teori dampak pariwisata

26
TEORI DAMPAK PARIWISATA NAMA KELOMPOK : Erl Vania Paulalengan (1212025047) (Ketua Kelompok) Zyendira Amanda Zanuar (1212025013) Putu Gita Dewi Ayu (1212025017) I Gede Cahaya Adi Putra (1212025024) Luh Putu Ratna Dewi (1212025040) Axel Christine Pratama (1212025041) Industri Perjalanan Wisata 2012

Upload: gitta-fiorenza

Post on 24-Nov-2015

515 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

pengertian pariwisata, dampak pariwisata, dampak ekonomi sosial lingkungan

TRANSCRIPT

TEORI DAMPAK PARIWISATA

NAMA KELOMPOK :

Erl Vania Paulalengan

(1212025047) (Ketua Kelompok)

Zyendira Amanda Zanuar (1212025013)

Putu Gita Dewi Ayu

(1212025017)

I Gede Cahaya Adi Putra (1212025024)

Luh Putu Ratna Dewi

(1212025040)

Axel Christine Pratama

(1212025041)

Industri Perjalanan Wisata 2012

Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana

I. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.

Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.

Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan orang karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainya sangat besar oleh karena itu permintaan akan pariwisata semakin bertambah seiring dengan tingkat kebutuhan manusia yang semakin bertambah dari tahun ke tahun. Dalam GBHN 1999, termuat bahwa pembangunan kepariwisataan terus di tingkatkan dan di kembangkan untuk memperbesar penerimaan devisa negara, memperluas dan meratakan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperkaya kebudayaan nasional, dan tetap mempertahankan kepribadian bangsa demi terpilihnya nilai-nilai agama, mempererat persahabatan antar bangsa, memupuk cinta tanah air, serta mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.Perkembangan kawasan pariwisata tentunya tidak tumbuh begitu saja tanpa ada suatu usaha yang dilakukan, oleh karena itu maka ketersedian sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk pengembangan sektor ini dan agar dapat menjadi salah satu sektor andalan. Namun, Kualitas lingkungan merupakan bagian integral dari industri wisata. Bagi pengembang dan penyelenggara kagiatan wisata, kualitas lingkungan harus mendapat perhatian utama. Wisata adalah industri yang terkait dengan tujuan wisata dengan karakter-karakter keindahan, keseimbangan, natural, kesehatan, dan kualitas lingkungan yang terjamin. Saat ini, kata lingkungan sering muncul sebagai salah satu kunci sukses penyelenggara wisata. Dalam pandangan yang terbatas, terminologi lingkungan banyak mengacu kepada hal-hal fisik alamiah. Misalnya, bentang alam dan komponen fisik buatan manusia, seperti pos-pos pengamatan, kolam renang buatan, atau bangunan-bangunan penunjang aktifitas wisata lainnya. Dalam skala yang lebih luas, faktor sosial dan budaya juga dipertimbangkan senagai lingkungan integral industri wisata. Kualitas lingkungan meliputi kualitan bentang atau pemandangan alamiah itu sendri, yang kualitasnya dapat menurun karena aktifitas manusia. Keindahan dan kenyamanan daerah tujuan wisata, seperti keindahan pemandangan alam, sturuktur hidrologi almiah seperti air terjun dan sungai, air bersih, udara segar, dan keanekaragaman spesies, kuailitasnya bisa memburuk karena aktifitas manusia, tidak terkecuali aktifitas wisata itu sendiri. Menurut hukum permintaan wisata, kualitas lingkungan merupakan bagian integral dari suguhan-suguhan alamiah. Dengan demikian, pemeliharaan terhadap kualitas lingkungan menjadi syarat mutlak bagi daya tahan terhadap kompetisi pemilihan tujuan wisata oleh wisatawan. Jika kualitas suatu daerah tujuan wisata menurun, maka tempat tersebut cenderung diabaikan.

1.2 Topik

Dampak pariwisata merupakan wilayah kajian yang paling banyak mendapatkan perhatian dalam literature, terutama damapak terhadap masyarakat local. Meskipun pariwisata juga menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakay seperti politik, keamanan dan sebagainya, dampak pariwisata terhadap masyarakat dan daerah tujuan wisata yang bnyak mendapatkan ulasan adalah:1. Dampak terhadap ekonomi

2. Dampak terhadap social budaya

3. Dampak terhadap lingkungan

Tapi kelompok kami akan menfokuskan pada satu bidang aspek saja yaitu, dampak terhadap social budaya, dan itu sekaligus sebagai topic pembahasan kami yang lebih mengkhususkannya.II. KONSEP2.1 REFERENSI JURNAL

Widyatmaja, Ngurah. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Udayana University Press (136 & 139-141)

http://arkeologika.files.wordpress.com/2008/07/08_siswanto_edit.pdf2.2 TEORI PARIWISATA

Teori ini dapat dipergunakan untuk mengukur dampak sosial yang ditimbulkan atas hubungan yang terjadi antara masyarakat lokal dan wisatawan, adapun tahapan dari model Irridex (Irritation Index) Doxey, yaitu :1. Tingkat euphoria (perasaan bangga rohani dan jasmani), dimana pada awal perkembangannya wisatawan disambut gembira dan pariwisata dianggap sebagai pembawa manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Wisatawan juga dipandang tertarik dan menghargai adat-istiadat, gaya hidup, dan kehidupan sehari-hari masyarakat lokal.

2. Tingkat apathy (sikap acuh tak acuh), dimana dalam tahapan ini volume kunjungan wisatawan bertambah dan pariwisata tersebut tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang baru, malainkan sesuatu yang biasa saja. Wisatawan tidak lagi menggunakan bahasa masyarakat lokal dan hubungan yang terjadi lebih formal atau lebih bersifat hubungan dagang bukan hubungan pribadi. Sikap masyarakat lokal menjadi lebih apatis terhadap pariwisata.

3. Tingkat annoyance (sikap terganggu/ terusik), dimana dalam tahapan ini jika pengembangan pariwisata tetap berlanjut, berbagai permasalahan bermunculan mulai dari kemacetan, susahnya memperoleh tempat parkir dan bertambahnya kepadatan. Masyarakat lokal merasa bahwa mereka mengalami marginalisasi dengan keterlibatannya dalam pariwisata

4. Tingkat antagonism/xenophobia (rasa benci/ pertentangan), apabila pariwisata dan berbagai fasilitas dianggap sebagai penyebab berbagai permasalahan yang menimpa masyarakat lokal, baik masalah sosial, maupun ekonomi. Pada tahapan ini kegiatan pariwisata mengalami kemandegan dan telah melampaui daya dukung.

Menurut Mill (2000:1), bahwa perpindahan dari satu tahapan ke tahapan berikutnya disebabkan oleh tiga hal, yaitu pertama jarak, semakin besar jarak tersebut, baik ekonomi maupun budaya antara masyarakat lokal dan wisatawan, maka semakin besar akibat sosial yang ditimbulkan dan semakin besar pula kemungkinan terjadinya pergerakan pada tahapan-tahapan yang ada; kedua kemampuan kawasan menyerap secara fisik dan kejiwaan pertumbuhan jumlah kunjungan, hal ini terkait dengan perbandingan jumlah mereka yang datang dan jumlah penduduk, sebuah kota besar tentunya dapat menyerap lebih banyak wisatawan dibandingkan dengan komunitas pulau kecil; ketiga jumlah dan kecepatan perkembangan pariwisata itu sendiri, semakin cepat dan intensif tingkat perkembangannya, maka semakin besarlah kecenderungan terjadinya akibat sosial.

Adapula teori-teori lainnya yang bersangkutan dengan dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial-budaya yaitu:

Teori perilaku kolektif mencoba menjelaskan tentang kemunculan aksi social. Aksi sosial merupakan sebuah gejala aksi bersama yang ditujukan untuk merubah norma dan nilai dalam jangka waktu yang panjang. Pada sistem social seringkali dijumpai ketegangan baik dari dalam sistem atau luar sistem. Teori ini melihat ketegangan sebagai variable antara yang mengubungkan antara hubungan antar individu seperti peran dan struktur organisasi dengan perubahan sosial.

Perubahan pola hubungan antar individu menyebabkan adanya ketegangan social yang dapat berupa kompetensi atau konplik bahkan konplik terbuka atau kekerasan. Kompetisi atau konflik inilah yang mengakibatkan adanya perubahan melalui aksi sosial bersama untuk merubah norma dan nilai.Stratifikasi social pada mayarakat praindustri belum terlalu terlihat dengan jelas dibandingkan pada masyarakat modern. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya derajat perbedaan yang timbul oleh masyarakat oleh adanya pembagian kerja dan kompleksitas organisasi. Status social masih terbatas pada bentuk ascribed status, yaitu suatu bentuk status yang diperoleh sejak dia lahir. Mobilitas social sangat terbatas dan cenderung tidak ada. Kritik status mulai muncul seiring perubahan moda produksi agraris menuju moda produksi kapitalis yang ditandai dengan pembagian kerja dan muncul organisasi komplek.Perubahan Masyarakat yang terjadi selama ini secara umum menyangkut perubahan perubahan struktur, fungsi budaya, dan prilaku masyarakat.Suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya, perubahan bisa berupa kemunduran dan bisa juga berupa kemajuan ( progress ). Sedangkan masyarakat artinya sekelompok ikatan nilai dan norma norma social. Istilah masyarakat dapat juga diartikan sebagai wadah atau tempat orang orang yang saling berhubungan dengan hukum dan budaya tertentu untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Sumarjan dan Soemardi ( 1964 ) bahwa perubahan perubahan pada lembaga lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilai, sikap dan pola perlakuan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. (Salah satu tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, juga memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta mendorong pembangunan daerah). Untuk itu sudah selayaknya pariwisata dapat dijadikan alternatif penggerak perekonomian hingga sedemikian rupa menjadi sumber pendapatan bagi setiap daerah yang memiliki potensi untuk menyelenggarakannya, dalam upaya memperoleh atau meningkatkan pendapatan daerah.Teori Perubahan Sosial Budaya. Pengelompokan teori perubahan social telah dilakukan oleh Strasser dan Randall.Perubahan sosial dapat dilihat dari empat teori, yaitu teori kemunculan dictator dan demokrasi, teori prilaku kolektif, teori inkonsistensi status dan analisis organisasi sebagai subsistem social.1. Barrington Moore, teori kemunculan dictator dan demoktrasi Teori ini didasarkan pada pengamatan panjang tentang sejarah pada beberpa Negara yang telah mengalami transformasi dari basis ekonomi agrarian menuju basis ekonomi industri.

2. Teori perilaku Kolektif Teori dilandasi pemikiran Moore namun lebih menekankan pada proses perubahan daripada sumber perubahan sosial.3. Teori Inkonsistensi status Teori ini merupakan represenyasi dari teori psikilogi social. Pada teori ini, individu dipandang sebagai suatu bentuk ketidak konsistenan antara status individu dan grup dengan aktivitas atau sikap yang didasarkan pada perubahan.

4. Analisis Organisasi sebagai subsistem sosial Alasan kemunculan teori ini adalah anggapan bahwa organisasi terutama birokrasi dan organisasi tingkat lanjut yang kompleks sebagai hasil trasformasi social yang muncul pada masyarakat modern. Pada sisi lain. Organisasi meningkatkan hambatan anatara social dan system interaksi.

Selain itu adapula beberapa teori-teori pariwisata menurut para ahli, yaitu:

Menurut (Prof. Salah Wahab dalam Oka Yoeti 1994, 116.)Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Suyitno (2001) tentang Pariwisata sebagai berikut:

Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, obyek wisata, souvenir dan lain-lain.Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenanganTidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang di belanjakannya dibawa dari tempat asalIII. HASIL PEMBAHASAN

Dampak Pariwisata Menurut Soekadijo (2001) dan James J. Spillane (1987)

Pengembangan pariwisata pada dasarnya dapat membawa berbagai manfaat bagi masyarakat di daerah. Seperti diungkapkan oleh Soekadijo (2001) dalam Nasrul Qadarrochman (2010), manfaat pariwisata bagi masyarakat lokal, antara lain:

Pariwisata memungkinkan adanya kontak antara orang-orang dari bagian-bagian dunia yang paling jauh, dengan berbagai bahasa, ras, kepercayaan, paham, politik, dan tingkat perekonomian. Pariwisata dapat memberikan tempat bagi pengenalan kebudayaan, menciptakan kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Sarana-sarana pariwisata seperti hotel dan perusahaan perjalanan merupakan usaha-usaha yang padat karya, yang membutuhkan jauh lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan usaha lain. Manfaat yang lain adalah pariwisata menyumbang kepada neraca pembayaran, karena wisatawan membelanjakan uang yang diterima di negara yang dikunjunginya. Maka dengan sendirinya penerimaan dari wisatawan mancanegara itu merupakan faktor yang penting agar neraca pembayaran menguntungkan yaitu pemasukan lebih besar dari pengeluaran.

Dampak positif yang langsung diperoleh pemerintah daerah atas pengembangan pariwisata tersebut yakni berupa pajak daerah maupun bukan pajak lainnya. Sektor pariwisata memberikan kontribusi kepada daerah melalui pajak daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah berupa pemberian hak atas tanah pemerintah. Dari pajak daerah sendiri, sektor pariwisata memberikan kontribusi berupa pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak minuman beralkohol serta pajak pemanfaatan air bawah tanah. Menurut James J. Spillane (1987) dalam Nasrul Qadarrochman (2010), belanja wisatawan di daerah tujuan wisatanya juga akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempat secara langsung maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multiplier effect). Dimana di daerah pariwisata dapat menambah pendapatannya dengan menjual barang dan jasa, seperti restoran, hotel, pramuwisata dan barang-barang souvenir. Dengan demikian, pariwisata harus dijadikan alternatif untuk mendatangkan keuntungan bagi daerah tersebut.

Selain mendatangkan keuntungan dari segi ekonomi, kita juga harus melihat dampak-dampak lain yang ditimbulkan seperti lingkungan dan sosial-budaya. Karena kami mengambil topik mengenai dampak sosial budaya jadi kami melihat bahwa menilai dampak sosial budaya terhadap kehidupan masyarakat lokal merupakan suatu pekerjaan yang sulit, terutama dari segi metodologis. Salah satu kendala yang hampir tidak dapat diatasi adalah banyaknya faktor kontaminasi yang ikut berperan di dalam mempengaruhi perubahan yang terjadi. Dalam kaitannya dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat, harus dilihat bahwa ada banyak faktor lain yang ikut berperan dalam mengubah kondisi sosial budaya, serta dinamika internal masyarakat itu sendiri (Pitana dan Gayatri, 2005:114-115). Selain itu dampak sosial yang diberikan atau ditimbulkan terhadap daerah tujuan wisata biasanya terjadi secara tidak langsung dan prosesnya berlangsung secara lama.

Kebudayaan Pariwisata

Dalam kajian kebudayaan Pariwisata di ulas dua hal, yaitu

a) Wisata Budaya sebagai suatu jenis wisataHal yang pertama, wisata Budaya diartikan sebagai jenis kegiatan pariwisata yang obyeknya adalah kebudayaan. ini dibedakan dari minat minat khusus lain. Seperti wisata alam, dan wisata petualang. Namun demikian tidak berarti bahawa seorang wisatawan tidak bisa memiliki lebih dari satu program wisata. Obyek daya tarik wisata budaya itu dapat berkisar pada hal, kesenian (seni rupa dan segala bentuk pertunjukan), upacara adat, demontrasi kekebalan.

b) Pengaruh wisata terhadap Kebudayaan.

Mengenai pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan pada masarakat tuan rumah dapat dibedakan menjadi perkara, yang pertama pengaruh dalam kehidupan ekonomi, apabila kegiatan pariwisata itu dapat meningkatkan kesempatan kerja dan tingkat kemakmuran. Yang kedua adalah pengaruh kehadiran wisatawan mancanegara dengan kebiasaan dan busananya yang sebenarnya asing bagi masyarakat tuan rumah. Kemakmuran, apabila tidak dipandu baik baik dengan suatu sikap budaya yang benar akan dapat mengembangkan nilai nilai budaya yang berubah misalnya dari adat kekeluargaan dan gotong royong kea rah sikapsemua bisa dengan uang.Kehadiran wisatawan dengan segala adat kebiasaan tidak jarang juga menimbulkan efek meniru pada penduduk setempat. Apa yang ditiru itu dapat baik dan buruk. Dan dalam jangka waktu tertentu dapat menggeser nilai nilai budaya setempat.

Pengaruh pariwisata terhadap masyarakat (kebudayaan) setempat, harus disadarai bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang secara internal terdeferensiasi, aktif, dan selalu berubah. Oleh karena itu pendekatan yang kiranya lebih realistis adalah dengan menganggap bahwa pariwisata adalah pengaruh luar yang kemudian terintegrasi dengan masyarakat, dimana masyarakat mengalami proses menjadikan pariwisata sebagai bagian dari kebudayaannya, atau apa yang disebut sebagai proses turistifikasi (touristification). Di samping itu perlu juga diingat bahwa konsekuensi yang dibawa oleh pariwisata bukan saja terbatas pada hubungan langsung host-guest. Pengaruh di luar interaksi langsung ini justru lebih penting, karena mampu menyebabkan restrukturisasi pada berbagai bentuk hubungan di dalam masyarakat. Dampak Periwisata terhadap Sosial Budaya

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan Pariwisata disuatu daerah terhadap Sosial Budaya sangat terasa apalagi daerah tersebut menerima pengaruh dengan cepat tanpa ada penyaringan yang ketat terhadap kedatangan wisatawan. Salah satu hal adalah dimana daerah yang dituju merupakan daerah yang lemah dalam bidang ekonomi, dengan sendirinya akan mengikuti Perkembangan dan merubah tatanan perekonomian sendiri salah satu contoh mengubah mata pencaharian semula yang mereka lakukan secara tradisional menjadi lebih modern.

Masalah tentang dampak Pariwisata terhadap sosial budaya selama ini lebih cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-budaya akibat kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum, yaitu: (Martin, 1998:171):

a. perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari sistem sosial-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang lebih lemah

b. perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous;

c. perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya, dimana identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industri dengan teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, a consumer-oriented economy, dan jet-age lifestyles.

Menurut pendapat diatas menyiratkan bahwa di dalam melihat dampak pariwisata terhadap sosial-budaya masyarakat setempat, pariwisata semata-mata dipandang sebagai faktor luar yang akan merubah secara pasti terhadap social budaya pada masyarakat local.

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat yang dituju, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Oleh karena pariwisata banyak dikatakan sebagai perubah yang luar biasa, mampu membuat masyarakat setempat mengalami perubahan dalam berbagai aspek.

Dalam perubahan yang diakibatkan oleh Pariwisata Secara teoritis, Cohen (1984) mengelompokkan dampak Pariwisata terhadap sosial budaya ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu:

a. dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya;

b. dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat;

c. dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial;

d. dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;

e. dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;

f. dampak terhadap pola pembagian kerja;

g. dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial;

h. dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;

i. dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial;

j. dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.

Dari pendapat Cohen tersebut diatas mengenai dampak pariwisata dapat disimpulkan, bahwa daerah tujuan wisata akan merasakan pengaruh yang luar biasa dari wisatawan yang datang yaitu dari mengenai unsur kebudayaan universal di daerah.

Sebagai mana yang di kemukan oleh C.Kluckhohn dalam Koentjaraningrat merumuskan 7 unsur Kebudayaan:

a. Sistem Bahasa

Bahasa yang digunakan pada daerah ini adalah Sunda dengan dialek yang sama dengan sunda lainnya, bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat baik berupa lisan maupun tulisan atau berbentuk simbol.b. Sistem mata Pencaharian

Untuk menunjang hidup sehari hari, setiap masyarakat pasti memiliki mata pencaharian utama yang berbeda ditiap daerah, sehingga terdapat suku bangsa memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan dengan dengan suku bangsa lain.

c. Sistem Teknologi

Teknologi atau peralatan hidup lain yang dimiliki oleh setiap masyarakat mungkin berbeda beda tergantung dimana masyarakat itu berada.

d. Sistem Organisasi Sosial

Suku bangsa yang merupakan kelompok mayarakat besar akan memiliki system kemasyarakatannya yang mungkin berbeda dengan suku bangsa lain: misalnya suku bangsa sunda dan jawa.

e. Sistem PengetahuanMasyarakat memilki pengetahuan yang digunakan dalam kehidupan sehari hari baik dalam bidang agriris maupun dalam bidang pengobatan.

f. Sistem Kesenian

Masyarakat atau suku bangsa memiliki persaan yang dituangkan kedalam bentuk benci, sedih, gembira, jengkel, bahagia dan sebagainya.perasaan timul dari setiap individu atau masyarakat dalat dilakukan de dalam bentuk seni atau perasaan dapat muncul karena seni.

g. Sistem Religi

Kepercayaan ditiap daerah itu berbeda merupakan warisan masa lampau dari perjalanan hidup masyarakat bersangkutan sebagai warisan budayanya. Keyakinan setempat yang diyakini masyarakatnya wajib dihormati oleh masyarakat lain, begitu pula dalam upacara ritual yang berhubungan dengan keyakinan.

Hakikat Perubahan Sosial Budaya

1. Perubahan Sosial

Perubahan Sosial Menurut Robert H.Lauer ( 2003:4) persefective on social adalah perubahan penting dari struktur social yaitu pola prilaku dan anteraksi social tercakup dalam ekspresi tentang norma, nilai, dan fenomena culture sebagai variasi baru atau modifikasi dalam setiap aspek proses social, pola social dan bentuk bentuk social. selanjutnya Davis (2000:42) menjelaskan perubahan social sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. yang dipertegas oleh Mac Iver bahwa sebagai perubahan dalam hubungan social yang mengarah pada kesinambungan dalam hubungan social. Barker ( 2006 ) menegaskan perubahan social sebagai perubahan multidimensi dan saling terkait mencakup ekonomi teknologi, politik, budaya dan identitas.Perubahan social budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur social dan pola budaya dalam suatu masyarakat.Perubahan social budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.

Perubahan social Budaya terjadi karena beberapa factor. Diantaranya adalah komunikasi, cara dan pola pikir masyarakat, factor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konplik atau revolusi, dan faktorn eksternal seperti bencan alam dan perubahan iklim, peperangan dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Ada pula beberapa factor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intesifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan iptek yang lambat; sifat masyarakat yang tradisional; ada kepentingan kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat ; prasangka negative terhadap hal hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan idiologi ; dan pengaruh adat istiadat.2. Globalisasi dan Budaya

Globalisasi suatu proses luluhnya batas batas bangsa seakan tanpa batas merasuk dan membuat unsur unsur budaya luar masuk atau merembes dengan mudah ke budaya suatu masyarakat dewasa ini. Dalam hal ini aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.

Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai niali nilai (value ) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal, atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan. Dimana hal hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek aspek kejiwaan atau psikologi. Dampak globalisasi terhadap masyarakat menurut Yunan dkk (1996:140)goncangan budaya yang ditimbulkan oleh masuknya budaya baru diterima oleh masyarakat yang lambat laun merubah budaya lama. Dari pendapat tersebut jelas bahwa dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi terhadap masyarakat sangat dominan sekali.

Faktor yang menyebabkan perubahan social diantaranya adalah globalisasi yang sedang menjalar ke pelosok daerah yang diakibatkan oleh factor factor berikut ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh Posman Simanjuntak,(2003:179):

a. meningkatnya perdangangan Internasional

b.kemajuan sistem komunikasi dan alat penghubung

c. kegiatan pariwisata

Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah proses Modernisasi yang tidak bisa dibendung, akibat dari modernisasi tersebut adalah terjadinya proses perubahan social dan budaya di tiap daerah yang melibatkan semua kondisi atau nilai nilai dan kebudayaan, maka dari itu kita harus menyadari dan memahami, bahwa manakala salah satu aspek atau unsur social atau kebudayaan mengalami perubahan, maka unsur unsur yang lainnya yang telah berubah terlebih dahulu. Karena itu mesti dipahami dan disadari bahwa system nilai yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan ada yang berkualifikasi norma dan nilai.

Orientasi perubahan

Yang dimaksud orientasi atau arah perubahan disini adalah meliputi beberapa orientasi, antara lain :

a. Perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan factor-factor atau unsur-unsur kehidupan social yang mesti ditinggalkan atau diubah.b. Perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru.

c. Suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur atau nilai yang telah ada pada masa yang lalu.

Dalam dinamika proses pembangunan akan mengarah kepada modernisasi yang berujung pada perubahan perubahan social. Proses pembangunan didaerah tradisional telah membawa perubahan dalam berbagai segi tata cara hidup masyarakat tradisional baik struktur, fungsi, sikap, dan tingkah laku. Perubahan perubahan tersebut ada yang sesuai dengan kebutuhan proses pembangunan daerah tradisional tetapi terdapat juga perubahan pada beberapa aspek kehidupan kemayarakatan yang justru bertentangan dengan prinsip dan tujuan pembangunan itu sendiri. Beberpa factor yang menyebabkan terjadinya proses perubahan social di masyarakat tradisional, adalah sebagai berikut :

a. Semakin lancarnya jalur jalur transportasi antara desa dengan kota

b. Kemajuan yang pesat dibaidang komunikasi

c. System perekonomian yang berdasarkan pada kemajuan dinamika pembangunan. Hal ini menunjukan bahwa betapa luasnya bidang bidang yang mungkin mengalami perubahan.Oleh karena itu perubahan pada masyarakat berarti juga perubahan pada kebudayaan, maka tidak mudah untuk mengemukakan batasannya secara ringkas dan terperinci karena bidang kajian cukup luas.Kendala yang cukup serius dalam hubungannya dengan proses perubahan perubahan masyarakat yang semakin cepat adalah ketertinggalan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi baru, sehingga upaya untuk dapat mengimbangi tuntutan kecepatan perubahan itu mengalami keterlambatan. Keterlambatan perubahan ini terjadi karena dalam proses perubahan masyarakat yang semakin cepat itu terdapat kumulasi benturan budaya dan kepentingan hidup. Di satu pihak masyarakat berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan dan mengembangkan kualitas kepentingan ekonomi yang semakin terbatas, dipihak lain harga barang dan jasa meningkat, serta menurunkan kepercayaan terhadap penguasa dan eksitensi hukum.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka sedikitnya perlu ada 4 upaya yaitu: pertama peningkatan lapangan kerja dan potensi perekonomian masyarakat; kedua, peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknis terhadap pelaku atau aparat pembangunan( agen of change ); ketiga peningkatan terhadap kualitas nilai nilai moral, agama, dan kesadaran hokum masyarakat dan plaku pembangunan; keempat mempertahankan dan meningkatkan wibawa dan kesadaran hokum pemerintahan dengan memberikan teladan perilaku yang baik dan benar sesuai dengan cita cita pembangunan nasional.

Disimpulkan bahwa perubahan bahwa perubahan masyarakat pada dasarnya merupakan perubahan pola perilaku kehidupan dari seluruh norma norma social yang lama menjadi pola perilaku dan seluruh norma norma sosial yang baru.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia melakukan berbagai usaha dengan menggunakan ilmu dan ketrempilan yang dimiliki bentuk usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup diantaranya adalah kegiatan pertanian, perikanan dan sebagainya.IV. KESIMPULAN

Jadi, melalui pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa dampak pariwisata terhadap sosial budaya dapat terjadi, dan biasanya tidak langsung berasa dampaknya, namun membutuhkan proses. Kami juga dapat menyimpulkan bahwa dampak yang dihasilkan ada dua, yaitu: Dampak Positif dan Dampak Negatif.

Dampak Positif Sosial-Budaya

1. Dengan diminatinya kesenian dan kerajinan oleh para wisatawan, membuat penduduk lokal bergairah untuk mendalami seni tari dan seni budaya sendiri secara lebih mendalam dan menggali potensi-potensi yang ada seperti terciptanya seni tari kreasi terbaru.

2. Meningkatnya taraf pendidikan dan kebersihan di tempat tujuan wisata.

3. Penduduk lokal akan berusaha menjaga keamanan, kenyamanan, kebersihan, keindahan lingkungannya.

4. Timbulnya kebanggaan dari penduduk lokal dengan mengetahui bahwa seni tari dan kebudayaannya di hormati dan di kagumi oleh orang luar.

5. Terbukanya wawasan penduduk lokal dan kesadaran bahwa mereka merupakan bagian dari masyarakat dunia.

6. Dengan adanya pariwisata, berarti adanya pertemuan dua budaya yang berbeda (cultural exchange) yang pada akhirnya membuat para wisatawan memahami budaya lokal, sehingga pada akhirnya tercipta pengertian dan penghormatan terhadap budaya selain dari budayanya para wisatawan itu sendiri.

7. Adanya pergaulan tingkat nasional dan internasional.

8. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan masyarakat

9. Hubungan antara host-guest semakin terjaga dengan baik.

Dampak Negatif

1. Pameran kekayaan ditengah-tengah kemiskinan bisa menimbulkan situasi eksplosif dengan adanya demonstration effect.2. Meningkatnya pelacuran, kejahatan dan perjudian.

3. Adanya perubahan budaya yang signifikan pada penduduk wilayah.

4. Terjadinya kegiatan bersenang-senang tanpa batas (hedonist)

5. Timbulnya prostitusi.

6. Gambling

7. Kriminalitas

8. Meniru gaya hidup konsumtif para wisatawan

9. Adanya komodifikasi tari-tarian sakral yang seharusnya hanya dipentaskan di tempat suci, tetapi dipertunjukkan dihadapan wisatawan.

10. Kerajinan tangan menjadi komoditi yang diperjual belikan dan dijual dengan massal, sehingga nila seni dan estetika kurang diperhatikan karena disesuaikan dengan tuntutan konsumen.

11. Penggunaan simbol agama, artefak, pada tempat-tempat yang tidak semestinya demi mendapatkan daya tarik tamu.

V. REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA

http://madebayu.blogspot.com/2012/02/dampak-sosial-pengembangan-pariwisata.html - 15/10/13 22:48http://purnamaalam71.blogspot.com/2011/07/dampak-pariwisata-terhadap-perubahan.html - 15/10/13 22:43

Skripsi Linda Agustiana, Analisis Efisiensi Obyek Wisata Di Kabupaten Wonosobo (Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2013)

http://sangikankecil.blogspot.com/2011/12/definisi-pariwisata-menurut-para-ahli.html - 15/10/13 23:00Widyatmaja, Ngurah. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Udayana University Press.Teori Dampak Sosial-Budaya Pariwisata| 16