tendinitis

18
A. Tendinitis Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput Longum 1. Shoulder Complex Soulder complex terdiri dari tujuh persendian dimana masing - masing sendi tersebut mempunyai fungsi dan struktur pembentuk yang berbeda. 1. Glenohumeral Joint Merupakan ball and socet joint (sendi putar) yang dibentuk oleh glenoid cavity yang berbentuk concave menghadap ke lateral serong ke ventrocranial dengan head of humerus berbentuk konveks. Gerak fisiologis fleksi-ekstensi dengan ROM fleksi 180 0 dan ekstensi 60 0 dengan stetch end feel (elastic) dan gerak arthrokinematicnya berupa spin. Gerak fisiologi abduksi dalam bidang frontal dengan ROM 90 0 dan elastic harder end feel,gerak arthrokinematicnya berupa caudal translasi. Gerak fisiologi internal rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 100 0 dan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa dorsal translasi. Gerak fisiologi eksternal rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 80 0 dan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral translasi. Gerak fisiologi horizontal abduksi dan adduksi dalam bidang transversal ROM 110 0 dan 30 0 dengan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral translasi dan dorsal translasi. Seluruh komponen diatas memiliki gerak arthrokinematic traksi dengan arah lateral sedikit serong ventrocranial. Capsular pattern adalah keterbatasan gerak sendi sebagai pemendekan seluruh capsule ligamen, dengan pola ROM eksternal rotasi < abduksi < internal rotasi. 2. Suprahumeral (joint) Bukan merupakan sendi sebenarnya tetapi merupakan celah antara acromion pada bagian atas dan head of humerus bagian bawah. Terdapat bursa subdeltoidea dan rotator cuff muscle yang terdiri dari m. Subscapular, m. Supraspinatus, m. Infraspinatus dan tendon biceps caput longum. Pada saat abduksi-elevasi terjadi benturan anatara head of humerus dengan acromion, kemudian diantisipasi dengan eksternal rotasi humerus dan atau scapular abduksi. 3. Acromioclavicular joint. Merupakan plane joint dimana acromion konkav menghadap ke medial dan clavicula konveks, dimana dalm klinis gerakan yang dijumpai adalah elevasi-depresi dan protaksi- retraksi. Karena yang bergerak acromion yang merupakan permukaan konkav maka gerak arthrokinematicnya mengikuti gerak osteokinematic tersebut yaitu saat elevasi terjadi translasi acromion ke cranial dan saat depresi terjadi translasi acromion ke caudal. Demikian pula saat protaksi terjadi translasi acromion ke ventral dan saat retraksi terjadi translasi acromion ke dorsal.

Upload: prima-krishna-dharmawan

Post on 05-Aug-2015

185 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tendinitis

A. Tendinitis Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput Longum

1. Shoulder ComplexSoulder complex terdiri dari tujuh persendian dimana masing - masing sendi tersebut mempunyai fungsi dan

struktur pembentuk yang berbeda.

1. Glenohumeral Joint

Merupakan ball and socet joint (sendi putar) yang dibentuk oleh glenoid cavity yang berbentuk

concave menghadap ke lateral serong ke ventrocranial dengan head of humerus berbentuk konveks.

Gerak fisiologis fleksi-ekstensi dengan ROM fleksi 1800 dan ekstensi 600 dengan stetch end feel (elastic)

dan gerak arthrokinematicnya berupa spin. Gerak fisiologi abduksi dalam bidang frontal dengan ROM 90 0 dan

elastic harder end feel,gerak arthrokinematicnya berupa caudal translasi. Gerak fisiologi internal rotasi

dalam bidang transversal dengan ROM 1000 dan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa dorsal

translasi. Gerak fisiologi eksternal rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 800 dan elastic end feel,

gerak arthrokinematicnya berupa ventral translasi. Gerak fisiologi horizontal abduksi dan adduksi dalam

bidang transversal ROM 1100 dan 300 dengan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral

translasi dan dorsal translasi.

Seluruh komponen diatas memiliki gerak arthrokinematic traksi dengan arah lateral sedikit serong

ventrocranial.

Capsular pattern adalah keterbatasan gerak sendi sebagai pemendekan seluruh capsule ligamen,

dengan pola ROM eksternal rotasi < abduksi < internal rotasi.

2. Suprahumeral (joint)

Bukan merupakan sendi sebenarnya tetapi merupakan celah antara acromion pada bagian atas dan

head of humerus bagian bawah. Terdapat bursa subdeltoidea dan rotator cuff muscle yang terdiri dari m.

Subscapular, m. Supraspinatus, m. Infraspinatus dan tendon biceps caput longum.

Pada saat abduksi-elevasi terjadi benturan anatara head of humerus dengan acromion, kemudian

diantisipasi dengan eksternal rotasi humerus dan atau scapular abduksi.

3. Acromioclavicular joint.

Merupakan plane joint dimana acromion konkav menghadap ke medial dan clavicula konveks, dimana

dalm klinis gerakan yang dijumpai adalah elevasi-depresi dan protaksi-retraksi. Karena yang bergerak

acromion yang merupakan permukaan konkav maka gerak arthrokinematicnya mengikuti gerak

osteokinematic tersebut yaitu saat elevasi terjadi translasi acromion ke cranial dan saat depresi terjadi

translasi acromion ke caudal.

Demikian pula saat protaksi terjadi translasi acromion ke ventral dan saat retraksi terjadi translasi

acromion ke dorsal.

Gerak arthrokinematic traksi selalu kearah lateral searah acromion ditarik.

4. Sternoclavicular Joint

Merupakan jenis sendi saddle joint dimana clavicula konkav kearah anteroposterior dan konveks

kearah craniocaudal. Gerak fisiologis dalam klinis seperti AC joint sesuai gerak osteokinematicnya. Gerak

osteokinematicnya saat elevasi-depresi terdapat unsur arthrokinematicnya caudal translasi-cranial translasi

dan saat protaksi-retraksi terdapat unsur arthrokinematic ventral-dorsal translasi.

Gerak arthrokinematic traksi selalu searah dengan tarikan sepanjang axis clavicula.

5. Scapulothoracal (joint)

Page 2: Tendinitis

Bukan merupakan sendi sebenarnya, tetapi merupakan pertemuan antara scapula dengan dinding

thorak yang dibatasi oleh scapular dengan otot serratus anterior dan dipertahankan oleh otot middle dan

lower trapezius dan rhomboideus major-minor.

Otot serratus anterior dan levator scapula serta bersama AC joint merupakan tempat bertumpunya

ekstremitas atas terhadap tubuh.

Gerakan yang terjadi apada scapulothoracal adalah elevasi-depresi sesuai dengan translasinya dan

abdusi-adduksi sesuai dengan translasinya. Gerak arthrokinematic traksinya adalah gerak scapula menjayh

terhadap dinding thorak

6. Intervertebral Joint

Sendi intervertebral yang ikut terlibat dalam cervikal bawah (C6-7-Th1) dan thoracal atas (Th1-2-3-4)

dimana saat gerak bahu fleksi atau abduksi penuh terjadi rotasi kearah ipsilateral dal lateral fleksi jug

kontralateral.

7. Costovertebral (transversal) Joint

Costa 1-2-3-4 secara bertahap mengikuti gerak lengan seperti pada intervertebral joint dengan winging dan rotasi

Stabilitas sendi glenohumeral sebagian besar tergantung pada struktur jaringan disekitarnya.

Persendian scapulohumeral dikelilingi dan diperkuat oleh 3 lapisan yang berbeda dan yang satu berada

didalam lainnya (tumpah tindih) kapsul sendi, rotator cuff dan bursa subacromial- subdeltoidea.

a) Bursa subacromia-subeltoidea

Berada diluar rotator cuff sebagai lapisan ke 3 tipis dan jaringan lunak yang melapisi bagian

permukaan anterior pada sendi glenohumeral. Sendi glenohumeral terdapat bursa subacromial yang berada

dibawah tulang processus acromion dan bursa subdeltoidea yang berada dibawah otot deltoid. Burasa

subacromia-subeltoidea secara actual merupakan satu struktur dengan dua nama namun kedua bursa

tersebut dijadikan satu.

Page 3: Tendinitis

b) Ligamenta Coracoacromial

Coracoacromial terdiri dari acromion , coracoid dan difiksasi secara angular oleh ligamenta

coracoacromial, lengkung coracoacromial merupakan atap untuk sendi glenohumeral.

c) Otot-otot Sendi Bahu

M. supraspinatus berorigo di fossa supraspinata dan berinsertio dibagian tuberculum majus, otot

ini memperkuat humerus pada lekuk sendi, menegangkan capsula articularis dan abduksi lengan dipersarafi

oleh n. Suprascapularis C4-C6.

M. infraspinatus berorigo pada fossa infraspinata dan berinsertio pada bagian posterior dari

tuberositas mayor, otot ini memperkuat capsula abrticularis sendi bahu. Fungsi utamanya adalah eksternal

rotasi lengan, dipersarafi oleh n. Suprascapularis C4-C6.

M. subcsapularis mempunyai origo pada fossa subscapularis dan berinsertio pada tuberculum

minor, berfungsi sebagai rotasi edial lengan atas, dipersarafi oleh n. Suprascapularis C5-C8.

M. teres minor berorigo pada bagian pinggir lateral scapula inferior berjalan kepermukaan inferior

dari tuberositas major.Berfungsi sebagai rotasi lateralis lengan, dipersarafi oleh n. Axillaris (circumflexus) C5-

C6

Keempat otot diatas merupakan kesatuan otot otot rotator cuff yang hampir menempti bagian

dalam antara caput humeri dan processus acromialis. Rotator cuff membungkus caput humeri dan

memfiksasi caput humeri dalam glenoid

M. deltoideus dibagi atas tiga bagian yaitu pars clavicularis, pars acromialis dan pars spinalis. Pars

clavicularis berasal dari sepertiga lateral clavicula, pars acromialis berasal dari acromion dan pars spinalis

berasal dari pinggir bawah spina scapula. Ketiga bagian ini melekat pada tuberositas subdeltoidea, yang

berfungsi sebagai abductor sendi bahu dan dipersarafi oleh n. Axillaris (circumflexus) C4-C6.

M. ters mayor berorigo pada margo lateralis scpula dekat angulus inferior, berinsertio pada crista

tuberculi minoris. Fungsi utamanya adalah retroversi lengan atas kearah garis tengah. Otot ini juga

membantu gerakan adduksi dan dipersarafi oleh n. Thoracodorsalis C6-C7.

M. latisimus dorsi merupakan otot yang paling lebar yang berorigo pada processus spinosus

sacrum, lumbal dan thorakal bawah (dibawah thorakal 6) dan pada ligamen supraspinal melalui fascia

thoracolumbalis, crista iliaca dan bagian bawah costae ke 3 atau 4 dan berinsertio disulcus intertubercularis

humeri. Persarafan oleh n. Thoracodorsalis C6-C8.

M. coracobrachialis berasal dari pocessus coracoideus bersama sama dengan caput brevis m.

biceps brachii. Otot ini berinsertio pada fascies medialis humeri. Otot ini melakukan anteversi lengan atas

dan juga mempertahankan caput humeri pada lekuk sendi, dipersarafi oleh n. Musculocutaneus C6-C7.

M. pectoralis minor adalah otot bahu yang tidak berinsertio pada tulang tulang anggota badan

atas, yang berfungsi menurunkan dan rotasi scapula. Dipersarafi oleh n. Pectoralis medialis C6-C8.

M. pectoralis major merupakan otot yang kuat berfungsi sebagai adduksi dan diperasrafi oleh n.

Pectoralis lateralis dan medialis C5-Th1.

Tendon biceps caput longum yang melintang sendi bahu dan dibungkus oleh selubung synovial

yang terbentang sepanjang sulcus intertubercularis humeri.

Page 4: Tendinitis

2. DefinisiTendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum merupakan kondisi yang disebabkan

oleh trauma yang berulang meskipun ringan dan dalam waktu relatif lama, proses degenerasi akan

mempercepat terjadinya injury. Pasien biasanya mengeluh nyeri dan gerak terbatas saat melakukan abduksi

dan fleksi shoulder.

3. Gambaran Klinisa. Tendinitis Supraspinatus

- Adanya nyeri tekan

- Nyeri menjalar dari acromion sampai insertio deltoid

- Painful arc saat melakukan gerak abduksi 600-1200 , yang merupakan gambaran klasik bahwa adanya inflamasi

tendon yang tertekan antara acromion dan humerus

- Gerak shoulder atau arm full (tapi ada painful arc)

- Resisted abduksi pada out range kadang nyeri

b. Tendinitis Biceps Caput Longum

- Nyeri pada bagian depan caput humeri

- Fleksi lengan secara aktif maupun pasif dapat memprovokasi nyeri

4. PatologiTendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum dapat terjadi karena kecelakaan

(contoh jatuh pada sisi bahu), latihan yang berlebihan (contoh aerobic) atau minor stresses oleh trauma

yang berulang meskipun ringan tapi dalam waktu relatif lama.

Tendinitis supraspinatus disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang

berulang dan berkepanjangan oleh tendon biceps dalam melakukan gerakan fleksi lengan.Tendon otot

supraspinatus dan tendon otot biceps betumpang tindih dalam melewati terowongan yang dibentuk oleh

Page 5: Tendinitis

caput humeri yang dibungkus oleh capsul sendi sebagai lantainya dan ligamen coracoacromial serta

acromion sebagai atapnya.

Cidera teringan adalah jenis gesekan yang dapat menyebabkan reaksi radang lokal atau tendinitis.

Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tetapi bila disertai impingiment yang lebih lama dan terutama pada

orang tua dapat terjadi robekan kecil dan ini dapat diikuti dengan pembentukan jaringan parut, metaplasia

fibrokartilageinous atau pengapuran tendon. Tendon biceps caput longum yang terletak bersebelahan

dengan supraspinatus juga dapat terlibat dansering robek

Pada pemeriksaan X-ray sering ditemui pengapuran, penyebabnya tidak diketahui tetapi

diperkirakan bahwa iskemik lokal mengakibatkan metaplasia fibrokartilageinous dan peluruhan kristal aktif

oleh chondrosit.

A. Asuhan fisioterapi pada Penderita Tendinitis Supraspinatus

dan Tendinitis Biceps Caput Longum Untuk menentukan problem pada penderita Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput

longum terlebih dahulu kita harus melakukan pemeriksaan yang tercantum dalam asuhan fisioterapi yang

terdiri atas

1. Assesment

a. Anamnesa

Anamnesa adalah metode pengumpulan data dengan wawancara baik langsung pada pasien maupun pada

keluarga pasien. Anamnesa umum mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit, serta

tindakan medis yang pernah dilakukan sedangkan anamnesis khusus yaitu mengenai jenis, ketepatan waktu

dan durasi nyeri; lokasi dan distribusi nyeri; provokasi sikap posisi dan gerak yang menimbulkan nyeri. Pada

penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum biasanya pasien mengeluh nyeri saat

melakukan gerakan dan ketika melakukan aktivitas fungsional seperti mengancingkan dan membuka BRA.

b. Pemeriksaan

1) Pemeriksaan Umum

Dilakukan untuk melihat keadaan umum pasien seperti tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu.

2) Pemeriksaan Khusus

a). Inspeksi

Meliputi pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan gerak dan fungsinya. Inspeksi dimulai

saat pertama pasien masuk ruangan.

b). Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan menggunakan tangan dan membedakan antara

kedua anggota gerak yang kanan dan kiri. Dilakukan untuk mengetahui temperatur, oedem, spasme, dan

lain sebagainya.

c). Pemeriksaan fungsi gerak dasar

Dalam hal ini meliputi fungsi gerak aktif dan gerak pasif. Pada pasien tendinitis supraspinatus dan tendinitis

biceps caput longum umumnya ditemukan adanya rasa nyeri dan keterbatasan gerak

d). ROM

Diperiksa seberapa jauh keterbatasan anggota gerak yang dicapai. Pemeriksaan ROM dilakukan dengan

menggunakan goniometer.

2. Problem Fisioterapi

Page 6: Tendinitis

Asuhan pelayanan fisioterapi yang diberikan pada penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps

caput longum dilakukan secara bertahap sesuai dengan problem yang ditemukan pada saat dilakukan

assessment.

- Adanya rasa nyeri

- Keterbatasan gerak abduksi dan fleksi shoulder

- Spasme otot upper trapezius dan rotator cuff.

- Gangguan aktivitas fungsional.

3. Diagnosa Fisioterapi

Diagnosa fisioterapi ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi yang menyatakan hasil dari proses pemikiran

klinis yang dapat menunjukkan adanya disfungsi gerak dan dapat mencakup gangguan/ kelemahan, limitasi

fungsi, ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas fungsional sehari hari, sindroma

4. Perencanaan

Harus ditentukan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai, yang mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan

jangka panjang. Adapun penentuan tujuan dilakukan berdasarkan problematic fisioterapi yang ditemukan

dalam proses assessment.

Perencanaan jangka pendek penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum meliputi

pengurangan rasa nyeri, spasme dan menambah ROM. Perencanaan jangka panjang yaitu untuk

mengembalikan aktifitas fungsional pasien.

5. Intervensi Fisioterapi

Intervensi diimplementasikan dan dimodifikasikan untuk mencapai tujuan yang disepakati dan dapat

termsauk penanganan secara manual, peningkatan gerakkan, peralatan mekanis, pelatihan fungsional,

penentuan bantuan dan peralatan Bantu.

Adapun berbagai intervensi fisioterapi yang dapat dilakukan pada penderita tendinitis supraspinatus dan

tendinitis biceps caput longum

a. MWD (Microwave Diathermy)

Adalah suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang mikrodlm bentuk radiasi elektromagnetik

yang akan di konversi dalam bentuk panas, dengan frekuansi 2456 MHz dan 915 MHz, dengan panjang

gelombang 12,25.

Kontra indikasi

- Adanya logam TBC, DM

- Alat elektromagnetik Gangguan sensibilitas

- Gangguan pembuluh darah Kemahilan

- Pakaian nylon CA

- Jaringan yang banyak cairan Saat menstruasi

- Gangguan sensibilitas

Indikasi

- Selektif pemanasan otot

- Jaringan kolagen, spasme otot, nodus myofibrositik

- Efektif untuk sendi IP, MCP dan pergelangan tangan

- Kelaian tulang, sendi, otot (RA, OA, spasme)

- Kelainan saraf perifer

Tujuan

- Relaksasi otot

Page 7: Tendinitis

- Melancarkan sirkulasi darah

- Perbaikan sistem metabolisme

- Mengurangi proses kontraktur jaringan

- Perbaikan konduktifitas jaringan syaraf

b. TENS (Transelectrical Nerve Stimulation)

TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk mengurangi nyeri dengan merangsang system

saraf melalui permukaan kulit dan terbukti secara efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri karena

mampu menstimulasi baik syaraf berdiameter kecil yaitu A gamma dan tipe C mapun berdiameter besar

yaitu A alpha dan A betha. Aktifnya syaraf berdiameter besar ini akan mempermudah interneuron pada

substansia gelatinosa untuk menghalangi input syaraf yang berdiameter kecil ke sel-sel transmisi melalui

inhibisi pre-sinaps, sehingga nyeri dihambat oleh stimulasi elektrik dengan menutup gerbang bagi input

nyeri.

c. US (Ultrasound)

Pengertian

Adalah terapi dengan menggunakan gelombang suara tinggi dengan frekuensi > 20.000 Hz.

Indikasi

- kondisi/ penyakit pada otot (spasme), tulang, sendi

- oedema

- RA

- Gangguan neurologis, : neuropati, HNP

- Jaringan parut

- Kontraindikasi

- Adanya gangguan sensibilitas

- Adanya protese

- Post laminektomi

Tujuan

- Meningkatkan sirkulasi darah

- Relaksasi otot

- Pengurangan rasa nyeri

- Peningkatan kemampuan regenerasi jaringan.

d. Massage dan friction

Massage adalah upaya pengobatan dengan menggunakan manipulasi tangan atau alat (vibrator).

Indikasi

- Kondisi sehabis trauma atau segabis operasi sub akut dan kronik pada sistem muskuloskeletal.

Page 8: Tendinitis

- Kondisi kekakuan sendi serta pengerasan, ketegangan, perlengketan dan pemendekan jariangan otot dan

jaringan lunak yang lain.

- Kondisi keluhan nyeri, penekanan atau penyempitan urat saraf

- Kondisi kurang lancarnya peredaran darah dan limfe

Kontraindikasi

- Kondisi peradangan akut, trauma dan sehabis operasi yang masih baru

- Kulit yang terkuak

- Kondisi cidera sistem muskuloskeletal (fractur, ruptur) belum direposisi dn pulih secara baik dan kuat.

- Penderita panas tinggi

Tujuan

- Meningkatkan arus pengembalian cairan venous dan atau lymphatic

- Memperoleh penurunan tonus atau spasme otot

- Peregangan otot,tendon, ligamen

- Melepaskan perlekatan fibrous

- Merangsang kontraksi otot

Massage dilakukan pada daerah leher dan bahu pasien. Friction dilakukan pada

tendon supraspinatus dengan posisi bahu ekstensi-adduksi-internal rotasi penuh sedangkan

pada tendon biceps caput longum friction dilakukan pada sulcus bicipitalis. Dengan adanya

efek mekanik yang dihasilkan dari transvere friction maka akan merangsang serabut afferen

Aδ dan C yang akan memicu pelepasan sistem analgesik endogen sehingga akan terjadi

modulasi nyeri pada level supraspinal sehingga nyeri akan menurun. Adanya vasodilatasi

akibat aplikasi transvere friction maka akan meningkatkan aliran darah yang mengalami

kerusakan sehingga akan membersihkan area ini dari iritan kimia yang dihasilkan dari proses

radang, menghilangkan jaringan fibrous, melemaskan dan melepaskan perlengketan pada

jaringan lunak sehingga dapat menyebabkan terjadinya sedative efek yang menurunkan

nyeri. Serta vasodilatasi yang terjadi juga akan meningkatkan transportasi endogenous

opiate sehingga dari proses ini akan menghasilkan penurunan nyeri.

Aplikasi transvere friction massage akan membantu menyesuaikan serabut kolagen

ke arah linear dan akan membebaskan serabut afferen Aδ dan C yang terjebak akibat

tekanan jaringan fibrous sehingga nyeri dapat berkurang. Deep transvere frictioncukup efektif

untuk digunakan untuk menghilangkan jaringan ikat dan cross link pada tendon m.

supraspinatus dengan tehnik tekanan kearah melintang dari serabut m. supraspinatus yaitu

lateral-medial, maka akan memprovokasi timbulnya inflamasi baru yang steril.

Karena inflamasi merupakan bagian penting dari healing proses maka dicoba untuk

meningkatkan inflamasi ke tahap dimana proses inflamasi telah sempurna dan dapat

ditingkatkan ketahap selanjutnya dari healing proses, dengan demikian setelah proses

Page 9: Tendinitis

penyembuhan selesai maka hasil yang diharapkan adalah nyeri pada kasus tendinitis

supraspinatus kronik dapat berkurang

d. Joint Mobilization

Osteokinematik adalah gerakan yang terjadi pada tulang. Pada glenohumeral joint mempunyai 3 derajat

kebebasan gerak yaitu fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, internal-eksternal rotasi. Gerak fisiologis dari fleksi

dan ekstensi merupakan gerak osteokinematik rotasi spin dalam bidang sagital dengan ROM fleksi 180 0

ekstensi 600 dengan elastic end feel. Gerak fisiologis abduksi merupakan gerak osteokinematik pendular

abduksi dalam bidang frontal dengan ROM 900 dan elastic end feel. Gerak fisiologis internal rotasi memiliki

gerak osteokinematik rotasi putar dalam bidang transversal dengan ROM 700 dan elastic end feel. Gerak

fisiologis eksternal rotasi memiliki gerak osteokinematik rotasi putar dalam bidang transversal dengan ROM

800 dan elastic end feel.

Arthrokinematiknya adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi, pada glenohumeral joint gerakan

fleksi-ekstensi dan abduksi-adduksi terjadi karena rool slide caput humeri pada fossa glenoidalis. Gerak

arthrokinematik dari fleksi dan ekstensi berupa spin, abduksi berupa caudal translasi, internal rotasi berupa

dorsal translasi dan eksternal rotasi beupa ventral translasi.

Traksi adalah apabila geraka translasi tulang arahnya tegak lurus dan menjauhi bidang terapi serta terjadi

peregangan permukaan sendi yang arahnya lateral serong ventrocranial. Pada saat translasi glenohumeral

kecaudal akan terajdi peregangan permukan sendi sehingga akan meningkatkan lingkup gerak abduksi

f. Contrax rilex and stretching Tiga Dimensi

Contrax rilex and stretching tiga dimensi merupakan kontraksi isometrik dengan resisten pada otot yang

mengalami keterbatasan (antagonis) yang diikuti dengan rileksasi dan gerakan untuk meningkatkan jarak

gerak dengan tujuan untuk menngkatkan passive ROM yang menggunakan prinsip PNF untuk melatih grup

otot dengan prinsip tahanan maksimal, stretch dan patron diagonal

Stretching adalah suatu bentuk terapi yang dilakukan untuk memanjangkan otot yang patologis berupa

pemendekan otot yang menghambat jarak gerakan sendi yang normal. Ada dua jenis bentuk terapi

stretching yang digunakan yaitu passive stretching dan active inhibisi. Namun dalam makalah ini tehnik

yang akan digunakan yaitu passive stretching. Passieve stretching 3 dimensi digunakan bila pasien dalam

keadaan rileks dengan menggunakan kekuatan dari luar dari fisioterapis yang diaplikasikan secara manual

atau dengan menggunakan alat-alat mekanik untuk mengulur jaringan lunak yang mangalami pemendekan.

Indikasi

- Keterbatasan jarak gerak sendi akibat kontraktur, perlekatan dan pembentukan jaringan parut y mengarah

pada pemendekan otot.

- Keterbatasan yang mengarah pada kelainan struktural sgb tindakan pencegahan.

- Kontraktur yang berhubungan dengan aktifitas fungsional sehari-hari.

- Pada kelemahan otot di satu sisi dan ketegangan disisi lain.

Tujuan Contract rilex and stretching 3 dimensi

- Meningkatkan pasif ROM

Page 10: Tendinitis

- Mengurangi nyeri

- Mengulur otot-otot yang memendek

g. Terapi latihan

Latihan isotonik adalah suatu jenis latihan kontraksi pada otot dengan adanya perubahan panjang

otot.

Fungsi latihan isotonik :

- Meningkatkan kekuatan

- Memelihara sistem sirkulasi

- Mengulur jaringan perlengketan sendi

- Merileksasi otot

- Memelihara nitrisi pada sinovial sendi menjadi lebih baik

6. Home Program

Home program yang dapat disarankan pada pasien tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput

longum antara lain

- Menghindari aktivitas yang memperberat keluhan.

- Melakukan latiahn latihan secara mandiri sesuai dengan apa yang diajarkan oleh fisioterapi.

7. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami peningkatan setelah diberikan terapi atau

terapi yang diberikan berguna bagi penyembuhan pasien ataukah harus diubah. Meliputi analisa dan sintesa.

BAB III

LAPORAN KASUS

Page 11: Tendinitis

A. Assesment

1. Anamnesa

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. HY

Usia : 65 tahun

Jenis kelmin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Komplek Timah no.56 Cilandak

Agama : Islam

Diagnosa Medis : Kalsifikasi sela sendi bahu kiri-peritendinitis calcarea kiri

Tanggal Pemeriksaan : 14 Febuari 2006

b. Riwayat Penyakit

1. Keluhan Utama

Sakit pada bahu kiri saat digerakan , pasien tidak mampu melakuan aktivitas fungsional sehari hari seperti

mengkancingkan dan membuka BRA.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak setahun lalu pasien merasakan pegal-pegal dan nyeri pada kedua bahu dengan bahu kanan lebih

ringan daripada bahu kiri namun pada bahu kiri lama kelamaan nyerinya makin hebat.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien hyperaktivitas dalam melakukan aktivitas sehari hari sebagai ibu rumah tangga (seperti memasak

dan mencuci), memiliki kolesterol yang tinggi dan mengidap penyakit bronchitis kronik.

2. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah : 150/90 mmHg

HR : 72 x/menit

RR : 18 x/menit

Page 12: Tendinitis

b. Inspeksi

- Pasien datang secara mandiri

- Tampak kesakitan pada bahu ketika menggerakan lengan ke atas

- Kontur bahu asimetris (bahu kiri lebih tinggi daripada bahu kanan)

- Protaksi bahu

c. Palpasi

- Spasme pada otot upper trapezius dan rotator cuff kanan lebih beat daripada bahu kiri.

- Nyeri tekan pada tendon m. supraspinatus dan tendon m. biceps caput longum serta di muscle belly-nya.

d. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

1. Aktif

- Cervikal ketika melakukan fleksi,ekstensi, lateral fleksi dan rotasi full ROM dan tanpa nyeri

- Shoulder kanan ketika melakukan fleksi, abduksi-elevasi terbatas pada ROM 1600 dan nyeri Adduksi, internal

rotasi dan eksternal rotasi full ROM.

- Shoulder kiri ketika melakukan fleksi, ekstensi dan abduksi-elevasi, adduksi, internal rotasi dan eksternal tidak

full ROM dan sangat nyeri (ROM terlampir).

- Elbow ketika melakukan fleksi dan ekstensi dapat digerakan full ROM dan tidak ada nyeri.

2. Passive

- Cervikal ketika melakukan fleksi,ekstensi, lateral fleksi dan rotasi full ROM dan tanpa nyeri

- Soulder kanan ketika melakukan fleksi, ekstensi, abduksi-elevasi, adduksi, internal rotasi dan eksternal rotasi

full ROM dan nyeri.

- Shoulder kiri ketika melakukan fleksi, abduksi-elevasi, adduksi, ekstensi, internal rotasi dan eksternal rotasi

terbatas dan nyeri (ROM terlampir)

- Elbow ketika melakukan fleksi dan ekstensi dapat digerakan full ROM dan tidak ada nyeri.

e. Tes Daya Tahan Isometrik

1. Adduksi shoulder : - (tidak nyeri)

2. Abduksi shoulder : + (nyeri)

3. Soulder eksternal rotasi : - (tidak nyeri)

4. Soulder internal rotasi : - (tidak nyeri)

5. Fleksi elbow : + (nyeri)

6. Ekstensi elbow : - (tidak nyeri)

Page 13: Tendinitis

f. ROM : hasil terlampir

g. VAS : hasil terlampir

B. Problem Fisioterapi

1. Adanya rasa nyeri

2. Keterbatasan gerak abduksi-elevasi dan fleksi shoulder kiri

3. Spasme otot upper trapezius dan rotator cuff.

4. Gangguan aktivitas fungsional.

C. Diagnosa Fisioterapi

Gangguan gerak fungsional, kinerja otot, mobilitas sendi dan ROM shoulder kiri akibat nyeri karena tendinitis

supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum.

D. Perencanaan

1. Jangka Pendek

- Mengurangi nyeri

- Meningkatkan ROM

- Mengurangi spasme otot upper trapezius dan rotator cuff.

2. Jangka Panjang

Mengembalikan kemampuan fungsional pasien dalam melaksanakan ADL secara maksimal.

E. Intervensi

1. MWD

Diberikan pada daerah bahu dengan dosis

I : 100 watt pada posterior shoulder kiri

50 watt pada anterior shoulder kiri

t : 10 menit

F : sehari sekali kecuali hari minggu

2. TENS

TENS diberikan pada otot upper trapezius, biceps brachii dan di daerah cervikal serta di antero-postero

shoulder kiri.

I : 30 mA

t : 5 menit

F : sehari sekali kecuali hari minggu

3. US

US diberikan pada daerah cervikal dan shoulder dengan dosis

I : 1,2 w/cm²

t : 8 menit

F : sehari sekali kecuali hari minggu

Page 14: Tendinitis

4. Massage dan friction

Massage dilakukan pada daerah leher dan bahu pasien. Friction dilakukan pada tendon supraspinatus

dengan posisi bahu ekstensi-adduksi-internal rotasi penuh sedangkan pada tendon biceps caput longum

friction dilakukan pada sulcus bicipitalis

5. Joint mobilization

Joint mobilization berupa traksi dan translasi pada glenohumeral joint, acromioclavicular joint,

scapulothoracal dan sternoclavicular joint.

6. Contrac rileks and stretching Tiga Dimensi

Contrac rileks and stertching 3 dimensi pada upper trapezius kanan dan kiri posisi pasien tidur telentang,

lalu pasien diinstruksikan untuk menggerakan kepalanya kearah miring kanan dan gerakan tersebut ditahan

oleh fisiterapis selama 6 detik, setelah itu rileksasi dengan diikuti ekspirasi dan stretching dengan

menggerakan kepala ke lateral flexi kiri dan girdle depresi penuh, hal tersebut dilakukan oleh fisioterapis dan

pasien dalam keadaan rileks dalam waktu 6 detik. Gerakan ditujukan untuk otot upper trapezius kanan dan

untuk otot upper trapezius kiri dilakukan sebaliknya.

7. Terapi latihan ( isotonik exercise dengan pola 3 dimensi)

Dilakukan pada kedua bahu dengan menginstruksikan pasien untuk melawan tahanan fisioterapi pada

anterior dan posterior bahu

F. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada tanggal 21 febuari 2006

1. ROM abduksi dan fleksi kedua shoulder bertambah

No Sendi Kanan Kiri Normal

14-02-2006 22-02-2006 14-02-2006 22-02-2006

1. Shoulder S:550-0-1600

F:1600-0-450

S:550-0-1700

F:1700-0-450

S:550-0-1100

F : 950-0-450

S:600-0-1600

F:1600-0-450

S:600-0-1800

F:1800-0-450

2. Elbow S : 00-0-1500 S : 00-0-1500 S : 00-0-1500 S: 00-0-1500 S : 00-0-1500

2. Rasa nyeri berkurang (VAS)

Page 15: Tendinitis

Tidak ada nyeri 5 cm Nyeri tidak tertahankan

Tidak ada nyeri 2,5 cm Nyeri tidak tertahankan

3. Spasme otot upper trapezius dan rotator cuff berkurang.

---------------------.---------------------------------------------

-----.------------------------------------------------------------