terpaan iklan dan brand image - digilib.uns.ac.id/terpaan... · bahwa iklan merupakan suatu media...
TRANSCRIPT
TERPAAN IKLAN DAN BRAND IMAGE
(Studi Korelasi Terpaan Iklan LA.Light di Media Televisi Nasional Dengan
Brand Image Mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2007 UNS
Terhadap Iklan LA.Light)
disusun oleh :
LUCIA IKA PRECISA
D1207542
SKRIPSI
(diajukan sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Periklanan dapat dipahami dari berbagai sudut pandang. Salah satunya
bahwa iklan merupakan suatu media dan pesan sekaligus sebuah proses
komunikasi yang mempunyai tuntutan untuk dapat menciptakan alur komunikasi
antara komunikator dan komunikan seefektif mungkin. Periklanan juga diartikan
sebagai alat komunikasi masa yang berguna untuk menarik kesadaran,
menanamkan citra serta mengembangkan sikap audience. Dilain sisi, periklanan
memerlukan elemen media masa dalam dalam penyampaian pesannya, karena
media masa merupakan sarana yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan
kepada target audience. Hal ini yang membuat periklanan dikategorikan sebagai
komunikasi masal yang bersifat non personal.
Iklan bukan hanya menampilkan produk yang ditawarkan, tapi
sekaligus untuk menyampaikan dan mengkomunikasikan suatu produk kepada
pasar yang dipilih (target market), untuk memberikan informasi tentang
keistimewaan, kegunaan, serta yang paling penting adalah keberadaan produk
tersebut, agar dapat mengubah sikap ataupun mendorong konsumen untuk
bertindak (mengkonsumsi) dan diikuti segala kegiatan sesudahnya. Maka dari itu,
penting dalam sebuah iklan untuk merancang pesan dengan sedemikian rupa agar
bisa membujuk atau mempengaruhi konsumen.
Pada intinya tujuan periklanan adalah menawarkan barang atau jasa
dengan jalan menyampaikan pesan-pesannya melalui suatu media. Tujuan
periklanan juga dapat digolongkan menurut sasarannya/target audience, dan
dapat dikelompokkan berdasarkan pengelompokkan demografis, geografis,
ekonomi, dan kepercayaan/religi. Dilain pihak, bagian pemasar juga dapat
mengelompokkan target audience berdasarkan pengelompokkan segmentasi
pembeli produk.
Pengelompokkan berdasarkan pembeli produk berarti pemasar harus
mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi produk,
termasuk seberapa sering mereka membeli produk dan sebagainya. Cara
pengelompokkan target audience lainnya adalah dengan berdasarkan psikografi.
Pengelompokkan psikografi ini memilih target market berdasarkan motivasi dan
perilaku maksudnya suatu pembelian tidak akan pernah terjadi kecuali muncul
motivasi/dorongan yang mendasari terpenuhinya kebutuhan, dan perilaku
konsumen (consumen behavior) merupakan suatu proses atau tindakkan yang
langsung terlibat dalam menadapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan
produk/ jasa.
Hal yang secara umum dikelompokkan dalam psikografi adalah gaya
hidup dan kepribadian (kecendrungan konsumen dalam mengikuti trend). Oleh
karena itu, dalam menentukan sasaran, identifikasi audience harus jelas jika tidak,
pesan yang akan disampaikan dalam iklan tidak akan efektif atau menjadi tidak
jelas, apakah itu menginformasikan, membujuk ataupun mengingatkan.
Pengidentifikasian audience itu tergantung dari jenis produk yang ditawarkan.
Identifikasi audience yang tepat diharuskan dalam sebuah iklan rokok,
karena iklan rokok merupakan salah satu iklan yang memiliki karakteristik
tersendiri, yakni tidak boleh menampilkan produk yang ditawarkan berikut
aktivitas pengkonsumsiannya.
Secara umun iklan rokok yang ditayangkan di televisi tidak pernah
menampilkan gambar orang merokok, hal ini dikarenakan Peraturan Pemerintah
(PP) melarang iklan rokok menampilkan gambar rokok dan aktivitas merokok.
Akibatnya perusahan-perusahaan rokok saling beradu kreatif dalam
berkomunikasi dengan target audience dan setiap iklan rokok mengemas produk
mereka dengan gaya/ciri khas masing-masing sehingga memiliki karateristik dan
image tersendiri.
Penayangan iklan rokok ditelevisi sangatlah ketat, bahkan pernah
melalui PP No. 18/ 1999, rokok dilarang beriklan kecuali hanya menggunakan
media luar ruangan atau media cetak saja. Tak heran jika pada akhirnya
menimbulkan gejolak dan aksi protes dari perusahan-perusahaan rokok terhadap
PP ini. Maka atas kesepakatan bersama antara pemerintah dengan Asosiasi
Produsen Rokok Kretek Indonesia (GAPRI), peraturan tersebut direvisi dengan
PP No. 38/200, yang menyatakan bahwa iklan rokok diperbolehkan beriklan
dimedia masa, namun tidak boleh memperlihatkan aktivitas merokok atau
memperlihatkan bungkus rokok. Selain itu, waktu tayang iklan rokok ditelevisi
dibatasi dari pukul 21.30 sampai pukul 05.00waktu setempat, dan sekarang
ditambah lagi dengan aturan bahwa iklan rokok tidak boleh menggunakan animasi
atau ikon-ikon yang dekat dengan anak.
Berdasarkan PP baru ini, dan dengan adanya tingkat persaingan yang
tinggi diantara perusahaan-perusahaan rokok, membuat mereka harus memutar
otak untuk adu strategi dan kreativitas dalam menarik, membentuk, membangun
brand image sehingga secara otomatis volume penjualan meningkat.
Memahami hal tersebut Iklan rokok LA Light hadir dengan visualisasi
yang berbeda, Iklan LA.Ligth buka dalam visual nuansa pesta perkawinan.
Syahdan ceritanya, Agus ‘’Ringgo’’ Rahman sebagai model iklan banyak dihujani
pertanyaan oleh tamu undangan perihal statusnya yang masih jomblo alias
bujangan. Mereka, para tamu undangan, bertanya pada Ringgo, kapan ia menikah.
Karena pernyataan tersebut terkesan menyudutkan dirinya dan Ringgo seakan-
akan dipaksa harus segera menjawab, maka Ringgo dengan gaya cuek dan santai
menjawab pertanyaan tersebut secara singkat, ‘’Mei’’.
Sejurus kemudian, para undangan yang mengajukan pertanyaan secara
spontan merasa gembira atas jawaban kepastian pernikahan Ringgo yang akan
diselenggarakan bulan Mei. Tetapi oleh si Ringgo ucapan kata ‘’Mei’’ merupakan
kependekan kata mei + be = maybe: ‘’Maybe Yes Maybe No’’ dalam sebuah
rangkaian kalimat yang diucapkannya sambil pergi meninggalkan kerumunan
tamu undangan. Adegan ditutup dengan tampilan logo rokok LA Ligh.
Iklan komersial yang gencar di tayangkan di beberapa stasiun televisi
swasta ini adalah bukti nyata dari sebuah eksekusi desain iklan dengan
menggunakan pendekatan guyon pari keno ala parodi. Dengan pendekatan
guyonan pari keno ala parodi, diharapkan calon konsumen terhibur dengan
tayangan iklan tersebut dan pesan yang disampaikan bisa menancap dengan mulus
di benak target sasaran, tanpa pretensi menggurui dan nyinyir. Selanjutnya ketika
konsumen membutuhkan produk tersebut, maka merek produk yang sudah masuk
dalam rekaman otak konsumen akan segera dikeluarkan dalam bentuk aktivitas
nyata, yaitu membeli produk tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui apakah ada
hubungan antara penayangan iklan yang gencar dengan brand image yang
terbentuk melalui pesen iklan yang diterima oleh audience. Sehingga dalam
penelitian ini penulis mengambil judul ” korelasi antara terpaan iklan dan brand
image mahasiswa terhadap iklan LA.Light” .
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut : “ada korelasi antara terpaan iklan LA.Ligth dengan
brand image mahasiswa terhadap iklan LA.Light?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dan agar penelitian ini
menjadi lebih terarah secara jelas maka penelitian ini bertujuan untuk : “
Mengetahui apakah ada korelasi antara terpaan iklan LA.Ligth dengan brand
image mahasiswa terhadap iklan LA.Light.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana berpikir
ilmiah yang didapat dibangku kuliah terhadap masalah-masalah
periklanan.
2. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi,
acuan dan masukan bagi perusahaan dalam mengetahui efektivitas
periklanan yang dilakukan.
3. Bagi penelitian lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran dan
acuan bagi peneliti lain yang berminat terhadap penelitian dengan pokok
permasalahan yang sama.
E. Kerangka Teori
Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk
menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia. Menurut definisi
Carl I. Hovland “komunikasi adalah proses dimana individu (komunikator)
mengoper perangsang (biasanya berupa lambang-lambang bahasa) untuk merubah
tingkah laku individu-individu yang lain atau komunikan”. 1 Komunikasi bukan
sekadar penerusan informasi dari sumber kepada publik, ia lebih mudah dipahami
sebagai penciptaan kembali gagasan-gagasan informasi oleh publik jika diberikan
petunjuk dengan simbol, slogan atau tema pokok.
1 Djoenasih S. Sunaryo. Pengantar Ilmu Komunikasi 1.Liberti. Yogyakarta. 1991. hal 15
Dalam komunikasi, pesan dapat disampaikan dari komunikator kepada
komunikan melalui dua macam saluran, yaitu media massa dan saluran antar
persona. Dalam hal ini media massa meliputi surat kabar, majalah, film, radio, dan
televisi.
Komunikasi diawali dengan proses penyampaian encoding dari seorang
komunikator, atau sering disebut tahap penyandian, hal ini bisa berupa simbol
kata atau tulisan yang disebut sebagai pesan. Setelah ide itu disandikan dalam
bentuk kata-kata yang dapat didengar dan dibaca oleh orang lain (komunikan),
komunikan tersebut kemudian menafsirkan apa makna pesan yang disampaikan
oleh komunikator tersebut. Kegiatan menangkap (mendengar atau membaca)
pesan itu disebut , penyandian ulang (decoding) atau persepsi, sedangkan proses
memahami pesan atau memberi makna disebut interprestasi atau menafsirkan.
Setelah memahami maksud yang disandikan, seorang komunikan memberi
tanggapan dengan meng-encode pikirannya menjadi simbol kembali, maka
terjadilah komunikasi antara komunikator dan komunikan yang melibatkan
encoding-interpeting-decoding dan persepsi-interprestasi-simbolisasi.
Komunikasi sebagai proses berlangsung sepanjang waktu. Komunikasi
yang berlangsung “saat ini” merupakan kelanjutan dari komunikasi yang telah
berlangsung sebelumnya, dan mungkin akan berlanjut pada masa sesudahnya. dan
komunikasi yang berlangsung “saat ini” hanya bisa dimengerti karena sebelumnya
telah terjadi komunikasi.
Komponen-komponen komunikasi massa yang mencirikan sifat khusus institusi
media adalah :
1. “Si pengirim” dalam komunikasi massa selalu merupakan bagan dari
sebuah kelompok yang teorganisir, dan seringkali merupakan anggota dari
sebuah lembaga yang punya fungsi lain sebgai komunikasi.
2. “Si penerima” selalu seseorang tetapi juga dapat dilihat oleh si pengirim
sebagai suatu kelompok atau kumpulan dengan beberapa atribut umum
tertentu.
3. Salurannya tidak lagi terdiri dari hubungan antar manusia, alat-alat
ekspresi atau alat indera tetapi mencakup alat-alat dengan sistem
penyebaran yang berdasarkan tehnologi. Sistem-sistem ini tetap memiliki
komponen-komponen sosial, karena terikat pada hukum, adat istiadat,
harapan-harapan masyarakat.
4. Pesan-pesan dalam komunikasi massa bukan merupakan sesuatuyang unik,
tetapi merupakan struktur simbolik yang diproduksi secara massal, dapat
diulang-ulang dan seringkali sangat komplek sifatnya. 2
Karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga mempunyai
karakteristik psikologis yang khas, antara lain :
1. Pengendalian Arus Informasi
Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan
yang disampaikan dan yang diterima. Menurut Cassata dan Asante
(1979:12), bila arus informasi hanya dikendalikan oleh komunikator,
2 Mursito BM. Memahami Institusi Media. Lindu Pustaka dan SPIKOM. Surakarta. 2006. hal. 30
situasi dapat menunjang persuasi efektif. Sebaliknya bila khalayak dapat
mengatur arus informasi, situasi akan mendorong belajar yang efektif.3
2. Umpan Balik
Dalam komunikasi umpan balik dapat diartikan sebagai respons,
peneguhan, dan servomekanisme internal. Sebagai respons, umpan balik
adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberitahu
sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan kepada sumber
untuk menentukan perilaku selanjutya. Sebagai peneguhan, respon yang
diperteguh akan mendorong orang mengulangi respon tersebut.
Sebaliknya, respons yang tidak mendatangkan ganjaran-atau tidak
diperteguh- akan dihilangkan. Umpan balik sebagai servomekanisme,
artinya dalam setiap sistem, selalu ada aparat yang memberikan respons
pada jalannya sistem. Disini sikap, yang diperoleh melalui belajar,
diinternalisasi dalam diri indinidu sebagai mekanisme yang menstabilkan
individu.
3. Stimulasi Alat Indera
Orang menerima stimuli lewat seluruh alat indera. Ia dapat mendengar,
melihat, mencium, meraba, dan merasa. Dalam komunikasi massa, stimuli
alat indera bergantung pada media massa. Pada surat kabar dan majalah,
pembaca hanya melihat. Pada radio dan rekaman audiktif, khalayak hanya
mendengar. Pada televisi dan film, kita mendengar dan melihat.
3 Dan Nimmo.Op. Cit. hal.190
4. Proporsi Unsur Isi dengan Hubungan
Dalam komunikasi massa, unsur isi (apanya) dianggab lebih penting.
Berita disusun berdasarkan sistem tertentu dan ditulis dengan
menggunakan tanda-tanda baca dan pembagian paragraf yang tertib. Pesan
media massa juga dapat dilihat atau didengar kembali, begian-bagian
berita yang penting dapat dikliping dan dilihat kembali bila diperlukan.
Hal ini menunjukkan bahwa pesan media massa dapat disimpan,
diklasifikasi, dan didokumentasikan.
Proses komunikasi dalam komunikasi massa berlangsung dengan
menggunakan media massa. DeFleur/Dennis, menunjuk adanya lima proses
komunikasi massa :
1. Sebuah pesan diformulasikan oleh para komunikator profesional.
2. Pesan dikirim secara cepat dan kontineu dengan meneruskannya melalui
media
3. Pesan menjangkau audien yang luas dan beragam, yang menyertai media
dengan cara selektif.
4. Individu anggota audien menginterprestasikan pesan dengan cara sesuai
dengan makna berdasarkan pengalamannya yang diharapkan kurang lebih
sama denagn yang dimaksud komunikator profesional.
5. Sebagai hasil pengalaman makna ini anggota audien dipengaruhi dalam
suatu cara, bahwa komunikasi memiliki pengaruh.4
4 Mursito BM. Op. Cit. hal. 31
Media massa sering diidentifikasikan dengan pers. Wujud dari media
massa menurut Undang-undang No.40/1999 pasal 2 adalah perusahaan penerbitan
yang bergerak di bidang media cetak, meliputi perusahaan penerbitan surat kabar,
majalah, tabloid, dan Buku. sedang media elektronika terdiri dari radio dan
televisi
Televisi merupakan media elektronik yang memiliki kemampuan
menyampaikan informasi dengan memperlihatkan gambar dan memperdengarkan
suara. Kemudian diterima oleh indera penglihatan dan pendengaran pemirsa yang
sedang menyaksikan siaran televisi. Sastro Subroto :
“Televisi merupakan sentuhan syaraf kita, yang berkenaan dengan
pandang dengar, dengan kamera, mikropon serta video kabel yang
membawa sinyalnya dan seperti kita ketahui bahwa menerima berbagai
informasi melalui mata yang paling besar prosentasenya, sampai 75% dari
seluruh informasi yang dapat diterima dengan jalan melihat”.5
Setiap media mempunyai karakteristik masing-masing, termasuk media
televisi yang mempunyai kekuatan : media massa, jangkauannya luas, bersuara,
gambar, warna, dan bergerak, memiliki citra yang positif, menarik perhatian.
Onong U effendi mengungkapkan :
“...bahwa televisi mempunyai daya tarik yang kuat tidak perlu dijelaskan
lagi. Kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-
kata, musik dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tadi juga 5 Darwanto Sastro Subroto. Produksi Acara Televisi. Duta Wacana Universitu Press. Yogyakarta. 1994. hal. 4
memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang mampu meninggalkan
kesan mendalam.”6 Pendapat ini diperkuat lagi oleh Bovee dan Arens
The combination of sight, sound and movement; the opportunity
todemonstrate the produc; the potential to use special efect; the
believability of seeing it happen right before your eyes; and the emphaty
of the viewer.7
Kekuatan daya tarik yang dimiliki televisi seperti unsur kata-kata, musik,
sound effeck dan unsur visual yang berupa gambar bergerak, telah menjadikan
televisi sebagai teman bagi pemirsa dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Jadi
jelas televisi merupakan media massa yang cukup familiar di kalangan
masyarakat.
Untuk mengakses media televisi, khalayak tidak membutuhkan keahlian
khusus, karena hanya dengan menyediakan waktu dan memberikan perhatian,
maka pemirsa sudah dapat menikmati tayangan acara televisi. Di saat menonton
televisi itulah audiens berada pada posisi yang terhubung dengan media,
sedangkan pesan-pesan dalam tayangan yang disiarkan televisi, menerpa audiens
secara aktual. Seperti penjelasan yang diberikan Larry Shore tentang media
exposure, sebagai berikut :
6 Onong U. Effendi. Teori-Teori Komunikasi. Remaja Karya. Bandung. 1995. hal 173 7 Curtland L. Bovee & William f. Arens, contemporary of advertising, second edition ,Irwin lomewood,Ilionis 2007,hal 435
“Media exposure ternyata lebih kompleks dari pada sekedar mengakses,
karena bertujuan tidak hanya dengan apa dan seseorang berada dalam
daerah yang terhubung dengan media massa, tetapi juga apakah seseorang
secara aktual diekpos pesan. Exposure adalah mendengar, melihat,
membaca atau lebih ummnya pengalaman, dengan perhatian pesan media
massa yang jumlahnya sedikit sekali”.8
Perhatian yang diberikan pemirsa terhadap tayangan yang disiarkan
televisi, yaitu dengan melihat, membaca, dan mendengarkan pesan-pesan yang
disampaikan media massa, merupakan wujud dari perilaku audiens dalam
menggunakan media. Pada saat menonton televisi, audiens terkena terpaan pesan
dari acara televisi yang ditayangkan, sehingga terjalin hubungan antara media dan
khalayak.
Untuk mengetahui sejauh mana keaktifan audiens dalam menggunakan
media massa, maka Franc Biocca mengungkapkan lima karakteristik yang
menggambarkan keadaan audiens pada saat terkena terpaan pesan media, yaitu :
1. Selectivity (selektifitas)
Kemampuan audiens untuk menetapkan pilihan terhadap media dan isi
yang akan diekspos.
2. Utilitarianism (kemanfaatan)
Kemampuan audiens untuk menemukan kebutuhan dan tujuannya
menggunakan media. 8 Dra. Sofiah. Hubungan Antara Terpaan Kampanye Pemilu malalui Media Televisi dengan Perilaku Pemilih. Program Paska Sarjana Universitas Padjajaran. Bandung. 2001
3. Intentionality (kesengajaan)
Kesengajaan audiens menggunakan media, kemampuan audiens dalam
mengungkapakan tujuan penggunaan isi media.
4. Involvement (keterlibatan)
Keterlibatan audiens dengan memperhatikan, memikirkan tentang media
dan penggunaannya, yaitu kemampuan audiens mengikuti isi pesan yang
disampaikan media, kemampuan memikirkan pesan yang disampaikan
media.
5. Impervious to influence (kemampuan melawan pengaruh media).
Kemampuan mempertimbangkan setiap isi pesan, serta keterlibatan
pemikiran dalam menilai setiap isi pesan yang disampaikan media. 9
Kelima elemen ini akan menggambarkan terpaan media terhadap
seseorang dan juga dapat diketahui pula bagaimana perilaku audiens dalam
menggunakan media. Dengan memperhatikan terus program acara yang
ditontonnya, serta berusaha untuk mengerti dan memahami pesan yang
disampaikan, nantinya pemirsa akan memberi penilaian terhadap tayangan yang
ditontonnya, dan terkadang pemirsa membandingkannya dengan tayangan lain.
Media massa dalam kadar tertentu dan terhadap individu tertentu
mempunyai pengaruh atau dampak. Ada banyak faktor yang ikut andil
ketika kita menyimpulkan bahwa sebuah perilaku dipengaruhi oleh media.
Pemikiran teoritik tentang dampak media mengalami perkembangan dan 9 Stephen W Littlejohn. Theories of Human Communication. Wadsworth. Belmont, CA< USA. 2002. hal 312
pergeseran waktu, dipengaruhi oleh suasana, tempat, dan waktu, serta
bebrapa faktor lingkungan, yakni : kepentingan pemerintah dan pembuat
undang-undang, kebutuhan industri, aktivitas berbagai kelompok penekan,
tujuan propaganda politik dan komersial, tekanan opini publik pada saat
bersangkutan, dan model ilmu sosial.10
Munculnya berbagai pemikiran teoritik bersandar “Teori Peluru”
membuktikan bahwa suatu saat media dianggap memiliki pengaruh dan dampak
yang besar pada audiens. Tetapi disaat lain, muncul teori yang menyanggahnya,
Two Step Flow, teori yang mengatakan bahwa media memiliki pengaruh tetapi
pengaruh itu tak sebesar yang digambarkan teori peluru.
Dampak media dapat didefinisakn sebagai akibat yang diterima audien
setelah menerima pesan dari komunikator. Namun, dampak media tidak hanya
disebabkan oleh pesan yang disampaikan media melainkan juga berhubungan
dengan kehadiran media. Steve H. Charffe menyebut lima hal yang berhubungan
dengan kehadiran media, natara lain :
1. Efek Ekonomi
Dengan hadirnya media massa menggerakkan berbagai usaha (produksi,
distribusi, dan konsumsi) “jasa’ media massa.
2. Efek Sosial
10 Dennis McQuails. 1989. Teori Komunikasi Massa- Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta. hal. 228
Berkenaan dengan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial
akibat media massa. Misal jaman dahulu, orang yang memiliki televisi
dianggab mempunyai status sosial yang lebih tinggi.
3. Efek Penjadwalan kegiatan
Misal dengan kehadiran televisi telah mengubah jadwal kegiatan
seseorang. Joyce Cramond menyebutnya sebagai “displacement effects”
(efek alihan), yaitu reorganisasi kegiatan yang terjadi karena masuknya
televisi; beberapa kegiatan dikurangi dan beberapa kegiatan lainnya
dihentikan sama sekali karena waktunya dipakai untuk menonton televisi.
4. Efek pada penyaluran/ penghilangan perasaan
Sering terjadi orang menggunakan media untuk menyalurkan/
menghilangkan perasaan tidak enak (kesepian, marah, kecewa, dan
sebagainya). Media digunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang
disampaikannya.
5. Efek pada perasaan orang terhadap media.
Tiap orang mempunyai perasaan positif atau negatif pada media tertentu.
Hal ini berkaitan erat dengan pengalaman individu bersama media
tersebut. 11
Dampak yang lain juga bisa dikategorikan menjadi dampak kognitif
(terjadi perubahan pada pengatahuan setelah menerima pesan dari media), afektif (
11 Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 220-222
bangkitnya perasaan atau emosi tertentu pada khalayak), dan kognatif ( perilaku
yang disebabkan oleh media ).12
Daya tarik televisi tersebut sering dimanfaatkan sebagai alat penyampai
pesan. Salah satu pesan yang dimaksud disini adalah pesan iklan. Iklan dapat
didefinisikan sebagai berikut
Advertising is paid non personal communication from an identified
sponsor using mass media to persuade or influence an audience13
Ketika sebuah iklan dalam visualisasinya menggunakan pendekatan
parodi, kesan yang muncul di benak pemirsa atau calon konsumen adalah sebuah
tayangan iklan yang dikerjakan dengan konsep ‘’main-main’’, guyonan, lucu, dan
segar. Efeknya, menurut Heru seperti dicatat harian Media Indonesia (26/05/2009)
sangat positif. Sebab, pesan verbal atau pun visual yang ingin disampaikan dapat
menancap kuat di benak khalayak sehingga dapat membentuk brand image.
Brand Image mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan
dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu.
Sebelum brand image terbentuk,terlebih dahulu terjadi proses pengolahan
informasi, yang meliputi sensasi, persepsi, memori dan berfikir.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
12 Mursito BM. Op. Cit. hal 44 13 William Weles,et.al,Advertising ; Principles and practice,Hall,Ina,New jersey,2006
pesan.14 Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.
Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat penerima yaitu alat indera.15 Alat indera merupakan penghubung
antara individu dengan dunia luarnya.
Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang
keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri
individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam
persepsi, stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang
dari dalam individu yang bersangkutan.
Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi
sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama,
kemampuan berfikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya
kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu yang lain
tidak sama, oleh karena itu persepsi bersifat individual.16
Persepsi pada dasarnya ditentukan oleh faktor personal dan faktor
situasional, dengan demikian berarti yang menentukan persepsi bukan jenis atau
bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli
itu.17 Dengan kata lain manusialah yang menentukan makna stimuli itu, bukan
stimuli itu sendiri. Oleh karena itu tidak mengherankan bila pesan yang datang
kepada seseorang akan diberi makna yang berlainan oleh orang yang berbeda.
14 Jalaludin Rahkmat. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2001. hal. 51 15 Bimo Walgito. Psikologi Sosial. Andi Offset. Yoyakarta. 1994. hal. 53 16 Bimo Walgito. ibid. hal 54 17 Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 51
Persepsi meliputi penginderaan (sensasi), atensi, dan inteprestasi.18 Sensasi
merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat indera kita. Melalui
penginderaan kita dapat mengetahui dunia. Atensi tidak terelakkan karena
sebelum kita merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun kita
harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini
berarti bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsi,
termasuk orang lain dan diri sendiri.
Banyak rangsangan sampai kepada kita melalui panca indra, namun kita
tidak mempersepsi semua itu secara acak. Umumnya kita hanya dapat
memperhatikan satu rangsangan saja secara penuh. Kalau kita memperhatikan dua
atau lebih rangsangan pada saat yang sama, kualitas perhatian kita akan
berkurang.
Atensi (perhatian) adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian
stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.
Atensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, yaitu faktor biologis (lapar, haus,
dsb); faktor fisiologis (tinggi, pendek, lelah, dsb); faktor sosial budaya (gender,
agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, status sosial, dsb); faktor psikologis
(kemauan, keinginan, motivasi, pengharapan, dsb), semakin besar perbedaan
aspek-aspek tersebut secara antar individu, semakin besar persepsi mereka
mengenai realitas.
18 Deddy Mulyana. Op. Cit. hal. 182
Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi yakni atribut-atribut objek
yang dipersepsi seperti gerakan, seperti organisme lain, manusia secara visual
tertarik pada objek-objek yang bergerak. Intensitas, kita akan memperhatikan
stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Kebaruan, hal-hal yang baru,
yang luar biasa, yang berbeda akan menarik perhatian. Dan faktor ekternal lainnya
adalah perulangan objek yang dipersepsi, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila
disertai sedikit variasi, akan menarik perhatian.
Persepsi intrapersonal dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor pertama
adalah faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaan masa lalu dan
hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor personal. Yang
menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karena karakteristik
orang yang memberikan respon pada stimuli itu.
Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama yaitu
persepsi bersifat selektif secara fungsional yang berarti bahwa objek-objek yang
mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi
tujuan individu yang melakukan persepsi.
Faktor kedua yang mempengaruhi persepsi adalah faktor struktural yang
semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang
ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Kohler menjelaskan, jika kita ingin
memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah,
kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan.
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting
dalam mempengaruhi persepsi maupun berpikir. Menurut Schlessinger dan
Groves, memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan
organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.19
Secara singkat, memori melewati tiga proses : perekaman, penyimpanan,
dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui
reseptoe indera dan sirkuit saraf internal. Penyimpanan (storage), adalah
menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan
dimana. Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif bila kita
menambahkan informasi tambahan, sedagkan secara pasif terjadi tanpa
penambahan. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi,
adalah menggunakan informasi yang disimpan.20
Pemanggilan dalam memori dapat diketahui dengan empat cara :
1. Pengingatan (Recall). pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilkan
kembali fakta dan informasi secara verbatim(kata demi kata), tanpa
petunjuk yang jelas.
2. Pengenalan (Recognition). Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah
fakta, lebih mudah mengenalnya kembali.
3. Belajar lagi (Relearning). Menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah
kita peroleh sebelumnya termasuk pekerjaan memori.
19 Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 62 20 Ibid. hal. 63
4. Redintegrasi (Redintegration), Ialah merekontruksi seluruh masa lalu dari
satu petunjuk memori kecil.21
Untuk mengetahui mekanisme cara kerja memori, ada 3 teori tentang
meori yaitu : Teori Aus (Disuse Theory), menurut teori ini, memori hilang atau
memudar karena waktu. Seperti otot, memori kita baru kuat bila dilatih terus
menerus. Teori yang kedua adalah, teori Inteferensi (Interference theory), menrut
teori ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Katakanlah, pada kanvas itu
sudah terlukis hukum relativitas. segera setelah itu, anda akan mencoba merekam
hukum medan gabungan. Yang kedua akan menyebankan terhapusnya rekaman
yang pertama atau mengaburkannya Ini yang disebut interferensi.
Teori yang ketiga adalah, Teori pengolahan informasi (Information
processing theory), teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan
pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short term memory
(STM, memori jangka pendek), lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan
ke dalam long term memory (LTM, memori jangka panjang). Sensory storage
lebih merupakan proses perseptual daripada memori. Ada dua macam memori :
memori ikonis untuk meteri yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis
untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). penyimpanan
disini berlangsung cepat. ensory storage lah yang menyebabkan kita melihat
rangkaioan gambar seperti bergerak, ketika kita menonton film.
21 Ibid. hal. 64
Supaya dapat diingat, informasi harus disandi (encode) dan masuk dalam
shor term meory. Bila informasi ini berhasil dipertahankan pada STM, ia akan
masuk dalam LTM Inilah yang umumnya kita kenal sebagai ingatan.
Persepsi sosial merupakan proses menangkap arti objek-ojek sosial dan
kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita.22 Namun demikian
karena yang dipersepsi itu manusia seperti halnya dengan yang mempersepsi,
maka objek persepsi dapat memberikan pengaruh kepada yang mempersepsi.
Untuk tidak mengaburkan istilah dan unutk menggarisbawahi manusia sebagai
objek persepsi, disini kita akan menggunakan istilah persepsi interpersonal. Ada
empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal :
Perbedaan Persepsi Objek dengan Persepsi Interpersonal
Persepsi Objek Persepsi Interpersonal
Stimuli ditangkap oleh alat indera
kita melalui benda-benda fisik
(Gelobang, cahaya, gelombang
suara, temperatur, dsb).
Stimuli sampai kepada kita melalui
lambang-lambang verbal atau grafis
yang disampaikan pihak ketiga
Bila kita menanggapi objek, kita
hanya menanggapi sifat-sifat luar
objek.
Kita mencoba memahami apa yang
tidak tampak pada alat indera kita.
Kita tidak hanya melihat
perilakunya tetapi juga mengapa ia
berperilaku seperti itu.
22 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung 2007. hal. 191
Ketika kita mempersepsi objek,
objek tidak tidak bereaksi kepada
kita, kitapun tidak memberikan
reaksi emosional kepadanya.
Faktor-faktor personal anda, dan
karakteristik orang ditanggapi.
Objek relatif tetap Manusia selalu berubah
Sumber : Psikologi Komunikasi23:
Dalam persepsi interpersonal juga dipengaruhi oleh faktor situasional dan
faktor personal. Faktor situasional dapat berupa :
1. Diskripsi verbal
Kita melukiskan orang mulai dari central trait, menjelaskan sifat itu
terperinci, baru melanjutkan pada sifat-sifat yang lain.
2. Petunjuk proksemik
Jarak yang dibuat individu dalam hubungannya dengan orang lain
menunjukkan tingkat keakraban mereka.
3. Petunjuk kinesik
Persepsi itu didasarkan pada gerakan orang itu. Orang lebih mempercayai
petunju kinesik karena petunjuk kinesik adalah yang paling sukar untuk
dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli.
4. Petunjuk wajah.
23 Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 81-82
diantara berbaga petunjuk nonverbal, petunjuk wajah adalah yang paling
penting dalam mengenali perasaan persona stimuli. Ahli komunikasi
nonverbal, dale G Leathers, menulis
“Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi
interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan
makna. dalam beberapa detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke
puncak keputusasaan. Kita menelaah wajah rekan sahabat kita untuk
perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan mereka.”24
5. Petunjuk paralinguistik
Yang dimaksud dengan paralinguistik ialah cara bagaimana orang
menucapkan lambang-lambang verbal. meliputi tinggi randahnya suara,
tempo bicara, dialek, dan interaksi (perilaku ketika melakukan
komunikasi).
6. Petunjuk Artifaktual
Meliputi segala macam penampilan sejak potongan tubuh, kosmetik, baju
yang dipakai, tas, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainya.
Disini petunjuk verbal bukan tidak berperan. Yang dimaksud petunjuk
verbal ialah isi komunikasi persona stimuli, bukan cara. Misalnya orang yang
menggunakan pilihan kata-kata yan tepat, mengorganisasikan pesan secara
sistematis, mengungkapkan pikiran yang dalam dan komprehensif, akan
menimbulkan kesan bahwa orang itu cerdas dan terpelajar.
24 Ibid. hal. 87
Faktor kedua yang mempengaruhi persepsi interpersonal adalah faktor
personal. Secara umum faktor-faktor personal dalam persepsi interpersonal sama
dengan faktor personal di persepsi intrapersonal. Disini akan dijelaskan faktor
personal yang mempengaruhi persepsi secara langsung, antara lain :
1. Pengalaman
Pengalaman mempengaaruhi kecermatan persepsi. pengalaman tidak
selalu lewat proses belajar formal. pengalaman kita bertambah juga
melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.
2. Motivasi
Bila anda dihadapkan kepada stimuli yang mengancam, anda akan
bereaksi sebegitu rupa sehingga mungkin tidak akan menyadari bahwa
stimuli itu ada. hal ini disebut perceptual defence. Di sini berlaku dalil
komunkasi, anda hanya mendengar apa yang mau anda dengar, dan anda
tidak akan mendengar apa yang tidak ingin anda dengar.
Motif yang lainnya adalah kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil.
Misal bila kita melihat orang celaka kita salahkan karena kurang hati-hati,
orang miskin karena malas dan tidak berjiwa wiraswasta.
3. Kepribadian
Proyeksi adalah mengekternalisasi pengalaman subjektif secara tidak
sadar. Pada persepsi interpersonal orang mengenakan pada orang lain
sifat-sifat yang ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Manusia secara
sadar berusaha menampilkan dirinya kepada orang lain sebaik mungkin,
inilah yang disebut Erving Goffman sebagai self presentation.
Proses persepsi interpesonal disebut sebagai proses pembentukan kesan,
antara lain :
1. Stereotyping
Menurut psikologi kognitif, pengalaman-pengalaman baru akan
dimasukkan pada “laci” kategori yang ada dalam memori kita, berdasarkan
kesamaannya dengan pengalaman massa lalu. Bersama itu, semua sifat
yang ada pada kategori pengalaman itu dikenakan pada pengalaman baru.
dengan cara seperti ini, orang memperoleh informasi tambahan dengan
segera, sehingga membantu dalam mengambil keputusan yang cepat atau
dalam meramalkan peristiwa.
Stereotyping ini mungkin yan menjelaskan terjadinya primacy effect dan
halo effect yang sudah kita jelaskan di muka. Primacy effect secara
sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan, karena
kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo effect. Persona
stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang
positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.
2. Implicit Personality Theory
Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa
berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang
dipergunakan orang ketika membentuk kesan terhadap orang lain. Sebagai
contoh kita menilai orang yang sembahyang itu baik dan jujur, tapi belum
tentu benar.
3. Atribusi
Atribusi adalah proses penyimpulan motif, maksud, dan karakteristik
orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak. Menurut Jones
dan Nisbett, kita dapat memahami motif persona stimuli dengan
memperhatikan dua hal. Pertama, kita memfokuskan perhatian pada
perilaku yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua,
kita memusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpang dari pola
perilaku yang biasa.
Dalam proses pengelolaan kesan, peralatan lengkap yang kita gunakan
untuk menampilkan diri ini diebut front. Front terdiri dari panggung (setting),
penampilan (appearance), dan gaya bertingkah laku (manner).. Panggung adalah
peralatan ruang dan benda yang kita gunakan. Penampilan berarti menggunakan
petunjuk artifaktual. gaya bertingkah laku menujukkan kita cara berjalan, duduk,
berbicara, memandang, dan sebagainya.
Menurut Solomon, secara sederhana, proses persepsi dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar I.
Proses Persepsi Menurut Solomon
Melihat
Mendengar
Mencium
Mata
Telinga
Hidung Eksposure Perhatian Interprestasi
Sumber : Perilaku Konsumen.25
Psikologi seorang komunikator dalam komunikasi sangat berperan
penting. Ketika komunikator berkomunikasi yang berpegaruh bukan saja apa yang
ia katakan tetapi juga keadaan dia sendiri. Ia tidak dapat menyuruh pendengar
hanya memperhatikan apa yang ia katakan, pendengar juga akan memperhatikan
siapa yang ia katakan, bahkan kadang-kadang siapa lebih penting dari apa.
Aristoteles menyebut karakter komunikator yang baik sebagai ethos. Ethos
terdiri dari pikiran yang baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good
sense, good moral character, good will). Sedangkan menurrut Herbert C. Kelman,
pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa tiga hal, yaitu ;
25 Ristiyanti Prasetijo dan John J .O. I Ihalauw. Perilaku Konsumen. Andi. Yogyakarta. 2005. hal 68
1. Internalisasi, terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang
dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Internalisai
terjadi keika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional.
2. Identifikasi, terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari
orang atau kelompok lain kerana perilaku itu berkaitan dengan hubungan
yang mendefinisikan dir secara memuakan dengan orang atau kelompok
itu.
3. Ketundukan, terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau
kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan
dari orang lain. Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang
dianjurkan bukan karena empercayainya, tetapi karena perilaku trsebut
mebantunya untuk menghasilkan efek sosial yang memuaskan.26
Sedangakn faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator
adalah :
1. Kredibilitas, adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat
komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal : (1) kredibilitas
adalah persepsi komunikate, jadi tidak inheren dalam diri komunikator; (2)
kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator, yang selanjutnya
akan kita ebut sebagai komponen-komponen kredibilitas.
Karena krdibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung
pada pelaku persepsi (komunikate), topik yang dibahas, dan situasi. Hal-
hal yang mempengaruhi komunikate tentang komunikator sebelum ia
26 Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 256-257
berlakukan komunkasinya disebut prior ethos, sumbernya bisa dari
pengalaman langsung dengan komunikator itu atau dari pengalaman
wakilan. Sedangkan hal yang mempengaruhi lainya adalah setelah
komunikator berbicara, anda terpesona dengan pemilihan kata, isi yang
disampaikannya dan kedalaman uraiannya. Perlahan-lahan anda
menyukainya dan mempercayainya, komunikator sekarang mempunyai
intrinsic ethos.
Selain pelaku persepsi dan topik yang dibahas, faktor situasi juga
mempengaruhi kredibilitas. pembicara pada media massa memiliki
kredibilitas yang lebih tinggi dibandingkan pembicara pada pertemuan RT.
Komponen kredibilitas yang paling penting adalah keahlian dan
kepercayaan. keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang
kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang
dibicarakannya. Sedangkan kepercayaan adalah kesan komunikate tentang
komunikator yang berkaitan dengan wataknya.
2. Atraksi. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena
menarik ia memiliki daya persuasif. tetapi kita juga tertarik kepada
seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita. Oleh
karena itu, komunikator yang ingn mempengaruhi orang lain sebaiknya
memulai dengan menegaskan kesamaan antara dirinya dengan
komunikate.
Simons menerangkan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki
kesamaan dengan komunikate cenderung berkomunikasi dengan efektif.
Pertama, kesamaan mempermudah proses decoding, yakni proses
menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-
gagasan. Kedua, kesamaan membantu membangun premis yang sama.
Premis yang sama mempermudah proses deduktif. Ini berarti bila
kesamaan disposisional relevan dengan topik persuasi, orang akan
terpengaruh oleh komunikator. Ketiga, kesamaan menyebakan komunikate
tertarik pada komunikator. Karena tertarik dengan komunikator, kita aka
cenderung menerima gagasan-gagasannya. Keempat, kesamaan
menumbuhkan rasa hormat dan percaya kepada komunikator.
3. Kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan.
Kekuasaan menyebabkan eorang komunikator dapat “memaksakan”
kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang
sangat penting. Berdasarkan sumber daya yang dimilikinya, French dan
Raven menyebutkan jenis-jenis kekuasaan, antara lain ;
a. Kekuasaan Koersif (coersive power). Kekuasaan koersif
menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan
ganjaran atau memberikan hukuman pada komunikate.
b. Kekuasaan keahlian (expert power). Kekuasaan ini berasal dari
pengetahuan, pengalamanm ketrampilan, atau kemampuan yang
dimilikikomunikator.
c. Kekuasaan Informasional. kekuasaan ini berasal dari isi
komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh
komunikator.
d. Kekuasaan Rujukan (referent power). Disini komunikate
menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai
dirinya.
e. Kekuasaan Legal (legitimate power). Kekuasaan ini berasal dari
perangkat peraturan atau norma yang menyebabkan komunikator
berwenang untuk melakukan suatu tindakan.27
Sebagaimana psikologi komunikator, pesan juga mempunyai psikologi
tersendiri. Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu.
setiap cara berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut pesan
paralinguistik(bahasa). Tetapi manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-
cara lain selain dengan bahasa, misalnya dengan isyarat ; ini kita sebut dengan
pesan ekstralinguistik.
Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang
terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peaturan tata bahasa. Tata bahasa
meliputi tiga unsur : fonologis, sintaksis, dan semantik. Untuk mampu
menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai ketiga tahap pengetahuan
bahasa diatas, ditambah dua tahap lagi. Pada tahap pertama, kita harus memliki
informasi fonologis tentang bunyi-bunyi bahasa. Tahap kedua, kita harus memiliki
pengetahuan sintaksis tentang cara pembentukkan kalimat. Pada tahap ketiga, kita
27 Ibid. hal. 256
harus mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata. tahap
keempat, kita harus mengetahui pengetahuan konsep hal tentang dunia tempat
tinggal kita dan dunia yang kita bicarakan. Akhirnya, pada tahap kelima, kita
harus mempunyai semacam sistem kepercayaan untuk menilai apa yang kita
dengar.
Kita mungkin dapat berfikir tanpa menggunakan bahasa. Tapi bahasa
mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan, dan
menarik kesipulan. bahasa memungkinkan kita menyandi (encode) peristiwa-
peristiwa dan objek-objek dalam entuk kata-kata. dengan bahasa, kita
mengabtraksikan pengalaman kita, dan yang lebih penting menkomunikasikannya
pada orang lain.
Kata-kata tidak bermakna, oranglah yang memberi makna. Makna pertama
adalah makna inferensial, yakni makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran,
gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut. dalam uraian Ogden dan
Richards, proses pemberian makna (reference process) terjadi ketika kita
menghubungkan lambang dengan yang ditunjukkan lambang. Satu lambang dapat
menunjukkan banyak rujukan.28
Makna yang kedua adalah menunjukkan arti (significance) suatu istilah,
sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain. Makna yang ketiga adalah
makna intensional, yakni makna yang dimaksud oleh seorang pemakai lambang.
Makna ini terdapat dalam pikiran orang, hanya dimiliki dirinya saja.
28 Ibid. hal. 279
Dalam penggunaan bahasa, pesan nonverbal masih juga digunakan.
menurut Mark L. knapp, fungsi pesan non verbal adalah : (1) Repetisi, mengulang
kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal, (2) Subtitusi, menggantikan
lambang-labang verbal, (3) kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberikan
makna yang lainterhadap pesan verbal, (4) komplemen, melengkapi dan
memperkaya makna pesan non verbal, (5) aksentuasi, menegaskan pesan verbal
atau menggarisbawahi.
Pesan nonverbal menurut Leathers, pesan nonverbal dibagi menjadi tiga
kelompok besar : pesan non verbal visual yang meliputi kinesik, proksemik, dan
artifaktual; pesan nonverbal auditif yang disini hanya terdiri dari satu saja yaitu
pesan paralinguistik; dan pesan nonverbal nonvisual nonauditif, artinya tidak
berupa kata-kata, tidak terlihat, an tidak terdengar, meliputi sentuha dan
penciuman.
Pesan kinesik, menggunakan gerak tubuh yang berarti erdiri dari tiga
komponen utama fasial, pesan gestural dan postural. Pesan fasial menggunakan
air muka untuk menyampaikan makna tertntu. Leathers menyimpulkan penelitian
tentang wajah sebagai berikut : (1) wajah mengkomunikasikan penilaian dengan
ekspresi senang dantak senang, yang menunjukkan apakah komunikator
memandang objek penelitianya baik atau jelek, (2) wajah mengkomunikaskan
berminat atau ta berminat pada orang lain atau lingkungan, (3) wajah
mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi, (4) wajah
mengkomunkaikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataannya sendiri,
(5) dan wajah barangkali mengkomunikasikannya adanya atau kurangnya
pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata
dan tangan untuk mengkomuikasikan berbagai makna. Menurut galoway,pesan
gestural kita gunakan untuk mengungkapkan : (1) mendorong/membatasi, (2)
menyesuaikan/mempertentangkan, (3) responsif/tak responsif, (4) perasaan
positif/negatif, (5) memperhatikan/tidak memprhatikan, (6) Melancarkan/tidak
reseptif, (7) menyetuji/menolak.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan. mehrabian
menyebutkan tiga makna yang disampaikan postur : immediacy, power, dan
responsiveness. Immediacy adalah ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan
terhadap individu lain. Power mengungkapakan status yang tinggi pada diri
kouikator. Individu mengkomunikasikan responsiveness bila ia bereaksi secara
emosional pada lingkungan, secara positif dan negatif. Bila postur anda tiak
berubah, anda mengungkapakan sifat yang tidak responsif.
Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kta dengan
orang lain.
Pesan artifaktual diungkapakan melalui penapilan, tubuh, pakaian dan
kosmetik. sedangkan pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang
berhubungan dengan cara mengungkapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang
sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan dengan cara yang
berbeda.
Dalam sebuah pesan, Beighley meninjau berbagai penelitian yang
membandingkan efek pesan yang tersusun dengan pesan yang tidak tersusun. Ia
menemukan bukti yang nyata yang menunjukkan bahwa pesan yang
diorganisasikan dengan baik lebih mudah dimengerti daripada pesan yang idak
tersusun baik. Alan H monroe dalam “motivated sequence”, menyarankan lima
langkah dalam menyusun pesan :
1. Attention (perhatian)
2. Need (kebutuhan)
3. satisfaction (pemuasan)
4. Visualization (visualisasi)
5. Action (Tindakan)29
Bila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain maka
kita harus menyentuh motif yang menggerakkan atau mendorong perilaku
komunikate. degan perkataan lain, kita secara psikologis mengimbau khalayak
untuk menerima dan melaksanakan gagasan kita.
Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada
dasarnya makhluk rasional yang baru bereaksi pada imbauan emosional, bila
himbauan rasioanal tidak ada. Menggunakan imbauan rasional artinya
29 Ibid. hal. 297
meyakinkan orang lain dengan pendekatan logis atau penyajian bukti-bukti.
burgoon dan Betinghaus kemudian menyarankan hal-hal berikut :
1. Penggunaan pembuktian sangat bergantung pada topik pesan. dalam
situasi ini penggunaan testimoni atau sekedar menyentuh alat indera
barangkali lebih efektif.
2. Khalayak mungkin berbeda-beda dalam banyak faktor, misalnya usia, sks,
pendidikan, dan lain-lain.
3. Sistem klasifikasi pembuktian yang ada sekarang ini berasal dari sistem
hukum.
Imbauan emosional menggunakan pernyataan-pernyataan atau bahasa
yang menyentuh emosi komunikate. Banyak penelitian yang menemukan bahwa
pesan yang menggunakan imbauan emosional lebih berhasil daripada pesan-pesan
raional. Bettighaus menyarankan kepada kita hal-hal berikut ini untuk
membangkitkan emosi manusia : (1) gunakan bahasa yang penuh muatan
emosional utnuk melukiskan situasi tertentu. (2) hubungkan gagasan yang
diajukan dengan gagasan yang tengah populer atau tidak populer, (3) hubungkan
gagasan dengan unsur-unsur visual dan nonverbal yang membangkitkan emosi,
(4) tampakkan pada diri komunikator petunjuk nonverbal yang emosional.
Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam, atau
meresahkan. Efektivitas imbauan takut bergantung pada jenis pesan, kredibilitas
komunikator, dan jenis kepribadian penerima.
Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikate
sesuatu yang mereka perlukan atau yang mereka inginkan. Dan yang terakhir
adalah imbauan motivasional menggunakan imbauan motif yang menyentuh
kondisi intern dalam diri manusia
F. HIPOTESA
Hipotesis dapat diartikan sebagai “suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”30.
Berdasarkan kajian teori sebagaimana telah diuraikan di muka, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah ”Ada hubungan antara terpaan iklan LA.Ligth dengan
brand image mahasiswa”
G. DEFENISI KONSEPTUAL
Supaya diperoleh kesamaan pengertian terhadap variabel-variabel
penelitian ini, akan diuraikan defenisi konsepsional dalam judul dan variabel
penelitian.
1. Variabel Bebas 30 Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Rineka Cipta.
Terpaan iklan LA. Light
a. Terpaan media :
” keadaan terkena pada khalayak akan pesan-pesan yang disebarkan
oleh media masa” 31
b. Iklan
” Suatu kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mempengaruhi
calon pembeli agar tertarik untuk mengetahui bahkan membeli produk
barang atau jasa yang ditawarkan media massa.
2. Varibel Terikat
Brand Image
” Suatu proses pemberian kesan-kesan yang dilakukan oleh individu,
kelompok ataupun organisasi terhadap suatu produk merek sebagai suatu
akibat dari pengalamannya terhadap produk merk, pelayanan, dan sumber-
sumber lainnya” 32
DIAGRAM HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
31 Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 20 32 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara.1988. Perilaku Konsumen. Bandung : PT Eresco.
Terpaan Iklan di Televisi
- Frekwensi melihat iklan LA.Light di Televisi
- Intensitas melihat iklan LA.Light ditelevisi
- Pemahaman pesan iklan LA.Light
Band Image
Variabel Bebas Variabel Terikat
H. DEFENISI OPEASIONAL
1. Variabel Bebas
Terpaan iklan LA. Light yang muncul di televisi indikatornya:
a. Frekwensi, frekwensi diukur dari :
1) Berapa kali responden melihat iklan LA.Light di televisi dalam 1 hari :
v ≥ 5 kali
v 4 kali
v 3 kali
v ≤ 2 kali
v 1
2) Keseringan responden melihat iklan LA.Light dalam sehari :
v Sangat sering
v Sering
v Cukup sering
v Kadang – kadang
v Tidak pernah
b. Intensitas melihat iklan LA.Light ditelevisi diukur dari perhatian
responden terhadap iklan LA.Light ditelevisi :
v Selalu memperhatikan
v Memperhatikan
v Cukup memperhatikan
v Kurang memperhatikan
v Tidak memperhatikan
c. Pemahaman terhadap isi pesan iklan LA.Light diukur dari pemahaman
responden ketika melihat iklan LA.Light :
v Sangat memahami
v Memahami
v Cukup memahami
v Kurang memahami
v Tidak memehai
2. Variabel Terikat
Brand Image Indikatornya :
Persepsi,persepsi diukur dari :
1) Apakah isi iklan LA.Light mudah diingat oleh responden
v Sangat mudah
v Mudah
v Cukup mudah
v Sulit
v Sangat sulit
2) Bagaimana tampilan iklan LA.Light dilihat dari tema iklan yang
diangkat
v Sangat menarik
v Menarik
v Cukup menarik
v Kurang menarik
v Tidak menarik
3) Bagaimana perasaan responden ketika melihat iklan LA.Ligth
v Sangat terhibur
v Terhibur
v Cukup terhibur
v Kurang terhibur
v Tidak terhibur
I. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian merupakan sumber untuk mendapatkan data, informasi,
keterangan dan hal- hal yang berkaitan dengan kepentingan penelitian.
Sesuai dengan judul penelitian ” Terpaan iklan LA. Light di Televisi dan
brand image”. Penelitian ini mengambil lokasi di Fakultas Ilmu Ilmu
Sosial Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang beralamat di
Jl. Ir. Sutami No. 36a. Solo. Dengan waktu penelitian pada bulan April
sampai selasai.
B. Jenis Penelitian
Sehubungan dengan wilayah dan sumber data yang dijadikan sebagai subjek
penelitian, maka dikenal 3 jenis penelitian:
1. Penelitian populasi
2. penelitian sampel
3. penelitian kasus.33
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelian
populasi atau disebut juga dengan studi sensus. Penulis memilih jenis
penelitian ini karena peneliti ingin meneliti semua subjek yang ada dalam
wilayah penelitia. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa
komunikasi non reguler angkatan 2007 yang berjumlah 99 orang.
C. Jenis Data
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan jalan
menyebarkan kuisioner.
2. Data Sekunder
Yaitu data tambahan yang diperoleh dengan mengutip dari sumber
lain yang bertujuan untuk melengkapi data primer. Data tambahan
berasal dari buku, dan internet.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket.
Metode angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunkan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui.34
E. Metode Analisis Data
33 Suharsimi Arikunto ibdid hal 130 34 Suharsimi arikunto Ibdib hal 222
Penelitian ini dianalisis dengan statistik. Statistik digunakan karena dalam
penelitian ini dihadapkan pada hipotesa, populasi dan metode
pengambilan data. Sedang metode untuk membuktikan hipotesa adalah
metode korelasi. Teknik korelasi yang akan digunakan adalah korelasi
Tata Jenjang Spearman. Tata Jenjang Spearman digunakan untuk
mengukur asosiasi antara 2 variabel yang keduanya setidak
mempunyai skala ordinal yang memungkinkan aghar individu ob
diteliti itu dapat diberi jenjang atau rangking.
Rumus tersebut digunakan bila skor sama yang terdapat pada dua
variabel dapat diabaikan. Tetapi bila skor yang sama banyaknya tidak
dapat diabaikan pengaruhnya terhadap r
rumus sebagai berikut :
dimana :
Penelitian ini dianalisis dengan statistik. Statistik digunakan karena dalam
penelitian ini dihadapkan pada hipotesa, populasi dan metode
pengambilan data. Sedang metode untuk membuktikan hipotesa adalah
metode korelasi. Teknik korelasi yang akan digunakan adalah korelasi
Tata Jenjang Spearman. Tata Jenjang Spearman digunakan untuk
mengukur asosiasi antara 2 variabel yang keduanya setidak-
mempunyai skala ordinal yang memungkinkan aghar individu ob
diteliti itu dapat diberi jenjang atau rangking. Rumusnya adalah :
Rumus tersebut digunakan bila skor sama yang terdapat pada dua
variabel dapat diabaikan. Tetapi bila skor yang sama banyaknya tidak
dapat diabaikan pengaruhnya terhadap rs, maka harus menggunakan
rumus sebagai berikut :
Penelitian ini dianalisis dengan statistik. Statistik digunakan karena dalam
penelitian ini dihadapkan pada hipotesa, populasi dan metode
pengambilan data. Sedang metode untuk membuktikan hipotesa adalah
metode korelasi. Teknik korelasi yang akan digunakan adalah korelasi
Tata Jenjang Spearman. Tata Jenjang Spearman digunakan untuk
-tidaknya
mempunyai skala ordinal yang memungkinkan aghar individu objek yang
Rumus tersebut digunakan bila skor sama yang terdapat pada dua
variabel dapat diabaikan. Tetapi bila skor yang sama banyaknya tidak
harus menggunakan
Keterangan :
rs : Koefesien korelasi Tata Jenjang Spearman
∑d2 : Jumlah kuadrat selisih antar variabel
Tx : Jenjang kembar pada variabel X
Ty : Jenjang kembar pada variabel Y
∑x2 : Jumlah kuadrat
∑y2 : Jumlah kuadrat variabel Y
Dalam penelitian ini hasil perhitungan r
dikonsultasikan dengan tabel harga kritik yang berlaku untuk batas
maksimal sampel n = 30, maka rumus harga kritik dalam menentukan
signifikan adalah
2
: Koefesien korelasi Tata Jenjang Spearman
: Jumlah kuadrat selisih antar variabel
Tx : Jenjang kembar pada variabel X
Ty : Jenjang kembar pada variabel Y
: Jumlah kuadrat variabel X
: Jumlah kuadrat variabel Y
Dalam penelitian ini hasil perhitungan rs tidak dapat langsung
dikonsultasikan dengan tabel harga kritik yang berlaku untuk batas
maksimal sampel n = 30, maka rumus harga kritik dalam menentukan
signifikan adalah sebagai berikut :
tidak dapat langsung
dikonsultasikan dengan tabel harga kritik yang berlaku untuk batas
maksimal sampel n = 30, maka rumus harga kritik dalam menentukan
Setelah diketahui besarnya t, nilai tersebut harus dikonsultasikan
dengan tabel distribusi t dengan daerah bebas / degrees of freedom (df)
dan batas kepercayaan 90% atau taraf signifikan 10%.35
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. SEKILAS TENTANG UNS SOLO
1. Sejarah Berdirinya Universitas Sebelas Maret Surakarta
Universitas Sebelas Maret Surakarta berdiri sejak 11 Maret 1976,
yang pada awalnya merupakan gabungan dari 5 perguruan tinggi yang ada
di Surakarta. Penggabungan beberapa perguruan tinggi tersebut,
mempunyai satu tujuan yang besar yaitu meningkatkan kualitas
pendidikan tinggi di Surakarta
Setelah lima tahun melakukan konsolidasi, UNS mempersiapkan
diri untuk memulai proses perkembangannya. Pembangunan secara fisik
dimulai pada tahun 1980. Di bawah kepemimpinan dr. Prakosa, kampus
yang semula terletak di beberapa tempat disatukan dalam suatu kawasan. 35 Slamet Y, Analisa Kuantitatif Untuk Data Sosial, Dabara Publisher, 1993. Hal. 73
Lokasi tersebut adalah di daerah Kentingan, di tepi Sungai Bengawan
Solo, dengan cakupan area sekitar 60 hektar. Di daerah Kentingan inilah
pembangunan kampus tahap pertama berakhir pada tahun 1985.
Pembangunan fisik kampus yang tergolong cepat, juga diimbangi
dengan perkembangan di sektor lain. Tahun 1986, Prof. Koento Wibisono,
selaku rektor berikutnya, melakukan peletakan dasar-dasar percepatan
pertumbuhan. Pada masa ini, perubahan telah terjadi, seperti
perkembangan yang cukup bagus dalam bidang akademik dan jumlah staf,
juga dalam penguatan infrastruktur kampus.
Setelah prof. Haris Midjiman, Ph.D menjadi rektor berikutnya,
percepatan UNS dimulai untuk melangkah ke arah yang lebih baik.
Semangat dan komitmen yang tinggi untuk melakukan perubahan
sangatlah dibutuhkan untuk membuat kemajuan di setiap sisi kehidupan
UNS. Efek dari perubahan tersebut sangatlah mengesankan.
Sekarang, UNS Solo merupakan universitas muda dengan
pertumbuhan yang luar biasa. Dengan berbagai potensi yang ada, misalnya
seperti dokter bedah kulit dengan reputasi nasional (Fakultas Kedokteran),
penemuan starbio dan padi tahan garam (Fakultas Pertanian), dan beberapa
kemajuan yang terjadi di setiap fakultas dan unit-unit kerja lainnya. UNS
jega melakukan langkah maju dalam perkembangan teknologi informasi.
Dengan ekspansi jaringan teknologi informasi yang lebih besar lagi, Pusat
Komputer UNS Solo membuat torehan sejarah UNS dalam buku kemajuan
dan perkembangan UNS. Torehan-torehan sejarah yang lebih
mengesankan lainnya akan terjadi seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan universitas ini.
2. Visi dan Misi serta Tujuan UNS Solo
a. Visi UNS Solo
Universitas Sebelas Maret menjadi Pusat Pengembangan Ilmu,
Teknologi, dan Seni yang Unggul di Tingkat Internasional dengan
Berlandaskan pada Nilai-nilai Luhur Budaya Nasional.
b. Misi UNS Solo
1) Menyelanggarakan pendidikan dan pengajaran yang menuntut
pengemabangan diri dosen dan mendorong kemandirian
mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
2) Menyelenggarakan penelitian yang mengarah pada penemuan baru
di bidang ilmu, teknologi, dan seni.
3) Menyelenggarakan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang
berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat.
c. Tujuan UNS Solo
1) Menciptakan lingkungan yang mendorong setiap warga kampus
mau belajar guna mengembangkan kemampuan diri secara optimal.
2) Menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi luhur, cerdas, terampil dan mandiri, serta sehat
jasmani dan rohani dan sosial.
3) Melahirkan temuan-temuan baru di bidang ilmu, teknologi, dan
seni yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam
masyarakat dan unutk membangun kehidupan yang lebih baik.
4) Mendiseminasikan hasil pendidikan dan pengajaran serta penelitian
kepada masyarakat sehingga terjadi transformasi secara terus
menerus menuju kehidupan yang lebih modern.
5) Menggali dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya nasional
sebagai salah satu landasan berpikir, bersikap, dan berperilaku
dalam kehidupan, baik di dalam maupun di luar kampus.
6) Mengembangkan pranata kehidupan yang lebih beradab menuju
terciptanya masyarakt yang makin cerdas, terampil, mandiri,
demokratis, damai, dan religius.
7) Mendukung terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang
berdaulat, bersatu, adil dan makmur.
8) Menjadikan Universitas Sebelas Maret perguruan tinggi yang
muncul di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2015.
3. Arti Lambang Universitas Sebelas Maret Surakarta
Lambang Universitas Sebelas maret mempunyai arti sebagai berikut :
a. Lambang bentuk bunga yang mempunyai empat putik daun bunga,
melambangkan bangsa, maksudnya Universitas mendidik putra-putri
bangsa yang kelak membawa keharuman tanah air.
b. Tiga daun bunga atas, samping kanan dan kiri, mengejawantahkan tri
Dharma Perguruan Tinggi.
c. Satu daun bunga di bawah atas lima satuan melambangkan sila-sila
Pancasila.
d. Garis pembentuk empat daun bunga dibuat secara berantai sedemikian
rupa menggambarkan kesatuan dari keseluruhan Civitas Akademika
Universitas Sebelas Maret.
e. Dalam bentuk putik bunga dibamarkan wiku, dengan sanggul bersusun.
f. Tulisan melingkar yang mirip aksara Jawa itu adalah candra sengkala
(hi tungan tahun Jawa) berbunyi “Mangesthi Luhur Ambangun
Nagara”, menggambarkan angkat tahun Jawa 1908 atau tahun Masehi
1976.
Penafsiran yang diberikan Universitas Sebelas Maret, bercita-cita
membangun negara dengan sifat-sifat yang luhur. Candra sengkala itu
seolah-olah Praba yang bersinar. Praba dalam sejarah Agama dan
Pewayangan dipakai orang suci, bijaksana, dan berbudi luhur.
Pusat dari lambang itu adalah otak wiku yang digambarkan sebagai
nyala api, mengisyaratkan sinar keabadian ilmu Pengetahuan.
Yang dimaksud Universitas Sebelas Maret ikut berpartisipasi untuk
menyumbangkan Ilmu Pengetahuan kepada Negara, Warna Lambang
Biru Laut melambangkan ikrar kesetiaan dan kebaktian kepada negara,
bangsa dan juga ilmu pengetahuan.
4. Fasilitas Umum UNS Solo
Fasilitas yang dapat dikategorikan fasilitas umum di UNS antara
lain adalah sarana gedung pertemuan, sarana ibadah, serta sarana
kesehatan. UNS memiliki Student Center yang dapat ifungsikan sebagai
tempat kegiatan akademik seperti seminar, workshop, ataupun pertemuan
dengan skalan peserta yang besar maupun melaksanakan kegiatan olahraga
seperti Tae Kwon Do, jiu Jit Su, Karate, Pencak Silat, dan lainya. Untuk
gedung pertemuan, secara khusus UNS memiliki Auditorium dengan
fasilitas yang lebih memenuhi syarat untuk kegiatan baik akademik
maupun kegiatan entertainment seperti pentas seni ataupun konser musik.
Dalam hal sarana ibadah UNS memiliki Masjid Nurul Huda UNS.
Merupakan satu-satunya masjid terbesar yang berada di lingkungan
kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta. Universitas Sebelas Maret
Surakarta mempunyai 4 (empat) masjid yang tersebar di 4 (empat) lokal
kampus UNS, yaitu lokal Kentingan, Manahan, Kleco, dan Pabelan.
Masjid Nurul Huda UNS terletak di kampus UNS lokal Kentingan.
Kampus UNS lokal Kentingan merupakan pusat dari segala aktivitas UNS.
Karena terletak di pusat aktivitas UNS, maka masjid Nurul Huda
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari berbagai aktivitas yang
dilakukan di kampus UNS. Sejak diresmikan penggunaannya pada tanggal
22 Oktober 1982. Masjid Nurul Huda mempunyai kontribusi yang sangat
besar terhadap perkembangan dakwah Islam di UNS. Karena selain
berfungsi sebagai sarana ibadah (sholat), masjid Nurul Huda juga
berfungsi sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada
civitas muslim UNS, khususnya mahasiswa muslim. Kemudian untuk
umat Kristiani, UNS memiliki sebuah gereja, untuk umat Hindu ada Pura,
serta 1 buah Vihara untuk pemeluk agama Budha.
Kesehatan adalah faktor yang penting dalam mendukung kegiatan
akademik, sehingga UNS memiliki fasilitas kesehatan yang dapat diakses
oleh civitas UNS dan masyarakat di sekitar kampus. Hal ini sebagai bagian
dari wujud pengabdian pada masyarakat. Fasilitas kesehatan di UNS
bernama Medical Centre. UNS Medical Centre (UNS-MC) adalah sebuah
unit pelaksana kegiatan non-struktural yang berfungsi sebagai pusat
pelayanan kesehatan bagi sivitas akademika UNS. Selain sebagai pusat
pelayanan kesehatan, UNS-MC juga berfungsi sebagai sarana penunjang
kegiatan belajar mengajar bagi mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran dan
mahasiswa S2 Kedokteran Keluarga. UNS-MC diresmikan bertepatan
dengan acara Dies Natalis UNS ke-26 pada tanggal 9 Maret 2002.
Penyelenggaraan UNS-MC ditunjang dengan peralatan bantuan dari
Depkes senilai Rp.400 juta sebagai bagian dari seluruh bantuan yang akan
diberikan sebesar Rp.1,2 milyar.
5. Fasilitas Pendidikan UNS Solo
Untuk menunjang kegiatan akademik, UNS dilengkapi dengan
fasilitas akademik Unit Pelaksana Teknis yang terdiri dari UPT.
Perpustakaan, UPT. Pusat Komputer, UPT. Pelayanan dan Pengembangan
Bahasa, UPT. Mata Kuliah Umum, serta UPT. UNS Press. Kemudian
UNS juga mempunyai 2 Lembaga, yaitu Lembaga Pengembangan
Pendidikan dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Fasilitas
berikutnya adalah Laboratorium, baik ditingkat Universitas maupun di
tiap-tiap Fakultas.
UPT. Perpustakaan, dengan koleksi buku mencapai 59.590 judul
berjumlah 170.123 eksemplar, menjadi resource center yang sangat
penting dalam berbagai kegiatan akademik di UNS. Demi peningkatan
pelayanan sebagai resource center, UPT. Perpustakaan UNS juga
melengkapi pelayanan dengan Jurnal Elektronik. Dalam melaksanakan
tugasnya, UPT. Perpustakaan didukung dengan Perpustakaan yang ada di
setiap Fakultas. Saat ini ada dua sistem yang sedang dikembangkan di
Perpustakaan untuk peningkatan pelayanan terhadap publik adalah
UNSLA (UNS Library Automation) dan Digital Library. UNSLA
merupakan fasilitas pencarian buku koleksi perpustakaan yang dapat
dilakukan secara online, sedangkan Digital Library adalah digitalisasi
karya ilmiah yang telah dihasilkan oleh civitas akademika UNS. Sistem ini
dibangun agar layanan UPT. Perpustakaan UNS dapat dijangkau oleh
semua elemen masyarakat yang ada diluar UNS.
Unit Penunjang yang kedua adalah UPT. Pusat Komputer. Selain
tugas pokoknya menyelenggarakan mata kuliah lab komputer, training dan
technical support, UPT Komputer terus mengantisipasi tuntutan kemajuan
teknologi informasi dengan mengembangkan jaringan internet dan intranet
yang telah terhubung ke seluruh unit serta terus mengembangkan sistem
informasi administrasi baik di bidang akademik, keuangan, sarana-
prasarana maupun ketenagaan. Di bidang akademik saat ini telah
dikembangkan sistem informasi dengan basis web secara on-line sehingga
untuk mengetahui hasil studi mahasiswa dapat diakses dari tempat
manapun dengan mengunjungi homepage: http://siakad.uns.ac.id . Sistem
ini juga telah diaplikasikan melalui telepon sellular/Handphone yang
support GPRS di http://wap.uns.ac.id ataupun via SMS ke No. 3011. Di
bidang keuangan UPT komputer juga telah mengaplikasikan sistem
pembayaran beaya studi mahasiswa secara on-line. UPT Komputer terus
berupaya mengembangkan jaringan teknologi informasi yang handal untuk
menuju terwujudnya smart campus yang mampu menyelenggarakan
manajemen pengelolaan perguruan tinggi secara tepat, cepat dan akurat
berorientasi pada kepuasan layanan. Karena itu, UPT Komputer dipercaya
masyarakat melalui kerja sama dengan berbagai instansi, antara lain:
Universitas La Rochelle, IFMA Clermont Ferrand, KOICA Korea, Pemda
dan Pemprov Jateng.
Unit Penunjang berikutnya adalah UPT. Pelayanan dan
Pengembangan Bahasa. UPT. P2B merupakan Unit Pelaksana Teknis
Pelayanan dan Pengembangan Bahasa yang bekerja dibawah koordinasi
Pembantu Rektor I Universitas Sebelas Maret yang menangani masalah
pelayanan dan pengembangan bahasa. Unit ini berfungsi memberikan
layanan yang berupa pelatihan-pelatihan bahasa asing dan jasa
penerjemahan baik baik untuk lingkup UNS sendiri maupun masyarakat
pada umumnya. Kemudian melakukan pengembangan-pengembangan
teknik pembelajaran bahasa melalui pembuatan materi-materi pelajaran
maupun pendekatan-pendekatan pengajaran yang efektif melalui short
training maupun workshop dengan skala regional maupun nasional. Selain
aktifitas tersebut diatas UPT. P2B juga membuat dan menyediakan materi-
materi pengajaran yang berbentuk multimedia seperti kaset, kaset video,
vcd, maupun computer-based materials.
Dalam hal penerbitan buku-buku serta karya ilmiah UNS memiliki
UNS Press. Saat ini terus diberdayakan untuk menangani cetakan buku-
buku untuk keperluan universitas. Selama tahun ini tidak kurang dari 42
buku telah diterbitkan oleh UNS Press, disamping 25 buku teks yang lain
yang telah diterbitkan sebagai hasil kerja sama dengan Lembaga
Pengembangan Pendidikan. Selain menerbitkan buku teks UNS Press juga
melayani percetakan untuk keperluan rutin Universitas. Revitalisasi UNS
Press sebagai aset yang potensial akan terus dikembangkan agar mampu
menunjang proses belajar mengajar yang ada di UNS dan benar-benar
menjadi unit yang produktif. Fasilitas yang masih dapat dikategorikan
sebagai Fasilitas Akademik adalah 2 buah lembaga, yaitu Lembaga
Pengembangan Pendidikan dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat. LPP (Lembaga Pengembangan Pendidikan) mempunyai
fungsi tidak kalah penting dengan unit yang lain. Dengan E-Learning yang
dikembangkan oleh LPP, civitas akademika UNS baik pengajar maupun
mahasiswa lebih efektif dalam melakukan aktifitas akademik terutama
dalam hal komunikasi aktif antara pengajar dengan mahasiswa. e-Learning
UNS adalah situs untuk memanfaatkan teknologi internet sebagai kelas
virtual yang diharapkan dapat menambah interaksi antara dosen dan
mahasiswa. Situs ini sama sekali bukan dimaksudkan untuk menggantikan
proses pembelajaran tatap muka di kelas ataupun di laboratorium. Situs ini
dikelola oleh Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas
Maret (LPP UNS) dan diperuntukkan untuk prodi/jurusan/fakultas yang
ada di UNS.
Lembaga yang kedua adalah LPPM. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan unsur pelaksana Universitas
Sebelas Maret yang mempunyai tugas mengkoordinasikan, memantau, dan
menilai pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang diselenggarakan oleh Pusat-Pusat di Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Fakultas, Jurusan, Bagian, kelompok
dan perorangan, mengusahakan pengendalian dalam hal penggunaan
sumber daya, serta mengusahakan pengembangan dan peningkatan mutu
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Fasilitas Akademik yang terakhir adalah Laboratorium Praktikum.
Dalam mendukung aktivitas science, UNS juga memiliki Laboratorium
MIPA Pusat. Laboratorium Pusat MIPA UNS mulai beroperasi pada tahun
1988, berawal dari bantuan peralatan proyek OECF II. Secara bertahap
laboratorium ini terus dikembangkan dengan (penataan fasilitas baik)
penambahan peralatan-peralatan baru maupun melengkapi komponen
peralatan yang sudah ada. Peralatan-peralatan ini juga datang dari Proyek
DUE (tahun 1996-2000). Disamping itu dilakukan pula peningkatan
kualitas dan kuantitas ketenagaan, baik staf ahli maupun teknisi,
diantaranya melalui kerja sama dengan IDP-Australia dalam bentuk
Workshop (1990-1995). Selain Laboratorium MIPA Pusat, disetiap
fakultas juga terdapat laboratorium-laboratorium lain sesuai dengan
disiplin ilmu dimasing-masing fakultas.
B. KAMPUS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNS
SOLO
1. Sejarah Fisip UNS Solo
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
(FISIP-UNS) berdiri pada tahun 1976, bersamaan dengan diresmikan
berdirinya Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret yang dikukuhkan
dengan Keputusan Presiden RI Nomor : 10 Tahun 1976. FISIP-UNS
termasuk salah satu diantara sembilan Fakultas di lingkungan UNS.
Pada saat berdiri nama FISIP-UNS adalah Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik dan memiliki dua jurusan, yaitu Jurusan Administrasi Negara dan
Jurusan Publisistik. Baru pada tahun 1982, berdasarkan SK Presiden RI
Nomor : 55 Tahun 1982 tentang Susunan Organisasi Universitas Sebelas
Maret, nama Fakultas dirubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP-UNS). Kemudian berdasarkan
SK Mendikbud RI Nomor : 017/0/1983, tertanggal 14 Maret 1983 nama
Jurusan juga berubah, menjadi Jurusan Ilmu Administrasi dan Jurusan
Ilmu Komunikasi.
Dengan keluarnya SK Mendikbud RI Nomor : 055/0/1983 tanggal
8 Desember 1983 tentang Jenis dan Jumlah Jurusan pada Fakultas di
Lingkungan Universitas Sebelas Maret, FISIP-UNS menambah satu
Jurusan baru, yaitu Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Jurusan
ini khusus melayani Mata Kuliah Dasar Umum di semua Program Studi
(Prodi) di lingkungan Universitas Sebelas Maret dan berada di bawah tim
MKDU Universitas Sebelas Maret.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (Dirjen Dikti) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I (SK
Dirjen Dikti Depdikbud) Nomor : 27/Dikti/Kep./1986 tanggal 29 Mei
1986, di FISIP-UNS dibentuk Program Studi Sosiologi yang mengawali
programnya pada semester Juli-Desember 1986. Terakhir dengan SK
Dirjen Dikti Nomor : 66/Dikti/Kep./1998, tanggal 2 Maret 1998 Program
Studi Sosiologi menjadi Jurusan Sosiologi yang merupakan Program
Sarjana (S1) dan berada dibawah Dekan. Kemudian Jenis dan jumlah
Prodi di setiap Jurusan pada Fakultas-Fakultas di lingkungan UNS juga
ditata/dibakukan berdasarkan SK Dirjen Dikti Depdikbud R.I. Nomor :
222/Dikti/Kep./1996 tentang Program Studi pada Program Sarjana di
Lingkungan Universitas Sebelas Maret. Prodi untuk Jurusan Ilmu
Administrasi dan Jurusan Ilmu Komunikasi masing-masing adalah Ilmu
Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi.
2. Visi dan Misi serta Tujuan FISIP UNS Solo
a. Visi Fisip UNS Solo
Mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori keilmuan sosial dan
politik yang sesuai dengan perubahan masyarakat baik pada tingkat
global, regional, nasional, maupun lokal. Dengan demikian terjadi link
and match antara perguruan tinggi dengan masyarakat penggunanya.
b. Misi FISIP UNS Solo
1) Menghasilkan sarjana ilmu sosial dan ilmu politik yang
memiliki power of reasoning, kepakaran dalam bidang
penelitian, keahlian dalam menerapkan ilmu pengetahuan bagi
kemaslahatan manusia.
2) Menghasilkan sarjana yang sujana (berbudi luhur) yang
memiliki kepekaan (sensitive) dan kepedulian sosial,
khususnya terhadap masyarakat miskin, tidak berdaya, tidak
mempunyai hak suara dan tertindas.
3) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga akademik
dan tenaga adminitrasi.
4) Menumbuhkembangkan suasana ilmiah dan terbentuknya pola
sikap budaya keilmuan di kalangan civitas akademika.
5) Melengkapi sarana penunjang bagi kegitan proses belajar
mengajar.
6) Meningkatkan sistem pembinaan penalaran, menat, dan bakat
serta kesejahteraan mahasiswa.
7) Peningkatan mutu profesionalisme organisasi mahasiswa.
8) Peningkatan mutu dan pembinaan mahasiswa melalui berbagai
media.
c. Tujuan FISIP UNS Solo
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu dosen,
karyawan, dan mahasiswa.
2) Melaksanakan pemberdayaan fakultas dan jurusan dalam
rangka menuju otomoni kampus.
3) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah
maupun swasta baik dalam negeri maupun luar negeri.
4) Menjadikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai
pusat kegiatan ilmuah.
5) Mewujudkan cita-cita Universitas Sebelas Maret (UNS)
sebagai teaching university menuju research university.
3. Fasilitas FISIP UNS Solo
Fasilitas umum yang dimiliki oleh kampus Fisip UNS Solo antara lain :
a. Gedung perkuliahan
b. Laboratorium
c. Perpustakaan
Perpustakaan berfungsi memberikan layanan informasi kepada
mahasiswa, dosen, karyawan, dalam melaksanakan tugas-tugas Tri
Darma Perguruan Tinggi yang mencakup pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Terdapat 2466 judul buku dan 65
jurnal buku dengan jumlah buku 6220 ekslemplar dan 137 eksemplar
jurnal.
d. Free Hotspot Area
Semua pihak sudah dapat menggunakan Notebook/Laptop/PDA untuk
mengakses internet berkecepatan tinggi dengan menggunakan hotspot
yang sudah dipasang di FISIP. Perangkat Wifi ini dipasang di gedung
3 lantai 2 didepan ruang I dengan jangkauan maksimal 100 meter.
4. Daftar Pejabat FISIP UNS Solo
Nama Jabatan
Drs. Supriyadi SN, SU Dekan
Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si Pembantu Dekan I
Drs. H. Marsudi, MS Pembantu Dekan II
Dra. Suyatmi, MS Pembantu Dekan III
Drs. Sudarto, M.Si Ketua Jurusan Ilmu Adminitrasi
Drs. Agung Priyono, M.Si Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi
Program S1 Reguler
Rino Ardian Nugroho, S.Sos, M.TI Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi
Program S1 Non Reguler
Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Drs. Hamid Arifin, M.Si Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi
Program S1 Reguler
Drs. Surisno Satrio Utomo, M.Si Sekjur. Ilmu Komunikasi Program S1 Non
Reguler
Dra. Trisni Utami, M.Si Ketua Jurusan Sosiologi
Dra. Sri Hilmi Puji H, M.Si Sekretaris Jurusan Sosiologi Program S1
Reguler
Dra. Eva Agustina, M.Si Sekjur. Sosiologi Program S1 Non
Reguler
Drs. A. Eko Setyanto, M.Si Ketua Prodi Diploma 3 Komunikasi
Terapan
Drs. Nuryanto, M.Si Sekretaris Prodi Komunikasi Terapan
Konsentrasi Periklanan
Dra. Christina Th, M.Si Sekretaris Prodi Komunikasi Terapan
Konsentrasi Humas
Drs. Aryanto Budhy S, M.Si Sekretaris Prodi Komunikasi Terapan
Konsentrasi Penyiaran
Drs. Sakur, MS Ketua Prodi Diploma 3 Manajemen
Administrasi
Drs. Ali, MS Sekretaris Prodi Diploma 3 Manajemen
Administrasi
Drs. Alex Ibnu Muridjal, M.Si Ketua Prodi Diploma 3 Perpustakaan
Dra. Urip Haryati, M.Si Sekretaris Prodi Diploma 3 Perpustakaan
Heni Prihutami, SH Kepala Tata Usaha
Nanik Tina Yulia, S.Pd Kasubbag. Umum dan Perlengkapan
Dra. Nanik Indiasri Kasubbag. Keuangan dan Kepegawaian
Okta Triswantara, S.IP Kasubbag. Kemahasiswaan
Drs. Widodo M.Soc.Sc Kasubbag. Pendidikan
Tabel 2.1: Daftar Nama Pejabat FISIP UNS Solo
(Sumber : http://www.fisip.uns.ac.id tahun 2009)
5. Berdirinya Program S-1 Ekstensi Ilmu Komunikasi (Untuk Angkatan
2007 program ini bernama Non Reguler)
Fokus pembangunan nasional pada dekade mendatang adalah
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Usaha yang dilakukan
terutama melalui jalur pendidikan. Jadi, ada hubungan yang bersifat
interdependensi antara pembanguan pendidkan dan usaha peningkatan
sumber daya manusia. Untuk melakukan pembangunan diperlukan sumber
daya manusia yang berkualitas dan ini hanya bisa dicapai melalui
pendidikan, sebaliknya penyelanggaraan pendidikan merupakan salah satu
tujuan pembangunan.
Dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia, pendidikan
formal merupakan sarana yang hingga kini paling menonjol. Tidak ada
suatu jenis dan bentuk pendidikan yang kontribusinya terhadap
pembangunan, terhadap peningkatan sumber daya manusia sebesar
sumbangan yang diberikan oleh pendidikan formal telah diakui
peranannya dalam pembangunan.
Bagi perguruan tinggi, salah satu tujuan penyelengaraan
pendidikannya adalah melahirkan lulusan sarjana yang diharapkan dapat
bekerja di masyarakat. Namun demikian, karena satu dan hal lain, tidak
semua mahasiswa di perguruan tinggi dapat menyelesaikan pendidikannya
hingga mencapai gelar sarjana (S-1). Banyak diantara mereka yang
berhenti kuliah di tengah jalan, mungkin karena adanya beberapa kendala
dan kemudian bekerja, atau karena memang memilih jenjang pendidikan
hanya pada tingkat sarjana muda/diploma III. Padahal, tuntutan kerja pada
saat ini atau tuntutan karir pribadi menghendaki jenjang pendidikan hingga
sarjana.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan jenis dan bentuk
pendidikan tinggi formal yang memungknkan para mahasiswanya dapat
berkuliah tanpa harus meninggalkan pekerjaannya atu berhenti bekerja.
Hal ini mungkin apabila program pendidikan tinggi formal itu
diselenggarakan pada sore/malam hari, diluat jam kerja. Program Non
Reguler FISIP UNS diadakan untuk menjawab permasalahan ini.
Dengan program pendidikan lanjutan ini, pemerintah akan
memperoleh keuntungan ganda. Pertama, pemerintah akan meperoleh
tenaga kerja yang kualitasnya telah ditingkatkan, kedua tidak perlu
mengadakan rekruitmen tenaga kerja baru, serta yang ketiga dengan
program ini setidak-tidaknya tidak menambah jumlah pengangguran.
a. Tujuan Pendidikan
1) Meningkatkan peguasaan teori dan konsep, kapabilitas intelektual,
serta etika profesi dan wawasan yang luas di bidang ilmu-ilmu
sosial dan politik.
2) Meningkatkan kemampuan analitik mahasiswa, sehingga mereka
lebih dapat menganalisis permasalahan pembangunan, khusunya
sektor pembangunan yang berhubungan dengan bidang
pekerjaannya.
3) Meningkatkan kemampuan di bidang penelitian mahasiswa agar
lebih dapat mengidentifikasi dan merumuskan yang permasalahan
pembangunan, khususnya sektor pembangunan yang berhubungan
dengan bidang pekerjaannya.
b. Visi Program S-1 Non Reguler Jurusan Komunikasi FISIP UNS
Program S-1 Non Reguler Jurusan Komunikasi FISIP UNS
dikembangkan dan diarahkan pada upaya peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan di bidang ilmu sosial dan ilmu politik, dan lebih khusus
lagi pada bidang keilmuan Administrasi, Komunikasi dan Sosiologi
sehingga lebih mampu memberikan kontrobusi terhadap proses
pembangunan nasional, terutama dalam hal perencanaan, pelaksanaan
sampai pada monitoring dan evaluasi. Secara tidak langsung
kemampuan demikian akan sangat membantu dalam memacu proses
pembangunan di Indonesia, khususnya dalam meningkatkan dan
melembagakan tertib administrasi maupun menciptakan iklim
komunikasi yang kondusif, baik di lingkungan instansi tempat kerja
maupun di masyarakat.
c. Misi Program S-1 Non Reguler Jurusan Komunikasi FISIP UNS
Dengan harapan-harapan yang tertuang dan visi tersebut di atas,
maka misi yang diemban oleh program S-1 Non Reguler FISIP UNS
adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar pada jenjang program
Sarjana (S-1).
2) Memberi wawasan yang lebih luas agarlebih profesional dalam
menangani masalah-masalah pembangunan.
3) Meningkatkan kemampuan bagi yang sedang/telah/pernah bekerja
sehingga dapat memperoleh jenjang pendidikan S-1 sesuai dengan
bidang ilmunya yang dipelajarinya.
d. Sistem Pendidikan S-1 Non Reguler Jurusan Komunikasi FISIP UNS
Sistem pendidikan S-1 Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS
adalah sistem kredit, dimana sistem penyelenggaraan pendidikan yang
terdiri beban studi mahasiswa serta beban kerja tenaga pengajat
dinyatakan dalam kredit (SKS-Sistem Kredit Semester). Sistem ini
diatur dalam SK Rektor No. 177/PT 40.11/921.
Jumlah SKS untuk menyelesaikan studi sekurang-kurangnya 144
SKS dan sebanyak-banyaknya 154 SKS (jumlah SKS termasuk yang
berasal dari capaian di perguruan tinggi asal/akademi asal).
e. Akreditasi Akademik
1) Akreditasi akademik adalah penetapan mata kuliah yang telah
dicapai dan harus diambil oleh mahasiswa.
2) Akreditasi akademik berlaku untuk peserta yang berasal dari
Sarjana Muda/Akademi/Diploma dan yang setara dari PTN/PTS
asal.
3) Akreditasi ditetapkan dengan pengakuan atau pembebasan
(diloloskan).
4) Pengakuan dilakukan terhadap mata kuliah yang memiliki bobot
SKS yang sama dan sesuai dengan kurikulum Fakultas.
5) Mata kuliah yang dapat diakreditasi adalah mata kuliah yang
memiliki nilai minimal C.
6) Pembebasan/pengakuan dengan hanya menilai dari salah satu
transkip yang diajukan oleh calon mahasiswa.
f. Perkuliahan S-1 Non Reguler Jurusan Komunikasi FISIP UNS
1) Setiap tahun dibagi dalam dua semester (semester ganjil dan
genap), dan dilaksanakan sesuai dengan kalender akademik
universitas yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Rektor.
2) Setiap awal semester mahasiswa diwajibkan mengisi Kartu
Rencana Studi (KRS) dengan persetujuan Pembimbing Akademik
(PA), sebagai syarat untuk mengikuti perkuliahan. KRS tersebut
rangkap 3 (tiga), dengan rincian 1 (satu) untuk mahasiswa yang
bersangkutan, 1 (satu) diserahkan ke bagian Pengajaran dan 1
(satu) lagi diserahkan ke PA.
3) Syarat untuk dapat mengikuti ujian mahasiswa telah mengikuti
minimal 75% dari semua kegiatan akademik yang terjadwal pada
semester yang bersangkutan. Pada akhir perkuliaha menjelang
ujian semester, dosen pengampu akan mengevaluasi KRS yang
dibawa oleh mahasiswa untuk menentukan apakah mahasiswa
tersebut memenuhi syarat untuk mengikuti ujian atau tidak. KRS
yang sudah dievaluasi oleh seluruh dosen pengampu, kemudian
oleh mahasiswa dimintakan pengesahan ke PA masing-masing.
4) Ujian susulan dapat dilaksanakan apabila mahasiswa yang
bersangkutan :
a) Melaksanakan tugas negara.
b) Sakit, dengan surat keterangan opname dari rumah sakit.
c) Ada keluarga inti yang meninggal.
5) Pada akhir settiap semester mahasiswa menerima hasil evaluasi
(yudisium) dalam bentuk Kartu Hasil Studi (KHS) yang telah
disahkan oleh PA dan Sekretaris Program Studi Non Reguler.
6) Bagi mahasiswa yang belum melengkapi kewajiban pembayaran
biaya sesuai dengan ketentuan yang sudah disepakati, maka
yudisiumnya akan ditunda.
7) Perkuliahan dilaksanakan sore hari (mulai jam 16.30) di luar
kegiatan program reguler.
g. Program Studi
Tiga jurusan yang berada dibawah FISIP masing-masing membuka
program studi:
1) Ilmu Administrasi : Program Studi Administrasi Negara
2) Ilmu Komunikasi : Program Studi Ilmu Komunikasi
3) Sosiologi : Program Studi Pembangunan Masyarakat
C. SEKILAS TENTANG LA.Light DAN PT DJARUM
LA.Light adalah salah satu produk PT. Djarum yang termasuk dalam
kategori kretek mild. LA.Light memiliki diameter kecil dan filter berwarna putih
dengan kadar kadar tar dan nikotin yang rendah.
PT Djarum adalah salah satu perusahaan rokok di Indonesia. Perusahaan
ini mengolah dan menghasilkan jenis rokok kretek dan cerutu.Ada tiga jenis rokok
yang kita kenal selama ini. Rokok Cerutu (Terbuat dari daun tembakau dan
dibungkus dengan daun tembakau pula), rokok putih (Terbuat dari daun tembakau
dan dibungkus dengan kertas sigaret), dan rokok kretek (Terbuat dari tembakau
ditambah daun cengkeh dan dibungkus dengan kertas sigaret).Rokok kretek
adalah sebuah produk yang racikannya ditemukan oleh H. Djamhari (Kebangsaan
Indonesia) pada tahun 1880 di kota Kudus (Kudus kota keretek). Saat itu H.
Djamhari adalah seorang perokok dan ia sering merasa sesak napas. Saat ia
menderita sesak, ia menggunakan minyak cengkeh untuk mengobati penyakitnya.
Hingga suatu ketika ia mencoba meracik daun tembakau dan bunga cengkeh
untuk rokoknya. Alhasil percobaannya tersebut membuahkan hasil dan rokok
tersebut disebut kretek karena letupan api yang membakar cengkeh menghasilkan
bunyi tek-tek-tek. (Lintasan Sejarah dan Peranan Bagi Pembangunan Bangsa dan
Negara, oleh Ong Hok Ham & Amen Budiman).
Pada tahun 1905, rokok kretek diproduksi untuk dipasarkan. M. Nitisemito
adalah orang yang membangun perusahaan itu dan dinamakan Bal Tiga. Terbukti
pasar untuk produk ini sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan niatan M.
Nitisemito yang ingin membuat lantai kamarnya dengan uang golden. Hal ini
membuat pemerintahan (Saat itu jajahan Belanda) tersinggung, tapi dengan
diplomatis pemerintah mengungkapkan bahwa beliau dapat melanjutkan
niatannya asal posisi uang golden tersebut dalam posisi berdiri. Di sini ada dua
pendapat yang belum bisa di pastikan. Pendapat pertama rencana itu dilanjutkan
dan pendapat kedua M. Nitisemito tahu bahwa itu hanya penolakan halus
pemerintah.
Djarum sendiri adalah perusahaan yang berdiri pada saat Indonesia telah
merdeka pada tahun 1951 (tepatnya 21 April 1951). Pendiri Djarum adalah Oei
Wie Gwan. Lambang jarum yang digunakan oleh perusahaan ini adalah jarum
grama phone. Pada tahun 1983 Djarum menjadi perseroaan terbatas, PT Djarum.
PT. Djarum memiliki lima nilai inti, yaitu :
1. Fokus pada pelanggan
2. Profesionalisme
3. Organisasi yang terus belajar
4. Satu keluarga
5. Tanggungjawab sosia
Perusahaan yang memiliki 76 lokasi kerja (70 di Kudus, 3 di Pati, 1
Rembang dan 2 di Jepara) ini cukup diakui masalah kesehatan dan keselamatan
kerja karyawannya. Hal ini dibuktikan dari perolehan Zero Accident
Acknowledgement pada tahun 2002. Pada tahun 2004 di Audit External
Keselamatan dan Kesehatan dengan hasil 85%. Karena hasil auditan yang
memuaskan, pada tahun 2005 memperoleh Bendera Emas. Pada tahun 2007, hasil
auditan meningkat menjadi 93% dan tahun 2008 menunggu memperoleh Bendera
Emas kembali. Karena hal itulah masalah keselamatan dan kesehatan bukan lagi
menjadi masalah bagi perusahaan ini.
Selaian masalah keselamatan dan kesehatan, perusahaan ini juga aktif
dalam bidang koperasi. Pada tahun 1976, koperasi karyawan dibuka. Koperasi
yang memiliki anggota sebanyak 51 ribuan orang ini memiliki kas hingga 75 ribu
miliaran hingga Januari 2008 ini. Karena ketekunannyalah, koperasi ini juga
memperoleh penghargaan sebagai Koperasi Teladan dari tahun 1993 sampai
dengan 1996. Perusahaan ini juga memiliki program-program penghijauan.
Program yang dimulai sejak tahun 1977 ini telah banyak berpengaruh untuk
masyarakat sekitar. Kota Kudus yang dulu gersang, dengan adanya program ini
akhirnya kota Kudus dapat hijau kembali. Tidak hanya itu pada tahun 1980-1985,
PT Djarum membagikan bibit mangga kepada 59 Desa di Kudus. Pada tahun 1995
sesuai dengan data dari Pemerintahan Propinsi mencatat bahwa penghasilan warga
dari penjualan mangga mencapai 2,5 miliaran. Hingga saat ini pun program
penghijauan itu terus berjalan.
Perusahaan yang memiliki nilai ekspor hampir 16 juta dolar Amerika
(tahun 2007) ini juga telah mampu mengolah limbah pabrik dengan sangat baik.
Menurut Sucofindo pada Agustus 2007, data menyebutkan limbah air, uji odorant
dan juga uji emisi yang berhasil diolah jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan.
Jadi perusahaan ini telah mampu untuk mengolah limbah dengan baik.
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. TERPAAN IKLAN
1. Deskripsi Variabel Bebas
Terpaan iklan LA.Light adalah variabel bebas yang berarti
khalayak pemirsa dalam hal ini Mahasiswa Komunikasi Non Reguler
Angkatan 2007 FISIP UNS yang secara sengaja ataupun tidak menerima
sejumlah pesan yang antara lain berupa iklan. Iklan yang dimaksud disini
adalah iklan LA.Light yang tampil dalam jeda program acara di stasiun tv
nasional
Terpaan iklan LA.Light ditelevisi diukur melalui tiga indikator yaitu :
c. Frekwensi responden terkena terpaan iklan LA. Light di televisi dalam
1 hari
d. Intensitas perhahian responden terhadap iklan LA.Light ditelevisi
e. Pemahaman responden terhadap isi pesan iklan LA.Light
Berikut ini adalah penjabaran selengkapnya dari kedua indikator tersebut:
a. Frekwensi Responden Terkena Terpaan Iklan LA.Light di Televisi
Dalam 1 Hari
Frekwensi responden terkena terpaan iklan LA.Light dalam 1 hari
merupakan tingkat keseringan responden menyasikan iklan LA.Light
yang tayang di televisi. Adpun indikator ini tercermin dalam pertanyaan
kuisioner nomer 1 dengan perincian sebagai berikut :
Berapa kali anda melihat iklan LA.Light dalam satu hari ?
v ≥ 5 kali
v 4 kali
v 3 kali
v ≤ 2 kali
v 1 kali
Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan
ketentuan sebagai berikut:
v Jawaban a diberi nilai 5
v Jawaban b diberi nilai 4
v Jawaban c diberi nilai 3
v Jawaban d diberi nilai 2
v Jawaban e diberi nilai 1
Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai frekwensi responden
melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi dalam 1 hari
FREKUENSI RESPONDEN MELIHAT IKLAN LA.LIGHT DALAM
1 HARI DI TELEVISI
TABEL 3.1
N=99
No Frekuensi N %
1.
2.
3.
4
5
≥ 5 kali
4 kali
3 kali
≤ 2 kali
1 kali
43
29
19
5
3
43,4
29,3
19,2
5,1
3
Jumlah 99 100
Sumber, pertanyaan no 1
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah
melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 43 responden
(40%) melihat iklan LA.Light ≥ 5 kali sehari.
Indikator mengenai frekwensi juga tercermin dari pertanyaan kuisioner
no.2 dengan perincian sebagai berikut :
Apakah anda sering melihat iklan LA.Light di televisi?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Cukup sering
d. Kadang – kadang
e. Tidak pernah
Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan
ketentuan sebagai berikut:
v Jawaban a diberi nilai 5
v Jawaban b diberi nilai 4
v Jawaban c diberi nilai 3
v Jawaban d diberi nilai 2
v Jawaban e diberi nilai 1
Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai tingat keseringan
responden melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi dalam 1 hari
TINGKAT KESERINGAN RESPONDEN MELIHAT IKLAN
LA.LIGHT DALAM 1 HARI DI TELEVISI
TABEL 3.2
N=99
No Tingkat
keseringan
N %
1.
2.
3.
4
5
Sangat sering
Sering
Cukup sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
45
21
18
3
45,5
21,2
18,2
3
Jumlah 99 100
Sumber, pertanyaan no 2
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah
melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 45 responden
sangat sering iklan LA.Light dalam sehari.
b. Intensitas Perhatian Responden Terhadap Iklan LA.Light di
Televisi
Intensitas perhatian responden terhadap iklan LA.Light ditelevisi
merupakn tingkat perhatian responden terhadap iklan LA.Light yang
tayang ditelevisi. Indikator yang dipakai berasal dari pertanyaan kuisioner
nomer 3 dengan perincian sebagai berikut :
Saat melihat iklan LA.Light muncul, apakah anda memperhatikan iklan
tersebut hingga selesai ?
a. Selalu memperhatikan
b. Memperhatikan
c. Cukup memperhatikan
d. Kurang memperhatikan
e. Tidak memperhatikan
Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan
ketentuan sebagai berikut:
v Jawaban a diberi nilai 5
v Jawaban b diberi nilai 4
v Jawaban c diberi nilai 3
v Jawaban d diberi nilai 2
v Jawaban e diberi nilai 1
Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai intensitas perhatian
responden terhadap iklan LA.Light
INTENSITAS PERHATIAN RESPONDEN TERHADAP IKLAN
LA.Light DI TELEVISI
TABEL 3.3
N=99
No Intensitas Perhatian n %
1.
2.
3.
4.
5.
Selalu memperhatikan
Memperhatikan
Cukup memperhatikan
Kurang memperhatikan
Tidak memperhatika
44
27
11
6
2
44,4
27,3
11,1
6,1
2
Jumlah 99 100
Sumber, pertanyaan no 3
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah
melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 44 responden
selalu memperhatikan iklan LA.Light.
c. Pemahaman Responden Terhadap Isi Pesan Iklan LA.Light
Pemahaman responden terhadap iklan LA.Light ditelevisi
merupakn tingkat pemahaman responden terhadap isi pesan iklan
LA.Light yang tayang ditelevisi. Indikator yang dipakai berasal dari
pertanyaan kuisioner nomer 4 dengan perincian sebagai berikut :
Apakah anda memahami isi pesan iklan LA.Light?
a. Sangat memahami
b. Memahami
c. Cukup memahami
d. Kurang memahami
e. Tidak memahami
Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan
ketentuan sebagai berikut:
v Jawaban a diberi nilai 5
v Jawaban b diberi nilai 4
v Jawaban c diberi nilai 3
v Jawaban d diberi nilai 2
v Jawaban e diberi nilai 1
Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai tingat pemahaman
responden terhadap iklan LA.Light yang tayang di televisi
PEMAHAMAN RESPONDEN TERHADAP ISI PESAN IKLAN
LA.Light DI TELEVISI
TABEL 3.4
N=99
No Intensitas Perhatian n %
1.
2.
3.
4.
5.
Sangat memahami
Memahami
Cukup memahami
Kurang memahami
Tidak memahami
44
27
11
6
2
44,4
27,3
11,1
6,1
2
Jumlah 99 100
Sumber, pertanyaan no 4
2. Penyajian Data Tentang Variabel Bebas.
Keseluruhan variabel independen yaitu terpaan iklan LA.Light
yang terdiri dari tiga indikator diklasifikasikan. Pengklasifikasian dapat
diketahui dengan cara memberi nilai atau skor pada alternatif jawaban dari
nilai-nilai yang ada kemudian dijumlahkan sehingga akan didapatkan nilai
data. Nilai data tertinggi dari variabel ini adalah 20 dan terendah 3.
Setelah nilai data diketahui, kemudian dicari nilai intervalnya. Nilai
interval didapat dari jarak (range), yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai
terendah dibagi jumlah kategori.
Dengan demikian diperoleh rumus sebagai berikut :
Interval =gorijumlahkate
dahnilaiterenngginilaiterti -
Disini variabel terpaan iklan LA.Light dikategofikan ke dalam 5 kelas,
yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang,rendah,sangat rendah.
Maka nilai intervalnya adalah :
= 5
1720 -
= 53
= 0,6
Sehingga dalam pengelompokkan didapat interval yang bergerak dari 3
sampai 20 sedangkan kategori kelas yang diperoleh adalah sebagai berikut:
19,4 – 20 , untuk kategori sangat tinggi
18,8 – 19,4, untuk kategori tinggi
18,2 – 18,8 , untuk kategori sedang
17,6 – 18,2 , untuk kategori rendah
17 – 17,6 ,untuk kategori sangat rendah
Hasil dari kategorisasi diatas maka akan diperoleh data yang dapat dilihat
dalam tabel berikut ini
KATEGORI TERPAAN IKLAN
TABEL 3.5
N=99
No Kategori N %
1
2
3
4
5
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
47
23
11
10
8
47,4
23,3
11,
10
81
Jumlah 99 100
Sumber, pertanyaan 1,2,3,dan 4
Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa responden melihat iklan
LA.Light yang tayang ditelevisi dalam frekwensi, intensitas, dan
pemahaman yang berbeda-beda, dari 99 responden sebanyak 47 responden
memiliki frekwensi, intensitas, dan pemahaman yang sangat tinggi
terhadap iklan LA.Light, ini diharapkan dapat mempengeruhi brand image.
B. Brand Image
1. Deskripsi Variabel Terikat
Brand Image Mahasiswa Komunikasi Non Reguler angkatan 2007
FISIP UNS adalah variabel terikat yang berarti gambaran atau kesan
terhadap LA.Light setelah melihat iklan LA.Light yang ditayangkan di
televisi oleh Mahasiswa Komuniksi Non Reguler angkatan 2007 FISIP
UNS. Brand Image Mahasiswa Komunikasi Non Reguler angkatan 2007
FISIP UNS, diukur melalui persepsi sebagai indikator. Berikut ini adalah
penjabaran selegkapnya mengenai persepsi sebagai indikator dari brand
image
Disini persepsi meliputi penginderaan (sensasi), atensi, dan
inteprestasi. Indikator yang dipakai berasal dari pertanyaan kuisioner
nomer 5 dengan perincian sebagai berikut:
Apakah isi iklan LA.Light mudah diingat ?
a. Sangat mudah
b. Mudah
c. Cukup mudah
d. Sulit
e. Sangat sulit
Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan
ketentuan sebagai berikut:
v Jawaban a diberi nilai 5
v Jawaban b diberi nilai 4
v Jawaban c diberi nilai 3
v Jawaban d diberi nilai 2
v Jawaban e diberi nilai 1
Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai tingkat kemudahan
responden dalam mengingat isi iklan LA.Light yang tayang di televisi
dalam
TINGKAT KEMUDAHAN RESPONDENDALAM MENGINGAT
ISI IKLAN LA.LIGHT DI TELEVISI
TABEL 3.5
N=99
No Tingkat
kemudahan
N %
1.
2.
3.
4
5
Sangat mudah
Mudah
Cukup mudah
Sulit
Sangat sulit
44
37
17
44,4
37,3
17,2
Jumlah 99 100
Sumber, pertanyaan no 5
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah melihat
iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 44 responden merasa
sangat mudah mengingat iklan LA.Ligh.
Indikator mengenai persepsi juga tercermin dari pertanyaan kuisioner no.6
dengan perincian sebagai berikut :
Menurut anda, bagaimana tampilan iklan LA.Light dilihat dari tema iklan
yang diangkat?
a. Sangat menarik
b. Menarik
c. Cukup menarik
d. Kurang menarik
e. Tidak menarik
Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan
ketentuan sebagai berikut:
v Jawaban a diberi nilai 5
v Jawaban b diberi nilai 4
v Jawaban c diberi nilai 3
v Jawaban d diberi nilai 2
v Jawaban e diberi nilai 1
Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai tingkat kemenarikkan
tema iklan LA.Light yang tayang di televisi
TINGKAT KEMENARIKAN TEMA IKLAN LA.LIGHT
DI TELEVISI
TABEL 3.6
N=99
No Tingkat
menarikan
N %
1.
2.
3.
4
5
Sangat menarik
Menarik
Cukup menarik
Kurang menarik
Tidak menarik
50
29
15
5
50,5
29,3
15,6
5,1
Jumlah 99 100
Sumber, pertanyaan no 6
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah
melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 50 responden
merasa temaiklan LA.Light sangat menarik.
Indikator mengenai persepsi juga tercermin dari pertanyaan kuisioner no.7
dengan perincian sebagai berikut :
Bagaimana perasaan anda ketika melihat iklan LA.Ligth?
a. Sangat terhibur
b. Terhibur
c. Cukup terhibur
d. Kurang terhibur
e. Tidak terhibur
Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan
ketentuan sebagai berikut:
v Jawaban a diberi nilai 5
v Jawaban b diberi nilai 4
v Jawaban c diberi nilai 3
v Jawaban d diberi nilai 2
v Jawaban e diberi nilai 1
Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai perasaan responden
ketika melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi
PERASAAN RESPONDEN KETIKA MELIHAT IKLAN
LA.LIGHT DI TELEVISI
TABEL 3.7
N=99
No Tingkat
menarikan
N %
1.
2.
3.
4
5
Sangat terhibur
Terhibur
Cukup terhibur
Kurang terhibur
Tidak terhibur
53
28
10
5
3
53,5
28,3
15,6
5,1
3
Jumlah 99 100
Sumber, pertanyaan no 7
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah
melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 53 responden
merasa iklan LA.Light sangat menghibur.
2. Penyajian Data Tentang Variabel Terikat
Keseluruhan variabel dependen yaitu Brand Image Mahasiswa
Komunikasi Non Reguler FISIP UNS Angkatan 2007 yang terdiri dari satu
indikator diklasifikasikan. Pengklasifikasian dapat diketahui dengan cara
memberi nilai atau skor pada alternatif jawaban dari nilai-nilai yang ada
kemudian dijumlahkan sehingga akan didapat nilai data. Nilai data
tertinggi dari variabel ini adalah 15 dan terendah adalah 3.
Setelah nilai data diketahui, kemudian menemukan nilai interval
didapat jarak(range), yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi
jumlah kategori.
Dengan demikian diperoleh rumus sebagai berikut :
Interval = gorijumlahkate
dahnilaiterennggiNilaiterti -
Disini variabel Brand Image dikategofikan ke dalam 5 kelas, yaitu sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah,dan sangat rendah.
Maka nilai intervalnya adalah :
= 5
1315 -
= 52
= 0,4
Sehingga dalam pengelompokkan didapat interval yang bergerak dari 27
sampai 9 sedangkan kategori kelas yang diperoleh adalah sebagai berikut :
14,6 – 15 untuk kategori sangat tinggi
14,2 - 14,6 untuk kategori tinggi
13,8 - 14,2 untuk kategori sedang
13,4 – 13,8 untuk kategori rendah
13 – 13,4 untuk kategori sangat rendah
Hasil dari kategorisasi diatas maka akan diperoleh data yang dapat dilihat
dalam tabel berikut ini
KATEGORI BRAND IMAGE
TABEL 3.8
TABEL N=99
No Kategori N %
1
2
3
4
5
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
49
29
10
7
4
49,5
29,3
10,1
7,1
4
Jumlah 100
Sumber, pertanyaan no 5.6.7
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden, sebanyak 49
responden memahami serta menyukai iklan LA.Light yang tayang
ditelevisi.
BAB IV
ANALISA DATA
Dalam bab ini, akan dibahas tentang ada tidaknya hubungan yang
signifikan antara variabel independen yaitu terpaan iklan LA.Light dengan
variabel dependen yaitu pembentukan brand image mahasiswa Ilmu Komunikasi
Non Reguler Angakatan 2007 Universitas Sebelas Maret Surakarta. Analisa data
ini dimaksudkan untuk membuktikan hipotesa dalam penelitian ini, yaitu : ” Ada
hubungan antara terpaan iklan LA.Ligth dengan brand image mahasiswa.
Penelitian dapat diian populasi golongkan kedalam jenis penelit. Penulis
memilih jenis penelitian ini karena peneliti ingin meneliti semua subjek yang ada
dalam wilayah penelitia. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa komunikasi non reguler angkatan 2007 yang berjumlah 142 orang.
Sedangkan taraf signifikan yang diharapkan sebesar 0,01 atau taraf kepercayaan
90%.
Untuk mengetahui hubungan antara terpaan iklan LA.Light dengan brand
image mahasiswa jurusan Komunikasi Non Reguler Angkatan 2007 FISIP UNS,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel untuk rangking yang
disesuaikan untuk variabel X dan variabel Y.
Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum mengetahui ada tidaknya
korelasi antara terpaan iklan LA.Light terhadap pembentukan brand image
mahasiswa adalah membuat tabel untuk rangking yang disesuaikan untuk variabel
X dan variabel Y.
TABEL 4.1
Tabel Kerja Untuk Mencari rs pada Variabel X
(n =99)
No. Nilai /
Skor
f rs
1. 20 (1+2+3+4+5+….+45):45 23
2. 19 (46+47+48+…….+70):25 58
3. 18 (71+72+73…..+90):20 80,5
4. 17 (91+92+93+94+95+96+97+98+99):9 95
Selanjutnya setelah rangking yang disesuaikan pada variabel X diketahui, maka
dicari skor kembar pada variabel X atau Tx. Untuk itu digunakan cara sebagai
berikut :
TABEL 4.2
Tabel Kerja Untuk Mencari Nilai T pada Variabel X
(n = 30)
No. Nilai / Skor f xT =
12
3 tt -
1. 20 45 7590
2. 19 25 1300
3. 18 20 665
4. 17 9 720
. å =Tx 10275
Kemudian guna mencariå 2X , hasil ∑Tx = 10275dengan n = 99 didistribusikan
ke dalam rumus berikut :
å 2X = TxN
NN-
-3
= 1027599
99993
--
=9696,2
Dengan demikian, diperoleh å 2x = 9696,2 Langkah selanjutnya mencari å 2Y
dengan cara yang sama seperti mencari å 2x . Namun, sebelumnya perlu
dilakukan penyesuaian rangking masing-masing responden dalam urutan yang
ditentukan menurut masing-masing variabel. Untuk mengetahui rangking yang
disesuaikan pada variabel dependen dapat dilihat pada tabel kerja berikut :
TABEL 4.3
Tabel Kerja Untuk Mencari rs pada Variabel Y
No. Nilai/Skor f rs
1. 15 (1+2+3+4+5+….+55):55 28
2. 14 (56+57+58+......+80):25 68
3. 13 (81+82+83+.......+99):19 90
Selanjutnya setelah rangking yang disesuaikan pada variabel Y diketahui, maka
dicari skor kembar pada variabel Y atau Ty. Untuk itu digunakan cara sebagai
berikut:
Tabel Kerja Untuk Mencari Nilai T pada Variabel Y
No. Nilai/Skor
1. 15
2. 14
3. 13
.
Kemudian guna mencari å
ke dalam rumus berikut :
å 2Y = TyN
NN-
-3
= 1573099
99993
--
=9641,1
Dari nilai-nilai di atas, kita dapat menghitung nilai
( )( )ååå å å-+
=22
222
2 yx
diyxrs
TABEL 4.4
Tabel Kerja Untuk Mencari Nilai T pada Variabel Y
(n = 99)
Nilai/Skor f Ty =
55 13860
25 1300
19 570
å =Ty 15730
å 2Y hasil ∑Ty = 15730 dengan n = 99 didistribusikan
15730
nilai di atas, kita dapat menghitung nilai sr sebagai berikut :
2
didistribusikan
=5,773.5,7712
585,7735,771 -+
=9,1544
1487
= 0,965
Hasil sr tersebut langsung dicocokkan dengan Tabel Nilai Kritis t sebagaimana
terlampir. Untuk menghitung signifikan t digunakan rumus sebagai berikut :
t = 21
2
ss r
Nr
--
= 0,9652965,01
230-
-
= 5,02
Setelah diketahui nilai kritik t =5,02, kemudian dikonsultasikan dengan
nilai kritik t pada tabel, dengan memperhatikan derajat kebebasan (df) n-2 = 99,
serta taraf kepercayaan 90% dan taraf signifikansi 0,01 maka diperoleh hasil
sebagai berikut : 5,02 > 1,701.
Berdasarkan hasil pengujian di atas, diketahui nilai t yang diperoleh lebih
besar daripada nilai kritiknya. Maka dalam pengujian terbukti, ada hubungan yang
signifikan antara variabel independen yaitu terpaan iklan LA.Light dengan
variabel dependen yaitu brand image. Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa
terbukti yaitu ada hubungan yang signifikan .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penghitungan dan analisa data dilakukan, langkah selanjutnya
adalah menarik kesimpulan bedasarkan hasil yang telah didapat. Penelitian ini
bermula dari hipotesa yang menyatakan ”ada hubungan yang signifikan antara
terpaan iklan LA.Light dan brand image mahasiswa Komunikasi Non Reguler
angkatan 2007 FISIP UNS.
Berdasarkan penghitungan data melalui metode korelasi Tata Jenjang
Spearman, diketahui bahwa hipotesa tersebut telah terbukti, karena t hitung lebih
besar dari pada t tabel. Karena berdasarkan perhitungan rs = 5,02 yang kemudian
dikonsultasikan dengan nilai kritik pada tabel dengan memperhatikan derajat
kebebasan (df) n-2 = 99 – 2= 97, serta taraf kepercayaan 90% dan taraf signifikan
10% maka nilai df = 97 yaitu 1,701, sehingga hasilnya
5,02>1,701
Berdasarkan hasil pengujian tersebut diketahui nilai t yang diperoleh lebih
besar dari nilai kritiknya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungn
yang signifikan antara terpaan iklan (x) dengan brand image mahasiswa
Komunikasi Non Reguler angkatan 2007 (y). Ini berarti hipotesa dalam penelitian
ini dapat dibuktikan.
B. Saran
Saran – saran dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Produsen :
Agar produsen LA.Light dalam hal ini tetap mempertahankan iklan
LA.Light yang kreatif namun tetap mudah dipahami oleh audience,
sehingga audience tetep tertarik untuk menyaksikan iklan LA.Light yang
tayang di Televisi.
2. Bagi Konsumen
Iklan memang seringkali menimbulkan keinginan untuk mencoba atau
membeli. Tetapi meskipun menimbulkan keinginan membeli, ada baiknya
konsumen untuk lebih teliti dalam memilih dan membeli produk,cobalah
untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang produk
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 1988.Perilaku Konsumen. Bandung : PT
Eresco.
Bimo Walgito. 1994. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi Offset
Curtland L. Bovee & William f. Arens, contemporary of advertising, second
edition 2007
Djoenasih S. Sunaryo. 1991. Pengantar Ilmu Komunikasi 1.Yogyakarta : Liberti
Darwanto Sastro Subroto. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana Universitas Press.
Dra. Sofiah. 2001. Hubungan Antara Terpaan Kampanye Pemilu malalui Media Televisi dengan Perilaku Pemilih. Bandung : Program Paska Sarjana Universitas Padjajaran.
Dennis McQuails. 1989. Teori Komunikasi Massa- Suatu Pengantar. Jakarta :
Erlangga.
Djoenasih S. Sunaryo. 1991. Pengantar Ilmu Komunikasi 1. Yogyakarta : Liberti.
Deddy Mulyana. 2007. Ilmu Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rahkmat. 2006. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mursito BM. 2006. Memahami Institusi Media. Surakarta : Lindu Pustaka dan
SPIKOM.
Onong U. Effendi. 1995. Teori-Teori Komunikasi. Bandung : Remaja Karya.
Ristiyanti Prasetijo dan John J .O. I Ihalauw. 2005 Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi.
Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Stephen W Littlejohn. 2002. Theories of Human Communication. CA<USA :Wadsworth. Belmont.
William Weles,et.al,Advertising . 2006.Principles and practice.New jersey:
Hall,Ina