teori waterfront

Upload: nurul-widowati

Post on 08-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

teori tentang waterfront city

TRANSCRIPT

HomeArtikelSeperti Apa Konsep Waterfront City?Seperti Apa Konsep Waterfront City?Bujur PlanologiBeri KomentarArtikelKamis, 10 Juli 2014

Waterfront City of Dubai

Berbicara tentangWaterfront Cityberarti kita akan terbayang akan sebuah kota atau pembangunan yang bersifat vertikal yang didirikan dibibir pantai.Waterfront citysesungguhnya merupakan konsep pembangunan kota yang berhadapan atau berbatasan dengan air baik itu laut, sungai, danau atau waduk. Dalam pengertian yang lebih familiar,Waterfront Cityadalah kota pesisir. Konsep ini lahir didasari pemikiran bahwa kota-kota di pesisir mengalami tekanan yang berat sehingga rentan terjadinya pencemaran, kekumuhan dan kesemrawutan.Waterfront Citybukan saja konsep pembangunan kota pesisir atau kota yang berbatasan dengan air, tapi lebih dari itu adalah konsep pembangunan kota yang tidak saja menghadap ke darat tapi juga menghadap ke laut.

Pada awalnyaWaterfront Citytumbuh di wilayah yang memiliki tepian (laut, sungai, danau) yang potensial, antara lain: terdapat sumber air yang sangat dibutuhkan untuk minum, terletak di sekitar muara sungai yang memudahkan hubungan transportasi antara dunia luar dan kawasan pedalaman, memiliki kondisi geografis yang terlindung dari hantaman gelombang dan serangan musuh. Perkembangan selanjutnya mengarah ke wilayah daratan yang kemudian berkembang lebih cepat dibandingkan perkembanganWaterfront City.

Prinsip perancanganWaterfront Cityadalah dasar-dasar penataan kota atau kawasan yang memasukan berbagai aspek pertimbangan dan komponen penataan untuk mencapai suatu perancangan kota atau kawasan yang baik. Kawasan tepi air merupakan lahan atau area yang terletak berbatasan dengan air seperti kota yang menghadap ke laut, sungai, danau atau sejenisnya. Bila dihubungkan dengan pembangunan kota, kawasan tepi air adalah area yang dibatasi oleh air dari komunitasnya yang dalam pengembangannya mampu memasukkan nilai manusia, yaitu kebutuhan akan ruang publik dan nilai alami. Berikut alur pikir perumusan prinsip perancangan kawasan tepi air (Waterfront City).

Bagan Perumusan Penerapan Kawasan Tepian Air

Landasan Hukum yang terkait kawasan tepian air juga diatur dalam hukum yaitu :1) UU Nomor 4 Tahun 1960, Tentang Perairan.2) UU Nomor 23 Tahun 1997, Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan.3) UU Nomor 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang.4) Undang-Undang No. 27 tahun 2007, Tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.5) Pedoman Pemanfaatan Ruang Tepi Pantai di Kawasan Perkotaan.

Berdasarkan tipe proyeknya,Waterfront Citydapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :1. Konservasiadalah penataanwaterfrontkuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat.2. Pembangunan Kembali (redevelopment)adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsiwaterfrontlama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada.3. Pengembangan (development)adalah usaha menciptakanwaterfrontyang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai.Berdasarkan fungsinya,Waterfront City dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :1. Mixed-used Waterfront, adalahwaterfrontyang merupakan kombinasi dari perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit, dan/atau tempat-tempat kebudayaan.2. Recreational Waterfront, adalah semua kawasanwaterfrontyang menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman, arena bermain, tempat pemancingan, dan fasilitas untuk kapal pesiar.3. Residential Waterfront, adalah perumahan, apartemen, dan resort yang dibangun di pinggir perairan.4. Working Waterfront,adalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat, dan fungsi-fungsi pelabuhan.Dalam menentukan suatu lokasi tersebutwaterfrontatau tidak maka ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai lokasi suatu tempat apakah masuk dalamwaterfrontatau tidak.Berikut kriteria yang ditetapkan :1) Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau, dan sungai,).2) Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau pariwisata.3) Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman, industri, atau pelabuhan.4) Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan.5) Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horizontal.

Pengembangan fungsi kawasan dengan konsepwaterfront development

1. Sebagai Kawasan Bisnis.Di dalam Waterfront Development dapat dikembangkan sebagai kawasan bisnis sebagai contoh di Canary Wharf salah satu bagian kawasan London Docklands. Di daerah tersebut terlihat di tepian air banyak gedung-gedung perkantoran serta kondominum. Kawasan tersebut dapat menjadi pusat bisnis.

London, Inggris

2. Sebagai Kawasan Hunian.Di dalam Waterfront Development dapat diterapkan pengembangan kawasan hunian di tepi air. Pengembangan hunian di tepi air tentunya harus melihat kondisi airnya tersebut pastinya airnya tidak berbau dan kotor karena jika terbangun hunian di lokasi tersebut dengan kondisi air yang buruk maka produk huniannya akan sulit terjual ataupun terhuni. Dalam pengembangan hunian di tepi air dapat di bangun produk rumah ataupun kondominium. Penerapan kawasan huian di tepi air dapat dilihat di daerah Port Grimoud - Prancis. Di sepanjang aliran sungainya banyak terbangun hunian bertingkat

Port Grimoud, Perancis

3. Sebagai kawasan Komersil, Hiburan dan Wisata.Di dalam Waterfront Development dapat pula dikembangkan sebagai kawasan komersial, hiburan dan wisata. Dengan kondisi air yang baik dan tidak berbau maka kawasan tersebut terjamin akan banyak di singgahi pengunjung. Selain itu pula dapat juga dibanguna area terbuka (plaza) di kawasan tersebut. Waterfront dengan konsep sebagai kawasan komersial dan hiburan ini pastinya akan sangat digemarai oleh masyarakat perkotaan. Sekaligus juga dapat meningkatkan pendapatan di daerah tersebut.

Venice, Italia

Dewasa ini sebagian dari kita masih menganggap bahwa laut/sungai itu merupakan bagian belakang bukan wajah sehingga segala segala sesuatu yang jelek harus ditaruh di belakang. Makanya di bibir pantai atau sungai berderet terpajang bangunan dapur dan WC. Kemudian karena laut/sungai masih dianggap sebagai buritan maka laut/sungai dijadikan tempat pembuangan akhir sampah. Makanya ketika kita memasuki kota pesisir melalui laut/sungai maka kita akan menyaksikan pemandangan yang kotor, kumuh dan semrawut. Kini mindset kita harus kita ubah, laut/sungai tidak boleh lagi kita anggap sebagai buritan tetapi harus juga sebagai wajah. Tentu saja mengubah mindset ini tidaklah mudah. Pemerintah (daerah) harus menginisiasi perubahan mindset ini dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara terus-menerus. Pemerintah juga bisa mengatur melalui regulasi misalnya mewajibkan pembangunan gedung di tepi laut harus menghadap dua arah (darat-laut). Jika tidak maka tidak diberi ijin. Tentu saja pemerintah harus terlebih dulu membangun fasilitasnya seperti jalan di atas air.

Kemudian kalian pasti bertanya-tanya. Bagaimana sih konsep penerapan Waterfront City sendiri di Indonesia?Selengkapnya akan dibahas pada postingan selanjutnya