tentang agama islam
DESCRIPTION
Makalah tentang Agama IslamTRANSCRIPT
Pengertian agama islam dan ruang lingkup ajarannya
1. Pengertian Agama Islam dan Ruang Lingkup Ajarannya
1.1 Pengertian
· Etimologi
Berdasarkan ilmu bahasa (Etimologi) kata ”Islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu
kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu terbentuk kata aslama,
yuslimu, islaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, paruh, dan taat. Sedangkan
muslim yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, patuh, dan
tunduk kepada Allah s.w.t
· Terminilogo
Secara istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-
ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul. Ajaran-ajaran yang
dibawa oleh Islam merupakan ajaran manusia mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia. Islam merupakan ajaran yang lengkap , menyeluruh dan sempurna yang
mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah maupun ketika
berinteraksi dengan lingkungannya.
Islam juga merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub,
Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as. Dan nabi-nabi lainnya.
Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 132, Allah berfirman :
ن� م�و ل� س� م� م م ن��ن ن� ��ا ن ل�� ن�� م� م�و ن� ن�ا ن� ن� د�ي ٱل مم م� نل ى ن" ن# س$ ٱ ن% �� ن ٱل ن�� ل�� ن� ل& ن' ى) ني م( م*و س+ ني ن� ل% ل&ي ن- مم ـ) ل/ ن1ٲ س- ل�� ا2 ن4 ل- ى ن�$ ن� ن�
Artinya :
”Nabi Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi Ya’kub,
Ibrahim berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam sebagai agamamu,
sebab itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam memeluk agama Islam”. (QS. Al-
Baqarah, 2:132)
Nabi Isa juga membawa agama Islam, seperti dijelaskan dalam ayat yang berbunyi
sebagai berikut :
ن� م�و ل� س� م �ن2 ن ن�2 ل- س� ن5 س6 ن�ٱ ل% �� ن ل-ٱل 2&� ن ن ن�8 ل% �� ن ٱل م9 ن:2 ن��ن م� س; نن ن� م�يو ل9 نو� ن; سل ٱ ن> ن=2 > ل% �� ن ٱل نل ل�� ا@ ل9 ن:2 ن��ن س� ن ن> ن=2 ن1 س" م� سل ٱ مم م4 س& ل ى ن� لAي B�ن Cن ن�� ا2 ن�� ن� ن�
Artinya :
”Maka ketika Nabi Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkata dia :
Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah
(Islam)? Para Hawariyin (sahabat beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim” (QS. Ali Imran, 3:52).
Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya
untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi
ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat,
hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan
rahim Allah swt.
Agama-agama selain Islam umumnya diberi nama yang dihubungkan dengan manusia
yang mendirikan atau yang menyampaikan agama itu atau dengan tempat lahir agama
bersangkutan seperti agama Budha (Budhism), agama Kristen (Christianity), atau agama
Yahudi (Judaism). Nama agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad ini tidak
dihubungkan dengan nama orang yang menyampaikan wahyu itu kepada manusia atau
nama tempat agama itu mula-mula tumbuh dan berkembang.
Oleh karena itu penamaan Muhamedanism untuk agama Islam dan Mohammedan untuk
orang-orang Islam yang telah dilakukan berabad- abad oleh orang Barat, terutama oleh
para orientalis adalah salah. Kesalahan ini disebabkan karena para penulis Barat
menyamakan agama Islam dengan agama-agama lain, misalnya dengan Chrisianity yang
diajarkan oleh Jesus Kristus atau Budhism yang diajarkan oleh Budha Gautama dan lain-
lain.
Memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya, merupakan komitmen umat Islam
terhadap Islam. Komitmen tersebut intinya terdapat dalam QS. Al-Asr(103) yang
berbunyi :
ل1 ( س: ن+ سل ١ن�ٱ
ر1 ( س� Eم ل" نل ن� ى) ن� ل�ان س� ٱ ن�� ٢ل��
ل1 ( ن�:س' ل-ٱل ا� سو ن$ نو� ن� ن� Gد ن; سل ل-ٱ ا� سو ن$ نو� ن� ن� Hل ى) ن; ل� ى) ن�: ٱل ا� م�و ل� Aن ن� ا� م&و ن ن�8 ن� لIي �ل ن ٱ ��ا ن ٣ل��
Artinya :
Demi masa. (1)
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (2)
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (3)
Berdasarkan dari surat Al-Asr di atas ada 5 (lima) komitmen atau kerikatan seorang
muslim dan muslimat terhadap Islam. Komitmen tersebut adalah :
1. Meyakini, mengimani kebebaran agama Islam seyakin-yakinnya.
2. Mempelajari, mengilmui ajaran Islam secara baik dan benar.
3. Mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
4. Mendakwahkan, menyebarkan ajaran Islam secara bijaksana disertai argumentasi
yang meyakinkan dengan bahasa yang baik dan,
5. Sabar dalam berIslam, dalam meyakini mempelajari, mengamalkan dan
mendakwahkan agama Islam.
1.2 Karakteristik Agama Islam
Memahami karakteristik Islam sangat penting bagi setiap muslim, karena akan
dapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehen- sif. Beberapa karakteristik
agama Islam, yakni antara lain :
1. Rabbaniyah (Bersumber langsung dari Allah s.w.t) Islam merupakan manhaj
Rabbani (konsep Allah s.w.t), baik dari aspek akidah, ibadah, akhlak, syariat, dan
peraturannya semua bersumber dari Allah s.w.t
2. Insaniyah ’Alamiyah (humanisme yang bersifat universal) Islam merupakan
petunjuk bagi seluruh manusia, bukan hanya untuk suatu kaum atau golongan.
Hukum Islam bersifat universal, dan dapat diberlakukandi setiap bangsa dan
negara.
3. Syamil Mutakamil (Integral menyeluruh dan sempurna) Islam membicarakan
seluruh sisi kehidupan manusia, mulai dari yang masalah kecil sampai dengan
masalah yang besar.
4. Al-Basathah (elastis, fleksibel, mudah) Islam adalah agama fitrah bagi manusia,
oleh karena itu manusia niscaya akan mampu melaksanakan segala perintah-Nya
tanpa ada kesulitan, tetapi umumnya yang menjadikan sulit adalah manusia itu
sendiri.
5. Al-’Adalah (keadilan) Islam datang untuk mewujudkan keadilan yang sebenar-
benarnya, untuk mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah-tengah
kehidupan manusia, serta memelihara darah (jiwa), kehormatan, harta, dan akal
manusia.
6. Keseimbangan (equilibrium, balans, moderat) Dalam ajaran Islam, terkandung
ajaran yang senantiasa menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan
kepentingan umum, antara kebutuhan material dan spiritua serta antara dunia dan
akhirat.
7. Perpaduan antara Keteguhan Prinsip dan Fleksibilitas Ciri khas agama Islam yang
dimaksud adalah perpaduan antara hal-hal yang bersifat prinsip (tidak berubah
oleh apapun) dan menerima perubahan sepanjang tidak menyimpang dari batas
syariat.
8. Graduasi (berangsur-angsur/bertahap) Hukum atau ajaran-ajaran yang diberikan
Allah kepada manusia diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan fitrah
manusia. Jadi tidak secara sekaligus atau radikal.
9. Argumentatif Filosofis Ajaran Islam bersifat argumentatif, tidak bersifat
doktriner. Dengan demikian Al-Quran dalam menjelaskan setiap persoalan
senantiasa diiringi dengan bukti-bukti atau keterangan-keterangan yang
argumentatif dan dapat diterima dengan akal pikiran yang sehat (rasional
religius).
1.3 Fungsi, Tujuan dan Cita-Cita Islam
Terlaksananya tujuan hidup manusia merupakan perwujudan diberlakukan nya
fungsi-fungsi Islam dalam kehidupan manusida dan masyarakat yang beriman dan
bertakwa. Oleh karena itu untuk memahami fungsi-fungsi atau kedudukan Islam dalam
kehidupan, berikut ini penjelasannya :
1. Islam Sebagai Agama Allah Fungsi Islam sebagai agama Allah dinyatakan dalam
predikatnya yaitu dienul haq (agama yang benar), dimana kehadiran dan
kebenaran agama Islam nyata sepanjang zaman. Islam juga dinyatakan sebagai
dinul khalis yang berarti kesucian dan kemurnian serta keaslian Islam terjaga
sepanjang masa.
2. Islam sebagai Panggilan Allah. Allah memanggil orang yang beriman dan
bertakwa kepada Islam dengan mengutus Rasul-Nya membawa Islam agar supaya
disampaikan dan diajarkan kepada manusia . Oleh karena itu para rasul dan para
pengikut nya yang setia hanya mengajak manusia kepada Islam.
3. Islam sebagai Rumah yang Dibangun oleh Allah.Allah menjadikan Islam sebagai
”rumah” yang disediakan bagi hamba-Nya yang beriman dan bertakwa agar
mereka hidup sebagai keluarga muslim. Dengan demikian Islam merupakan
wadah yang mempersatukan orang yang beriman dan bertakwa dalam
melaksanakan dan menegakkan agama Allah dalam kehidupan manusia dan
masyarakat.
4. Islam Sebagai Jalan yang Lurus Orang yang beriman dan bertakwa yang
memenuhi panggilan Allah kepada Islam, tetap dalam Islam melaksanakan ajaran
Islam, karena mereka tahu dan mengerti bahwa Islam itu agama Allah. Merekalah
yang sedang berjalan pada jalan Allah yaitu sirathal Mustaqim(jalan yang lurus).
5. Islam Sebagai Tali Allah Sebagai tali Allah, Islam merupakan pengikat yang
mempersa- tukan orang yang beriman dan bertakwa dalam melaksanakan dan
menegakkan agama Allah.
6. Islam Sebagai Sibgah Allah. Sibgah atau celupan yaitu zat pewarna yang
memberikan warna bagi sesuatu yang dicelupkan. Dengan Islam, Allah
bermaksud memberkan warna atau corak kepadapa manusia. Untuk mendapatkan
corak atau warna tersebut adalah dengan jihad, mengerahkan segala kemampuan
nya dalam melaksanakan agama Allah. Muslim yang tersibghah adalah Allah
tetapkan sebagai saksi atas manusia dan yang sadar akan identitasnya serta tahu
akan harga dirinya sebagai hamba Allah yang beriman dan bertakwa.
7. Islam Sebagai Bendera Allah. Islam sebagai bendera Allah di bumi. Bendera
tersebut mesti dikibarkan setinggi tingginya, sehingga tampak berkibar menjulang
tinggi di angkasa. Untuk mengibarkan atau menampakkan Islam, Allah mengutus
Rasul-Nya dengan Alquran dan Islam, sehingga dengan demikian kekafiran dan
kemusrikan akan dapat diatasi.
2. Klasifikasi Agama dan Agama Islam
Menurut sumber ajaran suatu agama, agama-agama dapat dibagi menjadi (1)
Agama wahyu (revealed religion) atau agama langit dan (2) Agama budaya (cultural
religion /natural religion) yang disebut juga agama bumi atau agama alam. Agama wahyu
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya. Pada waktu agama wahyu
disampaikan malaikat (Jibril) kepada manusia pilihan yang disebut utusan atau
Rasul-Nya, pada waktu itulah agama wahyu lahir.
2. Agama tersebut disampaikan kepada manusia melalui Utusan atau Rasul Allah.
3. Memiliki kitab suci yang berisi himpunan wahyu yang diturunkan oleh Allah.
4. Ajaran agama wahyu mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha Benar,
Maha Mengetahui segala-galanya.
5. Sistem hubungan manusia dengan Allah dalam Agama wahyu, ditentu kan sendiri
oleh Allah dengan penjelasan lebih lanjut oleh Rasul-Nya.
6. Konsep ketuhanan agama wahyu adalah monoteisme murni sebagai- mana yang
disebutkan dalam ajaran agama langit itu.
7. Dasar-dasar agama wahyu bersifat mutlak, berlaku bagi seluruh umat manusia.
8. Sistem nilai agama wahyu ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaras- kan
dengan ukuran dan hakikat kemanusiaan.
9. Agama wahyu menyebut sesuatu tentang alam yang kemudian dibuktikan
kebenarannya oleh ilmu pengetahuan(sains) modern.
10. Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan
peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil, yakni manusia yang
sempurna, manusia baik yang bersih dari noda dan dosa.
Sebagai contoh agama yang masuk ke dalam kelompok agama wahyu adalah :
Islam, Yahudi dan Nasrani. Sedangkan kelompok agama budaya contohnya adalah Kong
Hu Cu, Budha dan Hindhu. Islam sebagai agama wahyu, tentunya jika kesepuluh tolok
ukur di atas diterapkan kepada agama Islam, hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Agama Islam dilahirkan pada tanggal 17 Ramadhan tahun Gajah, bertepatan
dengan tanggal 6 Agustus 610 M.
2. Disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai utusan Allah.
3. Meimiliki kitab suci Alquran yang memuat asli semua wahyu yang diterima oleh
Rasul-Nyaselama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah dan kemudian di
Madinah.
4. Ajaran Islam mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha Benar dan Maha
Mengetahui segala sesuatu.
5. Sistem hubungan manusia dengan Allah disebutkan dalam Alquran, dijelaskan
dan dicontohkan pelaksanaannya oleh Rasul-Nya.
6. Konsep Ketuhanan Islam adalah tauhid, monoteisme murni, ke Esaan Allah, esa
dalam Zat, esa dalam sifat , esa dalam perbutan dan seterusnya.
7. Dasar-dasar agama Islam bersifat fundamental dan mutlak, berlaku untuk seluruh
umat manusia di manpun dia berada.
8. Nilai-nilai terutama nilai-nilai etika (akhlak) dan estetika (keindahan) yang
ditentukan oleh Agama Islam sesuai dengan fitrah manusia dan kemanu siaan.
9. Soal-soal alam (semesta) yang disebutkan dalam Agama Islam yang dahulu
diterima dengan keyakinan saja, kini telah banyak dibuktikan kebenarannya oleh
sains modern.
10. Bila petunjuk, pedoman dan tuntunan serta peringatan agama Islam dilaksanakan
dengan baik dan benar akan terbentuk insan kamil, manusia sempurna.
Salah Faham terhadap agama
1. Salah Memahami Ruang Lingkup Agama Islam
. =>Orang-orang terpengaruh dengan makna kata religion yang berarti mengatur
hubungan manusia dengan tuhan saja, sedangkan Islam mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Sebagai
satu system yang mengatur hidup dan kehidupan manusia, Islam mengatur berbagai tata
hubungan.
2. Salah Menggambarkan Susunan Bagian-bagian Agama dan Ajaran Islam
=> Kesalahpahaman ini timbul karena penggambaran bagian-bagian agama dan ajaran
agama tidak menyeluruh, tetapi sebagian-sebagian.
3. Salah Mempergunakan Metode Mempelajari Islam
Metode atau jalan yang ditempuh oleh para orientalis adalah pendekatan yang
menjadikan Islam dan seluruh ajarannya semata-mata sebagai objek studi dan analisis.
Artinya, menggunakan metode dan menganalisis tidak sesuai dengan ajaran islam
Untuk menghindari salah paham terhadap islam dan supaya dapat memahami tentang
Islam secara baik, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Pelajarilah Islam dari sumbernya yang asli yakni Al-Qur’an yang memuat wahyu-
wahyu Allah dan Hadist yang memuat sunnah Nabi Muhammad. Dengan mempelajari
Islam dengan kedua sumber ini, maka akan memperkecil salah paham terhadap Islam itu
sendiri.
2. Islam tidak dipelajari secara partial tetapi integral
3. Islam dipelajari dari karya atau kepustakaan yang ditulis oleh mereka yang telah
mengkaji dan memahami islam secara baik dan benar.
4. Memahami islam dengan bantuan ilmu pengetahuan yang berkembang sampai
sekarang
5. Tidak menyamakan islam dengan uamt islam, terutama dengan keadaan umat islam
pada suatu masa di suatu tempat.
6. Pelajarilah islam dengan metode yang selaras dengan agama dan ajaran agama
3. Ruang lingkup ajarannya
1. Din berarti “agama” Al-Fath : 28
��J د ل5ي ن6 ل% �� ن ل-ٱل ى ن" Lن ن� > ۦ ل% د� Lم ل� د�ي ٱل ن� Aن ۥ Pم ن1 ل5 Qس مي لل Gد ن; سل ٱ ل� لRي ن� ى@ ن� م5 سل ل-ٱ ۥ م% نل مSو ن9 Tن Sن س9 ن�� ا@ Iل �ل ن ٱ نو م/Artinya :
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.
2. Din berarti “ibadah” surat Al-Mukminun : 14
ن� ل*ي ل� ى) Uن سل ٱ م� ن� Cس ن�� م% �� ن ٱل Vن ن9 ن'2 ن ن� > ن1 Eن ن�8 2*J س� Eن م% ى) نن 2� س Wن ن��ن �م ن Xم 2�J د س; نل نم ى) Qن ل+ سل ٱ نن2 سو ن� ن� ن� 2�J د ى) Qن Aل Yن Zن س] م� سل ٱ ن&2 س* ن� Uن ن� YJ د Zن س] م Yن ن* ن� ن+ سل ٱ ن&2 س* ن� Uن ن� YJ د ن* ن� Aن Yن ن" س# م�& ٱل ن&2 س* ن� Eن ن�م Xم
Artinya :
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang [berbentuk] lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
3. Din berarti “kekuatan” surat Luqman 32
ر9 د م"و Lن ر9 د 2 � ن Eن T�م Lم ��ا ن ل�� ا2 ن& ل ى) ني ن�)2 ل- م� ن; س\ ني 2ن ن� > �] د ل: ن س* م� م5م س& ل� ن� د1 ن' سل ٱ نل ل�� سم م5 ى ن�\ نن ن��2 ن� ن� ن� د�ي ٱل م% نل ن� ل:ي ل� Uس م ن% �� ن ٱل ا� مو Aن Rن Tل ن� Q�م نLٱل _] د سو � ن م4م ني Wل ن �aن ل�� ن�
Artinya :
Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah
dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka
sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus [2]. Dan tidak
ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.
4. Din berarti “pembalasan hari kiamat” surat as-syuara
AL-IMRAN 85
ن� ل1ي ل� ى) Uن سل ٱ ن� ل bل ن1 Eل ن�ا س� ٱ ل� نو م/ ن� م% س& ل Tن ن' س* مي ن�� ن� 2&J د لRي لم ى) ن� Sس ل�ا س� ٱ ن1 سي ن cل ن س' ني �ن ن�
Artinya :
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
[agama itu] daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
AL-MAIDAH 3
ن� Aن dن ل- aم 2ن ن� سم م سي L�ن aن 2ن ��ا ن ل�� eم م' ن�� ٱل Tن Lن ن�� ا2 ن ن� Yم ن; ل#ي &� ن ن�ٱل Yم ني Rد ن1 ن م� سل ن�ٱ bم aن م=و سو ن� سل ن�ٱ Yم ن* ل& Uن س& م� سل ن�ٱ ل%ۦ ل- ل% �� ن ٱل ل1 سي Zن لل T�ن ل/ م�� ا2 ن ن� ل1 لfي &Uل سل ٱ مم س; نل ن� gم ن�� ن�ٱل Yم ن سي ن� سل ٱ مم م� سي ن� Aن Hس ن د1 Cم سم م� سي ن� Aن Hم س� ن� س� ن�� ن� سم م� ن& لRي سم م� نل Hم س� ن� Lس ن�� gن سو ني سل ٱ > ل� سو Wن Eس ن�ٱ سم م/ سو Wن Uس ن� ن�ا ن� سم م� ل& لRي �ل ا� م�1 ن" Lن ن� لIي �ل ن ٱ Bن ل� ني gن سو ني سل ٱ > G] س� ل� سم م� لل نaٲ > لم ى) نل iس ن�ا س� ل-ٱ ا� م�و ل� س* ن س� ن� ن��� ن� jل م: م�& ٱل
[م د لCي ن�9 9] د م"و ن ن% �� ن ٱل ن�� ل�2 ن� > رم د Xس ل�ا د� lر د لن ن\2 ن م ن1 سي ن Yر ن: ن� Uس ن ل� 1� ن م# mس ٱ ل� ن� ن� > 2&J د لRي نم ى) ن� Sس ل�ا س� ٱ مم م� نل Hم لmي ن9 ن� ل ن� س+ لن
Artinya :
Diharamkan bagimu [memakan] bangkai, darah[1], daging babi, [daging hewan] yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya[2], dan [diharamkan bagimu] yang disembelih untuk berhala. Dan
[diharamkan juga] mengundi nasib dengan anak panah[3], [mengundi nasib dengan anak
panah itu] adalah kefasikan. Pada hari ini [4] orang-orang kafir telah putus asa untuk
[mengalahkan] agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka
barangsiapa terpaksa[5] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
AL-BAQARAH 102
ن� م�و ن� س+ ني ا� منو 2Lن سو �ل ن > 1] د سي Eن ل% �� ن ٱل ل� &Aل س� د Y] د ن- مnو ن� نل ا� سو ن* �� ن ن�ٱ ا� م&و ن ن�8 سم م5 �ن ن ن�� سو نل ن�
Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, [niscaya mereka akan mendapat pahala], dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.
AL-HAJJ 78
ن� م�و ني لل �Iن ى) ن/ ل� ن� Tم س' ن= �ل ن� ل�ي ل� س� م� سل ٱ مم م� ى ن�� Sن نو م/ نم< ل/ي ن1ٲ س- ل�� سم م� ل-ي ن�� Yن �� ن د > ر_ د ن1 Cن س� ل ل� د�ي ٱل ل� سم م� سي ن� Aن Tن ن+ oن 2ن ن� سم م� ى ن' ن oس ٱ نو م/ ۦ< Pل Rل ن25 oل G�ن Cن ل% �� ن ٱل ل� ا� م�� ل5 ى) oن ن� م1 ل:ي &� ن ٱل نم س+ لن ن� ى نل سو ن� سل ٱ نم س+ ل& ن� > سم م� ى نل سو ن نو م/ ل% �� ن ل-ٱل ا� م�و ل: ن Aس ن�ٱ bن ىو Lن f� ن ٱل ا� م�و ن�8 ن� bن ىو ن� ن�: ٱل ا� م�و ل=ي ن�2 ن� > pل 2&� ن ٱل ن� Aن ن8 ا� ن� ن4 م6 ا� منو م�و ن� ن� سم م� سي ن� Aن ��J ل5ي ن6 م> مSو 1� ن ٱل
Artinya :
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Ikutilah] agama orang tuamu Ibrahim. Dia [Allah] telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu [1] dan [begitu pula] dalam [Al Qur’an] ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
AL-BAQARAH 132
ن� م�و ل� س� م� م م ن��ن ن� ��ا ن ل�� ن�� م� م�و ن� ن�ا ن� ن� د�ي ٱل مم م� نل ى ن" ن# س$ ٱ ن% �� ن ٱل ن�� ل�� ن� ل& ن' ى) ني م( م*و س+ ني ن� ل% ل&ي ن- مم ـ) ل/ ن1ٲ س- ل�� ا2 ن4 ل- ى ن�$ ن� ن�
Artinya :
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. [Ibrahim berkata]: "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam"
YUSUF 101
ن� ل;ي ل� ى) ن�: ل-ٱل ل& س* ل; سل ن�� ن� 2�J د ل� س� م ل& �� ن نو ن� > bل ن1 Eل ن�ا س� ن�ٱ ني2 سن م�� ٱل ل� د ۦ لل ن� Hن ن��ن qل س9 ن�ا س� ن�ٱ rل نوٲ ى) ن� ن�� ٱل ن1 sل ن�2 > tل لRي 2Cن ن�ا س� ٱ Tل ل�ي 2� س ن� �ل ل& ن س� �� ن Aن ن� uل س� م� سل ٱ ن� ل ل& ن سي ن� ن�8 س� ن= د( ن9
Artinya :
Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian takbir mimpi. [Ya Tuhan]. Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.
AN-NAML 29 – 31
[م ( ل1ي Lن j] د ى) ن Lل ن� نل ل�� ن ل* سل م�� ا دن ل�� ا� vم ن� ن� سل ٱ ن24 م�ي ن�2 ى) ا ني Hس نل ٢٩ن=2
لم ( لCي 1� ن ٱل ل� ى) ن� Cس 1� ن ٱل ل% �� ن ٱل لم س� ل- ۥ م% �ن ن ل�� ن� ن� ى) ن� سي ن� Sم �ل ۥ م% �ن ن ٣٠ل��
ن� ( ل�ي ل� س� م لن م�و �� س ن� ن� ن� Aن ا� م�و س+ ن� ��ا ن )٣١ن��
Artinya :
Berkata ia [Balqis]: "Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. (29) Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya [isi] nya: ’Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (30) Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri’". (31)
AL-IMRAN 52
ن� م�و ل� س� م �ن2 ن ن�2 ل- س� ن5 س6 ن�ٱ ل% �� ن ل-ٱل 2&� ن ن ن�8 ل% �� ن ٱل م9 ن:2 ن��ن م� س; نن ن� م�يو ل9 نو� ن; سل ٱ ن> ن=2 > ل% �� ن ٱل نل ل�� ا@ ل9 ن:2 ن��ن س� ن ن> ن=2 ن1 س" م� سل ٱ مم م4 س& ل ى ن� لAي B�ن Cن ن�� ا2 ن�� ن� ن�
Artinya :
Maka tatkala ’Isa mengetahui keingkaran mereka [Bani Israil] berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk [menegakkan agama] Allah?" Para hawariyyin [sahabat-sahabat setia] menjawab: "Kamilah penolong-penolong [agama] Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.
“SUMBER AGAMA”
I. PENDAHULUAN
Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari
Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadits yang memuat Sunnah
Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agamaIslam
(akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran
manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain, yakni kewajiban pribadi
setiap muslim dan musimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang
dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau
kelompok masyarakat.
Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap
muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang artinya
:” Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak)
Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”. Menurut ayat tersebut
setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak Rasul dan kehendak
’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri. Kehendak Allah kini terekam
dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam al Hadits, kehendak
’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang
memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan untuk
mengalirkan ajaran Islam dari dua sumber utamanya yakni Al-Quran dan Al-
Hadits dengan rakyu atau akal pikirannya.
Menurut hadits Mu’az bin Jabal (nama sahabat nabi yang diutus Rasulullah ke
Yaman untuk menjadi Gubernur di sana) sumber ajaran Islam ada tiga, yakni (1) Al-
Quran (Kitabullah), (2) As-Sunnah (kini dihimpun dalam al-Hadits) dan (3) Rakyu
atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Berijtihad adalah
berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh kemampuan akal
pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk mengkaji
dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai
hukum (fikih) Islam dari keduanya.
I I . Al-Quran : Isi dan Sistematikanya
Al-Quran adalah sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama yang
memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampai- kan oleh
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sediki
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Medinah.
Ayat-ayat al-Quran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun itu
dapat dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad masih
tinggal di Mekah (sebelum hijrah) dengan ayat yang turun setelah Nabi Muhammad
hijrah (pindah) ke Madinah. Ayat-ayat yang turun ketika Nabi Muhammad masih
berdiam di Mekkah di sebut ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang turun
sesudah Nabi Muhammad pindah ke Medinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah.
Ciri-cirinya adalah :
1. Ayat-ayat Makiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari
seluruh isi al-Quran, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Sedangkan ayat-ayat
Madaniyah pada umumnya panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi
al-Quran, terdiri dari 28 surat, 1456 ayat.
2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhannaas (hai
manusia) sedang ayat–ayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata yaa
ayyuhallaziinaaamanu (hai orang-orang yang beriman).
3. Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah berisi tentang tauhid yakni keyakinan pada
Kemaha Esaan Allah, hari Kiamat, akhlak dan kisah-kisah umat manusia di
masa lalu, sedang ayat-ayat Madaniya memuat soal-soal hukum, keadilan,
masyarakat dan sebagainya.
Al-Quran sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam hidup baik di
dunia dan akhirat, berisi hal-hal antara lain :
1. Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia. Petunjuk akidah
ini berintikan keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan kepastian adanya
hari kebangkitan, perhitungan serta pembalasan kelak.
2. Petunjuk mengenai syari’ah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam
berhubungan dengan Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup
manusia di dunia ini dan di akhirat kelak.
3. Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus
diindahkan leh manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun
kehidupan sosial.
4. Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau. Sebagai contoh kisah kaum
Saba yang tidak mensyukuri karunia yang diberikan Allah, sehingga Allah
menghukum mereka dengan mendatangkan banjir besar serta mengganti
kebun yang rusak itu dengan kebun lain yang ditumbuhi pohon-pohon
yang berbuah pahit rasanya.
5. Berita tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan akhir
manusia yang disebut kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dimulai dengan
peniupan sangkakala (terompet) oleh malaikat Israil. “Apabila sangkakala
pertamaditiupkan, diangkatlah bumi dan gunung-gunung, la- lu keduanya
dibenturkan sekali bentur. Pada hari itulah terjadilah kiamat dan terbelahlah
langit...”. (Qs al-Haqqah (69) : 13 16.
6. Benih dan Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
7. Hukum yang berlaku bagi alam semesta.
III. Al-Hadist : Arti dan Fungsinya.
Al-Hadist adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Al-Hadits mempunyai
peranan penting setelah Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab suci dan pedoman hidup
umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan
dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan.
Ada tiga peranan al-Hadits disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran
Islam, yakni sebagai berikut :
(1) Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al- Quran. Misalnya
dalam Al-Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara
pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.
(2) Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran
Allah memerintah- kan manusia mendirikan shalat. Namun di
dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun dan syarat
mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan
jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
(3) Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar
ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini
seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam
larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau
dilihat hikmah larangan itu jelas bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau
putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat dekat yang tidak disukai oleh
agama Islam.
Hadist atau sunnah yang dihimpun kini dalam kitab-kitab hadist (al-Hadist),
terdiri dari ucapan (qaul), perbuatan (fi’il) dan sikap diam nabi tanda setuju (taqrir
atau sukut). Orang-orang yang mengumpulkan sunnah nabi (dalam kitab-kitab
hadits) menyelusuri seluruh jalur riwayat ucapan, perbuatan dan sikap diam nabi.
Hasilnya di kalangan Sunni terdapat enam kumpulan hadits, yang utama ialah yang
dikumpulkan oleh Bukhari dan Muslim yang mendapat pengakuan di kalangan
Sunni (ahlul sunnah wal jama’aah) sebagai sumber ajaran Islam kedua (utama)
sesudah kitab suci al-Quran. Di kalangan Syi’ah juga terjadi proses serupa, tetapi
disamping ucapan-ucapan nabi melalui keluarganya, ditambahkan lagi dengan
ucapan para Imam Syi’ah yang menjelaskan arti petunjuk nabi itu menjadi bagian
kumpulan hadits. Kitab-kitab hadits (al-Hadits), baik di kalangan Sunni maupun
Syi’i adalah sumber pengetahuan yang monumental bagi Islam, sekaligus menjadi
penafsir dan bagian yang komplementer terhadap al-Quran.
IV. Rakyu atau Akal Pikiran yang Dilaksanakan dengan Ijtihad.
Menurut ajaran Islam manusia dibekali Allah dengan berbagai perlengkapan
yang sangat berharga antara lain akal, kehendak, dan kemampuan untuk berbicara.
Dengan akalnya manusia dapat membedakan antara yang benar dengan yang salah,
yang baik dengan yang buruk, antara kenyataan dengan khayalan.
Dengan mempergunakan akalnya manusia akan selalu sadar dan dapat
memilih jalan yang dilaluinya, membedakan mana yang mutlak mana yang nisbi.
Karena manusia bebas menentukan pilihannya, ia dapat dimintai pertanggungan
jawab mengenai segala perbuatannya dalam memilih sesuatu.
Perkataan al-’aqal dalam bahasa Arab berarti pikiran dan intelek. Di dalam
bahasa Indonesia pengertian itu dijadikan kata majemuk akal pikiran. Perkataan akal
dalam bahasa asalnya dipergunakan juga untuk menerangkan sesuatu yang mengikat
manusia dengan Tuhan. Akar kata ’aqal mengandung makna ikatan.
Sebagai sumber ajaran yang ketiga, kedudukan akal pikiran manusia yang
memenuhi syarat penting sekali dalam sistem ajaran Islam. Sumber ajaran Islam ini
biasa disebut dengan istilah ar-ra’yu atau sering juga disebut ijtihad. Namun makna
ijtihad sendiri sebenarnya adalah usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh
seseorang atau beberapa orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman
tertentu yang memenuhi syarat untuk mencari, menemukan dan menetapkan nilai
dan norma yang tidak jelas atau tidak terdapat patokannya di dalam Al-Quran dan
Al-Hadits. Ia merupakan suatu proses, karena itu ijtihad dapat dilakukan bersama-
sama oleh beberapa orang (yang hasilnya menjadi ijma’ atau konsensus dan dapat pula
dilakukan oleh orang tertentu yang hasilnya menjadi qiyas atau analogi).
Sebagai hasil ketekunan keilmuwan muslim mempelajari Al-Quran dan Al-
Hadits (sebagai sumber utama agama dan ajaran Islam) dan kemampuan mereka
mempergunakan akal pikiran atau rakyu melalui ijtihad, mereka telah berhasil
menyusun berbagai ilmu dalam ajaran Islam seperti ilmu tauhid atau ilmu kalam
yang (kini) sering disebut dengan istilah teologi, ilmu fikih, ilmu tasawuf dan ilmu
akhlak.
Di samping itu mereka juga telah berhasil menyusun norma- norma dan
seperangkat penilaian mengenai perbuatan manusia dalam hidup dan kehidupan, baik
dalam hidup pribadi maupun di dalam hidup kemasyarakatan. Sistem penilaian
mengenai perbuatan manusia yang diciptakan oleh ilmuwan muslim itu, dalam
kepustakaan Indonesia dikenal dengan nama al-khamsah (lima kategori penilaian, lima
kaidah atau sering disebut juga lima hukum dalam Islam).
Menurut sistem al-ahkam al-khamsah ada lima kemungkinan penilaian
mengenai benda dan perbuatan manusia. Penilaian itu menurut Hazairin mulai dari
ja’iz atau mubah atau ibahah. Ja’iz adalah ukuran penilaian atau kaidah kesusilaan
(akhlak) pribadi, sunat dan makruh adalah ukuran penilaian bagi hidup kesusilaan
(akhlak) masyarakat, wajib dan haram adalah ukuran penilaian atau kaidah atau
norma bagi lingkungan hukum duniawi. Kelima kaidah ini berlaku di dalam ruang
lingkup keagamaan yang meliputi semua lingkungan itu. Pembagian ke alam ruang
lingkup kesusilaan, baik pribadi maupun perseorangan. Ukuran penilaian tingkah laku
ini dikenakan bagi perbuatan-perbutan yang sifatnya pribadi yang semata-mata
diserahkan kepada pertimbangan dan kemauan orang itu sendi untuk melakukannya.
Bentuk-bentuk ijtihad :
1. Ijma
Kesepakatan para ulama tentang hukum suatu masalah yang belum
disebutkan secara konkret dalam Al-Qur`ān dan hadist.
2. Qiyas
Menetapkan hukum suatu perbuatan masalah yang belum disebutkan
secara konkret dalam Al-Qur`ān dan hadistt. Caranya menyamakan
hukum dengan perbuatan atau masalah lain yang sudah disebutkan
dalam Al-Qur`ān atau hadistt. Karena keduanya memiliki kesamaan
sifat.
3. Istislah
Menetapkan hukum suatu perbuatan yang tidak dijelaskan secara
konkret dalam Al-Qur`ān dan hadistt yang didasarkan atas
kepentingan umum dan kemaslahatan umum atau kepentingan
keadilan.
4. Istishab
Meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada dan telah
ditetapkan karena suatu dalil, sampai ada dalil lain yang mengubah
kedudukan dari hukum tersebut.
5. Istidlal
Menetapkan hukum suatu perbuatan yang tidak disebutkan secara
konkret dalam Al-Qur`ān dan hadistt dengan didasarkan karena telah
menjadi adat istiadat setempat. Termasuk dalam hal itu ialah hukum-
hukum agama yang diwahyukan sebelum Islam.
6. Maslahah Mursalah
Maslahah yang sesuai dengan maksud syarak yang tidak diperoleh
dari pengajaran dalil secara langsung dan jelas dari masalah itu.
7. Al-Urf
ialah urusan yang disepakati oleh segolongan manusia dalam
perkembangan hidupnya.
8. Zarai
Pekerjaan-pekerjaan yang menjadi jalan untuk mencapai maslahah
atau menghilangkan mudarat.
Peranan Ijtihad : Dengan ijtihad, ummat Islam diharapkan mampu
menerapkan hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’ an dan
sunnah, mengembangkan asas-asas dasar, dan juga menetapkan
hukum-hukum yang tak secara khusus dipaparkan didalam Al-Qur’ an
dan sunnah dalam penerapan kehidupan sehari-hari
Arti dan Ruang Lingkup Aqidah1. Pengertian Aqidah
Aqidah berasal dari kata “ aqada-ya’qidu-‘aqdan” yang berarti simpul, ikatan,
dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah terbentuk menjadi “aqidatan
( aqidah )”berarti kepercayaan atau keyakinan. Maka aqidah secara etimologis ini
akan lebih jelas apabila di kaitkan dengan pengertian terminologisnya, seperti
diungkapkan oleh Hasan al-Banna dalam “Majmu’ ar-Rasaail“:
“ Aqaid ( bentuk jamak dari ‘aqidah ) adalah beberapa perkara yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tdak tercampur sedikitpun dengan keragu – raguan “
Dan dikemukakan pula oleh Abu Bakar Al-jazairi dalam kitab “ Aqidah al-
Mukmin “ :
“ Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu ( yang didengar ) dan fitrah. Kebenaran itu
dipatrikan dalam hati, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu “
Dari dua pengertian tersebut ada beberapa hal penting yang harus diperharikan
dalam memahami aqidah secara lebih tepat dan jelas.
Pertama setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran dengan
potensi yang dimilikinya. Indra dan akal digunakan untuk mencari dan menguji
kebenaran, sedangkan wahyu menjadi pedoman untuk menentukan mana yang baik
dan mana yang buruk. Allah swt. berfirman ( QS. An – Nahl, 16 : 78
) :
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.”
Kedua keyakinan itu harus bulat dan penuh, tidak berbaur dengan kesamaran dan
keraguan. Allah swt berfirman ( QS Al – Haj, 22 : 54 ) :
“ Dan agar orang-orang yang Telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran
Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang
beriman kepada jalan yang lurus.”
Ketiga aqidah harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada orang yang
meyakininnya. Oleh karena itu diperlukan adanya keselarasan antara keyakinan
lahiriah dan batiniah. Allah swt berfirman ( QS Al-Baqarah, 2 :
8 ) :
“ Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan
hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman.”
Keempat apabila seseorang telah meyakini suatu kebenaran, maka
konsekuensinya ia harus sanggup membuang jauh – jauh segala hal yang
bertentangan dengan kebenaran yang diyakininya itu.
2. Ruang lingkup pembahasan aqidah
Menurut Hasan Al-Bana ruang lingkup pembahasan aqidah meliputi :
a. Ilahiah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
ilah( Tuhan ), seperti wujud Allah, nama – nama dan sifat – sifat Allah, perbuatan
– perbuatan ( Afa’ I ) Allah, dan lain – lain.
b. Nubuwwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
nabi dan rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitan – kitab Allah, mukjizat, dan
sebagainya.
c. Ruhaniah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan dan ruh.
d. Sam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
melalui sami, yakni dalil naqli berupa alquran dan As-Sunnah, seperti alam
barzakh, akhirat, azab kubur dan sebagainnya.
Iman Kepada Allah swt.
Keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa ( Tauhid ) merupakan titik puncak
keimanan, karena itu setiap aktivitas sesorang muslim senantiasa dipertautkan secara
vertical kepada Allah swt. Pekerjaan seseorang muslim yang dalandasi keimanan dan
dimulai dengan niat karena Allah akan mempunyai nilai ibadah di sisi Allah.
Sebaliknya pekerjaan yang tidak diniatkan karena Allah tidak mempunyai nilai apa –
apa. ( QS Al-Bayyinah, 98 : 5 ) :
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah
agama yang lurus. “
Tauhid adalah mengiktikadkan bahwa Allah itu Esa, tidak ada sekutu, bagi-Nya.
Iktikad ini harus dihayati, baik dalam niat, amal, maupun dalam maksud dan tujuan.
Tauhid mencakup tujuh macam sikap :
1. Tauhid Zat
Tauhid Zat artinya mengiktikadkan bahwa Zat Allah itu Esa, tidak berbilang.
Zat Allah itu hanya dimiliki oleh Allah saja, yang selain-Nya tidak ada yang
memilikinnya.
2. Tauhid Sifat
Tauhid Sifat adalah mengiktikadkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang
menyamai sifat Allah, dan hanya Allah saja yang memiliki sifat
kesempurnaan. Dalam firman-Nya ( QS Ay-Syuraa, 42 : 11 )
“ (dia) Pencipta langit dan bumi. dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-
Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,
dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat. “
3. Tauhid Wujud
Tauhid wujud adalah mengiktikadkan bahwa hanya Allah yang wajib ada.
Adanya Allah tidak membutuhkan kepada yang mengadakan. Firman Allah
( QS Al-Hadiid, 57 : 3 )
“ Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan dia
Maha mengetahui segala sesuatu. “
4. Tauhid Af’al
Tauhid Af’al adalah mengiktikadkan bahwa Allah sendiri yang menciptakan
dan memelihara alam semesta. ( QS Al-Furqaan, 25 : 2 )
“ Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan
dia Telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya. “
5. Tauhid Ibadah
Tauhid Ibadah adalah mengiktikadkan bahwa hanya Allah saja yang berhak
dipuja dan dipuji. Memuja dan memuji selain Allah serta sikap ingin dipuji
maupun dipuja, baik yang terang – terangan maupun yang sembunyi –
sembunyi ( dalam hati ) adalah bentuk perbuatan syirik. ( QS Al-Fatihah, 1 :
5 )
“ Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan. “
6. Tauhid Qasdi
Tauhid Qasdi adalah mengiktikadkan bahwa hanaya kepada Allah-lah segala
amal ditujukan. Setiap amal dilakukan secara langsung tanpa perantara serta
ditjukan hanaya untuk memperoleh keridhaan-Nya semata. Allah berfirman
( QS Al-An’amm 6 : 162 )
“ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. “
7. Tauhid Tasyri
Tauhid Tasyri adalah mengiktikadkan bahwa hanya Alllah-lah pembuat
peraturan ( hukum ) yang paling sempurna bagi makhluk-Nya. Allah-lah
sumber segala hukum sesuai dengan firman-Nya ( QS An-Nissa, 4
: 59 )
“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
“
Iman Kepada Malaikat – malaikat
Allah telah menciptakan sejenis makhluk gaib, yaitu malaikat di samping
makhluk lainnya. Malaikat diberi tugas – tugas khusus yang ada hubungannya dengan
wahyu, rasul, manusia, alam semesta, akhirat, di samping ada malaikat yang diberi
tugas untuk melakukan sujud kepada Allah swt secera terus menerus. Malaikat
mempunyai sifat yang berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan izin Allah, sewaktu
– waktu malaikat dapat menjelma ke alam materi, sebagaimana pernah terjadi pada
zaman Rasul dahulu. Hal terebut dijelaskan Allah dalam firman-Nya ( QS Hud, 11 :
69- 70 )
“ Dan Sesungguhnya utusan-utusan kami (Malaikat-malaikat) Telah datang
kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat."
Ibrahim menjawab: "Selamatlah," Maka tidak lama Kemudian Ibrahim menyuguhkan
daging anak sapi yang dipanggang.
Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang
aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. malaikat itu berkata:
"Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus
kepada kaum Luth."
Malaikat mempunya ciri – ciri di antaranya :
1. Mereka adalah makhluk yang selalu takut dan patuh kepada Allah.
2. Mereka adalah makhluk yang tidak pernah berdosa atau bermaksiat
3. Mereka adalah makhluk yang tidak pernah sombong dan selalu bertasbih kepada
Allah.
Pengetahuan manusia tentang malaikat terbatas pada keterangan yang
diungkapkan dalam Alquran dan hadis Rasul. Iman kepada malaikat akan
memberikan pengaruh kejiwaan yang cukup besar, seperti kejujuran, ketabahan dan
keberanian. Adapun tugas – tugas malaikat sebagaimana dijelaskan dalam alquran,
adalah sebagai berikut :
1. Jibril, yang bergelar ruhul qudus atau ruhul amin bertugas menurunkan wahyu.
( QS An-Nahl, 16 : 102 )
2. Malaikat lain ada yang menurunkan wahtu kepada abdi – abdi Allah yang
dikehendaki-Nya. ( QS An-Nahl, 16 : 2 )
3. Malaikat ada yang bertugas meneguhkan hati mukmin atau Rasul.
( QS Al-Anfaal, 8 : 10 )
4. Malaikat ada yang mendoakan kaum muslimin. ( QS Al-Mukrain, 40 : 7 )
5. Malaikat ada yang menjadi kawan atau penjaga orang – orang mukmin
( QS Al-Anfaal, 8 : 9 )
6. Malaikat ada yang bertugas melaksanakan hukuman Allah bagi manusia( QS Al-
Anfaal, 8 : 50 )
7. Ada malaikat yang memohon ampunan bagi manusia.
( QS Asy-Syuura, 42 : 5 )
8. Ada malaikat yang membaca salawat atas Nabi Muhammad saw.
( QS Al-Ahzab, 33 : 56 )
9. Ada Malaikat yang mencatat amal manusia. ( QS Al-Infitar, 82 : 10-12 )
10. Malaikat yang bertugas mencabut nyawa. ( QS Al-An’aam, 6 : 61 )
11. Imalaikat ada yang brtugas memberi salam dan keselamatan kepada ahli surga.
( QS Ar-Ra’d, 13 : 23 – 24 )
Iman Kepada Kitab – kitab Suci
Iman kepada kitab – kitab suci dalam Islam merupakan kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman kepada Allah. Firman Allah. ( QS Al-Baqarah, 2 : 285 )
“ Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat."
(mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali."
Semua kitab yang diturunkan Allah kepada nabi dan rasul-Nya memuat ajaran
tauhid atau mengesakan Allah. Kitab – kitab suci yang ada sekarang ini telah
mengalami perubahan kecuali Alquran. Perubahan yang sanagat penting adalah
masalah aqidah, yakni dari tauhid menjadi syirik. Dalam kerangka itulah kitab suci
Alquran diturunkan Allah untuk merevisi kitab – kitab lama dan menyempurnakan
ajaran-Nya. ( QS Al-Maaidah, 5 : 48 )
“ Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu, “
Alquran memberikan keterangan yang lengkap tentang pokok – pokok agama dan
menjelaskan persoalan – persoalan yang masih kabur atau gelap. Isi Alquran meliputi
segal aspek tanggung jawab manusia dalam hubungannya dengan Allah dan dengan
semua manusia. Ayat – ayat Makkiyyah terutama mengandung masalah – masalah
hubungan manusia dengan Allah, sedangkan ayat – ayat Madaniyyah mengandung
masalah – masalah hubunan manusia dengan sesama manusia dan alam sekitarnya.
Iman Kepada Para Rasul
Rasul adalah manusia pilihan yang menerima wahyu dari Allah untuk
disampaikan kepada umatnya dan sekaligus sebagai contoh konkret pribadi manusia
yang baik. Rasul – rasul Allah itu ada yang kisahnya disebutkan dalam Alquran ada
pula yang tidak. Rasul yang diebutkan namanya ada 25 orang ( QS Al-Mukmin, 40 :
78 )
“ Dan Sesungguhnya Telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula)
yang tidak kami ceritakan kepadamu. tidak dapat bagi seorang Rasul membawa
suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; Maka apabila Telah datang perintah
Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. dan ketika itu Rugilah orang-orang
yang berpegang kepada yang batil. “
Rasul Allah tidak hanya menyampaikan wahyu – wahyu Allah tetapi juga
menunjukkan bagaimana cara memprkatekkan wahyu tersebut dalam kehidupan
sehari – hari. Oleh karena itu, rasul itu di angkat dari salah seorang manusia ( QS Al-
Kahfi, 18 : 110 )
“ Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang
Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya".
Karena nabi – nabi dan rasul – rasul terdahulu itu hanya untuk tempat dan waktu
tertentu saja, maka ajaran yang dibawanya pun hanya sesuai dan berlaku untuk tempat
dan waktu tertentu itu saja. Meskipun hukum – hukum ( syariah ) nya berbeda –
berbeeda, akan tetapi aqidah yang dibawanya sama yaitu tauhid. Pengutusan nabi dan
rasul untuk tiap – tiap umat itu disebutkan dalam Alquran.
Ajaran atau agama yang dibawa oleh Rasulullah. Muhammad saw, itu disebut
dinul Islam sebagaimana dinyatakan sendiri oleh Allah swt. dalam firmanya ( QS Al-
Maaidah, 5 : 3 )
“ Pada hari Ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan)
orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula)
bagi mereka. (dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara
wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara
orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu Telah membayar mas
kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak
(pula) menjadikannya gundik-gundik. barangsiapa yang kafir sesudah beriman
(Tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari
kiamat termasuk orang-orang merugi.”
Firman Allah tersebut menunjukkan bahwa agama Islam itu adalah agama yang
sempurna yang tidak perlu lagi penambahan atau pengurangan sehingga tidak perlu
ada lagi rasul baru.
Iman Kepada Hari KiamatHukum ketidakkekalan merupakan hukum dasar atau sunnatullah yang berlaku
bagi setiap ciptaan Allah, tanpa kecuali. Di dalam Alquran hukum ini di temukan
pada beberapa ayat yang menjelaskan tentang kejadian dan akhir manusia, bumi serta
alam semesta. Para sejarah fisika, biologi dan ilmu – ilmu lainnya, telah
mengungkapkan kebenaran hakikat hukum, itu dalam penemuan – penemuan ilmiah
mereka.
Musnahnya kehidupan secara berangsur – angsur, berhentinya alam semesta
mengembang dan akan berkontraksi kembali ke titik awal kejadiannya merupakan
bukti nyata adanya hukum ketidakkekalan yang berlaku bagi setiap ciptaan Allah.
Bagi orang yang beriman dan berilmu, kejadian itu merupakan bukti kemahakuasaan
Allah dan kefanaan kehidupan duniawi.
Islam mengajarkan kepada penganutnya bahwa kehidupan yang abadi adalah
kehidupan setelah kehidupan dunia ini. (QS Al-Baqarah, 2 : 281 )
“ Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu
kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi
balasan yang Sempurna terhadap apa yang Telah dikerjakannya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”
1. Kiamat dan Hari Perhitungan
Peristiwa kiamat diterangkan dalam Alquran antara lain. ( QS
Taha, 20 : 15 )
“ Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya)
agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.”
Gambaran kiamat yang diberikan Allah dalam Alquran antara lain : bumi
hancur lebur, segala isinya keluar, gunung – gunung menjadi debu, orang tua
tidak mempedulikan anak – anaknya dan anak – anaknya tidak lagi mengenal
orang tuannya .
( QS Al-Hajj, 22 : 1 – 2 )
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari
kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita
yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala
wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal
Sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.”
2. Siksa Neraka
Manusia yang mengingkari kebenaran Allah akan menjalani masa yang
panjang dalam siksaan yang tak terkirakan pedihnya. Siksa itu diterimanya
bukanlah karena Allah tidak sayang kepadanya, melainkan karena ia
sendirilah yang tiak sayang kepada dirinya. Gambaran tentang siksa neraka itu
telah disampaikan Allah dalam Alquran, beberapa diantaranya ialah. ( QS Ali
Imran, 3 : 108 )
“ Itulah ayat-ayat Allah. kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan
benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-
Nya.”
3. Kanikmatan Surga
Kaum muslimin ahli surga digambarkan Allah sebagai “ golongan kanan “,
yang menikmati pahala surga sebagai balasan ketakwaannya ketika hidup di
dunia. Allah berfirman ( QS Al-Waaqiah, 56 : 27 – 34 )
“ Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di
antara pohon bidara yang tak berduri, Dan pohon pisang yang bersusun-susun
(buahnya), Dan naungan yang terbentang luas, Dan air yang tercurah, Dan buah-
buahan yang banyak,Yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang
mengambilnya.Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. “
Iman Kepada Qada dan Qadar
Qada menurut bahasa berarti hukum, perintah, memberikan, menghendaki,
menjadikan. Sedengakan qadar berarti batasan, menetapkan ukuran. Arti terminologis
dikemukakan Ar-Ragib bahwa :
“ Qadar ialah menentukan batas ( ukuran ) sebuah rancangan seperti besar dan
umur alam semesta, lamanya siang dan malam, anatomi dan fisicylogi makhluk
nabati dan hewani, dan lain – lain, sedangkan qada ialah menetapkan rancangan
tersebut “
Atau secara sederhana dapat diartikan bahwa qada adalah ketetapan Allahyang
telah ditetapkan ( tetapi tidak kita ketahui ), sedangkan qadar ialah ketetapan Allah
yang telah terbukti ( diketahui sudah terjadi )
Rasulullah saw bersabda :
“ Iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, malaikat – malaikat-Nya, kitab –
kitab-Nya, rasul – rasul-Nya, Hari Kemudian,dan qadarnya yang baik maupun
yang buruk.”( Hadis riwayat Muslim )
Karena itu maka Ibnu Umar bakar :” Demi Allah, yang diri Ibnu Umar berada di
tangan-Nya, sekiranya seseorang mempunya emas sebesar Gunung Uhud,
kemudian ia belanjakan di jalan Allah, Allah tidak akan menerimanya sehinggga
itu beriman dengan qadarnya “
Dalam Alquran kita dapatkan dua kelompok ayat yang seolah – olah
bertentangan. Satu kelompok menyatakan bahwa manusia itu pasif dan tidak perlu
usaha ( QS Al-Qamar, 54 : 49, QS Al-Hadiid, 57 : 22, QS Al-Kahfi, 18 : 17 ),
sebaliknya ada pula kelompok ayat yang menunjukkan bahwa manusia itu kreatif dan
wajib berikhtiar ( QS Asy-Syuura, 42 : 30, QS Yunus. 10 : 127 ), kedua kelompok
ayat tersebut bila dikaji lebih lanjut ternyata mempunyai titk temu, yaitu bahwa Allah
swt, menjadikan alam semesta beserta isinya ini dilengkapiu dengan undang – undang
yang disebut sunatullah, yang tetap tidak berubah – ubah, seperti firman-Nya. ( QS
Faatir, 35 : 43 )
“ Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan Karena rencana (mereka)
yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri. tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan
(berlakunya) sunnah (Allah yang Telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu.
Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan
sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.”
Karena itu setiap muslim wajib meyakini bahwa Allah swt. Maha kuasa serta
memiliki wewenang penuh untuk menurunkan ketentuan apa saja bagi makhluk-Nya.
Demikian juga setiap mislim wajib meyakini sepenuhnya bahwa manusia diberi
kebebasan memilih dan menentukan nasibnya sendiri dengan segala kemampuan
usahanya serta doanya kepada Allah. Qada Allah telah berlaku, sejak manusia masih
berada dalam rahim ibunya. Ia lahir sebagai bangsa apa ia dilahirkan dan sebagainya.
Dalam pengembangan dirinya ia diikat oleh ketentuan – ketentuan yang dibuat oleh
Allah bagi dirinya, sesuai dengan sunnatullah dan syariah Allah.
Jadi, ada dua faktor yang menyartai manusia, yaitu qada dan qadar Allah.
Keberhasilan amal seseorang hanya mungkin bila yang diikhtiarkannya cocok dengan
qada dan qadar Allah.
Manfaat Beriman1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut.
( QS An-Nissa’, 4 : 78 )
3. Iman menanamkan sikap “ self help “ dalam kehidupan
( QS Hud, 11 : 6 )
4. Iman memberikan ketentraman jiwa ( QS Ar-Ra’d, 13 : 28 )
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik ihayatan gayibah
( QS An-Nahl, 16 : 97 )
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen ( QS Al-Ar’aam, 6 : 162 )
7. Iman memberikan keberuntungan ( QS Al-Baqarah, 2: 5 )
syariahA.pengertian dan ruang lingkupnya1.A pengertian --menurut kata-kataSyariah menurut asal katanya berarti jalan menuju air,berdasarkan asal katanya tersebut syariah islam dapat diartikan jalan yang lurus ditempuh seorang muslim
--Menurut istilah Syariah aturan atau undang-undang yang di turunkan allah untuk mengatur hubungan manusia dengan tuhannya,sesama manusia dan antara manusia dengan alam semesta.Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa syariah itu mencakup seluruh aspek kehidupan manusia,baik sebagai individu,sebagai masyarakat dan sebagai makhluk alam.1.syariah mengatur hidup manusia sebagai individuYaitu seorang hamba Allah harus tunduk,patuh dan taat kepada Allah,ketaatan,kepatuhan itu ditunjukkan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang sesuai dengan tata cara yang telah diatur oleh syariat islam.2.syariah mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiriYang bertujuan agar mewujudkan individu yang saleh,ksrena dengan kesalehan ini akan mencerminkan sosok pribadi muslim yang paripurna.3.syariah mengatur hubungan antara manusia dan manusia lainnya yang mengatur hubungan dalam bentuk muamalah,sehingga terwujud kesalehan sosial. Yaitu dimana terciptanya lingkungan hidup yang harmonis antara individu dengan lingkungan sosialnya sehingga terlahirlah masyarakat yang marhamah atau masyarakat yang saling memberikan perhatian dan kepedulian antar sesama anggota masayarakat lainnya atas dasar kasih sayang.4.syariah mengatur hubungan antara manusia dengan alam semestaYaitu meliputi aturan dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam dan mendorong untuk saling memberi manfaat sehingga terwujud lingkungan alam yang makmur dan lestariSyariat islam dijadikan sebagai dasar dalam kehidupan manusia karena syariat merupakan jalan hidup yang benar sebagaimana di firmankan dalam surat al-maaidah ayat 48:
48. dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
[421] Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya.[422] Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.
5. Munakahat yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalamhubungan berkeluarga
6.Jinayat yaitu peraturan yang menyangkut pidana di antaranya diyat, kifarat, pembunuhan, zina, nazar dan lain lain7.Siyasa yaitu yang menyangkut masalah masalah kemasyarakatan sepeti tolong menolong dalam kebaikan, toleransi dan lain lainAkhlak yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi diantaranya sabar, rendah hati, tawakal dan lain lainPeraturan-peraturan lainnya seperti makanan, minuman, sembilihan dan lain lain.
B.syariah dan fikih serta keabadian syariat islamSyariat isam diturunkan allah untuk pedoman bagi seluruh umat manusia di semua zaman sampai kehidupan ini berakhir,oleh karena itu syariat islam mempunyai karakterisik yang khas oleh karena itu ia bersifat universal dan abadi,hal ini karena1.syariat islam itu sesuai dengan kemampuan manusia dan mudah dilaksanakan,sesuai firman allah suat al-baqarah ayat 286Ayat
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."2.syariat dalam perkembangannya ada yang mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman dan ada juga yang tidak terbawa perubahan zaman sama sekali.--Bagian-bagian syariat yang tidak mengalami perubahan diterangkan secara rinci dan jelas tanpa adanya penambahan dan pegurangan,contohnya aqidah dan ibadah--sedangkan bagian yang mengalami perubahan hanya diterangkan secara global atau garis besarnya saja,sehingga masih memungkinkan untuk terjadinya pengembangan contohnya budaya dan politik3.syariat islam itu cocok dengan fitrah dan sesuai degan akal,dapat mengikuti perkembangan zaman,selain itu syariat islam terdapat dalam alquran dan sunnah rasul oleh karena itu ia hanya satu tetapi mempunyai ruang lingkup yang luas,dan berlak tetap atau abadi.Sedangkan yang dimaksud dengan fikih ialah pemahaman para ulama terhadap syariat yang terdapat dalam sumber hukum islam yaitu alquran dan sunnah dan menyesuaikannya dengan kehidupan sehari-hari sehinga lebih mudah untuk dipelajari.setelah di sampaikan kepada manusia fikih bentuknya bisa berubah sesuai dengan perkembagan penikiran dan budaya daari masa ke masa.oleh karena itu terdapat perbedaan dan persamaan pendapat para ulama ahli fikih dalam menetapkan suatu hukum
suatu perbuatan .fikih itu membahas dan memperincikan tentang hukum-hukum,syariah yang terdapat di dalam alquran dan sunnah masih bersifat fundamental dan global
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab di akhirat kelak. Shalat juga
dapat dijadikan barometer amal-amal lain seperti diungkapkan dalam sebuah hadits:
الصالة القيامة يوم يحسب ما اول“Hal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat”.
Khalifah Umar bin Al Khattab pernah mengirim surat kepada Gubernur yang
diangkatnya, pesannya, “sesungguhnya tugas kalian sebagai Gubernur yang paling
utama di mataku adalah shalat. Barang siapa memelihara shalat, berarti ia telah
memelihara agamanya. Barang siapa yang lalai terhadap shalatnya, terhadap urusan
lain akan lebih lalai”.
Begitu pentingnya shalat, karena shalat merupakan penentu amal yang lain. Jika
shalatnya baik, maka baik pula amalnya yang lain. Ada juga para ulama yang
mengibaratkan bahwa shalat itu diibaratkan sebagai angka I (satu) sedangkan amal selain
shalat itu diibaratkan angka 0, sehingga jika shalatnya rusat atau bahkan tidak melakukan
shalat maka nilai sama dengan nol walaupun amalnya banyak. Akan tetapi jika shalatnya
baik dan selalu dikerjakan maka semua amalnya itu bernilai.
Oleh karena itu, maka shalat tidak boleh ditinggalkan walau bagaimanapun
keadaannya kecuali orang yang haid atau nifas atau keadaan bahaya. Namun ada
beberapa keringanan (rukhsah) bagi orang yang ada dalam perjalanan (musafir) dalam
tata cara pelaksanaan shalat, yaitu dengan cara shalat jama dan shalat qashar. Namun hal
itu juga bukan berarti boleh meninggalkan shalat begitu saja, hanya berpindah
pelaksanaan pada waktu tertentu (yang telah diisyaratkan) dan syarat-syarat tertentu pula.
SHALAT
A. Shalat FardhuA. Definisi & Pengertian Sholat Fardhu / Wajib Lima Waktu
Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat
adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam sesuai dengan persyaratkan yang ada.
B. Hukum, Tujuan dan Syarat Solat Wajib Fardhu ‘Ain
Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang yang telah
dewasa atau akil baligh serta normal tidak gila. Tujuan shalat adalah untuk mencegah
perbuatan keji dan munkar. Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi dulu, yaitu :
1.Beragama Islam
2. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis
3. Berusia cukup dewasa
4. Telah sampai dakwah islam kepadanya
5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya
6. Sadar atau tidak sedang tidur
C. Rukun Shalat
Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni :
1. Niat
2. Posisis berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat al-fatihah
5. Ruku /
6. I’tidal
7. Sujud
8. Duduk di antara dua sujud 9. Sujud kedua
10. Tasyahud
11. Membaca salawat Nabi Muhammad SAW
12. Salam ke kanan lalu ke kiri
13.tumakninah
D. Hal-hal Yang Membatalkan Shalat
Dalam melaksanakan ibadah salat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal yang
mampu membatalkan shalat kita, contohnya seperti :
1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi
2. Berkata-kata kotor
3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat
4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak tuma’ninah.
Waktu Shalat Fardhu
Waktu Shalat Fardhu Shalat Lima Waktu adalah shalat fardhu (shalat wajib) yang
dilaksanakan lima kali sehari. Hukum shalat ini adalah Fardhu ‘Ain, yakni wajib
dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali
berhalangan karena sebab tertentu.
Shalat Lima Waktu merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Allah
menurunkan perintah sholat ketika peristiwa Isra’ Mi’raj.
“Sesungguhnya solat itu diwajibkan atas orang-orang yang beriman menurut
waktu-waktu yang tertentu” ( Q.S. An-Nisa’ :103 )
“Dirikanlah solat ketika gelincir matahari hingga waktu gelap malam dan
dirikanlah solat subuh sesungguhnya solat subuh itu adalah disaksikan
(keistimewaannya)”. ( Q.S. Al-Isra’ : 78 )
Waktu Subuh
Shubuh, terdiri dari 2 raka’at Waktunya bermula dari terbit fajar sidiq sehingga
terbit matahari (syuruk). Fajar sidiq ialah cahaya putih yang melintang mengikut garis
lintang ufuk di sebelah Timur. Menjelang pagi hari, fajar ditandai dengan adanya cahaya
yang menjulang tinggi (vertikal) di horizon Timur yang disebut “fajar kidzib”. Lalu
kemudian menyebar di cakrawala (secara horizontal), dan ini dinamakan “fajar shiddiq”.
Secara astronomis Subuh dimulai saat kedudukan matahari sebesar s° di bawah horizon
Timur sampai sebelum piringan atas matahari menyentuh horizon yang terlihat (ufuk
Mar’i). Di Indonesia khususnya Depag menganut kriteria sudut S sebesar 20° di bawah
horison Timur.
Waktu Zuhur
Zhuhur, terdiri dari 4 raka’at . Disebut juga waktu istiwa’ (zawaal) terjadi ketika
matahari berada di titik tertinggi. Istiwa’ juga dikenal dengan sebutan “tengah hari”
(midday/noon). Pada saat istiwa’, mengerjakan ibadah shalat (baik wajib maupun sunnah)
adalah haram. Waktu zhuhur tiba sesaat setelah istiwa’, yakni ketika matahari telah
condong ke arah barat. Waktu “tengah hari” dapat dilihat pada almanak astronomi atau
dihitung dengan menggunakan algoritma tertentu. Secara astronomis, waktu Zhuhur
dimulai ketika tepi “piringan” matahari telah keluar dari garis zenith, yakni garis yang
menghubungkan antara pengamat dengan pusat letak matahari ketika berada di titik
tertinggi (istiwa’). Secara teoretis, antara istiwa’ dengan masuknya zhuhur membutuhkan
waktu 2,5 menit, dan untuk faktor keamanan, biasanya pada jadwal shalat, waktu zhuhur
adalah 5 menit setelah istiwa’ (sudut z°).
Waktu Ashar
Ashar, terdiri dari 4 raka’at. Menurut mazhab Syafi’i, Maliki, dan Hambali,
waktu Ashar diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu
sendiri. Sementara madzab Imam Hanafi mendefinisikan waktu Ashar jika panjang
bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar dapat
dihitung dengan algoritma tertentu yang menggunakan trigonometri tiga dimensi. Secara
astronomis ketinggian matahari saat awal waktu ashar dapat bervariasi tergantung posisi
gerak tahunan matahari/gerak musim. Di Indonesia khususnya Depag menganut kriteria
waktu Ashar adalah saat panjang bayangan = panjang benda + panjang bayangan saat
istiwa.
Waktu Maghrib
Maghrib, terdiri dari 3 raka’at. Waktunya bermula apabila matahari terbenam
sampai hilangnya cahaya merah di langit Barat. Secara astronomis waktu maghrib
dimulai saat seluruh piringan matahari masuk ke horizon yang terlihat (ufuk Mar’i)
sampai kedudukan matahari sebesar m° di bawah horizon Barat. Di Indonesia khususnya
Depag menganut kriteria sudut m sebesar 18° di bawah horison Timur.
Waktu ‘Isya
Isya’, terdiri dari 4 raka’at. Waktu Isya didefinisikan dengan ketika hilangnya
cahaya merah (syafaq) di langit Barat, hingga terbitnya fajar shaddiq di Langit Timur.
Secara astronomis, waktu Isya merupakan kebalikan dari waktu Subuh. Secara
astronomis Isya dimulai saat kedudukan matahari sebesar i° di bawah horizon Barat
sampai sebelum posisi matahari sebesar 20° di bawah horizon Timur.
Berdasarkan konsep waktu menggunakan posisi matahari secara astronomis para ahli kini
berusaha membuat formulasi berdasarkan letak geografis dan ketinggian suatu tempat di
permukaan bumi dalam bentuk sebuah program komputer yang dapat menggenerate
sebuah tabulasi data secara akurat dalam sebuah “Jadwal Waktu Shalat”. Kini software
waktu shalat terus dibuat dan dikembangkan diantaranya: Accurate Times, Athan
Software, Prayer Times, Mawaqit, Shalat Time dsb. serta software produksi BHR
Departemen Agama yang disebarluaskan secara nasional yaitu Winhisab. Program ini
masih terlalu sederhana untuk kelas Nasional dan saya yakin BHR bisa membuat yang
lebih baik lagi.
Cara Shalat Fardhu
Bertakbirul ikhram dengan membaca “Allaahu Akbar” dengan mengangkat kedua
tangan sejajar dengan bahu atau telinga dan tatapan mata melihat ke tempat sujud.
Letakkan tangan kanan diatas tangan kiri setelah itu membaca doa iftitah.
Kemudian Membaca surat Al Fatihah (bacalah basmallah dengan lirih)
Dilanjutkan dengan membaca surat pendek atau membaca ayat-ayat yg ada di Al-
Qur’an,
selanjutnya yaitu ruku’
Sebelum ruku, disunnahkan untuk ber-thuma’niinah (berdiam sejenak) terlebih
dahulu.
Takbir (Allaahu Akbar) dengan mengangkat tangan sejajar bahu atau telinga dan
dilanjutkan dengan Ruku dengan posisi telapak tangan bertumpu pada dengkul
seperti terlihat pada inset.
Setelah thuma’niina pada saat ruku, lalu kita membaca doa ruku
Bangkit dari ruku (I’tidal) dengan mengangkat kedua tangan sejajar bahu atau
telinga sambil mengucapkanSAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDA.
Setelah itu dilanjutkan dengan sujud sambil bertakbir.
Kedua telapak tangan dibuka, tidak mengepal dan diletakkan sejajar dengan bahu
atau telingan, kedua sikut diangkat, dijauhkan dari lambung kiri dan kanan
(kecuali ketika shlat berjama’ah, kedua sikut dirapatkan ke sisi lambung). Dan jari
jemari tangan dirapatkan dan menghadap kiblat, dan posisi tumit kaki dirapatkan.
Bersujudlah dengan thuma’niinah dan lakukanlah dengan menempelkan tujuh
anggota badan: kening/dahi; hidung; kedua tangan; kedua lutut dan jari jemari
kedua kaki kita.
Bangkit dari sujud sambil bertakbir lalu duduk Iftirasy (duduk diantara dua
sujud), yaitu duduk dengan bertumpu pada telapak kaki kiri dan telapak kaki
kanan ditegakkan dan posisi tangan diletakkan diatas paha.
Lalu sujud lagi setelah sujud bangkitlah sambil bertakbir (duduk sejenak) dengan
posisi tangan mengepal atau dengan membukanya
Pada saat kita sudah berdiri lagi, berarti kita sudah memasuki raka’at kedua)
Pada raka’at kedua kita melakukan berdiri dengan bersedekat seperti pada gambar
03,
lalu kita membaca Surat Al Fatihah, di lanjutkan dengan membaca surat pendek
atau ayat-ayat Al Qur’an dan kseperti itu seterusnya sampai rakaat terakhir.
Setelah sujud kedua pada raka’at kedua ini kita melanjutkan dengan gerakan
Tasyahud Awal dengan posisi duduk dan begitu jg dengan tasyahut akhir. Namun
dengan sedikit perbedaan, yaitu tangan kanan menggenggam jari tengah, manis
dan kelingking, lalu jari telunjuk ditegakkan (boleh sambil jari telunjuk digerak-
gerakkan).
Pada saat ini, pandangan mata harus tertuju pada telunjuk.
Setelah itu kita menoleh ke kanan dan ke kiri sambil mengucapkan salam.
B. Pengertian dan Penjelasan Shalat Sunat Tahajud, Dhuha, Istikhoroh,
Tasbih, Taubat
1. Shalat Sunat Tahajud
Shalat sunat tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah malam di
antara shalat isya dan Shalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah rokaat shalat
tahajud minimal dua rokaat hingga tidak terbatas. Saat hendak kembali tidur
sebaiknya membaca ayat kursi, surat al ikhlas, surat al falaq dan surat an nas.
2. Shalat Sunat Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunat yang dilakukan pada pagi hari antara pukul
07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka’at shalat dhuha minimal dua
rokaat dan maksimal dua belas roka’at dengan satu salam setiap du roka’at.
Manfaat dari shalat dhuha adalah supaya dilapangkan dada dalam segala hal,
terutama rejeki. Saat melakukan sholat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat surat
al-waqi’ah, adh-dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.
3. Shalat Sunat Istikhoroh
Shalat istikhoroh adalah shalat yang tujuannya adalah untuk mendapatkan
petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan hidup baik yang terdiri dari
dua hal/perkara maupun lebih dari dua. Hasil dari petunjuk Allah SWT akan
menghilangkan kebimbangan dan kekecewaan di kemudian hari. Setiap kegagalan
akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang kelak akan berguna di masa
yang akan datang. Contoh kasus penentuan pilihan :
- memilih jodoh suami/istri
- memilih pekerjaan
- memutuskan suatu perkara
- memilih tempat tinggal, dan lain sebagainya
Dalam melakukan shalat istikharah sebaiknya juga melakukan, puasa sunat,
sodakoh, zikir, dan amalan baik lainnya.
4. Shalat Sunat Tasbih
Shalat tasbih adalah solat yang bertujuan untuk memperbanyak memahasucikan
Allah SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap rokaat dibarengi dengan 75
kali bacaan tasbih. Jika shalat dilakukan siang hari, jumlah rokaatnya adalah
empat rokaat salam salam, sedangkan jika malam hari dengan dua salam.
5. Shalat Sunat Taubat
Shalat taubat adalah shalat dua roka’at yang dikerjakan bagi orang yang ingin
bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya dengan
bersumpah tidak akan melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya tersebut.
Sebaiknya shalat sunah taubat dibarengi dengan puasa, sodaqoh dan sholat.
C. Sholat JenazahTata Cara Sholat Jenazah Bacaan Doa dan Hukum Sholat Jenazah: Selain shalat
fardu 5 waktu, ada satu shalat Fardhu Kifayah yaitu "Sholat Jenazah". Shalat Jenazah
atau sholat Ghoib berbeda dengan shalat biasa, shalat ini gak memakai ruku’, sujud,
i’tidal dan tahiyyat, hanya dengan 4 takbir dan 2 salam, yang dilakukan dalam keadaan
berdiri.
Rukun Shalat Jenazah yang terdiri dari 8 rukun, yang Hukumnya "Fardhu
Kifayah" artinya jika tidak ada yang men'shalati, semua akan berdosa.
1. Niat
Setiap shalat dan ibadah lainnya kalo gak ada niat dianggap gak sah, termasuk
niat melakukan Shalat jenazah. Niat dalam hati dengan tekad dan menyengaja akan
melakukan shalat tertentu saat ini untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah :
5).Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai
niatnya." (HR. Muttafaq Alaihi).
2. Berdiri Bila Mampu
Shalat jenazah sah jika dilakukan dengan berdiri (seseorang mampu untuk berdiri
dan gak ada uzurnya). Karena jika sambil duduk atau di atas kendaraan [hewan
tunggangan], Shalat jenazah dianggap tidak sah.
3. Takbir 4 kali
Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan bagaimana bentuk shalat
Nabi ketika menyolatkan jenazah.Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan
jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir 4 kali.(HR. Bukhari : 1245, Muslim
952 dan Ahmad 3:355)Najasyi dikabarkan masuk Islam setelah sebelumnya seorang
pemeluk nasrani yang taat. Namun begitu mendengar berita kerasulan Muhammad SAW,
beliau akhirnya menyatakan diri masuk Islam.
4. Membaca Surat Al-Fatihah
5. Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW
6. Doa Untuk Jenazah
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
"Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya."
(HR. Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :
"Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’
madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-baradi."
7. Doa Setelah Takbir Keempat
Misalnya doa yang berbunyi :
"Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlana wa lahu.."
8. Salam
Berikut Urutan Tata Cara dan Doa Sholat Jenazah:
1. Lafazh Niat Shalat Jenazah:
"Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti fardlal kifaayatin makmuuman/imaaman lillaahi ta’aalaa.."
Artinya:
"Aku niat shalat atas jenazah ini, fardhu kifayah sebagai makmum/imam lillaahi
ta’aalaa.."
2. Setelah Takbir pertama membaca: Surat "Al Fatihah."
3. Setelah Takbir kedua membaca Shalawat kepada Nabi SAW :
"Allahumma Shalli ‘Alaa Muhamad?"
4. Setelah Takbir ketiga membaca:
"Allahummagh firlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu.."
Artinya:
"Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat, sejahtera dan maafkanlah dia"
5. Setelah takbir keempat membaca:
"Allahumma la tahrim naa ajrahu walaa taftinnaa ba’dahu waghfirlanaa walahu.."
Artinya:
"Ya Allah janganlah kami tidak Engkau beri pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah
kepada kami sesudahnya, dan berilah ampunan kepada kami dan kepadanya"
6. "Salam" kekanan dan kekiri.
Catatan: Jika jenazah wanita, lafazh ‘hu’ diganti ‘ha’ .
BERSUCI
2.1 PENGERTIAN BERSUCI.Bersuci berasal dari bahasa arab yaitu thaharah. Yang menurut bahasa artinya
bersih atau bersuci. Menurut istilah syara’ thaharah adalah mengerjkan sesuatu (bersuci) untuk menghilangkan hadast dan najis pada waktu akan melakukan shalat.
Sedangkan wudhu disebut bersuci, karena membersihkan mutawadhi(orang yang berwudhu) dari keadaan sebelumnya yang dianggap tidak suci.
Suci dari hadast adalah dengan mengerjakan wudhu’, mandi dan tayammum.Suci dari najis adalah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat, dan
pakaian.Kesucian dalam ajaran Islam dijadikan syarat sahnya sebuah ibadah, seperti
shalat, thawaf, dan sebagainya. Bahkan manusia sejak lahir hingga wafatnya juga tidak bisa lepas dari masalah kesucian. Oleh karena itu para ulama bersepakat bahwa berthaharah adalah sebuah kewajiban. Sehingga Allah sangat menyukai orang yang mensucikan diri sebagaimana firman berikut ini:
المتطهرين... ويحب وابين الت يحب ه الل إنSesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci (QS. al-Baqarah/2: 222)
Dalam sebuah hadis dijelaskan pula:اإليمان شطر الطهور
“Kesucian itu sebagian dari iman.”1
2.2 MACAM-MACAM AIR
2.2.1 Air MutlakAir mutlak adalah air yang suci dan mensucikan. Yaitu : air yang masih murni dam belum atau tercampuri oleh sesuatu (najis). Adapun air itu sendiri terdapat beberapa macam, diantaranya :
a. Air laut.
1
“Air laut itu bisa menyucikan dan bangkainya pun halal.” (H.R. Abu Dawud)
b. Air hujan, salju dan embun.allah berfirman dalam surat al anfal : 11
11. (ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu)[598].
[598] Memperteguh telapak kaki disini dapat juga diartikan dengan keteguhan hati dan keteguhan pendirian.
c. Air zamzamPendapat ini didasarkan pada hadist dari ali bin abi thalib :Artinya : “ bahwa rasulullah pernah meminta diambilakan satu wadah air zamzam, lalu beliau meminum sebagian dari air tersebut dan berwudhu dengannya “(HR. Ahmad)
d. Air yang berubah karena lama tidak mengalirAir jenis ini yang disebabkan oleh tempatnya, atau karena tercampur dengan sesuatu yang memang tidak bisa dipisahkan dari air itu sendiri, seperti llumut atau daun yang berada di permukaan air, dalam hal ini para ulama bersepakat menyebutnya sebagai air mutlak.
2.2.2 Air MusammasAir musammas yaitu air yang suci, tetapi makruh jika digunakan untuk bersuci. Misalnya : air yang terkena sinar matahari dan air tersebut ditempkatkan pada bejana tembaga, besi dan sebagainya.
2.2.3 Air Musta’mal) air musta’mal, yaitu air yang telah diperunakan untuk wudlu atau mandi.
Hukumnya air itu tetap suci dan mensucikan. Hal ini didasarkan pada Hadits Nabi saw.
عليه - الله صلى بى الن أزواج بعض اغتسل قال اس عب ابن عن - - - ليتوضأ وسلم عليه الله صلى بى الن فجاء جفنة فى وسلم
. جنبا - - كنت ى إن ه الل رسول يا له فقالت يغتسل أو منها « - يجنب - ال الماء إن وسلم عليه الله صلى ه الل رسول فقال
»Artinya: Dari Ibn Abbas, ia berkata, ’Salah seorang dari istri-istri Nabi saw
mandi di satu bejana, maka datanglah beliau hendak berwudlu atau mandi dari air itu, maka iapun berkata, wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mandi junub. Beliaupun bersabda, ”Sesungguhnya air itu tidak dapat menjunubkan”.(HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i, dan Tirmidzi)
2.2.4 Air suci tidak mensucikan
air yang berubah sebab bercampur dengan benda-benda suci lainnya (seperti teh, kopi, dan sirup). Misalnya juga dengan sabun, tepung, dan lain-lain yang biasanya terpisah dengan air. Hukumnya tetap menyucikan selama kemutlakan nya masih terpelihara, jika sudah tidak, hingga tidak dapat lagi dikatakan mutlak maka hukumnya ialah suci pada dirinya sendiri, tidak menyucikan bagi lainnya.
2.2.5 Air Mutanajjis.Yaitu air yang terkena najis, baik ar tersebut sidikit ataupun banyak ( kurang atau lebih dua Qullah (216 liter)). Air tersebut hukkunya najis, dan tidak dapat digunakan untuk minum dan juga bersuci.
Selain menggunakan air mutlak, debu yang Suci juga dapat digunakan untuk bersuci.Debu yang suci .
Yaitu debu yang berada di permukaan tanah, pasir, dinding atau batu. Pendapat ini didasarkan pada sabda Rasulullah “dijadikan bumi ini bagi ku sebagai mesjid, yang berarti suci” (HR. Ahmad)Dengan demikian, tanah atau debu dapat digunakan uuntuk bersuci atau mensucikan ketika tidak ditemukan air atau ketika terdapat larangan menggunakan air bagi yang sakit dan sebagainya. Sebagaimana juga di firmankan oleh Allah “kemudian kalian tidak menemukan air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik(suci).” (An-Nisa’: 43)Jadi air yang dapat di pakai untuk bersuci adalah air mutlak dan tanah yang suci
2.3 MACAM-MACAM NAJIS DAN CARA MENSUCIKANYA.
1. Najis adalah bentuk kotoran yang setiap Muslimin diwajibkan untuk membersihkan diri darinya atau mencuci bagi Najis Mukhaffafah (najis ringan): misalnya air kecing bayi yang belum berumur 2 tahun dan belum makan apa pun selain air susu ibu.
2. Najis Mutawasithah (najis sedang): a. Hukmiyah: benda suci yang terkena benda najis dan masih bisa disucikan
(dengan air, dll.). b. Ainiyah: benda yang pada asalnya dihukumi najis dan tidak bisa disucikan.
3. Najis Mughalladhoh (najis berat): misalnya air liur/air kencingnya anjing atau babi, dan atau keturunanya.. Cara Menghilangkan Najis1. Barang yang kena najis mughallazhah seperti jilatan anjing atau babi, wajib dibasuh 7 kali dan salah satu diantaranya dengan air yang bercampur tanah.2. Barang yang terkena najis mukhaffafah, cukup diperciki air pada tempat najis itu.3. Barang yang terkena najis mutawassithah dapat suci dengan cara di basuh sekali, asal sifat-sifat najisnya (warna, bau dan rasanya) itu hilang. Adapun dengan cara tiga kali cucian atau siraman lebih baik.Jika najis hukmiyah cara menghilangkannya cukup dengan mengalirkan air saja pada najis tadi
Hadas dan Cara Mensucikannya
Hadas adalah sebuah keadaan atau kondisi syar’i dimana seseorang diharuskan bersuci, tanpanya ibadah batal (tidak sah).2 Keadaan syar’i yang dimaksud adalah keadaan-keadaan yang digambarkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Hadas dibagi menjadi dua, besar dan kecil. Hadas besar ada dua kondisi yakni, setelah bersenggama (junub) dan setelah haid dan nifas. Berikut ini beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang berhadas (harus mandi ataupun wudlu): Junub (Janabat)
Junub ialah keadaan sesudah bersetubuh (qoitus) atau keluar mani, baik melalui mimpi atau disengaja.3 Junub dikategorikan sebagai hadas besar. Cara mensucikannya adalah dengan cara mandi. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Maidah/5:6;
فاطهروا... ... جنبا كنتم وإنMaka jika kamu junub hendaklah bersuci.Ketika bersetubuh tidak mengeluarkan mani maka tetap harus mandi.
Sebagaimana dalam hadis berikut: “Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Jika seseorang telah duduk di antara keempat anggota badanya (menggaulinya), maka sungguh wajiblah untuk mandi baik mengeluarkan mani atau tidak” (HR. Ahmad dan Muslim)
Membersihkan HadasDalam Islam ada tiga cara membersihkan hadas, yakni dengan mandi, wudlu, dan
terakhir adalah tayamum. Berikut ini akan dijelaskan tatacara ketiganya. Adapun mandi untuk menghilangkan hadas besar. Kalau wudlu untuk menghilangkan hadas kecil. Kalau tayamum untuk menghilangkan hadas besar dan kecil dengan catatan tidak ada air (baik karena kemarau ataupun di perjalanan), dan sakit yang berbahaya jika tersentuh air.
2.4 ISTINJA’
2.4.1 Pengertian Istinja menurut bahasa artinya terlepas atau selamat. Sedangkan menurut istilah syara’ adalah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil. Syarat istinja itu ada 3 yakni:1. Menghilangkan rasanya2. Menghilangkan baunya3. emnghilangkan rasanya.
2.4.2 Cara Beristinja’beristinja’ ini wajib bagi orang yang baru saja buang air besar ataupun buang air
kecil. Adapun benda yang dipakai untuk beristinja’ dapat dengan air dan juga gengan selain air, seperti batu, kertas, atau daun-daun yang sudah kering.
Cara beristinja ini dapat dilakukan dengan memilih salah satu dari tiga cara berikut :1. Membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil dengan air sampai
bersih betul.2. Membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil dengan batu,
kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air.
2
3
3. Membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil dengan tiga batu atau benda yang keras yang dapat meresapnya.
2.4.3 Etika Ketika Masuk WCa. Menghindarkan diri dari pandangan dan pandangan orang lain.b. Menutupi diri sehingga tidak seorangpun dapat melihat auratnya
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
- فى - وسلم عليه الله صلى الله رسول مع خرجنا - - ال وسلم عليه الله صلى الله رسول وكان سفر
. يرى فال يتغيب حتى البراز يأتى“Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika safar, beliau tidak menunaikan hajatnya di daerah terbuka, namun beliau pergi ke tempat yang jauh sampai tidak nampak dan tidak terlihat.”[1]
Diwajibkan untuk menjaga aurat ketika istinja, jangan sampai auratnya terlihat oleh orang lain, selain istri dan budaknya. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Jagalah auratmu kecuali dari istrimu dan budakmu.” (HR. Abu Daud dari Muawiah bin Haidah).
c. Mengindarkan diri dari buang air besar di tempat-tempat yang biasa ditempati orang.
d. Tidak buang air kecil di tempat yang airnya tidak mengalir (menggenang)
2.4.4 Rukun Istinja’Sedangkan Rukun Istinja ada 4, yaitu:1. Orang yang beristinja.2. Bagian tubuh yang diistinjakan (Qubul dan Dubur).3. Yang diistinjakan sesuatu yang keluar dari dua jalan yang kotor tersebut.4. Alat yang digunakan beristinja (baik dengan air, batu ataupun benda lain yang sesuai).Jika kita akan beristinja hendaklah masuk ke dalam wc atau jamban dengan mendahulukan kaki kiri seraya membaca:“Bismillahi Allahumma inni a’uzubika minal khubutsi wal khobaits.” yang artinya: Dengan nama-Mu ya Allah, aku berlindung kepada Engkau daripada kejahatan (kotoran) dan segala yang kotor.Jika kita membasuh (beristinja) maka kita baca:“ Allahumma hassin farji minal fawahisyi wathahhir qalbi mnan nifaqi.” yang artinya: Ya Allah, peliharalah kemaluanku (farji) dari segala kekejian (kejahatan) dan sucikanlah hatiku daripada (perbuatan) munafik.Kemudian jika kita keluar dari Wc/jamban hendaknya mendahulukan kaki yang kanan seraya mengucapkan:
“Alhamdu lillahilladzi adzhaba ‘annil adza wa’afaani.” Artinya: Segala puji hanya bagi Allah Yang telah menghilangkan dariku penyakit, dan menyehatkanku. 2.4.5 Hal-hal Yang Dilarang Ketika Buang Air.Secara mutlak, da beberapa larangan yang harus diperhatikan yaitu:membaca Al-Quran.a. Menghadap kiblat atau membelakangi kiblat
Dari Abu Ayyub Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«، تستدبروها وال القبلة تستقبلوا فال الغائط أتيتم إذاأم « . الش فقدمنا أيوب أبو قال بوا غر أو قوا شر ولكن
ونستغفر فننحرف ، القبلة قبل بنيت مراحيض فوجدناتعالى الله
“Jika kalian mendatangi jamban, maka janganlah kalian menghadap kiblat dan membelakanginya. Akan tetapi, hadaplah ke arah timur atau barat.” Abu Ayyub mengatakan, “Dulu kami pernah tinggal di Syam. Kami mendapati jamban kami dibangun menghadap ke arah kiblat. Kami pun mengubah arah tempat tersebut dan kami memohon ampun pada Allah Ta’ala.”[14] Yang dimaksud dengan “hadaplah arah barat dan timur” adalah ketika kondisinya di Madinah. Namun kalau kita berada di Indonesia, maka berdasarkan hadits ini kita dilarang buang hajat dengan menghadap arah barat dan timur, dan diperintahkan menghadap ke utara atau selatan.
Namun apakah larangan menghadap kiblat dan membelakanginya ketika buang hajat berlaku di dalam bangunan dan di luar bangunan? Jawaban yang lebih tepat, hal ini berlaku di dalam dan di luar bangunan berdasarkan keumuman hadits Abu Ayyub Al Anshori di atas. Pendapat ini dipilih oleh Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad, Ibnu Hazm, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah[15], Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani[16] dan pendapat terakhir dari Syaikh Ali Basam[17].
Adapun hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma yang mengatakan,
فرأيت ، حاجتى لبعض حفصة بيت ظهر فوق ارتقيتحاجته - - يقضى وسلم عليه الله صلى الله رسول
أم الش مستقبل القبلة مستدبر“Aku pernah menaiki rumah Hafshoh karena ada sebagian keperluanku. Lantas aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam buang hajat dengan membelakangi kiblat dan menghadap Syam.”[18] Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membelakangi kiblat ketika buang hajat. Maka mengenai hadits Ibnu ‘Umar ini kita dapat memberikan jawaban sebagai berikut.
1. Pelarangan menghadap dan membelakangi kiblat lebih kita dahulukan daripada yang membolehkannya
2. Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melarang menghadap dan membelakangi kiblat ketika buang hajat lebih didahulukan dari perbuatan beliau.
3. Hadits Ibnu ‘Umar tidaklah menasikh (menghapus) hadits Abu Ayyub Al Anshori karena apa yang dilihat oleh Ibnu ‘Umar hanyalah kebetulan saja dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memaksudkan adanya hukum baru dalam hal ini.[19]Sehingga perbuatan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membelakangi Ka’bah ketika buang air adalah khususiah (kekhususan) beliau yang tidak boleh dicontoh oleh umatnya. Berbeda halnya ketika beliau melarang kencing berdiri lalu beliau ‘sengaja’ memperlihatkan kepada Huzaifah kalau beliau kencing berdiri, maka ini bertujuan untuk dicontoh sehingga kencing berdiri ini bukanlah kekhususan beliau.
Di antara dalil yang menguatkan pendapat ini adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Barangsiapa yang meludah ke arah kiblat maka dia datang pada hari kiamat dalam keadaan ludahnya berada di antara kedua matanya.” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 222, 223) Kalau meludah ke arah kiblat di dalam bangunan (masjid dan selainnya) saja diharamkan, maka bukankah buang air menghadap kiblat di dalam ruangan -apalagi diluar- lebih pantas untuk diharamkan?! Berfikirlah wahai orang-orang yang mempunyai hari nurani.Lihat pembahasan lengkap dan bantahan kepada yang membedakan antara dalam bangunan dengan di luar bangunan dalam: Nailul Authar (1/95-99), Sailul Jarrar (1/69), Tamamul Minnah (hal. 59-60) dan Asy-Syarhul Mumti’ (1/125-126) Dan lihat juga masalah hukum melakukan jima’ menghadap dan membelakangi kiblat dalam Ihkamul Ahkam (hal. 44, 46-47).
Simpulannya, pendapat yang lebih tepat dan lebih hati-hati adalah haram secara mutlak menghadap dan membelakangi kiblat ketika buang hajat.
b. Menjawab salam dan adzanc. Buang air di tempat terbukad. Buang air di tempat yang mengganggu orang lain.e. Berbicara pada waktu buang air, kecuali terpaksa.
Dalilnya adalah hadits dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
- يبول - وسلم عليه الله صلى الله ورسول مر رجال أن. عليه يرد فلم فسلم
“Ada seseorang yang melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang kencing. Ketika itu, orang tersebut mengucapkan salam, namun beliau tidak
membalasnya.”[20]
Syaikh Ali Basam mengatakan, “Diharamkan berbicara dengan orang lain ketika buang hajat karena perbuatan semacam ini adalah suatu yang hina, menunjukkan kurangnya rasa malu dan merendahkan murua’ah (harga diri).” Kemudian beliau
berdalil dengan hadits di atas.[21]
Syaikh Abu Malik mengatakan, “Sudah kita ketahui bahwa menjawab salam itu wajib. Ketika buang hajat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkannya, maka ini
menunjukkan diharamkannya berbicara ketika itu, lebih-lebih lagi jika dalam pembicaraan itu mengandung dzikir pada Allah Ta’ala. Akan tetapi, jika seseorang
berbicara karena ada suatu kebutuhan yang mesti dilakukan ketika itu, seperti menunjuki jalan pada orang (ketika ditanya saat itu, pen) atau ingin meminta air dan semacamnya, maka dibolehkan saat itu karena alasan darurat. Wallahu a’lam.”[22]
Ikrimah berkata, “Jangan dia berzikir dengan lisannya di dalam wc, akan tetapi dengan hatinya.” Lihat: Nailul Authar (1/91-92) dan Asy-Syarhul Mumti’ (1/117-118)
2.5 WUDHU
Arti Wudhu’Wudlu’ menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut syara’ artinya membersihkan anggota wudlu’ untuk menghilangkan hadats kecil.Orang yang hendak melaksanakan shalat, wajib lebih dahulu berwudlu’, karena wudlu’ adalah menjadi syarat sahnya shalat.2.5.1 Fardu Wudhu’Fardunya wudhu’ ada enam perkaraa. Niat
Niat wudhu’ adalah ketetapan di dalam hati seseorang untuk melakukan serangkaian ritual yang bernama wudhu’sesuai dengan apa yang ajarkan oleh Rasulullah SAW dengan maksud ibadah. Sehingga niat ini membedakan antara seorang yang sedang memperagakan wudhu’ dengan orang yang sedang melakukan wudhu’.Kalau sekedar memperagakan, tidak ada niat untuk melakukannya sebagai ritual ibadah. Sebaliknya, ketika seorang berwudhu’, dia harus memastikan di dalam hatinya bahwa yang sedang dilakukannya ini adalah ritual ibadah berdasar petunjuk nabi SAW untuk tujuan tertentu.
b. Membasuh mukaPara ulama menetapkan bahwa batasan wajah seseorang itu adalah
tempat tumbuhnya rambut (manabit asy-sya'ri) hingga ke dagu dan dari batas telinga kanan hingga batas telinga kiri.
c. Membasuh kedua tangan hingga kesiku Secara jelas disebutkan tentang keharusan membasuh tangan hingga ke siku.
Dan para ulama mengatakan bahwa yang dimaksud adalah bahwa siku harus ikut dibasahi. Sebab kata dalam ayat itu adalah lintihail ghayah. Selain itu karena yang disebut dengan tangan adalah termasuk juga sikunya.
d. Membasuh atau menyapu sebagian dari kepalaYang dimaksud dengan mengusap adalah meraba atau menjalankan
tangan ke bagian yang diusap dengan membasahi tangan sebelumnya dengan air.
Sedangkan yang disebut kepala adalah mulai dari batas tumbuhnya rambut di bagian depan (dahi) ke arah belakang hingga ke bagian belakang kepala.
e. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki Menurut jumhur ulama, yang dimaksud dengan hingga mata kaki adalah membasahi mata kakinya itu juga. Sebagaimana dalam masalah membahasi siku tangan.
f. Tertib atau berurutan.Yang dimaksud dengan tartib adalah mensucikan anggota wudhu secara
berurutan mulai dari yang awal hingga yang akhir. Maka membasahi anggota wudhu’ secara acak akan menyalahi aturan wudhu’.
2.5.2 Syarat-Syarat Wudhu’Syarat-syarat wudhu’ ialah:1. Islam.2. Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan.3. Tidak berhadats besar.4. Dengan air suci lagi mensucikan.5. Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudlu’ misalnya getah, cat dan sebagainya.6. Mengetahui mana yang wajib (fardlu) dan mana yang sunat.2.5.3. Sunat-Sunat Wudhu’1. Membaca basmalah (Bismillaahirrahmaanirrahim) pada permulaan berwudlu’.2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan.3. Berkumur-kumur.4. Membasuh lubang hidung sebelum berniat.5. Mmperlebar basuhan pada dahi, lengan dan kaki.6. Mendahulukan anggota kanan daripada kiri.7. Menyapu kedua telinga luar dan dalam.8. Menigakalikan membasuh.9. Menyela-nyela jari-jari tangan dan kaki.10. Membaca do’a sesudah wudlu’.2.5.4 Yang Membatalkan Wudlu’1. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur, misalnya buang air kecil maupun besar, atau keluar angin dan sebagainya2. Hilang akal sebab gila, pingsan, mabuk dan tidur baik dengan terlentang maupun bersandar.3. Tersentuh kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya dengan tidak memakai tutup, (muhrim artinya keluarga yang tidak boleh dinikah)4. Tersentuh kemaluan (qubul atau dubur) dengan tapak tangan atau jari-jarinya yang tidak memakai tutup (walaupun kemaluannya sendiri)5. tidur dalam shalat.2.5.5. Cara Berwudlu’Orang yang hendak mengerjakan shalat wajib lebih dahulu berwudlu’, karena wudlu’ syarat sahnya shalat.Sebelum berwudlu’ kita harus membersihkan dahulu najis-najis yang ada pada badan, kalau memang ada najis.Cara mengerjakan wudlu’ ialah:
1. Membaca “BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM”, sambil mencuci kedua belah tangan sampai pergelangan tangan dengan bersih,2. Selesai membersihkan tangan terus berkumur-kumur tiga kali, sambil membersihkan gigi3. Selesai berkumur terus mencuci lubang hidung tiga kali4. Selesai mencuci lubang hidung terus mencuci muka tiga kali, mulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala hingga bawah dagu, dan dari telinga kanan ke telinga kiri.5. Setelah membasuh muka (mencuci muka), lalu mencuci kedua belah tangan hingga siku-siku tiga kali6. Selesai mencuci kedua belah tangan, terus menyapu sebagian rambut kepala tiga kali7. Selesai menyapu sebagian rambut kepala, terus menyapu kedua belah telinga tiga kali8. Dan yang terakhir mencuci kedua belah kaki tiga kali, dari/sampai mata kaki
Keterangan:Dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut diatas, wajib dikerjakan dengan berturut-turut, artinya yang harus dahulu didahulukan dan yang harus akhir diakhirkan.
Tayammum1. Pengertian Tayammum
Secara bahasa tayammum artinya bersengaja. Sedangkan secara istilah tayammum adalah bersengaja menggunakan debu yang suci untuk menyapu muka dan kedua tangan dengan maksud dapat melakukan shalat.
Tayammum dapat dilakukan apabila dalam keadaan:a. Tidak mendapatkan air, atau ada air tetapi untuk kebutuhan lain yang sangat
vital, seperti untuk keperluan minum.b. Pada waktu musim dingin yang sangat mencekam, hingga diperkirakan akan
berakibat fatal apabila menggunakan air sebagai alat bersuci.c. Sakit yang tidak memungkinkan menggunakan air, karena apabila
menggunakannya justru mengakibatkan sakit yang bertambah parah.d. Sanggupmenggunakan air, tetapi waktunya sudah sangat mendesak sehingga
diperkirakan apabila mencoba mendapatkannya justru shalatnya sendiri akan tertinggal.
2. Dasar Hukum BertayammumAllah swt. berfirman dalam al Qur'an surat an-Nisa : 43Artinya : 'Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir (bepergian) atau kembali
dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu, sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.'
3. Langkah-langkah BertayammumAgar lebih memahami pelaksanaan tayammum sesuai dengan tuntunan
Rasulullah saw., secara garis besar tata cara bertayammum adalah sebagai berikut. Rasululah saw. pernah bersabda;
وسلم» « . - عليه الله صلى بى الن فضرب هكذا يكفيك كان ما إنوكفيه- وجهه بهما مسح ثم فيهما ونفخ ، األرض بكفيه
Artinya, 'Sesungguhnya mencukupi bagimu begini, 'Lalu beliau meletakkan kedua telapak tangannya di tanah dan meniupnya, kemudian mengusap muka dan kedua telapak tangannya". (HR al-Bukhari)
Sedangkan langkah demi langkah pelaksanaan tayammum adalah sebagai berikut;
Langkah pertama, Sama halnya berwudlu, bertayammum dimulai dengan membaca basmalah. Hal ini berdasarkan Hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah yang berbunyi,
أقطع الرحيم الرحمن الله ببسم فيه يبدأ ال بال ذى أمر كلArtinya, 'Segala perkara yang berguna, yang tidak dimulai dengan
Bismillahirrahmanirrahim itu tidak berguna.' (HR Abdul Qadir ar-Rahawi) Langkah kedua, Setelah itu, meletakkan kedua telapak tangan pada debu.
Orang yang sakit dapat meletakkan kedua telapak tangannya pada dinding. Orang yang bepergian naik bus atau pesawat terbang dapat meletakkan kedua telapak tangannya pada tempat duduk atau kursi di depannya atau jendela dan sebagainya yang kita yakini ada debu bersihnya.
Langkah ketiga, meniup debu pada kedua telapak tangan.Langkah keempat, mengusap wajah.Langkah kelima, mengusap punggung telapak tangan kanan dengan telapak
tangan kiri, mengusap punggung telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan. Setelah itu, kita mengusap kedua telapak tangan. Mengusap tangan hanya sampai pergelangan tangan menurut Hadits Daruquthni berikut:
تنفخ » ثم راب الت فى بكفيك تضرب أن يكفيك كان ما إن عمار ياسغين « الر إلى وكفيك وجهك بهما تمسح ثم فيهما
Artinya. ”Wahai ’Ammar, sesungguhnya mencukupi bagimu meletakkann dua telapak tanganmu pada debu kemudian meniupnya kemudian usaplah wajahmu dengan kedua tanganmu dan kedua tanganmu sampai kepergelangan tangan”.
Bertayammum bagi orang sakit ataupun bertayammum bagi musafir tata caranya sama.
2.6 MANDI
2.6.1 pengertian Mandi menurut bahasa artinya membasuh badan. Sedangkan menurut istilah adalah meratakan air pada seluruh tubuh dari ujung rambut sampai jari-jari disertai dengan niat untuk menghilangkan hadast besar. Karena orang yang berhadast besar jika akan mengerjakan shalat, maka ia diwajibkan untuk mandi yang disebut dengan mandi junub.
2.6.2 rukun mandi1. niat mandi ketika akan mengatakan menyiramkan air keseluruhan tubuh.2. meratakan air ke seluru tubuh, mulai dari rambut sampai ujung jari-jari kaki.
3. menghilangkan najis yang terdapat di tubuh.2.6.3 sebab-sebab wajib mandi.
2.6.3 sunat-sunat mandiAda beberapa hal yang di sunatkan dalam mandi, yaitu :
1. Membaca basmalah ketika akan mandi.2. Membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali 3. berwudhu’ sebelum mengerjakan mandi4. menyiramkan air ke kepala sebanyak tiga kali disertai penyelaan terhadap rambut.5. Menguyurkan air ke seluruh tubuh, yang dimulai dari setengah bagian sebelah
kanan dan kemudian setengah bagian kiri.6. Membasuh kedua ketiak, pusar dan kedua lutut.
2.6.4 mandi sunatMandi sunat adalah mandi apabila yang dikerjakan mendapat pahala dan apabila teidak dikerjakan tidak berdosa.Diantara mandi-mandi yang disunatkan itu ialah :
1. Mandi pada hari jumat2. Mandi pada hari raya (ditri/adha)3. Mandi ketika ihram4. Mandi ketika hendak masuk ke kota mekah5. Mandi ketika hendak wukuf di arafah.6. Mandi sesudah memandikan jenazah.7. Mandi setelah sembuh dari gila atau pingsan8. Mandi setelah baru masuk islam
2.6.5 Ada beberapa sebab yang diwajibkan untuk mandi, yaitu
Keluarnya mani karena syahwat baik dalam tidur maupun dalam keadaan sadar. Mengislamkan orang kafir Kematian Selesai haid dan nifas Selesai melahirkan.
ZakatPENGERTIAN ZAKAT Zakat berarti “tumbuh dan bertambah”. Juga bisa berarti berkah, bersih, suci, subur dan berkembang maju.
Dalam surah Maryam ayat 13, digunakan kata ‘zakat’ dengan arti suci.
Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). dan ia adalah seorang yang bertakwa. (QS. Maryam : 103).
Dalam surah An-Nur ayat 21, digunakan kata ‘zaka’ yang berarti bersih (suci) dari keburukan dan kemungkaran
Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. An-Nur : 21)
Zakat dalam pengertian syara’adalah sebagian harta yang wajib diberikan kepada orang-orang yang tertentu,dengan syarat-syarat yang tertentu pula.
Secara teknis, zakat berarti menyucikan harta milik seseorang dengan cara pendistribusian oleh kaum kaya kepada kaum miskin sebagai hak mereka, dengan membayaran zakat, maka seseorang memperoleh penyucian hati dan dirinya serta melakukan tindakan yang benar dan memproleh rahmat selain hartanya selain hartanya akan bertambah.
Perbedaan zis : Zakat hukumnya wajib sedangkan infaq & shadaqah hukumnya
sunnah.
Zakat ditentukan nisabnya sedangkan infaq & shadaqah tidak memiliki batas.
Zakat ditentukan siapa saja yang berhak menerimanya sedangkan infaq & shadaqah boleh diberikan kepada siapa saja.
Zakat & Infaq berupa harta, sedangkan shadaqah dapat berupa apa saja.
Sejarah zakat : Sejarah zakat ini pada mulanya berupa infaq yang harus dikeluarkan
seseorang kepada fakir miskin dan kepentingan pembelaan agama. Sementara jumlah banyak dan sedikitnya sendiri tidak atau belum ada batasan. Baru pada tahun ke dua setelah Hijrah, zakat kemudian dijadikan pokok ibadah yang harus dilakukan oleh setiap muslim apabila telah memiliki harta pada batas-batas yang ditetapkan. Zakat
diwajibkan setelah turun wahyu sebagaimana tertera di dalam al-Qur'an surah al-Baqarah ayat 277 :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-Baqarah : 277).
Perintah wajib zakat ini telah disampaikan semenjak permulaan Islam (sebelum Hijrah) hanya saja pada saat itu belum ditentukan macam-macam harta maupun kadar harta yang harus dizakati, berupa jumlah zakatnya dan mustahiknya. Pada saat itu baru diperuntukkan bagi fakir dan miskin saja. Baru pada tahun ke dua Hijriyah, macam-macam harta yang wajib dizakati serta jumlah prosentase zakat dari harta masing-masing, kemudian ditetapkan secara spesifik.Awal dari ditetapkannya bentuk harta yang wajib dizakati adalah setelah turunnya wahyu yang terdapat dalam al-Qur'an surah al-Baqarah ayat 267 yang artinya:Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah hartamu(di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Al-Baqarah : 267) Syarat wajib zakat:
Islam; Zakat hanya diwajibkan bagi orang Islam saja.
Merdeka; Hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali zakat fitrah, sedangkan tuannya wajib mengeluarkannya. Di masa sekarang persoalan hamba sahaya tidak ada lagi. Bagaimanapun syarat merdeka tetap harus dicantumkan sebagai salah satu syarat wajib mengeluarkan zakat karena persoalan hamba sahaya ini merupakan salah satu syarat yang tetap ada.
Milik sepenuhnya; Harta yang akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya seorang yang beragama Islam dan harus merdeka. Bagi harta yang bekerjasama antara orang Islam dengan orang bukan Islam, maka hanya harta orang Islam saja yang dikeluarkan zakatnya.
Cukup haul; cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun, selama 354 hari menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut tanggalan mashehi.
Cukup nisab; Nisab adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Kebanyakan standar zakat harta (mal) menggunakan nilai harga emas saat ini, jumlahnya sebanyak 85 gram/93,6 gram. Nilai emas dijadikan ukuran nisab untuk menghitung zakat uang simpanan, emas, saham, perniagaan, pendapatan dan uang dana pensiun.
MUZAKKI DAN MUSTAHIQ Muzakki adalah orang Islam yang memiliki harta melebihi nishab
(batas minimum harta yang terkena kewajiban membayar zakat) dan memenuhi waktu jatuh tempo wajib membayar zakat harta tersebut.
Sedangkan mustahiq adalah orang yang berhak untuk menerima zakat sebagimana yang disebutkan oleh a-Qur’an dalam surat al-Taubah ayat 60., yaitu adalah fakir, miskin, Amil (Pengurus) zakat, Muallaf (orang yang dibujuk hatinya), untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang terjerat hutang, sabilillah (untuk jalan Allah), musafir (orang yg sedang dalam perjalanan yg kehabisan bekal).
Macam zakkat :1. Zakat Fitrah atau Zakat Jiwa (Nafs)2. Zakat Harta (Maal)
Zakat FitrahZakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu
lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Kata Fitrah yang ada merujuk pada keadaan manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah.
atau ada juga yang mengatakan, Zakat Fitrah adalah zakat pribadi yang harus keluarkan pada bulan Ramadhan sebelum shalat ied. Mayoritas ulama berpendapat kewajiban membayar zakat fitrah mulai terbenam matahari sampai sebelum khatib naik mimbar.
Yang berkewajiban membayarPada prinsipnya seperti definisi di atas, setiap muslim diwajibkan
untuk mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya , keluarganya dan orang lain yang menjadi tanggungannya baik orang dewasa, anak kecil, laki-laki maupun wanita. Berikut adalah syarat yang menyebabkan individu wajib membayar zakat fitrah:
Individu yang mempunyai kelebihan makanan atau hartanya dari keperluan tanggungannya pada malam dan pagi hari raya.
Anak yang lahir sebelum matahari jatuh pada akhir bulan Ramadan dan hidup selepas terbenam matahari.
Memeluk Islam sebelum terbenam matahari pada akhir bulan Ramadan dan tetap dalam Islamnya.
Seseorang yang meninggal selepas terbenam matahari akhir Ramadan.
Besar ZakatBesar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai
penafsiran terhadap hadits adalah sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1 mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.7 kg makanan pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi di daerah bersangkutan (Mazhab syafi'i dan Maliki)[1]
Waktu PengeluaranZakat Fitrah dikeluarkan pada bulan Ramadan, paling lambat sebelum
orang-orang selesai menunaikan Salat Ied. Jika waktu penyerahan melewati batas ini maka yang diserahkan tersebut tidak termasuk dalam kategori zakat melainkan sedekah biasa.
Orang-orang yang berhak menerima zakat:Fakir orang yang tidak memiliki harta atau penghasilan,
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Miskin orang yang memiliki harta atau penghasilan, namun untuk memenuhi kebutuhan pokok tidak sepenuhnya tercukupi.
Amil yaitu orang muslim yang mampu melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan urusan zakat yaitu tugas yang berkaitan proses penghimpunan, penjagaan, pemeliharaan, proses pendistribusian, serta laporan keuangan dana zakat.
Ghorim orang yang mempunyai hutang dan tidak mempunyai kelebihan harta untuk menutupi hutangnya.
Fi sabilillah Orang yang pergi berperang dijalan Allah, setiap perbuatannya ikhlas, dipergunakan untuk taqarub/mendekatkan diri kepada Allah SWT. Segala amal shaleh, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, termasuk semua bentuk jihad fi sabililah, seperti dakwah untuk menegakkan Islam, membebaskan manusia dari kemusrikan dan misionaris, mendirikan sarana ibadah didaerah miskin dan minoritas muslim.
Ibnu sabil orang sedang bepergian yang diridhoi Allah atau dalam perjalanan untuk kemaslahatan umat
Mu”alaf orang yang diluluhkan hatinya agar cenderung kepada Islam atau mengokohkan keislamannya.
namun menurut beberapa ulama khusus untuk zakat fitrah mesti didahulukan kepada dua golongan pertama yakni fakir dan miskin.
Sumber Hadits berkenaan dengan Zakat Fitrah
Diriwayatkan dari Ibnu Umar t.ia berkata : Rasulullah telah mewajibkan zakat fithrah dari bulan Ramadan satu sha' dari kurma, atau satu sha' dari sya'iir. atas seorang hamba, seorang merdeka, laki-laki, wanita, anak kecil dan orang dewasa dari kaum muslilmin. (H.R : Al-Bukhary dan Muslim)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata : Rasulullah saw telah memfardhukan zakat fithrah untuk membersihkan orang yang shaum dari perbuatan sia-sia dan dari perkataan keji dan untuk memberi makan orang miskin. Barang siapa yang mengeluarkannya sebelum salat, maka ia berarti zakat yang di terima dan barang siapa yang mengeluarkannya sesudah salat 'ied, maka itu berarti shadaqah seperti shadaqah biasa (bukan zakat fithrah). (H.R : Abu Daud, Ibnu Majah dan Daaruquthni)
Diriwayatkan dari Hisyam bin urwah dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bersabda : Tangan di atas (memberi dan menolong) lebih baik daripada tangan di bawah (meminta-minta), mulailah orang yang menjadi tanggunganmu (keluarga dll) dan sebaik-baik shadaqah adalah yang di keluarkan dari kelebihan kekayaan (yang di perlukan oleh keluarga) (H.R : Al-Bukhary dan Ahmad)
Hikmah disyari'atkannya Zakat FitrahDi antara hikmah disyari'atkannya zakat fitrah [2] adalah:
1. Zakat fitrah merupakan zakat diri, di mana Allah memberikan umur panjang baginya sehingga ia bertahan dengan nikmat-nya.
2. Zakat fitrah juga merupakan bentuk pertolongan kepada umat Islam, baik kaya maupun miskin sehingga mereka dapat berkonsentrasi penuh untuk beribadah kepada Allah Ta'ala dan bersukacita dengan segala anugerah nikmat-Nya.
3. Hikmahnya yang paling agung adalah tanda syukur orang yang berpuasa kepada Allah atas nikmat ibadah puasa. (Lihat Al Irsyaad Ila
Ma'rifatil Ahkaam, oleh Syaikh Abd. Rahman bin Nashir As Sa'di, hlm. 37.)
4. Di antara hikmahnya adalah sebagaimana yang terkandung dalam hadits Ibnu Abbas radhiAllahu 'anhuma di atas, yaitu puasa merupakan pembersih bagi yang melakukannya dari kesia-siaan dan perkataan buruk, demikian pula sebagai salah satu sarana pemberian makan kepada fakir miskin
Jenis harta yang dizakatkan
1. Binatang ternak (Unta, Sapi, Kerbau dan Kambing.
2. Emas dan Perak.
3. Hasil pertanian/Biji-bijian.
Binatang ternak: Syarat-syarat zakat ternak adalah sebagai berikut :
Mencapai nishab
telah dimiliki selama satu tahun
Digembalakan
Tidak dipekerjakan
ZAKAT UNTA
5 – 9 1 ekor kambing
10 – 14 2 ekor kambing
15 – 19 3 ekor kambing
20 – 24 4 ekor kambing
25 – 35 1 ekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih)
36 – 45 1 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
46 – 60 1 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)
61 – 75 1 ekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih)
76 - 90 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
91 – 120 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)
ZAKAT KAMBING
40 – 120 1 ekor kambing
121 – 200 2 ekor kambing
201 – 300 3 ekor kambing
Setiap bertambah 100 ekor 1 ekor kambing
ZAKAT SAPI
30 – 39 1 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
40 – 59 1 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun
60 – 69 2 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
70 – 79 2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun
Zakat emas dan perak:
Emas dan perak wajib dizakati apabila sudah cukup satu nisab.
Nisab emas, berat timbangannya 93,6 gram. Zakatnya 2,5 %. Nisab perak 595/624/642 gram. Zakatnya 2,5%.
Zakat pertanian / biji-bijian
Hasil pertaian/Biji-bijian yang menjadi makanan pokok dan tahan di simpan.
Nisab biji makanan yang mengenyangkan dan buah-buahan adalah 930 liter bersih dari kulit. Atau 653 kg dan Menurut MUI 810 kg. Dari Jabir Rasulullah saw. Bersabda : “Tidak wajib dibayar zakat pada kurma yang kurang dari 5 Ausuq.” (HR. Muslim). Ausuq jamak dari wasaq, 1 wasaq = 60 sha’, sedangkan 1 sha’ = 2,751 kg, maka 5 wasaq adalah 5x 60 x 2,751 = 825,3 kg.
Kadarnya sebanyak 5% jika menggunakan irigasi atau 10% dengan pengairan alami (tadah hujan).
Dikeluarkan ketika panen
PUASA
Puasa secara bahasa adalah menahan diri dari sesuatu.Sedangkan secara terminologi,
adalah menahan diri pada siang hari dari berbuka dengan disertai niat berpuasa bagi
orang yang telah diwajibkan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
Detailnya, puasa adalah menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat membatalkan
puasa seperti makan, minum, dan bersenggama pada sepanjang hari tersebut (sejak terbit
fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa diwajibkan atas seorang muslim yang baligh,
berakal, bersih dari haidl dan nifas, disertai niat ikhlas semata-mata karena Allah ta'aala.
Adapun rukunnya adalah menahan diri dari makan dan minum, menjaga kemaluannya
(tidak bersenggama), menahan untuk tidak berbuka, sejak terbitnya ufuk kemerah-
merahan (fajar subuh) di sebelah timur hingga tenggelamnya matahari. Firman Allah
swt :
@Ïmé& öNà6s9 s's#øs9 ÏQ$u _Å Á9$# ß]sù§9$# 4n<Î) öNä3ͬ!$|¡ÎS 4 £`èd Ó¨$t6Ï9 öNä3©9 öNçFRr&ur Ó¨$t6Ï9 £`ßg©9 3 zNÎ=tæ ª!$# öNà6¯Rr& óOçGYä. cqçR$tFørB öNà6|¡àÿRr& z>$tGsù öNä3øn=tæ $xÿtãur öNä3Ytã ( z`»t«ø9$$sù £`èdrçų»t/ (#qäótFö/$#ur $tB |=tF2 ª!$# öNä3s9 4 (#qè=ä.ur (#qç/uõ°$#ur 4Ó®Lym tû¨üt7oKt ãNä3s9 äÝøsø:$# âÙuö/F{$# z`ÏB ÅÝøsø:$# ÏuqóF{$# z`ÏB Ìôfxÿø9$# ( ¢OèO (#qJÏ?r& tP$u _Å Á9$# n<Î) È@ø©9$# 4 wur Æèdrçų»t7è? óOçFRr&ur tbqàÿÅ3»tã Îû ÏÉf»|¡yJø9$# 3 y7ù=Ï? ßrßãn «!$# xsù $ydqç/tø)s? 3 y7Ï9ºxx. ÚúÎiüt6ã ª!$# ¾ÏmÏG»t#uä Ĩ$¨ =Y Ï9 óOßg¯=yès9 cqà)Gt
ÇÊÑÐÈ 187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (Al-Baqarah: 187).
Ibn 'Abdul Bar dalam hadis Rasulullah saw "Sesungguhnya Bilal biasa azan pada malam hari, maka makan dan minumlah kamu sampai terdengarnya azan Ibn Ummi Maktum", menyatakan bahwa benang putih adalah waktu subuh dan sahur hanya dikerjakan sebelum waktu fajar".
BEBERAPA FAEDAH PUASA
Puasa mempunyai banyak faedah bagi ruhani dan jasmani kita, antara lain:
1. Puasa adalah ketundukan, kepatuhan, dan keta'atan kepada Allah swt., maka tiada
balasan bagi orang yang mengerjakannya kecuali pahala yang melimpah-ruah dan
baginya hak masuk surga melalui pintu khusus bernama 'Ar-Rayyan'. Orang yang
berpuasa juga dijauhkan dari azab pedih serta dihapuskan seluruh dosa-dosa yang
terdahulu. Patuh kepada Allah Swt berarti meyakini dimudahkan dari segala
urusannya karena dengan puasa secara tidak langsung kita dituntun untuk
bertakwa, yaitu mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya.
Sebagaimana yang terdapat pada surat Al-Baqarah: 183, yang berbunyi ;"Hai
orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu untuk berpuasa sebagaimana
orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa".
2. Berpuasa juga merupakan sarana untuk melatih diri dalam berbagai masalah
seperti jihad nafsi, melawan gangguan setan, bersabar atas malapetaka yang
menimpa. Bila mencium aroma masakan yang mengundang nafsu atau melihat air
segar yang menggiurkan kita harus menahan diri sampai waktu berbuka. Kita juga
diajarkan untuk memegang teguh amanah Allah swt, lahir dan batin, karena tiada
seorangpun yang sanggup mengawasi kita kecuali Ilahi Rabbi.
Adapun puasa melatih menahan dari berbagai gemerlapnya surga duniawi,
mengajarkan sifat sabar dalam menghadapi segalaa sesuatu, mengarahkan cara
berfikir sehat serta menajamkan pikiran (cerdas) karena secara otomatis
mengistirahatkan roda perjalanan anggota tubuh. Lukman berwasiat kepada
anaknya :"Wahai anakku, apabila lambung penuh, otak akan diam maka seluruh
anggota badan akan malas beribadah".
3. Dengan puasa kita diajarkan untuk hidup teratur, karena menuntun kapan waktu
buat menentukan waktu menghidangkan sahur dan berbuka. Bahwa berpuasa
hanya dirasakan oleh umat Islam dari munculnya warna kemerah-merahan di ufuk
timur hingga lenyapnya di sebelah barat. Seluruh umat muslim sahur dan berbuka
pada waktu yang telah ditentukan karena agama dan Tuhan yang satu.
4. Begitupun juga menumbuhkan bagi setiap individu rasa persaudaraan serta
menimbulkan perasaan untuk saling menolong antar sesama. Saling membahu
dalam menghadapi rasa lapar, dahaga dan sakit. Disamping itu mengistirahatkan
lambung agar terlepas dari bahaya penyakit menular misalnya. Rasulullah Saw
bersabda, "Berpuasalah kamu supaya sehat". Seorang tabib Arab yang terkenal
pada zamannya yaitu Harist bin Kaldah mengatakan bahwa lambung merupakan
sumber timbulnya penyakit dan sumber obat penyembuh".
Tiada diragukan kita dapati jihad nafsi, menyelamatkan dari segala aroma keduniaan
dalam menahan hawa nafsu. Seperti yang dikatakan Rasulullah Saw,:
"Wahai pemuda/i, barang siapa yang telah memenuhi bekal, bersegeralah kawin,
sesungguhnya itu dapat menahan dari penglihatan dan menjaga kemaluan. Dan barang
siapa belum memenuhi maka berpuasalah, sesungguhnya itu adalah penangkalnya".
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa puasa mempunyai manfaat-manfaat yang
tidak bisa kita ukur.Karenanya bersyukurlah orang-orang yang dapat mengerjakan puasa.
Sebagaimana Kamal bin Hammam berkata, "Puasa adalah rukun Islam yang ketiga
setelah syahadat dan salat, di syariatkan Allah Swt karena keistimewaan dan manfaatnya
seperti: ketenangan jiwa dari menahan hawa nafsu, menolong dan menimbulkan sifat
menyayangi orang miskin, persamaan derajat baik itu faqir atau kaya.
A. Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa
1. Islam – Puasa tidak wajib ke atas orang kafir dengan makna di dunia ini dia tidak
dituntut untuk berpuasa kerana puasa adalah satu cabang kemasukannya ke dalam Islam.
Selagimana dia tidak masuk islam maka dia tidak ada makna bagi puasanya dan tidak ada
makna di dituntut untuk berpuasa.Adapun di akhirat, mereka akan disiksa kerana
kekafirannya dan kerana dia meninggalkan cabang-cabang Islam.
2. Taklif – Maksud taklif ialah orang Islam itu telah berakal dan baligh. Sekiranya hilang
salah satu daripada dua sifat ini maka jatuhlah daripadanya sifat taklif.Apabila jatuh sifat
taklif maka dia tidak dituntut sedikitpun melaksanakan tugas-tugas keagamaan.
Dalilnya ialah hadis Ali r.a. bahawa Nabi SAW bersabda :
T*+ي C �ل�\&و� �A� ،c�'ي C �ل:'ي �A� ي� ي*ظ، C �ل&2ئم �A YXا�X �A �ل*�م e�9
“Diangkat qalam (tulisan amalan) daripada tiga jenis manusia : daripada orang tidur
sehingga dia bangun, daripada kanak-kanak sehingga dia bermimpi (baligh) dan
daripada orang gila sehinggalah dia berakal“. (Abu Daud (4403) dan selainnya).
3. Tiada keuzuran yang menghalangnya berpuasa ataupun Mengharuskanya
Berbuka
3.1 Keuzuran yang menghalang daripada berpuasa ialah :
1. Berada di dalam keadaan haid atau nifas pada mana-mana bahagian waktu siang.
2. Pengsan atau gila sepanjang siang hari. Sekiranya dia sedar pada waktu siang
walaupun satu saat, maka hilanglah keuzuran dan dia wajib menahan diri untuk baki hari
tersebut.
3.2 Keuzuran yang mengharuskan berbuka ialah :
1. Sakit yang mendatangkan mudharat yang besar ataupun kesakitan dan
kebimbangan yang amat dahsyat kepada orang yang berpuasa. Jika penyakitnya itu
menjadi semakin teruk ataupun kesakitan itu semakin dahsyat (jika dia berpuasa), dan dia
bimbang dia akan mati (sekiranya dia meneruskan puasanya), maja pada waktu itu dia
wajib berbuka.
2. Musafir yang jauh tidak kurang daripada 83 km dengan syarat ia adalah pemusafiran
yang dibenarkan dan mencakupi seluruh hari.
Mengenai seorang yang berpuasa, pada waktu paginya dia bermukim, kemudian dia
bermusafir pada waktu siang, maka dia tidak dibenarkan berbuka.
Dalil kedua-dua penguzuran ini ialah firman Allah ;
ن1 Eن م�� gر �ي2 ن ن�� ا� د b] ن�� ل+ ن� ر1 ن" Sن ى ن� Aن ا� ن�� 2[J ل1ي ن ن� 2Lن �ن ن�
“dan sesiapa yang sakit atau dalam musafir maka (bolehlah ia berbuka, Kemudian
wajiblah ia berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang
lain“. (Al-Baqarah : 185)
3. Tidak mampu berpuasa. Oleh itu tidak wajib berpuasa disebabkan terlalu tua atau
sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh kerana puasa hanya wajib terhadap orang
yang mampu melakukannya.
Dalilnya adalah firman Allah ;
ر� ل�ي ا� ل gم ن+2 sن Y] ني ا� ل� م% نن م*و ل#ي مي ن� لIي �ل ن � ن� Aن ن�
“dan wajib atas orang-orang yang tidak terdaya berpuasa (kerana tua dan sebagainya)
membayar fidyah iaitu memberi makan orang miskin.” (Al-Baqarah : 184)
Dibacakan juga ‘Yutawwaqunahu’ yang bermaksud jika mereka tetap diwajibkan
melakukannya (puasa), nescaya mereka tidak mampu melakukannya.
Ibnu Abbad r.a. berkata : Yang dimaksudkan ialah orang lelaki dan perempuan yang
terlalu tua, keduanya tidak mampu untuk berpuasa, kedua-duanya hendaklah
menggantikan setiap hari puasa dengan memberi makan seorang fakir miskin. Riwayat
Bukhari (4235).
Syarat Sah Puasa
1. Islam:
tidak sah puasa orang kafir atau orang yang murtad dari agama.
2. Berakal:
tidak sah puasa orang gila dan juga kanak-kanak yang belum mumayyiz kerana puasa
memerlukan niat dan niat ini hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang berakal
sahaja.
3. Mumayyiz:
Kanak-kanak apabila telah mumayyiz, sah lah puasanya tetapi belum wajib.Apabila
sampai umurnya tujuh tahun, ibu-bapa atau penjaganya hendaklah melatihnya berpuasa,
jika tiada sebarang halangan- sebagaimana yang disarankan oleh Rasulullah s.a.w. dalam
hadis baginda mengenai solat. Apabila ia mencecah usia baligh, wajib lah atasnya
berpuasa.
4. Niat pada waktu malam puasa fardhu:
Dalam puasa wajib, niat harus di tetapkan sebelum fajar dan menyebutkan jenis
puasanya.Niat ini biasanya terlaksana dengan makan sahur untuk berpuasa , maka hal itu
sudah dianggap sah. Dalil untuk masalah ini adalah hadith yang di riwayatkan oleh
penyusun Kitab-Kitab Sunan di mana Nabi s.a.w bersabda:
“ Barangsiapa tidak menetapkan puasa sebelum fajar, maka tidak ada
puasa baginya.”
5. Suci dari haid dan nifas
tidak sah puasa orang yang kedatangan haid dan nifas, malah diharamkan mereka berdua
berpuasa.
6. Menahan dari perkara yang membatalkan puasa:
Menahan diri di sini bermaksud menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa
dari terbitnya fajar shadiq hingga terbenam matahari.Contohnya menahan diri daripada
makan dan minum.
7. Puasa dilakukan pada hari-hari yang diharuskan berpuasa:
hari-hari sepanjang tahun merupakan waktu yang harus berpuasa kecuali dua hari raya,
hari-hari tasyrik dan hari syak.
Orang-orang yang tidak memiliki syarat-syarat di atas atau salah satu darinya, tidak sah
puasanya.
B. Puasa Sunat
Bagi kaum muslim selain puasa (shaum ) di bulan Ramadhan ada juga puasa sunnah yaitu diantaranya seperti berikut dibawah ini :
Puasa Senin Kamis
Waktu : hari Senin dan hari Kamis .
Hikmah : menambah derajat kemuliaan ,karena amal manusia ditunjukkan pada Allah swtpada setiap hari senin dan hari kamis .
Puasa Ayyamul Bidh
Waktu : pada hari ke 13 , 14 dan ke 15 setiap bulan ( kecuali hari tasyrik 13 Dzulhijjah ).
Hikmah : berpeluang mendapat pahala seperti puasa selama setahun.
Puasa 6 Hari di bulan Syawal
Waktu : hanya pada hari hari selama bulan Syawal.
Hikmah : yang melaksanakan puasa 6 hari di bulan syawal setelah puasa ramadhanmakapahalanya sama dengan jika puasa selama 1 thn penuh .
Puasa Ara’fah
Waktu : tanggal 9 Dzulhijjah
Hikmah : dapat menghapus dosa 2 tahun ,1 tahun yang lalu dan 1 thn yang akan datang .
Puasa Asyura dan Tasu’a
Waktu : tanggal 9 dan 10 Muharam atau 10 dan 11 Muharam
Hikmah : menghapus dosa dosa kecil setahun yang lalu .
Selain puasa2 sunnah diatas masih ada puasa sunnah yang lainnya seperti puasa
N.Daud sehari puasa sehari tidak kecuali 2 hari raya ( Idhul Fitri dan Idhul
Adha ) dan 3 hari tasyrik .Puasa pada 10 hari pertama pada bulan Dzulhijjah,
puasa bulan Muharam dan puasa bulan Sya’ban semua puasa sunnah itu ada
hikmahnya asal dijalani dengan ikhlas Lillah hita’alla ,artinya walaupun perut kosong
jangan marah2 jangan gibah jangan bohong jangan riya .
C. Hal-hal yg membatalkan Puasa
Oleh Sheikh Muhammad Jamil Zainu
A. Hal-hal yang membatalkan puasa ada dua macam
1. Yang membatalkan puasa dan hanya wajib mengqodho-nya saja, yaitu :
a. Makan, minum dan merokok secara sengaja (dan wajib atas pelakunya bertaubat).
Muntah dengan sengaja, sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:
القضاء فعليه استقاء من
”Barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib atasnya qodho’.” (Shahih, HR
Hakim dan selainnya).
b. Wanita haidh atau nifas, walaupun ia berada pada waktu akhir menjelang terbenamnya
matahari.
2. Yang membatalkan puasa dan wajib mengqodho’ serta membayar kafarat, yaitu: Jima’
(bersetubuh) dan tidak ada selainnya menurut mayoritas ulama.
Kafarat-nya yaitu membebaskan budak, apabila tidak ada budak maka berpuasa dua
bulan berturut-turut, apabila tidak mampu maka memberi makan enam puluh orang
miskin.
Sebagian ulama tidak mensyaratkan harus berurutan di dalam kafarat (maksudnya boleh
memilih salah satu diantara tiga)
B. Hal-Hal Yang Tidak Membatalkan Puasa
1. Makan dan minum karena lupa, keliru (maksudnya, mengira sudah waktunya buka
ternyata belum) atau terpaksa. Tidak wajib mengqodho’-nya ataupun membayar kafarat,
sebagaimana sabda NabiShalallahu ‘Alaihi Wasallam
”Barangsiapa yang lupa sedangkan ia berpuasa, lalu ia makan dan minum, maka
hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Sesungguhnya Allah telah memberinya makan
dan minum.” (Muttafaq ’alayhi).
Dan sabda beliau, ”Sesungguhnya Allah mengangkat (beban taklif) dari umatku (dengan
sebab) kekeliruan, lupa dan keterpaksaan.” (Shahih, HR Thabrani).
2. Muntah tanpa disengaja, sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam,
”Barangsiapa yang mengalami muntah sedangkan ia dalam keadaan puasa maka tidak
wajib atasnya mengqodho’.” (Shahih, HR Hakim).
3. Mencium isteri, baik untuk orang yang telah tua maupun pemuda selama tidak sampai
menyebabkan terjadinya jima’.
Dari ’Aisyah Radhiyallahu Anha beliau berkata, ”Rasulullah pernah menciumi (isteri-
isteri beliau) sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa, beliau juga pernah bermesraan
sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. Namun beliau adalah orang yang paling
mampu menahan hasratnya,” (muttafaq ’alayhi).
4. Mimpi basah di siang hari walaupun keluar air mani.
5. Keluarnya air mani tanpa sengaja seperti orang yang sedang berkhayal lalu keluar (air
mani).
6. Mengakhirkan mandi janabat, haidh atau nifas dari malam hari hingga terbitnya fajar.
Namun yang wajib adalah menyegerakannya untuk menunaikan shalat.
7. Berkumur dan istinsyaq (menghirup air ke dalam rongga hidung) secara tidak
berlebihan, sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Laqith bin
Shabrah,
صائما تكون أن إال االستنشاق في وبالغ األصابع بين وخلل الوضوء أسبغ
”Sempurnakan wudhu’ dan sela-selailah jari jemari serta hiruplah air dengan kuat
(istinsyaq) kecuali apabila engkau sedang berpuasa.” (Shahih, HR ahlus sunan).
8. Menggunakan siwak kapan saja, dan yang semisal dengan siwak adalah sikat gigi dan
pasta gigi, dengan syarat selama tidak masuk ke dalam perut.
9. Mencicipi makanan dengan syarat selama tidak ada sedikitpun yang masuk ke dalam
perut.
10. Bercelak dan meneteskan obat mata ke dalam mata atau telinga walaupun ia
merasakan rasanya di tenggorokan.
11. Suntikan (injeksi) selain injeksi nutrisi dalam berbagai jenisnya. Karena
sesungguhnya, sekiranya injeksi tersebut sampai ke lambung, namun sampainya tidak
melalui jalur (pencernaan) yang lazim/biasa.
12. Menelan air ludah yang berlendir (dahak), dan segala (benda) yang tidak mungkin
menghindar darinya, seperti debu, tepung atau selainnya (partikel-partikel kecil yang
terhirup hingga masuk tenggorokan dan sampai perut, pent.).
13. Menggunakan obat-obatan yang tidak masuk ke dalam pencernaan seperti salep,
celak mata, atau obat semprot (inhaler) bagi penderita asma.
14. Gigi putus, atau keluarnya darah dari hidung (mimisan), mulut atau tempat lainnya.
15. Mandi pada siang hari untuk menyejukkan diri dari kehausan, kepanasan atau
selainnya.
16. Menggunakan wewangian di siang hari pada bulan Ramadhan, baik dengan dupa,
minyak maupun parfum.
17. Apabila fajar telah terbit sedangkan gelas ada di tangannya, maka janganlah ia
meletakkan-nya melainkan setelah ia menyelesaikan hajat-nya, sebagaimana sabda
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam,
منه حاجته يقضي حتى يضعه فال يده على واإلناء النداء أحدكم سمع إذا
”Apabila salah seorang dari kalian telah mendengar adzan dikumandangkan sedangkan
gelas masih berada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya sampai ia
menyelesaikan hajat -nya tersebut.” (Shahih, HR Abu Dawud).
18. Berbekam, “karena Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pernah berbekam sedangkan
beliau dalam keadaan berpuasa.” (muttafaq ’alayhi). Adapun hadits yang
berbunyi,”Orang yang membekam dan dibekam batal puasanya” (Shahih, HR Ahmad)
maka statusnya mansukh (terhapus) dengan hadits sebelumnya dan dalil-dalil yang
lainnya.
Ibnu Hazm berkata, ”Hadits ”orang yang membekam dan dibekam batal puasanya”
adalah shahih tanpa diragukan lagi, akan tetapi kami mendapatkan di dalam hadits Abu
Sa’id, ”Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan keringanan berbekam bagi
orang yang berpuasa” dan sanad hadits ini shahih sehingga wajib menerimanya.
Oleh sebab keringanan (rukhshah) itu terjadi setelah ’azimah (ketetapan), maka (hal ini)
menunjukkan atas dinaskh (dihapusnya) hadits yang menjelaskan batalnya puasa karena
bekam, baik itu orang yang membekam maupun yang dibekam.” (Lihat Fathul Bari
4:178). Wallahu’alam bish shawwab.
D. Hari yg di larang Berpuasa
a. Dua Hari Raya
Dari Abu Ubaid bekas budak Ibnu Azhar, ia bertutur: saya pernah menghadiri shalat hari
raya bersama Umar bin Khattab r.a. lalu ia berkata, “Ini adalah dua hari yang Rasulullah
saw. melarang puasa pada keduanya hari kamu berbuka dari puasamu dan hari yang lain
ialah (hari) di mana kamu sekalian makan dari sembelihan kurbanmu.” (Muttafaqun’alaih
:Fathul Bari IV: 238 no: 1990, Muslim II : 799 no: 1137, ‘Aunul Ma’bud VII: 61 no:
2399, Tirmidzi II: 135 no: 769 dan Ibnu Majah I: 549 no: 1722).
b.Ayyamut Tasyriq’ (hari-hari setelah kurban. Diperselisihkan apakah dua hari ataukah
tiga hari.Dinamakan ayyamut tasyriq karena pada hari-hari tersebut daging kurban
dijemur pada terik matahari, ada yang berpendapat karena binatang kurban tidak
disembelih sebelum matahari bersinar terang, ada pula yang mengatakan karena shalat
‘Idul Adha di saat matahari telah terbit, dan ada juga yang berkata ‘at-tasyriq” artinya
takbir pada setiap usaia shalat, Fathul Bari IV/285).
Dari Abu Murrah bekas budak Ummu Hani’ bahwa ia pernah bersama Abdullah bin Amr
masuk ke rumah bapaknya, Amr bin ‘Ash r.a. lalu ia menyuguhi makanan kepada mereka
berdua seraya berkata, “Makanlah!” Jawab Abdullah bin Amr, (Terima kasih), saya
sedang berpuasa, “Maka Amr menegaskan “Makanlah, karena ini adalah hari-hari yang
Rasulullah saw. memerintah kita untuk berbuka dan melarang kita berpuasa padanya.”
Malik berkata, “Yaitu hari-hari tasyriq.” (Shahih: Shahih Abu Daud no: 2113, dan ‘Aunul
Ma’bud VII: 63 no: 2401).
Dari Aisyah dan Ibnu Umar r.a. keduanya mengatakan, “Tidak diberi rukhshah
(keringanan), berpuasa pada hari-hari tasyriq, kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan
(binatang sebagai) hadyun (sembelihan). (Shahih: Shahih Mukhtashar Bukhari 978 dan
Fathul Bari IV: 242 no:1997).
c. Puasa di Hari Jum’at saja
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Saya pernah mendengar Nabi saw.
bersabda, “Janganlah seorang diantara kamu beribadah puasa pada hari Jum’at, kecuali
(dengan berpuasa) sehari sebelum atau sesudahnya.” (Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari IV
: 232 no: 1985, Muslim II: 801 no: 1144, ‘Aunul Ma’bud VII: 64 no:2403, dan Tirmidzi
II: 123 no:740).
d. Puasa di hari Sabtu saja
Dari Abdullah bin Bisr as-Silmi dari dari saudaranya Ash Shamak- r.a. bahwa Nabi saw.
bersabda,“Janganlah kamu berpuasa pada hari Sabtu, kecuali apa yang telah
difardhukan atas kalian; dan, jika seorang di antara kalian tidak mendapatkan
(makanan), kecuali kulit sebutir buah anggur atau dahan kayu, maka
kunyahlah!” (Shahih: ‘Aunul Ma’bud VII: 66 no: 2404, Tirmidzi II: 123 no: 741, dan
Ibnu Majah I: 550 no: 1726).
e. Setelah Minggu kedua dari bulan Sya’ban bagi orang yang tidak biasa
mengerjakannya
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika bulan Sya’ban sampai
pada pertengahan, maka janganlah kalian berpuasa,” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no:
1339, ‘Aunul Ma’bud VI: 460 no: 2320, Tirmidzi II: 121 no: 735, Ibnu Majah I: 528 no:
1651, dengan redaksi yang hampir sama).
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah sekali-kali seorang
diantara kamu berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan, kecuali bagi orang
biasa yang melakukan puasa tersebut, maka berpuasalah pada hari
itu.” (Muttafaqun’alaih : Fathul Bari IV:127 no: 1914, Muslim II: 762 no: 1082, ‘Aunul
Ma’bud VI: 459 no: 2318, dan Tirmidzi II: 97 no: 680, Nasa’i IV: 149 dan Ibnu Majah I:
528 no:1650).
f. Yaumusy Syak (Hari yang diragukan)
Dari ‘Ammar bin Yasir r.a. ia berkata, “Barang siapa yang berpuasa pada hari yang
masih diragukan (munculnya hilal Ramadhan), maka sungguh ia telah durhaka kepada
Abul Qasim r.a.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no:961, Tirmidzi VI: 97 no: 681, ‘Aunul
Ma’bud VI: 457 no: 2317, Nasa’i IV:153 dan Ibnu Majah I:527 no: 1645).
g. Puasa sepanjang tahun, sekalipun berbuka pada hari-hari yang dilarang
berpuasa padanya
Dari Abdullah bin Amr r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda kepadaku, “Ya Abdullah bin
Amr, sesungguhnya di malam hari, sesungguhnya jika engkau melaksanakan hal itu,
berarti engkau telah menyerang dan menyiksa mata untuknya. Tidak (dinamakan)
berpuasa orang yang berpuasa selama-lamanya.” (Muttafaqun’alaih : Muslim II : 815
no: 187 dan 1159 dan Fathul Bari IV:224 no: 1979).
Dari Abu Qatadah bahwa ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi saw. bertanya, “Ya
Rasulullah, bagaimana cara engkau berpuasa?” Seketika itu, Rasulullah saw. marah
terhadap pertanyaannya. Kemudian tatkala Umar melihat (sikap beliau) itu, ia berkata,
“Kami ridha Allah sebagai Rabb (kami), Islam sebagai agama (kami), dan Muhammad
sebagai Nabi (kami); kami berlindung kepada Allah dari murka-Nya dan dari murka
Rasul-Nya.” Umar terus mengulang-ulang pernyataan tersebut hingga amarah Rasulullah
saw. mereda. Kemudian ia (Umar) berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana tentang orang
berpuasa terus menerus?” Maka jawab beliau, “(Berarti) dia tidak berpuasa dan tidak
(pula) berbuka.”(Shahih: Shahih Abu Daud no: 2119, Muslim II:818 no: 1162, dan
‘Aunul Ma’bud VII: 75 no: 2403, dan Nasa’i IV: 207).
h. Ketika suami di rumah, wanita dilarang melakukan puasa (sunnah), kecuali
mendapat izin dari suaminya
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah seorang isteri
berpuasa ketika suaminya di rumah, kecuali mendapat izin darinya.” (Muttafaqun’alaih :
Fathul Bari IX: 293 no: 5192, Muslim II:711 no: 1026, ‘Aunul Ma’bud VII: 128 no:
2441, dan Tirmidzi II: 140 no: 779 dan Ibnu Majah I: 560 no: 1761 dengan sedikit
tambahan).
HAJI
A. Pengertian dan Ketentuan Haji Dan Umrah
1. Pengertian dan Syarat HajiKata Haji menurut bahasa artimya “Menyengaja”. Haji adalah suatu ibadah
dengan sengaja mengunjungi Ka’bah di mekah pada bulan haji dengan syarat-syarat tertentu untuk melaksanakan perintah Allah dengan mengharap Ridho-Nya. Ibadah Haji Rukun Islam ke 5.Hukum Haji adalah “wajib” (fardu a’in) bagi orang Islam yang mampu sekali seumur hidup.Ibadah haji adalah salah satu dari rukun (tiang) Islam. Dalam sebuah hadist ditegaskan :
“Dari Abdullah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda ‘Islam itu dibina atas lima perkara : pengakuan (syahadat) baha tidak ada tuhan selain Alla, dan Muhammmad utusan Allah hamba-Nya serta rasul-Nya mendirikan Sholat, membayar zakat haji ke Baitulah (Ka’bah), dan puasa di bulan Ramadan.‘ “(H.R. Muslim)
Dasar hukum ibadah haji dan umrah ialah AL-Qur’an Surah Ali Imran : 97
ومن سبيال إليه استطاع من البيت حج اس الن على ه وللالعالمين عن غني ه الل فإن كفر
Artinya : “ Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha kaya (tidak membutuhkan sesuat) dari semesta alam.” (Q.S. Ali ‘Imran, 3: 97).
Hadist yang dijadikan dasar hukum ibadah haji cukup banyak. Selain hadis tentang rukun islam yang telah disebutkan sebelumnya, juga bisa didapatkan dalam hadis diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagaimana berikut: “Rasulullah SAW berkhotbah kepada kami. Beliau bersabda, ‘Wahai manusia, Allah telah memfardukan haji bagi kamu, maka laksanakanah. ‘kemudian seseorang bertanya, ‘Apakah haji itu dikerjakan setiap taun, wahai Rasullulah?’ Rasullulah SAW kemudian diam,
sampai- sampai lelaki itu mengulangi pertanyaannya tiga kali. Kemudian Rasullulah SAW bersabda, ‘Kalau saya katakana benar, pasti akan wajib tiap tahun, tetapi kalian tidak akan mampu.“
(H.R. Ahmad Nin Hanbal, Mislim, dan An-Nasai).
Syarat wajib melaksanakan ibadah haji :1. Islam2. Berakal Sehat3. Baligh4. Mampu (Istitha’ah) yaitu :
- Sehat Jasmani- Ada bekal untuk biaya perjalanan dan untuk orang yang ditinggalkan- Ada kendaraan- Aman di perjalanannya.- Bagi Wanita harus ada muhrim
2. Rukun dan Wajib Haji
Rukun Haji adalah : Segala sesuatu yang harus dikerjakan dalam ibadah Haji jika tidak dilaksanakan maka ibadah Hajinya tidak syah. Oleh karena itu harus mengulang lagi pada waktu yang lain.
Adapun yang termasuk rukun Haji adalah :1. Ihram, yaitu yaitu mengerjakan ibadah haji dengan memakai pakaian Ihram
a. Jamaah laki-lakiMemakai 2 helai kain tidak berjahit, satu sisinya diselendangkan dan satu
sisi di sarungkan. Boleh memakai ikat pinggang yang tidak disimpul mati.
b. Jamaah perempuanMemakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali kedua telapak tangan dan muka.
2. Wukuf, Yaitu berhenti di Arafah dimulai dari tergelincirnya mata hari tanggal 9 Zulhijjah sampai terbenam matahari.
3. Thawaf, Yaitu mengelilingi Ka’bah tuju kali putaran dimulai dari hajar Aswat dengan poisi Ka’bah selalu berada di sebelah Kiri yang berthawaf.
Ada 3 macam lagi tawaf lagi ,yaitu :a. Tawaf kudum :
Penghormatan pada baitullah (ka’bah). Ketika hari pertama memasuki kota mekah.
b. Tawaf wada’Penghormatan terakhir kepada baitullah ketika meninggalkan mekah.
c. Tawaf sunat :Dapat dilaksanakan kapan saja selama berada di mekah.
4. Sa’I, Yaitu berlari-lari kecil dari Bukit Safa ke bukit Marwah sebanyak tujuh kali.
5. Tahallul (memotong rambut) Yaitu melepaskan diri dari Ihram haji sesudah selesai mngerjakan seluruh rangkaian ibadah Haji dengan cara mencukur rambut sekurangkurangnya tiga helai rambut.
6. Tertib, artinya rukun haji secara berurutan dari awal sampai akhir.
Wajib haji adalah : Ketentuan baik perkataan maupun perbuatan yang wajib dilaksanakan dalam ibadah Haji, apabila tidak dilakukan atau tertinggal salah satu diantaranya, boleh diganti dengan Dam (denda) dan ibadah hajinya sah.
Adapun termasuk wajib haji adalah :1. Ihram dari Miqat. Miqat adalah batas waktu dan tempat yang sudah
ditentukan untuk berihram dengan niat ihram Haji.2. Mabit di Muzdalifah,3. Melempar tiga Jumrah yaitu jumrah Ula, Wustha dan Aqabah.
a. Jumrah Ula adalah (jumrah pertama), disebut juga ‘Jumrah Surgha’ ( jumrah yang kecil ) terletak dekat mesjid Khaif.
b. Jumrah Wustha adalah (jumrah kedua), disebut juga ‘Jumrah Tsaniyah’ ( jumrah yang sedang ) terletak diantara kedua jumrah yaitu Jumrah Ula dan Jumrah Aqabah.
c. Jumrah Aqabah adalah Jumrah Aqabah (jumrah ketiga), yang disebut juga ‘Jumrah Tsalitsah’ ( Jumrah yang besar ) berada dipintu gerbang Mina.
4. Mabit ( bermalam) di Mina.5. Meninggalkan larangan-larangan Haji6. Thawaf wada’ (thawaf perpisahan)
Jenis-jenis Haji :
Haji Ifrad, artinya menyendiriPelaksanaan ibadah haji disebut ifrad jika sesorang melaksanakan ibadah haji dan umroh dilaksanakan secara sendiri-sendiri, dengan mendahulukan ibadah haji. Artinya, ketika calon jamaah haji mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, hanya berniat melaksanakan ibadah haji. Jika ibadah hajinya sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan ibadah umroh.
Haji Tamattu’, artinya bersenang-senangPelaksanaan ibadah haji disebut Tamattu’ jika seseorang melaksanakan ibadah umroh dan Haji di bulan haji yang sama dengan mendahulukan ibadah Umroh. Artinya, ketika seseorang mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, hanya berniat melaksanakan ibadah Umroh. Jika ibadah Umrohnya sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan ibadah Haji.
Tamattu’ dapat juga berarti melaksanakan ibadahMelaksanakan Umroh dan Haji didalam bulan-bulan serta didalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
Haji Qiran, artinya menggabungkanPelaksanaan ibadah Haji disebut Qiran jika seseorang melaksanakan ibadah Haji dan Umroh disatukan atau menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji Qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama.
Ada juga hal-hal yang disunatkan dalam pelaksanann ibadah haji yaitu :1. Membaca talbiyah adalah dengan mengatakan “labbaika umratan” jika
untuk umrah dan “labbaika hajjan” jika untuk haji. Sedangkan niat tidak
boleh dilafalkan, sehingga kita tidak boleh -misalnya- mengatakan, “Ya Allah, saya berniat umrah atau berniat haji.”
"Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaika laa syarikka laka labbaik, Innal haamda wanni'mata laka wal mulk Laa syariika laka." artinya :"Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilanMu, Tidak ada sekutu bagiNya, Ya Allah aku penuhi panggilanMu. Sesungguhnya segala puji dan kebesaran untukMu semata-mata. Segenap kerajaan untukMu. Tidak ada sekutu bagiMu"
2. Berdoa setelah membaca talbiyah3. Berdzikir setelah thawaf4. Masuk ke Ka’bah5. Melaksanakan haji ifrad6. Mencium Hajar Aswad
3. Pengertian dan Syarat Umrah
Kata Umrah secara etimologis pengertiannya adalah “Ziarah”. Sementara pegertian “umrah” menurut istilah ulama fikih adalah sengaja mendatangi Ka’bah untuk melaksanakan amalan tertentu, yang terdiri dari tawaf, sa’i dan bercukur.Umrah disebut juga haji kecil, hukumnya adalah fardu ain atas setiap muslim sekali dalam seumur hidup sama halnya denga haji.
Firman Allah dalam ( Surat Al Baqarah : 196 )ه الل أن واعلموا ه الل قوا وات
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.”(Q.S. Al-Baqarah, 2: 196)Syarat Umrah
1. Islam2. Berakal3. Baligh4. Mampu
4. Rukun dan Wajib Umrah
Rukun Umrah :1. Ihram serta niat
2. Thawaf3. Sa’i4. Bercukur atau bergunting (tahalul)5. Tertib
Wajib Ihram :1. Ihram dari Miqat2. Menjauhi muharromat umrah (sama dengan muharromat haji)
Miqat dan Macam-macamnya :Dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah ada yang disebut miqat artinya batas atau ketentuan, miqat ada dua yaitu :1. Miqat Zamani (ketentuan waktu), untuk ibadah haji miqat zamaninya adalah
awal bulan syawal sampai dengan tanggal 10 Dzulhijjah. Sedangkan untuk umrah miqat zamaninyasepanjang tahun.
2. Miqat makani (ketentuan tempat), yaitu tempat dimana para jemaah melakukan ihram. Miqat makani untuk haji sama dengan maiqat makani untuk umrah.
B. Pelaksanaan dan Larangan Haji dan Umrah
1. Macam-macam cara melakukan ibadah haji dan umrahCara melakuakan ibadah haji dapat dilakukan dengan salah satu cara dari tiga cara berikut ini :
a. Ifrad, yaitu mengerjakan haji dahulu kemudian mengerjakan umrah (cara ini tidak wajib membayar dam)
b. Tamatu, yaitu mengerjakan umroh lebih dahulu kemudian mengerjakan haji (cara ini wajib membayar dam)
c. Kiran, yaitu mengerjakan haji dan umrah bersama-sama dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus (cara ini wajib membayar dam
2. Kegiatan yang Wajib dilakukan selama ibadah hajia. Bersuci, meliputi mandi dan wudlub. Ihram, dimulai dari miqat zamani dan makani dengan berpakaian
ihram dan disunatkan shalat sunat ihram dua rakaatc. Niat Haji
d. Berangkat menuju arafahe. Membaca talbiyahf. Di Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah melakukan wukufg. Menuju Muzdalifah sehabis maghribh. Di Muzdalifah pada tanggal 10 Zulhijjah melakukan mabiti. Di Mina melakukan mabit dan melontar Jumrohj. Kembali ke mekkah, melakukan Thawaf ifadah dan thawaf wada
(pamitan)
3. Kegiatan yang dilakukan selama Umroha. Disunnahkan mandi besar (janabah) sebelum ihram untuk umrah.b. Memakai pakaian ihram. Untuk lelaki 2 kain yang dijadikan sarung dan
selendang, sedangkan untuk wanita memakai pakaian apa saja yang menutup aurat tanpa ada hiasannya dan tidak memakai cadar atau sarung tangan.
c. Niat umrah dalam hati dan mengucapkan Labbaika 'umrotan atau Labbaikallahumma bi'umrotin. Kemudian bertalbiyah dengan dikeraskan suaranya bagi laki-laki dan cukup dengan suara yang didengar orang yang ada di sampingnya bagi wanita, yaitu mengucapkanLabbaikallahumma labbaik labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syarika laka.
d. Jika sudah sampai kota Makkah, disunnahkan mandi terlebih dahulu sebelum memasukinya.
e. Sesampai di ka'bah, talbiyah berhenti sebelum thawaf. Kemudian menuju hajar aswad sambil menyentuhnya dengan tangan kanan dan menciumnya jika mampu dan mengucapkan Bismillahi wallahu akbar. Jika tidak bisa menyentuh dan menciumya, maka cukup memberi isyarat dan berkata Allahu akbar.
f. Thawaf sebanyak 7 kali putaran. 3 putaran pertama jalan cepat dan sisanya jalan biasa. Thowaf diawali dan diakhiri di hajar aswad dan ka'bah dijadikan berada di sebelah kiri.
g. Sholat 2 raka'at di belakang maqam Ibrahim jika bisa atau di tempat lainnya di masjidil haram dengan membaca surah Al-Kafirun pada raka'at pertama dan Al-Ikhlas pada raka'at kedua.
h. Sa'i dengan naik ke bukit Shofa dan menghadap kiblat sambil mengangkat kedua tangan dan mengucapkan Innash shofa wal marwata min sya'aairillah. Abda'u bima bada'allahu bihi (Aku memulai dengan apa yang Allah memulainya). Kemudian bertakbir 3 kali tanpa memberi isyarat dan mengucapkan Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu. Lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qodiir. Laa
ilaha illallahu wahdahu anjaza wa'dahu wa shodaqo 'abdahu wa hazamal ahzaaba wahdahu 3x. Kemudian berdoa sekehendaknya.
i. Amalan pada poin 8 diulangi setiap putaran di sisi bukit Shofa dan Marwah disertai dengan doa.
j. Sa'i dilakukan sebanyak 7 kali dengan hitungan berangkat satu kali dan kembalinya dihitung satu kali, diawali di bukit Shofa dan diakhiri di bukit Marwah.
k. Mencukur seluruh atau sebagian rambut kepala bagi lelaki dan memotongnya sebatas ujung jari bagi wanita.
4. Hikmah Haji dan Umrah
a. Memperkokoh jiwa tauhid dan melahirkan perilaku yang betul-betul bertakwa
b. Membentuk pribadi yang memiliki kasih sayang kepada anak-anaknya dan anak-anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya.
c. Melontar jumrah dapat mendorong muslim/muslimah agar setiap saat mampu membentengi diri dari tipu daya setan.
d. Haji mabrur mendapatkan balasan surga.
“Tiada balasan apapun bagi Haji mabrur kecuali surge.Rasulullah SAW ditanya apa yang dimaksud mabrur itu ? Rasulullah menjawab :”suka member makanan/bantuan social dan lemah lembut dalam bicra.”( H.R. Ahmad )
e. Pembiayaan yang dikeluarkanuntuk menunaikan ibadah haji akan mendapat pahala berlipat ganda.
“Pembiyaan dalam menunaikan ibadah haji seperti dijalan Allah.yaitu satu dirham, dibalas dengan tujuh ratus dirham.” ( H.R. Ahmad dan Tarmuzi)
f. Muslim/muslimah yang dilaksanakan haji tentu akan dibanggakan oleh Allah SWT dan malaikatnya
g. Memiliki semangat tinggi untuk berkorbanh Ibadah Haji dan umrah dapat mendorong umat Islam untuk mewujudkan tali persudaraan dan persatuan (Ukhuwah Islamiah )
h. Ibadah haji dijadikan muktamar akbar seluruh dunia untuk membahas dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa serta dunia islam
i. Memberi dorongan kepada setiap keluarga musilim sekuat tenaga dengan cara yang halal mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, agar dapat melaksanakan cita-citanya menunaikan ibadah haji.
j. Musimah yang hajinya mabrur akan memperoleh pahala jihad yang paling utama.
5. Larangan pada waktu Haji
1. Larangan jama’ah haji laki-laki :a. Memakai pakaian yang berjahitb. Memakai tutup kepala.2. Larangan Jama’ah Haji perempuan :
a. Memakai tutup wajahb. Memakai sarung tangan, jika larangan dilanggar ia wajib membayar dam
(denda)3. Larangan jama’ah laki-laki maupun perempuan
a. Memakai wangi-wangianb. Mencukur rambut atau bulu dadac. Memotong kukud. Menikah atau menikahkan atau menjadi wali nikahe. Bersetubuhf. Berburu atau membunuh Binatang liar dan halal dimakan
6. Perbedaan Haji dan Umrah Haji dapat dikerjakan atau dilaksanakan pada bulan haji (dzulhijjah),
sedangkan Umrah selain bulan tersebut dapat atau boleh di kerjakan. Haji melaksanakan wukuf di arafah,kalau umrah tidak ada wukuf di arafah.
C. Dam Dan Jenis-Jenisnya
Dam adalah denda atau fidyah yang wajib dibayarkan karena beberapa sebab di dalam menunaikan haji dan umrah.
Beberapa jenis dam (denda) :
a. Dam tamatu dan qiran, yaitu dengan cara menyembelih seekor kambing yang syah untuk Qurban atau berpuasa sepuluh hari (tiga hari dilakukan sewaktu ihram dan tujuh haridilakukan setelah sampai di tanah air.
b. Dam karena mengerjakan salahsatu dari beberapa larangan haji, yaitu dengan cara melakukansalah satu dari tiga pilihan (menyembelih seekor kambing yang syah untuk Qurban, puasa tiga hari, atau bersedekah dengan 9,3 liter makanan)
c. Dam karena bersetubuh, yaitu dengan cara menyembelih seekor unta, atau sapi, atau tujuh ekor kambing, atau memberi makanan seharga unta kepada fakir miskin di tanah haram, kalau tidak sanggup juga maka diwajibkan berpuasa untuk setiap 1 makanan dari harga unta itu berpuasa 1 hari.
d. Dam karena membunuh hewan buruan di tanah haram, yaitu dengan cara menyembelih hewan jinak yang setara dengan hewan yang dibunuh, jika tidak mungkin boleh bersedekah dengan makanan seharga hewan yang dibunuh, jika tidak mungkin juga boleh dengan berpuasa dengan perhitungan tiap mud satu hari puasa.
e. Dam karena tidak bisa melanjutkan perjalanan ibadah haji (terhambat), maka bagi calon jemaah haji seperti ini hendaklah ia tahalul dengan menyembelih seekor kambing di tempat ia terhambat, dan mencukur atau memotong rambut kepalanya dengan niat tahalul.
Akhlak I. Pengertian Akhlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak
merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang
mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik,
buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan
terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.
Sedangkan, secara istilah (ishtilahan) Akhlak adalah gambaran batin manusia,
yakni jiwanya, sifat-sifatnya, dan makna-maknanya yang spesifik, yang dengannya
terlihat kedudukan makhluk, lantaran gambarannya secara zahir, baik sifat-sifatnya dan
makna-maknanya, dan keduanya memeliki sifat yang baik atau buruk, mendapat pahala
dan sanksi, yang kaitan keduanya dengan sifat-sifat yang tergambar secara batin adalah
lebih banyak, dibanding apa-apa yang yang terkait dengan gambaran zahirnya.
Menurut Para Ahli
1. Muhammad bin Ali Asy-Syariif al-Jurjani
Al-Jurjani mendefinisikan akhlak dalam bukunya, at-Ta’rifat sebagai berikut:
“akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya
terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan
merenung. Jika sifat tersebut terlahir perbuatan-perbuatan yang indah menurut akal dan
syariat, dengan mudah, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak baik. Sedangkan
jika darinya terlahir pebuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak
yang buruk”
2. Ahmad bin Musthafa (Thasy Kubra Zaadah)
Akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan. Dan
keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan, yaitu; kekuatan
berfikir, kekuatan marah, kekuatan syahwat.
3. Muhammad bin Ali al-Faaruqi at-Tahanawi
Akhlak adalah keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, agama, dan harga diri.
Menurut definisi para ulama, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan
kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa diawalai berfikir
panjang, merenung dan memaksakan diri. Sedangkan sifat-sifat yang tak tertanam kuat
dalam diri, seperti kemarahan seorang yang asalnya pemaaf, maka ia bukan akhlak.
Demikian juga, sifat kuat yang justru melahirkan perbuatan-perbuatan kejiwaan dengan
sulit dan berfikir panjang, seperti orang bakhil. Ia berusaha menjadi dermawan ketika
ingin di pandang orang. Jika demikian maka tidaklah dapat dinamakan akhlak.
4. Imam Al Ghazali
Akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Peragai
sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan
seseorang.
5. Ibnu Maskawaih
Akhlak adalah kondisi bagi jiwa yang mengajak segala perbuatan kepadanya
dengan tanpa dipikirkan, dan tanpa ditimbang-timbang.
II. Syarat seseorang dapat dikatakan berakhlak
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak :
1. Perbuatan yang baik atau buruk.
2. Kemampuan melakukan perbuatan.
3. Kesadaran akan perbuatan itu
4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk
III. Sumber Akhlak
Akhlak bersumber pada agama. Perangai sendiri mengandung pengertian sebagai
suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan perangai ke arah
baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu
kondisi lingkungannya. Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui
keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk.
Kata Akhlak dalam Al Quran
Allah Ta’ala berfirman:
عظيم خلق لعلى وإنك
“Dan seseungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti
agung.” (QS. Al Qalam (68): 4)
Kata Akhlaq dalam As Sunnah
Hadits Pertama
قال هريرة أبي عن
الناس يدخل ما أكثر عن وسلم عليه الله صلى الله رسول سئلالخلق وحسن الله تقوى فقال الجنة
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam ditanya tentang hal apa yang menyebabkan paling banyak manusia masuk ke
surga, maka beliau menjawab: “Taqwa kepada Allah, dan akhlaq yang baik.” (HR. At
Tirmidzi)
Hadits Kedua
قال الدرداء أبي عن
في يوضع شيء من ما يقول وسلم عليه الله صلى النبي سمعتالخلق حسن من أثقل الميزان
Dari Abu Darda, dia berkata: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Tidak ada sesuatu pun yang diletakkan di atas timbangan lebih berat
dibandingkan akhlak yang baik.” (HR. At Tirmidzi)
Hadits Ketiga
قال األنصاري سمعان بن النواس عن
البر فقال واإلثم البر عن وسلم عليه الله صلى الله رسول سألت
عليه يطلع أن وكرهت صدرك في حاك ما واإلثم الخلق حسن
الناس
Dari An Nawas bin Sam’an al Anshari, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang Al Birr (kebaikan) dan Dosa, beliau bersabda: Al
Birr adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa-apa yang membuat dadamu tidak
nyaman, dan engkau membencinya jika manusia melihatnya.” (HR. Muslim)
IV. Pembagian Akhlak
a. Akhlak Baik (Al-Hamidah)
1. Jujur (Ash-Shidqu)
2. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)
3. Malu (Al-Haya')
4. Rendah hati (At-Tawadlu')
5. Murah hati (Al-Hilmu)
6. Sabar (Ash-Shobr)
7. Asy syajua’an (Keberanian)
8. Al karam (Pemurah)
9. Al ‘adi (Adil)
10. Al ‘iffan (Penjaga kehormatan)
11. Asn (Jujur atau Benar)
12. Al amaanah (Dapat di Percaya)
13. Al ‘afwu (Pema’af)
14. Ar rahman (kasi sayang)
15. Litsaarus-salam (Mengutamakan Kedamaian)
16. Az zuhd (Zuhud)
17. Al hayaa’ (Malu)
18. Al tawaadhu (Rendah hati atau Tawadhu)
19. Al wafaa’ (Kesetiaan)
20. Asy syuuraa (Musyawarah)
21. Thiibul isyran (Pergaulan yang Baik)
22. Hubul ‘amal (Cinta Kerja)
23. Ta ‘aawun (Tolong-menolong)
24. As sakhaa (Pemurah)
25. Al muru’ah (Berbudi Tinggi)
Menurut Imam al Ghazali, Sesungguhnya, yang dimaksudkan dengan akhlak yang
indah adalah ilmu, akal, ‘iffah (rasa malu berbuat dosa), keberanian, taqwa, kemuliaan,
dan semua perkara yang baik, dan semua sifat-sifat ini tidak hanya ditampilkan oleh
panca indera yang lima, tetapi juga oleh cahaya mata hati dan batin.”
b. Akhlak Buruk (Adz-Dzamimah)
1. Mencuri/mengambil bukan haknya
2. Iri hati
3. Membicarakan kejelekan orang lain (menggunjing)
4. Membunuh
5. Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain ( mahluk lain).
6. Anaaniyah (egoistis)
7. Al baghyu (Lacur)
8. Al bukhlu (Bahkil atau Kikir)
9. Al kidzbu (Dusta)
10. Al khiyaanah (Khianat)
11. Azh zhulmu (Aniaya atau Zhalim)
12. Al jubnu (Pengecut)
13. At fawaashiy (Pebuatan Keji)
14. At ghadhab (Pemarah)
15. At ghasysyu (Menipu Timbangan)
16. Al ghuruus (memperdayah)
17. Al huyaatud dunya (Kehidupan Duniawi)
V. Ruang Lingkup Akhlak
1. Akhlak Pribadi
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya
seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan
sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi.
Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah
sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja
manusia mempunyai perbuatan.
2. Akhlak Berkeluarga
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban
orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk
memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak, setiap
agama telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab
untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki
akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan
tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa
mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak
dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya
memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas
agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia
dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera
ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam
mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu.
Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau
selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong
keduanya disetiap keperluan.
3. Akhlak Bermasyarakat
Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika
orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan
menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu
mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial
kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu
tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak
dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi
berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi,
ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat
dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak
menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
4. Akhlak Bernegara
Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang
sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup
bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa
engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.
5. Akhlak Beragama
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena
itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara
vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.
VI. Perbedaan akhlak dan ilmu akhlak
Ilmu akhlak yaitu telaah atas prilaku manusia sebagaimana mestinya. Ilmu akhlak
berfungsi sebagai sarana untuk menyempurnakan prilaku manusia dan menyodorkan
kebaikan.
Secara lebih komprehensif, ilmu akhlak bisa didefinisikan sebagai pengetahuan tentang
macam-macam sifat baik dan buruk, cara menyandang sifat baik dan membersihkan sifat
buruk. Dan, subjek ilmu akhlak yaitu sifat-sifat baik dan buruk yang berkaitan dengan
tindakan sengaja manusia, dan yang bisa diperoleh atau dihindari. Selain pengenalan atas
berbagai macam kemualiaan dan kebejatan akhlak, ilmu akhlak juga membahas metode-
metode menemukan sifat baik dan membersihkan sifat buruk. Naraqi menyimpulkan
bahwa ilmu akhlak yaitu pengetahuan tentang sifat-sifat baik dan buruk dan tentang cara
mendapatkan sifat baik serta membebaskan diri dari sifat buruk.
VII. Perbedaan akhlak dengan moral dan etika
a. Moral
Moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari
sifat peran lain, kehendak,pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan
benar, salah, baik, atau buruk. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu
dengan yang lainya kita dapat mengatakan bahwa anatra etika dan moral memiliki obyek
yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya di
tentukan posisinya baik atau buruk. Namun demikian dalam hal etika dan moral memiliki
perbedaan, dengan demikian tolak ukur yang digunakan dengan moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang berlaku di
masyarakat. Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral dipakai untuk perbuatan yang sedang di nilai, sedangkan etika di pakai
untuk system nilai yang ada. Teori moral mencoba memformulasikan suatu prosedur dan
mekanisme untuk pemecahan masalah-masalah etik.
Terdapat beberapa pendapat apa yang dimaksud dengan moral.
Menurut kamu Kamus Bahasa Indonesia (Tim Prima Pena) : Ajaran tentang baik
buruk yang di terima umum mengenaik akhlak-akhlak dan budi pekerti,
kondisi mental yang memperngaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat,
berani, disiplin, dll.
Ensiklopedia Pendidikan : Suatu istilah untuk menentukan batas-batas dari sifat-
sifat, corak-corak,maksud-maksud, pertimbangan-pertimbangan, atau perbuatan-
perbuatanyang layak dapat dinyatakan baik/buruk, benar/salah,Lawannya
amoral, Suatu istilah untuk menyatakan bahwa baik-benar itu lebih daripada yang
buruk/salah.
Bila dilihat dari sumber dan sifatnya, ada moral keagamaan dan moral sekuler.
Moral keagamaan dengan cara mempelajari ajaran-ajaran agama yang dikehendaki di
bidang moral. Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama
dan hanya bersifat duniawi semata-mata. Bagi kita umat beragama, tentu moral
keagamaan yang harus dianut dan bukannya moral sekuler.
b. Etika
Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang di lakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain
aturan atau pola tingkah laku yang di hasilkan oleh akal manusia. Dengan adanya etika
pergaulan dalam masyarakat akan terlihat baik dan buruknya. Etika bersifat relative yakni
dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Etika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam
hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehendak dan didasari
pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan. Etika merupakan bagian filosofis
yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah
benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak.
Sebagai suatu ilmu maka Etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya
antara lain :
Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingkah laku
manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana yang boleh
dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut oleh masyarakat.
Etika normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia,
yang biasanya dikelompokkan menjadi :
a. Etika Umum: Yang membahas berbagai berhubungan dengan kondisi
manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan
teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
b. Etika khusus : Terdiri dari etika social, etika individu dan etika terapan.
- Etika social : Menekankan tanggung jawab social dan hubungan antar
sesama manusia dalam aktivitasnya
- Etika individu: lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia
sebagai pribadi.
- Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi.
VIII. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah Ta’ala
MenjadikanNya satu-satunya ma’bud (sembahan) yang haq dan murni.
(QS. 1: 5)(QS. 98:5)
Taat kepadaNya secara mutlak. (QS. 4:65)
Tidak menyekutukanNya dengan apa pun. (QS. 4: 116)
MenjadikanNya sebagai tempat minta pertolongan. (QS. 1:5)
Memberikan hak rububiyah, uluhiyah, asmaul husna dan sifatul ’ulya,
hanya kepadaNya. (QS. 1;2), (QS. 114: 3)
Tidak menyerupakanNya dengan apa pun (QS. 42: 11)
Menetapkan apa-apa yang ditetapkanNya, mengingkari apa-apa yang
diingkariNya, mengharamkan apa-apa yang diharamkanNya, dan
menghalalkan apa-apa yang dihalalkanNya. (QS. 5: 48-49)
MenjadikanNya sebagai satu-satunya pembuat syariat. (QS. 6: 57)
Berserah diri kepadaNya (QS. 20:72)
2. Akhlak kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Mengakui dan mengimani bahwa Beliau adalah hamba Allah dan
RasulNya. (QS. 18:110)
Meyakini bahwa Beliau adalah Rasul dan NabiNya yang terakhir, dan
risalahnya pun juga risalah terakhir. (QS. 30:4)
Taat kepadanya secara mutlak. (QS. 4:65)
Menjadikannya sebagai teladan yang baik dalam kehidupan, beragama,
keluarga, sosial, dan lain-lain. (QS. 30:21)
Meyakini bahwa syafa’at darinya hanya terjadi dengan idzin Allah ta’ala.
(QS. 10:3), (QS. 20:109)
Bershalawat padanya. (QS. 30:56)
Menerima keputusannya secara lapang. (QS. 4: 59)
Mencintai keluarganya (ahli baitnya). (HR. At tirmidzi, Juz.12, Hal. 260,
No. 3722. Al Maktabah asy Syamilah)
Mencintai para sahabatnya dan mengakui bahwa mereka adalah umat
terbaik dan semuanya adil. (QS. 3: 110)
Mencintai yang dicintainya dan membenci yang dibencinya.
3. Akhlak kepada manusia
Berbakti kepada kedua orang tua (QS. 6:151) (QS.46:17)
Menyambung silaturrahim (QS. 4:1) (QS. 2:27)
Tolong menolong dalam kebaikan, bukan dalam kejahatan. (QS. 5:2)
Tawadhu’ (QS.7:199)
Tidak mencela. (HR. Bukhari)
Lemah lembut dan berkasih sayang kepada sesama muslim dan tegas
terhadap orang kafir. (QS. 5:54) (QS. 48: 29)
Sabar, menepati janji, dan jujur. (QS. 2:177)
Pemaaf (QS. 2:109)
Adil (QS. 3: 18)
Dermawan (QS. 2: 245)
Memuliakan tamu (QS. 11:69)
4. Akhlak terhadap lingkungan
Melestarikan lingkungan
Menjaga lingkungan dari pencemaran
Memanfaatkan sumberdaya untuk kesejahteraan bersama
Tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan yang
berpotensi merusak tatanan siklus alamiah
Tidak membuang limbah secara sembarangan yang dapat merusak
lingkungan alam.
TAKWA
A. PENGERTIAN TAKWA
Takwa menurut bahasa, berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayatan yang
artinya terlindung atau menjaga diri dari sesuatu yang berbahaya. Takwa juga berarti
takut.
Sedangkan menurut syara, dalam Kitab Syarah Riyadhus Shalihin (1/290), Syeikh
Utsaimin berkata, “Takwa diambil dari kata wiqayah, yaitu upaya seseorang melakukan
sesuatu yang dapat melindungi dirinya dari azab Allah SWT. Dan, yang dapat menjaga
seseorang dari azab Allah SWT ialah (dengan) melaksanakan perintah-perintah Allah
SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya.” Di dalam QS Al Baqarah 177 Allah
berfirman
Artinya "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai
kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dari orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa."
Ayat diatas menjelaskan ciri-ciri orang yang bertakwa ,yang secara umum
dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu :
1. Beriman kepada Allah ,malaikat, kitab-kitab dan para nabi. Dengan makna,
instrument ketakwaan yang pertama dapat dikatakan menjaga fitrah iman.
2. Mengeluarkan harta yang dikasihaninya kepada kerabat, anak yatim dan
orang-orang yang membutuhkan. Indikator yang kedua ini dapat dimaknai
dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui
kesanggupan mengorbankan harta.
3. Mendirikan sholat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain memelihara
ibadah formal.
4. Menepati janji yang berarti memelihara kehormatan diri.
5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain
memiliki semangat perjuangan.
Takwa diatas pada dasarnya dapat disarikan dalam dua kecendrungan sikap yaitu :
a. Sikap konsisten menjaga hubungan secara vertikal kepada Allah yang
diwujudkan melalui iktikad dan keyakinan yang lurus dalam menjalankan
ibadah kepada Nya.
b. Memelihara hubungan secara horizontal, yakni cinta dan kasih kepada sesama
manusia yang diwujudkan dengan segala tindakan kebajikan.
B. RUANG LINGKUP TAKWA
1. Hubungan Manusia Dengan Allah
Hubungan manusia dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa sebagai dimensi takwa
pertama, menurut ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa seperti telah disinggung pada awal
kajian ini, merupakan prima causa hubungan-hubungan yang lain.
Seorang yang bertakwa (muttaqi) adalah orang yang menghambakan dirinya
kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara
hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat
terhindar dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan
Allah. Karena itu inti ketakwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya.
Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan tugas
perhambaan dengan melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh dan ikhlas sehingga
shalat yang dilakukan berbekas dan memberi warna dalam kehidupan, puasa melahirkan
kesabaran dan pengendalian diri, zakar mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan diri
dari kerakusan dan ketamakan. Memelihara hubungan dengan Allah dilakukan dengan
menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang, yaitu dosa dan kemungkaran.
Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya pada dasarnya adalah bentuk-bentuk
perilaku yang lahir dari pengendalian diri dan hawa nafsu dalam diri.
Islam menyeru manusia agar menghambakan diri pada Allah, meminta bantuan
pada-Nya, mencari ridha serta cinta-Nya, sebab Allah adalah sumber segala kebenaran,
kemulian, ketenangan, keharmonisan serta keselamatan. Apabila ini telah terjadi Allah
akan dirasakan hadir setiap saat sehingga tidak ada kesempatan untuk tidak
melaksanakan perintah atau melanggar larangan-Nya.
Dengan demikian instrument ketakwaan yang paling utama adalah iman yang
diwujudkan melalui kecendrungan untuk menghambakan diri kepada Allah semata dan
menyelaraskan kiprah hidup secara konsisten kepada Islam. Yakni berpegang teguh dan
berpedoman secara utuh dan menyeluruh kepada Al-Quran dan Sunnah.
Ketakwaan atau pemeliharaan hubungan dengan Allah dapat dilakukan antara lain
sebagai contoh :
a. Beriman kepada Allah.
b. Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan shalat lima kali sehari
semalam.
c. Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, memanfaatkan
semua pemberian Allah kepada mansuia.
d. Bersabar menerima cobaan Allah dalam makna tabah, tidak putus asa ketika
mendapat musibah atau menerima bencana.
e. Memohon ampun atas segala dosa dan tobat dalam makna sadar untuk tidak
lagi melakukan segala perbuatan jahat atau tercela.
2. Hubungan Manusia Dengan Hati Nurani Atau Dirinya Sendiri
Hubungan manusia dengan hati nurani atau diri sendiri sebagai dimensi takwa
yang kedua dapat dipelihara dengan jalan menghayati benar patokan-patokan akhlak,
yang disebutkan Tuhan dalam berbagai ayat al-Qur’an. Diantaranya : sbar, pemaaf, adil,
ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri, dan mengembangkan semua sikap yang
terkandung dalam akhlak atau budi pekerti yang baik. Dalam surat Ali-Imran 134 Allah
berfirman
Yaitu orang-orang yang berinfak, baik di kala lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya serta memaafkan ( kesalahan) orang-orang. Dan Allah
Mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran 134)
Dalam hubungan dengan diri sendiri, ketakwaan ditandai dengan ciri-ciri antara lain :
a. Sabar yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya , baik
perintah , larangan maupun musibah yang menimpanya. Sabar dalam menerima
perintah adalah ikhlas dalam menerima dan melaksanakan perintah. Disini
deperlukan kesabaran yang lahir dari dalam diri sebagai ungkapan penerimaan
perintah yang datang kepada dirinya. Demikian pula sabar terhadap larangan Allah
harus ada pengendalian diri agar larangan itu dapat dihindari.
b. Tawakal yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu ,ikhtiar dan usaha kepada
Allah. Takwa bukanlah menyerah tapi usaha maksimal dan hasilnya diserahkan
kepada Allah.
c. Syukur yaitu sikap berterima kasih kepada Allah atau sesama manusia atas apa yang
telah diberikan baik dengan ucapan dengan membaca Hamdalah maupun dengan
tindakan dengan cara menggunakan seluruh nikmat Allah sesuai dengan
keharusannya.
d. Berani yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensi dari
koitmen dirinya terhadap kebenaran. Keberanian lahir dari hubungan seseorang
dengan dirinya terutama pengendalian terhadap segala sifat-sifat buruk yang datang
dari dorongan hawa nafsunya. Rasulullah bersabda : ”Bukankah orang yang gagah
berani itu lantaran dia cepat melompati musuhnya di dala pertempuran ,tetapi orang
yang berani ialah orang yang bisa menahan dirinya dari kemarahan.” ( Hadis
riwayat Abu Daud ).
3. Hubungan Manusia Dengan Sesama Manusia
Allah memerintahkan manusia untuk saling menyayangi dan berbuat baik satu
dengan yang lainya. Orang yang bertakwa akan dapat dilihat dari peranannya didalam
masyarakat . Sikap takwa tercermin dalam bentuk kesediannya untuk menolong orang
lain, melindungi yang lemah dan berpihak pada kebenaran dan keadilan. Karena itu
takwa akan menjadi motor penggerak gotong-royong dan kerjasama dalam segala bentuk
kebaikan.
Didalam surat Ali Imran 134 ,Allah menunjukkan bahwa kepedulian orang-orang
yang bertakwa terhadap saudaranya sesama manusia itu tidak mengenal situasi dan
kondisi, kesediannya untuk membantu saudaranya akan dia wujudkan baik dalam
keadaan susah maupun senang, bahkan dalam keadaan marah atau teraniaya sekalipun.
Allah menjabarkan ciri-ciri orang bertakwa dengan ciri-ciri perilaku berimbang
antara pengabdian formal kepada Allah dengan hubungan sesama manusia.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-
orang yang bertakwa. ( Al-Baqarah 177 )
Pada ayat diatas Allah menerangkan ciri-ciri orang yang bertakwa yaitu beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar
keyakinan yang dimiliki orang yang bertakwa dan dasar hubungan kepada Allah dalam
bentuk ubudiyah. Selanjutnya Allah menggambarkan hubungan kemanusiaan , yaitu
mengeluarkan harta dan menepati janji. Dalam ayat ini Allah menggambarkan dengan
jelas, bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesama manusia yaitu siapa saja
yang mesti diberi tenggang rasa , tapi juga mengeluarkan harta diposisikan diantara aspek
keimanan dan sholat. Setelah shalat, diuraikan aspek tenggang rasa dalam bentuk zakat
dan menepati janji. Dalam zakat terkandung perhatian, kepedulian dan tenggang rasa.
Firman-firman Allah diatas mengajarkan bahwa substansi ibadah kepada Allah,
bukanlah pemenuhan ibadah secara formal kepada Allah semata, tapi juga pengabdian
terhadap sesama manusia yang diwujudkan dalam bentuk tolong menolong, memaafkan
orang lain, menepati janji, kepedulian dan menegakkan keadilan.
Allah mengatur masalah hubungan yang baik sesama manusia antara lain
tentang :
1. Mendahulukan kepentingan orang lain (QS. Al-Baqoroh:177)
2. Berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS. Ali’Imron:92)
3. Menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain–
mengurangi takaran termasuk korupsi kecil-kecilan (QS. Al-A’rof:85)
4. Berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain (QS.Al-
Baqoroh:254)
5. Tolong menolong dan kasih sayang (QS. Al-Maidah:2)
4. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Hidup
Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menyikapi lingkungan dengan
sebaik-baiknya . Ia dapat mengelola lingkungan sehingga menghasilkan manfaat bagi
manusia dan sekaligus memeliharanya agar tidak habis dan musnah. Fenomena
kerusakan lingkungan sekarang menunjukkan bahwa manusia jauh dari ketakwaan.
Mereka mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi pada
lingkungan itu dimasa depan sehingga malapetaka membayangi kehidupan manusia.
Hutan yang dibabat habis melahirkan bencana banjir dan erosi tanah dan kebakaran yang
merugikan manusia. Firman Allah SWT :
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Bagi orang-orang yang bertakwa ,lingkungan Alam adalah nikmat Allah yang
harus disyukuri dengan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Disamping nikmat ,alam juga
adalah amanat yang harus dipelihara dan dirawat dengan baik. Mensyukuri nikmat Allah
dengan demikian akan menambah kadar keimanan kita. Sebaliknya orang yang tidak
bersyukur terhadap nikmat Allah akan diberikan azab yang pedih. Azab Allah dalam
kaitan ini adalah bencana Alam akibat eksploitasi manusia tanpa batas karena
kerakusannya. Inilah yang diisyaratkan Allah dalam QS Ibrahim ayat 7 yang artinya
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu kufur ,
sesungguhnya azab-Ku amat pedih”. ( Ibrahim 7)
Dengan demikian ketakwaan suatu masyarakat dapat membawa dampak yang
besar bagi kebaikan masyarakat itu, sebaliknya kehancuran masyarakat akan datang bila
ketakwaan telah menghilang di tengah-tengah masyarakat. Karena itu sangat tepat
tindakan bangsa kita yang meletakkan takwa sebagai salah satu tujuan dari pendidikan
nasional.
HUKUM ISLAM TENTANG MUAMALAHManusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan
antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi. Allah SWT berfirman lihat Al-qur,an on line di gogle
Artinya : “Dan Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagai mana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(QS Az Zumar : 39)
Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna berlawanan yaitu Al Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a yang artinya Beli. Menurut istilah hukum Syara, jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka (lihat QS Az Zumar : 39, At Taubah : 103, hud : 93)
1. Hukum Jual Beli
Orang yang terjun dalam bidang usaha jual beli harus mengetahui hukum jual beli agar dalam jual beli tersebut tidak ada yang dirugikan, baik dari pihak penjual maupun pihak pembeli. Jual beli hukumnya mubah. Artinya, hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka. Allah berfirman. lihat Al-qur,an on line di gogle
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.”(QS An Nisa : 29
Hadis nabi Muhammad SAW menyatakan sebagai berikut.
تراد البيع ) (إنما البخارى رواه
Artinya : “Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka suka sama suka.” (HR Bukhari)
يتفرقا لم ما لخيار با ) (ألبيعان مسلم و البخارى رواه
Artinya : “ Dua orang jual beli boleh memilih akan meneruskan jual beli mereka atau tidak, selama keduanya belum berpisah dari tempat akad.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang melakukan jual beli dan tawar menawar dan tidak ada kesesuaian harga antara penjual dan pembeli, si pembeli boleh memilih akan meneruskan jual beli tersebut atau tidak. Apabila akad (kesepakatan) jual beli telah dilaksanakan dan terjadi pembayaran, kemudian salah satu dari mereka atau keduanya telah meninggalkan tempat akad, keduanya tidak boleh membatalkan jual beli yang telah disepakatinya.
2. Rukun dan syarat Jual Beli
Dalam pelaksanaan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu dipenuhi.
a. Penjual atau pembeli harus dalam keadaan sehat akalnya
Orang gila tidak sah jual belinya. Penjual atau pembeli melakukan jual beli dengan kehendak sendiri, tidak ada paksaan kepada keduanya, atau salah satu diantara keduanya. Apabila ada paksaan, jual beli tersebut tidak sah.
b. Syarat Ijab dan Kabul
Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan, misalnya saya menjual mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Kabul adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari perkataan si penjual, misalnya saya membeli mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Sebelum akad terjadi, biasanya telah terjadi proses tawar menawar terlebih dulu.
Pernyataan ijab kabul tidak harus menggunakan kata-kata khusus. Yang diperlukan ijab kabul adalah saling rela (ridha) yang direalisasikan dalam bentuk kata-kata. Contohnya, aku jual, aku berikan, aku beli, aku ambil, dan aku terima. Ijab kabul jual beli juga sah dilakukan dalam bentuk tulisan dengan sarat bahwa kedua belah pihak berjauhan tempat, atau orang yang melakukan transaksi itu diwakilkan. Di zaman modern saat ini, jual beli dilakukan dengan cara memesan lewat telepon. Jula beli seperti itu sah saja, apabila si pemesan sudah tahu pasti kualitas barang pesanannya dan mempunyai keyakinan tidak ada unsur penipuan.
c. Benda yang diperjualbelikan
1) Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi sarat sebagai berikut.
2) Suci atau bersih dan halal barangnya
3) Barang yang diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu
4) Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses penawaran dengan orang lain
5) Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang merugikan
6) Barang yang diperjualbelikan tidak boleh ditaksir (spekulasi)
7) Barang yang dijual adalah milik sendiri atau yang diberi kuasa
8) Barang itu dapat diserahterimakan
3. Perilaku atau sikap yang harus dimiliki oleh penjual
a. Berlaku Benar (Lurus)
Berperilaku benar merupakan ruh keimanan dan ciri utama orang yang beriman. Sebaliknya, dusta merupakan perilaku orang munafik. Seorang muslim dituntut untuk berlaku benar, seperti dalam jual beli, baik dari segi promosi barang atau penetapan harganya. Oleh karena itu, salah satu karakter pedagang yang terpenting dan diridhai Allah adalah berlaku benar.
Dusta dalam berdagang sangat dicela terlebih jika diiringi sumpah atas nama Allah. “Empat macam manusia yang dimurkai Allah, yaitu penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang congkak, orang tua renta yang berzina, dan pemimpin yang zalim.”(HR Nasai dan Ibnu Hibban)
b. Menepati Amanat
Menepati amanat merupakan sifat yang sangat terpuji. Yang dimaksud amanat adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya. Orang yang tidak melaksanakan amanat dalam islam sangat dicela.
Hal-hal yang harus disampaikan ketika berdagang adalah penjual atau pedagang menjelaskan ciri-ciri, kualitas, dan harga barang dagangannya kepada pembeli tanpa melebih-lebihkannya. Hal itu dimaksudkan agar pembeli tidak merasa tertipu dan dirugikan.
c. Jujur
Selain benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus berlaku jujur. Kejujuran merupakan salah satu modal yang sangat penting dalam jual beli karena kejujuran akan menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat merugikan salah satu pihak. Sikap jujur dalam hal timbangan, ukuran kualitas, dan kuantitas barang yang diperjual belikan adalah perintah Allah SWT. Firman Allah lihat Al-qur,an on line di gogle
Artinya : Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” (QS Al A’raf : 85)
Sikap jujur pedagang dapat dicontohkan seperti dengan menjelaskan cacat barang dagangan, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya
“Muslim itu adalah saudara muslim, tidak boleh seorang muslim apabila ia
berdagang dengan saudaranya dan menemukan cacat, kecuali diterangkannya.”
Lawan sifat jujur adalah menipu atau curang, seperti mengurangi takaran, timbangan, kualitas, kuantitas, atau menonjolkan keunggulan barang tetapi menyembunyikan cacatnya. Hadis lain meriwayatkan dari umar bin khattab r.a berkata seorang lelaki mengadu kepada rasulullah SAW sebagai berikut “ katakanlah kepada si penjual, jangan menipu! Maka sejak itu apabila dia melakukan jual beli, selalu diingatkannya jangan menipu.”(HR Muslim)
d. Khiar
Khiar artunya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan kesepakatan (akad) jual beli atau mengurungkannya (menarik kembali atau tidak jadi melakukan transaksi jual beli). Ada tiga macam khiar yaitu sebagai berikut.
1) Khiar Majelis
Khiar majelis adalah si pembeli an penjual boleh memilih antara meneruskan akad jual beli atau mengurungkannya selama keduanya masih tetap ditempat jual beli. Khiar majelis ini berlaku pada semua macam jual beli.
2) Khiar Syarat
Khiar syarat adalah suatu pilihan antara meneruskan atau mengurungkan jual beli setelah mempertimbangkan satu atau dua hari. Setelah hari yang ditentukan tiba, maka jual beli harus ditegaskan untuk dilanjutkan atau diurungkan. Masa khiar syarat selambat-lambatnya tiga hari
3) Khiar Aib (cacat)
Khiar aib (cacat) adalah si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya, apabila barang tersebut diketahui ada cacatnya. Kecacatan itu sudah ada sebelumnya, namun tidak diketahui oleh si penjual maupun si pembeli. Hadis nabi Muhammad SAW. Yang artinya : “Jika dua orang laki-laki mengadakan jual beli, maka masing-masing boleh melakukan khiar selama mereka belum berpisah dan mereka masih berkumpul, atau salah satu melakukan khiar, kemudian mereka sepakat dengan khiar tersebut, maka jual beli yang demikian itu sah.” (HR Mutafaqun alaih)
B. Riba
Bagi manusia yang tidak memiliki iman, segala sesuatunya selalu dinilai dengan harta (materialisme). Manusia berlomba-lomba untuk memperoleh harta kekayaan sebanyak mungkin. Mereka tidak memperdulikan dari mana datangnya harta yang didapat, apakah dari sumber yang halal atau haram. Salah satu contoh perolehan harta yang haram adalah sesuatu yang berasal dari pekerjaan memungut riba. Hadis nabi Muhammad SAW menyatakan sebagai berikut. Yang artinya : “Dari Abu Hurairah r.a ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Akan tiba suatu zaman, tidak ada seorang pun, kecuali ia memakan harta riba. Kalau ia memakannya secara langsung ia akan terkena debunya.” (HR Ibnu Majah)
Kata riba (ar riba) menurut bahasa yaitu tambahan (az ziyadah) atau kelebihan. Riba menurut istilah syarak ialah suatu akad perjanjian yang terjadi dalam tukar menukar suatu barang yang tidak diketahui syaraknya. Atau dalam tukar menukar itu disyaratkan menerima salah satu dari dua barang apabila terlambat. Riba dapat terjadi pada hutang piutang, pinjaman, gadai, atau sewa menyewa. Contohnya, Fauzi meminjam uang sebesar Rp 10.000 pada hari senin. Disepakati dalam setiap satu hari keterlambatan, Fauzi harus mengembalikan uang tersebut dengan tambahan 2 %. Jadi hari berikutnya Fauzi harus mengembalikan hutangnya menjadi Rp 10.200. Kelebihan atau tambahan ini disebut dengan riba.
Allah SWT berfirman. lihat Al-qur,an on line di gogle
Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah : 275)
Allah telah melarang hamba-Nya untuk memakan riba, Allah juga menjanjikan untuk melipatgandakan pahala bagi orang yang ikhlas mengeluarkan zakat, infak dan sedekah. Allah SWT berfirman. lihat Al-qur,an on line di gogle
Artinya : “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS Al Baqarah : 276)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah Supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS Ali Imran : 130)
Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Dari Jabir r.a ia berkata : Rasulullah SAW telah melaknati orang-orang yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya (orang yang memberi makan hasil riba), orang yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, dan (selanjutnya) nabi bersabda, mereka itu semua sama saja.” (HR Muslim)
Beberapa ayat dan hadis yang telah disebutkan menunjukan bahwa Islam sangat membenci perbuatan riba dan menganjurkan kepada umatnya agar didalam mencari rezeki hendaknya menempuh cara yang halal.
Ulama fikih membagi riba menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Riba fadal
Riba fadal yaitu tukar menukar dua buah barang yang sama jenisnya, namun tidak sama ukurannya yang disyaratkan oleh orang yang menukarnya. Contohnya tukar menukar emas dengan emas atau beras dengan beras, dan ada kelebihan yang disyaratkan oleh yang menukarkan. Supaya tukar menukar seperti ini tidak termasuk riba harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut.
1. Barang yang ditukarkan harus sama2. Timbangan atau takarannya harus sama3. Serah terima harus pada saat itu juga.
2. Riba nasiah
Riba nasiah yaitu tukar menukar barang yang sejenis maupun yang tidak sejenis atau jual beli yang pembayarannya disyaratkan lebih oleh penjual dengan waktu yang dilambatkan. Contohnya, salim membeli arloji seharga Rp 500.000. Oleh penjualnya disyaratkan membayarnya tahun depan dengan harga Rp 525.000
3. Riba yad
Riba yad yaitu berpisah dari tempat akad jual beli sebelum serah terima. Misalnya, orang yang membeli suatu barang sebelum ia menerima barang tersebut dari
penjual, penjual dan pembeli tersebut telah berpisah sebelum serah terima barang itu. Jual beli ini dinamakan riba yad
Berikut syarat-syarat jual beli agar tidak menjadi riba.
a. Menjual sesuatu yang sejenis ada tiga syarat, yaitu:
1) serupa timbangan dan banyaknya
2) tunai, dan
3) timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan majelis akad.
b. Menjual sesuatu yang berlainan jenis ada dua syarat, yaitu:
1) tunai dan
2) timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan majelis akad.
Riba diharamkan oleh semua agama samawi. Adapun sebab diharamkannya karena memiliki bahaya yang sangat besar antara lain sebagai berikut.
1. Riba dapat menimbulkan permusuhan antar pribadi dan mengikis habis semangat kerja sama atau saling menolong sesama manusia. Padahal, semua agama, terutama Islam menyeru kepada manusia untuk saling tolong menolong, membenci orang yang mengutamakan kepentingan diri sendiri atau egois, serta orang yang mengeksploitasi orang lain.
2. Riba dapat menimbulkan tumbuh suburnya mental pemboros yang tidak mau bekerja keras dan penimbun harta di tangan satu pihak. Islam menghargai kerja keras dan menghormati orang yang suka bekerja keras sebagai saran pencarian nafkah.
3. Riba merupakan salah satu bentuk penjajahan atau perbudakan dimana satu pihak mengeksploitasi pihak yang lain.
4. Sifat riba sangat buruk sehingga Islam menyerukan agar manusia suka mendermakan harta kepada saudaranya dengan baik jika saudaranya membutuhkan harta.
C. Hukum Islam tentang Kerja sama Ekonomi (Syirkah)
Saat ini umat Islam Indonesia, demikian juga belahan dunia Islam (muslim world) lainnya telah menerapkan sistem perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah (Islamic economic system) untuk dapat diterapkan dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi ekonomi umat. Keinginan ini didasari oleh kesadaran untuk menerapkan Islam secara utuh dan total.
1. Pengertian Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau amal (expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
a. Dasar Hukum
Landasan hukum dari musyarakah ini antara lain :
ثلث في شركاء فهم
Artinya : “… maka mereka berserikat pada sepertiga …” (QS An Nisa : 12)
Bersabda Rasulullah yang artinya : “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya Allah azza wajalla berfirman : Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya.” (HR Abu Daud)
Hadis tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-hambanya yang melakukan perkongsian atau kerja sama selama pihak-pihak yang bekerja sama tersebut saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.
Berdasarkan dalil-dalil diatas, musyarakah (syirkah) dapat diartikan dua orang atau lebih yang bersekutu (berserikat) dimana uang yang mereka dapatkan dari harta warisan, atau mereka kumpulkan diantara mereka, kemudian diinvestasikan dalam perdagangan, industri, atau pertanian dan lain-lain sepanjang sesuai dengan kesepakatan bersama dan hal tersebut hukumnya boleh.
b. Syarat-syarat musyarakah
Dalam bersyarikah ada 5 syarat ayng harus dipenuhi yaitu sebagai berikut.
1) Benda (harta dinilai dengan uang)
2) Harta-harta itu sesuai dalam jenis dan macamnya
3) Harta-harta dicampur
4) Satu sama lain membolehkan untuk membelanjakan harta itu
5) Untung rugi diterima dengan ukuran harta masing-masing.
c. Jenis-jenis musyarakah
Ada dua jenis musyarakah yakni musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak)
1) Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih, berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula keuntungan yang dihasilkan oleh aset tersebut.
2) Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi menjadi ‘inan, mufawadah, a’mal, wujuh, dan mudarabah
a) Syirkah ‘inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja, keuntungan dan kerugian yang dibagi sesuai dengan kesepakatan diantara mereka
b) Syirkah mufawadah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan dana yang jumlahnya sama dan berpartisipasi dalam kerja, keuntungan dan kerugian dibagi secara sama besar
c) Syirkah a’mal adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misal dua orang arsitek menggarap sebuah proyek
d) Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan jaminan yang disediakan masing-masing.
Pada bidang perbankan misalnya, penerapan musyarakah dapat berwujud hal-hal berikut ini.
1. Pembiayaan proyek. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati
2. Modal ventura. Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.
D. Mudarabah (bagi hasil)
Mudarabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (sahibul mal) menyediakan seluruh (100 %) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha secara mudarabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
1.Dasar Hukum
Secara umum landasan dasar syariah mudarabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat dan hadis berikut ini. Allah berfirman dalam surat al-Muzammil yang artinya : “… dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT…” (Al Muzammil : 20)
Adanya kata yadribun pada ayat diatas dianggap sama dengan akar kata mudarabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. Surah tersebut mendorong kaum muslim untuk melakukan upaya atau usaha yang telah diperintahkan Allah SWT.
Hadis nabi Muhammad yang artinya : “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudarabah mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikan syarat syarat tersebut kepada rasulullah SAW. Dan rasulullah pun membolehkannya.”(HR Tabrani).
1. Jenis-jenis mudarabah
Secara umum, mudarabah terbagi menjadi dua jenis yakni mudarabah mutlaqah dan mudarabah muqayyadah.
a. Mudarabah mutlaqah
Mudarabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik modal (sahibul mal) dan pengelola (mudarib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fikih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukan sesukamu) dari sahibul mal ke mudarib yang memberi kekuasaan sangat besar.
b. Mudarabah Muqayyadah
Mudarabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudarabah mutlaqah. Si Mudarib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si Sahibul Mal dalam memasuki jenis dunia usaha.
Adapun dari sisi pembiayaan, mudarabah biasanya diterapkan untuk bidang-bidang berikut.
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa
b. Investasi khusus disebut juga mudarabah muqayyadah, yaitu sumbe investasi yang khusus dengan penyaluran yang khusus pula dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh sahibul mal.
Mudarabah dan kaitannya dengan dunia perbankan biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Sisa penghimpunan dana mudarabah biasanya diterapkan pada bidang-bidang berikut ini.
1. Tabungan berjangka, yaitu dengan tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan deposito berjangka.
2. Deposito spesial (special investment), yaitu dana dititipkan kepada nasabah untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah atau ijarah saja.
Mudaroban yang berkaitan dengan dunia Pertanian ialah :
Musaqah, Muzaraah, dan Mukhabarah
a. Musaqah (paroan kebun)
Yang dimaksud musaqah adalah bentuk kerja sama dimana orang yang mempunyai kebun memberikan kebunnya kepada orang lain (petani) agar dipelihara dan penghasilan yang didapat dari kebun itu dibagi berdua menurut perjanjian sewaktu akad
Musaqah dibolehkan oleh agama karena banyak orang yang membutuhkannya. Ada orang yang mempunyai kebun, tapi dia tidak dapat memeliharanya. Sebaliknya, ada orang yang tidak mempunyai kebun, tapi terampil bekerja. Musaqah memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yakni pemilik kebun dan pengelola sehingga sama-sama memperoleh hasil dari kerja sama tersebut. Hadis menjelaskan sebagai berikut yang artinya : “Dari Ibnu Umar: Sesungguhnya nabi Muhammad SAW telah memberikan kebun beliau kepada penduduk khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian, mereka akan diberi sebagian dari penghasilannya, baik dari buah-buahan atau hasil petani (palawija).” (HR Muslim)
b. Muzaraah
Muzaraah adalah kerjasama dalam pertanian berupa paroan sawah atau ladang seperdua atau sepertiga atau lebih atau kurang, sedangkan benih(bibit tanaman)nya dari pekerja (petani). Zakat hasil paroan ini diwajibkan atas orang yang punya benih. Oleh karena itu, pada muzaraah zakat wajib atas petani yang bekerja karena pada hakekatnya dialah (si petani) yang bertanam, yang mempunyai tanah seolah-olah mengambil sewa tanahnya, sedangkan pengantar dari sewaan tidak wajib mengeluarkan zakatnya.
c. Mukhabarah
Mukhabarah kerjasama dalam pertanian berupa paroan sawah atau ladang seperdua atau sepertiga atau lebih atau kurang, sedangkan benihnya dari pemilik sawah/ladang. Adapun pada mukhabarah, zakat diwajibkan atas yang punya tanah karena pada hakekatnya dialah yang bertanam, sedangkan petani hanya mengambil upah bekerja. Penghasilan yang didapat dari upah tidak wajib dibayar zakatnya. Kalau benih dari keduanya, zakat wajib atas keduanya yang diambil dari jumlah pendapatan sebelum dibagi. Hukum kerja sama tersebut diatas diperbolehkan sebagian besar para sahabat, tabi’in dan para imam
.
E. Perbankan yang Sesuai dengan Prinsip Hukum Islam
Lahirnya ekonomi Islam di zaman modern ini cukup unik dalam sejarah perkembangan ekonomi. Ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi-ekonomi yang lain karena lahir atau berasal dari ajaran Islam yang mengharamkan riba dan menganjurkan sedekah. Kesadaran tentang larangan riba telah menimbulkan gagasan pembentukan suatu bank Islam pada dasawarsa kedua abad ke-20 diantaranya melalui pendirian institusi sebagai berikut.
1. Bank Pedesaan (Rural Bank) dan Bank Mir-Ghammar di Mesir tahun 1963 atas prakarsa seorang cendikiawan Mesir DR. Ahmad An Najjar
2. Dubai Islamic Bank (1973) di kawasan negara-negara Emirat Arab
3. Islamic Development Bank (1975) di Saudi Arabia
4. Faisal Islamic Bank (1977) di Mesir
5. Kuwait House of Finance di Kuwait (1977)
6. Jordan Islamic Bank di Yordania (1978)
Bank non Islam yang disebut juga bank konvensional adalah sebuah lembaga keuangan yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana, baik perorangan atau badan usaha guna investasi dalam usaha-usaha yang produktif dan lain-lain dengan sistem bunga.
Sedangkan Bank Islam yang dikenal dengan Bank Syariah adalah sebuah lembaga keuangan yang menjalankan operasinya menurut hukum (syariat) Islam dan tidak memakai sistem bunga karena bunga dianggap riba yang diharamkan oleh Islam. (QS Al Baqarah : 275-279)
Sebagai pengganti sistem bunga, Bank Islam menggunakan berbagai cara yang bersih dari unsur riba, antara lain sebagai berikut.
1. Wadiah atau titipan uang, barang, dan surat berharga atau deposito. Wadiah ini bisa diterapkan oleh Bank Islam dalam operasinya untuk menghimpun dana dari masyarakat, dengan cara menerima deposito berupa uang, barang, dan surat-surat berharga sebagai amanat yang wajib dijaga keselamatannya oleh Bank Islam. Bank berhak menggunakan dana yang didepositokan itu tanpa harus membayar imbalannya, tetapi Bank harus menjamin dapat mengembalikan dana itupada waktu pemiliknya (depositor) memerlukannya.
2. Mudarabah adalah kerjasama antara pemilik modal dengan pelaksana atas dasar perjanjian profit and loss sharing. Dengan mudarabah ini, Bank Islam dapat memberikan tambahan modal kepada pengusaha untuk perusahaannya dengan perjanjian bagi hasil dan rugi yang perbandingannya sesuai dengan perjanjian misalnya, fifty-fifty. Dalam mudarabah ini, Bank tidak mencampuri manajemen perusahaan.
3. Syirkah (perseroan). Dibawah kerjasama syirkah ini, pihak Bank dan pihak pengusaha sama-sama mempunyai andil (saham) pada usaha patungan (joint ventura). Oleh karena itu, kedua belah pihak berpartisipasi mengelola usaha patungan ini dengan menanggung untung rugi bersama atas dasar perjanjian profit and loss sharing (PLS Agreement).
4. Murabahah adalah jual beli barang dengan tambahan harga atau cost plus atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur. Dengan murabahah ini, pada hakikatnya suatu pihak ingin mengubah bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi jual beli. Dengan sistem murabahah ini, Bank bisa membelikan atau menyediakan barang barang yang diperlukan oleh pengusaha untuk dijual lagi, dan Bank minta tambahan harga atas harga pembeliannya. Syarat bisnis dengan murabahah ini, ialah si pemilik barang (dalam hal ini Bank) harus memberi informasi yang sebenarnya kepada pembeli tentang harga pembeliannya dan keuntungan bersih (profit margin) dari pada cost plus nya itu.
5. Qard hasan (pinjaman yang baik atau benevolent loan). Bank Islam dapat memberikan pinjaman tanpa bunga (benevolent loan) kepada para nasabah yang baik, terutama nasabah yang mempunyai deposito di Bank Islam itu sebagai slah satu pelayanan dan penghargaan Bank kepada para deposan karena mereka tidak menerima bunga atas depositonya dari Bank Islam.
Perkembangan pesat Bank-Bank Islam yang lazim disebut Bank syariah terjadi pada dasawarsa 70-an setelah terjadinya krisis minyak yang menimbulkan oil boom pada tahun 1971. perkembangan pesat Bank syariah tersebut membuktikan bahwa: (1) ajaran Islam menggerakkan ide sosial ekonomi. Ide spirit yang bersumber pada ajaran Islam disebut juga modal masyarakat (Social Capital). (2) Peranan cendikiawan yang memiliki suatu konsep yang mengoperasionalkan ajaran agama yaitu zakat, infak, sedekah (ZIS), dan larangan riba. ZIS dapat dijadikan modal Bank, hal ini juga pernah dipelopori oleh pemikiran dari KH. Ahmad Dahlan. Beliau memiliki gagasan membentuk lembaga amil (penghimpun dan pengelola zakat).