan saham-nya kepada khalayak investor.

Yang lebih dulu tahu kondisi kesehatan dan kinerja finansial suatu perusahaan tak lain sang CFO. Karena itu, bila CEO diibaratkan sebagai nakhoda atau kapten kapal, sang CFO merupakan juru mudinya. Kedua eksekutif puncak inilah yang teru-tama menentukan ke mana perusahaan akan bergerak, dan keputusan mereka menentukan apakah perusahaan akan sukses atau gagal.

Lewat logika bisnis sederhana, kita bisa memahami bahwa keberhasilan suatu peru-sahaan tak lain karena mampu menangkap dan menggarap peluang bisnis dengan baik. Keberhasilan ini juga karena perusahaan cermat berinvestasi di bisnis-bisnis yang menguntungkan. Keberhasilan juga bisa disebabkan karena perusahaan mampu beroperasi secara efisien dibandingkan

Peran yang makin strategis seperti ini diakui Ang Andri Pribadi, CFO PT Selamat Sempurna Tbk., yang baru saja menduduki peringkat pertama ajang Indonesia Best CFO 2019. “Kesannya CFO itu ‘serakah’, padahal ini maksudnya serakah dalam pengertian positif,” kata Ang pada acara sharing session.

Sesungguhnya, strategisnya posisi CFO itu sudah disadari sebagian pelaku bisnis. Siapa sih anggota board of directors atau eksekutif level-C yang paling memahami bagaimana sesungguhnya kinerja suatu perusahaan? Secara simpel kita bisa mene-bak bahwa selain CEO, orang itu adalah CFO. Hanya saja, dengan situasi bisnis yang amat tidak menentu dan dipenuhi disrupsi teknologi, orang makin berharap kepada para CFO untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang lebih besar.

Secara tradisional, capaian kinerja dan keberhasilan suatu bisnis dilihat dari ukuran-ukuran finansial (keuangan),

JALAN MENJADI THE NEW CFO SUKSES

Page 3: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

SWA 17 | XXXV | 5 - 18 SEPTEMBER 2019 | 25

para pesaingnya. Tak sedikit pula keber-hasilan bisnis ini dicapai karena perusahaan mampu mencari sumber pendanaan yang relatif murah alias punya cost of capital rendah, sehingga mampu mencatat mar-gin laba optimal. Keberhasilan juga bisa tercapai karena perusahaan mempunyai kredibilitas bagus, sehingga mendapatkan trust yang tinggi dari para investornya. Dan sebagainya.

Kalau kita perhatikan, banyak upaya pencapaian keberhasilan seperti diuraikan di atas yang terkait dengan peran CFO. Sudah banyak contoh perusahaan, termasuk di Tanah Air, yang memiliki CFO berkualifi-kasi hebat mampu mencapai kinerja bisnis yang bagus.

Namun, dunia juga menyaksikan tak sedikit kegagalan suatu perusahaan karena mismanajemen atau kesalahan yang dilaku-kan oleh sang CFO --yang biasanya juga terkait dengan buruknya kepemimpinan sang CEO. Mismanajemen ini bisa karena petinggi utama perusahaan ini (terutama CEO dan CFO) gagal membaca perubahan zaman, sehingga perusahaan menjadi tidak relevan, seperti dialami Kodak, Toys R Us, Blackberry, ataupun Nokia. Namun, bisa juga karena para eksekutif puncaknya melakukan langkah-langkah manajemen yang tidak etis dan tidak mengikuti kaidah Good Corporate Governance (perilaku yang menimbulkan moral hazard), seperti pada kasus Enron dan Worldcom.

Kita tengok sejenak kasus Enron dan Worldcom, yang ketika meledak ke publik merupakan kasus kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis dunia. Dalam buku Financial Intelligence (2006) yang ditulis Karen Berman, Joe Knight, dan John Case, dua perusahaan ini menjadi bermasalah karena tidak menjalankan aturan dasar akuntansi, yakni prinsip kesesuaian --di mana penjualan dan biaya-biaya yang ter-kait harus dicatatkan secara bersamaan.

Penjelasan mengapa terjadi kehancuran pada dua perusahaan ternama di zamannya ini tentu tidak sesederhana itu. Hanya saja, bila diringkas, keduanya mengalami kehan-curan karena keserakahan dan ketidakhati-hatian dalam berinvestasi dan berekspansi. Di sisi lain, mereka gagal mengantisipasi dinamika pasar. Akibatnya, kinerja finan-sial berantakan. Sayangnya, kerusakan finansial ini diperparah dengan langkah tak etis dengan bersikap tidak transparan (menutup-nutupi), bahkan memanipulasi laporan keuangan selama beberapa tahun.

imbasnya, ekspektasi orang terhadap peran fungsi (divisi) keuangan pun ikut berubah.

Survei “CFO Reimagined” menemukan kebanyakan CFO setuju betapa menant-angnya bekerja di bagian keuangan di era sekarang. Setidaknya ada tiga peran yang diharapkan dari seorang CFO. Dua peran sudah lama disadari kalangan CFO. Per-tama, sebagai Finance Leader yang harus memimpin fungsi/divisi keuangan secara efisien dan efektif. Kedua, sebagai Business Partner, yang mesti mendatangkan value signifikan bagi perusahaan.

Peran ketiga merupakan peran baru, yakni sebagai Digital Steward, yang bertugas menciptakan new value bagi perusahaan di era digital. Sebagai digital steward, seorang CFO diharapkan dapat mengarahkan kepu-tusan berskala korporat, termasuk dalam hal investasi teknologi baru. Di sini, CFO juga diharapkan dapat membantu koleg-anya dari fungsi bisnis agar bisa memahami aspek ekonomi dari investasi teknologi tersebut.

Dari survei ke kalangan CFO, termasuk di Indonesia, saat ini baru sekitar seper-tiga tugas di bidang finance dikerjakan oleh teknologi. Namun, Accenture percaya bahwa nantinya 60-80% aktivitas akunt-ing dan tugas-tugas semacamnya itu bisa diotomasi. Kabar baiknya, lebih dari 70% CFO yang disurvei di Indonesia pun su-dah menyatakan tengah mengeksplorasi bagaimana penggunaan teknologi disruptif (seperti Robotic, Big Data Analytics, Artificial Intelligence, Blockchain, ataupun Augmented Reality) bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi perusahaan.

Jadi, agar sukses sebagai “the new CFO”, sudah pasti para CFO itu harus piawai se-bagai finance leader. Agar tak terperosok, mereka pun harus taat aturan dan etis dalam berbisnis. Yang tak kalah penting, mereka harus punya mentalitas adaptif dan siap mereposisi peran lamanya dalam merespons dinamika perubahan, termasuk paham dengan perkembangan dan tren teknologi. Istilah gaulnya, harus punya “paket komplet”.

Patut disadari, tantangan di era seka-rang --ketidakmenentuan dan disrupsi teknologi-- bisa menjadi pedang bermata dua: menenggelamkan atau melesatkan sang CFO. Kita berharap para CFO bisa memanfaatkan kesempatan mengambil peran yang lebih besar itu dengan dukungan teknologi. Inilah saatnya.§

Sudah begitu, kantor akuntan publik yang bertugas menjadi auditor independennya pun terkesan ikut menutupi kebohongan ini.

Nah, pada kasus-kasus kesalahan in-vestasi yang kemudian diikuti manipulasi laporan keuangan seperti ini, peran seorang CFO cukup signifikan. Di Enron, sang CFO-nyalah yang punya banyak inisiatif bisnis baru, yang akhirnya menciptakan gunungan utang bagi Enron. Begitu pula dengan lang-kah amat ekspansif yang dilakukan World-com yang mengakuisisi banyak perusahaan besar, tetapi kemudian rontok karena dot-com bubble. Mengenai manipulasi laporan keuangan menyusul kehancuran kinerja finansial, tak mungkinlah bila para CFO-nya itu tak mengetahuinya.

Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya.

Dengan demikian, tak mengherankan pula, bila suatu perusahaan dinilai suk-ses, selain kepada CEO perusahaan yang bersangkutan, pujian juga biasanya di-arahkan kepada CFO-nya. Bahkan, kepada para CFO yang dinilai berprestasi, karpet merah seakan tergelar untuk perjalanan karier profesionalnya. Entah dipromosikan menjadi bos keuangan di perusahaan yang lebih besar dan prestisius, atau bahkan dipromosikan sebagai CEO perusahaan.

Di Tanah Air pun, sudah cukup banyak CFO berprestasi yang “naik pangkat”. Sebagian di antaranya, Tumiyana yang se-belumnya CFO PP (Persero), dipromosikan sebagai CEO PP (Persero) dan selanjutnya hingga kini menjadi CEO Wika. Kenaikan karier semacam itu juga dialami Gidion Hasan, yang sebelumnya merupakan CFO United Tractors (UT), lalu diangkat sebagai CEO UT, dan kini menjadi Direktur Astra International, perusahaan induk UT.

Contoh lainnya, Honesty Basyir, kini menjabat sebagai CEO Kimia Farma setelah sebelumnya menjadi CFO Telkom. Ada pula Arief Budiman yang sebelumnya CFO Pertamina (Persero) lalu dipercaya sebagai CEO Danareksa.

Namun, meskipun posisi CFO menawar-kan peran strategis dan peluang karier yang besar, tantangan di era sekarang relatif lebih berat. Yang paling jelas adalah kondisi keti-dakmenentuan (diistilahkan VUCA) yang kini sudah dianggap jamak (the new nor-mal). Juga, adanya perkembangan teknologi yang mendisrupsi pola kerja lama. Sebagai

Page 4: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

26 | SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019

SAJIAN UTAMA

Teknologi digital telah mendisrupsi banyak hal, mulai dari cara kita meme­san makanan, memesan jasa transportasi, hingga cara kita berbisnis. Perubahan tidak pernah terjadi secepat

sekarang. Apa yang kita lihat adalah keti­dakpastian dan volatility. Dampaknya pun sampai ke ranah keuangan. Begitu kata Yin Sern Lim, Direktur Pengelola Chief Financial Officer (CFO) & Enterprise Value Accenture di ASEAN. Ekspektasi terhadap keuangan, menurut Lim, perlu didefinisikan ulang.

Peran CFOyang Makin Kayadi Era DigitalDigitalisasi di ranah keuangan memunculkan peran-peran baru bagi komandan keuangan perusahaan. Karena itu, para CFO dituntut untuk mendefinisikan ulang peran mereka. Survei The CFO Reimagined yang diselenggarakan Accenture dan majalah SWA mengungkap apa saja peran baru tersebut dan bagaimana menyiapkan SDM keuangan.

Kusnan M. DjawahirRepORTASe: AnASTASiA AnggORO SuKSMOnOwATi,

ARie LiLiyAh, ChAnDRA MAuLAnA, heRning

BAniReSTu, JeihAn KAhFi BARLiAn, niSRinA SALMA,

SRi niKen hAnDAyAni, VinA AnggiTA DAn yOSA

MAuLAnA

RiSeT: ARMiAD MuRDiAnSAh

Selain itu, digital juga mendisrupsi model tradisional dan menciptakan hal baru.

Arief Budiman, mantan CFO PT Per­tamina (persero) yang kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Danareksa (Persero), pun mengakui, berbagai teknologi baru atau tren baru itu minimal mengubah operasi bisnis, termasuk operasi di fungsi keuang­

an. Menurut Arief, yang namanya VUCA (volatile, uncertainty, complexity, dan

ambiguity) dari dulu juga su­dah ada karena tidak ada

manusia yang bisa memprediksi

masa depan. Namun, me­mang tingkat k e c e p a t a n p e r u b a h a n saat ini sangat tinggi.

Page 5: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019 | 27

membuat perusahaan lebih efisien, melalui adopsi teknologi digital pada seluruh sektor bisnis. Hasil lainnya, 73% CFO Indonesia dan 77% CFO global fokus pada pencarian tentang bagaimana teknologi baru ­­ar-tificial intelligence (AI), block-chain, dll.­­ dapat memberikan manfaat kepada perusahaan secara keseluruhan.

Para CFO saat ini, Prihadi­yanto melanjutkan, harus ber­peran aktif semenjak awal investasi untuk implementasi digital di perusahaannya. Mi­salnya, mereka melakukan business case/feasibility study dari sebuah investasi. Dari business case tersebut, mereka juga perlu mengevaluasi/mem­prioritaskan investasinya, lalu menyiapkan agenda/timeline untuk implementasinya. Se­mentara itu, pada saat jalan, mereka juga perlu memastikan implementasi itu bisa berjalan sesuai dengan timeline.

Panji Irawan, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, mengungkapkan, CFO tidak lagi hanya fokus pada proses penyusunan laporan keuangan, melainkan telah memainkan peran penting dalam menentukan strategi perusahaan dan terlibat aktif dalam proses transformasi bisnis, serta menjadi mitra strategis bagi perusahaan yang dipimpinnya. CFO berkesempatan m e n j a d i c h i e f value officer (CVO) dengan fokus pada penciptaan value bagi perusahaan. CFO juga berperan sebagai enablers yang mem­biayai investasi/ekspansi bisnis perusahaan dalam hal digital ataupun nondigital. CFO dalam hal ini berpe­

keuang an perusahaan lewat transformasi digital. Ketiga, (bagaimana mereka) mem­bangun talent keuangan masa depan,” Lim menjelaskan.

Hasilnya, tingkat adopsi me­reka terhadap teknologi, baik survei global maupun survei di Indonesia, masih 34%. Mengapa baru 34%? Menurut Prihadi­yanto, Direktur Pengelola Ac­centure Indonesia, itu karena butuh waktu dan persiapan. “Jadi, mereka perlu menghitung dulu proses­proses mana yang bisa diotomasi dan investa­sinya berapa, serta bagaimana support dari partner mereka,” katanya. Walaupun demikian, dari hasil survei tersebut, me­reka melihat bahwa dalam 2­3 tahun ke depan, bisa sampai 59% proses keuangan secara keseluruhan sudah meman­faatkan teknologi digital. Se­mentara secara global hanya 45%. “Accenture percaya bahwa 60­80% pekerjaan akuntansi pada data historis akan bisa diotomasikan,” kata Lim.

Tajamnya peningkatan adop­si teknologi di bidang keuangan pada perusahaan­perusahaan di Indonesia dalam tiga tahun ke depan tersebut, Prihadi­yanto menjelaskan, karena di negara berkembang para CFO mendapat tekanan lebih besar lantaran pasarnya dinamis, ada perubahan cepat, dan growth-nya tinggi. “Untuk menunjang bisnis di market yang dinamis, membuat sesuatu yang berbeda dari sisi efisiensi, transparansi, dan ketepatan informasi, maka mereka merasa perlu menggu­nakan teknologi untuk meng­improve proses di departemen­nya,” katanya.

Riset ini juga menemukan fakta, 44% CFO Indonesia dan 47% CFO Global mengatakan bahwa fungsi keuangan itu proaktif dan terkoneksi pada fungsi bisnis lain. Lalu, seba­nyak 90% CFO Indonesia dan 77% CFO global setuju bahwa fokus pada leading effort bisa

SeKarang peran CFO berubah Dari FOKuS paDa bottom line MenjaDi paDa front line. Yin Sern LimDirektur pengelola CFO & enterprise Value Accenture di ASeAn

Di ranah keuangan, Arief me­nambahkan, sebetulnya banyak hal yang terpengaruh, mulai dari yang sifatnya transaksional sampai contracting. Di bisnis sendiri, juga banyak yang model bisnisnya berubah. Maka, yang paling optimal bagi CFO adalah melihat dampak teknologi, skill yang dibutuhkan untuk masa depan, dan model bisnis baru, sehingga mereka mampu me­lihat bagaimana bisa mencip­takan nilai dari operasi perusa­haan. Jadi, CFO harus senantiasa melihat tren, teknologi, dan skill, juga melengkapi dirinya karena perubahannya sangat cepat. “Tidak bisa semuanya dipelajari sendiri, tapi bisa memperkuat tim dan divisi, memperluas jaringan, dan sebagainya,” ia menegaskan.

Tren tersebut tentu menarik ditelaah lebih dalam lagi. Untuk itu, Accenture menyelenggara­kan survei yang diberi label The CFO Reimagined Survey. Secara global, survei dilakukan dengan melibatkan 700 lebih CFO dan sekitar 200 CFO junior (next generation CFO). Menurut Lim, ini merupakan studi terbesar yang pernah dilakukan Ac­centure. Survei yang sama pun dilakukan di Indonesia, beker­jasama dengan majalah SWA, yang melibatkan 73 responden, yang terdiri dari 46 CFO dan 27 manajer senior di departemen keuangan atau yang setara. “Melalui riset ini, kami ingin mengeksplorasi prioritas CFO dan ambisinya pada iklim digi­tal saat ini,” katanya.

Dalam survei ini, juga dilaku­kan serangkaian wawancara untuk mengetahui secara detail bagaimana CFO bisa mencip­takan nilai untuk bisnisnya, men­drive efisiensi baru, dan menggerakkan organisasi ke masa depan berbasis digi­tal. “Yang kami gali, pertama, bagaimana CFO mendigitalisasi keuangan dan memanfaatkan data. Lalu, bagaimana mere­ka memimpin departemen

Page 6: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

28 | SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019

SaJian Utama

Di indonesia 44% eksekutif keuangan mengatakan bahwa fungsi keuangan bersifat proaktif dan terhubung dengan fungsi bisnis lain, sedangkan pada survei di tingkat global 47% mengatakan demikian.

indonesia Global

hampir seluruh eksekutif keuangan (90%) di indonesia berfokus pada upaya menjadikan perusahaan/organisasi lebih efisien, melalui adopsi teknologi digital di semua lintas bisnis, sedangkan survei global hanya menunjukkan 77%.

CFo reimaGined SUrVeY2019

44% 47%

indonesia Global

90% 77%

Berperan sebagai mitra bisnis

Berperan sebagai Digital Stewards

Proporsi Tugas Keuangan Dilakukan Oleh Teknologi

3 dari 4 eksekutif keuangan di indonesia dan global berfokus pada eksplorasi bagaimana dampak dari teknologi baru (seperti Big Data, Artificial Intelligence, Blokchain,dll) bisa bermanfaat bagi perusahan

secara keseluruhan.

indonesia

73%Global

77%

Eksplorasi teknologi baru

eksekutif keuangan di indonesia dan global berpendapat bahwa 34% dari tugas keuangan saat ini dapat dilakukan oleh teknologi. namun untuk

3 tahun ke depan, eksekutif keuangan di indonesia merasa bahwa 59% dari tugas keuangan dapat dilakukan oleh teknologi.

SAAt ini 3 tAHun MendAtAnG

indonesia indonesia

34% 59%

34% 45%Global Global

Peran BarU YanG mUnCUL dan menGGantiKan Peran YanG ada diKarenaKan era diGitaL Saat ini

KETERAMPILAN BARU UNTUK CARA KERJA BARU

innovation & Creativity

experience design

Critical thinking & Learning agility

Customer advocacy

insight-Savvy, intellectually honest

StrateGiC inteLLiGenCe eXeCUtion

Value architecture

Profit Stewardship

insight interpretation

Problem Solving & analytic acumen

Business domain expertise

Collaborative

agile operation

Functional expertise

efficiency Creation

optimization expertise

Collaborative/Service oriented

Continuous improvement

1. teknologi seluler

2. Fungsionalitas berbasis aplikasi

3. Software-as a Service (SaaS)

1. Predictive analytics

2. in-memory Computing

3. Security threat intelligence Platform

4. robotics Process automation

5. artificial intelligence

6. Blockchain

7. augmented reality

Teknologi yang Saat Ini Digunakan oleh Beberapa Staf Keuangan di Indonesia

Belum banyak diterapkandan beberapa dalam tahap pilot project

Page 7: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019 | 29

indonesia

indonesia

global

global

Karakteristik - karakteristik unggulan/teratas yang harus dimiliki CFO menurut responden di indonesia yaitu : cara kerja yang agile dan responsif;

berorientasi risiko strategis. Sedangkan menurut responden global, berorientasi strategis dan berwawasan teknologi baru harus dimiliki oleh CFO.

Di indonesia, kemampuan yang paling dibutuhkan dalam perekrutan eksekutif junior adalah pengetahuan keuangan dan akuntansi

tradisional, analitik dan data science. Sementara, di tingkat global, kemampuan yang harus dimiliki calon eksekutif junior adalah analitik,

data science, dan kemampuan berinovasi.

Karakteristik - Karakteristik Teratas CFO

Diperkirakan di masa depan 80% kegiatan dari peran akuntan saat ini dapat dilakukan oleh teknologi/robot, sedangkan 20% sisanya hanya sebagai RpA (Robotic Proccess automation) Manager

Data scientists akan menjadi peran yang penting untuk melakukan analisa keuangan di masa yang akan datang

PERGESERAN TENAGA KERJA KEUANGAN

ENTERPRISE CAPITAL OPTIMIZERS

PERAN SAAT INI

MANUSIA TEKNOLOGI (AI/Robots)

ACCOUNTANTS

BUDGET ANALYSTS

FINANCIAL ANALYSTS

TAX EXAMINERS & PREPARERS

AUDITORS

Adaptive Workforce

TREASURERS

Fixed Workforce

80%

80%

30%

60%

80%

20%

20%

70%

40%

20%

40% 60%

RPA MANAGERS

SCENARIO MODELLERS

DATA SCIENTISTS TAX ANALYTICS ADVISORS ECONOMIC GUARDIANS

KEAHLIAN MASA DEPAN

Technology

Keahlian yang Sangat Penting untuk Perekrutan Eksekutif Keuangan Junior

Cara kerja yang

agile dan responsif

Keuangan dan

akuntansi tradisional

Berwa-wasan

teknologi baru

Kemam-puan

berino-vasi

ran melakukan assessment awal, cost/capital allocation, dan restrospective monitoring. Dalam membiayai inisiatif­ini­siatif strategi tersebut, CFO juga harus mampu memproyeksikan cash flow perusahaan dan men­cari sumber pendanaan baru.

Panji menambahkan, per­ubahan perilaku nasabah ke arah digital channel menyebab­kan berubahnya tuntutan terha­dap kenyamanan bertransaksi. Maka, dalam beberapa tahun ini Bank Mandiri fokus meningkat­kan investasi di sisi teknologi informasi (TI). “Kami tidak ragu dalam berinvestasi mengguna­kan capex (capital expenditure) demi pengembangan IT Bank Mandiri. Kami juga memahami data dalam mengambil keputus­an yang tepat. Bank Mandiri saat ini sudah memiliki Digital Banking Roadmap; salah satu inisiatif yang dikembangkan adalah Digital Channel Sales, Onboarding & Servicing (SOS),” ia menerangkan.

Begitu pun di PT Aneka Tam­bang (Persero) Tbk. (Antam). Dimas Wikan Pramudhito, Direktur Keuangan BUMN ini, mengatakan bahwa teknologi melekat di direktorat keuangan, yang artinya tupoksi (tugas, pokok, dan fungsi) TI menjadi role direktur keuangan. Bebe­rapa inovasi dan migrasi sistem memang berada di bawah direktorat keuangan, sehingga involvement­nya sangat kuat dan dekat.

Stephen Then, CFO Grup Sin­tesa, mengungkapkan bahwa CFO, kalau diibaratkan di pe­sawat, seperti wing man, artinya menjadi tangan kanan CEO. Dia harus memberikan arahan atau pandangan lain kepada CEO: di mana target perusahaan, kita sudah sampai di mana, tantangan ke depan seperti apa. Wing man harus memberikan pandangan yang clear kepada CEO. Dia harus memberikan nilai tambah, bagaimana per­usahaan bisa mendapatkan

LiMA PendOrOnG trAnSFOrMASidAn eVOLuSi PerAn cFO

Yin Sern Lim,Direktur pengelola CFO & enterprise Value Accenture di ASeAn

target dan objektifnya sesuai dengan yang direncanakan, serta menyampaikan ham­batan­hambatannya.

Demikian juga dalam proses digitalisasi dan digitisasi, lanjut Stephen, CFO memberikan arah an kalau pasar bergerak ke arah sini. Kalau tidak mengikuti, objektif perusahaan tidak akan teraih secepat yang diharapkan. Mendukung proses bisnis makin signifikan dengan digitalisasi. “Wing man tidak menyetir per­usahaan, tapi memberikan

StrategisBerorientasi

risiko

analitikdata Science

Meningkatnya ekspektasi jajaran direksi, CeO, dan perusahaan terhadap CFO.

Meningkatnya ekspektasi kontrol dan kepatuhan yang didorong oleh regulasi dan ekspektasi pelanggan.

Adanya tekanan untuk tumbuh dan meningkatnya profit.

Kekuatan data; ada ledakan volume data yang (untuk menanganinya) memerlukan fokus dan kapabilitas baru.

1

Cepatnya perubahan.2

3

4

5

Page 8: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

30 | SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019

SAJIAN UTAMAbusi dalam keputusan investasi tentang teknologi baru perusa­haan. Kedua, membantu bisnis memahami model ekonomi yang melandasi investasi. Dan, ketiga, mengevaluasi teknologi perusahaan.

Sebenarnya, di era teknologi digital ini, kata Prihadiyanto, peran CFO adalah untuk mem­bantu jajaran direksi dalam menggunakan teknologi di area mereka, apakah akan punya dampak yang besar terhadap kinerja perusahaan. Juga, un­tuk melihat apakah inisiatif digital dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi atau memberikan insight dalam prose pengambilan keputusan di perusahaan.

CFO saat ini harus bisa meng­gunakan data untuk mendorong nilai, meningkatkan efisiensi, dan menghasilkan strategi. Dengan peningkatan pertum­buhan data, data storytelling akan menjadi fitur penting untuk profesional di bidang keuangan. Dan, data tersebut bisa mencakup data pasar, data media sosial, data pemasaran, data risiko dan kepatuhan, data makroekonomi, data finansial, serta data operasional. “Data tersebut akan bisa memprediksi perilaku konsumen, dan meng­hasilkan rekomendasi untuk perusahaan,” ungkap Lim.

Lim menegaskan, teknologi dapat meningkatkan kapasi­tas dan kapabilitas keuangan untuk menghasilkan insight dan membuatnya jadi solusi menang­menang bagi people dan organisasi. Bagi people, teknologi dapat menggantikan pekerjaan transaksional, menghasilkan skill baru yang meningkatkan ni­lai profesionalitas mereka, juga people bisa memiliki waktu lebih banyak untuk pengembangan pribadi. Sementara bagi organ­isasi, teknologi mampu mem­bantu menyediakan data secara cepat dan akurat, sehingga dapat meningkatkan fungsi finance senbagai business partner.

dang data analisis dan skenario modeling, terutama yang meng­gunakan teknologi.

Menurut Lim, dari segi ta-lent, akan muncul peran­peran baru dan peran yang sudah ada akan berubah karena era digital. Soft skill akan menjadi sama pentingnya dengan hard skill untuk eksekutif keuangan. “Su­dah saatnya CFO mendapatkan kekuatan dari digital. Buktinya jelas, CFO kini adalah strategic player pada posisi tinggi yang berperan sebagai inovator dan disruptor, memanfaatkan data analitics, dan insight untuk memengaruhi C-suite (direksi) dan mengarahkan unit bisnis untuk memunculkan nilai baru,” katanya.

Tak pelak lagi, seperti kata Harry M. Zen, CFO Telkom, CFO harus aware dan mempunyai willingness untuk membawa per usahaan ke arah digital. Tanpa itu, meskipun perusa­haannya memimpin pasar atau memiliki aset besar, akan percuma. Lalu, sifatnya harus top-down. CFO bisa saja mem­push CEO di level manajemen tertinggi untuk mengambil keputusan. Di lapangan, CFO harus memahami penentuan strategi digitalisasi yang tepat, baik dari segi teknologi, tim-ing, maupun sasaran. CFO ha­rus bisa melihat bahwa proses digitalisasi, baik internal dan eksternal, merupakan sesuatu yang long-term, karena value enhancement terkadang tidak tercipta hanya dalam 1­2 tahun.

Arief menambahkan, selain skill fungsional yang sederhana, tentunya perlu memiliki skill adaptability juga. Bagaimana belajar dengan lebih cepat, memperluas jaringan, berpikir­an terbuka, yang sifatnya lebih ke arah softskill. “Memang itu yang dibutuhkan saat ini karena pengetahuan kita 5­10 tahun lalu sudah berubah sehingga perlu di­refresh kembali untuk ke­butuhan 5­10 tahun ke depan,” katanya.§

Atribut Kunci cFO MOdern, AntArA LAin:

Yin Sern Lim,Direktur pengelola CFO & enterprise Value Accenture di ASeAn

arahan dan pandangan, apa yang harus dilakukan,” Stephen menegaskan.

Menurut Lim, sekarang peran CFO berubah dari fokus pada bottom line menjadi pada front line. Mereka memiliki tiga peran, yaitu sebagai pemimpin keuangan (memimpin efektivi­tas dan efisiensi fungsi keuang­an), mitra bisnis (mendorong nilai perusahaan), dan pelayan nilai digital (membuat nilai baru dalam dunia digital).

Dengan peran sebagai pela­yan digital, lanjutnya, CFO mengendalikan keputusan besar perusahaan, termasuk investasi teknologi. Caranya, pertama, dengan berkontri­

para CFO Saat ini haruS berperan aKtiF SeMenjaK awal inveStaSi untuK iMpleMentaSi Digital Di peruSahaannya. PrihadiYantoDirektur pengelola Accenture indonesia

Lim memprediksi, di masa depan, cara kerja bisnis akan sangat bergantung pada teknolo­gi. Tahun 2020, 30% chief in-formation officer (CIO) akan memasukkan artificial intelli-gence (AI) dalam top 5 prioritas investasinya. Tahun 2020, 25% organisasi yang menggunakan RPA akan memiliki lebih dari dua tool. Tahun 2021, 80% layan­an pelanggan akan dikerjakan oleh agen AI, dan satu dari tiga pekerja akan digantikan oleh robot pada tahun 2025.

Maka, tantangan CFO seka­rang adalah bagaimana menyi­apkan SDM untuk menghadapi era digitalisasi. Prihadiyanto bercerita, dari beberapa diskusi dengan CFO, terdapat skillset baru yang dibutuhkan oleh next leader di bidang keuangan. Skillset baru itu terutama di bi­

Memiliki pengaruh luas pada hasil dan arah dari organisasi keseluruhan, bukan hanya di bidang keuangan.

Mengubah fokus menjadi lebih proaktif, melihat ke depan, serta inklusif terhadap data lama dan baru.

Fokus pada penyampaian nilai perusahaan.

Memastikan digital skill semakin tinggi dan diletakkan pada semua fungsi di perusahaan.

1

2

3

4

PrihadiYanto, Direktur pengelola Accenture indonesia

Page 9: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019 | 31

Para komandan keuangan menyadari bahwa disrupsi teknologi digital telah membuat peran mereka berubah. Mereka pun sudah memanfaatkan teknologi digital untuk menunjang tugas­tugas mereka dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Inilah kata mereka tentang digitalisasi di bidang manajemen keuangan.

C hief financial officer (CFO) tidak lagi hanya fokus pada proses penyusunan laporan keuang­

an, melainkan telah memainkan peran penting dalam menentukan strategi perusahaan, terlibat aktif dalam proses transformasi bisnis,

Panji IrawanDirektur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri

dan menjadi mitra strategis bagi perusahaan. CFO berke­sempatan menjadi chief value officer (CVO) dengan fokus pada penciptaan value bagi perusa­haan. CFO juga berperan seba­gai enabler yang membiayai investasi/ekspansi bisnis peru­sahaan, baik dalam hal digital maupun nondigital. CFO dalam hal ini berperan melakukan assessment awal, cost/capital allocation, dan restrospective monitoring. Dalam membiayai berbagai inisiatif strategis tersebut, CFO pun harus mampu memproyeksikan cash flow per­usahaan dan mencari sumber pendanaan baru.

Bagusnya, orang keuangan itu netral. Dia tidak terikat secara emosional dalam pe­mutusan kredit, pengambilan keputusan investasi di bidang teknologi informasi (TI), serta penambahan/pengurangan tenaga kerja. Jadi, kami akan bisa memberikan advice yang sangat netral. Tentunya, kami ingin adanya value creation. CFO harus belajar TI, harus mengerti digital, environment, sosial, dan governance, jadi sangat compli-cated sekarang.

Dalam kacamata CFO, in­vestasi adalah biaya. Dan, kami melihatnya bisa lima tahun atau tiga tahun umurnya, tergantung pada munculnya sistem yang nantinya menggantikan. Jadi, di mana peran CFO? Dalam hal ini, sebetulnya resource al-location dalam bentuk capital expenditure (capex). CFO akan melihat, kalau ini berujung

pada percepatan, akan me­nambah produktivitas. Dan, ini akan membuat penambahan kemampuan di Bank Mandiri dalam memproses limit kredit untuk konsumen. Berarti ada penciptaan nilai baru. Itu kami yang approve. Kalau kami tidak lakukan ini, akan ketinggalan zaman.

Jadi, CFO harus memi­liki technical skills yang terkait dengan bidang yang mencakup management control, cash flow management, serta financial & corporate planning. Mere­ka harus beradaptasi dengan perubah an, juga memiliki kompetensi digital dan kemam­puan data analytics yang bisa melihat insight dari sebuah kumpulan data.

Selanjutnya, CFO juga harus punya kemampuan forward looking dalam merumuskan strategi perusahaan dengan baik serta mampu mengomu­nikasikan strategi tersebut ke seluruh lapisan organisasi dan external stakeholders, punya kemampuan melakukan tero­bosan strategis keuangan yang inovatif sekaligus tetap menjaga kondisi keuangan tetap sehat, punya kemampuan membuat transformasi proses bisnis dan menopang pengembangan strategi yang tepat dalam penge­lolaan kinerja keuangan, serta fokus pada penciptaan value bagi perusahaan. Dalam mene­tapkan arah strategi perusa­haan, CFO harus memiliki pola pikir “value added creation” dan “become a chief value officer”.§

Apa Kata CFOtentang Digitalisasidi Ranah Keuangan?

Page 10: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

32 | SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019

SAJIAN UTAMA

C FO bersama chiel executive officer (CEO) harus bisa membawa organisasi ke

depan dan tumbuh. Maka, tentu saja, untuk basic accounting dan finance tetap perlu. Namun, ke depan, commercial skills penting, begitu juga dengan memahami return dan mana­jemen risiko. Yang paling pen­ting adalah kemauan belajar. Dengan hadirnya dunia digital, kemampuan analisis data sa­ngat penting.

Skill yang perlu diasah dan dimiliki oleh generasi muda untuk menjadi CFO yang andal yaitu kemampuan memberikan insights dan forward looking analysis, mengantisipasi, dan menavigasi. Di departemen keuangan, kami banyak mem­buat dan memakai modeling, forecast, analisis skenario, dan sebagainya. Dengan demiki­an, kemampuan profesional keuang an untuk mengolah dan menganalisis data, bekerja dengan model, dan membuat model, termasuk secara digital, menjadi penting.

Tidak hanya kemampuan untuk bekerja dengan angka

dan model, judgement yang kuat beserta pengetahuan dan commercial capabilities mem­bantu seseorang mengidentifi­kasi problem secara tepat serta mencari solusi yang tepat pula. Selain itu, communication skills juga penting. Eksekutif keuang­an perlu bisa mengartikulasi­kan suatu permasalahan dan solusi dengan baik, juga dalam hal meng­engage stakeholders.

Untuk mengembangkan keahlian seperti itu, baik basic financial skills maupun digital, kami berikan exposure dan kesempatan bagi anak­anak untuk melakukannya. Jadi, yang mengerjakan reporting tidak selalu di situ, tetapi dia tahu basic­nya untuk kemudian masuk ke business finance. Un­tuk digital skills, kami berikan exposure dan training di bidang digital untuk data analytics. Ke depan, akan ke predictive ana-lytics, dan untuk bank sendiri, nasabah kami semakin banyak yang sudah digital, begitu pun pesaing, sehingga kami harus beradaptasi ke arah situ.§

Hanna TaniCFO Bank BTPN

D alam pemanfaatan teknolo­gi di PT PP Properti Tbk., kami sebagai CFO berperan

dalam approval anggarannya. PP Properti punya tim TI, yang mencari dan merekomendasi­kan hal­hal apa yang baru buat kemajuan kami, baik itu untuk internal organisasi maupun un­tuk eksternal, untuk konsumen kami, dan sebagainya.

Dalam approval anggaran tersebut, yang kami lihat, per­tama, benefit­nya bagi perusa­haan, sehingga masalah mahal atau murah itu menjadi relatif. Sebab, jika benefit­nya banyak buat perusahaan dan bisnis kami, investasi kecil atau besar menjadi tidak terlihat lagi. Dan, kini PP Properti punya prinsip “One step ahead’. Jadi, inovasi, inovasi, dan inovasi.

Peran CFO memang berubah. Pertama, dulu CFO dalam membaca report butuh waktu relatif lama. Sekarang, kecepat­an membaca laporan hingga membuat keputusan itu dibu­tuhkan. Caranya, ya dengan melek teknologi. Ini akan sangat membantu bagi seorang CFO. Kedua, CFO sekarang juga harus

mengenal sejumlah sumber pendanaan. Dulu kan cuma ada perbankan, sedangkan sekarang ada banyak pilihan sumber pendanaan, misalnya obligasi dan medium term notes. Kemudian, membuka komuni­kasi yang luas dengan semua divisi, yang kini juga semakin mudah karena teknologi ­­tidak harus ketemu, cukup lewat chat.

Sekarang pun, laporan keuangan diperbarui setiap hari, karena mengumpulkan laporan dari semua proyek kami di seluruh Indonesia saat ini jadi lebih mudah dengan in­ternet, dalam sehari sudah jadi. Sekarang, kalau rapat cash flow untuk seluruh proyek kami, saya tidak perlu lagi mengundang mereka ke Jakarta. Kami cukup lakukan melalui video conferen-ce, dan rapat sudah bisa jalan. Itulah salah satu teknologi yang kami gunakan.§

IndaryantoCFO PT PP Properti Tbk.

Page 11: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019 | 33

B anyaknya perubahan di teknologi atau hal baru membuat seorang CFO

harus lebih bisa catch up de­ngan hal itu. Biasanya tiap orang fokus pada areanya, tetapi CFO orang pertama yang melihat, apakah suatu hal cocok untuk diimplementasikan, apakah cocok untuk dieksplorasi. Pe­kerjaannya meningkat karena CFO yang harus mengikuti perkembangannya.

Karena itu, kualifikasi yang perlu dimiliki CFO, pertama, ha­rus mengerti bisnis. Tidak boleh hanya membatasi diri dalam tanggung jawab pelaporan keuangan. Dia harus menjadi salah satu driver di tim senior untuk men­drive bisnis. Dalam hal ini, dia harus kuat dalam pemahaman model bisnis. Apakah disrupsi yang ada betul­betul mendisrupsi model bisnis yang existing atau tidak. Jadi, dia harus bisa mendefinisikan, mengklarifikasi.

Kedua, dia juga harus kuat dari segi strategi. Setiap ada perubahan model bisnis atau lanskap di industri, dia harus bisa men­drive dan menfasili­tasi tim senior untuk menyusun strategi baru, dan memastikan organisasi bisa bereaksi terha­dap perubahan yang ada. Jadi, dia harus pastikan dulu ada perubahan model bisnis atau tidak, lalu ketika itu berubah, dia bisa memfasilitasi diskusi.

Ketiga, setelah strategi dipu­tuskan, seorang CFO juga harus bisa memastikan eksekusinya dilaksanakan. Reporting itu tradisional, begitu juga internal control dan financing. Namun, aktivitas rutin tersebut juga tidak boleh ditinggalkan. Jangan sampai ketika kita mengejar masa depan, yang sekarang dilu­pakan sehingga ada kebocoran dan segala macam.§

Sony MayuviCFO Grup Blue Bird

Haru KoesmahargyoCFO Bank Rakyat Indonesia

S aat ini kami sudah melaku­kan adopsi teknologi, yang kami sesuaikan dengan ke­

butuhan masyarakat. Teknologi yang kami adopsi bukan hanya memangkas biaya, tetapi juga menciptakan peluang bisnis. Saat ini, kami telah mememiliki BRISpot untuk cutting turn-around time. Petugas di unit su­dah paperless. Mereka sekarang menggunakan ponsel, sehingga proses kredit yang sebelumnya dua minggu, sekarang bisa dua hari. Selain itu, lewat aplikasi BRI Mobile, kami juga bisa mema­sarkan produk kami, misalnya deposito dan asuransi.

Fungsi keuangan adalah melayani semua pihak. Finance masuk ke dalam strategi kor­porat. Tahun depan kami ingin membuat corporate plan, yang punya fungsi ekonomis di sana. Kami akan menggunakan sum­ber resmi dari pemerintah dan para ekonom untuk membuat simulasi ke mana arah suku bunga, ke mana arah bisnis, dan mau tumbuh ke mana dengan menggunakan teknologi. Kami juga akan memanfaatkan data dan informasi untuk dianalisis.

Saat ini kami bekerjasama dengan Investree. Mereka cepat mendapatkan prospective bor-

rower untuk dibawa ke kami. Nah, kami sebagai orang finance akan pilih mereka. Namun, perlu diingat, bank merupakan lem­baga yang highly structured dan highly regulated, sehingga kami harus berhati­hati. Nah, selain mendapatkan data dan informa­si tersebut, kami juga memiliki scoring sendiri. Jadi, kerjasama tersebut hanya menambah dan memperkaya analisis.

Divisi keuangan menyuplai informasi kepada departe­men lain agar mereka dapat mengambil keputusan dengan benar dan akurat. Departe­men bisnis akan menilai, jika di posisi A kira­kira bunganya berapa, karena semakin besar perusahaan, demanding-nya tinggi. Boleh tidak jika kredit bunganya diturunkan, apakah profitable jika berbisnis dengan A? Kemudian, departemen ini juga harus mencari bisnis apa saja yang si A lakukan, berapa fee yang diterima, berapa pendapat­an bunga yang diterima. De­ngan teknologi yang digunakan, semua transaksi yang dilakukan oleh A dikumpulkan, sehingga kita dapat memberikan profil nasabah A. Dengan demikian, divisi bisnis bisa melakukan pricing yang tepat, bukan karena perasaan. Itu adalah fungsi divisi keuangan yang harus dibantu teknologi.§

Page 12: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

34 | SWA 17 | XXXv | 5 - 18 SEPTEMBER 2019

SAJIAN UTAMA

D igitalisasi ada dua aspek. Pertama, digitalisasi in­ternal perusahaan. Kami

harus men­digitize diri sendiri dengan baik. Contohnya, kami telah lama menggunakan ERP (Enterprise Resources Planning). Kedua, digitilize terhadap kon­sumen melalui berbagai produk dan layanan kami.

Aspek digitalisasi internal kami lakukan secara gradual dan sejalan dengan transforma­si bisnis di Telkom. Contohnya, IndiHome sebagai bisnis yang relatif baru yang diluncurkan pada 2015, sejak tahun lalu ber­sama bisnis­bisnis lain melaku­kan digitalisasi, baik internal maupun untuk konsumen. Pada akhir 2017 atau awal 2018, kami sudah bisa memperoleh insights secara digital, misalnya potensi demand, penyebaran alat produksi, dan utilisasi alat yang telah diinstal. Kemudian, ada sistem digital yang dapat memantau kinerja teknisi.

Dalam hal digitalisasi ekster­nal di kurun waktu yang sama, kami juga mulai mengukur cus-tomer experience melalui setiap tahapan aktivitas pelanggan

atau customer journey terhadap IndiHome. Pengukuran telah dilakukan secara digital yang didukung dengan aplikasi my­IndiHome.

Peran saya dalam digitalisasi, yang tentunya relatif tidak mu­rah, pertama adalah budgeting. Saat penyusunan anggaran, kami yang kawal. Artinya, suatu proses digitalisasi perlu dilihat, antara lain, memakan waktu berapa lama, dampak terhadap profit & loss seperti apa, apakah sifatnya capex (capital expend-inture) atau opex (operating expenditure), semua hal itu kami perhitungkan. Intinya, kami dari keuangan melihat proses transformasi digital terhadap profit & loss, sebab hal ini bu­kan sesuatu yang murah serta belum tentu dampaknya akan dirasakan secara instan.

Transformasi sebagai bagian dari keseharian perusahaan membuat peran kami tidak terlihat perubahannya. Dari segi desain dan implementasi digital, CFO atau bagian keuang­an bukan duduk di driver seat, tetapi bisa diibaratkan sebagai kondektur yang mem­bantu sopir dalam mengenda­likan kendaraan, mulai dari kebijakan finansial, disiplin budgeting, hingga dampak ke

profit & loss. Hal ini ujungnya akan terlihat pada value enhancement suatu bisnis perusahaan.

I d e a l n y a , seorang CFO atau eksekutif keuang­an harus mema­hami proses bisnis di perusahaannya, termasuk nature bis­nisnya dan competi-tiveness di pasar. Se­hingga, diharapkan CFO bisa meningkat­kan peran keuang­an dan membantu m e n g e n d a l i k a n arah perusahaan. §

Harry M. ZenCFO PT Telkom (Persero) Tbk.

D i PT Aneka Tambang (Perse­ro) Tbk. (Antam), teknologi bukan lagi suatu keperluan,

melainkan menjadi kebutuhan untuk menopang kinerja peru­sahaan. Saat ini kami memiliki aset Rp 32 triliun. Di masa lalu, kekuatan terbesar adalah aset. Kemajuan internet dengan big data, Internet of Things (IoT), telah menjadi suatu kebutuhan dan dapat menyinergikan aset tersebut menjadi suatu kekuat­an baru, serta dapat menjem­batani ekosistem baru dalam perusahaan.

Aset­aset tersebut bisa dimo­netasi dengan adanya big data. Platform ini memungkinkan adanya koordinasi di antara aset­aset Antam dengan lebih smooth. Kami dapat dengan cepat mengidentifikasi mana saja aset yang produktif dan mana saja yang membebani. Aset yang tidak produktif, depresiasinya besar, dan belum optimal bisa kita pantau melalui teknologi.

Di Antam, teknologi itu me­lekat di direktorat keuangan; tugas pokok dan fungsi (tupoksi)

Dimas Wikan PramudhitoDirektur Keuangan Antam

TI menjadi role di­rektur keuangan. Beberapa inovasi dan migrasi sistem memang berada di bawah direktorat keuangan. Sehing­ga, involvement­nya sangat kuat dan dekat. Teknologi menjadi tantangan tersendiri untuk kami, maka meng­garap bisnis ritel menjadi satu pelu­ang baru yang bisa ditingkatkan oleh Antam.

Proses digital­isasi dan data ana-lytics ke depan akan membuat kami ber­

semangat dan colorful. Dulu, ba­rometer kekuatan adalah fixed assets, human capital, tetapi sekarang informasi, database, big data, dan artificial intel-ligence. Mereka yang mampu beradaptasi dengan pergerakan zaman, khususnya teknologi, akan survive dan berkembang.

Di Antam, teknologi sangat menjadi prioritas. Dengan data yang banyak, kami dapat menarik data secara efisien dan akurat. Misalnya, kami ingin melihat produksi, penjualan. Kami sudah dapat melihat, misalnya, apakah penjualan ini sudah tepat, atau apakah perlu ada penambahan/pengu­rangan biaya. Di samping itu, juga dapat memprediksi dan melihat apakah Antam sudah kompetitif di antara perusahaan lain di industri yang sama. Jadi, teknologi berperan sekali bagi Antam dalam melihat masa depan.§

Page 13: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

Swanetwork Business Event

Supported by

PARA CFO JEMPOLAN

Jakarta, 28 Agustus. Rabu malam di Ballroom C, Hotel

ShangriLa, Jakarta, Majalah SWA dan Accenture

Indonesia menyelenggarakan pemilihan CFO-CFO

terbaik 2019. Pemilihan para pengelola keuangan

terbaik ini dilakukan melalui panel penjurian yang

melibatkan dewan juri, dimana dari sejumlah CFO tersebut

berhasil dipilih 10 terbaik. Mereka adalah : Ang Andri Pribadi

(CFO PT Selamat Sempurna Tbk), Aditya Dewabroto (CFO PT

Elnusa Petrofin), Ervina Waty (CFO Ismaya Group), Wahyu

Avianto (CFO BNI Syariah), Meylindawati (CFO

PT Asuransi Allianz Life Indonesia), Stephen

Ten (CFO Sintesa Group), Leonardus Wahyu

Wasono (CFO PT Telkom International/Telin),

Eddy Indradi Tirtokusumo (CFO PT Chandra

Sakti Utama Leasing), Daniel Setiawan (CFO

PT Sorini Agro Asia Corp Tbk), dan Sjafitri Sari

Dewi (CFO PT Indo Tenaga Hijau). Mereka yang

menerima penghargaan Indonesia Best CFO

Award 2019.

Acara CFO Forum dan Indonesia Best CEO

Award 2019 dimulai dengan pemaparan hasil

riset dari Accenture tentang Reposisi Peran

CFO yang bernama The CFO Reimagined

yang akan dipresentasikan oleh Yin Sern Lim,

Managing Director, CFO & Enterprise Value,

Accenture in ASEAN.

The CFO Reimagined ini diterbitkan oleh

Accenture di tahun 2018 untuk mengkaji

peran CFO dan transformasi fungsi finance

di era digitalisasi dengan melakukan survei

dan wawancara terhadap CFO dan para

eksekutif keuangan di berbagai macam

perusahaan yang bergerak di lintas industri

di 10 negara. Dengan menggunakan metode

dan pendekatan yang sama, Accenture di

Indonesia juga telah melakukan studi terhadap

CFO dan finance executives di Indonesia dan

membandingkan hasil risetnya dengan hasil

riset global untuk mengetahui kesamaan serta

perbedaan atas peran dan ekspektasi CFO di

era digitalisasi. “Jika kita bandingkan dengan

hasil dari global, hasil survei di Indonesia

menunjukkan bahwa para CFO lebih antusias

untuk mejalankan perannya sebagai digital

value steward. Untuk mencapai hal tersebut

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

oleh para CFO kedepannya, yaitu implikasi dari

implementasi teknologi, termasuk didalamnya

terdapat unsur SDM dan perubahan proses

policy. Para CFO juga yakin bahwa 60% dari

proporsi pekerjaan finance dapat digantikan

oleh teknologi terutama untuk pekerjaan yang

bersifat transaksional, “ katanya.

Sebelum acara penghargaan para CFO

terbaik, acara diawali dengan Sharing

Knowledge atau diskusi, dengan nara sumber:

Ang Andri Pribadi, Aditya Dewabroto, Ervina

Waty dan Leonardus Wahyu Wasono serta

moderator L.N. (Nugi) Tjiptohadikusumo,

Managing Director, Technology Consulting

Lead, Accenture in Indonesia.

Selamat kepada para pemenang dan terima

kasih kepada para partisipan pendukung acara

ini : PT Sorini Agro Asia Corporation Tbk, PT

Telkom International, PT Elnusa Petrofin, PT

Bank BNI Syariah.

Page 14: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

Swanetwork Business Event

Supported by

PARA CFO JEMPOLAN

Jakarta, 28 Agustus. Rabu malam di Ballroom C, Hotel

ShangriLa, Jakarta, Majalah SWA dan Accenture

Indonesia menyelenggarakan pemilihan CFO-CFO

terbaik 2019. Pemilihan para pengelola keuangan

terbaik ini dilakukan melalui panel penjurian yang

melibatkan dewan juri, dimana dari sejumlah CFO tersebut

berhasil dipilih 10 terbaik. Mereka adalah : Ang Andri Pribadi

(CFO PT Selamat Sempurna Tbk), Aditya Dewabroto (CFO PT

Elnusa Petrofin), Ervina Waty (CFO Ismaya Group), Wahyu

Avianto (CFO BNI Syariah), Meylindawati (CFO

PT Asuransi Allianz Life Indonesia), Stephen

Ten (CFO Sintesa Group), Leonardus Wahyu

Wasono (CFO PT Telkom International/Telin),

Eddy Indradi Tirtokusumo (CFO PT Chandra

Sakti Utama Leasing), Daniel Setiawan (CFO

PT Sorini Agro Asia Corp Tbk), dan Sjafitri Sari

Dewi (CFO PT Indo Tenaga Hijau). Mereka yang

menerima penghargaan Indonesia Best CFO

Award 2019.

Acara CFO Forum dan Indonesia Best CEO

Award 2019 dimulai dengan pemaparan hasil

riset dari Accenture tentang Reposisi Peran

CFO yang bernama The CFO Reimagined

yang akan dipresentasikan oleh Yin Sern Lim,

Managing Director, CFO & Enterprise Value,

Accenture in ASEAN.

The CFO Reimagined ini diterbitkan oleh

Accenture di tahun 2018 untuk mengkaji

peran CFO dan transformasi fungsi finance

di era digitalisasi dengan melakukan survei

dan wawancara terhadap CFO dan para

eksekutif keuangan di berbagai macam

perusahaan yang bergerak di lintas industri

di 10 negara. Dengan menggunakan metode

dan pendekatan yang sama, Accenture di

Indonesia juga telah melakukan studi terhadap

CFO dan finance executives di Indonesia dan

membandingkan hasil risetnya dengan hasil

riset global untuk mengetahui kesamaan serta

perbedaan atas peran dan ekspektasi CFO di

era digitalisasi. “Jika kita bandingkan dengan

hasil dari global, hasil survei di Indonesia

menunjukkan bahwa para CFO lebih antusias

untuk mejalankan perannya sebagai digital

value steward. Untuk mencapai hal tersebut

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

oleh para CFO kedepannya, yaitu implikasi dari

implementasi teknologi, termasuk didalamnya

terdapat unsur SDM dan perubahan proses

policy. Para CFO juga yakin bahwa 60% dari

proporsi pekerjaan finance dapat digantikan

oleh teknologi terutama untuk pekerjaan yang

bersifat transaksional, “ katanya.

Sebelum acara penghargaan para CFO

terbaik, acara diawali dengan Sharing

Knowledge atau diskusi, dengan nara sumber:

Ang Andri Pribadi, Aditya Dewabroto, Ervina

Waty dan Leonardus Wahyu Wasono serta

moderator L.N. (Nugi) Tjiptohadikusumo,

Managing Director, Technology Consulting

Lead, Accenture in Indonesia.

Selamat kepada para pemenang dan terima

kasih kepada para partisipan pendukung acara

ini : PT Sorini Agro Asia Corporation Tbk, PT

Telkom International, PT Elnusa Petrofin, PT

Bank BNI Syariah.

Page 15: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

SWA 17 | XXXV | 5 - 18 SePteMber 2019 | 5

D engan semakin meningkatnya tantangan akibat perkembangan teknologi, para CFO mulai menyadari dampak perkembangan

teknologi terhadap peran mereka. Oleh karena itu para CFO menanyakan apakah pesatnya kemajuan teknologi akan perlahan lahan berpengaruh terhadap peran CFO dan sampai akhirnya menghilangkan peran CFO? Hal inilah yang memicu Accenture untuk mengadakan riset yang dinamakan CFO-Reimagined secara global termasuk Indonesia.

Di luar dugaan, hampir semua CFO (baik global maupun Indonesia) yang kami wawancarai menyatakan bahwa sekarang adalah masa yang paling tepat untuk berevolusi terhadap perubahan teknologi. Evolusi ini sebetulnya sudah dimulai sejak lama secara bertahap, tapi kemudian meningkat pesat pada era digitalisasi. Pada tahun 1950an – 1980an, peran utama CFO dalam suatu perusahaan adalah sebagai akuntan. Seseorang yang menjadi penjaga gawang dari sisi keuangan. Peran ini mulai berubah di era 1990 – 2010an, di mana CFO dituntut untuk menjadi mitra dari bisnis, yaitu berfungsi mendukung pengambilan keputusan bisnis dengan memberikan data dan wawasan bisnis. Dan di era tahun 2020, peran CFO dengan cepat berevolusi menjadi “strategic enabler”, bukan hanya sekedar pendukung yang berperan pasif melainkan menjadi seorang pemimpin yang berperan aktif dan proaktif.

Satu pertanyaan yang sempat terlontar adalah apakah ini berarti fungsi CFO sebagai pendukung dan controller sudah harus ditinggalkan ataupun dikurangi?

Berdasarkan hasil riset dan analisa kami, secara umum, terdapat tiga peran utama CFO:

1. FINANCE LEADER: memimpin fungsi keuangan yang lebih efisien dan efektif

2. BUSINESS PARTNER: mendorong inisiatif untuk meningkatkan nilai dari perusahaan

3. DIGITAL VALUE STEWARD: ini peran baru di mana CFO dituntut untuk men-ciptakan nilai nilai baru dengan menda-yagunakan digital

Jadi bisa disimpulkan bahwa evolusi peran ini tidak mengurangi atau menghilangkan konsep dasar dari keuangan sebagai controller.

Hal ini tergambar dari hasil riset di bawah ini:

Dengan penambahan peran sebagai “Digital Steward” , CFO dituntut untuk mendorong keputusan keputusan strategis perusahaan tidak terkecuali keputusan investasi teknologi. Keterlibatan CFO ini dilakukan dengan cara:

- Keterlibatan langsung sejak saat awal pengambilan keputusan terhadap in-vestasi teknologi

- Memberi pemahaman terhadap bisnis mengenai model ekonomi yang men-dasari investasi

- Mengevaluasi dan melakukan prioritisa-si terhadap opsi opsi investasi

- Menentukan agenda untuk implementa-si teknologi secara menyeluruh

Apakah yang menyebabkan atau mendorong evolusi dari peran CFO ini? Ada 5 penyebab utama yaitu:

1. Meningkatknya ekspektasi dari Direktur Utama, BOD dan seluruh perusahaan

2. Perubahan yang sangat cepat terjadi, terutama di bidang digital harus diantisi-pasi dengan cepat pula.

3. Makin meningkatnya ekspektasi dari sisi kontrol dan kepatuhan yang diaki-batkan oleh regulasi dan ekspektasi masyarakat

4. Tekanan yang semakin tinggi terhadap peningkatan pertumbuhan dan laba perusahaan

5. Semakin meningkatnya peran dari data, dan semakin diperlukannya analisis (data analytic) terhadap data untuk mendapatkan pandangan dan kesempat an-kesempatan untuk per-baikan (misal: penciptaan nilai, penghe-matan biaya). Ini juga yang mendorong munculnya kapabilitas baru untuk meng-analisis data. Hal ini biasa disebut data driven analytics.

Jadi apa yang perlu dilakukan oleh CFO? Ada 3 kata kunci, visioner, kecepatan dan kolaborasi. Definisikanlah kembali visi yang lebih baru dan berani dan ambillah tindakan tindakan yang bisa mendukung visi itu, bukan hanya lebih cepat tapi sangat cepat. Dan jangan melupakan kolaborasi, karena kolaborasi adalah kunci untuk mendukung dan memastikan visi bisa tercapai. •

PERAN CFODI ERA DIGITALISASI

Menyatakan bahwa fokus utama mereka adalah meningkatkan efisiensi proses organisasi secara keseluruhan melalui adopsi teknologi digital

Mengatakan bahwa fungsi Finance sekarang sudah proaktif dan terkoneksi dengan fungsi bisnis lainnya.

44%47%

90%

77%

Fuad Sahid LaleanManaging Director, Accenture in Indonesia

Page 16: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

Berdasarkan hasil survei terhadap kurang lebih 100 CFO dan akuntan senior di Indonesia, 70% dari CFO dan akuntan senior yakin bahwa 60% pekerjaan akuntansi yang bersifat rutin di fungsi keuangan dapat didigitalkan atau diotomisasi dalam beberapa

cara. Inisiatif digitalisasi dan otomisasi pada umumnya dapat membantu fungsi keuangan meningkatkan fokusnya pada kegiatan analisis yang memberikan nilai tambah terhadap keputusan strategis bisnis. Hal ini didukung oleh hasil survei yang menyatakan bahwa 82% dari responden setuju bahwa fungsi keuangan harus memiliki kemampuan menganalisis data yang nantinya akan dipergunakan untuk pengambilan keputusan yang bersifat strategis. Salah satu responden kami juga berpendapat bahwa memiliki peran sebagai analis dan ilmuwan data, eksekutif keuangan saat ini juga diharapkan dapat menganalisis data, mengidentifikasi tren, dan membuat data modelling untuk memberikan informasi prediksi ke depan dan memberikan masukan pada bisnis.

Dengan adanya perubahan peran ini, maka para CFO harus mulai mempersiapkan tim fungsi keuangan mereka untuk mempunyai kompetensi yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang lebih bersifat analytical. Tim ini diharapkan dapat mengimbangi perubahan pada jenis pekerjaan dan tuntutan fungsi keuangan di masa depan.

Fungsi keuangan harus mengembangkan diri mereka, mengubah kriteria recruitment, dan mengubah cara pengembangan sumberdaya di fungsi keuangan, sehingga generasi pemimpin keuangan kedepannya dapat berkembang dengan cepat dalam peran keuangan yang telah diperluas ini. Untuk itu fungsi keuangan akan membutuhkan profil talenta yang baru seperti intelegensi keuangan dengan wawasan bisnis yang luas seperti yang diilustrasikan di bawah ini:

Dengan adanya era digitalisasi terutama di bidang otomisasi dimana teknologi akan banyak terlibat, maka porsi tim fungsi keuangan akan berubah dimasa yang akan datang, dimana teknologi akan banyak menggantikan peran keuangan saat ini:

Perubahan ini membuat kompetensi fungsional ditambah dengan kompetensi perilaku menjadi suatu hal yang penting di masa yang akan datang dan dapat membantu mereka menjalankan perannya sebagai business partner yang efektif. Berikut adalah jabaran dari kompetensi fungsional dan kompetensi perilaku para profesional di fungsi keuangan kedepannya:

Hasil survei kami juga menunjukan bahwa kurang lebih 90% dari responden setuju bahwa tenaga kerja fungsi keuangan di masa depan akan beralih dari fungsi utama keuangan menjadi aspek-aspek digital, statistik, operasional dan fungsi yang bersifat kolaboratif dan manajemen talent yang lebih maju. Sedangkan kemampuan yang sangat penting dalam merekrut eksekutif junior dalam tiga tahun mendatang, responden menyatakan hal sebagai berikut secara berurutan:• Kemampuan analisis data (contoh eksplorasi data);• Ilmu data (contoh keahlian dalam algoritma tingkat lanjut dan rekayasa data);• Kemampuan akuntansi dan keuangan tradisional;• Financialmodelling (contoh perencanaan);• Visualisasi data tingkat lanjut;• Pemahaman tentang bisnis;• Keahlian untuk berinovasi;• Kemampuan komunikasi / keahlian untuk mempengaruhi; dan• Kemampuan manajemen umum;

Bagaimana dengan profil tim fungsi keuangan Anda? Sebagai langkah awal transformasi, ada baiknya Anda melakukan penilaian terhadap kompetensi tim fungsi keuangan dan mengembangkan inisiatif – inisiatif mulai dari recruitment sampai dengan pelatihan untuk memastikan fungsi keuangan Anda siap untuk menghadapi perubahan dan tuntuntan bisnis di era digitalisasi ini. l

Debby AlishintaManaging Director, Accenture in Indonesia

Kompetensi Fungsional Kompetensi Perilaku1. Mengerti bisnis dan internal klien 1. Beradaptasi dan tangguh2. Mengimbangi biaya dengan nilai tambah 2. Berkolaborasi3. Memberikan dampak pada bisnis 3. Membangun hubungan baik

4. Bekomunikasi dengan baik5. Data storytelling6. Berpikir strategis

Kebutuhan KeahlianFUNGSI KEUANGAN Di Era Digitalisasi

Page 17: THE NEW CFO · Belajar dari kasus-kasus tersebut, bo-lehlah dibilang, bahwa hitam-putihnya kinerja suatu perusahaan dalam banyak hal juga dipengaruhi karakter dan perilaku CFO-nya

Tidak bisa dipungkiri lagi saat ini teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari hari. Perkembangan teknologi yang sangat pesat memengaruhi segala aspek termasuk dunia bisnis. Menurut Gartner, di tahun 2020, 30% dari CIO sudah mulai

memasukkan penggunaan teknologi AI (Artificial Intelligence) ke dalam rencana investasi mereka. Untuk beberapa tahun ke depan, bisnis model yang tradisional akan berevolusi akibat dampak dari munculnya teknologi baru atau evolusi dari teknologi yang ada sekarang.

Area finance juga tidak terlepas dari imbas kemajuan teknologi ini. Hal-hal yang biasa dilakukan secara manual sudah mulai diotomasi dengan teknologi. Bahkan hal-hal yang tadinya tidak pernah terpikirkan menjadi mungkin dengan munculnya teknologi baru yang bisa meniru cara kerja dan berpikir manusia seperti RPA (Robotic Process Automation) dan AI. Hal ini terjadi karena tuntutan perkembangan bisnis sehingga perusahaan mempunyai ekspektasi lebih dari tim finance untuk mempunyai peran yang lebih besar, yaitu menjadi mitra dari bisnis, bukan hanya sebagai tim pendukung. Teknologi membantu melepaskan sebagian kapasitas dari tim finance sehingga mereka bisa melakukan lebih banyak analisis dan memberikan informasi yang berguna kepada bisnis. Dengan bantuan aplikasi analytics dan AI untuk mengolah dan menganalisis data, informasi yang diberikan ke bisnis menjadi lebih berguna dan berorientasi ke masa depan.

Implementasi teknologi di bidang finance bergantung pada kesiapan organisasi dalam menerima perubahan tersebut, seperti yang tergambar dalam maturity model di bawah ini:

Pada awalnya penggunaan teknologi lebih berfokus pada integrasi proses bisnis yang juga mempunyai dampak di area finance (contohnya implementasi sistem ERP). Semakin berkembang suatu organisasi, teknologi yang diperlukan bukan hanya integrasi dan otomasi proses bisnis tapi mulai bergerak ke arah nilai yang dihasilkan. Pemilihan teknologi berfokus pada nilai-nilai apa yang bisa dihasilkan oleh teknologi tersebut, seperti:

• CFO Business Analytic tools yang memungkinkan tim finance melakukan analisis dan simulasi data dengan lebih akurat

• Robotics (RPA) Cloud Technology untuk penyimpanan data yang lebih efisien

• In-memory Technology yang akan mempercepat penyajian laporan dan memungkinkan penyajian data secara real time

Penggunaan beberapa teknologi ini akan membantu mengangkat peran finance dari Process Oriented Finance menjadi Value Oriented Finance yang dapat memberikan nilai tambah kepada perusahaan.

Bagaimana dengan Indonesia? Berdasarkan riset yang dilakukan Accenture terhadap para CFO dan eksekutif keuangan, proses-proses finance yang saat ini sudah diotomasi hanya berkisar 34% saja dibandingkan di negara-negara lain yaitu sekitar 60-80%.

Tetapi menariknya, untuk teknologi-teknologi baru, kurang lebih 73% responden di Indonesia mengatakan bahwa mereka tertarik dengan hal baru walau masih dalam tahap eksplorasi. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan respon dari 77% responden di CFO di negara-negara maju seperti Amerika, Cina, Jepang, Singapura dan lain-lain. Penggunaan teknologi baru tersebut rata-rata masih di dalam fase percobaan. Beberapa kekhawatiran yang dirasakan oleh mereka dalam implementasi teknologi tersebut adalah:

• Standarisasidata• Keamananinformasi• Kesalahanteknisdanbugs pada sistemDi luar semua tantangan atau kekhawatiran tersebut, hasil survei

menunjukkan bahwa CFO dan eksekutif keuangan di Indonesia tetap optimis terhadap perkembangan digital untuk 3 tahun ke depan dibandingkan negara-negara lain.

Kalau begitu, apa yang harus dilakukan oleh CFO dan eksekutifkeuangan untuk mempersiapkan diri? Mereka harus mulai dengan melakukan upskillingterhadaptimfinanceuntukmenganalisisdatadanjugakefasihan terhadap teknologi. Teknologi bukan lagi menjadi kemampuan yang hanya dimiliki oleh tim IT tetapi juga oleh tim finance. Bukan berarti harus mempunyai kapabilitas yang sama dengan tim IT tetapi setidaknya mempunyai pemahaman terhadap teknologi sehingga dapat membantu dalam melakukan perannya sebagai mitra bisnis yang efektif. Perlu diingat bahwa teknologi itu hanya digunakan sebagai media pendukung, namun kemampuan analisis dan mengantisipasi perubahan akan tetap menjadi prioritas yang harus dipertimbangkan oleh fungsi finance. l

Leonard Nugroho T.Managing Director, Accenture in Indonesia

Perkembangan TEKNOLOGI FINANCE di Era Digital