teori ikatan dalam senyawa kompleks

Upload: fariza-fauzia-purnama-purnama

Post on 04-Apr-2018

305 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    1/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    TEORI IKATAN DALAM KOMPLEKS

    Teori mengenai ikatan dalam senyawa kompleks mulai berkembang sekitar

    tahun 1930. Sampai dengan saat ini ada 3 teori yang cukup menonjol :

    Teori Ikatan Valensi (TIV)

    Teori ini menyatakan bahwa dalam senyawa terbentuk ikatan kovalen

    koordinasi antara ligan dengan atom, dimana pasangan elektron bebas

    disumbangkan oleh ligan dan logam menyediakan orbital kosong untuk

    ditempati oleh PEB yang disumbangkan oleh ligan

    Teori Medan Kristal

    Menurut teori ini, ikatan antara logam dan ligan dalam senyawa

    kompleks murni merupakan interaksi elektrostatik.

    Teori Orbital Molekul

    Dalam teori orbital molekul, interaksi antara ligan dengan logam pusat

    dapat berupa interaksi ionik maupun pembentukan ikatan kovalen,

    dengan menggunakan pendekatan mekanika gelombang

    a. Teori Ikatan Valensi(Valence Bond Theory)Teori ini dikemukakan oleh Linus Pauling sekitar tahun 1931. Teori ini

    menyatakan bahwa ikatan antara ligan dengan logam merupakan ikatan

    kovalen koordinasi, dengan pasangan elektron bebas yang disumbangkan

    oleh ligan. Logam pusat menyediakan orbital-orbital kosong yang telah

    mengalami hibridisasi untuk ditempati oleh PEB dari ligan. Jenis hibridisasi

    orbital menentukan bentuk geometris senyawa kompleks yang terbentuk.

    Pembentukan ikatan dalam senyawa kompleks juga dapat ditinjau sebagaireaksi Asam-Basa Lewis, dimana ligan merupakan Basa Lewis yang

    memberikan PEB.

    Hibridisasi Geometris Contoh

    sp2 Trigonal planar [HgI3]-

    sp3 Tetrahedral [Zn(NH3)4]2+

    d2sp3 Oktahedral [Fe(CN)6]3-

    dsp2 Bujur sangkar/ segi empat planar [Ni(CN)4]2-

    dsp3 Bipiramida trigonal [Fe(CO)5]2+

    sp3d2 Oktahedral [FeF6]3-

    Pembentukan ikatan melibatkan beberapa tahapan, meliputi promosielektron; pembentukan orbital hibrida; dan pembentukan ikatan antara logam

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    1

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    2/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    dengan ligan melalui overlap antara orbital hibrida logam yang kosong

    dengan orbital ligan yang berisi pasangan elektron bebas.

    Pada hibridisasi yang melibatkan orbital d, ada dua macam kemungkinan

    hibridisasi. Jika dalam hibridisasi orbital d yang dilibatkan adalah orbital d

    yang berada di luar kulit dari orbital s dan p yang berhibridisasi, maka

    kompleks yang terbentuk disebut sebagai kompleks orbital luar, atau outer

    orbital complex. Sebaliknya, jika dalam hibridisasi yang dilibatkan adalah

    orbital d di dalam kulit orbital s dan p yang berhibridisasi, maka kompleks

    tersebut dinamakan kompleks orbital dalam atau inner orbital complex.

    Umumnya kompleks orbital dalam lebih stabil dibandingkan kompleks orbital

    luar, karena energi yang dilibatkan dalam pembentukan kompleks orbital

    dalam lebih kecil dibandingkan energi yang terlibat dalam pembentukan

    kompleks orbital luar. Untuk menghibridisasi orbital dyang berada di dalam

    orbital s dan p diperlukan energi yang lebih kecil, karena tingkat energinya

    tidak terlalu jauh.

    Contoh :

    [Ni(CO)4]; memiliki struktur geometris tetrahedral

    Ni28 : [Ar] 3d8 4s2

    : [Ar]

    3d8 4s2 4p0

    Elektron pada orbital 4s mengalami promosi ke orbital 3d, sehingga orbital 4s

    kosong dan dapat mengalami hibridisasi dengan orbital 4p membentuk orbital

    hibrida sp3.

    Ni28 : [Ar]

    3d8 4s 4p

    Orbital hibrida sp3 yang telah terbentuk kemudian digunakan untuk berikatan

    dengan 4 ligan CO yang masing-masing menyumbangkan pasangan elektron

    bebas

    [Ni(CO)4] : [Ar]

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    2

    hibridisasi sp3

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    3/26

    hibridisasi d2sp3

    Diktat Kimia Koordinasi

    3d10 sp3

    Karena semua elektron berpasangan, maka senyawa bersifat diamagnetik

    [Fe(CN)6]3-; memiliki bentuk geometris oktahedral

    Fe26 : [Ar] 3d6 4s2

    Fe3+ : [Ar] 3d5 4s0

    : [ Ar]

    3d5 4s1 4p0

    Dua buah elektron pada orbital d yang semula tidak berpasangan dipasangkan

    dengan elektron lain yang ada pada orbital d tersebut, sehingga 2 orbital d yang

    semula ditempati oleh kedua elektron tersebut kosong dan dapat digunakan untuk

    membentuk orbital hibridal d2sp3

    Fe3+ : [Ar]

    Karena orbital d yang digunakan dalam hibridisasi ini berasal dari orbital d yang

    berada disebelah dalam orbital s dan p, maka kompleks dengan orbital hibrida

    semacam ini disebut sebagai kompleks orbital dalam (inner orbital complex)

    [Fe(CN)6]3- : [Ar]

    3d6 d2sp3

    Orbital hibrida d2sp3 yang terbentuk diisi oleh pasangan elektron bebas dari ligan

    CN-

    Dalam kompleks terdapat satu elektron yang tidak berpasangan, sehingga

    kompleks bersifat paramagnetik.

    [Ni(CN)4]2-, memiliki bentuk geometris segiempat planar

    Ni28 : [Ar] 3d8 4s2

    : [Ar]3d8 4s2 4p0

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    3

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    4/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    Ni2+ : [Ar]

    Salah satu elektron pada orbital d yang tidak berpasangan dipasangkan dengan

    elektron lain, sehingga salah satu orbital d kosong dan dapat digunakan untuk

    membentuk orbital hibrida dsp3

    [Ni(CN4)]2- : [Ar]

    3d8 dsp3

    Semua elektron dalam kompleks ini berpasangan sehingga kompleks bersifat

    diamagnetik

    Sebagian besar kompleks lebih memilih konfigurasi kompleks orbital

    dalam, karena energi yang diperlukan saat hibridisasi untuk melibatkan

    orbital d sebelah dalam lebih kecil dibandingkan energi yang

    diperlukan untuk melibatkan orbital d sebelah luar. Meskipun demikian,

    jika dilihat dari pengukuran momen magnetnya, beberapa kompleks

    ternyata berada dalam bentuk kompleks orbital luar.

    Contoh :

    Ion [FeF6]3-, memiliki bentuk geometris oktahedral. Jika

    diasumsikan kompleks ini merupakan kompleks orbital dalam

    dengan hanya satu elektron yang tidak berpasangan, maka

    seharusnya momen magnet senyawa adalah sebesar 1,73 BM.

    Menurut hasil pengukuran, momen magnet ion [FeF6]3- adalah

    sebesar 6,0 BM, yang akan sesuai jika terdapat lima elektron tidak

    berpasangan. Berarti ion Fe3+

    dalam kompleks mengalamihibridisasi sp3d2 dengan melibatkan orbital d sebelah luar, dan

    disebut sebagai kompleks orbital luar (outer orbital complex).

    Fe26: [Ar] 3d6 4s2

    Fe3+: [Ar] 3d5 4s0

    : [Ar]

    3d5 4s1 4p0 4d0

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    4

    membentuk orbital hibrida dsp3

    membentuk orbital hibrida sp3d2

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    5/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    Elektronetralitas dan Backbonding

    Dalam TIV, reaksi pembentukan kompleks merupakan reaksi Asam Basa

    Lewis. Atom logam sebagai asam Lewis mendapatkan elektron dari ligan

    yang bertindak sebagai basa Lewis, sehingga mendapatkan tambahan

    muatan negatif. Dengan demikian densitas elektron pada atom logam akan

    menjadi semakin besar sehingga kompleks menjadi semakin tidak stabil.

    Pada kenyataannya senyawa kompleks merupakan senyawa yang stabil,

    sehingga diasumsikan walaupun mendapatkan tambahan muatan negatif dari

    PEB yang didonorkan oleh ligan, atom pusat memiliki muatan yang mendekati

    nol atau hampir netral. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk

    menerangkan hal ini :

    Elektronetralitas

    Ligan donor umumnya merupakan atom dengan

    elektronegativitas yang tinggi, sehingga atom ligan tidak

    memberikan keseluruhan muatan negatifnya, sehingga elektron

    ikatan tidak terdistribusi secara merata antara logam dengan ligan

    Backbonding

    Pada atom logam dengan tingkat oksidasi yang rendah,

    kerapatan elektron diturunkan melalui pembentukan ikatan balik

    (backbonding) atau resonansi ikatan partial. Ionpusat memberikan

    kembali pasangan elektron kepada ligan melalui pembentukan

    ikatan phi ().

    Teori Ikatan Valensi cukup mudah untuk dipahami, dapat meramalkan

    bentuk geometris dari sebagian besar kompleks, dan berkesesuaian dengan

    sifat kemagnetan dari sebagian besar kompleks.

    Meskipun demikian, ada beberapa kelemahan dari Teori Ikatan Valensi ini.

    Sebagian besar senyawa kompleks merupakan senyawa berwarna, TIV tidak

    dapat menjelaskan warna dan spektra elektronik dari senyawa kompleks.

    Selain itu, meskipun berkesesuaian dengan sifat kemagnetan senyawa, TIV

    tidak dapat menjelaskan mengapa kemagnetan senyawa dapat berubah

    dengan kenaikan suhu. Teori Ikatan Valensi tidak dapat memberikan

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    5

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    6/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    penjelasan yang memuaskan mengapa sejumlah kompleks berada dalam

    bentuk kompleks orbital luar. Kelemahan-kelemahan dari TIV ini dapat

    dijelaskan dengan lebih baik oleh Teori Medan Kristal (Crystal Field Theory).

    b. Teori Medan Kristal (Crystal Field Theory)

    Teori ini mula-mula diajukan oleh Bethe (1929) dan Vleck (1931 1935),

    dan mulai berkembang sekitar tahun 1951. Teori ini merupakan usaha untuk

    menjelaskan hal-hal yang menjadi kelemahan dari Teori Ikatan Valensi.

    Dalam Teori Medan Kristal (TMK), interaksi yang terjadi antara logam

    dengan ligan adalah murni interaksi elektrostatik. Logam yang menjadi pusat

    dari kompleks dianggap sebagai suatu ion positif yang muatannya sama

    dengan tingkat oksidasi dari logam tersebut. Logam pusat ini dikelilingi oleh

    ligan-ligan bermuatan negatif atau ligan netral yang memiliki pasangan

    elektron bebas (PEB). Jika ligan merupakan suatau spesi netral/tidak

    bermuatan, maka sisi dipol negatif dari ligan terarah pada logam pusat.

    Medan listrik pada logam akan saling mempengaruhi dengan medan listrik

    ligan.

    Dalam Teori Medan Kristal, berlaku beberapa anggapan berikut :

    a. ligan dianggap sebagai suatu titik muatan

    b. tidak ada interaksi antara orbital logam dengan orbital ligan

    c. orbital d dari logam kesemuanya terdegenerasi dan memiliki energi

    yang sama, akan tetapi, jika terbentuk kompleks, maka akan terjadi

    pemecahan tingkat energi orbital dtersebut akibat adanya tolakan dari

    elektron pada ligan, pemecahan tingkat energi orbital d ini tergantung

    orientasi arah orbital logam dengan arah datangnya ligan

    Bentuk Orbital-d

    Karena orbital d seringkali digunakan pada pembentukan ikatan dalam

    kompleks, terutama dalam teori TMK, maka adalah penting untuk

    mempelajari bentuk dan orientasi ruang orbital d. Kelima orbital d tidak

    identik, dan dapat dibagi menjadi dua kelompok; orbital t2g dan eg. Orbital-

    orbital t2g dxy; dxz; dan dyz memiliki bentuk yang sama dan memiliki orientasi

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    6

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    7/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    arah di antara sumbu x, y, dan z. Orbital-orbital eg dx2-y2 dan dz2 memiliki

    bentuk yang berbeda dan terletak di sepanjang sumbu.

    Kompleks OktahedralPada kompleks oktahedral, logam berada di pusat oktahedron dengan ligan di

    setiap sudutnya. Arah mendekatnya ligan adalah sepanjang sumbu x, y dan

    z. Karena orientasi arah orbital dx2-y2 dan dz2 adalah sepanjang sumbu x; y; z,

    dan menghadap langsung ke arah mendekatnya ligan, maka kedua orbital

    tersebut mengami tolakan yang lebih besar dari ligan dibandingkan orbital d xy;

    dxz dan dyz yang berada di antara sumbu-sumbu x; y; dan z. Dengan demikian

    orbital d pada kompleks oktahedral mengalami pemecahan (splitting) tingkat

    energi dimana orbital-orbital eg memiliki tingkat energi yang lebih besar

    dibandingkan orbital t2g.

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    7

    x x y

    z

    dxy

    zy

    dyzdxz

    y

    x

    dx2-y2 dz2

    y

    x

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    8/26

    M+

    L

    L

    L

    L

    L

    L

    X

    Y

    Z dx2-y2 dz2

    dxy

    dxz

    dyz

    dx2-

    y2 d

    z2d

    xzdyz

    eg

    t2g

    Diktat Kimia Koordinasi

    (a) (b)

    Gambar a. kompleks oktahedral

    Gambar b. pemecahan energi yang terjadi pada orbital d menjadi orbital eg dan t2g

    Jarak antara kedua tingkat energi ini diberi simbol 0 atau 10Dq. Setiap

    orbital pada orbital t2g menurunkan energi kompleks sebesar 0,40, dan

    sebaliknya setiap orbital pada orbital eg menaikkan energi kompleks sebesar

    0,60. Tingkat energi rata-rata dari kedua tingkat energi orbital t 2g dan eg

    merupakan energi hipotetik dari orbital d yang terdegenerasi.

    Besarnya harga o terutama ditentukan oleh kuat atau lemahnya suatu

    ligan. Semakin kuat medan suatu ligan, makin besar pula pemecahan tingkat

    energi yang disebabkan, sehingga harga 0 juga semakin besar. Harga 0

    dalam suatu kompleks dapat ditentukan melalui pengukuran spektra UV-Vis

    dari kompleks. Kompleks akan menyerap energi pada panjang gelombang

    yang sesuai untuk mempromosikan elektron dari tingkat energi t2g ke tingkat

    eg. Panjang gelombang yang diserap dapat ditentukan berdasarkan puncak

    serapan dari spektrum serapan UV-Vis.

    Karena setiap orbital t2g menurunkan energi sebesar 0,40 dari tingkat

    energi hipotetis, setiap elektron yang menempati orbital t2g akan

    meningkatkan kestabilan kompleks dengan menurunkan energi kompleks

    sebesar 0,40. Besarnya penurunan energi ini disebut sebagai Energi

    Stabilisasi Medan Kristal (CFSE, Crystal Field Stabilization Energy).

    Sebaliknya, setiap elektron di orbital eg akan menurunkan kestabilan

    kompleks dengan menaikkan energi kompleks sebesar 0,60.

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    8

    dxyo

    0,6o

    0,4o

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    9/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    Tabel berikut menunjukkan besarnya CFSE untuk kompleks dengan

    konfigurasi d0 d10.

    Jumlah elektron d

    Konfigurasi

    CFSEt2g eg

    1 -0,40

    2 -0,803 -1,20

    4 (kompleks high spin) -0,604 (kompleks low spin) -1,605 (kompleks high spin) 0

    5 (kompleks low spin) -2,006 (kompleks high spin) -0,406 (kompleks low spin) -2,407 (kompleks high spin) -0,80

    7 (kompleks low spin) -1,808 -1,209 -0,6010 0

    Besarnya harga 0 ditentukan oleh jenis ligan yang terikat dengan

    logam pusat. Untuk ligan medan lemah (weak field ligand), perbedaan selisih

    energi antara orbital t2g dan eg yang terjadi dalam splitting sangat kecil,

    dengan demikian elektron-elektron akan mengisi kelima orbital tanpa

    berpasangan terlebih dahulu. Kompleks dengan ligan medan lemah semacam

    ini disebut sebagai kompleks spin tinggi (high spin complex).

    Ligan medan kuat (strong field ligand) menyebabkan perbedaan energi

    yang besar antara orbital t2g dengan orbital eg. Karena energi yang diperlukan

    untuk menempatkan elektron ke orbital eg yang tingkat energinya lebih tinggi

    lebih besar dibandingkan energi yang diperlukan untuk memasangkan

    elektron, elektron akan mengisi orbital t2g terlebih dahulu hingga penuh

    sebelum mengisi orbital eg.

    Besrnya harga o dapat ditentukan secara Spektrofotometri UV-Vis.

    Kompleks akan menyerap cahaya dengan frekuensi yang berkesesuaian

    dengan energi yang diperlukan untuk mengeksitasikan elektron dari orbital t2g

    ke orbital eg (v= 0/h, h= konstanta Planck). Dari pita serapan ini dapat dilihat

    intensitas maksimum dari serapan oleh kompleks terletak pada frekuensi

    berapa.

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    9

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    10/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    Menurut hasil studi eksperimen dari spektra sejumlah kompleks

    dengan berbagai macam jenis logam pusat dan ligan, ternyata ligan-ligan

    dapat diurutkan sesuai kemampuannya untuk menyebabkan pemecahan

    tingkat energi pada orbital d. Deretan ligan ini disebut Deret Spektrokimia.

    I-< Br- < Cl- < F- < OH- < C2O42- < H2O < NCS

    -< py < NH3 < en < bipy < o-

    phen < NO2-< CN-

    Distorsi Tetragonal dalam Kompleks Oktahedral (Distorsi Jahn Taller)

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tolakan oleh elektron dari

    keenam ligan dalam suatu kompleks oktahedral memecah orbital d menjadi

    orbital t2g dan eg. Jika elektron-elektron d dari logam tersusun/terdistribusi

    secara sistematis, maka elektron-elektron tersebut akan memberikan tolakan

    yang setara pada keenam ligan, sehingga kompleks merupakan suatu

    oktahedral sempurna. Akan tetapi jika elektron d terdistribusi secara tidak

    merata dalam orbital (memiliki penataan yang asimetris), maka ada ligan

    yang mengalami gaya tolak yang lebih besar dibandingkan ligan yang lainnya.

    Dengan demikian struktur kompleks menjadi terdistorsi.

    Orbital-orbital eg berhadapan langsung dengan ligan, sehingga

    penataan elektron yang asimetris dalam orbital eg akan menyebabkan ligan

    mengalami tolakan yang lebih besar dibandingkan ligan lainnya dan

    menghasilkan distorsi yang signifikan. Sebaliknya orbital-orbital t2g tidak

    berhadapan langsung dengan ligan, sehingga penataan elektron yang

    asimetris dalam orbital t2g tidak memberikan pengaruh yang signifikan

    terhadap struktur kompleks, distorsi yang terjadi biasanya sangat lemah

    sehingga tidak terukur.

    Penataan simetrisJumlah

    elektron dt2g eg

    Medan

    liganContoh

    d0 kuat ataulemah

    TiIVO2; [TiIVF6]

    2-; [TiIVCl6]2-

    d3 kuat ataulemah

    [CrIII(oksalat)3]3-; CrIII(H2O)6]

    3+

    d5lemah [MnIIF6]

    4-; [FeIIIF6]3-

    d6kuat [FeII(CN)6]

    4-; [CoIII(NH3)6]3+

    d8

    lemah [NiII

    F6]4-

    ; [Ni(H2O)6]2+

    d10 kuat atau [ZnII(NH3)6]2+; [ZnII(H2O)6]

    2+

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    10

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    11/26

    perpanjangan pada sumbu z

    Diktat Kimia Koordinasi

    lemah

    Penataan asimetrisJumlah

    elektron dt2g eg

    Medan

    liganContoh

    d4 lemah Cr(+II); Mn(III+)

    d7kuat Co(+II); Ni(+III)

    d9 kuat danlemah

    Cu(+II)

    Jika orbital dz2 berisi lebih banyak elektron dibandingkan orbital dx2-y2,

    maka ligan yang berada pada sumbu z akan mengalami gaya tolak yang lebih

    besar dibandingkan keempat ligan lainnya (yang berada pada sumbu x dan

    y). Gaya tolak yang tidak seimbang tersebut akan menghasilkan distorsi

    berupa perpanjangan oktahedron di sepanjang sumbu z, dan disebut sebagai

    distorsi tetragonal. Lebih tegasnya, distorsi berupa pemanjangan sumbu x

    semacam ini disebut sebagai elongasi (perpanjangan) tetragonal.

    Sebaliknya, jika orbital yang berisi lebih banyak elektron adalah orbital

    dx2-y2, elongasi akan terjadi sepanjang sumbu x dan sumbu y, sehingga ligan

    dapat lebih mendekat ke arah logam pusat melalui sumbu z. Berarti akan ada

    empat ikatan yang panjang dan dua ikatan yang lebih pendek, dan struktur

    yang terbentuk mirip dengan oktahedron yang ditekan sepanjang sumbu z.

    Distorsi semacam ini disebut kompresi tetragonal.

    Distorsi berupa elongasi tetragonal lebih sering terjadi dibandingkan kompresi

    tetragonal.

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    11

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    12/26

    perpanjangan pada sumbu x dan y

    Diktat Kimia Koordinasi

    Gambar (c)

    Gambar (d)

    Gambar (c) Elongasi tetragonal yang terjadi pada suatu kompleks oktahedral. Elektron-

    elektron pada orbital dz2 menimbulkan gaya tolak yang meneybabkan ligan

    pada sumbu z menjauh dari logam pusat

    Gambar (d) Kompresi tetragonal. Elektron-elektron pada orbital dx2-y2 menimbulkan gaya

    tolak yang cukup kuat sehingga ligan-ligan yang terikat pada sumbu x dan y

    menjauh dari logam pusat.

    Dapat disimpulkan bahwa jika pengisian orbital dx2-y

    2 dan dz2 tidak

    sama, maka akan terjadi distorsi. Hal ini disebut sebagai Distorsi Jahn Taller.

    Teorema Jahn-Taller menyatakan bahwa : sistem molekuler yang

    tidak linear dalam suatu keadaan elektron yang terdegenerasi

    tidaklah stabil; dan akan mengalami distorsi untuk menurunkan

    simetrinya dan menghilangkan degenerasi yang terjadi.

    KOMPLEKS SEGI EMPAT PLANAR

    Jika logam pusat dalam kompleks memiliki konfigurasi d8, maka enam

    elektron akan mengisi orbital t2g dan dua elektron akan mengisi orbital eg.

    Penataan elektronnya ditunjukkan dalam Gambar (a). Orbital-orbital terisi

    oleh eletron secara simetris, dan suatu kompleks oktahedral terbentuk.

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    12

    Eeg

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    13/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    Gambar (e) Penataan elektron yang simetris di orbital t2g dan eg pada logam dengan

    konfigurasi elektron d8

    Gambar (f) Pemecahan tingkat energi orbital eg, untuk mencapai kestabilan, kedua elektron

    mengisi orbital dz2 yang tingkat energinya lebih rendah

    Elektron yang berada pada orbital dx2-y2 mengalami tolakan dari empat

    ligan yang berada pada sumbu x dan y; sementara elektron yang ada pada

    orbital dz2 hanya mengalami tolakan dari dua ligan yang berada pada sumbu

    z. Jika medan ligan cukup kuat, maka perbedaan energi di antara dua orbital

    ini (orbital dx2-y2 dan dz2) menjadi lebih besar dibandingkan energi yang

    diperlukan untuk memasangkan elektron. Pemecahan orbital eg ini

    ditunjukkan pada Gambar(f).

    Dalam kondisi demikian, kompleks akan menjadi lebih stabil jika orbital

    dx2-y2 kosong dan kedua elektron yang seharusnya menempati orbital eg ditata

    secara berpasangan pada orbital dz2 . Dengan demikian, empat buah ligan

    dapat terikat dalam kompleks pada sumbu x dan y dengan lebih mudah

    karena tidak mengalami tolakan dari orbital dx2-y2 yang telah kosong.

    Sebaliknya ligan tidak dapat mendekati logam pusat melalui sumbu z, karena

    mengalami tolakan yang sangat kuat dari orbital dz2 yang terisi dua elektron.

    Oleh karena itu hanya terbentuk empat ikatan antara logam pusat dengan

    ligan, dan struktur geometris kompleks menjadi segiempat planar.

    Kompleks segiempat planar terbentuk pada ion logam dengan

    konfigurasi elektron d8 dan ligan yang memiliki medan yang sangat kuat,

    misalnya [NiII(CN)4]2-. Semua kompleks Pt(II) dan Au(II) merupakan kompleks

    segi empat planar, meskipun dengan ligan medan lemah.

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    13

    Gambar (e) Gambar (f)

    t2g

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    14/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    Besarnya pemecahan energi orbital eg tergantung pada jenis ligan dan logam

    yang menjadi ion pusat. Pada kompleks segiempat planar dari Co II; NiII dan

    CuII, orbital dz2 memiliki tingkat energi yang hampir sama dengan orbital dxz

    dan dyz. Sedangkan dalam kompleks [PtCl4]2-, orbital dz2 memiliki tingkat

    energi yang lebih rendah dibandingkan orbital dxz dan dyz.

    KOMPLEKS TETRAHEDRAL

    Orientasi ruang dari suatu kompleks dengan geometris tetrahedral

    dapat dihubungkan sebagai suatu kubus, seperti yang ditunjukkan dalam

    Gambar (g).

    (g)

    Gambar g. Struktur kompleks tetrahedral sebagai suatu kubus

    Berdasarkan gambar tersebut, ligan berada di antara sumbu-sumbu x,

    y dan z. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, orbital-orbital t2g

    (dxy, dxz, dan dyz) berada di antara sumbu x, y dan z, sementara orbital-orbital

    eg (dx2-y2 dan dz2) berada dalam posisi yang berimpit dengan sumbu x, y dan z.

    Oleh karena itu, pada kompleks tetrahedron, ligan berada lebih dekat dengan

    orbital-orbital t2g, meskipun posisi ligan tidak tepat berimpit dengan orbital-

    orbital tersebut. Oleh karena itu, pada kompleks tetrahedron terjadi

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    14

    Logam pusat

    LiganY

    X

    Y

    Z

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    15/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    pemecahan energi yang berkebalikan dengan pemecahan energi pada

    kompleks oktahedron.

    Pada kompleks tetrahedron, terjadi pemecahan tingkat energi dimana

    orbital t2g mengalami kenaikan tingkat energi (karena berada dalam posisi

    yang lebih berdekatan dengan ligan) sementara orbital eg mengalami

    penurunan tingkat energi. Pemecahan tingkat energi dalam kompleks

    tetrahedron ditunjukkan dalam Gambar (h).

    (h)

    Gambar (h) Pemecahan tingkat energi yang terjadi dalam kompleks tetrahedron

    Untuk membedakannya dengan kompleks oktahedron, selisih energi

    antara orbital eg dan t2g dalam kompleks tetrahedron diberi notasi t

    Setiap elektron yang menempati orbital eg maupun t2g dalam kompleks

    tetrahedron memberikan kontribusi terhadap harga CFSE dari kompleks

    tetrahedron. Setiap elektron pada orbital eg akan menurunkan energi sebesar

    0,6t, sementara setiap elektron yang menempati orbital t2g akan menaikkan

    energi sebesar 0,4 t. Secara sederhana, harga CFSE dari suatu kompleks

    tetrahedral dapat dirumuskan sebagai berikut :

    CFSEtetrahedron = -0,6t+ 0,4t

    Besarnya CFSE dari suatu kompleks tetrahedron diramalkan lebih kecil

    dibandingkan CFSE kompleks oktahedron. Hal ini dikarenakan jumlah ligan

    yang terikat dalam kompleks tetrahedron juga lebih sedikit, hanya ada empat

    ligan, sementara pada kompleks oktahedron ada 6 ligan yang terikat pada

    logam pusat. Selain itu, berbeda dengan kompleks oktahedron dimana arah

    orbital tepat berimpit dengan arah datangnya ligan, ligan yang terikat pada

    kompleks tetrahedron tidak tepat berimpit dengan orbital.

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    15

    E (t)

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    16/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    c. Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital Theory)

    Teori Medan Kristal didasarkan atas asumsi bahwa interaksi yang

    terjadi antara ligan dan logam pusat murni merupakan interaksi elektrostatik.

    Teori ini dapat menjelsakan bentuk geometris; spektra; dan kemagnetan darisenyawa kompleks dengan memuaskan. Meskipun demikian, teori ini

    mengabaikan kemungkinan terbentuknya ikatan kovalen dalam kompleks, hal

    ini ternyat bertentangan dengan fakta yang diperoleh sdari sejumlah

    eksperimen. Beberapa kelemahan dari Teori Medan Kristal adalah sebagai

    berikut :

    1. Sejumlah senyawa dengan tingkat oksidasi nol (misalnya pada

    kompleks [Ni(CO)4] tidak mengalami gaya tarik-menarik

    elektrostatik antara logam dengan ligan, sehingga dapat dipastikan

    bahwa ikatan yang terbentuk dalam kompleks merupakan suatu

    ikatan kovalen

    2. Urutan ligan dalam spektrokimia tidak dapat dijelaskan hanya

    dengan berdasarkan pada keadaan elektrostatik

    3. Bukti dari spektrum resonansi magnetik inti dan resonansi spin

    elektron menunjukkan keberadaan densitas elektron tidak

    berpasangan pada ligan, hal ini mengindikasikan adanya

    pembagian elektron bersama, sehingga dapat diasumsikan terjadi

    kovalensi dalam kompleks

    Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital Theory) melibatkan

    pembentukan ikatan kovalen. Dalam Teori Orbital Molekul (TOM), ikatan

    dalam kompleks terjadi melalui pembentukan orbital molekul. Orbital molekul

    merupakan orbital yang terbentuk sebagai kombinasi antara orbital atom yang

    dimiliki logam dengan orbital atom yang dimiliki oleh ligan. Oleh karena itu

    orbital molekul dapat dipelajari dengan menggunakan pendekatan Linear

    Combination Atomic Orbital(LCAO).

    Setiap penggabungan orbital atom menjadi orbital molekul akan

    menghasilkan orbital bonding (orbital ikatan) dan orbital antibonding (orbital

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    16

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    17/26

    1s 1s

    1s 1s

    Diktat Kimia Koordinasi

    anti ikatan). Bagaimana orbital molekul ini terbentuk akan dibahas lebih

    terperinci dalam Ikatan Kimia.

    PEMBENTUKAN ORBITAL

    Pembentukan ikatan melalui orbital yang paling sederhana dapat

    dicontohkan dalam pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul

    H2.

    Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-

    masing satu buah elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut

    kemudian bergabung membentuk orbital molekul , sehingga terbentuk dua

    macam orbital, orbital yang merupakan orbital bonding, dan orbital * yang

    merupakan orbital antibonding. Sesuai dengan aturan Hund, maka mula-

    mula elektron dari salah satu atom H mengisi orbital molekul yang

    terbentuk, kemudian elektron dari atom H yang lain juga mengisi orbital

    tersebut. Dengan terbentuknya orbital molekul yang diisi oleh elektron dari

    kedua atom H, maka terbentuklah ikatan antar atom H tersebut menjadi

    molekul H2. Molekul H2 ini merupakan molekul yang stabil, karena elektron-

    elektronnya berada pada orbital molekul yang tingkat energinya lebih

    rendah dibandingkan tingkat energi orbital atom pembentuknya.

    Pembentukan orbital molekul ini dapat digunakan untuk menjelaskan

    ketidakstabilan dari molekul He2. Perhatikan diagram berikut :

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    17

    orbital * (orbital molekul antibonding)

    orbital (orbital molekul bonding)

    HH

    H2

    orbital * (orbital molekul antibonding)

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    18/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital 1s. saat

    orbital-orbital atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk orbital

    molekul, terbentuk 2 macam orbital molekul pula, orbital dan *. Elektron-

    elektron mula-mula mengisi orbital bonding yang tingkat energinya lebih

    rendah, kemudian mengisi orbital antibonding *. Karena baik orbital bonding

    maupun orbital antibonding sama-sama terisi elektron, maka keduanya akan

    saling meniadakan, sehingga molekul He2 menjadi sangat tidak stabil.

    Kedua contoh diatas menunjukkan pembentukan orbital molekul untuk

    molekul diatomik yang heterogen, sehingga orbital atom yang digunakan

    dalam pembentukan orbital molekul memiliki tingkat energi yang sama. Pada

    molekul diatomik yang heterogen, atom yang lebih elektronegatif orbital

    atomnya memiliki tingkat energi yang lebih rendah. Perbedaan tingkat energi

    antar orbital atom dari dua atom berbeda yang saling berikatan merupakan

    ukuran dari sifat ionik ikatan yang terbentuk antara kedua atom tersebut.

    Sedangkan perbedaan tingkat energi antara orbital bonding molekul yang

    terbentuk dengan orbital atom (dari atom yang tingkat energinya lebih rendah)

    merupakan ukuran sifat kovalen ikatan yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya,

    perhatikan ilustrasi yang diberikan dalam diagram berikut :

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    18

    orbital (orbital molekul bonding)

    He He

    He2

    orbital *

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    19/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    Pada diagram tersebut, atom B memiliki tingkat energi yang lebih

    rendah dibandingkan orbital atom A. Oleh karena itu, orbital molekul (OM)

    yang terbentuk memiliki karakteristik yang lebih mirip dengan orbital atom B.

    Selisih energi antara orbital atom A dan orbital atom B, dinotasikan dengan a,

    menunjukkan ukuran sifat ionik ikatan yang terbentuk antara A dan B.

    Sedangkan selisih energi antara OM dengan orbital atom B, dinotasikan

    dengan b, menunjukkan sifat kovalen ikatan AB.

    PEMBENTUKAN ORBITAL MOLEKUL DALAM SENYAWA KOMPLEKS

    Pada senyawa kompleks, orbital molekul terbentuk sebagai

    gabungan/kombinasi dari orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan.

    Orbital atom logam dapat bergabung dengan orbital atom ligan jika orbital-

    orbital atom tersebut memiliki simetri yang sama.

    Untuk logam transisi pertama, orbital yang dapat membentuk orbital

    molekul adalah orbital-orbital eg (dx2-y

    2 dan dz2), 4s, 4p, 4px, 4py dan 4pz.

    Orbital-orbital t2g (dxy, dxz dan dyz) dari logam tidak dapat membentuk orbital

    karena orientasi arahnya yang berada di antara sumbu x, y dan z. Oleh

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    19

    1s

    1s

    A

    B

    AB

    orbital

    a

    b

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    20/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    karena itu ketiga orbital tersebut disebut sebagai orbital nonbonding.

    Meskipun tidak dapat membentuk oribtal , orbital-orbital t2g tersebut dapat

    membentuk orbital molekul dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah

    dengan orbital atom logam.

    Ligan dapat membentuk orbital molekul dengan orbital logam jika

    posisinya segaris dengan logam, atau berada tepat pada sumbu/garis

    penghubung ion pusat dan ligan. Adapun orbital atom dari ligan yang dapat

    bergabung dengan orbital atom dari logam adalah orbital s atau orbital hasil

    hibridisasi antara orbital s dan p.

    Karena jauh lebih banyak orbital dan elektron yang terlibat, maka

    diagram pembentukan orbital molekul dalam senyawa kompleks lebih rumit

    dibandingkan diagram pembentukan orbital molekul untuk molekul diatomik

    sederhana. Umumnya orbital atom dari ligan tingkat energinya lebih rendah

    dibandingkan orbital atom dari logam pusat, sehingga karakteristik dari orbital

    molekul yang terbentuk lebih mirip dengan karakteristik orbital atom ligan

    dibandingkan orbital atom logam. Berikut ini contoh diagram pembentukan

    orbital molekul untuk kompleks [Co(NH3)6]3+

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    20

    3d

    4s

    4p

    *s

    *p

    *d

    0

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    21/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    Pada kompleks [Co(NH3)6], orbital-orbital 4s, 4px, 4py, 4pz, 3dx2-y

    2, dan

    3dz2 dari logam Co bergabung dengan keenam orbital px dari atom ligan NH3

    membentuk orbital molekul. Orbital molekul yang terbentuk masing-masing

    diisi dengan sepasang elektron dari ligan NH3. Orbital 3dxy, 3dxz, dan 3dyz dari

    Co3+ tidak bergabung membentuk orbital molekul, ketiga orbital tersebut

    merupakan orbital nonbonding (non ikatan) dalam kompleks ini. Selisih antara

    tingkat energi nonbonding dengan orbital * (orbital antibonding) merupakan

    harga 0 dari kompleks tersebut. Dalam TOM, splitting/pemecahan tingkat

    energi yang terjadi merupakan akibat dari kovalensi. Makin besar

    kovalensi,makin besarpula harga 0. Dalam kompleks [Co(NH3)6]3+ tersebut,

    harga 0 cukup besar, sehingga semua elektron lebih memilih untuk mengisi

    orbital nonbonding, kompleks merupakan kompleks low spin. Karena semua

    elektron dalam kompleks berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa

    kompleks tersebut bersifat diamagnetik.

    Pada kompleks [CoF6]3-, selisih tingkat energi antara orbital

    nonbonding dengan orbital antibonding /orbital * yang terbentuk relatif cukup

    kecil, sehingga elektron dapat mengisi orbital * terlebih dahulu. Kompleks ini

    merupakan kompleks high spin. Diagram pembentukan orbital molekul pada

    kompleks [CoF6]3- dapat dilihat berikut ini :

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    21

    x2-y2 z2 xy xz yz orbital non bonding

    s

    p

    d 6 orbital px dari 6 liganNH3,masing-masing berisi 2

    elektron

    4s

    4p

    *s

    *p

    0

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    22/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    Orbital-orbital 3dx2-y

    2; 3dz2; 4s; 4px; 4py; dan 4pz dari logam bergabung

    dengan 6 buah orbital px dari keenam ligan F- yang mengelilingi logam pusat

    tersebut. Orbital-orbital t2g dari logam membentuk orbital nonbonding atau

    non-ikatan. Selisih tingkat energi antara orbital nonbonding ini dengan orbital

    antibonding * yang terbentuk dinotasikan dengan 0. Pada kompleks

    [CoF6]3-, karena harga 0 relatif cukup kecil, maka sebelum mengisi orbital

    nonbonding secara berpasangan, elektron dari ligan mengisi orbital *

    terlebih dahulu. Akibatnya setiap orbital * yang merupakan orbital

    antibonding masing-masing terisi satu buah elektron. Terisinya orbital

    antibonding ini mengakibatkan ikatan antara logam Co dengan ligan NH3

    tersebut menjadi lebih lemah. Karena dalam kompleks terdapat sejumlah

    elektron yang tidak berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa kompleks

    [CoF6]3- merupakan kompleks yang bersifat paramagnetik.

    PEMBENTUKAN ORBITAL

    Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, orbital dapat terbentuk

    antar orbital atom dengan simetri yang sama. Adapun orbital dapat

    terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital

    atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam. Salah satu contoh

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    22

    3d

    x2-y2 z2 xy xz yz orbital non bonding

    s

    p

    d

    *d

    6 orbital px dari 6 ligan F-,

    masing-masing berisi 2 elektron

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    23/26

    -- +

    - + +

    + + - -

    + -

    +

    -+

    -

    +

    -

    +

    -+

    -

    Diktat Kimia Koordinasi

    bagaimana orbital dapat terbentuk antara orbital atom dari logam dengan

    orbital atom yang dimiliki ligan ditunjukkan dalam gambar berikut :

    Gambar (i)

    Gambar (i) Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan

    Dari Gambar (i) di atas dapat dilihat bahwa orbital dxz berada sejajar

    dengan orbital py dan pz dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom

    logam dan orbital atom ligan tersebut dapat menghasilkan orbital molekul.

    Selain dari penggabungan orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz,

    orbital molekul juga dapat terbentuk dari penggabungan antara orbital p z

    dari logam dengan orbital pz dari ligan. Ilustrasi kedua orbital atom tersebut

    dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    23

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    24/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    (j)

    Gambar (j) Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi yang

    sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital molekul.

    Jika pada pembentukan ikatan ligan berperan sebagai Basa Lewis

    yang menyumbangkan pasangan elektron, maka dalam pembentukan ikatan

    ini, ligan dapat bertindak sebagai asam Lewis yang menerima pasangan

    elektron yang didonorkan oleh logam.

    Adanya ikatan akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan,

    sehingga meningkatkan kestabilan kompleks. Selain itu, konsep mengenai

    pembentukan ikatan juga dapat menjelaskan urutan kekuatan ligan dalam

    Deret Spektrokimia.

    Ligan dapat berperan sebagai akseptor atau donor, tergantung

    keterisian orbital yang dimiliki oleh ligan tersebut.

    (a) Ligan akseptor

    Sejumlah ligan seperti CO, CN- dan NO+ memiliki orbital kosong yang

    dapat bertumpang tindih dengan orbital t2g dari logam, membentuk

    ikatan . Interaksi semacam ini seringkali disebut sebagai

    pembentukan ikatan balik (backbonding). Tingkat energi dari orbital

    yang dimiliki ligan ini seringkali lebih tinggi dibandingkan tingkat energi

    dari logam, sehingga dapat menaikkan harga 0. Ligan-ligan semacam

    ini merupakan ligan medan kuat dan pada Deret Spektrokimia berada

    di sebelah kanan.

    (b) Ligan Donor

    Sejumlah ligan tertentu memiliki orbital yang telah terisi elektron dan

    mengalami overlap dengan orbital t2g dari logam, menghasilkan ikatan

    . Rapatan elektron akan ditransfer dari ligan menuju logam melalui

    ikatan ini. Selain dari ikatan yang terbentuk tadi, transfer elektron

    dari ligan ke logam juga terjadi melalui ikatan . Interaksi semacam ini

    lebih sering terjadi pada kompleks dari logam dengan bilanganoksidasi yang tinggi, sehingga logam tersebut kekurangan elektron.

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    24

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    25/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    Orbital dari ligan biasanya memiliki tingkat energi yang lebih rendah

    dibandingkan orbital t2g logam, sehingga delokalisasi elektron dari

    ligan melalui cara ini akan memperkecil harga 0. Ligan yang

    merupakan donor terletak di sebelah kiri dari Deret Spektrokimia.

    Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks

    25

  • 7/31/2019 Teori Ikatan Dalam Senyawa Kompleks

    26/26

    Diktat Kimia Koordinasi

    LATIHAN

    1. Berdasarkan Teori Ikatan Valensi, jelaskan bentuk geometris dari ion

    kompleks [HgI3]-!

    2. Berdasarkan Teori Ikatan Valensi, ramalkan jumlah elektron tidakberpasangan dalam kompleks [NiCl4]

    2-; [Ni(CN)4]2-; dan [Cu(NH3)4]

    2+!

    3. Jelaskan dengan menggunakan Teori Ikatan Valensi, mengapa kompleks

    [NiCl4]2- dan [Ni(CO)4] sama-sama memiliki bentuk geometris tetrahedral,

    tetapi momen magnetiknya berbeda!

    4. Untuk masing-masing kompleks [Fe(CN)6]4- dan [Fe(CN)]3-, dengan

    menggunakan Teori Ikatan Valensi, jelaskan :

    a. hibridisasi yang terjadi!

    b. Apakah kompleks yang terbentuk kompleks orbital dalam atau

    kompleks orbital luar!?

    c. Ramalkan sifat kemagnetan kompleks-kompleks tersebut!

    d. Hitung momen magnetik dari setiap kompleks tersebut!

    5. Jika diketahui momen magnetik dari [Fe(H2O)5(NO)]2+ adalah sebesar 3,89

    BM, tentukan tingkat oksidasi dan jenis hibridisasi yang terjadi!

    6. Ion Fe3+ dalam larutan berair tidak berwarna, akan tetapi penambahan ion

    NCS- ke dalam larutan akan mengubah warna larutan menjadi merah.

    Jelaskan mengapa!

    7. Hitunglah jumlah elektron tidak berpasangan dan harga CFSE dari

    kompleks :

    a. [Fe(H2

    O)6]3+

    b.

    [Cr(NH3)6]3+

    c.

    [CoCl4]2-

    8. Berikan alasan mengapa semua kompleks oktahedral dari ion Co3+

    merupakan kompleks spin rendah yang bersifat diamagnetik!

    9. Kompleks Co(II) stabil dalam geometris tetrahedral, akan tetapi Ni(II) lebih

    stabil dalam geometris segi empatplanar. Jelaskan!

    10. Ion Co3+ membentuk kompleks oktahedral amonia yang lebih stabil

    dibandingkan kompleks amonia oktahedral dari ion Co2+. Akan tetapi

    kompleks Co3+ dengan ligan H2O dalam geometris oktahedral kurang

    stabil dibandingkan ion Co2+ yang membentuk kompleks dengan ligan

    dan geometris yang sama. Jelaskan mengapa!

    26