tenaga kerja, kesempatan kerja - … · web viewtenaga kerja, kesempatan kerja dan transmigrasi a....

104
TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI

Upload: nguyenthuy

Post on 09-May-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJADAN TRANSMIGRASI

Page 2: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan
Page 3: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

BAB XIII

TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI

A. TENAGA KERJA

1. Pendahuluan

Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan Indonesia dalam PJPT I adalah perluasan kesempatan kerja. Memang pertumbuhan penduduk telah mulai menurun selama periode tersebut. Tetapi pertumbuhan angkatan kerja akan menurun hanyalah setelah selang 10-15 tahun. Sementara itu pertumbuhan angkatan kerja terns meningkat. Menurut Sensus Penduduk 1980 angkatan kerja meningkat rata-rata dengan 2,7% per tahun. Sensus Penduduk 1990 menunjukkan pertumbuhan angkatan kerja sebesar 3,0% per tahun. Selama dekade 1971-1980 jumlah angkatan kerja baru yang membutuhkan kesempatan kerja mendekati 11,2 juta orang. Dalam dekade 1980-1990 jumlah ini meningkat hampir dua kali menjadi 21,5 juta. Selama periode PJPT I jumlah angkatan kerja baru yang membutuhkan kesempatan kerja adalah 32,7 juta orang.

Dalam menghadapi tantangan tersebut Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1988 menyatakan, bahwa pembangunan ketenagakerjaan

XII/3

Page 4: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

merupakan upaya yang sifatnya menyeluruh di semua sektor dan daerah dan ditujukan pada perluasan lapangan kerja dan pemerataan kesempatan kerja, peningkatan mutu dan kemampuan serta perlindungan tenaga kerja. Pembinaan hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha perlu terus diarahkan pada terciptanya kerja sama yang serasi yang dijiwai oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pembangunan yang berlangsung sejak Repelita I sampai sekarang telah berhasil menciptakan lapangan kerja dalam jumlah yang memadai dengan mutu yang semakin meningkat. Jumlah lapangan kerja baru yang tercipta hampir mendekati dengan jumlah tambahan angkatan kerja baru. Hal ini terlihat dengan relatif rendahnya pengangguran terbuka yang pada tahun 1990 adalah 3,2% dari angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu masih tetap belum mengalami perubahan yang berarti. Namun dimensi-dimensi mutu lainnya dari angkatan kerja berubah secara positif. Pada tahun 1971 sekitar 64,2% angkatan kerja bekerja di sektor pertanian dan pada tahun 1990 persentase tersebut menurun hingga menjadi sekitar 49,9% (Tabel XII-1). Tingkat pendidikan angkatan kerja juga telah mengalami kemajuan yang berarti. Pada tahun 1971 hanya sekitar 28,8% dari angkatan kerja yang bekerja berpendidikan SD dan SD ke atas. Pada tahun 1990 persentase ini telah meningkat menjadi hampir dua kali lipat, yaitu sekitar 54,4%. Angkatan kerja yang bekerja sebagai pekerja keluarga pada tahun 1971 berjumlah sekitar 27,8%, dan pada tahun 1990 menurun menjadi sekitar 19,9%. Angkatan kerja wanita yang bekerja cenderung meningkat; pada tahun 1971 sebesar 29,4% dan pada tahun 1990 meningkat menjadi 35,6%. Angkatan kerja yang bekerja di daerah pedesaan pada tahun 1971 sebesar 85,9%, dan pada tahun 1990 menurun menjadi sebesar 73,1%. Sedangkan angkatan kerja yang bekerja di daerah perkotaan yang pada tahun 1971 sebesar 14,1%, pada tahun 1990 meningkat menjadi 26,9%. Demikian juga perimbangan antar daerah angkatan kerja yang bekerja, khususnya antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Pada tahun 1980 sekitar 63,0% angkatan kerja yang bekerja berada di Pulau Jawa. Pada tahun 1990 persentase tersebut menurun hingga menjadi sekitar 57,1%. Perubahan ini telah meningkatkan produktivitas tenaga kerja Indonesia, sehingga sumbangannya terhadap pembangunan menjadi lebih besar dan lebih bermutu.

Secara singkat dapatlah dikemukakan bahwa berbagai dimensi angkatan kerja Indonesia telah meningkat mutunya secara berart i .

XII/4

Page 5: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 1PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, 1971 - 1990

XII/5

Page 6: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Peningkatan ini telah meningkatkan pula kemampuan mereka menghasilkan produksi barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia. Diukur dengan harga konstan tahun 1983, kemampuan menghasilkan per tenaga kerja yang bekerja meningkat dari Rp 987 ribu ,pada tahun 1971 menjadi Rp 1.296 ribu pada tahun 1980 dan Rp 1.608 ribu pada tahun 1990. Dalam dua dasawarsa PJPT I, produktivitas rata-rata per tenaga kerja meningkat dengan sekitar 63,0%.

Selain dari itu perlu dikemukakan bahwa mutu produksi barang dan jasa yang dihasilkan juga meningkat. Hal ini disebabkan bukan saja pendidikan dan keterampilan angkatan kerja yang bekerja telah meningkat tetapi muatan ilmu dan teknologi daripada produksi barang dan jasa juga telah bertambah. Hal ini sejalan pula dengan semakin bergesernya struktur lapangan kerja dan nilai tambah dari sektor agraris-tradisional ke sektor agraris-modern dan sektor-sektor modern lainnya.

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

Kemampuan sistem ekonomi Indonesia menciptakan lapangan kerja bare dalam jumlah sekitar 34 juta selama PJPT I dengan mutu yang meningkat dan dengan daya mampu per orang yang meningkat pula adalah hasil dari kebijaksanaan dan langkah-langkah yang menyeluruh yang telah ditempuh di bidang ketenagakerjaan sejak Repelita I sampai dengan Repe - lita V. Langkah-langkah kebijaksanaan yang menyeluruh ini terdiri dari kebijaksanaan umum, kebijaksanaan sektoral dan kebijaksanaan regional, dan kebijaksanaan khusus. Berbagai jenis langkah kebijaksanaan ini ditujukan agar melalui pertumbuhan ekonomi dapat diciptakan jumlah dan mutu lapangan kerja sebagaimana yang diharapkan.

Sasaran kebijaksanaan umum perluasan lapangan kerja ialah menciptakan kondisi dan suasana yang memberi ruang gerak sebesar-besarnya bagi para pelaku ekonomi untuk berkarya. Dalam kaitan ini maka deregulasi dan debirokratisasi dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi yang ditempuh sejak 1 Juni 1983 antara lain merupakan upaya untuk menciptakan, mengembangkan, dan membina sistem ekonomi yang memberi ruang gerak seluas-luasnya sekaligus efisien dan efektif dalam menunjang pembangunan jangka panjang. Deregulasi di bidang keuangan dan perbankan telah merangsang tumbuhnya dan berkembangnya lembaga-lembaga keuangan yang telah memegang peran penting bagi

XII/6

Page 7: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

penciptaan lapangan kerja baru. Debirokratisasi di bidang investasi juga telah mendorong penanaman modal yang meningkat baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Kegiatan investasi yang meningkat selama PJPT I ini ditunjang oleh stabilitas dinamis yang dapat dipertahankan baik di bidang ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan-keamanan. Stabilitas yang dinamis ini telah memperkecil berbagai risiko kegagalan yang dihadapi dan sekaligus meningkatkan kepastian usaha.

Langkah-langkah yang bersifat sektoral diarahkan agar per-kembangan di berbagai sektor sejauh mungkin berorientasi kepada perluasan lapangan kerja yang mendorong pergeseran struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Kebijaksanaan sektoral yang ditempuh diarahkan agar pola produksi dan teknologi yang dipilih sesuai dengan tuntutan efisiensi dan produktivitas yang tinggi sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar.

Dalam rangka kebijaksanaan regional pelaksanaan pembangunan daerah diarahkan untuk dapat semakin memanfaatkan potensi yang terdapat di masing-masing daerah, dan mendorong pengembangan jumlah dan mutu sumber daya manusia setempat. Kebijaksanaan Program Transmigrasi dan Program Inpres bertujuan antara lain memperluas lapangan kerja produktif di daerah.

Langkah-langkah kebijaksanaan yang bersifat khusus diarahkan untuk meningkatkan lapangan kerja bagi kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, seperti tenaga kerja usia muda, wanita, petani miskin dan sebagainya, melalui kegiatan-kegiatan bantuan pembangunan, padat karya, reboisasi, penghijauan dan lain-lain. Kebijaksanaan khusus ini juga diarahkan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme kelompok angkatan kerja usia muda pedesaan yang akan memasuki pasar kerja dan untuk meningkatkan produktivitas kelompok angkatan kerja yang sudah bekerja.

Pelaksanaan berbagai langkah kebijaksanaan yang telah ditempuh selama ini dilaporkan dalam berbagai bab dalam lampiran pidato ini. Dalam bab ini dikemukakan langkah-langkah kebijaksanaan khusus yang ditempuh sejak Repelita I sampai dengan tahun keempat Repelita V yaitu yang mencakup kegiatan-kegiatan penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja,

XII/7

Page 8: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

pelatihan keterampilan tenaga kerja, serta hubungan dan perlindungan tenaga kerja.

a. Penyebaran dan Pendayagunaan Tenaga Kerja

Program penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja merupakan salah satu usaha perluasan lapangan kerja produktif dan usaha pemanfaatan potensi tenaga kerja. Dalam hubungan ini maka dilaksanakan berbagai kegiatan yang memanfaatkan potensi tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur. Adapun berbagai kegiatan ini mencakup kegiatan pendayagunaan tenaga kerja melalui bantuan pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Kabupaten/Dati II), reboisasi dan penghijauan, kegiatan program padat karya gaya baru, pendayagunaan tenaga kerja terdidik, pembatasan penggunaan tenaga kerja asing, pengembangan informasi ketenagakerjaan, dan penyaluran tenaga kerja melalui mekanisme antar kerja.

(1) Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat Dua

Sejak Repelita I sampai dengan Repelita V, Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Dati II) diarahkan antara lain untuk mendorong perluasan lapangan kerja produktif. Program ini ditujukan untuk membangun fasilitas umum yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan masing-masing daerah. Kegiatan yang dilakukan antara lain membangun pasar, terminal, jalan, saluran pengairan dan jembatan dengan memanfaatkan tenaga kerja dan bahan yang ada di sekitar proyek. Dalam Repelita V, Program Inpres Dati II juga diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan aparat pemerintah daerah yang bertugas di sektor kesehatan dan pendidikan.

Lapangan kerja yang dapat diciptakan oleh Program Inpres Dati II sejak dari tahun terakhir Repelita I (1973/74), sampai dengan Repelita III. (1983/84), terlihat cukup besar walaupun sedikit menurun pada akhir Repelita III (Tabel XII-2). Penurunan ini antara lain disebabkan meningkatnya upah kerja, dan bertambahnya peralatan yang dibutuhkan. Kemudian d alam Repelita IV, lapangan kerja yang tercipta melalui Program Inpres Dati II mencapai 2.685.688 selama seratus hari kerja, di mana pada tahun 1987/88 dan 1988/89 lapangan kerja yang diciptakan tercatat masing-masing sebanyak 520.014 dan 536.198. Selama lima tahun sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun keempat Repelita V, Program Inpres

XII/8

Page 9: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 2JUMLAH LAPANGAN KERJA YANG DAPAT DICIPTAKAN

DALAM PROGRAM INPRES KABUPATEN/KOTAMADYA 1)1968 – 1992/93

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelitayang lainnya adalah angka tahunan

2) Angka sampai dengan bulan Nopember 1992

XII/9

Page 10: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Dati II secara keseluruhan selain telah membangun/merehabilitasi fasilitas umum, juga telah menciptakan lapangan kerja sebanyak 2.480.537 dalam seratus hari kerja.

(2) Reboisasi dan Penghijauan

Program reboisasi dan penghijauan yang diarahkan untuk konservasi lahan agar dapat mengendalikan banjir dan erosi di musim penghujan, serta kekeringan di musim kemarau sekaligus juga merupakan upaya perluasan lapangan kerja bagi masyarakat setempat yang pada umumnya berketerampilan rendah, serta menanggulangi kemiskinan. Perkembangan lapangan kerja yang dapat diciptakan sejak tahun terakhir Repelita I (1973/74) sampai pada tahun terakhir Repelita III (1983/84) melalui program ini cenderung meningkat (Tabel XII-3). Selama Repelita IV, sebanyak 92.913 lapangan kerja yang dapat diciptakan, di antaranya sebanyak 6.612 dalam tahun 1987/88. Kemudian selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V, lapangan kerja yang dapat diciptakan melalui program reboisasi dan penghijauan tiap tahunnya cenderung terus meningkat dan secara keseluruhan telah mencapai 64.354 dalam seratus hari kerja.

(3) Padat Karya Gaya Baru

Sejalan dengan usaha pendayagunaan dan pemanfaatan potensi tenaga kerja ke arah kegiatan produktif, khususnya di daerah-daerah yang relatif tertinggal, padat penduduk, rawan bencana alam, dan pendapatan rendah, maka sejak tahun 1968 dilaksanakan kegiatan Proyek Padat Karya, yang kemudian dalam Repelita II dikenal sebagai Proyek Padat Karya Gaya Baru (PKGB). Perubahan nama proyek tersebut berkaitan dengan perubahan pemberian imbalan yang semula berbentuk bahan makanan (bulgur), menjadi uang sebagai uang perangsang kerja. Proyek PKGB ini sampai dengan Repelita IV termasuk dalam Program Pembangunan Desa, dan dalam Repelita V diintegrasikan dalam Program Penyebaran dan Pendayagunaan Tenaga Kerja.

Pada prinsipnya proyek dalam kedua program tersebut bertujuan untuk memanfaatkan secara produktif tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur dengan membangun/rehabilitasi kebutuhan masyarakat setempat seperti prasarana jalan dan pengairan. Kegiatan proyek dilaksanakan pada

XII/10

Page 11: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 3JUMLAH LAPANGAN KERJA YANG DAPAT DICIPTAKAN

DALAM PROGRAM REBOISASI DAN PENGHIJAUAN, 1)1968 – 1992/93

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelitayang lainnya adalah angka tahunan

2) Angka sampai dengan bulan Nopember 1992

XII/11

Page 12: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

waktu sepi kerja, dengan pemberian imbalan jasa berupa uang perangsang kerja, yang jumlahnya sedikit lebih rendah daripada upah minimum yang berlaku setempat.

Pada Tabel XII-4 terlihat bahwa jumlah pendayagunaan tenaga kerja dan lokasi pelaksanaan kegiatan proyek sejak -tahun 1968 sampai dengan tahun terakhir Repelita III (1983/84) meningkat cukup pesat. Kemudian dalam Repelita IV, jumlah pendayagunaan tenaga kerja mencapai 981.070 orang di 4.663 lokasi, yang di antaranya 33.363 orang di 191 lokasi dalam tahun 1987/88 dan 94.956 orang di 668 lokasi dalam tahun 1988/89. Selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V jumlahnya terus bertambah yaitu sebanyak 1.188.931 orang di 4.293 lokasi di berbagai kecamatan.

Hasil-hasil fisik yang dicapai proyek sejak tahun 1968 sampai dengan tahun terakhir Repelita III (1983/84) yang berupa perbaikan/pembuatan jalan desa dan saluran pengairan tersier volumenya juga terus meningkat. Selanjutnya hasil fisik yang dicapai selama Repelita IV, antara lain perbaikan/pembuatan jalan sepanjang 14.785,8 km dan perbaikan saluran pengairan sepanjang 6.602 km. Selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V pada umumnya hasil yang dicapai terus meningkat di mana perbaikan/pembangunan jalan mencapai sepanjang 8.531,7 km dan perbaikan saluran pengairan sepanjang 3.492,6 km (Tabel XII-5).

(4) Tenaga Kerja Sukarela

Selama Repelita I sampai dengan Repelita IV kegiatan penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja sukarela diarahkan untuk pembinaan dan penugasan bagi para pemuda, khususnya sarjana, sebagai pelopor pembaharuan pembangunan di pedesaan. Tugas pokoknya meliputi bidang-bidang perbaikan administrasi desa, kesehatan, gizi, keluarga berencana, produksi, transmigrasi, koperasi, industri, dan membantu memelihara kelestarian sumber alam. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui Proyek Pengerahan Tenaga Kerja Sukarela yang kebijaksanaannya diarahkan oleh Badan Urusan Tenaga Sukarela Indonesia (BUTSI). Keanggotaan badan tersebut terdiri dari unsur-unsur berbagai departemen.

Dalam Repelita V kegiatan penyebaran tenaga kerja sukarela diarahkan pada pembinaan untuk usaha mandiri , agar tumbuh dan

XII/12

Page 13: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII — 4

JUMLAH LOKASI DAN PENGERAHAN TENAGA KERJADALAM RANGKA PROYEK PADAT KARYA GAYA BARU 1)

1968 — 1992/93

Akhir Akhir Akhir Akhir Repelita VLokasi 1968 Repelita I Repelita I I Repelita III 1987/88 Rapelita IV 2)

(1973/74) (1978/79) (1983/84) (1988/89) 1989/90 1990/91 1991/92 1992193

Jumlah Lokasi 6 63 480 1.084 191 668 329 640 1.195 1.461

Pengerahan Tenaga Kerja(orang)

5.774 73.000 161.713 246.638 33.363 94.956 123.848 167.004 535.141 267.982

1) Angka tahunan

2) Angka sampai dengan bulan Desember 1992

XII/13

Page 14: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 5HASIL PELAKSANAAN FISIK PROYEK PADAT KARYA GAYA BARU 1)

1968 – 1992/93

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelitayang lainnya adalah angka tahunan

2) Angka sampai dengan bulan Nopember 1992

XII/14

Page 15: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 7PENGERAHAN TENAGA KERJA SUKARELA 1)

1968 – 1992/93

- Tahun 1968 – 1987/88 : Pola Pengerahan Tenaga Kerja Sukarela PembaharuanPembangunan (TKS BUTSI)

- Tahun 1989/90 – 1992/93 : Pengerahan Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST)1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita

yang lainnya adalah angka tahunan2) Angka sampai dengan bulan Nopember 1992

XII/15

Page 16: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

berkembang sebagai kader-kader wiraswasta. Pelaksanaannya dilakukan melalui Proyek Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST). Mereka (TKST) dilatih dalam berbagai keterampilan dan kewiraswastaan, baik pada waktu pra tugas, maupun menjelang puma tugas. Para TKST ditugaskan di pedesaan selama 2 tahun dan bertindak sebagai motivator dan konsultan manajemen koperasi/KUD, pemandu wirausaha dan motivator di Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), sebagai tenaga penyuluh dan tenaga teknis di sektor-sektor pembangunan yang membutuhkan seperti penyuluh hukum, penyuluh dan motivator keluarga berencana, motivator pengembangan kebun bibit desa, dan konsultan di industri-industri kecil. Setelah puma tugas para TKST diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan orang lain, seperti tetap menjadi manajer KUD di mana mereka ditempatkan.

Perkembangan jumlah TKS-BUTSI dan TKST yang telah bertugas sejak Repelita I sampai dengan Repelita III (1983/84) meningkat terus dengan pesat, namun kemudian sedikit berkurang pada Repelita IV (Tabel XII-6). Hal ini disebabkan pada tahun 1987/88 (Repelita IV) telah dirumuskan kebijaksanaan baru, sehingga pada tahun tersebut tidak ada penempatan TKS-BUTSI baru dan hanya meneruskan penugasan TKS-BUTSI yang berada di lapangan. Kebijaksanaan baru tersebut menekankan pada usaha pembinaan dan pemantapan para TKS-BUTSI yang purna tugas agar dapat memulai usaha mandiri. Pada tahun 1988/89 sebagai rintisan Bimbingan Kerja Tenaga Kerja Terdidik (BKTKT), jumlah TKST yang disebarkan dibatasi hanya 280 orang di 14 propinsi. Berdasarkan penyempurnaan pola rintisan tersebut, sejak tahun 1989/90 jumlah TKST yang ditempatkan tersebar di 27 propinsi, dan selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V jumlahnya terus meningkat yaitu mencapai 8.049 orang. Hasil evaluasi sampai dengan bulan Maret 1992 menunjukkan bahwa dari 1.171 orang TKST tahun 1989/90 (TKST Angkatan I) yang telah selesai tugas pada tahun 1991/92, sebanyak 215 orang (18%) berhasil menjadi manajer KUD, dan 54 orang (5%) menjadi pengurus KUD; sedangkan dari sisanya ada yang berusaha merintis untuk berwiraswasta.

(5) Informasi Ketenagakerjaan dan Penyaluran Melalui Mekanisme Antar Kerja

Peranan informasi tenaga kerja sangat penting dalam memper-

XII/16

Page 17: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

temukan pencari kerja dan kesempatan kerja. Sejak Repelita I sampai dengan Repelita V sistem informasi tenaga kerja terus disempurnakan, dengan mengelompokkan tenaga kerja menurut lapangan usaha, jabatan dan tingkat pendidikan. Informasi tersebut dimanfaatkan sebagai masukan untuk memperkirakan jumlah dan kebutuhan pelatihan kejuruan serta bahan bimbingan atau penyuluhan jabatan. Selain itu informasi tersebut juga dimanfaatkan untuk menunjang penyaluran tenaga kerja melalui mekanisme antar kerja antar lokal (AKL), antar kerja antar daerah (AKAD), dan antar kerja antar negara (AKAN).

Perkembangan jumlah pencari kerja yang terdaftar, permintaan tenaga kerja, penempatan tenaga kerja dan jumlah penghapusan sejak Repelita I sampai dengan tahun keempat Repelita V (1992/93) terus meningkat (Tabel XII-7).

Kegiatan penyaluran antar kerja dalam pelaksanaannya selalu didahului dengan pemberian dan peningkatan keterampilan serta penyuluhan mengenai disiplin kerja di Balai Latihan Kerja (BLK). Pengkaitan penyaluran dengan pelatihan tersebut dilaksanakan agar pencari kerja dapat memenuhi persyaratan jabatan sesuai dengan permintaan atau lowongan kerja yang tersedia.

Pada Tabel XII-8 terlihat jumlah tenaga kerja yang disalurkan melalui mekanisme AKL, AKAD dan AKAN dari Repelita I sampai dengan tahun keempat Repelita V (1992/93). Sejak tahun 1988/89 kebijaksanaan penyaluran tenaga kerja ke luar negeri lebih diutamakan ke sektor formal, dengan mengurangi pengiriman tenaga kerja ke sektor informal terutama ke negara-negara Timur Tengah. Tenaga kerja yang disalurkan melalui mekanisme AKAN, selama lima tahun terakhir berjumlah 737.773 orang, dan 205.313 orang (27,83%) di antaranya disalurkan ke sektor formal. Penyaluran TKI ke sektor formal tersebar ke berbagai sektor kegiatan, seperti perkebunan, angkutan, listrik dan elektronika, pelayanan kesehatan, perhotelan, industri pengolahan, perminyakan dan pertambangan. Sebagian besar tenaga kerja tersebut dimanfaatkan tidak hanya untuk mengisi kesempatan kerja di Timur Tengah, tetapi juga ke Malaysia, Brunei, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, dan beberapa negara di Eropa. Penyaluran tenaga kerja ke luar negeri juga bermanfaat untuk menambah pengalaman kerja bagi tenaga kerja yang bersangkutan. Selain itu juga mengurangi pengangguran dan mendatangkan devisa bagi negara.

XII/17

Page 18: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 7JUMLAH PENDAFTARAN, PERMINTAAN DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA

MELALUI DEPARTEMEN TENAGA KERJA 1)1968 – 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka sampai dengan bulan September 19923) Sisa pendaftaran = Pendaftaran – (Penempatan + Penghapusan)

XII/18

Page 19: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 8JUMLAH TENAGA KERJA YANG DISALURKAN DALAM

RANGKA AKAD, AKAN DAN AKL 1)1968 – 1992/93

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelitayang lainnya adalah angka tahunan

2) Angka diperbaiki3) Angka sampai dengan bulan Desember 1992

XII/19

Page 20: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Penyaluran tenaga kerja melalui mekanisme AKAD dan AKL yang dilaksanakan dalam rangka mengatasi kekurangan tenaga kerja di suatu daerah sejak akhir Repelita I (1973/74) sampai dengan akhir Repelita III (1983/84) jumlahnya meningkat. Perkembangan selama Repelita IV jumlah penyaluran tenaga kerja melalui AKAD dan AKL mencapai 594.666 orang, yaitu di antaranya sebanyak 148.594 orang dalam tahun 1987/88 dan 136.681 orang dalam tahun 1988/89. Selanjutnya jumlah penyaluran selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V, terus meningkat bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pertambahan itu disebabkan oleh dikembangkannya kegiatan pendayagunaan tenaga kerja lokal dalam program penanganan lahan kritis terpadu di daerah pedesaan sejak tahun ketiga Repelita V yang dikaitkan dengan kegiatan reboisasi dan penghijauan. Selain itu juga dilaksanakan penyaluran tenaga kerja muda lulusan sekolah pertanian sebagai motivator ke daerah PIR transmigrasi.

(6) Penggunaan Tenaga Asing

Pembatasan penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang telah diatur pelaksanaannya dalam Keppres No. 23 Tahun 1974. Pembatasan tersebut diklasifikasikan atas tiga kategori jabatan. Pertama, jabatan yang sama sekali tertutup bagi tenaga kerja warga negara asing pendatang, yaitu jabatan yang sudah dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia. Kedua, jabatan yang diizinkan untuk waktu tertentu bagi tenaga kerja warga negara asing pendatang karena belum tersedianya tenaga kerja Indonesia yang memiliki keterampilan/keahlian tertentu. Bilamana tenaga kerja Indonesia telah tersedia, maka jenis jabatan ini akan tertutup bagi tenaga kerja warga negara asing pendatang. Ketiga, jenis jabatan yang terbuka untuk sementara waktu karena jabatan yang bersangkutan membutuhkan kepercayaan pemilik modal, misalnya tenaga manajer keuangan.

Jumlah lapangan usaha, jumlah jenis jabatan yang diizinkan, dan jenis jabatan yang dibatasi terlihat terus meningkat sampai dengan tahun keempat Repelita V (Tabel XII-9 dan Tabel XII-10). Perkembangan yang demikian menunjukkan semakin tersedianya tenaga kerja terampil di Indonesia sampai dengan tahun keempat Repelita V. Selain itu juga memberikan indikasi semakin berkembangnya dunia usaha akan menimbulkan bertambahnya jumlah jabatan-jabatan yang dibatasi dari 717 pada tahun 1973/74 menjadi 4.995 pada tahun 1992/93 (naik 597% sampai dengan tahun keempat Repelita V).

XII/20

Page 21: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 9PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA

WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA 1)1968 – 1992/93

1) Angka kumulatif sejak tahun 1973/742) Angka sampai dengan bulan Nopember 1992

XII/21

Page 22: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 10PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN

TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA, 1)1992/93

1) Angka sampai dengan bulan Nopember 1992

XII/22

Page 23: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

b. Pelatihan dan Keterampilan Tenaga Kerja

Pelatihan kerja merupakan suatu bentuk usaha dalam menjembatani kesenjangan antara keluaran sistem pendidikan dan kebutuhan dunia kerja dengan segala persyaratan ataupun kualifikasinya. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan dilaksanakan pelatihan keterampilan tenaga kerja yang sekaligus menghasilkan peningkatan mutu sumber daya manusia.

Peningkatan mutu tenaga kerja juga telah diupayakan melalui penyempurnaan dan pemantapan Sistem Pelatihan Tenaga Kerja Nasional (SISLATKERNAS). Untuk itu fasilitas pelatihan yang ada dimanfaatkan secara optimal, kualifikasi pelatihan dikembangkan ke tingkat jenjang lanjutan dan spesialis, mutu instruktur pelatihan ditingkatkan melalui penataran dan kursus-kursus tambahan. Profesionalisme tenaga kerja terampil diupayakan dengan menetapkan standardisasi latihan kerja dan standardisasi kualifikasi keterampilan, serta melalui uji keterampilan dan keahlian serta pemberian sertifikasi.

Pelatihan keterampilan lebih diprioritaskan bagi angkatan kerja usia muda, terutama yang belum memiliki pekerjaan, agar mereka secepatnya menjadi tenaga kerja produktif. Pelatihan keterampilan juga diberikan kepada angkatan kerja yang sudah bekerja dalam rangka meningkatkan mutu dan produktivitas pekerja. Selain itu bagi pengusaha-pengusaha kecil diberikan pelatihan manajemen usaha dan efisiensi perusahaan.

(1) Pelatihan Tenaga Kerja dan Produktivitas

Seiring dengan usaha meningkatkan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja, maka peranan Balai Latihan Kerja (BLK) dan Balai Peningkatan Produktivitas Daerah (BPPD) terus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Usaha yang ditempuh sejak awal Repelita I antara lain meliputi rehabilitasi dan perluasan daya tampung yang pada saat itu hanya berjumlah 13 BLK. Dalam Repelita II dilaksanakan pembangunan BLK-BLK baru dan dimasyarakatkan unit latihan keliling (Mobile Training Unit/MTU) untuk memenuhi kebutuhan pelatihan keterampilan di daerah pedesaan. Usaha tersebut dilanjutkan sampai dengan Repelita III dengan pembangunan 120 BLK sebagai pusat latihan di Dati II dan pusat unit latihan keliling (MTU).

XII/23

Page 24: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Sebagai salah satu usaha untuk menyesuaikan persediaan dengan kebutuhan tenaga terampil dan ahli, pada awal Repelita V ditempuh kerja sama antara BLK dan industri swasta pengguna tenaga kerja. Kerja sama tersebut merupakan wujud keterkaitan BLK dengan perusahaan/dunia industri dalam rangka meningkatkan mutu pelatihan yang disesuaikan dengan persyaratan jabatan dan upaya penempatannya. Di samping itu, melalui pelatihan produksi, BLK melatih tenaga kerja terampil untuk memenuhi kebutuhan industri yang semakin berkembang dan sekaligus menghasilkan barang bermutu tinggi yang dapat dipasarkan.

Sebagaimana terlihat pada Tabel XII-11 sejak Repelita I jumlah keseluruhan tenaga kerja yang dilatih di BLK-BLK cenderung meningkat. Perkembangan tenaga kerja secara kumulatif yang dilatih di BLK industri menunjukkan semakin besarnya jumlah yang dilatih, yaitu selama Repelita I sampai dengan Repelita III berturut-turut telah dilatih 27.908 orang, 53.914 orang dan 91.356 orang. Selama Repelita IV jumlah tenaga kerja yang telah dilatih 161.044 orang dan sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun keempat Repelita V meningkat menjadi 221.641 orang. Perkembangan ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan sektor industri dalam perekonomian Indonesia telah meningkatkan permintaan akan tenaga terampil di bidang kejuruan industri dan kenyataan itu juga telah membangkitkan minat tenaga kerja usia muda untuk mengikuti pelatihan di BLK-BLK industri. Bersamaan dengan semakin besarnya jumlah yang dilatih, mutu hasil pelatihan juga terus ditingkatkan melalui penataran instruktur. Selama kurun waktu 1989/90 sampai dengan 1992/93 telah ditatar sebanyak 1.981 orang instruktur BLK.

Dalam rangka memberikan kesempatan pelatihan keterampilan bagi pemuda-pemudi di pedesaan dan daerah-daerah terpencil, maka sejak Repelita I sampai dengan Repelita V terus dilaksanakan pelatihan melalui unit latihan keliling (MTU). Tahun terakhir Repelita I (1973/74), sampai dengan tahun terakhir Repelita III (1983/84) jumlah tenaga kerja yang dilatih melalui unit latihan keliling cenderung meningkat. Selama Repeli- ta IV jumlah yang dilatih 182.206 orang dan di antaranya sebanyak 16.241 orang dalam tahun 1987/88 dan 3.562 orang dalam tahun 1988/89. Selanjutnya selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V telah dilatih sebanyak 100.197 orang melalui unit latihan keliling. Pelatihan yang dilaksanakan mencakup pelatihan keterampilan, manajemen dan kewiraswastaan.

XII/24

Page 25: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 11JUMLAH TENAGA KERJA YANG DILATIH DI BERBAGAI

BALAI LATIHAN KERJA 1)1968/70 – 1992/93

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelitayang lainnya adalah angka tahunan

2) Angka sampai dengan bulan Nopember 1992

XII/25

Page 26: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Sejalan dengan usaha memberikan keterampilan kepada pencari kerja usia muda, digalakkan juga usaha peningkatan produktivitas tenaga kerja. Usaha yang ditempuh selama kurun waktu Repelita I sampai dengan Repe-lita IV masih dititikberatkan pada pelatihan bidang manajemen usaha dan efisiensi perusahaan. Sejak awal Repelita V dilaksanakan pelatihan produktivitas bagi pekerja dan pengusaha kecil dalam berbagai bidang, antara lain: Pelatihan Motivasi Berprestasi [(Achievement Motivation Training (AMT)], Pengendalian Mutu Terpadu [(Total Quality Control (TQC)], Gugus Kendali Mutu [(Quality Control Circle (QCC)], Pelatihan Penyelia (Supervisor Training), Pengukuran Produktivitas dan Manajemen Konsultatif. Pelatihan-pelatihan tersebut diarahkan untuk meningkatkan produktivitas usaha, efisiensi manajemen dan jiwa kewiraswastaan. Para pekerja dan pengusaha kecil yang telah mengikuti pelatihan selama kurun waktu sejak Repelita I sampai dengan Repelita III cenderung meningkat. Kemudian dari tahun keempat Repelita IV sampai dengan tahun keempat Repelita V, jumlah rata-rata peserta setiap tahunnya juga semakin besar.

Sejalan dengan usaha pelatihan produktivitas, usaha lain yang ditempuh antara lain berupa penyuluhan dan panduan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mutu, baik mutu pekerjaan/pelayanan maupun mutu barang/jasa yang dihasilkan.

(2) Pelatihan Swasta

Seiring dengan makin berkembangnya sektor industri, maka lembaga pelatihan swasta sebagai bagian dari sistem pelatihan nasional terus didorong untuk meningkatkan peranannya. Upaya ini dilaksanakan antara lain melalui pemberian pembinaan kepada lembaga pelatihan swasta, baik mengenai kurikulum, fasilitas pelatihan maupun instrukturnya. Sejak tahun 1987 fasilitas pelatihan yang dimiliki pemerintah dapat dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan swasta untuk melatih karyawannya.

Dalam Repelita II pembinaan atas lembaga pelatihan swasta terus dilanjutkan. Pembinaan itu mencakup pembakuan kurikulum dan silabus, pelatihan dan penataran para instruktur serta penyempurnaan sarana pelatihan. Bidang-bidang kursus swasta yang telah berhasil dibakukan meliputi otomotif (diesel), pesawat penerima/radio/televisi dan administrasi perkantoran. Sebagai tindak lanjut usaha pembinaan tersebut, maka dalam Repelita III para pengelola latihan/kursus swasta ditatar dalam metodologi

XII/26

Page 27: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

pelatihan dan teknik administrasi, agar mereka mampu menyusun lembaran kerja (job sheet) yang merupakan unsur penting dalam pelaksanaan pelatihan.

Seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga pelatihan swasta, di pusat dan di 27 propinsi dalam Repelita III dibentuk Dewan Latihan Kerja Nasional/Daerah (DLKN/DLKD) yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah dan swasta. DLKN/DLKD bertugas memberi nasihat kepada pemerintah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelatihan keterampilan. Hasilnya antara lain berupa SISLATKERNAS, Standardisasi Latihan Kerja dan Standardisasi Kualifikasi Keterampilan beberapa jenis kejuruan, seperti otomotif, las, listrik, elektronika, teknologi mekanik dan aneka kejuruan serta Sertifikasi.

Selama Repelita IV peranan lembaga pelatihan swasta dan pelatihan di perusahaan terus berkembang. Pada awal Repelita V telah berhasil disusun standar kurikulum bagi pelatihan swasta serta pedoman uji keterampilan dan sertifikasi. Selain itu, tenaga-tenaga ahli didorong untuk membentuk asosiasi profesi dan pusat-pusat uji keterampilan. Melalui DLKN/DLKD, misalnya, kelompok ahli las, ahli otomotif dan lain-lain di berbagai lembaga pemerintah dan swasta diikutsertakan dalam menumbuhkan, merumuskan, melaksanakan dan mengawasi uji keterampilan kerja.

Usaha pengukuhan dan pengawasan mutu hasil pelatihan dilak-sanakan melalui perluasan dan peningkatan kegiatan akreditasi lembaga penyelenggara pelatihan berdasarkan usul DLKN/DLKD. Pada tahun keempat Repelita V (1992/93) telah diakreditasi sejumlah 2.006 lembaga penyelenggara pelatihan swasta.

c. Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Kebijaksanaan di bidang pembinaan hubungan dan perlindungan tenaga kerja diarahkan untuk lebih memantapkan pembinaan Hubungan Industrial Pancasila, meningkatkan pengawasan atas pelaksanaan norma kerja, norma keselamatan dan kesehatan kerja dan pengaturan pengupahan. Di samping itu kebijaksanaan tersebut juga diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja melalui program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), pengembangan koperasi karyawan dan melalui program-program

XII/27

Page 28: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

produktivitas lainnya. Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan tersebut dilakukan juga pembinaan terhadap lembaga-lembaga ketenagakerjaan, seperti organisasi pekerja dan pengusaha serta kerja sama Tripartit dan Bipartit. Selain itu juga dibina lembaga penyelesaian perselisihan industrial dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Di samping itu bagi perusahaan yang belum memiliki pengurus unit kerja (PUK) didorong agar diadakan peraturan perusahaan yang antara lain mencakup syarat-syarat kerja, seperti upah, lembur, dan sebagainya.

(1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dilakukan kegiatan-kegiatan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Kegiatan-kegiatan di bidang K3 dalam Repelita I ditujukan untuk memberi perlindungan atas tenaga kerja, baik terhadap risiko jabatan maupun terhadap bahaya lingkungan kerja. Dalam rangka perlindungan tersebut dalam Repelita II pengawasan terhadap pelaksanaan norma-norma K3 ditingkatkan, seperti pengawasan terhadap bahaya keracunan, pengaruh radiasi dan penggunaan bahan kimia. Kebijaksanaan dalam Repelita III ditujukan untuk meningkatkan pelaksanaan penegakan hukum di tempat-tempat kerja dan dalam Repelita IV kegiatan ditekankan pada pencegahan terjadinya pelanggaran perundang-undangan. Selanjutnya dalam Repelita V dilakukan pengawasan K3 secara selektif dan penyuluhan K3 di perusahaan-perusahaan.

Sejak tahun 1971 diselenggarakan kursus-kursus penataran dan pelatihan-pelatihan K3, yang diikuti oleh 4.500 operator ketel uap, 430 operator derek, dan 306 ahli K3. Di samping itu diadakan penyuluhan dan penataran bagi para pegawai pengawas, petugas K3, dokter perusahaan dan tenaga kerja lainnya mengenai bahaya potensial seperti bahaya-bahaya bahan kimia. Jumlah yang telah ditatar selama Repelita V adalah 390 orang, serta pelatihan manajemen K3 sebanyak 630 orang yang terdiri dari anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Untuk mendukung. kegiatan-kegiatan tersebut informasi K3 disebarkan ke perusahaan-perusahaan. Selanjutnya secara bertahap di daerah-daerah dibentuk Dewan K3 dan P2K3 di perusahaan-perusahaan, khususnya untuk perusahaan-perusahaan berskala menengah ke bawah. Sampai dengan tahun keempat Repelita V, telah terbentuk 9.342 unit P2K3 di perusahaan. Dengan terbentuknya lembaga-lembaga K3 tingkat nasional, daerah, dan per -

XII/28

Page 29: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

usahaan-perusahaan sejak 1972, maka terjadinya kecelakaan kerja cenderung menurun.

Sebagaimana telah disinggung di atas pengawasan ketenagakerjaan yang dilakukan meliputi pengawasan terhadap bahaya keracunan, pengaruh radiasi, penggunaan bahan kimia, peledakan, kebakaran dan kecelakaan-kecelakaan lain ditempat kerja. Guna membantu pelaksanaan pengawasan langsung atas pelaksanaan norma K3 di tempat kerja sampai dengan tahun 1992/93 telah diangkat sebanyak 213 orang sebagai tenaga ahli K3 swasta.

(2) Pengupahan

Kebijaksanaan di bidang pengupahan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan produksi, terutama bagi pekerja golongan penerima upah dan gaji rendah. Kebijaksanaan ini ditujukan agar perbedaan upah untuk jabatan yang sama semakin menyempit, baik antar wilayah, antar sektor ataupun antar perusahaan. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar upah minimum regional sama besarnya dengan kebutuhan fisik minimum (KFM) pekerja. Pada tahun 1985, rata-rata upah minimum regional untuk seluruh Indonesia besarnya Rp 810,- dan pada tahun 1987 meningkat menjadi Rp 987,-. Selanjutnya pada tahun terakhir Repelita IV, tahun 1988, upah minimum menjadi Rp 1.119, dan pada tahun 1992 menjadi Rp 1.953,-. Sementara itu sampai dengan tahun 1992 telah ditetapkan 28 upah minimum regional, 62 upah minimum sektoral dan 419 upah minimum sub-sektoral, (Tabel XII-12). Penetapan upah minimum tersebut baik upah minimum regional, sektoral dan sub-sektoral dimaksudkan sebagai jaring pengaman agar tingkat upah tidak menurun di bawah batas penetapan upah minimum, dan untuk meningkatkan taraf hidup martabat manusia bagi golongan penerima upah rendah serta untuk mengupayakan pemerataan pendapatan dalam rangka menciptakan keadilan sosial.

(3) Kesejahteraan Tenaga Kerja

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, jaminan sosial tenaga kerja merupakan faktor penting di samping upah. Sejak akhir tahun 1977 kebijaksanaan kesejahteraan tenaga kerja ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 33 Tahun 1977 dan program kegiatannya

XII/29

Page 30: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 12UPAH MINIMUM REGIONAL/PROPINSI, 1)

TAHUN 1968 – 1992

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai dengan bulan Nopember 1992Catatan : Data upah minimum regional/propinsi secara lengkap menurut

propinsi disajikan sejak dalam Lampiran Pidato 16 Agustus 1991,namun hal tersebut sebenarnya telah dikumpulkan oleh DepartemenTenaga Kerja sejak tahun 1985.

XII/30

Page 31: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

dilaksanakan oleh PERUM ASTEK. Program tersebut mencakup asuransi kecelakaan kerja, tabungan hari tua, dan asuransi kematian.

Pada tahun 1988 jangkauan program asuransi tenaga kerja diperluas dengan pengaturan mengenai pemberian pesangon dan bantuan kesehatan bagi tenaga kerja. Pada tahun 1990 melalui PP No. 19 Tahun 1990, PERUM ASTEK dialihkan menjadi Perusahaan Persero (PT) dengan nama PT ASTEK PERSERO. Landasan hukum untuk jaminan sosial tenaga kerja yang bertujuan memberikan perlindungan bagi tenaga kerja tersebut kini telah berubah dari PP menjadi Undang-undang dengan diterbitkannya Undang-undang Republik Indonesia No. 3 tahun 1992.

Semenjak ASTEK mulai diselenggarakan pada tahun 1978 jumlah pesertanya sampai dengan bulan Desember 1992 telah menjadi 34,3 ribu perusahaan dengan jumlah pekerja sebanyak 4,3 juta tenaga kerja. Peningkatan jumlah peserta ASTEK antara lain disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran pengusaha akan arti pentingnya program ASTEK bagi pekerja/karyawan perusahaan.

Sejak Repelita II sampai dengan tahun keempat Repelita V, jumlah kasus dan pembayaran jaminan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada akhir Repelita II kasus-kasus asuransi kecelakaan kerja, tabungan hari tua, dan asuransi kematian, yang dapat diselesaikan berjumlah 5,3 ribu kasus dengan pembayaran jaminan sebesar 0,5 miliar rupiah. Pada akhir Repelita III dapat diselesaikan 96,7 ribu kasus dengan pembayaran jaminan 13,6 miliar rupiah, dan pada akhir Repelita IV berhasil diselesaikan 190,6 ribu kasus dengan pembayaran jaminan sebesar 44,7 miliar rupiah. Selanjutnya selama lima tahun yang lalu, sampai dengan tahun keempat Repelita V, telah berhasil diselesaikan sebanyak 289,4 ribu kasus dengan pembayaran jaminan sebesar lebih dari 115 miliar rupiah. (Tabel XII-13).

(4) Perjanjian Perburuhan

Pembinaan Hubungan Industrial Pancasila (HIP) yang dimulai tahun 1973 ditujukan kearah terciptanya hubungan kerja yang serasi, harmonis, aman dan mantap diantara para pelaku produksi, terutama pekerja dan peng-usaha. Terciptanya kerja sama yang serasi sangat ditentukan oleh adanya persyaratan kerja yang tertuang di dalam Perjanjian/Kesepakatan Kerja Ber -sama (PKB/KKB), Perjanjian Kerja (PK), dan Peraturan Perusahaan (PP).

XII/31

Page 32: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 13KASUS DAN PEMBAYARAN JAMINAN 1)

1968 – 1992

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki3) Angka sampai dengan bulan September 1992

XII/32

Page 33: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Sejak Repelita I telah diupayakan tercapainya PKB/KKB diper-usahaan-perusahaan di seluruh sektor, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang banyak menyerap tenaga kerja, penghasil devisa, dan perusahaan-perusahaan yang telah memiliki serikat pekerja. Perkembangan jumlah PKB/KKB dan jumlah perusahaan yang dicakup sejak akhir tahun Repelita I sampai dengan tahun keempat Repelita V terlihat pada Tabel XII-14. Pada tahun 1973/74 jumlah PKB/KKB dan perusahaan yang dicakup pada saat itu hanya sebanyak 13 buah dan 20 buah. Pada tahun 1978/79 jumlah ini telah meningkat menjadi 696 buah dan 1.900 buah, dan pada tahun 1983/84 menjadi sebanyak 3.369 buah dan 5.649 buah. Selanjutnya pada tahun 1988/89 (akhir Repelita IV) jumlah PKB/KKB dan jumlah perusahaan yang dicakup menjadi 5.003 buah dan 6.937 buah. Sampai dengan tahun 1992/93 jumlah PKB/KKB dan perusahaan yang dicakup menjadi sebanyak 7.117 buah dan 9.051 buah.

Sementara itu, sejak tahun 1978 bagi perusahaan-perusahaan yang mempunyai pekerja sekurang-kurangnya 25 orang dan belum ada unit kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), diwajibkan membuat peraturan perusahaan (PP). Secara kumulatif sampai dengan bulan September 1992 telah terbentuk 19.043 PP.

(5) Lembaga Ketenagakerjaan

Dalam rangka meningkatkan fungsi lembaga ketenagakerjaan, di tingkat pusat, daerah, dan perusahaan, mulai akhir Repelita I (tahun 1973) telah diselenggarakan pendidikan dan penyuluhan bagi 193.635 orang yang terdiri dari unsur pekerja 170.923 orang, unsur pengusaha 20.920 orang, dan unsur pemerintah 1.792 orang. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengalaman Hubungan Industrial Pancasila (HIP) dikembangkan metode dan sarana untuk penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan bagi Serikat Pekerja (SPSI) baik di tingkat Pusat, Daerah Tingkat I dan II, maupun di unit kerja di tingkat perusahaan. Pendidikan P4-HIP mulai dilaksanakan pada tahun 1983/84 secara mandiri oleh perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan P4-HIP manfaatnya telah mulai dirasakan oleh perusahaan.

Semula, sejak berdirinya pada tahun 1973 sampai dengan tahun 1986, organisasi perburuhan yang ada bernama Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI). Dalam perkembangannya organisasi ini pada tahun 1986

XII/33

Page 34: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

berganti nama menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Perubahan nama ini disebabkan oleh adanya restrukturalisasi dari organisasi federasi menjadi organisasi unitaris.

Pada tahun 1973 unit kerja SPSI, yang waktu itu bernama Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan (SBLP) berjumlah 7.233 buah. Pada tahun 1978/79 jumlah unit kerja tersebut meningkat menjadi 8.351 buah dan pada tahun 1983/84 menjadi 10.220 buah. Pada tahun 1987/88, setelah adanya restrukturalisasi organisasi dan pengelompokan SBLP, jumlah unit kerjanya menjadi 8.702 buah. Kemudian pada tahun 1988/89, jumlah unit kerjanya bertambah lagi menjadi 8.823 buah dan pada tahun 1992/93 menjadi 9.369 buah (Tabel XII-15).

Agar serikat pekerja menjadi organisasi yang mandiri dan kuat, maka sejak tahun 1985 (sesuai PERMEN NAKER No. PER.05/MEN/1984) pembayaran iuran oleh para anggotanya digalakkan. Jumlah dana yang terkumpul mencapai lebih dari 11 juta rupiah. Selain dari organisasi pekerja, sejak tahun 1983/84 juga didorong berkembangnya organisasi pengusaha (APINDO-KADIN). Organisasi itu kini telah mempunyai perangkat Dewan Pimpinan Daerah (DPD) sebanyak 27 buah dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) sebanyak 269 buah.

Badan Kerja Sama (BKS) Tripartit yang anggotanya terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pekerja dan organisasi pengusaha, merupakan badan kerja sama yang berfungsi sebagai wadah konsultasi, komunikasi, dan musyawarah antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah, yang didirikan tahun 1979. Sampai dengan tahun 1978/79 telah terbentuk 19 buah BKS-Tripartit Tingkat Dati II. Sampai dengan tahun 1983/84 terbentuk 23 buah di Daerah Tingkat I dan 101 di Daerah Tingkat II. Jumlah BKS Tripartit pada tahun 1988/89 ada 26 buah di Daerah Tingkat I dan 147 buah di Daerah Tingkat II. Sampai dengan bulan Desember tahun 1992/93 BKS-Tripartit di Daerah Tingkat II telah berjumlah 192 buah. Bersamaan dengan itu telah terbentuk 1.282 buah dan 2.100 buah lembaga kerja sama Bipartit di tingkat perusahaan masing-masing pada tahun 1983/84 dan tahun 1988/89. Sampai dengan bulan Desember 1992 jumlahnya telah meningkat menjadi 3.749 buah. Lembaga ini, mulai dibentuk pada tahun 1983 ternyata besar manfaatnya sebagai fora komunikasi dan konsultasi untuk memecahkan masalah hubungan industrial secara bersama.

XII/34

Page 35: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 14PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)/KESEPAKATAN KERJA BERSAMA, 1)

1968 – 1992/93

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelitayang lainnya adalah angka tahunan

2) Angka sampai dengan bulan Desember 1992

XII/35

Page 36: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 15PERKEMBANGAN ORGANISASI SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA 1)

DAN SERIKAT BURUH LAPANGAN PEKERJAAN1968 – 1992/93

1) Angka kumulatif sejak tahun 19732) terjadinya penurunan unit kerja sehubungan dengan di setiap perusahaan hanya ada satu unit kerja SPSI3) Angka sampai dengan bulan Nopember 19924) Sebelum tahun 1986 bernama Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI)5) Sebelum tahun 1986 bernama Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan (SBLP)

XII/36

Page 37: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Sejak tahun 1987/88 sampai dengan tahun 1992/93 tercatat perselisihan hubungan industrial sebanyak 60 perkara. Dan jumlah tersebut sebanyak 59 perkara (98,5 persen) berhasil diselesaikan. Perselisihan hubungan industrial sebagian besar disebabkan oleh tuntutan kenaikan upah (10 perkara), tuntutan uang transpor (7 perkara) dan bonus dan THR (3 per-kara) yang seluruhnya terdapat disektor industri pengolahan. Apabila diperhatikan wilayah per wilayah, perkara yang terjadi terbanyak terdapat di DKI Jakarta (14 perkara) dan di Jawa Barat (13 perkara).

Pemutusan Hubungan Kerja yang terjadi selama Repelita V tercatat sebanyak 3.763 perkara yang melibatkan 86.163 pekerja. Dari jumlah tersebut perkara yang berhasil diselesaikan berjumlah 3.704 yang melibatkan sebanyak 83.694 pekerja (98,43 persen).

B. TRANSMIGRASI

1. Pendahuluan

Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menyatakan bahwa pembangunan transmigrasi sebagai upaya pendayagunaan tenaga kerja dan penyebaran penduduk secara lebih merata diarahkan untuk memperbaiki mutu kehidupan, meningkatkan pengembangan sumber alam dan pembangunan daerah, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Sehubungan dengan itu maka pusat-pusat pemukiman dan produksi baru terus dikembangkan, transmigrasi swakarsa terus didorong, penanganan kembali penduduk yang masih hidup secara berpindah-pindah dan terpencar terus ditingkatkan, penataan dan pembinaan usaha tani transmigran dan penduduk setempat terus ditingkatkan dan diintensifkan, dan koordinasi perlu semakin dimantapkan. Berdasarkan GBHN tersebut maka kebijaksanaan dalam Repelita V lebih ditekankan pada perencanaan yang lebih terpadu, peningkatan transmigrasi swakarsa, penataan kembali penguasaan dan pemanfaatan lahan, pembinaan usaha tani dan koordinasi penyelenggaraan transmigrasi.

Di samping itu di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1972 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Transmigrasi bab II,

XII/37

Page 38: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

pasal 2 menyatakan bahwa sasaran kebijaksanaan umum transmigrasi adalah terlaksananya transmigrasi swakarsa (spontan) yang teratur dalam jumlah yang sebesar-besarnya. Dalam hubungan ini dinyatakan bahwa penyelenggaraan transmigrasi bukan semata-mata menjadi tugas dan beban Pemerintah, melainkan juga tugas dan beban swasta dan masyarakat. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa tujuan penyelenggaraan transmigrasi adalah untuk mencapai (a) meningkatkan taraf hidup petani, (b) mendorong pembangunan daerah, (c) mengusahakan keseimbangan penyebaran penduduk, (d) memeratakan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia, (e) memanfaatkan sumber-sumber alam dan tenaga manusia, (f) meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa, dan (g) memperkuat pertahanan dan ketahanan Nasional.

Strategi pelaksanaan yang ditempuh dalam mencapai sasaran dan tujuan di atas dilaksanakan melalui tahapan-tahapan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama, arah kebijaksanaan transmigrasi secara bertahap berkembang dari satu Repelita ke Repelita berikutnya.

Dalam Repelita I kebijaksanaan transmigrasi lebih diarahkan pada pemecahan masalah ketidakseimbangan penyebaran penduduk antara pulau Jawa dan Bali, di satu pihak, dan pulau-pulau lainnya, di pihak lain, dan pada pemecahan masalah kebutuhan tenaga kerja untuk pembangunan di daerah-daerah yang kekurangan tenaga kerja. Dalam Repelita I pembangunan transmigrasi belum secara rinci memuat kebijaksanaan yang akan ditempuh. Dalam Repelita II arah kebijaksanaan serta pelaksanaan transmigrasi dipertajam dengan lebih memperhatikan aspek-aspek pengembangan ekonomi di luar Jawa, pengintegrasian sosial budaya di daerah pemukiman baru, dan pemantapan pertahanan dan keamanan nasional. Dalam Repelita III kebijaksanaan transmigrasi ditujukan pula pada usaha memperluas landasan bagi kegiatan-kegiatan pembangunan sektor-sektor lain, seperti pertanian dan perindustrian, dan untuk menunjang usaha-usaha pembangunan di daerah yang relatif masih terbelakang dalam rangka mengusahakan pemerataan penyebaran pembangunan, perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan rakyat. Dalam Repelita IV kebijaksanaan transmigrasi dilaksanakan dengan lebih memperhatikan segi-segi pemerataan pemilikan, penggunaan dan penguasaan

XII/38

Page 39: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

lahan serta pengamanan sumber alam dan lingkungan hidup. Selanjutnya dalam pelaksanaan kebijaksanaan Repelita V lebih diperhatikan pula aspek perluasan kesempatan berusaha bagi masyarakat pada umumnya.

Sistem penyelenggaraan transmigrasi, baik pembiayaan maupun pola kegiatannya, juga berkembang dari waktu ke waktu. Selama Repelita I dan II penyelenggaraan transmigrasi ditangani dan dibiayai oleh pemerintah sepenuhnya. Kemudian dalam Repelita-Repelita selanjutnya swasta dan masyarakat semakin diberi kesempatan dan semakin berperan dalam penyelenggaraan transmigrasi. Bersamaan dengan itu, terutama dalam Repelita IV dan V, selain pola tanaman pangan, dikembangkan pula berbagai pola usaha di daerah transmigrasi, di antaranya pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Perkebunan, pola Pertambakan, pola Nelayan, pola Hutan Tanaman Industri, dan pola Industri dan Jasa.

2. Pelaksanaan Kegiatan Transmigrasi

Sasaran pelaksanaan transmigrasi dari periode ke periode selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan masalah yang dihadapi. Dalam Repelita II sasaran penempatan transmigran baru adalah 250.000 kepala keluarga (KK), dalam Repelita III 500.000 KK, dalam Repelita IV 750.000 KK, dan dalam Repelita V 550.000 KK. Sejak pertengahan Repelita IV, selain penempatan transmigran baru, juga ditekankan pelaksanaan upaya peningkatan mutu pelaksanaan transmigrasi secara keseluruhan, mulai dari perencanaannya sampai dengan pembinaan para transmigrannya. Langkah-langkah dan kegiatan pelaksanaan transmigrasi dalam garis besarnya meliputi (a) persiapan di daerah asal, (b) persiapan di daerah penerima, dan (c) pembinaan masyarakat transmigran.

a. Persiapan di Daerah Asal

Kegiatan-kegiatan pokok yang dilaksanakan di daerah asal terdiri dari pemilihan wilayah asal calon transmigran, penerangan dan penyuluhan, pendaftaran dan seleksi, pelatihan, penyediaan perlengkapan dan peralatan, penyediaan sarana angkutan dan logistik serta tempat penampungan (transito).

XII/39

Page 40: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Penentuan wilayah prioritas calon transmigran didasarkan pada beberapa pertimbangan, di antaranya wilayah yang berfungsi sebagai pengatur tata air, tata iklim dan suaka alam; wilayah pemukiman yang terancam bencana alam rutin; wilayah yang akan dijadikan proyek pembangunan penting; wilayah pemukiman yang kurang memenuhi persyaratan layak huni; dan wilayah yang daya dukungnya sangat terbatas. Di wilayah-wilayah prioritas ini dilaksanakan penerangan dan penyuluhan. Pertama-tama dilakukan penerangan umum. Penerangan umum dilakukan secara langsung, misalnya melalui pemutaran film dan ceramah, serta tidak langsung, seperti yang dilaksanakan lewat pemasangan poster dan siaran radio/televisi. Setelah itu dilakukan penerangan yang khusus ditujukan kepada para peminat untuk bertransmigrasi dan calon-calon yang telah mendaftarkan diri. Penerangan ini juga dilakukan secara langsung, misalnya melalui sarasehan, dan tidak langsung, misalnya dengan membagikan leaflet, booklet dan lain-lain. Setelah diadakan seleksi, kepada calon terus diberikan penerangan untuk memantapkan tekad dan motivasi mereka untuk bertransmigrasi.

Kegiatan selanjutnya adalah pelatihan. Pelatihan ini terutama dimaksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan yang bersifat dasar kepada transmigran agar setibanya di lokasi baru mereka dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pekerjaan yang baru. Hal ini sangat penting karena penyesuaian dengan lingkungan merupakan faktor yang paling menentukan kebetahan transmigran tinggal di pemukiman barunya.

Kegiatan lain yang dilaksanakan di daerah asal adalah pengadaan perlengkapan dan peralatan. Perlengkapan dan peralatan ini terdiri dari sandang, alat tidur, alat dapur, alat pertanian dan alat pertukangan.

Untuk memindahkan para transmigran dari daerah asal ke daerah penerima digunakan angkutan umum seperti bus, kereta api dan kapal laut. Untuk lokasi-lokasi yang sulit dijangkau oleh angkutan umum ini, pemindahan transmigran dilakukan dengan pesawat udara. Selama dalam perjalanan bagi para transmigran disediakan pelayanan sewajarnya, yang meliputi penyediaan makan serta penjagaan kesehatan dan keamanan mereka. Di tempat-tempat tertentu, yaitu di tempat-tempat transito, rombongan diberi kesempatan beristirahat sekitar 2 sampai 3 hari.

XII/40

Page 41: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

b. Persiapan di Daerah Penerima

Persiapan di daerah penerima terdiri dari perencanaan dan penyiapan pemukiman. Perencanaan lokasi meliputi kegiatan penelitian untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu lokasi sebagai suatu pemukiman dan usaha para transmigran, baik makro dan mikro maupun dampak calon lokasi yang akan dibuka terhadap lingkungan hidup. Apabila lokasi yang diteliti dinilai layak, maka hasil penelitian ini dituangkan dalam Rencana Kerangka Satuan Kawasan Pemukiman (RKSKP). Aspek-aspek yang dinilai antara lain adalah status tanah, aksesibilitas, topografi dan kesesuaian lahan. Selanjutnya dilakukan perencanaan tata ruang pemukiman dalam skala yang lebih rinci. Hasil dari perencanaan tata ruang ini adalah Rencana Teknis Satuan Pemukiman (RTSP). RTSP ini dijadikan pedoman bagi langkah-langkah persiapan dan pembinaan selanjutnya.

Tahap berikutnya adalah pembangunan pemukiman yang terdiri dari pembukaan dan penyiapan lahan, pembangunan prasarana jalan, pengukuran dan perkaplingan, pembangunan rumah dan sarana air bersih, serta pembangunan fasilitas umum. Pembukaan dan penyiapan lahan mencakup lahan untuk perumahan dan pekarangan, lahan usaha dan lahan untuk fasilitas umum. Pembangunan prasarana jalan meliputi jalan penghubung, jalan poros dan jalan desa. Pengukuran dan perkaplingan dilakukan untuk memberikan batas-batas terhadap lahan yang akan digunakan untuk berbagai tujuan. Fasilitas umum yang dibangun di antaranya adalah balai desa, puskesmas pembantu, gudang pangan dan saprotan, rumah ibadah dan rumah petugas.

Setelah semua bangunan dan fasilitas pemukiman siap, Gubernur/ Kepala Daerah Tingkat I setempat mengeluarkan surat Siap Terima Penempatan (STP). Berdasarkan STP ini, para transmigran di daerah asal diberangkatkan menuju daerah dan lokasi yang sudah ditentukan.

c. Pembinaan Masyarakat Transmigran

Setelah para transmigran tiba di lokasi pemukiman baru mulailah periode pembinaan. Pembinaan ini dimaksudkan untuk mengembangkan landasan ekonomi, sosia l dan budaya agar masyarakat dan daerah

XII/41

Page 42: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

transmigrasi mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Lama masa pembinaan ini sekitar lima tahun. Periode pembinaan ini dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap konsolidasi, tahap pengembangan dan tahap pemantapan. Setiap tahap pembinaan berkisar antara satu setengah sampai dua tahun. Selama masa pembinaan ini kepada para transmigran diberikan berbagai bantuan. Jenis, bentuk dan besar bantuan yang diberikan disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

Pada tahap konsolidasi kegiatan pembinaan ditekankan pada pemberian pelatihan dalam usaha tani, pemberian catu pangan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan dan penyiapan kelembagaan desa. Pada tahap pengembangan prioritas kegiatan diperluas dengan pengembangan koperasi dan pengolahan serta pemasaran hasil pertanian. Pada tahap pembinaan berikutnya semua kegiatan pembinaan di atas lebih dimantapkan lagi. Pada setiap tahap pembinaan dan pelayanan, diberikan bantuan berupa perlengkapan dan peralatan, bahan-bahan, dan bimbingan teknis. Kegiatan bimbingan teknis dilakukan oleh tenaga-tenaga pembina seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST), Sarjana Pendorong Pembangunan Pedesaan (SP3), paramedis dan guru. Di samping itu ada pula transmigran yang karena profesinya diangkat menjadi motivator seperti Da' i dan lulusan Sekolah Pertanian Pembangunan.

Setelah masyarakat transmigran dalam unit pemukiman transmigrasi (UPT) tertentu mampu berkembang secara mandiri, maka masyarakat dan unit pemukiman tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah setempat untuk dibina lebih lanjut.

3. Hasil-hasil Kegiatan Pembangunan

Selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama pelaksanaan transmigrasi terus meningkat dari Repelita ke Repelita. Dalam Repelita I rencana pelaksanaan belum ditetapkan secara eksplisit, namun dalam periode-periode pembangunan berikutnya rencana pelaksanaan transmigrasi lebih dipertegas. Dalam Repelita II, Repelita III dan Repelita IV rencana pemindahan dan penempatan transmigran ditetapkan berturut-turut sebanyak

XII/42

Page 43: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

250.000 KK, 500.000 KK dan 750.000 KK. Dalam Repelita V, di samping pelaksanaan pemindahan dan penempatan transmigran sebanyak 550.000 KK, sangat ditekankan pula upaya peningkatan mutu masyarakat transmigran yang sudah ada di lokasi. Kegiatan-kegiatan peningkatan mutu dilaksanakan bagi sebanyak 250.000 KK.

Perkembangan pelaksanaan transmigrasi selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama dapat dikemukakan sebagaimana uraian di bawah ini.

Pada Tabel XII-16, Tabel XII-17, dan Tabel XII-18 dapat terlihat bahwa jumlah transmigran yang dipindahkan dari daerah asal dan ditempatkan di daerah penerima sejak Repelita I sampai Repelita IV terus meningkat. Selama empat tahun pertama Repelita V jumlah tersebut menurun. Penurunan ini terjadi terutama karena dalam Repelita V pelaksanaan transmigrasi juga sangat memberikan tekanan pada pencapaian sasaran kualitatif, yaitu perbaikan mutu pelaksanaan transmigrasi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah transmigrasi.

Pencapaian sasaran kuantitatif pelaksanaan sejak Repelita I dapat digambarkan sebagai berikut. Pada tahun 1968 (sebelum Repelita I) jumlah transmigran yang berhasil dimukimkan di daerah transmigrasi tercatat sebanyak 3.373 KK. Selama Repelita I, Repelita II, Repelita III dan Repe-lita IV jumlah transmigran yang berhasil dipindahkan masing-masing adalah 39.436 KK, 62.364 KK, 535.474 KK dan 750.150 KK. Selanjutnya selama 5 tahun terakhir jumlah pemindahan dan penempatan transmigran berturut-turut sebanyak 145.109 KK pada tahun 1988/89, 26.533 KK pada tahun 1989/90, 50.052 KK pada tahun 1990/91 dan 61.773 KK pada tahun 1991/92 dan 19.566 KK pada tahun 1992/93 (sampai dengan Desember 1992). Jumlah transmigran yang dipindahkan dan ditempatkan rata-rata per tahun selama lima tahun terakhir menurun. Jumlah yang dipindahkan rata-rata per tahun adalah sekitar 60.604 KK. Jumlah ini lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasi tahun 1987/88 sebesar 163.947 KK. Hal ini disebabkan karena pembangunan transmigrasi selama Repelita V lebih memprioritaskan mutu pelaksanaan yang meliputi perencanaan, penyiapan pemukiman dan pembinaan. Dengan demikian jumlah total pemindahan dan penempatan transmigran selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap

XII/43

Page 44: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 16JUMLAH TRANSMIGRASI UMUM DAN TRANSMIGRASI SWAKARSA 1)

1968 – 1992/93(kk)

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lainnya adalah angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka tahun 1992/93 merupakan Angka Sementara (sampai dengan bulan Desember 1992)

XII/44

Page 45: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 17JUMLAH TRANSMIGRASI YANG DIPINDAHKAN, 1)

1968 – 1992/93(kk)

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, 4) Angka Tahun 1992/93 merupakan Angka Sementara (sampai dengan Desember 1992)yang lainnya adalah angka tahunan 5) Alokasi Pemukiman bagi Penduduk Daerah Transmigrasi

2) Belum termasuk Transmigrasi Swakarsa3) Angka diperbaiki

XII/45

Page 46: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 18JUMLAH TRANSMIGRASI YANG DITEMPATKAN, 1)

1968 – 1992/93(kk)

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lainnya adalah angka tahunan2) Belum termasuk Transmigrasi Swakarsa3) Angka diperbaiki4) Angka Tahun 1992/93 merupakan Angka Sementara (sampai dengan Desember 1992)

XII/46

Page 47: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Pertama (PJPT I) adalah lebih dari 1,5 juta kepala keluarga atau mendekati 8 juta jiwa. Program transmigrasi yang dilaksanakan oleh Indonesia tercatat sebagai program pemindahan penduduk yang terbesar di dunia menurut jenisnya.

Pemindahan penduduk sejumlah tersebut di atas mempunyai dampak berganda yang positif baik di daerah asal maupun di daerah penerima. Di daerah asal pemindahan penduduk tersebut secara demografis mengurangi kemiskinan dan pengangguran karena penduduk yang dipindahkan tersebut sebagian besar berasal dari desa-desa miskin dan padat penduduk. Pemindahan penduduk ini juga mengurangi tekanan terhadap sumber-sumber alam khususnya lahan pertanian dan hutan. Selanjutnya dengan pemindahan penduduk tersebut sekaligus dilaksanakan penataan kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah. Secara langsung pembangunan transmigrasi merupakan alternatif bagi penduduk yang hams dipindahkan karena terkena proyek-proyek pembangunan berskala besar misalnya pembangunan bendungan/waduk. Di daerah penerima, pembangunan transmigrasi menyediakan tenaga kerja terutama untuk pembangunan di bidang pertanian. Di banyak daerah tenaga kerja tersebut berfungsi sebagai tenaga penggerak utama bagi pengembangan pusat-pusat produksi pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan yang merupakan basis-basis utama bagi pengembangan daerah. Pembangunan prasarana jalan dan jembatan yang dibutuhkan untuk menunjang pemukiman baru sekaligus berfungsi meningkatkan integrasi daerah sebagai satu kesatuan ekonomi dan perdagangan. Pembangunan fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, pasar dan lain-lain mempunyai dampak langsung meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah penerima oleh karena penggunaan fasilitas-fasilitas ini tidak saja diperuntukkan bagi para transmigran tetapi juga masyarakat disekitarnya. Kedatangan para transmigran yang umumnya mempunyai kemampuan mengelola lahan yang lebih baik sekaligus memberikan contoh konkrit bagi penduduk setempat untuk mengikutinya. Dampak lainnya bagi daerah penerima adalah melalui program transmigrasi dilaksanakan pemukiman kembali peladang berpindah dan perambah hutan agar dapat menjadi petani yang menetap, dan hal ini mempunyai efek positif bukan saja bagi kesejahteraan peladang berpindah tetapi juga bagi kelestarian sumber alam dan hutan.

XII/47

Page 48: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Jelaslah kiranya pelaksanaan program transmigrasi mempunyai dampak pembangunan yang lebih besar dari yang dapat digambarkan dengan angka-angka pemindahan penduduk dan pembangunan fisik saja. Dampak positif terhadap realisasi wawasan nusantara bagi Indonesia sebagai satu kesatuan ekonomi, politik, kebudayaan dan hankamnas adalah nyata walaupun tidak dapat dilukiskan secara kuantitatif.

Angka-angka realisasi jumlah transmigran untuk empat tahun pertama Repelita V yang disajikan di atas sedikit lebih rendah dari sasaran yang ditentukan. Adapun sebab kurangnya pencapaian sasaran tahunan, terutama adalah lamanya proses persiapan di daerah, baik di daerah penerima maupun di daerah asal. Di daerah penerima, lamanya persiapan disebabkan oleh panjangnya rantai kegiatan, termasuk yang diperlukan untuk persiapan administrasi. Persiapan kegiatan phisik yang cukup lama diperlukan dalam rangka mempertahankan mutu pelaksanaan transmigrasi.

Lamanya persiapan di daerah asal, di samping secara tidak langsung disebabkan oleh hambatan di daerah penerima, disebabkan oleh semakin sulitnya mencari calon transmigran. Keberhasilan pembangunan di daerah asal telah menimbulkan peluang-peluang ekonomi baru bagi masyarakat pada umumnya sehingga transmigrasi tidak lagi merupakan alternatip yang dianggap terbaik bagi kelompok rakyat yang berkehendak memperbaiki taraf hidupnya.

Langkah yang telah ditempuh untuk mengatasi hambatan terhadap persiapan di daerah penerima adalah membuat perencanaan lebih awal dan mempercepat proses administrasinya, khususnya tender yang perlu dilaksanakan. Sedangkan untuk lebih menarik minat calon transmigran di daerah asal langkah yang ditempuh antara lain adalah menganekaragamkan pola-pola pelaksanaan agar calon transmigran dapat memilih dan lebih memperluas dan memperdalam jangkauan penerangan.

Perkembangan volume pelaksanaan penyiapan pemukiman, seperti pembangunan jalan dan jembatan, pembukaan lahan, perkaplingan dan pembangunan rumah transmigran, cenderung setara dengan perkembangan jumlah transmigran yang ditempatkan. Hasil pembangunan dan peningkatan jalan selama PJPT I dapat terlihat pada Tabel XII-19. Pembangunan jalan

XII/48

Page 49: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 19PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN, 1)

DI PEMUKIMAN TRANSMIGRASI,1968 – 1992/93

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lainnya adalah angka tahunan2) Angka Tahun 1992/93 merupakan Angka Sementara (sampai dengan Desember 1992)

XII/49

Page 50: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

dan jembatan baru mencapai 3.587 km jalan pada akhir Repelita I, 5.452 km jalan pada akhir Repelita II, 25.581 km jalan dan 11.425 m jembatan pada akhir Repelita III, dan sekitar 13.888 km jalan dan 35.602 m jembatan pada akhir Repelita IV. Selama 5 tahun terakhir pembangunan jalan dan jembatan baru berturut-turut mencapai 441 km dan 3.871 m pada tahun 1988/89, 440 km dan 1.870 m pada tahun 1989/90, 1.912 km dan 7.172 m pada tahun 1990/91, 2.890 km dan 9.990 m pada tahun 1991/92, dan 1.335 km dan 3.636 m pada tahun 1992/93 (sampai dengan Desember 1992). Dibandingkan dengan tahun 1987/88 maka pembangunan jalan dan jembatan baru per tahun dalam lima tahun terakhir telah meningkat. Peningkatan ini dimaksudkan untuk membuka daerah-daerah baru yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Panjang prasarana yang dibangun selama PJPT I masing-masing adalah lebih dari 55.000 km jalan dan 69.000 m jembatan. Selain pembangunan jalan dan jembatan baru dilaksanakan pula perbaikan jalan dan jembatan lama yang kondisinya perlu ditingkatkan. Hasil perbaikan jalan dan jembatan pada Repelita III dan IV berturut-turut adalah 480 km jalan dan 2.170 m jembatan, dan 6.563 km jalan dan 26.808 m jembatan. Selama 5 tahun terakhir perbaikan jalan dan jembatan adalah 2.367 km dan 6.944 m pada tahun 1988/89, 1.036 km jalan dan 4.581 m jembatan pada tahun 1989/90, 1.494 km jalan dan 10.105 m jembatan pada tahun 1990/91, 375 km jalan dan 4.172 m jembatan pada tahun 1991/92 dan 739 km jalan dan 2.921 m jembatan pada tahun 1992/93 (sampai dengan Desember 1992). Dibandingkan dengan tahun 1987/88 maka pelaksanaan perbaikan jalan dan jembatan telah meningkat dan telah membantu mempercepat perkembangan lokasi pemukiman.

Hasil pembukaan lahan untuk transmigrasi, yang terdiri dari lahan pekarangan dan lahan usaha I, terlihat pada Tabel XII-20. Pada Repelita I, II, III dan IV luas lahan yang dibuka berturut-turut 46.268 ha, 82.954 ha, 448.696 ha dan 189.213 ha. Luas lahan yang dibuka selama PJPT I adalah hampir mencapai 900.000 ha. Selama 5 tahun terakhir jumlah luas lahan pekarangan dan lahan usaha I yang dibuka adalah 12.217 ha pada tahun 1988/89, 11.463 ha pada tahun 1989/90, 38.444 ha pada tahun 1990/91, 49.797 ha pada tahun 1991/92, dan 29.875 ha pada tahun 1992/93 (sampai dengan Desember 1992). Dibandingkan dengan tahun 1987/88 luas lahan yang dibuka meningkat. Luas lahan yang dibuka disesuaikan dengan sasaran penempatan transmigran.

XII/50

Page 51: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 20PEMBUKAAN LAHAN UNTUK TRANSMIGRASI, 1)

1968 – 1992/93

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lainnya adalah angka tahunan2) Angka Tahun 1992/93 merupakan Angka Sementara (sampai dengan Desember 1992)

XII/51

Page 52: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 21PELAKSANAAN PERKAPLINGAN UNTUK TRANSMIGRASI, 1)

1968 – 1992/93(ha)

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lainnya adalah angka tahunan2) Angka Tahun 1992/93 merupakan Angka Sementara (sampai dengan Desember 1992)

XII/52

Page 53: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Di samping pembukaan lahan telah dilaksanakan pula pembangunan rumah beserta fasilitas umum lainnya. Hasil-hasil yang telah dicapai terlihat pada Tabel XII-22. Jumlah rumah yang dibangun secara kumulatif tercatat sebanyak 39.436 unit pada Repelita I, 62.364 unit pada Repelita II, 367.343 unit pada Repelita III, dan 169.685 unit pada Repelita IV. Selama 5 tahun terakhir jumlah rumah yang dibangun adalah 10.186 unit pada tahun 1988/89, 26.728 unit pada tahun 1989/90, 54.310 unit pada tahun 1990/91, 71.917 unit pada tahun 1991/92, dan 35.344 unit pada tahun 1992/93 (sampai dengan Desember 1992). Pembangunan rumah dan fasilitas umum sesuai dengan sasaran penempatan transmigran. Jumlah rumah yang dibangun selama PJPT I adalah lebih dari 827.000 unit.

Jumlah transmigran yang dibina terus meningkat sampai dengan akhir Repelita IV, kemudian menurun mulai awal Repelita V. Pada Tabel XII-23 terlihat bahwa jumlah yang dibina adalah sekitar 45.655 KK pada akhir Repelita I, 90.295 KK pada akhir Repelita II, 372.883 KK pada akhir Repelita III dan 493.409 KK pada akhir Repelita IV. Selama 5 tahun terakhir jumlah transmigran yang dibina berturut-turut adalah 493.409 KK pada tahun 1988/89, 342.426 KK pada tahun 1989/90, 330.096 KK pada tahun 1990/91, 300.906 KK pada tahun 1991/92 dan 224.539 KK pada tahun 1992/93 (sampai dengan Desember 1992). Dibandingkan dengan tahun 1987/88 dengan jumlah transmigran yang dibina sebanyak 505.660 KK maka jumlah yang dibina rata-rata per tahun dalam lima tahun terakhir menurun. Turunnya jumlah transmigran yang dibina disebabkan oleh turunnya jumlah transmigran yang dimukimkan dan semakin banyaknya transmigran yang diserahkan secara administratif kepada pemerintah daerah sehingga yang tidak mendapat pembinaan lagi melalui program transmigrasi.

Salah satu bentuk kegiatan dalam pembinaan transmigran adalah pendidikan dan pelatihan. Hasil-hasil yang telah tercapai dapat terlihat pada Tabel XII-24. Jumlah transmigran yang telah dilatih dan dididik secara kumulatif adalah 8.900 orang pada Repelita II, 37.429 orang pada Repelita III dan 24.350 orang pada Repelita IV. Selama 5 tahun terakhir jumlah transmigran yang dilatih dan dididik adalah 3.500 orang pada tahun 1988/89, 4.120 orang pada tahun 1989/90, 20.137 orang pada tahun 1990/91, 21.551 orang pada tahun 1991/92 dan 4.289 orang pada tahun

XII/53

Page 54: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 22PEMBUATAN BANGUNAN DI DAERAH PEMUKIMAN TRANSMIGRASI, 1)

1968 – 1992/93(unit)

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lainnya adalah angka tahunan2) Angka Tahun 1992/93 merupakan Angka Sementara (sampai dengan Desember 1992)

XII/54

Page 55: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 23JUMLAH TRANSMIGRASI YANG DIBINA, 1)

1968 – 1992/93(kk)

1) Angka kumulatif sejak Repelita I2) Angka diperbaiki3) Angka Tahun 1992/93 merupakan Angka Sementara (sampai dengan Desember 1992)

XII/55

Page 56: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 24JUMLAH TRANSMIGRASI YANG DILATIH DAN DI DIDIK MENURUT

DAERAH DAN JENIS KETERAMPILAN, 1)1968 – 1992/93

(Orang)

1) Angka kumulatif 5 tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lainnya adalah angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka Tahun 1992/93 merupakan Angka Sementara (sampai dengan Desember 1992)

XII/56

Page 57: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

1992/93 (sampai dengan Desember 1992). Dibandingkan dengan tahun 1987/88 dengan jumlah transmigran yang dilatih dan dididik sebanyak 3.335 orang maka pelaksanaan rata-rata pertahun selama lima tahun terakhir telah meningkat. Peningkatan jumlah yang dididik dan dilatih sejalan dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan, yaitu peningkatan mutu pelaksanaan dan hasil-hasilnya.

Perkembangan kualitatif dari pembinaan di daerah transmigrasi dapat dilihat dari berbagai segi yang mencakup sosial, ekonomi, budaya, dan Hankamnas. Dari segi ekonomi, khususnya produksi di bidang pertanian, dapat dikemukakan 3 (tiga) parameter, yaitu produktivitas tanaman pangan, luas tanaman keras, dan populasi ternak. Hasil-hasil yang telah dicapai dibidang pertanian dapat terlihat pada Tabel XII-25, Tabel XII-26, dan Tabel XII-27.

Produksi padi di daerah transmigrasi selama PJPT I berkisar 1,5 ton per ha, dengan selang antara 0,96 ton sampai dengan 2,12 ton masing-masing per ha. Dibandingkan dengan tingkat produksi rata-rata nasional, maka tingkat produksi daerah transmigrasi relatif masih rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya kesuburan tanah rendah (keasaman tinggi, lapisan atas tipis, dan unsur hara miskin), intensitas dan frekuensi serangan hama dan penyakit tinggi, keterampilan petani relatip rendah, dan teknologi usaha tani belum canggih (termasuk sistem irigasinya). Meskipun demikian karena luas lahan pertanian yang dibuka melalui program transmigrasi cukup besar khususnya untuk mendukung program ekstensifikasi pertanian, maka produksi yang dihasilkan mempunyai peranan penting dalam rangka pencapaian swasembada pangan di daerah yang bersangkutan.

Untuk produksi palawija, terutama kacang-kacangan dan ubi kayu, selama PJPT I relatip semakin membaik dari Repelita ke Repelita. Sampai dengan akhir Repelita III, produksi kacang-kacangan baru mencapai 0,8 ton per ha. Kemudian pada akhir Repelita IV telah mencapai sekitar 1,0 ton per ha. Selama 5 tahun terakhir Repelita V produksinya telah di atas 1,0 ton per ha. Demikian pula produksi ubi kayu. Sampai dengan akhir Repelita IV, produksi ubi kayu berkisar antara 4,5 ton per ha sampai dengan 7,8 ton per ha. Selama 3 tahun pertama Repelita V produksi rata-rata per ha bahan tersebut telah mencapai 11,0 ton lebih.

XII/57

Page 58: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 25PRODUKTIVITAS LAHAN UNTUK BEBERAPA

JENIS TANAMAN PERTANIAN DI DAERAH TRANSMIGRASI, 1)1968 – 1992/93

1) Angka tahunan

XII/46

Page 59: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Perkembangan tanaman keras di daerah transmigrasi menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Tanaman kelapa memperlihatkan tendensi yang terus menaik, sedangkan tanaman cengkeh dan kopi memperlihatkan kecenderungan naik turun. Sebagaimana terlihat pada Tabel XII-26, luas tanaman kelapa terus meningkat dari sekitar 1.000 ha lebih pada akhir Repelita III menjadi 40.000 ha lebih pada akhir Repelita IV. Bila dibandingkan dengan tahun 1987/88 maka luas tanaman kelapa pada tahun 1991/92 telah meningkat sekitar 19%. Luas kumulatif tanaman cengkeh bertambah dari sekitar 3.600 ha pada akhir Repelita III menjadi 21.000 ha lebih pada akhir Repelita IV. Pada tahun 1989/90 dan tahun 1990/91 luas tanaman cengkeh meningkat lagi masing-masing menjadi 22.000 ha dan 23.000 ha lebih dan kemudian pada tahun 1991/92 turun menjadi sekitar 15.500 ha atau turun 27% bila dibandingkan dengan luas tahun 1987/88. Luas tanaman kopi meningkat dari 700 ha pada akhir Repelita III menjadi lebih dari 4.580 ha pada akhir Repelita IV. Pada tahun 1989/90 dan tahun 1990/1991 luasnya. meningkat lagi menjadi masing-masing sekitar 5.681 ha dan 7.101 ha. Pada tahun 1991/92 luas tanaman kopi menurun dan mencapai sekitar 4.700 ha. Luas tanaman tahun 1991/92 sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan luas tanaman kopi pada tahun 1987/88 yakni seluas 4.305 ha. Berkurangnya luas tanaman cengkeh dan kopi ini sesuai dengan berkurangnya jumlah Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) yang masih dibina. Untuk kedua tanaman ini minat petani untuk menanamnya cenderung makin berkurang. Menurunnya minat petani ini mungkin sekali disebabkan oleh tidak lancarnya pemasarannya sehingga harganya pun kurang menarik.

Pengembangan tanaman padi-padian, palawija dan tanaman keras seperti disebutkan di atas telah memberikan dampak terhadap pemanfaatan lahan-lahan yang kurang produktip menjadi produktip di daerah yang bersangkutan.

Jumlah ternak besar dan sedang (sapi, kerbau, kambing dan domba), walaupun agak rendah cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Di lain pihak jumlah ternak unggas (ayam dan itik) agak kurang stabil perkembangannya. Jumlah ternak besar dan sedang per 1.000 KK transmigran meningkat secara kumulatif dari sekitar 200 ekor pada akhir Repelita II menjadi lebih dari 450 ekor pada akhir Repelita IV. Selanjutnya jumlah ini bertambah lagi menjadi 500 ekor sampai 600 ekor selama

XII/59

Page 60: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 18LUAS TANAMAN KERAS DAERAH TRANSMIGRASI, 1)

1968 – 1992/93(ha

1) Angka kumulatif sejak Repelita I

XII/60

Page 61: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

tahun-tahun pertama Repelita V. Bila dibandingkan dengan tahun 1987/88 populasi ternak besar dan sedang jumlah 350 ekor meningkat sekitar 70% pada tahun 1991/92. Jumlah ternak unggas setiap 1.000 KK secara kumulatif telah mencapai 9.700 ekor lebih pada akhir Repelita IV. Populasi ternak unggas tahun 1991/92 meningkat sekitar 16% dibandingkan dengan tahun 1987/88. Kemudian kepadatan ini turun naik antara 5.700 ekor sampai 7.760 ekor selama tahun-tahun pertama Repelita V. Kecenderungan yang berbeda antara perkembangan ternak besar dan sedang disatu pihak dan ternak unggas dilain pihak terutama disebabkan oleh faktor iklim serta hama dan penyakit. Dalam hal ini ternak unggas lebih peka dibandingkan dengan ternak besar dan sedang.

Sumbangan program transmigrasi dalam pembangunan daerah antara lain dapat diukur dari 2 (dua) parameter, yaitu jumlah desa baru yang telah dibentuk dan diserahkan kepada pemerintah daerah dan pendapatan para transmigran.

Jumlah desa yang diserahkan kepada pemerintah daerah dalam Repelita I tercatat sebanyak 12 desa, meliputi 4.931 KK atau 21.284 jiwa. Selama Repelita II jumlah yang diserahkan melonjak menjadi 134 desa, meliputi 32.404 KK atau 152.715 jiwa. Selama Repelita III jumlah yang diserahkan kepada pemerintah daerah meningkat lagi menjadi 205 desa dengan penduduk sebanyak 107.058 KK atau 489.591 jiwa. Selanjutnya selama Repelita IV jumlah tersebut naik lagi secara tajam menjadi 638 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 303.956 KK atau 1.312.322 jiwa. Dalam periode 3 tahun pertama Repelita V jumlah transmigran yang telah diserahkan kepada pemerintah daerah tercatat sebanyak 617 desa transmigrasi dengan jumlah penduduk 245.591 KK atau lebih dari 1 juta jiwa. Rincian tahunan penyerahan tersebut adalah sebagai berikut. Pada tahun 1989/90 sebanyak 157 desa dengan penduduk 67.114 KK atau 276.725 jiwa, pada tahun 1990/91 sebanyak 258 desa meliputi 104.440 KK atau 456.128 jiwa, dan pada tahun 1991/92 sebanyak 202 desa dengan penduduk sebanyak 74.037 KK atau 318.041 jiwa. Untuk tahun 1992/93 penyerahan direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Pebruari 1993. Dengan demikian secara kumulatif dalam PJPT I telah diserahkan sebanyak 1.606 desa dengan penduduk sebanyak 693.940 KK atau lebih dari 3 juta jiwa.

XII/61

Page 62: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

TABEL XII – 27POPULASI TERNAK DAERAH TRANSMIGRASI

UNTUK SETIAP 1.000 KK, 1)1968 – 1992/93

(ekor)

1) Angka kumulatif sejak Repelita I

XII/62

Page 63: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

Tingkat pendapatan keluarga transmigran per tahun sangat bervariasi, terutama tergantung dari usaha pokok yang dikembangkan. Hasil studi pendapatan yang dilakukan oleh Departemen Transmigrasi bekerja sama dengan Biro Pusat Statistik pada tahun 1992, menunjukkan bahwa pendapatan transmigran di lokasi pemukiman transmigrasi dengan usaha pokok tanaman pangan, baik lahan basah maupun lahan kering berkisar antara Rp 540.000,- sampai dengan Rp 650.000,- per KK per tahun. Di lokasi pemukiman dengan komoditi tanaman perkebunan (PIR), pendapatan transmigran lebih tinggi, yaitu sekitar Rp 1.200.000,- sampai dengan Rp 1.400.000,- per KK per tahun. Sedangkan di lokasi pemukiman lainnya usaha tambak, hutan tanaman industri dan jasa industri, masih bersifat rintisan dan akan dimantapkan dalam pembangunan jangka panjang tahap kedua.

4. Koordinasi

Usaha pembangunan di bidang transmigrasi mencakup berbagai bidang dan kegiatan yang sangat kompleks sehingga memerlukan koordinasi baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya. Kompleksitas dari pembangunan transmigrasi dapat dilihat dari tujuannya, pola usahanya, dan tahapan kegiatannya, sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian-bagian terdahulu. Tujuan, pola pelaksanaan dan ruang lingkup kegiatan ini terus berkembang dari satu periode pembangunan ke periode yang lainnya. Sejalan dengan, perkembangan tersebut maka sistem koordinasi dalam penyelenggaraannya pun juga berkembang.

Dalam Repelita I dan Repelita II, instansi Transmigrasi bertindak sebagai pemilik program sedangkan instansi lain hanya sebagai pelaksana. Untuk melaksanakan koordinasi dibentuk Badan Pembinaan dan Pengembangan Daerah Transmigrasi (BP2DT). Dalam Repelita III sampai Repelita V, sejalan dengan meningkatnya sasaran pelaksanaan, mekanisme penyelenggaraan dan koordinasi disempurnakan. Selama masa itu program transmigrasi dibagi-bagi ke berbagai instansi sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing. Untuk menangani koordinasi dibentuk Badan Koordinasi Penyelenggaraan Transmigrasi (BAKOPTRANS).

Dalam pelaksanaannya mekanisme koordinasi dilakukan melalui

XII/63

Page 64: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA - … · Web viewTENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI A. TENAGA KERJA 1. Pendahuluan Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pembangunan

rapat-rapat teknis, konsultasi, dan komunikasi. Sungguhpun demikian dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak hal-hal yang memerlukan perbaikan. Misalnya upaya memperpadukan perencanaan, evaluasi dan tindak lanjut perlu lebih diusahakan konsistensinya. Di samping itu anus informasi (baik vertikal maupun horizontal) perlu diperlancar dan unsur pelaksana perlu ditingkatkan lagi kreativitas dan kegesitannya.

Upaya-upaya untuk memperbaiki mekanisme koordinasi ini senantiasa terus dilakukan. Salah satu usaha yang dilaku kan dalam Repe-lita V adalah membentuk kelompok kerja (Pokja) diberbagai tingkat pelaksanaan teknis, baik di daerah maupun di pusat. Pokja-pokja ini bertugas membuat perencanaan terpadu, evaluasi terpadu dan tindak lanjut terpadu. Selain itu pada tingkat kebijaksanaan atau pengambil keputusan dilakukan pula rapat koordinasi gabungan (Rakorgab). Rapat-rapat Pokja dilakukan setidak-tidaknya 4 (empat) kali setahun untuk masing-masing bidang, sedangkan Rakorgab dilaksanakan sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali setahun.

XII/64