teologi syi kata pengantar · pdf fileorang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar...

14
TEOLOGI SYIAH KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kita anugrah dan kesempatan untuk lebih dekat mengenal-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah limpahan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Yang telah berjasa mengantarkan kita ke dalam instansi Tuhan yang insya Allah senantiasa mendapatkan ridha dan rahmat, yaitu agama Islam. Makalah tentang teologi Syi’ah ini kami persembahkan untuk memenuhi tugas makalah yang diberikan oleh dosen kami, Ahmad Subhandy. Merupakan harapan yang besar agar makalah ini kelak dapat menjadi sebuah referensi yang sekiranya dapat membantu pihak-pihak yang memerlukannya. Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami baik yang secara langsung dan secara tidak langsung. Wassalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Syi’ah dalam sejarah pemikiran Islam merupakan sebuah aliran yang muncul dikarenakan politik dan seterusnya berkembang menjadi aliran teologi dalam Islam. Sebagai salah satu aliran politik, bibitnya sudah ada sejak timbulnya persoalan siapa yang berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah. Dalam persoalan ini Syi’ah berpendapat bahwa yang berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah adalah keluarga sedarah yang dekat dengan Nabi, yaitu Ali bin Abi Thalib dan harus dilanjutkan oleh anaknya, Hasan dan Husen, serta keturunan- keturunannya. Syi’ah muncul sebagai salah satu aliran politik dalam Islam baru dikenal sejak timbulnya peristiwa tahkim (arbitrase). Sementara Syi’ah dikenal sebagai sebuah aliran teologi dalam Islam, yaitu ketika mereka mencoba mengkaitkan iman dan kafir dengan Imam, atau dengan kata lain ketaatan pada seorang Imam merupakan tolak ukur beriman tidaknya seseorang, di samping paham mereka bahwa Imam merupakan wakil Tuhan serta mempunyai sifat ketuhanan. Mengenai kemunculan syiah dalam sejarah terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Ada yang mengatakan syiah muncul pada masa khalifah Utsman bin Affan, ada juga yang mengatakan syiah muncul ketika peperangan siffin terjadi yang kemudian terpecah menjadi dua kelompok salah satunya adalah yang mendukung khalifah Ali bin Abi Thalib. Sebelum masuk jauh ke dalam pembagian Syi’ah, maka ada baiknya kita usut terlebih dahulu asal-muasal lahirnya madzhab terbesar kedua di dunia setelah Ahlus Sunnah ini. Ada cukup banyak literatur yang secara subjektiv menuduh bahwa Syi’ah berasal dari tokoh Abdullah bin Saba’ yang membawa teologi atau pengaruh Yahudi ke dalam tubuh Syi’ah sendiri. Hal ini tentu akan sangat riskan terhadap pemahaman tentang ajaran ini ke depannya. Sebab, banyak kalangan yang menilai bahwa Syi’ah adalah bagian dari Yahudi.

Upload: vuanh

Post on 05-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

TEOLOGI SYI’AH

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kita anugrah dan kesempatan untuk lebih

dekat mengenal-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah limpahan kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW. Yang telah berjasa mengantarkan kita ke dalam instansi Tuhan yang

insya Allah senantiasa mendapatkan ridha dan rahmat, yaitu agama Islam.

Makalah tentang teologi Syi’ah ini kami persembahkan untuk memenuhi tugas makalah yang

diberikan oleh dosen kami, Ahmad Subhandy. Merupakan harapan yang besar agar makalah

ini kelak dapat menjadi sebuah referensi yang sekiranya dapat membantu pihak-pihak yang

memerlukannya.

Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah mendukung kami

dalam menyelesaikan makalah ini. Dan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami baik

yang secara langsung dan secara tidak langsung. Wassalam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Syi’ah dalam sejarah pemikiran Islam merupakan sebuah aliran yang muncul dikarenakan

politik dan seterusnya berkembang menjadi aliran teologi dalam Islam. Sebagai salah satu

aliran politik, bibitnya sudah ada sejak timbulnya persoalan siapa yang berhak menjadi khalifah

sepeninggal Rasulullah. Dalam persoalan ini Syi’ah berpendapat bahwa yang berhak menjadi

khalifah sepeninggal Rasulullah adalah keluarga sedarah yang dekat dengan Nabi, yaitu Ali

bin Abi Thalib dan harus dilanjutkan oleh anaknya, Hasan dan Husen, serta keturunan-

keturunannya. Syi’ah muncul sebagai salah satu aliran politik dalam Islam baru dikenal sejak

timbulnya peristiwa tahkim (arbitrase). Sementara Syi’ah dikenal sebagai sebuah aliran teologi

dalam Islam, yaitu ketika mereka mencoba mengkaitkan iman dan kafir dengan Imam, atau

dengan kata lain ketaatan pada seorang Imam merupakan tolak ukur beriman tidaknya

seseorang, di samping paham mereka bahwa Imam merupakan wakil Tuhan serta mempunyai

sifat ketuhanan. Mengenai kemunculan syiah dalam sejarah terdapat perbedaan pendapat

dikalangan para ahli. Ada yang mengatakan syiah muncul pada masa khalifah Utsman bin

Affan, ada juga yang mengatakan syiah muncul ketika peperangan siffin terjadi yang kemudian

terpecah menjadi dua kelompok salah satunya adalah yang mendukung khalifah Ali bin Abi

Thalib.

Sebelum masuk jauh ke dalam pembagian Syi’ah, maka ada baiknya kita usut terlebih dahulu

asal-muasal lahirnya madzhab terbesar kedua di dunia setelah Ahlus Sunnah ini. Ada cukup

banyak literatur yang secara subjektiv menuduh bahwa Syi’ah berasal dari tokoh Abdullah bin

Saba’ yang membawa teologi atau pengaruh Yahudi ke dalam tubuh Syi’ah sendiri. Hal ini

tentu akan sangat riskan terhadap pemahaman tentang ajaran ini ke depannya. Sebab, banyak

kalangan yang menilai bahwa Syi’ah adalah bagian dari Yahudi.

Page 2: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan singkat diatas, kami akan mengemukakan bahan pertanyaan yang akan menjadi

sebuah acuan dan tujuan utama kami dalam pembuatan makalah ini

1. Apa itu Syi’ah?

2. Apa saja aliran yang terdapat di dalam tubuh Syi’ah dan ajaran-ajarannya?

C. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan se-objektive mungkin tentang

Syi’ah, agar tidak terjadi penafsiran yang salah diantara kehidupan bermasyarakat, yang secara

otomatis akan mempengaruhi tatanan kehidupan yang harmonis.

D. Manfaat

Pribadi yang memiliki kesadaran keberagamaan dan kemadzhaban merupakan satu aset yang

sangat penting dewasa ini. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk membantu dan

mengembangkan pribadi-pribadi tersebut. Agar wahyu dan teks-teks agama tidak hanya

sekedar berbicara pada saat kekerasa saja, namun mampu mengharmoniskan masyarakat yang

majemuk.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Analisis Sejarah

Ada dua pendapat yang cukup populer dan diakui tentang awal kemunculan madzhab Syi’ah.

Pertama, adalah sumber yang menyebutkan bahwa Syi’ah berasal dari Abdullah bin Saba’ yang

notabene adalah tokoh Yahudi. Sumber yang lain menyebutkan bahwa Syi’ah sudah ada sejak

zaman Nabi SAW. Peneliti menyebutkan bahwa kaum Syi’ah adalah orang-orang yang

membantu Ali pada zaman Nabi SAW, dan Nabi SAW adalah orang pertama yang menerapkan

sebutan ini untuk kaum pendukung dan pengikut Ali. Dalam bukunya, Al Furaq walmaqalat

Abu Muhammad al-Hasan bin an-Nubakhti menyebutkan bahwa kaum Syi’ah adalah

kelompok Ali ibn Abi Thalib, dan disebut Syi’ah-nya Ali pada zaman Nabi SAW dan sesudah

Nabi SAW[1].

Ibnu atsir meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata kepada Ali: “Kamu beserta pengikut dan

pendukung setiamu akan datang dihadaan Allah dalam keadaan ridha dan diridhai, sedangkan

musuh-musuhmu akan berang dalam kondisi terbelenggu.” Dan kemudian Rasulullah

melingkarkan tangannya ke lehernya untuk memperlihatkan bagaimana kejadiannya kelak.2

Keberadaan Syi’ah sendiri sebenarnya bukan merupakan hal yang baru sama sekali, itulah yang

setidaknya coba dijelaskan oleh Ash-Shadar yang mengatakan bahwa, terdapat dua pandangan

yang memiliki basis yang sama kuat pada zaman Nabi. Pandangan yang pertama menyebutkan

bahwa Alquran dan Sunnah Nabi SAW harus diikuti dan tidak ada yang berhak atas simpulan

logis yang berkenaan dengan topik-topik yang diindikasikan dalam Alquran. Pandangan yang

kedua mengklaim bahwa diperbolehkan untuk membuat kesimpulan yang berkenaan dengan

topik-topik yang telah disebutkan baik itu di dalam Alquran maupun sunnah Nabi SAW.

Page 3: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

Implikasi dari dua pandangan ini menjadi sebuah titik tolak pengakuan ke-imamah-an atas Ali

ibn Abi Thalib yang disampaikan Nabi sebelum beliau wafat. Pandangan yang pertama

menerima dengan baik pernyataan Nabi SAW tentang hal ini, dan pandangan kedua membuat

kesimpulan yang berbeda. Oleh karena itulah kemudian lahir kelompok pendukung Ali ibn Abi

Thalib.

Golongan Syi’ah semakin terlihat pada zaman kekhalifahan Utsman bin Affan, dan kemudian

semakin tumbuh pada masa khalifah Ali ibn Abi Thalib. ‘Ali sendiri tidak pernah berusaha

untuk mengembangkannya, akan tetapi bakan-bakat yang dimilikinya telah mendorong

perkembangan itu sendiri. Ketika sayyidina ‘Ali wafat, pemikiran-pemikiran keSyi’ah-an

berkembang menjadi madzhab-madzhab. Sebagiannya ada yang menyimpang dan sebagian

lainnya tetap lurus. Namun secara garis besar keduanya sama-sama fanatik terhadap keluarga

Nabi.[2]

Masa pemerintahan Mu’awiyah merupakan masa yang kondusif bagi pengkultusan ‘Ali karena

Mu’awiyah telah menciptakan tradisi buruk pada masanya yang berlanjut pada masa anaknya,

Yazid dan para penggantinya sampai masa khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz. Segala tindak-

tanduk yang kejam dan biadab Mu’awiyah serta anak keturunannya terhadap keluarga Nabi,

secara otomatis menghasilkan rasa simpati dan empati masyarakat yang berlebihan terhadap

‘Ali dan keluarganya. Dan dari sinilah kemudian muncul fanatisme-fanatisme terhadapnya.

B. Sumber Tekstual

Ada sebuah riwayat terkenal yang menjadi dasar atas ke-imamah-an Sayyidina Ali ibn Abi

Thalib, yaitu hadits Ghadir Khum. Hadits ini juga menjadi hal fundamen dalam pembentukan

atau munculnya kaum Syi’ah. Pada waktu itu, Nabi telah menyelesaikan upacara haji wada’

atau haji perpisahan. Nabi memutuskan untuk meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Ketika

kafilah itu memasuki wilayah Rabigh[3], yang jauhnya 5 km dari Juhfah[4], Malaikat Jibril turun

ke tempat bernama Ghadir Khum dan menyampaikan ayat

إن لم ت فعل فما ب لغت رسالته وللا يا أي ها الرسول ب لغ ما أنزل إليك من ربك و

ي هدي القوم الكافرين ي عصمك من الناس إن للا ل

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhamnu. Dan jika kamu tidak

mengerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.

Allah akan melindungimu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah:67)

Setelah ayat itu turun, maka Nabi shalat jama’ah terlebih dahulu lalu kemudian berkhotbah

ditengah-tengah kafilah yang mengelilinginya. Setelah Rasul memberikan beberapa intisari

tentang Islam, akhirnya beliau mengangkat tangan

Sayyidina Ali ibn Abi Thalib di depan semua kafilah tersebut, dan berkata

موله فعلى موله اللهم وال من واله وعاد من عاداه من كنت

Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maula-nya, maka ‘Ali ini adalah maula-nya

juga.[5]

Ketika itu juga, Malaikat jibril datang membawakan ayat terakhir

Page 4: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

م د يناا سل الي وم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم ال

Pada hari ini Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kutuntaskan kepadamu nikmat-

Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu.

C. Aliran-Aliran Syi’ah

a. Syi’ah Zaidiyah

1. Sejarah Syi’ah Zaidiyah

Az-Zaidiyah adalah aliran syiah yang dinisbatkan kepada Zaid ibn Ali ibn Husain ibn Ali ibn

Abi Thalib (putra Imam Ali Zainal Abidin). Menurut kepercayaan Zaidiyah bahwa imamah

hanya boleh dari keturunan Fatimah saja. Akan tetapi menurut mereka apabila ada seseorang

bukan dari keturunan Fatimah yang berperang untuk membela kebenaran, memiliki

pengetahuan keagamaan, berakhlak mulia, pemberani, murah hati, alim, dan telah menyatakan

dirinya sebagai imam, maka ia adalah imam yang sah yang wajib ditaati. [6]

Orang-orang yang menganut aliran Zaidiyah menganggap Zaid ibn Ali adalah imam setelah

ayah handanya imam Ali zainal abidin, mazhab ini bisa kita temukan di daerah Yaman mereka

yakin bahwa diri mereka adalah alawi dan fathimi, mereka bersikap alim, zuhud, pemberani

dan selalu membawa pedang. Mereka berperilaku seperti itu karena untuk meniru Zaid bin Ali

sebagai imam mereka yang harus diteladani.

Zaid bin ali tidak pernah meminta dan menyatakan dirinya sebagai imam, namun semasa

hidupnya Zaid bin Ali terkenal dengan kepribadiannya yang mulia dan sangat pemberani. yang

mana karena kepribadian beliaulah yang menyebabkan diangkatnya menjadi imam oleh para

pengikut aliran Zaidiyah, para pengikut Zaidiyah menganggapnya sebagai imam kelima dari

Ahlul Bait.[7]

Setelah ayah handanya meninggal (Imam Ali Zainal Abidin) yaitu imam syiah ke-4, terjadi

percekcokan di dalam kubu syiah tentang siapa yang akan menjadi imam ke-5 setelahnya, yang

pada akhirnya mengakibatkan terpecahnya sekte syiah imamiyah kedalam dua golongan

pertama yaitu golongan yang berasumsi bahwa penerus imam ke-lima adalah Zaid ibn Ali,

yang golongan ini disebut sebagai sekte Zaidiyah, sementara golongan yang ke-2 menganggap

bahwa yang seharusnya menduduki keimamahan setelah imam Ali Zainal Abidin adalah

Muhammad AlBaqir bin Ali Zainal Abidin yang kita sebut golongan ini adalah sekte

Imamiyah.

Adapun urutan imam-imam sekte zaidiyah adalah Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali bin Abi

Thalib, Husain bin Ali bin Abi Thalib, Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib,

Zaid bin Ali Zainal Abidin dan kemudian dilanjutkan oleh putranya Yahya bin Zaid, dan imam

imam yang menjadi penerus setelahnya.

Syiah Zaidiyah merupakan salah satu sekte syiah yang paling moderat dibanding sekte syiah

yang lain, dan erat kaitannya dengan sunni karena dalam masalah ke khalifahan mereka

menerima Abu Bakar, Umar dan Utsman dan mereka tidak mengimani dogma nash dan wasiat.

Adapun perbedaan syiah Zaidiyah dengan sekte Syiah yang lain salah satunya adalah faham

Zaidiyah tidak menganggap keimamahan hannya menjadi hak Ahlul Bait dan tidak membatasi

jumlah imam sampai dua belas, dan juga tidak mengikuti fiqih Ahlul Bait.

Page 5: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

Pemikiran-pemikiran Zaidiyah terpengaruhi oleh mazhab Mu’tazilah karena Zaid bin Ali

pernah belajar banyak kepada Washil bin Atha, begitu pula dikatakan sekte yang kesuni-sunian

karena Zaid pernah belajar kepada imam Abu Hanifah. Salah satu alasan kenapa Zaid berguru

kepada Washil, karena pendapat Washil yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib yang

terlibat perang Jamal dan perang Shiffin berada dipihak yang benar sementara pihak yang

memberontak kepada Ali dikatakan tersalah. Menurut Zaid bin Ali adalah sahabat yang paling

utama dibandingkan sahabat-sahabat yang lain, meskipun demikian Zaid tidak pernah

memperselisihkan masalah kekhalifahan Abu Bakar, Umar. karena menurut Zaid boleh saja

mengangkat imam yang belum memenuhi syarat maksimal sekalipun ada orang yang

memenuhi syarat maksimal.

Orang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini

tersebut, yang kemudian muncullah golongan syiah yang dinamakan AlRafidah yaitu

“kelompok yang menolak”. Zaid bin Ali mati terbunuh di kufah oleh Hisyam bin Abd Malik,

kemudian kepemimpinannya beralih ketangan anaknya Yahya bin Zaid, namun nasibnya yang

sama dengan ayahnya, Yahya mati terbunuh oleh gubernurnya di daerah jurjan setelah sempat

melarikan diri ke Khurasan. Kemudian keimamahan beliau dilanjutkan oleh Muhammad dan

Ibrahim, kedua orang ini telah menyatakan diri mereka sebagai imam di Madinah. Ibrahim

mendakwahkan ajrannya ke Bashrah sementara Muhammad menetap di Madinah. Nasib

mereka tidak jauh dari ayah mereka, Ibrahim dibunuh di Basrah atas perintah khalifah Al-

Mansur dan Muhammad dibunuh di Madinah oleh Isa bin Mahan.

Serang beberapa waktu kelompok Zaidiyah mengalami kegoncangan, hingga munculnya Nazir

Al-Athrusy salah seorang dari putra saudara Zaid di Khurasan. Karena ia dikejar-kejar oleh

penguasa maka ia melarikan diri ke Mazandaran (Tibrisan) yang penduduknya belum

beragama islam. Setelah 13 tahun berdakwah ia berhasil membawa sebagian besar

penduduknya memeluk agama islam yang beraliran syiah Zaidiyah. Kemudian seiring

berjalannya waktu pada tahun 310 H dengan dukungan para pengikutnya ia berhasil

menaklukan daerah Mazandaran dan mengangkat dirinya sebagai imam.

Di daerah inilah sekte Zaidiyah berkembang dan terbagi menjadi beberapa kelompok kecil

yang ajarannya sangat berbeda dengan ajaran para pendahulu mereka. Diantara kelompok-

kelompok Zaiidiyah itu adalah: (1).Al-Jarudiyah, (2)As-Sulaimaniyah, (3) Batriyyah dan As-

Shalihiyyah.

2. Aliran-Aliran Syi’ah Zaidiyah

Al-Jarudiyah[8]

Al-Jarudiyah adalah para pengikut Abu Jarud Zayad ibn Abi Zayad. Pendapat mereka tentang

keimamahan bahwa Nabi Saw hanya menyebutkan sifat keimamahan saja, tanpa menunjuk

siapa yang menjadi imam setelahnya. Karena ketidak tahuan ini, akibatnya yang dipilih adalah

Abu Bakar, maka mereka menjadi kafir. Kelompok jarudiyah ini tidak menerima keimamahan

yang kurang syarat. Dan mereka menganggap bahwa sahabat yang tidak membaiat Ali bin Abi

Thalib dianggap kafir.

As-Sulaimaniyah

As-Sulaiman adalah para pengikut Sulaiman ibn Jarir. Menurut sulaiman bahwa keimamahan

itu dibentuk atas kesepakatan umat muslim atau dua orang yang dianggap baik dikalangan

Page 6: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

umat, dapat terjadi pada orang yang belum cukup syarat meskipun ada yang memenuhi syarat.

Seperti yang diyakini oleh Zaid bin Ali. Mereka mengakui kekhalifahan Abu Bakar dan Umar

krena keduanya dipilih oleh umat melalui jalan ijtihad. Mereka juga mengkafirkan orang yang

pernah memberontak terhadap Ali bin Abi Thalib seperti Aisyah, Zubair dan Thalhah.dan

mengkafirkan Utsman karena sebagai pemicu kerusuhan dimasanya.

As-Shalihiyyah dan Al-Batriyyah

As-Shalihiyyah adalah pengikut Al-Hasan ibn Shalih ibn Hay (169 H) dan Al-Batriyyah adalah

pengikut Katsir An-Nawa Al-Abtsar. Mereka memiliki pandangan yang serupa dengan

Sulaiman ibn Jarir. Namun terkait masalah Utsman, mereka tidak mengutarakan pendapat,

apakah Utsman itu termasuk orang yang beriman atau kafir, menurut mereka semua urusan ini

terserah Allah.

Mereka mengikuti Ali bin Abi Thalib, mereka rela atas ke khalifahan Abu Bakar, apabila yang

lebih afdol rela. Menurut mereka siapapun dari keturunan Hasan atau Husain yang zuhud,

berani mengangkat senjatanya, maka ia adalah imam yang sah.

Kelompok ini lebih condok pada mazhab Mu’tazilah dan lebih menghargai mazhab Mu’tazilah

dibandingkan Ahlul Bait sendiri, begitu pula dalam masalah fiqih mereka mengikuti mazhab

Abu Hanifah, dan sebagian kecil mengikuti Mazhab Syafi’i.

b. Imamah dan Pokok-Pokok Ajaran Zaidiyah[9]

Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari beberapa hal. Diantaranya, meyakini

seseorang dari keturunan Fathimah (puteri Nabi) yang melancarkan pemberontakan dalam

membela kebenaran, dapat diakui sebagai imam, jika ia memiliki pengetahuan keagamaan,

berakhlak mulia, berani, dan murah hati. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa siapapun dari

keturunan Ali bin Abi Thalib dapat menjadi imam, bisa lebih dari seorang dan bahkan tidak

ada sama sekali. Jabatan imam dapat dikukuhkan berdasarkan kemampuan dalam memimpin

dan dapat juga berdasarkan latar belakang pendidikan.

Ajaran Syi’ah Zaidiyah mengenai kepemimpinan Khulafa al-Rasyidin, mengakui kekhalifahan

Abu Bakr, Umar dan Utsman pada awal masa pemerintahannya, meskipun Ali bin Abi thalib

dinilainya sebagai sahabat yang paling mulia. Dalam kaitan ini, terdapat konsep Syi’ah

Zaidiyah yang berbunyi : جواز امامة المفضول مع وجود األفضل . Yang dimaksud dengan المفضول

adalah Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Usman. Sedangkan yang dimaksud dengan األفضل ialah Ali bin

Abi Thalib.

Dalam ajaran Syi’ah Zaidiyah, tidak mengakui paham ishmah, yaitu keyakinan bahwa para

imam dijamin oleh Allah dari perbuatan salah, lupa dan dosa. Mereka juga menolak paham

rajaah (seorang imam akan muncul sesudah bersembunyi atau mati), paham mahdiyah

(seorang imam yang bergelar al-Mahdi akan muncul untuk mengambangkan keadilan dan

memusnahkan kebatilan), dan paham taqiyah (sikap kehati-hatian dengan menyembunyikan

identitas di depan lawan).

Dari segi ushul atau prinsip-prinsip umum Islam, ajaran Syi’ah Zaidiyah mengikuti jalan yang

dekat dengan paham Mu’tazilah atau paham rasionalis. Adapun dari segi furu’ atau masalah

hukum dan lembaga-lembaganya, mereka menerapkan fikih Hanafi (salah satu mazhab fikih

Page 7: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

dari golongan Sunni). Karenanya, dalam hal nikah mut’ah mereka mengharamkannya,

meskipun pada awal Islam nikah itu pernah dibolehkan namun telah dibatalkan.

Tokoh-tokoh mazhab Zaidiyah adalah Abu-Khalid al-Washity, Mashur ibn Aswad, Harun ibn

Saad Al-Ajali dan Jarudiyah, Waqi ibn Al-Jarah, Yahya ibn Adam, Ubaidullah ibn Musa, Ali

ibn Saleh, Al-Fadh ibn Dakin, Abu Harifah dan Batriyyah, yang memberontak Muhammad ibn

Ajlan, Imam Muhammad, Ibrahim ibn Saad, Ubad ibn Awam, Yazid ibn Harun, Al-Ala ibn

Rasyid, Husain ibn Basyir, Al-Awam ibn Khusyib, Mustalim ibn Said dan Imam Ibrahim.

c. Syi’ah[10] Ismailiyyah

Syiah ismailiyah bisa dikatakan syiah Sab’iah “Syiah Tujuh” istilah itu memberikan pengertian

bahwa kelompok syiah Imamiyah ini hanya mengakui tujuh imam. urutan keimamahannya di

awali dari Ali bin Abi Thalib, Hasan, Husain, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far

As-Shadiq dan yang terakhir yaitu Ismail bin Ja’far.

Syiah Itsna Asyariah membatalkan Ismail bin Ja’far sebagai imam ketujuh, penyebabnya

karena kebiasaan Ismail yang kurang terpuji serta dia meninggal mendahului ayahnya. Maka

keimamahan digantikan oleh Musa Kadzim adik dari Ismail. Namun syiah Ismailiyah tetap

kukuh dan menolak atas pembatalan tersebut berdasarkan sistem pengangkatan imam dalam

syiah, dan menganggap Ismail tetap sebagai imam ketujuh.

Imamah dan Pokok-Pokok Ajaran Ismailiyah

Para pengikut syiah Ismailiyah mengimani bahwa islam terdiri dari tujuh pondasi yang terdiri

dari: iman, thaharah, shalat, zakat, puasa, menunaikan haji dan jihad. Terkait dengan pilar yang

pertama yaitu iman, yang keimana disini salah satun diantaranya percaya kepada imam, dan

percaya kepada imam zaman.

Syarat-syarat keimamahan menurut keyakinan syiah Ismailiyah adalah: imam harus dari

keturunan Ali atau Ahlul Bait, imam harus berdasarkan penunjukan atau nash. Dan syiah

Ismailiyah meyakini Bahwa Ali telah ditunjuk oleh Nabi sebagai penerus keimamahan,

keimamahan harus jatuh pada anak yang tertua, imam harus maksum terlepas dari kesalahan

dan dosa, menurut keyakinan Ismailiyah sekalipun imam melakukan kesalahan maka tidak

dianggap salah karena mereka ma’sum. Imam harus dijabat oleh seseorang yang paling baik,

dan Ismailiyah menolak imam yang mafdul tidak seperti sekte syiah Zaidiyah. Seorang imam

harus memiliki pengetahuan (ilmu) dan pengetahuan walayah. Ismailiyah meyakini bahwa

dibumi akan selalu ada imam, hanya adakalanya imam itu zahir dan adakalanya imam itu

bathin, serta meyakini bilangan tujuh dan meyakini bahwa setiap Nabi mempunyai tujuh

pelaksana.

Ajaran-ajarannya yang lain pada dasarnya memiliki kesamaan dengan sekte syiah yang lain,

perbedaannya terletak pada konsep kemak’suman imam. dan Ismailiyah menolak terhadap

kemunculan Al-Mahdi Al-Munthadzor. Ismailiyah sangat ekstrim dalam konsep kemaksuman

yang mengatakan tidak tersalahnya imam apabila melakukan kesalahan.

d. Syi’ah Imamiyah

1. Pokok Ajarannya

Page 8: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

a. Keesaan Allah

Setelah pemikiran Islam dipengaruhi oleh filsafat, sehingga memunculkan sejumlah madzhab,

sikap harfiah dalam menafsirkan Alquran dan diskusi-diskusi sengit tentang sifat-sifat Allah,

para imam Ahlulbait Nabi SAW memproklamasikan ajaran-ajaran dan kedekatan

doktrinal mereka serta menggarisbawahi perlunya mendukung keesaan Allah seperti yang

disebutkan jelas dan pasti di dalam Alquran. Aspek-aspeknya sebagai berikut[11]

Keesaan Ilahiah dalam Allah Sendiri

Aspek ini dijelaskan sebagaimana imam Ali berkata : Keesaan ilahiah berkonsekuensi logis

tidak boleh mengenal Allah berdasarkan dugaan dan tidak pantas serta tidak adil menuduh-

Nya. Imam Ali Musa Ar Ridha juga menegaskan bahwa tidak boleh memakai analogi/qiyas

dalam mengenal Allah, karena manusia banyak dipengaruhi konsep materi.

Barangsiapa yang melukiskan Tuhan dengan menggunakan analogi, maka dia akan terus-

menerus kebingungan, menyimpang dari jalan yang benar, dan benaknya dipenuhi oleh fikiran-

fikiran yang menyimpang. Tuhan harus didefinisikan sebagaimana dia mendefinisikan diri-

Nya sendiri dan menggambarkan ia sebagaimana ia menggambarkan diri-Nya sendiri. Allah

tak mungkin dilihat dengan indra dan fikiran rasional. Namun Allah dapat dikenal dengan tanpa

menyamakannya dengan apa pun.

Karena para imam Ahlulbait Nabi SAW percaya bahwa Allah adalah sebuah fakta yang unik,

tunggal dan tak terpada yang berada di luar jangkauan pemahaman atau penglihatan terbatas

fikiran manusia, maka para imam mengingatkan kita untuk tidak merenungkan zat atau esensi

Allah SWT. Sebagaimana yang dikatakan oleh imam Ja’far Ash Shodiq,

Jangan merenungkan Allah itu sendiri. Namun jika ingin menyaksikan kebesaran-Nya,

perhatikanlah kehebatan ciptaanNya.

Diskusikanlah makhluk Allah, tapi jangan diskusikan Dia.

Mendiskusikan Allah hanya akan menambah kebingungan.

Keesaan Ilahiah dalam Sifat-Sifat Allah

Beberapa firqoh besar seperti Mu’tazilah, Asyariyah dan Syi’ah Imamiyah saling menyuarakan

pendapat berkaitan dengan sifat-sifat Allah. Beberapa pertanyaan yang muncul adalah; Apakah

sifat-sifat Allah seperti tahu dan kuat merupakan karakter yang tak terelakkan yang melekat

pada diri-Nya atau bukan bagian dari diri-Nya? Dengan kata lain, apakah Dia Maha

Mengetahui karena Maha Mengetahui, Mahakuasa karena Mahakuasa, hidup melalui

kehidupan dan seterusnya?

Jawaban Syi’ah Imamiyah atas masalah ini adalah: Sifat-sifat Allah seperti Mengetahui,

Mahakuat dan Mahahidup adalah karakter tak terelakkan yang melekat pada diri-Nya, dan

sifat-sifat ini eksis dan tidak boleh disamakan dengan sifat makhluk-Nya. Dalam kata-kata

Imam Ja’far Ash Shadiq, “Prinsip, ide atau keyakinan yang benar berkenaan dengan keesaan

ilahiah adalah sepoerti yang terungkap dalam Alquran. Karena itu tolaklah bila Allah dianggap

tidak bersifat dan bila Allah disamakan dengan makhluk-Nya.

Page 9: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

Keesaan Ilahiah dalam Perbuatan Allah

Sifat-sifat Allah digolongkan menjadi dua ragam. Ragam pertama meliputi sifat-sifat seperti

Mahakuasa, Maha Arif dan seterusnya yang senantiasa dicirikan oleh sifat atau mencirikan

sifat-Nya. Ragam kedua disebut sifat perbuatan yang meliputi sifat-sifat seperti pencipta,

penolong, murka, penyayang, yang menghidupkan, dan seterusnya. Semua sifat yang

disebutkan terkahir ini sesungguhnya berbasis sifat pertama. Mengakui keesaan Allah dalam

perbuatanNya berarti yakin bahwa Dia saja yang mampu melakukan perbuatan seperti

menciptakan, mematikan dan menghidupkan kembali, dan bahwa alam semesta dan apapun

yang di alam semesta ini lahir, mati dan kejadian-kejadian lain, merupakan perbuatan-Nya, dan

tiada yang berbuat seperti itu, mencegah maupun mempengaruhi-Nya ini juga berarti semua

kekuatan alam dan kekuatan sebabmusabab di sekeliling kita diciptakan oleh Allah. Dengan

demikian, mengimani hukum hubungan sebab-akibat selaras dengan keesaan Tuhan, karena

keimanan sepeerti ini berarti menegaskan bahwa semua sebab yang melahirkan atau

mempengaruhi kejadian-kejadian natural dan prilaku manusia, diwujudkan oleh Allah untuk

tujuan ini

b. Keadilan Ilahi

Hal-hal yang menyangkut tentang keadilan ilahi adalah sejauh mana intervensi Allah dalam

perbuatan manusia. Apakah dia yang menentukan segala perbuatan manusia baik itu baik

maupun buruk sebagaimana yang diyakini oleh golongan Asy ‘Ariyah, atau manusia memiliki

sedikit kehendak untuk menentukan perbuatannya. Imam Ja’far menjelaskan bahwa

Allah menciptakan manusia, dan Dia tahu nasib mereka. Dia juga memrintahkan manusia

untuk berbuat sesuatu dan melarang manusia berbuat seuatu. Bila Dia memerintahkan

manusia untuk berbuat sesuatu, Dia menjadikan mungkin bagi manusia untuk berbuat

demikian, dan bila Dia melarang manusia berbuat sesuatu, Dia juga membuat manusia

mungkin tidak berbuat hal demikian[12].

c. Kenabian

Madzhab Imamiyah meyakini urgensi diutusnya Nabi adalah sebagai syarat penting bagi

kesejahteraan dan keselamatan manusia. Selain itu manusia tidak mungkin menemukan jalan

lurus, memperoleh ridha Allah SWT tanpa adanya misi kenabian dan Nabi. Berkenaan dengan

klaim terhadap seorang Nabi pun, Imamiyah memegang prinsip logis dan terdapatnya bukti

yang faktual. Menurut para imam Ahlulbait SAW, barang siapa yang mengaku Nabi dan

mendapat dukungan mukjizat, maka harus diakui bahwa dia Nabi dan pesannya dapat diterima

dan diimani.

Kemaksuman para Nabi yang dipegang oleh kalangan Syi’ah Imamiyah adalah bahwa semua

Nabi Allah terlindung dari dosa besar, baik sebelum maupun sesudah mengemban misi

kenabian. Mereka juga terjaga dari berbuat dosa kecil yang bisa menghinakan mereka. Nabi

Muhammad tak pernah durhaka kepada Allah sejak dia dilahirkan sampai ia wafat. Dia juga

tak pernah membantah Allah atau berbuat dosa dengan sengaja atau lalai.

d. Imamah (Kepemimpinan)

Syi’ah Imamiyah memahami imamah islamiyah sebagai sebuah fungsi intelektual dan politis

yang diberikan kepada person imam yang adalah anggota keluara Nabi SAW. Mereka juga

Page 10: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

menegaskan bahwa dia haruslah paling luas ilmu dan pengetahuannya diantara orang-orang

sezamannya, dan dengan demikian menolak kepemimpinan mafdhul, yaitu orang yang tidak

memenuhi syarat, karena mereka berargumen bahwa imam adalah pelidung hukum agama

yang mendorong orang untuk beribadah kepada Allah dan menjelaskan kepada mereka Alquran

dan Sunnah. Maka dari itu, para imam Ahlulbait Nabi SAW diakui sebagai

pemimpinpemimpin intelektual tertinggi. Implikasi dari hal ini adalah, imam mengemban dua

hal yang besar: tanggung jawab wilayah atau kepemimpinan politis, dan berfungsi sebagai

contoh yang mesti diikuti.

2. Aliran-aliran Syi’ah Imamiyah[13]

Syi’ah, sebagaimana aliran-aliran teologi lainnya, juga terbagi dalam beberapa kelompok. Hal

ini bermula ketika tidak adanya keterangan yang jelas tentang imamah setelah syahidnya imam

Ali bin Husein. Anaknya, Zaid yang mengadakan perlawanan terhadap Mua’awiyah, dijadikan

oleh pengikutnya sebagai imam, meskipun beliau tidak pernah mendeklarasikan dirinya

sebagai imam. Pada tahap ini, Syi’ah mulai terpecah menjadi dua bagian. Yaitu Syi’ah yang

berasal dari pendukung Ali secara otentik dan Syi’ah Zaidiyah yang mengakui bahwa imam

setelah Imam Ali ibn Husein adalah anaknya, Zaid. Perbedaan pendapat tentang keimamahan

setelah wafatnya Imam Ja’far Shodiq, membuat syi’ah pun kembali terpecah menjadi 2 firqoh.

Kelompok yang meyakini bahwa yang menjadi imam keenam setelah imam Ja’far Ash Shadiq

adalah anaknya, Ismail ibn Ja’far memisahkan diri dan menjadi Syi’ah Ismailiyah. Dan sisanya

yang meyakini bahwa imam ketujuh adalah Imam Musa Al Kadzim inilah yang menjadi Syi’ah

Imamiyah.

Dinamika yang terjadi di kalangan Syi’ah Imamiyah seiring berjalannya waktu, memecah

firqoh ini menjadi beberapa firqoh. Hal tersebut tidak lepas dari pemahaman terhadap teks-teks

agama yang berkembang di masa itu. Belum lagi firqoh-firqoh besar lain yang menyebarkan

pengaruhnya di kalangan Syi’ah, sehingga membuat sebagian kelompok Syi’ah mengikuti

ajaran madzhab Mu’tazilah, Wa’idiyah, Tafshiliyah, dan sebagian lagi mengikuti ajaran

Ikhbariyyah; baik Musyabahah maupun Shalafiyyah.

Al Baqiriyah dan Al-Ja’fariyyah al-Waqifah

Golongan ini adalah pengikut Muhammad ibn Al-Baqir ibn Zain al-Abidin dan putranya Ja’far

Ash-Shadiq. Mereka berpendapat bahwa Muhammad ibn Al-Baqir dan Ja’far adalah imam

serta ayahnya Zainal Abidin. Akan tetapi sebagian lagi berpendapat bahwa imamah terhenti

pada salah seorang dari keduanya, dan tidak berlanjut sampai ke keturunan anak-anaknya.

Sebagian lagi mengakui imamah turun sampai anaknya. Sebaian kelompok yang mengakui

keimamahan terhenti tadi berpendapat bahwa ia terhenti pada Al-baqir dan akan muncul

sebagai imam Mahdi, seperti halnya mereka (kelompok lain) juga mengakui bahwa

keimamahan terhenti pada Abu Abdillah ibn Muhammad Ash Shadiq.

Abu Abdillah ibn Muhammad Ash Shadiq mengajarkan tentang ilmu ma’rifat kepada

pengikutnya. Ia tidak pernah mengajarkan tentang keimamahan dan tidak pernah berhasrat

merebut kekhalifahan, karena baginya orang yang tenggelam dalam ilmu ma’rifat, ia tidak

menginginkan perpecahan dan siapa yang naik ke puncak ma’rifat maka ia tidak takut kepada

yang dibawah.

An Nawusiyyah

Page 11: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

Kelompok an-Nawusiyyah adalah pengikut seorang yang bernama Nawus. Menurut sebagian

orang, dia berasal dari sebuah desa yang bernama Nawus. Menurut kelompok ini, ash-Shodiq

masih hidup dan tidak mati sampai dia muncul sebagai imam Mahdi.

Abu Hamid az-Zuzani meriwayatkan bahwa kelompok an-Nawusiyyah menganggap ‘Ali

masih hidup dan akan keluar pada hari kiamat dari dalam tanah dan membawa keadilan ke

muka bumi.

Al-Afthaniyyah

Kelompok ini meyakini bahwa imamah berpindah dari Ash Shadiq kepada putranya yang

bernama ‘Abdullah al-Afthah. Ia adalah kakak kandung dari Ismail dan ibunya adalah

Fathimah ibn al Husein ibn al Hasan ibn ‘Ali, dan ia juga merupakan putra tertua ash-Shadiq.

Ash-Shadiq mengatakan bahwa: Imam adalah orang yang duduk di tempat dudukku,

sedangkan di tempat dudukku ini adalah ‘Abdullah. Tidak ada penjelasan yang lebih terperinci

dari firqoh ini mengenai ajaran-ajarannya.

1. Asy-Syumaithiyyah

Kelompok ini mengikuti ajaran Yahya ibn Abu Syumaith. Menurut mereka Ja’far berkata:

Teman kamu yang namanya seperti nama Nabi kamu. Sesungguhnya telah berkata ayahnya

kepadanya: sesungguhnya anak kamu yang lelaki kunamai dengan namaku ia adalah imam dan

imam sesudah aku adalah Muhammad

Al Ismailiyyah Al Waqifah

Kelompok ini meyakini bahwa Ismail adalah imam sesudah imam Ja’far melalui nash yang

telah disepakati oleh putra-putranya, namun mereka berbeda pendapat tentang kematian

ayahnya. Sebagian mereka berpendapat bahwa saat ayahnya meninggal ia masih hidup, dan

kematiannya hanya taqiyah terhadap ancaman yang datang dari khalifah Bani Abbasiyah.

Sebenarnya karena kurangnya refrensi yang penulis dapatkan, maka penjelasan kelompok ini

hanya ada pada buku Al Milal wa An Nihal karya Syahrastani. Hal yang membuat penjelasan

tentang kelompok ini tabu adalah, definisi tentang kelompok ini kami kira sudah bukan dalam

ranah Imamiyah lagi, akan tetapi sudah tergolong Ismailiyah, akan tetapi Syahrastani

memasukkannya dalam golongan Imamiyah. Wallahu A’lam.

Al Musawiyyah dan Al Mufadhaiyyah

Kelompok ini mengakui bahwa Musa ibn Ja’far ash Shadiq sebagai imam setelah Imam Ja’far.

Sebagaimana yang diketahui bahwa orang-orang Syi’ah berbeda pendapat tentang keturunan

Ja’far Ash Shadiq. Karena ada diantara putranya yang meninggal, sedangkan Ja’far masih

hidup dan tidak mempunyai keturunan. Dan ada juga yang berpendapat bahwa Ja’far Ash

Shadiq tidak meninggal dan akan hidup kembali sekalipun hanya sebentar.

Al-Itsna Asyariyah

Syi’ah Itsna ‘Asyariyah bersepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad seperti

yang ditunjukkan nash. Adapun penerima imamah setelahnya menjadi miliki keturunan garis

Fatimah, yaitu hasan bin Ali kemudian Husein bin Ali sebagaimana yang disepakati. Setelah

Page 12: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

husein adalah Ali Zaenal Abidin, kemudian secara berurutan; Muhammad Al Baqir, Abdullah

Ja’far Ash-Shadiq, Musa Al Kadzhim, Ali Ar-Ridha, Muhammad al-Jawwad, Ali Al Hadi,

Hasan Askari dan yang terakhir Imam Mahdi yang masih ghaib sampai sekarang[14].

Doktrinisasi yang berkembang di dalam ajaran Syi’ah Imamiyah adalah sebagai berikut;

Tauhid (The Devine Unity)

Di dalam buku ilmu kalam karangan Abdul Razaq dan Rosihon Anwar disebutkan bahwa

Tuhan adalah Esa baik esensi maupun Eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah mutlak. Ia

bereksistensi dengan sendiri-Nya. Tuhan adalah qadim. Maksudnya Tuhan bereksistensi

dengan sendirinya sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan oleh Tuhan.

Tuhan Mahatahu, Maha Mendengar, selalu hidup, mengerti semua bahasa, selalu benar dan

berkendak bebas. Keesaan Tuhan tidak tersusun atau murakkab. Tuhan tidak membutuhkan

sesuatu. Ia berdiri sendiri, tidak dibatasi oleh ciptaan-Nya.

Keadilan

Nubuwwah

Ma’ad Imamah[15]

Bada’[16]

e. Tokoh-Tokoh Syi’ah

Tokoh madzhab zaidiyah adalah Abu Khalid al-Washity, Manshur ibn Aswad, Harun ibn Sa’ad

al-Ajali dan Jarudiyyah, Waqi’ ibn al-Jarrah, Yahya ibn Adam, ‘Ubaidullah ibn Musa, ‘Ali ibn

Shaleh, Al fadhal ibn Dakin, Abu Harifah dan Batriyyah. Sedangkan tokoh Syi’ah Imamiyah

dan semua golongan Syi’ah adalah:

Salim ibn Abi al-Ja’di, Salim ibn Abi Hafsah, Salma ibn Kuhail, Tsuwair ibn Abi

Fakhatah, Habib ibn Abi Tsabit, Abu al-Muqaddam, Syu’bah, al-‘Amasy, Jabir al-

Ja’di, Abu Abdullah al-Jidali, Abu Isyraq al-Sabi’I, Al mughirah, Thaus, asySya’bi,

Alqamah. Penulis Syi’ah yang terkenal adalah Hisyam ibn al-Hakim, ‘Ali ibn Manshur,

Yunus ibn Abdurrahman, Abu ja’far At-Thusi, dll

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Syi’ah terbagi atas tiga kelompok yang besar saat ini. Yaitu Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah

Ismailiyyah, dan Syi’ah Imamiyah. Dari beberapa pembagian tersebut, hanya Syi’ah Imamiyah

lah yang memiliki pengikut sampai saat ini yang terbanyak dibandingkan dengan Zaidiyah dan

Ismailiyyah. Secara umum, aliran Syi’ah lebih mementingkan nilai rasional suatu hal, atau

rasionalisasi. Hal ini merupakan implikasi dari filter atau pengembangan lebih lanjut dari

madzhab kalam Mu’tazilah.

B. Saran

Page 13: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

Makalah ini mungkin masih jauh dari sempurna. Dan isinya masih belum lengkap, selengkap

ajaran sebenaranya. Oleh karena itu, kami menyarankan anda untuk membaca refrensi yang

terkait dengan hal ini lebih banyak.

[1] Hashim al-musawi, The Shia Jakarta: Lentera 2008 hal 21 2 Ibid hal 22

[2] Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, Ciputat:Logos

Publishing House, hal 36

[3] Antara Mekkah dan Madinah

[4] Juhfah adalah salah satu Miqat, dimana tempat busana ihram harus dikenakan. Dari sini

terdapat simpang ke Madinah, Mesir , dan Iraq

[5] Hadits ini diriwayatkan di dalam musnad Imam Ahmad.

[6] Mazhab pecinta hal: 90

[7] Islam syiah hal: 81

[8] Al-Milal wa An-Nihal, hal:134

[9] Google.com

[10] Ilmu Kalam, hal: 118

[11] Hashim al-musawi, The Shia Jakarta: Lentera 2008 hal 59

[12] Hashim al-musawi, The Shia Jakarta: Lentera 2008 hal 114

[13] Syahrastani, Al Milal wa An Nihal, Surabaya: PT Bina Ilmu Hal 138

[14] Abdul Razaq & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia Hal 93

[15] Ibid hal 94-95

[16] Hashim al-musawi, The Shia Jakarta: Lentera 2008 hal 80

DAFTAR PUSTAKA

Syahrastani. Al Milal Wa An Nihal. Jakarta: Lentera

Rozak, Abdul & Harun Nasution. 2000. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia

Al Musawi, Hasyim. 2008. The Shia. Jakarta: Lentera

Abu Zahrah, Muhammad. 1996. Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam. Jakarta: Logos

Subhani, Ja’far. 2002. Ar Risalah. Jakarta: Lentera

Page 14: TEOLOGI SYI KATA PENGANTAR · PDF fileOrang-orang syiah dari kufah menolaknya ketika mendengar pernyataan Zaid bin Ali ini tersebut, yang

Al Musawi, Muhammad. 2009. Madzhab Pecinta Nabi. Bandung: MPress

Maktabah Syamilah Software

Referensi: https://menantikau.wordpress.com/kumpulan-makalah/ilmu-kalam/teologi-syiah/