teori belajar revolusi sosiokultural (tbp)
DESCRIPTION
teori belajar revolusi sosiokulturalTRANSCRIPT
TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL
OLEH KELOMPOK 7
Ayumitia Putri (3415133068)
Desy Adryana (3415133069)
Evi Novita Sari (3415133075)
Farrah Meuthia (3415133065)
Reduk Nilawarni
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku, bersifat relatif permanen dan prosesnya ditandai dengan adanya interaksi dengan
lingkungan sekitar pebelajar baik lingkungan alam maupun sosial budayanya. Berkaitan dengan
hasil dari belajar yang dialami ada teori belajar yang sering diterapkan dalam dunia pendidikan
yaitu teori belajar behavioristik walaupun ada juga yang telah mengaplikasikan berbagai teori
belajar yang ada. Bila hanya menggunakan paradigma behavioristik maka akan terbentuk
pebelajar yang hanya menjunjung tinggi kekerasan. Pengetahuan dari waktu ke waktu selalu
mengalami perkembangan, begitu dengan pendidikan. Manusia memperoleh pengetahuan dari
berbagai sumber antara lain pengalaman pribadi, pendapat ahli, tradisi, intuisi, penalaran dan
keyakinan benar salah. Dari penjelasan ini jelas pengetahuan merupakan segala sesuatu yang
ditangkap oleh manusia mengenai obyek sebagai hasil dari proses mengetahui baik melaui
indra maupun akal.
Perkembangan pengetahuan sejalan dengan perkembangan berbagai teori belajar,
karena pengetahuan salah satunya diperoleh dengan belajar, sehingga tidak mustahil
bermunculan teori-teori belajar antara lain teori belajar koneksionalisme, kondisioning,
behaviorisme dan laian-lain, yang masing-masing teori mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Mencermati berbagai teori-teori belajar dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Vygotsky
seorang psikolog berpandangan bahwa anak membangun sendiri pengetahuan dan
pemahamannya, dan tidak secara pasif menerima pengetahuan yang diberikan kepadanya
(Vygotsky dalam Mukminan; 35). Pendapat tersebut hampir sama dengan Pieget yang
menyatakan bahwa pembentukan pengetahuan itu terjadi melalui interaksi anak dengan obyek
fisik secara langsung dan anak melakukan sendiri. Kedua hal inilah yang kemudian mendasari
munculnya teori kontruktivisme.
Pentingnya Teori Belajar Revolusi Sosiokultural
Belajar merupakan suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial budayanya.Dalam proses belajar bila kita
hanya mengandalkan paradigma behavioristik maka kita akan mencetak orang-orang yang
mengagungkan kekerasan dan mengadalkan keseragaman, tapi tidak menghargai adanya
perbedaan. Hal ini terjadi karena siswa harus mempersiapkan diri memasuki era demokrasi
yang sebenarnya adalah era yang ditandai dengan keragaman perilaku, adanya penghargaan
terhadap saesuatu yang bebedasehingga perlu adanya perubahan dibidang pendidikan dan
pembelajaran dengan teori belajar sosiokultural.
A. PENDAPAT PARA AHLI
Ada 2 tokoh yang mendasari teori belajar revolusi sosiokultural:
1. Piaget
Teori belajar yang akan berkembang menjadi aliran konstruktivis personal. Menurut
Piagetian belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahiuan berasal dari
individu. Siswa berdiri terpisah dan berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu interaksi
antara siswa dengan tenman sebayanya dibanding dengan orang-orang yang lebih dewasa.
Lingkungan sosial dalam hal ini merupakan lingkungan sekunder, penentu utama terjadinya
belajar adalah individu yang bersangkutan. Pendapat ini merupakan pendapat yang kontra
produktif pada kegiatan pembelajaran jika dilihat darin perspektif revolusi sosiokultural saat
ini.
Menurut Piagieti penataan kondisi tidak menjadi penyebab belajar sesuai yang
diungkapkan oleh aliran behavirisme, tapi merupakan sekedar memudahkan belajar.
Keaktifan siswa penentukesuksesan belajar. Aktivitas mandiri jaminan untuk mencapai hasil
belajar yang optimal. Perkembangan kognitif merupakan proses genetik artinya prosesnya
didasarkan atas mekanisme biologi yang diikuti oleh proses adaptasi biologis dengan
lingkungannya dalam proses mencari keseimbangan atau ekuilibrasi yang membutuhkan
proses adaptasi. Ada 2 macam proses adaptasi yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
yaitu siswa mengintegrasikan pengetahuan baru dari luar ke dalam struktur kognitif yang
telah ada di dalam dirinya. Sedangkan akomodasi adalah sisw memodifikasi struktur kognitif
yang telah ada dengan pengetahuan baru yang diperolehnya.
2. Vygotsky
Menurut Vygotsky jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial budaya dan
sejarahnya artinya untuk menelusuri asal usul jalanpikiran seseorang dengan cara
menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang
digunakan) yang dilatari oleh sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental berasal
dari kehidupan sosial atau kelompoknya, bukan dari individu itu sendiri.
Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, ketrampilan
dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan
ketrampilanmelalui interakso sehari-hari baik lingkungan sekolah maupun keluarganya
secara aktif. Perolehan pengetahuan dan perkembangna kognitif sesuai dengan teori
sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat
primer dan demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori
belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan
kognitif seseorang disamping ditentukan olehindividu sendiri secara aktif, juga ditentukan
oleh lingkungan sosial yang aktif pula. Ada 4 konsep pensting dalam teori sosiogenesis
Vygotsky tentang perkembangan kognitif sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori
belajar dan pembelajaran yaitu genetic law of development, zona of proximal development
dan mediasi1. Implikasi teori cultural dalam pembelajaran
B. KONSEP TEORI SOSIO-KULTURAL
Ada 3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif
sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran yaitu genetic law
of development, zona of proximal development dan mediasi.
1. Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang
melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau
intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai
faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan
kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau
keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap
proses-proses sosial tersebut.
2. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam
dua tingkat:
a. Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri
(intramental).
b. Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan
orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten
(intermental).
Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona
perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-
kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses pematangan.
3. Mediasi
Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi
dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan
lambang, atau semiotika.
Ada dua jenis mediasi, yaitu:
a. Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk
melakukan self- regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self
checking, dan self evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam
komunikasi antar pribadi.
b. Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem. Mediasi
kognitif bisa berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah
(yang lebih terjamin kebenarannya).
C. IMPLIKASI TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL
1. Implikasi teori revolusi sosiokultural dalam proses pembelajaran karakteristiknya
sebagai berikut :
a. Belajar merupakan proses pembentukan makan.
b. Belajar bukanlah proses mengumpulkan informasi, melainkan proses
pengembangan pemahaman atau pemikiran dengan membuat pemahaman
baru.
c. Proses belajar terjadi pada saat terjadi ketidakseimbangan struktur kognitif pada
diri seseorang.
2. Implikasinya di dalam kelas:
a. Proses kontruksi pengetahuan berlangsung dalam diri individu.
b. Proses belajar harus diciptakan secara autentik dan alami dalam kontek sosio
cultural
c. Guru mendorong dan menerima otonomi serta inisiatif anak.
d. Guru dalam menyusun tugas mrnggunakan terminologi kognitif yang
merangsang dan mendorong proses berpikir tingkat tinggi.
e. Guru memberi kesempatan pada anak didik untuk memberi respon terhadap
proses pembelajaran ,untuk meningkatkan proses pembelajaran merubah
strategi dan isi pembelajaran.
f. Memberikan kegiatan yang menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan membantu
mereka untuk mengekspresikan ide-idenya dan mengkomunikasikannya pada
orang lain.
g. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung
jawab dalam melakukan kegiatan belajar.
h. Guru memahami proses pemahaman konsep anak terlebih dahulu sebelum
menyampaikan pemikiran konsep tersebut.
i. Guru mendorong terjadinya proses dialog baik dengan guru, sendiri maupun
sesame teman.
j. Guru mendorong untuk melakukan inquiri dengan mengajukan pertanyaan
terbuka, menantang, dan mendorong mereka untuk saling mengajukan
pertanyaan diantara teman.
k. Guru memahami elaborasi respon awal anak.
l. Guru memberikan anak pengalaman belajar yang mendorong munculnya
kontradiksi pemikiran dan mendorongya untuk melakukan diskusi.
m. Guru memberikan kesempatan atau waktu pada anak untuk berpikir setelah
diberi pertanyaan.
n. Guru memberi waktu pada anak untuk membangun keterkaitan atau hubungan
dan mencipta metaphor.
o. Guru memelihara keingintahuan yang alami dari anak melalui penggunaan
learning cycle model .
p. Memonitor dan mengevaluasi proses berpikir siswa, dan memberikan umpan
balik sehingga proses pembentukan makna berjalan secara sistematik.
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SOSIO-KULTURAL
Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan:
1. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
2. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya
daripada tingkat perkembangan aktualnya;
3. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;
4. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang
telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-
tugas atau pemecahan masalah;
5. Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan
kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara
bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Kelemahan dari teori sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-
proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai
sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara
langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.