tesis kemampuan prediksi variabel konservatisma akuntansi dan
TRANSCRIPT
TESIS
KEMAMPUAN PREDIKSI VARIABEL KONSERVATISMA AKUNTANSI
DAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGUNGKAPAN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI PT BURSA EFEK INDONESIA
PUTU DIAN PRADNYANITASARI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
i
TESIS
KEMAMPUAN PREDIKSI VARIABEL KONSERVATISMA AKUNTANSI
DAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGUNGKAPAN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DIPT BURSA EFEK INDONESIA
PUTU DIAN PRADNYANITASARI
NIM 1191662003
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
ii
KEMAMPUAN PREDIKSI VARIABEL KONSERVATISMA AKUNTANSI
DAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGUNGKAPAN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI PT BURSA EFEK INDONESIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi
Program Pascasarjana Universitas Udayana
PUTU DIAN PRADNYANITASARI
NIM 1191662003
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL, 29 OKTOBER 2014
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Drs. I Made Sukartha, M.Si., Ak. Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE., MSi., Ak.
NIP. 19560505 198303 1 004 NIP. 19650323 199103 1 004
Mengetahui
Ketua Program Direktur
Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana
Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP. 19641224 199103 1 002 NIP. 19590215 198510 2 001
iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS
Tesis Ini Telah Diuji Pada
Tanggal, 29 Oktober 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
Nomor: 4053/UN14.4/HK/2014
Ketua : Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak.
Anggota : Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE., MSi., Ak.
Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., MSi.
Dr. I Ketut Budiartha, SE., MSi., Ak.
Dr. IG.A.M. Asri Dwija P. SE., MSi.
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Putu Dian Pradnyanitasari
NIM : 1191662003
Program Studi : Magister Akuntansi
Judul Tesis : Kemampuan Prediksi Variabel Konservatisma Akuntansi dan
Corporate Governance Dalam Pengungkapan Kinerja
Keuangan Perusahaan yang Terdaftar di PT Bursa Efek
Indonesia.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik
Indonesia No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 29 Oktober 2014
Putu Dian Pradnyanitasari
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, sehingga tesis
dengan judul “KEMAMPUAN PREDIKSI VARIABEL KONSERVATISMA
DAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGUNGKAPAN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI PT
BURSA EFEK INDONESIA” dapat diselesaikan.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Strata 2 (S2) di Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana guna memperoleh gelar Magister Akuntansi konsentrasi Akuntansi
Keuangan dan Auditing. Sepenuhnya disadari bahwa tanpa bantuan berbagai
pihak, usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan tesis ini tidak akan
membuahkan hasil yang berarti. Pada kesempatan ini perkenankan pula penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi, Ak. Sebagai Pembimbing I beserta
Bapak Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE, MSi, Ak sebagai Pembimbing II
sekaligus Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberikan
dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Para penguji tesis yaitu, Bapak Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi.;
Bapak Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi, Ak.; dan Ibu Dr. I.G.A. Made Asri
Dwija P. SE, MSi. sebagai Penguji yang dengan penuh perhatian memberi
kritik dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
vii
3. Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-
KEMD atas fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan di Program Magister pada Universitas Udayana.
4. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A.
Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
5. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, Ak selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi (MAKSI) Universitas Udayana. Bapak dan Ibu Dosen,
serta seluruh staf yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian
tesis ini.
6. Orang tua terkasih Ir. I Ketut Sunadra, M.Si dan Ir. Luh Anggreni, Adik-adik
Made Sri Adnyasitarini dan Nyoman Galuh Narendraswari Saraswati, serta
seluruh keluarga atas segala dukungan yang tidak pernah terhenti untuk
menempuh pendidikan kepada penulis.
7. Suami tercinta I Putu Gede Patma Andika Putra, S.S.T. yang selalu
mendoakan dan memotivasi penulis dalam penyelesaian tesis ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan MAKSI Angkatan IX atas dukungan, semangat
dan kerjasama rekan-rekan yang telah memotivasi penulis dalam perkuliahan
maupun dalam penyelesaian tesis ini.
viii
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan anugerah-Nya kepada kita semua, serta pihak-pihak yang telah
membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
menempuh studi hingga penulisan tesis ini selesai.
Denpasar, 29 Oktober 2014
Penulis
ix
KEMAMPUAN PREDIKSI VARIABEL KONSERVATISMA DAN
CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGUNGKAPAN KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI PT BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Laporan keuangan merupakan dasar dari penilaian kinerja keuangan
perusahaan, dimana dalam laporan keuangan terdapat gambaran usaha secara
keseluruhan dan gambaran tata kelola manajemen dalam mengelola sumber daya
perusahaanya. Penelitian terdahulu lebih sering menguji hubungan antara rasio
keuangan dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi
dari penelitian Smith et.al (2011) dimana tujuan penelitian ini adalah untuk
membangun sebuah model yang dapat memprediksi kinerja keuangan perusahaan
dengan menambahkan variabel konservatisma dan corporate governance untuk
seluruh perusahaan yang terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia tahun 2011.
Metode pemilihan sampel menggunakan purposive sampling sehingga diperoleh
143 perusahaan yang dijadikan sampel.
Data dianalisis dengan menggunakan analisis faktor dan analisis
diskriminan. Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis dilakukan analisis
data dengan mengunakan statistik deskriptif dan melakukan proses winsorized
mean pada data yang oultier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
tambahan seperti konservatisma dan corporate governance ternyata tidak
memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan dan tidak mampu
meningkatkan akurasi model prediksi kinerja keuangan perusahaan. Hanya
variabel rasio keuangan yaitu EBITTA, GCFTD, EBTACL, ROSF, CLTA dan
CR serta ukuran perusahaan (size) yang memiliki hubungan positif dengan kinerja
keuangan perusahaan dan mampu membangun model yang dapat memprediksi
kinerja keuangan perusahaan.
Kata kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dewan
Komisaris Independen, Komite Audit, Konservatisma dan Kinerja
Keuangan Perusahaan.
x
ABSTRACT
Financial statements are the basis of the assessment of the financial
performance of the company, in which the financial statements are an overview
and description of the overall business management governance to manage the
resources of the company. On previous research, they examines the relation
between financial ratios to company financial performance. This research is
replicating Smith et al. (2011) in which the goal of this research is to build a
model that can predict the financial performance of the company by adding a
variable conservatism and corporate governance for all companies listed on the
Indonesia Stock Exchange in 2011 election method using purposive sampling to
obtain 143 firms sampled.
Data were analyzed using factor analysis and discriminant analysis. Before
testing the hypotheses with data analysis using descriptive statistics and perform
processes on data oultier winsorizing. The results showed that additional
variables such as conservatism and corporate governance did not have a positive
relationship with the company's financial performance and are not able to
improve the accuracy of predictive models of the company's financial
performance. Only variables that EBITTA financial ratios, GCFTD, EBTACL,
ROSF, CLTA and CR and firm size (size) was positively associated with the
financial performance of the company and was able to build a model that can
predict the financial performance of the company.
Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Board of
Commissioner Independent, Audit Committee, conservatism and
Corporate Financial Performance.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ....................................................................................... i
PRASYARAT GELAR ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS .............................................. iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... ix
ABSTRACT ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah........................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ......................................................................... 12
2.1.1 Teori Keagenan ............................................................... 12
2.1.2 Kinerja Keuangan Perusahaan ........................................ 14
2.1.3 Rasio Keuangan .............................................................. 16
2.1.4 Ukuran Perusahaan ......................................................... 22
2.1.5 Konservatisma Akuntansi ............................................... 23
2.1.6 Corporate Governance ................................................... 28
2.2 Penelitian Sebelumnya ............................................................. 30
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 35
3.2 Konsep Penelitian .................................................................... 36
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................. 38
3.1.1 Konservatisma Akuntansi ............................................... 38
3.1.2 Corporate Governance ................................................... 39
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian .............................................................. 40
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 42
4.3 Sumber Data ............................................................................. 42
4.3.1 Populasi dan Sampel ....................................................... 42
4.4 Variabel Penelitian ................................................................... 43
xii
4.4.1 Identifikasi Variabel ........................................................ 43
4.4.2 Definisi Operasional Variabel ......................................... 44
4.5 Teknik Analisis Data ................................................................ 52
4.5.1 Analisis Faktor ................................................................ 52
4.5.2 Analisis Diskriminan....................................................... 53
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Sampel Penelitian .................................................... 56
5.2 Statistik Deskriptif ................................................................... 57
5.3 Analisis Faktor ......................................................................... 68
5.4 Analisis Diskriminan ............................................................... 70
5.5 Pengujuan Hipotesis ................................................................. 76
5.5.1 Konservatisma berhubungan positif dengan Kinerja
Keuangan Perusahaan (H1a) ............................................ 76
5.5.2 Konservatisma dapat digunakan untuk meningkatkan
Akurasi model prediksi Kinerja Keuangan Perusahaan
(H1b) ................................................................................ 77
5.5.3 Variabel yang mewakili Corporate Governance
Berhubungan positif dengan Kinerja Keuangan
Perusahaan (H2a) ............................................................. 77
5.5.4 Variabel yang mewakili Corporate Governance dapat
digunakan untuk meningkatkan Akurasi model prediksi
Kinerja Keuangan Perusahaan (H2b) .............................. 78
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Konservatisma berhubungan positif dengan Kinerja Keuangan
Perusahaan ............................................................................... 79
6.2 Konservatisma dapat digunakan untuk meningkatkan Akurasi
model prediksi Kinerja Keuangan Perusahaan ........................ 80
6.3 Variabel yang mewakili Corporate Governance Berhubungan
positif dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ......................... 81
6.4 Variabel yang mewakili Corporate Governance dapat
digunakan untuk meningkatkan Akurasi model prediksi Kinerja
Keuangan Perusahaan .............................................................. 82
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Penelitian .................................................................... 83
7.2 Keterbatasan dan Saran ............................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 92
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Tabel Kondisi EPS pada 9 sektor perusahaan yang terdaftar di BEI
periode 2011-2012 ................................................................................. 6
1.2 Tabel Kondisi Return Sahampada 9 sektor perusahaan yang terdaftar
di BEI periode 2011-2012 ...................................................................... 6
4.1 Tabel Proses Pemilihan Sampel ............................................................. 43
4.2 Tabel Nilai Validasi dalam Analisis Faktor ........................................... 52
5.1 Tabel Deskripsi Sampel Penelitian ........................................................ 56
5.2 Tabel Statistik Deskriptif ....................................................................... 58
5.3 Tabel Hasil Ekstraksi Tujuh Komponen Faktor .................................... 69
5.4 Tabel Hasil Analisis Komponen ............................................................ 70
5.5 Tabel of Equity of Group Means ........................................................... 71
5.6 Tabel Struktur Matrix ............................................................................ 72
5.7 Tabel Group Statistik ............................................................................. 73
5.8 Tabel Fungsi Klasifikasi Koefisien ........................................................ 74
5.9 Tabel Kepentingan Relatif dari setiap Variabel Bebas .......................... 75
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1 Gambar Hubungan Penyaji dan Pemakai Laporan Keuangan ............... 2
3.1 Gambar Kerangka Berfikir .................................................................... 36
3.2 Gambar Konsep Penelitian .................................................................... 38
4.1 Gambar Rancangan Penelitian ............................................................... 41
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Sampel Penelitian .................................................................................. 92
2. Statistik Deskriptif ................................................................................. 98
3. Hasil SPSS Analisis Faktor .................................................................... 101
4. Hasil SPSS Analisis Diskriminan .......................................................... 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perekonomian global yang semakin berkembang memiliki dampak bagi
setiap perusahaan di Indonesia. Perusahaan diharapkan dapat mengelola usahanya
dengan lebih baik sehingga dapat bersaing dalam iklim perekonomian global.
Perusahaan juga harus selalu mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya
diberbagai sektor sebagai antisipasi persaingan yang semakin ketat.
Akuntansi merupakan sarana yang dapat digunakan perusahaan untuk
menghasilkan laporan seperti laporan keuangan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan. Laporan
keuangan yang akan diberikan kepada para pihak yang berkepentingan pada
perusahaan idealnya dapat memiliki informasi yang relevan dan reliabel.
Informasi yang relevan adalah informasi yang berisikan mengenai prospek
ekonomis perusahaan dimasa yang akan datang sedangkan informasi yang reliabel
adalah informasi yang tepat dan bebas dari bias.
Kondisi informasi yang relevan dan reliabel pada laporan keuangan ini
akan dapat meningkatkan kepercayaan pihak yang berkepentingan pada
perusahaan seperti shareholder. Umumnya perusahaan dalam menyusun laporan
keuangan harus menggunakan suatu pedoman yang sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum yang dalam hal ini disebut PABU, atau yang di
Amerika disebut dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles).
2
Walapun prinsip akuntansi ini akan membatasi gerak dan kebebasan para
manajemen dalam menyusun laporan keuangan namun prinsip akuntansi ini masih
dapat memberikan ruang bagi manajemen untuk memilih salah satu dari beberapa
metode akuntansi yang diperkenankan sesuai dengan kepentinganya. Hubungan
antara penyaji laporan dengan pemakai laporan keuangan dapat dilihat pada
Gambar 1.1 berikut:
Gambar 1.1
Hubungan Penyaji dan Pemakai Laporan Keuangan
Sumber: Suwardjono (2008)
Sistem Informasi
Akuntansi
Manajemen
Investor
Kreditor
Pemerintah
Pelanggan
Masyarakat
Umum
LAPORAN
KEUANGAN
Didapatkan
kesamaan arti
terhadap pesan
Informasi
Tujuan Pelaporan Tercapai
PERUSAHAAN PIHAK
BERKEPENTINGAN
Menyusun dan menyajikan
sesuai dengan
Menganalisis dan
menginterpretasi sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Umum termasuk Standar
3
Gambar 1.1 diatas menjelaskan bahwa laporan keuangan akan memenuhi
fungsinya dengan baik bila informasi yang terkadung dalam laporan keuangan
dapat memberikan kesimpulan yang sama bagi penyaji maupun pemakai laporan
keuangan.
Laporan keuangan merupakan dasar dari penilaian kinerja keuangan
perusahaan, dimana dalam laporan keuangan terdapat gambaran perusahaan
secara keseluruhan dan gambaran tata kelola manajemen dalam mengelola sumber
daya perusahannya. Penilaian kinerja keuangan dari laporan keuangan dilakukan
dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis laporan
keuangan mencakup pada apakah aktiva dan pasiva perusahaan sudah dikelola
dengan benar. Analisis laporan keuangan sebagai alat dalam penilaian kinerja
keuangan dapat menggunakan ukuran seperti rasio keuangan, dimana rasio
keuangan diperoleh dari perhitungan dalam laporan keuangan.
Menurut Wiagustini (2010) berdasarkan dari aspek keuangan perusahaan
rasio keuangan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) bagian: 1)
Rasio likuiditas, yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, 2) Rasio
solvabilitas/leverage, yaitu rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh dana pinjaman, 3) Rasio profitabilitas/rentabilitas, yaitu
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, 4) Rasio
aktivitas usaha, yaitu rasio untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam
memanfaatkan sumber dananya, dan 5) Rasio penilaian/pasar, yaitu rasio untuk
4
mengukur pengakuan pasar terhadap kondisi keuangan yang dicapai oleh
perusahaan.
Rasio-rasio keuangan diatas yang dihitung dari laporan keuangan berguna
dalam memprediksi kegagalan usaha, dimana rasio keuangan memainkan peran
penting dalam memeriksa kinerja perusahaan. Kegagalan usaha yang dapat
diprediksi dari rasio keuangan dibuktikan dengan beberapa penelitian-penelitian
terdahulu antara lain Altman (1968) dalam jurnalnya Financial Ratios,
Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy,
mengungkapkan bahwa penelitiannya untuk menguji kualitas dari analisis rasio.
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa analisis rasio tradisional tidak penting lagi
dalam lingkungan akademisi, karena dirasa tidak cukup canggih seperti yang
ditunjukkan sebelumnya. Untuk menguji potensinya secara maksimal, beberapa
rasio keuangan dikombinasikan menggunakan pendekatan analisis diskriminan
untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Jika rasio-rasio tersebut
dianalisis secara multivariat, secara statistik akan menghasilkan signifikansi lebih
besar dibandingkan teknik perbandingan rasio keuangan.
Miman (2012) dalam penelitiannya mengenai Analisis Kebangkrutan
Perusahaan dengan Menggunakan Metode Z-Score Altman pada Perusahaan
Otomitif dan Komponennya yang Terdaftar di BEI menunjukkan hanya variabel
EBIT terhadap total aktiva yang berpengaruh signifikan. Sedangkan rasio modal
kerja terhadap total aktiva dan rasio laba ditahan terhadap total aktiva
berpengaruh positif, sebaliknya rasio nilai pasar modal sendiri terhadap nilai buku
5
utang dan rasio penjualan terhadap total aktiva berpengaruh negatif atau
berlawanan terhadap indikasi kebangkrutan yang dialami perusahaan.
Penelitian-penelitian sebelumnya banyak menggunakan rasio keuangan
dalam memprediksi kegagalan usaha, namun tidak terdapat spesifikasi rasio
keuangan definitif yang relevan dalam mengklasifikasikan perusahaan gagal dan
perusahaan yang non gagal. Penelitian ini ingin mereplikasi penelitan sebelumnya
dengan menggunakan kinerja perusahaan sebagai variabel dependen dan
menambahkan variabel konservatisma serta corporate governance selain rasio
keuangan dalam memprediksi kinerja perusahaan. Penggunaan variabel
konservatisma dan corporate governance dalam memprediksi kinerja keuangan
perusahaan sesuai dengan penelitian Smith et al. (2011).
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur menggunakan earning per share
(EPS), dimana EPS merupakan variabel yang menunjukkan bahwa semakin besar
variabel tersebut menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam
menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Untuk keperluan
analis, seseorang perlu memperhatikan EPS di masa yang akan datang bukan EPS
yang telah diperoleh. Hal tersebut dikarenakan harga saham hari ini merupakan
present value dari penghasilan-penghasilan yang akan diterima oleh pemodal di
masa yang akan datang, dan penghasilan tersebut akan dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba di masa yang akan datang.
Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 memperlihatkan kondisi kinerja keuangan yang
diukur dengan EPS dan Return Saham pada 9 (sembilan) sektor perusahaan yang
terdaftar di BEI periode 2011-2012.
6
Tabel 1.1
Kondisi EPS untuk 9 sektor perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2011-
2012
Nama Perusahaan EPS
2011 2012
AALI 1.586,65 1.558,13
ASRI 33,74 61,89
TLKM 767,91 912,10
UNTR 1.571,92 1.571,04
BUMI 10,65 -32,82
SMCB 137,67 180,27
BATA 4.355,01 4.217,16
INAF 11,93 13,68
BBCA 444 480
Sumber: www.idx.co.id
Tabel 1.2
Kondisi Return Saham untuk 9 sektor perusahaan yang terdaftar di BEI
periode 2011-2012
Nama Perusahaan Return Saham
2011 2012
AALI 0,00 -0,04
ASRI 0,88 0,24
TLKM -0,07 0,32
UNTR 0,23 -0,31
BUMI -0,20 -0,77
SMCB 0,10 0,30
BATA -0,19 0,09
INAF 1,26 0,61
BBCA 0,42 0,14
Sumber: Data yang diolah
Kondisi yang tidak konsisten dengan teori terlihat antara Tabel 1.1 dengan
Tabel 1.2 dimana EPS adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah
lembar saham (Darmadji dan Fakhuddin, 2006). Apabila EPS perusahaan tinggi
akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga
menyebabkan harga saham akan tinggi (Dharmastuti, 2004). Jika saham tersebut
terjual dengan harga yang tinggi maka investor akan mendapat return yang tinggi
7
pula. Tetapi pada kenyataanya ada perusahaan yang memiliki nilai EPS yang
menurun disaat return sahamnya meningkat, perusahaan tersebut adalah PT
Sepatu Bata, Tbk. Namun ada pula perusahaan yang EPSnya naik tetapi return
sahamnya turun yaitu PT Alam Sutra Reality, Tbk. dan PT. Bank Central Asia,
Tbk.
Tingkatan konservatisma dalam pelaporan keuangan dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan. Faktor-faktor eksternal
perusahaan berkaitan dengan lingkungan institusional pelaporan keuangan
perusahaan seperti sistem hukum dan penegakan hukumnya serta standar
akuntansi yang berlaku di suatu negara (Wardhani, 2008). Lingkungan
institusional tersebut akan mempengaruhi tuntutan terhadap manajer perusahaan
untuk menyajikan laporan keuangan yang berkualitas guna memberikan proteksi
yang baik bagi investor. Perusahaan gagal menunjukkan kecenderungan lebih
rendah untuk mengungkapkan laba konservatif daripada perusahaan yang sehat
(Lara et al. 2009).
Corporate Governance dapat membantu terciptanya hubungan yang
kondusif dan bertanggungjawab antara setiap elemen perusahaan antara dewan
komisaris, dewan direksi, dan para pemegang saham dalam rangka meningkatkan
kinerja perusahaan. Hubungan antara setiap elemen tersebut dapat membuat
dewan komisaris untuk memastikan bahwa manajemen dapat bekerja untuk
kepentingan pemegang saham dan perusahaan.
8
Terdapat beberapa model dalam memprediksi kegagalan usaha yaitu antara
lain: 1) Model Altman (1968) dan Model Zeta (1977), dalam model ini Altman
menemukan lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi
kebangkrutan perusahaan yang dikenal dengan Z-Score, dimana dalam proses
penentuan Z-Score Altman menggunakan teknik statistical dengan menggunakan
Multiple Discriminat Analiysis dengan tingkat ketepatan prediksi 95%. Multiple
Discriminat Analiysis (MDA) dapat dipergunakan untuk mengetahui variabel-
variabel penciri yang membedakan kelompok populasi yang ada, juga dapat
dipergunakan sebagai kriteria pengelompokan. MDA secara umum adalah Z =
β1(X1) + β2(X2) + … + βn(Xn). Sehubungan dengan perkembangan atas semakin
banyaknya respon terhadap permasalahan kegagalan usaha, pada tahun 1977
Altman, Haldeman dan Narayanan membangun model generasi kedua dengan
beberapa tambahan dari pendekatan Z-Score. Model baru ini dinamakan Zeta,
model ini dinilai efektif dalam mengklasfikasikan perkiraan kebangkrutan suatu
perusahaan sampai lima tahun sebelum tiba saatnya, dengan menggunakan sampel
dari perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dan retail, 2) Model
Springate, model ini dikembangkan oleh Springate (1978) dalam Haseley (2012)
dengan menggunakan analisis multidiskriminan. Model ini dapat digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 76,67%. Model yang
berhasil dikembangkan oleh Springate adalah S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D,
dan 3) Model Zmijewski, model yang dikembangkan Zmijewski (1984) dalam
Haseley (2012) menggunakan analisis rasio yang mengukur kinerja, leverage dan
likuiditas suatu perusahaan untuk model prediksinya. Model yang berhasil
9
dikembangkan Zmijewski dengan menggunakan probit analisis adalah X = -4,3 –
4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3.
Penelitian ini ingin mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Smith et al.
(2011) mengenai The Predictive Ability of Conservatism and Governance
Variables in Corporate Financial Disclosure. Penelitian ini memproksikan
corporate governance menjadi persentase kepemilikan saham non-eksekutif
direktur sangat membantu dalam memprediksi kinerja perusahaan dengan akurasi
klasifikasi sebesar 80,6 persen, sedangkan akurasi prediksi secara bersamaan
adalah sebesar 62,2 persen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Smith et al. (2011) adalah dari sampel perusahaan, dimana
penelitian ini mengunakan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI tahun
2011 dan 2012. Penelitian ini menggunakan model altman untuk menghitung
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, penggunaan model altman
dikarenakan model ini mampu memprediksi sebesar 95% untuk data satu tahun
sebelum kebangkrutan dan 72% untuk data dua tahun sebelum kebangkutan,
dimana dibandingkan dengan model lainnya, model altman memiliki ketepatan
prediksi yang lebih tinggi.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian ini ingin melihat
“Kemampuan Prediksi Variabel Konservatisma Akuntansi Dan Corporate
Governance Dalam Pengungkapan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Terdaftar
Di PT Bursa Efek Indonesia”.
10
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, permasalahan
yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah konservatisma berhubungan positif dengan kinerja keuangan
perusahan?
2. Apakah konservatisme dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi model
prediksi kinerja keuangan perusahaan?
3. Apakah corporate governance berhubungan positif dengan kinerja
keuangan perusahan?
4. Apakah corporate governance dapat digunakan untuk meningkatkan
akurasi model prediksi kinerja keuangan perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan konservatisma dengan kinerja keuangan
perusahan
2. Untuk mengetahui kemampuan konservatisma dalam meningkatkan akurasi
model prediksi kinerja keuangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui hubungan corporate governance dengan kinerja
keuangan perusahan
4. Untuk mengetahui kemampuan corporate governance dalam meningkatkan
akurasi model prediksi kinerja keuangan perusahaan.
11
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan
pikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan ekonomi mengenai
variabel konservatisma dan corporate governance yang dapat digunakan
untuk memprediksi kinerja perusahaan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk dapat membantu investor
dalam menganalisis posisi keuangan perusahaan dan memperdiksi kinerja
keuangan perusahaan sehingga investor dapat menentukan apakah akan
berinvestasi atau tidak berinvestasi pada perusahaan.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Teori Keagenan
Teori yang dapat digunakan untuk memahami hubungan antara manajemen
dan pemilik perusahaan adalah teori keagenan. Teori keagenan berusaha
menjelaskan hubungan antara agen (manajemen perusahaan) dan prinsipal
(pemilik perusahaan). Dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak yang
mana satu orang atau lebih (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk
melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberikan wewenang kepada
agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal (Jensen dan Meckling,
1976).
Kerangka teori keagenan terdiri dari tiga macam hubungan keagenan menurut
Ghozali dan Chariri (2007), yaitu: (1) hubungan manajemen dengan pemilik
(pemegang saham), (2) hubungan manajemen dengan kreditur dan (3) hubungan
manajemen dengan pemerintah. Pandangan teori keagenan dimana terdapat
pemisahan antara pihak agen dan prinsipal yang mengakibatkan munculnya
potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Pihak
manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun
laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan
prinsipal. Kondisi seperti ini menyebabkan diperlukannya suatu mekanisme
13
pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua
belah pihak dengan mengaplikasikan prinsip konservatisma akuntansi.
Mekanisme pengendalian untuk mensejajarkan perbedaan kepentingan antara
agen dan prinsipal yang sering disebut dengan konflik keagenan adalah dengan
monitoring melalui corporate governance. Corporate governance sebagai
efektivitas mekanisme yang bertujuan meminimalisasi konflik keagenan dengan
penekanan khusus pada mekanisme legal yang mencegah dilakukannya eksplorasi
atas pemegang saham minoritas. Mekanisme tersebut meliputi ukuran dewan
komisaris, proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan manjerial,
kepemilikan institusional, komite audit, ukuran komite audit, kepemilikan
institusional, dan kualitas audit.
Laporan keuanggan merupakan media komunikasi antara pihak agen dan
prinsipal dimana diketahui bahwa kelengkapan (comprehensiveness) merupakan
suatu bentuk kualitas dalam penyajian laporan keuangan. Penyajian laporan
keuangan yang andal sekaligus relevan merupakan ukuran yang akan sangat
diharapkan oleh pihak prinsipal dari pihak agen dalam pelaksana perusahaan
mereka. Pihak agen nantinya akan menghendaki respon yang baik dari pihak
prinsipal dan pihak agen akan menyajikan laporan keuangan yang lebih
komprehensif agar terdapat respon yang baik dari pihak prinsipal.
14
2.1.2 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan hasil yang dicapai
suatu perusahaan dengan mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan
seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
manajemen (Harianto dan Sudono, 1998).
Kinerja keuangan yang dapat dicapai oleh perusahaan dalam satu periode
tertentu merupakan gambaran sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Selain dapat
memberikan laba bagi pemilik modal atau investor, perusahaan yang sehat juga
dapat menunjukkan kemampuan dalam membayar utang dengan tepat waktu.
Kinerja keuangan dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara nilai yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan asetnya yang produktif
dan nilai yang diharapkan dari pemilik asset tersebut. Penilai kinerja perusahaan
perlu dikaitkan dengan kinerja keuangan kualitatif dan ekonomi. Analisis kinerja
keuangan didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan, seperti tercermin
dalam laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
lazim digunakan.
Kinerja keuangan perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual yang
dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai
kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan
ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran
komparatif. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.
Efektifitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang
15
tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan efisiensi diartikan sebagai ratio (perbandingan) antara masukan dan
keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal
(Hastuti, 2005).
Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan Rasio laba
per lembar saham atau dapat disebut juga rasio nilai buku. Rasio ini dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan
bagi pemegang saham (Kasmir, 2013). Rasio yang rendah berarti manajemen
belum berhasil meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, sebaliknya dengan
rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Rumus untuk
mencari laba per lembar saham (EPS) adalah sebagai berikut:
EPS =Laba bersih
Jumlah Saham Yang Beredar
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan atas
kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis
kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data,
menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan
perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan
beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan
menjadi 8 macam, yaitu menurut Jumingan (2011):
1) Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis dengan
cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan
menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam
persentase (relatif).
16
2) Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui
tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.
3) Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis
untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap
keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua
periode waktu yang dibandingkan.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu
periode waktu tertentu.
6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan
laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui
posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
8) Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2.1.3 Rasio Keuangan
Kesehatan keuangan atau kinerja suatu perusahaan serta masalah-masalah
yang sedang dihadapinya dapat diketahui dengan melakukan analisis rasio
keuangan (Harahap, 2009). Rasio keuangan adalah gambaran dari sebuah angka
17
yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos
lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan, dengan kata lain
rasio merupakan ringkasan angka dalam bentuk yang mudah dimengerti.
Analisis laporan keuangan adalah metode atau teknik analisis pada laporan
keuangan yang digunakan untuk mengkonversi data yang berasal dari laporan
keuangan menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam
dengan teknik tertentu. Tujuan pokok analisis keuangan adalah analisis kinerja di
masa yang akan datang. Dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan,
kemajuan serta potensi dimasa mendatang, faktor utama yang pada umumnya
mendapatkan perhatian oleh para analisis adalah (1) likuiditas, yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus
segera dipenuhi dalam jangka pendek atau saat jatuh tempo, (2) solvabilitas, yaitu
kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, (3)
rentabilitas (profitabilitas), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dalam periode tertentu, serta yang ke (4) yang tidak kalah
pentingnya adalah stabilitas dan perkembangan usaha, dan fokus-fokus analisis
lainnya (S.Munawir, 2002: 56-57).
Rasio keuangan dapat dikelompokkan dengan istilah yang berbeda-beda
tergantung tujuan analisisnya. Menurut Brealey et al. (2008) rasio keuangan
adalah sebuah cara yang nyaman untuk merangkum sejumlah data keuangan dan
membandingkannya dengan kinerja keuangan. Rasio keuangan dapat dibagi
menjadi empat jenis diantaranya:
18
1) Rasio Likuiditas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Selain itu rasio ini juga
dapat dikatakan sebagai rasio yang mengukur seberapa mudah perusahaan
dapat memegang kas yang dimilikinya. Adapun rasio likuiditas dapat dibagi
menjadi Kasmir (2013):
(1) Current Ratio (Rasio Lancar) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
(2) Quick Ratio (Rasio Cepat) yaitu rasio sangat lancer atau acid test ratio
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi atau membayar kewajiban atau hutang lancar (hutang jangka
pendek) dengan aktiva lancer tanpa memperhitungkan nilai sediaan
(inventory).
(3) Cash Ratio (Rasio Kas) yaitu rasio ini merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
hutang.
(4) Cash Turn Over (Rasio Perputaran Kas), rasio ini berfungsi untuk
mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan
untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar
tagihan dan biaya yang berkaitan dengan penjualan.
19
(5) Inventory Net Working Capital, yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan
modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan
antara aktiva lancer dengan hutang lancar.
2) Rasio Leverage/Solvabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dapat dibiayai oleh hutang atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Atau dengan kata lain rasio ini dipergunakan untuk memperlihatkan seberapa
besar hutang yang dimiliki perusahaan.
(1) Debt to Assets Ratio (Rasio Hutang) rasio ini merupakan rasio hutang
yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang
dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva.
(2) Debt to Equity Ratio, yaitu rasio yang digunakan untuk menilai hutang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam
(kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
untuk jaminan hutang.
20
(3) Long Term Debt to Equity Ratio, rasio ini merupakan perbandingan
antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuan dari rasio ini
adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijaminkan sebagai hutang jangka panjang dengan modal sendiri
yang disediakan oleh perusahaan.
(4) Time Interest Earned, merupakan rasio yang mencari jumlah pengkalian
perolehan bunga. Rasio ini dapat diartikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk membayar biaya bunga.
(5) Fix Charge Coverage, merupakan rasio yang menyerupai Times Interest
Earned Ratio. Hanya saja perbedaanya adalah rasio ini dilakukan apabila
perusahaan memperoleh hutang jangka panjang atau menyewa aktiva
berdasarkan kontrak sewa (lease contract)
3) Rasio Profitabilitas/Rentabilitas
Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan.
Kemampuan memperoleh laba dapat diukur dari modal sendiri maupun dari
seluruh dana yang diinvestasikan pada perusahaan. Dengan kata lain rasio ini
juga dapat dikatakan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
pengembalian investasi perusahaan.
(1) Profit Margin on Sales (Rasio Profit Margin), rasio ini sering disebut
dengan margin laba atas penjualan yang merupakan salah satu rasio yang
digunakan untuk mengukur laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio
21
ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan
penjualan bersih.
(2) Return on Investment (ROI), rasio ini juga sering disebut dengan return
on total assets, dimana rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan
hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga
merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola
investasinya.
(3) Return on Equity (ROE), hasil pengembalian ekuitas atau return on
equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur
laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan
efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin
baik posisi pemilik perusahaan, demikian pula sebaliknya.
(4) Earning per Share of Common Stock (Laba per Lembar Saham Biasa),
rasio ini sering juga disebut dengan rasio nilai buku, dimana rasio ini
digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai
keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen
belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan
rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat.
4) Rasio Efisiensi
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini juga
dikatakan sebagai rasio yang mengukur tingkat efisiensi (efektivitas)
pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang digunakan misalnya di
22
bidang penjualan, sediaan (inventory), penagihan piutang dan efisiensi di
bidang lainya. Rasio efektivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Hasil pengukuran rasio
ini memperlihatkan apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam
mengelola asset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya (Kasmir,
2008).
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, diantaranya: total aktiva, log size,
nilai pasar saham, dan lainnya. Pada dasarnya menurut Edy Suwito dan Arleen
Herawaty (2005) ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu :
“perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan
perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan
kepada total asset perusahaan”.
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva,
penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan
tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini
arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik
dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa
23
perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding
perusahaan dengan total asset yang kecil, Ismu Basuki (2006).
2.1.5 Konservatisma Akuntansi
Konservatisma adalah reaksi yang cenderung mengarah pada sikap kehati-
hatian atau disebut prudent reaction dalam menghadapi ketidakpastian yang
melekat dalam perusahaan dan melingkupi aktivitas bisnis dan ekonomi untuk
mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko inheren yang menjadi
ancaman dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Implikasi dari
penerapan konservatisma adalah sikap kehati-hatian dalam pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan aset yang pada umumnya terlihat dari penggunaan
metode akuntansi yaitu pelaporan laba dan aset yang lebih rendah atau pelaporan
hutang yang lebih tinggi (Dewi, 2003).
Akuntan dalam penyajikan laporan keuangan dapat memilih metode
akuntansi yang ingin diterapkan. Konservatisma menurut Wibowo (2002), dalam
Widya, (2005) adalah merupakan prinsip penting dalam pelaporan keuangan yang
dimaksudkan agar pengakuan dan pengukuran aktiva serta laba dilakukan dengan
penuh kehati-hatian karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi oleh
ketidakpastian. Ketidakpastian harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar
nilai prediksi dan kenetralan dapat diperbaiki. Kieso dan Weygandt (2006)
menyatakan tidak hanya konvensi akuntansi yang salah dipahami seperti halnya
konservatisme. Konservatisma berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat
kecil kemungkinannya akan menghasilkan pendapatan yang terlalu tinggi bagi
24
aset dan laba. Tidak ada ketentuan dalam konservatisma akuntansi agar aset bersih
atau laba bersih disajikan terlalu rendah tetapi banyak orang yang
menginterpretasikan seperti itu. Tujuan konservatisma diaplikasikan secara tepat
adalah menyediakan pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit dan tidak
menyajikan angka pada laba bersih dan aset bersih yang terlalu tinggi. Contoh
konservatisma dalam akuntansi adalah pemakaian metode yang terendah antara
biaya atau harga pasar ketika nilai persediaan dan aturan yang mengharuskan
kerugian bersih akrual diakui atas komitmen pembelian barang untuk persediaan
oleh perusahaan. Jika muncul keraguan, maka lebih baik menyajikan angka laba
bersih dan aset bersih yang terlalu rendah daripada terlalu tinggi. Namun jika
tidak ada keraguan, maka tidak terlalu melakukan metode ini.
Sedangkan pengertian akuntansi konservatif menurut Stice dan Skousen
(2004:709) adalah pilihan manajerial dari metode akuntansi dan estimasi dalam
prinsip akuntansi berterima umum (PABU) yang menghasilkan understatement
yang persisten dari laba laporan kumulatif dan aset bersih sepanjang periode
waktu. Understatement yang persistendari laba laporan dan aset bersih dicapai
melalui penilaian aset yang lebih rendah, penilaian kewajiban yang lebih tinggi,
pengakuan laba dan keuntungan yang lebih lambat dan pengakuan biaya dan
kerugian yang lebih cepat.
Lasdi (2009) menyatakan bahwa beberapa metode berikut menunjukkan
bahwa standar akuntansi yang berlaku mengijinkan manajer untuk memilih
berbagai metode yang dapat diterapkan dalam kondisi/transaksi yang sama,
sehingga memungkinkan perusahaan menggunakan metode yang dirasa paling
25
tepat. Kebebasan memilih standar akuntansi dapat menghasilkan angka-angka
yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan
laba yang cenderung konservatif. Beberapa metode dan estimasi akuntansi dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ada yang menyebabkan
konservatisma diskresioner dan konservatisma non diskresioner dalam pelaporan
keuangan, antara lain:
1) PSAK No. 1 (Revisian 1998) tidak mengatur ketentuan mengenai taksiran
jumlah piutang yang tidak dapat ditagih dalam penyajian laporan keuangan,
padahal PSAK ini menyebutkan ada beberapa cara estimasi kerugian piutang.
2) PSAK No. 13 mengenai akuntansi untuk investasi, menyatakan bahwa kos
dapat ditentukan berdasarkan FIFO, rerata tertimbang, atau LIFO. Nilai pasar
dapat ditentukan berdasarkan portofolio agregat, dalam total atau menurut
urutan kategori investasi, atau investasi individual, secara konsisten.
3) PSAK No. 14 memberikan kebijakan kepada manajemen untuk menghitung
kos persediaan dengan menggunakan rumus kos FIFO, rerata tertimbang,
atau LIFO.
4) PSAK No. 16 mengijinkan manajemen untuk mengestimasi masa manfaat
suatu aktiva tetap didasarkan pertimbangan yang berasal dari pengalaman
perusahaan ketika menggunakan aktiva serupa. Standar ini memungkinkan
perusahaan untuk mengubah masa manfaat aktiva yang digunakan.
5) PSAK No. 17 mengijinkan manajemen memilih metode penyusutan untuk
mengalokasikan jumlah aktiva yang bisa disusutkan dengan suatu dasar
sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metoda yang digunakan dipilih
26
berdasarkan pola yang diharapkan atas manfaat ekonomis dan secara
konsisten digunakan dari perioda ke perioda kecuali terdapat perubahan
dalam pola yang diharapkan atas manfaat ekonomis aktiva tersebut.
6) PSAK No. 19 meminta manajemen untuk memilih metode amortisasi garis
lurus untuk aktiva tidak berwujud, kecuali jika suatu perusahaan mempunyai
metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan.
Perioda amortisasi harus dapat dievaluasi oleh perusahaan secara teratur
untuk menentukan apakah peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut
perubahan taksiran masa manfaat yang telah ditentukan. Pada umumnya
masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak
tanggal aktiva siap digunakan.
Watts (2003) menjelasakan ada empat hal yang menjadi penjelasan tentang
pilihan perusahaan dalam menerapkan akuntansi konservatif:
1) Contracting Explanation
Konservatisma merupakan upaya untuk membentuk mekanisme kontrak yang
efisien antara perusahaan dan berbagai pihak eksternal. Atas dasar penjelasan
kontrak, konservatisma akuntansi dapat digunakan untuk menghindari moral
hazard yang disebabkan oleh pihak-pihak yang mempunyai informasi
asimetris, pembayaran asimetris, pandangan (harizon) waktu yang terbatas,
dan tanggung jawab yang terbatas. Moral hazard adalah suatu tipe asimetri
informasi di mana satu orang atau lebih pelaku bisnis dapat mengamati
kegiatan-kegiatan dibandingkan dengan pihak lain. Masalah moral hazard ini
terjadi karena pihak-pihak di luar perusahaan (investor) mendelegasikan
27
tugas dan kewenangannya kepada manajer tetapi investor tidak dapat
sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut.
Dengan penerapan akuntansi yang konservatif maka apa yang disajikan
dalam laporan keuangan adalah situasi terburuk bagi perusahaan karena bad
news diakui terlebih dahulu dari pada good news. Sehingga keputusan
ekonomi yang dibuat oleh pemakai laporan keuangan tidak overestimate.
(Kiryanto dan Suprianto, 2006).
2) Litigation
Risiko litigasi berkaitan dengan posisi kreditor dan investor sebagai pihak
eksternal. Investor dan kreditor adalah pihak yang memperoleh perlindungan
hukum. Risiko potensial terjadinya litigasi dipicu oleh potensi yang melekat
pada perusahaan berkaitan dengan tidak terpenuhinya kepentingan investor
dan kreditor. Dalam rangka memperjuangkan hak-haknya investor dapat saja
melakukan litigasi dan tuntutan hukum terhadap perusahaan. Investor dapat
saja melakukan tuntutan hukum karena informasi yang tersaji dalam laporan
keuangan disajikan secara overstate. Untuk menghindari harapan yang
berlebih dari pemakai laporan keuangan tentang kondisi keuangan
perusahaan maka perusahaan menerapkan akuntansi yang konservatif. Hal ini
penting untuk mengurangi adanya risiko litigasi bagi perusahaan (Watts,
2003).
3) Taxation
Penerapan akuntansi konservatif dilakukan dalam upaya memperkecil pajak
penghasilan perusahaan. Perusahaan dapat memilih metode-metode yang
28
cenderung konservatif dalam rangka menekan biaya pajak sepanjang
diperbolehkan oleh Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Di Indonesia
peraturan perpajakan mewajibkan dilakukannya rekonsiliasi fiskal dengan
tujuanmencocokkan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Ada peraturan
yang diperbolehkan dalam standar akuntansi namun yang tidak
diperbolehkan dalam perpajakan, seperti biaya sumbangan yang tidak boleh
dibebankan dan harus dikoreksi. Meskipun demikian aspek perpajakan tetap
menjadi pertimbangan pilihan perusahaan untuk menerapkan akuntansi
konservatif (Watts, 2003)
4) Regulation
Regulator membuat serangkaian insensitf bagi pelaporan keuangan agar
laporan keuangan disusun secara konservatif. Negara-negara dengan regulasi
tinggi memiliki tingkat konservatisme yang lebih tinggi daripada negara-
negara dengan tingkat regulator rendah. Menurut Lo (2005) Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) IAI tahun 2001 lebih memposisikan pada
akuntansi netral, tidak pada akuntansi konservatif atau liberal. Manajer diberi
beberapa pilihan untuk menyelenggarakan akuntansi konservatif atau
optimis/liberal.
2.1.6 Corporate Governance
Corporate governace sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
29
sehubungan dengan hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan OECD (2004) dan FCGI (2001).
Menurut Siswanto & Aldridge (2005) Badan Pengelola Pasar Modal di
banyak negara menyatakan penerapan corporate governance di perusahaan-
perusahaan publik secara sehat, telah berhasil mencegah praktek pengungkapan
laporan keuangan perusahaan kepada pemegang saham, investor dan pihak lain
yang berkepentingan secara tidak transparan. Sehingga perusahaan dengan
corporate governance yang berkualitas akan dapat melakukan tugas dan
wewenang dengan semestinya dan menjamin adanya pedoman strategis
perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh
dewan komisaris, dan akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan
pemegang saham sehingga akan dapat membantu meminimalkan agency conflict
yang akhirnya akan berdampak pada kinerja perusahaan. Selanjutnya menurut
Siswanto & Aldridge (2005), good corporate governance dapat membantu Board
of Directors mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan sesuai
dengan tujuan yang diinginkan pemiliknya.
Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk
menentukan teknik monitoring kinerja (Darmawati et al. 2004). Kinerja berbasis
akuntansi merupakan kinerja yang dilihat dari segi keuangan perusahaan,
sehingga dikatakan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap tingkat
profitabilitas perusahaan.
30
2.2 Penelitian Sebelumnya
Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Hasil penelitian mengenai kemampuan prediksi variabel konservatisma dan
corporate governace telah dilakukan oleh Smith et al.(2011) dimana tujuan
makalah ini adalah untuk menguji sejauh mana "corporate governance" dan
"konservatisma" variabel dapat berkontribusi pada kemampuan prediksi
pengungkapan keuangan perusahaan. Hasil dari makalah ini ditemukan
bahwa sebuah model dengan konservatisma, total hutang / total aktiva,
ukuran perusahaan, dan "persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh
direktur non-eksekutif" (mewakili corporate governance) sebagai variabel
independen, memiliki akurasi klasifikasi 80,6 persen, dan akurasi prediksi
62,2 persen.
2) Wijayantietal.(2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap kinerja
keuangan perusahaan. CSR dalam kegiatan perusahaan dalam mencapai
keseimbangan atau integrasi antara pengembangan lingkungan, dan sosial
ekonomi tanpa mengorbankan harapan pemegang saham. CSR terdiri tujuh
kategori lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan pekerja, tenaga kerja,
produk, orang, dan masyarakat. Dalam penelitian, kinerja keuangan
perusahaan yang diukur dengan menggunakan return on asset, return on
equity, earning per share. Hasilnya menunjukkan CSR tidak berpengaruh
pada kinerja keuangan semua rasio keuangan. CSR hanya berpengaruh positif
31
signifikan terhadap ROE, sedangkan CSR tidak mempengaruhi ROA dan
EPS.
3) Haryani, Linggar dan Muchamad (2011) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja: Transparansi
Sebagai Variabel Intervening menyatakan bahwa Mekanisme corporate
governance mempengaruhi kinerja perusahaan dan transparansi dengan
mekanisme eksternalnya yaitu kualitas audit BIG 4 / non-BIG4. Mekanisme
internal berupa komisaris independen dan kepemilikan manajerial tidak
terbukti memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Selain itu
Variabel kontrol berupa ukuran perusahaan hanya berpengaruh pada
transparansi perusahaan, dan transparansi bukan merupakan variabel
pemediasi antara pengaruh mekanisme corporate governance terhadap
transparansi.
4) Wardhani (2008) yang meneliti pengaruh transparansi good corporate
governance terhadap nilai perusahaan menyatakan bahwa variabel
karakteristik dewan yang berupa jumlah komisaris terbukti berhubungan
dengan nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi 5%.
5) Ngui et al. (2007) menyatakan bahwa komisaris independen menjembatani
kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham. Komisaris
independen memiliki peran monitoring yang akan berusaha untuk
memastikan bahwa manajemen akan melakukan pengelolaan perusahaan
yang bertujuan memaksimalkan return bagi pemegang saham. Dengan
adanya mekanisme pengawasan, diharapkan sikap oportunis yang
32
menguntungkan manajemen akan dapat dikurangi, sehingga kinerja
perusahaan akan meningkat.
6) Cohen (2008) berhasil membuktikan bahwa rasio profitabilitas berupa return
on equity (ROE), return on asset (ROA), dan profit margin mampu
menjelaskan (explanatory) kinerja keuangan pemerintah daerah di
Yunani.Begitu juga Jones dan Walker (2007) yang menggunakan ROA
sebagai explanatory local government distress di Australia.
7) Giacomino dan Mielke (1993) mengembangkan sembilan performance ratios
yang menjadi indikator kinerja keuangan perusahaan khususnya dalam
memprediksi kebangkrutan dan financial distress dengan predictor variables
yang paling efektif, cash flow to sales ratio, operations index dan cash flow
return on assets.
8) Penelitian Tulasi (2002) juga menemukan hasil yang mendukung kehandalan
rasio cash flow dengan variabel yang paling efektif dalam pengukuran kinerja
keuangan dan pengklasifikasian atas perusahaan yang memiliki kinerja sehat
dan tidak sehat, cash flow return to assets dan investment to finance ratio.
9) Hughes (1986) membuktikan bahwa informasi yang tercantum pada laporan
keuangan, seperti misalnya angka net income, akan memberikan sinyal bagi
investor dalam memprediksi nilai perusahaan. Konsekuensinya, manajemen
memiliki insentif untuk menggunakan manajemen laba sebagai sarana
menciptakan nilai laba yang lebih besar pada saat menjelang perusahaan
melakukan IPO guna mendapatkan nilai saham perdana yang tinggi.
33
10) Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (1998) mengenai keterkaitan kinerja
keuangan dengan harga saham, dengan tujuan untuk mengukur hubungan
antara kinerja keuangan perusahaan dengan harga saham di Indonesia.
Variabel independen yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan yang
langsung berkaitan dengan sekuritas atau saham yakni earning per share
(EPS), price earning ratio (PER), return on equity (ROE), dividend per share
(DPS) dan debt to equity ratio (DER), sedangkan variabel dependennya
adalah harga saham penutupan akhir tahun. Sampel dipilih secara acak
dengan jumlah 30 perusahaan yang menyebar menurut sub sector usaha,
dengan periode pengamatan 1992-1996. Teknik analisis yang digunakan
adalah generalized linier regression model. Hal ini dilakukan karena data
yang digunakan merupakan gabungan dari data cross section dengan time
series.
Penelitian ini ingin mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Smith et
al.(2011) di Australia, dimana perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah penerapan yang dilakukan di Indonesia dan menggunakan
seluruh sektor perusahaan yang terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia. Pemilihan
kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel dependen juga dianggap berbeda
karena pada penelitian sebelumnya variabel dependen menggunakan kegagalan
usaha, namun dalam penelitian ini kegagalan usaha diganti menggunakan kinerja
keuangan perusahaan yang menggunakan EPS (Earning Per Share) sebagai
pembeda untuk perusahaan baik dan perusahaan yang kurang baik. Pembedaan
perusahaan yang baik dan kurang baik ini mengikuti acuan dari Staw et al.(1983),
34
dimana Staw mengatakan bahwa perusahaan yang mengalami kenaikan lebih dari
50% pada EPS dikategorikan sebagai perusahaan yang berkinerja baik, sedangkan
perusahaan yang mengalami penurunan lebih dari 50% pada EPS dianggap
sebagai berkinerja buruk.
35
BAB III
KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berfikir
Rasio keuangan telah banyak digunakan dalam memprediksi kegagalan usaha
suatu perusahaan. Penggunaan rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan
usaha banyak digunakan karena penggunaanya yang mudah dan lebih akurat
dibandingkan dengan pendapat auditor dalam mengelompokan perusahaan
bangkrut dan tidak bangkrut (Altman dan McGough,1974; Koh dan
Killough,1990; Koh,1991).Selain rasio keuangan ukuran perusahaan dalam hal ini
disebut size juga dapat digunakan dalam memprediksi kinerja keuangan
perusahaan. Sesuai dengan penelitian Lin (2006) diperoleh bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja, dimana hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan besar lebih menjanjikan kinerja yang baik.
Konservatisma menyatakan akuntan harus melaporkan informasi akuntansi
terendah dari beberapa kemungkinan nilai suatu aktiva dan pendapatan, serta yang
tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban. Lo (2005)
mendefinisikan konservatisma sebagai pandangan pesimistik dari akuntansi.
Penerapan konservatisma diharapkan dapat memberikan pengaruh pada kualitas
laba perusahaan. Besarnya laba yang akan dihasilkan perusahaan sering dijadikan
tolak ukur untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Rendahnya kualitas laba
dapat membuat kesalahan dalam pembuatan keputusan para pemakainya seperti
investor dan kreditor. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya
36
tentang kinerja keuangan perusahaan dapat menyesatkan pihak pengguna laporan
keuangan.
Selain rasio keuangan dan ukuran perusahaan prinsip konservatisma yang
diproksikan dengan biaya riset dan pengembangan dibandingkan dengan
penjualan (sale) serta kepemilikan manajerial, penerapan corporate governance
khususnya kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan
komite audit diduga juga mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Berdasarkan uraian sebelumnya maka kerangka berfikir adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
Rumusan Masalah
Hipotesis
Uji Statistik
Hasil
Kesimpulan dan Saran
3.2 Konsep Penelitian
Kinerja keuangan perusahaan merupakan gambaran dari penilaian dari
keefektifan perusahaan dalam mengelola usahanya, sehingga dapat diketahui
mengenai baikburuknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan
Kajian Teori
Teori Keagenan
Kinerja Keuangan Perusahaan
Rasio keuangan
Ukuran Perusahaan
Konservatisma Akuntansi
Corporate Governance
Kajian Empiris
Smith et al. (2011)
Wijayantiet al. (2011)
Wardhani (2008)
Ngui et al. (2007)
Cohen (2008)
Jones dan Walker (2007)
Giacomino dan Mielke (1993)
Tulasi (2002)
Hughes (1986)
Purnomo (1998)
37
prestasi kerja dalam periodetertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya
digunakan secara optimal dalam menghadapiperubahan lingkungan. Penilaian
kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak
manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana
dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja
keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien
suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.
Konservatisma menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena dapat
mencegah perusahan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu
pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak
overstate. Penyajian laba dan aktiva yang tidak overstate dapat mencerminkan
kinerja keuangan perusahaan yang baik dan dapat digunakan oleh investor dalam
menentukan apakah dapat menginvestasikan dananya pada perusahaan. Penelitian
mengenai konservatisme yang dilakukan Smith et al. (2011) menunjukan bahwa
konservatisma berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan,
sedangkan penelitian yang dilakukan Setyaningtyas (2009) menyatakan bahwa
konservatisma tidak signifikan berpengaruh pada kinerja.
Penelitian mengenai dampak komisaris independen terhadap kinerja
perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif pada kinerja
Yermack (1996). Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Haryani,
Linggar dan Muchamad (2011) menyatakan bahwa komisaris independen tidak
38
berpengaruh pada kinerja perusahaan. Keberadaan komite audit juga berpengaruh
pada nilai perusahaan (Black et al. 2003; Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Berdasarkan uraian sebelumnya maka konsep penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2
Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis Penelitian
3.3.1 Konservatisma Akuntansi
Perilaku oportunistik dari manajemen suatu perusahaan yang gagal akan
menutupi masalah kinerja keuangan perusahaan dengan melakukan perataan laba
dan meningkatkan aktiva bersih perusahaan. Jika rasio keuangan yang digunakan
sebagai variabel independen dalam model prediksi kegagalan dihitung dari
informasi keuangan yang dimanipulasi tersebut, maka model prediksi yang
dihasilkan kemungkinan akan keliru. Oleh karena itu kegagalan akurasi model
prediksi mungkin akan terpengaruh karena kesenjangan prilaku manajemen yang
memanipulasi infomasi keuangan (Sharma dan Stevenson, 1997). Untuk
menghindari manipulasi yang dilakukan manajemen ini, praktik akuntansi
konservatif sangat diperlukan, sehingga hipotesis penelitian ini adalah:
Corporate
Governance
Kinerja
Keuangan
Perusahaan Konservatisma
Model
Prediksi
Rasio Keuangan
Ukuran Perusahaan
39
H1a: Konservatisma berhubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan
H1b: Konservatisma dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi model
prediksi kinerja keuangan perusahaan.
3.3.2 Corporate Governance
Pemegang saham mengharapkan perusahaan untuk mengadopsi strategi “high
risk high return” dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Dipihak lain
manajemen menentang strategi tersebut dikarenakan manajemen berpendapat
dengan mengadopsi strategi tersebut perusahaan akan memperoleh risiko
kegagalan. Manajemen memandang risiko kegagalan sebagai sebuah kerugian
yang dapat mengurangi bonus maupun intensif para manajer. Dalam proses tata
kelola perusahaan, dewan direksi dan struktur kepemilikan saham bertindak
sebagai mekanisme pengawasan internal perusahaan (Walsh dan Seward, 1990).
Terdapat hubungan antara struktur tata kelola perusahaan dengan kinerja
keuangan perusahaan dimana, dengan adanya tata kelola yang baik oleh pihak
manajemen maka akan diperoleh kinerja perusahaan yang baik pula, sehingga
hipotesis yang dapat dibangun yaitu:
H2a: Variabel yang mewakili corporate governance berhubungan positif
dengan kinerja keuangan perusahaan
H2b: Variabel yang mewakili corporate governance dapat digunakan untuk
meningkatkan akurasi model prediksi kinerja keuangan perusahaan.
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menjelaskan rencana dari sebuah struktur riset yang
mengarahkan proses dan hasil penelitian menjadi valid, objektif dan efisien. Pada
bab sebelumnya telah dijelaskan latar belakang masalah, tujuan, manfaat, kajian
pustaka, hipotesis penelitian, dan penentuan variabel penelitian.
Penelitian ini menggunakan informasi akuntansi kuantitatif perusahaan,
dimana laporan tahunan perusahaan digunakan untuk memprediksi kinerja
keuangan perusahaan. Penelitian terdahulu banyak menggunakan model prediksi
klasik untuk meneliti suatu kegagalan usaha, dimana informasi akuntansi
kuantitatif yang digunakan penelitian sebelumnya hanya rasio keuangan dan
ukuran perusahaan (Balcaen dan Ooghe, 2004). Sebenarnya selain rasio keuangan
dan ukuran perusahaan masih terdapat variabel lain yang dapat digunakan sebagai
variabel independen yaitu variabel konservatisma dan corporate governance.
Penelitian ini tidak menggunakan kegagalan usaha sebagai variabel dependen
melainkan kinerja keuangan perusahaan untuk menghindari masalah implikasi
praktis dari penggunaan data historis. Variabel tersebut diperoleh melalui kajian
teoritis dan empiris yang dilakukan oleh peneliti. Melalui kajian-kajian tersebut
diperoleh masalah penelitian dam hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian secara
sistematik maka perlu menentukan sampel penelitian, sumber data dan metode
pengumpulan data. Selanjutnya pengujian hipotesis dilakukan dengan pengolahan
41
data menggunakan model altman. Analisis diskriminan digunakan untuk
membangun model prediksi, dimana setelah dilakukan analisis diskriminan,
analisis faktor digunakan untuk mengurangi sejumlah besar variabel untuk
beberapa faktor. Analisis faktor dilakukan untuk mengetahui variabel yang paling
berperan dalam kinerja keuangan perusahaan. Setelah diperoleh hasil analisis
kemudian diinterprestasikan untuk menjawab pokok permasalahan dalam
penelitian ini, sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Gambar 4.1
Rancangan Penelitian
Masalah Penelitian
Rumusan Penelitian
Hipotesis
Masalah Penelitian
Metodelogi Penelitian
Variabel Penelitian
1. Rasio Keuangan
2. Ukuran Perusahaan
3. Corporate Governance
4. Konservatisma
5. Kinerja Keuangan Perusahaan
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Pembahasan dan Interpretasi Hasil
Kesimpulan dan Saran
42
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil data dari laporan keuangan yang
termuat dalam website PT Bursa Efek Indonesia dan waktu pelaksanaan yaitu dari
tahun 2011-2012.
4.3 Sumber Data
4.3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
BEI. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling, dimana kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel
penelitian ini adalah:
1. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia tahun
2011-2012.
2. Perusahaan-perusahaan di PT. Bursa Efek Indonesia yang laporan tahunannya
terdapat di website BEI dari tahun 2011-2012.
3. Perusahaan yang mengalami kenaikan lebih dari 50 persen pada EPS yang
digolongkan berkinerja baik dan perusahaan yang mengalami penurunan
lebih dari 50 persen pada EPS yang digolongkan berkinerja buruk, sesuai
dengan penelitian Staw et al. (1983).
43
Berdasarkan kriteria tersebut, maka terdapat 38 perusahaan yang dipilih
sebagai sampel. Proses pemilihan sampel dapat dilihal pada Tabel 4.1 di
bawah ini:
Tabel 4.1
Proses Pemilihan Sampel
No Keterangan
Jumlah
Perusahaan
1 Jumlah perusahaan yang terdaftar di
BEI tahun 2011-2012
447
2 Perusahaan yang laporan tahunannya
tidak terdapat di website BEI
(133)
3 Perusahaan yang tidak memenuhi
kriteria Staw
(171)
Jumlah Perusahaan Sampel 143
Sumber: www.idx.co.id
4.4 Variable Penelitian
4.4.1 Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel sebagai berikut :
1. Kinerja perusahaan sebagai variabel tergantung (dependent variable) yaitu
sebuah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya (independent
variable) (Sekaran, 2003).
2. Rasio keuangan, ukuran perusahaan, konservatismadan corporate
governance sebagai variabel bebas (independent variable) yaitu merupakan
suatu variabel yang dapat mempengaruhi variabel dependen (Sekaran, 2003).
44
4.4.2 Definisi Operasional Variabel
1) Kinerja Keuangan Perusahaan
Pengertian kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan
atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi. Pelaporan kinerja merupakan refleksi kewajiban untuk mem-
presentasikan dan melaporkan kinerja semua aktivitas dan sumber daya yang
perlu dipertanggungjawabkan (Wardhani, 2008). Kinerja perusahaan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain terkonsentrasi atau tidaknya kepemilikan,
manipulasi laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan yang
banyak terkonsentrasioleh institusi akan memudahkan pengendalian sehingga
akan meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam hubungannya dengan kinerja suatu
perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang sering dijadikan dasar untuk
penilaian kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan diukur
dengan earning per share (EPS), dimana rumus EPS adalah:
EPS =Laba bersih
Jumlah Saham Yang Beredar
2) Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah gambaran dari sebuah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan, dengan kata lain rasio
merupakan ringkasan angka dalam bentuk yang mudah dimengerti. Dalam
penelitian ini menggunakan 14 rasio keuangan antara lain:
45
a) RETA (Retained Earnings to Total Assets), rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva
perusahaan.
RETA =Saldo Laba
Total Aset
b) EBITTA (Earning Before Interest and Taxes to Total Assets), rasio yang
digunakan untuk mengukur besar produktivitas penggunaan dana yang
dipinjam.
EBITTA =Laba sebelum Bunga dan Pajak
Total Aset
c) CLTA (Current Liabilities to Total Assets), yaitu rasio yang membandingkan
kewajiban lancar dengan total asset.
CLTA =Kewajiban lancar
Total Aset
d) OIOA (Operating Income to Operating Assets), rasio yang mengukur
hubungan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok
perusahaan dengan kekayaan atau aset yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan.
OIOA =Pendapatan Operasional
Aktiva Operasi
e) WCTA (Working Capital to Total Assets), yaitu rasio yang mengukur
likuiditas dengan membandingkan aktiva likuid bersih dengan total aktiva.
WCTA =Modal Kerja
Total Aset
46
f) EBTACL (Earning Before Taxes to Average Current Liabilities), rasio yang
membandingkan pendapatan sebelum pajak dengan rata-rata kewajiban
lancar.
EBTACL =Laba sebelum Pajak
Rata − Rata Kewajiban Lancar
g) GCFTD (Gross Cash Flow to Total Debt), perbandingan arus kas bersih
terhadap total hutang.
GCFTD =Arus Kas Bersih
Total Hutang
h) EBITTIP (Earning Before Interest and Taxes to Total Interest Payment),
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar
beban tetap bunga dengan laba sebelum bunga dan pajak.
EBITTIP =Laba sebelum Bunga dan Pajak
Total Pembayaran Bunga
i) TDTA (Total Debt to Total Assets), rasio yang digunakan untuk
membandingkan total pinjaman dengan aktiva untuk mengetahui besarnya
penggunaan hutang dibandingkan seluruh modal perusahaan.
TDTA =Total Hutang
Total Aset
j) NCI (No Credit Interval), rasio yang menunjukkan jumlah hari yang dapat
dicover oleh likuiditas yang tersedia untuk membiayai modal kerja.
NCI =Aktiva lancar − Kewajiban Lancar
Biaya Operasi Harian
47
k) CR (Current Ratio), rasio perbandingan antara aktiva lancar dan hutang
lancar.
CR =Aktiva lancar
Hutang Lancar
l) QAR (Quick Asstes Ratios), yaitu rasio yang membandingkan antara aktiva
lancar dikurangi persediaan terhadap hutang lancar.
QAR =Aktiva lancar − Persediaan
Hutang Lancar
m) CATL (Current Assets to Total Liabilities), yaitu rasio yang membandingkan
aktiva lancar dengan total kewajiban.
CATL =Aktiva lancar
Total Kewajiban
n) MCTD (Market Capitalitation to Total Debt), yaitu perbandingan antara
kapitalisasi pasar terhadap total hutang.
MCTD =Kapitalisasi Pasar
Total Hutang
o) ROSF (Return On Shareholder Funds), rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan efektifitas perusahaan dalam memberikan penghasilan bagi
setiap investasi dalam bentuk ekuitas yang ditanamkan oleh pemegang
saham. Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan antara Laba
Bersih yang dihasilkan pada suatu periode dengan saldo rata-rata Ekuitas
Pemilik pada Neraca.
ROSF =Laba Bersih setelah Pajak
Modal saham
48
3) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan skala yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasi besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, adapun cara
pengklasifikasianya dapat berupa total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan
lainnya. Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan yang diukur atau
diklasifikasikan dengan melogaritmakan total asset perusahaan.
4) Konservatisma
Prinsip akuntansi berlaku umum (PABU) memberikan kemudahan bagi
manajemen dalam menentukan metode maupun estimasi akuntansi yang ingin
digunakan. Kemudahan tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam
melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan transaksi keuangan perusahaan.
Dalam kondisi keragu-raguan, seorang manajer harus menerapkan prinsip
akuntansi yang bersifat konservatif (Wardhani, 2008). Kiryanto dan Supriyanto
(2006) menjelaskan bahwa definisi akuntansi konservatif umum yang digunakan
bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari
beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan serta yang tertinggi dari
beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban. Penelitian ini menggunakan
rasio keuangan berupa, rasio biaya penelitian dan pengembangan dibandingkan
dengan penjualan sesuai dengan Smith et al. (2011) selain itu biaya riset dan
pengembangan dalam penelitian ini hanya mengambil dari data yang terjadi dalam
laporan laba rugi. Rasio ini dapat digambarkan sebagai berikut:
RDSALE =Biaya Penelitian dan Pengembangan
Penjualan
49
5) Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan
corporate governance sebagai suatu sistem tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan berbagai partisipan dalam menentukan arah dan kinerja
perusahaan. Tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi
stakeholders. Corporate governance yang efektif diharapkan dapat meningkatkan
kinerja perusahaan. Manfaat dari penerapan corporate governance dapat diketahui
dari harga saham perusahaan yang bersedia dibayar oleh investor. Penelitian ini
menggunakan empat aspek corporate governance yaitu kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen dan komite audit.
a) Kepemilikan Manajerial (KM)
Kepemilikan saham oleh manajemen mengakibatkan perusahaan cenderung
melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja keuangan jangka panjangnya.
Insentif berupa saham yang diberikan kepada pihak manajer memacu mereka
untuk bekerja lebih keras dan cerdas dalam meningkatkan nilai badan usaha,
yang juga merupakan milik pihak manajer, sehingga kepemilikan manajerial
dapat digunakan sebagai indikator corporate governance dalam menilai
kinerja keuangan perusahaan. Rosyada (2012) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kepemilikan saham
manajerial terhadap kinerja keuangan. Kepemilikan manajerial dapat diukur
melalui jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dibagi dengan
total saham yang beredar.
KM =Jumlah saham yang dimiliki Manajemen
Total saham yang beredar
50
b) Kepemilikan Institusional (KI)
Semakin tinggi konsentrasi kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan,
maka akan menghasilkan kinerja keuangan yang lebih baik.Kepemilikan
Institusional berpengaruh signifikan pada kinerja keuangan perusahaan juga
ditunjukkan dari hasil penelitian Rosyada (2012). Adanya kepemilikan
Institusional dianggap sebagai kontroler bagi perusahaan untuk menciptakan
kinerja yang baik dan semakin meningkat. Kepemilikan institusional dapat
diukur dengan membagi jumlah saham yang dimiliki institusi pada akhir
tahun dengan jumlah saham yang beredar.
KI =Jumlah saham yang dimiliki Institusi
Total saham yang beredar
c) Proporsi Dewan Komisaris Independen (DKI)
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki
hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan
keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan/atau
pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen. Semakin besar jumlah komisaris
independen maka keputusan yang dibuat dewan komisaris akan lebih
mengutamakan kepentingan perusahaan, sehingga hal tersebut akan
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Rosyada (2012) juga menunjukkan bahwa komisaris
independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Berbagai
penelitian yang dilakukan menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh
komisaris independen terhadap kinerja perusahaan. Semakin besar jumlah
51
komisaris independen maka keputusan yang dibuat dewan komisaris lebih
mengutamakan kepada kepentingan perusahaan, sehingga berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan (Santoso, 2012). Variabel ini diukur dengan
membagi jumlah anggota dewan komisaris independen terhadap jumlah
seluruh anggota dewan komisaris yang ada.
DKI =Jumlah Dewan Komisaris Independen
Total Dewan Komisaris
d) Komite Audit (KA)
Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,
mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal
(termasuk audit internal). Komite audit ditempatkan sebagai mekanisme
pengawasan antara manajemen dengan pihak eksternal. Sam’ani (2008)
menyebutkan bahwa jumlah komite audit memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan. Menurut Sam’ani (2008) komite audit meningkatkan
integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui: (1) pengawasan atas
proses pelaporan termasuk system pengendalian internal dan penggunaan
prinsip akuntansi secara umum, dan (2) mengawasi proses audit secara
keseluruhan. Hasilnya mengindikasikan bahwa adanya komite audit memiliki
konsekuensi pada laporan keuangan yaitu: (1) berkurangnya pengukuran
akuntansi yang tidaktepat, (2) berkurangnya pengungkapan akuntansi yang
tidak tepat dan (3) berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan
tindakan illegal. KA adalah Jumlah Anggota Komite Audit Dari Setiap
Perusahaan.
52
4.5 Teknik Analisis Data
4.5.1 Analisis Faktor
Analisis faktor digunakan untuk meringkas atau mereduksi variabel amatan
secara keseluruhan menjadi beberapa variabel atau dimensi baru, akan tetapi
variabel atau dimensi baru yang terbentuk tetap mampu merepresentasikan
variabel utama (Yamin dan Heri, 2009). Tahapan analisis faktor adalah: 1)
Identifikasi variabel, 2) Memilih variabel, 3) Ekstraksi variabel, 4) Menentukan
jumlah factor, 5) Rotasi faktor, 6) Pemberian nama variabel baru.
Nilai-nilai yang dapat digunakan untuk menguji validitas dalam analisis
faktor ditampilkan pada table 4.1.
Tabel 4.2
Nilai Validitas dalam Analisis Faktor
Nilai Validitas Cut-off Value
KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) ≥0,50
X2 (Chi Square) Diharapkan besar
Significance Probability < 0,05
Eigen Value >1,00
Varians Kumulatif ≥60 %
Anti Image ≥0,50
Sumber: Utama (2009)
Sesuai dengan Tabel 4.2 apabila nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)lebih
rendah dari 0,50 maka harus memperhatikan nilai anti image matrix untuk
menentukan variabel terkecil yang akan dibuang agar dapat diperoleh analisis
faktor (Ghozali, 2013). Asumsi mendasar yang harus digaris bawahi dalam
analisis faktor adalah bahwa variabel-variabel yang dianalisis memiliki
keterikatan atau saling berhubungan, karena analisis faktor berusaha untuk
53
mencari common dimension (kesamaan dimensi) yang mendasari variabel-
variabel tersebut (Yamin dan Heri, 2009).
Analisis faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mengurangi sejumlah besar proksi darirasio keuangan, ukuran perusahaan,
konservatisma dan corporate governance menjadi beberapa faktor yang paling
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Untuk mengetahui pengaruh
faktor dari konservatisma dan corporate governance, dapat dilihat pada angka
communalities. Angka communalities ini diharapkan lebih besar dari 0,5, karena
dengan angka communalities yang lebih besar dari 0,5 atau diatas 0,5 maka
semakin kuat hubungan suatu variabel dengan faktor yang terbentuk, begitu pula
sebaliknya (Santoso, 2010).
4.5.2 Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan dapat digunakan pada situasi dimana sampel total dapat
dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan karakteristik variabel yang
diketahui dari beberapa kasus, dalam hal ini dikelompokkan berkinerja baik dan
berkinerja buruk. Tujuan utama dari analisis multiple diskriminan adalah untuk
mengetahui perbedaan antar kelompok (Yamin dan Heri, 2009). Asumsi dalam
analisis diskriminan adalah tidak terdapat multikolinieritas antara variabel
independen dan setiap variabel independen mengikuti fungsi distribusi normal
serta homogenitas varians antara kelompok data.
54
Tujuan lainnya dari analisis diskriminan adalah untuk mengidentifikasi
variabel-variabel yang mampu membedakan antara dua kelompok, menggunakan
variabel-variabel yang telah teridentifikasi untuk menyusun persamaan fungsi
untuk menghitung variabel baru atau indek yang dapat menjelaskan perbedaan
antara dua kelompok dan menggunakan variabel yang telah teridentifikasi atau
indek untuk mengembangkan aturan atau cara mengelompokkan observasi dimasa
datang kedalam satu dari kedua kelompok.
Penilaian signifikansi variabel diskriminan dapat dilihat dari nilai mean
variabel diskriminan masing-masing atau secara parsial. Untuk menguji apakah
ada perbedaan secara signifikan antara kedua kelompok perusahaan dapat
dilakukan dengan uji t test. Alternative lain yang digunakan adalah dengan
menggunakan Wilk’s A Test Statistics. Semakin kecil nilai Wilk’s A, maka
semakin besar probabilitas hipotesis yang diajukan ditolak. Untuk menguji
signifikansi nilai Wilk’s A, maka dapat dikonversikan kedalam F ratio.
Setelah mengetahui perbedaaan masing-masing variabel dalam membentuk
fungsi diskriminan, selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi statistik dari
fungsi diskriminan atau uji serempak untuk mengetahui apakah kumpulan
variabel diskriminan tersebut berbeda secara bersama-sama. Cara untuk
mengetahui hal tersebut adalah dengan menggunakan multivariate test of
significance dengan melakukan uji Wilk’s Lamda yang dapat didekati dengan
statistic Chi-square. Pengujian ini berfungsi untuk menganalisis nilai means score
diskriminan untuk kedua kelompok yang dianalisis.
55
Pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah untuk mengetahui pentingnya
variabel diskriminan dan arti dari fungsi diskriminan, yang dilakukan dengan
melihat fungsi diskriminan standar pada tampilan struktur matrix yang dilihat
dari besarnya loading masing-masing variabel. Semakin tinggi nilai loading
variabel maka skor diskriminan dapat diinterpretasikan semakin pentingnya nilai
tersebut digunakan untuk membentuk fungsi diskriminan.
Setelah variabel diskriminan mampu membedakan dua kelompok yang
dianalisis, selanjutnya dibuat fungsi diskriminan. Kombinasi linier atau fungsi
diskriminan yang membentuk variabel baru (skor diskriminan) adalah dengan
persamaan sebagai berikut:
Z = c + w1Skala + w2FP
dimana Z adalah fungsi diskriminan tidak standar, w1 dan w2 merupakan bobot
masing-masing variabel. Fungsi diskriminan didapat dengan memaksimumkan
nilai λ dan disebut Fisher’s linear discriminant function, yang dapat dilihat dari
output Canonical Discriminant Fuction Coefficien dan untuk mengetahui etepatan
klasifikasi dapat dilihat dari hasil Classification Results pada hasil SPSS.
56
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang listing di PT Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2012. Dengan menggunakan proposive sampling
maka diperoleh 143 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Deskripsi dari
sampel penelitian disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Deskripsi Sampel Penelitian
No Keterangan
Jumlah
Perusahaan
1 Jumlah perusahaan yang terdaftar di
BEI tahun 2011-2012
447
2 Perusahaan yang laporan tahunannya
tidak terdapat di website BEI
(133)
3 Perusahaan yang tidak memenuhi
kriteria Staw
(171)
Jumlah Perusahaan Sampel 143
Sumber:Data diolah
Table 5.1 menjelaskan bahwa dari 447 total perusahaan yang terdaftar di PT
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2012, terdapat perusahaan yang tidak
mempublikasikan laporan tahuannya di tahun 2011 dan 2012 sehingga 133
perusahaan dikeluarkan dari sampel dan 171 perusahaan yang ternyata tidak
memenuhi kriteria yang dilakukan oleh Staw et al. (1983) juga dikeluarkan dari
57
sampel. Jumlah sampel perusahaan yang digunakan pada penelitian ini menjadi
143 perusahaan sampel.
5.2 Statistik Deskriptif
Sebelum memulai melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan,
terlebih dahulu peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan statistik
deskriptif untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing variabel yang
digunakan.
Statistik deskriptif merupakan gambaran awal mengenai ringkasan dari data-
data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian, modus dan lain-lain. Pada
Bab V ini yang dibahas adalah mengenai analisis deskriptif dengan memberikan
gambaran data mengenai mean dan standar deviasi dari masing-masing variabel
penelitian. Hasil deskripsi variabel penelitian disajikan pada Tabel 5.2.
58
Tabel 5.2
Statistik Deskriptif
Variabel
Perusahaan
Kinerja Baik
Perusahaan Kinerja
Buruk
Keseluruhan
Perusahaan
Korelasi
dengan
Kelompok
Kinerja Mean SD Mean SD Mean SD
CL/TA 0,393 0,234 0,307 0,261 0,356 0,249 -0,173*
CR 2,620 4,221 4,896 8,923 3,591 6,714 0,168*
NCI 343,768 1936,883 293,767 848,650 322,439 1563,610 -0,016
QAR 2,162 4,143 3,547 5,898 2,753 4,996 0,138
TD/TA 0,278 0,234 0,362 0,419 0,314 0,327 0,128
CA/TL 1,610 2,502 2,223 4,406 1,872 3,445 0,088
RE/TA -0,060 0,624 -0,199 0,877 -0,119 0,743 -0,093
EBT/ACL 0,561 1,251 -0,074 0,843 0,290 1,137 -0,278**
EBIT/TA 0,094 0,102 -0,016 0,120 0,047 0,122 -0,445**
ROSF 0,233 0,400 0,077 0,435 0,167 0,421 -0,184*
OI/OA 0,225 3,694 0,261 0,716 0,240 2,829 0,006
EBIT/TIP 54,206 180,277 6,831 169,909 33,997 176,889 -0,133
WC/TA 0,182 0,284 0,214 0,346 0,196 0,312 0,051
GCF/TD 1,285 2,230 -0,393 3,198 0,569 2,802 -0,297**
MC/TD 25,487 92,681 12,097 23,085 19,775 71,897 -0,092
KM 0,010 0,028 0,011 0,026 0,011 0,027 0,019
KI 0,694 0,220 0,663 0,222 0,681 0,221 -0,070
DKI 0,387 0,123 0,420 0,126 0,401 0,125 0,130
KA 3,098 0,404 3,016 0,288 3,063 0,360 -0,112
RD/SALE 0,011 0,048 0,004 0,025 0,008 0,040 -0,096
SIZE 12,110 0,754 11,836 0,860 11,993 0,809 -0,168*
Sumber: Lampiran 2
Tabel 5.2 merupakan tabel statistik deskriptif yang menggambarkan
persebaran data dari setiap variabel. Penjelasan atas data dari masing-masing
variabel adalah sebagai berikut:
1. Tabel 5.2 menjelaskan bahwa mean (rata-rata) current liabilities to total asset
(CL/TA) untuk perusahaan berkinerja baik memiliki rata-rata data pada angka
0,393, sedangkan perusahaan berkinerja buruk rata-rata datanya adalah pada
angka 0,307dan rata-rata data untuk keseluruhan perusahaan adalah 0,356.
Adapun deviasi standar pada tabel menjelaskan bahwa current liabilities to
59
total asset (CL/TA) untuk perusahaan berkinerja baik adalah 0,234,
sedangkan yang berkinerja buruk deviasi standarnya adalah 0,261, untuk
keseluruhan perusahaan memiliki deviasi standarnya adalah 0,249. Deviasi
standar ini menjelaskan bahwa sebaran data dari perusahaan berkinerja baik
memiliki sebaran yang paling mendekati nilai 0 yang memiliki arti bahwa
variasi sebaran data yang membentuk perusahaan berkinerja baik nilai
datanya makin sama. Persebaran data ini didapat setelah dilakukan
winsorizing terhadap 2 data CL/TA dengan nilai Z diatas 3.
2. Rata-rata data current ratio (CR) untuk perusahaan berkinerja baik adalah
2,620, rata-rata data current ratio (CR) untuk perusahaan berkinerja buruk
adalah 4,896sedangkan untuk keseluruhan perusahaan rata-rata datanya
adalah 3,591. Adapun deviasi standar dari data current ratio (CR) untuk
perusahaan berkinerja baik adalah 4,221, sedangkan yang berkinerja buruk
deviasi standarnya adalah 8,923, untuk keseluruhan perusahaan memiliki
deviasi standarnya adalah 6,714. Perolehan deviasi standar menjelaskan
bahwa perusahaan yang berkinerja buruk memiliki variasi sebaran data yang
paling mendekati 0, yang artinya bahwa persebaran data perusahaan
berkinerja buruk paling sama. Persebaran data ini didapat setelah dilakukan
winsorizing terhadap 2 data current ratio (CR) dengan nilai Z diatas 3.
3. Rata-rata data no credit interval (NCI) untuk perusahaan berkinerja baik
adalah 343,768, sedangakan untuk rata-rata data perusahaan berkinerja buruk
adalah 293,767. Rata-rata data no credit interval (NCI) untuk keseluruhan
perusahaan adalah 322,439. Deviasi standar dari data no credit interval (NCI)
60
untuk perusahaan berkinerja baik adalah 1936,883, sedangkan yang
berkinerja buruk deviasi standarnya adalah 848,650. Untuk keseluruhan
perusahaan memiliki deviasi standarnya 1563,610. Persebaran data ini
didapat setelah dilakukan winsorizing terhadap 3 data no credit interval (NCI)
dengan nilai Z diatas -3.
4. Rata-rata data quick asset ratio (QAR) untuk perusahaan berkinerja baik
adalah 2,162sedangakan untuk perusahaan berkinerja buruk adalah 3,547.
Rata-rata data quick asset ratio (QAR) untuk keseluruhan perusahaan adalah
2,753. Deviasi standar dari data quick asset ratio (QAR) untuk perusahaan
berkinerja baik adalah 4,143, sedangkan yang berkinerja buruk adalah 5,898,
untuk keseluruhan perusahaan memiliki standar deviasinya adalah 4,996.
Perolehan deviasi standar menjelaskan bahwa perusahaan yang berkinerja
buruk memiliki variasi sebaran data yang paling mendekati 0, yang artinya
bahwa persebaran data perusahaan berkinerja buruk paling sama. Persebaran
data ini didapat setelah dilakukan winsorizing terhadap 2 data quick asset
ratio (QAR) dengan nilai Z diatas 3.
5. Rata-rata total debt to total asset (TD/TA) untuk perusahaan berkinerja baik
adalah 0,278 sedangakan untuk perusahaan berkinerja buruk adalah 0,362.
Rata-rata data total debt to total asset (TD/TA) untuk keseluruhan perusahaan
adalah 0,314. Deviasi standar dari data total debt to total asset (TD/TA)
untuk perusahaan berkinerja baik adalah 0,234, sedangkan yang berkinerja
buruk adalah 0,419, untuk keseluruhan perusahaan memiliki
deviasistandarnya adalah 0,327. Deviasi standar pada masing-masing
61
perusahaan menjelaskan bahwa perusahaan yang berkinerja baik memiliki
variasi sebaran data yang paling mendekati 0, yang artinya bahwa persebaran
data perusahaan berkinerja baik paling sama. Terdapat 2 data outlier pada
variabel ini.
6. Rata-rata data current assets to total liabilities (CA/TL) untuk perusahaan
berkinerja baik adalah 1,610 sedangakan untuk perusahaan berkinerja buruk
adalah 2,223. Rata-rata data current assets to total liabilities (CA/TL) untuk
keseluruhan perusahaan adalah 1,872. Hasil deviasi standar dari data current
assets to total liabilities (CA/TL) untuk perusahaan berkinerja baik adalah
2,502, sedangkan yang berkinerja buruk adalah 4,406, untuk keseluruhan
perusahaan memiliki standar deviasinya adalah 3,445. Perolehan deviasi
standar menjelaskan bahwa perusahaan yang berkinerja buruk memiliki
variasi sebaran data yang paling mendekati 0, yang artinya bahwa persebaran
data perusahaan berkinerja buruk paling sama. Winsorizing dilakukan pada
data ini dengan nilai Z diatas 3 pada2 data current assets to total liabilities
(CA/TL).
7. Rata-rata data retained earnings to total assets (RE/TA) pada perusahaan
yang berkinerja baik adalah -0,060, untuk perusahaan yang berkinerja buruk
adalah -0,199. Rata-rata data retained earnings to total assets (RE/TA) untuk
keseluruhan perusahaan adalah -0,119. Deviasi standar dari data retained
earnings to total assets (RE/TA) untuk masing-masing perusahaan baik yang
berkinerja baik, berkinerja buruk dan perusahaan secara keseluruhan adalah
0,624, 0,877 dan 0,743. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa variasi nilai dari
62
data perusahaan berkinerja baik merukapan variasi data yang sebarannya
paling sama. Persebaran data ini didapat setelah dilakukan winsorizing
terhadap 2 data RETA dengan nilai Z diatas 3.
8. Rata-rata data earnings before taxes to average total assets (EBT/ACL) pada
perusahaan yang berkinerja baik adalah 0,561, untuk perusahaan yang
berkinerja buruk adalah -0,074 dan untuk rata-rata keseluruhan perusahaan
adalah 0,290. Deviasi standar dari data earnings before taxes to average total
assets (EBT/ACL) untuk masing-masing perusahaan baik yang berkinerja
baik adalah 1,251, untuk perusahaan yang berkinerja buruk adalah 0,843 dan
untuk keseluruhan perusahaan adalah 1,137. Dari hasil tersebut diperoleh
bahwa variasi nilai dari data perusahaan berkinerja buruk merukapan variasi
data yang sebarannya paling sama. Data ini diperoleh setelah melakukan
winsorizing terhadap 1 data earnings before taxes to average total assets
(EBT/ACL) dengan nilai Z diatas 3.
9. Rata-rata data earnings before interest and taxes to total assets (EBIT/TA)
pada perusahaan yang berkinerja baik adalah 0,094, untuk perusahaan yang
berkinerja buruk adalah -0,016 dan untuk rata-rata keseluruhan perusahaan
adalah 0,047. Deviasi standar dari data earnings before interest and taxes to
total assets (EBIT/TA) untuk masing-masing perusahaan yang berkinerja
baik adalah 0,102, untuk perusahaan yang berkinerja buruk adalah 0,120 dan
untuk keseluruhan perusahaan adalah 0,122. Hasil tersebut diperoleh bahwa
variasi nilai dari data perusahaan berkinerja buruk merukapan variasi data
yang sebarannya paling sama. Data ini diperoleh setelah melakukan
63
winsorizing terhadap 1 data earnings before interest and taxes to total assets
(EBIT/TA) dengan nilai Z diatas 3.
10. Rata-rata data return on shareholder funds (ROSF) pada perusahaan yang
berkinerja baik adalah 0,233, untuk perusahaan yang berkinerja buruk adalah
0,077dan untuk rata-rata keseluruhan perusahaan adalah 0,167. Deviasi
standar dari data return on shareholder funds (ROSF) untuk perusahaan yang
berkinerja baik adalah 0,400, untuk perusahaan yang berkinerja buruk adalah
0,435dan untuk keseluruhan perusahaan adalah 0,421. Hasil tersebut
diperoleh bahwa variasi nilai dari data perusahaan berkinerja buruk
merukapan variasi data yang sebarannya paling sama. Data ini diperoleh
setelah melakukan winsorizing terhadap 2 data return on shareholder funds
(ROSF) dengan nilai Z diatas 3.
11. Rata-rata data operating income to operating assets (OI/OA) pada perusahaan
yang berkinerja baik adalah 0,225, untuk perusahaan yang berkinerja buruk
adalah 0,261dan untuk rata-rata keseluruhan perusahaan adalah 0,240.
Deviasi standar dari data operating income to operating assets (OI/OA) untuk
perusahaan yang berkinerja baik adalah 3,694, untuk perusahaan yang
berkinerja buruk adalah 0,716 dan untuk keseluruhan perusahaan adalah
2,829. Deviasi standar pada masing-masing perusahaan menjelaskan bahwa
perusahaan yang berkinerja baik memiliki variasi sebaran data yang paling
mendekati 0, yang artinya bahwa persebaran data perusahaan berkinerja
baikpaling sama. Data ini diperoleh setelah melakukan winsorizing terhadap 3
data operating income to operating assets (OI/OA) dengan nilai Z diatas 3.
64
12. Rata-rata data earnings before interast and taxes to total interest payment
(EBIT/TIP) pada perusahaan yang berkinerja baik adalah 54,206, untuk
perusahaan yang berkinerja buruk adalah 6,831dan untuk rata-rata
keseluruhan perusahaan adalah 33,997. Deviasi standar dari data earnings
before interast and taxes to total interest payment (EBIT/TIP) untuk
perusahaan yang berkinerja baik adalah 180,277, untuk perusahaan yang
berkinerja buruk adalah 169,909 dan untuk keseluruhan perusahaan adalah
176,889. Persebaran data ini diperoleh dengan melakukan winsorizing pada 1
data earnings before interast and taxes to total interest payment (EBIT/TIP)
dengan nilai Z diatas 3.
13. Rata-rata data working capital to total assets (WC/TA) pada perusahaan yang
berkinerja baik adalah 0,182, untuk perusahaan yang berkinerja buruk adalah
0,214dan untuk rata-rata data keseluruhan perusahaan adalah 0,196. Deviasi
standar dari data working capital to total assets (WC/TA) untuk perusahaan
yang berkinerja baik adalah 0,284, untuk perusahaan yang berkinerja buruk
adalah 0,346 dan untuk keseluruhan perusahaan adalah 0,312. Deviasi standar
pada masing-masing perusahaan menjelaskan bahwa perusahaan yang
berkinerja baik memiliki variasi sebaran data yang paling mendekati 0, yang
artinya bahwa persebaran data perusahaan berkinerja baik paling sama.
Persebaran data ini diperoleh dengan melakukan winsorizing pada 1 data
WC/TA dengan nilai Z diatas 3.
14. Rata-rata gross cash flow to total debt (GCF/TD) untuk perusahaan berkinerja
baik adalah 1,285 sedangakan untuk perusahaan berkinerja buruk adalah
65
-0,393. Rata-rata data gross cash flow to total debt (GCF/TD) untuk
keseluruhan perusahaan adalah 0,569. Deviasi standar dari data gross cash
flow to total debt (GCF/TD) untuk perusahaan berkinerja baik adalah 2,230,
sedangkan yang berkinerja buruk adalah 3,198, untuk keseluruhan perusahaan
memiliki deviasi standarnya adalah 2,802. Hasil tersebut diperoleh bahwa
variasi nilai dari data perusahaan berkinerja buruk merukapan variasi data
yang sebarannya paling sama. Winsorizing dilakukan pada data ini dengan
nilai Z diatas 3 pada 3 data gross cash flow to total debt (GCF/TD).
15. Rata-rata data market capitalization to total debt (MC/TD) untuk perusahaan
berkinerja baik adalah 25,487 sedangakan untuk perusahaan berkinerja buruk
adalah 12,097. Rata-rata data market capitalization to total debt (MC/TD)
untuk keseluruhan perusahaan adalah 19,775. Deviasi standar dari data
market capitalization to total debt (MC/TD) untuk perusahaan berkinerja baik
adalah 92,681, sedangkan yang berkinerja buruk adalah 23,085, untuk
keseluruhan perusahaan memiliki deviasistandarnya adalah 71,897.
Winsorizing dilakukan pada data ini dengan nilai Z diatas 3 pada 2 data
market capitalization to total debt (MC/TD).
16. Rata-rata data kepemilikan manajerial (KM) pada perusahaan yang berkinerja
baik adalah 0,010, untuk perusahaan yang berkinerja buruk adalah 0,011 dan
untuk rata-rata keseluruhan perusahaan adalah 0,011. Deviasi standar dari
data kepemilikan manajerial untuk perusahaan yang berkinerja baik adalah
0,028, untuk perusahaan yang berkinerja buruk adalah 0,026 dan untuk
keseluruhan perusahaan adalah 0,027. Hasil tersebut diperoleh bahwa variasi
66
nilai dari data perusahaan berkinerja baik merupakan variasi data yang
sebarannya paling sama. Data ini diperoleh setelah melakukan winsorizing
terhadap 3 data kepemilikan manajerial dengan nilai Z diatas 3.
17. Rata-rata data kepemilikan institusional (KI) pada perusahaan yang berkinerja
baik adalah 0,694, untuk perusahaan yang berkinerja buruk adalah 0,663 dan
untuk rata-rata keseluruhan perusahaan adalah 0,681. Deviasi standar dari
data kepemilikan institusional (KI) untuk perusahaan yang berkinerja baik
adalah 0,220, untuk perusahaan yang berkinerja buruk adalah 0,222 dan
untuk keseluruhan perusahaan adalah 0,221. Hasil tersebut diperoleh bahwa
variasi nilai dari data perusahaan berkinerja buruk merukapan variasi data
yang sebarannya paling sama. Dari hasil persebaran tidak terdapat data dengan
nilai outlier.
18. Rata-rata data dewan komisaris independen (DKI) untuk perusahaan
berkinerja baik adalah 0,387 sedangakan untuk perusahaan berkinerja buruk
adalah 0,420. Rata-rata dewan komisaris independen (DKI) untuk
keseluruhan perusahaan adalah 0,401. Deviasi standar dari data dewan
komisaris independen (DKI) untuk perusahaan berkinerja baik adalah 0,123,
sedangkan yang berkinerja buruk adalah 0,126, untuk keseluruhan perusahaan
memiliki deviasi standarnya adalah 0,125. Hasil tersebut diperoleh bahwa
variasi nilai dari data perusahaan berkinerja baik merukapan variasi data yang
sebarannya paling sama. Winsorizing dilakukan pada data ini dengan nilai Z
diatas 3 terhadap 2 data dewan komisaris independen.
67
19. Rata-rata komite audit (KA) pada perusahaan yang berkinerja baik adalah
3,098, untuk perusahaan yang berkinerja buruk adalah 3,016 dan untuk rata-
rata keseluruhan perusahaan adalah 3,063. Deviasi standar dari data komite
audit (KA) untuk perusahaan yang berkinerja baik adalah 0,404, untuk
perusahaan yang berkinerja buruk adalah 0,288 dan untuk keseluruhan
perusahaan adalah 0,360. Hasil tersebut diperoleh bahwa variasi nilai dari
data perusahaan berkinerja baik merukapan variasi data yang sebarannya
paling sama. Data ini diperoleh setelah melakukan winsorizing terhadap 6
data komite audit dengan nilai Z diatas 3.
20. Rata-rata data research and development to sales (RD/SALE) pada
perusahaan yang berkinerja baik adalah 0,011, untuk perusahaan yang
berkinerja buruk adalah 0,004 dan untuk rata-rata keseluruhan perusahaan
adalah 0,008. Deviasi standar dari data research and development to sales
(RD/SALE) untuk perusahaan yang berkinerja baik adalah 0,048, untuk
perusahaan yang berkinerja buruk adalah 0,025 dan untuk keseluruhan
perusahaan adalah 0,040. Hasil tersebut diperoleh bahwa variasi nilai dari
data perusahaan berkinerja buruk merukapan variasi data yang sebarannya
paling sama. Data ini diperoleh setelah melakukan winsorizing terhadap 2
data research and development to sales (RD/SALE) dengan nilai Z diatas 3.
21. Rata-rata data size untuk perusahaan berkinerja baik adalah 12,110, untuk
perusahaan berkinerja buruk 11,836, dan keseluruhan perusahaan 11,993.
Deviasi standar untuk perusahaan berkinerja baik adalah 0,754, untuk
perusahaan berkinerja buruk 0,860, dan keseluruhan perusahaan 0,809. Hasil
68
tersebut diperoleh bahwa variasi nilai dari data perusahaan berkinerja buruk
merukapan variasi data yang sebarannya paling sama. Dari hasil persebaran
tidak terdapat data dengan nilai outlier dan data untuk variabel size ini
merupakan nilai logaritma dari total aset.
Tabel 5.2 juga menjelaskan bahwa terdapat korelasi antara variabel
independen dengan variabel dependen, dimana variabel independen yang
memiliki korelasi dengan variabel dependen adalah EBITTA (earning before
interast and taxes to total assets) dengan nilai korelasi terbesar yaitu -0,445,
selanjutnya rasio GCFTD (gross cash flow to total debt) dengan nilai korelasi
sebesar -0,297, dilanjutkan dengan EBITACL (earning before tax to average
current liabilities) dengan nilai korelasi sebesar -0,278, rasio lainnya adalah
ROSF (return on shareholder funds) dengan nilai korelasi sebesar -0,184, rasio
CLTA memiliki nilai korelasi sebesar -0,173 dan terakhir rasio CR (current
liabilities) dan SIZE yang sama-sama memiliki nilai korelasi sebesar -0,168.
Melihat hasil korelasi tersebut dilihat hanya variabel yang mewaliki rasio
keuangan yang memiliki korelasi dengan variabel kinerja keuangan perusahaan.
5.3 Analisis Faktor
Analisis faktor digunakan untuk mengetahui rasio-rasio yang menjadi faktor
dominan dalam kinerja keuangan perusahaan. Pada penelitian ini nilai tabel KMO
Measure of Sampling Adequacy (MSA) adalah sebesar 0,664 dimana angka ini
sudah memenuhi syarat karena lebih besar dari 0,5. Hasil Bartletf’s test of
sphericity juga menunjukkan nilai chi square sebesar 1023,698 dengan
69
signifikansi 0,000 berarti kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut
dan data tersebut teleh memenuhi syarat untuk analisis faktor.
Tabel 5.3
Hasil Ekstraksi Tujuh Komponen Faktor
Komponen Total % of Variance Comulative (%)
1 4,025 19,166 19,166
2 2,652 12,627 31,793
3 1,590 7,569 39,362
4 1,447 6,891 46,253
5 1,405 6,689 52,942
6 1,208 5,754 58,696
7 1,058 5,040 63,736
Sumber: Lampiran 3
Tabel 5.3 menjelaskan bahwa dari ke 21 variabel yang dianalisis ternyata
hasil ekstrasi menjadi 7 faktor (nilai eigen value >1) yang digunakan sebagai
faktor dan kelima faktor ini yang dapat menjelaskan keseluruhan varians yang
ada. Faktor pertama mampu menjelaskan 19,166% variasi yang ada dimana faktor
pertama terdiri dari QAR, CR, CATL, WCTA dan CLTA , faktor kedua mampu
menjelaskan 12,627% variansi yang terdiri dari variabel EBITTA, EBTACL,
GCFTD dan EBITTIP, faktor ketiga dapat menjelasakan 7,569% variansi yang
terdiri dari variabel MCTD dan NCI, faktor keempat mampu menjelasakan
6,891% variansi yaitu faktor SIZE, faktor kelima dapat menjelaskan 6,689%
variansi yang terdiri dari variabel RDSALE dan KM, faktor keenam dapat
menjelaskan 5,754% variansi yang terdiri dari variabel OIOA, DKI dan KI dan
yang terakhir faktor ketujuh dapat menjelaskan 5,040% variansi yang terdiri dari
variabel KA dan ROSF. Hal ini dapat diartikan bahwa ketujuh faktor ini secara
keseluruhan dapat atau mampu menjelaskan sebesar 63,736% variasi.
70
Tabel 5.4
Hasil Analisis Komponen Utama
Item Komponen Utama
1 2 3 4 5 6 7
Likuiditas
Quick Assets Ratio 0,936
Current Ratios 0,898
Current Asset/Total Liabilities 0,865
Working capital/total assets 0,763
Current liabilities/Total assets -0,591
Profitabilitas
Earning before interest and
taxes/Total Assets
0,760
Earning before tax/average
current liabilities
0,663
Gross cash flow/total debt 0,627
Earning before interest and
taxes/Total interast payments
0,586
Debt
Market Capitalitation/total debt 0,841
No credit interval -0,780
Ukuran Perusahaan
Total Aset 0,625
Konservatisma
R&D/Penjualan -0,605
Kepemilikan Manajerial -0,528
Operating
Operating Income to operating
Assets
0,602
Dewan Komisaris Independen 0,590
Kepemilikan Institusional -0,555
Corporate Governance
Komite Audit 0,824
Return on shareholder funds -0,535
Sumber: Lampiran 3
5.4 Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
perbedaan antar kelompok. Asumsi dalam analisis diskriminan adalah tidak
terdapat multikolinieritas antara variabel independen dan setiap variabel
independen mengikuti fungsi ditribusi normal serta homogenitas varians antara
71
kelompok data. Setelah dilakukan pengujian menggunakan SPSS diperoleh hasil
sesuai ditunjukkan pada Tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.5
Test of Equity of Group Means
Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.
KM 1.000 .052 1 141 .820
KI .995 .687 1 141 .409
DKI .983 2.437 1 141 .121
KA .987 1.785 1 141 .184
CLTA .970 4.340 1 141 .039
CR .972 4.110 1 141 .045
NCI 1.000 .036 1 141 .851
QAR .981 2.719 1 141 .101
CATL .992 1.108 1 141 .294
EBTACL .923 11.766 1 141 .001
EBITTA .802 34.897 1 141 .000
OIOA 1.000 .006 1 141 .940
EBITTIP .982 2.536 1 141 .114
WCTA .997 .373 1 141 .542
GCFTD .912 13.649 1 141 .000
MCTD .991 1.215 1 141 .272
RDSALE .991 1.318 1 141 .253
SIZE .972 4.088 1 141 .045
ROSF .966 4.922 1 141 .028
Sumber: Lampiran 4
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 21 variabel yang diteliti hanya current
liabilities to total assets, current ratio, earning before tax to average current
liabilities, earning before interast and taxes to total assets, gross cash flow to
total debt, size dan return on shareholder funds memiliki nilai signifikasi di
bawah 0,05 atau 5%. Nilai signifikan dari variabel current liabilities to total
assetsadalah 0,039, sedangkan nilai signifikan dari current ratios adalah 0,045,
earning before tax to average current liabilities memiliki nilai signifikan sebesar
72
0,001, earning before interast and taxes to total assets dan gross cash flow to total
debt sama-sama memiliki nilai signifikan sebesar 0,000, sedangkan size nilai
signifikannya sebesar 0,045 dan terakhir return on shareholder funds nilai
signifikannya adalah 0,028. Sehingga hasil ini menunjukkan bahwa variabel
current liabilities to total assets, current ratio, earning before tax to average
current liabilities, earning before interast and taxes to total assets, gross cash
flow to total debt, size dan return on shareholder funds mampu membedakan
kinerja keuangan perusahaan.
Tabel 5.6
Struktur Matrix
Function
1
EBITTA .821
GCFTD .513
EBTACL .477
ROSF .308
CLTA .289
CR -.282
SIZE .281
Sumber: Lampiran 4
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa nilai loading untuk EBIT/TA sebesar 0,821
yang mana nilai tersebut penting digunakan untuk membentuk fungsi diskriminan.
Hasil ini juga menunjukkan bahwa nilai loading EBITTA mampu membentuk
fungsi diskriminan sebesar 0,821 atau sebesar 82,1%. Sedangkan niali loading
GCFTD sebesar 0,513 yang menunjukkan bahwa GCFTD mampu membentuk
fungsi diskriminan sebesar 51,3% dan EBTACL mampu membentuk fungsi
diskriminan sebesar 47,7%. ROSF mampu membentuk fungsi diskriminan sebesar
73
30,8%, CLTA mampu membentuk fungsi diskriminan sebesar 28,9% dan SIZE
mampu membentuk fungsi diskriminan sebesar 28,1%.
Tabel 5.7
Group Statistik
Group Mean SD
Poor performances
EBITTA -0,016 0,120
GCFTD -0,393 3,198
EBTACL -0,074 0,843
ROSF 0,077 0,435
CLTA 0,307 0,261
CR 4,896 8,923
SIZE 11,836 0,860
Good performances
EBITTA 0,094 0,102
GCFTD 1,285 2,230
EBTACL 0,561 1,251
ROSF 0,233 0,400
CLTA 0,393 0,234
CR 2,620 4,221
SIZE 12,110 0,754
Total
EBITTA 0,047 0,122
GCFTD 0,569 2,802
EBTACL 0,290 1,137
ROSF 0,167 0,421
CLTA 0,356 0,249
CR 3,591 6,714
SIZE 11,993 0,809
Sumber: Lampiran 2
Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa nilai tingkat akurasi klasifikasi adalah
sebesar 76,9% (Lampiran 4) ringkasan ini dapat dilihat pada lampiran. Hasil
matrix klasifikasi menunjukkan bahwa 110 observasi telah diklasifikasikan secara
benar dan 33 observasi yang diklasifikasikan salah, jadi ketepatan klasifikasi
74
adalah (110/143) atau 76,9%, sedangkan tingkat klasifikasi ”hold-out” yang
diperoleh adalah 73,4%.
Tabel 5.8
Fungsi Klasifikasi Koefisien
Kelompok
Kinerja Baik Kinerja Buruk Cj
EBITTA 2,503 -5,141 7,644
GCFTD 0,035 -0,120 0,155
EBTACL 0,035 -0,113 0,148
ROSF -4,550 -4,574 0,024
CLTA 5,143 3,239 1,904
CR 0,393 0,417 -0,024
SIZE 19,435 19,201 0,234
Constant -119,514 -115,737 -3,777
Sumber: Lampiran4
Tabel 5.8 dapat membentuk persamaan fungsi diskriminan sebagai berikut:
Z = -3,777 + 7,644X1 +0,155X2+ 0,148X3 +0,024X4 +1,904X5 –0,024X6 +
0,234X7
Ket:
X1= Earning before interast and taxes to total assets
X2= Gross Cash Flow to total debt
X3= Earnings before tax to average current liabilities
X4= Return on shareholder funds
X5= Current liabilities to total assets
X6= Current Ratios
X7= Size
Fungsi diskriminan diatas menjelaskan bahwa nilai konstanta yang diperoleh
adalah -3,777, yang artinya jika earning before interast and taxes to total assets
(EBITTA), gross cash flow to total debt (GCFTD), earnings before tax to average
current liabilities (EBTACL), return on shareholder funds (ROSF), current
75
liabilities to total assets (CLTA), current ratios (CR) dan ukuran perusahaan
(Size) tidak mengalami perubahan (konstan) atau sama dengan nol, maka kinerja
keuangan perusahaan (EPS) akan mengalami penurunan sebesar 3,777.
Tabel 5.9
Kepentingan Relatif dari setiap Variabel Bebas
Variabel Standardized
coefficient
Fisher
coefficient Cj (Xj1 - Xj2)
EBITTA 0,690 7,644 0,152
GCFTD 0,341 0,155 -1,130
EBTACL 0,134 0,148 1,263
ROSF 0,008 0,024 -0,204
CLTA 0,385 1,904 0,002
CR -0,134 -0,024 -0,988
SIZE 0,154 0,234 -0,010
-0,915
Sumber: Lampiran4
Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa EBITTA adalah variabel yang paling penting,
selanjutnya diikuti dengan CLTA, sedangkan variabel lainnya merupakan variabel
yang paling tidak penting dilihat dari nilai Fisher coefficient. Model yang
diperoleh digunakan untuk mengevaluasi kemampuan prediksi dari data keuangan
tahun 2012, dimana skor diskriminan dihitung untuk setiap perusahaan sampel,
perusahaan denga skor diskriminan lebih tinggi dari 0 diklasifikasikan berkinerja
baik dan yang skor diskriminan lebih rendah dari 0 diklasifikasikan sebagai
berkinerja buruk. Akurasi prediksi dari model ini adalah 63,6% (Lampiran 4).
76
5.5 Pengujian Hipotesis
5.5.1 Konservatisma berhubungan positif dengan Kinerja Keuangan
Perusahaan (H1a)
Konservatisma yang pada penelitian ini diwakili oleh variabel research and
development to sales (RDSALE) setelah dilakukan pengujian menunjukkan
bahwa RDSALE tidak memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan
perusahaan yang dilihat dari hasil korelasi pada Tabel 5.2. Hasil pengujian ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al. (2011), dimana
dalam penelitian yang dilakukan oleh Smith variabel konservatisma yang diwakili
oleh research and development to sales memiliki hubungan positif dengan kinerja
keuangan perusahaan. Indonesia menerapkan aturan untuk biaya riset dan
pengembangan dalam PSAK no 20 namun saat ini biaya riset dan pengembangan
digabungkan ke PSAK no 19 (Revisi 2000), PSAK no 19 menjelaskan bahwa
biaya riset dan pengembangan hanya dapat diakui sebagai beban pada saat
terjadinya biaya riset tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan research and development to sales tidak
memiliki korelasi dengan kinerja keuangan perusahaan, dimana hal ini terjadi
karena rendahnya pengeluaran biaya riset dan pengembangan perusahan di
Indonesia. Berdasarkan hasilpenelitan hanya sebagian kecil perusahan di
Indonesia yang telah melakukan kegiatan Research and Development (R&D), hal
ini dapat dilihat dari data sampel yang diteliti dimana rata-rata dari biaya riset dan
pengembangan adalah 3,4% dengan hanya 32 perusahaan dari 143 sampel yang
memiliki biaya riset dan pengembangan.
77
5.5.2 Konservatisma dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi model
prediksi Kinerja Keuangan Perusahaan (H1b)
Hasil pengujian mengenai konservatisma yang dapat digunakan untuk
meningkatkan akurasi model prediksi kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat
pada Tabel 5.5, dimana konservatisma ternyata tidak mampu meningkatkan
akurasi model prediksi kinerja keuangan perusahaan karena nilai signifikannya
adalah sebesar 0,253 yang artinya lebih besar dari 0.05. Temuan ini berbeda
dengan penelitian Smith et. al (2011) yang menyatakan bahwa konservatisma mampu
menunjukkan akurasi model prediksi kinerja keuangan perusahaan.
5.5.3 Variabel yang mewakili Corporate Governance berhubungan positif
dengan Kinerja Keuangan Perusahaan (H2a)
Hipotesis kedua a (H2a) menyatakan bahwa variabel yang mewakili
corporate governance yang dalam hal ini adalah kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan komite audit
berhubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan. Dari hasil pengujian
diperoleh bahwa tidak terdapat proksi yang mewakili corporate governance yang
memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan.
Hasi penelitian yang menunjukkan hal tersebut dapat dilihat dari hasil
korelasi pada tabel 5.2. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Smith et. al (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada satupun dari variabel yang
mewakili corporate governance yang memiliki hubungan positif dengan kinerja
keuangan perusahaan.
78
5.5.4 Variabel yang mewakili Corporate Governance dapat digunakan
untuk meningkatkan akurasi model prediksi Kinerja Keuangan
Perusahaan (H2b)
Hasil temuan pada penelitian ini dalam proses analisis diskriminan
menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel yang mewakili corporate governance
yang dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi model prediksi kinerja
keuangan perusahaan, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis diskriminan dimana
nilai signifikan dari masing-masing variabel yaitu kepemilikan manajerial sebesar
0,820, kepemilikan institusional sebesar 0,409, variabel dewan komisaris
independen sebesar 0,121dan komite audit sebesar 0,184 yang lebih besar dari
0,05 atau diatas 5%, sehingga hipotesis ini tidak diterima.
79
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Konservatisma berhubungan positif dengan Kinerja Keuangan
Perusahaan
Pengujian hipotesis pertama amenunjukkan bahwa konservatisma
berhubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan. Konservatisma
merupakan sikap kehati-hatian yang dilakukan oleh pihak perusahaan, dimana
prinsip dari konservatisma adalah cenderung untuk menggakui biaya daripada
laba.Penelitian ini menggunakan biaya riset dan pengembangan sebagai wakil dari
variabel konservatisma. PSAK No. 19 menjelaskan pengertian riset dan
pengembangan sebagai berikut:
- riset (research) merupakan penelitian orisinil dan terencana yang dilaksanakan
dengan harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis
atas ilmu yang baru, sedangkan
- pengembangan (development) merupakan penerapan temuan riset atau
pengetahuan lainnya pada suatu rancangan produksi bahan baku, alat, produk,
proses, sistem, atau jasa yang sifatnya baru atau yang mengalami perbaikan
yang substansial, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Smith et. al (2011), dimana dari hasil korelasi dilihat bahwa biaya riset dan
pengembangan tidak memiliki korelasi atau hubungan dengan kinerja keuangan
perusahaan, hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya pengeluaran biaya riset
dan pengembangan pada perusahaan di Indonesia. Hal ini dilihat dari
80
pengambilan data yang memperlihatkan bahwa hanya sebagian kecil perusahaan
di Indonesia yang melakukan kegiatan riset dan pengembangan. Pengakuan biaya
riset dan pengembangan yang masih terbilang sedikit pada perusahaan di
Indonesia disebabkan karena standar akuntansi memperbolehkan manajemen
dalam memilih metode akuntansi (flaksibel) yang ingin diterapkan masing-masing
manajemen. Selain itu pengakuan biaya riset dan pengembangan di wilayah
berkembang seperti Indonesia lebih sedikit daripada dari Negara-negara maju
seperti Amerika Serikat, Jepang, China serta Negara maju di wilayah Eropa. Hal
ini disebabkan karena kurangnya ilmuan yang dapat melakukan penelitian atau
pengembangan di wilayah Negara berkembang (Prayoto, 2008) dalam (Mariadi
dkk, 2012).
6.2 Konservatisma dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi model
prediksi Kinerja Keuangan Perusahaan
Hasil pengujian yang dilakukan memperlihatkan bahwa konservatisma
ternyata tidak dapat digunkana untuk meningkatkan akurasi model prediksi
kinerja keuangan perusahaan, hal ini mungkin disebabkan karena konservatisma
akuntansi dianggap sebagai kendala yang akan mempengaruhi kualitas laporan
keuangan, dimana terdapat kritikan yang mengatakan bahwa penggunaan metode
yang konservatif akan menghasilkan angka-angka yang cenderung bias dan tidak
mencermikan realita yang ada, selain itu konservatisma yang dalam penelitian ini
diwakili oleh variabel RDSALE pada kenyataannya data perusahaan yang diteliti
sedikit menunjukkan penggunaan biaya riset dan pengembangan sehingga hasil
81
yang diperoleh mengakibatkan kurang akuratnya konservatisma dalam
memprediksi kinerja keuangan perusahaan.
6.3 Variabel yang mewakili Corporate Governance berhubungan positif
dengan Kinerja Keuangan Perusahaan
Corporate governance merupakan sebuah konsep yang didasarkan pada
teori keagenan, dimana corporate governance diharapkan dapat berfungsi sebagai
alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan sehingga hal tersebut
juga dapat memberi peningkatan pada kinerja keuangan perusahaan. Corporate
governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan
memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan
mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang
tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh
investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer
(Shleifer dan Vishny, 1997). Dengan kata lain corporate governance diharapkan
dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Smith et.
al (2011) dan penelitian yang dilakukan oleh Sayidah (2007), dimana
menunjukkan tidak adanya hubungan antara corporate governance dengan dengan
kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan ini dikarenakan variabel kempemilikan
manajerial yang mewakili corporate governance memiliki nilai rata-rata yang
terlalu kecil yaitu sebesar 1,9% sehingga tidak mampu menyatu dengan
perusahaan sehingga perusahaan memiliki sifat oportinistik. Selain itu variabel
82
lainnya yang mewakili variabel corporate governance ternyata tidak berfungsi
sesuai dengan harapan yang dinginkan, dimana seharusnya dengan adanya
kepemilikan institusional, dewan komisaris independen serta komite audit
perusahaan mampu terkontrol dengan baik sehingga perusahaan tidak berperilaku
oportunistik.
6.4 Variabel yang mewakili Corporate Governancedapat digunakan untuk
meningkatkan akurasi model prediksi Kinerja Keuangan Perusahaan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang mewakili corporate
governance tidak dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi model prediksi
kinerja keuangan perusahaan, hal tersebut dilihat dari hasil analisis diskriminan
dimana variabel yang mewakili corporate governance masing-masing nilai
signifikannya diatas 0,05 antara lain kepemilikan manajerial sebesar 0,820,
kepemilikan institusional sebesar 0,409, variabel dewan komisaris independen
sebesar 0,121 dan komite audit sebesar 0,184. Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Smith et al. (2011) dan penelitian yang dilakukan
oleh Sayidah (2007). Selain itu dengan tidak terdapatnya korelasi antara variabel
corporate governance dengan kinerja keuangan perusahaan maka variabel yang
mewakili corporate governance juga tidak akan mampu dalam meningkatkan
akurasi model prediksi dari kinerja keuangan perusahaan.
83
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Penelitian
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1.a) Konservatisma yang diwakili oleh research and development to sales
(RDSALE) tidak memiliki hubungan yang positif dengan kinerja keuangan
perusahaan.
1.b) Konservatisma yang diwakili oleh research and development to sales
(RDSALE) tidak dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi model prediksi dari
kinerja keuangan perusahaan.
2.a) Corporate Governance yang diwakili oleh kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen dan komite audit tidak memiliki
hubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan.
2.b) Corporate Governance yang diwakili oleh kepemilikan institusional dan dewan
komisaris independen tidak dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi model
prediksi dari kinerja keuangan perusahaan.
Selain keempat simpulan diatas diperoleh bahwa hanya rasio keuangan
seperti earning before interast and taxes to total assets, gross cash flow to total
debt, earning before tax to average current liabilities, return of shareholder
funds, current liabilities to total assets dan current ratio serta ukuran perusahaan
(size) meningkatkan akurasi dari model prediksi kinerja keuangan perusahaan.
84
Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa tingkat klasifikasi yang
dihasilkan dari model diskriminan adalah 76,9% berdasarkan pengelompokkan
kasus asli, akurasi hold-out dari model ini adalah 73,4% dan akurasi prediksi
untuk tahun berikutnya adalah 63,6%.
7.2 Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan, sehingga masih
perluuntuk disempurnakan. Saran-saran yang dapat disampaikan antara lain:
1) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel selain
RDSALE yang dapat mewakili konservatisma seperti market to book value
atau variabel lainnya yang dapat menggambarkan atau mewakili
konservatisma dalam hubunganya dengan kinerja keuangan perusahaan.
2) Penelitian selanjutnya juga dapat menggunakan biaya riset dan
pengembangan tidak hanya yang diambil dalam laporan laba rugi tapi juga
mempertimbangkan pengunaan biaya riset dan pengembangan ditangguhkan
yang terdapat pada laporan neraca sebagai ingtangible fix assets.
3) Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menggunakan
seleksi dari perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang berkinerja baik
ataupun berkinerja buruk, diluar adopsi terhadap penelitian Staw et.al
(1983).
4) Penelitian ini juga dapat mempertimbangkan penambahan rentang waktu
penelitian untuk memperoleh hasil yang dapat meningkatkan prediksi
kinerja keuangan perusahaan sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.
85
5) Penelitian kedepan juga sebaiknya mempertimbangkan perbedaan
penggunaan variabel antara perusahaan yang memiliki kepemilikan asing
dengan yang tidak memiliki kepemilikan asing, agar hasil yang diperoleh
lebih mencermikan kejadian sebenarnya.
86
DAFTAR PUSTAKA
Altman, E.I. 1968.Financial Ratios, Discriminant Analysis And The
Prediction Of Corporate Bankruptcy, Journal of Finance, Vol. 23 No. 4, pp. 589-
609.
Altman dan McGough, T, 1974. Evaluation of a Company as A Going
Concern. Journal of Accountancy, December. p.50-57.
Altmanet al.1977.Zeta Analysis, A New Model To Identify Bankruptcy Risk
Of Corporations, Journal of Banking and Finance 1 (1977) 29-54. Nort-Holland
Publishing Company.
Balcaen, S. dan Ooghe, H. 2004.35 Years Of Studies On Business Failure:
An Overview Of The Classic Statistical Methodologies And Their Related
Problems, The British Accounting Review, Vol. 38 No. 1, pp. 63-93.
Basuki, Ismu. 2006. Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap Return
SahamPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tesis.
ProgramPascasarjana Universitas Indonesia. Jakarta.
Black, Bernard S H. Jang, dan W Kim. 2003. Does Corporate Governance
affect Firm Value? Evidence from Korea. Finance Working Paper No.103/2005,
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=311275, tgl download 14
Januari 2014.
Brealey, Richard A., Stewart C. Myers., Alan J. Marcus. 2008. Fundamentals
Of Corporate Finance. Bob Sabran MM (Penerjemah). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Cohen, Sandra. 2008. Identifying the Moderator Factor of Financial
Performance in Greek Municipal. Annuall Conference. 5th. HFAA. Thessaonica.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal Di
Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: PT. Salemba Empat
Darmawati, Deni; Khomsiyah; dan Rahayu, Rika G. 2004. Hubungan
Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
Vol. 8, No. 1, hal: 65-81.
Dewi, R. AAA., 2003. Pengaruh Konservatisma Laporan Keuangan Terhadap
Earnings Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi VI.
87
Dharmastuti, Fara. 2004. Analisis Pengaruh Earning Per Share, Price Earning
Ratio, Return On Investment, Debt To Equity Ratio, dan Net Profit Margin Dalam
Menetapkan Harga Saham Perdana. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Atmajaya, No. 2, September.
Edy Suwito dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VII. Solo,
15 – 16 September.
FCGI. 2001. Corporate Governance:Tata Kelola Perusahaan. Jilid 1. FCGI.
Edisi3.
Ghozali, Imam dan Chariri. Anis. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 21. Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Giacomino D.E. dan David E. Mielke. 1993. Cash flows, Another Approach
To ratio Analysis. Jurnal Accountancy. (March), 55-58.
Givoly, Dan dan Hayn, Carla. 2000. The changing time-series properties of
earnings, cash fows and accruals:Has finanancial reporting become more
conservative?.Journal of Accounting and Economics 29 (2000) 287-320.
Harahap, Sofyan Safri. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan.
Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Harianto, Farid dan Siswanto, Sudomo. 1998.Perangkat dan Teknik Analisis
Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT Bursa Efek Jakarta.
Haryani, Linggar Pratiwi dan Muchamad Syafruddin. 2011. Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja: Transparansi Sebagai
Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011.
Haseley, Michael. 2012. An Analysis Of The Efficacy Of The Altman And
Springate Bankruptcy Models In Companies Listed On The Stock Exchange Of
Thailand (2006-2012). Tesis. Thailand: George Herbert Walker School of
Business and Technology.
Hastuti, Theresia, 2005. Hubungan Antara GCG dan Struktur
Kepemilikandengan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VII.
Hughes, P. J. 1986. Signalling by Direct Disclosure Under Asymmetric
Information.Jounal of Accounting and Economics, 8:119-142.
88
Jensen, Michael, dan William Meckling, 1976. Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure, Journal of
Financial Economics, 3, 305-360.
Jones, Stewart dan R., G., Walker. 2007. Explanators of Local Goverment
Distress. ABACUS. 43(3): 396-418.
Jumingan. 2011. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara
Kartikawati, Wening. 2007. Pengaruh Kepemilikan Institusional Trehadap
Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi.
(http://hana3.wordpress.com/2009/0517/pengaruh-kepemilikan-institusional -
terhadap-kinerja-keuangan perusahaan/), diakses tanggal 14 Juli 2014.
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan, Ed.1-6. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Kieso, E.D., dan J.J. Weygandt, 2006, Akuntansi Intermediate, Terjemahan
oleh H. Wibowo, Jakarta: Binarupa Akasara.
Kiryanto dan Suprianto, Edy. 2006. Pengaruh Moderasi Size Terhadap
Hubungan Laba Konservatisma Dengan Neraca Konservatisma. SNA IX : Ikatan
Akuntan Indonesia.
Koh, Hian Chye dan Tan, Sen Suan.1999. A Neural Network Approach to
The Prediction of Going Concern Status. http://papers.ssrn.com.
Lara, Garcıa, J.M., Garcıa Osma, B. dan Penalva, F. 2009.Accounting
Conservatism And Corporate Governance, Review of Accounting Studies, Vol. 14
No. 1, pp. 161-201.
Lasdi, Lodovicus. 2009. Determinan Konservatisma Akuntansi.The 2nd
National Conference UKWMS.
Lin, Kun Lin. 2006. Study on Related Party Transaction with Mainland China
in Taiwan Enterprises, Dissertation, Departemen Manajemen, Universitas Guo Li
Cheng Gong
Lo, Eko Widodo. 2005. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan
Terhadap Konservatisme Akuntansi. SNA VIII : Ikatan Akuntan Indonesia.
Mariadi dkk. 2012. Motivasi Manajemen Laba Dalam Kapitalisasi Biaya
Riset dan Pengembangan. Jurnal El-Muhasaba (Vol. 3, No. 2; 07-2012).
89
Miman, Ghalib Galbi. 2012.Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan
Menggunakan Metode Z-Score Altman pada Perusahaan Otomotif dan
Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007- 2010,
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Munawir, S. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta
Munawir, S, 2004, Analisa Laporan Keuangan Edisi Keempat, Liberty,
Yogyakarta
Ngui, Kwang Sing, Mung ling V, Eidith. A.L.2007. The Effects of Insider
and Blockholder Ownerships on Firm Performance: The Mediating Role of
Internal Governance Mechanisms. Available online at http://www.ssrn.com
Nugroho, Augustinus Heri, dkk, 2003, Evaluasi Terhadap Alternatif-
Alternatif Penilaian Kinerja Perusahaan, ANTISIPASI, Vol. 7, No. 2
OECD. 2004. OECD. Principles of Corporate Governance. Paris, France.
Publications Services.
Purnomo, Yogo. 1998. Keterkaitan Kinerja Keuangan dengan Harga Saham,
Manajemen Usahawan, Desember, No.12, Th XXVII : 33-38.
Puspitasari, Filia., dan Ernawati, Endang. 2010. Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance Terhadap kinerja Keuangan Badan Usaha. Jurnal
Manajemen Teori dan Terapan.Tahun 3.
Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4,
BPFE, Yogyakarta
Rosyada, Fani Yulia. 2012. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance TerhadapManajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Skripsi. Bekasi:
Universitas Gunadharma.
Sam’ani. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage
Terhadap KinerjaKeuangan Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2004-2007.Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Santoso, Rudi Tri. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja
Bank Merger DiIndonesia Tahun 1998-2010. Disertasi. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret (online)(http://ruddytri.blogspot.com /2012/01/pengaruh-corporate-
governance-terhadap.html)tgl download14Januari 2014.
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
90
Sayidah, Nur. 2007. Pengaruh Kualitas Corporate governance Terhadap
KinerjaPerusahaan Publik. JAAI. Juni. Vol. 11 No. 1 hal. 1 – 19.
Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business, a Skill Building Approach.
4th ed. John Wiley & Sons, Inc. NY.
Setyaningtyas, Tara. 2009. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan, dan
Siklus Hidup Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2006). Skripsi.
Universitas Sebelas Maret Surakarta (online)
(http://eprints.uns.ac.id/5045/1/162142608201003101.pdf) tgl download 14
Januari 2014.
Sharma, D. dan Stevenson, P.A. 1997.The Impact Of Impending Corporate
Failure On The Incidence And Magnitude Of Discretionary Accounting Policy
Change, British Accounting Review, Vol. 29 No. 2, pp. 129-53.
Shleifer, A. dan R.W. Vishny. (1997). A Survey of Corporate Governance.
Journal of Finance, Vol.52. No.2. Juni, hal.737-783.
Siallagan, Hamonangan dan M. Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi
IX. Padang, 23-26 Agustus 2006.
Siswanto Sutoyo, & Aldridge, E John. 2005. Good Corporate Governance:
Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat. PT Damar Mulia Pustaka. Jakarta.
Smith, Malcolm, Yun Ren dan Yinan Dong. 2011. The Predictive Ability Of
"Conservatism" And "Governance" Variables In Corporate Financial Disclosures.
Asian Review of Accounting, Vol. 19.
Staw, Barry M, Pamela I. McKechnie, dan Sheila M. Puffer. 1983. The
Justification of Organizational Performance. Johnson Graduate School of
Management, Cornell University.
Stice, dan Skousen (2004). Intermediate Accounting. Buku 2 Edisi 15.
Jakarta: Salemba Empat.
Suharli, M., & Arisandi, A. 209. Pengaruh Pemilhan Metode Akuntansi atas
Biaya Research and Development terhadap Price Earnings Ratio. Journal of
Aplied Finance and Acounting, 1(2), 368-390.
Suwardjono, 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
91
Tulasi, Daniel. 2002. Kinerja Keuangan Perusahaan Metal Yang Terdaftar di
BEJ. Aplikasi Cash flow Ratios Analysis.Jurnal Widya Manajemen dan
Akuntansi. (Desember), hal. 191-211.
Utama, Made Suyana,. 2009. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar: Sastra
Utama.
Walsh, J.P. dan Seward, J.K. (1990), On The Efficiency Of Internal And
External Corporate Control Mechanisms, Academy of Management Review, Vol.
15 No. 3, pp. 421-58.
Wardhani, Ratna. 2008. Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan
Hubungannya dengan Karekteristik Dewan sebagai Salah Satu Mekanisme
Corporate Governance. Hibah Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Watts, Ross.L. 2003. Conservatism in Accounting Part II: Evidence and
ResearchOpportunities. Available online at http:// www.ssrn.com
Wiagustini, Ni Luh Putu. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Bali:
Udayana University Press.
Wibowo, J., 2002, Implikasi Konservatisme dalam hubungan Laba-Return
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Tesis, Program Magister Sains,
Universitas UGM, Yogyakarta.
Widya, 2005, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan
Terhadap Akuntansi Konservatif, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.8, No.2,
Hal: 138-157.
Wijayanti et al.2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh: Simposium
Nasional Akuntansi XIV.
Wijayanti, Sri, dan Mutmainah, Siti. 2012. Pengaruh Penerapan Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Diponegoro Journal of
Accounting Volume 1 No 2.
www.idx.co.id
Yamin, Sofyan dan Heri Kurniawan. 2009. SPSS Complete, Teknik Analisis
Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Jakarta: Salemba Infotek.
Yermack, David. 1996. Higher Market Valuation of Companies with a Small
Board of Directors,Journal of Financial Economics 40, 185-211.
92
Lampiran 1: Sampel Penelitian
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
Lampiran 2: Statistik Deskriptif Berkinerja Baik
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation Variance Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Std. Error
KM 82 .15 0.00 .15 .84 .0102 .00312 .02830 .001 3.610 .266 14.061 .526
KI 82 1.16 .10 1.26 56.90 .6939 .02427 .21979 .048 -.545 .266 .148 .526
DKI 82 .67 0.00 .67 31.72 .3868 .01359 .12309 .015 -.152 .266 1.451 .526
KA 82 2.00 2.00 4.00 254.00 3.0976 .04461 .40398 .163 .778 .266 2.703 .526
CLTA 82 .87 0.00 .87 32.23 .3930 .02585 .23404 .055 .264 .266 -.774 .526
CR 82 27.92 .15 28.07 214.82 2.6197 .46615 4.22121 17.819 4.040 .266 18.679 .526
NCI 82 20474.96 -8483.85 11991.11 28188.97 343.7679 213.89290 1936.88260 3751514.204 1.458 .266 20.984 .526
QAR 82 27.95 .12 28.07 177.31 2.1623 .45754 4.14323 17.166 4.309 .266 21.247 .526
TDTA 82 1.03 0.00 1.03 22.79 .2779 .02584 .23397 .055 .713 .266 -.174 .526
CATL 82 20.31 .07 20.38 132.03 1.6101 .27626 2.50166 6.258 5.781 .266 40.142 .526
RETA 82 4.17 -3.39 .78 -4.91 -.0599 .06893 .62417 .390 -3.760 .266 16.179 .526
EBTACL 82 7.02 -.30 6.72 46.02 .5612 .13811 1.25062 1.564 3.495 .266 12.278 .526
EBITTA 82 .61 -.13 .48 7.69 .0938 .01126 .10197 .010 1.695 .266 3.990 .526
OIOA 82 38.11 -13.96 24.15 18.41 .2245 .40795 3.69414 13.647 2.212 .266 24.719 .526
EBITTIP 82 1538.78 -151.53 1387.25 4444.86 54.2057 19.90825 180.27685 32499.743 5.842 .266 39.466 .526
WCTA 82 1.69 -.70 .99 14.93 .1821 .03141 .28442 .081 .733 .266 1.984 .526
GCFTD 82 11.56 -.48 11.08 105.35 1.2848 .24631 2.23046 4.975 2.400 .266 5.643 .526
MCTD 82 797.03 .13 797.16 2089.94 25.4871 10.23487 92.68066 8589.705 7.441 .266 61.071 .526
RDSALE 82 .32 0.00 .32 .93 .0113 .00532 .04817 .002 5.444 .266 30.701 .526
SIZE 82 3.00 11.00 14.00 993.00 12.1098 .08323 .75369 .568 .524 .266 .341 .526
ROSF 82 3.49 -1.54 1.95 19.11 .2331 .04421 .40036 .160 .699 .266 9.839 .526
Valid N (listwise)
82
98
99
Statistik Deskriptif Berkinerja Buruk
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation Variance Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Std. Error
KM 61 .10 0.00 .10 .69 .0113 .00328 .02563 .001 2.218 .306 3.629 .604
KI 61 .88 .11 .99 40.44 .6630 .02848 .22241 .049 -.552 .306 -.412 .604
DKI 61 .55 .25 .80 25.60 .4197 .01616 .12623 .016 1.230 .306 .606 .604
KA 61 2.00 2.00 4.00 184.00 3.0164 .03690 .28820 .083 .543 .306 10.040 .604
CLTA 61 .93 0.00 .93 18.70 .3065 .03338 .26070 .068 1.018 .306 .218 .604
CR 61 47.99 .06 48.05 298.68 4.8963 1.14243 8.92269 79.614 3.470 .306 12.593 .604
NCI 61 6019.92 -3456.30 2563.62 17919.81 293.7674 108.65847 848.64975 720206.394 -.401 .306 7.221 .604
QAR 61 34.60 .05 34.65 216.37 3.5471 .75520 5.89830 34.790 3.480 .306 14.278 .604
TDTA 61 2.96 0.00 2.96 22.10 .3623 .05363 .41889 .175 4.112 .306 24.361 .604
CATL 61 29.75 .04 29.79 135.60 2.2229 .56418 4.40641 19.416 4.725 .306 26.345 .604
RETA 61 4.74 -3.86 .88 -12.11 -.1986 .11224 .87663 .768 -2.902 .306 8.615 .604
EBTACL 61 5.97 -4.41 1.56 -4.54 -.0744 .10799 .84341 .711 -2.827 .306 13.458 .604
EBITTA 61 .74 -.51 .23 -.97 -.0159 .01531 .11956 .014 -1.698 .306 5.099 .604
OIOA 61 5.46 -1.86 3.60 15.91 .2608 .09164 .71573 .512 1.879 .306 8.597 .604
EBITTIP 61 1533.05 -347.50 1185.55 416.70 6.8311 21.75464 169.90919 28869.134 5.480 .306 40.085 .604
WCTA 61 1.71 -.72 .99 13.08 .2143 .04435 .34640 .120 -.133 .306 .513 .604
GCFTD 61 20.44 -15.12 5.32 -23.95 -.3925 .40947 3.19805 10.228 -3.424 .306 13.244 .604
MCTD 61 96.64 .13 96.77 737.90 12.0967 2.95575 23.08518 532.926 2.800 .306 7.238 .604
RDSALE 61 .19 0.00 .19 .22 .0036 .00314 .02455 .001 7.562 .306 58.120 .604
SIZE 61 3.00 10.00 13.00 722.00 11.8361 .11009 .85985 .739 -.160 .306 -.766 .604
ROSF 61 3.53 -1.39 2.14 4.71 .0773 .05567 .43483 .189 2.107 .306 12.407 .604
Valid N (listwise)
61
99
100
Statistik Deskriptif Keseluruhan
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation
Variance Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
KM 143 .15 .00 .15 1.53 .0107 .00227 .02710 .001 3.091 .203 10.290 .403
KI 143 1.16 .10 1.26 97.34 .6807 .01845 .22066 .049 -.540 .203 -.128 .403
DKI 143 .80 .00 .80 57.32 .4008 .01046 .12506 .016 .452 .203 1.327 .403
KA 143 2.00 2.00 4.00 438.00 3.0629 .03013 .36030 .130 .837 .203 4.425 .403
CLTA 143 .93 .00 .93 50.93 .3561 .02079 .24861 .062 .556 .203 -.558 .403
CR 143 47.99 .06 48.05 513.49 3.5908 .56147 6.71422 45.081 4.285 .203 20.977 .403
NCI 143 20474.96 -8483.85 11991.11 46108.78 322.4390 130.75565 1563.61013 2444876.645 1.567 .203 28.737 .403
QAR 143 34.60 .05 34.65 393.68 2.7530 .41782 4.99643 24.964 3.904 .203 17.808 .403
TDTA 143 2.96 .00 2.96 44.89 .3139 .02737 .32730 .107 3.934 .203 29.029 .403
CATL 143 29.75 .04 29.79 267.63 1.8715 .28807 3.44478 11.867 5.494 .203 36.469 .403
RETA 143 4.74 -3.86 .88 -17.02 -.1190 .06211 .74275 .552 -3.332 .203 11.878 .403
EBTACL 143 11.13 -4.41 6.72 41.48 .2901 .09506 1.13678 1.292 2.416 .203 15.014 .403
EBITTA 143 .99 -.51 .48 6.72 .0470 .01022 .12220 .015 -.300 .203 5.205 .403
OIOA 143 38.11 -13.96 24.15 34.32 .2400 .23654 2.82863 8.001 2.778 .203 41.632 .403
EBITTIP 143 1734.75 -347.50 1387.25 4861.56 33.9970 14.79219 176.88884 31289.663 5.527 .203 37.474 .403
WCTA 143 1.71 -.72 .99 28.00 .1958 .02606 .31161 .097 .269 .203 1.067 .403
GCFTD 143 26.20 -15.12 11.08 81.40 .5693 .23433 2.80220 7.852 -1.728 .203 14.232 .403
MCTD 143 797.03 .13 797.16 2827.84 19.7751 6.01229 71.89651 5169.109 9.249 .203 97.879 .403
RDSALE 143 .32 .00 .32 1.15 .0080 .00334 .03991 .002 6.286 .203 41.629 .403
SIZE 143 4.00 10.00 14.00 1715.00 11.9930 .06767 .80925 .655 .094 .203 -.030 .403
ROSF 143 3.68 -1.54 2.14 23.83 .1666 .03521 .42108 .177 1.256 .203 9.433 .403
Valid N
(listwise) 143
101
Lampiran 3: Hasil SPSS Analisis Faktor
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .664
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 1023.698
df 210
Sig. .000
Total Variance Explained
Compon
ent
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared
Loadings
Rotation Sums of Squared
Loadings
Total % of
Variance
Cumulati
ve %
Total % of
Variance
Cumulati
ve %
Total % of
Variance
Cumulati
ve %
1 4.025 19.166 19.166 4.025 19.166 19.166 3.881 18.483 18.483
2 2.652 12.627 31.793 2.652 12.627 31.793 2.350 11.191 29.674
3 1.590 7.569 39.362 1.590 7.569 39.362 1.646 7.838 37.512
4 1.447 6.891 46.253 1.447 6.891 46.253 1.600 7.617 45.129
5 1.405 6.689 52.942 1.405 6.689 52.942 1.399 6.660 51.789
6 1.208 5.754 58.696 1.208 5.754 58.696 1.319 6.282 58.071
7 1.058 5.040 63.736 1.058 5.040 63.736 1.190 5.665 63.736
8 .968 4.609 68.345
9 .923 4.394 72.738
10 .835 3.979 76.717
11 .778 3.706 80.422
12 .738 3.513 83.935
13 .707 3.369 87.304
14 .650 3.095 90.399
15 .489 2.327 92.725
16 .426 2.027 94.752
17 .373 1.774 96.526
18 .298 1.417 97.944
19 .189 .899 98.843
20 .165 .787 99.630
21 .078 .370 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
102
Rotated Component Matrixa
Likuiditas Profitabilitas Debt Size Conservatisma Operating Corporate
Governance
1 2 3 4 5 6 7
KM -.042 -.133 -.054 -.339 -.528 -.116 .067
KI -.025 .165 .186 .291 .465 -.555 .158
DKI .114 -.268 .131 .078 .359 .590 .046
KA -.063 .127 -.039 .008 .124 .222 .824
CLTA -.591 -.088 .023 -.019 .377 .067 .115
CR .898 -.083 .078 -.060 .052 -.011 .010
NCI .438 .045 -.780 .096 .012 -.019 .098
QAR .936 .004 .023 -.071 .039 .000 .044
TDTA -.370 -.171 -.081 -.429 .194 -.159 -.117
CATL .865 -.052 .006 .036 .073 .056 -.052
RETA .060 .000 -.039 .749 -.027 -.271 -.122
EBTACL .179 .663 .471 .155 -.194 -.082 -.113
EBITTA -.046 .760 .018 .137 -.018 .030 -.096
OIOA -.042 .111 -.027 .041 -.034 .602 .120
EBITTIP .145 .586 .037 -.326 .233 .007 .149
WCTA .763 .241 -.075 .066 -.061 -.030 .012
GCFTD .058 .627 .020 .109 -.195 -.085 .250
MCTD .262 .148 .841 .108 .001 -.016 .090
RDSALE .068 .173 .131 .209 -.605 .049 -.049
SIZE -.178 .107 .069 .625 .149 .283 .077
ROSF -.058 .531 -.086 .130 .214 .183 -.535
103
Lampiran 4: Hasil SPSS Analisis Diskriminan
Tests of Equality of Group Means
Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.
KM 1.000 .052 1 141 .820
KI .995 .687 1 141 .409
DKI .983 2.437 1 141 .121
KA .987 1.785 1 141 .184
CLTA .970 4.340 1 141 .039
CR .972 4.110 1 141 .045
NCI 1.000 .036 1 141 .851
QAR .981 2.719 1 141 .101
CATL .992 1.108 1 141 .294
EBTACL .923 11.766 1 141 .001
EBITTA .802 34.897 1 141 .000
OIOA 1.000 .006 1 141 .940
EBITTIP .982 2.536 1 141 .114
WCTA .997 .373 1 141 .542
GCFTD .912 13.649 1 141 .000
MCTD .991 1.215 1 141 .272
RDSALE .991 1.318 1 141 .253
SIZE .972 4.088 1 141 .045
ROSF .966 4.922 1 141 .028
Eigenvalues
Function Eigenvalue % of Variance Cumulative % Canonical
Correlation
1 .367a 100.0 100.0 .518
a. First 1 canonical discriminant functions were used in the analysis.
Wilks' Lambda
Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square df Sig.
1 .731 43.013 7 .000
104
Structure Matrix
Function
1
EBITTA .821
GCFTD .513
EBTACL .477
ROSF .308
CLTA .289
CR -.282
SIZE .281
Pooled within-groups
correlations between
discriminating
variables and
standardized canonical
discriminant functions
Variables ordered by
absolute size of
correlation within
function.
Standardized
Canonical
Discriminant
Function Coefficients
Function
1
CLTA .385
CR -.134
EBTACL .134
EBITTA .690
GCFTD .341
SIZE .154
ROSF .008
105
Classification Function Coefficients
EPS
1.00 2.00
CLTA 5.143 3.239
CR .393 .417
EBTACL .035 -.113
EBITTA 2.503 -5.141
GCFTD .035 -.120
SIZE 19.435 19.201
ROSF -4.550 -4.574
(Constant) -119.514 -115.737
Fisher's linear discriminant functions
Classification Resultsa,c
EPS Predicted Group Membership Total
1.00 2.00
Original
Count 1.00 59 23 82
2.00 10 51 61
% 1.00 72.0 28.0 100.0
2.00 16.4 83.6 100.0
Cross-validatedb
Count 1.00 57 25 82
2.00 13 48 61
% 1.00 69.5 30.5 100.0
2.00 21.3 78.7 100.0
a. 76.9% of original grouped cases correctly classified.
b. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation,
each case is classified by the functions derived from all cases other than that case.
c. 73.4% of cross-validated grouped cases correctly classified.
106
Classification Resultsa
EPS Predicted Group Membership Total
1.00 2.00
Original
Count 1.00 56 26 82
2.00 26 35 61
% 1.00 68.3 31.7 100.0
2.00 42.6 57.4 100.0
a. 63.6% of original grouped cases correctly classified.