teori keperilakuan

21
MAKALAH Akuntansi Keperilakuan – Bias Dalam Pengambilan Keputusan Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akuntansi Keperilakuan” Dosen pembimbing : Dewi Fitriyani, SE, M.Si. Disusun Oleh: Kartika Widya Sari RRC1C0314028 Juwita RRC1C0314013 Serdina BR Naibaho RRC1C0314011

Upload: ielstuner

Post on 17-Sep-2015

1.469 views

Category:

Documents


260 download

DESCRIPTION

Berisi makalah mengenai teori keperilakuan.Universitas Jambi

TRANSCRIPT

MAKALAH Akuntansi Keperilakuan Bias Dalam Pengambilan Keputusan

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi KeperilakuanDosen pembimbing : Dewi Fitriyani, SE, M.Si.

Disusun Oleh:Kartika Widya SariRRC1C0314028JuwitaRRC1C0314013Serdina BR NaibahoRRC1C0314011

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISPROGRAM STUDI AKUNTANSIUNIVERSITAS NEGERI JAMBIJAMBI2015

KATA PENGANTARPuji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini yang membahas mengenai Bias Dalam Pengambilan Keputusan.Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, 2 April 2015

PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN41.1. Latar Belakang41.2. Rumusan Masalah51.3. Tujuan Penulisan.........................................................................5BAB II PEMBAHASAN62.1. Pengertian Bias Dalam Pengambilan Keputusan62.2. Bias Heuristik Ketersediaan62.3. Heuristik Keterwakilan72.4. Heuristik Penjangkaran dan Penyesuaian92.5. Bagaimana Hubungan Heuristik Ketersediaan dengan Akuntansi102.6. Bagaimana Hubungan Heuristik Keterwakilan Dengan Akuntansi112.7. Cara Mengatasi Bias dalam Pengambilan Keputusan11BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN133.1. Kesimpulan.................................................................................. 133.2. Saran............................................................................................. 13DAFTAR PUSTAKA14

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPengambilan keputusan merupakan suatu proses mengkombinasikan pendekatan yang rasional, yang prosesnya tidak dapat diformulasikan secara lengkap. Dalam proses ini, pengambil keputusan akan selalu menghadapi risiko yang berpengaruh pada proses penilaian itu sendiri. Pemahaman terhadap proses pengambilan keputusan pada masalah yang kompleks sangatlah penting agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan menghadapi risiko dengan bijak. Praktik pengambilan keputusan selama ini menunjukkan kompleksitas masalah dan keterbatasan kemampuan rasional manusia, maka orang akan melakukan pengambilan keputusan secara rasional dan juga dalam berbagai situasi, mengambil keputusan dengan proses heuristik. Heuristik adalah proses yang dilakukan oleh individu dalam mengambil keputusan secara cepat, dengan menggunakan pedoman umum dan sebagian informasi saja. Proses ini mengakibatkan adanya kemungkinan bias, kesalahan, dan ketidakakuratan keputusan. Kekeliruan konjungsi (conjuction fallacy) adalah pengambilan keputusan tentang kemungkinan terjadinya peristiwa konjungtif yang berbeda dengan logika teori probabilitas. Sementara itu, bias heuristik selama ini dikenal sebagai tendensi bias karena orang (evaluator) yang telah mendapatkan informasi tentang hasil merasa telah mengetahui suatu hasil sebelum suatu keputusan diambil. Biasanya ini dipandang tidak adil bagi pengambil keputusan karena mengesampingkan keadaan ketika keputusan ini diambil.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah, diantaranya: 1. Apa yang dimaksud heuristik dalam pengambilan keputusan?2. Jelaskan mengapa munculnya fenomena heuristik?3. Apa yang dimaksud dengan heuristik keterwakilan?4. Menjelaskan beberapa bias yang menjadi heuristik keterwakilan?5. Apa yang dimaksud dengan heuristik penjangkaran dan penyesuaian?6. Menjelaskan beberapa bias heuristik yang menjadi bagian dari heuristik penjangkaran dan penyesuaian?1.3. Tujuan PenulisanMaksud dan tujuan dari pembahasan makalah ini, yaitu untuk mengetahui resiko yang akan timbul dan apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya bias dalam pengambilan keputusan, diharapkan kepada pembaca dapat mengurangi resiko atas bias dalam pengambilan keputusan.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bias Dalam Pengambilan KeputusanDalam pengambilan keputusan seringkali terperangkap cacat keputusan, sehingga hasil-hasil perundingannya di bawah optimal.Dalam literatur teori keputusan atau proses kognitif, misalnya yang dibangun atas temuan-temuan Tverski dan Kahneman, ini disebut bias atauheuristik.Heuristik adalah prinsip yang membuat individu membuat penilaian sosial secara cepat dengan sedikit mungkin usaha. Pola prinsip ini cenderung menyederhanakan suatu masalah yang seringkali tidak pada tempatnya.Seringkali,heuristikini terjadi dalam kondisi ketidakpastian serta didasarkan atas data yang validitasnya terbatas.2.2. Bias Heuristik KetersediaanHeuristik ketersediaan adalah strategi membuat penilaian berdasarkan seberapa mudah informasi tertentu dimasukkan kepikiran. Informasi yang lebih menonjol dan penting akan lebih digunakan dalam melakukan penilaian dan pertimbangan. Menurut Tverski dan Kahneman (1974), heuristik ketersediaan adalah petunjuk praktis dimana para pengambil keputusan menilai frekuensi kelas atau probabilitas dari peristiwa dimudahkan dengan contoh atau kejadian yang dapat dibawa kepikiran.a. Bias 1 - Kemudahan Untuk Di ingat (berdasarkan atas keseringan dan keterbaharuan)Pimpinan menilai frekuensi peluang atau penyebab dari suatu kejadian melalui tingkatan kejadian yang tersedia dalam memori atau pikiran. Suatu kejadian yang menimbulkan emosi dan jelas, mudah dibayangkan dan spesifik akan lebih lekat di memori dibandingkan suatu kejadian yang tidak mengandung emosional secara alami, kurang matang, sulit dibayangkan atau ragu-ragu. Heuristik ketersediaan dapat sangat bermanfaat dalam mengambil strategi dalam proses pengambilan keputusan, karena kejadian tersebut sering terjadi dan memudahkan direkam oleh pikiran dibandingkan kejadian yang jarang terjadi.b. Bias 2 Retievabilitas (berdasarkan atas struktur ingatan)Sebuah alasan penting untuk pola ini adalah, konsumen belajar tentang lokasi untuk jenis tertentu produk atau toko dan mengatur pikiran mereka seperti itu. Tverski dan Kahneman (1983) menemukan bahwa kebanyakan orang memberikan respon terhadap angka yang lebih besar.c. Bias 3 Hubungan DugaanKetika kemungkinan dua kejadian terjadi bersamaan dinilai dengan ketersediaan dari penerimaan secara instan kejadian dalam pikiran kita. Kita biasanya menandai suatu kemungkinan tinggi yang tidak kita sukai dimana dua kejadian akan terulang secara bersamaan kembali.d. Bias 4 Hindsight BiasOrang lebih mudah membayangkan yang biasanya terjadi, dan bukannya hal-hal yang tidak biasa atau luar biasa. Ketika berdasarkan hal yang biasa orang menambatkan hal ke masa depan, berharap akan ada manfaat lebih. Ketika terjadi dimasa depan ternyata hal yang tidak biasa, akhirnya muncul ketidakcapaian manfaat dan ekspresi keperilakuannya dramatis.2.3. Heuristik Keterwakilan Heuristik yang dibahas dalam bagian ini dikenal sebagai keterwakilan, dan itu mengarah kepada bias yang paling gampang diprediksi dalam situasi tertentu. Keterwakilan adalah mesin mental bekerja dalam menaruh ciri, properti, sifat, atau sebuah bayangan dari sebuah himpunan ke anggota himpunan, hingga ketika kita bertemu satu anggota himpunan, kita dibimbing oleh heuristik ini untuk melekatkan sifat ke satu anggota himpunan itu. Penggunaan heuristik yang demikian memang efektif dalam keseharian. Namun akan menjadi bias bila tidak proporsional.

a. Bias 5 Tidak Sensitif Terhadap Base-rateBias pertimbangan jenis ini seringkali terjadi ketika seorang secara kognitif menanyakan pertanyaan yang salah. Mengabaikan base-rate memiliki banyak implikasi yang kurang baik.b. Bias 6 Tidak Sensitif Terhadap Ukuran SampelWalau ukuran sampel sangat fundamental terhadap ilmu statistik, Tversky dan Kahneman (1974) berpendapat bahwa ukuran sampel jarang menjadi bagian dari intuisi kita. Ilmu statistik mengatakan bahwa semakin besar sampel, semakin bagus probabilitas mewakili setiap kejadian. Mengapa begitu? Karena ketika merespon terhadap masalah yang berhadapan dengan sampling, orang seringkali menggunakan heuristik keterwakilan.c. Bias 7 Kesalahan Konsepsi Dari PeluangSebagian besar orang seringkali mengandalkan intuisi mereka dan salah menyimpulkan. Peluang secara umum dipandang sebagai proses pembenaran diri dimana penyimpangan dalam satu arah menginduksi penyimpangan dalam arah yang berlawanan untuk mengembalikan keseimbangan. Dalam kenyataannya, penyimpangan tidak dibenarkan dalam satu kesempatan proses pembukuan, mereka benar-benar terlarut. Peneliti menaruh banyak kepercayaan pada hasil sampel awal, meremehkan replikabilitas dari temuan empiris. Hal ini diduga karena representativeness heuristic begitu bagus digunakan dalam pengambilan keputusan kita dibandingkan ilmuwan terlatih sekalipun dan menitikberatkan pada penggunaan statistik yang baik mungkin tidak efektif untuk menghilangkan pengaruh biasnya.d. Bias 8 Regresi Pada MeanBanyak pengaruh dari regresi menuju mean, mengapa menggunakan konsep regresi menuju mean, sementara hasil statistik valid? Tversky dan Kahneman (1973) menyatakan bahwa representativeness heuristic menghitung untuk bias sistematik ini dalam pertimbangan. Mereka berpendapat bahwa seseorang biasanya menduga bahwa hasil dimasa depan akan dengan maksimal mewakili hasil terdahulu. Oleh karena itu, kita cenderung secara naif mengembangkan prediksi yang didasarkan pada asumsi dari korelasi sempurna dengan data lampau. Dalam beberapa situasi yang tidak biasa seseorang melakukan aspek intiuisi akibat pengaruh regresi pengaruh mean.e. Bias 9 Kesalahan KonjugasiLewat teori probabilitas seharusnya kita tau bahwa peluang untuk mendapatkan suatu kejadian B lebih besar atau sama dengan peluang untuk mendapatkan A dan B sekaligus, jika A dan B saling bebas. Tversky dan Kahneman (1983) telah menunjukan kebohongan konjugasi cenderung mengarah pada penyimpangan dari rasionalitas dalam menilai suatu peristiwa, tindakan kriminal, hubungan internasional, dan pertimbangan medis. Keprihatinan kita dengan bias yang dihasilkan dari kebohongan konjugasi adalah bila kita membuat penyimpangan sistematik dari rasionalitas dalam memprediksi hasil, kita akan menjadi kurang persiapan untuk berhadapan dengan kejadian dimasa depan.2.4. Heuristik Penjangkaran dan Penyesuaian Penjangkaran adalah kecenderungan untuk mengawali sebuah nilai tertentu, untuk bisa melakukan sebuah penilaian. Terdapat standar-standar perilaku yang digunakan, untuk mempermudah melakukan penilaian terhadap orang lain. a. Bias 10 Penyesuaian Acuan yang Tidak LayakWalaupun subyek sadar bahwa acuannya acak dan saling tidak berhubungan terhadap pertimbangan, acuan memiliki efek yang dramatis terhadap pertimbangan mereka. Menariknya, membayar subyek secara berbeda- beda berdasarkan keakuratan tidak mengurangi peningkatan dari pengaruh pengacuan. Penggunaan sistem kompensasi semacam itu menerima ketidakadilan dimasa lampau sebagai suatu acuan dan membuat penyesuaian yang tidak sesuai dari titk tersebut. Nisbett dan Ross (1980) dalam plous (1993) menunjukan suatu argumen yang memperkirakan bahwa bias pengacuan dan penyesuaian itu sendiri menyatakan bahwa sangat sulit sekali untuk mengubah strategi pengambilan keputusan. Mereka berpendapat bahwa masing-masing heuristik yang kami identifikasi saat ini bertindak sebagai acuan kognitif dan merupakan pusat dari proses dari pertimbangan saat ini.b. Bias 11 - Konjungtif dan Disjungtif Kejadian BiasBagaimana setiap bias ini diwujudkan dalam suatu konteks terapan? Perkiraan berlebih dari kejadian konjungtif merupakan suatu penjelasan kuat dari masalah ini dalam proyek yang memerlukan perencanaan bertahap. Perorangan, pebisnis, dan pemerintah seringkali menjadi korban dari bias kejadian konjungtif melalui waktu dan dana. Proyek pekerjaan umum gagal terselesaikan tepat waktu atau kekurangan dana. Pengapalan produk baru sering lebih lama dari yang diharapkan. Bias disjungtif telah mengarahkan kita untuk berharap hal yang terburuk.c. Bias 12 Overconfidence Overconfidence adalah percaya diri atau keyakinan yang berlebihan. Temuan yang paling baik yang ditetapkan dalam tulisan-tulisan keyakinan berlebihan adalah kecenderungan orang untuk menjadi terlalu yakin untuk membenarkan jawaban mereka ketika diminta untuk menjawab kesulitan menengah sampai sangat sulit. Namun, subyek umumnya tidak menunjukan sifat keyakinan berlebih, dan sering menjadi tidak yakin, untuk menjawab pertanyaan yang mereka rasa akrab. Oleh karena itu, kita selalu waspada untuk menjadi terlalu yakin di luar bidang kita.2.5. Bagaimana Hubungan Heuristik Ketersediaan Dengan AkuntansiDalam banyak kasus heuristik menyediakan estimasi frekuensi dan probabilitas yang cukup akurat, meskipun dalam beberapa situasi heuristik ketersediaan dapat menyebabkan bias dalam penilaian dan pengambilan keputusan. Dalam akuntansi keuangan prediksi suatu aspek penting dalam pengambilan keputusan investasi. Investor yang mampu memprediksi harga saham dengan akurat dengan waktu yang relatif cepat, akan memperoleh prioritas transaksi lebih dulu sehingga memperbesar kesempatan untuk memperoleh transakasi yang sesuai atau cocok (kufepaksi, 2007).2.6. Bagaimana Hubungan Heuristik Keterwakilan Dengan AkuntansiMenurut hamid 2007, dalam pasar surat berharga, misalnya saham, investor dapat mengelompokkan beberapa saham sebagai saham bertumbuh berdasarkan pada sejarah pertumbuhan laba yang konsisten. Investor sering salah sangka bahwa kinerja operasi sebelumnya adalah representasi untuk kinerja dimasa yang akan datang dan sering mengabaikan informasi yang tidak cocok dengan hal ini. Kenyataan ini membuat investor bereaksi berlebihan terhadap kinerja persisten berlanjut dalam jangka panjang. Hal ini menyebabkan investor stereotipe terhadap saham. Dipihak lain pihak, aspek keterwakilan ini juga terbaca manakala suatu perusahaan mempunyai sejarah pertumbuhan laba yang konsisten selama beberapa tahun.2.7. Cara Mengatasi Bias dalam Pengambilan KeputusanYang Harus dilakukan oleh para manajer untuk memperbaiki pengambilan keputusan mereka agar tidak terjadi bias dalam pengambilan keputusan, antara lain:1. Analisis situasi, seseuaikan gaya pengambilan keputusan anda dengan budaya nasional setempat, evaluasi kriteria, dan sistem penghargaan organisasi anda. Sesuaikan gaya keputusan anda untuk meyakinkan kecocokannya dengan budaya organisasi.2. Waspada terhadap bias, setiap keputusan pasti membawa bias. Jika anda sadar bahwa terdapat bias yang mempengaruhi penilaian anda, anda dapat mulai merubah cara anda dalam mengambil keputusan.3. Kombinasikan analisis rasional dengan intuisi, karena kedua hal tersebut bukan pendekatan yang bertentangan dalam pengambilan keputusan. Dengan menggunakan keduanya akan dapat memperbaiki keefektifan keputusan anda. Begitu anda memperoleh pengalaman manajerial, pasti anda merasa semakin yakin dalam menetapkan proses intuisi anda diatas puncak analisis rasional anda.4. Jangan pernah beranggapan keputusan pada hal tertentu dapat diterapkan pada setiap pekerjaan. Karena organisasi berbeda, begitu pula pekerjaan dalam organisasi. Keefektifan meningkat bila ada kecocokan gaya keputusan anda dengan kebutuhan pekerjaan. Contoh:PK bergaya perintah lebih cocok dan efektif untuk pekerjaan yang menghendaki tindakan cepat seperti pekerjaan pialang saham.5. Gunakan teknik kemajuan kreativitas. Anda dapat memperbaiki keefektifan pengambilan keputusan dengan mencari solusi baru terhadap suatu permasalahan. Perangsangan kreativitas dapat sederhana seperti mengatakan pada diri anda sendiri untuk berfikir kreatif dan secara spesifik mencari alternatif-alternatif yang unik, bisa dengan mempraktekkan pembuatan daftar atribut dan teknik berfikir lateral.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KesimpulanSalah satu masalah yang akan dihadapi dalam suatu organisasi atau sebuah perusahaanadalah dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil akan sangat mempengaruhi dari operasional organisasi atau perusahaan tersebut. Keputusan yang diambil secara asal atau tanpa pertimbangan dari informasi yang akurat atas masalah yang akan diambil keputusannya akan menjadi bias dalam pengambilan keputusan. Bias yang terjadi dalam suatu pengambilan keputusan berdampak resiko yang akan dihadapi. Agar tidak terjadinya bias dalam pengambilan keputusan seorang manajer atau pimpinan harus mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya bias dalam pengambilan keputusan. Setelah diketahuinya faktor tersebut, diharapkan kepada manajer atau pimpinan akan dapat menghindari atau meminimalisir terjadinya bias dalam pengambilan keputusan. Untuk mencegah terjadinya bias dalam pengambilan keputusan, ada beberapa cara yang harus diperhatikan: yaitu, sebelum mengambil sebuah keputusan manajer atau pimpinan harusanalisis situasi, seseuaikan gaya pengambilan keputusan anda dengan budaya nasional setempat, evaluasi kriteria, dan sistem penghargaan organisasi anda. Sesuaikan gaya keputusan anda untuk meyakinkan kecocokannya dengan budaya organisasi, lalu mempertimbangkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diambil keputusan.3.2. SaranAgar setiap manager atau pengambil keputusan dalam organisasi ataupun perusahaan untuk mengumpulkan terlebih dahulu informasi-informasi terkait masalah yang akan diambil keputusannya, hal ini untuk meminimalisir kesalahan dan bias dalam pengambilan keputusan.

DAFTAR PUSTAKASuartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keperilakuan Yogyakarta: Andi