teori imagery dalam virtual reality.docx
TRANSCRIPT
TEORI IMAGERY dalam virtual reality
MENGENAL VIRTUAL REALITY
Riva, dkk. (2006) mendefinisikan Virtual Reality sebagai pengalaman manusia. Pengalaman tersebut
merupakan rangsangan sensorik dalam bentuk stimulus lingkungan yang sebenarnya atau dalam
bentuk simulasi. Dengan memberikan stimulus tersebut seseorang dapat merasakan berada dalam
lingkungan yang sebenarnya dengan menggunakan media komunikasi (cyber).
Prinsip-prinsip yang ada dalam membangun konsep virtual reality sebenarnya merupakan bentuk
imagery dalam ilmu psikologi kognitif. Rangsangan sensorik yang diterima oleh seseorang melalui
panca inderanya dan kemudian sampai ke otak dengan melalui beberapa tahapan proses kognitif
hingga mencapai persepsi dan imagery. Virtual reality merupakan proses pemberian rangsangan
berupa gambar lingkungan, alam, motion, dan berbagai bentuk gambar gerak.
Jika gambar yang diterima melalui proses sensasi berada didepan mata seseorang dan terus menerus
berada ditempat tersebut maka ketika seseorang menangkap stimulus tersebut itu merupakan bagian
dari persepsi seseorang terhadap stimulus. Dalam virtual reality seseorang diminta untuk
memandang pada sebuah motion pemandangan alam yang disenangi. Stimulus berupa pemandangan
tersebut masuk dalam memori seseorang. Setelah gambar tersebut diterima maka seseorang diminta
untuk dapat kembali membayangkan mengulang kembali stimulus gambar tersebut dengan
menempatkan dirinya berada di tempat tersebut. Seseorang yang telah menerima rangsangan,
menyimpan dalam memorinya, melakukan recall terhadap gambar tersebut sementara gambar
tersebut tidak lagi dihadapan atau dalam keadaan mata tertutup.
Proses dimana seseorang kembali membayangkan (imaging) adalah proses pembayangan kembali
stimulus yang sebelumnya telah diterima oleh seseorang. Proses dalam virtual reality menggunakan
prinsip yang sama dalam penjelasan imagery dalam proses kognitif. Perbedaan antara persepsi dan
imagery dalam proses kognitif pada seseorang berada antara kehadiran stimulus. Pada proses
persepsi kehadiran stimulus yang memberikan rangsangan terhadap panca indera tetap ada atau
tetap memberikan sensasi. Sedangkan pada proses membayangkan seseorang tetap dapat
membayangkan kembali stimulus yang diterima meskipun stimulus berupa benda sudah tidak
memberikan sensasi pada panca indera seseorang.
TEORI IMAGERY
Sebelumnya telah dijelaskan mengenai adanya keterlibatan teori imagery dalam virtual reality.
Penjelasan mengenai virtual reality dapat dilakukan dengan pendekatan psikologi kognitif dalam
proses imagery manusia. Solso (1995) mengemukakan bahwa proses imagery merupakan proses
dimana subjek dapat kembali membayangkan pengalamannya terhadap stimulus yang telah
dirasakan sebelumnya. Seperti halnya seseorang yang dapat membayangkan kembali bentuk sebuah
balok dengan menutup matanya atau bahkan membayangkan sebuah rumah meskipun rumah
tersebut telah lama tidak dikunjungi. Terdapat kesemaan antara proses kognitif persepsi dan imagery
dalam hal daerah otak yang diaktifkan. Daerah otak yang aktif dalam proses imagery sama dengan
daerah otak yang aktif dalam proses persepsi. Ketika seseorang mempersepsikan sebuah stimulus
maka daerah tertentu pada otak akan aktif. Daerah tersebut akan sama ketika seseorang
membayangkan stimulus yang sama dalam proses persepsi.
Thomas (2009) menjelas lebih dalam mengenai imagery. Imagery merupakan quasi perceptual
experience. Quasi perceptual experience artinya pengalam persepsi yang semu. Hal tersebut bisa
terjadi dalam berbagai wilayah di otak. Pengalaman persepsi semu dapat berupa gambar, suara
dalam (inner speech), penciuman, bahkan rasa makanan tertu.
Thomas (2009) juga menjelaskan bahwa untuk dapat menjelaskan peran imagery dalam kesadaran
manusia terdapat tiga teori untuk dapat menjelaskan hal tersebut. Teori tersebut adalah pictures
theory, description theory, dan enactive theory. Berikut penjelasan untuk masing-masing teori.
1. Pictures theory
teori ini juga disebut dengan dengan teori “quasi-pictorial,” atau teori “analog” . teori gambar
sebagaimana namanya, menyatakan bahwa gambar mental visual mungkin diidentifikasi dengan
representasi dalam pikiran dan atau dalam otak yang secara signifikan seperti halnya dalam cara
pembuatan sebuah gambar. Atau setidaknya gambar yang dipresentasikan merupakan gambar yang
cukup mewakili terhadap stimulus yang ingin dibayangkan.
Teori ini merupakan teori yang terlama yang digunakan untuk menjelaskan proses pembayangan
suatu proses kognitif yang terjadi di otak. Gambar merupakan istilah yang digunakan untuk
menjelaskan visual experience atau pengalaman visual meskipun tidak seluruhnya proses imagery
merupakan proses visual di otak.
2. Description theory
Description theory, tokoh dibalik teori ini adalah Pylyshyn. Teori ini memulai dengan berupaya untuk
memahami bagaimana fenomena dalam imagery dapat disesuaikan kedalam teori komputerisai
pikiran. Hal tersebut disebabkan karena proses berpikir (mind) meruakan proses yang sama dengan
proses komputerisasi. Pylyshyn menyatakan bahwa cara computer (baca=otak) merepresentasikan
informasi yang dibutuhkan sama seperti halnya bahasa daripada menyerupai sebuah gambar. Syntax,
dan kedalaman kosa kata dari hipotesis bahasa internal otak (biasanya disebut “mentalese”).
3. Enactive theory
Quasi-pictorial dan description theories keduanya berupaya untuk menjelaskan imagery. quasi-visual
experience, mungkin dapat menjelaskan mengenai konteks proses informasi teori persepsi. Keduanya
sepakat untuk tidak mempersoalkan mengenai informasi yang ada di awal maupun yang ada di akhir
bentuk format dari representasi mental tersebut. Enactive theory dari proses imagery cukup berbeda
dengan memahami persepsi. Enactive theory menjelasikan bahwa peran proses visual untuk dapat
mencari informasi yang dibutuhkan untuk menyusun informasi yang diinginkan (atau “mengambil
sendiri”) dari lingkungan.
Pertimbangkan bagaiman seseorang mengidentifikasi objek dengan sentuhan. Jika sesuatu
menyentuh kulit dengan cepat maka akan sedikit informasi yang dapat kita terima. Untuk dapat
memberi tahukan mengenai informasi yang lebih banyak maka dibutuhkan eksplorasi terhadap benda
yang lebih banyak. Dengan cara menggerakkan jari untuk mencari informasi mengenai bentuk dan
tekstur, mencari sisi dan sudut, meremasnya untuk mengetahui kekerasaan benda tersebut.
Seseorang bisa saja memperoleh informasi yang lebih mengenai suatu benda dengan cara
mengeksplorasinya. Seseorang tersebut aktif untuk mencari tahu mengenai benda tersebut.
Teori enactive visual bekerja sebagaimana proses tersebut di atas. Secara mendasar proses yang
sama terjadi dalam proses visual. Terkadang membayangkan sebuah benda tidak dapat mencapai
detail karena tidak memiliki informasi yang cukup untuk dapat membayangkan benda tersebut.
Untuk itu diperlukan eksplorasi yang aktif mencari informasi visual untuk benda tersebut sebelum
dapam membuat bayangan tersebut dalam proses berpikir. Kekurangan detail akan mempengaruhi
introspeksi untuk membuat bayangan di otak.
Riva, G., Botella, C., Légeron P. dan Optale, G. 2006. Cybertherapy; Internet and Virtual Reality as Assessment and Rehabilitation Tools for Clinical Psychology and Neuroscience. Amsterdam: IOS
Press.Solso, R. L. 1995. Cognitive Psychology. Reno: Allyn and Bacon.
Thomas, N.J.T. 2009. Visual Imagery and Consciousness. Los Angeles: California State University.
STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP)
TERAPI PERILAKU:
GUIDE IMAGERY
A. Pengertian
Salah satu teknik terapi perilaku dengan memberikan petunjuk terbimbing kepada klien dalam berimaginasi/khayal/membayangkan sesuai dengan kemampuan dalam rangka mereduksi stress fisik dan mental.
B. Tujuan
Relaksasi otot-otot tubuh.
Memberikan rasa nyaman.
Mengalihkan perhatian.
Mengurangi rasa nyeri sakit.
Mengurangi distress.
C. Kebijakan
Dilakukan oleh semua mahasiswa yang telah mendapat teori dan praktek terapi perilaku.
Indikasi :Stress, cemas, depresi, nyeri, hipokondria.
D. Persiapan Alat
Kursi dengan sandaran kepala dan lengan.
Matras.
Tape (Musik pengiring)
E. Persiapan Perawat
Memiliki kemampuan menghadirkan, membimbing dalam melakukan imaginasi yang positif bagi klien.
F. Persiapan Pasien (tidak spesifik)
B.A.K atau B.A.B, perut tidak lapar atau kekenyangan.
G. Persiapan Lingkungan
Ruangan yang tenang dan nyaman
Tertutup (minimalisir stimulus)
H. Prosedur Kerja
Menyampaikan salam.
Mengingatkan mana perawat.
Menegaskan maksud pertemuan.
Menyampaikan tujuan terapi.
Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi.
Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p tindak lanjuti sementara)
Menanyakan keluhan utama
Tanggapi secukupnya
Atur posisi klien senyaman mungkin tersedia. (Duduk atau tiduran)
Perawat berada disamping klien.
Melakukan bimbingan:
a. Klien menutup mata.
b. Letakkan tubuh senyaman-nyamannya.
c. Periksa otot-otot klien dalam keadaan relaks.
d. Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan keluarkan melalui mulut perlahan-lahan (sesuai bimbingan)
e. Minta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan, dan pastikan klien mampu melakukannya.
f. Kalau perlu tanyakan kepada klien, bila belum bias dan gagal.
g. Secara terbimbing perawat meminta klien untuk melakukan imaginasi sesuai dengan ilustrasi yang dicontohkan perawat.
h. Biarkan klien menikmati imaginasinya.
i. setelahterlihat adanya respon bahwa klien mampu, dan waktu dalam rentang 15-30 menit, minta klien untuk membuka mata.
Mintai respon klien.
Kesimpulan dan support.
Memberikan follow up.
Kontrak (bila diperlukan)
Salam.
I. Unit Terkait
Semua unit dengan indikasi yang sesuai.