bab ii desain pembelajaran genius learning pada …eprints.stainkudus.ac.id/111/5/5. bab...

49
29 BAB II DESAIN PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING PADA MATA PELAJARAN FIQIH MATERI HAJI DAN UMRAH A. Deskripsi Pustaka 1. Konsep Desain Pembelajaran 1.1. Konsep Desain Kata desain berasal dari bahasa Inggris, yaitu design. Kata desain diartikan sebagai kerangka bentuk, rancangan, motif, pola, serta corak. Kata Kerjanya adalah mendesain yang berarti membuat rancangan. Orang yang merancang disebut dengan istilah desainer. 1 Pada dasarnya desain merupakan pola rancangan yang menjadi dasar pembuatan suatu benda. Desain merupakan langkah awal sebelum memulai membuat suatu benda, seperti baju, furniture, bangunan, dll. Pada saat pembuatan desain biasanya mulai memasukkan unsur berbagai pertimbangan, perhitungan, cita rasa, dll. Sehingga bisa dibilang bahwa sebuah desain merupakan bentuk perumusan dari berbagai unsur termasuk berbagai macam pertimbangan di dalamnya. 2 Secara sederhana desain 3 dapat dimaknai sebagai rancangan 4 , pola 5 atau model 6 . Hal ini, desain juga memiliki pengertian yang sama 1 Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan , Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2013, hlm., 21. 2 https://carapedia.com/pengertian_definisi_desain_info2196.html, diakses pada hari Jumat tanggal 10 Juni 2016 pukul 10.39 WIB. 3 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm., 46 ). 4 Rancangan disini yang peneliti maksudkan adalah rancangan pembelajaran. Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru, yang bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan progam pembelajaran. Imas Kurniasih, Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran , Kata Pena. [email protected]., 2015, hlm., 10. 5 Untuk memahami pola, hal yang perlu diperhatikan lebih dulu adalah mengenai pengertian strategi belajar-mengajar. Strategi belajar-mengajar adalah rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif. Cara-cara membawakan pengajaran iti merupakan pola dan urutan

Upload: trinhtuong

Post on 04-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

29

BAB II

DESAIN PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING PADA MATA

PELAJARAN FIQIH MATERI HAJI DAN UMRAH

A. Deskripsi Pustaka

1. Konsep Desain Pembelajaran

1.1. Konsep Desain

Kata desain berasal dari bahasa Inggris, yaitu design. Kata

desain diartikan sebagai kerangka bentuk, rancangan, motif, pola,

serta corak. Kata Kerjanya adalah mendesain yang berarti membuat

rancangan. Orang yang merancang disebut dengan istilah desainer.1

Pada dasarnya desain merupakan pola rancangan yang menjadi

dasar pembuatan suatu benda. Desain merupakan langkah awal

sebelum memulai membuat suatu benda, seperti baju, furniture,

bangunan, dll. Pada saat pembuatan desain biasanya mulai

memasukkan unsur berbagai pertimbangan, perhitungan, cita rasa, dll.

Sehingga bisa dibilang bahwa sebuah desain merupakan bentuk

perumusan dari berbagai unsur termasuk berbagai macam

pertimbangan di dalamnya.2

Secara sederhana desain3 dapat dimaknai sebagai rancangan4,

pola5 atau model6. Hal ini, desain juga memiliki pengertian yang sama

1 Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan , Ar-Ruzz Media, Yogyakarta,

2013, hlm., 21. 2 https://carapedia.com/pengertian_definisi_desain_info2196.html, diakses pada hari

Jumat tanggal 10 Juni 2016 pukul 10.39 WIB. 3 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta,

Bandung, 2012, hlm., 46 ). 4 Rancangan disini yang peneliti maksudkan adalah rancangan pembelajaran.

Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki

guru, yang bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya

mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan

penyusunan progam pembelajaran. Imas Kurniasih, Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model

Pembelajaran, Kata Pena. [email protected]., 2015, hlm., 10. 5 Untuk memahami pola, hal yang perlu diperhatikan lebih dulu adalah mengenai

pengertian strategi belajar-mengajar. Strategi belajar-mengajar adalah rencana dan cara-cara

membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran

dapat dicapai secara efektif. Cara-cara membawakan pengajaran iti merupakan pola dan urutan

30

di dalam buku yang berjudul “Kurikulum dan Pembelajaran: Teori

dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) oleh Wina Sanjaya, bahwa yang dimaksud dengan desain

adalah rancangan, pola, atau model.7

Strategi belajar mengajar merupakan rancangan dasar bagi

seorang guru tentang cara ia membawakan pengajarannya di kelas

secara bertanggung jawab, maka dapat dibedakan dengan desain

instruksional karena strategi instruksional tidak sama dengan desain

instruksional. Desain Instruksional merupakan blue print suatu

pengajaran. Blue print itu baru dapat disusun setelah ditetapkan model

dan bentuk pengajaran yang dikehendaki. Atau dengan kata lain

setelah diambil keputusan tentang strategi yang dipergunakan.8

Desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah

desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan

masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.

Desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang

diawali dari perencanaan kebutuhan, kemudian mengembangkan

rancangan untuk merespon kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan

tersebut diuji cobakan dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk

menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun.

Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional dapat diartikan

sebagai proses sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran

umum perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Pola dan urutan

umum perbuatan guru-murid itu merupakan suatu kerangka umum kegiatan belajar-mengajar

yang tersusun dalam suatu rangkaian bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan. W. Gulo,

Strategi Belajar-Mengajar, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2002, hlm., 3. 6 Model menurut Good dan Travers adalah abstraksi dunia nyata atau representasi

peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang

lainnya. Model bukan realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan

dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat

digunakan untuk menerjemahkan ssesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis. Model

berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang besifat

perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan

pengelolaan. Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) , Prenadamedia Group, Jakarta, 2015, hlm., 82. 7 Ibid, hlm., 63.

8 W. Gulo, Op.Cit., hlm., 3-4.

31

melalui proses bahan-bahan pembelajaran9 beserta aktivitas yang

harus dilakukan.10

Jadi, dapat disimpulkan bahwa desain merupakan aktivitas

yang sudah jadi yang di dalamnya ada model yang tersusun sesuai

kebutuhan setelah diambil keputusan tentang strategi yang

dipergunakan dan selanjutnya rancangan tersebut diuji cobakan dan

akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang

efektivitas rancangan yang disusun dan memecahkan masalah dengan

memanfaatkan informasi yang tersedia.

1.2. Konsep Pembelajaran

Sebelum membahas mengenai konsep pembelajaran, perlu

memahami lebih dahulu istilah belajar dan mengajar. Istilah

pembelajaran berhubungan erat dengan belajar dan mengajar. Belajar,

mengajar, dan pembelajaran terjadi bersama-sama.11

9 Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni

berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik dan rincinya. Secara umum isi

kurikulum itu dapat dipilah menjadi tiga unsur utama, yaitu logika, etika dan estetika. Sedangkan

bila memilahnya berdasarkan taksonomi bloom dkk., bahan pembelajaran itu berupa kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap/nilai), dan psikomotor (keterampilan). Bila dirinci lebih lanjut, isi

kurikulum atau bahan pembelajaran itu dapat dikategorikan menjadi enam jenis, yaitu: fakta,

konsep/teori, prinsip, proses, dan nilai, serta keterampilan.Tim Pengembang MKDP, Kurikulum

dan Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm., 152. 10

Husamah, Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian

Kompetensi: Panduan dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi

Kurikulum 2013, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm., 35-36. 11

Pembelajaran (Instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan

konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada

penumbuhan aktivitas sebjek didik. Konsep tersebut dipandang sebagai suatu sistem sehingga

dalam sistem belajar ini terdapat komponen, yakni komponen peserta didik atau peserta didik,

tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur, serta alat atau media yang harus

dipersiapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Davis bahwa learning system menyangkut

pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau

pengontrolan dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan.

Demikian halnya juga dengan teaching system, dimana komponen perencanaan mengajar, bahan

ajar, tujuan, materi, dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan

aktivitas belajar untuk mencapai tujuan. Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi

pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi oleh dan dari guru kepada peserta didik, Ketiga

kategori kegiatan dalam proses pembelajaran ini berkaitan erat dengan aplikasi dan konsep sistem

informasi manajemen. Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran

proses pembelajaran, bahwa belajar adalah kemampuan untuk mampu mengorganisasi informasi

merupakan hal yang mendasar bagi seseorang peserta didik, semua pembelajaran manusia pada

hakikatnya mempunyai empat unsur, yakni tahap persiapan (berkaitan dengan mempersiapkan

peserta belajar untuk belajar, penyampaian (dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk

mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses b elajar secara

32

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.

Belajar adalah proses perubahan perilaku untuk memperoleh

pengetahuan, kemampuan, dan sesuatu hal baru serta diarahkan pada

suatu tujuan. Belajar juga merupakan proses berbuat melalui berbagai

pengalaman dengan melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang

dipelajari. Belajar dapat dilakukan secara individu-seseorang

melakukan sendiri atau dengan keterlibatan orang lain. Namun, dalam

dunia pendidikan, peserta didik yang melakukan proses belajar tidak

melakukannya secara individu, tetapi ada beberapa komponen yang

terlibat, seperti pendidik atau guru, media dan strategi pembelajaran,

kurikulum, dan sumber belajar. Sedangkan menurut para ahli yaitu

sebagai berikut:

a. Menurut Gage, belajar adalah proses dimana suatu organisme

berubah perilakunya akibat dari pengalaman.

b. Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau

penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif.

Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang

belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika ia

tidak belajar, responnya menurun. Dengan demikian belajar

diartikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau

peluang terjadinya respons.

c. Menurut Robert M. Gagne, belajar adalah suatu proses yang

kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya

kapabilitas disebabkan stimulasi yang berasal dari lingkungan dan

proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.

positif dan menarik), pelatihan (dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70 % atau lebih

pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung.

Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang

menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan oleh

instruktur atau pendidik) dan penampilan hasil (tahap ini merupakan satu kesatuan dengan

keseluruhan proses belajar belajar dan tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran

tetap melekat dan berhasil diterapkan). Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Yrama Widya,

Bandung, 2013, hlm., 209-215.

33

Bedasarkan beberapa definisi belajar dapat disimpulkan bahwa

belajar pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang

berubah sebagai akibat pengalaman yang berasal dari lingkungan.12

Adapun mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di

dalam kelas. Aktivitas guru untuk menciptakan kondisi yang

memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut

dengan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah

proses membuat orang belajar. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu

kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang

menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar

dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur tersebut

kemudian lahir interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan

sebagai mediumnya.13

Pembelajaran diidentikkan dengan kata “mengajar”, berasal

dari kata “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang

supaya diketahui. Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata

“ajar” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi kata

“pembelajaran”, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar,

atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Dilihat dari aspek kegunaannya, pengertian mengajar dapat

dipandang dari dua aspek, mengajar secar tradisional dan modern.

Pertama, pengertian mengajar secara tradisional adalah

menyampaikan pengetahuan kepada siswa atau murid di sekolah.

Definisi mengajar dalam konteks yang tradisional ini adalah

penyerahan kebudayaan pada anak didik yang berupa pengalaman dan

kecakapan atau usaha untuk mewariskan kebudayaan masyarakat

kepada generasi berikutnya. Aktivitas sepenuhnya atau tongkat

pengendaliannya adalah guru, sedangkan siswa hanya mendengarkan

apa yang disimpulkan oleh guru. Hal ini akan membuat siswa diam,

12

Isriani Hardini, Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, dan

Implementasi), Familia (Group Relasi Inti Media), Yogyakarta, 2012, hlm., 3-4. 13

Ibid, hlm., 10-11.

34

tidak kritis dan apatis. Kedua, pengertian mengajar dalam konteks

dunia modern sekarang ini, mengajar diartikan sebagai usaha

mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi

siswa. Begitu juga pengertian mengajar dalam arti modern adalah

seperti yang dikemukakan oleh Howard yang menyatakan bahwa

mengajar adalah suatu aktivitas membimbing atau menolong

seseorang untuk mendapatkan, mengubah, atau mengembangkan

keterampilan, sikap (attitude), cita-cita (ideals), pengetahuan

(knowledge), dan penghargaan (appreciation).14

Dengan mengacu kepada konsep mengajar secara modern ini,

maka dapat dimengerti bahwa mengajar merupakan suatu perbuatan

yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Di mana

guru berperan sebagai kreator proses belajar mengajar, yakni berperan

sebagai orang yang mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang

baik, menarik, dan berdaya guna. Dalam kaitannya dengan konsep

mengajar sebagaimana dikemukakan di atas, Wina Sanjaya

membedakan konsep mengajar menjadi dua macam, yaitu (1)

mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran, bahwa

dalam proses ini mengajar diartikan sebagai proses penyampaian

informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses

penyampaian ini sering juga dianggap sebagai proses mentransfer

ilmu; dan (2) mengajar sebagai proses mengatur lingkungan. Pada

konsep ini, mengajar dianggap penting adalah belajarnya siswa.

Dengan kata lain, yang dianggap penting dalam mengajar itu adalah

proses mengubah perilaku. Dalam konteks ini, mengajar tidak

ditentukan oleh lamanya serta layaknya materi yang disampaikan,

tetapi dari dampak proses pembelajaran itu sendiri.

Pada perkembangan selanjutnya mengenai definisi mengajar

ini, maka telah berubah pandangan yang lebih mengarah kepada

14

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Prenadamedia

Group, Jakarta, 2015, hlm., 19-20.

35

definisi mengajar dalam konteks yang lebih modern, sebagaimana

halnya yang dikemukakan oleh Nasution bahwa mengajar merupakan

segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam

mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.

Pandangan terhadap pengertian mengajar dalam melakukan kegiatan

mengajar guru harus memberi kesempatan seluas-luasnya bagi siswa

untuk belajar, dan memfasilitasinya agar siswa dapat

mengaktualisasikan dirinya untuk belajar. Dalam hal ini yang belajar

adalah siswa itu sendiri dengan kegiatannya sendiri. Peran guru dalam

hal ini adalah sebagai fisilitator yang membimbing siswa untuk

belajar. 15

Dari beberapa definisi mengajar yang telah dipaparkan di atas,

sebagian besar para ahli memberikan definisi mengajar dalam konteks

dunia modern saat ini, yang intinya dapat tarik kesimpulan bahwa

mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru untuk

menciptakan lingkungan agar siswa mau melakukan proses belajar.

Istilah aktivitas kompleks disini tidak dapat diartikan pada pengertian

menyampaikan pengetahuan secara lisan atau tertulis, melainkan lebih

dari itu, yaitu menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar secara

kondusif, membimbing siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk

belajar, dan melakukan penilaian terhadap hasil dari kegiatan belajar

yang telah dilakukan siswa.16

Sementara itu, Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari

memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh tehadap

pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar,

dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena

belajar merupakan proses alamiah setiap orang.

15

Ibid, hlm., 22-23 16

Ibid, hlm., 26.

36

Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh

seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran

juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih

dari itu, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang

berbeda-beda, secara individul, kolektif, ataupun sosial.17

Pembelajaran ditinjau dari sudut kebahasaan berasal dari kata

ajar. Pembelajaran diartikan sebagai proses, cara, perbuatan

menjadikan orang untuk belajar. Orang yang belajar tersebut disebut

pembelajar. kemudian belajar sendiri berarti berusaha memperoleh

kepandaian atau ilmu, latihan, berubah tingkah laku, atau tanggapan

yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan menurut kamus besar

bahasa Indonesia, kata ajar merupakan kata benda yang berarti

petunjuk yang diberikan kepada orang agar diketahui. Jadi, pada

hakikatnya pembelajaran adalah proses menjadikan orang agar mau

belajar dan mampu (kompeten) belajar melalui berbagai

pengalamannya agar tingkah lakunya dapat berubah menjadi lebih

baik lagi.18

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan

menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk

mencapai tujuan kurikulum dimana dalam prosesnya menjadikan

orang agar mau belajar dan mampu (kompeten) belajar melalui

berbagai pengalamannya agar tingkah lakunya dapat berubah menjadi

lebih baik lagi.

1.3. Konsep Desain Pembelajaran

Melihat konsep desain dan konsep pembelajaran yang

dijelaskan di atas, memudahkan peneliti memahami konsep desain

pembelajaran.

17

Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan

Paradigmatis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hlm., 2. 18

Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan , Ar-Ruzz Media, Yogyakarta,

2013, hlm., 19.

37

Sebenarnya desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai

perspektif, seperti sebagai disiplin, ilmu, sistem, dan proses. Sebagai

disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori

tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan

pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu

untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian,

serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan

pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata

pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem,

desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran

dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk

meningkatkan mutu belajar. Sementara sebagai proses, desain

pembelajaran adalah proses pemecahan masalah. Tujuan dari sebuah

desain menurutnya adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam

memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang

tersedia. Jadi, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia19 untuk

memecahkan suatu masalah. Desain pada hakikatnya merupakan suatu

proses yang bersifat linear yang diawali dari menentukan kebutuhan,

mengembangkan rancangan untuk merespon kebutuhan, kemudian

mengujicobakan rancangan tersebut dan akhirnya menentukan proses

evaluasi untuk menentukan hasil terkait dengan efektivitas rancangan

yang telah disusun. Desain pembelajaran dapat didefinisikan sebagai

proses yang sistematis untuk memecahkan masalah pembelajaran

19

Kebutuhan manusia kalau dalam siklus pembelajaran yang dimaksud adalah kebutuhan

siswa. Beberapa ahli telah mengadakan analisis tentang jenis -jenis kebutuhan siswa, antara lain (a)

menurut Prescott, mengadakan klasifikasi kebutuhan sebagai berikut pertama, kebutuhan-

kebutuhan fisiologis; bahan-bahan dan keadaan yang esensial, kegiatan dan istirahat, kegiatan

seksual. Kedua, kebutuhan sosial atau status: menerima dan diterima, dan mnyukai orang lain.

Ketiga, kebutuhan-kebutuhan ego atau integratif: kontak dengan kenyataan, simbolisasi p rogresif,

menambah kematangan diri sendir, keseimbangan antara berhasil dan gagal, menemukan

individualitasnya sendiri. Kemudian menurut Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan -kebutuhan

psikologis akan timbul setelah kebutuhan-kebutuhan psikologis terpenuhi. Ia mengadakan

mengadakan klasifikasi kebutuhan dasar sebagai berikut (1) kebutuhan-kebutuhan akan

keselamatan, (2) kebutuhan-kebutuhan memiliki dan mencintai, (3) kebutuhan-kebutuhan akan

penghargaan, (4) kebutuhan-kebutuhan untuk menonjolkan diri. Oemar Hamalik, Proses Belajar

Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm., 96.

38

melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran serta kegiatan-

kegiatan yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber belajar

yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan

belajar.20

Berdasarkan pengertian desain pembelajaran, dapat dilihat

komponen utama dari desain pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

a. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui

meliputi karakteristik, kemampuan awal dan prasyarat.

b. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran

kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.

c. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau

materi yang akan dipelajari.

d. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun

satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.

e. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada

pembelajar.

f. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau

kompetensi yang sudah dikuasai atau belum.21

Jadi, dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran adalah

suatu proses merancang pembelajaran oleh guru untuk memecahkan

masalah pembelajaran yang nantinya akan digunakan pada

pelaksanaan pembelajaran yang perancangan pembelajaran tersebut

meliputi mengidentifikasi kebutuhan siswa dan mengembangkannya,

mengujicobakan kebutuhan siswa tersebut kemudian mengevaluasi

siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa

melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran serta kegiatan-

kegiatan yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber belajar

yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan belajar.

20

Novan Ardy Wiyani, Op.Cit, hlm., 21-22. 21

Husamah, Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian

Kompetensi: Panduan dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implemen tasi

Kurikulum 2013, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm., 43.

39

2. Genius Learning

2.1. Sejarah Genius Learning

Adanya nama Genius Learning ini berawal dari seorang tokoh

yang bernama Adi W. Gunawan.22 Dia memberikan nama tersebut

karena untuk membedakan metode accelerated learning yang dia

kembangkan dengan metode sejenis yang ada di masyarakat. Dasar

Genius Learning adalah accelerated learning atau cara belajar yang

dipercepat. Metode Genius Learning telah memasukkan dan

mempertimbangkan kondisi masyarakat di Indonesia secara umum,

kebudayaan bangsa kita yang sangat beragam, kondisi sosial dan

ekonomi, sistem pendidikan nasional kita dan tujuan pendidikan yang

utama, yaitu menyiapkan anak-anak kita untuk bisa menjalani

hidupnya dengan berhasil setelah mereka meninggalkan sekolah

formal dan masuk ke Universitas Kehidupan. Bedanya dengan

accelerated learning bahwa accelerated learning berasal dari luar

negeri sedangkan Genius Learning adalah metode yang telah

mengalami proses adaptasi dengan keadaan di negara kita yaitu

Indonesia.23

2.2. Pengertian Genius Learning

Secara bahasa Genius Learning berasal dari dua kata, Genius

yang berarti cerdas dan Learning yang berarti pembelajaran. Genius

Learning adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Adi W.

Gunawan. Beliau mendefinisikan Genius Learning adalah istilah yang

digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian pendekatan praktis

dalam upaya meningkatkan hasil proses pembelajaran. Genius

Learning adalah suatu sistem yang terancang dengan satu jalinan yang

22

Adi W. Gunawan adalah salah seorang yang dengan cerdas mampu menangkap

kebutuhan akan persoalan bagaimana cara mengembangkan potensi kecerdasan yang beragam dan

jarang sekali orang melihat kekhasan dari masing-masing individu. Ironisnya, hal ini tidak hanya

terjadi dalam keluarga tetapi terjadi di sekolah, sebuah lembaga yang notabene bertujuan

membentuk manusia yang cerdas secara komprehensif. Tampaknya kondisi itulah yang

menggelitik hati dan pikiran orang-orang atau tokoh-tokoh yang prihatin tentang kelirunya

penggunaan metode dalam mencerdaskan anak. Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hlm., xii-xiv. 23

Ibid, hlm., 3-4

40

sangat efisien yang meliputi diri anak didik, guru, proses pembelajaran

dan lingkungan pembelajaran. Dalam Genius Learning menempatkan

anak sebagai pusat dari proses pembelajaran, sebagai subyek

pendidikan. Tidak seperti yang terjadi selama ini, anak didik

ditempatkan pada posisi yang tidak benar, yaitu sebagai obyek

pendidikan. Model pembelajran Genius Learning yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah suatu kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar dalam upaya meningkatkan hasil proses

pembelajaran dengan menggunakan kemampuan pengetahuan dan

pengalaman, seperti pengetahuan tentang kepribadian, kecerdasan,

gaya belajar, emosi dan pengetahuan lain yang bisa membantu

efektifitas proses belajar mengajar dan menjembatani jurang yang

memisahkan antara proses mengajar dan proses belajar tersebut.24

Genius learning atau lebih tepat disebut sebagai Holistik

Learning adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu

rangkaian pendekatan praktis dalam upaya meningkatkan hasil proses

pembelajaran. Genius learning adalah sebuah model pembelajaran

yang dikemas sedemikian rupa yang menggunakan pengetahuan yang

berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara

kerja memori, neuro-linguistik programming, motivasi, konsep diri,

kepribadian, emosi, perasaan, pikiran, metakognisi, gaya belajar,

multiple intelegensi atau kecerdasan majemuk, teknik memori, teknik

membaca, teknik mencatat, dan teknik belajar lainnya. Dasar Genius

Learning adalah accelerated learning atau cara belajar yang

dipercepat. Di luar negri, model pembelajaran ini dikenal dengan

beragam nama, seperti Accelerated Learning25, Quantum Learning dan

24

Findy Wulansari, Suranto, Kayan, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata

Pelajaran Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Genius Learning pada Siswa Kelas

XI IPA 1 SMA Negeri Rambipuji Semester Genap , Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP

Uneversitas Jember, 2010/2011, hlm., 173 (lihat Jurnal Penelitian). 25

Para praktisi pembelajaran cepat seperti Thomas Armstrong, Dee Dickinson, David

Lazear, dan Nancy Margulies menggunakan penelitian Gardner dan terus bereksperimen dengan

41

Quantum Teaching26, Super Learning, Efficient and Effective27

Learning. Pada intinya, tujuan berbagai model ini sama, yaitu

bagaimana membuat proses pembelajaran menjadi efisiensi, efektif,

dan menyenangkan.28

2.3. Posisi/kedudukan Genius Learning

Genius Learning adalah pengembangan dari metode

accelerated learning yang telah memasukkan dan mempertimbangkan

kondisi masyarakat Indonesia secara umum, kebudayan bangsa yang

sangat beragam, kondisi sosial dan ekonomi, sistem pendidikan

nasional dan tujuan pendidikan yang utama, yaitu untuk menyiapkan

anak-anak untuk bisa menjalani hidupnya dengan berhasil setelah

mereka meninggalkan sekolah formal dan masuk ke Universitas

Kehidupan. Atau dengan kata lain metode Genius Learning adalah

metode accelerated learning yang telah mengalami proses adaptasi

dengan keadaan negara Indonesia.29

2.4. Tujuan dan Fungsi Genius Learning

Tujuan Genius learning yaitu bahwa ketika menggunakannya

membantu anak didik untuk bisa mengerti kekuatan dan kelebihan

mereka yang sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing.

Dalam Genius Learning anak didik ditempatkan sebagai pusat dari

proses pembelajaran, sebagai subjek pembelajaran. Proses

teknik-teknik belajar yang dapat menghargai tujuh kecerdasan yang diusulkan Gardner. Gardner

sendiri bekerja dengan beragam sekolah dasar untuk memperbaiki teori-teorinya. Meningkatnya

skor ujian di sekolah-sekolah ini, termasuk Key Scholl di Indianapolis, Guggenheim Elementary

School di Chicago, dan St. Augustine di Bronx, semakin mengukuhkan arti proses belajar yang

melibatkan beragam kecerdasan. Lou Russell, The Accelerated Learning Fielbook: Panduan

Belajar Cepat untuk Pelajar dan Umum, Nusa Media, Bandung, 2012, hlm., 60-61. 26

Metode pembelajaran kuantum (Quantum Learning dan Quantum Teaching) dimulai di

Super Camp yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional

yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi. Suyatno,

Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustka, Surabaya, 2009, hlm., 39. 27

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu meberikan pengalaman baru,

membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang yang ingin

dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Isriani Hardini, Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran

Terpadu(Teori Konsep dan Imlementasi), Familia, Yogyakarta, 2012, hlm., 84. 28

Adi W. Gunawan , Genius Learning Strategy, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hlm., 1-2.

29 Ibid, hlm., 25-26.

42

pembelajaran yang terbaik yang dapat diberikan kepada anak didik

adalah suatu proses pembelajaran yang diawali dengan menggali dan

mengerti kebutuhan anak didik. Berangkat dari sini, guru sebagai

pendidik harus bisa membawa anak didik melalui suatu metode

pembelajaran yang benar untuk bisa berkembang genius learning

sesuai dengan potensi mereka seutuhnya. 30

Tujuan secara umumnya, yaitu bagaimana membuat proses

pembelajaran menjadi efisiensi, efektif, dan menyenangkan.31

Peran Desain pembelajaran Genius Learning (Holistik

Learning) dalam suksesnya proses belajar mengajar yaitu agar belajar

dapat bermakna dan efektif, agar tersedia atau termanfaatkan sumber

belajar, agar dapat dikembangkan kesempatan/pola belajar, dan agar

belajar dapat dilakukan siapa saja secara berkelanjutan. Sedangkan

fungsi pembelajaran Holistik Learning, yaitu meningkatkan

kemampuan pembelajar (instruktur, guru, dosen), menghasilkan

sumber belajar, mengembangkan sistem belajar mengajar, dan

mengembengkan organisasi menjadi organisasi belajar.32

2.5. Urgensi Genius Learning

Keahlian atau profisionalisme seorang guru33 juga sangat

mendukung dalam penerapan strategi genius learning. Namun bila

melihat penerapannya maka strategi genius learning disini dapat

diartikan dengan kemampuan untuk memahami dan mengerti sesuatu

kemudian merespon sesuatu tersebut dengan cepat dan tepat. Kita

30

https://cerdikmatematika.wordpress.com/model-pembelajaran-genius-learning/, diakses

pada hari jumat tanggal10 juni 2016 pukul 06.25 WIB. 31

Adi W. Gunawan, Op.Cit., hlm., 3. 32

Nanik Rubiyanto, Dani Haryanto, Strategi Pembelajaran Holistilk di Sekolah,

Prestasipustakaraya, Jakarta, 2010, hlm., 126. 33

Profesionalisme adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap anggota suatu profesi

terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat

melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, profesionalisme guru adalah suatu “keadaan”

derajat keprofesian seorang guru dalam sikap, pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk

melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran agama Islam. Dalam hal ini, guru diharapkan

memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara

efektif. Ali Mudlofir, Pendidik Profesional: Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam Peningkatan

Mutu Pendidik di Indonesia , Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm., 5.

43

jarang menemukan guru yang benar-benar memperhatikan aspek

perasaan atau emosi murid, kesiapan mereka untuk belajar baik secara

fisik maupun psikis.

Dengan adanya seorang guru dan anak didik didalam kelas,

tidak berarti proses pendidikan dapat berlangsung secara otomatis. Bila

ada proses pengajaran, tidak berarti pasti diikuti dengan proses

pembelajaran. Kedua proses ini memang diusahakan untuk bisa

dicapai secara bersamaan. Namun perlu dipahami bahwa keduannya

merupakan dua kegiatan yang berbeda. Dalam usaha untuk

menghormati pribadi anak, menjauhkannya dari frustasi dan konflik,

maka guru berusaha mencari agar pelajaran itu menyenangkan dan

mudah dilaksanakan. Untuk itulah Genius Learning dirancang, yakni

untuk menjembatani jurang yang memisahkan antara proses mengajar

dan proses belajar. Adapun proses pembelajaran terbaik yang dapat

kita berikan kepada anak didik kita adalah suatu proses pembelajaran

yang diawali dengan menggali dan mengerti kebutuhan anak didik.

Proses Pelaksanaan Strategi Genius Learning Proses

pelaksanaan strategi genius learning memerlukan suasana kondusif Inti

dari Genius Learning adalah strategi pembelajaran yang membangun

dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan

kondusif. Tanpa lingukngan yang mendukung, strategi apapun yang

diterapkan didalam kelas akan sia-sia. Proses ini tidak terjadi begitu

saja, guru bertanggung jawab untuk menciptakan iklim belajar yang

kondusif sebagai persiapan untuk masuk kedalam proses pembelajaran

yang sebenarnya. Kondisi yang kondusif ini merupakan syarat mutlak

demi tercapainya hasil yang maksimal.34 Disini pentingnya genius

learning diterapkan di dalam proses pembelajaran.

34 https://cerdikmatematika.wordpress.com/model-pembelajaran-genius-learning/, diakses

pada hari jumat tanggal10 juni 2016 pukul 06.25 WIB

44

Selain itu, hal yang harus diperhatikan dalam proses

pembelajaran diperlukan adanya sembilan prinsip dalam Genius

Learning sebagai berikut:

1. Otak akan berkembang dengan maksimal dalam lingkungan yang

kaya akan stimulus multi sensori dan tantangan berpikir.

Lingkungan demikian akan menghasilkan jumlah koneksi yang

lebih besar di antara sel-sel otak.

2. Besarnya pengharapan / ekspektasi berbanding lurus dengan hasil

yang dicapai. Otak selalu berusaha mencari dan menciptakan arti

dari suatu pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung pada

level sadar dan pikiran bawah sadar. Motivasi akan meningkat saat

murid menetapkan tujuan pembelajaran yang positif dan bersifat

pribadi

3. Lingkungan belajar yang “aman” adalah lingkungan belajar yang

memberikan tantangan tinggi namun dengan tingkat ancaman

rendah. Dalam kondisi ini otak neo-cortex dapat diakses dengan

maksimal sehingga proses berpikir dapat dijalankan dengan

maksimal.

4. Otak sangat membutuhkan umpan balik yang bersifat segera dan

mempunyai banyak pilihan.

5. Musik membantu proses pembelajaran dengan tiga cara. Pertama,

musik membantu untuk men-charge otak. Kedua, musik membantu

merilekskan otak sehingga otak siap untuk belajar. Dan ketiga,

musik dapat digunakan untuk membawa informasi yang ingin

dimasukkan ke dalam memori.

6. Ada berbagai alur dan jenis memori yang berbeda yang ada pada

otak kita. Dengan menggunakan teknik dan strategi yang khusus,

kemampuan untuk mengingat dapat ditingkatkan.

7. Kondisi fisik dan emosi saling berkaitan dan tidak dapat

dipisahkan. Untuk bisa mencapai hasil pembelajaran secara

45

maksimal, kedua kondisi ini, yaitu kondisi fisik dan kondisi emosi,

harus benar-benar diperhatikan.

8. Setiap otak adalah unik dengan kapasitas pengembangan yang

berbeda berdasarkan pada pengalaman pribadi. Ada beberapa jenis

kecerdasan. Kecerdasan dapat dikembangkan dengan proses

pengajaran dan pembelajaran yang sesuai.

9. Walaupun terdapat perbedaan fungsi antara otak kiri dan kanan,

namun kedua belah hemisfer ini bisa bekerja sama dalam mengolah

suatu informasi.35

Oleh karena itu, dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa

adanya Genius Learning itu sangatlah penting dalam proses

pembelajaran.

2.6. Genius Learning dalam Pendidikan Agama Islam

Proses pelaksanaan genius learning memerlukan suasana

kondusif yang inti dari Genius Learning adalah strategi pembelajaran

yang membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran

yang positif dan kondusif. Tanpa lingkungan yang mendukung,

strategi apapun yang diterapkan di dalam kelas akan sia-sia. Proses ini

tidak terjadi begitu saja, guru bertanggung jawab untuk menciptakan

iklim belajar yang kondusif sebagai persiapan untuk masuk kedalam

proses pembelajaran yang sebenarnya. Kondisi yang kondusif ini

merupakan syarat mutlak demi tercapainya hasil yang maksimal.

Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif

apabila; Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat

menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses

belajar-mengajar. Kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan

dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar-mengajar,

Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan

35

Adi W. Gunawan , Genius Learning Strategy, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004,

hlm., 9

46

diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan

digunakan.36

Genius learning atau lebih tepat disebut sebagai Holistic

Learning adalah istilah yang diguanakan untuk menjelaskan suatu

rangkaian pendekatan praktis dalam meningkatkan hasil proses

pembelajaran.37

Jadi, melihat Genius learning intinya adalah membangun dan

mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif

dan dalam upaya meningkatkan hasil proses pembelajaran, maka

genius learning akan sesuai untuk proses pembelajaran apa saja,

semisal pada Pendidikan Agama Islam. Genius learning dalam

Pendidikan Agama Islam tidak hanya dapat mengakomodasi aspek

fisik maupun psikis dalam proses pembelajaran dan meningkatkan

upaya hasil belajar siswa di dalam proses pembelajaran saja akan

tetapi diharapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya akan

muncul dan terealisasikan di dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa.

2.7. Kelebihan dan Kekurangan Genius Learning

Masing-masing strategi ataupun model pembelajaran pasti

memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari genius learning

ini meliputi: (1) Genius Learning sangat menghargai adanya

perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu; (2). Genius

Learning mengajak guru untuk berwawasan luas, hal ini dikarenakan

semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh guru maka akan

semakin mudah bagi guru untuk mengoptimalkan proses

pembelajaran; (3) Genius Learning sangat menghargai adanya

perbedaan gaya belajar setiap siswa, sehingga guru bisa mencari solusi

yang tepat dalam mencari metode pembelajaran yang sesuai; (4)

Genius Learning sangat menghargai dan mempertimbangkan

36 https://cerdikmatematika.wordpress.com/model-pembelajaran-genius-learning/, diakses

pada hari jumat tanggal10 juni 2016 pukul 06.25 WIB 37

Adi W. Gunawan, The Secret of Mindset, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008,

hlm., 2.

47

lingkungan dan masyarakat yang terlibat dalam proses pembelajaran;

(5) Genius Learning Strategi merupakan salah satu strategi

pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subyek pembelajaran.

Sedangkan kekurangan dari genius learning ini meliputi: (1) Untuk

menerapkan Genius Learning dibutuhkan waktu dan tenaga yang

cukup untuk mengoptimalkan strategi tersebut; (2) Membutuhkan

wawasan dan pengetahuan yang banyak, agar guru dapat

mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa; (3) genius

learning menuntut guru untuk lebih memahami gaya belajar dan

kemampuan siswa, karena tanpa mengetahui gaya belajar siswa,

pembelajaran tidak akan bisa berjalan dengan optimal.38

2.8. Langkah-langkah Genius Learning

Lingkaran sukses pembelajaran Genius Learning yaitu sebagai

berikut:

a. Suasana Kondusif

Inti Genius Learning adalah strategi pembelajaran yang

membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang

positif dan kondusif. Tanpa lingkungan yang mendukung, strategi

apapun yang diterapkan di dalam kelas akan sia-sia. Guru

bertanggung jawab untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif

sebagai persiapan untuk masuk ke dalam proses pembelajaran yang

sebenarnya. Kondisi yang kondusif ini merupakan syarat mutlak

demi tercapainya hasil yang maksimal. Murid harus terbebas dari

rasa takut, tekanan psikologis. Gunakan musik dan kombinasikan

dengan Brain Gym (senam otak) untuk menciptakan suasana awal

yang kondusif. Murid harus berbeda dalam kondisi fisik yang

nyaman dan mendukung. Semua elemen PARTIS (Perasaan

38

Nurul Dwi Rusdiana, Ady Soejoto, Penerapan Genius Learning Strategy Terhadap

Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X-9 Semester II Sma Muhammadiyah 2 Surabaya, Fakultas

Ekonomi, Unesa (Uneversitas Negeri Surabaya) , Kampus Ketintang Surabaya, 2012/2013, hlm.,

14-15.

48

diterima, Aspirasi, Rasa aman, Tantangan, Identitas, dan Sukses)

sudah terakomodasi demi memelihara harga diri yang positif.39

1) Perasaan diterima

Perasaan diterima diartikan sebagai perasaan disetujui dan

dihargai baik oleh sesama rekan maupun oleh guru. Murid yang

memiliki perasaan diterima akan merasa bahwa mereka adalah

bagian dari satu kelompok yang memiliki arti penting bagi

dirinya. Murid ini tidak hanya akan merasa dikenal tetapi juga

merasa mendapat pengakuan dari sesama murid. Sehingga

murid akan mengalami pentingnya rasa percaya, kesetiaan dan

konsistensi. Murid yang tidak mengalami perasaan diterima

biasanya akan sulit untuk membina persahabatan, sering

menyendiri, pemalu dan tidak peka terhadap emosi dan

kebutuhan rekannya. Murid ini biasanya tidak akan merasa

nyaman bila berada dalam suatu kelompok.

2) Aspirasi

Seorang siswa harus bisa percaya bahwa apa yang mereka

pelajari mempunyai manfaat dan tujuan nyata yang dapat

mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya

aspirasi ini akan mengakibatkan timbulnya perasaan negatif

terhadap proses pembelajaran karena akan dianggap sebagai

suatu proses yang sangat menyakitkan dan membosankan.

Sebaliknya siswa yang mempunyai aspirasi akan dapat

menentukan suatu pembelajaran yang realistis dan terukur

pencapaiannya. Mereka akan mengambil tanggung jawab

terhadap akibat yang mungkin timbul dari keputusan yang

berhubungan dengan aspirasi mereka.

3) Rasa Aman

39

Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004,

hlm.,. 334.

49

Rasa aman didefinisikan sebagai suatu perasaan nyaman

dan aman saat berada dalam suatu kelompok, yakni adanya

pengharapan dan aturan-aturan dasar, yang mengikat sesama

anggota kelompok dalam perilaku, jelas dan diterima oleh

semua anggota kelompok. Perasaan aman ini melibatkan suatu

perasaan akan kepastian. Murid yang merasa aman, baik secara

fisik maupun psikologis (mental dan emosional), akan bersedia

mengambil resiko. Resiko ini termasuk resiko “gagal” dalam

proses pembelajaran. Murid yang tidak merasa aman dalam

lingkungan kelas akan berusaha menghindari proses

pembelajaran dan merasa tidak suka dengan pengalaman baru

yang berhubungan dengan pembelajaran. Gejala lain yaitu rasa

tidak percaya dan tidak suka terhadap guru, menantang otoritas

guru atau sekolah, rasa tidak aman dalam persahabatan dan

terlalu berlebihan bergantung kepada rekan tertentu.

4) Tantangan

Tantangan dibutuhkan untuk bisa memperluas zona

kenyamanan kita (comfort zone). Zona kenyamanan adalah

suatu zona dimana kita merasa aman, nyaman, puas dengan diri

dan keadaan kita. Kemampuan belajar kita juga tidak akan

terlepas dari seberapa besar dan seberapa luas zona kenyamanan

ini. Anak tidak akan dapat membangun konsep diri yang bila

selalu berada di dalam zona kenyamanannya. Oleh sebab itu,

perlu dan penting sekali bagi guru untuk memahami konsep ini

dan senantiasa memberikan tantangan positif bagi murid untuk

dapat dapat memperluas zona kenyamanan mereka.

5) Identitas

Rasa identitas yang kuat berarti seorang siswa mengetahui

dengan pasti kekuatan dan kekurangannya, nilai dan

kepercayaan yang ia pegang. Murid yang memiliki rasa identitas

kuat akan mempunyai daya tahan mental yang kuat. Sebaliknya,

50

murid yang memiliki identitas yang lemah menunjukkan

perilaku yang sensitif terhadap kritik, tidak bersedia

berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dapat beresiko

“gagal”. Murid ini sering merasa canggung atau salah tingkah

bila mendapat pujian atas prestasi mereka.

6) Sukses

Afirmasi positif yang sering kali diucapkan kepada murid

yang menyatakan keberhasilan mereka, baik keberhasilan besar

maupun kecil, akan memperkuat rasa percaya diri murid bahwa

ia mempunyai kendali atas hidupnya sendiri. Kehadiran

“sukses” dalam diri seorang murid ditandai dengan perasaan

puas akan prestasi mereka. Bila murid merasa sadar bahwa

mereka sendiri yang menentukan keberhasilan mereka, mereka

akan memiliki kesadaran akan kekuatan mereka dan

kemampuan akan meletakkan dan mengartikan suatu tantangan

atau hambatan secara proporsional. Murid yang merasa yakin

bahwa mereka tidak mungkin bisa merasa berhasil jarang sekali

akan berani mengambil resiko. Mereka juga tidak berani

mengemukakan ide atau memberikan pandangan dan pendapat

mereka.40 Afirmasi adalah sesuatu yang kita proyeksikan atau

masukkan ke dalam pikiran bawah sadar dan bersifat sugestif.

Afirmasi bisa berupa kata atau kalimat yang kita ucapkan,

dengan penuh keyakinan, dan berulang-ulang.41

Penjelasan mengenai elemen PARTIS di atas, maka penting

adanya mindset. Menurut Adi W. Gunawan di dalam bukunya

yang berjudul “The Secret of Mindset” bahwa Mindset terdiri

atas dua kata: mind dan set. Mind adalah sumber pikiran dan

memori; pusat kesadaran yang menghasilkan pikiran, perasaan,

ide, dan persepsi, dan menyimpan pengetahuan dan memori.

40 Ibid., hlm., 322-328.

41

Adi W. Gunawan, The Secret of Mindset, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008,

hlm., 173.

51

Sedangkan set adalah kepercayaan-kepercayaan yang

mempengaruhi sikap seseorang; sekumpulan kepercayaan atau

suatu cara berpikir yang menentukan perilaku dan pandangan,

sikap, dan masa depan seseorang. Jadi, mindset adalah sikap

mental tertentu atau watak yang menentukan respons dan

pemaknaan seseorang terhadap situasi. Mindset sebenarnya

kepercayaan (belief), atau sekumpulan kepercayaan (set of

beliefs), atau cara berpikir yang mempengaruhi perilaku

(behavior) dan sikap (attitude) seseorang, yang akhirnya akan

menentukan level keberhasilan hidupnya. Oleh karena itu, jika

kita ingin mengubah Mindset, yang harus kita uah sebenarnya

belief atau kumpulan belief kita.42

Tips praktis untuk menciptakan Perasaan diterima:

1. Gunakan dan sebut nama anak dengan positif.

2. Berikan perhatian secara adil dan merata terhadap diri setiap

anak.

3. Bagi tugas dan tanggung jawab secara merata dan adil.

4. Kelompokkan anak dengan kawan yang ia kenal baik.

5. Kelompokkan anak dengan kawan yang belum ia kenal.

6. Rayakan keberhasilan secara bersama-sama.

7. Berikan pujian dan penghargaan pada saat-saat khusus.

Tips praktis untuk menciptakan Aspirasi:

1. Tunjukkan dan berikan contoh perilaku positif

2. Buat tembok aspirasi, suatu tembok atau tempat menempel

aspirasi

3. Anjurkan murid untuk menggunakan kalimat positif “aku bisa

...”

4. Gunakan poster/alat peraga untuk memperjelas apa yang

dipelajari.

5. Tetapkan target pribadi untuk murid.

42

Ibid., hlm., 14-15.

52

Tips praktis menciptakan rasa aman:

1. Rancang proses pembelajaran menjadi bagian-bagian kecil yang

terukur yang dapat dimengerti setiap murid.

2. Perhatikan bahasa lisan yang digunakan dalam komunikasi.

3. Berikan penilaian positif, misalnya: hitunglah berapa jawaban

benar.

4. Perkuat perilaku positif dengan memberikan pujian atas perilaku

baik.

5. Lakukan aktivitas bersama

Tips praktis menciptakan Tantangan:

1. Dorong murid melakukan self test sebagai bagian dari proses

pembelajaran

2. Gunakan beragam jenis pengujian yang bersifat informal

3. Fokuskan peningkatan prestasi murid dengan membandingkan

prestasi murid saat ini dengan prestasi sebelumnya, bukan

dengan membandingkan prestasi murid satu dengan yang lain

4. Bagi proses pencapaian prestasi menjadi bagian-bagian yang

lebih kecil dan terukur

5. Berikan tanggung jawab dan peran bagi setiap murid secara

bergantian

6. Bicarakan dengan murid metode penilaian yang akan digunakan

untuk mengukur prestasi mereka.

Tips Praktis menciptakan Identitas :

1. Kenali murid: nama sampai latar belakang, kesukaan, hobi, dan

kebiasaan murid.

2. Berikan pujian dan penghargaan atas prestasi murid

3. Tetapkan target secara individual dan memberikan keyakinan

bahwa mereka bisa mencapai target itu

4. Temukan keunikan murid dan gunakan dalam komunikasi.

5. Dorong murid berani mengambil tanggung jawab

Tips praktis menciptakan budaya Sukses :

53

1. Luangkan waktu untuk mencari tahu keberhasilan kecil

maupun besar yang dicapai oleh murid dan berikan waktu

untuk mendengar cerita sukses dibalik peristiwa itu.

2. Jelaskan kepada murid bahwa diperlukan usaha dan keuletan

untuk bisa mencapai keberhasilan.

3. Gunakan Goal-Setting agar tingkat pencapaian prestasi dapat

diukur dengan mudah dan jelas.43

Jadi, untuk menciptakan suasana kondusif ini ada beberapa hal

yang harus dilakukan:

1. Memenuhi kebutuhan fisik, yang meliputi :

a. Fisik murid: murid harus dijauhkan dari lapar, kekenyangan,

haus, lelah, terlalu panas, terlalu dingin, terlalu dibatasi gerak-

geriknya.

b. Fisik dan fasilitas pendukung ruang belajar: Pengaturan meja

variatif, ukuran kelas yang tepat, suhu ruang yang nyaman,

pencahayaan yang memadai, ketenangan kelas terjaga, berbagai

hiasan (poster-poster, pot-pot bunga).

2. Memenuhi kebutuhan rasa aman, dicintai dan dihargai.

Pemenuhan kebutuhan fisik bukanlah tugas yang terlalu

sulit. Yang lebih sulit adalah untuk memenuhi kebutuhan yang

lebih tinggi, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dicintai dan dihargai.

Faktor ini adalah faktor internal, yang walaupun sudah berusaha

dipenuhi, sering kali tidak mudah untuk mewujudkannya. Untuk

itu, elemen PARTIS praktis di atas harus terakomodasi pada diri

peserta didik.

b. Hubungkan

Mulailah setiap proses pembelajaran dengan memastikan

bahwa apa yang akan diajarkan pada murid saat ini selalu dapat

dihubungkan dengan apa yang telah diketahui oleh murid, baik itu

melalui pengalaman murid itu maupun melalui proses

43

Ibid., hlm., 322-329.

54

pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya, dan hubungkan

juga dengan apa yang akan dialami murid pada masa yang akan

datang. Semakin personal hubungan yang bisa diciptakan, hasilnya

akan semakin baik. Cara yang paling mudah adalah dengan

mengajukan pertanyaan. Pertanyaan selalu membutuhkan jawaban.

Untuk bisa menjawab, kita perlu berpikir. Saat berpikir kita

mengakses memori jangka pendek kita. Dengan demikian, memori

ini terisi informasi baru dan menggeser informasi yang tidak ada

gunanya ke luar dari memori jangka pendek. Untuk menghilangkan

memori yang tidak berguna ini, murid diminta untuk

menghubungkan (memikirkan) materi yang akan mereka pelajari

saat ini dengan apa yang telah mereka ketahui sebelumnya. Selain

itu, murid perlu mengerti aplikasi dari apa yang dipelajari ke dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini, minta murid untuk menuliskan di

atas kertas, apa yang muncul di pikirannya. Ini akan semakin

memperkuat pikirannya tentang materi yang akan dipelajari dan

dengan demikian akan menghapus informasi tak berguna yang ada

di dalam memorinya yang tidak ada hubungan sama sekali dengan

materi pelajaran.44

Cara lain adalah dengan menggunakan gambar atau poster

sebagai pemicu. Misalnya anda menggantungkan gambar manusia

perahu. Lalu tanyakan kepada murid apa yang muncul dalam

pikiran mereka saat mereka melihat gambar tersebut. Laukan

brain-storming. Catat apa saja ide yang muncul dan tuliskan di

papan tulis. Setelah mendapatkan cukup banyak ide, kategorikan

ide-ide itu ke dalam kelompok-kelompok tertentu.45

Variasi lain dari teknik menghubungkan yang dijelaskan disini

dapat dilakukan dengan cara Membangun ide/idea-build-up.

Misalnya materi yang akan diajarkan adalah mengenai cara kerja

44

Ibid, hlm., 337-338. 45

Ibid, hlm., 342.

55

otak manusia. Anda bisa meminta murid mengeluarkan kertas

kosong dan menuliskan dua hal yang ia ketahui dan dua hal yang

tidak ia ketahui mengenai otak. Ia boleh menulis apa saja. Setelah

itu minta murid untuk saling membandingkan apa yang mereka

tuliskan dengan teman di sebelahnya. Dari sini akan muncul empat

hal yang diketahui dan empat hal yang tidak diketahui. Setelah itu,

minta pasangan ini membandingkan isi kertas mereka dengan

pasangan lain. Lakukan ini hingga semua pasangan telah saling

membandingkan isi kertas mereka. Setelah ini semua selesai

dilakukan, anda sebagai guru akan mendapat satu daftar, yang

memberikan gambaran kelas secara menyeluruh, mengenai hal

yang diketahui dan yang tidak diketahui mengenai otak. Lalu

tuliskan daftar itu di papan tulis. Ajarkan materi mengenai otak

berdasarkan informasi yang anda dapatkan dari murid anda.

Ajarkan apa yang tidak mereka ketahui dann jangan membuang

waktu mengulang apa yang telah mereka ketahui.46

c. Gambaran Besar

Untuk lebih membantu menyiapkan pikiran murid dalam

menyerap materi yang diajarkan, sebelum proses pembelajaran

dimulai, guru harus memberikan gambaran besar (big picture) dari

keseluruhan materi. Memberi gambaran besar ini berfungsi sebagai

perintah kepada pikiran untuk menciptakan “folder” yang nantinya

akan diisi dengan informasi. Folder ini akan diisi dengan informasi

yang sejalan pada saat proses pemasukan informasi. Pada tahap

pemasukan informasi, materi pelajaran disampaikan secara linear

dan bertahap.

Strategi yang digunakan adalah sebagai berikut: berikan

ringkasan dari apa yang akan dipelajari, jelaskan bagaimana cara

anda akan mengajarkan materi pembelajaran dan berikan kata-kata

kunci, tulis atau buat gambaran besar, pada papan tulis, dari materi

46

Ibid, hlm., 342-343.

56

pelajaran yang akan anda sampaikan, dan Gunakan gambar, poster,

flowchart atau mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka yang

membutuhkan jawaban yang merangsang pemikiran yang

mendalam.

Gunakan kalimat, sebagai berikut:

1. Pertanyaan yang ada di papan tulis adalah pertanyaan yang akan

kita cari jawabannya bersama-sama melalui pelajaran / materi

.....

2. Poster yang saya pegang menunjukkan bagaimana proses

pembelajaran kita akan dilakukan

3. Berikut ini adalah kata-kata kunci yang akan kita pakai pada

sesi ini ..... 47

d. Tetapkan Tujuan

Pada tahap inilah proses pembelajaran baru dimulai. Apa hasil

yang akan dicapai pada akhir sesi harus dijelaskan dan dinyatakan

kepada murid. Hasil yang akan dicapai dapat dijelaskan langsung

kepada seluruh kelas, ada juga yang dijelaskan per kelompok, atau

dijelaskan kepada murid secara pribadi.

Tulislah dengan huruf yang besar dan jelas di papan tulis

sehingga murid dapat senantiasa melihat tujuan dari proses

pembelajaran yang akan segera mereka mulai. Tahap ini juga

merupakan tahap goal-setting.

Ajarkan kepada murid cara untuk mencapai hasil yang telah

ditetapkan, dengan menggunakan bahasa murid itu sendiri. Minta

mereka untuk membuat goal secara detail, lebih baik kalau bisa

secara tertulis.

Gunakan kalimat:

1. Pada akhir sesi ini kita akan mengerti bahwa .... dan ....

2. Marilah kita lihat dan amati goal yang telah kita tetapkan pada

47

Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004,

hlm., 344-345.

57

minggu lalu untuk ....

3. Keluarkan kartu goal anda dan letakkan di meja ...

4. Bacalah hasil yang ingin anda capai ( di dalam hati ) sebelum

anda memberi tahu kawan anda ....

5. Setelah kita menyelesaikan pelajaran ini, kita akan tahu bahwa

target yang kita tetapkan telah tercapai dengan menggunakan

parameter ....

6. Anda akan menunjukkan bahwa anda bisa menerapkan materi

ini kepada ....48

e. Pemasukan Informasi

Pada tahap ini, informasi yang akan diajarkan harus

disampaikan dengan melibatkan gaya belajar. Metode penyampaian

harus bisa mengkombinasikan gaya belajar visual, auditori, dan

kinestetis dan bila memungkinkan juga mengakomodasi gaya

penciuman dan pengecapan. Pada tahap ini, memori jangka panjang

akan dapat diakses apabila proses pemsukan informasi bersifat unik

dan menarik. Gunakan strategi yang berbeda sesuai dengan

situasinya.49

Untuk memiliki memori yang baik, maka anda harus secara

sadar memasukkan tidak hanya fakta saja ke dalam memori anda

melainkan juga makna dan asosiasi. Jika informasi mempunyai

makna bagi anda maka anda akan lebih mudah untuk mengingat

daripada daftar fakta dan angka yang diacak. Maka untuk

mendapatkan dan memaksimalkan memori, maka anda harus

mampu membuat informasi tersebut menjadi lebih bermakna, agar

dengan mudah bisa anda pahami dan simpan dalam memori otak

anda. yang dimaksud bermakna disini adalah memahami informasi

dan memberinya makna pribadi. Biasanya siswa tidak mengingat

informasi pada saat sedang ujian, hal ini dikarenakan informasi

48

Ibid., hlm., 345-346. 49

Ibid., hlm., 346-347.

58

yang ada itu tidak terlalu bermakna bagi mereka, yang ada hanya

sebatas tanggal dan nama yang campur aduk. sehingga membuat

siswa tidak memiliki gairah untuk memahaminya lebih jauh, hanya

sebatas tahu tanpa ada sikap.50

f. Aktivasi

Saat murid menerima informasi melalui proses pembelajaran

(pemasukan informasi), informasi ini masih bersifat pasif. Murid

masih belum merasa memiliki informasi atau pengetahuan yang ia

terima. Mengapa? Karena proses penyampaian berlangsung satu

arah, yaitu dari guru ke murid. Untuk bisa lebih meyakinkan bahwa

murid benar-benar telah mengerti dan untuk menimbulkan perasaan

di hati murid bahwa informasi yang barusan diajarkan adalah

benar-benar milik mereka, kita perlu melakukan proses aktivasi.

Aktivasi bisa dilakukan dengan menggunakan aktivitas yang

dilakukan seorang diri, secara berpasangan atau secara

berkelompok guna membangun kemampuan komunikasi dan kerja

sama/kelompok. Dorong murid untuk membuat keputusan sendiri

dan mengukur kemajuan yang mereka capai dibandingkan dengan

kriteria sukses yang telah ditetapkan. Pada tahap ini murid

menemukan arti yang sesungguhnya dari apa yang ia pelajari.

Proses ini lebih bersifat internal. Murid mengintegrasikan apa yang

ia pelajari dan menemukan makna yang sesungguhnya dari apa

yang ia pelajari.51

g. Demonstrasi

Tahap ini sebenarnya sama dengan proses guru menguji

pemahaman murid dengan memberikan ujian. Hanya bedanya,

dalam Lingkaran Sukses Genius Learning, kita langsung menguji

pemahaman murid pada saat itu juga. Hal ini bertujuan untuk murid

benar-benar mengetahui sampai dimana pemahaman murid dan

50

Miftahul A’la, Quantum Teaching, Diva Press, Jogjakarta, 2010, hlm., 176. 51

Adi W. Gunawan, Op.Cit., hlm., 349-352.

59

sekaligus merupakan saat yang sangat tepat untuk bisa memberikan

umpan balik/feedback.52 Pada tahap ketujuh, siswa

mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui setelah mendapat

bimbingan dari guru.

Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan

menggunakan peragaan yang berguna untuk memperjelas suatu

pengertian atau konsep-konsep, atau untuk memperlihatkan

bagaimana melakukan sesuatu kepada siswa. Dengan

menggunakan metode demonstrasi dapat menyajikan bahan

pelajaran kepada siswa secara lebih konkret dan mudah difahami,

ketimbang hanya memberikan informasi berupa konsep-konsep.53

h. Tinjauan Ulang dan Jangkarkan

Lakukan pengulangan dan penjangkaran pada akhir setiap sesi

dan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.

Ini bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat dan meningkatkan

efektivitas dari proses pembelajaran. Lakukan tes yang dilakukan

oleh murid sendiri terhadap pemahamannya. Bisa juga digunakan

pengujian dengan cara berpasangan dengan rekan murid lainnya.

Intinya adalah ciptakan suasana yang menyenangkan dan bebas

dari stres saat anda melakukan tes.54

2.9. Kesimpulan Desain Pembelajaran Genius Learning

Salah satu dari tahapan mengajar yang harus dilalui oleh guru

profesional adalah menyusun perencanaan pengajaran atau dengan kata

lain disebut juga dengan mendesain program pengajaran.55

Adapun dalam penelitian membahas tentang desain

pembelajaran Genius Learning pada mata pelajaran fiqih materi haji

dan umrah.

52

Ibid, hlm., 354-355. 53

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta,

Bandung, 2012, hlm., 176 ). 54

Adi W. Gunawan, Op.Cit., hlm., 349-357. 55

Hj. Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Teras, Yogyakarta, 2009,

hlm., 243.

60

Jadi, desain pembelajaran Genius Learning yang sudah

dirancang tersebut digunakan pada mata pelajaran fiqih materi haji dan

umrah tersebut ini tujuannya supaya siswa dapat dangan mudah

memahami dan membelajarkan siswa sebagai bantuan untuk mampu

mengantarkan pemahaman anak-anak dan mengenalkan lingkungan

dengan aslinya. Oleh karena itu, ada nilai-nilai yang terkandung bahwa

pentingnya pengamalan siswa dalam materi ajar tentang ibadah haji

dan umrah atau dengan kata lain desain pembelajaran Genius Learning

pada mata pelajaran fiqih materi haji dan umrah terakomodasi pada

diri siswa. Jadi, model pembelajaran Genius Learning yang telah

dirancang inilah, pada intinya membangun dan mengembangkan

lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif serta bagaimana

membuat proses pembelajaran menjadi efisiensi, efektif, dan

menyenangkan.

3. Mata Pelajaran Fiqih Materi Haji dan Umrah

3.1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih

Mata pelajaran yang disusun atau disajikan pada setiap satuan

pendidikan dasar dan menengah (SD/MI/MTs/SMP/SMA/MA)

dikelompokkan dalam beberapa mata pelajaran utama, yakni

pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika,

ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya,

pendidikan jasmani dan olah raga, dan muatan lokal. Dari setiap

pelajaran sebagaimana disebutkan di atas, tentunya memiliki

karakteristik dan tujuan sendiri dan berbeda dengan tujuan yang

hendak dicapai oleh mata ajaran lainnya.56

Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan

Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah, terutama

menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara

pelaksanaan rukun islam mulai dari ketentuan dan tata cara

56

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta,

Bandung, 2012, hlm., 46 ).

61

pelaksanaan taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan

ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan,

kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

Menurut bahasa “Fiqih” berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan

yang berarti “mengerti atau faham”.57 Adapun secara terminologis

fiqih adalah hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliah)

yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci contohnya hukum wajib

sholat, diambil dari perintah Allah dalam ayat aqimu al-shalat

(dirikanlah sholat). Karena dalam al-Qur’an tidak dirinci bagaimana

tata cara menjalankan sholat, sebagaimana kalian melalui sabda Nabi

Saw.: “Kerjakanlah sholat sebagaimana kalian melihat aku

menjalankannya” (Shollu kama raaitumuni usholli). Dari praktek Nabi

inilah, sahabat-sahabat, tabi’in dan fuqoha merumuskan tata aturan

sholat yang benar dengan segala syarat dan rukunnya.58

Jadi, dapat disimpulkan bahwa fiqih adalah ilmu yang

menjelaskan tentang hukum syariah, yang berhubungan dengan segala

tindakan manusia baik berupa ucapan ataupun perbuatan.

Pembelajaran fiqih adalah sebuah proses belajar untuk membekali

siswa agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum

islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil aqli atau

naqli. Mengenai pengertian fiqih tersebut, maka dalam konteks

pembelajaran fiqih di sekolah adalah salah satu bagian pelajaran

pokok yang termasuk dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam

(PAI) yang diberikan pada siswa-siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI),

Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau Madrasah Aliyah (MA).

Pembelajaran Fiqih yang ada di madrasah saat ini tidak terlepas

dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu

Kurikulum Peraturan Menteri Agama RI. Peraturan Menteri Agama

RI sebagaimana dimaksud adalah kurikulum operasional yang telah

57

Syafi’i Karim, Fiqih-Ushul Fiqih, Pustaka Setia, Bandung, 2001, hlm., 11 58

Ahmad Falah, Materi dan Pembelajaran Fiqh MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009

hlm., 2.

62

disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

Sehingga kurikulum ini sangat beragam. Pengembangan Kurikulum

PERMENAG yang beragam ini tetap mengacu pada Standar

Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab,

lingkup materi minimal, dan tingkat kompetensi minimal untuk

mencapai tingkat kelulusan minimal, sesuai dengan tujuan dan fungsi

pembelajaran fiqih.

3.2. Ruang Lingkup Fiqh

Pembagian fiqh oleh para ulama atas dasar bidang kajian ini

sesungguhnya hanya untuk memudahkan dalam pembahasan, karena

pada hakikatnya ilmu Islam itu satu kesatuan. Tidak ada ilmu Islam

yang berdiri sendiri, satu dengan yang lain selalu ada hubungan, baik

secara substansial maupun fungsional. Hal ini akan nampak ketika

seorang muslim ingin mengamalkan sebuah amalan, maka pada

hakikatnya ia telah mengumpulkan sekian banyak ilmu Islam dalam

perbuatan atau amalan itu.

Atas dasar itu semua, para ulama membagi fiqh sesuai ruang

lingkup bahasan menjadi dua bagian besar, yaitu: fiqh ibadah dan fiqh

muamalah. Hal ini didasarkan pada ayat al-Qur’an yang membedakan

dua hubungan manusia itu pada umumnya :

ضربت عليهم الذلة اينما ثقفىا إال بحبل من هللا وحبل من الناس

Artinya : Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada

kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (hubungan baik) dengan manusia.59

1. Fiqh Ibadah : norma-norma ajaran agama Allah yang mengatur

hubungan manusia dengan Tuhannya (Vertical).

2. Fiqh Muamalah : norma-norma ajaran agama Allah yang mengatur

hubungan manusia dengan sesama dan lingkungannya (horizontal).

59

Muhammad Shohib Thohir, Mushaf Aisyah (Al-Qur’an dan Terjemah untuk wanita),

Jabal Roudloh al-Jannah, Bandung, 2010, hlm., 64.

63

Yang pertama (fiqh ibadah) dibagi lagi menjadi dua, yaitu

ibadah mahzhah dan ibadah ghairu mahzhah. Ibadah mahzhah

adalah ajaran agama yang mengatur perbuatan-perbuatan manusia

yang murni mencerminkan hubungan manusia itu dengan Allah.

Sedang ibadah ghairu mahzhah adalah ajaran agama yang

mengatur perbuatan antar manusia itu sendiri.

Norma-norma ajaran agama yang mengatur hubungan antar

manusia ini sangat luas sehingga fiqh muamalah ini terbagi

kedalam banyak bidang, yaitu :

a. Fiqh munakahat, adalah pengetahuan tentang norma-norma

ajaran Islam yang mengurai tentang pernikahan.

b. Fiqh jinayat, adalah pengetahuan tentang norma-norma ajaran

Islam yang mengatur mengenai tindak pidana yang dilakukan

seseorang terhadap orang atau lembaga lain.

c. Fiqh siyasat, adalah pengetahuan yang membicarakan tentang

norma-norma ajaran Islam yang berkaitan dengan pemerintahan.

d. Fiqh muamalah, adalah pengetahuan yang membicarakan

tentang norma-norma ajaran Islam yang berkaitan dengan

transaksi-transaksi yang dilakukan masyarakat manusia.60

3.3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih di MTs

Ruang lingkup fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi

ketentuan pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan

Allah SWT dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun

ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

1. Aspek Fiqih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara thaharah, salat

fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan

dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan

umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah

kubur.

60

Yasin dan solikhul hadi, Fiqh Ibadah, STAIN KUDUS, Kudus:2008, hal. 9-10

64

2. Aspek Fiqih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli,

qiradh, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan borg

serta upah.61

3.4. Pengajaran Fiqih

Fiqih (fiqhu) artinya faham atau tahu. Menurut istilah yang

digunakan para ahli fiqih (fuqaha’), fiqih itu ialah ilmu yang

menerangkan hukum-hukum syari’at Islam yang diambil dari dalil-

dalilnya yang terperinci. Menurut Hasan Ahmad Al Khatib: Fiqhu

Islami ialah sekumpulan hukum syara’ yang sudah dibukukan dalam

berbagai mazhab, baik dari mazhab yang empat atau dari mazhab

lainnya, dan yang dinukilkan dari fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in, dari

fuqaha yang tujuh di Mekkah, di Madinah, di Syam, di Mesir, di Irak,

di Bashrah dan sebagainya.

Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang berkembang dalam

kalangan ulama Islam, fiqih itu ialah ilmu pengetahuan yang

membicarakan/membahas/memuat hukum-hukum Islam yang

bersumber pada Al-Qur’an, Sunnah dan dalil-dalil Syari’ yang lain,

setelah diformulasikan oleh para ulama dengan mempergunakan

kaidah-kaidah Ushul-Fiqih. Dengan demikian berarti bahwa fiqih itu

merupakan formulasi dari nash Al-Qur’an dan Sunnah yang berbentuk

hukum syari’at Islam yang akan diamalkan oleh setiap mukallaf.

(Mukallaf artinya orang sudah dibebani/diberi tanggung jawab

melaksanakan ajaran syari’at Islam dengan tanda-tanda seperti baligh,

berakal, sadar, sudah masuk Islam).

Hukum yang diatur dalam Fiqih Islam itu terdiri dari hukum

wajib, sunnat, mubah, makruh dan haram, disamping itu ada pula

dalam bentuk lain seperti sah, batal, benar, salah, berpahala, berdosa

dan sebagainya.

61

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013 Tentang

Kurikulum madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, hlm., 46.

65

Di samping hukum itu, ditunjukkan pula alat dan cara

melaksanakan suatu perbuatan dalam menempuh garis lintas hidup

yang tak dapat dipastikan oleh manusia liku dan panjangnya. Sebagai

makhluk social dan budaya, manusia hidup memerlukan hubungan,

baik hubungan dengan dirinya sendiri, ataupun dengan sesuatu di luar

dirinya. Ilmu fiqih membicarakan hubungan itu yang meliputi

kedudukannya, hukumnya, caranya, alatnya dan sebagainya.

Hubungan-hubungan itu adalah :

a. Hubungan manusia dengan Allah, Tuhannya dan para Rasulullah.

b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

c. Hubungan manusia dengan keluarga an tetangganya.

d. Hubungan manusia dengan orang lain yang seagama dengan dia.

e. Hubungan manusia dengan orang lain yang tidak seagama dengan

dia.

f. Hubungan manusia dengan makhluk hidup yang lain seperti

binatang dan lain-lain.

g. Hubungan manusia dengan benda mati dan alam semesta.

h. Hubungan manusia dengan masyarakat dan lingkungannya.

i. Hubungan manusia dengan akal pikiran dan ilmu pengetahuan.

j. Hubungan manusia dengan alam gaib seperti setan, iblis, surge,

neraka, alam barzah, yaumil hisab, dan sebagainya.

Dilihat dari segi ruang lingkup pembahasan fiqih itu, wajar

kalau mata pelajaran fiqih itu dikembangkan menjadi beberapa mata

pelajaran yang berdiri sendiri, bukan tidak mungkin menjadi beberapa

disiplin ilmu. Dalam pengajaran agama, ada baiknya kalau guru

menyinggung secara umum ruang lingkup mata pelajaran fiqih yang

sudah dikemukakan oleh para fuqaha’.

Dalam kenyatannya, pengajaran fiqih ini pada tingkat

permulaan tentu diberikan materi-materi yang sifatnya sederhana,

tidak banyak membutuhkan pikiran yang berbelit-belit, tidak banyak

menggunakan dalil-dalil dan praktis serta mudah diamalkan. Semakin

66

tinggi tingkatan pengajarannya semakin banyak pula masalah-masalah

dan dalil-dalil yang dikemukakan.

Dilihat dari segi pengalaman ajaran Islam, yang jelas pengajaran

fiqih ini adalah pengajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung

unsure teori dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan, bila berisi

suruhan atau perintah, harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan,

harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Bukan sekedar teori yang berarti

ilmu untuk ilmu. Lebih ekstrim lagi kalau dikatakan ilmu fiqih untuk

diketahui, diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau pegangan

hidup. Untuk ini, tentu saja materi yang praktis diamalkan sehari-hari

didahulukan dalam pelaksanaan pengajarannya, mulai dari pengajaran

rendah.62

3.5. Tujuan Ilmu Fiqih

Al-Ghayah al-Maqshudah (tujuan yang ingin dicapai) ilmu fiqih

pada hakikatnya adalah terimplementasinya norma-norma hukum

syara’ oleh manusia baik dalam perilaku atau pun ucapannya. Karena

fiqih itu merupakan referensi para hakim dalam memberikan

keputusannya, juga bagi para mufti dalam fatwanya serta bagi umat

Islam pada umumnya dalam upaya mengetahui dan memahami hak-

kewajiban serta larangan Syara’ atas dirinya dalam rangka

melaksanakan atau mengamalkan ajaran itu, karena Islam tidak

mengenal “ilmu untuk ilmu”, sebagaimana sabda rasul dalam sebuah

haditsnya:

تعلموا ما شئتم ان تعلموا فلن ينفعكم اهلل حىت تعلموا مبا تعلمونArtinya: “Silahkan belajar ilmu apa saja, (katahuilah bahwa) Allah

tidak akan memberikan manfaat sebuah ilm sampai kamu dapat mengamalkan ilmu itu”.63

62

Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara:Jakarta,

2004, cet. 3, hlm., 78-79. 63

Yasin, Solikhul Hadi, Fiqh Ibadah, STAIN Kudus, Kudus, 2008, hlm., 9.

67

Dalam buku Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (Standar

Kompetensi), dijelaskan mengenai fungsi dan tujuan mata pelajaran

Fiqih di MTs. sebagai berikut, yaitu mata pelajaran Fiqih di MTs.

bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: mengetahui dan

memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan

menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli, sebagai pedoman hidup

bagi kehidupan pribadi dan sosial; danmelaksanakan dan mengamalkan

ketentuan hukum Islam dengan benar, sehingga dapat menumbuhkan

ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial

yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.64

Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik

dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara

pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi

muslim yang selalu taat menjalankan syari’at Islam secara kaffah

(sempurna). Pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan

untuk membekali peserta didik: (1) agar dapat mengetahui dan

memahami pokok-poko hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan

tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur

dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur

dalam fiqih muamalah; (2) melaksanakan dan mengamalkan ketentuan

hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah

dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan

ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial

yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.65

3.6. Hukum Mempelajari Fiqh

Para ulama berbeda pandangan dalam mengartikan ilmu yang

wajib dipelajari oleh umat Islam sesuai kehendak hadits tersebut di

atas. Ringkasannya mereka memaknai hadis tersebut dengan

64

https://yototaryoto.wordpress.com/2013/01/07/pembelajaran-fiqih-di-mts/, diakses

pada hari jumat tanggal 11 maret 2016 pukul 09.13 WIB. 65

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013 Tentang

Kurikulum madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, hlm., 43-

44.

68

menonjolkan bahwa ilmu yang dimaksud dalam hadis itu sesuai pokok

kajian masing-masing.

1. Ulama ahli Kalam menyatakan bahwa ilmu yang wajib dipelajari

adalah ilmu kalam, karena dengan ilmu inilah manusia akan

mendapatkan tauhid dan juga zat Allah SWT.

2. Ulama ahli fiqh mengatakan bahwa ilmu yang dimaksud adalah

ilmu fiqh, karena dengan ilmu inilah tata cara beribadah, halal-

haram, hal-hal muamalah yang diperbolehkan dan yang dilarang

dapat diketahui.

3. Ulama ahli tafsir dan hadis menguraikan bahwa ilmu yang wajib

dipelajari untuk pertama kali adalah tafsir dan hadis, karena dengan

kedua ilmu itu ilmu-ilmu yang lain dapat dipahami dengan baik dan

benar. Ilmu-ilmu lain tidak mungkin lahir tanpa kedua ilmu ini.

4. Ulama ahli tasawuf lebih menonjolkan kebersihan dan kesucian

jiwa, sehingga mereka menyatakan bahwa ilmu yang wajib

dipelajari, dipahami dan didahulukan adalah ilmu yang dapat

menuntun manusia selalu merasa dekat dengan yang Maha Kasih,

yaitu ilmu tasawuf.

Mempelajari fiqih berarti upaya memahami, mengurai dan

menjelaskan norma-norma perbuatan manusia, baik secara individual

atau kelompok yang selanjutnya akan dilakukannya. Ini berarti fiqih

meminjam istilah Syaikh al-zarnujy disebutnya sebagai “ilmu al-hal”.

Oleh ulama besar yang terkenal sebagai tokoh dan pakar tasawuf ini

fiqih tetap dianggapnya sebagai ilmu paling utama diantara sekian

banyak ilmu-ilmu Islam.66

3.7. Materi Haji dan Umrah Kelas VIII

Materi haji dan umrah ini termasuk dalam lingkup mata pelajaran

fiqih materi pelajaran ibadah. Materi pelajaran ibadah ini diseluruhnya

dimuat dalam ilmu fiqih. Karena itu ada saja yang mengidentikkan

ibadah dengan fiqih, sehingga pelajaran fiqih itulah pelajaran ibadah.

66

Yasin dan solikhul hadi, Op.Cit., hlm., 11-13.

69

Ini tentu tidak benar, karena pelajaran fiqih itu tidak hanya

membicarakan ibadah saja, tetapi lebih banyak membicarakan

masalah kehidupan sosial, seperti perdagangan (jual beli), perkawinan,

kekeluargaan, warisan, pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad),

politik/pemerintahan, makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya.

Meskipun demikian, materi yang dibicarakan dalam ilmu fiqih itu

dapat diamalkan dalam rangka berbuat baik yang dihargai sebagai

suatu ibadah dengan niat yang ikhlas karena Allah.67

Haji, (al-hajju) dalam bahasa Arab berarti al-qashdu, yaitu

menyengaja atau menuju. Dalam istilah syari’at al-hajj berarti sengaja

mengunjungi Ka’bah untuk melakukan ibadah tertentu.68 Secara

terminologi haji berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan

amalan wuquf, thawaf, sa’i dan amalan lainnya pada masa tertentu,

demi memenuhi panggilan Allah SWT serta mengharapkan ridla-Nya.69

Adapun umrah menurut bahasa berarti ziarah atau berkunjung.

Sedangkan umrah menurut syara’ adalah menziarahi ka’bah di Mekah

dengan niat beribadah kepada Allah disertai syarat-syarat tertentu.70

Materi haji dan umrah kelas VIII meliputi Standar Kompetensi

memahami hukum Islam tentang haji dan umrah dengan Kompetensi

Dasar yang meliputi menjelaskan ketentuan ibadah haji dan umrah,

menjelaskan macam-macam haji, dan mempraktekkan tata cara ibadah

haji dan umrah.71

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa studi penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya yang relevan dengan peneliti ini, diantaranya yaitu:

67

Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara:Jakarta,

2004, cet. 3, hlm., 74. 68

Yasin dan solikhul hadi, Op.Cit., hlm., 91. 69

Tim Penyusun Jurusan Tarbiyah, Buku Ajar Praktikum Ibadah Mahasiswa Stain

Kudus, Kudus: STAIN KUDUS, 2013, hlm., 121. 70

Ahmad Falah, Materi dan Pembelajaran Fiqh MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009

hlm., 98. 71

Hasil dokumentasi Rpp fiqih MTs kelas VIII semester 1-2.

70

1. Skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Strategi Genius Learning

dalam Peningkatan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Akidah

Akhlak Kelas VIII di Mts Umar Mas Ud Sangkapura”. Penelitian ini

dilakukan oleh oleh Badriyah (2010). Penelitian ini berisi bahwa

bagaimana penerapan strategi dalam peningkatan pemahaman siswa pada

mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII Di MTs Umar Mas ud

Sangkapura, mengetahui tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran

Akidah Akhlak kelas VIII Di MTs Umar Mas ud Sangkapura, dan

mengetahui keefektivitasan penerapan strategi Genius Learning akan

terlihat tingkat peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran akidah

akhlak kelas VIII di Mts Umar Mas Ud Sangkapura.

Berdasarkan representasi dari penelitian di atas, terdapat beberapa

persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan skripsi

yang akan dibuat peneliti yaitu:

1) Persamaannya yaitu:

a) Pembahasan penelitian mempunyai kesamaan yaitu mengenai

pembelajaran Genius Learning.

b) Masalah tingkatan sekolah juga pembelajarannya sama-sama di

Madarasah Tsanawiyah.

2) Perbedaannya yaitu:

a) Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, sedangkan

yang akan diteliti penulis menggunakan penelitian kualitatif.

b) Penelitian ini menerapkan strategi Genius Learning pada mata

pelajaran akidah akhlak sedangkan yang diteliti oleh penulis desain

pembelajaran strategi Genius Learning pada mata pelajaran fiqih.

c) Fokus penelitian ini pada Efektivitas Penerapan Strategi Genius

Learning dalam Peningkatan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran

Akidah Akhlak Kelas VIII, sedangkan yang penulis teliti terfokus

pada studi analisis desain pembelajaran Genius Learning pada mata

pelajaran fiqih materi haji dan umrah kelas VIII.

71

2. Skripsi yang berjudul “Pengaruh penerapan Strategi Pembelajaran

Genius Learning terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Mata

Pelajaran Aqidah Akhlaq di MTs Mazro’atul Huda Wonorenggo

Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian ini

dilakukan oleh Nurul Afrianti NIM 110005 Jurusan Tarbiyah Prodi

Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Kudus Tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penerapan strategi pembelajaran Genius Learning terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa pada mapel aqidah akhlaq di MTs

Mazro’atul Huda Wonorenggo Karanganyar Demak. Hasil dari penelitian

ini adalah diketahui bahwa nilai rata-rata variabel x 102,86 dan variabel y

97,02. Untuk hasil pengujiian hipotesis nilai korelasi atau r observasi

adalah 0,576 jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5

% dan 1 % dipero;eh 0,279 dan 0,361. Maka r observasi > r tabel, dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha diterima, artinya ada pengaruh positif

yang signifikan strategi pembelajaran Genius Learning dengan

keterampilan berpikir kritis siswa pada mapel Aqidah Akhlaq di MTs

Maro’atul Huda Wonorenggo Karanganyar Demak tahun pelajaran

2014/2015.

Berdasarkan representasi dari penelitian di atas, terdapat beberapa

persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan skripsi

yang akan dibuat peneliti yaitu:

1) Persamaannya yaitu:

a) Pembahasan penelitian mempunyai kesamaan yaitu mengenai

pembelajaran Genius Learning.

b) Masalah tingkatan sekolah juga pembelajarannya sama-sama di

Madarasah Tsanawiyah.

2) Perbedaannya yaitu:

a) Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, sedangkan

yang akan diteliti penulis menggunakan penelitian kualitatif.

72

b) Penelitian ini menerapkan strategi Genius Learning pada mata

pelajaran akidah akhlak sedangkan yang diteliti oleh penulis adalah

desain pembelajaran Genius Learning pada mata pelajaran fiqih.

c) Fokus penelitian ini pada Pengaruh penerapan Strategi Pembelajaran

Genius Learning terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada

Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq, sedangkan yang penulis teliti

terfokus pada studi analisis desain pembelajaran Genius Learning

pada mata pelajaran fiqih materi haji dan umrah kelas VIII.

3. Jurnal ini dilakukan oleh Findy Wulansari seorang Mahasiswa Program

Studi Pendidikan Sejarah FKIP Uneversitas Jember, Suranto seorang Staf

Pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Jember, dan

Kayan seorang Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP

Universitas Jember, dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Dalam Mata Pelajaran Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Genius Learning pada siswa kelas XI IPA 1 SMA NEGERI Rambipuji

Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011” bahwa Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau

classroom action research. Model pembelajaran yang dilakukan oleh guru

dengan baik, sedikit banyak akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Genius

Learning merupakan pembelajaran sejarah yang diyakini mampu

mengatasi permasalahan tersebut di atas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

penerapan langkah-langkah pembelajaran Genius Learning diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah dan

pada penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban mengenai: bagaimana

penerapan model pembelajaran Genius Learning sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah pada siswa

kelas XI IPA 1 SMA Negeri Rambipuji.

Adapun perbedaanya dengan skripsi yang akan dibuat oleh peneliti

yaitu: peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, terfokus pada studi

analisis desain pembelajaran Genius Learning pada mata pelajaran fiqih

73

materi haji dan umrah kelas VIII. Sedangkan pada jurnal ini jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas atau classroom action research dan terfokus pada Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Sejarah Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Genius Learning pada siswa kelas XI IPA 1.

4. Jurnal ini dilakukan oleh oleh Suliyono seorang mahasiswa Pendidikan

Fisika-Pascasarjana Universitas Negeri Malang, dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Sejarah

Melalui Penerapan Model Pembelajaran Genius Learning pada siswa

kelas XI IPA 1 SMA NEGERI Rambipuji Semester Genap Tahun Ajaran

2010/2011” bahwa Penguasaan siswa terhadap konsep-konsep fisika akan

lebih baik apabila pendidik menerapkan strategi pembelajaran yang dapat

membuat siswa lebih aktif dan termotivasi, namun tetap memper-

tahankan konstruktivis. Pendekatan Genius Learning Berbasis Kerja

Ilmiah (GLBKI) diyakini mampu menjawab tuntutan perkembangan

pendidikan dan mempermudah siswa dalam mempelajari konsep- konsep

fisika. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji prestasi belajar siswa

yang belajar dengan Pendekatan Genius Learning Berbasis Kerja Ilmiah

dan pembelajaran konvensional. Perlakuan pendekatan GLBKI kepada

kelas eksperimen yang dipilih secara acak dan kelas kontrol dilakukan

pembelajaran secara konvensional. Data prestasi belajar dikumpulkan

dengan tes prestasi belajar fisika. Hasil penelitian adalah: (1) terdapat

perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa yang melalui

pembelajaran konvensional dan pendekatan genius learning berbasis kerja

ilmiah, (2) siswa yang belajar dengan pendekatan GLBKI memiliki

prestasi belajar fisika yang lebih tinggi dari pada siswa yang belajar

dengan pembelajaran konvensional, (3) pembelajaran dengan

menggunakan Pendekatan Genius Learning Berbasis Kerja Ilmiah dapat

memberikan peningkatan prestasi belajar siswa lebih tinggi dari pada

siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

74

Adapun perbedaanya dengan skripsi yang akan dibuat oleh peneliti

yaitu: peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dan terfokus pada

studi analisis desain pembelajaran Genius Learning pada mata pelajaran

fiqih materi haji dan umrah kelas VIII. Sedangkan pada jurnal ini jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dan terfokus pada Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata

Pelajaran Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Genius

Learning pada siswa kelas XI IPA 1.

5. Jurnal ini dilakukan oleh oleh Riza Putri Anita ketika melakukan Praktek

Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPLK) semester Juli-Desember

2012 di SMP Negeri 5 Pariaman, dengan judul “Pengaruh Penerapan

Genius Learning Strategy terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran TI&K”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan

perbedaan hasil belajar siswa secara signifikan berdasarkan siswa yang

diajar dengan menerapkan strategi Genius Learning dan siswa yang diajar

tanpa menerapkan strategi Genius Learning di kelas VII SMPN 5

Pariaman. Penelitian ini menggunakan pedekatan kuantitatif yang bersifat

pada quasy eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VII SMPN 5 Pariaman yang berjumlah 134 orang yang terdiri dari 5 kelas,

dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive

Sampling. Teknik pengumpulan data digunakan tes, berupa soal objektif

sebanyak 40 butir soal. Kemudian data diolah dengan uji normalitas dan

uji homogenitas yang kemudian dianalisis menggunakan uji perbedaan (t-

tes). Penerapan strategi Genius Learning berpengaruh dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TI&K di kelas VII

SMPN 5 Pariaman. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara hasil belajar siswa kelompok eksperimen

dibandingkan kelompok kontrol. Terdapat perbedaan yang signifikan

antara hasil belajar siswa yang menerapkan strategi Genius Learning

dengan hasil belajar siswa tanpa menerapkan strategi Genius Learning

75

pada mata pelajara TI&K di kelas VII SMPN 5 Pariaman pada tahun

ajaran 2012/2013”.

Adapun perbedaanya dengan skripsi yang akan dibuat oleh peneliti

yaitu: peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dan terfokus pada

studi analisis desain pembelajaran Genius Learning pada mata pelajaran

fiqih materi haji dan umrah kelas VIII. Sedangkan pada jurnal ini jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif yang bersifat pada quasy eksperimen dan terfokus pada

Pengaruh Penerapan Genius Learning Strategy terhadap Hasil Belajar

Siswa pada Mata Pelajaran TI&K.

C. Kerangka berfikir

Suatu pendidikan nasional dapat dikatakan berhasil tergantung

bagaimana kualitas guru dalam menjalankan proses pembelajaran supaya

dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan berkualitas

yang sesuai dengan kompetensi siswa. Salah satu dari tahapan mengajar yang

harus dilalui oleh guru profesional adalah menyusun perencanaan pengajaran

atau dengan kata lain disebut juga dengan mendesain program pengajaran.

Secara sederhana desain pembelajaran dapat diartikan sebagai proses

merancang tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pengalaman belajar,

sumber-sumber belajar, dan evaluasi pembelajaran berdasarkan karakteristik

peserta didik agar peserta didik mau dan mampu untuk belajar. Untuk itu,

mendesain pembelajaran harus diawali dengan kegiatan menganalisis

perkembangan peserta didiknya.

Genius learning adalah sebuah model pembelajaran yang dikemas

sedemikian rupa yang menggunakan pengetahuan yang berasal dari berbagi

disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja memori, neuro-linguistik

programming, motivasi, konsep diri, kepribadian, emosi, perasaan, pikiran,

metakognisi, gaya belajar, multiple intelegensi atau kecerdasan majemuk,

teknik memori, teknik membaca, teknik mencatat, dan teknik belajar lainnya.

76

Dasar Genius Learning adalah accelerated learning atau cara belajar

yang dipercepat. Adapun desain pembelajaran Genius Learning yaitu a)

Suasana Kondusif, b) Hubungkan, c) Gambaran besar, d) Tetapkan, e)

Pemasukan informasi, f) Aktivasi,. g) Demonstrasi, h) Ulangi (review) dan

jangkarkan.

Pembelajaran fiqih adalah sebuah proses belajar untuk membekali

siswa agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam

secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil aqli atau naqli.

Oleh karena itu guru dengan desain pembelajaran Genius Learning ini

digunakan dalam proses pembelajaran pada siswa, yakni dalam pembelajaran

fiqih materi haji dan umrah yang pada intinya membangun dan

mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif serta

bagaimana membuat proses pembelajaran menjadi efisiensi, efektif, dan

menyenangkan.

77

Teori Adi W. Gunawan

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir

Guru

Proses Belajar Mengajar

Desain

Pembelajaran Genius

Learning

Suasana Kondusif

Hubungkan

Gambaran Besar

Tetapkan

Pemasukan

Informasi

Aktivasi

Demontrasi

Ulangi dan Jangkarkan

Mata

Pelajaran Fiqih Materi

Haji &

Umrah

Siswa

Tujuan