teori pertumbuhan wilayah

17
TATA GUNA LAHAN WILAYAH KOTA TEORI PERTUMBUHAN WILAYAH OLEH : GHAZIYAH GHANDY D52113005 PROGRAM STUDI TEKNIK PENGEMBANGAN WILAYAH & KOTA

Upload: ghaziyah-ghandy

Post on 10-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

TEORI pertumbuhan wilayah

TRANSCRIPT

Page 1: TEORI pertumbuhan wilayah

TATA GUNA LAHAN WILAYAH KOTA

TEORI PERTUMBUHAN WILAYAH

OLEH :

GHAZIYAH GHANDY

D52113005

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGEMBANGAN WILAYAH & KOTAUNIVERSITAS HASANUDDIN

2014

Page 2: TEORI pertumbuhan wilayah

TEORI-TEORI PERTUMBUHAN WILAYAH

1. Teori Lokasi dan Aglomerasi

Pengaruh lokasi dikemukakan yang pertama kalinya secara nyata dalam teori

Ricardo (1817) mengenai sewa lahan yang kemudian dikembangkan oleh Von Thunen.

Dalam analisis singkat, dikemukakan bahwa lahan non pertanian dapat menghasilkan

sewa lahan yang diukur dari perbedaan penghasilan dari suatu lokasi yang sudah

dianggap tepat dan di tempat lain yang kurang tepat, misalnya lokasi di desa kecil atau di

tempat yang kurang tepat. Von Thunen mengembangkan hubungan antara perbedaan

lokasi pada tata ruang (spatial location) pan pola penggunaan lahan. Menurutnya,

pemanfaatan lahan dipengaruhi oleh tingkat sewa lahan dan didasarkan pula pada

aksesibilitas relatif.

Teori lokasi memberikan kerangka analisa yang baik dan sistematis mengenai

pemilihan lokasi kegiatan ekonomi dan sosial, serta analisa interaksi antar wilayah.

Pemilihan lokasi yang baik akan dapat memberikan penghematan yang sangat besar

untuk ongkos angkut sehingga mendorong terjadinya efisiensi baik dalam bidang

produksi maupun pemasaran.

Alfert Waber menekankan pentingnya biaya transportasi sebagai faktor

pertimbangan lokasi dan menekankan dua kekuatan lokasional primer, yaitu selain

orientasi transportasi juga orientasi lapangan kerja. Weber mengembangkan dasar

analisis wilayah pasar dan merupakan seorang ahli teori lokasi yang pertama membahas

mengenai aglomerasi.

Untuk menganalis pembangunan kota dan wilayah, kita harus memahami

sepenuhnya mengenai kekuatan-kekuatan aglomerasi dan deaglomerasi. Kekuatan-

kekuatan tersebut dapat menjelaskan terjadinya konsentrasi dan dekonsentrasi atau

dispersi kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Manfaat-manfaat yang

ditinbulkan oleh kegietan-kegiatan di atas dapat dikelompokkan dalam tiga kategori,

antara lain: yaitu penghematan skala (scale economies), penghematan lokasi (localization

economies). dan penghematan urbanisasi (urbanization economies).

a. Penghematan skala (scale economies).

Terdapat penghematan dalam produksi secara internal bila skala produksinya

ditingkatkan. Biaya tetap yang besar sebagai akibat investasi dalam bentuk pabrik dan

peralatan, yang memungkinkan dilaksanakan pemanfaatan pabrik dan peralatan

Page 3: TEORI pertumbuhan wilayah

tersebut dalam skala besar dapat membagi-bagi beban biaya-biaya tetap pada berbagai

unit terdapat dalam sistem produksi. Sebagai konsekuensinya, unit biaya produksi

menjadi lebih rendah sehingga dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain.

Produksi pada skala besar dimaksudkan untuk menghundari unit biaya operasi yang

eksesif. Hal ini dapat dipertanggungjawabkan hanya pada lokasi-lokasi yang melayani

penduduk dalam jumlah besar, atau dengan perkataan lain mempunyai suatu pasar

yang luas. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadinya penghematan skala internal

memberikan manfaat pada konsentrasi penduduk dalam jumlah besar daripada jumlah

penduduk yang sedikit, industri dan kegiatan-kegiatan lainnya.

b. Penghematan lokalisasi (lokalization economies).

Jenis kedua, kekuatan yang terpenting konsentrasi industri diasosiasikan dengan

penghematan yang dinikmati oleh semua perusahaan dalam suatu industri yang sejenis

pada suatu lokasi tertentu. Hal ini disebabkan karena bertambahnya jumlah keluaran

(total output) industri tersebut. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan mengenai pabrik

tekstil. Kasus disuatu wilayah yang belum berkembang, dimana terdapat kelayakan

untuk mendirikan pabrik-pabrik modern ukuran kecil yang tidak membutuhkan

investasi modal yang eksesif dan dapat beroperasi tanpa dilayani oleh tenaga kerja

yang memiliki keterampilan yang tinggi dan spesialistis. Berkelompok dan

terkonsentrasinya pabrik-pabrik sejenis pada suatu daerah geografis tertentu, misalnya

di daerah-daerah perkotaan, akan menciptakan penghematan lokalisasi dan akan

meningkatkan pertumbuhan kota-kota tersebut.

c. Penghematan urbanisasi (urbanization economies).

Penghematan urbanisasi diasosiasikan dengan pertambahan jumlah total

(penduduk, hasil industri, pendapatan, dan kemakmuran) di suatu lokasi untuk semua

kegiatan yang dilakukan bersama-sama. Penghematan ini terkait pada kegiatan-

kegiatan industri-industri dan sektor-sektor secara agregatif Keuntungan aglomerasi

baru dapat muncul bilamana terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan ekonomi

yang ada pada konsentrasi tersebut baik dalam bentuk keterkaitan dengan input

(Backward Linkages) atau keterkaitan output (Forward Linkages). Dengan adanya

keterkaitan ini akan menimbulkan berbagai bentuk keuntungan eksternal bagi para

pengusaha, baik dalam bentuk penghematan biaya produksi, ongkos angkut bahan

baku, dan hasil produksi serta penghematan biaya penggunaan fasilitas karena beban

Page 4: TEORI pertumbuhan wilayah

dapat ditanggung bersama. Penghematan tersebut selanjutnya akan dapat menurunkan

biaya yang harus dikeluarkan oleh para pengusaha sehingga daya saingnya menjadi

semakin meningkat. Penurunan biaya inilah yang selanjutnya mendorong terjadinya

peningkatan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi yang berada dalam kawasan pusat

pertumbuhan tersebut.

2. Growth Pole Theory (Teori Kutub Pertumbuhan)

Teori ini dikembangkan oleh Francois Perroux (1955) atas dasar pengamatan terhadap

proses pembangunan yang menyatakan bahwa pembangunan tidak terjadi dimana-mana

secara seretak, tetapi muncul di tempat-tempat tertentu dengan istilah yang berbeda.

Tempat-tempat itulah yang dinamakan titik-titik dari kutub-kutub pertumbuhan yang

kemudian pembangunan akan menyebar melalui berbagai saluran dan mempunyai akhir

yang berlainan pada perekonomian secara keseluruhan.

Pandangan Perroux mengenai proses pertumbuhan adalah teori tata ruang ekonomi,

dimana industri pendorong memiliki peranan awal dalam membangun sebuah pusat

pertumbuhan. Industri pendorong ini memiliki ciri-ciri tingkat konsentrasi tinggi, tingkat

teknologi maju, mendorong perkembangan industri di sekitarnya, manajemen yang

professional dan modern, serta sarana dan presarana yang sudah lengkap.

Secara fungsional, teori growth pole menjelaskan bahwa suatu lokasi pemusatan

kelompok usaha atau cabang industri yang hubungannya bersifat memiliki unsur-unsur

kedinamisan sehingga mampu mestimlasi kehidupan ekonomi baik kedalam maupun

keluar (daerah belakangnya).

Page 5: TEORI pertumbuhan wilayah

Sedangkan secara geografis, menjelaskan bahwa suatu lokasi yang memiliki tingkat

aksesibilitas tinggi sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang

menyebabkan banyak usaha tertarik untuk berlokasi di daerah tersebut dan masyarakat

senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada.

Peranan kutub pertumbuhan dlaam pengembangan wilayah adalah sebagai penggerak

utama atau lokomotif pertumbuhan, yang selanjutnya menyebarkan hasil-hasil

pembangunan dan dampak pertumbuhan ke wilayah pengaruhnya. Sehinga terjadi

dampak tetesan ke bawah (trickling down effect) dalam hubungannya dengan penyebaran

dampak pertumbuhan ke wilayah pengaruh di sekitarnya.

Pengalaman selama ini, teori kutub pertumbuhan dianggap gagal karena tida berhasil

membuktikn terjadinya dampak tetesan ke bawah secara lugas. Gejala ini disebabkan

karena pusat pertumbuhan yang umumnya adalah kota-kota besar ternyata sebagai pusat

konsentrasi penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi dan sosial adalah cukup kuat,

sehingga terjadi tarikan urbanisasi dari desa-desa dalam wilayah pengaruh ke pusat

pertumbuhan (kota besar) atau terjadi dampak polarisasi.

3. Unbalanced Growth Theory (Pertumbuhan yang Tidak Seimbang)

Karakteristrik pada setiap wilayah yang berbeda-beda membuat esensi pembangunan

wilayah yang tidak dapat dilakukan secara merata sehingga menyebabkan pertumbuhan

wilayah yang tidak seimbang. Tidak seimbangnya pertumbuhan suatu wilayah

menyebabkan terjadinya keuntungan dan kerugian yang istilahnya disebutkan oleh

Myrdall yaitu backwash effect dan spread effect serta Hirschman menyebutnya dengan

istilah polarization dan Trickle down Effect.

a. Backwash Effect dan Spread Effect (Myrdall, 1950)

Backwash Effect merupakan kurang maju atau kurang mampunya wilayah atau

daerah miskin untuk membangun dengan cepat. Istilah ini merupakan pengaruh

yang merugikan. Contohnya adalah makin bertambahnya permintaan masyarakat

suatu wilayah kaya atas hasil-hasil dari masyarakat miskin berupa bahan makanan

pokok seperti beras yang sumbernya dari pertanian masyarakat wilayah miskin.

Spread Effect merupakan pengaruh menyebar yang menguntungkan, tetapi

pada umumnya spread-effect yang terjadi adalah jauh lebih lemah dari backwash

effect. Sehingga secara keseluruhan pembangunan daerah yang lebih kaya akan

memperlambat jalannya pembangunan di daerah miskin. Contohnya adalah makin

Page 6: TEORI pertumbuhan wilayah

berkurangnya kualitas prtanian masyarakat miskin akibat dampak negatif dari

polusi yang disebabkan oleh masyarakat milayah kaya.

b. Polarization dan Trickle Down Effect (Hirschman, 1950)

Polarization merupakan sistem perkembangan suatu wilayah yang kemudian

akan memberikan efek ke wilayah lainnya. Atau dengan kata lain, suatu wilayah

yang berkembang akan membuat wilayah di sekitarnya akan ikut berkembang juga.

Trickle Down Effect merupakan perkembangan meluasnya pembagian

pendapatan. Teori Trickle Down Effect dari pola pembangunan yang diterapkan di

wilayah miskin di negara berkembang dirasa tidak berhasil memecahkan masalah

pegangguran, kemiskinan dan pembagian pendapatan yang tidak merata, baik di

dalam negara berkembang maupun antara negara maju dengan negara berkembang.

Contohnya yang terjadi antara negara Indonesia (yang dikatagorikan wilayah

miskin) dan negara Jepang (wilayah kaya). Indonesia merupakan salah satu

pemasok bahan baku untuk Jepang, sementara kenyataan yang terjadi Jepang

semakin kaya dan indonesia lebih tinggi tingkat kemiskinannya.

Kelemahan dari teori ini yaitu proses pelaksanannya yang semakin meningkatkan

kesenjangan pembangunan antar wilayah, dimana pertumbuhan wilayah maju lebih

bersifat menguras daripada menjalarkan pembangunan ke hinterland-nya. Kelemahan

lainnya yaitu dapat menimbulkan ketergantungan (dependensi) wilayah yang kurang

berkembang terhadap wilayah lain yang lebih berkembang.

4. Teori Tempat Sentral/Pusat

Teori ini dikemukakan oleh Walter Chirstaller yang menjelaskan tentang evolusi

hirarki perkotaan yang dikembangkan dari suatu model berbentuk segi enam heksagonal

yang bermula dari wilayah berbentuk lingkaran yang saling bersinggungan dan kemudain

berbentuk segi enam. Tiap wilayah heksagonal mempunyai pusat dan besar kecilnya

tergantung dari besar kecilnya wilayah heksagonal. Model Christaller ini

menggambarkan area pusat-pusat kegiatan jasa pelayanan cenderung tersebar di dalam

wilayah membentuk pola segi enam, yang secara teori bisa memberikan keuntungan

optimal pada kegiatan tersebut. Tempat-tempat pusat tersebut yakni sebagai suatu tempat

yang menyediakan barang dan jasa bagi penduduk daerah atau wilayah belakangnya.

Page 7: TEORI pertumbuhan wilayah

Agus Losch (1940) memperluas penjelasan teori Christaller yaitu mengetahkan suatu

model keseimbangan spasial wilayah dan mengitrodusir prinsip-prinsip dasar analisis

spasial dan menginterpretasikan ekonomi spasial dibawah bentuk dasar persaingan

monopolistic.

Kesimpulannya, bahwa cara yang baik untuk menyediakan pelayanan berdasarkan

aspek keruangan adalah dengan menempatkan aktivitas yang dimaksud pada hirarki

permukiman yang luasnya menigkat dan lokasinya ada pada tempat yang sentral yang

memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah maksimum, baik mereka yang terlibat

dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen barang yang dihasilkan.

Kelemahan dari teori ini adalah sifatnya yang statis, kaku, tidak jelas

spesialisasinya/pembagian kerja antara masing-masing pusat dinilai terlalu sederhana

karena tidak menjelaskan fenomena yang terjadi akibat pembangunan. Dalam

mengemukakan pengertian wilayah ekonomi, pusat produksi sebagai pusat urban serta

hirarki pusat-pusat produksi dan pasar yang orientasinya pada kegiatan sekunder.

5. Core-Periphery Theory (Teori Pusat-Pinggiran)

John Friedman (1964) pencetus teori ini menekankan pada pembentukan hirarki guna

mempermudah pengembangan sistem pembangunan dengan asumsi bahwa dengan

adanya pusat pertumbuhan akan lebih memudahkan dan pembangunan akan lebih

terencana. Dengan meninjau ruang lingkup yang luas yang menempatkan wilayah inti

(core region) mempunyai fungsi dominan terhadap perkembangan wilayah-wilayah

seperti pusat perdagangan ataupun pusat industri. Wilayah pusat ini dikelilingi wilayah

pinggiran (periphery regions)

John Friedman (1964) menyebutkan bahwa pada skala regional terdapat hirarki pusat-

pusat pertumbuhan yang terdiri dari tiga tingkatan. Tingkatan yang pertama yaitu pusat

pertumbuhan primer merupakan pusat utama dan dapat dikatakan sebagai daerah

Page 8: TEORI pertumbuhan wilayah

perangsang. Kedua adalah pusat pertumbuhan sekunder yang lebih rendah tingkatannya

dibandingkan dengan pusat pertumbuhan primer merupakan daerah pertama yang akan

mendapat rangsangan dari pusat pertumbuhan primer. Setelah mendapatkan rangsangan

daerah ini menjadi daerah  perpanjangan rangsangan ke daerah-daerah yang tidak di

jangkau oleh pusat pertumbuhan primer. Dengan kata lain pusat  pertumbuhan sekunder

berfungsi memperluas dampak perambatan.  Ketiga yaitu pusat pertumbuhan Tersier

yang merupakan daerah pertumbuhan bagi daerah terbelakang.

Kelemahan dari teori ini yaitu teori ini tidak membahas masalah pemilihan lokasi

optimum industri dan tidak pula menentukan jenis investasi apa yang sebaiknya

ditetapkan di pusat-pusat urban. Kelemahan lainnya yaitu dominannya pusat-pusat urban

dapat menimbulkan dampak negatif yaitu munculnya ketergantungan dualistik.

6. Teori Tahapan Perkembangan

Menurut W.W Rostow yang merupakan seorang ahli ekonomi, menyatakan bahwa

suatu wilayah tumbuh dan berkembang melalui tahapan atau fase yang sama, yaitu

tradisional - prakondisi tinggal landas – tinggal landas – menuju kematangan – sampai

pada tingkat konsumsi masa tinggi. Misalnya : dari pertanian dikembangkan industri

yang memerlukan investasi dan modal untuk dikembangkan lagi menjadi perdagangan

dan jasa. Dimana faktor investasinya adalah keterampilan sedangkan modal adalah

teknologi dan infrastruktur.

Konsep dasar tahapan pembangunan oleh Rostow yaitu :

a. Masyarakat tradisional (the traditional society) atau fungsi produksi yang terbatas.

Didasarkan pada teknologi dan ilmu pengetahuan yang sederhana dan sikap

masyarakat primitif, serta berpikir irasional / meliputi masyarakat yang sedang

dalam proses peralihan, yaitu suatu periode yang sudah mempunyai prasyarat-

prasyarat untuk lepas landas.

b. Prasyarat untuk tinggal landas (Pre conditions for take-off)

Selama tahapan ini, tingkat investasi menjadi lebih tinggi dan hal itu memulai

sebuah pembangunan yang dinamis. Model perkembangan ini merupakan hasil

revolusi industri. Konsekuensi perubahan ini, yang mencakup juga pada

perkembangan pertanian, yaitu tekanan kerja pada sektor-sektor primer berlebihan.

Sebuah prasyarat untuk pra-kondisi tinggal landas adalah revolusi industri yang

berlangsung dalam satu abad terakhir.

Page 9: TEORI pertumbuhan wilayah

c. Take Off (tinggal landas)

Tahapan ini dicirikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Pada tahap

ini, telah tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi pertumbuhan

ekonomi. Teknik-teknik pertanian yang mulai tumbuh dan berkembang. Pertanian

menjadi usaha komersial untuk mencari keuntungan bukan sekedar konsumsi

sendiri, karena peningkatan produktifitas pertanian merupakan suatu yang penting

dalam proses lepas landas, sebab proses modernisasi membutuhkan hasil pertanian

yang banyak supaya proses perubahan dapat dijangkau.

d. Menuju kematangan (drive to maturity)

Kematangan dimulai ketika perkembangan industri terjadi tidak saja meliputi

teknik-teknik produksi, tetapi juga dalam aneka barang yang diproduksi. Yang

diproduksi bukan saja terbatas pada barang konsumsi, tetapi juga barang modal.

e. High Mass Consumtion (konsumsi tinggi)

Pada tahap ini, sebagian besar mayarakat hidup makmur dan lebih

menekankan perhatiannya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi

dan kesejahteraan, bukan lagi kepada masalah produksi. Pendapatan per kapita

yang tinggi dan persoalan telah beralih dari pertumbuhan industri ke kesejahteraan

sosial yang lebih tinggi (Walfare State).

Kelemahan konsep dasar penggunaan teori ini, yaitu suatu wilayah harus melakukan

mobilisasi seluruh kemampuan modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai

tingkat investasi produktif sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori ini

adalah terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan mentahn

tanpa mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di masa

yang akan datang. Kerusakan alam justru berakibat pada penurunan ekonomi masyarakat

tradisional, penurunan kesehatan, kerawanan sosial, dsb.

Page 10: TEORI pertumbuhan wilayah

DAFTAR BACAAN

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta : Graha Ilmu

Agnazgeograph. 2013. Growth Pole Theory (Kutub Pertumbuhan). From http://agnazgeograph.wordpress.com/2013/01/31/growth-pole-theory-kutub-pertumbuhan/ 25 Oktober 2014

Agussiswadi. 2010. Teori Pengembangan Wilayah. From http://agusfasis.blogspot.com/2010/11/teori-pengembangan-wilayah.html 23 Oktober 2014

Annisa Muawanah. 2012. Teori Kutub Pertumbuhan Ekonomi (Growth Pole Theory). From http://annisamuawanah.blogspot.com/2012/07/teori-kutub-pertumbuhan-ekonomi-growth.html 25 Oktober 2014

Cahayanurfa. 2011. From http://cahayanurfa.blogspot.com/2011_05_01_archive.html 25 Oktober 2014

Esven. 2012. Prinsip Dasar Teori Pertumbuhan Wilayah. From http://esvenlf.blogspot.com/2012/11/prinsip-dasar-teori-pertumbuhan-wilayah.html 23 Oktober 2014

Herkulanus Edo. 2013. 5 Teori Pengembangan Wilayah Menurut W.W Rostow. From http://patdvaggaramiya.blogspot.com/2013/10/5-teori-pengembangan-wilayah-menurut-ww.html 27 Oktober 2014

Prasetyo. 2012. Teori Tempat Pusat Christaller. From http://putraabiyoso.blogspot.com/2012/04/teori-tempat-pusat-christaller.html 25 Oktober 2014

Rika. 2012. Teori Lokasi. From http://rikadwikurniasih.com/2012/04/teori-lokasi/ 23 Oktober 2014

Unknown. 2010. Perkembangan Strategi dan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia. From http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/perkembangan-strategi-dan-perencanaan-pembangunan-ekonomi-indonesia/ 23 Oktober 2014