tesis pengaruh pemberian edukasi tentang …

122
i  TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG DUKUNGAN SUAMI TERHADAP TINGKAT DEPRESI DAN HORMON ENDORPHIN PADA IBU POSTPARTUM DI RSUD LATEMMAMALA KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2017 UMMUL KHAIR P4400215037 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017  

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

i  

TESIS

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG DUKUNGAN SUAMI TERHADAP TINGKAT DEPRESI DAN HORMON ENDORPHIN PADA

IBU POSTPARTUM DI RSUD LATEMMAMALA KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2017

UMMUL KHAIR P4400215037

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

 

Page 2: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

ii  

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG DUKUNGAN SUAMI

TERHADAP TINGKAT DEPRESI DAN HORMON ENDORPHIN PADA IBU POSTPARTUM DI RSUD LATEMMAMALA

KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2017

Disusun dan diajukan oleh

UMMUL KHAIR P4400215037

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Akhir

Pada tanggal 9 Oktober 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Menyetujui, Komisi Penasehat

Ketua

(Dr.dr Sharvianty Arifuddin, Sp.OG(K))

Anggota

(Dr. Werna Nontji, S.Kp.,M. kep)

Mengetahui,

Plt Ketua Program Studi

Prof.Dr.dr.Suryani As’ad,M.Sc,Sp.G(K) NIP. 19600504198601 2002

Page 3: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

iii  

ABSTRAK

UMMUL KHAIR. Pengaruh Pemberian Edukasi Tentang Dukungan Suami terhadap Tingkat Depresi dan Hormon β- Endorphin pada Ibu Nifas Di Rumah Sakit Umum Daerah Latemmamala Kabupaten Soppeng (dibimbing oleh Sharvianti Arifuddin dan Werna Nontji)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang dukungan suami terhadap tingkat depresi dan hormone β- Endorphin pada ibu Nifas primipara di Rumah Sakit Umum Daerah Latemmamala Soppeng.

Desain penelitian yang digunakan yaitu rancangan kuasi eksperimen dengan menggunakan kelompok intervensi dan kelompok control. Populasi penelitian yaitu ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Rumah Sakit Umum Latemmamala Soppeng dan didampingi oleh suami sampai masa Nifas. Teknik yang digunakan adalah Purposive Sampling. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 32 responden yang di bagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol.

Hasil analisis Uji Maan Whitney U menunjukkan p=0.000<α 0.05. hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi pada pendamping ibu postpartum terhadap tingkat depresi ibu poaspartum primipara. Berdasrkan hasil uji beda dengan Mann Whitney dapat diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000<0,05 menandakan ada perbedaan rata-rata hormone β-endorphin antara kelompok kontrol dan Intervensi yang berarti bahwa ada pengaruh pemberian edukasi tentang dukungan suami terhadap hormone β- Endorphin atau, terdapat perbedaan tingkat depresi dan hormone β-Endorphin pada ibu yang didampingi oleh suami yang mendapatkan edukasi dengan yang tidak mendapatkan edukasi.

Kata Kunci : Edukasi, Tingkat Depresi,Hormon β-Endorphin

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

iv  

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul

“Pengaruh Pemberian Edukasi tentang Pendampingan Suami terhadap

Tingkat Depresi dan Hormone β-Endorphin pada Ibu Postpartum

Primipara”.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu rangkaian persyaratan

penyelesaian program pendidikan Magister Kebidanan Pascasarjana

Universitas Hasanuddin Makassar. Banyak kendala yang dihadapi oleh

penulis dalam rangka penyusunan tesis ini. Berkat bantuan dari berbagai

pihak, maka tesis ini selesai pada waktunya. Dalam kesempatan ini,

penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor

Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Prof. Dr. Muhammad Ali, SE, MS., selaku Dekan Sekolah

Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Prof.Dr.dr. Suryani As’ad, M.Sc, selaku PLT Ketua Program Studi

Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

4. Dr. dr. Sharvianty Arifuddin, Sp.OG (K) selaku pembimbing I dan

Dr.Werna Nontji,S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing II dengan sabar

memberikan masukan, bimbingan dan bantuan sehingga proposal

tesis ini siap untuk dipertahankan depan penguji.

Page 5: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

v  

5. Para Dosen dan Staff Program Studi Magister Kebidanan dengan tulus

memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan.

6. Teristimewa Kepada Kedua Orang tua, Jumdari Arawi (Bapak) dan

Nahariah S.Pd (IBU), suami tercinta Hasnawir Bahar, S.Kom dan

yang terkasih ananda Muh. Hanif Hidayatullah sebagai salah satu

penyemangat dalam menempuh pendidikan serta kerabat yang tiada

putus memberi dukungan dan doa untuk kelancaran dan kemudahan

penyusunan proposal tesis.

7. Para rekan kerja dari Akbid Menara Primadani Soppeng yang tiada

hentinya memberikan dukungan serta motivasi selama menempuh

pendidikan Magister Kebidanan.

8. Teman-teman seperjuangan Magister Kebidanan angkatan IV yang

memberi semangat dalam proses penyusunan dan penyelesaian tesis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan.

Penulis berharap kritik dan saran yang dapat mendukung kesempurnaan

tesis ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Makassar, Oktober 2017

Ummul Khair 

 

 

 

 

Page 6: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

vi  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

ABSTRAK .............................................................................................. iii

PRAKATA .............................................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8

BAB II. TINAJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Masa Nifas ........................................................ 10

B. Tinjauan Umum Depresi Pasca Melahirkan ................................ 19

C. Tinjauan Umum Edukasi ............................................................. 27

D. Tinjauan Umum Hormone Endorphin .......................................... 44

E. Hasil Penelitian Terkait ................................................................ 59

F. Kerangka Teori ............................................................................ 63

G. Kerangka Konsep ........................................................................ 64

H. Hipotesis ...................................................................................... 64

I. Definisi Operasional .................................................................... 64

Page 7: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

vii  

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desai Penelitian ..................................................................... 66

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................. 66

C. Populasi dan Sampel ............................................................. 67

D. Alur Penelitian ........................................................................ 70

E. Instrument Pengumpulan Data .............................................. 71

F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 73

G. Pengolahan Data ................................................................... 76

H. Etika Penelitian ...................................................................... 78

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................... 80

B. Pembahasan .......................................................................... 91

C. Keterbatasan ......................................................................... 100

BABV PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 102

B. Saran ................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

viii  

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 : Distribusi Karakteristik Reponden ..................................... 82 Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sebelum dan

Sesudah Edukasi .............................................................. 83 Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Edukasi terhadap Tinkat Depresi

Antara Kelompok Kontrol dan Intervensi .......................... 84 Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Hormon β-Endorphin antara

Kelompok Kontrol dan Intervensi ...................................... 86 Tabel 4.5 : Pengaruh Edukasi terhadap Tingkat Depresi...................... 87 Tabel 4.6 : Pengaruh Edukasi terhadap Hormon β- Endorphin ............ 89 Tabel 4.7 : Pengaruh Hormon β-Endorphin terhadap Tingkat

Depresi pada Kelompok Kontrol ....................................... 90

Page 9: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

ix  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Teori ............................................................... 63

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep ........................................................... 64

Gambar 3.1 : Bagan Alur Penelitian ..................................................... 70

Page 10: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …
Page 11: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …
Page 12: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu,

dimana proses melahirkan layaknya sebuah pertaruhan hidup dan

mati seorang ibu, terutama pada ibu primipara, dimana mereka belum

memiliki pengalaman melahirkan. Hal tersebut pula akan dirasakan

setelah melahirkan(Kurniasih, 2009). Rasa cemas, panik, dan takut

akan merawat dan membesarkan bayinya serta rasa sakit yang

dirasakan ibu dapat mengganggu proses masa nifas dan

mengakibatkan ibu dapat mengalami beberapa gangguan masa nifas

Menurut Vivin (2011) dan Yanti (2014) mengatakan bahwa salah satu

tujuan dalam perawatan dalam masa nifas adalah menjaga kesehatan

ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

Setelah fase persalinan dilalui maka akan memasuki fase nifas

dimana Fase nifas merupakan bagian dari kehidupan ibu dan bayinya

yang bersifat kritis. Diperkirakan sekitar 60% dari kematian ibu adalah

akibat persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam

pertama pasca persalinan. Masa nifas dimulai setelah placenta lahir

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

(Varney H 2008)

Page 13: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

2  

Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu telah dimulai

sejak ibu hamil. Perubahan mood seperti sering marah, menangis,

dan sering sedih atau cepat berubah perasaan menjadi senang

merupakan manifestasi dari emosi yang labil (Suherni, dkk,2008).

Terdapat tiga gangguan mood yang dapat terjadi setelah kelahiran

bayi, yaitu postpartum blues, depresi postpartum dan psikosis

postpartum. Menurut bobak(2005) di Indonesia kejadian postpartum

blues yaitu 50-70 % dan hal ini dapat berlanjut menjadi depresi

postpartum dengan jumlah bervariasi dari 55 hingga lebih dari 25%

setelah ibu melahirkan.

Baby Blues Syndrome (BBS) adalah depresi ringan yang

dialami ibu setelah melahirkan. BBS dipengaruhi oleh ketidaksiapan

ibu untuk melahirkan, termasuk kesulitan menyusui, ketidakmampuan

memandikan bayi, dan kekurangan pengetahuan tentang cara-cara

menangani bayi (Lubis, 2009). BBS biasanya dialami oleh ibu selama

3 – 4 hari setelah melahirkan, namun menghilang setelah beberapa

minggu (Lubis, 2009, National Mental HealthAssociation, 2009). BBS

disebut juga maternity blues atau postpartum blues (PPB). Gejalanya

berupa gangguan emosi seperti sering menangis, murung, panik,

mudah marah dan disertai gejala depresi seperti mood swings,

gangguan tidur dan selera makan, serta gangguan konsentrasi yang

terjadi akibat perubahan hormonal (Atmadibrata, 2005; National

Mental Health Association, 2009). Gejala PPB yang berlangsung lebih

Page 14: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

3  

dari dua minggu dan menetap pada ibu post partum dapat

berkembang ke arah PPD. Hasil penelitian Ismail(2014) dari bagian

psikiatri UI melaporkan bahwa 25% dari 580 pasiennya (ibu

melahirkan) mengalami PPB. Ia juga menyatakan gejala PPB dialami

oleh sekitar 50-75% ibu yang melahirkan pertama kali, atau dua

pertiga dari jumlah ibu melahirkan di seluruh dunia (Atmadibrata,

2005). Bahkan The National Mental Health Association (2009)

menyatakan bahwa sekitar 80% ibu yang melahirkan bayi untuk

pertama kalinya mengalami gejala tersebut

Kasus depresi post partum ini sudah banyak dilaporkan dengan

tingkat insiden yang bervariasi. WHO (2011) menyatakan tingkat

insiden kasus depresi post partum yang berbeda di beberapa negara

seperti di Kolumbia (13,6%), Dominika (3%), dan Vietnam (19,4%).

Soep (2009) melaporkan hasil penelitian dari O’Hara dan Swain

bahwa kasus depresi post partum masih banyak terjadi di beberapa

negara maju seperti di Belanda (2%-10%), Amerika Serikat (8%-

26%), dan Kanada (50%-70%). Sedangkan di Indonesia sendiri,

insiden kasus depresi post partum bervariasi yaitu di Bandung

mencapai 30% (2002) , Medan mencapai 48,4% (2009), dan

Jatinegara, Jakarta, serta Matraman mencapai 76% (2010). Jadi

insiden depresi di Indonesia masih lebih tinggi di banding Negara lain

dengan selisih 6%.

Page 15: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

4  

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membantu ibu

beradaptasi pada masa nifas yakni peran dan fungsi menjadi orang

tua, respon dan dukungan psikososial dari keluarga, sejarah riwayat

dan pengalaman masa kehamilan dan persalinan, harapan, keinginan

dan aspirasi pada saat hamil dan melahirkan. Semua hal tersebut

saling berkaitan selama proses adaptasi.

Dalam beberapa penelitian, depresi postpartum terbukti dapat

menghambat keberlangsungan menyusui. Ibu dengan kondisi depresi

terutama pasca melahirkan kemungkinan akan lebih cepat untuk

melakukan penyapihan ASI dini kepada bayinya dibandingkan dengan

ibu dengan kondisi normal. Sebanyak 82% ibu dengan depresi

postpartum berhenti menyusu setelah mengalami gejala depresi

(Jager et al.,2012).

Kejadian depresi post partum ini dapat disebabkan oleh

berbagai hal, diantaranya akibat dari perubahan fisik dan hormon,

dukungan keluarga, suami, dan sosial yang kurang, riwayat obstetri

ibu, proses persalinan yang ibu alami, riwayat depresi pada ibu

maupun keluarga sebelumnya, serta faktor stress akibat masalah

yang dirasakan oleh ibu pada saat itu. Oleh karena itu, beberapa

peneliti telah mengajukan beberapa intervensi yang dapat diberikan

untuk mengurangi kejadian depresi post partum ini, diantaranya

pendidikan kesehatan mengenai antenatal, proses perawatan bayi di

rumah, serta depresi post partum melalui booklet, proses metode

Page 16: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

5  

belajar sambil bermain mengenai cara perawatan bayi kepada ibu,

serta pentingnya dukungan suami dalam kehamilan hingga perawatan

bayi. Intervensi tersebut terbukti mampu untuk mengurangi kejadian

depresi post partum pada ibu.

Secara psikologis, istri membutuhkan pendampingan keluarga

selama proses kehamilan hingga nifas. Proses persalinan merupakan

masa yang paling berat bagi ibu, dimana ibu membutuhkan dukungan

dari berbagai pihak, terutama suami agar dapat menjalani proses

persalinan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman. World

Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa pendamping

persalinan adalah atas pilihan ibu sendiri. Namun saat ini partisipasi

pria dalam kesehatan reproduksi masih rendah, masih banyak suami

belum mampu menunjukkan dukungan penuh terhadap proses

persalinan, terdapat 68% persalinan di Indonesia tidak didampingi

suami selama proses persalinan. Efek dari tidak adanya

pendampingan suami selama persalinan berdampak kecemasan pada

ibu mengakibatkan kadar kotekolamin yang berlebihan sehingga

menyebabkan turunnya aliran darah ke rahim, kontraksi melemah,

turunnya aliran darah ke placenta, oksigen yang tersedia untuk janin

berkurang serta dapat meningkatkan lamanya persalinan (Cholil,2006)

Pada penelitian Putri Ayu Yessy Ariescha(2015) dengan judul

pengaruh pemberian Edukasi pada Pendamping Persalinan terhadap

Kecemasan dan Intensitas Nyeri pada Ibu Bersalin Primigravida di

Page 17: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

6  

RSU Sembiring Delitua Medan dengan hasil analisis uji Mann Whitney

U p=0,000 < α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh

pemberian edukasi pada pendamping persalinan terhadap tingkat

kecemasan ibu bersalin primigravida. Sementara uji Mann Whitney U

untuk intensitas nyeri menunjukkan p=0,002 <α 0,05. Hal ini juga

menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi pada

pendamping persalinan terhadap intensitas nyeri ibu bersalin

primigravida. Dengan kata lain, terdapat perbedaan tingkat

kecemasan dan intensitas nyeri ibu bersalin primigravida yang

mendapatkan edukasi dan tidak mendapatkan edukasi pada suami

sebagai pendamping persalinan.

Dengan demikian, penting sekali bagi tenaga kesehatan untuk

memberikan edukasi tentang peran pendamping bagi ibu selama

masa nifas, sehingga baik ibu maupun suami dapat mengetahui apa

yang harus mereka lakukan pada saat proses masa nifas

berlangsung, sehingga ibu dapat merasakan nyaman dan tidak stress

menghadapi masa nifas.

Rumah Sakit Umum Daerah Latemmamala Kabupaten

Soppeng merupakan satu-satunya Rumah sakit yang ada di

kabupaten Soppeng dan merupakan salah satu Rumah Sakit yang

berkembang. Angka persalinan di Rumah Sakit ini setiap bulannya

tercatat 52 orang (januari 2015). Namun di Rumah Sakit ini belum

pernah diadakan bimbingan edukasi khusus untuk pendamping masa

Page 18: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

7  

nifas, sehingga biasanya para suami hanya menemani ibu saja

selama masa nifas, tanpa mengerti dan mengetahui apa seharusnya

yang dilakukan suami sebagai pendamping masa nifas.

Penelitian tentang pendampingan suami pada saat persalinan

sudah banyak dilakukan namun penelitian tentang pendamping pada

masa nifas masih jarang maka dilakukan penelitian tentang pengaruh

pemberian edukasi tentang dukungan suami terhadap tingkat depresi

dan hormone endorphin pada ibu post partum primipara di RSUD

latemmamala Kabupaten Soppeng tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka

yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“bagaimanakah pengaruh pemberian edukasi tentang dukungan

suami terhadap tingkat depresi dan hormone endorphin pada ibu

postpartum primipara di RSUD Latemmamala kabupaten Soppeng

tahun 2017?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang dukungan

suami terhadap tingkat depresi dan hormone endorphin pada ibu

postpartum primipara di RSUD Latemmamala Kabupaten Soppeng

tahun 2017.

Page 19: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

8  

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan suami tentang dukungan

suami pada ibu nifas sebelum dan sesudah diberi edukasi.

b. Mengetahui pengaruh edukasi dukungan suami terhadap tingkat

depresi pada ibu postpartum primipara pada kelompok control

dan kelompok intervensi

c. Mengetahui pengaruh edukasi dukungan suami terhadap

hormone endorphin pada ibu postpartum primipara pada

kelompok control dan kelompok intervensi

d. Mengetahui pengaruh hormone endorphin terhadap tingkat

depresi pada ibu nifas primipara. pada kelompok control dan

kelompok intervensi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman

tentang pentingnya edukasi tentang dukungan suami pada ibu

nifas primipara dalam meningkatkan asuhan kebidanan.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi

petugas kesehatan dan sumber informasi bagi Dinkes

Watansoppeng dalam menentukan arah kebijakan peningkatan

kualitas asuhan masa nifas, utamanya pada ibu nifas primipara

dalam upaya pencegahan depresi pasca melahirkan.

Page 20: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

9  

E. Batasan penelitian

Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Endorphin

Pada ibu Nifas. Sasaran pada ibu nifas yang ada di RSUD

Latemmamala Kabupaten Soppeng. Lingkup Waktu dalam

penelitian ini direncanakan dimulai pada bulan mei 2017.

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, sistematika penulisan proposal ini yaitu:

BAB I :Pendahuluan menguraikan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian,

penelitian terkait, dan sistematika penulisan.

BAB II :Tinjauan Pustaka, berisi tentang tinjauan umum tentang

hormon endorphin dan pengaruh dukungan suami pada ibu

postpartum.

BAB III : Metode Penelitian, mencakup rancangan penelitian, waktu

dan lokasi penelitian, populasi dan sampel, alur penelitian,

instrument pengumpulan data, teknik pengumpulan data,

pengolahan dan analisis data, dan etika penelitian.

Page 21: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

10  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Masa Nifas

1. Defenisi Masa Nifas

Masa nifas dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui

periode purperium disebut puerpura (Varney, H. 2008).

Fase nifas merupakan bagian dari kehidupan ibu dan bayinya

yang bersifat kritis. Diperkirakan sekitar 60% dari kematian ibu adalah

akibat persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam

pertama pasca persalinan. Dalam memberikan pelayanan pada fase

nifas, seorang bidan menggunakan asuhan, berupa memantau

keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahtraan sosial ibu, serta

memberikan pendidikan dan penyluhan yang kontinu. Melalui proses

pemantauan dan asuhan diharapkan bisa mencegah atau bahkan

menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Janiwarty

dan Pieter, 2013:268).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal

mengasuh anak.

Page 22: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

11  

b. Tujuan khusus

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun

psikologisnya.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

dan bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi

dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

3. Peran dan Tanggungjawab Bidan dalam Masa Nifas

Peranan dan tanggungjawab bidan dalam masa nifas adalah

a. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga

gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi.

d. Memulai dan mendorong pemberian ASI.

4. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi menjadi 3 tahap :

a. Puerperium dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-

jalan.

Page 23: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

12  

b. Puerperium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu.

c. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Bebrapa hal yang perlu diperhatikan bidan dan keluarga untuk

membantu ibu beradaptasi pada masa nifas adalah peran dan

fungsinya ibu menjadi orang tua, respon dan dukungan psikososial

dari keluarganya, sejarah riwayat dan pengalaman masa kehamilan

dan persalinannya, harapan, keinginan dan aspirasi pada saat hamil

dan melahirkan. Semuanya saling berkaitan selama proses adaptasi

nifas. Terdapat beberapa fase yang dilalui pada masa nifas, yaitu

(Janiwarty dan Pieter, 2013: 272-273).

a. Fase taking in

Fase ini merupakan fase ketergantungan ibu yang

berlangsung 1-2 hari pasca melahirkan. Dalam fase taking ini ibu

berfokus kepada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif

terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, keluarga perlu

memahaminya dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase

ini, sangat membutuhkan perhatian ekstra, baik itu menyangkut

asupan makanan untuk proses pemulihannya, di samping nafsu

Page 24: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

13  

mkan yang memang sedang meningkat ataupun dukungan

psikologis. (Janiwarty dan Pieter, 2013:272)

b. Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

Periode taking hold dianggap masa perpindahan dari keadaan

ketergantungan menjadi keadaan mandiri. Perlahan-lahan itngkat

energi ibu meningkat, merasa lebih nyaman dan mulai berfokus

pada bayi yang dilahirkannya. Kini ibu mulai belajarmandiri dan

berinisiatif merawat dirinya sendiri, belajar mengontrol fungsi

tubuhnya, mengeliminasi dan memperhatikan aktivitas, tugas-tugas

yang diajarkan pada periode taking hold adalah

1) Mengajarkan anggota untuk terus melakukan komunikasi yang

baik dengan ibu nifas.

2) Memberikan dukungan psikologis

3) Memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, terutama

tentang perawatan diri sendiri dan bayinya.

Sementara tugas bidan adalah

1) Mengajarkan ibu niafs tentang cara-cara perawatan bayi.

2) Mengajarkan ibu tentang cara-cara menyusui yang benar.

3) Mengajarkan ibu tentang senam nifas dan kesehatan gizi.

4) Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat.

5) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan diri.

Page 25: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

14  

c. Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawabakan

peran barunya yang berlangsung selama 10 hari setelah

melahirkan. Ibu sudah bisa menyesuaikan diri dari

ketergantungannya. Kini keinginan merawat diri sendiri dan bayi

sudah semakin meningkat, dan ibu mulai merasa lebih nyaman.

Secara bertahap ibu mulai mengambil alih terhadap tugas dan

tanggung jawab perawatan bayi. Ibu mulai memahami kebutuhan

bayinya. Beberapa hal yang bisa dianjurkan bidan kepada ibu yang

memasuki fase ini adalah mengajarkan ibu tetap cukup istirahat,

memperhatikan gizi dan pentingnya dukungan keluarga,

memberikan perhatian dan kasih sayang, dan menghibur ibu saat

sedih atau menemani saat kesepian.

5. Deteksi Dini pada Masa Nifas

Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir sampai 6 minggu

berikutnya. Setiap tahap masa nifas bidan perlu menilai status ibu,

mencegah, mendeteksi menangani masalah-masalah yang terjadi

karena ibu nifas rentan terjadi penyulit dan komplikasi, diantaranya :

a. Masa 2 jam dan 6 jam nifas

Asuhan masa nifas diperlukan karena pada periode ini

merupakan masa kritis bagi ibu dan bayinya. Diperkirakan 60%

kematian ibu terjadi akibat setelah persalinan dan 50% kematian

masa nifas terjadi 24 jam pertama. Apabila uterus lembek dan tidak

Page 26: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

15  

berkontraksi, perdarahan 350-500cc per menit waspadai

perdarahan ibu post partum karena atonia uteri.

b. Masa 6 hari – 6 minggu nifas

1) Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan.

Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI.

Infeksi yang meluas ke saluran urinary dan payudara. Gejala

umum infeksi dapat dilihat dari temperature atau suhu,

pembengkakan, takikardi dan malaise. Sedangkan gejala lokal

dapat berupa uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri atau

adanya disuria.

2) Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala

hebat atau penglihatan kabur. Disertai pembengkakan diwajah

atau ekstremitas.

3) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit.

Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat dapat

menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit,

akhirnya terjai mastitis. Puting lecet akan memudahkan

masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.

4) Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas

pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses

persalinannya tersebut. Sehigga alat pencernaan perlu istirahat

guna memulihkan keadaannya kembali. Oleh karena itu tidak

benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-banyaknya

Page 27: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

16  

walaupun ibu menginginkan tetapi biasanya disebabkan adanya

kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu.

5) Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada

vena-vena maupun pelvis yang mengalami dilatasi, perlu

wasapada apabila disertai rasa sakit, merah, lunak, dan

pembengkakan di kaki. Timbul rasa nyeri seperti terbakar, nyeri

tekan maka mengarah pada gejala trompoplebitis

6) Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih 1

tahun ibu postpartum cenderung mengalami perasaan-perasaan

yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu

mengasuh dirinya sendiri sendiri dan bayinya. Waspadai bila

berlanjut pada depresi postpartum. (Syaifuddin, 2001)

6. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan

perubahan yaitu kembali pada keadaan tidak hamil. dalam masa post

partum, alat-alat genetalia interna maupun eskterna akan berangsur-

angsur pulih seperti pada keadaan sebelum hamil.

Untuk membantu mempercepat proses pemulihan pada masa

post partum, maka kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu post

partum antara lain, Nutrisi dan cairan, Ambulasi, Eliminasi, Kebersihan

diri dan perineum, Istirahat, Seksual, Keluarga Berencana, dan

Latihan / senam nifas

Page 28: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

17  

7. Penyesuaian Wanita terhadap Pasca Persalinan

a. Aspek-aspek pasca persalinan yang memerlukan kemampuan

coping Nicolson (dalam Bobak dkk., 1994, h.665) membagi empat

aspek yang memerlukan kemampuan penanggulangan masalah

secara nyata pasca persalinan pada seorang wanita yaitu:

1) Penyesuaian fisik

2) Perasaan tidak aman

3) Adanya sistem dukungan

4) Kehilangan akan identitasnya yang dulu

b. Ikatan (bonding) dan kelekatan (attachment)

Ikatan (bonding) dapat dianggap sebagai langkah awal proses

terjadinya saling ketertarikan dan saling mereaksi antara orang tua

dan bayi yang baru lahir, mengembangkan cara dalam membantu

pembentukan cinta dan afiliasi selanjutnya (Mercer; Brazelton;

Reeder dalam Reeder, 1997, h.654). Ikatan antara ibu dan bayi

tidak dibatasi akan muncul pada saat-saat awal setelah kelahiran.

Selanjutnya kelekatan (attachment) pada anak terjadi secara

bertahap melalui proses pembentukan hubungan (bonding

formation process) yang dipelajari sejak masa bayi. Berikut adalah

faktor-faktor yang berhubungan dengan ikatan dan kelekatan

(Klaus dkk.; Mercer; Stainton; Brazelton; Willne dkk., dalam

Reeder, 1997, h.654), yaitu:

1) Kesehatan emosional orangtua, termasuk kemampuan untuk

Page 29: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

18  

mempercayai.

2) Sistem dukungan sosial yang cukup, termasuk dari pasangan,

keluarga dan teman-teman.

3) Kemampuan komunikasi dan melakukan pengasuhan.

4) Setidaknya terdapat kedekatan bayi dengan salah satu

orangtua berkesinambungan secara optimal.

5) Kesesuaian bayi dan orangtua, termasuk kepuasan dengan

jenis kelamin bayi, kesesuaian harapan dengan keadaan bayi,

dan kesesuaian temperamen.

c. Mitos motherhood

Sejumlah mitos seputar penyesuaian peran ibu baru

sebelum/setelah melahirkan yang disebut motherhood seringkali

memunculkan perasaan kegagalan, kekurangan akan sesuatu,

dan kekecewaan. Hoffnung (dalam Lips, 1988, h.264) juga

menggambarkan mitos motherhood sebagai kumpulan pernyataan

mengenai peran ibu yang telah mempengaruhi wanita sehingga

merasa bersalah dan merasa tidak lengkap apabila tidak memiliki

anak atau apabila mereka tidak dapat mencurahkan diri secara

penuh pada anak mereka.

Page 30: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

19  

B. Tinjauan Umum Depresi Pasca Melahirkan

1. Pengertian Depresi Pasca Melahirkan (DPM)

Menurut Beck dkk., (dalam Reeder dkk., 1997) menjelaskan

bahwa depresi postpartum merupakan salah satu bentuk gangguan

perasaan akibat penyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang muncul

pada hari pertama sampai hari ke empat belas setelah proses

persalinan, dengan gejala memuncak pada hari ke lima.

Gennaro (dalam Bobak dkk., 1994) menyebutkan depresi

pasca melahirkan adalah perasaan sedih dan depresi segera

setelah persalinan, dengan gejala dimulai dua atau tiga hari pasca

persalinan dan biasanya hilang dalam waktu satu atau dua minggu.

Pada umumnya perasaan sedih banyak dialami oleh para

ibu yang mengalami persalinan yang pertama. Baby blues atau

depresi biasanya terjadi hingga hari ke empat belas pasca

melahirkan dan pada hari ke-tiga dan empat adalah hari yang

paling berat untuk dilewati (Winaris, 2011). Depresi pasca

melahirkan (DPM) adalah salah satu bentuk depresi mayor dialami

ibu yang melahirkan bayi pertama dan berlangsung pada tahun

pertama setelah kelahiran bayi. DPM merupakan perubahan fisikal,

emosional, tingkah laku yang kompleks yang terjadi setelah

melahirkan dan dilengkapi dengan perubahan kimia dalam tubuh,

sosial, dan psikologis yang diasosiasikan dengan kelahiran bayi

(The Cleveland Clinic, 2004).

Page 31: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

20  

Menurut Pitt (Regina dkk, 2001) tingkat keparahan depresi

postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu

saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung

sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the

blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling

berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2

keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai

tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau

depresi postpartum.

2. Faktor Penyebab Depresi Pasca Melahirkan

Rosenberg et al (2003), menyatakan bahwa faktor penyebab

depresi pasca melahirkan meliputi:

a. Faktor biologi

Depresi dan kecemasan selama kehamilan, memiliki sejarah

keluarga yang depresi, mengalami baby blues yang tidak

teratasi selama dua minggu, mengalami premenstrual syndrome

yang cukup parah, disfungsi kelenjar tiroid, masalah

kesuburan,dan pernah mengalami keguguran atau aborsi.

b. Faktor psikologis

1) Distres psikologis, seperti kritik terhadap diri sendiri dan

pemikiran bunuh diri.

2) Stres yang berhubungan dengan peran sebagai ibu, seperti

memikirkan kesehatan bayi, perasaan tidak adekuat menjadi

Page 32: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

21  

orang tua.

3) Sejarah masa kecil ibu seperti kekerasan fisik,

emosi/seksual pada masa kecil, kehidupan keluarga yang

tidak harmonis atau tidak memuaskan, kehamilan yang tidak

diharapkan, dan stress selama kehamilan dan kelahiran

bayi.

4) Kebahagiaan atau ketidak bahagiaan pernikahan juga

merupakan faktor psikologis yang dapat menyebabkan

Depresi Pasca Melahirkan. Jika pernikahan tidak bahagia

atau hubungan pasangan kurang bahagia seperti gangguan

hubungan dengan suami selama periode kehamilan,

komunikasi terhambat, kurangnya afeksi, perbedaan nilai

atau ketidak sesuaian keinginan, maka terdapat

kecenderungan ibu mengalami Depresi Pasca Melahirkan

(DPM).

c. Faktor sosial

Kurangnya dukungan social dan emosional terutama dari

pasangan. Karena ibu baru yang sedang mengalami masa

transisi menjadi seorang ibu, membutuhkan bantuan dan

dukungan sebelum dan selama kehamilan serta setelah

kelahiran bayi, selanjutnya status sosial ekonomi yang rendah

atau tidak bekerja menjadi orang tua tunggal atau bercerai,

tingkat pendidikan yang rendah, dan tekanan pada saat tidak

Page 33: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

22  

dapat menyusui bayi. Ibu baru akan mengalami tekanan sosial

untuk mengasuh bayinya. Sehingga ketika ibu mengalami

kesulitan menyusui atau tidak mau menyusui atau merasa tidak

mampu menyusui, maka ibu merasa bersalah dan depresi.

d. Faktor Hormonal

Kasdu (2005) menyebutkan bahwa faktor hormonal

seringkali disebut sebagai faktor utama yang dapat memicu

timbulnya postpartum blues. Faktor ini melibatkan terjadinya

perubahan kadar sejumlah hormon dalam tubuh ibu pasca

persalinan, yaitu menurunnya kadar hormon progesteron,

hormon estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan

menurunnya tingkat endorfin (hormon kesenangan).

Meskipun demikian, masih banyak faktor lain yang perlu

dipertimbangkan dalam terjadinya postpartum blues seperti

harapan persalinan yang tidak sesuai dengan kenyataan, adanya

perasaan kecewa dengan keadaan fisik dirinya juga bayinya,

kelelahan akibat proses persalinan yang baru dilaluinya, kesibukan

mengurus bayi dan perasaan ibu yang merasa tidak mampu atau

khawatir akan tanggung jawab barunya sebagai ibu, kurangnya

dukungan dari suami dan orang-orang sekitar, terganggu dengan

penampilan tubuhnya yang masih tampak gemuk, dan

kekhawatiran pada keadaan sosial ekonomi yang membuat ibu

harus kembali bekerja setelah melahirkan.

Page 34: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

23  

Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb

depresi postpartum sebagai berikut :

a. Faktor konstitusional.

Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah

riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai

bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan

persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita

primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena

setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses

adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi

lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung

sementara bayinya harus tetap dirawat.

b. Faktor fisik

Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya

gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan

bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama

merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis

setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara

kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat

berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik

dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan

merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.

Page 35: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

24  

c. Faktor psikologis

Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir

kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung

pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel

(Regina dkk, 2001) mengindikasikan pentingnya cinta dalam

menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan

baik antara ibu dan anak.

d. Faktor sosial

Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman

yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada

ibu–ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.

Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan

terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor :

1) Biologis

Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum

sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron

dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam

masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu

cepat atau terlalu lambat.

2) Karakteristik ibu, yang meliputi :

a) Faktor umur

Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang

tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada

Page 36: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

25  

usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah

periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang

ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat

kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan

kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi

seorang ibu.

b) Faktor pengalaman

Beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001)

mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak

ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa

peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan

bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi

dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian

yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami

istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan

hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis

setelah kelahiran bayi pertama.

c) Faktor pendidikan

Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi

tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai

perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau

melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran

Page 37: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

26  

mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari

anak–anak mereka (Kartono, 1992).

d) Faktor selama proses persalinan

Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi

medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga

semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat

persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis

yang muncul dan kemungkinan perempuan yang

bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.

e) Faktor dukungan sosial

Banyaknya kerabat yang membantu pada saat

kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu

karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

3. Cara mengukur tingkat depresi pada ibu nifas

Untuk membantu mengungkapkan tingkat depresi seseorang

dapat menggunakan skala depresi beck yang disebut BDI (The

Beck Depression Inventory). Skala BDI (The Beck Depression

Inventory), terdiri dari 21 kelompok aitem yang menggambarkan

21 kategori sikap dan gejala depresi, yaitu : sedih,

pesimis,merasa gagal, merasa tidak puas, merasa bersalah,

merasa dihukum, perasaan benci pada diri sendiri,

menyalahkan diri sendiri, kecenderungan bunuh diri, menangis,

mudah tersinggung, manarik diri dari hubungan social, tidak

Page 38: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

27  

mampu mengambil keputusan, merasa dirinya tidak menarik

secara fisik, tidak mampu melaksanakan aktivitas, gangguan

tidur, merasa lelah, kehilangan selera makan, penurunan berat

badan, preokupasi somatic dan kehilangan libido sex (dalam

Lestari, 2003). Masing-masing kelompok aitem terdiri dari 4-6

pernyataan yang menggambarkan dari tidak adanya gejala

sampai adanya gejala yang paling berat

C. Tinjauan Umum Edukasi

1. Pengertian Edukasi

Dalam bidang kesehatan, edukasi merupakan satu bentuk

intervensi yang mandiri berupa pendidikan kesehatan untuk

membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat

dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan

pembelajaran, yang didalamnya tenaga kesehatan berperan

sebagai pendidik.

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, dalam Arita

Muwarni, 2014).

Page 39: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

28  

2. Tujuan Edukasi

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992

maupun WHO tujuan edukasi kesehatan atau pendidikan

kesehatan yakni meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik,

mental, dan socialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun

secara social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan

pemberantasan penyakit menular sanitasi lingkungan, gizi

masyarakat, dan pelayanan kesehatan maupun program

kesehatan lainnya. (Wahit, dkk 2007).

3. Prinsip edukasi

a. Edukasi berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik

b. Edukasi bersifat menyeluruh (holistic). Dalam memberikan

edukasi harus dipertimbangkan klien secara menyeluruh dan

tidak hanya berfokus pada muatan spesifik saja.

c. Edukasi negosiasi, pentingnya tenaga kesehatan dan klien

bersama-sama menentukan apa yang telah diketahui, dan apa

yang penting untuk diketahui

d. Edukasi yang interaktif, suatu proses yang dinamis dan

interaktif yang melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan

dan klien

e. Pertimbangan umur dalam edukasi kesehatan, untuk

menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku

Page 40: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

29  

manusia melalui pengajaran, perlu dipertimbangkan umur klien

dan hubungannya dengan proses edukasi

4. Metode- metode edukasi

a. Metode pendidikan Individual (perorangan)

Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :

1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling),

yaitu ;

a) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif

b) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek

dan dibantu penyelesaiannya.

c) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan

berdasarkan kesadaran, penuh pengertian akan

menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)

2) Interview (wawancara)

a) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan

b) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

menerima perubahan, untuk mengetahui apakah

perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu

mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat,

apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih

mendalam lagi.

Page 41: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

30  

b. Metode pendidikan Kelompok

Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah

kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain.

Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya

sasaran pendidikan.

1) Kelompok besar

a) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi maupun rendah.

b) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar

dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah

suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa

ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan

biasanya dianggap hangat di masyarakat.

2) Kelompok kecil

a) Diskusi kelompok ;

Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan,

pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar

tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya

kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi

memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur

sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi

dari salah satu peserta.

Page 42: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

31  

b) Curah pendapat (Brain Storming) ;

Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan

memberikan satu masalah, kemudian peserta

memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban

tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan

tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak

boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah

semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota

mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

c) Bola salju (Snow Balling)

Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1

pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu

pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit

tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap

mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari

kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah

beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan

pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya

terjadi diskusi seluruh kelas.

d) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil,

kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak

sama dengan kelompok lain, dan masing-masing

Page 43: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

32  

kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya

kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari

kesimpulannya.

e) Memainkan peranan (Role Play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai

pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan

tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai

perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya

sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka

memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-

hari dalam melaksanakan tugas.

f) Permainan simulasi (Simulation Game)

Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok.

Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti

permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti

bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco

(penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang

menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai

nara sumber.

c. Metode pendidikan Massa

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak

langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa.

Contoh :

Page 44: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

33  

1) Ceramah umum (public speaking)

Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan

Nasional, misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan

lain.

2) Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media

elektronik baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah

merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

3) Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas

kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah

kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan

pendidikan kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter

Herman Susilo” di Televisi.

4) Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel

maupun tanya jawab /konsultasi tentang kesehatan antara

penyakit juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan

massa.

5) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster

dan sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan

massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”. Andalah

yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang

Nyamuk).

Page 45: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

34  

5. Media Edukasi

Media edukasi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu

pendidikan (audio visual aids/AVA). Disebut media edukasi karena

alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk

menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan

untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi

masyarakat atau ”klien”. Berdasarkan fungsinya sebagai

penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi

menjadi 3 (tiga) : Cetak, elektronik, media papan (bill board)

a. Media cetak

1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku,

baik tulisan maupun gambar.

2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa

gambar/tulisan atau keduanya.

3) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

lipatan.

4) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam

bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana

tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di

baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan

dengan gambar tersebut.

Page 46: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

35  

5) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah,

mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal

yang berkaitan dengan kesehatan.

6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-

pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di

tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan

umum.

7) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

b. Media elektronik

1) Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum

diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau

cerdas cermat, dll.

2) Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara

radio, ceramah, radio spot, dll.

3) Video Compact Disc (VCD)

4) Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan/informasi kesehatan.

5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

kesehatan.

6) Media papan (bill board)

Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum

dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi –

informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup

Page 47: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

36  

pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang

ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi).

6. Langkah-langkah edukasi

a. Menentukan tujuan edukasi : tujuan dari edukasi ini adalah

memberikan materi tentang dukungan suami pada ibu nifas

untuk peningkatan pengetahuan kepada suami agar tercapai

perilaku yang diinginkan selama mendampingi ibu selama

proses masa nifas.

b. Menentukan sasaran edukasi : sasaran edukasi ini adalah

suami

c. Menentukan isi edukasi : isi materi edukasi mencakup tahapan

masa nifas, fase yang dilalui pada masa nifas, kebutuhan dasar

ibu masa nifas, faktor penyebab depresi pada ibu postpartum,

dan pengertian,bentuk serta jenis dukungan suami pada ibu

post partum.

d. Menentukan metode edukasi : metode yang digunakan dalam

edukasi ini adalah metode diskusi, tanya jawab dan

demonstrasi.

e. Menentukan media edukasi : media yang digunakan dalam

edukasi ini adalah leafleat

f. Menyusun rencana evaluasi : evaluasi dilakukan dengan

memberikan pertanyaan tertulis berupa questioner kepada

Page 48: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

37  

suami untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman

tentang materi dukungan suami.

g. Pelaksanaan hasil edukasi : pelaksanaan hasil edukasi

dilakukan pada saat suami memberikan dukungan kepada ibu

selama masa nifas

7. Evaluasi hasil edukasi

Evaluasi merupakan penilaian kemampuan sesudah

mengikuti suatu program edukasi. Sasaran evaluasi adalah

perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Evaluasi

diarahkan kepada komponen imput, proses dan output. Prosedur

evaluasi edukasi menggunakan metode kuesioner, dan

wawancara yang masing-masing dilengkapi dengan instrument

penilaian tertentu. (Wahit, dkk 2007)

D. Tinjauan Umum Dukungan Suami

1. Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan

kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang- orang

yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang

tersebut (As’ari, 2005). Rook (1985) dalam Smet (1994)

berpendapat dukungan sosial sebagai satu diantara fungsi pertalian

atau ikatan sosial. Ikatan-ikatan sosial menggambarkan tingkat dan

kualitas umum dari hubungan interpersonal.

Page 49: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

38  

Pendapat lainnya dinyatakan oleh Cobb (1976) dalam

Sarafino (1997) bahwa dukungan sosial diartikan sebagai suatu

kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang

dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain.

Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa

terdapat orang-orang yang akan membantu apabila terjadi suatu

keadaan atau peristiwa yang dipandang akan menimbulkan

masalah dan bantuan tersebut dirasakan dapat menaikkan

perasaan positif serta mengangkat harga diri. Kondisi atau keadaan

psikologis ini dapat mempengaruhi respon-respon dan perilaku

individu sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan individu

secara umum.

Beberapa pengertian tersebut menunjukkan bahwa segala

sesuatu yang ada di lingkungan dapat menjadi dukungan sosial

atau tidak tergantung pada sejauh mana individu merasakan hal itu

sebagai dukungan sosial.

2. Pengertian Dukungan Suami

Menurut Chaplin (2006), dukungan adalah menyediakan

sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain, dukungan juga

dapat diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi atau

semangat dan nasihat dalam situasi pembuat keputusan.

Dukungan suami diterjemahkan sebagai sikap penuh perhatian

yang ditujukan dalam bentuk kerjasama yang baik, serta

Page 50: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

39  

memberikan dukungan moral dan emosional (Jacinta, 2005).

3. Bentuk-bentuk Dukungan Suami

Adapun bentuk-bentuk dukungan suami menurut kuntjoro

(2002) , adalah :

a. Adanya kedekatan emosional.

b. Suami mengijinkan istri terlibat dalam suatu kelompok yang

menginginkannya untuk berbagi minat.

c. Suami selalu memperhatikan kondisi istri.

d. Suami menghargai kemampuan dan keahlian istri.

e. Suami dapat diandalkan saat istri membutuhkan bantuan.

f. Suami merupakan tempat bergantung untuk menyelesaikan

masalah istri.

4. Jenis- jenis Dukungan Suami

Menurut House (1985) dalam Suhita (2005) mengatakan

dukungan sosial dalam halnya dukungan suami memiliki empat

jenis disesuaikan dengan situasi yang dibutuhkan. Adapun jenis

dukungan sosial tersebut adalah :

a. Dukungan Emosional

Bentuk dukungan ini melibatkan rasa empati, ada yang

selalu mendampingi, adanya suasana kehangatan, dan rasa

diperhatikan akan membuat ibu memiliki perasaan nyaman,

yakin, diperdulikan dan dicintai oleh suami sehingga ibu dapat

menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat

Page 51: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

40  

penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat

dikontrol.

b. Dukungan Instrumental

Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah

atau menolong orang lain sebagai contohnya adalah peralatan,

perlengkapan, dan sarana pendukung lain dan termasuk

didalamnya memberikan peluang waktu.

c. Dukungan Informatif

Aspek ini berupa pemberian informasi dalam mengatasi

masalah pribadi. Terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan,

dan keterangan lain yang dibutuhkan oleh ibu.

d. Dukungan Penghargaan

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada ibu,

pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan

perbandingan yang positif dengan orang lain. Bentuk dukungan

ini membantu ibu dalam membangun harga diri dan kompetensi.

5. Cara mengukur pelaksanaan dukungan suami

Pelaksanaan dukungan suami terhadap ibu postpartum

dapat diukur dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini

merupakan pernyataan tentang dukungan keluarga berjumlah 24

pernyataan yang terdiri dari pernyataan dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan pernyataan

dukungan instrumental. Setiap pernyataan memiliki empat pilihan

Page 52: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

41  

dengan kriteria jawaban sebagai berikut : 3= selalu, 2 = sering, 1 =

kadang-kadang, 0 = tidak pernah, untuk pernyataan positif dan

sebaliknya 0 = selalu, 1= sering, 2= kadang-kadang, 3 = tidak

pernah, untuk pernyataan negative. Kuesioner dukungan kelurga

ini, diambil dari penelitian Yenni (2011) dengan hasil uji validitas

nilai r hitungnya 0,361, sedangkan hasil uji reliabilitasnya 0,949. Hal

ini menunjukkan bahwa pernyataan telah realibel.

6. Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi

Pada Ibu Postpartum

Depresi postpartum dapat menimbulkan efek buruk jangka

panjang yang tidak hanya merugikan perempuan penderita, tetapi

juga bagi seluruh anggota keluarganya dan bila berlanjut lama

kemungkinan dapat timbul pikiran bunuh diri dan melukai bayi

(Wheller L, 1997).

Ibu yang mengalami depresi setelah melahirkan tidak dapat

menikmati pengalaman melahirkan yang dinanti-nantikan. Banyak

ibu postpartum merasakan ada suatu hal yang salah, tetapi mereka

sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi.

Mengingat depresi postpartum jarang dilaporkan, dan bila

dilaporkan pun saat ini pelayanan yang diterima dari tenaga

kesehatan berkisar pada saran untuk beristirahat atau lebih banyak

tidur, dianjurkan tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihi

diri sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi

Page 53: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

42  

yang mereka cintai (O’Hara, 1986).

Hal ini memerlukan penanganan yang serius dari penyedia

pelayanan kesehatan termasuk para perawat untuk mencari

penyelesaian depresi postpartum. Identifikasi dan tindakan cepat

pada ibu yang mengalami depresi postpartum harus menjadi

prioritas utama di setiap praktik klinik (Cox J, 1986).

Selain mendapatkan penangan dari tenaga kesehatan

secara serius, ibu juga sangat memerlukan dukungan dari orang-

orang terdekat untuk selalu memperhatikan dan memberi semangat

dalam melewati masa postpartum. Ibu yang kurang mendapatkan

sosial tentunya akan lebih mudah merasa dirinya tidak berharga

dan kurang diperhatikan oleh suami khususnya, sehingga ibu yang

kurang mendapat dukungan sosial pada masa postpartum lebih

mudah mengalami depresi (Urbayatun, 2010).

Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak),

suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu

keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting,

dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah

akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan

yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga

(chaniago, 2005).

Pengaruh dukungan social dapat memberikan pengaruh

langsung dan tidak langsung. Maksud dari pengaruh ini menurut

Page 54: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

43  

Brehm dan Kassin (1990) bahwa mendapatkan dukungan social

dari keluarga secar langsung dengan cara menciptakan situasi

yang menyenangkan bagi ibu dan tidak menekan. Sedangkan

pengaruh tidak langsung maksudnya bahwa ketika ibu sedang

mengalami depresi, dengan adanya dukungan social yang

diberikan akan memberi kepercayaan diri, kepada ibu. Karena

dengan pulihnya kepercayaan diri pada ibu nifas maka akan

berpengaruh oleh kesehatan jiwa ibu.

Ibu postpartum sangat membutuhkan bantuan dan

dukungan dari orang terdekat, karena pada minggu pertama di

rumah merupakan hal melelahkan yang memerlukan kesabaran,

sebagai proses penyesuaian yang berat. Keadaan semacam ini

perlu diketahui orang sekitar terutama suami, sehingga suami

dapat lebih memperhatikan kebutuhan istri, dengan cara memberi

dukungan psikologis pada pasangannya, misalnya menerima peran

sebagai ayah, sikap positif terhadap bayi dan istri, menggenggam

erat tangan istri saat setelah meahirkan sebagai tanda

kebahagiaan. Bukan hanya itu, suami juga dapat memeperluas

peran dalam melakukan berbagai tugas khususnya dalam hal

membantu mengurus bayi, misalnya mengganti popok atau

menggendong. Perhatian suami terhadap bayi dan istri sesudah

melahirkan mengakibatkan depresi pada ibu postpartum berkurang

(Adhim, 2000).

Page 55: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

44  

Menurut Wills (Cohen & Syme, 1985) pada studi naturalistik

menunjukkan bahwa dukungan dari pasangan merupakan jalur

utama perilaku mencari bantuan yang dilakukan individu ketika

mengalami tekanan psikologis. Seorang istri membutuhkan

dukungan afeksi ataupun tindakan dari suami sebagai wujud

tanggung jawab sebagai calon ayah. Kesediaan suami untuk

memahami kebutuhan istri akan dukungan dan bantuan, dapat

membantu istri melampaui masa postpartum dengan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

ibu postpartum dengan dukungan suami yang penuh akan

memperoleh penghargaan diri lebih tinggi sehingga membuat ibu

tidak mudah mengalami depresi, sebab dukungan suami sangat

penting diberikan untuk menciptakan rasa aman, nyaman dan

merasa diperhatikan serta dapat menimbulkan rasa percaya diri

pada ibu.

D. Tinjauan Umum Hormon Endorphin

Manusia adalah makhluk yang sejatinya dilahirkan untuk

hidup sehat. Kondisi kesehatan manusia bergantung pada

pikirannya sendiri. Dr. Haruyama menjelaskan bahwa pada otak

manusia, sesuai dengan aktifitas yang dilakukannya, diproduksi

bermacam-macam hormon. Hormon tersebut ada yang bermanfaat

untuk kesehatan, namun tidak sedikit yang sangat merugikan

kesehatan. (Haruyama, 2014)

Page 56: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

45  

Salah satu Hormon yang berbahaya antara lain yaitu

Noradrenalin. Hormon ini diproduksi otak pada saat kita takut,

stress, tertekan, marah dan penolakan terhadap segala sesuatu

(negative thinking). Efek buruk dari hormon jahat ini sangat

bervariasi, terutama yang berkaitan dengan gangguan pencernaan

dan pembuluh darah yang pada akhirnya menimbulkan gangguan

pada system pencernaan serta kerusakan pada hati, ginjal, jantung

sampai dengan terjadinya stroke dan kanker. Sedangkan hormon

yang sangat bermanfaat yang paling utama adalah Beta-

Endorphin. Dr. Haruyama menamakannya sebagai Hormon

Kebahagiaan. Hormon ini bereaksi sebagaimana morfin. Dia

membuat kita merasa tenang, nyaman dan rileks. (Haruyama,

2014)

1. Pengertian Hormon Endorphin

Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang membuat

seseorang merasa senang. Endorfin diproduksi oleh kelenjar

pituitary yang terletak di bagian bawah otak. Hormon ini bertindak

seperti morphine, bahkan 200 kali lebih besar dari morphine.

Endorfin atau Endorphine mampu menimbulkan perasaan senang

dan nyaman hingga membuat seseorang berenergi. (Haruyama,

2014)

Endorphin adalah peptide peptide opioid endogen yang

terdiri daro 31 asam amino yang telah terbukti terlibat terhadap

Page 57: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

46  

gangguan yang berhubungan dengan stress serta gangguan lain

seperti obesitas diabetes dan respon imun. Endorphin dapat

bertindak sebagai neurotransmitter di pusat system saraf dan

neuron diotak yang mensintesis dan mengeluarkan endorphin

terutama terletak di dalam inti Arkuata hypothalamus (ARN),

anterior dan neuro intermediate lobus kelenjar hypofisis, solitaries

necleus tracktus, dan ekstensi neuron ini berakhir pada beberapa

daerah diotak. Karena diproduksi di beberapa daerah di bagian

otak yang terkait dengan perannya terhadap respon stress maka

disarankan digunakan dalam manifestasi beberapa penyakit

kejiwaan.

2. Manfaat Hormon Endorphin

Selama ini endorphin sudah dikenal sebagai zat yang

banyak manfaatnya. Beberapa diantaranya adalah, mengatur

produksi hormon pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa

nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan stres,

serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Endhorpine

sebenarnya merupakan gabungan dari endogenous dan morphine,

zat yang merupakan unsur dari protein yang diproduksi oleh sel-sel

tubuh serta sistem syaraf manusia. Endorphin dalam 35 tubuh bisa

dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan

yang dalam, relaksasi, serta meditasi. Karena endorphine

Page 58: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

47  

diproduksi oleh tubuh manusia sendiri, maka endorphine dianggap

sebagai zat penghilang rasa sakit yang terbaik.

Beberapa fungsi diantaranya :

a. Meredakan nyeri.

Merupakan fungsi utama hormon ini yaitu memblokir reseptor

opioid yang terdapat pada sel – sel saraf. Hal ini kemudian

menyebabkan terganggunya penghantaran sinyal rasa sakit.

b. Mengurangi Stres.

Pada saat stres jumlah endorfin dalam tubuh dapat mengalami

peningkatan dan menghasilkan euforia sehingga membantu

Anda mengatasi stres.

c. Meningkatkan Mood.

Endorfin dapat menenangkan saraf Anda dengan menciptakan

perasaan tenang dan damai, sehingga terjadi perbaikan pada

suasana perasaan anda.

d. Meningkatkan imunitas.

Hormon ini dapat memicu pembentukan natural killer cell yang

merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. sehingga

hormon ini juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh.

e. Mempengaruhi Sel Otak.

Hormon ini juga dipercaya dapat berpengaruh terhadap sel otak

dan membantu meningkatkan daya ingat dan konsentrasi.

f. Sebagai zat anti penuaan.

Page 59: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

48  

Endorfin juga dipercaya dapat menghilangkan superoksida yang

menyebabkan proses penuaan pada tubuh

3. Faktor yang dapat meningkatkan Hormon Endorphin

Dr. Haruyama memberikan langkah-langkah untuk

menstimulus keluarnya hormon baik dan aktivitas untuk

mengoptimalkan fungsinya dalam tubuh. Secara garis besar yang

harus dilakukan antara lain :

a. Seks

Seks adalah nature’s greatest relaxant. Seks merupakan

aktivitas penyumbang terbesar diproduksi dan dilepaskannya

hormon endorphin didalam tubuh. Bukan hanya pada saat

orgasme tetapi membayangkan dan sentuhan dari pasangan

membuat tubuh kebanjiran endorphin.

b. Cokelat

Konsumsi coklat (dark) bahkan dalam jumlah sedikit dapat

meningkatkan produksi hormon endorphin dan serotonim dalam

tubuh.

c. Tersenyum dan tertawa

Tersenyum dan tertawa selama 10 sampai 15 menit akan

dapat mengeluarkan hormon endorphin dalam jumlah cukup

agar kita merasa bahagia.

d. Pijat

Page 60: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

49  

Pemijatan pada tubuh juga selain menghilangkan pegal-

pegal juga merangsang tubuh melepas endorphin.

e. Aktifitas Fisik/ Olahraga

Kegiatan fisik atau olahraga merupakan cara yang tepat

dan efektif dalam meningkatkan produksi hormon endorphin.

Tidak perlu menjadi seorang atlet, semua jenis aktifitas fisik

atau olahraga dapat menyebabkan endorphin dilepaskan ke

dalam aliran darah seperti berjalan, berenang, jogging, basket,

sepak bola, berkebun atau membersihkan rumah.

Kelas olahraga berkelompok juga sangat bermanfaat

karena perpaduan antara aktivitas fisik dan dan sosialisasi

dapat merangsang produksi hormon endorphin ekstra.

Beberapa contoh kelas olahraga berkelompok yaitu :

1) Tari-tarian

2) Yoga

3) Zumba

4) Karate, seni beladiri, kickboxing dan taekondow.

f. Meditasi

Meditasi dimaksudkan untuk menciptakan ketenangan

dalam otak, sehingga otak mampu memproduksi hormon

kebahagiaan dalam jumlah melimpah. Meditasi yang dianjurkan

Dr. Haruyama adalah dengan berjalan kaki. Sambil berjalan

kaki, beliau membayangkan tentang yng indah-indah, tentang

Page 61: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

50  

mimpi dan harapan. Pada kondisi tersebut, otak memproduksi

hormon kebahagiaannya. Berarti 2 fungsi didapatkan sekaligus,

membakar lemak dan meditasi.

Meditasi yang beliau tekankan adalah bagaimana kita

mampu mengaktivasi otak kanan kita. Sebagaimana yang

banyak disampaikan para ahli, otak kanan adalah otak yang

berisi impian, fantasi, jiwa seni, rasa humor dan kreativitas.

Berbeda dengan otak kiri yang memikirkan fakta dan data yang

ekstrak. Bila otak kiri yang mengakibatkan stress, maka aktivasi

otak kananlah penangkalnya. Intinya meditasi dapat dilakukan

dimanapun dan kapanpun, asal melakukannya dengan tenang,

senang dan nyaman. (Haruyama, 2014)

4. Peranan Hormon Endorphin pada kehamilan Hingga Pasca

Melahirkan

Pada masa kehamilan selaput plasenta pada janin,

syncytiotrophoblast mengeluarkan beta-edorfin dalam darah mulai

dari masa bulan ketiga kehamilan. Penelitian terbaru menunjukkan

adanya penyesuain diri terhadap fenomena tersebut. Penulis

berpendapat bahwa calon bayi membuat ibu mereka melepaskan

endorfin kemudian memanipulasinya untuk meningkatkan nutrisi

yang beralokasi pada plasenta. Hipotesis tersebut memprediksikan

bahwa :

Page 62: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

51  

1. Posisi anatomi produksi endorfin harus mencerminkan seperti

cara yang diperkirakan pada pertentangan sifat calon bayi

dan ibu.

2. Level endorfin harus bervariasi secara positif dengan

kaoasitas nutrisi pada sistem peredaran ibu.

3. Gejala psikologi pasca melahirkan (seperti kesedihan pasca

melahirkan, depresi, dan penyakit kejiwaan) pada manusia

merupakan efek lain dari mekanisme ini yang dapat

diinterpretasikan sebagai gejala kehilanga endorfin.

4. Singkatnya, setelah proses kelahiran, placentopaghy dapat

berperan sebagai adaptif untuk menurunkan efek negatif lain

dari pengaruh calon bayi.

5. Selanjutnya, menyusui memengaruhi eksresi endorfin pada

pituitari ibu menyelamatkan sang ibu dari gejala kekurangan

pada masa mendatang.

5. Pengertian Persepsi, Proses dan Faktor yang mempengaruhi

persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses-proses yang memberikan

koherensi dan kesatuan bagi input indrawi (Reber, Arthur S. dan

Reber, Emily S, 2010: 689). Persepsi adalah sesuatu proses

untuk memberi arti pada tanda-tanda yang diterimanya. Proses

mengetahui sesuatu dari sekitar dengan mempergunakan alat-

Page 63: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

52  

alat indera. Persepsi dapat muncul jika terjadi seleksi terhadap

stimulasi yang datang dari luar yaitu melalui indera, kemudian

orang tersebut menginterprestasi atau mengorganisasikan

informasi tersebut sehingga muncul arti bagi orangg tersebut

dan akhirnya timbul reaksi dan tingkah laku akibat interprestasi

(Dakir, 1975: 37).

Persepsi adalah hal-hal yang kita tangkap melalui

pengindraan, selanjutnya kita transformasikan ke susunan

syaraf pusat di otak, kemudian diinterprestasikan sehingga

mengandung arti tertentu bagi kita (Monty P. Satiadarma, 2001:

46). Dengan demikian kesan yang diterima individu sangat

tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh

melalui proses berpikir dan belajar yang berasal dari dalam diri

individu.

Hal senada diungkapakan Bimo Walgito (1994: 53) yang

mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses yang didahului

oleh pengindraan, stimulus yang diindera diteruskan oleh syaraf

ke otak kemudian berlanjut pada proses persepsi. Persepsi

muncul ketika obyek-obyek eksternal di lingkungan

mempengaruhi struktur medium informasi yang ujung-ujungnya

mempengaruhi reseptor-reseptor indrawi manusia sehingga

mengarah atensi manusia kepada pengidentifikasian kita

terhadap obyek tersebut secara internal (Strenberg, Robert J,

Page 64: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

53  

2008: 109).

Dengan demikian persepsi meliputi aktivitas menerima

stimuli, mengorganisasikan stimuli tersebut atau menafsirkan

stimuli yang terorganisasi sedemikian rupa hingga ia dapat

mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Persepsi-

persepsi manusia membentuk perilaku dan kepribadian mereka.

b. Proses Persepsi dan Sifat Persepsi

Menurut Miftah Toha (2003: 145) proses terbentuknya persepsi

seseorang didasari pada beberapa tahapan, diantaranya:

1) Stimulus atau rangsangan

Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan

pada sesuatu stimulus atau rangsangan yang hadir di

lingkungannya. Maksud dari stimulus (rangsangan) itu

sendiri adalah setiap masukan atau input yang dapat

ditangkap oleh indera.

2) Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang tampak adalah

mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan saraf

seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya.

3) Interpretasi

Merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat

penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang

diterimanya. Proses ini bergantung pada cara pendalamnya,

Page 65: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

54  

motivasi dan kepribadian seseorang.

4) Umpan balik (feed back)

Setelah melauli proses intepretasi, informasi yang sudah

diterima dipersepsikan oleh seseorang dalam bentuk umpan

balik terhadap stimulus.

Menurut Bimo Walgito (2010: 102) menyatakan bahwa

terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-

tahap berikut:

1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan

nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses

ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indra manusia.

2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses

fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang

diterima oleh reseptor (alat indra) melalui saraf-saraf

sensoris.

3) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama

proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran

individu tentang stimulus yang diterima reseptor.

4) Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari

proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan,

bahwa proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:

1) Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun

Page 66: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

55  

stimulus sosial melalui alat indra manusia, yang dalam

proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan

informasi tentang stimulus yang ada.

2) Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi

serta pengorganisasian informasi.

3) Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam

menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang

dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta

pengetahuan individu.

Menurut Newcomb, (1978: 207), ada beberapa sifat yang

menyertai proses persepsi, yaitu:

1) Konstansi (menetap): dimana individu mempersepsikan

seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang

ditampilkan berbeda-beda.

2) Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si

perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam

waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan

perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi

tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang

diterima dan diserap.

3) Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan

informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola

menurut cara yang berbeda- beda.

Page 67: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

56  

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi lebih bersifat psikologis dari sekedar pengindraan,

menurut Irwanto (1989: 90-92) Faktor-faktor yang

mempengaruhi hal tersebut:

1) Perhatian yang selektif

Artinya tidak semua rangsangan (stimulus) harus ditanggapi.

Individu cukup memusatkan perhatian pada rangsangan

tertentu saja.

2) Ciri-ciri rangsangan

Berarti bahwa intensitas rangsang yang paling kuat, paling

besar atau lebih menarik perhatian untuk diamati.

3) Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Perspesi antar individu yang satu dengan lainnya tidak sama

tergantung nilai hidup yang dianutnya dan kebutuhannya.

4) Pengalaman terdahulu

Suatu hal yang mempengaruhi bagaimana seseorang

mempersepsikandunia sekitar.Keadaan individu yang dapat

mempengaruhi hasil persepsi ada dua sumber, yaitu segi

jasmani dan psikologis. Segi jasmani berupa sistemfisiologis.

Apabila seseorang mengalami gengguan dalam sistem

fisiologisnya, akan mempengaruhi persepsi. Segi psikologis

dapat berupa pengalaman, perasaan, motivasi, dan

kemampuan berfikir (Bimo Walgito, 1994 : 55).

Page 68: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

57  

Bimo Walgito (1994: 110) juga menyatakan bahwa persepsi

itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap,

yaitu:

1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen

yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,

keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan

bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen

yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang

terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang

positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang

negatif.

3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action

component), yaitu komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen

ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar

kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku

seseorang terhadap objek sikap.

Selain itu Saifudin Azwar (2000 : 23) menyatakan struktur

sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif

berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu

Page 69: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

58  

mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)

terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem

yang kontroversial.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya

berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan

merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-

pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang

komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki

seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh

seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk

bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara

tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya

adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang

adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa

persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif,

dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan

untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada

suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi

ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk

Page 70: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

59  

memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek

sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan

konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat

pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen

tersebut.

6. Hubungan dukungan Suami terhadap Hormon Endorphin

Pada Ibu Postpartum

Kasdu (2005) menyebutkan bahwa faktor hormonal

seringkali disebut sebagai faktor utama yang dapat memicu

timbulnya postpartum blues. Faktor ini melibatkan terjadinya

perubahan kadar sejumlah hormon dalam tubuh ibu pasca

persalinan, yaitu menurunnya kadar hormon progesteron, hormon

estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya tingkat

endorfin (hormon kesenangan).

E. Hasil Penelitian Sebelumnya Yang Berkaitan

No.

Penulis Judul Kesimpulan Sumber

1. Machmudah Pengaruh persalinan dengan komplikasi terhadap kejadian postpartum blues di Kota Semarang.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh antara persalinan dengan komplikasi terhadap kemungkinan terjadinya postpartum blues. Namun ada faktor lain yang berpengaruh yakni faktor paritas dan dukungan social.

Tesis Magister Ilmu Keperawatan UI.

2. Triani Yulistianti,

Pendampingan Suami dan

Terdapat hubungan antara pendamping

Bidan Pradda jurnal Ilmiah

Page 71: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

60  

Novita Nurhidayati (2013)

Skala Nyeri pada Persalinan Kala I

persalinan dengan pengurangan rasa nyeri

Kebidanan Vol. 4 No. I edisi Dessember tahun 2013 halaman 190-198

3. Pevi Primasnia, Wagiyo, Elisa (2013)

Hubungan pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi proses persalinan kala I

Ada hubungan yang signifikan antara pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu

Prosiding konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah tahun 2013

4. E Kungwimba, addres malate, Alfred Maluwa, Ellen Chirwa

Pengalaman wanita terhadap dukungan yang diterimanya dari pendamping persalinan selama proses persalinan di Malawi

Hasil studi kualitatif ini menunjukkan bahwa ibu primipara tidak maksimal dalam mendapatkan pendampingan persalinan karena kurangnya edukasi tentang persalinan pada saat ANC.

Jurnal Health Thailand No.5 halaman 45-52 tahun 2013

5. Esther Tiarma Hutagaol

Efektivitas Intervensi Edukasi Pada Depresi Postpartum

Hasil penelitian menunjukkan penurunan proporsi depresi secara bermakna pada kelompok intervensi (p=0,000), namun tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok control (p=1,000).

Tesis Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Maternitas UI

6. Pamela Kenwa, Made Kornia Karkata, I Gusti Ayu

Pengaruh Pemberian konseling terhadap Depresi Postpartum

Hasil uji statistik Independent Sample T-Test diperoleh angka kemaknaan p=0,04 (<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada

Journal ISSN: 2303-1298

Program Studi Ilmu Keperawatan

Page 72: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

61  

Triyani

pengaruh pemberian konseling terhadap depresi post partum

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

7. Sitti Fatimah Hubungan Dukungan Suami Dengan Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Primipara Di Ruang Bugenvile RSUD Tugurejo Semarang

Dari hasil penelitian di dapatkan ada hubungan antara dukungan suami dengan kejadian Postpartum Blues pada ibu primipara di ruang bugenvile RSUD Tugurejo Semarang.

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

8. Triani Yuliastanti dan Novita Nurhidayati

Pendampingan Suami dan Skala nyeri pada Persalinan Kala I Fase Aktif

The conclusion of this study is the husband on maternal assistance when one phase is active in BPS Siti Lestari Amd, Keb had a significant association with the reduction of pain during childbirth

Jurnal Ilmiah kebidanan Vol. 4 tahun 2013

9. Luh Putu Prema Diani & Luh Kadek pande ary susilawati

Pengaruh dukungan suami terhadap istri yang mengalami kecemasan pada kehamilan trimester III

Terdapat perbedaan kecemasan antara ibu yang didampingi oleh suami dibandingkan ibu yang tidak didampingi oleh suami

Jurnal psikologi Undayana. Vol. 1 No. 1 halaman 1-11 tahun 2013

10. Esha Pradnyana, Wayan Westa, Nyoman Ratep

Diagnosis dan tata Laksanan depresi Postpartum pada Primipara

Untuk menegakkan diagnosis yaitu melalui test Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Pasien yang telah didiagnosis menderita gejala depresi postpartum, diberikan pengobatan dengan

Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

Page 73: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

62  

pemberian obat antidepressant. Menyusui tidak hanya untuk mengurangi stress untuk ibu, namun juga menguragi tingkat stress pada bayi ketika ibunya mengalami depresi

11. Kusyogo Cahyo, SKM

Drs. Samsul Huda, M. Kes

Kajian Adaptasi Sosial Psikologis pada Ibu Setelah Melahirkan (Postpartum) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kodia Semarang

Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan responden semasa postpartum dalam perawatan bayi masih bergantung pada keluarga khususnya ibu. Adapun untuk bentuk adaptasi social psikologis yang muncul antara lain : perasaan bingung, takut, cemas sebelum persalinan dan perasaan emosional kebahagiaan yang berlebihan setelah mengalami persalinan. Sedangkan peran keluarga dalam adaptasi social psikologis adalah berupa dukungan untuk menemani dan merawat bayi selama responden dianggap belum mampu sendiri

Pusat Studi Wanita / Gender Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro

12. Dr. Archana Sharma*, Deepali Verma

Endorphins : Endogenous Opioid In Human Cells

Research has shown that opioidergic activity plays a role in addictions by mediating the development of reinforcing qualities of certain activities and substances

World journal of pharmacy and pharmaceutical science

Page 74: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

63  

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

Edukasi tentang 

Dukungan Suami Pemberian 

dukungan 

suami 

Fase nifas menurut 

reva rubin 

1. Fase taking in 

2. Taking hold 

3. Letting go 

Tingkat depresi 

menggunakan BDI 

Kadar Hormone β 

endorphin dengan 

ELISA

Ibu postpartum 

otak

periaquaduktus

hipotalamus

Opiat endogen

Saraf desenden

Pelepasan hormone  

β endorphin

Kebutuhan 

psikologi ibu 

nifas 

Faktor depresi  

menurut Rosenberg : 

1.  Faktor Biologi 

2. Faktor Psikologis 

3. Faktor Sosial 

4. Faktor Hormonal 

Tingkat 

depresi 

Page 75: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

64  

F. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen 

: Variabel Antara

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep

Edukasi tentang dukungan suami

pada ibu

Tingkat depresi pada ibu

postpartum

Kadar Hormone Endorphin

Persepsi Dukungan

suami

Faktor umur

Faktor pendidikan

Faktor pengalaman

Faktor proses persalinan

Faktor dukungan 

sosial

seks

cokelat

tersenyum

olahraga pijat meditasi

Page 76: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

65  

G. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :.

1. Terdapat pengaruh edukasi dukungan suami terhadap tingkat

depresi pada ibu postpartum primipara

2. Terdapat pengaruh edukasi dukungan suami terhadap hormone β

endorfin pada ibu postpartum primipara

H. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Variabel Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Skala

Pemberian edukasi dukungan suami terhadap ibu postpartum

Pembelajaran tentang peran dan bentuk dukungan suami terhadap ibu postpartum

Pengukuran pengetahuan dengan kuesioner

1. pengetahuan baik ≥50%

2. pengetahuan kurang<50%

ordinal

Dukungan suami terhadap ibu postpartum

Suatu bentuk dukungan berupa perhatian, penghargaan, instrumental, emosional dan informasi yang diterima oleh ibu postpartum dari suami

Kuesioner pertanyaan dukungan keluarga

3= selalu, 2 = sering, 1=kadang-kadang, 0=tidak pernah, untuk pernyataan positif dan sebaliknya 0=selalu, 1=sering, 2=kadang-kadang, 3=tidak pernah, untuk pernyataan negative

Page 77: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

66  

Kadar Hormon Endorphin

Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang membuat seseorang merasa senang. Endorfin diproduksi oleh kelenjar pituitary yang terletak di bagian bawah otak. Dan mampu menimbulkan perasaan senang dan nyaman hingga membuat seseorang berenergi.

Pemeriksa Elisa

Nilai cut of pint berdasrkan kurva ROC = 208,5350 ng/L

-

Tingkat depresi pada ibu postpartum hari ke 10

Depresi postpartum merupakan salah satu bentuk gangguan perasaan akibat penyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang muncul pada hari pertama sampai hari ke empat belas setelah proses persalinan, dengan gejala memuncak pada hari ke lima

Menggunakan questioner BDI (Beck Depression Inventory)

1-10 Normal 11-16 Depresi Ringan >17 Depresi Klinis 17-20 Batas Depresi 21-30 Depresi Sedang 31-40 Depresi Berat >41 Depresi Ekstrim

Page 78: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

67  

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi- eksperimen

yang bersifat two group posttest yaitu kelompok intervensi dan control

untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian edukasi dukungan suami

terhadap hormone endorphin dan tingkat depresi pada ibu post partum

primipara. Desain ini digambarkan :

Kelompok Perlakuan Post tes

X 1 01

Y 0 01

Keterangan :

X : Kelompok intervensi

Y : Kelompok Kontrol

1 : diberikan edukasi pada suami yang mendampingi ibu masa nifas

0 : tidak diberikan edukasi pada suami yang mendampingi ibu masa nifas

01 : produksi hormone endorphin dan tingkat depresi ibu pascasalin

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah

Latemmamala Kabupaten Soppeng. Waktu penelitian dilaksanakan pada

tanggal 18 juli hingga 31 Agustus tahun 2017

Page 79: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

68  

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan

karakteristik tertentu., yaitu ibu hamil trimester III primigravida dengan

tafsiran persalinan pada bulan Juli hingga Agustus 2017 di RSUD

Latemmamala Kabupaten Soppeng. Jumlah populasi dalam penelitian

ini sebanyak 35 orng.

2. Sampel

a. Teknik pengambilan sampel

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tekhnik purposive

sampling sehingga populasi dijadikan sampel dengan kriteria inklusi

dan ekslusi yang telah ditetapkan yaitu :

Kriteria inklusi

1. Ibu dan suami yang bersedia menjadi responden

2. Ibu yang melahirkan normal di RSUD Latemmamala Kabupaten

Soppeng pada periode Maret-Mei 2017

3. Ibu yang di didampingi suami selama menjalani perawatan

masa nifas di RSUD untuk kelompok intervensi.

4. Ibu yang tidak didampingi oleh suami selama perawatan pasca

melahirkan di RSUD untuk kelompok kontrol.

Kriteria Ekslusi

1. Ibu dan suami yang tidak bersedia menjadi responden

2. Ibu yang memiliki riwayat persalinan dengan komplikasi

Page 80: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

69  

3. Ibu yang didampingi bukan oleh suami atau didampingi anggota

keluarga yang lain selama perawatan pasca melahirkan di

RSUD.

b. Besar sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini yaitu dengan

menggunakan rumus Slovin :

n = N

1 + N (d²)

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d :Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)

Dari rumus di atas, dapat dihitung jumlah sampel yang akan

dijadikan responden dalam penelitian ini, yaitu :

N = 35 d = 0,05

n = 35

1 + 35 (0,05²)

n = 35

1,0875

n = 32,18

n = 32 (pembulatan)

Jadi, besar sampel = 32 orang

Page 81: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

70  

Berdasarkan perhitungan jumlah sampel di atas maka pada

penelitian ini menggunakan 32 jumlah sampel. Jumlah sampel

dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu

a. Kelompok Intervensi yang diberi intervensi berupa edukasi dalam

bentuk diskusi sebanyak dua kali pertemuan dengan materi yang

berbeda kepada ibu dan suami tentang pendampingan keluarga

selama menjalani perawatan di ruang nifas dengan jumlah 16

orang

b. Kelompok Control yang tidak diberi intervensi berupa edukasi

dalam bentuk diskusi melainkan hanya diberikan leafleat kepada

ibu dan suami tentang pendampingan keluarga selama menjalani

perawatan di ruang nifas dengan jumlah 16 orang.

Page 82: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

71  

D. Alur Penelitian

Gambar 3.1 : Bagan Alur Penelitian

Populasi dan Sampel di RSUD Latemmamala Kabupaten Soppeng

Informed concent

Pretest pengetahuan sebelum edukasi

Pemberian leafleat dan diberi edukasi dua kali pertemuan untuk kelompok intervensi

Post tes pengetahuan setelah edukasi

Pengukuran tingkat depresi pada ibu postpartum

Pengkuran Tingkat depresi pada ibu postpartum

Pengambilan Sampel Darah Pengambilan Sampel Darah

Membandingkan hormone endorphin dan tingkat depresi antara kelompok control dan kelompok intervensi

Analisa data : Univariat dan Bivariat

Kesimpulan

Hasil dan Pembahasan

Pretest pengetahuan

Pemberian leafleat

Pemberian dukungan pada ibu postpartum

Post tes pengetahuan

Pemberian dukungan pada ibu postpartum

Page 83: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

72  

E. Instrument Pengumpulan Data

1. Kuesioner Edukasi Dukungan Suami pada Ibu Postpartum

Instrument penelitian pre dan post test yang digunakan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan suami sebagai pemberi dukungan

kepada ibu masa nifas sebelum dan setelah diberikan edukasi yaitu

menggunakan kuesioner berupa 15 pertanyaan yang diambil dari

materi memberi dukungan kepada ibu masa nifas dengan pilihan

jawaban multiple choice dan dihitung dengan skala guttman. Dikatakan

pengetahuan baik bila ≥50% dan pengetahuan kurang bila responden

hanya menjawab pertanyaan benar ≤50%.

2. Kuesioner Dukungan Keluarga/ Suami

Kuesioner ini merupakan pernyataan tentang dukungan keluarga

berjumlah 24 pernyataan yang terdiri dari pernyataan dukungan

emosional no. 1 sampai 6, dukungan penghargaan nomor 7 sampai

12, dukungan informasi nomor 13 sampai 18, dan pernyataan

dukungan instrumental nomor 19 sampai 24. Setiap pernyataan

memiliki empat pilihan dengan kriteria jawaban sebagai berikut : 3=

selalu, 2 = sering, 1 = kadang-kadang, 0 = tidak pernah, untuk

pernyataan positif dan sebaliknya 0 = selalu, 1= sering, 2= kadang-

kadang, 3 = tidak pernah, untuk pernyataan negative. Kuesioner

dukungan kelurga ini, diambil dari penelitian Yenni (2011) dengan hasil

uji validitas nilai r hitungnya .0,361, sedangkan hasil uji reliabilitasnya

0,949. Hal ini menunjukkan bahwa pernyataan telah realibel.

Page 84: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

73  

3. Kuesioner Tingkat Depresi Pada Ibu Postpartum

Untuk membantu mengungkapkan tingkat depresi seseorang dapat

menggunakan skala depresi beck yang disebut BDI (The Beck

Depression Inventory). Skala BDI (The Beck Depression Inventory),

terdiri dari 21 kelompok aitem yang menggambarkan 21 kategori sikap

dan gejala depresi, yaitu : sedih, pesimis,merasa gagal, merasa tidak

puas, merasa bersalah, merasa dihukum, perasaan benci pada diri

sendiri, menyalahkan diri sendiri, kecenderungan bunuh diri,

menangis, mudah tersinggung, manarik diri dari hubungan social, tidak

mampu mengambil keputusan, merasa dirinya tidak menarik secara

fisik, tidak mampu melaksanakan aktivitas, gangguan tidur, merasa

lelah, kehilangan selera makan, penurunan berat badan, preokupasi

somatic dan kehilangan libido sex (dalam Lestari, 2003). Masing-

masing kelompok aitem terdiri dari 4-6 pernyataan yang

menggambarkan dari tidak adanya gejala sampai adanya gejala yang

paling berat.

4. Pemeriksaan kadaar hormone endorphin

Pemeriksaan kadar endorphin menggunakan Enzim Linked

Immuno Sorbent Assay (ELISA) kit. Pada penelitian ini dilakukan

pengambilan darah kira-kira sebanyak satu sendok makan untuk

pemeriksaan Hormon β-Endorphin. Proses pengambilan darah ini tidak

berlangsung lama kurang lebih 5 menit. Pengambilan darah dilakukan

pada pembuluh darah di lipatan lengan, yang dilakukan oleh peneliti

Page 85: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

74  

dan petugas laboratorium terlatih. Selanjutnya sampel darah yang

telah diambil kemudian di bawa ke laboratorium RSP Unhas untuk

dilakukan pemeriksaan.

F. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

memperoleh data-data yang mendukung pencapaian penelitian. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner pemahaman suami, yang diambil dari hasil pemberian

edukasi bagi kelompok intervensi. Pengumpulan data dilakukan

dengan prosedur sebagai berikut :

1. Prosedur Administrasi

Prosedur ini dilakukan dengan meminta izin dari Program Studi

Magister Ilmu Kebidanan dan Komite Etik Penelitian Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Setelah itu peneliti

menyampaikan surat pengantar ke Rumah Sakit Umum Daerah

Latemmamala, tempat penelitian ini dilakukan

2. Prosedur Teknik

a. Peneliti melakukan pertemuan dengan pihal-pihak terkait di

Rumah Sakit Umum Latemmamala Soppeng untuk

menyampaikan maksud dan tujuan penelitian. Dalam hal ini

peneliti memberikan penjelasan kepada Direktur RSUD

Latemmamala serta perawat dan Bidan di ruangan Nifas secara

lisan tentang alur penelitian yang akan dilakaukan.

Page 86: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

75  

b. Setelah mendapat persetujuan dari pihak Rumah Sakit, maka

peneliti melaksanakan penelitian di Ruang Nifas RSUD

Latemmamala Soppeng.

c. Pelaksanaan Penelitian dimulai pada tanggal 18 juli hingga 31

agustus 2017

1) Penelitian ini diawali dengan pendataan ibu primipara yang

melahirkan di RSUD Latemmamala Kabupaten Soppeng dan

meminta persetujuan untuk menjadi responden.

2) Selanjutnya peneliti menanyakan siapa yang akan

menemani/mendampingi ibu selama masa nifas dan

memastikan pendamping bersedia menemani ibu minimal

selama 1 satu minggu setelah ibu melahirkan.

3) Pada kelompok intervensi dan control dilakukan pretest

pengetahuan yaitu dengan memberikan kuestioner untuk

mengetahui tingkat pengetahuanresponden yaitu dengan

berupa 15 pertanyaan tentang pemberian dukungan

keluarga pada ibu postpartum.

4) Setelah melakukan pretest pada kelompok kontorl dan

intervensi, selajutnya masing-masing kelompok diberikan

leafleat tentang pemberian dukungan pada ibu nifas.

5) Pada kelompok control pemberian leafleat tidak disertai

edukasi, dimana keloompok intervensi pemberian leafleat

disertai dengan edukasi oleh peneliti.

Page 87: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

76  

6) Untuk kelompok intervensi dilakukan pemberian edukasi

dilaksanakan sesuai dengan permintaan responden

mengingat kemampuan pasien untuk mobilisasi dini

berbeda. Edukasi dilakukan pada dua tempat yakni di ruang

perawatan atau di ruang tindakan perawatan nifas RSUD

Latemmamala. Edukasi dilakukan sebanyak 3 kali

pertemuan yaitu :

a. Pada pertemuan pertama membuat kontrak waktu

dengan responden dan menjelaskan kegiatan apa yang

akan dilakukan 2 hari kedepan serta mengenal lebih

dekat responden yang akan diberikan edukasi.

b. Pada pertemuan kedua peneliti memberikan edukasi

tentang materi yang pertama yakni tentang pengertian

masa nifas, kebutuhan Ibu masa nifas dan tanda bahaya

pada masa nifas yang penting untuk diketahui

c. Pada pertemuan ini sebelum responden kembali di

berikan edukasi materi selanjutnya, responden kembali di

ingatkan tentang materi sebelumnya yang telah diberikan

setelah itu dilanjutkan pemberian materi tentang kondisi

psikolgis ibu pada masa nifas, serta jenis dan bentuk

dukungan suami terhadap ibu nifas

7) Setelah itu dilakukan post test pengetahuan tentang

dukungan pada ibu nifas kepada masing-masing kelompok.

Page 88: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

77  

8) Evaluasi dilakukan satu minggu masa nifas. Pengukuran

tingkat stress dan hormone β-Endorphin akan dilakukan

dengan melaksanakan kunjungan rumah dimana untuk

mengetauhi tingkat stress ibu yakni dengan memberikan

kuestioner tingkat depresi dan pengambilan sampel darah

sebanyak 3cc untuk pemeriksaan hormone.

9) Selajutnya dilihat perbandingan tingkat depresi dan hormone

β- Endorphin pada kelompok control maupun intervensi.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS versi 20

(Statistical Package and Service Solutions) denga tingkat

kepercayaan 95%, yang terlebih dahulu melalui beberapa tahap yaitu :

a. Editing : penyuntingan data dimulai dilapangan dan setelah data

terkumpul, maka data diperiksa kelengkapannya

b. Koding : Apabila semua data telah terkumpul dan selesai diedit

dilapangan, kemudian akan dilakukan pengkodean data

berdasarkan kode lembar observasi dan checklist yang telah

disusun sebelumnya dan telah dipindahkan ke format aplikasi

program SPSS dikomputer.

c. Cleaning data : Dilakukan pada semua lembar kerja untuk

membersihkan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses

input data. Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi pada

Page 89: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

78  

semua variable. Adapun data missing dibersihkan dengan

mengimput data yang benar.

2. Analisa data

Metode statistic untuk analisa data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

a. Analisa Univariat : Analisa ini adalah suatu prosedur pengolahan

data untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variable yang

diteliti. Fungsi analisis univariat adalah menyederhanakan

kumpulan data hasil pengukuran, dapat berupa ukuran statistic,

table dan grafik.

b. Analisa bivariate : Analisis yang digunakan untuk uji pengaruh

adalah uji Mann Whitney U. Analisis ini untuk melihat besar

pengaruh edukasi tentang dukungan suami terhadap tingkat

depresi dan hormone endorphin pada ibu nifas serta untuk

membandingkan perbedaan produksi hormone endorpnin ibu nifas

bagi pendamping yang diberi edukasi dan tidak diberi edukasi.

Pedoman dalam menerima hipotesis adalah apabila nilai P<0,05

maka Ho ditolak dan Ha menyatakan adanya pengaruh. Jika nilai

P>0,05 maka Ho gagal ditolak dan Ha menyatakan tidak adanya

pengaruh.

3. Penyajian data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan

narasi. Untuk analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel

Page 90: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

79  

distribusifrekuensi disertai dengan penjelasan tabel. Analisis bivariate

akan disajikan dalam bentuk tabel silang antara variable edukasi

pendamping ibu postpartum terhadap tingkat depresi dan hormone β-

endorphin.

H. Etika Penelitian

Penelitian yang dilakukan dengan memperhatikan prinsip – prinsip etik.

Prinsip etik bertujuan untuk melindungi subjek penelitian Hak – hak

responden dilindungi dengan baik oleh peneliti dengan pertimbangan :

1. Right self determination

Responden mempunyai hak otonomy untuk berpartisipasi atau

tidak dalam penelitian. Setelah mendapat penjelasan dari peneliti yang

berisi prosedur penelitian, manfaat dan risikonya, responden diberikan

kesempatan untuk memberikan persetujuan atau menolak

berpartisipasi dalam penelitian tanpa konsekuensi apapun.

2. Right privacy and dignity

Peneliti melindungi privasi dan martabat responden. Selama

penelitian kerahasiaan akan tetap dijaga dengan baik oleh peneliti.

3. Right to anonymity and contidentiality

Data penelitian yang berasal dari responden tidak disertai dengan

identitas responden, tetapi cukup dengan kode responden. Data yang

diperoleh dari hasil penelitian setiap responden hanya diketahui oleh

peneliti dan responden yang bersangkutan. Selama pengolahan data

Page 91: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

80  

analisis dan publikasi dari hasil penelitian tidak dicantumkan identitas

responden.

4. Right to protection from discomfort and ham

Kenyamanan responden dan risiko perlakuan yang diberikan

selama penelitian tetap dipertimbangkan dalam penelitian ini.

Kenyamanan responden baik fisik, psikologis, dan sosial tetap

dipertahankan.

5. Justice

Memperlakukan orang lain secara adil tanpa membedakan status

sosial, ras, agama, dan sebagainya tapi memperlakukan subjek

sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang

dimiliki. Peneliti mempertimbangkan aspek keadilan dan hak subjek

untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama

maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

6. Beneficiency

Prinsip beneficiency digunakan saat peneliti melaksanakan

prosedur penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat.

Meminimalkan dampak bagi subjek penelitian (Nonmaleficiency) dan

menjelaskan keuntungan atau manfaat yang didapatkan responden

serta potensial risiko yang dapat terjadi.

Page 92: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

81  

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan di Rumah Sakit Umum Daerah

Latemmamala Kabupaten Soppeng dari tanggal 18 Juli hingga 31 Agustus

2017 setelah mendapat Rekomendasi Persetujuan Etik yang telah

dikeluarkan oleh fakultas Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin

Makassar nomor : 512/H4.8.4.5.31/PP36 – KOMETIK/2017.

Unit sampel terdiri dari kelompok intervensi yaitu ibu primipara yang

bersalin normal dan menjalani perawatan di ruang Nifas RSUD

Latemmamala dan didampingi oleh suami yang telah mendapatkan

edukasi tentang dukungan suami pada ibu nifas, sedangkan kelompok

control adalah ibu primipara yang bersalin normal dan menjalani

perawatan di ruang Nifas RSUD Latemmamala dan didampingi oleh suami

yang tidak mendapatkan edukasi tentang dukungan suami pada ibu nifas.

Sedangkan unit analisisnya adalah tingkat depresi dan hormone β-

Endorphin pada ibu nifas seperti yang tertuang dalam tujuan khusus

penelitian.

Penarikan sampel dari populasi penelitian dilakukan dengan cara

purposive sampling, yakni semua anggota populasi yang memenuhi

kriteria dimasukkan sebagai anggota sampel. Besar sampel pada

kelompok kasus adalah 16 orang dan sedangkan kelompok control

adalah sebanyak 16 orang, dengan jumlah keseluruhan sampel adalah 32

Page 93: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

82  

orang. Setelah dilakukan edukasi dan penilaian tingkat depresi dan

hormone β-Endorphin pada ibu nifas, selanjutnya dilakukan pengolahan

dan analisis data.

Alat ukur yang digunakan adalah lembar observasi yang telah valid

dan dapat digunakan secara internasional. Untuk pengukuran tingkat

depresi menggunakan Beck Deppression Inventory (BDI) dan untuk

mengukur hormone β-Endorphin dengan menggunakan ELISA.

Hasil penelitian meliputi gambaran karakteristik responden dan

distribusi variable tingkat depresi dan hormone β-Endorphin pada

kelompok yang diberikan edukasi maupun pada kelompok yang tidak

diberikan edukasi. Untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi

tentang dukungan suami terhadap tingkat depresi dan hormone β-

Endorphin pada kelompok control dan intervensi digunakan uji Man

Whitney.

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden adalah ciri khas yang melekat pada

diri responden. Pada penelitian ini ciri khas yang ditampilkan

adalah umur, pendidikan, dan Sosial Ekonomi. Karakteristik ibu

nifas primipara untuk kelompok intervensi dan control ditampilkan

pada tabel 4.1.

Page 94: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

83  

Tabel 4.1. Karakteristik ibu nifas primipara

Karakteristik Kontrol Intervensi Jumlah n (%) Jumlah n (%)

Umur (tahun) 20-25 26-30 31-35

9 4 3

56 25 19

6 9 1

38 56 6

Pendidikan Rendah

(SD-SMP) Menengah-Tinggi

(SMA-PT)

5

11

31

69

5

11

31

69

Sosial Ekonomi Rendah Sedang Tinggi

0 16 0

0

100 0

0 9 7

0

56 44

Sumber : Data Primer 2017

Dari hasil penelitian ini berdasarkan karakteristik usia

didapatkan bahwa usia responden pada kelompok control,

kelompok yang tidak diberikan perlakuan edukasi tentang

dukungan suami yaitu dari 16 responden sebanyak 3 orang

(19%),yang berusia 31-35 tahun, 4 orang (25%) yang berusia

antara 26 – 30 tahun, 9 orang (56%) yang berusia antara 20 – 25

tahun.

Sedangkan pada kelompok intervensi, kelompok yang

diberikan edukasi tentang dukungan suami yaitu dari 16 responden

sebanyak 6 orang (38%) yang berusia antara 20 – 25 tahun, 9

Page 95: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

84  

orang (56%) yang berusia antara 26 – 30 tahun dan 1 orang (6%)

yang berusia antara 31 – 35 tahun.

Berdasarkan karakteristik pendidikan, pada kelompok

intervensi dari 16 responden sebanyak 5 orang (31%) yang

berpendidikan rendah, 11 orang (69%) yang berpendidikan

menengah-tinggi. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 16

responden 5 orang (31%) yang berpendidikan rendah, 11 orang

(69%) yang berpendidikan menengah-tinggi.

Berdasarkan karakteristik social ekonomi pada kelompok

intervensi dari 16 responden 9 orang (56%) yang memiliki riwayat

social ekonomi sedang, dan 7 orang (44%) yang memiliki riwayat

social ekonomi tinggi Sedangkan pada kelompok kontrol dari 16

responden yaitu 16 orang (100%) seluruhnya memiliki riwayat

social ekonomi sedang.

b. Distribusi FrekuensiTingkat Pengetahuan tentang Dukungan

Suami pada ibu nifas Sebelum dan Sesudah Edukasi

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan dukungan suami pada

ibu nifas sebelum dan sesudah edukasi

Sumber : Data Primer 2017

Pengetahuan

Kelompok

Kontrol intervensi pre (%) post (%) pre (%) post (%)

kurang 12 75 10 63 11 69 3 19 Baik 4 25 6 37 5 31 13 81 Jumlah 16 100 16 100 16 100 16 100

Page 96: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

85  

Berdasarkan tabel tingkat pengetahuan responden sebelum

dan sesudah edukasi diketahui dari 16 responden kelompok

control sebelum edukasi ada 12 orang (75%) yang memiliki

pengetahuan kurang dan hanya 4 orang (25%) yang memiliki

pengetahuan baik. Setelah edukasi ada 10 orang (63%) yang

memiliki pengetahuan kurang dan 6 orang (37%) yang memiliki

pengetahuan baik.

Sedangkan untuk kelompok intervensi sebelum edukasi ada

11 orang (69%) yang memiliki pengetahuan kurang dan 5 orang

(31%) memiliki pengetahuan baik. Setelah edukasi ada 3 orang

(19%) yang memiliki pengetahuan kurang dan 13 orang (81%) yang

memiliki pengetahuan baik.

c. Distribusi Frekuensi edukasi terhadap tingkat depresi antara

kelompok control dan intervensi

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi edukasi terhadap tingkat depresi antara

kelompok control dan intervensi

Variable

Tingkat Depresi Total

Normal Ringan Sedang

n

% n % n % n %

Intervensi

(Edukasi)

8 50 8 50 0 0 16 100

Kontrol

(Leafleat)

0 0 11 69 5 31 16 100

Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi edukasi terhadap

tingkat depresi didapatkan pada kelompok intervensi, Responden

Page 97: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

86  

dengan tingkat depresi sedang sebanyak 0 orang atau 0,0%,

Responden dengan tingkat depresi ringan sebanyak 8 orang atau

50%, dan Responden dengan tingkat depresi normal sebanyak 8

orang atau 50%. Sedangkan pada kelompok Kontrol, Responden

dengan tingkat depresi sedang sebanyak 5 orang atau 31%,

Responden dengan tingkat depresi ringan sebanyak 11 orang atau

69%, dan Responden dengan tingkat depresi normal sebanyak 0

orang atau 0,0%.

Secara keseluruhan pada kelompok control cenderung

mengalami depresi ringan dan sedang sedangkan pada kelompok

intervensi cenderung mengalami depresi ringan dan normal.

d. Distribusi Frekuensi hasil pemeriksaan hormone β-Endorphin

antara kelompok control dan intervensi

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi hasil pemeriksaan hormone β-Endorphin antara kelompok control dan intervensi

Responden (kontrol)

Hormone β-Endorphin

Mean

Responden (intervensi)

Hormone β-Endorphin

Mean

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

168.84 13.6

186.81 225.06 207.67 200.53 308.62 186.54 216.38 208.61 167.71 184.6

176.95 208.46 191.851

74.93

125.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

215.29 1483.82

427 11639.81 182.58 258.91 194.57 154.06 190.16 229.25 188.13 245.55 213.07 213.4

236.69 411.7

168.75

*Sumber: Data Primer 2017

Page 98: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

87  

Berdasarkan uji statistic dapat diperoleh nilai rata- rata dari

kedua kelompok variable yakni pada kelompok kontrol dengan nilai

mean 12500 sedangkan pada kelompok intervensi dengan nilai

mean 16875. hal ini menandakan bahwa rata-rata hormone β-

Endorphin pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan

dengan kelompok kontrol.

Uji beda pada hormone endorphin antara kelompok control

dan intervensi terlebih dahulu dilakukan uji normalitas yakni dengan

menggunakan Kolmogrov Smirnov dan dari hasil uji tersebut

ditemukan bahwa data hormone endorphin tidak berdistribusi

normal sehingga uji beda dilakukan dengan statistic nonparametric

Mann Whitney U.

Berdasarkan hasil uji beda Mann Whitney U dapat diketahui

bahwa nilai signifikansi 0,000<0,05 yang menandakan ada

perbedaan rata-rata hormone β-Endorphin antara kelompok control

dan perlakuan.

Page 99: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

88  

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh Edukasi Dukungan Suami Pada tingkat Depresi

Tabel 4.5 Pengaruh Edukasi Dukungan Suami terhadap Tingkat Depresi

pada Ibu Postpartum

Variable

Tingkat depresi

Nilai

P

Sedang Ringan Normal Mean (SD) r

n % n % n %

Control

(leafleat)

5 31 11 69 0 0 150.00 0.47871

-234

0,000

Intervensi

(Edukasi)

0 0 8 50 8 50 168.75 0.51640

*Uji Korelasi Pearson

Berdasarkan tabel diatas pada kelompok control hasil

pemeriksaan tingkat depresi pada kelompok control yakni 11 orang

mengalami depresi ringan dan 5 orang mengalami depresi sedang.

Sedangkan responden pada kelompok intervensi yakni ada 8 orang

responden yang mengalami depresi ringan dan 8 orang responden

yang normal.

Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan menggunakan

uji Korelasi Pearson pada kelompok intervensi dan Kontrol yaitu

didapatkan P value 0,000. Hal ini menunjukkan P < 0,05, maka Ho

ditolak, artinya terdapat pengaruh pemberian edukasi tentang

dukungan suami pada kelompok intervensi dan tidak terdapat

pengaruh pemberian edukasi tentang dukungan suami pada

kelompok kontrol.

Page 100: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

89  

b. Pengaruh Edukasi Dukungan Suami Terhadap Hormone β-

Endorphin

Tabel 4.6 Pengaruh Edukasi Dukungan Suami Terhadap

Hormone β-Endorphin Variable Hormon β-Endorphin Nilai P

Mean (SD)

Control

125.00 47871 0,000

Intervensi 168.75 51640

*Uji Korelasi Pearson

Berdasarkan tabel diatas pada kelompok control diperoleh

nilai mean hormone β-Endorphin pada kelompok Kontrol yaitu

125.00 ng/L sedangkan pada kelompok intervensi yaitu 168.75

ng/L. dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata hasil

pemeriksaan hormone β-Endorphin pada kelompok intervensi lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil dengan uji Mann Whitney diatas dapat

diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000<0,05 menandakan ada

perbedaan rata-rata hormone endorphin antara kelompok control

dan perlakuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

pemberian edukasi tentang dukungan suami terhadap hormone

Endorphin.

Page 101: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

90  

c. Pengaruh Hormon β-Endorphin Terhadap Tingkat Depresi

Tabel 4.7 Pengaruh Hormon β-Endorphin Terhadap Tingkat Depresi

pada ibu postpartum kelompok intervensi

Kelompok Hormon β-

Endorphin

Tingkat Depresi

Nilai P

Mean (SD) Mean (SD) Kontrol 1.2500 .44721 1.6875 .47871 0,002

Intervensi 1.6875 .47871 1.5000 .51640 0,001

*Uji Maan Whitney U

Pada uji beda variable kedua kelompok diatas di gunakan uji

Maan Whitney U dimana di dapatkan hasil untuk kelompok control

nilai P 0,002 dan kelompok intervensi 0,001 yang menandakan ada

perbedaan hormone endorphin pada responden berdasarkan

tingkat depresi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

hormeone endorphin terhadap tingkat depresi pada kelompok

control dan intervensi.

B. Pembahasan

Edukasi dukungan suami terhadap ibu postpartum adalah

pemberian materi pembelajaran bagi pendamping ibu postpartum tentang

peran pendamping untuk mengurangi tingkat depresi dan meningkatkan

jumlah hormone endorphin pada ibu postpartum primipara selama masa

nifas. Setelah dilakukan penelitian di RS terhadap 32 orang ibu

postpartum primipara, maka didapatkan hasil dengan penjelasan sebagai

berikut :

Page 102: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

91  

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari umur,

pendidikan dan social ekonomi. Umur juga merupakan faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Salah satu prinsip edukasi

adalah pertimbangan umur, karena untuk menumbuh kembangkan

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, perlu

dipertimbangkan umur dan hubungannya dengan proses edukasi.

(Wahit, 2007).

Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang untuk

memahami dan menyerap informasi. Menurut notoadmodjo dalam

Fatmawati (2012), pengetahuan merupakan hasil tau, sebagian

pengetahuan itu diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu yang berasal

dari pendidikan, pengalaman, dan hubungan social sehingga

menghasilkan perubahan pengetahuan dan perilaku. Menurut Wong

dalam Wahit (2007), salah satu tujuan edukasi kesehatan adalah agar

individu mempelajari apa yang dapat ia lakukan sendiri dan bagaimana

caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada system pelayanan

kesehatan formal. Dalam penelitian ini, latar belakang pendidikan

kelompok intervensi dan control lebih didomonasi oleh latar belakang

pendidikan menengah-tinggi, sehingga memiliki cukup kemampuan

untuk menerima informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan

peran pendamping pada masa nifas karena salah satu prinsip edukasi

yaitu edukasi harus bersifat negosiasi yaitu menentukan apa yang

Page 103: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

92  

telah diketahui dan apa yang penting untuk diketahui. Sehingga akan

menghasilkan edukasi yang interaktif, yaitu suatu proses yang dinamis

yang melibatkan partisipasi responden dan peneliti.

2. Pengetahuan suami pada kelompok control dan intervensi

sebelum dan sesudah edukasi

Suami yang berperan sebagai pendamping masa nifas sebaiknya

dipersiapkan jauh hari sebelum persalinan tiba. Beberapa syarat untuk

menjadi pendamping masa nifas adalah cukup usia, cukup matang,

dan memiliki kesiapan mental dan pengetahuan untuk mendukung ibu

secara fisik dan emosional. (Simkin, 2008)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 orang responden pada

kelompok intervensi dan kontrol, diketahui bahwa suami sebagai

pendamping ibu postpartum tidak memiliki pengetahuan yang baik

tentang apa perannya sebagai pendamping masa nifas. Hal ini dapat

dilihat dari hasil pretest kuesioner diketahui dari 16 responden

kelompok control sebelum edukasi ada 12 orang (75%) yang memiliki

pengetahuan kurang dan hanya 4 orang (25%) yang memiliki

pengetahuan baik. Sedangkan untuk kelompok intervensi sebelum

edukasi ada 11 orang (69%) yang memiliki pengetahuan kurang dan 5

orang (31%) memiliki pengetahuan baik.

Namun setelah dilakukan pemberian edukasi tentang peran

pendamping ibu postpartum, diketahui bahwa hasil post test ada 10

orang (63%) yang memiliki pengetahuan kurang dan 6 orang (37%)

Page 104: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

93  

yang memiliki pengetahuan baik untuk kelompok control dan untuk

kelompok intervensi ada 3 orang (19%) yang memiliki pengetahuan

kurang dan 13 orang (81%) yang memiliki pengetahuan baik.

Secara umum baik pada kelompok kontrol maupun intervensi

jumlah responden yang memiliki pengetahuan tentang dukungan

suami mengalami peningkatan setelah diberi edukasi. Meskipun pada

kelompok kontrol masih didominasi oleh responden dengan kategori

kurang memahami pengetahuan tentang dukungan suami. Menurut

Wahit, dkk 2007 salah satu prinsip edukasi ialah negosiasi yakni

pentingnya tenaga kesehatan dan klien bersama-sama menentukan

apa yang telah diketahui, dan apa yang penting untuk diketahui selain

itu prinsip yang harus ada dalam edukasi adalah interaktif yakni

melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan dan klien dalam berbagi

informasi.

Hal ini sejalan dengan studi kualitatif dengan 800 suami tentang

pengalaman selama mendampingi istri dalam persalinan. Sebagian

besar suami mengatakan mereka tidak memiliki informasi yang cukup

tentang persalinan, sehingga mereka membutuhkan informasi yang

lebih banyak tentang strategi koping untuk istri dalam persalinan,

informasi tentang nyeri persalinan, dan peran serta mereka selama

proses persalinan. (Evidence Based, 2012)

Hal ini juga terlihat pada hasil studi kualitatif 20 ibu primipara yang

dilakukan oleh Ester Kungwimba, dkk di Malawi menunjukkan bahwa

Page 105: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

94  

ibu primipara yang didampingi selama persalinan mengatakan, ibu

belum mendapatkan dukungan maksimal dari pendamping persalinan,

hal ini dikarenakan selama Antenatal Care tidak adanya edukasi

tentang peran pendamping persalinan sehingga ibu tidak mengetahui

jenis dukungan apa sebenarnya akan dia terima selama proses

persalinan dari suami sebagai pendamping persalinan, dan disisi lain

suami sebagai pendamping persalinan juga tidak mengetahui apa

perannnya sebagai pendamping persalinan dan jenis dukungan apa

yang seharusnya dia berikan kepada ibu selama proses persalinan.

(Kungwimba, 2013).

3. Pengaruh edukasi dukungan suami terhadap tingkat depresi pada

kelompok control dan intervensi

Dalam penelitian ini berdasarkan uji korelasi antara tingkat depresi

pada kelompok kontrol dan intervensi diperoleh nilai P= 0,000<0,05

menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada tingkat

depresi ibu postpartum yang didampingi oleh suami yang telah

diberikan edukasi, dibandingkan dengan ibu yang suaminya tidak

mendapatkan edukasi tentang perang pendamping selama masa nifas.

Salah satu tujuan pendidikan kesehatan menurut Green dalam

Notoadmojo, 2012 yaitu untuk menggugah kesadaran, memberikan

atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarga maupun

masyarakatnya. Hal ini di buktikan dengan adanya perbedaan tingkat

Page 106: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

95  

depresi pada kelompok kontrol dan intervensi dimana pada kelompok

intervensi nilai mean lebih tinggi hal ini disebabkan oleh pemberian

edukasi yang disertai dengan metode dan media edukasi sedangkan

pada kelompok kontrol nilai mean lebih rendah, hal ini di karenakan

kelompok kontrol hanya diberi media edukasi berupa leafleat.

Secara psikologis, seorang wanita yang baru saja melahirkan akan

mengalami tekanan psikis. Banyak wanita yang sepintas merasa

bahagia dengan kelahiran bayinya, namun sejalan dengan itu, akan

muncul gangguan suasan hati, perasaan sedih dan tekanan yang

dialami oleh seorang wanita setelah melahirkan yang berlangsung

pada minggu pertama, terutama pada hari ketiga hingga

kelima.(Herawati, dkk. 2014)

Ibu membutuhkan support system berupa dukungan dari suami

ataupun anggota keluarga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

kehadiran suami atau keluarga sebagai pendamping pada masa nifas

mampu menurunkan stress pada ibu postpartum.

Menurut House (1985) dalam Suhita (2005) mengatakan salah satu

jenis dukungan yang paling penting bagi ibu nifas adalah dukungan

emosional. Bentuk dukungan ini melibatkan rasa empati kepada istri

yang baru saja berjuang melahirkan bayinya, menghadirkan suasana

kehangatan, dan memberikan perhatian yang akan membuat ibu

memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh suami

sehingga ibu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan

Page 107: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

96  

ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak

dapat dikontrol oleh ibu.

Menurut Notoatmodjo, dalam Arita Muwarni, 2014, Pendidikan

secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan. Edukasi yang diberikan pada suami sebagai pendamping

masa nifas mencakup hal-hal apa saja yang dapat dan harus dilakukan

suami selama mendampingi pada masa nifas. Dukungan fisik dan

psikologis sangat dibutuhkan oleh ibu selama masa nifas untuk

mengurangi depresi. Adapun bentuk dukungan yang di berikan suami

kepada ibu postpartum diantaranya adalah suami selalu

memperhatikan kondisi istri dan tidak lupa menghargai kemampuan

dan keahlian istri dalam merawat bayi serta suami dapat diandalkan

saat istri membutuhkan bantuan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Esther T.

Hutagaol dari Universitas Indonesia dengan Hasil penelitian

menunjukkan penurunan proporsi depresi secara bermakna pada

kelompok intervensi (p=0,000), namun tidak berbeda bermakna

dibandingkan kelompok kontrol (p=1,000).

Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Intervensi

pendidikan kesehatan direkomendasikan untuk dikembangkan sebagai

Page 108: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

97  

bagian dari discharge planning untuk meningkatkan kesehatan

psikologis ibu postpartum.

4. Pengaruh Edukasi Dukungan Suami Terhadap Hormone β-

endorphin pada ibu postpartum

Kasdu (2005) menyebutkan bahwa faktor hormonal seringkali

disebut sebagai faktor utama yang dapat memicu timbulnya stress

pascapartum. Faktor ini melibatkan terjadinya perubahan kadar

sejumlah hormon dalam tubuh ibu pasca persalinan, yaitu

menurunnya kadar hormon progesteron, hormon estrogen,

ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya tingkat endorfin

(hormon kesenangan). Selain itu kurangnya dukungan dari suami dan

orang-orang sekitar juga merupakan salah satu faktor depresi pada

ibu postpartum.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membantu ibu

beradaptasi pada masa nifas yakni peran dan fungsi menjadi orang

tua, respon dan dukungan psikososial dari keluarga, sejarah riwayat

dan pengalaman masa kehamilan dan persalinan, harapan, keinginan

dan aspirasi pada saat hamil dan melahirkan. Semua hal tersebut

saling berkaitan selama proses adaptasi.

Dalam bidang kesehatan, edukasi merupakan satu bentuk

intervensi yang mandiri berupa pendidikan kesehatan untuk

membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam

Page 109: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

98  

mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran,

yang didalamnya tenaga kesehatan berperan sebagai pendidik.

Pada penelitian ini didapatkan nilai mean hormone β-Endorphin

pada kelompok kontrol yakni 1.2500 sedangkan pada kelompok

intervensi nilai mean hormone β-Endorphin yakni 1.16875 dan

berdasarkan hasil uji beda dengan Mann Whitney dapat diketahui

bahwa nilai signifikansi 0,000<0,05 menandakan ada perbedaan rata-

rata hormone endorphin antara kelompok control dan Intervensi yang

berarti bahwa ada pengaruh pemberian edukasi tentang dukungan

suami terhadap hormone Endorphin.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dr.

Archana Sharma yang berjudul Endogenous Opioid In Human Cells.

Salah satu pendapat dari hasil penelitian tersebut yang berkaitan

dengan ibu postpartum adalah Gejala psikologi pasca melahirkan

(seperti kesedihan pasca melahirkan, depresi, dan penyakit kejiwaan)

pada manusia merupakan efek lain dari mekanisme yang dapat

diinterpretasikan sebagai gejala kehilanga endorfin.

Sebagai kesimpulan, tingkat depresi yang dialami oleh ibu

postpartum akan dipengaruhi oleh kualitas pendamping masa nifas

yang telah di beri edukasi terlebih dahulu sehingga mempengaruhi

pula hormone endorphin pada ibu postpartum. Hasil pemeriksaan

hormone β-Endorphin bagi kelompok yang tidak diberi edukasi

Page 110: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

99  

cenderung rendah di bandingkan dengan hasil pemeriksaan hormone

β-Endorphin pada kelompok intervensi.

5. Pengaruh Hormon β-Endorphin Terhadap Tingkat Depresi

Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang membuat

seseorang merasa senang. Endorfin diproduksi oleh kelenjar pituitary

yang terletak di bagian bawah otak. Hormon ini bertindak seperti

morphine, bahkan 200 kali lebih besar dari morphine. Endorfin atau

Endorphine mampu menimbulkan perasaan senang dan nyaman

hingga membuat seseorang berenergi. (Haruyama, 2014)

Endorphin adalah peptide peptide opioid endogen yang terdiri

daro 31 asam amino yang telah terbukti terlibat terhadap gangguan

yang berhubungan dengan stress serta gangguan lain seperti obesitas

diabetes dan respon imun. Endorphin dapat bertindak sebagai

neurotransmitter di pusat system saraf dan neuron diotak yang

mensintesis dan mengeluarkan endorphin terutama terletak di dalam

inti Arkuata hypothalamus (ARN), anterior dan neuro intermediate

lobus kelenjar hypofisis, solitaries necleus tracktus, dan ekstensi

neuron ini berakhir pada beberapa daerah diotak. Karena diproduksi di

beberapa daerah di bagian otak yang terkait dengan perannya

terhadap respon stress maka disarankan digunakan dalam manifestasi

beberapa penyakit kejiwaan.

Selama ini endorphin sudah dikenal sebagai zat yang banyak

manfaatnya. Beberapa diantaranya adalah, mengatur produksi hormon

Page 111: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

100  

pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang

menetap, mengendalikan perasaan stres, serta meningkatkan sistem

kekebalan tubuh. Dalam kaitannya dengan depresi pada ibu post

partum hormone β-Endorphin di harapkan dapat membantu ibu dalam

mengatasi kemungkinan depresi yang dapat dialami ibu pascasalin

melalui mekanisme pendampingan oleh suami yang telah diberi

edukasi terlebih dahulu selama masa nifas.

Pada uji statistic Maan Whitney dimana di dapatkan hasil untuk

kelompok control nilai P 0,002 dan kelompok intervensi 0,001 yang

menandakan ada perbedaan hormone endorphin pada responden

berdasarkan tingkat depresi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh hormeone endorphin terhadap tingkat depresi pada

kelompok control dan intervensi.

Hal tersebut sejalan dengan teori yang di ungkapkan oleh dr.

Shigeyu Haruyama dalam bukunya The Miracle Of Endorphine

mengungkapkan salah satu langkah-langkah yang diberikan oleh Dr.

Haruyama untuk menstimulus keluarnya hormon β-Endorphin untuk

mengoptimalkan fungsinya dalam tubuh secara garis besar antara lain

melalui sentuhan lembut dari pasangan serta sesuatu yang membuat

tersenyum atau tertawa minimal 10 hingga 15 menit perhari.

C. Keterbatasan

Keterbatasan yang dimiliki peneliti dalam penelitian ini adalah

ketidakmampuan peneliti dalam mengkoordinasi dan mengendalikan

Page 112: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

101  

keadaan responden terkhusus kadar endorphin dan tingkat Depresi. Hal

ini disebabkan karena kedua variabel tersebut pada umumnya bersifat

subjektif dan dipengaruhi berbagai faktor lain yang tidak diteliti oleh

peneliti.

Dari segi pelaksanaan pemberian Edukasi yang dilakukan terjadwal

yaitu 2 kali selama responden di rawat di perawatan nifas, ada responden

yang kurang menyimnak dengan baik materi yang diberikan sehingga ada

kemungkinan kurang mendapatkan hasil yang maksimal.

Page 113: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

102  

BAB V

A. Kesimpulan

Berasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh pemberian edukasi tentang dukungan suami terhadap tingkat

depresi dan hormone β- Endorphin pada ibu postpartum primipara.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang di damping oleh suami

yang telah diberi edukasi cenderung mengalami depresi ringan

sedangkan ibu yang didampingi oleh suami dan tidak mendapatkan

edukasi cenderung beresiko mengalami depresi sedang dan berat.

B. Saran

1. Pemberian edukasi pada pendamping ibu post partum sebaiknya di

berikan jauh hari sebelum ibu melahirkan mengingat pemberian

edukasi pada pendamping ibu postpartum merupakan hal yang nyata

pasca melahirkan yang akan dilakukan bersama dengan ibu untuk

menghindari kemungkinan terjadi depresi yang di akibatkan oleh

kurangnya dukungan social khususnya dukungan dari suami.

2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti pengaruh

pendampingan ibu nifas terhadap keberhasilan ASI Ekslusif dan

hormone β- Endorphine. Dengan menganalisis sejauh mana ASI dapat

mempengaruhi Kadar Hormone β-Endorphin pada ibu Menyusui.

Page 114: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

103  

DAFTAR PUSTAKA

Adryanto, R.Dr (2014).Suami Siaga.Cetakan Pertama. Yogyakarta :

Laksana

Bobak dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta :

EGC

Dahro, Ahmad. (2012), Psikologi Kebidanan : Analisis Perilaku Wanita

Untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Dalami, E, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah

Psikososial, Jakarta : Trans Info Media

Haruyama S. (2015). The Miracle Of Endorphin Cetakan I. Bandung :PT.

Mizan Pustaka

Hawari, Dadang (2006). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Kaplan, H.I & Sadock, B.J (2004). Sinopsis Psikiatri, Jilid 2, Alih Bahasa.

Jakarta : Bina Rupa Aksara

Klein, S., Thompson, F. (2009). Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta

: Pallmall

Kungwimba, E.(2013). Experience Of Woman With The Support They

Received From Their Birth Companions During Labor And Delivery

In Malawi. Health Journal. No. 1. Vol. 5. Pages 45-52

Lapau, Buchari (2015). Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Luh Putu & Kadek. (2013). Pengaruh Dukungan Suami terhadap Istri yang

Mengalami Kecemasan pada Kehamilan Trimester III. Jurnal

Psikologi Undayana. Vol.1. No. 1. Halaman 1-11.

Page 115: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

104  

Page 116: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium Terpadu

JL JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar 90245 Contact Person: dr. Agussalim Bukhari, M.Med, PhD, SpGK (HP. 081241850858), email:

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi wabarakatuh,

Perkenalkan nama saya Ummul Khair, NIM P4400215037, saya adalah

mahasiswa Magister kebidanan FK.UNHAS, sedang melakukan penelitian sebagai

bagian dari tugas akhir program pendidikan dengan judul tesis “Pengaruh

Pemberian Edukasi tentang Dukungan Suami terhadap Tingkat Stres dan

Hormon β-Endorphin pada Ibu Post Partum”.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Edukasi

tentang Dukungan Suami terhadap Tingkat Stres dan Hormon β-Endorphin pada Ibu

Post Partum. Saya akan melakukan penelitian dalam bentuk wawancara dengan

menggunakan kuisioner dan laboratorium terhadap suami dan ibu post partum

primipara.

Jika Ibu dan suami bersedia menjadi responden penelitian ini maka peneliti

akan menanyakan identitas dan beberapa hal yang mungkin ibu dan suami alami.

Selanjutnya peneliti memberikan edukasi kepada suami dan ibu post partum tentang

pemberian dukungan suami kepada ibu postpartum dengan model diskusi yang

dibantu dengan media leafleat. Setelah itu peneliti membuat kontrak waktu untuk

beberapa pertemuan berikutnya selama ibu dirawat di di perawatan Nifas RSUD

Latemmamala Soppeng sebelum dilakukan langkah penelitian selanjutnya yakni

satu minggu kemudian untuk menilai tingkat stress ibu dengan menggunakan

kuestioner dan mengambil sampel darah ibu untuk menilai hormone β-endorphin

pada ibu post partum yang dibantu oleh petugas laboratorium dari RSUD

Latemmamala Kabupaten Soppeng dan akan dibawa ke Lab. RSP. Unhas dan

dilakukan pemeriksaan. Tetapi jika Ibu merasa tidak berkenan dengan alasan

tertentu, Ibu berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini. Keikutsertaan Ibu

dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan.

Page 117: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

Biaya pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan pada ibu menjadi

tanggung jawab peneliti.

Pada penelitian ini akan dilakukan pengambilan darah kira-kira 3cc untuk

pemeriksaan Hormon β-Endorphin. Proses pengambilan darah ini tidak berlangsung

lama kurang lebih 5 menit. Pengambilan darah dilakukan pada pembuluh darah di

lipatan lengan, akan terasa sakit sedikit dan dapat terjadi perdarahan di tempat

pengambilan. Namun kemungkinan ini akan sangat kecil karena yang akan

melakukan pengambilan darah adalah peneliti dan petugas laboratorium terlatih.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka ibu akan dipantau

selama 30 menit setelah pengambilan darah. Bila terjadi perdarahan, maka kami akan

segera memberikan pengobatan dan ibu berhak untuk menolak atau melanjutkan ikut

dalam penelitian. Kompensasi untuk ibu yang bersedia menjadi responden dalam

penelitian adalah bingkisan makanan yang akan diberikan setelah pengambilan darah

dan akan ditanggung oleh peneliti.

Identitas Ibu maupun data lainnya serta semua informasi yang diberikan akan

dijamin kerahasiaannya dengan menyamarkan identitas dan dibuat dalam logbook,

data disajikan hanya untuk kepentingan penelitian serta pengembangan ilmu. Bila

ada hal-hal yang tidak jelas, Ibu dapat menanyakan langsung kepada peneliti.

Peneliti,

Ummul Khair

Page 118: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

 

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium Terpadu

JL JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar 90245 Contact Person: dr. Agussalim Bukhari, M.Med, PhD, SpGK (HP. 081241850858), email: [email protected]

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Pengaruh Pemberian Edukasi tentang Dukungan Suami terhadap Tingkat Stres

dan Hormon β-Endorphin pada Ibu Post Partum

PERNYATAAN RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Kode responden : Umur : Alamat : Setelah mendengar/membaca dan mengerti penjelasan yang diberikan oleh peneliti : Nama : Ummul Khair Prodi : Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran UNHAS

Saya bersedia menjadi responden bukan karena adanya paksaan dari pihak lain, namun karena keinginan sendiri dan tanpa biaya yang akan ditanggungkan kepada saya sesuai dengan penjelasan yang sudah dijelaskan oleh peneliti. Baik yang berhubungan dengan tujuan, manfaat, serta efek yang ditimbulkan penelitian ini, Maka dengan ini saya menyatakan setuju untuk ikut dalam penelitian ini secara sukarela dan tanpa paksaan.

Hasil yang diperoleh dari saya sebagai responden dapat dipublikasikan sebagai hasil dari penelitian dan akan diseminarkan pada ujian hasil dengan tidak akan mencantumkan nama, kecuali nomor informan.

Nama Tanda Tangan Tgl/Bln/Thn 1. Responden

2. Saksi I

3. Saksi II

Penanggung Jawab Penelitian Penanggung Jawab Medis Nama : Ummul Khair Alamat : Jln. Perintis Kemerdekaan VII F/23 No Hp : 085299974674

dr. Hj. Fadillah, Sp.OG.,M.Kes(K) Alamat : Jl. Kesatria Watansoppeng

Page 119: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

 

 

 

Page 120: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

depresi_control 1.6875 .47871 16

depresi_intervensi 1.5000 .51640 16

Correlations

depresi_control depresi_intervensi

depresi_control

Pearson Correlation 1 -.234

Sig. (2-tailed) .000

N 16 16

depresi_intervensi

Pearson Correlation -.234 1

Sig. (2-tailed) .000

N 16 16

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

endorphin_control 1.2500 .44721 16

endorphin_intervensi 1.6875 .47871 16

Correlations

endorphin_control endorphin_intervensi

endorphin_control

Pearson Correlation 1 .405

Sig. (2-tailed) .000

N 16 16

endorphin_intervensi

Pearson Correlation .405 1

Sig. (2-tailed) .000

N 16 16

Uji normalitas hormone

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

endorfin_kontrol .292 16 .001 .761 16 .001

endorfin_intervensi .459 16 .000 .332 16 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 121: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

Correlations

hormon_endorphin tingkat_depresi

Spearman's rho

hormon_endorphin

Correlation Coefficient 1.000 -.225

Sig. (2-tailed) . .000

N 32 32

tingkat_depresi

Correlation Coefficient -.225 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 32 32

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

endorphin N Mean Rank Sum of Ranks

depresi_control

rendah 12 8.33 100.00

tinggi 4 9.00 36.00

Total 16

depresi_intervensi

rendah 12 8.50 102.00

tinggi 4 8.50 34.00

Total 16

Test Statisticsa

depresi_control depresi_intervensi

Mann-Whitney U 22.000 24.000

Wilcoxon W 100.000 34.000

Z -.302 .000

Asymp. Sig. (2-tailed) .002 .001

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .003b .001b

a. Grouping Variable: endorphin

b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test

Ranks

Page 122: TESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG …

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

depresi

kontrol 16 18.00 288.00

intervensi 16 15.00 240.00

Total 32

endorphin

kontrol 16 13.00 208.00

intervensi 16 20.00 320.00

Total 32

Test Statisticsa

depresi endorphin

Mann-Whitney U 104.000 72.000

Wilcoxon W 240.000 208.000

Z -1.063 -2.441

Asymp. Sig. (2-tailed) .288 .015

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .381b .035b

a. Grouping Variable: kelompok

b. Not corrected for ties.