tetap berbakti meski aku telah mati
DESCRIPTION
Berbakti dari harta artis tak ada arti / Laksana lilin menerangi tapi membakar diri/ Aku pun taubat dan karier menyanyi kuakhiri/ Lalu mengaji dan menjadi dai// Jadilah aku anak shalih yang mendoakan orangtua/ Semua harta nyanyi sirna tidak mengapa/ Yang penting untaian doa tetap dipanjatkan kepadaNya/ Tapi keresahan tetap menyelimuti dada// Karena doa pasti terhenti ketika aku mati/ Sedangkan aku ingin sekali tetap berbakti Maka wakaf atas nama orangtua menjadi solusi/ Tidakkah Anda ingin turut berpartisipasi//TRANSCRIPT
Tetap Berbakti Meski Aku Telah Mati
Dan ini membahagiakan, sangat membahagiakan. Karena apa?
Berbuat untuk orang lain. Emosional, dengan didorong rasa
spiritual yang sangat tinggi. Sekarang tidak kurang dari 4000
penduduk di dusun-dusun sekitar gua tersebut dapat menikmati
airnya. Yang biasanya mereka mendapatkan air satu jerigen
setiap hari, sekarang tiga menit satu jerigen.
Setiap tetes air mengalirkan pahala bagi yang berwakaf. Inilah
yang membuat saya bahagia, percaya diri menatap masa depan,
berbakti kepada kedua orangtua, mengabdi kepada Allah SWT.
Dan... Anda harus ikut!
11
Berbakti dari harta artis tak ada arti. Laksana lilin menerangi tapi
membakar diri. Aku pun taubat dan karier menyanyi kuakhiri.
Lalu mengaji dan menjadi dai.
Jadilah aku anak shalih yang mendoakan orangtua. Semua harta nyanyi sirna tidak mengapa. Yang penting untaian doa tetap dipanjatkan kepadaNya. Tapi keresahan tetap menyelimuti dada.
Karena doa pasti terhenti ketika aku mati. Sedangkan aku ingin sekali tetap berbakti.Maka wakaf atas nama orangtua menjadi solusi. Tidakkah Anda ingin turut berpartisipasi.
Di era tahun 1980 hingga 90-an siapa yang tak kenal saya, Hari Moekti? Kariernya melambung tinggi. Olah vokalnya banyak yang memuji. Saya jalani dunia artis yang glamour. Namun ada yang sangat menyedihkan hati. Saya jauh dari ibu. Ibu tidak suka saya menjadi artis.
1
eh orang ini tidak percaya ada air. Tetapi ketika air mengalir,
subhanallah, mereka semua tersenyum gembira. Semoga ini
menjadi amal yang pahalanya menghapus dosaku dan mengalir
pada ibu bapakku.
Pada kesempatan lain, Gunung Merapi meletus, air bersih warga
sekitar benar-benar habis ditutup oleh debu dan lava merapi.
Kami bangun bak penampung air, tapi saya tidak punya uang lagi.
Dan ini kami himpun dari kaum Muslimin yang berwakaf.
Sedangkan di Gunung Kidul ratusan tahun tidak ada air. Tapi
mereka jadi bisa menikmati air dari wakaf kaum Muslimin yang
saya salurkan ke sana. Karena saya punya keahlian naik gunung,
turun tebing dan terjun payung, maka saya gunakan keahlian
saya untuk menyenangkan warga Gunungkidul dan orang yang
berwakaf, dengan masuk ke dalam gua Pego yang jaraknya 75
meter merangkak dan turun ke kedalaman 87 meter ke tempat
air bersih berada.
10
Entah apa yang ibu doakan tentang saya, yang jelas pada 1995,
saya mendengar ayat suci Al-Qur'an dari seseorang dan ia pun
menjelaskan maknanya kepada saya.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.”(QS. Al Mulk: 2)
Allah menilai amal seseorang yang sempurna (ahsanu 'amalan,
amal yang baik/sempurna). Saya selama jadi artis banyak
beramal. Setiap habis bernyanyi uang saya sedekahkan.
Namun orang itu menyatakan: “Hari Moekti itu bagaikan lilin
yang menyala, bermanfaat menerangi lingkungan tetapi
tubuhnya terbakar.”
Mengapa? Karena Allah tidak menuntut amal yang banyak, tetapi
amal yang sempurna. Dan saya tidak sempurna. Manusia tidak
sempurna. Mengapa Allah mengatakan amal yang sempurna?
Ternyata simple saja.
2
“Alhamdulillah... dapat Al-Qur'an, sudah sepuluh tahun kami
tidak mendapat Al-Qur'an...” ini yang ngomong DKM setempat.
Perjalannya cape banget tetapi bahagia banget, karena melihat
orang bahagia mendapatkan Al-Qur'an.
Seringkali setiap menyalurkan wakaf, saya diamanahi untuk
berbagi ilmu Islam yang saya pelajari. Usai ceramah, warga
setempat menagih, “kapan tausiah di sini lagi?”
Ayo kita ke sana, membina warga di sana. Saya bukan artis lagi
yang berfikir dapat duit berapa saya di sana, tetapi ada makna
yang terkandung di situ, ada beberapa orang yang sadar dan
kembali kepada Islam. Ke Senduro, ke Bromo, selebihnya itu ada
orang masuk Islam lagi. Jadi hidup ini bermakna.
Melaksanakan program Water Action for People (WAfP) juga
merupakan bagian dari aktivitas saya di BWA. Aktivitas yang
pertama membangun sarana air bersih di Ponpes Yashi, Pontang,
Banten. Tapi ketika warga berkata, “Opo tumon kok ono banyu”
(masa sih bisa ada air), aku bilang dalam hati,
9
Sempurnanya manusia itu melakukannya dengan ikhlas dan
aktivitas itu benar, diridhai Allah. Sedangkan saat jadi artis, amal
yang saya lakukan agar mendapat pujian, dan setiap manggung,
saya pun jadi wasilah maksiat banyak orang; mabuk, berkelahi
atau pun campur baur lelaki dan perempuan. Dan satu lagi,
menjadi jauh dengan ibu.
Maka ketika karier berada di puncak, pada tahun yang kelima
belas, saya merekam lagu baru, lagu ini akan meledak di pasaran,
kemudian produser pun mendatangi saya, beberap iklan datang
mau teken kontrak, saya bilang tidak mau. Saya mau muhasabah
diri dulu.
Karena saya teringat ibu saya pernah mengatakan seorang
tetangga bertanya. “Ibu hebat, punya anak terkenal, seneng ya.”
Ibu saya diam saja. “Kenapa Bu, tidak bahagia punya anak
terkenal?”
Lalu Ibu menjawab. “Ah Bu, ayeuna mah, budak teh tara balik, teu
jiga baheula, dititah naon wae nurut, ayeuna mah budak teh teu
aya.” (Ah Bu, sekarang, anaknya tidak pernah pulang,
3
Bahagia
Melalui program Wakaf Al-Qur'an dan Pembinaan (WAP) BWA,
saya menggalang dan menyalurkan Al-Qur'an wakaf dari kaum
Muslimin ke berbagai pelosok Tanah Air. Dan ini membahagiakan
saya.
Rasa bahagia itu kerap kali muncul, terlebih ketika melihat
mereka bahagia mendapatkan Al-Qur'an wakaf. Misalnya ketika
mendistibusikan Al-Qur'an kepada korban erupsi Gunung Merapi
di Dusun Pule. Setelah menerima Al-Qur'an, salah seorang ustadz
di sana berkata: “Subhanallah, ternyata ini sumbangan terbesar,
dari mie supermi, dari beras, dari gula ternyata ini yang terbesar.
Inilah sumbangan terbesar saat kita melupakan Allah.”
Ini sangat menginspirasi saya. Saya merasa puas melihat orang
merasakan nikmat mendapatkan wakaf Al-Qur'an.
Begitu juga ketika ke Nias, menyerahkan Al-Qur'an kepada
mereka yang terkena musibah tsunami.
8
Dari Sa'ad bin 'Ubadah Radhiallahu 'Anhu, katanya: “Aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku wafat, apakah aku bersedekah untuknya? Beliau menjawab: Ya. Aku berkata: “Sedekah apa yang paling afdhal?” Beliau menjawab: “Mengalirkan air.” (HR An Nasa'i dan Ibnu Majah).
Mengalirkan air adalah salah satu bentuk dari wakaf ---sedekah
yang paling afdhal. Subhanallah ternyata wakaf... amazing. Inilah
yang membuat saya gembira bersama istri dan keluarga saya. Ada
satu perbuatan meskipun saya mati pahalanya mengalir terus
kepada orang yang saya cintai. Saya sangat mencintai ibu karena
Allah, maka saya berwakaf atas nama beliau.
Inilah yang membuat saya bahagia, pendorong yang paling kuat
untuk meraih surga. Bukan dengan bernyanyi tetapi dengan
mewakafkan harta. Maka saya pun bergabung dengan BWA
menginspirasi kaum Muslimin untuk ikut berwakaf. Oleh karena
itu.... Anda harus ikut!
7
tidak seperti dulu, disuruh apa saja menuruti, sekarang anaknya
sudah tidak ada).
Itu ungkapan dari lubuk hati ibu yang merasa kehilangan
anaknya. Karena saya menjadi anak yang melupakan orangtua.
Ini merupakan kegelapan bagi saya. Karena ridha Allah ada pada
ridha kedua orang tua.
Ini yang menginspirasi saya ketika saya membaca Al-Qur'an
bahwa ridha Allah itu ada pada ridha kedua orang tua. Selama
saya menjadi artis saya melanggar ayat ini birrul walidayn,
berbakti kepada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua hukumnya adalah wajib, wajib
ain, tidak bisa titip kepada orang lain. Pantas ibu saya sedih. Saya
kirim uang untuk bisa bikin rumah, beli mobil, tidak pernah
berwujud rumah, tidak pernah berwujud mobil, karena ibu saya
tidak butuh itu. Uang itu oleh ibu disalurkan lagi kemana saja. Ibu
saya tetap sederhana di rumah peninggalan suaminya yaitu
bapak saya, yang telah berpulang sejak saya kecil.
4
Kemudian saya ingin mengharap ridha Allah dengan doa ibuku.
Entah apa yang dia doakan. Kemudian saya bertaubat saja
meninggalkan dunia artis. Saya tinggalkan dunia artis itu. Dalam
waktu tiga setengah bulan, harta saya habis dan malah berutang.
Karena saya tinggalkan begitu saja perusahaan saya. Saya ambil
saham-sahamnya, tidak saya jual sahamnya.
Tapi ibu saya gembira. “Tah kitu atuh, sering ngalongok Mamih.”
(Nah begitu, sering menjengguk Ibu). Kalau sudah miskin begini
datang, sering melongok ibu. Ibu saya senang sekali. Dan dia
mendoakan saya. Subhanallah, sekarang hidup saya bahagia.
Ketika saya sedang menikmati kebahagiaan bersama ibu. Beliau
meninggal. Saya belum banyak berbuat. Saya sedih.
Yaa Allah... apa yang harus saya perbuat untuk ibu. Mungkin ibu
pun banyak membawa dosa pulangnya. Tapi sebagai anak saya
tidak bisa berbakti apa-apa. Sementara uang saya sebagai artis
tidak dapat menolong ibu.
Saya tidak boleh lama-lama bersedih. Kegelapan pasti akan-
5
berakhir. Pasti akan berlalu. Tapi bagaimana caranya. Dalam
pertaubatan bertahun-tahun saya mengaji. Alhamdulillah bisa
timbul rasa bahagia dengan mengaji bahkan menjadi dai. Karena
bisa menjaga istiqamah. Agar mati dalam keadaan khusnul
khatimah.
Dan yang tak kalah pentingnya lagi, saya tetap bisa berbakti
meski ibu telah pergi, seperti yang dinyatakan Nabi: Jika
seseorang mati, maka amalnya terputus, kecuali tiga hal:
sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shalih yang
mendoakannya.” (HR Muslim).
Tapi ada yang tidak puas dalam diri saya. Saya berutang besar
kepada ibu saya. Kalau saya mati nanti, siapa yang akan
mendoakannya?
Alhamdulillah, pada 2005, Saya bertemu dengan teman dari
Badan Wakaf Al-Qur'an (BWA) dan mereka mampu
menghapuskan air mata saya. Menurutnya ada amal yang bisa
saya sampaikan kepada ibu secara berkesinambungan, meski
pun saya telah mati! Ia pun membacakan hadits.
6