bappeda.blorakab.go.idbappeda.blorakab.go.id/media/ipm-blora-2016.pdf“terwujudnya masyarakat blora...
TRANSCRIPT
S
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 ii
VISI DAN MISI
RPJMD KABUPATEN BLORA
TAHUN 2016 – 2021
A. Visi
“Terwujudnya masyarakat Blora yang lebih sejahtera dan
bermartabat”
B. Misi
1. Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih KKN, dan
demokratis, melaksanakan reformasi birokrasi dalam rangka
peningkatan layanan publik.
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat
dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya daerah yang
ramah lingkungan dan berkesinambungan
3. Meningkatkan iklim kondusif dan kerjasama dengan pihak-pihak
berkepentingan, serta menciptakan lapangan kerja dan
pengembangan investasi
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas pelayanan
pendidikan, kesehatan, sosial dasar, pemberdayaan masyarakat
dan lainnya, menerapkan iptek dan kearifan lokal
5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik
6. Mewujudkan dan mendorong tersusunnya kebijakan daerah yang
berpihak pada masyarakat miskin (pro poor), pro job, pro growth,
pro environment dan pro gender
7. Menegakkan supremasi hukum dan HAM
Anali
Assal
Meng
Pemb
terba
kita l
Nam
peny
peny
berad
mem
2016
jalan
Saya
roda
tidak
Akhi
IPM,
Wass
isa Data IPM Kab. Bl
lamu’alaikum Wr.W
gawali sambutan
bangunan Manusi
ayangi hal-hal yang
laksanakan secara m
un demikian, Pem
ebab rendahnya c
ebab rendahnya IP
da di kawasan huta
mperihatinkan. Maka
6 mencoba mempr
n di kawasan hutan.
a berharap, dengan
perekonomian, ak
k ketinggalan jauh d
irnya, Kepada Kep
, Saya ucapkan terim
salamu’alaikum Wr
ora Tahun 2015
SAMBUTA
BUPATI BL
Wb.
saya pada pen
a Kabupaten Blo
g negatif. Karena,
mati-matian sepertin
merintah Kabupate
capaian IPM kita.
PM kita karena mas
an, yang terisolir d
a dari itu, Pemerint
ioritaskan menyele
tersedianya fasilita
ses kesehatan, dan
dengan desa yang la
ala Bappeda dan K
ma kasih yang seda
r.Wb.
B
AN
LORA
nerbitan Analisa
ora Tahun 2015,
seolah-olah pemb
nya tidak berdampa
en Blora selalu m
. Menurut Saya,
sih banyak masyar
dan akses jalannya
tah Kabupaten Blor
esaikan permasalah
as akses jalan di k
n pendidikan menja
ainnya.
Kepala BPS yang t
alam-dalamnya.
Blora, Septemb
BUPATI BLO
DJOKO NUGR
iii
Data Indeks
saya selalu
bangunan yang
ak sama sekali.
mencari celah
secara umum
akat kita yang
a masih sangat
ra mulai tahun
h infrastruktur
kawasan hutan,
adi lancar, dan
telah mengkaji
ber 2016
ORA
OHO
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 iv
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 v
SAMBUTAN
KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA
Assallamu’alaikum Wr. Wb.
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia,
Pemerintah Daerah Kabupaten Blora melalui Badan Perencanaan
Pembangunan Derah, telah memperhatikan produktivitas,
pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan pembangunan.
Dampak pembangunan manusia dari tahun 2015, tercermin dalam
kajian Analisa Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Blora.
Peningkatan IPM di Kabupaten Blora pada lima tahun terakhir dari
sisi perencanaan dapat dikatakan cukup signifikan karena masih
dibawah digit 1 point dengan prediksi RPJMD. Hal tersebut dapat
dilihat dari rata-rata pertumbuhan yang diharapkan RPJMD sebesar
0,73 setiap tahunya, relaisasi mencapai 0,90 setiap tahun.
Ada paradigma yang perlu kita fahami bersama dalam membaca
IPM, yakni dari sisi pertumbuhan IPM suatu daerah. Selama ini kita
selalu memandang dari sisi peringkat saja. Paradigma ini
mengedepankan karakteristik antara daerah yang satu dengan daerah
lain yang sudah pasti perlu penanganan yang berbeda. Dengan
demikian prioritas penanganan masalah tergantung permasalahan
yang dihadapi oleh suatu daerah. Maka dari itu, hal yang realistis
digunakan penilaian IPM daerah adalah pertumbuhan IPM, bukan
peringkat IPM.
Selanjutnya, dari kajian IPM ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
SKPD terkait sebagai dasar perencanaan kegiatan kerja yang
diprioritaskan pada tahun-tahun mendatang.
Kepada Kepala BPS Kabupaten Blora beserta jajarannya dan semua
anggota Tim Penyusun kami ucapkan terima kasih atas peran aktif
vi
dalam
keku
publ
Wass
m penyusunan
urangan dan kelem
ikasi ini hendakny
sallamu’alaikum W
Anali
buku ini. Ka
mahan masih sela
ya bisa dimanfaat
Wr. Wb.
Blo
KEPALA BAP
Ir. SAMGAU
P
NIP. 1
isa Data IPM Kab. Blo
ami menyadari
alu ada, namun de
tkan sebaik-baikny
ora, September 201
PPEDAKABUPAT
UTAMA KARNAJ
Pembina Tingkat I
19640817 199003 1
ora Tahun 2015
sepenuhnya
emikian hasil
ya.
16
TEN BLORA
JAYA, MT
1 009
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 vii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN BUPATI BLORA ...................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xiii
BAB I ................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 11
2.1. Konsep dan Kerangka Berpikir .............................................. 11
2.2. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ........................... 16
2.2.1 Angka Harapan Hidup (e0) ...........................................18
2.2.2 Tingkat Pendidikan .......................................................18
2.2.3 Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP) 21
2.2.4 Pencapaian dan Status Pembangunan Manusia
(Shortfall) .....................................................................23
BAB III GAMBARAN UMUM ..................................................... 25
3.1. Kondisi Geografis .................................................................. 25
3.2 Kondisi Kependudukan .......................................................... 29
3.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk .................................29
3.2.2 Rasio Jenis Kelamin .....................................................31
3.2.3 Struktur Penduduk ........................................................33
3.3 Kondisi Pendidikan ................................................................ 38
3.4 Kondisi Kesehatan ................................................................. 45
3.5 Pendapatan Regional .............................................................. 49
3.5.1 Struktur Ekonomi .........................................................52
3.5.2 Perkembangan PDRB Per kapita ..................................59
3.6 Pengeluaran Konsumsi Perkapita ........................................... 62
3.7 Ketenagakerjaan ..................................................................... 64
3.7.1 Penduduk Usia Kerja ....................................................64
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 viii
3.7.2 Angkatan Kerja .............................................................65
3.7.3 Bukan Angkatan Kerja .................................................67
3.7.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) ......................................67
3.7.5 Penduduk yang Bekerja ................................................69
BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ....................... 79
4.1 Nilai Indeks Pembangunan Manusia ...................................... 79
4.2 Analisis Manajemen Indeks Pembangunan Manusia ............. 85
4.2 Langkah/Upaya untuk Meningkatkan IPM ............................ 90
4.3.1 Kebijakan Umum ..........................................................90
4.3.2 Kebijakan Khusus atau Indikasi Rencana Program
Prioritas ........................................................................92
4.3.3 Program Pembangunan .................................................98
BAB V PENUTUP ........................................................................ 113
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 113
5.2 Rekomendasi ........................................................................ 114
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jenjang Pendidikan dan Tahun Konversi Yang
Digunakan Untuk Menghitung Rata-rata Lama
Sekolah (MYS) ..........................................................20
Tabel 3.1. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten, Luas
Wilayah, dan Banyaknya Desa/Kelurahan di
Kabupaten Blora .......................................................26
Tabel 3.2. Luas Penggunaan Tanah/Lahan di Kabupaten Blora
Tahun 2015 ................................................................28
Tabel 3.3. Penduduk Kabupaten Blora dirinci menurut
Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun 2015 ..............30
Tabel 3.4 Rasio Jenis Kelamin (RJK) dan Distribusi
Penduduk Di Kabupaten Blora 2015 .........................31
Tabel. 3.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Hasil Proyeksi 2015 ...................................................35
Tabel 3.6. Penduduk Kabupaten Blora Dirinci Kelompok
Umur, dan Jenis kelamin, Tahun 2015 ......................37
Tabel 3.7. Perubahan Jumlah Prasarana Pendidikan (Sekolah),
Murid, dan Guru di Kabupaten Blora Tahun 2014 –
2015 ...........................................................................39
Tabel 3.8. Banyaknya Sekolah, Murid, dan Guru Menurut Status
Pengelolaannya di Kabupaten Blora Tahun 2014 –
2015 ...........................................................................40
Tabel 3.9. Persentase Penduduk Usia 10 th ke atas Menurut
Kemampuan Baca dan Tulis Jenis Kelamin di
Kab.Blora Tahun 2015 ...............................................42
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 x
Tabel 3.10. Persentase Penduduk 5 (lima) Tahun ke Atas
Berdasarkan Tingkat Partisipasi Sekolah Tahun
2015 ...........................................................................43
Tabel 3.11. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas
Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di
Kab, Blora Tahun 2015 ..............................................43
Tabel 3.12. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM) Tingkat Pendidikan Dasar
dan Menengah Kabupaten Blora Tahun 2014-2015 ..45
Tabel 3.13. Persentase Penduduk Dirinci Menurut Keluhan
Kesehatan Sebulan Yang Lalu di Kabupaten Blora
Tahun 2014-2015 .......................................................46
Tabel 3.14. Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama
Sebulan Menurut Jumlah Hari Sakit di Kabupaten
Blora Tahun 2014 – 2015 ..........................................47
Tabel 3.15. PDRB Kabupaten Blora Tahun 2011 – 2015 ............52
Tabel 3.16. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Blora Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
2011 – 2015 ...............................................................54
Tabel 3.17. Distribusi Persentase Sektor Produktif PDRB di
Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 ........................56
Tabel 3.18. Distribusi Persentase Kelompok Sektor PDRB
Tahun 2014 – 2015 ...............................................58
Tabel 3.19. Perkembangan PDRB Per Kapita Di Kabupaten
Blora Tahun 2011 – 2015 ..........................................60
Tabel 3.20. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora
Tahun 2007 – 2015 ....................................................63
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 xi
Tabel 3.21. Persentase Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 - 2015 .............65
Tabel 3.22. Persentase Penduduk Usia Kerja menurut Jenis
Kelamin dan Kegiatannya Tahun 2014 - 2015 ........66
Tabel 3.23. TPAK dan TPT menurut Jenis Kelamin Di
Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 ........................68
Tabel 3.24. Persentase Penduduk berdasarkan jenis
kegiatannya di tahun 2014 – 2015 .............................79
Tabel 3.25 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas
yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Di Kabupaten Blora Tahun 2015 ................70
Tabel 3.26. Persentase Penduduk Bekerja menurut Pendidikan
dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2014
– 2015 ........................................................................71
Tabel 3.27. Persentase Penduduk Bekerja menurut Lapangan
Usaha Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora
Tahun 2014 – 2015 ....................................................72
Tabel 3.28. Persentase Penduduk Bekerja menurut Status
Pekerjaan di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 ...74
Tabel 3.29. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jumlah
Jam Kerja Seminggu di Kabupaten Blora Tahun
2013 – 2015 ...............................................................76
Tabel 4.1. Nilai IPM Kabupaten Blora dan Kabupaten
Sekitarnya Tahun 2014 – 2015 ..................................80
Tabel 4.2. Komponen Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun
2014- 2015 .................................................................82
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 xii
Tabel 4.3. Capaian dan Pertumbuhan IPM Kabupaten Blora
dan Kabupaten Sekitarnya, 2014 - 2015 ....................84
Tabel. 4.4. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora
tahun 2011 – 2015 dan Persentase Pertumbuhannya .89
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar3.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Menurut
Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 ...............31
Gambar 3.2. Struktur Penduduk Kabupaten Blora 2015 ................34
Gambar 3.3 Piramida Penduduk Blora 2015 .................................36
Gambar 3.4. Persentase Balita menurut Penolong Persalinan
Terakhir di Kab. Blora 2011-2015 .............................49
Gambar 3.5. Persentase Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora
Tahun 2011 – 2015 ....................................................51
Gambar 3.6. Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Blora
Tahun 2010 – 2014 ....................................................61
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 xiv
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses
jangka panjang yang menyangkut keterkaitan banyak faktor dalam
mencapai pertumbuhan berkelanjutan (terus menerus). Idealnya,
pembangunan memposisikan manusia sebagai titik sentral, sehingga
mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kerangka
pembangunan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi rakyat
dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Untuk mencapai
tujuan tersebut pemerintah harus melakukan upaya peningkatkan
kualitas penduduk sebagai sumber daya, baik dari aspek fisik
(kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan
ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan taqwa)
sehingga partisipasi rakyat dalam pembangunan akan dengan
sendirinya meningkat.
Hal ini selain sesuai dengan Tujuan Nasional Indonesia yang
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu “memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”, secara
implisit juga mengandung makna pemberdayaan penduduk. Dengan
demikian, pembangunan manusia merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam perjalanan usia sebuah bangsa, dalam hal ini
bangsa Indonesia.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 2
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses
perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people choice).Indeks
pembangunan manusia (IPM) merupakan salah satu indikator
penting yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam
upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat atau
penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses
hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.
IPM ini diperkenalkan oleh United Nations Development
Program (UNDP) yang mengadopsi paradigma baru pembangunan
yang disebut paradigma pembangunan manusia (PPM) yang berbeda
dengan paradigma pembangunan sebelumnya yang hanya
menekankan pada pertumbuhan ekonomi khususnya berdasarkan
pendapatan perkapita. Sedangkan konsep paradigma pembangunan
manusia dianggap sebagai suatu konsep yang lebih komprehensif
karena mampu memperhitungkan keberhasilan pembangunan
manusia dari aspek nonekonomi dan dari aspek ekonomi.
Dilandasi oleh kondisi yang seperti itu, Perserikatan Bangsa-
Bangsa dalam hal ini The United Nation Development Program
(UNDP) merumuskan kriteria pembangunan, yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat pemerataan sekaligus laju pertumbuhan
ekonomi dalam bentuk Human Development Index (HDI) atau
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sebagai pengganti tolok ukur
Gross National Product(GNP), Social Development Index(SDI), dan
Physical Quality Of Life Index (PQLI). Pada dasarnya HDI atau IPM
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 3
adalah suatu indeks komposit yang diharapkan mampu
mencerminkan kinerja pembangunan manusia sehingga dapat
dibandingkan antar wilayah atau bahkan antar waktu.
IPM merupakan ukuran atau indikator kemajuan suatu
wilayah yang diukur dengan tiga faktor utama yaitu dari aspek
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan ekonomi. Indikator ini
adalah merupakan pengembangan alat ukur keberhasilan
pembangunan sebelumnya yang hanya mengukur tingkat
perkembangan atau pertumbuhan ekonomi saja sedangkan faktor non
ekonomi belum terjangkau.
UNDP adalah pencetus rumusan indikator kinerja
pembanguan suatu negara/daerah atau wilayah dengan menggunakan
IPM atau HDI. Indikator ini direkomendasikan karena mengandung
indikator dampak pembangunan tidak hanya indikator output saja,
yaitu dimensi ketahanan hidup dari Angka Harapan Hidup (AHH),
dimensi pengetahuan yang diukur dengan Harapan Lama
Sekolah/Expected Years Schooling (EYS) dan Rata-Rata Lama
Sekolah/Mean Years Schooling (MYS) serta dimensi kualitas standar
hidup yang diukur dengan pendapatan perkapita riil yang disesuaikan
dengan Paritas Daya Beli.
Pemerintah menggunakan indikator Indeks Pembangunan
Manusia ini sebagai alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU)
suatu daerah di samping indikator–indikator lainnya seperti luas
wilayah, jumlah penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 4
(PDRB). Namun, pada kenyataannya data IPM di Badan Pusat
Statistik (BPS) hanya tersedia sampai tingkat Kabupaten yang
dihasilkan dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
Tahunan. Sedangkan untuk angka sampai tingkat kecamatan tidak
dapat disediakan, hal ini akan dapat dipenuhi apabila ada dukungan
dari pemerintah daerah dan terlebih lagi sampai tingkat desa, dengan
era otonomi daerah maka ketersediaan data ini sangat tergantung dari
kebijakan daerah itu sendiri.
Pembangunan manusia sampai pada tingkat kecamatan juga
perlu dilakukan evaluasi mengingat pembangunan manusia pada
tingkat kecamatan sangat bervariasi. Salah satu tolok ukur yang
dapat digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau
Human Development Index (HDI) yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia pada tingkat
kecamatan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Penyusunan publikasi ini dimaksudkan dapat menjadi bahan
referensi utama dalam pengambilan kebijakan khususnya upaya
peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya pembangunan,
baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intektualitas (pendidikan),
aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas
(iman dan taqwa) sehingga berdampak positif pada peningkatan
partisipasi pembangunan.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 5
Adapun secara khusus, tujuan penyusunan publikasi IPM
Kabupaten Blora adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman bagi stakeholder dalam penyusunan kebijakan
program dan kegiatan pembangunan manusia.
2. Sebagai bahan yang diharapkan membantu penyusunan kerangka
pikir berfokuskan pembangunan manusia.
3. Sebagai bahan referensi dalam penentuan skala prioritas
pembuatan kebijakan pembangunan daerah.
1.3 Ruang Lingkup
Dengan harapan agar semua karakteristik populasi dapat
terwakili pada kegiatan survei penyusun angka IPM ini, diambil
sebanyak 76 blok sensus atau 2,5 persen blok sensus dari jumlah
total blok sensus yang terdapat di wilayah Kabupaten Blora.
Kemudian 76 blok sensus tersebut diproporsikan pada semua
kecamatan (16 kecamatan) yang termasuk dalam wilayah
administrasi Kabupaten Blora.
Lingkup penelitian yang akan dihasilkan pada
kegiatan/penelitian IPM ini adalah:
1. Menyajikan komponen utama IPM sebagai gambaran umum
pencapaian hasil pembangunan manusia di Kabupaten Blora
yang sesuai dengan perspektif UNDP.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 6
2. Menyajikan beberapa indikator yang mempengaruhi IPM antara
lain indikator bidang kependudukan, bidang kesehatan, bidang
pendidikan, bidang ekonomi, dan ketenagakerjaan.
3. Melakukan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif terhadap
potensi sumber daya manusia yang ada.
1.4 Metode Penelitian
1.4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian untuk mendapatkan Angka Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) ini, dilakukan terhadap seluruh
kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Blora.
1.4.2 Rancangan Sampel
Kerangka sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari tiga jenis, yaitu: kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus,
kerangka sampel untuk pemilihan sub blok sensus dalam blok sensus
(khusus untuk blok sensus yang bermuatan rumah tangga lebih besar
dari 150 rumah tangga), dan kerangka sampel untuk pemilihan
rumah tangga dalam blok sensus/sub blok sensus terpilih.
Rancangan sampel pada penelitian ini adalah rancangan
sampel dua tahap. Prosedur penarikan sampel adalah sebagai berikut:
• Tahap pertama, dari master sampling frame blok sensus 76
blok sensus secara Proportional Probability to Size-Systematic
(PPS-Sistematik) dengan size banyaknya rumahtangga. Untuk
blok sensus yang muatan rumah tangganya lebih besar dari 150
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 7
perlu dipilih satu sub blok sensus secara PPS-Sistematik dengan
size banyaknya rumah tangga. Pendaftaran rumah tangga atau
listing dilakukan pada setiap blok sensus atau sub blok sensus
terpilih.
• Tahap dua, memilih sebanyak 10 rumah tangga pada setiap
blok sensus dan atau sub blok sensus terpilih secara sistematik
lewat program. Jumlah rumah tangga yang terpilih pada
penelitian ini sebanyak 760 rumah tangga
1.4.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari rumah tangga terpilih dilakukan
dengan wawancara langsung antara pencacah dengan responden.
Pertanyaan-pertanyaan individu dalam kuesioner diusahakan
bersumber dari individu yang bersangkutan, sedangkan keterangan
tentang rumah tangga dapat dilakukan melalui wawancara dengan
kepala rumah tangga, suami atau isteri kepala rumah tangga, atau
anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik yang
ditanyakan.
1.4.4 Metode Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan melalui wawancara dan dilakukan
pemeriksaan secara manual terhadap kelengkapan, konsistensi isian,
kualitas atau mutu data, kemudian dilakukan pengolahan atau entri
data dengan menggunakan fasilitas komputer.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 8
Program aplikasi pengolahan entri data yang digunakan adalah
program aplikasi pengolahan yang dikembangkan oleh Badan Pusat
Statistik (inhouse softwares). Data-data yang telah dientri, kemudian
dilakukan validasi data (raw-validation). Hal ini berguna untuk
mengurangi kesalahan entri, kesalahan data (data error),
inkonsistensi isian, dan masalah cakupan data, sehingga data-data
yang dihasilkan sangat kredibel, serta dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk menghitung Angka Harapan Hidup (e0) yang akan dipakai
dalam penghitungan angka indeks IPM, menggunakan
program/aplikasi software Mortpak. Untuk angka-angka yang akan
digunakan dalam penghitungan Harapan Lama sekolah (EYS), Rata-
rata Lama Sekolah (MYS), Paritas Daya Beli dan data-data
pendukung lainnya menggunakan program/aplikasi SPSS.
1.4.5 Metode Analisis Data
Untuk menganalisis terhadap data-data hasil pengolahan di
atas, dalam penelitian ini digunakan metode analisis statistik
deskriptif. Metode ini berarti menyusun data ke dalam daftar-daftar
atau jadwal, pembuatan grafik dan lain-lain serta pengolahan yang
bersifat interpretasi data (Anto Dajan, 1986:4).
1.5 Sistematika Penulisan
Buku “IPM Kabupaten Blora 2016” ini menyajikan informasi
tahun 2015 yang dapat dijadikan sebagai indikator tingkat
keberhasilan atau kinerja daerah dalam bidang pembangunan
manusia, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 9
Bab I Merupakan pendahuluan, menguraikan latar belakang,
maksud dan tujuan, ruang lingkup, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II Membahas indikator IPM yang berisi konsep dan kerangka
berpikir serta pengukuran IPM.
Bab III Menguraikan gambaran umum meliputi kondisi geografis,
kondisi kependudukan, kondisi pendidikan, kondisi
kesehatan, pendapatan regional, pengeluaran konsumsi per
kapita, dan ketenagakerjaan.
Bab IV Berisi IPM yang membahas nilai IPM Blora, evaluasi
capaian IPM, analisis manajemen IPM, dan langkah/upaya
meningkatkan IPM.
Bab V Merupakanpenutup yang berisi tentang kesimpulan dari
uraian pada bab-bab sebelumnya dan rekomendasi yang
diberikan sebagai upaya untuk peningkatan IPM di masa
yang akan datang.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 10
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 11
BAB II
INDIKATOR
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
2.1. Konsep dan Kerangka Berpikir
Untuk mengetahui perkembangan tingkat kehidupan
masyarakat disuatu wilayah dalam suatu periode waktu, bidang
kehidupan yang perlu dipantau meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat, baik yang berkaitan dengan kelangsungan hidup secara
individu (kebutuhan dasar seperti kesehatan), tumbuh kembang
(seperti pendidikan), partisipasi (ketenagakerjaan) maupun yang
berkaitan dengan wilayah seperti kependudukan, kemiskinan dan
pertumbuhan ekonomi dibutuhkan suatu alat ukur yang dapat
dibanding secara vertikal antar waktu, dan secara horisontal antar
daerah.
Alat ukur perkembangan sosial (social development) biasa
disebut dengan indikator sosial yaitu suatu nilai statistik yang dapat
memberikan gambaran tentang besaran permasalahan yang menjadi
fokus perhatian. Pengukuran dapat dilakukan secara obyektif dan
subyektif, yang secara teknis pengukuran alat ukur disebut dengan
indikator obyek dan indikator subyek. Pengukuran secara obyek
berarti melihat permasalahan dengan sudut pandang yang sama
berdasarkan definisi baku yang disepakati, sebaliknya pengukuran
secara subyek (persepsi) melihat permasalahan dengan sudut
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 12
pandang yang mungkin berbeda antar individu bergantung dari
harapan dan aspirasi.
Indikator sosial berarti alat ukur yang digunakan untuk melihat
perkembangan kehidupan masyarakat dari berbagai aspek. Salah satu
indikator sosial adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
diterjemahkan dari Human Development Index (HDI). IPM
merupakan alat ukur yang mengukur pencapaian pembangunan yang
dicapai oleh suatu wilayah. Secara konsep pembangunan manusia
yang diajukan oleh UNDP maknanya adalah untuk melihat
keterlibatan/partisipasi aktif penduduk dalam pembangunan sejak
perumusan dan penentuan kebijakan hingga evaluasi. Sehingga
disebut sebagai pembangunan yang berpusat pada penduduk (People
Centered Development): oleh, dari, dan untuk penduduk.
Sebagai suatu indikator komposit yang menggambarkan
pencapaian dalam hal: kelangsungan hidup, pengetahuan, dan daya
beli. Secara umum indikator tersebut bermanfaat sebagai alat
advokasi terhadap perumus dan penentu kebijakan di setiap wilayah
khususnya berkaitan dengan kebijakan publik yang dipilih dan
ditetapkan.
IPM merupakan alat ukur yang dapat digunakan dalam melihat
upaya dan kinerja pembangunan manusia di suatu wilayah (UNDP,
1990). Dalam hal ini IPM pada tahun tertentu merupakan gambaran
dari upaya pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun
sebelumnya. Hal ini dapat berarti upaya pembangunan dalam suatu
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 13
periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besarnya nilai IPM pada
awal periode tersebut. IPM juga merupakan ukuran melihat dampak
kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi sangat luas
karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal
kelangsungan hidup, intelektualitas dan standar hidup layak.
Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan UNDP yang dirilis
tahun 2010 dan direvisi tahun 2011 untuk menyusun IPM ada
perubahan metodologi, walaupun tiga indikator yang ada sebagian
masih dipertahankan, yaitu:
a. Angka Harapan Hidup (AHH) atau life expectation at age 0 (eº).
b. Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun ke atas
atau Expected Years of Schooling (EYS) dan Rata-rata Lama
Sekolah (RLS) atauMean Years of Schooling (MYS) penduduk
usia 25 tahun ke atas.
c. Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP) yang
merupakan ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan dengan
Indeks Harga Konsumen (inflasi/deflasi).
Indikator pertama mengukur “umur panjang dan sehat”. HLS
dan RLS mengukur “pengetahuan dan ketrampilan”, sedangkan PPP
mengukur “kemampuan dalam mengakses sumber daya beli ekonomi
dalam arti luas”. Ketiga indikator tersebut digunakan sebagai
komponen perhitungan dan penyusunan IPM.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 14
Komponen IPM ini merupakan nilai komposit dari beberapa
variabel, tidak dapat untuk menilai variabel yang memberikan
pengaruh terbesar terhadap nilai komposit tersebut. Oleh sebab itu
diperlukan analisis untuk melihat variabel yang memberikan
pengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia yang disebut
Analisis Situasi Pembangunan Manusia. Analisis ini mengkaji
besaran-besaran nilai variabel yang tersusun dalam IPM untuk dapat
mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan yang dapat
digunakan dalam menentukan skala prioritas dan intervensi program-
program pembangunan yang sangat penting dan diutamakan.
Indeks Pembangunan Manusia lebih sesuai untuk mengukur
upaya pemberdayaan penduduk dibandingkan dengan alat ukur
lainnya seperti Indeks Mutu Hidup (IMH) atau PDRB perkapita. Hal
ini dikarenakan IMH hanya mengukur kualitas fisik penduduk,
sedangkan PDRB perkapita hanya memberikan gambaran tentang
kapasitas suatu wilayah.
Perbedaan lainnya adalah dalam pemilihan variabel yang
digunakan sebagai proksi dari pendapatan. Perubahan indikator dari
PDRB perkapita menjadi PPP dikarenakan PDRB perkapita tidak
menggambarkan secara riil daya beli dari masyarakat. Meskipun
PDRB mengukur produksi yang dihasilkan suatu daerah karena
tingginya integrasi ekonomi antar wilayah maka tidak ada jaminan
sebagian besar produksi yang dihasilkan akan didistribusikan dalam
masyarakat daerah tersebut. Oleh karena itu pengeluaran per kapita
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 15
yang dihimpun dalam Susenas merupakan pendekatan dari daya beli
masyarakat lokal yang lebih baik.
Secara umum dapat dikatakan bahwa IPM adalah variabel tak
bebas yang bersifat state, yaitu sebuah variabel yang perubahannya
berlangsung lambat dan akan meningkat/menurun sedikit demi
sedikit sebagai respon terhadap perubahan berbagai kondisi fisik,
sosial, ekonomi dan lingkungan. Indeks Pembangunan Manusia
dapat digunakan untuk mengukur dampak akhir dari program
pembangunan yang telah diimplementasikan pada keseluruhan
penduduk, sedangkan program pembangunan biasanya
diimplementasikan pada kelompok sasaran tertentu.
Angka IPM berkisar antara 0 – 100 yang dapat
memperlihatkan jarak yang harus ditempuh untuk mencapai angka
maksimum (shortfall). Angka ini dapat diperbandingkan antar
daerah yang berarti tantangan bagi semua daerah untuk menemukan
cara memperkecil/mengurangi nilai shortfall-nya.
Analisis Situasi adalah metode yang sering digunakan dalam
mendiskripsikan potret atau profil suatu wilayah baik secara
komprehensif maupun secara sektoral berdasarkan data terakhir yang
ada. Analisis situasi pembangunan manusia suatu wilayah
merupakan gambaran tentang keadaan pembangunan manusia yang
meliputi pencapaian kesejahteraan dan kualitas fisik sumber daya
manusia, tetapi juga gambaran yang berkaitan dengan berbagai aspek
sosial dari penduduk. Dengan adanya gambaran ini pengambil
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 16
keputusan dan perumus kebijakan akan dapat bekerja lebih mendasar
dan terarah sehingga akan mempermudah dalam penentuan skala
prioritas.
2.2. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia
Seperti telah dikemukakan sebelumnya berdasarkan rumusan
yang dikeluarkan UNDP, IPM disusun dari tiga komponen yaitu
lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup waktu lahir (e0);
tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara harapan lama
sekolah (EYS) dan rata-rata lama sekolah (MYS); dan tingkat
kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran perkapita yang
telah disesuaikan (PPP rupiah). Sebelum menghitung IPM, masing-
masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya
sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan
terbaik). Lebih lanjut komponen harapan lama sekolah dan rata-rata
lama sekolah digabung menjadi satu sebagai indikator pendidikan.
Dalam publikasi ini angka indeks dikalikan 100 untuk
mempermudah penafsiran.
IPM merupakan rata-rata ukur dari ketiga komponen tersebut diatas :
��� = ����������� × ���������� × ��� � �����
Dimana:
Ikesehatan : Indeks Harapan Hidup
Ipengetahuan : Indeks Pendidikan, dan
Idaya beli : Indeks Pendapatan.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 17
DIMENSI
Umur
Panjang
dan Sehat
Pendidikan
Standar
Hidup Layak
INDIKATOR
Harapan
Hidup
Saat Lahir
(e0)
Harapan
Lama
Sekolah
(EYS)
Rata-rata
Lama
Sekolah
(MYS)
Pengeluaran
Riil per
Kapita yang
disesuaikan
DIMENSI
INDEKS
Indeks
Harapan
Hidup
Indeks Pendidikan
Indeks
Pendapatan
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
Untuk tujuan penghitungan indeks, dapat ditempuh berbagai
cara menetapkan nilai maksimum dan minimum. Sebagai ilustrasi,
jika tujuannya hanya sekadar membandingkan kinerja kabupaten
dalam satu tahun tertentu maka nilai tertinggi dan terendah pada
tahun tersebut dapat dipilih sebagai nilai maksimum dan minimum
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 18
(nilai ekstrim). Metode pemilihan ini tidak memungkinkan
perbandingan antar waktu, karena batas maksimum dan minimum
dapat berubah menurut waktu.
2.2.1 Angka Harapan Hidup (e0)
Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama diukur dengan
indikator harapan hidup pada saat lahir (life expectancy at birth / e0).
Variabel e0 diharapkan mencerminkan “lama hidup” sekaligus
“hidup sehat’ suatu masyarakat. Sebenarnya, angka morbiditas akan
lebih valid untuk mengukur hidup sehat, namun demikian, karena
data morbiditas yang dapat dipercaya masih sulit diperoleh, maka
variabel tersebut tidak digunakan dalam studi penghitungan IPM ini.
Angka Harapan Hidup (e0) dihitung dengan bantuan
program Mortpak, sebagai inputnya adalah data Anak Lahir Hidup
(ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH) dari wanita pernah kawin
berumur 15-49 tahun yang diperoleh dari hasil pengolahan data
penelitian/survei (SUSENAS) yang mencakup satu kabupaten pada
76 blok sensus terpilih dengan jumlah rumahtangga terpilih
sebanyak 760 rumah tangga. Untuk penghitungan angka ini sudah
diperhitungkan dengan proyeksi penduduk dan indikator-indikator
yang dihasilkan dari Sensus Penduduk tahun 2010.
2.2.2 Tingkat Pendidikan
Dalam publikasi ini, komponen tingkat pendidikan diukur
dari dua indikator (Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama
Sekolah). Kedua indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 19
tingkat pengetahuan dan ketrampilan penduduk. Semakin
tinggiharapan lama sekolah dan makin lama mengikuti pendidikan
sekolah diharapkan akan makin meningkat kualitas masyarakat
dalam penguasaan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan yang
dimiliki. Harapan lama sekolah diperoleh dari penghitungan
partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur (EYS).
Lamanyasekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan
dirasakan oleh anak pada umur tertentudi masa mendatang.
Kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur
berikutnya sama dengan rasio penduduk yang bersekolah per jumlah
penduduk untuk umur yang sama saat ini.Kondisi iniuntuk
mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai
jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam
tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.
Rata-Rata Lama Sekolah (MYS) dilakukan dengan cara
penghitungan tidak langsung terhadap penduduk yang berumur 25
tahun ke atas, dengan asumsi bahwa penduduk berumur 25 tahun ke
atas telah menyelesaikan proses pendidikannya. Langkah pertama
adalah memberikan bobot variabel “Pendidikan yang ditamatkan“
atau jenjang pendidikan sebagaimana disajikan pada tabel 2.1.
Langkah selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang dari variabel
tersebut sesuai bobotnya. Secara sederhana prosedur penghitungan
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 20
����� = ���
�
��
�
�
���
Di mana:
����
� Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t
��
� Partisipasi sekolah penduduk usia i pada tahun t
��
� Populasi penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t
� Usia (a, a + 1, ..., n)
Tabel 2.1. Jenjang Pendidikan dan Tahun Konversi Yang
Digunakan UntukMenghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS)
Jenjang Pendidikan Tahun Konversi
(1) (2)
1. Tidak/belum pernah sekolah
2. Tamat SD
3. Tamat SLTP
4. Tamat SLTA/SMU
5. Tamat D1
6. Tamat D2
7. Tamat D3/Akademi
8. Tamat D4/Sarjana
9. Tamat Magister (S2/S3)
0
6
9
12
13
14
15
16
18
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 21
��� = ∑� × ��∑�
Dimana:
MYS : Rata-rata Lama Sekolah
fi : frekuensi penduduk berumur 25 tahun ke atas untuk
jenjang pendidikan i,
Si : tahun konversi masing-masing jenjang pendidikan i,
i : jenjang pendidikan ( = 1,2,…..,9).
Selanjutnya Indikator Pendidikan (Ipengetahuan) dihitung dengan rumus:
������������ =����� × ���� − ��� �
maksimum − minimum
2.2.3 Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP)
Paritas daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP)
dihitung dengan metode yang juga digunakan oleh International
Comparison Project (ICP) dalam menstandardisasi PDB untuk
perbandingan antar-negara. Perhitungan menggunakan metode baru
didasarkan pada harga 27 komoditas pada metode lama. Komposisi
komoditas terdiri atas 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non
makanan. Dengan dimasukkannya variabel PPP yang dapat
digunakan untuk menghitung “paritas daya beli” maka IPM lebih
“lengkap” dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia
dibandingkan IMH atau PQLI. Karena IMH yang tinggi hanya
merefleksikan kondisi suatu masyarakat yang memiliki peluang
hidup panjang (dan sehat) serta tingkat pendidikan (dan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 22
keterampilan) yang memadai. UNDP melihat kondisi seperti itu
belum memberikan gambaran yang ideal. Menurut UNDP,
masyarakat ideal selain harus memenuhi kondisi tersebut juga harus
mempunyai daya beli (purchasing power). Pemenuhan kebutuhan
hidup seperti itulah yang dicoba diukur dengan PPP.
Tahapan untuk menghitung PPP adalah sebagai berikut :
1. Menghitung angka rata-rata pengeluaran perkapita beserta
kuantitasnya untuk setiap wilayah dengan menggunakan data
Susenas Modul Konsumsi yang mencakup pengeluaran
konsumsi 96 komoditas PPP.
2. Menghitung kuantitas komoditas perumahan dari data Susenas.
3. Menghitung nilai pengeluaran riil agar nilai tersebut dapat
dibandingkan antar waktu. Cara penghitungannya ialah dengan
membagi rata-rata pengeluaran dengan IHK pada masing-masing
wilayah, dengan tahun dasar 2012.
4. Menghitung PPP (Unit), semacam faktor pengali untuk
menghitung pengaruh perbedaan harga antar wilayah. Prosedur
ini menggunakan kaidah matrik dengan data dasar yang
digunakan adalah kuantum dan harga dari 96 komoditi standar
Kabupaten Blora.
5. Menghitung nilai PPP dalam rupiahdengan rumus:
Daya beli yang disesuaikan =�
���
Y : pengeluaran perkapita
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 23
PPP : paritas daya beli
Dimana :���� =∑ ���,�� ��,���
∑ ���,�� ��,���
: harga per unit komoditi j yang dikonsumsi di provinsi/
kabupaten i
: harga per unit komoditi j di Jakarta Selatan
: volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di provinsi/
kabupaten
6. Selanjutnya menghitung Indeks Daya Beli
�!�"� #�$�= %& '!�"� #�$�( )%&(!�"� #�$���)
%&'!�"� #�$����( )%&'!�"� #�$���(
Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah
kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua. Daya
beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang
diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan
pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025.
2.2.4 Pencapaian dan Status Pembangunan Manusia
(Shortfall)
Pencapaian pembangunan manusia dapat dilihat dari dua segi.
Pertama, kenaikan IPM secara absolut yang diukur dengan nilai
positif dari reduksi shortfall tahunan. Angka tersebut mengukur rasio
pencapaian kesenjangan jarak yang “sudah ditempuh” dengan yang
“harus ditempuh” untuk mencapai kondisi yang ideal (IPM = 100).
Semakin tinggi angka shortfall, semakin cepat kenaikan IPM. Cara
penghitungan “shortfall” dinyatakan dengan rumus :
���,��
��,��
���,��
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 24
� = ����(�*�) − ���(�)
100 − ���(�)
� × 100
Dimana:
IPM(t) : IPM tahun (t)
IPM(t+n) : IPM tahun (t+n)
IPM(ref) : IPM acuan (biasanya IPM ideal)
Kedua, adalah meningkatnya status pembangunan manusia
berdasarkan klasifikasi berikut :
Nilai IPM Status Pembangunan Manusia *)
< 50
50 ≤ IPM < 66
66 ≤ IPM < 80
≥ 80
Rendah
Menengah Bawah
Menengah Atas
Tinggi
*) modifikasi terhadap klasifikasi UNDP, dengan
memecahklasifikasi menengah
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 25
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Jawa Tengah dengan luas wilayah 182.058,797 Ha atau 1.820,59
km2. Secara geografis Kabupaten Blora terletak diantara 111
0 16’ –
1110 338’ Bujur Timur dan 6
0 528’ – 7
0 248’ Lintang Selatan.
Sedangkan secara topografi, Kabupaten Blora terletak pada
ketinggian antara 25 – 500 meter diatas permukaan laut. Kabupaten
Blora diapit oleh jajaran pegunungan Kendeng Utara dan
pegunungan Kendeng Selatan. Susunan tanah di Kabupaten ini
terdiri dari atas 56 persen tanah gromosol, 39 persen mediteran dan
5 persen aluvial. Posisi Kabupaten Blora terletak pada bagian utara
Pulau Jawa dan di bagian timur wilayah Provinsi Jawa Tengah
dengan batas-batas sebagai berikut :
• Sebelah Barat:Kab. Grobogan, Provinsi Jawa Tengah
• Sebelah Utara:Kab. Rembang, Kab. Pati, Prov. Jawa Tengah
• Sebelah Timur: Kab. Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur
• Sebelah Selatan:Kab. Ngawi, Provinsi Jawa Timur
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 26
Tabel 3.1. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten,
LuasWilayah, dan Banyaknya Desa/Kelurahan
di Kabupaten Blora
Kecamatan
Jarak
ke
Ibukota
Kab.
(km)
Luas Wil.
(Km2)
Banyaknya
Desa
Ke-
lurah
-an
Jum-
lah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Jati
2. Randublatung
3. Kradenan
4. Kedungtuban
5. Cepu
6. Sambong
7. Jiken
8. Bogorejo
9. Jepon
10. Blora
11. Banjarejo
12. Tunjungan
13. Japah
14. Ngawen
15. Kunduran
16. Todanan
43
29
38
43
34
28
13
17
8
-
12
9
21
12
24
40
183,620
211,131
109,508
106,858
49,145
88,750
168,167
49,805
107,724
79,786
103,522
101,815
103,052
100,982
127,983
128,739
12
16
10
17
11
10
11
14
24
16
20
15
18
27
25
25
0
2
0
0
6
0
0
0
1
12
0
0
0
2
1
0
12
18
10
17
17
10
11
14
25
28
20
15
18
29
26
25
Jumlah 1.820,588 271 24 295
Sumber : Kabupaten Blora dalam Angka 2016
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 27
Secara administratif, Kabupaten Blora terbagi menjadi 16
kecamatan, 271 desa, dan 24 kelurahan. Dengan kecamatan yang
terluas adalah Kecamatan Randublatung yaitu seluas 211,131 km2
dan kecamatan yang terkecil luas wilayahnya adalah Kecamatan
Cepu yaitu seluas 49,145 km2. Jarak terjauh dari ibukota kabupaten
ke ibukota kecamatan adalah Kecamatan Jati yang terletak di
bagianbarat dayaKabupaten Blora (43 km) dan Kecamatan
Kedungtuban yang terletak di bagiantenggaraKabupaten Blora (43
km).
Melihat data penggunaan lahan di Kabupaten Blora di tahun
2015 dapat dibagai dalam dua bagian besar yaitu 74,73 persen
digunakan bukan untuk lahan sawah dan hanya 25,27 persen
digunakan untuk lahan sawah.
Dari lahan sawah 16,25 persennya adalah lahan sawah tadah
hujan, sedangkan untuk irigasi teknis dan setengah teknis hanya
mencapai 4,62 persen sedangkan untuk irigasi sederhana 2,26 persen,
irigasi desa atau non PU 0,90 persen dan sisanya 1,24 persen adalah
irigasi P2AT.
Luas lahan bukan sawah sekitar 90.417 Ha adalah hutan atau
mencapai 49,66 persen dari luas wilayah yang ada. Hal ini dapat
menggambarkan pola kehidupan masyarakatnya yang sebagain besar
mengandalkan potensi ini. Bangunan dan pekarangan mencapai 9,34
persen, tegal/kebun 14,38 persen, dan sisanya adalah waduk, kebun,
pertambangan, dan lain-lain.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 28
Tabel 3.2. Luas Penggunaan Tanah/Lahan di Kabupaten Blora
Tahun 2015
Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persen
(1) (2) (3)
A. LAHAN SAWAH 45,993 25,27
1. Irigasi Teknis 7.449 4,09
2. Irigasi Setengah Teknis 967 0,53
3. Irigasi Sederhana 4.114 2,26
4. Irigasi Desa / Non PU 1.640 0,90
5. Tadah Hujan 29.586 16,25
6. P2AT 2.256 1,24
B. BUKAN LAHAN SAWAH 136.066 74,73
1. Bangunan dan Pekarangan 17.004 9,34
2. Tegal / Kebun 26.188 14,38
3. Waduk 57 0,03
4. Hutan 90.417 49,66
5. Perkebunan 4 0,00
6. Pertambangan 22 0,01
6. Lain-lain 2.374 1,30
Jumlah 182,059 100,00
Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka 2016
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 29
3.2 Kondisi Kependudukan
Penduduk suatu daerah mempunyai ciri karakteristik sendiri-
sendiri tergantung dari berbagai faktor seprti kondisi geografis,
topografi, sumber pengahasilan utama dan sebagainya. Demikian
pula untuk Kabupaten Blora kondisi penduduknya banyak
dipengaruhi oleh adanya letak geografis di mana terletak di ujung
timur provinsi Jawa Tengah, mempunyai kawasan hutan dan masih
sebagian besar mengandalkan pertanian. Maka dapat dibayangkan
bila penduduk yang ada relatif tidak mudah bergerak (statis),
menerima apa adanya karena ketergantungan musim.
3.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Sesuai hasil proyeksi, penduduk Kabupaten Blora kondisi
tahun2015 tercatat 852.108 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak
terdapat di Kecamatan Kota Blora sebesar 93.918 jiwa, kedua di
kecamatan Randublatung mencapai 75.655 jiwa dan ketiga terdapat
di kecamatan Cepu sebanyak 73.548 jiwa. Sedangkan untuk
penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Bogorejo hanya mencapai
24.043 jiwa, terkecil kedua terdapat di Kecamatan Sambong 25.475
jiwa dan ketiga terdapat di Kecamatan Japah hanya mencapai 34.280
jiwa.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 30
Tabel 3.3. Penduduk Kabupaten Blora
dirinci menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun 2015
Kecamatan Laki-laki Perempuan Total Sex
Ratio
(1) (2) (3) (4) (5)
Jati 22,645 23,410 46,055 96.73
Randublatung 37,265 38,390 75,655 97.07
Kradenan 19,784 19,949 39,733 99.17
Kedungtuban 27,427 28,142 55,569 97.46
Cepu 36,173 37,375 73,548 96.78
Sambong 12,536 12,939 25,475 96.89
Jiken 19,148 19,630 38,778 97.54
Bogorejo 11,822 12,221 24,043 96.74
Jepon 30,192 31,021 61,213 97.33
Kota Blora 46,034 47,884 93,918 96.14
Banjarejo 28,897 29,508 58,405 97.93
Tunjungan 22,879 23,650 46,529 96.74
Japah 16,799 17,481 34,280 96.10
Ngawen 28,450 28,898 57,348 98.45
Kunduran 31,192 32,244 63,436 96.74
Todanan 28,168 29,955 58,123 94.03
Kabupaten 419,411 432,697 852,108 96.93
Sumber : BPS Kabupaten Blora, Proyeksi
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 31
Gambar 3.1.Jumlah Penduduk Kabupaten Blora
Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015
3.2.2 Rasio Jenis Kelamin
Dari Tabel 3.4.menunjukkan bahwa di Kabupaten Blora
rasio jenis kelamin (sex ratio) mencapai 96,93 persen yang berarti
penduduk perempuan secara total masih lebih banyak dibanding
dengan laki-lakinya di mana pada 100 wanita terdapat 97 laki-laki.
Tabel 3.4 Rasio Jenis Kelamin (RJK) dan Distribusi Penduduk
Di Kabupaten Blora 2015
Kecamatan RJK Distribusi
(1) (2) (3)
Jati 96,73 5,40
Randublatung 97,07 8,88
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
JAT
I
RA
ND
UB
LA
TU
NG
KR
AD
EN
AN
KE
DU
NG
TU
BA
N
CE
PU
SA
MB
ON
G
JIK
EN
BO
GO
RE
JO
JEP
ON
KO
TA
BLO
RA
BA
NJA
RE
JO
TU
NJU
NG
AN
JAP
AH
NG
AW
EN
KU
ND
UR
AN
TO
DA
NA
N
Laki-laki Perempuan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 32
Kecamatan RJK Distribusi
Kradenan 99,17 4,66
Kedungtuban 97,46 6,52
Cepu 96,78 8,63
Sambong 96,89 2,99
Jiken 97,54 4,55
Bogorejo 96,74 2,82
Jepon 97,33 7,18
Kota Blora 96,14 11,02
Banjarejo 97,93 6,85
Tunjungan 96,74 5,46
Japah 96,10 4,02
Ngawen 98,45 6,73
Kunduran 96,74 7,44
Todanan 94,03 6,82
Kabupaten Blora 96,93 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Untuk rasio jenis kelamin tertinggi terdapat di Kecamatan
Kradenan mencapai 99,17 persen sementara yang terkecil terdapat di
Kecamatan Todanan hanya mencapai 94,03 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk program peningkatan Sumber Daya
Manusia di dua kecamatan tersebut harus dibedakan, di mana di
Kecamatan Kradenan sebaiknya program yang berimbang
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 33
menyentuh laki-laki maupun perempuan sementara untuk kecamatan
Todanan program yang cenderung ke kaum perempuan.
3.2.3 Struktur Penduduk
Struktur penduduk di Kabupaten Blora bila dibagi dalam 3
(tiga) kelompok besar dari hasil proyeksi sementara dapat
digambarkan untuk usia produktif usia 15 – 64 tahun mencapai 68,25
persen, usia muda 22,77 persen dan usia tua 8,98 persen. Hal ini
menggambarkan bahwa rasio ketergantungan penduduk di
Kabupaten Blora masih relatif tinggi, yaitu sekitar46,52.
Bila dilihat berdasarkan kelompok umur maka sumbangan
tertinggi terdapat di kelompok umur 0 – 4 tahun dan 35 – 39 tahun
masing-masing sebesar 7,66 persen. Secara umum, kelompok umur
di bagian bawah (0 s.d. 19 tahun) dan di bagian pertengahan (35 s.d.
49 tahun) relatif lebih dominan di banding kelompok lainnya.
Sementara itu kelompok umur dengan sumbangan jumlah penduduk
rendah terdapat di kelompok umur usia tua (65 tahun ke atas). Hal ini
menggambarkan bahwa jumlah kelahiran saat ini relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu.
34
demi
diban
masy
prod
prod
kesej
cepa
Gambar 3.2. Str
Usia muda d
ikian, angka ket
ndingkan tahun
yarakat tetap d
duktivitas utaman
duktif (15 s.d. 64
jahteraan masyar
at.
68.25
8.
Anali
ruktur Penduduk
dan usia tua men
ergantungan pad
sebelumnya.Upa
dapat diupayaka
nya pada pendud
4 tahun). Jika up
rakat dapat diha
22.77%
5%
.98%
isa Data IPM Kab. Blo
k Kabupaten Blo
ncapai 31,75 per
a tahun 2015 re
aya peningkatan
an dengan jala
duk yang berad
paya ini berhasil,
arapan untuk ter
Usia M
Usia Pr
Usia Tu
ora Tahun 2015
ora 2015
rsen. Dengan
elatif stagnan
pendapatan
an memacu
da pada usia
peningkatan
rwujud lebih
Muda
roduktif
ua
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 35
Tabel. 3.5. Distribusi Penduduk
Berdasarkan Kelompok Umur Hasil Proyeksi 2015
Urutan Kelompok Umur Persentase Jumlah
Penduduk
(1) (2) (3)
1 0-4 7.66
2 5-9 7.60
3 10-14 7.51
4 15-19 7.62
5 20-24 7.03
6 25-29 6.65
7 30-34 7.27
8 35-39 7.66
9 40-44 7.62
10 45-49 7.50
11 50-54 7.04
12 55-59 5.82
13 60-64 4.01
14 65-69 2.88
15 70-74 2.32
16 75+ 3.77
Berdasarkan proyeksi penduduk menunjukkan adanya
sebaran penduduk per kelompok umur. Untuk 0 – 4 tahun dan 35 -
39 merupakan penduduk terbanyak. Ini menunjukkan bahwa perlu
ada perhatian terhadap program keluarga berencana. Mengingat
beberapa tahun sebelumnya, kelompok umur ini bukanlah jumlah
yang terbesar. Selanjutnya pada kelompok umur pertengahan (35-39,
40-44, dan 45-49 tahun)memiliki komposisi yang lumayan gemuk.
36
Hal
tahun
meng
ini mengindikasik
n sebelumnya s
galami kenaikan.
Gambar 3.3 Pir
40000 30000 20
Anali
kan bahwa jumlah
udah mulai men
amida Penduduk
0 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75+
0000 10000 0
isa Data IPM Kab. Blo
h kelahairan yang
nurun, akhir-akh
k Kabupaten Blo
10000 20000 3
ora Tahun 2015
g pada tahun-
hir ini justru
ora 2015
30000 40000
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 37
Tabel 3.6. Penduduk Kabupaten Blora Dirinci
KelompokUmur, dan Jenis kelamin, Tahun 2015
Kelompok
Umur
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
0-4 32.112 33.130 65.242
5-9 31.894 32.901 64.795
10-14 31.510 32.508 64.018
15-19 31.974 32.987 64.961
20-24 29.500 30.433 59.933
25-29 27.889 28.773 56.662
30-34 30.488 31.454 61.942
35-39 32.127 33.142 65.269
40-44 31.978 32.993 64.971
45-49 31.476 32.473 63.949
50-54 29.530 30.467 59.997
55-59 24.430 25.204 49.634
60-64 16.837 17.374 34.211
65-69 12.093 12.476 24.569
70-74 9.742 10.050 19.792
75+ 15.831 16.332 32.163
Total 419.411 432.697 852.108
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Keadaan yang demikian mencerminkan bahwa tingkat
kelahiran untuk 5 tahun ke belakang sedikit mengalami peningkatan
dibandingkan periode lima tahun sebelumnya. Dengan melihat
formasi kelompok umur ini maka perencanaan pengembangan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 38
pendidikan dan kesehatan bisa mempertimbangkan perubahan kohor
yang ada.
3.3 Kondisi Pendidikan
Kondisi pendidikan di Kabupaten Blora dilihat dari data
kependidikan yang ada menunjukkan adanya tren penurunan jumlah
siswa SD sedangkan untuk tingkat SLTP ke atas ada kecenderungan
meningkat.
Dari data pendidikan Tahun 2015 untuk tingkat SD/MI
secara umum tercatat berkurangnya persentase jumlah prasarana
gedung sekolah sebanyak 5,38 persen. Sementara dari sisi murid ada
penurunan sekitar 2,25 persen dibanding dengan tahun 2014.
Demikian juga dari sisi jumlah guru/pengajar tercatat ada penurunan
sebesar 3,17 persen. Penurunan jumlah murid dan guru ini terjadi di
tingkat SD masing-masing sebanyak 3,18 persen dan 4,14 persen.
Sebaliknya untuk tingkat MI terjadi peningkatan gurid dan guru
masing-masing sebesar 3,80 persen dan 5,94 persen. Permasalahan
penurunan jumlah siswa ini perlu dikaji lagi lebih mendalam apa
karena benar-benar jumlah siswanya menurun ataukah untuk wilayah
perbatasan lebih suka sekolah diluar Blora ataukah masih banyak
yang tidak masuk sekolah karena berbagai alasan.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 39
Tabel 3.7. Perubahan Jumlah Prasarana Pendidikan (Sekolah),
Murid, dan Guru di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015
Jenis Persentase
Prasarana Murid Guru
(1) (2) (3) (4)
1. Pendidikan Dasar
A. SD/MI -2,25 -3,17 -5,38
- SD -3,18 -4,14 -3,89
- MI 5,80 5,94 -11,37
B. SLTP/MTs 3,65 -0,48 -3,48
- SLTP 4,82 3,24 0,64
- MTs 1,85 -10,79 -10,62
2. Pendidikan Menengah
SMU/SMK/MA 10,96 7,62 5,48
- SMU/SMK 8,20 6,74 5,96
- MA 25,00 15,74 2,41
Peningkatan jumlah murid terjadi di tingkat
SLTP/MTssebanyak 3,65 persen yang disumbang oleh peningkatan
jumlah murid di SLTP sebanyak 4,82 persen dan untuk MTs
sebanyak 1,85 persen. Secara absolut peningkatan murid di tingkat
SLTP/sedarajat sebanyak 195 orang atau bila dikonversi ke kelas
rata-rata 30 siswa berarti ada peningkatan jumlah kelas hampir
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 40
mencapai 6 kelas yang tersebar diseluruh Kabupaten Blora baik
sekolah swasta maupun negeri.
Tabel 3.8.Banyaknya Sekolah, Murid, dan Guru Menurut
StatusPengelolaannya di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015
Tingkat
Pendidikan
Sekolah Murid Guru
2014 2015 2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pendidikan Dasar
A. SD/MI 666 651 85.817 83.099 6.266 5.929
- SD 597 578 77.540 74.330 5.496 5.282
- MI 69 73 8.277 8.769 730 647
B. SLTP/MTs 137 142 40.778 40.583 2.960 2.857
- SLTP 83 87 29.966 30.938 1.877 1.889
- MTs 54 55 10.812 9.645 1.083 968
2. Pendidikan Menengah
SMU/SMK/MA 73 81 26.388 28.398 2.153 2.271
- SMU/SMK 61 66 23.808 25.412 1.862 1.793
- MA 12 15 2.580 2.986 291 293
3. Pendidikan Tinggi
Dipl./Univ + *) 7 8 3.496 3.364 411 419
Peningkatan jumlah prasarana sekolah di tingkat SLTP/MTs di
tahun 2015 sebesar3,65 persen, disumbang oleh adanya penambahan
sekolahsebanyak 4,82 persen SLTP dan 1,85 persen MTs.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 41
Data tingkat pendidikan menengah baik itu SMU/SMK dan
MA tahun 2015tercatat jumlah infrastrukturnya sebanyak 81
prasarana, meningkat 8 unit dibandingkan tahun sebelumnya.
Seiring dengan penambahan tersebut, jumlah murid dan guru juga
mengalami peningkatan yang cukup banyak. Dari data tercatat
bahwa secara umum jumlah murid SMU/SMK/MA bertambah 10,96
persen, sementara jumlah guru bertambah sebesar 7,62 persen.
Untuk tingkat pendidikan tinggi jumlah perguruan tinggi yang
ada di tahun 2015 menjadi 8 buah dibandingkan tahun 2014 yang 7
buah. Peningkatan ini juga diikuti oleh bertambahnya jumlah
mahasiswa dan dosen di Kabupaten Blora.
Tingkat melek huruf di Kabupaten Blora di tahun 2015
menjadi 88,20 persen dimana melek huruf kaum laki-laki sebesar
93,03 persen, dan untuk perempuan angka melek hurufnya lebih
kecil lagi yaitu hanya 83,60 persen.
Angka melek huruf dapat dijadikan sebagai indikator tingkat
pendidikan penduduk suatu wilayah, karena dengan kemampuan
tersebut seseorang dapat mempelajari dan menyerap ilmu
pengetahuan. Seseorang dikatakan melek huruf apabila memiliki
kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan atau lainnya.
Kemampuan membaca saja atau kemampuan menulis saja belum
memenuhi syarat untuk dikatakan melek huruf.
Jumlah buta huruf secara total masih banyak terjadi di kaum
perempuan sebanyak 16,40 persen sementara untuk kaum laki-laki
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 42
hanya 6,97 persen. Hal ini tidak terlepas dengan budaya di
kabupaten Blora dimana pencari nafkah utama adalah kaum laki-laki
sehingga pendidikan di tingkat keluarga lebih diutamakan kaum laki-
laki dibanding dengan perempuan.
Tabel 3.9.Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas
Menurut Kemampuan Baca dan Tulis Jenis Kelamin
di Kab.Blora Tahun 2015
Kemampuan
Baca Tulis
Laki-
Laki
Perem
puan Jumlah
Laki-
Laki
Perem
puan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Bisa 93,03 83,60 88,20 51,48 48,52 100,00
Tidak 6,97 16,40 11,80 28,85 71,15 100,00
Jumlah 100,00 100,00 100,00 48,81 51,19 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora.
Dilihat dari data aktivitas sekolah untuk penduduk 5 (lima)
tahun ke atas dapat dijelaskan bahwa di tahun 2015 jumlah penduduk
yang masih sekolah sebesar 20,55 persen.Bila dibanding tahun
sebelumnya mengalami sedikit penurunan.Peningkatan justru terjadi
pada kelompok penduduk yang yang tidak/belum pernah sekolah.
Hal ini mengindikasikan bahwa ada kecenderungan untuk menunda
usia sekolah pertama (sekolah dasar). Namun demikian, pernyataan
ini harus diteliti lebih lanjut kemungkinan-kemungkinan penyebab
yang lainnya. Secara umumkesadaran penduduk untuk
menyekolahkan anaknya masih relatif tinggi, sama dengan tahun-
tahun sebelumnya.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 43
Tabel 3.10. Persentase Penduduk 5 (lima) Tahun ke Atas
Menurut Tingkat Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin
Tahun 2015
Jenis Kegiatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Tidak/belum pernah sekolah 8,35 17,38 12,98
Masih sekolah 21,82 19,34 20,55
Tidak bersekolah lagi 69,83 63,28 66,47
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Dari ketersediaan data di atas maka dapat dilihat persebaran
penduduk yang belum bersekolah, masih sekolah dan tidak
bersekolah lagi dan bila dianalisis lebih lanjut dapat diketahui
penyebab tidak /belum sekolahnya disebabkan oleh faktor apa saja.
Pada tahun 2015 proporsi penduduk yang tidak/belumtamat
SD mencapai 22,33 persen dan yang lulus SD mempunyai proporsi
tertinggi yaitu 38,40 persen. Sedangkan yang terkecil proporsinya
adalah lulusan DI/II/III yaitu sebesar 1,07 persen.
Tabel 3.11. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas
Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
di Kab. Blora Tahun 2015
Tingkat pendidikan L P L + P
(1) (2) (3) (4)
Tdk/blm tamat SD 23,53 21.06 22.33
Paket A/B/C 1,32 1,24 1,28
SD/MI 35.76 41.19 38.40
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 44
Tingkat pendidikan L P L + P
SLTP 21.24 19.25 20.27
SMA/MA 9.17 9.00 9.09
SMK 5.12 4.32 4.73
DI/II/III 1,04 1,11 1,07
DIV/S1/S2 2.83 2.82 2.83
Jumlah 100,0 100,0 100,0
Untuk penduduk yang tamat SD atau kurang masih cukup
banyak, yaitu lebih dari 60 persen penduduk. Masih banyaknya
proporsi penduduk di bawah SD ini juga berpengaruh sekali terhadap
kemampuan yang mereka miliki untuk dapat mendapatkan
penghidupan atau jenis pekerjaan yang layak yang sekaligus
berdampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum.
Bila dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok tingkat
pendidikan dan jenis kelamin maka proporsi penduduk dibawah SD
mencapai 62,01 persen dimana perempuan mencapai 63,49 persen
dan laki-laki mencapai 60,61 persen. Penduduk tingkat SD
menyumbang paling banyak yaitu sebesar 38,40 persen dimana laki-
laki 35,76 persen dan perempuan 41,19 persen.
Tingkat sekolah menengah menyumbang 34,09 persen
dimana laki-laki menyumbang 35,53 persen sedangkan perempuan
mencapai 32,57 persen. Untuk tingkat pendidikan tinggi di
Kabupaten Blora masih relatif sedikit hanya mencapai 3,90 persen
dimana laki-laki 3,87 persen dan perempuan 3,93 persen.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 45
Tabel 3.12. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM) Tingkat Pendidikan Dasar dan
Menengah Kabupaten Blora Tahun 2014-2015
Jenis Pendidikan APK APM
2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5)
SD/MI 111,33 103,68 96,20 94,65
SLTP/MTs 97,27 87,78 85,75 70,51
SLTA/SMK/MA 79,83 99,87 66,21 63,31
PT 9,17 7,13 6,20 6,21
Bila menengok dari sisi APM, maka penduduk usia 7-12
tahun yang bersekolah di SD sebesar 96,20 persen. Sementara itu
untuk APM tingkat SLTP sebesar 85,75 persen. Pada tingkatan
SLTA sebesar 66,21persen, yang artinya penduduk usia 16-18 tahun
yang sedang sekolah di tingkatan SLTA sebanyak 66 orang dari 100
penduduk berumur 16-18 tahun.
3.4 Kondisi Kesehatan
Pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kualitas :
(a) sumber daya manusia; (b) kehidupan dan usia harapan hidup
manusia; (c) kesejahteraan keluarga dan masyarakat; serta (d)
kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat.
Peningkatan kualitas penduduk secara fisik dapat dilihat dari derajat
kesehatan penduduk dan status kesehatan penduduk.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 46
Kesehatan merupakan faktor penting dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan menjadi penyebab langsung
maupun tidak langsung keberhasilan bidang-bidang lain. Karena
dapat digunakan dalam menilai suatu keberhasilan program
kesehatan yang pernah/sedang dilakukan seperti program
kebijaksanaan penyebaran pelayanan kesehatan kepada semua
lapisan masyarakat di seluruh pelosok.
Status kesehatan masyarakat/penduduk, salah satunya dapat
diukur dari angka morbiditas(kesakitan). Angka morbiditas dapat
diartikan sebagai persentase banyaknya penduduk yang mengeluh
sakit sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.
Terhadap jumlah penduduk keseluruhan, yang memiliki keluhan
kesehatan, baik yang mengganggu aktivitas maupun
tidak,mencapai35,62 persen.Sementara angka morbiditas untuk
Kabupaten Blora pada tahun 2015 mencapai 18,84 persen.
Tabel 3.13. Persentase Penduduk Dirinci
Menurut Keluhan Kesehatan Sebulan yang Lalu
di Kabupaten Blora Tahun 2014-2015
Keluhan Kesehatan Banyaknya
2014 2015
(1) (2) (3)
Ya 30,66 35,62
Tidak 69,34 64,38
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : BPS Kab.Blora
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 47
Dilihat dari jumlah hari sakit, di tahun 2015 sekitar 56,86
persen dari seluruh penderita sakit mengalami sakit selama kurang
dari 4 hari disusul yang mengalami sakit selama 4 - 7 hari sebanyak
32,98 persen. Sementara itu untuk yang lebih dari 22 hari mencapai
5,75 persen. Mereka ini biasanya dialami oleh penderita stroke, atau
penyakit tua atau komplikasi. Untuk yang mengalami keluhan antara
8 – 14 hari mencapai 2,51 persen dan terendah keluhan selama 15 –
21 hari hanya mencapai 1,90 persen.
Tabel 3.14. Persentase Penduduk yang Menderita Sakit
Selama Sebulan Menurut Jumlah Hari Sakit
di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015
Jumlah Hari Sakit Tahun
2014 2015
(1) (2) (3)
< 4 60,88 56,86
4 – 7 27,78 32,98
8 – 14 5,53 2,51
15 – 21 1,94 1,90
22 + 3,86 5,75
Total 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Berubahnya pola jumlah hari sakit penduduk dapat
disebabkan karena adanya perubahan pola pikir masyarakat untuk
segera berobat baik diobati sendiri maupun berobat jalan, baik
pengobatan modernketenaga medis maupun pengobatan tradisional.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 48
Jika diamati perubahan persentase pada masing-masing
kelompok jumlah hari sakit, terjadi perbedaan tren pada kelompok
jumlah hari sakit 22 hari ke atas. Kelompok tersebut secara
persentase justru meningkat dibanding tahun sebelumnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa jenis penyakit yang dikeluhkan oleh
penduduk relatif berbeda jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Untuk keluhan hari sakit yang berhari-hari hingga lebih
dari minggu , biasanya mengalami sakit kronis.
Kondisi persalinan di Kabupaten Blora di tahun 2015
menggambarkan penolong persalinan terakhir lebih dari separuh
(sekitar 70,05 persen) proses kelahiran ditolong oleh bidan, disusul
dokter sebanyak 21,63 persen dan terakhir tenaga lainnya sebanyak
8,32 persen.Kondisi ini tidak berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya di mana peran tenaga kesehatan (dalam hal ini bidan dan
dokter) merupakan penolong utama proses kelahiran.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya proses kelahiran
yang sehat sudah dimiliki oleh sebagian besar penduduk Kabupaten
Blora. Disamping itu adanya bidan di setiap kecamatan bahkan
sampai tingkat desa merupakan upaya untuk mendekatkan tenaga
kesehatan terhadap masyarakat terutama masyarakat pedesaan,
sehingga kebutuhan akan pertolongan kesehatan seperti proses
kelahiran bisa ditangani oleh tenaga kesehatan.
Di tahun 2015 persentase penolong kelahiran balita oleh
bidan meningkat sebesar 7,86persen dibanding dengan tahun 2014.
Anali
Sem
diban
tenag
Ga
suda
bayi
diku
pemb
dikem
3.5
yang
isa Data IPM Kab. Bl
mentara itu pen
ndingkan tahun
ga lainnya menun
ambar 3.4. Perse
Tera
Perkembanga
ah sewajarnya dip
dan angka ke
urangi, selain itu
berdayaan masy
mbangkan.
Pendapatan R
Perekonomian K
g secara umum m
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2011
15.36
78.31
6.33
ora Tahun 2015
nolong kelahiran
2014. Sedangka
njukkan penurunan
entase Balita men
khir di Kab. Blo
an perilaku masy
elihara dan dikem
matian ibu mel
u peran desa
yarakat semakin
egional
Kabupaten Blora
enunjukkan arah
2012 2013
13.15 13.7
78.8 79.5
8.05 6.68
Dokter Bidan
n doktermenurun
an untuk penolo
n.
nurut Penolong P
ora 2011-2015
yarakat dalam h
mbangkan agar ang
lahirkan bisa dir
siaga dan prog
didekatkan, di
dalam 5 (lima) ta
yang positif. Pad
3 2014 20
77 21.63 1
55 70.05 7
8 8.32 5
Lainnya
49
n9,5 persen
ong kelahiran
Persalinan
hal kesehatan
gka kematian
reduksi atau
gram-program
igiatkan dan
ahun terakhir
da tahun 2015
015
7.45
7.27
5.28
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 50
mengalami pertumbuhan sebesar 4,87 persen,lebih tinggi dibanding
tahun 2014 yang sebesar4,43 persen. Perbaikan perekonomian yang
telah menghasilkan angka yang positif ini menunjukkan bahwa
perekonomian di Kabupaten Blora dalam era otonomi ini dari tahun
ke tahun akan semakin membaik sehingga kemampuan daya beli
masyarakat juga semakin meningkat. Selain itu barang dan jasa juga
mudah tersedia dipasaran yang selanjutnya lapangan kerja juga
semakin terbuka.
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi regional
Kabupaten Blora dapat diketahui pada nilai yang tercermin dari
besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke
tahun baik menurut harga berlaku maupun menurut harga konstan.
Pada tahun 2015 besaran PDRB menurut harga berlaku di Kabupaten
Blora secara agregat adalah sebesar 14.339.267juta rupiah yang
menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan tahun
2014 yang mencapai sebesar 13.053.572juta rupiah sehingga terjadi
kenaikan sebesar 9,85 persen.
Pertumbuhan ekonomi sebesar 9,85 persen ini sebenarnya
belum mencerminkan pertumbuhan yang sebenarnya karena masih
terpengaruh adanya faktor kenaikan harga. Sedangkan pertumbuhan
ekonomi yang lebih mendekati dengan keadaan yang sebenarnya
dapat dilihat pada pertumbuhan atas dasar harga konstan, yaitu
mencapai 4,87 persen.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 51
Gambar 3.5. Persentase Pertumbuhan PDRB
Kabupaten Blora Tahun 2011-2015
Dilihat secara umum, kinerja sektor-sektor ekonomi dari
waktu ke waktu terlihat masih sangat fluktuatif. Pertumbuhan suatu
sektor pada suatu waktu tertentu bisa sangat rendah, tapi di lain
waktu bisa tumbuh sangat tinggi. Kondisi ini perlu mendapatkan
perhatian lebih, mengingat konsistensi kinerja suatu sektor
memegang peran yang sangat penting sebagai salah satu bahan
pertimbangan masuknya modal dari luar.
10.60 9.49
10.49 11.04 9.85
4.26 4.84 5.10 4.43
4.87
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
2011 2012 2013 2014 2015
Berlaku Konstan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 52
Tabel 3.15. PDRB Kabupaten Blora Tahun 2011 – 2015
Tahun
PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku Tanpa Minyak
Bumi
PDRB Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Tanpa
Minyak Bumi
Nilai
(juta Rp)
% Pertum-
buhan
Nilai
(juta Rp)
% Pertum-
buhan
(1) (2) (3) (4) (5)
2011 9.717.743 10,60 9.160.112 4,26
2012 10.639.752 9,49 9.603.310 4,84
2013 11.756.252 10,49 10.093.016 5,10
2014 13.053.572 11,04 10.540.217 4,43
2015 14.339.267 9,85 11.053.744 4,87
3.5.1 Struktur Ekonomi
Dalam periode waktu lima tahun terakhir, sektor pertanian
dansektor perdagangan masih merupakan andalan terbesar bagi
Kabupaten Blora. Selain itu juga sektor perbankan dan keuangan,
yang mana hal ini dapat dilihat dari indeks distribusi PDRB. Namun
sumbangan sektor ini relatif menurun dibanding tahun-tahun
sebelumnya.
Dari distribusi antar sektor terlihat bahwa sektor pertanian
dan perdagangan selama lima tahun terakhir secara umum
memperlihatkan penurunan peranan dari waktu ke waktu terhadap
total PDRB. Penurunan peranan sektor pertanian adalah wajar
mengingat lahan pertanian yang semakin terbatas dan juga kebijakan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 53
pemerintah Kabupaten Blora yang giat meningkatkan sektor-sektor
diluar sektor pertanian.
Sebaliknya, sektor industri pengolahan, jasa perusahaan, jasa
pendidikan, dan jasa kesehatan mengalami peningkatan peran. Sektor
yang mengalami kenaikan terbesar dalam sumbangan PDRB 2015
adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikananyang pada tahun
2014 memberikan sumbangan 27,80 persen mengalami kenaikan
menjadi 28,00persen.
Diketahui bersama bahwa share/sumbangan sektor pertanian
untuk Kabupaten Blora masih sangat dominan dari tahun ke tahun.
Sehingga jika produksi pertanian mengalami kenaikan secara
signifikan maka dimungkinkan besaran PDRB juga akan mengalami
kenaikan. Demikian juga apabila produksi sektor pertanian
mengalami penurunan maka besaran PDRB mempunyai
kecenderungan untuk turun.
Struktur ekonomi suatu wilayah umumnya tidak akan berubah
dalam rentang waktu yang singkat. Apalagi pada beberapa wilayah
yang sudah mapan, perubahan struktur ekonomi secara drastis hanya
terjadi bila ada suatu perubahan luar biasa yang terjadi, seperti:
adanya penanaman modal secara besar-besaran pada suatu sektor
tertentu, eksploitasi sumber daya alam yang baru, atau perubahan
dalam mengimplementasikan teknologi baru.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 54
Tabel 3.16. Distribusi Persentase PDRB
Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha 2011 – 2015
Sektor/Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 29.71 29.65 29.93 27.80 28.00
2 Pertambangan dan
Penggalian 15.14 14.12 13.80 14.47 14.08
3 Industri Pengolahan 9.81 10.15 10.27 11.47 11.01
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0.07 0.07 0.07 0.06 0.06
5
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
0.05 0.05 0.04 0.04 0.04
6 Konstruksi 3.94 4.16 4.11 4.26 4.40
7
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
17.69 17.13 16.88 16.44 16.55
8 Transportasi dan
Pergudangan 2.57 2.58 2.60 2.75 2.84
9 Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 3.47 3.43 3.30 3.41 3.52
10 Informasi dan Komunikasi 1.17 1.17 1.13 1.10 1.09
11 Jasa Keuangan dan Asuansi 3.06 3.21 3.20 3.22 3.33
12 Real Estate 1.35 1.33 1.32 1.37 1.40
13 Jasa Perusahaan 0.26 0.27 0.29 0.29 0.31
14
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
3.91 3.99 3.90 3.76 3.83
15 Jasa Pendidikan 4.81 5.80 6.18 6.43 6.37
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 0.81 0.89 0.90 0.95 0.99
17 Jasa Lainnya 2.17 2.01 2.07 2.15 2.17
T o t a l 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Blora
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 55
Struktur ekonomi suatu wilayah mencerminkan besarnya peran
nilai tambah suatu sektor dalam pembentukan PDRB, atau dengan
kata lain struktur ekonomi adalah pemetaan potensi ekonomi suatu
daerah menurut sektor. Dengan mengetahui struktur ekonomi dapat
diketahui apakah ekonomi suatu daerah didominasi oleh kelompok
sektor primer, sekunder, atau tersier.
Selain paling dominannya sektor pertanian dalam struktur
ekonomi Kabupaten Blora, terlihat pula beberapa sektor lain yang
memiliki andil cukup besar. Sektor-sektor tersebut adalahsektor
perdagangan besar dan eceran, sektorpertambangan dan penggalian,
serta sektor industri pengolahan.
Dari tabel tersebut juga dapat kita ketahui bahwa sektor yang
perannya paling kecil adalah sektor pengadaan air, pengelolaan
sampah limbah dan daur ulang. Peran sektor ini terhadap total PDRB
sampai dengan tahun 2015 belum pernah mencapai satu persen.
Rendahnya peran sektor ini lebih banyak disebabkan oleh jumlah
produksi yang relatif stagnan dibanding sektor-sektor yang lain dan
pertumbuhan sektor ini yang relatif lambat.
Dari tabel di atas juga terlihat sektor-sektor yang mengalami
pengurangan distribusi. Pengurangan ini hanya berpengaruh terhadap
peran sektor terhadap total PDRB dimana secara fisik alamiah tetap
melakukan pertumbuhan tetapi jumlah pertumbuhannya atau
sumbangannya lebih kecil dibanding dengan tahun sebelumnya. Hal
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 56
ini biasanya terjadi pada produk dimana pasar telah jenuh maka
perkembangan produksi tidak secepat pada waktu booming.
Selain ada kelompok sektor dominan disajikan pula kelompok
sektor produktif, yaitu sektor yang relatif masih dapat ditingkatkan
outputnya karena masih potensial. Secara umum distribusi sektor
produktif di tahun 2015 meningkat kecuali pada sektor informasi dan
komukasi dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan
jaminan wajib sosial.
Tabel 3.17. Distribusi Persentase Sektor Produktif PDRB di
Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015
Sektor/
Lapangan Usaha
HargaBerlaku Peru-
bahan
HargaKonstan Peru-
bahan2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengadaan Listrik
dan Gas 0.06 0.06 0.00 0.08 0.08 -0.01
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang
0.04 0.04 0.00 0.05 0.05 0.00
Konstruksi 4.26 4.40 0.15 4.20 4.28 0.08
Transportasi dan
Pergudangan 2.75 2.84 0.09 3.12 3.19 0.07
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
3.41 3.52 0.11 3.71 3.78 0.07
Informasi dan
Komunikasi 1.10 1.09 -0.01 1.49 1.53 0.04
Jasa Keuangan dan
Asuansi 3.22 3.33 0.11 3.13 3.17 0.04
Real Estate 1.37 1.40 0.03 1.56 1.59 0.02
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 57
Sektor/
Lapangan Usaha
HargaBerlaku Peru-
bahan
HargaKonstan Peru-
bahan2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jasa Perusahaan 0.29 0.31 0.02 0.31 0.32 0.01
Administrasi
Pemerintahan, Per-
tahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
3.76 3.83 0.07 3.70 3.72 0.02
Jasa Pendidikan 6.43 6.37 -0.06 5.96 5.98 0.02
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 0.95 0.99 0.03 0.94 0.96 0.02
Jasa Lainnya 2.15 2.17 0.02 2.33 2.30 -0.03
J U M L A H 29.82 30.36 0.54 30.61 30.95 0.34
Sumber : PDRB Kabupaten Blora 2015
Selain terbagi dalam 17 kategori, PDRB juga bisa
dikelompokkan berdasarkan output atau input terjadinya proses
produksi. Pengelompokan ini dibedakan menjadi:
1. Kelompok Primer, mencakup sektor pertanian, kehutanan
perikanan dan pertambangan/penggalian.
2. Kelompok sekunder, mencakup sektor industri pengolahan,
pengadaan listrik/gas dan pengadaan air bersih, pengelolaan
sampah, limbah dan daur ulang, serta bangunan/konstruksi.
3. Kelompok tersier, mencakup sektor perdagangan besar dan
eceran, penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi
dan pergudangan, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan
asuransi, real estate, jasa perusahaan, administrasi
pemerintahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan jasa lainnya.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 58
Data PDRB lima tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan
adanya pergeseran kontribusi, dimanaperan kelompok primer yang
pada awalnya terlihat sangat mendominasi secara bertahap bergeser
ke kelompok tersier dan sekunder.
Pada tahun 2015 peran kelompok primer dan tersier
mendominasi dengan sharemasing-masing sebesar 42,08 persen
dan42,41 persen. Adapun kelompok sekunder memberi andil sebesar
15,51persen dari total PDRB.
Tabel 3.18. Distribusi Persentase Kelompok Sektor PDRB
Tahun 2014 – 2015
Sektor/
Lapangan Usaha
Harga
Berlaku Peruba
han
Harga
Konstan Perub
ahan 2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kelompok
primer 42,27 42,08 -0,20 40,36 40,56 0,20
2. Kelompoksek
under 15,84 15,51 -0,32 15,31 14,73 -0,57
3. Kelompok
tersier 41,89 42,41 0,52 44,33 44,70 0,38
J u m l a h 100,00 100,00 100,00 100,00
Dari ketiga kelompok pada tabel 3.18 terlihat bahwa jika
dibandingkan antara tahun 2015 terhadap tahun 2014, terutama
menurut harga konstan, terjadi perubahan andil pada PDRB. Pada
kelompok kelompok primer terjadi peningkatan andilsebesar 0,20
persen untuk harga konstan, walaupun menurut harga berlaku justru
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 59
turun dengan persentase yang sama pula. Demikian pula untuk
kelompok tersier, baik menurut harga berlaku maupun harga konstan,
mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,52 persen dan 0,38
persen. Sebaliknya untuk kelompok sekunder mengalami penurunan
sebesar 0,32 persen menurut harga berlaku dan 0,57 persen menurut
harga konstan.
3.5.2 Perkembangan PDRB Per kapita
PDRB per kapita dihitung dengan dua standar harga yang
berbeda, yaitu PDRB perkapita atas dasar harga berlaku dan atas
dasar harga konstan. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku
menggambarkan besarnya rata-rata produktivitas yang dihasilkan
pada suatu waktu tertentu.Sedangkan PDRB per kapita atas dasar
harga konstan menggambarkan produktivitas penduduk apabila
diukur dengan standar harga tahun 2010.
Meskipun belum dapat mencerminkan tingkat pemerataan,
pendapatan perkapita yang dalam hal ini digambarkan oleh PDRB
perkapita dapat dijadikan salah satu tolok ukur untuk melihat
keberhasilan pembangunan perekonomian, khususnya tingkat
kemakmuran penduduk pada suatu wilayah secara makro. Tidak
hanya keberhasilan pembangunan dari sisi aspek pertumbuhan
perekonomian suatu wilayah saja akan tetapi lebih jauh dapat dilihat
juga tingkat besarnya PDRB/pendapatan perkapita khususnya
pendapatan perkapita menurut harga berlaku.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 60
Kenaikan harga barang dan jasa serta naiknya output dari
berbagai barang dan jasa dari beberapa sektor ekonomi telah
meningkatkan pendapatan perkapita, Pendapatan/PDRB perkapita
atas dasar harga berlaku selama ini selalu menunjukkan adanya
peningkatan dari tahun ke tahun.
Tabel 3.19.Perkembangan PDRB Per Kapita
Di Kabupaten Blora Tahun 2011 - 2015
Tahun
Harga Berlaku Harga Konstan 2010
Nilai (Rp) Pertumbuh
an (%) Nilai (Rp)
Pertumbuh
an (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
2011 13.657.546,24 11.27 12.726.114,81 3,68
2012 14.660.698,30 7.35 13.266.060,58 4,24
2013 16.078.902,49 9.67 13.904.971,18 4,82
2014 17.842.461,35 10.97 14.446.015,34 3,89
2015 19.251.692,26 7.90 15.151.903,43 4,89
Rata-
rata 9,43 4,30
Sumber : Pendapatan Regional Kabupaten Blora Tahun 2015
Seperti ditunjukkan pada tabel 3.19 dan gambar 3.6, untuk
tahun 2015 PDRB perkapita Kabupaten Blora mencapai sebesar
19.251.692rupiah. Sementara pada tahun sebelumnya sebesar
17.842.461 rupiah atau naik sebesar 7,90persen. Dibandingkan
dengan dua tahun sebelumnya, persentase pertumbuhan PDRB per
kapita tahun 2015 tersebut masih kalah tinggi. Namun, menurut
harga konstan, persentase pertumbuhannya justru lebih tinggi dari
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 61
dua tahun sebelumnya, meskipun dengan angka yang tidak
signifikan.
Gambar 3.6. Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Blora
Tahun 2010 – 2014.
Rata-rata pertumbuhan PDRB per Kapita di Kabupaten
Blora selama lima tahun terakhir (2011 - 2015) sebesar 9,43 persen
atas dasar harga berlaku dan 4,30 persen atas dasar harga konstan
2010. Perbedaan perkembangan yang mencolok berdasarkan dua
standar harga tersebut menunjukkan bahwa meskipun secara nominal
perkembangan PDRB perkapita sangat pesat, namun secara riil tidak
demikian.
Hal ini justru menunjukan bahwa perbedaan perkembangan
itu lebih disebabkan oleh pengaruh perubahan harga dari produk
barang dan jasa yang cukup besar, baik di pasar domestik maupun
luar negeri (ekspor).
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
2011 2012 2013 2014 2015
Berlaku Konstan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 62
3.6 Pengeluaran Konsumsi Perkapita
Sejalan dengan PDRB yang mengalami pertumbuhan,
indikator ekonomi makro lain yaitu konsumsi rumah tangga
masyarakat juga menunjukkan hal yang sama. Hasil survei sosial
ekonomi nasional (susenas) tahun 2007 - 2015 menunjukkan bahwa
konsumsi masyarakat Blora dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Keadaan ini dapat dilihat pada tabel 3.21. Peningkatan
konsumsi makanan tahun 2009 – 2013 relatif rendah, tidak melebihi
10 persen. Tahun 2012 merupakan peningkatan terendah dalam
delapan tahun terakhir, yaitu 4,10 persen. Untuk tahun 2014
meningkat sebesar 38,95 persen, lebih tinggi dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Selanjutnya, di tahun 2015 tercatat peningkatan tetapi
dengan persentase yang lebih kecil, yakni hanya 9,90 persen.
Pada tahun 2015 konsumsi non makanan mencapai
3.229.680rupiah, menurun 2,40 persen dibandingkan tahun 2014
yang sebesar 3.309.132 rupiah. Penurunan ini merupakan satu-
satunya yang terjadi sejak tahun 2007. Sejak tahun 2007,
pertumbuhan nilai konsumsi rumah tangga kelompok non-makanan
selalu mencapai angka di atas 10 persen.
Namun demikian, terjadinya perubahan nilai konsumsi ini
membuat kondisi di Kabupaten Blora masih jauh dari angka
perbandingan ideal dari konsumsi masyarakat yang lebih maju.
Sebab konsumsi untuk non-makanan yang mencakup pengeluaran
untuk kebutuhan sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 63
keperluan lain seperti untuk upacara dan pesta, tentunya akan lebih
besar lagi proporsinya apabila kondisi ekonomi dan sosial
masyarakat semakin maju.
Tabel 3.20. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora
Tahun 2007 – 2015
Tahun
Konsumsi Rumah Tangga
Makanan
(juta Rp.)
Pertum-
buhan
(%)
Non
Makanan
(juta Rp.)
Pertum-
buhan
(%)
Total
(juta Rp.)
Pertum-
buhan
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2007 1.353.377 25,10 995.946 16,22 2.349.323 21,18
2008 1.628.842 20,35 1.134.784 13,94 2.763.626 17,64
2009 1.774.171 8,92 1.279.763 12,78 3.053.934 10,50
2010 1.901.379 7,17 1.435.254 12,15 3.336.633 9,26
2011 2.026.490 6,58 1.667.587 15,12 3.694.077 10,27
2012 2.109.640 4,10 1.948.693 16,86 4.058.333 9,86
2013 2.258.490 7,06 2.561.820 31,46 4.820.310 18,78
2014 3.138.252 38,95 3.309.132 29,17 6.447.384 33,75
2015 3.448.980 9,90 3.229.680 -2,40 6.678.660 3,59
Sumber : Susenas dan data diolah
Pada tahun 2015, proporsi pengeluaran non makanan justrulebih
kecil dibandingkan pengeluaran makanan. Berbeda pada dua tahun
sebelumnya, di mana proporsi konsumsi non makanan mencapai
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 64
lebih dari 50 persen, masing-masing 53, 15 persen pada tahun 2013
dan 51,33 persen pada tahun 2014. Sementara pada tahun 2015
proporsi konsumsi non-makanan hanya mencapai 48,36 persen.
3.7 Ketenagakerjaan
Masalah ketenagakerjaan sesungguhnya mencakup aspek
ekonomi dan juga aspek sosial, Terciptanya lapangan kerja baru
dalam jumlah dan kualitas yang memadai sehingga penambahan
angkatan kerja yang terjadi, akan terserap merupakan salah satu
sasaran pembangunan selama ini, Dengan demikian penduduk akan
memperoleh manfaat langsung dari pembangunan,
Banyaknya angkatan kerja yang tidak terserap dalam
lapangan kerja akibat peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak
sebanding dengan peningkatan jumlah lapangan kerja akan menjadi
masalah dalam pembangunan, Jika masalah pengangguran tidak
mendapatkan perhatian yang serius akan menimbulkan masalah
sosial dalam kehidupan masyarakat,
3.7.1 Penduduk Usia Kerja
Penduduk Usia Kerja yang dimaksud disini adalah penduduk
yang masuk usia kerja yang disesuaikan dengan International
Labour Organitations (ILO) yaitu berusia 15 tahun keatas, Penduduk
usia kerja di Kabupaten Blora tercatat 657.158 jiwa yang terdiri dari
penduduk laki-laki sekitar 319.150 jiwa (48,57%) dan penduduk
perempuan sekitar 338.008 jiwa (51,43%), Jumlah penduduk usia
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 65
kerja laki-laki tercatat lebih kecil daripada penduduk usia kerja
perempuan dengan rasio 94,42 yang berarti dari 100 orang
perempuan terdapat 94 orang laki-laki.
Tabel 3.21. Persentase Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 - 2015
Jenis Kelamin 2014 2015 Rata-rata
(1) (2) (3) (4)
Laki-laki 316.295 319.150 317.723
Perempuan 335.073 338.008 336.541
Jumlah 651.368 657.158 654.263
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Berdasarkan jenis kegiatannya, penduduk usia kerja
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: angkatan kerja
(bekerja, mencari pekerjaan); dan bukan angkatan kerja (sekolah,
mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya).
3.7.2 Angkatan Kerja
Angkatan kerja pada tahun 2015 menunjukan adanya
perubahan proporsi pekerja wanita dan laki-laki, dimana untuk
pekerja perempuan meningkat lebih tinggi dibandingkan laki-
laki.Hal ini menunjukkan potensi perempuan untuk ikut bekerja
semakin besar.
Dari data yang ada hasil survei angkatan kerja 2015
menunjukkan potensi tenaga kerja mencapai 70,77 persen dimana
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 66
67,45 persen sudah bekerja baik formal maupun informal dan
sebanyak 3,31 sedang mencari pekerjaan.
Tabel 3.22. Persentase Penduduk Usia Kerja menurutJenis
Kelamin dan Kegiatannya Tahun 2014 - 2015
Jenis Kegiatan Tahun
2014 2015 Rata-rata
(1) (2) (3) (4)
Angkatan Kerja 68,50 70,77 69,63
Bekerja 65,56 67,45 66,51
Mencari Pekerjaan 2,94 3,31 3,13
Bukan Angkatan Kerja 31,50 29,23 30,37
Sekolah 5,47 6,02 5,74
Mengurus Rumahtangga 21,03 17,96 19,50
Lainnya 5,00 5,26 5,13
Usia Kerja 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Secara rata-rata dalam dua tahun terakhir terdapat 3,13
persen penduduk di kabupaten Blora mencari pekerjaan. Dalam
mencari pekerjaan termasuk disini adalah kelompok penduduk usia
kerja yang sudah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan, penduduk
yang sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja serta
penduduk dengan kegiatan mengurus rumah tangga maupun lainnya
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 67
sambil mencari pekerjaan yang dilakukan secara akfif baik dicarikan
maupun mencari sendiri.
3.7.3 Bukan Angkatan Kerja
Data bukan angkatan kerja tahun 2015 di Kabupaten Blora
mencapai 29,23 persen yang tersebar dalam kegiatan sekolah,
mengurus rumah tangga dan lainnya atau tidak melakukan kegiatan
apapun yang biasanya sakit atau sudah lansia. Penduduk yang
bersekolah mencapai 6,02 persen relatif lebih banyak dibanding
tahun 2014 yang mencapai 5,47 persen.Sementara itu, penduduk
yang mengurus rumah tangga mencapai 17,96 persen dan lainnya
5,26 persen.
3.7.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja untuk kelompok umur 15
tahun keatas di tahun 2015 di Kabupaten Blora secara total
mencapai 71,09 persen,lebih tinggi dibandingkantahun 2014yang
sudah mencapai 68,50 persen. Berdasarkan jenis kelamin di tahun
2015TPAK penduduk laki-laki jauh lebih besar daripada TPAK
penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 84,32 persen
untuk penduduk laki-laki dan hanya 57,97 persen penduduk
perempuan.
Rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan
dikarenakan adanya faktor budaya dimana perempuan masih lebih
dominan berperan sebagai ibu rumah tangga dibanding dengan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 68
kegiatan membantu mencari nafkah. Pada tahun 2015 kegiatan
perempuan yang masuk angkatan kerja mencapai 57,54 persen relatif
meningkat dibanding dengan tahun 2014 yang mencapai 52,54
persen.
Tabel 3.23. TPAK dan TPT menurut Jenis KelaminDi
Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015
Jenis
Kelamin
TPAK TPT
2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5)
Laki-Laki 85,41 84,32 4,32 5,41
Perempuan 52,54 57,97 4,26 3,67
Total 68,50 71,09 4,30 5,22
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Blora
Pada tahun 2015 tercatat sebesar 5,22 persen, relatif naik dibanding
dengan tahun sebelumnya yang sebesar4,30 persen. Hal ini
menunjukkan semakin menurunnya kesempatan kerja di Kabupaten
Blora. Bila dilihat dari sisi gender, terlihat bahwa pada penduduk
laki-laki mengalami penambahantingkat penggangguran. Berbeda
pada penduduk perempuan, penganggurannya justru menurun.
Peningkatan angka TPT ini mengindikasikan bahwa baik di sektor
sektor formal maupun informal tingkat penyerapan pekerjanya relatif
menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 69
3.7.5 Penduduk yang Bekerja
Tabel. 3.24. Persentase Penduduk berdasarkan jenis
kegiatannya di tahun 2014 – 2015
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5)
Bekerja 81,72 79,75 50,30 55,84
Mencari pekerjaan 3,69 4,56 2,24 2,13
Sekolah 5,70 6,99 5,25 5,09
Mengurus RT 3,94 3,99 37,17 31,72
Lainnya 4,64 5,30 5,04 5,22
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Berdasarkan kegiatan yang terbanyak selama seminggu yang
lalu penduduk di Kabupaten Blora untuk kelompok umur lebih dari
15 tahun keatas untuk penduduk bekerja secara total hanya mencapai
sekitar 65,56 persen, sekolah 5,47 persen mengurus rumah tangga
21,03 persen dan lainnya hanya mencapai 5,00 persen.
Menurut Golongan Umur
Produktivitas pekerja secara alami dipengaruhi oleh usia itu
sendiri maka dari itu untuk keperluan analisis dan perencanaan
pekerja bisa dikelompokkan menjadi tiga golongan/kelompok umur
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 70
yaitu: penduduk usia muda (15 – 24 tahun); penduduk usia prima (25
– 54 tahun); dan penduduk usia tua (55 tahun keatas),
Dari data yang ada di tahun 2015 pekerja Blora 67,24 persen
pada kelompok usia prima atau produktif sedangkan 22,72 persen di
kelompok tua serta 10,04 persen di kelompok usia muda.
Berdasarkan jenis kelamin komposisi pekerja berdasarkan
kelompok usia mempunyai pola yang sama yaitu terbanyak di usia
prima, peringkat kedua di usia tua dan terendah terdapat di kelompok
usia muda. Pola ini sangat terkait erat dengan pola sosioekonomi
masyarakat Blora dimana di usia muda sebagian besar masih
bersekolah atau belum bertanggungjawab secara penuh terhadap
keluarga.
Tabel 3.25 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas
yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Di Kabupaten Blora Tahun 2015
Umur Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
15 – 24 9,90 10,23 10,04
25 – 54 67,30 67,16 67,24
55 + 22,80 22,62 22,72
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 71
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Mayoritas penduduk bekerja di tahun 2015adalah penduduk
yang memiliki tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah SD ke
bawah yaitu tercatat sekitar 60,53 persen relatif naik dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang mencapai 58,23 persen. Untuk
tingkat pendidikan SLTP sederajat tercatat sekitar 16,50persen, lebih
tinggi dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 15,52persen.
Untuk pekerja dengan tingkat pendidikan SLTA sederajat
menurun dari 19,37 persen menjadi 16,93 persen. Untuk tenaga kerja
dengan pendidikan sarjana juga sedikit menurun dibanding tahun
sebelumnya yaitu dari 6,88 persen di tahun 2014 menurun menjadi
6,04persen di tahun 2015.
Tabel 3.26. Persentase Penduduk Bekerja menurut Pendidikan
dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015
Jenjang
Pendidikan
2014 2015
L P Jumlah L P Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
SD Ke Bawah 53,91 64,84 58,23 58,16 63,72 60,53
SLTP 18,20 11,41 15,52 16,81 16,09 16,50
SLTA 21,37 16,31 19,37 19,75 13,12 16,93
Diploma/Univ. 6,52 7,45 6,88 5,28 7,07 6,04
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 72
Bila dikaji dari pekerja berdasarkan jenis kelamin dan
tingkat pendidikannya dapat digambarkan pekerja perempuan dengan
klasifikasi SD ke bawah relatif lebih besar dibanding dengan laki-
laki. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya pekerja perempuan di
kabupaten Blora secara rata-rata masih SD ke bawah. Hal ini
menjadi perhatian kita semua untuk dapat memberdayakan dan
meningkatkan kemampuan melalui program-program pendidikan
ketrampilan dan pendidikan luar sekolah. Hal lain adalah faktor
masih adanya pengarusutamaan gender secara kultural, yaitu
perempuan bekerja di ranah domestik.
Menurut Lapangan Usaha
Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di
Kabupaten Blora tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3.28. Sektor
pertanian menempati persentase terbesar dalam hal penyerapan
tenaga kerja, yaitu tercatat sekitar 51,05 persen dan mengalami
kenaikan bila dibanding dengan tahun sebelumnya.
Tabel 3.27. Persentase Penduduk Bekerja menurut Lapangan
Usaha Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora
Tahun 2014 - 2015
Lapangan Usaha Tahun
2014 2015 Rata-rata
(1) (2) (3) (4)
Pertanian 43,97 51,05 47,07
Pertambangan & Penggalian 1,26 1,41 1,58
Industri 4,46 4,08 4,45
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 73
Lapangan Usaha Tahun
2014 2015 Rata-rata
(1) (2) (3) (4)
Listrik, gas & air 0,06 0,15 0,24
Konstruksi 5,31 7,49 7,10
Perdagangan 19,93 20,26 21,92
Angkutan & Komunikasi 3,91 1,87 2,67
Lembaga Keuangan 1,75 1,24 1,30
Jasa 19,36 12,46 13,70
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Selain sektor pertanian, beberapa sektor lainnya juga
mengalami kenaikan adalah sektor konstruksi, perdagangan,
pertambangan dan penggalian, serta listrik, gas, dan air.
Menurut Status Pekerjaan
Pekerja di Kabupaten Blora pada tahun 2015 bila dilihat dari
status pekerjaannya, sebagian besar pekerja memiliki status berusaha
dibantu pekerja tidak tetap atau buruh tidak dibayar, status pekerja
tak dibayar, dan status buruh/karyawan/pegawai. Pekerja dengan
ketiga status di atas menyusun 77,16 persendari semua pekerja di
Kabupaten Blora.
Masih tingginya angka pekerja berusaha dibantu buruh tidak
dibayar dan pekerja dengan status pekerja tak dibayar ini
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 74
dikarenakan sebagain besar penduduk di Kabupaten Blora masih
bekerja dengan basis rumah tangga. Untuk pekerja bebas dan
berusaha dibantu pekerja dibayar masing-masing menyumbang 9,30
dan 2,19 persen.
Berdasarkan status pekerjaan, penduduk yang bekerja dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu sebagai pekerja
informal dan pekerja formal.Secara kasar pekerja informal terdiri
dari penduduk yang bekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha
dengan dibantu buruh tidak tetap dan pekerja tidak dibayar serta
pekerja bebas, sedangkan pekerja formal terdiri dari penduduk yang
berusaha dibantu buruh tetap, pekerja dibayar atau karyawan. Di
tahun 2015 terdapat gambaran bahwa pekerja sektor informal masih
sangat mendominasi sistem ketenagakerjaan yaitu menyumbang
sebanyak 74,35 persen sedangkan sektor formal hanya menyumbang
25,65 persen.
Tabel 3.28. Persentase Penduduk Bekerja menurut Status
Pekerjaan di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015
Status Pekerjaan
Tahun
2014 2015 Rata-rata
(1) (2) (3) (4)
Berusaha sendiri 17,93 11,36 14,65
Berusaha dibantu buruh
tidak tetap/tak dibayar 23,69 28,12 25,91
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 75
Status Pekerjaan
Tahun
2014 2015 Rata-rata
(1) (2) (3) (4)
Pekerja tak dibayar 20,64 25,57 23,11
Pekerja bebas 12,41 9,30 10,86
INFORMAL 74,67 74,35 74,51
Berusaha dibantu buruh
tetap/dibayar 2,50 2,19 2,35
Buruh/karyawan/pegawai 22,83 23,47 23,15
FORMAL 25,33 25,65 25,50
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Fenomena ini menggambarkan bahwa nilai tambah yang
dihasilkan relatif lebih kecil dibanding dengan daerah-daerah yang
lebih banyak pekerja dibidang formalnya. Hal ini dikarenakan
adanya struktur upah dibidang informal tidak setinggi dibidang
formal, sistem produktivitas sangat tergantung musim, pekerja yang
berkecimpung disektor informal rata-rata dengan pendidikan yang
relatif rendah.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 76
Menurut Jam Kerja
Dari keseluruhan penduduk yang bekerja di Kabupaten Blora
tahun 2015tercatat sekitar 57,60 persen penduduk yang bekerja
diatas 35 jam ke atas dalam seminggu. Angka ini menunjukkan
kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 55,22
persen.
Untuk penduduk yang bekerja dibawah 35 jam kerja pada
tahun 2015mencapai nilai 42,40 persen, pekerja ini banyak terjadi
pada pekerja yang tidak dibayar, atau pekerja yang tidak tetap
dimana dalam satu minggu hanya bekerja tidak penuh tetapi hanya
beberapa hari saja.
Tabel 3.29. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jumlah Jam
Kerja Seminggu di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2015
Jam Kerja Tahun
2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4)
< 35 Jam 49,23 44,78 42,40
35 Jam + 50,77 55,22 57,60
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 77
Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa sistem
ketenagakerjaan di Kabupaten Blora masih banyak pekerja yang
tidak dibayar dan pekerja bebas yang ditunjukkan dengan masih
banyaknya pekerja yang bekerja dibawah jam kerja normal.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 78
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 79
BAB IV
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
4.1 Nilai Indeks Pembangunan Manusia
Data terakhir yang dipublikasi oleh BPS Provinsi Jawa Tengah
yang memuat kondisi IPM dari berbagai daerah terutama se Eks
Karesidenan Pati adalah data Tahun 2014 – 2015. Nilai IPM
Kabupaten Blora di tahun 2014 dan 2015 mengalami kenaikan
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tabel 4.1. disajikan nilai IPM
Kabupaten Blora dan sekitarnya,dan secara peringkat mengalami
penurunan, yaitu dari peringkat 28menjadi 29 dari seluruh
kabupaten/kota se Jawa Tengah. Akan tetapi nilai tersebut jika
dibandingkan secara terbatas hanya untuk Kabupaten se eks-
Karesidenan Pati dan Kab. Grobogan, posisi Kabupaten Blora berada
pada posisi paling bawah. Nilai IPM Kabupaten Blora juga masih
berada dibawah jika dibandingkan dengan nilai IPM Jawa Tengah.
Bila dibandingkan dengan Kabupaten tetangga sebelah utara
seperti Kabupaten Rembang yang berada diurutan ke 20 ditahun
2015, yang berarti 9 poin lebih tinggi dibanding Kabupaten Blora
yang menduduki urutan ke 29. Hal ini menunjukkan bahwa program
pembangunan manusia di Kabupaten Blora dari tahun ke tahun
belum mengalami lonjakan seperti yang diharapkan jika
dibandingkan dengan kabupaten tetangga. Untuk itu program
loncatan atau trobosan pencapaian nilai IPM yang lebih tinggi
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 80
dibanding dengan daerah-daerah lainnya sangat diperlukan dengan
strategi pembangunan SDM yang efektif dan tepat guna.
Tabel 4.1. Nilai IPM Kabupaten Blora dan
Kabupaten Sekitarnya Tahun 2014 – 2015
Kabupaten Nilai IPM
2014 Peringkat
Nilai IPM
2015 Peringkat
(1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Grobogan 67,77 19 68,05 21
Kab. Blora 65,84 28 66,22 29
Kab.Rembang 67,40 20 68,18 20
Kab. Pati 66,99 22 68,51 19
Kab. Kudus 72,00 9 72,72 9
Kab. Jepara 69,61 15 70,02 15
Jawa Tengah 68,78 13 69,49 12
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Angka harapan hidup Kabupaten Blora bila dibandingkan
dengan Kabupaten sekitar menunjukkan posisi terendah, walaupun
sudah mencapai 73,85, sementara Kabupaten Kudus merupakan yang
tertinggi se eks karesidenan Pati, yang mencapai 76,41. Sedangkan
untuk Kabupaten Rembang dan Grobogan masing-masing 74,22 dan
74,27.
Harapan lama sekolah di Kabupaten Blora tahun
2014mencapai 11,91 tahun. Dibandingkan dengan daerah sekitarnya
masih lebih baik daripada Kabupaten Pati, namun lebih rendah dari
kabupaten-kabupaten yang lain. Kabupaten Kudus merupakan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 81
kabupaten yang tertinggi untuk nilai harapan lama sekolah yang
mencapai 13,14 tahun atau setara lulusan SLTA. Angka ini
merupakan tugas berat kita semua bisa mengejar nilai harapan lama
sekolah dibanding dengan kabupaten lainnya. Hal ini tidak hanya
faktor Pemerintah saja tetapi dari peran serta masyarakat untuk
merubah pola pikir arti pentingnya pendidikan bagi mereka.
Rata-rata lama sekolah mempunyai peran yang sangat
berkaitan dengan angka melek hurufnya. Penyelesaian masalah di
dua bidang ini sangat berkaitan erat sehingga tidak boleh
terpisahkan. Tahun 2015 di Kabupaten Blora baru mencapai 6,04
tahun sedangkan untuk Kabupaten Grobogan, Rembang, Pati , Kudus
dan Jepara masing-masing 6,33 tahun; 6,92 tahun; 6,71 tahun; 7,84
tahun dan 7,31 tahun.
Rendahnya nilai bidang pendidikan yaitu harapan lama
sekolah dan rata-rata lama sekolah mengindikasikan bahwa
pembangunan di bidang pendidikan di Kabupaten Blora harus lebih
ditingkatkan, salah satunya adalah pendidikan dasar 9 tahun. Usaha
mengejar kemajuan ini merupakan tugas berat Pemerintah Daerah.
Keterlibatan elemen masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan
permasalahan dasar pembentukan nilai IPM ini. Upaya peningkatan
rata-rata lama sekolah dan peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan menjadi prioritas bagi pembangunan di bidang
pendidikan. Tidak kalah pentingnya juga adalah peningkatan
kesadaran masyarakat untuk bisa merubah pola pikir bahwa tidak
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 82
sekolahpun bisa makan, hidup seperti ini pun bisa, namun harus
diubah menjadi hidup sukses perlu pintar dan cerdas.
Pengeluaran perkapita yang disesuaikan di tahun 2015
tercatat sebesar 8.568 ribu rupiah lebih rendah dari Kabupaten
sekitarnya yang telah mencapai diatas 9.000 ribu rupiah.Pengeluaran
perkapita Kabupaten Blora lebih rendah dibanding dengan kabupaten
lain karena dipengaruhi oleh harga-harga barang konsumsi sehari-
hari yang lebih rendah dibanding dengan kabupaten lain karena
berbagai faktor seperti sebagai wilayah sentra bahan makanan,
beberapa industri pengolahan dan masih banyak lagi.
Tabel 4.2. Komponen Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2014- 2015
Tahun /
Kabupaten
E0
(tahun)
EYS
(tahun)
MYS
(tahun)
PPP
(000 Rp,)
(1) (2) (3) (4) (5)
2014
Kab. Grobogan 74,07 12.24 6,86 9,303
Kab. Blora 73,84 11.75 6,55 8,568
Kab. Rembang 74,19 11.46 7,30 9,013
Kab. Pati 75,43 11.24 7,04 9,106
Kab. Kudus 76,40 12.58 8,49 10,102
Kab. Jepara 75,64 12.25 7,70 9,195
2015
Kab. Grobogan 74,27 12,25 6,33 9.457
Kab. Blora 73,85 11,91 6,04 8.699
Kab. Rembang 74,22 12,02 6,92 9.122
Kab. Pati 75,63 11,79 6,71 9.380
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 83
Tahun /
Kabupaten
E0
(tahun)
EYS
(tahun)
MYS
(tahun)
PPP
(000 Rp,)
(1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Kudus 76,41 13,14 7,84 10.203
Kab. Jepara 75,65 12,27 7,31 9.504
Kondisi ekonomi dan tingkat kemampuan ekonomi yang
tinggi akan berpengaruh pada kondisi ketenagakerjaan. Terbukanya
lapangan kerja akan mengurangi pengangguran. Lapangan pekerjaan
yang ada memberikan balas jasa terhadap pekerja atau karyawan,
sehingga pekerja dengan balas jasa tadi mempunyai kemampuan
untuk membeli atau memiliki daya beli.
Dengan adanya ke empat faktor penentu IPM ini maka
secara komulatif nilai IPM Kabupaten Blora tahun 2015 mencapai
66,22. Nilai inipaling rendah dibanding dengan Kabupaten Grobogan
68,05, Kabupaten Rembang 68,18, Kabupaten Pati 68,51, Kudus
72,72 dan Jepara 70,02.
DiProvinsi Jawa Tengah, Kabupaten Blora menduduki
urutan ke 29 sementara untuk Kabupaten Grobogan urutan ke 21,
Rembang urutan ke 20, Pati urutan ke 19, Kudus dan Jepara masing-
masing urutan ke 9 dan 15.
Angkapertumbuhan aritmatik merefleksikan “prestasi”
pencapaian, semakin tinggi prestasi angka pertumbuhannya, semakin
tinggi prestasi pencapaiannya. Sebagai ilustrasi, Kabupaten Blora di
tahun 2015ini memiliki nilai pertumbuhan sebesar 0,57. Ini
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 84
merupakan yang terendah kedua setelah Kabupaten Grobogan. Ini
menunjukkan bahwa pembangunan sumber daya manusia di
Kabupaten Blora lebih baik daripada di Kabupaten Grobogan.
Walaupun ada daerah yang mengalami kenaikan IPM yang
sama, tetapi angka pertumbuhan untuk masing-masing daerah belum
tentu sama. Hal ini terjadi karena pengaruh dari IPM sebelumnya,
secara logis meningkatkan angka IPM lebih sukar bagi wilayah yang
memiliki IPM lebih tinggi. Maka prestasi pencapaian untuk kenaikan
yang sama sepantasnya lebih tinggi nilainya bagi wilayah yang
memiliki IPM lebih tinggi. Hal itulah yang tercermin dari angka
pertumbuhan.
Tabel 4.3.Capaian dan Pertumbuhan IPM Kabupaten Blora
dan Kabupaten Sekitarnya, 2014 - 2015
Kabupaten IPM
Pertumbuhan
Aritmatik 2014 2015
(1) (2) (3) (4)
Grobogan 67,77 68,05 0,41
Blora 65,84 66,22 0,57
Rembang 67,40 68,18 1,16
Pati 66,99 68,51 2,28
Kudus 72,00 72,72 1,00
Jepara 69,61 70,02 0,58
Jawa Tengah 68,78 69,49 1,04
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 85
Nilai pertumbuhan IPMKabupaten Blora dibanding dengan
nilai Provinsi Jawa Tengah di Tahun 2015juga lebih rendah. Hal ini
membuktikan bahwa program pembangunan sumber daya manusia
secara rata-rata provinsi masih lebih baik. IPM Provinsi Jawa
Tengah sudah mencapai 69,49 sedangkan IPM Kabupaten Blora baru
mencapai 66,22. Hal ini mengindikasikan adanya beberapa
komponen penentu IPM Kabupaten Blora masih tertinggal dari
kabupaten lainnya. Untuk itu kerja keras dan efektivitas program
pembangunan sangat dibutuhkan agar bisa memacu pencapaian
dalam mengejar kemajuan yang sudah dicapai daerah lain.
4.2 Analisis Manajemen Indeks Pembangunan Manusia
Dari hasil tabulasi beberapa komponen penyusun pembentuk
Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Blora Tahun 2015
tidak jauh berbeda dibanding dengan tahun 2014.Kondisi ini dapat
dilihat dalam bentuk tabel maupun grafik sehingga akan
mempermudah proses pembacaan dan analisisnya.
Pengkajian Indeks Pembangunan Manusia akan mencakup tiga
unsur penting pembentuk nilai IPM. Maksud dan tujuannya adalah
menunjukkan adanya indikator out put dari suatu proses kegiatan
pembangunan yang diterapkan di suatu wilayah.
Mengacu rekomendasiUNDP untuk mengukur tingkat
pemenuhan ketiga unsur di atas, UNDP menyusun suatu indeks
komposit berdasarkan pada tiga indikator. Ketiga indikator yang
dimaksud adalah Angka Harapan Hidup (AHH); Harapan Lama
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 86
Sekolah penduduk dewasa (EYS); Rata-rata Lama Sekolah (MYS);
dan Purchasing Power Parity (PPP) atau ukuran pendapatan yang
sudah disesuaikan dengan paritas daya beli.
Menurut UNDP upaya ke arah “perluasan pilihan” hanya
mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki
peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan ketrampilan yang
memadai dan peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang
dimiliki dalam kegiatan yang produktif (misalnya dapat bekerja dan
memperoleh uang sehingga memiliki daya beli). Dengan kata lain.
tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan
secara minimal tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah.
Angka Harapan Hidup (AHH) yang mengalami peningkatan
dari 73,84 tahun pada tahun 2014 menjadi 73,85 tahun pada tahun
2015 menunjukkan bahwa pengaruh program pembangunan
kesehatan seperti penambahan prasarana dan sarana penunjang
kesehatan dapat dirasakan meskipun dalam tempo yang relatif lama.
Hal ini dikarenakan faktor pola hidup masyarakat lebih dominan
dibanding dengan pelayanan kesehatan yang bersifat sementara dan
hanya menyentuh masyarakat yang mempunyai keluhan. Sedangkan
untuk masyarakat yang berpotensi penyakit karena tidak mempunyai
keluhan maka tidak datang ke tempat pelayanan kesehatan.
Dampak jangka panjang yang nantinya akan berdampak positif
terhadap angka harapan hidup adalah kegiatan yang berawal mulai
dari kesehatan ibu dan anak, yaitu perawatan wanita usia subur, ibu
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 87
hamil, sampai balita sangat berpengaruh terhadap meningkatnya
angka harapan hidup ini. Gejala ini dapat dilihat dari perubahan pola
piramida penduduk di Kabupaten Blora yang berkembang
menyerupai botol tidak seperti periode tahun 1990 yang masih
menggambarkan seperti piramida lancip dimana usia muda akan
banyak berkurang di usia tuanya.
Indikator kedua dan ketiga dari IPM yaitu Harapan Lama
Sekolah (EYS) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS) yang merupakan
komponen indeks pendidikan. Kedua indikator pendidikan ini
diharapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan ketrampilan
penduduk.
Harapan Lama Sekolah (EYS) sebagai komponen IPM yang
cukup penting. Konsep EYS didefinisikan sebagai ”rata-rata harapan
lama sekolah untuk penduduk di susatu wilayah”. Angka ini
menggambarkan harapan lama sekolah untuk penduduk berumur 7
tahun ke atas. Angka ini berhubungan erat dengan partisipasi sekolah
penduduk menurut kelompok umur. Sehingga erat kaitannya dengan
program wajib belajar 9 tahun. Namun masih ada kelemahannya,
karena belum mencakup anak sekolah yang masuk SD pada usia 5
atau 6 tahun.
Data yang ada tahun 2014 menunjukan EYS Kabupaten Blora
11,75 tahun dan pada tahun 2015 sedikit mengalami peningkatan
menjadi 11,91 tahun. Faktor yang menjadi kendala kurang cepatnya
peningkatan ini karena beberapa faktor. Luasnya wilayah menjadikan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 88
kendala jarak tempuh ke fasilitas sekolah di luar fasilitas transportasi
yang masih belum mendukung. Fasilitas sekolah yang ada juga
belum menyebar dan mengakomodasi kendala yang ada.
Selain harapan lama sekolah, indikator pendidikan lain yang
digunakan dalam penghitungan IPM adalah rata-rata lama sekolah
(MYS). Indikator ini memberikan gambaran tentang rata-rata waktu
yang dijalani penduduk dalam kegiatan pembelajaran secara formal.
Populasi yang digunakan UNDP dalam menghitung MYS
dibatasi pada penduduk berusia 25 tahun ke atas. Batasan itu
diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya
mengingat penduduk yang berusia kurang dari 25 tahun masih dalam
proses sekolah sehingga belum layak ditanyakan MYS nya.
Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Blora tahun 2015
sebesar 6,04 tahun.Hal ini berarti belum banyak perubahan yang
menunjukkan bahwa masyarakat Blora tingkat pendidikannya tidak
jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yang sebesar 6,02 tahun,
yaitu masih setaraf tingkat SD. Bila angka ini dikonversikan ke
jenjang pendidikan maka dapat dikatakan secara rata-rata penduduk
Kabupaten Blora sudah menduduki kelas 6 SD/MI.
Untuk mendalami penyebab rendahnya angka lama sekolah ini
perlu dilihat banyak faktor seperti faktor komposisi umur suatu
daerah. Semakin banyak komposisi umur tuanya maka penanganan
yang dilakukan harus berbeda dengan komposisi penduduk yang
banyak di kaum muda atau balitanya. Selain itu juga perlu dilihat
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 89
faktor budaya masyarakat setempat dimana pendidikan bukan
merupakan faktor utama mencapai kebahagian atau kesejahteraan.
Pada kondisi seperti ini, penanganan penyediaan fasilitas pendidikan
tidak efektif diterapkan.
Paritas daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP)
memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat dalam
mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Semakin
meningkat pendidikan seseorang diharapkan paritas daya belinya
semakin meningkat pula. Namun, hubungan ini tidak selalu benar
terutama bila tingkat pendapatan masih lebih rendah dari tingkat
kenaikan harga secara umum atau adanya pengaruh inflasi.
Tabel. 4.4. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora
Tahun 2011 – 2015 dan Persentase Pertumbuhannya.
Tahun
Konsumsi Rumah Tangga
Makanan
(juta Rp.)
Pertum-
buhan
(%)
Non
Makanan
(juta Rp.)
Pertum-
buhan
(%)
Total
(juta Rp.)
Pertum-
buhan
(%)
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
2011 1.901.379 7,17 1.435.254 12,15 3.336.633 9,26
2012 2.026.490 6,58 1.667.587 15,12 3.694.077 10,27
2013 2.109.640 4,10 1.948.693 16,86 4.058.333 9,86
2014 2.258.490 7,06 2.561.820 31,46 4.820.310 18,78
2015 3.138.252 38,95 3.309.132 29,17 6.447.384 33,75
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 90
Penduduk dengan tingkat pendapatan yang sama belum tentu
mempunyai paritas daya beli yang sama bila tempat tinggalnya
berbeda. Misalkan sama-sama berpendapatan satu juta rupiah
sebulan,yang satu tinggal di Kabupaten Blora yang satu tinggal di
Kabupatenselain Blora maka paritas daya belinya berbeda. Itulah
sebabnya dalam penghitungan PPP dilakukan beberapa tahapan.
4.2 Langkah/Upaya untuk Meningkatkan IPM
Langkah-langkah/upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Blora untuk meningkatkan nilai IPM telah dituangkan
dalam Rencana Pembangunan Daerah Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Blora tahun 2011 - 2015 adalah sebagai
berikut:
4.3.1 Kebijakan Umum
Pelaksanaan Pembangunan di Kabupaten Blora dalam kurun
waktu 5 tahun terbagi menjadi tiga tahapan pembangunan, yaitu
tahap penyelarasan (2011), tahap peningkatan kualitas pelayanan
publik (2012-2013), dan tahap perwujudan masyarakat Blora yang
sejahtera.
A. Tahap Penyelarasan (2011)
Tahap ini merupakan tahap penyesuaian program-program
yang telah disusun dengan visi dan misi pembangunan jangka
menengah Kabupaten Blora tahun 2011-2015 serta percepatan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Kebijakan prioritas
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 91
pembangunan pada tahap penyelarasan pembangunan adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan pelayanan kesehatan
2. Peningkatan wajib belajar pendidikan dasar
3. Reformasi birokrasi
4. Peningkatan jalan potensial ekonomi
5. Peningkatan potensi ekonomi lokal
B. Tahap Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (2012 – 2013)
Tahap ini merupakan tahap peningkatan kualitas pelayanan
kepada masyarakat khususnya di bidang pelayanan publik agar
terwujud percepatan kesejahteraan masyarakat Blora. Kebijakan
prioritas pembangunan pada tahap peningkatan kualitas pelayanan
publik adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
2. Peningkatan pendidikan terjangkau sampai tingkat SLTA
3. Pemerataan pembangunan infrastruktur
4. Peningkatan penyediaan tempat distribusi barang dan jasa
5. Peningkatan pengelolaan sumberdaya alam
C. Tahap perwujudan masyarakat Blora sejahtera (2014-2015)
Pada tahap ini lebih menekankan pada peningkatan
kemampuan masyarakat Blora dalam upaya memiliki daya saing
serta kesiapan pengelolaan hasil-hasil produksi pertanian dan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 92
sumberdaya alam. Kebijakan prioritas pembangunan pada tahap
perwujudan masyarakat Blora sejahtera adalah sebagai berikut:
1. Penguatan pengelolaan potensi ekonomi lokal
2. Peningkatan ketrampilan dan kewirausahaan
3. Peningkatan kualitas pelayanan public
4.3.2 Kebijakan Khusus atau Indikasi Rencana Program
Prioritas
A. Pendidikan Murah dan Bermutu sampai ke Jenjang
Pendidikan Menengah
Dengan program dan kegiatan prioritas sebagai berikut:
1. Program PAUD
a. Pembangunan gedung sekolah
b. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini
2. Program pendidikan Dasar
a. Pemberian Biaya Operasional Sekolah kepada siswa SD
dan SMP
b. Pembinaan minat, bakat dan kreativitas siswa
3. Program Pendidikan Menengah
a. Penyediaan Bantuan Operasional Manajemen Mutu
(BOMM)
b. Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak mampu
c. Pembinaan minat bakat dan prestasi siswa tingkat SMA
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 93
B. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
a. Penyuluhan kesehatan bagi Ibu hamil dari keluarga
kurang mampu
b. Perawatan secara berkala bagi Ibu hamil bagl keluarga
kurang mampu
c. Pertolongan persalinan bagi Ibu dari keluarga kurang
mampu.
2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
a. Pelayanan kesehatan dasar gratis di puskesmas
b. Pelayanan kesehatan rujukan bagi penduduk miskin
sampai kelas III di Badan Rumah Sakit RS. Dr.
Soetijono Blora dan RS. Dr. R. Soeprapto Cepu.
3. Program perbaikan gizi masyarakat
a. Pemberian tambahan makanan dan vitamin
b. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia
gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY),
kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya
c. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga
sadar gizi.
4. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular
a. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 94
b. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular
c. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik
5. Program Standarisasi pelayanan kesehatan
a. Penyusunan standar pelayanan kesehatan
b. Penyusunan standar analisis belanja pelayanan
kesehatan
6. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana
dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan
Jaringannya
a. Peningkatan puskesmas menjadi puskesmas rawat inap
C. Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur sampai ke
Pedesaan.
1. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
a. Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan
b. Rehabilitasi/pemeliharaan jembatan
2. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong
a. Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong
3. Program Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi,
Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
a. Pembangunan jaringan irigasi
b. Pembangunan embung
4. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan
a. Pembangunan jalan dan jembatan perdesaan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 95
b. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih perdesaaan
D. Peningkatan Produktivitas Pertanian dan Pemasaran hasil
Pertanian.
1. Program peningkatan produksi pertanian
a. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian
b. Penyediaan sarana produksi pertanian
c. Pengembangan bibit unggul pertanian
2. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
a. Pembangunan sarana dan Prasarana Pembibitan Ternak
b. Pembibitan dan Perawatan Ternak
c. Pengembangan Agribisnis Peternakan
3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
a. Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku
agrobisnis.
4. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/
Perkebunan
a. Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi
pertanian/perkebunan masyarakat
E. Penciptaan Iklim Investasi dan Lapangan Kerja bagi
masyarakat
1. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
a. Peningkatan promosi dan kerjasama investasi
2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
a. Pengembangan sistem informasi penanaman modal
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 96
b. Penyederhanaan prosedur perijinan dan peningkatan
pelayanan penanaman modal
F. Peningkatan perekonomian lokal dengan mendorong
UMKM dan pasar tradisional.
1. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi
Usaha Mikro Kecil Menengah
a. Pengembangan klaster bisnis
b. Penyelenggaraan pembinaan industri rumah tangga,
industri kecil dan industri menengah
c. Penyelenggaraan promosi produk usaha mikro, kecil, dan
menengah
2. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
a. Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah terhadap
pemanfaatan sumber daya
b. Pembinaan industri kecil dan menengah dalam
memperkuat jaringan klaster industri
3. Program Penataan Struktur Industri
a. Penyediaan sarana maupun prasarana klaster industri
4. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
a. Pengembangan pasar dan dan distribusi barang/produk
b. Rehabilitasi/pemeliharaan pasar daerah
G. Perwujudan Reformasi Birokrasi
1. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan
Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 97
a. Pelaksanaan pengawasan internal secara berkala
b. Tindak lanjut hasil temuan pengawasan
2. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan
Keuangan Daerah
a. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber
pendapatan daerah
3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
a. Pendidikan dan pelatihan fungsional bagi PNS Daerah
4. Program Penataan Administrasi Kependudukan
a. Peningkatan pelayanan publik dalam bidang
kependudukan
H. Perlindungan Terhadap Kelestarian Alam
1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan Hidup
a. Pemantauan kualitas lingkungan
b. Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan
2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan Hidup
a. Pemantauan kualitas lingkungan
b. Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan
I. Perwujudan Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia dan
Kebebasan Berpendapat
1. Program Pendidikan Politik Masyarakat
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 98
a. Penyuluhan Kepada Masyarakat
b. Koordinasi forum-forum diskusi politik
4.3.3 Program Pembangunan
Untuk dapat mewujudkan dari visi dan misi Bupati Periode
2010 – 2015 maka dari rencana strategis pembangunan dijabarkan
dalam suatu program di bagi sesuai urusan masing-masing SKPD, di
Kabupaten Blora dengan rincian sebagai berikut:
Adapun program-program pembangunan dalam rangka
peningkatan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Blora dibedakan
dalam 2 (dua) jenis program, yaitu:
A. Pelayanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
a. Program pendidikan anak usia dini
b. Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun
c. Program pendidikan menengah
d. Program pendidikan non formal
e. Program pendidikan luar biasa
f. Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan
g. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
2. Kesehatan
a. Program obat dan perbekalan kesehatan
b. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 99
c. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan
anak
d. Program perbaikan gizi masyarakat
e. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat
f. Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita
g. Program pengembangan lingkungan sehat
h. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit
i. Program standarisasi pelayanan kesehatan
j. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin
k. Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan
l. Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan
Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan
Jaringannya
m. Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana
Rumah Sakit
n. Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit.
3. Pekerjaan Umum
a. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
b. Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong
c. Program Pembangunan turap/talud/brojong
d. Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan
e. Program rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong
f. Program inspeksi kondisi Jalan dan Jembatan
g. Program tanggap darurat Jalan dan Jembatan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 100
h. Program Pembangunan sistem informasi/data base jalan
dan jembatan
i. Program peningkatan sarana dan prasarana
kebinamargaan,
j. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi,
rawa dan jaringan pengairan lainnya
k. Program penyediaan dan pengolahan air baku
l. Program pengembangan, pengelolaan dan konversi
sungai, danau dan sumber daya air lainnya
m. Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum
dan air limbah
n. Program pengendalian banjir
o. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat
tumbuh
p. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan.
4. Perumahan Rakyat
a. Program pengembangan perumahan
b. Program lingkungan sehat
c. Program pemberdayaan komunitas perumahan
d. Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial
e. Program pengelolaan areal pemakaman.
5. Penataan Ruang
a. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan
Persampahan
b. Program perencanaan tata ruang
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 101
c. Program Pemanfaatan Ruang
d. Program pengendalian pemanfaatan ruang
e. Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
6. Perencanaan Pembangunan
a. Program Pengembangan Data/Informasi
b. Program kerjasama pembangunan
c. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan
d. Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis
dan Cepat Tumbuh
e. Program Perencanaan Pengembangan Kota - Kota
Menengah dan Besar
f. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Perencanaan Pembangunan Daerah
g. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
h. Program Perencanaan Sosial dan Budaya
i. Program Perencanaan Pembangunan Daerah
j. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber
Daya Alam
k. Program perencanaan pembangunan daerah rawan
bencana
7. Perhubungan
a. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas
Perhubungan
b. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan
Fasilitas LLAJ
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 102
c. Program peningkatan pelayanan angkutan
d. Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas
e. Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan
bermotor.
8. Lingkungan hidup
a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan danProgram Perlindungan dan Konservasi
Sumber Daya Alam.
b. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber
Daya Alam
c. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA
dan LH
d. Program Peningkatan Pengendalian Polusi
e. Program Pengembangan Ekowisata Dan Jasa
Lingkungan.
9. Pertanahan
a. Program pembangunan sistem pendaftaran tanah
b. Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah
c. Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan
10. Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
a. Program Penataan Administrasi Kependudukan.
11. Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
a. Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas Anak
dan Perempuan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 103
b. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan
Gender dan Anak
c. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan
Perempuan
d. Program Peningkatan Peran Serta Dan Kesertaan Gender
Dalam Pembangunan
e. Program Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan
Gender Dan Anak.
12. Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera
a. Program Keluarga Berencana
b. Program kesehatan reproduksi remaja
c. Program pelayanan kontrasepsi
d. Program pembinaan peran serta masyarakat dalam
pelayanan KB/KR yang mandiri
e. Program promosi kesehatan ibu, bayi, dan anak melalui
kelompok kegiatan di masyarakat
f. Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan
konseling KRR
g. Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS
termasuk HIV/AIDS
h. Program pengembangan bahan informasi tentang
pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
i. Program pengembangan model operasional BKB-
Posyandu-PADU
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 104
j. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina
Keluarga
13. Sosial
a. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat
Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) Lainnya
b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
c. Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo,
d. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial
(Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial
Lainnya)
e. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan
Sosial
14. Ketenagakerjaan
a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga
Kerja
b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja
c. Program Perlindungan Pengembangan Lembaga
Ketenagakerjaan
15. Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
a. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang
Kondusif
b. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan
Kompetitif Usaha Kecil Menengah
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 105
c. Program Pengembangan Sistem Pendukung Bagi Usaha
Mikro Kecil Dan Menengah
d. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
16. Penanaman Modal
a. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
b. Program peningkatan iklim investasi dan realisasi
Investasi
c. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana Dan
Prasarana Daerah
17. Kebudayaan
a. Program Pengembangan Nilai Budaya
b. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
c. Program Pengelolaan Keragaman Budaya
d. Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan
Kekayaan Budaya.
18. Kepemudaan Dan Olah Raga
a. Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan
Pemuda
b. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan
c. Program Peningkatan Upaya Penumbuhaan
Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda
d. Program Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
e. Program Peningkatan Pembinaan dan Pemasyarakatan
Olah raga
f. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 106
g. Program Pengembangan Kebijakan Manajemen Olah
Raga.
19. Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri
a. Program pendidikan politik masyarakat
b. Program pengembangan wawasan kebangsaan
c. Program Pemeliharaan Kamtramtibmas Dan Pencegahan
Tindak Kriminal
d. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan
Kebangsaan
e. Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga
Ketertiban Dan Keamanan
f. Program peningkatan keamanan dan kenyamanan
lingkungan
g. Program peningkatan pemberantasan penyakit
masyarakat (pekat)
h. Program pencegahan dini dan penanggulangan korban
bencana alam
i. Program Peningkatan Kesiagaan Dan Pencegahan Bahaya
Kebakaran
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian Dan
Persandian
a. Program peningkatan kapasitas lembaga Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 107
b. Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala
daerah/wakil kepala daerah
c. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan
Keuangan Daerah
d. Program Pembinaan Dan Fasilitasi Pengelolaan
Keuangan Kabupaten/Kota
e. Program Pembinaan Dan Fasilitasi Pengelolaan
Keuangan Desa
f. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan
Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
g. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa
dan Aparatur Pengawasan
h. Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
i. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah
Daerah
j. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
k. Program Pendidikan Kedinasan
l. Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur
m. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur daerah
n. Program Kelembagaan Perangkat Daerah
o. Program Ketatalaksanaan Perangkat Daerah
p. Program Pendayagunaan Aparatur Daerah
q. Program Koordinasi Bidang Administrasi Pembangunan
r. Program Pelayanan d an Perijinan Terpadu
s. Program Koordinasi Terpadu Bidang Perekonomian
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 108
t. Program Koordinasi Bidang Tata Pemerintahan
u. Program Koordinasi Bidang Pemerintahan Desa
v. Program Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat
w. Program Koordinasi Bidang Kehumasan
x. Program Penyelenggaraan Keprotokolan Daerah
y. Program Sandi Dan Telekomunikasi
z. Program Koordinasi Dan Pelayanan Pada Kecamatan
aa. Program Koordinasi Dan Pelayanan Pada Kelurahan
21. Ketahanan Pangan
a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
22. Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa
a. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
Perdesaan
b. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam
membangun desa
c. Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa
d. Program peningkatan peran perempuan di perdesaan
e. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan
23. Statistik
a. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah
24. Kearsipan
a. Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan
b. Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip
daerah
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 109
c. Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana
kearsipan
d. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi
25. Komunikasi Dan Informatika
a. Program Pengembangan komunikasi, informasi dan
media massa
b. Program pengkajian dan penelitian bidang komunikasi
dan informasi
c. Fasilitasi peningkatan SDM bidang komunikasi dan
Informasi
d. Kerjasama informasi dan media massa
e. program penguatan kelembagaan dalam pengelolaan
komunikasi dan informasi daerah
f. Program peningkatan kapasitas SDM aparatur pada
SKPD yang menangani urusan bidang komunikasi dan
informasi di daerah
g. Program peningkatan tata laksana komunikasi dan
informatika daerah
26. Perpustakaan
a. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan
Perpustakaan
b. Program Penyelamatan dan Pelestarian Koleksi Pustaka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 110
B. Pelayanan Urusan Pilihan
1. Pertanian
a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
b. Program peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/perkebunan
c. Program peningkatan penerapan teknologi
pertanian/perkebunan
d. Program Pemberdayaan Penyuluh Lapangan
e. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
f. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
g. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
h. Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan
i. Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
j. Program pengembangan jaringan irigasi
k. Program Pengembangan pertanian organik
l. Program peningkatan kapasitas kelembagaan petani
m. Program penyediaan sarana produksi pertanian
n. Program pencegahan dan penanggulangan hama dan
penyakit pertanian/perkebunan
2. Kehutanan
a. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya
Hutan
c. Program Pelayanan Publik Urusan Kehutanan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 111
d. Program pengembangan Sistem Informasi Geografi
Kehutanan
e. Program Pemanfaatan Kawasan Hutan Industri
f. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
g. Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan
h. Program Perencanaan Dan Pengembangan Hutan
i. Program Pelayanan Publik Urusan Kehutanan
j. Program Pengendalian Kebakaran Hutan
3. Energi dan sumber daya mineral
a. Program pembinaan dan pengawasan bidang
pertambangan
b. Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat
yang berpotensi merusak lingkungan
c. Program peningkatan pelayanan usaha pertambangan
d. Program peningkatan regulasi energi sumber daya dan
mineral
e. Program pembinaan dan pengembangan bidang
ketenagalistrikan
f. Program pengelolaan dan pengembangan potensi dan
teknologi geologi
4. Pariwisata
a. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
b. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
c. Program Pengembangan Kemitraan
5. Perikanan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 112
a. Program pengembangan budidaya perikanan
b. Program pengembangan perikanan tangkap
c. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan
d. Program Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran
Produksi Perikanan
6. Perdagangan
a. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan
Perdagangan
b. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
c. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam
Negeri
d. Program Pembinaan Pedagang Kakilima Dan Asongan
7. Perindustrian
a. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi
b. Program Pengembangan Industri Kecil Dan Menengah
c. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
d. Program Penataan Struktur Industri
e. Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial
8. Transmigrasi
a. Progam Pengembangan Wilayah Transmigrasi
b. Program Transmigrasi Regional
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 113
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Nilai IPM Kabupaten Blora di Tahun 2015 mencapai 66,22 lebih
tinggi dibandingtahun sebelumnya yang hanya mencapai 65,84.
b. Peringkat nilai IPM pada tahun 2015mengalami
perubahanperingkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
dari 28 menjadi 29. Selain itu, shortfall-nya menurun dibanding
tahun sebelumnya.
c. Kabupaten Blora dengan angka harapan lama sekolah sebesar
11,75, yang lebih baik dari Kabupaten Pati. Sedangkan untuk
rata-rata lama sekolah, Kabupaten Blora menempati yang
terendah dibandingkan kabupaten sekitar.
d. Paritas Daya Beli Kabupaten Blora yang sebesar 8,7 juta, masih
merupakan yang terendah dibandingkan kabupaten sekitar.
e. Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Blora yang sudah
mencapai 73,84 tahun, ternyata juga masih menempati yang
terendah di banding Kabupaten sekitarnya.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 114
5.2 Rekomendasi
a. Peningkatan program pembangunan yang berhubungan dengan
pembangunan sumber daya manusia sebaiknya memperhatikan
faktor penyebab masih rendahnya nilai IPM yang dicapai seperti
upaya peningkatan angka rata-rata lama sekolah, peningkatan
mutu kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat setempat.
b. Karena permasalahan masing-masing wilayah berbeda, maka
dalam rangka peningkatan nilai IPM diperlukan program
kegiatan atau proyek peningkatan kualitas hidup manusia yang
bersesuaian dengan akar masalah yang mempengaruhinya.
c. Angka harapan hidup yang sudah baik, namun masih menduduki
tempat terendah dibandingkan kabupaten sekitarnya, hendaknya
membuat program kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan
mutu hidup atau mutu kesehatan masyarakatnya seperti
peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan dan
penyuluhan pola hidup bersih dan sehat.
d. Rata-rata lama sekolah yang masih rendah, hendaknya dilakukan
dengan lebih gencar jenis kegiatan pengentasan wajib belajar
tanpa memandang usia. Selain itu penyuluhan kesadaran kepada
masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan. Dan tidak kalah
pentingnya program penggalakan gerakan orang tua asuh atau
program bantuan melanjutkan sekolah sampai tingkat SLTP
bahkan jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi lagi.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 115
e. Untuk paritas pendapatan yang masih rendah sangat terkait
dengan kesempatan kerja masyarakat, sumber daya yang
dimiliki, akses ekonomi yang memadai dan faktor-faktor lain
yang menunjang peningkatan roda perekonomian masyarakat.
f. Program prioritas dan pemilihan program yang tepat dapat
dilakukan agar bisa mendongkrak nilai IPM melebihi upaya yang
dilakukan oleh kabupaten lain.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 116
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 117
Lampiran 1 Nama Ibukota Kecamatan Banyaknya Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan
Dusun di Kabupaten Blora. Tahun 2015
Kecamatan Ibukota
Kecamatan Rukun Warga
Rukun Tetangga
Dusun
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Jati Doplang 94 319 97
2. Randublatung Randublatung 91 399 102
3. Kradenan Mendenrejo 51 214 50
4. Kedungtuban Ngraho 64 410 35
5. Cepu Cepu 87 422 68
6. Sambong Pojokwatu 40 176 30
7. Jiken Jiken 61 257 39
8. Bogorejo Bogorejo 45 193 45
9. Jepon Jepon 88 432 89
10. Blora Blora 157 556 157
11. Banjarejo Banjarejo 75 400 72
12. Tunjungan Tunjungan 64 311 55
13. Japah Japah 45 218 39
14. Ngawen Ngawen 75 369 81
15. Kunduran Sambiroto 95 445 91
16. Todanan Todanan 74 341 75
Jumlah - 1.206 5.462 1.125
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 118
Lampiran 2
Banyaknya Sarana Kesehatan di Kabupaten Blora Tahun 2015
Kecamatan Rumah Sakit
Puskesmas
PUSTU Balai Peng-obatan
Rumah Bersali
n
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. Jati - 2 3 - -
02. Randublatung - 2 6 2 -
03. Kradenan - 1 3 - -
04. Kedungtuban - 2 3 - -
05. Cepu 1 3 2 8 -
06. Sambong - 1 2 - -
07. Jiken - 1 3 - -
08. Bogorejo - 1 3 - -
09. Jepon - 2 4 2 -
10. Blora 2 2 5 5 -
11. Banjarejo - 1 3 2 -
12. Tunjungan - 1 3 - 1
13. Japah - 1 4 - -
14. Ngawen - 2 4 1 -
15. Kunduran - 2 4 1 -
16. Todanan - 2 5 - -
Jumlah 3 26 57 21 1
Sumber : Blora Dalam Angka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 119
Lampiran 3
Banyaknya Dokter, Perawat, Bidan dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Blora Tahun 2015
Kecamatan Dokter Perawat
Bidan
Spesialis Umu
m Gigi Umum Gigi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Jati - 2 - 14 1 13
02. Randublatung - 4 2 20 2 34
03. Kradenan - 2 - 8 1 13
04. Kedungtuban - 3 1 10 1 25
05. Cepu - 5 1 15 2 28
06. Sambong - 2 - 5 1 16
07. Jiken - 1 1 7 - 15
08. Bogorejo - 2 - 10 - 15
09. Jepon - 2 1 11 1 34
10. Blora - 3 2 15 1 29
11. Banjarejo - 2 1 7 1 22
12. Tunjungan - 1 - 4 1 15
13. Japah - 1 - 5 - 23
14. Ngawen - 2 1 10 2 40
15. Kunduran - 3 - 9 1 28
16. Todanan - 2 - 13 1 39
Jumlah - 37 10 163 16 389
Sumber : Blora Dalam Angka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 120
Lampiran 4
Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita di Kabupaten Blora, Tahun 2015
Kecamatan Angka Kematian
Ibu Bayi Balita
(1) (2) (3) (4)
01. Jati - 6 2
02. Randublatung 2 26 3
03. Kradenan 1 9 -
04. Kedungtuban 2 8 -
05. Cepu 3 13 2
06. Sambong 1 9 1
07. Jiken - 2 -
08. Bogorejo - 5 2
09. Jepon 1 10 2
10. Blora - 11 1
11. Banjarejo 3 12 1
12. Tunjungan - 16 -
13. Japah - 4 2
14. Ngawen - 17 5
15. Kunduran 1 8 2
16. Todanan 1 13 3
Jumlah 15 169 26
Sumber: Blora Dalam Angka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 121
Lampiran 5
Banyaknya Sekolah Menurut Kecamatandan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2015
Kecamatan TK/RA SD/ MI
SLTP/ MTs SMU/SMK/ MA
AK/PT
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. Jati 28 38 10 4 -
02. Randublatung 50 63 20 8 -
03. Kradenan 38 38 7 2 -
04. Kedungtuban 57 66 15 4 -
05. Cepu 50 47 22 15 3
06. Sambong 15 27 4 1 -
07. Jiken 17 31 7 3 -
08. Bogorejo 14 26 5 - -
09. Jepon 44 47 7 1 -
10. Blora 69 69 20 12 4
11. Banjarejo 26 50 12 3 -
12. Tunjungan 28 35 8 8 1
13. Japah 24 31 5 - -
14. Ngawen 49 50 17 4 -
15. Kunduran 48 54 15 3 -
16. Todanan 50 62 19 3 -
Jumlah 607 734 193 71 8
Sumber : Blora Dalam Angka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 122
Lampiran 6
Banyaknya Murid Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2015
Kecamatan TK/RA SD/ MI SLTP/ MTs
SMU/SMK/ MA
(1) (2) (3) (4) (5)
01. Jati 918 4.551 1.864 556
02. Randublatung 1.878 7.907 3.919 3.051
03. Kradenan 876 3.760 1.421 349
04. Kedungtuban 1.710 5.292 2.759 1.430
05. Cepu 2.568 7.777 4.370 5.618
06. Sambong 653 2.501 1.266 52
07. Jiken 568 3.331 1.569 484
08. Bogorejo 331 1.835 1.146 33
09. Jepon 1.396 5.606 1.889 633
10. Blora 3.000 9.736 6.351 6.790
11. Banjarejo 1.056 5.680 2.071 297
12. Tunjungan 875 4.662 1.931 4.846
13. Japah 803 3.224 1.188 99
14. Ngawen 1.407 5.694 3.147 1.847
15. Kunduran 1.340 6.124 2.977 1.145
16. Todanan 1.128 5.419 2.715 1.168
Jumlah 20.507 83.099 40.583 28.398
Sumber : Blora Dalam Angka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 123
Lampiran 7
Banyaknya Guru Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2015
Kecamatan TK/RA SD/ MI SLTP/
MTs
SMU/SMK/
MA
(1) (2) (3) (4) (5)
01. Jati 47 302 133 96
02. Randublatung 88 530 263 188
03. Kradenan 40 266 110 43
04. Kedungtuban 92 421 215 49
05. Cepu 133 458 357 578
06. Sambong 34 203 76 13
07. Jiken 28 253 104 66
08. Bogorejo 18 191 70 12
09. Jepon 102 393 122 43
10. Blora 210 669 391 479
11. Banjarejo 71 360 160 37
12. Tunjungan 73 324 146 309
13. Japah 52 289 81 11
14. Ngawen 71 393 227 162
15. Kunduran 55 393 217 94
16. Todanan 65 484 185 91
Jumlah 1.179 5.929 2.857 2.271
Sumber : Blora Dalam Angka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 124
Lampiran 8
Banyaknya Kelompok Belajar Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2015
Kecamatan Kelompok Belajar ( Study Group)
Paket A Paket B Usaha
(1) (2) (3) (4)
01. Jati 1 - 0
02. Randublatung 1 1 0
03. Kradenan 1 1 0
04. Kedungtuban 1 - 0
05. Cepu 1 2 0
06. Sambong 1 1 0
07. Jiken 1 1 0
08. Bogorejo 1 1 0
09. Jepon 2 2 0
10. Blora 1 1 0
11. Banjarejo 1 1 0
12. Tunjungan 1 1 0
13. Japah 1 1 0
14. Ngawen 1 1 0
15. Kunduran 1 1 0
16. Todanan 1 1 0
Jumlah 17 16 0
Sumber : Blora Dalam Angka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 125
Lampiran 9
Banyaknya Warga Belajar Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2015
Kecamatan Warga Belajar Tutor
Paket A Paket B Usaha A B
(1) (2) (3) (4) (5)
01. Jati 20 70 - - -
02. Randublatung 0 0 - - -
03. Kradenan 20 74 - - -
04. Kedungtuban 0 72 - - -
05. Cepu 0 0 - - -
06. Sambong 0 50 - - -
07. Jiken 0 25 - - -
08. Bogorejo 20 53 - - -
09. Jepon 30 106 - - -
10. Blora 0 119 - - -
11. Banjarejo 38 25 - - -
12. Tunjungan 40 45 - - -
13. Japah 0 100 - - -
14. Ngawen 0 50 - - -
15. Kunduran 0 25 - - -
16. Todanan 0 29 - - -
Jumlah 168 843 0 0 0
Sumber : Blora Dalam Angka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 126
Lampiran 10
Komponen Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2015
Provinsi/ Kabupaten/Kota
E0
(tahun) EYS
(tahun) MYS
(tahun) PPP
(000 Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
JAWA TENGAH 73,96 12,38 7,03 9.930
Cilacap 73,00 12,28 6,58 9.351
Banyumas 73,12 12,57 7,31 10.104
Purbalingga 72,81 11,78 6,85 8.938
Banjarnegara 73,59 11,39 6,17 7.930
Kebumen 72,77 12,49 7,04 8.008
Purworejo 74,03 13,04 7,65 9.305
Wonosobo 71,02 11,43 6,11 9.736
Magelang 73,27 12,14 7,19 8.182
Boyolali 75,63 12,13 7,1 11.806
Klaten 76,55 12,84 8,16 11.178
Sukoharjo 77,46 13,42 8,5 10.416
Wonogiri 75,86 12,42 6,39 8.417
Karanganyar 77,11 13,27 8,48 10.486
Sragen 75,41 12,21 6,86 11.434
Grobogan 74,27 12,25 6,33 9.457
Blora 73,85 11,91 6,04 8.699
Rembang 74,22 12,02 6,92 9.122
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 127
Lampiran 10 (Lanjutan)
Komponen Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2015
Provinsi/ Kabupaten/Kota
E0
(tahun) EYS
(tahun) MYS
(tahun) PPP
(000 Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
Pati 75,63 11,79 6,71 9.380
Kudus 76,41 13,14 7,84 10.203
Jepara 75,65 12,27 7,31 9.504
Demak 75,21 12,43 7,45 9.118
Semarang 75,52 12,82 7,33 10.778
Temanggung 75,35 11,89 6,52 8.369
Kendal 74,15 12,41 6,64 10.419
Batang 74,42 11,09 6,41 8.244
Pekalongan 73,35 12,00 6,55 9.208
Pemalang 72,77 11,86 6,04 7.177
Tegal 70,9 12,00 6,30 8.367
Brebes 68,2 11,34 5,88 8.898
Kota Magelang 76,58 13,10 10,28 10.793
Kota Surakarta 77,00 14,14 10,36 13.604
Kota Salatiga 76,83 14,97 9,81 14.600
Kota Semarang 77,2 14,33 10,20 13.589
Kota Pekalongan 74,11 12,59 8,28 11.253
Kota Tegal 74,12 12,46 8,27 11.748
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 128
Lampiran 11
Capaian Indeks Pembangunan Manusia dan Peringkatnya Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2014 - 2015
Provinsi/ Kabupaten/Kota
Capaian IPM Peringkat IPM Pertum-buhan 2014 – 2015
2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
JAWA TENGAH 68.78 69.49 13 12 1.04
Cilacap 67.25 67.77 21 22 0.78
Banyumas 69.25 69.89 16 16 0.93
Purbalingga 66.23 67.03 26 27 1.21
Banjarnegara 63.15 64.73 33 33 2.50
Kebumen 65.67 66.87 29 28 1.84
Purworejo 70.12 70.37 14 14 0.35
Wonosobo 65.20 65.70 30 30 0.76
Magelang 66.35 67.13 25 25 1.18
Boyolali 70.34 71.74 13 12 1.98
Klaten 73.19 73.81 7 7 0.84
Sukoharjo 73.76 74.53 6 5 1.04
Wonogiri 66.77 67.76 24 23 1.49
Karanganyar 73.89 74.26 5 6 0.50
Sragen 70.52 71.10 12 13 0.82
Grobogan 67.77 68.05 19 21 0.41
Blora 65.84 66.22 28 29 0.57
Rembang 67.40 68.18 20 20 1.16
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 129
Lampiran 11 (Lanjutan)
Capaian Indeks Pembangunan Manusia dan Peringkatnya Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2014 - 2015
Provinsi/ Kabupaten/Kota
Capaian IPM Peringkat IPM Pertum-buhan 2014 – 2015
2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pati 66.99 68.51 22 19 2.28
Kudus 72.00 72.72 9 9 1.00
Jepara 69.61 70.02 15 15 0.58
Demak 68.95 69.75 17 17 1.15
Semarang 71.65 71.89 10 11 0.32
Temanggung 65.97 67.07 27 26 1.66
Kendal 68.46 69.57 18 18 1.62
Batang 64.07 65.46 32 31 2.17
Pekalongan 66.98 67.40 23 24 0.63
Pemalang 62.35 63.70 35 34 2.17
Tegal 64.10 65.04 31 32 1.47
Brebes 62.55 63.18 34 35 1.02
Kota Magelang 75.79 76.39 4 4 0.79
Kota Surakarta 79.34 80.14 2 3 1.01
Kota Salatiga 79.98 80.96 1 1 1.22
Kota Semarang 79.24 80.23 3 2 1.26
Kota Pekalongan 71.53 72.69 11 10 1.62
Kota Tegal 72.20 72.96 8 8 1.06
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015 130