terumbu karang

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1998, luas terumbu karang Indonesia adalah 42.000 km2 atau 16,5 % dari luasan terumbu karang dunia yaitu seluas 255.300 km2 dengan 70 genera dan 450 spesies. Terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang bernilai tinggi. Manfaat yang terkandung di dalam ekosistem terumbu karang sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting dan memiliki peran strategis bagi pembangunan Indonesia saat ini dan dimasa mendatang. Indonesia memiliki ekosistem terumbu karang yang tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan nusantara. Potensi lestari sumberdaya perikanan yang terkandung di dalamnya diperkirakan sebesar 80.802 ton/km 2 /tahun, meliputi berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan kerang mutiara. Terumbu karang yang masih utuh juga memberikan nilai 1

Upload: adi-wiryana

Post on 18-Sep-2015

283 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIndonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1998, luas terumbu karang Indonesia adalah 42.000 km2 atau 16,5 % dari luasan terumbu karang dunia yaitu seluas 255.300 km2 dengan 70 genera dan 450 spesies. Terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang bernilai tinggi. Manfaat yang terkandung di dalam ekosistem terumbu karang sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting dan memiliki peran strategis bagi pembangunan Indonesia saat ini dan dimasa mendatang. Indonesia memiliki ekosistem terumbu karang yang tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan nusantara. Potensi lestari sumberdaya perikanan yang terkandung di dalamnya diperkirakan sebesar 80.802 ton/km2/tahun, meliputi berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan kerang mutiara. Terumbu karang yang masih utuh juga memberikan nilai pemandangan yang sangat indah. Keindahan tersebut merupakan potensi wisata bahari yang belum dimanfaatkan secara optimal (Dahuri et al., dalam Sudiono 2008).

Ekosistem terumbu karang sebagai salah satu ekosistem utama pesisir dan laut memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai ekologis antara lain sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut. Nilai ekonomis terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias, bahan konstruksi dan perhiasan, bahan baku farmasi dan sebagai daerah wisata serta rekreasi yang menarik. Nilai ekonomi terumbu karang yang terdapat di Indonesia dari kegiatan perikanan, perlindungan pantai, pariwisata sekitar 1,6 milyar dolar AS (Burke et al. dalam Sudiono 2008).1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, pokok permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :a. Apa itu ekosistem terumbu karang ?1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah :

b. Untuk mengetahui apa itu ekosistem terumbu karang ?

1.4 Manfaat

Bagi kalangan akademik adalah sebagai media untuk lebih mengenal seluk beluk fenomena di lingkungan pesisir khususnya ekosistem Terumbu Karang.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan sutu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain di tata surya.

Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:

a. Komponen tak hidup (abiotik)Komponen abiotik yaitu komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang mempengaruhi distribusi organisme, yaitu: Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan ungags membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya. Air. Ketrsediaan air mempengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun. Garam. konsentrasi garam mempengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis. Beberapa organisme terrestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya mempengaruhi proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan. Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di tanah. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.

b. Komponen hidup (biotik)

Komponen abiotik yaitu komponen penyusun ekosistem berupa mahkluk hidup, yaitu: Komponen autotrof

Terdiri dari organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti sinar matahari (fotoautotrof) dan bahan kimia (khemo-autotrof). Komponen autotrof berperan sebagai produsen. Organisme autotrof adalah tumbuhan berklorofil, seperti padi sawah. Komponen heterotrof

Terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organic yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba. Pengurai (dekomposer) Pengurai adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula detritivor yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe dkomposisi ada tiga, yaitu : (1). secara aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan (2). secara anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan2.2 Terumbu Karang

Secara sederhana terumbu karang adalah suatu ekosistem yang terdiri dari hewan, tumbuhan, ikan, kerang dan biota lainnya yang terdapat di kawasan tropis yang memerlukan intensitas cahaya matahari untuk hidup. Kondisi yang paling baik untuk pertumbuhan karang di suatu perairan adalah yang mempunyai kedalaman 15 20 meter, bahkan ia juga dapat hidup pada kedalaman 60 70 meter dengan perkembangan yang tidak sempurna. Terumbu karang bukanlah berdiri sendiri, ia tumbuh dan berkembang dalam bentuk koloni yang sangat komplek, maka ia dinamakan ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan salah satu potensi sumberdaya alam laut yang sangat penting dan strategis dalam kehidupan organisme yang sangat melimpah dimana terdapat lebih 4.000 species ikan, dan 2.500 jenis ikan karang yang mendiami kawasan laut dunia. (Nash. 1989, IYOR, 1997). Paling banyak tersebar di daerah tropis, sampai daerah sub tropis pada 350 LU dan 320 LS. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat rentan dan mudah mengalami kerusakan akibat eksploitasi sumberdaya lautan, labuh jangkar, limbah rumah tangga, industri, pertanian, transportasi, aliran sungai, penggunaan bahan peledak dan penangkapan ikan, penambangan karang, pengambilan bunga karang, dan kekeruhan perairan akibat aktivitas daratan Proses terbentuknya karang memerlukan waktu yang cukup panjang karena ia sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana ia hidup dan berkembang, seperti cahaya matahari, suhu, salinitas, kejernihan, arus, substrat dan parameter fisik dan kimia perairan. Kecepatan pertumbuhan karang tidak lebih dari 5 cm tiap tahun, sedangkan untuk tumbuh 10 25 cm memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun.

Terumbu karang sangat berperan terhadap produktivitas suatu perairan, dimana produktivitas primernya berkisar antara 300 5000 gc/m2/th (Meadows dan Campbell, 1988) lebih tinggi dari laut terbuka, upwelling, estuaria, hutan bakau padang lamun dan mampu menampung biomoss hewan yang tinggi antara 490 1.400 kg/ha (Baker & Kaeoniam, 1986).

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Biologi KarangTerumbu karang (coral reef) merupakan organisme yang hidup di dasar laut dangkal terutama di daerah tropis. Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang (filum cnidaria, kelas anthozoa, ordo madreporia = scleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat, yang mana termasuk hermatypic coral atau jenis-jenis karang yang mampu membuat kerangka bangunan atau kerangka karang dari kalsium karbonat

Gambar. Struktur polip dan kerangka kapur karang Hewan karang batu pada umumnya merupakan koloni yang terdiri atas banyak individu berupa polip yang bentuk dasarnya seperti mangkok dengan tepian berumbai-umbai (tentakel). Ukuran polip ini umumnya sangat kecil (beberapa mm) tetapi ada pula yang besar hingga beberapa puluh sentimeter, seperti pada jenis Fungia. Setiap polip tumbuh dan mengendapkan kapur yang membentuk kerangka.

3.2 Reproduksi KarangKarang merupakan kelompok organisme yang sudah mempunyai sistem saraf, jaringan otot dan reproduksi sederhana, akan tetapi telah berkembang dan berfungsi secara baik. Organ-organ reproduksi karang berkembang di antara mesenteri filamen dan pada saat-saat tertentu organ tersebut terlihat nyata sedang pada waktu lain menghilang, terutama untuk jenisjenis karang di wilayah subtropis. Sebaliknya, untuk karang yang hidup di daerah tropis, organ reproduksi dapat ditemukan sepanjang tahun karena siklus reproduksi berlangsung sepanjang tahun dengan puncak reproduksi dua kali dalam setahun. Hewan karang dapat melakukan reproduksi baik secara seksual maupun aseksual. Reproduksi aseksual dapat berlangsung dengan cara fragmentasi, pelepasan polip dari skeleton dan reproduksi aseksual larva. Kecuali reproduksi aseksual larva, produk dari yang lainnya menghasilkan pembatasan sacara geografi terhadap asal-usul terumbu karang dan sepanjang pembentukan dan pertumbuhan koloni dapat melangsungkan reproduksi seksual. Dalam hal reproduksi secara seksual, gametogenesis akan berlangsung di dalam gonad yang tertanam dalam mesenterium. Kejadian ini dapat berlangsung secara tahunan, namun dapat juga musiman, bulanan atau tidak menentu. Konsekuensi dari cara reproduksi ini adalah pemijahan gamet-gamet untuk fertilisasi eksternal dan perkembangan larva planula, atau pengeraman larva planula untuk dilepaskan setelah berlangsung fertilisasi internal.

Reproduksi aseksual umumnya dilakukan dengan cara membentuk tunas yang akan menjadi individu baru pada induk dan pembentukan tunas yang terus menerus merupakan mekanisme untuk menambah ukuran koloni, tetapi tidak untuk membentuk koloni baru. Pertunasan ada dua macam yaitu pertunasan intratentakuler dan pertunasan ekstratentakuler. Pertunasan intratentakuler ialah pembentukan individu baru di dalam individu lama yaitu dimana mulut baru terbentuk di dalam lingkar tentakel individu lama melalui invaginasi lempeng oral, sedangkan pertunasan ekstratentakuler ialah pembentukan individu baru di luar individu lama yaitu dimana koralit baru tumbuh di-coenosarc diantara koralit dewasa.

Cara lain dari reproduksi aseksual pada karang ialah dengan fragmentasi yaitu dimana bagian dari koloni karang yang terpisah dari induk disebabkan oleh faktor fisik (arus dan gelombang) atau faktor biologi (predator) dapat beradaptasi di lingkungan yang baru hingga tumbuh dan membentuk koloni yang baru. Suharsono (1984) menyatakan bahwa patahan-patahan karang yang terpisah dari koloninya tidak selalu diikuti dengan kematian pada jaringannya, tetapi dapat hidup dan tumbuh pada substrat yang baru, dan jika kondisinya cocok, dari patahan patahan karang tersebut bisa terbentuk koloni yang baru.

Gambar. Reproduksi aseksual karang. Pembelahan intratentakuler (A), pembelahan ekstratentakuler (B)

Proses reproduksi karang secara seksual dimulai dengan pembentukan calon gamet sampai terbentuknya gamet masak, proses ini disebut sebagai gametogenesis. Selanjutnya gamet yang masak dilepaskan dalam bentuk telur atau planula. Masing-masing jenis karang mempunyai variasi dalam melepaskan telur atau planulanya. Karang tertentu melepaskan telur yang telah dibuahi dan pembuahan terjadi di luar. Sedang karang yang lain pembuahan terjadi di dalam induknya dierami untuk beberapa saat dan dilepaskan sudah dalam bentuk planula. Planula yang telah dilepaskan akan berenang bebas dan bila planula mendapatkan tempat yang cocok ia akan menetap di dasar dan berkembang menjadi koloni baru. Karang dapat bersifat gonokhoris atau hermaprodit, dan ia mempunyai segala macam bentuk variasi reproduksi, termasuk juga adanya variasi-variasi di dalam dan antar famili, genera dan spesies.

Gambar. Sistem reproduksi karang secara seksual (fertilisasi) : (a) Polip

dewasa, (b) Larva planula, (c) Planula stadium akhir, (d) Polip muda 3.3 Rekrutmen Karang

Juvenil karang yang mengakhiri kehidupannya sebagai organisme planktonik, lalu menempel pada substrat yang cocok disebut dengan proses rekrutmen karang. Reproduksi dan rekrutmen adalah dua proses penting yang menentukan keberadaan dan keberlangsungan suatu terumbu karang. Berbeda dengan reproduksi yang merupakan proses pembentukan individu baru, rekrutmen karang merupakan proses dimana individu karang baru hasil reproduksi tersebut menjadi bagian dari komunitas di suatu terumbu karang. Salah satu proses penting dalam rekrutmen karang tersebut adalah kolonisasi yaitu suatu proses juvenil karang mulai menempati suatu habitat baru. Dalam proses ini, ada dua hal penting yang sangat menentukan yaitu ketersediaan larva itu sendiri dan adanya substrat tempat menempel.

Gambar. Ilustrasi tiga skala monitoring dan metode yang dapat digunakan

dalam menilai kondisi bio-ekologi terumbu karang

Proses penempelan larva karang pada substrat yang sesuai sampai ia menjadi bagian dari suatu ekosistem terumbu karang berlangsung dalam beberapa tahapan. Keberhasilan dalam reproduksi merupakan tahapan pertama yang harus dilalui oleh karang, sebelum larva mengakhiri kehidupan sebagai organisme planktonik dan menjadi bentik. Proses dan mekanisme pengidentifikasian tempat yang sesuai (cocok) untuk menempel sangat tergantung kemampuan larva dalam pengenalan dan pencarian terhadap substrat tersebut. Kriteria tempat yang cocok bagi penempelan larva karang adalah termasuk tipe substrat, pergerakan air, salinitas (umumnya >32 ppm), cukupnya cahaya bagi organisme simbion zooxanthellae, terbatasnya atau sedikitnya sedimentasi, dan kadang-kadang tersedianya spesies mikroalga tertentu atau terdapatnya lapisan biologis (biological films) yang biasanya terdiri dari diatom dan bakteri.

Pemilihan tempat oleh larva planula karang kemungkinan dengan dasar signal kimia yang mempengaruhi reseptor yang terletak di permukaan bagian luar larva karang. Planula karang kemudian akan bereaksi dengan lapisan biologis, dan untuk spesies karang Agaricia sp., ditemukan adanya signal kimia spesies spesifik dari CCA (crustose coraline algae) dengan spesies tertentu.

3.4 Bentuk Pertumbuhan Karang

Beberapa macam bentuk umum pertumbuhan karang, diantaranya globose, ramose, branching, digitate plate, compound plate, fragile branching, encrusting, plate, foliate dan micro atoll. Bentuk-bentuk ini dipengaruhi oleh beberapa faktor alam terutama oleh level cahaya dan tekanan gelombang., ad empat faktor lingkungan yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan karang, yaitu :1. Cahaya

Ada kecenderungan bahwa semakin banyak cahaya, maka rasio luas permukaan dengan volume karang akan semakin menurun;2. Tekanan hidrodinamis

Tekanan hidrodinamis, seperti gelombang atau arus akan memberikan pengaruh terhadap bentuk pertumbuhan karang. Ada kecenderungan bahwa semakin besar tekanan hidrodinamis, bentuk karang lebih mengarah ke bentuk encrusting. Sebagai contoh, peristiwa ini dapat dilihat dari perbandingan bentuk karang masif, Porites lutea, yang tumbuh di Pantura Jawa, seperti Jepara dengan yang berasal dari Teluk Penyu, Cilacap. Karang yang tumbuh di Cilacap cenderung berbentuk encrusting sedangkan di Jepara berbentuk glabose;3. Sedimen

Seperti diutarakan sebelumnya bahwa sedimen dapat mempengaruhi pertumbuhan karang. Namun disamping itu sedimen juga diketahui menentukan pertumbuhan karang. Ada kecenderungan bahwa karang yang tumbuh atau teradaptasi di perairan yang sedimennya tinggi, berbentuk foliate, branching atau ramose. Sedangkan di perairan jernih dengan sedimentasi yang rendah lebih banyak dihuni oleh karang yang berbentuk piring (plate dan digitate plate);4. Subareal eksposure

Subareal yang dimaksud adalah daerah-daerah yang pada saat-saat tertentu, ketika saat surut yang rendah sekali menyebabkan banyak karang yang mencuat ke permukaan air. Kondisi seperti ini biasanya cukup lama sehingga dapat menyebabkan beberapa karang tidak dapat bertahan. Berkaitan dengan hal ini ada kecenderungan bahwa semakin tinggi level eksposure, semakin banyak jenis karang yang berbentuk globose dan encrusting. Selain itu ciri spesifik adanya subaerial eksposure adalah banyaknya karang yang berbentuk micro atoll.

Gambar .Bentuk-bentuk pertumbuhan karang berdasarkan responnya terhadap tekanan lingkungan.

Bentuk koloni secara umum :1. Globose

2. Ramose

3. Branching

4. Digitate plate

5. Compound plate

6. Fragile branching

7. Encrusting

8. Plate

9. Foliate

10. Micro atoll3.5 Faktor Pembatas Terumbu Karang

1. SuhuSuhu yang dibutuhkan untuk pembentukan terumbu karang adalah sekitar 25-300 C. Suhu mempunyai peranan penting dalam membatasi sebaran terumbu karang. Suhu mempengaruhi tingkah laku makan karang. Kebanyakan karang akan kehilangan kemampuan untuk menangkap makanan pada suhu diatas 33,50C dan dibawah 160C. Pengaruh suhu terhadap karang tidak saja yang ekstrim maksimum dan minimum saja, namun perubahan mendadak dari suhu alami sekitar 46 0C di bawah atau di atas ambient dapat mengurangi pertumbuhan karang bahkan mematikannya.2. CahayaAlasan untuk pembatasan kedalaman adalah berhubungan dengan kebutuhan cahaya. Cahaya adalah suatu faktor yang paling penting yang membatasi terumbu karang sehubungan dengan laju fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang. Tanpa cahaya yang cukup laju fotosintesis akan berkurang sehingga bersama dengan itu kemampuan karang dalam menghasilkan kalsium karbonat akan berkurang pula. Titik kompensasi untuk karang nampaknya merupakan kedalaman dimana intensitas cahaya berkurang sampai 15-20% dari intensitas permukaan. Sehubungan dengan proses fotosintesis oleh zooxanthellae, karang hermatipik mampu membentuk kerangka kapur 2 hingga 3 kali lebih cepat di tempat terang dibandingkan di tempat gelap. Ini merupakan pengaruh cahaya dalam meningkatkan laju kalsifikasi yang memungkinkan terumbu lebih cepat dibandingkan pengikisan oleh pengaruh laut dan organisme lain. Cahaya diperlukan bagi proses fotosintesis alga simbiotik. Kedalaman penetrasi cahaya matahari mempengaruhi kedalaman pertumbuhan karang hermatipik. Kebutuhan oksigen untuk respirasi fauna pada suatu terumbu karang dapat diatasi dengan adanya alga simbiotik (zooxanthella). Oksigen tambahan tersebut dihasilkan dari proses fotosintesis, yang hanya dapat berlangsung apabila ada cahaya matahari. Oleh karenanya intensitas dan kualitas cahaya matahari yang dapat menembus air laut penting untuk fotosintesis pada zooxanthella yang seterusnya akan menentukan sebaran vertikal karang yang mengandungnya.3. KedalamanSecara umum pertumbuhan karang tumbuh pada kedalaman berkisar antara 10-15 m. Semakin dalam laju pertumbuhan karang semakin menurun. Hal ini membuktikan bahwa setiap gangguan yang merubah kualitas lingkungan akan berpotensi terhadap turunnya laju pertumbuhan karang. Kedalaman maksimum untuk karang hermatipik adalah 45 m, lebih dalam dari ini cahaya sudah terlampau lemah untuk memungkinkan zooxanthellae menghasilkan oksigen yang cukup bagi karang.4. Pergerakan air, arus, dan gelombangUmumnya terumbu karang lebih berkembang pada daerah-daerah yang mengalami gelombang besar. Koloni karang dengan kerangka-kerangka yang padat dan masif dari kalsium karbonat tidak akan rusak oleh gelombang yang kuat. Pada saat yang sama gelombang-gelombang itu memberikan sumber air yang segar, memberi oksigen dalam air laut dan menghalangi pengendapan pada koloni, selain itu juga memberi plankton yang baru untuk makanan koloni karang.Arus diperlukan untuk mendatangkan makanan berupa plankton. Di samping itu juga untuk membersihkan diri dari endapan-endapan dan untuk mensuplai oksigen dari laut lepas. Oleh karenanya pertumbuhan karang di tempat yang airnya selalu teraduk oleh arus dan ombak, lebih baik dari daerah berarus dan berombak.5. SalinitasSalinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar 35, dan binatang karang hidup subur pada kisaran salinitas sekitar 34-36. Mengutarakan perairan yang menerima pasokan air tawar dari sungai secara terus menerus maka daerah tersebut tidak akan terdapat terumbu karang.6. SedimentasiSedimentasi umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembangunan daerah pantai, pengerukan, pertambangan, pengeboran minyak, pembukaan hutan dan aktivitas pertanian yang membebaskan sedimen (terrigenous sediments) ke perairan pantai atau terumbu karang. Selain jenis sedimen di atas, ada pula sedimen lain yang berasal dari erosi karang-karang, baik secara fisik maupun biologi (bioerosi) yang disebut carbonate sediment. Bioerosi biasanya dilakukan oleh hewan-hewan laut seperti bulu babi, ikan, bintang laut dan sebagainya. Endapan baik dalam air maupun di atas terumbu karang, mempunyai pengaruh negatif terhadap karang. Kebanyakan karang hermatipik tak dapat bertahan dengan adanya endapan yang berat, yang menutupinya dan menyumbat struktur pemberian makanannya. Endapan dalam air juga mempunyai akibat sampingan yang negatif, yaitu mengurangi cahaya untuk fotosintesis oleh zooxanthellae dalam jaringan karang akibatnya, perkembangan terumbu karang berkurang atau menghilang dari daerah-daerah yang pengendapannya besar.Suatu daerah yang tidak banyak menerima limpahan dari sungai, seperti daerah kepulauan, laju sedimentasi cenderung rendah, terkecuali jika ada aktivitas yang merangsang terbentuknya sedimen. Namun jika perairan karang tersebut berdekatan dengan muara sungai dengan pengelolaan lahan di atas yang buruk biasanya memiliki laju sedimentasi yang tinggi terutama pada saat musim penghujan.7. PhTerumbu karang sebagai biota laut membutuhkan tingkat keasaman yang sesuai dengan pH rata-rata yang terdapat di perairan laut. Habitat yang cocok bagi pertumbuhan karang adalah yang memiliki pH antara 8,2-8,5. perubahan pH air laut (asam atau basa) akan mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas biologis. Jika nilai pH rendah atau bersifat asam berarti kandungan oksigen rendah.3.6 Ikan Karang

Indonesia merupakan salah satu kawasan yang memiliki jumlah ikan karang terkaya di dunia. Terdapat 123 spesies yang termasuk famili Pomacentridae, yang sekarang diperbarui sebanyak 152 spesies yang merupakan total tertinggi di dunia, sebanyak 87 spesies ikan bidadari (Pomacentridae) dan ikan kupu-kupu (Chaetodontidae) yang terdapat di Indonesia, yang juga merupakan jumlah tertinggi di dunia. Komunitas ikan karang merupakan salah satu komponen utama dalam ekosistem terumbu karang karena didapatkan dalam jumlah banyak dan menyolok. Karena jumlahnya yang besar dan mengisi seluruh daerah di terumbu, maka terlihat dengan jelas bahwa mereka merupakan penyokong hubungan yang ada di dalam ekosistem terumbu karang. Salah satu sebab tingginya keragaman spesies di terumbu karang adalah variasi habitat terumbu yang terdiri dari karang, daerah berpasir, teluk dan celah, daerah alga dan juga daerah yang dangkal serta zona-zona yang ebrbeda yang melintasi karang.

Secara komersial, ikan-ikan karang memegang peranan penting dalam sektor perikanan dan pariwisata. Ikan karang merupakan jenis ikan yang umumnya menetap atau relatif tidak berpindah tempat dan pergerakannya relatif mudah di jangkau. Jenis substrat yang biasanya dijadikan habitat antara lain karang hidup, karang mati, pecahan karang dan karang lunak. Berdasarkan tingkah lakunya, ikan karang ada yang hidup secara individual atau ditemukan menyendiri contohnya ikan lepu ayam (Pterios sp.), mengelompok 3-10 ekor contohnya ikan kambuna (Platax sp.) dan dalam bentuk gerombolan contohnya ikan ekor kuning (Caesio sp.). Kelompok ikan karang terdiri dari: a) jenis ikan yang hidup menetap di karang; b) ikan yang minimal menggunakan wilayah terumbu karang sebagai habitatnya; c) jenis ikan yang hanya berada di terumbu karang pada sebagian siklus hidupnya, misalnya saat juvenil dan pada saat dewasa baru keluar dari terumbu.

Selain kecenderungan tersebut, ikan karang juga mempunyai sifat teritorial, mereka akan menentukan wilayah kekuasaannya sehingga jika mereka diusik oleh penyelam, beberapa saat kemudian akan datang kembali ke wilayah tersebut. Contohnya pada jenis ikan betok laut (Pomacentrus sp.), ikan giru (Amphiprion sp.) dan ikan kepe-kepe (Chaetodon sp.), sedangkan yang bersifat migratori atau senantiasa berpindah ekosistem antara lain ikan hiu (Carcharinus sp.).

Sekitar 30 sampai 100 spesies dari beberapa famili ikan karang yang banyak mendominasi, diantaranya adalah Pomacentridae (ikan betok laut), Chaetodontidae (ikan kepe-kepe), Acanthuridae (ikan pakol), Scaridae (ikan kakatua), Apogonidae (ikan serinding), Gobiidae (ikan gobi) dan Serranidae (ikan kerapu). Umumnya ikan-ikan karang ini mudah ditandai dari warna, corak dan struktur badannya yang berbeda, sehingga memudahkan dalam pengamatan jenis dan tingkah laku ikan-ikan karang.Keberadaan ikan karang pada suatu daerah terumbu karang secara langsung dipengaruhi oleh kesehatan terumbu atau persentase penututupan karang hidup yang berhubungan dengan ketersediaan makanan, tempat berlindung dan tempat memijah bagi ikan. Distribusi dan kelimpahan komunitas ikan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor biologi dan fisik seperti gelombang, sedimen, kedalaman, perairan kompleksitas topografi dari substrat terumbu karang.

Hampir seluruh ikan yang hidup di terumbu karang mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap ekosistem karang, baik dalam hal perlindungan maupun makanan. Oleh karenannya jumlah individu, jumlah spesies dan komposisi jenisnya sangat dipengaruhi oleh kondisi setempat. Telah banyak penelitian yang membuktikan adanya korelasi positif antara kompleksitas topografi terumbu karang dengan distribusi dan kelimpahan ikan-ikannya. Oleh karena itu pengamatan ikan karang ini senantiasa dilakukan bersamaan dengan pendataan bentuk pertumbuhan terumbu karang.3.7 Ancaman terhadap terumbu karang

Fenomena alam dan berbagai tindakan destruktif masyarakat mengancam kesehatan maupun keberadaan terumbu karang. Ancaman terhadap terumbu karang dibagi menjadi dua kategori yaitu ancaman bencana alam dan ancaman yang ditimbulkan oleh manusia. Ancaman yang ditimbulkan oleh alam termasuk kerusakan akibat badai, perubahan suhu. Sedangkan ancaman yag disebabkan oleh aktivitas manusia adalah :

a. Praktek penangkapan dengan racun, dengan peledak, muroami .

b. Sedimentasi , polusi dan sampah

c. Pertambangan

d. Praktek tourism yang tidak berkelanjutan.

e. Membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air lautf. Membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang

g. Pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut.

h. Pengunaan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut juga.

i. Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya.

j. Terdapatnya predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella.

k. Penambangan

l. Pembangunan pemukimanm. Reklamasi pantai

n. Polusio. Penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti pemakaian bom ikan

Praktek penangkapan besarbesaran dengan bahan peledak dan cianida di Indonesia. Penyebabnya adalah demand yang tinggi terhadap ikan karang terutama jenis kerapu ( groupers) maupun ikan Napoleon wrasse. Dengan nilai pasar yang tinggi berkisar US$ 60-180 per kilo telah menyebabkan perburuan ikan karang dihampir seluruh perairan Indonesia. Untuk menjaga profit yang menggiurkan ini mau tidak mau supply tetap banyak dan biaya ektraksi harus murah, sehingga masyarakat beramai-ramai memanen ikan menggunakan bahan peledak dan sianida.

Gambar. Penggunaan bom ikan

Gambar. Penggunaan sianida

Gambar. Kerusakan terumbu karang

Umumnya penyebab sedimentasi karena penebangan hutan atau aktivitas masyarakat kota, sehingga simbiose algae dan karang menjadi terhalang dari penangkapan cahaya matahari. Sedimentasi yang lebih parah terjadi apabila penutupan lahan seperti reklamasi daerah estuaria dan pantai. Sedangkan polusi yang terjadi disebabkan oleh bahan kimia pertanian dan limbah industri yang dibuang keperairan. Biaya polusi dan sampah kota selama 1 tahun di Indonesia adalah 987 milyar USD. Sedangkan keuntungan dari tourisme adalah 101 milyar USD,dari perikanan 221 milyar USD, dan kesehatan (farmasi ) sebesar 4,8 mlyar USD Sehingga total manfaat yang didapatkan dari ekosistem terumbu karang adalah 327 milyar USD, atau sepertiga dari total biaya sebesar 987 milyar USD.

Praktek penambangan karang sejak lama terjadi, umumnya untuk membangun fondasi rumah penduduk atau kantor pemerintah di pulau terpencil dan untuk campuran semen. Penambangan karang tidak hanya menghancurkan karang tetapi juga mengakibatkan penebangan hutan untuk pembakaran karang. Penambangan karang juga berdampak terhadap jasa ekologis seperti pelindung garis pantai . Di dalam terumbu karang, koral adalah kerangka ekosistemnya. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya, koral merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Baik buruknya kondisi suatu ekosistem terumbu karang dilihat dari komunitas karangnya. Kehadiran karang di terumbu akan diikuti oleh kehadiran ratusan biota lainnya (ikan, invertebrata, algae), sebaliknya hilangnya karang akan diikuti oleh perginya ratusan biota penghuni terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan efisiensi yang sangat tinggi. Lokasinya yang dekat pantai mengakibatkan pertemuan berbagai komponen biotik yang memberikan banyak masukan dan menghasilkan energi yang besarDisamping menghasilkan sedimen kapur pembentuk terumbu, karang juga meningkatkan kompleksitas dan produktivitas ekosistem. Karang kadangkala disebut juga sebagai karang batu (karang yang keras seperti batu) atau karang terumbu (karang yang menghasilkan kapur pembentuk terumbu). Hal ini untuk membedakannya dengan karang lunak. Jika istilah karang digunakan secara sendiri maka itu mengacu pada karang batu atau karang terumbu, bukan karang lunak. Karang mendapatkan makanan sebagian besar (>70%)dari algae zooxanthellae yang terdapat di dalam tubuhnya sedangkan sisanya ia dapat memakan plankton atau bahkan sedimen.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di dunia. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di dunia. Dewasa ini, kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara pesat. Terumbu karang yang masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%. Kerusakan ini menyebabkan meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang alami. Meskipun faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang telah dibatasi oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), laju eksploitasi terumbu karang masih tinggi karena buruknya sistem penanganannya.

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan Terumbu karang (coral reef) merupakan organisme yang hidup di dasar laut dangkal terutama di daerah tropis. Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang (filum cnidaria, kelas anthozoa, ordo madreporia = scleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat, yang mana termasuk hermatypic coral atau jenis-jenis karang yang mampu membuat kerangka bangunan atau kerangka karang dari kalsium karbonat. Dikenal beberapa macam bentuk umum pertumbuhan karang, diantaranya globose, ramose, branching, digitate plate, compound plate, fragile branching, encrusting, plate, foliate dan micro atoll. Bentuk-bentuk ini dipengaruhi oleh beberapa faktor alam terutama oleh level cahaya dan tekanan gelombang.4.2 Saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar pembaca dapat menambahkan pengetahuan mengenai terumbu karang dari literatur-literatur yang ada. Selain itu kita juga dapat mengkomposisikan berbagai macam konsep penyelamatan terumbu karang yang ada untuk membantu kita sebagai mahasiswa dalam melakukan aktvitas di dimanapun kelak yang tentunya masih memiliki hubungan dengan bidang perikanan itu sendiri.22