tentara nasional indonesia markas besar …

42
TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ____________________________ KEPUTUSAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA Nomor Kep/555/VI/2018 tentang DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA TRI DHARMA EKA KARMA PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Tentara Nasional Indonesia memiliki tugas pokok menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara; b. bahwa untuk melaksanakan tugas pokoknya, TNI memerlukan suatu doktrin yang digunakan sebagai pedoman bagi seluruh prajurit TNI dalam melaksanakan tugasnya agar dapat berjalan lancar dan tepat sasaran; c. bahwa Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/474/VII/2012 tentang Naskah Sementara Doktrin Tentara Nasional Indonesia Tri Dharma Eka Karma (Tridek) sudah tidak sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis yang dinamis dan tantangan tugas TNI yang semakin kompleks, sehingga perlu diganti; dan d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Keputusan Panglima TNI tentang Doktrin Tentara Nasional Indonesia Tri Dharma Eka Karma. Mengingat : 1. Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 3. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 23/Prp/1959 tentang Pencabutan Undang-Undang Nomor 74 Tahun 1957 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 1957) dan Penetapan Keadaan Bahaya (Lembaran Negara Republik Indonesia

Upload: others

Post on 23-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ____________________________

KEPUTUSAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Nomor Kep/555/VI/2018

tentang

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA TRI DHARMA EKA KARMA

PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Tentara Nasional Indonesia memiliki tugas pokok menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara;

b. bahwa untuk melaksanakan tugas pokoknya, TNI memerlukan suatu doktrin yang digunakan sebagai pedoman bagi seluruh prajurit TNI dalam melaksanakan tugasnya agar dapat berjalan lancar dan tepat sasaran;

c. bahwa Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/474/VII/2012 tentang Naskah Sementara Doktrin Tentara Nasional Indonesia Tri Dharma Eka Karma (Tridek) sudah tidak sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis yang dinamis dan tantangan tugas TNI yang semakin kompleks, sehingga perlu diganti; dan

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Keputusan Panglima TNI tentang Doktrin Tentara Nasional Indonesia Tri Dharma Eka Karma.

Mengingat : 1. Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);

3. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439);

4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 23/Prp/1959 tentang Pencabutan Undang-Undang Nomor 74 Tahun 1957 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 1957) dan Penetapan Keadaan Bahaya (Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 2: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

2

Tahun 1959 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1908) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 52 Prp Tahun 1960 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2113); dan

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia.

Memperhatikan : 1. Surat Perintah Panglima TNI Nomor Sprin/73/2018 tanggal 14 Januari 2018 tentang Penugasan Anggota Kelompok Kerja Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma; dan

2. Hasil Penyusunan Kelompok Kerja Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : 1. Doktrin Tentara Nasional Indonesia Tri Dharma Eka Karma sebagai doktrin induk dalam stratifikasi doktrin di lingkungan TNI sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini dengan klasifikasi Biasa.

2. Pada saat Keputusan Panglima TNI ini mulai berlaku, Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/474/VII/2012 tanggal 25 Juli 2012 tentang Naskah Sementara Doktrin Tentara Nasional Indonesia Tri Dharma Eka Karma dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

3. Hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan keadaan dan pelaksanaan doktrin ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Panglima TNI.

4. Pada saat keputusan ini mulai berlaku, semua doktrin turunan di lingkungan TNI dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam keputusan ini.

5. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Juni 2018

Autentikasi Kepala Setum TNI, Panglima TNI, tertanda Ferry Zein Hadi Tjahjanto, S.I.P.

Brigadir Jenderal TNI Marsekal TNI

Distribusi: A, B Mabes TNI dan Angkatan

Page 3: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

3

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA TRI DHARMA EKA KARMA

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai salah satu lembaga negara dibentuk untuk mendukung pencapaian kepentingan nasional. Kepentingan nasional yang dimaksud yaitu tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945, serta terjaminnya kelancaran dan keamanan pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan dan tujuan nasional. Tujuan nasional tersebut sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD NRI 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. b. TNI memerlukan suatu doktrin sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugasnya. Doktrin dimaksud harus selaras dengan perkembangan lingkungan strategis baik internasional, regional, maupun nasional. Selain itu, doktrin juga harus mampu beradaptasi dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang yang merupakan tantangan bagi TNI dalam melaksanakan tugas-tugasnya. c. Untuk mengantisipasi tuntutan dan tantangan tugas yang semakin kompleks tersebut, maka disusun Doktrin TNI Tridek yang komprehensif, kekinian (up to date), dan dapat dioperasionalkan. Inti dari doktrin ini adalah rumusan kebijakan dan strategi TNI dalam menghadapi ancaman dan gangguan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang meliputi pelajaran dari sejarah dan pengalaman operasi, nilai-nilai atau asas-asas yang diperlukan baik dalam penggunaan maupun pembinaan, serta ketentuan-ketentuan yang relevan sehingga TNI lebih profesional, modern, dan adaptif terhadap berbagai situasi dan kondisi.

2. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Doktrin TNI Tridek ini disusun dengan maksud untuk menyajikan aspek-aspek dalam penggunaan kekuatan dan pembinaan postur TNI sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

Lampiran Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/555/VI/2018 Tanggal 6 Juni 2018 __________________________________________

TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR

____________________________________________________

Page 4: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

4

b. Tujuan. Tujuan disusunnya Doktrin TNI Tridek ini agar tercapai kesamaan persepsi, keseragaman sikap, dan keselarasan dalam konteks penggunaan dan pembinaan kekuatan TNI dalam rangka mendukung pencapaian tujuan nasional.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Doktrin TNI Tridek ini meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan TNI dalam rangka kepentingan penyelenggaraan pertahanan negara dan mendukung kepentingan nasional yang disusun dengan tata urut sebagai berikut:

a. Pendahuluan. b. Hakikat TNI. c. Ancaman dan Gangguan. d. Kebijakan dan Strategi. e. Ketentuan-ketentuan. f. Doktrin Turunan. g. Penutup.

4. Dasar.

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang Nomor 23/Prp Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya; c. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); dan

d. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439).

5. Landasan.

a. Landasan Idiil/Pancasila. Dalam penyusunan Doktrin TNI Tridek berpedoman pada Pancasila sebagai ideologi negara, falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai moral, etika, dan cita-cita luhur bangsa Indonesia. b. Landasan Konstitusional/UUD NRI 1945. UUD NRI Tahun 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara Kesatuan Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara. c. Landasan Visional/Wawasan Nusantara. Konsepsi wawasan nusantara sebagai landasan visional merupakan nilai ajaran untuk mewujudkan semangat persatuan dan kesatuan dalam kemajemukan (daerah, suku, agama, bahasa, adat, budaya dan lainnya) serta menumbuhkan sikap kepedulian untuk mewujudkan daya perekat dan pengendalian diri yang kuat. d. Landasan Konsepsional/Ketahanan Nasional. Ketahanan Nasional dapat dilihat dari kondisi dinamis yang berisi keuletan dan ketangguhan suatu bangsa yang tercermin dalam astagatra (geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan) sebagai daya tahan bangsa yang dihadapkan kepada berbagai ancaman yang timbul sebagai dampak perkembangan lingkungan strategis.

Page 5: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

5

e. Landasan Operasional. Ketentuan hukum nasional dalam berbagai bentuk peraturan perundang-undangan serta ketentuan hukum internasional seperti Piagam PBB (UN Charter), Hukum Humaniter Internasional, dan Hak Asasi Manusia (HAM).

6. Referensi. Referensi yang digunakan antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) khususnya pasal 111 ayat (1) dalam hal tertangkap tangan; b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315); e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5603); g. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2015 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara; h. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi TNI sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi TNI; i. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Buku Putih Pertahanan Indonesia; j. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 24 Tahun 2015 tentang Strategi Pertahanan Negara; k. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 37 Tahun 2015 tentang Postur Pertahanan Negara; dan l. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 38 Tahun 2015 tentang Doktrin Pertahanan Negara.

Page 6: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

6

7. Kedudukan Doktrin TNI Tridek. Dalam penyelenggaraan pertahanan negara, doktrin berkedudukan pada strata strategi militer yang merupakan doktrin yang bersifat filosofis dan fundamental untuk dijadikan pedoman bagi doktrin angkatan dan doktrin-doktrin pada strata di bawahnya (strata operasional dan strata taktis).

8. Pengertian. Untuk tercapainya pemahaman yang sama terhadap suatu istilah dan isi doktrin secara keseluruhan maka diperlukan pengertian. Daftar Pengertian dapat dilihat pada Lampiran A.

BAB II HAKIKAT TNI

9. Umum. Pada dasarnya TNI dibentuk untuk menyelenggarakan tugas negara di bidang pertahanan dalam menghadapi berbagai ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Selain melaksanakan tugas pertahanan tersebut, TNI juga disiapkan untuk melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mendukung kepentingan nasional sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada bab ini akan diuraikan sejarah, jati diri, pengalaman operasi, karakter, peran, fungsi, dan tugas TNI, serta organisasi TNI. 10. Sejarah TNI. Dari pengalaman sejarah, TNI dapat belajar dan menggali nilai-nilai yang berharga guna menentukan langkah-langkah TNI ke depan yang lebih maju dan adaptif.

a. Sejarah Kelahiran dan Perkembangan TNI.

1) TNI lahir dari kancah perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dimulai dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 23 Agustus 1945. Kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang anggotanya berasal dari personel BKR. Dengan pertimbangan bahwa tugas TKR, selain memberikan keamanan juga menjaga keselamatan rakyat dan bangsa, maka pada tanggal 1 Januari 1946 TKR diubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR). Untuk menyesuaikan dengan organisasi militer secara internasional, pada tanggal 26 Januari 1946 TKR kembali diubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Selanjutnya untuk mempersatukan kedua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara reguler dengan Badan-badan Perjuangan Rakyat, maka pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden Soekarno mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Berdasarkan sejarah perkembangan TNI tersebut pemerintah memutuskan bahwa momen pertama pembentukan TKR yaitu tanggal 5 Oktober sebagai hari jadi TNI.

2) Pada akhir tahun 1949 atas tekanan Belanda, dibentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai syarat untuk penyerahan kedaulatan bagi Republik Indonesia. Sejalan dengan itu, dibentuk pula Angkatan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan TNI dan KNIL dengan TNI sebagai intinya. Setelah pengakuan kedaulatan oleh Hindia Belanda, pada bulan Agustus 1950, RIS dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi Angkatan Perang RI (APRI).

Page 7: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

7

Sistem demokrasi parlementer yang dianut pemerintah pada periode 1950-1959 yang akhirnya pada tahun 1962 terjadi penyatuan APRI dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menjadi organisasi yang bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Keputusan ini merupakan bagian yang penting dari sejarah TNI pada dekade tahun enam puluhan di mana masa itu sangat rawan terjadinya perpecahan. Pada tahun 1971 melalui Keputusan Presiden Nomor 69 Tahun 1971 nama APRI di dalam organisasi ABRI kembali menjadi TNI. Selanjutnya, atas desakan politik, pada tahun 2000 ABRI kembali berubah menjadi TNI setelah dikeluarkannya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2000 Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri.

b. Sejarah Kelahiran Angkatan.

1) TNI Angkatan Darat (AD). Sejarah kelahiran TNI AD bersamaan dengan lahirnya TNI. Pada masa penjajahan Belanda, terbentuk pasukan bantuan yang beranggotakan orang-orang Bumi Putera dalam wadah KNIL (Koninklijke Netherlands Indische Leger) dan CORO (Corp Opleiding voor Reserve Officieren). Ketika penjajahan Jepang, pemuda dan pemudi Indonesia dilatih kemiliteran dalam organisasi PETA (Pembela Tanah Air). Pendidikan-pendidikan militer tersebut telah membangkitkan rasa nasionalisme dan patriotisme, menumbuhkan kesadaran akan tugas membela harkat dan martabat bangsa serta menjadi cikal bakal dari TNI AD. Angkatan Darat senantiasa menjadi bagian utama dalam dinamika transformasi sejarah TNI, mulai pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 23 Agustus 1945, pembentukan organisasi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945, selanjutnya menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) hingga terbentuknya TNI. Meskipun TNI AD lahir bersamaan dengan kelahiran TNI, namun hingga saat ini TNI AD memperingati hari kelahirannya dengan menggunakan momentum penting kemenangan TNI AD terhadap pasukan Sekutu dalam Pertempuran Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 163 Tahun 1999 dengan nama Hari Juang Kartika TNI AD. 2) TNI Angkatan Laut (AL). TNI AL lahir bersamaan dengan proses berdirinya NKRI tahun 1945. Pada tanggal 10 September 1945 dibentuk BKR Laut Pusat di bawah pimpinan M. Pardi, dan telah mendapat pengesahan dari Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahir TNI AL. Selanjutnya, pada tanggal 15 November 1945 disahkan berdirinya TKR Laut sebagai organisasi resmi militer Matra Laut. Pada tanggal 19 Juli 1946, diselenggarakan konferensi di Lawang, Jawa Timur dan memutuskan secara resmi digunakan nama Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 69 Tahun 1971, ALRI bertransformasi menjadi TNI AL sebagai bagian integral dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). 3) TNI Angkatan Udara (AU). Nama TNI AU bermula dari BKR Udara, kemudian diubah menjadi TKR Jawatan Penerbangan. Selanjutnya pada tanggal 9 April 1946 TKR Jawatan Penerbangan diganti dengan nama Tentara Republik Indonesia Angkatan Oedara (TRI-AO) sehingga tanggal 9

Page 8: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

8

April sampai saat ini diperingati sebagai hari jadi TNI AU. Dalam perkembangan selanjutnya TRI-AO berganti nama menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 69 Tahun 1971, AURI bertransformasi menjadi TNI AU sebagai bagian integral dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

c. Sejarah Operasi TNI.

1) Operasi Militer di Dalam Negeri. Dari pengalaman sejarah perjuangan dan pertempuran yang dijalani TNI sebelum dan sejak proklamasi kemerdekaan, TNI telah menjalankan berbagai operasi. Dari pengalaman operasi tersebut dapat digali nilai-nilai dan pelajaran yang sangat bermanfaat bagi generasi penerus perjuangan TNI. Berikut beberapa operasi yang dilaksanakan TNI berupa perjuangan-perjuangan sejak kemerdekaan.

a) Mempertahankan Kemerdekaan. Sejak kelahirannya, TKR gencar melakukan perlawanan baik terhadap Jepang untuk merebut persenjataan, terhadap Pasukan Sekutu maupun terhadap pasukan Netherland Indische Civil Administration (NICA) dimulai dari pertempuran-pertempuran awal sesudah proklamasi sampai dengan Agresi Militer I dan II yang dilancarkan oleh Belanda. Berbagai pertempuran melawan Jepang antara lain: Pertempuran Semarang (14 Oktober 1945), Pertempuran Krueng Panjoe Aceh (24 November 1945), dan Pertempuran Lengkong (23 Januari 1946). Pertempuran melawan pasukan Sekutu/Inggris, antara lain: Pertempuran Surabaya (10 November 1945), Pertempuran Padang Area (November 1945), Pertempuran Ambarawa (15 Desember 1945), Bandung Lautan Api (23 Maret 1946), Menghadapi Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948), Serangan Umum Yogyakarta (1 Maret 1949), dan Serangan Umum Solo (7 Agustus 1949).

b) Mengamankan Integritas Nasional. Dalam rangka mempertahankan integritas nasional, TNI bersama rakyat melaksanakan Operasi Keamanan dalam negeri dimulai dari Penumpasan Pemberontakan PKI di Madiun (1948), Penumpasan Pemberontakan DI/TII di beberapa wilayah Indonesia (1950), Pembebasan Irian Barat/Operasi Trikora (1961), Operasi Dwikora (1963), Penumpasan G30S/PKI (1965), Operasi Seroja (1974-1999) dan Diplomasi Militer pengusiran kapal MV Expresso Lusitania (1992), serta pemberlakuan darurat militer (1999) di Timor Timur, Penumpasan Gerakan Pengacau Keamanan Aceh Merdeka (GPK AM) dengan pemberlakuan Darurat Militer di Aceh (2003-2004), pemberlakuan Darurat Sipil terhadap konflik sosial di Ambon (2000) dan di Kalimantan (2001), Operasi Pertahanan Udara Nasional di atas Pulau Bawean (2003), Penumpasan Gerombolan Separatis Bersenjata Organisasi Papua Merdeka (GSB OPM) di Irian Jaya, Operasi Tinombala di Poso (2017) dalam rangka pemberantasan teroris, Operasi Pembebasan Sandera di Mapenduma Irian Jaya (1996), dan Operasi Pembebasan Sandera oleh Kelompok Separatisme Bersenjata (KSB) di Papua (2017).

Page 9: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

9

c) Melindungi Keselamatan Bangsa. Operasi yang dilaksanakan antara lain Operasi Menanggulangi Akibat Bencana Alam, Pengungsian, dan Pemberian Bantuan Kemanusiaan di Dalam dan Luar Negeri. Operasi SAR, Operasi Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba.

2) Operasi Militer di Luar Negeri. Penugasan TNI yang dilaksanakan sejak Kontingen Garuda I (1957) ke Mesir sampai dengan Kontingen Garuda XXIII (2018) ke Lebanon; Operasi Woyla (1981) di Don Muang, Thailand; dan Operasi Pembebasan Sandera MV Sinar Kudus di Somalia (2011). 3) Pelajaran yang Dapat Diambil.

a) nilai-nilai keagamaan, kebangsaan, kebersamaan, kemanusiaan, semangat juang, keprajuritan, pantang menyerah, rela berkorban, cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, dan keberanian. b) kemanunggalan TNI dengan rakyat; c) kemampuan dalam melaksanakan operasi gerilya; d) kesemestaan dalam mempertahankan keutuhan NKRI; e) kebersamaan TNI dengan komponen bangsa lainnya dalam melaksanakan operasi militer dan diplomasi untuk pencapaian tujuan politik negara; f) keterpaduan antar angkatan dalam operasi gabungan; g) kerja sama dengan K/L lainnya melaksanakan tugas kemanusiaan; dan h) keunggulan Alutsista, komando dan kendali, serta kesatuan komando sangat memengaruhi pelaksanaan tugas.

11. Jati Diri TNI.

a. Tentara Rakyat. Tentara Rakyat yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga negara Indonesia, yang berdasarkan sejarah berasal dari rakyat bersenjata yang berjuang melawan penjajah untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada perang kemerdekaan tahun 1945-1949 dengan semboyan “Merdeka atau mati”. Rakyat yang menjadi dasar terbentuknya TNI pada saat itu adalah bekas prajurit Hindia Belanda dan Jepang, antara lain Heiho, Kaigun Heiho, dan Pembela Tanah Air (PETA) serta yang berasal dari rakyat, yaitu Barisan Pemuda, Hisbullah, Sabililah, dan Pelopor, di samping laskar-laskar dan tentara pelajar yang tersebar di daerah-daerah lain, baik yang sudah maupun yang belum memperoleh latihan militer, yang keseluruhannya terhimpun dalam BKR. Sejarah itu telah mematrikan jati diri TNI sebagai tentara yang benar-benar dari rakyat yang mempunyai semangat pengabdian tinggi.

Page 10: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

10

b. Tentara Pejuang. Tentara Pejuang yaitu tentara yang berjuang dengan tidak mengenal menyerah demi tetap tegaknya NKRI. Pemahaman semboyan “Tidak mengenal menyerah” di sini berarti tidak menyerah kepada lawan dalam konteks taktik dan strategi perang dan juga bahwa setiap upaya untuk mencapai tujuan harus selalu diusahakan dengan jiwa juang yang tinggi. c. Tentara Nasional. Tentara Nasional yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, atau golongan agama. Sebagai Tentara Nasional, TNI merupakan tentara kebangsaan, bukan tentara kedaerahan, suku, ras, atau golongan agama. TNI mengutamakan kepentingan nasional dan kepentingan bangsa di atas semua kepentingan daerah, suku, ras, atau golongan agama apa pun. d. Tentara Profesional. Tentara Profesional yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, HAM, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Sebagai Tentara Profesional, TNI dituntut mahir menggunakan peralatan militer, mahir bergerak dan mahir menggunakan alat tempur, serta mampu melaksanakan tugas secara terukur dan memenuhi nilai-nilai akuntabilitas.

12. Karakter Prajurit TNI. Karakter Prajurit TNI tercermin dari nilai-nilai yang terdapat dalam Sumpah Prajurit, Sapta Marga, 8 (Delapan) Wajib TNI, serta 11 Asas Kepemimpinan TNI. Nilai-nilai tersebut menjadikan prajurit TNI memiliki karakter sebagai berikut:

a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945; c. bermoral dan tunduk pada hukum serta peraturan perundang-undangan; d. berdisiplin serta taat kepada atasan; dan e. bertanggung jawab dan melaksanakan kewajibannya sebagai tentara.

13. Peran, Fungsi, dan Tugas Pokok TNI. Sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004, TNI memiliki peran, fungsi, dan tugas sebagai berikut:

a. Peran. TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. b. Fungsi. Sebagai alat pertahanan negara, TNI berfungsi sebagai:

1) penangkal setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;

2) penindak setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud di atas yang sudah masuk ke wilayah kedaulatan NKRI; dan

Page 11: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

11

3) pemulih terhadap kondisi negara yang terganggu akibat perang atau akibat kekacauan keamanan.

c. Tugas Pokok TNI. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas pokok tersebut dilakukan dengan Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP), dengan penjelasan sebagai berikut:

1) OMP merupakan pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI untuk melawan ancaman berupa kekuatan militer negara lain yang melakukan agresi terhadap Indonesia dan/atau dalam konflik bersenjata dengan suatu negara lain atau lebih, yang didahului dengan adanya pernyataan perang dan tunduk pada hukum perang internasional; dan 2) OMSP merupakan pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI untuk melawan atau menghadapi ancaman selain kekuatan militer suatu negara baik ancaman itu menggunakan senjata maupun tidak bersenjata; serta un-tuk mendukung kepentingan nasional.

d. Tugas Lainnya. Selain tugas-tugas yang telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI tersebut di atas, TNI melaksanakan tugas lain berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara serta peraturan perundang-undangan.

14. Tugas Angkatan.

a. Angkatan Darat:

1) melaksanakan tugas TNI matra darat di bidang pertahanan; 2) melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain; 3) melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra darat; dan 4) melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat.

b. Angkatan Laut:

1) melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan; 2) menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi; 3) melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah;

Page 12: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

12

4) melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut; dan 5) melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

c. Angkatan Udara:

1) melaksanakan tugas TNI matra udara di bidang pertahanan; 2) menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi; 3) melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra udara; dan 4) melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara.

15. Organisasi TNI. Organisasi TNI terdiri atas Markas Besar TNI yang membawahi Markas Besar TNI Angkatan Darat, Markas Besar TNI Angkatan Laut, dan Markas Besar TNI Angkatan Udara. Markas Besar TNI terdiri atas Unsur Pimpinan, Unsur Pembantu Pimpinan, Unsur Pelayanan, Badan Pelaksana Pusat, dan Komando Utama Operasi. Markas Besar Angkatan terdiri atas Unsur Pimpinan, Unsur Pembantu Pimpinan, Unsur Pelayanan, Badan Pelaksana Pusat, dan Komando Utama Pembinaan. Susunan organisasi TNI diatur dalam Peraturan Presiden dan dijabarkan dalam Peraturan Panglima TNI.

BAB III ANCAMAN DAN GANGGUAN

16. Umum. Pada umumnya dikenal istilah ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Namun, doktrin ini fokus pada ancaman dan gangguan yang diarahkan pada pendekatan tugas pokok TNI, sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004. Ancaman dan gangguan dapat bersumber dari dalam negeri dan luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung (proxy war), sedangkan aktornya dapat berupa negara dan bukan negara, serta dalam perkembangannya dapat dilakukan oleh aktor bukan negara yang didukung negara. Media yang digunakan melalui media darat, laut, udara, ruang angkasa, elektronik, dan siber. Ancaman menggunakan teknologi persenjataan modern baik berupa senjata konvensional maupun nonkonvensional. 17. Ancaman. Pada hakikatnya ancaman merupakan setiap upaya dan kegiatan yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman tersebut dapat dilakukan musuh dan/atau lawan dengan menggunakan perpaduan antara berbagai macam metode, aktor, skenario, dan taktik yang dikenal dengan Hibrida. Kompleksitas ancaman hibrida ini menjadi tantangan bagi TNI maupun komponen bangsa lainnya untuk selalu meningkatkan kemampuan yang adaptif dengan perkembangan teknologi. Berdasarkan jenisnya, ancaman meliputi ancaman militer dan ancaman bersenjata serta nonmiliter yang didukung kecanggihan teknologi informasi, senjata kimia, biologi, radiologi, nuklir dan bahan peledak (Chemical, Biological, Radiological, Nuclear and Explosive/CBRNE).

Page 13: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

13

a. Ancaman Militer dan Ancaman Bersenjata. Ancaman militer adalah ancaman yang dilakukan oleh militer suatu negara kepada negara lain, sedangkan ancaman bersenjata adalah ancaman yang datangnya dari gerakan kekuatan bersenjata. Adapun bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata, antara lain sebagai berikut:

1) Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa atau dalam bentuk dan cara-cara, antara lain:

a) invasi berupa serangan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap wilayah NKRI; b) bombardemen berupa penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain terhadap wilayah NKRI; c) blokade terhadap pelabuhan, pantai atau wilayah udara NKRI oleh angkatan bersenjata negara lain; d) serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat, laut, dan udara TNI; e) unsur kekuatan bersenjata negara lain yang berada dalam wilayah NKRI berdasarkan perjanjian yang tindakan atau keberadaannya bertentangan dengan ketentuan dalam perjanjian yang telah disepakati; f) tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan wilayahnya oleh negara lain sebagai daerah persiapan untuk melakukan agresi atau invasi terhadap NKRI; dan g) pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain untuk melakukan tindakan kekerasan di wilayah NKRI.

2) Konflik bersenjata dengan suatu negara lain atau lebih. 3) Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain.

a) Pelanggaran Wilayah Perbatasan Darat Negara. Pelanggaran wilayah perbatasan darat dapat berupa penggeseran patok batas, klaim wilayah darat, dan pelanggaran wilayah darat oleh pasukan militer asing, serta kegiatan pelanggaran ilegal yang bersifat transnasional yang dilakukan oleh warga negara asing. b) Pelanggaran Wilayah Laut. Pelanggaran di wilayah laut dapat berupa penggunaan wilayah laut Indonesia oleh kapal perang asing yang mengancam kedaulatan dan netralitas Indonesia, serta lintas kapal negara dan kapal sipil asing yang tidak sesuai dengan ketentuan. c) Pelanggaran Wilayah Udara. Pelanggaran wilayah udara dapat berupa pesawat udara negara dan sipil asing melalui

Page 14: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

14

(masuk/melintas) wilayah udara Indonesia yang tidak sesuai dengan ketentuan.

4) Spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan mendapatkan rahasia militer. 5) Sabotase untuk merusak instalasi penting dan objek vital nasional yang membahayakan keselamatan bangsa.

6) Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan teroris internasional atau yang bekerja sama dengan teroris dalam negeri atau terorisme dalam negeri yang bereskalasi tinggi sehingga membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. 7) Gerakan separatisme bersenjata.

8) Pemberontakan bersenjata. 9) Perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan kelompok masyarakat bersenjata lainnya.

10) Ancaman terhadap keamanan Presiden/Wakil Presiden (Wapres) beserta keluarganya.

11) Ancaman terhadap keamanan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia.

b. Ancaman Nonmiliter. Ancaman nonmiliter merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor ancaman tanpa bersenjata. Ancaman nonmiliter digolongkan dalam beberapa dimensi ancaman antara lain:

1) Ideologi. Ancaman yang berdimensi ideologi adalah berkembangnya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, baik yang berasal dari luar negeri berupa penetrasi faham liberalisme dan komunisme, maupun dari dalam negeri berupa faham anarkis yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal dengan alasan keagamaan, golongan fundamental anti kemapanan, dan tindakan tidak konstitusional yang bertentangan dengan hukum, serta kegiatan aliran sesat. Juga timbul adanya kecenderungan menguatnya ego kedaerahan dan primordialisme sempit (ethno-nationalism).

2) Politik. Ancaman berdimensi politik dapat berasal dari luar dan dalam negeri. Ancaman dari luar negeri dapat berupa tekanan embargo militer dan intervensi politik, dengan menggunakan isu global seperti penegakan HAM, lingkungan hidup, demokratisasi, dan penyelenggaraan pemerintahan. Pada ancaman dari dalam negeri dapat berupa kurangnya tingkat kedewasaan berpolitik yang berujung pada mobilisasi massa atau penggalangan kekuatan politik yang bertujuan melemahkan, menumbangkan pemerintah yang sah, dan memisahkan diri dari NKRI. Bentuk dari ancaman tersebut antara lain: pemberontakan tanpa bersenjata (kudeta) dan gerakan separatis tanpa bersenjata (referendum).

3) Ekonomi. Ancaman berdimensi ekonomi dari dalam dan luar negeri antara lain berupa embargo atau bentuk-bentuk penghalang nontarif

Page 15: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

15

terhadap produk-produk ekspor maupun impor barang-barang kebutuhan strategis. Ancaman berdimensi ekonomi dari dalam negeri antara lain inflasi yang tinggi, pengangguran, kemiskinan, kesenjangan ekonomi (inequality threat), dan infrastruktur yang buruk.

4) Sosial Budaya. Ancaman berdimensi sosial budaya dapat berupa konflik horisontal seperti pertikaian suku, agama, ras, dan antargolongan serta munculnya perilaku anarkis (hooliganism). Penggunaan teknologi informasi yang tidak terkontrol dapat memicu terjadinya benturan antar peradaban termasuk dampak peredaran dan penyalahgunaan narkoba yang dapat mengancam generasi muda. Demikian pula rendahnya kualitas SDM menyebabkan lemahnya daya saing yang berakibat meningkatnya korupsi dan pengangguran sehingga dapat memicu terjadinya kerawanan sosial.

5) Bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan/penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor tertentu, baik faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia. Hal ini mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan hidup, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Ancaman bencana dapat berupa bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Bencana alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Khusus bencana nonalam berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit; sedangkan bencana sosial meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror. 6) Teknologi. Paradoks kemajuan teknologi di bidang informasi dan komunikasi yang saat ini masuk pada era Revolusi Industri 4.0, menimbulkan bentuk ancaman yang semakin kompleks, sehingga cara bertindak musuh akan semakin bervariasi dan akurat. Kejahatan memanfaatkan teknologi siber merupakan tindakan kriminal yang menggunakan kecanggihan teknologi. Demikian juga kejahatan terorisme melalui siber dan perang siber berupa serangan yang menggunakan teknologi elektronik dapat mengganggu aktivitas sosial dan ekonomi bangsa. Ancaman berdimensi teknologi dapat terjadi dalam bentuk penyalahgunaan penyebar biologi patogen untuk melancarkan bioterorisme dan perang biologi.

7) Legislasi. Ancaman berdimensi legislasi berpotensi terjadi dalam proses perwujudan (membentuk/mengubah) atau pemaknaan substansi suatu peraturan perundang-undangan oleh pihak tertentu sesuai dengan kepentingannya yang dapat menyebabkan ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa.

18. Gangguan. Gangguan adalah setiap upaya, kegiatan, dan/atau kejadian baik dari pihak lain maupun alam yang dinilai mengganggu kepentingan nasional. Gangguan tersebut berdampak terhadap upaya pemerintah dalam mendukung terwujudnya antara lain: perdamaian dunia; pemberdayaan wilayah pertahanan; kelancaran tugas pemerintah di daerah; keamanan dalam negeri (kamdagri); keselamatan jiwa; atau terhadap keamanan pelayaran dan penerbangan dari pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.

Page 16: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

16

19. Faktor Berpengaruh. Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya ancaman dan gangguan antara lain:

a. Perkembangan Lingkungan Strategis. Perkembangan lingkungan strategis yang dinamis dewasa ini telah memengaruhi penyelenggaraan pertahanan negara. Dinamika yang perlu dicermati di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang berimplikasi pada: perkembangan kekuatan militer khususnya di kawasan Asia Pasifik; meningkatnya ketegangan situasi di Laut Cina Selatan; serta meningkatnya aksi terorisme internasional, proses pengembangan dan uji coba senjata nuklir Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) di Semenanjung Korea, krisis Palestina dan Suriah, krisis kemanusiaan di beberapa negara, serta krisis kelangkaan air di Afrika. b. Kepentingan Negara Lain. Indonesia semenjak dulu telah menjadi arena perebutan pengaruh kepentingan oleh pihak asing. Dari pengalaman sejarah menunjukkan bahwa Indonesia telah melalui beberapa periodisasi penguasaan dan perebutan pengaruh sejak sebelum merdeka mulai dari penjajahan Portugal dan Belanda. Pada era globalisasi tidak menutup kemungkinan munculnya kepentingan negara lain khususnya kepentingan politik dan ekonomi terhadap Indonesia. Pergeseran hegemoni negara besar juga berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap Indonesia sehingga Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara akan menjadi objek perebutan pengaruh oleh negara-negara besar. c. Konstelasi Geografis Indonesia. Indonesia memiliki nilai strategis berdasarkan luas, bentuk wilayah, dan letaknya. Pada aspek luas dan bentuk wilayah, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 17.504 pulau memiliki luas 7,81 juta km2 dengan wilayah daratan 2,01 juta km2 dan wilayah laut 5,8 juta km2. Selain memiliki tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), letak geografis Indonesia sangat strategis yakni sebagai negara kepulauan dengan posisi di antara benua Asia dan Australia serta di antara Samudra Pasifik dan Samudera Hindia. Posisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang terbuka dari segala arah, sehingga rawan dari berbagai ancaman dan gangguan. d. Geoekonomi. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan dengan jumlah penduduk yang besar merupakan pasar perekonomian dunia, serta dengan wilayah perairan yang luas menjadikan urat nadi perdagangan internasional. Hal ini menjadikan Indonesia rentan terhadap ancaman negara lain untuk mendapatkan sumber daya potensial. e. Geopolitik. Indonesia memiliki peran penting dalam kehidupan politik internasional baik global maupun regional. Salah satu peran Indonesia pada tingkat global adalah dengan ikut sertanya Indonesia memelopori lahirnya Gerakan Non-Blok (GNB), sebagai perimbangan Blok Barat dan Blok Timur. Peran aktif Indonesia dalam GNB merupakan perwujudan politik luar negeri bebas aktif. Peran Indonesia pada tingkat regional adalah sebagai salah satu pendiri ASEAN, yang secara politis sangat dominan serta berperan penting di kawasan sehingga menarik negara-negara besar untuk memiliki pengaruh kepentingannya di regional. Di samping itu, Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar dan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia memiliki pengaruh dalam tatanan politik global.

Page 17: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

17

f. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah berbagai aspek kehidupan manusia termasuk bagaimana militer memenangkan perang. Terbatasnya kemampuan adaptasi serta akselerasi penguasaan teknologi sistem persenjataan modern berpengaruh pada kemungkinan munculnya ancaman militer terhadap Indonesia.

20. Eskalasi Ancaman dan Gangguan. Eskalasi ancaman dan gangguan dipengaruhi perkembangan situasi dan kondisi dari dalam maupun luar negeri. Ancaman dan gangguan dapat muncul secara bertahap mulai situasi damai sampai perang, namun dapat juga muncul dari kondisi damai langsung menjadi kondisi perang. Penetapan status berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada tentang keadaan bahaya, yang dibagi menjadi darurat sipil, darurat militer, dan keadaan perang. Khusus untuk konflik sosial dan/atau bencana penetapan status keadaan konflik dan/atau bencana dimulai dari skala kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Status keadaan bahaya tersebut mempunyai tingkatan kewenangan masing-masing, termasuk pelibatan TNI.

BAB IV KEBIJAKAN DAN STRATEGI

21. Umum. Kebijakan dan strategi diperlukan oleh TNI untuk menghadapi ancaman dan gangguan terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Kebijakan dirumuskan sejalan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan negara yang diorientasikan agar mampu melaksanakan tugas pokoknya. Strategi TNI dirumuskan untuk merealisasikan kebijakan-kebijakan TNI dalam konteks penggunaan dan pembinaan. Penggunaan kekuatan diarahkan untuk menghadapi ancaman dan gangguan dalam bentuk operasi dan kegiatan, sedangkan pembinaan meliputi pembangunan postur, penyiapan, dan penyiagaan kekuatan diarahkan agar dapat melaksanakan operasi dan kegiatan tersebut. 22. Penggunaan.

a. Kebijakan. Kebijakan yang diambil untuk menghadapi ancaman dan gangguan adalah dengan mengatasinya secara bertahap sesuai fungsi TNI. b. Strategi. Strategi yang diterapkan TNI untuk merealisasikan kebijakan tersebut yaitu melaksanakan OMP dan OMSP dengan menggunakan kekuatan TNI yang sudah disiagakan.

1) OMP. TNI melaksanakan OMP untuk menghadapi agresi dan konflik bersenjata dengan satu negara atau lebih dilaksanakan dengan sistem pertahanan negara bersifat semesta melalui tahapan-tahapan penangkalan, penindakan, dan pemulihan.

a) Penangkalan. Pada tahap penangkalan dilaksanakan strategi penggunaan kekuatan TNI melalui kegiatan dan operasi militer sesuai kebijakan dan politik negara meskipun belum ada pernyataan perang oleh Presiden. Pada tahap ini, TNI bersinergi dengan K/L terkait lainnya. Kegiatan penangkalan ini dilaksanakan dengan pembangunan kekuatan dan Diplomasi Militer. Pembangunan kekuatan dilakukan secara terus- menerus sesuai

Page 18: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

18

perkembangan teknologi modern. Bentuk Diplomasi Militer antara lain: unjuk kekuatan militer, latihan bersama, pendidikan, pertemuan militer, kunjungan, kerja sama militer, atau olahraga militer. Operasi militer yang dilaksanakan antara lain: Operasi Intelijen, Operasi Pengamanan Wilayah NKRI, Operasi Informasi, Operasi Teritorial dan/atau Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan, dan Operasi Patroli Terkoordinasi. b) Penindakan. Pada tahap penindakan dilaksanakan strategi yang menggunakan kekuatan TNI sesuai kebijakan dan keputusan politik negara dan/atau setelah adanya pernyataan perang oleh Presiden. Strategi menghadapi musuh dilakukan melalui Operasi Intelijen, Operasi Tempur, Operasi Teritorial, Diplomasi Militer, Operasi Informasi. Untuk sasaran yang bernilai strategis terpilih dilaksanakan operasi khusus. Bantuan dari luar TNI yang diperlukan untuk memperkuat komponen utama bersifat opsional melalui mobilisasi komponen cadangan dan pendukung. Strategi penindakan yang diselenggarakan bersifat defensif aktif (active defence) dengan menggunakan pola pertahanan berlapis (defence in depth). Tindakan yang dilakukan, yaitu: menghancurkan musuh di pangkalannya, dalam perjalanan, dan setelah masuk ke wilayah NKRI. Selanjutnya, apabila musuh berhasil merebut dan menguasai seluruh atau sebagian wilayah NKRI maka dilaksanakan perang berlarut dengan taktik gerilya. Pada tahap penindakan ini dilaksanakan secara efektif dengan didukung teknologi informasi yang modern, di antaranya Network Centric Warfare (NCW). c) Pemulihan. Pada tahap ini dilaksanakan operasi militer dan kegiatan pemulihan berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara terkait persetujuan gencatan senjata. Operasi yang dilaksanakan antara lain: Operasi Pemindahan ke Belakang atau melakukan penarikan kekuatan yang tidak dibutuhkan, Operasi Teritorial dan/atau Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan dan Kekuatan Pendukungnya untuk siap menghadapi perkembangan situasi. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain: rekonstruksi, rehabilitasi, konsolidasi yang bersinergi dengan K/L terkait lainnya serta membawa tawanan ke Peradilan Umum dan/atau Peradilan Militer.

2) OMSP. TNI melaksanakan OMSP untuk menghadapi ancaman bersenjata, ancaman nonmiliter, dan gangguan dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Penangkalan. Pada tahap ini dilaksanakan strategi yang menggunakan kekuatan TNI melalui kegiatan dan operasi militer dalam rangka menangkal ancaman bersenjata, ancaman nonmiliter, dan gangguan. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain: Diplomasi Militer di antaranya: latihan bersama, pendidikan, pertemuan militer, kunjungan, kerja sama militer, atau olahraga militer; dan pembinaan teritorial dan/atau Pemberdayaan Wilayah Pertahanan yang bersinergi dengan Polri, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP), Badan Keamanan Laut (Bakamla), K/L terkait lainnya; serta aktif di Forum

Page 19: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

19

Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Sedangkan Operasi yang dilaksanakan antara lain: Operasi Mengatasi Gerakan Separatisme Bersenjata, Operasi Mengatasi Pemberontakan Bersenjata, Operasi Mengatasi Aksi Terorisme, Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan, Operasi Pengamanan Objek Vital Nasional, Operasi Pengamanan Wilayah NKRI, Operasi Pengamanan Presiden dan Wapres beserta keluarganya, serta Operasi Membantu Pengamanan Tamu Negara Setingkat Kepala dan Perwakilan Pemerintah Asing yang sedang berada di Indonesia, Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan; Operasi Perdamaian Dunia; Operasi Membantu Pemerintah di Daerah; Operasi Membantu Polri dalam rangka Kamtibmas; Operasi Membantu Menanggulangi Akibat Bencana Alam, Pengungsian, dan Pemberiaan Bantuan Kemanusiaan; Operasi Membantu Pencarian dan Pertolongan dalam kecelakaan; dan Operasi Membantu Pemerintah dalam Pelayaran dan Penerbangan yang didukung oleh Operasi Teritorial, Operasi Intelijen, dan Operasi Informasi.

b) Penindakan. Pada tahap penindakan dilaksanakan strategi penggunaan kekuatan TNI melalui Operasi Militer untuk menindak langsung lawan setelah adanya kebijakan dan keputusan politik negara, misalnya setelah pernyataan status darurat sipil atau darurat militer.

(1) Dalam menghadapi ancaman bersenjata dilakukan antara lain melalui Operasi Mengatasi Pelanggaran Wilayah yang dilakukan oleh negara lain; Penindakan dalam konteks Operasi Pengamanan Objek Vital Nasional; Operasi Pengamanan Wilayah NKRI; Operasi Mengatasi Aksi Terorisme; Operasi Mengatasi Pemberontakan Bersenjata; Operasi Mengatasi Gerakan Separatisme Bersenjata; Operasi Pengamanan Presiden atau Wapres beserta keluarganya; Operasi Pengamanan Mantan Presiden dan Wapres beserta keluarganya, Operasi Membantu Pengamanan Tamu Negara yang didukung dengan Operasi Intelijen, Operasi Teritorial, dan Operasi Informasi. Untuk sasaran yang bernilai strategis terpilih dilaksanakan operasi khusus. Pada tahap penindakan ini dilaksanakan secara efektif dengan didukung teknologi informasi yang modern. (2) Dalam menghadapi ancaman nonmiliter, TNI membantu pemerintah dalam menghadapi ancaman yang berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, bencana, teknologi, dan legislasi; termasuk mendukung kebijakan pemerintah mewujudkan Poros Maritim Dunia. Perbantuan tersebut dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku serta prosedur K/L terkait. (3) Dalam mengatasi gangguan terhadap kelancaran pembangunan dan pencapaian kepentingan nasional, TNI melaksanakan operasi dan kegiatan bersinergi dengan K/L terkait. Operasi yang dilaksanakan antara lain: Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan; Operasi Perdamaian

Page 20: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

20

Dunia; Operasi Membantu Pemerintah di Daerah; Operasi Membantu Polri dalam rangka Kamtibmas; Operasi Membantu Menanggulangi Akibat Bencana Alam, Pengungsian, dan Pemberiaan Bantuan Kemanusiaan; Operasi Membantu Pencarian dan Pertolongan Dalam Kecelakaan; dan Operasi Membantu Pemerintah dalam Pelayaran dan Penerbangan yang didukung oleh Operasi Teritorial, Operasi Intelijen, dan Operasi Informasi. Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan antara lain: pembinaan teritorial dan/atau pemberdayaan wilayah pertahanan bersinergi dengan Polri, BNPB, BNPP, Bakamla, dan BNN serta K/L terkait lainnya.

c) Pemulihan. Pada tahap pemulihan dilaksanakan strategi penggunaan kekuatan TNI melalui Operasi Militer dan kegiatan pemulihan berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. Operasi yang dilaksanakan antara lain: Operasi Teritorial dan/atau Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan dan kekuatan pendukungnya untuk siap kembali menghadapi perkembangan situasi. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain: rekonstruksi, rehabilitasi, konsolidasi yang bersinergi dengan K/L terkait lainnya, dan membawa tawanan ke Peradilan Umum atau Peradilan militer.

23. Pembinaan.

a. Kebijakan. Kebijakan dalam konteks pembinaan meliputi kegiatan-kegiatan membangun, menyiapkan, dan menyiagakan Postur TNI.

b. Strategi. Strategi untuk mewujudkan kebijakan pembinaan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Pembangunan. Postur TNI dibangun sesuai kebijakan pertahanan negara yang disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

a) Pembangunan Kekuatan. Pembangunan kekuatan dilaksanakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan dengan mengikuti kemajuan perkembangan teknologi terkini. Pembangunan postur tersebut antara lain meliputi pembangunan bidang-bidang organisasi, personel, materiil/alutsista, dan fasilitas.

b) Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan TNI meliputi pembinaan kemampuan fungsi penangkalan, penindakan, dan pemulihan berupa: kemampuan diplomasi, kemampuan intelijen, kemampuan pertahanan, kemampuan keamanan, kemampuan pembinaan teritorial/pemberdayaan wilayah pertahanan, dan kemampuan dukungan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk pengembangan teknologi luar angkasa.

c) Gelar Kekuatan. Strategi gelar kekuatan TNI dengan memperhatikan dan mengutamakan wilayah rawan keamanan, daerah perbatasan, daerah rawan konflik dan pulau terpencil sesuai dengan kondisi geografis dan strategi pertahanan. Kekuatan TNI digelar secara terpusat maupun kewilayahan. Gelar kewilayahan

Page 21: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

21

disusun antara lain dalam bentuk Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan). Di samping itu gelar kekuatan TNI harus memenuhi kelengkapan standar dasar (Basic Standard) militer berdasarkan pertimbangan strategis, operasional dan taktis, dan dukungan kemampuan logistik, serta sarana prasarana termasuk kantong-kantong logistik.

2) Penyiapan. Penyiapan postur TNI dilaksanakan oleh Angkatan melalui kegiatan-kegiatan antara lain: pendidikan, latihan, pembinaan doktrin, pemeliharaan/perawatan materiil/alutsista dan fasilitas. Dalam penyiapan postur TNI juga diberikan pemahaman wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional, serta Hukum Humaniter Internasional dan HAM. Tujuan penyiapan postur TNI untuk mewujudkan satuan-satuan TNI yang mampu melaksanakan operasi khas angkatan dan siap melaksanakan operasi militer bersifat gabungan. Selain itu kegiatan penyiapan juga mencakup komponen cadangan dan pendukung sesuai dengan kebijakan Kemhan RI. 3) Penyiagaan. Penyiagaan postur TNI dilaksanakan oleh TNI melalui pembinaan latihan dan doktrin yang diarahkan kepada keterpaduan operasi (interoperability), keberlanjutan dukungan (sustainability), dukungan politik, legalitas hukum, dan komando pengendalian serta kerja sama Operasi Gabungan, Operasi Gabungan Terpadu, Operasi Gabungan Bersama, dan Operasi Gabungan Bersama Terpadu. Tujuan penyiagaan postur TNI untuk mewujudkan satuan-satuan TNI yang mampu melaksanakan operasi militer bersifat gabungan.

BAB V KETENTUAN-KETENTUAN

24. Umum. Untuk kelancaran dan keberhasilan setiap pelaksanaan tugas TNI diperlukan berbagai ketentuan terkait penggunaan, pembinaan, dan ketentuan lainnya. 25. Penggunaan.

a. Asas. Dalam penggunaan kekuatan TNI baik OMP maupun OMSP dapat menggunakan asas-asas antara lain:

1) Pegang Teguh Tujuan. Penggunaan TNI harus dilaksanakan secara terukur, mengarah pada pencapaian tujuan sesuai pentahapan operasi yang jelas serta realistis. 2) Inisiatif. Inisiatif merupakan tindakan TNI mendahului tindakan musuh/lawan untuk memenangkan pertempuran.

3) Kesatuan Komando. Kesatuan komando merupakan pengerahan seluruh upaya pada setiap sasaran dalam sebuah komando tunggal yang memiliki kewenangan komando terhadap semua kesatuan di bawah kendalinya guna menjamin tercapainya tujuan bersama.

Page 22: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

22

4) Pemusatan Kekuatan. Kekuatan dan perkuatan yang dimiliki oleh pasukan TNI dikonsentrasikan pada daerah operasi dan sasaran tertentu, untuk menjamin penyelesaian tugas dalam ruang dan waktu yang menentukan. 5) Pemusatan Serangan. Tindakan pemusatan serangan diarahkan pada centre of gravity musuh sehingga berdampak pada niatan musuh untuk melanjutkan peperangan. 6) Pendadakan. Pendadakan merupakan faktor pengganda kekuatan yang dimiliki pasukan TNI akibat kelengahan dan ketidaksiapan musuh. Pendadakan dapat didukung oleh faktor kecepatan dalam pengambilan keputusan, data informasi, intelijen dan mobilitas pasukan. 7) Moril Tinggi. Setiap personel yang dikerahkan dalam tugas harus memiliki keunggulan moril, sehingga pasukan akan bertempur dengan dilandasi oleh motivasi yang kuat dan semangat juang pantang menyerah sampai memperoleh kemenangan. Moril yang tinggi dapat diperoleh melalui adanya hubungan atasan dan bawahan yang kohesif, latihan yang keras, dukungan yang memadai dan prosedur operasional yang jelas. 8) Efektif dan Efisien. Dalam penggunaan kekuatan TNI, segenap faktor yang berpengaruh harus mempertimbangkan dengan cermat sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pengerahan kekuatan TNI menjadi efektif dan efisien. 9) Kekenyalan. Penggunaan kekuatan TNI harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi dan kondisi yang relatif cepat berubah. 10) Kerahasiaan. Kerahasiaan merupakan faktor yang sangat penting untuk memelihara keamanan pihak sendiri dari upaya gangguan oleh musuh, serta menciptakan pendadakan terhadap pihak musuh. 11) Manfaat. Penggunaan kekuatan TNI dilaksanakan dengan mengutamakan manfaat yang dapat diraih atas pelaksanaan pengerahan kekuatan tersebut. 12) Keterpaduan. Penggunaan kekuatan TNI harus mampu memadukan semua unsur-unsur kekuatan yang tersedia. Untuk itu membutuhkan adanya interaksi dan koordinasi antarkesatuan dalam melaksanakan kegiatan tempur dan nontempur sehingga tercapai hasil upaya yang optimal. Selain itu, dalam pelaksanaan operasi yang melibatkan institusi di luar TNI, maka diperlukan adanya persamaan persepsi, koordinasi yang tepat dan keterpaduan dalam kesatuan dan dukungan. 13) Interoperability. Penggunaan kekuatan TNI dilakukan dengan menyinkronisasikan dan mengintegrasikan secara tepat semua kemampuan yang dimiliki oleh pasukan gabungan, sehingga tercipta keterpaduan operasional yang dapat menentukan keberhasilan tugas. Interoperability didasarkan pada rasa kebersamaan melalui latihan-latihan yang sangat menentukan efektivitas keterpaduan satuan dalam pelaksanaan tugas.

Page 23: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

23

14) Well Informed. Kekuatan TNI yang digunakan harus selalu mendapatkan keterangan yang aktual tentang daerah operasi dan musuh guna mempercepat adaptasi terhadap setiap perkembangan situasi dan kondisi. 15) Pertahanan Berlapis (Defence in depth). Gelar kekuatan TNI disusun secara berlapis-lapis dan saling mendukung untuk dapat memberikan kedalaman bagi operasi pertahanan. 16) Kewilayahan. Seluruh wilayah NKRI diberdayakan untuk dapat menjadi tumpuan bagi usaha perlawanan secara berkelanjutan. 17) Kesemestaan. Penggunaan kekuatan TNI didukung oleh seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, yang dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, serta berkesinambungan. 18) Tidak Mengenal Menyerah. Usaha untuk mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan serta keutuhan bangsa dan NKRI dilakukan dengan segala cara dan tidak mengenal kata menyerah. 19) Legal. Penggunaan kekuatan TNI memiliki payung hukum yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berdasarkan kepada keputusan politik negara.

20) Sustainability. Postur TNI dibangun dan dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan saat ini, namun dengan tidak mengorbankan kemampuan generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhan akan kemampuan pertahanan negara.

b. Tataran Kewenangan.

1) Presiden.

a) Kewenangan dan tanggung jawab pengerahan kekuatan TNI berada pada Presiden. b) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.

c) Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang. d) Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang menyatakan seluruh atau sebagian dari wilayah Negara Republik Indonesia dalam keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat sipil atau keadaan darurat militer atau keadaan perang.

e) Untuk menghadapi ancaman bersenjata, Presiden berwenang mengerahkan kekuatan TNI dengan persetujuan DPR RI. Dalam keadaan memaksa, Presiden dapat langsung mengerahkan kekuatan

Page 24: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

24

Tentara Nasional Indonesia dengan kewajiban paling lambat 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam harus mengajukan persetujuan kepada DPR RI. Apabila DPR RI tidak menyetujui pengerahan tersebut, Presiden harus menghentikan operasi militer.

2) Panglima TNI.

a) Tanggung jawab penggunaan kekuatan TNI berada pada Panglima TNI dan bertanggung jawab kepada Presiden. b) Menggunakan segenap komponen pertahanan negara dalam penyelenggaraan operasi militer berdasarkan undang-undang.

c) Menggunakan komponen cadangan setelah dimobilisasi bagi kepentingan operasi militer.

d) Menggunakan komponen pendukung yang telah disiapkan bagi kepentingan operasi militer.

c. Komando dan Kendali. Komando dan Kendali merupakan pelaksanaan kewenangan dan petunjuk oleh Panglima/Komandan yang ditugaskan untuk memimpin pasukan dalam menyelesaikan tugas pokok.

1) Komando. Komando merupakan kewenangan Panglima/Komandan militer yang diatur berdasarkan hukum dalam melaksanakan kegiatan dengan bawahannya. Komando meliputi kewenangan dan tanggung jawab untuk menggunakan sumber daya yang tersedia secara efektif pada saat perencanaan, pengorganisasian, memberikan petunjuk/arahan, serta melakukan koordinasi dan mengendalikan pasukan dalam rangka pencapaian tugas. Komando juga bertanggung jawab terhadap kesehatan, kesejahteraan, moril, dan disiplin dari personel satuannya pada saat melaksanakan tugas. 2) Kendali. Kendali merupakan kewenangan Panglima/Komandan dalam melaksanakan sebagian kegiatan bagi organisasi yang termasuk jajarannya atau organisasi lain yang biasanya tidak di bawah komandonya, yang mencakup tanggung jawab untuk mengimplementasikan perintah atau petunjuk/arahan. Semua atau sebagian dari kewenangan ini dapat dipindahkan atau didelegasikan.

d. Aturan Pelibatan atau Rules of Engagement (RoE). Aturan pelibatan atau RoE merupakan petunjuk/arahan yang dikeluarkan oleh suatu Markas Komando suatu satuan yang berisi tentang batasan-batasan terhadap prajurit maupun satuan di lapangan dalam merespon aksi provokatif dalam rangka melindungi diri sendiri maupun satuannya.

1) Pengerahan dan penggunaan kekuatan militer baik dalam OMP maupun OMSP tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan internasional seperti Piagam PBB (UN Charter), Hukum Perang/Hukum Humaniter/Hukum Sengketa Bersenjata, HAM dan Konvensi-konvensi lainnya. Pengerahan kekuatan militer memerlukan Aturan Pelibatan/RoE.

Page 25: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

25

2) Aturan Pelibatan/RoE dibedakan dalam dua jenis yaitu RoE yang berlaku dalam keadaan damai (Peace time) yang bersifat tetap (Standing RoE) dan dalam keadaan perang (Wartime RoE). Aturan tersebut berisi langkah-langkah menyangkut tindakan yang diperbolehkan dan dilarang dalam menghadapi situasi yang provokatif RoE masa damai terdiri dari: bagaimana merespon atau menghadapi niat permusuhan (Hostile Intent) maupun tindakan permusuhan (Hostile Act). Penjelasan rinci tentang RoE diatur dalam doktrin turunan.

26. Pembinaan.

a. Asas.

1) Pegang Teguh Tujuan. Upaya pembinaan satuan-satuan TNI harus selalu mengacu kepada tujuan pembinaan yaitu mewujudkan satuan yang siap dan siaga operasional dalam melaksanakan tugas pokok secara berdaya dan berhasil guna. Tujuan senantiasa harus dipegang teguh dengan tetap memperhatikan kekenyalan bertindak dalam menghadapi setiap perubahan situasi dan kondisi yang terjadi. 2) Kesatuan Komando. Keterpaduan, keserasian, dan keselarasan dalam melaksanakan setiap usaha dan kegiatan merupakan faktor utama untuk mencapai sasaran kegiatan pembinaan satuan di lingkungan TNI. Oleh karena itu agar pembinaan berhasil guna, maka diperlukan kesatuan komando dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pembinaan.

3) Efektif, Efisien, dan Ekonomis. Dalam menentukan baik alutsista TNI maupun barang dan jasa lainnya hendaklah mempertimbangkan faktor-faktor utama agar tepat fungsi, tepat harga, dan biaya pemeliharaan serta operasionalnya yang seminim mungkin. 4) Kekenyalan. Pembinaan TNI merupakan bagian dari upaya pembangunan dan pengembangan kekuatan TNI yang senantiasa adaptif terhadap perkembangan situasi dan kondisi lingkungan strategis serta ancaman dan gangguan. 5) Manfaat. Pembinaan TNI dilaksanakan dengan mengutamakan manfaat yang dapat diraih atas pelaksanaan kegiatan pembinaan tersebut.

6) Akuntabilitas. Penyelenggaraan kegiatan pembinaan di lingkungan TNI dilaksanakan sesuai dengan sasaran program dan anggaran, patuh pada ketentuan yang berlaku, serta tertib administrasi, sehingga setiap kegiatan pembinaan dapat dipertanggungjawabkan.

7) Well Informed. Untuk kelancaran dan keberhasilan setiap proses pembinaan maka setiap kepala satuan kerja dan pejabat-pejabat terkait harus selalu mendapat informasi yang aktual tentang progres setiap program yang sedang berjalan sehingga fungsi pengawasan dan pengendalian berjalan lancar dalam rangka menjaga kualitas dan kuantitas suatu program kerja.

8) Keterpaduan. Proses pembinaan dan pengembangan baik satuan TNI maupun alutsistanya diselenggarakan secara terpadu dan terkoordinasi

Page 26: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

26

untuk mendapatkan hasil yang optimal sehingga interoperability dalam tugas dapat terwujud.

9) Keselarasan. Pembinaan TNI di setiap bidang harus berjalan selaras agar tercapai keselarasan penggunaannya dalam tugas-tugas antar satuan internal TNI dan keterpaduan dengan komponen bangsa lainnya.

10) Kesemestaan. Pembinaan di lingkungan TNI dalam menyiapkan proses penyelenggaraan pertahanan negara hendaknya lebih banyak melibatkan berbagai sumber daya nasional sedemikian rupa sehingga akan terwujud sistem pertahanan yang bersifat semesta.

11) Legal. Pembinaan kekuatan, kemampuan dan gelar satuan TNI berdasarkan payung hukum yang kuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mengacu pada kebijakan pemerintah.

12) Kontinuitas. Penyelenggaraan kegiatan pembinaan satuan di lingkungan TNI dilaksanakan secara terus-menerus dan berkelanjutan dalam rangka mewujudkan satuan yang siap dan siaga operasional.

13) Bertahap, Bertingkat, dan Berlanjut. Penyelenggaraan pembinaan harus dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang konstruktif dalam mencapai sasaran yang ingin dicapai.

14) Prioritas. Penyelenggaraan pembinaan harus mendahulukan yang dianggap lebih penting demi tercapainya daya guna dan hasil guna yang ditentukan untuk jangka waktu tertentu.

15) Visioner. Penyelenggaraan pembinaan harus melihat jauh ke depan, sehingga dapat membuat perencanaan dan perkiraan yang memadai dan mampu menyesuaikan perkembangan. 16) Transparansi. Proses pembinaan harus mengedepankan keterbukaan untuk memperoleh kesamaan pandang serta menjamin hasil capaian yang optimal. 17) Adil. Penyelenggaraan pembinaan harus menjamin setiap prajurit memperoleh kesempatan yang sama untuk maju dalam jenjang kariernya berdasarkan persyaratan yang berlaku.

18) Soliditas. Penyelenggaraan pembinaan harus didasarkan pada rasa kebersamaan dan persatuan yang tercipta melalui latihan-latihan yang sangat memerlukan efektivitas satuan pertempuran.

19) Proporsional. Penyelenggaraan pembinaan harus dilakukan secara sepadan berimbang sesuai kebutuhan matra.

20) Terukur. Pencapaian pembinaan kekuatan TNI harus dapat diukur sesuai tahapan yang direncanakan.

21) Inovatif. Penyelenggaraan pembinaan terus berupaya untuk mengembangkan ide-ide baru dalam penggunaan metode, alat, sarana

Page 27: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

27

prasarana yang mendukung pencapaian hasil pembinaan yang optimal dengan tetap memperhatikan tata aturan yang berlaku.

22) Modern. Penyelenggaraan pembinaan dan hasil pembinaan mampu memanfaatkan dan/atau mengoperasikan teknologi terkini.

23) Profesional. SDM TNI dididik, dilatih, dijamin kesejahteraannya dan dilengkapi agar mampu melaksanakan semua tuntutan tugas dengan baik.

24) Integritas. Pada proses pembinaan, harus dilandasi dengan konsistensi yang kuat dalam tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip untuk menghasilkan pembinaan yang diharapkan.

25) Realistis. Penyelenggaraan pembinaan dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya agar dapat diterapkan dengan tepat guna.

26) Sustainability. Postur TNI dibangun dan dikembangkan dengan tujuan tercapainya suatu kondisi yang secara terus-menerus siaga untuk setiap saat siap digunakan dalam tugas-tugas TNI baik OMP maupun OMSP dan mampu bertahan selama mungkin.

b. Tataran Kewenangan. 1) Menteri Pertahanan:

a) menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan negara berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan Presiden RI; b) merumuskan kebijakan umum penggunaan kekuatan TNI dan komponen pertahanan lainnya; dan c) menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan oleh TNI dan komponen pertahanan lainnya.

2) Panglima TNI:

a) memimpin TNI;

b) melaksanakan kebijakan pertahanan negara;

c) mengembangkan doktrin TNI;

d) menyelenggarakan pembinaan kekuatan TNI serta memelihara kesiagaan operasional;

e) memberikan pertimbangan kepada Menteri Pertahanan dalam hal penetapan kebijakan pertahanan negara;

Page 28: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

28

f) memberikan pertimbangan kepada Menteri Pertahanan dalam hal penetapan kebijakan pemenuhan kebutuhan TNI dan komponen pertahanan lainnya;

g) memberikan pertimbangan kepada Menteri Pertahanan dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan strategis pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan negara; dan h) melaksanakan tugas dan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3) Kepala Staf Angkatan:

a) memimpin Angkatan dalam pembinaan kekuatan dan kesiapan operasional Angkatan; b) membantu Panglima TNI dalam menyusun kebijakan tentang pengembangan postur, doktrin, dan strategi serta operasi militer dengan matra masing-masing;

c) membantu Panglima TNI dalam penggunaan komponen pertahanan negara sesuai dengan kebutuhan Angkatan; dan

d) melaksanakan tugas lain sesuai dengan matra masing-masing yang diberikan oleh Panglima TNI.

c. Pengawasan dan Pengendalian. Kegiatan pengawasan dan pengendalian terhadap pembinaan di lingkungan TNI dilaksanakan secara terus-menerus sesuai dengan tingkat kewenangan organisasi yang ada di jajaran TNI, sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

1) Pengawasan. Pengawasan dititikberatkan pada upaya pencegahan untuk menghindari terjadinya penyimpangan baik di tingkat Mabes TNI maupun di Angkatan, dilaksanakan secara langsung (operatif) dan tidak langsung (administratif) dengan menggunakan metode yang tepat. 2) Pengendalian. Pengendalian merupakan proses pengarahan yang dilaksanakan sejalan dengan kegiatan pengawasan sehingga dapat mewujudkan kegiatan yang lebih teratur, tertib, efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Penyelenggaraan pengendalian dalam bentuk administrasi, operasional, dan teknis, serta menggunakan metode, alat dan sistem pengendalian untuk mendukung kelancaran pengendalian.

27. Ketentuan Lain.

a. Tantangan Tugas. Tantangan tugas akan dihadapi oleh TNI apabila ada perubahan situasi yang mendadak, tidak dapat diprediksi, dan di luar perkiraan. Untuk menghadapi tantangan tugas ini perlu upaya-upaya ekstra agar TNI berhasil melaksanakan tugas. b. Koordinasi dengan K/L Terkait. Dalam situasi tertentu, berdasarkan UU atau ketentuan lain yang terkait, TNI dapat dilibatkan dalam kegiatan yang

Page 29: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

29

diselenggarakan oleh K/L lainnya. Agar koordinasi berjalan lancar dan optimal, dapat dibentuk suatu wadah atau forum baik bersifat permanen atau sementara di berbagai level. Koordinasi dengan K/L yang memerlukan keterlibatan TNI antara lain untuk membicarakan substansi kegiatan dan prosedur guna mengatasi permasalahan yang dihadapi. c. Status Pelibatan TNI dengan K/L.

1) Bawah Komando Operasi (Bakoops) adalah status suatu satuan yang mempunyai hubungan operasional dengan satuan atasan yang bukan satuan atasan organiknya. Satuan yang menerima bawah komando mempunyai wewenang komando operasional terhadap kesatuan yang berstatus bawah komando. 2) Bawah Kendali Operasi (BKO) adalah status suatu satuan yang telah mempunyai tugas pokok tertentu, mempunyai hubungan operasional dengan satuan atasan yang bukan satuan atasan organiknya. Satuan yang menerima Bawah Kendali mempunyai wewenang kendali operasional terhadap satuan yang berstatus bawah kendali.

d. Mobilisasi Komponen Cadangan dan Pendukung. Mobilisasi komponen cadangan dan pendukung ditujukan untuk menambah kekuatan dan kemampuan komponen utama. Pelaksanaan mobilisasi dikoordinasikan dengan Kementerian Pertahanan. e. Penilaian Ancaman dan Gangguan. Penilaian ancaman dan gangguan dilakukan Institusi TNI bersama dan/atau didukung K/L yang bertanggung jawab, sedangkan penilaian ancaman dan gangguan dalam situasi di lapangan dilakukan oleh Panglima/Komandan. f. Doktrin Tambahan. Dalam hal terdapat perkembangan situasi dan/atau kebijakan Pimpinan TNI untuk membuat doktrin turunan yang belum terwadahi dalam Doktrin TNI Tridek ini, maka Doktrin TNI Tridek ini harus diamandemen terlebih dahulu dengan memasukkan judul doktrin yang akan disusun. g. Produk Hukum Panglima TNI. Selain doktrin turunan, produk lain yang dapat dibuat antara lain adalah Peraturan Panglima TNI yang disusun dalam rangka menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi/sederajat (bersifat delegasi) dan/atau dalam rangka kegiatan-kegiatan lain yang perlu diatur lebih lanjut oleh TNI (bersifat atribusi). Ketentuan tentang penyusunan Peraturan Panglima TNI sesuai dengan Peraturan Panglima TNI tentang Pembentukan Produk Hukum di Lingkungan TNI. h. Perubahan, Pengembangan, dan Sinergi.

1) Mekanisme Perubahan dan Pengembangan Doktrin TNI Tridek perlu diatur melalui suatu proses evaluasi dan pengkajian terhadap hal-hal yang menjadi faktor-faktor yang memengaruhi validitas doktrin itu sendiri agar tercipta sinergi internal maupun eksternal. Perubahan terhadap Doktrin TNI Tridek ini dapat dilakukan setiap saat melalui mekanisme ralat, amandemen, dan revisi agar tercapai kesempurnaan dan kekinian dari isi-isinya. Mekanisme perubahan doktrin diatur tersendiri dalam doktrin turunan.

Page 30: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

30

2) Doktrin TNI Tridek ini sifatnya mengikat namun tidak dogmatik yang bermakna bahwa doktrin ini bisa dikembangkan sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi. Dengan demikian, maka ketentuan-ketentuan, aturan-aturan, prinsip, asas, dan nilai-nilai lainnya yang ada dalam doktrin ini harus dikembangkan secara terus-menerus melalui penelitian, analisa, dan pengkajian, serta hasil evaluasi. Di samping itu juga harus memperhatikan berbagai faktor, baik eksternal maupun internal yang berpengaruh langsung pada pengembangan doktrin seperti: perubahan ancaman, kondisi geografi dan demografi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya, strategi dan budaya militer, kebijakan-kebijakan pemerintah, konsep-konsep para ahli, perkembangan konsep strategi, kampanye militer atau operasi militer, serta perkembangan doktrin-doktrin militer secara universal. 3) Doktrin TNI Tridek harus bisa bersinergi baik dengan Doktrin Hanneg maupun dengan Doktrin Dwi Bhakti Eka Dharma (Doktrin K/L lainnya) dalam menghadapi ancaman nonmiliter yang dapat mengancam baik langsung maupun tidak langsung kepada prajurit dan institusi TNI.

BAB VI

DOKTRIN TURUNAN

28. Umum. Doktrin TNI Tridek adalah Doktrin Induk bagi TNI yang berada pada strata strategi militer dan merupakan turunan dari atau setingkat di bawah doktrin dasar yaitu Doktrin Pertahanan Negara (Hanneg). Doktrin TNI Tridek ini menjadi pedoman yang mengikat bagi doktrin-doktrin turunannya termasuk doktrin angkatan. Pada bab ini akan dijelaskan stratifikasi doktrin secara singkat dan doktrin turunan langsung dari Doktrin TNI Tridek ini. 29. Stratifikasi Doktrin. Strata doktrin, baik di lingkungan Mabes TNI maupun angkatan mempunyai bagan yang kongruen atau sama bentuknya dimulai dari doktrin induk di tataran paling atas sampai juknis di tataran paling bawah, dengan ketentuan penempatan masing-masing doktrin pada setiap strata seperti diuraikan di bawah ini. Secara rinci, Stratifikasi Doktrin di Lingkungan TNI akan diatur tersendiri dalam satu Petunjuk Referensif (Jukref) yang menjadi turunan langsung dari Doktrin TNI Tridek ini. Bagan Stratifikasi Doktrin di Lingkungan TNI, dapat dilihat pada Lampiran B.

a. Strata Strategy. Pada strata ini terdapat doktrin induk TNI yaitu Doktrin TNI Tridek dan doktrin angkatan. b. Strata Operasional. Pada Strata Operasional terdapat dua level terdiri dari Level Operasional Satu dan Operasional Dua. Pada Level Operasional Satu, sebagai turunan langsung dari Doktrin TNI Tridek terdapat Doktrin Opsmil, Doktrin Fungsi, dan Jukref. Sedangkan pada Level Operasional Dua, sebagai turunan dari Doktrin Opsmil dan Doktrin Fungsi, terdapat Jukgar dan Jukref. c. Strata Taktis. Pada Srata Taktis, sebagai turunan dari jukgar terdapat juknis dan jukref. Dalam pelaksanaannya, juknis suatu kegiatan baik fungsi maupun operasi akan dikonversikan menjadi protap di setiap satuan yang menjalankan kegiatan yang sama, atau bila kondisi dan situasinya berbeda.

Page 31: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

31

30. Doktrin Turunan. Doktrin TNI Tridek mempunyai beberapa doktrin turunan langsung, yaitu: Doktrin Operasi Militer (Opsmil), Doktrin Fungsi, dan Jukref, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Doktrin Operasi Militer. Untuk menjawab langsung ancaman dan gangguan, maka TNI menyelenggarakan Operasi Militer. Agar pelaksanaannya berjalan lancar dan hasilnya optimal, maka diperlukan pedoman berupa doktrin-doktrin sebagai berikut:

1) Doktrin Operasi Militer Perang (OMP). Doktrin OMP berisi hal-hal terkait OMP meliputi ketentuan-ketentuan bersifat umum dan khusus, asas-asas, kegiatan-kegiatan OMP yang akan dilaksanakan, dan hal-hal terkait lainya yang relevan, serta doktrin-doktrin turunannya. 2) Doktrin Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Seperti Doktrin OMP di atas, Doktrin OMSP juga memuat hal serupa namun untuk OMSP.

b. Doktrin Fungsi. Untuk terlaksana dan berhasilnya semua Operasi Militer yang disiapkan di atas, maka diperlukan adanya suatu rangkaian kegiatan sehari-hari berupa perencanaan, penyiapan, dan pembinaan dalam rangka merealisasikan operasi-operasi militer tersebut, baik yang dipersiapkan maupun yang bersifat ad hoc atau spontan. Doktrin-doktrin Fungsi di bawah ini menjadi acuan atau pedoman bagi TNI baik yang langsung berhubungan dengan Operasi Militer, maupun yang tidak langsung namun terkait dengan internal dari masing-masing fungsi atau fungsi khusus. Doktrin-doktrin Fungsi dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Fungsi Umum. Doktrin Fungsi Umum (DFU) tersebut meliputi doktrin-doktrin: Pengawasan dan Pemeriksaan, Keahlian dan Kekhususan, Perencanaan, Intelijen, Operasi, Personel, Logistik, Teritorial, serta Komunikasi dan Elektronika. 2) Fungsi Khusus. Doktrin Fungsi Khusus (DFK) ini diperlukan oleh Balakpus TNI dan Unsur Pelayanan, yaitu DFK terkait: Doktrin, Pendidikan, Latihan, Hukum, Kepolisian Militer, Penerangan, Kesehatan, Perbekalan, Pengadaan, Pembinaan Mental, Keuangan, Informasi dan Pengolahan Data, Pengkajian Strategi, Penelitian dan Pengembangan, Kerjasama Internasional, Garnisun Tetap, Media Siber, Pelestarian Sejarah, dan DFK Pelayanan (Denma, Setum, Satkomlek, dan Puskodal).

c. Petunjuk Referensif. Jukref yang menjadi turunan dari Doktrin TNI Tridek ini adalah petunjuk-petunjuk bersifat referensi yang diperlukan baik dalam konteks pembinaan maupun penggunaan. Jukref dimaksud antara lain terkait: tata tulis militer, sasaran kemampuan TNI (Capability Requirement), stratifikasi doktrin, ketentuan penyusunan aturan pelibatan, ketentuan koordinasi TNI dengan K/L terkait, serta jukref lainnya sesuai kebutuhan namun terkait erat dengan doktrin induk ini.

Page 32: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

32

BAB VII PENUTUP

31. Doktrin TNI Tridek harus dipahami dan dihayati oleh seluruh prajurit TNI secara utuh. Pengamalan Doktrin TNI Tridek dilaksanakan untuk mencapai kelancaran dan keberhasilan tugas pokok TNI dengan dilandasi keyakinan dan tekad luhur melalui penekanan sebagai berikut:

a. TNI sebagai organisasi dan sebagai individu senantiasa mawas diri untuk tidak menyalahi dan menyimpang dari Pancasila, UUD NRI 1945, dan hakikat perjuangan bangsa Indonesia. b. Isi dan makna yang terkandung di dalam doktrin ini dipahami, dihayati, dan dipedomani dalam rangka pencapaian keberhasilan setiap tugas TNI. c. Senantiasa memperkokoh soliditas TNI dalam keselarasan dan kebersamaan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak di dalam pelaksanaan tugas yang didasari pada nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan. d. Secara terus-menerus doktrin disosialisasikan baik secara konvensional maupun melalui sistem elektronik. e. Menerapkan doktrin secara nyata sehingga prajurit dapat sejalan dalam memahami arah tujuan atau keinginan yang dituju. f. Proses penyempurnaan doktrin ini dilakukan sesuai mekanisme umpan balik melalui ralat dan amandemen.

Panglima TNI,

tertanda

Hadi Tjahjanto, S.I.P. Marsekal TNI

Autentikasi

Kepala Setum TNI,

Ferry Zein Brigadir Jenderal TNI

Paraf:

Dankodiklat :

Kasetum :

Asintel :

Asops :

Aspers :

Aslog :

Aster :

Page 33: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

33

TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran A Keputusan Panglima TNI MARKAS BESAR Nomor Kep/555/VI/2018 _____________________________ Tanggal 6 Juni 2018 ________________________________

DAFTAR PENGERTIAN

1. Agresi. Agresi adalah penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dalam bentuk atau cara-cara antara lain invasi, bombardemen, blokade sebagian atau seluruh wilayah suatu negara, serangan bersenjata terhadap unsur satuan darat, laut, dan udara, serta keberadaan atau tindakan unsur kekuatan bersenjata asing dalam wilayah suatu negara, yang bertentangan dengan ketentuan atau perjanjian yang disepakati. 2. Aktor Negara. Aktor negara adalah suatu negara atau perwakilan resmi suatu negara yang paling dominan memainkan perannya dalam sistem internasional. 3. Aktor Nonnegara. Aktor nonnegara adalah orang atau kelompok yang setiap tindakannya tidak mewakili atau tidak atas nama suatu negara. 4. Amandemen. Amandemen adalah perubahan berupa amandemen dilakukan bila ada perubahan yang bersifat esensi terhadap sebagian isi suatu petunjuk namun tidak lebih dari 50% isi keseluruhan. 5. Ancaman. Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. 6. Ancaman Bencana. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. 7. Ancaman Bersenjata. Ancaman bersenjata adalah ancaman yang datangnya dari gerakan kekuatan bersenjata. 8. Ancaman Hibrida. Ancaman Hibrida adalah ancaman yang bersifat campuran dan merupakan paduan antara ancaman militer dan nonmiliter. Ancaman hibrida antara lain mengombinasikan antara ancaman konvensional, asimetrik, teroris, dan perang siber serta kriminal yang beragam dan dinamis. Selain berbagai kombinasi ancaman tersebut, ancaman hibrida dapat juga berupa keterpaduan serangan antara penggunaan senjata kimia, biologi, radiologi, nuklir dan bahan peledak (Chemical, Biological, Radiological, Nuclear and Explosive /CBRNE) dan perang informasi. 9. Ancaman Militer. Ancaman militer adalah ancaman yang dilakukan oleh militer suatu negara kepada negara lain. 10. Aplikatif. Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata aplikatif adalah mengenai (berkenaan dengan) penerapan. Dalam Petunjuk Penyelenggaraan Penyusunan dan Penerbitan Petunjuk (Jukgarsunbitjuk) TNI ini kata aplikatif bermakna bahwa petunjuk penyelenggaraan dan petunjuk teknis merupakan petunjuk aplikatif karena di dalamnya berisikan tentang penerapan/implementasi dari tahap-tahap kegiatan.

Page 34: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

34

11. Arah Pembangunan Kekuatan TNI. Arah pembangunan kekuatan TNI adalah pembangunan kekuatan yang dilaksanakan secara terencana, terarah dan berkelanjutan dengan mengikuti perkembangan kemajuan teknologi modern dan terkini dengan mengacu pada pembangunan kekuatan pertahanan. Pembangunan kekuatan pertahanan tidak ditujukan sebagai bentuk perlombaan senjata, melainkan upaya pencapaian standar profesionalisme angkatan bersenjata, dengan mendasarkan pada visi, misi, nawacita, dan kebijakan Poros Maritim Dunia (PMD). 12. Aturan Pelibatan/Rules of Engagement (RoE). Aturan Pelibatan adalah petunjuk/arahan/ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas militer yang kompeten, yang menggambarkan keadaan dan keterbatasan dimana militer akan berinisiatif dan/atau melanjutkan keterlibatannya dalam suatu kesempatan pertempuran dengan pasukan lain yang mungkin dihadapi. 13. Bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 14. Bencana Alam. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 15. Bencana Nonalam. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. 16. Bencana Sosial. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. 17. Diplomasi Angkatan Laut (Naval Diplomacy). Diplomasi Angkatan Laut (naval diplomacy) adalah fungsi diplomasi sesuai dengan kebijakan politik luar negeri yang melekat pada peran Angkatan Laut secara universal sesuai dengan kebiasaan internasional, serta sudah menjadi sifat dasar dari setiap kapal perang suatu negara yang berada di negara lain memiliki kekebalan diplomatik dan kedaulatan penuh. 18. Diplomasi Militer. Diplomasi Militer adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh militer untuk mendukung kebijakan politik luar negeri yang bertujuan untuk memengaruhi kepemimpinan negara lain, baik dalam keadaan damai maupun pada situasi bermusuhan. Bentuk Diplomasi Militer antara lain: unjuk kekuatan militer, latihan bersama, pendidikan, pertemuan militer, kunjungan, kerja sama militer. 19. Doktrin Angkatan. Doktrin Angkatan adalah doktrin di lingkup Angkatan yang meliputi: Doktrin TNI AD, Doktrin TNI AL, dan Doktrin TNI AU. 20. Doktrin Dasar. Doktrin Dasar adalah doktrin yang menjadi dasar bagi semua doktrin yang berhubungan dengan pertahanan negara. Doktrin Pertahanan Negara berada dalam strata doktrin dasar. 21. Doktrin Fungsi. Doktrin Fungsi adalah doktrin yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan semua fungsi manajemen TNI.

Page 35: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

35

22. Doktrin Induk. Doktrin Induk adalah doktrin yang menjadi dasar bagi semua doktrin yang berhubungan dengan pertahanan militer. Doktrin TNI Tridek merupakan doktrin induk bagi TNI. 23. Doktrin Operasi Militer. Doktrin Operasi Militer adalah doktrin yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan operasi militer. 24. Doktrin TNI. Doktrin TNI adalah segala sesuatu yang menjadi pedoman bagi TNI dalam melaksanakan tugas pokoknya. 25. Hambatan. Hambatan adalah usaha yang ada dan berasal dari dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau memiliki tujuan untuk melemahkan dan menghalangi secara tidak konsepsional. 26. Instalasi Penting (Critical Infrastructure). Instalasi penting adalah fasilitas, sistem, jaringan, teknologi baik fisik maupun virtual yang terkait dengan pelayanan umum baik keamanan, kesehatan, transportasi, energi, air minum, komunikasi dan perekonomian. Gangguan terhadap instalasi penting akan melemahkan keamanan, ekonomi nasional, kesehatan masyarakat atau keamanan, atau kombinasinya. Dalam konteks militer merupakan instalasi-instalasi yang memengaruhi keunggulan militer. 27. Kampanye Militer. Kampanye Militer adalah serangkaian dari beberapa operasi gabungan yang dilaksanakan secara berurutan atau serentak, untuk mencapai sasaran strategis pada suatu ruang dan waktu yang telah ditentukan, sebagai strategi operasional Pangkogab. 28. Keadaan Memaksa. Keadaan memaksa adalah situasi dan keadaan yang kalau dibiarkan akan mengakibatkan kekacauan keamanan dan kerugian negara yang lebih besar sehingga perlu segera mengambil tindakan untuk mencegah dan mengatasi ancaman militer dan/atau ancaman bersenjata guna menyelamatkan kepentingan nasional.

29. Keamanan Dalam Negeri (Kamdagri). Kamdagri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. 30. Kebijakan dan Keputusan Politik Negara. Kebijakan dan keputusan politik negara merupakan kebijakan dan keputusan politik yang dilakukan oleh pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan dirumuskan melalui mekanisme hubungan kerja antara pemerintah dan DPR RI, seperti rapat konsultasi dan rapat kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan tugas DPR RI di bidang legislasi, pengawasan, maupun anggaran. Produk hasil rapat konsultasi dan rapat kerja antara lain berupa kesepakatan atau hal-hal yang perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah agar tidak menyimpang dari apa yang sudah ditetapkan dan/atau perlu adanya program kegiatan lain yang belum ditentukan dalam program dan anggaran APBN dan lain sebagainya. 31. Keluarga VVIP. Yang dimaksud keluarga dalam VVIP adalah istri atau suami dari Presiden RI dan Wakil Presiden RI, anak dan menantu Presiden RI dan Wakil Presiden RI, keluarga tamu negara yang mendampingi kepala negara/kepala pemerintahan dalam

Page 36: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

36

rangka kunjungan kenegaraan atau kunjungan kerja/resmi, serta istri atau suami mantan Presiden RI dan mantan Wakil Presiden RI. 32. Kepentingan Nasional. Kepentingan nasional adalah tetap tegaknya negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta terjaminnya kelancaran dan keamanan pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan dan tujuan nasional. 33. Kesiagaan Operasional. Kesiagaan operasional adalah kondisi kemampuan satuan yang telah siap siaga setiap saat untuk dilibatkan dalam operasi gabungan (antar Angkatan) dan telah dipersiapkan dengan dukungan pelayanan logistik dan unsur angkutan dari basis ke daerah operasi secara terpadu antar Angkatan. 34. Kesiapan Operasional. Kesiapan operasional adalah kondisi kemampuan satuan yang sudah siap dioperasikan dengan menggunakan daya tempur secara terpadu dan efektif (terpadu antarcabang) dan telah dilengkapi dengan bekal satuan secara terbatas untuk penugasan dalam Iingkungan yang terbatas. 35. Komando Utama Operasi. Komando Utama Operasi adalah kekuatan TNI yang terpusat yang berada di bawah komando Panglima TNI. 36. Komando Utama Pembinaan. Komando Utama Pembinaan adalah kekuatan TNI yang memiliki fungsi pembinaan kekuatan matra yang berada di bawah Komando Kepala Staf Angkatan. 37. Landasan, Dasar, dan Referensi.

a. Landasan adalah suatu pijakan yang bersifat fundamental sebagai penguat dalam pemikiran atau ide. b. Dasar adalah norma atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar bagi setiap penyelenggaraan atau tindakan oleh TNI dalam melaksanakan tugasnya. c. Referensi adalah sumber rujukan atau acuan yang dapat digunakan dalam penyusunan doktrin.

38. Latihan Bersama. Latihan Bersama adalah latihan antar Angkatan dengan negara/beberapa negara lain. 39. Latihan Gabungan Bersama/Multilateral. Latihan Gabungan Bersama/ Multilateral adalah latihan pengerahan kekuatan dan kemampuan TNI dengan melibatkan satuan-satuan TNI secara gabungan bersama-sama dengan angkatan bersenjata negara lain, baik secara bilateral (Bilateral Joint Combine Operations) maupun multilateral (Multilateral Joint Combine Operations) untuk OMSP tertentu.

40. Lawan. Lawan adalah sebutan bagi pihak-pihak bukan negara yang mengancam NKRI. 41. Melindungi Segenap Bangsa dan Seluruh Tumpah Darah. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah adalah melindungi jiwa, kemerdekaan dan harta benda setiap warga negara.

Page 37: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

37

42. Membantu Tugas Pemerintahan di Daerah. Membantu tugas pemerintahan di daerah adalah membantu pelaksanaan fungsi pemerintah dalam kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat dan kemampuan TNI untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi, antara lain membantu mengatasi akibat bencana alam, merehabilitasi infrastruktur, serta mengatasi masalah akibat pemogokan dan konflik komunal. 43. Memberdayakan Wilayah Pertahanan. Memberdayakan wilayah pertahanan adalah membantu pemerintah menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan yang dipersiapkan secara dini meliputi wilayah pertahanan beserta kekuatan pendukungnya, untuk melaksanakan operasi militer untuk perang, yang pelaksanaannya didasarkan pada kepentingan pertahanan negara sesuai dengan sistem pertahanan semesta; membantu pemerintah menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran secara wajib bagi warga negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan; membantu pemerintah memberdayakan rakyat sebagai kekuatan pendukung. 44. Menegakkan Hukum dan Menjaga Keamanan Laut. Menegakkan hukum dan menjaga keamanan laut adalah segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan penegakan hukum di laut sesuai dengan kewenangan TNI AL (constabulary function) yang berlaku secara universal dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk mengatasi ancaman tindakan kekerasan, ancaman navigasi, serta pelanggaran hukum di wilayah laut yurisdiksi nasional. Menegakkan hukum yang dilaksanakan oleh TNI AL di laut, terbatas dalam lingkup pengejaran, penangkapan, penyelidikan dan penyidikan perkara yang selanjutnya diserahkan kepada Kejaksaan, TNI AL tidak menyelenggarakan pengadilan. 45. Menegakkan Hukum dan Menjaga Keamanan Udara. Menegakkan hukum dan menjaga keamanan udara adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk menjamin terciptanya kondisi wilayah udara yang aman serta bebas dari ancaman kekerasan, ancaman navigasi, serta pelanggaran hukum di wilayah udara yurisdiksi nasional. 46. Menegakkan Kedaulatan Negara. Menegakkan kedaulatan negara adalah mempertahankan kekuasaan negara untuk melaksanakan pemerintahan sendiri yang bebas dari ancaman. 47. Menjaga Keamanan Wilayah Perbatasan Darat. Menjaga keamanan wilayah perbatasan darat adalah segala upaya, pekerjaan, dan kegiatan untuk menjamin tegaknya kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa di wilayah perbatasan dengan negara lain dari segala bentuk ancaman dan pelanggaran. 48. Menjaga Keutuhan Wilayah. Menjaga keutuhan wilayah adalah mempertahankan kesatuan wilayah kekuasaan negara dengan segala isinya, di darat, laut dan udara yang batas-batasnya ditetapkan dengan undang-undang. 49. Militer. Militer adalah kekuatan angkatan perang dari suatu negara yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan. 50. Musuh. Musuh adalah sebutan bagi negara lain yang mengancam NKRI. 51. Naskah Doktrin. Naskah Doktrin (ND) adalah naskah yang berisi doktrin sebagai pedoman bagi TNI dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan maksud isinya, ND dibagi menjadi dua yaitu aplikatif dan referensif, sedangkan terkait turunannya, terdiri dari ND yang mempunyai turunan dan ND yang tidak memiliki turunan.

Page 38: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

38

52. Naskah Doktrin Aplikatif (NDA). NDA adalah naskah doktrin yang bersifat aplikasi dimana berisi tata cara menjalankan suatu kegiatan, baik opsmil maupun fungsi. Format dan isi NDA ini menjelaskan “Siapa, Apa yang dikerjakan, Di mana, Bilamana, dan Bagaimana” (SiADiBiBa) dari suatu kegiatan, dengan tujuan agar penyelenggaraan suatu kegiatan berjalan lancar. NDA pada level operasional termasuk ND yang mempunyai turunan sampai NDA di level taktis. 53. Naskah Doktrin Referensif (NDR). NDR adalah naskah doktrin yang bersifat referensi (petunjuk referensi) dimana pada umumnya tidak memiliki turunan, berisi: ketentuan, kriteria, dan hal-hal lainnya yang relevan, dengan tujuan agar penyelenggaraan suatu kegiatan berhasil optimal. 54. Objek Vital Nasional/Objek Vital Nasional yang Bersifat Strategis. Objek vital nasional adalah objek yang bersifat strategis yang menyangkut hajat hidup orang banyak, harkat dan martabat bangsa, serta kepentingan nasional yang ditentukan oleh keputusan pemerintah. Objek vital nasional yang bersifat strategis antara lain Istana Presiden/Wapres, kediaman Presiden/Wapres, bandar udara internasional, pelabuhan internasional, eksplorasi/eksploitasi sumber daya alam, instalasi nuklir, industri biologi dan kimia skala besar, industri pertahanan, industri dan badan keantariksaan dan perusahaan umum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI). 55. Operasi. Operasi adalah suatu rangkaian kegiatan untuk tujuan tertentu yang memiliki komando, pengendalian, dan staf. 56. Operasi Bantuan di Luar TNI. Operasi Bantuan di Luar TNI adalah operasi yang dilaksanakan untuk memberikan bantuan kepada unsur militer lainnya di luar Komando Operasi untuk membantu keberhasilan operasi-operasi yang dilaksanakan. 57. Operasi Dukungan. Operasi Dukungan adalah operasi yang dilaksanakan baik secara mandiri maupun gabungan, diarahkan untuk mendukung keberhasilan operasi yang dilaksanakan dalam Kampanye Militer, sehingga diperoleh peningkatan daya guna dan hasil guna operasi yang dilaksanakan. Panglima/Komandan yang menyelenggarakan Operasi Dukungan harus benar-benar memahami tujuan dari Operasi Dukungan yang dilaksanakan, serta meyakini bahwa Operasi Dukungan akan dapat mendukung pencapaian tugas pokok Kampanye Militer. 58. Operasi Gabungan Utama. Operasi Gabungan Utama adalah operasi gabungan dalam rangka tugas tempur, merupakan bagian dari kampanye militer maupun berdiri sendiri, bukan bagian dari kampanye militer dengan tujuan untuk memadukan kekuatan dan kemampuan angkatan yang dilibatkan. Jenis Operasi Gabungan Utama: Operasi Udara Gabungan; Operasi Laut Gabungan; Operasi Lintas Udara; Operasi Amfibi; Operasi Pendaratan Administrasi; Operasi Darat Gabungan; dan Operasi Pertahanan Pantai. 59. Operasi Khusus TNI adalah Operasi Militer yang dilakukan oleh satuan tugas yang dibentuk secara khusus (matra tunggal maupun gabungan/Koopssus TNI) bertujuan untuk merebut, menguasai, menghancurkan dan membebaskan serta menyelamatkan sasaran yang bernilai strategis terpilih baik di daerah musuh/lawan maupun di wilayah sendiri yang dikuasai musuh/lawan, diselenggarakan oleh komando tugas berdiri sendiri atau komando tugas yang merupakan rangkaian operasi lainnya dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.

Page 39: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

39

60. Operasi Militer. Operasi Militer adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh instansi militer. Operasi Militer dapat berdiri sendiri dan dapat merupakan bagian dari operasi berskala lebih besar. Operasi Militer dapat dilakukan oleh Kogab atau Kogasgab atau Satgas. 61. Operasi Militer Perang (OMP). Operasi Militer Perang adalah segala bentuk pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI untuk melawan kekuatan militer negara lain yang melakukan agresi terhadap Indonesia dan/atau dalam konflik bersenjata dengan satu negara lain atau Iebih, yang didahului dengan adanya pernyataan perang dan tunduk pada hukum perang internasional. 62. Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Operasi Militer Selain Perang adalah pengerahan kekuatan TNI untuk melaksanakan operasi militer yang bukan dalam rangka perang dengan negara lain, tetapi untuk melaksanakan tugas-tugas nontempur, seperti tugas-tugas kemanusiaan, menanggulangi akibat bencana dan untuk kepentingan nasional lainnya, mengatasi pemberontakan bersenjata, gerakan separatis, tugas mengatasi kejahatan lintas negara dan tugas perdamaian. 63. Operasi Perlawanan Wilayah. Operasi Perlawanan Wilayah adalah Operasi yang diselenggarakan oleh satuan TNI dalam rangka mewujudkan kekuatan pertahanan aspek darat, laut dan udara yang menyangkut wilayah pertahanan maupun kekuatan pendukung yang memiliki ketahanan dalam semua aspek kehidupan dan memiliki kemampuan, keterampilan serta upaya bela negara, untuk menangkal setiap ancaman dan gangguan yang membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI yang dilaksanakan sesuai kewenangan dan peraturan perundang-undangan. 64. Operasi Teritorial. Operasi Teritorial adalah segala upaya, pekerjaan dan kegiatan untuk menciptakan kondisi wilayah dengan mendayagunakan sumber daya nasional serta sarana prasarana baik yang telah disiapkan maupun yang belum disiapkan dalam ruang dan waktu, agar secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan perlawanan terhadap setiap bentuk ancaman yang mengganggu kedaulatan NKRI. 65. Pelanggaran Wilayah. Pelanggaran wilayah adalah suatu tindakan memasuki wilayah negara lain tanpa izin (diplomatic clearance dan security clearence), baik oleh kendaraan, pesawat terbang tempur maupun kapal-kapal perang. 66. Pembinaan. Pembinaan adalah suatu proses berlanjut dengan tujuan tercapainya suatu kondisi yang siap untuk melaksanakan tugas fungsi dan siaga untuk digunakan dalam tugas OMP dan OMSP. Objek dari proses ini adalah kemampuan personal, materiel, dan sistem di mana dalam pelaksanaanya saling berkaitan. 67. Pemulih. Pemulih adalah kekuatan TNI yang mempunyai kemampuan untuk memulihkan atau mengembalikan kondisi keamanan negara yang kacau atau hancur akibat perang, pemberontakan, konflik komunal, huru-hara, terorisme, atau bencana alam. Dalam konteks nasional TNI melaksanakan pemulihan bersama-sama dengan elemen bangsa lainnya membantu fungsi pemerintah. Dalam konteks internasional, TNI turut berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia melalui upaya penciptaan dan pemeliharaan perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri. 68. Penggunaan. Terminologi “Penggunaan” pada naskah doktrin ini adalah suatu istilah yang secara khusus digunakan dalam konteks OMP dan OMSP yang merupakan suatu proses pemanfaatan sumber daya yang dimiliki TNI baik SDM maupun Alutsista dan sarana pendukungnya.

Page 40: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

40

69. Penangkal. Penangkal adalah kekuatan TNI yang mempunyai aspek psikologis untuk diperhitungkan oleh musuh atau lawan sehingga mereka mengurungkan niatnya untuk melakukan tindakan yang akan mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. 70. Penindak. Penindak adalah kekuatan TNI yang mempunyai kemampuan untuk menindak atau menghancurkan kekuatan musuh atau lawan yang mengancam kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. 71. Penyiagaan postur TNI. Suatu upaya dan kegiatan pembinaan postur TNI yang dilakukan oleh Mabes TNI dalam rangka kesiagaan operasional. 72. Penyiapan postur TNI. Suatu upaya dan kegiatan pembinaan postur TNI yang dilakukan oleh Angkatan dalam rangka kesiapan operasional.

73. Pertahanan Negara. Pertahanan negara adalah segala usaha untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan melindungi keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

74. Pertahanan Berlapis. Pertahanan Berlapis (defence in-depth) meliputi tiga mandala yaitu:

a. di luar wilayah Indonesia sesuai dengan kemampuan terjauh proyeksi kekuatan militer (mandala luar); b. dalam wilayah yurisdiksi Indonesia sampai dengan batas kemampuan terjauh alutsista pertahanan pantai Indonesia (mandala utama); dan c. pantai Indonesia sampai dengan wilayah daratan (mandala dalam).

75. Petunjuk Penyelenggaraan (Jukgar). Jukgar adalah jabaran lebih lanjut dari Petunjuk Induk yang menjelaskan Si-A-Di-Bi-Ba sebagai pedoman bagi penyelenggara, pelaksana, dan pelaku serta pendukung dalam menjalankan suatu kegiatan baik operasional maupun fungsional di bidang masing-masing. 76. Petunjuk Teknis (Juknis). Juknis TNI adalah jabaran lebih lanjut dari Petunjuk Penyelenggaraan TNI yang memuat penjelasan tentang tata cara teknis dan/atau pelaksanaan suatu kegiatan atau pekerjaan secara terinci termasuk juga penggunaan, pemeliharaan dan/atau perbaikan peranti keras atau materiil dalam rangka pembinaan di lingkungan TNI.

77. Postur TNI. Postur TNI adalah wujud penampilan TNI yang tercermin dari keterpaduan kekuatan, gelar kekuatan, dan kemampuan. 78. Proxy War. Proxy War adalah perang di suatu negara yang terjadi akibat hasutan dari kekuatan suatu negara lainnya dengan memanfaatkan aktor nonnegara atau pihak ketiga atas nama mereka untuk melawan negara dimaksud. 79. Ralat. Ralat adalah perubahan berupa ralat yang dilakukan bila terjadi kesalahan ringan terkait tata tulis seperti: kesalahan ketik, perubahan makna kata dalam tata bahasa

Page 41: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

41

umum, dalam rangka konsistensi penulisan, atau ada perubahan dokumen yang menjadi dasar. Secara umum, ralat tidak mengubah esensi materi dari petunjuk dimaksud. 80. Rencana Kampanye. Rencana Kampanye adalah:

a. Serangkaian rencana operasi-operasi yang bertujuan untuk mencapai sasaran strategi dan operasional dalam suatu ruang dan waktu yang ditentukan. b. Rangkaian rencana operasi militer yang bertujuan untuk menanggulangi setiap ancaman nyata baik yang didasarkan kepada rencana kontinjensi yang dirumuskan melalui perencanaan strategi maupun untuk menghadapi ancaman yang bersifat mendadak yang tidak direncanakan sebelumnya.

81. Rencana Operasi. Rencana Operasi adalah konsep operasi yang berisi perencanaan yang detail dan lengkap, dituangkan dalam konsep yang masih memerlukan pengembangan dan perubahan untuk diimplementasikan sesuai dengan perkembangan situasi. 82. Revisi. Revisi adalah perubahan yang dilakukan dengan ketentuan:

a. bila sudah berlaku lebih dari dua tahun dan terdapat beberapa ralat dan amandemen; dan b. bila ada perubahan yang bersifat esensi terhadap sebagian besar atau lebih dari 50% isi keseluruhan suatu petunjuk.

83. Revolusi Industri 4.0. Revolusi industri 4.0. adalah suatu kondisi dunia yang ditandai dengan munculnya berbagai teknologi baru yang digunakan dalam industri yang antara lain menghasilkan: kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), Robotic, Cyber, Internet of things, Virtual Reality, teknologi pencetakan/printing tiga dimensi, teknologi neuro, dan Teknologi Nano/Micro Nano. 84. Senjata Konvensional. Senjata Konvensional adalah persenjataan yang secara umum digunakan negara-negara yang berkonflik dan bukan senjata pemusnah massal (NCB). Secara umum senjata ini dibagi dalam tiga golongan besar berupa Major Conventional arms, small arms dan light weapons.

85. Tantangan. Tantangan adalah suatu hal atau bentuk usaha yang memiliki tujuan untuk menggugah kemampuan.

86. Tantangan Tugas. Tantangan Tugas adalah hal-hal yang menantang TNI dalam melaksanakan tugas di mana sebelum menjalankan tugas tersebut harus terlebih dahulu mempertimbangkan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas diri.

Autentikasi Panglima TNI, Kepala Setum TNI, tertanda

Ferry Zein Hadi Tjahjanto, S.I.P. Brigadir Jenderal TNI Marsekal TNI

Page 42: TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR …

42 TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran B Keputusan Panglima TNI MARKAS BESAR Nomor Kep/555/VI/2018 _____________________________ Tanggal 6 Juni 2108 _____________________________

BAGAN STRATIFIKASI DOKTRIN DI LINGKUNGAN TNI

Autentikasi Panglima TNI, Kepala Setum TNI, tertanda

Ferry Zein Hadi Tjahjanto, S.I.P. Brigadir Jenderal TNI Marsekal TNI

DOKTRIN

TRIDEK

O

P

E

R

A

S

I

O

N

A

L

JUKOPS

DOKTRIN OPSMIL

S

T

R

A

T

E

G

I

S

T

A

K

T

I

S

JUKREF

JUKREF

JUKREF

PROTAP

JUKREF

PROTAP

DOKTRIN

ANGKATAN

JUKREF JUKREF JUKREF

JUKREF

JUKOPS

DOKTRIN FUNGSI

JUKOPS

JUKOPS

DOKTRIN OPS/FUNGSI

JUKOPS

JUKOPS

JUKGAR

JUKOPS

JUKOPS

JUKGAR

JUKOPS

JUKOPS

JUKGAR

JUKOPS

JUKOPS

JUKNIS

JUKOPS

JUKOPS

JUKNIS

JUKOPS

JUKOPS

JUKNIS