teori ilmu administrasi-tugas 1

11
MEMINIMALKAN KORUPSI MELALUI GOOD GOVERNANCE Oleh : Anderiansyah, S.Kom 1. Pendahuluan Korupsi adalah salah satu masalah terbesar bangsa Indonesia saat ini. Hampir setiap elemen pemerintah baik lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif terlibat dalam tindakan korupsi. Tindakan korupsi yang sudah menjamur ini tentunya memberikan dampak negatif terhadap berbagai aspek dan kalangan khususnya bagi para muda- mudi dan anak-anak calon pemimpin bangsa. Tak dapat dipungkiri para pejabat pemerintah yang seharusnya menjadi teladan bagi para generasi penerus justru memberikan contoh buruk yang dapat merusak jiwa dan kepribadian generasi muda. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus, politisi maupun pegawai negeri maupun seorang pemimpin dalam organisasi/perusahaan yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik atau organisasi yang dipercayakan kepada mereka. Adanya kesempatan tentu menjadi pemicu dilakukannya tindakan korupsi. Kurangnya pengontrolan/pengawasan juga menjadi salah satu penyebab tindakan penyelewengan sejumlah dana dalam sebuah organisasi atau instans Sehingga tindakan korupsi meluas di berbagai tingkatan organisasi. Bahkan tak jarang di sebuah organisasi karena korupsi sudah begitu sering terjadi terkhusus di tingkatan manajer, menjadi pendorong bagi anggota organisasi untuk melakukan perilaku menyimpang yang serupa. Korupsi bukanlah budaya namun perilaku menyimpang yang sudah terlalu sering terjadi di organisasi sehingga menjadi kebiasaan. Namu mengapa korupsi itu tetap saja terjadi dan semakin merajalela, tak tanggung-tanggung pelakunya pun tidak mengenal malu sama sekali. Lantas, apa penyebabnya dan dimana letak kesalahannya? Dalam hal ini kita tak dapat mengatakan budaya organisasi yang salah, akan tetapi sering kali budaya organisasi tidak maksimal melaksanakan keberadaannya sebagai pedoman bagi seluruh anggota, dalam arti budaya organisasi tidak hidup dalam dan memperlengkapi setiap anggota organisasi. Secara keseluruhan, budaya organisasi belum cukup mampu menjauhkan para penghuninya dari tindakan korupsi. Padahal, peranan budaya organisasi itu sendiri adalah untuk mengarahkan para anggotanya tentang tindakan yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan. Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi masih belum mampu menjalankan tugas dan fungsinya sehingga satu-satunya jalan yang harus ditempuh

Upload: ande-riansyah

Post on 05-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Teori Ilmu Administrasi Univer

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Ilmu Administrasi-Tugas 1

MEMINIMALKAN KORUPSI MELALUI GOOD GOVERNANCE

Oleh : Anderiansyah, S.Kom

1. Pendahuluan

Korupsi adalah salah satu masalah terbesar bangsa Indonesia saat ini. Hampir setiap

elemen pemerintah baik lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif terlibat dalam

tindakan korupsi. Tindakan korupsi yang sudah menjamur ini tentunya memberikan

dampak negatif terhadap berbagai aspek dan kalangan khususnya bagi para muda-

mudi dan anak-anak calon pemimpin bangsa. Tak dapat dipungkiri para pejabat

pemerintah yang seharusnya menjadi teladan bagi para generasi penerus justru

memberikan contoh buruk yang dapat merusak jiwa dan kepribadian generasi muda.

Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus, politisi maupun

pegawai negeri maupun seorang pemimpin dalam organisasi/perusahaan yang secara

tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat

dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik atau organisasi yang

dipercayakan kepada mereka. Adanya kesempatan tentu menjadi pemicu dilakukannya

tindakan korupsi. Kurangnya pengontrolan/pengawasan juga menjadi salah satu

penyebab tindakan penyelewengan sejumlah dana dalam sebuah organisasi atau

instans Sehingga tindakan korupsi meluas di berbagai tingkatan organisasi. Bahkan

tak jarang di sebuah organisasi karena korupsi sudah begitu sering terjadi terkhusus di

tingkatan manajer, menjadi pendorong bagi anggota organisasi untuk melakukan

perilaku menyimpang yang serupa.

Korupsi bukanlah budaya namun perilaku menyimpang yang sudah terlalu sering

terjadi di organisasi sehingga menjadi kebiasaan. Namu mengapa korupsi itu tetap saja

terjadi dan semakin merajalela, tak tanggung-tanggung pelakunya pun tidak mengenal

malu sama sekali. Lantas, apa penyebabnya dan dimana letak kesalahannya? Dalam

hal ini kita tak dapat mengatakan budaya organisasi yang salah, akan tetapi sering kali

budaya organisasi tidak maksimal melaksanakan keberadaannya sebagai pedoman

bagi seluruh anggota, dalam arti budaya organisasi tidak hidup dalam dan

memperlengkapi setiap anggota organisasi. Secara keseluruhan, budaya organisasi

belum cukup mampu menjauhkan para penghuninya dari tindakan korupsi. Padahal,

peranan budaya organisasi itu sendiri adalah untuk mengarahkan para anggotanya

tentang tindakan yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan. Secara

sederhana, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi masih belum mampu

menjalankan tugas dan fungsinya sehingga satu-satunya jalan yang harus ditempuh

Page 2: Teori Ilmu Administrasi-Tugas 1

untuk memberantas korupsi tersebut adalah dengan merehabilitasi budaya organisasi

yang ada. Merehabilitasi dalam hal ini bisa berarti meninjau kembali, memperbaiki,

dan menerapkan sesuatu yang baru.

2. Analisi Masalah

Setidaknya ada 8 penyebab terjadinya korupsi dikalangan pejabat pemerintahan atau

korupsi yang terjadi pada lembaga pemerintahan yang seharusnya bekerja untuk

kepentingan masyarakat dan melayani masyarakat namun menyalahgunakan

kekuasaan yang dimilikinya untuk memperkaya diri sendiri dimana tindakan mereka

tersebut telah merusak perekonomian bangsa karena apa yang mereka peroleh dari

tindakan korupsi tersebut yang seharusnya untuk membangun perekonomian bangsa

tapi malah menjadi milik pribadi. Adapun 8 penyebab terjadinya tindak pidana korupsi

tersebut, yakni :

a) Sistem penyelenggaraan negara yang keliru

Sejak masa kemerdekaan hingga sekarang, pemerintah terlalu fokus hanya

pada satu bidang pembangunan saja tanpa memperhatikan bidang-bidang

lainnya, sehingga dengan mengarahkan segala kekuatan dan upaya pada

pembangunan satu bidang saja mak bidang lainnya yang seharusnya dapat

diprioritaskan pula menjadi terbengkalai, sedangkan bidang yang menjadi

prioritas malah kadang tidak kunjung terselesaikan, sebagai contoh sebagai

negara yang baru berkembang, seharusnya prioritas pembangunan di bidang

pendidikan diutamakan untuk menciptakan SDM yang berkualitas dalam

membangun bangsa tetapi selama puluhan tahun, mulai orde lama, orde baru,

hingga reformasi, pembangunan hanya difokuskan di bidang ekonomi. padahal

masih terbatas SDM, uang, manajemen, dan teknologi. Sehingga konsekuensi

akhirnya semua didatangkan dari luar negeri yang pada gilirannya

menghasilkan penyebab korupsi dengan menyelewengkan bantuan-bantuan

dari luar negeri tersebut.

b) Kompensasi PNS yang rendah

Sebagai negara berkembang kesejahteraan PNS yang menjadi pelaksana utama

pada lembaga pemerintahan belum mampu di penuhi oleh negara karena

kekurangan dana untuk kompensasi yang tinggi kepada pegawainya apalagi

Indonesia yang lebih memprioritaskan bidang ekonomi membuat yang secara

fisik dan kultural menimbulkan pola konsumerisme, sehingga 90% PNS

melakukan KKN pada tempat mereka bekerja.

Page 3: Teori Ilmu Administrasi-Tugas 1

c) Pejabat yang serakah

Pola hidup konsumerisme yang dilahirkan oleh sistem pembangunan seperti

diatas mendorong pejabat untuk menjadi kaya secara instant. Hal ini

menyebabkan lahirnya sikap serakah dimana pejabat menyalahgunakan

wewenang dan jabatannya, seperti melakukan mark up proyek-proyek

pembangunan.

d) Penegakan hukum belum berjalan maksimal

Para pejabat yang serakah dan PNS yang KKN karena gaji yang tidak cukup,

diikuti pula dengan penegakan hukum yang tidak berjalan hampir diseluruh

lini kehidupan, baik di instansi pemerintahan maupun lembaga

kemasyarakatan lainnya, karena segalanya diukur dengan uang.

e) Hukuman yang ringan terhadap koruptor

Tidak berjalannya penegakan hukum salah satunya karena aparat penegak

hukum itu sendiri yang bisa dibayar dan dibeli saat menangani suatu kasus

korupsi sehingga hukuman yang dijatuhkan kepada para koruptor dikalangan

pejabat pemerintahan menjadi sangat ringan dan tidak menimbulkan efek jera

bagi koruptor dan orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk melakukan

korupsi.

f) Pengawasan yang tidak efektif

Dalam sistem manajemen yang modern selalu ada instrumen yang disebut

internal kontrol yang bersifat in build dalam setiap unit kerja. Sehingga sekecil

apapun penyimpangan akan terdeteksi sejak dini dan secara otomatis pula

dilakukan perbaikan. Tetapi internal kontrol yang ada disetiap unit sudah tidak

lagi berjalan dengan semestinya karena pejabat atau pegawai terkait bisa

melakukan tindakan korupsi.

g) Tidak ada keteladanan pemimpin

Saat masa krisis ekonomi tahun 1997 perekonomian Indonesia sedikit lebih

baik dari pada Thailand namun pemimpin Thailand memberi contoh kepada

rakyatnya dalam pola hidup sederhana. Sehingga lahir dukungan moral dan

material dari masyarakat dan pengusaha. Maka dalam waktu singkat, Thailand

telah mengalami recovery atau perbaikan ulang pada perekonomiannya

sedangkan para pemimpin Indonesia saat masa krisis ekonomi tersebut tidak

dapat memberikan teladan sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara

mendekati jurang kehancuran saat itu .

h) Budaya masyarakat yang kondusif untuk KKN

Page 4: Teori Ilmu Administrasi-Tugas 1

Korupsi yang ada di Indonesia saat ini sudah membudaya yang tidak hanya

dilakukan oleh para pejabat saja namun meluas hingga ke masyarakat. Hal ini

bisa dicontohkan pada saat pengurusan KTP, SIM, STNK, maupun saat

melamar kerja. Tindakan masyarakat ini merupakan pencerminan yang

dilakukan oleh pejabat politik.

Selain 8 Penyebab diatas, terjadinya korupsi juga dikarenakan penyalahgunaan

wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat demi kepentingan pribadi dengan

mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara, maupun teman. Wertheim

(dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan

tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan

mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si

pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas

jasa juga termasuk dalam korupsi.

Good governance atau sering disebut tata kepemerintahan yang baik merupakan

tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat

mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan

nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian. Indikator pemerintahan yang

baik adalah jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan

ekonomi rakyat meningkat dalam aspek produktifitas maupun dalam daya belinya,

kesejahteraan spiritualitasnya terus meningkat dengan indikator rasa aman, tenang dan

bahagia. Kunci utama penerapan good governance adalah pemahaman atas prinsip-

prinsip di dalamnya seperti yang tertera dibawah ini :

a) Partisipasi Masyarakat (Participation)

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan,

baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang

mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun

berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta

kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk

menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi

masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah

daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan

pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu wicara,

konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk

merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif

untuk menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan

Page 5: Teori Ilmu Administrasi-Tugas 1

pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan

isu sektoral.

b) Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)

Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan

kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan

dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good governance, harus diimbangi

dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter

antara lain sebagai berikut: Supremasi hukum (the supremacy of law),

Kepastian hukum (legal certainty), Hukum yang responsip, Penegakkan

hukum yang konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka

hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya

hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.

c) Transparansi (Transparency)

Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang

diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan

timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi

dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan

memadai. Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh

proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh

pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai

agar dapat dimengerti dan dipantau. Sehingga bertambahnya wawasan dan

pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan.

Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya

jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan dan berkurangnya

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.

d) Peduli pada Stakeholder (Responsif)

Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani

semua pihak yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan dunia

usaha, pihak korporasi mempunyai tanggungjawab moral untuk mendukung

bagaimana good governance dapat berjalan dengan baik di masing-masing

lembaganya. Pelaksanaan good governance secara benar dan konsisten bagi

dunia usaha adalah perwujudan dari pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya

dimiliki oleh setiap lembaga korporasi yang ada didunia. Dalam lingkup

tertentu etika bisnis berperan sebagai elemen mendasar dari konsep CSR

(Corporate Social Responsibility) yang dimiliki oleh perusahaan. Pihak

Page 6: Teori Ilmu Administrasi-Tugas 1

perusahaan mempunyai kewajiban sebagai bagian masyarakat yang lebih luas

untuk memberikan kontribusinya. Praktek good governance menjadi kemudian

guidence atau panduan untuk operasional perusahaan, baik yang dilakukan

dalam kegiatan internal maupun eksternal perusahaan. Internal berkaitan

dengan operasional perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut bekerja,

sedangkan eksternal lebih kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja

dengan stakeholder lainnya, termasuk didalamnya publik.

e) Berorientasi pada Konsensus (Consensus)

Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses

musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain

dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi

keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga ia akan mempunyai

kekuatan memaksa (coercive power) bagi semua komponen yang terlibat untuk

melaksanakan keputusan tersebut. Paradigma ini perlu dikembangkan dalam

konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah

persoalan-persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara

partisipasi, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat

yang terwakili. Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-

kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh

dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila

mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.

f) Kesetaraan (Equity)

Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga

masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan

kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-

balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan

menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan

memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut

pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang

kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah

daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui

brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal.

Page 7: Teori Ilmu Administrasi-Tugas 1

Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara

mendapatkan informasi

g) Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)

Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, pemerintahan

yang baik dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan efisien yakni

berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria efektif biasanya di ukur dengan

parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan

masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Agar pemerintahan itu

efektif dan efisien, maka para pejabat pemerintahan harus mampu menyusun

perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat,

dan disusun secara rasional dan terukur. Dengan perencanaan yang rasional

tersebut, maka harapan partisipasi masyarakat akan dapat digerakkan dengan

mudah, karena program-program itu menjadi bagian dari kebutuhan mereka.

Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai

kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya

yang ada seoptimal mungkin.

h) Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat

yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Para

pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi

masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada

lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut

berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang

bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan perundang-

undangan yang ada, dengan komitmen politik akan akuntabilitas maupun

mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-instrumen

pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja

penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas

dan tegas.

i) Visi Strategis (Strategic Vision)

Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa

yang akan datang. Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang

luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan

manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan

perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman

Page 8: Teori Ilmu Administrasi-Tugas 1

atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi

perspektif tersebut.

Prinsip dasar atau karakteristik yang terdapat di dalam good governance tersebut bila

benar-benar diterapkan maka diyakini akan dapat meminimalisir tindakan korupsi,

prinsip good governace membuat keseimbangan kinerja antara pemerintah sebagai

pelayan publik dan masyarakat sebagai yang dilayani. Good governace

mengedepankan kepentingan umum diatas kepentingan lainnya, kepentingan bangsa

dan negara menjadi yang utama dan didalam mengelola tata pemerintahan ini good

governance menyertakan peran masyarakat dalam turut membangun bangsa, suara dan

pendapat masyarakat dijadikan suatu pertimbangan. Keterbukaan dan

pertanggungjawaban pemerintah dalam mengelola pemerintahan ini juga menjadi

sesuatu hal yang wajib dan boleh diketahui oleh masyarakat, supremasi dan penegakan

Prinsip good governance dapat menjadi salah satu solusi mujarab untuk melindungi

dan membersihkan negara ini dari isu korupsi, kolusi dan nepotisme. Korupsi yang

sudah ada ditengah-tengah negara kita sejak negara Indonesia mulai terbentuk korupsi

telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa, untuk itu kita tidak boleh bersikap acuh

tak acuh, karena korupsi merusak kehidupan ekonomi dan landasan moral tata

kehidupan.

Korupsi adalah simbol dari pemerintahan yang tidak benar, yang dicerminkan oleh

patronese, prosedur berbelit-belit, unit pemungut pajak yang tidak efektif, pengurusan

lisensi, korupsi besar-besaran dalam pengadaan barang dan jasa, dan layanan

masyarakat yang sangat buruk.

Good governancesangat berhubungan erat dengan manajemen pengelolaan kebijakan

pembangunan (khususnya bidang hukum). Apabila seorang pejabat publik akan

mengambil keputusan dalam melaksanakan pembangunan, terlebih dahulu dia harus

menerapkan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik sehingga hasil

akhirnya secara menyeluruh adalah suatu perintah yang baik. Keputusan yang diambil

oleh seroang pejabat publik baik itu berbentuk kebijakan (bescchiking) maupun aturan

umum (regeling) harus benar-benar berdasarkan kewenangan yang diberikan undang-

undang maupun yang dilimpahkan oleh pejabat. Ciri good governance di sini adalah

keputusan tersebut diambil secara demokratis, transparan, akuntabilitas, dan benar.

Konsep good governace sangat diperlukan dalam pembangunan berkelanjutan karena

merupakan prasyarat untuk mendapatkan keseimbangan yang efektif antara

lingkungan dan pembangunan. Tanpa ini pembangunan berkelanjutan akan salah

arah.

Page 9: Teori Ilmu Administrasi-Tugas 1

Upaya mewujudkan good governance di Indonesia merupakan suatu prioritas yang

harus dilaksanakan dalam rangka menciptakan suatu tatanan masyarakat, bangsa, dan

negara yang lebih sejahtera, jauh dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, karena dalam

kenyataannya masyarakat masih jauh dari hidup layak, korupsi saat ini masih meraja

lela. Namun demikian perjuangan dalam menciptakan pemerintahan yang bersih tidak

boleh berhenti, harus tetap dilanjutkan dan diupayakan semaksimal mungkin hingga

suatu saat akan dirasakan begitu bermartabatnya bangsa yang memiliki komitmen,

tanggung jawab, dan harga diri.

Dengan mengedepankan dan mulai menerapkan prinsip-prinsip good governance

secara utuh dan keseluruhan dalam tatanan pengelolaan pemerintahan maka apa yang

kita idamkan bersama yakni pemerintahan yang bersih dari KKN, pemerintahan yang

mengutamakan kepentingan umum, masyarakat, bangsa dan negara diatas kepentingan

pribadi dan golongan, pemerintah yang memang bekerja untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya akan dapat tercapai serta terwujud. Berikut diutarakan

beberapa upaya untuk menerpakan good governance.

a) Perombakan birokrasi.

Birokrasi yang bertele-tele menyebabkan adanya celah-celah untuk melakukan

korupsi. Alangkah baiknya jika sebuah informasi dapat disampaikan dengan

cepat tanpa melalui berbagai prosedur yang tidaklah penting. Dengan

demikian, suatu kepentingan dapat langsung ditanggapi oleh pihak-pihak yang

berkaitan tanpa ada penyelewengan. Satu hal utama yang harus diperhatikan

dalam perombakan birokrasi ini adalah diperjelasnya batas-batas mengenai

sembilan prinsip good governance. Kesembilan hal tersebut harus selalu

diperhatikan karena di dalamnya mengusung nilai-nilai etika. Keenam prinsip

tersebut juga mempunyai kegunaan penting bagi masyarakat untuk mengetahui

sistem birokrasi yang sedang berjalan. Bagaimanapun juga, masyarakat adalah

kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

b) Penegakan hukum.

Bahwa hukum itu harus ditegakkan, adalah benar. Namun suatu hukum harus

tidak boleh ditegakkan dengan seenaknya saja. Hukum harus ditegakkan

dengan tegas dan jelas. Penegakan hukum di Indonesia dalam upaya

pemberantasan korupsi harus lebih berani. Terbukti, dengan hukuman yang

biasa-biasa saja koruptor tidaklah jera, namun malah semakin menjadi-jadi.

Sudah saatnya para koruptor diberikan hukuman yang tidak sekadar berat,

namun juga menimbulkan efek jera. Ada baiknya pula jika kita canangkan

Page 10: Teori Ilmu Administrasi-Tugas 1

bersama hukuman sosial dengan mempermalukan koruptor di depan publik,

atau kalau perlu hukuman mati bagi para koruptor.

c) Pembenahan institusi penegak keadilan.

Institusi penegak keadilan di sini bukan hanya Pengadilan saja, namun juga

termasuk Kepolisian, Kejaksaan, hingga KPK. Hakim-hakim nakal harus

segera dibuang dan segera digantikan dengan hakim-hakim lain yang lebih

berintegritas. KPK harus lebih berani dalam memberantas korupsi kelas kakap

beserta aktor-aktor kondangnya. Begitu pula, eksistensi KPK harus senantiasa

dijaga karena untuk saat ini, KPK-lah yang menjadi garda depan dalam

pemberantasan korupsi secara langsung.

d) Pendidikan.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah pendidikan. Idealisme pendidikan

di negeri ini harus dikembalikan pada semangat untuk membangun manusia

Indonesia yang bermoral dan berakhlak mulia. Pencapaian prestasi dan nilai

yang tinggi apabila tidak dibarengi dengan pembelajaran etika, hasilnya adalah

sama saja. Malah, hal tersebut menjadi sangat berbahaya karena orang-orang

pintar tersebut dipersiapkan untuk menjadi koruptor. Pendidikan yang

dimaksud juga bukan hanya pendidikan formal di sekolah, namun utamanya

juga pendidikan dalam keluarga dan juga pendidikan agama. Peran orangtua

sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anaknya dan asupan

pelajaran agama yang baik akan membentuk akhlak yang mulia pula.

Korupsi memang telah membawa Indonesia ke depan pintu kehancuran, namun tidak

akan pernah bisa membawanya masuk ke dalam sebuah kehancuran. Saya yakin

bahwa Indonesia akan segera bangkit dari keterpurukannya, apabila kita semua,

seluruh bangsa Indonesia, bersatu dalam semangat dan tindakan untuk memberantas

korupsi, dan mengembalikan Indonesia dalam sebuah kejayaan. Dimulai dari diri

sendiri, dimulai dari saat ini, marilah kita mengumandangkan perang terhadap korupsi.

3. Kesimpulan

A. Terdapat beberapa penyebab sehingga seringnya terjadi korupsi yang

dilakukan oleh pejabat pemerintahan atau pun oleh orang-orang yang memiliki

kekuasaan dan jabatan yang bekerja pada lembaga pemerintah. Korupsi yang

mereka lakukan telah merusak perekenomian bangsa dan negara, dimana hasil

yang mereka peroleh dari tindakan korupsi seharusnya dipergunakan untuk

kepentingan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat telah mereka jadikan

Page 11: Teori Ilmu Administrasi-Tugas 1

menjadi harta kekayaan pribadi. Adapun beberapa penyebab tindakan korupsi

tersebut : Sistem penyelenggaraan negara yang keliru (berorientasi hanya pada

satu bidang saja tanpa memikirkan bidang lainnya), Kompensasi PNS yang

rendah (gaji aparatur pemerintahan yang masih rendah sehingga PNS sering

menyalahgunakan jabatannya untuk memperkaya diri), Pejabat yang serakah

(pola hidup pejabat yang berfoya-foya), Penegakan hukum belum berjalan

maksimal (hukum yang cenderung tidak menimbulkan efek jera bagi

koruptor), Hukuman yang ringan terhadap koruptor, Pengawasan yang tidak

efektif, Tidak ada keteladanan pemimpin, serta Budaya yang tumbuh dalam

masyarakat yang cenderung nyaman untuk melakukan Korupsi Kolusi dan

Nepotisme.

B. Good governance dapat menjadi salah satu upaya yang dilakukan dalam

mencegah tindakan korupsi pada lembaga pemerintahan, karena good

governance merupakan suatu upaya dalam menciptakan tata kelola

pemerintahan yang baik, menciptakan pemerintahan yang tidak hanya

berorientasi pada satu bidang permasalahan saja namun mencakup keseluruhan

bidang yang dapat dan hendak dipergunakan sepenuhnya untuk menciptakan

kesejahteraan masyarakatnya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar yang

terdapat didalam good governance serta asas-asas umum pemerintahan yang

layak maka secara bertahap bahkan mungkin menyeluruh faktor-faktor

penyebab adanya kecenderungan tindakan korupsi pada lembaga pemerintahan

dapat dikikis karena orientasi yang ada telah mengedepankan

kebersamaan,keterbukaan dan pertanggungjawaban, serta menumbuhkan

keseimbangan antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam bersama-sama

mencapai kemakmuran, kesejahteraan serta kemajuan perekonomian bangsa.

Dan yang terutama berjalan dan efektif nya penegakan hukum sebagai suatu

aturan yang bertindak sebagai pedoman, pengawas dalam pelaksanaan

kepemerintahan yang baik ini.

4. Daftar Pustaka

1) http://www.kompasiana.com/susantilonasilalahi/berantas-korupsi-dengan-good-governance_5511912b813311ba4bbc6477

2) http://cuap-cuap14.blogspot.com/p/good-governance.html3) http://ainfatwah.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-

none-ar.html4) http://www.boyyendratamin.com/2015/01/mewujudkan-pemerintahan-

yang-baik.html