tesis - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/17587/1/bab i, v, daftar pustaka.pdf ·...
TRANSCRIPT
FILSAFAT POLITIK ISLAM STUDI PEMIKIRAN ALI ABD AL-RAZIQ DAN IMAM KHOMEINI
Oleh:
Krisbowo Laksono, S.Ud.
NIM : 1120510034
TESIS
Diajukan Kepada Program Studi Agama Dan Filsafat
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Humaniora (M. Hum.)
YOGYAKARTA
2015
vii
MOTTO
“Dari kacamata minus yang saya pakai, saya
melihat ilmu pengetahuan yang saya cintai
memusnahkan kebudayaan, padahal saya
mengharapkan mereka dimanfaatkan untuk
kebudayaan”
viii
PERSEMBAHAN
Ayah Ibuku tercinta
Adik-adikku yang sedang berjuang di bangku perkuliahan
Teman-Teman S2 Filsafat Islam Khususnya Angkatan 2011
Almamater Kebanggaan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
Seluruh Praktisi Keilmuan Agama dan Filsafat di Seluruh Indonesia
ix
ABSTRAK Kajian pemikiran politik Islam dan kenegaraan, Nama Ali Abd. al-Raziq
dan Imam Khomeini merupakan dua orang tokoh dalam wacana pembaharuan dalam periode modern. Dalam hal ini, gagasan dan konsep yang dikemukakan dalam batas-batas tertentu tampaknya masih cukup relevan untuk dijadikan alternative dan bahan acuan dalam membangun kehidupan bernegara yang lebih demokratis.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengekplorasi tentang Islam dan Negara: studi komparatif tentang pemikiran Ali Abd. al-Raziq dan Imam Khomeini. Focus penelitian ini adalah: Bagaimana substansi pemikiran kenegaraan Ali Abd. al-Raziq dan Imam Khomeini? Apa persamaan dan perbedaan pemikiran kenegaraan kedua Ulama tersebut, Mengapa terjadi perbedaan pemikiran antara keduanya?
Penelitian yang dikaji adalah penelitian kepustakaan (Library Reseach), dengan sifat penelitian studi komparatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kajian kepustakaan. Ada dua sumber data yang menjadi acuan, yaitu sumber primer (pokok) dan sumber sekunder (pendukung). Sumber primer berupa karya Ali Abd. al-Raziq berjudul al-Islam wa Ushul al-Hukm dan yang ditulis oleh Imam Khomeini berjudul Wilayah Faqih atau Hukumat Islami. Sedangkan sumber sekunder berupa buku-buku, dokumen-dokumen, dan karya-karya ilmiah lainnya yang ditulis oleh para pemikir politik Islam, yang terkait dengan permasalahan. Analisis data penelitian dilakukan melalui, 1) interpretasi yaitu ekplorasi dan penangkapan tentang ekpresi tokoh yang dipelajari, sehingga diperoleh pemahaman yang benar, 2) holistik, yaitu subyek yang menjadi obyek studi tidak hanya dilihat secara otomatis , tetapi ditinjau dalam interaksi dengan seluruh kenyataan yang melingkupinya. 3) kesinambungan historis, rangkaian kegiatan dan peristiwa dalam kehidupan setiap orang yang merupakan mata rantai yang tidak terputus.
Kemudian hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa; 1) Raziq berpendapat bahwa hubungan antara agama dan Negara tidak mungkin diintegrasikan dan disatukan; keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Dalam kaitannya dengan eksistensi khilafah bukan kewajiban syar’I, yang wajib justru menegakkan hukum syara’. Ia juga berpendapat bahwa Islam tidak menentukan bentuk Negara dan pemerintahan. Umat Islam memiliki kebebasan untuk menentukan benruk Negara dan pemerintahan sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan kemampuan intelektual dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan zaman. Imam Khomeini berpendapat bahwa Islam adalah suatu agama yang lengkap dan didalamnya mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk politik. Kedaulatan Allah dan untuk melaksanakannya dibutuhkan imamah yang sifatnya perwakilan dari kaumnya. Kepemimpinan menurut Syi’ah dapat disederhanakan sebagai berikut: pertama, kepemimpinan Allah yang mutlak. Kedua, kepemimpinan Nabi, sebagai kepanjangan Allah di muka bumi. Ketiga, kepemimpinan dua belas Imam sebagai pelanjut kepemimpinan Nabi. Keempat, kepemimpinan Ulama (faqih) sebagai pengganti kekosongan kepemimpinan Imam ke-dua belas.
Keywords: Islam, Negara, Komparatif.
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan tesis ini
berpedoman pada Surat Keputusan Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan Alif Tidak dilambangkan أ
Ba’ B Be ب
Ta’ T Te ت
Sa’ Ṡ Es (dengan titik di atas) ث
Jim J Je ج
ḥa’ Ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح
Kha’ Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
śal ś Zet (dengan titik di atas) ذ
Ra’ R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy Es dan ye ش
Ṣād Ṣ Es (dengan titik di bawah) ص
Ḍāḍ Ḍ De (dengan titik di bawah) ض
Ṭa’ Ṭ Te (dengan titik di bawah) ط
Ẓa’ Ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ
xi
ain ʻ Koma terbalik di atas‘ ع
Gain G Ge غ
Fa’ F Ef ف
Qāf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wawu W We و
� Ha’ H Ha
� Hamzah Apostrof
Ya’ Y Ye ي
B.B.B.B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis RangkapKonsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis RangkapKonsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis RangkapKonsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis ‘iddah ة!
C.C.C.C. Ta’ Marbutah Di Akhir KataTa’ Marbutah Di Akhir KataTa’ Marbutah Di Akhir KataTa’ Marbutah Di Akhir Kata
1. Bila dimatikan ditulis h
Ditulis Hibah %$ه
Ditulis Jizyah %'ز&
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap
dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
xii
2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
� ’Ditulis Karâmah al-auliyâ آرا0%ا.-,'(
3. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah
ditulis t atau h.
Ditulis Zakâh al-fi زآ(ةا,234 Ńri
D. Vokal Pendek
789
2:;
';ه>
fathah kasrah dammah
ditulis ditulis ditulis
A fa’ala i Ŝukira u yaŜhabu
E. Vokal Panjang
1
2
3
4
Fathah + alif
&(ه,'%fathah + ya’ mati
?@AB kasrah + ya’ mati
C'2D dammah + wawu mati
29وض
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
Â
jâhiliyyah
â
tansâ
î
karîm
û
furûd
F. Vokal Rangkap
1
2
fathah + ya’ mati
CDA'E fathah + wawu mati
Fول
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ai
bainakum
au
qaul
xiii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah menjadikan manusia sebagai
khalifah-Nya di muka bumi dan mempercayakan kepadanya kemakmuran dunia
seisinya. Alhamdulillah, Allah telah menganugerahkan kepada umat manusia akal
pikiran serta menjelaskan bagi hamba-Nya ajaran yang benar di dalam Al-Qur’an
yang mulia dan yang telah menerangkan bagi semesta alam prinsip-prinsip
kehidupan dan petunjuk ke jalan yang lurus. Serta dengan izin-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah
kepada kekasih-Nya Nabi penutup zaman, Nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun manusia dengan warisan petunjuknya untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat. Nabi yang telah Allah utus untuk menjadi penerang bagi
manusia dan menjadi teladan dalam berpikir dan berperilaku dalam
bermasyarakat.
Penelitian berjudul “Humanisme Religius Dalam Pemikiran Hamka dan
Relevansinya Terhadap Pemikiran Keagamaan di Indonesia” ini, penulis harap
mampu memberikan sebuah wacana pemikiran yang mencerahkan dalam
memahami teks-teks keagamaan, yang lebih mengedepankan nilai-nilai
kemanusiaan . Dengan pemahaman baru yang lebih mengedepankan aspek
kemanusiaan, diharapkan ke depannya, para penganut agama tidak mudah
terjerumus ke dalam konflik-konflik keagamaan yang menjurus pada perpecahan
dan kekerasan. Karena dengan alasan apa pun, konflik dan kekerasan tidak dapat
dibenarkan dalam ajaran agama mana pun.
xiv
Selanjutnya, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah memberi kontribusi atas terselesaikannya tesis ini:
1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’arie selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga beserta
jajarannya.
2. Bapak Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution, MA. selaku direktur pascasarjana
beserta jajarannya.
3. Bapak Dr. Moch Nur Ichwan, MA. selaku ketua prodi Agama dan Filsafat
beserta staf-stafnya.
4. Para dosen Pascasarjana yang telah memberikan banyak pelajaran serta ilmu
untuk senantiasa dikembangkan dan diimplementasikan dalam kehidupan
guna menunjang kemajuan peradaban.
5. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Salam Arief, M.A. yang telah memberikan
bimbingan dalam proses penulisan tesis ini.
6. Ayah dan Ibuku tersayang, H. Heri Sukrismanto dan Hj. Nanik Yuniati yang
telah menanamkan arti kehidupan, keikhlasan dan cinta kasih yang tulus suci
sehingga menumbuhkan kepribadian yang kokoh bagi penulis dalam
mengarungi samudra kehidupan.
7. Istriku tersayang Rosita Kurniawati, S.Ud. yang selalu mengingatkan dan
memberikan semangat yang tak pernah pudar.
8. Teman-teman mahasiswa S2 FI khususnya angkatan 2011 (Huda, Titis, Afith,
Idham, Lukman, Uma, Syahrul, Pak Daldiri, Ismu, Arfan, Farhan, Pak
Samson) yang turut andil dalam menyepuhkan keilmuan penulis, terutama
selama kegiatan perkuliahan.
xv
9. Seluruh teman-teman yang tidak dapat saya sebut satu persatu, yang telah
berjasa dalam penulisan tesis ini, jika bukan karena kalian saya tidak dapat
menjadi diri saya seperti ini.
Dan akhirnya, tidak ada manusia yang sempurna, maka dari itu penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam tesis ini. Saran yang membangun
penulis harapkan demi penyempurnaan tesis ini agar lebih baik lagi. Penulis
berharap tesis ini dapat memberi manfaat khususnya pada diri penulis dan
umumnya pada perkembangan dunia pemikiran dan pemahaman keagamaan.
Yogyakarta, 18 Agustus 2014
Penulis
Krisbowo Laksono
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................ iii
PENGESAHAN DIREKTUR .................................................................... iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI .............................................................. v
NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................. vi
MOTTO ...................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii
ABSTRAKS ............................................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ x
KATA PENGANTAR ................................................................................. xiii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 11
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 12
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 13
E. Kerangka Teoritis ........................................................................... 15
F. Metode Penelitian ........................................................................... 19
G. Sistematika Pembahasan ................................................................. 22
BAB II AGAMA DAN NEGARA PERSPEKTIF ISLAM
A. Kedudukan Negara dalam Islam ..................................................... 24
B. Pedoman dan Prinsip Islam Dalam Bermasyarakat dan Bernegara . 27
C. Kedaulatan dalam Islam .................................................................. 28
D. Pengambilan Keputusan................................................................... 31
E. Fungsi dan Tujuan dalam Bernegara ............................................... 33
F. Hubungan Antar Umat .................................................................... 37
xvii
BAB III BIOGRAFI ALI ABD AL-RAZIQ DAN IMAM KHOMEINI
A. Biografi Ali Abd al-Riziq ............................................................... 38
1. Latar Belakang Keluarga Ali Abd al-Raziq ................................ 38
2. Latar Belakang Pendidikan ......................................................... 39
3. Karir Politik Ali Abd al-Riziq .................................................... 40
4. Karya Ali Abd al-Raziq .............................................................. 43
B. Biografi Imam Khomeini ................................................................ 49
1. Latar Belakang Keluarga Imam Khomeini.................................. 49
2. Latar Belakang Pendidikan Imam Khomeini .............................. 50
3. Karir politik Imam Khomeini ..................................................... 52
4. Karya Imam Khomeini ............................................................... 53
BAB IV POKOK-POKOK PIKIRAN ALI ABD AR-RAZIQ DAN IMAM
KHOMEINI TENTANG ISLAM DAN NEGARA
A. Pokok-pokok pikiran Ali Abd Ar-Raziq Tentang Islam dan Negara . 55
1. Hubungan antara Agama dan Negara ......................................... 55
2. Eksistensi Khilafah .................................................................... 58
3. Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan ................................... 73
B. Pokok-Pokok Pikiran Imam Khomeini Tentang Islam dan Negara .. 77
1. Hubungan antara Agama dan Negara ......................................... 77
2. Eksistensi Khilafah .................................................................... 89
3. Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan. .................................. 99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. ................................................................................. 116
B. Saran. ........................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 123
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... 125
LAMPIRAN ................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini adalah bab pendahuluan. Bab ini membahas latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan serta kegunaan penelitian serta studi pustaka
terhadap penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pemikiran filsafatpolitik Ali
Abd al-Raziqdan Imam Khomeini. Di samping itu, di dalam bab ini juga
membahas landasan teori penelitian, metode penelitian (yang mencakup jenis
penelitian, sumber data, metode dan pendekatan), serta sistematika pembahasan.
Dengan mengetahui hal-hal di atas, akan lebih mudah mengetahui permasalahan
yang diangkat di dalam penelitian ini.
A. Latar Belakang Masalah
Setiap pemaparan tentang filsafat politik Islam selalu mengacu ke
dalam dua bagian. Pertama, filsafat teoritis, dan yang kedua adalah filsafat
praktis. Yang pertama terkait dengan hakikat segala sesuatu sebagai mana
adanya, sedangkan yang kedua terkait dengan segala sesuatu sebagaimana
seharusnya. Maka, jika filsafat teoritis terkait dengan fisika, metafisika, dan
psikologi. Filsafat praktis terkait dengan etika, ekonomi dan politik. Etika
mengatur tentang bagaimana seharusnya individu berperilaku, ekonomi dalam
pengertian klasik mengatur pengelolaan rumah tangga, sedangkan politik
mengatur pengelolaan kota (politea) atau Negara. Maka filsafat praktis mesti
didasarkan atas filsafat teoritis. Dengan kata lain di mana filsafat teoritis
berakhir, di situlah filsafat praktis bermula. Maka, tidak heran jika setiap
2
pembahasan tentang ketiga bagian filsafat praktis itu selalu bermula dari
pembahasan tentang Tuhan, alam semesta, dan tentang posisi manusia
berhadapan dengan Tuhan maupun alam semesta serta apa tujuan akhir
keberadaan manusia di alam semesta ini. Selanjutnya, ketiganya diatur
berdasarkan pemahaman kita tentang relasi-relasi tersebut serta tujuan akhir
segala urusan penciptaan.1
Dalam kitab suci Islam terdapat sejumlah ayat yang mengandung
petunjuk dan pedoman bagi manusia dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara. Di antaranya ayat-ayat tersebut mengajarkan tentang kedudukan
manusia di bumi dan tentang prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
kehidupan kemasyarakatan, seperti prinsip-prinsip musyawarah atau
konsultasi, ketaatan kepada pemimpin, keadilan, persamaan, dan kebebasan
beragama.2
Umat Islam pertama kali hidup bernegara setelah Nabi Muhammad
berhijrah ke Yathrib atau yang sekarang dikenal dengan Madinah. Di tempat
itulah untuk pertama kali umat Islam mempunyai komunitas yang bebas dan
merdeka di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad. Komunitas ini terdiri dari
kaum muhajirin dan ansar. Tetapi komunitas di Madinah ini tidak hanya
komunitas Islam tetapi ada umat Yahudi dan sisa-sisa suku arab yang masih
menyembah berhala. Dengan kata lain umat Islam di Madinah merupakan
bagian dari masyarakat yang majemuk.
1 Yamani, Antara Al-Farabi dan Khomeini; Filsafat Politik Islam, (Bandung: Mizan, 2002),
hlm. 31. 2 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: UI
Press, 1990), hlm. 4.
3
Setelah beberapa tahun Nabi menetap di Madinah, beliau
mempermaklumkan piagam yang mengatur kehidupan dan hubungan antara
komunitas-komunitas yang merupakan komponen-komponen masyarakat
yang majemuk di Madinah. piagam tersebut lebih dikenal sebagai Piagam
Madinah. dan para ahli ilmu politik dan pemikir Islam berpendapat bahwa
Piagam Madinah adalah undang-undang atau konstitusi bagi negara Islam
yang pertama yang didirikan oleh Nabi di Madinah.3
Sepeninggal Nabi Muhammad, beliau tidak meninggalkan wasiat
kepada umat Islam dalam menentukan siapa pemimpin setelahnya, bagaimana
cara pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin, bagaimana prosedur,
undang-undang dan konstitusi umat Islam pada masa setelahnya.
Jumhurul Ulama menegaskan bahwa mengangkat seorang pemimpin
adalah wajib.4Terdapat tiga teori mengenai dasar-dasar pembentukan khilafah.
Pertama, pembentukan khilafah wajib hukumnya berdasarkan syariah atau
berdasarkan wahyu. Kedua, mendirikan khilafah hukumnya fardlu kifayah
atau wajib kolektif berdasarkan ijma’ atau konsensus. Ketiga, pembentukan
khilafah ini memang wajib tetapi berdasarkan pertimbangan akal
semata.5Tetapi lain pendapat dari ‘ali ‘Abd al-Raziq yang mengatakan apabila
3Ibid, ..., hlm. 10. 4 Al Mawardi dalam bukunya Al-Ahkam As-Sulthaniyyah mengatakan: Mengadakan akad
Imamah (Khilafah) bagi orang yang melaksanakannya di tengah-tengah umat, adalah wajib berdasarkan ijma. Dan juga pendapat Ibnu Taimiyah Ibnu Taimiyah dalam As Siyasah Asy Syar’iyah berkata: Maka adalah wajib untuk menjadikan kepemimpinan (Khilafah) sebagai (bagian dari) agama dan sarana bertaqarrub kepada Allah. Sebab bertaqarrub kepada-Nya dalam kepemimpinan itu, yaitu dengan mentaati Allah dan mentaati Rasul-Nya, termasuk dalam taqarrub yang paling utama. Yang merusak keadaan banyak orang dalam kepemimpinan itu, tak lain adalah mencari kekuasaan dan harta semata di dalamnya.
5 Kamaruzzaman, Relasi Islam dan Negara; perspektif Modernis dan Fundamentalis (magelang; IndonesiaTera, 2001), hlm. 30.
4
syariat sudah berjalan dengan baik dan keadilan sudah merata di kalangan
umat, maka pemimpin atau imam tidak diperlukan lagi, dan karenanya
kedudukan imam tidak diperlukan lagi. Anggapan ini dikarenakan Raziq tidak
menemukan sama sekali dasar atau argumen yang kuat dari al-Qur’an, hadis
ataupun ijma’ yang mendukung keyakinan dan kepercayaan wajib hukumnya
bagi umat Islam untuk mempunyai seorang khilafah.6 Alasan penulis
mengangkat Raziq karena beliau adalah tokoh Islam yang pertama yang
menolak kepemimpinan khilafah. Raziq menolak konsep negara Islam.
Mungkin karena pengaruh pandangan Abduh bahwa dalam Islam tidak
ada kekuasaan keagamaan, dan bahwa semua rakyat Mesir memikul tanggung
jawab yang sama dan mempunyai hak-hak yang sama, baik dalam bidang
politik, ekonomi dan di muka hukum tanpa mempertimbangkan perbedaan
agama dan keyakinan. Maka di kalangan sahabat, murid dan pengikut Abduh
berkembanglah kecenderungan ke arah nasionalisme dan sekulerisme.
Terutama cendekiawan Islam Mesir yang telah mengenyam pendidikan Barat.
Yang terkenal diantara mereka adalah Ahmad Lutfi Sayyid, Thaha Husein, Ali
Abd Al-Raziq.7 Tetapi dari ketiga tokoh tersebut, Ali Abd al-Raziq merupakan
tokoh yang paling kontroversial, dan karenanya paling terkenal, terutama
karena buku yang ditulisnya pada tahun 1925 dengan judul AL Islam wa Ushul
al-Hukm.
6‘Ali ‘Abd al-Raziq, AL-Islam wa Ushul al-Hukm (Kairo; Mathba’ah Misro Syirkah
Musahamah Mishriyyah, 1925), hlm. 12. 7 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: UI
Press, 1990), hlm.138.
5
Lain halnya dengan Imam Khomeini dalam bukunya Al-Hukumah Al-
Islamiyyah (Islamic Goverment) menegaskan bahwa keberadaan hukum-
hukum yang telah tersusun tidaklah cukup untuk mereformasi masyarakat.
Untuk dapat memastikan bahwa hukum tersebut berjalan dan mewujudkan
kebahagiaan manusia, maka harus ada kekuasaan eksekutif, yang dijalankan
oleh seorang eksekutor (pengambil suatu keputusan).8
Berbeda dengan pendapat Raziq, Khomeini menerima konsep negara
Islam dan bahkan khomeni bisa menerapkan gagasannya dalam negara
republik Islam Iran. Raziq adalah tokoh Islam pertama yang menolak konsep
negara Islam dan Khomeini adalah tokoh Islam yang mempunyai gagasan
negara Islam dan telah beliau terapkan. Tetapi di samping itu pasti ada positif
dan negatif dari gagasan yang diusung dari kedua tokoh ini yang akan dibahas
pada bab selanjutnya.
Judul penelitian Filsafat Politik Islam antara Ali Abd Ar-Raziq dan
Khomeini mungkin menimbulkan pertanyaan. Raziq merupakan tokoh
kontroversial di masanya, dan kebanyakan ulama menilai bahwa pernyataan
Raziq tidak berdasar dalil yang tepat dan dengan pemikirannya pada waktu itu
dianggap dapat menggoncangkan tatanan pemikiran Islam karena gagasannya
menentang konsep khilafah. Maka akan muncul pertanyaan: apakah gunanya
belajar tentang filosof muslim sedemikian, selain sekedar untuk academic
exercise bagi seorang pelajar filsafat atau sejarah Islam? Lalu apa
hubungannya dengan Khomeini. Sebenarnya kedua tokoh tersebut sama-sama
8Imam Khomeini, Pemerintahan Politik Islam Dalam Pemerintahan, terj. Muhammad
Anis Maulachela (Jakarta; Shadra Press, 2010), hlm. 33.
6
tidak sependapat dengan gagasan Khilafah Islamiyyah. Penulis berusaha untuk
meneliti dari sudut pandang politik keduanya yang bertolak belakang. Raziq
memandang bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, sedangkan Khomeni
memandang bahwa kedaulatan hanya ada di tangan Tuhan. Bisa dibilang
Raziq berpendirian suara Rakyat adalah suara Tuhan, sedangkan Khomeini
beranggapan bahwa suara Tuhan adalah suara rakyat. Raziq juga berpendapat
bahwa dalam berpolitik atau bernegara perlu ijtihad dan berusaha untuk tidak
membawa doktrin agama dalam bernegara atau berusaha memisahkan antara
urusan agama dan Negara (sekular), sedangkan Khomeini berpendapat bahwa
Negara tidak bertentangan dengan syariah.
Khomeini bisa dikatakan termasuk tokoh besar dan berpengaruh pada
abad 20. Berkat revolusi yang dilancarkan di Iran. Sistem pemerintahan
Republik Islam Iran berhasil ditegakkan. RII merupakan yang pertama dan
satu-satunya di antara Negara berpenduduk mayoritas Muslim yang berhasil
didirikan dalam masa kontemporer, yakni justru ketika banyak kalangan Islam
cenderung untuk meninggalkan konsep Negara Islam. Mungkin beberapa
argument diatas adalah alasan kenapa penulis mengangkat masalah ini
menjadi penulisan yang layak dikaji dan diteliti.
Berangkat dari perbedaan yang mendasar inilah penulis berusaha
meneliti dari segi filsafat politik yang mendasari kedua pemikir tersebut
meletakkan pendapatnya. Dilihat dan dikaji dari kehidupan sosio historis dan
keadaan politik pada zaman mereka. ‘Ali ‘Abd al-Raziq adalah pemikir dan
tokoh yang berpengaruh besar dalam kancah perpolitikan di Mesir pada waktu
7
itu. Dhiya’ ad-Din ar-Rais dalam bukunya Al-Islam wa al-Khilafah fi al-‘Ashr
al-Hadist mengatakan karya al-Raziq adalah karya yang menyulut kobaran
api dan api tersebut tidak pernah kembali lagi, buku al-Raziq Al-Islam wa
Ushul al-Hukm adalah buku atau karya paling penting dalam sejarah politik
Mesir.9 Sedangkan Khomeini adalah pemimpin revolusi Iran dan bengaruhnya
dalam politik kekuasaan sangatlah besar. Pada tahun 1979 Khomeini
mengguncangkan dunia dengan gerakan revolusinya. Pemerintahan yang
semula berbentuk sistem republik monarki berganti dengan sistem republik
Iran. Keduanya merupakan pemikir politik Islam kontemporer yang
mempengaruhi pemikiran Islam kontemporer. Keduanya mempunyai pengikut
dan pengkritik di kalangan pemikiran.
Maka penulis berupaya menjadikan karya ini sebagai karya
independen yang akademis dan tidak ada keberpihakan salah satu diantara
keduanya. Tetapi penulis berusaha menyelami keduanya dari segi filsafat
politik dan berusaha mengambil sumber dari sumber yang otentik dan bukan
dari sumber yang emosional.
Penelitian berbentuk komparasi ini untuk memperbandingkan sifat hakiki
dalam objek penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam.
Justru perbandingan itu dapat menentukan secara tegas kesamaan dan
perbedaan sesuatu sehingga hakikat objek dapat dipahami dengan semakin
murni.10
9 Dhiya’ ad-Din ar-Rais, Islam dan Khilafah; Kritik Terhadap Buku Khilafah dan
Pemerintahan Dalam Islam ‘Ali ‘Abd al-Raziq (Bandung; Pustaka, 1985), hlm. 1. 10 Sudarto, Metode Penelitian Filsafat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 47.
8
Jika secara doktriner konsep dan gagasan politik kekuasaan tidak baku
dalam Al-Quran dan Sunnah, bagaimana para ulama dan umat Islam
memahami pandangan politik kekuasaan menurut Islam. Maka dipandang
perlu bagi penulis untuk mengetahui ijtihad dari pemikiran para pemikir dan
konsep pemikiran ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini dalam hal politik
kekuasaan, mengingat keduanya mempunyai peran yang sangat besar bagi
kemajuan intelektual Islam dan pengaruhnya sangat kuat bagi umat.
Mengingat pentingnya kajian pemikiran politik Islam, Nurcholis Madjid
mengatakan:
Dalam kaitannya dengan masalah politik ini, kaum muslimin biasa mengatakan bahwa agama Islam berbeda dengan banyak agama lain. Pernyataan yang sering muncul serta stereotipikal itu memang mengandung hal itu akan berarti sama dengan mengingkari kenyataan sejarah yang telah berlangsung selama lebih dari empat belas abad dan yang masih akan berlangsung entah berapa abad lagi. Dan tentu hal itu juga akan berarti sama dengan mengingkari sebagian dari esensi agama Islam.11
Berdasarkan realita di atas, terasa sekali betapa pentingnya pengkajian
politik Islam (fiqh siyasah). Walaupun aspek kajian ini akan mengundang
banyak kontroversi, lebih-lebih di negara yang bukan Islam. Kajian ini tentu
akan mempertanyakan, apakah persoalan khilafah sebagaimana diajukan oleh
Imam Khomeini masih relevan?. Ataukah kajian ‘Ali ‘Abd al-Raziq yang
dituduh sekuler itu perlu dikaji dewasa ini dan masihkah ada relevansinya.
Berbicara mengenai filsafat politik maka didalamnya berbicara tentang
negara, menurut miriam budiardjo dalam bukunya Demokrasi di Indonesia,
11 Nurcholis Madjid, dalam Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara (Jakarta: UI Press,
1990), hlm. V. Dan lihat Muhammad Azhar, Filsafat Politik; Perbandingan Antara Islam dan Barat (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1996), hlm. 3.
9
Negara (state) merupakan salah satu elemen pembentuk politik. Selain negara
terdapat elemen kekuasaan, pengambil keputusan, kebijakan dan pembagian
atau alokasi kewenangan. Kelima elemen tersebut menunjukkan bahwa
diskursus politik sangat komplek, khususnya ketika dihadapkan pada sistem
operasional negara. Namun pengamat menempatkan negara sebagai titik
sentral politik. Artinya kajian tentang negara mencerminkan tentang elemen
pembentuk politik secara keseluruhan.
Pemikiran politik mendapat tempat yang semakin menonjol dalam
ilmu politik. Indikasinya adalah bahwa negara kembali menduduki tempat
yang sentral dalam berbagai pembahasan ilmu politik, setelah sekian lama
menghilang ke belakang.12 Dan samapai disini maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Terdapat perbedaan pengertian tentang pemikiran (filsafat) politik,
teori politik dan ilmu politik.
2. Adakalanya teori politik lebih luas pengertiannya dari pemikiran
(filsafat) politik, namun dapat pula dipahami sebaliknya. Di sisi
lain, ada pula yang menyatakan bahwa antara keduanya harus
dipahami secara tersendiri.
3. Para pakar politik sepakat bahwa teori politik, yang memiliki
makna ganda tersebut, merupakan bagian dari ilmu politik.
4. Teori politik di sini mencangkup ideologi (keyakinan) politik dan
filsafat politik.
12 A. Rahman Zainuddin, Pemikiran Politik, Jurnal ilmu politik (AIPI Jakarta: No. 7/1990), hlm. 12. Dan lihat Muhammad Azhar, Filsafat Politik; Perbandingan Antara Islam dan Barat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 13.
10
5. Secara metodologis, studi pemikiran politik mencangkup kajian
tentang tujuan, ukuran kriteria dan jenis penelitian yang digunakan.
6. Secara filosofis, studi pemikiran politik yang paling pokok terdiri
dari pemikiran politik Barat, negara berkembang dan pemikiran
politik Islam. Kajian filosofis ini mencangkup pula perbandingan
politik, studi kawasan, sistem dan pembangunan politik maupun
aspek sosiologi dan antropologi politik (terutama tentang pengaruh
pemikiran politik asing dan lokal0.
7. Studi pemikiran politik Barat (terutama Eropa dan Amerika) pada
mulanya mengkaji tentang sejarah filsafat. Lalu berlanjut dengan
pengkajian secara kronologis tentang politik serta perbandingan
politik.
8. Secara objektif, ada dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam
studi pemikiran politik, yakni tentang negara (state) dan perilaku
politik (political behavioralism).13
Dhiauddin Rais sempat menyinggung tentang tiga gelar simbolik
utama. Tiga gelar simbolik utama yang ia maksud adalah: imam, khalifah dan
amirul mukminin.14 Tiga gelar ini akan dijelaskan oleh penulis pada bab
selanjutnya.
13 Muhammad Azhar, Filsafat Politik; Perbandingan Antara Islam dan Barat (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 13-14. 14 Muhammad Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, terj Abdul Hayyie al-Kattani dkk
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 73.
11
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah penelitian mengenai pemikiran
politik kekuasaan ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini tersebut dan untuk
mempermudah penelitian ini, maka batasan kajian ini pada wilayah teori dan
konsep politik kekuasaan yang dianut ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam
Khomeini. penulis merumuskan permasalahan dalam beberapa pernyataan
ataupun persoalan yang dicoba untuk dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana konsep hubungan antara agama dan negara?
2. Bagaimana perkembangan teori politik kekuasaan yang dianut oleh
‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini?
3. Bagaimana pemikiran tentang bentuk negara dan sistem
pemerintahan ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini?
Penelitian ini akan memfokuskan pada pandangan politik kekuasaan
‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini dengan berbagai argumen dan
sumbernya. Dalam penulisan tesis ini, term kekuasaan politik menunjuk
secara khusus pada agama Islam karena pembahasan ini mengacu pada
pemikiran politik Islam.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berawal dari rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian adalah:
1. Menganalisa hubungan antara agama dan negara.
2. Menganalisa perkembangan teori politik kekuasaan yang dianut oleh
‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini.
12
3. Menganalisa pemikiran tentang bentuk negara dan sistem
pemerintahan menurut ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini.
Menyajikan dan Menganalisa perkembangan teori politik kekuasaan
yang dianut ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan eksistensi kepemimpinanakan
memberikan gambaran sebab akibat dari suatu kebijakan terhadap kehidupan
pemikiran pada masa-masa berikutnya. Analisa ini akan dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi penyusun kebijakan dalam menetapkan kebijakan penataan
politik kekuasaan dan dijadikan dasar untuk memperkirakan perkembangan
pemikiran Islam.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Secara akademis untuk menambah khazanah penelitian mengenai
politik kekuasaan dalam wilayah pemikiran Islam.
2. Secara pragmatis untuk menambah bahan referensi bagi para
peneliti lain yang ingin mengkaji masalah politik kekuasaan secara
lebih mendalam.
3. Sumbangan bagi penyusunan solusi yang kreatif dan alternatif bagi
ketegangan dan kemajemukan yang muncul akibat polemik antar
aliran keagamaan dengan memperluas khazanah penelitian serta
sejarah kebudayaan yang berakar pada tradisi Islam yang
sebenarnya.
13
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai filsafat politik ataupun hubungan (relasi) agama
dan negara dalam perspektif ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini secara
spesifik dan mendalam sejauh ini penulis belum pernah menemukan. Ada
beberapa penulisan yang mengangkat tema tentang ‘Ali ‘Abd al-Raziq sendiri,
ataupun mengangkat tema pemikiran Imam Khomeini tentang wilayatul faqih
dan filsafat politiknya. Ada beberapa penelitian dan karya yang
mengkomparasikan atara pemikiran ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan beberapa tokoh
seperti al-Mawardi, Rasyid Ridha, Abul A’la al-Maududi, Muhammad
‘Imarah dan Abdurrahman Wahid. Penulis secara pribadi belum menemukan
kajian dan penelitian yang mengangkat komparasi pemikiran dan filsafat
politik antara ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini.
Adapun karya yang penulis temukan tentang negara dan Islam:
Bachtiar Effendy, Islam dan Negara: Tranformasi Pemikiran dan
Praktek Politik Islam di Indonesia (jakarta; Paramadina, 1998).
Tentang pendekatan sosiologis dan antropologis di dalam membangun
konsep negara.
Muhammad Tahir Azary, Negara Hukum: Studi Tentang Prinsip-
Prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode
Madinah dan Masa Kini. (Jakarta; Kencana, 2004).
Fokus perhatian buku ini adalah bagaimana prinsip-prinsip umum
negara dalam Islam yang digariskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah serta
implementasinya selama periode negara Madinah dan masa kini.
14
Sulthan Syahril,15Islam dan Negara; Studi komparasi pemikiran ‘Ali
‘Abd al-Raziq dan Abul A’la al-Maududi. Dalam penelitian disertasi ini, lebih
fokus terhadap konsep-konsep pemikiran ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Abul A’la al-
Maududi tentang Islam dan negara.
Ahmad Abdur Rohman,16 Hubungan Agama dan Negara, studi
komparatif Pemikiran ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Muhammad ‘Imarah.
Dhiya’ ad-Din ar-Rais,17 dalam bukunya Islam dan Khilafah, Kritik
Terhadap Buku Khilafah dan Pemerintahan Dalam Islam ‘Ali “Abd al-Raziq,
banyak mengkritisi ‘Ali ‘Abd al-Raziq yang menurutnya kontroversional dan
ketidaktahuannya akan hakikat dan sejarah Islam.buku ini sebagai respon
terhadap karangan ‘Ali ‘Abd al-Raziq yang berjudul al-Islam wal Ushul al-
Hukm, karyanya yang membahas mendalam tentang khilafah dan
pemerintahan Islam dan juga kritik-kritik atas pemikir sebelumnya.
Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, dalam bukunya
Khomeini dan Revolusi Iran. Dalam bukunya Fauziana dan Mujib lebih
terfokus kepada sosok kepemimpinan Imam Khomeini dalam revolusi iran,
dan bukan pada pemikirannya yang mendalam tentang pemikiran politik
islam.
Muhammad Anis, Islam dan Demokrasi; Perspektif Wilayah Al-Faqih.
Dalam bukunya, penulis banyak menguraikan tentang konsep wilayah al-
15 Sulthan Syahril, Islam dan Negara: Studi Komparatif Pemikiran ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan
Abul A’la al-Maududi, Disertasi Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2008. 16 Ahmad Abdur Rohman, Hubungan Agama dan Negara, studi komparatif Pemikiran
‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Muhammad ‘Imarah. Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2011.
17 Dhiya’ ad-Din ar-Rais, Islam dan Khilafah, Kritik terhadap buku Khilafah dan Pemerintahan Dalam Islam ‘Ali ‘Abd al-Raziq, terj. Alwi AS. (Bandung; Pustaka, 1985).
15
faqih. Menurutnya, inti dari wilayah al-faqih adalah konsep ini mempunyai 2
nilai penting. Yaitu masru’iyyah dan maqbuliyyah. Dalam wilayah al-faqih
seorang pemimpin haruslah mempunyai kriteria yang telah ditetapkan, kriteria
ini sebagai legitimasi bahwa dia layak menjadi pemimpin, disamping itu
kedaulatan tersebut berada di tangan Tuhan. Setelah itu haruslah pemimpin itu
bisa diterima oleh rakyat. Jadi menurutnya, wilayah al-faqih mengusung
konsep teokrasi demokrasi. Karena selain kedaulatan tertinggi berada di
tangan Tuhan, rakyat juga menyetujui melalui referendum.
Penelitian mengenai filsafat politik Islam dalam perspektif ‘Ali ‘Abd
al-Raziq dan Imam Khomeini secara spesifik dan mendalam sejauh ini penulis
belum pernah menemukan. Ada beberapa penulisan yang mengangkat tema
tentang ‘Ali ‘Abd al-Raziq sendiri, ataupun mengangkat tema pemikiran
Imam Khomeini tentang wilayatul faqih dan filsafat politiknya. Ada beberapa
penelitian dan karya yang mengkomparasikan atara pemikiran ‘Ali ‘Abd al-
Raziq dan beberapa tokoh seperti al-Mawardi, Rasyid Ridha, Abul A’la al-
Maududi, Muhammad ‘Imarah dan Abdurrahman Wahid. Penulis secara
pribadi belum menemukan kajian dan penelitian yang mengangkat komparasi
pemikiran dan filsafat politik antara ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini.
Penelitian-penelitian tentang politik negara seharusnya untuk
membangun suatu konsep dan teori negara dan pemerintahannya dan
terimplementasikan nilai etik dan moral agama. Hal ini hanya bisa dilakukan
dengan kerangka maslahah untuk mewakili sisi normatifnya, sembari
mempertimbangkan kondisi obyektif masyarakat negara, untuk mewakili sisi
16
historisnya. Jika prinsip diatas apapun konsepnya patut dan layak
dipertimbangkan.
E. Kerangka Teoritis
Penelitian ini merupakan penelitian dalam kerangka pemikiran aliran
Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Adapun data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah pernyataan-pernyataan yang
berhubungan dengan pemahaman pemikiran ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam
Khomeini, khususnya yang berhubungan dengan politik kekuasaan. Data
pokok adalah pernyataan-pernyataan yang bersifat formal.
Penelitian ini bersifat deskriptif, analitis dan komparatif.18 Tujuan
penelitian ini berusaha mendeskripsikan suatu realitas sosial, pemikiran aliran,
maka posisi teori diposisikan untuk memahami dan menafsirkan temuan-
temuan pemikiran. Karena dengan tujuan penelitian akan sangat menentukan
jenis teori yang digunakan. Penelitian yang penulis kaji adalah model
penelitian studi komparasi. Penelitian model ini adalah suatu penelitian yang
membandingkan dua pandangan tokoh ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam
Khomeini tentsng pemikiran politikIslam dalam kontek politik kekuasaan
18 Deskripsi, berarti menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan,
gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Analisis, adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan melakukan perincian terhadap objek yang diteliti dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain atau sekedar memperoleh kejelasan mengenai halnya. Sedangkan komparasi, adalah usaha untuk membandingkan sifat hakiki dalam objek penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. Dengan komparasi dapat ditentukan secara tegas kesamaan dan perbedaan sesuatu hingga hakikat objek dapat dipahami dengan semakin murni. Sudarto, Metode Penelitian Filsafat (Jakarta: raja grafindo Persada, 1996). hlm. 47-49.
17
negara. Hal yang diperbandingkan adalah teori tentang sistem pemerintahan,
dan persoalan pokok tentang Islam dan negara. Dan pendekatan masalah yaitu
analisis filosofi dan interpretatif terhadap pemikiran aliran dalam kurun waktu
tertentu.
Dalam perspektif Islam ada beberapa aliran pemikiran politik yang
dominan, ada tiga aliran tentang hubungan antara Islam dan ketatanegaraaan:
1. Aliran pertama berpendirian bahwa Islam bukanlah semata-mata
agama dalam pengertian Barat, yakni hanya menyangkut hubungan
manusia dengan Tuhan belaka. Islam adalah satu agama yang
sempurna dan lengkap, mencangkup pengaturan bagi semua aspek
kehidupan manusia termasuk kehidupan bernegara. Sistem
kenegaraan harus sepenuhnya mengacu pada Islam, tidak perlu
meniru sistem Barat. Tokoh-tokoh utama dari aliran ini antara lain;
Syekh Hasan al-banna, Sayyid Qutb, Syekh Muhammad Rasyid
Ridha, dan tokoh yang paling vokal adalah al-Maududi.
2. Aliran kedua berpendapat bahwa Islam adalah agama dalam
pengertian barat, yang tidak ada hubungannya dengan kenegaraan.
Nabi hanya seorang Rasul semata, bukan sebagai kepala negara.
Tokoh aliran ini yang terkemuka diantaranya ‘Ali ‘Abd al-Raziq
dan Thaha Husein.
3. Aliran ketiga menolak pendapat Islam adalah satu agama yang
serba lengkap dan dalam Islam terdapat suatu sistem
ketatanegaraan. Tetapi aliran ini menolak anggapan bahwa Islam
18
adalah agama dalam pengertian Barat yang hanya mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan. Aliran ini berpendirian bahwa
dalam Islam tidak terdapat sistem kenegaraan, tetapi terdapat
seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara. Diantara lain
para tokoh aliran ini ialah Muhammad Husein haikal.19
Dalam upaya pengkajian pemikiran politik Islam, pada umumnya tidak
terlepas dari kajian fiqh siyasah dan kaitannya dengan hukum Islam.Dalam
khazanah Islam klasik didapati, paling tidak ada empat trend pendekatan
penelitian Islam, yakni:
1. Trend hukum (juristic trend). Pemikiran ini berkaitan dengan teori
legitimasi atau hukum Islam.
2. Trend birokrasi (bureucratic). Pemikiran ini mengungkapkan
struktur dan hirarki pemerintahan, etiket dan tradisi para padsyah
dan syahansah di Iran, karenanya disebut cermin raja-raja (mirrors
for princes).
3. Trend filosofis (philosophic trend). Kecenderungan ini mencoba
mengajukan kerangka ideal dari sebuah pemerintahan Islam.
4. Trend etis (ethical trend). Kecenderungan yang mencoba untuk
menarik prinsip-prinsip politik (political principle), namun lebih
bersifat teologis.20
19 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: UI
Press, 1990), hlm. 4. Dan bandingkan Muhammad Azhar, Filsafat Politik; Perbandingan Antara Islam dan Barat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 14-15.
20 M. Sirajuddin Syamsuddin, Pemikiran Politik (Aspek yang Terlupakan dalam Pemerintahan Islam), dalam Ihsan al-Fauzi (ed), Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, 70 tahun Harun Nasution (Jakarta: LSAF, 1989), hlm. 243. Bandingkan Muhammad Azhar, Filsafat
19
Dalam perspektif oksidentali (studi kebaratan) adala lima pendekatan
penelitian bidang politik, yakni pendekatan historis, realis, idealis, marxis dan
empiris.21 Sesuai dengan pembahasan tentang tema filsafat politik Islam ‘Ali
‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini maka penulis menekankan trend filosofis
(philosophic trend) yang lebih bersifat spekulatif idealistik, bukan bersifat
teoritik kategorik.22 Pengkajian filsafat politik pada bab berikutnya ditekankan
pada moral philosophic atau ethics. Kalaupun ada kajian yang menyinggung
aspek ontologis dan epistemologis tidak lain hanya untuk membantu
ketajaman analisis dari dimensi etis filsafat politik yang dimaksud.23
F. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang mengkaji
filsafat pemikiran Islam yang mencoba membidik ekspresi keagamaan dalam
saluran-saluran politik dengan menempuh proses penelitian sebagai berikut:
Pertama, pengumpulan sumber, sumber yang digunakan adalah
tulisan-tulisan tentang ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini, yang
bermuatan ideologis, aqidah, fihqhiyah, ataupun sebagai aliran politik.
Pengumpulan data merujuk pada pengumpulan data yang moderat ataupun
yang emosional, tetapi jika menghadapi tulisan atau data-data yang emosional
Politik; Perbandingan Antara Islam dan Barat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 16-17.
21Muhammad Azhar, Filsafat Politik; Perbandingan Antara Islam dan Barat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 18.
22 Sumarno AP dan Yeni R. Lukiswara, pengantar Studi Ilmu Politik (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992), hlm. 21-22.
23 Muhammad Azhar, Filsafat Politik; Perbandingan Antara Islam dan Barat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 20.
20
yang mengacu pada provokatif maka penulis akan mengkaji ulang dengan
sumber-sumber yang berlawanan yang bernuansa moderat.
Kedua, sumber tersebut diseleksi menurut urgensi dan pokok aspek
yang ingin dikaji. Juga menyaring tulisan atau data-data tersebut sudah diakui
secara umum atau tidak. Tetapi penulis menggunakan ukuran-ukuran yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, di mana peneliti sendiri
mengumpulkan data utama melalui riset perpustakaan (library research).
Teknik pengumpulan data diperoleh dari dan melalui data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari pengkajian mendalam atas karya-karya
para pemikiran ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini. Data primer diambil
dari pemikiran ‘Ali ‘Abd al-Raziq seperti karyanyan Al-Islâm wa Ushûl al-
Hukm: Ba’ts fî Al-Khilâfah wa Al-Hukûmah fî Al-Islâm, Min Atsâr Musthâfâ
‘Abd Al-Râziq dan Al-Ijmâ’ fî Al-yarîah Al-Islâmiyah. Adapun karya data
primer dari pemikiran Imam Khomeini yakni AL-Hukumah AL-Islamiyyah
(Islamic Goverment), Tahrir Wasilah Najaf Asyraf al-Adab, Imam Khomeini,
karya Akhmad Khomeini, Buku ini terdiri dari bab-bab yang membahas
tentang perjalanan hidup dan pemikiran-pemikiran Imam Khomeini yang di
dalamnya terdapat pemikiran tentang sistem pemerintahan Islam. Sedangkan
data-data sekunder diperoleh dari bahan pustaka (buku, artikel, dokumen, dan
lain-lain) yang membahas pemikiran ‘Ali ‘Abd al-Raziq dan Imam Khomeini.
Dengan demikian sumber-sumber sekunder tersebut dapat melengkapi analisa
penelitian ini.
21
Setelah data terkumpul, penulis mengolah data-data tersebut dan
mengklasifikasikannya sesuai pokok kajian. Untuk mendukung langkah-
langkah tersebut maka digunakan metode deskriptif-analisis, yaitu
menuturkan dan menafsirkan data yang telah terkumpul, menganalisis suatu
obyek dengan memilah-milah antara satu pengertian lain untuk mendapatkan
kejelasan suatu masalah.24 Metode ini berguna untuk menghindari kerancuan
konsep yang dibangun aliran tersebut sehingga penulis dapat menangkap
gagasan secara akurat.
Penulisan ini membahas ide-ide yang muncul di masa lampau, yang
lahir melalui proses pergulatan panjang. Karena itu pula penulisan ini
menggunakan pendekatan historis-filosofis, yaitu suatu proses pendekatan
terhadap suatu masalah yang meliputin pengumpulan dan interpretasi atau
menafsirkan suatu masalah dan gagasan yang muncul di masa lampau.
Sementara dengan metode filosofis diharapkan dapat menjernihkan
pemahaman ilmiah yang telah ada dengan lebih baik dan lengkap serta dapat
memberikan pengarahan untuk menyusun pemahaman ilmiah yang lebih
menyeluruh dan tepat.25
Penelitian ini juga memakai model penelitian komparatif
(membandingkan pandangan dua pemikir). Objek material penelitian ini
pandangan keduanya jauh dan ditemukan dalam dua tradisi berbeda,
perbandingan dilakukan mengenai salah satu masalah dan salah satu bidang
24 Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996) hlm.
59. 25 Anton Bakker & Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1990) cet ke-1, hlm. 115.
22
yakni tentang filsafat politik keduanya, yang dibandingkan merupakan
pertentangan atau kontras. Sedang objek formalnya yakni perbandingan ini
terjadi mengenai pandangan-pandangan filosofis, diteliti juga argumen-
argumen mereka yang khas. Namun khususnya penelitian ini menelaah
kesamaan atau perbedaan mereka dalam hakikat, norma dan argumentasi.
Komparasi selalu memberikan pengertian baru, sebab garis-garis masing-
masing pandangan tampak lebih jelas dan tegas.26
G. Sistematika Pembahasan
Tesis ini terdiri dari lima bab, setiap bab saling berhubungan satu sama
lain.
Bab pertama adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua mengkaji karakteristik filsafat pemikiran islam dan
pemikiran Islam tentang kenegaraan. Pada bab ini akan banyak mengulas
teori-teori yang berkembang dalam kancah pemikiran politik Islam yang
berkembang.
Bab ketiga membahas latar belakang historis dan filosofis kehidupan
sosial dan politik ‘Ali ‘Abd al-Raziq, basis keislaman dan juga karya-
karyadan mengenia pemikiran politik ‘Ali ‘Abd al-Raziqdalam ketatanegaraan
Islam. Di sini akan dijelaskan secara jelas apa permasalahan yang timbul dari
26 Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat…, hlm. 83-
84.
23
permasalahan politik kenegaraan. Dan juga dijelaskan konsep pemikiran dari
Ali Abdar-Raziq mengenai pemerintahan dalam Islam.
Bab keempat membahas latar belakang historis dan filosofis kehidupan
sosial dan politik Imam Khomeini, basis keislaman dan juga karya-karyadan
mengenia pemikiran politik Imam Khomeini dalam ketatanegaraan Islam. Di
sini akan dijelaskan secara jelas apa permasalahan yang timbul dari
permasalahan politik kenegaraan. Dan juga dijelaskan konsep pemikiran dari
Imam Khomeini mengenai pemerintahan dalam Islam.
Bab kelima berisi penutup, kesimpulan dan saran.
117
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis terhadap konsep pemerintahan
Islam menurut pandangan Ali Abd.al-Raziq dan Imam Khomeini. Secara umum bab
ini terdiri dari dua hal utama, pertama yaitu kesimpulan dan yang kedua tentang saran
yang berkaitan dengan pemerintahan Islam, karena bagaimanapun juga penelitian ini
masih terdapat kekurangan.
A. Kesimpulan.
Setelah melihat fokus penelitian, data yang dikumpulkan, temuan
penelitian dan pembahasan tentang Islam dan Negara secara terperinci
membandingkan antara pemikiran Ali Abd. al-Raziq dan Imam Khomeini, maka
penelitian dalam penulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Substansi Pemikiran Ali Abd. al-Raziq dan Imam Khomeini.
a. Hubungan antara Agama dan Negara.
Raziq berpendapat bahwa hubungan antara agama dan Negara
tidak mungkin diintegrasikan; keduanya merupakan dua hal yang berbeda.
Agama menurutnya hanya berhubungan dengan permasalahan spiritual
sementara Negara berhubungan dengan persoalan duniawi, oleh karena itu
ia menolak pandangan mayoritas ulama yang berpendapat bahwa pada diri
nabi Muhammad saw terintegrasi antara misi risalah, pemegang kekuasaan
politik dan sekaligus sebagai pendiri pemerintahan.
118
b. Eksistensi Khilafah.
Dalam hal ini Raziq mengungkapkan bahwa khilafah atau lembaga
khilafah bukan merupakan kewajiban syar’i. Dalam Islam tidak ada
ketegasan adanya perintah untuk mendirikan khilafah; yang wajib justru
menegakkan hukum syara’. Oleh karena itu jika hukum syara’ (berjalan di
atas keadilan hukum-hukum Allah) telah dilaksanakan, maka eksistensi
imam dan khilafah tidak diperlukan lagi. Menurutnya, term khilafah dan
imamah dalam Al-Qur’an maupun Hadis tidak pernah menyebut term
khilafah atau khalifah dalam pengertian kepemimpinan Negara.
c. Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan.
Raziq berpendapat bahwa Islam tidak menentukan bentuk Negara
dan pemerintahan tertentu yang harus dianut untuk mengatur dan menata
sebuah Negara. Umat Islam memiliki kebebasan mutlak untuk mengatur
persoalan kenegaraan sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan
kemampuan intelektual yang mereka, dengan tetap mempertimbangkan
kebutuhan zaman dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
2. Substansi Pemikiran Imam Khomeini.
a. Hubungan antara Agama dan Negara.
Dalam pandangan Khomeini, tidak ada pemisahan antara Islam dan
Negara (politik). Dalam konsep bernegara, agama mempunyai andil yang
sangat penting didalamnya. Seorang pemimpin atau Imamah adalah
pemimpin dalam persoalan agama (spiritual) dan persoalan Negara
119
(politik). Semua yang diperlukan manusia ada pada Al-Qur’an dan Sunnah
dan tidak ada keraguan atas keduanya.
b. Eksistensi Khilafah.
Dalam hal khilafah Khomeini menegaskan jika sepeninggal Rasulullah
tidak ada seorang muslim pun yang meragukan kebutuhan pemerintahan.
Ketidaksepakatan terjadi hanya siapa yang layak untuk memikul tanggung
jwab atas pemerintahan itu. Umat Muslim harus meneruskan tradisi
pemerintahan Islam. Umat muslim harus mengakui akan kedaulatan
tertinggi berada di tangan Allah beserta Rasulnya, naik dibidang eksekutif,
legislatif, maupun yudikatif. Dan untuk melaksanakan kedaulatan Allah
tersebut maka dibutuhkan pemimpin yang memegang ranah agama
(spiritual) dan Negara (politik) secara bersamaan. Keduanya tidak bisa
dipisahkan. Pemimpin dalam pandangan Khomeini dan kaum Syi’ah biasa
disebut imamah.
c. Bentuk Negara danSistemPemerintahan.
Bentuk Negara dalampandangan Khomeini adalah Negara teokrasi, di
manaprinsip-
prinsipKetuhananmemegangperanutamadanmenjadikanprinsip-
prinsipKetuhanansebagaipedomanpemerintahan.KonsepPemerintahan
Islam menurut Khomeini adalahkonsep Wilayah al-Faqih yang
manapemerintahanrakyakdenganberpegangpadahukumTuhan.Pemerintaha
nharuslahbertindakadil (sesuaidengansyari’at Islam).Dan
120
syaratmenjadipemimpininihanyabisadipenuhiolehparafaqih, ahli di
bidanghukum Islam. Karenanyafaqihmerupakan figure yang paling
siapuntukmemerintahmasyarakat Islam. Inilahsebenarnyagagasaninti
Wilayah al-Faqih.sebagaipenguasa, faqihmemilikiotoritas yang
samadandapatmenjalankanfungsisebagai imam,
walaupuniatidakdengansendirinyasamadengan Imam.
Seorangfaqihtidakma’sumdanhanyamewakilikedaulatanTuhan.
Persamaan dan perbedaan pemikiran kenegaraan antara Ali Abd. al-Raziq
dan Imam Khomeini:
1. Persamaan Pemikiran
a. Keduanya sama-sama mendasarkan pemikiran pada nilai-nilai normatif
yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadis.
b. Keduanya memiliki kemampuan ilmiah dan pemikiran keislaman yang
tinggi.
c. Keduanya sama-sama memiliki konsentrasi terhadap pemikiran-pemikiran
politik Islam dengan konstruksi pemikiran yang jelas dan terperinci.
d. Keduanya sama-sama merespon secara cermat dan tentang hegemoni
imperialism dan kolonialisme. Sehingga keduanya mempunyai komitmen
untuk melepaskan umat Islam dari pengaruh dan propaganda
imperialis.Tetapimaknaimperialisantarakeduanyaberbeda. Jika Khomeini
121
mengatakanimperialisadalahbaratmakaRaziqmengatakanjikaimperialisadal
ah Islam yang mendukungkhilafahIslamiyah.
2. Perbedaan Pemikiran
a. Ali Abd. al-Raziq dan Imam Khomeini mengusung konsep demokrasi,
demokrasi yang mereka kenalkan juga berbeda. Raziq berpendapat bahwa
demokrasi yang sebenarnya adalah demokrasi yang berada di tangan
rakyat, segala kedaulatan ada di tangan rakyat. Sedangkan Khomeini
mengatakan bahwa demokrasi adalah kedaulatan tertinggi berada di
tangan Tuhan dan rakyat mengakui dan menyetujui akan kepemimpinan
dari imam tersebut.
b. Ali Abd. al-Raziq dalam hal pola pikir politik bersifat liberal yang banyak
bertentangan dengan ulama pada saat itu, namun demikian, ia tidak
mengesampingkan nilai-nilai normatif Al-Qur’an dan Hadis. Sementara
Imam Khomeini memiliki pola pikir yang masih menjaga tradisi dengan
tetap mengacu kepada pola pikir ulama terdahulu khususnya ulama
Syi’ah.
c. Ali Abd. al-Raziq sangat mendukung sistem sekularisasi, yaitu pemisahan
antara urusan agama dan Negara. Sedangkan Imam Khomeini sangat tidak
sependapat dengan sekularisasi, menurutnya agama dan Negara harus
menjadi kesatuan yang utuh. Karena di dalam agama mengatur hubungan
antara agama dan Negara.
122
d. Imam Khomeini berpegang pada konsep Kedaulatan Tuhan dan
memandang al-Qur’an sebagai konstitusi Islam dan adanya pengakuan dan
persetejuan dari rakyat. Sedangkan Ali Abd. al-Raziq tidak secara spesifik
memberikan gambaran yang jelas mengenai kedaulatan dan konstitusi
Negara. Dia memberikan kebebasan kepada Negara untuk menentukan
sistem pemerintahan yang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya
yang ada dan sesuai juga dengan kebutuhan zaman dengan tidak
mengesampingkan aturan-aturan dari Islam.
B. Saran.
Melihatdarisubstansipenelitian yang terbatas pada sebagian tema-tema
Pemikiranfilsafatpolitik Islam semata, makatidak layak jika penelitian ini
dikatakan sebagai penelitian tentang pemikiran filsafatpolitik Ali Abd.al-
Raziqdan Imam Khomeini secarautuh. Maka dari itu, ke depannya diperlukan lagi
lebih banyak penelitian dengan cakupan yang lebih luas terhadap pemikiran
filsafat politik Ali Abd. al-Raziq dan Imam Khomeini. Nama Ali Abd. al-
Raziqdan Imam Khomeini
termasukdalamderetanpembaharudalamkontekspemikiran Islam kontemporer.
Olehkarenaitu,keduatokohinilayakdiberitempatterhormatdalamwacanapembaharu
anperiode modern.
Menuruthematpenulis, pondasipemikiran yang
dibangunkeduanyamerupakanmanifestasidarihasilpengamatan yang
123
mendalamterhadapfenomena-fenomenaperkembanganpolitikpadamasanya,
sehinggamerekadenganpemikirannyamampumerumuskan ide-ide
politiknyakedalamsuatukonstruksipemikiran yang
aktualdanmasihrelevansampaisaatini.Olehkarenaitubagiparapemerhatifilsafatpoliti
k Islam khususnya, gagasan-gagasan Ali Abd.al-Raziqdan Imam Khomeini
dalambatasan-
batasantertentumasihrelevanuntukdijadikanrujukandalammembangunkehidupanbe
rnegara yang lebihberdemokratis.
Akhirnyadengansegalakerendahanhati,
penulisberharapsemogakaryailmiahinidapatmenambahkhazanahilmuke-
Islamandanilmupolitik Islam sebagaimaterikajiandalamstudi-studi Islam.
222
Daftar Pustaka
Abd al-Raziq, Ali, al-Islam waUshul al-Hukm: Ba’ts fi al-Khilafahwa al-Hukumah fi al-Islam.(Beirut: Maktabah al Hayyah, 1966).
Abdullah, Amin, Falsafah Islam di Era Postmodernisme, (Yogyakarta:
PustakaPelajar, 2009). ______________,Studi Agama Normativitas Atau Historisitas?, (Yogyakarta:
PustakaPelajar, 2011). ______________,Antara Al-Ghozalidan Kant – FilsafatEtika Islam, (Bandung :Mizan, 2002).
, _____________, dkk.,Filsafat Islam : Kajian Ontologis, Epistemologis, Aksiologis, Historis Perspektif, ( Yogyakarta : LESPI, 1992).
Anis, Muhammad., Islam dan Demokrasi; Perspektif Wilayah Al-Faqih, (Jakarta:
Mizan, 2013). Anshari, Endang S., Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya: BinaIlmu, 1979). Al Jabiri, Muhammad Abed, (Kritik Kontemporeratas Filsafat Islam) Al-Kitab Al
Rabi Al-Mu’asir, terj. Muhammad Nur Ichwan, (Yogyakarta: Islamika, 2003). Al-Mawardi, Al-Ahkâm al-Sulthâniyyah: Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara
dalam Syariat Islam, terj. Fadli Bahri, cet.II, (Jakarta: Darul Falah, 2007). Al-Raziq, ‘Ali ‘Abd. AL-Islam wa Ushul al-Hukm. (Kairo; Mathba’ah Misro Syirkah
Musahamah Mishriyyah, 1925). Azhar, Muhammad FilsafatPolitik. Perbandingan Antara Islam dan Barat (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996). Ar-Rais, Dhiya’ ad-Din.Islam danKhilafah; Kritik Terhadap Buku Khilafah dan
Pemerintahan Dalam Islam ‘Ali ‘Abd al-Raziq.(Bandung; Pustaka, 1985). Ash-Sadr, Moh.Baqir, Falsafatuna :PandanganMuh. Baqir ash-Shadr terhadap
Berbagai Aliran Filsafat Dunia, terj. Falsafatuna :Dirasah Mauhu’iyyah fi Mu’tarak al-Shira-Al-Fikry al-Qaim-Falsafatuna Baina al-Falsafa al-Islamiyyahwa al-Maddiyyah al-Diyalik, Tikiyyah, penj. M. Nur Mufid Bin Ali, (Bandung :Mizan. 1993).
223
Azhar, Muhammad. FilsafatPolitik; Perbandingan Antara Islam dan Barat.(Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996). AnNa’im, Abdullah Ahmed, Islam dan Negara Sekuler Menegoisasikan Masa Depan
Syariah, (terj) Sri Murniati, (Bandung: Mizan, 2007). Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000). Baidhawi, Zakiyuddin, Kredo Kebebasan Beragama, (Jakarta: Pusat Studi Agama
dan Peradaban, 2006). Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat.
(Yogyakarta: Kanisius, 1998). Bakker, Anton, Ontologi Metafisik Umum, (Yogyakarta :Kanisius, 1992). Berterns, K., dkk.,Filsuf-filsuf Besartentang Manusia, (Jakarta: Gramedia,1991).
__________, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1995).
__________, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta: Kanisius, 1980). Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : CV. Alwaah, 1993). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta
:Balai Pustaka, 1994). Henry D. Aiken, Abad Ideologi, (Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya, 2002). Harb, Ali, Kritik Nalar Al-Quran, terj. Naqd al-‘Aql-Al-Quran, penj. M. Faisol
Fatawi, (Yogyakarta :LKiS, 2003). Horkheimer, Max dan Theodor W. Adorno, Dialektika Pencerahan, )Yogyakarta :
IRCiSoD, 2002). Kamaruzzaman, relasi Islam dan Negara; perspektif Modernis dan
Fundamentalis.(Magelang; Indonesia Tera, 2001). Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, alih bahasa Soejono Soemargono,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996).
224
Kholiq, Abdul, “Pendekatan Penghayatan dalam Pendidikan Islam (Telaah Aksiologi Model Etika Immanuel Kant)” dalam buku Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2001).
Miri, Sayyid Mohsen, "Mulla Sadra Kehidupandan Pemikirannya,"dalam Jurnal al-
Huda, vol. 2, no. 8, (Islamic Center, Jakarta, 2003). Mudhofir, Ali, Kamus Filsafat Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001). Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996). Muslehuddin, Moh.,Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1991). Khaldun, Ibnu, Mukaddimah Ibnu Khaldun, alih bahasa oleh Ahmadie Thoha,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001). Khomeini, Imam. Pemerintahan Politik Islam Dalam Pemerintahan ,terj. Muhammad
Anis Maulachela. (Jakarta; Shadra Press, 2010). __________,ManajemenNafsu,terj.Salman Fadhlullah, Al-Huda, (Jakarta, 2010). __________,“Islamic Government” yang diterjemahkan oleh Muhammad Anis
Maulachela Pemikiran Politik Islam dalam Pemerintahan (konsep Wilayah Faqih sebagai Epistemologi Pemerintahan Islam), yang di terbitkan oleh (Shadra Press. 2012).
__________, Pandangan, Hidup, dan Perjuangan. Al- Huda. __________, Sistem Pemerintahan Islam,Terj. Anis Maulachlea, (Pustaka Zahra,
Jakarta, 2006).
Mustofa, A., Filasafat Islam, (Bandung: PustakaSetia, 1997).
Mustansyir, Rizal, dan MinalMunir, FilsafatIlmu, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2001).
______________, Filsafat Analitik Sejarah, Perkembangan dan Peranan Para Tokohnya, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2001).
Ma’luf , Lous.al-Munjid fi al-lughwa al-A’lam, (Beirut: Darul Masyriq, 1992).
225
Mudhofir, Ali, Kamus Filsafat Barat, (Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2001). Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996). Mukhlis, Inklusifisme Tafsir al-Azhar, (Mataram: IAIN Mataram Press, 2004). Munawar, Rachman, Budhy, Ensiklopedi Nurcholis Madjid Pemikiran Islam di
Kanvas Peradabanvol. 2, (Jakarta: Mizan, 2006). Munir, Miftahul, Filsafat Kahlil Gibran Humanisme Teistik, (Yogyakarta:
Paradigma, 2005). Murchland, Bernard, Humanisme dan Kapitalisme Kajian Pemikiran Tentang
Moralitas, terj. Hartono Hadikusumo (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992). Naim, Ngainun, Pluralisme Agama (Studi Komparatif Pemikiran Frithjof Schuondan
Nurcholis Madjid), Disertasi (Yogyakarta: PPs UIN SunanKalijaga, 2011).
Nasution, Harun, Falsafatdan Mistisisme, (Jakarta: Bulan Bintang, 1962). _____________, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973). _____________, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1986). Roswantoro, Alim, Gagasan Manusia Otentik dalam Eksistensialisme Religius
Muhammad Iqbal (Yogyakarta: Idea Press, 2009). _____________, Menjadi Diri Sendiri Dalam Eksistensialisme Religius Soren
Kierkegaard, (Yogyakarta: Idea Press, 2008). _____________, Tuhandan Kebebasan Manusia Dalam Eksistensialisme Ateistik
Kritik atas Argumen Penolakan Tuhan, Kebebasan Manusia dan Pertanggung jawaban (Yogyakarta: Idea Press, 2008).
Rusyd, Ibn, Fasl Maqal fi ma Baina al-Hikmahwa al-Syari’ahmin al-Ittishal, (Kairo:
Dar al-Ma’arif, tt). Sadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara :Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta:
UI-Press, 1990).
Sudarto.Metode Penelitian Filsafat. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996).
226
Sumarno AP dan Yeni R. Lukiswara. Pengantar Studi Ilmu Politik. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992).
Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996). Sartre, Jean Paul, Eksistensialisme Dan Humanisme, terj. Yudhi Murtanto,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002). Shadily, Hasandkk, (Ed.) Ensiklopedi Indonesia, Edisi Khusus jilid.2 (Jakarta: Ichtiar
Baru-Van Hope, 1983). Sihotang, Kasdin, Filsafat Manusia Upaya Membangkitkan Humanisme,
(Yogyakarta: Kanisius, 2009). Snijders, Adelbert, Antropologi Filsafat Manusia Paradoks Dan Seruan,
(Yogyakarta: Kanisius, 2004). Sudarminta, J. dan S. P. Lili Tjahjadi, Dunia, Manusia dan Tuhan Antologi
Pencerahan Filsafat dan Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 2008). Syamsudin, Dimensi Edukatif Pemikiran Tafsir al-Azhar, Tesis (Yogyakarta: PPs
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1995). Syari’ati, Ali, Humanisme Antara Islam dan Mazhab Barat, terj. Afif Muhammad
(Bandung: PustakaHidayah, 1996). Syari’ati, Ali, Kritik Islam Atas Marxisme dan Sesat Pikir Barat Lainnya, terj. Husin
Anis al-Habsy (Bandung: Mizan, 1983).
Syamsuddin, M. Sirajuddin. Pemikiran Politik (Aspek yang Terlupakan dalam Pemerintahan Islam), dalam Ihsan al-Fauzi (ed), Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, 70 tahun Harun Nasution, (Jakarta: LSAF, 1989).
Suseno, Franz-Magnis, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, (Yogyakarta: Kanisius, 1992). Suyono, Yusuf, "Relasi Ilmu-ilmu Keislaman dalam pemikiran Abduh dan Iqbal"
dalam Theologi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, vol. 13, no. I, Februari 2002. Syarif, MM.,Sejarah Filosof Muslim terj. History of Muslim Philosophy, penj. Ilyas
Hasan, (Bandung: Mizan, 1991). Strathern, Paul, 90 Menit Bersama Nietzche, terj. Nietzche in 90 Minutes, penj.Frans
Kowa, (Jakarta: Erlangga, 2001).
227
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). Sumantri, Jujun Suria, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar
Harahap, 1998). Sumaryono. E., Hermeneutik, sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1999). Suryabrata, Sumardi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995). Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty,
1996). Tafsir, Ahmad, T. Jun Surjaman (ed.), Filsafa Ilmu Akal dan Hati Sejak Thales
Sampai Capra, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999). Tjacjadi, S.P. Lili, Hukum Moral Ajaran Immanuel Kant tentang Etika dan Imperatif
Kategoris, (Yogyakarta: Kanisius, 1991). Veeger, K.J. Realitas Sosial,(Jakarta: Gramedia, 1990). Verhak, C. dan Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gramedia,
1981). Wibisono, Koento, dkk.,Reformasi Filsafat Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah
(IAIN Walisongo Semarang: Pustaka Pelajar, 1996). Wibowo, A. Setyodan Majalah Driyarkara, Filsafat Eksistensialisme Jean-Paul
Sartre, (Yogyakarta: Kanisius, 2011). Yamani, Wasiat Sufi Imam Khomeini Kepada Putranya, Ahmad Khomeini, (Bandung
:Mizan, 2002). Yusriah, “Pengaruh Kritisisme Kant terhadap Filsafat Modern”dalam Jurna
lTeologia, (Semarang: Media Komunikasi Informasi Keilmuan, 1989). Z.T.F., Pradana Boy, Filsafat Islam Sejarah; Aliran dan Tokoh, (Malang: UMM
Press, 2003). Zaqzuq, Mahmud Hamdi, Al-Islam waQadhaya al-Hiwar, (Kairo: Maktabah al-
Usroh, 2007).
129
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri Nama : Krisbowo Laksono, S.Ud. Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat/tgl. Lahir : Semarang/12 November 1985 Status : Menikah Alamat Rumah : Purwogondo rt 02 rw 03 Sumurarum, Grabag 56196
Magelang Nama istri : Rosita Kurniawati S.Ud Nama Ayah : H. Heri Sukrismanto bin Sumali Siswosasmito Nama Ibu : Hj. Nanik Yuniati
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal
a. TK PGRI Grabag tahun 1989-1992. b. SD Negeri 2 Grabag tahun 1992-1998. c. SMP Negeri 1 Grabag tahun 1998-2001. d. Pondok Modern Darussalam Gontor tahun 2001-2005. e. IAIN Surakarta tahun 2007-2011.
2. Pendidikan Non-Formal dan Pelatihan a. PLMPM (Pusat Studi Manajemen dan Pengembangan Masyarakat) tahun
2005-2006.
C. Pengalaman Organisasi 1. Pengurus KOPMA IAIN Surakarta 2. Pengurus HMI cabang Sukoharjo. 3. Relawan Kops. Sukarela PMI Surakarta. 4. Pengurus HIPMI Surakarta. 5. Pengurus WMI (Wirausaha Muda Indonesia).
Yogyakarta, 17 Agustus 2014
Krisbowo Laksono, S.Ud.