teuku umar.docx

Upload: anas

Post on 06-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Cerita cinta mereka berawal saat Cut Nyak Dien marah besar karena suaminya Teuku Ibrahim Lamnga tewas dalam perang melawan Belanda di Gle Tarum ada 28 Juni 1878. Cut Nyak Dhien sangat marah besar dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Cut Nyak Dien pun berjanji akan bersedia menikahi laki-laki yang dapat membantunya menuntut balas kematian Teuku Ibrahim.

Selama menjanda bertahun-tahun, Cut Nyak Dhien memimpin sendiri pasukan perang. Namun, rupanya dia gelisah mencari sosok pendamping sekaligus memimpin pasukan perang.

Akhirnya munculah seorang pria dari Meulaboh. Ya dia adalah Teuku Umar.

Teuku Umar jatuh hati pada pandangan pertama saat pertama kali melihat Cut Nyak Dhien.

"Saya bersedia menjadi panglima perang pasukan ini. Namun, dengan syarat Cut Nyak Dhien bersedia menjadi istri saya," kata Umar.

Cut Nyak Dhien terkejut mendengar pernyataan Teuku Umar. Cut Nyak Dhien pun menolak mentah-mentah lamaran Teuku Umar.

Teuku Umar pun hanya bisa menarik napas dalam-dalam. Hanya itu yang bisa dia lakukan setelah cintanya ditolak Cut Nyak Dhien.

Namun, Teuku Umar tak putus asa. Dia berusaha keras mendapatkan cinta Cut Nyak Dhien. Saking besarnya cinta itu, dia membuat adegan rekayasa demi mendapatkan perhatian dari Cut Nyak Dhien.

Ceritanya begini. Suatu hari Cut Nyak Dhien sedang melatih pasukan berpedang. Tiba-tiba ramai orang lewat dan mengangkat Teuku Umar berlumuran darah yang ditandu.

Cut Nyak Dhien: Kenapa ini?

Teuku Umar: Saya mau pulang

Cut Nyak Dhien: Jangan, kita obati dulu, harus kita obati ini, jangan putus asa begitu

Teuku Umar: Biar saya mati saja, Cut Nyak pun menolak cinta saya

Cut Nyak Dhien: Kita obati dulu, nanti baru kita urus yang itu

Teuku Umar: Tak apa, Cut Nyak beri saja obat itu ke saya

Setelah beberapa hari, Teuku Umar kemudian sembuh dari 'luka' itu. Dia pun menagih janji ke Cut Nyak Dhien. Karena merasa berjanji, Cut Nyak Dhien akhirnya memenuhi janjinya dan akhirnya menikah.

Bersatunya kedua orang itu kembali mengobarkan semangat juang rakyat Aceh.

Belakangan Cut Nyak Dhien curiga dengan luka Teuku Umar. Akhirnya Teuku Umar berkata jujur dan mereka berdua pun tertawa.

Perang hebat terus terjadi. Teuku Umar akhirnya tewas tertembak. Cut Nyak Dhien kembali berjuang sendirian hingga akhirnya dia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Sumedang hingga akhirnya menutup usia.

Kisah Cinta & Pernikahan KeduanyaTeuku Umar : Bah Mat Ln, Cut Nyak Tulak Cinta LnKekecewaan dan kesedihan akibat ditinggal suaminya Ibrahim Lamnga dan darah kepahlawanan yang mengalir dari keluarganya menjadi dasar kuat bagi Cut Nyak Dhien. Teuku Ibrahim Lamnga itu mati syahid dalam perang lawan belanda di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Hal inilah yang membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.Bahkan ia pernah berjanji akan bersedia kawin dengan laki-laki yang dapat membantunya untuk menuntut bela terhadap kematian suaminya. Adalah suatu hal yang tepat bila kemudian datang seorang laki-laki yang bersedia membantu Cut Nyak Dhien membalaskan dendam kepada Belanda, setelah bertahun-tahun menjanda.Selama sepeninggal suaminya itu, cut nyak dhien-lah yang memimpin pasukan perang. Sempat terfikir dalam benaknya, siapa kiranya yang bisa memimpin pasukan perang ini. Cut Nyak dhien pun sempat mencermati siapakah yang pantut menjadi pendamping dirinya dan sanggup memimpin pasukan perang yang dididiknya, yang sudah ditinggal kan almarhum Teuku Ibrahim Lamnga.Setelah bertahun-tahun menjanda. Suatu ketika, Datanglah seorang lelaki Ia di gelar Teungku di Meulaboh. Ternyata, Lelaki ini jatuh Hati pada saat pandangan pertama kali melihat Cut Nyak Dhien. Dialah Teuku Umar dari Meulaboh. Teuku Umar pun akhirnya berniat melamar Cut Nyak Dhien. Saya bersedia menjadi panglima perang pasukan ini. Namun, dengan syarat Cut Nyak Dhien bersedia menjadi isteri saya Kata UmarCut Nyak sangat terkejut mendengar pernyataan Umar, Lamaran tersebut ditolak Cut Nyak mentah-mentah. Umar hanya dapat menarik nafas panjang mendengar penolakan itu, hanya itu yang bisa ia lakukan setelah mendengar cintanya di tolak Cut Nyak Dhien?Walau sempat di kecewakan. Rupanya, semangat Umar berusaha untuk mendapatkan cinta Cut Nyak tidak kandas begitu saja. Sangking besar cintanya itu, akhirnya Umar membuat sebuah adegan (rekayasa), itu rela ia lakukan hanya demi mendapatkan perhatian dari Cut Nyak Dhien.Suatu hari, Seperti biasanya Cut Nyak Dhien sedang melatih pasukan berpedang. Tiba-tiba dihadapannya lewat begitu banyak orang, dan beberapa diantaranya terlihat sambil mengangkat tandu, Segera Cut Nyak lari mendekat, dan menghentikan mereka.Cut Nyak : Pakn nye? (kenapa ini?)Ia melihat Teuku Umar di atas tandu berdarah-darah hampir meninggal.Umar : Ln meujak Woe (saya mau pulang -(ke meulaboh-red)- ), jawab Teuku Umar lirih.Cut Nyak : Bk, ta peu ubat dile nyoe. Meusti ta peubat dil. Bk putoh asa. (Jangan, kita obati dulu, harus kita obati ini, Jangan putus asa begitu). Kata cut Nyak dhien dengan nada gelisah.Umar : Bah mat lon, Cut Nyak tulak cinta ln, (Biar saya mati saja, Cut Nyak pun menolak cinta saya), kata Teuku Umar dengan nada putus asa.Cut Nyak : Ta peu ubat nyoe dil, euntreuk ta peu buet nyan (kita obati ini dulu, nanti baru kita urus yang itu ) jawab Cut Nyak Dhien meyakinkan Umar.Umar : Hana peu, Cut Nyak jk manteung ubat nyan keu ln.. (Tak Apa, Cut Nyak beri saja obat itu ke saya) kata Teuku Umar.Setelah beberapa hari kemudian, Teuku Umar pun sembuh dari luka tipu-tipunya. Umar pun datang menagih janji pada Cut Nyak Dhien.Umar :Cut Nyak kaleuh meujanji ngon ln koen..? (Cut nyak sudah berjanji dengan saya kan?)Cut Nyak Dhien wanita saleh, tegas, satu kata dengan perbuatan. Karena telah berjanji Cut Nyak mau tidak mau juga harus memenuhi janjinya tadi. Singkat cerita, Menikahlah Cut Nyak dengan teuku Umar. Bersatunya dua Sejoli ini mengobarkan kembali semangat juang rakyat Aceh. Kekuatan yang telah terpecah kembali dipersatukan.Pada satu waktu Teuku Umar sedang mandi, Cut Nyak Dhien dengan rasa penasarannya akan luka yang pernah di alami Teuku Umar.Karena penasaran, di telitilah Cut Nyak dimana akan bekas luka yang ditusuk belanda hingga berdarah-darah tempo hari.Cut Nyak ; Ampn, pat luka ditusk l belanda sampoe meudarah-darah wat nyan? (Ampon, dimana luka ditusuk belanda sampai berdarah-darah waktu itu?)Teuku Umar hanya tersenyum tertunduk.Umar : Hana nyan!, nyan kn bah Cut Nyak teum ngon lon (Tidak, kan itu agar Cut Nyak mau nikah dengan saya) jawab Teuku umar tergelak.Cut Nyak : Ka ji tip lon l ampon nyoe lagoe (Sudah ditipunya saya rupanya) Gelak tawapun tak terhindarkan.Itulah yang dimaksud teuku Umar pandai menipu, banyak sekali akal. Termasuk belanda pun akhirnya pernah di tipu olehnya.Setelah menikah, keduanyakeduanya berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-posBelanda. Teuku Umar kemudian mencaristrategiuntuk mendapatkansenjatadari pihak Belanda. Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek Belanda.

Belanda berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun1883. Gubernur Van Teijn pada saat itu juga bermaksud memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Teuku Umar kemudian masuk dinasmiliter.Ketika bergabung dengan Belanda, Teuku Umar menundukkan pos-pos pertahanan Aceh, hal tersebut dilakukan Teuku Umar secara pura-pura untuk mengelabuhi Belanda agar Teuku Umar diberi peran yang lebih besar. Taktik tersebut berhasil, sebagai kompensasi atas keberhasilannya itu, pemintaan Teuku Umar untuk menambah 17 orang panglima dan 120 orangprajurit, termasuk seorang Pang Laot (panglima Laut]) sebagai tangan kanannya, dikabulkan.Insiden Kapal NiceroTahun1884KapalInggrisNicero terdampar.Kaptendan awak kapalnya disandera oleh rajaTeunom. Raja Teunom menuntut tebusan senilai 10 ribudolartunai. OlehPemerintah Kolonial BelandaTeuku Umar ditugaskan untuk membebaskan kapal tersebut, karena kejadian tersebut telah mengakibatkan ketegangan antara Inggris dengan Belanda.Teuku Umar menyatakan bahwa merebut kembali Kapal Nicero merupakan pekerjaan yang berat sebab tentara Raja Teunom sangat kuat, sehingga Inggris sendiri tidak dapat merebutnya kembali. Namun ia sanggup merebut kembali asal diberilogistikdan senjata yang banyak sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.Dengan perbekalan perang yang cukup banyak, Teuku Umar berangkat dengan kapal Bengkulen keAceh Baratmembawa 32 orangtentara Belandadan beberapa panglimanya. Tidak lama, Belanda dikejutkan berita yang menyatakan bahwa semua tentara Belanda yang ikut, dibunuh di tengah laut. Seluruh senjata dan perlengkapan perang lainnya dirampas. Sejak itu Teuku Umar kembali memihak pejuang Aceh untuk melawan Belanda. Teuku Umar juga menyarankan Raja Teunom agar tidak mengurangi tuntutannya.Teuku Umar membagikan senjata hasil rampasan kepada tentara Aceh, dan memimpin kembali perlawanan rakyat. dan Teuku Umar berhasil merebut kembali daerah6 Mukimdari tangan Belanda. Nanta Setia, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar kembali ke daerah 6 Mukim dan tinggal diLampisang,Aceh Besar, yang juga menjadimarkastentara Aceh.2 tahun setelah insiden Nicero, pada15 Juni1886merapatlah ke bandarRigaihkapal Hok Canton yang di nahkodaipelautDenmarkbernama Kapten Hansen, dengan maksud menukarkan senjata denganlada. Hansen bermaksud menjebak Umar untuk naik ke kapalnya, menculiknya dan membawa lari lada yang bakal dimuat, ke pelabuhanUlee Lheu, dan diserahkan kepada Belanda yang telah menjanjikan imbalan sebesar $ 25 ribu untuk kepala Teuku Umar.Umar curiga dengan syarat yang diajukan Hansen, dan mengirim utusan. Hansen berkeras Umar harus datang sendiri. Teuku Umar lalu mengatur siasat. Pagi dini hari salah seorang Panglima bersama 40 orang prajuritnya menyusup ke kapal. Hansen tidak tahu kalau dirinya sudah dikepung.

J.B. van Heutsz sedang memperhatikan pasukannya dalam penyerangan di Perang AcehPaginya Teuku Umar datang dan menuntut pelunasan lada sebanyak $ 5 ribu. Namun Hansen ingkar janji, dan memerintahkan anak buahnya menangkap Umar. Teuku Umar sudah siap, dan memberi isyarat kepada anak buahnya. Hansen berhasil dilumpuhkan dan tertembak ketika berusaha melarikan diri. Nyonya Hansen dan John Fay ditahan sebagai sandera, sedangkan awak kapal dilepas. Belanda sangat marah karena rencananya gagal.Perang pun berlanjut, pada tahun1891Teungku Chik Di Tirodan Teuku Panglima Polem VIII Raja Kuala (ayah dariTeuku Panglima Polem IX Muhammad Daud) gugur dalam pertempuran. Belanda sebenarnya pun sangat kesulitan karena biaya perang terlalu besar dan lama.Teuku Umar sendiri merasa perang ini sangat menyengsarakan rakyat. Rakyat tidak bisa bekerja sebagaimana biasanya, petani tidak dapat lagi mengerjakan sawah ladangnya. Teuku Umar pun mengubah taktik dengan cara menyerahkan diri kembali kepada Belanda.September1893, Teuku Umar menyerahkan diri kepadaGubernurDeykerhooff diKutarajabersama 13 orang Panglima bawahannya, setelah mendapat jaminan keselamatan dan pengampunan. Teuku Umar dihadiahi gelarTeuku Johan Pahlawan Panglima Besar Nederland. Istrinya, Cut Nyak Dien sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu. Umar suka menghindar apabila terjadi percekcokan.Teuku Umar menunjukkan kesetiaannya kepada Belanda dengan sangat meyakinkan. Setiap pejabat yang datang ke rumahnya selalu disambut dengan menyenangkan. Ia selalu memenuhi setiap panggilan dari Gubernur Belanda di Kutaraja, dan memberikan laporan yang memuaskan, sehingga ia mendapat kepercayaan yang besar dari Gubernur Belanda.Kepercayaan itu dimanfaatkan dengan baik demi kepentingan perjuangan rakyat Aceh selanjutnya.Pada tanggal30 Maret1896, Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butirpeluru, 500 kgamunisi, dan uang 18.000 dollar.Berita larinya Teuku Umar menggemparkan Pemerintah Kolonial Belanda. Gubernur Deykerhooff dipecat dan digantikan oleh JenderalVetter. Tentara baru segera didatangkan dariPulau Jawa. Vetter mengajukan ultimatum kepada Umar, untuk menyerahkan kembali semua senjata kepada Belanda. Umar tidak mau memenuhi tuntutan itu. maka pada tanggal26 April1896Teuku Johan Pahlawan dipecat sebagai UleebalangLeupungdan Panglima Perang Besar Gubernemen Hindia Belanda.Teuku Umar mengajak uleebalang-uleebalang yang lain untuk memerangi Belanda. Seluruh komando perang Aceh mulai tahun 1896 berada di bawah pimginan Teuku Umar. la dibantu oleh istrinya Cut Nyak Dhien dan Panglima Pang Laot, dan mendapat dukungan dariTeuku Panglima Polem Muhammad Daud. Pertama kali dalamsejarahperang Aceh, tentara Aceh dipegang oleh satu komando.Belanda memburu Teuku Umar dan Cut Nyak Din, pada suatu penyerangan mendadak di daerah Meulaboh, Teuku Umar tertembak. Ia syahid pada tanggal 11 Februari 1899. Selanjutnya tampuk pimpinan perang melawan Belanda diambil alih oleh Din. Selama kurun waktu enam tahun ia memimpin gerilya.

Cut Nyak Dien, setelah tertangkap oleh pihak BelandaSampai suatu ketika, anak buahnya, Pang Laot meminta dengan iba kepada pihak Belanda supaya memperlakukan Din dengan baik, mengingat Din semakin lemah keadaanya. Penyakit encok dan rabun menyerangnya. Belanda akhirnya menemukan tempat persembunyian Din, serta menangkapnya. Karena berpendapat tidak tepat membiarkan Din di Aceh karena suatu saat semangat Aceh akan kembali bergelora, ia diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat, pada Tahun 1905. Dan Din menutup matanya tidak di tanah Aceh lagi, tetapi di tanah Sumedang.Semoga kisah ini bermanfaat.. Dan melahirkan mujahidin & mujahidah seperti beliau.1. A.Masa MudaTeuku Umar dan pengikutnyaTeuku Umar dilahirkan di Meulaboh Aceh Barat pada tahun 1854, adalah anak seorang Uleebalang bernama Teuku Achmad Mahmud dari perkawinan dengan adik perempuan Raja Meulaboh. Umar mempunyai dua orang saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki.Nenek moyang Umar adalah Datuk Makudum Sati berasal dari Minangkabau. Salah seorang keturunan Datuk Makudum Sati pernah berjasa terhadap Sultan Aceh, yang pada waktu itu terancam oleh seorang Panglima Sagi yang ingin merebut kekuasaannya. Berkat jasanya tersebut, orang itu diangkat menjadi Uleebalang VI Mukim dengan gelar Teuku Nan Ranceh. Teuku Nan Ranceh mempunyai dua orang putra yaitu Nanta Setia dan Ahmad Mahmud. Sepeninggal Teuku Nan Ranceh, Nanta Setia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Uleebalang VI Mukim. la mempunyai anak perempuan bernama Cut Nyak Dhien.Teuku Umar dari kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka berkelahi dengan teman-teman sebayanya. Ia juga memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi segala persoalan. Teuku Umar tidak pernah mendapakan pendidikan formal. Meski demikian, ia mampu menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas dan pemberani. PemikiranSejak kecil, Teuku Umar sebenarnya memiliki pemikiran yang kerap sulit dipahami oleh teman-temannya. Ketika beranjak dewasa pun pemikirannya juga masih sulit dipahami. Sebagaimana telah diulas di atas bahwa taktik Teuku Umar yang berpura-pura menjadi antek Belanda adalah sebagai bentuk kerumitan pemikiran dalam dirinya. Beragam tafsir muncul dalam memahami pemikiran Teuku Umar tentang taktik kepura-puraan tersebut. Meski demikian, yang pasti bahwa taktik dan strategi tersebut dinilai sangat jitu dalam menghadapi gempuran kolonial Belanda yang memiliki pasukan serta senjata sangat lengkap. Teuku Umar memandang bahwa cara yang negatif boleh-boleh saja dilakukan asalkan untuk mencapai tujuan yang positif. Jika dirunut pada konteks pemikiran kontemporer, pemikiran seperti itu kedengarannya lebih dekat dengan komunisme yang juga menghalalkan segala cara. Semangat perjuangan Teuku Umar dalam menghadapi kolonialisme Belanda yang pada akhirnya mendorong pemikiran semacam itu.1. B.Perang AcehKetika perang Aceh meletus pada 1873 Teuku Umar ikut serta berjuang bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya, umurnya baru menginjak 19 tahun. Mulanya ia berjuang di kampungnya sendiri, kemudian dilanjutkan ke Aceh Barat. Pada umur yang masih muda ini, Teuku Umar sudah diangkat sebagai keuchik gampong(kepala desa) di daerah Daya Meulaboh.Pada usia 20 tahun, Teuku Umar menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang. Untuk meningkatkan derajat dirinya, Teuku Umar kemudian menikah lagi dengan Nyak Malighai, puteri dari Panglima Sagi XXV Mukim.Pada tahun 1880, Teuku Umar menikahi janda Cut Nyak Dhien, puteri pamannya Teuku Nanta Setia. Suami Cut Nya Dien, yaitu Teuku Ibrahim Lamnga meninggal dunia pada Juni 1878 dalam peperangan melawan Belanda di Gle Tarun. Keduanya kemudian berjuangbersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda.1. C.Taktik Penyerahan DiriRumah Teuku Umar di Lampisang, Peukan Bada, Aceh Besar tahun 1896Teuku Umar kemudian mencari strategi untuk mendapatkan senjata dari pihak Belanda. Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek Belanda. Belanda berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883. Gubernur Van Teijn pada saat itu juga bermaksud memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Teuku Umar kemudian masuk dinas militer.Ketika bergabung dengan Belanda, Teuku Umar menundukkan pos-pos pertahanan Aceh, hal tersebut dilakukan Teuku Umar secara pura-pura untuk mengelabuhi Belanda agar Teuku Umar diberi peran yang lebih besar. Taktik tersebut berhasil, sebagai kompensasi atas keberhasilannya itu, pemintaan Teuku Umar untuk menambah 17 orang panglima dan 120 orang prajurit, termasuk seorang Pang Laot (panglima Laut]) sebagai tangan kanannya, dikabulkan.1. D.Insiden Kapal NiceroTahun 1884 Kapal Inggris Nicero terdampar. Kapten dan awak kapalnya disandera oleh raja Teunom. Raja Teunom menuntut tebusan senilai 10 ribu dolar tunai. Oleh Pemerintah Kolonial Belanda Teuku Umar ditugaskan untuk membebaskan kapal tersebut, karena kejadian tersebut telah mengakibatkan ketegangan antara Inggris dengan Belanda.Teuku Umar menyatakan bahwa merebut kembali Kapal Nicero merupakan pekerjaan yang berat sebab tentara Raja Teunom sangat kuat, sehingga Inggris sendiri tidak dapat merebutnya kembali. Namun ia sanggup merebut kembali asal diberi logistik dan senjata yang banyak sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.Dengan perbekalan perang yang cukup banyak, Teuku Umar berangkat dengan kapal Bengkulen ke Aceh Barat membawa 32 orang tentara Belanda dan beberapa panglimanya. Tidak lama, Belanda dikejutkan berita yang menyatakan bahwa semua tentara Belanda yang ikut, dibunuh di tengah laut. Seluruh senjata dan perlengkapan perang lainnya dirampas. Sejak itu Teuku Umar kembali memihak pejuang Aceh untuk melawan Belanda. Teuku Umar juga menyarankan Raja Teunom agar tidak mengurangi tuntutannya.1. Melanjutkan PerlawananTeuku Umar dan pengikutnya (gambar oleh G. Kepper, 1900)Teuku Umar membagikan senjata hasil rampasan kepada tentara Aceh, dan memimpin kembali perlawanan rakyat. dan Teuku Umar berhasil merebut kembali daerah 6 Mukim dari tangan Belanda. Nanta Setia, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar kembali ke daerah 6 Mukim dan tinggal di Lampisang, Aceh Besar, yang juga menjadi markas tentara Aceh.Dua tahun setelah insiden Nicero, pada 15 Juni 1886 merapatlah ke bandar Rigaih kapal Hok Canton yang dinahkodai pelaut Denmark bernama Kapten Hansen, dengan maksud menukarkan senjata dengan lada. Hansen bermaksud menjebak Umar untuk naik ke kapalnya, menculiknya dan membawa lari lada yang bakal dimuat, ke pelabuhan Ulee Lheu, dan diserahkan kepada Belanda yang telah menjanjikan imbalan sebesar $ 25 ribu untuk kepala Teuku Umar.Umar curiga dengan syarat yang diajukan Hansen, dan mengirim utusan. Hansen berkeras Umar harus datang sendiri. Teuku Umar lalu mengatur siasat. Pagi dini hari salah seorang Panglima bersama 40 orang prajuritnya menyusup ke kapal. Hansen tidak tahu kalau dirinya sudah dikepung.Paginya Teuku Umar datang dan menuntut pelunasan lada sebanyak $ 5 ribu. Namun Hansen ingkar janji, dan memerintahkan anak buahnya menangkap Umar. Teuku Umar sudah siap, dan memberi isyarat kepada anak buahnya. Hansen berhasil dilumpuhkan dan tertembak ketika berusaha melarikan diri. Nyonya Hansen dan John Fay ditahan sebagai sandera, sedangkan awak kapal dilepas. Belanda sangat marah karena rencananya gagal.Perang pun berlanjut, pada tahun 1891 Teungku Chik Di Tiro dan Teuku Panglima Polem VIII Raja Kuala (ayah dari Teuku Panglima Polem IX Muhammad Daud) gugur dalam pertempuran. Belanda sebenarnya pun sangat kesulitan karena biaya perang terlalu besar dan lama.1. F.Penyerahan Diri KembaliPenyerangan rumah Teuku Umar di Lampisang tahun 1896Teuku Umar sendiri merasa perang ini sangat menyengsarakan rakyat. Rakyat tidak bisa bekerja sebagaimana biasanya, petani tidak dapat lagi mengerjakan sawah ladangnya. Teuku Umar pun merubah taktik dengan cara menyerahkan diri kembali kepada Belanda.September 1893, Teuku Umar menyerahkan diri kepada Gubernur Deykerhooff di Kutaraja bersama 13 orang Panglima bawahannya, setelah mendapat jaminan keselamatan dan pengampunan. Teuku Umar dihadiahi gelar Teuku Johan Pahlawan Panglima Besar Nederland. Istrinya, Cut Nyak Dien sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu. Umar suka menghindar apabila terjadi percekcokan.Teuku Umar menunjukkan kesetiaannya kepada Belanda dengan sangat meyakinkan. Setiap pejabat yang datang ke rumahnya selalu disambut dengan menyenangkan. Ia selalu memenuhi setiap panggilan dari Gubemur Belanda di Kutaraja, dan memberikan laporan yang memuaskan, sehingga ia mendapat kepercayaan yang besar dari Gubernur Belanda.Kepercayaan itu dimanfaatkan dengan baik demi kepentingan perjuangan rakyat Aceh selanjutnya. Sebagai contoh, dalam peperangan Teuku Umar hanya melakukan perang pura-pura dan hanya memerangi Uleebalang yang memeras rakyat (misalnya Teuku Mat Amin). Pasukannya disebarkan bukan untuk mengejar musuh, melainkan untuk menghubungi para Pemimpin pejuang Aceh dan menyampaikan pesan rahasia.Pada suatu hari di Lampisang, Teuku Umar mengadakan Pertemuan rahasia yang dihadari para pemimpin pejuang Aceh, membicarakan rencana Teuku Umar untuk kembali memihak Aceh dengan membawa lari semua senjata dan perlengkapan perang milik Belanda yang dikuasainya. Cut Nyak Dhien pun sadar bahwa selama ini suaminya telah bersandiwara dihadapan Belanda untuk mendapatkan keuntungan demi perjuangan Aceh. Bahkan gaji yang diberikan Belanda secara diam-diam dikirim kepada para pemimpin pejuang untuk membiayai perjuangan.Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, dan uang 18.000 dollar.Berita larinya Teuku Umar menggemparkan Pemerintah Kolonial Belanda. Gubernur Deykerhooff dipecat dan digantikan oleh Jenderal Vetter. Tentara baru segera didatangkan dari Pulau Jawa. Vetter mengajukan ultimatum kepada Umar, untuk menyerahkan kembali semua senjata kepada Belanda. Umar tidak mau memenuhi tuntutan itu. maka pada tanggal 26 April 1896 Teuku Johan Pahlawan dipecat sebagai Uleebalang Leupung dan Panglima Perang Besar Gubernemen Hindia Belanda.Teuku Umar mengajak uleebalang-uleebalang yang lain untuk memerangi Belanda. Seluruh komando perang Aceh mulai tahun 1896 berada di bawah pimginan Teuku Umar. la dibantu oleh istrinya Cut Nyak Dhien dan Panglima Pang Laot, dan mendapat dukungan dari Teuku Panglima Polem Muhammad Daud. Pertama kali dalam sejarah perang Aceh, tentara Aceh dipegang oleh satu komando.Pada bulan Februari 1898, Teuku Umar tiba di wilayah VII Mukim Pidie bersama seluruh kekuatan pasukannya lalu bergabung dengan Panglima Polem. Pada tanggal 1 April 1898, Teuku Panglima Polem bersama Teuku Umar dan para Uleebalang serta para ulama terkemuka lainnya menyatakan sumpah setianya kepada raja Aceh Sultan Muhammad Daud Syah.1. G.GugurMonumen Teuku Umar Di MeulabohFebruari 1899, Jenderal Van Heutsz mendapat laporan dari mata-matanya mengenai kedatangan Teuku Umar di Meulaboh, dan segera menempatkan sejumlah pasukan yang cukup kuat diperbatasan Meulaboh. Malam menjelang 11 Februari 1899 Teuku Umar bersama pasukannya tiba di pinggiran kota Meulaboh. Pasukan Aceh terkejut ketika pasukan Van Heutsz mencegat. Posisi pasukan Umar tidak menguntungkan dan tidak mungkin mundur. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan pasukannya adalah bertempur. Dalam pertempuran itu Teuku Umar gugur terkena peluru musuh yang menembus dadanya.Jenazahnya dimakamkan di Mesjid Kampung Mugo di Hulu Sungai Meulaboh. Mendengar berita kematian suaminya, Cut Nyak Dhien sangat bersedih, namun bukan berarti perjuangan telah berakhir. Dengan gugurnya suaminya tersebut, Cut Nyak Dhien bertekad untuk meneruskan perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda. Ia pun mengambil alih pimpinan perlawanan pejuang Aceh. KaryaKarya Teuku Umar dapat berupa keberhasilan dirinya dalam menghadapi musuh. Sebagai contoh, pada tanggal 14 Juni 1886, Teuku Umar pernah menyerang kapal Hok Centon, milik Belanda. Kapal tersebut berhasil dikuasai pasukan Teuku Umar. Nahkoda kapalnya, Hans (asal Denmark) tewas dan kapal diserahkan kepada Belanda dengan meminta tebusan sebesar 25.000 ringgit. Keberanian tersebut sangat dikagumi oleh rakyat Aceh. Karya yang lain adalah berupa keberhasilan Teuku Umar ketika mendapatkan banyak senjata sebagai hasil dari pengkhianatan dirinya terhadap Belanda.