teori belajar pavlov, watson, skinner

Upload: frilisa-dliyaul-haya

Post on 10-Jan-2016

71 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

TEORI BELAJAR MENURUT PAVLOV, WATSON, DAN SKINNER

makalahdisajikan sebagai salah satu syaratuntuk memenuhi tugas mata kuliah Teori teori PembelajaranProgram Studi Pendidikan Fisika, S2

olehBhekti Kumorowati (0403515003)Frilisa Dliyaul Haya (0403515007)

PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2015

TEORI BELAJARIVAN PETROVICH PAVLOVDilahirkan di Rjasan pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936. Ia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Berkat eksperimennya, pada tahun 1904 Ivan Pavlov memenangkan hadiah Nobel di bidang psikologi dan kedokteran atas karyanya mengenai pencernaan anjing.Eksperimen Pavlov Gambar 1. Rancangan Eksperimen Pavlov

Gambar 2. Proses Eksperimen PavlovPenjelasan GambarDalam eksperimennya, selang dihubungkan dengan kelenjar ludah anjing untuk mengukur banyaknya air ludah yang dikeluarkan anjing. Dalam penelitian tersebut ia melihat bahwa subyek penelitiannya (seekor anjing) akan mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Pada eksperimennya, Pavlov memasang sebuah selang pada kelenjar liur seekor anjing untuk mengukur jumlah produksi air liur anjing tersebut. Ia membunyikan sebuah bel dan setelah beberapa detik kemudian memberikan makanan kepada anjing tersebut.Pemasangan stimulus antara membunyikan sebuah bel dan memberikan makanan kepada anjing tersebut dilakukan berulang kali. Pada awalnya, anjing tersebut akan mengeluarkan air liur ketika makanan telah dimunculkan.Tidak lama kemudian, anjing tersebut mengeluarkan air liur ketika mendengar suara bel. Bahkan pada eksperimennya, ketika Pavlov menghentikan pemberian makanan, anjing tersebut masih mengeluarkan air liur setelah mendengar suara bel. Tanggapan Pavlov berdasarkan hasil eksperimenIa melihat bahwa anjing tersebut tidak hanya merespon berdasarkan kebutuhan biologis (rasa lapar), tetapi juga sebagai hasil dari proses belajar yang kemudian disebut sebagai pengondisian klasik. Dalam ilmu psikologi, pengondisian klasik digunakan sebagai terapi untuk mengubah perilaku individu. Dalam kasus di atas, anjing tersebut telah mengalami pengondisian klasik dalam mengeluarkan air liur setelah mendengar suara bel.Bentuk Respon Pengondisian Klasik1. Refleks BaruMenurut Pavlov, refleks mengeluarkan air liur pada anjing tersebut terdiri dari sebuah stimulus tidak terkondisi (unconditioned stimulus) berupa makanan, dan sebuah respon yang tidak terkondisi (unconditioned response) yakni produksi air liur.Stimulus tidak terkondisi adalah sebuah kejadian atau suatu hal yang menghasilkan sebuah respon secara otomatis atau menghasilkan refleks yang alami. Sedangkan respon tidak terkondisi adalah respon yang dihasilkan secara otomatis.Menurut Pavlov, proses pengondisian klasik terjadi ketika sebuah stimulus netral (stimulus yang tidak atau belum menghasilkan sebuah respon tertentu) dipasangkan secara teratur dengan sebuah stimulus tidak terkondisi selama beberapa kali.Stimulus netral ini kemudian akan berubah menjadi stimulus yang terkondisi (conditioned stimulus) yang menghasilkan sebuah proses pembelajaran atau respon terkondisi (conditioned response), serupa dengan respon alamiah.2. Generalisasi dan DiskriminasiBagaimana jika stimulusnya mirip dengan stimulus tak terkondisi?Pavlov mencatat bahwa respon terkondisi juga akan muncul sebagai respon terhadap stimulus yang mirip dengan stimulus terkondisi. Hal ini mengindikasikan terjadinya generalisasi stimulus (stimulus generalization) pada semua stimulus yang mirip. Generalisasi stimulus adalah kemampuan individu untuk bereaksi terhadap stimulus baru yang mirip dengan stimulus yang telah dikenalinya.Contohnya adalah seorang anak kecil bernama Albert yang sudah terkondisi untuk merasa takut terhadap tikus berwarna putih, kemungkinan juga ia akan mengembangkan ketakutan terhadap benda lain yang berbulu dan berwarna putih. Akan tetapi respons terkondisi tidak akan muncul untuk semua stimulus yang mirip, menunjukkan bahwa individu juga dapat belajar untuk membedakan stimulus yang berbeda.Hal ini disebut sebagai diskriminasi stimulus (stimulus discrimination). Diskriminasi stimulus adalah kecenderungan untuk merespon dengan cara yang berbeda pada dua atau lebih stimulus yang serupa.Sebagai contoh anjing bernama Milo telah dikondisikan untuk mengeluarkan air liur pada nada C suara piano dan dipasangkan dengan makanan.Ketika memainkan nada C pada suara gitar tanpa diikuti oleh makanan maka hasilnya adalah Milo akan belajar untuk menghasilkan air liur pada nada C di piano dan tidak pada nada yang sama ketika memainkan pada suara gitar.Dalam hal ini Milo dapat membedakan atau melakukan diskriminasi terhadap kedua suara tersebut. 3. ExtinctionExtinction (pemadaman) adalah proses melemahnya respon terkondisi yang telah dipelajari dan pada akhirnya menghilang. Kondisi ini terjadi ketika stimulus terkondisi tidak lagi dipasangkan dengan stimulus tidak terkondisi. Misalnya korban pemerkosaan yang mempunyai kepribadian penakut ketika pergi ke suatu pesta dapat mengalami perubahan kepribadian yang signifikan jika ia mau mencoba untuk berulang kali menghadapi ketakutannya dengan ditemani oleh teman yang mendukungnya.4. CounterconditioningCounterconditioning merupakan prosedur dalam pengondisian klasik untuk melemahkan sebuah respon terkondisi dengan mengasosiasikan stimulus penyebab ketakutan dengan respon baru yang tidak sesuai dengan ketakutan. Seorang peneliti bernama Mary Cover Jones mampu menghilangkan ketakutan seorang anak berusia 3 tahun bernama Peter. Peter memiliki banyak ketakutan terhadap tikus putih, mantel berbulu, katak, ikan dan mainan mekanik.Untuk menghilangkan ketakutannya, Jones membawa seekor kelinci ke hadapan Peter, namun tetap menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dan membuat Peter kesal. Di saat yang sama ketika kelinci dibawa ke hadapan Peter, Peter diberikan biskuit dan susu. Selama beberapa hari berturut-turut, kelinci dibawa semakin dekat kepada Peter selama Peter makan biskuit dan minum susu. Akhirnya, Peter sampai pada suatu titik ia memakan makanannya dengan satu tangan, dan memberi makan kelinci dengan tangannya yang lain.Perasaan senang yang dihasilkan oleh biskuit dan susu tidak sesuai dengan rasa yang takut dihasilkan oleh kelinci, sehingga akhirnya rasa takut Peter hilang melalui counterconditioning. TEORI BELAJARJOHN BROADES WATSONJohn Broades Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan wafat di New York City pada tanggal 25 September 1958. Ia mempelajari ilmu filsafat di University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903 dengan disertasi berjudul Animal Education. Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan penyelidikan tentang psikologi binatang.Pada tahun 1908 ia menjadi profesor dalam psikologi eksperimenal dan psikologi komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus menjadi direktur laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia meninggalkan universitas dan bekerja dalam bidang psikologi konsumen.Dasar Pemikiran Stimulus Respon (S-R) dari WatsonPada tahun 1919, pakar psikologi berkebangsaan AS, J.B. Watson dalam bukunya Psychology from the Standpoint of a Behaviorist mengkritisi metode introspektif dalam pakar psikologi yaitu metode yang hanya memusatkan perhatian pada perilaku yang ada atau berasal dari nilai - nilai dalam diri pakar psikologi itu sendiri. Watson berprinsip hanya menggunakan eksperimen sebagai metode untuk mempelajari kesadaran. Watson mempelajari penyesuaian organisme terhadap lingkungannya, khususnya stimuli khusus yang menyebabkan organisme tersebut memberikan respons. Pendekatan Watson lebih menekankan pada peran stimuli dalam menghasilkan respons karena pengkondisian, mengasimilasikan sebagian besar atau seluruh fungsi dari refleks. Karena itulah, Watson dijuluki sebagai pakar psikologi S R (stimulus-response).Eksperimen WatsonPada dasarnya Watson melanjutkan penelitian Pavlov. Dalam percobaannya, Watson ingin menerapkan classical conditioning pada reaksi emosional. Hal ini didasari atas keyakinannya bahwa personalitas seseorang berkembang melalui pengkondisian berbagai refleks. Dalam suatu percobaan yang kontroversial di tahun 1921, Watson dan asisten risetnya Rosalie Rayner melakukan eksperimen terhadap seorang balita bernama Albert. Pada awal eksperimen, balita tersebut tidak takut terhadap tikus. Ketika balita memegang tikus, Watson mengeluarkan suara dengan tiba-tiba dan keras. Balita menjadi takut dengan suara yang tiba-tiba dan keras sekaligus takut terhadap tikus. Akhirnya, tanpa ada suara keras sekalipun, balita menjadi takut terhadap tikus.Bentuk Respon Pengondisian KlasikMeskipun eksperimen Watson dan rekannya secara etika dipertanyakan, hasilnya menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa manusia dapat belajar takut terhadap stimuli yang sesungguhnya tidak menakutkan. Namun ketika stimuli tersebut berasosiasi dengan pengalaman yang tidak menyenangkan, ternyata menjadi menakutkan. Eksperimen tersebut juga menunjukkan bahwa classical conditioning mengakibatkan beberapa kasus fobia (rasa takut), yaitu ketakutan yang yang tidak rasional dan berlebihan terhadap objek-objek tertentu atau situasi-situasi tertentu.Pakar psikologi sekarang dapat memahami bahwa classical conditioning dapat menjelaskan beberapa respons emosional, seperti kebahagiaan, kesukaan, kemarahan, dan kecemasan, yaitu karena orang tersebut mengalami stimuli khusus. Sebagai contoh, seorang anak yang memiliki pengalaman menyenangkan dengan roller coaster kemungkinan belajar merasakan kesenangan justru karena melihat bentuk roller coaster tersebut. Bagi seorang dewasa yang menemukan sepucuk surat dari teman dekat di dalam kotak surat, hanya dengan melihat alamat pengirim yang tertera di sampul surat kemungkinan menimbulkan perasaan senang dan hangatnya persahabatan.Pakar psikologi menggunakan prosedur classical conditioning untuk merawat fobia (rasa takut) dan perilaku yang tidak diinginkan lainnya seperti kecanduan alkohol dan psikotropika. Untuk merawat fobia terhadap objek-objek tertentu, pakar psikologi melakukan terapi dengan menghadirkan objek yang ditakuti oleh penderita secara berangsur-angsur dan berulang-ulang ketika penderita dalam suasana santai. Melalui fase eliminasi (eliminasi stimulus kondisi), penderita akan kehilangan rasa takutnya terhadap objek tersebut. Dalam memberikan perawatan untuk pecandu alkohol, penderita meminum minuman beralkohol dan kemudian menenggak minuman keras tersebut sehingga menyebabkan rasa sakit di lambung. Akhirnya ia merasakan sakit lambung begitu melihat atau mencium bau alkohol dan berhenti meminumnya. Keefektivan dari terapi seperti ini sangat bervariasi bergantung individunya dan problematika yang dihadapinya.TEORI BELAJARBURRHUS FREDERIC SKINNERBurrhus Frederic Skinner lahir pada tahun 1904 dan tumbuh di sebuah kota kecil di Susquehanna, Pennsylvania. Setelah lulus dari sekolah menengah atas, dia pergi ke Hamilton College di New York. Disana dia meresa seperti salah tempat, namun akhirnya dia berhasil juga lulus dengan menyelesaikan tugas akhir di bidang sastra Inggris. Karena ketertarikannya kepada tingkah laku manusia dan hewan, maka dia pun menyandang gelar kesarjanaan psikologi di Harvard, tempat dimana dia memulai riset dan merumuskan ide-idenya tentang pembelajaran. Skinner mengajar di University of Minnesota (1936-1945), Indiana University (1945-1947), dan Harvard University (1947 sampai meninggal di tahun 1990).Karya tulis terakhirnya berjudul about behaviorism diterbitkan pada tahun 1974. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. Dia adalah tokoh beraliran Behavioristik dengan teorinya yang banyak dimanfaatkan untuk modifikasi perilaku. Teorinya yang terkenal adalah belajar dengan operant conditioningDasar Pemikiran Operant ConditioningOperant conditioning menekankan pembentukan perilaku sebagai dampak dari efek yang ditimbulkannya. Jika efek tersebut berdampak pada penguatan hubungan stimulus dan respons-nya, maka perilaku tersebut akan cenderung diulang. Contoh, jika makan dapat meredakan rasa lapar dan menuju kepada kenyamanan rasa kenyang, maka makan akan menjadi pilihan perilaku ketika perut merasakan lapar. Karena itulah, rumus pembentukan perilaku menurut Skinner adalah S > R >R (Reinf). S adalah Stimulus, R adalah Respon, R (Reinf) adalah Respon yang diperkuat.Skinner tidak percaya bahwa pembentukan perilaku sesederhana S > R. Sebuah stimulus pasti direspon oleh R yang tetap. R di sini adalah respon pokok dari sebuah stimulus. Sebuah stimulus akan selalu direspon dengan cara yang tepat sama. Ada faktor yang memperkuat dan melemahkan perilaku. Karena itulah, perilaku yang dipelajari (hasil belajar) sebenarnya adalah perilaku yang diperkuat (R-Reinf).

Eksperimen Skinner

Gambar 3. Rancangan Eksperimen Skinner

Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang disebut dengan Skinner Box. Kotak Skinner ini berisi dua macam komponen pokok, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement (penguatan) antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit (lever).Skinner membuat mesin untuk percobaanya dalam Operant Conditioning yang dinamakan dengan"Skinner Box" dan tikus yang merupakan subjek yang sering digunakandalam percobaanya. Dalam percobaannya tersebut yang dilakukan oleh Skinner dalam Laboratorium, seekor tikus yang lapar diletakkan dalam Skinner Box, kemudian binatang tersebut akan akan menekan sebuah tuas yang akan membukakan dulang makanan, sehingga diperolehpenguatan dalam bentuk makanan. Di dalam setiap keadaan, seekor binatang akan memperlihatkan bentuk perilaku tertentu; tikus tadi misalnya, akan memperlihatkan perilaku menyelidik pada saat pertama kali masuk ke dalam Box, yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat-lihat kesekelilingnya. Secara kebetulan, dalam perilaku menyelidik tersebut tikus menyentuh tuas makanan dan makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus melakukan hal ini akan mendapatkan makanan. Penekanan tuas diperkuat dengan penyajian makanan tersebut, sehingga tikus tersebut akan menghubungkan perilaku tertentu dengan penerimaan imbalan berupa makanan tadi. Jadi, tikus tersebut akan belajar bahwa setiap kali menekan tuas dia akan mendapatkan makanan dan tikus tersebut akan sering kali mengulangi perilakunya, sampai ada proses pemadaman atau penghilangan dengan menghilangkan penguatannya.Teori Operant Conditioning dari SkinnerSkinner membedakan perilaku atas :1. Perilaku alami (innate behavior), disebut sebagai clasical atau respondent behavior, yaitu perilaku yang bersifat refleksif yang diharapkan timbul oleh stimulus yang jelas ataupun spesifik2. Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, namun semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri setelah mendapatkan penguatan.Skinner yakin jika kebanyakan perilaku manusia dipelajari lewat Operant Conditioning atau pengkondisian operan yang kuncinya adalah penguatan segera terhadap respons. Operant Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.Dalam eksperimen Skinner tersebut terdapat istilah Penguatan atau dapat disebut sebagai reinforcement yaitu, setiap kejadian yang meningkatkan ataupun mempertahankan kemungkinan adanya respon terhadap kemungkinan respon yang diinginkan. Biasanya yang berupa penguat adalah sesuatu yang dapat menguatkan dorongan dasar (basicdriver, seperti makanan yang dapat memuaskan rasa lapar atau air yang dapat memuaskan rasa haus) namun tidak harus selalu demikian.Pada manusia, penguatan sering salah sasaran sehingga pembelajaran menjadi tidak effisien. Masalah lain dengan pengkondisian manusia adalah penentuan manakah konsekuansi-konsekuensi yang menguatkan dan manakah yang melemahkan. Karena bergantung pada sejarah individu, penguatan dan disiplin terkadang dapat menjadi penguatan sedangkan ciuman dan pujian dapat menjadi hukuman.Bentuk Respon Operant Conditioning1. Refleks BaruDalam penguatan tersebut dibedakan antara pengutan positif dan negatif.a. Penguatan positif adalah stimulus yang apabila diberikan sesudah terjadinya respon dapat meningkatkan kemungkinan respon tersebut.

-> Respon 1 /S (Rangsang) ---> Respon 2 --> Penguatan \ -> Respon 3Menjadi :

S(Rangsang) --> Respon 2 berulang-ulang

b. Penguatan negatif adalah stimulus yang dihapuskan sesudah responnya timbul, meningkatkan kemungkinan adanya respon. Misalnya shock elektrik dan bunyi yang menyakitkan digolongkan sebagai penguat negatif dan sebagai penguat negatif jika penguat itu dapat ditiadakan ketika timbul respon yang diinginkan. -> Respon 1 --> Shock elektrik /S (Rangsang) --> Respon2 \ -> Respon3 --> Shock elektrikMenjadi :

S (Rangsang) --> Respon2

Adapun Jenis-Jenis Penguat Skinner dikategorikan, sbb; a. Penguat utama (Primary reinforcers) adalah penguat yang mempengaruhi perilaku tanpa perlu belajar, seperti: makanan, minuman, seks. Ini disebut penguat alami.b. Penguat sekunder (Secondar reinforcers). Adalah penguat yang membutuhkan tenaga penguat karena sudah diasosiasikan dengan penguat utama, seperti memuji seseorang.Skinner mengidentifikasi dua macam penguatan yaitu penguatan berjangka (Interval reinforcement ) dan penguatan berbanding ( ratio reinforcement).a. Interval reinforcement adalah penguatan yang dijadwalkan atau yang muncul pada interval waktu yang telah ditentukan. Contoh: seseorang memutuskan untuk memberikan permen hanya jika orang tersebut tetap diam selama lima menit. Setelah itu baru diberikan permen, tidak ada penguatan tambahan yang diberikan sampai berlalu lima menit berikutnya.b. Ratio reinforcement adalah penguatan yang muncul setelah sejumlah respon tertentu. Contoh: seseorang akan memberikan permen pada seorang anak apabila anak tersebut menampilkan perilaku patuh, setelah anak tersebut patuh kemudian diberikan permen tersebut dan terus seperti itu sehingga anak tersebut benar-benar patuh.

Penjadwalan tersebut terbagi lagi menjadi 4 jenis penguatan jadwal, yakni :a. Rasio tetap (Fixed ratio)Penguatan tergantung pada sejumlah respon yang terbatas. Artinya, mengatur pemberian reinforcement sesudah respon yang dikehendaki muncul yang kesekian kalinya. Misalnya, Pekerja diberikan bonus apabila mampu menghasilkan produk sesuai target dengan kualitas produk yang sesuai dengan standar (mampu mengikuti prosedur).Tujuan: membentuk perilaku bekerja yang efektif dan dengan tetap memperhatikan kualitas.Reinforcement: bonusb. Rasio yang dapat berubah (variable ratio)Sejumlah respon yang dibutuhkan untuk penguatan yang berbeda-berbeda dari satu penguatan ke penguatan berikutnya. Misalnya, Pemberian bonus pada pekerja dilakukan secara acak yakni pada periode tertentu pekerja diberikan bonus apabila mampu memberikan performa kerja yang ramah dan menghasilkan produk berjumlah 1000 unit, namun pada periode yang lain pekerja diberikan bonus apabila telah mampu menghasilkan produk 2000 unit, dan pada waktu yang lain pekerja mendapatkan bonus saat mampu menghasilkan produk 2500 unitTujuan: membentuk perilaku bekerja dengan tidak selalu bergantung kepada bonus karena bonus akan diberikan sewaktu-waktu sehingga pekerja cenderung akan menampilakan performa kerjanya yang paling maksimalReinforcement: bonusc. Interval tetap (fixed interval)Suatu respon menghasilkan penguatan setelah jangka waktu tertentu (khusus). Misalnya, Ujian tengah semester diberikan pada pertengahan semester (waktu telah ditentukan). Mahasiswa akan belajar lebih sungguh-sungguh saat menjelang ujian agar mendapat nilai yang baik.Tujuan: membentuk perilaku belajarReinforcement: nilai yang baik (A)d. Interval yang dapat berubah (variable interval)Penguatan tergantung pada waktu dan suatu respon, tetapi waktu antara penguatan berbeda-beda. Artinya, reinforcement diberikan dalam waktu yang tidak menentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikkan sama dengan pengaturan tetap. Misalnya, dosen yang memberikan kuis tiba-tiba dalam perkuliahan sehingga mahasiswa diharapkan selalu belajar agar apabila diadakan kuis mendadak mereka akan siap dan dapat meraih nilai yang baikTujuan, membentuk perilaku belajar mahasiswaReinforcement, nilai yang baik (A)

2. Extinction (pemadaman)Meskipun sudah dipelajari, respons masih dapat padam karena empat alasan berikut : a. Respons bisa dilupakkan dalam beberapa waktub. Respons dapat hilang jika ada campur tangan dari proes pembelajaran lain sebelum atau sesudahnyac. Respon dapat hilang akibat penghukumand. Kecenderungan respon yang sudah diperoleh sebelumnyauntuk menjadi progresif dan melemahkan respon sesudahnya yang sudah tidak lagimendapatkan penguatanPrinsip dari extinction dalam pengkondisian operan adalah penahanan pemberian reinforcement atau penghentian pemberian reinforcement, artinya bila respon yang diinginkanterjadi, maka respon tersebut tidak diikuti dengan pemberian reinforcement. Pada percobaan Skinner diatas, penekanan tuas tidak lagi diikuti dengan munculnya makanan, maka secara bertahap perilaku menekan tuas pada tikus akan hilang3. Generalisasi StimulusDemikian juga halnya dengan Pengkondisian Operan. Bila stimulus atau event yang mengawali suatu respon itu mirip, maka perilaku (respon) yang sama cenderung untuk muncul. Contohnya dapat kita lihat dalam penelitian Skinner terhadap seekor burung merpati dalam kotak. Dalam kotak tersebut ada "kunci" yangdapat diterangi oleh lampu. Saat lampu dinyalakan (dan menerangi"kunci") burung mematuk "kunci" tersebut, maka makanan akanmengalir dari lubang di bawah kunci. Untuk kepentingan penelitian generalisasi stimulus, lampu yang menerangi "kunci" diubah-ubah intensitasnya.Besar kecilnya peningkatan tergantung dari kedekatan atau kemiripan stimulus atau situasi yang menimbulkan respon.4. Stimulus DiskriminasiDiskriminasi stimulus bertujuan agar subjek dapat melakukan perbedaan terhadap stimulus atausituasi yang dihadirkan agar subjek hanya melakukan respon terhadap stimulusatau situasi yang sesuai. Dalam pengkondisian operan, diskriminasi stimulus dilakukan dengan pemberian reinforcement terhadap respon yang diinginkan dalam suatu situasi atau stimulus yang sesuai dan tidak memberikan reinforcement bila respon tersebut muncul dalamsituasi yang tidak sesuai. Contohnya pada percobaan burung merpati tadi. Makanan sebagai reinforcer hanya diberikan bila yang menyala lampu hijau. Sedangkan bila yang menyala lampu merah, reinforcer tidak diberikan. Pemasangan lampu merah dan hijau ini dilakukan secara berturut-turut, hijau-merah-hijau-merah, dst, atau makanan-tidakada-makanan-tidak ada, dst. Oleh karena itu teknik ini disebut dengan prosesdikriminasi "go-no-go".5. PunishmentPunishment adalah penggunaan punisher untuk menekan atau menghentikan suatu respon agar tidak muncul kembali. Punisher adalah stimulus atau kejadian dimana jika diberikan pada suatu respon akan menurunkan kemungkinan respon tersebut akan muncul kembali.Positive Punishment (juga disebut "Hukuman dengan rangsangan tidak terduga") muncul ketika suatu perilaku (respon) diikuti oleh suatu rangsangan tidak menyenangkan, seperti memperkenalkan setruman atau suara keras, menghasilkan perilaku yang tidak diinginkan berkurang atau seseorang dipukul karena salah. Negative Punishment (juga disebut "Hukuman dengan pengambilan tidakterduga" muncul ketika suatu perilaku (respon) diikuti dengan membuang rangsangan yang menyenangkan, seperti mengambil mainan anak-anak bersama perilaku yang tidak diinginkan, menghasilkan perilaku yang tidak diinginkan berkurang, pemotongan uang jajan.