teori asam

22
Teori Asam Pengertian Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H + ) kepada zat lain (yang disebut basa ), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam . Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka ) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam, terutama asam pekat, dapat berbahaya dan tidak dianjurkan. Berbagai definisi asam Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia , istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis. Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H 3 O + ) ketika dilarutkan

Upload: van-ankghea-jr

Post on 23-Jun-2015

1.040 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Asam

Teori AsamPengertian

Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum

merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan

larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah

suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut

basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu

asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk

membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam

cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Asam

umumnya berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam,

terutama asam pekat, dapat berbahaya dan tidak dianjurkan.

Berbagai definisi asam

Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal

yang sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur

(bahasa Belanda), atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah

berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam memiliki arti

yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam

kimia, yaitu definisi Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis.

Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan

konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang

pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan

basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air. Menurut Svante Arrhenius :

asam adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion [H+]. Asam

merupakan senyawa yang dapat menghasilkan ion Hidrogen [H+], larutan

asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif.

Page 2: Teori Asam

Teori Dasar

Svante August Arrhenius pada tahun 1887 menyatakan bahwa : “ Molekul-

molekul elektrolit selalu menghasilkan ion-ion negatif dan positif jika

dilarutkan dalam air “

Selanjutnya pada tahun 1900 Svante Arrhenius mengemukakan teori yang

dikenal samapi sekarang yaitu Teori Asam Basa Arrhenius. “ asam

merupakan suatu senyawa yagn dapat menghasilkan ion Hidrogen [H+] bila

dilarutkan dalam air dan Basa merupakan suatu senyawa yang dapat

memberikan ion Hidroksida (OH) bila dilarutkan dalam air.

Asam

1. Asam Nitrat dalam air

HNO3 H+ + NO3

2. Asam Klorida dalam air

HCl H+ + Cl-

Setiap molekul HNO3 dan HCl hanya dapat menghasilkan 1 ion H+ disebut

Valensi Asam. Asam semacam ini disebut juga asam monoprotik.

Asam yang setiap molekul cairnya menghasilkan 2 ion H+ disebut asam

diprotik.

Asam yang setiap molekul cairnya menghasilkan 3 ion H+ disebut asam

triprotik.

Asam diprotik dan asam triprotik dikelompokkan kedalam asam poliprotik.

Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada

basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa

Page 3: Teori Asam

konjugat. Brønsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini,

yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi

Arrhenius).

Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari

basa. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup

asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan,

seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori

orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan

elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi

yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari

asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan.

Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi

Brønsted-Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam

definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion

hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah

memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa

konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan

yang lebih tinggi.

Sistem asam/basa; tak ada perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi asam-

basa.

Sifat-sifat

Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:

1. Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air.

2. Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila

asamnya asam kuat.

Page 4: Teori Asam

3. Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu

korosif terhadap logam.

4. Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan

elektrolit.

Sifat kimia

Dalam air, reaksi kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam (HA) dan

air, yang berperan sebagai basa,

HA + H2O ↔ A- + H3O+

Tetapan asam adalah tetapan kesetimbangan untuk reaksi HA dengan air:

Asam kuat mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi

berada jauh di kanan, terdapat banyak H3O+; hampir seluruh asam terurai).

Misalnya, nilai Ka untuk asam klorida (HCl) adalah 107.

Asam lemah mempunyai nilai Ka yang kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak

HA dan A- terdapat bersama-sama dalam larutan; sejumlah kecil H3O+ ada

dalam larutan; asam hanya terurai sebagian). Misalnya, nilai Ka untuk asam

asetat adalah 1,8 × 10-5.

Asam kuat mencakup asam halida - HCl, HBr, dan HI. (Tetapi, asam fluorida,

HF, relatif lemah.) Asam-asam okso, yang umumnya mengandung atom

pusat ber-bilangan oksidasi tinggi yang dikelilingi oksigen, juga cukup kuat;

mencakup HNO3, H2SO4, dan HClO4. Kebanyakan asam organik merupakan

asam lemah.

Page 5: Teori Asam

Larutan asam lemah dan garam dari basa konjugatnya membentuk larutan

penyangga.

Contoh Asam

RUMU

S

ASAM

NAMA

ASAM

REAKSI

IONISASI

Keterang

an

Valens

i

Asam

HF Asam Flurida HF H+ + F- Monoprotik

HCl Asam Clorida HCl H+ + Cl- Monoprotik 1

HBr Asam Bromida HBr H+ + Br Monoprotik 1

HI Asam Iodida HI H+ + I- Monoprotik 1

HCN Asam Sianida HCN H+ + CN-

Monoprotik 1

H2S Asam Sulfida H2S H+ + S2+

Diprotik 2

HNO3 Asam Nitrat HNO3 H+ + NO3

Monoprotik 1

H2SO4 Asam Sulfat H2SO4 H+ + SO4

2+ Diprotik 2

H3PO3 Asam Pospit H2PO3 H+ + PO3

3-Triprotik 3

H3PO4 Asam Pospat H2PO4 H+ + PO4

3-Triprotik 3

H2CO3 Asam Karbonat H2CO2 H+ + CO3

2-Diprotik 2

H2C2O4 Asam Oksalat H2C2O

4

H+ + C2O4

- 2

Sejarah

Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis, termasuk Antoine Lavoisier,

secara keliru berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen.

Lavoisier mendefinisikan asam sebagai zat mengandung oksigen karena

pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam okso dan

karena ia tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asam-asam halida,

HCl, HBr, dan HI. Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari kata bahasa

Yunani yang berarti "pembentuk asam". Setelah unsur klorin, bromin, dan

iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam-asam halida

Page 6: Teori Asam

ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier

tersebut harus ditinggalkan.

Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy, berkeyakinan

bahwa semua asam mengandung hidrogen. Kimiawan Swedia Svante

Arrhenius lalu menggunakan landasan ini untuk mengembangkan definisinya

tentang asam. Ia mengemukakan teorinya pada tahun 1884.

Pada tahun 1923, Johannes Nicolaus Bronsted dari Denmark dan Martin

Lowry dari Inggris masing-masing mengemukakan definisi protonik asam-

basa yang kemudian dikenal dengan nama kedua ilmuwan ini. Definisi yang

lebih umum diajukan oleh Lewis pada tahun yang sama, menjelaskan reaksi

asam-basa sebagai proses transfer pasangan elektron.

Asam AsetatPengertian

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam

organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam

makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali

ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat

Page 7: Teori Asam

murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna,

dan memiliki titik beku 16.7°C.

Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,

setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah

asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan

CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri

yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti

polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai

macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan

sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga

sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan

asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun

diperoleh dari hasil

daur ulang, sisanya

diperoleh dari

industri petrokimia

maupun dari

sumber hayati.

Penamaan

Asam asetat

merupakan nama

trivial atau nama

dagang dari

senyawa ini, dan

merupakan nama

yang paling

dianjurkan oleh

IUPAC. Nama ini

berasal dari kata

Asam asetat

Informasi

Nama sistematisAsam etanoatAsam asetat

Nama alternatif

Asam metanakarboksilatAsetil hidroksida (AcOH)Hidrogen asetat (HAc)Asam cuka

Rumus molekul CH3COOH

Massa molar 60.05 g/mol

Densitas dan fase1.049 g cm−3, cairan1.266 g cm−3, padatan

Titik lebur16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)[1]

Titik didih118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)[1]

Penampilan Cairan tak berwarna atau kristal

Keasaman (pKa) 4.76 pada 25°C

Page 8: Teori Asam

Latin acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah

asam etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk

pada asam asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena asam

asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16.7°C, sedikit di bawah

suhu ruang.

Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi

bagi asam asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil,

CH3−C(=O)−.

Pada konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc, meskipun

banyak yang menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga tidak boleh

disalahartikan dengan lambang unsur Aktinium (Ac).

Sejarah

Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Cuka dihasilkan oleh berbagai

bakteria penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping

dari pembuatan bir atau anggur.

Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak

lama. Pada abat ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos

menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk

berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris,

yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung

tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan sapa, sebuah sirup yang

amat manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa

mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang disebut juga gula timbal

dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan dengan

timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.

Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir ibn Hayyan menghasilkan asam asetat

pekat dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial

Page 9: Teori Asam

dihasilkan dari distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia

Jerman Andreas Libavius menjelaskan prosedur tersebut, dan

membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan terhadap cuka.

Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan

larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia yang

mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda.

Ahli kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini

sebenarnya sama.

Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari

zat anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah

klorinasi karbon disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis

menjadi tetrakloroetilena dan klorinasi dalam air menjadi asam

trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat.

Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang

diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium

hidroksida menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan

asam sulfat menghasilkan asam asetat.

Sifat-sifat kimia

Keasaman

Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat

seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga

memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik

dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah

larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka

rumah) memiliki pH sekitar 2.4.

Page 10: Teori Asam

Dimer siklis

Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan ikatan

hidrogen.

Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam

asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan

hidrogen.

Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer juga terjadi

pada larutan encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-

kadang pada cairan asam asetat murni.

Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air).

Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol, entropi

disosiasi sekitar 154–157 J mol–1 K–1.

Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.

Sebagai Pelarut

Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan

etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2,

sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan

gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti

sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut

Page 11: Teori Asam

polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat

kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya

digunakan secara luas dalam industri kimia.

Reaksi-reaksi kimia

Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi,

magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat

(disebut logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi

asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah

reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua

garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah

kromium (II) asetat. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:

Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) → (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)

NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O

Aluminium merupakan logam yang tahan terhadap korosi karena dapat

membentuk lapisan aluminium oksida yang melindungi permukaannya.

Karena itu, biasanya asam asetat diangkut dengan tangki-tangki aluminium.

Dua reaksi organik tipikal dari asam asetat

Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya

menghasilkan garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam

etanoat bila bereaksi dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air

dan karbondioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau bikarbonat.

Page 12: Teori Asam

Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah pembentukan

etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti asetil

klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik. Anhidrida asetat

dibentuk melalui kondensasi dua molekul asam asetat. Ester dari asam

asetat dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga

pembentukan amida. Pada suhu 440 °C, asam asetat terurai menjadi metana

dan karbon dioksida, atau ketena dan air.

Deteksi

Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu, garam-

garam dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang

menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila larutan diasamkan.

Garam-garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik trioksida (AsO3)

membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang mudah dikenali

dengan baunya yang tidak menyenangkan.

Biokimia

Gugus asetil yang terdapat pada asam asetat merupakan gugus yang

penting bagi biokimia pada hampir seluruh makhluk hidup. Gugus asetil yang

terikat pada koenzim A (Asetil-KoA), merupakan enzim utama bagi

metabolisme karbohidrat dan lemak. Namun demikian, asam asetat bebas

memiliki konsentrasi yang kecil dalam sel, karena asam asetat bebas dapat

menyebabkan gangguan pada mekanisme pengaturan pH sel. Berbeda

dengan asam karboksilat berantai panjang (disebut juga asam lemak), asam

asetat tidak ditemukan pada trigliserida dalam tubuh makhluk hidup.

Sekalipun demikian, trigliserida buatan yang memiliki gugus asetat, triasetin

(trigliserin asetat), adalah zat aditif yang umum pada makanan, dan juga

digunakan dalam kosmetika dan obat-obatan.

Page 13: Teori Asam

Asam asetat diproduksi dan diekskresikan oleh bakteri-bakteri tertentu,

misalnya dari genus Acetobacter dan spesies Clostridium acetobutylicum.

Bakteri-bakteri ini terdapat pada makanan, air, dan juga tanah, sehingga

asam asetat secara alami diproduksi pada buah-buahan/makanan yang telah

basi. Asam asetat juga terdapat pelumas vagina manusia dan primata

lainnya, berperan sebagai agen anti-bakteri.[5]

Biosintesis asam asetat

Asam asetat merupakan produk katabolisme aerob dalam jalur glikolisis atau

perombakan glukosa. Asam piruvat sebagai produk oksidasi glukosa

dioksidasi oleh NAD + terion lalu segera diikat oleh Koenzim-A. Pada

prokariota proses ini terjadi di sitoplasma sementara pada eukariota

berlangsung pada mitokondria.

Produksi

Pabrik pemurnian asam asetat di tahun 1884

Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui

fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat

dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur

bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses

biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75%

diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan

melalui metode-metode alternatif.[6]

Page 14: Teori Asam

Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 Mt/a (juta ton per tahun),

setengahnya diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1

Mt/a dan terus menurun, sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7 Mt/a.

1.51 Mt/a dihasilkan melalui daur ulang, sehingga total pasar asam asetat

mencapai 6.51 Mt/a.[7][8] Perusahan produser asam asetat terbesar adalah

Celanese dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalah Millenium Chemicals,

Sterling Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkemi.

Karbonilasi metanol

Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi

ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat

CH3OH + CO → CH3COOH

Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu

sendiri terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap

kedua.

(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O

(2) CH3I + CO → CH3COI

(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI

Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat

menghasilkan anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol

sejak lama merupakan metode paling menjanjikan dalam produksi asam

asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida merupakan bahan

mentah komoditi. Henry Dreyfus mengembangkan cikal bakal pabrik

karbonilasi metanol pada perusahaan Celanese di tahun 1925. Namun,

kurangnya bahan-bahan praktis yang dapat diisi bahan-bahan korosif dari

reaksi ini pada tekanan yang dibutuhkan yaitu 200 atm menyebabkan

Page 15: Teori Asam

metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru pada 1963 pabrik

komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan oleh

perusahaan kimia Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968,

ditemukan katalis kompleks Rhodium, cis−[Rh(CO)2I2]− yang dapat

beroperasi dengan optimal pada tekanan rendah tanpa produk sampingan.

Pabrik pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah perusahan kimia

AS Monsanto pada 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis

Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi metode produksi asam

asetat paling dominan. Pada akhir 1990'an, perusahan petrokimia British

Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung

oleh ruthenium. Proses berbasis iridium ini lebih efisien dan lebih "hijau" dari

metode sebelumnya, sehingga menggantikan proses Monsanto.

Oksidasi asetaldehida

Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat

diproduksi melalui oksidasi asetaldehida. Sekarang oksidasi asetaldehida

merupakan metoda produksi asam asetat kedua terpenting, sekalipun tidak

kompetitif bila dibandingkan dengan metode karbonilasi metanol.

Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui oksidasi butana atau nafta

ringan, atau hidrasi dari etilena. Saat butena atau nafta ringan dipanaskan

bersama udara disertai dengan beberapa ion logam, termasuk ion mangan,

kobalt dan kromium, terbentuk peroksida yang selanjutnya terurai menjadi

asam asetat sesuai dengan persamaan reaksi dibawah ini.

2 C4H10 + 5 O2 → 4 CH3COOH + 2 H2O

Umumnya reaksi ini dijalankan pada temperatur dan tekanan sedemikian

rupa sehingga tercapai suhu setinggi mungkin namut butana masih

berwujud cair. Kondisi reaksi pada umumnya sekitar 150 °C and 55 atm.

Produk sampingan seperti butanon, etil asetat, asam format dan asam

propionat juga mungkin terbentuk. Produk sampingan ini juga bernilai

Page 16: Teori Asam

komersial dan jika diinginkan kondisi reaksi dapat diubah untuk

menghasilkan lebih banyak produk samping, namun pemisahannya dari

asam asetat menjadi kendala karena membutuhkan biaya lebih banyak lagi.

Melalui kondisi dan katalis yang sama asetaldehida dapat dioksidasi oleh

oksigen udara menghasilkan asam asetat.

2 CH3CHO + O2 → 2 CH3COOH

Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat memiliki rasio hasil

(yield) lebih besar dari 95%. Produk samping utamanya adalah etil asetat,

asam format dan formaldehida, semuanya memiliki titik didih yang lebih

rendah daripada asam asetat sehingga dapat dipisahkan dengan mudah

melalui distilasi.

Penggunaan

Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai

senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan

sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate

monomer, VAM). Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi

anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk

penggunaan dalam cuka relatif kecil.

Keamanan

Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan

penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan

mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Luka bakar atau

lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam setelah kontak. Sarung

tangan latex tidak melindungi dari asam asetat, sehingga dalam menangani

senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam

asetat pekat juga dapat terbakar di laboratorium, namun dengan sulit. Ia

Page 17: Teori Asam

menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39 °C (102 °F), dan dapat

membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan:

5.4%-16%).

Asam asetat adalah senyawa korosif

Konsentrasi

berdasar beratMolaritas Klasifikasi Frase-R

10%–25%1.67–4.16

mol/LIritan (Xi) R36/38

25%–90%4.16–14.99

mol/LKorosif (C) R34

>90% >14.99 mol/L Korosif (C) R10, R35

Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di

sungkup asap (fume hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam

asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam

asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal

itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan

yang mematikan pada keasaman darah.